15
KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK Oleh Agus Mulyadi Utomo* *Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Pandangan seni keramik sampai saat ini masih tumpang tindih (overlaping) atau terpadu. Umumnya belum banyak yang mempersoalkan ciri khas masing-masing konsep penciptaan, perbedaan-perbedaannya, dan kecenderungan dalam mengolah seni keramik. Pada dasarnya ketiga bagian seni keramik tersebut mempunyai ciri khas dan penonjolan masing-masing secara terpisah. Konsep penciptaan seni keramik seperti yang diuraikan, memiliki tiga arah pengembangan — sebagai seni murni, seni kriya (kerajinan) seni pakai. Berdasarkan kecenderungan yang melatarbelakangi sifat-sifatnya The display of ceramic art to date is still overlapping (overlaping) or integrated. Generally not many are questioning the characteristics of each concept of creation, differences, and tendencies in ceramic art processing. Basically, the three parts of ceramic art have their own characteristics and separate bulge. The concept of ceramic art creation as described, has three directions of development - as pure art, craft art (craft) and art use. Based on the trends behind nature. Kaywords: Concepts of Ceramic Art, Art Crafts and Art of Use PENDAHULUAN Lempung atau tanah liat adalah bahan baku keramik yang memiliki sifat plastis dan menurut atau mudah dibentuk apa saja dengan berangkat dari karakter awal yang tidak menentu (abstrak). Sehingga apapun yang terkandung dalam suatu benda keramik – baik sebagai benda teknis, benda praktis (pakai), benda estetis, maupun sebagai benda spiritual (magis) – berasal dari Imajinasi penciptanya saja. Kebebasan yang begitu luas memang merangsang daya cipta dan imajinasi serta pengembangan IPTEKS. Sisi lain dari dampak kebebasan itu berakibat buruk karena benda keramik menjadi tidak bermutu dan kehilangan arah dan tujuannya dengan kata lain menjadi benda “iseng” tanpa arti. Pandangan seni keramik sampai saat ini masih terasa tumpang tindih (overlaping) atau terpadu. Umumnya belum banyak yang mempersoalkan ciri khas dan perbedaan, serta kecenderungan dalam mengolah seni keramik. Pada dasarnya ketiga bagian seni keramik tersebut mempunyai ciri khas dan penonjolan masing-masing secara terpisah. Adapun konsep penciptaan seni keramik seperti yang diuraikan berikut, memiliki tiga arah pengembangan yaitu sebagai seni murni, seni kriya (kerajinan) dan seni guna-pakai. Berdasarkan kecenderungan yang melatarbelakangi sifat-sifatnya dapat digambarkan pada bagan-bagan berikut di bawah ini:

KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK Oleh

Agus Mulyadi Utomo* *Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia Denpasar

Pandangan seni keramik sampai saat ini masih tumpang tindih (overlaping) atau terpadu.

Umumnya belum banyak yang mempersoalkan ciri khas masing-masing konsep penciptaan, perbedaan-perbedaannya, dan kecenderungan dalam mengolah seni keramik. Pada dasarnya ketiga bagian seni keramik tersebut mempunyai ciri khas dan penonjolan masing-masing secara terpisah. Konsep penciptaan seni keramik seperti yang diuraikan, memiliki tiga arah pengembangan — sebagai seni murni, seni kriya (kerajinan) seni pakai. Berdasarkan kecenderungan yang melatarbelakangi sifat-sifatnya

The display of ceramic art to date is still overlapping (overlaping) or integrated.

Generally not many are questioning the characteristics of each concept of creation, differences, and tendencies in ceramic art processing. Basically, the three parts of ceramic art have their own characteristics and separate bulge. The concept of ceramic art creation as described, has three directions of development - as pure art, craft art (craft) and art use. Based on the trends behind nature. Kaywords: Concepts of Ceramic Art, Art Crafts and Art of Use

PENDAHULUAN

Lempung atau tanah liat adalah bahan baku keramik yang memiliki sifat plastis dan

menurut atau mudah dibentuk apa saja dengan berangkat dari karakter awal yang tidak menentu (abstrak). Sehingga apapun yang terkandung dalam suatu benda keramik – baik sebagai benda teknis, benda praktis (pakai), benda estetis, maupun sebagai benda spiritual (magis) – berasal dari Imajinasi penciptanya saja. Kebebasan yang begitu luas memang merangsang daya cipta dan imajinasi serta pengembangan IPTEKS. Sisi lain dari dampak kebebasan itu berakibat buruk karena benda keramik menjadi tidak bermutu dan kehilangan arah dan tujuannya dengan kata lain menjadi benda “iseng” tanpa arti.

