Upload
jefrisoni-silitonga
View
101
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
good
Citation preview
KONTRAK PERKULIAHAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDAHULUAN
Kontrak Perkuliahan ialah rancangan perkuliahan yang disepakati bersama
antara dosen dan mahasiswanya. Kontrak Perkuliahan disusun oleh dosen
yang lebih memahami apa yang diperlukan oleh mahasiswa dalam mata
kuliah tersebut, yaitu yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan kurikulum
program studi yang diikuti mahasiswa. Akan tetapi, begitu mahasiswa
memilih atau mengambil mata kuliah tersebut, maka berlakulah kontrak
perkuliahan antara dosen dan mahasiswa, dalam arti bahwa jelas tertulis
mengenai tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar selama 1 semester. Dengan demikian Kontrak Perkuliahan
juga berfungsi sebagai alat monitor pelaksanaan proses belajar mengajar.
Istilah Kontrak Perkuliahan disepakati untuk digunakan pada pelaksanaan
mata kuliah “kelas besar” (lebih dari 20 orang mahasiswa). Untuk “kelas
kecil” atau perkuliahan pada Program Pasca Sarjana digunakan istilah
Kontrak Belajar yang lebih bersifat individual (ibarat dibuatkan pakaian yang
“tailor-made” untuk masing-masing, bukan pakaian konveksi), karena dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan setiap mahasiswa. Dalam hal ini mahasiswa
ikut menentukan isi Kontrak Belajar bersama dosen pengasuh mata kuliah.
Latar Belakang Kontrak Perkuliahan dan Kontrak Belajar didasari oleh teori
mengenai Pendidikan Orang Dewasa, Belajar Mandiri dan Belajar Aktif. Oleh
karena itu dalam modul ini mula-mula akan dibahas berbagai teori tersebut
sebelum membicarakan isi Kontrak Perkuliahan.
1
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa akan dapat : menjelaskan
peranan dan fungsi Kontrak Perkuliahan dalam proses belajar mengajar.
Secara khusus mahasiswa akan dapat :
1. Menjelaskan pengertian, tujuan, tahap-tahap belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa
2. Menjelaskan pengertian, cara-cara dan peran belajar aktif dalam proses
belajar mahasiswa
3. Menjelaskan definisi, cara aplikasi belajar mandiri dan strategi belajar
mandiri
4. Menjelaskan pengertian kontrak perkuliahan dan hubungannya dengan
prinsip belajar mahasiswa dewasa
5. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan kontrak perkuliahan
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Sesuai dengan namanya, pendidikan orang dewasa merupakan pendidikan
yang diperuntukkan bagi orang dewasa (bukan anak-anak). Pendidikan orang
dewasa mempunyai pendekatan, ruang lingkup, tujuan maupun strategi yang
berbeda dengan pendidikan untuk anak-anak. Pendidikan orang dewasa
menitikberatkan pada belajar secara berkelanjutan sepanjang hayat untuk
mempelajari keterampilan yang dapat digunakan dalam mengarahkan diri
sendiri. Di dalam menjalankan proses pendidikannya, orang dewasa lebih
menyukai belajar dalam kondisi bebas, tidak begitu menyukai hafalan, lebih
mengutamakan pemecahan masalah, dan hal-hal yang praktis.
Tujuan orang dewasa mengikuti pendidikan bervariasi. Ada yang bertujuan
untuk promosi, naik pangkat, dan lain-lain. Ada yang mengikuti pendidikan
untuk memperluas interaksi sosial antara sesama peserta atau memperdalam
ilmu itu sendiri. Tujuan tersebut sangat menentukan proses belajar orang
dewasa. Selain itu, proses belajar orang dewasa juga dipengaruhi berbagai
faktor, seperti faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan
2
TujuanInstruk-sional
Penda-huluan
Tujuan
sendiri, faktor pengarahan diri sendiri, faktor psikologis, faktor motivasi dan
faktor fisik.
Seringkali berbagai macam pertanyaan timbul sehubungan dengan
”pendidikan orang dewasa”, antara lain: apa itu pendidikan orang dewasa,
siapa pendidik orang dewasa, siapa peserta pendidikan orang dewasa, apa
maksud diadakannya pendidikan orang dewasa dan lain-lain. Banyak pakar
telah menulis tentang pendidikan orang dewasa dan membuat banyak
rumusan-rumusan mengenai hal itu sesuai dengan persepsi mereka masing-
masing. Pada umumnya para ahli pendidikan memandang pendidikan orang
dewasa sebagai salah satu jenis bentuk pendidikan yang pada hakikatnya
berbeda dengan konsep pendidikan anak-anak di sekolah.
Pendidikan orang dewasa mulai diorganisasikan secara sistematis sekitar
tahun 1920. Pada saat itu pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses yang
menimbulkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan
sepanjang hayat. Belajar bagi orang dewasa adalah bagaimana mengarahkan
diri sendiri untuk selalu bertanya dan mencari jawabannya.
Pendidikan orang dewasa berbeda dari pendidikan anak-anak (paedagogy).
Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi
dan peniruan. Pendidikan anak-anak adalah proses pemberian dasar-dasar
pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral serta pendidikan
kewarganegaraan. Sedangkan pendidikan orang dewasa lebih menitikberatkan
kemampuan untuk memecahkan problem-problem yang mereka alami dalam
hidup mereka dan dalam masyarakat.
3
Perbedaan pendidikan orang dewasa dengan pendidikan anak-anak
Pengertian
Ada PR, ya ?
Kata ”Androgogik” berasal dari bahasa Yunani aner atau andr yang berarti
orang (bukan anak) dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian
hasil pendidikan orang dewasa adalah lulusan (orang dewasa) sebagai sasaran
pendidikan yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk
dirinya sendiri.
Pendidikan orang dewasa merupakan proses ketika seseorang, dalam waktu
tertentu, mengikuti pendidikan secara teratur berdasarkan pada kebutuhannya
untuk memecahkan masalah diri sendiri atau masyarakat karena adanya
perubahan-perubahan informasi, pengetahuan, atau keterampilan-
keterampilan, penghayatan dan sikap-sikap. Menurut UNESCO (1976),
pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan yang diorganisasikan
isinya, tingkatannya dan metodenya secara formal maupun nonformal untuk
memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan di sekolah dalam rangka
meningkatkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, mendapatkan
keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga
pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi,
sosial dan budaya.
Perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa mempunyai implikasi yang
penting pada proses belajar-mengajar. Jika dilihat dari faktor usia, yang
berumur di bawah 16 tahun dikategorikan sebagai anak-anak, sementara
orang dewasa adalah mereka yang berumur 16-18 tahun atau lebih. Beberapa
peneliti juga menggolongkan orang dewasa ke dalam beberapa kategori yang
lebih rinci. Selain dilihat dari faktor usia, pengertian orang dewasa dapat
dilihat juga dari segi psikologis dan biologis. Seseorang dikatakan telah
dewasa secara psikologis karena ia sudah dapat mengarahkan diri sendiri,
tidak terikat pada orang lain, dapat bertanggungjawab terhadap segala
tindakannya, mandiri serta dapat mengambil keputusan sendiri. Sementara
jika dilihat dari segi biologis, seseorang dikatakan dewasa apabila yang
bersangkutan telah memperlihatkan tanda-tanda kelamin sekunder. Pada pria
ditandai dengan tumbuhnya ”jakun”, suara berubah menjadi besar dan berat,
dan tumbuhnya bulu-bulu di tubuhnya, seperti kumis, jenggot, cambang, bulu
4
dada dan sebagainya. Pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi,
tumbuhnya payudara, dan sebagainya.
Dari beberapa rumusan tersebut, disimpulkan bahwa pendidikan orang
dewasa meliputi bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh pria dan
wanita dewasa sesuai dengan minat dan kebutuhannya pada tingkatan
kemampuan dan pengetahuan yang berbeda-beda untuk mendukung
perubahan peranan serta tanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan
demikian, proses instruksional di universitas termasuk salah satu bentuk
pendidikan orang dewasa, dengan asumsi bahwa mahasiswa dianggap sebagai
orang dewasa.
Tujuan utama dari pendidikan mahasiswa sebagai orang dewasa adalah untuk
membantu setiap mahasiswa sebagai orang dewasa, untuk mengembangkan
diri melalui pendidikan. Tidak ada satu sistem pendidikan orang dewasa yang
dapat memenuhi semua kebutuhan belajar dan keinginan mahasiswa. Sekali
pun demikian tidak tertutup kemungkinan terdapat usaha-usaha untuk
membantu setiap mahasiswa untuk mengembangkan potensi (kemampuan)
yang mereka miliki sebaik mungkin.
Melalui pendidikan orang dewasa, dosen diharapkan mampu mendorong
perkembangan mahasiswa ke arah tiga hal, yaitu :
a. Membangkitkan semangat mahasiswa;
b. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat berbuat seperti
diperbuat orang lain;
c. Memberi kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menolak atau
menerima hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan mereka.
Pencapaian ketiga aspek ini mengacu pada pencapaian rasa percaya diri dan
kemampuan hidup mandiri sesuai dengan status seseorang dalam masyarakat.
