12
KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 45 KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN UNTUK MENGEMBANGKAN USAHA YANG KEBERLANJUTAN Andres 1 dan Andy Susilo Lukito Budi 2 ABSTRAK Membuat usaha yang memiliki berkelanjutan yang baik adalah salah satu isu riil yang dihadapi oleh organisasi. Dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan membangun bisnisnya, sebuah organisasi dituntut untuk selalu berfokus pada pelanggannya, dengan memberikan kepuasan bagi mereka. Dalam model perilaku yang berkembang pada saat ini, ada dua pendekatan dalam memberikan kepuasan konsumen, yaitu pendekatan utilitarian/rasional dan pendekatan hedonis/implulsif. Menarik untuk dilihat bagaimana kedua pendekatan ini saling berpasangan untuk memberikan hasil akhir kepuasan konsumen. Oleh karena itu, penelitian yand dilakukan ini ditujukan untuk mengukur tingkat kepuasan yang dihasilkan dari pendekatan rasional dan pendekatan impulsif pada objek restoran bernuansa kultur tradisional Jepang. Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen yaitu, nilai hedonis dan nilai utilitarian, serta melihat pengaruhnya terhadap kepuasan pengunjung restoran X Mall Kelapa Gading. Responden penelitian ini adalah 340 orang pengunjung yang ditentukan secara acak setelah mereka selesai makan di restoran tersebut. Data diolah menggunakan tehnik Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik variabel rasional dan variabel hedonis memang memiliki peran penting terhadap kepuasan, namun ternyata pendekatan kenikmatan memiliki hasil yang lebih signifikan dibanding pendekatan rasional. Artinya, menciptakan kepuasan pada konsumen juga bisa dimanipulasi bukan hanya oleh faktor-faktor dasar kebutuhan datang ke restoran (misalnya makan) namun juga bisa distimulir oleh faktor-faktor yang terkait dengan unsur kenikmatan di luar rasional (misalnya suasana, variasi menu, dan sebagainya). Hasil ini memberikan implikasi bahwa keberlanjutan sebuah industri jasa rumah makan juga sangat ditentukan oleh kemampuannya menciptakan suasana artifisial bagi pelanggannya. Sejumlah saran juga diberikan berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini. Kata kunci: nilai hedonis, nilai utilitarian, kepuasan pelanggan 1 Alumnus Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta. Email: [email protected] 2 Akademisi dan Peneliti di Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta. Email: [email protected]

Kontribusi Faktor Hedonis Terhadap Kepuasan Konsumen …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1285/5/PROS_Andres-Andy... · karena hedonis merupakan kegiatan konsumsi yang berorientasi

Embed Size (px)

Citation preview

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 45

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

UNTUK MENGEMBANGKAN USAHA YANG KEBERLANJUTAN

Andres1

dan

Andy Susilo Lukito Budi2

ABSTRAK

Membuat usaha yang memiliki berkelanjutan yang baik adalah salah satu isu riil yang dihadapi oleh

organisasi. Dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan membangun bisnisnya, sebuah organisasi

dituntut untuk selalu berfokus pada pelanggannya, dengan memberikan kepuasan bagi mereka. Dalam

model perilaku yang berkembang pada saat ini, ada dua pendekatan dalam memberikan kepuasan

konsumen, yaitu pendekatan utilitarian/rasional dan pendekatan hedonis/implulsif. Menarik untuk dilihat

bagaimana kedua pendekatan ini saling berpasangan untuk memberikan hasil akhir kepuasan konsumen.

Oleh karena itu, penelitian yand dilakukan ini ditujukan untuk mengukur tingkat kepuasan yang dihasilkan

dari pendekatan rasional dan pendekatan impulsif pada objek restoran bernuansa kultur tradisional Jepang.

