KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    1/83

    ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA TN. A YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA E.C

    TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI TERATAI LANTAI IV

    SELATAN RSUP FATMAWATI JAKARTA

    Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan

    Program DIII Keperawatan

    Oleh :

    Ela Ameliawati

    NIM. P17120013017

    PRODI KEPERAWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    JUNI 2016

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    2/83

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A YANG

    MENGALAMI EFUSI PLEURA E.C TUBERKULOSIS PARU

    DI INSTALASI TERATAI LANTAI IV SELATAN

    RSUP FATMAWATI

    Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan

    Program DIII Keperawatan

    Oleh :

    Ela Ameliawati

    NIM. P17120013017

    PRODI KEPERAWATAN

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    JUNI 2016

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    3/83

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Program Pendidikan Diploma

    III Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I :

    Nama : Ela Ameliawati

    NIM : P17120013017

    Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul :

    Asuhan Keperawatan Pada Tn.A yang Mengalami Efusi Pleura e.c

    Tuberculosis Paru Di Lantai IV Selatan Di Instalasi Teratai

    RSUP Fatmawati Jakarta

    1.Disusun dan diselesaikan oleh saya sendiri.

    2.

    Bukan merupakan salinan sebagian atau seluruhnya dari karya tulis ilmiaH

    yang pernah disusun oleh orang lain.

    Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila di kemudian hari

    pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia kelulusan saya dibatalkan.

    Jakarta, 27 Juni 2016

    Ela Ameliawati

    NIM. P17120013017

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    4/83

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA

    TN.A YANG MENGALAMI EFUSI PLEURA E.C TUBERCULOSIS PARU

    DI LANTAI IV SELATAN INSTALASI TERATAI RUMAH SAKIT

    UMUM PUSAT FATMAWATI JAKARTA ini telah disetujui untuk diujikan

    pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah dihadapan Tim Penguji.

    Jakarta, 24 Juni 2016

    Pembimbing,

    Ratna Aryani, S.Kep., Ns., MKep

    NIP. 19800416 200501 2 001

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    5/83

    LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah ini dibuat dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.A

    Yang Mengalami Efusi Pleura e.c Tuberculosis Paru Di Lantai 4 Selatan

    Instalasi Teratai Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. ini telah

    berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS pada

    Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Jakarta I.

    Penguji I,

    Mumpuni, SKp., M.Biomed

    NIP. 19710124199903 2 001

    Penguji II,

    Ratna Aryani, S.Kep.,Ns.,MKep

    NIP.19800416 200501 2 001

    Penguji III,

    Ns.Maryanih, S.Kep

    NIP. 196810701990032003

    Mengetahui,

    Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 Ketua Jurusan Keperawatan

    Ani Nuraeni, S.Kp., M.Kes Ns.Tarwoto, S.Kep., M.Kep

    NIP. 196108281984102001 NIP. 197002091995031001

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    6/83

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan

    Keperawatan Pada Tn.A Yang Mengalami Efusi Pleura e.c Tuberculosis

    Paru Di Lantai IV Selatan Instalasi Teratai Rumah Sakit Umum Pusat

    Fatmawati Jakarta. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka untuk

    memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma III

    Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1 Jurusan Keperawatan

    Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menemukan beberapa

    hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai

    pihak, semua hambatan dapat penulis lalui sehingga karya tulis ilmiah dapat

    terselesaikan dengan baik.

    Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

    pihak yang telah memberi bantuan berupa bimbingan, pengarahan dan dukungan

    baik moral maupun materi sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

    Terima kasih ini penulis ucapkan kepada:

    1. Ibu Ani Nuraeni, S.Kp., M.Kes, Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Jakarta I.

    2. Dr. Andi Wahyuningsih Attas, SpAn, KIC, MARS, Selaku Direktur

    Utama RSUP Fatmawati.

    3. Bapak Ns. Tarwoto, S.Kep., M.Kep. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

    Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I.

    4.

    Ibu Rospa Hetharia, S.ST., MA.Kes, Selaku Wali Kelas Tahun Angkatan

    2013 jurusan Keperawatan

    5. Ibu Bara Miradwiyana SKp., MKM. Selaku Dosen Pembimbing

    Akademik Jurusan Keperawatan

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    7/83

    6. Ibu Ratna Aryani S.Kep., Ns., M.Kep, Selaku Dosen Pembimbing

    Penyusunan Laporan Kasus serta Penguji Sidang II Jurusan Keperawatan

    Politeknik Kemenkes Jakarta 1.

    7. Ibu Mumpuni, SKp., M.Biomed Selaku Dosen Penguji Sidang I Jurusan

    Keperawatan Politeknik Kemenkes Jakarta 1.

    8.

    Ibu Ns. Maryanih, S.Kep, Selaku Penguji Sidang III Ujian Akhir Program

    dari RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

    9. Ibu Ii Solihah, S.Kp., MKM, Selaku Koordinaror Ujian Akhir Program

    Bagian Praktek dan Bagian Sidang

    10.Ibu Ns.Dinny Atin Amanah S.Kep Selaku Panitia Ujian Sidang Jurusan

    Keperawatan Tahun 2016

    11.

    Seluruh dosen pengajar beserta staf Jurusan Keperawatan Politeknik

    Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1

    12.

    Kepala ruangan beserta perawat-perawat Gedung Teratai Lantai IV

    Selatan IRNA RSUP Fatmawati yang telah membantu penulis selama

    praktik pengambilan kasus

    13.Kedua Orangtua tercinta (Musri dan Arja Sawung) yang telah senantiasa

    memberikan doa yang tiada hentinya serta memberikan dukungan moral,

    spiritual, dan material yang tidak bisa penulis ganti dengan apapun serta

    seluruh perjuangan kedua orang tua yang penulis sangat cintai.

    14.Kakak kakakku (Abdul Nendra, Prastyo Toto Sumarto, Andi Suwandi,

    Asep Somantri) beserta keluarga kecilnya yang tidak bisa penulis tuliskan

    satu persatu yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan program

    DIII ini.

    15.Teman terbaik (Megiya Permana) yang selalu mendukung, memberikan

    doa dan semangatnya sejak awal penulis memasuki perkuliahan di WK

    dan terimakasih atas kebaikannya.

    16.Sahabat yang selalu mendukung, memberikan motivasi, dan menjaga

    pertemanan baik selama ini (Rima Andani, Nuraeni, Mina Widya, Selly

    Septi).

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    8/83

    17.Sahabat tersayang dan terbaik di kampus WK ana uhibbya rifaqkepada

    (Yusza, Anggiw, Anisa mpus, Anggita, Diana, Dije, Uwi, Mimi, Nisa,

    Numuthia, Rachma) yang selalu bersama selama tiga tahun melewati masa

    perkuliahan dalam susah maupun senang dan terimakasih atas

    kebersamaannya .

    18.

    TIM KMB (Yusza, Atika, Chairunnisa, Rosalina, Helda) untuk

    perjuangan, doa, pengorbanan yang tidak akan terlupakan.

    19.Serta teman-teman Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta I

    angkatan XII tahun 2013 yang selalu bersama menyemangati, memotivasi

    satu sama lain melewati pengalaman-pengalaman yang tidak akan

    terlupakan selama proses perkuliahan.

    20.

    Bapak satpam (Pak.Dadi dkk) yang selalu membantu penulis dalam

    mengumpulkan laporan ataupun makalah selama perkuliahan.

    Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih

    banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

    untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini di masa yang akan datang.

    Jakarta , Juni 2016

    Penulis

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    9/83

    DAFTAR ISI

    JUDUL

    HALAMAN JUDUL................................................................................................i

    LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.................................ii

    LEMBAR PERSETUJUAN DIUJIKAN..............................................................iii

    LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

    KATA PENGANTAR.............................................................................................v

    DAFTAR ISI..........................................................................................................viii

    DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

    DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

    DAFTAR SKEMA.................................................................................................xii

    DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang...............................................................................................1

    B. Tujuan Penulisan............................................................................................2

    C.

    Manfaat Penulisan..........................................................................................3

    BAB II TINJAUAN TEORI

    A. Konsep Dasar Tuberkulosis

    1. Anatomi Fisiologi Pernapasan................................................................4

    2. Definisi Efusi Pleura...............................................................................5

    3. Definisi Tuberkulosis..............................................................................6

    4.

    Etiologi Tuberkulosis..............................................................................6

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    10/83

    5. Etiologi Efusi Pleura...............................................................................6

    6. Manifestasi Efusi Pleura.........................................................................8

    7.

    Pemeriksaan Diagnostik Efusi Pleura....................................................9

    8. Pemeriksaan Diagnostik Tuberkulosis....................................................9

    9. Komplikasi Tuberkulosis........................................................................10

    10.

    Penatalaksanaan Efusi Pleura.................................................................11

    11.Patofisiologi Tuberkulosis......................................................................12

    12.Patofisiologi Efusi Pleura.......................................................................12

    B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian Keperawatan.......................................................................15

    2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................16

    3.

    Intervensi Keperawatan..........................................................................16

    4. Implementasi Keperawatan....................................................................16

    5. Evaluasi Keperawatan............................................................................22

    BAB III TINJAUAN KASUS

    A.

    Pengkajian Keperawatan..............................................................................23

    B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................26

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Pengkajian Keperawatan.............................................................................30

    B. Diagnosa Keperawatan................................................................................33

    C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan..................................................34

    D.

    Evaluasi Keperawatan..................................................................................37

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan...................................................................................................39

    B.

    Saran.............................................................................................................41

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    11/83

    DAFTAR GAMBAR

    2.1 Gambar Anatomi Fisiologi paru ..................................................................4

    2.1 Gambar Anatomi rongga pleura...................................................................5

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    12/83

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Gambaran Mikroskopik ..................................................................7

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    13/83

    DAFTAR SKEMA

    Skema 2.1 Patofisiologi Tuberculosis Paru..........................................................13

    Skema 2.2 Patofisiologi Efusi Pleura..............................................................14

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    14/83

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Laporan Asuhan Keperawatan

    Lampiran 2 Penatalaksanaan Obat OAT

    Lampiran 3 Lembar Konsultasi

    Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    15/83

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan infeksi saluran nafas

    bawah, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),

    dari satu individu ke individu lainnya (Corwin 2009 h. 545).

    Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh

    cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura) (Somantri 2012

    h.106). Efusi pleura banyak disebabkan oleh penyakit gagal jantung kongestif,

    malignansi, dan emboli paru. Prevalensinya di dunia cukup tinggi termasuk di

    negara industri, dengan distribusi etiologi berhubungan dengan penyakitnya.

    Di Indonesia, tuberkulosis paru merupakan penyebab utama efusi pleura yangdisusul oleh keganasan.

    Pada tahun 2013 diperkirakan 9 juta orang mengembangkan TB aktif ,

    dengan 1,5 juta kematian disebabkan oleh penyakit tersebut. Menurut

    Organisasi Kesehatan Dunia kejadian TB paru di beberapa daerah terdapat

    1.000 kasus per 100.000 orang. Sekitar 25 % TB paru menyerang kelenjar

    getah bening dan pleura. Terkait TB paru, penyakit efusi pleura terjadi pada

    sekitar 2 % sampai 10 % dari pasien TB , dengan perbandingan laki-laki dan

    perempuan rasio 2 : 1. Bahkan dengan perawatan rutin , pleuritis tuberkulosis

    dapat berkembang ke empiema tuberkulosis , semacam gejala sisa kronis dan

    fatal.

    Sebagai tenaga kesehatan seorang perawat memiliki peran dan fungsi

    untuk mengatasi masalah keperawatan pada klien efusi pleura dan

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    16/83

    tuberkulosis paru, yaitu sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator,

    kolaborator, fasilitator, dan konselor.

    Berdasrkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahas kasus

    Tuberkulosis paru dengan lebih spesifik untuk mendapatkan gambaran lebih

    jelas dengan melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Efusi

    Pleura et causa Tuberculosis paru yang di rawat di ruang IRNA B Teratai

    Lantai IV Selatan RSUP Fatmawati Jakarta.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Mampu mengetahui gambaran pengelolaan asuhan keperawatan pada

    klien Tn.A dengan Efusi Pleura e.c Tuberkulosis paru yang dirawat di

    ruang IRNA B teratai Lantai IV Selatan Ruang HCU isolasi RSUP

    Fatmawati Jakarta.

    2. Tujuan Khusus

    Memberikan gambaran nyata tentang :

    a)Pengkajian pada Tn.A yang mengalami Efusi Pleura.

    b)

    Menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.A yang

    mengalami Efusi Pleura.

    c)

    Menyusun rencana keperawatan pada Tn.A yang mengalami Efusi

    Pleura .

    d)Melakukan implementasi keperawatan pada Tn.A yang mengalami

    Efusi Pleura .

    e)

    Mengevaluasi hasil akhir pada Tn.A yang mengalami Efusi Pleura .

    C.

    Manfaat Penulisan

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    17/83

    Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

    1. Institusi pendidikan keperawatan

    Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi

    dalam meningkatkan suatu pendidikan pada masa yang akan datang di

    bidang keperawatan.

    2.

    Institusi pelayanan kesehatan

    Sebagai masukan bagi perawat pelaksana di unit pelayanan

    keperawatan medikal bedah dalam rangka mengambil kebijakan untuk

    meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang

    mengalami masalah Efusi Pleura .

    3.

    Penulis

    Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam

    penerapan ilmu yang telah didapatkan selama pendidikan.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    18/83

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Konsep Dasar

    1. Anatomi Fisiologi

    Sistem pernapasan berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen

    untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Salah

    satu organ sistem pernafsan yaitu paru-paru, paru-paru terletak di rongga

    dada bagian atas, bagian samping di batasi oleh otot dan rusuk sedangkan

    bagian bawah di batasi oleh otot diafragma.

    Gambar 2.1 Anatomi paru-paru

    Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri dari

    tiga lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru

    kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    19/83

    paru disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher dan pada bagian

    bawah disebut basal. Paruparu dilapisi oleh selaput pleura.

    Gambar 2.2

    Anatomi rongga pleura

    Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru paru dalam

    pleura viseralis dan yang menyelimuti rongga dada yang bersebelahan

    dengan tulang rusuk disebut pleura parieralis. Antara selaput luar dan

    selaput dalam terdapat rongga yang berisi cairan pleura berasal dari

    plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura

    bersifat permeable terhadap air dan zat-zat lain. (Tarwoto,2009)

    2. Definisi

    Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang

    diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan

    pleura. Efusi pleura selalu abnormal dan mengindikasikan terdapat

    penyakit yang mendasainya (Khairani, 2012).

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    20/83

    Tuberkulosis paru yaitu penyakit infeksius yang menyerang

    parenkim paru-paru. Penyakit ini juga dapat menyebar ke organ lain

    seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Somantri 2012, h.67).

    3. Etiologi TB Paru

    Muttaqin (2014, h.126 ) menjelaskan dalam asuhan keperawatan

    system pernafasan bahwa cairan pleura terbentuk 3 jenis ,yaitu :

    a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal

    jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis),

    sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom meigs

    b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB pneumonia, tumor, infrak paru,

    radiasi, dan penyakit kolagen

    c. Efusi hermoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru,

    dan tuberkulosis.

    Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara

    kedua pleura tersebut, karena biasanya ditempat ini hanya terdapat sedikit

    (10-20cc) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak

    secara teratur. Cairan yang sedikit ini sebagai pelumas antara kedua

    pleura, sehingga memudahkan pleura tersebut bergeser satu sama lain

    (Somantri 2012, h.108).

    Menurut Perhimpunan Doktor Paru Indonesia menyampaiakn salah

    satu etiologi efusi pleura yaitu didapatkan dari pemeriksaan komposisi

    selular cairan pleura. Efusi pleura disertai darah yang tampak dengan mata

    telanjang (kadar eritrosit >100.000/mm3 disebabkan oleh trauma, infark

    pulmonal atau keganasan. Pemeriksaan lain bisa dilihat pada tabel di

    bawah ini.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    21/83

    Tabel 2.1

    gambaran mikroskopik

    Pemeriksaan Nilai

    abnormal

    Kondisi yang biasanya berkaitan

    Jumlah Eritrosit

    (/mm3)

    > 100.000 Malignansi, trauma, emboli pulmonary

    Jumlah Leukosit

    (/mm3)

    > 10.000 Infeksi pyogenik

    Neutrofil (%) > 50 Pleuritis akut

    Limfosit > 90 Tuberkulosis, keganasan

    Eosinofilia > 10 Asbestos effusion, pneumotoraks, sembuh

    dari infeksi

    Sel mesotelial Nihil Tuberkulosis

    Protein (CP/S)* > 0,5 Eksudat

    LDH (CP/S) > 0,6 Eksudat

    LDH (IU)** > 200 Eksudat

    Glukosa (mg/dl) < 60 Empyema, Tuberkulosis, malignansi,

    rheumatoid arthritis

    Ph < 7,20 Efusi parapneumonik dengan komplikasi,

    empyena, ruptur oesofagus, tuberculosis,

    kganasan, rheumatoid arthritis

    Amilase (CP/S) > 1 Pankreatitis

    Bakteriologik Positif Disebabkan infeksi

    Sitologi Positif Diagnosis malignansi

    *CP/P = rasio kadar dalam cairan pleura dibandingkan dengan dalam serum

    **IU = kadar dalam International Units

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    22/83

    4. Manifestasi Klinis Efusi Pleura

    Manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar seperti

    pneumonia, Tuberculosis paru dll. Efusi pleura yang luas akan

    menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau

    menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan

    bunyi datar, pekak saat diperkusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang

    sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila

    terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak

    terdapat. Berikut tanda dan gejala:

    1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena

    pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan

    banyak, penderita akan sesak napas.

    2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,

    dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

    (tuberkulosis), banyak keringat, batuk dan banyak dahak.

    3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika

    terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.

    4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan

    berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit

    akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan

    vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan dudukpermukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis

    Damoiseu).

    5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup

    timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz,

    yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,

    pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    23/83

    5. Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan diadnostik pada Efusi Pleura menurut Muttaqin,2014

    a. Efusi pleura

    1) Pemeriksaan diagnostic

    Pada Fluoroskopi maupun foto thoraks PA cairan yang kurang dari

    300 cc tidak terlihat. Pada Efusi pleura subpulmonal, meskipun

    cairan pleura lebih dari 300cc, frenicocostalis tampak tumpul dan

    diagfragma kelihatan meninggi. Pemeriksaan foto thoraks

    diperlukan sebagai monitor atas intervensi yang diberikan dimana

    keadaan keluhan klinis yang membaik dapat lebih dipastikan

    dengan penunjang foto thoraks.

    2) Biopsy pleura

    Biopsy ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura

    melalui biopsy jalur perkutaneus. Biopsy ini dilakukan untuk

    mengetahui adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit(biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura)

    3) Pengukuran fungsi paru (Spipometri)

    Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio udara residual ke

    kapasitas total paru, dan penyakit pleural pada tuberculosis kronis

    tahap lanjut

    4) Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratoriun yang spesifik adalah dengan memeriksa

    cairan pleura agar dapat menunjang intervensi selanjutnya.

    b. Tuberculosis Paru

    Menurut Price (2012, h.854) dalam melakukan pemeriksaan

    diagnostik TB paru ada beberapa macam yaitu :

    1) Tes Tuberkulin Intradermal (Mantoux)

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    24/83

    Digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembangnya

    Mycobacterium tuberculosa. Caranya yaitu dengan menyuntikan

    Purified Protein Derivate (PPD) secara intradermal.

    2)

    Vaksinasi BCG

    Bacille Calmette Guerin (BCG) yaitu vaksin yang biasanya

    menimbulkam sensitivitas terhadap tes tuberkulin. Pada vaksin

    BCG, organisme ini disuntikan ke kulit berkapur, berdinding dan

    berbatas tegas.

