273
Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2 1 KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT JUDGEMENT (studi eksperimen audit keuangan) Riza Praditha 1 STIE Tri Dharma Nusantara, Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana faktor kompleksitas tugas dan tekanan ketataan dalam sebuah kombinasi faktorial mempengaruhi pengambilan keputusan pertimbangan (judgement) oleh auditor. Peneliti mengkobinasikan secara faktorial tingkat kompleksitas tugas yang tinggi maupun rendah dengan faktor tekanan ketaatan yang tinggi dan rendah pula. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium 2x2 full factorial between-subject. Sampel yang digunakan adalah 60 orang mahasiswa akuntansi. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan uji ANOVA two way. Hasil yang ditemukan adalah auditor terbukti memberikan judgement yang tidak tepat ketika berada dalam kondisi tugas yang kompleks tinggi dan tekanan ketaatan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Pada situasi kompleksitas tugas rendah dan tekanan ketaatan tinggi menunjukkan bahwa auditor memberikan judgement yang tidak tepat dibandingkan dengan pada saat menghadapi kompleksitas tugas yang tinggi dan tekanan ketaatan yang rendah. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas tidak menjadi faktor yang mempengaruhi judgement sebab auditor telah memahami tugas-tugasnya dengan baik. Kata kunci: Audit Judgement, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, Teori X dan Y. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Mengukur kinerja Auditor dalam hal penetapan Judgement merupakan hal yang cukup sulit sebab tidak ada kriteria pasti yang bisa digunakan dalam mengukur kinerja dalam berbagai tugas audit. Dengan demikian, Judgement dari pengalaman auditor yang digunakan kemudian digantikan dengan pengukuran kinerja dalam menentukan kebijakan perusahaan dan standar audit (Bonner, 1990:72). Judgemen adalah sebuah proses mengevaluasi fakta dan keadaan yang kemudian diformulasikan dalam sebuah pendapat apakah hal tersebut wajar, hanya, akurat, material ataukah cukup. Judgement merupakan dasar pengambilan keputusan yang mengacu pada aspek kognitif yang tercermin dalam opini dan sikap. Kualitas hasil Judgement akan menunjukkan seberapa baik kinerja auditor (Siagian dkk., 2014:2). Audit Judgement adalah pertimbangan audit dalam menanggapi informasi yang ada yang kemungkinan akan mempengaruhi opini akhir auditor dalam pelaporan hasil uaidt. Pertimbangan auditor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perilaku individu (Cahyaningrum dan Utami, 2015:7). Audit judgment adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh auditor dalam menentukan sebuah pendapat mengenai hasil audit yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat ataupun perkiraan terhadap sebuah objek (Jamilah dkk, 2007). Beberapa Judgment auditor yang melekat pada setiap tahap dalam proses audit laporan keuangan diantaranya adalah penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaan pengujian audit, dan pelaporan audit. Audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti sehingga dibutuhkan sebuah judgement bukti inilah yang kemudian digunakan dalam menyatakan pendapat atas laporan hasil audit, sehingga dapat disimpulkan bahwa audit judgement berperan penting dalam menentukan hasil audit (Praditaningrum dan Januarti, 2012 ). Menurut Meyer (2001) dalam Jamilah dkk (2007:2), seorang auditor dalam melaksanakan tugas yakni membuat sebuah judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang bersifat teknis maupun non teknis. Perilaku individu merupakan salah satu faktor yang cukup banyak mempengaruhi judgment auditor yang menjadi perhatian dari para praktisi akuntansi maupun akademisi. Hal trsebut terbukti di mana terdapat banyak penelitian terkait dengan Judgement yang diambil olh auditor. Sarah E Bonner (1994) mengembangkan model dari penelitian sebelumnya dalam menilai efek dari Task complexity terhadap Audit judgement. Model tersebut diharapkan akan menunjukkan bahwa peningkatan Task complexity akan menurunkan kinerja Judgement oleh Auditor (pada kondisi cateris paribus). Penelitian yang dilakukan oleh Chung dan Monroe (2001) juga menunjukkan hasil yang sama, mereka melakukan eksperimen terhadap judgement auditor berdasarkan gender di mana ditemukan hasil bahwa Auditor pria yang berada dalam kondisi Task complexity yang tinggi akan cenderung memberikan Judgement yang kurang tepat, 1 Koresponden: ([email protected])

KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

  • Upload
    buinga

  • View
    483

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

1

KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT JUDGEMENT(studi eksperimen audit keuangan)

Riza Praditha1

STIE Tri Dharma Nusantara, Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana faktor kompleksitas tugas dan tekanan ketataan dalam sebuahkombinasi faktorial mempengaruhi pengambilan keputusan pertimbangan (judgement) oleh auditor. Penelitimengkobinasikan secara faktorial tingkat kompleksitas tugas yang tinggi maupun rendah dengan faktor tekanan ketaatanyang tinggi dan rendah pula. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium 2x2 full factorial between-subject.Sampel yang digunakan adalah 60 orang mahasiswa akuntansi. Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptifdan uji ANOVA two way. Hasil yang ditemukan adalah auditor terbukti memberikan judgement yang tidak tepat ketikaberada dalam kondisi tugas yang kompleks tinggi dan tekanan ketaatan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Pada situasikompleksitas tugas rendah dan tekanan ketaatan tinggi menunjukkan bahwa auditor memberikan judgement yang tidaktepat dibandingkan dengan pada saat menghadapi kompleksitas tugas yang tinggi dan tekanan ketaatan yang rendah. Daritemuan ini dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas tidak menjadi faktor yang mempengaruhi judgement sebabauditor telah memahami tugas-tugasnya dengan baik.Kata kunci: Audit Judgement, kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, Teori X dan Y.

1. PENDAHULUANLatar Belakang

Mengukur kinerja Auditor dalam hal penetapan Judgement merupakan hal yang cukup sulit sebab tidakada kriteria pasti yang bisa digunakan dalam mengukur kinerja dalam berbagai tugas audit. Dengan demikian,Judgement dari pengalaman auditor yang digunakan kemudian digantikan dengan pengukuran kinerja dalammenentukan kebijakan perusahaan dan standar audit (Bonner, 1990:72). Judgemen adalah sebuah prosesmengevaluasi fakta dan keadaan yang kemudian diformulasikan dalam sebuah pendapat apakah hal tersebutwajar, hanya, akurat, material ataukah cukup. Judgement merupakan dasar pengambilan keputusan yangmengacu pada aspek kognitif yang tercermin dalam opini dan sikap. Kualitas hasil Judgement akanmenunjukkan seberapa baik kinerja auditor (Siagian dkk., 2014:2).

Audit Judgement adalah pertimbangan audit dalam menanggapi informasi yang ada yang kemungkinanakan mempengaruhi opini akhir auditor dalam pelaporan hasil uaidt. Pertimbangan auditor tersebut dapatdipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perilaku individu (Cahyaningrum dan Utami, 2015:7).Audit judgment adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh auditor dalam menentukan sebuah pendapatmengenai hasil audit yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat ataupun perkiraan terhadapsebuah objek (Jamilah dkk, 2007). Beberapa Judgment auditor yang melekat pada setiap tahap dalam prosesaudit laporan keuangan diantaranya adalah penerimaan perikatan audit, perencanaan audit, pelaksanaanpengujian audit, dan pelaporan audit. Audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti sehingga dibutuhkansebuah judgement bukti inilah yang kemudian digunakan dalam menyatakan pendapat atas laporan hasil audit,sehingga dapat disimpulkan bahwa audit judgement berperan penting dalam menentukan hasil audit(Praditaningrum dan Januarti, 2012 ).

Menurut Meyer (2001) dalam Jamilah dkk (2007:2), seorang auditor dalam melaksanakan tugas yaknimembuat sebuah judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang bersifat teknis maupun nonteknis. Perilaku individu merupakan salah satu faktor yang cukup banyak mempengaruhi judgment auditoryang menjadi perhatian dari para praktisi akuntansi maupun akademisi. Hal trsebut terbukti di mana terdapatbanyak penelitian terkait dengan Judgement yang diambil olh auditor.

Sarah E Bonner (1994) mengembangkan model dari penelitian sebelumnya dalam menilai efek dariTask complexity terhadap Audit judgement. Model tersebut diharapkan akan menunjukkan bahwa peningkatanTask complexity akan menurunkan kinerja Judgement oleh Auditor (pada kondisi cateris paribus). Penelitianyang dilakukan oleh Chung dan Monroe (2001) juga menunjukkan hasil yang sama, mereka melakukaneksperimen terhadap judgement auditor berdasarkan gender di mana ditemukan hasil bahwa Auditor pria yangberada dalam kondisi Task complexity yang tinggi akan cenderung memberikan Judgement yang kurang tepat,

1 Koresponden: ([email protected])

Page 2: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

2

namun berbeda dengan Auditor wanita yang mana judgement yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh tinggiataupun rendahnya Task complexity.

Hasil yang berbeda diperoleh Praditaningrum dan Januarti (2012) yang menunjukkan bahwa Taskcomplexity tidak memiliki pengaruh terhadap judgement Auditor sebab auditor mengetahui tugas secara jelasdan tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan tuganya. Penelitian yang dilakukan oleh Jamilah dkk(2007) juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara kompleksitas tugas dengan Judgement Auditor.

Kompleksitas tugas dapat dijelaskan dalam Teori Peran yang dikemukakan oleh Biddle (1986). Teoriperan digunakan untuk menganalisis berbagai bentuk sistem sosial. Biddle juga mengatakan bahwa teori perandalam sosiologis dan psikologi bisa dilihat dari lima perpektif yakni (1) Functional role theory; (2) Simbolicinteractionist role theory; (3) Structural role theory; (4) Organizational role theory dan (5) Cognitive roletheory.

Ada dua aspek yang terdapat dalam kompleksitas tugas yakni tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas.Tingkat kesulitas tugas biasanya dikaitkan dengan banyaknya informasi mengenai tugas tersebut, sedangkanstruktur tugas terkait dengan kejelasan informasi atas tugas tersebut (Jamilah dkk, 2007:10). Rumit dankompleksnya suatu pekerjaan yang dihadapi akan mendorong seseorang untuk melakukan berbagai kesalahanselama pengerjaan tugas. Dalam bidang audit, kesalahan ini dapat terjadi saat memperoleh, memproses danmengevaluasi informasi yang kemudian akan mengakibatkan tidak tepatnya keputusan yang diambil(Cahyaningrum dan Utami, 2015:4).

Jamilah dkk (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa tekanan ketaatan (Obedience pressure)memiliki pengaruh terhadap audit judgement yang berarti bahwa auditor dalam kondisi adanya tekananperintah dari atasan ataupun klien untuk berperilaku menyimpang dari standar professional auditormemungkinkan terjadinya kecenderungan pembuatan judgement yang kurang tepat. Hal ini diperkuat olehPenelitian yang dilakukan Praditaningrum dan Januarti (2012) serta Drupadi dan Sudana (2015) yangmenemukan hasil bahwa tekanan ketaatan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit judgement. Haltersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum dan Utami (2015), pada hasil yangdiperoleh mengatakan bahwa auditor yang berada dalam tekanan ketaatan yang berasal dari klien ataupunatasan akan cenderung berperilaku tuna fungsi yakni melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan standarprofessional auditor sebab auditor cenderung akan mengikuti permintaan klien ataupun atasan.

Ketaatan adalah sebagai dasar sebuah elemen dalam struktur kehidupan sosial yang bisa ditunjukkanseseorang. Beberapa sistem otoritas adalah kebutuhan semua kehidupan komunal, dan hanya manusia yangtinggal dalam isolasi yang tidak dipaksa untuk menanggapi, melalui pembangkangan atau penyampaian, atasperintah orang lain. Ketaatan, sebagai penentu perilaku, sangat relevan dengan zaman kita. Ketaatan adalahmekanisme psikologis yang menghubungkan tindakan individu dengan tujuan politik. Ini adalah semendisposisi yang mengikat manusia ke sistem otoritas. Fakta tentang sejarah dan pengamatan baru-baru inidalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa bagi banyak orang, ketaatan mungkin merupakankecenderungan perilaku yang sangat mendarah daging, memang, dorongan impulsif yang mengutamakanlatihan dalam etika, simpati, dan perilaku moral (Millgram, 1974).

Paradigma ketaatan pada kekuasaan yang dikembangkan oleh Milgram dalam Jamilah dkk (2007:3)mengemukakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan atau pimpnan akan mengalamiperubahan psikologis dari seseorang yang sebelumnya berperilaku autonomis menjadi berperilaku agen.Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dandirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kekuasaan baik dari pimpinan dan klienmembuat auditor tidak lagi menjunjung independensi sebab ia berada dalam tekanan. Timbulnya tekananketaatan merupakan akibat dari kesenjangan espektasi antara klien dengan auditor yang kemudianmemunculkan konflik. Berdasarkan standar general audit, audit dituntut untuk memberikan pendapat danpertimbangan atas kewajaran terhadap laporan keuangan klien.Tekanan bisa terjadi dalam bentuk anggaranwaktu, tenggat waktu dan justifikasi serta akuntabilitas dari pihak-pihak yang berkuasa maupun yangberkepentingan (Cahyaningrum dan Utami, 2015:5-6).

Dari sekian banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor kompleksnya tugas yang dihadapi seorangauditor dan adanya tekanan ketaatan baik dari atasan maupun klien akan mempengaruhi judgment yangdiambil oleh auditor. Dapat disimpulkan pula bahwa baik kompleksitas tugas maupun tekanan ketaatan akanmempengaruhi Judgement auditor di mana tugas yang semakin kompleks akan memungkinkan potensiterjadinya Judgement yang tidak tepat, begitupun dengan tekanan ketaatan baik dari klien ataupun atasan.Auditor akan memberikan Judgement yang tepat dalam kondisi kompleksitas tugas dan tekanan ketaatanyang rendah, begitupun sebaliknya.

Page 3: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

3

Penelitian ini menjadi penting dikarenakan dalam melihat tepat atau tidak tepatnya judgement yangdiambil oleh audit, peneliti mencoba melakukan analisis dari sudut padang kedua faktor tersebut secarabersama-sama yang mana belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Judgement yang diambil oleh auditmenentukan apakah hasil audit tersebut akurat ataupun tidak. Semakin tepat judgement yang diambil olehauditor tentu akan menunjukkan hasil audit yang akurat, hal ini yang kemudian banyak menjadi persoalanpenting dikarenakan penilaian audit banyak yang bersifat subjektif. Oleh karenanya, peneliti mencoba melihatdari perspektif faktorial yang tidak hanya memandang dari satu sisi melainkan juga pada kedua sisi. Penelitianini bertujuan untuk melihat bagaimana faktor kompleksitas tugas dan tekanan ketataan dalam sebuahkombinasi faktorial mempengaruhi pengambilan keputusan pertimbangan (judgement) oleh auditor. Penelitimengkobinasikan secara faktorial tingkat kompleksitas tugas yang tinggi maupun rendah dengan faktortekanan ketaatan yang tinggi dan rendah pula.

Pengembangan HipotesisTeori X dan Y McGregor (dalam Praditaningrum dan Januarti, 2012:4-5) mengemukakan bahwa

individu betipe X memiliki locus of control eksternal yang mana individu tersebut pada dasarnya tidakmenyukai pekerjaan dan bahkan berusahaan untuk menghindari pekerjaan dan menghindar dari tanggungjawab, sehingga dibutuhkan unsur paksaan, ancaman atau hukuman untuk dapat membuat individu tersebutdapat bekerja dalam mencapai tujuan. Berbanding terbalik dengan individu tipe Y yang memiliki locus ofcontrol internal sehingga mampu mampu mengendalikan diri sendiri untuk mencapai tujuannya sertabertanggung jawab dan inovatif.Dengan demikian, auditor yang bertipe X ketika berhadapan dengankompeksitas tugas dan tekanan ketaatan dapat membuat judgement yang tidak tepat. Dalam kondisi yangserupa, Auditor bertipe Y justru sebaliknya di mana auditor akan tetap memberikan judgement yang tepat.

Teori ini mendukung penelitian yang dihasilkan oleh Bonner (1990 dan 1994), Chung dan Monroe(2001), Drupadi dan Sudana (2015), Praditaningrum dan Januarti (2012), dan Jamilah dkk.(2007) sertaCahyaningrum dan Utami (2015). Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagaiberikut; H1 :Task complexity dan Obedience pressure yang rendah akan menghasilkan Audit judgement yangtepat. H2 :Task complexity dan Obedience pressure yang tinggi akan menghasilkan Audit judgement yangtidak tepat.

Tekanan ketaatan akan mempengaruhi hasil judgement yang diambil oleh auditor. Tingginya tekananketaatan terhadap klien ataupun atasan akan menimbulkan potensi terjadinya ketidaktepatan dalam melakukanjudgement. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Praditaningrum dan Januarti (2012), Drupadidan Sudana (2015), Cahyaningrum dan Utami (2015 dan Jamilah dkk. (2007). Berbeda dengan auditor yangberhadapan dengan situasi kompleksitas tugas yang bisa saja tidak akan mempengaruhi judgement yangdiambil auditor dikarenakan auditor telah secara jelas mengetahui tugasnya sehingga tidak akan mengalamikesulitan dalam melaksanakan tugas. Dengan demikian, tinggi ataupun rendah tingkat kompleksitas tugastidak akan mempengaruhi judgement yang diambil oleh auditor seperti hasil yang ditemukan olehPraditaningrum dan Januarti (2012) dan Jamilah dkk. (2007). Berdasarkan hal tersebut maka dapatdirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut :H3 :Task complexity yang rendah dan Obedience pressure yang tinggi cenderung akan menghasilkan Auditjudgement yang tidak tepat dibandingkan dengan Task complexity yang tinggi dan Obedience pressure.

2. METODE PENELITIANDesain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium eksperimen full factorial 2 x 2 between subject.Sampel yang digunakan adalah 60 orang mahasiswa akuntansi yang telah lulus mata kuliah pengauditan diSTIE Tri Dharma Nusantara Makassar untuk kemudian diproksikan sebagai auditor junior. Penggunaanmahasiswa didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa telah lulus perkuliahan pengauditan telah memilikipengetahuan mengenai etika dan standar professional auditor. Skenario yang digunakan dalam penelitian inidiadopsi dari peneliti sebelumya yaitu Christina Dwi Dahyaningrum dan Intiyas Utami (2015).

Variabel terikat (dependen) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audit judgement yaknikeputusan atau pertimbangan audit dalam menentukan opini mengenai hasil audit yang mengacu padapembentukan sebuah gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek. Audit judgement diukur denganskor keputusan pada skala 10 sampai dengan 100. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalahkompleksitas tugas yang merupakan situasi dimana auditor mengalami kesulitan dalam menjalankan tugaskarena dipengaruhi oleh skill dan motivasi (Bonner, 1994).Kompleksitas tugas diukur pada dua tingkatan

Page 4: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

4

yakni rendah (low) dan tinggi (high).Selain kompleksitas tugas, variabel independen yang digunakan adalahtekanan ketaatan yang merupakan kondisi di mana auditor berhadapan dengan tekanan dari atasan ataupunklien untuk melakukan tindakan menyimpang dari standar professional auditor (Chayaningrum dan Utami,2015). Tekanan ketaatan juga diukur dalam dua tingkatan yakni tekanan ketaatan rendah (low) dan tinggi(high).

Prosedur EksperimenEksperimen dilakukan dengan desain laboratorium yang dilaksanakan dalam kelas di gendung kampus

STIE Tri Dharma Nusantara Makassar. Durasi eksperimen sekitar 45 menit di mana beberapa tahap yangdilakukan adalah sebagai berikut :1. Subjek dibagi secara random menjadi 4 (empat) grup yakni grup 1 (kompleksitas tugas rendah dan tekanan

ketaatan rendah), grup 2 (kompleksitas tugas tinggi dan tekanan ketaatan tinggi), grup 3 (kompleksitastugas tinggi dan tekanan ketaatan rendah) dan grup 4 (kompleksitas tugas rendah dan tekanan ketaatantinggi).

2. Subjek diminta untuk mengisi indentitas meliputi nama, nim, jenis kelamin, umur dan semester dalamperkuliahan.

3. Responden diminta membaca skenario eksperimen dan mengisi kuesioner berdasarkan bacaan tersebut.Skenario berbeda antar grup, disesuaikan dengan kategori grup masing-masing.

4. Responden menentukan pilihan pertimbangan audit yang diukur dengan skala 10 sampai dengan 100.Pengecekan manipulasi dalam kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan memiliki rata-rata teoritis sebesar55, sehingga jika skor yang diperoleh lebih dari 55 dapat disimpulkan bahwa partisipan berada dalamkondisi kompleksitas tinggi dan tekanan ketaatan yang tinggi, begitupun sebaliknya.

Teknik AnalisisPada tahap awal dilakukan pengujian profil subjek dengan statistik deskriptif.Selanjutnya pengujian

dengan Two Way Anaysis of Variance (ANOVA). Pengujian randomisasi dimaksudkan untuk memberikankeyakinan bahwa hanya manipulasi yang berpengaruh terhadap audit judgement. Hipotesis terdukung jikaprobabilitas di bawah 0.05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan.

3. HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi STIE Tri DharmaNusantara pada tingkat III (semester VI) dan tingkat IV (semester VIII).Penggunaan sampel mahasiswa yangdiproksikan sebagai seorang auditor junior dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah mengikuti matakuliah Auditing.Berikut adalah gambaran subjek penelitian. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak60 orang mahasiswa. Berdasarkan jenis kelamin, mahasiswa laki-laki berjumlah 28 orang atau 46,7% darijumlah keseluruhan dan sebanyak 32 orang mahasiswa perempuan atau 53,3% dari jumlah responden.Sedangkan kategori berdasarkan usia yang bervariasi di mana responden yang berusia 23 tahun merupakanjumlah responden terbanyak. Responden termuda berusia 19 tahun dan tertua berusia 31 tahun.

Pengujian HipotesisHipotesis diuji dengan menggunakan uji statistik ANOVA two way dengan model 2x2 full factorial.

Faktor yang digunakan adalah (1) kompleksitas tugas (task complexity) pada dua tingkat yakni rendah (low)dan tinggi (high); (2) tekanan ketaatan (obedience pressure) pada dua tingkat yakni rendah (low) dan tinggi(high). Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Audit Judgement yang kemudian diukur denganskala kontinyus 0-100 di mana angka diatas 55 menunjukkan adanya pengaruh kompeksitas tugas dan tekananketaatan terhadap judgement yang diambil oleh audit seperti yang ditunjukkan pada tabel di berikut:

Tabel 1.Hasil uji hipotesis (mean)

FactorsObedience Pressure

Low High

Page 5: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

5

Tas

k C

ompl

exity

Low 38.20 66.73

High 36.20 66.60

Pada Tabel 1, ditunjukkan bahwa pada tingkat kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan yang rendahbernilai 38,20< 55, sehingga dapat disimpulkan bahwa judgement yang diambil oleh audit tidak dipengaruhioleh faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil ini menjukkan bahwa pada saat berada dalamsituasi kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan yang rendah, maka auditor cenderung akan memberikanjudgement yang tepat. Dengan demikian, hipotesis I diterima. Sebaliknya, pada tingkat kompleksitas tugasdan tekanan ketaatan yang tinggi, auditor cenderung akan memberikan judgement yang tidak tepat, terbuktipada hasil uji statistik yang menunjukkan angka 66,60> 55. Hasil ini membuktikan hipotesis II. Hasilpenelitian ini mendukung hasil yang ditemukan oleh oleh Bonner (1990 dan 1994), Chung dan Monroe(2001), Drupadi dan Sudana (2015), Praditaningrum dan Januarti (2012), dan Jamilah dkk.(2007) sertaCahyaningrum dan Utami (2015).

Pada hasil uji tingkat kompleksitas tugas yang rendah dan tekanan ketaatan yang tinggi ditunjukkanangka 66,73> 55 yang berarti pada situasi ini, auditor cenderung akan memberikan judgement yang tidaktepat. Sedangkan sebaliknya pada tingkat kompleksitas tugas yang tinggi dan tekanan ketaatan yang rendahmenunjukkan angka 36,20< 55 yang berarti bahwa auditor cenderung akan memberikan judgement yang tepat.hal ini berarti hipotesis III sesuai dengan hasil uji statistik. Hasil ini menunjukkan bahwa judgement auditorlebih dominan dipengaruhi oleh faktor tekanan ketaatan dibandingkan dengan kompleksitas tugas.Hasilpenelitian ini mendukung hasil yang ditemukan olehPraditaningrum dan Januarti (2012) dan Jamilah dkk.(2007).

