Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

  • Upload
    alfi

  • View
    261

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    1/128

    Konsep Kawasan Menuju Keharmonian

    &AGROPOLITANMINAPOLITAN

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    2/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    4

    Sambutan

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    3/128

    Direktur Jenderal Cipta KaryaKementerian Pekerjaan Umum

    Salam sejahtera,

    Guna mewujudkan komitmen Pemerintah untuk melaksanakan

    pemerataan pembangunan dan penyeimbangan pembangunan desa-kota,

    maka pada tahun 2002 Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian

    Pekerjaan Umum bersama Kementerian Pertanian mengembangkan

    Kawasan Perdesaan. Program ini dimaksudkan untuk mendorong

    pertumbuhan ekonomi dan percepatan pengembangan wilayah yang

    berbasis pada potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat, yang pada

    gilirannya, upaya tersebut akan berujung pada peningkatan kesejahteraan

    dan taraf hidup masyarakat.

    Dalam pengembangan kawasan perdesaan melalui pengadaan

    infrastruktur penunjang ekonomi yang memadai, Ditjen Cipta Karya telah

    melibatkan masyarakat setempat dalam mengembangkan dan mengelola

    potensi daerahnya. Dengan demikian, kawasan ini mampu menjadikan

    kegiatan utama masyarakatnya sebagai sektor penggerak perekonomian

    lokal dan regional.

    Seiring dengan berkembangnya ragam konsepsi penyelenggaraan

    pembangunan perdesaan maka, pada tahun 2011 program pengembangan

    kawasan perdesaan ini menjadi kawasan pusat pertumbuhan yang

    didalamnya mencakup Kawasan Agropolitan dan Minapolitan.

    Integrasi yang kuat antar kelembagaan dan masyarakat pada

    pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan telah membuahkan

    hasil dan membawa perubahan bagi kawasan zona inti (pusat

    pertumbuhan) maupun desa-desa hinterland. Program ini diharapkan

    dapat menjadi campur tangan positif pemerintah dalam memanfaatkan,

    mengelola, sekaligus melestarikan potensi dan kekayaan alam perdesaan

    Indonesia demi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.

    Jakarta, September 2012

    Budi Yuwono P.

    Program in

    diharapkan

    dapat menj

    campur

    tangan pos

    pemerintah

    dalam

    memanfaat

    mengelola,

    sekaligus

    melestarika

    potensi dan

    kekayaan a

    perdesaan

    Indonesia d

    terwujudny

    kesejahtera

    dan

    kemakmurabangsa.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    4/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    6

    Kata Pengantar

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    5/128

    DirekturPengembangan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya

    Salam sejahtera,

    Sejak efektif dilaksanakan pada tahun 2002, pengembangan Kawasan

    Agropolitan dan Minapolitan telah berhasil memfasilitasi tak kurang

    dari 382 kawasan, baik kawasan baru maupun lanjutan. Pengembangan

    dilaksanakan melalui penyediaan infrastruktur desa yang memadai dan

    mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan

    wilayah. Pengadaan infrastruktur juga ditujukan bagi peningkatan

    produktivitas, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian/perikanan.

    Pengembangan kawasan Agropolitan/Minapolitan dirasakan begitupenting, mengingat pengembangannya yang memanfaatkan dan

    mengusung konsep sesuai dengan keunikan, keunggulan, dan keandalan

    lokal. Dengan demikian, pemerataan pembangunan dapat ditingkatkan

    serta menjamin kelangsungan perkembangan kawasan sehingga memiliki

    keunggulan yang berdaya saing.

    Dengan sinergi harmonis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

    masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait, diharapkan mampu

    mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan

    yang utuh dan terintegrasi. Dengan demikian, hasil pembangunan dapat

    menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan membawa masyarakat kepadakesejahteraan serta kehidupan yang lebih baik.

    Jakarta, September 2012

    Amwazi Idrus

    Pengadaan

    infrastruktu

    ditujukan b

    peningkata

    produktivit

    pengolaha

    serta pema

    hasil pertanperikanan.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    6/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    8

    • Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya

    • Kata Pengantar Direktur Pengembangan Permukiman

    • Daftar Isi

    1 Pendahuluan

    2 Menata Infrastruktur Agropolitan bagi Masa Depan

      - Konsep Kawasan Agropolitan

      - Mekanisme Pengembangan Kawasan Agropolitan

      - Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan

      • Peningkatan Produktivitas Hasil Pertanian/Perikanan

      • Pengolahan Hasil Pertanian/Perikanan

      - Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Agropolitan

      - Sudut Pandang

      - Kata Mereka

    3 Di Balik Cakrawala Biru Indonesia

     

    - Konsep Kawasan Minapolitan

      - Mekanisme Pengembangan Kawasan Minapolitan

      - Dukungan Infrastruktur Kawasan Minapolitan

      • Peningkatan Produktivitas Hasil Perikanan

      • Pengolahan Hasil Perikanan

      - Kinerja Dukungan Infrastruktur Kawasan Minapolitan

      - Sudut Pandang

    - Kata Mereka

    4 Penutup

    DAFTAR ISI

    5

    7

    8

    9

    17

    47

    75

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    7/128

    PENDAHULUAN

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    8/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    10

    Terbentang sepanjang

    3.977 mil di antara

    Samudera Indonesia

    dan Samudera Pasifk

    dengan ribuan pulau

    yang tersebar dari

    Sabang sampai Merauke,

    menjadikan Indonesiasebuah negara dengan

    potensi dan kekayaan

    alam yang berlimpah.

    Konsep Kawasan :

    Agropolitan dan Minapolitan

    Tahun Anggaran 2002-2011

    Wilayah Cakupan:

    32 Provinsi

    324 Kawasan Agropolitan

    48 Kawasan Minapolitan

    Nangroe Aceh7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Kawasan

    Agropolitan dan Minapolitan

    TA 2002-2011

    Sumatera Utara14 Kawasan Agropolitan  1 Kawasan Minapolitan

    Riau10 Kawasan Agropolitan  2 Kawasan Minapolitan

    Kalimantan Barat13 Kawasan Agropolitan  1 Kawasan Minapolitan

    Kalimantan Tengah10 Kawasan Agropolitan

    Kalimantan Timur 7 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Kep. Riau4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Jambi7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Bangka Belitung7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Jawa Barat19 Kawasan Agropolitan  3 Kawasan Minapolitan

    Bali8 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Jawa Tengah14 Kawasan Agropolitan  2 Kawasan Minapolitan

    Sumatera Selatan12 Kawasan Agropolitan  2 Kawasan Minapolitan

    Jawa Timur 22 Kawasan Agropolitan  3 Kawasan Minapolitan

    Bengkulu8 Kawasan Agropolitan

    1 Kawasan Minapolitan

    Lampung10 Kawasan Agropolitan  1 Kawasan Minapolitan

    DI Yogyakarta10 Kawasan Agropolitan  1 Kawasan Minapolitan

    Banten10 Kawasan Agropolitan  2 Kawasan Minapolitan

    Kalimantan Selatan6 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Nusa Tenggara Barat10 Kawasan Agropolitan  1 Kawasan Minapolitan

    Sumatera Barat13 Kawasan Agropolitan  1 Kawasan Minapolitan

    BANDA ACEH

    MEDAN

    PEKANBARU

    BENGKULU

    PALEMBANG

    PONTIANAK

    PALANGKARAYA

    BANJARMASIN

    SAMARINDA

    BANDARLAMPUNG

    SERANG

    BANDUNG

    JAKARTA

    PADANG

    JAMBI

    PANGKALPINANG

    TANJUNGPINANG

    SEMARANG

    YOGYAKARTA

    SURABAYA

    DENPASAR

    MATARAM

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    9/128

    KEKAYAAN  ini pun menjadi hak setiap anak

    bangsa untuk dikelola dan dimanfaatkan sebaik

    mungkin demi mewujudkan kesejahteraan

    bangsa. Tentunya, dengan tidak melupakan

    kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan

    melestarikan kekayaan alam negeri ini.

    Pembangunan di seluruh sektor kehidupan

    merupakan salah satu upaya pemanfaatan

    potensi dan kekayaan alam Indonesia yang

    hasilnya, diharapkan, dapat dinikmati oleh

    setiap masyarakat Indonesia secara merata.

    Untuk itu, pembangunan semestinya dapat

    dilaksanakan secara merata di seluruh penjuru

    negeri ini sehingga pembangunan dapat

    menyentuh sampai ke daerah perdesaan, ter-

    pencil, pelosok, hingga kawasan perbatasan.

    Namun, dalam pelaksanaannya, pembangun-

    an lebih difokuskan pada wilayah perkotaan.

    Pembangunan berjalan demikian pesat di se-

     jumlah kota dan menjadikan kota tersebut se-

    bagai pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, dan

    budaya. Kota-kota tersebut seakan tak pernah

    henti untuk bersolek sehingga memancarkan

    pesonanya. Di sisi lain, wilayah perdesaan tetap

    tampil dalam kesederhanaannya, bahkan dalam

    keterbatasannya.

    Ketidakberhasilan dalam pemerataan pem-

    Sulawesi Utara15 Kawasan Agropolitan  4 Kawasan Minapolitan

    Maluku Utara7 Kawasan Agropolitan

    Papua Barat4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Gorontalo7 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    Maluku

    8 Kawasan Agropolitan

    Papua5 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Tenggara7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Selatan14 Kawasan Agropolitan3 Kawasan Minapolitan

    Nusa Tenggara Timur 7 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Tengah9 Kawasan Agropolitan2 Kawasan Minapolitan

    Sulawesi Barat4 Kawasan Agropolitan1 Kawasan Minapolitan

    MAKASSAR

    KUPANG

    MAMUJU

    PALU

    KENDARI

    GORONTALO

    MANADO

    TERNATE

     AMBON

    MANOKWARI

    JAYAPURA

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    10/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    12

    bangunan ini, tentu saja, menimbulkan ke-

    sen jangan antara wilayah perkotaan dan

    perdesaan. Hal inilah yang memicu terjadinya

    percepatan urbanisasi di Indonesia hingga

    sampai pada tingkat urbanisasi yang tidak

    terkendali. Berdasarkan Data Survei PendudukAntarsensus laju urbanisasi di Indonesia me-

    ningkat dari 37,5% di tahun 1995 menjadi 40,5%

    di tahun 1998. Akibat percepatan urbanisasi,

    sektor pertanian menjadi terdesak sehingga

    menurunkan produktivitas pertanian.

