Upload
michaelsatriaabidileyon
View
32
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Konsumsi oksigen
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan hewan poikilotermik, suhu tubuhnya akan menyesuaikan
diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan.
Respirasi sendiri adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad
hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam
menjalankan fungsi hidup. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme
hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan
biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah,
semua respirasi tidak melibatkan oksigen.
Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik
yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan
kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya
(utamanya menjadi oksida). Menurut massanya, oksigen merupkan unsur kimia
paling melimpah di biosfer, udara, laut, dan tanah bumi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan
menghitung konsumsi oksigen ikan mas yang sensitive terhadap kadar oksigen
terlarut di media hidupnya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini kita dapat menghitung jumlah kadar oksigen
yang dikonsumsi ikan nila dalam selang waktu tertentu, dengan alat bantu DO
meter sebagai pengukur kandungan oksigen terlarutnya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
Ikan nila mempunyai bentuk badan pipih ke samping memanjang. Ikan ini
mempunyai ciri garis vertikal 9-11 buah, garis-garis pada sirip ekor berwarna
merah sejumlah 6-12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis-gaaris miring.
Mata kelihaatan menonjol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna
putih. Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis
(gurat sisi di tengan tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak
lebih bawah.
Ikan nila merupakan pemakan segala (omnivora), pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan nila dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Ordo : Perciformes
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Gambar 2.1 Ikan Nila
(Sumber: http://seputarduniaair.blogspot.com/2012/04/ikan-air-tawar-ikan-nila.html)
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
2
peliharaan yang populer dikolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya
adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile
Tilapia.
Ikan nila merupakan ikan sungai atau danau yang sangat cocok dipelihara
di perairan tenang. Toleransi terhadap kadar garam/sanitasi sangat tinggi. Selain
pada perairan air tawar, ikan in juga sering ditemukan hidup dan berkembang
pesat pada perairan payau, misalnya payau. Di perairan alam ikan nila memakan
plankton, perifiton atau tumbuhan air yang lunak, bahkan cacing pun dimakannya
pula sehingga ikan ini tergolong omnivora atau pemakan segala. Ikan nila
merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena
budidayanya mudah, harga jualnya juga rendah sehingga dapat dijangkau semua
kalangan. Nilai kurang bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan
asam lemak omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah.
Komposisi ini kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkaitan
dengan peredaran darah.
Menurut Suyanto (1994) dalam Wibawa, (2003) ikan nila dapat hidup di
perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Nila
juga dapat hidup di sungai yang tidak terlalu deras alirannya, di waduk, rawa,
sawah, tambak air payau, atau di dalam jaring terapung di laut .
2.2 Pernafasan
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-
kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah
yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan
CO2 berdifusi keluar.
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan
tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada
3
pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu
ikan paru-paru (Dipnoi).
Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme
inspirasi dan ekspirasi.
Gambar 2.2 Mekanisme Pernafasan Pada Ikan Bertulang Sejati
(Sumber: http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html)
(1) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang
tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar,
sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam
rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka
sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut.
(2) Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk kedalam rongga mulut, celah mulut
menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah
insang. Air dalam mulut megalir melalui celah-celah insang dan menyentuh
lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara
pernafasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan mengikat O2 dari air.
2.3 DO (Dissolve Oxygen)
4
Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam
kadar mg per liter air atau part per million (ppm). Oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen
terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle,
1968).
Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet,
1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk
kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004).
DO merupakan perubahan mutu air paling penting bagi organisme air,
pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen
dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamela, akibatnya ikan akan mati
lemas (Ahmad dkk, 1998). Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu,
banyaknya bahan organik, dan banyaknya vegetasi akuatik (Lelono, 1986 dalam
Anonim, 2008).
DO: Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut
dapat disebabkan oleh tiga hal:
Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.
Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam
hari. “Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov,
2011).
DO dapat di ukur dengan alat bantu DO meter.
5
Gambar 2.3 DO Meter
(Sumber: http://www.mbhes.com/dissolved_o2.htm)
2.4 Suhu
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila
suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang
biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat
penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik
sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.
Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi
metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh
kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.
Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang metabolisme
tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Neumanet al.1997). Engelsma et al.
