34
MODUL PEMBELAJARAN TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Kerjasama USAID – TEXAS A&M UNIVERSITY UNIVERSITAS UDAYANA DESEMBER 2011

Konservasi Keanekaragaman Hayati dengan Kearifan …seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2013/10/... · konservasi keanekaragaman hayati didukung oleh nilai-nilai kearifan

  • Upload
    vobao

  • View
    242

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL PEMBELAJARAN

TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECTKerjasama

USAID – TEXAS A&M UNIVERSITY UNIVERSITAS UDAYANA

DESEMBER 2011

DISCLAIMERThis publicati on is made possible by the generous

support of the American people through the United

States Agency for Internati onal Development (USAID).

The contents are the responsibility of Texas A&M University

and Udayana University as the USAID Tropical Plant

Curriculum Project partners and do not necessarily refl ect

the views of USAID or the United States Government.

DAFTAR ISI

BAB I. KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGANKEARIFAN LOKAL

1

1.1. Sejarah Singkat Konsep Biodiveresity 1

1.2. Nilai Penting Keanekaragaman Hayati2

1.3. Keanekaragaman Hayati sebagai Konsep Konservasi

Universal

3

1.4. Keanekaragaman Hayati dalam Perspektif Budaya Lokal 3

1.5. Nilai Lingkungan + Nilai Budaya = Nilai Konservasi 4

DAFTAR PUSTAKA 7

BAB II. INTERPRETASI TRADISI LOKAL BALI UNTUKKEANEKARAGAMAN HAYATI

8

2.1. Pendahuluan 8

2.2. THK dan Keanekaragaman Hayati9

2,3, Kepercayaan dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati 11

2.4. Identifikasi dan Koleksi Tanaman Upakara 15

2.5. Nilai-Nilai Universal Tradisi Bali 17

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widi Wasa)modul pembelajaran terkait “Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengen KearifanLokal” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan modul ini sangat penting bagipembelajar agar lebih memahami serta merubah sikap untuk memberikan apresiasiyang baik terhadap keanekaragaman hayati bagi keberlanjutan kehidupan di dunia.

Perubahan iklim global telah mengakibatkan berbagai bencana bagi kehidupanmanusia dan mahluk hidup lainnya, seperti banjir, longsor, kegagalan panen,kelaparan, musim dingin berkepanjangan dengan suhu dibawah toleransi kehidupanmakhluk hidup, dan lainnya, mengharuskan kita mengembangkan visi untukmerancang pembangunan berkelanjutan. Berbagai pilar kehidupan harmonis danberkelanjutan telah didiskusikan dalam berbagai buku dan artikel. Pilar-pilar yangberkembang menitik beratkan pada aspek ekologi, ekonomis, social, budaya (culture)dan religi yang menarik dipelajari untuk memberikan visi pembangunan berkelanjutan(sustainable development). Aspek ekologi berkaitan dengan keanekaragaman hayatiadalah salah satu pilar penting. Pada modul pembelajaran ini didiskusikan tentangkonservasi keanekaragaman hayati didukung oleh nilai-nilai kearifan lokal. Secarakhusus juga dijelaskan tentang ragam kearifan lokal Bali, yang dimanifestasikan kedalam ragam tradisi yang kuat, dapat dijadikan rujukan secara universal untukpelestarian keanekaragaman hayati dan untuk mendukung kehidupan berkelanjutan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telahmembantu memberikan informasi dan referensi untuk pengembangan modulpembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini memberikan manfaat bagipembelajar.

Denpasar, Desember 2011

Ttd

Penyusun

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 1

BAB I.

KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGANKEARIFAN LOKAL

1.1. Sejarah Singkat Konsep Biodiveresity

Terminologi Keanekaragaman Hayati atau biodiversity merupakan istilah

baru yang dimuncul dan dipopulerkan tahun 1986 pada Forum Nasional

Keanekaragaman Hayati (National Forum on Biodiversity) di Amerika Seikat.

Forum ini diadakan atas prakarsa National Academy of Science dan Smithsonian

Institute. Istilah biodiversity sebenarnya bermula dari penggunaan istilah biological

diversity. Kata biodiversity berasal dari bahasa Yunani bios yang berarti hidup dan

bahasa Latin diversitas yang berarti aneka ragam. Gabungan kedua kata tersebut

memunculkan pemaknaan baru, yaitu kehidupan yang beraneka ragam.

Terminologi ini dikemudian hari menjadi suatu konsep dalam konteks

perlindungan dan pelestarian alam.

Perhatian terhadap persoalan biodiversity muncul karena ledakan populasi

manusia yang berimplikasi pada penurunan kondisi lingkungan alam. Pertumbuhan

manusia di muka bumi ini menuntut ruang untuk hidup dan juga berbagai

sumberdaya alam lain untuk menunjang hidup. Segala aktivitas terkait pemenuhan

kebutuhan hidup manusia dapat dianggap sebagai suatu “persaingan” dengan

mahluk hidup lain. Sekitar 12% species burung dan 23 % species mamalia berada

dalam kondisi terancam punah (Sponsel, 2008). Keadaan ini tentu mengancam

kehidupan manusia di masa mendatang.

Pada KTT Bumi tahun 1992 yang diselenggarakan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa, di Rio De Jainero – Brasil, dilakukan penandatanganan Konvensi

Mengenai Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) oleh 150

negara yang menghadirinya. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut

menandatangani konvensi tersebut kemudian menegaskan pengakuannya dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan

United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati). Penetapan UU ini

merepresentasikan pengakuan sekaligus kesadaran pemerintah atas kekayaan

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 2

sumber daya alam Indonesia yang beraneka ragam dan ancaman ketersediaannya

akibat dari kegiatan manusia.

UU No.5 Tahun 1994 mendefinisikan keanekaragaman hayati sebagai

keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya,

daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang

merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam

species, antara species dan ekosistem. Definisi tersebut merupakan terjemahan dari

definisi biological diversity yang tercantum dalam Convention on Biological

Diversity.

Keanekaragaman hayati mencakup keragaman gen, species, dan proses

ekologi yang membentuk sistem kehidupan di darat, perairan air tawar, dan laut

yang saling mendukung dan membentuk keragaman di muka bumi. Implikasi

konsep biodiversity adalah kesadaran dan kesepahaman antar negara akan nilai

penting dan tanggung jawab bersama dalam menjaga dan melestarikan

keanekaragaman hayati tersebut.

1.2. Nilai Penting Keanekaragaman Hayati

Sumber daya alam merupakan suatu kekayaan yang tiada nilainya bagi

kehidupan manusia. Kebutuhan manusia pada masa kini tidak hanya terbatas pada

kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan akan kesehatan juga menjadi

hal penting dalam hidup manusia. Semua kebutuhan manusia tersebut disediakan

oleh alam. Dengan kata lain, manusia tergantung pada alam. Sementara alam itu

sendiri terbentuk dari susunan hubungan saling ketergantungan antara elemen satu

dengan lainnya yang sangat kompleks.

Ditinjau dari sudut pandang ilmu ekologi, Odum dalam bukunya

Fundamentals of Ecology (1996) menyebutkan saling ketergantungan antara

organisme hidup dan lingkungnnya. Hubungan yang terjalin antar elemen adalah

saling mempengaruhi sehingga arus energi mengarah pada struktur makanan,

keanekaragaman biotik, dan daur material. Kehilangan atau ketidakseimbangan

salah satu elemen pada mata rantai arus energi tersebut sudah tentu akan

menyebabkan gangguan pada yang lain pada sistem tersebut.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 3

1.3. Keanekaragaman Hayati sebagai Konsep Konservasi Universal

Keanekaragaman hayati sebagai suatu konsep universal dalam perspektif

konservasi telah menjadi salah satu tujuan utama dalam Millennium Development

Goals (MDGs) dan menjadi fondasi bagi beberapa poin MDGs yang lain. Perhatian

negara-negara di dunia pada konservasi keanekaragaman hayati tentunya tidak

berlebihan. Konsep konservasi biodiveristy tidak mengenal batas-batas administrasi

negara, Mahluk hidup seperti burung tidak mengenal teritori negara seperti yang

dikenal umat manusia. Sebagai contoh, burung blackburnian wabler dan scarlet

tanager di benua amerika utara akan berimigrasi ke hutan-hutan tropis selama

musim dingin (Wilson & Peter, 1988). Hutan-hutan tropis tersebut tentunya tidak

berada di Amerika tetapi di negara Brasil,Venezuela, Peru dan lima negara lain

yang dibentengi oleh kawasan hutan trois tersebut.

