9
KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS PIERRE TEILHARD DE CHARDIN SOrtjDrati tBUUI:n:i Staf Pengajar Fakultas Filsafat UGM Teilhard memandang kesadaran diri pacIa manusia perkembangan aspek spiritualitas yang didukWlg aspek materialitas. Perkembangn in1lali yang membedakan proses evolusi manusia dari evolUSI sebelumnya. Kesadaran dirl menusia menempat- kan manusia sebagai makhluk historis. Teilhard tentang pacIa manusia atau historisitas manusia ridak cIapat lepas dafi hukum kompleksitas-kesadaran yang menggam- bar1cankedudukan aspeIC materialitas-spirinialitas di semua isi alam ini. Hanya manusia yang.mengenal historisitas, sehingga memahami histonsitasnya oerarti manUSla akan-Iebih memahami dirinya sendiri. PENGANTAR Perdebatan mengenai aspek materialitas dan spiritualitas dalam manusia ",sudah muncul sejak lama. 'tersebut memunculkan pendapat tentang citra manusia yang 4ualistik. Pada jaman Yunani kuno perdebatan ,menganai kedua aspek ma- teruma ,Plato, menekankan akan keungguJan aspek .spiritualitas di atas materialitas. Perkemb8ngan perdebatan seJanjutnya memuneulkan keeenderungan meng- ungguIkan aspek materialitas di atas spiritualitas. Penomena modem yang menunjukkan ada-'ecenderungan mengunggulkan aspek 'materialitasda- lam manusia dan spiritualitas yang b8llyak terlihat de- ngan gejala di antaranya hedOn.isme dan materialisme. Perdebatan meng- ensi perbedaan penekanan padakedua aspek tersebut memuneulkan, ,aliran materialisme dan spiritualisme dat8m sejarah kehidupan manuSla. Sejllrah dialami sebagai perkem.bangan 'letitia aspek tersebut. PersoaJan yang muneul dalam historiSitas adaJah apabhse-

KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

------------~----------

KONSEPMATERIALITAS-SPIRITUALITAS

DALAM mSTORISITASPIERRE TEILHARD DE CHARDIN

SOrtjDrati tBUUI:n:i t['ris~Staf Pengajar Fakultas Filsafat UGM

Teilhard memandang kesadaran diripacIa manusia seb~ai perkembangan aspek

spiritualitas yang didukWlg aspek materialitas.Perkembangn in1lali yang membedakan proses evolusi

manusia dari evolUSI sebelumnya. Kesadaran dirl menusia menempat­kan manusia sebagai makhluk historis. Pan~ Teilhard tentang

evol~l pacIa manusia atau historisitas manusiaridak cIapat lepas dafi hukum kompleksitas-kesadaran yang menggam­

bar1cankedudukan aspeIC materialitas-spirinialitasdi semua isi alam ini. Hanya manusia yang.mengenalhistorisitas, sehingga memahami histonsitasnya oerarti

manUSla akan-Iebih memahami dirinya sendiri.

PENGANTARPerdebatan mengenai aspek

materialitas dan spiritualitas dalammanusia ",sudah muncul sejak lama.P~rdebatan 'tersebut memunculkanpendapat tentang citra manusia yang4ualistik. Pada jaman Yunani kunoperdebatan ,menganai kedua aspek ma­terialitas-8pirituali~, teruma ,Plato,menekankan akan keungguJan aspek.spiritualitas di atas materialitas.Perkemb8ngan perdebatan seJanjutnyamemuneulkan keeenderungan meng­ungguIkan aspek materialitas di atas

spiritualitas. Penomena modem yangmenunjukkan ada-'ecenderunganmengunggulkan aspek 'materialitasda-lam manusia dan men~elimin~i.aspek

spiritualitas yang b8llyak terlihat de­ngan gejala di antaranya hedOn.ismedan materialisme. Perdebatan meng­ensi perbedaan penekanan padakeduaaspek tersebut memuneulkan, ,aliranmaterialisme dan spiritualisme dat8msejarah kehidupan manuSla. Sejllrahdialami sebagai perkem.bangan 'letitiaaspek tersebut. PersoaJan yang muneuldalam historiSitas adaJah apabhse-