Ketiga aspek tersebut membebaskan orang dari kebodohan agar tidak
diperlakukan sebagai robot yang pasif dan yang hanya melaksanakan perintah
tanpa berpikir. Sebaliknya mahasiswa diharapkan menjadi manusia kreatif,
5
Definisi pendidikan orang dewasa
Tujuan pendidikan orang dewasa
Perkem-bangan maha-siswa
sensitif, sadar, dapat menjadi anggota masyarakat yang berperan aktif dalam
proses pembangunan. Ketiga aspek tersebut merupakan bekal pengetahuan
dan keterampilan serta sikap yang menjadi tujuan akhir pendidikan orang
dewasa yang diselenggarakan oleh berbagai institusi. Ketiga aspek itu adalah
tujuan akhir dari suatu pendidikan di lembaga pendidikan tinggi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar mahasiswa sebagai orang
dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan,
pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi.
Faktor Kebebasan
Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidakterikatan dengan orang lain.
Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk
menentukan apa yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman-pengalaman belajar
telah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian proses belajar orang dewasa
lebih bersifat demokratis. Selain itu, mahasiswa sebagai orang dewasa juga
dapat menilai kebenaran informasi yang mereka terima dari dosen. Dengan
demikian pendekatan mereka terhadap apa yang dipelajarinya dan mengarah
pada pemecahan masalah. Yang penting bagi mereka adalah bagaimana
mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana memecahkan masalah, bukan
sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian mereka memerlukan
contoh dan non contoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam kehidupan
sehari-hari. Proses belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor
kebebasan yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan
mahasiswa untuk memilih tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa
untuk menulis opinion paper sebagai pemecahan masalah atas suatu kasus.
Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri.
6
Kebebasan
Tanggung jawab
Dalam hal kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya bahwa dosen memiliki pengetahuan/keterampilan tertentu yang belum dimiliki mahasiswa.
Karena kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah dalam melakukan kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa adalah proses saling bertukar pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan ketentuan waktu yang jelas (deadlines) merupakan cara yang dapat membantu membina rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap proses belajar.
Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri
Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai
dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang
lain. Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik
untuk diri mereka.
Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak dapat dipaksa untuk
menerima kebenaran-kebenaran dari luar. Mahasiswa menentukan arah
perjalanan yang didapatnya, menghubungkan dengan kebutuhan dirinya dan
pengalamannya, dan menilai baik-buruknya. Maka dalam penyajian bahan
pelajaran kepada orang dewasa hendaklah dosen lebih mengutamakan
pemberian informasi yang relevan dan netral. Peran dosen dalam hal ini
sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan
dan menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal baru.
Faktor Pengarahan Diri Sendiri
Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu mengarahkan diri
sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti
dalam proses belajar-mengajar, mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan
berkreasi sendiri sesuai dengan pandangan yang dimilikinya. Namun,
7
Pengam-bilan keputusan
Pengarahan diri sendiri
walaupun mereka mampu mengarahkan diri sendiri, bukan berarti mereka
tidak memerlukan orang lain. Interaksi antara mahasiswa dalam proses belajar
adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi dari interaksi dalam proses
belajar anak-anak.
Dengan mengenal mahasiswa secara mendalam, dosen dapat memberi kesempatan pada mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain. Dengan demikian berdasarkan pengalaman pendidikan/kerja mereka, usia mereka, keinginan-keinginan mereka, dosen dapat mengarahkan proses belajar mahasiswa. Melalui cara ini dosen kemudian dapat menyesuaikan program dan memilih metode yang tepat untuk mereka, misalnya metode diskusi kelompok, simulasi, atau studi kasus, yang akan dapat mengakomodasi tingkat interaksi antar mahasiswa dan faktor pengarahan diri dalam kelompok.
Faktor Psikologis
Dalam proses belajar orang dewasa, faktor psikologis hendaknya
diperhatikan. Perlu ada kesan bahwa mahasiswa diterima sebagai orang
dewasa yang mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi dan dihargai
sebagai sahabat. Yang penting adalah dosen dan mahasiswa dapat
menumbuhkan rasa saling membutuhkan, bukan saling menggurui. Asas
humanistik sangat penting dalam hal ini.
Faktor Fisik
Mahasiswa dewasa membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas. Secara
fisik ia membutuhkan tempat latihan yang tidak mengikat. Untuk itu semua
tempat dan perlengkapan perlu diatur agar :
1) memberikan kenyamanan,
2) menyenangkan,
3) bersifat santai tidak formal (bentuk tata kelas yang klasikal kurang
tepat dibandingkan dengan tata kelas bentuk huruf U),
4) pengaturan udara di ruangan yang baik,
5) penempatan alat dan media pengajaran yang tepat.
8
Psikologis
Fisik
Kondisi fisik fasilitas (ruangan dan peralatan) juga harus dibarengi dengan
kondisi fisik mahasiswa dan dosen yang baik. Jumlah mahasiswa jangan
terlalu banyak. Jumlah yang ideal adalah antara 15-20 orang, karena
memungkinkan untuk dialog dan diskusi antara dosen dengan semua
mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis, jumlah kelas
yang tidak terlalu besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat
kesempatan untuk menjalankan praktek.
Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajar, terutama dalam
hal menangkap/menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan
pengetahuan yang sudah pernah didapat, menghadirkan kembali yang lama
dan menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun jika
usianya makin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik tidak akan
mengharuskan mahasiswa untuk menghafal bahan pelajaran yang bertumpuk-
tumpuk. Yang diperlukan oleh mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman
terhadap materi yang dipelajarinya, bukan cuma sekedar menghafal saja.
Faktor Motivasi
Perlu diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan
berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang
dewasa dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Pertama; adalah mereka yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu
mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai
sarana untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat,
dan lain-lain.
Kedua; adalah mereka yang berorientasi pada kegiatan (social oriented),
yaitu mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses
belajar sebagai tujuan belajar.
Ketiga; adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri
(learning oriented) karena mereka senang belajar.
Dengan mengenal dan memahami faktor-faktor tersebut, maka program yang
akan disajikan dalam proses belajar hendaknya sudah memenuhi asumsi dasar
sebagai berikut :
9
Motivasi
1. Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri dalam
belajar (self-directing).
2. Mahasiswa sebagai orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang
sangat kaya yang merupakan sumber belajar yang berharga.
3. Mahasiswa sebagai orang dewasa cenderung lebih berminat pada proses
belajar mengajar yang berhubungan dengan penyelesaian masalah dan
tugas-tugas yang dihadapinya.
Aspek yang penting dalam ini adalah bahwa mahasiswa sebagai orang dewasa
bukan cuma ”passive recepient” atau penerima yang pasif, namun lebih
sebagai ”active actor” atau individu yang berperan aktif dalam proses belajar
mengajar.
Gaya Belajar Orang Dewasa
Mahasiswa sebagai orang dewasa merupakan orang-orang yang sudah
terbentuk. Mahasiswa sudah dapat menilai program-program yang disajikan,
dan juga menilai cara penyajian program oleh dosen. Tidak jarang mahasiswa
merasa bosan dan kadang-kadang lesu, sebab bahan yang mereka terima tidak
sesuai atau kurang relevan dengan minat dan kebutuhan mereka. Padahal
menurut penilaian dosen bahan yang dipilih telah sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
10
Gaya belajar sebagai kondisi belajar
Apabila bahan yang disajikan memenuhi kebutuhan peserta dan disajikan
dengan gaya yang sesuai dengan gaya belajar mereka, maka mahasiswa akan
dengan mudah menguasai bahan tersebut dan dapat mempraktikkannya di
masyarakat. Sebaliknya jika penyampaian bahan tidak sesuai dengan gaya
belajar peserta, maka tujuan pengajaran akan sukar tercapai. Oleh sebab itu,
seorang dosen perlu mengetahui gaya belajar mahasiswanya, antara lain
bahwa mereka tidak menyukai hafalan-hafalan, mereka lebih mengutamakan
pemecahan masalah dan hal-hal yang praktis daripada yang teoritis. Kegiatan
belajar yang berupa kuliah saja tidak menarik bagi mahasiswa, mereka lebih
senang terlibat dalam interaksi intelektual dengan teman-temannya seperti
dalam diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan masalah yang praktis
(studi kasus), observasi, dan penggunaan multi media dalam pengajaran.
Proses belajar mahasiswa sebagai orang dewasa biasanya berlangsung melalui
beberapa tahap sebagai berikut
a. kesadaran (awareness)
tahap pengenalan dan penjelasan tentang konsep dan materi
yang akan dipelajarinya.
b. pengetahuan/pemahaman
tahap penjelasan dan pemahaman terhadap konsep, teori,
prosedur dan prinsip-prinsip yang berlaku pada materi atau
keterampilan yang akan dipelajari.
c. keterampilan
tahap penguasaan suatu keterampilan dan uji coba
keterampilan tersebut melalui praktek dan latihan
d. penerapan keterampilan atau pengalaman
tahap penerapan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
dikuasai pada masalah baru yang belum pernah diketahui
e. sikap
tahap menentukan sikap berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki. Perubahan sikap ini
tidak mungkin dicapai dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan waktu yang lama.
11
Tahap-tahap belajarorang dewasa
Betapa pun baiknya perencanaan perkuliahan yang telah dibuat, sikap
fleksibel tetap diperlukan, karena pada saat pelaksanaan perkuliahan mungkin
diperlukan perubahan dari rencana yang sudah ada.
