4
Universitas Gadjah Mada BAB VII KONTROVERSI KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN A. PENDAHULUAN Di dunia ini diperkirakan jumlah anak usia sekolah dasar 960 juta di negara industri. Berbagai tindakan kedokteran gigi pencegahan telah berkembang dengan pesat, terutama di negara-negara maju, yang dilakukan oleh organisasi kesehatan masyarakat maupun pemerintah. Fluoridasi air minum saja, atau kombinasi dan beberapa tindakan pencegahan telah dapat menurunkan karies gigi (def-t/DMF-T) dengan nyata, sehingga di negara-negara maju terdapat penurunan angka karies gigi. Namun di negara berkembang, karies gigi justru cenderung meningkat. Dari tabel 3 di atas terlihat, bahwa hanya dengan fluoridasi air minum saja, karies gigi telah hampir separuhnya menurun, sedangkan kombinasi berbagai tindakan preventif tanpa fluoridasi air minum juga dapat menurunkan karies gigi. Namun, oleh para ahli, perubahan pola karies gigi tadi, selain karena tindakan tindakan pencegahan, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi, yaitu: 1. Tersedianya pelayanan kesehatan gigi secara luas (rata-rata rasio dokter gigi dan penduduk untuk negara-negara maju adalah 1: 2300, kecuali Swedia 1: 850). 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kesehatan gigi yang diikuti dengan lebih besarnya pemakaian jasa pelayanan kesehatan gigi. 3. Terdapatnya pendekatan preventif yang dilakukan oleh praktek-praktek dokter gigi/tenaga professional. B. MENGAPA SEKARANG KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN? Forest (1976) mengatakan bahwa terdapat pendapat-pendapat yang sinis mengenai hal tersebut di atas. Mereka mengatakan, bahwa “trend”/ “mode” kedokteran gigi pencegahan sekarang adalah hampir seluruhnya komersial dan ditunjang oleh banyaknya produksi untuk kedokteran gigi pencegahan di pasaran yang ditujukan tidak hanya kepada dokter gigi, tetapi juga kepada masyarakat. Hal mi jelas merupakan lahan barn bagi produsen untuk mencari untung. Pendapat mi sebagian besar benar adanya, karena adpertensi alat-alat kedokteran gigi pencegahan dalam jurnal-jurnal kedokteran gigi telah meningkat 50 - 60% dibandingkan 5 tahun yang lalu.

Kontroversi Kedokteran Gigi Pencegahan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gigi pencegahan

Citation preview

  • Universitas Gadjah Mada

    BAB VII KONTROVERSI KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN

    A. PENDAHULUAN Di dunia ini diperkirakan jumlah anak usia sekolah dasar 960 juta di negara

    industri. Berbagai tindakan kedokteran gigi pencegahan telah berkembang dengan pesat, terutama di negara-negara maju, yang dilakukan oleh organisasi kesehatan masyarakat maupun pemerintah. Fluoridasi air minum saja, atau kombinasi dan beberapa tindakan pencegahan telah dapat menurunkan karies gigi (def-t/DMF-T) dengan nyata, sehingga di negara-negara maju terdapat penurunan angka karies gigi. Namun di negara berkembang, karies gigi justru cenderung meningkat.

    Dari tabel 3 di atas terlihat, bahwa hanya dengan fluoridasi air minum saja, karies gigi telah hampir separuhnya menurun, sedangkan kombinasi berbagai tindakan preventif tanpa fluoridasi air minum juga dapat menurunkan karies gigi.

    Namun, oleh para ahli, perubahan pola karies gigi tadi, selain karena tindakan tindakan pencegahan, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi, yaitu: 1. Tersedianya pelayanan kesehatan gigi secara luas (rata-rata rasio dokter gigi

    dan penduduk untuk negara-negara maju adalah 1: 2300, kecuali Swedia 1: 850).

    2. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kesehatan gigi yang diikuti dengan lebih besarnya pemakaian jasa pelayanan kesehatan gigi.

