33
PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS PASIEN a. Nama : Ny. Surati b. Umur : 36 tahun c. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 17 Juni 1976 d. Pendidikan : SD e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga f. Nama suami : Tn. Daryatno g. Umur : 38 tahun h. Pendidikan : SD i. Pekerjaan : Swasta j. Agama : Islam k. Alamat : Kemiri, Glagahombo, Tegal l. Tanggal masuk : 26 September 2012 II. ANAMNESIS tanggal 26 September 2012 pukul 11.00 1. Keluhan Utama Keluar cairan di jalan lahir. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan air ketuban merembes sejak jam 05.00 pagi. Air ketuban yang merembes jernih, ± 150 cc, berbau khas, riwayat trauma (-), riwayat post-coital (-). Pasien merasa hamil 1

KPD Dr Sapar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

stase obsgyn

Citation preview

Page 1: KPD Dr Sapar

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. Surati

b. Umur : 36 tahun

c. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 17 Juni 1976

d. Pendidikan : SD

e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

f. Nama suami : Tn. Daryatno

g. Umur : 38 tahun

h. Pendidikan : SD

i. Pekerjaan : Swasta

j. Agama : Islam

k. Alamat : Kemiri, Glagahombo, Tegal

l. Tanggal masuk : 26 September 2012

II. ANAMNESIS tanggal 26 September 2012 pukul 11.00

1. Keluhan Utama

Keluar cairan di jalan lahir.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan air ketuban merembes sejak jam 05.00

pagi. Air ketuban yang merembes jernih, ± 150 cc, berbau khas,

riwayat trauma (-), riwayat post-coital (-). Pasien merasa hamil 37

minggu, kenceng-kenceng (+) jarang, gerak janin (+).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit infeksi kelamin, asma, hipertensi, diabetes

mellitus, TBC, hepatitis disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hamil kembar, asma, hipertensi, DM, TBC, gangguan

jiwa disangkal

1

Page 2: KPD Dr Sapar

5. Riwayat menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 30 hari

Lama : 7 hari

Sakit waktu menstruasi : tidak ada

HPHT : 8 Januari 2012

6. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali selama 10 tahun.

7. Riwayat Obstetri

No Kehamilan,persalinan,ke

guguran dan nifas

Umur

sekarang

/tanggal

Keadaan

anak

Tempat

perawatan

1.

2.

3.

4.

H aterm, persalinan

spontan, ♀BB 2800 gr,

menangis keras, nifas

baik

H 8 minggu, KET

H 8 minggu, Abortus

Hamil ini

9 tahun

Th.2008

Th 2010

Sehat

Operasi

Kuretase

Bidan

BR

BR

8. Riwayat operasi dan penyakit yang pernah dijalani.

Disangkal.

9. Riwayat kehamilan Sekarang

ANC (+) di bidan

1 kali pada trisemester I, 2 kali dalam trisemester II, dan 4 kali dalam

trisemester akhir.

HPL : 13 Oktober 2012

10. Riwayat Keluarga Berencana.

KB pil lamanya 3 tahun, suntik selama 1 tahun (2011)

2

Page 3: KPD Dr Sapar

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

HR : 84x/menit RR :24x/menit

Suhu : 370 C TB :152 cm

BB : 44 kg

Kepala : Mesochepal

Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada sekret

Leher : Lnn ttb, JVP ≠

Thorax : Simetris, Cor/pulmo dbn

Abdomen : supel, H/L ttb

Ekstremitas : Oedema tungkai (-/-), varises (-/-), refleks patella

(+/+), tidak terdapat penurunan turgor kulit

2. Pemeriksaan Obsetri

a. Inspeksi : tampak perut membuncit membujur, striae gravidarum

(+), bekas operasi (+) regio iliaca dextra.

b. Palpasi : L1 : 2 jari dibawah proc. xypoideus

Teraba 1 bagian besar, bulat, keras

L2 : Kanan : teraba bagian memanjang, seperti papan

Kiri : terasa bagian kecil-kecil

L3 : terasa 1 bagian besar, bulat, lunak

Masih dapat digerakkan

L4 : Konvergen

c. HIS :(+) jarang

d. DJJ : 12-12-11

e. TFU : 31 cm TBJ : (TFU-12)x155 = 2945 gram.