Setiap penghuni bumi sama-sama memiliki kepentingan untuk bertahan

hidup. Masing-masing negara dan bahkan kelompok komunitas masyarakat

memiliki cara-cara tersendiri untuk melindungi sumber daya yang mereka miliki.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep keanekaragaman hayati merupakan hal

yang bersifat universal.

1.4. Keanekaragaman Hayati dalam Perspektif Budaya Lokal

Sementara dari perspektif budaya, konsep biodiversity tidak dapat lepas dari

faktor manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan

keanekaragaman yang ada di muka bumi. UNESCO dan UNEP pada KTT Dunia

mengenai Pembangunan Berkelanjutan yang diadakan di Johannesburg tahun 2002

menyatakan bahwa pembangunan yang lestari memerlukan keanekaragaman

budaya dan keanekaragaman hayati sebagai komponen yang sama penting dan

utama. Maksud dari pernyataan tersebut adalah untuk melindungi keanekaragaman

hayati dan sekaligus menghargai dan mengakui hak dan peran masyarakat lokal

sebagai agen utama yang menjaga dan membentuk keanekaragaman hayati.

UNESCO menyatakan bahwa kita tidak akan bisa memahami dan

mengkonservasi lingkungan alam kita jika tidak memahami kebudayaan dari

manusia yang ikut membentuk alam tersebut. UNEP bahkan menyebutkan bahwa

keanekaragaman budaya merupakan pencerminan dari keanekaragaman hayati.

Kedua pernyataan tersebut merupakan pengakuan bahwa masing-masing budaya

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 4

memiliki pengetahuan, praktik-praktik, maupun representasi budaya lain dalam

memanfaatkan dan menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Hal-hal

tersebut terefleksikan dalam keseharian hidup dan tradisi lokal setempat yang

sering disebut dengan kearifan lokal.

Berbagai contoh dari praktik-praktik masyarakat lokal yang menerapkan

aktivitas konservasi biodiversity dapat dijumpai di seluruh belahan dunia. Seperti di

negara Zimbabwe – Afrika Selatan, masyarakat yang tinggal di dekat hutan di

sepanjang aliran sungai Musengezi percaya bahwa hutan yang ada di dekat

pemukiman mereka adalah hutan keramat. Penduduk dilarang mengambil hasil

hutan tanpa meminta ijin melalui seorang “pawang yang merupakan medium dari

roh-roh yang tinggal di dalam hutan. Masyarakat setempat yakin bahwa roh leluhur

mereka tinggal dalam hutan. Roh-roh penduduk yang meninggal juga akan

bergabung dengan leluhur mereka di hutan dalam wujud satwa liar, misal: para

kepala suku akan mengambil wujud hewan singa.

Kearifan lokal dalam menjaga keanekaragaman hayati ini tidak saja

dilakukan oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam

yang ada di darat. Masyarakat pesisir pun memiliki kebajikan setempat dalam

menkonservasi ekosistemnya. Sebagai contoh di negara Tanzania, penduduk pesisir

memiliki kepercayaan bahwa gugusan terumbu karang dijaga oleh roh-roh jahat

sehingga mereka tidak berani sembarangan menangkap ikan di area tersebut.

Kepercayaan ini tentu sangat membantu mengkonservasi habitat terbaik untuk

pemijahan biota-biota laut.

1.5. Nilai Lingkungan + Nilai Budaya = Nilai Konservasi

Masing-masing budaya lokal memperlihatkan ketergantungannya pada

alam untuk hidup. Ketergantungan ini secara otomatis menghasilkan perilaku

penghargaan terhadap alam beserta segala isinya yang terwujud dalam berbagai

bentuk tradisi, ritual, ataupun aturan-aturan adat sebagai produk budaya dari

manusia yang tinggaldi lingkungan tersebut. Wujud budaya yang muncul bersifat

fisik maupun non-fisik, literal maupun simbolisasi. Bentuk-bentuk fisik yang

terlihat seperti persawahan terasering dan adanya alokasi hutan penyangga seperti

sawah terasering Banaue-Filipina dan juga di Bali-Indonesia. Bentuk non-fisik

dapat berupa manajemen pengaturan jenis tanaman dan siklus tanam hingga

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 5

organisasi adat yang mengelola lanskap alam tersebut, contoh organisasi subak di

Bali. Sementara bentuk literal muncul seperti pada pemberian kain berwarna pada

pohon besar yang dapat dijumpai di Thailand dan juga di Bali untuk menegaskan

bahwa pohon tersebut tidak dapat ditebang dengan sembarangan.

Gambar 1. Pohon Besar dengan Lilitan Kain Merah-Kuningdi Thailand Sumber: Sponsel (2008)

Gambar 2. Pohon Besar dengan Lilitan Kain Belang Hitam-Putih di Bali-Indonesia

Media ritual adat juga banyak dipakai oleh masyarakat lokal untuk

mengapresiasi keanekaragaman hayati. Masyarakat di Bali menggunakan sarana

ritual sebagai wujud rasa syukur atas pemanfaatan sumber daya alam hayati yang

dapat mereka peroleh. Beberapa ritual dikhususkan oleh masyarakat Bali untuk

menghormati/menghargai alam, seperti tumpek wariga/tumpek uduh. Dalam

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 6

kesempatan tersebut masyarakat Bali memuliakan Tuhan dalam manifestasinya

sebagai pencipta segala tumbuhan yang memberikan kehidupan bagi manusia.

Ritual ini biasanya dilakukan di sawah dan kebun milik penduduk. Makna ritual ini

adalah untuk memohon kepada Tuhan agar melimpahkan berkah sehingga tanaman

dapat tumbuh dengan subur dan memberikan hasil panen yang baik untuk

kesejahteraan manusia. Makna filosofi yang terkandung dalam ritual ini adalah

bahwa manusia diingatkan untuk selalu menghargai tumbuhan yang menjadi

sumber pangan dan manusia tergantung pada tumbuhan untuk hidup. Masyarakat

Bali juga mengenal upaya menjaga ekosistem hutan melalui suatu upacara yang

disebut Wanakerti, yaitu suatu upacara yang diadakan di kawasan hutan pura

Batukaru. Salah satu bagian dari upacara ini adalah pelepasan satwa ke hutan.

Makna filosofi konservasi ekosistem hutan melalui ritual diiringi dengan tindakan

melepas satwa kembali ke hutan sebagai pengingat bahwa satwa liar juga memiliki

hak hidup di hutan. Manusia bukanlah satu-satunya mahluk hidup yang

memerlukan hutan dan produk hutan untuk hidup.

Kearifan tradisi yang terkandung pada masing-masing budaya memang

bersifat lokal, namun makna inti dari produk budaya tersebut memiliki benang

merah yang sama, yaitu konservasi keanekaragaman hayati sebagai suatu nilai yang

bersifat univesal. Bahasa dan pendekatan yang dipergunakan sangat mungkin

berbeda, walaupun demikian, tradisi maupun pengetahuan yang lokal yang

disampaikan mempunyai tujuan yang sama untuk melindungi lingkungan alam

(Jopela, 2011; Garrett, 2007; Byers, Cunliffe & Hudak, 2001)

Nilai-nilai lingkungan yang tercermin dari praktek-praktek kearifan lokal

meliputi perlindungan, pemanfaatan secara lestari, dan pemeliharaan. Nilai tersebut

berhubungan secara langsung, saling terkait, dengan sistem kemasyarakatan dan

sosial suatu komunitas. Semua kegiatan diterapkan untuk dilaksanakan semua

anggota komunitas dan ditujukan untuk kepentingan dabn kebaikan bersama.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 7

DAFTAR PUSTAKA

Byers, B.A., R.N. Cunliffe, and A.T. Hudak. 2001. Linking Conservation ofCulture and Nature: A Case Study of Sacred Forest in Zimbabwe. HumanEcology, Vol. 29, No. 2, p.187-218.

Garett, L. 2007. Attitudinal Values Towards Sacred Groves, Southwest Sichuan,China. Thesis. Faculty of Natural Science, Impreial College London.

Isager, L. and S. Ivarsson. 2002. Contesting Landscapes in Thailand: TreeOrdination as Counter-territorialization. Critical Asian Studies, Vol.34,No.3, p395-417.

Jopela, A. 2011. Traditional Custodianship: a useful framework for heritagemanagement in southern Africa? Special issue of Conservation andManagement of Archaeological Sites on “Archaeological site managementin sub-Saharan Africa”.

