12
1123 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR DAN STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN BUDIDAYANYA Rasidi *) , Brata Pantjara **) , I Nyoman Radiarta *) , dan Idil Ardi *) *) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 E-mail: [email protected] **) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan ABSTRAK Kondisi lingkungan tambak merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengembangan budidaya udang. Budidaya udang yang berkembang di masyarakat dengan sistem teknologi yang berbeda-beda dapat berdampak terhadap lingkungan budidayanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi lingkungan tambak udang di kabupaten Banyuwangi sesuai dengan tingkat teknologi yang diterapkan dan strategi pengelolaan lingkungan budidayanya. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode survai meliputi kondisi fisik kimia lingkungan tambak (air dan tanah) dan keragaan budidaya. Data sekunder yang dikumpulkan di antaranya peta rupabumi, citra satelit, data statistik, dan laporan dari dinas setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kondisi kualitas air kawasan tambak udang di Kabupaten Banyuwangi masih layak untuk budidaya udang. Kawasan budidaya udang di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi dua wilayah yang jelas berdasarkan tingkat teknologi yang diterapkan yaitu tambak intensif/super intensif tersebar di bagian Utara Muncar, sedangkan tambak ekstensif dan semi-intensif di bagian Selatan Muncar. Komoditas yang dominan dibudidayakan adalah udang vaname. Hasil analisis kualitas air tambak ekstensif mempunyai kadar N yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak intensif. Strategi yang diperlukan untuk menjaga kualitas air tambak tetap terjaga dengan baik terutama untuk tambak ekstensif, antara lain dengan melakukan perbaikan saluran tambak dan penerapan sistem budidaya udang yang baik dan benar serta budidaya yang terintegrasi dengan komoditas yang lain. KATA KUNCI: budidaya udang, kualitas air, tambak udang, pengelolaan lingkungan, Banyuwangi PENDAHULUAN Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang meningkat sebesar 74,75% untuk periode tahun 2010-2014, yaitu dari sekitar 400.000 ton menjadi 699.000 ton (KKP, 2001). Dalam usaha untuk meningkatkan produksi udang, KKP telah menyusun dan menjalankan sejumlah program di antaranya program revitalisasi tambak, minapolitan, dan industrialisasi perikanan yang difokuskan untuk wilayah pesisir yang berpotensi di seluruh Indonesia. Pada Tahun 2012, pelaksanaan revitalisasi/industralisasi udang lebih difokuskan di pantai Utara Jawa. Keunggulan komoditas udang adalah memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga menjadi pemasukan besar untuk devisa negara, membuka lapangan kerja, dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia. Menurut Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, luas tambak di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 seluas 1.312 ha dengan produksi sebesar 7.106 ton dan tahun 2011 mencapai luasan 1.321 ha dengan produksi sebesar 7.373 ton. Produksi udang di Kabupaten Banyuwangi cukup berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena munculnya beberapa permasalahan teknis yang dihadapi pembudidaya meliputi munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus dan penurunan daya dukung lahan yang memicu banyaknya tambak udang yang tidak beroperasi. Dengan program revitalisasi diharapkan tambak-tambak yang kurang produktif ( idle) di seluruh pantai Utara Jawa, termasuk Kabupaten Banyuwangi, dapat diperbaiki sehingga dapat meningkatkan produksi udang nasional. Untuk menyukseskan program revitalisasi tambak, diperlukan perencanaan dan pengelolaan tambak yang baik dan benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan budidaya tambak udang adalah manajemen budidaya, pengelolaan lingkungan tambak, dan aspek sosial ekonomi.

KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1123 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BANYUWANGI,JAWA TIMUR DAN STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN BUDIDAYANYA

Rasidi*), Brata Pantjara**), I Nyoman Radiarta*), dan Idil Ardi*)*) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya

Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540E-mail: [email protected]

**) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air PayauJl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

ABSTRAK

Kondisi lingkungan tambak merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatanpengembangan budidaya udang. Budidaya udang yang berkembang di masyarakat dengan sistem teknologiyang berbeda-beda dapat berdampak terhadap lingkungan budidayanya. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengevaluasi kondisi lingkungan tambak udang di kabupaten Banyuwangi sesuai dengan tingkatteknologi yang diterapkan dan strategi pengelolaan lingkungan budidayanya. Data yang dikumpulkanterdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode survai meliputi kondisi fisikkimia lingkungan tambak (air dan tanah) dan keragaan budidaya. Data sekunder yang dikumpulkan diantaranya peta rupabumi, citra satelit, data statistik, dan laporan dari dinas setempat. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa secara umum kondisi kualitas air kawasan tambak udang di Kabupaten Banyuwangimasih layak untuk budidaya udang. Kawasan budidaya udang di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadidua wilayah yang jelas berdasarkan tingkat teknologi yang diterapkan yaitu tambak intensif/super intensiftersebar di bagian Utara Muncar, sedangkan tambak ekstensif dan semi-intensif di bagian Selatan Muncar.Komoditas yang dominan dibudidayakan adalah udang vaname. Hasil analisis kualitas air tambak ekstensifmempunyai kadar N yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak intensif. Strategi yang diperlukanuntuk menjaga kualitas air tambak tetap terjaga dengan baik terutama untuk tambak ekstensif, antara laindengan melakukan perbaikan saluran tambak dan penerapan sistem budidaya udang yang baik dan benarserta budidaya yang terintegrasi dengan komoditas yang lain.