3

Page 4: KPD Dr Sapar

f. VT : Portio posterior konsistensi keras, Ø : 1 jari

sempit, KK (-), Efficement 25%, bagian bawah bokong masih

tinggi, sacrum tak teraba, AK (+) merembes

IV. DIAGNOSIS

G4P1A2, 36 tahun, hamil 37 minggu 2 hari

Janin I hidup intrauterine

Presbo, puka

Belum inpartu

KPD

Riwayat Obstetri Jelek

V. SIKAP

Inform consent

Cek laboratorium darah rutin

Usaha darah

Injeksi Ampicillin 1 gram (skin test pukul 15.30)

Observasi

Pro SC elektif, sewaktu-waktu inpartu cito SC

Tanggal/Jam KU/Tensi/Nadi/

Suhu/Nafas

HIS DJJ Keadaan Umum dll.

26-09-2012

Jam 11.00

KU;Compos

Mentis

TD: 110/70

N: 84x/menit.

S : 37°C

- (+) 12-12-11

Reguler,

punctum

maximum di

kanan bawah

pusat.

VT : Portio posterior konsistensi keras, Ø : 1

jari sempit, KK (-), Efficement 25%, bagian

bawah bokong masih tinggi, sacrum tak

teraba, AK (+) merembes

Diagnosa :

G4P1A2, 36 tahun, hamil 37 minggu 2 hari

Janin I hidup intrauterine

Presbo, puka

Belum inpartu

KPD

Riwayat Obstetri Jelek

4

Page 5: KPD Dr Sapar

Sikap :

- Inform consent

- Cek laboratorium darah rutin

- Usaha darah

- Injeksi Ampicillin 1 gram (skin test

pukul 15.30)

- Observasi

- Pro SC elektif

- Sewaktu-waktu inpartu cito SC

Jam 12.00 KU;Compos

Mentis

TD: 120/80

N: 84x/menit.

S : 36’5°C

- (+) 12-12 -11

Jam 13.00 KU;Compos

Mentis

TD: 120/80

N: 88x/menit.

S : 36’5°C

- (+) 12-12-11 Advis :

Lapor dr Sapar, ACC

IC (+) TT (+)

Persiapan SC (+)

Konsul Anestesi (+)

Jam 13.50 KU;Compos

Mentis

TD: 110/80

N: 84x/menit.

S : 36’5°C

Bayi Lahir, ♂ BB 2650 gr/47cm, AS. 5.7.8

D/

G4P2A2, 36 tahun

Post SCTP a/i KPD Sungsang, Riwayat

Obstetri Jelek

27-09-2012 TD: 110/80

N: 88x/menit.

S : 37°C

R : 20x/Menit

(-) (-) D/

G4P2A2, 36 tahun

Post SCTP a/i KPD Sungsang< Riwayat

Obstetri Jelek

5

Page 6: KPD Dr Sapar

S/

Cefadroxil 3x1

Asam mefenamat 3x1

Villiron 3x1

28-09-2012 TD: 110/70

N: 88x/menit.

S : 37°C

R : 20x/Menit

(-) (-) D/

G4P2A2, 36 tahun

Post SCTP a/i KPD Sungsang, Riwayat

Obstetri Jelek

S/

Cefadroxil 3x1

Asam mefenamat 3x1

Villiron 3x1

29-09-2012 TD: 120/90

N: 88x/menit.

S : 37°C

R : 20x/Menit

(-) (-) D/

G4P2A2, 36 tahun

Post SCTP a/i KPD Sungsang, Riwayat

Obstetri Jelek

S/

Boleh pulang

Tindakan Sectio Caesarea

Indikasi : Hamil 37 minggu, KPD Sungsang

Macam operasi : SCTP

Waktu operasi : 26 September 2012 jam 13.40-15.10

Laporan persalinan SC Tanggal 26 september 2012 jam 22.00

1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dalam anastesi spinal.

2. Asepsis dan antisepsis daerah tindakan dengan povidon iodine.

3. Pasang duk steril kecuali pada daerah tindakan.

4. Insisi pada dinding abdomen secara mediana antara simpisis dan pusat + 10

cm.

6

Page 7: KPD Dr Sapar

5. Perdalam insisi lapis demi lapis sampai cavum abdomen terbuka.

6. Tampak uterus sebesar hamil aterm.

7. Identifikasi plica vesicouterina.

8. Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim secara semiluner diperlebar ke

lateral secara tumpul.

