Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
------------~----------
KONSEPMATERIALITAS-SPIRITUALITAS
DALAM mSTORISITASPIERRE TEILHARD DE CHARDIN
SOrtjDrati tBUUI:n:i t['ris~Staf Pengajar Fakultas Filsafat UGM
Teilhard memandang kesadaran diripacIa manusia seb~ai perkembangan aspek
spiritualitas yang didukWlg aspek materialitas.Perkembangn in1lali yang membedakan proses evolusi
manusia dari evolUSI sebelumnya. Kesadaran dirl menusia menempatkan manusia sebagai makhluk historis. Pan~ Teilhard tentang
evol~l pacIa manusia atau historisitas manusiaridak cIapat lepas dafi hukum kompleksitas-kesadaran yang menggam
bar1cankedudukan aspeIC materialitas-spirinialitasdi semua isi alam ini. Hanya manusia yang.mengenalhistorisitas, sehingga memahami histonsitasnya oerarti
manUSla akan-Iebih memahami dirinya sendiri.
PENGANTARPerdebatan mengenai aspek
materialitas dan spiritualitas dalammanusia ",sudah muncul sejak lama.P~rdebatan 'tersebut memunculkanpendapat tentang citra manusia yang4ualistik. Pada jaman Yunani kunoperdebatan ,menganai kedua aspek materialitas-8pirituali~, teruma ,Plato,menekankan akan keungguJan aspek.spiritualitas di atas materialitas.Perkemb8ngan perdebatan seJanjutnyamemuneulkan keeenderungan mengungguIkan aspek materialitas di atas
spiritualitas. Penomena modem yangmenunjukkan ada-'ecenderunganmengunggulkan aspek 'materialitasda-lam manusia dan men~elimin~i.aspek
spiritualitas yang b8llyak terlihat dengan gejala di antaranya hedOn.ismedan materialisme. Perdebatan mengensi perbedaan penekanan padakeduaaspek tersebut memuneulkan, ,aliranmaterialisme dan spiritualisme dat8msejarah kehidupan manuSla. Sejllrahdialami sebagai perkem.bangan 'letitiaaspek tersebut. PersoaJan yang muneuldalam historiSitas adaJah apabhse-
jarah itu lebih material daJam artiaD.aspek materialitas lama-kelamaanmengalahkan aspek spiritualitas 8taukah apakah lebih spiritual ataukah adahubungan keterkaitan antarakeduanya dan bagaimana keterkaitantersebut. Pendapat yang berkaitandengan masalah aspek materialitasspiritualitas dalam historisitas ada beberapa macam : orientasi spiritualistik,orientasi materialistik dan kesatuankesejajaran aspek materialitas & spiritualitas. (Bakker, tt:21-22). Pandanganorientasi spiritualistik memprioritas-kan aspek spiritualitas/ rohanilintensitas. Pandangan orientasimaterialistik memprioritaskan aspekmaterialitas/kompleksitas. Pandangankesatuan-kesejajaran materialitas &&1>iritualitas memberi tempat sejajarantara aspek materiialitas dan aspekspiritualitas; antara materialitas danspiritualitas tidak dapat dilawankansebagai yang tinggi dan yang rendah;aspek materialitas akan menjadidewasa dan semakin komplek sejauhdiintensifkan oleh aspek spiritualitasnya. (Bakker, tt:21-23.).