    Penurunan produktivitas ini tampak dari

    nilai produk-produk pertanian yang diimpor

    Indonesia demi memenuhi kebutuhan dalam

    negeri. Pada tahun 2000, Indonesia harus

    mengimpor kedelai sebanyak 1.277.685 tonsenilai 275 juta dolar AS, sayur-mayur senilai

    62 juta dolar AS, dan buah-buahan senilai

    65 juta dolar AS1). Sementara, lemahnya

    sistem pemasaran, terbatasnya pemahaman

    dan kemampuan petani, rendahnya kualitas

    lingkungan dan permukiman di perdesaan, kian

    menyulitkan produktivitas pertanian.

     Tidak jauh berbeda dengan kawasan pertanian,

    kawasan pesisir dengan mayoritas penduduk

    bergantung pada sektor perikanan belum dapat

    mengolah dan memanfaatkan potensi dan ke-

    kayaan laut Indonesia secara maksimal. Hal ini

    diakibatkan pembangunan yang masih terfokus

    di wilayah daratan sehingga potensi perairan

    Indonesia masih dikesampingkan.

    Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia

    terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun2035, diperkirakan populasi penduduk tumbuh

    hingga 2 kali dari jumlah saat ini. Seiring ber-

    Jalan poros desa

    Gumukrejo,

    Desa Tanjungsari,

    Banyudono,

    Kabupaten Boyolali

    1.2) Yudhohusodo. Siswono. Laporan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia. 2002.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    11/128

    tambahnya jumlah penduduk, tingkat pen-

    didikan dan kesejahteraan masyarakat juga

    meningkat sehingga terjadi peningkatan

    konsumsi per kapita untuk beragam jenis ba-

    han pangan. Maka, dalam waktu 35 tahun

    mendatang, kebutuhan akan kesediaan ba-han pangan Indonesia meningkat lebih dari

    2 kali jumlah kebutuhan saat ini2). Hal ini me-

    munculkan kerisauan akan terjadinya kondisi

    “rawan pangan” di masa yang akan datang.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan/

    Minapolitan

    Berangkat dari kondisi-kondisi tersebut, Peme-

    rintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum–

    dalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen)

    Cipta Karya ingin mewujudkan pemerataanpembangunan dengan mengembangkan

    kawasan perdesaan, termasuk perdesaan

    yang berada di daerah pesisir. Ditjen Cipta

    Karya melalui Direktorat Pengembangan

    Permukiman melaksanakan program-program

    pengembangan perdesaan potensial. Salah

    satunya adalah program yang bertujuan untuk

    mengembangkan potensi lokal sebagai roda

    pertumbuhan ekonomi di kawasan perdesaan,

    yaitu pengembangan Kawasan Agropolitan danMinapolitan.

    Kawasan Agropolitan/Minapolitan yang dikem-

    bangkan merupakan bagian dari potensi wila-

    yah kabupaten. Pengembangan kawasan mela-

    lui penguatan sentra-sentra produksi pertanian/

    perikanan yang berbasis potensi lokal. Dengan

    demikian, Kawasan Agropolitan/Minapolitan

    mampu memainkan peran sebagai kawasan

    pertumbuhan ekonomi yang berdaya kompe-

    tensi interregional maupun intraregional.

    Selain itu, pengembangan juga berorientasi

    pada kekuatan pasar yang dilaksanakan melalui

    pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan

    Skema Tata Ruang

    Kawasan Agro/Minapolitan

    Sumber : Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan. Kimpraswil 2000

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    12/128

    agribisnis/minabisnis hulu sampai dengan hilir.

    Pengembangan kawasan ini diharapkan dapat

    memberikan kemudahan sistem agribisnis/

    minabisnis yang utuh dan terintegrasi dengan

    penyediaan infrastruktur (sarana dan pra sara-

    na) seperti peningkatan jalan lingkungan porosdesa, peningkatan jalan usaha tani, Stasiun

     Terminal Agribisnis (STA), peningkatan pasar

    ikan dan pembangunan lainnya yang memadai

    dan mendukung pengembangan agribisnis/

    minabisnis.

    Program ini juga mengembangkan sistem

    kelembagaan dan sistem keterkaitan desa-

    kota (urban-rural linkage) untuk mendukung

    pengembangan Kawasan Agropolitan/Mina-

    politan. Sistem keterkaitan tersebut bertu- juan untuk mengembangkan interaksi yang

    saling menguntungkan antara pusat agro-

    politan/minapolitan dengan sentra-sentra

    produksi pertanian/perikanan. Pola interaksi

    ini, nantinya, akan memberikan nilai tambah

    produksi agropolitan/minapolitan sehingga

    dapat memacu pembangunan perdesaan; me-

    ningkatkan produktivitas dan kualitas perta-nian/perikanan; meningkatkan pendapatan dan

    kesejahteraan masyarakat di daerah hinterland;

    mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi

    daerah; yang pada akhirnya akan menekan laju

    urbanisasi.

    Peran penting dari pengembangan Kawasan

    Agropolitan/Minapolitan ini adalah kawasan

    dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan

    keunikan lokal. Sektor berbasis aktivitas

    masyarakat pun mampu meningkatkan pe-merataan. Sedangkan, kelangsungan pe-

    ngembangan kawasan dan sektor lebih me-

     2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8 27 18 37 58 47 81 56 11 38

    8 35 52 49 84 77 48 45 32

    1 41 64 118 228 286 312

    8 35 53 90 148 195 276 332 342 382

    Tahun

    Baru

    Lanjutan

    Selesai

    Total

    Pencapaian Kawasan Agropolitan dan Minapolitan 2002-2011

    400

    350

    300

    250

    200

    150

    100

    50

    0

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8 835

    52

    1

    41

    49

    84

    64

    77

    118

    56 45 32

    286 312

    27

    18

    37

    58

    47

    8148

    228

    11 38

    Baru Lanjutan Selesai

    8

    3553

    90

    148

    195

    276

    332 342382

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    14

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    13/128

    miliki kepastian karena sektor yang dipilih

    mempunyai keunggulan kompetitif dan kom-

    paratif dibandingkan sektor lainnya.

    Untuk dapat melangsungkan program pe-

    ngembangan Kawasan Agropolitan/Minapo-litan, dilakukan penyusunan atas strategi pe-

    ngembangan yang mencakup beberapa hal

    berikut:

    • Penyusunan masterplan  pengembanganKawasan Agropolitan/minapolitan oleh

    Pemerintah Daerah dan masyarakat yang

    akan menjadi acuan bagi setiap wilayah/

    provinsi. Masterplan disusun berdasarkan

     jangka waktu tertentu dan mencakup

    rencana-rencana sarana dan prasarana.

    • Penetapan lokasi Agropolitan/Minapolitanyang diusulkan oleh Kabupaten kepada

    Pemerintah Provinsi. Usulan harus dida-

    hului dengan identifikasi potensi dan

    masalah untuk mengetahui kondisi dan

    potensi lokasi, antara lain sumber daya

    alam, sumber daya manusia, kelembagaan,

    dan iklim usaha.

    • Sosialisasi program pengembangan Kawas-an Agropolitan/Minapolitan yang dilaksa-

    nakan seluruh stakeholder terkait di tingkat

    pusat maupun daerah sehingga lebih ter-padu dan terintegrasi.

    • Pendampingan pelaksanaan program oleh

    pemerintah, yang juga berperan sebagai

    fasilitator. Sedangkan, masyarakat ditem-

    patkan sebagai pelaksana utama da lam

    pelaksanaan pengembangan Kawasan Ag-

    ropolitan/Minapolitan.

    • Pembiayaan program yang, pada dasarnya,dilakukan oleh masyarakat–dalam hal ini

    petani/nelayan, penyedia agro/mina, pe-

    ngelola hasil, pemasar, dan penyedia jasa.

    Dana stimultans yang difasilitasi peme-

    rintah bertujuan untuk membiayai pra-

    sarana dan sarana yang bersifat publik dan

    strategis.

    • Usulan indikasi program/kegiatan di kawa-san agro/minapolitan harus dimasukkan

    dalam Rencana Program Investasi Jangka

    Menengah (RPIJM) Kabupaten.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan/Mina-

    politan oleh Direktorat Pengembangan Permu-

    kiman ini telah berlangsung sejak tahun 2002.

    Sampai dengan tahun 2011, telah terbangun

    382 Kawasan Agropolitan/Minapolitan di se-

     jumlah desa hinterland  di Indonesia. Selama 10

    tahun pelaksanaan pengembangan Kawasan

    Agropolitan/Minapolitan, seringkali mendapati

    berbagai kendala. Kendala yang dihadapi

    tersebut menjadi hal-hal yang patut dicermatidan menjadi tantangan tersendiri pada pe-

    ngembangan kawasan-kawasan berikutnya.

    Kawasan agropolitan

    Desa Wasiat, Ngombo

    Purworejo

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    14/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    16

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    15/128

    MENATA INFRASTRUKTUR

    AGROPOLITANBAGI MASA DEPAN

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    16/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    18

    Pembangunan di kawasan

    perkotaan yang demikian

    pesat telah menjadikan

    kawasan ini memiliki laju

    pertumbuhan ekonomi yang

    tinggi. Begitu pula, dengan

    setiap aspek kehidupan

    sosial di dalamnya yang

     juga berkembang dengan

    sangat baik.

    Menata InfrastrukturAgropolitanBagi Masa Depan

    Konsep Kawasan :Agropolitan

    Kawasan Agropolitan TA 2002-2011 :

    32 Provinsi,

    324 kawasan

    Potensi Unggulan :

    Beras organik, kelapa, sayur, mayur,

    buah-buahan, hewan ternak.

    Dukungan Infrastruktur :

    Peningkatan jalan poros desa, jalan usaha tani,

    irigasi, kios, STA, packing house 

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    17/128

    HAL INI  memunculkan kesenjangan antara

    kawasan perkotaan dan perdesaan yang pada

    akhirnya, mengakibatkan peningkatan laju ur-

    banisasi.

    Percepatan laju urbanisasi berakibat pula pada

    terdesaknya sektor pertanian yang berujung

    pada penurunan produktivitas pertanian. Hal

    tersebut ditandai dengan semakin tingginya

    konversi lahan pertanian menjadi kawasan

    perkotaan. Akibatnya, Indonesia harus menda-

    tangkan produk-produk pertanian dari luar

    negeri untuk memenuhi kebutuhan pangandalam negeri.

