50
III. PELAKSANAAN PEKERJAAN A. Penjelasan Umum Pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah kontrak disetujui. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS baik untuk bahan bangunan dan mutu bangunan. B. Material Material adalah semua jenis bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Material-material yang digunakan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat -syarat (RKS) yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan pemilik proyek.

KP PU BAB III

  • Upload
    ianzx

  • View
    157

  • Download
    11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Kerja Praktek

Citation preview

Page 1: KP PU BAB III

III. PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Penjelasan Umum

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah kontrak disetujui. Pelaksanaan

pekerjaan dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam

dokumen kontrak. Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu

pada RKS baik untuk bahan bangunan dan mutu bangunan.

B. Material

Material adalah semua jenis bahan yang digunakan dalam pelaksanaan

pembangunan suatu proyek. Material-material yang digunakan harus

memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat -

syarat (RKS) yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan pemilik

proyek.

Adapun material yang digunakan pada proyek ini adalah sebagai berikut :

1. Tiang Pancang

Pada proyek ini, jenis pondasi yang digunakan yaitu pondasi dalam. Dari

pihak perencana, direncanakan menggunakan pondasi tiang pancang

precast. Selain lebih cepat dan efisien dalam pekerjaan, pondasi tiang

Page 2: KP PU BAB III

28

pancang precast juga memiliki mutu yang lebih terjamin karena dibuat

secara fabrikasi.

Pondasi tiang pancang ini diproduksi oleh PT. Wijaya Karya. Panjang

pondasi ini dapat dipesan sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan keadaan

tanah di lokasi proyek yang telah dilakukan uji sondir sebelumnya.

Panjang pondasi tiang pancang yang digunakan pada proyek ini memiliki

panjang 8 m, dengan diameter luar 35 cm, dan diameter dalam 20 cm.

Sedangkan mutu betonnya K-600.

Gambar 5. Tiang Pancang

2. Air

Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pada

proyek ini air digunakan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai

bahan adukan beton, adukan semen, untuk perawatan beton (curing),

pekerjaan pembersihan sebelum dilakukan pengecoran beton, dan untuk

keperluan pekerja seperti mandi, cuci dan lain-lain.

Secara teori, air yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak

boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik, atau

bahan-bahan lain yang bersifat merusak beton dan baja tulangan

Page 3: KP PU BAB III

29

(Dipohusodo, 2001). Air yang digunakan pada proyek ini adalah air yang

berasal dari tower air yang berada di samping lokasi proyek, yaitu di areal

kompleks dinas PU Rajabasa Bandar Lampung.

Gambar 6. Air

3. Semen

Semen merupakan bahan pengikat hidrolik yang apabila dicampur dengan

air dan setelah mengeras tidak mengalami perubahan kimia jika dikenai air

(Sebayang, 2000).

Semen yang digunakan adalah semen yang sesuai dengan spesifikasi

teknis dari konsultan yaitu semen portland type I. Semen disimpan dalam

tempat yang baik agar terlindung dari cuaca (air, hujan dan kelembaban

tinggi) yang dapat menyebabkan semen mengeras dan rusak.

Pada proyek ini semen digunakan untuk merekatkan batu bata yang

merupakan bekisting pile cap, pembuatan beton decking, dan pembuatan

lantai kerja. Untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut, kontraktor memakai

semen Padang type I.

Page 4: KP PU BAB III

30

Gambar 7. Semen Padang type I

4. Agregat Halus (Pasir)

Agregat halus yang digunakan adalah agregat berupa pasir alam sebagai

hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang

dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, dan mempunyai ukuran 0,007 – 5

mm (Sebayang, 2000).

Pasir yang digunakan harus berbutir tajam, keras, dan tidak mengandung

lumpur lebih dari 5 %. Pasir yang digunakan pada proyek ini berasal dari

lokasi penambangan pasir di Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah.

Gambar 8. Agregat Halus (Pasir)

5. Agregat Kasar (Split)

Agregat kasar yang digunakan adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil

dari disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang

Page 5: KP PU BAB III

31

diperoleh dari pemecahan batu, dan mempunyai ukuran butir antara 5-40

mm. Ukuran agregat maksimum tidak boleh lebih 1/5 dari dimensi

terkecil dari bagian yang akan dicor dan tidak boleh melebihi 3/4 dari

jarak bersih antar tulangan, dan tidak lebih 1/3 dari tebal pelat lantai

(Sebayang, 2000).

