22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan poikilotermik, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan. Respirasi sendiri adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, semua respirasi tidak melibatkan oksigen. Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Menurut massanya, oksigen merupkan unsur kimia paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi. 1.2 Tujuan 1

Konsumsi Oksigen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsumsi oksigen

Citation preview

Page 1: Konsumsi Oksigen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan hewan poikilotermik, suhu tubuhnya akan menyesuaikan

diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan

oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan.

Respirasi sendiri adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad

hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam

menjalankan fungsi hidup. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme

hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan

biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah,

semua respirasi tidak melibatkan oksigen.

Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik

yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan

kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya

(utamanya menjadi oksida). Menurut massanya, oksigen merupkan unsur kimia

paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan

menghitung konsumsi oksigen ikan mas yang sensitive terhadap kadar oksigen

terlarut di media hidupnya.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini kita dapat menghitung jumlah kadar oksigen

yang dikonsumsi ikan nila dalam selang waktu tertentu, dengan alat bantu DO

meter sebagai pengukur kandungan oksigen terlarutnya.

1

Page 2: Konsumsi Oksigen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila

Ikan nila mempunyai bentuk badan pipih ke samping memanjang. Ikan ini

mempunyai ciri garis vertikal 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna

merah sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis-gaaris miring.

Mata kelihaatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna

putih. Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis

(gurat sisi di tengan tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak

lebih bawah.

Ikan nila merupakan pemakan segala (omnivora), pemakan plankton,

sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat

dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.

Ikan nila dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Ordo : Perciformes

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus

Gambar 2.1 Ikan Nila

(Sumber: http://seputarduniaair.blogspot.com/2012/04/ikan-air-tawar-ikan-nila.html)

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari

Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan

2

Page 3: Konsumsi Oksigen

peliharaan yang populer dikolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya

adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile

Tilapia.

Ikan nila merupakan ikan sungai atau danau yang sangat cocok dipelihara

di perairan tenang. Toleransi terhadap kadar garam/sanitasi sangat tinggi. Selain

pada perairan air tawar, ikan in juga sering ditemukan hidup dan berkembang

pesat pada perairan payau, misalnya payau. Di perairan alam ikan nila memakan

plankton, perifiton atau tumbuhan air yang lunak, bahkan cacing pun dimakannya

pula sehingga ikan ini tergolong omnivora atau pemakan segala. Ikan nila

merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena

budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah sehingga dapat dijangkau semua

kalangan. Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan

asam lemak omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah.

Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkaitan

dengan peredaran darah.

Menurut Suyanto (1994) dalam Wibawa, (2003) ikan nila dapat hidup di

perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila

juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa,

sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut .

2.2 Pernafasan

Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran

tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang

berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-

kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen

mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah

yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan

CO2 berdifusi keluar.

Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan

tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)

insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada

3

Page 4: Konsumsi Oksigen

pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu

ikan paru-paru (Dipnoi).

Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme

inspirasi dan ekspirasi.

Gambar 2.2 Mekanisme Pernafasan Pada Ikan Bertulang Sejati

(Sumber: http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html)

(1) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang

tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,

sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam

rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka

sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.

(2) Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk kedalam rongga mulut, celah mulut

menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah

insang. Air dalam mulut megalir melalui celah-celah insang dan menyentuh

lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara

pernafasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan mengikat O2 dari air.

2.3 DO (Dissolve Oxygen)

4

Page 5: Konsumsi Oksigen

Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam

kadar mg per liter air atau part per million (ppm). Oksigen terlarut (Dissolved

Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses

metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk

pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk

oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama

oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan

hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan

nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen

terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle,

1968).

Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm

selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet,

1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk

kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004).

DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air,

pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen

dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati

lemas (Ahmad dkk, 1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu,

banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono, 1986 dalam

Anonim, 2008).

DO: Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut

dapat disebabkan oleh tiga hal:

Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.

Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.

Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam

hari. “Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov,

2011).

DO dapat di ukur dengan alat bantu DO meter.

5

Page 6: Konsumsi Oksigen

Gambar 2.3 DO Meter

(Sumber: http://www.mbhes.com/dissolved_o2.htm)

2.4 Suhu

Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila

suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang

biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat

penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada

proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik

sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.

Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi

metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh

kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.

Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang metabolisme

tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Neumanet al.1997). Engelsma et al.