Hal yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam melaksanakan perkuliahan
adalah umpan balik (feedback). Umpan balik ini berguna bagi baik bagi
mahasiswa maupun bagi dosen untuk melanjutkan proses perkuliahan. Umpan
balik dari dosen merupakan cara untuk memberi kesempatan kepada
mahasiswa memperbaiki proses belajarnya. Tidak adanya umpan balik dari
dosen dapat menyebabkan mahasiswa frustasi, bosan dan kehilangan arah.
Mereka tidak tahu apa dan di mana kesalahan mereka, tidak tahu apa
kekurangan mereka, juga tidak tahu di mana posisi mereka dibandingkan
dengan sesama rekannya. Oleh sebab itu, umpan balik ini penting sekali bagi
mahasiswa untuk mencapai tujuan belajarnya
Umpan balik dari mahasiswa terhadap dosen berguna untuk menyesuaikan
proses perkuliahan berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan strategi yang
sesuai dengan tujuan belajar mahasiswa. Jika dosen tidak mengetahui persepsi
mahasiswa tentang proses perkuliahan yang dijalankan, dosen tidak akan
mengerti apa dan di mana kekurangan perkuliahannya. Umpan balik
mahasiswa juga memberi kesempatan kepada dosen untuk bersikap fleksibel
terhadap kebutuhan mahasiswa dan rencana perkuliahan yang dibuatnya.
Untuk mecapai hasil belajar yang optimal, orang dewasa belajar dari berbagai
sumber. Sumber belajar yang paling dianggap penting oleh orang dewasa
adalah teman, keluarga atau tetangga. Jadi strategi belajar orang dewasa harus
melibatkan interaksi dengan orang banyak. Setelah teman, yang dianggap
penting adalah pakar, tenaga ahli atau dosen. Setelah teman dan dosen, orang
dewasa menggunakan berbagai jenis buku, media cetak lainnya dan media
12
Pelaksa-naan perku-liahan
Umpan balik dari dosen
Umpan balik maha-siswa
Sumber belajar
noncetak. Yang termasuk dalam media cetak adalah buku, modul, booklet,
leaflet, chart, foto, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk dalam media noncetak adalah radio, kaset, OHP, slide, film, video,
televisi.
Rangkuman
Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang menitikberatkan pada
cara bertanya sepanjang hayat dan mempelajari keterampilan untuk
mengarahkan diri sendiri. Dalam menjalankan proses belajarnya, orang
dewasa lebih menyukai kondisi belajar yang bebas, tidak menyukai
hafalan dan lebih mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal
praktis.
Orang dewasa mengikuti pendidikan karena motivasi yang berbeda-
beda, yaitu untuk mencapai tujuan tertentu (goal-oriented),
untukmemenuhi kebutuhan sosial dan kebutuhan pengembangan dirinya
(learning-oriented). Falktor-Faktor yang mempengaruhi pendidikan
orang dewasa adalah faktor kebebasan, tanggungjawab, pengambilan
keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis dan fisik. Dalam
pendidikan orang dewasa, dosen berfungsi senagai organisator yang
mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan mahasiswa
sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang
memberi arti bagi mahasiswa.
Pelaksanaan proses belajar mengajar bagi orang dewasa berlangsung
fleksibel. Umpan balik menjadi sangat penting dalam meningkatkan
interaksi proses belajar mengajar. Sumber belajar yang banyak
digunakan oleh orang dewasa adalah teman-teman sendiri. Dalam proses
belajar, pemanfaatan beberapa sumber belajar yang dikombinasikan
dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan satu sumber belajar
saja.
13
BELAJAR AKTIF
Dalam proses belajar, perubahan tingkah laku terjadi karena adanya latihan
atau pengalaman yang dialami oleh seseorang. Perubahan tersebut biasanya
bersifat relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Belajar
aktif merupakan fungsi interaksi antara individu dan situasi di sekitarnya yang
diarahkan oleh tujuan belajar. Interaksi yang terus-menerus menimbulkan
pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu yang baru,
yang belum dipahami, atau yang belum dialami. Belajar aktif ditandai bukan
hanya melalui keaktifan mahasiswa yang belajar secara fisik, namun juga
keaktifan mental. Justru keaktifan mental merupakan hal yang sangat penting
dan utama dalam belajar aktif dibandingkan keaktifan fisik.
Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam
dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu
kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa, baik dari segi
kognitif, psikomotor maupun afektif.
Belajar aktif (sering dikenal sebagai ”Cara Belajar Mahasiswa Aktif”)
merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui
cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar
mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal
tersebut, kegiatan perkuliahan dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi
mahasiswa. Belajar yang bermakna terjadi bila mahasiswa berperan aktif
dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan
dipelajari dan cara mempelajarinya (Yulaelawati, 1992).
Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing
(1859-1952). Dewey sangat tidak setuju pada rote learning atau belajar
dengan menghafal. Dewey merupakan pendiri sekolah Dewey School yang
menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu bahwa mahasiswa perlu
terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan mahasiswa akan
hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan mahasiswa secara
14
Definisi
Dewey
Pendahu-luan
aktif dalam suatu proses belajar. Menurut Dewey, dosen berperan untuk
menyediakan sarana bagi mahasiswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta
mahasiswa dan dosen dalam belajar aktif akan tercipta suatu pengalaman
belajar yang bermakna sehingga dapat membentuk ”mahasiswa sebagai
manusia seutuhnya”.
Sesuai dengan persepsi Dewey, peran serta mahasiswa dan dosen dalam
konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Dosen berperan aktif sebagai
fasilitator yang membantu memudahkan mahasiswa belajar:
sebagai nara sumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya
kreasi mahasiswa,
sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan
kegiatan belajar bermakna,
dan yang dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan.
Mahasiswa juga terlibat dalam proses belajar bersama dosen, karena
mahasiswa
dibimbing,
diajar,
dan dilatih
- menjelajah,
- mencari,
- mempertanyakan sesuatu,
- menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan,
- mengelola,
- dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif.
Mahasiswa dibimbing agar mampu menentukan kebutuhannya, menganalisis
informasi yang diterima, menyeleksi bagian-bagian penting, dan memberi arti
pada informasi baru. Mahasiswa juga diharapkan mampu memodifikasi
pengetahuan yang baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang
pernah diterimanya. Selain itu, mahasiswa juga dibina untuk memiliki
keterampilan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang
pernah diterimanya pada hal-hal atau masalah-masalah baru yang
dihadapinya. Dengan demikian, mahasiswa mampu belajar mandiri.
15
Peran dosen dan mahasiswa
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan
kemampuan belajar aktif pada diri mahasiswa dan menggali potensi
mahasiswa dan dosen untuk sama-sama berkembang dan berbagi
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman.
Melalui pendekatan belajar aktif, mahasiswa diharapkan akan lebih mampu
mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang
dimilikinya. Di samping itu mahasiswa juga secara penuh dan sadar dapat
menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, lebih
terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, tanggap, sehingga
dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang
bermakna baginya.
Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang
efektif untuk dapat membentuk mahasiswa sebagai manusia seutuhnya yang
mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk
membina profesionalisme dosen.
Bagaimana cara belajar aktif?
Seorang dosen cenderung melaksanakan tugas secara rutin berdasarkan satuan
acara perkuliahan dan jadwal perkuliahan yang ditentukan. Strategi
perkuliahan yang digunakan juga merupakan seuatu yang rutin, yaitu ceramah
(kuliah mimbar), atau dilengkapi dengan kerja laboratorium jika diperlukan.
Mahasiswa duduk mendengarkan dosen yang berceramah, atau mahasiswa
sibuk mencatat ceramah dosen tersebut. Itulah gambaran rutin dari setiap
perkuliahan yang umum terjadi.
16
Strategi perkuliahan
Mengapa belajar aktif ?
Belajar aktif memperkenalkan pendekatan yang lain daripada gambaran rutin
perkuliahan yang terjadi. Belajar aktif menuntut keaktifan dosen dan juga
mahasiswa. Belajar aktif juga mensyaratkan terjadinya interaksi yang tinggi
antara dosen dengan mahasiswa. Oleh karena itu, dosen perlu
mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan mahasiswa
secara aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas,
kegiatan yang menantang kreativitas mahasiswa sesuai dengan karakteristik
mata kuliah dan karakteristik mahasiswa.
Dosen juga akan mengajarkan mahasiswa keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan secara terintegrasi dari matakuliah yang satu dengan yang
lainnya. Misalnya, kemampuan berbahasa Indonesia merupakan kemampuan
dasar yang dikembangkan dalam matakuliah MKU Bahasa Indonesia. Namun,
kemampuan berbahasa Indonesia juga dapat dinilai dari makalah yang ditulis
mahasiswa dalam matakuliah lain. Contoh lain, adalah keterampilan
mengamati, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, melakukan
observasi/percobaan, menafsirkan, dan membuat laporan. Semua
keterampilan dasar ini diperlukan dan harus dikuasai mahasiswa dalam
matakuliah metodologi penelitian.
Belajar aktif memperkenalkan berbagai cara pengelolaan kelas yang beragam,
tidak hanya berbentuk kegiatan klasikal saja. Kegiatan belajar klasikal atau
ceramah masih tetapi digunakan agar dosen dapat memberi penjelasan tentang
materi perkuliahan dengan jelas dan baik. Namun, kegiatan ceramah bukan
satu-satunya model pengelolaan kelas.