Sponsel, L.E. 2008. Sacred places and biodiversity conservation. D. Casagrande(ed.) URL:http://www.eoearth.org/article/Sacred_places_and_biodiversity_conservation

Masalu, D.C.P., M.S. Shalli, and R.A. Kitula. 2010. Customs nd Tanoos: The Roleof Indigenous of Fish Stocks and Coral Reefs in Tanzania. Coral ReefTargeted Research and Capacity Building for Management Program,Melbourne.

Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi, ed.3 (terjemahan). Samingan, T.(penterjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sardiana, I K. et al. 2010. Taman Gumi Banten: ensiklopedia tanaman upakara.Udayana University Press, Bali.

Secretariat of the Convention on Biological Diversity. 2005. Handbook of theConvention on Biological Diversity Including its Cartagena Protocol onBiosafety, 3rd edition. Montreal, Canada.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang PengesahanUnited Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PerserikatanBangsa-bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).

UNEP. 2003. Cultural Diversity and Biodiversity for Sustainable Development. Ajointly convened UNESCO and UNEP high-level Roundtable held on 3September 2002 in Johannesburg during the World Summit on SustainableDevelopment.

United Nations. 1992. Convention on Biological Diversity.Wilson, E.O. and F.M. Peter (eds.) 1988. Biodiversity. National Academy Press,

Washington, D.C.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 8

BAB II

INTERPRETASI TRADISI LOKAL BALI UNTUKKEANEKARAGAMAN HAYATI

2.1. Pendahuluan

Kegiatan keseharian masyarakat Bali yang dilandasi oleh Agama Hindhu

memberikan makna yang sangat berarti dalam pelestarian keanekaragaman hayati.

Kepercayaan bahwa untuk mencapai tujuan hidup, yaitu kebahagiaan lahir dan

batin, keselarasan atau keharmonisan interaksi dengan lingkungan social dan

ekosistemnya serta dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta (Ida Sanghyang

Widhi Wasa) telah menjadi landasan kepribadian serta prilaku dan secara luas

menjadi tradisi atau budaya masyarakat Bali. Pilosofi kehidupan ini dituangkan

dengan nama Tri Hita Karana (THK) yang berasal dari bahasa sansekerta, di mana

Tri berarti Tiga, Hita berarti Sejahtera, dan Karana berarti Penyebab. Tri Hita

Karana dapat dimaknai sebagai tiga hubungan harmonis yang menyebabkan

kebahagiaan yang dalam hal ini adalah 1) hubungan yang harmonis antara manusia

dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), 2) hubungan yang harmonis antara

manusia dengan sesamanya, dan 3) hubungan yang harmonis antara manusia

dengan lingkungannya. Dalam terminology masyarakat Hindhu-Bali diwujudkan

dalam tiga pilar berkehidupan yang harmonis dan sejahtera, yaitu parahyangan,

pawongan, dan palemahan. Parahyangan adalah merupakan kewajiban setiap

manusia (baca : Hindu) untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta (aspek

religius) yang secara umum diaktualisasi dalam bentuk tempat suci, pawongan

merupakan pengejawantahan dari sebuah pengakuan yang tulus dari manusia itu

sendiri, bahwa manusia tak dapat hidup menyendiri tanpa bersama-sama dengan

manusia lainnya (aspek sosial). Sedangkan palemahan adalah bentuk kesadaran

manusia bahwa manusia hidup dan berkembang di alam, bahkan merupakan bagian

dari alam itu sendiri (aspek ekologi).

Di dalam implementasinya, tiga pilar THK ini dituangkan ke dalam ajaran-

ajaran agama hindu yang secara principal mengatur kehidupan manusia Bali agar

harmonis. Implementasi ajaran-ajaran tersebut terkait dengan aspek religi, social

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 9

dan ekologi yang saling berinteraksi telah menumbuhkembangkan ragam tradisi

atau budaya Bali (Gambar 3).

Gambar 3. THK dengan pilar yang saling terkait merupakan filosofi kehidupanharmonis dan berkelanjutan

2.2. THK dan Keanekaragaman Hayati

Secara sepintas aspek Palemahan dalam THK yang mengatur

keharmonisan manusia dengan lingkungannya, termasuk lingkungan hayati,

sepertinya terpisah. Namun secara filosofis aspek ini saling berkaitan dengan

aspek parahyangan (religius) dan pawongan (social masyarakat), dan telah

menjadi tradisi komunal yang dimanifestasikan berbagai kegiatan religious.

Tradisi-tradisi ini sedemikian kuatnya karena adanya kelembagaan-kelembagaan

tradisonal yang mewadahi dan mengaturnya mulai dari tingkat provinsi, desa,

banjar dan bahkan sampai tingkat komunitas kecil atau dadia.

Tradisi-tradisi religious masih tetap bertahan walaupun arus globalisasi

sedemikan derasnya. Arus globalisasi yang dicirikan oleh perubahan-perubahan

kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya, meningkatnya pergerakan migrasi

manusia, proses globalisasi, informasi berbasis digital dan teknologi komunikasi,

knowledge-based economy, dan sebagainya (Delors, 1999) adalah tantangan

terhadap nilai-nilai dan tradisi THK untuk tetap dapat dipertahankan, terlebih lagi

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 10

Bali adalah tujuan wisata nasional maupun internasional. Tantangan ini terlihat

dengan kadang terjadi pertentangan antara lembagat adat sebagai pengawal nilai-

nilai THK dan tradisinya dengan lembaga formal birokrasi pemerintahan terkait

dengan mengalirnya investasi komersial di sector pariwisata dan pendukungnya.

Di pihak Lembaga Adat dan masyarakatnya tetap ingin mempertahankan tradisi

dengan segala aktivitasnya yang dilandasi oleh nilai-nilai THK , sedangkan di

pihak lembaga formal pemerintahan menginginkan masuknya investasi intuk

meningkatkan secara sgnifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai wujud

keberhasilan pimpinan pemerintahan. Pertentangan dan tensi antara modernisasi

dan tradisi telah pula ditulis di dalam bukunya Delors (2010) “Learning: the

Tresure Within” yang menggambarkan perubahan-perubahan akibat globalisasi

memasuki abad ke 21. Secara tersirat di jelaskan bagaimana nilai-nilai tradisi atau

budaya suatu daerah yang mengusung nilai-nilai pengembangan berkelanjutan

dapat terdektruksi oleh arus modernisasi/globalisasi. Nilai-nilai THK mesti tetap

dipertahankan walaupun tradisi atau budaya sedikit mengalami perubahan dalam

penyesuaiannya dengan globalisasi. Atau dengan kata lain, perubahan tradisi

dalam mengadopsi nilai-nilai positif globalisasi mesti tetap berlandaskan nilai-nilai

THK.

Modernisasi atau dapat dikatakan globalisasi cenderung meningkatkan

konsumsi energi sebagai akibat dari investasi komersial di berbagai sector, seperti

di Bali erat kaitannya dengan investasi di bidang pariwisata. Kebutuhan energi

adalah untuk memenuhi suplai fasilitas pariwisata demi kenyamanan wisatawan

(hotel, restoran dan industry pendukungnnya), maka eksplorasi energi yang dapat

berpengaruh destruktif dan bertentangan dengan nlai-nilai THK akan mengalami

pertentangan. Nurse (2006) menyebutkan bahwa ekonomi untuk kebanyakan small

island developing states (SIDS) untuk pariwisata tergantung pada eklpoitasi bio-

systems seperti perikanan dan terumbu karang. SIDS juga sangat rentan terhadap

degradasi lingkungan, sehingga berakibat ganda yaitu di samping merusak

ecological sub-system juga mengurangi kapabilitas ekonomi dan social daerah

tersebut.

Perkembangan pariwisata yang dinamis mengikuti perkembangan global,

telah berakibat pada peningkatan standard dan kebutuhan hidup masyarakat Bali,

sedangkan kapasitas ekonomi dan social terjadi kecenderungan menurun. Hal ini

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 11

memberikan tantangan hebat terhadap eksistensi tradisi dengan dengan landasan

nilai-nilai THK. Tantangan terlihat dengan jelas pada tradisi di sektor pertanian

sejalan dengan banyaknya alih fungsi lahan ke sector non-pertanian terutama untuk

pengembangan infrastruktur pariwisata. Sehingga perlu batasan yang jelas sampai

di mana pengembangan infrastruktur tersebut mesti dilakukan dikaitkan dengan

carrying capacity Bali sebagai daerah wisata, dan tidak merusak tradisi dengan

nilai-nilai THK.

