16
MODEL KOMUNIKASI DAN SENI PERTUNJUKAN Model-model komunikasi merupakan kelaziman proses dalam perkembangan ilmu komunikasi yang didasarkan pada objek pengamatan atau penerapannya dalam bentuk-bentuk komunikasi, baik komunikasi intrapersonal, antarpersonal, kelompok atau massa maupun komunikasi antarbudaya. Pada model-model komunikasi yang akan kita bahas bisa jadi akan terdapat model-model komunikasi yang sifatnya (searah) dan (dua arah). Oleh karena begitu banyak ragam model komunikasi yang sebelumnya telah ditulis atau digambarkan oleh beberapa pakar komunikasi dari berbagai latar disiplin ilmu, zam an, dan peruntukannya dalam penyampaian informasi maka dalam tulisan ini model komunikasi akan dipilih sekadar untuk menunjukkan bagaimana dari model- model tersebut dapat ditafsirkan bentuknya juga penerapannya dalam seni pertunjukan. Menafsirkan model komunikasi baik yang sifatnya maupun , yang verbal maupun non verbal pada seni pertunjukan perlu dibarengi dengan kekuatan tafsir terhadap apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana (5 W 1 H) seni pertunjukan linear circuler linear circuler B agian 3 35

Komunikasi Seni Pertunjukan 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ada banyak model komunikasi dalam seni pertunjukan, karena seni pertunjukan merupakan dunia mini kehidupan

Citation preview

Page 1: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

MODEL KOMUNIKASI DAN SENIPERTUNJUKAN

Model-model komunikasi merupakan kelazimanproses dalam perkembangan ilmu komunikasi yangdidasarkan pada objek pengamatan ataupenerapannya dalam bentuk-bentuk komunikasi,baik komunikasi intrapersonal, antarpersonal,kelompok atau massa maupun komunikasiantarbudaya. Pada model-model komunikasi yangakan kita bahas bisa jadi akan terdapat model-modelkomunikasi yang sifatnya (searah) dan(dua arah). Oleh karena begitu banyak ragam modelkomunikasi yang sebelumnya telah ditulis ataudigambarkan oleh beberapa pakar komunikasi dariberbagai latar dis iplin ilmu, zaman, danperuntukannya dalam penyampaian informasi makadalam tulisan ini model komunikasi akan dipilihsekadar untuk menunjukkan bagaimana dari model-model tersebut dapat ditafsirkan bentuknya jugapenerapannya dalam seni pertunjukan.

Menafsirkan model komunikasi baik yang sifatnyamaupun , yang verbal maupun non

verbal pada seni pertunjukan perlu dibarengi dengankekuatan tafsir terhadap apa, siapa, dimana, kapan,mengapa dan bagaimana (5 W 1 H) seni pertunjukan

linear circuler

linear circuler

B a g i a n 3

35

Page 2: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

sebagai suatu peristiwa komunikasi. Dalam sebuahpertunjukan dimungkinkan adanya komunikasiverbal, misalnya ketika sesi (lawakan) dalamsebuah rangkaian pertunjukan teater rakyat. Biasanyaseorang pelawak dengan segenap kekuatanimprovisasinya mencoba berdialog denganpenontonnya. Komunikasi non verbal pun akanter jadi ketika dalam sebuah pertunjukantergambarkan peristiwa sedih, senang, bahagia danlucu (tragis, komedis, dan melodramatis). Komunikasinon verbal juga hadir dalam bentuk tari, gerak-gerak

dan panggung yang menyelimutikeseluruhan pertunjukan.

Sementara komunikasi yang bersifat danpun memungkinkan terjadi pada peristiwa

pertunjukan. Komunikasi yang terjadi tatkalapublik penonton dianggap sebagai sosok yang pasif.Peristiwa pertunjukan yang melibatkan penontonpasif ini biasa terjadi dalam pertunjukan tari maupunmusik atau teater yang umumnya diselenggarakanpada area (di sebuah gedung pertunjukan)dengan keketatan protokoler yang mengharuskanpenonton ”hanya menikmati”. Secara tidak langsungantara pertunjukan dan penonton dengan bentukdemikian akan mengakibatkan terjadinya proseskomunikasi yang searah, individu-individu penontonseakan meng-iya-kan pertunjukan yang tersaji namuntak pernah memberikan konkrit terhadappertunjukan yang mereka tonton.

