9
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU TAMIRUL ISLAM JALAN DR. WAHIDIN NO. 36, SURAKARTA FAUZIAH PRABARINI Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: [email protected] Abstrak Sistem pendidikan sekolah dasar yang memadukan pendidikan umum dan agama Islam atau sering disebut dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu telah banyak berkembang di dunia pendidikan Indonesia. Tetapi sayangnya, tidak banyak dari SDIT tersebut yang dari segi desain bangunannya merupakan represetatif SDIT itu sendiri. Hal inilah yang melatarbelakangi pembangunan ulang SDIT Ta’mirul Islam. Isu yang diangkat adalah image, function, dan comfort. Ketiga isu tersebut saling berkesinambungan walaupun memiliki tujuan masing-masing. Hubungan antar ketiga tujuan tersebut adalah terciptanya representatif sebagai sekolah Islam dalam masyarakat dan dalam pelaksanaannya fungsinya memperhatikan kenyamanan agar tercipta suasana kondusif dalam kegiatan transfer-ilmu. Kriteria umum dalam pembangunan ulang SDIT ini, bangunan harus mencerminkan sifat-sifat dari Islam itu sendiri dan dapat berfungsi dengan optimal. Selain itu, bangunan juga harus memiliki sirkulasi dan utilitas yang baik sehingga dapat tercipta kenyamanan bagi siswa maupun guru dalam kegiatan transfer-ilmu. Kriteria tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan konsep programatik dan skematik perancangan pembangunan ulang SDIT Ta’mirul Islam. Ruang terpenting dalam sebuah SDIT adalah ruang kelas untuk kegiatan transfer-ilmu dan masjid untuk kegiatan keagamaan. Agar tercipta sistem tranfer- ilmu yang optimal, tatanan ruang kelas pada setiap ‘grade’ dibuat berbeda. Hal ini karena kebutuhan tiap ‘grade’ juga berbeda. Tatanan ruang kelas yang digunakan adalah ‘cluster style’ untuk kelas satu, ‘u style’ untuk kelas dua, tiga, dan empat, ‘konvensional style’ untuk kelas lima dan enam. Masjid yang juga merupakan ruang terpenting dalam SDIT menjadi ‘point of interest’ dan ‘image-building’ dari kawasan ini. Hal ini terlihat dalam penataan massa dan pemilihan bentuk bangunan. Kata kunci: image-building, transfer-ilmu

KONSEP SDIT

  • Upload
    z

  • View
    55

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsep rekonstruksi ulang dari sebuah SDIT di Surakarta

Citation preview

Suatu kawasan kota hendaknya merupakan satu sistem yang terintegrasi

sekolah dasar islam terpadutamirul islam

jalan dr. wahidin no. 36, surakartaFAUZIAH PRABARINIProgram Studi Arsitektur

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Email: [email protected]

Abstrak

Sistem pendidikan sekolah dasar yang memadukan pendidikan umum dan agama Islam atau sering disebut dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu telah banyak berkembang di dunia pendidikan Indonesia. Tetapi sayangnya, tidak banyak dari SDIT tersebut yang dari segi desain bangunannya merupakan represetatif SDIT itu sendiri. Hal inilah yang melatarbelakangi pembangunan ulang SDIT Tamirul Islam. Isu yang diangkat adalah image, function, dan comfort. Ketiga isu tersebut saling berkesinambungan walaupun memiliki tujuan masing-masing. Hubungan antar ketiga tujuan tersebut adalah terciptanya representatif sebagai sekolah Islam dalam masyarakat dan dalam pelaksanaannya fungsinya memperhatikan kenyamanan agar tercipta suasana kondusif dalam kegiatan transfer-ilmu.

Kriteria umum dalam pembangunan ulang SDIT ini, bangunan harus mencerminkan sifat-sifat dari Islam itu sendiri dan dapat berfungsi dengan optimal. Selain itu, bangunan juga harus memiliki sirkulasi dan utilitas yang baik sehingga dapat tercipta kenyamanan bagi siswa maupun guru dalam kegiatan transfer-ilmu. Kriteria tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan konsep programatik dan skematik perancangan pembangunan ulang SDIT Tamirul Islam.

