23
KONSEP STRES DAN MANAJEMEN STRES Disusun oleh : 1. FITRA INDRIANI (0926010039) 2. MERISSA SAVITRI (0926010037) 3. NENENG SULITA (0926010027) 4. SWENI LISTIANA (0926010028) Dosen pembimbing : Ns. Kurniasari, S.Kep. Prodi : Keperawatan 1

Konsep Stres Dan Manajemen Stres

  • Upload
    niehwa

  • View
    5.979

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

KONSEP STRES DAN MANAJEMEN STRES

Disusun oleh :

1. FITRA INDRIANI (0926010039)

2. MERISSA SAVITRI (0926010037)

3. NENENG SULITA (0926010027)

4. SWENI LISTIANA (0926010028)

Dosen pembimbing : Ns. Kurniasari, S.Kep.

Prodi : Keperawatan

Tahun ajaran 2009/2010

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti

Kota Bengkulu

1

Page 2: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak.

Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Bentuk

stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian

stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus, di mana penyebab stres

dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stres juga dikatakan sebagai respons,

artinya dapat merespons apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni

hubungan antara stresor. Dianggap positif karena adanya interaksi antara individu

dengan lingkungan.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pengertian konsep stres dan manajemen stres.

1.3. Manfaat

Untuk menambah pengetahuan tentang konsep stres dan manajemen stres.

2

Page 3: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP STRES DAN MANJEMEN STRES

2.1 PENGERTIAN TENTANG STRES

Menurut Hans Selye, “Stres adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik

terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes,

Dep.Kes.RI,1989).

Stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental

atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001).

Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan

suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987).

Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang

menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.

“Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu

yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang

dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun

penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”.

Beberapa peneliti pada abad ini telah menghasilkan beberapa perbedaan konsep

tentang stres. Tiga dari konsep berikut ini memasukkan stres sebagai respons biologis,

stres sebagai kejadian lingkungan, dan stres sebagai transaksi antara individu dengan

lingkungan.

3

Page 4: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

2.2 MACAM-MACAM STRES

Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),

dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau

rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,

hormone, atau gas.

c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang

menimbulkan penyakit.

d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,

atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.

f. Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,

sosial, budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Grant Brecht (2000), stres ditinjau dari penyebabnya hanya

dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti

kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti

pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan

dimakan, dan antri.

2.3 SUMBER STRES

Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :

4

Page 5: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

1. Lingkungan

Lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri,

diantaranya :

a. Cuaca, kebisingan, kepadatan,

b. Tekanan waktu, standard prestasi, berbagai ancaman terhadap rasa

aman dan harga diri

c. Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman,

pasangan, dan perubahan keluarga.

2. Fisiologik ~ dari tubuh kita seperti antara lain :

a. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja, haid, hamil, meno/andropause,

proses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap

tubuh.

b. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman dan perubahan lingkungan

mengakibatkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.

3. Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan.

Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan

menentukan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna

atau label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax

atau stress.

Ada tujuh sumber stres dalam pekerjaan (Schermerhorn, 1996, 411-412), yaitu:

1) Pekerjaan - terlalu banyak atau terlalu sedikit.

2) Ambiguitas peran – tidak tahu apa yang diharapkan dalam pekerjaan atau

tidak pernah tahu hasil evaluasinya.

3) Konflik Peran – tidak mampu menjalankan tugas ganda yang diberikan

atasan.

4) Dilema etika – diminta untuk melakukan pekerjaan yang bertentangan

dengan etika.

5) Problem interpersonal – kerjasama yang tidak cocok.

5

Page 6: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

6) Perkembangan karir – tidak lancar.

7) Setting fiisik – bising, kurang privasi, polusi, atau kondisi lain yang tidak

layak.

2.4 TAHAPAN STRESS

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan

awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala

sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di

tempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. Van amberg

(1979) dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagaimana berikut :

Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai dengan

perasaan-perasaan sebagai berikut :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; Namun

tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup

yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,

Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

Stres Tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana

diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan

yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena

tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang

cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang

mengalami deficit. Analogi dengan hal ini adalah misalnya handphone (HP) yang

6

Page 7: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

sudah lemah harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi

dengan baik. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang

berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

3) Lekas merasa capai menjelang sore hari.

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

7) Tidak bisa santai.

Stres tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II

tersebut di atas, maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan

yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”

(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk Mulai masuk tidur

(early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur

(middle insomnia), atau bangun terlalu pagi/ dini hari dan tidak dapat

kembali tidur (late insomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk

memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh

memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi

yang mengalami defisit.

7

Page 8: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

Stres Tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan

dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit

karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini

terjadi dan yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa

mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan

menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan

untuk merespon secara memadai (adequate).

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.

6) Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan

kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa

penyebabnya.

StresTahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang

ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and

psychological exhaustion).

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan

dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat,

mudah bingung dan panik.

