32
KRITIK ARSITEKTUR DAN TEORI PERILAKU Jenis Kritik Arsitektur 1. Kritik Normatif Kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif. Kritik normatif mempunyai dasar berupa doktrin, sistem, tipe atau ukuran tertentu. Kritik ini bergantung pada keyakinan yang digunakan sebagai pedoman baku untuk menilai rancangan bangunan atau kota. Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai. Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat

Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kritik arsitektur dan teori perilaku

Citation preview

Page 1: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

KRITIK ARSITEKTUR DAN

TEORI PERILAKU

Jenis Kritik Arsitektur

1. Kritik Normatif

Kritik ini berdasarkan pada pedoman baku normatif. Kritik normatif mempunyai

dasar berupa doktrin, sistem, tipe atau ukuran tertentu. Kritik ini bergantung pada

keyakinan yang digunakan sebagai pedoman baku untuk menilai rancangan

bangunan atau kota.

Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan

dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu

model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Dan melalui ini kualitas

dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai. Norma bisa jadi berupa

standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat

dikuantifikasikan. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum

dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan

dalam metode sebagai berikut :

a. Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)

Page 2: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

b. Sistem ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu

tujuan)

c. Tipe ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu

kategori bangunan spesifik)

d. Ukuran ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik

secara kuantitatif)

a. D O K T R I N A L

Doktrin sebagai dasar dalam pengambilan keputusan desain arsitektur yang

berangkat dari keterpesonaan dalam sejarah arsitektur.

Sejarah arsitektur dapat meliputi : nilai estetika, etika, ideologi dan seluruh

aspek budaya yang melekat dalam pandangan masyarakat.

Melalui sejarah, kita mengenal terjadinya bentuk dalam arsitektur melalui

norma yang berkembang seperti :

o Form Follow Function

o Function Follow Form

o Form Follow Culture

o Form Follow World View

o Less is More

o Less is Bore

o Big is beauty

o Buildings should be what they wants to be

o Building should express : Structure, Function, Aspiration, Construction

Methods, Regional Climate and Material

Page 3: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

o Ornament is Crime

o Ornament makes a sense of place, genius loci or extence of architecture.

Doktrin bersifat tunggal dalam titik pandangnya dan biasanya mengacu pada

satu ‘ISME’ yang dianggap paling baik untuk mengukur kualifikasi arsitektur

yang diharapkan.

Tidak etik menggunakan keberhasilan arsitektur masa lalu untuk bangunan

fungsi mutakhir

Tidak etik memperlakukan teknologi secara berbeda dari yang dilakukan

sebelumnya

Jika akan mereproduce objek yang muncul pada masa lalu untuk masa kini

harus dipandang secara total dan dengan cara pandang yang tepat

Bahwa desain arsitektur selalu mengekspresikan keputusan desain yang tepat

Secara sosial bangunan akan tercela bila ia merepresentasikan sikap

seseorang dan tidak didasarkan pada hasrat yang tumbuh dari kebutuhan

masyarakatnya

b. S I S T E M A T I K

Bagi Kritikus dan Desainer bergantung pada hanya satu doktrin sangat riskan

untuk mendukung satu keputusan desain

Menggantungkan pada hanya satu prinsip akan mudah diserang sebagai :

menyederhanakan (simplistic), tidak mencukupi (inadequate) atau kadaluarsa

(out of dated )

Page 4: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Alternatifnya adalah bahwa ada jalinan prinsip dan faktor yang dapat

dibangun sebagai satu system untuk dapat menegaskan rona bangunan dan

kota.

Systematic Criticsm dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal

untuk dihadapkan pada kompleksitas kebutuhan dan pengalaman manusia

c. T E R U K U R

Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai

macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum

matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang

lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan

alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.

Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat

mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan

tertentu dalam studi arsitektur.

Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang

digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur

secara amtematis.

Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana

bangunan diperkirakan pelaksanaannya.

Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :

a. Ukuran batas minimum atau maksimum

b. Ukuran batas rata-rata (avarage)

Page 5: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

c. Kondisi-kondisi yang dikehendaki

Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai

metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah

norma

Norma atau standard yang digunakan dalam kritik terukur bergantung pada

ukuran minimum/maksimum, rata-rata atau kondisi yang dikehendaki yang

selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.

Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai

berikut:

1. Tujuan Teknis ( Technical Goals)

Kesuksesan bangunan dipandang dari segi standardisasi ukurannya secara

teknis. Contoh : Sekolah, dievaluasi dari segi pemilihan dinding interiornya.

Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah :

a. Stabilitas Struktur

- Daya tahan terhadap beban struktur

- Daya tahan terhadap benturan

- Daya dukung terhadap beban yang melekat terhadap bahan

- Ketepatan instalasi elemen-elemen yang di luar sistem

b. Ketahanan Permukaan Secara Fisik

- Ketahanan permukaan

- Daya tahan terhadap gores dan coretan

- Daya serap dan penyempurnaan air

Page 6: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

c. Kepuasan Penampilan dan Pemeliharaan

- Kebersihan dan ketahanan terhadap noda

- Timbunan debu yang mungkin menempel

- Kemudahan dalam penggantian terhadap elemen-elemen yang rusak

- Kemudahan dalam pemeliharaan baik terhadap noda atau kerusakan

teknis dan alami.

2. Tujuan Fungsi ( Functional Goals)

Berkait pada penampilan bangunan sebagai lingkungan aktifitas yang khusus

maka ruang harus dipenuhi melalui penyediaan suatu area yang dapat

digunakan untuk aktifitas tersebut.

Pertimbangan yang diperlukan :

- Keberlangsungan fungsi dengan baik

- Khusus yang perlu dipenuhi

- Kondisi-kondisi khusus yang harus diciptakan

- Kemudahan-kemudahan penggunaan

- Pencapaian dan sebagainya.

3. Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)

Bangunan tidak saja bertujuan untuk menghasilkan lingkungan yang dapat

berfungsi dengan baik tetapi juga lebih kepada dampak bangunan terhadap

individu. Kognisi mental yang diterima oleh setiap orang terhadap kualitas

bentuk fisik bangunan.

Page 7: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

d. T I P I K A L

Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan

arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan

mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals

(keaslian inovasi).

Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam

lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam

satu typologi.

Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles,

“Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller :

Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini

problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type

standard) untuk mengurangi kompleksitas.

March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment,

Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui

tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear,

rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama.

Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan

kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan

pembangunan lingkungan fisik

E l e m e n K r i t i k T i p i k a l

Typical Criticsm didasarkan atas :

1. Struktural (Struktur)

Page 8: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan

yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.

2. Function (Fungsi)

Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas

yang sama.

3. Form (Bentuk)

Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan

memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada

bangunan lain.

Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu

dimodifikasi dan dikembangkan variasinya.

Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-

bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

2. Kritik Penafsiran

Kritik ini merupakan penafsiran dan bersifat pribadi. Kritik ini menafsirkan dengan

pandangannya sendiri dan bukan dengan pedoman-pedoman baku dari luar.

Tujuannya adalah untuk menjadikan oran lain melihat lingkungan buatan seperti

yang dilihatnya. Unsur kritik penafsiran ada 3, yaitu:

a. Kritik Pembelaan

Menafsirkan dengan menggunakan cara baru untuk memandang obyek,

biasanya dengan mengubah hiasan atau analogi yang kita gunakan untuk

mengamati obyek bangunan.

b. Kritik Evokatif

Page 9: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Mempunyai maksud menimbulkan perasaan atau emosi yang serupa dengan

yang dialami kritikan ketika mengamati bangunan atau suasana kota

c. Kritik Impresionistib

Kritikus menggunakan obyek yang diamati sebagai dasar untuk menciptakan

karya seni yang lain. Masih terdapat unsur penafsiran tetapi fokus kritikan

terletak pada penciptaan sesuatu yang baru.

3. Kritik Deskriptif

Bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, semata-mata membantu orang melihat

apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang

menyangkut sesuatu lingkungan tertentu.

Dibanding metode kritik lain descriptive criticism tampak lebih nyata(factual)

* Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan

atau kota

* Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang

sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih

memahami makna bangunan.

* Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan

melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya

* Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar

metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang

terjadi di dalamnya.

Jenis Metode Kritik Deskriptif

* Depictive Criticism (Gambaran bangunan)

Page 10: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

– Static (Secara Grafis)

* Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada

elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture).