(2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter
hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggiataupun
suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan
mas. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme,
pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi
dipengaruhi oleh suhu (Fadhilet al. 2011).
6
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Tanggal : 23 Oktober 2014
Waktu : Pukul 14.20 WIB - selesai
Tempat : Lab. Akuakultur
3.2 Alat dan Bahan
Wadah plastik, untuk tempat percobaan.
DO meter, sebagai alat ukur untuk mengukur kelarutan oksigen
Stopwatch, untuk menghitung waktu lamanya ikan di perlakuan.
Timbangan, untuk mengukur bobot ikan.
Cling wrap, bahan pelapis
Ikan Nila
3.3 Prosedur Praktikum
Siapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh
Ukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode
Winkler, catat hasilnya.
Timbang ikan, lalu catat bobotnya. Kemudian masukkan ikan dengan hati-
hati tanpa ada air yang memercik.
Tutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dengan
udara luar. Setelah itu, wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit.
Setelah selesai, pentup plastik dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati,
jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media air
wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode
Winkler, catat hasilnya.
DO awal - DO akhir adalah konsumsi oksigen ikan tersebut.
BAB IV
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Data Kelompok
Tabel 1. Hasil data pengamatan kelompok 14.
Bobot Ikan (g) DO awal (mg/l) DO akhir (mg/l) Konsumsi O2 (mg/l)
23,85 4,3 3,7 0,050
DO awal – DO akhir = 4,3 – 3,7 = 0,6
Konsumsi O2 = DO awal – DO akhirBobot Ikan
x2 = 0,050 mg/l
4.1.2 Data Kelas
Tabel 2. Hasil data pengamatan kelas.
No Bobot ikan
(gram)
DO awal
(mg/l)
DO akhir
(mg/l)
Total Konsumsi
Oksigen
(mg/l)
1. 21 4.2 3.7 0.048
2. 15 4.2 3.9 0.04
3. 21 4.2 3.2 0.095
4. 23 4.2 2.9 0.11
5. 31 4.2 3.3 0.058
6. 26 4.2 3.4 0.06
7. 22 4.2 3 0.11
8. 40 4.3 3.8 0.024
9. 22 4.3 3.6 0.063
10. 30 4.3 3.7 0.04
11. 28 4.3 3.7 0.043
12. 31 4.3 3.7 0.04
8
13. 29 4.3 3.8 0.05
14. 24 4.3 3.7 0.05
15. 49 4.8 3.5 0.05
16. 43 4.8 2.9 0.088
17. 32 4.8 4.2 0.03
18. 34 4.8 3.9 0.053
19. 40 4.8 3.8 0.05
20. 35 4.8 3.2 0.091
21. 35 4.8 4.3 0.028
Rata- Rata 30 4.6 3.6 0.058
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Kelompok
Berdasarkan data praktikum, air yang digunakan untuk media percobaan
adalah air keran yang diambil langsung di laboratorium. Air keran tersebut diukur
dengan DO meter dengan cara memasukan ujung alat DO meter yang digunakan
ke dalam air keran tersebut. Hasil yang diperoleh untuk data DO awal adalah
menunjukan angka 4,3 mg/l. Hal ini dapat menunjukan bahwa kandungan DO
yang ada pada air keran tersebut bisa dikatakan rendah untuk penggunaan air
dalam bidang perikanan. Kandungan Oksigen yang ada di dalam air untuk
perikanan baiknya mencapai angka 6 mg/l untuk supaya kebutuhan ikan terhadap
oksigen bisa tercukupi. Selain itu, hal lain yang mengakibatkan kandungan DO
pada air keran tersebut rendah yaitu karena air yang digunakan merupakan air
yang ada di dalam tanah. Air tersebut bisa saja mengandung senyawa lain ataupun
kaporit yang menyebabkan rendahnya DO yang terdapat di dalamnya. Tetapi, bisa
juga hal tersebut karena air yang berada di dalam tanah tidak langsung bertemu
dengan lapisan udara yang ada di luar sehingga tidak ada interaksi yang terjadi
antara air dan lapisan udara di luar yang bisa menjadikan kadar DO dalam air
tersebut menjadi meningkat.
