Upload
ianzx
View
157
Download
11
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Kerja Praktek
Citation preview
III. PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. Penjelasan Umum
Pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah kontrak disetujui. Pelaksanaan
pekerjaan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak. Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu
pada RKS baik untuk bahan bangunan dan mutu bangunan.
B. Material
Material adalah semua jenis bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
pembangunan suatu proyek. Material-material yang digunakan harus
memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat -
syarat (RKS) yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan pemilik
proyek.
Adapun material yang digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Tiang Pancang
Pada proyek ini, jenis pondasi yang digunakan yaitu pondasi dalam. Dari
pihak perencana, direncanakan menggunakan pondasi tiang pancang
precast. Selain lebih cepat dan efisien dalam pekerjaan, pondasi tiang
28
pancang precast juga memiliki mutu yang lebih terjamin karena dibuat
secara fabrikasi.
Pondasi tiang pancang ini diproduksi oleh PT. Wijaya Karya. Panjang
pondasi ini dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan keadaan
tanah di lokasi proyek yang telah dilakukan uji sondir sebelumnya.
Panjang pondasi tiang pancang yang digunakan pada proyek ini memiliki
panjang 8 m, dengan diameter luar 35 cm, dan diameter dalam 20 cm.
Sedangkan mutu betonnya K-600.
Gambar 5. Tiang Pancang
2. Air
Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pada
proyek ini air digunakan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai
bahan adukan beton, adukan semen, untuk perawatan beton (curing),
pekerjaan pembersihan sebelum dilakukan pengecoran beton, dan untuk
keperluan pekerja seperti mandi, cuci dan lain-lain.
Secara teori, air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak
boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik, atau
bahan-bahan lain yang bersifat merusak beton dan baja tulangan
29
(Dipohusodo, 2001). Air yang digunakan pada proyek ini adalah air yang
berasal dari tower air yang berada di samping lokasi proyek, yaitu di areal
kompleks dinas PU Rajabasa Bandar Lampung.
Gambar 6. Air
3. Semen
Semen merupakan bahan pengikat hidrolik yang apabila dicampur dengan
air dan setelah mengeras tidak mengalami perubahan kimia jika dikenai air
(Sebayang, 2000).
Semen yang digunakan adalah semen yang sesuai dengan spesifikasi
teknis dari konsultan yaitu semen portland type I. Semen disimpan dalam
tempat yang baik agar terlindung dari cuaca (air, hujan dan kelembaban
tinggi) yang dapat menyebabkan semen mengeras dan rusak.
Pada proyek ini semen digunakan untuk merekatkan batu bata yang
merupakan bekisting pile cap, pembuatan beton decking, dan pembuatan
lantai kerja. Untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut, kontraktor memakai
semen Padang type I.
30
Gambar 7. Semen Padang type I
4. Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang digunakan adalah agregat berupa pasir alam sebagai
hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, dan mempunyai ukuran 0,007 – 5
mm (Sebayang, 2000).
Pasir yang digunakan harus berbutir tajam, keras, dan tidak mengandung
lumpur lebih dari 5 %. Pasir yang digunakan pada proyek ini berasal dari
lokasi penambangan pasir di Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Gambar 8. Agregat Halus (Pasir)
5. Agregat Kasar (Split)
Agregat kasar yang digunakan adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil
dari disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang
31
diperoleh dari pemecahan batu, dan mempunyai ukuran butir antara 5-40
mm. Ukuran agregat maksimum tidak boleh lebih 1/5 dari dimensi
terkecil dari bagian yang akan dicor dan tidak boleh melebihi 3/4 dari
jarak bersih antar tulangan, dan tidak lebih 1/3 dari tebal pelat lantai
(Sebayang, 2000).
Agregat kasar ini harus memiliki gradasi yang baik, keras, padat dan tidak
terbungkus oleh material lainnya. Pada proyek ini agregat kasar
digunakan untuk adukan beton pada lantai kerja. Agregat kasar ini
diperoleh dari Tanjungan, Lampung Selatan.
