Upload
alfi
View
261
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
1/128
Konsep Kawasan Menuju Keharmonian
&AGROPOLITANMINAPOLITAN
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
2/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
4
Sambutan
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
3/128
Direktur Jenderal Cipta KaryaKementerian Pekerjaan Umum
Salam sejahtera,
Guna mewujudkan komitmen Pemerintah untuk melaksanakan
pemerataan pembangunan dan penyeimbangan pembangunan desa-kota,
maka pada tahun 2002 Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum bersama Kementerian Pertanian mengembangkan
Kawasan Perdesaan. Program ini dimaksudkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan percepatan pengembangan wilayah yang
berbasis pada potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat, yang pada
gilirannya, upaya tersebut akan berujung pada peningkatan kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat.
Dalam pengembangan kawasan perdesaan melalui pengadaan
infrastruktur penunjang ekonomi yang memadai, Ditjen Cipta Karya telah
melibatkan masyarakat setempat dalam mengembangkan dan mengelola
potensi daerahnya. Dengan demikian, kawasan ini mampu menjadikan
kegiatan utama masyarakatnya sebagai sektor penggerak perekonomian
lokal dan regional.
Seiring dengan berkembangnya ragam konsepsi penyelenggaraan
pembangunan perdesaan maka, pada tahun 2011 program pengembangan
kawasan perdesaan ini menjadi kawasan pusat pertumbuhan yang
didalamnya mencakup Kawasan Agropolitan dan Minapolitan.
Integrasi yang kuat antar kelembagaan dan masyarakat pada
pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan telah membuahkan
hasil dan membawa perubahan bagi kawasan zona inti (pusat
pertumbuhan) maupun desa-desa hinterland. Program ini diharapkan
dapat menjadi campur tangan positif pemerintah dalam memanfaatkan,
mengelola, sekaligus melestarikan potensi dan kekayaan alam perdesaan
Indonesia demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Jakarta, September 2012
Budi Yuwono P.
Program in
diharapkan
dapat menj
campur
tangan pos
pemerintah
dalam
memanfaat
mengelola,
sekaligus
melestarika
potensi dan
kekayaan a
perdesaan
Indonesia d
terwujudny
kesejahtera
dan
kemakmurabangsa.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
4/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
6
Kata Pengantar
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
5/128
DirekturPengembangan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya
Salam sejahtera,
Sejak efektif dilaksanakan pada tahun 2002, pengembangan Kawasan
Agropolitan dan Minapolitan telah berhasil memfasilitasi tak kurang
dari 382 kawasan, baik kawasan baru maupun lanjutan. Pengembangan
dilaksanakan melalui penyediaan infrastruktur desa yang memadai dan
mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan
wilayah. Pengadaan infrastruktur juga ditujukan bagi peningkatan
produktivitas, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian/perikanan.
Pengembangan kawasan Agropolitan/Minapolitan dirasakan begitupenting, mengingat pengembangannya yang memanfaatkan dan
mengusung konsep sesuai dengan keunikan, keunggulan, dan keandalan
lokal. Dengan demikian, pemerataan pembangunan dapat ditingkatkan
serta menjamin kelangsungan perkembangan kawasan sehingga memiliki
keunggulan yang berdaya saing.
Dengan sinergi harmonis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait, diharapkan mampu
mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan
yang utuh dan terintegrasi. Dengan demikian, hasil pembangunan dapat
menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan membawa masyarakat kepadakesejahteraan serta kehidupan yang lebih baik.
Jakarta, September 2012
Amwazi Idrus
Pengadaan
infrastruktu
ditujukan b
peningkata
produktivit
pengolaha
serta pema
hasil pertanperikanan.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
6/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
8
• Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya
• Kata Pengantar Direktur Pengembangan Permukiman
• Daftar Isi
1 Pendahuluan
2 Menata Infrastruktur Agropolitan bagi Masa Depan
- Konsep Kawasan Agropolitan
- Mekanisme Pengembangan Kawasan Agropolitan
- Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan
• Peningkatan Produktivitas Hasil Pertanian/Perikanan
• Pengolahan Hasil Pertanian/Perikanan
- Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan
- Sudut Pandang
- Kata Mereka
3 Di Balik Cakrawala Biru Indonesia
- Konsep Kawasan Minapolitan
- Mekanisme Pengembangan Kawasan Minapolitan
- Dukungan Infrastruktur Kawasan Minapolitan
• Peningkatan Produktivitas Hasil Perikanan
• Pengolahan Hasil Perikanan
- Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Minapolitan
- Sudut Pandang
- Kata Mereka
4 Penutup
DAFTAR ISI
5
7
8
9
17
47
75
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
7/128
PENDAHULUAN
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
8/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
10
Terbentang sepanjang
3.977 mil di antara
Samudera Indonesia
dan Samudera Pasifk
dengan ribuan pulau
yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke,
menjadikan Indonesiasebuah negara dengan
potensi dan kekayaan
alam yang berlimpah.
Konsep Kawasan :
Agropolitan dan Minapolitan
Tahun Anggaran 2002-2011
Wilayah Cakupan:
32 Provinsi
324 Kawasan Agropolitan
48 Kawasan Minapolitan
Nangroe Aceh7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Kawasan
Agropolitan dan Minapolitan
TA 2002-2011
Sumatera Utara14 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan
Riau10 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan
Kalimantan Barat13 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan
Kalimantan Tengah10 Kawasan Agropolitan
Kalimantan Timur 7 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan
Kep. Riau4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan
Jambi7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Bangka Belitung7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Jawa Barat19 Kawasan Agropolitan 3 Kawasan Minapolitan
Bali8 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan
Jawa Tengah14 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan
Sumatera Selatan12 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan
Jawa Timur 22 Kawasan Agropolitan 3 Kawasan Minapolitan
Bengkulu8 Kawasan Agropolitan
1 Kawasan Minapolitan
Lampung10 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan
DI Yogyakarta10 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan
Banten10 Kawasan Agropolitan 2 Kawasan Minapolitan
Kalimantan Selatan6 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Nusa Tenggara Barat10 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan
Sumatera Barat13 Kawasan Agropolitan 1 Kawasan Minapolitan
BANDA ACEH
MEDAN
PEKANBARU
BENGKULU
PALEMBANG
PONTIANAK
PALANGKARAYA
BANJARMASIN
SAMARINDA
BANDARLAMPUNG
SERANG
BANDUNG
JAKARTA
PADANG
JAMBI
PANGKALPINANG
TANJUNGPINANG
SEMARANG
YOGYAKARTA
SURABAYA
DENPASAR
MATARAM
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
9/128
KEKAYAAN ini pun menjadi hak setiap anak
bangsa untuk dikelola dan dimanfaatkan sebaik
mungkin demi mewujudkan kesejahteraan
bangsa. Tentunya, dengan tidak melupakan
kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan
melestarikan kekayaan alam negeri ini.
Pembangunan di seluruh sektor kehidupan
merupakan salah satu upaya pemanfaatan
potensi dan kekayaan alam Indonesia yang
hasilnya, diharapkan, dapat dinikmati oleh
setiap masyarakat Indonesia secara merata.
Untuk itu, pembangunan semestinya dapat
dilaksanakan secara merata di seluruh penjuru
negeri ini sehingga pembangunan dapat
menyentuh sampai ke daerah perdesaan, ter-
pencil, pelosok, hingga kawasan perbatasan.
Namun, dalam pelaksanaannya, pembangun-
an lebih difokuskan pada wilayah perkotaan.
Pembangunan berjalan demikian pesat di se-
jumlah kota dan menjadikan kota tersebut se-
bagai pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, dan
budaya. Kota-kota tersebut seakan tak pernah
henti untuk bersolek sehingga memancarkan
pesonanya. Di sisi lain, wilayah perdesaan tetap
tampil dalam kesederhanaannya, bahkan dalam
keterbatasannya.
Ketidakberhasilan dalam pemerataan pem-
Sulawesi Utara15 Kawasan Agropolitan 4 Kawasan Minapolitan
Maluku Utara7 Kawasan Agropolitan
Papua Barat4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan
Gorontalo7 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan
Maluku
8 Kawasan Agropolitan
Papua5 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Sulawesi Tenggara7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Sulawesi Selatan14 Kawasan Agropolitan3 Kawasan Minapolitan
Nusa Tenggara Timur 7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Sulawesi Tengah9 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan
Sulawesi Barat4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan
MAKASSAR
KUPANG
MAMUJU
PALU
KENDARI
GORONTALO
MANADO
TERNATE
AMBON
MANOKWARI
JAYAPURA
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
10/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
12
bangunan ini, tentu saja, menimbulkan ke-
sen jangan antara wilayah perkotaan dan
perdesaan. Hal inilah yang memicu terjadinya
percepatan urbanisasi di Indonesia hingga
sampai pada tingkat urbanisasi yang tidak
terkendali. Berdasarkan Data Survei PendudukAntarsensus laju urbanisasi di Indonesia me-
ningkat dari 37,5% di tahun 1995 menjadi 40,5%
di tahun 1998. Akibat percepatan urbanisasi,
sektor pertanian menjadi terdesak sehingga
menurunkan produktivitas pertanian.
Penurunan produktivitas ini tampak dari
nilai produk-produk pertanian yang diimpor
Indonesia demi memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Pada tahun 2000, Indonesia harus
mengimpor kedelai sebanyak 1.277.685 tonsenilai 275 juta dolar AS, sayur-mayur senilai
62 juta dolar AS, dan buah-buahan senilai
65 juta dolar AS1). Sementara, lemahnya
sistem pemasaran, terbatasnya pemahaman
dan kemampuan petani, rendahnya kualitas
lingkungan dan permukiman di perdesaan, kian
menyulitkan produktivitas pertanian.