Teilhard mengemukakan prosesevolusi berkaitan dengan hukum kompleksitas-kesadaran. Mempelajarievolusi e.osmos harus dimulai dengansegi luar (kompleksitas I materialitas)evolusi dan selanjutnya harus diikutioleh proses segi daJam (intensitas Ispiritualitas) evolusi. (Sullivan,1970:267). Fenomeoa kosm08 selaluberaspek dua yaitu materialitasspiritualitas walaupun dalam keadaaoyang berbeda-beda. Meterialitas duniaatau segi luar dari segala sesuatu yangada di dunia mengubah din sesuai hukum perkemhangan ke arah yang lebihkomplek dan ke bentuk materi yanglebih teratur, namun beberapa renomena k08mik baru dapat dilihat, diukurdan dipastikan jib telah mencapai intensitas. tertentu. Hakekat batin atau
-kesadaran II atau inteDsitas sebagaiaspek. spiritualitas tersebut adalahdemensi yang memberi cap segaIa materi kosmik walau dalam taraf yangberbeda. (Kopp, 1983:27). Perkembangan pada aspek mat.erialitas selalu diikuti oleh perk.embangan aspek spiritualitas. (Maroky, 1981:8). Semakintinggi. dan rumit tingkat kompleksitassesuatu hal berarti semakin padat danrumit pula tingkat intensitasnya. Kesempumaan intensitas dan kompleksitas merupakan satu manifestasi yangsama. Itu merupakan salah satu pikiran dasar Teilhard yang terwujud daJam"hukum kompleksitas-kesadaran".(Bertens, 1985:279-281).
Riwayat Pierre Teilhard de Chardin
Teilhard seorang ahli geologidan paleontologi yang sekaligus pasturyang mempelajari filsafat. Pikiran yangtertuang dalam karyanya melampauibidang ilmu dan mempunyai implikasifilosofis terutmna pandangannya tentang evolusi manusia. Teilhard meru·pakan salah seorang sarjana yang meluaskan pengertian evolusi.
Pierre Teilhard de Chardin lahir tanggal 1 MeL 1881 di Perancis. 18memulai pendidikan di Kolese Yesuit,Notre Dame de Mongre. Tahun 1904mempelajari filsafat dan teologi di pulau Jersey di laut Channel, namun masib terus memperdalam ilmu batu-batuan yang sudah dikensl sejak. keciLTahun 1905·1908 ia mengajar ilm~
alam dan kimia <Ii Mesir. Pada ~tinilah cintanya terhadap bumi tumbuh .semakin besar dan terlebih Iagi setelahberhubungan dengan karya HenryBergson. Hubungannya dengan HenryBergson menjadikan sadar abn malmaevolusi serta mengubur konsep duniayang tak berubah untuk selama-lamanya.(Kopp, 1983:17-1~.
-68
Tabuo 1923 merupakan awalTeilhard berekpedisi di wilayah AsiaSejak tahun 1923 sampai 1989·ia herpetualang di Timur terutama di Tiongkok dan Indonesia dengan penemuandan penyelidikannya di antaranyamengenai tengkorak manusia Pekingdan Trinil, sampai akhirnya ia ditahandi China. Teilhard eli dalam penahanantersebut memuneulkan karya kunciyang berjudul Le Phenomene Humain.Tanggal 10 April tahun 1955 TeilhardmeninggaI dunia karena mendapatserangan jantung dalam usia 75 tabun.(Kopp, 1983:18-23).
Makna MaterialitasSesuatu dikatakan komplek jika
berisi unsur-unsur dalam jumlah besaryang terorganisir. Kompleksitas dipahami tidak hanya sebagai jumlah unsur-unsur yang menyusunnya tetapijuga termasuk jumlah, kekuatan, kedalaman hubungan yang mengikat unsurunsur secara bersama. (Maroky,1981:7). Kompleksitas menyangkut segiluar atau fisik, lahiriah, harlan ataupunmaOOn dari segala sesuatu. Kompleksitas, materialitas, dan segi luar(without) merupakan kata-kata yangmempunyai makna yang sama bagibagi Teilhard. Kompleksitas namundemikian bukanlah hanya pada kulit,daging dan tulang tetapi materialitasatau kompleksitas mencakup carabicara, cara hidup. Badan I wujud Ikompleksitas dapat dikatakan secaralebih umum sebagai aspek materialitas.(Bakker, tt: 22-23).
