Kriteria Penilaian Investasi-skb

Embed Size (px)

Citation preview

STUDI KELAYAKAN BISNIS KRITERIA PENILAIAN INVESTASI

OLEH KELOMPOK 7 : 1. SENDRA DWI AGUSTINA (0910532052) 2. HIMMATUL KHAIRI (0910532091) 3. GESTY (0910533124)

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

Kriteria Penilaian Investasi

I.

Tujuan Bab ini membicarakan berbagai metode yang bisa dipergunakan dalam menilai usulan

investasi atau proyek. Dengan merode-metode tersebut kita bisa menilai apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan apabila dipandang dari aspek profitabilitas komersialnya.

II.

Konsep nilai waktu uang Kalau kita tanyakan kepada seseorang mana yang lebih disukai, menerima Rp.

1.000.000 saat ini ataukah 1 tahun lagi, kita bisa menduga bahwa dia akan lebih suka menerima jumlah yang sama pada saat ini daripada nanti. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sebenarnya kita menghargai uang secara berbeda, apabila waktunya tidak sama. Dengan kata lain kita mengakui bahwa uang mempunyai nilai waktu. Seseorang tersebut menyukai menerima Rp 1.000.000,- saat ini dari pada nanti, karena kita menganggap bahwa nilai sekarang dari Rp100,00 saat ini adalah lebih besar dari pada nilai sekarang Rp100,00 pada waktu yang akan datang. Kita selalu merasa bahwa nilai mata uang mengalami

penurunan karena adanya pengaruh inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi. semakin cepat penurunan nilai mata uang. Untuk membicarakan konsep nilai waktu uang (time value of money) ini kita akan bicarakan tentang bunga majemuk dan nilai sekarang (present values).

1. BUNGA MAJEMUK Bunga majemuk, juga sering disebut sebagai bunga berbunga, menunjukkan bunga dari suatu pokok pinjaman misalnya, juga akan dikenakan bunga pada periode selanjutnya. Rumus umum

Keterangan NTn = nilai akhir pada periode ke n ( nilai terminal ) X0 = jumlah simpanan pada awal periode R = tingkay bunga n = jumlah periode

contoh : misalkan Rp.100 dibungamajemukkan dengan tingkat bunga 10% per tahun. Berapa nilainya pada akhir tahun pertama?

Jawab : = Rp. 100 ( 1 + 0,10 ) = Rp. 110 Rumus di atas merupakan rumus dasar yang berguna untuk penilaian nilai akhir pada periode ( nilai terminal ). Dari rumus tersebut kita bisa mengetahui bahwa semakin besar tingkat bunga ( r ) dan semakin lama periode ( n ) , semakin besar nilai terminalnya.

Bunga Majemuk Digandakan Lebih dari Sekali Dalam Satu Tahun Sampai sekarang kita masih beranggapan bahwa bunga dibayar setiap tahun. Meskipun demikian ada kemungkinan bahwa bunga dibayar setiap 6 bulan sekali.

Rumus umum: Keterangan : m = berapa kali bunga dibayar dalam satu tahun

Contoh : Nilai awal adalah Rp. 100, bunga dibayarkan setiap 6 bulan sekali ( bunga 10% per tahun), maka nilai terminal pada akhir 6 bulan pertama adalah

=

100 [1 = (0,10 : 0,5 )] = Rp. 105

Dan pada akhir tahun = Rp.110,25

=

Rp.100

2. Present values ( nilai sekarang )

Present value menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu di masa yang akan datang.

Rumus : A1 = PV ( 1 + k ) Keterangan A PV k contoh: harga TV satu tahun yang akan datang adalah Rp.500.000 dan tingkat bunga simpanan 15% per tahun, jika kita ingin membeli TV tersebut satu tahun kemudian, berapa uang yang harus kita tabung pada sat ini? = jumlah uang yang diinginkan = jumlah yang ditabung = tingkat bunga

Jawab:

500.000 = PV (1,15) PV = 500.000 1,15 = Rp. 434.783

Dengan demikian, Rp.434.783 merupakan nilai sekarang dari Rp. 500.000 pada satu tahun yang akan datang. Semakin lama suatu jumlah tertentu akan diterima, semakin kecil nilai sekarangnya.

