Upload
nguyennhi
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONTRIBUSI DAN OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
ERVHINA RETNO WAHYU ANGGRAINI
NIM F3407005
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Engkau ajarkan kepada kami, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui
-Baqarah: 32)
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),
dan hanya kepada Tuhanm -Insyirah: 6-8)
Khuli
dalam novel Lafazh-Lafazh Cinta)
membutuhkan senyuman, dan tidak ada seorang pun yang terlalu miskin
rjadi, karena aku tahu rencana-MU lebih indah
dari inginku, karena aku percaya ketetapan-MU adalah yang terbaik untukku,
~Aku~
Karya ini dipersembahkan kepada:
Ibu dan Ayah tercinta
Dhimasku yang nakal
Keluarga tersayang
Sahabat-sahabatku yang manis
Almamaterku
Pembaca yang budiman
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan Taufik dan Rahmat-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan Judul
Kontribusi dan Optimalisasi Penerimaan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
mencapai derajat Sarjana Ahli Madya Progam Studi Diploma III Akuntansi
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M.com., Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.si., Ak. selaku Ketua Progam Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Sri Suranta, SE., M.si., Ak. selaku Sekretaris Progam Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
penulis, terima kasih atas bimbingan dan pengarahan disela-sela kesibukan.
5. Bapak-Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan, tentu akan sangat
bermanfaat bagi penulis.
6. Ibu, Bapak tercintaku, Dhimasku, dan seluruh keluarga tersayang yang
senantiasa memberikan motivasi, cinta dan kasih yang tak kan pernah terganti,
juga selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis.
7. Bapak Agung HD, Bapak Pramono beserta seluruh karyawan di Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta yang
telah menerima dengan baik juga memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan untuk penyelesaian Tugas Akhir penulis serta kemudahan maupun
arahan selama kegiatan magang.
8. Teman-teman DIII Perpajakan Angkatan 2007, Erin, Mb Penny, Indy, Eka,
Endah, Nisa, Ana, Icha dan yang lain, terima kasih atas kebersamaan serta
perhatiannya selama masa perkuliahan yang menorehkan berjuta warna indah
dalam sepenggal kisah dan semoga akan berakhir dengan indah.
9. Keluarga kecilku di Griya Arimbi, Ulfah, Wati’, Te’ah, Michan, Anis, Izna,
etc, terimakasih atas canda, manja, tawa, suka, duka, air mata, kebersamaan
juga kekompakannya selama ini, sebentuk senyuman termanis yang kalian
hadirkan tak kan mampu ku lupakan dan akan selalu ku rindukan. ^_~
10. Erwin N. K. saudara kembarku beda bapak beda ibu (kata orang mirip),
manjamu, senyummu, semangatmu, juga kerasmu, terima kasih atas semua
kebaikan beriring ketulusan yang semoga akan terus mengalir dengan saling
mengingatkan dalam kebaikan.
11. Mbak Iffah, Mas Qul, Mbak Lind, Tiga Serangkai yang menginspirasi dan
memotivasi, dari setiap cerita, kisah, maupun celoteh selalu memberikan
pelajaran mahal dalam hidupku, melengkapi rasaku juga mengisi separuhku.
12. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih ada
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Demikian, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
pihak lain yang berkesempatan mempelajarinya
Surakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................... 5
D. Manfaat ................................................................................. 6
E. Metode Pengumpulan Data ................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pajak ........................................................................ 9
B. Jenis-jenis Pajak Daerah ....................................................... 12
C. Tinjauan Umum Pajak Hotel ................................................. 12
BAB III. PEMBAHASAN
A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta ....................... 16
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA ................ 18
3. Strukutur Organisasi ......................................................... 19
4. Deskripsi Jabatan .............................................................. 23
5. Tata Kerja DPPKA ............................................................ 28
6. Visi dan Misi DPPKA ....................................................... 29
B. Laporan Magang
Lokasi dan Penempatan Magang Kerja ................................. 29
Jangka Waktu Pelaksanaan Magang Kerja ........................... 30
Rincian Kegiatan Magang Kerja ........................................... 31
C. Pembahasan Masalah
1. Kontribusi Pajak Hotel di Kota Surakarta ......................... 37
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan
Penerimaan Pajak Hotel dari Tahun 2005 sampai
dengan Tahun 2009 .......................................................... 43
3. Hambatan yang Dihadapi DPPKA Kota Surakarta
Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Hotel ....... 45
4. Upaya yang Dilakukan Pihak DPPKA Kota Surakarta
Dalam Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel
Di Surakarta ...................................................................... 46
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 49
B. Saran ...................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3.1. Realisasasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2005 – 2009 ..... 37
3.2 . Rekapitulasi Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah ................ 39
3.3. Rekapitulasi Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD ............................... 42
3.4. Jumlah Hotel di Kota Surakarta Tahun Anggaran 2005 – 2009 .............. 44
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
3.1. Struktur Organisasi DPPKA Kota Surakarta ........................................... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan
Lampiran 2. Surat Permohonan Magang
Lampiran 2. Surat Perijinan Magang dari Instansi
Lampiran 3. Surat Keterangan Penyelesaian Magang
Lampiran 4. Lembar Penilaian Magang
Lampiran 5. Lembar Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa tiap Bagian
Lampiran 6. Surat Memo Penyerahan Laporan Magang
Lampiran 7. Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Tahun Anggaran 2005-2009
Lampiran 8. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 tentang
Pajak Hotel
ABSTRACT
KONTRIBUSI DAN OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KOTA SURAKARTA
ERVHINA RETNO WAHYU ANGGRAINI
NIM F3407005
The purpose of this final task are to know the amount of the contribution provided
by the hotel task to local income, to know the factors that influence changes in the
amount of hotel tax revenue each year, to know the obstacles faced and the efforts
which is done by DPPKA Surakarta in improving hotel tax revenue. Design of
this final task research is the observation made by apprentice for two months in
DPPKA Surakarta.
Contribution of hotel tax to local income can be detected by comparing the
realization of hotel tax revenue with the realization of local income multiplied by
100%. Changes in hotel tax revenue is influenced by the number of hotel
developments and level of awareness of tax payers. DPPKA Surakarta has made
various efforts to face the obstacles and increase the hotel tax revenue in each
period.
Based research and discussion, it can be concluded that increasing or decreasing
the contribution of hotel tax to local income caused by changes in hotel tax and
other taxes revenue. Therefore, DPPKA Surakarta expected to continually
improve and develop its performance. DPPKA Surakarta should be able to
optimize the hotel tax revenue, because the hotel tax is a potential source of local
income.
Keywords: contribution, optimalisasi, realization.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang di dalamnya
terdapat tujuan Negara yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.
Pemerintah telah mengupayakan dan melaksanakan berbagai kebijakan dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahannya untuk mencapai tujuan tersebut.
Dahulu penyelenggaraan pemerintahan menggunakan dua sistem, yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Namun, adanya krisis ekonomi yang terjadi
pada tahun 1998 membuat daerah menjadi bergantung kepada setiap kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah pusat, sehingga sekarang ini pemerintah hanya
menerapkan satu sistem yaitu desentralisasi. Pengertian desentralisasi adalah
suatu sistem pemerintahan bahwa urusan-urusan pemerintahan tidak lagi
dipegang oleh pemerintah pusat, tetapi sudah diserahkan ke pemerintah daerah
masing-masing. Sistem pemerintahan inilah yang kemudian disebut dengan
otonomi daerah.
Penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggungjawab memerlukan kewenangan dan kemampuan daerah untuk
memberdayakan masyarakat agar ikut berperan serta dalam mensukseskan
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Salah satu bentuk
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah dengan
membayar pajak khususnya pajak daerah yang merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk
2
membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunannya. PAD selain
berasal dari pajak daerah juga berasal dari retribusi daerah, laba usaha daerah
dan penerimaan lain-lain yang sah. Adapun pajak daerah Tingkat II Kota
Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Pajak Hiburan
2. Pajak Reklame
3. Pajak Hotel
4. Pajak Restoran
5. Pajak Parkir
6. Pajak Penerangan Jalan
Peningkatan pajak dan retribusi daerah menjadi alasan bagi
kebanyakan Pemerintah Kota/Kabupaten dalam meningkatkan pendapatan
daerah, karena Dana Alokasi Umum (DAU) yang diberikan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah sebagian besar terserap untuk kebutuhan belanja
aparatur dibandingkan dengan untuk pembiayaan belanja publik. Upaya untuk
meningkatkan pendapatan daerah yang berasal dari pajak dan retribusi daerah
tentunya tetap dapat dilaksanakan tanpa harus menambah beban yang
ditanggung masyarakat, tetapi melalui penyederhanaan pungutan, efisiensi
biaya pemungutan atau administrasi, memperkecil jumlah tunggakan dan
menegakkan sanksi hukum bagi penghindar pajak atau retribusi melalui Tim
Yustisia serta melakukan kajian terhadap potensi pendapatan yang sebenarnya
terhadap beberapa jenis obyek pajak yang ada.
Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah
dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, maka Undang-undang
3
Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah diubah
menjadi Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Hal tersebut ditindaklanjuti
oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dan Peraturan Daerah
Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran sebagai perubahan atas
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan restoran.
Perubahan tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta untuk
meningkatkan pendapatan daerah serta memberikan dasar hukum atas
pemungutan Pajak Hotel dan Restoran.
Penerimaan Pajak Hotel selalu mengalami perubahan dari Tahun 2005
sampai dengan Tahun 2009. Perubahan tersebut berakibat terhadap besarnya
kontribusi yang diberikan oleh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Melihat pajak merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial,
maka penulis ingin mengkaji tentang Pajak Hotel di Kota Surakarta. Pajak
Hotel merupakan salah satu penyumbang bagi pendapatan daerah yang dapat
dikategorikan prima dan masih memiliki potensi untuk ditingkatkan. Sehingga
diperlukan pembahasan untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak Hotel
terhadap Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan perubahan tingkat penerimaan
Pajak Hotel.
Seiring dengan laju ekonomi yang semakin berkembang, besarnya
realisasi penerimaan Pajak Hotel dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penerimaan Pajak
Hotel, maka diperlukan pembahasan pada bab selanjutnya.
4
Sistem yang digunakan dalam pemungutan Pajak Hotel adalah self
assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetorkan dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak (Ricard Burton dan
Wirawan, 2004: hal. 9).
Dengan menggunakan sistem pemungutan pajak self assessment
system, banyak hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset. Seperti masih kurangnya transparansi sebagian pengusaha
dalam membayar pajak sesuai dengan kewajiban yang sebenarnya serta belum
adanya tindak lanjut yang konkret dari temuan Tim Audit dalam
mengidentifikasi omzet yang benar. Dengan berbagai upaya yang intensif dari
Pemerintah Daerah Kota Surakarta diharapkan mampu mencegah manipulasi
penentuan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan
mampu menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya
membayar pajak. Sehingga pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai
hambatan-hambatan serta upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak
Hotel di Surakarta.
Mengingat pentingnya pengoptimalan pendapatan daerah pada sektor
Pajak Hotel, maka penulis mengambil judul “KONTRIBUSI DAN
OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perubahan penerimaan Pajak Hotel dari Tahun 2005 sampai
dengan Tahun 2009?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perubahan penerimaan Pajak
Hotel dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009?
3. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh pihak Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta dalam upaya
meningkatkan penerimaan Pajak Hotel?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pihak DPPKA Kota Surakarta
dalam mengoptimalkan penerimaan Pajak Hotel di Surakarta?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan besarnya penerimaan Pajak Hotel yang
terjadi dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
penerimaan Pajak Hotel dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pihak DPPKA
Kota Surakarta dalam rangka meningkatkan penerimaan Pajak Hotel.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Pihak DPPKA Kota
Surakarta dalam rangka mengoptimalkan penerimaan Pajak Hotel di
Surakarta.
6
D. Manfaat
Beberapa manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh Pajak Hotel bagi
penerimaan PAD serta dapat mengaplikasikan ilmu perpajakan yang
diperoleh atau dipelajari di bangku kuliah ke dalam dunia kerja
sesungguhnya, khususnya dalam bidang Pajak Hotel.
2. Bagi DPPKA Kota Surakarta
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi DPPKA Kota
Surakarta sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan yang
berkenaan dengan Pajak Hotel, sehingga dapat meningkatkan pendapatan
daerah dari segi penerimaan Pajak Hotel. Selain itu, dapat digunakan
sebagai evaluasi atas pelaksanaan kegiatan pemungutan pajak yang selama
ini sudah dilakukan dengan harapan akan dapat lebih meningkatkan
kinerja DPPKA di masa yang akan datang.
3. Bagi Pihak Lain
Semoga penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang Pajak
Hotel dan pengaruhnya terhadap PAD, serta diharapkan dapat menjadi
dasar bagi penelitian selanjutnya yang lebih luas dan mendalam.
7
E. Metode Pengumpulan Data
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah Desain Kasus, dilakukan apabila
pertanyaan “bagaimana” menjadi permasalahan utama penelitian dengan
keharusan membuat deskripsi/analisis/sintesis yang terbatas pada kasus
tertentu untuk menjawab permasalahan tersebut. Dalam penulisan Tugas
Akhir ini penulis membahas tentang berbagai hambatan dan upaya yang
dilakukan Pemerintah Kota Surakarta untuk mengoptimalkan penerimaan
Pajak Hotel serta kontribusinya terhadap PAD di Surakarta. Oleh karena
itu, penelitian Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara melaksanakan
kegiatan magang selama dua bulan di DPPKA Kota Surakarta.
2. Obyek Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan
Tugas Akhir ini, maka obyek yang diteliti adalah pajak daerah yang ada di
Surakarta terutama Pajak Hotel. Penulis mengadakan penelitian di Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dengan cara
melakukan kegiatan magang kerja yang dilaksanakan selama dua bulan.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat dan gambar.
2) Data Kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka
atau data kualitatif yang diangkakan.
8
b. Sumber Data
1) Sumber data berasal dari:
a) Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek
yang diteliti, seperti target dan realisasi penerimaan Pajak Hotel
di Kota Surakarta.
b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dengan mempelajari buku-buku, Undang-undang Perpajakan
yang berlaku, serta Surat Keputusan tentang Pajak Hotel.