Dalam uji statistik ANOVA two way 2x2 full factorial between-subject juga memberikan informasiseperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Hasil uji ANOVA 2x2 factorial between-subject

FactorSum ofSquares

dfMeanSquare

F P Value

Task Complexity (TC) 17.067 1 17.067 0.117 0.733

Obedience Pressure (OP) 13024.267 1 13024.3 89.587 0.000

TC*OP 13.067 1 13.067 0.09 0.765

Pada tabel di atas menunjukkan tiga variabel independen yakni tekanan ketaatan (task complexity – TC)dan tekanan ketaatan (obedience pressure – OP) serta perpaduan kedua faktor. Pada variabel kompleksitastugas menunjukkan nilai F = 0,117; P = 0,733 > 0,05 yang berarti variabel ini tidak signifikan. Hal ini berartijudgement (variabel dependen) tidak berbeda dalam setiap tingkatan kompleksitas tugas, atau dengan kata laintidak terdapat perbedaan hasil judgement yang diambil oleh auditor baik saat auditor berada dalam situasitugas yang kompleks ataupun tidak. Pada variabel tekanan ketaatan menunjukkan nilai F = 89,587; P = 0,000< 0,05 yang berarti adanya signifikansi perbedaan judgment yang diambil oleh audit pada tingkatan tekananketaatan yang berbeda. Seperti yang ditunjukkan dalam hasil uji hipotesis bahwa pada saat auditor beradadalam tekanan yang tinggi, ia akan cenderung memberikan judgement yang tidak tepat dibandingkan padasaat tidak berada dalam tekanan.Hasil factorial kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan menunjukkan nilai F= 0,09; P = 0,765 > 0,05 yang berarti bahwa kedua faktor tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen(judgment).

PembahasanSeluruh hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti sesuai (diterima), hal ini berarti jika

auditor diasumsikan berada pada dua situasi kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan tertentu maka auditjudgement yang diambil juga berbeda. Ketika auditor dihadapkan pada situasi kompleksitas tugas yang tinggidan tekanan ketaatan yang tinggi, auditor (junior) cenderung akan memberikan judgement yang tidak tepat.Dengan demikian, auditor junior bisa dikatakan adalah auditor yang bertipe X yang dalam teorinya McGregor

Page 6: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

6

(1960) menyatakan bahwa tipe X menunjukkan individu yang berada dalam tekanan dan cenderung lebih sukadipimpin dibandingkan memimpin.

Dari hasil uji hipotesis juga dapat disimpulkan bahwa tekanan ketaatan merupakan faktor yang palingmempengaruhi hasil judgement auditor dibandingkan dengan kompleksitas tugas. Hal ini berarti auditor bisadikarenakan dalam pelaksanaan tugas, auditor telah memahami dengan baik tugas dan tanggung jawabnya.Dengan demikian, auditor tidak lagi terpengaruh dengan kompleks atau tidaknya tugas yang dibebankan sebabauditor telah memahami dengan baik perannya sebagai auditor. Hal ini sesuai dengan teori peran yangdikemukakan oleh Biddle (1986) bahwa ketika individu memahami perannya, ia akan memberikan sebuahhasil yang baik dalam menjalan kehidupannya.

Tekanana ketaatan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap audit judgement, dalam hal ini berartiauditor junior masing sangat memahami posisinya sebagai junior sehingga menjadi takut dalam menjalankantugasnya. Auditor menjadi lebih penurut atas perintah atasan maupun klien. Seperti dalam teori ketaatan(obedience theory) yang dikemukakan oleh Millgram (1974) bahwa adanya otoritas dari atasan atau pimpinansangat mempengaruhi psikologis dari seorang individu (bawahan). Sehingga dengan semakin besarnyatekanan ketaatan yang diperoleh seorang auditor tentu akan membuatnya menjadi salah dalam mengambilkeputusan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua faktor yang digunakan dalam penelitian ini yaknikompleksitas tugas dan tekanan ketaatan secara serempak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadapjudgement auditor. Hal ini menunjukkan bahwa ada kombinasi faktor lain yang lebih mungkin dapatmenjelaskan pengaruhnya terhadap judgement yang diambil oleh auditor. Kedua faktor yang digunakan secarabersama tidak cukup kuat dalam menjelaskan audit judgement.

4. KESIMPULANDalam membuat sebuah judgement, auditor dipengaruhi oleh beberapa faktor, dua diantaranya yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan. Dua faktor tersebut diukurpada dua tingkat yakni masing-masing pada tingkat tinggi (high) dan rendah (low). Dari hasil penelitianeksperimen, ditemukan bahwa auditor terbukti memberikan judgement yang tidak tepat ketika berada dalamkondisi tugas yang kompleks tinggi dan tekanan ketaatan yang tinggi. Sebaliknya bahwa auditor cenderungakan memberikan judgement yang tepat ketika menghadapi kompleksitas tugas dan tekanan ketaatan yangrendah.

Pada situasi kompleksitas tugas rendah dan tekanan ketaatan tinggi menunjukkan bahwa auditormemberikan judgement yang tidak tepat dibandingkan dengan pada saat menghadapi kompleksitas tugas yangtinggi dan tekanan ketaatan yang rendah. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas tidakmenjadi faktor yang mempengaruhi judgement sebab auditor telah memahami tugas-tugasnya dengan baik.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa kantor akuntan publik bisa meminimalisir kesalahandalam memberikan judgement oleh auditor dengan cara mengurangi tekanan ketaatan dari atasan maupun dariklien. Dengan mengurangi tekanan diharapkan bahwa auditor tidak akan berlaku menyimpang dari standarprofesional auditor. Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, pertama bahwa subjek penelitianadalah mahasiswa yang diproksikan sebagai seorang auditor junior. Mahasiswa belum pernah melakukanpraktek audit secara langsung sehingga sangat dimungkinkan jika mahasiswa tidak begitu memahami denganjelas skenario yang diberikan. Kedua, bahwa penelitian eksperimen ini menggunakan sampel berjumlah 60orang yang kemudian dibagi dalam empat kelompok sehingga satu kelompok hanya terdiri dari 15 orangresponden. Hal ini membuat jumlah sampel dari setiap kelompok tergolong kecil. Ketiga, kasus dalamskenario adalah kasus yang diselesaikan secara individu sedangkan dalam pelaksanaan audit biasanyadilakukan secara kelompok (teamwork). Keempat, skenario yang digunakan dalam penelitian ini terlalubanyak sehingga bisa membuat responden menjadi jenuh dalam menyelesaikan kasus.

Berangkat dari keterbatasan penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran dan masukan bagipenelitian selanjutnya yakni penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan auditor yang telah bekerja sebagairesponden dan tidak lagi menggunakan mahasiswa. Kedua, sampel yang digunakan sebaiknya ditambah,setidaknya lebih dari jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebab dimungkinkan untuk memberikanhasil yang berbeda.

Ketiga, dalam membuat skenario, penelitian selanjutnya diharapkan bisa memberikan sebuah kasusberkelompok sebab dalam pelaksanaan audit pada kenyataannya selalu dilaksanakan secara berkelompokbukan individu sehingga dapat memberikan jawaban yang lebih tepat. Keempat, penggunaan jumlah kasus

Page 7: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-7) 978-602-60766-3-2

7

dalam skenario juga perlu dipertimbangkan dengan tidak menyediakan kasus dan item pertanyaan yang terlalubanyak yang dapat membuat kemungkinan adanya rasa jenuh dalam membaca dan menyelesaikan kasus.

5. DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, Mohammad and Arnold Wright. 1987. An Examination of The Effects of Experience and Taskcomplexity on Audit judgements. The Accounting Review Vo. LXII No.1. Page 1-13.

Bhattacharjee, Sudip and Kimberly K. Moreno. 2013. The Role of Auditors’ Emotions and Moods on Audit judgement : AResearch Summary with Suggested Practice Implications. Current Issues in Auditing Vol.7 Issue 2 Page 1-8American Accounting Association.

Biddle, B.J. 1986. Recent Developments in Role Theory. Annual Review Sociology. 12: 67-92Bonner, Sarah E. 1994.A Model of The Effects of Audit Task complexity.Accounting, Organizations and Society, Vo.19

No.3. Page 213-234. Pergamon.Bryman, Alan and Emma Bell. 2007. Business Research Methods. Oxford. New York.Carson, Charles M. 2005. A Historical View of Douglas McGregor’s Theory Y. Managemen Decision Vo.43 No.3. Page

450-460. Emerald.Cahyaningrum, Cristina Dwi dan Intiyas Utami. 2015. Apakah Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Berpengaruh

terhdap Keputusan Audit?.Simposium Nasional Akuntansi XVIII Medan.Drupadi, Made Julia dan I Putu Sudana. 2015. Pengaruh Keahlian Auditor, Tekanan Ketaatan dan Independensi pada

Audit judgement. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.Bali.Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, Grahita Chandrarin. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas

terhadap Audit judgement. Simposium Nasional Akuntansi X. Universitas Hasanuddin.Makassar.Jonker, Jan, Bartjan J.W. Pennink dan Sari Wahyuni. 2016. Metodologi Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.Lubis, Arfan Ikhsan. 2014. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta.McGregor, Douglas M. 1960. The Human Side of Enterprise. McGraw-Hill. New York.Messier, William F Jr, Steven M. Glover and Douglas F. Prawitt. 2005. Auditing and Assurance Service – A Systematic

Approach. Salemba Empat. Jakarta.Milgram, Stanley. 1974. Obedience to Autority. Harper and Row. New York.Mulyadi. 2002. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.Praditaningrum, Anugrah Suci and Indira Januarti.(2012). Analisis Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Audit

judgement (Studi pada BPK RI perwakilan Provinsi Jawa Tengah).Simposium Nasional Akuntansi XVBanjarmasin.

Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business. Wiley. United Kingdom.Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care

dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.Smith, Malcolm. 2003. Research Methods in Accounting. SAGE Publications. London.Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit terhdap Pertimbangan Auditor dengan Kredibilitas Klien sebagai

Variabel Moderating.Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 8: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.8-12) 978-602-60766-3-2

8

KONTRIBUSI EKONOMI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILANKEPUTUSAN PADA USAHATANI SAYURAN DI KABUPATEN BANTAENG

Asriyanti Syarif1), Mutmainnah Zainuddin2

1,2Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar2Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi ekonomi dan peran perempuan dalam pengambilan keputusanmengenai jenis sayuran yang dibudidayakan, penggunaan sarana produksi, proses usahatani, serta pemasaran.Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah perempuan tani yang mengusahakan sayuran dengan memanfaatkanlahan pekarangan sebanyak 30 orang perempuan tani. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara denganmenggunakan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan analisis kontribusi dan deskriptif kuantitatif dengan prosentasemengenai peran pengambilan keputusan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perempuan tani yang membudidayakansayuran dengan pemanfaatan lahan pekarangan di Kabupaten Bantaeng memberikan kontribusi secara ekonomi sebesar7,03 % dalam kategori rendah, sedangkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan adalah : perempuan tanisebanyak 80 % berperan dan membudidayakan jenis sayuran : (a) kangkung, (b) sawi, (c) bayam, (d) daun sup,sebanyak 86,66 %, perempuan tani berperan memutuskan penggunaan sarana produksi, mereka pada umumnyamenggunakan pupuk organik seperti: pupuk kandang, bokashi, dan organik cair, serta penggunaan pestisida nabatidengan menggunakan tembakau, 70 % berperan dalam memutuskan pengelolaan usahatani dan mereka melakukanusahatani dengan menggunakan lahan pekarangan serta menggunakan bahan plastik bekas kemasan minyak gorengsebagai pot. Sedangkan untuk pemasaran 100 % perempuan tani berperan memasarkan hasil sayuran mereka denganporsi 50 persen sayuran dipasarkan dan 50 % mereka konsumsi.

Keywords : Perempuan tani, pengambilan keputusan, usahatani sayuran

1. PENDAHULUANPertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Menteri

Pertanian mengungkapkan bahwa sektor pertanian adalah penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia yangjuga melibatkan tenaga kerja perempuan. Untuk tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yangmampu diserap dari berbagai sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian masih tetap tinggiyaitu sekitar 41 juta orang atau separuh dari angkatan kerja nasional (Faisal, 2012).

Perempuan mempunyai potensi yang cukup besar, dimana saat ini dalam persaingan global yangsemakin menguat dan ketat, program pemberdayaan perempuan menjadi sangat penting dalam mejawabberbagai tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di masa yang akan datang. Program pemberdayaanperempuan di wilayah pedesaan salah satunya adalah meningkatkan keterlibatan perempuan dalam bidangpertanian. Salah satu peran perempuan dalam membangun pembangunan pertanian yaitu dengan ikutberperan dalam menciptakan program-program yang mengarah pada pemberdayaan perempuan denganmeluncurkan program diversifikasi pangan dan gizi yaitu program yang berupaya mengintensifikasipekarangan sebagai salah satu gerakan ketahanan pangan keluarga dan masyarakat melalui pemanfaatanlahan pekarangan.

Dalam perkembangan pertanian, perempuan kurang mampu untuk eksis dikarenakan masih adanyapenilaian masyarakat terhadap partisipasi perempuan pada sektor pertanian yang masih mendiskriminasiperempuan serta asumsi yang menyatakan bahwa kegiatan pertanian merupakan urusan laki-laki yangdinyatakan sebagai pengelola usaha tani adalah suami atau kepala keluarga (Paris, 1987 dalam Pratiwi,2007). Peran perempuan hanya sebagai pelaksana dalam kegiatan usahatani pada kegiatan pemeliharaantanaman dan proses panen, sementara kegiatan usahatani mulai dari proses pemilihan tanaman hingga prosespemasaran, termasuk dalam proses pengambilan keputusan yang diperankan oleh kepala keluarga (suami).

Peran perempuan dengan konsep gender telah memasuki ranah terlibat dalam kegiatan usahatani,berperan aktif sebagai pengelolah dan pengambil keputusan serta memberikan kontribusi secara ekonomibagi pendapatan keluarga. Adanya perspektif gender, maka kegiatan usahatani yang dominan diperankanoleh kepala rumah tangga (suami) mulai bergeser dalam pengelolaan usahatani termasuk dalam proses

1 Korespondensi : Asriyanti Syarif, Telp 081382537860, [email protected]

Page 9: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.8-12) 978-602-60766-3-2

9

pengambilan keputusan, meskipun peran perempuan dalam usahatani masih dalam skala kecil berupapemanfataan lahan pekarangan. Perempuan intensif memanfaatkan lahan pekarangan dengan memilihmembudidayakan tanaman sayuran karena mudah dalam proses pemeliharaan, dapat dikonsumsi olehkeluarga, siklus tanam hingga panen cepat hanya memerlukan satu hingga dua bulan, dan mudah dipasarkan.

Kabupaten Bantaeng memiliki potensi sayuran yang bagus, karena didukung oleh letak wilayahsecara agroklimatologi dan kondisi lahan pertanian. Pertanian merupakan sektor unggulan dikawasan ini,dengan melibatkan perempuan sebagai tenaga kerja. Hal ini yang mendasari untuk melakukan penelitianyang mengangkat kontribusi ekonomi dan peran perempuan dalam pengambilan keputusan dalam usahatanisayuran.

2. METODOLOGITempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng yaituKecamatan Bissappu, dengan pertimbangan merupakan sentra pengembangan tanaman sayuran yangmelibatkan perempuan tani dalam pemanfataan lahan pekarangan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Junihingga Agustus 2017.Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perempuan tani yang mengembangkan usahatani sayurandengan pemanfaatan lahan pekarangan sebanyak 30 orang. Penarikan sampel pada penelitian ini denganmenggunakan metode sensus (sampel jenuh), seluruh perempuan tani dijadikan sebagai sampel sebanyak 30orang.Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan :a. Observasi, digunakan untuk memperoleh informasi mengenai peran perempuan tani dalam pengambilan

keputusan pada pengembangan usahatani sayuran dan pemanfataan lahan pekarangan.b. Wawancara, merupakan proses interaksi dan komunikasi dalam melakukan pengumpulan data melalui

cara wawancara pada perempuan tani mengenai : kontribusi ekonomi dan Peran perempuan tani dalampengambilan keputusan berupa : pemilihan jenis sayuran, penggunaan sarana produksi, proses usahatani,panen, dan pemasaran.

c. Dokumentasi, pengumpulan data mengenai catatan, dokumentasi mengenai hal-hal yang diperlukandalam penelitian

Sumber data1. Data primer yang diperoleh dari hasil observasi langsung dan wawancara yang diamati yaitu

kontribusi dan peran perempuan tani dalam proses pengambilan keputusan.2. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian, seperti data dari

kantor kelurahan serta dari Dinas Pertanian sebagai instansi yang terkait dalam penelitian.Analisis data

Data yang ada kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data dengan metode analisiskualitatif yang analisisnya melalui penafsiran dan pemahaman. Pengertian kualitatif bahwa data yangdisajikan dalam bentuk teks yang diperluas bukan angka-angka. Untuk memperoleh data yang akurat,dibuatkan catatan apa yang terjadi dilapangan selanjutnya disempurnakan dengan menggunakan prosentaseperihal peran perempuan dalam pengambilan keputusan berupa (1) jenis tanaman yang dibudidayakan, (2)penggunaan sarana produksi (3) proses usahatani, dan (4) pemasaran sayuran.

Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dari usahatani sayuran dihitung dalam persen menurutSuratiyah (2011), yaitu sebagai berikut :

Kontribusi (%) = X 100 %

K = Kontribusi wanita tani dinyatakan (%)Pdi = Pendapatan Kontribusi wanita dari usahatani sayuran (Rp/panen).TPd = Total pendapatan (Rp/panen)

3. Hasil dan PembahasanKontribusi ekonomi

Melakukan kegiatan usahatani sayuran memberikan kegiatan perempuan tani diluar dari tugas dantanggung jawab kepada keluarga. Kegiatan usahatani merupakan sektor komersial bagi perempuan tani yangmemberikan pendapatan yang turut membantu pendapatan keluarga. Perempuan tani di Kecamatan Bissapu

Page 10: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.8-12) 978-602-60766-3-2

10

Kabuaten Bantaeng melakukan usahatani sayuran yang dominan adalah sayuran sawi, kangkung, daun sup,dan bayam. Untuk Tanaman kangkung dan sawi mereka pada umumnya pasarkan, sementara untuk tanamandaun sup dan bayam mereka konsumsi sendiri. Pendapatan rata-rata yang diperoleh dari usahatani sayuransebesar Rp. 244.483,97/bulan, sementara pendapatan keluarga sebesar Rp. 3.507.000/bulan, sehinggamemperoleh kontribusi secara ekonomi sebesar 7,03 % dari usahatani sayuran. Menurut ukuran kontribusiekonomi, nilai kontribusi < 30 % menunjukkan bahwa kontribusi kecil. Walaupun kecil, namun adanyakontribusi ekonomi menunjukkan adanya peran perempuan dalam bidang pertanian dan dapat membantuperekonomian keluarga dengan pemanfataan lahan pekarangan.Pengambilan Keputusan

Pada umumnya seorang petani sebagai pengelolah juga sebagai manajer bagi usahataninya termasukdalam pengambilan keputusan menyangkut (1) jenis tanaman yang dibudidayakan, (2) penggunaan saranaproduksi, (3) pengolahan usahatani, (4) pemasaran (Soekartawi, 2006).Penentuan Jenis tanaman sayuran

Penentuan jenis sayuran yang akan ditanam biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :(1) agroklimatologi, (2) kesesuaian topografi, (3) pendapatan, (4) jangka waktu pemeliharaan/budidaya jenissayuran. Adapun peran pengambilan keputusan dalam penentuan jenis sayuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Peran pengambilan keputusan dalam penentuan jenis tanaman sayuran yang dibudidayakanPengambilan keputusan

No. Keterangan Jumlah (org) Presentase (%)1. Berperan 24 80,002. Tidak berperan 6 20,00

Jumlah 30 100,00Sumber : Data primer setelah diolah, 2017.

Pengambilan keputusan dalam penentuan jenis tanaman sebanyak 24 orang perempuan tani (80%) peran, sedangkan sebanyak 6 orang perempuan tani (20 %) tidak berperan. Sebanyak 80 % perempuantani menentukan sendiri jenis tanaman yang mereka akan budidayakan, sementara yang sebanyak 20 % itukeluarga dan suami mereka yang berperan. Mereka dominan membudidayakan tanaman kangkung dan sawidengan pertimbangan mudah dalam proses pemeliharaan, mengeluarkan biaya yang relatif rendah dan jangkawaktu antara pemeliharaan tanaman hingga panen relatif singkat.Penggunaan Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi merupakan hal yang penting dalam proses produksi. Sarana produksi(input) turut menentukan hasil panen yang diperoleh (output) (Soekartawi, 1998). Sarana produksi berupa :pupuk, obat-obatan, lahan, tenaga kerja dan peralatan yang digunakan Adapun Peran perempuan dalampengambilan keputusan mengenai penggunaan sarana produksi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peran pengambilan keputusan dalam penentuan sarana produksiPengambilan keputusan

No. Keterangan Jumlah (org) Presentase (%)1. Berperan 26 86,662. Tidak berperan 4 13,34

Jumlah 30 100,00Sumber : Data primer setelah diolah, 2017.

Perempuan tani sebanyak 26 orang (86,66 %) berperan dalam menentukan dan mengambil keputusanmengenai jenis pupuk yang digunakan, obat-obatan, penggunaan lahan, tenaga kerja dan peralatan yangdigunakan, selebihnya sebanyak 4 orang (13,34 %) melibatkan anggota keluarga untuk mengambilkeputusan dan menentukan sarana produksi yang digunakan. Perempuan tani telah berperan dalampengambilan keputusan tentang penggunaan sarana produksi karena mereka sebagian besar telah tergabungdalam kelompok tani. Kelompok tani mereka mewadahi dan turut andil memberikan masukan dan saranadalam hal ini dan peran aktif penyuluh yang memberikan arahan juga adanya bantuan bibit dari pemerintah.Perempuan tani memutuskan menggunakan pupuk organik dan obat-obatan berupa pestisida nabati karenatelah mengikuti proses penyuluhan mereka mengadopsi dan membuat pupuk organik (pupuk kandang,bokashi, organik cair) dan pestisida nabati dengan menggunakan tembakau.Peran Pengambilan keputusan dalam Pengelolaan Usahatani

Page 11: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.8-12) 978-602-60766-3-2

11

Pengelolaan usahatani meliputi : Pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan (Pemberian pupuk,obat-obatan),penyiraman tanaman, penyiangan, dan proses panen (Ken Suhartiyah, 2011). Adapun peranPerempuan dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Peran pengambilan keputusan dalam pengelolaan usahataniPengambilan keputusan

No. Keterangan Jumlah (org) Presentase (%)1. Berperan 21 70,002. Tidak berperan 8 30,00

Jumlah 30 100,00Sumber : Data primer setelah diolah, 2017.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang perempuan tani (70 %) berperan dalampengambilan keputusan tentang pengelolaan usahatani, selebihnya sebanyak 8 orang tidak berperan dalampengambilan keputusan dalam pengelolaan usahatani sayuran, mereka hanya sebagai tenaga kerja, yangmemutuskan adalah suami/kepala keluarga. Menurut perempuan tani yang berperan dalam mengambilkeputusan, suami/kepala keluarga memberikan keleluasaan dalam pengelolaan usahatani sayuran karenasuami/kepala keluarga ada yang bekerja sebagai PNS dan pekerjaan lain diluar sektor pertanian. Sementarayang tidak berperan dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan usahatani karena suami/keluargamereka masih merasa bertanggung jawab terhadap usahatani sayuran yang dilakukan oleh istri/keluargamereka sehingga perlue mengambil keputusan, masih muncul anggapan di masyarakat kalau suami/kepalakeluarga harus berperan dalam pengelolaan usahatani walaupun masih ada pekerjaan diluar sektor pertanian.

Mereka melakukan usahatani dengan memanfaatkan lahan yang terbatas dengan luas lahan rata-rata136,1 m2. Selain memanfaatkan lahan mereka mengelolaah usahatani sayuran dengan menggunakan bekaskemasan minyak sebagai wadah pot untuk tanaman daun sop dan sawi guna mengurangi limbah plastik darirumah tangga.Peran Pengambilan keputusan dalam memasarkan Sayuran

Sayuran yang telah dipanen dipersiapkan untuk dipasarkan. Mengenai peran perempuan tani dalampengambilan keputusan memasarkan sayuran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Peran pengambilan keputusan dalam pemasaran sayuranPengambilan keputusan

No. Keterangan Jumlah (org) Presentase (%)1. Berperan 30 100,002. Tidak berperan 0 0,00

Jumlah 30 100,00Sumber : Data primer setelah diolah, 2017.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan tani100 % berperan dalam pengambilan keputusan dalammemasarkan sayuran. Perempuan tani leluasa dalam mengambil keputusan mengenai tempat dipasarkansayuran: melalui pasar atau pedagang pengumpul, harga jual sayuran, ukuran berat per ikat, berapa jumlahikat yang dipasarkan, dan sistem pembayaran. Perempuan tani diberikan keleluasaan untuk memasarkankarena mereka memiliki kelebihan untuk bernegosiasi menurut suami dan keluarga mereka, terampil dancekatan dalam mengikat sayuran untuk dipasarkan.