Pandangan seni keramik sampai saat ini masih terasa tumpang tindih (overlaping) atau terpadu. Umumnya belum banyak yang mempersoalkan ciri khas dan perbedaan, serta kecenderungan dalam mengolah seni keramik. Pada dasarnya ketiga bagian seni keramik tersebut mempunyai ciri khas dan penonjolan masing-masing secara terpisah. Adapun konsep penciptaan seni keramik seperti yang diuraikan berikut, memiliki tiga arah pengembangan yaitu sebagai seni murni, seni kriya (kerajinan) dan seni guna-pakai. Berdasarkan kecenderungan yang melatarbelakangi sifat-sifatnya dapat digambarkan pada bagan-bagan berikut di bawah ini:

Page 2: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

AC CB

Keterangan: A : Ciri Khas Seni Murni B : Ciri Khas Seni Pakai C : Ciri Khas Seni Kriya (Kerajinan) AC : Kecendrungan Seni Murni dengan Seni Kriya (Kerajinan) CB : Kecendrungan Seni Pakai dengan Seni Kriya (Kerajinan)

A C B

SKEMA ARAH DAN KEDUDUKAN PADA SENI KRAMIK

Apabila ciri khas dikembangkan (lihat dalam analisis pada bagan 2 & 3 harus ditarik keluar)

maka konsep penciptaan seni dapat berdiri sendiri tanpa ada kecenderungan dan perpaduan seni. Disamping itu suasana tumpang tindih kurang mendukung perkembangan seni keramik itu sendiri. Kedudukan seni kriya (kerajinan) berada ditengah-tengah yang menunjukkan seni ini umumnya lebih berupa kecenderungan, baik ke seni murni atau ke seni pakai tergantung dari wawasan para kriyawan itu sendiri dan bila ingin memiliki ciri khas harus berdiri sendiri.

Pandangan Seni Keramik

( Overlap )

Pengembangan seni keramik diperlukan spesialisasi, Karena penyempitan bidang garapan

akan memudahkan didalam mempelajari serta mendalaminya. Dengan arah pengembangan yang jelas tentu mutunya akan meningkat dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang juga semakin berkembang. Sikap yang semakin jelas dalam pengembangan seni

Keterangan: A : Ciri khas Seni Murni (Ekspresi) B : Ciri Khas Desain (Fungsi/Guna-Pakai) C : Ciri Khas Kriya (Kerajinan/Hias) AB,AC dan BC: Kecenderungan- kecenderungan ABC: Perpaduan A, B, C = Ditarik keluar semakin Khas A, B, C= Ditarik kedalam semakin Padu

Page 3: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

keramik diperlukan khususnya dalam dunia pendidikan yang bersifat formal dan pembinaan seni di masyarakat pada umumnya.

Keramik tidaklah lepas dari unsur teknologi dan seni, yang merupakan dwi-tunggal. Secara relatif parameter pengembangannya dapat dilihat dalam bagan berikut:

STRATA PARAMETER PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK

Keramik Seni Murni

Keramik Kerajinan

Keramik Pakai

Keramik Teknis

Sumber: Balai Peenelitian Keramik Bandung

SENI KERAMIK MURNI Keramik yang dibuat untuk tujuan yang murni bernilai ungkap termasuk sebagai “seni

murni” atau fine art, yang lazim disebut sebagai “keramik ekspresi” karena identitas dan emosi penciptaannya menonjol serta tidak mengulang-ulang (tidak digandakan secara massal) yang dibuat oleh individu atau pribadi yang bebas tidak terikat (merdeka). Keramik jenis ini melayani kebutuhan atau kehidupan jiwa seperti adanya suasana hati atau batin atau perasaan, hasrat dan ekspresi atau ungkapan serta emosi, secara sadar atau tidak merupakan perwujudan nilai-nilai tertentu dari kehidupan manusia itu sendiri. Bisa dikatakan keramik ini sebagai “keramik bebas” yang pembuatannya tidak terikat oleh kegunaan atau fungsi pakai tertentu, tetapi muncul sebagai karya itu sendiri.

Pencetus gaya ini, seperti L’art pour l’art atau “seni untuk seni” adalah seorang Perancis yang bernama Thephile Gautier (Lionella Venturi, 1964:237-266). Gautier bereaksi terhadap keadaan zamannya, dimana seni dimanfaatkan untuk tujuan dan tendensi politik, komersial materialistik maupun moralistik. Ia menginginkan agar seni “dimurrnikan”, dinikmati dan dihargai bukan karena alasan lain diluar seni itu sendiri. Demikian pula yang terjadi pada zaman LEKRA, dimana politik adalah sebagai panglima, maka seni harus mengabdi kepadanya. Seni yang “murni” harus bebas propaganda dan tendensi di luar seni. Demikian pula kehadiran “seni murni” dalam keramik, merupakan suatu perwujudan yang original dan mengandung kejujuran emosional secara individual, berdiri sendiri, secara khusus bereksistensi mandiri, merupakan proyeksi preferensi, apresiasi dan kesadaran akan nilai-nilai kehidupan dan kepribadian, baik secara rasional maupun irasional (intuitif).

Pembuatan keramik “seni murni” mempunyai maksud untuk mengkomunikasikan pemikiran atau penyampaian ekspresi melalui bahasa rupa, lewat bahan, tekstur, warna, bentuk, ruang, bidang, garis, simbol dan lain sebagainya, yang menjadi suatu susunan dan dapat membangkitkan masyarakat apresiasi. Pembuatan keramik jenis ini atas dasar kesenangan dan telah menjadi ciri khas yakni dibuat dalam jumlah terbatas, bahkan sebagai benda satu-satunya di Dunia.