Page 2: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

jarah itu lebih material daJam artiaD.aspek materialitas lama-kelamaanmengalahkan aspek spiritualitas 8tau­kah apakah lebih spiritual ataukah adahubungan keterkaitan antarakeduanya dan bagaimana keterkaitantersebut. Pendapat yang berkaitandengan masalah aspek materialitas­spiritualitas dalam historisitas ada be­berapa macam : orientasi spiritualistik,orientasi materialistik dan kesatuan­kesejajaran aspek materialitas & spiri­tualitas. (Bakker, tt:21-22). Pandanganorientasi spiritualistik memprioritas-kan aspek spiritualitas/ rohanilintensitas. Pandangan orientasimaterialistik memprioritaskan aspekmaterialitas/kompleksitas. Pandangankesatuan-kesejajaran materialitas &&1>iritualitas memberi tempat sejajarantara aspek materiialitas dan aspekspiritualitas; antara materialitas danspiritualitas tidak dapat dilawankansebagai yang tinggi dan yang rendah;aspek materialitas akan menjadidewasa dan semakin komplek sejauhdiintensifkan oleh aspek spiritu­alitasnya. (Bakker, tt:21-23.).

Teilhard mengemukakan prosesevolusi berkaitan dengan hukum kom­pleksitas-kesadaran. Mempelajarievolusi e.osmos harus dimulai dengansegi luar (kompleksitas I materialitas)evolusi dan selanjutnya harus diikutioleh proses segi daJam (intensitas Ispiritualitas) evolusi. (Sullivan,1970:267). Fenomeoa kosm08 selaluberaspek dua yaitu materialitas­spiritualitas walaupun dalam keadaaoyang berbeda-beda. Meterialitas duniaatau segi luar dari segala sesuatu yangada di dunia mengubah din sesuai hu­kum perkemhangan ke arah yang lebihkomplek dan ke bentuk materi yanglebih teratur, namun beberapa renom­ena k08mik baru dapat dilihat, diukurdan dipastikan jib telah mencapai in­tensitas. tertentu. Hakekat batin atau

-kesadaran II atau inteDsitas sebagaiaspek. spiritualitas tersebut adalahdemensi yang memberi cap segaIa ma­teri kosmik walau dalam taraf yangberbeda. (Kopp, 1983:27). Perkembang­an pada aspek mat.erialitas selalu di­ikuti oleh perk.embangan aspek spiritu­alitas. (Maroky, 1981:8). Semakintinggi. dan rumit tingkat kompleksitassesuatu hal berarti semakin padat danrumit pula tingkat intensitasnya. Ke­sempumaan intensitas dan kompleksi­tas merupakan satu manifestasi yangsama. Itu merupakan salah satu pikir­an dasar Teilhard yang terwujud daJam"hukum kompleksitas-kesadaran".(Bertens, 1985:279-281).

Riwayat Pierre Teilhard de Char­din

Teilhard seorang ahli geologidan paleontologi yang sekaligus pasturyang mempelajari filsafat. Pikiran yangtertuang dalam karyanya melampauibidang ilmu dan mempunyai implikasifilosofis terutmna pandangannya ten­tang evolusi manusia. Teilhard meru·pakan salah seorang sarjana yang me­luaskan pengertian evolusi.

Pierre Teilhard de Chardin la­hir tanggal 1 MeL 1881 di Perancis. 18memulai pendidikan di Kolese Yesuit,Notre Dame de Mongre. Tahun 1904mempelajari filsafat dan teologi di pu­lau Jersey di laut Channel, namun ma­sib terus memperdalam ilmu batu-ba­tuan yang sudah dikensl sejak. keciLTahun 1905·1908 ia mengajar ilm~

alam dan kimia <Ii Mesir. Pada ~tinilah cintanya terhadap bumi tumbuh .semakin besar dan terlebih Iagi setelahberhubungan dengan karya HenryBergson. Hubungannya dengan HenryBergson menjadikan sadar abn malmaevolusi serta mengubur konsep duniayang tak berubah untuk selama-lama­nya.(Kopp, 1983:17-1~.

