21
KORTIKOSTEROID PENDAHULUAN HORMON KORTIKOSTEROID Fungsi hormon kortikosteroid adalah menjaga fungsi hemostasis tubuh dengan mengatur aktifitas enzim dalam tubuh. Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid adalah penyimpanan glikogen hepar dan efek antiinflamasinya, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil. Efek utama golongan mineralokortikoid adalah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar kecil. Golongan mineralokortikoid tidak mempunyai efek antiinflamasi. Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing mempunyai berat kira-kira 4 gram, terletak di kutub superior dari kedua ginjal. Tiap kelenjar terdiri atas 2 bagian yang berbeda, yaitu medula adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal secara fungsional berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks adrenal mensekresikan kelompok hormon kortikosteroid. Korteks adrenal sendiri dibagi dalam 3 zona yang mensintesis berbagai steroid. Bagian luar yaitu zona glomerulosa menghasilkan mineralokortikoid, yaitu aldosteron yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit (mineral) cairan ekstraseluler, terutama natrium dan kalium. Tanpa mineralokortikoid, maka besar konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluler meningkat secara bermakna, konsentrasi natrium dan klorida akan berkurang dan volume total cairan ekstrasesluler dan volume darah juga akan sangat berkurang. Pasien akan mengalami penurunan curah jantung yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu mineralokortikoid dikatakan merupakan

KORTIKOSTEROID 2003

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cdcd

Citation preview

KORTIKOSTEROID

PENDAHULUANHORMON KORTIKOSTEROID

Fungsi hormon kortikosteroid adalah menjaga fungsi hemostasis tubuh dengan mengatur aktifitas enzim dalam tubuh. Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid adalah penyimpanan glikogen hepar dan efek antiinflamasinya, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil. Efek utama golongan mineralokortikoid adalah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar kecil. Golongan mineralokortikoid tidak mempunyai efek antiinflamasi.

Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing mempunyai berat kira-kira 4 gram, terletak di kutub superior dari kedua ginjal. Tiap kelenjar terdiri atas 2 bagian yang berbeda, yaitu medula adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal secara fungsional berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks adrenal mensekresikan kelompok hormon kortikosteroid. Korteks adrenal sendiri dibagi dalam 3 zona yang mensintesis berbagai steroid. Bagian luar yaitu zona glomerulosa menghasilkan mineralokortikoid, yaitu aldosteron yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit (mineral) cairan ekstraseluler, terutama natrium dan kalium. Tanpa mineralokortikoid, maka besar konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluler meningkat secara bermakna, konsentrasi natrium dan klorida akan berkurang dan volume total cairan ekstrasesluler dan volume darah juga akan sangat berkurang. Pasien akan mengalami penurunan curah jantung yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu mineralokortikoid dikatakan merupakan bagian penyelamat nyawa dari hormon adrenokortikal. Bagian tengan, zona fasikulata dan lapisan terdalam zona retikularis mensintesis glukokortikoid seperti kortisol/hidrokortisol dan androgen adrenal.

Kortikosteroid alami yang paling banyak dihasilkan oleh tubuh adalah kortisol. Kortisol disintesis dari kolesterol oleh korteks adrenal. Sekresi kortisol per hari berkisar antara 10 sampai 20 mg dengan puncak diurnal sekitar pukul 8 pagi. Reseptor kortikosteroid ditemukan pada berbagai jenis sel seperti limfosit, monosit/makrofag, osteoblas, sel hati, otot, lemak dan fibroblast. Hal ini menerangkan mengapa kortikosteroid memberikan efek biologis terhadap begitu banyak sel.

Sekresi kortikosteroid diregulasi oleh hormon hipotalamus yaitu CRH (Corticotropin Releasing Hormone). CRH kemudian akan memberi sinyal kepada hipofisis anterior untuk mengeluarkan ACTH. ACTH ini akan merangsang sel fasikulata pada korteks adrenal untuk mengeluarkan kortisol.