S ENI

T E K N O L O G I OO

100 0

100 0

Page 4: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

Dengan demikian kehadiran “seni murni” ini patut untuk diperhitungkan dan direnungi sebagai manifestasi kebudayaan bangsa, sebagai bagian dari kehidupan, yang juga ikut berperan dalam mencerdaskan masyarakat, dapat sebagai media untuk menyalurkan hasrat, emosi atau ekspresi atau pikiran sehingga kehidupan menjadi selaras dan seimbang, baik material maupun spiritual. Lebih lanjut pada perkembangannya, seni keramik murni tidak lagi terkotak-kotak, bersifat universal, bebas dan hidup dalam dinamika masyarakatnya. Berikut beberapa contoh karya seni murni dari beberapa keramikus.

Memperhatikan karya Robert Milnes, seorang guru besar keramika di Edinbiro State College, Pennsylvania, Amerika ini, yang mengolah bentuk dan warna yang diulang-ulang sebagai unit-unit dengan perubahan posisi dan posisi yang memutar, dalam ruang atau lingkungan tertentu, sebagai sebuah konstruksi sistematis seakan sifat antar hubungan seperti yang terlihat pada karya berjudul “Clip” (lihat gambar). Suatu kemampuan untuk mengubah-ubah posisi tertentu dari bentuk simetri dasar, bentuk geometris dalam ruang yang dianggap tidak “naik” dan tidak “turun”. Suatu ungkapan yang sangat pribadi sekali. Akhirnya semua itu dikembalikan kepada masarakat apresiasi, untuk dinikmati, ditonton, ditafsirkan atau dikritik. Perjalanan dari tahapan proses pembuatan seni sangat menarik untuk disimak, karena akan memberikan berbagai pengalaman batin dan juga inspirasi dalam proses kreasi yang menunjukkan bagaiman seorang seniman mendalami seni dan materi keramik sebagai media ekspresi atau komunikasi.

Pada karya Kimiyo Mishima, dari Jepang, yang merupakan keramik kontemporer Jepang,

yaitu dengan mencetak berbagai bahan seakan realistis mengingatkan akan kejadian dan kehidupan sehari-hari seperti adanya sobekan kertas koran dan majalah serta kadus bekas yang berantakan, telah berhasil melepaskan diri dari bentuk keramik tradisional yang terikat fungsi. Suatu peniruan yang lihai dari Kimiyo, terlihat ketelitiannya dari tulisan, iklan serta karakter kertas dan karton sangat kuat ditampilkan, menunjukkan Ia sangat dekat dengan kehidupan lingkungan sehari-hari (lihat gambar). Penguasaan teknologi dikuasai Kimiyo sehingga mendukung karya-karyanya sebagai ungkapan atau ekspresi pribadi yang selanjutnya untuk direnungi bersama.

Foto Karya Robert Milnes Berjudul “ Clip”

, 1979 (Katalogus Pameran Porselin Amerika)

Karya Keramik Kimiyo Mishima ,

Jepang, tahun 1991 (katalogus) Pameran .

Page 5: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

Keramikus Jepang lainnya, seperti Takako Araki, yang mencoba mengekspresikan citra dari sebuah kitab suci injil, sebagai simbol, yang digambarkan lapuk dimakan waktu atau usia pada era-nuklir dan komputerisasi. Ia mencoba mengkomunikasikan pandangannya terhadap suatu keadaan di zamannya, dimana ketidak acuhan masyarakat akan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kebenaran yang dirasakan mulai menipis. Pencarian akan nilai kebenaran dan kebaikan dirasakan jauh dan berdebu ditelan zaman. Suatu peringatan yang terasa menggelitik, membawa penonton tertegun sejenak dan kemudian terhentak setelah merenunginya, ada apa yang terjadi dalam kehidupan ini. Bentuk yang sangat mirip detail dari kitab injil yang dimakan bubuk ini, menunjukkan Takako begitu sensitif perasaannya dalam penampilan karakter bahan dan penuangan ide-idenya (lihat gambar ).

Keramikus asal Indonesia yaitu Hildawati Siddharta, alumni ITB yang staf pengajar di

