43
Komponen Sistem Imun Kelompok 1 Ayu Kristiningrum Minawati Tekla Angelina

Komponen Sistem Imun

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Imunologi, komponen sistem imun

Citation preview

Page 1: Komponen Sistem Imun

Komponen Sistem Imun

Kelompok 1Ayu Kristiningrum

MinawatiTekla Angelina

Page 2: Komponen Sistem Imun

SEL DARAH PUTIH

Page 3: Komponen Sistem Imun

Pengertian

• Leukosit adalah unit mobil dari sitem pertahanan tubuh. Mereka dibentuk sebagian dalam sumsum tulang (granulosit dan monosit, dan beberapa limfosit), dan sebagian dalam jaringan limfe (limfosit dan sel plasma) tetapi setelah pembentukan, mereka di transport dalam darah ke berbeagai bagian tubuh dimana mereka digunakan.

Page 4: Komponen Sistem Imun

Manfaat

• Sebagian besar mereka secara khusus ditransport ke daerah-daerah peradangan yang berbahaya, dengan cara demikian memberikan pertahanan yang cepat dan paten terhadap setiap agent infeksi yang mungkin terdapat.

Page 5: Komponen Sistem Imun

Jenis-jenis sel darah putih • Terdapat 6 jenis sel darah putih normal terdapat

dalam darah yaitu polimorfonuklear neutrophil, polimorfonuklear eosinophil, polimorfonuclear basophil, monosit, limfosit, dan sel plasma.

• Selain itu terdapat trombosit dalam jumlah bersar yang merupakan fragmen jenis ke tujuh dari sel darah putih yang di temukan dalam sumsum tulang, megakariosit.

• Tiga jenis polimorfomuklear mempunyai granula, berdasarkan ini mereka dinamakan granulosit.

Page 6: Komponen Sistem Imun

Lanjutan…

• Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadapt invasi organisme degan memakannya yaitu, dengan progress fagositosis.

• Salah satu fungsi limfosit adalah menyerang organisme penyerang spesifik dan menghancurkannya; ini adalah bagian dari system kekebalan.

• Fungsi trombosit adalah untuk mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Semua fungsi ini merupakan beberapa atau berbagai jenis mekanisme pertahanan.

Page 7: Komponen Sistem Imun

Genesis Leukosit• Sel polimorfonuklear dan monosit normal

dibentuk hanya dalam sumsum tulang. • Limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam

berbagai organ limfogenik termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai limfoid yang terletak dalam usus dan di tempat lain.

• Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum sampai mereka dibutuhkan dalam sistem sirkulasi

Page 8: Komponen Sistem Imun

Sifat-sifat Sel Darah Putih

• Diapedesis• Gerak amuboid• Fagositosis• Fagositosis oleh neutrophil• Fagositosis oleh monosit – fungsi makrofag

Page 9: Komponen Sistem Imun

Diapedesis

• Sel darah putih dapat menerobos melalui pori-pori dan melalui sel-sel endotel pembuluh darah dengan proses diapedesis. Yaitu, walaupun pori jauh lebih kecil daripada ukuran sel, sebagian kecil sel menerobos pori, bagian yang menerobos untuk sementara mengecil sampai seukuran pori.

Page 10: Komponen Sistem Imun

Gerak amuboid

• Waktu sel telah masuk ke jaringan, khususnya polimorfonuklear leukosit, dan limfosit besar dan monosit dalam batas tertentu, bergerak melalui jaringan dengan gerak amuboid.

Page 11: Komponen Sistem Imun

Kemotaksis

• Sejumlah zat kimia dalam jaringan menyebabkan leukosit bergerak mendekati atau menjauhi sumber zat kimia. Fenomena ini dikenal sebagai kemotaksis.

• Hasil-hasil degenerasi jaringan yang meradang, khususnya jaringan polisakarida dan juga salah satu hasil reaksi zat-zat kompleks yang dinamakan “komplemen” dapat menyebabkan neutrophil dan monosit bergerak mendekati daerah peradangan. Selain itu, sejumlah toksin bakteri dapat menyebabkan kemotaksis leukosit.

Page 12: Komponen Sistem Imun

Fagositosis

• Fungsi neutrophil dan monosit yang paling penting adalah fagositosis.

• Sebenarnya, fagosit harus memilih zat yang akan difagosit, karena bila tidak, sebagian dari struktur tubuh sendiri akan dimakan.