Nilai-nilai luhur THK semestinya selalu dijadikan landasan pengembangan

kebijakan pemerintah daerah Bali untuk kepentingan masyarakatnya dengan tradisi

dan budayanya. Atau dengan kata lain, segala investasi atau pengembangan di

berbagai sektor mesti mempertimbangkan dan memenuhi nilai-nilai THK dengan

salah satu tujuannya adalah melindungi keanekaragaman hayati untuk kehidupan

berkelanjutan.

2.3. Kepercayaan dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati

Ajaran-ajaran agama Hindu dituangkan ke dalam upacara atau yadnya

adalah berlandaskan pada filsafat THK. Ada lima kategori yadnya yang disebut

Panca Yadnya. Panca Yadnya terdiri atas Dewa Yadnya. Pitra Yadnya, Resi Yadnya,

Manusia Yadnya dan Buhta Yadnya. Dewa Yadnya adalah suatu korban suci yang

ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa-dewa, Pitra Yadnya adalah

suatu penyaluran tenaga (sikap, tingkah laku dan perbuatan) atas dasar suci yang

ditujukan kepada leluhur untuk keselamatan bersama. Resi Yadnya adalah upacara

keagamaan yang ditujukan kepada Rsi atau orang suci. seperti upacara penobatan calon

sulinggih (mediksa), mengaturkan punia kepada para sulinggi, mentaiti dan

mengamalkan ajaran-ajaran para sulinggih, membantu pendidikan calon sulinggih dan

membuat tempat pemujaan beliau. Manusia Yadnya adalah suatu korban suci yang

bertujuan untuk membersihkan lahir bathin dan memelihara hidup manusia dari

terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia, dan Bhuta

Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan alam beserta

isinya. Pembersihan tersebut ditujukan pada dua sasaran yaitu pembersihan alam dari

gangguan pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh para bhuta kala dan makluk yang

dianggap lebih rendah dari manusia, dan pembersihan terhadap sifat bhuta kala dan

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 12

makluk itu sehingga sifat baik dan kekuatanya dapat berguna bagi kesejahteraan umat

manusia dan alam (Darma, 2008)

Kaitan Panca Yadnya dengan tiga pilar THK adalah sebagai berikut: a)

Hubungan antara manusia dengan Tuhan (palemahan) diwujudkan dengan Dewa

Yadnya. b) Hubungan antara manusia dengan sesamanya (Pawongan) diwujudkan

dengan Pitra Yadnya, Resi Yadnya dan Manusia Yadnya, dan c) Hubungan manusia

dengan alam lingkungan (Palemahan) diwujudkan dengan Buhta Yadnya (Darma,

2008). Terlihat bahwa yadnya yang terkait pemujaan keragaman hayati adalah pada

yadnya ke lima (Butha Yadnya). Namun demikian, seluruh kegiatan yadnya

berkontribusi terhadap pelestarian keanekaragaman hayati karena kebutuhan ragam

bahan tanaman untuk sarana pemujaan, baik sebagai pelambang atau symbol, maupun

sebagai sarana perlengkapan upakara (Tabel 1). Pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan

dalam upacara memberi amanat atau pesan tanggungjawab atas pelestarian tumbuh-

tumbuhan, agar pelaksanaan upacara bisa terus berlangsung.

Tabel 1. Tenis bahan tanaman yang digunakan sebagai pelengkan upakara Hindu Bali.(Darma, 2008)

Pemanfaatan dalamUpakara

Jenis Bahan Tanaman dan Maknanya

Sebagai pelambang atau symbol· Dewa Pada pembuatan prosan daun sirih melambangkan Dewa Wisnu,

kapur melambangkan Dewa Siwa dan buah pinangmelambangkan Dewa Brahma

· Sukma serira (badanhalus)

Kelapa(Cocos nucifera Linn. )melambangkan kepala, kemiri (Aleuritesmolucana ) mata, daun delem (Pogostemon bortensis)telinga, bunga pudak (Pandanus sp) hidung, buah durian (Duriozibethinus L.) muka, bambu buluh (Bambusa sp) leher, Tebu(Saccharum officinarum L.f.) tangan, pisang kayu (Musaparadisiaca)tubuh, Tebu (Saccharum officinarum L.f.) kaki, danrimpang jahe (Zingiber officinalis ) jari kaki,

· Ketenangan Pelawa pada pembuatan Canang Genten sebagai symbolketenangan

· Ketulusan/kesucianhati

Bunga pada pembuatan Canang Genten sebagai symbolketulusan/kesucian

Sebagai Sarana Perlengkapan Upakara· Rerampen( jejahitan

ron busung)Daun kelapa dan enau muda yang dijarit

· Eteh-eteh banten serana dari upakara yang berasal dari bahan tumbuhan-tumbuhan (daun, bunga, buah, batang) untuk pengisi banten,pembuatan tirta dan persebahyangan ( pemuspan).

Sistem pengairan yang berkembang untuk pengaturan pengairan lahan

persawahan di Bali, dikenal sebagai Subak, dalam implementasinya

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 13

menggambarkan ketiga pilar THK untuk menjaga keberlangsungan kehidupan yang

harmonis. Pura Subak yang umumnya berada pada atau dekat hamparan

persawahan merupakan cerminan aspek parahyangan, organisasi subak dengan

anggotanya serta peraturan-peraturan atau awig-awig mensimbolkan pawongan.

Sedangkan jaringan irigasi serta hamparan persawahan termasuk fauna dan

floranya menyiratkan aspek palemahan (Sutawan, 2004).

Pada sistem pengairan Subak ini terdapat ragam kegiatan petani seperti

kegiatan-kegiatan ritual sebagai ucapan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi

Wasa. Para petani membangun pura-pura (tempat pemujaan) dengan hirarkinya

mulai dari tempat pemujaan terendah oleh individu petani berupa Sanggah Catu

yang ditempatkan di dekat masuknya air pada lahan persawahannya. Tempat

pemujaan untuk sekelompok kecil petani disebut pura Ulun Carik. Pemujaan

untuk keseluruhan petani pada satu Subak disebut pura Bedugul. Sedangkan

tempat pemujaan yang berlokasi dekat dam untuk petani anggota subak disebut

pura Ulun Empelan atau Ulun Suwi. Tempat pemujaan bagi kelompok petani dari

subak berbeda disebut pura Masceti. Tempat pemujaan yang paling besar untuk

keseluruhan subak di Bali disebut pura Ulun Danu. Sistem pengairan Subak lebih

mengutamakan keseimbangan alam untuk pertanian berkelanjutan. Dengan

kegiatan ritual, dikenal sebagai Nangluk Merana (pengendalian hama dan

penyakit), para petani mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan dan memohon

agar proses produksi tanaman padi tidak mendapatkan gangguan hama dan

penyakit.

Gambar 4. Pura Subak Ulun Suwi (sebelah kiri) dan Pura Ulun Danu(sebelah kanan)

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 14

Tradisi perayaan hari Tumpek Wariga (disebut juga Tumpek Pengatag,

Tumpek Bubuh dan Tumpek Uduh) mencerminkan bahwa manusia Bali menyadari

betapa pentingnya peranan tumbuhan untuk menjaga keseimbangan alam semesta

demi kehidupan yang harmonis dan berkelanjutan. Pada perayaan Tumpek tersebut

secara tradisi-religius masyarakat Hindu-Bali menyampaikan rasa terima kasih

kepada Tuhan telah memberikan alam flora untuk menopang kehidupan manusia

ciptaannya. Perayaan tumpek ini bermakna pula bahwa manusia berkewajiban

menjaga alam tumbuh-tumbuhan atau flora dengan baik agar tidak terjadi bencana

seperti kekurangan pangan, banjir, longsor, dan sebagainya. Kegiatan ritual ini

digelar umat Hindu pada pepohonan di pekarangan, sawah dan ladang masing-

masing merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap aneka jenis tumbuh-

tumbuhan, yang selama ini mampu memberikan manfaat terhadap kehidupan umat

manusia serta aneka jenis satwa lainnya. Tumpek Wariga dirayakan setiap hari

Sabtu uku Wariga yang jatuh setiap 210 hari sekali.

Gambar 5. Upakara tumpek pengatag

Kepercayaan orang Bali yang dilandasi oleh Agama Hindu dapat

memberikan konsekwensi positif terhadap perlindungan keanekaragaman hayati.