– Dynamic (Secara Verbal)

Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat

bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat.

Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak

melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman

apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik?

– Process (Secara Prosedural)

Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada

kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti

itu.

• Biographical Criticism (Riwayat Hidup)

• Contextual Criticism ( Persitiwa)

JENIS TEORI PERILAKU1. PRIVASI

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang hidup dalam kelompok

dan mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis makhluk lain

ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu,

manusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui

kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan

hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah

mengenal dan berhubungan dengan manusia lain. Seandainya manusia itu

Page 11: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan

dengan manusia lainnya, maka jenis jiwanya akan terganggu.

Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain

disebut “gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial.

Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk

mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya,

sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem

terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang berbudaya karena

berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus apat berperan karena

didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia yaitu :

1. Menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya

2. Menyatu dengan suasana dalam sekelilingnya

Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup

menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon” , manusia itu merupakan mahluk

yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan

kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa

keluarga, dan masyarakat. Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai

sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang mengatur kehidupan

mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 12: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Manusia Sebagai Mahluk Individu

Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi,

maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk

menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu

bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,

melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia

perseorangan. Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu

bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti

pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia

yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan

sosialnya, meliankan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku

spesifik dirinya.

Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan

berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan

sesame manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena

tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut

masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri

sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan

konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat

menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya

sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.

Pertumbuhan Individu

Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses

pertumbuhan dan perkembangan lahir batin. Dalam arti bahwa individu atau

pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai cirri-ciri

khas tersendiri. Walaupun terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli,

namun diakui bahwa pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju

kearah yang lebih maju, lebih dewasa. Menurut para ahli yang menganut

Page 13: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah

proses asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian.

Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedangkan keseluruhan ada pada

kemudian. Bagian-bagian ini terikat satu sama lain menjadi keseluruhan

asosiasi. Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu

terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena

pengaruh timbal balik dari pengalaman atau empiri luar melalui pancaindera

yang menimbulkan sensations maupun pengalaman dalam mengenal

keadaan batin sendiri yang menimbulkan sensation.

Menurut aliran psikologi gestalt pertmbuhan adalah proses diferensiasi.

Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan sedang bagian-

bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam

hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Jadi menurut proses ini

keselurhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul bagian-

bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ini adalah proses

perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal suatu yang

semula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal

bagian-bagian dari lingkungan yang ada. Konsep aliran sosiologi tentang

pertumbuhan menganggap pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu

proses perubahan dari sifat mula-mula yang asosial atau juga sosial kemudian

tahap demi tahap disosialisasikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan:

1. Pendirian Nativistik. Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat

bahwa pertumbuhan itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang

dibawa sejak lahir

2. Pendirian Empiristik dan environmentalistik. Pendirian ini berlawanan

dengan pendapat nativistik, mereka menganggap bahwa pertumbuhan

individu semata-nmata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak

berperan sama sekali.

3. Pendirian konvergensi dan interaksionisme. Aliran ini berpendapat bahwa

interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan pertumbuhan

individu.

Page 14: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Dilihat pada Makna dan Nilai Privasi

Privasi dan Kontrol atas Informasi

privasi berfokus pada kontrol atas informasi tentang diri yang dipertahankan

oleh Warren dan Brandeis dan oleh William Prosser juga didukung oleh

komentator yang lebih baru termasuk Fried (1970) dan Induk (1983). Selain

itu, Alan Westin menggambarkan privasi sebagai kemampuan untuk

menentukan untuk diri kita sendiri kapan, bagaimana, dan sejauh mana

informasi tentang kami dikomunikasikan kepada orang lain (Westin, 1967).

