66
KATA PENGANTAR Dua diantara 8 (delapan) program 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional akhir 2009 adalah (1) penyiapan bahan pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan (2) bahan pelatihan Metodologi Pembelajaran Aktif. Kedua program tersebut kemudian ditindaklanjuti pada tahun 2010, dimana dalam RPJMN ditetapkan perlunya ‘perbaikan metodologi pembelajaran yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia’. Pada tahun 2009 telah terbit Inpres No. 6 tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif dan Inpres No.1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. Berbagai program yang berkaitan dengan metodologi pembelajaran dan kurikulum memerlukan implementasi di satuan pendidikan yang jika tidak dikelola dengan bijaksana akan terlalu membebani satuan pendidikan dan kesimpangsiuran program, baik program yang telah ada maupun program baru. Di pihak lain, dimulai sejak tahun 2007 satuan pendidikan telah mulai melaksanakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pada prinsipnya bahwa satuan pendidikan memiliki hak untuk menyusun kurikulumnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Diversifikasi kurikulum ini harus tetap dipertahankan, sehingga satuan pendidikan akan memaksimalkan potensi dengan mengembangkan kreativitasnya. Oleh sebab itu yang diperlukan oleh satuan pendidikan adalah panduan untuk penguatan kurikulum yang telah dikembangkan oleh sekolah dengan muatan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Metodologi Pembelajaran Aktif. Sehingga diharapkan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui belajar aktif dilakukan dengan serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum yang menjadi bagian dari perencanaan pengembangan sekolah. Satuan pendidikan dapat memilih kegiatan apa saja yang dilakukan dalam rangka penguatan kurikulum di tingkat satuan pendidikan dengan i

Konsep Pelatihan Karakter Puskur

  • Upload
    tiawoce

  • View
    649

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

KATA PENGANTAR

Dua diantara 8 (delapan) program 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional akhir 2009 adalah (1) penyiapan bahan pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan (2) bahan pelatihan Metodologi Pembelajaran Aktif. Kedua program tersebut kemudian ditindaklanjuti pada tahun 2010, dimana dalam RPJMN ditetapkan perlunya ‘perbaikan metodologi pembelajaran yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia’. Pada tahun 2009 telah terbit Inpres No. 6 tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif dan Inpres No.1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. Berbagai program yang berkaitan dengan metodologi pembelajaran dan kurikulum memerlukan implementasi di satuan pendidikan yang jika tidak dikelola dengan bijaksana akan terlalu membebani satuan pendidikan dan kesimpangsiuran program, baik program yang telah ada maupun program baru.

Di pihak lain, dimulai sejak tahun 2007 satuan pendidikan telah mulai melaksanakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pada prinsipnya bahwa satuan pendidikan memiliki hak untuk menyusun kurikulumnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Diversifikasi kurikulum ini harus tetap dipertahankan, sehingga satuan pendidikan akan memaksimalkan potensi dengan mengembangkan kreativitasnya. Oleh sebab itu yang diperlukan oleh satuan pendidikan adalah panduan untuk penguatan kurikulum yang telah dikembangkan oleh sekolah dengan muatan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Metodologi Pembelajaran Aktif. Sehingga diharapkan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui belajar aktif dilakukan dengan serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum yang menjadi bagian dari perencanaan pengembangan sekolah. Satuan pendidikan dapat memilih kegiatan apa saja yang dilakukan dalam rangka penguatan kurikulum di tingkat satuan pendidikan dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif.

Kementerian Pendidikan Nasional memiliki program prioritas sesuai dengan pengarahan Presiden R.I. dimana pada tahun 2011 telah dilaksanakan penyempurnaan metodologi pembelajaran dan kurikulum. Pada tahun 2012 diharapkan telah dilaksanakan oleh 25% sekolah dan tahun 2014 oleh semua sekolah. Oleh karena itu, diperlukan strategi dalam melaksanakannya agar tujuan program prioritas tercapai secara berkualitas tanpa harus menimbulkan keresahan pada setiap satuan pendidikan karena sering terjadinya perubahan-perubahan mendasar.

Dalam upaya penyebarluasan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui pembelajaran aktif diperlukan berbagai rencana aksi. Salah satu dari rencana aksi tersebut adalah pelatihan kepada berbagai pihak, baik di tingkat nasional, daerah maupun sekolah. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah agar semakin banyak narasumber/pelatih yang dapat dimanfaatkan oleh satuan pendidikan untuk memberikan pelatihan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Panduan Sistem Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Aktif ini berisi rambu-rambu dan strategi secara umum tentang beberapa model pelatihan yang akan dilakukan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemendiknas. Model

i

Page 2: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

pelatihan yang akan dilaksanakan di antaranya ialah: (1) pelatihan tingkat utama, (2) pelatihan tingkat nasional, (3) pelatihan tingkat penatar provinsi, (4) pelatihan tingkat penatar kabupaten/kota, (5) pelatihan tingkat sekolah pelaksana, dan (6) pelatihan oleh unit utama pusat. Dalam setiap model pelatihan yang akan dilaksanakan akan dibuat panduan pelatihan tersendiri yang merupakan penjabaran lebih rinci dari panduan pelatihan ini. Materi setiap model pelatihan dikemas sedemikian rupa yang mencerminkan pendekatan belajar aktif dengan penekanan pada pengembangan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan termasuk di dalamnya ekonomi kreatif.

Semoga panduan umum pelatihan ini bermanfaat bagi semua pihak dalam upaya mengimplementasikan program kerja pemerintah pada tahun 2010-2014. Selanjutnya, kami juga mengharapkan peran serta dan komitmen semua pihak di semua lini Kementerian Pendidikan Nasional guna mewujudkannya. Semua komitmen tersebut juga dapat dimaknai sebagai budaya dan karakter birokrasi.

Jakarta, Maret 2010Kepala Balitbang Kemendiknas

Prof. Dr. H. Mansyur Ramly NIP. 195408261981031001

ii

Page 3: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

I. Pendahuluan……………………………………………………….. 1

II. Pelatihan Tingkat Utama…………………………………………... 9

III. Pelatihan Tingkat Nasional………………………………………... 13

IV. Pelatihan Tingkat Provinsi………………………………………… 18

V. Pelatihan Tingkat Kabupaten/Kota………………………………... 23

VI. Pelatihan Tingkat Sekolah Pelaksana……………………………… 28

VII. Pelatihan Tingkat Unit Utama Pusat………………………………. 33

VIII. Kode Etik Pelatihan……………………………………………….. 38

IX. Penutup 39

iii

Page 4: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-14 mengamanatkan bahwa visi pendidikan nasional 2014 adalah “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif“. Dalam visi tersebut paling tidak terdapat dua hal utama yang perlu dicapai, yaitu (1) memberi layanan prima, dan (2) membentuk manusia yang cerdas. Makna layanan prima dapat diartikan bahwa semua komponen pendidikan harus saling bekerja sama, bersinergis, dan harus mampu mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan keterjaminan layanan-layanan pendidikan yang merupakan misinya. Dalam hal membentuk manusia cerdas dapat dimaknai bukan sekedar cerdas pengetahuan dan keterampilan, namun yang lebih penting dari itu adalah cerdas hati, cerdas pikir, cerdas raga, cerdas rasa, dan karsa, sehingga mereka memiliki nilai-nilai luhur dan berbudaya. Artinya, manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berbudaya, kreatif, inovatif serta yang berkarakter bangsa.

