12
Copyright ©2019; REDOMINATE | 37 Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Kelompok B melalui Permainan Congklak Eny Suprihatin 1 , Merci Padaela 2 1, 2 Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Terpadu PESAT Salatiga 1 [email protected], 2 [email protected] Abstract Play and games are an inseparable part of the learning process to develop early childhood skills. Knowledge of arithmetic can be delivered to early childhood, ages 5-6 years, by playing a game. The game is a game of congklak. Congklak is a traditional game that has the benefit of stimulating fine motor skills, and training the child's concentration. Research on Teacher Creativity in Improving Counting Ability of Group B Through the Congklak Game in the Integrated Mahanaim Christian Kindergarten, using the Classroom Action Research methodology. The research model used is the Kurt Lewin model. Four stages are carried out: planning, implementing, observing and reflecting. From the four cycles carried out the results are: of the 20 subjects studied the average achievement value was 6.6. 15 children in the high achievement category, 2 children in the moderate category, and 3 children in the low achievement category. Based on initial observations, it was concluded that there was a significant increase in numeracy skills. Keywords: Congklak games; early age; numeracy skills; teacher creativity Abstrak Bermain dan permainan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran untuk menumbuh kembangkan keterampilan anak usia dini. Pengetahuan berhitung dapat disampaikan kepada anak usia dini, usia 5-6 tahun, dengan memainkan suatu permainan. Permainan yang dimaksud adalah permainan congklak. Congklak merupakan permainan tradisional yang memiliki manfaat menstimulasi kemampuan motorik halus, dan melatih daya kosentrasi anak. Penelitian tentang Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Kelompok B Melalui Permainan Congklak di TK Kristen Mahanaim Terpadu, menggunakan metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Model PTK menurut Kurt Lewin. Empat tahapan yang dijalankan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dari empat siklus yang dilaksanakan hasilnya adalah: dari 20 subjek yang diteliti rata-rata nilai pencapaian adalah 6,6. 15 anak masuk kategori pencapaian tinggi, 2 anak masuk kategori cukup, dan 3 anak masuk kategori pencapaian kurang. Berdasar observasi awal maka disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung yang signifikan. Kata kunci: kemampuan berhitung; kreativitas guru; permainan congklak; usia dini PENDAHULUAN Usia dini identik dengaacn bermain dan permainan. Cara anak usia dini belajar adalah dengan bermain. Bermain merupakan sarana penting perkembangan anak karena dalam bermain anak dapat memuaskan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup bermasyarakat (Novi Mulyani: 2016). Vol 1, No 1, Desember 2019 (37-48) Available at: http://sttkerussoindonesia.ac.id/e-journal/index.php/redominate

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Copyright ©2019; REDOMINATE | 37

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Kelompok B melalui Permainan Congklak

Eny Suprihatin

1, Merci Padaela

2

1, 2 Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Terpadu PESAT Salatiga

[email protected],

[email protected]

Abstract

Play and games are an inseparable part of the learning process to develop early childhood skills.

Knowledge of arithmetic can be delivered to early childhood, ages 5-6 years, by playing a game.

The game is a game of congklak. Congklak is a traditional game that has the benefit of stimulating

fine motor skills, and training the child's concentration. Research on Teacher Creativity in

Improving Counting Ability of Group B Through the Congklak Game in the Integrated Mahanaim

Christian Kindergarten, using the Classroom Action Research methodology. The research model

used is the Kurt Lewin model. Four stages are carried out: planning, implementing, observing and

reflecting. From the four cycles carried out the results are: of the 20 subjects studied the average

achievement value was 6.6. 15 children in the high achievement category, 2 children in the moderate

category, and 3 children in the low achievement category. Based on initial observations, it was

concluded that there was a significant increase in numeracy skills.

Keywords: Congklak games; early age; numeracy skills; teacher creativity

Abstrak

Bermain dan permainan merupakan bagian tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran untuk

menumbuh kembangkan keterampilan anak usia dini. Pengetahuan berhitung dapat disampaikan

kepada anak usia dini, usia 5-6 tahun, dengan memainkan suatu permainan. Permainan yang

dimaksud adalah permainan congklak. Congklak merupakan permainan tradisional yang memiliki

manfaat menstimulasi kemampuan motorik halus, dan melatih daya kosentrasi anak. Penelitian

tentang Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Kelompok B Melalui

Permainan Congklak di TK Kristen Mahanaim Terpadu, menggunakan metodologi Penelitian

Tindakan Kelas. Model PTK menurut Kurt Lewin. Empat tahapan yang dijalankan: perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dari empat siklus yang dilaksanakan hasilnya adalah: dari 20

subjek yang diteliti rata-rata nilai pencapaian adalah 6,6. 15 anak masuk kategori pencapaian tinggi,

2 anak masuk kategori cukup, dan 3 anak masuk kategori pencapaian kurang. Berdasar observasi

awal maka disimpulkan ada peningkatan kemampuan berhitung yang signifikan.