Menempatkan Pura Kahyangan sebagai pura sakral dengan tidak mengijinkan

investasi komersial di sector pariwisata dan pendukungnya di areal dengan radius

tertentu dari pura (kawasan sempadan tempat suci) dapat membantu kelestarian

keanekaragaman hayati yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di samping

itu adanya kawasan sempadan pantai, sempadan jurang, sempadan danau, dan

hutan sangat mendukung pula kelestarian keanekaragaman hayati. Tentunya hal

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 15

tersebut akan selalu mendapat tantangan di dalam mempertahankannya akibat

tekanan pertumbuhan populasi penduduk dan globalisasi yang semestinya

dicarikan solusinya.

2.4. Identifikasi dan Koleksi Tanaman Upakara

Kegiatan upacara keagamaan di Bali yang menggunakan ragam buah,

bunga dan material tanaman lainnya sebagai persembahan ke hadapan Tuhan

secara jelas memberikan kontribusi terhadap kelestarian hayati. Lembaga

Pengabdian kepada masyarakat Universitas Udayana (2002) telah mendata ragam

tanaman upakara dan telah menuangkannya ke dalam buku “Taman Gumi Banten:

Ensiklopedia Tanaman Upakara”. Sebanyak 159 jenis tanaman upakara

dideskripsikan dan diuraikan penggunaannya dalam upakara Hindhu.

Selain itu, Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali, juga

mengkoleksikan ragam tumbuhan yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan di

Bali. Tanaman tersebut ditempatkan pada satu lokasi areal 5 ha yang dinamakan

Taman Panca Yadnya. Pada tahun 2003 tercatat 462 jenis koleksi tanaman upakara

(Sumantera dan Siregar, 2003). Usaha eksplorasi dan mengkoleksikan tanaman

upakara juga dilakukan staff peneliti Kebun Raya “Eka Karya” lainnya (Sudi, dkk.

2005). Dari hasil eksplorasinya di Kabupaten Bangli didapatkan 79 jenis tanaman

yang digunakan pada kegiatan upakara. Disebutkan bahwa ada beberapa jenis

tanaman yang keberadaannya sangat sulit dijumpai seperti bun sungsang (Gloriosa

superb L.), ratu megelung (Ipomoea sp.) dan gatep (inocarpus edulis J.R. & G.

Frost) sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman berkasiat obat dan

tanaman hias di samping sebagai bahan untuk upakara Hindu.

Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur juga

menggunakan berbagai jenis tanaman dan merupakan ilmu pengetahuan

penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu. Usada adalah ilmu

pengobatan tradisional Bali, yang ajarannya bersumber dari lontar. Lontar terkait

pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua golongan yakni lontar usadha dan

lontar tutur (Nala, 1993). Di dalam lontar tutur (tatwa) berisikan ajaran aksara

gaib atau wijaksara, ajaran anatomi, phisiologi, falsafah sehat-sakit, hari baik

(padewasaan) mengobati orang sakit. Sedangkan di dalam Lontar Usada berisi

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 16

tatacara memeriksa pasien, mendiagnosa penyakit, meramu obat, mengobati

(terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis), upacara untuk pencegahan

(preventif), dan pengobatan (kuratif). Selanjutnya di dalam Lontar Usada Taru

Pramana berisikan penjelasan bahan-bahan obat yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Di dalam usada ini secara mitologi tumbuh-tumbuhan dikatakan dapat

berbicara serta menceritrakan khasiatnya. Pelaksana pengobatan tradisional Bali

yang betul-betul mempelajari usada dikenal sebagai Balian Usada. Beberapa jenis

penyakit dan bahan tumbuhan yang digunakan untuk penyembuhan dapat dilihat

pada Tabel Lampiran 1) (Prastika, 2009).

Ragam tanaman umbi-umbian telah pula dimanfaatkan secara tradisional

baik untuk pangan, obat dan upakara di Kabupaten Bangli dan Kelungkung telah

pula diidentifikasi oleh Peneng, dkk. (2010). Daftar tumbuhan umbi yang telah

diidentifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Dilaporkan bahwa

pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah sering digunakan namun minimnya

pengetahuan masyarakat terhadap kandungan bahan aktif pada tumbuhan tersebut

mengakibatkan jumlah yang digunakan masih beragam sesuai dengan kebiasaan di

masing-masing daerah. Sehingga masyarakat lebih memilih mengkonsumsi obat

jadi yang menurut mereka lebih tepat dosis dan komposisinya dan mulai

melupakan untuk menanam tumbuhan yang sebenarnya sangat bermanfaat dan

mereka butuhkan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan usaha untuk mengkonservasi

dan membudidayakannya secara intensif dari berbagai pihak mengingat tumbuhan

tersebut sangat bermanfaat secara natural untuk kesehatan.

Tirta (2010) secara khusus melaporkan bahwa tanaman Pranajiwa

(Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.) termasuk dalam suku Fabaceae, merupakan

salah satu tumbuhan hutan yang berpotensi sebagai sumber obat tradisional

Indonesia. Khasiat bijinya hanya dikenal terbatas di kalangan keluarga maupun

masyarakat tertentu, yaitu sebagai penyegar tubuh dan sebagai obat perangsang.

Selama ini telah diketahui bahwa sebagian besar tumbuhan obat penghasil bahan

baku masih diperoleh dari alam yang merupakan tumbuhan liar dan hanya sebagian

kecil saja yang diperoleh dari hasil budidaya. Saat ini populasi pranajiwa sudah

berkurang bahkan termasuk dalam kategori dua ratus tumbuhan langka Indonesia.

Tempat tumbuhnya terbatas pada wilayah hutan dengan lereng-lereng gunung yang

tinggi, pengambilan yang terus menerus dari alam tanpa adanya usaha untuk

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 17

membudidayakannya menyebabkan populasinya terus menurun sehingga pada

akhirnya akan mengalami kelangkaan. Berdasarkan hal di atas perlu kajian tentang

ekologi, fenologi dan etnobotaninya.

Pada daerah sakral hutan lindung dan merupakan tempat hidup monyet

yang disucikan, yaitu Monkey Gorest, Desa Ubud, Bali, tumbuh aneka ragam

tumbuh-tumbuhan yang secara tidak langsung juga melestarikan keanekaragaman

plasma nuftah penting untuk kehidupan masyarakat Bali. I Made Dana sebagai

local informan memberikan list 163 species tanaman yang bermanfaat yang

tumbuh pada hutan lindung tersebut. Ragam spesies tersebut bermanfaat untuk

anyaman (handcraft), pangan, tanaman dekorasi, obat-obatan, makanan bagi

binatang, dan sebagainya. Bahkan pelaku pengobatan tradisional Bali menjadikan

hutan lindung ini untuk mencari tanaman obat karena tanaman yang dibutuhkan

sudah langka dan sulit dicari. Hal ini menunjukkan kesakralan hutan lindung

sebagai local genius sangat mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

Gambar 6. Monkey Forest di daerah Ubud-Bali sebagai sebagai kawasan konservasikeanekaragaman hayati

2.5. Nilai-Nilai Universal Tradisi Bali

Nilai-nilai tradisi yang berlandaskan pada Tri Hita Karana adalah

merupakan nilai-nilai yang dapat diadopsi secara universal. Nilai-nilai THK yaitu

keterikatan manusia dengan penciptanya, dengan sesamanya serta dengan

lingkungannya yang pada intinya menjaga keharmonisan kehidupan secara luas

dapat dijadikan dasar dari pembangunan berkelanjutan bagi Negara di seluruh

belahan dunia. Di Bali, nilai-nilai THK telah dijadikan kriteria penilaian hotel-

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 18

hotel yang berwawasan pembangunan berkelanjutan dengan cara memberikan

penghargaan/award yang dikenal sebagai THK award. Pemberian THK award

telah pula diperluas diberikan kepada instansi-instansi pemerintah dan tentunya hal

ini merupakan praktik-praktik baik untuk pelestarian lingkungan dan keharmonisan

interaksi sosial.

THK juga sejalan dengan konsep reliable prosperity yang terdiri dari tiga

elemen yaitu Equity, Ecology dan Economy (Gambar 7) yang mengklaim bahwa

secara bersama ketiga elemen tersebut dari kerangka visual dan konseptualnya

dapat digunakan oleh individu, bisnis, pemerintah dan organisasi nirlaba untuk

menumbuhkan benih inovasi serta inspirasi (Jacobs, 2009). Konsep “The Nature of

Economis” dicanangkan oleh Jane Jacobs, the founder dari Eco Trust, bahwa

“Working along with natural principles of development, expansion, sustainability,

and correction, people can create economies that are more reliably prosperous

than those we have now, and that are more harmonious with the rest of nature."