Aspek kompleksitas ataumateriltas sesuatu hal tidak hanya herarti fisik kosong belaka tetapi menyangkut juga kedalaman, kekuatanatau ekspresi yang diwujudkan. Jikaseseorang menangis, tertawa, bahagia,maka mimik atau raut 'muka yang dinampakkannya sebagai ekspresi dirimerupakan aspek kompleksitas atau
materialitas manusia. Pada sistemkomunikasi manusia, wujud bahasa,kata yang diucapkan, tulisan ataupunekspresi isyarat melalui tangan kesemuanya· merupakan aspek materialitasmanusia, khusunya dalam kaitan dengan kemampuan komunikasi yang adapada manusia.
Teilhard tidak memandang realitas kosmos dengan kompleksitasnyasebagai sesuatu yang epifenomenon.(Maroky,I981:7). Aspek materialitasbukanlah sesuatu yang kebetulan sajaadanya. Penolakkan akan pentingnyaaspek materialitas kosmos akan membuat dunia dan kehidupan menjadikurang bermakna. Struktur dunia dalam sumbu kompleksitas sebagai aspekmaterialitas dunia· menjadi suatu keseluruhan yang koheren. Keseluruhankosmos baik pada dunia benda, kehidupan maupun manusia berhubungan dengan kompleksitas. Segala realitas dalam kosmos terlingkupi oleh aspek materialitas.
Dunia benda mati seakan-akanmemiliki aspek materialitas yang paling padat dibanding dengan dunia kehidupan dan terlebih lagi jika dibansingkan dengan dunia manusia, namunpada dasarnya 8spek materialitas padabenda mati adalah lebih dangkal dibanding dunia kehidupan ataupunmanusia, karena susunan yang dibentuk masih 8angat sederhana. Duniabenda mati menurut Teilhard memilikikompleksitas yang masih sederhana.Dunia kehidupan memiliki aspek materialitas yang menakjubkan danmanusia adalah yang kekompleksitasannya paling menakjubkan diantara semua kehidupan yang ada.(Maroky, 1981:7-8).
Formulasi materialitas daJamkosmos menampakkan diri dalam suatukeadaan genesis atau menjadi. Prosesmenjadi dalam aspek materialitasberkembang dahJm kompleksitasnya.
Segala sesuatu yang ada dalam kosmostidak berada secara terus-meneruspada satu keadaan, melainkan selaludalam proses kejadian. Keadaan materialitas selalu berujud dalam waktuyang temporal dan selalu berubah menjadi &gala sesuatu yang mengisi alamsemesta bergerak dalam proses genesisyang terkonsentrasi dalam materi atausegi luar yang lebih komplek dan terorganisir. (de Chardin, 1966,47-51).
Perunutan terhadap garisperkembangan aspek materialitas daripra-kehidupan ke kehidupan dan akhimya .sampai pada manusia dapatterungkap bahwa kehidupan secaraumum dan manusia khususnya meru·pakan tujuan kosmogenesis. Pen·tingnya aspek materialitas menurutTeilhard terletak pada fakta bahwa as·pek materialitas yang semakin komplekmemberikan. pada kehidupan maknayang tinggi, dan suatu keunikan.(Maroky, 1981:7·8). Tanpa adanya as·pek materialitas, tidak akan terbentukkosmos. A.spek kompleksitas paling tie<Iak merupakan wadah bagi terwujudnya kosmos dalam genesis.
Makna SpiritualitasBagi Teilhard spirit mero·
pakan realitas yang ultimate; seluruhkehidupan pada selurnh aspek manusiadilingkupi kehidupan yang beraspekspiritualitas. Badan tidak hanyamemiliki panas, warna, berat, tetapijuga memiliki suatu kesadaran ataufenomena spiritualitas. Teilhard memandang aspek spiritualitas tidak sebagai suatu yang metafenomenon ataupun epifenomenon. Teilhard melihataspek spiritualitas sebagai kesadaranyang mengisi alam semesta, walaupundalam pengamatan pertama, porsi ke·sadaran dalam dunia [lSik adalah tampak sangat tipis. Fakta·fakta yanghanya diinterpretasikan sebagai sesuatu yang atoma dan beraspek mete-
]Kmal Filsafat, Maret 1997
rialitas belaka adaJah .tidakmemadai(Corbishley, 1971:7-8). Pemahaman fakta-fakta tentang realitas yangada jika hanya dipahami dati segiluamya saja akan kehilangan sesuatuyang lebih me~dalam dan kehilanganoiakoa yang dikandung.