Kegiatan belajar berkelompok dapat dilakukan dengan tujuan membina
kerjasama antar mahasiswa untuk saling menghargai pendapat, berbagi
pendapat, mendengarkan pendapat, membagi tugas, dan bertanggungjawab
secara mandiri dalam kebersamaan, serta melatih sikap kepemimpinan.
Kegiatan belajar berkelompok dapat merupakan cara untuk mengatasi
kejenuhan mahasiswa akibat rutinitas cara pengelolaan kelas.
17
Sistem terinte-grasi
Berbagai ragam penge-lolaan kelas
Belajar berke-lompok
Kegiatan belajar berpasangan pada dasarnya hampir sama dengan kegiatan
belajar berkelompok, kecuali dalam berpasangan hanya ada dua orang
mahasiswa yang menyelesaikan tugas. Sedangkan kegiatan belajar perorangan
merupakan sarana untuk mengembangkan kemandirian dan potensi yang
optimal dalam diri masing-masing mahasiswa. Kegiatan belajar perorangan
dapat memberikan tantangan tertinggi bagi mahasiswa untuk berprestasi
secara mandiri.
Belajar aktif mensyaratkan pemanfaatan sumber belajar yang beraneka ragam
secara optimal dalam proses belajar. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
tidak hanya terbatas pada sumber belajar yang terdapat dalam lingkungan
kampus saja, seperti dosen, teman, laboratorium, studio, perpustakaan dan
lain-lain, namun juga pada sumber belajar yang ada di luar kampus, seperti
komunitas masyarakat, objek atau tempat tertentu, media, gejala alam, nara
sumber setempat, dan lain-lain. Pemanfaatan sumber belajar yang beranekan
ragam secara optimal merupakan titik tolak kegiatan pembelajaran yang
bervariasi dan menantang bagi mahasiswa.
Belajar aktif memberi kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Pada dasarnya
setiap mahasiswa mempunyai karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda.
Karena itu dalam belajar aktif dosen perlu memperhatikan perbedaan individu
tersebut, sehingga setiap mahasiswa dapat mencapai ketuntasan belajar dan
pengembangan diri yang optimal. Dosen juga diharapkan dapat
mengakomodasi lahirnya karya-karya baru yang berbeda, dapat
menumbuhkan sikap berani berbeda dalam diri setiap mahasiswa, dan dapat
mentolerir perbedaan untuk melindungi keaslian karya baru.
Selain kegiatan belajar yang bervariasi, dosen juga perlu memperhatikan
perbedaan-perbedaan individu tersebut melalui peran aktif mahasiswa dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan perkuliahan. Contoh yang
paling nyata dalam hal ini adalah penyusunan kontrak perkuliahan individu
yang merupakan hasil negosiasi antara mahasiswa dan dosen.
18
Belajar berpa-sangan
Sumber belajar
Peran maha-siswa
Belajar aktif mensyaratkan diberikannya umpan balik terus menerus dari
dosen kepada mahasiswa, dan juga sebaliknya dari mahasiswa kepada dosen.
Umpan balik dari dosen kepada mahasiswa menjelaskan tentang prestasi
belajar mahasiswa yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan, juga
kelemahan mahasiswa yang perlu diperbaiki. Sebaliknya umpan balik dari
mahasiswa kepada dosen merupakan masukan bagi dosen untuk memperbaiki
proses belajar mengajar yang berlangsung.
Belajar aktif juga memungkinkan penilaian dilakukan dengan cara yang
beragam, karena penilaian dengan satu cara saja biasanya kurang berhasil.
Setiap jenis penilaian mempunyai kekuatan dan kelemahan tertentu. Oleh
karena itu, untuk menjaga keseimbangan penilaian atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap, perlu dilakukan berbagai cara penilaian. Penilaian
hasil belajar mahasiswa perlu dilakukan secara objektif, sehingga hasil
penilaian dapat membantu mahasiswa untuk lebih berkembang mencapai
tujuan belajarnya. Marzano, Pickering, dan Mc Tighe (1994) memberikan
salah satu alternatif penilaian hasil belajar aktif mahasiswa berdasarkan
indikator yang dapat diukur pada setiap jenjang keterampilan, yang terdiri
atas 5 jenjang keterampilan dalam belajar aktif, sebagai berikut.
19
Umpan balik
Penilaian mahasiswa
Effective habits of mind
mindmind
Cooperation/Collaboration
EffectiveCommunication
InformationProcessing
ComplexThinking
JenjangKeterampilanUntukPenilaianHasil Belajar
Jenjang keterampilan belajar aktif ini juga menunjukkan secara implisit
kemampuan mahasiswa untuk Belajar Mandiri dan menggunakan Strategi
Kognitif. Dalam proses belajar.
Dari bagan keterampilan belajar aktif tersebut terlihat bahwa seorang
mahasiswa sudah melalui proses belajar aktif jika ia mampu menunjukkan
keterampilan berpikir kompleks, memproses informasi, berkomunikasi
efektif, bekerjasama dan berkolaborasi, dan berdaya nalar efektif. Setiap
jenjang keterampilan tersebut mempunyai indikator-indikator yang sangat
khusus sebagai berikut :
1. Berpikir Kompleks (Complex Thinking)
o Menggunakan berbagai strategi berpikir
kompleks dengan efektif
o Menerjemahkan isu dan situasi menjadi
langkah kerja dengan tujuan yang jelas
2. Memproses Informasi (Information Processing)
o Menggunakan berbagai strategi teknik
pengumpulan informasi dan berbagai sumber
informasi dengan efektif
o Menginterpretasikan dan mengsintesiskan
informasi dengan efektif
o Mengevaluasi informasi dengan tepat
o Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan
perolehan manfaat tambahan dari informasi
3. Berkomunikasi Efektif (Effective Communication)
o Menyatakan / menyampaikan ide dengan jelas
o Secara efektif dapat mengkomunikasikan ide
dengan berbagai jenis pemirsa, dengan berbagai
cara untuk berbagai tujuan
o Menghasilkan hasil karya yang berkualitas
4. Bekerjasama (Cooperation / Collaboration)
o Berusaha untuk mencapai tujuan kelompok
20
Indikator Penilaian
o Menggunakan keterampilan interpersonal
dengan efektif
o Berusaha untuk memelihara kekompakan kelompok
o Menujukkan kemampuan untuk berperan
dalam berbagai peran secara efektif
5. Berdaya Nalar Efektif (Effective Habits of Mind)
a. Disiplin Diri (Self Regulator)
Mengerti akan pola pikirnya sendiri
Membuat rencana yang efektif
Membuat dan menggunakan
sumber-sumber yang diperlukan
Sangat peka terhadap umpan balik
b. Berpikir Kritis (Critical Thinking)
Tepat dan selalu berusaha agar tepat
Jelas dan selalu berusaha agar jelas
Berpikir terbuka
Menahan diri untuk tidak impulsif
Memperlihatkan prinsip/warna jika
memang diperlukan
Peka terhadap perasaan dan tingkat
Pengetahuan orang lain
c. Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Tetap melaksanakan tugas walaupun
hasilnya belum jelas benar
Berusaha sekuat tenaga dan semampunya
Selalu mempunyai (dan berusaha
mencapai) standard yang ideal yang
ditetapkan untuk dirinya
Mempunyai cara-cara untuk melihat situasi
cari perspektif lain, selain yang ada
21
Berkaitan dengan belajar aktif, seorang dosen perlu merencanakan berbagai
jenis tugas dengan pentahapannya, bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai
evaluator.
Rangkuman
Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem
pembelajaran melalui cara-cara belajar aktif menuju belajar mandiri.
Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif.
Keikutsertaan dan peran serta mahasiswa dan dosen dalam konteks
belajar aktif merupakan hal yang sangat penting.
Belajar aktif mengandung berbagai kiat untuk menumbuhkan
lemampuan belajar aktif pada diri mahasiswa dan menggali potensi
mahasiswa dan dosen untuk sama-sama berkembang dan berbagi
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman. Untuk dapat merancang
kegiatan yang melibatkan mahasiswa secara aktif dan menantang
mahasiswa secara intelektual, diperlukan dosen yang mempunyai
kreatifitas dan profesionalisme tinggi.
Belajar aktif mensyaratkan diberikannya umpan balik secara terus
menerus dari dosen kepada mahasiswa yang dilakukan secara objektif.
Umpan balik juga diberikan oleh mahasiswa kepada dosen untuk
memperbaiki proses belajar mengajar. Kedua jenis umpan balik tersebut
dan perbaikan yang dilakukan oleh mahasiswa maupun dosen akan
dapat membantu mahasiswa untuk lebih berkembang mencapai tujuan
belajarnya.
22
BELAJAR MANDIRI
Salah satu akhir yang diharapkan dicapai dari proses perkuliahan di perguruan
tinggi adalah mahasiswa yang mandiri. Mahasiswa diharapkan tidak
tergantung pada dosen, dalam arti mahasiswa tidak bersikap pasif dalam
proses belajar, tetapi dapat bekerja secara mandiri dan menjadi guru bagi
dirinya sendiri.
