22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam sebuah ilmu sudah tentu memiliki teori yang menguatkan atau menjadi acuan dalam pembahasan ilmu tersebut. Begitu pula dalam ilmu psikologi perkembangan juga terdapat teori yang menjadi pedoman dalam bidang ilmu ini. Tidak hanya satu atau dua teori saja yang ada dalam ilmu ini melainkan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai psikologi perkembangan diantaranya yaitu teori psikodinamik, teori kognitif, teori kontekstual dan lain-lain. Namun dalam makalah ini insya Allah penulis tidak hanya akan membahas tentang teori-teori psikologi perkembagan tetapi akan sedikit pula membahas bagaimana kritikan- kritikan dari para peneliti terhadap teori-teori tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kritikan terhadap teori Jean Piaget? 2. Bagaimana kritikan terhadap teori Sigmund Freud? 3. Bagaimana kritikan terhadap teori Kontekstual? C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui kritikan terhadap teori Jean Piaget

Kritik Teori Piaget, Freud, Kontekstual

Embed Size (px)

DESCRIPTION

apalah apalah

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam sebuah ilmu sudah tentu memiliki teori yang menguatkan atau menjadi acuan dalam pembahasan ilmu tersebut. Begitu pula dalam ilmu psikologi perkembangan juga terdapat teori yang menjadi pedoman dalam bidang ilmu ini. Tidak hanya satu atau dua teori saja yang ada dalam ilmu ini melainkan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai psikologi perkembangan diantaranya yaitu teori psikodinamik, teori kognitif, teori kontekstual dan lain-lain. Namun dalam makalah ini insya Allah penulis tidak hanya akan membahas tentang teori-teori psikologi perkembagan tetapi akan sedikit pula membahas bagaimana kritikan-kritikan dari para peneliti terhadap teori-teori tersebut.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana kritikan terhadap teori Jean Piaget?

2.Bagaimana kritikan terhadap teori Sigmund Freud?

3.Bagaimana kritikan terhadap teori Kontekstual?

C.Tujuan penulisan

1.Untuk mengetahui kritikan terhadap teori Jean Piaget2.Untuk mengetahui kritikan terhadap teori Sigmund Freud

3.Untuk mengetahui kritikan terhadap teori Kontekstual

BAB II

PEMBAHASANA. Kritik terhadap Teori Jean Piaget, Teori Sigmund Freud dan Teori Kontekstual

1. Teori Jean Piageta. Teori Perkembangan Anak menurut Jean Piaget

Teori Piaget adalah teori umum yang menyatukan bagaimana biologi dan pengalaman membentuk perkembangan kognitif. Piaget juga menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri, informasi tidak sekedar tertuang ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana anak- anak pada titik berbeda dalam perkembangan mental mereka memikirkan tentang dunia dan bagaimana perubahan-perubahan sistematis dalam pikiran mereka terjadi.Piaget mengembangkan beberapa konsep proses yang digunakan anak anak saat membangun pengetahuan mereka tentang dunia. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu:

1) Kecenderungan untuk adaptasi, Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kecenderungan adaptasi ini mempunyai dua komponen atau proses yang komplementer, yaitu:

a) Asimilasi, yaitu proses yang terjadi ketika anak-anak melakukan tindakan terhadap lingkungan sesuai dengan struktur pikiran yang sudah ada pada saat itu.b) Akomodasi, terjadi ketika anak anak menyesuaikan diri dengan skema mereka untuk mempertimbangkan informasi dan pengalaman baru.Asimilisai dan akomodasi termasuk dalam mekanisme perkembangan yang bersifat adaptasi kognitif. Sebagai contoh singkat tentang dua istilah ini adalah;Pada saat anak berusia 1-3 tahun (usia toddler). Orang tua mungkin pernah mengenalkan anaknya tentang sebuah istilah, yaitu mobil. Pada proses selanjutnya, seorang anak mungkin menganggap bahwa semua kendaraan yang bergerak di jalan sebagai mobil, termasuk truk dan sepeda motor; maka anak itu sudah mengasimilasi objek-objek tersebut ke dalam skemanya. Akan tetapi anak tersebut segera belajar bahwa sepeda motor dan truk bukanlah mobil dan menyelaraskan kategori untuk mengecualikan keduanya, sehingga mengakomodasi skema tersebut.2) Kecenderungan untuk organisasi, organisasi adalah pengelompokan perilaku dan pemikiran yang terisolasi ke dalam system tatanan yang lebih tinggi. Anak-anak secara kognitif mengatur dan mengorganisasikan pengalaman-pengalaman mereka secara terus menerus.Selain itu istilah-istilah terpenting dalam teori Jean Piaeget juga ada skema, disekuilibrium, ekuilibrum, dan ekuilibrasi. Skema merupakan tindakan atau representasi mental yang mengorganisasi pengetahuan. Skema perilaku (aktivitas fisik) membedakan masa bayi dan perkembangan skema mental (aktivita kognitif ) pada masa kanak-kanak. Sebuah skema bayi terstruktur oleh tindakan-tindakan sederhana yang dapat dilakukan terhadap sebuah objek, seperti mengisap, melihat dan menggenggam. Anak-anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi strategi dan rencana untuk memecahkan masalah.Sedangkan secara sederhana, disekuilibrum bisa diartikan sebagai konflik kognitif. Hal ini terjadi karena perkembangan dan pertambahan pengetahuan yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan skema yang sudah dibangun sebelumnya. Sebagai contoh; jika seorang anak yakin bahwa menuangkan air dari sebuah wadah pendek yang lebar ke dalam wadah sempit yang tinggi mengubah jumlah air, maka seorang anak mungkin ragu apakah air itu masih dengan kapasitas yang sama atau malah bertambah?. Maka, ekuilibrium adalah proses yang menghasilkan motivasi untuk sebuah perubahan kognitif sehingga menghasilkan cara berpikir yang baru (ekuilibrium).

Sedangkan ekuilibrasi adalah mekanisme ketika anak-anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran berikutnya. Sedangkan hasil dari proses ini, menurut Piaget, bahwa individu melewati empat tahap perkembangan.Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:b. Tahap Perkembangan pada Anak menurut Jean Piaget 1) Tahap Sensori- motorik (sensorimotor stage)Tahap sensoris-motorik berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan menggunakan sensoris (seperti melihat dan mendengar ) melalui gerakan dan tindakan-tindakan.

2) Tahap praoperasional (preoperational stage)Terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua Piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh. Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Seperti mereka beranggapan bahwa kapal dan bulan hanyalah benda kecil yang terbang di langit.3) Tahap operasional konkrit (concrete operational stage)Berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkrit.Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali menjadi frustrasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suatu kata dalam tulisan tertentu.

4) Tahap Operasional Formal (formal operasional stage)Yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.

Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide,berpikir tentang masa depan secara realistis.

Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.c. Kritik terhadap Teori Jean Piaget

Teori piaget mendorong dilakukannya banyak sekali penelitian, khususnya di amerika. Banyak penelitian langsung menyambung apa yang telah dilakukan piaget. Tetapi disamping itu ada hipotesis-hipotesis lain yang dijabarkan dari teori piaget dan yang sudah diteliti. Disamping itu masih ada kritik banyak terhadap teorinya. Banyak kritik ditujukan pada pendapatnya yang organisme. Menurut pendapat ini maka perkembangan kognitif berjalan melalui stadium-stadium yang mempunyai sifat universal. Perkembangan berjalan spontan dan lingkungan hanya mempunyai pengaruh menghambat atau mempengaruhi sedikit.Pendapat semacam ini mempunyai konsekuensi yang sungguh-sungguh dalam pendidikan disekolah. Penelitian terutama dimaksudkan untuk melihat kemungkinan apakah anak yang ada dalam stadium pra-operasional melalui latihan yang khusus dapat berpindah ke dalam stadium operasional konkrit. Penelitian-penelitian Smedslund, Hamel, Riksen dan Kohnstamm membuktikan bahwa memang mungkin untuk membawa anak lebih awal ke stadium operasional konkrit melalui latihan yang khusus.Tanpa meninjau data yang lebih rinci, dapat dikemukan disini bahwa tidak perlu untuk berpegang teguh pada keterangan-keterangan Piaget, juga dapat disimpulkan bahwa anak mampu untuk melakukan tugas-tugas pada tingkat operasional konkrit pada usia yang lebih muda daripada yang dikemukakan oleh piaget. Data ini menimbulkan konsekuensi-konsekuensi bagi teori Piaget. Bila hasil penelitian tadi diterima dan kita setuju akan pendapat bahwa anak dapat dipengaruhi dari luar dengan cara yang bermacam-macam, paling tidak bahwa suatu proses tertentu dapat dipercepat timbulnya.