2) Sumber data diambil dari:
a) Informan, yaitu orang yang dipandang mengetahui
permasalahan yang akan dibahas dan bersedia memberikan
informasi.
b) Dokumen, merupakan sumber data yang memiliki posisi
penting dalam penelitian kualitatif.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan teknik
interview/wawancara mendalam dengan beberapa karyawan DPPKA Kota
Surakarta dengan jenis pertanyaan yang bersifat open-ended.
5. Teknik Pembahasan
Teknik pembahasan yang digunakan penulis dalam membuat
Tugas Akhir ini adalah Pembahasan Deskriptif, yaitu membuat gambaran
atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai hambatan
dan upaya yang dilakukan pihak DPPKA dalam meningkatkan penerimaan
Pajak Hotel serta kontribusinya terhadap PAD di Kota Surakarta.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pajak
1. Pajak
Beberapa kutipan definisi pajak yang dikemukakan pleh para ahli,
adalah sebagai berikut:
a. Pajak (P.J.A. Adriani dalam Waluyo, 2007) adalah iuran kepada
Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi-kembali, yang lanfsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
b. Pajak (MJH. Smeets dalam Waluyo, 2007) adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat
dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi uang dapat ditunjukkan dalam
hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.
c. Pajak (Rochmat Soemitro dalam Richard dan Wirawan, 2004) adalah
iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi),
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
10
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:
a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assessment System:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
c. With Holding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Pembagian pajak menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai
berikut:
11
a. Pajak Pusat, adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan
melalui Direktorat Dirjen Pajak.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
2. Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, yang disebut
dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasar peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang mana hasilnya dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Ciri-ciri pajak daerah (K.J. Davey dalam Syafiqurrahman dan
Haryani, 2007) terdiri atas 4 hal, yaitu:
a. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan pengaturan
dari daerah sendiri.
b. Pajak yang dipungut berdasarkan Peraturan Pemerintah Pusat tetapi
penetapan tarifnya oleh Pemerintah Daerah.
c. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah.
d. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat
tetapi hasil pemungutannya diberikan kepada Pemerintah Daerah.
12
B. Jenis-jenis Pajak daerah
Pajak Daerah dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pajak Propinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Kendaraan di Atas Air.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel.
b. Pajak Restoran.
c. Pajak Hiburan.
d. Pajak Reklame.
e. Pajak Penerangan Jalan.
f. Pajak Parkir.
g. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.
C. Tinjauan Umum Pajak Hotel
1. Dasar Hukum
Dasar hukum pemungutan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta adalah:
a. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagai perubahan atas Undang-undang Nomor 18
Tahun 1997.
13
b. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pajak
Hotel dan Restoran yang telah diubah dan dipisah menjadi 2 bagian,
yaitu Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hotel dan
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran.
2. Definisi Pajak Hotel
a. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 yang dimaksud
dengan Pajak Hotel adalah pajak atas semua pelayanan hotel.
b. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat
menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya
dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu,
dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan
dan perkantoran.
3. Subyek Pajak Hotel
a. Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan hotel.
b. Wajib Pajak Hotel adalah Pengusaha Hotel.
4. Obyek Pajak Hotel
Obyek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran termasuk:
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasiltas penginapan atau
tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan.
14
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu
hotel dan bukan untuk umum.
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
Dikecualikan dari obyek pajak, yaitu:
a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau fasilitas tempat
tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel.
b. Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren.
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang
dipergunakan oleh bukan tamu hotel, dengan pembayaran.
d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di
hotel.
e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan
dapat dimanfaatkan oleh umum.
5. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) Hotel adalah jumlah pembayaran
yang dilakukan Subyek Pajak kepada Hotel atas pelayanan yang diberikan.
Tarif Pajak Hotel berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2002 adalah sebagai berikut:
a. Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah
pembayaran.
b. Tarif Pajak Hotel lainnya sebesar 5% (lima persen) dari jumlah
pembayaran.
15
Yang termasuk Tarif Pajak Hotel lainnya antara lain:
1) Home Stay.
2) Rumah Kos.
3) Fasilitas penginapan lainnya yang ditetapkan oleh Walikota.
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta
Berdasarkan Surat keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya
Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/ Kdh.IV/Kp.72 tentang
Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena
bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut adalah
Dinas Pendapatan Daerah yang kemudian sering disingkat DIPENDA.
Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan
langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas
Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi Umum, Seksi
Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada Daerah
dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi
dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung di
bawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan
Daerah.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD
7/12/41-101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II makin
memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No. 473-442
tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan
Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan
17
fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan
daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan
prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah).
Sistem ini diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan tertibnya Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.
Pemerintahan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan,
dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapata Daerah Tingkat II diubah menjadi Peraturan Daerah Nomor 6
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah
berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau
yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009. Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Saat ini Dinas Pendapatan
Pengelaolaan Keuangan dan Aset dibagi ke dalam bidang-bidang yang
dipimpin langsung oleh seorang Kepala Dinas. Masing-masing bagian
dipimpin oleh Kepala Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam
menjalankan tugasnya langsung di bawah pimpinan dan langsung
18
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset.
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKA
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan, dan asset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta.
DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum dalam
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Pasal 34 ayat (2) yaitu
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan asset daerah.
Fungsi DPPKA antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.
c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak dan Wajib
Retribusi.
d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak dan retribusi.
e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta
pendapatan lain.
f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan
pendapatan lain.
g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan
akuntansi.
h. Pengelolaan aset barang daerah.
19
i. Penyiapan penyusunan, perubahan, dan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah.
k. Penyelenggaraan sosialisasi.
l. Pembinaan jabatan fungsional.
m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
3. Struktur Orgnanisasi
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk
mempermudah dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu
kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang
jelas sangat diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun
tujuan disusunnya struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a. Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan.
b. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan.
c. Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
d. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga
mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Adapun susunan organisasi DPPKA Surakarta menurut Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Kepala.
b. Sekretariat, membawahi:
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan.
2) Subbagian Keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
20
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan.
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data.
d. Bidang Penetapan, membawahi:
1) Seksi Perhitungan.
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.
e. Bidang Penagihan, membawahi:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain.
f. Bidang Anggaran, membawahi:
1) Seksi Anggaran I.
2) Seksi Anggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan, membawahi:
1) Seksi Perbendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi, membawahi:
1) Seksi Akuntansi I.
2) Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Aset, membawahi:
1) Seksi Perencanaan Aset.