Kata kunci: kemampuan berhitung; kreativitas guru; permainan congklak; usia dini

PENDAHULUAN

Usia dini identik dengaacn bermain dan permainan. Cara anak usia dini belajar adalah

dengan bermain. Bermain merupakan sarana penting perkembangan anak karena dalam

bermain anak dapat memuaskan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif,

kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup bermasyarakat (Novi Mulyani: 2016).

Vol 1, No 1, Desember 2019 (37-48) Available at: http://sttkerussoindonesia.ac.id/e-journal/index.php/redominate

Page 2: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela

Copyright ©2019; REDOMINATE | 38

Parten seperti dikutip Mulyani mengatakan, “kegiatan bermain juga dapat membuat anak

melupakan sesuatu yang membosankan dan mendorong anak bereksplorasi, bereksperimen,

berinisiatif serta berkreasi (Mulyani:2016).”

Pengetahuan berhitung dapat disampaikan kepada anak usia dini, dalam hal ini usia 5-6

tahun, dengan memainkan suatu permainan. Permainan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah permainan congklak. Congklak adalah salah satu permainan tradisional atau

permainan rakyat yang memiliki manfaat menstimulasi kemampuan motorik halus, dan

melatih daya kosentrasi anak. Congklak permainan yang mengasyikkan, bahan

permainannya dapat dengan mudah didapat di lingkungan sekitar. Dapat mengasah

kecerdasan logika matematika serta mempermudah anak meningkatkan kemampuan

berhitung. Dari segi perkembangan kognitif, anak usia 5-6 tahun masuk fase praoperasional.

Anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak

hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan

melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Jadi, anak sudah dapat berpikir menggunakan

simbol-simbol melalui bermain.

Dalam pendidikan formal untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak tidak lepas

peran seorang guru. Guru adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan

ilmu pengetahuan (Syafrudin Nurdin: 2005). Guru sebagai pendidik dapat membantu

mengembangkan potensi atau kemampuan anak secara optimal. Oleh karena itu dibutuhkan

guru yang kreatif. Guru kreatif adalah guru yang mampu mengajar dan membimbing anak

dengan berbagai cara dan metode serta kreativitas.

Ada beberapa alasan Taman Kanak-Kanak Kristen Mahanaim Terpadu dijadikan tempat

penelitian. Pertama, masih banyak anak yang belum bisa berhitung. Kedua, ada anak bisa

berhitung tetapi belum berurutan. Ketiga, guru monoton dalam mengajar dan berfokus pada

papan tulis, jarang menggunakan alat peraga dalam mengajarkan pelajaran berhitung

sehingga membuat bosan. Keempat, tuntutan orang tua anak harus bisa berhitung. Dari

beberapa fakta yang ada peneliti mengupayakan kreasi dalam mengajar berhitung dengan

memanfaatkan permainan congklak.

Permasalahan dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: bagaimana tingkat

kemampuan berhitung anak TK kelompok B? Bagaimana kreativitas guru dalam

menerapkan permainan congklak untuk menaikkan kemampuan berhitung anak? bagaimana

hasil kreativitas guru menerapkan permainan congklak sebagai upaya menaikkan

kemampuan berhitung anak kelompok B di TK Kristen Mahanaim Terpadu? Tujuan

penelitian ini adalah: pertama, mendeskripsikan tingkat kemampuan berhitung anak

kelompok B. Kedua, mendeskripsikan kreativitas guru dalam menerapkan permainan

congklak untuk menaikkan kemampuan berhitung anak. Ketiga, mendeskripsikan hasil

kreativitas guru menerapkan permainan congklak sebagai upaya menaikkan kemampuan

berhitung anak kelompok B di TK Kristen Mahanaim Terpadu.

KAJIAN PUSTAKA

Hal-hal yang akan menjadi bahasan dalam tinjauan teori sebagai dasar penelitian ini adalah:

kemampuan berhitung, kreativitas guru, dan permainan congklak. Kemampuan berhitung

Page 3: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)

Copyright ©2019; REDOMINATE | 39

merupakan frasa atau kelompok kata yang terdiri atas kata kemampuan dan berhitung.

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kecakapan, kekuatan berusaha dengan

diri sendiri, kekayaan karena sudah memadai.1 Berhitung berasal dari kata hitung yang

berarti mengerjakan hitungan yang meliputi: menjumlahkan, mengurangi, mengalikan,

membagi, memperbanyak, dan sebagainya.2 Kesimpulan dari kemampuan berhitung secara

pengertian frasa adalah sebuah kecakapan atau kekuatan yang diperoleh dengan usaha

sendiri dalam mengerjakan kegiatan hitungan. Kemampuan berhitung yang dimaksud adalah

kemampuan berhitung pada kelompok B TK Kristen Mahanaim Terpadu, Desa Buo,

Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.