Perbedaan antara THK dengan Reliable Prosperity dari Ecotrust adalah; pada

Reliable Prosperity, ekonomi sebagai salah satu elemen atau pilar utama dan tidak

menempatkan religi sebagai pilar penting, sedangkan THK menempatkan aspek

ekonomi sebagai aktivitas yang mesti berlandaskan pada ketiga pilar yaitu

parahyangan, pawongan dan palemahan. Sehingga konsep Reliable Prosperity

dapat dikatakan cenderung sebagai konsep “Barat” dan THK sebagai konsep

“Timur”. Interaksi ketiga pilar THK telah menumbuhkan tradisi atau budaya kuat

dalam melestarikan keanekaragaman hayati.

Konsep lain dari pengembangan berkelanjutan disampaikan pula oleh Nurse

(2006) yang menempatkan Culture atau Budaya sebagai pilar penting. Disebutkan

bahwa dengan menempatkan Culture sebagai pilar penting memungkinkan pilihan

kebijakan berpihak terhadap pembangunan berkelanjutan. Pilar lainnya adalah

keseimbangan ekologi, keadilan social dan integritas/kepercayaan individu. Kalau

dibandingkan dengan THK, maka THK adalah nilai-nilai kehidupan yang harmonis

dan berkelanjutan yang telah menumbuhkan ragam tradisi atau budaya dan menjadi

way of life orang Bali yang bergantung pada biodiversity..

UNESCO-UNEP (2003) menyebutkan bahwa cultural diversity sebagai

penghubung atau pengikat krusial antara dimensi pembangunan/pengembangan

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 19

yang intangible dan tangible. Pembangunan tangible dapat diukur kaitannya

dengan kesehatan manusia, kamampuan ekonomi, aliran komoditi, jaminan fisik

terhadap keamanan dan produktivitas (dimensi materialistic). Sedangkan

pembangunan intangible terdiri atas semangat partisipasi, antusiasme penguatan,

apresiasi pengakuan dan aspirasi (dimensi moral). Disebutkan bahwa banyak

projek pembangunan gagal karena kegagalan mengkaitkan kedua dimensi tersebut

secara persuasive.

Secara jelas bahwa nilai-nilai THK merupakan nilai-nilai universal yang

dapat diimplementasikan untuk pembangunan berkelanjutan khususnya bagi

Negara-negara sedang berkembang.

Gambar 7. Visual frame work dari Reliable Prosperity (Jacobs, 2009)

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 20

DAFTAR PUSTAKA

Darma, I D. P. 2008. Upacara agama hindu di bali dalam perspektif pendidikankonservasi tumbuhan ( suatu kajian pustaka). UPT Balai KonservasiTumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti,Tabanan Bali. Published on http://online.unud.ac.id.

Delors, J. 1999. Learning: the treasure within. Report to UNESCO of theInternational Commission on Education for the Twenty-first Century.UESCO Publishing.

Lembaga Pengabdian kepada masyarakat Universitas Udayana (2002). TamanGumi Banten: Ensiklopedia Tanaman Upakara. Udayana University Press.

Nala, N. 2002. Usada Bali. Diternitkan oleh Upada Sastra, Denpasar, Bali.Nurse, K. 2006. Culture as the Fourth Pillar of Sustainable Development.

Institute of International Relations, University of the West Indies, Trinidadand Tobago.

Peneng, I N., Wibawa, I P.A.H., Warseno, T., Hendriyani, E., Kurniawan, A. danAdjie, B. 2010. Etnobotani Umbi-Umbian Di Kabupaten Bangli danKlungkung, Bali. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura – Indonesia2010 “Reorientasi Riset untuk Mengoptimalkan Produksi dan Rantai Nilai”,Denpasar 25-26 Nov 2010.

Prastika, I N. 2009. Usada Pengobatan Tradisional Bali. Universitas HinduIndonesia. Diunduh pada http://www.unhi.ac.id/?t=2&no=16 tanggal 20Feb. 2012.

Sudi, I M., Puja Antara, I G.N. dan Terus I N. 2005. Eksplorasi TumbuhanUpacara Agama Hindu di Kabupaten Bangli, Bali. Laporan TeknikProgram Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Kebun Raya“Eka Karya” Bali.

Sumantera, I.W. dan Siregar, M. 2003. The conservation of ceremonial plants inBali Botanical Garden. International Congress Botanical Gardens. BaliBotanical Garden BGCI. Candikuning, Bali.

Sutawan, N. 2004. Tri Hita Karana and Subak: In Search for Alternative Conceptof Sustainable Irrigated Rice Culture. Uploaded fromwww.maff.go.jp/j/.../i.../sympo_sutawan.pdf on 20 Feb. 2012

Tirta, I G. 2010. Studi Ekologi, Fenologi dan Etnobotani Pranajiwa(Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.). Prosiding Seminar NasionalHortikultura – Indonesia 2010 “Reorientasi Riset untuk MengoptimalkanProduksi dan Rantai Nilai”, Denpasar 25-26 Nov 2010.

UNESCO-UNEP (2003). Cultural Diversity and Biodiversity for SustainableDevelopment. A jointly convened UNESCO and UNEP high-levelRoundtable held on 3 September 2002 in Johannesburg during the WorldSummit on Sustainable Development.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 21

Tabel Lampiran 1. Ragam spesies tanaman umbi-umbian yang dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit dalam pengobatan tradisionalBali (Usada) ( Prastika, 2009).

No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu1 Tilas Naga Obat Luar: Kules lelipi (kulit ular), Daun Nasi-

Nasi, Injin, Kunyit, Hati ayamBihing (merah) dibakar

Semua bahan obat tersebut di gerus (Ulig) ditambah air panas,setelah itu disaring. Air saringannya ditambahkan bedak. Dipakaisebagai bedak pada kulit yang sakit.

Obat Dalam: Lunak (asem), Gula Bali, Kunyit(kunir), Madu.

Kunyit (kunir) dikikih (diparut), lunak, gula bali, dan madu digerus dan ditambahkan air angat satu gelas kemudian disaring.Air saringannya diminum 3 X sehari (Pagi, Sore, dan Malam).

2 Tilas Bunga Obat luar: Jahe, Kunyit (kunir), Kencur, kerikanpohon cempaka, jajan begina matah dibakar, aircuka.

Jahe, Kunir, Kencur, Kerikan Pohon Cempaka, Jajan beginadigerus (ulig) ditambah air cuka kemudia disaring. Air saringandipakai obat Oles pada kulit yang sakit.

Obat dalam: Padang Sendok, Lamongan, Temu-temu, madu, jeruk Nipis.

Padang Sendok, Lamongan digerus ditambahkan air angat satugelas kemudian airnya diperas. Air perasan ditambahkan air jeruknipis dan madu, diminum 3 kali.

3 Penyakit Lepra Hong taen sapi, hong tiing, hong telagi, hongdedalu, hong bulan,buni selem, umbi game,lunak tanek selem, cuka belanda, wiski.

Hong taen sapi, hong tiing, hong telagi, hong dedalu, hongbulan, buni selem, umbi game, lunak tanek selem, semua bahantersebut digerus sampai halus kemudian disaring danditambahkan cuka belanda, dan wiski.Catatan: Dilakukan pembersihan (lukat) di Pemuhun (tempatPembakaran jenazah; dan disertai dengan mengaturkan caru.

4 kusta, bulenan(kurap), dan Lepra

Obat dalam:Buah jebug + Kakap Sedah + BuahBase + Gambir

Buah jebug + Kakap Sedah + Buah Base + Gambir digerussampai alus kemudian ditambahkan air panas secukupnyadisaring; airnya diminum satu sendok makan setiap hari 3 kali(Pagi, Siang, dan Sore).

5 Obat Luar : • Kakap sedah + Jahe + Isen Kapur+ Kesune Jangu + Akah Paku Dukut + InanKunyit.

Kakap sedah + Jahe + Isen Kapur + Kesune Jangu + Akah PakuDukut + Inan Kunyit semuanya digerus dipakai boreh.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 22

No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu6 Alergi Kulit Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep digerus kemudian

ditambahkan air panas disaring diminum sebagai loloh.7 Bengek (Sulingan) Air Bungkak (kelapa Muda), Daun Kesimbukan,

Daun Pancar Sona,Sari Kuning, Air Damuh.Air Bungkak (kelapa Muda), Daun Kesimbukan, Daun PancarSona, Sari Kuning direbus. Airnya disaring ditambahkan airDanuh dipakai Tutuh (obat masuk melalui hidung).