Present Value apabila Tingkat Bunga Digunakan Lebih dari Sekali alam Satu Tahun apabila tingkat bunga digandakan lebih dari sekali dalam satu tahun, maka rumus present value haruslah diubah seperti halnya dalam penghitungan nilai terminal. Dengan rumus : PV =

Keterangan :

aliran

kas pada akhir tahun

Mn = berapa kali bunga digandakan dalam satu tahun k = tingkat bunga

contoh :

apabila kita akan menerima Rp.100 pada akhir tahun ke-3 dan tingkat bunga adalah 15% digandakan setiap 3 bulan, maka present valuenya adalah :

PV =

= Rp. 64,29

Internal Rate of Return atau Yield Internal rate of return atau yield untuk suatu investasi adalah tingkat bunga yang menyamakan present valeu dan aliran kas keluar dan present value dari aliran kas masuk. Secara sistematis, tingkat bunga tersebut dinyatakan sebagai r.

Dengan rumus:

=0

Keterangan :

= aliran kas pada periode t, mungkin berupa aliran kas keluar bersih ataupun aliran kas masuk bersih

n

= periode terakhir aliran kas diharapkan = jumlah aliran kas yang didiscountedkan pada akhir tahun 0 sampai tahun n.

Contoh : Misalkan suatu investasi sebesar Rp.500.000 akan memberikan kas masuk bersih sebesar Rp.250.000 setiap tahunnya, selama 3 tahun. Persoalan ini bisa dinyatakan sebagai berikut:

Rp.500.000 =

+

+

untuk membantu mempercepat perhitungan kita bisa menggunakan tabel ( karena kas masuknya selalu sama setiap tahunnya ) dengan menggunakan prosedur sebagai berikut. Kita bagi pengeluaran kas awal dengan aliran kas masuk setiap tahun yaitu Rp500.000 :

Rp.250.000 = 2. Angka 2 ini kemudian kita lihat pada tabel untuk n = 3 (karena selama 3 tahun ), dan yang paling mendekati adalah r = 33% dari r = 24%. Jadi, tingkat bunga nantinya akan berada di antara 23% dan 24%.

Tingkat bunga

Discount factor

Aliran kas tiap tahun

Present value aliran kas

23% 24%

2.0114 1.9813

250.000 250.000

502.850 495.325

Untuk menghitung tingkat bunga (r) yang tepat kita gunakan interpolasi sebagai berikut: Tingkat bunga 23% 24% Selisih 1 Present value 502.850 495.325 7.525

x 1 % = 0,38%

Jadi r = 23 % + 0,38% = 23,38% III. Metode-Metode Penilaian Investasi

Ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi: 1. Metode Average Rate of Return Mengukur berapa tingkat keuntungan rata-rata yang diperoleh dari suatu investasi. Angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan dengan total atau avarage investment. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persentase. Angka ini kemudian diperbandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Apabila lebih besar daripada tingkat keuntunagan yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan dan sebaliknya. Contoh : sebuah proyek memerlukan investasi untuk aktiva tetap sebesar Rp 800juta dan Rp 200 juta untuk modal kerja. Aktiva tetap ini ditaksir mempunyai usia ekonomis 8 tahun, tanpa nilai sisa dan disusut dengan metode garis lurus. Penghasilan dari

penjualan ditaksir sebesar Rp 1.500 juta pertahun. Biaya-biaya operasional tunai, diperkirakan per tahun sebesar Rp 1.000 juta. Tarif pajak sebesar 35%. Untuk menghitung average rate of returnnya, kita perlu hitung terlebih dahulu laba setelah pajak investasi ini. Penghasilan dari penjualan Biata-Biaya : Operasional yang tunai Penyusutan (Rp 800juta/8) Laba sebelum pajak Pajak (35%) Laba setelah pajak Rp Rp 1.000 juta Rp Rp Rp Rp 1.100 juta 400 juta 140 juta 260 juta Rp 1.500 juta

100 juta

Dengan demikian, maka rate of return pada setiap tahunnya adalah :

Karena laba setelah pajak yang diperoleh setiap tahunnya sama, maka average rate of returnnya juga sama dengan 26%. Angka 26% ini merupakanm angka yang diperoleh dari initial investment, yaitu Rp 1.000 juta.