Menurut Sumadi Suryabrata, kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan

individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitik beratkan pada latihan dan

performance atau apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan

tertentu.3 Kemampuan dibutuhkan oleh semua orang. Tanpa kemampuan seseorang tidak

akan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan sesuatu. Masih menurut Sumadi

yang dikutip dari pendapat Woodworth dan Marquis definisi ability (kemampuan) ada tiga

arti. Pertama, Achievement. Merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan

alat atau test tertentu. Kedua, Capacity merupakan potensial ability yang dapat diukur secara

tidak langsung melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan

berkembang dengan perpaduan dasar dan training (pelatihan) yang intensif dan pengalaman.

Ketiga, Atitude. Kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang

sengaja dibuat untuk hal tersebut.4 Kesimpulan tentang kemampuan menurut semua definisi

di atas adalah kapasitas seseorang yang dapat diukur dan ditingkatkan dengan pelatihan,

pengalaman dan tes khusus yang sengaja dibuat untuk mengukurnya.

Mengenai berhitung dapat dijabarkan sebagai berikut: berhitung merupakan bagian dari

komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan. Berhitung sangat dekat dengan

kehidupan sehari-hari anak. Abdurrahman mengutip pendapat Dali S.Naga, mengatakan:

berhitung atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-

hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian.5 Sementara menurut pendapat Sriningsih yang dikutip Marsudi

Raharjo berkaitan dengan kegiatan berhitung. Dikatakan bahwa, kegiatan berhitung anak

usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta.

Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret.

Pada usia empat tahun anak dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh sedangkan

usia lima sampai enam tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.6

Dapat

disimpulkan bahwa berhitung merupakan hal yang berhubungan dengan matematika.

1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: 2003), hal.311.

2 Ibid., hal 405.

3Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:1998), hal 160.

4 Ibid.

5Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: 2003), hal. 253.

6 Marsudi Raharjo, Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah di SD

(Jakarta: 2009), hal. 52.

Page 4: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela

Copyright ©2019; REDOMINATE | 40

Kemampuan berhitung adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk dikembangkan

dalam hal berhitung.

Mengingat pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka perlu diajarkan sejak

dini. Dengan metode yang tepat dan sesuai tugas perkembangan peserta didik. Secara

sederhana, mudah dimengerti, dilakukan dalam suasana kondusif dan menyenangkan, maka

otak akan terlatih, terus berkembang sehingga peserta didik dapat menguasai dan bahkan

menyenangi matematika.7

Kajian tentang permainan Congklak. Berikut akan diterangkan hal-hal yang berkaitan

dengan media permainan yang dipakai dalam upaya peningkatan kemampuan berhitung anak

yaitu Congklak. Bermain dan permainan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

proses pembelajaran untuk menumbuh kembangkan keterampilan anak usia dini. Bagi anak

usia dini bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial, tidak bisa digantikan

oleh kegiatan atau aktivitas lain karena merupakan kebutuhan paling mendasar saat anak

berinteraksi dengan dunia sekitarnya.8

Secara historis menurut Murray permainan tradisional congklak berasal dari negara

Arab. Permainan tradisional congklak telah lama dikenal dengan nama Mancala. Mancala

sendiri berasal dari bahasa Arab Naqala yang artinya bergerak. Sedangkan di daerah Afrika,

permainan tradisional congklak sering disebut dengan Wari. Nama ini mengacu pada bagian

yang cekung pada papan congklak yang disebut juga Awari berarti rumah. Permainan

tradisional congklak menyebar ke Asia melalui perdagangan budak yang dilakukan oleh

pedagang Afrika di kepulauan Karibia sekitar abad ke-17.9 Seturut perkembangan zaman dan

teknologi pada 1994, Sastro Adiwibowo menciptakan permainan congklak digital versi MS-

Dos yang diberi nama Dakon Master.10

Permainan congklak menggunakan papan congklak yang terdapat 16 lubang untuk

menyimpan biji congklak. Keenam belas lubang saling berhadapan dan dua lubang besar di

kedua sisinya.11

Permainan ini membutuhkan 98 biji congklak. Biji congklak yang

digunakan adalah cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, dan kelereng. Sekarang lebih

disesuaikan dengan kondisi setempat/kontekstual. Dua lubang besar tersebut merupakan

milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak yang dikumpulkannya. Dua

lubang tersebut biasanya kosong sedangkan 14 lubang yang lain diisi tujuh biji congklak.12

Pada saat anak memainkan permainan congklak, terdapat aspek-aspek di dalam dirinya yang

berkembang. Aspek-aspek tersebut adalah: kemampuan motorik halus, kesabaran dan

ketelitian (emosional), jiwa sportivitas, kemampuan menganalisa (kognitif), kemampuan

sosialisasi dan terjadi kontak sosial.13

7 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya (Jakarta: 2011),

99. 8 Nani Mulyani, Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia (Yogyakarta: 2016), hal.25.