Tidak jauh berbeda dengan kawasan pertanian,
kawasan pesisir dengan mayoritas penduduk
bergantung pada sektor perikanan belum dapat
mengolah dan memanfaatkan potensi dan ke-
kayaan laut Indonesia secara maksimal. Hal ini
diakibatkan pembangunan yang masih terfokus
di wilayah daratan sehingga potensi perairan
Indonesia masih dikesampingkan.
Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia
terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun2035, diperkirakan populasi penduduk tumbuh
hingga 2 kali dari jumlah saat ini. Seiring ber-
Jalan poros desa
Gumukrejo,
Desa Tanjungsari,
Banyudono,
Kabupaten Boyolali
1.2) Yudhohusodo. Siswono. Laporan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. 2002.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
11/128
tambahnya jumlah penduduk, tingkat pen-
didikan dan kesejahteraan masyarakat juga
meningkat sehingga terjadi peningkatan
konsumsi per kapita untuk beragam jenis ba-
han pangan. Maka, dalam waktu 35 tahun
mendatang, kebutuhan akan kesediaan ba-han pangan Indonesia meningkat lebih dari
2 kali jumlah kebutuhan saat ini2). Hal ini me-
munculkan kerisauan akan terjadinya kondisi
“rawan pangan” di masa yang akan datang.
Pengembangan Kawasan Agropolitan/
Minapolitan
Berangkat dari kondisi-kondisi tersebut, Peme-
rintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum–
dalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen)
Cipta Karya ingin mewujudkan pemerataanpembangunan dengan mengembangkan
kawasan perdesaan, termasuk perdesaan
yang berada di daerah pesisir. Ditjen Cipta
Karya melalui Direktorat Pengembangan
Permukiman melaksanakan program-program
pengembangan perdesaan potensial. Salah
satunya adalah program yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi lokal sebagai roda
pertumbuhan ekonomi di kawasan perdesaan,
yaitu pengembangan Kawasan Agropolitan danMinapolitan.
Kawasan Agropolitan/Minapolitan yang dikem-
bangkan merupakan bagian dari potensi wila-
yah kabupaten. Pengembangan kawasan mela-
lui penguatan sentra-sentra produksi pertanian/
perikanan yang berbasis potensi lokal. Dengan
demikian, Kawasan Agropolitan/Minapolitan
mampu memainkan peran sebagai kawasan
pertumbuhan ekonomi yang berdaya kompe-
tensi interregional maupun intraregional.
Selain itu, pengembangan juga berorientasi
pada kekuatan pasar yang dilaksanakan melalui
pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan
Skema Tata Ruang
Kawasan Agro/Minapolitan
Sumber : Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan. Kimpraswil 2000
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
12/128
agribisnis/minabisnis hulu sampai dengan hilir.
Pengembangan kawasan ini diharapkan dapat
memberikan kemudahan sistem agribisnis/
minabisnis yang utuh dan terintegrasi dengan
penyediaan infrastruktur (sarana dan pra sara-
na) seperti peningkatan jalan lingkungan porosdesa, peningkatan jalan usaha tani, Stasiun
Terminal Agribisnis (STA), peningkatan pasar
ikan dan pembangunan lainnya yang memadai
dan mendukung pengembangan agribisnis/
minabisnis.
Program ini juga mengembangkan sistem
kelembagaan dan sistem keterkaitan desa-
kota (urban-rural linkage) untuk mendukung
pengembangan Kawasan Agropolitan/Mina-
politan. Sistem keterkaitan tersebut bertu- juan untuk mengembangkan interaksi yang
saling menguntungkan antara pusat agro-
politan/minapolitan dengan sentra-sentra
produksi pertanian/perikanan. Pola interaksi
ini, nantinya, akan memberikan nilai tambah
produksi agropolitan/minapolitan sehingga
dapat memacu pembangunan perdesaan; me-
ningkatkan produktivitas dan kualitas perta-nian/perikanan; meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di daerah hinterland;
mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi
daerah; yang pada akhirnya akan menekan laju
urbanisasi.
Peran penting dari pengembangan Kawasan
Agropolitan/Minapolitan ini adalah kawasan
dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan
keunikan lokal. Sektor berbasis aktivitas
masyarakat pun mampu meningkatkan pe-merataan. Sedangkan, kelangsungan pe-
ngembangan kawasan dan sektor lebih me-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
8 27 18 37 58 47 81 56 11 38
8 35 52 49 84 77 48 45 32
1 41 64 118 228 286 312
8 35 53 90 148 195 276 332 342 382
Tahun
Baru
Lanjutan
Selesai
Total
Pencapaian Kawasan Agropolitan dan Minapolitan 2002-2011
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
8 835
52
1
41
49
84
64
77
118
56 45 32
286 312
27
18
37
58
47
8148
228
11 38
Baru Lanjutan Selesai
8
3553
90
148
195
276
332 342382
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
14
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
13/128
miliki kepastian karena sektor yang dipilih
mempunyai keunggulan kompetitif dan kom-
paratif dibandingkan sektor lainnya.
Untuk dapat melangsungkan program pe-
ngembangan Kawasan Agropolitan/Minapo-litan, dilakukan penyusunan atas strategi pe-
ngembangan yang mencakup beberapa hal
berikut:
• Penyusunan masterplan pengembanganKawasan Agropolitan/minapolitan oleh
Pemerintah Daerah dan masyarakat yang
akan menjadi acuan bagi setiap wilayah/
provinsi. Masterplan disusun berdasarkan
jangka waktu tertentu dan mencakup
rencana-rencana sarana dan prasarana.
• Penetapan lokasi Agropolitan/Minapolitanyang diusulkan oleh Kabupaten kepada
Pemerintah Provinsi. Usulan harus dida-
hului dengan identifikasi potensi dan
masalah untuk mengetahui kondisi dan
potensi lokasi, antara lain sumber daya
alam, sumber daya manusia, kelembagaan,
dan iklim usaha.
• Sosialisasi program pengembangan Kawas-an Agropolitan/Minapolitan yang dilaksa-
nakan seluruh stakeholder terkait di tingkat
pusat maupun daerah sehingga lebih ter-padu dan terintegrasi.
• Pendampingan pelaksanaan program oleh
pemerintah, yang juga berperan sebagai
fasilitator. Sedangkan, masyarakat ditem-
patkan sebagai pelaksana utama da lam
pelaksanaan pengembangan Kawasan Ag-
ropolitan/Minapolitan.
• Pembiayaan program yang, pada dasarnya,dilakukan oleh masyarakat–dalam hal ini
petani/nelayan, penyedia agro/mina, pe-
ngelola hasil, pemasar, dan penyedia jasa.
Dana stimultans yang difasilitasi peme-
rintah bertujuan untuk membiayai pra-
sarana dan sarana yang bersifat publik dan
strategis.
• Usulan indikasi program/kegiatan di kawa-san agro/minapolitan harus dimasukkan
dalam Rencana Program Investasi Jangka
Menengah (RPIJM) Kabupaten.
Pengembangan Kawasan Agropolitan/Mina-
politan oleh Direktorat Pengembangan Permu-
kiman ini telah berlangsung sejak tahun 2002.
Sampai dengan tahun 2011, telah terbangun
382 Kawasan Agropolitan/Minapolitan di se-
jumlah desa hinterland di Indonesia. Selama 10
tahun pelaksanaan pengembangan Kawasan
Agropolitan/Minapolitan, seringkali mendapati
berbagai kendala. Kendala yang dihadapi
tersebut menjadi hal-hal yang patut dicermatidan menjadi tantangan tersendiri pada pe-
ngembangan kawasan-kawasan berikutnya.
Kawasan agropolitan
Desa Wasiat, Ngombo
Purworejo
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
14/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
16
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
15/128
MENATA INFRASTRUKTUR
AGROPOLITANBAGI MASA DEPAN
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
16/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
18
Pembangunan di kawasan
perkotaan yang demikian
pesat telah menjadikan
kawasan ini memiliki laju
pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Begitu pula, dengan
setiap aspek kehidupan
sosial di dalamnya yang
juga berkembang dengan
sangat baik.
Menata InfrastrukturAgropolitanBagi Masa Depan
Konsep Kawasan :Agropolitan
Kawasan Agropolitan TA 2002-2011 :
32 Provinsi,
324 kawasan
Potensi Unggulan :
Beras organik, kelapa, sayur, mayur,
buah-buahan, hewan ternak.
Dukungan Infrastruktur :
Peningkatan jalan poros desa, jalan usaha tani,
irigasi, kios, STA, packing house
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
17/128
HAL INI memunculkan kesenjangan antara
kawasan perkotaan dan perdesaan yang pada
akhirnya, mengakibatkan peningkatan laju ur-
banisasi.
Percepatan laju urbanisasi berakibat pula pada
terdesaknya sektor pertanian yang berujung
pada penurunan produktivitas pertanian. Hal
tersebut ditandai dengan semakin tingginya
konversi lahan pertanian menjadi kawasan
perkotaan. Akibatnya, Indonesia harus menda-
tangkan produk-produk pertanian dari luar
negeri untuk memenuhi kebutuhan pangandalam negeri.
Sementara itu, populasi penduduk yang sema-
kin meningkat diperkirakan mencapai angka
sekitar 400 juta jiwa di tahun 2035, berbanding
lurus dengan kebutuhan pangan masyarakat
Indonesia. Dalam kurun waktu 35 tahun men-
datang, kebutuhan pangan masyarakat di-
perkirakan akan meningkat lebih dari dua
kali lipat kebutuhan pangan saat ini (Siswono
Yudohusodo. 2002). Dengan demikian, penurunan
produktivitas pertanian dikhawatirkan dapat
menimbulkan kondisi rawan pangan di masa
mendatang.
