103
i KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh NUR HIDAYAH NIM 11111217 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/220/1/Nur Hidayah... · 2016. 2. 16. · Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

    DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh

    NUR HIDAYAH

    NIM 11111217

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2015

  • ii

  • iii

    KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN SALATIGA)

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    Jl. Tentara Pelajar 02 telp.(0298)323706, 323433 Faks.323433 Salatiga 50721

    http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

    Maslikhah, S.Ag., M.Si.

    DOSEN IAIN SALATIGA

    NOTA PEMBIMBING LAMP : 4 Ekslempar HAL : Naskah skripsi

    Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN di Salatiga

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

    Nama :SitiHaniah NIM :11111117 Fakultas/Jurusan :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul :NILAI-NILAI KEDISIPLINAN DALAM NOVEL

    ANAK SEJUTA BINTANG Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    Salatiga, 29 Agustus 2015

    Pembimbing

    Maslikhah, S.Ag., M.Si

    NIP.19700529200003 2001

  • iv

    SKRIPSI

    KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

    PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

    DISUSUN OLEH

    NUR HIDAYAH

    NIM 11111217

    Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S.Pd.I

    Susunan Panitia Penguji

    Ketua Penguji :M. Gufron, M.Ag.

    Sekretaris Penguji :Maslikhah, S.Ag., M.Si

    Penguji I :Drs. H. Mubasirun, M.Ag

    Penguji II : Dra. Nurhasanah, M.Pd

    Salatiga, 29 Agustus 2015

    Dekan FTIK IAIN Salatiga

    Suwardi, M.Pd.

    NIP.19670121 199903 1 002

  • v

    KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN SALATIGA)

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    Jl. Tentara Pelajar 02 telp.(0298)323706, 323433 Faks.323433 Salatiga 50721

    http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Nur Hidayah

    NIM : 111 11 217

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Jurusan : PAI

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

    lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

    ilmiah.

    Salatiga, 29 Agustus 2015

    Yang membuat pernyataan

    Nur Hidayah

    NIM. 111 11 217

  • vi

    PERSEMBAHAN

    1. Kedua orang tuaku Nur Kholis dan Sutina tercinta yang selalu memberi kasih

    sayang, perhatian dan selalu mendo’akanku, doaku semoga diberikan panjang

    umur dan kebahagiaan.

    2. Adikku Mohandis Tabtila dan Tsaqila Mawazinuha tersayang yang selalu

    membuatku semangat dalam mengerjakan skripsiku, doaku semoga tambah

    pinter dan berbakti kepada kedua orang tua.

    3. Kakek nenekku Ghufron dan Siti Khotijah yang selalu menyemangati dan

    selalu mendo’akanku, semoga diberikan panjang umur dan kebahagiaan.

  • vii

    MOTTO

    y7 R̄Î)ur4’n?yès9@,è=äz 5O ŠÏàtãÇÍÈ

    Artinya:

    “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

    ( Q.S Al-Qalam ayat 4)

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan

    petunjuk kepada kita sekalian untuk mengenal kebenaran dan mengikutinya

    agar terhindar dari cela dan siksa di dunia dan di akhirat.Shalawat dan salam

    kita curahkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat,

    dan pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman. Dengan limpahan rahmat-

    Nya penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul“Konsep

    pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam”.

    Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Rektor IAIN Salatiga,Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

    2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan IAIN Salatiga,Suwardi,

    M.Pd.

    3. Kajur PAI IAIN Salatiga, Hj.Siti Rukhayati, M.Ag.

    4. Dosen Pembimbing skripsi,Maslikhah, S.Ag., M.Si. atas segala ilmu, waktu,

    tenaga dan bimbingan yang telah diberikan.

    5. Dosen Pembimbing Akademik, Mufiq, S.Ag, M.Phil. atas perhatian dan

    bimbingan yang telah diberikan.

    6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu

    dan motivasinya serta pelayanan kepada penulis.

    7. Teman-temanku seperjuangan PAI F 2011 yang telah berjuang bersama-

    sama

    8. Sahabat-sahabatku tersayang, Sinta Widya, Miftachul, Zulaikhah, Yuanita,

    Cahyo, dan Saiful yang selalu menemani dalam mengerjakan skripsiku.

    9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu.

  • ix

    Teriring doa semoga amal dan budi baik semua yang telah diberikan

    kepada penulis menjadi catatan amal baik di sisi Allah Swt. Penulis

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

    pada umumnya.

    Salatiga, 29 Agustus 2015

    Peneliti

    Nur Hidayah

    NIM 11111217

  • x

    ABSTRAK

    Hidayah, Nur. 2015. 11111217. KonsepPendidikan Karakterdalam

    Perspektif Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

    Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri

    Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag., M.Si.

    Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pendidikan Islam

    Pendidikan karakter merupakan suatu penanaman nilai-nilai yang baik kepada peserta didik agar menjadi manusia yang seutuhnya (yaitu menjadi insan kamil). Pendidikan karakter dianggap memiliki otoritas untuk memperbaiki moral bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Pendidikan karakter menggugah dunia pendidikan untuk membentuk dan memperbaiki moral-moral anak bangsa yang semakin merosot.Nilai-nilaitersebut diantaranya adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Sedangkan pendidikan Islam adalah pembentukan karakter peserta didik untuk menjadikannya manusia yang berakhlak mulia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : konseppendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam dan implikasinya.

    Skripsi ini menggunakan metode Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya dicari lewat beragam informasi kepustakaan (buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, dokumen) dan lain sebagainya.Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah literatur (kepustakaan), sehingga penelitian ini menggunakan kajian dengan cara mempelajari, mendalami, mengutip teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah data pada buku-buku yang berkaitan dengan pendidkan karakter dan pendidikan Islam. Setelah buku-buku terkumpul kemudian peneliti menelaah secara sistematis buku-buku yang berhubungan dengan yang akan diteliti, dari situ peneliti dapat bahan atau informasi untuk pembuatan skripsi

    Konsep pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam adalah Pendidikan karakter berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Sunnah memiliki kesamaan dengan yang diajarkan Pendidian Islam dalam hal tujuan maupun metode-metode yang digunakan. Tujuan adalah membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, sedangkan metode yang digunakan dalam pembelajarannya adalah metode dialog, metode cerita, metode perumpamaan, metode keteladanan, metode nasihat, metode pembiasaan dan metode janji dan ancaman.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL......................................................................................i

    HALAMAN BERLOGO...............................................................................ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................vi

    HALAMAN MOTTO..................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR...................................................................................viii

    ABSTRAK......................................................................................................x

    DAFTAR ISI...................................................................................................xi

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.................................................................................. 1.

    B. Rumusan Masalah............................................................................. 5.

    C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5.

    D. Kegunaan Penelitian......................................................................... 6.

    E. Metode Penelitian............................................................................ 6.

    F. Penegasan Istilah.............................................................................. 8.

    G. Sistematika Penelitian.....................................................................10.

    BAB II PENDIDIKAN KARAKTER

    A. Pendidikan Karakter......................................................................12.

    B. Landasan Pendidikan Karakter......................................................15.

    C. Tujuan Pendidikan Karakter.......................................................... 18.

    D. Dimensi Pendidikan Karakter........................................................19.

  • xii

    E. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter............................................ 23.

    F. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter..............................................25.

    G. Nilai-nilai Pendidikan Karakter..................................................... 26.

    H. UrgensiPendidikanKarakter.........................................................37.

    I. Pengembangan Karakter sebagai Proses Pendidikan....................40.

    J. Realitas Pendidikan Karakter........................................................ 43.

    BAB III PENDIDIKAN ISLAM

    A. Definisi Pendidikan Islam.............................................................. 46.

    B. Dasar Pendidikan Islam..................................................................47.

    C. Tujuan Pendidikan Islam................................................................ 50.

    D. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam................................................... 56.

    E. Fungsi Pendidikan Islam............................................................... 58.

    F. Metode-metode Pendidikan Islam................................................. 59.

    BAB IV PEMBAHASAN

    A. Konsep Pendidikan Karakter........................................................ 64.

    B. Konsep Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan

    Islam.............................................................................................. 73.

    C. Implikasi Konsep Pendidikan Karakter terhadap prosesPendidikan

    Islam..............................................................................................77.

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan.................................................................................. 80.