2. Teori Sigmund Freuda.Pengertian Psikoanalisis

Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dalam pengertian modern salah satunya adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa.

b.Wilayah Pikiran ( Id, Ego, Super ego)Menurut Sigmund Freud kepribadian manusia terstruktur atas tiga sistem pokok, yaitu Id (dorongan-dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Super Ego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas. Selain ketiga sistem itu, manusia pun memiliki starata kesadaran alam sadar (the conscious), alam prasadara (the preconscious), dan alam tak sadar (the unconcious) yang juga secara dinamis berinteraksi satu sama lainnya. Teori kesadaran manusia khususnya temuan tentang alam tak sadar dianggap sebagai karya Sigmund Freud yang orisinil dan monumental. Pandangna Freud tentang jiwa manusia sering disederhanakan dan diumpamakan sebagai gunung es yang terapung disamudra. Sebagian kecil tampak dipermukaan (alam sadar), bagian terbesar tidak tampak karena ada dalam samudra (alam tak sadar), dan diantara keduanya ada bagian yang karena gerakan naik-turunnya gelombang kadang-kadang hilang terendam dibawah permukaan atau tampak muncul keatas (alam prasadar). Dengan menggunakan metode asosiasi bebas, hipnotis, analisis mimpi, analisis salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terkandung dalam alam tak sadar dapat terungkap ke alam sadar.Adapun yang terkandung di dalam individualisme adalah berbagai potensi yang terbawa sejak lahir, insting-insting, dan nafsu-nafsu primer, sumber energi psikis yang memberi daya kepada Ego dan Super Ego untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Pada Id berlaku prinsip kenikmatan : ia selalu berorientasi pada kenikmatan dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi pemuasaanya serta senantiasa menghindari hal-hal yang tak menyenangkan. Id yang berorientasi kenikmatan sepenuhnya terletak di alam tak sadar.Ego berfungsi merealisasikan kebutuhan-kebutukan Id dengan jalan memilih bentuk pemuasan kenikmatan yang benar-benar ada dan tersedia, dan caranya pun dapat diterima dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian pada sistem ego berlaku prinsip realita ego yang bertempat dalam alam sadar, tetapi sebahagian dalam alam prasadar sebagai unsur-unsur laten yang sewaktu-waktu dapat diingat kembali.Super Ego berkembang dari ego, karena ego yang dalam fungsi memenuhi secara relistis dorongan-dorongan individualisme mau tak mau harus mempertimbangkan tuntutan etis normatif lingkungan. Kontak dengan lingkungan dan norma-norma inilah yang mengembangkan super ego. Berlainan dengan id yang orientasinya kenikmatan-kenikmatan semata dan ego senantiasa berfungsi dengan dasar prinsip realitas, maka super ego menuntut kesempurnaan dan idealitas prilaku dengan ketaatan terhadap norma-norma lingkungan sebagai tolak ukur, sehingga dikatan bahwa pada super ego berlaku prinsip idealitas.Perubahan tingkah laku dari ketiga unsur kejiwaan tersebut, digerakkan dan dimotivasi oleh sebuah energi. Menurut Freud, bahwa energi yang menggerakkan tingkah laku adalah libido, menurutnya, libido merupakan bentuk energi yang dipakai oleh insting-insting hidup untuk menjalankan tugasnya. Insting hidup yang paling ditekankan oleh Freud adalah seks yang bertempat di dalam id. Insting seks bukan hanya satu tapi banyak, sebanyak kebutuhan jasmani yang membangkitkan hasrat-hasrat erotis. Dalam hubungan ini Freud tidak membedakan antara energi fisik dan psikis. Libido merupakan energi yang secara bergantian memotivasi tingkah laku lahiriah maupun batiniah manusia.