Page 13: Komponen Sistem Imun

Fagositosis oleh neutrophil• Untuk mendekati partikel yang akan difagosit, neutrophil

mengeluarkan pseudopodi ke segala arah sekitar partikel, dan pseudopodi satu sama lain saling bersatu pada tempat yang berlawanan. Hal ini menimbulkan ruangan tertutup yang mengandung partikel yang difagosit. Kemudian ruangan mengalami invaginasi ke dalam rongga sitoplasma, dan bagian membrane sel yang mengelilingi partikel yang di fagosit terlepas dari membrane luar sel untuk membentuk vesikel fagosit yang bebas mengambang di dalam sitoplasma.

• Satu neutofil biasanya dapat mengfagosit 5 – 20 bakteri sebelum neutrophil itu sendiri menjadi tidak aktif dan mati.

Page 14: Komponen Sistem Imun

Fagositosis oleh monosit – fungsi makrofag

• Makrofag merupakan bentuk matang dari monosit. • Makrofag merupakan fagosit yang jauh lebih kuat daripada

netrofil. Sering mampu menfagosit 100 bakteri. Mereka mempunyai kemampuan menelan banyak partikel yang lebih besar dan sering 5 kali atau lebih banyak partikel yang ditelan neutrophil. Dan juga mereka dapat menfagosit seluruh sel darah merah atau parasit-parasit sedangkan nrutrofil tidak mampu menfagosit partikel yang lebih besar daripada bakteri. Makrofag juga mempunyai kemampuan yang jauh lebih besar dari neutrophil dalam memfagosit jaringan nekrotik, yang merupakan fungsi yang sangat penting yang dilakukan sel ini pada peradangan kronik.

Page 15: Komponen Sistem Imun

Kematian fagosit sebagai akibat fagositosis

• Fagosit terus memakan dan mencernakan pertikel-pertikel asing sampai zat toksik dari partikel asing dan dari enzim-enzim hidrolitik dikeluarkan oleh lisosom tertimbun dalam sitoplasma dan mematikan fagosit itu sendiri. Jadi, polimorfonuklear neutrophil biasanya mampu memfagosit sekitar 5 – 25 bakteri sebelum mati, tetapi makrofag kadang-kadang menelan sebanyak 100 bakteri sebelum mati.

Page 16: Komponen Sistem Imun

SISTEM RETIKULOENDOTEL

Page 17: Komponen Sistem Imun

• Selain sel darah putih, sekelompok sel-sel lain yang tersebar dengan luas diseluruh jaringan dan membatasi beberapa pembuluh darah dan limfe juga membantu melindungi tubuh terhadap invasi asing. Kelompok sel-sel yang utama tidak dapat bergerak ini secara keseluruhan dinamakan sitem retukuloendotel.

• Sebagian besar sitilah ini terdiri dari 2 jenis sel: 1) sel yang terutama berasal dari monosit dan yang membesar menjadi makrofag, jaringan sel-sel ini terdapat dalam berbagai jaringan dan juga melekat pada dinding pembuluh darah dan saluran limfe 2) sel-sel limfositik yang mengembara melalui jaringan atau yang terperangkap dalam jaringan limfoid tertentu seperti kelenjar limfe.

Page 18: Komponen Sistem Imun

Sel Retikuloendotel yang Berasal dari Monosit

Banyak monosit yang waktu masuk jaringan terpancang dalam jaringan dan melakukan aktivitas fagositosis dalam posisi terikat pada dasarnya (sesil). Ini merupakan gambaran umum makrofag besar kecuali penggerakan bebas melalui jaringan, mereka terperangkap atau melekat pada jala-jala jaringan. Beberapa jenis sel seperti ini adalah sbb: • Makrofag jaringan (histiosit)• Makrofag pada nodus limfatikus• Makrofag alveolar• Makrofag jaringan (sel Kupffer) dalam sinus-sinus hati• Makrofag limpa dan sumsum tulang

Page 19: Komponen Sistem Imun

Makrofag jaringan (histiosit)• Banyak monosit yang mengembara dalam jaringan terpancang

dalam jaringan dan kemudian membengkak menjadi marofag jaringan yang terpancang, yang jga dinamakan histiosit.