KATA KUNCI: budidaya udang, kualitas air, tambak udang, pengelolaan lingkungan, Banyuwangi

PENDAHULUAN

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang meningkat sebesar 74,75%untuk periode tahun 2010-2014, yaitu dari sekitar 400.000 ton menjadi 699.000 ton (KKP, 2001).Dalam usaha untuk meningkatkan produksi udang, KKP telah menyusun dan menjalankan sejumlahprogram di antaranya program revitalisasi tambak, minapolitan, dan industrialisasi perikanan yangdifokuskan untuk wilayah pesisir yang berpotensi di seluruh Indonesia. Pada Tahun 2012, pelaksanaanrevitalisasi/industralisasi udang lebih difokuskan di pantai Utara Jawa. Keunggulan komoditas udangadalah memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga menjadi pemasukan besar untuk devisa negara,membuka lapangan kerja, dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia.

Menurut Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, luas tambak di KabupatenBanyuwangi tahun 2010 seluas 1.312 ha dengan produksi sebesar 7.106 ton dan tahun 2011 mencapailuasan 1.321 ha dengan produksi sebesar 7.373 ton. Produksi udang di Kabupaten Banyuwangicukup berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena munculnya beberapa permasalahan teknis yang dihadapipembudidaya meliputi munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus dan penurunan daya dukunglahan yang memicu banyaknya tambak udang yang tidak beroperasi. Dengan program revitalisasidiharapkan tambak-tambak yang kurang produktif (idle) di seluruh pantai Utara Jawa, termasukKabupaten Banyuwangi, dapat diperbaiki sehingga dapat meningkatkan produksi udang nasional.

Untuk menyukseskan program revitalisasi tambak, diperlukan perencanaan dan pengelolaan tambakyang baik dan benar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan budidaya tambakudang adalah manajemen budidaya, pengelolaan lingkungan tambak, dan aspek sosial ekonomi.

Page 2: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1124Kondisi lingkungan di kawasan pertambakan Kabupaten Banyuwangi ... (Rasidi)

Pengelolaan lingkungan tambak erat kaitannya dengan kualitas air dan tanah tambak yang tercermindari beberapa parameter fisik, kimia, dan biologi. Kualitas air yang sesuai untuk budidaya udangakan mendukung kehidupan udang sehingga tambak dapat memproduksi udang secara maksimal.Studi kualitas air kualitas air di pertambakan untuk kegiatan budidaya tambak udang telah banyakdilaporkan (Gunarto & Atmomarsono, 2007; Suhaemi et al., 2012).

Budidaya udang dilakukan dengan sistem teknologi budidaya yang berbeda-beda di setiap wilayahsesuai dengan karakteriktik lahan dan lingkungan perairan yang ada. Di Kabupaten Banyuwangibudidaya tambak udang dilakukan dengan sistem teknologi intensif dan ekstensif. Perbedaan keduajenis teknologi ini terletak pada sistem manajemen budidaya meliputi persiapan lahan, padat tebar,pemberian pakan, dan sarana prasarana yang digunakan pada kegiatan budidaya. Studi penggunaanproduk kimia dan biologi pada budidaya udang vaname di tambak Kabupaten Pesawaran ProvinsiLampung telah dilaporkan (Mustafa et al., 2010). Kajian aspek lingkungan yang dilakukan di kawasantambak di Banyuwangi yang dilihat dari aspek teknologi budidaya yang digunakan belum banyakdilaporkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi lingkungan perairan tambak udangmeliputi parameter fisik dan kimia di Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan tingkat teknologi yangditerapkan, dan strategi pengelolaan lingkungan budidayanya. Hasil dari penelitian ini diharapkandapat memberikan data dan informasi terkini sebagai bahan rekomendasi untuk pengelolaanlingkungan budidaya tambak udang di Kabupaten Banyuwangi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi (Gambar 1). Lokasi penelitian terbentangpada posisi 114°18¢–114°25¢ Bujur Timur dan 8°10¢–8°33¢ Lintang Selatan. Lokasi penelitianmencakup empat kecamatan yang terbentang dari Utara ke Selatan yaitu: Banyuwangi, Rogojampi,Muncar, dan Tegaldelimo. Dengan adanya program revitalisasi tambak udang, telah mendorongkabupaten ini untuk lebih memacu produksi melalui penerapan tingkat teknologi yang sesuai.