    Sementara itu, populasi penduduk yang sema-

    kin meningkat diperkirakan mencapai angka

    sekitar 400 juta jiwa di tahun 2035, berbanding

    lurus dengan kebutuhan pangan masyarakat

    Indonesia. Dalam kurun waktu 35 tahun men-

    datang, kebutuhan pangan masyarakat di-

    perkirakan akan meningkat lebih dari dua

    kali lipat kebutuhan pangan saat ini (Siswono

    Yudohusodo. 2002). Dengan demikian, penurunan

    produktivitas pertanian dikhawatirkan dapat

    menimbulkan kondisi rawan pangan di masa

    mendatang.

    Namun, penurunan produktivitas pertanian

    tidak hanya semata-mata disebabkan terdesak-

    nya sektor pertanian akibat konversi lahan danpercepatan urbanisasi. Melainkan, juga dipicu

    oleh produktivitas dan pemasaran pertanian

    yang masih rendah, budaya petani lokal yang

    cenderung subsisten, serta kelembagaan dan

    lingkungan permukiman yang tidak kondusif.

    Jalan poros desa di

    kawasan agropolitan

    Payakumbuh,

    Sumatera Barat

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    18/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    20

    Berkaca pada kondisi tersebut, diperlukan upa-

    ya-upaya pengembangan kawasan perdesaan

    yang mencakup segala aspek kehidupan de-

    ngan memanfaatkan seluruh potensi sumber

    daya yang dimiliki perdesaan. Sebagai sebuah

    negara yang memiliki berbagai produk ung-gulan di setiap daerahnya, pengembangan

    ekonomi Indonesia hendaknya berorientasi

    pada pembangunan agribisnis yang berbasis

    pertanian. Maka, pengembangan Kawasan

    Agropolitan pun menjadi alternatif solusi

    pembangunan kawasan perdesaan. Kawasan

    Agropolitan memungkinkan pembangunan

    dengan tetap berbasis pada sektor pertanian

    sebagai sumber pertumbuhan ekonomi desa

    yang dipadukan dengan pembangunan sektor

    industri melalui pengembangan prasarana dansarana layaknya perkotaan yang disesuaikan

    dengan lingkungan perdesaan.

     

    Dengan kata lain, pengembangan Kawasan

    Agropolitan merupakan penguatan sentra-

    sentra produk pertanian yang berbasiskan

    pada kekuatan internal sehingga perdesaan

    menjadi kawasan yang memiliki pertumbuhan

    ekonomi dan daya kompetensi, baik secara

    interregional maupun intraregional. Oleh ka-

    rena itu, keberhasilan pembangunan KawasanAgropolitan membutuhkan komitmen dan

    tanggung jawab dari segenap aparatur peme-

    rintah, swasta, maupun masyarakat. Dengan

    demikian, pembangunan kawasan ini dapat

    berlangsung secara terintegrasi, terarah, efektif,

    dan efisien sehingga tercipta keterpaduan

    dengan pembangunan sektor lainnya dan

    pembangunan yang berwawasan lingkungan.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan pun

    men jadi salah satu program pengembangan

    permukiman perdesaan yang dilaksanakan

    Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui

    Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat

    Pengembangan Permukiman. Dengan program

    yang terfokus pada penyediaan dan kemajuan

    infrastruktur perdesaan, yaitu berupa prasarana

    dan sarana yang memadai dan mendukung

    pengembangan sistem dan usaha agribisnis,diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

    pembangunan Kawasan Agropolitan, khusus-

    nya masyarakat perdesaan.

    Konsep Kawasan Agropolitan

    Secara harafiah. istilah Agropolitan berasal dari

    kata Agro yang berarti ‘pertanian’ dan Polis/Po-

    litan yang berarti ‘kota’. Dalam buku Pedoman

    Umum Pengembangan Kawasan Agroplitan

    & Pedoman Program Rintisan Pengembangan

    Kawasan Agropolitan yang diterbitkan oleh

    Kementerian Pertanian, Agropolitan didefinisi-

    kan sebagai kota pertanian yang tumbuh dan

    berkembang karena berjalannya sistem dan

    usaha agribisnis sehingga mampu melayani,

    mendorong, menarik, serta menghela kegiatan

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    19/128

    pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah

    sekitarnya. Buku tersebut juga mendefinisikan

    Kawasan Agropolitan sebagai sistem fungsionaldesa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki

    keruangan desa yang ditandai dengan kebe-

    radaan pusat agropolitan dan desa-desa di

    sekitarnya sehingga terbentuklah Kawasan

    Agropolitan.

    Definisi Kawasan Agropolitan pun telah termak-

    tub dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

    tentang Penataan Ruang yang menyebutkan

    Kawasan Agropolitan sebagai kawasan yang

    terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada

    wilayah perdesaan sebagai sistem produksi

    pertanian dan pengelolaan sumber daya alam

    tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keter-

    kaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan

    sistem permukiman dan agrobisnis.

    Adapun konsep Agropolitan merupakan kon-

    sep yang dikenalkan Friedman dan Douglas

    (1975). Konsep ini ditawarkan atas pengalamankegagalan pengembangan sektor industri yang

    terjadi dialami negara-negara berkembang di

    Asia. Kegagalan tersebut mengakibatkan ter-

     jadinya hyper ubanization, pembangunan ha-

    nya terjadi di beberapa kota saja, tingkat pe-

    ngangguran dan setengah penggangguran

    yang tinggi, kemiskinan akibat pendapatan

    yang tidak merata, terjadinya kekurangan bahan

    pangan, penurunan kesejahteraan masyarakat

    desa, serta ketergantungan kepada dunia luar.

    Friedman mengungkapkan konsep agropolitan

    sebagai distrik-distrik agropolitan yang meru-

    pakan kawasan pertanian perdesaan dengan

    kepadatan penduduk rata-rata 200 jiwa/km2.

    Kawasan Agropolita

    Ngombol, Purworej

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    20/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    22

    Distrik agropolitan terdiri atas kota-kota tani

    berpenduduk 10.000–25.000 jiwa. Luas wila-

    yahnya dibatasi dengan radius sejauh 5–10 kmsehingga menghasilkan jumlah penduduk total

    antara 50.000–150.000 jiwa yang mayoritas

    bekerja di sektor pertanian. Konsep Friedman

    tidak membedakan secara spesifik antara per-

    tanian modern ataupun konvensional dan me-

    nyebutkan setiap distrik sebagai satuan tunggal

    yang terintegrasi.

    Definisi Friedman di atas menggunakan be-

    saran penduduk dan luasan wilayah sebagai

    ukuran. Maka. dapat disimpulkan bahwa suatudistrik Agropolitan setara dengan 1 Wilayah

    Pengembangan Parsial (WPP) permukiman

    transmigrasi jika dilihat dari besaran pendu-

    duknya. Sedangkan. jika dilihat dari luasan

    wilayahnya yang berkisar pada 100–250 km2

    atau 10.000–25.000 ha. ukurannya dapat lebih

    kecil dari luasan 1 WPP. Apabila dilihat secara

    administratif, besaran penduduk dan luasan

    wilayah tersebut setara dengan luasan wilayah

    kecamatan yang berpenduduk sampai dengan

    25.000 jiwa dan sudah dapat berfungsi sebagai

    suatu simpul jasa distribusi.

    Sementara, berdasarkan strukturnya, Kawasan

    Agropolitan dibedakan atas Orde Pertama

    (Kota Tani Utama), Orde Kedua (Pusat Distrik

    Agropolitan atau Pusat Pertumbuhan), dan

    Orde Ketiga (Pusat Satuan Kawasan Pertanian).

    Setiap orde berfungsi sebagai simpul jasa ko-leksi dan distribusi dengan skala yang be-

    ragam dan berjenjang (hirarki) serta pusat pe-

    layanan permukiman. Antarsimpul tersebut

    disambungkan oleh jaringan transportasi yang

    sesuai. Orde Pertama dan Kedua dipisahkan

    oleh jarak sekitar 35–60 km. sesuai dengan

    kondisi gegografis wilayah. Sedangkan, Orde

    Kedua dan Ketiga terletak dalam satu distrik

    agropolitan yang berjarak sekitar 15–35 km satu

    sama lainnya.

    Menurut definisi yang ada, Agropolitan atau Ko-

    ta Pertanian dapat merupakan Kota Menengah,

    Kota Kecil, Kota Kecamatan, Kota Perdesaan,

    atau Kota Nagari yang berfungsi sebagai pu-

    sat pertumbuhan ekonomi. Sebagai pusat

    pertumbuhan, Kota Pertanian ini pun mampu

    mendorong pertumbuhan pembangunan per-

    desaan dan desa-desa di wilayah sekitarnya

    (hinterland)  melalui pengembangan berbagai

    sektor, mulai dari pertanian, industri kecil, jasa

    pelayanan, hingga pariwisata.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan bertuju-

    an untuk meningkatkan pendapatan dan ke-

    se jahteraan masyarakat melalui percepatan

    pengembangan wilayah dan peningkatan

    Kawasan Agropolitan

    Serang, Banten

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    21/128

    keterikatan desa dan kota. Hal ini dapat ter-

    wujud melalui pengembangan sistem dan

    usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis

    kerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi

    di Kawasan Agropolitan. Sementara itu, pe-

    ngembangan kawasan ini juga ditujukan un-tuk mengembangkan kawasan pertanian yang

    berpotensi menjadi Kawasan Agropolitan me-

    lalui strategi pengembangan sebagai berikut :

    • Meningkatkan diversifikasi ekonomi perde-saan melalui peningkatan nilai tambah dan

    daya saing produk pertanian, baik berupa

    hasil produksi maupun olahan.

    • Meningkatkan akses petani terhadap sum-berdaya produktif dan permodalan de-

    ngan memfasilitasi ketersediaan layanan

    yang dibutuhkan petani dan masyarakat.Layanan dapat berupa penyediaan sa-

    rana produksi, sarana pascapanen, dan

    permodalan yang tersedia di kawasan

    dalam jumlah, jenis, waktu, kualitas, dan

    lokasi yang tepat.

    • Meningkatkan prasarana dan sarana yang

    dibutuhkan dalam upaya memajukan

    industri pertanian sesuai kebutuhan ma-

    syarakat. Prasarana dan sarana publik

    yang disediakan pemerintah dilaksanakan

    dengan pendekatan kawasan, yaitu me-

    merhatikan hasil identifikasi sumberdayaalam, sumberdaya manusia, sumberdaya

    buatan, serta tingkat perkembangan

    Kawasan Agropolitan.