Kortisol memiliki efek bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah untuk merangsang proses glukoneogenesis (pembentukan karbohidrat dari beberapa protein dan zat lain) oleh hati, penurunan pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, pengurangan protein sel di seluruh tubuh kecuali protein hati, mobilisasi asam lemak dan efek anti inflamasi.

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID

Keberhasilan penyembuhan berbagai kelainan kulit dengan menggunakan kortikosteroid serta meningkatnya berbagai jenis sediaan di pasaran telah semakin meningkatkan penggunaannya. Keadaan ini selain memberikan dampak positif, berupa tersedianya alternatif sediaan kortikosteroid yang digunakan, juga berdampak negatif, yaitu meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat, terutama akibat misuse dan abuse sediaan kortikosteroid. Untuk meningkatkan keberhasilan terapi dan meminimalkan efek samping obat akibat penggunaan kortikosteroid, perlu pola pikir yang rasional dalam memilih sediaan kortikosteroid dengan senantiasa mempertimbangkan antara lain jenis, fase, lokalisasi dan distribusi kelainan kulit, usia penderita serta potensi, keamanan dan formulasi obat.

Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan masa kerjanya, yaitu kerja singkat, sedang dan lama. Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang dari 12 jam. Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis 12-36 jam. Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari 36 jam.

DurasiT

(menit)Potensi glukokortikoidPotensi mineralokortikoidDosis Ekivalen (mg)

Short ActingKortisol

Hidrokortison8-12

8-1230-90

60-1200,8

12

225

20

IntermediateActingPrednison

Prednisolon

Metilprednisolon

Triamsinolon24-36

24-36

24-36

24-3660

115-212

180

78-1884

4

5

51

1

0

05

5

4

4

Long actingDeksametason

Betametason 36-54

36-54100-300

100-30020-30

20-300

00,75

0,6-0,75

Sediaan kortikosteroid dapat diberikan secara oral, parenteral (IV, IM, intrasinovial, dan intralesi), topikal pada kulit dan mata (dalam bentuk salep, krim, losio), serta aerosol melalui jalan napas.

KORTIKOSTEROID TOPIKAL

Penggunaan kortikosteroid topikal pertama kali diperkenalkan oleh Sulzberger dan Witten pada tahun 1952 dengan menggunakan hidrokortison. Sejak itu, kortikosteroid topikal adalah obat yang paling umum diberikan dalam obat dermatologik. Terapi topikal adalah metode yang paling tepat tetapi efikasinya tergantung dari pemahaman terhadap fungsi barier kulit yang dimulai dari stratum korneum. Kulit memiliki banyak fungsi penting di antaranya adalah proteksi, termoregulasi, respon imun, sintesis biokimia, deteksi sensori, dan komunikasi sosial dan seksual.A. Prinsip Dermatoterapi

Potensi klinis dari kortikosteroid topikal tidak hanya tergantung pada struktur molekulnya tetapi juga pada jenis vehikulum yang digunakan dan sifat kulit. Vehikulum mempengaruhi jumlah steroid yang dilepaskan dalam periode tertentu. Vehikulum yang oklusif seperti salep meningkatkan efek glukokortikoid karena vehikulum tersebut meningkatkan permeabilitas dan hidrasi stratum korneum. Kelarutan glukokortikoid dalam vehikulum juga mempengaruhi penetrasi ke dalam epidermis. Propilen glikol adalah suatu zat yang biasa digunakan dalam melarutkan glukokortikoid di dalam vehikulum dan ditemukan banyak di dalam preparat glukokortikoid topikal. Pada umumnya senyawa yang mengandung konsentrasi propilen glikol yang lebih tinggi akan lebih poten. Perlakuan ada kulit sebelum pemakaian steroid topikal juga dapat mempengaruhi absorbsinya dalam kulit. Misalnya, penggunaan keratolitik atau pelarut lipid seperti aseton memungkinkan peningkatan penetrasi dengan menggunakan sawar epidermis.