    B. Saran-saran................................................................................... 82.

  • xiii

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang,

    terutama untuk anak yang masih kecil. Anaklah yang akan menjadi generasi

    penerus bagi keluarga, teman, dan bangsa. Pendidikan adalah usaha manusia

    untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat

    dimasyarakat dan bangsa. Undang-undang RI No 20 (2003: 2) menyebutkan

    bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

    yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

    Pendidikan juga merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti

    (karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Ketiganya tidak boleh

    dipisahkan, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik terutama

    pada akhlaknya. Anak yang masih kecil perlu adanya penekanan pada

    pendidikan karakter, karena pendidikan karakter merupakan hal penting untuk

    menanamkan nilai-nilai perilaku (karakter). Pendidikan karakter pada anak

    meliputi pendidikan karakter yang berhubungan dengan Tuhannya, dirinya,

    sesama manusia, maupun lingkungannya.

  • 2

    Pendidikan karakter dianggap memiliki otoritas untuk memperbaiki

    moral bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan. Degradasi moral menggugah

    dunia pendidikan untuk merumuskan tentang konsep pendidikan karakter,

    berupa 18 nilai karakter yang akan diajarkan kepada peserta didik. Konsep

    pendidikan karakter tersebut, bertujuan untuk membentuk dan memperbaiki

    karakter peserta didik yang semakin merosot.

    Kemendiknas (2010), menyebutkan bahwa karakter adalah watak,

    tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

    internalisasi sebagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan

    untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Sementara pendidikan

    karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa

    pada diri peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakter

    dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota

    masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.

    Samani (2013: 45) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses

    pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya

    yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

    Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi

    pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

    kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,

    memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kabaikan itu dalam kehidupan

    sehari-hari dengan sepenuh hati.

  • 3

    Zuchdi (2009: 10) mengemukakan pendapat bahwa pendidikan

    karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan

    sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu

    pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal baik sehingga peserta

    didik menjadi paham tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan

    nilai yang baik dan biasa melakukannya

    Pendidikan karakter dalam perspektif Islam secara teoretik sebenarnya

    telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring dengan diutusnya Nabi

    Muhammad Saw untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter)

    manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak

    hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan mu’amalah, tetapi juga

    akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh merupakan model karakter

    seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi

    Muhammad Saw, yang dimiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah

    (STAF).

    Pendidikan Islam dalam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah

    Swt, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadis Nabi). Al-Qur’an adalah sumber

    utama referensi agama Islam dalam menentukan berbagai hukum. Surat Al-

    Baqoroh ayat (1-2) disebutkan:

    $O!9# ÇÊÈ y7 Ï9ºsŒ Ü= »tGÅ6 ø9$# Ÿw |= ÷ƒu‘ ¡ Ïm‹Ïù ¡ “ W‰èd z̀ŠÉ)FßJù=Ïj9 ÇËÈ

    Artinya:

    “Alif laam miin,Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa ”.

  • 4

    Islam menyebutkan orang baik dan berperilaku positif itu adalah

    mereka orang-orang yang bertaqwa yang tidak meragukan Al-Qur’an. Allah

    Swt juga menyebutkan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang

    bertaqwa yang pada dasarnya adalah mereka yang mempunyai karakter dan

    bertujuan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya.

    Penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak zaman dahulu

    adalah Nabi Muhammad Saw, yang merupakan teladan bagi umat manusia.

    Tidak ada satu orang pun di dunia yang berkarakter Semulia Nabi Muhammad

    Saw. Karakter-karakter yang bisa di contoh dari beliau adalah sifatnya yang

    Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah (STAF). Sifat-sifat Nabi Muhammad Saw,

    mendorong nilai-nilai karakter tertuang dalam pengembangan budaya dan

    karakter bangsa disusun Kemendiknas tahun 2010 yang dapat diterapkan

    dalam dunia pendidikan.

    Kementrian pendidikan nasional (Kemendiknas) telah merumuskan 18

    (Delapan Belas) nilai pendidikan karakter yang akan ditanamkan dalam diri

    peserta didik sebagai upaya membangun karakter bangsa. Nilai-nilai ini

    berbeda dengan kementerian. Kementerian Agama melalui Direktoral Jendral

    Pendidikan Islam mencanangkan nilai karakter dengan merujuk pada Nabi

    Muhammad Saw sebagai tokoh agung yang berkarakter unggul. 18 (Delapan

    Belas) nilai pendidikan karakter tersebut menurut kemendiknas (2010)

    meliputi perilaku religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

    demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta

    tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

  • 5

    peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai karakter yang

    dicanangkan Kemendiknas dalam upaya membangun karakter bangsa melalui

    pendidikan di sekolah, agar dapat di implementasikan untuk menjadikan

    penerus bangsa yang berkarakter baik, selalu mengetahui kebaikan, mencintai

    kebaikan dan melakukan kebaikan dalam kehidupannya.

    Ketertarikan peneliti dalam mengkaji dan memahami ajaran Islam

    secara mendalam menginspirasi peneliti untuk menuangkan ide dan kajian

    pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam. Berdasarkan latar

    belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang, “KONSEP

    PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

    ISLAM”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana konsep pendidikan karakter?

    2. Bagaimana konsep pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam?

    3. Bagaimana implikasi konsep pendidikan karakter terhadap proses

    pendidikan Islam?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian untuk mengetahui tentang:

    1. Konsep pendidikan karakter;

    2. Konsep pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam;

    3. Implikasi konsep pendidikan karakter terhadap proses pendidikan Islam.

  • 6

    D. Kegunaan Penelitian

    Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

    maupun praktis.

    1. Manfaat Teoretis

    Menambah khasanah dunia pustaka tentang tentang konsep

    pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam.

    2. Manfaat Praktis

    Mendorong terutama pembaca, pendidik agar lebih mendalami

    konsep pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam.

    E. Metode Penelitian

    1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Skripsi ini menggunakan metode library research, yaitu penelitian

    yang dilakukan di perpustakaan yang objek penelitiannya dicari lewat

    beragam informasi kepustakaan (buku, jurnal ilmiah, koran, majalah,

    dokumen) dan lain sebagainya.

    2. Sumber Data

    Sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah studi

    kepustakaan yakni literatur baik buku, jurnal, majalah, koran ataupun karya

    tulis lainnya yang berhubungan dengan pendidikan karakter dalam

    perspektif pendidikan Islam.

    3. Prosedur Pengumpulan data

    Penelitian ini bersifat literatur (kepustakaan), sehingga penelitian ini

    menggunakan kajian dengan cara mempelajari, mendalami, mengutip teori-

  • 7

    teori dan konsep-konsep dari sejumlah data pada buku-buku yang berkaitan

    dengan pendidkan karakter dan pendidikan Islam.

    4. Analisis Data

    Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan beberapa

    metode, yaitu metode deduktif, metode induktif dan metode komparatif,

    berikut penjelasannya:

    a. Metode Deduktif

    Metode deduktif digunakan untuk menganalisis suatu

    permasalahan yang berasal dari generalisasi yang bersifat umum

    kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus atau yang konkret

    terjadi (Anton, 1984: 56). Konsep pendidikan karakter yang bersifat

    umum direalisasikan dalam konsepnya bersifat khusus, yaitu berupa pilar

    pendidikan karakter, metode, tujuan, prinsip-prinsip dan lain-lain.

    b. Metode Induktif

    Metode induktif digunakan untuk menganalisis tentang

    permasalahan yang akan diteliti yaitu analisi yang bersifat khusus,

    kemudian diarahkan pada penarikan kesimpulan yang bersifat umum

    (Arifin, 1986: 41). Konsep yang sudah ada diformulasikan ke dalam

    konsep pendidikan karakter.

    c. Metode Komparatif

    Metode komparatif yaitu memahami dalam suatu perbandingan

    dengan latar belakang atau pemahaman umum yang memberikan

    kedudukan kepadanya dalam seluruh skala visi tentang kenyataan. Dalam

  • 8

    hal ini komparatif itu dapat diadakan diantara tokoh, atau naskah dan

    perbandingan yang dapat dilakukan antara dua pribadi atau orang banyak

    (Anton, 1990: 50).

    Metode komparatif juga bisa disebut dengan membandingkan

    beberapa pendapat para ahli, mengulas, kemudian menarik kesimpulan

    dari pendapat-pendapat yang dikutip tersebut. Konsep pendidikan

    karakter secara umum akan dianalisis perbandingannya dalam konsep

    pendidikan Islam.