-68

Page 3: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

Tabuo 1923 merupakan awalTeilhard berekpedisi di wilayah AsiaSejak tahun 1923 sampai 1989·ia her­petualang di Timur terutama di Tiong­kok dan Indonesia dengan penemuandan penyelidikannya di antaranyamengenai tengkorak manusia Pekingdan Trinil, sampai akhirnya ia ditahandi China. Teilhard eli dalam penahanantersebut memuneulkan karya kunciyang berjudul Le Phenomene Humain.Tanggal 10 April tahun 1955 TeilhardmeninggaI dunia karena mendapatserangan jantung dalam usia 75 tabun.(Kopp, 1983:18-23).

Makna MaterialitasSesuatu dikatakan komplek jika

berisi unsur-unsur dalam jumlah besaryang terorganisir. Kompleksitas dipa­hami tidak hanya sebagai jumlah un­sur-unsur yang menyusunnya tetapijuga termasuk jumlah, kekuatan, keda­laman hubungan yang mengikat unsur­unsur secara bersama. (Maroky,1981:7). Kompleksitas menyangkut segiluar atau fisik, lahiriah, harlan ataupunmaOOn dari segala sesuatu. Kompleksi­tas, materialitas, dan segi luar(without) merupakan kata-kata yangmempunyai makna yang sama bagibagi Teilhard. Kompleksitas namundemikian bukanlah hanya pada kulit,daging dan tulang tetapi materialitasatau kompleksitas mencakup carabi­cara, cara hidup. Badan I wujud Ikompleksitas dapat dikatakan secaralebih umum sebagai aspek materialitas.(Bakker, tt: 22-23).

Aspek kompleksitas ataumateriltas sesuatu hal tidak hanya her­arti fisik kosong belaka tetapi me­nyangkut juga kedalaman, kekuatanatau ekspresi yang diwujudkan. Jikaseseorang menangis, tertawa, bahagia,maka mimik atau raut 'muka yang di­nampakkannya sebagai ekspresi dirimerupakan aspek kompleksitas atau

materialitas manusia. Pada sistemkomunikasi manusia, wujud bahasa,kata yang diucapkan, tulisan ataupunekspresi isyarat melalui tangan kese­muanya· merupakan aspek materialitasmanusia, khusunya dalam kaitan deng­an kemampuan komunikasi yang adapada manusia.

Teilhard tidak memandang re­alitas kosmos dengan kompleksitasnyasebagai sesuatu yang epifenomenon.(Maroky,I981:7). Aspek materialitasbukanlah sesuatu yang kebetulan sajaadanya. Penolakkan akan pentingnyaaspek materialitas kosmos akan mem­buat dunia dan kehidupan menjadikurang bermakna. Struktur dunia da­lam sumbu kompleksitas sebagai aspekmaterialitas dunia· menjadi suatu kese­luruhan yang koheren. Keseluruhankosmos baik pada dunia benda, ke­hidupan maupun manusia berhubung­an dengan kompleksitas. Segala reali­tas dalam kosmos terlingkupi oleh as­pek materialitas.

Dunia benda mati seakan-akanmemiliki aspek materialitas yang pa­ling padat dibanding dengan dunia ke­hidupan dan terlebih lagi jika diban­singkan dengan dunia manusia, namunpada dasarnya 8spek materialitas padabenda mati adalah lebih dangkal di­banding dunia kehidupan ataupunmanusia, karena susunan yang diben­tuk masih 8angat sederhana. Duniabenda mati menurut Teilhard memilikikompleksitas yang masih sederhana.Dunia kehidupan memiliki aspek mate­rialitas yang menakjubkan danmanusia adalah yang kekompleksi­tasannya paling menakjubkan diantara semua kehidupan yang ada.(Maroky, 1981:7-8).

Formulasi materialitas daJamkosmos menampakkan diri dalam suatukeadaan genesis atau menjadi. Prosesmenjadi dalam aspek materialitasberkembang dahJm kompleksitasnya.

Page 4: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

Segala sesuatu yang ada dalam kosmostidak berada secara terus-meneruspada satu keadaan, melainkan selaludalam proses kejadian. Keadaan mate­rialitas selalu berujud dalam waktuyang temporal dan selalu berubah men­jadi &gala sesuatu yang mengisi alamsemesta bergerak dalam proses genesisyang terkonsentrasi dalam materi atausegi luar yang lebih komplek dan teror­ganisir. (de Chardin, 1966,47-51).