(2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter

hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggiataupun

suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan

mas. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme,

pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi

dipengaruhi oleh suhu (Fadhilet al. 2011).

6

Page 7: Konsumsi Oksigen

BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

Tanggal : 23 Oktober 2014

Waktu : Pukul 14.20 WIB - selesai

Tempat : Lab. Akuakultur

3.2 Alat dan Bahan

Wadah plastik, untuk tempat percobaan.

DO meter, sebagai alat ukur untuk mengukur kelarutan oksigen

Stopwatch, untuk menghitung waktu lamanya ikan di perlakuan.

Timbangan, untuk mengukur bobot ikan.

Cling wrap, bahan pelapis

Ikan Nila

3.3 Prosedur Praktikum

Siapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh

Ukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode

Winkler, catat hasilnya.

Timbang ikan, lalu catat bobotnya. Kemudian masukkan ikan dengan hati-

hati tanpa ada air yang memercik.

Tutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dengan

udara luar. Setelah itu, wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit.

Setelah selesai, pentup plastik dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati,

jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media air

wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode

Winkler, catat hasilnya.

DO awal - DO akhir adalah konsumsi oksigen ikan tersebut.

BAB IV

7

Page 8: Konsumsi Oksigen

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Kelompok

Tabel 1. Hasil data pengamatan kelompok 14.

Bobot Ikan (g) DO awal (mg/l) DO akhir (mg/l) Konsumsi O2 (mg/l)

23,85 4,3 3,7 0,050

DO awal – DO akhir = 4,3 – 3,7 = 0,6

Konsumsi O2 = DO awal – DO akhirBobot Ikan

x2 = 0,050 mg/l

4.1.2 Data Kelas

Tabel 2. Hasil data pengamatan kelas.

No Bobot ikan

(gram)

DO awal

(mg/l)

DO akhir

(mg/l)

Total Konsumsi

Oksigen

(mg/l)

1. 21 4.2 3.7 0.048

2. 15 4.2 3.9 0.04

3. 21 4.2 3.2 0.095

4. 23 4.2 2.9 0.11

5. 31 4.2 3.3 0.058

6. 26 4.2 3.4 0.06

7. 22 4.2 3 0.11

8. 40 4.3 3.8 0.024

9. 22 4.3 3.6 0.063

10. 30 4.3 3.7 0.04

11. 28 4.3 3.7 0.043

12. 31 4.3 3.7 0.04

8

Page 9: Konsumsi Oksigen

13. 29 4.3 3.8 0.05

14. 24 4.3 3.7 0.05

15. 49 4.8 3.5 0.05

16. 43 4.8 2.9 0.088

17. 32 4.8 4.2 0.03

18. 34 4.8 3.9 0.053

19. 40 4.8 3.8 0.05

20. 35 4.8 3.2 0.091

21. 35 4.8 4.3 0.028

Rata- Rata 30 4.6 3.6 0.058

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Kelompok

Berdasarkan data praktikum, air yang digunakan untuk media percobaan

adalah air keran yang diambil langsung di laboratorium. Air keran tersebut diukur

dengan DO meter dengan cara memasukan ujung alat DO meter yang digunakan

ke dalam air keran tersebut. Hasil yang diperoleh untuk data DO awal adalah

menunjukan angka 4,3 mg/l. Hal ini dapat menunjukan bahwa kandungan DO

yang ada pada air keran tersebut bisa dikatakan rendah untuk penggunaan air

dalam bidang perikanan. Kandungan Oksigen yang ada di dalam air untuk

perikanan baiknya mencapai angka 6 mg/l untuk supaya kebutuhan ikan terhadap

oksigen bisa tercukupi. Selain itu, hal lain yang mengakibatkan kandungan DO

pada air keran tersebut rendah yaitu karena air yang digunakan merupakan air

yang ada di dalam tanah. Air tersebut bisa saja mengandung senyawa lain ataupun

kaporit yang menyebabkan rendahnya DO yang terdapat di dalamnya. Tetapi, bisa

juga hal tersebut karena air yang berada di dalam tanah tidak langsung bertemu

dengan lapisan udara yang ada di luar sehingga tidak ada interaksi yang terjadi

antara air dan lapisan udara di luar yang bisa menjadikan kadar DO dalam air

tersebut menjadi meningkat.