Sayuran yang ditanam pada umur 1-2 tahun dapat dipanen dan dipasarkan. Sayuran di jual denganukuran untuk tanaman kangkung 5 ikat untuk ukuran 1 kg, dengan berat 200 gr/ikat dijual dengan hargaRp.1.000 hingga Rp.2.000/ikat, sedangkan tanaman sawi dijual juga per ikat, terdapat 4 ikat untuk ukuran 1kg, dengan berat 250 gram/ikat dengan harga Rp. 1.500 hingga Rp.2.000/ikat. Mereka memasarkan sayuranmemiliki jawaban yang bervariasi dari tiap responden, ada yang mengatakan memasarkan sayuran ke pasaradapula memasarkan pada pedagang pengumpul. Sedangkan untuk daun sup dan bayam mereka banyakkonsumsi sebagai bagian dari ketahanan pangan dengan pemanfaatan lahan pekarangan.

4. KESIMPULANHasil penelitian menunjukkan bahwa :

1. Kontribusi ekonomi dari perempuan tani dalam melakukan usahatani sayuran sebesar 7,03 % danmemiliki kontribusi yang kecil.

Page 12: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.8-12) 978-602-60766-3-2

12

2. Peran perempuan dalam pengambilan keputusan pada : (1) penentuan jenis tanaman sayuran sebanyak80 % berperan, (2) Penggunaan sarana produksi sebanyak 86,66 % perempuan tani berperan, (3)pengelolaan usahatani sebanyak 70 % perempuan tani berperan dalam pengambilan keputusan, (4)pada aspek pemasaran sebesar 100 % perempuan tani berperan dalam pengambilan keputusan.

5. DAFTAR PUSTAKA

Faisal. 2012. Sektor Pertanian Serap Tenaga Kerja Terbesar. http://poskota.co.id/berita-terkini/2010/11/30/sektor-pertanian-serap-tenaga-kerja-terbesar (online).diakses 15 Oktober 2015.

Ken Suratiyah, 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.Pratiwi, Novia. 2007. Analisis Gender pada Rumahtangga Petani Monokultur Sayur Kasus Desa Segorogunung,

Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Diajukan sebagai skripsi pada DepartemenKomunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, IPB.

Soekartawi, 1998. Ekonomi Produksi Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.Soekartawi, 2006.Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi, Rajawali Press, Jakarta.

Page 13: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18) 978-602-60766-3-2

13

PERGESERAN PANGSA PASAR PRODUK NUGGET AYAM DI KOTA MAKASSAR

St. Aisyah R1), Sitti Khadijah Yahya Hiola 2)

1),2) Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRACT

The many brands of chicken nuggets such as Fiesta, So Good and Champ on the market will bring about a competitionamong companies. The purpose of this research is to know and analyze brand shift (brand switch) product. This studyprovides benefits that can estimate market share in the future. This research was conducted for two months starting fromJuly to August 2017 in Makassar City. The populations in this study are consumers who visit the modern market inMakassar. Sampling in this study was set as many as 100 respondents. Sampling is done by Accidental sampling. Dataanalysis technique used is Markov Chain (Markov Chain). The results indicate that the shift in the market share ofchicken nuggets products in Makassar City as a result of the displacement of the brand. Fiesta brand rose 5%, So Goodup 4% and Champ down 9%.

Keywords : Shifting Market Share, chicken nugget

1. PENDAHULUANSektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan

pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani. Salah satu produkpeternakan yaitu nugget. Nugget ayam adalah salah satu produk pangan yang paling banyak ditemukan dipasaran. Nugget ayam adalah jenis produk makanan yang berbahan daging ayam dan memiliki kandunganlemak yang mendekati 20% menurut mutu nugget ayam berdasarkan SNI. Menurut Nurmalia (2011), nuggetayam memiliki kandungan lemak sebesar 18,82g/100g, protein sebesar 30g/100g dan serat sebesar 0,9g/100g.

Seiring perkembangan bisnis, nugget ayam menjadi peluang sebagai makanan kemasan siap masak.Nugget banyak disukai dari anak-anak hingga orang dewasa. Hal ini dikarenakan nugget merupakan makananyang bergizi dan mempunyai rasa yang lezat. Saat ini banyak bermunculan merek nugget yang cukupbersaing. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran produk olahan ayam, hal ini merupakan suatupeluang untuk memperluas dan menguasai pangsa pasar. Top brand indeks nugget ayam (%) tahun 2013–2017 pada Tabel 1.

Tabel 1. Top Brand Indeks Nugget (%)Tahun 2013–2017

Merek NuggetTahun

2013 2014 2015 2016 2017

Fiesta 29,28 38,8 36,7 32,3 28,5So Good 28,97 22,3 23,9 22,6 18,7Champ 25,25 30,9 31,0 33,5 39,4

Belfoods 5,24 2,4 2,3 4,5 3,8Sumber : Top Brand Indeks, 2017.

Dapat dilihat pada Tabel 1 top brand index produk nugget ayam di Indonesia tahun 2013 – 2015menunjukkan bahwa produk nugget ayam merek Champ yang diproduksi oleh PT Charoen PokphandIndonesia selalu berada di posisi pertama pada top brand index setiap tahunnya dan merek Champ selamakurun waktu lima tahun terakhir mengalami peningkatan pangsa pasar. Sedangkan merek So Good yangdiproduksi oleh PT So Good Food Manufacturing menempati posisi ketiga dan merek Belfoods yangdiproduksi oleh PT Belfoods Indonesia menempati posisi terendah pada top brand index. Hadirnya berbagaimerek nugget ayam di pasaran serta semakin banyaknya promosi penawaran dari berbagai merek nuggetayam, membuat konsumen memiliki kriteria masing-masing dalam pemilihan merek produk nugget ayamyang akan dikonsumsinya.

Dengan perkembangan bisnis pada kategori makanan nugget ayam, persaingan di pasar kategori inisemakin ketat. Produk yang ditawarkan oleh pesaing semakin banyak keunggulannya. Namun dengan

1 Koresponding : St. Aisyah. R, Telp 085396555707, [email protected]

Page 14: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18) 978-602-60766-3-2

14

banyaknya produk yang ditawarkan dari berbagai merek membuat konsumen lebih banyak pilihan.Konsumen dapat lebih selektif dalam memilih produk yang akan dikonsumsinya. Pemasar tidak hanyadiharuskan menganalisis serta memahami konsumen dari produk serta mereknya, namun perusahaan jugaharus menganalisis serta memahami konsumen dari merek pesaing, serta menemukan alasan mengapakonsumen memilih untuk membeli merek pesaing (Peter dan Olson, 2014).

Dengan kondisi semakin meningkatnya persaingan antara produk-produk sejenis, maka perusahaanyang satu dengan yang lain saling bersaing merebutkan konsumen. Perusahaan yang mampu menciptakandan mempertahankan pelangganlah yang akan sukses dalam persaingan. Setiap perusahaan berusaha untukmemahami perilaku konsumen pada pasar sasaran untuk kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perilakukonsumen yang ada tersebut akan mempengaruhi cara konsumen melihat atau memandang suatu produk.Konsumen dalam memilih suatu brand produk akan melalui tahap percobaan terlebih dahulu, pada tahap iniseringkali konsumen akan mencoba berbagai brand yang berbeda. Jika dirasakan bahwa brand tersebut cocokdan memenuhi apa yang diharapkan dari produk sejenis maka konsumen akan terus mencari brand tersebut.

Penelitian terdahulu pada Alifianti (2013), konsumen chicken nugget di Kota Malang selalu samadalam pemilihan merek dan jumlah chicken nugget, tetapi waktunya disesuaikan dengan kebutuhankonsumen tersebut. Faktor lingkungan sosial konsumen chicken nugget, bentuk promosi, tempat penjualan,dan komposisi chicken nugget, harga dan merek chicken nugget, promosi dan produk chicken nugget, jeniskelamin dan pekerjaan dapat meningkatkan pembelian chicken nugget di Kota Malang. Penelitian lainnyayang dilakukan oleh Abdullah (2011) dan Ismoyowati (2015) disitasi dalam Rahardjo (2016), menunjukkanfaktor halal menjadi faktor yang paling penting bagi konsumen diikuti oleh harga, kualitas layanan, danmerek.

Kota Makassar merupakan pasar potensial bagi para produsen nugget ayam untuk memasarkanproduknya. Karena dengan jumlah penduduk yang sangat besar maka akan terdapat perbedaan dankeragaman karakteristik masyarakat termasuk perilaku konsumsinya. Menyikapi kondisi tersebut maka agarpara produsen dapat bertahan dalam persaingan, mereka harus dapat mengidentifikasi, mengetahui danmenyesuaikan keinginan serta harapan konsumen dengan produk yang dihasilkannya. Besarnya pangsa pasarsetiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen darisuatu produk ke produk lain. Dengan banyaknya merek nugget ayam seperti Fiesta, So Good dan Champ dipasaran ini akan memunculkan adanya suatu persaingan di antara perusahaan. Salah satu teknik untukmemprediksi pangsa pasar diwaktu yang akan datang biasa digunakan analisis Rantai Markov (MarkovChain) untuk dapat memperkirakan perubahan-perubahan waktu, dimasa yang akan datang serta menganalisakejadian-kejadian pangsa pasar suatu produk nugget ayam.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai bulan Juli sampai Agustus 2017 di Kota

Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berkunjung di pasar modern yang ada diKota Makassar. Penarikan sampel pada penelitian ini ditetapkan sebanyak 100 responden. MenurutSetyaningsih, dkk (2010), bahwa panel konsumen terdiri dari 30-100 orang tergantung pada target pemasaransuatu komoditi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental sampling, yaitu pengambilan sampelyang dilakukan secara kebetulan (Maman, 2013).

Analisis DataAnalisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan statistik deskriptif dengan

menggunakan data kuantitatif. Untuk mengetahui pergeseran pangsa pasar produk susu fermentasi bermerekdalam kemasan di Kota Makassar digunakan pendekatan matematika menggunakan Markov Chain sepertiyang dikemukakan oleh Siswanto (2006) disitasi dalam (Sumarni, 2010). sebagai berikut:

( ) = P x ( )Dimana :

( ) dimana persentase pangsa pasar yang dikuasai oleh masing-masing merek nugget ayam( ) dimana periode Ke (kurun waktu penguasaan pangsa pasar masing-masing merek nugget ayamP dimana Probabilitas transisional, sebagai probabilitas suatu merek nugget ayam akan tetap menguasai

para pelanggannya.

Page 15: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18) 978-602-60766-3-2

15

Tahapan analisis yang dilakukan dalam rantai Markov (Djan dan Ruvendi, 2006) disitasi dalam(Hatidja, dkk, 2013) sebagai berikut :

a. Membuat tabel jumlah konsumen nugget ayam dari masing-masing merek baik saat sekarangmaupun sebelumnya.

b. Membuat tabel perpindahan merek (Brand Switching pattern), yaitu data perubahan atau pergeserandari suatu merek ke merek lainnya.

c. Membuat matriks peluang transisi (P).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pangsa Awal Produk Nugget AyamPangsa pasar merupakan faktor yang dapat menentukan harga suatu produk khususnya pada pasar

persaingan sempurna dimana jika pangsa pasar sudah dipegang oleh suatu perusahaan akan berpengaruhterhadap tingkat keberhasilan dalam usahanya dan juga permintaan akan barang sudah pasti ada, dengantingginya tingkat permintaan akan barang akan berpengaruh pula terhadap harga suatu produk, apakah hargatersebut mahal atau rendah. Pangsa pasar awal dari masing-masing merek produk nugget ayam di KotaMakassar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pangsa Pasar Awal Merek Produk Nugget Ayam di Kota MakassarNo Merek Produk Nugget Jumlah Responden (org) Persentase (%)

1 Fiesta 43 43.00

2 So Good 32 32.00

3 Champ 25 25.00

Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 2. Dapat diketahui bahwa pangsa pasar awal nugget ayam dikuasai oleh merekFiesta sebesar 43% dan pangsa pasar terendah merek Champ 25%. Hal ini menunjukkan bahwa merek Fiestamempunyai kekuatan merek dalam memasarkan produknya. Fiesta selalu berusaha untuk kembali menjadimerek nomor satu di pasar makanan nugget ayam siap masak. Fiesta telah mampu membangun ekuitasmerek yang kuat sebagai salah satu makanan nugget ayam siap masak di Indonesia. Masyarakat Indonesiamengenal produk nugget ayam Fiesta melalui tayangan iklan televisi dengan artis sebagai bintang iklan dansyair lagu yang mudah diingat masyarakat. Iklan merupakan bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide,barang, atau jasa sebagai sarana yang kuat untuk menciptakan asosiasi merek yang kuat, menguntungkan,unik, memunculkan penilaian dan perasaan positif (Kotler, 2013). Hal ini didukung oleh Rina et al (2014)disitasi dalam (Santoso dan Najib, 2015), konsumen akan mempersepsikan sebuah merek menjadi yangterdepan dan terbaik di antara merek lainnya, jika merek tersebut inovatif, kreatif, dan unik.

Perpindahan merek (Brand Switching) Produk Susu FermentasiPerpindahan merek (brand switching) adalah saat di mana seorang pelanggan atau sekelompok

pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk tertentu ke merek produk lainnya. Definisilainnya adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pelanggan untuk setiap waktu penggunaan, tingkatbrand switching ini juga menunjukkan sejauh mana sebuah merek memiliki pelanggan yang loyal. Hal inisesuai dengan pendapat Abisatya (2009), bahwa perpindahan merek merupakan saat di mana seorangpelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek sebuah produk tertentu ke merekproduk lainnya. Definisi lainnya adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pelanggan untuk setiapwaktu penggunaan, tingkat brand switching ini juga menunjukkan sejauh mana sebuah merek memilikipelanggan yang loyal.

Perpindahan merek merupakan suatu proses dimana terjadi perpindahan merek dari satu merek kemerek yang lain. Dimana hal ini pemilihan merek yang dilakukan oleh konsumen di Kota Makassar padaumumnya di pengaruhi oleh harga yang terjangkau, kemasan, aroma dan proses label produk. Perpindahanmerek produk nugget ayam di Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 16: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18) 978-602-60766-3-2

16

Tabel 3. Perpindahan merek (Brand Switching) Produk Nugget Ayam di Kota Makassar

Dari Merek

Merek ProdukOlahan Ayam

Ke Merek Responden

Fiesta So Good Champ Sebelumnya

Fiesta 36 5 2 43

So Good 4 25 3 32

Champ 8 6 11 25

Responden Saat Ini 48 36 16 100Sumber : Data primer yang telah diolah, 2017

Tabel 3, menunjukkan bahwa adanya perbedaan perolehan jumlah pelanggan yang berpindah merekproduk nugget ayam dari satu merek lainnya. Fiesta tetap berada pada posisi pertama baik pada respondensebelumnya maupun responden saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa Fiesta memang sudah dikenalmasyarakat sebagai suatu produk yang mempunyai kualitas tinggi. Di samping itu, merek Fiesta jugamemiliki beberapa varian produk sehingga membuat masyarakat mempunyai alternative pilihan dalammelakukan pembelian. Hal ini sesuai pendapat Widyasari (2008) berpendapat bahwa perpindahan merekoleh konsumen dipengaruhi oleh adanya ketidakpuasan yang dialami pasca konsumsi dan kebutuhan mencarivariasi produk. Penelitian Thawil (2014) juga menyebutkan bahwa ketidakpuasan konsumen mempengaruhikonsumen dalam melakukan keputusan perpindahan merek. Hal ini didukung pendapat Keaveney (1995)disitasi dalam Najib (2009), bahwa mengidentifikasi penyebab perpindahan konsumen karena delapan alasanyaitu: (a) Harga, (b) Ketidaknyamanan, (c) Kegagalan Jasa Inti, (d) Kegagalan interaksi Jasa, (e) KegagalanRespon terhadap Jasa, (f) Kompensasi (Persaingan), (g) Masalah etika, dan (h) Peralihan Terpaksa(Involuntary Switching). Kotler dan Keller (2013) disitasi dalam Rahardjo (2016), mengatakan bahwakonsumen mempelajari sebuah merek melalui pengalaman konsumsi masa lalu dengan produk tersebut danpemasarannya untuk menemukan produk yang memuaskan kebutuhan dan yang tidak.

Peramalan Pangsa Pasar Produk Nugget di Kota MakassarPeramalan pangsa pasar menunjukkan besarnya penguasaan pasar didasarkan pada kondisi pangsa

pasar saat ini dan berpindah konsumen dari satu merek ke merek yang lain. Peramalan pangsa pasarmerupakan informasi penting bagi produsen nugget ayam dalam menyusun strategi pemasaran yang tepatdalam menghadapi persaingan pasar. Peramalan Pangsa Pasar Produk nugget ayam di Kota Makassar dapatdilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Peramalan Pangsa Pasar Produk Nugget Ayam di Kota Makassar

Merek Pangsa Pasar Awal (%)Pangsa Pasar Akhir

(%)Perkiraan Pangsa Pasar

%Fiesta 43.00 48.00 Naik 5.00

So Good 32.00 36.00 Naik 4.00Champ 25.00 16.00 Turun 9.00

Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4. Dapat dilihat bahwa pangsa pasar untuk merek Fiesta naik 5%, So Good naik4% dan Champ turun 9%. Hal ini menunjukkan bahwa merek Fiesta tetap berada pada posisi pertamamenguasai produk nugget ayam di Kota Makassar. Charoen Pokphand Food memproduksi empat merekchicken nugget yaitu Golden Fiesta, Fiesta, Champ dan Okey. Salah satu produk yang menjadi unggulan CPFood adalah chicken nugget Fiesta. Fiesta adalah merek nugget yang cukup terkenal sebagai makanan yangpraktis dan bernutrisi dengan komposisi daging ayam sebesar 70 persen. Segmentasi chicken nugget Fiestaadalah keluarga, dimana semua kalangan usia dapat mengkonsumsinya sehingga beragam varian dari produkchicken nugget Fiesta kini tersedia seperti Fiesta mixed vegetables nugget, Fiesta nugget, Fiesta nugget actionyang diperkaya dengan kalsium dan omega 3, Fiesta nugget zoo, Fiesta happy star, Fiesta nugget dino, danFiesta Cheese 123 (Charoen Pokhpand Food 2016). Dalam hal promosi, PT Charoen Pokhpand Indonesiamemasarkan produk chicken nugget Fiesta melalui media elektronik dan cetak. Perusahaan gencar melakukanpromosi melalui iklan di televisi setiap hari dengan iklan bertemakan keluarga maupun anak sekolah. Fiestadiproduksi untuk dapat dikonsumsi setiap hari oleh keluarga dengan tagline produk “Rasakan enaknya setiap

Page 17: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18) 978-602-60766-3-2

17

hari”. CP Food bertujuan menjadi produsen kelas dunia dalam bidang makanan olahan dari daging ayamkhususnya dan berkomitmen menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dari ayam pilihan dan layakmenjadi makanan pilihan keluarga. Charoen Pokhpand Indonesia berhasil mempertahankan posisinya sebagaipemimpin pasar di produk daging ayam olahan dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 66 persen (CharoenPokhpand Indonesia 2015). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak perusahaan, dari pangsa pasartersebut Fiesta masih mendominasi penjualan sebesar 60 persen, Champ 20 persen, Golden Fiesta 15 persendan sisanya merek Okey. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hadi (2008), Berdasarkan hasil analisismultiatribut fishben chicken nugget merek Delfarm, disarankan agar lebih gencar dalam mempromosikanproduknya, kemasan yang lebih menarik, distribusi produk yang lebih luas lagi agar konsumen dapatmemperoleh produk dengan mudah. Chicken nugget merek So Good disarankan meningkatkan rasa, karenahasil penelitian menunjukan rasa merek delfarm lebik enak dari pada So Good. Dengan meningkatkan rasadiharapkan masyarakat yang mengkonsumsi chicken nugget lebih banyak lagi. Berdasarkan hasil penelitianbahwa faktor pendapatan, jumlah jam kerja, dan jumlah anggota keluarga tidak signifikan mempengaruhikonsumsi chicken nugget, hal ini perlu diperhatikan bagi produsen produk chicken nugget agar lebihmeningkatkan inovasi yang baru dan produktifitasnya sehingga penjualan chicken nugget meningkat danpasaran produk chicken nugget menjadi ramai kembali ditengah persaingan produk makanan siap saji yangsemakin beragam.

Hasil penelitian Putri (2016), Pada bauran produk antara lain indikator rasa, tekstur, aroma chickennugget Fiesta, informasi nilai gizi dan varian bentuk serta isi berkontribusi terbesar dalam mencerminkanbauran produk, responden memilih membeli chicken nugget dengan merek Fiesta karena segi rasa chickennugget lebih enak, sehingga responden tidak mau beralih ke merek lain dan varian ukuran produk yangditawarkan produsen saat ini dianggap sudah cukup oleh responden. Pada bauran harga, kedua indikatorharga terjangkau dan harga sesuai dengan kualitas memiliki kontribusi yang sama kuat dalam mencerminkanvariabel harga. Pada bauran tempat, indikator kemudahan mendapatkan produk memiliki kontribusi terbesardalam mencerminkan variabel tempat dimana responden menganggap mudah mendapatkan produk dihypermarket/ supermarket dan minimarket. Pada bauran promosi, kinerja periklanan melalui mediaelektronik dan cetak serta promosi penjualan memiliki kontribusi yang sama kuat dalam mencerminkanvariabel promosi. Wirawan (2016), Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas produk, persepsi harga,promosi dan citra merek mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Variabel kualitasproduk berpengaruh paling besar dan variabel persepsi harga berpengaruh paling kecil. Hasil uji tmenunjukan bahwa masing-masing variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadapkeputusan pembelian. Model persamaan ini memiliki nilai F sebesar 24,726 dengan tingkat signifikansi0,000. Hasil analisis koefisien determinasi sebesar 48,9%, menunjukan bahwa variabel kualitas produk,persepsi harga, promosi dan citra merek hanya menjelaskan pengaruh terhadap keputusan pembelian sebesar48,9%. Sedangkan sisanya adalah sebesar 51,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalampenelitian ini.

4. KESIMPULAN

Pergeseran pangsa pasar produk nugget ayam di Kota Makassar sebagai akibat adanya perpindahanmerek. Merek Fiesta naik 5%, So Good naik 4% dan Champ turun 9%.

5. DAFTAR PUSTAKAAbisatya, Diaz. 2009. Competitive Advertising Serta Dampaknya Pada Perilaku Brand Switching Konsumen. Jurnal

Bisnis Dan Manajemen 10(1): 1-16.Alifianti, D. R., Hartono, B. & Utami D. H. (2013). Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Produk Chicken Nugget Di

Kota Malang. Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Hady, Novian. 2008. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Chicken Nugget (Kasus Delfarm & So Good

Perumahan Villa Ciomas Indah Bogor). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. FakultasPertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hatidja, Djoni. Abdullah, Sri. Salaki, dan Deiby. 2013. Pergeseran Pangsa Pasar Kartu Seluler Pra Bayar GSMMenggunakan Analisis Rantai Markov (Studi Kasus: Mahasiswa Fmipa Unsrat Manado). Prosiding. SeminarNasional Matematika dan Pendidikan Matematika Yogyakarta: 55-62

Kotler, Philip dan Keller, 2013. Marketing Management fourteenth edition. London: Pearson Education.Maman, P. 2013. Penentuan Jumlah dan Teknik Pengambilan Sampel untuk Sosial Ekonomi. Program Studi Sosial

Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung.

Page 18: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18) 978-602-60766-3-2

18

Najib, Mukhamad. 2009. Analisis Konsumen Berpindah Merek (BrandSwitcher) Pada Bank Syariah Dan BankKonvensional (Studi Kasus Pada Nasabah Di Wilayah Darmaga Bogor). TAZKIA Islamic Finance & BusinessReview 4(1): 1-25.

Nurmalia. 2011. Nugget Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Sebagai Alternatif Makanan Siap Saji Rendah Lemak danTinggi Serat. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 2014. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta.Putri, Dea Maharani. 2016. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Chicken Nugget

Fiesta di Kota Bekasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. BogorRahardjo , Christopher Richie. 2016. Faktor Yang Menjadi Preferensi Konsumen Dalam Membeli Produk Frozen Food.

PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis. Volume 1, Nomor 1, April 2016: 32-43.Santoso, Dharmawan dan Najib, Mukhammad. 2015. Brand Equity Susu Cair UHT dan Pengaruhnya Pada Purchase

Intention. Jurnal Manajemen & Agribisnis 12(1): 46-56.Setyaningsih, D., A. Apriyantono dan M.P. Sari. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press.

Bogor.Sumarni, R. 2010. Analisis Pergeseran Merek (Brand Switch) Produk Susu UHT Di PT. Hypermart Cabang

Panakukang, Makassar. Skripsi. Program Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.Thawil, Ayu N. 2014. Pengaruh Ketidakpuasan Pasca Konsumsi dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan

Perpindahan Merek Handphone GSM dari Merek Blackberry Ke Samsung. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen2(4): 73-89.