9. Pecah kulit ketuban, keluar air ketuban jernih, jumlah cukup, bau khas.

10. Dengan meluksir kepala, lahir bayi laki-laki, hidup, berat badan 2650 gram,

Apgar score 5-7-8.

11. Injeksi oksitosin 10 IU intravena.

12. Plasenta dikeluarkan, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-).

13. Eksplorasi uterus :

a. Kontraksi uterus kuat

b. Kedua adnexa tenang

c. Perdarahan (-)

14. Jahit segmen bawah rahim secara jelujur, double layer.

15. Eksplorasi cavum abdomen, bersihkan jendalan darah.

16. Hitung alat lengkap.

17. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis sampai kulit, kemudian beri plester.

18. Eksplorasi vagina :

a. Perdarahan (-)

19. Tindakan selesai

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Rutin

1. WBC : 11,83 N: F 4,8-10.8

2. RBC : 4,01 N: F 4,2-5,4

3. HGB : 11,5 N:F 12-16

4. HCT : 34,5 N:F 37-47

5. MCV : 86,0 N: 79-99

6. MCH : 28,7 N: 27-31

7. MCHC: 33,3 N: 33-37

8. PLT : 338 N:150-450

7

Page 8: KPD Dr Sapar

Imunoserologi

HBs Ag : - / NEG

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah Dini

1. Definisi

Ketuban pecah dini (KPD) dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban

pada saat fase laten sebelum adanya his. KPD juga dapat diartikan sebagai

pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan yang sebenarnya dimulai.2

KPD merupakan faktor resiko yang berpengaruh pada morbiditas dan

mortalitas janin dan ibu. Meningkatnya resiko tersebut ada hubungannya

dengan lamanya periode laten dan lamanya ketuban pecah sampai jalan lahir.

8

Page 9: KPD Dr Sapar

Pada persalinan yang normal, ketuban pecah pada fase aktif. Pada KPD

kantung ketuban pecah sebelum fase aktif.

KPD terjadi pada 10 % kehamilan, dimana sebagian besar terjadi pada

usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan juga terjadi spontan tanpa sebab yang

jelas.

Gambar 1. Ketuban Pecah Dini

2. Etiologi Dan Patogenesis

KPD diduga terjadi karena adanya pengurangan kekuatan selaput

ketuban, peningkatan tekanan intrauterine maupun keduanya. Sebagian besar

penelitian menyebutkan bahwa KPD terjadi karena berkurangnya kekuatan

selaput ketuban. Selaput ketuban dapat kehilangan elastisitasnya karena bakteri

maupun his. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa bakteri penyebab

infeksi adalah bakteri yang merupakan flora normal vagina maupun serviks.

Mekanisme infeksi ini belum diketahui pasti. Namun diduga hal ini terjadi

karena aktivitas uteri yang tidak diketahui yang menyebabkan perubahan

serviks yang dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran infeksi. Faktor lainnya

9

Page 10: KPD Dr Sapar

yang membantu penyebaran infeksi adalah inkompetensi serviks, vaginal

toucher (VT) yang berulang-ulang dan koitus.

Banyak teori yang menyebabkan KPD, mulai dari defek kromosom,

kelainan kolagen sampai infeksi. Namun sebagian besar kasus disebabkan oleh

infeksi. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan

retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen

dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan

prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1

dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi

depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion yang menyebabkan selaput

ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

3. Diagnosis

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena

diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan

bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.

Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin

mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau

keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa

KPD ditegakkan dengan cara :

1. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan

yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas,

dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut tersebut, his

belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

2. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari

vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,

pemeriksaan ini akan lebih jelas.

3. Pemeriksaan dengan spekulum.

10

Page 11: KPD Dr Sapar

Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan

dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus

uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau megadakan manuvover

valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari

ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

4. Pemeriksaan dalam

Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada

lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu

dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam

persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu

pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim

dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat

menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD

yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan

dibatasi sedikit mungkin.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau

dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin

juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas

nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.

Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5,

darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada

gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

gambaran daun pakis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

11

Page 12: KPD Dr Sapar

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban

dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang

sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan

caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa

dan pemeriksaan sederhana.

4. Komplikasi

KPD dapat menyebabkan beberapa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin, diantaranya2 :

a. Infeksi

Infeksi korioamniotik sering terjadi pada pasien dengan KPD.