Dalam mengobati seorang penderita penyakit kulit, dianut prinsip-prinsip umum, dan bila diberikan obat topikal, selain berlaku prinsip umum dianut pula prinsip khusus.

Prinsip Umum1. Perhatikan penderita secara keseluruhan, somatik dan psikis.

2. Berikan kesempatan pada alam untuk menyembuhkan penyakit tersebut, obat yang diberikan bertujuan membantu penyembuhan oleh alam.

3. Segi fisiologi, patologi, biokimia dan anatomi kulit perlu diperhatikan.

4. Kuasai materi medika.

5. Perhatikan farmasi dan farmakologi obat-obatan, misalnya sinergisme, efek samping, dan toksisitas obat.

6. Terapi yang baik adalah terapi kausal.

7. Berikan obat sesederhana mungkin, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Campuran obat yang pelik akan mempersulit atopik.8. Individualisasi

9. Perhatikan segi ekonomi penderita

Prinsip Khusus1. Pemilihan vehikulum tergantung pada :

a. Stadium/gambaran klinis penyakit

Obat topikal yang diberikan diubah sesuai dengan perjalanan penyakitnya.

Pada stadium akut (eritem/edem/basah) kompres beri krim, bedak kocok, bedak pasta.

Stadium kronik/kering beri salep

b. Distribusi dan lokalisasi penyakit

Misalnya salep tidak untuk kelainan kulit yang generalisata (kecuali salep 2-4 untuk scabies), dan tidak boleh digunakan untuk kepala berambut.

c. Efek yang diinginkan

Misalnya digunakan kompres untuk membersihkan.

2. Makin akut/produktif penyakit kulitnya, makin rendah konsentrasi bahan aktif yang digunakan.

3. Beri penjelasan kepada penderita mengenai cara pemakaian obat dan cara membersihkannya.

4. Hindarkan pemberian obat topikal yang bersifat sensitizer : misalnya mengandung penisilin, sulfa dan antihistamin.

5. Batasi jumlah obat yang tidak stabil/tidak dapat disimpan lama misalnya larutan permanganan kalikus.

Petunjuk ringkas dalam menentukan jenis sediaan kortikosteroid sebagai berikut :

a. Lesi pada muka / lipatan

: krim kortikosteroid lemah

b. Lesi luas dengan gejala minimal: krim kortikosteroid lemah

c. Lesi basah

: krim kortikosteroid sedang

d. Lesi di daerah berambut (tertutup): gel kortikosteroid dengan pelarut alkohol

e. Lesi di daerah berambut (terbuka): gel kortikosteroid bebas alkohol

f. Lesi dengan infeksi sekunder: berikan kompres antibiotik selama 5 hari sebelum

pemakaian kortikosteroid.g. Lesi tebal dan kering

: salep kortikosteroid potensi sedang-kuat

dikombinasikan dengan zat keratolitik

h. Gigitan serangga

: salep kortikosteroid lalu ditutup dengan pembalut

tekan (memperkuat efek vasokonstriksi).

i. Lesi intraoral

: kortikosteroid sediaan orabase"

B. Dosis dan Formulasi

Kebanyakan obat-obatan glukokortikoid menganjurkan pemakaian sebanyak 2 kali perhari.

Menurunkan resiko efek samping sebaiknya ditetapkan interval waktu pemakaian efektif untuk mengontrol penyakit. Dengan cara ini dapat mengontrol efek samping dan tachyphylaxis.

Sediaan :

1. Salep adalah campuran tidak larut air yang terdiri dari minyak dan petroleum sediaan terbaik pada kondisi kulit yang kering karena dapat melembabkan.

2. Krim emollient yang baru mengandung jumlah petroleum yang lebih banyak tetapi kurang berminyak dibandingkan salep dan beberapa pasien mendapatkan obat ini lebih menarik secara kosmetik.