Pada dunia manusia aspekspiritualitas akan semakin dapat dipahami. Manusia dapat saling berkomunikasi lewat media fisik, misalnya pereakapan, baeaan, sentuhan, namunkomunikasi mempunyai implikasi yangsangat berbeda dan lebih dalam darihanya sekedar aktivitas yang meluluekstemal. Fakta bahwa manusia adalab makhluk spiritual telah membuatkomunikasi menjadi lebih dari sekedarinteraksi kemampuan bicara, kemampuan menangkap gelombang .suara,kemampuan mendengar ataupun pancaran mata.(Corbishley, 1971:10).Kegiatan manusia hanya dapatdimengerti jika ada aspek spiritualitasdalam diri manusia di sampingpenmpakan yang bersifat external.
Teilhard memahami aspekspiritualitas sebagai segi kesadaranyang ada pada alam semesta termasukmanusia. Kesadaran, hakikat bathindan spontanitas merupakan tiga katayangmempunyai makna yang samabagi bagi Teilhard. (Doud, 1980:93).Segi dalam / hakekat / batin / jiwa /intensitas I kesadaran dapat dikatakansecara umum sebagai aspekspiritualitas (Bakker, tt:22-23). A.spelspiritualitas merupakan. suatu demensiyang memberi cap segala yang· ada dialam semesta walaupun dalam tara!intensitas yang berbeda-beda. Aspekspiritualitas pada dunia materi takbemyawa lebih sulit untuk dibuktikansecara eksperimental, namun· hal inibukan berarti bahwa aspekspiritualitas baru muncul setelab dapatdibuktikan untuk pcrtama kalinY8~
(Kopp, 1983:27). Seluruh kosmos me-
ngandung aspek apiritualitas yangpada tahap rendah masih tersembunyiAspek spiritualitas pada taraf kosmos}pang semakin tinggi akan semakintampak. Aspek kesadaran dalam objekpada tahap perkembangan yang lebihrendah (materi tak bemyawa) tersusunserupa dengan materi itu sendiri. Aspek spiritualitas akan semakin lebihrumit dan sempuma pada tahapperkembangan kosmos yang lebihtinggi. Jejak perkembangan aspekspiritualitas dapat dilihat dari taratperkembangan kehidupan saltlpai padakemampuan refleksi manusia. (Kopp,1983:28). Manusia dengan kemampuanrefleksi sebagai bentuk perkembanganaspek spiritualitas yang semakin intenSll mempunyai arab evolusi ke masadepan yang terus berlanjut.
Hukum Kompleksitas-KesadaranAlam semesta merupakan suatu
keteraturan" (Cosmos). Kosmos dilingkupi oleh sistem tertentu yang menyatukan segaia sesuatu yang ada.Setiap unsur yang ada d.i kosmos secarapositif selalu dalam jalinan dengan unsur-unsur yang lain dalam suatu komposisi tertentu, sehingga terwujud keseluruhan yang utuh.Keterjalinan dankeseluruhan yang utuh dari k08mosbukan sesuatu hal yang tetap tak her·ubah tetapi suatu proses yang nyata.Proses kosmos merupakan proses yangselaras sekaligus merupakan proseskejadian (genesis). Proses kosmosmerupakan gerak evolusi yang terarah.(de Chardin, 1978:28). "Alam semesta menurut Teilhard adalah kosmosyang utif dalam proses genesis ataucosmogenesis. (Meroky, 1981:10).Evolusi menurut Teilhard merupakangerak yang terarah dan selalu d.alamproses ·menjadi yang se~akinpadat danintensif.