Pengumpulan data lapangan dilakukan pada Bulan September 2012 terdiri atas data kondisilingkungan tambak (air dan tanah) dan data sekunder lainnya. Metode yang dipakai adalah metode

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kabupaten Banyuwangi Provinsi JawaTimur, dan sebaran titik pengamatan kualitas air dan tanah

Page 3: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1125 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

survai. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan teknik acak sederhana (Simple random sampling)(Clark & Hosking, 1986; Morain, 1999). Diskusi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan digunakansebagai dasar dalam menentukan sebaran titik pengamatan di lapangan.

Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan sebanyak 13 titik. Jumlah titik pengamatan tersebar dimasing-masing tingkat teknologi tambak yaitu tambak intensif (7 titik), dan tambak ekstensif (6titik). Setiap titik pengamatan dan pengambilan contoh ditentukan posisi (koordinatnya) denganalat GPS (Global Positioning System). Pengukuran kualitas perairan di lapangan menggunakan YSIprofesional plus. Parameter yang diukur langsung di lapangan meliputi: suhu, salinitas, oksigenterlarut (DO), pH, dan total padatan terlarut (TDS). Contoh tanah diambil dengan menggunakan bortanah pada kedalaman 1 m. Peubah kualitas tanah yang diukur langsung di lapangan adalah pHF danpHFOX (pH tanah yang diukur di lapangan setelah dioksidasi dengan hidrogen peroksida (H2O2) 30%)dengan pH-meter, serta potensial redoks dengan redox-meter. Teknik pengambilan sampel tanahmenggunakan bor tangan (hand auger) pada kedalaman lapisan olah (0-30 cm) pada dasar tambakdan tanah pada tanah asli. Selain pengukuran langsung di lapangan, contoh air dan tanah jugadisimpan untuk dianalisis di laboratorium. Contoh air dan tanah yang dikumpulkan selanjutnyadianalisis di laboratorium Produktivitas Perairan dan Lingkungan (Proling) Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan, IPB, Bogor. Metode pengambilan, preservasi, dan analisis contoh air mengacu padametode standar APHA (2005). Seluruh data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptifsehingga diperoleh gambaran umum kondisi lingkungan tambak di Kabupaten Banyuwangi berbagaiacuan dalam menentukan strategi pengelolaannya.

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pengembangan usaha budidaya air payau (tambak) sudah dimulai sejak tahun 1986, khususnyauntuk jenis udang windu (Penaeus monodon) dengan berbagai tingkat teknologi budidaya. Teknologibudidaya yang diterapkan di Kabupaten Banyuwangi didominasi dengan teknik intensif. Selain itu,tingkat teknologi ekstensif yaitu tradisional dan tradisional plus masih diaplikasikan terutama diwilayah bagian selatan kabupaten yaitu di Kecamatan Tegaldelimo (Gambar 2).

Kondisi Lingkungan Tambak Udang

Hasil analisis kualitas air pada tambak ekstensif dan intensif di Kabupaten Banyuwangi disajikanpada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1, suhu rata-rata perairan di tambak ekstensif sebesar 32,50R”C dandi tambak intensif sebesar 30,86R”C. Suhu yang masih layak untuk kegiatan budidaya berkisar 21R”C-32R”C (Poernomo, 1992), suhu perairan tambak di kedua jenis tambak masih layak untuk kehidupanudang yang dibudidayakan. Salinitas pada tambak ekstensif rata-rata sebesar 36,92 ppt; pada tambakintensif rata-rata sebesar 17,59 ppt. Tingginya salinitas pada tambak ekstensif disebabkan olehkurangnya penyerapan. Menurut Poernomo (1992), udang windu tumbuh optimal pada salinitas 20-25 ppt.

Berdasarkan analisis kualitas air rata-rata diperoleh kadar amoniak, nitrit, nitrat, dan total N padatambak intensif lebih tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif (Tabel 1). Tingginya kadar nitrogenpada tambak intensif dapat dikaitkan pada budidaya udang secara intensif sangat bergantung padapemberian pakan komersial. Pakan mendominasi input N terbesar selanjutnya disusul air masuk (inflow),pupuk, media probiotik, dan benur (Rachmansyah et al., 2006). Hal ini disebabkan sumber N padakedua jenis tambak dapat berasal dari pemupukan, udang-udang, dan fitoplankton yang mati didasar perairan. Selain itu, amoniak merupakan salah satu hasil sampingan dari proses perombakanbahan organik oleh bakteri di dalam air (Gunarto & Atmomarsono, 2007).

Secara umum kondisi sedimen dan substrat tanah dasar di Kabupaten Banyuwangi di tampilkanpada Tabel 2. Sedimen pada saluran/sungai merupakan hasil dari buangan limbah tambak. Hasilanalisis terhadap fraksi pasir, debu, dan liat sebagai berikut; liat 3,66%-4,39%; debu 12,25%-54,3%dan pasir 42,04%-83,77%. Rata-rata hasil analisis tanah tambak ekstensif dan semi-intensif berteksturlempung berpasir dengan komposisi liat 42,44%-61,48%; Debu 32,03%-54,27%; dan pasir 3,29%-6,49%.