9

Page 10: Konsumsi Oksigen

Setelah itu, ikan dimasukan ke dalam toples yang berisi air keran tersebut

sebagai tempat uji kemudian ditutup dengan plastik (cling wrap) supaya tidak ada

interaksi antara air dengan lapisan udara yang menjadikan bertambahnya

kandungan DO di air tersebut. Mengapa demikian? karena seperti yang diketahui

bahwa penyumbang oksigen di perairan selain fotosintesis yang menyumbang

sekitar 90% kadar DO dalam suatu perairan yaitu lapisan udara yang jika

berikatan dengan air akan menambah kandungan DO air walaupun kurang dari

10%.

Proses ini harusnya dilakukan 60 menit karena ada perubahan maka proses

konsumsi oksigen pada ikan nila ini berlangsung 30 menit, sehingga perhitungan

pada rumusnya dikalikan dengan angka 2. Dan setelah 30 menit maka dilakukan

perhitungan DO akhir. Data kelompok mendapatkan nilai DO akhir sekitar 3,7

mg/l. Dari data tersebut maka dihitung konsumsi oksigen ikan nila dan

didapatkanlah hasil 0,050 mg/l.

Berdasarkan teori, konsumsi ikan dewasa (berukuran besar) justru lebih

sedikit mengkonsumsi oksigen daripada ikan yang masih muda (ukuran kecil).

Hal ini disebabkan oleh perhitungan rumus yang memasukan nilai bobot ikan

sebagai pembagi DO awal yang dikurangi DO akhir. Oleh karena itu, jika bobot

ikan kecil maka nilai pembaginya semakin kecil dan nilai konsumsi ikan semakin

besar. Sebaliknya, jika ikan yang digunakan semakin besar bobotnya, Maka nilai

pembagi semakin besar dan nilai konsumsi ikan semakin kecil. Dan pada

kelompok kami ikan menggunakan satu ikan nila karena bobotnya sudah lumayan

besar. Adapula hal lain yang berpengaruh pada perhitungan yaitu nilai DO awal,

jika nilai DO awal besar maka konsumsi oksigen akan bernilai besar begitupun

sebaliknya, walaupun begitu semua tergantung pada nilai DO akhirnya pula.

Di dalam kehidupan, ikan yang kecil sangat memerlukan oksigen yang

cukup untuk pertumbuhannya. Jika ikan kekurangan oksigen maka akan

menyebabkan tubuh ikan menjadi kerdil / lama bertambah besar atau bisa juga

menyebabkan kematian. Berbeda dengan ikan yang sudah dewasa. Dengan tubuh

yang sudah mencapai batasnya, maka kandungan oksigen diperlukan bukan untuk

tumbuh seperti pada ikan yang masih kecil. Jadi, bisa dikatakan metabolism ikan

10

Page 11: Konsumsi Oksigen

kecil akan berbeda dengan ikan yang besar, sehingga berpengaruh terhadap

konsumsi oksigen yang dibutuhkan.

Pada dasarnya konsumsi ikan nila pada kelompok kami harusnya bisa

lebih banyak. Mengapa demikian? karena ketika praktikum berlangsung, waktu

yang ditentukan 30 menit kenyataannya tidak pas 30 menit, tetapi sekitar 25

menit, sehingga perkiraan kami konsumsi oksigen seharusnya bisa lebih besar lagi

yaitu mencapai 0.052 – 0.055.

4.2.2 Pembahasan Kelas

Dari data kelas, rata – rata untuk bobot ikan diperoleh nilai 30 gram. Data

tersebut dirata – ratakan dari tiap kelompok yang berbeda karena ada yang

memakai dua ikan jika ukuran ikan kecil, adapula yang memakai satu ikan jika

ukurannya lumayan besar seperti pada kelompok kami. Jika dibandingkan rata –

rata bobot ikan kelas dengan kelompok kami adalah 30 gram : 24 gram. Ikan yang

digunakan kelompok kami lebih kecil daripada ikan rata – rata kelompok yaitu

selisih sekitar 0,6 gram. Nilai konsumsi oksigen untuk asumsi pertama seharusnya

nilai konsumsi oksigen kelompok kami lebih besar karena ukuran ikannya lebih

kecil daripada rata – rata data kelas.

Data DO awal untuk rata – rata kelompok kelas A adalah 4,6. Seharusnya

nilai data DO awal tidak jauh berbeda karena air keran yang digunakan pada

dasarnya berasal dari sumber yang sama. Jika dibandingkan dengan data

kelompok kami yaitu 4,3 sehingga selisih nilainya sekitar 0,3 untuk DO awal.