Krim adalah suspensi minyak dalam air. Banyak pasien mendapati krim lebih merata pada kulit dan secara kosmetik lebih nyaman dibanding salep. Krim mengandung pengemulsi dan pengawet yang dapat menimbulkan alergi pada beberapa pasien.

3. Losion adalah suspensi minyak dalam air yang menyerupai krim.

4. Jel adalah komponen padat pada suhu ruangan tetapi meleleh bila bersentuhan dengan kulit.

Losion, solusi dan jel memiliki daya penetrasi kurang dibanding salep tetapi berguna dalam mengobati kulit berambut seperti kulit kepala dimana obat yang berminyak tidak nyaman bagi pasien. Yang lebih baru, produk berbentuk busa, spray dan koyo telah tersedia sebagai formulasi topikal.

Cara aplikasi

Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Gejala takifilaksis perlu dipertimbangkan yaitu menurunnya respon kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang, berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.

Jumlah obat yang dipakai

Jumlah obat topikal yang diperlukan untuk sekali aplikasi merupakan faktor yang penting. Jumlah obat yang dibutuhkan untuk suatu daerah tertentu dapat dihitung yaitu 1 gram krim dapat menutup 10 x 10 cm2 kulit kepala, wajah atau tangan memerlukan kira-kira 2 gram, satu lengan 3 gram, satu tungkai 4 gram dan seluruh tubuh 12 sampai 26 gram atau lebih.

Lamanya pemakaian Kortikosteroid

Lamanya pemakaian kortikosteroid sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.EFEK KORTIKOSTEROID TOPIKAL1. Vasokonstriksi

Kemampuan kortikosteroid topical yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi pada kapiler-kapiler kecil pada dermis superfisial dapat mengurangi kemerahan yang terdapat pada dermatosis. Kemampuan agen glukokortikoid untuk menyebabkan vasokonstriksi biasanya berhubungan dengan efek antiinflamasinya.

2. Antiproliferatif

Proliferasi sel terdapat pada membrane basalis epidermis kulit. Kortikosteroid topical dapat mengurangi mitosis dan proliferasi sel melalui penghambatan sintesis dan mitosis DNA. Penyakit yang mempunyai karakteristik proliferasi yang berlebihan seperti pada psoriasis dapat menggunakan efek dari kortikosteroid ini. Pada penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan secara intralesi dapat mengakibatkan hipopigmentasi. Kortikosteroid topikal dapat menyebabkan peningkatan aktivitas fibroblastik pada dermis.3. Efek antiinflamasi

Efek antiinflamasi glukokortikoid didapat dengan menghambat pembentukan prostaglandin dan derivat lain dari asam arakidonat. Glukokortikoid menghambat pelepasan fosfolipase A2, enzim yang berperan dlam pelepasan asam arakidonat dari membran sel, sehingga menghambat jalur pembentukan arakidonat. Mekanisme laindari efek antiinflamasi glukokortikoid melibatkan penghambatan fagositosis dan stabilisasi dari membran lisosom dari sel-sel fagosit.

4. Imunosupresi

Efek imunosupresi glukokortikoid belum dipahami, namun beberapa penelitian menunjukkan glukokortikoid menyebabkan penurunan jumlah sel mast di kulit dan inhibisi kemotaksis neutrofil local. Beberapa sitokin (IL-1, TNF, Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor, IL-8) juga dipengaruhi secara langsung oleh glukokortikoid.

Contoh berbagai efek kortikosteroid topical terhadap berbagai dermatosa :

Sunburn: efek yang diharapkan ( vasokonstriksi dan anti peradangan.

Eczema: efek yang diharapkan ( anti peradangan.

Psoriasis: efek yang diharapkan ( antiproliferasi.