Gambar 9. Agregat Kasar (Split)
6. Baja Tulangan
Dalam pembuatan beton bertulang, baja tulangan berfungsi sebagai
penahan gaya tarik. Pada proyek ini digunakan pada pile cap, sloof, dan
pedestal. Baja tulangan yang dipakai terdiri dari Baja Tulangan Polos
(BJTP U-24) diameter 10 mm, 12 mm, 16 mm, 19 mm dan Baja Tulangan
Ulir (BJTD U-39) diameter 22 mm. Baja tulangan tersebut merupakan
produksi PT. Krakatau Steel yang difabrikasi di lokasi proyek.
32
Gambar 10. Baja Tulangan
7. Batu Bata
Batu bata pada proyek pembangunan gedung kantor Dinas PU Rajabasa
Bandar Lampung ini didatangkan dari Way Kandis. Batu bata yang
digunakan ini memiliki dimensi p, l, dan t, yaitu 17 cm, 9 cm, dan 3,5 cm.
Gambar 11. Batu Bata
8. Beton Tahu (Decking)
Beton tahu atau beton decking berfungsi untuk membuat sela atau jarak
antara permukaan bekisting dengan tulangan, sehingga pada waktu
pengecoran nanti bisa terbentuk selimut beton sesuai yang diinginkan.
Pada proyek ini, selimut beton pada pile cap, sloof, dan pedestal
direncanakan 5 cm. Oleh karena itu beton tahu dicetak berbentuk kubus
33
dengan tinggi 5 cm. Beton tahu terbuat dari adukan semen dan pasir
dengan perbandingan 1 : 4.
Gambar 12. Beton Tahu (Decking)
9. Kawat Pengikat Tulangan
Kawat pengikat tulangan digunakan untuk mengikat baja tulangan yang
akan dirangkai, sehingga posisi baja tulangan terkunci dan tidak bergeser.
Pada proyek ini digunakan kawat dengan diameter 1 mm.
Gambar 13. Kawat Pengikat Tulangan
10. Anti Rayap
Anti rayap digunakan untuk membunuh rayap dan kutu kayu yang berada
di dalam tanah. Sehingga ketika bangunan sudah berdiri, rayap dan kutu
kayu tidak merusak struktur bangunan. Anti rayap yang digunakan dengan
merk Super Toxcyn produksi PT. Ferindo-Indonesia ini berbentuk cair dan
34
digunakan sesuai dengan dosis yang tertera pada botol anti rayap tersebut,
yaitu dicampur dengan 5-6 liter air. Dimana setiap botolnya berisi 1 liter.
Gambar 14. Anti Rayap
11. Angkur
Angkur digunakan untuk mengikat antara kolom pedestal dengan kolom
baja. Digunakan angkur dengan diameter 25 mm. Setiap titik kolom
membutuhkan 6 buah angkur.
Gambar 15. Angkur
12. Stop Cor
Stop cor berfungsi untuk membatasi pengecoran pada lubang tiang
pancang, sehingga beton tidak mengisi seluruh lubang tiang pancang
tersebut. Setiap lubang tiang pancang dipasang 6 buah stop cor.
Digunakan baja tulangan polos Ø 10 mm.
35
Gambar 16. Stop Cor
13. Papan
Pada proyek ini papan digunakan sebagai bekisting pada pekerjaan sloof
dan kolom pedestal. Papan yang digunakan yaitu papan kelas III, dengan
panjang 300 cm, lebar 25 cm, dan tebal 2 cm.
Gambar 17. Papan
14. Balok Kayu
Balok kayu digunakan sebagai penahan bekisting pada pekerjaan sloof dan
kolom pedestal. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas III dengan dimensi
4/6.
36
Gambar 18. Balok Kayu
15. Plastik Cor
Pada pekerjaan pengecoran sloof, digunakan plastik cor yang bertujuan
agar faktor air semen pada beton tersebut tetap terjaga. Sehingga beton
tersebut mengalami pengerasan yang baik dan mempunyai kuat tekan
sesuai dengan rencana.
Plastik cor ini dijual per meter di toko-toko bahan bangunan dan memiliki
lebar 2 m. Pada proyek ini, digunakan plastik cor sepanjang 100 m untuk
tulangan sloof.
Gambar 19. Plastik Cor
16. Beton Ready Mix
Beton ready mix adalah beton yang berasal dari batching plant untuk
pengecoran di lapangan (Sebayang, 2000).