Berkait dengan hal tersebut, pada tahun 2009/10 ini Kementerian Pendidikan Nasional periode Kabinet Indonesia Bersatu II telah pula mencanangkan dua program kerja yang erat kaitannya dengan hal di atas. Pertama, dikenal dengan sebutan program kerja 100 hari Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam rencana kerja ini terdapat delapan program yang harus diwujudkan oleh seluruh jajaran pendidikan nasional selama seratus hari pertama masa pemerintahan Mendiknas yang baru. Dari delapan program kerja tersebut, dua di antaranya adalah: (1) penyiapan bahan pengembangan budaya dan karakter bangsa, dan (2) penyiapan bahan pelatihan metodologi pembelajaran aktif yang menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Kedua, sebagai bagian dari program prioritas pemerintah, program tersebut telah pula dimasukkan ke dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-14 dengan melakukan perbaikan metodologi pembelajaran yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia.

Pentingnya budaya perlu dikembangkan di setiap satuan pendidikan adalah agar pembelajaran yang dijalani peserta didik guna mengembangkan potensi dirinya tidak lepas dari lingkungan di mana peserta didik berada terutama lingkungan budaya. Sebab pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip tersebut akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka pendidikan hanya akan menghasilkan peserta didik yang tidak mengenal budayanya dengan baik, sehingga mereka menjadi orang “asing” dalam kehidupan kesehariannya.

Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika dan akhlak. Moral lebih menitik beratkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau tingkah laku manusia atau apakah perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, benar atau salah. Sedangkan etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam suatu keyakinan di mana keduanya (baik dan buruk) itu ada. Karenanya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya

1

Page 5: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Dengan demikian, perpaduan antara pendidikan budaya dan karakter dapat dimaknai pula sebagai proses pendidikan yang secara aktif mengembangkan potensi peserta didik melalui proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai yang menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera serta kehidupan yang bermartabat yang dapat menjadi keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan pendidikan budaya dan karakter harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, metode belajar dan pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pembudayaan pendidikan budaya dan karakter bangsa hendaknya merupakan usaha bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pengimplementasiannya perlu dilakukan secara bersama-sama dan senergi oleh semua pemangku kepentingan, terutama oleh guru dan pimpinan sekolah melalui seluruh aktivitas pembelajaran di sekolah, dan senantiasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.

Dari pengertian tersebut nampak bahwa pada saat ini pendidikan budaya dan karakter bangsa yang sarat dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak memang sangat diperlukan karena adanya kebutuhan nyata dan mendesak. Argumen tersebut tampaknya sangat relevan untuk membangkitkan komitmen dan melakukan gerakan nasional yang merupakan cerminan kebutuhan akan pendidikan nilai-nilai di Indonesia pada saat ini.

Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, yang dibacakan pada akhir Sarasehan Nasional Tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.

a. “Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.

b. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara utuh.

c. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua. Oleh karena itu, pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut.

d. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan.”

Pendidikan kewirausahaan pada intinya adalah menciptakan kreativitas dan inovasi. Pendidikan kewirausahaan mendidik peserta didik melakukan perubahan dengan proses kerja yang sistemik. Proses kerja yang dimaksud seperti menghubungkan konsep yang relevan (connecting the concepts), melakukan eksplorasi terhadap hasil (exploring the impact), berpikir yang tidak lagi bersifat terarah (convergent thinking) tapi juga berpikir dengan berbagai alternatif pandangan (divergent thinking) atau pola pemikiran yang berbeda (thinking differently), mengorganisasikan sistem (organizing the system) dan mengaplikasikan suatu standar dan etika (applying standard and ethic).

2

Page 6: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

Adapun ekonomi kreatif menekankan pada pemecahan masalah yang produktif yang nantinya peserta didik mampu menciptakan ide-ide kreatif sekaligus ide-ide yang teruji dengan kritis. Perlunya berpikir kreatif dalam era globalisasi ini dengan berbagai alasan. Perkembangan yang cepat dalam persaingan bisnis dan industri, penggunaan sumber daya manusia kreatif secara efektif dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan masalah, semua ini menuntut pengembangan potensi peserta didik melampaui kecerdasan yang dilengkapi dengan kekuatan kreativitas. Karena semakin kompleks masalah yang dihadapi dan tak berujung maka pengetahuan saja tidak cukup untuk menemukan solusi yang inovatif.

Satu sisi, hasil dari kegiatan penyiapan bahan pengembangan budaya dan karakter bangsa yang telah dilaksanakan oleh Balitbang, Kemendiknas sebagaimana diungkap di atas adalah buku panduan bagi pelaksana pendidikan terutama sekolah guna mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter ke seluruh aktivitas pembelajaran peserta didik di sekolah baik dalam mata pelajaran, pengembangan diri maupun muatan lokal melalui pendekatan belajar aktif. Sedangkan pada sisi yang lain salah satu infrastruktur yang perlu disiapkan guna menindaklanjuti pembudayaan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah menyelenggarakan sosialisasi dan deseminasi ke seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Untuk hal tersebut maka salah satu langkah yang diperlukan adalah adanya perangkat-perangkat pendukung yang salah satunya ialah panduan sistem pelatihan bagi pemangku kepentingan pendidikan guna persebarannya.

Persebaran program prioritas pemerintah tersebut merupakan suatu tantangan untuk mengimplementasikannya. Untuk itu, pelaksanaan program tersebut mulai dari perencanaan, pengelolaan, implementasi, dan pengawasan perlu dilakukan dengan kehati-hatian dan dikoordinasikan dengan berbagai pihak. Karenanya, dalam upaya mewujudkan program tersebut di atas maka salah satu rancangan yang perlu dikembangkan adalah suatu panduan sistem pelatihan. Panduan sistem pelatihan ini pada intinya menguraikan strategi layanan prima pelaksanaan model pelatihan di tingkat nasional, daerah, dan sekolah sehingga dapat digunakan oleh berbagai pihak baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyelenggarakan pelatihan-pelatihan.

Model pelatihan yang akan dilaksanakan di antaranya ialah: (1) pelatihan tingkat utama, (2) pelatihan tingkat nasional, (3) pelatihan tingkat penatar provinsi, (4) pelatihan tingkat penatar kabupaten/kota, (5) pelatihan tingkat sekolah pelaksana, dan (6) pelatihan oleh unit utama pusat. Dalam setiap model pelatihan yang akan dilaksanakan akan dibuat panduan pelatihan tersendiri yang merupakan penjabaran lebih rinci dari panduan pelatihan ini. Materi setiap model pelatihan dikemas sedemikian rupa yang mencerminkan pendekatan belajar aktif dengan penekanan pada pengembangan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan termasuk di dalamnya ekonomi kreatif.

Ketiga bahan kajian tersebut di atas budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan dan ekonomi kreatif selanjutnya perlu dikemas dalam pendekatan pembelajaran aktif. Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19, Ayat 1 bahwa ‘proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Teori belajar konstruktivisme yang melandasi belajar aktif ini merupakan pencerahan peralihan dari konsep belajar yang berpusat kepada guru ke arah konsep belajar yang berpusat pada peserta didik. Penerapan belajar aktif mencakup hal-hal seperti: peserta didik mengkonstruksi/membangun makna

3

Page 7: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

dari struktur pengetahuan aktual yang dimiliki, peserta didik sebagai individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang dunia fisik, lingkungan budaya, atau pandangannya tentang dunia, tanggung jawab belajar adalah peserta didik pengajar, memotivasi peserta didik untuk menghadapi tantangan yang lebih kompleks, perubahan peran guru dari pengajar (instruktur) menjadi fasilitator, kegiatan belajar adalah proses individual dan proses sosial.

Tujuan utama pelatihan sebagai salah satu rencana aksi ialah agar pelatih/nara sumber dapat mendampingi setiap satuan pendidikan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Harapannya, agar semua pihak terkait memahami hakikat penguatan peran pendidikan dalam peningkatan akhlak mulia serta pembangunan budaya dan karakter bangsa serta berkewirausahaan dengan pendekatan belajar aktif dalam bingkai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian dalam jangka waktu tertentu di setiap satuan pendidikan akan terbentuk budaya sekolah (school culture) yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa Indonesia.