    3) Pemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan radiologi seringkali memperlihatkan adanya TB,

    tetapi untuk mendiagnosis TB Paru bukan hanya pemeriksaan ini

    saja. Pemmeriksaan radiologi ini dapat terlihat adanya

    pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar dan

    biasanya bilateral.

    4)

    Pemeriksaan bakteriologik

    Pemeriksaan yang paling penting yaitu sputum, sediaan yang

    positif memberikan petunjuk awal untuk menegakan diaganosis ,

    tetapi suatu sediaan yang negatif tidak menutup kemungkinan

    adanya infeksi penyakit yang lain.

    6. Komplikasi TB Paru

    Adapun komplikasi yang diakibatkan oleh TB paru menurut

    Mayon(2008) terbagi menjadi dua yaitu :

    a. Akut : gagal napas, hemoptisis (kadang masif), efusi pleura,

    empiema, efusi perikardial, laringitis.

    b. Kronik : fibrosis paru, aspergiloma

    7. Penatalaksanaan

    a.

    Efusi pleura

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    25/83

    Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit

    dasar dan pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk

    melakukan thorakosintesis adalah

    1)

    Menghilangkan sesak nafas yang disebabkan oleh akumulasi

    cairan dalam rongga pleura

    2) Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau

    gagal

    3) Bila terjadi reakumulasi cairan

    Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000cc,

    karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dapat

    menimbulkan edema paru yang ditandaidengan batuk dan sesak.

    Kerugian thorakosintesis adalah :

    1)Dapat menyebabkan kehilangan protein yang ada di dalam

    cairan pleura

    2)

    Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura

    3)

    Dapat terjadi pneumothoraks

    b. Tuberculosis paru

    Menurut Sumantri (2009, h.71) penatalakasanaan yang bisa diberikan

    pada penderita TB Paru berupa metode preventif dan kuratif yang

    meliputi cara-cara seperti berikut ini :

    1) Penyuluhan

    2)

    Pencegahan

    3) Pemberian obat-obatan (OAT)

    4) Fisioterapi dan rehabilitasi, dan konsultasi secara teratur.

    8. Patofisiologi

    Menurut Mutaqqin (2008, h.87) Seseorang yang mengalami

    tuberkulosis paru ketika batuk, bersin atau berbicara maka s\ecara tidak

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    26/83

    sengaja keluar kumanMycobacterium tuberculosa. Apabila terhisap oleh

    orang yang sehat, maka orang tersebut berpotensi terkena infeksi . Bakteri

    yang terhisap masuk ke saluran pernapasan, infeksi dapat menyebar ke

    organ lain melalui berbagai jalan yaitu, percabangan bronkus, sistem

    saluran limfe, aliran darah kemudian bakteri menjadi dorman sehingga

    bakteri muncul beberapa tahun kemudian jika daya tahan tubuh penderita

    melemah. Ia bisa sembuh dengan fibrotik atau inflamasi yang membentuk

    kavitas dan akan merusak parenkim paru yang kemudian dapat terjadi

    edema trakea/faring, peningkatan produksi sekret, pecahnya pembuluh

    darah pada jalan nafas (batuk produktif), sesak napas dan penurunan

    kemampuan batuk efektif. Apabila terjadi penurunan jaringan efektif paru,

    atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, merusak pleura dan

    perubahan cairan intrapleura maka. akan mengakibatkan komplikasi

    tuberkulosis paru yaitu efusi pleura.

    Patofisiologi terjadinya Efusi pleura bergantung pada

    keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalamkeadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambatsebagai filtrasi

    melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan

    tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian

    melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Efusi yang

    berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

    pleura parietalis sekunder terhadap peradangan atau adanya neoplasma.

    Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan

    bergantung pada kekakuan relatif paru dan dinding dada. Pada volume

    paru dalam batas pernapasan normal, dinding dada cenderung rekoil ke

    luar sementara paru-paru cenderung rekoil ke dalam.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    27/83

    Skema 2.1

    Patofisiologi TB Paru (Sumber : Muttaqin, Arif, 2008, h. 89 )

    Skema 2.2

    Patofisiologi Efusi pleura

    skema 2.2

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    28/83

    patofisiologi Efusi pleura

    B.

    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    29/83

    1. Pengkajian

    Berdasarkan Doengoes (2012, h.240) pengkajian tuberkulosis paru yaitu:

    a.

    Aktivitas/istirahat

    Gejala : Kelelahan umum dan keletihan, nafas pendek karena kerja,

    kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil

    dan berkeringat, menggigil dan berkeringat.

    Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea, kelelahan otot, nyeri dan sesak.

    b. Makanan/cairan

    Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan

    berat badan.

    Tanda : Turgor kulit buruk, kering/bersisik, kehilangan otot/hilang

    lemak subkutan

    c. Nyeri/kenyamanan

    Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang

    Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah

    d. Pernafasan

    Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat

    tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi

    Tanda: Peningkatan frekuensi pernafasan , pengembangan pernafasan

    tak simetris(efusi pleura), perkusi pekak dan penurunan taktil fremitus

    (cairan pleura atau penebalan pleura), bunyi nafas menurun, inspirasi

    cepat setelah batuk pendek, karakteristik sputum : hijau/purulen atau

    bercak darah.

    e.

    Keamanan

    Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh : AIDS, kanker, tes

    HIV positif

    Tanda: Demam rendah atau sakit panas akut

    f. Interaksi sosial

    Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,

    perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik

    untuk melakukan peran

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    30/83

    g. Penyuluhan / pembelajaran

    Gejala : riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan

    buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi

    dalam terapi

    2. Diagnosa Keperawatan

    Menurut Doengoes(2012, h.242) diagnosa keperawatan yang dirumuskan

    yaitu :

    a.

    Resiko infeksi (penyebaran/aktivasi berulang) berhubungan dengan

    pertahan primer tidak adekuat, penekanan proses inflamasi

    b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret

    kental, kelemahan batuk

    c. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

    penurunan permukaan efektif paru

    d.

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan kelemahan, sering batuk/produksi sputum, anoreksia.e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan

    pencegahan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, salah

    interpretasi informasi, keterbatasan kognitiff.

    3. Intervensi Keperawatan

    a.

    Risiko infeksi (penyebaran/aktivasi berulang) berhubungan dengan

    pertahan primer tidak adekuat, penekanan proses inflamasi

    Intervensimandiri

    1) Kaji patologi penyakit dan penyebaran infeksi melalui batuk,

    bersin

    Rasional : Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima

    terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi

    2) Identifikasi orang lain yang beresiko terhadap anggota

    keluarga,teman

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    31/83

    Rasional : Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi

    obat untuk mencegah terjadinya penyakit

    3)

    Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat

    penampungan yang tertutup jika batuk

    Rasional : Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan

    infeksi

    4) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara (masker)

    Rasional : Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien

    5) Monitor temperatur suhu

    Rasional : Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi

    6) Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang

    tuberkulosis

    Rasional : Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien

    untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden

    tuberkulosis

    7) Motivasi untuk rutin minum OAT,anjurkan tidak mengehentikan

    terapi

    Rasional : Resisten obat dapat terjadi jika penghentian terapi

    sebelum waktunya

    Kolaborasi :

    8) Pemberian OAT sesuai instruksi dokter

    Rasional: Obat pilihan bagi Tuberculosis paru

    9) Monitor sputum BTA

    Rasional : Pasien yang 3 usapan negatif (3-5 bulan) perlu

    mentaati program obat.

    b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

    bronkospasme

    Intervensi mandiri :

    1) Kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman

    dan penggunaan otot aksesoris

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    32/83

    Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis,

    ronkhi indikasi akumulasi sekret/ketidakmampuan membersihkan

    jalan nafas, sehingga otot aksesoris di gunakan dan kerja pernafsan

    meningkat.

    2) Catat kemampuan dalam mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat

    karakter, jumlah sputum, adanya haemoptisis

    Rasional : Pengeluaran sangat sulit bila sekret sangat tebal. Sputum

    berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan

    (kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan

    evaluasi/intervensi lanjut.

    3) Beri pasien posisi semi atau fowler, bantu pasien untuk latihan nafas

    dalam dan batuk efektif.

    Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan

    menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area

    atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas

    besar untuk di keluarkan.

    4)

    Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai

    keperluan

    Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat dapat

    diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.

    5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali

    kontraindikasi

    Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan

    sekret, dan mudah dikeluarkan

    Kolaborasi

    6) Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Agen mukolitik,contoh

    asetilsisten (Mucomyst), Bronkodilator, contoh okstrifillin

    (Choledyl), teofilin kortikosteroid (prednison)

    Rasional : Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan

    sekret paru untuk memudahkan pembersihan.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    33/83

    Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan

    trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

    Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksekmia dan bila

    respon inflamasi mengancam hidup.

    7) Periksa BTA

    Rasional : Mengetahui kemajuan penyakit

    8) Bersiap untuk membantu intubasi darurat

    Rasional : Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB

    dengan edema laring atau perdarahan paru akut.

    c. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

    permukaan efektif paru

    Intervensi mandiri

    1) observasi dispnea, takipnea, bunyi pernapasn abnormal.

    Rasional : Tuberculosis paru dapat menyebabkan meluasnya

    jangkauan dalam paru yang berasal dari bronkopneumonia yang

    meluas menjadi inflamasi, nekrosis, efusi pleura dan meluasnya

    fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress

    2) observasi tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit

    Rasional : Akumulasi sekret dapat menangkap oksigenasi di organ

    vital dan jaringan

    3) Anjurkan bernapas bibir selama ekspirasi

    Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah

    kolaps/penyempitan jalan napas, sehingga membantu

    menyebarkan udara melalui paru dan menurunkan napas pendek

    4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas

    Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen selama periode

    penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala

    Kolaborasi :

    5) Monitor AGD

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    34/83

    Rasional : Menurunnya kandungan oksigen (PaO2)atau

    meningkatnya PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk intervensi

    perubahan program terapi

    6) Beri oksigen tambahan yang sesuai

    Rasional : Untuk membantu memperbaiki hipoksemia yang dapat

    terjadi terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan

    alveolar paru

    d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    kelemahan, sering batuk/produksi sputum, anoreksia.