Agregat kasar ini harus memiliki gradasi yang baik, keras, padat dan tidak

terbungkus oleh material lainnya. Pada proyek ini agregat kasar

digunakan untuk adukan beton pada lantai kerja. Agregat kasar ini

diperoleh dari Tanjungan, Lampung Selatan.

Gambar 9. Agregat Kasar (Split)

6. Baja Tulangan

Dalam pembuatan beton bertulang, baja tulangan berfungsi sebagai

penahan gaya tarik. Pada proyek ini digunakan pada pile cap, sloof, dan

pedestal. Baja tulangan yang dipakai terdiri dari Baja Tulangan Polos

(BJTP U-24) diameter 10 mm, 12 mm, 16 mm, 19 mm dan Baja Tulangan

Ulir (BJTD U-39) diameter 22 mm. Baja tulangan tersebut merupakan

produksi PT. Krakatau Steel yang difabrikasi di lokasi proyek.

Page 6: KP PU BAB III

32

Gambar 10. Baja Tulangan

7. Batu Bata

Batu bata pada proyek pembangunan gedung kantor Dinas PU Rajabasa

Bandar Lampung ini didatangkan dari Way Kandis. Batu bata yang

digunakan ini memiliki dimensi p, l, dan t, yaitu 17 cm, 9 cm, dan 3,5 cm.

Gambar 11. Batu Bata

8. Beton Tahu (Decking)

Beton tahu atau beton decking berfungsi untuk membuat sela atau jarak

antara permukaan bekisting dengan tulangan, sehingga pada waktu

pengecoran nanti bisa terbentuk selimut beton sesuai yang diinginkan.

Pada proyek ini, selimut beton pada pile cap, sloof, dan pedestal

direncanakan 5 cm. Oleh karena itu beton tahu dicetak berbentuk kubus

Page 7: KP PU BAB III

33

dengan tinggi 5 cm. Beton tahu terbuat dari adukan semen dan pasir

dengan perbandingan 1 : 4.

Gambar 12. Beton Tahu (Decking)

9. Kawat Pengikat Tulangan

Kawat pengikat tulangan digunakan untuk mengikat baja tulangan yang

akan dirangkai, sehingga posisi baja tulangan terkunci dan tidak bergeser.

Pada proyek ini digunakan kawat dengan diameter 1 mm.

Gambar 13. Kawat Pengikat Tulangan

10. Anti Rayap

Anti rayap digunakan untuk membunuh rayap dan kutu kayu yang berada

di dalam tanah. Sehingga ketika bangunan sudah berdiri, rayap dan kutu

kayu tidak merusak struktur bangunan. Anti rayap yang digunakan dengan

merk Super Toxcyn produksi PT. Ferindo-Indonesia ini berbentuk cair dan

Page 8: KP PU BAB III

34

digunakan sesuai dengan dosis yang tertera pada botol anti rayap tersebut,

yaitu dicampur dengan 5-6 liter air. Dimana setiap botolnya berisi 1 liter.

Gambar 14. Anti Rayap

11. Angkur

Angkur digunakan untuk mengikat antara kolom pedestal dengan kolom

baja. Digunakan angkur dengan diameter 25 mm. Setiap titik kolom

membutuhkan 6 buah angkur.

Gambar 15. Angkur

12. Stop Cor

Stop cor berfungsi untuk membatasi pengecoran pada lubang tiang

pancang, sehingga beton tidak mengisi seluruh lubang tiang pancang

tersebut. Setiap lubang tiang pancang dipasang 6 buah stop cor.

Digunakan baja tulangan polos Ø 10 mm.

Page 9: KP PU BAB III

35

Gambar 16. Stop Cor

13. Papan

Pada proyek ini papan digunakan sebagai bekisting pada pekerjaan sloof

dan kolom pedestal. Papan yang digunakan yaitu papan kelas III, dengan

panjang 300 cm, lebar 25 cm, dan tebal 2 cm.

Gambar 17. Papan

14. Balok Kayu

Balok kayu digunakan sebagai penahan bekisting pada pekerjaan sloof dan

kolom pedestal. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas III dengan dimensi

4/6.

Page 10: KP PU BAB III

36

Gambar 18. Balok Kayu

15. Plastik Cor

Pada pekerjaan pengecoran sloof, digunakan plastik cor yang bertujuan

agar faktor air semen pada beton tersebut tetap terjaga. Sehingga beton

tersebut mengalami pengerasan yang baik dan mempunyai kuat tekan

sesuai dengan rencana.