9 Ibid., 28.

10https://media.neliti.com/media/publications/60417-ID-semantika-dalam-perkembangan-desain-

prod.pdf diakses 08 juli 2018 pukul 12:20 11

Nani Mulyani, Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia, 66 – 67 12

Ibid., 67 13

Ibid., 70 - 71

Page 5: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)

Copyright ©2019; REDOMINATE | 41

Kajian tentang guru kreatif dan kreativitas guru. Kreativitas adalah kemampuan

seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata,

yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.14

Momon Sudarma mengutip per-

nyataan Basuki, kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu yang tercermin dari

kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru.15

Senada dengan dua pendapat di atas

diungkapkan oleh Utami Munandar, kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan

kebaruan, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat

diterapkan dalam pemecahan masalah.16

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan

menemukan ide-ide baru baik gagasan maupun karya nyata untuk memecahkan suatu

masalah serta kemampuan menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru bukan berarti

mencipta sesuatu yang belum ada. Mencipta yang dimaksud adalah mengelola media yang

sudah ada menjadi bermanfaat. Dalam hubungan dengan penelitian ini, guru berkreasi

menggunakan permainan congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak

kelompok TK B. Unsur kebaruannya terletak pada penggunaan media permainan untuk

menarik minat belajar anak, setelah selama ini guru hanya menulis di papan tulis untuk

menerangkan dan menunjukkan bilangan-bilangan kepada anak.

Menurut Slameto pada hakikatnya pengertian kreativitas berhubungan dengan sesuatu,

mengenai menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.17

Kreativitas juga tentang modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan

kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru.18

Barron seperti dikutip oleh Ngalimun,dkk mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan

untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sedangkan Guilford mengacu pada kemampuan yang

menandai seorang memiliki kreativitas.19

Sun mengutip pernyataan John Adair, kreativitas

adalah daya pikir yang memungkinkan seseorang untuk mengadakan sesuatu yang memiliki

kegunaan atau arti penting dari sesuatu yang kelihatannya tidak ada.20

Kreativitas yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kreativitas seorang guru dalam meningkatkan

kemampuan berhitung anak dengan metode yang baru yang belum pernah diajarkan kepada

anak oleh guru sebelumnya.

METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri

melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memerbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa

meningkat.21

Pendapat Suhardjono yang dikutip oleh Johni Dimyati menyatakan penelitian

14

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar(Jakarta: 2013), 99. 15

Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif(Jakarta: 2013), 20. 16

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat(Jakarta : 2009), 25. 17

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: 2009), 25. 18

Conny R.Semiawan, Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menegah (Jakarta: 2009), 44. 19

Ngalimun,dkk. Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas (Yogyakarta, 2013),44. 20

Peng Khen Sun, The Power Of Creativity( Yogyakarta, 2010), 5. 21

Zainal Aqib,ed, Penelitian Tindakan Kelas(Bandung:2008), 3.

Page 6: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela

Copyright ©2019; REDOMINATE | 42

tindakan kelas sebagai penelitian yang langsung menerapkan perlakuan dengan hati-hati,

seraya mengikuti proses serta dampak perlakuan yang dimaksud.22

Kesimpulan dari Penelitian Tindakan Kelas menurut beberapa pendapat di atas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat guru mengajar untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Model penelitian yang digunakan adalah model Kurt Levin. Siklus Kurt

Levin terdiri atas empat langkah yakni: Perencanaan /Planning, Aksi atau Tindakan/Acting,

Observasi/Observation, Refleksi/Reflecting.23

Siklus model Kurt Lewin digambarkan:

Pelaksanaan tindakan kelas akan dimulai dengan siklus pertama yang terdiri empat tahapan:

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Setelah melakukan analisa data, akan

dilakukan siklus kedua dengan pola yang sama dan akan terus berlangsung sampai siklus

yang telah ditentukan.

Tahap pelaksanaan perencanaan. Dalam tahap perencanaan disusun rencana kerja

penelitian dengan memberi penjelasan tentang apa, kapan, di mana, oleh siapa, dan

bagaimana tindakan akan dilakukan. Langkah awal sebelum dilakukan penelitian,

dipersiapkan Rencana Proses Pembelajaran Harian (RPPH), yang memuat rencana

pelaksanaan materi pembelajaran, membuat atau menyediakan media pembelajaran yaitu

congklak, mengalokasikan waktu, menyiapkan lembar observasi guru mengajar dan lembar

observasi kemampuan berhitung, dan menyiapkan bentuk permainan yang akan digunakan

yaitu permainan congklak.