Diharapkan dengan adanya panduan sistem pelatihan ini, seluruh pemangku kepentingan pendidikan baik di pusat maupun di daerah mampu memaknai dan mengembangkan model KTSP yang berisikan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang mengakomodasikan muatan budaya dan karakter bangsa, ekonomi kreatif serta kewirausahaan.

Selanjutnya, dalam buku panduan sistem pelatihan ini di uraikan secara garis besar strategi model-model pelatihan yang akan dilaksanakan.

B. Landasan

Model pelatihan yang akan diselenggarakan berlandaskan pada:1. Peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.b. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional.c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.d. Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengahe. Peraturan Mendiknas Nomor 23 tentang Tahun 2006 Standar Kompetensi Lulusanf. Peraturan Mendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan

Mendiknas Nomor 22 dan nomor 23 tahun 2006. g. Peraturan Mendiknas Nomor 40 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Balitbang, Depdiknas.h. Peraturan Mendiknas Nomor 37 tahun 2007 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di

Lingkungan Balitbang Depdiknas.i. Surat Edaran Mendiknas nomor 33/MPN/SE/2007 kepada semua pimpinan Unit

Utama di lingkungan Depdiknas, Gubernur, dan Bupati/Walikota.j. Peraturan Presiden Nomor 21 tahun 2009 tentang Rencana Kerja Pemerintah.k. Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.l. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas

Pembangunan Nasional Tahun 2010.

4

Page 8: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

2. Hasil pengembangan program 100 hari Kemendiknas, yaitu:a. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

Pedoman untuk Sekolah.b. Bahan Pelatihan Metodologi Belajar-Mengajar Aktif.

C. Tujuan

Panduan sistem pelatihan ini secara umum bertujuan agar seluruh pemangku kepentingan pendidikan baik di pusat, di daerah maupun di sekolah dapat menyelenggarakan model pelatihan dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara khusus, panduan ini bertujuan agar para penyelenggara pelatihan tingkat utama, tingkat nasional, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota, sekolah pelaksana, dan tingkat unit utama pusat memahami tujuan, kualifikasi peserta, strategi pelaksanaan, langkah-langkah yang ditempuh, metode, dan materi yang disajikan dalam pelatihan sehingga dapat mendampingi satuan pendidikan untuk membuat perencanaan, melaksanakan pembelajaran akif, dan melakukan penilaian pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

D. Ruang Lingkup

Panduan sistem pelatihan ini mencakup kualifikasi model pelatihan, narasumber pelatih (fasilitator), peserta pelatihan, dan materi pelatihan serta lama pelatihan.a. Kualifikasi model pelatihan terdiri atas:

1. Pelatihan Tingkat Utama2. Pelatihan Tingkat Nasional3. Pelatihan Tingkat Provinsi4. Pelatihan Tingkat Kabupaten/Kota5. Pelatihan Tingkat Sekolah Pelaksana 6. Pelatihan Tingkat Unit Utama Pusat

b. Narasumber pelatih (fasilitator)

5

Page 9: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

1. Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat utama terdiri dari unsur dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat nasional terdiri dari unsur dosen, konsultan, kepala sekolah, praktisi, pengawas, dan unsur pengembang kurikulum. Narasumber pelatih (fasilitator) yang dimaksud dapat diambil dari orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, dan orang-orang yang dimungkinkan memiliki komitmen dan akses diseminasi pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

3. Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat provinsi (tim pengembang kurikulum provinsi) dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, pelatihan tingkat nasional yang menguasai pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4. Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat kabupaten/kota (tim pengembang kurikulum kabupaten/kota) dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, pelatihan tingkat nasional, pelatihan tingkat provinsi, yang menguasai pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

5. Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat sekolah pelaksana dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, pelatihan tingkat nasional, pelatihan tingkat provinsi, pelatihan tingkat kabupaten/kota, yang menguasai pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

6. Narasumber pelatih (fasilitator) untuk tingkat unit utama pusat dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang telah mengikuti pelatihan tingkat utama, pelatihan tingkat nasional, pelatihan tingkat provinsi, pelatihan tingkat kabupaten/kota, dan narasumber lain yang dibutuhkan sesuai dengan kepentingan masing-masing unit utama pusat terutama berkaitan dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

c. Peserta Pelatihan

Terdapat beberapa kualifikasi jenis pelatihan yang akan dilaksanakan, maka lingkup peserta pelatihan di uraikan sebagai berikut:

6

Page 10: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

1. Pelatihan tingkat utama terdiri dari unsur narasumber, dan pelaksana pendidikan di sekolah berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan dan ekonomi kreatif. Unsur dimaksud bisa dari dosen suatu perguruan tinggi, konsultan, staf litbang Kemendiknas, kepala sekolah maupun manajemen pendidikan di lapangan.

2. Pelatihan tingkat nasional terdiri dari unsur staf Pusat Kurikulum, Dit. Pembinaan TK/SD, Dit. Pembinaan SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit. Pembinaan SMK, Dit. Pembinaan PLB, Dit. Kesetaraan, Ditbindiklat PMPTK, P4TK, LPMP, kepala sekolah dan pengawas sekolah.

3. Pelatihan tingkat Provinsi terdiri atas unsur Dinas Pendidikan Provinsi, Tim Pengembang Kurikulum Provinsi (guru, pengawas, LPMP, perguruan tinggi, dinas pendidikan);

4. Tingkat Kabupaten/Kota: Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, TPK Kabupaten/Kota;

5. Sekolah pelaksana: Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

6. Pelatihan tingkat unit utama pusat dapat dilakukan oleh Dit. Pembinaan TK/SD, Dit. Pembinaan SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit. Pembinaan SMK, Dit. Pembinaan PLB, Dit. Kesetaraan, Ditbindiklat PMPTK, P4TK, LPMP. Sedangkan peserta pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan unit penyelenggara.

d. Materi Pelatihan Lingkup materi yang akan diberikan kepada peserta masing-masing model pelatihan dibagi atas panduan pelatihan, dan bahan-bahan pelatihan.

1. Panduan Pelatihana) Panduan umum sistem pelatihanb) Panduan pelatihan tingkat nasionalc) Panduan pelatihan tingkat utama d) Panduan pelatihan tingkat provinsi e) Panduan pelatihan tingkat Kab/Kota f) Panduan kegiatan sekolah pelaksanag) Panduan pelaksanaan sekolah pelaksana (termasuk naskah MoU)h) Panduan pelatihan untuk tingkat unit utama pusat

2. Bahan Pelatihana) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Ipres No

1/2010, Renstra Kemendiknas 2010-2014)b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac) Presentasi peta kompetensid) Presentasi pendekatan belajar aktif e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan

budaya dan karakter bangsaf) Presentasi tentang kewirausahaang) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasionali) Handout paket pelatihan yang berupa:

1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif. - pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE

7

Page 11: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

E. Manfaat

Panduan sistem pelatihan ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan baik di pusat, di daerah maupun di sekolah dapat menyelenggarakan model pelatihan dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

8

Page 12: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

II. PELATIHAN TINGKAT UTAMA

A. PengantarPelatihan tingkat utama merupakan langkah awal untuk menyiapkan penatar tingkat utama yang memiliki kewenangan untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan pada tingkat nasional, daerah hingga ke satuan pendidikan tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sifat dari pelatihan ini menekankan pada curah pendapat (sharing ideas) tentang tataran teori dan praktis dari para dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikannya.