Plastik cor ini dijual per meter di toko-toko bahan bangunan dan memiliki

lebar 2 m. Pada proyek ini, digunakan plastik cor sepanjang 100 m untuk

tulangan sloof.

Gambar 19. Plastik Cor

16. Beton Ready Mix

Beton ready mix adalah beton yang berasal dari batching plant untuk

pengecoran di lapangan (Sebayang, 2000).

Page 11: KP PU BAB III

37

Batching plant PT. Adhi Karya berada di Tarahan, sedangkan pengecoran

di lakukan di Rajabasa. Waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut beton

menggunakan mixer truck yaitu ± 1 jam. Untuk menghindari beton

tersebut mengeras di perjalanan, maka PT. Adhi Karya menggunakan zat

additive VZ Plastment. Dimana zat additive ini mampu memperlambat

pengerasan beton hingga ± 3 jam.

Pada proyek ini, beton ready mix digunakan pada pengecoran pile cap,

sloof, dan pedestal. Adapun alasan penggunaan beton ready mix yaitu :

a. Kontrol kualitas beton yang lebih ketat dalam penakaran material-

material penyusun beton, sehingga mengurangi kemungkinan

perbedaan sifat-sifat beton yang telah mengeras.

b. Penghematan waktu dalam pengecoran.

Beton ready mix yang dipakai dalam proyek ini adalah beton dengan mutu

K-300 atau memiliki kuat tekan 300 kg/cm², yang berasal dari PT. Adhi

Karya.

Gambar 20. Beton Ready Mix

Page 12: KP PU BAB III

38

17. Cat Besi

Pengecatan dilakukan pada tulangan stek sloof, stek pedestal, dan angkur.

Tujuannya agar baja tersebut tidak mengalami korosi, yang dapat

mengakibatkan penurunan kekuatan baja. Digunakan cat besi dengan

merk Nippon Paint, produksi PT. Nipsea Paint and Chemicals – Jakarta.

Gambar 21. Cat Besi

C. Peralatan

Peralatan yang disediakan kontraktor yaitu, antara lain :

1. Hidraulic Static Pile Driver (HSPD)

HSPD adalah alat untuk pemancangan tiang, tanpa ada getaran dan tanpa

polusi suara. Sehingga dapat digunakan di tengah kota tanpa mengganggu

lingkungan sekitar. HSPD pada proyek ini selain digunakan untuk

memancang tiang pancang, dapat digunakan juga untuk mengangkat dan

memindahkan tiang pancang tersebut.

Page 13: KP PU BAB III

39

Gambar 22. Hidraulic Static Pile Driver

2. Bar Cutter

Bar cutter digunakan untuk memotong baja tulangan. Pada proyek ini, bar

cutter digunakan untuk memotong baja tulangan polos Ø 10 mm dan Ø 12

mm.

Gambar 23. Bar Cutter

3. Blander

Blander digunakan untuk memotong baja tulangan Ø 16 mm, Ø 19 mm,

dan D 22 mm.

Gambar 24. Blander

Page 14: KP PU BAB III

40

4. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)

Bar Bender digunakan untuk membengkokkan tulangan.

Gambar 25. Bar Bender

5. Theodolite

Pada awal pekerjaan, theodolite digunakan untuk menentukan sumbu

bangunan dan penandaan penempatan kolom. Kemudian theodolite

kembali digunakan untuk menentukan sumbu pedestal. Untuk

menentukan sumbu pedestal, dilakukan dengan cara membidik arah

vertikal dan horizontal. Sehingga dapat ditentukan titik tengah pedestal

tersebut.

Gambar 26. Theodolite

Page 15: KP PU BAB III

41

6. Truk Pencampur (Mixer Truck)

Mixer truck adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut beton

Ready Mix dari lokasi batching plant ke lokasi proyek. Kendaraan ini

dilengkapi dengan alat pencampur (mixer) yang terus berputar selama

perjalanan menuju lokasi proyek, sehingga adukan beton tersebut tidak

mengalami segregasi. Selain itu, adukan beton diberi zat additive yang

berfungsi untuk memperlambat beton mengeras selama perjalanan menuju

lokasi proyek.

Mixer truck digunakan pada pekerjaan pengecoran pile cap, sloof, dan

pedestal. Beton tersebut berasal dari PT. Adhi Karya. Kendaraan ini

mampu mengangkut 5 - 7 m3 beton.