Penelitian ini menggunakan 2 variabel independen yaitu, nilai hedonis dan nilai utilitarian, serta melihat

pengaruhnya terhadap kepuasan pengunjung restoran X Mall Kelapa Gading. Responden penelitian ini

adalah 340 orang pengunjung yang ditentukan secara acak setelah mereka selesai makan di restoran

tersebut. Data diolah menggunakan tehnik Structural Equation Modelling (SEM).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik variabel rasional dan variabel hedonis memang memiliki

peran penting terhadap kepuasan, namun ternyata pendekatan kenikmatan memiliki hasil yang lebih

signifikan dibanding pendekatan rasional. Artinya, menciptakan kepuasan pada konsumen juga bisa

dimanipulasi bukan hanya oleh faktor-faktor dasar kebutuhan datang ke restoran (misalnya makan) namun

juga bisa distimulir oleh faktor-faktor yang terkait dengan unsur kenikmatan di luar rasional (misalnya

suasana, variasi menu, dan sebagainya). Hasil ini memberikan implikasi bahwa keberlanjutan sebuah

industri jasa rumah makan juga sangat ditentukan oleh kemampuannya menciptakan suasana artifisial bagi

pelanggannya. Sejumlah saran juga diberikan berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini.

Kata kunci: nilai hedonis, nilai utilitarian, kepuasan pelanggan

1 Alumnus Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta. Email: [email protected]

2 Akademisi dan Peneliti di Fakultas Ekonomi Unika Atma Jaya Jakarta. Email: [email protected]

48 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

PENDAHULUAN

Aspek utilitarian telah lama menjadi fokus dalam penelitian mengenai perilaku konsumen, dimana

utilitarian sering juga disebut sebagai kegiatan konsumsi yang berorientasi tujuan atau pencarian nilai.

Namun, aspek utilitarian tidak mampu sepenuhnya mencerminkan perilaku konsumen secara keseluruhan

karena pada saat ini berkembang pula aspek hedonis. Aspek hedonis ini berbeda dengan aspek utilitarian

karena hedonis merupakan kegiatan konsumsi yang berorientasi kesenangan, dimana sikap hedonis sendiri

didorong oleh emosi dari konsumen untuk melakukan konsumsi sedangkan aspek utilitarian didorong

karena kebutuhan akan pemenuhan nilai atau kebutuhan dasar kosumen (Ryu, Han, & Jang, 2009).

Tidak semua pengalaman konsumsi dalam industri restoran menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.

Tingkat kepuasan yang dihasilkan dari konsumsi yang berorientasi tujuan atau utilitarian (misalnya

memesan makanan sehat karena menginginkan kehidupan yang lebih baik) mungkin tidak akan sama

dengan tingkat kepuasan yang dihasilkan dari konsumsi yang berorientasi kesenangan atau hedonis

(misalnya menikmati musik yang diputar di restoran). Konsumen menilai bahwa aspek utilitarian memiliki

pengaruh yang lebih baik pada tingkat kepuasan dalam industri restoran dibandingkan dengan aspek

hedonis. Aspek hedonis dinilai memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada setiap konsumen karena

bersifat lebih personal dan subjektif sedangkan aspek utilitarian akan menghasilkan kepuasan yang tidak

jauh berbeda karena didasarkan pada pencapaian nilai yang dicari oleh konsumen. Berdasarkan dari

pengamatan ini, pembedaan harus dibuat dalam menentukan persepsi nilai konsumen. Untuk membedakan

pengaruh dari aspek hedonis maupun aspek utilitarian.

Dalam industri restoran terdapat aspek hedonis dan utilitarian yang mempengaruhi perilaku konsumen

dalam melakukan konsumsi. Konsumen yang didorong oleh tujuan untuk bersenang-senang akan memilih

untuk memilih dan menetap di sebuah restoran lebih lama karena suasana yang nyaman, musik yang

diputar dalam restoran, konsep restoran dengan tema tertentu. sedangkan konsumen yang didorong oleh

tujuan untuk mendapatkan nilai dari makanan sehat, maka konsumen akan memilih restoran yang

dianggap mampu memberikan nilai yang diharapkan seperti konsumen yang ingin hidup sehat dengan

memilih makanan organik.

Pada era globalisasi saat ini, persaingan yang dihadapi oleh industri restoran telah menuntut restoran-

restoran yang ada, khususnya di kota-kota besar di Indonesia untuk meningkatkan layanannya, termasuk

di dalamnya eksposisi terhadap unsure hedonis ini, selain melayani fungsi utama tradisional sebuah

restoran: menyajikan kebutuhan pangan (utilitarian). Dengan demikian, penelitian ini mengkhususkan diri

untuk melihat 2 variabel utama yang diyakini berkontribusi terhadap kepuasan konsumen (Ryu, Han, Jang

2009) yaitu utilitarian dan hedonis terhadap kepuasan konsumen. Manakah dari keduanya yang memiliki

peran lebih dalam menghantarkan kepuasan?