B. Tujuan

Pelatihan tingkat utama secara umum bertujuan untuk memantapkan konsep dan menyamakan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:

1. pemantapan konsep, persamaan persepsi, dan pelaksanaa pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif.

2. pemantapan konsep, persamaan persepsi, dan pelaksanaa pembelajaran tentang nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. pemantapan konsep, persamaan persepsi, dan pelaksanaa pembelajaran tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

9

Page 13: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

4. pembekalan kepada peserta pelatihan utama dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif.

5. pembekalan kepada peserta pelatihan utama agar memiliki komitmen dan akses untuk sosialisasi, diseminasi serta pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

C. Hasil Yang Diharapkan

Secara umum yaitu diperolehnya kesepahaman, kesepakatan, komitmen terhadap wawasan, konsepsi, dan pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan belajar aktif yang menekankan pada nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara khusus penatar tingkat utama diharapkan mampu:

1. menyusun dokumen KTSP;

2. melaksanakan praktek pembelajaran dengan berbagai metoda belajar aktif untuk berbagai mata pelajaran;

3. melakukan evaluasi pembelajaran untuk berbagai kompetensi sampai diperkirakan mampu membentuk budaya dan karakter bangsa yang diwujudkan dengan pencapaian indikator dari berbagai nilai-nilai yang dikembangkan.

D. Unsur yang TerlibatUnsur yang terlibat dalam pelatihan tingkat utama dibagi atas narasumber dan peserta, yaitu sebagai berikut:

1. NarasumberDosen, konsultan, kepala sekolah pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa, guru pendidikan budaya dan karakter bangsa, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Peserta PelatihanPeserta pelatihan tingkat utama berjumlah 50 orang yang berasal dari dosen, konsultan, Balitbang Kemendiknas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

Kriteria peserta pelatihan yaitu: 1. Perorangan yang telah mengembangkan atau penggagas atau pelaksana serta

praktisi tentang konsep (di antara) pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan dan ekonomi kreatif dalam pembelajaran melalui pendekatan belajar aktif baik di jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

10

Page 14: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

2. Memiliki komitmen yang tinggi dan akses diseminasi untuk mensosialisasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

E. Strategi Pelaksanaan dan Metode

Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat utama adalah curah pendapat (sharing ideas) tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk itu maka metode presentasi, urun pendapat, tanya jawab/diskusi, dan refleksi menjadikan proporsi utama setiap sesi pelatihan.

F. Bahan PelatihanPada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Inpres No 1/2010,

Renstra Kemendiknas 2010-2014)b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac) Presentasi peta kompetensi yang memuat nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter

bangsa.d) Presentasi pendekatan belajar aktif tentang apa, mengapa, dan bagaimana.e) Presentasi pendekatan belajar aktif.f) Presentasi pengembangan KTSP yang dilengkapi dengan model pengintegrasian nilai-

nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.g) Presentasi tentang kewirausahaan.h) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)i) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional.j) Handout paket pelatihan yang berupa:

1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif. - pola pengembangan KTSP- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

11

Page 15: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

G. Waktu dan Jadwal Pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat utama ini selama 4 (empat) hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

Hari ke-1

08.00 – 10.00 Pembukaan: Sambutan Penyelenggara

Pembukaan dan Pengarahan Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Do’a

Kepala Pusat KurikulumKepala BalitbangPesertaPeserta

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Penyampaian strategi pelatihan

Presentasi dan urun gagasan tentang pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Presentasi dan urun gagasan tentang pendekatan belajar aktif

KapuskurNara Sumber

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 15.00 Urun pendapat lanjutan sampai menghasilkan

kesepakatan untuk pembentukan budaya sekolahNara Sumber

15.00 – 16.00

16.00 – 17.00

Refleksi dan penyimpulan konsepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam kurikulum.

Urun pendapat untuk penyamaan persepsi tentang pengembangan KTSP

Persiapan kunjungan ke sekolah best practice

Peserta

Hari ke-2 08.00 – 12.15 Kunjungan ke sekolah best practice Peserta

12.15 – 13.30 Istirahat15.30 – 17.00 Penayangan best practice satuan

pendidikan penyelenggara program pendidikan budaya dan karakter bangsa maupun kewirausahaan

Refleksi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari sekolah yang

Peserta

12

Page 16: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

telah dikunjungi. Persiapan kunjungan sekolah best

practice ke 2

Hari ke-3

08.00 – 12.15 Kunjungan ke sekolah best practice Peserta12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil

kunjungan ke sekolah best practice Penuangan gagasan berdasarkan hasil

diskusi dan refleksi Presentasi gagasan

Peserta

Hari ke-4

08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut pelatihan

Penyusunan program kerja (action plan) secara individu berkaitan dengan rencana pelatihan tindak lanjut dan diseminasi

Peserta

11.00 – 12.00 Penutupan Kepala Pusat Kurikulum

H. PembiayaanKegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.

13

Page 17: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

III. PELATIHAN TINGKAT NASIONAL

A. Pengantar

Pelatihan tingkat nasional merupakan langkah penyiapan nara sumber tingkat nasional yang diperluas. Jumlah peserta pelatihan yang akan diikutsertakan dalam kegiatan ini sebanyak 950 orang yang diambilkan dari dosen, konsultan, staf Litbang Kemendiknas, staf unit utama pusat yang relevan, kepala sekolah, pengawas, dan staf dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota. Fungsi utama model pelatihan ini adalah untuk menyiapkan penatar tingkat nasional yang memiliki kewenangan untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan pada tingkat nasional, daerah hingga ke satuan pendidikan. Sifat dari pelatihan ini menekankan pada pembekalan tentang tataran konsepsi dan pengemplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikannya.

B. Tujuan

Pelatihan tingkat nasional secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan memantapkan konsep serta menyamakan persepsi tentang pembelajaran melalui pendekatan belajar aktif yang menekankan pada nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:

1. pembekalan kepada peserta pelatihan nasional dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.

2. pembekalan kepada peserta pelatihan nasional dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. pembekalan kepada peserta pelatihan nasional dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

4. pembekalan kepada peserta pelatihan nasional dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP dengan pembelajaran melalui pendekatan belajar aktif yang mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif.

5. pembekalan kepada peserta pelatihan nasional agar memiliki komitmen dan akses untuk sosialisasi, diseminasi serta pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

14

Page 18: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

C. Hasil Yang Diharapkan

Diperolehnya kesepahaman, kesepakatan, komitmen terhadap wawasan, konsepsi, dan implementasi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

D. Unsur yang TerlibatUnsur yang terlibat dalam pelatihan tingkat nasional dibagi atas narasumber dan peserta pelatihan, yaitu sebagai berikut:

1. NarasumberDosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum, Pimpinan Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas, mengembangkan, dan mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Peserta PelatihanPeserta pelatihan tingkat nasional berjumlah 950 orang yang berasal dari unsur Pusat Kurikulum, Dit. Pembinaan TK/SD, Dit. Pembinaan SMP, Dit. Pembinaan SMA, Dit. Pembinaan SMK, Dit. Pembinaan PLB, Dit. Kesetaraan, Ditbindiklat PMPTK, P4TK, LPMP, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dinas pendidikan provinsi maupun dinas pendidikan kabupaten/kota.

Kriteria peserta pelatihan ialah sebagai berikut: 1. Perorangan yang telah ditugaskan secara resmi oleh intansinya karena memiliki

kapasitas dan aksebilitas untuk mensosialisasikan dan mendesiminasikan konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan dan ekonomi kreatif dalam pembelajaran melalui pendekatan belajar aktif baik di jenjang pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

2. Memiliki komitmen yang tinggi dan akses diseminasi untuk mensosialisasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

E. Strategi Pelaksanaan dan Metode

15

Page 19: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat nasional diawali dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guna pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah yang telah melaksanakan pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil kuinjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal diagendakan. Model pelatihan tingkat nasional ini menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.