2) Seksi Pengelolaan Aset.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
21
Struktur organisasi yang baru ini Sekretariat dipimpin oleh seorang
Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang
Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-masing dipimpin oleh
seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing
dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya Struktur Organisasi DPPKA menurut
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 dapat dilihat dalam gambar
berikut:
22
GAMBAR III.1
BAGAN ORGANISASI DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET KOTA SURAKARTA
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
SEKRETARIAT
BIDANG
PENDAFTARAN,
PENDATAAN DAN
DOKUMENTASI
BIDANG
PENETAPAN
BIDANG
PENAGIHAN
SEKSI
PENDAFTARAN DAN
PENDATAAN
SEKSI
DOKUMENTASI DAN
PENGOLAHAN DATA
BIDANG
ANGGARAN
SEKSI
PERHITUNGAN
SEKSI
ANGGARAN I
SEKSI
ANGGARAN II
SEKSI
PENAGIHAN DAN
KEBERATAN
SUBBAGIAN
PERENCANAAN, EVALUASI
DAN PELAPORAN
SUBBAGIAN
KEUANGAN
SEKSI
PENERBITAN SURAT
KETETAPAN
SEKSI
PENGELOLAAN
PENERIMAAN SUMBER
PENDAPATAN LAIN
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SUBBAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
KEPALA
BIDANG
PERBENDAHARA
AN
BIDANG
ASSET
SEKSI
PERBENDAHARAAN I
SEKSI
PENGELOLAAN ASSET
SEKSI
PERENCANAAN ASSET
SEKSI
PERBENDAHARAAN II
BIDANG
AKUNTANSI
SEKSI
AKUNTANSI I
SEKSI
AKUNTANSI II
23
4. Deskripsi Jabatan
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas yang cukup berat yaitu melaksanakan
urusan pemerintahan di bidang pendapatan daerah.
Uraian tugas seorang Kepala adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana strategis dan program kerja tahunan dinas
sesuai dengan Program Pembangunan Daerah.
2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar tercipta
pemerataan tugas.
3) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan guna kejelasan
pelaksanaan tugas.
b. Sekretariat
Sekretariat yang posisinya dibawahi langsung oleh Kepala Dinas
mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan,
kepegawaian, dan keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas. Sekretariat juga bertugas untuk
melaksanakan penyusunan rencana srtategis dan program kerja
tahunan Dinas, mengadakan monitoring dan pengendalian serta
evaluasi, dan pelaporan sesuai dengan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Sekretariat membawahi subbagian-subbagian sebagai berikut:
24
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Subbagian ini mempunyai tugas untuk mengumpulkan, mengolah,
dan menyajikan data sebagai bahan penyusunan rencana strategis
dan program kerja tahunan Dinas. Selain itu juga bertugas sebagai
pelaksana/melaksanakan monitoring dan pengendalian, analisa dan
evaluasi dan serta menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana
strategis dan program kerja tahunan Dinas.
2) Subbagian Keuangan
Subbagian keuangan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
administrasi keuangan.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas yang cukup
banyak yaitu melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan,
penggandaan, administrasi perijinan, perjalanan dinas, rumah
tangga, pengelolaan barang inventoris, pengaturan penggunaan
kendaraan dinas dan perlengkapannya, hubungan masyarakat,
sistem jaringan dokumentasi, informasi hukum, dan administrasi
kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai tugas
yang penting yaitu menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan di
bidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengolahan
data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
25
Dinas. Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi membawahi
seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran, pendataan,
dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD)
dan Wajib Pajak Retribusi Daerah (WRD).
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah
menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data
Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan
bimbingan dibidang penghitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak
dan Retribusi serta penghitungan besarnya angsuran bagi pemohon
sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Perhitungan
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan
dan penetapan besarnya pajak dan retribusi.
2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas menetapkan
Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR),
dan surat-surat ketetapan pajak lainnya.
26
e. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan
dan bimbingan di bidang penagihan dan keberatan serta pengelolaan
penerimaan sumber pendapatan lain sesuai dengan kebijakan teknis
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan tunggakan
pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta
melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber penerimaan
lain di luar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
f. Bidang Anggaran
Bidang Anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran
penerimaan pajak, retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluan
instansi serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang telah
dianggarkan atau direncanakan.
Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan
tim kerja, yaitu sebagai berikut:
1) Seksi Anggaran I.
2) Seksi Anggaran II.
27
g. Bidang Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang dana
dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok
seksi, yaitu:
1) Seksi Perbendaharaan I.
2) Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala bentuk
kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai
pertanggungjawaban kepada Kepala Dinas.
Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Akuntansi I.
2) Seksi Akuntansi II.
i. Bidang Aset
Bidang Aset bertugas untuk mencatat dan mengelola semua aset yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta.
Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Sekai Perencanaan Aset
Seksi ini mempunyai tugas merencanakan dan mengembangkan
semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Surakarta
sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah.
28
2) Seksi Pengelolaan Aset
Seksi ini bertugas sebagai pelaksana rencana yang telah dibuat oleh
Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai pengelola aset-aset
tersebut.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak dan Retribusi
Daerah Kota Surakarta.
k. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala
Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.
5. Tata Kerja DPPKA
DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan pembinaan teknis
fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan
tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi,
sikronisasi, dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Kepala Sekretariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit
Penyuluhan bertanggung jawab memberikan bimbingan/pembinaan
kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya
menurut hierarkis jabatan masing-masing. Kepala Sekretariat, Kepala
Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas bertanggung jawab kepada Kepala dinas. Para Kepala Seksi pada
DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Sekretariat/Kepala
Bagian yang membidanginya.
29
Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan Kepala Seksi di lingkungan
DPPKA Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh
Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala
Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di lingkungan DPPKA Kotamadya
Derah Tingkat II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.
6. Visi dan Misi DPPKA
a. Visi DPPKA
Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang
optimal untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya
Daerah Tingkat II Surakarta.
b. Misi DPPKA
Misi DPPKA adalah sebagai berikut:
1) Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti.
2) Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah.
3) Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.
B. Laporan Magang Kerja
1. Lokasi dan Penempatan Magang Kerja
Ada beberapa perusahaan, lembaga maupun instansi di Surakarta
dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai alternatif tempat magang
untuk mahasiswa Program Studi DIII Perpajakan. Salah satunya adalah
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA yang
terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 2 Surakarta dan dibagi lagi kedalam
30
bidang-bidang, antara lain yaitu bidang penetapan. DPPKA khususnya
Bidang Penetapan merupakan pilihan tempat magang yang sesuai untuk
penerapan materi kuliah mahasiswa DIII Perpajakan, karena Bidang
Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan
dibidang penghitungan, penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Retribusi
serta penghitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Bidang Penetapan juga memiliki wewenang untuk menjadi
koordinator pajak hiburan yang bertanggungjawab atas semua
permasalahan yang ada di dalam Pajak Hiburan. Sehingga mahasiswa
benar-benar bisa belajar cara menghitung dan menetapkan besarnya pajak
sesuai dengan tugas yang dikerjakan oleh karyawan di Bidang Penetapan.
Selain itu, mahasiswa juga bisa memperluas pengetahuan tentang Pajak
Daerah terutama untuk Pajak Hiburan. Dengan berbekal teori sekaligus
penerapannya yang diperoleh dari kegiatan magang, maka mahasiswa
diharapkan mampu bersaing di dunia kerja serta lebih percaya diri dalam
mencari maupun menciptakan lapangan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
2. Jangka Waktu Pelaksanaan Magang Kerja
Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang di DPPKA Surakarta
selama dua bulan, terhitung sejak tanggal 2 Februari 2010 sampai dengan
tanggal 31 Maret 2010. Dalam jangka waktu tersebut pihak DPPKA telah
menetapkan jadwal magang sesuai dengan hari kerja yang berlaku di
DPPKA, yaitu setiap hari Senin sampai Jumat masuk pukul 07.00 sampai
31
pukul 15.30. Tetapi untuk hari Jumat masuk pukul 07.00 sampai pukul
11.00. Pihak DPPKA memberikan ijin untuk mahasiswa yang masih
menempuh kuliah pada saat jam kerja, dengan syarat meminta ijin terlebih
dahulu dari bidang masing-masing.