Dalam perkuliahan di perguruan tinggi, ada dua jenis kegiatan belajar, yaitu
kegiatan belajar tatap muka dengan dosen (kuliah), dan kegiatan belajar yang
dilakukan mahasiswa tanpa kehadiran dosen (kegiatan terstruktur dan belajar
mandiri). Untuk mengikuti mata kuliah yang berbobot 2 SKS misalnya,
mahasiswa diharapkan melakukan kegiatan belajar sebagai berikut :
1. Kuliah tatap muka :
16 (minggu) x 2 (SKS) x 50 menit = 1600 menit = 27 jam
2. Kegiatan terstruktur :
16 (minggu) x 2 (SKS) x 60 menit = 1920 menit = 32 jam
3. Belajar mandiri :
16 (minggu) x 2 (SKS) x 60 menit = 1920 menit = 32 jam
Jumlah = 91 jam
Dari perhitungan tersebut, terlihat jelas bahwa 70% ( 64 jam) dari beban
mata kuliah dilakukan mahasiswa tanpa kehadiran dosen. Mahasiswa harus
melakukan kegiatan terstruktur dari mata kuliah tersebut secara mandiri
(sendiri atau dalam kelompok), dan mahasiswa juga harus mempelajari materi
mata kuliah tersebut secara mandiri. Kedua keinginan tersebut dilakukan
tanpa kehadiran seorang dosen secara fisik. Walaupun dosen tidak hadir
23
Pendahuluan
PengertianBobot SKS
secara fisik secara bersama-sama mahasiswa untuk melakukan kegiatan
terstruktur dan belajar mandiri, dosen tetap diharapkan memberikan
bimbingan belajar bagi mahasiswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut.
Seringkali seorang dosen berasumsi bahwa mahasiswa, sebagai seorang
manusia dewasa yang sudah lulus sekolah menengah atas, tentunya sudah
tahu cara belajar mandiri. Namun kenyataannya, bekal yang diperoleh
mahasiswa ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah menengah atas
beraneka ragam. Ada sekolah yang memang sudah membina siswanya untuk
dapat belajar mandiri, tetapi tidak sedikit pula sekolah yang kurang membina
siswanya untuk belajar mandiri. Bahkan yang dibina adalah belajar yang
bersifat hanya menerima apa yang diajarkan oleh guru saja. Di samping itu,
yang juga banyak diajarkan adalah belajar yang dikenal dengan sebutan rote
learning (belajar hafalan).
Di perguruan tinggi, suasana belajar yang pasif dan menerima saja atau rote
learning tidak diharapkan terjadi. Yang diharapkan di perguruan tinggi adalah
terjadinya proses belajar yang pada akhirnya dapat menjadikan lulusannya
(mahasiswa) menjadi guru bagi dirinya sendiri setelah lulus dari perguruan
tinggi atau dengan kata lain, mahasiswa dapat belajar mandiri.
Belajar mandiri didefinisikan sebagai usaha individu mahasiswa yang
otonomi untuk mencapai suatu kompetensi akademis (Kozma, Belle,
Williams, 1978). Keterampilan ini, jika sudah dimiliki, dapat diterapkan
dalam berbagai situasi, tidak hanya terbatas pada satu mata kuliah atau di
perguruan tinggi saja. Dengan keterampilan tersebut, mahasiswa akan mampu
mengatasi tantangan baru tanpa ketergantungan pada pemecahan masalah
secara tradisional atau pada orang lain.
Belajar mandiri tidak sama dengan ”pembelajaran individu” (individualized
instruction). Personalized System of Instruction (Keller), Computer Assisted
Instruction, Programmed Instruction (Skinner) merupakan contoh dari
pengajaran individu, namun bukan belajar mandiri. Walaupun demikian,
sistem pengajaran individu merupakan salah satu metode yang dapat
24
Pengajaran individu vs belajar mandiri
CaraBelajarDiSMU
Definisi
digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan proses belajar mandiri
mahasiswa.
Belajar mandiri memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menentukan tujuan belajarnya, merencanakan proses belajarnya,
menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan-
keputusan akademis, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang dipilihnya untuk
mencapai tujuan belajarnya (Brookfield, 1984). Mahasiswa secara aktif
berpartisipasi dalam menentukan APA yang akan dipelajarinya dan
BAGAIMANA cara belajarnya. Belajar mandiri bukan merupakan usaha
mengisolasi mahasiswa dari bimbingan dosen karena dosen berfungsi sebagai
sumber, pemandu dan pemberi semangat. Belajar mandiri menunjukkan
bahwa mahasiswa tidak tergantung pada penyeliaan (supervision) dan
pengarahan dosen yang terus-menerus, tetapi mahasiswa juga mempunyai
kreativitas dan inisiatif sendiri, serta mampu untuk bekerja sendiri dengan
merujuk pada bimbingan yang diperolehnya (Self Directed Learning,
Knowles, 1975).
Ketidakhadiran dosen, tidak adanya pertemuan tatap muka di kelas, dan
ketidakhadiran teman-teman sesama mahasiswa bukan merupakan ciri utama
dari belajar mandiri. Yang menjadi ciri utama dalam belajar mandiri adalah
pengembangan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan mahasiswa
untuk melakukan proses belajar secara mandiri, tidak tergantung pada faktor-
faktor dosen, kelas, teman dan lain-lain. Peran utama dosen dalam belajar
25
Ciri belajar mandiri
BelajarMandiri ???
mandiri adalah sebagai konsultan dan fasilitator, bukan sebagai otoritas dan
satu-satunya sumber ilmu.
Kekuatan dan Kelemahan
Adderly & Ashwin (1976) mengatakan bahwa dalam belajar mandiri,
mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang besar atas proses belajarnya.
Belajar mandiri mengharuskan mahasiswa untuk menyelesaikan suatu tugas
atau masalah melalui analisis, sintesis, dan evaluasi suatu topik mata kuliah
secara mendalam, kadang-kadang juga melalui kombinasi antara
pengetahuannya dengan pengetahuan yang diperoleh dari mata kuliah lain.
Adderly & Ashwin juga mengatakan bahwa mahasiswa mendapat kepuasan
belajar melalui tugas-tugas yang diselesaikannya. Dalam belajar mandiri
mahasiswa mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam hal
penelusuran literatur, penelitian, analisis, dan pemecahan masalah. Jika dalam
melakukan tugas-tugasnya mahasiswa berkelompok, maka pengalaman yang
diperolehnya menjadi semakin kaya, karena melalui kelompok tersebut
mahasiswa akan belajar tentang kerjasama, kepemimpinan, dan pengambilan
keputusan. Yang lebih penting lagi ialah bahwa belajar mandiri dapat
digunakan untuk mencapai tujuan akhir dari pendidikan, yaitu mahasiswa
dapat menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Aplikasi Belajar Mandiri
Belajar mandiri telah diterapkan dalam berbagai mata kuliah. Chickering (1975) memberikan contoh tentang penerapan belajar mandiri untuk mencapai tujuan instruksional berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom, dari jenjang pengetahuan sampai jenjang evaluasi. Tujuan akhir dari belajar mandiri adalah pengembangan kompetensi intelektual mahasiswa. Belajar mandiri dapat membantu mahasiswa menjadi seseorang yang terampil dalam memecahkan masalah, menjadi manajer (pengelola) waktu yang unggul, dan menjadi seorang pembelajar yang terampil untuk belajar.
26
Belajar sebagai tanggung jawab mahasiswa
TujuanInstruksional
Studi kasus, review literatur, proyek penelitian dan seminar merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri secara individu maupun secara kelompok. Jika dikelola dengan baik, maka kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendalami topik-topik yang diminatinya dan pada saat yang sama menikmati keuntungan kerjasama antar teman (jika berkelompok). Melalui belajar mandiri ini, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman yang mungkin takkan pernah dapat diperoleh melalui perkuliahan tatap muka di ruang kelas. Jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, belajar mandiri dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk generalization and transfer (suatu keterampilan membentuk struktur dan strategi kognitif yang dapat digunakan dalam berbagai situasi), memahami manfaat belajar, dan kemampuan untuk menganalisis, sintesa, dan mengaplikasikan hal-hal yang sudah dipelajari. Mahasiswa seperti itu biasanya mempunyai tingkat kepuasan belajar yang lebih tinggi, mempunyai perhatian/minat yang tidak terputus-putus, dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat, lebih dari mahasiswa yang hanya belajar secara pasif dan menerima saja (Kozma, Belle, William, 1978).
Mahasiswa yang mampu belajar mandiri, disebut mahasiswa mandiri,
memerlukan beraneka ragam keterampilan, sumber, dan fasilitas untuk
mampu mengatasi tantangan yang dihadapinya. Mahasiswa perlu mengetahui
27
Simulasi
Kegiatan mahasiswa
Keterampilan-keterampilan prasyarat
cara memperoleh informasi untuk menjawab pertanyaan yang dimilikinya,
dan juga cara bertanya yang benar. Mahasiswa juga perlu mengetahui teknik
dan metode penelitian yang tepat, serta dapat menggunakannya dengan baik
dan benar.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, mahasiswa dapat belajar mandiri jika
ia telah menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat, misalnya
keterampilan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian,
mahasiswa memerlukan bantuan dosen untuk menguasai keterampilan-
keterampilan prasyarat. Tidak berarti bahwa hanya mahasiswa senior yang
sudah mampu belajar mandiri, karena prestasi dan lamanya menjadi
mahasiswa bukan merupakan prasyarat dari kemampuan belajar secara
mandiri di berbagai situasi. Chickering (1975) berpendapat bahwa mahasiswa
yang mampu belajar mandiri adalah mahasiswa yang dapat mengontrol
dirinya sendiri, mempunyai motivasi belajar yang tinggi, yakin akan dirinya,
mempunyai orientasi/wawasan yang luas dan luwes. Biasanya mahasiswa
yang luwes, mandiri, dan tidak konformis akan dapat belajar mandiri. Namun,
dukungan dan bimbingan dosen biasanya tetap diperlukan oleh mahasiswa
yang sudah dapat belajar mandiri.