Perunutan terhadap garisperkembangan aspek materialitas daripra-kehidupan ke kehidupan dan akhi­mya .sampai pada manusia dapatterungkap bahwa kehidupan secaraumum dan manusia khususnya meru·pakan tujuan kosmogenesis. Pen·tingnya aspek materialitas menurutTeilhard terletak pada fakta bahwa as·pek materialitas yang semakin komplekmemberikan. pada kehidupan maknayang tinggi, dan suatu keunikan.(Maroky, 1981:7·8). Tanpa adanya as·pek materialitas, tidak akan terbentukkosmos. A.spek kompleksitas paling tie<Iak merupakan wadah bagi terwujud­nya kosmos dalam genesis.

Makna SpiritualitasBagi Teilhard spirit mero·

pakan realitas yang ultimate; seluruhkehidupan pada selurnh aspek manusiadilingkupi kehidupan yang beraspekspiritualitas. Badan tidak hanyamemiliki panas, warna, berat, tetapijuga memiliki suatu kesadaran ataufenomena spiritualitas. Teilhard me­mandang aspek spiritualitas tidak se­bagai suatu yang metafenomenon atau­pun epifenomenon. Teilhard melihataspek spiritualitas sebagai kesadaranyang mengisi alam semesta, walaupundalam pengamatan pertama, porsi ke·sadaran dalam dunia [lSik adalah tam­pak sangat tipis. Fakta·fakta yanghanya diinterpretasikan sebagai se­suatu yang atoma dan beraspek mete-

]Kmal Filsafat, Maret 1997

rialitas belaka adaJah .tidakme­madai(Corbishley, 1971:7-8). Pemaha­man fakta-fakta tentang realitas yangada jika hanya dipahami dati segiluamya saja akan kehilangan sesuatuyang lebih me~dalam dan kehilanganoiakoa yang dikandung.

Pada dunia manusia aspekspiritualitas akan semakin dapat dipa­hami. Manusia dapat saling berkomu­nikasi lewat media fisik, misalnya per­eakapan, baeaan, sentuhan, namunkomunikasi mempunyai implikasi yangsangat berbeda dan lebih dalam darihanya sekedar aktivitas yang meluluekstemal. Fakta bahwa manusia ada­lab makhluk spiritual telah membuatkomunikasi menjadi lebih dari sekedarinteraksi kemampuan bicara, kemam­puan menangkap gelombang .suara,kemampuan mendengar ataupun pan­caran mata.(Corbishley, 1971:10).Kegiatan manusia hanya dapatdimengerti jika ada aspek spiritualitasdalam diri manusia di sampingpenmpakan yang bersifat external.

Teilhard memahami aspekspiritualitas sebagai segi kesadaranyang ada pada alam semesta termasukmanusia. Kesadaran, hakikat bathindan spontanitas merupakan tiga katayangmempunyai makna yang samabagi bagi Teilhard. (Doud, 1980:93).Segi dalam / hakekat / batin / jiwa /intensitas I kesadaran dapat dikatakansecara umum sebagai aspekspiritualitas (Bakker, tt:22-23). A.spelspiritualitas merupakan. suatu demensiyang memberi cap segala yang· ada dialam semesta walaupun dalam tara!intensitas yang berbeda-beda. Aspekspiritualitas pada dunia materi takbemyawa lebih sulit untuk dibuktikansecara eksperimental, namun· hal inibukan berarti bahwa aspekspiritualitas baru muncul setelab dapatdibuktikan untuk pcrtama kalinY8~

(Kopp, 1983:27). Seluruh kosmos me-

Page 5: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

ngandung aspek apiritualitas yangpada tahap rendah masih tersembunyiAspek spiritualitas pada taraf kosmos}pang semakin tinggi akan semakintampak. Aspek kesadaran dalam objekpada tahap perkembangan yang lebihrendah (materi tak bemyawa) tersusunserupa dengan materi itu sendiri. As­pek spiritualitas akan semakin lebihrumit dan sempuma pada tahapperkembangan kosmos yang lebihtinggi. Jejak perkembangan aspekspiritualitas dapat dilihat dari taratperkembangan kehidupan saltlpai padakemampuan refleksi manusia. (Kopp,1983:28). Manusia dengan kemampuanrefleksi sebagai bentuk perkembanganaspek spiritualitas yang semakin inten­Sll mempunyai arab evolusi ke masadepan yang terus berlanjut.