Diagnosis korioamnionitis dapat dilihat dari gejala klinisnya antara lain

demam (37,80C), dan sedikitnya dua gejala berikut yaitu takikardi baik

pada ibu maupun pada janin, uterus yang melembek, air ketuban yang

berbau busuk, maupun leukositosis.

b. Hyaline membrane disease

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hyaline membrane disease

sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah dini (KPD). Terdapat

hubungan antara umur kehamilan dengan hyaline membrane disease dan

chorioamnionitis yang terjadi pada pasien dengan KPD. Pada usia

kehamilan kurang dari 32 minggu, angka risiko hyaline mebran disease

lebih banyak dibandingkan risiko infeksi.

c. Hipoplasi pulmoner

Hal ini terjadi bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 26 minggu

dan fase laten terjadi lebih dari 5 minggu yang diketahui dari adanya

distress respirasi yang berat yang terjadi segera setelah lahir dan

membutuhkan bantuan ventilator.

d. Abruptio placenta

Hal ini tergantung dari progresifitas penurunan fungsi plasenta yang

mengakibatkan pelepasan plasenta. Gejala klinik yang terjadi adalah

perdarahan pervaginam.

12

Page 13: KPD Dr Sapar

e. Fetal distress

Hal ini dapat diketahui dari adanya deselerasi yang menggambarkan

kompresi tali pusat yang disebabkan oleh oligohidramnion. Sehingga untuk

mengatasinya maka dilakukan sectio cesaria, yang mengakibatkan

tingginya angka section cesaria pada pasien dengan KPD.

f. Cacat pada janin

g. Kelainan kongenital

5. Terapi

Manajemen pada pasien dengan ketuban pecah dini tergantung dari

keadaan pasien. Pada persoalan penanganan KPD terdapat dua hal yang penting

yakni penanganan secara aktif dan penanganan secara konservatif. Penanganan

aktif adalah segera diterminasi kehamilannya, sedangkan penanganan

konservatif adalah diterminasi kehamilannya jika terjadi infeksi, namun hal

tersebut masih kontroversi.

Beberapa ahli berpendapat bahwa resiko infeksi dapat terjadi setiap saat

setelah ketuban pecah dan infeksi janin mungkin sudah terjadi walaupun belum

ada tanda-tanda infesi pada ibu, sehingga atas dasar alasan tersebut, para ahli

memilih penanganan aktif, yaitu melakukan induksi setela diagnosis KPD

ditegakkan.

Selanjutnya, penanganan KPD dapat dibagi dalam keadaan berikut:

a. Pasien yang sedang dalam persalinan

Tidak ada usaha yang dapat dilakukan untuk menghentikan proses

persalinan dan memperlama kehamilan jika sudah ada his yang teratur dan

pada pemeriksaan dalam didapatkan pendataran servix 100 % dan dilatasi

servix lebih dari 4 cm. Penggunaan tokolitik tidak efektif dan akan

mengakibatkan oedem pulmo.

b. Pasien dengan paru-paru janin yang matur

Maturitas paru janin dapat diketahui dari rasio lesitin-spingomielin,

phosphatidylglycerol dan rasio albumin-surfaktan. Maturitas paru janin

13

Page 14: KPD Dr Sapar

diperlukan untuk amniosintesis pada evaluasi awal pasien dengan ketuban

pecah dini.

c. Pasien dengan cacat janin

Terapi konservatif dengan risiko infeksi pada ibu tidak perlu dilakukan

bila janin mempunyai kelainan yang membahayakan. Namun pada janin

dengan kelainan yang tidak membahayakan harus diperlakukan sebagai

janin normal, namun input yang tepat merupakan terapi yang sangat

penting.

d. Pasien dengan fetal distress

Kompresi tali pusat dan prolaps tali pusat merupakan komplikasi

tersering ketuban pecah dini, terutama pada presentasi bokong yang tidak

maju (engaged), letak lintang dan oligohidramnion berat. Jika DJJ

menunjukkan pola deselerasi sedang atau berat maka pasien harus cepat

diterminasi. Jika janin dalam presentasi belakang kepala, maka dapat

dilakukan amnioinfusion, induksi dan dapat dilakukan persalinan

pervaginam. Namun bila janin tidak dalam presentasi kepala maka terapi

yang dapat dilakukan adalh section caesaria.

e. Pasien dengan infeksi

Pasien dengan chorioamnionitis harus dilakukan induksi bila tidak ada

kontraindikasi untuk dilakukan persalinan pervaginam dan bila belum

dalam persalinan. Bila ada kontraindikasi untuk persalinan pervaginam,

maka dilakukan section cesaria setelah pemberian antibiotic yang

dimaksudkan untuk menurunkan komplikasi pada ibu dan janin. Beberapa

penelitian menyebutkan section cesaria sebaiknya dilakukan bila persalinan

pervaginam tidak dapat terjadi setelah 12 jam diagnosis chorioamnionitis

ditegakkan.