37
Batching plant PT. Adhi Karya berada di Tarahan, sedangkan pengecoran
di lakukan di Rajabasa. Waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut beton
menggunakan mixer truck yaitu ± 1 jam. Untuk menghindari beton
tersebut mengeras di perjalanan, maka PT. Adhi Karya menggunakan zat
additive VZ Plastment. Dimana zat additive ini mampu memperlambat
pengerasan beton hingga ± 3 jam.
Pada proyek ini, beton ready mix digunakan pada pengecoran pile cap,
sloof, dan pedestal. Adapun alasan penggunaan beton ready mix yaitu :
a. Kontrol kualitas beton yang lebih ketat dalam penakaran material-
material penyusun beton, sehingga mengurangi kemungkinan
perbedaan sifat-sifat beton yang telah mengeras.
b. Penghematan waktu dalam pengecoran.
Beton ready mix yang dipakai dalam proyek ini adalah beton dengan mutu
K-300 atau memiliki kuat tekan 300 kg/cm², yang berasal dari PT. Adhi
Karya.
Gambar 20. Beton Ready Mix
38
17. Cat Besi
Pengecatan dilakukan pada tulangan stek sloof, stek pedestal, dan angkur.
Tujuannya agar baja tersebut tidak mengalami korosi, yang dapat
mengakibatkan penurunan kekuatan baja. Digunakan cat besi dengan
merk Nippon Paint, produksi PT. Nipsea Paint and Chemicals – Jakarta.
Gambar 21. Cat Besi
C. Peralatan
Peralatan yang disediakan kontraktor yaitu, antara lain :
1. Hidraulic Static Pile Driver (HSPD)
HSPD adalah alat untuk pemancangan tiang, tanpa ada getaran dan tanpa
polusi suara. Sehingga dapat digunakan di tengah kota tanpa mengganggu
lingkungan sekitar. HSPD pada proyek ini selain digunakan untuk
memancang tiang pancang, dapat digunakan juga untuk mengangkat dan
memindahkan tiang pancang tersebut.
39
Gambar 22. Hidraulic Static Pile Driver
2. Bar Cutter
Bar cutter digunakan untuk memotong baja tulangan. Pada proyek ini, bar
cutter digunakan untuk memotong baja tulangan polos Ø 10 mm dan Ø 12
mm.
Gambar 23. Bar Cutter
3. Blander
Blander digunakan untuk memotong baja tulangan Ø 16 mm, Ø 19 mm,
dan D 22 mm.
Gambar 24. Blander
40
4. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)
Bar Bender digunakan untuk membengkokkan tulangan.
Gambar 25. Bar Bender
5. Theodolite
Pada awal pekerjaan, theodolite digunakan untuk menentukan sumbu
bangunan dan penandaan penempatan kolom. Kemudian theodolite
kembali digunakan untuk menentukan sumbu pedestal. Untuk
menentukan sumbu pedestal, dilakukan dengan cara membidik arah
vertikal dan horizontal. Sehingga dapat ditentukan titik tengah pedestal
tersebut.
Gambar 26. Theodolite
41
6. Truk Pencampur (Mixer Truck)
Mixer truck adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut beton
Ready Mix dari lokasi batching plant ke lokasi proyek. Kendaraan ini
dilengkapi dengan alat pencampur (mixer) yang terus berputar selama
perjalanan menuju lokasi proyek, sehingga adukan beton tersebut tidak
mengalami segregasi. Selain itu, adukan beton diberi zat additive yang
berfungsi untuk memperlambat beton mengeras selama perjalanan menuju
lokasi proyek.
Mixer truck digunakan pada pekerjaan pengecoran pile cap, sloof, dan
pedestal. Beton tersebut berasal dari PT. Adhi Karya. Kendaraan ini
mampu mengangkut 5 - 7 m3 beton.
Gambar 27. Mixer Truck
7. Vibrator
Vibrator adalah alat yang digunakan untuk memadatkan adukan beton
pada saat dimasukkan kedalam cetakan atau bekisting, serta untuk
meratakan adukan beton pada saat pengecoran pile cap, sloof dan pedestal.