Gambar 27. Mixer Truck

7. Vibrator

Vibrator adalah alat yang digunakan untuk memadatkan adukan beton

pada saat dimasukkan kedalam cetakan atau bekisting, serta untuk

meratakan adukan beton pada saat pengecoran pile cap, sloof dan pedestal.

Dengan digunakannya vibrator diharapkan seluruh bagian yang dicor dapat

terisi beton dengan baik dan padat, sehingga tidak terjadi celah kosong

yang dapat menyebabkan beton keropos.

Page 16: KP PU BAB III

42

Vibrator tidak boleh dibiarkan terlalu lama pada satu tempat dalam beton

basah, karena dapat menyebabkan segresi yaitu terlepasnya ikatan antar

material pembentuk beton.

Gambar 28. Vibrator

8. Mesin Las

Pada proyek ini, mesin las digunakan untuk mengelas angkur pada

tulangan pedestal. Tujuannya yaitu, ketika pengecoran angkur tidak

bergeser atau tetap pada posisi semula ketika dipasang. Alat las yang

digunakan yaitu alat las listrik.

Gambar 29. Mesin Las

9. Water Pass

Pada proyek ini, water pass digunakan untuk menentukan kedataran dan

ketegakan dalam pemasangan angkur.

Page 17: KP PU BAB III

43

Gambar 30. Water Pass

10. Peralatan Pembantu

Peralatan lain yang digunakan pada proyek ini, yaitu : helm proyek, sepatu

boots, cangkul, sekop, blencong, scrap, gerinda, palu, godam, golok,

gergaji, ember, meteran, tang, tang kakak tua, selang, kuas, dan roly

dorong.

D. Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama melakukan kerja praktik pada

pembangunan Gedung Kantor Dinas PU Rajabasa Bandar Lampung ini,

antara lain yaitu pekerjaan pondasi, sloof, dan kolom pedestal.

1. Pekerjaan Pondasi

Pondasi adalah suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk menopang

bangunan dan meneruskan beban yang bekerja diatasnya ke dasar tanah.

Pondasi yang digunakan pada pembangunan Gedung Kantor Dinas PU

Rajabasa Bandar Lampung adalah pondasi tiang pancang.

Page 18: KP PU BAB III

44

Langkah-langkah pekerjaan pondasi :

a. Pondasi Tiang Pancang

Pondasi tiang pancang yang digunakan memiliki panjang 8 m, dengan

diameter luar 35 cm dan diameter dalam 20 cm. Pondasi ini diproduksi

oleh PT. Wijaya Karya dengan mutu beton K-600.

Langkah-langkah pekerjaan pondasi tiang pancang :

1. Melakukan pengukuran terhadap titik tengah bangunan (as

bangunan), titik-titik kolom, dan titik-titik tiang pancang

menggunakan theodolite. Kemudian memberi tanda dengan patok

kayu.

2. Melakukan pekerjaan pemancangan dengan mesin HSPD. Yang

pertama-tama dilakukan adalah menempatkan mesin tersebut di atas

patok tiang pancang yang akan dipancang.

3. Mengangkat tiang pancang dengan crane dan menempatkannya pada

pressure mesin HSPD tersebut (Gambar 31).

Gambar 31. Tiang Pancang Pada Pressure Mesin HSPD

4. Memberikan tekanan pada lingkar tiang pancang agar tiang pancang

terkunci. Kemudian memberikan tekanan ke bawah, sehingga tiang

pancang tersebut dapat masuk ke dalam tanah. Penekanan

Page 19: KP PU BAB III

45

dihentikan ketika ujung tiang pancang bertemu tanah keras dengan

nilai sondir > 200 kg/cm2 dan dial yang terbaca pada mesin HSPD

tersebut mencapai 23 Mpa (Gambar 32).

Gambar 32. Dial Penekanan

5. Pada pekerjaan pemancangan, ada dua kondisi pemancangan. Yaitu

yang pertama pemancangan dimana tiang pancang masuk lebih dari

6 m dari muka tanah dan yang kedua tiang pancang masuk kurang

dari 6 m dari muka tanah.

Pada kondisi pertama, tiang pancang masuk lebih dari 6 m dari

muka tanah. Pemancangan tiang pancang dilakukan dengan

bantuan tiang pancang lainnya (Gambar 33). Hal ini dilakukan

karena pressure pada mesin HSPD memiliki jarak yang terbatas

untuk mengunci tiang pancang tersebut. Adapun jarak antara

pressure dan muka tanah yaitu ± 2 m.