Terapi ketuban pecah dini adalah2 :

a. Terapi konservatif

- Rawat di Rumah sakit.

- Antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam.

14

Page 15: KPD Dr Sapar

- Pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

- Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada

usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.

- Nilai tanda-tanda infeksi.

- Pada umur kehamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari

untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan perikasa

kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu.

b. Terapi Aktif

- Kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan

maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section cesaria.

- Pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section

cesaria.

- Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

terminasi persalinan.

a. Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section

cesaria.

b. Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus

pervaginam.

c. Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria.

B. Letak Sungsang

1. Definisi

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian

yang terendah dari janin. Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang

dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri2.

2. Etiologi

15

Page 16: KPD Dr Sapar

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap

ruangan di dalam uterus. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya

kejadian letak sungsang pada janin adalah :

a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih

banyak dan kepala anak relatif besar.

b. Hydramnion karena anak mudah bergerak.

c. Placenta Previa karena menghalangi turunnya kepada ke dalam pintu atas

panggul.

d. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicomis.

e. Panggul sempit, dimana tidak ada fiksasi kepala anak oleh pintu atas

panggul, jadi perbandingan antara besarnya kepala anak dan luasnya p.a.p

tidak seperti biasa.

f. Kelainan bentuk kepala : hydrocephalus, anencephalus, karena kepala

kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

g. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus, bikornis, mioma uteri.

h. Pergerakan anak kurang atau tidak ada sama sekali, umpana pada anak mati.

i. Gemelli (kehamilan ganda).

3. Jenis-jenis letak sungsang

Letak sungsang / presentasi bokong dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

antara lain :

a. Letak bokong (Frank Breech)

Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.

b. Letak sungsang sempurna (Complete Breech)

Letak bokong di mana kedua kaki dan di samping bokong (letak bokong

kaki sempurna (lipat kejang).

c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech)

Ada letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki

atau lutut terdiri dari :

Letak kaki :

- Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna

- Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna

16

Page 17: KPD Dr Sapar

Letak lutut :

- Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)

- Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)

4. Diagnosis

Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang

yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan

perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah

rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.

Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I

difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba

punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba

bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba

bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua

tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan

untuk menegakkan diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen .

5. Manajemen

Dalam kehamilan :

Bila dijumpai letak sungsang pada pemeriksaan antenatal, maka :

o Dilakukan versi luar pada umur kehamilan 32 – 36 minggu.

o Syarat versi luar terpenuhi, yaitu :

17

Page 18: KPD Dr Sapar

- diagnosis pasti letak janin

- denyut jantung janin harus dalam keadaan baik

- dilakukan tanpa paksaan ( dengan tenaga yang ringan )

- air ketuban tidak terlalu sedikit

- kontraindikasi : panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi,

gemelli dan plasenta previa.

Dalam persalinan :

o Menentukan apakah ada atau tidak kelainan yang merupakan indikasi

seksio sesarea, seperti panggul sempit, plasenta previa dan tumor dalam rongga

panggul.

o Jika tidak terdapat kelainan dan diperkirakan dapat lahir pervaginam,

dilakukan pengawasan kemajuan persalinan terutama kemajuan pembukaan

serviks dan penurunan bagian terendah janin.

o Pembukaan < 4 cm dan ketuban (+) : coba versi luar, jika berhasil

pervaginam, jika tidak dilakukan seksio sesarea.

o Pembukaan > 4 cm dan ketuban (+/-) : taksiran berat janin > 3500 gram

dilakukan seksio sesarea.

o Pada multigravida dengan janin besar, fetal distress, ketuban (-) > 12 jam

dilakukan sekseio sesarea.

o Jika ada kelainan his, dipacu : jika gagal seksio sesarea, dan jika berhasil

partus pervaginam dengan perasat Bracht dengan atau tanpa manual aid, cara

klasik yaitu Mueller atau Loevset untuk mengeluarkan lengan dan bahu setelah

bokong dan kaki lahir.

o Untuk mengeluarkan kepala dapat dengan cara Mauriceau atau

menggunakan cunam Piper.