KERANGKA TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori-teori yang dikembangkan untuk mendukung pemikiran ini adalah perilaku konsumen yang berfokus

kepada teori tentang kepuasan konsumen, dan pendekatan utilitarian dan hedonis yang diyakini

memberikan kontribusi terhadap kepuasan konsumen.

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 49

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan proses mempelajari konsumen yang terfokus pada bagaimana individu

mengambil keputusan untuk membelanjakan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, dan usaha)

terhadap barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi (Schiffman & Kanuk 2008). Lebih lanjut,

Kotler & Armstrong (2001) menyatakan pula bahwa karakteristik mempengaruhi perilaku konsumen.

Keputusan pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: faktor budaya, faktor sosial,

faktor pribadi, dan faktor psikologis.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik benang merah bahwa perilaku konsumen merupakan proses

mempelajari konsumen yang terfokus pada bagaimana individu mengambil keputusan untuk

membelanjakan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, dan usaha) terhadap barang-barang yang

berhubungan dengan konsumsi . Keputusan pembelian konsumen mencakup apa yang dibeli konsumen,

dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak yang mereka beli.

Kepuasan Konsumen

Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan seseorang, baik puas atau kecewa

dengan membandingkan kinerja atau hasil yang diharapkan. Dalam perkembangan ilmu marketing,

kepuasan pelanggan/konsumen merupakan variabel penting yang terus menerus digali karena perannya

dalam menentukan perilaku konsumen, khususnya untuk menentukan perilaku pembelian kembali,

misalnya: kepuasan mendatangkan loyalitas (Roig et al, 2009), positive word of mouth (Zeithaml et al

1996), keuntungan jangka panjang (Bernhardt et al 2000), dan masih banyak yang lainnya. Seorang

konsumen yang puas akan menjadi loyal yang ditunjukannya dengan melakukan pembelian ulang

(Anderson & Sullivan 1993; Cronin et al 2000; Huh & Kim 2008).

Sejumlah studi menunjukan bahwa dua faktor pendorong menuju pada kepuasan, dapat diturunkan melalui

nilai utilitarian dan nilai hedonis. Keduanya merupakan dua variabel yang berjalan seiring positif dan

signifikan terhadap kepuasan (Babin 1994; Park et al 2011; Irani & Hanzaee 2011). Dengan demikian,

penelitian ini akan mengelaborasi kedua variabel tersebut dalam konteks lokal.

Nilai Utilitarian

Nilai utilitarian merupakan suatu bentuk sikap dari konsumen dimana mereka berbelanja dengan

melakukan pembelian ataupun tidak melakukan pembelian atas barang atau jasa yang sudah mereka

tentukan sesuai kebutuhan (Babin 1994). Pernyataan tersebut menunjukan bahwa nilai utilitarian

merupakan suatu bentuk sikap dari konsumen dimana mereka berbelanja dengan melakukan pembelian

ataupun tidak melakukan pembelian atas barang atau jasa yang sudah mereka tentukan sesuai kebutuhan

atau secara rasional (Hoolbrook& Hirschman 1982).

Lebih lanjut, Hirschman (1984) mendeskripsikan nilai utilitarian diakumulasi melalui assessment pada

atribut-atribut berwujud (tangible) dari produk/jasa yang diolah dalam ranah kognitif pelanggan. Dengan

demikian, fungsi utilitarian bertumbuh jika seorang pelanggan memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan

dan semakin bertumbuh jika pelanggan tersebut dapat memperolehnya dengan upaya yang semakin efisien

(Babin 1994). Persepsi nilai utilitarian dapat bergantung pada apakah yang ingin dicapai oleh konsumen

dari kegiatan konsumsi tersebut. Konsumen akan merasa puas jika sudah mendapatkan produk atau jasa

yang sesuai kebutuhan mereka dengan cara yang efisen, khususnya dalam hal waktu yang digunakan. Hal

50 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

ini ditandai dengan pembelian secara sengaja yang dilakukan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan

mereka dalam waktu yang singkat.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku pembelian utilitarian adalah perilaku yang rasional, objektif, dan

terkait dengan aktivitas transaksi (Sherry 1990; Batra & Ahtola 1990, Irani & Hanzaee 2011).