D. POTENSI KORTIKOSTEROID TOPIKAL

Klasifikasi Kortikosteroid Topikal Berdasarkan Potensi Dan Sediaannya

Potensi ObatSediaan

1 +HidrokortisonKrim 0,25 - 2,5%

M-prednisonKrim 0,25 dan 1%

DeksmetasonKrim 0,1%

2 ++Aklometason dipropionatKrim 0,05%

Betametason valeratKrim 0,01%

Triamsinolon asetonidKrim 0,025%

3 +++Hidrokortison butiratKrim 0,1%

Flutikason propionatKrim 0,05%

DesoksimetasonKrim 0,05%

Flusinolon asetonidKrim 0,025%

Hidrokortison valeratKrim 0,2%

Mometason fluroatKrim 0,1%

Flusinolon asetonidSalep 0,02%

4 ++++Betametason dipropionatKrim 0,05%

Flutikason propionatSalep 0,005%

Flusinolon asetonidSalep 0,2%

5 +++++DesoksimetasonKrim 0,05%

Mometson furoatSalep 0,1%

Betametason dipropionatdalam vehikulum yang dioptimalkan 0,05%

Klobetasol propionatKrim 0,05%

Diflorason diacetatKrim 0,05%

6 ++++++Klobetasol propionatSalep 0,05%

Perlu diingat bahwa pemakaian harus diperhatikan bentuk sediaannya, apakah salep, krim, gel, losion atau secara oklusif, sebagai contoh pada paerah yang berambut sebaiknya dipakai jenis losion.

Pada pemakaian kortikosteroid topikal bila kasusnya tidak ada perbaikan, maka potensi kortikosteroid topikal dapat dinaikkan dengan menambahkan zat-zat tertentu, misalnya Momethason furoat (Elocon) dalam bentuk oinment yang termasuk golongan kuat, akan tetapi bila dalam bentuk krim dimasukkan dalam golongan intermediate. Pada momethason furoat yang lipofilik bila dilarutkan dalam propilen glikol bisa menembus kulit dan ditimbun, sehingga pelepasannya lebih lama dan akibatnya mimethason furoat dapat diberikan hanya sekali sehari. Hal ini akan memudahkan pemakaian dan mempertinggi ketaatan penderita.

E. INDIKASI

Pemakaian kortikosteroid pada beberapa dermatosa :

Sensitif terhadap kortikosteroid

Sunburn, sebaiknya dipakai kortikosteroid topikal lemah sampai medium

Intertigo, sebaiknya dipakai kortikosteroid lemah sampai medium

Pruritus vulva, skrotum dan anus sebaiknya dipakai kortikosteroid lemah sampai medium

Pytiriasis rosea, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

Psoriasis, sebaiknya dipakai kortikosteroid lemah sampai kuat

Berbagai dermatitis, sebaiknya dipakai kortikosteroid lemah sampai medium

Resisten

Lichen planus, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

Granuloma anulare, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

Necrobiosis lipoidica diabeticum, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

Moderat

Dermatitis kontak iritan, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

Insect bite, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

Discoid lupus erytematous, sebaiknya dipakai kortikosteroid medium sampai kuat

F. INTERAKSI OBAT

Hanya sedikit yang diketahui.

Pemakaian obat ini sering dicampur dengan obat topikal lainnya, seperti antijamur dan antibiotik.

Pembuatan beberapa produk kombinasi yang baru, tidak disarankan bahkan ditolak oleh FDA misalnya kombinasi neomisin, bacitrasin, hidrokortison.

G. PEMILIHAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL PADA ANAK

1. Indikasi

Pengaruh kortikosteroid terhadap epidermis dan dermis adalah vasokonstriksi, antiproliferasi dan antiinflamasi sehingga indikasi terutama ditujukan kepada dermatosis dengan dasar peradangan dan proliferasi sel-sel epidermis. Kortikosteroid tidak boleh diberikan pada infeksi primer oleh bakteri, virus dan jamur serta pada daerah yang ulserasi.2. Memilih potensi

Gunakan kortikosteroid yang lmah untuk pengobatan pada bayi dan anak-anak. Konsentrasi 0,5% pada bayi cukup efektif dan pada anak-anak dapat digunakan 1-2,5% sesuai dengan kebutuhannya.