    Intervensi mandiri :

    1)

    Observasi turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa

    mulu

    Rasional : Berguna mendefinisikan derajat masalah dan intervensi

    yang tepat

    2) Pastikan pola diet yang di sukai pasien

    Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus,

    dan memperbaiki masukan diet

    3) Awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodik

    Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan

    dukungan cairan

    4) Observasi adanya anoreksia

    Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi

    area pemecahan masalah untuk meningkatkan nutrien

    5) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

    Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau

    obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah

    6) Anjurkan makan sedikit tapi sering

    Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang

    tak perlu

    7)

    Monitor intake output secara periodic

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    35/83

    Rasional : Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan

    8) Ukur TSF, MAC, IMT, BB ideal dan timbang berat badan

    Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi

    Kolaborasi

    9) Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diit

    Rasional : Memberikan bantuan dalam perencanaan diit dengan

    nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diit

    10)Awasi pemeriksaan laboratorium (BUN, Protein serum, dan

    albumin)

    Rasional : Nilai rendah menunjukan malnutrisi dan perubahan

    program terapi

    e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan

    berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang

    salah, terbatasnya pengetahuan/kognitif

    Intervensi mandiri:

    1)

    Observasi kemampuan belajar pasien

    Rasional : Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi

    dan kesiapan fisik.

    2) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat (hemoptisis,

    nyeri dada, kesulitan bernafas,demam, kehilangan pendengaran,

    vertigo)

    Rasional : dapat menunjukan kemajuan atau pengaktifan ulang

    penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

    3) Tekankan pentingnya menjaga protein tinggi dan diet karbohidrat

    Rasional : memnuhi kebutuhan metabolik membantu

    meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan

    4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, dan alasan pengobatan

    lama

    Rasional : meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan

    dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    36/83

    5) Kaji potensi efek samping pengobatan (mulut kering, konstipasi,

    gangguan penglihatan, sakit kepala)

    Rasional : mencegah menurunkan ketidaknyamanan sehubungan

    dengan terapi

    6) Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol saat minum INH

    Rasional : kombinasi INH dan alkohol telah menunjukan

    peningkatan insiden hepatitis

    7) Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap

    bulan selama minum etambutol

    Rasional : efek samping utama menurunkan penglihatan

    8) Anjurkan untuk tidak merokok

    Rasional : meskipun tidak merangsang berulangnya TB, tapi

    meningkatkan disfungsi pernapasan.

    9) Kaji bagaimana TB ditularkan

    Rasional : pengetahuan dapat menurunkan risiko penularan atau

    reaktivasi ulang.

    4. Evaluasi Keperawatan

    a. Infeksi tidak menjadi aktual.

    b. Bersihan jalan napas menjadi efektif.

    c. Pertukaran gas tidak terganggu.

    d. Nutrisi tubuh seimbang.

    e. Pengetahuan pemahaman tentang penyakit bertambah

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    37/83

    Pada Bab ini penulis akan menguraikan Asuhan Keperawatan

    Pada Tn.A dengan Efusi Pleura e.c Tuberculosis Paru yang di rawat di

    ruang IRNA B Teratai Lantai IV selatan RSUP Fatmawati Jakarta :

    Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan selama 3 hari sejak tanggal

    30 mei 2016 sampai 1 juni 2016, yang disusun berdasarkan tahapan

    proses keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, Diagnosa

    keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

    evaluasi keperawatan .

    A. Pengkajian Keperawatan

    Nama klien Tn.A (55 tahun) berjenis kelamin laki-laki status

    perkawinan sudah menikah, agama Islam, pendidikan terakhir SLTP,

    dan pekerjaan klien yaitu berjualan tanaman hias. Klien dirawat mulai

    dari tanggal 28 mei 2016 dengan diagnosa medis Tuberkulosis paru.

    Klien datang melalui IGD RS Fatmawati dengan keluhan sesak, kepala

    pusing, dan paru terasa panas. Timbulnya keluhan secara mendadak

    faktor pencetus jika klien merubah posisi lamanya keluhan 10 menit

    dan akan berkurang jika klien istirahat. Klien mengatakan awalnya

    klien mengalami sesak saat bicara dan beraktivitas, lalu klien merasa

    sesak nafas dan di bawa ke RS Sari Asih lalu di lakukan torakosentesis

    pada dada kanan cairan berwarna putih kekuningan. Keluhan di sertai

    batuk berdahak warna kuning kehijauan kental sejak dua minggu yang

    lalu. Demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu.

    Riwayat batuk darah bercampur dahak sejak juli 2014 , lalu klien

    minum OAT (lepasan) selama 2 minggu, klien berhenti karena gatal-

    gatal putus obat selama kurang dari 2 bulan. Kemudian pada bulan

    januari 2016 klien mendapat obat dari puskesmas FDC untuk 8 bulan

    dan tidak terdapat keluhan . Klien riwayat pemasangan WSD pada

    bulan Maret 2016 di RS Fatmawati.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    38/83

    Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data kesadaran compos

    mentis, tekanan darah 123/88 mmHg, nadi 107x/menit, irama ireguler,

    nadi teraba kuat dan suhu klien 36C, pernafasan 28x/menit, saturasi

    O2 100%. Berat badan klien sebelum sakit 62 kg, BB saat ini 46 kg

    klien mengalami penurunan berat badan sebanyak 16 kg, tinggi badan

    160 cm, saat di inspeksi konjungtiva anemis, sklera anikterik, pupil

    isokor, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, jalan nafas ada

    sumbatan, warna kulit kecokelatan, area kulit tidak ada jejas, ada luka

    post pemasangan selang WSD di ICS 5-6, pengembangan dinding dada

    asimetris, bentuk dada normal, menggunakan otot bantu pernapasan,

    frekuensi 28x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal, batuk

    mengeluarkan sekret warna kuning konsistensi kental, klien

    menggunakan therapi oksigen nasal kanul 4 lpm. Saat dipalpasi kulit

    teraba hangat, tidak ada nyeri tekan saat di palpasi, taktil fremitus paru

    bagian kiri lebih bergetar di banding paru sebelah kanan di posterior,

    pengembangan paru kanan kurang maksimal, pengembangan

    diafragma 1 cm saat inspirasi. Saat di perkusi terdapat bunyi resonan di

    kedua lapang paru anterior dan posterior, tidak ada nyeri ketuk. Saat di

    auskultasi terdengar bunyi wheezing di paru kanankiri posterior.

    Hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 28 mei 2016 Hemoglobin

    12,2g/dl ( N : 13,2-17,3), Hematokri37% (33-45), Leukosit

    11,7ribu/ul ( N:5,0-10,0), Trombosit 328ribu/ul ( N : 150-440) ,

    Eritrosit 4,40juta/ul (N : 4,40-5,90), VER 83,3fl (N : 80,0-100,0), HER

    27,8pg ( N : 26,0-34,0), KHER 33,4Gg/dl (N : 32,0-36,0), RDW

    16,8% (N : 11,5-14,5) , SGOT 26u/l (N : 0-34) , SGPT 19U/l (N : 0-

    40) , Ureum darah 19Mg/dl (N : 20-40), kreatinin darah 0,5Mg/dl

    (N : 0,6-1,5) , glukosa darah sewaktu 74Mg/dl (N : 70-140), pH 7,35

    (N:7,370-7,440),PCO2 67,2mmHg (N:35,0-45,0), PO2 146,3mmHg

    (83,0-108,0), BP 760,0mmHg, HCO 339,0mmol/L (N : 21,0-

    28,0),Saturasi O2 98,7% (N:95,0-99,0), BE 10,8 mmol/L (N : -2,5

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    39/83

    2,5), total CO2 41,1Mmol/L (N : 19,0-24,0), natrium 136Mmol/L

    (N:135-147), Kalium 2,75Mmol/L (N : 3,10-5,10), Klorida 91

    Mmol/L(N : 95-108).

    Pada tanggal 23 Maret 2016 Hasil pemeriksaan BTA nanah lendir pada

    pagi hari positif, nanah lendir sewaktu hasilnya positif , pemeriksaan

    nanah lendir pagi negatif. Pemeriksaan biakan mikoorganisme

    menggunakan bahan sputum dengan hasil pembiakan Acinetobacter

    baumanii yaitu suatu bakteri gram-negatif yang dapat menyebabkan

    infeksi nosokomial pada manusia, bakteri ini resisten terhadap

    antibiotik. Pemeriksaan mikroskopik : sel epitel 3-5 , leukosit 18-24

    ribu/ul .

    Pemeriksaan radiologi pada tanggal 28 mei 2016 didapatkan hasil

    kesimpulan Fibroinfiltrat di lapangan atas kedua paru dan infiltrat di

    kedua paru yang tervisualisasi tampak perselubungan. Pemeriksaan

    USG Thorak pada tanggal 31 mei 2016 kesimpulan USG Thorax

    bilateral. Paru kanan terdapat efusi pleura berseptasi, tidak diberi

    marker . Paru kiri tidak tampak efusi pleura .

    Penatalaksanaan medis yang diberikan pada klien yaitu terapi cairan

    Nacl 0,9% 500cc + KCl 25 mEq/12 jam 14 tpm, Dextrose 5% + 2 ml

    Bricasma 50cc/24 jam on siringe pump 2cc/jam. Klien mendapat terapi

    diet TKTP 1700 kalori/hari. Terapi farmakologis yang didapatkan oleh

    Tn.A yaitu Ambroxol 3 x 30 mg PO (jam 07.00, jam 12.00, jam 18.00)

    , Salbutamol 3 x 2 mg PO (jam 07.00, jam 12.00, jam 18.00) , KSR 2 x

    600 mg PO ( jam 07.00, jam 18.00), Rifampisin 1 x 450 mg PO ( jam

    06.00 ) , INH 1 x 300 mg PO ( jam 06.00 ), Metilprednison 2 x 62,5

    mg via IV bolus (jam 10.00, jam 22.00), Ranitidin 2 x 1 mg IV (jam

    10.00, jam 22.00), Levofloxacin 1 x 750 mg IV (jam 10.00) , terapi

    inhalasi Barotec : Bisolvon : Nacl 0,9% ( 1 cc : 1 cc : 1 cc) setiap

    3x/hari (jam 07.00, jam 12.00, jam 18.00) selama 15 menit.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    40/83

    B. Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi

    Keperawatan

    Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan yang telah dilakukan pada

    Tn.A tanggal 30 mei 2016 1 juni 2016 dapat dirumuskan 3 masalah

    keperawatan, berikut ini penulis uraikan sesuai dengan prioritas

    masalah pasien yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas,

    ketidakefektifan pola pernafasan dan gangguan pertukaran gas.