    F. Penegasan Istilah

    Agar penelitian terarah dan tidak terlalu jauh menyimpang dari tujuan

    yang diharapkan maka perlu adanya penjelasan definisi istilah berikut:

    1. Pendidikan Karakter

    Samani (2013: 45) mendefinisikan pendidikan karakter adalah proses

    pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya

    yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

    Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan

    budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan

    mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan

    baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kabaikan itu dalam

    kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati

    Pendidikan karakter juga bisa di artikan sebagai upaya yang

    dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter baik (good

  • 9

    character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara

    objektif baik bagi individu maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23).

    Wibowo (2012: 35) mengemukakan pendidikan karakter sebagai

    pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri

    peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter

    dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,

    nasionalis, produktif dan kreatif.

    Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

    karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,

    kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

    tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,

    lingkungan maupun bangsa sehingga menjadi insan kamil (Narwanti, 2011:

    14).

    Pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah penanaman nilai-

    nilai karakter yang dapat membentuk pribadi-pribadi yang memiliki karakter

    baik, untuk dirinya, keluarga, teman dan bangsa.

    2. Pendidikan Islam

    Daulay (2012: 3) mendefinisikan pendidikan Islam adalah

    pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya,

    mengembangkan seluru potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah

    maupun rohmaniah, menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap

    pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.

  • 10

    Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan

    manusia dalam semua aspeknya, baik spiritual, intelektual, imajinasi,

    jasmaniah dan ilmiah yang baik secara individual maupun kolektif menuju

    ke arah pencapaian kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam (Yasin,

    2008: 24).

    Pendidikan Islam menurut Achmadi (1987: 10) adalah segala usaha

    untuk mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani menuju

    terbentuknya insan kamil sesuai dengan norma Islam. Insan kamil ialah “

    MUTTAQIN ” yang terefleksikan dalam perilaku baik dalam hubungannya

    dengan Tuhan, dengan sesama maupun dengan alam sekitarnya.

    Pendidikan Islam dalam penelitian ini adalah usaha yang lebih

    khusus diterapkan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber

    daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan

    ajaran-ajaran Islam.

    G. Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN memuat tentang latar belakang masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,

    penegasan istilah dan sistematika penulisan.

    BAB 11 PENDIDIKAN KARAKTER memuat tentang kajian pustaka

    yang menjelaskan tentang pendidikan karakter.

    BAB III PENDIDIKAN ISLAM memuat tentang pendidikan Islam.

  • 11

    BAB IV PEMBAHASAN memuat tentang konsep pendidikan karakter

    dalam perspektif pendidikan Islam dan implikasinya terhadap proses

    pendidikan Islam.

    BAB V PENUTUP memuat tentang kesimpulan dan saran. Bagian

    akhir berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran serta riwayat hidup

    penulis.

  • 12

    BAB II

    PENDIDIKAN KARAKTER

    A. Pendidikan Karakter

    1. Pengertian Pendidikan Karakter

    a. Secara Bahasa

    Secara etimologi, pendidikan dalam bahasa inggris (education).

    Kata bahasa inggris (education) berasal dari bahasa latin, yaitu ducare,

    yang berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”. Pendidikan

    berasal dari bahasa yunani yaitu paedagogi, terdiri dari dua kata “paid”

    artinya anak dan “agogos” yang artinya membimbing. Pedagogi dapat

    diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar (Andre, 2013: 1).

    Secara etimologi, kata karakter (inggris: character) berasal dari

    bahasa yunani, eharassein yang berarti “to engrave” dapat diterjemahkan

    menjadi mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan (Suyadi,

    2013: 5). Karakter berasal dari bahasa yunani kharakter yang berakar

    dari diksi ‘kharassein’ yang berarti memahat atu mengukir (to inscribe/to

    engrave), sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna membedakan

    tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter dapat diartikan sebagai sifat-

    sifat kejiwaan/tabiat/watak (Narwanti, 2011: 1).

    Karakter berbeda dengan moral dan akhlak, Moral adalah suatu

    tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu yang didasarkan kepada

    pengertiannya mengenai baik buruk. Morallah sebenarnya yang

    membedakan manusia daripada makhluk Tuhan lainnya dan

  • 13

    menempatkannya bila telah menjadi tertib pada derajatdi atas mereka.

    Sedangkan akhlak adalah kebiasaan atau kehendak, akhlak juga bisa

    disebut menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan

    langsung berturut-turut (Amin: 1983: 62).

    b. Secara Istilah

    Zubaedi, (2012: 8) mendefinisikan karakter adalah bawaan, hati,

    jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

    temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah kepribadian, berperilaku,

    bersifat, bertabiat dan berwatak.

    Wynne dalam Mulyasa (2011: 3) mengemukakan bahwa karakter

    berasal dari bahasa yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan

    memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam

    tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.

    Karakter adalah sesuatu hal yang unik hanya ada pada individual

    ataupun pada suatu kelompok, bangsa. Karakter itu adalah landasan dari

    kesadaran budaya, kecerdasan budaya merupakan pula perekat budaya.

    Sedangkan core Values digali dan dikembangkan dari budaya masyarakat

    itu sendiri (Narwanti, 2011: 27), berbeda dengan Muslich (2011: 75)

    yang memaparkan untuk dapat memahami pendidikan karakter perlu

    mengetahui struktur antropologis yang ada dalam diri manusia, yaitu atas

    jasad, ruh dan akal.

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses

    pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang

  • 14

    menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu,

    sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No. 20 Tahun 2003).

    Pendidikan karakter dalam hal ini merupakan proses berkelanjutan dan

    tak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan

    perbaikan kualitas yang kesinambungan (continuous quality

    improvement), yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa

    depan dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa (Mulyasa, 2011: 1).

    Gaffar dalam Kesuma (2011: 5) menyebutkan bahwa pendidikan karakter

    adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

    ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi

    satu dalam perilaku kehidupan orang itu.

    Pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah pendidikan yang

    mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga

    memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya dan dapat

    menghasilkan sosok manusia yang berkualitas dan memiliki masa depan.

    2. Pendidikan Karakter sebagai Fondasi Penting dalam Dunia Pendidikan

    Pakar, filsuf dan orang bijak mengatakan bahwa faktor moral

    (akhlak) adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar dapat

    membangun sebuah masyarakat yang maju, tertib, aman dan sejahtera. Salah

    satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh para orang tua dan guru

    adalah melestarikan dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak-anak.

    Wiyani (2013: 32) menyebutkan nilai-nilai moral yang ditanamkan

    akan membentuk karakter (akhlak mulia) yang merupakan fondasi penting

  • 15

    terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera, untuk

    membentuk karakter mutlak diperlukan landasan penyelenggaraan

    pendidikan karakter.

    B. Landasan Pendidikan Karakter

    Landasan pendidikan karakter, di antaranya adalah landasan filsafat

    manusia, landasan filsafat pancasila, landasan filsafat pendidikan, landasan

    filsafat religius, landasan filsafat sosiologis, landasan filsafat psikologis dan

    landasan filsafat teoritik pendidikan karakter (Wiyani, 2013: 32) sebagai

    berikut:

    1. Landasan Filsafat Manusia

    Landasan filsafat manusia secara filosofis, manusia diciptakan oleh

    Allah Swt dalam keadaan “belum selesai” mereka dilahirkan dalam keadaan

    belum jadi. Manusia ketika dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu

    dalam proses perkembangannya menjadi manusia yang sesungguhnya.

    Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan

    bantuan beberapa pihak agar menjadi manusia yang sesungguhnya, yaitu

    insan kamil.

    2. Landasan Filsafat Pancasila

    Landasan filsafat pancasila menyebutkan manusia yang ideal adalah

    manusia Pancasilais, yaitu menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,

    Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial. Nilai-nilai Pancasila tersebut

    yang seharusnya menjadi core value dalam pendidikan karakter di negeri

    ini.

  • 16

    3. Landasan Filsafat Pendidikan

    Landasan filsafat pendidikan menyatakan bahwa pendidikan pada

    dasarnya bertujuan mengembangkan kepribadian utuh dan mencetak warga

    negara yang baik. Seseorang yang kepribadian utuh digambarkan dengan

    terinternalisasikannya nilai-nilai dari berbagai dunia makna (nilai), yaitu

    simbolik (ritual keagamaan dan matematika), empirik (Ilmu pengetahuan

    alam dan sosial), estetik (Kesenian), etik (pendidikan moral, budi pekerti,

    adab dan akhlak), sinoptik (pendidikan agama, sejarah dan filsafat) dan

    sinnoetik (pengalaman personal). Nilai-nilai tersebut menjadikan seseorang

    berkarakter baik.