• Selama peradangan, histiosit ini dapat membelah in situ dan membentuk lebih banyak histiosit. Seringkali, mereka berproliferasi dan membentuk sel raksasa yang meliputi partikel-partikel asing yang tidak dapat dicernakan, seperti debu siliko, karbon, dsb yang secara efektif memisahkan partikel-partikel ini dari jaringan lainnya. Proses “walling off” ini seringkali juga terjadi akibat respon infeksi kronik tertentu misalnya, tuberculosis dan, oleh karena itu merupakan mekanisme yang penting untuk mencengah penyebaran penyakit.

Page 20: Komponen Sistem Imun

Makrofag pada nodus limfatikus• Pada hakekatnya, tidak ada partikel yang masuk jaringan dapat

diabsorpsi secara langsung melalui membran kapiler masuk ke dalam darah. Sebagai gantinya, bila partikel tidak di hancurkan secara local dalam jaringan, mereka masuk limfe dan mengalir melalui pembuluh limfe ke nodus limfatikul yang terlerak intermiten sepanjang pembuluh limfe. Partikel asing ini terperangkap dalam jala-jala sinusoid.

• Organisasi umum nodus limfatikus, menunjukan limfe yang masuk melalui pembuluh limfe aferen, mengalur ke sinus medularis dan akhirnya ke luar dari hillus masuk ke dalam pembuluh limfe eferen. Sejumlah besar makrofag jaringan membatasi sinus-sinus, dan bila ada partikel yang memasuki sinus, sel-sel ini memfagosit mereka dan mencegah penyebaran umum di seluruh tubuh.

Page 21: Komponen Sistem Imun

Makrofag alveolar• Jalan lain yang dilalui oleh organisme penginvasi sering

masuk tubuh melalui sitem respirasi. Untungnya terdapat makrofag dalam jumlah besar sebagai komponen integral dinding alveolar. Sel-sel ini dapat mengfagosit partikel-partikel yang terperangkap dalam alveoli. Bila partikel dapat dicernakan, makrofag juga dapat mencernakan mereka dan melepaskan hasil-hasil penceernaan ke dalam limfe. Bila partikel tidak dapat dicernakan, makrofag mengadakan “wall off” partikel sampai suatu waktu, bila mungkin, mereka dapat dilarutkan secara perlahan.

Page 22: Komponen Sistem Imun

Makrofag jaringan (sel Kupffer) dalam sinus-sinus hati

• Jalan lain di mana bakteri menyerang tubuh adalah melalui saluran pencernaan. Bakteri dalam jumlah besar secara terus menerus melewati mukosa usus masuk ke dalam darah porta. Akan tetapi, sebelum darah ini masuk sirkulasi umum, ia harus melalui sinus-sinus hati; sinus-sinus dibatasi dngan makrofag jaringan yang dinamakan sel Kupffer.

• Sel-sel ini membentuk system filtrasi partikel yang efektif sehingga hampir tidak ada satupun bakteri dari saluran pencernaan berhasil melewati darah portal masuk ke dalam system sirkulasi umum. Memang gambaran gerak fagositosis dari sel Kupffer menunjukan fagositosis dari satu bakteri yang kurang dari 1/100 detik.

Page 23: Komponen Sistem Imun

Makrofag limpa dan sumsum tulang

• Bila organisme yang menyerang berhasil masuk dalam sirkulasi umum, masih terdapat garis pertahan lain oleh system retikuloendotel, khususnya oleh sel-sel retikuloendotel limpa dan sumsum tulang. Dalam kedua jaringan ini, makrofag terperangkap oleh jala-jala retikuler dari ke dua organ, dan bila partikel asing bersentuhan dengannya, maka partikel difagositosis.

Page 24: Komponen Sistem Imun

ORGAN DAN SISTEM LIMFATIK

Page 25: Komponen Sistem Imun

Organ limfatik

Sejumlah organ limfoid dan jaringan limfoid yang morfologis dan fungsional berlainan berperan dalam respons imun. Organ limfoid tersebut dapat dibagi menjadi organ primer dan sekunder. Timus dan sumsum tulang adalah organ primer yang merupakan organ limfoid tempat pematangan limfosit.

Page 26: Komponen Sistem Imun

Organ limfoid primer

• Organ limfoid primer atau sentral terdiri atas sumsum tulang belakang dan timus. Organ limfoid primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Karena itu organ tersebut berisikan limfosit dalam berbagai fase diferensiasi.

• Sel hematopoietic yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam sirkulasi dan didistribusikan ke berbagai bagian tubuh.