Ruang terpenting dalam sebuah SDIT adalah ruang kelas untuk kegiatan transfer-ilmu dan masjid untuk kegiatan keagamaan. Agar tercipta sistem tranfer-ilmu yang optimal, tatanan ruang kelas pada setiap grade dibuat berbeda. Hal ini karena kebutuhan tiap grade juga berbeda. Tatanan ruang kelas yang digunakan adalah cluster style untuk kelas satu, u style untuk kelas dua, tiga, dan empat, konvensional style untuk kelas lima dan enam. Masjid yang juga merupakan ruang terpenting dalam SDIT menjadi point of interest dan image-building dari kawasan ini. Hal ini terlihat dalam penataan massa dan pemilihan bentuk bangunan.Kata kunci: image-building, transfer-ilmu

PENGANTAR

Proyek ini merupakan pembangunan ulang Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Tamirul Islam. Sekolah merupakan bangunan atau lembaga belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Pada bangunan sekolah terdapat sarana-sarana dan fasilitas penunjang untuk kegiatan transfer-ilmu seperti ruang kelas untuk belajar, perpustakaan, koperasi sekolah, hingga kantin dan tempat parkir kendaraan, serta tempat ibadah. Tingkatan sekolah yang akan dibangun adalah tingkat sekolah dasar, yaitu jenjang yang paling dasar yang ditempuh selama 6 tahun (kelas 1-6). Sekolah Tamirul Islam menerapkan sistem pendidikan umum dan agama Islam. Institusi yang bersangkutan memiliki visi yaitu terwujudnya siswa yang berakhlakul karimah, berprestasi, berwawasan iptek global yang dilandasi dengan iman dan taqwa. Sehingga fungsi bangunan pada proyek ini tergolong penting, yaitu sebagai bangunan sarana pendidikan yang dipadukan dengan aspek religius.

Tapak pembangunan SDIT Tamirul Islam terletak di tepi Jalan Dr. Wahidin No.36 Surakarta. Batas utara tapak adalah rumah warga, batas selatan adalah jalan Radjiman, batas timur adalah Jalan Dr. Wahidin, dan batas barat adalah rumah warga. Tapak berada di lokasi yang cukup strategis. Lokasi yang berada di tepi jalan kolektor dan dekat dengan pemukiman warga memudahkan aksesibilitas menuju bangunan, namun dibutuhkan solusi pengamanan berupa pagar yang memisahkan tapak dengan jalan mengingat pengguna yang sebagian besar merupakan anak-anak agar mencegah bahaya kendaraan yang lewat.

Gambar 1. Lokasi tapak(sumber: googlemap.com)

Lahan memiliki luas kurang lebih 6300 m2 (90 m x 70 m) dan berada di lahan dengan kemiringan relatif datar. Peraturan yang berlaku pada lahan adalah KDB maksimal 70%, KLB antara 700-1120%, KDH minimal 15%, dan ARP minimal 15%.

Gambar 2. Peta tapak(sumber: dokumentasi pribadi)

Pengguna utama bangunan sekolah ini adalah para siswa dan pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, dan staf. Namun, mengingat sebagian besar siswa adalah anak-anak, keberadaan para orangtua siswa juga turut masuk ke dalam pertimbangan. Berikut adalah data jumlah pengguna pada sekolah ini:

1. Siswa kelas I VI

KELASJUMLAH KELASSISWATOTAL

I824192

II824192

III824192

IV824192

V824192

VI541205

TOTAL1115

2. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah

3. Guru dan karyawan

Guru45

Karyawan TU8

Petugas keamanan2

Petugas kebersihan10

Petugas koperasi8

Petugas UKS2

TOTAL75

4. Tamu / orang tua siswa

Dari data tersebut setiap pengguna memiliki kebutuhan ruang sendiri dalam menjalani aktivitasnya. Adapun aktivitas yang dilakukan pengguna adalah sebagai berikut:

siswagurukaryawanOrang tua

6.00Tiba di sekolah

7.00Tiba di sekolah

7.15Masuk kelasMasuk kelas

7.157.30PembiasaanMembimbing pembiasaan

7.309.50Kegiatan transfer-ilmuKegiatan transfer-ilmu

9.50 10.05Istirahat 1Istirahat 1

10.0511.50Kegiatan transfer-ilmuKegiatan transfer-ilmu

11.50-12.40IshomaIshoma

12.40-13.50Kegiatan transfer-ilmuKegiatan transfer-ilmuMenjemput

13.50-14.05Istirahat 3Istirahat 3

14.05-15.15Kegiatan transfer-ilmuKegiatan transfer-ilmu

15.15PulangPulangMenjemput

LUASAN

Berdasarkan dengan hasil data survey yang didapat, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2011 Tanggal 9 Agustus2011, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32 Tahun 2013, maka jumlah luas ruangan sebagai berikut:RUANGLUASANJUMLAHTOTAL

Lapangan basket28 x 15420 m2

Ruang kelas8 x 745 buah2520 m2

Koperasi8 x 5.241.6 m2

Perpustakaan16.5 x 10.5173.25 m2

Laboratorium8 x 73 buah168 m2

Masjid + aula500 m2

UKS5.2 x 841.6 m2

Kantor guru18 x 9.52 buah342 m2

Kantor TU7 x 642 m2

Tempat parkir27.5 x 12333 m2

Kamar mandi1.75 x 120 buah140 m2

Pos satpam3 x 32 buah18 m2

TOTAL4733 m2

Luas bangunan4889.85 m2

Sirkulasi (30%)1466.955 m2

Luas total6356.805 m2

ISU

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa SD Tamirul Islam ini merupakan sekolah dasar yang berada dalam landasan Islam. Oleh sebab itu pengangkatan isu yang akan dibahas dalam konsep perancangan ini juga tidak jauh dari landasan Islam yang ada pada sekolah tersebut. Namun sebelum isu tersebut diangkat, tema perancangan harus ditentukan terlebih dahulu untuk membatasi isu yang akan diangkat.