    4. Landasan Religius

    Landasan religius menjelaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah

    Swt, dalam agama dan sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia,

    manusia baik adalah manusia yang secara jasmani dan ruhani sehat dan

    dapat melaksanakan berbagai aktivitas hidup yang berkaitan dengan

    peribadatannya kepada Allah Swt. Manusia yang baik adalah manusia yang

    bertakwa dengan menghambakan diri kepada Allah Swt dengan jalan patuh

    terhadap ajaran-ajaran-Nya, dan manusia yang baik adalah manusia yang

    menjadi pemimpin diri, keluarga dan masyarakat yang dapat dipercaya atas

    dasar jujur, amanah, disiplin, kerja keras, ulet dan bertanggung jawab.

    Manusia yang baik adalah manusia yang manusiawi dalam arti

    bersifat/berkarakter sebagai manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih

  • 17

    terhadap sesama, kepedulian yang tinggi terhadap penderitaan orang lain,

    berlaku baik terhadap sesama manusia dan bermartabat.

    5. Landasan Sosiologis

    Landasan sosiologis menjelaskan secara sosiologis, manusia

    Indonesia hidup dalam masyarakat heterogen yang terus berkembang.

    Manusia berada di tengah-tengah masyarakat dengan suku, etnis, agama,

    golongan, status sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Bangsa Indonesia

    juga hidup berdampingan dan bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Upaya

    mengembangkan karakter saling menghargai dan toleran pada aneka ragam

    perbedaan menjadi sangat mendasar.

    6. Landasan Psikologis

    Landasan psikologis menjelaskan dari sisi psikologis, karakter dapat

    dideskripsikan dari dimensi-dimensi intrapersonal, interpersonal dan

    interaktif. Dimensi intrapersonal terfokus pada kemampuan atau upaya

    manusia untuk memahami diri sendiri. Dimensi interpersonal secara umum

    dibangun atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan, sedangkan

    secara khusus merupakan kemampuan mengenali perbedaan dalam suasana

    hati, temperamen, motivasi dan kehendak. Dimensi interaktif adalah

    kemampuan manusia dalam berinteraksi sosial dengan sesama secara

    bermakna.

    7. Landasan Teoritik Pendidikan Karakter

    Landasan teoritik pendidikan karakter menyebutkan teori-teori yang

    berorientasi behavioristik yang menyatakan bahwa “perilaku seseorang

  • 18

    sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, yang mana perubahan perilaku

    tersebut bersifat mekanistik”. Deskripsi landasan pendidikan karakter dapat

    disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya merupakan proses

    menghadirkan nilai-nilai dari berbagai dunia nilai (simbolik, empirik, etik,

    estetik, etik, sinnoetik dan sinoptik) pada diri peserta didik sehingga dengan

    nilai-nilai tersebut akan mengarahkan, mengendalikan dan mengembangkan

    kepribadian secara utuh yang terwujud dengan ciri pribadi dengan karakter

    baik.

    C. Tujuan Pendidikan Karakter

    Mulyasa (2011: 9) menjelaskan pendidikan karakter pada tingkat satuan

    pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-

    nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-

    simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah dan masyarakat

    sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak

    dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata masyarakat luas.

    Zubaedi (2012: 18) berpendapat bahwa pendidikan karakter secara

    perinci memiliki lima tujuan, yaitu sebagai berikut:

    1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia

    dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa;

    2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

    sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

    3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai

    generasi penerus bangsa;

  • 19

    4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,

    kreatif dan berwawasan kebangsaan;

    5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

    yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan dan dengan rasa

    kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

    Wiyani (2013: 70) mengemukakan tujuan pendidikan karakter adalah

    menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting

    dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas

    sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan, mengoreksi perilaku peserta didik

    yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah dan

    membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam

    memerankan tanggung jawab karakter bersama.

    Tujuan pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah

    mengembangkan sikap peserta didik agar memiliki perilaku terpuji, sifat

    mandiri, kreatif, rasa tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan serta

    menciptakan lingkungan yang bersahabat di sekolah.

    D. Dimensi Pendidikan Karakter

    Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau

    perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut

    perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak atau perubahan yang

    berhubungan dengan aspek psikologi. Perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, baik yang berasal dari dalam manusia (internal) atau yang berasal dari

    luar (eksternal). Faktor-faktor itulah yang akan menentukan apakah proses

  • 20

    perubahan manusia mengarah pada hal-hal yang bersifat positif atau

    sebaliknya.

    Karakter yang dimiliki manusia bersifat fleksibel atau luwes serta bisa

    diubah atau dibentuk. Karakter manusia suatu saat bisa baik tetapi pada saat

    yang lain sebaliknya menjadi jahat. Perubahan ini tergantung bagaimana proses

    interaksi antara potensi dan sifat alami yang dimiliki manusia dengan kondisi

    lingkungannya, sosial budaya, pendidikan, dan alam.

    Karakter atau kualitas diri seseorang tidak berkembang dengan

    sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh

    faktor bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Seorang anak adalah

    gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di mana kebajikan

    berkembang secara perlahan tapi pasti. Dengan kata lain, bila dasar-dasar

    kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia dini, maka dia akan menjadi

    orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Usia dua tahun

    pertama adalah masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian dan sosial.

    Pendidikan karakter sendiri mengemban misi untuk mengembangkan

    watak-watak dasar yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Penghargaan

    (respect) dan tanggung jawab (responsibility) merupakan dua nilai moral

    pokok yang harus diajarkan. Nilai moral yang lainnya adalah kejujuran,

    keadilan, toleransi, kebijaksanaan, kedisiplinan diri, suka menolong, rasa

    kasihan, kerja sama dan keteguhan hati.

    Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar

    karakter dasar. Karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan

  • 21

    pilar karakter dasar ini, antara lain: Cinta kepada Allah dan semesta beserta

    isinya, tanggung jawab,disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih

    sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang

    menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik, dan rendah hati dan toleransi,

    cinta damai dan persatuan.

    Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau

    kebajikan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi

    atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Pendidikan karakter pada

    dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup

    atau ideologi bangsa indonesia, agama, budaya dan nilai-nilai yang terumuskan

    dalam tujuan pendidikan nasional.

    Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia

    diidentifikasi berasal dari empat sumber yaitu agama, pancasila, budaya dan

    tujuan pendidikan nasional (Zubaedi: 2011: 72), berikut penjelasannya:

    1. Agama

    Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama. Oleh

    karena itu, kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari pada

    ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan

    pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Karenanya, nilai-nilai

    pendidikan karakter harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang

    berasal dari agama.

  • 22

    2. Pancasila

    Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip

    kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila

    terdapat pada Pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam

    pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang

    terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan

    politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. Pendidikan

    budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi

    warga negara yang baik yaitu negara yang memiliki kemampuan, kemauan,

    dan menerapkan niali-nilai pancasila dalam kehidupannya sebagai warga

    negara.

    3. Budaya

    Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang

    hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya yang diakui

    masyarakat tersebut. Nilai budaya ini dijadikan dasar dalam pemberian

    makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota

    masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan

    masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan

    budaya dan karakter bangsa

    4. Tujuan Pendidikan Nasional

    Tujuan pendidikan nasional dalam UU RI Nomer 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan

    pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya

  • 23

    pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “ Pendidikan

    nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban

    bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

    bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

    yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

    mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

    demokratis dan bertanggung jawab”.

    Tujuan pendidikan nasional menurut Zubaedi (2011: 74) sebagai

    rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia,

    dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan

    jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang

    harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan

    nasional adalah sumber yang paling operasional dalam mengembangkan

    pendidikan budaya dan karakter bangsa.