2. Metode payback Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Karena itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu(bulan, tahun dan sebagainya) kalau periode payback ini lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak. Karena metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas, bukan laba: untuk itu kita hitung dulu aliran kas dari proyek tersebut. Aliran kas operasional per tahunnya adalah ; Rp 260 juta + Rp 100 juta = rp 360 juta, kalu kita anggap bahwa pengakuan terhadap biaya dan penghasilan tidak banyak berbeda dengan terjadinya aliran kas keluar dan masuk dari operasi ini. Terminal cash flow proyek ini adalah Rp 200 juta yang berasal dari kembalinya modal kerjapada akhir tahun ke-8. Initial cash flow proyek ini adalah Rp 1.000 juta. Dengan demikian, karena setiap tahun memperoleh Rp 360 juta. Dengan demikian,

karena setiap tahun memperoleh Rp 360 juta dari operasinya, maka dalam waktu (Rp 1.000/Rp 360) x 1 = 2,78 tahun investasi tersebut sudah bisa kembali. Problem utama dari metode ini adalah sulitnya meenentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, memang tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam praktiknya yang dipergunakan adalah payback umumnya dari perusahaan-perusahaan yang sejenis. Kelemahan-kelemahan dari metode ini adalah : 1. Diabaikannya nilai waktu uang 2. Diabaikannya aliran kas setelah peride payback.

3. Metode Net present value Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Jika nilai sekarang penerimaan-

penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarng investasi, maka proyek ini dikatakan menguntungkan sehingga diterima. Dengan contoh yang sama dengan metode sebelumnya, kita mengetahui bahwa kas masuk bersih setiap tahun adalah Rp 260juta + Rp 100juta = Rp 360 juta. Dan terminal cash flownya Rp 200 juta. Dengan demikian NPV nya adalah :

NPV =

Misalkan tingkat suku bunga yang relavan 25% NPV = 1000 + 1232,04 = 232,04 NPV positif maka proyek diterima

4. Metode Internal Rate of return Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Jika tingkat bunga ini lebig besar daripada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan

yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan merugikan. Dengan contoh yang telah ada, kita menghitung IRR sbb :

1000 =

Nilai r akan didapatkan dengan menyamakan sisi kiri dan kanan persamaan tersebut. Namun, dalam perhitungan IRR terpaksa dilakukan Trial dan Error (terutama jika aliran kasnya tidak sama dari tahun ke tahun) dan interpolasi. Jika digunakan angka 33% maka hasil di sisi kanan persamaan adalah Rp 999,99. Karena IRR proyek ini lebih besar dari tingkat keuntungan yang disyaratkan yaitu 25%, maka proyek ini dikatakan menguntungkan. 5. Metode Profitability index Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Karena PI nya lebbih besar dari 1, maka proyek dikatakan berhasil. Sebagaimana metode NPV, maka perlu dihitung terlebih dahulu tingkat bunga yang akan dipergunakan. Dengan contoh yang sama terlihat : Karena PI nya besar dari 1 maka proyek ini dikatakan menguntungkan. IV. Perbandingan Metode-Metode tersebut

Suatu proyek bisa saja dinilai menguntungkan dengan menggunakan suatu metode tetapi ternyata dinilai tidak menguntungkan dengan menggunakan metode lain. Dua metode yang pertama, yaitu average rate of return and payback, mempunyai kelemahan yang sama yaitu diabaikannya nilai waktu uang. Kalaupun metode payback tersebut di-discounted-kan masih ada kelemahan yaitu diabaikannya aliran kas setelah periode payback. Kelemahan utama dari payback sebenarnya adalah tidak ada dasar konsepsi untuk menentukan berapa payback maksimum yang diperkenankan. Untuk 3 metode terakhir yaitu NPV, IRR dan PI, ada kesamaan yakni diperhatikannya nilai waktu uang dan menggunakan dasar aliran kas. Metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan investasi maka per definisi, hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain,