Banyak dosen yang kurang dapat melihat manfaat belajar mandiri bagi
mahasiswa. Hal ini biasanya terjadi jika dosen kurang percaya akan integritas
dan kemampuan mahasiswa, merasa tidak aman (insecured) untuk berurusan
dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang terjadi
di luar ruang kuliah, atau tidak memiliki waktu dan perhatian yang cukup
untuk memberikan bimbingan.
Sebenarnya, peran dosen dalam proses belajar mandiri mahasiswa sangat
penting dan sensitif. Dosen harus mampu memahami dan mengerti tujuan
belajar mahasiswa. Tanpa harus mengubah tujuan belajar mahasiswa menjadi
tujuan pengajaran dosen, dosen harus mampu membantu mahasiswa untuk
menerjemahkan tujuan itu menjadi langkah-langkah belajar yang operasional
dan membantu mahasiswa untuk menerapkan langkah-langkah tersebut.
28
Perandosen
Penentuan tujuan sumber belajar, proses belajar, dan evaluasi harus dilakukan
oleh dosen bersama mahasisw. Kebutuhan dan harapan dari kedua belah
pihak (bukan hanya pihak dosen atau pihak mahasiswa saja) harus
diperhitungkan dalam proses penentuan tersebut. Dosen juga diharapkan
mempunyai waktu khusus untuk berdiskusi dan mengevaluasi hasil belajar
mandiri mahasiswa.
Lingkungan yang dapat mendukung proses belajar mandiri adalah lingkungan
yang menantang, terbuka pada rasio, luwes, interdisiplin, dan tidak
tradisional. Jika dosen hanya mengharapkan satu jawaban yang benar dari
suatu tugas, maka mahasiswa tidak akan dapat belajar mandiri. Karena dari
belajar mandiri mahasiswa justru menemukan berbagai kemungkinan
jawaban. Jika dosen membatasi mahasiswa untuk membaca hanya buku teks
saja (satu buah) maka mahasiswa tidak akan dapat belajar mandiri, karena
belajar mandiri menuntut mahasiswa untuk membaca berbagai sumber untuk
dapat membuat keputusan. Hal lain yang tidak mendukung proses belajar
mandiri mahasiswa adalah jika segala keputusan dan langkah mahasiswa
untuk menyelesaikan tugas tergantung dari persetujuan dosen. Dalam situasi
seperti itu mahasiswa tidak akan dapat belajar mandiri, karena belajar mandiri
memberikan fleksibilitas mahasiswa untuk mengambil keputusan dan
menerima resiko keputusan tersebut.
29
Lingkungan
Jika dibandingkan dengan persyaratan kuliah tatap muka, maka belajar
mandiri mempunyai persyaratan lebih. Belajar mandiri memerlukan waktu
yang dapat mengakomodasi kesalahan-kesalahan, mengurangi gangguan
kegiatan lain, dan memungkinkan terjadinya efek yang kumulatif. Dalam hal
ini, dosen harus sabar dan memberikan waktu yang cukup serta penghargaan
yang cukup agar mahasiswa dapat belajar mandiri.
Pengembangan keterampilan belajar mandiri dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dosen membekali mahasiswa dengan strategi kognitif, dan dosen
membimbing mahasiswa melalui kontrak perkuliahan. Berbekal strategi
kognitif dan kontrak perkuliahan, mahasiswa akan melalui proses belajar
secara mandiri. Dalam hal proses belajar yang akan dilalui adalah proses
belajar yang sudah disetujui oleh mahasiswa dan dosen, terutama mengenai
topik, tujuan instruksional, dan penilaian instruksionalnya. Mahasiswa
mempunyai kebebasan untuk mengaplikasikan strategi kognitif yang dimiliki
secara heuristic (yang paling tepat untuk masalah tertentu dalam waktu
tertentu) dalam proses belajar mandiri untuk mencapai hasil belajar yang telah
disepakati dalam kontrak perkuliahan.
Yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah penentuan tujuan proses belajar mandiri dari suatu mata kuliah; apakah untuk pencapaian keterampilan dan pengetahuan tertentu? atau untuk pengembangan kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri? Jika mahasiswa diasumsikan sudah menguasai strategi kognitif yang dapat digunakan untuk belajar mandiri, maka tujuan proses belajar mandiri dari suatu mata kuliah adalah pencapaian keterampilan dan pengetahuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional mata kuliah tersebut. Kondisi seperti ini dapat diterapkan untuk mahasiswa yang sudah terlatih belajar mandiri, atau sudah mempunyai bekal strategi kognitif untuk belajar mandiri (misalnya, mahasiswa yang sudah cukup senior). Untuk mahasiswa yang baru saja masuk ke perguruan tinggi, atau masih berada di semester rendah, maka tujuan proses belajar mandiri dari suatu mata kuliah akan lebih banyak untuk pencapaian kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri. Secara gamblang, tujuannya akan lebih mengarah pada pengembangan strategi kognitif mahasiswa, dan hanya sebagian kecil porsinya untuk pencapaian keterampilan atau pengetahuan bidang ilmu tertentu. dosen perlu menyadari hal ini, sehingga pola bimbingan belajar dan
30
Cara pengajaran
Tujuan belajar mandiri
pada pemberian tugas belajar mandiri bagi mahasiswa di semester rendah hendaknya berbeda dari pola bagi mahasiswa di semester lanjut.
Belajar mandiri juga dapat dikembangkan melalui penggunaan materi
instruksional yang tercetak maupun terekam yang diintegrasikan dengan
perkuliahan. Contoh materi instruksional tercetak adalah handout, outline,
tugas membaca terencana, buku kerja, silabus, buku pegangan mahasiswa,
dan modul. Contoh materi terekam adalah kaset audio, video,
mocrofische/microfilm, computer-assisted-instruction, dan video interaktif.
Belajar mandiri juga dapat dibina melalui kerja laboratorium dan pengenalan
penggunaan perpustakaan kepada mahasiswa sebagai bagian integral dari
perkuliahan, khususnya penggunaan perpustakaan, penelusuran literatur di
perpustakaan, analisis dan evaluasi informasi. Selain itu, dosen juga dapat
menumbuhkan belajar mandiri pada diri mahasiswa melalui pembentukan
kelompok belajar yang dibimbing oleh tutor atau sesama mahasiswa.
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah kriteria untuk mengevaluasi proses
belajar. Evaluasi harus berfokus pada pencapaian perilaku belajar mandiri
yang dapat diukur, termasuk menentukan belajar mandiri yang dapat diukur,
memilih sumber belajar, menganalisis, dan mengevaluasi masalah, dan
memecahkan masalah. Dosen perlu membahas tentang kriteria evaluasi proses
dan hasil belajar ketika membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa,
sehingga jelas bagi mahasiswa tentang kriteria keberhasilan belajar mereka.
31
Pembinaan belajar mandiri
Kriteria evaluasi
Dalam banyak hal, belajar mandiri berbeda dari belajar tuntas. Belajar tuntas
merupakan strategi belajar yang berdasarkan pada tujuan belajar, dirancang
untuk memungkinkan sebanyak mungkin siswa mencapai kriteria
keberhasilan dalam waktu yang diberikan, dan menggunakan sistem penilaian
acuan patokan.
Belajar tuntas dikembangkan oleh Benyamin Bloom pada sekitar tahun
1960an, dan kemudian dilanjutkan oleh James H. Block. Secara teoritis,
belajar tuntas didasarkan pada :
1. Bakat dan kecepatan belajar
Bahwa setiap mahasiswa mempunyai kecepatan belajar yang berbeda
dalam mempelajari suatu pelajaran, dan kecepatan belajar setiap
mahasiswa berbeda dalam mempelajari pelajaran yang berbeda.
2. Kemampuan untuk menguasai pelajaran
Bahwa setiap mata pelajaran, tergantung dari instructional mode yang
digunakan dalam mata pelajaran tersebut, mempersyaratkan kemampuan
atau keterampilan mahasiswa yang berbeda (verbal ability, aural ability,
dan lain-lain).
3. Mutu program instruksional
Diukur dari segi :
■ Kejelasan dan ketepatan teknik instruksional untuk setiap mahasiswa
(berdasarkan perbedaan individu).
■ Jumlah partisipasi dan latihan fslsm belajar untuk setiap mahasiswa.
■ Jumlah dan jenis penguatan serta umpan balik yang diberikan untuk
setiap mahasiswa.
4. Ketahanan (perseverance)
bahwa setiap mahasiswa berbeda dalam ketahanan dan keuletannya
(persistance) dalam mempelajari suatu mata pelajaran berdasarkan
pengalaman keberhasilannya dan kegagalannya dalam mempelajari mata
pelajaran tersebut.