    E. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

    Fathurrohman (2013: 124) mengemukakan beberapa batasan atau

    deskripsi nilai-niali pendidikan karakter antara lain:

    1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Allah Swt, meliputi Pikiran,

    perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada

    nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya;

    2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, meliputi sikap jujur,

    bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri,

    berjiwa wirausaha, berpikir logis, mandiri, dan cinta ilmu;

  • 24

    3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, meliputi:

    a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain yaitu sikap tahu dan

    mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan

    orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain;

    b. Patuh pada aturan-aturan sosial;

    c. Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

    masyarakat dan kepentingan umum;

    d. Menghargai karya dan prestasi orang lain yaitu sikap dan tindakan yang

    mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

    masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain;

    e. Santun yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa

    maupun tata perilakunya ke semua orang;

    f. Demokratis yaitu cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai

    sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

    4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, meliputi sikap dan

    tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam

    disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

    kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi

    orang lain dan masyarakat yang membutuhkan;

    5. Nilai kebangsaan, meliputi cara berpikir, bertindak dan wawasan yang

    menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan

    kelompoknya.

  • 25

    Pendidikan karakter akan mendorong lahirnya anak-anak yang baik.

    Anak yang memiliki karakter yang baik, akan tumbuh dengan kapasitas dan

    komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan

    segalanya dengan benar dan cenderung memiliki tujuan hidup. Pendidikan

    karakter yang efektif, ditemukan dalam lingkungan sekolah yang

    memungkinkan semua peserta didik menunjukkan potensi mereka untuk

    mencapai tujuan yang sangat penting.

    F. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter dilaksanakan tidak semudah yang dibayangkan.

    Lebih-lebih pada dunia pendidikan di sekolah, perlu adanya persiapan-

    persiapan seperti perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta dibutuhkan

    pendidik-pendidik yang berkompeten, profesional dan berkepribadian baik.

    Pendidikan karakter secara maksimal ada beberapa prinsip yaitu a)

    berkelanjutan, bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan

    proses yang tiada henti, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai

    dari suatu satuan pendidikan bahkan sampai terjun ke masyarakat, b) melalui

    semua mata pelajaran yaitu pengembangan diri dan budaya sekolah serta

    muatan lokal, c) nilai-nilai yang tidak diajarkan tetapi dikembangkan dan

    dilaksanakan, hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kemampuan, baik

    ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dan d) proses pendidikan peserta didik

    dengan aktif dan menyenangkan.

    Koesoema(2011: 145) berpandangan bahwa prinsip pendidikan karakter

    adalah:

  • 26

    1. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu

    katakan atau kamu yakini;

    2. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam

    apa dirimu;

    3. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan

    dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus

    membayarnya secara mahal disebabkan mengandung resiko;

    4. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain

    sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik

    bagi mereka;

    5. Bayaran bagi mereka yang mempunyai karakter baik adalah kamu menjadi

    pribadi yang lebih baik. Ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih

    baik untuk dihuni.

    G. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter dapat teridentifikasi sejumlah nilai Zubaedi (2011:

    74) yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

    demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai

    prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

    lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab berikut penjelasannya:

    1. Religius

    Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

    ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama

    lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius juga bisa

  • 27

    diartikan sebagai nilai karakter dalam hubungannya dengan Allah Swt.

    Menunjukkan bahwa pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang

    diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran

    agamanya.

    Mustari (2011: 2) mengemukakan manusia religius berkeyakinan

    bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah merupakan bukti yang

    jelas terhadap adanya Tuhan. Narwanti, (2011: 64) menuliskan tentang

    unsur-unsur perwujudan serta benda-benda alam mengukuhkan keyakinan

    bahwa ada Maha Pencipta dan Pengatur, dengan indikator pencapaian

    pembelajaran meliputi beberapa hal yaitu: Beraqidah lurus, beribadah yang

    benar, berdo’a sebelum mulai dan sesudah selesai pembelajaran, mengikuti

    materi pembelajaran dengan kekuasaan Allah Swt, melaksanakan shalat

    dhuha, melaksanakan shalat zhuhur secara berjamaah, melaksanakan shalat

    ashar secara berjamaah, dan Tahfiz Al-Qur’an min 1 juz (Program Tahfiz:

    setoran hafalan 1 juz ayat Al-Qur’an dan Program penunjang: Tilawah Al-

    Qur’an/ tahfiz sesudah shalat dzuhur berjamaah selama 5 menit).

    2. Jujur

    Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

    dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan

    dan pekerjaan. Suyadi (2013 :8) mengemukakan bahwa jujur diartikan

    sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

    pengetahuan, perkataan dan perbuatan mengetahui yang benar, mengatakan

  • 28

    yang benar dan melakukan yang benar, sehingga menjadikan orang yang

    bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

    Mustari (2011: 15) mengemukakan jujur merujuk pada suatu

    karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti

    integritas, penuh kebenaran dan lurus sekaligus tiadanya bohong, curang

    ataupun mencuri. Narwanti (2011: 65) menuliskan dengan indikator

    pencapaian pembelajaran meliputi beberapa hal dibawah ini:

    a. Membuat laporan hasil percobaan sesuai dengan data yang diperoleh;

    b. Tidak pernah menyontek dalam ulangan;

    c. Tidak pernah berbohong dalam berbicara;

    d. Mengakui kesalahan;

    e. Terbuka dalam memberi penilaian kepada peserta didik.

    3. Toleransi

    Toleransi dalam pandangan Fathurrohman (2013: 19) adalah sikap

    dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

    sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleransi diartikan

    sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap

    perbedaan terhadap agama, aliran kepercayaan, suku adat, bahasa, ras, etnis,

    pendapat dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan

    terbuka, serat dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut. Narwanti

    (2011: 65) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi

    beberapa hal dibawah ini:

  • 29

    a. Pelayanan yang sama terhadap peserta didik tanpa membedakan suku,

    agama, ras, golongan, status sosial dan status ekonomi;

    b. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus;

    c. Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis

    kelamin, agama, suku dan tingkat kemampuan;

    d. Tidak memaksakan pendapat atau kehendak kepada orang lain;

    e. Hormat menghormati;

    f. Raso jo pareso (Raso berarti rasa atau perasaan manusia). Raso dapat

    berbentuk malu, takut, senang atau bahagia. Ukuran raso didasarkan

    pada nilai budi yang dimiliki manusia;

    g. Basa basi;

    h. Sopan santun;

    i. Manyauk dihikie bakato dibawah-bawah (Hati-hati tidak boleh tinggi hati

    atau berbicara tinggi.

    4. Disiplin

    Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

    pada berbagai ketentuan dan peraturan. Mustari (2011: 42) mengemukakan

    bahwa disiplin merujuk pada intruksi sistematis yang diberikan kepada

    murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang

    untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu. Biasanya

    kata “disiplin” berkonotasi negatif, karena untuk melangsungkan tatanan

    dilakukan melalui hukuman. Disiplin dalam arti lain berarti suatu ilmu

    tertentu yang diberikan kepada murid. Narwanti (2011: 66) menuliskan

  • 30

    dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi beberapa hal yaitu:

    Hadir tepat waktu, mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran, mengikuti

    prosedur kegiatan pembelajaran dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

    5. Kerja Keras

    Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

    sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

    menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Mustari (2011: 52)

    mengemukakan bahwa kerja keras yang mesti dilakukan adalah hal-hal yang

    baik-baik, memperhatikan supaya segala urusannya dapat berbuah lezat dan

    dapat dirasakan manfaatnya, baik usaha itu tertuju pada bidang pelajaran

    ataupun pekerjaan. Kepentingannya agar apa-apa yang diusahakan itu tidak

    mudah roboh dan hancur, tidak mudah rusak dan punah, dihindarkan dari

    rasa mempermudah pekerjaan, sehingga menyebabkan mudah binasa dan

    terbengkalai. Nurwanti (2011: 66) menuliskan dengan indikator pencapaian

    pembelajaran meliputi beberapa hal dibawah ini:

    a. Berupaya dengan gigih untuk menciptakan semangat kompetisi yang

    sehat;

    b. Substansi pembelajaran menantang peserta didik untuk berpikir keras;

    c. Menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guru;

    d. Berupaya mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi.

    6. Kreatif

    Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

    cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Suyadi (2013: 8)

  • 31

    mengemukakan kreatif sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan

    inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu

    menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari

    sebelumnya. Narwanti (2011: 66) menuliskan dengan indikator pencapaian

    pembelajaran meliputi beberapa hal dibawah ini:

    a. Menciptakan situasi belajar yang mendorong munculnya kreativitas

    peserta didik;

    b. Memberi tugas yang menantang munculnya kreativitas peserta didik

    (tugas projek, karya ilmiah, dsb);

    c. Menghasilkan suatu karya baru, baik otentik maupun modifikasi.