Widyasari, Suzy. 2008. Analisis Perilaku Brand Switching Konsumen Dalam Pembelian Produk Sepeda Motor. JurnalBisnis dan Ekonomi 15(2): 107- 127.

Wirawan, Edwin Muhammad. 2016. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Persepsi Harga, Promosi Dan Citra MerekTerhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen Chicken Nugget Fiesta Di Kota Semarang). Skripsi.Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 19: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.19-24) 978-602-60766-3-2

19

MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS INTERNET: SEBUAHPENELITIAN TINDAKAN PARTISIPATIF MELALUI PENDEKATAN

MICRO-ETNOGRAFI

Andi Musdariah1), Ismail Anas 2)

1),2)Dosen Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACTELT in the era of digital technology has brought significant changes to the language learning interaction andteaching especially in the use and the development of materials. The internet is the biggest information data basewhich provides opportunities for EFL teachers to be used in the learning activities. Grounded in a micro-ethnograpic participatory action research, this study explored the internet as the potential source of materials foreffective, interesting, and flexible learning. This research involved both teacher and student as the participantswho worked together in a small group and context to explore the internet as the corpus of languagematerials/resources. The research informed a design for the development of the internet-based materials as theresults of the meaning making process that involved a series of activities starting from the materials search,selection, development, and the use in the EFL classrooms. The activities brought contribution to the student’sparticipation, engagement, and cognition as they were directly exposed to a micro-reality context of languagelearning and material development. This study suggests that every student is an important agent of learningwhose voices and inputs are the significant factors determining the success of the language materialdevelopment.

Keywords: Internet-based materials, ELT, microethnography, language resources, meaning-making process

1. PENDAHULUANDalam upaya pemanfaatan dan penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris,

seorang guru atau dosen dituntut memiliki keterampilan teknologi dan kemampuan multi-literasi yangbaik sehingga teknologi tidak hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu belajar tetapipemanfaatannya dapat memberikan kontribusi secara kognitif terhadap pengetahuan dan pemahamanpeserta didik (student cognition).

Penelitian ini bertujuan: 1) membuat desain materi pembelajaran bahasa Inggris berbasis internet,2) mengembangkan materi pembelajaran bahasa Inggris berbasis internet, 3) mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa dalam mendesain dan mengembangkan materipembelajaran berbasis internet. Penelitian ini akan memberi kontribusi secara teoritis (theoretically),empiris (empirically), dan praktis (practically) terhadap pengembangan materi pembelajaran bahasaInggris berbasis internet. Secara teoritis, pengembangan materi pembelajaran harus memenuhibeberapa prinsip pemerolehan bahasa dimana materi yang dikembangkan harus relevan dan koheren(Tomlinson in Widodo, 2015. p.9). Oleh karena itu, pengembangan materi pembelajaran harusmengacu pada sebuah kerangka dasar (conceptual framework) yang menekankan pada aspek kognitifdan afektif peserta didik. Selain itu, studi ini akan memberikan dokumentasi terhadap proses desaindan pengembangan materi pembelajaran berbasis internet ditinjau dari perspektif sosial.

Secara empiris, studi ini akan memberikan kontribusi terhadap upaya pengembangan materipembelajaran bahasa Inggris berbasis internet. Selama ini dosen menggunakan buku teks, diktat, danmodul praktek dalam kegiatan pembelajaran yang pada dasarnya sumber belajar tersebut tidak bersifatdinamis dan terkadang gagal memenuhi kebutuhan mahasiswa. Idealnya, seorang dosen harus rutinmelakukan seleksi, adaptasi, dan pengayaan materi pembelajaran setiap kali mereka bergelut denganrencana pembelajaran (Tomlinson & Masuhara, 2004).

Secara praktis, penelitian ini akan memberi konstribusi terhadap penerapan pengembangan materipembelajaran bahasa Inggris dari perspektif teknologi (the internet). Hal ini tentu saja akan memberiimplikasi terhadap cara dosen dalam memilih dan menggunakan materi dalam kegiatan pembelajaran.Dosen dan mahasiswa dapat melakukan kolaborasi dalam memilih topik belajar yang mereka senangisehingga mahasiswa memiliki ruang untuk menentukan apa yang mereka ingin pelajari. Hal ini tentusaja memberi nuansa positif dalam kegiatan pembelajaran yang selama ini hanya mengandalkan bukuteks dan sumber belajar yang tidak updated.

1 Korespondensi: [email protected]

Page 20: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.19-24) 978-602-60766-3-2

20

Urgensi penelitian dari ini adalah meningkatnya kebutuhan sumber belajar yang variatif danterkini sehingga dosen perlu melakukan penyesuaian metodologi, strategi, dan materi pembelajaranyang dapat memenuhi ekspektasi mahasiswa. Saat ini rata-rata mahasiswa memiliki perangkatteknologi berbasis android dan memiliki access yang cukup baik terhadap InformationCommunication Technology (ICT) dan internet. Dengan demikian mahasiswa memiliki aksesterhadap dunia informasi dimanapun mereka berada tanpa dibatasi ruang dan waktu selama merekaterkoneksi ke internet. Internet telah merubah cara belajar mahasiswa dimana mereka dengan mudahmencari dan mengambil informasi dari berbagai sumber di internet meskipun mereka belum memilikikemampuan dalam mengolah informasi yang diterima dengan baik.

Penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris harus didukung oleh beberapafactor diantaranya teacher technology competence (see Unesco, 2008; Yusuf & Balogun, 2011),student’s acceptance to technology (e.g. Tarhini, Hone, & Liu, 2013), online materials and resources(see Compton, 2009), ICT tools (e.g. Cedex & E-mail, 2010; Framework, 2007; Hu & McGrath,2011; Rozgiene, I. Medvedeva, O. Strakova, 2008; Unesco, 2008; Young, 2003), and policy. Seorangdosen atau tenaga pendidik dituntut untuk memiliki keterampilan teknologi untuk dapat beradaptasidengan perkembangan dan kemajuan teknologi.

Studi ini merupakan sebuah inovasi dalam bidang pengembangan materi pembelajaran bahasaInggris berbasis internet dimana luaran dari penelitian ini akan berupa desain pengembangan materipembelajaran. Nilai inovasi dari studi ini terdapat pada konsep pemanfaatan internet sebagai sumberinformasi dalam mendukung dosen dan mahasiswa dalam mendesain dan mengembangkan materipembelajaran. Selama ini materi pembelajaran yang bersumber dari buku teks, diktat, dan modulsepenuhnya menjadi otoritas dosen sehingga mahasiswa tidak memiliki ruang negosiasi terhadapmateri yang akan mereka pelajari, namun penelitian ini akan mengeksplorasi kegiatan pengembanganmateri pembelajaran dari perspektif yang berbeda yakni melalui penelitian tindakan partisipatifdibawah naungan studi micro-ethnography.

Implikasi dari penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) yaitu dosen, mahasiswa, dan teknologi terapan.Implikasi bagi dosen berupa perubahan paradigma penyusunan dan pengembangan materipembelajaran ditinjau dari perspektif teknologi. Pertama, Dosen tidak hanya tergantung pada bukuteks, diktat, dan modul praktek tetapi juga meningkatnya pengetahuan dan pemahaman mereka bahwateknologi internet dapat memberi kontribusi pada kegiatan pengembangan materi pembelajaran.Kedua, implikasi terhadap mahasiswa dimana mereka tidak lagi menjadi active listener tetapi jugamereka menjadi bagian dari proses pembelajaran tersebut. Mereka memiliki ruang untuk berpendapatdan memberi input yang berharga kepada dosen yang secara tidak langsung akan memberi pengaruhterhadap kulitas materi pembelajaran yang dihasilkan. Ketiga, implikasi terhadap teknologi atauproduk terapan terkait dengan desain dan pengembangan materi pembelajaran berbasis internet. Halini akan mendorong pemanfaatan teknologi internet dalam pembelajaran bahasa Inggris dalam upayamencapai tujuan pembelajaran.

2. METODE PENELITIANDesain Penelitian

Studi ini akan mengkaji proses desain dan pengembangan materi pembelajaran bahasa Inggrisberbasis internet yang meliputi beberapa tahap mulai dari analisa konteks, proses desain danpengembangan materi pembelajaran, penggunaan materi tersebut dalam pembelajaran, dan reaksidosen dan mahasiswa terhadap materi tersebut. Metode yang digunakan untuk mengkaji prosestersebut adalah metode penelitian tindakan partisipatif (Participatory Action Research-PAR)(Chevalier & Buckles, 2013) melalui pendekatan micro-ethnography (Gracez, 1997).

Internet-basedEnglish Materials

Micro-Ethnography

Participatory ActionResearch (PAR)

Critical DiscourseAnalysis

Page 21: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.19-24) 978-602-60766-3-2

21

Gambar 2. Design penelitian

PartisipanSesuai dengan konsep penelitian micro-ethnography, penelitian ini hanya akan melibatkan

sekelompok kecil partisipan yang terdiri dari dosen bahasa Inggris dan mahasiswa. Prosesethnography ini akan berlangsung selama 3 (tiga) semester. Peneliti dalam hal ini akan bertindaksebagai ethnographer dan juga sebagai dosen serta mahasiswa yang terlibat adalah mereka yangmengikuti mata kuliah bahasa Inggris. Penelitian ini akan dilaksanakan di Jurusan Administrasi BisnisPoliteknik Negeri Ujung Pandang pada program studi Diploma III dan IV.

Teknik pengumpulan data (data collection)Dalam kegiatan penelitian ethnography, peneliti menggunakan berbagai instrument dalammengumpulkan data antara lain: 1) Observation portfolio, 2) Video recording, 3) Images, 4) Soundrecording

3. HASIL DAN PEMBAHASANDesain dan pengembangan materi pembelajaran berbasis internet melibatkan dosen dan mahasiswasebagai aktor penting dalam menciptakan sebuah materi ajar yang menarik, berbasis konteks, terbaru,dan disukai oleh mahasiswa. Dalam penelitian ini dosen dan mahasiswa melakukan sebuah penelitiankolaborasi melalui pendekatan peneltian tindakan partisipatif dalam sebuah kelompok kecil (micro-ethnographic study).

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses desain dan pengembangan materi berbasis internetDalam kegiatan penelitian tindakan partisipatif, dosen dan mahasiswa dihadapkan pada sejumlahfaktor yang berpengaruh terhadap proses desain dan pengembangan materi berbasis internet. Sejauhpenelitian ini berjalan, peneliti akan mengemukakan faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagaiberikut:

a. Akses terhadap internet (ease of access to the internet)Dosen pada dasarnya tidak memiliki kendala dalam mendapatkan akses ke internet dimanaketersediaan fasilitas Wi-Fi kampus dan pemanfaatan smartphone sebagai modem device (networktethering). Dosen dapat mengakses internet baik dikampus maupun diluar kampus. Hal ini tidaksejalan dengan kondisi mahasiswa dimana tidak semua mahasiswa memiliki akses yang baik keinternet walaupun mereka diberi fasilitas Wi-Fi gratis dikampus. Ketika mereka berada diluarkampus, mereka harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan layanan internet via smartphone.Tidak semua mahasiswa memiliki kemudahan dalam mengakses ke internet dan terkadang merekaharus meluangkan waktu untuk datang ke tempat-tempat yang memiliki layanan hot spot gratis.

b. Kompetensi teknologi dosen dan mahasiswa (student-teacher technology competency)Uraian tentang kompetensi teknologi dosen dan mahasiswa telah ditampilkan sebelumnya diamanamereka masih memiliki hambatan dalam menggunakan perangkat teknologi tertentu baik itu berupasoftware maupun hardware. Dari hasil riset ditemukan bahwa dosen dan mahasiswa perlu diberikanpelatihan keterampilan terkait dengan penggunaan perangkat teknologi terutama yang terkait dengankebutuhan interaksi pembelajaran. Selain hal tersebut, mereka juga perlu diberi pemahaman tentangetika penggunaan dan pemanfaatan perangkat teknologi yang memiliki lisensi hak cipta (copyright).

c. Keterjangkauan perangkat teknologi (affordability of technology)Dosen pada dasarnya tidak memiliki kendala dalam hal kepemilikan perangkat teknologi sepertilaptop dan smartphone, namun hal sebaliknya justru berbeda dengan mahasiswa dimana tidak semuamahasiswa memiliki laptop dan perangkat smartphone sehingga mereka terkadang kesulitan dalammengakses internet dikarenakan keterbatasan tersebut. Kampus sebenarnya menyediakan labkomputer namun pemanfaatannya tidak sefleksibel perangkat milik pribadi dimana dapat digunakankapan dan dimana saja.

d. Ketersediaan perangkat teknologi (the provision of technology tools)

Page 22: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.19-24) 978-602-60766-3-2

22

Institusi menyediakan layanan internet berupa koneksi WiFi disetiap jurusan, lab komputer, dan labbahasa yang memadai. Namun penggunaannya tidaklah semudah seperti menggunakan perangkatmilik pribadi dimana hal tersebut memerlukan proses administrasi dan izin dari kepala lab. Hal inimenjadi sangat terbatas dikarenakan lab merupakan tempat belajar untuk seluruh mahasiswa danpenggunaanya sudah terjadwal sehingga sulit menemukan slot waktu yang cukup untuk digunakanoleh mahasiswa lain diluar dari jadwal yang telah ditentukan.

2. Student-informed design and development of internet-based materialsDalam kegiatan riset yang dilakukan bersama dengan mahasiswa, diperoleh sejumlah informasiterkait dengan pengembangan materi pembelajaran berbasis internet. Kegiatan awal dari penelitian iniadalah tahap persiapan dimana peneliti menyiapkan perangkat penelitian (instrumen pengumpulandata), koneksi internet (WiFi dan mobile tethering), perangkat teknologi (laptop, smartphone,tablet/iPad), tempat penelitian, peserta penelitian, dan biaya operasional penelitian. Kegiatanpenelitian ini dilakukan pada semester genap 2017-2018 yang melibatkan mahasiswa dan dosen.Sebelum penelitian dimulai, mahasiswa diminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam kegiatanpenelitian dan mengisi kusioner penelitian.

Sebelum penelitian dimulai, dosen menyampaikan tujuan dan manfaat kegiatan untuk memberigambaran kepada mahasiswa tentang apa yang akan dilakukan. Mengacu pada konsep micro-ethnography, kegiatan ini hanya melibatkan sekelompok kecil mahasiswa yang bersedia berpartisipasidalam kegiatan penelitian. Setelah semua paham tentang proses dan langkah kerja kegiatan, dosenmembagi mahasiswa kedalam sejumlah kelompok dan menjelaskan tentang topik pembelajaran(learning topic) yang akan dikembangkan materinya. Sebagai contoh, topik pembelajaran yang akandikaji adalah delivering business presentation dimana mahasiswa diminta untuk bekerja dalamkelompok untuk mencari sumber informasi di internet baik itu berupa video, rekaman suara,text/wacana, worksheet, buku, jurnal, dll. Pada tahap resource seraching ini, mahasiswa diberikebebasan dalam mencari informasi di internet sebanyak mungkin yang mereka anggap menarik danmudah dipahami.

Dalam sebuah kelompok mahasiswa, mereka menghasilkan sejumlah sumber informasi yang beragamdimana setiap anggota kelompok memberi kontribusi terhadap topik yang dibahas. Rata-rata jumlahmahasiswa dalam sebuah kelompok adalah 3-4 orang sehingga minimal setiap kelompok dapatmengumpulkan informasi yang relevan sekurang-kurangnya 3-4. Jika setiap anggota kelompok dapatmengumpulkan informasi lebih dari satu, maka setiap kelompok akan dihadapkan pada sebuahkumpulan informasi yang beragam dengan format yang berbeda. Selanjutnya pada tahap ini ketikaseluruh informasi telah terkumpul dalam sebuah kelompok, entah itu video, rekaman suara (soundrecording), foto (images), wacana (text), buku, jurnal, dan halaman web, mereka kemudianmelakukan diskusi kelompok untuk melakukan analsis isi untuk kebutuhan pembelajaran.

Tahapan berikutnya adalah content analysis yang tentu saja tidak dapat dilakukan sendiri olehmahasiswa, maka peran dosen disini sangat diperlukan untuk turut berdiskusi dengan mahasiwa dalammelakukan kajian isi informasi yang didapatkan oleh mahasiswa. Disini sebuah proses pembelajaransedang berlangsung antara dosen dan mahasiswa dimana mahasiswa mendapat ruang untukberpartisipasi dan berpendapat terkait dengan isi informasi yang mereka dapatkan serta dapatmemberi input ke dosen untuk pengembangan materi pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan diskusiini membahas tentang material appropriatness, context-based, level of difficulties,and materialaffordability. Material appropriatness mencakup ruang lingkup materi/informasi (scope), kriteria(criteria), keterkaitan dengan tujuan pembelajaran (connection to learning obkectives), dan relevansidengan kebutuhan mahasiswa (NTCE, 2014). Context-based merupakan poin penting dimanainformasi yang diperoleh telah memenuhi unsur budaya dan konteks lingkungan belajar. Jika hal initidak memenuhi, disinilah peran riset dimana dosen dan mahasiswa berkolaborasi dalam menentukanlangkah yang akan diambil. Apakah materi/informasi tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengankonteks atau harus diabaikan dan mencari konten lain yang sesuai. Berikutnya adalah level ofdifficulty yang mengkaji apakah informasi atau materi yang diperoleh sudah sesuai dengan levelpeserta didik. Disini peran riset penelitian tindakan partisipatif melalui skema micro-ethnography

Page 23: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.19-24) 978-602-60766-3-2

23

dimana materi yang didesain dan dikembangkan tidak hanya langsung digunakan melainkan terdapatsebuah proses negosiasi antara dosen dan mahasiswa terkait dengan pemilihan materi. Jika hanyadiputuskan sepihak oleh dosen, kemungkinan mahasiswa tidak dapat menerima informasi tersebut danhanya menghasilkan materi yang tidak bermanfaat dan tepat sasaran.

Gambar 3. Student-informed design and development of internet-based materials

Setelah mahasiswa memberikan penjelasan tentang unsur-unsur tersebut diatas, mereka kemudiandiberikan kembali kesempatan untuk mencari relevant resources yang memenuhi unsur-unsur yangtelah didiskusikan sebelumnya. Sumber materi yang relevan yang mereka dapatkan beragam mulaidari video dari Youtube, halaman web, podcast, foto/gambar, dll. Dalam tahap ini mereka sudah dapatmemilah yang mana materi yang sesuai dengan level dan kebutuhan mereka sehingga kegiatantersebut menghasilkan sebuah materi yang pas untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Namunmenurut hasil kerja kelompok itu, mahasiswa berpendapat bahwa setiap materi yang mereka dapatkantidak seluruhnya memenuhi kebutuhan mereka sehingga mereka perlu melakukan re-design, editing,dan repriducing the material. Proses inilah yang disebut dengan authentic material selection dimanakeragaman sumber belajar akan memberi dampak dan kontribusi terhadap minat dan partisipasimahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Proses re-design , editing, dan reproducing material akandijelaskan pada bab 5 tentang rencana tahapan berikutnya.

3. Student-selected materials/resourcesKonteks penelitian ini dilaksanakan melalui pendekatan micro-ethnography dengan melibatkan dosendan mahasiswa sebagai partisipan. Berdasarkan konsep penelitian tindakan partisipatif, dosen danmahasiswa bekerja bersama dalam mendesain dan mengembangkan materi pembelajaran berbasisinternet. Topik yang diangkat dalam penelitian ini adalah english for office professionals yangmelibatkan 7 (tujuh) sub topik yaitu telephoning, business presentation, negotiation, application letter,job interview, CV/resume, dan memorandum. Dalam kegiatan ini, mahasiswa mencari dan memilihsendiri materi terkait sehingga materi yang dihasilkan sesuai dengan minat mahasiswa.

4. KESIMPULANDari serangkaian proses yang telah dilakukan peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagaiberikut:1. Kompetensi teknologi dosen dan mahasiswa masih perlu untuk ditingkatkan terutama dalam rana

instruksional. Dosen perlu mendapatkan tambahan keterampilan serta pengetahuan dalammenggunakan teknologi dalam pembelajaran.

2. Akses mahasiswa terhadap perangkat teknologi dan internet masih terbatas sehingga merekamengalami kendala dalam mencari informasi di internet.

3. Penelitian ini telah melahirkan desain pengembangan materi berbasis internet melalui sebuahpenelitian tindakan partisipatif dengan pendekatan micro-ethnography

4. Proses kolaborasi antara dosen dan mahasiswa telah memberi makna pada proses desain materipembelajaran berbasis internet dimana kedua belah pihak mendapatkan ruang untuk berdiskusidan saling memberi feedback. Hal ini akan berdampak terhadap materi yang dihasilkan dimanamahasiswa memiliki minat dan partisipasi yang baik dalam pelaksanaannya.

Resourcesearching

Learningtopic

Contentanalysis

Relevantresources

Authenticmaterialselection

Student-created

materials

Presentation/discussionFeedback

Page 24: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.19-24) 978-602-60766-3-2

24

Untuk meningkatkan keterampilan dosen dan mahasiswa dalam mendesain dan mengembangkanmateri pembelajaran berbasis internet, ada beberapa saran yang dapat dijadikan referensi untukberkarya lebih baik.1. Dosen perlu melibatkan mahasiswa dalam penysusunan, desain, dan pengembangan bahan ajar

sehingga tercipta sinergi antara dosen, mahasiswa, materi, dan tujuan pembelajaran.2. Dosen tidak disarankan untuk menggunakan materi berbasis internet secara sepihak karena hal

tersebut tidak memenuhi unsur student acceptance capacity.3. Untuk penelitian selanjutnya, tim peneliti perlu menyediakan modem internet untuk

mengantisipasi apabila layanan internet kampus sedang terjadi masalah

4. DAFTAR PUSTAKACedex, R., & E-mail, F. (2010). ICT and education: A critical role in human and social development.

Information Technology for Development, 16(3), 151–158.https://doi.org/10.1080/02681102.2010.506051

Chevalier, J. M., & Buckles, D. J. (2013). Participatory Action Research: Theory and Methods for EngagedInquiry. Routledge.

Compton, L. K. L. (2009). Preparing language teachers to teach language online: a look at skills, roles, andresponsibilities. Computer Assisted Language Learning, 22(1), 73–99.https://doi.org/10.1080/09588220802613831

Framework, I. C. T. (2007). ICT Framework and Assessment: A Structured Approach to ICT in Curriculum andAssessment. National Council for Curriculum and Assessment (NCCA), (November), 1–33.

Gracez, P. M. (1997). Microethnography. In N. H. Hornberger & D. Corson (Eds.), Encyclopedia of Languageand Education: Research Methods in Language and Education (pp. 187–196). Springer.https://doi.org/10.1007/978-94-011-4535-0

Hu, Z., & McGrath, I. (2011). Innovation in higher education in China: are teachers ready to integrate ICT inEnglish language teaching? Technology, Pedagogy and Education.https://doi.org/10.1080/1475939X.2011.554014

Rozgiene, I. Medvedeva, O. Strakova, Z. (2008). Integrating ICT into Language Learning and Teaching: Guidefor Tutors. (Z. S. Inga Rozgiene, Olga Medvedeva, Ed.). ODLAC: Johannes Kepler Universitat Linz,Altenberger Strabe 69, 4040 Linz.

Tarhini, A., Hone, K., & Liu, X. (2013). User Acceptance Towards Web-based Learning Systems: Investigatingthe role of Social, Organizational and Individual factors in EuropeanHigher Education. ProcediaComputer Science. https://doi.org/10.1016/j.procs.2013.05.026

Tomlinson, B., & Masuhara, H. (2004). Developing language course materials. Singapore: SEAMEO-RELC.Unesco. (2008). ICT Competency Standards for Teachers: Competency Standards Modules. The United Nations

Educational, Scientific and Cultural Organization. Retrieved from http://cst.unesco-ci.org/sites/projects/cst/The Standards/ICT-CST-Competency Standards Modules.pdf

Widodo, H. P. (2015). The development of vocational english materials from a social semiotic perspective:participatory action research. University of Adelaide. Retrieved fromhttps://digital.library.adelaide.edu.au/dspace/bitstream/2440/97910/2/02whole.pdf

Young, S. S. C. (2003). Integrating ICT into second language education in a vocational high school. Journal ofComputer Assisted Learning. https://doi.org/10.1046/j.0266-4909.2003.00049

Yusuf, M. O., & Balogun, M. R. (2011). Student-Teachers ’ Competence and Attitude towards Information andCommunication Technology : A Case Study in a Nigerian University. Contemporary EducationalTechnology, 2(1), 18–36.