5. Waktu
32
Belajar tuntas
Bahwa setiap mahasiswa membutuhkan jumlah waktu yang berbeda untuk
mempelajari dan menguasai suatu mata pelajaran. Waktu merupakan
variabel utama dalam belajar tuntas.
Secara fisik, asumsi dasar dari belajar tuntas adalah :
1. Semua mahasiswa dapat dan akan belajar jika diberi kesempatan dan
waktu yang cukup sesuai dengan yang diperlukan.
2. Ketuntasan didefinisikan berdasarkan ranah dan jenjang taksonomi
Bloom.
3. Pelajaran perlu dibagi menjadi unit-unit yang lebih kecil.
4. Unit-unit belajar tersebut perlu diurutkan.
5. Setiap unit belajar perlu dirancang untuk dapat dikuasai oleh mahasiswa
secara tuntas.
6. Ajarkan setiap unit kepada mahasiswa, sehingga penguasaan mahasiswa
terhadap unit-unit belajar menjadi prasyarat untuk ketuntasan penguasaan.
7. Mahasiswa dinilai berdasarkan kriteria absolut, bukan berdasarkan
perbandingan dengan kawan-kawannya.
Jadi, belajar tuntas berbeda dengan belajar mandiri. Belajar tuntas
memperhatikan perbedaan individu dalam hal gaya belajar, kecepatan belajar,
dan kemampuan belajar. Waktu merupakan variabel utama dalam belajar
tuntas. Namun, belajar tuntas tidak mengintegrasikan otonomi mahasiswa
dalam belajar. Dengan demikian, dalam belajar tuntas, mahasiswa masih tetap
tergantung pada dosen dan penyelia (tutor, supervisor dan lain-lain). Dosen
mempertimbangkan perbedaan masing-masing mahasiswa dalam merancang
kegiatan instruksionalnya. Dosen menentukan tujuan instruksional, strategi
belajar, dan evaluai hasil belajar berdasarkan karakteristik masing-masing
mahasiswa. Pengendalian proses belajar mengajar masih sebagian besar
berada dalam tangan dosen, bukan mahasiswa.
Belajar mandiri lebih menguntungkan kemampuan mahasiswa dalam
mengendalikan apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara
mempelajarinya. Otonomi atau kemandirian mahasiswa merupakan variabel
utama dalam belajar mandiri. Dosen dan penyelia berfungsi sebagai penasehat
33
Asumsi dasar
Perbedaan belajar tuntas dan belajar mandiri
yang memberikan pengarahan terhadap mahasiswa, dan sebagai sumber
informasi yang dapat digunakan oleh mahasiswa dalam proses belajar.
Berdasarkan pengarahan-pengarahan dosen, mahasiswa menentukan tujuan
belajarnya, arah belajarnya, strategi pencapaian tujuan belajar, dan sumber-
sumber yang digunakan untuk mendukung proses belajar. Dengan demikian,
mahasiswa merupakan pengendali bagi proses belajarnya sendiri.
Baik belajar tuntas maupun belajar mandiri, keduanya berdasarkan pada
tujuan instruksional atau tujuan belajar. Tujuan instruksional merupakan
landasan pijak bagi seluruh komponen dalam proses belajar mengajar lainnya.
Rangkuman
Belajar mandiri merupakan usaha individu mahasiswa yang otonomi
untuk . mencapai suatu kompetensi akademis. Keterampilan belajar
mandiri dapat diterapkan dalam berbagai situasi, tidak hanya terbatas
pada suatu matakuliah saja atau di lingkungan kampus saja.
Belajar mandiri memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk secara
aktif berpartisipasi dalam menentukan apa yang akan dipelajari dan
bagaimana cara belajarnya. Belajar mandiri tidak merupakan usaha
mengisolasi mahasiswa dari bimbingan dosen . Belajar mandiri adalah
pengembangan dan peningkatan keterampilan mahasiswa untuk
melakukan proses belajar secara mandiri, tidak tergantung pada faktor
dosen, kelas, teman, dll.
Dalam belajar mandiri, mahasiswa bertanggungjawab atas proses
belajarnya. Otonomi atau kemandirian mahasiswa merupakan variabel
utama dalam belajar mandiri. Hal ini merupakan kunci perbedaan
belajar mandiri dari belajar tuntas. Belajar tuntas memperhatikan
perbedaan individu mahasiswa dalam hal gaya belajar, kecepatan
belajar dan kemampuan belajar. Namun belajar tuntas tidak
mengintegrasikan variabel otonomi mahasiswa dalam belajar
34
Agar dosen dapat mengembangkan mahasiswa untuk mampu belajar mandiri,
maka dosen perlu merencanakan kegiatan instruksionalnya dengan saksama
berdasarkan kebutuhan dan karakteristik awal mahasiswa. Selain itu, proses
belajar mandiri juga mensyaratkan keterbukaan dosen untuk memperkaya
dirinya terus menerus, dan adanya sarana dan sumber belajar yang memadai..
Belajar mandiri dapat diterapkan untuk mencapai berbagai tujuan
instruksional meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk mampu belajar
mandiri, mahasiswa perlu memiliki keterampilan – keterampilan prasyarat,
seperti keterampilan memanfaatkan sumber belajar. Peran dosen sebagai
fasilitator dan pembimbing mahasiswa untuk belajar mandiri adalah sangat
penting. Lingkungan yang menantang, terbuka pada risiko, luwes,
interdisiplin dan modern juga berperan penting dalam proses belajar mandiri.
Pengembangan keterampilan belajar mandiri dapat dilakukan dengan cara
dosen membekali mahasiswa dengan strategi kognitif dan dosen membimbing
mahasiswa melalui kontrak belajar.
35
KONTRAK PERKULIAHAN
Dalam merancang perkuliahan dosen biasanya memahami apa yang akan dia
lakukan dan bahas dalam perkuliahan, apalagi bagi dosen yang telah mengajar
mata kuliah yang sama selama beberapa semester. Tetapi apa yang
direncanakan dan dipikirkan seorang dosen belum tentu dimengerti oleh
mahasiswa, bahkan juga oleh dosen yang lain, bila tidak diungkapkan secara
lisan atau tertulis.
Dalam mengikuti perkuliahan, mahasiswa seringkali dibiarkan menebak-
nebak apa yang akan dialami dan dipelajari. Atau terkadang dosen memberi
informasi yang sangat sedikit tentang mata kuliahnya, kemudian
mengharapkan mahasiswa dapat membangun atau membentuk sendiri apa
yang dimaksud dosen.
Di beberapa perguruan tinggi dosen membuat silabi mata kuliah untuk
dibagikan kepada mahasiswa. Tetapi informasi dalam silabi terkadang sedikit,
misalnya hanya berisi daftar buku atau bab buku yang akan digunakan dalam
perkuliahan. Ada juga silabi yang lebih banyak berisi tentang konsekuensi
bagi mahasiswa kalau terlambat menyerahkan tugas, terlambat datang, tidak
ikut tes pada waktunya, dan sebagainya. Kontrak perkuliahan perlu memuat
informasi lebih lengkap dibandingkan contoh di atas.
Di dalam sistem pendidikan tinggi sebenarnya telah dilakukan berbagai
bentuk kontrak perkuliahan (learning contract), meskpun tidak secara
eksplisit menggunakan istilah tersebut. Penyusunan makalah dengan topik
yang dipilih sendiri oleh mahasiswa, atau mendapat bonus nilai karena
membuat proyek di luar tugas-tugas yang diberikan dosen, dapat disebut
sebagai kontrak perkuliahan. Dalam hal ini terjadi negosiasi antara dosen dan
mahasiswa. Mahasiswa mempunyai otonomi untuk menentukan apa yang
akan dia pelajari atau lakukan, berdasarkan minat, kebutuhan tertentu dan
pengalaman hidup. Kontrak perkuliahan merupakan strategi yang sesuai
digunakan untuk mahasiswa atau mahasiswa dewasa (adult learners).
36
Pendahuluan
Sebelum membahas apa yang dimaksud dengan kontrak perkuliahan dan
bagaimana melakukannya dalam proses belajar mengajar, terlebih dahulu
perlu diingat kembali prinsip-prinsip belajar mahasiswa dewasa yang telah
dibahas pada Pembelajaran Orang Dewasa. Waktu itu telah dibahas beberapa
karakteristik mahasiswa dewasa, antara lain ialah keinginan untuk
diperlakukan sebagai pribadi yang bebas, bertanggung jawab dan dapat
dipercaya. Sistem perkuliahan menggunakan kontrak perkuliahan tepat untuk
digunakan untuk mahasiswa, sebab kontrak perkuliahan memandang
perkuliahan sebagai usaha yang bersifat kolaboratif dan mensyaratkan adanya
negosiasi dan kesepakatan antara dosen dan mahasiswa.
Di samping alasan yang berhubungan dengan kecenderungan belajar
mahasiswa dewasa, manfaat lain penggunaan kontrak perkuliahan adalah
membantu tugas dosen dengan membuat jelas peranan dan tanggungjawab
mahasiswa dalam proses belajar. Dalam hubungan tersebut, manfaat atau
fungsi kontrak perkuliahan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kontrak perkuliahan menjelaskan peranan dan tanggungjawab
mahasiswa
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi mahasiswa adalah
membangi waktu dengan baik. Apabila mahasiswa mengetahui apa
yang diharapkan dilakukan olehnya dan dalam kerangka waktu yang
bagaimana, kemungkinan besar mereka akan berusaha menyelesaikan
tugas-tugas pada waktunya dan mempersiapkan diri untuk ujian.