Nilai Hedonis

Babin (1994) menyatakan Hendonis sebagai suatu bentuk sikap yang muncul secara spontan dari dalam

diri konsumen. Nilai hedonis sudah didasari sebagai suatu motivasi pembelian dari dalam diri konsumen

karena konsumen menyukainya, didorong keinginan untuk mencapai suatu bentuk kesenangan, kebebasan,

khayalan, serta pelarian diri dari masalah. Mowen (1995) menjelaskan lebih lanjut bahwa konsumsi

hedonis menunjuk pada kebutuhan konsumen dalam menggunakan suatu jasa atau produk untuk

menciptakan rasa fantasi, menghasilkan perasaan berdasarkan indera, dan menghasilkan rangsangan

emosional untuk memuaskan diri. Umumnya perilaku hedonis ini diwujudnyatakan dalam kegiatan

berbelanja oleh konsumen. Ada beberapa jenis kategori belanja dalam nilai hedonis, diantaranya:

adventure shopping social shopping, gratification shopping, idea shopping, role shopping, dan value

shopping.

Kecenderungan berbelanja hedonis ini sangat terkait dengan pancaindera (Solomon 2004), misalnya:

penglihatan (co: elemen visual dengan iklan, desain toko, dan packaging yang menarik), suara (co: musik

yang lembut memberikan suasana santai), aroma (dapat menstimulir emosi terhadap memori-memori

tertentu), rasa (dalam beberapa kebudayaan, cita rasa dalam makanan sangat berarti), texture, exposure

(rangsangan atau stimuli yang ditangkap oleh indera seseorang) , attention (aktivitas yang difokuskan pada

suatu stimulus), dan interpretasi (respon terhadap stimuli yang diterimanya).

Sejumlah studi juga menunjukan bahwa di atas faktor basic necessity dari utilitarian, ada unsur-unsur

kenikmatan yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen (Ryu et al 2009). Beberapa studi mengenai

unsur hedonis ini, diantaranya Pareigis, Edvardsson, dan Enquist (2011) yang menemukan faktor

lingkungan sebagai unsur yang penting dalam meningkatkan kualitas interaksi antara konsumen dengan

organisasi penyedia jasa transpotasi. Contoh lain, musik, aroma, dan cetakan-cetakan multimedia atraktif

yang menstimuli pola belanja konsumen (Morrin & Chebat 2005, Chebat & Michon 2003).

Seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian ini hendak menguji hubungan kedua nilai yang telah

dijabarkan tesebut terhadap kepuasan konsumen yang dispesifikkan pada objek lokal sebuah restoran di

Jakarta. Restoran tersebut memiliki nuansa khas kultur sehingga dapat mengkombinasi unsur utilitarian

dan hedonis untuk kepentingan penelitian ini. Model Penelitian digambarkan dalam diagram 1 sebagai

berikut.

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 51

Gambar 1. Model Penelitian

Di mana:

h1: Nilai Hedonis mempengaruhi secara

positif dan signifikan kepuasan konsumen

pada restoran X

h2: Nilai Utilitarian mempengaruhi secara

positif dan signifikan kepuasan konsumen pada

restoran X

METODE PENELITIAN

Prosedur Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengunjung restoran X yang berdasarkan hasil observasi

kunjungan langganan selama satu bulan berkisar pada angka 2.200 pengunjung. Metode pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan stratified random sampling yang dilakukan

dalam dua tahap. Tahap pertama adalah memerinci slot waktu kunjungan menjadi 3 bagian, jam 10-2pm,

2-6pm, dan 6-10pm. Kemudian ditentukan tanggal penyebaran selama dua minggu, yang terbagi dalam

dua bagian – 5 hari kerja dan 2 hari weekend. Pemilhan slot dilakukan secara acak (mengundi). Semua

pengunjung yang berkunjung pada slot waktu terpilih diberikan kuesioner untuk dijawab setelah mereka

selesai makan. Berdasar teknik Slovin (dengan α = 5%) maka diperoleh jumlah sampel ideal yaitu sebesar

340 orang. Kuesioner berjumlah 13 pertanyaan pengukuran dengan 4 poin skala interval: Sangat Tidak

Setuju (1) hingga Sangat Setuju (4).