    • Mewujudkan permukiman perdesaan yangnyaman dan tertata, serta menjaga ke-

    lestarian lingkungan melalui pengaturan

    dan pelaksanaan masterplan  Kawasan

    Agropolitan secara konsisten dan terkoor-

    dinasi.

    Visi dan misi yang telah ditetapkan, kemudianditerjemahkan ke dalam Kebijakan dan Strategi

    Pembangunan Infrastruktur Agropolitan beru-

    pa dukungan terhadap pengembangan sis-

    tem dan usaha Agribisnis. Dengan demikian,

    kebijakan dan strategi yang ditetapkan mampu

    mendorong ketiga hal, yaitu :

    Sarana irigasi di

    Kawasan MinapolitanMina Asri, Desa

    Tanjungsari,

    Kabupaten Boyolali

    yang sudah terbangu

    memudahkan petani

    untuk mendapat air

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    22/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    24

    a. Peningkatan produktivitas hasil pertanian

    sehingga dihasilkan produk-produk perta-

    nian yang berdaya saing tinggi dan diminati

    pasar.

    b. Pengolahan hasil pertanian untuk mem-

    peroleh nilai tambah atas produk hasil per-

    tanian sebagai produk primer dengan men-

     jadikannya berbagai produk olahan, baikintermediate product maupun final product .

    c. Pemasaran hasil pertanian untuk menun-

     jang sistem pemasaran hasil pertanian

    dengan memperpendek mata rantai tata

    niaga perdagangan hasil pertanian. Mulai

    dari sentra produksi sampai ke sentra pe-

    masaran akhir (outlet).

    Pengembangan Kawasan Agropolitan yang

    sepenuhnya memanfaatkan potensi lokal me-

    rupakan konsep Agropolitan yang sangat men-

    dukung perlindungan dan pengembangan

    budaya sosial lokal. Sesuai dengan Rencana

     Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),

    pengembangan Kawasan Agropolitan haruslah

    mendukung pengembangan kawasan andalan.

    Oleh karena itu, pengembangannya tidak bisa

    terlepas dari pengembangan sistem pusat-

    pusat kegiatan di tingkat nasional, provinsi, dan

    kabupaten.

    Sementara itu, kondisi negeri ini sangat me-

    mungkinkan untuk dikembangkannya Kawasan

    Agropolitan. Kondisi yang dimaksud adalahadanya ketersediaan lahan pertanian dan te-

    naga kerja yang murah di Indonesia. Sebagian

    besar petani juga telah memiliki kemampuan

    (skills) dan pengetahuan (knowledge) yang didu-

    kung oleh keberadaan jaringan sektor hulu dan

    hilir serta kesiapan institusi.

    Namun demikian, pengembangan Kawasan

    Agropolitan bukan tanpa kendala. Beragam

    permasalahan yang dihadapi, antara lain pe-

    ngembangan produk pertanian yang belum

    mendapat dukungan makro ekonomi sepe-

    nuhnya, keterbatasan jaringan infrastruktur

    fisik dan ekonomi, serta potensi dan peluang

    investasi di seluruh sektor yang masih belum

    tergali sehingga investor lebih berminat me-

    Petani di kawasan

    agropolitan Ngombol

    Purworejo mengangkuthasil taninya melalui

     jalan poros desa yang

    telah beraspal

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    23/128

    nanamkan modalnya di kawasan yang telah

    maju. Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter

     juga belum berpihak pada sektor pertanian

    yang ditandai dengan masuknya produk-

    produk pertanian impor secara bebas serta

    tingginya suku bunga kredit pertanian.

    Mekanisme Pengembangan Kawasan

    Agropolitan

    Secara internal, Kawasan Agropolitan terdiri

    dari kota-kota pertanian dan desa-desa sentra

    produksi pertanian. Kawasan ini tidak dibatasi

    oleh batasan administratif pemerintahan (desa/

    kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota).

    Melainkan, disesuaikan dengan memerhatikan

    skala ekonomi kawasannya sehingga dirasakan

    lebih fleksibel. Dengan demikian, bentuk danluasan Kawasan Agropolitan dapat meliputi

    satu desa/kelurahan, kecamatan, atau beberapa

    kecamatan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota.

    Kawasan ini dapat pula meliputi wilayah yang

    menembus wilayah Kabupaten/Kota lain yang

    berbatasan.

    Dari sisi eksternal, Kawasan Agropolitan ha-

    rus memiliki aksesibilitas dengan kota-kota

    ber jenjang lebih tinggi di sekitarnya untuk

    menciptakan sebuah sistem pemasaran yang

    terpadu. Pada dasarnya, perdesaan yang men-

     jadi sasaran lokasi pengembangan Kawasan

    Agropolitan adalah yang memiliki komoditi

    unggulan pertanian, seperti tanaman pangan,

    hortikultura, perkebunan, peternakan, dan per-

    ikanan.

    Dalam pengembangan Kawasan Agropolitan,

    terurai mekanisme pengajuan usulan pengem-

    bangan Kawasan Agropolitan. Cakupan meka-

    nisme berupa prosedur pengajuan lokasi dan

    proses pemilihan/penilaian Kawasan Agropo-

    litan. Berkenaan dengan prosedur pengajuan

    lokasi, mekanismenya meliputi kegiatan-kegi-

    atan berikut ini.

    a. Usulan dari Kabupaten oleh PemerintahProvinsi. Pemerintah Kabupaten mengaju-

    kan usulan mengenai Kawasan Agropolitan.

    Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten telah

    melakukan identifikasi potensi dan masalah

    terlebih dahulu. Identifikasi dimaksudkan

    untuk mengetahui kondisi dan potensi

    lokal, yaitu komoditas unggulan. Lokasi

    Kawasan Agropolitan yang berada di dalam

    kawasan kabupaten/kota ditetapkan oleh

    Bupati/Walikota.

    b. Pemerintah Pusat menilai kesiapan lokasi

    Mekanisme Penyelenggaraan Agropolitan

    ProgramAgropolitan

    Sosialisasi PengembanganKawasan

    Perencanaan(Master Plan/

    RPIJM/DED)

    Monitoringdan Evaluasi

    AgropolitanMandiri

    Pusat/Provinsi/

    Kab/Kota

    P u s a t  /  P r  o v  i  n s i   /  K  a b  /  K  o t a 

    K    e   l    e   m   b   a    g   a   a   n      P

      e  g   e  m   b .   S   D   M

    I    n   f     r   a   s   t    r   u   

    k   t    u   r       P

       e   r   m

       o   d   a    l   a

       n

    PemdaKab/Kota

    (Pokja Agropolitan)

    M  

    a s  y  a r  a k  a t   T  a n i  

     y  a n  g   d  i  f   a s i  l  i  t  a s i  

    P  e m d  a  S  e t  e m  p a t  

    • Identikasi

    • Usulan Lokasi  dari Bupati /

    Gubernur 

    • SK lokasioleh Menteri

    Pertanian

    Keterangan :SK Menteri Pertanian155/TU.210/A/VI/2003

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    24/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    26

    untuk dapat dikembangkan sebagai Ka-

    wasan Agropolitan. Penilaian dilakukan

    berdasarkan kelengkapan persyaratan ad-

    ministrasi dan potensi lokasi kawasan yang

    diusulkan. Persyaratan administrasi berupa

    dokumen perencanaan yang terdiri dariSK lokasi, SK pokja, Masterplan, RPIJM, dan

    DED.

    c. Pengembangan Kawasan Agropolitan yang

    diusulkan dapat dipenuhi jika telah me-

    menuhi kondisi berikut.

    • Apabila kelengkapan administrasi danpotensi kawasan yang diusulkan telah

    memenuhi persyaratan dalam butir

    huruf b.

    • Apabila kelengkapan administrasi belum

    terpenuhi semua, tetapi kawasan yangdiusulkan memiliki potensi yang baik,

    dilihat dari profil kawasan tersebut, maka

    kawasan ini akan diberi kesempatan

    untuk melengkapinya. Apabila dalam

    kurun waktu 1 tahun belum terlengkapi,

    dana bantuan pembangunan pada

    tahun berikutnya akan dihentikan untuk

    sementara.

    Kawasan Agropolitan yang dikembangkan me-

    rupakan bagian dari sistem kewilayahan ka-

    bupaten. Oleh karena itu, potensi kabupaten

    harus dikaji terlebih dahulu berdasarkan per-

    timbangan aspek strategis dari unsur/kom-

    ponen makro pembentuk Kawasan Agropolitan,yakni memiliki komoditas/potensi unggulan

    yang dapat diandalkan untuk mengembangkan

    kawasan secara keseluruhan. Potensi/komoditas

    unggulan dapat berupa ketersediaan sumber

    alam potensial, prasarana dan sarana, atau ku-

    antitas dan kualitas sumber daya manusia yang

    memadai. Proses penilaian/pemilihan Kawasan

    Agropolitan yang diusulkan diuraikan secara le-

    bih detil berikut ini:

    • Program-program pengembangan kawas-

    an dari departemen/badan yang memilikiketerkaitan lingkup kegiatan (tupoksi) de-

    ngan pengembangan kawasan berbasis

    agribisnis.

    • Komoditas unggulan sebagai pemicu un-tuk tumbuh kembangnya kehidupan dan

    penghidupan dari sektor-sektor komoditi

    ikutan lainnya. Komoditas tersebut melipu-

    Kawasan agropolitan

    Bali

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    25/128

    ti komoditas subsektor tanaman pangan,

    subsektor perkebunan, subsektor perikan-an, dan subsektor peternakan.

    • Potensi kabupaten yang akan dikembang-kan menjadi Kawasan Agropolitan. Potensi

    kabupaten merupakan faktor pendukung

    berkembangnya Kawasan Agropolitan.

    • Kawasan Agropolitan tidak ditentukanoleh batasan administrasi pemerintahan.

    Namun, prosedur penetapannya dimulai

    dari penetapan kabupaten terpilih dan

    basis analisa data berdasarkan batas ad-

    ministrasi. Oleh karena itu, proses peni-laian Kawasan Agropolitan diawali de-

    ngan proses penilaian Kabupaten yang

    berpotensi untuk mendapatkan kawasan

    terpilih.

    • Ketersediaan infrastruktur sebagai unsurpenting dalam pembangunan Kawasan

    Agropolitan.