Apabila dipandang perlu menggunakan kortikosteroid yang kuat, sebaiknya dipakai dalam waktu singkat dengan dosis minimal atau digunakan kortikosteroid berselang-seling dengan krim yang netral. Setelah lesi ada perbaikan, hendaknya pengobatan diganti dengan kortikosteroid yang lemah diikuti dengan pemakaian emolien. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya rebound phenomenon dan efek samping baik lokal maupun sistemik.

Penggunaan kortikosteroid golongan lemah tidak dianjurkan lebih dari 4-6 minggu, sedangkan golongan kuat tidak lebih dari 2 minggu.3. Lokasi anatomi dan luas lesi

Terdapat variasi pada lokasi regional tubuh dalam kemampuan absorbsi melalui kulit untuk setiap obat yang dioleskan. Variasi ini ditentukan oleh sejumlah faktor seperti ketebalan stratum korneum, kepadatan folikel rambut, dan kualitas vaskularisasi daerah tersebut pada masing-masing regio tubuh.

Berturut-turut lokasi penetrasi obat tertinggi sampai terendah yaitu selaput lendir, skrotum, kelopak mata, muka, dada, punggung, lengan, tungkai atas, tungkai bawah, telapak tangan, telapak kaki, kuku. Selain fktor tersebut, potensi dari kortikosteroid itu sendiri harus dipertimbangkan.4. Efek samping kortikosteroid topikal pada anak

Pemakaian kortikosteroid pada anak dapat menimbulkan efek samping baik lokal maupun sistemik. Efek samping sering timbul pada pemakaian kortikosteroid kuat dalam jangka waktu lama.

Efek samping lokal

Teleangiektasi, striae, atrofi merupakan efek samping lokal yang sering dilaporkan setelah pemberian kortikosteroid topikal kuat lebih dari 4 minggu, biasanya pemakaian pada daerah muka. Selain itu, penyembuhan luka dapat menjadi terhambat, timbul perioral dermatitis, akne, hipertrikosis dapat terjadi. Pemakaian di daerah mata juga dapat menyebabkan efek samping berupa katarak sekunder akibat kortikosteroid.

Pada kondisi infeksi kulit, kortikosteroid dapat menimbulkan penyamaran gejala serta memperluas infeksi yang timbul. Kondisi ini sering memberi gambaran yang tidak khas lagi, terutama pada infeksi skabies dan jamur. Keadaan ini dikenal sebagai skabies atau tinea incognito.

Kandungan vehikulum pada kortikosteroid topikal juga dapat menyebabkan alergi padapasien tertentu (Dermatitis Kontak Alergika). Zat vehikulum yang paling sering menimbulkan alergi adalah propilen glikol, setosteril alkohol, serta metil paraben. Efek samping sistemik

Penggunaan preparat potensi tinggi dalam jangka waktu pendek atau dosis rendah dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping sistemik pada anak. Penggunaan kortikosteroid topikal secara kronik dapat menyebabkan terjadinya supresi kelenjar pituitari adrenal dan gangguan pertumbuhan. Setiap anak yang memasuki tahap tumbuh kembang harus dimonitor ketat parameter pertumbuhan jika mendapat kortikosteroid dalam jangka waktu lama.

H. PEMAKAIAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL PADA DERMATOSIS

Tidak semua penyakit kulit bisa diobati/bereaksi dengan kortikosteroid topikal. Beberapa dermatitis yang dapat diobati dengan kortikosteroid topikal antara lain ; dermatitis seboroik, dermatitis numularis, pitiriasis alba, gigitan serangga dan dermatitis karena popok (diaper dermatitis).