Tetapi, untuk DO akhir tidak jauh berbeda yaitu data kelompok kami 3,7

sedangkan data kelas yaitu 3,6. Sehingga dapat dinyatakan untuk asumsi kedua

yaitu nilai konsumsi oksigen seharusnya lebih besar pada data kelas karena nilai

DO awalnya lebih besar dengan nilai DO akhir yang tidak jauh berbeda dengan

data kelompok kami.

Total konsumsi oksigen untuk data kelas adalah 0,058 sedangkan data

kelompok kami sekitar 0,050, jadi total konsumsi oksigen lebih besar pada data

kelas. Mengapa demikian? seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai

konsumsi oksigen yang besar terjadi karena nilai bobot ikan yang kecil dan nilai

11

Page 12: Konsumsi Oksigen

DO awal yang besar (nilai DO akhir dianggap sama). Tetapi, pada kenyataannya

bobot ikan pada kelompok kami lebih kecil yang seharusnya nilai konsumsi

oksigen lebih besar. Jika dilihat dalam tabel data, yang sangat berpengaruh adalah

nilai DO awal dan DO akhir dengan perbandingan 4,6 : 3,6 untuk data kelas.

Untuk kelompok kami sekitar 4,3 : 3,7. Ini diakibatkan karena waktu yang

digunakan tidak tepat 30 menit, sehingga nilai DO akhir cukup besar. Seharusnya

bisa mencapai 3,6 – 3,4 untuk kelompok kami. Ini yang menyebabkan konsumsi

oksigen di kelompok kami hanya sekitar 0,05. Selain itu, hal yang berpengaruh

adalah kesalahan perhitungan yang terjadi saat menghitung bobot ikan, seperti

adanya air pada tubuh ikan, kesalahan kalibrasi dll. Ini menyebabkan bobot ikan

yang bertambah. Hal lain yang penting adalah ketika memasukkan ikan pada

toples yang seharusnya tidak menimbulkan cipratan air. Ini juga menyebabkan

perbedaan pada nilai DO awal atau pun DO akhir.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

12

Page 13: Konsumsi Oksigen

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum “Konsumsi Oksigen Pada Ikan Nila” dapat disimpulkan

bahwa, setiap organisme membutuhkan proses respirasi. Pada praktikum ini

konsumsi oksigen pada ikan nila di pengaruhi beberapa faktor yaitu dari bobot

ikan, umur ikan, ukuran ikan, gerakan aktifitas ikan serta tingkat stress ikan.

Faktor-faktor tersebut dikarenakan bila umur suatu organisme terlalu tua, maka

laju metabolismenya juga semakin rendah. Umur ikan juga mempengaruhi ikan,

dan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan O2 yang berbeda. Semakin besar

ukuran ikan, jumlah konsumsi O2/mg berat badan makin rendah. Ikan yang aktif

membutuhkan O2 lebih banyak dibandingkan ikan yang pasif.

5.2 Saran

Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami cara

mengambil oksigen terlarut di perairan dengan menggunakan reagen, serta dapat

mengetahui cara pakai alat DO meter, dan lebih teliti dalam melaksanakan

praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Konsumsi Oksigen

Azizah, Nur Andri (2013). “Konsumsi Oksigen Pada Ikan Mas“. Dari:

https://www.academia.edu/5165587/LAPORAN_AKHIR_PRAKTIKUM_

FISIOLOGI_HEWAN_AIR_Mata_Acara_Praktikum_Konsumsi_Oksigen

_Pada_Ikan_Mas_Disusun_oleh (diakses pada tanggal 26 Oktober 2014

pada pukul 13.00 WIB).

Zipcodezoo. Oreochromis niloticus.

Dari: http://zipcodezoo.com/Animals/O/Oreochromis_niloticus/ (diakses

pada tanggal 26 Oktober 2014 pada pukul 13.30 WIB).

Maela, Leni (2009). Konsumsi Oksigen. Dari: http://lenimaela.blogspot.com/

(diakses pada tanggal 26 Oktober 2014 pada pukul 14.15 WIB).

LAMPIRAN

14

Page 15: Konsumsi Oksigen

Gambar 1. Ikan didalam toples yang sudah di cling wrap

Gambar 2. Toples yang berisi air diukur dengan DO meter

15