Page 4: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1126Kondisi lingkungan di kawasan pertambakan Kabupaten Banyuwangi ... (Rasidi)

Tekstur tanah dasar tambak tesebut cukup baik untuk budidaya udang karena berhubungan dengankesuburan dan pertumbuhan pakan alami di tambak. Namun sebaliknya, kondisi tekstur yang demikiankurang baik untuk dijadikan pematang, karena tanahnya cepat longsor dan tidak tahan, sehinggaalternatif untuk memperbaiki adalah dengan memplester pematang (beton) dan pelapisan plastik.Menurut Poernomo (1992), tingkat teknologi budidaya udang dipengaruhi oleh kondisi tanahnya,terutama tekstur dan pH tanah. Untuk tambak ekstensif sebaiknya dasar tambak bertekstur lempung-berpasir. Untuk tambak semi-intensif bertekstur lempung-liat berpasir dan untuk tambak intensifdasar tambak bertekstur lempung berpasir.

Hasil karakterisasi diketahui bahwa tambak yang disurvai tidak berpotensi tanah sulfat masam.Kondisi kemasaman lahan ditunjukkan dari nilai pHF dan pHFOX atau selisih dari keduanya. Berdasarkanselisih nilai pH yang langsung diukur di lapangan (pHF) dan pHFox dengan menggunakan H2O2. Tanahtambak di lokasi ini rata-rata menunjukkan sedikit mempunyai potensi kemasaman tetapi tergolongkemasaman rendah. Hasil pengukuran diketahui bahwa kisaran nilai pHF 6,67-7,75 dan pHFox 5,8-6,61. Jenis tanah di kawasan pesisir di dominasi oleh jenis tanah alluvial coklat kemerahan sampaialluvial hidromorf (Anonim, 2011b). Tanah alluvial ini terbentuk dari endapan lumpur yang berasaldari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang pantai (dataranalluvial). Sebagian tambak, tanahnya merupakan dataran aluvial yang terbentuk oleh pelapukanbatuan vulkanik. Jenis tanah alluvial pada lahan pesisir mempunyai formasi geologi yang tersusundari batuan endapan aluvium muda dari laut dan pasir kerikil pantai. Endapan yang terjadi berasaldari campuran endapan muara dan endapan laut atau campuran endapan muara dan endapan laut.

Keragaan Pengembangan Budidaya Tambak Udang

Perkembangan pengelolaan lahan tambak untuk budidaya udang di Kabupaten Banyuwangi terlihatadanya perbedaan penerapan teknologi budidaya yang dikembangkan di masing-masing kawasan.

Gambar 2. Sebaran tambak udang di Kabupaten Banyuwangi yangditampilkan dengan Citra satelit ALOS AVNIR-2 tanggal 22 Juni2009 dan ALOS PIRSM tanggal 25 Maret 2010: (a) tambakintensif dan super intensif di Kecamatan Rogojampi dan (b)tambak ekstensif dan semi-intensif di Kecamatan Tegaldelimo

Page 5: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1127 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

Tabe

l 1.

Kisa

ran

nila

i par

amet

er k

ualit

as a

ir di

per

tam

baka

n be

rdas

arka

n je

nis

tekn

olog

i bud

iday

a ya

ng d

igun

akan

di K

abup

aten

Ban

yuw

angi

Pro

vins

i Ja

wa

Tim

ur

* P

oern

omo

(199

2); K

LH (2

004)

; Kar

thik

et a

l. (2

005)

; Mus

tafa

& T

arun

amul

ia (2

009)

; Uto

jo e

t al

. (20

09)

Page 6: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1128Kondisi lingkungan di kawasan pertambakan Kabupaten Banyuwangi ... (Rasidi)

Kawasan tambak bagian Selatan Banyuwangi seperti kawasan tambak di Kecamatan Pesanggarandan Tegaldelimo menggunakan teknologi sederhana (ekstensif). Sementara kawasan tambak diKecamatan Muncar (bagian tengah pesisir Banyuwangi) menerapkan teknologi budidaya semi-intensifdan intensif. Sedangkan kawasan tambak mulai dari Kecamatan Rogojampi ke arah Utara Banyuwangimelakukan budidaya udang dengan teknologi intensif/super intensif (Gambar 2 dan 3).

Komoditas udang yang dibudidayakan adalah udang vannamei dan windu, namun lebih didominasiudang vaname. Sebagian besar luasan tambak di Kabupaten Banyuwangi menggunakan sistemteknologi intensif, ekstensif, dan semi-intensif. Dari aspek produksi, teknologi intensif lebih tinggimenghasilkan dibandingkan dengan teknologi ekstensif dan semi-intensif, sehingga sebagian besartambak di kawasan Kabupaten Banyuwangi menggunakan teknologi intensif.