Namun, penurunan produktivitas pertanian
tidak hanya semata-mata disebabkan terdesak-
nya sektor pertanian akibat konversi lahan danpercepatan urbanisasi. Melainkan, juga dipicu
oleh produktivitas dan pemasaran pertanian
yang masih rendah, budaya petani lokal yang
cenderung subsisten, serta kelembagaan dan
lingkungan permukiman yang tidak kondusif.
Jalan poros desa di
kawasan agropolitan
Payakumbuh,
Sumatera Barat
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
18/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
20
Berkaca pada kondisi tersebut, diperlukan upa-
ya-upaya pengembangan kawasan perdesaan
yang mencakup segala aspek kehidupan de-
ngan memanfaatkan seluruh potensi sumber
daya yang dimiliki perdesaan. Sebagai sebuah
negara yang memiliki berbagai produk ung-gulan di setiap daerahnya, pengembangan
ekonomi Indonesia hendaknya berorientasi
pada pembangunan agribisnis yang berbasis
pertanian. Maka, pengembangan Kawasan
Agropolitan pun menjadi alternatif solusi
pembangunan kawasan perdesaan. Kawasan
Agropolitan memungkinkan pembangunan
dengan tetap berbasis pada sektor pertanian
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi desa
yang dipadukan dengan pembangunan sektor
industri melalui pengembangan prasarana dansarana layaknya perkotaan yang disesuaikan
dengan lingkungan perdesaan.
Dengan kata lain, pengembangan Kawasan
Agropolitan merupakan penguatan sentra-
sentra produk pertanian yang berbasiskan
pada kekuatan internal sehingga perdesaan
menjadi kawasan yang memiliki pertumbuhan
ekonomi dan daya kompetensi, baik secara
interregional maupun intraregional. Oleh ka-
rena itu, keberhasilan pembangunan KawasanAgropolitan membutuhkan komitmen dan
tanggung jawab dari segenap aparatur peme-
rintah, swasta, maupun masyarakat. Dengan
demikian, pembangunan kawasan ini dapat
berlangsung secara terintegrasi, terarah, efektif,
dan efisien sehingga tercipta keterpaduan
dengan pembangunan sektor lainnya dan
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan Kawasan Agropolitan pun
men jadi salah satu program pengembangan
permukiman perdesaan yang dilaksanakan
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat
Pengembangan Permukiman. Dengan program
yang terfokus pada penyediaan dan kemajuan
infrastruktur perdesaan, yaitu berupa prasarana
dan sarana yang memadai dan mendukung
pengembangan sistem dan usaha agribisnis,diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan Kawasan Agropolitan, khusus-
nya masyarakat perdesaan.
Konsep Kawasan Agropolitan
Secara harafiah. istilah Agropolitan berasal dari
kata Agro yang berarti ‘pertanian’ dan Polis/Po-
litan yang berarti ‘kota’. Dalam buku Pedoman
Umum Pengembangan Kawasan Agroplitan
& Pedoman Program Rintisan Pengembangan
Kawasan Agropolitan yang diterbitkan oleh
Kementerian Pertanian, Agropolitan didefinisi-
kan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan
usaha agribisnis sehingga mampu melayani,
mendorong, menarik, serta menghela kegiatan
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
19/128
pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
sekitarnya. Buku tersebut juga mendefinisikan
Kawasan Agropolitan sebagai sistem fungsionaldesa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki
keruangan desa yang ditandai dengan kebe-
radaan pusat agropolitan dan desa-desa di
sekitarnya sehingga terbentuklah Kawasan
Agropolitan.
Definisi Kawasan Agropolitan pun telah termak-
tub dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang menyebutkan
Kawasan Agropolitan sebagai kawasan yang
terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keter-
kaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan
sistem permukiman dan agrobisnis.
Adapun konsep Agropolitan merupakan kon-
sep yang dikenalkan Friedman dan Douglas
(1975). Konsep ini ditawarkan atas pengalamankegagalan pengembangan sektor industri yang
terjadi dialami negara-negara berkembang di
Asia. Kegagalan tersebut mengakibatkan ter-
jadinya hyper ubanization, pembangunan ha-
nya terjadi di beberapa kota saja, tingkat pe-
ngangguran dan setengah penggangguran
yang tinggi, kemiskinan akibat pendapatan
yang tidak merata, terjadinya kekurangan bahan
pangan, penurunan kesejahteraan masyarakat
desa, serta ketergantungan kepada dunia luar.
Friedman mengungkapkan konsep agropolitan
sebagai distrik-distrik agropolitan yang meru-
pakan kawasan pertanian perdesaan dengan
kepadatan penduduk rata-rata 200 jiwa/km2.
Kawasan Agropolita
Ngombol, Purworej
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
20/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
22
Distrik agropolitan terdiri atas kota-kota tani
berpenduduk 10.000–25.000 jiwa. Luas wila-
yahnya dibatasi dengan radius sejauh 5–10 kmsehingga menghasilkan jumlah penduduk total
antara 50.000–150.000 jiwa yang mayoritas
bekerja di sektor pertanian. Konsep Friedman
tidak membedakan secara spesifik antara per-
tanian modern ataupun konvensional dan me-
nyebutkan setiap distrik sebagai satuan tunggal
yang terintegrasi.
Definisi Friedman di atas menggunakan be-
saran penduduk dan luasan wilayah sebagai
ukuran. Maka. dapat disimpulkan bahwa suatudistrik Agropolitan setara dengan 1 Wilayah
Pengembangan Parsial (WPP) permukiman
transmigrasi jika dilihat dari besaran pendu-
duknya. Sedangkan. jika dilihat dari luasan
wilayahnya yang berkisar pada 100–250 km2
atau 10.000–25.000 ha. ukurannya dapat lebih
kecil dari luasan 1 WPP. Apabila dilihat secara
administratif, besaran penduduk dan luasan
wilayah tersebut setara dengan luasan wilayah
kecamatan yang berpenduduk sampai dengan
25.000 jiwa dan sudah dapat berfungsi sebagai
suatu simpul jasa distribusi.
Sementara, berdasarkan strukturnya, Kawasan
Agropolitan dibedakan atas Orde Pertama
(Kota Tani Utama), Orde Kedua (Pusat Distrik
Agropolitan atau Pusat Pertumbuhan), dan
Orde Ketiga (Pusat Satuan Kawasan Pertanian).
Setiap orde berfungsi sebagai simpul jasa ko-leksi dan distribusi dengan skala yang be-
ragam dan berjenjang (hirarki) serta pusat pe-
layanan permukiman. Antarsimpul tersebut
disambungkan oleh jaringan transportasi yang
sesuai. Orde Pertama dan Kedua dipisahkan
oleh jarak sekitar 35–60 km. sesuai dengan
kondisi gegografis wilayah. Sedangkan, Orde
Kedua dan Ketiga terletak dalam satu distrik
agropolitan yang berjarak sekitar 15–35 km satu
sama lainnya.
Menurut definisi yang ada, Agropolitan atau Ko-
ta Pertanian dapat merupakan Kota Menengah,
Kota Kecil, Kota Kecamatan, Kota Perdesaan,
atau Kota Nagari yang berfungsi sebagai pu-
sat pertumbuhan ekonomi. Sebagai pusat
pertumbuhan, Kota Pertanian ini pun mampu
mendorong pertumbuhan pembangunan per-
desaan dan desa-desa di wilayah sekitarnya
(hinterland) melalui pengembangan berbagai
sektor, mulai dari pertanian, industri kecil, jasa
pelayanan, hingga pariwisata.
Pengembangan Kawasan Agropolitan bertuju-
an untuk meningkatkan pendapatan dan ke-
se jahteraan masyarakat melalui percepatan
pengembangan wilayah dan peningkatan
Kawasan Agropolitan
Serang, Banten
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
21/128
keterikatan desa dan kota. Hal ini dapat ter-
wujud melalui pengembangan sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis
kerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi
di Kawasan Agropolitan. Sementara itu, pe-
ngembangan kawasan ini juga ditujukan un-tuk mengembangkan kawasan pertanian yang
berpotensi menjadi Kawasan Agropolitan me-
lalui strategi pengembangan sebagai berikut :
• Meningkatkan diversifikasi ekonomi perde-saan melalui peningkatan nilai tambah dan
daya saing produk pertanian, baik berupa
hasil produksi maupun olahan.
• Meningkatkan akses petani terhadap sum-berdaya produktif dan permodalan de-
ngan memfasilitasi ketersediaan layanan
yang dibutuhkan petani dan masyarakat.Layanan dapat berupa penyediaan sa-
rana produksi, sarana pascapanen, dan
permodalan yang tersedia di kawasan
dalam jumlah, jenis, waktu, kualitas, dan
lokasi yang tepat.
• Meningkatkan prasarana dan sarana yang
dibutuhkan dalam upaya memajukan
industri pertanian sesuai kebutuhan ma-
syarakat. Prasarana dan sarana publik
yang disediakan pemerintah dilaksanakan
dengan pendekatan kawasan, yaitu me-
merhatikan hasil identifikasi sumberdayaalam, sumberdaya manusia, sumberdaya
buatan, serta tingkat perkembangan
Kawasan Agropolitan.
• Mewujudkan permukiman perdesaan yangnyaman dan tertata, serta menjaga ke-
lestarian lingkungan melalui pengaturan
dan pelaksanaan masterplan Kawasan
Agropolitan secara konsisten dan terkoor-
dinasi.