kalau NPV mengatakan diterima, maka PI juga mengatakan diterima. Jika nilai sekarang penerimaan-penerimaan bersih kas si masa yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi, berarti perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas di masa mendatang dengan nilai sekarang investasi, akan lebih berarti dari satu. Pada dasarnya penggunaan metode NPV memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan PI. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan NPV akan memberikan nilai yang absolut, bukan dalam perbandingan seperti dalam PI. Dalam membandingkan antara metode NPV dan IRR untuk menilai suatu usulan investasi yang sama, maka hasil umumnya akan sama, meskipun mungkin tidak akan selalu sama. Hal ini terutama pada pola aliran kas yang tidak normal. Pada metode IRR akan menghasilkan IRR ganda dari persamaan dengan menggunakan rumus ABC, yang mana hasil IRR ganda tersebut juga tidak sama, proyek dikatakan menguntungkan dan tidak menguntungkan. Kelemahan seperti ini tidak akan dijumpai dengan metode NPV. Kalau dihadapkan pada pemilihan usulan investasi, maka antara kedua metode tersebut juga bisa memberikan keputusan yang tidak konsisten. Hal ini dapat diputuskan dengan menggunakan analisa incremental (selisih) untuk memilih proyek mana yang sebaiknya akan di ambil. Kesimpulan akhir yang didapat adalah metode yang seharusnya dipergunakan adalah NPV. V. Menilai Proyek dengan Net Present Value Berbagai variasi contoh dengan menggunakan metode Net Present Value : I. Pemilihan Aktiva Pemilihan aktiva yang dimaksud adalah pemilihan aktiva yang mempunyai nilai investasi, usia ekonomis, dan biaya operasi yang berbeda. Misalnya saja ada dua buah mesin, yaitu A dan B dimana mesin-mesin itu memiliki kapasitas yang sama, umur ekonomis yang sama, dan harga yang sama, tetapi biaya operasi B lebih mahal daripada A. Maka, secara mudah kita dapat memilih untuk mempergunakan mesin A. Tetapi masalahnya, mungkin saja harga, umur ekonomis dan biaya operasi tidak sama. Maka pemilihan mesin itu tidaklah sesederhana contoh tadi. Pada umumnya, kalau suatu memiliki harga yang mahal, maka mesin tersebut akan memiliki usia ekonomis yang lebih lama dan biaya operasi yang lebih rendah.

CONTOH : Ada dua buah mesin, yaitu A dan B. KETERANGAN Harga Umur ekonomis Biaya operasi MESIN A Rp15 juta 3 Rp4 juta MESIN B Rp10 juta 2 Rp6 juta

Karena kedua mesin memiliki kapasitas yang sama, maka pemilihan didasarkan atas biaya yang terendah. Misalkan tingkat bunga yang relevan adalah 10%. Maka present value pengeluaran masing-masing mesin selama usia ekonomisnya adalah : Biaya (dalam jutaan Rp) 0 15 10 1 4 6 2 4 6 3 4 PV pada r = 10% 24,96* 20,41*

Mesin A B

* *

Berdasarkan pada perhitungan di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai present value pengeluaran untuk membeli mesin B lebih kecil dibandingkan dengan mesin A, sehingga membeli mesin B lebih menguntungkan. Namun sebenarnya, kedua angka ini tidak bisa diperbandingkan karena menggunakan dimensi waktu yang berbeda. Kalau kita membeli mesin B, maka pada tahun ke 3 kita harus membeli mesin baru pengganti karena mesin lama sudah habis umur ekonomisnya (yang artinya ada tambahan pengeluaran lagi). Sebaliknya, kalau kita membeli mesin A, maka kita belum perlu membeli lagi pada tahun ke 3. Untuk itulah analisa perlu didasarkan atas dimensi waktu yang sama yang disebut sebagai common horizon approach. Waktu yang sama yang dipilih adalah 6 tahun , karena pada waktu 6 tahun, mesin A berganti 2 kali dan mesin B berganti 3 kali. Pada akhir tahun ke 6, umur ekonomis

kedua mesin berakhir. Maka pola pengeluaran kas selama 6 tahun akan tampak sebagai berikut : Biaya (dalam jutaan Rp) 0 15 10 1 4 6 2 4 16 3 19 6 4 4 16 5 4 6 6 4 6 PV pada r = 10% 43,7* 51,22*