8 Batuk Kering Obat Dalam : • Bunga belimbing Buluh, DaunPancar Sona, Bawang Metambus, Daun Sulasihmihik, Kencur. Jeruk nipis.

Bunga belimbing Buluh, Daun Pancar Sona, BawangMetambus,Daun Sulasih mihik, Kencur ditumbuk dimasukkandalam kantong plastic kemudian dikukus setelah itu diperas. Airperasannya ditambahkan jeruk nipis diminum 3 X dalam sehari.

Obat Luar : • Biji Nangka, Mesui, Jebuharum,jahe

Biji Nangka, Mesui, Jebuharum, jahe digerus (ulig) ditempelkanpada dada (ulu hati).

9 Kohkohan (BatukBerdahak)

Obat Dalam: Daun Belimbing Besi, Kunir, KulitKelapa Ditambus, Bawangditambus, Lunak.

Daun Belimbing Besi, Kunir, Kulit Kelapa Ditambus, Bawangditambus, Lunak. Digerus (ulig) ditambahkan air Panas,kemudian disaring. Air saringannya diminum.

Obat Luar: Bungkil Biu dang saba, Bawangmetambus, kepik Waru, minyakkelapa bali.

• Bungkil Biu dang saba, Bawang metambus, kepik Waru digeruskemudian ditambahkan minyak kelapa bali dipakai obat tempelpada tulang Gihing.

10 Penyakit saluranPernapasan

Bahan Obat : Liligundi Sekemulan + KesunaJangu + Kencur + Beras

Liligundi Sekemulan + Kesuna Jangu + Kencur + Beras digerussampai alus ditambahkan air panas secukupnya.

11 Penyakit batukBerdarah

(Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehedigunakan sebagai loloh).

12 Buh (PerutMembesar)

Biji Tabu (waluh), Pepaya matang, Kentang,Wortel, ½ sendok cuka, ½ sendok brem, ½ kecapmanis.

Biji Tabu (waluh) dinyanyah kemudian digerus, Pepaya matang,Kentang, Wortel dikihkih kemudian dikukus airnya diambilditambahkan ½ sendok cuka. ½ sendok brem, ½ kecap manis,lalu diminum untuk obat.

13 Mag. Obat Dalam : Ketela Bun (rambat), Garamsedikit, Air Titisan.

Ketela Bun (rambat) diparut, ditambahkan Garam sedikit, AirTitisan kemudian dimakan sehari empat kali.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 23

No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu14 Obat Luar: Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu

(arang), minyak kelapa bali.• Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu (arang) digerus sampai haluskemudian ditambahkan minyak kelapa bali ditempelkan pada uluhati.

15 Perut Panas danAtau dingin karenainfeksi

Bidara Upas Bidara Upas Direndam Dengan Air Panas, setelah dingindiminum dengan dosis tiga gelas dalam satu hari.

16 Berak Darah Sri Kaya Masak + Es Batu sampai dingi,kemudian dimakan..

• Babakan Jati + Bawang Adas + asaban Cenana digerus sampaialus kemudian disaring dijadikan loloh

17 Perut Sakit Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle TigaIria + Uyah, Areng.

Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle Tiga Iria + UyahAreng dipapak disimbuhkan dibagian perut yang sakit.

18 Sakit Tulang Obat Luar : • Akar Kayu Tulang, Akar SambungTulang, Akar kayu Tiwang, Akarliligundi, kelapa ental, sindrong jangkep.

• Akar Kayu Tulang, Akar Sambung Tulang, Akar kayu Tiwang,Akar liligundi, kelapa ental, sindrong jangkep digerus kemudiandigoreng dipakai untuk boreh pada bagian yang sakit.• Bata merah digambar dengan Ongkara dipanaskan dandiatasnya diisi daun liligundi secukupnya dan diinjak dengan kakiyang sakit sampai keluar air pada kaki yang sakit.

Obat Dalam : Daun Paye Puuh, Kuncuk Pule,Daun Ginten Cemeng, Temukus,akah kayu angket, temu ireng, jahe pahit

• Daun Paye Puuh, Kuncuk Pule, Daun Ginten Cemeng,Temukus, akah kayu angket, temu ireng, jahe pahit digeruskemudian ditambahkan air panas secukupnya dan disaring. Airsaringannya diminum 3 kali dalam sehari.

19 Puruh atauBelahan

kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuhnunggal, buah base,daun dagdag.

• kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuh nunggal, buahbase digerus sampai halus kemudian ditempelkan pada kepaladitutup dengan daun dagdag. Catatan dalam pengobatan tidakboleh kena asap, merokok, kena air. Dan untuk obat urutnyadipergunakan bawang merah, kayu putih, limo diurut pada tulangbelakang (tulang gihing).

20 Obat RambutRontok

Obat luar: Kelabet, daun langir, daun mangkok,lidah buaya, putih semangka

Kelabet, daun langir, daun mangkok, lidah buaya, putihsemangka pusuh di lablab kemudian disaring, airnya dimasukkan

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 24

No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramupusuh. ke dalam botol ditutup kemudian didinginkan dalam air baru

dipakai dikepala sampai kena kulit kepala.Obat Dalam : • Daun jempiring, gula bali, Daun jempiring, gula bali digerus kemudian disaring diminum.

21 Keputihan Obat Luar : • Daun keliki, kulit manggis, bawangmerah.

• Daun keliki, kulit manggis, bawang merah digerus ditempelkanpada perut.

Obat Dalam : Akah kemogan, tain yeh, umbiikose (sejenis isen).

Akah kemogan, tain yeh, umbi ikose (sejenis isen) digerus danditambahkan air panas secukupnya kemudian disaring dandiminum sebagai loloh.

22 Datang Bulan TakLancar.

Obat Luar : temako, lunak, minyak tandusan temako, lunak, minyak tandusan digerus ditempelkan pada pusarpada malam hari.

Obat Dalam : daun isen, gula bali, akah biudang saba, blangsah buah, sari kuning.

• daun isen, gula bali, akah biu dang saba, blangsah buah, sarikuning digerus kemudian ditambah air panas dan disaring, airnyadiminumuntuk obat

23 Vagina Sakit Obat Luar : untuk Mandi : daun candi lateUntuk oles : jagung muda, gadung cina, buahkem, umbi ilak, daun ilak,

direbus untuk air mandi.semuanya direbus disaring kemudian ditambahkan denganperbandingan 1 : 1 air mawar.

24 Sakit Gigi tidak adaocel

Bahan Obat :Untuk gosok gigi : Getah kamboja ditambah odolatau garamObat kumur : Babakan ental, garam direbus, airrebusan dipakai kumur-kumur.Obat oles : Daun kayu anyeket, daun tabialombok, hatin bawang, air cendana

Bahan digerus sampai halus.

25 Sakit Gigi YangBerlubang

Bahan Obat : arang Kau-kau, sembung, trusi. Arang Kau-kau, sembung, trusi digerus ditambahkan air panasdijadikan obat kumur.

26 Sakit Gigi Bahan Obat : Jahe Pahit + Jeruk Nipis + MinyakDehe + Boton Tuwung , Kanji yang Tua.

Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehe + Botun Tuwung Kanjiyang Tua di lablab, kemudian airnya disaring dipakai obat kumur.Air Lumut dipakai Kumur-Kumur

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 25

No Nama Penyakit Bahan Usada Cara MeramuObat Pitalitas(Wandu)

Obat Dalam : Kuning Telur ayam, air kunir 1sendok, serbuk merica, madu

dicampur dijadikan satu dan diminum sebagai loloh.

Kuud ental, wortel, ketela. Kelapa metunu; semuanya itu digerus kemudian dikukus, airnya diambil dijadikanloloh.

Buah Tibah dicocok dimasukkan garam, kemudian ditambus, kemudian diinjaktepat kena cekok kaki.

Kelapa hijau muda+27 biji merica minumMempeenak Rasa : sari bunga pudak+madu+pijer,lalu disaring

Dioleskan pada kelamin.

Menghidupkan Penis : Lawos 3 iris+bawangTunggal 7 iris+daun jeruju dijadikan loloh + Tuak

minum.

Obat Luka Minyak Alu, Yeh Lunak, Yeh Jeruk Purut,Isen, Batang jepun di lablab atau ditambus airnya

dipakai obat oles luka.dipakai obat oles.

Mata Merah Bahan Obat :Air Batang Simbukan, Umbi tunjung, air kakap.

Umbi Tunjung ditambus , ditambah air batang simbukan dan airkakap kemudian disaring; airnya dijadikan obat tetes.Air rebusan daun Kelor dipakai air mencuci mata setiap bangunpagi.