Visi dan misi yang telah ditetapkan, kemudianditerjemahkan ke dalam Kebijakan dan Strategi
Pembangunan Infrastruktur Agropolitan beru-
pa dukungan terhadap pengembangan sis-
tem dan usaha Agribisnis. Dengan demikian,
kebijakan dan strategi yang ditetapkan mampu
mendorong ketiga hal, yaitu :
Sarana irigasi di
Kawasan MinapolitanMina Asri, Desa
Tanjungsari,
Kabupaten Boyolali
yang sudah terbangu
memudahkan petani
untuk mendapat air
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
22/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
24
a. Peningkatan produktivitas hasil pertanian
sehingga dihasilkan produk-produk perta-
nian yang berdaya saing tinggi dan diminati
pasar.
b. Pengolahan hasil pertanian untuk mem-
peroleh nilai tambah atas produk hasil per-
tanian sebagai produk primer dengan men-
jadikannya berbagai produk olahan, baikintermediate product maupun final product .
c. Pemasaran hasil pertanian untuk menun-
jang sistem pemasaran hasil pertanian
dengan memperpendek mata rantai tata
niaga perdagangan hasil pertanian. Mulai
dari sentra produksi sampai ke sentra pe-
masaran akhir (outlet).
Pengembangan Kawasan Agropolitan yang
sepenuhnya memanfaatkan potensi lokal me-
rupakan konsep Agropolitan yang sangat men-
dukung perlindungan dan pengembangan
budaya sosial lokal. Sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
pengembangan Kawasan Agropolitan haruslah
mendukung pengembangan kawasan andalan.
Oleh karena itu, pengembangannya tidak bisa
terlepas dari pengembangan sistem pusat-
pusat kegiatan di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten.
Sementara itu, kondisi negeri ini sangat me-
mungkinkan untuk dikembangkannya Kawasan
Agropolitan. Kondisi yang dimaksud adalahadanya ketersediaan lahan pertanian dan te-
naga kerja yang murah di Indonesia. Sebagian
besar petani juga telah memiliki kemampuan
(skills) dan pengetahuan (knowledge) yang didu-
kung oleh keberadaan jaringan sektor hulu dan
hilir serta kesiapan institusi.
Namun demikian, pengembangan Kawasan
Agropolitan bukan tanpa kendala. Beragam
permasalahan yang dihadapi, antara lain pe-
ngembangan produk pertanian yang belum
mendapat dukungan makro ekonomi sepe-
nuhnya, keterbatasan jaringan infrastruktur
fisik dan ekonomi, serta potensi dan peluang
investasi di seluruh sektor yang masih belum
tergali sehingga investor lebih berminat me-
Petani di kawasan
agropolitan Ngombol
Purworejo mengangkuthasil taninya melalui
jalan poros desa yang
telah beraspal
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
23/128
nanamkan modalnya di kawasan yang telah
maju. Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter
juga belum berpihak pada sektor pertanian
yang ditandai dengan masuknya produk-
produk pertanian impor secara bebas serta
tingginya suku bunga kredit pertanian.
Mekanisme Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Secara internal, Kawasan Agropolitan terdiri
dari kota-kota pertanian dan desa-desa sentra
produksi pertanian. Kawasan ini tidak dibatasi
oleh batasan administratif pemerintahan (desa/
kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota).
Melainkan, disesuaikan dengan memerhatikan
skala ekonomi kawasannya sehingga dirasakan
lebih fleksibel. Dengan demikian, bentuk danluasan Kawasan Agropolitan dapat meliputi
satu desa/kelurahan, kecamatan, atau beberapa
kecamatan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.
Kawasan ini dapat pula meliputi wilayah yang
menembus wilayah Kabupaten/Kota lain yang
berbatasan.
Dari sisi eksternal, Kawasan Agropolitan ha-
rus memiliki aksesibilitas dengan kota-kota
ber jenjang lebih tinggi di sekitarnya untuk
menciptakan sebuah sistem pemasaran yang
terpadu. Pada dasarnya, perdesaan yang men-
jadi sasaran lokasi pengembangan Kawasan
Agropolitan adalah yang memiliki komoditi
unggulan pertanian, seperti tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, dan per-
ikanan.
Dalam pengembangan Kawasan Agropolitan,
terurai mekanisme pengajuan usulan pengem-
bangan Kawasan Agropolitan. Cakupan meka-
nisme berupa prosedur pengajuan lokasi dan
proses pemilihan/penilaian Kawasan Agropo-
litan. Berkenaan dengan prosedur pengajuan
lokasi, mekanismenya meliputi kegiatan-kegi-
atan berikut ini.
a. Usulan dari Kabupaten oleh PemerintahProvinsi. Pemerintah Kabupaten mengaju-
kan usulan mengenai Kawasan Agropolitan.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten telah
melakukan identifikasi potensi dan masalah
terlebih dahulu. Identifikasi dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi dan potensi
lokal, yaitu komoditas unggulan. Lokasi
Kawasan Agropolitan yang berada di dalam
kawasan kabupaten/kota ditetapkan oleh
Bupati/Walikota.
b. Pemerintah Pusat menilai kesiapan lokasi
Mekanisme Penyelenggaraan Agropolitan
ProgramAgropolitan
Sosialisasi PengembanganKawasan
Perencanaan(Master Plan/
RPIJM/DED)
Monitoringdan Evaluasi
AgropolitanMandiri
Pusat/Provinsi/
Kab/Kota
P u s a t / P r o v i n s i / K a b / K o t a
K e l e m b a g a a n P
e g e m b . S D M
I n f r a s t r u
k t u r P
e r m
o d a l a
n
PemdaKab/Kota
(Pokja Agropolitan)
M
a s y a r a k a t T a n i
y a n g d i f a s i l i t a s i
P e m d a S e t e m p a t
• Identikasi
• Usulan Lokasi dari Bupati /
Gubernur
• SK lokasioleh Menteri
Pertanian
Keterangan :SK Menteri Pertanian155/TU.210/A/VI/2003
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
24/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
26
untuk dapat dikembangkan sebagai Ka-
wasan Agropolitan. Penilaian dilakukan
berdasarkan kelengkapan persyaratan ad-
ministrasi dan potensi lokasi kawasan yang
diusulkan. Persyaratan administrasi berupa
dokumen perencanaan yang terdiri dariSK lokasi, SK pokja, Masterplan, RPIJM, dan
DED.
c. Pengembangan Kawasan Agropolitan yang
diusulkan dapat dipenuhi jika telah me-
menuhi kondisi berikut.
• Apabila kelengkapan administrasi danpotensi kawasan yang diusulkan telah
memenuhi persyaratan dalam butir
huruf b.
• Apabila kelengkapan administrasi belum
terpenuhi semua, tetapi kawasan yangdiusulkan memiliki potensi yang baik,
dilihat dari profil kawasan tersebut, maka
kawasan ini akan diberi kesempatan
untuk melengkapinya. Apabila dalam
kurun waktu 1 tahun belum terlengkapi,
dana bantuan pembangunan pada
tahun berikutnya akan dihentikan untuk
sementara.
Kawasan Agropolitan yang dikembangkan me-
rupakan bagian dari sistem kewilayahan ka-
bupaten. Oleh karena itu, potensi kabupaten
harus dikaji terlebih dahulu berdasarkan per-
timbangan aspek strategis dari unsur/kom-
ponen makro pembentuk Kawasan Agropolitan,yakni memiliki komoditas/potensi unggulan
yang dapat diandalkan untuk mengembangkan
kawasan secara keseluruhan. Potensi/komoditas
unggulan dapat berupa ketersediaan sumber
alam potensial, prasarana dan sarana, atau ku-
antitas dan kualitas sumber daya manusia yang
memadai. Proses penilaian/pemilihan Kawasan
Agropolitan yang diusulkan diuraikan secara le-
bih detil berikut ini:
• Program-program pengembangan kawas-
an dari departemen/badan yang memilikiketerkaitan lingkup kegiatan (tupoksi) de-
ngan pengembangan kawasan berbasis
agribisnis.
• Komoditas unggulan sebagai pemicu un-tuk tumbuh kembangnya kehidupan dan
penghidupan dari sektor-sektor komoditi
ikutan lainnya. Komoditas tersebut melipu-
Kawasan agropolitan
Bali
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
25/128
ti komoditas subsektor tanaman pangan,
subsektor perkebunan, subsektor perikan-an, dan subsektor peternakan.
• Potensi kabupaten yang akan dikembang-kan menjadi Kawasan Agropolitan. Potensi
kabupaten merupakan faktor pendukung
berkembangnya Kawasan Agropolitan.
• Kawasan Agropolitan tidak ditentukanoleh batasan administrasi pemerintahan.
Namun, prosedur penetapannya dimulai
dari penetapan kabupaten terpilih dan
basis analisa data berdasarkan batas ad-
ministrasi. Oleh karena itu, proses peni-laian Kawasan Agropolitan diawali de-
ngan proses penilaian Kabupaten yang
berpotensi untuk mendapatkan kawasan
terpilih.
• Ketersediaan infrastruktur sebagai unsurpenting dalam pembangunan Kawasan
Agropolitan.
• Persyaratan pengembangan Kawasan Ag-ropolitan sebagai kriteria untuk meng-
identifikasi Kawasan Agropolitan.
Disamping itu, pemilihan Kawasan Agropolitan
pun harus dapat meliputi sejumlah kriteria, se-
bagai berikut:
• Kawasan Agropolitan merupakan satu ke-satuan kawasan perdesaan yang terdiri dari
desa pusat dan desa-desa hinterland nya
yang diindikasikan oleh adanya hubunganfungsional antara kegiatan di desa pusat
(zona inti) dan di desa hinterland nya;
• Mempunyai potensi khusus atau komo-ditas unggulan yang dapat diandalkan
untuk mengembangkan kawasan secara
keseluruhan.