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

    menumpuknya sekret

    Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah sebagai berikut

    Data subjektif : Klien mengeluh batuk dahak, kental, berwarna

    kuning. Data Objektif : Sputum kental berwarna putih

    kekuningan, klien terlihat lemah, klien tidak bisa melakukan batuk

    efektif.

    Berdasarkan diagnosa tersebut maka dibuat perencanaan

    keperawatan dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi sebagai

    berikut : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    3 x 24 jam klien akan menunjukan jalan nafas yang efektif.

    Kriteria hasil : RR 16-20 x/menit, suara nafas vesikuler, dapat

    melakukan tarik nafas dalam dan batuk efektif, sekret berkurang

    atau tidak ada. Intervensi dengan tindakan mandiri observasi

    frekuensi nafas, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu nafas,

    suara nafas, lakukan ausukultasi suara paru, ajarkan tarik nafas

    dalam dan batuk efektif, beri cairan 1500 ml/hari (air hangat).

    Intervensi dengan tindakan kolaborasi Beri obat ambroxol 30

    mg sesuai dosis, Periksa BTA, Beri nebulizer bisolvon dan barotec

    3x/hari. Implementasi keperawatan yang telah dilakukan dari

    tanggal 30/05/16 sampai 01/06/16 yaitu mengobservasi frekuensi

    nafas, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu nafas, suara nafas,

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    41/83

    melakukan auskultasi suara paru, mengajarkan tarik nafas dalam

    dan batuk efektif, berkolabirasi dalam pemberian obat ambroxol 30

    mg sesuai dosis, melakukan pemeriksaan BTA, berkolaborasi

    dalam pemberian terapi nebulizer dengan bisolvon dan barotec

    3x/hari. Evaluasi Keperawatan dari tanggal 30/05/16-01/06/16

    yaitu data subjektif : Klien mengatakan masih batuk dan sudah

    bisa mengeluarkan dahaknya dan data objektif batuk (+) sekret

    (+), klien mampu batuk efektif . Analisa : masalah

    ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi sehingga

    planning : Lanjutkan intervensi diagnosa ketidakefektifan bersihan

    jalan nafas .

    2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

    penurunan ekspansi paru

    Data yang mendukung diagnosa tersebut yaitu data subjektif :

    Klien mengatakan sesak jika banyak bergerak atau merubah posisi

    dan data objektif : RR : 28x/menit, irama teratur, nafas dangkal,

    pola napas dypsnea, tachypnea, menggunakan otot bantu

    pernafasan, taktil fremitus pada paru kiri lebih jelas getarannya

    dibanding dengan paru kanan, posisi saat dilakukan pengkajian

    ortopneu .

    Berdasarkan diagnosa tersebut maka dibuat perencanaan

    keperawatan dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi sebagai

    berikut : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

    3 x 24 jam klien akan menunjukan pola nafas yang efektif.

    Kriteria hasil : RR 16-20 X/menit, sesak nafas klien berkurang

    atau tidak ada, klien mampu nafas dalam dan batuk efektif, nyaman

    dengan posisinya . Intervensi mandiri: observasi pola pernafasan,

    irama pernafasan, beri posisi fowler atau semifowler, anjurkan

    klien untuk nafas dalam dan batuk efektif. Intervensi kolaborasi:

    Beri therapi oksigen tambahan nasal kanul 4lpm, Beri obat

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    42/83

    bricasma 1 ml dan D5% . Implementasi keperawatanyang telah

    dilakukan dari tanggal 30/05/16 sampai 01/06/16 yaitu

    mengobservasi pola pernafasan, irama pernafasan, memberi posisi

    fowler atau semifowler, menganjurkan klien untuk nafas dalam dan

    batuk efektif, berkolaborasi dalam pemberian therapi oksigen

    tambahan nasal kanul 4lpm, berkolaborasi dalam pemberian obat

    bricasma 1 ml dan D5%. Evaluasi keperawatan dari tanggal

    30/05/16 sampai 01/06/16 yaitu data subjektif : klien mengatakan

    sesak kadang timbul atau bahkan berkurang dan data objektif :

    pernafasan 25x/menit , irama teratur, nafas dangkal, dyspnea(-),

    tacypnea(-). Analisa : Masalah ketidakefektipan pola pernafasan

    belum teratasi sehingga planning : Lanjutkan intervensi

    3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

    Ketidakseimbangan perfusi ventilasi

    Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah sebagai berikut

    Data subjektif : Klien mengatakan sesak. Data Objektif :

    klien terlihat lemah, TD : 123/88 mmHg, RR : 28x/menit, N :

    107x/menit, S :36C SaO2: 100% , hasil Analisa Gas Darah pH

    : 7,304, PCO2 : 83,2, HCO3 : 40,4 .

    Berdasarkan diagnosa tersebut maka di buat perencanaan

    keperawatan dengan tujuan, kriteria hasil, dan intervensi

    sebagai berikut : Tujuan : Setelah di lakukan tindakan

    keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pertukaran gas

    klien tidak terganggu. Kriteria hasil : peningkatan ventilasi

    dan oksigenasi yang adekuat, mampu batuk efektif dan suara

    napas yang bersih, mampu mengeluarkan sputum, mampu

    bernapas dengan mudah, AGD dalam batas normal. Intervensi

    mandiri : observasi kedalaman, irama nafas, penggunaan otot

    bantu tambahan,observasi suara napas, observasi pola napas,

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    43/83

    auskultasi suara napas. Intervensi kolaborasi : pemeriksaan

    darah arteri. Implementasi keperawatan : mengobservasi

    kedalaman, irama nafas, penggunaan otot bantu tambahan,

    mengobservasi suara napas, mengobservasi pola napas,

    mengauskultasi suara napas, melakukan pemeriksaan AGD .

    Evaluasi keperawatan dari tanggal 30/05/16-01/06/16 yaitu

    data subjektif : Sesak kadang timbul atau bahkan berkurang

    dan data objektif :pernafasan 25x/menit , irama teratur, nafas

    dangkal, dyspnea(-), tacypnea (-), pemeriksaan AGD PCO2

    65,6 mmHg, HCO3 37,8mmol/L Analisa : Masalah

    ketidakefektipan pola pernafasan belum teratasi sehingga

    planning : Lanjutkan intervensi diagnosa gangguan pertukaran

    gas dan Evaluasi keperawatandari tanggal 30/05/16-01/06/16

    yaitu data subjektif : klien mengatakan sesak kadang timbul

    atau bahkan berkurang dan data objektif : TD: 90/60 mmHg,

    N: 90x/menit , pernafasan 28x/menit , Hasil analisa gas darah

    Ph : 7,379 , PCO2 : 65,6 mmol, HCO3 : 37,8 mmol . Analisa :

    masalah gangguan pertukaran gas belum teratasi planning :

    Lanjutkan intervensi : pantau pemeriksaan AGD.

    BAB IV

    PEMBAHASAN

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    44/83

    Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pelaksanaan asuhan

    keperawatan pada Tn.A yang mengalami Efusi Pleura e.c Tuberculosis Paru

    dengan membandingkan teori dengan fakta yang di dapatkan mulai dari

    pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan,

    serta menguraikan persamaan yang ditemukan dan rasionalnya.

    A. Pengkajian Keperawatan

    Pengkajian keperawatan merupakan langkah utama dari proses keperawatan.

    Kegiatan yang dilakukan pada saat pengkajian adalah mengumpulkan data,

    memvalidasi data, mengorganisasi data dan mencatat data yang diperoleh

    Dinarti et al (2009, h.79). Data pengkajian dapat diperoleh melalui anamnesa,

    pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Sumber data adalah pasien, keluarga,

    perawat ruangan dan rekam medik.

    Adapun fokus pengkajian yang dibahas pada bab ini adalah :

    1.

    Keluhan batuk berdahak

    Klien mengeluhkan batuk berdahak berwarna putih kekuningan. Batuk yang di

    alami klien sudah lebih dari 3 minggu karena sebelum dirawat klien sudah

    sering batuk-batuk. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh somantri

    (2009, h.69) bahwa pasien TB paru akan mengalami gejala batuk berdahak

    lebih dari 3 minggu.

    Batuk berdahak pada penderita tuberculosis disebabkan karena terjadinya

    iritasi pada bronkus sehingga merangsang untuk terjadinya batuk dan

    mengeluarkan produksi radang (sputum), disamping itu batuk dengan sputum

    menunjukan bahwa saluran pernafasan mengalami infeksi dari virus yang

    masuk ke dalam tubuh. Bila dikeluarkan dahak akan keluar banyak, kental dan

    biasanya berwarna agak kekuningan atau kehijauan.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    45/83

    2. Keluhan sesak nafas

    Klien mengeluhkan sesak nafas yang semakin memberat 1 hari sebelum

    masuk rumah sakit. Sesak akan semakin memberat saat klien beraktifitas.

    Davey (2006) menyebutkan bahwa salah satu komplikasi dari TB Paru yaitu

    efusi pleura. Efusi pleura yaitu terkumpulnya cairan pada rongga pleura yang

    salah satu gejalanya yaitu menunjukan adanya sesak nafas.

    Sesak muncul karena terjadinya komplikasi efusi pleura dari tuberkulosis .