Akan tetapi bentuk tersebut senyatanya bisa sajaditolak, karena pada dasarnya penonton tidak sepasifapa yang dibayangkan. Penonton pertunjukan akanberpikir tentang apa yang mereka lihat dalam pentasdan mencoba mencari makna pertunjukan yang

bodoran

sleptik setting

linearcirculer

linear

indoor

feedback

Komunikasi Seni Pertunjukan

36

Page 3: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

mereka nikmati. Makna yang mereka tangkap tentusaja akan berkait dengan pola pikir mereka masing-masing. Dengan demikian, komunikasi senipertunjukan pada dasarnya menawarkan bentukkomunikasi yang interaktif, dua arah. Aruskomunikasi yang dua arah dan interaktif biasanyaakan banyak terjadi pada pertunjukan-pertunjukan;musik, tari, dan teater yang diselenggarakan secara

, di lapangan terbuka dengan melibatkanpenonton sebagai bagian dari pertunjukan, misalnyapertunjukan musik dangdut yang interaktif antaraperilaku penonton dan yang ditonton; penyanyimerespon permintaan penonton, baik lagu maupun' menarinya. Dalam pertunjukan teaterrakyat misalnya, suasana interaktif lebih terasadengan gaya seniman teater rakyat yang melayanimasyarakat penontonnya, baik dari segi lakonmaupun bagian-bagian yang mengiringi alur strukturpertunjukan seperti tarian dan musik.

Dengan asumsi bahwa seni pertunjukan sebagaimedia komunikasi, maka seni pertunjukan padadasarnya dapat didekati dengan berbagai bentukmodel komunikasi. Namun kembali harus kitapikirkan, bahwa seni pertunjukan bukan semata-matamedia yang memberikan informasi tapi lebih padasebuah bentuk konsensus sosial budaya masyarakatlingkungannya. Seni pertunjukan merupakankristalisasi pemikiran seniman sebagai kreator wujudseni yang dihasilkan dari perjalanan proses panjangmenangkap fenomena-fenomena dan dihubungkandengan nomena yang berkaitan. Pertunjukan senibukan hanya menampilkan sisi teknis kesenian, tapimembawa wacana besar tentang kehidupan sosialbudaya masyarakatnya.

outdoor

goyangan'

Komunikasi Seni Pertunjukan

37

Page 4: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

Untuk hal tersebut, model-model komunikasiyang telah akrab dipahami oleh para pengamatkomunikasi, dipelajari oleh banyak mahasiswakomunikasi, masyarakat penyelenggara media, danmasyarakat umum yang menggeluti komunikasiperlu menyadari bahwa setiap model yang ada dapatditerapkan dalam konteks media seni pertunjukan.Hal ini disebabkan karena seni pertunjukanmerupakan replika dunia nyata, suatu bentuk jagatkecil yang menceritakan tentang kehidupan jagatbesar. Ungkapan ”dunia adalah panggungsandiwara” merupakan bukti bahwa apa yangdisajikan seni pertunjukan adalah suatu metafor,simbol, dan sekaligus wahana pemaknaan konotatifdan denotatif.

Model-model komunikasi yang sudah diakrabikiranya dapat diapresiasi untuk memberikaninformasi tentang bagaimana proses komunikasidalam seni pertunjukan dapat diwujudkan. Beberapamodel yang akan kita coba baca dalam tulisan ini diantaranya meliputi model komunikasi StimulusRespon, Model Aristoteles, Model Lasswell (1948),Model Scrhamm, Model Gudykunst & Kim, ModelBerlo, dan Model Interaksional.

Adalah John C. Zhacaris dan Coleman C. Benderyang menorehkan model komunikasi paling dasar,yakni model stimulus-respons. Model ini dipengaruhi

Model Stimulus Respon

Komunikasi Seni Pertunjukan

38

Page 5: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

oleh disiplin psikologis, khususnya yang menganutaliran behavioristik (Mulyana, 2001: 132). Dalammodel ini, proses komunikasi menganggap bahwamanusia dianggap pasif yang cenderung hanyamenjawab apa yang diingikan sumber komunikasi(komunikator).