Kosmos bergerak dalam prosesevolusi dengan bentuk spiral yang see
makin lebih padat dan menuju ke kemajuan. Pemahaman bahwa segala sesuatu itu saling terkaitdalam satu kesatuan yang selalu dalam proses kejadian tidak <lapat lepas dari pemaham.an akan kompleksitas-kesadaran ataumaterialitas-spiritualitas segala sesuatu )rang ada. Perkembangan kosmosdalaIil tiga tahap }"ang meliputi tahapbiogenesis, tahap antropogenesis dantahap sosialisasi menyangkut dua aspek yaitu aspek materialitas (dunialuar/ segi kompleksitas) dan aspekspiritualitas (kesadaran Ihekakatbatin/interioritas). Materialitas danspiritualitas bukanlah dua hal tetapidua keadaan atau dua aspek dari seesuatu yang sarna. Materi dan spiritmerupakan dua aspek dari bahan kos·mik yang sarna. Spiritualitas bukanlahmusuh atau sesuatu yang dilawankandengan materialitas tetapi lebih sebagaiinti yang satu .(de Chardin, 1978:26).Bagi Teilhard, kosmos berkembangmenurut hukum komplesitas~kesada·
ran. Evolusi bergerak dari dunia materiyang sederhana menujuke yang semakin komplek dan intensif. Kekompleksitasan aspek materialitas selaludiikuti keintensitasan aspek spirituali·tas. Kesempurnaan aspek spiritualitasdan materialitas sesuatu hal adalahdua aspek dari manisfestasi yang sarna.(Kopp, 1983:26:28). Kesempumaansalah satu aspek tidak dapat meninggalkan kesempumaan aspek yang lain·nya. Semakin komplek aspek metarialitasnya, semakin intensif pula aspekspiritualitasnya. Evolusi bergerak dariyang sederhana ke yang lehih komplekdan lebib intesiC, sehingga dapatlahdipahami jlka pada geosphere (sebagaitaraf evolusi yang masih rendab dansederhana), sisi kesadaran masih tipisdan sulit dibuktikan secara empiri,namun demikian bukan berarti· yangtidak dapat dibuktikan secara empiriberarti tidak ada. Aspek spiritualitas
Makin jelas terlihat pada taraf yangsemakin tinggi
Fenomena esensial yang muncuI pada dunia material adalah arabmenuju kehidupan. Perkembangankosmos dalam evolusi telah menghantarkan ke tarap biogenesis. Pada duniabiosphere evolusi semakin terlihatmempunyai satu arah yang maju danpast dengan ditandai dengan unsurmaterialitas-spiritualitas utama yangbersama-sama menjadi ukuran kemajuan pada taraf biogenesis, yaitu sistemsyaraf yang semakin intensif dan. otakyang menjadi semakin besar dan rumit.Evolusi pada taraf biogenesis ditinjaudari segi interioritasnya merupakanperkembangan aspek spiritualitas dalam kemampuan syaraf itu sendiri. Seluruh evolusi terutama evolusi padataraf biogenesis merupakan basil percabangan dari aspek spiritualitas yangdiikuti oleh kompleknya sistem syaraf.Poros yang menggerakkan evolusiberasal dari sesuatu yang spirit danhukan hanya dari suatu yang bersifatmateri belaka. (Kopp, 1983:32). Kemajuan dalam .sistem syaraf otakdiakibatkan dorongan memuncak dariaspek spiritualitas dalam bentuk kesadaran. Perkembangan pads porosevolusi kehidupan dengan penyempurnaan sistem syaraf, otak danpenambahan kesadaran, menghasilkangaris evolusi dengan kemunculanmanusia. Taraf Noosphere padamanusia ditandai dengan munculnyaaspek pikiran sebagai kelanjutanperkembangan pada poros tara! biosphere yang lebih bekerja pada aspekkesadaran dalam days pikir yang diimbangi dengan semakin kompleknyasistem syarat otak itu sendiri. Aspekspiritualitas atau kesadaran padamanusia tampak semakin jelas.Kekuatan kesadaran pada manusiayang merupakan aspek spiritualitasadalah objek dari intuisi langsung dan
merupakan subtansi dari semua pengetahuan manusia. (de Chardin, 1966:5355).