    • Persyaratan pengembangan Kawasan Ag-ropolitan sebagai kriteria untuk meng-

    identifikasi Kawasan Agropolitan.

    Disamping itu, pemilihan Kawasan Agropolitan

    pun harus dapat meliputi sejumlah kriteria, se-

    bagai berikut:

    • Kawasan Agropolitan merupakan satu ke-satuan kawasan perdesaan yang terdiri dari

    desa pusat dan desa-desa hinterland nya

    yang diindikasikan oleh adanya hubunganfungsional antara kegiatan di desa pusat

    (zona inti) dan di desa hinterland nya;

    • Mempunyai potensi khusus atau komo-ditas unggulan yang dapat diandalkan

    untuk mengembangkan kawasan secara

    keseluruhan.

    • Kawasan Agropolitan yang diusulkan sudahmenetapkan struktur hirarki kawasan.

    • Memiliki sistem kelembagaan dan sistempengelolaan yang mendukung berkem-

    bangnya Kawasan Agropolitan seperti ada-nya organisasi petani, organisasi produsen

    agribisnis, dan lain-lain.

    • Komitmen yang kuat dari pemerintah da-erah dengan diterbitkannya SK penetap an

    kawasan dari Bupati atau dana bantuan

    dari pemerintah daerah setempat.

    Pada kawasan yang telah berhasil dikembang-

    kan sebagai Kawasan Agropolitan, kawasan ter-

    sebut memiliki ciri-ciri yang dapat diidentifikasi

    dengan jelas. Adapun ciri khas dari KawasanAgropolitan yang telah berkembang, dijabarkan

    sebagai berikut:

    a. Kegiatan agribisnis (pertanian) merupakan

    kegiatan perekonomian utamanya, kegiat-

    an ini mencakup industri pengolahan ha-

    Jalan poros desa di

    kawasan agropolitan

    Kobalima. Belu - NTT

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    26/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    28

    sil pertanian, perdagangan dan kegiatan

    ekspor hasil pertanian, perdagangan ag-

    ribisnis hulu berupa sarana pertanian dan

    permodalan, agrowisata, serta jasa pela-

    yanan.

    b. Dengan agribisnis sebagai kegiatan uta-manya, maka pendapatan sebagian besar

    masyarakatnya pun diperoleh dari kegiatan

    agribisnis.

    c. Tercipta hubungan timbal balik (inter-

    dependensi) yang harmonis dan saling

    membutuhkan antara kota dan desa-desa

    di Kawasan Agropolitan. Dalam Kawasan

    Agropolitan dikembangkan usaha budi-

    daya (on farm)  dan industri olahan skala

    rumah tangga (off farm). Sementara, kota

    menyediakan beragam fasilitas yang men-

    dukung perkembangan usaha budidaya

    dan agribisnis.

    d. Ketersediaan infrastruktur berupa prasara-

    na dan sarana yang memadai di Kawasan

    Agropolitan telah menciptakan kehidupanmasyarakat layaknya di kawasan perkotaan.

    Dalam hal pembiayaan, pada prinsipnya, pem-

    biayaan Kawasan Agropolitan dilakukan se-

    cara swadaya masyarakat, baik masyarakat

    tani, pelaku penyedia agroinput, pengolah

    hasil, pelaku pemasaran, penyedia jasa yang

    mendapat dukungan dan fasilitasi APBN dan

    APBD dari Pemerintah. Pembiayaan Pemerintah

    lebih diarahkan untuk membiayai prasarana dan

    Prasarana jalan di

    kawasan Agropolitan

    Pacet. Cianjur

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    27/128

    sarana publik dan berbagai kegiatan strategis,

    seperti penelitian, pelatihan, pendidikan pe-

    nguatan kelembagaan petani, serta promosi.

    Dukungan Infrastruktur Kawasan

    AgropolitanKeberhasilan pengembangan Kawasan Agro-

    politan tak terlepas dari dukungan sistem infra-

    struktur dasar yang membentuk struktur ruang.

    Untuk itu, melalui Satuan Kerja Penyediaan

    Prasarana dan Sarana Agropolitan, Ditjen Cipta

    Karya membangun infrastruktur dasar bagi per-

    desaan yang menjadi sasaran lokasi Kawasan

    Agropolitan. Infrastruktur yang disediakan meli-

    puti prasarana dan sarana yang mendukung

    berbagai kegiatan agribisnis berikut.

    a. Sub-sistem agribisnis hulu

      Prasarana dan sarana yang disediakan da-

    pat berupa kios-kios Sarana Produksi Perta-

    nian (Saprotan), gudang, pelataran parkir,

    dan tempat bongkar muat barang.

    b. Sub-sistem usaha tani (on-farm agribisnis)

      Prasarana dan sarana yang disediakan be-

    rupa:

    • Penyediaan air baku untuk meningkat-kan produksi dengan saluran irigasi ter-

    buka, irigasi tetes, embung-embung,sumur bor, dan sprinkler.

    • Penyediaan air bersih untuk pencucianhasil dengan sistem perpipaan atau su-

    mur dalam.

    c. Sub-sistem pengolahan hasil

      Prasarana dan sarana dapat berupa tempat

    penjemuran hasil pertanian; gudang pe-

    nyimpanan yang dilengkapi sarana peng-

    awetan/pendinginan (cold storage)  dan

     packing house  untuk tempat sortasi dan

    pengepakan; sarana industri kecil, termasukfood services; serta Rumah Potong Hewan

    (RPH).

    d. Sub-sistem pemasaran hasil

      Prasarana dan sarana dapat berupa pasar

    tradisional yang terdiri dari kios-kios, los-

    Pembangunan jalan se

    di salah satu Kawasan

    Agropolitan Bali.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    28/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    30

    los, pelataran parkir, dan tempat bongkar

    muat barang, prasarana dan sarana Sub-

     Terminal Agribisnis (STA), pasar hewan,

     jalan antar desa-kota, serta jembatan.

    e. Sub-sistem jasa penunjang

      Prasarana dan sarana yang disediakandapat berupa:

    • Sarana Utilitas Umum, seperti jaringan airbersih, sanitasi, persampahan, drainase,

    listrik, telepon, dan internet.

    • Sarana Pelayanan Umum, seperti pusatperbelanjaan, kesehatan, pendidikan,

    perkantoran, peribadatan, rekreasi dan

    olahraga, serta ruang terbuka hijau.

    • Sarana Kelembagaan, seperti Badan Pe-ngelola Agropolitan, Kantor Perbankan,

    Koperasi, Unit-unit Usaha Agropolitan.

    • Pembangunan Kasiba dan Lisiba ber-ikut fasilitas umum dan sosial yang

    dibutuhkan.

    • Penyusunan kebijakan pengembanganKawasan Agropolitan.

    • Penyusunan rencana tata ruang KawasanAgropolitan.

    Keberhasilan pengembangan Kawasan Agro-

    politan juga dapat tercapai dengan mene-

    rapkan konsep agropolitan secara tepat di

    lapangan. Pelaksanaannya harus berjalan se-

    cara terpadu dan di bawah pemantauan (mo-

    nitoring)  kelompok kerja (Pokja) yang dite-

    tapkan dan bertanggung jawab kepada Bupati/

    Walikota. Apabila wilayah Kawasan Agropolitan

    merupakan lintas kabupaten, maka pemantauan

    oleh Pokja Provinsi yang bertanggung jawab

    kepada Gubernur.

    Disamping itu, pengembangan kota pertanian

    ini harus melibatkan petani-petani perdesaan

    untuk bersama-sama membangun sebuah

    sistem pertanian yang terintegrasi. Kemudian,

    melibatkan setiap instansi sektoral di perdesaan

    untuk mengembangkan pola agribisnis dan

    Aktivitas di STA Sewukan.

    Magelang sudah dimulai

    sejak jam 02.00 dini hari

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    29/128

    agroindustri yang dilaksanakan secara simultan.

    Peran serta dan dukungan dari stakeholder

    terkait seperti Pemerintah Pusat, Pemprov,

    Pemkab, RPJM Nasional dan Daerah, swasta,

    dan masyarakat–juga sangat dibutuhkan de-

    mi kelancaran perkembangan Kawasan Agro-politan.

      Kunci keberhasilan lainnya adalah dengan

    menetapkan setiap distrik agropolitan sebagai

    suatu unit tunggal otonom mandiri sehingga

    dapat terjaga dari besarnya intervensi sektor-

    sektor pusat yang tidak terkait. Dilihat dari

    segi ekonomi, unit tunggal yang mandiri

    akan mampu mengatur perencanaan dan pe-

    laksanaan pertaniannya sendiri, tetapi tetap

    terintegrasi secara sinergis dengan keseluruhan

    sistem pengembangan wilayah.

    Dengan kata lain. keberhasilan pengem-

    bangan Kawasan Agropolitan membutuhkan

    sebuah kesiapan, komitmen, konsistensi,

    serta perubahan mendasar dalam sistem pe-

    laksanaan pembangunan daerah. Disamping

    itu, Pemerintah Daerah pun harus memiliki

    kesanggupan untuk meneruskan pengem-

    bangan Kawasan Agropolitan secara berke-

    lan jutan demi tercapai kawasan yang mandiri

    melalui kemampuan sumber daya yang dimiliki.

    Dari uraian tersebut, maka pelaksanaan prog-

    ram pengembangan Kawasan Agropolitan ha-

    rus memerhatikan beberapa hal berikut ini:

    • Pembangunan, pemeliharaan, serta pe-ngembangan prasarana dan sarana berda-

    sarkan program yang disepakati bersama

    dalam rangka menyediakan fasilitas yang

    memadai dan mendukung sistem dan usa-

    ha agribisnis, serta mewujudkan tujuan dan

    sasaran pengembangan Kawasan Agro-

    politan.

    • Mendorong kemitraan dengan seluruhstakeholder , terutama kemitraan antara

    swasta/BUMN dengan petani/kelembagaan

    petani.

    • Pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengen-dalian, dan pengawasan secara berkala

    dan teratur agar seluruh kegiatan dapat

    berlangsung secara efisien dan efektif.

    Salah satu upaya evaluasi dalam pelaksanaanprogram pengembangan Kawasan Agropolitan

    adalah dengan menyusun Indikator Keberha-

    silan. Indikator Keberhasilan yang disesuaikan

    dengan situasi, kondisi, dan kemampuan da-

    erah masing-masing ini mencakup dampak dan

    output , dijelaskan dalam jenis dan angka-angka

    persentase.