IKJ Jakarta ini, memanfaatkan lempengan-lempengan gerabah dan porselin serta mengangkat karakter tanah liat. Pada karya-karyanya ada yang menampilkan bola-bola porselin, pecahan-pecahan keramik (kepingan), rekahan tanah, robekan, yang smuanya khas karakter tanah liat. Karya keramik bebas “tanpa judul”, Ia mencoba menangkap moment dramatik sesaat dalam kehidupan, terasa sebagai suatu keberanian untuk mengungkap sesuatu fenomena kehidupan, seperti kejutan dari letusan bola keramik, retakan dan robekan lempengan tanah, pecahnya benda keramik kesayangan menjadi kepingan, semua itu diangkat menjadi sebuah “konsep” dari susunan karya seni. Menurut Bambang Sapto, dan Hardi (Kompas & Pikiran Rakyat terbitan 1978) Hilda mengajak untuk memurnikan karya melalui wujud serta bahan dalam konsep karya seni rupa, yang tak lepas dari jasa gerakan Seni Rupa Baru Indonesia. Ia tak ingin mengarahkan penonton dengan memberi judul dan berharap karya itu sendiri dapat berkomunikasi dan orang bebas untuk berkomentar. Semakin banyak pendapat dan pandangan tentang karyanya, semakin dianggap berhasil. Tampak dalam karya-karya Hilda adalah penonjolan ekspresi dan jauh dari keindahan umumnya, seperti karyanya berupa pecahan dan kepingan keramik yang berserakan di lantai (lihat gambar). Karya-karya Hilda kebanyakan sebagai karya “lingkungan” yang memiliki kesadaran ruang yang tinggi, terlihat puitis, dan rapi dalam konsep. Ia trampil berkisah tentang bentuk, retak, pcah, hancur dan seterusnya. Puncak kekuatannya pada kepingan-pecahan, seolah situs arkeologi Dinas Purbakala. Kelemahan dan kekuatan atau kemampuan tanah liat diekspos kepermukaan, membuat rasa akrap dengan alam dan lingkungan. Karya-karya dapat bereksistensi secara utuh dan mandiri, tidak lagi mempersoalkan

Foto Karya Keramik Takako

Araki, Jepang, 1991 (katalogus)

Pameran

Page 6: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

pengertian cantik, molek, indah, komersil, fungsi pakai dan lainnya. Sebagai karya konseptual sebagai manifestasi seni modern.

Karya Keramik

Agus Mulyadi Utom o, 1984, Koleksi ITB

Foto Karya Keramik Hildawati Siddharta, “Tanpa Judul”, 1978

Page 7: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

Keramikus yang berasal dari Probolinggo-Jawa Timur, alumni Keramik ITB yang menjadi pengajar di Kriya Keramik Universitas Udayana dan kini mengajar di ISI Denpasar, cenderung mengolah bentuk silinder yang kemudian dengan imajinasinya menyusun bentuk yang baru dengan menekan pada bagian tertentu, menarik benda saat plastis (lembab) dan menorehnya serta mengiris bagian-bagian tertentu menjadi bentuk ekspresi yang memiliki ritme atau gerakan yang ekspresif (gambar).

SENI KERAMIK PAKAI - GUNA

Keramik pakai dibuat untuk tujuan yang bersifat praktis dan fungsional, terutama untuk

kebutuhan sehari-hari. Sebagai “seni pakai” keramik jenis ini merupakan produk hasil dari suatu rancangan atau desain, baik untuk keperluan yang bersifat fisik atau material seperti peralatan rumah tangga ( wadah atau perabotan), maupun sebagai bahan dan komponen suatu rancang bangun. Keramik pakai bersifat umum denganj kegunaan khusus dan bervariasi, dimana setiap produknya mementingkan segi praktis dan fungsi yang optimal serta efisien. Karena bersifat umum yaitu untuk kepentingan masyarakat luas, maka keramik pakai harus memenuhi standar industri yang berlaku di setiap negara. Kalau dalam negeri disebut Standar Industri Indonesia ( SII ) atau Standar Nasional Indonesia ( SNI ), ada pula Standar Industri Internasional yang berlaku, misalnya ISO, dll. Semua itu untuk melindungi kepentingan konsumen, apalagi kini telah ada undang-undang yang mengatur hal itu. Dan para pengusaha harus melaporkan secara kontinyu hasil produksinya ke Departemen terkait disamping untuk pengendalian mutu dan pengontrolan serta sebagai obyek pajak.

Benda-benda keramik pakai diproduksi oleh mesin-mesin (pabrik) yang menghasilkan produk massal dengan bentuk serupa (standar) dan diawasi oleh pemerintah atau lembaga konsumen. Hal-hal yang tercantum dalam SII atau SNI biasanya meliputi ruang lingkup dan prosedur, definisi, klasifikasi, cara pengambilan contoh (sample), cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan, cara pengemasan, dilengkapi dengan tabel-tabel dan gambar-gambar (lihat contoh-contoh SII berikut).