Kemunculan manusiadenganaspek materialitas yang semakin padatMn~k~~uali~yangse~
intens menyingkap pentingnya seluruhgerak dan tujuan evolusi kosmos. Essensi yang unik dan berharga dari alamsemesta adalah bentuk evolusi yangmateri ditranformasikan dalam pikiransebegai konsekuensi dari perluasanNoogenesis. Pada evolusi masa depan didalam Noosphere soliditas puncak darisegala sesuatu merupakan kompleksitas organik yang tertinggi dan kebahagiaan tertinggi di dapatkan dalamspirit.(de Chardin, 1978:28-29).
Dilihat dari perkembangan dalam setiap tahap evolusi kosmos, tanpak bahwa evolusi digerakkan oleh duaenergi yakni kompleksitas/materialitasdan intensitaslspiritualitas. PerkembangaR aspek spiritualitas padadasamya telah ada semenjak dalamf~se pra-kehidupan. Aspek spiritualitasselalu berkembang semakin intens.Evolusi sampai pada manusia lebihmenitik beratkan pada aspek spiritualitas walaupun tetap diimbangi oleh aspek kompleksitas yang terfokus padasemakin kompleknya sistem syarafotak. Perkembangan aspek spiritualitasterus berlangsung sebagaimana evolusiterus berlanjut. Perkembangan k08mogenesis pada tahap noosphere tanpak lebih ditekankan pada aspek spiritualitas, bahkan terlihat bahwa pendorong evolusi adalah adanya aspekspiritualitas yang terus menuntutperkembangannya untuk sampai padatitik akhir yang lebih bersifat spirit(titik Omega). Teilhard lebih menekankan pada aspek spitritualitaspada tujuan evolusi tanpa mengabaikan aspek materialitas
72.
MaJma Kompleksitas-Kesadarandalam. Historisitas
Kesadaran nampak seeara eviden dan lengkap hanya pada manusia.Kesadaran diri sebagai suatu yang eviden dalam diri manusia menampakkankonsekuensi bahwa manusia memilikikeluasan kosmik; sesuatu yang dilingkupi lingkaran ruang yang tak terbatas dan sekaligus keluasan waktu.(de Chardin, 1966:56). Manusia tidak.hanya hidup dalam dunia tetapimanusia juga terbuka terhadap dunianya. aspek spiritualitas yang semakinjelas yang berbentuk dalam kesadarandiri sendiri ini sejalan dengan semakinkompleknya aspek materialitas padsmanusia yang terlihat pads semakinkompleknya susunan dan sistem syarafotak.
Perkembangan sistem syarafotak yang semakin komplek dan kesadaran diri yang semakin intensifmendorong manusia- 'untuk mempunyaikemampuan dapat keluar dari dinsendiri dan melihat dirinya sendiri. As·pek spiritualitas dalam kesadaran dirimanusia merupakan inti kemampuanrefleksi yang hanya terdapat padamanusia. Manusia dengan kesadarandiri dan pikirannya menjadi sesuatuyang sadar akan dirinya sendiri sebagaipribadi daD semakin bersifat spirittetapi sekaligus ia seorang individudengan keunikan dari kekompleksitasannya. Manusia dengan kemampuan refleksi menjadi pribadi yangsadar diri karena keintensifan aspekspiritualitasnya. Refleksi merupakanpusat fenomena yang menampakkansuperioritan -manusia terhadap binatang maupun fese-fase sebelumnya.