Penerapan model tersebut dalam seni pertunjukandimungkinkan bagi pertunjukan-pertunjukan musik,tari, dan teater yang dikreasi dan dipertunjukkandengan memakai jarak melalui medium imajiner.Pertunjukan yang berjarak membuat penonton tidakdapat secara spontan dan langsung memberikanrespons yang mempengaruhi suatu pertunjukan.Komunikasi yang terjadi dalam model ini dianggapsebagai sesuatu yang statis. Lebih jauh, modelkomunikasi semacam ini menganggap manusia selaluberperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus). Haldemikian dapat kita ketahui dari kelanjutan modelZacharis dan Bender yang memberikan gambarantentang orang kedua (komunikan) hanya akanmemberikan senyum jika seseorang (komunikator)mengawalinya dengan senyum, jika seorangkomunikator memberikan stimulus sedih maka akandirespons dengan kesedihan oleh komunikan.Begitupun dengan pertunjukan, jika suatupertunjukan menggambarkan potret buramkesedihan maka respon penonton berada padalingkup kesedihan, sebaliknya jika pertunjukanbagian dari kesukacitaan maka respons penontonmenggambarkan kegembiraan.

Model komunikasi seperti tersebut dianggapkelemahan dalam komunikasi karena mengabaikankomunikasi sebagai proses manusiawi atau faktormanusia. Oleh karena paham behavioristik yang

Komunikasi Seni Pertunjukan

39

Page 6: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

melatarbelakangi model ini, maka faktor lingkunganluar menjadi sangat dominan mempengaruhi responsmanusia sebagai komunikan. Jika model ini dipakaidalam mengapresiasi seni pertunjukan, maka akanterdapat kendala pada kebebasan pikir manusia untukmenanggapi sajian karya seni. Seolah-olah, karya seniyang terjadi merupakan hasil final yang tidak dapatditeruskan dengan perenungan. Para penontondibingkai pikirannya oleh pertunjukan yangdikemas oleh seniman hanya untuk menerima apayang ditawarkan tapi tidak untuk mengkritisi apayang disajikan.

Aristoteles yang kita kenal sebagai filsuf Yunanimerupakan tokoh yang mengawali pembentukanmodel komunikasi yang disebut model retoris( ). Dalam modelnya ia mengemukakantiga unsur penting dalam komunikasi; pembicara,pesan, dan pendengar. Dengan unsur-unsur tersebutmaka komunikasi dalam model ini dikenal jugadengan komunikasi publik, yang lebih menekankanketerampilan berpidato. Faktor terampil dalamberbicara ini penting oleh karena melibatkan aspekpersuasi sebagaimana dituliskan oleh Deddy Mulyana

frame

rethorical model

Model Aristoteles

Komunikasi Seni Pertunjukan

40

Page 7: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

(2001: 135) bahwa persuasi gaya Aristotelian dicapaioleh siapa anda ( keterpercayaan anda), argumentanda ( logika dalam pendapat anda), dandengan memainkan emosi khalayak ( emosikhalayak).

Dalam seni pertunjukan kita sering mengenal danmerasakan adanya model komunikasi ini,minimalnya kita merasakan ketika menontonpertunjukan teater yang memiliki yangpanjang. Kita melihat bagaimana gaya seorang aktordengan keterampilan berbicara dan mempersuasikanlingkungannya dalam sebuah drama monologmisalnya. Hal demikian menggambarkan komunikasiyang terjadi dalam seni pertunjukan merupakanpersuasi dari para aktor, yang sementara parapenonton pada dasarnya dianggap statis hanyadidudukan pada posisi sebagai pendengar ataupenonton belaka.