Tahap pelaksanaan tindakan. Melakukan kegiatan penelitian sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan guru harus berusaha semaksimal mungkin

merealisasikan semua yang telah direncanakan. Guru harus bersikap wajar dan jangan

terkesan dibuat-buat.24

Tahapan observasi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan

terhadap proses tindakan yang sedang dilakukan siswa dan juga mengisi lembar observasi

yang telah disediakan. Berikut adalah indikator observasi untuk setiap subjek penelitian.

22

Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya(Jakarta: 2013), 118 23

Ibid., 125. 24

Ibid., 126

Acting

Planning Observation

Reflecting

Siklus

Page 7: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)

Copyright ©2019; REDOMINATE | 43

Indikator observasi

No. Pernyataan

1. Anak mampu bermain congklak.

2. Anak mampu membilang/ menyebut urutan bilangan.

3. Anak mampu membilang dengan menunjuk biji

congklak yang ada dalam lubang papan congklak.

4. Anak mampu membuat urutan bilangan dengan biji

congklak.

5. Anak dapat membedakan dua kumpulan biji congklak

yang sama dan yang tidak sama jumlahnya.

6. Anak dapat membuat dua kumpulan biji congklak yang

sama dan yang tidak sama jumlahnya.

7. Anak dapat membedakan dua kumpulan biji congklak

yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya.

8. Anak mampu membuat dua kumpulan biji congklak

yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya.

Ketentuan Penilaian

Skor Keterangan

0 – 3 Rendah

4 – 6 Cukup

7 – 8 Tinggi

Keterangan skor:

0 – 3 dengan kategori rendah yaitu kemampuan anak dalam berhitung.

4 – 6 dengan kategori cukup yaitu kemampuan anak dalam berhitung.

7 – 8 dengan kategori tinggi yaitu kemampuan anak dalam berhitung.

Tahapan refleksi. Pada tahap ini memerhatikan hasil observasi dan menjadikannya sebagai

bahan pertimbangan untuk perencanaan siklus pembelajaran berikutnya. Refleksi untuk

melihat apakah siklus sudah dilakukan dengan baik atau belum dan kekurangan apa yang

terjadi. Hasil refleksi dijadikan pertimbangan perbaikan pada tahap pembelajaran

selanjutnya. Variabel penelitian ada tiga yaitu: kreativitas guru, kemampuan berhitung dan

permainan congklak. Variabel kreativitas guru sebagai variabel X1, permainan congklak

sebagai variabel X2 dan kemampuan berhitung sebagai variabel Y.

Dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

Variabel Penelitian

Kreativitas

Guru Variabel X1

Permainan

Congklak Variabel X2

Kemampuan Berhitung

Variabel Y

Page 8: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela

Copyright ©2019; REDOMINATE | 44

Kreativitas guru ditetapkan sebagai variabel X1 untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

kreativitas guru dalam mengembangkan kemampuan berhitung. Permainan congklak

ditetapkan sebagai variabel X2 untuk mengetahui sejauh mana pengaruh permainan

congklak terhadap pengembangan kemampuan berhitung. Kemampuan berhitung ditetapkan

sebagai variabel Y adalah untuk mengetahui kemampuan anak dalam berhitung.

Penelitian dilaksanakan Taman Kanak-Kanak Kristen Mahanaim Terpadu, Desa Buo,

Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Subjek penelitian

ditetapkan 20 anak TK kelompok B siswa Taman Kanak-Kanak Mahanaim Terpadu, subjek

diambil baik laki-laki maupun perempuan. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam

penelitian adalah: Observasi, mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan

terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan berdasarkan variabel

penelitian yaitu krativitas guru, permainan congklak dan kemampuan berhitung. Berikutnya

pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Berupa foto dan video rekaman proses

penelitian tindakan kelas sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan laporan penelitian.

Setelah data terkumpul dilakukan analisa data. dalam suatu penelitian analisa data dilakukan

untuk menarik kesimpulan dari seluruh data yang diperoleh. Data yang telah terkumpul dari

observasi setiap siklus akan dianalisa dalam bentuk narasi untuk mengetahui sejauh mana

kreativitas guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan congklak.