Dia mendefinisikan privasi sebagai kondisi tidak memiliki didokumentasikan

informasi pribadi diketahui atau dimiliki oleh orang lain. Orang tua

menekankan bahwa ia mendefinisikan kondisi privasi, sebagai nilai moral bagi

orang-orang yang hadiah individualitas dan kebebasan, dan bukan atau

hukum hak moral untuk privasi. Informasi pribadi ditandai oleh Induk faktual

(selain itu akan ditutupi oleh pencemaran nama baik, fitnah atau pencemaran

nama baik), dan ini adalah fakta bahwa kebanyakan orang memilih untuk

tidak mengungkapkan tentang diri mereka sendiri, seperti fakta tentang

kesehatan, gaji, berat, orientasi seksual, dll , Personal. informasi

didokumentasikan, Orang Tua pada tampilan, hanya ketika itu adalah milik

publik catatan, yaitu, di koran pengadilan catatan, atau dokumen publik

lainnya. Jadi, setelah informasi menjadi bagian dari catatan publik, tidak ada

invasi privasi dalam rilis masa depan informasi, bahkan bertahun-tahun

kemudian atau ke khalayak luas, juga tidak mengintip atau pengawasan

mengganggu privasi jika ada informasi diperoleh didokumentasikan.

Privasi dan Martabat Manusia

Page 15: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

"kepribadian terhormat" adalah nilai sosial yang dilindungi oleh privasi. Ini

mendefinisikan's esensi satu sebagai manusia dan martabat termasuk

individu dan integritas, otonomi pribadi dan kemandirian. Menghormati nilai-

nilai ini adalah apa dasar dan menyatukan konsep privasi. Membahas masing-

masing empat Prosser jenis hak privasi pada gilirannya, Bloustein membela

pandangan bahwa setiap hak-hak privasi sangat penting karena melindungi

terhadap penyusupan merendahkan kepribadian dan melawan affronts untuk

martabat manusia. Dengan menggunakan analisis ini, secara eksplisit link

Bloustein hak privasi dalam hukum gugatan dijelaskan oleh Prosser dengan

perlindungan privasi di bawah Amandemen Keempat. Dia mendesak bahwa

kedua meninggalkan terbuka individu untuk diawasi dengan cara yang daun's

otonomi satu dan rasa diri sebagai orang yang rentan, melanggar martabat

manusia satu dan kepribadian moral. Benang konseptual umum yang

menghubungkan berbagai kasus privasi melarang penyebaran informasi

rahasia, menguping, pengawasan, dan penyadapan, untuk beberapa nama,

adalah nilai perlindungan terhadap cedera pada kebebasan individu dan

martabat manusia privasi. Invasi paling baik dipahami, dalam jumlah, sebagai

penghinaan terhadap martabat manusia.

Privasi dan Keintiman

Privasi sangat penting bagi hubungan dan ini membantu menjelaskan

mengapa ancaman terhadap privasi adalah sebuah ancaman bagi integritas

kita sebagai orang. Dengan karakteristik privasi sebagai konteks yang

diperlukan untuk cinta, persahabatan dan kepercayaan, goreng adalah

mendasarkan laporannya pada konsepsi moral bagi manusia dan kepribadian

Page 16: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

mereka, pada gagasan Kantian orang dengan hak-hak dasar dan kebutuhan

untuk mendefinisikan dan mengejar sendiri nilai-nilai yang satu gratis dari

tubrukan orang lain. Privasi memungkinkan seseorang kebebasan untuk

mendefinisikan's hubungan satu dengan yang lain dan untuk menentukan diri

sendiri.Dengan cara ini, privasi juga berhubungan erat dengan rasa hormat

dan harga diri. Keintiman tanpa gangguan atau pengamatan diperlukan bagi

kita untuk memiliki pengalaman dengan spontanitas dan tanpa malu. Inness

berpendapat bahwa keintiman didasarkan bukan pada perilaku, tetapi pada

motivasi. Inness berpendapat bahwa informasi intim atau kegiatan yang

menarik makna dari cinta, menyukai, atau perawatan. Hal ini privasi yang

melindungi kemampuan seseorang untuk menyimpan informasi intim dan

aktivitas sehingga seseorang dapat memenuhi kebutuhan salah satu

mencintai dan peduli Privasi dan Hubungan Sosial

Rachel (1975) mengakui tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan

mengapa privasi adalah penting bagi kami, karena dapat diperlukan untuk

melindungi's aktiva satu atau kepentingan, atau untuk melindungi salah satu

dari malu, atau untuk melindungi satu terhadap konsekuensi buruk dari

kebocoran informasi , untuk nama hanya beberapa. Namun demikian, ia

secara eksplisit mengkritik pandangan reduksionis's Thomson, dan mendesak

privasi yang merupakan hak khusus. Dia pada dasarnya membela pandangan

bahwa privasi diperlukan untuk mempertahankan berbagai hubungan sosial,

tidak intim yang adil.