Hukum Kompleksitas-KesadaranAlam semesta merupakan suatu

keteraturan" (Cosmos). Kosmos dil­ingkupi oleh sistem tertentu yang me­nyatukan segaia sesuatu yang ada.Setiap unsur yang ada d.i kosmos secarapositif selalu dalam jalinan dengan un­sur-unsur yang lain dalam suatu kom­posisi tertentu, sehingga terwujud kese­luruhan yang utuh.Keterjalinan dankeseluruhan yang utuh dari k08mosbukan sesuatu hal yang tetap tak her·ubah tetapi suatu proses yang nyata.Proses kosmos merupakan proses yangselaras sekaligus merupakan proseskejadian (genesis). Proses kosmosmerupakan gerak evolusi yang ter­arah.(de Chardin, 1978:28). "Alam se­mesta menurut Teilhard adalah kosmosyang utif dalam proses genesis ataucosmogenesis. (Meroky, 1981:10).Evolusi menurut Teilhard merupakangerak yang terarah dan selalu d.alamproses ·menjadi yang se~akinpadat danintensif.

Kosmos bergerak dalam prosesevolusi dengan bentuk spiral yang see

makin lebih padat dan menuju ke ke­majuan. Pemahaman bahwa segala se­suatu itu saling terkaitdalam satu ke­satuan yang selalu dalam proses ke­jadian tidak <lapat lepas dari pemaham.­an akan kompleksitas-kesadaran ataumaterialitas-spiritualitas segala se­suatu )rang ada. Perkembangan kosmosdalaIil tiga tahap }"ang meliputi tahapbiogenesis, tahap antropogenesis dantahap sosialisasi menyangkut dua as­pek yaitu aspek materialitas (dunialuar/ segi kompleksitas) dan aspekspiritualitas (kesadaran Ihekakatbatin/interioritas). Materialitas danspiritualitas bukanlah dua hal tetapidua keadaan atau dua aspek dari seesuatu yang sarna. Materi dan spiritmerupakan dua aspek dari bahan kos·mik yang sarna. Spiritualitas bukanlahmusuh atau sesuatu yang dilawankandengan materialitas tetapi lebih sebagaiinti yang satu .(de Chardin, 1978:26).Bagi Teilhard, kosmos berkembangmenurut hukum komplesitas~kesada·

ran. Evolusi bergerak dari dunia materiyang sederhana menujuke yang se­makin komplek dan intensif. Kekom­pleksitasan aspek materialitas selaludiikuti keintensitasan aspek spirituali·tas. Kesempurnaan aspek spiritualitasdan materialitas sesuatu hal adalahdua aspek dari manisfestasi yang sarna.(Kopp, 1983:26:28). Kesempumaansalah satu aspek tidak dapat mening­galkan kesempumaan aspek yang lain·nya. Semakin komplek aspek metariali­tasnya, semakin intensif pula aspekspiritualitasnya. Evolusi bergerak dariyang sederhana ke yang lehih komplekdan lebib intesiC, sehingga dapatlahdipahami jlka pada geosphere (sebagaitaraf evolusi yang masih rendab dansederhana), sisi kesadaran masih tipisdan sulit dibuktikan secara empiri,namun demikian bukan berarti· yangtidak dapat dibuktikan secara empiriberarti tidak ada. Aspek spiritualitas