Page 20: KP PU BAB III

46

Gambar 33. Pemancangan Dengan Bantuan Tiang Pancang Lainnya

Pada kondisi kedua, tiang pancang masuk kurang dari 6 m dari

muka tanah. Pada kondisi ini, dilakukan pemotongan tiang

pancang agar tidak menghalangi pergerakan mesin HSPD.

Pemotongan dilakukan menggunakan pahat dan godam untuk

menghancurkan beton, sedangkan untuk memotong tulangan

digunakan alat las listrik (Gambar 34).

Gambar 34. Pemotongan Tiang Pancang

6. Mengangkat sisa tiang pancang ataupun tiang pancang yang

digunakan untuk membantu pemancangan dengan menggunakan

crane (Gambar 35).

Gambar 35. Mengangkat Sisa Tiang Pancang

Page 21: KP PU BAB III

47

b. Pondasi Pile Cap

Pondasi pile cap adalah elemen struktur yang menyatukan satu atau

beberapa pondasi tiang terhadap kolom atau elemen struktur lain di

atasnya. Berdasarkan perencanaan, setiap pile cap akan dipasang 4

buah tiang pancang. Adapun dimensi pile cap yaitu 2 m x 2 m, dengan

ketebalan 0,5 m.

Langkah-langkah pekerjaan pondasi pile cap :

1. Membuat galian tanah dengan ukuran 2,1 x 2,1 x 1,2 m (p x l x t).

2. Menghancurkan beton tiang pancang hingga tersisa ± 15 cm dari

dasar galian tanah (Gambar 36).

Gambar 36. Tiang Pancang Yang Telah Dihancurkan

3. Membuat bekisting pile cap dari pasangan batu bata di sekelilingnya,

dengan adukan 1 : 4 (Gambar 37).

Gambar 37. Bekisting Pile Cap

Page 22: KP PU BAB III

48

4. Menyiram anti rayap pada dasar galian pile cap.

5. Mengurug pasir pasang dengan ketebalan ± 5 cm. Pada saat

pengurugan, dilakukan penyiraman dengan air agar pasir yang

diurug tersebut menjadi lebih padat.

6. Membuat lantai kerja beton dengan adukan 1 : 3 : 5. Dilakukan

dengan cara manual, kemudian dituangkan ke dalam galian pile cap

dengan ketebalan ± 5 cm.

7. Memotong tulangan utama pile cap dengan panjang 2,7 m sebanyak

52 buah untuk setiap pile cap. Tulangan utama yang digunakan

yaitu tulangan ulir berdiameter 22 mm.

8. Membengkokan tulangan tersebut dengan menggunakan bar bender

sesuai dengan ukuran rencana (Gambar 38).

1.9 m

0.4 m

Gambar 38. Ukuran Tulangan Pile Cap

9. Menganyam tulangan pile cap dengan jarak antar tulangan 150 mm

(D 22–150 mm) (Gambar 39).

Page 23: KP PU BAB III

49

Gambar 39. Menganyam Tulangan Pile Cap

10. Mengurug tanah galian ke dalam tiang pancang.

11. Memasang tulangan pile cap yang telah dianyam ke dalam galian

pile cap (Gambar 40).

Gambar 40. Memasang Tulangan Pile Cap

12. Memasang stop cor pada lubang tiang pancang. Setiap lubang tiang

pancang digunakan 6 buah stop cor tulangan polos diameter 12 mm.

13. Menentukan as kolom pedestal dengan menggunakan theodolite.

Pengukuran dilakukan secara horizontal dan vertikal, sehingga

didapatkan as kolom pedestal (Gambar 41).

Gambar 41. Menentukan as pedestal dengan Theodolite

14. Memasang tulangan utama kolom pedestal pada pile cap

(Gambar 42).

Page 24: KP PU BAB III

50

Gambar 42. Memasang Tulangan Utama Kolom Pedestal

15. Melakukan pengecoran pada pile cap dengan beton ready mix

(Gambar 43).

Gambar 43. Pengecoran Pile Cap

2. Pekerjaan Sloof

Sloof yang direncanakan berukuran 30 x 60 cm, dengan tebal selimut beton

5 cm.

Langkah-langkah pengerjaan sloof, sebagai berikut :

1. Menggali tanah dengan kedalaman 45 cm dan lebar 40 cm.

2. Memotong tulangan utama dan tulangan sengkang dengan

menggunakan bar cutter. Digunakan tulangan utama baja polos (BJTP

U-24) Ø 19 mm, tulangan bagi (BJTP U-24) Ø 16 mm, dan tulangan

sengkang (BJTP U-24) Ø 10 mm.