9
Setelah itu, ikan dimasukan ke dalam toples yang berisi air keran tersebut
sebagai tempat uji kemudian ditutup dengan plastik (cling wrap) supaya tidak ada
interaksi antara air dengan lapisan udara yang menjadikan bertambahnya
kandungan DO di air tersebut. Mengapa demikian? karena seperti yang diketahui
bahwa penyumbang oksigen di perairan selain fotosintesis yang menyumbang
sekitar 90% kadar DO dalam suatu perairan yaitu lapisan udara yang jika
berikatan dengan air akan menambah kandungan DO air walaupun kurang dari
10%.
Proses ini harusnya dilakukan 60 menit karena ada perubahan maka proses
konsumsi oksigen pada ikan nila ini berlangsung 30 menit, sehingga perhitungan
pada rumusnya dikalikan dengan angka 2. Dan setelah 30 menit maka dilakukan
perhitungan DO akhir. Data kelompok mendapatkan nilai DO akhir sekitar 3,7
mg/l. Dari data tersebut maka dihitung konsumsi oksigen ikan nila dan
didapatkanlah hasil 0,050 mg/l.
Berdasarkan teori, konsumsi ikan dewasa (berukuran besar) justru lebih
sedikit mengkonsumsi oksigen daripada ikan yang masih muda (ukuran kecil).
Hal ini disebabkan oleh perhitungan rumus yang memasukan nilai bobot ikan
sebagai pembagi DO awal yang dikurangi DO akhir. Oleh karena itu, jika bobot
ikan kecil maka nilai pembaginya semakin kecil dan nilai konsumsi ikan semakin
besar. Sebaliknya, jika ikan yang digunakan semakin besar bobotnya, Maka nilai
pembagi semakin besar dan nilai konsumsi ikan semakin kecil. Dan pada
kelompok kami ikan menggunakan satu ikan nila karena bobotnya sudah lumayan
besar. Adapula hal lain yang berpengaruh pada perhitungan yaitu nilai DO awal,
jika nilai DO awal besar maka konsumsi oksigen akan bernilai besar begitupun
sebaliknya, walaupun begitu semua tergantung pada nilai DO akhirnya pula.
Di dalam kehidupan, ikan yang kecil sangat memerlukan oksigen yang
cukup untuk pertumbuhannya. Jika ikan kekurangan oksigen maka akan
menyebabkan tubuh ikan menjadi kerdil / lama bertambah besar atau bisa juga
menyebabkan kematian. Berbeda dengan ikan yang sudah dewasa. Dengan tubuh
yang sudah mencapai batasnya, maka kandungan oksigen diperlukan bukan untuk
tumbuh seperti pada ikan yang masih kecil. Jadi, bisa dikatakan metabolism ikan
10
kecil akan berbeda dengan ikan yang besar, sehingga berpengaruh terhadap
konsumsi oksigen yang dibutuhkan.
Pada dasarnya konsumsi ikan nila pada kelompok kami harusnya bisa
lebih banyak. Mengapa demikian? karena ketika praktikum berlangsung, waktu
yang ditentukan 30 menit kenyataannya tidak pas 30 menit, tetapi sekitar 25
menit, sehingga perkiraan kami konsumsi oksigen seharusnya bisa lebih besar lagi
yaitu mencapai 0.052 – 0.055.
4.2.2 Pembahasan Kelas
Dari data kelas, rata – rata untuk bobot ikan diperoleh nilai 30 gram. Data
tersebut dirata – ratakan dari tiap kelompok yang berbeda karena ada yang
memakai dua ikan jika ukuran ikan kecil, adapula yang memakai satu ikan jika
ukurannya lumayan besar seperti pada kelompok kami. Jika dibandingkan rata –
rata bobot ikan kelas dengan kelompok kami adalah 30 gram : 24 gram. Ikan yang
digunakan kelompok kami lebih kecil daripada ikan rata – rata kelompok yaitu
selisih sekitar 0,6 gram. Nilai konsumsi oksigen untuk asumsi pertama seharusnya
nilai konsumsi oksigen kelompok kami lebih besar karena ukuran ikannya lebih
kecil daripada rata – rata data kelas.