Tabel 2. Kisaran nilai parameter kualitas tanah di sekitarpertambakan Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur

Peubah SatuanSaluran sungai

(N=2)Muara sungai

(N=2)Tambak (N=3)

Tekstur

Pasir % 50,94-57,47 42,04-83,77 42,44-61,48

Debu % 38,14-44,70 54,27-54,30 32,03-54,27

Liat % 4,36-4,39 3,29-3,66 3,29-6,49

N Total % 0,10-0,13 0,06-0,09 0,03-0,09

C/N Ratio - 19,96-23,35 0,51-5,85 0,53-10,47

Organik karbon % 1,93-2,93 0,30-0,52 0,52-2,81

P tersedia mg/kg 0,49-0,77 0,51-0,90 0,53-0,90

TOM % 17,48-20,64 14,38-15,49 14,38-22,78

Gambar 3. Distribusi sarana dan infrastruktur dan tingkatteknologi tambak udang di Kabupaten Banyuwangi

Page 7: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1129 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

Budidaya udang yang berkembang di Kabupaten Banyuwangi umumnya terbagi menjadi duateknologi budidaya yang disesuaikan dengan kawasan pengembangannya yaitu teknologi ekstensifdan intensif (Gambar 3). Lokasi tambak yang menggunakan teknologi intensif dipisahkan olehpelabuhan ikan di daerah Muncar. Pelabuhan ikan ini sangat berpotensi menghasilkan limbah darikegiatan lalu lintas kapal-kapal yang menghasilkan zat-zat toksik yang dapat meningkatkanpencemaran air. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap tingkat produktivitas kawasan budidayatambak udang.

Perbedaan teknologi budidaya udang yang digunakan oleh pembudidaya di Kabupaten Banyuwangiterletak pada penggunaan sarana dan prasarana budidaya di antaranya penggunaan tandon. Padatambak ekstensif tidak menggunakan tandon sehingga air masuk tanpa adanya perlakuan terlebihdulu. Perbedaan penggunaan tandon dapat memengaruhi kualitas air yang masuk ke tambak.

Sumber air tambak menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan tambak ekstensif. Pada Tabel3, sumber air tambak ekstensif mengandalkan pasang surut air laut melalui sungai atau salurantambak yang umumnya dalam kondisi yang rusak. Pada saat pasang, air di tambak tersedia sesuaidengan kebutuhan, namun pada saat surut air tambak juga ikut berkurang karena kondisi pematangtambak banyak yang bocor. Sistem pengairan tambak seperti ini, menyebabkan udang sangat rentanterkena penyakit. Di samping itu, pada saat musim panas banyak tambak yang mengalami kesulitanair, sehingga tambak tidak bisa beroperasi terutama yang lokasinya jauh dari pantai.

Pengelolaan budidaya udang secara semi-intensif, dilakukan selama 3 bulan dan selamapemeliharaan udang diberi pakan tambahan berupa pelet dan juga menggunakan kincir sebanyak12 unit/ha yang berfungsi menjaga ketersediaan oksigen di tambak. Sumber air tambak jugabergantung pada pasang surut air laut yang dialirkan melalui saluran tambak yang sudah rusak.Oleh karenanya, tambak semi-intensif juga mengalami kesulitan air dan kualitasnya. Sebagai langkahpengelolaannya sebagian pembudidaya membuat tandon untuk menampung air dan pengelolaanair.

Tabel 3. Perbedaan tingkat teknologi pengelolaan budidaya udang di KabupatenBanyuwangi

Ekstensif Semi-intensif Intensif

Keragaan teknologi

Jenis komoditas Vaname Vaname Vaname

Asal benur Situbondo Situbondo Banyuwangi dan Situbondo

Teknologi budidaya Polikultur Monokultur Polikultur dan monokultur

Luas petak (m2) 5,000 3.000-4.000 3.000-4.000

Ukuran benur (PL) 10 8-10 10-12

Padat tebar (ekor/m2) 5 50-100 70-200

Sumber air tambak Saluran Tandon Tandon

Luas tandon (ha) - 50 25- 32

Kedalaman air tambak (m) 0.5 0,7-0,9 1,2-1,5

Pergantian air tambak (%) 30 15-19 2-4

Lama budidaya (bulan) 2 3 2,5-5

Ukuran panen (size) 100 97 40-80

Jumlah produksi (kg/ha) 300 1.000-6.600 13.200-21.000

Rataan jarak lokasi ke pantai (km) 1 1.5 0.07

Jumlah kincir (unit/ha) 12 26-35

Manajemen air Probiotik Semifloc

Teknologi budidayaPeubah

Page 8: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1130Kondisi lingkungan di kawasan pertambakan Kabupaten Banyuwangi ... (Rasidi)

Pada tambak intensif, pengelolaan sistem pengairan tambak jauh lebih baik, sumber air tambaktidak bergantung pada pasang surut, tetapi sudah menerapkan sistem pompanisasi yaitu air tambakdisedot dengan pompa dari laut dialirkan ke tandon untuk di-treatment. Dengan demikian sumberair tambak sudah lebih steril. Demikian pula air yang sudah di dalam tambak terus dilakukanpengelolaan dengan semiflocs. Oleh karenanya, udang dapat dibesarkan ukuran yang diinginkan,dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

Kelebihan pengelolaan tambak intensif di Kabupaten Banyuwangi adalah sudah ada kelembagaanShrimp Club Indonesia (SCI) unit Banyuwangi. SCI sangat berperan melakukan pembinaan terhadappembudidaya dalam pengelolaan tambak intensif. Bentuk pembinaan yang sangat dirasakanpembudidaya adalah monitoring penggunaan air tambak, teknologi pengelolaan air tambak,mambantu kemudahan dalam penyediaan sarana produksi tambak (saprotam) dan membangunnetworking dalam pemasaran hasil.