Menurut Kurt Lewin untuk memeroleh nilai rata-rata dalam sebuah penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut25

:

∑ X

X = ∑N

Keterangan:

X = nilai rata-rata

∑ X = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi kemampuan berhitung anak kelompok B masih kurang. Ada yang

sudah bisa berhitung 1-20 tetapi belum mengenal angkanya. Ada yang bisa berhitung tetapi

tidak urut dan ada yang sama sekali belum bisa berhitung. Penyebabnya: anak-anak cepat

bosan dalam kegiatan belajar berhitung. Guru tidak kreatif hanya fokus di papan tulis.

Pelaksanaan siklus 1. Pelaksanaan tindakan pada siklus I 10 Juli 2018. Dalam tahap

perencanaan ditentukan tema dan sub tema dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian (RPPH). Disediakan media untuk kegiatan bermain congklak dan membilang serta

menyebut urutan bilangan 1-20 dengan menggunakan biji congklak. Disiapkan alat

dokumentasi berupa kamera untuk mengambil gambar pada saat pelaksanaan dan disiapkan

lembar observasi untuk mencatat peningkatan kemampuan berhitung anak. Anak

berpasangan dua orang, setelah itu mengambil biji congklak dan mengisinya di papan

congklak sampai semua lubang terisi tujuh biji congklak. Kemudian mengambil biji

25

Ibid.,323.

Page 9: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)

Copyright ©2019; REDOMINATE | 45

congklak yang ada dalam lubang dan memasukkan satu per satu di lubang yang lain sambil

menyebutkan urutan bilangan 1-20.

Pada kegiatan inti anak-anak mengerjakan tugas yang diberikan yaitu bermain congklak

dan membilang serta menyebut urutan bilangan. Setelah kegiatan inti dilakukan masuk

dalam kegiatan recalling yaitu merapikan kembali alat yang digunakan, diskusi tentang

pengalaman tentang materi yang diajarkan, menceritakan dan menunjukkan hasil karya,

penguatan pengetahuan yang didapat anak. Hasil observasi ada 15 anak yang sudah bisa

bermain congklak dan membilang serta menyebut urutan bilangan dengan menggunakan biji

congklak. Lima (5) anak belum bisa membilang serta menyebut urutan bilangan sesuai

urutannya. Refleksi pada siklus 1. Anak terlihat lebih senang belajar berhitung dengan

bermain congklak dan meminta besok harus memakai permainan congklak lagi. Hal-hal

yang harus ditingkatkan pada siklus berikutnya adalah: penyampaian materi harus jelas dan

tidak terlalu cepat, guru mampu melihat anak dengan baik dalam mengerjakan tugas serta

memersiapkan materi dan bahan ajar dengan baik.

Pelaksanaan siklus 2. Pelaksanaan tindakan pada 17 Juli 2018. Tahap perencanaan,

menentukan tema dan sub tema dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH). Menyediakan media untuk kegiatan membilang dengan menunjuk biji congklak

dalam lubang papan congklak dan membuat urutan bilangan dengan biji congklak.

Menyiapkan kamera untuk mengambil gambar saat pelaksanaan dan menyiapkan lembar

observasi untuk mencatat peningkatan kemampuan berhitung anak. Cara membilang dengan

menunjuk biji congklak yang ada dalam lubang dan membuat urutan bilangan dengan biji

congklak yaitu biji congklak sudah ada dalam lubang. Setiap lubang diisi biji congklak

sesuai dengan urutan bilangan. Misalnya: satu, maka dalam lubang papan congklak hanya

terdapat satu biji congklak. Setelah anak selesai membilang dengan menunjuk biji congklak,

anak membuat urutan bilangan dengan biji congklak dengan mengeluarkan semua biji

congklak yang ada dalam lubang. Anak mengambil biji tersebut dan meletakkan kembali

dalam lubang congklak sesuai dengan urutan bilangan.

Pelaksanaan tindakan siklus 2. Kegiatan Inti, anak-anak mengerjakan tugas yang

diberikan yaitu membilang dengan menunjuk biji congklak yang ada dalam lubang papan

congklak dan membuat urutan bilangan dengan biji congklak. Setelah kegiatan inti dilakukan

masuk dalam kegiatan recalling yaitu merapikan kembali alat yang digunakan, diskusi

tentang pengalaman tentang materi yang diajarkan, menceritakan dan menunjukkan hasil

karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak. Hasil observasi siklus 2 menunjukkan ada

16 anak yang sudah bisa membilang dengan menunjuk biji congklak yang ada dalam lubang

papan congklak dan membuat urutan bilangan dengan biji congklak. Refleksi siklus 2: anak

terlihat lebih senang belajar berhitung menggunakan media permainan congklak dan

pelaksanaan siklus 2 sesuai dengan RPPH. Pada siklus selanjutnya perlu ditingkatkan lagi.

Pelaksanaan siklus 3 guru harus mengontrol anak dengan baik agar mengerjakan tugas

dengan sungguh-sungguh atau tidak bermain-main.