Dengan digunakannya vibrator diharapkan seluruh bagian yang dicor dapat
terisi beton dengan baik dan padat, sehingga tidak terjadi celah kosong
yang dapat menyebabkan beton keropos.
42
Vibrator tidak boleh dibiarkan terlalu lama pada satu tempat dalam beton
basah, karena dapat menyebabkan segresi yaitu terlepasnya ikatan antar
material pembentuk beton.
Gambar 28. Vibrator
8. Mesin Las
Pada proyek ini, mesin las digunakan untuk mengelas angkur pada
tulangan pedestal. Tujuannya yaitu, ketika pengecoran angkur tidak
bergeser atau tetap pada posisi semula ketika dipasang. Alat las yang
digunakan yaitu alat las listrik.
Gambar 29. Mesin Las
9. Water Pass
Pada proyek ini, water pass digunakan untuk menentukan kedataran dan
ketegakan dalam pemasangan angkur.
43
Gambar 30. Water Pass
10. Peralatan Pembantu
Peralatan lain yang digunakan pada proyek ini, yaitu : helm proyek, sepatu
boots, cangkul, sekop, blencong, scrap, gerinda, palu, godam, golok,
gergaji, ember, meteran, tang, tang kakak tua, selang, kuas, dan roly
dorong.
D. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama melakukan kerja praktik pada
pembangunan Gedung Kantor Dinas PU Rajabasa Bandar Lampung ini,
antara lain yaitu pekerjaan pondasi, sloof, dan kolom pedestal.
1. Pekerjaan Pondasi
Pondasi adalah suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk menopang
bangunan dan meneruskan beban yang bekerja diatasnya ke dasar tanah.
Pondasi yang digunakan pada pembangunan Gedung Kantor Dinas PU
Rajabasa Bandar Lampung adalah pondasi tiang pancang.
44
Langkah-langkah pekerjaan pondasi :
a. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang yang digunakan memiliki panjang 8 m, dengan
diameter luar 35 cm dan diameter dalam 20 cm. Pondasi ini diproduksi
oleh PT. Wijaya Karya dengan mutu beton K-600.
Langkah-langkah pekerjaan pondasi tiang pancang :
1. Melakukan pengukuran terhadap titik tengah bangunan (as
bangunan), titik-titik kolom, dan titik-titik tiang pancang
menggunakan theodolite. Kemudian memberi tanda dengan patok
kayu.
2. Melakukan pekerjaan pemancangan dengan mesin HSPD. Yang
pertama-tama dilakukan adalah menempatkan mesin tersebut di atas
patok tiang pancang yang akan dipancang.
3. Mengangkat tiang pancang dengan crane dan menempatkannya pada
pressure mesin HSPD tersebut (Gambar 31).
Gambar 31. Tiang Pancang Pada Pressure Mesin HSPD
4. Memberikan tekanan pada lingkar tiang pancang agar tiang pancang
terkunci. Kemudian memberikan tekanan ke bawah, sehingga tiang
pancang tersebut dapat masuk ke dalam tanah. Penekanan
45
dihentikan ketika ujung tiang pancang bertemu tanah keras dengan
nilai sondir > 200 kg/cm2 dan dial yang terbaca pada mesin HSPD
tersebut mencapai 23 Mpa (Gambar 32).
Gambar 32. Dial Penekanan
5. Pada pekerjaan pemancangan, ada dua kondisi pemancangan. Yaitu
yang pertama pemancangan dimana tiang pancang masuk lebih dari
6 m dari muka tanah dan yang kedua tiang pancang masuk kurang
dari 6 m dari muka tanah.
Pada kondisi pertama, tiang pancang masuk lebih dari 6 m dari
muka tanah. Pemancangan tiang pancang dilakukan dengan
bantuan tiang pancang lainnya (Gambar 33). Hal ini dilakukan
karena pressure pada mesin HSPD memiliki jarak yang terbatas
untuk mengunci tiang pancang tersebut. Adapun jarak antara
pressure dan muka tanah yaitu ± 2 m.
46
Gambar 33. Pemancangan Dengan Bantuan Tiang Pancang Lainnya
Pada kondisi kedua, tiang pancang masuk kurang dari 6 m dari
muka tanah. Pada kondisi ini, dilakukan pemotongan tiang
pancang agar tidak menghalangi pergerakan mesin HSPD.