Tema yang akan diangkat adalah visi dari SD Tamirul Islam itu sendiri, yaitu Terwujudnya siswa yang berakhlakul karimah, berprestasi, berwawasan iptek global yang dilandasi dengan iman dan taqwa. Adapun alasan dari tema tersebut adalah supaya perancangan sekolah yang akan dibangun ini menjadi salah satu penunjang terwujudnya visi dari SD Tamirul Islam itu sendiri, mengingat banyak sekolah yang dirancang tanpa memperhatikan aspek-aspek yang menunjang visi dari sekolah itu sendiri.

Oleh sebab itu, dari tema tersebut dapat diambil 3 isu utama yang berkesinambungan, yaitu image, function, dan comfort.TUJUANKetiga isu yang diangkat tersebut berkesinambungan namun memiliki tujuan masing-masing yang saling menunjang dalam terwujudnya tema yang ada.Tujuan dari isu image adalah bagaimana rancangan bangunan Sekolah Dasar Islam Terpadu ini mencirikan bangunan sekolah dasar dengan arsitektur Islami sehingga setiap orang yang melihat dapat mengetahui fungsi dari identitas dari bangunan tersebut.

Tujuan dari isu function adalah bagaimana ruang-ruang dalam sekolah ini dapat menjalankan fungsinya dengan baik bagi setiap pengguna yang menjalankan aktivitas didalamnya. Fungsi yang dijalankan adalah bagian dari pencapaian tujuan yang telah dibuat sebelumnya.

Tujuan dari isu comfort adalah bagaimana perancangan bangunan dapat mengedepankan kenyamanan bagi pengguna sehingga secara tidak langsung segala proses dan aktivitas transfer-ilmu dapat optimal.

Hubungan antar tujuan tersebut adalah dengan terciptanya representatif sebagai sekolah Islam dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat memberi kepercayaan pada sekolah tersebut. Oleh karena itu, sekolah ini harus dapat menjalankan fungsinya untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat. Didalam pelaksanaan fungsi tersebut perlu juga memperhatikan kenyamanan agar tercipta suasana yang kondusif dalam proses transfer-ilmu dan proses penunjang lainnya.KRITERIAKriteria dari image, bangunan haruslah mencerminkan sifat-sifat dari Islam itu sendiri. Sehingga, publik dapat mudah mengetahui bahwa bangunan ini merupakan sekolah dasar islam terpadu.Kriteria dari function, bahwa bangunan ini berfungsi dengan baik yang tercermin berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ditunjang dengan ruangan-ruangan yang dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehingga, pelaksanaan transfer-ilmu tidak terganggu dan dapat memberikan kenyamanan baik bagi siswa maupun guru yang mengajar.

Kriteria dari comfort, bangunan haruslah memiliki sirkulasi dan utilitas yang baik yang menunjang segala aktivitas transfer-ilmu. Hal tersebut bisa didapatkan dari orientasi dan tata massa bangunan yang tepat.

KONSEP

Konsep merupakan dasar untuk mencapai tujuan dari isu yang diangkat pada desain. Dalam hal ini adalah image, function, dan comfort. Konsep ini merupakan pegangan dari tema yang diangkat yaitu visi dari SD Tamirul Islam, Terwujudnya siswa yang berakhlakul karimah, berprestasi, berwawasan iptek global yang dilandasi dengan iman dan taqwa.

Berbeda dengan konsep pendidikan SD pada umumnya, SDIT selain mengembangkan pendidikan umum juga mengembangkan pendidikan Islami (sisi religius). Hal inilah yang menyebabkan fokus konsep desain SDIT Tamirul Islam ini tidak hanya pada tatanan ruang kelas yang merupakan wadah untuk kegiatan transfer-ilmu tetapi juga berfokus pada tempat ibadah (masjid), yang merupakan sebuah wadah untuk kegiatan keagamaan dan merupakan image-building dari sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu.

Konsep dalam proses pembangunan ulang SDIT Tamirul Islam ini dibagi atas konsep programatik dan konsep skematik rancangan.