Sifat reflektif membuatmanusia berbeda bahkan sama sekalilain dengan taraf sebelumnya. Kemampuan refleksi manusia membuatmanusia tidak. hanya memiliki kemampuan mengetabui tetapi tabu dirinya
sendiri, bahkan mengetahui bahwadirinya mengetahui Manusia dengankemampuan refleksi menjadi sadarakan kesadaraonya. Pada manusia aspek spiritualitas terwujud dalam bentuk kesadaran diri. Kemampuan refleksi manusia akan tetap berlangsunghanya jika manusia semakin menjadidiri sendiri dalam tindakan yang membuat segala sesuatu yang lain dalamdirinya sendiri dan dalamkesadarannya. Manusia menjadi seorang persond.i dalam dan melalui personalisasi (deChardin, 1964:172). Refleksi hukanberkaitan dengan sesuatu pusat. yangtetap, diam, pasif, dan pasti tetapiberkaitan dengan suatu gerakan pusaran yang aktif berkembang semakindalam dan semakin padat dalamgerakan genesis .
Evolusi sampai pada manusiadengan kemampuan refleksi berubahmenjadi historis. Manusia dalam historisnya sadar akan diri, waktu danruang yang sangat luas. Hanya eksistensi manusia yang ditandai historisitas, sebab melalui refleksi ia tidakhanya sebagai objek atau produkevolusi dalam perkembangan waktutetapi i8 sekaligus subjek yang aktifdalam historisitas. Munculnya kemampuan refleksi sebagai aspek spiritualitas diwadahi dengan kekomplekan aspek materialitas dalam sisten syarafotak pada maDusia membuat manusiasadar akan lingkungannya, sadar akandiri sendiri, sadar uan waktu dansadar akan sesuatu yang mengatsinya.Manusia menjadikan dirisendiri sebagai sesuatu yang berdiri sendiri danindividual. la mampu melihat diri dansekitarnya serta mempertimbangkansegala pikirannya. Manusia dengankemampuan refleksi sanggup mengamhi! jarak dengan dunianya. Manusiadengan kemampuan refleksi sanggupmengambil sikap otonom terhadapdunia sekitarnya. Kemampuan refleksi
yang didukung kekuatan dati kekompleksitasan sistem saraf manusia menjadikan manusia seorang individu yangunik yang berkepribadian.
Kemampuan refleksi manusiatidak hanya sampai pada kesadarandiri. Kesadaran diri dalam refleksiteros menggerakkan proses evolusi dalam historisitas manusia pada ·pembentukan pemusatan alam semesta berserta kesatuan umat manusia sebagaikompleksitas aspek materilaitas diikutidengan Cinta sebegai kelanjutan prosesperkembangan aspek spiritualitasmanusia. Aspek spiritualitas terletakpada einta yang diikuti oleh kekompleksitasan pada pemusatan alam semesta dalam kesatuan umat manusia.
-Cinta merupakan kekuatan spikis yangutama dan bersifat universal. Cintamenurut Teilhard merupakan energiyang mulla. Cinta bagaikan darah dalam evolusi spiritual. (de Chardin,1984:3-6).
Perkembangan aspek materialitas-spiritualitas dalam hukum kompleksitas-kesadaran alam semesta dalam proses genesis tergerakkan olehenergi spirit sebagai arab evolusi alamsemesta. J.t\spek spiritualitas walaupundemikian tidak akan dapat menampakkan diri dan berkembang tanpadukungan aspek materialitas yang selaiu berkembang semakin padat. Materialitas spiritualitas merupakan duaaspek dalam satu kesatuan yang salingmendukung satu dengan yang lainpada proses evolusi yang sampai padadin manusia menjadi proses historismengarah ke einta sebagai spirit yangterus berlanjut sampai pada tujuanevolusi, yaitu titik Omega. Materialitas-spiritualitas merupakan pendoronggerak evolusi sampai pada manusia.Proses perkembangan aspek materialitas-spiritualitas sampai pada manusiadalam bentuk historisitas manusiaakan masih terus menjadi pendorong
]Hmal Filsafat, Maret 1997
perkembangan historisitas manusiamenjadi kesatuan umat manusiadalamcinta. Kompleksitas-kesadaran dalambentuk kesatuan umat manusia dancinta terus berlangsung dan bergerakmenuju titik omega sebagai titik tujuanevolusi kosmos.. .