Pelaksanaan siklus 3 pada 24 Juli 2018. Tahap perencanaan diawali dengan menentukan

tema dan sub tema dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Menyediakan

media untuk kegiatan membedakan dua kumpulan biji congklak yang sama dan tidak

Page 10: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela

Copyright ©2019; REDOMINATE | 46

jumlahnya. Membuat dua kumpulan biji congklak yang sama dan tidak jumlahnya. Guru

telah menyiapkan dua kumpulan biji congklak, satu sama jumlahnya dan satu berbeda

jumlahnya. Guru memanggil anak satu per satu dan bertanya mana yang sama dan tidak

jumlahnya. Kemudian guru meminta anak membuat sendiri dua kumpulan biji congklak

yang sama dan tidak jumlahnya. Menyiapkan kamera untuk mengambil gambar saat

pelaksanaan dan menyiapkan lembar observasi guna mencatat peningkatan kemampuan

berhitung anak.

Pada kegiatan Inti, anak-anak mengerjakan tugas membedakan dua kumpulan benda

yang sama dan tidak jumlahnya dan membuat dua kumpulan biji congklak yang sama dan

tidak jumlahnya. Setelah kegiatan inti dilakukan masuk kegiatan recalling yaitu merapikan

kembali alat yang digunakan, diskusi pengalaman tentang materi yang diajarkan,

menceritakan dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat anak.

Setelah semua kegiatan dilakukan dari hasil observasi ada 17 anak yang sudah bisa

membedakan dua kumpulan benda yang sama dan tidak jumlahnya, membuat dua kumpulan

biji congklak yang sama dan tidak jumlahnya. Tahap refleksi, berdasarkan data pelaksanaan

siklus III, anak terlihat lebih senang belajar berhitung menggunakan media permainan

congklak, guru melakukan penelitian berdasarkan RPPH yang dibuat, proses mengajar yang

dilakukan guru sudah baik, hanya saja masih kekurangan papan dan biji congklak.

Siklus 4. Pelaksanaan tindakan pada siklus IV direncanakan 30 Juli 2018. Pada tahap

perencanaan, ditentukan tema dan sub tema Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian

(RPPH). Menyediakan media yang digunakan untuk kegiatan membedakan dua kumpulan

biji congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya dan membuat dua kumpulan

biji congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya. Caranya: guru telah mengisi

lubang papan congklak dengan jumlah berbeda-beda. Ada yang banyak, ada yang sedikit.

Kemudian bertanya kepada anak: mana lebih banyak dan lebih sedikit jumlah biji congklak

yang ada dalam lubang papan congklak? Kemudian guru menginstruksikan anak

memasukkan sendiri biji congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya ke dalam

lubang papan congklak. Menyiapkan kamera untuk mengambil gambar saat pelaksanaan dan

menyiapkan lembar observasi untuk mencatat peningkatan kemampuan berhitung anak.

Pada kegiatan inti anak-anak mengerjakan tugas membedakan dua kumpulan benda

yang lebih banyak dan sedikit jumlahnya. Membuat dua kumpulan biji congklak yang lebih

banyak dan lebih sedikit jumlahnya. Setelah kegiatan inti dilakukan, masuk kegiatan

recalling merapikan kembali alat yang digunakan, diskusi pengalaman tentang materi yang

diajarkan, menceritakan dan menunjukkan hasil karya, penguatan pengetahuan yang didapat

anak. Pada kegiatan akhir disampaikan kegiatan esok, mengucapkan kata-kata bijak,

menyanyi, berdoa dan salam. Hasil observasi 18 anak sudah bisa membedakan dua

kumpulan benda yang lebih banyak dan sedikit jumlahnya dan membuat dua kumpulan biji

congklak yang lebih banyak dan lebih sedikit jumlahnya.

Tahap refleksi, berdasarkan data pelaksanaan siklus IV, anak terlihat lebih senang

belajar berhitung menggunakan media permainan congklak. Pengajaran yang dilakukan guru

sesuai dengan RPPH. Hanya saja masih kekurangan alat dan bahan permainan congklak.

Hasil analisa siklus, penelitian mengenai Kreativitas Guru Dalam Meningkatkan

Page 11: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

REDOMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol 1, No 1 (Desember 2019)

Copyright ©2019; REDOMINATE | 47

X = Rata-rata =

Kemampuan Berhitung Kelompok B Melalui Permainan Congklak. Sesuai dengan

pelaksanaan keempat siklus banyak membawa perubahan kepada anak terutama dalam hal

berhitung. Kemampuan berhitung sebenarnya sudah ada pada anak. Guru harus memiliki

kreativitas dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menciptakan hal-hal

yang baru agar anak tidak cepat bosan dalam belajar berhitung. Dari 20 anak yang diteliti, 15

anak sudah bisa berhitung, dua anak bisa berhitung tetapi belum berurutan serta tiga anak

sama sekali belum bisa.