Contoh SII (1)

SYARAT LULUS UJI STANDAR INDUSTRI INDONESIA UNTUK ALAT MAKAN-MINUM KERAMIK

Syarat Lulus Uji: 1. Syarat kadar timbal dalam kadmium: Bila contoh diuji sesuai dengan butir 4 (cara uji) alat makan-minum keramik tidak boleh

menyebabkan kontaminasi terhadap larutan asam asetat 4 % seperti dalam tabel. Tabel: Batas Maksimum Konsentrasi Logam Dalam Keramik

Benda Uji Kapasitas Cairan

ml

Timbal Mg / l

Kadmium Mg / l

Barang berongga

≥ 1100 2,0 0,2

Barang berongga

< 1100 7,0 0,7

Barang datar sembarang 20,0 2,0

Catatan: Pada standar ini tidak dapat dipakai satuan ppm (part permillion) sebagai ganti mg / l (miligram perliter) 1 pp ≈ 1 mg / l Contoh yang telah diuji harus dinilai dan dinyatakan lulus uji atau ditolak berdasarkan

hasil yang diperoleh. Hasil yang diperoleh disimpulkan dari harga rata-rata emua contoh uji dan tidak boleh melebihi ketentuan pada tabel di atas. Dikutip: SII. 0451-81

Page 8: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

Contoh SII (2) SYARAT MUTU DAN LULUS UJI STANDAR INDUSTRI INDONESIA

UNTUK ALAT MAKAN-MINUM KERAMIK HOTEL JENIS VITRIFIED DAN PORSELIN

Untuk dapat bersaing dipasaran, produk keramik pakai menawarkan keterjangkauan

(murah), kepraktisan, pemenuhan kebutuhan dan perlindungan konsumen. Karena itu harus direncanakan sedemikian rupa memperhatikan segi keamanan atau keselamatan, kenyamanan, kebersihan atau kesehatan dalam pemakaian produk. Pertimbangan lainnya dalam mendesain adalah dari sudut pandang ekonomi, sosial, budaya, fisiologis (ergonomi), psikologi, teknologi dan estetikanya.

Seni keramik pakai dalam memenuhi tuntutan fungsinya menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut ini: a) Bentuk sesederhana mungkin dan estetis atau indah; b) Bentuk pakai yang dihasilkan minim dari unsur ekspresi dan imajinasi; c) Dapat menampilkan keindahan yang mengikuti fungsinya; d) Keindahan muncul dengan sendirinya secara wajar disaat benda tersebut dipergunakan; Dan terakhir, e) Adanya hubungan antara barang dengan sipemakai.

Pada contoh closet (lihat foto) dengan alternatif pengehematan air, dengan memberikan suatu perbandingan data pemakaian air sebagai daya tarik pemakai, sebagai suatu penawaran akan efisiensi. Untuk itu para desainer dituntut untuk peka terhadap prinsip kebutuhan dan pertimbangan pasar, selalu mempelajari dan menganalisa dalam rangka menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih bermutu serta lebih efisien.

Syarat Mutu: 1. Peresapan Air: Pada pelaksanaan pengujian dengan cara butir 7.1 (Cara Uji), maka alat makan-minum jenis Vitrified China mempunyai peresapan air rata-rata tidak lebih dari 1,0 % dan tidak boleh ada contoh uji yang melebihi dari 1,5 %. Untuk alat makan–minum jenis porselin mempunyai peresapan air rata-rata tidak lebih dari 0,1 % dan tidak boleh ada contoh uji yang melebihi dari 0,5 %. 2. Kekerasan permukaan glasir: Pada pelaksanaan pengujian dengan cara butir 7.2 (Cara Uji) glasir mempunyai kekerasan di atas 4 (angka skala Moh’s). 3. Ketahanan: Pada pelaksanaan pengujian dengan cara butir 7.3 (Cara Uji) alat makan-minum tidak boleh retak, baik pada glasir maupun badannya, 4. Ketahanan Pukul (Impact Resistence): Pada pelaksanaan pengujian dengan cara butir 7.4 (Cara Uji) alat makan-minum harus: a. Untuk barang-barang datar pada bagian bibirnya mempunyai kekuatan pukul minimum 4,5 sm kg dan bagian dasarnya mempunyai ketahanan pukul minimum 1 cm kg. b. Untuk barang-barang berongga mempunyai ketahanan pukul pada bagian dasarnya minimum 1cm kg. Syarat Lulus Uji: - Jumlah contoh alat makan minum keramik hotel yang akan diuji harus dapat mewakili tanding yang akan dinilai seperti tercantum dalam table. - Bila jumlah barang dalam tanding kurang dari 500 buah maka jumlah contoh uji disesuaikan dengan perjanjian antara penjual dan pembeli secara tertulis. - Contoh uji dinyatakan memenuhi syarat lulus uji bila jumlah kegagalan tiap jenis pengujian tidak melebihi sperti tercantum dalam table:

Tabel JUMLAH CONTOH YG DIPERLUKAN DAN KEGAGALAN YG DIPERBOLEHKAN

UNTUK TIAP JENIS PENGUJIAN Jumlah Barang Dlm

Tanding Jumlah Contoh Yg Diperlukan

Jumlah Contoh Tiap Jenis Pengujian

Jumlah Kegagalan Yg Diperbolehkan Tiap Jenis Pengujian

500 - 1000 50 10 1 1001-5000 60 10 1

5001-10.000 100 20 2 > 10.000 140 30 3

Dikutip: SII 0804-83 (Dalam satuan buah)

Closet Hemat Air Tahun 1987

Page 9: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

Kebutuhan masyarakat senantiasa berkembang dan semakin kompleks sifatnya, maka desain-desain alternatif dan baru selalu akan mengikuti. Contoh lainnya yaitu desain perlengkapan mandi dari porselin (lihat foto), wastafel, urinoir dan lain-lainnya, dimana bentuknya juga bervariasi sebagai pilihan (alternatif). Dalam hal ini konsumen bebas memilih sesuai dengan seleranya, baik bentuk, ukuran, warnanya dan harganya.