3. Rincian Kegiatan Magang kerja
Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang di kantor DPPKA
Surakarta selama dua bulan, yang berlangsung sejak tanggal 2 Februari
2010 sampai tanggal 31 Maret 2010. Dalam jangka waktu tersebut, banyak
aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa baik yang sifatnya rutin maupun
yang bertepatan dengan acara tertentu. Mahasiswa tidak hanya diajari
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam
beberapa acara yang diadakan di lingkungan kantor tempat magang.
Sehingga mahasiswa benar-benar merasakan seolah-olah menjadi salah
satu karyawan di kantor DPPKA yang dilatih dan dituntut untuk aktif
dalam kegiatan yang diadakan di lingkungan kerja.
DPPKA terdiri dari beberapa bidang yang memiliki tugas dan
fungsi masing-masing, diantaranya yaitu bidang penetapan yang
membawahi seksi perhitungan dan seksi penerbitan suran ketetapan.
Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan
dibidang penghitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan Retribusi
serta penghitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai dengan
kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Bidang Penetapan memiliki enam karyawan
yang terdiri dari satu kepala bidang dan dibantu oleh lima orang staf
32
lainnya. Setiap karyawan memiliki tugas yang berbeda-beda, tetapi secara
umum setiap karyawan bisa menyelesaikan tugas karyawan yang lain dan
tetap saling bekerja sama. Hal ini akan memudahkan ketika seorang
karyawan tidak masuk kerja karena kepentingan pribadi maupun sedang
menjalankan tugas lain dari kantor ke luar kota. Dengan kondisi yang
seperti ini maka karyawan lain yang ada di kantor bisa menggantikan
posisi serta menyelesaikan tugas karyawan yang sedang bertugas tersebut.
Dari tugas-tugas yang ada di Bidang Penetapan, secara umum
setiap mahasiswa magang diajari dan dilatih agar bisa menyelesaikan tugas
yang biasanya dikerjakan oleh karyawan. Tugas tersebut tidak sepenuhnya
diserahkan kepada mahasiswa magang, tetapi mahasiswa diarahkan untuk
bisa bekerja secara mandiri dibawah pengawasan dan bimbingan dari
karyawan. Setelah mendapat pengarahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, maka mahasiswa hanya dituntut untuk
sekedar membantu karyawan menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
Kegiatan magang diawali dengan penempatan mahasiswa ke
beberapa bidang yang ada di DPPKA, kemudian dilanjutkan dengan
perkenalan dan adaptasi di bidang masing-masing. Dalam tahap ini,
mahasiswa dikenalkan dengan beberapa karyawan dan tugas-tugas yang
biasanya dikerjakan oleh karyawan di bidang tersebut. Adaptasi
mahasiswa magang terhadap lingkungan kerja dilakukan dengan cara
pengenalan dan pengarahan tentang tugas yang ada di setiap bidang dari
karyawan serta mengamati secara langsung kerja karyawan di bidang
tersebut. Selain itu, mahasiswa juga bisa berdiskusi atau sekedar bertanya
33
kepada karyawan tentang prosedur maupun sistem yang digunakan dalam
pelaksanaan tugas karyawan.
Aktivitas rutin yang dilakukan oleh mahasiswa selama kegiatan
magang, berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
DPPKA setiap hari. Mahasiswa diajari untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang biasanya diselesaikan dan menjadi tugas serta tanggung
jawab karyawan. Aktivitas tersebut antara lain menetapkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD). SKPD digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang pada periode tertentu dan diterbitkan dengan cara memasukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) yang secara otomatis akan
diproses dalam sebuah program yang telah tersedia. Program yang
digunakan telah dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan karyawan,
sehingga akan mempermudah tugas karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Setelah SKPD dicetak, maka untuk selanjutnya yaitu
dilakukan perhitungan atas besarnya pajak yang harus dibayar oleh Wajib
Pajak dengan sistem komputerisasi juga tentunya. Setelah perhitungan
selesai dan dokumen diparaf oleh karyawan yang bertugas, maka SKPD
diserahkan kepada kepala bidang untuk ditandatangani. SKPD yang telah
ditandatangani kemudian ditransfer ke bagian Customer Service Operator
(CSO) untuk diserahkan kepada Wajib Pajak. Kegiatan tersebut rutin
dilakukan oleh mahasiswa magang, karena hampir setiap hari ada Wajib
Pajak yang datang untuk membayar atau sekedar melaporkan pajaknya.
34
Selain itu, aktivitas lain yang hampir setiap hari dilakukan oleh
mahasiswa magang yaitu membantu karyawan untuk mengarsip dokumen
perhitungan pajak. Kegiatan ini diawali dengan memisahkan lembar arsip
dari dokemen aslinya setelah diparaf oleh karyawan yang bertugas.
Lembar arsip yang telah dipisah tersebut kemudian dicatat berdasarkan
urutan tanggal ke dalam buku arsip yang ditulis secara manual. Setelah
dicatat ke dalam buku arsip dan diberi nomor urut berdasarkan tanggal,
langkah selanjutnya yaitu memasukkan lembar arsip ke dalam sebuah map
besar yang khusus digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen kantor
yang sifatnya penting. Dokumen-dokumen arsip tersebut digunakan
sebagai data dan bukti ketika ada pemeriksaan dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Selain melaksanakan tugas-tugas tersebut, Bidang Penetapan juga
diberi wewenang untuk menjadi koordinator Pajak Hiburan. Sehingga
yang bertanggungjawab atas semua permasalahan yang terkait dengan
Pajak Hiburan adalah Bidang Penetapan, baik tentang pelaksanaan
pemungutan maupun pelaksanaan upaya-upaya untuk menaikkan
penerimaan Pajak Hiburan. Dalam hal ini mahasiswa magang membantu
karyawan ketika ada Wajib Pajak yang datang untuk melakukan porporasi,
yaitu memberi tanda semua tiket yang akan dijual dengan menggunakan
alat khusus yang telah disediakan. Tiket yang akan dijual oleh
penyelenggara kegiatan harus diporporasi terlebih dahulu, jika diketahui
ada tiket yang tidak diporporasi maka akan dikenakan denda sebesar 300%
dari jumlah pajak yang terutang. Kegiatan porporasi ini dilaksanakan di
35
Bidang Aset, sedangkan Bidang Penetapan hanya menjadi perantaranya
saja. Setelah kegiatan diselenggarakan, maka Wajib Pajak harus
melaporkan kembali jumlah tiket yang benar-benar terjual dengan
membawa bukti tiket yang masih tersisa. Dalam proses pelaporan ini,
mahasiswa magang membantu karyawan menghitung dan mencocokkan
kembali jumlah tiket yang masih tersisa dengan data yang telah dibuat oleh
Wajib Pajak. Tiket yang masih tersisa tersebut tidak boleh dibawa pulang,
karena akan digunakan sebagai bukti jika suatu saat nanti ada
pemeriksaan.