    7. Mandiri

    Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

    orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mustari (2011: 94)

    mengemukakan orang mandiri adalah orang yang cukup-diri

    (self_sufficient), yaitu orang yang mampu berpikir dan berfungsi secara

    independen, tidak perlu bantuan orang lain, tidak menolak resiko dan bisa

    memecahkan masalah, bukan hanya khawatir tentang masalah-masalah yang

    dihadapinya. Orang seperti itu akan percaya pada keputusannya sendiri,

    jarang membutuhkan orang lain untuk menerima pendapat atau bimbingan

    orang lain. orang yang mandiri dapat menguasai kehidupannya sendiri dan

    dapat menangani apa saja dari kehidupan yang ia hadapi. Narwanti (2011:

    66) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi

    beberapa hal dibawah ini:

  • 32

    a. Dalam ulangan tidak mengharapkan bantuan kepada orang lain;

    b. Penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan secara mandiri;

    c. Mempresentasi hasil pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan;

    d. Memotivasi peserta didik untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

    8. Demokratis

    Demokratis adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang

    menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Narwanti (2011:

    67) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi

    beberapa hal dibawah ini:

    a. Pembelajaran yang dialogis dan interaktif;

    b. Keterlibatan semua peserta didik secara aktif selama pembelajaran;

    c. Menghargai setiap pendapat peserta didik.

    9. Rasa Ingin Tahu

    Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya

    untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

    dipelajarinya, dilihat dan didengar. Mustari (2011: 104) mengemukakan

    kuriositas (rasa ingin tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku

    mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Rasa

    ingin tahu terdapat pada pengalaman manusia dan binatang. Istilah itu juga

    dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu sendiri yang disebabkan

    oleh emosi ingin tahu. Karena emosi ini mewakili kehendak untuk

    mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa diibaratkan “bensin” atas

    “kendaraan” ilmu dan disiplin lain dalam studi yang dilakukan oleh

  • 33

    manusia. Narwanti (2011: 67) menuliskan dengan indikator pencapaian

    pembelajaran meliputi beberapa hal dibawah ini:

    a. Penerapan dan elaborasi dalam pembelajaran;

    b. Memanfaatkan media pembelajaran (cetak dan elektronik) yang

    menumbuhkan keingintahuan;

    c. Menumbuhkan keinginan untuk melakukan penelitian;

    d. Berwawasan yang luas.

    10. Semangat Kebangsaan

    Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan

    berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

    kepentingan diri dan kelompoknya. Narwanti (2011: 67) menuliskan dengan

    indikator pencapaian pembelajaran meliputi: Bekerjasama dengan teman

    yang berbeda suku/etnis dan mengaitkan materi pelajaran dengan peristiwa

    yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme.

    11. Cinta Tanah Air

    Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

    menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap

    bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

    Narwanti (2011: 67) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran

    meliputi beberapa hal dibawah ini:

    a. Menyanyikan lagu-lagu perjuangan;

    b. Diskusi tentang kekayaan alam, budaya bangsa, peristiwa alam dan

    perilaku menyimpang;

  • 34

    c. Menumbuhkan rasa mencintai produk dalam negeri dalam pembelajaran;

    d. Menggunakan media dan alat-alat pembelajaran produk dalam negeri.

    12. Menghargai Prestasi

    Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong

    dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan

    mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Narwanti (2011: 68)

    menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi beberapa

    hal yaitu: Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan

    ide, bakat dan kreasi, pujian kepada peserta didik yang telah menyelesaikan

    tugas dengan baik, mengajukan ide cemerlang atau menghasilkan suatu

    karya, dan trampil.

    13. Bersahabat/Komunikatif

    Bersahabat/komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa

    senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Narwanti

    (2011: 68) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi

    beberapa hal dibawah ini:

    a. Pengaturan kelas memudahkan peserta didik berinteraksi;

    b. Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan;

    c. Melakukan bimbingan kepada peserta didik yang memerlukan;

    d. Mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan santun ;

    e. Menyajikan hasil tugas secara lisan atau tertulis.

  • 35

    14. Cinta Damai

    Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang

    menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.

    Narwanti (2011: 68) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran

    meliputi beberapa hal yaitu: Tidak saling mengejek dan memburuk-

    burukkan orang lain, saling menjalin kerjasama dan tolong menolong dan

    menciptakan suasana damai dilingkungan sekolah. Saiyo sakato / sahino

    samalu (menghadapi suatu masalah atau pekerjaan, akan selalu terdapat

    perbedaan pandangan dan pendirian antar orang satu dengan yang lain.

    Bagaimana proses keputusan diambil, namun setelah ada mufakat maka

    keputusan itu harus dilaksanakan oleh semua pihak, karena tetap utuh dan

    tetap satu

    15. Gemar Membaca

    Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk

    membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Suyadi

    (2013: 9) mengemukakan gemar membaca juga bisa diartikan sebagai

    kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus

    guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan

    sebagainya sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya. Narwanti (2011:

    69) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi

    beberapa hal dibawah ini:

    a. Penugasan membaca buku pelajaran dan mencari referensi;

  • 36

    b. Peserta didik lebih mengutamakan membeli buku dibanding dengan yang

    lainnya;

    c. Peduli lingkungan;

    d. Kebersihan ruang kelas terjaga;

    e. Menyediakan tong sampah organik dan unorganik;

    f. Hemat dalam penggunaan bahan praktik;

    g. Penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik.

    16. Peduli Lingkungan

    Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya

    mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

    mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

    sudah terjadi.

    17. Peduli Sosial

    Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

    bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Narwanti

    (2011: 96) menuliskan dengan indikator pencapaian pembelajaran meliputi

    beberapa hal dibawah ini:

    a. Tanggap terhadap teman yang mengalami kesulitan;

    b. Tanggap terhadap keadaan lingkungan;

    c. Kaba baiak bahimbauan, kaba buruak ba hambauan (kabar baik

    dipanggil kabar buruk diusir). Seandainya memperoleh kabar baik maka

    hendaknya disampaikan;

  • 37

    d. Barek samo dipikuo, ringan samo dijinjiang (berat sama dipikul, ringan

    sama dijinjing).

    18. Tanggung Jawab

    Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

    melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap

    diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan

    Tuhan Yang Maha Esa. Narwanti (2011: 69) menuliskan dengan indikator

    pencapaian pembelajaran meliputi: selalu melaksanakan tugas sesuai dengan

    aturan/kesepakatan dan bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang

    dilakukan.

    H. Urgensi Pendidikan Karakter

    Persoalan karakter tidak dapat disangkal bahwa dalam kehidupan

    manusia di muka bumi sejak dulu sampai sekarang dan juga zaman yang akan

    datang, merupakan persoalan yang besar dan penting, bisa dikatakan persoalan

    hidup dan matinya suatu bangsa. Fakta-fakta sejarah telah cukup banyak

    memperlihatkan kepada kita bukti bahwa kekuatan dan kebesaran suatu bangsa

    pada hakikatnya berpangkal pada kekuatan karakternya, yang menjadi tulang

    punggung bagi setiap bentuk kemajuan lahiriah bangsa tersebut.

    Manusia mempunyai dua unsur pokok (yaitu jasmani dan rohani) dan

    rohani itulah yang memegang “komando” terhadap jasmani. Rohani kita yang

    mengatur apapun yang akan dilakukan. Maka dari itu usaha pendidikan

    karakter sungguh sangat diperlukan, karena pendidikan karakter dapat

  • 38

    menahan kemerosotan karakter seseorang. Selain itu, pendidikan karakter juga

    dapat meningkatkan mutu karakter generasi sekarang dan yang akan datang.

    Pendidikan karakter tidak hanya membuat seorang anak mempunyai

    akhlak mulia, akan tetapi juga dapat meningkatkan kualitas akademiknya.

    Hubungan antara keberhasilan pendidikan karakter dengan keberhasilan

    akademik dapat menumbuhkan suasana sekolah yang menyenangkan dan

    proses belajar mengajar yang kondusif.