    3. Terdapatnya pendekatan preventif yang dilakukan oleh praktek-praktek dokter gigi/tenaga professional.

    B. MENGAPA SEKARANG KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN? Forest (1976) mengatakan bahwa terdapat pendapat-pendapat yang sinis

    mengenai hal tersebut di atas. Mereka mengatakan, bahwa trend/ mode kedokteran gigi pencegahan sekarang adalah hampir seluruhnya komersial dan ditunjang oleh banyaknya produksi untuk kedokteran gigi pencegahan di pasaran yang ditujukan tidak hanya kepada dokter gigi, tetapi juga kepada masyarakat. Hal mi jelas merupakan lahan barn bagi produsen untuk mencari untung. Pendapat mi sebagian besar benar adanya, karena adpertensi alat-alat kedokteran gigi pencegahan dalam jurnal-jurnal kedokteran gigi telah meningkat 50 - 60% dibandingkan 5 tahun yang lalu.

  • Universitas Gadjah Mada

    Namun barangkali juga ada faktor-faktor lain yang bersamaan yang menyebabkan minat yang besar terhadap kedokteran gigi pencegahan antara lain: 1. Dengan ditemukannya bahan-bahan tambahan yang sangat baik, alat-alat yang

    canggih serta diikuti keterampilan yang tinggi, kerusakan-kerusakan kembali dan kambuhnya penyakit diharapkan tidak terjadi. Namun kenyataannya tidak demikian, sehingga banyak dokter gigi lalu menaruh perhatian bahwa sesuatu yang lebih, perlu dilakukan.

    2. Kecanggihan alat-alat menjadikan biaya pelayanan makin mahal, yang akan mempengaruhi para dokter gigi.

    3. Makin banyaknya tulisan-tulisan ataupun siaran-siaran di radio tentang metode preventif yang lebih nyaman daripada menambalkan gigi. Demand ini mempengaruhi para dokter gigi.

    4. Biasanya mereka yang mempunyai riwayat 5 tahun praktek, akan mulai jenuh dengan pekerjaan rutinnya, dengan hidup dari tambalan amalgam.

    Namun sebagian besar tenaga profesional tidak berminat atau ragu-ragu terhadap kedokteran gigi pencegahan, atau sulit merubah kecenderungan terhadap kedokteran gigi pencegahan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Tenaga profesional dapat menarik biaya lagi untuk penambalan ulang gigi yang

    sama untuk interval yang tetap, namun tidak untuk fluoridasi topikal. 2. Tenaga profesional tidak pasti tentang bahan mana yang sebaiknya dipakai

    karena banyaknya tawaran/adpertensi, dan takut akan material dan alat-alat yang dianjurkan sangat mahal, sehingga biaya perawataan menjadi sangat mahal.

    3. Tidak ada kepastian bagaimana menerangkan perubahan perawatan kepada pasien, yaitu dan kuratifmenjadi preventif.

    4. Satu pernyataan yang sangat penting, yang akan menimbulkan dilema: Apabila jumlah restorasi gigi sangat berkurang, apa yang akan terjadi terhadap penghasilan kami?

    Untuk pendapat terakhir (no. 4) terdapat kaitan dengan masalah tenaga profesi kedokteran gigi yang dianggap telah cukup untuk beberapa negara maju, sehingga perlu menutup beberapa sekolah kedokteran gigi di negara-negara maju.

    Menurut pengamatan para ahli, program pencegahan di beberapa negara maju sangat efektif namun tidak diimbangi dengan perencanaan yang memadai. Sebagai eksesnya adalah terdapat manpower yang berlebihan. Namun sementara itu Swedia, sebagai negara yang mempunyai rasio paling rendah (1:850), tetap

  • Universitas Gadjah Mada

    belum dapat mengimbangi banyaknya kerusakan gigi yang ada. Salah satu sebabnya, restorasi berkembang menjadi perawatan yang canggih sehingga perawatan akan terbatas hanya kepada beberapa pasien karena meningkatnya waktu yang tersita untuk mengerjakan, dan biaya perawatan menjadi makin tinggi, Karena adanya beberapa pendapat tentang leberadaan kedokteran gigi pencegahan seperti tersebut di atas, maka terdapat sikap tenaga profesi, yaitu:

    1. yang percaya sepenuhnya akan segala bentuk pencegahan 2. yang menganggap bahwa pendidikannya dulu adalah untuk

    menanggulangi penyakit dengan perawatan, dan makin mengembangkannya dengan standar perawatan yang makin tinggi (sikap terbanyak)

    3. gabungan antara sikap (1) dan (2) yang sekarang makin meningkat jumlahnya.