Mesin A B *

*

Jika menggunakan common horizon, ternyata mesin A lebih menguntungkan daripada mesin B. Present value pengeluaran mesin A lebih kecil dibandingkan dengan mesin B. Pendekatan common horizon memiliki kelemahan, yaitu dalam penghitungan common horizonnya. Misalnya saja dua aktiva tersebut memiliki umur ekonomis masing-masingnya 11 dan 9 tahun, maka common horizonnya akan menjadi 99 tahun. Untuk menyelesaikan perhitungannya tentu membutuhkan waktu yang lama. Untuk itu, digunakan alternative lain, yaitu dengan menggunakan pendekatan equivalent cost. Pendekatan yang digunakan prinsipnya adalah pengeluaran sebesar 15 juta pada tahun 0, 4 juta pada tahun ke-1, dan 4 juta pada tahun ke-2 dan ke-3 yang mempunyaai nilai sekarang (r = 10%) sebesar Rp24,95 juta, ekuivalen dengan pengeluaran sebesar berapa selama 3 tahun, mulai tahun ke-1? Equivalent cost: o Mesin A :

Artinya : pemilihan mesin A ekuivalen dengan pengeluara setiap tahun sebesar 10,03 juta mulai tahun pertama. o Mesin B

Artinya : pemilihan mesin B ekuivalen dengan pengeluara setiap tahun sebesar 11,76 juta mulai tahun pertama. Kesimpulan : karena equivalent cost mesin A lebih kecil, maka mesin A-lah yang dipilih. Dan ini sesuai dengan common horizon approach. II. Penggantian Aktiva a. Kedua aktiva mempunyai usia ekonomis yang sama. Contoh : misalkan suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru yang lebih efisien. Nilai buku mesin lama adalah Rp80 juta dan masih bisa dipergunakan 4 tahun lagi tanpa nilai sisa, anggap perusahaan memakai penyusutan dengan metoda garis lurus. Kalau mesin baru dipakai, perusahaan menghemat biaya operasi tunai per tahun sebesar Rp25 juta dan umur ekonomisnya 4 tahun. Misalkan mesin lama kalau dijual saat ini masih laku Rp80 juta dan harga mesin baru Rp120 juta. Tarif pajak yang dikenakan, baik untuk laba operasional maupun untuk capital gains, sebesar 30%. Karena harga jual mesin lama tidak dapat menutupi seluruh harga mesin baru. Maka dibutuhkan tambahan investasi sebesar Rp120 juta Rp80 juta = Rp40 juta.

Taksiran aliran kasnya per tahun : (menggunakan taksiran selisih/incremental) Tambahan keuntungan karena penghematan biaya operasional Tambahan penyusutan : mesin baru (120 : 4) mesin lama (80 : 4) Tambahan laba sebelum pajak Tambahan pajak (30% x 15) Rp30 juta Rp20 juta Rp10 juta Rp15 juta Rp4,5 jutaRp25 juta

Tambahan laba setelah pajak juta Tambahan kas masuk bersih : Rp10,5 juta + Rp10 juta = Rp20,5 juta

Rp10,5

Maka NPV proyek penggantian aktiva tersebut :

Karena itu, proyek tersebut dikatakan menguntungkan.

b. Kedua aktiva mempunyai umur ekonomis yang tidak sama Contoh : sama dengan contoh di atas. Tapi mesin baru memiliki umur ekonomis 6 tahun, bukan 4 tahun. Alasan logisnya karena mesin baru umumnya akan mempunyai umur ekonomis yang lebih lama. Dalam hal ini, harus digunakan dimensi waktu yang sama, yaitu 4 tahun (sesuai dengan umur ekonomis mesin lama), dan sisa umur ekonomis mesin baru dianggap sebagai nilai sisa, yang merupakan terminal cash flow. Tambahan investasi sebesar Rp120 juta Rp80 juta = Rp40 juta. Taksiran aliran kasnya per tahun : (menggunakan taksiran selisih/incremental) Tambahan keuntungan karena penghematan biaya operasional Tambahan penyusutan : mesin baru (120 : 6) mesin lama (80 : 4) Tambahan laba sebelum pajak Tambahan pajak (30% x 25) Tambahan laba setelah pajak juta Tambahan kas masuk bersih : Rp17,5 juta + Rp0 juta = Rp17,5 juta Rp20 juta Rp20 juta Rp0 juta Rp25 juta Rp7,5 jutaRp17,5 Rp25 juta

Waktu yang sama = 4 tahun. Setelah 4 tahun, mesin baru tersebut memiliki nilai sisa sebesar 2 x Rp20 juta = Rp40 juta. Maka NPV proyek penggantian aktiva tersebut :

Karena positif, maka proyek diterima.