c.Kritik terhadap Teori Sigmund FreudKritik paling keras terhadap Freud paling banyak ditujukan pada konsep seksualitasnya. Dalam teori Freud, segala sesuatunya entah itu baik atau buruk, dikembalikan pada soal ekspresi nafsu seks. Akibatnya banyak orang bertanya apakah tidak ada kekuatan lain yang bekerja dalam diri manusia selain dorongan seksual. Menjelang akhir hayatnya, Freud memang menambahkan konsep insting kematian, tapi ternyata konsep ini tidak terlalu berpengaruh.Masalah ini dapat dijelaskan dengan cara melihat sabagian besar aktivitas kita yang memang dimotivasi oleh seks. Dalam kenyataan masyarakat modern, banyak sekali iklan-iklan yang menggunakan citra seksual. Film dan acara televisi tidak akan laku jika tidak dibumbui dengan seks, industri mode, pakaian, dan setiap hari kita selalu disibukkan dengan acaracari pasangan. Namun begitu, kita tetap saja merasa bahwa hidup tidak melulu berisi persoalan seks.Dalam teori Freud terlalu menitikbertatkan pada seksualitas yang tidak didasarkan pada fenomena seksualitas yang kasat mata dalam masyarakatnya. Teorinya didasarkan pada intensnya usaha mengingkari seksualitas itu sendiri, khususnya di kalangan wanita kelas atas dan menengah. Yang sering kita lupakan adalah perubahan dunia yang terjadi semenjak dua abad ini. Freud berjasa karena dia mampu melampaui sikap budaya seksual zamannya. Bahkan gurunya, Breur dan charcot, tidak mampu menyadari persoalan seksual yang sedang dihadapi klien mereka. Kesalahan Freud terjadi karena dia membuat generalisasi yang terlalu dan tidak sempat memperhitungkan soal perubahan budaya. Ironisnya, sebagian besar perubahan budaya seksual, bertitik tolak dari karya-karya freud sendiri.Salah satu konsep Freud yang juga sering dikritik adalah alam bawah sadar. Kita tidak akan mempermasalahkan bahwa alam bawah sadar memang dapat menjelaskan sebagian perilaku kita, namun soalnya adalah seperti apakah dan seberapa luaskah alam bawah sadar ini. Kalangan behavioris, humanis dan eksistensialis percaya bahwa: Dorongan-dorongan dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawah sadar ternyata lebih sedikit dari perkiraan Freud. Bahwa alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang dibayangkan Freud.Sebagian psikolog masa kini mengartikan alam sadar dengan apa pun yang tidak perlu atau tidak ingin kita lihat. Bahkan ada pula teoritikus yang tidak memakai konsep alam bawah sadar sama sekali. Namun ada satu orang teoritikus, carl Jung yang begitu memanfaatkan alam bawah sadar dalam teorinya, sehingga jasa Freud terlihat sangat besar dalam pemikirannya.