Strategi Pengelolaan Lingkungan Tambak

Pengelolaan lingkungan budidaya meliputi pengelolaan kualitas air di tambak udang dapatdilakukan dengan berbagai strategi budidaya yang dilakukan dengan kaidah budidaya yang benar.Kaidah budidaya telah dituangkan dalam pedoman cara budidaya ikan dan udang yang baik danbenar (CBIB). Penerapan CBIB sangat penting dilakukan untuk menjaga lingkungan budidaya tambakterjaga dengan baik.

Strategi yang lain yang dapat dilakukan adalah dengan budidaya udang secara terintegrasi (integratedmariculture). Throel (2009) membagi budidaya terintegrasi menjadi 4 kategori yaitu polyculture, sequenceintegration, temporal integration, dan mangrove integration. Beberapa alternatif strategi yang dapatdilakukan untuk menjaga kondisi lingkungan di kawasan pertambakan antara lain silfofishery, danintegration aquaculture.

Strategi pengelolaan lingkungan budidaya kawasan tambak di Kabupaten Banyuwangi sebenarnyasebagian telah dilakukan. Hal ini dapat diketahui dengan adanya tambak silvofishery yang masih adadi Kabupaten Banyuwangi. Potensi hutan mangrove di Kabupaten Banyuwangi seluas 1.962,496 hayang tersebar di beberapa kecamatan antara lain Pesanggaran, Tegaldimo, Muncar, Purwoharjo, danWongsorejo (Sudarmadji & Indarto, 2011). Luasan hutan mangrove terluas berada di KecamatanTegaldimo yang juga merupakan salah satu lokasi yang banyak terdapat tambak ekstensif. Statusluasan tambak ekstensif yang ada pada tahun 2007 hanya seluas 50 ha, dengan potensi luasanmangrove di Kecamatan Tegaldimo sebenarnya dapat dikembangkan tambak silvofishery di kawasantersebut lebih luas lagi. Budidaya tambak dengan sistem silvofishery juga telah berkembang diKecamatan Legonkulon Kabupaten Subang (Sadi, 2006).

Hutan mangrove sebagai jalur hijau di kawasan tambak sangat penting untuk keberlanjutanbudidaya udang itu sendiri. Budidaya secara terintegrasi yang memanfaatkan fungsi ekologi mangrovetelah dilaporkan dapat mengurangi pencemaran air akibat limbah budidaya yang dihasilkan (Fujiokaet al., 2008). Manfaat hutan mangrove bagi lingkungan sebenarnya sangat besar. Pohon-pohonmangrove dapat mengakumulasi logam berat yang terkandung dalam perairan (Heriyanto, 2011).Kandungan logam berat di perairan dapat berasal dari limbah-limbah kegiatan industri dan pelabuhan.Selain itu, juga dapat berasal dari limbah rumah tangga. Salah satu mengatasi pencemaran logamberat dengan menanam pohon mangrove di sekitar tambak.

Selain itu, hutan mangrove juga akan berdampak pada pertumbuhan udang yang dibudidayakan.Pertumbuhan udang windu pada budidaya pola intensif di tambak dengan penambahan serasahdaun mangrove Avicenia sp. sebanyak 0,125 g/L melalui petak tandon menunjukkan pertumbuhandan sintasan yang lebih baik dibanding dengan tanpa penambahan serasah daun mangrove (Gunartoet al., 2010). Pertumbuhan dan sintasan udang yang lebih baik tentunya diharapkan akan menghasilkantingkat produksi yang lebih baik.

Pantjara et al. (2011) menyatakan teknologi budidaya multitropik terintegrasi lebih sesuai bilakomoditas utama dipelihara secara intensif dengan jumlah pakan yang cukup tinggi dan menghasilkanlimbah organik. Yoram (1999) menyarankan penggunaan biofilter untuk mengelola kualitas air tetap

Page 9: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1131 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

terjaga dengan baik. Biofilter yang dapat digunakan di tambak antara lain dengan menggunakanrumput laut Gracilaria, mangrove, dan moluska. Tambak udang yang gagal dapat diupayakan denganpolikultur antara udang, bandeng, dan rumput laut. Rumput laut, Gracilaria dapat bermanfaat untukmenyerap nutrien dan memperbaiki kualitas air. Selain itu, pemanfaatan makrobentos sebagai biofilterjuga dapat dilakukan misalnya cacing laut juga dapat memanfaatkan nitrogen yang terdapat padalimbah pakan untuk dimanfaatkan sebagai pakan cacing laut (Honda et al., 2002).