Pada model Aristotel ian yang tidakmemasukan aspek non verbal sebagai sebuah responyang lazimnya ada pada setiap proses komunikasimerupakan kelemahan model ini. Jika kita perhatikan,dalam seni pertunjukan sudah dipastikan ada aspeknon verbal entah sebagai stimulus ataupun responbalik secara tidak langsung dari yang melakukanproses komunikasi. Dengan demikian, model inimerupakan model yang paling sederhana dipandangdari faktor komunikasi. Anggapan yang palingekstrim apabila model ini diterapkan dalam bentuks e n i p e r t u n j u k a n , s e p e r t i h a l n y a k i t amempertunjukkan kemasan seni pertunjukan padapara penonton yang niatannya hanya untuk rileksasi;pertunjukan berjalan sendiri dan penonton pun asyikdengan sendirinya, dialog-dialog dalam pertunjukan

etos;logos;

pathos;

soliloque

Komunikasi Seni Pertunjukan

41

Page 8: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

meluncur begitu saja dan penonton pun asyikbercengkerama.

“Siapa mengatakan apa saluran atau media yangmana pada siapa dan apa pengaruhnya”,merupakan model Lasswell sebagai modelkomunikasi massa. Ia berpendapat bahwakomunikasi terjadi tidak selalu dua arah, adakalanyakomunikasi satu arah perlu juga diterapkan dalammasyarakat. Model komunikasi ini biasa dilakukandalam hajat hidup masyarakat komunal yang lebihmengutamakan efek komunikasi ( ) daripadamakna ( ). Lebih jauh, komunikasi modelLasswell ini lebih mementingkan fungsi daripada arti.Untuk itu, model ini biasa dipakai oleh politikus,pendidik, propagandis dan sebagainya.

Berkaitan dengan seni pertunjukan, model ini akansangat tepat jika diterapkan pada pertunjukanpesanan yang berbau politis dan propagandis ataupertunjukan-pertunjukan rakyat yang lebihmengedepankan fungsi diadakannya pertunjukanuntuk kepentingan masyarakat secara massal.Pertunjukan-pertunjukan tersebut bisa berupa tarian,

Model Lasswell

WhoSays What

In Which ChanelTo Whom

With What Effect ?

,, ,

effectmeaning

Komunikasi Seni Pertunjukan

42

Page 9: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

musik/karawitan, dan drama/teater, misalnyapertunjukan musik dalam rangka kampanye politikatau pertunjukan yang didasarkan ataspesanan suatu instansi dalam suatu perayaan tertentu.

Pada sebuah pertunjukan yang disajikan untukkepentingan ideologi, membangun suatu pahampolitis; marxis, orde baru dan lain-lain dapat kiranyaditerapkan model komunikasi Lasswell. Padakemasan seni pertunjukan tari yang khususnya untukmemenuhi undangan suatu negara dalamkepentingan diplomasi budaya, model ini dapatdigunakan sebagai penyampaian informasi ataskekayaan seni dan keindahan seni suatu negarapengirim (kontingen).

Pada seni pertunjukan rakyat didapatkan satu polayang cenderung mengikuti model ini, misalnyapertunjukan rakyat yang sudah menjadi tradisimasyarakatnya dalam rangka ataupenolakan di suatu tempat. Namun demikian,pengaruh-pengaruh yang dibangun dari bentukkomunikasi ini harus pula diketahui dan dipahamioleh segenap penontonnya sebab biasa dikemas secarasimbolik. Oleh karena sifat seni pertunjukan yangsimbolik, maka model ini tidak mampu menjangkauranah simbolik yang disajikan.

Intinya, komunikasi seni pertunjukan dalammodel Lasswell tidak mempersoalkan makna darisetiap elemen yang menjadi bagian atau unsurpertunjukan, tetapi lebih pada bagaimana suatukemasan utuh pertunjukan dapat memberikanpengaruh pada masyarakat lingkungannya. Dengandemikian model komunikasi seperti ini biasanyadifungsikan dalam kaitannya dengan pengawasanlingkungan, korelasi berbagai bagian terpisah dalam

oratorium

selamatanbala

Komunikasi Seni Pertunjukan

43

Page 10: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

masyarakat yang merespon lingkungan, dantransmisi warisan sosial dari suatu generasi kegenerasi berikutnya.