Page 25: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

25

PENERAPAN KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA DALAM KAITANNYA DENGANMANAJEMEN LABA DAN KINERJA PERUSAHAAN

Bakti Setyadi 1), Muhammad Titan Terzaghi 2), Fitriasuri 3), Priyono 4)

1), 2),3),4) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Darma, Palembang

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of earnings per share, price earnings ratio, dividend payout ratio, and leveragewith variable earning management as an intervening variable on the value of companies in companies listed on theIndonesia Stock Exchange at the time of the implementation of IFRS convergence in Indonesia. The sample in this studyuses purposive random sampling method, amounting to 39 companies. Implementation of global standards (IFRS) willcertainly direct the company in preparing the financial statements of companies with international quality and ultimatelydetermine the financial information that will result from the accounting process undertaken by the company. Accountinginformation by investors is used to determine the company financial condition and the basis of decision of the investor toinvest or not. The results showed that partially EPS, PER, Leverage effect on firm value (PBV). Simultaneously, allvariables simultaneously affect the value of companies in manufacturing companies listed on the Indonesia StockExchange.

Keywords: IFRS, Corporate Value, Earning Management, EPS, PER, DPR, leverage

1. PENDAHULUANBerkembangnya pasar modal global juga menuntut adanya kesamaan dalam pelaporan keuangan

perusahaan secara global yang diharapkan memudahkan dalam penilaian dan perbandingan kinerjaperusahaan yang terlibat serta membantu perusahaan multinasional melaksanakan aktivitas pelaporan antarainduk dan anak perusahaan yang berada di negara-negara yang berbeda. International Financial ReportingStandar (IFRS) hadir sebagai solusi dan sudah cukup dipercaya sehingga telah digunakan oleh lebih kurang15.000 perusaahan yang beraktivitas di bursa dan 123 negara dengan disesuaikan kondisi masing-masingNegara (Collemi, 2011).

IFRS diakui sebagai standar akuntansi unggul dibandingkan dengan standar akuntansi domestik karenameningkatkan komparabilitas, meningkatkan informasi lingkungan perusahaan dan berkontribusi efektif padabiaya modal rendah dinyatakan dalam karya Barth (2008). Sejalan dengan hal tersebut Ashbaugh dan Pincus(2001) mencatat bahwa standar akuntansi internasional mengungguli standar akuntansi domestik negara-negara tertentu karena menyebabkan meningkatnya pengungkapanan sehingga implikasinya menyebabkanpeningkatan transparansi dan pelaporan keuangan berkualitas tinggi dan efektif memperbaiki lingkunganinformasi perusahaan (Daske et al.,2008). Namun pada dasarnya standar akuntansi baik itu domestik maupunIFRS, menyediakan kebijakan pelaporan bagi manajer.

Perubahan tersebut pada akhirnya akan menentukan informasi keuangan yang akan dihasilkan dariproses akuntansi yang dilakukan perusahaan yang akan digunakan pihak-pihak yang membutuhkan informasitersebut khususnya untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan masa lalu,sekarang dan prospek di masa depan. Hal inilah yang menjadi dasar pengambilan keputusan investasiinvestor. Semakin tinggi hasil yang diperkirakan akan diperoleh investor akan mengakibatkan semakin tingginilai perusahaan dimata investor.

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa saham satu-satunya di Indonesia. Seluruh perusahaan yang tergabung di BEI telah diwajibkan menerapkan konvergensiIFRS sejak 1 Januari 2012. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti melakukan penelitian mengenaidampak implementasi ifrs terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia.

2. METODOLOGI PENELITIANPada penelitian ini variabel bebas yang diukur adalah Earning per share(X1), Price per share (X2),

Deviden Policy (X3), Leverage (X4) dan Earning Management (Z). Sedangkan variabel terikatnya adalaMarket value of equity/Stock market value (Y).

1 Korespondensi: [email protected]

Page 26: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

26

Sumber data utama penelitian ini berasal laporan keuangan perusahaan dari berbagai sektor yangterdaftar di bursa efek indonesia pada periodetahun 2015 tepatnya setelah penerapan konvergensi IFRS.Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode non probability denganPurposive Random Sampling. Purposive Random Sampling digunakan dengan cara menetapkan sampelpenelitian dimana peneliti menentukan responden atau perusahaan berdasarkan anggapan bahwa perusahaantepat sesuai karakteristik yang diinginkan. Sampel yang diperoleh sebanyak 39 perusahaan. Untuk analisisdata, peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif(descriptive statistics) dan statistikinferensial(inferential statistics). Dalam melakukan analisis data, Peneliti menggunakan dua jenis pengujianutama, yaitu Uji Data, Uji Hipotesis dan Uji Model. Kedua jenis pengujian tersebut dilakukan melaluiserangkaian alat-alat uji statistik yang sudah lazim dipergunakan dalam penelitian dengan menggunakanbantuan beberapa software statistik seperti EVIEWS dan SPSS.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Gambaran Umum Objek yang diteliti

Tabel 1Gambaran Nilai variabel

VARIABELPBV EM EPS PER DPR DER

Tertinggi 21,63 0,77 97,00 66,02 125,52 0,82Terendah 0,1 0,02 7,97 4,48 5,60 0,07Rata-rata 2,3 0,14 46,42 21,24 35,09 0,41

Sumber : Data yang diolah

3.2. Uji Asumsi Klasik

Uji NormalitasPengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya

normal, mendekati normal atau tidak normal. Dari tabel 2 diketahui bahwa melalui Uji Kolmogorov-Smirnova nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0.17 > 0.05. Hal ini berarti residual data penelitian berasal daripopulasi yang sebarannya normal, dan model regresi memenuhi asumsi normalitas.Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang kuat antara variabel-variabelindependen dalam suatu model regresi linear berganda. Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa, untuk semuavariabel, nilai TOL > 0,10 dan nilai VIF < 10. Hal ini berarti tidak terjadi multikolinearitas terhadap datapenelitian.Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaanvarian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain menggunakan metode Uji Glejser. MelaluiUji Glejser diketahui nilai Sig. untuk variabel Y, X1, dan X2 adalah < 0,05. Sedangkan nilai Sig. untukvariabel X3, dan X4 adalah > 0,05 Hal ini berarti. Hal ini berarti terdapat sedikit gejala heterokedastisitasterhadap data penelitian. Untuk membuat model regresi yang lebih “robust”, peneliti memutuskan untukanalisis model akan dibuat dalam bentuk persamaan regresi log-linier.Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah apakah terjadi korelasi antara suatu periode t denganperiode sebelumnya (t -1).

Dari hasil pengujian Durbin Watson di atas, diketahui nilai DW 1.87, nilai jumlah variabelindependen (k): 4 dan N = 39. Nilai du dalam tabel Durbin Watson untuk 4:39 adalah 1.72, maka:1. DW >dU 1.87 > 1.72 maka tidak terjadi autokorelasi.2. DW ≤ (4-dU) 1.87 < (4-1.72) maka tidak terjadi autokorelasi.

atau 1.87 < 2.28 maka tidak terjadi autokorelasi.

Page 27: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

27

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas K-S

Sumber: Data Diolah dengan SPSS V.23

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Data Diolah dengan SPSS V.23

Tabel 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Diolah dengan SPSS V.23

Tabel 5Hasil Uji Autokorelasi DW

Sumber: Data Diolah dengan SPSS V.23

Uji LinearitasPengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau

tidak secara signifikan. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui Test ofLinearity dengan ketentuan penerimaan parameter sebagai berikut:1. Jika nilai Probability Sig. > 0.05 maka model regresi memenuhi asumsi linearitas.2. Jika nilai Probability Sig. ≤ 0.05 maka model regresi tidak memenuhi asumsi linearitas.

Dari hasil pengujian Test of Linearity Tabel 6. diketahui nilai Sig. semua variabel untuk Fungsi Y >0.05. Hal ini berarti model persamaan regresi telah memenuhi asumsi linearitas. Sedangkan untuk Fungsi Z,ada satu variabel yang tidak linear, tetapi secara keseluruhan tidak mengganggu data penelitian. Berdasarkanhasil semua Uji Asumsi Klasik di atas, disimpulkan bahwa data penelitian sudah memenuhi persyaratan ataulolos dari semua pengujian. Dengan demikian data penelitian ini dapat diikutsertakan dalam pengujianberikutnya (Uji Model).

Uji Stasioneritas dan KointegrasiUji Stasioneritas

Pada prinsipnya uji akar unit dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model yangditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Apabila data tidak stasioner, maka tersebut menghadapi persoalanakar unit (unit root probelem). Keberadaan unit root problem bisa terlihat dengan cara membandingkan nilait-statistics dengan nilai test Augmented Dickey Fuller. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitianini adalah melalui Uji Akar Unit (unit roots test).

Dari hasil pengujian Augmented Dickey Fuller Tabel 7. diketahui untuk semua variabel pada “level”nilai Probability ADF< 0.05. Meskipun demikian, secara individual masih ada variabel yang belum stasionerpada “level”. Setelah melalui “first difference” barulah semua variabel baik fungsi F maupun Fungsi Z nilainilai Probability sudah 0.0000. Hal ini berarti data semua variabel bersifat stasioner.

Page 28: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

28

Tabel 6Uji Linearitas

Sumber: Diolah dari data sekunder dengan SSS V.23

Tabel 7Uji Stasioneritas Augmented Dickey Fuller

Sumber: Diolah dari data sekunder dengan Eviews V.9.0Uji Kointegrasi

Data yang terkointegrasi adalah data yang memiliki hubungan keseimbangan dalam jangka panjang(cointegration relation) artinya jika suatu model yang terbentuk dari data yang terkointegrasi, maka modeltersebut dapat digunakan untuk jangka panjang. Melalui metode MacKinnon – Haug Michelis, nilai TraceStatistic sebesar 143.138 lebih besar dibandingkan nilai Critical Value 5% sebesar 95.754, dan nilai Max-Eigen Statistic sebesar 49.225 juga lebih besar dibandingkan dengan nilai Critical Value 5% sebesar 40.078.Sehingga dapat dikatakan semua variabel sudah terkointegrasi (memiliki hubungan jangka panjang).Sedangkan pada pengujian metode Akar Unit (Unit Roots Test), nilai nilai probability Augmented Dickey-Fuller test statistic dan nilai Probability “Resid01” adalah 0.0000 < 0.05.

Kedua hasil ini menunjukkan bahwa residual variabel Fungsi Z sudah stasioner pada tingkat “FirstDifference”. Hal ini berarti model persamaan regresi Fungsi Z dapat digunakan untuk model jangkapanjang. Dengan kata lain, hasil di atas memberikan informasi bahwa variabel “RESID01” stasioner pada"“First Difference”", dan secara tersirat menyatakan bahwa Z, Y, X1, X2, X3, dan X4 saling berkointegrasi.

3.3 Uji Model : Pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Dividend Payout Ratio, danLeverage terhadap Earning Management dan dampaknya terhadap Price Book Value.

Untuk mengetahui pengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Dividend Payout Ratio, danLeverage terhadap Earning Management dan dampaknya terhadap Price Book Value, peneliti menggunakanalat bantu statistik Eviews V.90. Pada tabel 9 dapat dilihat hasil rangkuman analisis berdasarkan OutputEviews berdasarkan data sekunder yang dipergunakan.

Page 29: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

29

Tabel 8 Uji Kointegrasi Unit Roots Test

Sumber: Diolah dari data sekunder dengan Eviews V.9.0

Tabel 9 Nilai t Variable Independen

Sumber: Diolah dari data sekunder dengan EVIEWS V.9.0

Page 30: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

30

Gambar 1. Model SEM Price Book ValuePengaruh Earning per Share, Price Earning Ratio, Dividend Payout Ratio, dan Leverage terhadap

Earning Management dan dampaknya terhadap Price Book Value dapat digambarkan dalam model SEM padaGambar 1. Model persamaan matematis di atas jika diterjemahkan ke dalam bentuk model persamaan regresimaka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:Ln (Z) : -1.930– 0.100 ln(Y) + 0.877 ln(X1) + 1.80 ln(X2) - 1.573 ln(X3) +0.447 ln(X4)atauPBV : -1.930– 0.100EM + 0.877EPS + 1.80PER - 1.573DPR +0.447LEVNilai Adjusted R-squared R²= 0,37 (37%) menunjukkan sampel yang digunakan untuk regresi bisamerepresentasikan setidaknya 37% dari populasi, atau cukup baik untuk mereprentasikan populasi danmenunjukkan kecocokan model regresi sedangkan sisanya 63% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.Coefficient dari “C” menunjukkan hubungan positif atau hubungan negatif secara keseluruhan dari variabelindependen dan variabel dependen. Pada analisis di atas nilai Coefficient adalah negatif 1.930, artinya secarakeseluruhan variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara negatif. Jika variabel “EM”, “EPS”,“PER”, “DPR” dan “LEV” naik atau berpengaruh dalam satu satuan, maka variabel “PBV” akan turun.Sedangkan koefisien regresi parsial (βi) adalah merupakan parameter untuk mengukur perubahan rata-rataatau nilai harapan variabel terikat “Y”. Jika variabel bebas “X” berubah sebesar satu satuan (unit), dimanavariabel bebas lainnya konstan maka variabel terikat “Y” akan berubah sebesar satu satuan juga.Uji Parsial

Untuk melakukan pengujian hipotesis secara parsial, dapat menggunakan parameter nilai probabilitas (p-value) dan dapat dilakukan dengan membandingkan nilai p-value dengan nilai signifikansi alpha (sig. 5%atau 0,05) . Jika p value (sig.)> 0,05; atau t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika p value(sig.) ≤ 0,05; atau t hitung >t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk variabel EM diketahui nilai thitung EM-0.525< 1,680, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel EM tidak berpengaruh terhadapvariabel PBV. Hasil ini sejalan dengan penelitian Mukhtaruddin et.al (2014) yang menyatakan hal ini berartiperusahaan di Indonesia tidak menganut praktek manajemen laba untuk meningkatkan nilai perusahaan.Untuk variabel EPS diketahui nilai t hitung EPS 3.942> 1,680, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya EPSberpengaruh terhadap variabel PBV. Untuk variabel PER diketahui nilai t hitung PER4,230> 1,680, makamaka Ho ditolak dan Ha diterima artinya PER berpengaruh terhadap variabel PBV. Untuk variabel DPRdiketahui nilai t hitung DPR-2.763< 1,680, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya DPR tidak berpengaruhterhadap variabel PBV. Hasil ini sesuai dengan teori Modligiani dan Miller (1958) yang menyatakan bahwanilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan. Deviden yang tidak dibagikan akan terakumulasi untukperiode berikutnya. Investor sama saja atas kebijakan deviden. Untuk variabel LEV diketahui nilai t hitungLEV1,711> 1,680, maka maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya LEV berpengaruh terhadap variabel PBV.Uji Simultan.

Untuk melakukan pengujian hipotesis secara simultan, dapat menggunakan parameter nilai F.Berdasarkan hasil analisis Eviews, dengan tingkat signifikansi 5% diketahui nilai F hitung 5.483> nilai Ftabel 2,250. Dengan demikian, karena F hitung > F tabel, maka secara statistik dapat diintepretasikan variabelEM, EPS, PER, DPR dan LEV secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel PBV.

4. KESIMPULANDalam penelitian ini beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait hasil pengujian data dan uji hipotesis bahwadata penelitian sudah memenuhi persyaratan uji asumsi klasik, bersifat stasioner, dapat digunakan untukmodel jangka panjang. Selain itu Variabel Earning Management dan DPR tidak berpengaruh terhadapvariabel Nilai Perusahaan (PBV). Sedangkan Earning per Share, Price Earning Ratio, Leverage berpengaruhterhadap variabel Nilai Perusahaan (PBV)dan seluruh varabel bebas secara bersama-sama (simultan)berpengaruh terhadap variabel Nilai Perusahaan (PBV).

5. DAFTAR PUSTAKAAshbaugh, H., and M. Pincus. 2001. Domestic accounting standards, international accounting standards, and the

predictability of earnings. Journal of Accounting Research 39: 417–434.Barth, M. 2008. Global financial reporting: Implications for U.S. academics. The Accounting Review 83: 1159–1180.Collemi, Salvatore A., 2011. International Financial Reporting standards (IFRS) : Implications on the U.S.Extractive

Industry. Petroleum Accounting and Financial Management Journal 30,2: 1-16Daske, H., L. Hail, C. Leuz, and R. Verdi. 2008. Mandatory IFRS reporting around the world: Early evidence on the

economic consequences. Journal of Accounting Research 46: 1085–1142.

Page 31: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.25-31) 978-602-60766-3-2

31

Modigliani, F. and Miller, M.H. (1958). The cost of capital, corporation finance and the theory of investment. AmericanEconomic Review. 47(3): 261-297.

Mukhtaruddin, Y., Relasari, Bambang Bemby Soebyakto, A. Rifani Irham and Abukosim. 2014. Earning management,corporate social responsibility disclosures and firm’s value: Empirical study on manufacturing listed on IDXperiod 2010-2012. Net Journal of Business Management Vol. 2(3), pp. 48-56, November 2014.

Page 32: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.32-36) 978-602-60766-3-2

32

DETERMINAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SISTEM JAJAR LEGOWO DANSISTEM TEGEL DI KELURAHAN TA’, KECAMATAN TANETE RIATTANG,

KABUPATEN BONE

Khaeriyah Darwis1), Rahmawati 2)

1),2) Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of factors of production on the level of income achieved by farmers. Theresearch was conducted in Ta 'Village, Tanete Riattang Sub-district, Bone District. The research method used issurvey method by using questionnaires and interviews to the jajar legowo rice farmers, a tile system farmers andagricultural stakeholders in Bone District. Using Multiple Linear regression analysis tools to process income data ofrice farming. From the result of the research, it is found that the factors of land area, labor, fertilizer cost (Urea,TSP, KCL) and pesticide cost together significantly affect the income of rice farmers with R2 =0,908. Partially landarea (t = 11,893) gives a real influence to the increase of farmer's income.

Keywords: Revenue, Rice Farming, Jajar Legowo

1. PENDAHULUANSektor pertanian masih tetap merupakan tulang punggung perekonomian bagi kebanyakan Negara

yang sedang berkembang. Secara khusus sektor pertanian merupakan sumber lapangan kerja terbesar,sehingga dalam pembangunan di Indonesia sektor pertanian mendapat prioritas utama dalam programpembangunan. Hal ini dikarenakan penduduk yang mata pencahariannya masih tergantung pada sektorpertanian jumlahnya cukup besar.

Kedudukan pertanian dalam kehidupan manusia terasa begitu penting, sebab merupakan kebutuhanyang paling mendesak bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, pertanian tetap berkembang sejalan denganberkembangnya manusia di mana perkembangan pertanian itu sendiri harus diupayakan sejalan dengantingkat kebutuhan manusia.

Upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalamhal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkanrekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam jajaryang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan “ Sistem Tanam Jajar Legowo”(Melasari, et.al, 2014).

Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan teknologi sistem legowo 2:1. Teknologi sistem inimerupakan rekayasa teknik tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padidalam barisan dan melebar antar jarak barisan, sehingga rumpun padi berada dibarisan pinggir dari tanamanyang memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir (Ninra, et.al, 2011).

Kabupaten Bone salah satu daerah yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensilahan sawah yang luas, antara lain terdapat di Kecamatan Tanete Riattang dengan Luas Panen 2.089 Ha danluas produksi sebesar 13.258 Ha. Meskipun luas panen dan luas produksi relatif hasilnya, akan tetapisebagian besar lahan sawah mempunyai Intensitas Pertanaman(IP) 200-300 (Kabupaten Bone dalam Angka,2015). Di Kelurahan Ta’, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone terdapat satu kelompok tani yangsudah konsisten dalam penerapan sistem jajar legowo. Tingkat pendapatan petani pun semakin tinggi, dengandijadikannya sebagai sawah percontohan oleh Bupati Bone. Setiap musim panen dan tanam pertama pun,stakeholder Pertanian dan Bupati Bone selalu hadir. Dengan tujuan, agar masyarakat petani yang masihmenggunakan sistem tegel mau beralih ke sistem tanam jajar legowo.

Faktor luas lahan, biaya (modal usahatani), produksi tentunya mempengaruhi pendapatan petani. DiKelompok Tani Sipatokkong, rata-rata petani masih memiliki lahan kurang lebih 1 Ha. Namun produksinyamenurut data statistik Kabupaten Bone selalu meningkat dari setiap musim panen. Hal inilah yang mendasaripeneliti untuk mengangkat judul penelitian “Determinan Pendapatan Usahatani Padi Sistem JajarLegowo dan Sistem Tegel di Kelurahan Ta’, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone”.

1 Korespondensi: [email protected]

Page 33: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.32-36) 978-602-60766-3-2

33

Masalah yang dipecahkan dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh besar tingkat pendapatanpetani padi sistem jajar legowo dengan petani padi sistem tegel dan faktor-faktor yang mempengaruhipendapatan petani padi sistem jajar legowo dan sistem tegel. Tujuan penelitian ini antara lain : Menganalisisapakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani di daerahpenelitian. Menganalisis perbedaan produktivitas dan pendapatan di daerah penelitian. Menganalisiskelayakan usahatani padi dengan sistem tanam legowo.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan selama 8 bulan . Lokasi penelitian adalah di Kelurahan Ta’, Kecamatan

Tanete Riattang, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposivedengan pertimbangan bahwa :1. Kabupaten Bone merupakan daerah sentra penghasil padi di Provinsi Sulawesi Selatan.2. Kelurahan Ta’, sudah ada kelompok tani yang melakukan kegiatan usahatani padi sawah pada sistem

Jajar Legowo.Penetapan responden dilakukan secara purposive sampling. Jumlah responden yang ditetapkan

sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang dengan pembagian 15 orang petani yangmenggunakan sistem jajar legowo dan 15 orang yang sistem tegel. Hal tersebut dinilai cukup mewakili untukdilakukannya analisis perbandingan dua jenis usahatani tersebut. Hal ini sesuai dengan Guy (1976) dalamSevilla (1993:163) dalam jurnal Arfah (2013) bahwa ukuran minimum yang dapat diterima berdasarkanpenelitian komparatif adalah 15 orang per kelompok.

Informan dipilih dari pihak-pihak yang memberikan informasi terkait issu penelitian. Informandipilih dari ketua kelompok tani, petani yang melakukan sistem Jajar legowo dan non jajar legowo, informanahli dari institusi terkait yaitu Dinas Pertanian Kabupaten Bone, Kepala Desa, Balai Penerapan TeknologiPertanian.

Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, diskusi grup terfokus,observasi lapangan, serta dokumentasi, dengan deskripsi sebagai berikut;

Wawancara terstrukturWawancara terstruktur digunakan dalam mengumpulkan informasi dari petani yang telah melakukan

sistem jajar legowo, dan Sistem non jajar legowo. Wawancara dilakukan kepada seluruh petani responden diKecamatan Tanete Riattang yaitu sebanyak 30 petani untuk mendapatkan gambaran umum mengenai tingkatadopsi, proses adopsi inovasi, serta faktor-faktor penting yang berhubungan dengan prosesadopsi inovasi petani padi sawah terhadap metode jajar legowo.Wawancara mendalam (indepth interview)

Wawancara mendalam diterapkan untuk menggali informasi yang lebih detail dan spesifik dari respondenyang merupakan petani sawah yang saat ini sudah menggunakan sistem jajar legowo. Selain itu, wawancaramendalam juga dilakukan terhadap informan kunci yang dianggap reliabel dalam memberikan informasimengenai penelitian. Wawancara dilakukan hingga mencapai kejenuhan informasi.Diskusi group terfokus (Focus Group Discussion)

Untuk mendapatkan data yang lebih reliabel dan valid, peneliti juga mengadakan diskusi group baikdengan responden maupun pihak-pihak terkait. Hal ini dilakukan sebagai bentuk triangulasi sumber-sumberdata dalam mencapai kejenuhan data dalam penelitian ini.Observasi lapangan

Peneliti telah melakukan kunjungan langsung untuk mengamati dan menganalisis situasi-situasi yangrelevan dengan topik penelitian ini. Kunjungan dilakukan ke lokasi persawahan di Kecamatan TaneteRiattang dengan maksud untuk mengamati langsung proses. Kunjungan juga dilakukan ke lokasi sawahpetani baik yang menggunakan sistem jajar legowo maupun yang menggunakan sistem non jajar legowo .Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh baik lokasi, aktor, maupun aktifitas yangberlangsung terkait masalah penggunaan sistem sistem Jajar legowo dan non jajar legowo.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisiskuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum dan menjelaskan mengenaibiaya dan pendapatan petani pada sistem Jajar legowo dan non jajar legowo di lokasi penelitian yang diuraisecara deskriptif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis biaya dan pendapatan usahatani, analisiskomparatif serta analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C ratio).