Page 25: KP PU BAB III

51

3. Membengkokan tulangan utama sloof dan tulangan sengkang sesuai

dengan perencanaan (Gambar 44).

30

2030

3 Ø 19

2 Ø 16

3 Ø 19

SENGKANG Ø 10

50

20

Gambar 44. Ukuran Tulangan Utama Sloof dan Tulangan Sengkang

4. Menganyam tulangan sloof, dengan jarak antar sengkang 150 mm

(Gambar 45).

Gambar 45. Pekerjaan Tulangan Sloof

5. Memasang tulangan sloof pada galian dan mengaitkannya pada

tulangan kolom pedestal (Gambar 46).

Gambar 46. Memasang Tulangan Sloof

Page 26: KP PU BAB III

52

6. Memasang plastik cor pada tulangan sloof (Gambar 47).

Gambar 47. Memasang Plastik Cor

7. Membuat bekisting dengan menggunakan papan kelas III pada sisi

kanan dan kiri saja. Sedangkan bagian bawah sloof tidak digunakan

bekisting karena langsung diurug dengan tanah bekas galian (Gambar

48).

Gambar 48. Bekisting Pada Sloof

8. Memasang beton decking untuk mendapatkan selimut beton yang

direncanakan.

9. Melakukan pekerjaan pengecoran menggunakan beton ready mix

dengan mutu beton K-300 (Gambar 49). Beton diproduksi oleh PT.

Adhi Karya.

Page 27: KP PU BAB III

53

Gambar 49. Pengecoran Pada Sloof

10. Melakukan curing atau perawatan beton yang dilakukan dengan cara

penyiraman air pada beton tersebut (Gambar 50).

Gambar 50. Curing

3. Pekerjaan Kolom Pedestal

Kolom pedestal berfungsi sebagai tumpuan kolom baja dan disertai dengan

pemasangan angkur untuk menahan kolom baja yang akan dipasang.

Kolom pedestal ini berukuran 0,5 x 0,5 m, dengan ketinggian 1 m.

Langkah-langkah pengerjaan kolom pedestal, sebagai berikut :

1. Mencari titik as kolom pedestal dengan theodolite.

2. Memotong tulangan utama kolom pedestal sepanjang 230 cm sebanyak

12 buah dan sepanjang 195 cm sebanyak 4 buah untuk setiap kolom

pedestal. Tulangan utama yang digunakan yaitu baja ulir berdiameter

Page 28: KP PU BAB III

54

22 mm. Sedangkan untuk tulangan sengkang digunakan baja polos

diameter 12 mm.

3. Membengkokan tulangan utama dan tulangan sengkang sesuai dengan

ukuran rencana (Gambar 51).

175

45

10

40

40

140

45

10

Gambar 51. Ukuran Tulangan Utama dan Tulangan Sengkang Kolom Pedestal

4. Memasang tulangan utama kolom pedestal pada pile cap. Dibutuhkan

16 buah tulangan utama (16D22) dan jarak antar sengkang 150 mm

(Ø12-150 mm) (Gambar 52).

Gambar 52. Memasang Tulangan Kolom Pedestal

Page 29: KP PU BAB III

55

5. Membuat bekisting dari papan kelas III dengan dimensi bagian dalam

bekisting (p x l x t) 0,5 m x 0,5 m x 1 m (Gambar 53).

Gambar 53. Bekisting Pada Kolom Pedestal

6. Memasang beton decking dengan ketebalan 5 cm diantara tulangan

sengkang pedestal dan bekisting.

7. Memasang angkur pada kolom pedestal. Digunakan angkur dengan

diameter 25 mm sebanyak 6 buah untuk setiap kolom pedestal

(Gambar 54). Untuk memasang angkur pada kolom pedestal,

digunakan alat las listrik.

Gambar 54. Angkur Pada Kolom Pedestal

8. Melakukan pengecoran dengan beton ready mix dengan mutu beton

K-300 yang diproduksi oleh PT. Adhi Karya (Gambar 55).

Page 30: KP PU BAB III

56

Gambar 55. Pengecoran Kolom Pedestal

9. Menyiram beton dengan air sebagai perawatan (curing).

E. Pengawasan Proyek

Pelaksanaan pengawasan terhadap suatu proyek konstruksi merupakan suatu

hal yang penting yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan yang

telah dilakukan oleh kontraktor, apakah telah sesuai dengan rencana, pedoman

pelaksanaan konstruksi, spesifikasi teknis, dan gambar rencana proyek yang

ada. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan proyek ini

adalah konsultan pengawas yaitu CV. Jaim dan Rekan.