Pemotongan dilakukan menggunakan pahat dan godam untuk
menghancurkan beton, sedangkan untuk memotong tulangan
digunakan alat las listrik (Gambar 34).
Gambar 34. Pemotongan Tiang Pancang
6. Mengangkat sisa tiang pancang ataupun tiang pancang yang
digunakan untuk membantu pemancangan dengan menggunakan
crane (Gambar 35).
Gambar 35. Mengangkat Sisa Tiang Pancang
47
b. Pondasi Pile Cap
Pondasi pile cap adalah elemen struktur yang menyatukan satu atau
beberapa pondasi tiang terhadap kolom atau elemen struktur lain di
atasnya. Berdasarkan perencanaan, setiap pile cap akan dipasang 4
buah tiang pancang. Adapun dimensi pile cap yaitu 2 m x 2 m, dengan
ketebalan 0,5 m.
Langkah-langkah pekerjaan pondasi pile cap :
1. Membuat galian tanah dengan ukuran 2,1 x 2,1 x 1,2 m (p x l x t).
2. Menghancurkan beton tiang pancang hingga tersisa ± 15 cm dari
dasar galian tanah (Gambar 36).
Gambar 36. Tiang Pancang Yang Telah Dihancurkan
3. Membuat bekisting pile cap dari pasangan batu bata di sekelilingnya,
dengan adukan 1 : 4 (Gambar 37).
Gambar 37. Bekisting Pile Cap
48
4. Menyiram anti rayap pada dasar galian pile cap.
5. Mengurug pasir pasang dengan ketebalan ± 5 cm. Pada saat
pengurugan, dilakukan penyiraman dengan air agar pasir yang
diurug tersebut menjadi lebih padat.
6. Membuat lantai kerja beton dengan adukan 1 : 3 : 5. Dilakukan
dengan cara manual, kemudian dituangkan ke dalam galian pile cap
dengan ketebalan ± 5 cm.
7. Memotong tulangan utama pile cap dengan panjang 2,7 m sebanyak
52 buah untuk setiap pile cap. Tulangan utama yang digunakan
yaitu tulangan ulir berdiameter 22 mm.
8. Membengkokan tulangan tersebut dengan menggunakan bar bender
sesuai dengan ukuran rencana (Gambar 38).
1.9 m
0.4 m
Gambar 38. Ukuran Tulangan Pile Cap
9. Menganyam tulangan pile cap dengan jarak antar tulangan 150 mm
(D 22–150 mm) (Gambar 39).
49
Gambar 39. Menganyam Tulangan Pile Cap
10. Mengurug tanah galian ke dalam tiang pancang.
11. Memasang tulangan pile cap yang telah dianyam ke dalam galian
pile cap (Gambar 40).
Gambar 40. Memasang Tulangan Pile Cap
12. Memasang stop cor pada lubang tiang pancang. Setiap lubang tiang
pancang digunakan 6 buah stop cor tulangan polos diameter 12 mm.
13. Menentukan as kolom pedestal dengan menggunakan theodolite.
Pengukuran dilakukan secara horizontal dan vertikal, sehingga
didapatkan as kolom pedestal (Gambar 41).
Gambar 41. Menentukan as pedestal dengan Theodolite
14. Memasang tulangan utama kolom pedestal pada pile cap
(Gambar 42).
50
Gambar 42. Memasang Tulangan Utama Kolom Pedestal
15. Melakukan pengecoran pada pile cap dengan beton ready mix
(Gambar 43).
Gambar 43. Pengecoran Pile Cap
2. Pekerjaan Sloof
Sloof yang direncanakan berukuran 30 x 60 cm, dengan tebal selimut beton
5 cm.
Langkah-langkah pengerjaan sloof, sebagai berikut :
1. Menggali tanah dengan kedalaman 45 cm dan lebar 40 cm.
2. Memotong tulangan utama dan tulangan sengkang dengan
menggunakan bar cutter. Digunakan tulangan utama baja polos (BJTP
U-24) Ø 19 mm, tulangan bagi (BJTP U-24) Ø 16 mm, dan tulangan
sengkang (BJTP U-24) Ø 10 mm.