Model ini sangat menyederhanakan proseskomunikasi terutama dalam komunikasi senipertunjukan. Jika komunikasi seni pertunjukanditerapkan dalam model semacam ini, maka seorangkreator atau penyelenggara pertunjukan yangberkepentingan sangat berharap akan hadirnyapenonton. Dengan model ini pula, pertunjukan akansangat karena pesan yang dihadirkan harusbertujuan sesuai mandat atau niatan awaldiadakannya suatu pertunjukan yang sifatnya praktis.

Wilbur Scrhamm adalah seorang yang telahbeberapa kali membuat model komunikasiantarmanusia, namun pada intinya ia menegaskanbahwa harus ada 3 unsur dalam komunikasi, yaknisumber ( ), pesan ( ), dan sasaran( ). Jika model ini diterapkan dalamkomunikasi seni pertunjukan maka bagian-bagianmodel dapat kita interpretasikan, misalnya

,

artificial

Source MessageDestination

encoder

Model Scrhamm

Komunikasi Seni Pertunjukan

44

Page 11: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

adalah pelaku seni, adalah penikmat seni, danadalah pertunjukannya. Permasalahannya

pada model ini bagi seni pertunjukan yang sangatterikat oleh ruang, waktu dan peristiwa tidakmemungkinkan seni pertunjukan diwadahi olehmodel Scrhamm. Model Scrhamm cenderungmenekankan pada komunikasi sebagai interaksidengan kedua pihak yang harus terdapat umpan balikdan “lingkaran” berkelanjutan. Menurutnya bahwasemakin besar maka semakin baik proseskomunikasi dan untuk menuntaskan komunikasimaka suatu pesan harus disandi balik. Artinya, dalammodel ini mengindikasikan bahwa dalam senipertunjukan, komunikasi tidak pernah tuntas karenatidak ada penyandian balik ketika pertunjukanberlangsung. Seni pertunjukan yang dibatasi olehwaktu tidak akan mampu bagi pelaku seni untukmenyandi balik interpretasi penontonnya.

Dengan kata lain, pertunjukan hanya terjadi satukali dalam ruang, waktu dan peristiwanya. Begitupunkomunikasi pada dasarnya terjadi hanya satu kaliketika kita ada pada waktu, ruang, dan peristiwa yangsatu. Contoh dari pernyataan tersebut misalnya;ketika pertama kali kita menonton sajian lakon

karya Sophokles kita mendapatkanpengalaman dan interpretasi tersendiri pertamakalinya, namun di saat kedua kita menontonpertunjukan yang sama maka pengalaman kita akanberubah dan interpretasi kita pun akan berubah tidakseperti pengalaman pertama kali menontonpertunjukan tersebut. Hal demikianlah yangkemudian tidak dapat sepenuhnya model komunikasiScrhamm diadopsi sebagai salah salah model dalamkomunikasi seni pertunjukan.

decodermassage

signal

Oedipus

Komunikasi Seni Pertunjukan

45

Page 12: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

Model Berlo

Model Berlo cukup dikenal luas oleh masyarakatkomunikasi dengan sebutan SMCR yang berartikepanjangan dari (sumber), (pesan),

(saluran), dan (penerima). John W.Keltner mengatakan bahwa model SMCR inimenekankan pada sumber dan penerima pesan yangdipengaruhi oleh faktor keterampilan komunikasi,sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya(Keltner dalam Mulyana, 2001: 150). Model ini dapatditerapkan dalam berbagai bentuk komunikasitermasuk juga pada komunikasi seni pertunjukan(tari, teater/drama, dan musik/karawitan). Hal inimemungkinkan karena setiap pertunjukan akan dapatmemberikan cukup informasi atau pesan jikapertunjukan yang dipergelarkan berada satu wilayahketerampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistemsosial dan budaya dalam satu kesatuan. Dengansebuah saluran panca indera maka pesan pertunjukan

source massagechannel receiver

Komunikasi Seni Pertunjukan

46

Page 13: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

akan dapat dikembangkan dan ditangkapberdasarkan elemen, stuktur, isi, perlakuan dan kodeyang ada dalam pertunjukan tersebut. Akan tetapikelemahan dalam model ini tidak mencantumkanumpan balik dan tidak menganggap penting aspeknon verbal masyarakat penikmat seni atau penontonsebagai penerima ( ).