1. Pengawasan Mutu Material

Pengawasan mutu bahan yang digunakan, dilakukan bersama-sama oleh

konsultan pengawas dan kontraktor. Semua bahan yang dipakai harus

sesuai dengan yang ditetapkan dalam RKS. Jika bahan yang digunakan

ternyata tidak sesuai, maka konsultan pengawas berhak menolak

pemakaian bahan tersebut. Material yang perlu diawasi, antara lain :

Page 31: KP PU BAB III

57

1. Semen

Pengawasan dilakukan dengan cara melihat apakah merk dan jumlah

semen yang tiba di lokasi proyek sesuai dengan RKS dan pesanan, serta

memperhatikan apakah semen-semen tersebut dalam kondisi yang baik

atau tidak. Jika belum digunakan, semen ditumpuk di gudang dengan

tinggi penumpukan tidak lebih dari 1,5 m. Perlu diperhatikan juga

untuk memberi alas pada semen tersebut agar tidak kontak langsung

dengan lantai dan terhindar dari kelembaban yang dapat menurunkan

kualitas semen tersebut.

2. Agregat Halus (Pasir)

Pengawasan yang dilaksanakan untuk agregat halus, yaitu :

a. Melihat warna dan variasi butiran apakah mengandung lumpur atau

tidak. Bila pasir berwarna coklat tanah maka pasir mengandung

banyak lumpur.

b. Memeriksa apakah pasir yang digunakan tidak mengandung kotoran

yang berlebihan.

c. Memeriksa kadar air pasir dengan menggenggam pasir, apabila

setelah genggaman dibuka pasir menggumpal berarti kadar airnya

cukup tinggi.

d. Menumpuk pasir ditempat yang kering serta tidak bercampur dengan

material lain.

Dari hasil pengawasan diketahui bahwa pasir yang digunakan

mempunyai kualitas yang cukup baik, yaitu tidak berwarna coklat, tidak

Page 32: KP PU BAB III

58

mengandung kotoran yang berlebih, tidak mengandung kadar air yang

tinggi.

3. Agregat Kasar (Split)

Pengawasan yang dilaksanakan meliputi tekstur dan kebersihan split.

Split yang baik harus memiliki tekstur yang kasar, runcing (bersudut),

dan berwarna hitam. Dari hasil pengamatan secara visual di lapangan,

diketahui kerikil yang digunakan memiliki tekstur yang baik dan cukup

bersih.

4. Baja Tulangan

Pengawasan yang dilakukan pada baja tulangan meliputi jenis tulangan

dan diameter tulangan, apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau

tidak. Penyimpanan baja tulangan sebaiknya di tempat yang tidak

lembab dan terlindung dari cuaca untuk menghindari korosi pada baja

tulangan.

Dalam pengawasan baja tulangan, jenis dan diameter tulangan yang

digunakan sudah sesuai dengan perencanaan. Penyimpanan baja

tulangan diletakkan di tempat terbuka karena terbatasnya gudang untuk

menyimpan material. Meskipun demikian baja tulangan tetap dalam

kondisi layak digunakan, karena cukup bersih dari kotoran maupun

karat karena tidak terlalu lama ditempatkan di lokasi terbuka.

Page 33: KP PU BAB III

59

5. Kayu

Pada proyek ini, kayu digunakan untuk pekerjaan bekisting.

Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah sesuai dengan ukuran

yang dibutuhkan dan apakah kayu-kayu tersebut dalam kondisi baik

atau tidak. Kondisi baik disini yaitu lurus dan tidak ada cacat mata

kayu.

Kayu-kayu yang digunakan pada proyek ini memiliki ukuran yang

sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya cukup baik, meskipun

beberapa kayu tidak lurus dan terdapat mata kayu. Tetapi masih dapat

ditoleransi oleh pihak konsultan pengawas.

2. Pengawasan Mutu Beton

Pada proyek ini, digunakan 2 macam beton, yaitu :

a. Beton Ready Mix

Beton Ready Mix yang digunakan pada proyek ini diproduksi oleh PT.

Adhi Karya. Beton diangkut menggunakan mixer truck dari batching

plant di Tarahan ke lokasi proyek di Rajabasa.