KesimpulanPandangan Teilhard tentang
Metrialitas dan Spiritualitas dalam historisitas bersifat kesatuan dan kesejajaran. Terdapat keterkaitan·yang salingmendukung antara kaspek materialitasdan spitualitas. Aspek materialitas atankompleksitas hanya akan berkembangkarena adanya aspek spiritualitas dansebaliknya aspek spiritualitas akanmmuneul dan berkembang dalam wadahkompleksitanya yang selaIu berkembang. Kompleksitas yang semakinpadat menuntutdukungan spiritualitasyang semakin intens dan spiritualitasyang semakin intens membutuhkandukungan kompleksitas yang semakinpadat. Kosmos berkembang sampaipada manusia dengan proses- semakinpadat dan intensnya aspek materialitasdan spiritualitas. Perkembanganmanusia lebih lanjut dalam historisitas terpusat pada perkembangan aspekspiritualitas tanpa meninggalkanperkembangan kompleksitas aspek rnaterialitas yang mengikutinya.
Kekuatan dalam aspek materialitas· dan spiritualitas dalam kosmosyang selalu dalam .proses kosmogenesismerupakan energi yang mengarahkan
- seluruh gerak evolusi kosmos padagaris depan dan paras gerak evolusidalam diri manusia. Evolusi sampaipada diri maDusia belumlah berakhirtetapi berawal dalam bentuk historisitas yang ditandai kemampuan· refleksimanusia.
Manusia merupakan poros dangaris depan evolusi. Evolusi sampaipada manusia dengan kemampuan re-
74
fJeksi berubah menjadi sejarah danhanya eksistensi manusia yang ditandai historisitas. Kemampuan refleksimembuat manusia menjadi individudengan kompleksitas kematerialitasannya yang sekaligus pribadi dengan intensitas kespiritualitasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, Anton, Filsafat Sejarah,"Bagian Sistematik", DiktatKuliah.
Bertens, K, 1985, Filsafat &rat Abad.tIT, Jilid II Prancis. Jakarta,Gramedia.
_____, 1987, Panorama Filsa-fat Modern, Jakarta, Gramedia.
Corbishley, Thomas, 1971, The Spirituality of Teilhard de Chardin,London, Collins Clear"Type Press.
Dahler, Franz daD Julius Candta, 1976,Asal dan n",juan Man"uia,Yog~7'akarta,Kanisius.
de Chardin, Teilhard, 1964, The FutureofMan" London.
_____-, 1966, The Phe..nomen,on of Man" London" Collins.
________, 1978, Th.e HeartofMatter, London, (';{lilins
______-', 1984, OnLove&Happiness, Harper & RowPublisher, San Franci.qco.
Doud, Robert E., 1980, "Wholeness as'Phenomenon in Teilhard deChardin and Merleau-Ponty", dalam Philosophy Today, volume24.
Kopp, Joseph. V, 1983, Teori EvolusiSintesa Barn Teilhard de Chardin, Yogyakarta, Kanisius.
Maroky, Paul, 1981, Convergence: Astudy on Pirre Teil1uJrd de Chardin and Other Eminent Thinkers,Kattayam, The C.M.S. press.
Sullivan, John Edward, 1970, Prophetsof The West, USA, Hold. Rinehardand Winston inc.
van der Weij, P.A, 1988, Filsuf-FilsufBesor Ten-tang Manusia, Gramedia, Jakarta.
75