Analisis Pendapatan Usahatani. Model analisis yang digunakan untuk mengetahui pendapatanusahatani padi sawah sistem Jajar legowo dan non jajar legowo (Soekartawi, 2006) adalah :

Page 34: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.32-36) 978-602-60766-3-2

34

Π = TR – TC …………………………………………(1)TR = P. Y …………………………………………(2)TC = TFC + TVC ……………………………………..(3)

Analisis Regresi Linear BergandaMenghitung faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kakao digunakan analisis regresi

linear berganda. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen denganvariabel dependen, apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untukmemprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan ataupenurunan (Priyatno, 2008).

Secara matematik fungsi linear berganda dapat dituliskan seperti persamaan berikut (Priyatno, 2008):

л = a + b1H1+ b2H2 + b3H3 + ...........+ bnHn + e………(4)Dengan mengetahui variabel-variabel yang dianalisis, dalam hal ini variabel sebanyak tujuh (H1, H2,

H3, H4, H5), maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut :л = a + b1Pr +b2BT + b3BV + b4Us + b5PB + e…………………….(5)

Keterangan :л = Pendapatan Bersih (Rp/ha)

Pr = Produktivitas (ton/ha)BT = Biaya tetap (Rp/ha)BV = Biaya variabel (Rp/ha)

Us = Usia (Tahun)PB = Pengalaman Berusahatani (Tahun)Lu = Luas Lahan (ha)a, bi = Besaran yang di duga

3. HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1. Analisis Perbandingan Biaya dan Pendapatan Rata-Rata per hektar Struktur Biaya Usahatani

Padi Sistem Tanam Jajar Legowo dan Sistem Tegel.

No Jenis Biaya Sistem Tegel Sistem Jajar LegowoJumlahfisik(HOK,Kg)

HargaSatuan(Rp)

Total Nilai(Rp)

Jumlahfisik(HOK,Kg)

HargaSatuan

Total Nilai(Rp)

1. Biaya variabela. Benihb. Pupuk:

- Urea- ZA- TSP- NPKc. Pestisida

- Polidord. Tenaga Kerja

50

50-

3534

145,57

2.000

1.500-

2.7003.000

10.00035.000

100.000

46.500-

75.600102.000

10.0001.594.950

30

50303525

149,42

1.000

1.5002.0002.7003.000

10.00035.000

30.000

46.50060.00075.60075.000

10.0001.727.950

Total Biaya Variabel 1.929.950 2.025.0002. Biaya Tetap

a. NPAb. Pajak

63.9504.000

60.9504.000

Total Biaya Tetap 67.950 64.9503. Total Biaya

(1+2) 1.997.000 2.089.9504. Total Penerimaan

4.723.759 5.456.8355 Total Pendapatan

Bersih (4-3)2.726.759 3.366.885

Page 35: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.32-36) 978-602-60766-3-2

35

Dari Tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pendapatan petani padi sistem jajar legowosebesar Rp 3.366.885,- lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan petani sistem tegel sebesar Rp.2.726.759,-

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,908 yang berarti bahwavariabel tidak bebas (Y) pada model dijelaskan oleh variabel bebas (X) secara bersama-sama sebesar90,8%, sisanya 9,2% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang tidak dijelaskan dalam model.

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa Fhitung > Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (37,82 > 4,20) yang berarti bahwa variabel bebas secara keseluruhan (bersama-sama) sangat berpengaruh nyata terhadappendapatan petani padi. Sedangkan secara parsial berdasarkan nilai thitung dengan nilai signifikan 0,000 yangartinya sangat berpengaruh nyata adalah pada variabel Luas Lahan.

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel (11,893 > 1,70) pada taraf kepercayaan 95%, yangberarti bahwa luas lahan berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan usahatani padi, dimana semakinluas tanah garapan yang dikelola, maka semakin besar pula produksi yang dihasilkan dari usahatanitersebut dan hasil perhitungan Standardized Coefficients (ßi), variabel luas lahan memberikan kontribusi0,859 yang berarti setiap luas lahan garapan bertambah 1%, akan menaikkan pendapatan petani padi sebesar0,859%. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2005) bahwa pada umumnya semakin luas lahanusahatani yang digarap, maka akan semakin besar pula jumlah produksi yang akan dihasilkan. Besarnyaproduksi ini kemudian akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang nantinya akan diterima oleh petani.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

1. Tingkat pendapatan rata-rata petani padi sistem jajar legowo Rp 3.366.885,- lebih besardibandingkan dengan tingkat pendapatan rata-rata petani padi sistem tegel Rp 2.726.759,-

2. Secara bersama-sama faktor produktivitas, biaya tetap, biaya variabel, usia, pengalamanberusahatani, dan luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani padi. Sedangkan secara parsialluas lahan berpengaruh sangat nyata terhadap pendapatan petani.

5. DAFTAR PUSTAKAArfah, Sitti Yulianty Chansa, Rustam Abd. Rauf, Sulaeman. Analisi Komparatif Pendapatan Usahatani Padi

Sawah Sistem Tabela dan Sistem Tapin Di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten ParigiMoutong. Jurnal terpublikasi Agrotekbis 1(3) : 244-249, Agustus 2013.

Badan Pusat Statistik. 2016. Bone Dalam Angka Tahun 2014. Diakses dari bonekab.bps.go.id tanggal 30 Maret2017.

Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Tanete Riattang dalam Angka Tahun 2014. Diakses daribonekab.bps.go.id tanggal 30 Maret 2016.

Badan Litbang Pertanian. 2013. Sistem Tanam Legowo. No. 978-979-540-073-08. Jakarta.Badan Litbang Pertanian, 2007. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).Haryadi, S. S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.Khairuddin. 2005. Perbaikan teknologi budidaya padi melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di

lahan sawah irigasi kabupaten Tabalong.Melasari Ayudya, Tavi Supriana, Rahmanta Ginting. 2014. Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui

Sistem Tanam Jajar Legowo dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo (Studi Kasus Desa SukamandiHilir, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang). Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara, Medan.

Ninra Asniati, Didi Rukmana, Muhammad Arsyad. 2011. Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan PenerapanTeknologi Sistem Legowo 2:1 di Kabupaten Bantaeng. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin,Makassar.

Putra, Raden Sanopa. 2013. Analisis Komparatif. Diakses dari radensanopaputra.blogspot.co.id/2013/05/analisis-komparataif.html.Pada tanggal 30 Maret 2016.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta.Suardana Putu Agus, 2013. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan Pola Jajar Legowo

di Desa Laantula Jaya, Kecamatan Witaponda, Kabupaten Morowali. Jurnal Agrotekbis 1 (5): 477-484,Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Palu.

Page 36: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.32-36) 978-602-60766-3-2

36

Triny S. Kadir, E. Suhartatik dan E. Sutisna. 2004. Petunjuk Teknis Budidaya PTB cara PTT. MakalahDisampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUBlainnya, 31 Maret- 3 April 2004 di Balitpa, Sukamandi

Suriapermana S., I. Sayamsul dan A.M. Fagi. 1990. Laporan pertama penelitian kerjasama mina padi antaraBalittan Sukamandi-IDRC Canada. Balittan Sukamandi. Badan Litbang. Deptan.

6. UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan banyak terimakasih kepada DP2M Kemenristek Dikti atas

pendanaan/hibah penelitian yang diberikan sehingga penelitian dan laporannya dapat berjalan denganlancar. Kepada pihak LP2M Universitas Muhammadiyah Makassar atas bimbingan kepada penulis danenumerator atas bantuan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 37: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

37

PENGARUH HAK PEMEGANG SAHAM, PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSITERHADAP KINERA PERUSAHAAN DENGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL SEBAGAI

PEMODERASI

Sumatriani1

Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh hak pemegang saham terhadap kinerja perusahaan, pengaruhpengungkapan dan transparansi terhadap kinerja perusahaan, tanggung jawab sosial sebagai pure moderasi atau variabelkuasi moderasi dalam pengaruh hak pemegang saham, pengungkapan dan transparansi terhadap kinerja perusahaan.Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan terdaftar di bursa efek Indonesia, Malaysia danThailand, diseleksi dengan menggunakan metode purposive sampling hingga menghasilkan 142 perusahaan. Datadianalisis dengan moderated regression analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak pemegang sahamberpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, pengungkapan dan transparansi tidak berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan. Sedangkan pengungkapan tanggung jawab sosial memiliki efek moderasi pada hubungan hak pemegangsaham terhadap kinerja perusahaan. Namun pengungkapan tanggung jawab sosial tidak memiliki efek moderasi padahubungan pengungkapan dan transparansi terhadap kinerja perusahaan.

Kata Kunci: Tata-kelola perusahaan, pengungkapan tanggungjawab sosial, kinerja perusahaan,

1. PENDAHULUANIndonesia dalam menghadapi implementasi masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015, masih

menghadapi beberapa tantangan baik eksternal maupun internal seperti tingkat persaingan yang semakinketat, meningkatnya daya tarik investasi, rendahnya pemahaman masyarakat terhadap MEA, ketidaksiapandaerah menghadapi MEA, serta kondisi sumber daya manusia dan ketenagakerjaan Indonesia. Disampingtantangan yang ada, Indonesia tetap memiliki peluang besar untuk dapat mengambil manfaat dari MEA,karena sampai saat ini Indonesia masih menjadi tujuan investasi pemodal dalam negeri maupun luar negeri.

Investor dalam mengivestasikan kekayaannya pada suatu instrument investasi, memiliki berbagaipertimbangan-pertimbangan sebelum mengivestasikan dananya. Salah satunya adalah kinerja perusahaanyang diukur melalui nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diukur dari berbagai aspek diantaranya melaluinilai pasar (market value) dan nilai buku (book value). Brown dan Caylor (2006) menyatakan bahwapengukuran nilai perusahaan yang didasarkan pada harga pasar saham memiliki kelemahan. Pertama terdapatunsur permainan yang dilakukan oleh spekulator untuk mendapatkan keuntungan yang relatif singkat dariharga pasar saham dapat naik atau merosot tajam. Kedua, harga saham cenderung dipengaruhi oleh tekananpsikologi atau tindakan irasional investor dalam berinvestasi. Oleh karena itu, investor dapatmempertimbangkan pengukuran kinerja perusahaan yang lain, salah satunya dengan menggabungkan antaranilai buku dan nilai pasar ekuitas yaitu melalui rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q merupakan ukuran yang lebihteliti karena memberikan gambaran yang tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasarmenilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor (Gregory et al., 2007).

Kinerja perusahaan yang diukur dengan nilai perusahaan menjadi fokus bagi perusahaan, karena dapatdilihat dari ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan tergambar dalam laporan keuanganperusahaan, sedangkan non keuangan tergambar dalam kegiatan pengungkapan tanggung jawab sosial dantata kelola perusahaan. Namun, proses memaksimalkan nilai perusahaan seringkali menimbulkan terjadinyakonflik kepentingan antara pengelola (agen) dan pemegang saham (prinsipal). Pihak agen lebihmengutamakan kepentingan pribadinya yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan seringmengabaikan kepentingan prinsipal.

Perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal ini disebut konflik keagenan. Cara ini dapat dilakukanmelalui kecurangan praktek akuntansi yang berorientasi laba agar mencapai suatu kinerja tertentu yang telahmenguntungkan pihak agen. Hal ini mengakibatkan turunnya kualitas laba perusahaan (Gaio dan Raposo,2011).

1 Korespondensi: [email protected]

Page 38: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

38

Untuk meminimalisasi terjadinya asimetri informasi yang berpotensi menimbulkan praktek kecurangandapat dilakukan dengan adanya mekanisme pengawasan atu monitoring, yaitu melalui penerapan tata kelolaperusahaan (corporate governance). Penerapan tata kelola perusahaan diharapkan mampu menjadipenghambat perilaku kecuragan agen, sehingga menciptkan kinerja organisasi yang transparan, akuntabel,bertanggung jawab, dan wajar sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan. Sesuai prinsip TheOrganization for Economic Co-operation and Development (OECD) tata kelola perusahaan meliputi limaaspek yaitu hak pemegang saham, perlakuan wajar pemegang saham, peran stakeholder, pengungkapan dantransparansi, dan tanggung jawab dewan (OECD, 2004). Hak pemegang saham merupakan hak suara untukmemberikan penilaian apakah perusahaan telah melaksanakan RUPS tahunan, memberikan dorongan kepadapemegang saham untuk menghadiri RUPS dengan menggunakan hak suaranya.

Perlakuan wajar pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan asing, Pemegang sahamyang mempunyai klasifikasi yang sama mendapatkan perlakuan yang sama. Pemegang saham harusdilindungi dari penipuan, self dealing, dan insider trading yng dilakukan oleh dewan direktur, manajer danpemegang saham mayoritas, atau pihak lain yang mempunyai akses informasi perusahaan.

Peran stakeholder memberi kepastian bahwa stakeholder dan publik mendorong kerja sama yang aktifantara perusahaan dan stakeholder untuk meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, lapangan kerja, sertakemampuan keuangan perusahaan yang memadai. Oleh karena itu, dalam corporate governance hakstakeholder harus dilindungi.

Pengungkapan dan transparansi, perusahaan lebih transparan dan membuat pemantauan lebih mudahbagi pemegang saham dan transparansi untuk meningkatkan akuntabilitas para manajer, yang mengarahkepada keputusan investasi lebih baik atau lebih efisien, sehingga pemegang saham memiliki kontribusi lebihbesar terhadap nilai perusahaan.

Tanggung jawab dewan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan melakukan pengawasan ataspengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Serta dewan direktur dapat melakukanpengelolaan perusahaan untuk bertindak secara transparan, itikad baik, mengkaji strategi perusahaan, sertamemberikan pertanggung jawaban kepada pemegang saham.

Selain tata kelola perusahaan, pengungkapan CSR juga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hal inididasari penelitian Alshammari (2015) bahwa perusahaan yang menerapkan CSR akan menunjukkan kinerjayang lebih baik, serta keuntungan dan keberlanjutan perusahaan semakin meningkat. Anderson dan Olsen(2011) menemukan hubungan yang kuat antara tingkat CSR dan nilai perusahaan. Pelaksanaan CSR dapatdilihat dari pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan baik dalam laporan tahunan (annual report)maupun dalam laporan yang terpisah dari laporan tahunan. Pengungkapan CSR memberikan informasikepada stakeholder mengenai adanya pelaksanaan kontrak sosial yang ada antar perusahaan denganstakeholder dan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah (Garcia et al.,2009). Perusahaan melakukan kegiatan CSR untuk menyeimbangkan pertumbuhan perusahaan dankomitmen sosial, dengan mengoptimalkan nilai perusahaan dan kinerja sosial.

2. METODE PENELITIANPopulasi penelitian ini adalah perusahaan yang ikut dalam penilaian Asean Corporate Governance

Scorecard yaitu 50 top perusahaan publik yang terdaftar di Thailand, Malaysia dan Indonesia dari tahun 2012sampai 2015. Sehingga jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 150 perusahaan. Metode penentuansampel adalah Purposive Sampling Method, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukanoleh peneliti (Sekaran dan Bougie, 2010:276). Kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:1. Perusahaan tersebut mengikuti Indeks Scorecaard ASEAN selama periode 2012-20152. Perusahaan yang konsisten mengikuti penilaian Scorecard ASEAN selama periode 2012-20153. Perusahaan memiliki data laporan keuangan lengkap, laporan tahunan, dan CSR, sustainability report

selama periode 2012-2015.

Berdasarkan kriteria sampel di atas dan yang telah memenuhi persyaratan variabel maka sampel dalampenelitian ini sebanyak 142 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Malaysia dan Thailand.3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 4 variabel yang terdiri atas satu variabel dependen yaitu nilai perusahaan(Y), dua variabel independen yaitu Hak Pemegang Saham (X1), dan Pengungkapan dan Transparansi (X2),serta satu variabel moderasi yaitu Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (M). Penelitian ini

Page 39: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

39

menggunakan data panel yang melibatkan 142 perusahaan, dan 4 tahun pengamatan (2012-2015), sehinggatotal pengamatan sebanyak 568. Pada bagian pertama disajikan deskripsi variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi Hak Pemegang Saham (X1) Tiap TahunTahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2012 142 7.14 10.00 9.5972 .729882013 142 7.14 10.00 9.6677 .695272014 142 7.14 10.00 9.7986 .579852015 142 7.14 10.00 9.7986 .57985Total 568 7.14 10.00 9.7155 .65379

Gambar 1. Grafik Hak Pemegang saham (X1) Tiap Tahun

Hak Pemegang Saham (X1) pada penelitian ini berkisar antara 7.14% hingga 10%, dengan rata-rataadalah 9.72%. Sepanjang tahun 2012-2014, hak pemegang saham mengalami peningkatan, akan tetapitidak terjadi perubahan hak pemegang saham di tahun 2014 ke tahun 2015.

Tabel 2. Deskripsi Pengungkapan dan Transparansi (X2) Tiap Tahun

Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2012 142 21.43 25.00 24.6732 1.033192013 142 21.43 25.00 24.6732 1.033192014 142 21.43 25.00 24.7486 .916652015 142 21.43 25.00 24.7486 .91665Total 568 21.43 25.00 24.7109 .97480

9.55

9.60

9.65

9.70

9.75

9.80

9.85

2012 2013 2014 2015

Hak Pemegang Saham

Page 40: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

40

Gambar 2. Grafik Pengungkapan dan Transparansi (X2) Tiap Tahun

Pengungkapan dan Transparansi pada penelitian ini berkisar antara 21.43% hingga 25.00%, denganrata-rata adalah 24.71%. Pengungkapan dan transparansi ke 142 perusahaan tidak mengalami perubahan ditahun 2012 ke tahun 2013 yaitu sebesar 24.67%, dan mengalami peningkatan di tahun 2014 sebesar 24.74%.Di tahun 2015, tidak mengalami perubahan dan sama dengan tahun 2014.

Tabel 3. Deskripsi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (M) Tiap Tahun

Tahun N Minimum Maximum MeanStd.

Deviation2012 142 .59 1.00 .8919 .109472013 142 .59 1.00 .8918 .109462014 142 .59 1.00 .8919 .109472015 142 .59 1.00 .8919 .10947Total 568 .59 1.00 .8919 .10918

Gambar 3. Grafik Pengungkapan TanggungJawab Sosial Perusahaan (M)Tiap Tahun

Pengungkapan tangung jawab sosial perusahaan berkisar antara 0.59% hingga 1%, dengan rata-ratasepanjang tahun 2012-2015 sebesar 0.8919%. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan kurang lebihmemiliki nilai yang hampir sama sepanjang tahun 2012-2015, meskipun mengalami sedikit penurunan ditahun 2013 yaitu 0.8918%, dibandingkan tiga tahun lainnya yaitu seebsar 0.8191%.

24.66

24.68

24.70

24.72

24.74

24.76

2012 2013 2014 2015

Pengungkapan dan Transparansi

0.89182

0.89184

0.89186

0.89188

0.89190

0.89192

2012 2013 2014 2015

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Page 41: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

41

Tabel 4. Deskripsi Nilai Perusahaan (Y) Tiap Tahun

Tahun N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

2012 142 -3.01 11.14 2.1566 1.865782013 142 -2.94 10.83 2.1518 1.814412014 142 -6.32 12.07 2.2905 2.217672015 142 -6.09 9.92 2.1151 2.02290Total 568 -6.32 12.07 2.1785 1.98228

Gambar 4. Grafik Nilai Perusahaan (Y) Tiap Tahun

Nilai perusahaan (Y) sepanjang 2012 hingga 2015 berkisar antara nilai -6.32 hingga 12.07, denganrata-rata sebesar 2.1785. Nilai perusahaan mengalami fluktuatif sepanjang 2012 sebesar 2.1566, mengalamisedikit penurunan di tahun 2013 menjadi 2.1518. Sedangkan tahun 2014 nilai perusahaan mengalamipeningkatan sebesar 2.2905, akan tetapi turun nilainya untuk tahun 2015 menjadi 2.1151.

PEMBAHASAN

Tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan manfaat termasuk peningkatan kinerja bagiperusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hak pemegang saham memiliki pengaruh positif terhadapnilai perusahaan terkait partisipasi dalam rapat umum pemegang saham, otorisasi penerbitan saham serta hakmendapatkan deviden terutama pembayaran deviden tunai. Hal ini bermakna perusahaan yangmemperhatikan hak dan tanggung jawab pemegang saham akan meningkatkan kepercayaan investor danmendorong perusahaan mendapatkan kepercayaan pasar yang semakin luas. Hasil penelitian ini sejalandengan Wiwattanakantang (2001) menunjukkan bahwa pemegang saham pengendali berhubungan positifdengan nilai perusahaan. Hal yang sama juga dikemukakan Promsen et al. (2015); Cheung et al. (2010)menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas praktik tata kelola perusahaan dengan nilaiperusahaan.

Pengungkapan dan transparansi yang dilakukan perusahaan secara akurat dan tepat waktu, namun belumberkontrubusi terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti pengungkapan dan transparansi sebagai aspekutama tata kelola perusahaan untuk memberikan signal yang kuat bagi manajemen dalam melakukan kontroldan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pegungkapan dan transparansi tidak berpengaruh terhadapnilai perusahaan. Penelitian ini tidak sejalan dengan Sharif dan Ming (2015), Hat et al. (2008) bahwapengungkapan dan transparansi yang dilakukan oleh perusahaan akan direspon oleh investor dan stakeholderdalam pengambilan keputusan terkait investasi yang dilakukan. Pengungkapan dan transparansi sebagaibentuk keterbukaan informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkaninformasi material dan relevan yang dapat memengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan.

Tanggung jawab sosial tidak bepengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini tidak mendukungpenelitian Kurniasari dan Warastuti (2015); Gregory et al. (2014); Ding et al. (2014) bahwa pengungkapantanggung jawab sosial memberikan dampak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti kegiatan

2.10

2.15

2.20

2.25

2.30

2012 2013 2014 2015

Nilai Perusahaan

Page 42: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

42

pengungkapan tanggung jawab sosial mendorong kerja sama aktif perusahaan dengan stakeholder namuntidak memberikan efek positif tehadap kinerja perusahaan.

Hak pemegang saham ketika berinteraksi dengan pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap nilaiperusahaan signifikan. Penelitian ini sejalan dengan Schaefer (2008) bahwa pemegang saham harusmenyadaari kegiatan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Tata kelola yang baik mendorongpara pemegang saham, khususnya pemegang saham pengendali untuk memantau direksi/komisarismelaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk keberlanjutan perusahaan dan tidak mengabaikankepentingan shareholder dan stakeholder.

Pengungkapan dan transparansi ketika berinteraksi dengan pengungkapan tanggung jawab sosialterhadap nilai perusahaan tidak signifikan. Penelitian ini tidak sejalan Kurnisari dan Warastuti (2015);Bhadwaj (2009), bahwa pengungkapan dan transparansi yang dilakukan perusahaan memberikan dampakbagi perusahaan untuk keberlanjutan dan nilai perusahaan. Pengungkapan dan transparansi dapatmenurunkan asimetri informasi bagi pihak investor yang akan menilai kinerja perusahaan untuk keputusaninvestasi. Begitu juga dengan stakeholder, perusahaan harus menyajikan informasi penting yang dibutuhkanstakeholder seperti memperoleh informasi keuangan dan annual report perusahaan yang relevan secaraberkala dan tepat waktu untuk mengetahui keadaan dan keberlanjutan perusahaan dimana perusahaanberoperasi.

4. KESIMPULAN

Implementasi tata kelola perusahaan yang baik karena hak pemegang saham berkontribusi dalam RUPS,otorisasi penerbitan saham, pembayaran deviden tunai yang berdampak ke nilai perusahaan. Namun terkaitpengungkapan dan transparansi tidak memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan, hal ini tidak sesuaitemuan Sharif dan Ming (2015), Hatt et al. (2008), bahwa pengungkapan dan transparansi yang dilakukanoleh perusahaan akan direspon oleh investor dan stakeholder dalam pengambilan keputusan terkait investasiyang dilakukan. Sedangkan Pengungkapan Tanggungjawab Sosial perusahaan memiliki efek moderasi padapengaruh Hak Pemegang Saham terhadap Nilai Perusahaan. Di sisi lain, Pengungkapan TanggungjawabSosial Perusahaan tidak memiliki efek moderasi pada pengaruh Pengungkapan dan Transparansi terhadapNilai Perusahaan.

Untuk meningkatkan nilai perusahaan sebaiknya indikator hak pemegang saham, pengungkapan dantransparansi menggunakan pengukuran yang lebih lengkap, serta mempertimbangkan karakteristikperusahaan untuk indikator pengungkapan tanggung jawab sosial yang menjadi objek penelitian sehinggamemberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan yang lebih baik.