Seringkali terjadi, benda pakai ini jarang dipergunakan karena bentuknya teramat indah atau

hiasannya (dekorasi) berlebihan, sehingga fungsinyapun beralih menjadi benda pajangan di ruang tamu, tidak sesuai dengan fungsi sebenarnya. Tampaknya tanggungjawab desainer cukup besar dan penting, terutama pada masyarakat konsumen, produsen dan kesempatan kerja. Sudah selayaknya hasil karya desainer dihargai dan layak diberi perlindungan seperti yang diatur dalam Undang-undang HaKI ( Hak akan Kekayaan Intelektual) seperti Hak Cipta, Paten, Produk Industri, dllnya.

Demikian pula keramik yang bersifat teknis, termasuk dalam seni keramik pakai dengan penekanan khusus sebagai bagian dari keperluan desain atau rancangan teknis tertentu, bisa berupa material multifungsi, dapur suhu tinggi dan pengecoran, komponen konstruksi, tata laksana pembuatan gigi palsu porselin, bahan-bahan bangunan (lihat foto) dan peralatan elektrik seperti sekring, kompor, penyaring air, fitting dll. Pengembangan IPTEKS material, merupakan tim proyek

Perlengkapan Mandi (Tempat Tisue &

Sabun)

Saniter

Page 10: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti pembuatan rotor turbo-charger atau onderdil mobil (lihat tabel 3), penyaring air minum (ceramic filter) dan busi motor (lihat gambar 30), pembuatan I C piranti elektronika dan komputer (pewadahan) dll. Pada keramik yang bersifat teknis, desain harus disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi serta sistem teknologi yang dikehendaki tim proyek (bersama).

ONDERDIL MESIN MOBIL DARI KERAMIK KINERJA TINGGI

JEPANG TAHUN 1992*

(Sumber: Anton J.H, 1994)

ONDERDIL PEMBUAT PENGARUH

GLOW PLUG (DIESEL) ISUZU CEPAT START MITSUBISHI ASAP BERKURANG MAZDA NISSAN

HOT PLUG (DIESEL) ISUZU SUARA HALUS TOYOTA DAYA BERTAMBAH MAZDA STAR DINGIN MUDAH

ASAP BERKURANG

UJUNG LENGAN ROCKER MITSUBISHI ANTIAUS , KURANGI GESEKAN, LEBIH RINGAN

TURBO CHARGER NISSAN RESPON CEPAT

Ubin (tegel) Keramik Dinding

dan Lantai

Ceramic Filter dan Busi Motor

Page 11: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

SENI KERAMIK KERAJINAN (KRIYA)

Keramik kerajinan memiliki ciri khas sebagai pekerjaan tangan (handicraft) yang termasuk kriya (craft). Sedangkan “kriya” atau “kria” yang berasal dari kata “creat” ini bahasa Sansekertanya berarti “kerja” dan bahasa Jawanya “pakaryan” dan masyarakat pada umumnya menyebut sebagai “kerajinan”. Jika diurai dari akar keilmuannya, masih terus terjadi perdebatan dikalangan praktisi maupun akademisi bidang seni rupa. Bidang kriya atau kerajinan ini menjadi ajang perebutan antara masuk disiplin ilmu seni murni atau desain sehingga muncul istilah “kriya seni”, “kriya desain” atau “seni kriya” dan “desain kriya”. Karena kriya memiliki fleksibilitas yang tinggi, bisa berupa kecendrerungan-kecenderungan, berada ditengah-tengah dan tergantung dari kedudukan dan wawasan yang dipergunakan, yang bisa berada di wilayah atau kubu dari seni murni atau seni pakai (seni terapan /desain).

Sudarso SP, mengatakan bahwa seni kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan (craftmanship) yang tinggi, seperti ukir kayu, keramik dan anyaman, dsbnya (1988:14). Sedangkan Wardiman Djoyonegoro, Mendikbud R.I. dalam sambutan Pameran Seni Terapan 1994, menyatakan bahwa seni tersebut tidak hanya mengandalkan kerajinan dan ketrampilan tangan, melainkan hasilnya mengandung makna sebagai karya cipta seni yang kreatif dan inovatif. Seni kriya pada hakekatnya tertuju pada penekanan bobot kekriyaan (craftsmanship) yang memungkinkan lahirnya nilai seni terapan dalam bentuk ekspresi baru sesuai tuntutan budaya masa kini. Seni keramik kerajinan ini sering pula disebut sebagai “seni rakyat” karena pendukungnya banyak dari rakyat biasa dan disebut “seni tradisional” karena banyak menghidupkan seni-seni tradisional, Juga disebut pula “industri rumah-tangga” atau home-industry yang memproduksi secara terbatas dengan peralatan sederhana. Dan disebut sebagai “seni ladenan” karena sering membuat atau melayani pesanan, yang segala sesuatunya (sedikit atau banyak) ditentukan oleh pemesan, baik motif, bentuk, warna, desain maupun teknologinya.