KONSEP PROGRAMATIK RANCANGANTatanan ruang kelas

Penataan interior ruang kelas di SDIT ini berbeda-beda pada setiap gradenya, terutama masalah formasi tempat duduk. Hal ini karena pada setiap grade, user yang menggunakan kelas tersebut berbeda-beda tingkat keaktifannya, kebutuhan materinya, psikologis tiap anak, dan lain-lain. Formasi tempat duduk ini akan mempengaruhi bagaimana kegiatan transfer-ilmu dapat berjalan dengan optimal dan nyaman bagi siswa maupun guru.

Berdasarkan penjelasan singkat diatas, maka formasi tempat duduk dibagi atas tiga formasi, yaitu cluster style untuk kelas 1, u style untuk kelas 2, 3 dan 4, dan konvensional style untuk kelas 5 dan 6.

Gambar 3. Cluster style(sumber: dokumen pribadi)

Kelas 1 SD merupakan proses adaptasi dari tingkat sebelumnya (TK). Disini sistem tranfer-ilmu yang cocok adalah bermain sambil belajar. Pada kelas ini juga dibutuhkan ruang sirkulasi yang lebih luas dibandingkan lainnya karena siswa kelas 1 cenderung masih sangat aktif. Oleh karena itu, sirkulasi guru juga membutuhkan ruang yang luas agar lebih leluasa dalam mengawasi aktivitas siswanya.

Gambar 4. Sirkulasi siswa dan guru(sumber: dokumentasi pribadi)

Maka dari itu, cluster style dianggap cocok untuk kelas 1 karena memiliki ruang sirkulasi yang cukup luas dibandingkan style lainnya.

Gambar 5. U Style(sumber: dokumen pribadi)

Untuk kelas 2, 3, dan 4, siswa sudah harus mulai serius dalam pendidikannya. Tetapi niat serius mereka masih harus mendapatkan perhatian yang ekstra dari pembimbing (guru). Inilah mengapa U style cocok untuk kelas 2, 3, dan 4. Kebutuhan akan perhatian ekstra siswa dalam transfer-ilmu membuat guru harus lebih aktif dan siswa harus mulai diajarkan untuk fokus pada suatu hal.

Gambar 6. Sirkulasi pada U Style(sumber: dokumen pribadi)

U style membuat siswa harus fokus pada kegiatan tranfer-ilmu dan ruang sirkulasi guru yang lebih luas membuat guru lebih aktif dalam kegiatan transfer-ilmu.

Dalam usia kelas 5 dan 6, baik siswa maupun guru diharapkan sama-sama aktif dalam kegiatan transfer-ilmu. Konvensional style dianggap cocok untuk kelas 5 dan 6 karena style ini memiliki ruang sirkulasi yang cukup untuk siswa dan guru, sehingga keduanya bisa sama-sama aktif. Selain itu, konvensional style juga membuat tiap siswa dapat berkonsentrasi masing-masing tanpa mendapatkan banyak gangguan. Hal ini karena dalam tingkatan ini mereka harus bisa lebih fokus dalam kegiatan transfer-ilmu mereka.

Gambar 7. Konvensioal Style(sumber: dokumen pribadi)

Ketiga formasi tempat duduk diatas merupakan sebuah alternatif dari banyak pilihan formasi yang ada. Formasi tempat duduk dapat sewaktu-waktu berubah sesuai dengan kebutuhan kegiatan transfer-ilmu yang diinginkan guru saat itu.Organisasi ruang dan tata massa

Secara umum, ruang-ruang di SDIT terbagi atas beberapa area, yaitu: area kelas, area administrasi, area ibadah, area servis, dan area penunjang.

Penataan area-area tersebut berdasarkan pada zoning wilayah dan tingkat kebisingan.

Gambar 8. Penzoningan(sumber: dokumen pribadi)

Gambar 9. Tingkat kebisingan(sumber: dokumentasi pribadi)

Dari analisis diatas, dapat dibentuk organisasi ruang, sebagai berikut:

Gambar 10. Organisasi Ruang(sumber: dokumentasi pribadi)

Sedangkan untuk penataan massa bangunan dalam kawasan menggunakan bentuk memusat, dimana ruang-ruang sekuder mengelilingi sebuah pusat/dominan. Pada kawasan ini yang menjadi pusat adalah masjid dan ruang-ruang disekitarnya mengelilingi masjid dengan hampir seluruh ruang berorientasi menghadap masjid.KONSEP SKEMATIK RANCANGAN

Gambar 11. Siteplan kawasan(sumber: dokumentasi pribadi)Gambar12. Penataan massa bangunan kawasan(sumber:dokumentasi pribadi)Masjid terletak ditengah-temgah site dan merupakan pusat dari kawasan SDIT ini. Walaupun terletak ditengah kawasan, masjid tetap menjadi image-building dari kawasan SDIT ini karenaterlihat menonjol dari luar kawasan. Bentuk masjid yang berbeda dari bagian bangunan lainnya juga mendukung fungsi masjid ini sebagai image-building kawasan SDIT Tamirul Islam ini.