Page 6: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

Makin jelas terlihat pada taraf yangsemakin tinggi

Fenomena esensial yang mun­cuI pada dunia material adalah arabmenuju kehidupan. Perkembangankosmos dalam evolusi telah menghan­tarkan ke tarap biogenesis. Pada duniabiosphere evolusi semakin terlihatmempunyai satu arah yang maju danpast dengan ditandai dengan unsurmaterialitas-spiritualitas utama yangbersama-sama menjadi ukuran kema­juan pada taraf biogenesis, yaitu sistemsyaraf yang semakin intensif dan. otakyang menjadi semakin besar dan rumit.Evolusi pada taraf biogenesis ditinjaudari segi interioritasnya merupakanperkembangan aspek spiritualitas da­lam kemampuan syaraf itu sendiri. Se­luruh evolusi terutama evolusi padataraf biogenesis merupakan basil per­cabangan dari aspek spiritualitas yangdiikuti oleh kompleknya sistem syaraf.Poros yang menggerakkan evolusiberasal dari sesuatu yang spirit danhukan hanya dari suatu yang bersifatmateri belaka. (Kopp, 1983:32). Kema­juan dalam .sistem syaraf otakdiakibatkan dorongan memuncak dariaspek spiritualitas dalam bentuk ke­sadaran. Perkembangan pads porosevolusi kehidupan dengan penyempur­naan sistem syaraf, otak danpenambahan kesadaran, menghasilkangaris evolusi dengan kemunculanmanusia. Taraf Noosphere padamanusia ditandai dengan munculnyaaspek pikiran sebagai kelanjutanperkembangan pada poros tara! bio­sphere yang lebih bekerja pada aspekkesadaran dalam days pikir yang diim­bangi dengan semakin kompleknyasistem syarat otak itu sendiri. Aspekspiritualitas atau kesadaran padamanusia tampak semakin jelas.Kekuatan kesadaran pada manusiayang merupakan aspek spiritualitasadalah objek dari intuisi langsung dan

merupakan subtansi dari semua penge­tahuan manusia. (de Chardin, 1966:53­55).

Kemunculan manusiadenganaspek materialitas yang semakin padatMn~k~~uali~yangse~

intens menyingkap pentingnya seluruhgerak dan tujuan evolusi kosmos. Es­sensi yang unik dan berharga dari alamsemesta adalah bentuk evolusi yangmateri ditranformasikan dalam pikiransebegai konsekuensi dari perluasanNoogenesis. Pada evolusi masa depan didalam Noosphere soliditas puncak darisegala sesuatu merupakan kompleksi­tas organik yang tertinggi dan keba­hagiaan tertinggi di dapatkan dalamspirit.(de Chardin, 1978:28-29).

Dilihat dari perkembangan da­lam setiap tahap evolusi kosmos, tan­pak bahwa evolusi digerakkan oleh duaenergi yakni kompleksitas/materialitasdan intensitaslspiritualitas. Perkem­bangaR aspek spiritualitas padadasamya telah ada semenjak dalamf~se pra-kehidupan. Aspek spiritualitasselalu berkembang semakin intens.Evolusi sampai pada manusia lebihmenitik beratkan pada aspek spirituali­tas walaupun tetap diimbangi oleh as­pek kompleksitas yang terfokus padasemakin kompleknya sistem syarafotak. Perkembangan aspek spiritualitasterus berlangsung sebagaimana evolusiterus berlanjut. Perkembangan k08­mogenesis pada tahap noosphere tan­pak lebih ditekankan pada aspek spiri­tualitas, bahkan terlihat bahwa pen­dorong evolusi adalah adanya aspekspiritualitas yang terus menuntutperkembangannya untuk sampai padatitik akhir yang lebih bersifat spirit(titik Omega). Teilhard lebih me­nekankan pada aspek spitritualitaspada tujuan evolusi tanpa mengabai­kan aspek materialitas

72.

Page 7: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

MaJma Kompleksitas-Kesadarandalam. Historisitas

Kesadaran nampak seeara evi­den dan lengkap hanya pada manusia.Kesadaran diri sebagai suatu yang evi­den dalam diri manusia menampakkankonsekuensi bahwa manusia memilikikeluasan kosmik; sesuatu yang dil­ingkupi lingkaran ruang yang tak ter­batas dan sekaligus keluasan waktu.(de Chardin, 1966:56). Manusia tidak.hanya hidup dalam dunia tetapimanusia juga terbuka terhadap duni­anya. aspek spiritualitas yang semakinjelas yang berbentuk dalam kesadarandiri sendiri ini sejalan dengan semakinkompleknya aspek materialitas padsmanusia yang terlihat pads semakinkompleknya susunan dan sistem syarafotak.