Beton dari setiap mixer truck diambil sedikit untuk keperluan

pengujian. Yang pertama yaitu uji slump, dengan tinggi slump adalah

10 ± 2 cm (Gambar 56). Kemudian memasukkan adukan beton tersebut

ke dalam cetakan berbentuk kubus yang disediakan oleh PT. Adhi

Karya untuk pengujian kuat tekan beton (Gambar 57). Dari hasil uji

laboratorium, beton tersebut memenuhi kuat tekan rencana yaitu 300

kg/cm2.

Page 34: KP PU BAB III

60

Sebaiknya pengujian tidak hanya dilakukan oleh PT. Adhi Karya

sendiri selaku supplier dari beton ready mix yang digunakan dalam

proyek tersebut. Tetapi juga melakukan pengujian di suatu lembaga

independen, misalnya laboratorium Universitas Lampung.

Gambar 56. Uji Slump Beton Ready Mix

Gambar 57. Beton Yang Akan Diuji di Laboratorium

b. Beton Produksi Manual

Pada proyek ini, beton produksi manual hanya digunakan untuk

pekerjaan lantai kerja. Sehingga pengawasan mutu material tidak

terlalu ketat. Material penyusun beton seperti semen, pasir, kerikil, dan

air hanya diamati secara visual oleh pengawas proyek.

Page 35: KP PU BAB III

61

3. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk memperoleh hasil pekerjaan yang diinginkan, harus diadakan

pengawasan terhadap jalannya pekerjaan. Pengawasan pelaksanaan

pekerjaan dilakukan oleh pihak kontraktor dan konsultan pengawas.

Pada proyek ini pengawasan yang dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan

meliputi antara lain :

a. Perakitan tulangan, yaitu : jenis tulangan, diameter tulangan, ukuran

tulangan, jumlah tulangan, jarak antar tulangan, dan sambungan

tulangan.

b. Perakitan bekisting yang meliputi : ukuran bekisting, cara pemasangan

agar tidak terjadi kebocoran, dan memberi jarak untuk selimut beton.

c. Proses pengecoran yang dilakukan dengan beton ready mix harus

diperhatikan cara penuangan, tinggi jatuh adukan beton, dan pemadatan

menggunakan vibrator.

Pada pelaksanaan pekerjaan, terjadi beberapa penyimpangan. Pada

pengecoran pile cap tidak seluruhnya menggunakan vibrator, karena alat

tersebut mengalami kerusakan ketika sedang digunakan. Sehingga

pemadatan dilakukan menggunakan kayu.

Pada pekerjaan perakitan tulangan pile cap, terjadi kekurangan jumlah

tulangan. Sehingga dilakukan pembongkaran dan penambahan tulangan.

Namun secara keseluruhan, proses pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan

baik dan sesuai dengan RKS.

Page 36: KP PU BAB III

62

4. Evaluasi Kemajuan Pekerjaan

Untuk mengetahui sejauh mana realisasi pekerjaan yang telah tercapai

dalam sebuah proyek maka diperlukan suatu evaluasi yaitu berupa laporan

kerja. Dari laporan tersebut bisa diketahui jenis dan volume pekerjaan

yang telah dilaksanakan, perubahan-perubahan yang dilakukan, kesalahan-

kesalahan yang terjadi dan cara mengatasinya.

Dalam proyek ini laporan kerja tersusun dalam tiga bentuk yaitu :

a. Laporan Harian

Laporan harian dibuat oleh kontraktor pelaksana. Laporan ini berisi

laporan pelaksanaan pekerjaan dalam satu hari yang memuat tentang

jumlah tenaga kerja, bahan yang diterima maupun ditolak, volume

pekerjaan yang dicapai, keadaan cuaca, pekerjaan tambahan, pekerjaan

kurang, perubahan pekerjaan dan hal-hal lainnya yang berhubungan

dengan pelaksanaan proyek pada hari tersebut.

b. Laporan Mingguan

Laporan Mingguan merupakan rekapitulasi dari laporan harian yang

berisi prestasi pekerjaan periode mingguan yang telah dicapai dan bobot

terhadap pekerjaan keseluruhan selama satu minggu. Laporan

mingguan juga dibuat oleh kontraktor pelaksana.

Page 37: KP PU BAB III

63

c. Laporan Bulanan

Setelah laporan harian dan mingguan dievaluasi dan disetujui,

selanjutnya pihak Konsultan Pengawas membuat Laporan Bulanan

yang memuat tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek selama

periode satu bulan.