3. Teori Kontekstual

Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kultural, dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. secara garis besar terdapat dua teori perkembangan kontekstual, yaitu teori etologi dan teori ekologi.a.Teori EtologiEtologi menegaskan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai dengan periode kritis atau sensitif. Periode ini merupakan jangka waktu spesifik, yang menurut ahli etologi, ada atau tidaknya pengalaman tertentu akan memiliki dampak jangka-panjang bagi individu.Seorang ahli zoologi Eropa, Konrad Lorenzo (1903-1989) telah berjasa dalam mengangkat etologi menjadi teori yang penting. Dalam eksperimennya yang terkenal, Lorenz (1965) mempelajari perilaku dari angsa abu-abu, yang selalu mengikuti induknya sesaat setelah mereka menetas. Lorenz memisahkan telur-telur angsa ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama ia kembalikan kepada angsa untuk dierami, kelompok yang lain ditetaskan dalam sebuah inkubator. Anak-anak angsa dalam kelompok pertama berperilaku seperti yang diramalkan, mereka mengikuti induk mereka sesaat setelah mereka menetas. Namun, anak-anak angsa dalam inkubator melihat Lorenz ketika mereka menetas sehingga mengikuti Lorenz ke mana-mana, seolah-olah ia adalah induk mereka. Lorenz menandai anak-anak angsa itu kemudian menempatkan kedua kelompok itu dalam satu kotak. Induk angsa dan ibu Lorenz berdiri agak jauh ketika kotak itu diangkat. Masing-masing kelompok anak angsa langsung menuju induk-nya. Lorenz menyebut proses ini imprinting, suatu proses belajar yang cepat dan naluriah yang melibatkan kelekatan kepada objek bergerak yang pertama kali dilihat.Meskipun demikian, John Bowlby (1969, 1989) menggambarkan penerapan penting dari teori etologi dalam perkembangan manusia. Bowlby mengatakan bahwa kelekatan kepada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting bagi keseluruhan masa hidup seseorang. Dalam pendangan Bowlby, apabila kelekatan ini berlangsung secara positif dan aman maka individu akan cenderung mengembangkan masa kanak-kanak dan masa dewasa yang positif. Apabila kelekatan ini berlangsung negatif dan tidak aman maka perkembangan masa hidup akan cenderung menjadi tidak optimal. Menurut Lorenz, imprinting perlu terjadi pada waktu tertentu dan dini dalam kehidupan binatang, di luar waktu itu maka imprinting tidak akan terjadi. Periode waktu ini disebut periode kritis. Konsep yang berkaitan dengannya adalah konsep periode sensitif, contohnya adalah masa bayi yang menurut Bowlby diperlukan terjadinya kelekatan demi mendorong perkembangan optimal atas aspek hubungan sosial. b.Teori EkologiTeori ekologi dicetuskan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-2005). Dalam teori ini lebih mengedepankan faktor lingkungan daripada faktor biologis. Teori ini menekankan pentingnya dimensi mikro dan makro dari lingkungan yang menjadi tempat hidup anak. Teori ekologi Bronfenbrenner menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan. Adapun sistem lingkungan yang diidentifikasi dalam teori ini yaitu mikrositem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.1)Mikrosistem, yaitu lingkungan tempat individu hidup. Konteks ini dapat mencakup struktur dan proses yang berlangsung pada setting tatap muka individu (immediate settings), misalnya keluarga, kawan-kawan sebaya, sekolah, ruang bermain, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Dalam mikrosistem ini terjadi interaksi langsung antara individu dengan agen-agen sosial, misal interaksi seorang anak dengan orang tuanya, seorang anak yang bermain dengan kawannya di Sekolah, seorang murid dengan gurunya, dan lain sebagainya. Dalam setting ini, individu tidak dipandang sebagai seorang yang pasif namun lebih berperan dalam membangun lingkungan.2)Mesositem, yaitu konteks penghubung (mata rantai) dan proses yang berlangsung dalam dua setting atau lebih dari individu. Dengan kata lain, mesositem merupakan sistem dari mikrosistem yang terdiri dari relasi antar mikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks. Contohnya hubungan rumah dengan sekolah, pengalaman sekolah dengan keagamaan. Sebagai contoh, anak-anak yang orang tuanya menolak relasi dengan mereka akan mungkin mengalami kesulitan untuk mengembangkan relasi positif dengan guru mereka. 