Di samping aktivitas yang berkaitan dengan tugas maupun
pekerjaan karyawan tersebut, mahasiswa juga ikut berpartisipasi dalam
beberapa kegiatan yang diadakan di lingkungan DPPKA. Kegiatan
tersebut antara lain kerja bakti yang dilaksanakan secara serempak oleh
semua bagian di DPPKA, sehingga mahasiswa ikut membantu karyawan
merapikan dan menata kembali dokumen-dokumen serta membersihkan
ruangan kantor agar terlihat rapi dan nyaman. Kerja bakti ini dilaksanakan
pada hari Jumat, sehingga tidak akan mengganggu pekerjaan karyawan
karena biasanya tidak banyak Wajib Pajak yang datang di hari pendek.
Kegiatan lain yang diadakan pada hari Jumat yang diikuti oleh
seluruh karyawan di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta dan
mahasiswa magang khususnya di Bidang Penetapan adalah kegiatan
senam paru. Senam paru ini bertujuan untuk menyegarkan kembali para
karyawan yang telah melaksanakan tugas dan pekerjaannya selama
beberapa waktu. Sehingga ketika kembali bekerja lagi, setiap karyawan
36
diharapkan akan lebih bersemangat dengan kondisi fisik yang sehat.
Kegiatan senam sehat juga dilaksanakan setiap hari Jumat, namun tidak
semua karyawan ikut dalam kegiatan ini, kecuali ada acara-acara tertentu
seperti kegiatan senam paru yang ditujukan untuk seluruh karyawan.
Pada tanggal 17 Februari 2010 bertepatan dengan hari jadi kota
Surakarta, seluruh karyawan dan mahasiswa magang khususnya di Bidang
Penetapan diwajibkan untuk memakai baju kebaya bagi yang putri dan
baju lurik bagi yang putra. Tidak hanya itu, pada hari yang bersamaan
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di lingkungan kantor
DPPKA adalah bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa ini dimaksudkan
untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya Jawa di semua kalangan,
terutama di kalangan pegawai pemerintahan.
Disela-sela aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam bidang
masing-masing, biasanya mahasiswa juga mengunjungi perpustakaan
DPPKA untuk sekedar membaca buku atau mencari data yang dibutuhkan
dalam pembuatan Tugas Akhir. Selain berkunjung ke perpustakaan,
mahasiswa juga mengunjungi bidang lain untuk mencari informasi dan
melengkapi data-data yang dibutuhkan.
Setelah mahasiswa melaksanakan magang selama dua bulan,
kegiatan yang terakhir dilakukan oleh mahasiswa adalah perpisahan
dengan instansi terkait. Pada tanggal 31 Maret 2010 yaitu hari terakhir
kegiatan magang, mahasiswa mengadakan perpisahan denagn cara
berpamitan kepada setiap karyawan yang ada di bidang masing-masing.
37
C. Pembahasan Masalah
1. Kontribusi Pajak Hotel di Kota Surakarta
Keberhasilan suatu daerah dapat diukur dengan melihat
kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD yang akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran daerah. PAD terdiri dari beberapa komponen,
salah satunya adalah Pendapatan Pajak Daerah yang di dalamnya terdapat
6 (enam) jenis pajak diantaranya yaitu Pajak Hotel.
Berikut ini adalah penerimaan masing-masing jenis pajak di Kota
Surakarta selama kurun waktu tahun angggaran 2005 – 2009 dalam bentuk
tabel III.1 sebagai berikut.
Tabel III.1
Realisasi Penerimaan Pajak daerah
Tahun Anggaran 2005 – 2009
Jenis Pajak 2005 2006 2007 2008 2009
Pajak Hotel 3.559.767.048 4.202.494.848 4.403.515.967 5.213.358.162 7.251.331.746
Pajak
Restoran 4.731.154.369 5.779.781.864 6.193.638.884 7.647.041.788 9.044.588.060
Pajak
Hiburan 2.737.865.634 3.714.192.086 3.958.358.031 4.812.372.657 5.107.465.262
Pajak
Reklame 2.319.096.340 3.579.599.930 3.441.757.063 3.527.909.910 3.850.377.341
Pajak
Penerangan
Jalan
15.453.676.492 17.949.141.972 22.860.946.389 24.902.623.244 25.937.479.080
Pajak Parkir 251.660.000 364.554.800 545.865.700 752.316.260 972.577.200
Sumber: DPPKA Kota Surakarta
Dari tabel III.1 tersebut dapat dilihat penerimaan yang dihasilkan
oleh masing-masing jenis pajak daerah selama kurun waktu anggaran
2005-2009. Pada tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun anggaran
2009 pajak hotel menduduki peringkat ke tiga dengan masing-masing
38
penerimaan sebesar Rp3.595.767.048,00, Rp4.202.494.848,00,
Rp4.403.515.967,00, Rp5.213.358.162,00, dan Rp7.251.331.746,00.
a. Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Pajak Daerah
Besarnya kontribusi yang diberikan oleh Pajak Hotel terhadap
Pajak Daerah dapat diketahui dengan membandingkan antara realisasi
penerimaan pajak hotel dengan realisasi penerimaan pajak daerah.
Realisasi merupakan jumlah yang diterima dari hasil pemungutan
pajak pada periode tertentu selama satu tahun sesuai dengan potensi
yang ada pada Pajak Hotel. Kontribusi Pajak Hotel terhadap
Pendapatan Pajak Daerah dapat dihitung dengan formula berikut.
Dari formula diatas maka dapat dihitung kontribusi penerimaan
pajak hotel terhadap penerimaan pajak daerah untuk tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 sebagai berikut.
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah tahun 2005
= 12,36%
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah tahun 2006
= 11,81%
39
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah tahun 2007
= 10,64%
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah tahun 2008
= 11,13%
Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah tahun 2009
= 13,90%
Table III.2
Rekapitulasi Kontribusi Pajak Hotel
Terhadap Pajak Daerah
Tahun
Anggaran
Realisasi Pajak
Hotel
Jumlah Pajak
Daerah
Prosentase
(%)
2005 3.595.767.048 29.089.219.883 12,36
2006 4.202.494.848 35.589.765.500 11,81
2007 4.403.515.967 41.404.082.034 10,64
2008 5.213.358.162 46.855.622.021 11,13
2009 7.251.331.746 52.163.818.689 13,90
Rata-rata 4.933.293.554 41.020.501.625 12,03
Sumber: DPPKA Kota Surakarta (data diolah)
Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah pada tahun anggaran
2005 mencapai 12,36% dari total penerimaan daerah dari pos pajak
daerah. Tetapi pada tahun anggaran 2006 kontribusi pajak hotel
40
mengalami penurunan sebesar 0,55% yaitu dari 12,36% menjadi
11,81%. Pada tahun anggaran 2007 kontribusi pajak hotel kembali
mengalami penurunan sebesar 1,17% yaitu dari 11,81% menjadi
10,64%. Sedangkan pada tahun anggaran 2008 kontribusi pajak hotel
mulai mengalami peningkatan sebesar 0,49% yaitu dari 10,64%
menjadi 11,13%. Demikian pula pada tahun anggaran 2009 kontribusi
pajak hotel kembali mengalami peningkatan sebesar 2,77% yaitu dari
11,13% menjadi 13,90%.