    Gejala ini muncul karena infeksi pada saluran pernafasan disertai dengan

    adanya penumpukan cairan, jika di biarkan saja volume cairan akan bertambah

    yang menyebabkan udara tidak bisa masuk hingga dasar paru-paru karena

    tertahan cairan sehingga pasien mengalami sulit bernapas. Penumpukan cairan

    juga dapat menutup jalan nafas sehingga suply oksigen ke paru-paru

    berkurang hal inilah yang menimbulkan terjadinya sesak. Berdasarkan hasil

    pemeriksaan AGD pada tanggal 30 mei 2016 hasil pH : 7,304, PaCO2 :

    83,2mmHg dan HCO3 40,4 mmol/L berdasarkan hasil tersebut menunjukanadanya asidosis respiratorik yaitu keasaman darah yang berlebihan karena

    penumpukankarbondioksidadalam darah sebagai akibat dari fungsi paru paru

    yang buruk atau pernapasan yang lambat.

    3. Keluhan Penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan mual

    Pada saat melakukan pengkajian klien mengatakan bahwa berat badan saat ini

    46 kg, dan sebelum sakit berat badan klien 62 kg. Sebelum dibawa ke lantai 4

    klien dilakukan pengukuran berat badan di IGD RS Fatmawati dan tinggi

    badan klien 160 cm. Klien mengalami penurunan berat badan 16 kg, dan saat

    dirumah memang nafsu makan klien jadi menurun ditambah klien mengalami

    mual dan muntah.

    Menurut Doengoes (2012, h.240) mengemukakan bahwa pada pasien dengan

    tuberkulosis akan mengalami penurunan berat badan, nafsu makan berkurang

    , tidak dapat mencerna, sedangkan hasil penelitian Tambunan (2016, h.232)

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    46/83

    mengatakan bahwa manifestasi klinis pada penderita TB yaitu status nutrisi

    buruk, anoreksia, penurunan berat badan, IMT rendah, dan kadar albumin

    rendah. Menurut Djojodibroto (2009) bahwa seseorang yang mengalami

    tuberkulosis selalu menyebabkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat

    badan (weight loss). Involuntary weight loss adalah turunnya berat badan

    sebanyak 5% dari berat badan awal dalam waktu selama 6 bulan .

    Penurunan berat badan hal ini terjadi karena klien sering batuk-batuk yang

    menyebabkan klien mual,muntah dan tidak nafsu makan sehingga asupan

    nutrisi klien tidak adekuat yang menyebabkan kondisi klien mengalami

    kelemahan dan terjadi penurunan berat badan, dibuktikan dengan hasil IMT

    yang rendah diperoleh nilai yaitu 17,9 analisanya berat badan klien kurang.

    Didukung dengan hasil laboratorium pada tanggal 28/05/2016 yaitu

    hemoglobin hasilnya 12,2 g/dL (N : 13,2-17,3) menunjukan kadar Hb kurang

    dari normal. Data ini menunjukan bahwa penderita tuberkulosis paru akan

    mengalami masalah nutrisi.

    4.

    Riwayat putus obat

    Istri klien mengatakan bahwa Tn.A mengalami putus obat selama 2 minggu,

    karena klien mengeluh gatal-gatal. Saat penulis menanyakan nama obatnya

    klien lupa dengan nama obatnya.

    Bagiana (2010) menyatakan bahwa putus obat yang dialami oleh penderita

    tuberkulosis diakibatkan karena efek samping yang ditimbulkan yaitu maslah

    pencernaan, gatal-gatal pada kulit.

    Pada kasus yang dialami oleh Tn.A seharusnya tidak bisa dibiarkan karena

    penderita TB paru yang malas minum obat atau putus obat sebelum

    penyakitnya sembuh, maka kemungkinan penyakit akan berubah menjadi

    lebih berbahaya yang dikenal sebagai MDR -TB(Multiple drug resistenc

    Tuberculosis). MDR-TB bisa terjadi dikarenakanMycobacterium tuberculosa

    menjadi resisten atau kebal terhadap OAT yang biasa.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    47/83

    B. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang di

    rumuskan atas dasar interpretasi data yang tersedia (Dinarti 2009). Menurut

    Doengoes (2012) diagnosa yang ditemukan pada Tuberkulosis paru ada 5

    diagnosa keperawatan yaitu: (1) Resiko penyebaran infeksi (2)

    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (3) Kerusakan pertukaran gas (4)

    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, (5) Kurang pengetahuan . Dari

    5 diagnosa keperawatan yang ada di dalam teori, penulis mengambil 3

    diagnosa yang sesuai dengan teori dan 2 diagnosa yang tidak penulis temukan

    di teori.

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

    akumulasi sekret

    Definisi : suatu keadaan ketika seorang individu mengalami suatu ancaman

    yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan

    ketidakmampuan untuk batuk efektif (Carpenito moyet, 2007 h.381).Karakteristik mayor : batuk tak efektif, ketidakmampuan mengeluarkan

    sekresi jalan napas dan karakteristik minor : bunyi napas abnormal,

    frekuensi, irama, kedalaman abnormal. Yang terdapat pada Tn.A yaitu klien

    tidak mampu melakukan batuk efektif, sputum kental berwarna kuning, bunyi

    nafas weezing di apeks posterior sinistra dan dextra, RR 28X/m, irama teratur,

    kedalaman dangkal.

    2.

    Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan

    ekspansi paru

    Definisi : keadaan ketika seseorang individu mengalami kehilangan ventilasi

    yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola

    pernapasan (Carpenito 2007, h.383). diagnosa ini tidak diambil dari teori,

    penulis memilih ini sebagai diagnosa ke dua karena melihat data yang

    mendukung . Karakteristik mayor : perubahan dalam frekuensi atau pola

    pernafasan, perubahan pada nadi (frekuensi, irama,kualitas) dan karakteristik

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    48/83

    minor : ortopnea, takipnea, hiperpnea, hiperventilasi). Yang ditemukan pada

    Tn.A yaitu pola pernafasan tachypnea, Nadi 107x/m, RR : 28X/m, posisi

    ortopnea, menggunakan otot bantu pernafasan.

    3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

    ventilasi perfusi

    Definisi : keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan jalannya gas

    (oksigen dan karbondioksida) yang aktual (atau dapat mengalami potensial)

    antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Karakteristik mayor: dispnea

    saat melakukan aktifitas dan karakteristik minor : cenderung mengambil

    posisi 3 titik(duduk, 1 tangan pada setiap lutut, condong ke depan), bernapas

    dengan bibir dengan fase ekspirasi yang lama, letargi dan keletihan,

    penurunan oksigen, penururunan saturasi oksigen, peningkatan PaCO2,

    sianosis. Yang terdapat pada Tn.A yaitu adanya sesak jika berbicara, posisi

    ortopnea, klien lemah, saturasi O2 100%, pH 7,304, PaCO2 8,32 mmHg,

    HCO3 40,4mmol/L.

    C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

    Rencana keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang diharakan

    dari klien untuk membantu klien dalam mencapai hasil yang diharapkan

    (Doengoes et all 2000, h.10). Menurut Dinarti (2009) implementasi

    keperawatan adalah proses keperawatan terdiri yang terdiri dari rangkaian

    aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan dan di

    dokumentasikan secara cermat.

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

    akumulasi sekret

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    49/83

    Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa tersebut

    maka penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan fokus keluhan

    utama klien yaitu : mengajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif,

    mengauskultasi paru, berkolaborasi dalam pemberian obat ambroxol sesuai

    dosis, memeriksa sputum BTA, beri inhalasi nebulizer dengan bisolvon dan

    barotec.

    Auskultasi dilakukan untuk mengetahui letak penumpukan sekret sehingga

    bisa dilakukan perencanaan berikutnya yaitu mengajarkan tekhnik nafas dalam

    dan batuk efektif karena dapat membuka ventilasi maksimal sehingga dapat

    membuka jalan nafas dan batuk yang efektif dapat memudahkan pengeluaran

    sekret yang menempelm dijalan nafas, dilakukanpemeriksaan BTA untuk

    mengetahui adanya infeksi dari kuman . terapi Ambrxol bekerja dengan cara

    memecah serat asam mukopolisakarida yang membuat dahak lebih encer dan

    mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah

    pengeluaran lendir pada saat batuk(Farmasiana.com).

    Intervensi kolaborasi kedua yang dilakukan yaitu melakukan terapi inhalasi

    dengan bisolvon dan barotec (1 : 1), Bromhexine memiliki efek sekretolitik

    dan sekretomotor pada daerah saluran bronkus, yang dapat mempermudah

    pengeluaran dahak dan batuk. Bekerja sebagai mukolitik untuk meredakan

    batuk berdahak. Indikasi dari berotec yaitu sebagai terapi simtomatik asma

    bronkhial dan kondisi lain yang disertai dengan penyempitan saluran

    pernafasan yang bersifat reversibel.

    2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan

    ekspansi paru

    Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa tersebut

    maka penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan fokus keluhan

    utama klien yaitu : Dengan memberikan klien posisi semifowler bertujuan

    untuk mengurangi resiko stasis sekresi pulmonar dan mengurangi sekresi

    dinding dada, Intervensi lain yaitu memberikan terapi oksigenasi nasal kanul

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    50/83

    4lpm, manfaatnya untuk membantu menurunkan kerja nafas , dan

    meningkatkan laju pernafasan klien . Intervensi kolaborasi yaitu memberikan

    obat bricasma 1 ml dan salbutamol 2 mg . bricasma yaitu diindikasikan untuk

    asma bronkial, bronkial, bronkitis kroonik, emfisema, penyakit paru lain.

    Salbutamol merupakan obat yang menimbulkan relaksasi bronkus, maka

    salbutamol dapat digunakan dengan efektif untuk mengatasi gejala sesak

    napas yang timbul akibat adanya penyempitan bronkus seperti pada penyakit

    asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema paru, baik untuk penggunaan

    akut maupun kronik.