    Dampak pengembangan Kawasan Agropolitan

    diharapkan mampu meningkatkan pendapat-

    an masyarakat, khususnya petani, dan pro-

    duktivitas lahan di Kawasan Agropolitan mi-

    nimal 5%. Selain itu, investasi masyarakat

    (petani, swasta, BUMN) di Kawasan Agropolitan

    meningkat minimal 10%. Sementara, dari sisi

    output,  Indikator Keberhasilan dapat terlihat

    dari beberapa hal berikut

    a. Sebanyak 80% kelembagaan petani mam-

    pu menyusun usaha yang berorientasi

    pasar dan lingkungan.

    b. Jaringan bisnis dari petani/kelompok peta-

    ni terbentuk dan berlangsung aktif.

    c. Tiap desa dan kecamatan di Kawasan

    Agropolitan menyusun program tahunan

    secara partisipatif dan disetujui bersama

    untuk dilaksanakan.

    d. Rencana Kegiatan Jangka Panjang dan

    Detail Engineering Design untuk pelaksa-

    naan fisik prasarana dan sarana di Kawasan

    Agropolitan disetujui bersama untuk dilak-

    sanakan dan 70% dapat dilaksanakan di

    Kawasan Agropolitan.

    e. Sebanyak 80% kontak tani/petani maju ter-

    pilih yang dilatih mampu menjadi tempat

    belajar bagi petani di lingkungannya.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    30/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    32

    Kinerja Dukungan Infrastruktur

    Kawasan Agropolitan 

    Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun

    2002. program pengembangan Kawasan

    Agropolitan yang dilaksanakan oleh Direktorat

    Pengembangan Permukiman ini mengalami

    peningkatan setiap tahunnya, baik dari segi

    kuantitas maupun kualitas. Di awal pelaksana-

    annya, Direktorat Pengembangan Permukiman

    telah berhasil mengembangkan 8 KawasanAgropolitan baru. Sampai dengan tahun 2011,

    sebanyak 292 kawasan telah selesai difasilitasi

    sebagai Kawasan Agropolitan. Kawasan yang

    difasilitasi secara berlanjut di tahun 2011 ter-

    catat sebanyak 12 kawasan. Sedangkan, jum-

    lah Kawasan Agropolitan baru yang difasi-

    litasi di tahun 2011 mencapai 20 kawasan.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan oleh

    Direktorat Pengembangan Permukiman dapat

    dilihat pada tabel berikut:

    Beras organik hasil

    olahan petani Ngombol,

    Purworejo

    350

    300

    250

    200

    150

    100

    50

    0

    2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8

    8

    835

    52

    1

    41

    48

    82

    64

    75

    118

    35

    306

    24 12

    282 292

    27

    3518

    53 36

    8957

    146 47

    193

    78

    271

    46

    225

    6

    312

    20

    324

    Baru Lanjutan Selesai

     2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

    8 27 18 36 57 47 78 35 6 20

    8 35 52 48 82 75 46 24 12

    1 41 64 118 225 282 292

      8 35 53 89 146 193 271 306 312 324

    Tahun

    Baru

    Lanjutan

    Selesai

    Total

    Pencapaian Kawasan Agropolitan 2002-20011

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    31/128

    Dari tabel ini terlihat peningkatan jumlah

    Kawasan Agropolitan yang dikembangkan. Pa-

    da awal pelaksanaan di tahun 2002, sebanyak

    8 kabupaten telah difasilitasi senilai Rp 5,26

    miliar. Jumlah kawasan meningkat menjadi 39

    kabupaten di tahun 2003 dengan anggaran se-besar Rp 80 miliar. Kemudian, sebanyak 57 ka-

    bupaten di tahun 2004 dengan anggaran Rp

    80 miliar, 75 kabupaten di tahun 2005 dengan

    anggaran Rp 120 miliar, dan 91 kabupaten di

    tahun 2006 dengan anggaran sebesar Rp 129

    miliar.

    Program pengembangan Kawasan Agropolitan

    yang telah berlangsung selama satu dekade

    ini menghadirkan berbagai pengalaman yang

    dapat dicermati dan menjadi tantangan da-lam pengembangan Kawasan Agropolitan ber-

    ikutnya. Misalnya saja, berkembangnya sistem

    calo/ijon yang menguasai produk pertanian

    sehingga produk tersebut dijual ke pasar tan pa

    melalui pusat Kawasan Agropolitan. Jika prak-

    tik ijon dibiarkan, Kawasan Agropolitan yang

    terintegrasi dan dapat memberikan nilai tam-

    bah akan sulit terwujud.

     Tingkat produktivitas petani yang cenderung

    subsisten dan sulit sangat memengaruhi pe-ngembangan agroindustri. Oleh karena itu,

    para petani perlu mendapatkan pelatihan dan

    pemahaman lebih lanjut sehingga budaya

    subsisten, lambat laun, dapat ditinggalkan.

     Tantangan lainnya adalah infrastruktur/fasilitas

    yang tersedia tidak memadai, seperti jalan po-

    ros desa yang rusak atau pasar yang terbatas.

    Kendati demikian, keberhasilan pengembangan

    Kawasan Agropolitan juga telah dapat dinikmati

    masyarakat di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa

    Barat. Cipanas merupakan salah satu kawasan

    rintisan Agropolitan di Indonesia yang mulai

    dikembangkan sejak tahun 2002. Kawasan ini

    dikembangkan dengan keterpaduan berbagai

    program dan kegiatan dari kementerian dan

    instansi terkait sehingga Cipanas tumbuh men-

     jadi Kawasan Agropolitan yang memiliki keleng-

    kapan infrastruktur.

    Pengembangan Kawasan Agropolitan Cipanas

     juga dilaksanakan sesuai dengan kondisisumberdaya alamnya. Oleh karena itu, Cipanas

    berkembang sebagai Kawasan Agropolitan

    sekaligus Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang

    mengandalkan keanekaragaman hayati bidang

    pertanian dan keindahan alamnya, seperti air

    terjun, pegunungan alami, perkebunan, peter-

    nakan sapi/kambing, tanaman pangan, dan ta-

    naman hias, Dengan demikian, sebagai DTW,

    Cipanas menawarkan beragam wanawisata.

    seperti outbound , hortiwalk , camping ground ,

    kolam renang dengan air pegunungan alami,belanja sayur organik, dan kebun petik stroberi.

    Hal serupa dirasakan oleh masyarakat petani

    di Kecamatan Sewukan, Kabupaten Magelang.

    Jawa Tengah. Pengembangan Kawasan Agropo-

    litan di wilayah ini sepanjang Tahun Anggaran

    2004–2008 mencakup pembangunan 1 unit

    Stasiun Terminal Agribisnis (STA), pembuatan

    1 unit sarana Komposting, peningkatan jalan

    usaha tani sepanjang 520 m, pembangunan

    1 unit STA Ngablak, penyempurnaan STA Se-wukan, peningkatan jalan usaha tani dengan

    perkerasan sepanjang 1.000 m, peningkatan

    SDM dan pemberian modal pertanian, serta

    pembangunan jalan poros desa sepanjang

    1.200 m.

    Manfaat pengembangan kawasan yang men-

    dapatkan pembiayaan melalui APBN, APBD

    I, dan APBD II tersebut telah dapat dinikmati

    masyarakat. Adapun manfaat yang dinikmati

    masyarakat adalah terciptanya sistem pema-

    saran dan perdagangan produksi hasil perta-

    nian, berkembangnya kemitraan antara

    pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta me-

    ningkatnya pendapatan masyarakat.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    32/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    34

    Jalan poros Desa Wasiat.

    Kecamatan Ngombol. Purworejo

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    33/128

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    34/128

    36

    Embun pagi Kawasan

    Agropolitan Bagelen,

    Kabupaten Purworejo

    belum lagi menetes.

    Namun beberapa sepeda

    onthel dan sepeda motor

    sudah melaju cepat

    memasuki areal Sub

    Terminal Agribisnis (STA)

    Bagelen.

    STA BAGELEN :

    MetamorfosaPasar Tradisionalmenjadi Agribisnis

      berwawasanGlobal Kosmopolitan

    Status :

    Kawasan Agropolitan Bagelen.

    Kabupaten PurworejoKeputusan Bupati Purworejo

    No. 188.4/13/2007

    Luas :

    1.500m2

     Terdiri dari 2 shelter. 6 kios

    dan 1 gedung kantor pengelola

    Fungsi:

    Sarana Penunjang bagi pemasaran hasil

    pertanian di Kawasan Agropolitan Bagelen

    yang mencakup Kecamatan Bagelen.Kaligesing. Purwodadi dan Ngombol

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    35/128

    SEJURUS kemudian, puluhan sepeda motor pun

    ikut meramaikan STA ini dengan ratusan ayam

    kampung dan hasil pertanian seperti kelapa,

    petai, pisang hingga beras organik. Panas terik

    matahari tak lagi menjadi penghalang transaksi

     jual beli ini. Petani dan pedagang melebur

    menjadi satu bersama riuhnya suara ayam

     jantan yang terus berkokok pagi itu.

    Penetapan Kawasan Agropolitan

    BagelenKabupaten Purworejo merupakan salah satu

    wilayah agraris yang berada di Provinsi Jawa

     Tengah. Perekonomian di Kabupaten Purworejo

    didominasi oleh sektor pertanian dengan kon-

    tribusi lebih dari 33% terhadap produk domes-

    tik regional bruto.

    Upaya pembangunan sektor pertanian da-

    lam arti luas tidak hanya ditekankan pada

    pembangunan sektoral saja tetapi juga men-

    cakup pembangunan kewilayahan. Konsepdengan pendekatan Kawasan Agropolitan ini

    sudah direncanakan oleh Pemerintah Kabu-

    paten Purworejo dengan menetapkan rencana

    induk dan rencana pengembangan jangka

    menengah Kawasan Agropolitan.

    Kendati mayoritas penduduknya bermata

    pencaharian sebagai petani, dan tanahnya

    cocok untuk pertanian, predikat Kawasan

    Agropolitan pun tak langsung disandangnya.