Prosentase kontribusi yang diberikan Pajak Hotel terhadap
Pajak Daerah masih tergolong rendah dan mengalami penurunan
secara berturut-turut pada dua periode yaitu tahun anggaran 2006 dan
2007. Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa realisasi
penerimaan pajak hotel mengalami peningkatan dari tahun anggaran
2005 sampai tahun 2009, tetapi dalam waktu yang bersamaan pos-pos
pajak lainnya juga mengalami peningkatan yang lebih tinggi. Hal
tersebut tentu mengakibatkan peningkatan pajak daerah dan berakibat
pula terhadap penurunan prosentase kontribusi pajak hotel, karena
peningkatan penerimaan pajak hotel lebih rendah dibandingkan dengan
peningkatan pos-pos pajak lainnya. Namun, pada tahun anggaran 2008
kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah mulai mengalami
peningkatan, begitu juga pada tahun anggaran 2009 kontribusi Pajak
Hotel mengalami peningkatan hingga lebih dari dua persen.
41
b. Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah
Besarnya kontribusi yang diberikan oleh Pajak Hotel terhadap
Pendapatan Asli Daerah dapat diketahui dengan membandingkan
antara realisasi penerimaan pajak hotel dengan realisasi penerimaan
PAD. Realisasi Pajak Hotel terhadap PAD dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut ini.
Dari formula di atas maka dapat dihitung kontribusi
penerimaan Pajak Hotel terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah
untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebagai berikut.
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD tahun 2005
= 5,44%
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD tahun 2006
= 5,35%
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD tahun 2007
= 4,92%
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD tahun 2008
= 5,07%
42
Kontribusi Pajak Hotel terhadap PAD tahun 2009
= 7,11%
Table III.3
Rekapitulasi Kontribusi Pajak Hotel
Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Tahun
Anggaran
Realisasi Pajak
Hotel
Jumlah Pendapatan
Asli Daerah
Prosentase
(%)
2005 3.595.767.048 66.052.438.987 5,44
2006 4.202.494.848 78.585.751.288 5,35
2007 4.403.515.967 89.430.977.982 4,92
2008 5.213.358.162 102.929.501.970 5,07
2009 7.251.331.746 101.972.318.682 7,11
Rata-rata 4.933.293.554 87.794.197.782 5,62
Sumber: DPPKA Kota Surakarta (data diolah)
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kontribusi Pajak
Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun anggaran 2005
mencapai 5,44% dari total penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Tetapi pada tahun anggaran 2006 kontribusi pajak hotel mengalami
penurunan sebesar 0,09% yaitu dari 5,44% menjadi 5,35%. Demikian
pula pada tahun anggaran 2007 kontribusi pajak hotel ternyata masih
terjadi penurunan sebesar 0,43% yaitu dari 5,35% menjadi 4,92%.
Sedangkan pada tahun anggaran 2008 kontribusi pajak hotel mulai
mengalami peningkatan sebesar 0,15% yaitu dari 4,92% menjadi
5,07%. Pada tahun anggaran 2009 kontribusi pajak hotel kembali
mengalami peningkatan sebesar 2,04% yaitu dari 5,07% menjadi
7,11%.
43
Data diatas menunjukkan bahwa prosentase kontribusi yang
diberikan Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah masih
tergolong rendah dan mengalami penurunan secara berturut-turut pada
dua periode yaitu tahun anggaran 2006 dan 2007. Namun, pada tahun
anggaran 2008 kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli
Daerah mulai mengalami peningkatan, begitu juga pada tahun
anggaran 2009 kontribusi Pajak Hotel mengalami peningkatan hingga
lebih dari dua persen. Pajak Hotel merupakan salah satu penyumbang
bagi pendapatan daerah yang tergolong potensial, sehingga diperlukan
langkah-langkah strategis dari Pemerintah Kota Surakarta untuk
mengoptimlkan penerimaan Pajak Hotel.
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Penerimaan Pajak
Hotel dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009.
Berdasarkan data yang ada pada tabel III.1, dapat diketahui bahwa
besarnya realisasi penerimaan pajak hotel dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain sebagai berikut:
a. Perkembangan Jumlah Hotel di Kota Surakarta
Perubahan besarnya penerimaan pajak hotel dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 antara lain dipengaruhi oleh jumlah hotel di
Kota Surakarta yang terus meningkat seiring dengan perkembangan
dan kemajuan perekonomian daerah. Peningkatan jumlah hotel sudah
pasti akan menyebabkan peneriman pajak hotel semakin meningkat.
44
Begitu juga sebaliknya, jika ada pengusaha hotel yang menutup
usahanya maka secara otomatis akan mengurangi sumber penerimaan
pajak hotel.
Berikut ini adalah jumlah hotel di Kota Surakarta selama kurun
waktu tahun angggaran 2005 – 2009 dalam bentuk tabel III.4 sebagai
berikut.
Tabel III.4
Jumlah Hotel di Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2005 – 2009
Tahun Anggaran Jumlah Hotel
2005 167
2006 283
2007 196
2008 224
2009 202
Sumber: DPPKA Kota Surakarta
b. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak
Selain perkembangan jumlah hotel, penerimaan pajak hotel
juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran Wajib Pajak atau pengusaha
hotel akan pentingnya membayar pajak guna membiayai pengeluaran
serta pembangunan daerah. Semakin tinggi tingkat kesadaran
pengusaha hotel untuk membayar pajak, maka semakin tinggi pula
partisipasi mereka dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak hotel.
45
3. Hambatan yang Dihadapi DPPKA Kota Surakarta dalam Upaya
Peningkatan Penerimaan Pajak Hotel
Prosedur pemungutan Pajak Hotel terdiri dari empat tahap, yaitu
diawali dengan proses Pendaftaran dan Pendataan, Penetapan, Pembukuan,
dan yang terakhir adalah proses Penagihan. Dalam setiap tahapan terdapat
beberapa potensi hambatan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset. Beberapa potensi hambatan tersebut
dapat dirinci sebagai berikut:
a. Pendaftaran dan Pendataan
1) Pengelola Hotel yang baru tidak melaporkan atau memberitahukan
kepada DPPKA.
2) Pengelola Hotel mengisi data dalam Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) secara tidak benar.
3) Pengelola Hotel belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
Daerah (NPWPD).
b. Penetapan
1) Pengelola Hotel tidak melampirkan bukti pembayaran, seperti
kwitansi, nota, bill, dan lain sebagainya.
2) Pengelola Hotel tidak membuat pembukuan.
3) Pengelola Hotel berdalih tidak memungut Pajak Hotel dari
konsumen.
c. Pembukuan
1) Pengelola Hotel tidak membayar pajak untuk satu atau beberapa
kali masa pajak (tunggakan).
46
2) Pengelola Hotel membayar tunggakan pajak tetapi tidak dirinci
untuk masa pajak kapan atau bulan apa.
d. Penagihan
1) Ketidakmampuan (Unability to pay) Wajib Pajak untuk membayar
pajak sesuai dengan ketentuan.
2) Ketidakmauan (Unwillingness to pay) Wajib Pajak untuk
membayar pajak sesuai dengan ketentuan.