Mata TumbuhDaging

Darah Bulu ekor ayam, Darah Ekor lindungdipakai obat tetes mata.

Kencing Darah Semangka + Gula Batu Semangka dicocok sampai berlubang kemudian dimasukkan gulabatu didiamkan selama satu hari, kemudian air semangka itudiminum untuk obat.

Kencing Batu Kelungah Nyuh Mulung + Bunga Gedang Renteng+ Bawang Adas + Bulih Sutra + Jeruk Nipis.

Kelungah Nyuh Mulung dilobangi dan dimasukkan Bunga GedangRenteng + Bawang Adas + Bulih Sutra + Jeruk Nipis, kemudiandidadah sampai matang. Airnya diminum lebih kurang dengan dosis2 sampai 3 kelapa dalam sehari.

Kencing Manis Widara Upas + Jahe Pahit + Jeruk Nipis + SambiRoto + Bidara Upas.

Widara Upas + Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Sambi Roto + BidaraUpas direbus sampai mendidih dan air tinggal sepertiganya,kemudian disaring. Air saringannya diminum sebagai obat.

Asam Urat Babakan Juwet + Babakan Book + Babakan Jepun Babakan Juwet + Babakan Book + Babakan Jepun + Pomor

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 26

No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu+ Pomor Bubuk + Kesuna Jangu + Isen Pabuan +Air Cuka.

Bubuk + Kesuna Jangu + Isen Pabuan digerus sampai aluskemudian ditambahkan air panas secukupnya disaring kemudian +Air Cuka.

Obat Bengkak Jabug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis abug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis di kunyah sampaialus kemudian disimbuhkan pada tempat yang bengkak.

Darah Kotor Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) +Pancar Sona Sekembulan.

Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) + Pancar SonaSekembulan di Gerus Sampai Alus ditambahkan air panassecukupnya, kemudian disaring. Diminum sebagai loloh.

Obat Jerawat Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah PakuJukut + Inan Kunyit.

Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah Paku Jukut + InanKunyit di gerus sampai alus dijadikan boreh (bedak) pada Jerawat.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 27

Tabel Lampiran 2. Ragam spesies tanaman umbi-umbian yang dimanfaatkan secara tradisional di Kabupaten Bangli dan Kelungkung(Peneng dkk., 2010)

No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

1 Acorus calamus L. Obat Akar dan umbi Untuk ramuan obat tradisional[ND. Jangu] Pangan Bunga dan daun

mudaDapat dimakan dan daunnya dipakai untuk bumbu masak

Upacara Daun Digunakan dalam upacara Pitra Yadnya/ kematian2 Alocasia sp. Hias Tanaman Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah

[ND. Keladi hitam]3 Amorphophalus muelleri Bl. Obat Umbi digunakan untuk obat pembersih rambut (shampo)

[ND. Kula-kula] Pangan Daun digunakan untuk pakan ternak4 Colocasia esculanta (L.) Schott

(ND. Keladi)Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

5 Dieffenbachia sp. Hias Tanaman Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah6 Xanthosoma sp. Upacara Umbi digunakan sebagai sesajen/ banten saat upacara perkawinan

[ND. Keladi tabah]7 Dioscorea alata L. Pangan Umbi pati dari umbinya bisa dimakan

[ND. Ubi kepit] Upacara Umbi digunakan dalam upacara wana kretih8 Dioscorea alata L. pangan Umbi kandungan pati dari umbi bisa dimakan9 Dioscorea esculenta (Lour.)

BurkillObat Umbi parutan umbi dapat digunakan sebagai obat pembengkakan khususnya di

kerongkongan[ND. Ubi aung sunda] Pangan Umbi Patinya dapat dikonsumsi

10 Cymbopogon nardus L. Rendle Obat Akar digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak / obatbatuk, bahan untuk kumur, dan penghangat badan.

[ND. Serai bokasi] Daun digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatanpasca persalinan, penurun panas dan pereda kejan, rebusan daunnya dapat

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 28

No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

digunakan untuk rematik dan penghangat tubuh11 Alpinia galanga (L.) Swartz. Obat Umbi Untuk obat penurun panas, obat panu, rematik dan mengatasi kaki yang terasa

berat, obat diare, obat batuk[ND.Isen kapur] Pangan Umbi Digunakan sebagai bumbu dapur

12 Alpinia purpurata K. Schum. Obat umbi sebagai obat anti jamur, dapat digunakan sebagai sampo[ND. Isen merah]

13 Alpinia sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu.[ND. Isen tulang] Obat penyakit dalam

14 Alpinia sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu[ND. Isen merah] Obat penyakit dalam

Hias Tanaman Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah15 Boesenbergia pandurata

(Roxb.) Schlecht[ND. Temu kunci]

Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamuObat penyakit dalam

16 Curcuma aeruginosa Val. Obat Umbi Untuk loloh/ jamu, obat paru-paru yang kembung[ND.Temu ireng] Pangan Umbi Pati yang dihasilkan dapat dimakan

Upacara Umbi Untuk Banten / sesajen tadah alas, digunakan dalam upacara wana kretih,upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

17 Curcuma domestica Valeton [ND.Kunyit putih]

Obat Umbi Untuk sakit batuk, mata, ambeyen, kepala, diare dan bisul.

18 Curcuma longa L. Obat Umbi Obat luka dalam[ND. Temu agung]

19 Curcuma mangga Val. & vanzijp [ND.Temu poh]

Obat Umbi digunakan untuk loloh/ jamuberpotensi sebagai antikanker

Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya20 Curcuma purpurascens Bl. Obat Umbi digunakan untuk boreh

[ND. Temu tis] Pangan Umbi muda bagian tengah tunas yang masih segar dan rimpang muda dapat dimakanmentah ataupun dimasak untuk lalab.

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 29

No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya21 Curcuma xanthorrhiza Roxb. Obat Umbi digunakan untuk ramuan obat tradisional

[ND. Temu lawak] Obat penghilang bau badanPangan Umbi umbi yang masih muda kadang-kadang digunakan untuk lalab, umbi yang

kering diolah menjadi minuman, Patinya dapat digunakan sebagai bahanmembuat bermacam makanan.

22 Curcuma zedoaria (Berg.)[ND. Temu putih]

Obat Umbi Umbi kering dapat digunakan untuk kosmetik dan obat.Pangan Umbi muda dimakan untuk lalab dalam keadaan mentah atau setelah dimasak terlebih

dahulu. Patinya juga dapat dimakan .Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

23 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu[ND. Temu angin] Obat penyakit dalam

24 Curcuma sp. Obat Umbi Obat luka dalam[ND.Temu jahe] Upacara Umbi Sebagai banten dalam Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya25 Curcuma sp. Obat Umbi Obat luka dalam

[ND. Kunyit warangan]26 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu

[ ND. Temu tiing] Obat penyakit dalam27 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu

[ ND. Temu bang] Obat penyakit dalam28 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu

[ND. Kunyit warangan] Obat penyakit dalam29 Curcuma sp. Obat Umbi digunakan untuk bahan jamu tradisional/ loloh

[ND. Temu macan] Umbi digunakan untuk banten30 Kaemfperia rotunda L.

[ND.Temu gongseng]Obat Tanaman utuh dapat digunakan sebagai pengusir serangga

Digunakan untuk loloh/ jamuObat penyakit dalam

TPC Project, Udayana University – Texas A&M University

Hal | 30

No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

Upacara Umbi Digunakan dalam upacara wana kretihUpacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

31 Zingiber officinale Rosc. [ND.Jahe merah]

Obat Umbi Untuk boreh, mengatasi rheumatik, mengobati reumatik, luka karena lecet,ditikam benda tajam, terkena duri, jatuh, serta gigitan ular,Penghangat tubuh,Obat batukUntuk menambah nafsu makan dan rasa mualmemperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan

Daun Obat KompresUmbi Mengobati keracunan

Upacara Umbi digunakan untuk Banten/ sesajen pada upacara Mamukur32 Zingiber officinale Rosc. [ND.

Jahe pahit]Obat Umbi Mengatasi pembengkakan

Mengobati sakit pada urat gigi33 Zingiber purpureum Rosc.

[ND. Bangley]Obat Umbi Obat batuk

34 Zingiber zerumbet Sm. [ND.Gamongan]

Obat Umbi Obat batuk, Obat muntahPangan Daun digunakan sebagai lalapan dan untuk bumbu masakUpacara Umbi digunakan dalam upacara wana kretih , Upacara Dewa Yadnya dan Pitra

Yadnya