F. Bahan PelatihanPada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:

a. Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Inpres No 1/2010, Renstra Kemendiknas 2010-2014)

b. Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac. Presentasi peta kompetensi yang memuat nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter

bangsa.d. Presentasi pendekatan belajar aktif tentang apa, mengapa, dan bagaimana.e. Presentasi pendekatan belajar aktif untuk pelatihan dengan pendekatan ICARE.f. Presentasi pengembangan KTSP yang dilengkapi dengan model pengintegrasian nilai-

nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.g. Presentasi tentang kewirausahaan.h. Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)i. Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional.j. Handout paket pelatihan yang berupa:

1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif.

2) pola pengembangan KTSP3) contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya

dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

4) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

5) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

16

Page 20: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

6) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

7) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

G. Waktu dan Jadwal Pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat nasional ini selama 5 (lima) hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

Hari ke-1

08.00 – 10.00 Pembukaan: Sambutan Penyelenggara Pembukaan dan Pengarahan Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Do’a

Penanggung JawabKepala Pusat Kurikulum/salah satu Kabid

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Pemaparan konsep tentang:

Kebijakan pemerintah 2010-2014 Pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Pendekatan belajar aktif Pengembangan KTSP Refleksi

KapuskurNara Sumber

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Simulasi belajar aktif dan refleksi

Persiapan magang ke sekolah pelaksanaNara

Sumber/Peserta

Hari ke-2

08.00 – 12.15 Magang ke sekolah best practicePeserta

12.15-13.30 Istirahat13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah

berikutnya.

Hari ke-3

08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta

Hari ke-4 08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan sekolah

Peserta

17

Page 21: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil

perbaikan KTSP Penuangan gagasan berdasarkan hasil

diskusi dan refleksi Presentasi gagasan

Peserta

Hari ke-5

08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut pelatihan

Penyusunan program kerja (action plan) secara individu berkaitan dengan rencana pelatihan tindak lanjut dan diseminasi

Peserta

11.00 – 12.00 Penutupan Kabid

H. PembiayaanKegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.

18

Page 22: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

III. PELATIHAN TINGKAT PROVINSI

A. Pengantar

Pelatihan tingkat provinsi merupakan langkah penyiapan tenaga pengembang kurikulum tingkat provinsi melalui Jaringan Kurikulum yang disebut Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Provinsi. Tim ini merupakan kelompok kerja dengan tugas utama membantu dinas pendidikan provinsi dalam dinamika pengembangan dan implementasi kurikulum. Kegiatan pelatihan akan dilaksanakan ke 33 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah peserta pelatihan tiap provinsi sebanyak 35 orang. Unsur keanggotaan TPK di masing-masing provinsi beragam latar belakang, namun umumnya mereka terdiri dari pejabat struktural di lingkungan dinas pendidikan provinsi, perguruan tinggi setempat, LPMP, guru, kepala sekolah, dan pengawas.

Fungsi utama model pelatihan ini adalah untuk sosialisasi, pembekalan, dan pemantapan tentang konsep pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif dalam penyusunan KTSP dan pelaksanaannya. Dengan demikian TPK provinsi diharapkan memiliki pemahaman, wawasan, dan kebermaknaan sehingga mereka mampu untuk mengembangkan, mensosialisasikan, pendampingan, pemfasilitasan dan mendiseminasikan kebijakan tersebut pada tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga ke satuan pendidikan.

Sifat dari pelatihan ini menekankan pada bantuan teknis professional guna pembekalan dan pemantapan tentang tataran konsepsi dan pengemplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, staf Pusat Kurikulum, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui belajar aktif.

B. Tujuan

Pelatihan tingkat provinsi secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan memantapkan konsep serta menyamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:

19

Page 23: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

1. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.

2. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

4. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang mengintegrasikan belajar aktif, pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif.

5. pembekalan kepada peserta pelatihan provinsi agar memiliki komitmen dan akses untuk sosialisasi, pendampingan, diseminasi serta pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

C. Hasil Yang Diharapkan

Diperolehnya kesepahaman, kesepakatan, komitmen terhadap wawasan, konsepsi, dan implementasi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

D. Unsur yang TerlibatUnsur yang terlibat dalam pelatihan tingkat provinsi dibagi atas narasumber dan peserta pelatihan, yaitu sebagai berikut:

E. NarasumberNara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas sekolah maupun staf Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

F. Peserta PelatihanPeserta pelatihan di masing-masing provinsi berjumlah 50 orang. Mereka merupakan tim TPK Provinsi yang telah dilegalisasi dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi maupun oleh SK Gubernur.

G. Strategi Pelaksanaan dan Metode

20

Page 24: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat provinsi diawali dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah model. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil kunjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal yang diagendakan. Model pelatihan tingkat provinsi ini menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.

H. Bahan PelatihanPada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil pengembangan model Pusat Kurikulum selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan pengembangan kurikulum di provinsi. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac) Presentasi peta kompetensid) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakterf) Presentasi tentang kewirausahaang) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasionali) Handout paket pelatihan yang berupa:

1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif. - pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

21

Page 25: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

I. Waktu dan Jadwal Pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat provinsi ini selama 5 (lima) hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

Hari ke-1

08.00 – 10.00 Pembukaan: Sambutan Penyelenggara Pembukaan dan Pengarahan Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Do’a

Penanggung JawabKepala Pusat Kurikulum/salah satu Kabid

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Pemaparan konsep tentang:

Kebijakan pemerintah 2010-2014 Pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Pendekatan belajar aktif Pengembangan KTSP Refleksi

KapuskurNara Sumber

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Simulasi belajar aktif dan refleksi

Persiapan magang ke sekolah pelaksanaNara

Sumber/Peserta

Hari ke-2

08.00 – 12.15 Magang ke sekolah best practicePeserta

12.15-13.30 Istirahat13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah

berikutnya.

Hari ke-3

08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta

Hari ke-4 08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan Peserta

22

Page 26: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan sekolah

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil

perbaikan KTSP Penuangan gagasan berdasarkan hasil

diskusi dan refleksi Presentasi gagasan

Peserta

Hari ke-5

08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut pelatihan

Penyusunan program kerja (action plan) secara individu berkaitan dengan rencana pelatihan tindak lanjut dan diseminasi

Peserta

11.00 – 12.00 Penutupan Kabid

J. PembiayaanKegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.

23

Page 27: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

IV. PELATIHAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

A. Pengantar

Pelatihan tingkat kabupaten/kota merupakan langkah penyiapan tenaga pengembang kurikulum tingkat kabupaten/kota yang disebut Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Kabupaten/kota. Tim ini merupakan kelompok kerja dengan tugas utama membantu dinas pendidikan kabupaten/kota dalam dinamika pengembangan dan implementasi kurikulum. Pada saat ini lebih kurang 98% dari seluruh dinas pendidikan kabupaten/kota telah terbentuk TPK yang difasilitasi oleh Pusat Kurikulum sejak 2006 hingga 2009. Untuk tahun 2010 ini rencana kegiatan pelatihan akan dilaksanakan di 202 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah peserta pelatihan tiap kabupaten/kota sebanyak 35 orang. Unsur keanggotaan TPK di masing-masing kabupaten/kota beragam latar belakang, namun umumnya mereka terdiri dari pejabat struktural di lingkungan dinas pendidikan kabupaten/kota, perguruan tinggi setempat (LPTK), guru, kepala sekolah, dan pengawas.