4. Upaya yang Dilakukan Pihak DPPKA Kota Surakarta dalam
Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel di Surakarta
Ciri utama yang menunjukkan bahwa suatu daerah otonom mampu
berotonomi yaitu terletak pada keuangan daerah. Artinya, daerah otonom
harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-
sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri
yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerahnya. Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber
PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan keuangan daerah melalui
beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Surakarta.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di setiap tahapan prosedur
pemungutan pajak hotel di kota Surakarta, maka ada beberapa upaya yang
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta untuk mengoptimalkan penerimaan pajak hotel. Beberapa upaya
tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
47
a. Mengikuti berbagai kegiatan seperti sosialisasi maupun pertemuan
yang diadakan setiap satu bulan sekali oleh Persatuan Hotel dan
Restoran Indonesia (PHRI).
b. Mengundang paguyuban ke kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset untuk sekedar berdiskusi sekaligus melakukan
penyuluhan tentang berbagai permasalahan maupun peraturan yang
berkaitan dengan perpajakan agar Wajib Pajak semakin sadar akan
pentingnya membayar pajak.
c. Melakukan pemeriksaan secara mendadak dan berkala terhadap Wajib
Pajak, yaitu pengusaha hotel yang ada di Kota Surakarta. Pemeriksaan
tersebut dilakukan dengan cara datang ke tempat usaha (hotel) untuk
melihat atau mengawasi secara langsung tingkat omzet yang diperoleh,
kemudian akan disesuaikan dengan besarnya pajak yang harus di
bayar. Dengan diadakannya pemeriksaan secara berkala, maka
diharapkan dapat menaikkan besarnya pajak terutang secara periodik.
d. Menerapkan pengenaan sanksi administrasi berupa bunga terhadap
penunggak pajak sebesar 2% setiap bulan, maksimal 48 bulan.
e. Memperbaiki atau meningkatkan pelayanan yang diberikan oleh
daerah kepada Wajib Pajak agar lebih mudah diakses. Peningkatan ini
dilakukan dengan cara memberikan kemudahan serta kenyamanan
tempat maupun pelayanan kepada Wajib Pajak yang datang untuk
membayar pajak.
f. Melakukan operasi yustisi dengan cara mendatangkan Satpol PP, Pihak
Kepolisian serta Pihak Hukum terhadap Wajib Pajak yang benar-benar
48
mengabaikan peraturan dalam perpajakan dan tidak pernah
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut biasanya
disebabkan karena ketidakjelasan pada saat pegantian pengelola hotel,
sehingga pihak DPPKA harus memaksa pengelola hotel yang baru
untuk membuat pernyataan tentang kesanggupannya membayar
besarnya pajak terutang.
49
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data mengenai penerimaan Pajak Hotel di Kota
Surakarta yang penulis lakukan, maka dapat diketahui bahwa prosedur
pemungutan Pajak Hotel yang selama ini telah dilakukan oleh DPPKA Kota
Surakarta sudah cukup baik. Hal ini terlihat jelas adanya implementasi
prosedur pemungutan mulai dari pendaftaran dan pendataan sampai dengan
penagihan pajak serta pemberian sanksi yang tegas atas keterlambatan
pembayaran pajak yang terutang bagi Wajib Pajak yang sudah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).
Sesuai dengan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Besarnya prosentase kontribusi Pajak Hotel terhadap Pajak Daerah Kota
Surakarta rata-rata sebesar 12,03% per tahun. Sedangkan prosentase
kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta
rata-rata sebesar 5,62% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah setiap tahun masih
relatif kecil.
2. Penerimaan pajak hotel di Kota Surakarta selama tahun 2005-2009 selalu
mengalami peningkatan, selain dipengaruhi oleh jumlah hotel hal ini juga
merupakan hasil dari upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta
dalam mengoptimalkan penerimaan pajak hotel. Perkembangan penerimaan
pajak hotel adalah sebagai berikut:
50
a. Pada tahun 2005 penerimaan pajak hotel sebesar Rp3.595.767.048,00.
b. Pada tahun 2006 penerimaan pajak hotel sebesar Rp4.202.494.848,00.
c. Pada tahun 2007 penerimaan pajak hotel sebesar Rp4.403.515.967,00.
d. Pada tahun 2008 penerimaan pajak hotel sebesar Rp5.213.358.162,00.
e. Pada tahun 2009 penerimaan pajak hotel sebesar Rp7.251.331.746,00.
3. Perubahan besarnya penerimaan pajak hotel di Kota Surakarta antara lain
dipengaruhi oleh faktor berikut:
a. perkembangan jumlah hotel dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
b. Tingkat kesadaran Wajib Pajak.
4. Potensi hambatan yang dihadapi oleh DPPKA Kota Surakarta dalam upaya
peningkatan penerimaan pajak hotel dapat terjadi dalam prosedur
pemungutan pajak hotel yang terdiri dari empat tahap yaitu, proses
pendaftaran dan pendataan, penetapan, pembukuan, serta proses penagihan.
5. Upaya yang dilakukan oleh DPPKA Kota Surakarta untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak hotel antara lain dengan cara mengadakan sosialisasi
maupun pertemuan, melakukan pemeriksaan secara mendadak dan berkala
terhadap Wajib Pajak, menerapkan pengenaan sanksi, serta memperbaiki
atau meningkatkan pelayanan.
B. Saran
Berdasarkan perumusan masalah dan analisis data yang ada, maka
dapat diajukan saran-saran untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel di
tahun-tahun mendatang adalah sebagai berikut:
51
1. Seiring dengan jumlah Wajib Pajak hotel yang terus meningkat,
hendaknya dilakukan pendataan yang akurat yaitu data yang sesuai dengan
perkembangan dan perubahan yang ada dan semakin disadari bahwa data
yang akurat akan menghasilkan kebijakan yang tepat bagi Pemerintah
Kota Surakarta.
2. Meningkatkan intensifikasi penyuluhan perpajakan kepada Wajib Pajak
agar mengerti bahkan sadar akan pentingnya Pajak Hotel sebagai salah
satu komponen dari Pajak Daerah yang digunakan untuk membiayai
pembangunan daerah.
3. Meningkatkan pemeriksaan serta menindak secara tegas terhadap
kurangnya transparansi sebagian Wajib Pajak dalam menyampaikan
kegiatan usahanya untuk menentukan besarnya pajak terutang sesuai
dengan kewajiban yang sebenarnya.
4. Perlunya meningkatkan pengawasan terhadap proses pembayaran pajak
yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sehingga dapat diperoleh realisasi
penerimaan pajak yang lebih tinggi dan terinci.
52
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Rihard dan Wirawan B. Ilyas. 2004. Hukum Pajak. Edisi revisi. Jakarta:
Salemba Empat.
Haryani, Nur dan Muhammad Syafiqurrahman. 2007. Praktik Pajak Daerah,
PBB dan BM. Buku 1. Surakarta: Program Diploma III-FE UNS.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan
Penerimaan Pendapatan Lain-lain.
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 9 Tahun
2002 Tentang Pajak Hotel. Surakarta: Pemerintah Kotamadya Daerah
Tingkat II Surakarta.
Suandi, Erly. 2002. Hukum Pajak. Edisi 2 (Revisi). Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.