• Kawasan Agropolitan yang diusulkan sudahmenetapkan struktur hirarki kawasan.
• Memiliki sistem kelembagaan dan sistempengelolaan yang mendukung berkem-
bangnya Kawasan Agropolitan seperti ada-nya organisasi petani, organisasi produsen
agribisnis, dan lain-lain.
• Komitmen yang kuat dari pemerintah da-erah dengan diterbitkannya SK penetap an
kawasan dari Bupati atau dana bantuan
dari pemerintah daerah setempat.
Pada kawasan yang telah berhasil dikembang-
kan sebagai Kawasan Agropolitan, kawasan ter-
sebut memiliki ciri-ciri yang dapat diidentifikasi
dengan jelas. Adapun ciri khas dari KawasanAgropolitan yang telah berkembang, dijabarkan
sebagai berikut:
a. Kegiatan agribisnis (pertanian) merupakan
kegiatan perekonomian utamanya, kegiat-
an ini mencakup industri pengolahan ha-
Jalan poros desa di
kawasan agropolitan
Kobalima. Belu - NTT
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
26/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
28
sil pertanian, perdagangan dan kegiatan
ekspor hasil pertanian, perdagangan ag-
ribisnis hulu berupa sarana pertanian dan
permodalan, agrowisata, serta jasa pela-
yanan.
b. Dengan agribisnis sebagai kegiatan uta-manya, maka pendapatan sebagian besar
masyarakatnya pun diperoleh dari kegiatan
agribisnis.
c. Tercipta hubungan timbal balik (inter-
dependensi) yang harmonis dan saling
membutuhkan antara kota dan desa-desa
di Kawasan Agropolitan. Dalam Kawasan
Agropolitan dikembangkan usaha budi-
daya (on farm) dan industri olahan skala
rumah tangga (off farm). Sementara, kota
menyediakan beragam fasilitas yang men-
dukung perkembangan usaha budidaya
dan agribisnis.
d. Ketersediaan infrastruktur berupa prasara-
na dan sarana yang memadai di Kawasan
Agropolitan telah menciptakan kehidupanmasyarakat layaknya di kawasan perkotaan.
Dalam hal pembiayaan, pada prinsipnya, pem-
biayaan Kawasan Agropolitan dilakukan se-
cara swadaya masyarakat, baik masyarakat
tani, pelaku penyedia agroinput, pengolah
hasil, pelaku pemasaran, penyedia jasa yang
mendapat dukungan dan fasilitasi APBN dan
APBD dari Pemerintah. Pembiayaan Pemerintah
lebih diarahkan untuk membiayai prasarana dan
Prasarana jalan di
kawasan Agropolitan
Pacet. Cianjur
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
27/128
sarana publik dan berbagai kegiatan strategis,
seperti penelitian, pelatihan, pendidikan pe-
nguatan kelembagaan petani, serta promosi.
Dukungan Infrastruktur Kawasan
AgropolitanKeberhasilan pengembangan Kawasan Agro-
politan tak terlepas dari dukungan sistem infra-
struktur dasar yang membentuk struktur ruang.
Untuk itu, melalui Satuan Kerja Penyediaan
Prasarana dan Sarana Agropolitan, Ditjen Cipta
Karya membangun infrastruktur dasar bagi per-
desaan yang menjadi sasaran lokasi Kawasan
Agropolitan. Infrastruktur yang disediakan meli-
puti prasarana dan sarana yang mendukung
berbagai kegiatan agribisnis berikut.
a. Sub-sistem agribisnis hulu
Prasarana dan sarana yang disediakan da-
pat berupa kios-kios Sarana Produksi Perta-
nian (Saprotan), gudang, pelataran parkir,
dan tempat bongkar muat barang.
b. Sub-sistem usaha tani (on-farm agribisnis)
Prasarana dan sarana yang disediakan be-
rupa:
• Penyediaan air baku untuk meningkat-kan produksi dengan saluran irigasi ter-
buka, irigasi tetes, embung-embung,sumur bor, dan sprinkler.
• Penyediaan air bersih untuk pencucianhasil dengan sistem perpipaan atau su-
mur dalam.
c. Sub-sistem pengolahan hasil
Prasarana dan sarana dapat berupa tempat
penjemuran hasil pertanian; gudang pe-
nyimpanan yang dilengkapi sarana peng-
awetan/pendinginan (cold storage) dan
packing house untuk tempat sortasi dan
pengepakan; sarana industri kecil, termasukfood services; serta Rumah Potong Hewan
(RPH).
d. Sub-sistem pemasaran hasil
Prasarana dan sarana dapat berupa pasar
tradisional yang terdiri dari kios-kios, los-
Pembangunan jalan se
di salah satu Kawasan
Agropolitan Bali.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
28/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
30
los, pelataran parkir, dan tempat bongkar
muat barang, prasarana dan sarana Sub-
Terminal Agribisnis (STA), pasar hewan,
jalan antar desa-kota, serta jembatan.
e. Sub-sistem jasa penunjang
Prasarana dan sarana yang disediakandapat berupa:
• Sarana Utilitas Umum, seperti jaringan airbersih, sanitasi, persampahan, drainase,
listrik, telepon, dan internet.
• Sarana Pelayanan Umum, seperti pusatperbelanjaan, kesehatan, pendidikan,
perkantoran, peribadatan, rekreasi dan
olahraga, serta ruang terbuka hijau.
• Sarana Kelembagaan, seperti Badan Pe-ngelola Agropolitan, Kantor Perbankan,
Koperasi, Unit-unit Usaha Agropolitan.
• Pembangunan Kasiba dan Lisiba ber-ikut fasilitas umum dan sosial yang
dibutuhkan.
• Penyusunan kebijakan pengembanganKawasan Agropolitan.
• Penyusunan rencana tata ruang KawasanAgropolitan.
Keberhasilan pengembangan Kawasan Agro-
politan juga dapat tercapai dengan mene-
rapkan konsep agropolitan secara tepat di
lapangan. Pelaksanaannya harus berjalan se-
cara terpadu dan di bawah pemantauan (mo-
nitoring) kelompok kerja (Pokja) yang dite-
tapkan dan bertanggung jawab kepada Bupati/
Walikota. Apabila wilayah Kawasan Agropolitan
merupakan lintas kabupaten, maka pemantauan
oleh Pokja Provinsi yang bertanggung jawab
kepada Gubernur.
Disamping itu, pengembangan kota pertanian
ini harus melibatkan petani-petani perdesaan
untuk bersama-sama membangun sebuah
sistem pertanian yang terintegrasi. Kemudian,
melibatkan setiap instansi sektoral di perdesaan
untuk mengembangkan pola agribisnis dan
Aktivitas di STA Sewukan.
Magelang sudah dimulai
sejak jam 02.00 dini hari
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
29/128
agroindustri yang dilaksanakan secara simultan.
Peran serta dan dukungan dari stakeholder
terkait seperti Pemerintah Pusat, Pemprov,
Pemkab, RPJM Nasional dan Daerah, swasta,
dan masyarakat–juga sangat dibutuhkan de-
mi kelancaran perkembangan Kawasan Agro-politan.
Kunci keberhasilan lainnya adalah dengan
menetapkan setiap distrik agropolitan sebagai
suatu unit tunggal otonom mandiri sehingga
dapat terjaga dari besarnya intervensi sektor-
sektor pusat yang tidak terkait. Dilihat dari
segi ekonomi, unit tunggal yang mandiri
akan mampu mengatur perencanaan dan pe-
laksanaan pertaniannya sendiri, tetapi tetap
terintegrasi secara sinergis dengan keseluruhan
sistem pengembangan wilayah.
Dengan kata lain. keberhasilan pengem-
bangan Kawasan Agropolitan membutuhkan
sebuah kesiapan, komitmen, konsistensi,
serta perubahan mendasar dalam sistem pe-
laksanaan pembangunan daerah. Disamping
itu, Pemerintah Daerah pun harus memiliki
kesanggupan untuk meneruskan pengem-
bangan Kawasan Agropolitan secara berke-
lan jutan demi tercapai kawasan yang mandiri
melalui kemampuan sumber daya yang dimiliki.
Dari uraian tersebut, maka pelaksanaan prog-
ram pengembangan Kawasan Agropolitan ha-
rus memerhatikan beberapa hal berikut ini:
• Pembangunan, pemeliharaan, serta pe-ngembangan prasarana dan sarana berda-
sarkan program yang disepakati bersama
dalam rangka menyediakan fasilitas yang
memadai dan mendukung sistem dan usa-
ha agribisnis, serta mewujudkan tujuan dan
sasaran pengembangan Kawasan Agro-
politan.
• Mendorong kemitraan dengan seluruhstakeholder , terutama kemitraan antara
swasta/BUMN dengan petani/kelembagaan
petani.
• Pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengen-dalian, dan pengawasan secara berkala
dan teratur agar seluruh kegiatan dapat
berlangsung secara efisien dan efektif.
Salah satu upaya evaluasi dalam pelaksanaanprogram pengembangan Kawasan Agropolitan
adalah dengan menyusun Indikator Keberha-
silan. Indikator Keberhasilan yang disesuaikan
dengan situasi, kondisi, dan kemampuan da-
erah masing-masing ini mencakup dampak dan
output , dijelaskan dalam jenis dan angka-angka
persentase.