51
3. Membengkokan tulangan utama sloof dan tulangan sengkang sesuai
dengan perencanaan (Gambar 44).
30
2030
3 Ø 19
2 Ø 16
3 Ø 19
SENGKANG Ø 10
50
20
Gambar 44. Ukuran Tulangan Utama Sloof dan Tulangan Sengkang
4. Menganyam tulangan sloof, dengan jarak antar sengkang 150 mm
(Gambar 45).
Gambar 45. Pekerjaan Tulangan Sloof
5. Memasang tulangan sloof pada galian dan mengaitkannya pada
tulangan kolom pedestal (Gambar 46).
Gambar 46. Memasang Tulangan Sloof
52
6. Memasang plastik cor pada tulangan sloof (Gambar 47).
Gambar 47. Memasang Plastik Cor
7. Membuat bekisting dengan menggunakan papan kelas III pada sisi
kanan dan kiri saja. Sedangkan bagian bawah sloof tidak digunakan
bekisting karena langsung diurug dengan tanah bekas galian (Gambar
48).
Gambar 48. Bekisting Pada Sloof
8. Memasang beton decking untuk mendapatkan selimut beton yang
direncanakan.
9. Melakukan pekerjaan pengecoran menggunakan beton ready mix
dengan mutu beton K-300 (Gambar 49). Beton diproduksi oleh PT.
Adhi Karya.
53
Gambar 49. Pengecoran Pada Sloof
10. Melakukan curing atau perawatan beton yang dilakukan dengan cara
penyiraman air pada beton tersebut (Gambar 50).
Gambar 50. Curing
3. Pekerjaan Kolom Pedestal
Kolom pedestal berfungsi sebagai tumpuan kolom baja dan disertai dengan
pemasangan angkur untuk menahan kolom baja yang akan dipasang.
Kolom pedestal ini berukuran 0,5 x 0,5 m, dengan ketinggian 1 m.
Langkah-langkah pengerjaan kolom pedestal, sebagai berikut :
1. Mencari titik as kolom pedestal dengan theodolite.
2. Memotong tulangan utama kolom pedestal sepanjang 230 cm sebanyak
12 buah dan sepanjang 195 cm sebanyak 4 buah untuk setiap kolom
pedestal. Tulangan utama yang digunakan yaitu baja ulir berdiameter
54
22 mm. Sedangkan untuk tulangan sengkang digunakan baja polos
diameter 12 mm.
3. Membengkokan tulangan utama dan tulangan sengkang sesuai dengan
ukuran rencana (Gambar 51).
175
45
10
40
40
140
45
10
Gambar 51. Ukuran Tulangan Utama dan Tulangan Sengkang Kolom Pedestal
4. Memasang tulangan utama kolom pedestal pada pile cap. Dibutuhkan
16 buah tulangan utama (16D22) dan jarak antar sengkang 150 mm
(Ø12-150 mm) (Gambar 52).
Gambar 52. Memasang Tulangan Kolom Pedestal
55
5. Membuat bekisting dari papan kelas III dengan dimensi bagian dalam
bekisting (p x l x t) 0,5 m x 0,5 m x 1 m (Gambar 53).
Gambar 53. Bekisting Pada Kolom Pedestal
6. Memasang beton decking dengan ketebalan 5 cm diantara tulangan
sengkang pedestal dan bekisting.
7. Memasang angkur pada kolom pedestal. Digunakan angkur dengan
diameter 25 mm sebanyak 6 buah untuk setiap kolom pedestal
(Gambar 54). Untuk memasang angkur pada kolom pedestal,
digunakan alat las listrik.
Gambar 54. Angkur Pada Kolom Pedestal
8. Melakukan pengecoran dengan beton ready mix dengan mutu beton
K-300 yang diproduksi oleh PT. Adhi Karya (Gambar 55).
56
Gambar 55. Pengecoran Kolom Pedestal
9. Menyiram beton dengan air sebagai perawatan (curing).
E. Pengawasan Proyek
Pelaksanaan pengawasan terhadap suatu proyek konstruksi merupakan suatu
hal yang penting yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan yang
telah dilakukan oleh kontraktor, apakah telah sesuai dengan rencana, pedoman
pelaksanaan konstruksi, spesifikasi teknis, dan gambar rencana proyek yang
ada. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan proyek ini
adalah konsultan pengawas yaitu CV. Jaim dan Rekan.