    Seperti Kawasan Agropolitan pada umumnya,

    penetapan Kawasan Agropolitan Bagelen di-

    dahului dengan proses identifikasi potensi

    dan masalah untuk mengetahui kondisi dan

    potensi lokasi (komoditas unggulan), antara

    lain: potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya

    Manusia, Kelembagaan, Iklim Usaha, kondisiPrasarana dan Sarana Dasar, dan sebagainya

    yang terkait dengan sistem permukiman

    nasional. Kemudian, Provinsi Jawa Tengah

    dan Kabupaten Purworejo memproses pe-

    nyusunan master plan  pengembangan Kawa-

    san Agropolitan serta proses sosialisasi

    kepada stakeholder   yang terkait dengan pe-

    ngembangan program agropolitan baik di

    kabupaten maupun di kecamatan. Penetapan

    Kawasan Agropolitan Bagelen berdasarkan

    Keputusan Bupati Purworejo No. 188.4/13/2007yang kemudian akan diperundangkan lebih

    lanjut dalam peraturan daerah dalam RDTR

    Kawasan Agropolitan.

    Suasana pagi di STA

    Bagelen, Purworejo

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    36/128

    38

    Maksimalkan Peran STA dan Internet

    untuk Meraih Pasar

    Kondisi prasarana dan sarana di Kawasan

    Agropolitan Bagelen saat ini masih perlu di-

    kembangkan untuk memperlancar segala

    kegiatan pada setiap sub sistem dalam sistemagribisnis, terutama proses pemasaran hasil

    produksi pertanian.

    Pemasaran hasil pertanian merupakan sub

    sistem agribisnis yang sangat vital untuk di-

    kembangkan. STA merupakan sarana penunjang

    bagi pengembangan sektor perekonomian di

    Kawasan Agropolitan Bagelen.

    Saat ini Kawasan Agropolitan Bagelen telah

    memiliki sarana pemasaran berupa bangun-an STA Bagelen di Desa Krendetan yang telah

    diresmikan penggunaannya oleh Bupati Purwo-

    rejo, Drs. H. Mahsun Zain, M.Ag, pada Oktober

    2011. Bangunannya berupa 2 shelter, 6 kios dan

    1 gedung kantor di atas areal seluas 1.500 m2.

    “Tak ada ketentuan khusus bagi petani atau

    pedagang yang ingin berjualan di STA Bagelen.

    Mereka cukup membayar biaya kebersihan,

    Rp 1.000.-/hari. Saat ini setiap hari pasar ada

    sekitar 75 orang petani dan pedagang yang

    bertransaksi di STA,” jelas Suradi.

    Ketua Pengelola STA Bagelen

    yang juga Kepala Desa

    Krendetan. Lebih lanjut

    ia menjelaskan bahwa

    sebelum dibangun STA, areal ini adalah pasar

    kambing dan pasar tradisional penduduk

    sekitar, “Jadi memang sudah ada embrionya. Hal

    tersebut menghindari tidak berfungsinya STA

    yang dibangun, alias mangkrak”.

    “Keberadaan STA Bagelen membantu petani

    untuk dapat mempromosikan hasil tani mereka

    yang berpotensi di Kawasan Agropolitan.

    Secara umum penjualan sudah ber jalan

    walaupun terbentur dengan hari pasar yang

    hanya dilakukan pada Rabu dan Sabtu. Ini

    masalah kebiasaan. Walau demikian kami

    sedang mengupayakan agar petani dapat

    memaksimalkan keberadaan STA dan meng-

    arahkan mereka agar dapat menggunakan

    teknologi informasi berupa internet untuk pe-masarannya,” tambah Setiyadi, S.Sos., Camat

    Bagelen.

    Menjawab kebutuhan masyarakat tersebut, Pe-

    merintah Kabupaten Purworejo kemudian men-

     jalin kerjasama dengan Kementerian Komuni-

    kasi dan Informatika dengan mendatangkan

    mobil komuter, yaitu mobil yang dilengkapi 2

    unit komputer dengan jaringan internet dan

    Aktivitas pedagang-

    pembeli di STA

    Bagelen sepanjang

    hari pasar

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    37/128

    petugas yang siap membantu. Sesuai dengan

    hari pasarnya, mobil ini dapat digunakan petani

    untuk mengakses internet setiap Rabu dan

    Sabtu. “Saat ini penggunaan mobil komuter

    masih dalam tahap sosialisasi. Pengelola STA

    yang akan membantu petani memanfaatkan jaringan internet ini,” jelas Unang Nur Hidayat,

    Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten

    Purworejo.

    Hal tersebut sejalan dengan visi Kawasan

    Agropolitan Bagelen, yakni menjadikan

    Kawasan Agropolitan Bagelen sebagai daerah

    produsen pertanian dalam arti luas, berorientasi

    agribisnis, berwawasan global-kosmopolitan

    dengan peningkatan kemandirian serta daya

    saing menuju kesejahteraan.

    Daya Beli Meningkat Kuantitas Komoditi

    Terbatas

    Untuk memaksimalkan keberadaan STA Ba-

    gelen, Pemerintah Kabupaten Purworejo

    membentuk 4 wilayah agropolitan, yakni Ke-

    camatan Bagelen, Kecamatan Kaligesing, Ke-

    camatan Purwodadi dan Kecamatan Ngom-

    bol, Kecamatan Ngombol merupakan lahan

    persawahan dengan ekosistem pantai; Keca-

    matan Purwodadi dan Kecamatan Bagelen

    merupakan daerah dengan kombinasi usaha

    tani persawahan, perladangan serta tambak;

    dan Kecamatan Kaligesing merupakan daerah

    dengan eksisting produksi ruminansia kecil

    kambing ettawa (PE) ras Kaligesing, yang te-lah banyak membantu daerah lain dalam

    pemenuhan kebutuhan bakalan (bibit) PE.

    Keempat kecamatan tersebut dapat mem-

    bentuk suatu sistem produksi farming  dan

    akan memiliki kinerja yang bersinergis karena

    adanya aspek ekologis yang berbeda dan saling

    melengkapi.

    “Untuk beras organik, Dinas Pertanian men-

    dampingi dan memberikan penyuluhan pada

    petani dengan menanam padi pola SRI (SystemRice Intensification) di areal seluas 200 ha di Ke-

    camatan Ngombol. Dengan pola tanam ter-

    sebut, produksi padi kini bisa mencapai 8,7 ton

    dari yang sebelumnya hanya 5 ton,” jelas Kepala

    Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

    Purworejo, Ir. Dri Sumarno. Namun sayang,

    lan jut Dri, untuk komoditas unggulan seperti

    kelapa, durian ataupun beras organik hasil pa-

    nennya belum dapat memenuhi permintaan

    pasar. Karena komoditasnya yang kurang, para

    Mobil komuter.

    membantu petani un

    melek internet

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    38/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    40

    pembeli pun rela menjemput bola langsung ke

    rumah petani.

    Pembangunan Infrastruktur pendukung

    di kawasan hinterland  (daerah

    penyangga)Pembangunan Kawasan Agropolitan Bagelen

    memang bukan tanpa perencanaan. “Kami

    sudah mulai menyusun master plan dan RPJMD

    Kawasan Agropolitan Bagelen pada tahun

    2006. Kemudian tahun 2007, mulai dengan

    penetapan kawasan, pembentukan pokja

    tingkat kabupaten, pembangunan Jembatan

    Sembir tahap I yang menghubungkan

    wilayah agropolitan Kecamatan Purwodadi

    dengan Kecamatan Ngombol dan Kecamatan

    Bagelen dengan Kaligesing, terutama untukmempermudah aksesibilitas menuju STA,”

     jelas Bambang Jati, Kasubid Produksi Bappeda

    Kabupaten Purworejo.

     Tahun 2008, lanjut Jati, dengan menggunakan

    dana APBD Kabupaten, Jembatan Sembir Tahap

    II dilanjutkan. Lalu tahun 2009 pembahasan

    Raperda Kawasan Agropolitan Bagelen ditunda

    karena menunggu Perda RTRW. Tahun 2010,

    pembentukan pokja kecamatan di 4 wilayah

    Kawasan Agropolitan Bagelen. Pada tahun

    ini pula, Kawasan Agropolitan Bagelen mem-

    peroleh dana bantuan berupa Specific Grant  

    program agropolitan dari Provinsi Jawa Tengah

    melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang

    dimanfaatkan untuk pembinaan kelembagaan

    dan peningkatan jalan poros Desa Krendetan- Tlogokotes dan Semawung-Nadri.

    “Di tahun 2011, Pemerintah Pusat melalui

    Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa

     Tengah memberikan paket pembangunan in-

    frastruktur perdesaan antara lain pembangunan

    STA Bagelen, peningkatan jalan poros Desa

    Guyangan-Bongkot, jalan poros Desa Wasiat,

     jalan poros Desa Wonosari-Kedondong, jalan

    poros Desa Tlogohulu-Somowono, dan jalan

    poros Desa Kalirejo-Sokoagung,” jelas FaiqAnung Nindito, ST., MM., Satker Pengembangan

    Permukiman Perdesaan Provinsi Jawa Tengah.

    Aksesibilitas jalan poros desa yang semakin

    baik serta keberadaan Sub Terminal Agribisnis

    yang ramai memiliki andil besar dalam

    menggairahkan ekonomi Kawasan Agropolitan.

    Dimana potensi daerah tersebut dapat dengan

    mudah dipasarkan. Sehingga para petani

    mempunyai harapan baru dalam menata masa

    depannya.

    Kesibukan pedagang

    masuk keluar STA Bagelen

    sepanjang pagi

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    39/128

    Saluran irigasi di Desa Wasiat,

    Kecamatan Ngombol, Purworejo

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    40/128

    42

    Rambutnya hampir putihmenyeluruh. Giginya pun

    tak lagi lengkap. Hanya

    sedikit warna merah bata

    sisa kunyahan sirih yang

    tampak mencolok dilapisan

    bibirnya. Namun tangan

    keriput Mbah Minah (70

    tahun) masih cekatan

    mengaduk adonan gula

    kelapa yang setiap hari

    dibuatnya, aktivitas rutin

    yang telah ia geluti sejak

    usianya 10 tahun.

    Melirik PotensiGula Kelapadi Bagelen

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    41/128

    MENJADI pengrajin gula kelapa bukanlah pro-

    fesi pilihan. Tempat tinggalnya berada di le-

    reng bukit dengan pohon kelapa dan pohon

     jati sebagai tanaman utamanya. Keterbatasan

    infrastruktur membuat Mbah Minah dan pen-

    duduk desa lainnya berusaha mencari cara un-

    tuk mempertahankan hidup. Menjadi pengrajin

    gula kelapa adalah salah satunya.