Karya Keramik 4 Mahasiswa PS.Kriya Keramik Seni ISI Denpasar

Page 12: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

Barang-barang kerajinan bisa saja dipakai untuk kegunaan tertentu, tetapi bukanlah tujuan

yang utama. Seringkali hadir sebagai benda yang bersifat dekoratif atau cenderamata. Karena ketidak jelasan batasan dari seni keramik kerajinan ini, terjadi perpaduan antara seni seni pakai, seni murni dan seni kerajinan. Untuk menciptakan seni kerajinan keramik yang khas, diperlukan wawasan agar dapat mendudukkan posisinya secara mandiri dan dapat mengembangkan ciri-ciri yang menonjol dari visualisasi kegiatan kriya tersebut. Ciri khas yang sangat menonjol dari seni keramik kerajinan ini adalah mengutamakan segi keindahan (dekorasi) yang menghibur mata , sebagai pajangan, pekerjaan tangan-tangan trampil luar biasa dengan produksi terbatas (manual-tradisional). Prinsip dasar dari seni keramik kerajinan ini menampilkan hal-hal berikut: a) Bentuknya indah; b) Dapat difungsikan sebagai benda pakai, tetapi bukan menjadi tujuan yang utama; c) Fungsi benda mengikuti bentuk dan keindahannya; d) Sebagai benda dekoratif atau aksesoris atau cenderamata (souvenir) atau pajangan; e) Dibuat dengan tangan-tangan trampil sebagai perkerjaan tangan tardisional; f) Menampilkan unsur-unsur seni tradisional atau ciri kas daerah; g) Memperlihatkan sifat-sifat rajin, tekun, sabar, rumit, artistik, trampil, halus dan unik; Dan terakhir, h) Dapat menjadi tradisi (mentradisi) sebagai kepandaian yang turun-temurun atau diwariskan.

Banyak kalangan merasakan bahwa Seni kerajinan sebagai pengulangan-pengulangan bentuk yang sudah ada, baik yang tadisional atau yang klasik, dan pada umumnya memperlihatkan atau mempertahankan nilai-nilai lama. Kerajinan juga nenunjukkan konotasi negatif sebagai jenis suatu pekerjaan yang “mengulang-ulang” dari bentuk yang sama dan positifnya memiliki sifat “rajin” atau “teliti”. Kenyataan ini membuat perkembangan seni kriya termasuk lambat, terutama mengulang bentuk-bentuk yang laris dan laku dijual (selera massa) yang menambah kelambatan dalam pengembangannya, perubahan hanya sekitar bahan baku saja. Wiyoso Yudoseputro, ahli seni rupa, mengatakan dalam pengantar pameran seni terapan (1994) bahwa dalam pengembangan seni kriya Indonesia sebagai seni terapan masa kini, diharapkan mampu menampilkan nilai-nilai guna baru berdasarkan imajinasi dan daya kreasi atau ekspresi para perupa. Kecenderungan untuk memandang produk kriya sebagai hasil produksi massal dan karya ulang sering mengecilkan arti dari kandungan nilai sebagai karya seni terapan. Lebih lanjut Wiyoso mengharapkan lahirnya bentuk-bentuk baru dan orisinil tanpa harus mengulang-ulang kaidah seni lama yang tidak sesuai dengan kebutuhan budaya masa kini. Jadi makna dasar kriya tertuju pada penekanan pada “bobot kekriyaan” (craftsmanship) yang melahirkan nilai seni terapan baru sesuai tuntutan zaman. Ciptaan-ciptaan tangan ini sering “ jatuh “ sebagai benda “iseng” atau kitsch tanpa arti, tanpa tujuan yang jelas, yang tidak lagi menarik

Keramik Dekoratif

Bermutu Karya Vert Nienhuis (1875-1960)

Berjudul “Vegetasi”

(Koleksi Museum Nasional Belanda)

Page 13: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

bagi orang yang memiliki intelektualitas tinggi dan bagi mereka yang haus akan arti kehidupan dan ilmu pengetahuan. Namun demikian sentuhan tangan-tangan trampil ini justru merupakan daya tarik terbesar, karena menghasilkan barang yang tidak kaku dan “dingin” seperti buatan mesin, terasa “hangat” dan akrab serta sangat manusiawi. Walaun di zaman teknologi komputer canggih seperti sekarang ini dimana dapat dengan mudah memprogram barang dengan baik, indah dan sempurna, namun tetap saja berkesan “idak hidup” serta jauh dari manusia dan “kering” akibat buatan mesin-mesin. Kerinduan manusia modern terhadap sentuhan tangan, membuat seni lama hidup kembali atau mengalami perubahan dan pengembangan atau ada semacam himbauan untuk “kembali ke alam” ( back to nature).