Perkembangan sistem syarafotak yang semakin komplek dan ke­sadaran diri yang semakin intensifmendorong manusia- 'untuk mempunyaikemampuan dapat keluar dari dinsendiri dan melihat dirinya sendiri. As·pek spiritualitas dalam kesadaran dirimanusia merupakan inti kemampuanrefleksi yang hanya terdapat padamanusia. Manusia dengan kesadarandiri dan pikirannya menjadi sesuatuyang sadar akan dirinya sendiri sebagaipribadi daD semakin bersifat spirittetapi sekaligus ia seorang individudengan keunikan dari kekompleksi­tasannya. Manusia dengan kemam­puan refleksi menjadi pribadi yangsadar diri karena keintensifan aspekspiritualitasnya. Refleksi merupakanpusat fenomena yang menampakkansuperioritan -manusia terhadap bi­natang maupun fese-fase sebelumnya.

Sifat reflektif membuatmanusia berbeda bahkan sama sekalilain dengan taraf sebelumnya. Kemam­puan refleksi manusia membuatmanusia tidak. hanya memiliki kemam­puan mengetabui tetapi tabu dirinya

sendiri, bahkan mengetahui bahwadirinya mengetahui Manusia dengankemampuan refleksi menjadi sadarakan kesadaraonya. Pada manusia as­pek spiritualitas terwujud dalam ben­tuk kesadaran diri. Kemampuan re­fleksi manusia akan tetap berlangsunghanya jika manusia semakin menjadidiri sendiri dalam tindakan yang mem­buat segala sesuatu yang lain dalamdirinya sendiri dan dalamkesadaran­nya. Manusia menjadi seorang persond.i dalam dan melalui personalisasi (deChardin, 1964:172). Refleksi hukanberkaitan dengan sesuatu pusat. yangtetap, diam, pasif, dan pasti tetapiberkaitan dengan suatu gerakan pusa­ran yang aktif berkembang semakindalam dan semakin padat dalamgerakan genesis .

Evolusi sampai pada manusiadengan kemampuan refleksi berubahmenjadi historis. Manusia dalam his­torisnya sadar akan diri, waktu danruang yang sangat luas. Hanya eksis­tensi manusia yang ditandai historisi­tas, sebab melalui refleksi ia tidakhanya sebagai objek atau produkevolusi dalam perkembangan waktutetapi i8 sekaligus subjek yang aktifdalam historisitas. Munculnya kemam­puan refleksi sebagai aspek spirituali­tas diwadahi dengan kekomplekan as­pek materialitas dalam sisten syarafotak pada maDusia membuat manusiasadar akan lingkungannya, sadar akandiri sendiri, sadar uan waktu dansadar akan sesuatu yang mengatsinya.Manusia menjadikan dirisendiri seba­gai sesuatu yang berdiri sendiri danindividual. la mampu melihat diri dansekitarnya serta mempertimbangkansegala pikirannya. Manusia dengankemampuan refleksi sanggup mengam­hi! jarak dengan dunianya. Manusiadengan kemampuan refleksi sanggupmengambil sikap otonom terhadapdunia sekitarnya. Kemampuan refleksi

Page 8: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

yang didukung kekuatan dati kekom­pleksitasan sistem saraf manusia men­jadikan manusia seorang individu yangunik yang berkepribadian.

Kemampuan refleksi manusiatidak hanya sampai pada kesadarandiri. Kesadaran diri dalam refleksiteros menggerakkan proses evolusi da­lam historisitas manusia pada ·pemben­tukan pemusatan alam semesta be­rserta kesatuan umat manusia sebagaikompleksitas aspek materilaitas diikutidengan Cinta sebegai kelanjutan prosesperkembangan aspek spiritualitasmanusia. Aspek spiritualitas terletakpada einta yang diikuti oleh kekom­pleksitasan pada pemusatan alam se­mesta dalam kesatuan umat manusia.

-Cinta merupakan kekuatan spikis yangutama dan bersifat universal. Cintamenurut Teilhard merupakan energiyang mulla. Cinta bagaikan darah da­lam evolusi spiritual. (de Chardin,1984:3-6).