    Mbah Minah, hanyalah salah satu warga Desa

    Sokoagung, Kecamatan Bagelen, yang mem-buat gula kelapa sebagai olahan hasil pertanian

    kelapa yang menjadi salah satu komoditas

    unggulan Kawasan Agropolitan Bagelen, Kabu-

    paten Purworejo. Alat yang digunakannya ter-

    bilang sangat sederhana, ruas bambu sebagai

    cetakan, wajan hitam dengan 2 tungku kayu

    yang terus menyala dan kulit manggis sebagai

    pewarna alaminya. Hampir tak ada peralatan

    moderen yang ditemukan. Sesekali cahaya

    matahari menerobos masuk ke dalam dapur

    melalui celah atap rumahnya yang bolong di

    sana-sini.

    Hmmm ... aroma gurihnya adonan gula kelapa

    Mbah Minah menyergap masuk ke setiap hi-

    dung orang-orang di sekelilingnya. Tak lama

    berselang, ia mengangkat singkong rebus dari

    salah satu panci hitam dan menyuguhkannya

    didalam piring, lengkap dengan gula kelapa

    yang telah dibuatnya. Dengan bahasa

    Jawanya yang kental, ia mempersilakan

    kami mencicipi penganan tradisionalyang istimewa ini. “Gula kelapa

    yang kami buat murni tanpa

    bahan campuran apapun.

    Untuk pewarnanya, kami meng-

    gunakan kulit manggis, makanya

    warna yang dihasilkan tidak

    segelap gula kelapa yang pakai

    pewarna buatan,” tutur Juminah

    (34 tahun), putri pertama Mbok Minah

    yang ikut membantu produksi gula kelapa.

    Rumah yang terbuat dari kayu dan beralaskan

    tanah itu memiliki jarak yang cukup jauh dari

    pusat kegiatan jual beli. Dimasa mudanya, ia

    habiskan waktu berjalan kaki dengan kondisi

     jalan tanah yang licin untuk menjual gula kela-

    pa produksinya ke pasar tradisional. “Tapi seka-

    rang sudah enak, jalan ke pasar sudah bagus,”

    tuturnya dalam bahasa jawa sambil tersenyum.

    Kendati kini yang berangkat ke pasar adalah

    anak-anaknya, Mbah Minah turut senang de-

    ngan adanya pembangunan jalan ini. Setelahakses jalan ruas Desa Kalirejo terbuka, para

    pembeli pun banyak yang datang langsung ke

    rumahnya. Maklum, harga jual gula kelapa ini

    memang akan lebih rendah bila kita langsung

    membelinya di rumah penjual. Saat ini Mbah

    Minah menjual gula kelapa dengan harga Rp

    11.000.-/kg. “Penghasilan yang didapat ya ndak

    tentu. kalau sedang banyak nira yang di dapat

    ya kita bisa buat gula kelapanya lebih banyak,”

     jelas Mbah Minah tersipu.

     Jalan aspal yang mendongkrak harga

    tanah

    Sejak tahun 2011, jalan ruas desa yang meng-

    hubungkan antara Desa Kalirejo dan Desa

    Sokoagung memang sudah berlapis aspal.

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    42/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    44

    Jalan sepanjang 2.100 m dengan lebar 3 m ini

    membawa dampak positif bagi perekonomian

    penduduk setempat yang mayoritas adalah

    petani dan pembuat gula kelapa. Menurut

    Elizabeth Reni Suzana, Kepala Desa Sokoagung.

    proses pembangunan jalan ini memang sangat

    diharapkan oleh penduduk desa. “Sehingga

    dalam pelaksanaan pembangunannya, tidak

    ada kendala terhadap pembebasan lahan.

    Bahkan mereka dengan senang hati membantu.

    Penduduk hanya ingin akses jalan ke daerah

    mereka lebih baik dan dapat dilalui dengan

    kendaraan bermotor,” jelas Reni.

    Hal senada juga diungkapkan Hartoso, Ang-

    gota DPRD Kabupaten Purworejo yang juga

    penduduk Desa Sokoagung. “Sejak jalan ruas

    desa terbangun, angkutan umum bisa masuk

    ke desa kami. Karena akses jalan yang baik, oto-

    matis harga jual tanah terus melambung. Untuk

    luas tanah 80m2  saja. sekarang tak lagi dapat

    dibeli dengan harga Rp 10 juta. Hingga kini

    Jalan poros

    Desa Sokoagung,

    Bagelen,

    Purworejo

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    43/128

    masih banyak jalan poros desa di Kecamatan

    Bagelen yang perlu dibangun dan ditingkatkan

    kualitasnya. Karena kondisi jalan yang tidak

    memadai, dari Desa Sokoagung menuju Desa

    Semono harus melalui jalan memutar, padahalletak kedua desa ini berdampingan.”

    Menurut Hartoso, sebagai daerah penyangga

    Kawasan Agropolitan Bagelen, akses jalan ruas

    desa harus segera dibenahi agar para petani

    dapat dengan mudah menjual hasil produksi

    taninya.

    Kehadiran jalan aspal nan mulus memang ma-

    sih menjadi barang mewah bagi sebagian pen-

    duduk Kecamatan Bagelen dan sekitarnya.

     Termasuk Heru (55 tahun), pengrajin gula se-

    mut (brown sugar)  yang hingga kini masih

    melewati jalan tanah yang licin sepanjang 4 kmsebelum bisa menggulirkan roda motornya di

     jalan beraspal. Warga Desa Semono ini sangat

    menginginkan jalan pintas dari desanya menuju

    Desa Sokoagung dan Desa Kalirejo segera di-

    bangun. “Saya mengalami kesulitan untuk

    membawa hasil gula semut ini ke STA. Padahal

    permintaan pasar semakin banyak,” kata Heru

    penuh harap. Padahal gula semut yang dijual

    dengan harga Rp 14.000.- per kilogram sudah

    mulai diekspor melalui sebuah perusahaan per-

    dagangan hingga ke Jepang. Tiap minggu, iadan keluarganya bisa menghasilkan 4 kuintal

    gula semut.

    Jalan poros Desa

    Semono–Sokoagung

    yang belum tersentu

    aspal

    Heru dan Istri. pengr

    gula semut

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    44/128

    Ir. Dri SumarnoKepala Dinas Pertaniandan KehutananKab. Purworejo

     Judi IndradjajaPPK P2S AgropolitanDitjen Cipta KaryaKem. PekerjaanUmum

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   s   a   n

    46

    Saya mulai berdagang dari kelas 6 SD.

    Sekarang saya punya 100 pohon kelapa

    lebih. Harga jual kelapanya Rp 1.000/butir.Saya jual di STA dan di rumah. Dulu susah

    sekali mau jualnya, jalannya jelek. Sekarang

     jalan disekitar tempat tinggal saya sudah lebih

    baik apalagi sekarang ada STA, selain jual

    kelapa, saya juga bisa jual beras.

    Kawasan Agropolitan Bagelen

    sangat potensial untuk dikembang-

    kan sebagai kawasan agribisnis. Kami

    dari Dinas Pertanian dan Kehutanan

    melakukan penyuluhan kepada petani

    agar kualitas tanam mereka semikin

    baik, dan sesuai dengan mutu

    yang kita harapkan.

    Dengan adanya STA Bagelen ini,

    sangat membantu petani kami untuk

    mempromosikan hasil tani mereka yang

    berpotensi di kawasan Agropolitan. Saat ini

    kami juga sedang mengarahkan petani agar

    dapat menggunakan teknologi informasi

    (internet) untuk pemasarannya.

    Pemerintah melalui Kementerian

    Pekerjaan Umum berupaya

    mengembangkan potensi lokal dengan

    cara memfasilitasi Kawasan Agropolitan

    dan Minapolitan berupa penyediaaninfrastruktur perdesaan dasar bidang

    permukiman. Dukungan ini diharapkan,

    dapat mendorong perkembangan dan

    kelangsungan sektor pertanian.

    Marsini

    Petani/Pedagang/Pengepul Kelapa

    Setiyadi. S.Sos

    Camat BagelenPurworejo

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    45/128

    DI BALIK CAKRAWALABIRU INDONESIA

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    46/128

        A    G    R    O    P    O    L    I    T    A    N    D    A    N    M

        I    N    A    P    O    L    I    T    A    N

        K   o   n   s   e   p    K   a   w   a   s   a   n    M   e   n   u    j   u

        K   e    h   a   r   m   o   n    i   a   n

    48

    Hamparan laut nan biru

    mewarnai lukisan alam

    Indonesia yang terlihat

    begitu serasi denganbirunya langit dan hijaunya

    daratan negeri ini. Dengan

    luas perairan tiga kali dari

    luas keseluruhan, pantaslah

     jika Indonesia dinobatkan

    sebagai Negara Kepulauan/

    Maritim Terbesar di dunia

    dengan gugusan pulaubesar dan kecil yang

     jumlahnya mencapai

    17.508 pulau.

    Di Balik

    Cakrawala BiruIndonesia

    Konsep kawasan :

    Minapolitan

    Kawasan MinapolitanTA 2005-2011 :

    29 provinsi

    48 kawasan

    Jenis Pengembangan :

    Budidaya ikan air tawar

    Ikan hasil tangkap

    Dukungan Infrastruktur :

    Peningkatan jalan poros desa, jalan usaha tani,

    pembangunan talud, packing house, cold

    storage , peningkatan tambatan perahu

  • 8/18/2019 Konsep Kawasan Agropolitan & Minapolitan

    47/128

    SEBUTAN  ‘negara kepulauan’, sebenarnya, me-

    rupakan arti dari nama “Indonesia” itu sendiri,

    yang sudah digunakan jauh sebelum Indonesia

    menjadi negara berdaulat, “Indonesia” berasal

    dari kata indus (bahasa Latin) yang berarti“Hindia” dan nesos (bahasa Yunani) yang berarti

    “pulau”. Dengan demikian, Indonesia berarti

    “kepulauan yang berada di Hindia”.

    Wilayah Indonesia yang terbentang di antara

    Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik

    memiliki luas keseluruhan sebesar 7,9 juta km2.

    Dengan luas daratan hanya sebesar 22% saja

    atau 1,8 juta km2. Sedangkan. luas perairannya

    mencapai 77% dari luas keseluruhan atau 6,1

     juta km2. Luas perairan tersebut terbagi atas lautteritorial seluas 3,2 juta