Page 17: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

2. TERITORIAL

Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah

suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya

atau area yang senang melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari

serangan orang lain Dengan demikian menurut Altman (1975) penghuni tempat

tersebut dapat mengontrol daerahnya atau unitnya dengan benar, atau

merupakan suatu teritorial primer.

Apa perbedaan ruang personal dengan teritorialitas? Seperti pendapat

Sommer dan de War (1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun

seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara

geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.

Teritorialitas merupakan perwujudan ‘ego’ seseorang karena orang itu tidak

ingin diganggu, atau dapat dikatakan sebagai perwujudan dari privasi seseorang.

Page 18: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Jika kita amati lingkungan di sekitar kita dengan mudah, akan kita dapati

indikator teritorialitas manusia seperti papan nama, pagar batas, atau papan

pengumuman yang mencantumkan kepemilikan

Julian Edney (1974) mendefinisikan teritorialitas sebagai sesuatu yang

berkaitan dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang

eksklusif, personaliasi, dan identitas. Termasuk didalamnya dominasi, kontrol,

konflik, keamanan, gugatan akan sesuatu, dan pertahanan.

Teritori berarti wilayah atau daerah dan teritorialitas adalah wilayah yang

dianggap sudah menjadi hak seseorang.

Contoh:

1. kamar tidur seseorang adalah wilayah yang dianggap sudah menjadi hal

seseorang. Meskipun yang bersangkutan sedang tidur di sana dan ada orang

yang memasuki kamar tersebut tanpa izinnya, ia akan tersinggung rasa

teritorialitasnya dan ia akan marah.

2. misalnya bangku-bangku di kantin. Apabila ada orang yang menempati

tempat tersebut, kemudian ingin pergi sebentar untuk memesan makanan,

atau pergi ke toilet, ia akan meninggalkan sesuatu seperti buku atau tas di

atas meja, dengan harapan orang lain yang melihat ada buku atau tas disitu

diharapkan tahu bahwa bangku tersebut sudah menjadi teritorinya sehingga

tidak diduduki.

Dari uraian tersebut, teritorialitas dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah

laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau

sekelompok orang atas suatu tempat atau suatu lokais geografis. Pola tingkah

laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.

Page 19: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

KLASIFIKASI TERITORIALITAS

Tingkah laku teritorialitas manusia mempunyai dasar yang agak berbeda

dengan binatang karena teritorialitas manusia berintikan pada privasi.

Sementara itu, fungsi teritorialitas pada hewan untuk mempertahankan diri,

dorongan untuk mempertahankan hidup.

Tingkah laku teritorialitas hewan ini, antara lain membuat atau mendiami

tempat hunian, menyimpan bahan makanan di tempat tertentu, mencari atau

mengumpulkan makanan dari area tertentu, dan melindungi anak-anaknya

dari serangan makhluk lain. Dorongan yang mendasari tingkah laku teritori

pada hewan ini dinamakan naluri teritori.

Teritorialitas pada manusia mempunya fungsi yang lebih tinggi daripada

sekedar fungsi mempertahankan hidup. Pada manusia, teritorialitas ini tidak

hanya berfungsi sebagai perwujudan privasi saja, tetapi lebih jauh lagi

teritorialitas juga mempunyai fungsi sosial dan fungsi komunikasi.

Fungsi Sosial dari teritorialitas adalah misalnyatampak pada pertemuan-

pertemuan resmi ketika sudah ditentukan tempat duduk setiap orang sesuai

dengan tempat kedudukan,jabatan dan pangkat yang bersangkutan. Seorang

pegawai biasa tidak berani duduk di bangku terdepan meskipun bangku-

bangku itu kososng karena bangku-bangku itu untuk pejabat. Dengan

demikian teritorialitas juga mencerminkan lapisan sosial dalam masyarakat.

