9
KRTIK ARSITEKTUR Tema yang dipakai: Kritik Normatif Terukur Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum- hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural. Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur. Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis. Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya. Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa : a. Ukuran batas minimum atau maksimum b. Ukuran batas rata-rata (avarage) c. Kondisi-kondisi yang dikehendaki Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif : - Batas maksimal ketinggian bangunan - Batas sempadan bangunan dan luas terbangun

Kritik Normatif Terhadap Pasar Tanah Abang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sebuah essay mengenai kritikan penulis terhadap kondisi saat ini yang terjadi di kawasan perbelanjaan Pasar Tanah Abang

Citation preview

  • KRTIK ARSITEKTUR

    Tema yang dipakai:

    Kritik Normatif Terukur

    Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil

    berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-

    hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah

    yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu

    pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan

    arsitektural.

    Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat

    mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan

    tertentu dalam studi arsitektur.

    Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang

    digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan

    terukur secara amtematis.

    Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma

    bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.

    Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

    a. Ukuran batas minimum atau maksimum

    b. Ukuran batas rata-rata (avarage)

    c. Kondisi-kondisi yang dikehendaki

    Contoh :

    Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan

    menjelaskan beberapa sandard normatif :

    - Batas maksimal ketinggian bangunan

    - Batas sempadan bangunan dan luas terbangun

  • - Batas ketinggian pagar yang diijinkan

    - Standardisasi : Pencegahan kebakaran, batas maksmal toleransi

    reflektor curtainwall logam atau kaca, penangkal petir, penggunaan air

    bersih dsb.

    Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit

    sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik

    sebagai sebuah norma

    Contoh :

    Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni

    di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui

    standardisasi harga-harga.

    Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada

    ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang

    selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.

    Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai

    berikut:

    1. Tujuan Teknis ( Technical Goals)

    2. Tujuan Fungsi ( Functional Goals)

    3. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

    T U J U A N T E K N I S

    Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara teknis

    Contoh :

    Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya. Pertimbangan yang

    perlu dilakukan adalah :

    a. Stabilitas Struktur

    - Daya tahan terhadap beban struktur

    - Daya tahan terhadap benturan

    - Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan

    - Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem

  • b. Ketahanan Permukaan Secara Fisik

    - Ketahanan permukaan

    - Daya tahan terhadap gores dan coretan

    - Daya serap dan penyempurnaan air

    c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan

    - Kebersihan dan ketahanan terhadap noda

    - Timbunan debu yang mungkin menempel

    - Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak

    - Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan

    teknis dan alami.

    T U J U A N F U N G S I O N A L

    Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus

    maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat

    digunakan untuk aktifitas tersebut.

    Pertimbangan yang diperlukan :

    - Keberlangsungan fungsi dengan baik

    - Aktifitaskhusus yang perlu dipenuhi

    - Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan

    - Kemudahan-kemudahan penggunaan,

    - Pencapaian dan sebagainya.

    Tujuan Perilaku

    Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat

    berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap

    individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas bentuk

    fisik bangunan. Behaviour Follow Form.

    Lozar (1974), Measurement Techniques Towards a Measurement Technology

    in Carson, Daniel,(ed) Man-Environment Interaction-5 Environmental Design

    Research Association, menganjurkan sistem klasifikasi ragam elemen perilaku

  • dalam tiga kategori yang relevan untuk dapat memandang kritik sebagai respon

    yang dituju :

    1. Persepsi Visual Lingkungan Fisik

    Menunjuk pada persepsi visual aspek-aspek bentuk bangunan. Bahwa

    bentuk-bentuk visual tertentu akan berimplikasi pada kategori-kategori

    penggunaan tertentu.

    2. Sikap umum terhadap aspek lingkungan fisik

    Hal ini mengarah pada persetujuan atau penolakan rasa seseorang

    terhadap berbagai ragam objek atau situasi

    Hal ini dapat dipandang sebagai dasar untuk mengevaluasi variasi

    penerimaan atau penolakan lingkungan lain terhadap keberadaan

    bangunan yang baru.

    3. Perilaku yang secara jelas dapat diobservasi secara langsung dari perilaku

    manusia.

    Dalam skala luas definisi ini berdampak pada terbentuknya pola-pola

    tertentu (pattern) seperti : Pola pergerakan, jalur-jalur sirkulasi, kelompok-

    kelompok sosial dsb.