Pilihan pertama : persalinan pervaginam

a. Persalinan spontan.

Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim

disebut cara Bracht.

b. Manual aid atau ekstraksi bokong parsial.

18

Page 19: KPD Dr Sapar

Setelah bokong lahir spontan sebatas umbilikus, lengan dan kepala

dimanipulasi untuk melahirkan bayi. Penggunaan cunam untuk melahirkan

kepala termasuk kriteria ini.

Indikasi :

1. bila pertolongan secara Bracht gagal.

2. elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual

aid.

Tahapan :

Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan.

Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong

secara klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.

Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-

Smellie, Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan

cunam Piper

c. Ekstraksi bokong.

Janin dilahirkan seutuhnya dengan memakai tenaga penolong.

Risiko : kepala terjebak (head entrapment) pada aftercoming head akibat

tidak terjadinya moulage kepala, atau pembukaan serviks yang tidak

lengkap. Peristiwa ini terjadi pada 88/1000 persalinan. Risiko ini dapat

dikurangi dengan mempertahankan fleksi dengan menekan suprapubik

eksternal dan tidak melakukan ekstraksi.

Syarat partus pervaginam pada letak sungsang

- janin tidak terlalu besar

- tidak ada suspek CPD

- tidak ada kelainan jalan lahir

Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau

multipara dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea

lebih dianjurkan.

Pilihan kedua : sectio cesarea

Persalinan dengan sectio cesarea tidak sama amannya dengan partus pervaginam

presentasi kepala.

19

Page 20: KPD Dr Sapar

Terjadinya hiperekstensi kepala dan kesulitan melahirkan kepala pada sayatan

uterus yang kecil sering terjadi dan menimbulkan morbiditas bayi yang

meningkat.

Sectio caesarea

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Tindakan sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan

menimbulkan bahaya yang serius bagi ibu, janin atau keduanya karena proses

persalinan normal lama atau kegagalan proses persalinan normal.

Sectio caesarea tidak boleh dilakukan pada janin mati, keadaan ibu shock atau

anemia kecuali keadaan tersebut telah diatasi. Indikasi untuk dilakukan sectio

caesarea adalah :

1. Fetal distress

2. His lemah atau melemah

3. Kelemahan umum, partus tidak maju atau partus lama

4. Induksi tak respon/gagal

5. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

6. Bayi besar (BBL > 4200gr)

7. Kehamilan serotinous (hamil > 41 minggu)

8. Plasenta previa

9. Dispropoesi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan

panggul)

10. Ancaman rupture uteri

11. Hydrocephalus

12. Mengurangi resiko pada ibu dengan gangguan jantung

13. Terdapat tumor yang menghalangi jalan lahir

14. Ibu dengan pre-eklampsia dan hipertensi

15. Keadaan dimana usaha untuk melahirkan janin pervaginam gagal

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam

Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang

terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang

20

Page 21: KPD Dr Sapar

pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak berarti

bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Persalinan diakhiri dengan

seksio sesaria bila:

1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya

Skor Zachtuchni Andros

Parameter Nilai

0 1 2

Paritas Primi Multi -

Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali

TBJ > 3650 gr 3650-3175 gr < 3175 gr

Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu

Station < -3 -2 -1 atau >

Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

Arti nilai:

≤ 3 : persalinan perabdominam

4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai

tetap dapat dilahirkan pervaginam.

> 5 : dilahirkan pervaginam.

2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

3. Didapatkan distosia

4. Umur kehamilan:

- Prematur (EFBW=2000 gram)

- Postdate / serotinus (umur kehamilan ≥ 41 minggu)

5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)

Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.

6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:

- Hipertensi dalam persalinan

21

Page 22: KPD Dr Sapar

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F.G; Mac Donal P.C.2005. William Obsetric Edisi 22. Appletion & Lange.

2. Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. FK UI. Jakarta. 3. Dr. H. M. A. Ashari SpOG (K). Sectio Caesarea. 2011.

22

Page 23: KPD Dr Sapar

4. Fernando Arias. Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd Edition. St. Louis Missiori. USA. 1993. Hal 213-223.

5. Jenis , Andrew D ; Breech Delivery. Updated: Apr 4, 2012. Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/797690-overview

23