Page 27: Komponen Sistem Imun

Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang merupakan jaringan kompleks tempat hematopoiesis.

Page 28: Komponen Sistem Imun

Timus• Tidak semua organ limfoid berfungsi sebagai

saringan, beberapa diantaranya adalah sebagai pabrik untuk membuat lebih banyak limfosit. Sel primitive melalui aliran darah masuk dalam timus. Di sini sel membelah diri, yang lalu menjadi dewasa dimana ia memperoleh kesempurnaan untuk bertindak dalam proses kekebalan. Inilah yang disebut limfosit-T. Limfosit-T ialah yang kemudian bertindak dalam respons kekebalan seluler dan menempati daerah tertentu dalam organ limfoid, yaitu daerah bebas pembuluh darah (white pulp) di dalam limpa.

Page 29: Komponen Sistem Imun

Organ limfoid sekunder• Limpa dan KGB merupakan organ limfoid sekunder yang

terorganisasi tinggi. Jaringan limfoid yang kurang terorganisasi secara kolektif disebut MALT yang ditemukan di berbagai tempat di tubuh. MALT meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang berhubungan dengan mukosa di berbagai lokasi, seperti SALT di kulit, BALT di bronkus, GALT di saluran cerna, mukosa hidung, tonsil, mame, serviks uterus, membrane mukosa saluran napas atas, bronkus dan saluran kemih.

• Organ limfoid sekunder merupakan tempat SD mempresentasikan antigen yang ditangkapnya di bagian lain tubuh ke sel T yang memacunya untuk proliferasi dan diferensiasi limfosit.

Page 30: Komponen Sistem Imun

Limpa

• Limpa merupakan tempat respons imun utama yang merupakan saringan terhadap antigen asal darah.

• Mikroba dalam darah dibersihkan makrofag dalam limpa. Limpa merupakan tempat utama fagosit memakan mikroba yang diikat antibody (opsonisasi). Individu tanpa limpa akan menjadi rentan terhadap infeksi bakteri berkapsul seperti pneumokok dan meningokok, oleh karena mikroba tersebut biasanya hanya disingkirkan melalui opsonisasi dan fungsi fagositosis akan terganggu bila limpa tidak ada.

Page 31: Komponen Sistem Imun

Kelenjar getah bening

• KGB adalah agregat nodular jaringan limfoid yang terletak sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB. Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons terhadap antigen.

Page 32: Komponen Sistem Imun

Skin-Associated Lymphoid Tissue (SALT)

• SALT merupakan alat tubuh terluas yang berperan dalam sawar fisik terhadap lingkungan. Kulit juga berpartisipasi dalam pertahanan pejamu, dalam reaksi imun dan inflamasi local. Banyak antigen asing masuk tubuh melalui kulit dan banyak respons imun sudah diawali di kulit.

Page 33: Komponen Sistem Imun

Mucosal Associated Lymphoid Tissue-Sistem Imun Sekretori (MALT)

• MALT ditemukan di jaringan mukosa saluran napas bagian atas, saluran cerna, saluran urogenital dan kelenjar mamae berupa jaringan limfoid tanpa kapsul, mengandung sel limfosit dan APC yang mengawali respon imun terhadap antigen yang terhirup dan termakan. Epitel mukosa yang merupakan sawar antara lingkungan internal dan eksternal juga merupakan tempat masuknya mikroba.

Page 34: Komponen Sistem Imun

KOMPLEMEN

Page 35: Komponen Sistem Imun

• Komplemen adalah campuran zat protein yang terdapat dalam plasma dan serum semua binatang dan manusia. Komplemen sebetulnya terdiri dari 9 komponen protein, disebut Cl sampai dengan C9 dan yang pertama Cl terdiri dari 3 fraksi yang disebut Clq, Clr dan Cls.

Page 36: Komponen Sistem Imun

• Pengaktifan Cl dimulai dengan ikatan fraksi Clq pada suatu tempat atau lokus pada bagian Fc dari Ig yang terikat pada dinding sel (disebut lokus CH2). Tidak semua jenis Ig dapat mengikat komplemen, hanya IgG dan IgM. Ternyata Clq bersifat polivalen dan molekulnya berbentuk octahedron dengan 6 subunit harus terikat pada lokus CH2 sebelum Clq dapat diaktifkan. Oleh karena itu untuk IgG diperlukan sedikitnya 2 molekul yang berdekatan sebelum dapat mengaktifkan Clq, sedangkan IgM hanya memerlukan satu kompleks molekul karena mempunyai 5 bagian Fc. Oleh karena itu IgM merupakan antibody yang sangat efektif untuk reaksi lisis.