    Dalam skala kecil menunjuk pada faktor-faktor manusia terhadap

    keberadaan furniture, mesin atau penutup permukaan.

    Teknik pengukuran dalam evaluasi perilaku melalui survey instrumen-

    instrumen tentang sikap, mekanisme simulasi, teknik interview, observasi

    instrumen, observasi langsung, observasi rangsangan sensor.

    (Disadur dari Kritik Normatif oleh Universitas Gunadarma, diakses pada Jum'at 12

    Maret 2015 pukul 19.49 WIB)

  • SEMARAK PASAR TANAH ABANG

    Pasar Tanah Abang merupakan sebuah pusat perbelanjaan (bersistem

    pasar tradisional) yang dibangun di daerah Jakarta Pusat. Pasar ini merupakan

    manifestasi sebuah kreativitas seorang arsitek keturunan Belanda bernama

    Yustinus Vinck pada tanggal 30 Agustus 1735. Yustinus melahirkan buah

    tangannya ini atas izin dari gubernur setempat yakni Gubernur Jenderal Abraham

    Patramini. Izin yang diberikan saat itu adalah pembangunan sebuah pasar yang

    berjualan barang barang tekstil dan kelontong (alat sehari hari), juga hanya

    boleh beroperasi setiap hari Sabtu. Hal ini yang menyebabkan Pasar Tanah

    Abang juga sempat dipanggil dengan nama Pasar Sabtu. Pasar ini mampu

    menyaingi Pasar Senen, yang dibangun oleh Welter Vreden, kendati Pasar Senen

    telah dibangun lebih dahulu.

    Pasar Tanah Abang semakin bertumbuh setelah dibangunnya Stasiun Tanah

    Abang. Ditempat tersebut juga dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al-

    Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar

    Tanah Abang. Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti

    dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kasus

    kebakaran, pertama tanggal 30 Desember 1978, Blok A di lantai tiga dan kedua

    menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979. Pada tahun 1975 tercatat kiosnya ada

    4.351 buah dengan 3.016 pedagang.

    Pasar Tanah Abang saat ini menjadi salah satu pusat perbelanjaan busana

    terbesar di Jakarta. Total pemasukan yang didapat dari aktivitas di dalam pasar

    ini sungguh luar biasa. Ini menjadikan pasar ini sebagai salah satu aset milik

    negara. Sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan penanganan dan penataan

    kawasan yang sesuai. Meskipun gerobak dan rumah rumah kayu, yang tadinya

    menjadi kios para pedagang, telah diganti menjadi 4 buah gedung , masing

    masing berjumlah empat lantai, namun masalah utama yang penulis lihat pada

  • kawasan ini masih belum dijamah oleh pemerintah.

    Problematika yang muncul pada daerah Pasar Tanah Abang ini adalah

    kepadatan kawasan. Pada awal dibangun, tentunya penggunaan mobil sebagai

    kendaraan pribadi belum terlalu gencar. Rakyat yang melakukan transaksi

    ekonomi kebanyakan datang menggunakan kendaraan umum seperti delman /

    andong dan becak. Beberapa menggunakan sepeda dan sisanya berjalan kaki.

    Karena hal tersebut, sirkulasi di daerah kawasan ini belum terlalu padat dan

    suasana teratur masih sangat terlihat.

    Gambar gambar di atas merupakan gambar yang memperlihatkan

    situuasi kepadatan di sepanjang jalan menuju kawasan Pasar Tanah Abang.

    Diakibatkan pada kawasan Pasar Tanah Abang terjadi penyempitan jalan (akibat

    para pedagang yang membuka stand dagangannya di tengah jalan),

    mengakibatkan arus lalu lintas yang menuju daerah tersebut tidak dapat

    melewati kawasan dengan mudah. Penyempitan jalan membuat hanya satu ruas

    tersisa yang dapat dilewati mobil dan motor. Akibatnya arus lalu lintas menjadi

    sedikit terhambat karena sistem buka tutup diberlakukan oleh Polantas setempat

    di area area masuk kawasan.

    Seharusnya pemerintah membatasi ukuran penggunaan jalan jika memang

    ingin menambah lebih banyak pemasukan di dalam kawasan ini (penggunaan

    jalan sebagai tempat berdagang membuat pemilik kios bertambah = lebah

    banyak transaksi yang terjadi = lebih banyak pemasukan untuk negara).