1. Dermatitis seboroik

Merupakan penyakit yang dapat menyerang bayi, anak, dewasa dengan etiologi yang belum jelas. Pada neonatus diduga dipengaruhi oleh hormon ibu. Timbul erupsi kulit biasa pada umur 4-6 minggu.

Kelainan kulit yang timbul biasanya berupa bercak eritem dengan skuama yang menebal pada daerah rambut kepala, muka, serta lipatan kulit. Pada kulit rambut kepala, lesi difus dengan penebalan skuama, berminyak kekuningan dikenal sebagai craddle cap.

Pengobatan untuk penyakit ringan digunakan emolien yang diurut/ditekan-tekan di kulit kepala atau muka. Bila penyakit tampak berat, gunakan sampo bayi untuk keramas dilanjutkan dengan pengolesan larutan hidrokortison 1%. Pada anak yang lebih besar, dapat juga diberikan sampo yang mengandung asam salisilat. Untuk lesi pada kulit dapat dipakai krim kortikosteroid lemah seperti triamcinolon dioleskan 3x sehari selama 1-2 minggu.2. Dermatitis numularis

Kelainan ditandai dengan lesi-lesi bentuk bulat dengan diameter lesi 1 cm atau lebih. Penyebab pastinya belum diketahui.

Pada anak-anak terdapat 2 bentuk lesi yaitu bentuk basah berkrusta dn bentuk kering dengan eritema berskuama. Kelainan ini dapat menetap selama beberapa bulan atau terjadi berulang jika tidak diobati. Predileksi terutama pada tungkai bawah dan dapat juga terjadi pada tungkai atas, lengan atau dada dengan disertai rasa gatal hebat.

Pengobatan tergantung ringan beratnya penyakit. Jika ringan, cukup diberikan kortikosteroid lemah saja. Jika berat diberikan kortikosteroid topikal potensi kuat disertai kortikosteroid sistemik.3. Pitiriasis alba

Ditandai dengan bercak-bercak hipopigmentasi, diskret, terutama di muka, leher, dada bagian atas dengan ukuran bervariasi dari satu sampai beberapa cm.

Etiologinya belum diketahui, diduga disebabkan oleh karena pajanan sinar matahari berlebih atau merupakan bentuk ringan dari atopik dermatitis. Penyakit ini dapat sembuh sendiri walaupun kelainan hipopigmentasi dapat berjalan berbulan-bulan.

Pengobatan pada pitiriasis alba adalah kortikosteroid topikal salep potensi lemah, biasanya hidrokortison 1% disertai aplikasi tabir surya saat keluar rumah.4. Gigitan serangga

Biasanya dari filum artropoda seperti nyamuk kebun, kutu busuk, semut, dan lain-lain. Gambaran lesi dapat berupa eritem, papula, vesikel, atau nodul yang terasa sakit pada daerah gigitan. Lesi dapat menetap sampai beberapa hari menimbulkan bula hemoragik dilanjutkan dengan ekskoriasi dan eksema atau infeksi sekunder.

Pengobatannya adalah pemberian krim kortikosteroid potensi tinggi ditambah antihistamin. Kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada kasus berat.5. Diaper dermatitis

Diperkirakan terjadi akibat multifaktorial seperti oklusi dan stasis vena akibat popok yang sempit, maserasi dan gesekan akibat popok. Biasanya terjadi pada usia 3-18 bulan, ditandai dengan eritem pada paha bagian atas dan bokong, permukaannya mengkilat dan berkerut.

Sering terjadi infeksi sekunder oleh Candida albicans atau Staphylococcus sp. Prinsip pengobatan yaitu membersihkan kulit paha dan bokong sebaik mungkin serta kausatif sesuai gejala penyakit. Kulit dibersihkan, dikeringkan dan dioleskan krim hidrokortison 1%, 3x sehari. Bila diduga ada infeksi bakteri, diberikan antibiotik topikal (gentamycin). Jika disangka ada infeksi jamur diberikan nistatin topikal.