Page 37: Komponen Sistem Imun

Urutan reaksi komplemen

1. Jalan metabolism klasik (classical pathway)2. Jalan metabolism alternative (alternative pathway)

Page 38: Komponen Sistem Imun

Jalan metabolism klasik (classical pathway)

• Clq, Clr, dan Cls sebetulnya merupakan kompleks molekul yang terikat menjadi satu dengan perantaraan ion Ca setelah fraksi Clq terikat pada Ig. Fraksi Cls memperoleh sifat sebagai enzim esterase dan mengaktifkan C4 dan kemudian C2.

• Kompleks Cl42 merupakan enzim yang disebut C3 convertase karena dapat memecah C3 menjadi 2 bagian :

1. Fragmen C3a2. Fragmen C3b

Page 39: Komponen Sistem Imun

Fragmen C3a

Adalah yang dilepas dan merupakan factor kemotaksis untuk sel lekosit polimorf dan selain itu mempunyai aktivitas anafilatoksin yang menyebabkan pengeluaran histamine dari mast cell.

Page 40: Komponen Sistem Imun

Fragmen C3b

Yaitu yang terikat pada kompleks dan menempel pada dinding sel. Ternyata permukaan sel makrofag mempunyai reseptor khas yang sesuai untuk C3b yang terikat pada dinding sel ini, sehingga sel makrofag dengan mudah dapat menempel pada sel kuman atau sel lain yang mengandung kompleks Ig dan C3b. proses ini disebut immune adherence, yang memudahkan fagositosis. C3b yang terikat mempunyai bentuk molekul yang lain dari molekul aslinya sehingga dapat merangsang timbulnya zat anti terhadapnya, suatu autoantibody yang disebut immunoconglitinin.

Page 41: Komponen Sistem Imun

• Setelah pengaktifan C3, menyusul pemecahan C5 menjadi C5a yang juga mempunyai pengaruh kemotaksis dan bersifat anafilatoksin, sedangkan C5b bergabung dengan C6 dan C7 menjadi kompleks yang kemudian melekat pada C3 membentuk Cl1423567. Akhirnya C8 dan C9 terikat dan kedua komponen ini menyebabkan kerusakan pada dinding sel. C8 merupakan komponen yang sitolistik dan C9 memperkuat.

Page 42: Komponen Sistem Imun

Jalan metabolism alternative (alternative pathway)

• Urutan pengaktifan komplemen mempunya arti yang penting pada tingkat pemecahan C3 oleh Cl42 suatu konvertase. Enzim ini ternyata dapat dibentuk oleh beberapa reaksi lain sehingga dapat mengaktifkan C3 tanpa melalui rangkaian reaksi Cl42 dan kumpulan dari reaksi ini disebut jalan metabolism alternative.

• Bahan dari luar dapat merangsang metabolism alternative adalah zat polisakarida kuman seperti endotoksin melalui pengaktifan protein properdin, zymosom (yeast cell wall polysaccharide) dan racun ular sendok. Jalan metabolism alternative lainnya adalah suatu penyaduran kembali (feed back) oleh C3b yang merangsang suatu reaksi dengan hasil peningkatan suatu konvertase untuk C3 . penyaduran kembali oleh C3 dapat ditahan oleh suatu bahan yang disebut KAF (conglutinogen-activating factor), yang dapat mengubah C3b sehingga menjadi suatu substrat untuk enzim serupa tripsin, sehingga C3b diperoleh menjadi C3c dan C3d yang in-aktif.

Page 43: Komponen Sistem Imun

Lisis reaktif (reactive lysis)

• Lachman dan Thomson menemukanan peristiwa lisis reaktif, sebagian dari kompleks C5b67 ternyata tidak terikat pada sel dimana sedang berjalan proses komplemen dan kompleks ini selain bersifat sebagai factor kemotaksis untuk lekosit polimorf, dapat pula menempel pada sel lain yang tidak ada sangkut pautnya. Setelah terikat pada sel itu reaksi komplemen dapat berlanjut terus sehingga mengakibatkan lisis sel.