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam dua tahap: (1) uji validitas , reliabilitas (Ghozali & Fuad 2008), dan model

fit (Engel et al 2003), (2) mengolah data menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan

tehnik multiple regression (Jaccard & Wan 1996, Ghozali & Fuad 2008). Seluruh indikator validitas,

reliabilita, dan indikator model fit dipaparkan secara singkat pada bab hasil penelitian.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

Jumlah responden yang valid menjadi bagian dari data penelitian ini adalah sebanyak 340 orang yang

terbagi atas mayoritas wanita (190 orang) dan sisanya pria (150 orang), dengan sebaran usia terbanyak

pada range 26-33 tahun (45%), disusul 18-25 tahun (32,4%). Sebagian besar dari responden tersebut

datang ke restoran bersama-sama dengan teman (61%), dan sisanya tersebar antara datang bersama

keluarga (18%) dan pasangan (12%). Intensitas kunjungan pelanggan ke restoran ini adalah antara sebulan

Nilai Hedonis

Nilai Utilitarian

Kepuasan

h 1

h 2

52 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

sekali (42%) dan lebih dari sebulan sekali (33%). Sekali makan di restoran X, 50% berbelanja lebih dari

Rp. 150.000,- sedangkan 33% antara Rp. 100.000,- – Rp. 150.000,-. Alasan utama untuk memilih restoran

X adalah untuk berkumpul dengan teman (50%) dan refreshing (21%).

Validitas

Untuk menguji validitas, data diinput ke dalam software Lisrel. Hasil t-hitung (α = 5%) dipaparkan pada

gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2 hasil t-hitung

Gambar 2 menunjukkan besarnya nilai t-hitung pada masing-masing indikator terhadap variabelnya.

Terlihat pada hasilnya bahwa pada model pengukuran mempunyai validitas yang baik karena nilai t

muatan faktornya ≥ nilai ttabel (thitung ≥ 1.969). Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator pada model

pengukuran dapat mengukur konstruknya (nilai hedonis, nilai utilitarian, dan kepuasan) dengan cukup

baik (Ghozali & Fuad 2008, Kusnedi 2008).

Reliabilitas

Dengan menggunakan informasi standardized loadings dan error variances yang tersedia pada output

LISREL, diperoleh hasil perhitungan composite reliability ( ) untuk 3 variabel penelitian sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai Hedonis

Variabel Standardized

Loading

Measurement

Error

NH1 0.72 0.48

NH2 0.64 0.59

NH3 0.72 0.49

NH4 0.66 0.56

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 53

NH5 0.59 0.65

Total 3.33 2.77

Tabel 2. Nilai Utilitarian

Variabel Standardized

Loading

Measurement

Error

Nu1 0.85 0.27

Nu2 0.79 0.37

Nu3 0.39 0.85

Nu4 0.64 0.6

Total 2.67 2.09

Tabel 3. Kepuasan

Variabel Standardized

Loading

Measurement

Error

S1 0.79 0.38

S2 0.73 0.46

S3 0.79 0.38

S4 0.66 0.56

Total 2.97 1.78

Nilai ketiga > 0,6 sehingga composite Reliability adalah baik (Bagozzi dan Yi 1998) dan dapat

digunakan untuk mengukur indikator-indikator dalam variabel laten.

Model Fit

Penilaian model fit diperoleh dari output Goodness of Fit Statistic dari Lisrel yang diintisarikan pada tabel

4 sebagai berikut.