Dampak pengembangan Kawasan Agropolitan
diharapkan mampu meningkatkan pendapat-
an masyarakat, khususnya petani, dan pro-
duktivitas lahan di Kawasan Agropolitan mi-
nimal 5%. Selain itu, investasi masyarakat
(petani, swasta, BUMN) di Kawasan Agropolitan
meningkat minimal 10%. Sementara, dari sisi
output, Indikator Keberhasilan dapat terlihat
dari beberapa hal berikut
a. Sebanyak 80% kelembagaan petani mam-
pu menyusun usaha yang berorientasi
pasar dan lingkungan.
b. Jaringan bisnis dari petani/kelompok peta-
ni terbentuk dan berlangsung aktif.
c. Tiap desa dan kecamatan di Kawasan
Agropolitan menyusun program tahunan
secara partisipatif dan disetujui bersama
untuk dilaksanakan.
d. Rencana Kegiatan Jangka Panjang dan
Detail Engineering Design untuk pelaksa-
naan fisik prasarana dan sarana di Kawasan
Agropolitan disetujui bersama untuk dilak-
sanakan dan 70% dapat dilaksanakan di
Kawasan Agropolitan.
e. Sebanyak 80% kontak tani/petani maju ter-
pilih yang dilatih mampu menjadi tempat
belajar bagi petani di lingkungannya.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
30/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
32
Kinerja Dukungan Infrastruktur
Kawasan Agropolitan
Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun
2002. program pengembangan Kawasan
Agropolitan yang dilaksanakan oleh Direktorat
Pengembangan Permukiman ini mengalami
peningkatan setiap tahunnya, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Di awal pelaksana-
annya, Direktorat Pengembangan Permukiman
telah berhasil mengembangkan 8 KawasanAgropolitan baru. Sampai dengan tahun 2011,
sebanyak 292 kawasan telah selesai difasilitasi
sebagai Kawasan Agropolitan. Kawasan yang
difasilitasi secara berlanjut di tahun 2011 ter-
catat sebanyak 12 kawasan. Sedangkan, jum-
lah Kawasan Agropolitan baru yang difasi-
litasi di tahun 2011 mencapai 20 kawasan.
Pengembangan Kawasan Agropolitan oleh
Direktorat Pengembangan Permukiman dapat
dilihat pada tabel berikut:
Beras organik hasil
olahan petani Ngombol,
Purworejo
350
300
250
200
150
100
50
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
8
8
835
52
1
41
48
82
64
75
118
35
306
24 12
282 292
27
3518
53 36
8957
146 47
193
78
271
46
225
6
312
20
324
Baru Lanjutan Selesai
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
8 27 18 36 57 47 78 35 6 20
8 35 52 48 82 75 46 24 12
1 41 64 118 225 282 292
8 35 53 89 146 193 271 306 312 324
Tahun
Baru
Lanjutan
Selesai
Total
Pencapaian Kawasan Agropolitan 2002-20011
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
31/128
Dari tabel ini terlihat peningkatan jumlah
Kawasan Agropolitan yang dikembangkan. Pa-
da awal pelaksanaan di tahun 2002, sebanyak
8 kabupaten telah difasilitasi senilai Rp 5,26
miliar. Jumlah kawasan meningkat menjadi 39
kabupaten di tahun 2003 dengan anggaran se-besar Rp 80 miliar. Kemudian, sebanyak 57 ka-
bupaten di tahun 2004 dengan anggaran Rp
80 miliar, 75 kabupaten di tahun 2005 dengan
anggaran Rp 120 miliar, dan 91 kabupaten di
tahun 2006 dengan anggaran sebesar Rp 129
miliar.
Program pengembangan Kawasan Agropolitan
yang telah berlangsung selama satu dekade
ini menghadirkan berbagai pengalaman yang
dapat dicermati dan menjadi tantangan da-lam pengembangan Kawasan Agropolitan ber-
ikutnya. Misalnya saja, berkembangnya sistem
calo/ijon yang menguasai produk pertanian
sehingga produk tersebut dijual ke pasar tan pa
melalui pusat Kawasan Agropolitan. Jika prak-
tik ijon dibiarkan, Kawasan Agropolitan yang
terintegrasi dan dapat memberikan nilai tam-
bah akan sulit terwujud.
Tingkat produktivitas petani yang cenderung
subsisten dan sulit sangat memengaruhi pe-ngembangan agroindustri. Oleh karena itu,
para petani perlu mendapatkan pelatihan dan
pemahaman lebih lanjut sehingga budaya
subsisten, lambat laun, dapat ditinggalkan.
Tantangan lainnya adalah infrastruktur/fasilitas
yang tersedia tidak memadai, seperti jalan po-
ros desa yang rusak atau pasar yang terbatas.
Kendati demikian, keberhasilan pengembangan
Kawasan Agropolitan juga telah dapat dinikmati
masyarakat di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat. Cipanas merupakan salah satu kawasan
rintisan Agropolitan di Indonesia yang mulai
dikembangkan sejak tahun 2002. Kawasan ini
dikembangkan dengan keterpaduan berbagai
program dan kegiatan dari kementerian dan
instansi terkait sehingga Cipanas tumbuh men-
jadi Kawasan Agropolitan yang memiliki keleng-
kapan infrastruktur.
Pengembangan Kawasan Agropolitan Cipanas
juga dilaksanakan sesuai dengan kondisisumberdaya alamnya. Oleh karena itu, Cipanas
berkembang sebagai Kawasan Agropolitan
sekaligus Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang
mengandalkan keanekaragaman hayati bidang
pertanian dan keindahan alamnya, seperti air
terjun, pegunungan alami, perkebunan, peter-
nakan sapi/kambing, tanaman pangan, dan ta-
naman hias, Dengan demikian, sebagai DTW,
Cipanas menawarkan beragam wanawisata.
seperti outbound , hortiwalk , camping ground ,
kolam renang dengan air pegunungan alami,belanja sayur organik, dan kebun petik stroberi.
Hal serupa dirasakan oleh masyarakat petani
di Kecamatan Sewukan, Kabupaten Magelang.
Jawa Tengah. Pengembangan Kawasan Agropo-
litan di wilayah ini sepanjang Tahun Anggaran
2004–2008 mencakup pembangunan 1 unit
Stasiun Terminal Agribisnis (STA), pembuatan
1 unit sarana Komposting, peningkatan jalan
usaha tani sepanjang 520 m, pembangunan
1 unit STA Ngablak, penyempurnaan STA Se-wukan, peningkatan jalan usaha tani dengan
perkerasan sepanjang 1.000 m, peningkatan
SDM dan pemberian modal pertanian, serta
pembangunan jalan poros desa sepanjang
1.200 m.
Manfaat pengembangan kawasan yang men-
dapatkan pembiayaan melalui APBN, APBD
I, dan APBD II tersebut telah dapat dinikmati
masyarakat. Adapun manfaat yang dinikmati
masyarakat adalah terciptanya sistem pema-
saran dan perdagangan produksi hasil perta-
nian, berkembangnya kemitraan antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta me-
ningkatnya pendapatan masyarakat.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
32/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
34
Jalan poros Desa Wasiat.
Kecamatan Ngombol. Purworejo
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
33/128
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
34/128
36
Embun pagi Kawasan
Agropolitan Bagelen,
Kabupaten Purworejo
belum lagi menetes.
Namun beberapa sepeda
onthel dan sepeda motor
sudah melaju cepat
memasuki areal Sub
Terminal Agribisnis (STA)
Bagelen.
STA BAGELEN :
MetamorfosaPasar Tradisionalmenjadi Agribisnis
berwawasanGlobal Kosmopolitan
Status :
Kawasan Agropolitan Bagelen.
Kabupaten PurworejoKeputusan Bupati Purworejo
No. 188.4/13/2007
Luas :
1.500m2
Terdiri dari 2 shelter. 6 kios
dan 1 gedung kantor pengelola
Fungsi:
Sarana Penunjang bagi pemasaran hasil
pertanian di Kawasan Agropolitan Bagelen
yang mencakup Kecamatan Bagelen.Kaligesing. Purwodadi dan Ngombol
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
35/128
SEJURUS kemudian, puluhan sepeda motor pun
ikut meramaikan STA ini dengan ratusan ayam
kampung dan hasil pertanian seperti kelapa,
petai, pisang hingga beras organik. Panas terik
matahari tak lagi menjadi penghalang transaksi
jual beli ini. Petani dan pedagang melebur
menjadi satu bersama riuhnya suara ayam
jantan yang terus berkokok pagi itu.
Penetapan Kawasan Agropolitan
BagelenKabupaten Purworejo merupakan salah satu
wilayah agraris yang berada di Provinsi Jawa
Tengah. Perekonomian di Kabupaten Purworejo
didominasi oleh sektor pertanian dengan kon-
tribusi lebih dari 33% terhadap produk domes-
tik regional bruto.
Upaya pembangunan sektor pertanian da-
lam arti luas tidak hanya ditekankan pada
pembangunan sektoral saja tetapi juga men-
cakup pembangunan kewilayahan. Konsepdengan pendekatan Kawasan Agropolitan ini
sudah direncanakan oleh Pemerintah Kabu-
paten Purworejo dengan menetapkan rencana
induk dan rencana pengembangan jangka
menengah Kawasan Agropolitan.
Kendati mayoritas penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, dan tanahnya
cocok untuk pertanian, predikat Kawasan
Agropolitan pun tak langsung disandangnya.
Seperti Kawasan Agropolitan pada umumnya,
penetapan Kawasan Agropolitan Bagelen di-
dahului dengan proses identifikasi potensi
dan masalah untuk mengetahui kondisi dan
potensi lokasi (komoditas unggulan), antara
lain: potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya
Manusia, Kelembagaan, Iklim Usaha, kondisiPrasarana dan Sarana Dasar, dan sebagainya
yang terkait dengan sistem permukiman
nasional. Kemudian, Provinsi Jawa Tengah
dan Kabupaten Purworejo memproses pe-
nyusunan master plan pengembangan Kawa-
san Agropolitan serta proses sosialisasi
kepada stakeholder yang terkait dengan pe-
ngembangan program agropolitan baik di
kabupaten maupun di kecamatan. Penetapan
Kawasan Agropolitan Bagelen berdasarkan
Keputusan Bupati Purworejo No. 188.4/13/2007yang kemudian akan diperundangkan lebih
lanjut dalam peraturan daerah dalam RDTR
Kawasan Agropolitan.