2. Kontrak perkuliahan dapat meningkatkan efisiensi belajar
Kontrak perkuliahan dalam bentuk yang lengkap berisi penjelasan
secara garis besar untuk setiap pertemuan. Dengan mengerti lebih
dahulu apa yang akan dibahas, mahasiswa mempunyai kerangka
berpikir untuk mencerna dan menanggapi apa yang akan dibahas
dalam kuliah. Dalam kuliah mahasiswa sering sibuk menulis apa yang
37
Manfaat/RelevansiKontrakPerkuliahan
dikuliahkan dosen. Mereka cenderung menulis apa saja yang
dikatakan dosen, atau mencatat informasi yang justru kurang penting.
Dengan demikian pokok-pokok utama kuliah justru tidak dimengerti
dengan baik. Apabila dosen menggunakan overhead transparency
(OHT) dalam mengajar dan hard copy transparency tersebut dapat
disertakan dalam kontrak perkuliahan, akan membantu mahasiswa
dalam membuat catatan kuliah dan menangkap pokok-pokok penting
perkuliahan.
Pada dasarnya yang dimaksud dengan kontrak perkuliahan adalah rancangan
perkuliahan yang disepakati bersama oleh mahasiswa dan dosen. Kontrak
perkuliahan sudah banyak digunakan dalam berbagai pendidikan, misalnya
pendidikan orang dewasa, pendidikan tinggi, training dalam dunia bisnis dan
industri.
Metode ini diangap sebagai cara yang paling efektif untuk membantu
mahasiswa mendiagnosa kebutuhan belajar, merancang kegiatan belajar,
mendefinisikan dan memilih bahan belajar yang relevan dan cara belajar yang
tepat, dan menjadi terlatih untuk melakukan evaluasi pribadi. Dalam suatu
kontrak perkuliahan secara jelas akan disebutkan dan dijabarkan tujuan
belajar, sumber-sumber belajar yang dapat digunakan, kegiatan-kegiatan
belajar, dan prosedur penilaian (evaluasi).
Kontrak perkuliahan dapat dibedakan menjadi dua macam, kontrak belajar
(individual) dan kontrak perkuliahan. Kontrak belajar individual dilakukan
dosen dengan seorang mahasiswa, biasanya bersifat tailor-made menurut
kebutuan belajar mahasiswa tersebut. Biasanya kontrak belajar individual
digunakan dalam matakuliah yang ditawarkan secara mandiri (independent
course). Kontrak belajar yang dilakukan dengan sekelompok mahasiswa,
sifatnya lebih terstruktur dan tidak memberikan banyak kebebasan kepada
38
Pengertian kontrak perkuliahan
Manfaat
Kontrak Belajar dan Kontrak Perkuliahan
mahasiswa untuk menentukan sendiri berbagai aspek kontrak tersebut.
Kontrak belajar tersebut biasa disebut kontrak perkuliahan.
Pada bagian sebelumnya telah disebutkan tentang pentingnya memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif memilih dan menentukan
program belajar. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa dosen demikian
saja menerima apa yang dinyatakan mahasiswa sebagai kebutuhan belajar.
Dosen tetap mempunyai tanggungjawab untuk memberikan penilaian secara
profesional tentang kurikulum yang dianggap berarti dan berguna, serta cara-
cara belajar yang efektif untuk mencapainya. Di samping itu dalam berbagai
situasi pendidikan terdapat kompetensi-kompetensi tertentu yang
dipersyaratkan harus dikuasai oleh mahasiswa. Kontrak perkuliahan dapat
digunakan untuk mencapai kesepakatan bentuk program belajar yang memuat
kompetensi yang dituntut dan topik atau keterampilan tertentu yang diminati
oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Kontrak perkuliahan lebih terstruktur dibandingkan dengan kontrak belajar
individual dan tidak terlalu banyak memberikan kebebasan kepada mahasiswa
untuk memilih. Meskipun demikian keinginan dan kebutuhan mahasiswa
untuk mempelajari atau mengulas isu tertentu dengan lebih dalam masih dapat
dilakukan melalui penulisan paper, proyek penelitian dan sebagainya. Kontrak
perkuliahan disusun oleh dosen yang bersangkutan, memuat gambaran yang
jelas dan cukup rinci tentang deskripsi mata kuliah, tujuan perkuliahan,
strategi, evaluasi dan kriteria yang akan digunakan. Kontrak ini perlu dibahas
dengan mahasiswa pada awal perkuliahan untuk memberi penjelasan dan
mendapatkan kesepakatan.
Kontrak perkuliahan perlu memuat informasi berikut ini :
1. Manfaat mata kuliah
2. Deskripsi perkuliahan
3. Tujuan Instruksional
4. Organisasi materi
5. Strategi perkuliahan
39
Penyusunan
IsiKontrakPerkuliahan
6. Materi./ Bahan bacaan perkuliahan
7. Tugas-Tugas
8. Kriteria penilaian
9. Jadwal perkuliahan, dengan menyebutkan topik bahasan dan bahan
bacaan yang relevan.
Bagian ini menjelaskan mengapa mahasiswa perlu mengambil mata kuliah
ini, apa kegunaan mata kuliah ini untuk pengembangan pribadi, bagaimana
hubungan mata kuliah ini dengan tujuan Program Studi atau Jurusan.
Yang dimaksud dengan deskripsi mata kuliah adalah pernyataan yang
mengandung ruang materi dan garis-garis besar atau pokok bahasan yang
terdapat dalam mata kuliah tersebut.
Tujuan mata kuliah menjelaskan tentang hasil belajar yang akan dicapai pada
akhir perkuliahan. Mahasiswa perlu tahu kompetensi apa yang akan dapat dia
ketahui dan lakukan setelah mengambil suatu mata kuliah, apakah tujuan
mata kuliah berupa kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan
kemampuan berkomunikasi atau merancang suatu program. Mengapa tujuan
mata kuliah tersebut penting ? Perumusan tujuan mata kuliah secara jelas
akan membantu mahasiswa dan dosen untuk mengevaluasi sejauh mana
tujuan tersebut telah tercapai. Perumusan tujuan dilakukan dalam bentuk
kompetensi untuk berbagai level menurut taksonomi Bloom atau taksonomi
lain.
Pada bagian ini dijelaskan organisasiatau urutan materi, yang dapat
ditampilkan dalam bentuk diagram, disertai penjelasan mengapa disusun
seperti itu.
Bagian ini menjelaskan prosedur kerja atau kegiatan yang akan dilakukan
dalam perkuliahan. Kombinasi berbagai metode belajar mengajar dapat
digunakan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Sebagai contoh
metode ceramah singkat dikombinasikan dengan metode diskusi. Ceramah
singkat dimaksudkan untuk menyampaikan atau memberi kerangka berpikir,
40
Manfaat mata kuliah
Deskripsi perkuliahan
Tujuan Instruksional
Organisasi materi
Strategiperkuliahan
sedangkan diskusi digunakan untuk melibatkan mahasiswa secara aktif dalam
proses belajar dan mencapai kesepakatan atau kesimpulan kelompok.
Pada awal perkuliahan mahasiswa perlu mengetahui buku teks, artikel atau
bahan bacaan lain yang menjadi bahan acuan dan bacaan wajib. Di samping
itu untuk tugas-tugas individual, seperti menulis paper dan kritik, mahasiswa
juga dianjurkan untuk menggunakan sumber belajar lain yang relevan.
Pada bagian ini disebutkan tentang tugas-tugas individual atau kelompok
yang harus dilakukan mahasiswa, berikut jadwal atau batas waktu
penyelesaian tugas. Disebutkan pula tujuan dari masing-masing tugas dan apa
yang diharapkan dilakukan mahasiswa, apakah diharapkan menjelaskan,
mendiskusikan, menganalisis, mengkritik, membandingkan atau menerapkan
suatu prinsip. Di samping itu informasi tentang waktu tes semester dan
evaluasi lain juga perlu disertakan.
Bagian ini menjelaskan tentang kriteria penilaian prestasi belajar mahasiswa,
untuk menunjukkan dia dianggap berhasil atau tidak berhasil. Di samping itu,
kalau perlu dijelaskan pula tentang pembobotan tugas, evaluasi dan cara
penilaian lainnya.
Bagian ini memuat jadwal perkuliahan berupa tanggal, topik yang akan
dibahas, dan bahan bacaan yang relevan dengan setiap pokok bahasan. Di
samping itu dicantumkan pula batas akhir (dead line) untuk penyerahan tugas
dan tes/evaluasi yang akan dilakukan.
41
Materi/Bahan bacaan
Tugas-Tugas
Kriteriapenilaian
Jadwalperkuliahan
Rangkuman
Kontrak perkuliahan merupakan kesepakatan dosen dan mahasiswa
mengenai berbagai aspek perkuliahan. Kesepakatan ini dilakukan pada
awal perkuliahan dan digunakan sebagai pedoman perkuliahan.
Kontrak perkuliahan dapat menjadikan mahasiswa lebih kritis mengenai
tujuan, strategi dan hasil belajarnya, dan membuat mereka lebih
mandiri.
42