Fungsi utama model pelatihan ini adalah untuk sosialisasi, pembekalan, dan pemantapan tentang konsep pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif dalam penyusunan KTSP dan pelaksanaannya. Dengan demikian TPK kabupaten/kota diharapkan memiliki pemahaman, wawasan, dan kebermaknaan sehingga mereka mampu untuk mengembangkan, mensosialisasikan, pendampingan dan mendiseminasikan kebijakan tersebut pada tingkat kabupaten/kota hingga ke satuan pendidikan.

Sifat dari pelatihan ini menekankan pada bantuan teknis profesional guna pembekalan dan pemantapan tentang tataran konsepsi dan pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, staf Pusat Kurikulum, peserta pelatihan tingkat provinsi, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan

24

Page 28: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui belajar aktif.

B. Tujuan

Pelatihan tingkat kabupaten/kota secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan memantapkan konsep serta menyamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:

1. pembekalan kepada peserta pelatihan kabupaten/kota dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.

2. pembekalan kepada peserta pelatihan kabupaten/kota dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. pembekalan kepada peserta pelatihan kabupaten/kota dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

4. pembekalan kepada peserta pelatihan kabupaten/kota dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang mengintegrasikan belajar aktif, pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif.

5. pembekalan kepada peserta pelatihan kabupaten/kota agar memiliki komitmen dan akses untuk sosialisasi, pendampingan, diseminasi serta pengimplementasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

C. Hasil Yang Diharapkan

Diperolehnya kesepahaman, kesepakatan, komitmen terhadap wawasan, konsepsi, kebermaknaan, dan implementasi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

D. Unsur yang TerlibatUnsur yang terlibat dalam pelatihan tingkat kabupaten/kota dibagi atas narasumber dan peserta pelatihan, yaitu sebagai berikut:

1. NarasumberNara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, pelatihan tingkat provinsi, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas sekolah maupun staf Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

25

Page 29: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

2. Peserta PelatihanPeserta pelatihan di masing-masing kabupaten/kota berjumlah 40 orang. Mereka merupakan tim TPK Kabupaten/kota yang telah dilegalisasi dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota maupun oleh Surat Keputusan Bupati/Wali Kota.

E. Strategi Pelaksanaan dan Metode

Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat kabupaten/kota diawali dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah model. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil kuinjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal yang diagendakan. Model pelatihan tingkat kabupaten/kota ini menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.

F. Bahan PelatihanPada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil pengembangan model Pusat Kurikulum selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan pengembangan kurikulum di kabupaten/kota. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac) Presentasi peta kompetensid) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakterf) Presentasi tentang kewirausahaang) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasionali) Handout paket pelatihan yang berupa:

1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif. - pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

26

Page 30: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

G. Waktu dan Jadwal Pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat kabupaten/kota ini selama 5 (lima) hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

Hari ke-1

08.00 – 10.00 Pembukaan: Sambutan Penyelenggara Pembukaan dan Pengarahan Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Do’a

Penanggung JawabKepala Pusat Kurikulum/salah satu Kabid

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Pemaparan konsep tentang:

Kebijakan pemerintah 2010-2014 Pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Pendekatan belajar aktif Pengembangan KTSP Refleksi

KapuskurNara Sumber

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Simulasi belajar aktif dan refleksi

Persiapan magang ke sekolah pelaksanaNara

Sumber/Peserta

Hari ke-2

08.00 – 12.15 Magang ke sekolah best practicePeserta

12.15-13.30 Istirahat13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah

berikutnya.

Hari ke-3 08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta

27

Page 31: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta

Hari ke-4

08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan sekolah

Peserta

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil

perbaikan KTSP Penuangan gagasan berdasarkan hasil

diskusi dan refleksi Presentasi gagasan

Peserta

Hari ke-5

08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut pelatihan

Penyusunan program kerja (action plan) secara individu berkaitan dengan rencana pelatihan tindak lanjut dan diseminasi

Peserta

11.00 – 12.00 Penutupan Kabid

H. PembiayaanKegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.

28

Page 32: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

V. PELATIHAN TINGKAT SEKOLAH PELAKSANA

A. Pengantar

Pelatihan tingkat sekolah pelaksana merupakan langkah penyiapan tenaga pengimplementasi pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif berkaitan dengan gagasan mendasar tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif dalam KTSP. Pelatihan di sekolah pelaksana ini secara terus menerus dan berkelanjutan akan difasilitasi oleh Pusat Kurikulum mulai tahun 2010 hingga paling tidak selama tiga tahun ke depan. Setiap provinsi di seluruh Indonesia akan diambil satu kabupaten/kota daerah rintisan. Sedangkan setiap kabupaten/kota terpilih akan ditetapkan sebanyak 8 (delapan) satuan pendidikan yang meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK, Program Kegiatan Belajar (PKB), dan Pendidikan Luar Biasa. Dengan demikian secara keseluruhan akan terdapat 250 satuan pendidikan rintisan di seluruh Indonesia. Pelatihan tingkat sekolah pelaksana yang disajikan dalam panduan sistem pelatihan ini merupakan strategi awal pelatihan yang diberlakukan. Dan setelah itu masih akan ditindaklanjuti dengan pelatihan-pelatihan berikutnya yang bersifat pendampingan dan supervisi. Untuk hal ini akan diuraikan secara rinci dalam desain pengembangan sekolah pelaksana.

Peserta pelatihan sekolah pelaksana terdiri dari unsur dinas pendidikan kabupaten/kota setempat, kepala sekolah, pengawas, guru, dan komite sekolah. Secara rinci jumlah peserta pelatihan dari masing-masing sekolah pelaksana tersebut akan diuraikan tersendiri dalam desain pengembangan sekolah pelaksana.

Fungsi utama model pelatihan ini adalah pembekalan dan pemantapan penyusuan KTSP dan pelaksanaannya yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif. Oleh karenya, model pembelajaran terintegrasi pada setiap mata pelajaran, muatan lokal maupun pembudayaan lewat pengembangan diri kepada satuan pendidikan akan menjadi wahana yang diprioritaskan.

Sifat dari pelatihan ini menekankan pada pendampingan dan bantuan teknis profesional guna pembekalan dan pemantapan tentang tataran konsepsi dan pengemplementasian

29

Page 33: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP.

Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat nasional, peserta pelatihan tingkat utama, staf Pusat Kurikulum, peserta pelatihan tingkat provinsi, peserta pelatihan tingkat kabupaten/kota, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui belajar aktif.

B. Tujuan

Pelatihan tingkat sekolah pelaksana secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan memantapkan konsep serta menyamakan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP kepada semua pemangku kepentingan pelaksanaan pendidikan di tingkat sekolah sehingga dapat menumbuhkembangkan budaya sekolah. Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:

1. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.

2. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

4. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang mengintegrasikan belajar aktif, pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif.

5. pembekalan kepada peserta pelatihan sekolah pelaksana agar memiliki komitmen dan kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

C. Hasil Yang Diharapkan

Diperolehnya kemampuan dan komitmen semua pemangku satuan pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

D. Unsur yang TerlibatUnsur yang terlibat dalam pelatihan tingkat sekolah pelaksana dibagi atas narasumber dan peserta pelatihan, yaitu sebagai berikut:

1. Narasumber

30

Page 34: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

Nara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, peserta pelatihan tingkat provinsi, peserta pelatihan tingkat kabupaten/kota, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas sekolah maupun staf Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

2. Peserta PelatihanPeserta pelatihan sekolah pelaksana terdiri dari unsur dinas pendidikan kabupaten/kota setempat, kepala sekolah, pengawas, guru, dan komite sekolah. Secara rinci jumlah peserta pelatihan dari masing-masing sekolah pelaksana tersebut akan diuraikan tersendiri dalam desain pengembangan sekolah pelaksana.

E. Strategi Pelaksanaan dan Metode

Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat sekolah pelaksana diawali dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah model. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil kunjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal yang diagendakan. Model pelatihan tingkat sekolah pelaksana ini menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.