5. DAFTAR PUSTAKA

Alshammari, M. 2015. Corporate Social Responsibility and Firm Performance: The Moderating Role of Reputation andInstitutional Investors. International Journal of Busineee and Management., 10 (6): 15-28

Anderson, M.L,. dan Olsen, L. 2011. Corporate Social and Financial Performance: A Canonical Correlation Analysis.Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 15 (2): 17-35

Bhadwaj, A., Keil, M., dan Mahring, M. 2009. Effect on Information Technology Failures on the Market Value ofFirms. The Journal of Strategic Information System, Vol. 18 (2): 66-79

Bharadwaj, A.S. 2000. A Resource-Based Perspective on Information Technology Capability and Firm Performance:An Empirical Investigation. MIS Quarterly, Vol. 24 (1): 169-196

Brown, L.D, dan Caylor M.L., 2006. Corporate Governance and Firm Valuation. Journal of Accounting and PublicPolicy, Vol. 25: 409-434

Cheung, Conelly, Estanislao,. Limpaphayom, P. Utama S. 2014. Corporate Governance and Firm Valuation inAsian Emerging Markets http://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-642-44955-0_2

Donaldson dan Preston, 1995. The Stakeholder Theory of The Corporation: Concepts, Evidence and Implication. TheAcademy of Management Review, 20: 65-91

Gaio, Cristina dan Raposo. C. 2011. Earnings Quality and Firm Valuation: International Evidence. Accounting andFinance, Vol, 51: pp 467-499

Page 43: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.37-43) 978-602-60766-3-2

43

Garcia, J.H. Afsah, Shakeb dan Stenner, T. 2009. Which Firm are More Sensitive to Public Disclosure Shemes forPollution Control, Environ Resource Econ. 42:151-168

Gregory A., Tharyan R dan Whittaker. 2014. Corporate Social Responsibility and Firm Value: Disaggregating tehEffects on Cash Flow, Risk and Growth. Journal of Business Ethics. 124 : 633-657

Haat, M.H.C., Rahman, R.A. dan Mahenthiran, S. 2008. Corporate Governance, Tranparency and Performance ofMalaysian Companies, Managerial Auditing Journal, 23 (8): 744-778

Jensen. M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory Of The firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and OwnershipStructure. Journal of Financial Economics, 19. pp 127-168

Kurniasari dan Warastuti, 2015. The Relationship Between CSR and Profitability to Firm Value In Sri-Kehati Index.Journal of Economic Behavior, Vol.5 (1): 31-41

OECD Report. 2004. The OECD Principle of Corporation Governance, The Organisation for Economic Cooperationand Development, Paris

Promsen, W., Prasertsri, W., dan Boonyanet, W. 2015. Value Relevance of Corporate Governance on Firm Value in TheComprehensive Income Context. IJABER. Vol. 13 (4): 1585-1618

Sharif, S.P dan Ming, Ming Lai. 2015. The Effects of Corporate Disclosure Practices on Firm Performance, Risk anddevidend Policy, International Journal of Disclosure and Governance, Vol. 12 (4) : 311-326

Schaefer, B.P. 2008. Shareholder and Social Responsibility, Journal of Business Ethics, 81: 297-312Stiglbauer, M. 2010. Transparency dan Disclosure on Corporate Governance as a Key Factor of Companies’ Success:

a Simultaneous Equations Analysis for Germany. Problems and Perspective in Management, Vol. 8 (1):161-173Wiwattanantang, Y. 2001. Controlling Shareholders and Corporate Value: Evidence from Thailand. Pacific-Basin

Finance Journal, 9 (4): 323-362Zhuang, J., Edwards, D., Webb, D., & Capulong, M. (2000). Corporate Governance and Finance in East Asia. A Studi

of Indonesia, Republic of Korea, Malaysia, Philippines, and Thailand vol 1. Manila: Asian Development Bank.

Page 44: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

44

ESTIMASI NILAI EKONOMI AIR ERSIH BAGI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMUNTUK INISIASI KONSEP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DI KOTA PALOPO

Jibria Ratna Yasir1), Wahida2), Ahmad Fuad Zainuddin3)

1,2)Program studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Andi Djemma Palopo

ABSTRACT

Latuppa stream, the most potential water supply to PDAM Palopo and irrigation to agricultural land, hasserious environmental degradation due to behavioural factors of local inhabitants in watershed area of Latuppa whocontinuously exploit forest area to produce woods, housing, and plantation. Those contribute to flood and landslide inrainy season and extreme dryness in dry season in Palopo. PDAM in municipality of Palopo encounters the mostsignificant impact to fluctuation of water debit in Latuppa stream that influences on the process of water production anddistribution. Therefore, protection of water management in Latuppa watershed uses Payment for Environmental Service(PES) to minimize destructive effect of water catchment area and to fulfill pure water supply of PDAM. Based on likertscale of mean score, to obtain data related to perception and people behavior in the headwaters area to rehabilitate watercatchment area , it is found that score 4,00 refers to the will of people in watershed area to rehabilitate water catchmentarea. Estimation of economical value of water supply to PDAM using residual imputation approach shows that obtainedscore of water rate is 4.230.898.496 after minus 28% of income tax. Economical contribution of its water supply isobjective consideration to decide the cost spent by PDAM to rejuvenate forest in headwaters area since it influences onwater production capacity of PDAM Palopo.Keywords : Payment for Environmental Service, PDAM, Water Catchment Area, Residual Imputation Approach.

1. PENDAHULUANMeningkatnya jumlah penduduk, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menyebabkan ketersediaan

dan pemanfaatan air bersih (fresh water) untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan peningkatan kinerjaekonomi, mengalami perubahan dan cenderung menimbulkan kelangkaan. Data dari UNEP (2002)menyebutkan bahwa air bersih yang dibutuhkan penduduk dunia pada tahun 2000 kira-kira 6 kali lipat lebihbesar dibandingkan dengan yang telah digunakan penduduk dunia satu abad yang lalu (tahun 1900). Proporsiini akan semakin meningkat sejalan dengan tuntutan akan peningkatan kualitas hidup manusia.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan ekosistem tempat dimana air itu mengalir dari tingkatanatas yang menunjukkan bagian hulu dan kemudian mengarah ke bawah yang menunjukkan bagian hilir, telahmengalami degradasi fungsi. Hal ini mendorong tumbuhnya kesadaran untuk mengenali kegiatan pelayananlingkungan yang dapat dilakukan untuk menjaga fungsi DAS tersebut. Pola penggunaan lahan secarasignifikan berpengaruh terhadap fungsi DAS seperti kualitas air, debit air, pengendali erosi dan sedimentasidi daerah hilir. Ditjen RRL (1999) melaporkan kecendrungan kerusakan DAS di Indonesia meningkat setiaptahunnya. Pada tahun 1984 terdapat 22 DAS dalam keadaan kritis dengan luas 9.699.000 ha, sampai padatahun 2009 diperkirakan telah meningkat lebih dari 4 kali lipat, yakni sekitar 282 DAS dari 470 DAS yangada. Kondisi kritis tersebut, ditandai dengan menurunnya kemampuan DAS dalam menyimpan air,selanjutnya berdampak pada berkurangnya debit air, terjadinya banjir, longsor pada musim hujan dankekeringan pada musim kemarau (Dephut, 2009).

Masifnya tingkat kerusakan DAS, umumnya dipicu oleh laju kerusakan hutan yang relatif tinggi, sebagaiturunan dari “perilaku menyimpang” masyarakat seperti : illegal logging dan alih fungsi lahan menjadi arealpertanian. Dephut (2009) melaporkan sepanjang tahun 2000-2009, hutan Indonesia telah mengalamikerusakan seluas 15,15 juta ha, dengan laju kerusakan rata-rata sebesar 1,51 juta ha/tahun. Sementara untukkasus Sulawesi selatan, laju kerusakan hutannya sepanjang tahun 2008 mencapai 30,6 % dari total area hutanseluas 2,1 juta Ha1.

Kondisi tersebut telah menimbulkan kekhawatiran dan permasalahannya menuntut adanya polapengelolaan DAS yang baik dan tepat. Hal ini dilakukan guna menjaga kelestarian hutan yang memiliki peranpenting sebagai daerah tangkapan air, mengontrol aliran air, menjaga wilayah hilir dari banjir serta fungsilainya (CI Indonesia, 2009).

Adanya siklus saling ketergantungan antara pemanfaat air bersih di hilir dengan penyedia jasa lingkunganair bersih di hulu menciptakan adanya suatu ide reward atau penghargaan yang diberikan kepada masyarakathulu terhadap berbagai upaya kegiatan yang dilakukan dalam rangka merehabilitasi kawasan yang

1Korespondensi: E-mail: [email protected]

Page 45: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

45

selanjutnya diwujudkan dalam kerangka pembayaran jasa lingkungan (PJL) atau payment for environmentalservices (PES), Pagiola et al. (2008) Konsep pembayaran jasa lingkungan (Payment for environmentalservices) timbul dari diskusi ekonomi tentang bagaimana menginternalkan eksternalitas dalam prosesproduksi.

Pembayaran Jasa Lingkungan (PES) merupakan kompensasi yang di berikan oleh pengguna (users) jasalingkungan kepada penyedia (provider) jasa lingkungan sebagai penghargaan atas upaya pengelolaanlingkungan. Dalam konteks tersebut, perlu adanya pemikiran tentang insentif terhadap penyedia jasalingkungan yang oleh pemanfaat (users) disesuaikan dengan nilai pembayaran jasa lingkungannya sebagaibiaya konservasi di hulu (INDEF, 2006; Ekayani & Nuva 2012; Fauzi & Anna 2013).

DAS Latuppa dengan luas area 6.843,02 ha serta panjang aliran sungai mencapai 59.472 meter memilikipotensi sumberdaya air yang cukup besar, salah satunya sebagai sumber air baku bagi PDAM Kota Palopodan irigasi bagi lahan pertanian masyarakat. Kini DAS tersebut tengah menghadapi permasalahan yang cukupserius, akibat dari sebagian kawasan hutannya yang terdiri dari hutan produksi dan hutan lindungdimanfaatkan terus-menerus oleh penduduk, baik untuk kayu bakar, pemukiman maupun untuk budidayatanaman palawija dan sayuran, akibatnya dalam satu dekade terakhir kerap terjadi berbagai kasus sepertibanjir dan longsor pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau (Kemenhut 2015). Lebih lanjutKemenhut (2015) melaporkan total lahan yang termasuk dalam kategori kritis di DAS Latuppa 1.839,43 hadan sangat kritis 687,61 ha, dengan penggunaan lahan yang tidak sesuai fungsi kawasan sebesar 4.212,70 haatau sekitar 61,56%, hal ini menyebabkan fungsinya sebagai kawasan lindung daerah hilir dan kawasanresapan air tidak lagi optimal. Dampak yang paling signifikan dari rusaknya water catchment area di hulu,adalah kejadian banjir yang terus menerus terjadi dengan intensitas yang cenderung meningkat (Kemenhut2015). Banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim kemarau yang melanda Kota Palopo menyebabkanfluktuasi debit sungai yang sangat besar, Arsyad (2010).

Masalah ini merupakan salah satu kondisi yang dialami oleh pemanfaat jasa air bersih dari kawasan huluDAS Latuppa yang juga merupakan sumber intake bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) KotaPalopo, yang melayani pelanggan air bersih sebanyak 18.705 pelanggan, (PDAM Kota Palopo 2016).Fluktuasi dan penurunan debit yang terjadi di sungai Latuppa mengakibatkan terganggunya distribusi airbersih kepada pengguna jasa air bersih oleh PDAM, karena pada saat musim hujan pasokan air melimpah,namun disertai dengan tingkat kekeruhan yang tinggi, sehingga menyulitkan pengelolaannya danmeningkatkan biaya pemurnian air oleh PDAM. Di samping itu pada saat musim kemarau jumlah pasokan airtidak mampu mencukupi kapasitas intake dari PDAM. Tercatat debit sungai Latuppa dalam kondisi normalsebesar 6.600 liter/detik, sedangkan pada saat musim kemarau hanya sebesar 2.309 liter/detik, denganpengguna jasa air yang paling besar bukan hanya PDAM, tetapi juga irigasi untuk lahan pertanian, karena itudebit sungai sebesar 35% pada saat musim kemarau, tidak mampu mencukupi kapasitas intake sebesar 911liter/detik oleh PDAM karena berkurangnya tekanan2.

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, diketahui keberadaan air bersih di dataran rendah atau dihilirsangat bergantung pada kelestarian hutan yang ada dikawasan hulu, Arsyad (2010). Oleh sebab itu, penelitianini bertujuan untuk (1) mengkaji persepsi dan pola perilaku masyarakat hulu DAS Latuppa dalam melakukanrehabilitasi lahan dan air di hulu; (2) mengestimasi kontribusi nilai ekonomi air baku bagi PDAM KotaPalopo sebagai nilai kompensasi untuk masyarakat hulu DAS Latuppa dalam upaya mereka melakukanperbaikan dan pemeliharaan kawasan resapan air.

2. METODE PENELITIANKawasan hulu DAS Latuppa yang menjadi sumber air permukaan, sangat bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Salah satunya dijadikan sebagai sumber intake bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) KotaPalopo. Untuk menjaga kontiunitas produksi PDAM Kota Palopo maka perlu untuk menganalisis persepsidan pola perilaku masyarakat hulu dalam melakukan upaya rehabilitasi lahan dan air di hulu DAS Latuppaserta mengestimasi nilai ekonomi air baku bagi PDAM Kota Palopo sebagai besaran nilai untukmengkompensasi masyarakat hulu dalam upaya mereka menjaga lingkungan.

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan mulai mei - september 2017 dan berlokasi di hulu DASLatuppa Kota Palopo yang terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Mungkajang dan Kecamatan Sendana,masing-masing kecamatan diwakili oleh kelompok tani To’buangin di Kecamatan Mungkajang dankelompok tani se’pon di Kecamatan Sendana sebagai penyedia jasa (Seller) lingkungan di hulu. Selanjutnya

2 Hasil wawancara dengan bagian tekhnis produksi PDAM Kota Palopo tanggal 05 April 2014

Page 46: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

46

pihak hilir diwakili oleh PDAM Kota Palopo sebagai penerima (buyer) jasa lingkungan air bersih. Data yangdigunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primerdiperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan terstruktur kepadamasyarakat hulu khususnya kelompok tani To’buangin dan kelompok tani Se’pon. Sementara data sekunderdiperoleh dari studi literatur dan data statistik yang berasal dari instansi-instansi terkait, dan data akuntansikeuangan dari PDAM Kota Palopo.

Analisis persepsi petani dalam melakukan rehabilitasi lahan dan air di hulu DAS Latuppa dilakukandengan menggunakan skala tingkat penilaian (Skala Likert), yaitu jenis skala yang digunakan untukmengukur variabel penelitian, seperti sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang.Terdapat lima tingkat skala yang dipilih responden, agar hasil persepsi yang didapat lebih spesifik. Tingkatpertama merupakan penilaian terendah dan tingkat ke lima merupakan penilaian tertinggi (Stefanowski2012). Tabel 1 akan menjelaskan tentang lima tingkat penilaian dari masing-masing kelompok persepsi.

Tabel 1. Rentang skala/Tingkat Penilaian Kelompok PersepsiRentang Skala Pernyataan Jawaban

1,00-1,80 Sangat Tidak Setuju/Sangat Buruk/SangatRendah

1,81-2,60 Tidak Setuju/Buruk/Rendah2,61-3,40 Cukup Setuju/Mungkin Penting3,41-4,20 Setuju/Baik/Tinggi4,21-5,00 Sangat Setuju/Sangat Baik/Sangat Penting

Rentang skala untuk tiap penilaian kelompok persepsi masing-masing indikator dapat dibuat dengan

rumus:Estimasi nilai ekonomi air baku dalam suatu proses produksi dapat dihitung menggunakan residual

imputation approach (RIA- metode perhitungan nilai sisa dalam produksi). Metode RIA didekati denganmenggunakan prinsip product exhaustion theorem yang dikembangkan oleh Philip Wicksteed pada akhirabad 19 (Young 2005). Product exhaustion theorem menunjukkan bahwa total nilai produk dapat dibagi-habis terhadap konstribusi masing-masing input, sehingga setiap input “dihargai” menurut produktivitasmarginalnya. Penaksiran water rent dalam konsep ini pada umumnya dilakukan dengan menghitungkeuntungan atau nilai sisa untuk air baku. Untuk menghitung nilai ekonomi air baku bagi PDAM, dianalisisdengan rumus sebagai berikut:WR = TR-TC……………………………….(1)WR = Y.Py - ∑ Xi. PXi….…………..…...(2)Keterangan :WR = Water Rent (contribution of water) yang merupakan perbedaan antara nilai penerimaan dari hasil

pemanfaatan air bersih dalam proses produksi PDAM dan total biaya produksinya kecuali penggunaansumberdaya air (Rp/Tahun)

TR = Total Revenue meliputi nilai produksi yang di jual, produk yang dikonsumsi, dan produk yangdisimpan (Rp/Tahun)

TC = Total Cost (total biaya produksi kecuali biaya untuk air baku) mencakup biaya langsung, dan biayatidak langsung (Rp/Tahun)

Y = Jumlah output produksi air yang dihasilkan pada tahun yang diteliti (Rp/Tahun)Py = Harga output produksi air yang dihasilkan pada tahun yang diteliti (Rp/m3)Xi = Jumlah input Xi yang digunakan untuk proses produksi air bersih kecuali air bakuPxi = Harga input Xi dari proses produksi air bersih kecuali air baku (Rp/Satuan)

3. HASIL DAN PEMBAHASANPersepsi dan pola perilaku masyarakat dalam melakukan rehabilitasi lahan dan air di hulu DAS

Latuppa. Analisis persepsi dan pola perilaku masyarakat dalam melakukan rehabilitasi lahan dan air di huluDAS Latuppa dilakukan untuk mengetahui respon petani terhadap pentingnya usaha rehabilitasi di hulu demimenjaga water cathment area serta mengetahui seberapa besar kemauan mereka dalam melakukan upayarehabilitasi lahan dan air di hulu DAS Latuppa.

Page 47: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

47

Tabel 2. Persepsi dan pola perilaku masyarakat dalam melakukan rehabilitasi

Melihat hasil rataan skor pada tabel 2, untuk indikator pertama, yaitu persepsi petani terhadap peranpenting DAS Latuppa hulu sebagai water catchmen area dengan nilai 4,41 menandakan bahwa hulu DASLatuppa memiliki peran penting sebagai daerah resapan air ditandai dengan pendapat petani yang setujuberdasarkan hasil rataan skor tersebut. Hulu DAS Latuppa merupakan sumber air bersih bagi para petani,mereka memperoleh air bersih dari beberapa mata air yang terdapat di hulu DAS Latuppa. Selanjutnya untukindikator kedua persepsi terhadap konsekuensi atas lahan karena rusaknya water catchmen area di huludengan nilai 4,05 menandakan bahwa petani merasakan lahan mereka terganggu akibat longsor yang terjadidan merusak lahan pertanian serta hasil panen mereka. Rehabilitasi di hulu DAS Latuppa merupakan upayayang perlu dilakukan berdasarkan hasil rataan skor dari indikator ketiga, petani akan melakukan upayarehabilitasi di hulu DAS Latuppa dibuktikan dengan nilai rataan skor sebesar 4,23. Para petani akanmelakukan upaya rehabilitasi dengan sistem agroforestry yang merupakan pola tanam multi-strata (multitajuk). Pembayaran jasa lingkungan air bersih di hulu DAS Latuppa dalam upaya menjaga water catchmenarea yang merupakan indikator keempat dengan nilai rataan skor sebesar 4,52 yang berarti bahwa petanimenganggap hal tersebut sangat penting sekali untuk dilakukan agar upaya rehabilitasi dapat berjalanmaksimal dan dengan diterapkannya pembayaran jasa lingkungan air bersih di hulu DAS Latuppa makapengawasan untuk upaya rehabilitasi lahan dan air di hulu DAS Latuppa akan lebih terjaga danberkesinambungan. Setelah mengetahui pola perilaku dan keinginan masyarakat di hulu DAS Latuppa untukmelakukan upaya rehabilitasi, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai ekonomi air baku bagi PDAM KotaPalopo sebagai dasar besaran nilai kompensasi yang akan dibayarkan untuk masyarakat di hulu DAS Latuppakhususnya kelompok tani To’buangin dan kelompok tani Se’pon sebagai upaya mereka dalam menjaga watercatchmen area agar produksi air bersih oleh PDAM tetap terjaga.

Nilai ekonomi air baku dihitung dengan pendekatan water rent yaitu melalui perhitungan selisih darinilai penerimaan PDAM dari hasil pemanfaatan air baku dalam proses produksinya dikurangi dengan totalbiaya produksi tanpa memasukkan biaya penggunaan sumberdaya. Besarnya nilai water rentmengindikasikan seberapa besar nilai air baku yang digunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan dalamproses produksinya. Selain penerimaan, biaya dalam proses produksi juga akan mempengaruhi kontribusinilai ekonomi air baku PDAM Kota Palopo.Besarnya kontribusi nilai ekonomi air baku dalam prosesproduksi PDAM Kota Palopo, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 3 adalah sebesar Rp5.876.247.800/Tahun. Nilai tersebut didapatkan dari selisih total penerimaan yaitu Rp35.974.273.800/Tahun dikurangi dengan total biaya yaitu Rp 30.098.026.000/Tahun. Kontribusi nilaiekonomi air baku tersebut menggambarkan total pendapatan PDAM Kota Palopo pada tahun 2013 sebelumdikurangi dengan pajak penghasilan sebesar 28% sesuai dengan ketetapan pasal 21 undang-undang no.36tahun 2008.

Tabel 3. Nilai water rent dalam proses produksi air bersih PDAM Kota Palopo tahun 2013

No Uraian Nilai

1 Total Penjualan Air (m3/Thn) 5,872,359

2 Total Penerimaan Tahun 2013(Rp/Tahun) 35,974,273,800

3 Total biaya produksi (Rp/Tahun)* 30,098,026,000

Page 48: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

48

4 Nilai air baku (Water rent) 5,876,247,800* Selain biaya untuk sumberdaya air

Dari hasil yang telah diperoleh tersebut diketahui bahwa nilai water rent ini juga mengindikasikanseberapa besar nilai air baku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses produksi air bersih olehPDAM Kota Palopo. Besarnya nilai water rent tersebut bersifat objektif jika diterapkan untuk menentukanbesarnya harga yang harus dibayarkan PDAM untuk perbaikan kondisi hutan di hulu karena nilai tersebutjuga menunjukkan kontribusi nilai terhadap hasil produksi PDAM Kota Palopo.

Akan tetapi Perusahaan Daerah Air Minum dengan tujuan pendiriannya untuk memenuhi pelayanan dankebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah), olehsebab itu untuk mencapai hal tersebut maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsipdan asas ekonomi perusahaan sehat3. Agar tujuan tersebut terpenuhi maka pemerintah daerah kota Palopomenetapkan aturan nomor: 8 tahun 2005 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untukpenggunaan laba bersih setelah pajak penghasilan PDAM Kota Palopo. Tabel 4 menyajikan hasil perhitunganpenggunaan laba bersih PDAM Kota Palopo setelah pajak penghasilan sesuai aturan Pemda Kota PalopoNo.8 tahun 2005.

Tabel 4. Perhitungan penggunaan laba bersih PDAM Kota Palopo setelah pajak penghasilan tahun 2016

No Uraian Nilai (Rp)

1 Pendapatan atas biaya total (WaterRent) 5.876.247.800

Pajak penghasilan sebesar 28% 1.645.349.384

Laba bersih setelah pajak 4.230.898.416

2Pembagian laba bersih (Rp/Tahun)

APBD Pemerintah Daerah KotaPalopo 55% 2.326.994.129

Jasa Produksi 20% 846.179.683

Sosial dan Pendidikan 10% 423.089.842

Cadangan Umum 15% 634.634.762

Berdasarkan peraturan pemerintah Gubernur Sulawesi Selatan Nota Keuangan Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2012 dan UU no. 28 tahun 2009 tentangpajak daerah dan retribusi daerah. Pajak air baku untuk Kota Palopo ditetapkan sebesar Rp 300/m3. Olehsebab itu pajak air baku yang harus dibayarkan PDAM Kota Palopo untuk tahun 2013 dengan total penjualanair sebesar 5.872.359 m3 adalah Rp 1.761.707.700. Jika dilihat perbandingan antara laba bersih PDAM KotaPalopo, pajak air baku Kota Palopo, dan nilai kompensasi yang diberikan untuk masyarakat hulu DASLatuppa dalam upaya mereka merehabilitasi lahan dan air, seperti yang disajikan pada Tabel 5 sangat jelasbahwa nilai kompensasi yang diberikan untuk masayarakat hulu tergolong kecil hanya sebesar 4%. Dalam halyang sama pajak air baku yang mencerminkan nilai dari kuantitas sumberdaya air yang digunakan PDAMdalam proses produksinya jauh lebih besar.