Benda-benda kerajinan, apabila difungsikan sebagai benda pakai belum tentu mengikuti

standar mutu yang telah ditetapkan pemerinta dalam (SII atau SNI), karena dibuat dengan tangan yang sulit dikontrol dan sering terjadi penyimpangan-penyimpangan serta bukan buatan mesin (pabrik) yang mudah diawasi. Umumnya produk jenis ini dibuat dengan peralatan sederhana (manual) dan bahan bakunya dibuat berdasarkan pengalaman semata, bahkan hanya berdasarkan perasaan belaka; Sehingga proses pengerjaannya terkadang tidak terencana dan tidak tercatat pula serta tidak mudah untuk dikendalikan. Semua itu berdasarkan kepekaan semata, yang berdampak negatif, dimana kemungkinan produk dapat membahayakan (keracunan,dll) bagi kesehatan atau keselamatan konsumen maupun perajin itu sendiri, terutama penggunaan bahan-bahan yang beracun untuk tempat makanan dan minuman (cairan). Untuk itulah pemerintah diharapkan dapat membuka unit-unit pelayanan teknis dan bahan baku yang siap pakai, yang pengelolaannya dapat diserahkan kepada swasta atau instansi terkait.

Hasil karya keramik kerajinan yang bermutu tinggi adalah dambaan, perajin dituntut untuk memiliki citarasa yang tinggi, ketrampilan yang tinggi, dapat mengembangkan seni lama dengan citarasa baru, unik dan eksklusif, dan hasilnya tentu tidak mustahil menjadi duta-duta seni dan budaya bangsa yang membanggakan. Kebutuhan artistik dan estetik baru dalam kriya masa kini menjadi

Kerajinan Keramik Rakyat

Page 14: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

tugas pakar-pakar seni dan kriyawan sehingga produknya menjadi komoditi ekspor non-migas yang handal serta mampu bersaing di pasar global.

Karya Arisanti (Mahasiswa Keramik

ISI Denpasar)

Karya Suryono, Mhs ISI Yogyakarta

Karya Mustika, Mahasiwa Keramik ISI Denpasar

Page 15: KONSEP PENCIPTAAN SENI KERAMIK sinta

PUSTAKA

Astuti, Ambar, 1997, Pengetahuan Keramik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Bastomi, Suwaji ,1986, Seni Kria Apresiasi dan Perkembangannya, Penerbit IKIP Semarang

Press, Semarang Bahriyah, Sulih Indra, 1997, Perkembangan Keramik Cendramata Dinoyo Malang, Skripsi

PSSRD Univ. Udayana, Denpasar Bagiotomo, Untung, 1994, Perkembangan Desain dan Motif Keramik Tradisional Kasongan,

Skripsi, PSSRD Univ. Udayana, Denpasar Brian Alexander, 2001, Kamus Keramik, Milenia Populer, Jakarta Dep. Perindustrian, 1986, Gema Industri Kecil, Dirjen Industri Kecil, Jakarta Harrison, Tom, 1955, Ceramic Penetrating Central Boneo, SMJ,OA Hartono, Aton J., 1994, Mengenal Keramik Modern, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta Hildawati, 1971, Keramik Pada Zaman Majapahit, Skripsi SR-ITB, Bandung Herman, Lloyd E., Porselen Amerika: Berbagai Pengungkapan Baru dalam Suatu Kesenian

Kuno, Badan Penerangan Amerika Serikat Jurnal Seni Rupa dan Desain, 1999-2003, Prabangkara, ISSN 1412-0380, Vol 1-6, No.1-8, PSSRD

Univ. Udayana, Denpasar Jurnal Ilmiah, 2003, Dinamika Kebudayaan, ISSN 1411-1608, Akreditasi, Vol.V,No.2, Lembaga

Penelitian Univ. Udayana, Denpasar Komite Seni Rupa DKJ, 1984, Seni Rupa, Berkala No. 4, Jakarta Mayer, Ralph, 1969, A Dictionary of Art Term & Techniques, Adan & Charler Black Ltd, London Yuliman, sanento, dkk, 1983, Lingkup Seni Rupa : Kumpulan Karangan Tentang Cabang-

cabang Seni Rupa, ITB, Bandung Heskett, John, 1980, Industrial Design, Thames and Hudson, London Soedarso, Sp., 1988, Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni, Suku Dayar San,

Yogyakarta Setiawan, I Ketut Japa, 1996, Perkembangan Keramik Figuratif di Desa Pejaten, Skripsi, PSSRD

Univ. Udayana, Denpasar Sugriwa, I Gst Bagus, 1957, Dasar-dasar Kesenian Bali, Pemda Tk.I Bali, Denpasar Utomo, Agus Mulyadi, 1995, Tinjauan Keramik Kuno Indonesia, PSSRD Univ. Udayana,

Denpasar Koran : Kompas, Bali Post, Pikiran Rakyat, Sinar Harapan, Kedaulatan Rakyat dan Bisnis Bali Brosur & Katalogus Pameran-pameran Keramik Makalah : Seminar HaKI di Kuta Th. 2001 dan Sanur Bali Th. 2002