Data DO awal untuk rata – rata kelompok kelas A adalah 4,6. Seharusnya
nilai data DO awal tidak jauh berbeda karena air keran yang digunakan pada
dasarnya berasal dari sumber yang sama. Jika dibandingkan dengan data
kelompok kami yaitu 4,3 sehingga selisih nilainya sekitar 0,3 untuk DO awal.
Tetapi, untuk DO akhir tidak jauh berbeda yaitu data kelompok kami 3,7
sedangkan data kelas yaitu 3,6. Sehingga dapat dinyatakan untuk asumsi kedua
yaitu nilai konsumsi oksigen seharusnya lebih besar pada data kelas karena nilai
DO awalnya lebih besar dengan nilai DO akhir yang tidak jauh berbeda dengan
data kelompok kami.
Total konsumsi oksigen untuk data kelas adalah 0,058 sedangkan data
kelompok kami sekitar 0,050, jadi total konsumsi oksigen lebih besar pada data
kelas. Mengapa demikian? seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai
konsumsi oksigen yang besar terjadi karena nilai bobot ikan yang kecil dan nilai
11
DO awal yang besar (nilai DO akhir dianggap sama). Tetapi, pada kenyataannya
bobot ikan pada kelompok kami lebih kecil yang seharusnya nilai konsumsi
oksigen lebih besar. Jika dilihat dalam tabel data, yang sangat berpengaruh adalah
nilai DO awal dan DO akhir dengan perbandingan 4,6 : 3,6 untuk data kelas.
Untuk kelompok kami sekitar 4,3 : 3,7. Ini diakibatkan karena waktu yang
digunakan tidak tepat 30 menit, sehingga nilai DO akhir cukup besar. Seharusnya
bisa mencapai 3,6 – 3,4 untuk kelompok kami. Ini yang menyebabkan konsumsi
oksigen di kelompok kami hanya sekitar 0,05. Selain itu, hal yang berpengaruh
adalah kesalahan perhitungan yang terjadi saat menghitung bobot ikan, seperti
adanya air pada tubuh ikan, kesalahan kalibrasi dll. Ini menyebabkan bobot ikan
yang bertambah. Hal lain yang penting adalah ketika memasukkan ikan pada
toples yang seharusnya tidak menimbulkan cipratan air. Ini juga menyebabkan
perbedaan pada nilai DO awal atau pun DO akhir.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
12
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum “Konsumsi Oksigen Pada Ikan Nila” dapat disimpulkan
bahwa, setiap organisme membutuhkan proses respirasi. Pada praktikum ini
konsumsi oksigen pada ikan nila di pengaruhi beberapa faktor yaitu dari bobot
ikan, umur ikan, ukuran ikan, gerakan aktifitas ikan serta tingkat stress ikan.
Faktor-faktor tersebut dikarenakan bila umur suatu organisme terlalu tua, maka
laju metabolismenya juga semakin rendah. Umur ikan juga mempengaruhi ikan,
dan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan O2 yang berbeda. Semakin besar
ukuran ikan, jumlah konsumsi O2/mg berat badan makin rendah. Ikan yang aktif
membutuhkan O2 lebih banyak dibandingkan ikan yang pasif.
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami cara
mengambil oksigen terlarut di perairan dengan menggunakan reagen, serta dapat
mengetahui cara pakai alat DO meter, dan lebih teliti dalam melaksanakan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
13
Azizah, Nur Andri (2013). “Konsumsi Oksigen Pada Ikan Mas“. Dari:
https://www.academia.edu/5165587/LAPORAN_AKHIR_PRAKTIKUM_
FISIOLOGI_HEWAN_AIR_Mata_Acara_Praktikum_Konsumsi_Oksigen
_Pada_Ikan_Mas_Disusun_oleh (diakses pada tanggal 26 Oktober 2014
pada pukul 13.00 WIB).
Zipcodezoo. Oreochromis niloticus.
Dari: http://zipcodezoo.com/Animals/O/Oreochromis_niloticus/ (diakses
pada tanggal 26 Oktober 2014 pada pukul 13.30 WIB).
Maela, Leni (2009). Konsumsi Oksigen. Dari: http://lenimaela.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 26 Oktober 2014 pada pukul 14.15 WIB).
LAMPIRAN
14
Gambar 1. Ikan didalam toples yang sudah di cling wrap
Gambar 2. Toples yang berisi air diukur dengan DO meter
15