F. Bahan PelatihanPada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan akan diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil pengembangan model Pusat Kurikulum selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan pengembangan kurikulum di sekolah pelaksana. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac) Presentasi peta kompetensid) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakterf) Presentasi tentang kewirausahaang) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasional

31

Page 35: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

i) Handout paket pelatihan yang berupa:1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter

bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif. - pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

G. Waktu dan Jadwal Pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat sekolah pelaksana ini selama 5 (lima) hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

Hari ke-1

08.00 – 10.00 Pembukaan: Sambutan Penyelenggara Pembukaan dan Pengarahan

Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Do’a

Penanggung JawabDinas Pendidikan Kab/kota setempat

PesertaPeserta

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Pemaparan konsep tentang:

Kebijakan pemerintah 2010-2014 Pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Pendekatan belajar aktif Pengembangan KTSP Refleksi

Fasilitator

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Simulasi belajar aktif dan refleksi Fasilitator/Peserta

Hari ke-2 08.00 – 10.00 Workshop pengembangan KTSP yang bercirikan pengintegrasian pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Peserta

32

Page 36: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Workshop lanjutan12.15 – 13.30 Istirahat

13.30 – 17.00

Presentasi hasil workshop Penayangan best practice satuan

pendidikan penyelenggara program pendidikan budaya dan karakter bangsa maupun kewirausahaan

Refleksi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam model KTSPT

Persiapan kunjungan sekolah best practice

Fasilitator/Peserta

Hari ke-3

08.00 – 12.15 Kunjungan ke sekolah best practice Peserta

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Pelaporan, urun pendapat, dan refleksi hasil

kunjungan ke sekolah modelPeserta

Hari ke-4

08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan sekolah

Peserta

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil

perbaikan KTSP Penuangan gagasan berdasarkan hasil

diskusi dan refleksi Presentasi gagasan

Peserta

Hari ke-5

08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut pelatihan

Penyusunan program kerja (action plan) secara individu berkaitan dengan rencana pelatihan tindak lanjut dan diseminasi

Umpan balik tentang pelaksanaan pelatihan oleh peserta kepada fasilitator

Peserta

11.00 – 12.00 Penutupan Dinas Pendidikan

Catatan: Untuk sekolah pelaksana aktivitas pemagangan akan dilakukan secara sendiri dalam salah satu tahapannya.

H. PembiayaanKegiatan ini didanai DIPA 2010 Badan Litbang Kemendiknas.

33

Page 37: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

VI. PELATIHAN TINGKAT UNIT UTAMA PUSAT

A. Pengantar

Pelatihan tingkat unit utama pusat merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh unit utama pusat, misalnya Ditjen Mandikdasmen, Ditjen PMPTK, LPMP, P4TK maupun Sekretariat Jendral, Inspektorat serta Balitbang Kemendiknas.

Fungsi utama model pelatihan ini sangat bergantung dari kepentingan masing-masing unit utama pusat penyelenggara. Namun, satu hal yang disajikan dalam panduan sistem pelatihan ini adalah berkait dengan sosialisasi, pembekalan, dan pemantapan tentang konsep pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif dalam penyusunan KTSP dan pelaksanaannya melalui pendekatan belajar aktif. Dengan demikian pelatihan-pelatihan yang akan dilakukan oleh unit utama pusat diharapkan memiliki pemahaman, wawasan, dan kebermaknaan sehingga mereka mampu untuk mengembangkan, mensosialisasikan, pendampingan, pemfasilitasan dan mendiseminasikan kebijakan tersebut pada tingkat unit utama pusat, provinsi, kabupaten/kota, MGMP, KKG hingga ke satuan pendidikan.

Sifat dari pelatihan ini menekankan pada sosialisasi dan persebaran konsep dasar belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

Nara sumber dari pelatihan ini dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, staf Pusat Kurikulum, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan unsur pengembang kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui belajar aktif.

34

Page 38: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

B. Tujuan

Pelatihan tingkat unit utama pusat secara umum bertujuan untuk pemberian bekal dan memantapkan konsep serta menyamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

Secara khusus pelatihan tersebut bertujuan untuk:

1. pembekalan kepada peserta pelatihan unit utama pusat dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendekatan belajar aktif.

2. pembekalan kepada peserta pelatihan unit utama pusat dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. pembekalan kepada peserta pelatihan unit utama pusat dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

4. pembekalan kepada peserta pelatihan unit utama pusat dalam upaya pemantapan konsep dan persamaan persepsi tentang pengembangan KTSP yang mengintegrasikan belajar aktif, pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif.

5. pembekalan kepada peserta pelatihan unit utama pusat agar memiliki komitmen dan akses untuk sosialisasi, pendampingan, diseminasi serta pengimplementasian pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

C. Hasil Yang Diharapkan

Diperolehnya kesepahaman, kesepakatan, komitmen terhadap wawasan, konsepsi, dan implementasi tentang pembelajaran dengan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam setiap komponen KTSP.

D. Unsur yang TerlibatPada dasarnya unsur yang terlibat dalam pelatihan tingkat unit utama pusat dibagi atas narasumber dan peserta pelatihan, yaitu sebagai berikut:

1. NarasumberNara sumber dapat berasal dari peserta pelatihan tingkat utama, peserta pelatihan tingkat nasional, dosen, konsultan, kepala sekolah, guru, praktisi, dan pengawas sekolah maupun Pusat Kurikulum yang telah berpengalaman menggagas atau mengembangkan atau mengimplementasikan pendekatan belajar aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif secara terintegrasi dalam KTSP.

2. Peserta PelatihanPeserta pelatihan di masing-masing unit utama pusat ditentukan sesuai kebutuhan dan sumber daya masing-masing unit utama.

35

Page 39: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

E. Strategi Pelaksanaan dan Metode

Strategi yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan tingkat unit utama pusat dapat diawali, misalnya dengan presentasi oleh narasumber/fasilitator tentang: kebijakan pemerintah 2010-2014, konsep pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif, presentasi pendekatan belajar aktif, dan konsep pengintegrasian pembelajaran dalam pengembangan KTSP. Dalam setiap sesi tersebut diikuti dengan curah pendapat dan diskusi tentang tataran teori dan praktis berkaitan dengan pengembangan gagasan, ide-ide/konsepsi, pengimplementasian serta pengalaman melaksanakan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif melalui pendekatan belajar aktif yang diintegrasikan ke dalam KTSP. Guna pemantapan pemahaman kepada peserta pelatihan ditindaklanjuti dengan workshop pengembangan model KTSP, dan kunjungan terhadap sekolah model. Selanjutnya, peserta pelatihan dituntut untuk mempresentasikan hasil-hasil workshop dan hasil kuinjungan yang diikuti dengan diskusi untuk memperoleh umpan balik dari seluruh peserta pelatihan dan narasumber. Kegiatan refleksi berkait dengan setiap sesi yang telah diikuti oleh peserta pelatihan juga merupakan strategi yang harus dilakukan. Demikian pula penyusunan rencana kerja tindak lanjut oleh setiap peserta merupakan hal yang diagendakan. Model pelatihan tingkat unit utama pusat ini menekankan pada metode ceramah, diskusi, workshop, pemaparan, dan kunjungan kerja.