    3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

    ventilasi perfusi

    Untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan diagnosa tersebut

    maka penulis melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan fokus keluhan

    utama klien yaitu : auskultasi suara nafas, observasi pola napas, anjurkan

    untuk tirah baring , pantau hasil AGD untuk mengetahui kadar PCO2 yg

    abnormal, beri terapi oksigen nasal kanul 4lpm. manfaatnya untuk membantu

    menurunkan kerja nafas

    4. Fokus perencanaan keperawatan untuk mengatasi keluhan mual pada Tn.A

    Yaitu dengan menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering . memberikan

    makan dalam jumlah sedikit tapi sering tidak menjadi stimulus timbulnya

    mual pada pasien, sehingga asupan klien tetap adekuat. Kolaborasi dalam

    pemberian ranitidin 1 mg , untuk menteralisir ketorolac yang menimbulkan

    efek samping mual .

    5.

    Fokus perencanaan keperawatan yaitu riwayat putus obat

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    51/83

    Saat seseorang yang mengalami tuberkulosis paru lalu putus obat ada

    beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya putus obat yaitu komunikasi

    yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien menentukan keberhasilan

    pengobatan. Adapun perencanaan yang bisa dilakukan yaitu pemantauan ketat

    guna memastikan efek samping OAT, dukungan psikososial merupakan

    komponen tata laksana efek samping. Di sinilah peran terpenting tenaga

    sukarela (PMO), yakni memberikan edukasi dan semangat kepaa pasien untuk

    terusmelanjutkan pengobatan, bilaperlu mengadakan pertemuan kelompok

    pendukung ini merupakan salah satu bentuk dukungan psikososial bagi pasien.

    D. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi keperawatan didokumentasikan sesuai dengan diagnosa keperawatan

    yang telah dibuat, dan untuk evaluasi yaitu meliputi data subjektif (S),

    Objektif (O), analisa permasahlahan (A), klien berdasarkan S dan O, serta

    perencanaan ulang (P) dari setiap diagnosa keperawatan.

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

    Pada saat pengkajian keperawatan klien mengatakan batuk berdahak ,

    berwarna putih kekuningan, konsistensi kental, dahak yang dikeluarrkan

    tidak bisa diukur. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24

    jam batuk klien masih berdahak dan dahak bisa dikeluarkan.

    2.

    Ketidakefektifan pola nafas

    Pada saat pengkajian klien mengeluh sesak napas, nafas dirasakan

    memberat saat klien merubah posisi atau berbicara. Setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam klien mengatakan sesak kadang

    timbul atau bahkan berkurang. Dibuktikan dengan hasil 25x/menit, irama

    teratur, nafas dangkal, dyspnea (-), tacypnea (-) .

    3. Ketidakseimbangan nutrisi

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    52/83

    Pada saat pengkajian klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan. Setelah

    dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mengatakan

    nafsu makan baik dan mual sudah tidak ada. Klien juga menghabiskan

    makannya, mual tidak ada.

    4.

    Riwayat putus obat

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam klien mengatakan

    selama dirumah sakit ataupun dirumah klien akan fokus terhadap

    pengobatannya, karena klien mempunyai keinginan untuk bisa sembuh

    kembali karena adanya dukungan istri dan anak yang membuat klien

    menjadi termotivasi.

    BAB V

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    53/83

    PENUTUP

    Pada bab ini penulis akan membahas secara rinci kesimpulan Setelah

    dilakukan asuhan keperawatan sejak tanggal 30 mei 2016 sampai 1 juni 2016

    didapatkan data pengkajian klien dirawat mulai dari tanggal 28 mei 2016 dengan

    diagnosa medis Efusi Pleura e.c Tuberkulosis paru. Pembahasan pada bab ini

    meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

    keperawatan.

    A. Kesimpulan

    Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 30 mei 2016 , penulis

    melakukan pengkajian dengan metode pemeriksaan fisik terhadap klien, dan

    metode wawancara terhadap klien dan keluarga klien, perawat ruangan dan

    data rekam medik klien. Dari data hasil pengkajian didapatkan data klien

    mengeluh sesak, batuk berdahak, terasa lemah, saat dilakukan pemeriksaan

    fisik didapatkan data kesadaran compos mentis, tekanan darah 123/88 mmHg,

    nadi 107x/menit, irama ireguler, nadi teraba kuat dan suhu klien 36C,

    pernafasan 28x/menit, saturasi O2 100%. Jalan nafas ada sumbatan, warna

    kulit kecokelatan, area kulit tidak ada jejas, ada luka post pemasangan selang

    WSD di ICS 5-6, pengembangan dinding dada asimetris, bentuk dada normal,

    menggunakan otot bantu pernapasan, frekuensi 28x/menit, irama teratur,

    kedalaman dangkal, batuk mengeluarkan sekret warna putih kekuuningan

    konsistensi kental, klien menggunakan therapi oksigen nasal kanul 4 lpm. Saat

    dipalpasi kulit teraba hangat, tidak ada nyeri tekan saat di palpasi, taktil

    fremitus paru bagian kiri lebih bergetar di banding paru sebelah kanan di

    posterior. Saat di perkusi terdapat bunyi resonan di kedua lapang paru anterior

    dan posterior, tidak ada nyeri ketok. Saat di auskultasi terdengar bunyi

    wheezing di paru kanankiri posterior.

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    54/83

    Berdasrkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.A dapat dirumuskan diagnosa

    keperawatan sebanyak 3 diagnosa prioritas yaitu : (1) Ketidakefektifan bersihan

    jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret (2) Ketidakefektifan pola

    napas berhubungan penurunan ekspansi paru (3) Gangguan pertukaran gas

    berhubungan ketidakseimbangan ventilasi perfusi

    Perencanaan keperawatan yang disusun untuk setiap masalah keperawatan pada

    Tn.A disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien sehingga disusun intervensi

    keperawatan dari ke tiga diagnosa ini adalah : Kaji fungsi pernafasan bunyi nafas,

    kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesoris, Catat kemampuan

    dalam mengeluarkan mukosa/batuk, jumlah sputum, adanya hemoptisis, Beri

    pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas dalam dan

    batuk efektif, bersihkan sekret dari mulut dan trakea, kolaborasi dalam

    memberikan obat-obat sesuai indikasi, periksa BTA, Observasi pola pernafasan,

    beri therapi oksigen tambahan(nasal kanul 4lpm), untuk membantu menurunkan

    kerja nafas, dan meningkatkan nafas klien, beri obat bricasma 1 ml dan D5% ,

    observasi tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, anjurkan bernapas bibirselama ekspirasi , tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas , kolaborasi dengan ahli

    laboratorium untuk periksa AGD.

    Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah berdasarkan intervensi

    keperawatan yang telah di buat dan disesuaikan dengan kondisi Tn.A . intervensi

    mandiri semuanya dapat dilakukan dan untuk intervensi kolaborasi ada beberapa

    yang belum dilakukan seperti kolaborasi dalam pemeriksaan BTA , dan

    pemeriksaan Hemoglobin, karena belum ada program dari dokter untuk

    dilakukannya tindakan tersebut . pemberian KCL sudah tidak diberikan pada

    tanggal 31/5/2016.

    Evaluasi keperawatan yang dilakukan sampai dengan tanggal 1 juni 2016 dari 5

    diagnosa yang dirumuskan, belum ada masalah yang teratasi.

    B.

    Saran

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    55/83

    Selama melaksanakan asuhan keperawatan dari tanggal 30 mei 2016 sampai

    dengan 1 juni 2016 , ada beberapa saran yang dapat ingin penulis sampaikan

    untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang akan datang, yaitu :

    1.

    Untuk Institusi Poltekkes Jakarta 1 khusunya Jurusan Keperawatan agar

    tetap menjadi unggulan dengan staf pengajar yang baik dan kompeten

    dalam memberikan pendidikan supaya menjadikan mahasiswa/i yang cerdas

    dan berkualitas.

    2. Untuk Institusi Poltekkes Jakarta 1 diharapkan melakukan pengembangan

    kepustakaan agar mahasiswa/i lebih banyak mendapatkan sumber referensi

    terbaru dalam memenuhi penulisan laporan karya tulis ilmiah.

    3. Untuk RSUP Fatmawati untuk terus mempertahankan dan mengembangkan

    kinerja, kekompakan serta caring kepada pasien dalam melakukan asuhan

    keperawatan.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    56/83

    Carpenito, L.J. Dan Moyet.(2007) Buku Saku Diagnosis Keperawatan

    Ed.10.Jakarta:EGC

    Corwin, J.E.(2009)Buku Saku Patofisiologi, Ed.3.Jakarta: EGC.

    Dinarti, Aryani,R., Nurhaeni, H., Chairani, R.(2009) Dokumentasi Keperawatan,

    Jakarta : TIM.

    Doengoes, M.E. dan Moorhouse, M.F dan Geissler, A.C. (2012) Rencana Asuhan

    Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC.

    Instalasi rekam Medis dan Pusat Data Informasi Umum Rumah Sakit

    Fatmawati.(2015) Laporan 10 besar Penyakit Rawat Inap RSUP

    Fatmawati SMF Paru, Jakarta . RSUP Fatmawati

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2006) Analisis Cairan Pleura ,

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia [online], melalui

    http://www.klikparu.com/2013/07/html [di akses pada tanggal 29 Juni

    2016]

    Muttaqin, A. (2008) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

    Pernapasan, Jakarta:Salemba Medika.

    Nurarif, A.H Dan Kusuma, H. (2015)Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan

    Diagnosa Medis dan NANDA-NIC-NOC Panduan Penyusunan Asuhan

    Keperawatan Profesional 2015 Jilid 3, Yogyakarta: Mediaction Jogja.

    http://www.klikparu.com/2013/07/http://www.klikparu.com/2013/07/http://www.klikparu.com/2013/07/
  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    57/83

    Somantri, I. (2012) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

    Pernapasan, Jakarta: Salemba Medika.

    Sylvia, A.P Dan Mary, P.S.(2012) Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses

    penyakit, Jakarta : EGC.