Perkembangan aspek materiali­tas-spiritualitas dalam hukum kom­pleksitas-kesadaran alam semesta da­lam proses genesis tergerakkan olehenergi spirit sebagai arab evolusi alamsemesta. J.t\spek spiritualitas walaupundemikian tidak akan dapat menampak­kan diri dan berkembang tanpadukungan aspek materialitas yang se­laiu berkembang semakin padat. Mate­rialitas spiritualitas merupakan duaaspek dalam satu kesatuan yang salingmendukung satu dengan yang lainpada proses evolusi yang sampai padadin manusia menjadi proses historismengarah ke einta sebagai spirit yangterus berlanjut sampai pada tujuanevolusi, yaitu titik Omega. Materiali­tas-spiritualitas merupakan pendoronggerak evolusi sampai pada manusia.Proses perkembangan aspek materiali­tas-spiritualitas sampai pada manusiadalam bentuk historisitas manusiaakan masih terus menjadi pendorong

]Hmal Filsafat, Maret 1997

perkembangan historisitas manusiamenjadi kesatuan umat manusiadalamcinta. Kompleksitas-kesadaran dalambentuk kesatuan umat manusia dancinta terus berlangsung dan bergerakmenuju titik omega sebagai titik tujuanevolusi kosmos.. .

KesimpulanPandangan Teilhard tentang

Metrialitas dan Spiritualitas dalam his­torisitas bersifat kesatuan dan keseja­jaran. Terdapat keterkaitan·yang salingmendukung antara kaspek materialitasdan spitualitas. Aspek materialitas atankompleksitas hanya akan berkembangkarena adanya aspek spiritualitas dansebaliknya aspek spiritualitas akanmmuneul dan berkembang dalam wadahkompleksitanya yang selaIu berkem­bang. Kompleksitas yang semakinpadat menuntutdukungan spiritualitasyang semakin intens dan spiritualitasyang semakin intens membutuhkandukungan kompleksitas yang semakinpadat. Kosmos berkembang sampaipada manusia dengan proses- semakinpadat dan intensnya aspek materialitasdan spiritualitas. Perkembanganmanusia lebih lanjut dalam historisi­tas terpusat pada perkembangan aspekspiritualitas tanpa meninggalkanperkembangan kompleksitas aspek rna­terialitas yang mengikutinya.

Kekuatan dalam aspek materiali­tas· dan spiritualitas dalam kosmosyang selalu dalam .proses kosmogenesismerupakan energi yang mengarahkan

- seluruh gerak evolusi kosmos padagaris depan dan paras gerak evolusidalam diri manusia. Evolusi sampaipada diri maDusia belumlah berakhirtetapi berawal dalam bentuk historisi­tas yang ditandai kemampuan· refleksimanusia.

Manusia merupakan poros dangaris depan evolusi. Evolusi sampaipada manusia dengan kemampuan re-

74

Page 9: KONSEP MATERIALITAS-SPIRITUALITAS DALAM mSTORISITAS

fJeksi berubah menjadi sejarah danhanya eksistensi manusia yang ditan­dai historisitas. Kemampuan refleksimembuat manusia menjadi individudengan kompleksitas kematerialitasan­nya yang sekaligus pribadi dengan in­tensitas kespiritualitasannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton, Filsafat Sejarah,"Bagian Sistematik", DiktatKuliah.

Bertens, K, 1985, Filsafat &rat Abad.tIT, Jilid II Prancis. Jakarta,Gramedia.

_____, 1987, Panorama Filsa-fat Modern, Jakarta, Gramedia.

Corbishley, Thomas, 1971, The Spiritu­ality of Teilhard de Chardin,London, Collins Clear"Type Press.

Dahler, Franz daD Julius Candta, 1976,Asal dan n",juan Man"uia,Yog~7'akarta,Kanisius.

de Chardin, Teilhard, 1964, The Future­ofMan" London.

_____-, 1966, The Phe..nomen,on of Man" London" Col­lins.

________, 1978, Th.e HeartofMatter, London, (';{lilins

______-', 1984, OnLove&Happiness, Harper & RowPublisher, San Franci.qco.

Doud, Robert E., 1980, "Wholeness as'Phenomenon in Teilhard deChardin and Merleau-Ponty", da­lam Philosophy Today, volume24.

Kopp, Joseph. V, 1983, Teori EvolusiSintesa Barn Teilhard de Char­din, Yogyakarta, Kanisius.

Maroky, Paul, 1981, Convergence: Astudy on Pirre Teil1uJrd de Char­din and Other Eminent Thinkers,Kattayam, The C.M.S. press.

Sullivan, John Edward, 1970, Prophetsof The West, USA, Hold. Rinehardand Winston inc.

van der Weij, P.A, 1988, Filsuf-FilsufBesor Ten-tang Manusia, Grame­dia, Jakarta.

75