1. Pengawasan Mutu Material
Pengawasan mutu bahan yang digunakan, dilakukan bersama-sama oleh
konsultan pengawas dan kontraktor. Semua bahan yang dipakai harus
sesuai dengan yang ditetapkan dalam RKS. Jika bahan yang digunakan
ternyata tidak sesuai, maka konsultan pengawas berhak menolak
pemakaian bahan tersebut. Material yang perlu diawasi, antara lain :
57
1. Semen
Pengawasan dilakukan dengan cara melihat apakah merk dan jumlah
semen yang tiba di lokasi proyek sesuai dengan RKS dan pesanan, serta
memperhatikan apakah semen-semen tersebut dalam kondisi yang baik
atau tidak. Jika belum digunakan, semen ditumpuk di gudang dengan
tinggi penumpukan tidak lebih dari 1,5 m. Perlu diperhatikan juga
untuk memberi alas pada semen tersebut agar tidak kontak langsung
dengan lantai dan terhindar dari kelembaban yang dapat menurunkan
kualitas semen tersebut.
2. Agregat Halus (Pasir)
Pengawasan yang dilaksanakan untuk agregat halus, yaitu :
a. Melihat warna dan variasi butiran apakah mengandung lumpur atau
tidak. Bila pasir berwarna coklat tanah maka pasir mengandung
banyak lumpur.
b. Memeriksa apakah pasir yang digunakan tidak mengandung kotoran
yang berlebihan.
c. Memeriksa kadar air pasir dengan menggenggam pasir, apabila
setelah genggaman dibuka pasir menggumpal berarti kadar airnya
cukup tinggi.
d. Menumpuk pasir ditempat yang kering serta tidak bercampur dengan
material lain.
Dari hasil pengawasan diketahui bahwa pasir yang digunakan
mempunyai kualitas yang cukup baik, yaitu tidak berwarna coklat, tidak
58
mengandung kotoran yang berlebih, tidak mengandung kadar air yang
tinggi.
3. Agregat Kasar (Split)
Pengawasan yang dilaksanakan meliputi tekstur dan kebersihan split.
Split yang baik harus memiliki tekstur yang kasar, runcing (bersudut),
dan berwarna hitam. Dari hasil pengamatan secara visual di lapangan,
diketahui kerikil yang digunakan memiliki tekstur yang baik dan cukup
bersih.
4. Baja Tulangan
Pengawasan yang dilakukan pada baja tulangan meliputi jenis tulangan
dan diameter tulangan, apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau
tidak. Penyimpanan baja tulangan sebaiknya di tempat yang tidak
lembab dan terlindung dari cuaca untuk menghindari korosi pada baja
tulangan.
Dalam pengawasan baja tulangan, jenis dan diameter tulangan yang
digunakan sudah sesuai dengan perencanaan. Penyimpanan baja
tulangan diletakkan di tempat terbuka karena terbatasnya gudang untuk
menyimpan material. Meskipun demikian baja tulangan tetap dalam
kondisi layak digunakan, karena cukup bersih dari kotoran maupun
karat karena tidak terlalu lama ditempatkan di lokasi terbuka.
59
5. Kayu
Pada proyek ini, kayu digunakan untuk pekerjaan bekisting.
Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan dan apakah kayu-kayu tersebut dalam kondisi baik
atau tidak. Kondisi baik disini yaitu lurus dan tidak ada cacat mata
kayu.
Kayu-kayu yang digunakan pada proyek ini memiliki ukuran yang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya cukup baik, meskipun
beberapa kayu tidak lurus dan terdapat mata kayu. Tetapi masih dapat
ditoleransi oleh pihak konsultan pengawas.
2. Pengawasan Mutu Beton
Pada proyek ini, digunakan 2 macam beton, yaitu :
a. Beton Ready Mix
Beton Ready Mix yang digunakan pada proyek ini diproduksi oleh PT.
Adhi Karya. Beton diangkut menggunakan mixer truck dari batching
plant di Tarahan ke lokasi proyek di Rajabasa.