Dengan demikian, kunci dalam menghitung NPV suatu proyek adalah dengan : i. ii. Menaksir aliran kas Menentukan tingkat bunga yang layak

III. Pengaruh Inflasi Dalam penilaian profitabilitas suatu investasi, perlu dipertimbangkan pengaruh dari inflasi. Pengaruh inflasi ini memiliki pengaruh pada dua sisi, yaitu : 1. Pada taksiran aliran kas Kadang-kadang dalam menaksir aliran kas, kita lupa memasukkan faktor inflasi kedalam perhitungan. Misalnya : Harga jual yang digunakan selalu sama sepanjang usia proyek. Demikian juga dengan biaya-biaya yang kita anggap selalu konstan selama usia proyek. Hal tersebut sebenanya tidak tepat karena adanya pengaruh inflasi yang membuat taksiran aliran kas juga ikut berubah. 2. Pada tingkat bunga yang dipakai untuk menghitung NPV. Karena tingkat bunga ini merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan, maka kalau tingkat inflasi semakin tinggi, maka tingkat bunga juga akan semakin tinggi. Kalau kita memasukkan pengaruh inflasi pada tingkat bunga yaitu menjadi lebih tinggi, maka pengaruh inflasi itu juga perlu dimasukkan pada aliran kas. Sehingga akibat adanya pengaruh inflasi harus dilakukan pada kedua faktor tersebut, yaitu tingkat bunga dan juga aliran kas.

CONTOH KASUS SECARA MENYELURUH :y Kebutuhan Investasi Aktiva Tetap Jumlah (Rp.000) 20,000,000 5,000,000 2,500,000 444,900 10,000,000 1,706,511 39,651,411

Jenis Aktiva Tanah Bangunan dan Infrastruktur Mesin dan Peralatan lainnya Inventaris Kantor Kendaraan dan alat angkut Biaya praoperasi Jumlah

y

Kebutuhan Investasi Modal Kerja Tahun 1 Awal

Kapasitas Produksi 3,000 80% Jika BB dipesan sehg datang butuh waktu 7 hari dan diolah sampai siap juga 7 hari Input Periode (bulan) Bahan Mentah - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang Tenaga Kerja - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP tetap 0.133 3 1 200 200 200 600 49 49 49 49 1,307 29,400 29,400 60,107 340,751 0.133 3 1 200 200 200 600 60 60 60 60 1,587 35,700 35,700 72,987 0.2333 0.2333 3 1 200 200 200 600 1,542 1,542 1,542 1,542 71,952 71,952 925,100 925,100 1,994,105 Volume Harga/ satuan BB BDP Brg. Jadi Piutang Total

(Dalam Rp 000)

B. Angkut Ekspor B. Penjualan dan ADM tetap Persediaan berjaga-jaga

600

556

333,600 222,226 308,367

Kebutuhan Modal Kerja

71,952

990,200

3,332,142

y

Kebutuhan Investasi Modal Kerja Tahun 1 Awal

3,000 Kapasitas Produksi 85% Jika BB dipesan sehg datang butuh waktu 7 hari dan diolah sampai siap juga 7 hari Input Periode (bulan) Bahan Mentah - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang Tenaga Kerja - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP tetap 0.133 3 1 213 213 213 638 49 49 49 49 1,388 31,238 31,238 63,863 340,751 0.133 3 1 213 213 213 638 60 60 60 60 1,686 37,931 37,931 77,548 0.2333 0.2333 3 1 213 213 213 638 1,542 1,542 1,542 1,542 76,449 76,449 982,919 982,919 2,118,737 Volume Harga/ satuan BB BDP Brg. Jadi Piutang Total

(Dalam Rp 000)