F. Bahan PelatihanPada dasarnya semua bahan pelatihan yang telah dikembangkan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Kemendiknas, yaitu lebih kurang sebanyak 15 paket pelatihan dapat diberikan kepada seluruh peserta pelatihan baik dalam bentuk CD maupun dalam bentuk bahan cetak. Di samping itu, hasil-hasil kegiatan unit pusat selama ini turut pula disertakan sebagai bahan rujukan, termasuk misalnya informasi masing-masing kebijakan unit utama pusat. Bahan-bahan pelatihan yang dimaksud antara lain ialah:a) Presentasi kebijakan nasional (RPJMN, RKP, Inpres No. 6/2009, Renstra)b) Presentasi pendidikan budaya dan karakter bangsac) Presentasi peta kompetensid) Presentasi pendekatan belajar aktif ‘ICARE’e) Presentasi pengembangan KTSP lengkap dengan pengintegrasian pendidikan karakterf) Presentasi tentang kewirausahaang) Presentasi mengenai best practice (video; photo; text)h) Presentasi bahan sosialisasi KTSP nasionali) Handout paket pelatihan yang berupa:

1) Hasil model pengembangan KTSP bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif. - pola pengembangan KTSP dengan pendekatan ICARE- contoh KTSP dari sekolah yang telah melaksanakan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif (best practice), dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

2) Hasil model pengembangan silabus, RPP bermuatan bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif dari masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA).

3) Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang telah dilakukan oleh Ciputra Entrepreneurship School.

36

Page 40: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

4) Contoh model pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan yang terintegrasi dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan muatan lokal.

5) Contoh model penyusunan peta kompetensi untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan yang bermuatan pendidikan budaya dan karakter bangsa serta kewirausahaan.

G. Waktu dan Jadwal Pelatihan

Waktu yang diperlukan untuk pelatihan tingkat unit utama pusat ini dapat dirancang sesuai kebutuhan. Namun, dalam panduan sistem pelatihan ini telah dibuatkan salah satu pola penjadwalan pelatihan selama 5 (lima) hari. Adapun jadwal yang direncanakan adalah sebagai berikut:

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

Hari ke-1

08.00 – 10.00 Pembukaan: Sambutan Penyelenggara Pembukaan dan Pengarahan Pembacaan Ikrar Nasional Hasil Sarasehan Do’a

Penanggung JawabKepala Pusat Kurikulum/salah satu Kabid

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Pemaparan konsep tentang:

Kebijakan pemerintah 2010-2014 Pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa, kewirausahaan serta ekonomi kreatif

Pendekatan belajar aktif Pengembangan KTSP Refleksi

KapuskurNara Sumber

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Simulasi belajar aktif dan refleksi

Persiapan magang ke sekolah pelaksanaNara

Sumber/Peserta

Hari ke-2

08.00 – 12.15 Magang ke sekolah best practicePeserta

12.15-13.30 Istirahat13.30- 17.00 Refleksi dan persiapan magang ke sekolah

berikutnya.

Hari ke-3 08.00 – 12.15 Magang ke sekolah Peserta

37

Page 41: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

HARI WAKTU ACARA PENYAJI

12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Refleksi dan pelaporan magang ke sekolah Peserta

Hari ke-4

08.00 – 10.00 Kaji ulang dan perbaikan pengembangan KTSP berdasarkan masukan dari kunjungan sekolah

Peserta

10.00 – 10.15 Istirahat10.15 – 12.15 Lanjutan kaji ulang dan perbaikan KTSP Peserta12.15 – 13.30 Istirahat13.30 – 17.00 Diskusi dan refleksi tentang hasil

perbaikan KTSP Penuangan gagasan berdasarkan hasil

diskusi dan refleksi Presentasi gagasan

Peserta

Hari ke-5

08.00 – 11.00 Urun pendapat untuk program tindaklanjut pelatihan

Penyusunan program kerja (action plan) secara individu berkaitan dengan rencana pelatihan tindak lanjut dan diseminasi

Peserta

11.00 – 12.00 Penutupan Kabid

H. PembiayaanKegiatan ini didanai dari DIPA masing-masing unit utama pusat.

38

Page 42: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

VII. KODE ETIK PELATIHAN

Agar setiap pelatihan memiliki sarat makna maka perlu dibuatkan rambu-rambu kode etik baik bagi peserta pelatihan maupun bagi narasumber/fasilitator. Hal ini merupakan suatu kebutuhan yang perlu pula dibudayakan mengingat yang akan dilatihkan kepada semua pemangku kepentingan pelatihan adalah konsep dasar pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan begitu diharapkan bahwa semua komponen pendidikan memiliki komitmen untuk patuh dan menghormati seluruh etika pelatihan yang telah dirancangnya. Dan, hal itu tentunya juga dapat dimaknai sebagai awal dari pembentukan karakter suatu bangsa.

A. Etika / Tata Tertib Peserta Pelatihan

1. Peserta tidak diperkenankan merokok baik di dalam maupun di luar ruang belajar selama mengikuti aktivitas pelatihan.

2. Alat komunikasi peserta pelatihan, misalnya telepon seluler tidak diperkenankan mengeluarkan nada dering selama mengikuti aktivitas pelatihan.

3. Peserta wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pelatihan.4. Peserta yang tidak _ias mengikuti rangkaian sesi pelatihan diwajibkan melapor

kepada panitia penyelenggara dan mengisi formulir perizinan.5. Jika peserta akan ke luar ruang belajar (kamar kecil) hendaknya memberi isyarat

dengan cara angkat tangan atau tunjuk jari. 6. Peserta wajib berbusana yang rapi dan sopan, dan tidak diperkenankan memakai

sandal dan kaos.7. Peserta wajib mengisi daftar kehadiran setiap hari baik pagi, siang, dan malam.8. Peserta turut menjaga ketertiban dan kenyamanan di tempat pelatihan.9. Setiap hari setelah berakhirnya pelatihan peserta wajib membersihkan ruangan dan

papan tulis. 10. Peserta wajib mentaati jadwal kegiatan yang telah ditentukan. 11. Bagi peserta yang tidak mengikuti sesi pelatihan secara utuh panitia tidak akan

memberikan sertifikat.

39

Page 43: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

B. Etika / Tata Tertib Panitia dan Fasilitator:

1. Panitia dan fasilitator tidak diperkenankan merokok baik di dalam maupun di luar ruang belajar selama mengikuti aktivitas pelatihan.

2. Alat komunikasi panitia dan fasilitator pelatihan, misalnya telepon seluler sebaiknya tidak mengeluarkan nada dering selama mengikuti aktivitas pelatihan.

3. Panitia dan fasilitator wajib berbusana yang rapi dan sopan, dan tidak diperkenankan memakai sandal dan kaos.

4. Panitia dan fasilitator turut menjaga ketertiban dan kenyamanan di tempat pelatihan.5. Setiap hari setelah berakhirnya pelatihan, panitia dan fasilitator wajib mengingatkan

peserta pelatihan untuk membersihkan ruangan dan papan tulis. 6. Panitia dan fasilitator harus selalu berkoordinasi dalam melaksanakan kegiatan

pelatihan. 7. Panitia dan fasilitator wajib mentaati jadwal kegiatan yang telah ditentukan. 8. Panitia senantiasa berada di tempat pelatihan atau di ruang pelatihan.

Catatan: Di awal kegiatan panitia penyelenggara berkewajiban menyampaikan tata tertib ini kepada peserta pelatihan dan fasilitator.

VIII. PENUTUP

Panduan pelatihan ini merupakan acuan bagi penyelenggara pelatihan di semua tingkatan dalam rangka penguatan peran pendidikan dalam upaya peningkatan akhlak mulia serta pembangunan budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu, segenap pemangku kepentingan hendaknya dapat menindaklanjuti model-model pelatihan yang dikembangkannya. Dengan begitu diharapkan target 25% sekolah pada tahun 2012 telah menerapkan metodologi pendidikan secara menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya – bahasa Indonesia serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Demikian pula diharapkan dapat mencapai target 100% pada tahun 2014.

40

Page 44: Konsep Pelatihan Karakter Puskur

41