8

Page 9: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik

(panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres

tahap VI ini berulang-kali dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU,

meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ

tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :

1)    Debaran jantung teramat keras

2)    Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)

3)    Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran

4)    Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5)    Pingsan atau kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas

lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal

(fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi

kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

Reaksi Psikologis terhadap stress :

a. Kecemasan

Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri

dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi

yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à

jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan

susah tidur

b. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap

kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain

terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah

kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan

jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan

usaha membunuh orang

c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.

Terkadang disertai rasa sedih

9

Page 10: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

Indikasi/gejala stress

a. Gejala fisiologik

antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama

keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air

kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst

b. Gejala psikologik

antara lain :resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil

keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb

c. Tingkah laku

antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan

kaki, ticks, gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).

Dampak akibat stress

Apakah dampak stress? Sebagaimana terlihat pada diagram 01, dampak stress

dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampakpsikologik dan dampak

perilaku~ behavioral

a. Dampak Fisiologik :

Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik

seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram),

mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa

menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.

Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :

(a) Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem ttt.

muscle myopathy >>> otot tertentu mengencang/melemah

tekanan darah naik >>> kerusakan jantung dan arteri

sistem pencernaan >>> mag, diarhea

(b) Gangguan pada sistem reproduksi

amenorhea >> tertahannya menstruasi

10

Page 11: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi

semen pada pria

kehilangan gairah sex

(c ) Gangguan pada sistem pernafasan

asthma, bronchitis

(d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst

b. Dampak Psikologik:

Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan

punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’

Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring

dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan

yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang

‘sesorang’

Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula

menurunnya rasa kompeten & rasa sukses

c. Dampak Perilaku

Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering

terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat

Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan

mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.

Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak

membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

Strategi Menangani Stress

Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 cara :

1. primary prevention, dengan cara merubah cara kita melakukan sesuatu. Untuk

keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misalnya: skill mengatur

waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata,

dst.

11

Page 12: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

2. Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor,

dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.

3. Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada,

kalau diperlukan meminta bantuan

4. jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.

2.5 MANAJEMEN STRESS

Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau

intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung

pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat

bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa

daerah perawatan.

Cara Penyesuaian Diri

Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini

dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan

pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada

bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).

Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian

somatik, terjadi reaksi :

•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun

•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman

•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya

Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali

2.6 KONSEP ADAPTASI

Faktor penting yang mempengaruhi tingkah

laku manusia :

a. Kebutuhan

12

Page 13: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

Kebutuhan badaniah

Kebutuhan psikologis

b. Dorongan : Menjamin agar manusia berusaha memenuhi kebutuhannya.

Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai

mengancam fisik atau psikologisnya.

Peristiwanya di sebut stressor.

Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress.

—Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam

berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi

kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas

terhadap stress.

—Ada banyak bentuk adaptasi.

—Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian

mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.

—Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal

menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi

adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan

refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya

dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen,

Floyd dan Brookman, 1992).

—Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam

atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat

berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan

beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi

membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.

Macam – macam Adaptasi :

a. ADAPTASI PSIKOLOGIS

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati

perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai

13

Page 14: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara

banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan

dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman

terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi

peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga

karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga

karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen

terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu

kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

Depresi

Kepenatan

Peningkatan penggunaan bahan

kimia

Perubahan dalam kebiasaan

makan, tidur, dan pola

aktivitas.

Kelelahan mental

Perasaan tidak adekuat

Kehilangan harga diri

Peningkatan kepekaan

Kehilangan motivasi.

Ledakan emosional dan

menangis

Penurunan produktivitas dan

kualitas kinerja pekerjaan.

Kecendrungan untuk

membuat kesalahan (mis.

buruknya penilaian).

Mudah lupa dan pikiran

buntu

Kehilangan perhatian

terhadap hal-hal yang rinci.

Preokupasi (mis. mimpi siang

hari )

Ketidakmampuan

berkonsentrasi pada tugas.

Peningkatan ketidakhadiran

dan penyakit

Kehilangan minat

Rentan terhadap kecelakaan.

b. ADAPTASI PERKEMBANGAN

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk

menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang

biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik

14

Page 15: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat

mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan

tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah

pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di

rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka

mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons

koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik

daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Stress

sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak

terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak,

yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan

pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-

menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan.

3.2 Saran

Penting untuk kita ketahui apakah kita sudah selesaikan semua yang memang bisa

kita lakukan.

Janganlah kita menjadi super-man atau super-woman, artinya jadwalkanlah

agenda yang wajar dan dapat diselesaikan oleh manusia normal.

Janganlah biarkan diri kita stress oleh hal-hal yang berada di luar jangkauan

kendali kita.

Jangan lupa berapapun lilin Anda yang padam, asalkan ada lilin harapan, selalu

mungkin kita nyalakan lilin-lilin lainnya.

15

Page 16: Konsep Stres Dan Manajemen Stres

16