    Fathurrohman (2013: 117) mengemukakan satu hal yang perlu

    dikemukakan dalam kaitan pentingnya pendidikan karakter bagi anak didik

    adalah pembinaan akhlak. Karena akhlak memegang peranan sangat penting

    dalam kehidupan manusia sehari-hari. Akhlak terpuji merupakan nilai ibadah

    dan sekaligus merupakan tujuan yang sangat mendasar dalam hidup manusia

    sehari-hari, berikut kaitannya dengan Akhlak antara lain:

    1. Akhlak Adil

    Adil adalah memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa

    memihak, membeda-bedakan di antara mereka atau bercampur tangan yang

    diiringi hawa nafsu.

    2. Akhlak Ihsan

    Ihsan (berbuat baik) adalah ikhlas dalam beramal dan melakukan

    amal itu sebaik-baiknya tanpa diiringi riya’ atau sum’ah (ingin kedengaran

    orang lain dalam beramal). Sedangkan ihsan dalam pergaulan maksudnya

    adalah bergaul yang baik dengan semua orang. Misal, a) dengan orang tua

    yaitu mematuhi dan berbakti, tidak menyakiti, memohon ampun,

  • 39

    melaksanakan janji mereka, b) dengan saudara yaitu menyayangi,

    melakukan hal-hal yang mereka sukai dan menjauhi yang tidak disukai

    mereka, c) dengan orang diperjalanan yaitu membantu keperluannya,

    menjaga kehormatan, d) dengan anak yatim, orang miskin, pembantu yaitu

    hendaknya berbelas kasih, memperhatikan pendidikan mereka, menyayangi,

    tidak menyakiti, tidak merendahkan dan tidak berlaku sombong kepada

    mereka, melindungi, menghargai kedudukannya, menghormati

    kepribadiannya.

    3. Akhlak Kasih Sayang

    Kasih sayang merupakan akhlak terpuji yang melembutkan akhlak

    tercela seseorang, berusaha menghilangkannya dan menyesali kesalahan-

    kesalahannya. Kasih sayang adalah kelembutan dalam hati yang

    dihubungkan dengan rasa sakit ketika terasa oleh indra. Atau kasih sayang

    adalah mendampingi teman di waktu duka atau suka. Meskipun kasih

    sayang pada dasarnya kelembutan hati, tetapi sama sekali bukan sekedar

    emosi diri yang berpengaruh ke luar (misal memaafkan orang yang bersalah,

    membantu yang tertindas, memberi makan yang lapar, memberi pakaian,

    memberi obat kepada yang sakit) tetapi justru mempunyai pengaruh

    eksternal dan bentuk yang nyata yang terwujud di alam yang nyata. Kasih

    sayang itu tidak terbatas kepada manusia saja, tetapi kepada seluruh alam,

    misalnya binatang, tanaman, maupun benda-benda mati. Nabi Muhammad

    Saw bersabda “Barang siapa yang tidak menyayangi yang di bumi, ia tidak

    disayangi oleh yang di langit”.

  • 40

    4. Akhlak Malu

    Malu merupakan akhlak yang paling menonjol dan yang paling

    berperan dalam menjaga diri dari segala keburukan. Adapun faidah malau

    adalah dapat mengajak kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.

    Dan malu tak akan menghambat seseorang untuk berkata benar, menyuruh

    kebaikan dan melarang kemungkaran.

    5. Akhlak jujur

    Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya lawan dari dusta. Nabi

    Muhammad Saw bersabda “Jujur itu merupakan ketentraman”. Jujur

    menjadi karakter yang perlu untuk mendapatkan perhatian yang memadai

    pada proses pendidikan. Pentingnya pendidikan karakter dalam diri

    seseorang, juga ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari pendidikan

    karakter, antara lain:

    a. Peserta didik mampu mengatasi masalah pribadinya sendiri

    b. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain

    c. Dapat memotivasi peserta didik dalam meningkatkan prestasi

    akademiknya

    d. Meningkatkan suasana sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan

    serta kondusif untuk proses belajar mengajar yang efektif.

    I. Pengembangan Karakter sebagai Proses Pendidikan

    1. Tahapan Pengembangan Karakter

    Pengembangan karakter sebagai proses yang tiada henti terbagi

    menjadi empat tahapan : pertama, pada usia dini disebut sebagai tahap

  • 41

    pembentukan karakter; kedua, pada usia remaja disebut sebagai tahap

    pengembangan; ketiga, pada usia dewasa disebut sebagai tahap pemantapan;

    keempat, pada usia tua disebut sebagai tahap pembijaksanaan

    2. Domain Pendidikan Karakter

    Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),

    acting, menuju kebiasaan (habit). Karakter tidak sebatas pada pengetahuan.

    Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kebaikan belum tentu

    mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya jika tidak terlatih untuk

    melakukan kebaikan tersebut, karakter tidak sebatas pengetahuan. Karakter

    lebih dalam lagi,menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan

    demikaian, diperlukan komponen karakter yang baik (companents of good

    character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral

    feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan moral.

    Hal ini diperlukan siswa didik agar mampu memahami, merasakan dan

    mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan (Zubaedi, 2012: 110).

    Muslich (2011: 133) mengemukakan bahwa moral knowing

    merupakan hal yang penting untuk diajarkan. Moral knowing ini terdiri dari

    enam hal, yaitu: (1) moral awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral

    values (mengetahui nilai-nilai moral), (3) perspective taking, (4) moral

    reasoning, (5) decision making dan (6) self knowledge. Moral feeling adalah

    aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan

    sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-

    prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus

  • 42

    mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni

    (1) conscience (nurani), (2) self esteem ( percaya diri), (3) empathy (

    merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good (mencintai

    kebenaran), (5) self control (mampu mengontrol diri) dan (6) humility

    (kerendahan hati).

    Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat

    diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini

    merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lain. untuk

    memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act

    morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi

    (competence), keinginan (wiil) dan kebiasaan (habit) (Muslich, 2011: 134).

    Ketiga aspek moral tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat

    dan ketiganya saling bersinergi. Seorang anak harus diberikan pengetahuan

    tentang moral karena tanpa adanya arahan dari orang tua, anak tidak akan

    memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang moral yang dengannya anak

    mengetahui hal-hal yang baik dan yang buruk. Penanaman perasaan moral

    dan pelaksanaan atau tindakan moral harus ditanamkan sejak dini, karena

    seorang anak yang sudah terlanjur dan terbiasa melakukan hal-hal buruk

    atau negatif akan sulit sekali untuk menanamkan moral kembali, maka

    sebelum hal itu terjadi alangkah baiknya dilakukan pencegahan sebelum

    terjadi hal yang tidak diinginkan.

  • 43

    J. Realitas Pendidikan Karakter bagi Peserta Didik

    Pendidikan karakter sekarang ini masih belum menunjukkan tanda-

    tanda kualitasnya dan pendidikan agama dianggap belum bisa memperkuat

    moralitas anak. Selain itu pendidikan karakter juga belum dapat dilaksanakan

    secara optimal, baik oleh pemerintah maupun pelaku pendidikan.

    Secara umum, ada empat kelemahan yang menyebabkan pendidikan

    karakter belum optimal yaitu sebagai berikut :

    1. Guru belum memahami sepenuhnya bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai

    karakter pada masing-masing materi pelajaran. Sehingga ketika

    menyantumkan nilai karakter saat penyusunan silabus dan RPP terkesan asal

    yang penting bunyi nilai karakter “formalitas”;

    2. Silabus dan RPP hanya sebagai formalitas, maka dalam proses pembelajaran

    berjalan secara konvensional sesuai gaya guru masing-masing dan tidak

    mencerminkan pelaksanaan dari silabus dan RPP, sehingga pesan

    penanaman nilai karakter juga tidak terealisasikan;

    3. Masih kuatnya orientasi pendidikan pada dimensi pengetahuan dan kurang

    memperhatikan pengembangan sikap. Hal ini menyebabkan peserta didik

    mengetahui banyak hal, namun kurang memiliki sistem nilai, sikap, minat

    maupun apresiasi secara positif terhadap apa yang diketahuinya;

    4. Masih kuatnya asumsi bahwa jika aspek perkembangan kognitif

    dikembangkan secara benar maka aspek afektif akan ikut berkembang.

    Asumsi ini salah, mengingat pengembangan afektif bisa secepat

  • 44

    perkembangan kognitif, jika pengalaman pembelajaran afektif diberikan

    sama banyaknya dengan pengalaman pembelajaran kognitif.