Tabel 4. Ringkasan hasil Goodness of Fit Statistic

Indeks Kecocokan Nilai Estimasi Kriteria Keterangan

RMSEA 0,071 ≤ 0,05 Acceptable Fit

GFI 0,93 ≥ 0,90 Good Fit

RMR 0,022 ≤ 0,05 Good Fit

NNFI 0,96 ≥ 0,90 Good Fit

CFI 0,97 ≥ 0,90 Good Fit

IFI 0,97 ≥ 0,90 Good Fit

NFI 0,96 ≥ 0,90 Good Fit

54 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Berdasarkan pada nilai-nilai koefisien diatas yang memenuhi persyaratan kecocokan sebuah model, maka

dapat disimpulkan bahwa secara umum model yang diperoleh dalam penelitian memiliki tingkat

kecocokan yang baik (Good Fit) dan dapat digunakan sebagai model persamaan struktural (Ghozali &

Fuad 2008, Kusnedi 2008, Engel et al 2003).

Hasil Persamaan Struktural

Hasil persamaan struktural adalah sebagai berikut:

S = 0.73*NH + 0.33*NU, Errorvar.= 0.050 , R² = 0.77

(0.085) (0.046) (0.0096)

8.60 7.14 5.16

Dari hasil output di atas dapat disimpulkan bahwa variabel NH (nilai hedonis) dan variabel NU (nilai

utilitarian) memiliki pengaruh positif yang ditunjukkan oleh nilai estimasi koefisien regresi variabel NH

sebesar 0.73 dan nilai estimasi koefisien regresi variabel NU sebesar 0.33.

Sedangkan, estimasi standard error menunjukan angka 8,6 dan 7,14 yang jauh lebih tinggi dari ±1.969 (α

= 5%). Dengan demikian, kedua variabel tersebut adalah signifikan terhadap kepuasan.

Nilai R2

(koefisien determinasi) pada hasil output di atas menunjukan hasil yang cukup tinggi yaitu

sebesar 0.77 yang dapat diartikan bahwa 77% varians kepuasan dapat dijelaskan oleh variabel NH (nilai

hedonis) dan NU (nilai Utilitarian), sedangkan sisanya 23% dapat dijelaskan oleh variabel lain.

Dari hasil tersebut, dapat diargumentasikan bahwa h1 dan h2 tidak dapat ditolak, artinya terdapat

hubungan yang positif dan signifikan dari nilai hedonis terhadap kepuasan (h1) dan juga terdapat

hubungan yang positif dan signifikan dari nilai utilitarian terhadap kepuasan (h2).

IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Penelitian ini secara teori menunjukkan bahwa nilai hedonis dan nilai utilitarian mempengaruhi kepuasan.

Sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa baik nilai hedonis maupun nilai

utilitarian memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan pengunjung restoran X.

Dalam penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Ryu, Han, & Jang (2009) atau Park et al (2011),

nilai utilitarian memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan nilai hedonis. Temuan berbeda

dihasilkan pada penelitian ini yaitu nilai hedonis hedonis memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap

kepuasan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi pada structural equation. Artinya, pengunjung

yang makan di restoran X Mall Kelapa Gading sebagian besar didorong oleh tujuan untuk bersenang-

senang, berkumpul bersama teman menghabiskan waktu dibandingkan dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan. Seperti misalnya hasil penelitian dari Pareigis (2011) juga mengkonfirmasikan adanya

kebutuhan untuk berehat, tidak hanya makan, mengindikasikan faktor hedonis ini memang muncul dalam

setiap kultur budaya.

Dengan demikian, penelitian ini juga mengkonfrimasi pentingnya eksposisi unsure hedonis dalam menjual

produk/jasa kepada pelanggan. Beberapa studi lanjutan mengenai hedonis ini juga menunjukan kepekaan

konsumen terhadap hadiah, diskon , dan promosi-promosi restoran.

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 55

Dalam pengamatan peneliti, restoran X memang sebaiknya menerapkan beberapa improvement yang

sederhana namun efektif untuk membangun suasana hedonis. Ditambah lagi dengan nuansa kultur

tradisional restoran tersebut, diyakini beberapa improvement ini dapat memberikan nilai tambah bagi

pelanggan restoran X. Misalnya:

1. Ketika pengunjung melewati restoran X, pengunjung dapat melihat “display food” yang terbuat dari

lilin yang dibuat semirip mungkin dengan makanan asli yang disajikan oleh restoran X.

2. Seluruh karyawan menggunakan seragam yang bertema Jepang. para karyawan wanita menggunakan

“kimono” (pakaian adat Jepang), sedangkan para karyawan pria menggunakan pakaian formal yang

terlihat rapi.