Sebagai media komunikasi, teritori juga terbagi dalam beberapa golongan,

klasifikasi teritori yang terkenal adalah klasifikasi yang dibuat Altman (1980)

yang didasarkan derajat privasi, afiliasi, dan kemungkinan pencapaian.

a. Teritori Primer

Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya

boleh dimasuki orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah

mendapat ijin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau

Page 20: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

sekelompok orang yang juga mengendalikan penggunaan teritori tersebut

secara relatif tetap, berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.

Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya.

Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya

perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan

teritori utama ini akan mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek

psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.

Contoh : ruang kerja, ruang tidur, pekarangan, wilayah negara, dan

sebagainya.

b. Teritori Sekunder

Teritori sekunder adalah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah

orang yang sudah cukup saling mengenal. Kendali pada teritori ini tidaklah

sepenting penggunaan dengan orang asing.

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh

perorangan. Teritorial ini dapat digunakan oleh orang lain yang masih di

dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada

kelompok itu. Sifat teritorial sekunder adalah semi-publik.

Contoh : sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, toilet, zona, servis, ruang kelas,

kantin kampus, ruang latihan olahraga, dan sebagainya.

c. Teritori Publik

Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Pada

prinsipnya, setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut.

Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-

aturan yang lazim di dalam masyarakat di mana teritorial umum itu berada.

Teritorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu

lama maupun singkat.

Page 21: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Contoh : taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung bioskop, ruang

kuliah, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, lobi hotel, dan ruang sidang

pengadilan yang dinyatakan terbuka untuk umum,

Kadang-kadang teritori publik dikuasai oleh kelompok tertentu dan tertutup

bagi kelompok yang lain, seperti bar yang hanya untuk orang dewasa atau

tempat-tempat hiburan yang terbuka untuk dewasa umum, kecuali anggota

ABRI, misalnya.

Berdasarkan pemakaiannya, teritorial umum dapat dibagi menjadi tiga:

Stalls, Turns, dan Use Space.

a. Stalls

Stalls merupakan suatu tempat yang dapat disewa atau dipergunakan dalam

jangka waktu tertentu, biasanya berkisar antara jangka waktu lama dan agak

lama. Contohnya adalah kamar-kamar di hotel, kamar-kamar di asrama,

ruangan kerja, lapangan tenis, sampai ke bilik.

b. Turns

Turns mirip dengan stalls, hanya berbeda dalam jangka waktu

penggunaannya saja. Turns dipakai orang dalam waktu yang singkat, misalnya

tempat antrian karcis, antrian bensin, dan sebagainya.

c. Use Space

Use Space adalah teritori yang berupa ruang yang dimulai dari titik

kedudukan seseorang ke titik kedudukan objek yang sedang diamati

seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang mengamati objek

lukisan dalam suatu pameran, maka ruang antara objek lukisan dengan orang

yang sedang mengamati tersebut adalah “Use Space” atau ruang terpakai

yang dimiliki oleh orang itu, serta tidak dapat diganggu gugat selama orang

tersebut masih mengamati lukisan tersebut.

Page 22: Kritik Arsitektur Dan Teori Perilaku

Altman (1975) juga mengemukakan dua tipe teritori lain, yaitu objek dan

ide.

Meskipun keduanya bukan berwujud tempat, diyakini juga memenuhi kriteria

teritori. Karena seperti halnya dengan tempat, orang juga menandai,

menguasai, mempertahankan dan mengontrol barang mereka, seperti buku-

buku, pakaian, motor, dan objek lain yang dianggap miliknya.

Lyman dan Scott (1967) juga membuat klasifikasi tipe teritorialitas yang

sebanding dengan klasifikasi Altman. Namun, terdapat dua tipe yang

berbeda, yaitu:

1. Teritori interaksi

Ditujukan pada suatu daerah yang secara temporer dikendalikan oleh

sekelompok orang yang berinteraksi. Misalnya, sekelompok anak yang masuk

ke dalam lapangan bola ketika sedang ada pertandingan bola oprang dewasa,

atau seorang anak kecil masuk dalam ruang kuliah yang tidak peruntukkan

baginya.

2. Teritori badan

Dibatasi oleh badan manusia. Namun, batasannya bukanlah ruang

maya, melainkan kulit manusia, artinya segala sesuatu mengenai kulit tanpa

izin dianggap gangguan.