Marjelita Kakunsi pada siklus I dan II belum bisa berhitung melalui permainan congklak

tetapi pada siklus III dan IV sudah bisa, hanya belum berurutan dan memeroleh skor empat.

Tresya Bonya pada siklus I belum bisa berhitung tetapi pada siklus II, III dan IV bisa

berhitung walaupun belum berurutan dan mendapatkan skor enam. Devin Malue pada siklus

I,II, III sama sekali belum bisa berhitung tetapi pada siklus IV bisa membedakan kumpulan

benda dan membuat kumpulan benda yang sama dan tidak jumlahnya. Pada pelaksanaan

keempat siklus Jesika Setty sama sekali belum bisa berhitung karena tidak mau bergabung

dengan teman-temannya dan tidak suka bercerita ketika ditanya. Hal ini akibat kurangnya

kasih sayang dari orang tuanya. Mardiano Taliawo sama sekali belum bisa berhitung karena

saat pelaksanaan keempat siklus tidak pernah hadir karena dibawa orang tuanya ke kebun.

Berikut tabel hasil pelaksanaan siklus 1 sampai 4:

Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Total

Rivan √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Pinkan √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Gitmey √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Indraldo √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Grisya √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Richard √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Klyfer √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Fadli √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Aurel √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Mikhael √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Marselo √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Cika √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Julia √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Ferin √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Marjelita ○ ○ ○ ○ √ √ √ √ 4

Vanvilon √ √ √ √ √ √ √ √ 8

Jesika ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ 0

Tresya ○ ○ √ √ √ √ √ √ 6

Devin ○ ○ ○ ○ ○ ○ √ √ 2

Mardiano ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ 0

Total skor 132

Rata-rata 6,6

Hasil rata-rata diperoleh dengan rumus yang sudah ditetapkan, yaitu:

∑ X

∑N

Rata-rata nilai pencapaian adalah 6,6. 15 anak masuk kategori pencapaian tinggi, 2 anak

masuk kategori cukup, dan 3 anak masuk kategori pencapaian kurang.

132

20

Page 12: Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung – Eny Suprihatin, Merci Padaela

Copyright ©2019; REDOMINATE | 48

KESIMPULAN

Berdasarkan pelaksanaan keempat siklus pencapaian subjek dibagi dalam tiga kategori yaitu

15 anak kategori tinggi, dua anak kategori cukup, dan tiga anak kategori rendah. Dari 20

subjek yang diteliti mendapat total skor 132 dan nilai rata-rata 6.6. Dengan rumus: total skor

: jumlah anak. Jadi, 132:20 = 6,6. Secara keseluruhan dapat disimpulkan ada peningkatan

kemampuan berhitung anak kelompok B melalui permainan congklak di TK Kristen

Mahanaim Terpadu, Desa Buo, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi

Maluku Utara.

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan

berhitung anak dengan guru menggunakan permainan Congklak sebagai bentuk

kreativitasnya, maka disarankan untuk: pertama, Guru-guru Taman Kanak-Kanak jangan

hanya fokus di papan tulis dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena anak akan

bosan. Sangat disarankan untuk mengembangkan kreativitasnya dengan menggunakan

permainan edukatif. Kedua, untuk lembaga TK agar menambah sarana permainan edukatif.

Ketiga, untuk Yayasan agar meningkatkan kreativitas guru-guru dengan diikutkan seminar

dan pelatihan.

REFERENSI Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,

2003

Aqib, Zainal. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: HR-RUZZ MEDIA, 2008

Dimyati, Johni. Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya. Jakarta, 2013

Mulyani, Nani. Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta : DIVA

Press., 2016.

Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Ngalimun,dkk. Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta, 2013.

Poerwadarminta,W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Balai

Pustaka, 2003.

Raharjo, Marsudi. Pembelajaran Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah

di SD .Jakarta, 2009.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.

Jakarta: Kencana prenada media group, 2011.

Susanto, Ahmad.. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.Jakarta:

PRENADAMEDIA GROUP, 2013.

Semiawan,Conny R. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.

Jakarta:Gramedia, 2009

Sun,Khen Peng. The Power Of Creativity. Yogyakarta: Andi, 2010.

Sudarma,Momon. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif.Jakarta: Rajawali Pers.,

2013.

Suryabrata,Sumadi..Psikologi Pendidikan.Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1998.

________,https://media.neliti.com/media/publications/60417-ID-semantika-dalam-

perkembangan-desain prod.pdf diakses tanggal 08 juli 2018 pukul 12:20 WIT.