3. Setiap pengunjung yang masuk ke dalam restoran akan disapa oleh seluruh karyawan dengan sapaan

“irasshaimase” yang berarti selamat datang dan ketika akan meninggalkan restoran akan disapa

dengan sapaan “domo arigatogozaimashita” yang berarti terima kasih banyak.

4. Suasana yang ditawarkan di dalam restoran dibuat semirip mungkin dengan restoran di Jepang. X

menyediakan “sushi bar” dengan “sushi belt” yang mengitari sushi bar. Berbagai macam variasi sushi

yang siap disantap terjajar rapi sepanjang sushi belt

Dengan pertumbuhan restoran asing, termasuk restoran Jepang di kota besar di Indonesia - tercatat ada

214 resto Jepang di Jakarta menurut Dinas Pariwisata Indonesia (Gabungan Pengusaha Makanan dan

Minuman Indonesia 2012) maka focus kepada beberapa strategi pada menciptakan suasana temaram,

nyaman, musik yang lembut, pencitraan khas restoran akan menjadi pendorong emosi konsumen untuk

berkunjung ke restoran X dan membuat konsumen merasa puas karena apa yang diharapkan dari sebuah

restoran Jepang dapat mereka dapatkan dari restoran X. Pada akhirnya, restoran X menciptakan barisan

pelanggan loyal kepada restoran X dan membantu restoran X untuk tetap sustain dalam jangka panjang di

bisnis kuliner ini.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menyederhanakan faktor pendorong kepuasan menjadi dua variabel independen saja, yaitu

hedonis dan utilitarian. Menilik pada hasil-hasil penelitian yang lebih terkini, sudah banyak indikator

perilaku yang mengeksposisi utilitarian dan hedonis lebih detil sehingga untuk penyempurnaan pada topik

penelitian ini, peneliti melihat urgensinya untuk mengelaborasi indikator-indikator utilitarian dan hedonis

dengan lebih terukur, jelas, dan less ambigu.

56 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

DAFTAR RUJUKAN

Anderson , E.W. & M.W. Sullivan (1993). The Antecendents and Consequences of Customer Satisfaction

for Firms. Marketing Science, 12(2): 3125-3143.

Babin, B. J., Darden, W. R. & Griffin, M. (1994). “Work and/or Fun: Measuring Hedonic and Utilitarian

Shopping Value”, Journal of Consumer Research, Vol. 20, pp. 91-100.

Bagozzi, R. P., & Yi, T. (1988). “On The Evaluation of Structural Equation Models”, Journal of the

Academy of Marketing Science, Vol. 16, pp 74-94.

Batra, R. & Ahtola, O. (1990). Measuring the Hedonic and Utilitarian Sources of Customer Attitudes.

Marketing Letters, 2(2): 159-170.

Bernhardt, K.L.; N. Donthu; & P.A. Kennett (2000). A Longitudinal Analysisof Satisfaction and

Profitability. Journal of Business Research, 47(2): 161-171.

Chebat, J. & Michon, R. (2003). Impact of ambient odors on small shoppers’ emotion, cognition, and

spending: a test of competitive causal theories. Journal of Business Research, 56(7): 529-539.

Cronin, J.J.; M.K. Brady & G.M.T. Hull (2000). Assessing the Effect of Quality, Value, and Customer

Satisfaction on Consumer Behavioral Intentions in Service Environments. Journal of Retailing,

76(2): 193-218.

Engel, K. S., Moosbrugger, H., & Müller, H. (2003). Evaluating the fit of structural equation models:

Tests of significance and descriptive goodness-of-fit measures. Methods of Psychological Research

Online , 8 (2), 23 - 74.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia. (2012). Perkembangan Restoran Asing di

Jakarta. Retrieved October 17, 2011, from http://www.gapmmi.or.id/?pilih=lihat&id=126.

Ghozali, I., & Fuad. (2008). Structural equation modeling: Teori, konsep & aplikasi dengan program

LISREL 8.80. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Hirschman, E.C. (1984). Experience Seeking: a subjectivist perspective of consumption. Journal of

Business Research, 12(1): 115-136.