B. Angkut Ekspor B. Penjualan dan ADM tetap Persediaan berjaga-jaga

638

556

354,450 222,226 327,640

Kebutuhan Modal Kerja

76,449

1,052,088

3,505,215 173,073

y

Kebutuhan Modal Kerja Tahun 3 awal 3,000 90% Brg. Jadi Piutang (Dalam Rp 000)

Kapasitas Produksi

Input Bahan Mentah - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang Tenaga Kerja - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP tetap

Periode (bulan)

Volume

Harga/ satuan

BB

BDP

Total

0.2333 0.2333 3 1

225 225 225 675

1,542 1,542 1,542 1,542

80,946 80,946 1,040,738 1,040,738 2,243,368

0.133 3 1

225 225 225 675

60 60 60 60

1,800 40,500 40,500 82,800

0.133 3 1

225 225 225 675

49 49 49 49

1,470 33,075 33,075 67,620 340,751

B. Angkut Ekspor B. Penjualan dan ADM tetap Persediaan berjaga-jaga

675

556

375,300 222,226 346,913

Kebutuhan Modal Kerja

80,946

1,114,313

3,678,977 173,763

y

Kebutuhan Modal Kerja Tahun 4 awal 3,000 95% Brg. Jadi Piutang (Dalam Rp 000)

Kapasitas Produksi

Input Bahan Mentah - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang Tenaga Kerja - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP tetap

Periode (bulan)

Volume

Harga/ satuan

BB

BDP

Total

0.2333 0.2333 3 1

238 238 238 713

1,542 1,542 1,542 1,542

85,443 85,443 1,098,557 1,098,557 2,368,000

0.133 3 1

238 238 238 713

60 60 60 60

1,900 42,750 42,750 87,400

0.133 3 1

238 238 238 713

49 49 49 49

1,552 34,913 34,913 71,377 340,751

B. Angkut Ekspor B. Penjualan dan ADM tetap Persediaan berjaga-jaga

713

556

396,150 222,226 366,186

Kebutuhan Modal Kerja

85,443

1,176,219

3,852,089 173,111

y

Kebutuhan Modal Kerja Tahun 5 Awal 3,000 100% Brg. Jadi Piutang (Dalam Rp 000)

Kapasitas Produksi

Input Bahan Mentah - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang Tenaga Kerja - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP - Perd BB - BDP - Brg Jadi - Piutang BOP tetap

Periode (bulan)

Volume

Harga/ satuan

BB

BDP

Total

0.2333 0.2333 3 1

250 250 250 750

1,542 1,542 1,542 1,542

89,940 89,940 1,156,375 1,156,375 2,492,631

0.133 3 1

250 250 250 750

60 60 60 60

2,000 45,000 45,000 92,000

0.133 3 1

250 250 250 750

49 49 49 49

1,633 36,750 36,750 75,133 340,751

B. Angkut Ekspor B. Penjualan dan ADM tetap Persediaan berjaga-jaga

750

556

417,000 222,226 385,458

Kebutuhan Modal Kerja

89,940

1,238,125

4,025,200 173,111

65% y Kebutuhan Investasi dan Pendanaan Jenis Investasi Sumber Dana Dana Sendiri Pinjaman Inv. Aktiva Tetap Inv. Modal Kerja Jumlah y 13,877,994 1,166,250 15,044,243 Rencana Angsuran Kredit Tahun Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 3,352,717 3,755,043 4,205,648 3,543,638 2,802,187 1,971,762 1,041,686 5,516,750 6,178,760 6,920,211 7,750,636 8,680,713 Bunga 25,773,417 2,165,892 27,939,309 12.00% Angsuran

Jumlah

39,651,411 3,332,142 42,983,553 3.6048 Pembayaran Saldo Akhir 27,939,309 31,292,026.39 35,047,069.56 9,722,398 9,722,398 9,722,398 9,722,398 9,722,398 29,530,320 23,351,560 16,431,349 8,680,713 0

y Proyeksi Laba Rugi Kapasitas Produksi Keterangan Kapasitas Produksi Terpakai Volume Ekspor Harga Jual/mton Harga Bahan Baku/mton Biaya Tenaga Kerja/mton BOP Variabel/mton Biaya Angkut/mton BOP Tetap/thn B. Adm/thn B. Penyusutan dan Amort/thn 1,363,004 666,677 1,985,491