    Gambar 01: Situasi pada jalan menuju (kiri) dan sepanjang kawasan Pasar Tanah AbangSumber: http://meredeka.com

  • Penggunaan jalan dibatasi bukan hanya untuk mentertibkan lau lintas namun

    juga menjaga citra kawasan di mata rakyat. Misalnya dengan meyisakan space

    sebesar kurang lebih 5-6 meter untuk jalur 2 buah mobil agar bisa melewati

    kawasan (bila sedang menuju tempat lain). Dengan begitu kepadatan lalu lintas

    bisa lebih terurai dan efektifitas waktu para pengguna jalan dapat terjaga dan

    dihormati.

    Karena pada awalnya tempat ini tidak banyak dilewati kendaraan

    kendaraan besar (mobil, bus, truk, dsb), maka penulis melihat bahwa

    pemanfaatan ruang parkir untuk kendaraan pribadi seperti mobil kurang

    diperhatikan. Kawasan ini, penulis lihat, lebih berkonsentrasi dan menargetkan

    pengunjung yang datang menggunakan motor. Maka dari itu, banyak sekali

    ruang parkir yang disediakan untuk motor tersebar di seluruh kawasan. Ruang

    parkir untuk mobil hanya memanfaatkan basement (karena sudah berbentuk

    gedung) dan tanah tanah kosong di sekitar kawasan. Meskipun begitu, kualitas

    ruang parkir pun hanya sekedarnya dan terkesan tidak terawat dan terencana

    dengan benar. Banyak ruang parkir motor yang penulis kategorikan sebagai

    parkir liar.

    Terlihat pada gambar di atas, suasana pada salah satu ruang parkir motor

    di dalam kawasan Pasar Tanah Abang. Pada gambar di atas, terlihat motor -

    motor diparkir berbanjar hingga beberapa buah sebelum memulai barisan

    selanjutnya.

    Gambar 02: Ruang parkir motorSumber: http://meredeka.com

  • Dalam hal ini, penulis merasa ini adalah kasus yang fatal.

    Diagram di samping menunjukan kondisi ruang parkir

    yang sesungguhnya yang seharusnya dimiliki oleh satu

    uni motor (Disadur dari Time Savers oleh Ernest

    Neuverts). Dengan adanya ukuran ini yang disediakan

    untuk setiap unit motor, tentunya akan memudahkan

    para pengguna motor ketika parkir.

    Segala pergerakan dimulai dari memasuki ruang parkir, memarkir motor, turun dari

    motor, membereskan motor (kunci stang dsb), hingga menaiki motor kembali dan

    keluar dari ruang parkir akan dimudahkan dengan adalanya ruang parkir motor

    berukuran sesuai diagram di samping.

    Gambar di atas merupakan contoh ruang parkir motor lain yang ada di

    dalam kawasan Pasar Tanah Abang. Terlihat bahwa ruang parkir ini

    (kemungkinan) terbentuk secara tiba tiba dan tanpa perancangan. Karena

    ruang parkir ini bersifat liar maka tidak adanya sopan santu sama sekali,

    langsung mengambil space di jalan sebagai ruang parkir. Hal ini tentunya

    mengganggu kenyamanan kendaraan lainnya. Dimana seharusya mereka

    mendapat space yang cukup untuk pergerakan kendaraan mereka (cth. 4 5 m

    0,8 1 m

    2 m

    Gambar 03: Ruang parkir motor 2Sumber: http://meredeka.com

  • untuk mobil), karena adanya parkir liar mereka harus menjalankan kendaraan

    dengan hati hati agar tidak menyenggol kendaraan lain yang dapat

    mengakibatkan problematika politik yang lain yaitu bentorkan massa.

    Kesimpulan yang penulis dapat, kawasan ini masih perlu dibenahi lebih

    lanjut lagi. Tidak hanya untuk meningkatkan kenyamanan pengguna kawasan

    namun juga kenyamanan pengguna jalan yang belum tentu akan memasuki

    kawasan Pasar Tanah Abang dan berbelanja. Pembenahan dilakukan dengan

    terlebih dahulu menertibkan ruang ruang parkir untuk motor (yang merupakan

    problematika utama pada kasus ini. Penggunaan tenaga kepolisian sangat

    diperlukan karena tentunya oknum berwajib seperti kepolisian lebih memiliki hak,

    kewajiban, dan kemampuan lebih baik dalam mengatur lalu lintas di daerah

    tersebut.

    M. Dirham Okta Raizal

    I0212048