Hoolbrook, M. & Hirschman, E.C. (1982). The Experiential Aspects of Consumptions: consumer

fantasies, feelings, and fun. Journal of Consumer Research, 9(2): 132-140.

Huh, Y.E.; S-H. Kim (2008). Do Early Adopters Upgrade Early? Role of Post adoption behavior in the

purchase of next generation product. Journal of Business Research, 61(1): 40-46.

Irani, N; Hanzaee, K.H. (2011). The Effects of Variety-seeking Buying Tendency and Price Sensitivity on

Utilitarian and Hedonic Value in Apparel Shopping Satisfaction. International Journal of Marketing

Studies, 3(3): 89-103.

Jaccard, J., & Wan, C. K. (1996). Lisrel approaches to interaction effects in multiple regression.

California: SAGE Publications.

Kotler, P., & Keller, K. (2009). Marketing management (13rd

ed). Upper Saddle River, N.J: Pearson

Prentice Hall.

KONTRIBUSI FAKTOR HEDONIS TERHADAP KEPUASAN...(Andres dan Andy Susilo Lukito Budi) 57

Kotler, P., and Amstrong, G. (2001). Principle of Marketing, (7th ed), New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kusnendi. (2008). Model-model persamaan struktural. Bandung: Alfabeta.

Morrin, M. & Chebat, J. (2005). Peson-place congruency: the interactive effects of shopper style and

atmospherics on consumer expenditures. Journal of Service Research, 8(2): 181-191.

Mowen, J.C. (1995). Consumer Behavior. (4th ed). New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Pareigis, J., Edvardsson, B., & Enquist, B (2011). Exploring the Role of the service environment in

forming customer’s service experience. International Journal of Quality and Service Sciences, 3(1):

110-124.

Park, J.; Snell W.; Ha, S.; & Lin Chung, T (2011). Consumer’s Post Adoption of M-Services: Interest in

Future M-Services Based on Consumer Evaluations of Current M-services. Journal of Electronic

Commerce Research, 12(3): 165-175.

Roig, J. C. F; J.S. Garcia, & M.A.M. Tena (2009). Perceived Value and Customer Loyalty in Financial

Services. Service Industrial Journal, 29(6): 775-789.

Ryu, K., Han, H., And Jang, S. (2009). “Relationships Among Hedonic and Utilitarian Values,

Satisfaction and Behavioral Intentions in The Fast-Casual Restaurant Industry,” Journal of

Contemporary Hospitality, Vol. 22, pp. 416-432.

Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2004). Consumer behavior. (8th ed). Upper Saddle River, N.J: Pearson

Prentice Hall.

Sherry, J.F. (1990). A Sociocultural Analysis of a Midwestern American Flea Market. Journal of

Consumer Research, 17(1): 13-30.

Solomon, Michael R. (2004). Consumer Behavior: Buying, Having and Being (6th ed). Upper Saddle

River, NJ: Pearson Education International.

Zeithaml, V.A.; L.L. Berry, & A. Parasuraman (1996). The Behavioral Consequences of Service Quaility.

Journal of Marketing, 60(2): 31-46.

58 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Lampiran: Daftar Pertanyaan

Saya memilih makan di restoran X karena dapat menciptakan perasaan yang baik.

Makan di restoran X terasa seru dan menyenangkan.

Pengalaman makan di restoran X sungguh membahagiakan.

Ketika makan di restoran X, saya merasa senang dan tertarik untuk mencari variasi makanan

lainnya.

Walaupun harga makanan di restoran X lebih mahal dibanding restoran lainnya, X tetap menjadi

restoran pilihan saya.

Makan di restoran X mampu memenuhi kebutuhan saya.

Makan di restoran X harganya ekonomis dan sesuai di kantong saya.

Ketika berkunjung ke restoran X saya merasa melakukan pemborosan.

Pelayanan di restoran X cepat.

Berkunjung ke restoran X membuat saya merasa senang.

Pengalaman berkunjung ke restoran X membuat saya merasa puas.

Pengalaman berkunjung ke restoran X menciptakan suasana hati yang baik (good mood) bagi

diri saya.

Ketika berada di restoran X saya dapat menikmati waktu untuk diri saya sendiri.