Suasana pagi di STA
Bagelen, Purworejo
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
36/128
38
Maksimalkan Peran STA dan Internet
untuk Meraih Pasar
Kondisi prasarana dan sarana di Kawasan
Agropolitan Bagelen saat ini masih perlu di-
kembangkan untuk memperlancar segala
kegiatan pada setiap sub sistem dalam sistemagribisnis, terutama proses pemasaran hasil
produksi pertanian.
Pemasaran hasil pertanian merupakan sub
sistem agribisnis yang sangat vital untuk di-
kembangkan. STA merupakan sarana penunjang
bagi pengembangan sektor perekonomian di
Kawasan Agropolitan Bagelen.
Saat ini Kawasan Agropolitan Bagelen telah
memiliki sarana pemasaran berupa bangun-an STA Bagelen di Desa Krendetan yang telah
diresmikan penggunaannya oleh Bupati Purwo-
rejo, Drs. H. Mahsun Zain, M.Ag, pada Oktober
2011. Bangunannya berupa 2 shelter, 6 kios dan
1 gedung kantor di atas areal seluas 1.500 m2.
“Tak ada ketentuan khusus bagi petani atau
pedagang yang ingin berjualan di STA Bagelen.
Mereka cukup membayar biaya kebersihan,
Rp 1.000.-/hari. Saat ini setiap hari pasar ada
sekitar 75 orang petani dan pedagang yang
bertransaksi di STA,” jelas Suradi.
Ketua Pengelola STA Bagelen
yang juga Kepala Desa
Krendetan. Lebih lanjut
ia menjelaskan bahwa
sebelum dibangun STA, areal ini adalah pasar
kambing dan pasar tradisional penduduk
sekitar, “Jadi memang sudah ada embrionya. Hal
tersebut menghindari tidak berfungsinya STA
yang dibangun, alias mangkrak”.
“Keberadaan STA Bagelen membantu petani
untuk dapat mempromosikan hasil tani mereka
yang berpotensi di Kawasan Agropolitan.
Secara umum penjualan sudah ber jalan
walaupun terbentur dengan hari pasar yang
hanya dilakukan pada Rabu dan Sabtu. Ini
masalah kebiasaan. Walau demikian kami
sedang mengupayakan agar petani dapat
memaksimalkan keberadaan STA dan meng-
arahkan mereka agar dapat menggunakan
teknologi informasi berupa internet untuk pe-masarannya,” tambah Setiyadi, S.Sos., Camat
Bagelen.
Menjawab kebutuhan masyarakat tersebut, Pe-
merintah Kabupaten Purworejo kemudian men-
jalin kerjasama dengan Kementerian Komuni-
kasi dan Informatika dengan mendatangkan
mobil komuter, yaitu mobil yang dilengkapi 2
unit komputer dengan jaringan internet dan
Aktivitas pedagang-
pembeli di STA
Bagelen sepanjang
hari pasar
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
37/128
petugas yang siap membantu. Sesuai dengan
hari pasarnya, mobil ini dapat digunakan petani
untuk mengakses internet setiap Rabu dan
Sabtu. “Saat ini penggunaan mobil komuter
masih dalam tahap sosialisasi. Pengelola STA
yang akan membantu petani memanfaatkan jaringan internet ini,” jelas Unang Nur Hidayat,
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten
Purworejo.
Hal tersebut sejalan dengan visi Kawasan
Agropolitan Bagelen, yakni menjadikan
Kawasan Agropolitan Bagelen sebagai daerah
produsen pertanian dalam arti luas, berorientasi
agribisnis, berwawasan global-kosmopolitan
dengan peningkatan kemandirian serta daya
saing menuju kesejahteraan.
Daya Beli Meningkat Kuantitas Komoditi
Terbatas
Untuk memaksimalkan keberadaan STA Ba-
gelen, Pemerintah Kabupaten Purworejo
membentuk 4 wilayah agropolitan, yakni Ke-
camatan Bagelen, Kecamatan Kaligesing, Ke-
camatan Purwodadi dan Kecamatan Ngom-
bol, Kecamatan Ngombol merupakan lahan
persawahan dengan ekosistem pantai; Keca-
matan Purwodadi dan Kecamatan Bagelen
merupakan daerah dengan kombinasi usaha
tani persawahan, perladangan serta tambak;
dan Kecamatan Kaligesing merupakan daerah
dengan eksisting produksi ruminansia kecil
kambing ettawa (PE) ras Kaligesing, yang te-lah banyak membantu daerah lain dalam
pemenuhan kebutuhan bakalan (bibit) PE.
Keempat kecamatan tersebut dapat mem-
bentuk suatu sistem produksi farming dan
akan memiliki kinerja yang bersinergis karena
adanya aspek ekologis yang berbeda dan saling
melengkapi.
“Untuk beras organik, Dinas Pertanian men-
dampingi dan memberikan penyuluhan pada
petani dengan menanam padi pola SRI (SystemRice Intensification) di areal seluas 200 ha di Ke-
camatan Ngombol. Dengan pola tanam ter-
sebut, produksi padi kini bisa mencapai 8,7 ton
dari yang sebelumnya hanya 5 ton,” jelas Kepala
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Purworejo, Ir. Dri Sumarno. Namun sayang,
lan jut Dri, untuk komoditas unggulan seperti
kelapa, durian ataupun beras organik hasil pa-
nennya belum dapat memenuhi permintaan
pasar. Karena komoditasnya yang kurang, para
Mobil komuter.
membantu petani un
melek internet
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
38/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
40
pembeli pun rela menjemput bola langsung ke
rumah petani.
Pembangunan Infrastruktur pendukung
di kawasan hinterland (daerah
penyangga)Pembangunan Kawasan Agropolitan Bagelen
memang bukan tanpa perencanaan. “Kami
sudah mulai menyusun master plan dan RPJMD
Kawasan Agropolitan Bagelen pada tahun
2006. Kemudian tahun 2007, mulai dengan
penetapan kawasan, pembentukan pokja
tingkat kabupaten, pembangunan Jembatan
Sembir tahap I yang menghubungkan
wilayah agropolitan Kecamatan Purwodadi
dengan Kecamatan Ngombol dan Kecamatan
Bagelen dengan Kaligesing, terutama untukmempermudah aksesibilitas menuju STA,”
jelas Bambang Jati, Kasubid Produksi Bappeda
Kabupaten Purworejo.
Tahun 2008, lanjut Jati, dengan menggunakan
dana APBD Kabupaten, Jembatan Sembir Tahap
II dilanjutkan. Lalu tahun 2009 pembahasan
Raperda Kawasan Agropolitan Bagelen ditunda
karena menunggu Perda RTRW. Tahun 2010,
pembentukan pokja kecamatan di 4 wilayah
Kawasan Agropolitan Bagelen. Pada tahun
ini pula, Kawasan Agropolitan Bagelen mem-
peroleh dana bantuan berupa Specific Grant
program agropolitan dari Provinsi Jawa Tengah
melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang
dimanfaatkan untuk pembinaan kelembagaan
dan peningkatan jalan poros Desa Krendetan- Tlogokotes dan Semawung-Nadri.
“Di tahun 2011, Pemerintah Pusat melalui
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa
Tengah memberikan paket pembangunan in-
frastruktur perdesaan antara lain pembangunan
STA Bagelen, peningkatan jalan poros Desa
Guyangan-Bongkot, jalan poros Desa Wasiat,
jalan poros Desa Wonosari-Kedondong, jalan
poros Desa Tlogohulu-Somowono, dan jalan
poros Desa Kalirejo-Sokoagung,” jelas FaiqAnung Nindito, ST., MM., Satker Pengembangan
Permukiman Perdesaan Provinsi Jawa Tengah.
Aksesibilitas jalan poros desa yang semakin
baik serta keberadaan Sub Terminal Agribisnis
yang ramai memiliki andil besar dalam
menggairahkan ekonomi Kawasan Agropolitan.
Dimana potensi daerah tersebut dapat dengan
mudah dipasarkan. Sehingga para petani
mempunyai harapan baru dalam menata masa
depannya.
Kesibukan pedagang
masuk keluar STA Bagelen
sepanjang pagi
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
39/128
Saluran irigasi di Desa Wasiat,
Kecamatan Ngombol, Purworejo
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
40/128
42
Rambutnya hampir putihmenyeluruh. Giginya pun
tak lagi lengkap. Hanya
sedikit warna merah bata
sisa kunyahan sirih yang
tampak mencolok dilapisan
bibirnya. Namun tangan
keriput Mbah Minah (70
tahun) masih cekatan
mengaduk adonan gula
kelapa yang setiap hari
dibuatnya, aktivitas rutin
yang telah ia geluti sejak
usianya 10 tahun.
Melirik PotensiGula Kelapadi Bagelen
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
41/128
MENJADI pengrajin gula kelapa bukanlah pro-
fesi pilihan. Tempat tinggalnya berada di le-
reng bukit dengan pohon kelapa dan pohon
jati sebagai tanaman utamanya. Keterbatasan
infrastruktur membuat Mbah Minah dan pen-
duduk desa lainnya berusaha mencari cara un-
tuk mempertahankan hidup. Menjadi pengrajin
gula kelapa adalah salah satunya.