3000 Tahun 1 80% 2,400 6,500 1,542 75 60 575 575 1,363,004 666,677 1,985,491 Tahun 2 85% 2,550 6,500 1,542 75 60 575 1,363,004 666,677 1,985,491 Tahun 3 90% 2,700 6,500 1,542 75 60 575 1,363,004 666,677 1,985,491 Tahun 4 95% 2,850 6,500 1,542 75 60 575 1,363,004 666,677 1,985,491 Tahun 5 100% 3,000 6,500 1,542 75 60

Penjualan Harga Pokok Penjualan - Biaya bahan baku - Biaya tenaga kerja - BOP variabel - BOP Tetap Jumlah Laba kotor Biaya Usaha - Biaya Angkut Ekspor - B. Adm dan Penjualan - B. Penyusutan dan Amortisasi Jumlah Laba Usaha Bunga Bank 12% Laba Sebelum Pajak PPh Badan Laba Bersih

15,600,000

16,575,000

17,550,000

18,525,000

19,500,000

3,700,800 180,000 144,000 1,363,004 5,387,804 10,212,196

3,932,100 191,250 153,000 1,363,004 5,639,354 10,935,646

4,163,400 202,500 162,000 1,363,004 5,890,904 11,659,096

4,394,700 213,750 171,000 1,363,004 6,142,454 12,382,546

4,626,000 225,000 180,000 1,363,004 6,394,004 13,105,996

1,380,000 666,677 1,985,491 4,032,168 6,180,028 4,205,648 1,974,380 492,595 1,481,785

1,466,250 666,677 1,985,491 4,118,418 6,817,228 3,543,638 3,273,590 327,359 2,946,231

1,552,500 666,677 1,985,491 4,204,668 7,454,428 2,802,187 4,652,241 465,224 4,187,017

1,638,750 666,677 1,985,491 4,290,918 8,091,628 1,971,762 6,119,866 611,987 5,507,880

1,725,000 666,677 1,985,491 4,377,168 8,728,828 1,041,686 7,687,142 768,714 6,918,428

Jika Tidak Ada Pinjaman Bank Laba Usaha PPh Badan Laba Bersih Perbedaan PPh 6,180,028 618,003 5,562,025 (125,408) 6,817,228 681,723 6,135,505 7,454,428 745,443 6,708,985 8,091,628 809,163 7,282,465 8,728,828 872,883 7,855,945

y

Proyeksi Aliran Kas Operasional

Keterangan Laba Bersih Penyusutan dan Amortisasi Biaya Bunga Jumlah Analisis Kelayakan Proyek

Tahun 1 1,481,785 1,985,491 3,785,084 7,252,359

Tahun 2 2,946,231 1,985,491 3,189,275 8,120,996

Tahun 3 4,187,017 1,985,491 2,521,968 8,694,476

Tahun 4 5,507,880 1,985,491 1,774,586 9,267,956

Tahun 5 6,918,428 1,985,491 937,517 9,841,436

y

Keterangan Aliran Kas Masuk - Modal Sendiri - Pinjaman Bank - Aliran Kas Operasi - Nilai Sisa: Aktiva Tetap - Nilai Sisa: Modal Kerja Jumlah Aliran Kas Keluar - Investasi Aktiva Tetap - Investasi Modal Kerja Jumlah Aliran Kas Bersih Present Value

Tahun 0

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

15,044,243 27,939,309 7,252,359 8,120,996 8,694,476 9,267,956 9,841,436 29,723,956 4,025,200 42,983,553 7,252,359 8,120,996 8,694,476 9,267,956 43,590,592

39,651,411 3,332,142 42,983,553 12% 22.40% 173,073 173,073 7,079,286 0.893 0.817 173,763 173,763 7,947,233 0.797 0.667 173,111 173,111 8,521,365 0.712 0.545 173,111 173,111 9,094,845 0.636 0.446 43,590,592 0.567 0.364

1. Payback Period 2. Average Rate of Return

3. Net Present Value a. Tingkat bunga = 12%

b. Tingkat bunga = 22,4%

4. Profitability Index

5. IRR