3)Eksositem, yaitu konteks yang berkaitan antara lingkungan sosial, prosesnya terjadi di dua setting atau lebih dan individu yang berkembang tidak berperan aktif melainkan event-event yang terjadi dapat mempengaruhi proses yang berlangsung pada immediate setting. Contohnya relasi antara rumah dengan lingkungan kerja orang tua. Misal, bagi seorang suami atau anak yang dirumah, sedangkan ibunya bekerja dan memperoleh kenaikan jabatan yang menuntutnya untuk lebih banyak bepergian, sehingga hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan konflik dengan suaminya dan mengubah pola interaksi dengan anaknya. 4) Makrosistem, adalah budaya tempat individu hidup. Konteks ini mencakup pola-pola ideologi dan organisasi institusi sosial dalam suatu budaya atau sub-budaya, dimana budaya merujuk pada pola-pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan adanya perbandingan antara budaya yang satu dengan yang lainnya memberikan informasi mengenai generalisasi perkembangan. Dalam makrositem ini mencakup ketiga konteks diatas, yakni mikrosistem, mesosistem, dan eksosistem. 5)Kronosistem, yaitu pola peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan dan kedaan-keadaan sosiohistoris. Salah satu contoh transisi adalah perceraian. Para peneliti menemukan bahwa dampak-dampak negatif dari perceraian terhadap anak-anak sering sering kali memuncak ditahun pertama setelah perceraian. Dua tahun setelahnya, interaksi keluarga mulai stabil, teratur, sudah tidak terlalu kacau. Sebagai contoh keadaan sosiohistoris, kita bisa melihat kesempatan bagi wanita untuk menjadi wanita karier yang memuncak sejak tahun 1960-an. Bronfenbrenner baru-baru ini menambahkan pengaruh biologis dalam teorinya dan dikenal dengan nama teori bioekologi. Akan tetapi, adanya pengaruh biologis tersebut tidak mengubah teori Bronfenbrenner sebelumnya, konteks ekologi dan lingkungan masih memegang perang utama dalam teori Bronfenbrenner.KESIMPULANKritik terhadap teoti Jean Piaget ditujukan pada pendapatnya yang terlalu organisme. Menurut pendapat ini maka perkembangan kognitif berjalan melalui stadium-stadium yang mempunyai sifat universal. Perkembangan berjalan spontan dan lingkungan hanya mempunyai pengaruh menghambat atau mempengaruhi sedikit. Sedangkan kritik terhadap teori Sigmund Freud paling banyak ditujukan pada konsep seksualitasnya. Dalam teori Freud, segala sesuatunya entah itu baik atau buruk, dikembalikan pada soal ekspresi nafsu seks. Salah satu konsep Freud yang juga sering dikritik juga adalah alam bawah sadar. Kita tidak akan mempermasalahkan bahwa alam bawah sadar memang dapat menjelaskan sebagian perilaku kita, namun soalnya adalah seperti apakah dan seberapa luaskah alam bawah sadar ini. Kalangan behavioris, humanis dan eksistensialis percaya bahwa: Dorongan-dorongan dan persoalan-persoalan yang dikaitkan dengan alam bawah sadar ternyata lebih sedikit dari perkiraan Freud. Bahwa alam bawah sadar ternyata tidak serumit dan sekompleks yang dibayangkan Freud.DAFTAR PUSTAKADjumhana, Hanna, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi, Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Monk, F. J, dkk, psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai Bagiannya, Yogyakarta: 1987, hlm 232-233http://septimartiana.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-psikoanalisis-sigmund.htmlhttp://taqwimislamy.com/index.php/en/20-frontpage/588-perkembangan-kognitif-anak-dalam-perspektif-islamhttp://makalahpendidikanku.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-teori-kontekstual.html HYPERLINK "http://taqwimislamy.com/index.php/en/20-frontpage/588-perkembangan-kognitif-anak-dalam-perspektif-islam" http://taqwimislamy.com/index.php/en/20-frontpage/588-perkembangan-kognitif-anak-dalam-perspektif-islam

F.J. Monk, dkk, psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai Bagiannya, Yogyakarta: 1987, hlm 232-233

HYPERLINK "http://septimartiana.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-psikoanalisis-sigmund.html" http://septimartiana.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-psikoanalisis-sigmund.html

Hanna Djumhana, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Psikologi, Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003 hlm 30

HYPERLINK "http://septimartiana.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-psikoanalisis-sigmund.html" http://septimartiana.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-psikoanalisis-sigmund.html

HYPERLINK "http://makalahpendidikanku.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-teori-kontekstual.html" http://makalahpendidikanku.blogspot.com/2014/05/makalah-tentang-teori-kontekstual.html