    Empat kelemahan dalam pendidikan karakter diatas bisa disimpulkan

    bahwasannya karakter peserta didik belum dapat dikembangkan secara baik

    dalam proses pembelajaran disekolah. Karakter peserta didik belum bisa

    dikatakan baik jika dalam proses belajar mengajarnya tidak baik, gurunya yang

    seharusnya menjadikan peserta didik memiliki budi pekerti yang baik tetapi

    peserta didik tidak diperlakukan dengan baik. Misalnya, seorang guru hanya

    memberi pembelajaran kognitif saja, sehingga anak didik belum mampu

    mengerti seperti apa harus bersikap dan bertindak.

    Peserta didik tidak terarah, tidak kuad moralitasnya selalu melakukan

    hal-hal yang negatif, tidak mengerti mana hal yang baik dan mana hal yang

    tidak baik. Selain dari pihak guru, keluarga juga sangat penting dalam

    menjadikan karakter peserta didik menjadi lebih baik. Misalnya bisa dengan

    memberi pengetahuan-pengetahuan agama, menanamkan sikap-sikap yang

    baik agar menjadi pribadi yang baik.

    Perkembangan zaman yang semakin maju, realitasnya karakter peserta

    didik belum mencapai tahap yang sempurna. Masih banyak peserta didik yang

    tidak bermoral, bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan dan norma agama.

    Misalnya, banyak anak-anak kecil yang sudah merokok, bahkan sampai

    melakukan hal-hal yang keji. Bukan hanya peran orang tua dan guru saja, akan

    tetapi faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak.

    Lingkungan yang baik akan berpengaruh baik dan lingkungan yang buruk akan

  • 45

    berpengaruh buruk. Dalam menjaga dan mengawasi pergaulan anak harus

    berhati-hati agar tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak baik.

  • 46

    BAB III

    PENDIDIKAN ISLAM

    A. Definisi Pendidikan Islam

    Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk

    pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik

    yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhksuburkan hubungan

    yang harmonis setiap pribadi dengan Allah Swt, manusia dan alam semesta

    (Daulay, 2012: 3). Berbeda dengan Yasin (2008: 7) mendefinisikan pendidikan

    Islam adalah suatu disiplin ilmu karena merupakan sekumpulan ide-ide dan

    konsep-konsep ilmiah dan intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui

    pengalaman dan pengetahuan. Mengalami dan mengetahui merupakan pangkal

    dari konseptualisasi manusia yang berlanjut kepada terbentuknya suatu ilmu

    pengetahuan. Yasin (2008: 24) Melengkapi konsepnya bahwa pendidikan

    Islam adalah suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua

    aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah dan ilmiah

    baik secara individual maupun kolektif menuju ke arah pencapaian

    kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam

    Pendidikan Islam bertolak dari pandangan Islam tentang manusia. Al-

    Qur’an menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai fungsi

    ganda yang sekaligus mencakup tugas pokok. Fungsi pertama, manusia sebagai

    khalifah Allah Swt di bumi. Yang mengandung arti bahwa manusia diberi

    amanah untuk memelihara, merawat, memanfaatkan serta melestarikan alam

    raya. Agar terlaksana funsi khalifah tersebut dengan baik, maka manusia

  • 47

    memiliki syarat pokok yaitu keilmuan dan memiliki moral atau akhlak. Fungsi

    kedua, manusia adalah makhluk Allah Swt yang ditugasi untuk menyembah

    dan mengabdi kepada-Nya. Manusia tunduk dan pasrah kepada kebesaran

    Allah Swt. Hubungan manusia dengan Allah Swt adalah hubungan khalik

    dengan makhluk.

    Pendidikan Islam ialah mendidik akhlak dan jiwa, menanamkan rasa

    fadhilah (keutamaan), membiasakan dengan kesopanan yang tinggi,

    mempersiapkan untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.

    Berdasarkan beberapa definisi pendidikan Islam di atas, dapat di simpulkan

    bahwa pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim seutuhnya,

    mendidik akhlak dan jiwa serta mengembangkan seluruh potensi manusia

    dalam semua aspek, baik spiritual, intelektual, jasmani dan ilmiah dan

    mempersiapkan kehidupan yang ikhlas dan jujur.

    B. Dasar Pendidikan Islam

    Dasar pendidikan Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Di atas

    kedua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam, kedua pilar itu pula

    yang melahirkan pendapat para ulama dan cendekiawan Muslim tentang dasar

    pendidikan Islam. Dasar ketiga, yaitu ijtihad para ulama dan cendekiawan

    Muslim tentang pendidikan Islam (Daulay, 2012: 7).

    Konsep Daulay tentang Dasar-dasar pendidikan Islam tersebut dapat

    dipaparkan di bawah ini:

  • 48

    1. Al-Qur’an

    Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh

    jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Didalamnya terkandung ajaran pokok

    yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui

    ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip

    besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut

    Aqidah dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.

    Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut, yang eksistensinya

    tidak mengalami perubahan walaupun interpretasinya dimungkinkan

    mengalami perubahan sesuai dengan konteks zaman, keadaan dan tempat

    (Muhaimin, 1993: 145). Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan Islam

    memiliki Keistimewaan, yaitu menghormati akal manusia, bimbingan

    ilmiah, tidak menentang fitrah manusia, penggunaan kisah-kisah untuk

    tujuan pendidikan dan memelihara keperluan-keperluan sosial (Achmadi,

    1987: 21).

    Ketetapan Allah itu terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 59, sebagai

    berikut:

    $pkš‰r'̄»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãè‹ÏÛ r& ©! $# (#qãè‹ÏÛr&ur tA qß™ §9$# ’Í

  • 49

    Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Swt (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

    Firman Allah Swt dalam surat Al-Luqman ayat 13 yang memaparkan

    contoh pendidikan Islam, sebagai berikut:

    øŒÎ)ur tA $s% ß̀»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8 ÎŽô³ è@ «! $$Î/ ( žc Î) x8 ÷ŽÅe³ 9$# íOù=Ýàs9

    ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ

    Artinya:

    “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

    2. As-Sunnah

    As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul

    Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau

    perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja

    kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran

    kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan

    syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup

    manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia

    seutuhnya atau muslim yang bertakwa.

  • 50

    Hadis Rasul menyebutkan,

    ُاْطُلُبوا الِعْلَم ِمَن الَمْھِد ِإلى اللَّْحِد

    “ Tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai keliang lahat ”.

    Hadis Rasul di atas mencerminkan bahwa pendidikan Islam

    menghendaki proses yang terus-menerus dan sepanjang hayat. Dapatlah

    dikatakan juga bahwa pendidikan Islam harus dilaksanakan dalam tiga

    lembaga pendidikan tersebut, yaitu dalam keluarga yang menjadi tanggung

    jawab orang tua, di sekolah yang menjadi tanggung jawab para guru,, di

    masyarakat yang menjadi tanggung jawab para tokoh dan semua anggota

    masyarakat. Oleh karena itu, terlihatlah betapa pentingnya dan mutlak

    diperlukan adanya keterpaduan (Baharuddin, 2010: 16).

    3. Ijtihad

    Ijtihad ialah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang

    dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan/ menentukan sesuatu

    hukum Syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan

    hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja

    meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap

    berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah (Daradjat, 2011: 21).

    C. Tujuan Pendidikan Islam

    Pendidikan Islam akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan

    terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keselurahan, yaitu

    kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola

    takwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan

  • 51

    berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah Swt. Ini

    mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan

    manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar

    mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan

    Allah dan dengan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin

    meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di

    akhirat nanti

    Ada beberapa tujuan pendidikan Islam (Daradjat, 2011: 29) antara lain

    tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional yaitu

    sebagai berikut:

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan

    pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan

    harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang

    menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai

    kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,

    penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya.

    2. Tujuan Akhir

    Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan

    akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan

    umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami

    perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup

    seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.

  • 52

    Karena itulah, pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk

    menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan

    mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah

    takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan

    dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya

    pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh

    diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.

    3. Tujuan Sementara

    Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah

    kelihatan meskipun dalam ukuran sederhan, sekurang-kurangnya beberapa

    ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan

    Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling

    rendah mungkin merupakan lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat

    pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan

    pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan.

    4. Tujuan Operasional

    Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik

    suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih

    ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang

    paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang

    ditonjolkan. Misalnya, dapat berbuat, terampil melakukan, lancar

    mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal

    kecil. Pada masa permulaan yang penting ialah anak didik mampu dan

  • 53

    terampil berbuat, baik perb