Model ini disebut juga komunikasi antarbudayayang berlainan, namun dua sosok yang berlainantersebut merupakan komunikan/komunikator yangsetara dalam komunikasi. Keduanya masing-masingsebagai pengirim dan sekaligus penerima, atau kedua-duanya sekaligus melakukan penyandian balik.Penekanan dalam komunikasi model ini didasarkanpada penyandian pesan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosio-budaya, psiko-budaya, danfaktor lingkungan.

Setiap proses komunikasi tidak akan tertutup, tapidipengaruhi oleh hal-hal lain, maka kaitan model ini

receiver

Model Gudykunst & Kim

Komunikasi Seni Pertunjukan

47

Page 14: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

dengan seni pertunjukan lebih pada pertunjukan-pertunjukan yang bersifat interkultural baik pada tari,musik maupun teater. Pada pertunjukan interkulturalsangat mementingkan presentasi simbol-simbolbudaya yang berlaku pada para pelaku seni. Untukmengetahui bagaimana simbol-simbol budayatersebut dapat dikomunikasikan lewat sebuahpertunjukan tergantung pada unsur-unsur budayayang mereka miliki. Larry A. Samovar dan Richard E.Porter mengemukakan enam unsur budaya yangmempengaruhi persepsi masyarakat untuk tetapberkomunikasi dengan seseorang (kreator, seniman)termasuk juga hasil karyanya agar komunikasi tetapterjaga, yakni: (1) kepercayaan ( ), nilai ( ),dan sikap ( ); (2) pandangan dunia ( );(3) Organisasi sosial/kelompok ( );(4) sifat manusia ( ); (5) orientasi kegiatan( ); dan (6) persepsi tentang diri danorang lain ( ). Dari keenamunsur budaya ini sangat disarankan untuk dipahamioleh kreator/seniman dengan sifat adaptif agarmedia pertunjukan yang mereka wujudkan dapatselalu berkomunikasi dengan masyarakat dimanapertunjukan itu ditampilkan.

Model komunikasi interaksional merupakanmodel komunikasi yang sangat menghargaikebebasan manusia. Sosok yang menampilkan modelkomunikasi ini Herbert Blumer, yang dalam teorinyamenjelaskan 3 dasar penting dalam manusia: 1)Manusia bertindak berdasarkan makna yangdiberikan individu terhadap lingkungannya; 2)Makna itu berhubungan langsung dengan interaksi

belief valuesattitudes worldview

social organizationshuman nature

activity orientationperception of self and other

Model Interaksional

Komunikasi Seni Pertunjukan

48

Page 15: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

sosial individu dengan lingkungan sosialnya; dan 3)Makna diciptakan, dipertahankan dan diubah lewatproses penafsiran yang dilakukan oleh individudalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

Komunikasi interaksional ditunjukkan olehgambar model komunikasi simbolik (komunikasiinteraksional) di atas, bahwa peserta komunikasiadalah orang-orang yang mengembangkan sisi-sisimanusiawinya lewat suatu interaksi dengan oranglain. Posisi manusia yang bebas dalam kedudukannyasebagai peserta komunikasi dianggap sebagai orangyang aktif, kreatif, dan reflektif menafsirkan dirinyalewat proses interaksi. Model interaksional dalamkomunikasi seni pertunjukan melihat peluang yangsignifikan pada bagaimana pertunjukan yang olehpara pelakunya diwujudkan, baik dalam bentuk tari,musik/karawitan maupun teater atau drama.

Seiring dengan kebebasan berekspresi manusia,seni pertunjukan sudah saatnya mengacuh padabentuk komunikasi interaksional yang lebihmenghargai manusia sebagai mahluk hidup yangberpikir dan memiliki kebudayaan. Pertunjukan yang

Komunikasi Seni Pertunjukan

49

Page 16: Komunikasi Seni Pertunjukan 4

dipergelarkan dengan memahami model komunikasiseperti ini akan lebih dapat mencerahkan masyarakatlingkungannya, tidak saja mementingkan fungsi senipertunjukan namun dapat mengeksplorasi makna dibalik simbol-simbol budaya yang ada dalampertunjukan.

Komunikasi Seni Pertunjukan

50