Selain strategi budidaya untuk menjaga kualitas air di tambak dapat terjaga dengan baik, secarainfrastruktur juga perlu dibangun segera saluran pemasukan dan pengeluaran air tambak secarapermanen, sehingga air masuk dan keluar tidak tercampur menjadi satu di saluran tambak.Pembangunan infrastruktur ini memerlukan peran serta pemerintah daerah dalam perencanaan danpelaksanaannya.

KESIMPULAN

Kawasan tambak di Kabupaten Banyuwangi terbagi secara jelas sesuai dengan tingkat teknologiyang yang digunakan yaitu tingkat teknologi ekstensif dan semi-intensif tersebar merata di bagianSelatan Muncar. Sedangkan tambak dengan tingkat teknologi intensif/super intensif tersebar di bagianUtara Muncar.

Kondisi kualitas perairan di kawasan tambak umumnya masih baik. Namun untuk tambak ekstensif,ketersediaan sumber air (laut) sangat kurang mendukung disebabkan karena kondisi saluran air(utama dan sampingan) dalam kondisi yang tidak teratur dan rusak. Untuk meningkatkan produktivitas,pembenahan saluran, dan pematang sangat diperlukan. Dengan adanya kawasan industri danpelabuhan perikanan di Muncar, dapat berakibat pada penurunan mutu perairan yang dapat berdampakpada usaha budidaya udang di bagian Selatan Muncar. Tambak intensif/super intensif seluruhnyasudah mempunyai tandon air, sehingga kualitas dan kuantitasnya dapat dipertahankan.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air tambak tetap terjaga adalah denganmelakukan budidaya udang dengan penerapan kaidah CBIB yang benar dan budidaya secara terintegrasidengan komoditas lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangiatas bantuannya selama kegiatan lapangan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada SCI cabangBanyuwangi, Bapak Pitoyo dan Ibu Daruti yang telah membantu kelancaran pengumpulan datalapangan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada tim peneliti minapolitan di antaranya JohanRisandi dan Mat Fahrur yang telah membantu kelancaran kegiatan lapangan. Penelitian ini merupakanbagian dari penelitian model penerapan dan evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembanganminapolitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Tahun Anggaran 2012.

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2011a. Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi Tahun2011-2031.

Anonimus. 2011b. Kajian pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Banyuwangi. Laporanakhir. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 100 hlm.

American Public Health Association (APHA). 2005. Standard methods for examination of water andwastewater. 21 st edition, Centennial edition. PHA-AWWA-WEF, Washington, D.C., 1, 288 pp.

Banai–Kashani, R. 1989. A new method for site suitability analysis: the analytic hierarchy process.Environmental Management 13, p. 685-693.

Clark, W.A.V. & Hosking, P.L. 1986. Statistical Methods for Geographers. John Wiley & Sons, Inc., 513pp.

Fujioka, Y., Srithong, C., Shimoda, T., Shibuno, T., Ohba, H., & Tabuchi, R. 2008. Recycling orientedaquaculture system utilizing natural ecological functions of mangrove organisms. Proceedings ofthe 11th International Coral Reef Symposium. Ft. Lauderdale, Florida, 7-11 July 2008. 4 pp.

Page 10: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1132Kondisi lingkungan di kawasan pertambakan Kabupaten Banyuwangi ... (Rasidi)

Giap, D.H., Yi, Y., & Yakupitiyage, A. 2005. GIS for land evaluation for shrimp farming in Haiphong ofVietnam. Ocean & Coastal Management, 48: 51-63.

Gunarto & Mansyur, A. 2007. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak dengan padattebar berbeda menggunakan sIstem pemupukan susulan. J. Ris. Akuakultur, 2(2): 167-176.

Gunarto & Atmomarsono, M. 2007. Water Quality Conditions in White Shrimp Litopenaeus vannameiBrackishwater Pond With Different Percentages of Additional Fertilizer. Aquacultura Indonesiana,8(1): 1-9.

Hadie, W., Sudradjat, A., Supriyadi, H., Hadie, L.E., & Lusiastuti, A.M. 2008. Evaluasi kebijakanpengembangan budidaya udang di Indonesia. Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya.Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan danPerikanan. Jakarta, hlm. 145-158.

Heriyanto, N.M. 2011. Kandungan logam berat pada tumbuhan, tanah, air, ikan dan udang di hutanmangrove. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 8(4): 197-205.

Honda, H. & Kikuchi, K. 2002. Nitrogen budget of polychaete Perinereis nuntia vallata fed on the fecesof Japanese flounder. Fish. Sci., 68: 1,304-1,308.