Mbah Minah, hanyalah salah satu warga Desa
Sokoagung, Kecamatan Bagelen, yang mem-buat gula kelapa sebagai olahan hasil pertanian
kelapa yang menjadi salah satu komoditas
unggulan Kawasan Agropolitan Bagelen, Kabu-
paten Purworejo. Alat yang digunakannya ter-
bilang sangat sederhana, ruas bambu sebagai
cetakan, wajan hitam dengan 2 tungku kayu
yang terus menyala dan kulit manggis sebagai
pewarna alaminya. Hampir tak ada peralatan
moderen yang ditemukan. Sesekali cahaya
matahari menerobos masuk ke dalam dapur
melalui celah atap rumahnya yang bolong di
sana-sini.
Hmmm ... aroma gurihnya adonan gula kelapa
Mbah Minah menyergap masuk ke setiap hi-
dung orang-orang di sekelilingnya. Tak lama
berselang, ia mengangkat singkong rebus dari
salah satu panci hitam dan menyuguhkannya
didalam piring, lengkap dengan gula kelapa
yang telah dibuatnya. Dengan bahasa
Jawanya yang kental, ia mempersilakan
kami mencicipi penganan tradisionalyang istimewa ini. “Gula kelapa
yang kami buat murni tanpa
bahan campuran apapun.
Untuk pewarnanya, kami meng-
gunakan kulit manggis, makanya
warna yang dihasilkan tidak
segelap gula kelapa yang pakai
pewarna buatan,” tutur Juminah
(34 tahun), putri pertama Mbok Minah
yang ikut membantu produksi gula kelapa.
Rumah yang terbuat dari kayu dan beralaskan
tanah itu memiliki jarak yang cukup jauh dari
pusat kegiatan jual beli. Dimasa mudanya, ia
habiskan waktu berjalan kaki dengan kondisi
jalan tanah yang licin untuk menjual gula kela-
pa produksinya ke pasar tradisional. “Tapi seka-
rang sudah enak, jalan ke pasar sudah bagus,”
tuturnya dalam bahasa jawa sambil tersenyum.
Kendati kini yang berangkat ke pasar adalah
anak-anaknya, Mbah Minah turut senang de-
ngan adanya pembangunan jalan ini. Setelahakses jalan ruas Desa Kalirejo terbuka, para
pembeli pun banyak yang datang langsung ke
rumahnya. Maklum, harga jual gula kelapa ini
memang akan lebih rendah bila kita langsung
membelinya di rumah penjual. Saat ini Mbah
Minah menjual gula kelapa dengan harga Rp
11.000.-/kg. “Penghasilan yang didapat ya ndak
tentu. kalau sedang banyak nira yang di dapat
ya kita bisa buat gula kelapanya lebih banyak,”
jelas Mbah Minah tersipu.
Jalan aspal yang mendongkrak harga
tanah
Sejak tahun 2011, jalan ruas desa yang meng-
hubungkan antara Desa Kalirejo dan Desa
Sokoagung memang sudah berlapis aspal.
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
42/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
44
Jalan sepanjang 2.100 m dengan lebar 3 m ini
membawa dampak positif bagi perekonomian
penduduk setempat yang mayoritas adalah
petani dan pembuat gula kelapa. Menurut
Elizabeth Reni Suzana, Kepala Desa Sokoagung.
proses pembangunan jalan ini memang sangat
diharapkan oleh penduduk desa. “Sehingga
dalam pelaksanaan pembangunannya, tidak
ada kendala terhadap pembebasan lahan.
Bahkan mereka dengan senang hati membantu.
Penduduk hanya ingin akses jalan ke daerah
mereka lebih baik dan dapat dilalui dengan
kendaraan bermotor,” jelas Reni.
Hal senada juga diungkapkan Hartoso, Ang-
gota DPRD Kabupaten Purworejo yang juga
penduduk Desa Sokoagung. “Sejak jalan ruas
desa terbangun, angkutan umum bisa masuk
ke desa kami. Karena akses jalan yang baik, oto-
matis harga jual tanah terus melambung. Untuk
luas tanah 80m2 saja. sekarang tak lagi dapat
dibeli dengan harga Rp 10 juta. Hingga kini
Jalan poros
Desa Sokoagung,
Bagelen,
Purworejo
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
43/128
masih banyak jalan poros desa di Kecamatan
Bagelen yang perlu dibangun dan ditingkatkan
kualitasnya. Karena kondisi jalan yang tidak
memadai, dari Desa Sokoagung menuju Desa
Semono harus melalui jalan memutar, padahalletak kedua desa ini berdampingan.”
Menurut Hartoso, sebagai daerah penyangga
Kawasan Agropolitan Bagelen, akses jalan ruas
desa harus segera dibenahi agar para petani
dapat dengan mudah menjual hasil produksi
taninya.
Kehadiran jalan aspal nan mulus memang ma-
sih menjadi barang mewah bagi sebagian pen-
duduk Kecamatan Bagelen dan sekitarnya.
Termasuk Heru (55 tahun), pengrajin gula se-
mut (brown sugar) yang hingga kini masih
melewati jalan tanah yang licin sepanjang 4 kmsebelum bisa menggulirkan roda motornya di
jalan beraspal. Warga Desa Semono ini sangat
menginginkan jalan pintas dari desanya menuju
Desa Sokoagung dan Desa Kalirejo segera di-
bangun. “Saya mengalami kesulitan untuk
membawa hasil gula semut ini ke STA. Padahal
permintaan pasar semakin banyak,” kata Heru
penuh harap. Padahal gula semut yang dijual
dengan harga Rp 14.000.- per kilogram sudah
mulai diekspor melalui sebuah perusahaan per-
dagangan hingga ke Jepang. Tiap minggu, iadan keluarganya bisa menghasilkan 4 kuintal
gula semut.
Jalan poros Desa
Semono–Sokoagung
yang belum tersentu
aspal
Heru dan Istri. pengr
gula semut
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
44/128
Ir. Dri SumarnoKepala Dinas Pertaniandan KehutananKab. Purworejo
Judi IndradjajaPPK P2S AgropolitanDitjen Cipta KaryaKem. PekerjaanUmum
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i s a n
46
Saya mulai berdagang dari kelas 6 SD.
Sekarang saya punya 100 pohon kelapa
lebih. Harga jual kelapanya Rp 1.000/butir.Saya jual di STA dan di rumah. Dulu susah
sekali mau jualnya, jalannya jelek. Sekarang
jalan disekitar tempat tinggal saya sudah lebih
baik apalagi sekarang ada STA, selain jual
kelapa, saya juga bisa jual beras.
Kawasan Agropolitan Bagelen
sangat potensial untuk dikembang-
kan sebagai kawasan agribisnis. Kami
dari Dinas Pertanian dan Kehutanan
melakukan penyuluhan kepada petani
agar kualitas tanam mereka semikin
baik, dan sesuai dengan mutu
yang kita harapkan.
Dengan adanya STA Bagelen ini,
sangat membantu petani kami untuk
mempromosikan hasil tani mereka yang
berpotensi di kawasan Agropolitan. Saat ini
kami juga sedang mengarahkan petani agar
dapat menggunakan teknologi informasi
(internet) untuk pemasarannya.
Pemerintah melalui Kementerian
Pekerjaan Umum berupaya
mengembangkan potensi lokal dengan
cara memfasilitasi Kawasan Agropolitan
dan Minapolitan berupa penyediaaninfrastruktur perdesaan dasar bidang
permukiman. Dukungan ini diharapkan,
dapat mendorong perkembangan dan
kelangsungan sektor pertanian.
Marsini
Petani/Pedagang/Pengepul Kelapa
Setiyadi. S.Sos
Camat BagelenPurworejo
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
45/128
DI BALIK CAKRAWALABIRU INDONESIA
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
46/128
A G R O P O L I T A N D A N M
I N A P O L I T A N
K o n s e p K a w a s a n M e n u j u
K e h a r m o n i a n
48
Hamparan laut nan biru
mewarnai lukisan alam
Indonesia yang terlihat
begitu serasi denganbirunya langit dan hijaunya
daratan negeri ini. Dengan
luas perairan tiga kali dari
luas keseluruhan, pantaslah
jika Indonesia dinobatkan
sebagai Negara Kepulauan/
Maritim Terbesar di dunia
dengan gugusan pulaubesar dan kecil yang
jumlahnya mencapai
17.508 pulau.
Di Balik
Cakrawala BiruIndonesia
Konsep kawasan :
Minapolitan
Kawasan MinapolitanTA 2005-2011 :
29 provinsi
48 kawasan
Jenis Pengembangan :
Budidaya ikan air tawar
Ikan hasil tangkap
Dukungan Infrastruktur :
Peningkatan jalan poros desa, jalan usaha tani,
pembangunan talud, packing house, cold
storage , peningkatan tambatan perahu
8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan
47/128
SEBUTAN ‘negara kepulauan’, sebenarnya, me-
rupakan arti dari nama “Indonesia” itu sendiri,
yang sudah digunakan jauh sebelum Indonesia
menjadi negara berdaulat, “Indonesia” berasal
dari kata indus (bahasa Latin) yang berarti“Hindia” dan nesos (bahasa Yunani) yang berarti
“pulau”. Dengan demikian, Indonesia berarti
“kepulauan yang berada di Hindia”.
Wilayah Indonesia yang terbentang di antara
Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik
memiliki luas keseluruhan sebesar 7,9 juta km2.
Dengan luas daratan hanya sebesar 22% saja
atau 1,8 juta km2. Sedangkan. luas perairannya
mencapai 77% dari luas keseluruhan atau 6,1
juta km2. Luas perairan tersebut terbagi atas lautteritorial seluas 3,2 juta