    Departemen Kementrian Kesehatan RI (2007) Pedoman Nasional Pengendalian

    Tuberkulosis, ed 9. [online] melalui digilib.unimus.com [di akses pada

    tanggal 13 Juni 2016]

    Khairani. R, Syahruddin E, Partakusuma, L.G.2012 Karakteristik Efusi Pleura di

    Rumah Sakit Persahabatan. Melalui Jurnalrespirologi.org [di akses

    pada tanggal 28 Juni 2016]

    ANALISA DATA

    Nama Klien/Umur : Tn.A/55 tahun No. Register : 01440049

    Ruangan/No.Kamar : HCU Isolasi 427.A

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    58/83

    No. Data Etiologi Masalah

    Dx 1 DS:

    -

    Klien mengeluh batukbatuk

    - Dahak kental berwarna putih

    kekuningan

    DO:

    - Keadaan umum : sakit sedang

    - Kesadaran : compos mentis

    - TTV : TD : 123/88 mmHg

    N : 107 X/menit

    RR : 28 X/menitS : 36C

    SaO2 : 100%

    - Sputum kental berwana putih

    kekuningan

    - Klien terlihat lemah

    - Klien tidak mampu melakukan

    batuk efektif

    - Inspeksi :tidak ada jejas, luka

    post WSD di ICS 5-6

    - Palpasi : tidak ada nyeri tekan,

    taktil fremitus pada lapang paru

    kiri lebih jelas getarannya

    dibanding lapang paru kanan,

    pengembangan paru 2 cm

    - Perkusi : bunyi resonan di

    lapang paru

    - Auskultasi : saat diauskultasi

    terdengar bunyi weezing di

    apeks posterior

    Penumpukan sekret Ketidakefektifan

    bersihan jalan nafas

    Dx.2 DS :

    - Klien mengatakan sesak nafas

    DO :

    - RR : 28x/menit, irama teratur,

    nafas dangkal

    - Pola napas dipsnea, tachypnea

    -

    Menggunakan otot bantu

    Penurunan ekspansi

    paru

    Ketidakefektifan pola

    pernafasan

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    59/83

    pernafasan

    - Taktil fremitus pada paru kiri

    lebih jelas getarannya dibanding

    dengan paru kanan

    - Posisi ortopnea

    Dx.3 DS :

    - Klien mengatakan lemas

    - Kepala terasa pusing

    - Klien mengeluh sesak

    DO :

    -

    Klien terlihat lemah- RR : 28x/menit, irama teratur,

    nafas dangkal

    - Pola napas tachypnea

    - Menggunakan otot bantu

    pernafasan

    - Hasil AGD :

    Ph : 7,35 (N : 7,370-7,440)

    PCO2 : 67,2(N :35,0-45,0

    PO2 : 146,3(N:83,0-108,0)HCO3 : 39,0 (N: 21,0-28,0)

    Ketidakseimbangan

    perfusi ventilasi

    Gangguan pertukaran

    gas

    Dx.4 DS :

    - Klien mengatakan tidak nafsu

    makan, mual

    - Klien hanya menghabiskan

    makan porsi

    DO :

    - Klien terlihat lemah

    Antropometri

    - TB : 160 cm

    BB sebelum sakit 62 kg

    BB saat ini 46 kg

    Penurunan BB 16 kg

    BBI 54-60

    IMT : 17,9 (Gizi kurang)

    Biochemical

    -

    Hemoglobin 12.2 g/dl (N :13,2-

    Penurunan asupan

    oral :

    ketidaknyamanan

    mulut (mual )

    Perubahan nutrisi

    kurang dari kebutuhan

    tubuh

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    60/83

    17,3)

    Clinical Sign

    -

    Konjungtiva anemis

    - Sklera anikterik

    - Klien terlihat kurus

    - Mukosa mulut kering

    - Diit : TKTP 1700 Kalori

    Dx.5 DS :

    - Klien mengatakan sesak makin

    memberat jika banyak bergerak

    atau merubah posisiDO :

    - Klien terlihat sesak

    - Posisi klien orthopnea

    - Aktifitasnya dibantu oleh

    perawat dan keluarga

    - Klien membatasi pergerakan

    - Kekuatan otot

    5 5 5 5 5 5 5 5

    5 5 5 5 5 5 5 5

    Kelemahan umum Intoleransi aktifitas

    Dx.6 DS :

    - Klien mengatakan batuknya

    berdahak

    - Klien pernah dirawat di RS 3

    bulan yang lalu karena batuk

    batuk

    DO :

    - Jika batuk klien menutup

    mulutnya

    - Klien membuang dahaknya ke

    tempat yang tertutup

    - Klien terlihat lemah

    - Klien konsumsi OAT (INH dan

    Rifampicin)

    -

    Klien pernah putus obat >2

    Pertahanan primer

    tidak adekuat

    Resiko penyebaran

    infeksi

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    61/83

    bulan

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Nama Klien/ Umur : Tn. A / 55tahun No. Register : 01440049

    Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427 A

    No. Dx Diagnosa Keperawatan TanggalDitemukan

    TanggalTeratasi

    Paraf

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

    b.d penumpukan sekret

    Ketidakefektifan pola pernafasan b.d

    Penurunan ekspansi paru

    Gangguan pertukaran gas b.d

    ketidakefektifan perfusi ventilasi

    Perubahan nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh b.d Penurunan asupan

    oral : ketidaknyamanan mulut (mual )

    Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

    umum

    Resiko penyebaran infeksi b.d

    pertahanan primer tidak adekuat

    30/05/2016

    30/05/2016

    30/05/2016

    30/05/2016

    30/05/2016

    30/05/2016

    -

    -

    -

    01/06/2016

    -

    01/06/2016

    Ela Ameliawati

    Ela Ameliawati

    Ela Ameliawati

    Ela Ameliawati

    Ela Ameliawati

    Ela Ameliawati

    INTERVENSI KEPERAWATAN

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    62/83

    Nama Klien/ Umur : Tn.A /55 tahun No. Register : 01440049

    Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427.A

    Tanggal No.Dx

    Tujuan dan KriteriaHasil

    Rencana TindakanDan Rasional

    Paraf

    30 Mei

    2016

    1 Tujuan :

    Setelah dilakukantindakan

    keperawatan selam

    3 x 24 jam klien

    akan menunjukanjalan nafas yang

    efektif

    Kriteria hasil :

    -

    RR 16-20 x/menit- Suara nafas

    vesikuler

    - Dapat melakukantarik nafas dalam

    dan batuk efektif- Sekret berkurang

    atau tidak ada

    Mandiri :

    1. Menghitung frekuensi nafasR/: Peningkatan RR terjadi karena

    akumulasi sekret berlebih

    2. Monitor irama , kedalaman,

    penggunaan otot bantu nafas , suaranafas

    R/: Takipnea, pernapasan dangkal,adanya ronchi menunjukan akumulasi

    sekret dan gerakan dinding dada tidak

    simetris terjadi karenaketidaknyamanan gerakan dada

    3. Mengausukultasi suara paru

    R/: pada saat inspirasi dan ekspirasiterdengar suara crekles, ronchi,weezing

    menandakan adanya pengumpulansekret/cairan

    4. Ajarkan tarik nafas dalam dan batukefektif

    R/: Untuk memudahkan ekspansi paru

    dan mekanisme pembersihan jalan

    nafas5. Beri cairan 1500 ml/hari (air hangat)

    R/: cairan hangat dapat membantumemobilisasi untuk mengeluarkan

    sekretKolaborasi :

    1. Beri ambroxol 30 mg sesuai dosis

    R/: untuk membantu mengencerkan

    dahak2. Monitor hasil pemeriksaan BTA

    R /: Mengetahui kemajuan penyakit3. Lakukan nebulizer dengan mukolitik

    R/: Bekerja dengan cara memecahikatan kimia mukoprotein dan

    mukopolisakarida pada dahak sehingga

    dahak menjadi lebih encer dan tidaklengket, hal ini kemudian akanmempermudah pengeluaran dahak dari

    saluran napas

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    INTERVENSI KEPERAWATAN

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    63/83

    Nama Klien/ Umur : Tn.A /55 tahun No. Register : 01440049

    Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427.A

    Tanggal No.Dx

    Tujuan dan KriteriaHasil

    Rencana TindakanDan Rasional

    Paraf

    30 Mei

    2016

    2 Tujuan :

    Setelah dilakukantindakan

    keperawatan selam

    3 x 24 jam klien

    dapat menunjukanpola nafas yang

    efektif

    Kriteria hasil :

    -

    RR 16-20X/menit

    - Sesak nafas klien

    berkurang atautidak ada

    - Klien mampunafas dalam dan

    batuk efektif- Tidak

    menggunakan

    otot bantu

    pernafasan

    Mandiri :

    1. Catat irama pernafasan

    R/: nafas cepat menunjukan terjadinya

    hipoksia

    2. Monitor pola pernafasanR/: pola nafas menunjukan fungsi paru

    3. Beri posisi fowler atau semifowlerR/: dapat memaksimalkan ekspansi

    paru

    4.

    Anjurkan klien untuk nafas dalam danbatuk efektif

    R/: untuk meningkatkan upaya

    pernafasan

    Kolaborasi :

    1. Beri therapi oksigentambahan(nasal kanul )

    R/: untuk membantu menurunkan

    kerja nafas, dan meningkatkan

    nafas klien2. Beri Bricasma 1 ml dan D5% 50cc

    R/: untuk menghilangkan efekbronkhodilatasi

    3. Beri salbutamol 2mgR/: untuk merelaksasi otot bronkus

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    Ela

    INTERVENSI KEPERAWATAN

  • 7/25/2019 KTI Efusi Pleura e.c TB Paru Tn.a Di RSUP Fatmawati

    64/83

    Nama Klien/ Umur : Tn.A /55 tahun No. Register : 01440049

    Ruangan/No.Kamar : HCU isolasi 427.A

    Tanggal No.

    Dx

    Tujuan dan Kriteria

    Hasil

    Rencana Tindakan

    Dan Rasional

    Paraf

    30 Mei

    2016

    3 Tujuan :Setelah dilakukan

    tindakan

    keperawatan selam

    3 x 24 jamdiharapkan

    gangguanpertukaran gas

    dapat teratasi

    denganKriteria hasil :

    - Sesak

    berkurang- Pola n