Hossain, M.S., Chowdhury, S.R., Das, N.G., Sharifuzzaman, S.M., & Sultana, A. 2009. Integration ofGIS and multicriteria decision analysis for urban aquaculture development in Bangladesh. Landscapeand Urban Planning, 90: 119-133.

Hossain, M.S. & Gopal Das, N. 2010. GIS-based multi-criteria evaluation to land suitability modellingfor giant parwn (Macrobrachium rosenbergii) farming in Companigonj Upazila of Noakhali,Bangladesh. Computer and Electronics in Agriculture, 70: 172-186.

Johnson, K.& McChow, J. 2001. Using ArcGIS spatial analysis. Environmental Systems Research Institute(ESRI), Inc, USA, 236 pp.

Malczewski, J. 1999. GIS and mutlicriteria decision analysis. John Wiley & Sons. New York, 392 pp.Malczewski, J. 2000. On the use of weighted linear combination method in GIS: common and best

practice approach. Transaction in GIS 4, p. 5-22.Morain, S. 1999. GIS solution in natural resources management: balancing the technical–political

equation. On world press. USA, 361 pp.Mustafa, A. & Tarunamulia. 2009. Analisa daya dukung lahan tambak berdasarkan pada kuantitas air

perairan di sekitar Kecamatan Balusu Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur,4(3): 395-406.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N., & Biradar, R.S. 2005. Brackishwater aquaculture site selection inPalghar Taluk, Thane District of Maharashtra, India, using the techniques of remote sensing andgeographical information system. Aquacultural Engineering, 32: 285-302.

KKP. 2001. Asesmen tambak udang skala kecil Indonesia: sebuah analisa kesenjangan terhadap GlobalG.A.P and ASC. Prosiding Konsorsium Program Perbaikan Budidaya Udang yang Bertanggung Jawab, 115hlm.

KLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, No. 51 tahun 2004,tanggal 8 April 2004 tentang baku mutu air laut. Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta, 11hlm.

Pantjara, B., Rachmansyah, Mangampa, M., & Tonnek, S. 2011. Petunjuk teknis budidaya multitropikterintegrasi. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros, 20 hlm.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan lokasi tambak udang berwawasan lingkungan, Seri PengembanganHasil Penelitian No. PHP/KAN/PATEK/004/1992. 40 hlm.

Rachmansyah, Suwoyo, H.S., Undu, M.C., & Makmur. 2006. Pendugaan nutrient budget tambak intensifudang Litopenaeus vanamei. J. Ris. Akuakultur, 1(2): 181-202.

Saaty, T.L. 1977. A Scaling Method for Priorities in Hierarchical Structures. Journal of MathematicalPsychology, 15: 234-281.

Sim, S.Y., Rimmer, M., Williams, K., Toledo, J.D., Sugama, K., Rumengan, I., & Philips, M.D. 2005.Pedoman praktis pemberian dan pengelolaan pakan untuk ikan kerapu yang dibudidaya. AustralianCentre for International Agricultural Research, 18 hlm.

Page 11: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1133 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

Tarunamulia & Mustafa, A. 2009. Evaluasi rinci karakteristik dan tingkat kesesuaian lahan tambak diKecamatan Balusan Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. J. Ris. Akuakultur, 4(3): 425-438.

Taukhid, Suwidah, Sudradjat, A., Taufik, P., Hikmayani, Y., & Murniyati, 2002. Kebijakan pengelolaantambak udang di pantai Utara dan Selatan Jawa. Dalam Heruwati, E.S., Sudradjat, A., & Wardoyo,S.E. (Eds.) Analisa kebijakan pembangunan perikanan. Pusat Riset Pengolahan Produk dan SosialEkonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan danPerikanan. hlm. 35-50.

Troell, M. 2009. Integrated marine and brackishwater aquaculture in tropical regions: research,implementation and prospects. In Soto,D. (Ed.) Integrated mariculture: a global review. FAO Fisheriesand Aquaculture Technical Paper. No. 529. Rome, FAO. p. 47-131.

Utojo, Mustafa, A., Rachmansyah, & Hasnawi. 2009. Penentuan lokasi pengembangan budidaya tambakberkelanjutan dengan aplikasi sistem informasi geografis di Kabupaten Lampung Selatan. J. Ris.Akuakultur, 4(3): 407-423.

Page 12: KONDISI LINGKUNGAN DI KAWASAN PERTAMBAKAN …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA_052.pdf · terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dengan

1134Kondisi lingkungan di kawasan pertambakan Kabupaten Banyuwangi ... (Rasidi)

DISKUSI

Nama Penanya: Adang saputraPertanyaan:

Pengaruh probiotik terhadap kata aqoul bagaimana pengaruh probiotiknya ?Potensi Hutan mangrove

Tanggapan:Amoniah merupakan proses probabakan oleh bakteri pengurai, sementara bakteribaik untuk peningkatan produksi. Tetapi kalau banyak obat berdampak negatifTemakisasi masih 50 ha, sehingga dengan luasan yang ada mendukung silrofosluucsKawasan mangrove menjadi daerah konservasi