    Berangkat dari bermacam-macam hal dan sikap seperti tersebut di atas, para ahli menulis tentang kedokteran gigi pencegahan pada masa-masa yang akan datang. Dunning (1986) menulis bahwa pencegahan bukan merupakan sesuatu yang populer, pengalaman, sukar untuk memotivasi tentang penyebab penyakit, yang mengetahui ilmu kesehatan. Pendapatnya ini berdasarkan betapa lambat penelitian tentang fluor, dan dapatnya fluoridasi masyarakat sampai saat mi. Beliau juga merasa pesimis tentang penemuan universal, walaupun terdapat kemajuan pesat ilmu pengetahuan tentang peranan & treptococus yang menyebabkan pembentukan plak gigi. Selanjutnya dikatakannya, supaya tidak mengharapkan terlalu tinggi, bahwa karies gigi akan menjadi langka seperti halnya penyakit cacar.

    Data yang ada di WHO menunjukkan, bahwa bila tindakan pencegahan tidak dilakukan, baik di negara maju maupun berkembang, maka biaya untuk memelihara pelayanan perawatan gigi akan tidak dapat dijangkau, meskipun oleh negara yang kaya dan maju. Kecenderungan penurunan karies gigi di negara-negara maju, merupakan gambaran, bahwa tindakan pencegahan untuk penyakit periodontal mutlak diperlukan, apabila tidak ingin kehilangan gigi karena penyakit periodontal berkelanjutan.

    Meskipun terdapat berbagai pendapat tentang kedokteran gigi pencegahan, baik menyangkut definisi, wang lingkup dan konsep-konsep kedokteran gigi pencegahan, namun sudah terbukti bahwa keberadaannya telah dapat menurunkan angka kesakitan penyakit gigi dan periodontal secara nyata. Gabungan berbagai metode dan prosedur pencegahan akan lebih efektif dalam

  • Universitas Gadjah Mada

    menurunkan angka kesakitan tersebut. Pelayanan preventif tithk dapat berdiri sendin pada tiap tahap pencegahan, sehingga tenaga profesi akan selalu dibutuhkan, meskipun karies gigi (DMFT) telah menjadi sangat rendah. Sebab itu diperkirakan dalam 20 - 40 tahun yang akan datang, pola perawatan penyakit gigi dan mulut akan berubah. Untuk anak-anak adalah pencegahan dan perawatan sederhana, sedangkan untuk usia pertengahan dan usia lanjut dibutubkan perawatan yang komplek yang memerlukan keterampilan yang tinggi.

    Situasi pada masa ini (yaitu di beberapa negara industri), menjadi peringatan bagi semuanya bahwa bila pencegahan berhasil, akan terjadi surplus tenaga kesehatan gigi, Hampir semuanya ini terjadi karena kurangnya perencanaan yang terkoordinasi. Maka dan itu Barmes (1979) mengingatkan, supaya melihat dengai kritis kejadian di beberapa negara. Sebab menurut pengamatan, beberapa negara maju maupun negara berkembang, sekarang ada yang mengikuti tahapan-tahapan yang akan menuju ke akses surplus tenaga kerja.

    C. Kesimpulan Dapat disimpulkan, bahwa kedokteran gigi pencegahan akan selalu

    berkembang sesuai dengan perkembangan iptek, namun dalam pelaksanaannya supaya diikuti dengan pcrencanaan yang matang, sehingga tidak timbul ekses seperti yang telah terjadi di beberapa negara maju. Sebaliknya apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan dengan memadai, maka penyakit gigi dan mulut serta sistem pelayanan kesehatan gigi akan kembali seperti keadaan 50 tahun yang lalu. Hal ini tentu saja tidak diinginkan, sebab akan merupakan indikasi bahwa ilmu kedokteran gigi tidak ada kemajuan dan perkembangan.