Beton dari setiap mixer truck diambil sedikit untuk keperluan
pengujian. Yang pertama yaitu uji slump, dengan tinggi slump adalah
10 ± 2 cm (Gambar 56). Kemudian memasukkan adukan beton tersebut
ke dalam cetakan berbentuk kubus yang disediakan oleh PT. Adhi
Karya untuk pengujian kuat tekan beton (Gambar 57). Dari hasil uji
laboratorium, beton tersebut memenuhi kuat tekan rencana yaitu 300
kg/cm2.
60
Sebaiknya pengujian tidak hanya dilakukan oleh PT. Adhi Karya
sendiri selaku supplier dari beton ready mix yang digunakan dalam
proyek tersebut. Tetapi juga melakukan pengujian di suatu lembaga
independen, misalnya laboratorium Universitas Lampung.
Gambar 56. Uji Slump Beton Ready Mix
Gambar 57. Beton Yang Akan Diuji di Laboratorium
b. Beton Produksi Manual
Pada proyek ini, beton produksi manual hanya digunakan untuk
pekerjaan lantai kerja. Sehingga pengawasan mutu material tidak
terlalu ketat. Material penyusun beton seperti semen, pasir, kerikil, dan
air hanya diamati secara visual oleh pengawas proyek.
61
3. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang diinginkan, harus diadakan
pengawasan terhadap jalannya pekerjaan. Pengawasan pelaksanaan
pekerjaan dilakukan oleh pihak kontraktor dan konsultan pengawas.
Pada proyek ini pengawasan yang dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan
meliputi antara lain :
a. Perakitan tulangan, yaitu : jenis tulangan, diameter tulangan, ukuran
tulangan, jumlah tulangan, jarak antar tulangan, dan sambungan
tulangan.
b. Perakitan bekisting yang meliputi : ukuran bekisting, cara pemasangan
agar tidak terjadi kebocoran, dan memberi jarak untuk selimut beton.
c. Proses pengecoran yang dilakukan dengan beton ready mix harus
diperhatikan cara penuangan, tinggi jatuh adukan beton, dan pemadatan
menggunakan vibrator.
Pada pelaksanaan pekerjaan, terjadi beberapa penyimpangan. Pada
pengecoran pile cap tidak seluruhnya menggunakan vibrator, karena alat
tersebut mengalami kerusakan ketika sedang digunakan. Sehingga
pemadatan dilakukan menggunakan kayu.
Pada pekerjaan perakitan tulangan pile cap, terjadi kekurangan jumlah
tulangan. Sehingga dilakukan pembongkaran dan penambahan tulangan.
Namun secara keseluruhan, proses pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan
baik dan sesuai dengan RKS.
62
4. Evaluasi Kemajuan Pekerjaan
Untuk mengetahui sejauh mana realisasi pekerjaan yang telah tercapai
dalam sebuah proyek maka diperlukan suatu evaluasi yaitu berupa laporan
kerja. Dari laporan tersebut bisa diketahui jenis dan volume pekerjaan
yang telah dilaksanakan, perubahan-perubahan yang dilakukan, kesalahan-
kesalahan yang terjadi dan cara mengatasinya.
Dalam proyek ini laporan kerja tersusun dalam tiga bentuk yaitu :
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat oleh kontraktor pelaksana. Laporan ini berisi
laporan pelaksanaan pekerjaan dalam satu hari yang memuat tentang
jumlah tenaga kerja, bahan yang diterima maupun ditolak, volume
pekerjaan yang dicapai, keadaan cuaca, pekerjaan tambahan, pekerjaan
kurang, perubahan pekerjaan dan hal-hal lainnya yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek pada hari tersebut.
b. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan merupakan rekapitulasi dari laporan harian yang
berisi prestasi pekerjaan periode mingguan yang telah dicapai dan bobot
terhadap pekerjaan keseluruhan selama satu minggu. Laporan
mingguan juga dibuat oleh kontraktor pelaksana.
63
c. Laporan Bulanan
Setelah laporan harian dan mingguan dievaluasi dan disetujui,
selanjutnya pihak Konsultan Pengawas membuat Laporan Bulanan
yang memuat tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek selama
periode satu bulan.