Tabel 5. Perbandingan Nilai Laba Bersih, Pajak Air Baku, Dan Nilai Kompensasi

3 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:690-237 tahun 1994, tentang pedoman dan pemantauan kinerja keunganPDAM

No Uraian Nilai %

Page 49: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

49

Meskipun nilai kompensasi atau dana PES yang diberikan kepada masyarakat hulu (KT. To’buangindan KT. Se’pon) untuk perbaikan water catchment area masih terhitung kecil hanya sebesar 4% dari totalnilai laba bersih PDAM Kota Palopo. Akan tetapi dengan mempertimbangkan bahwa pemanfaat jasa air yanglain seperti irigasi dan industri air kemasan, untuk itu kontribusi PDAM sebagai buyer diharapakan cukupsebagai langkah awal untuk inisiasi penerapan mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan (PES) air bersih diKota Palopo.

4. KESIMPULANKonsep pembayaran jasa lingkungan air bersih (PJL) di Kota Palopo menjadi hal yang mungkin

untuk dilakukan karena pada dasarnya masyarakat di hulu DAS Latuppa bersedia merehabilitasi lahan milikmereka demi terjaganya water catchment area. Selain itu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) KotaPalopo bersedia memberikan sejumlah dana sebagai kompensasi kepada masyarakat hulu, khususnyakelompok tani To’buangin dan kelompok tani Se’pon dalam upaya mereka menjaga water catchment areaagar kontiunitas produksi air bersih oleh PDAM tetap terjaga dan berkelanjutan.

Saran bagi penelitian selanjutnya diperlukan penelitian lanjutan untuk mekanisme pembayaran jasalingkungan air bersih, mengenai mekanisme pengelolaan keuangan, luas lahan yang diperjanjikan danperlunya parameter keberhasilan dari sisi hidrologis seperti kenaikan kualitas air, penurunan jumlah sedimen,dan lain-lain dengan titik pengukuran/monitoring yang sudah disepakati bersama. Pembayaran kompensasiuntuk jasa lingkungan air bersih bagi masyarakat hulu DAS Latuppa hendaknya tidak hanya dibebankan padasatu perusahaan saja, karena masih banyak pemanfaat jasa lingkungan lain yang juga mendapat manfaat danmemanfaatkan jasa lingkungan dari DAS Latuppa. Penentuan siapa yang harus membayar dapat dilakukandengan cara mengidentifikasi pemanfaat jasa lingkungan lain dengan proporsi pemanfaatan jasa lingkunganyang paling besar.

5. DAFTAR PUSTAKAArsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air.Bogor (ID): IPB Press[CI Indonesia] Convervation International Indonesia. 2009. Promoting Ecosystem Services Value from Hydrological

Processes in the Gedepahala Biodiversity Corridor: “Understanding the Hydrological Processes to Build aPayment for Environmental Services (PES) Schame”. Jakarta (ID): CI Indonesia.

[Dephut] Departemen Kehutanan.2009. Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu .Jakarta (ID).

Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1999. Luas Lahan kritis di Indonesia dan statistic dalam angka.Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Departemen Kehutanan. Jakarta.

Ekayani M, Nuva, Yasmin R, Sinaga F, Maaruf L. 2014. Wisata Alam Taman Nasional Gunung Halimun Salak: SolusiKepentingan Ekologi dan Ekonomi. Jurnal Pertania Indonesia. Volume 19 (1): 29-37.

Fauzi A, Anna Z. 2013. The Complexity of the institution of payment for environmental services: A case study of twoIndonesian PES Schemes. Elsevier B.V.

INDEF. 2006. Kajian Pengembangan Sistem Insentif Ekonomi Bagi Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: KLH RI[KEMENHUT] Kementrian Kehutaan Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Balai Pengelolaan

DAS SADDANG. 2016. Penyusunan rencana Pengelolaan DAS Terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Latuppa.Buku 1. Sulawesi Selatan (ID): Kementrian Kehutanan.

Pagiola, Platai, Forthcoming.2008. Payment for environmental services. Washington: World Bank.[PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum Kota Palopo. 2016. Laporan Tahunan.

1

2

3

Laba Bersih PDAMKota Palopo Tahun

2016 setelah PPH (Rp)Pajak air baku Kota

Palopo (Rp/m3) @Rp300/m3

Nilai Kompensasi untukmasyarakat hulu 5%

dari laba bersih setelahpajak (Rp)

4.230.898.416

1.761.707.700

211.544.921

68

28

4

Page 50: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.44-50) 978-602-60766-3-2

50

Stefanowski J. 2013. Analysis of Questionnaires and Qualitative Data Non Parametric Test. Instytut InformatykiPolitechnika Poznanska.

[UNEP] United Nation Environmental Program.2002. Capacity Building for Sustainable Develop-ment, an Overview ofUNEP Environmental Capacity Development Initiative.

Young RA. 2005. Determining The Economic Value of Water. Concepts and Methods. Resources for the futureWashington,D.C. USA

Page 51: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.51-55) 978-602-60766-3-2

51

NILAI PASAR MODAL DAN PASAR UANG DI INDONESIA

Bahri1), Dahsan Hasan 2), dan Muhammad Arsyad 3)

1),2),3) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship of value between the capital market (capital market) and money market(money market) which are both financial markets. It is expected that this research will give an idea of the effect of everyavailable information, in this case the factors that exist in money market include interest rate, exchange rate and inflationto stock returns in Indonesia Stock Exchange seen from Composite Stock Price Index (IHSG) . This research method isdone by testing F effect on independent and dependent variable. The population of this study are all companies listed onthe Indonesia Stock Exchange. The sample selection was done by purposive sampling, the company registered inJanuary 2014 until December 2016. The result of the research shows that the three money market variables studied in2014 to 2016 have an insignificant effect on capital market in Indonesia. This indicates that the risk of investing inIndonesia's capital market is not significantly sourced from the money market.Keywords: capital market, money market

1. PENDAHULUANPasar modal Indonesia merupakan bursa yang berkembang di duni. Meskipun sempat terhenti selama

beberapa tahun namun pada akhir tahun1980an kembali bergairah hingga saat ini. Peranannya dalampengerahan dana masyarakat untuk keperluan investasi semakin dibutuhkan dan semakin penting. Namunbukan berarti bursa efek tersebut tidak memiliki kekurangan dan memiliki keunikan tersendiri. Naim (2010)menyatakn bahwa investor atau pembeli surat berharga di bursa efek negeri ini sebagian besar adalah pihakasing yang mencakup 67 persen sedangkan investor domestic hanya 33 persen, kebanyakan investor yang adaberbentuk usaha sedangkan investor perorangan domestik rasionya sangat kecil.

Pasar modal dan pasar uang merupakan sarana bagi investor dalam melakukan investasi disampingsebagai sarana mobilisasi dana bagi pihak yang membutuhkan dana. Pasar uang dan pasar modalmenawarkan expected return yang memadai untuk tingkat resiko tertentu sejalan dengan pesatnyaperkembangan ekonomi saat ini. Pertumbuhan dan perkembangan perdagangan internasional membutuhkanpembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang. Memilih dan melakukan investasi pada suatu jenisinstrument investasi, maka investor memerlukan pemahaman yang baik dan menyeluruh terhadapkarakteristik dari instrument yang dipilihnya tersebut. Dalam melakukan penilaian terhadap suatu instrumentinvestasi merupakan fungsi dari return yang diharapkan dan resiko yang mungkin terjadi. Untuk melakukanpenilaian instrument investasi dapat dilakukan dengan analisa terhadap data historis instrument tersebut.Selain itu investor dapat mengambil keputusan dengan mempeimbangkan ekspektasi atau harapan di masayang akan datang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi keputusan tersebut.

Dalam sistem perekonomian terdapat banyak perusahaan serta individu yang tidak sesuai antara inflowdan outflow. Sehingga pasar uang disini menjadi mekanisme yang mempertemukan pihak yang memilikisurplus dana dengan pihak yang mengalami deficit. Selanjutnya pasar modal sebagai pasar kongkret atauabstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dana yang memerlukan dana jangka panjang. Hal inimenyebabkan interaksi antara pasar uang dan pasar modal akan menjadi makin kuat dan kegiatan di satupihak akan mempengaruhi pihak yang lain karena harapan perbaikan iklim makro ekonomi atau setidaknyasektor keuangan akan terwujud dan selanjutnya akan mempengaruhi kondisi perbaikan perkembangan pasarmodal itu sendiri. Sebaliknya jika proses kearah perbaikan masih sulit maka prospek pasar modal tidak bisadiharapkan lebih baik pula. Keadaan ini bisa juga terjadi dikarenakan masuknya dana asing yang jugaberdampak pada sektor monete, jika dana tersebut diinvestasikan pada kegiatan yang tidak cepat menambahjumlah barang dan jasa secara potensial dapat memicu laju inflasi, maka otoritas moneter perlu waspada.Akan tetapi masalah ini lebih mirip dengan kondisi ekonomi yang overheated. Investasi besar-besaran, baiklewar direct investment maupun lewat portofolio saham dapat memicu inflasi (Husnan, 2008).

2. METODE PENELITIAN

1 Korespondensi: [email protected]

Page 52: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.51-55) 978-602-60766-3-2

52

Populasi penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihansampel dilakukan dengan purposive sampling yakni perusahaan yang terdaftar pada bulan Januari 2014hingga Desember 2016. Data yang digunakan adalah jenis data sekunder yang mencakup data harga saham(stock return) serta data suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap USD yang diambil padawaktu yang sama. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini alat uji statistik guna menguji hipotesispenelitian. Ghozali (2009) menyatakan bahwa, ketepatan fungsi regresi sampai dalam menaksir nilai aktualdapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai________________________________Korespondensi penulis: Bahri, tlp. 081 … email … .

statistik F, dan koefisien determinasinya. Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapajauh kemampuan model dalam menevariasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antaranol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasivariabel dependen amat terbatas. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 +eDimana :Y : Return SahamX1 : InflasiX2 : Nilai TukarX3 : Suku bunga kredite : Error / Residualα : Konstanta, perpotongan pada garis sumbu Xb1-b8 : Koefesien regresi

3. HASIL DAN PEMBAHASANUji normalitas data dilakukan dengan menggunakan JB test sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1

bahwa hasil pengujian menunjukkan tidak signifikan, baik pada level 1% maupun 5%. Ini mengindikasikanbahwa model return saham memenuhi asumsi normalitas.

0

4

8

12

16

20

-500 0 500 1000 1500 2000 2500

Series : R es idualsSam ple 2014M02 2016M12O bs ervations 35

Mean 3.04e-14Median -79.65834Maxim um 2601.693Minim um -362.8006Std. D ev. 485.4708Skew nes s 4.594736Kurtos is 25.07554

Jarque-Bera 833.8398Probability 0.000000

Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Model dengan menggunakan BG Test

Pengujian multikolinieritas faktor-faktor pasar uang menggunakan metode VIF (variance inflationfactor). Hasil pengujian multikolinieritas faktor-faktor ini ditunjukkan pada tabel 1. Tabel ini menunjukkanbahwa nilai VIF untuk variabel-variabel pasar uang (X1, X2, dan X3) tidak lebih dari 10. Dengan demikian,tidak ada multikolinieritas antar ketiga variabel ini. Pengujian autokorelasi model regresi return sahamdilakukan dengan menggunakan BG test sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil pengujianmenunjukkan tidak signifikan, baik pada level 1% maupun 5%. Ini mengindikasikan bahwa regresi returnsaham telah bebas masalah autokorelasi.

Tabel 1 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Pasar Uang dengan Menggunakan VIF Test Coefficientsa

Page 53: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.51-55) 978-602-60766-3-2

53

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -359.920 2688.417 -.134 .894

X1 93.601 81.843 .325 1.144 .262 .375 2.666

X2 .084 .108 .145 .782 .440 .885 1.130

X3 -153.767 323.866 -.137 -.475 .638 .365 2.736

a. Dependent Variable: Y

Tabel 2 Hasil Uji Autokorelasi dengan Menggunakan BG Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.816663 Prob. F(2,29) 0.4518Obs*R-squared 1.866151 Prob. Chi-Square(2) 0.3933

Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 08/07/17 Time: 11:28Sample: 2014M02 2016M12Included observations: 35Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 55.57706 2706.162 0.020537 0.9838X1 19.37258 83.80024 0.231176 0.8188X2 0.015869 0.109608 0.144776 0.8859X3 -50.17181 328.2007 -0.152869 0.8796

RESID(-1) -0.193314 0.184645 -1.046949 0.3038RESID(-2) -0.170561 0.187198 -0.911128 0.3697

R-squared 0.053319 Mean dependent var 3.04E-14Adjusted R-squared -0.109902 S.D. dependent var 485.4708S.E. of regression 511.4528 Akaike info criterion 15.46719Sum squared resid 7585934. Schwarz criterion 15.73382Log likelihood -264.6759 Hannan-Quinn criter. 15.55923F-statistic 0.326665 Durbin-Watson stat 2.068902Prob(F-statistic) 0.892753

Pengujian heteroskedastisitas menggunakan ARCH test dan White test sebagaimana ditunjukkan padaTabel 3. Hasil pengujian menunjukkan tidak signifikan, baik pada level 1% maupun 5%. Ini mengindikasikanbahwa regresi return saham telah bebas masalah heteroskedastisitas.

Tabel 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Menggunakan White TestHeteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.574194 Prob. F(9,25) 0.8052Obs*R-squared 5.995509 Prob. Chi-Square(9) 0.7404

Page 54: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.51-55) 978-602-60766-3-2

54

Scaled explained SS 56.61864 Prob. Chi-Square(9) 0.0000

Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 08/07/17 Time: 11:25Sample: 2014M02 2016M12Included observations: 35

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.39E+08 2.70E+08 -0.513084 0.6124X1 3389007. 10980785 0.308631 0.7602

X1^2 227393.0 201850.7 1.126541 0.2706X1*X2 226.7284 214.1762 1.058607 0.2999X1*X3 -1151733. 1624590. -0.708938 0.4849

X2 13405.40 17184.76 0.780075 0.4427X2^2 -0.385581 0.315399 -1.222518 0.2329

X2*X3 -626.1976 2016.576 -0.310525 0.7587X3 12970821 60197452 0.215471 0.8311

X3^2 -12644.93 4185365. -0.003021 0.9976

R-squared 0.171300 Mean dependent var 228948.2Adjusted R-squared -0.127032 S.D. dependent var 1139777.S.E. of regression 1210007. Akaike info criterion 31.08511Sum squared resid 3.66E+13 Schwarz criterion 31.52949Log likelihood -533.9894 Hannan-Quinn criter. 31.23851F-statistic 0.574194 Durbin-Watson stat 2.562977Prob(F-statistic) 0.805243

Pengujian hipotesis menggunakan Model Regresi dengan menggunakan t-test dan F-test. Hasilpengujian ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel ini menunjukkan hasil pengujian pengaruh faktor-faktor pasaruang terhadap pasar modal memiliki koefisien tidak signifikan, baik pada level 1% maupun 5%. Ini berartiH0 tidak dapat ditolak. Ini menunjukkan bahwa ketiga faktor pasar uang secara tidak signifikan menjelaskanvariasi return saham. Ini mengindikasikan bahwa variasi return saham tersebut tidak dapat dijelaskan olehfaktor-faktor risiko pasar uang. Oleh karena itu, faktor risiko pasar uang merupakan variabel yang tidak dapatdihargai sebagai faktor risiko saham tersebut. Di samping itu, hasil pengujian robustness model regresisaham tersebut ditemukan bahwa nilai R2 sebagai salah satu indikator goodness of fit memiliki nilai yangtidak signifikan, baik pada level 1% maupun 5%. Ini mengindikasikan bahwa model return saham tidakrobust untuk digunakan menjelaskan variasi return saham tersebut.

Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis

Dependent Variable: YMethod: Least SquaresDate: 08/07/17 Time: 11:10Sample: 2014M02 2016M12Included observations: 35

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -359.9196 2688.417 -0.133878 0.8944

Page 55: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.51-55) 978-602-60766-3-2

55

X1 93.60106 81.84268 1.143671 0.2615X2 0.084378 0.107952 0.781632 0.4404X3 -153.7666 323.8661 -0.474784 0.6383

R-squared 0.060327 Mean dependent var 117.4286Adjusted R-squared -0.030609 S.D. dependent var 500.8121S.E. of regression 508.4190 Akaike info criterion 15.40770Sum squared resid 8013186. Schwarz criterion 15.58545Log likelihood -265.6347 Hannan-Quinn criter. 15.46906F-statistic 0.663400 Durbin-Watson stat 2.321835Prob(F-statistic) 0.580863

4. KESIMPULANPengujian mengenai validitas dan robustness model regresi return saham terhadap tiga sektor pasar

uang menghasilkan temuan empiris bahwa selama periode 2014 sampai 2016, pasar uang secara tidaksignifikan berpengaruh terhadap pasar modal. Hal ini tidak relevan dengan hasil-hasil penelitian yang telahdilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada para investor bahwa keputusaninvestasi yang dilakukan oleh investor sebaiknya tidak perlu secara serius memperhatikan pasar uang.

DAFTAR PUSTAKAAstuti, Neni. 1997. Analisa Pengaruh Perubahan Suku Bunga, Perubahan Inflasi, Perubahan Kurs Valsa, dan Volume

Perdagangan Saham terhdap Stock Return di Bursa Efek JakartaYogyakarta: Universitas Gadjah MadaFama, E.F. 1981. Stock Returns, Real Activity, Inflation and Money. American Economics Review, September h 545-

565.Geske, R. dan R. Roll. 1983. The Fiscal and Monetary Lingkage Between Stock Returns and Inflation. Jounal of

Finance,38.Husnan, Suad. 1994. Investasi di Pasar Modal Indonesia. Kelola, 7/III/1994.Suwandi. 1997. Analisis Hubungan Antara Perubahan Harga Saham dengan Suku Bunga dan Nilai Tukar Mata Uang.

Yogyakarta: Univeristas Gadjah Mada.Titman dan Warga. 1989. Stock Returns as Predictors of Interest Rates and Inflation. Journal of Financial and

Qualitative Analysis, Vol. 24 (1).

Page 56: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.56-58) 978-602-60766-3-2

56

ANALISA PERILAKU PEDAGANG YANG BERJUALAN DI PASAR KALIMBU KOTAMAKASSAR

Muhammad Islah Idrus1) dan Andi Gunawan2)

1),2)Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

This study aims to determine the behavior of traders who sell in traditional markets Kalimbu Makassar.The researchmethod used is qualitative with phenomenology approach by using the analysis of interview with some market traders asinformant of this research. The results of this study indicate the behavior of traders in the market Kalimbu divided intotwo models of traders that traders who have settled for generations and traders who are just renting the stalls there.Goods are sold even in the form of vegetables and household goods. In determining the selling price, the behavior ofthese two merchant models is certainly different. This is caused by the sale price of renting different from one trader toanother and the levies paid by the owners of lapak to the city government of Makassar amounting to Rp 5,000 per day.In addition, this research found the determinants of market prices in addition to the holiday or the new year the existenceof information about the increase in salaries of civil servants.

Keywords: trader behavior, market and phenomonology

1. PENDAHULUANPasar tradisional masih bertahan ditengah derasnya kehadiran pasar swalayan maupun supermarket

yang bermodal raksasa salah satunya pasar tradisional tertua yang ada di kota Makassar yakni pasar Kalimbuyang berada di jalan Veteran Utara kota Makassar yang telah ada sejak tahun 1950an dan tetap bertahanhingga kini walaupun telah banyak pedagang yang meninggalkan pasar ini karena tidak mamu bertahandengan arus pasar modern. Namun, masih ada juga pedagang yang masih bertahan karena pembeli masihtetap menghidupkan pasar tradisional. Walaupun lahan pasar ini semakin sempit karena semakin terpojokoleh pembangunan rumah took modern disekitar pasar.

Pedagang yang bertahan hingga kini adalah mereka yang memang lahir disekitar lingkungan pasarKalimbu tersebut dan telah mewarisi usaha kedua orang tua mereka dan tentunya enggan meninggalkanusaha terun-temurun tersebut. Pemerintah kota Makassar dalam memelihara fisik pasar telah dilakukandengan program Makassar Ta’ Tidak Rantasa termasuk pemeliharaan kebersihan pasar. Selain itu,pemerintah juga memilki tugas penting agar tetap menghidupkan pasar tradisional dalam sendi kehidupanmasyarakat modern yang memang bukan tugas mudah bagi pemerintah daerah. Beberapa hal yang perludiperimbangkan diantaranya memenetuka lokasi pasar tradisional tersebut serta mengsosialisasikan pasartradisional dalam bentuk promosi di media cetak ataupun papan iklan. Untuk mempertahankan pasartradisional bagi pemerintah bukanlah hal yang mudah sebab banyak masyarakat lebih merasa nyaman denganberberlanja di pasar modern daripada berbelanja di pasar tradisional.

Berbagai macam alasan masyarakat beralih diantaranya suasana yang tidak berdesak-desakan sertapengemasan yang lebih baik serta peningkatan pendapatan masyarakat bahkan saat ini pasar moderndianggap sebagai ajang rekreasi bagi keluarga dan hal itulah yang tidak bisa diperoleh pada pasar tradisionaltermasuk pasar Kalimbu. Hal tersebut bisa mematikan pasar tradisional yang merupakan penghubung utamaantara perekonomian pedesaan dengan perekonomian perkotaan. Jika hal ini terus terjadi maka akan semakinmenambah jumlah pengangguran yang ada di masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Selain mampumenciptakan inovasi serta penentuan harga yang tepat bagi pembeli terdapat beberapa hal penting yang harusdiperhatikan pedagang pasar khususnya pedagang pasar Kalimbu yakni menjaga kebersihan pasar sertakenyamanan pembeli dimulai dari tempat parkir hingga tersedianya kebutuhan sehari-hari selain sayur danbuah. Harga sangat penting karena menentukan keuntungan dan kelangsungan hidup pedagang. Penentuanharga memiliki dampak pada penyesuaian strategi pemasaran yang diambil. Elastisitas harga dari suatuproduk juga akan mempengaruhi permintaan dan penjualan. Berdasarkan hal tersebut menjadi sebuahfenomena bahwa masih banyaknya pedagang yang ada di pasar tradisional Kalimbu tetap bertahan selamapuluhan tahun dengan tetap mempertahankan harga yang murah dibandingkan dengan pasar-pasar yang ada

1 Korespondensi: [email protected]

Page 57: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.56-58) 978-602-60766-3-2

57

di kota Makassar.

2. METODE PENELITIANPopulasi penelitian ini adalah seluruh pedagang pasar Kalimbu kota Makassar. Pengambilan informan

penelitian dengan menentukan waktu terlama berdagang di pasar Kalimbu lebih dari 20 tahun yang bernamaIda dan Ilham. Agar bisa diketahui secara jelas perilaku para pedagang yang tetap bertahan di masa pasarmodern sedang bertumbuh mulai dari perilaku mempertahankan kelangsungan usaha dan perilaku penentuanharga. Tahapan-tahapan analisis data yang digunakan pada penelitian ialah melakukan observasi umum danmenentukan informan penelitian sebagai tahap awal/pertama. Tahap kedua/tahap pengumpulan dan analisisdata ialah melakukan observasi informan; melakukan pengamatan terhadap apa yang dibicarakan di antarasubjek penelitian; melakukan analisi deskripsi dan pengecekan keabsahan data (validitas dan realibiltas data);melakukan wawancara yang mendalam yang berupa dialog dengan informan penelitian; melakukan analisissubstansial dibicarakan di antara subjek penelitian; melakukan analisi deskripsi dan pengecekan keabsahandata (validitas dan realibiltas data); melakukan wawancara yang mendalam yang berupa dialog denganinforman penelitian; melakukan analisis substansial dan pengecekan keabsahan data lapangan; menemukanpemahaman informan penelitian (subjek penelitian).

3. HASIL DAN PEMBAHASANPembentukan Harga di Pasar Kalimbu

Pasar Kalimbu merupakan pasar tertua yang ada di kota Makassar dan masih bertahan hingga saat ini.Pasar ini memiliki pelanggan setia dan juga harga sayur serta perlengkapan rumah tangga lainnya terkenalsangat murah dibandingkan dengan pasar tradisional dan pasar modern yang ada di kota Makassar. Aktivitaspasar ini mulai dari jam 03.00 subuh hingga sore hari menjelang magrib. Bahkan jika pedagang tersebutmenetap di pasar itu maka mereka bisa saja berjualan hingga jam 10.00 malam. Setiap pedagang pastimenginginkan keuntungan yang besar dari barang dagangannya, pada umumnya dalam sebuah pasartradisional, penjual tidak akan dapat menaikkan harga secara individu, karena jika barang yang dijual samanamun dengan harga yang berbeda sari satu lapak ke lapak satunya, maka pembeli pasti akan membeli barangdi lapak yang lebih murah. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Ibu Ida mengenai harga barang jualansebagai berikut:

“ Kalo kita di sini rata-rata untung dua ribu rupiah sampe lima ribu rupiah setiap barang yang kitajual jadi pintar-pintar nya mami itu pembeli menawar. Jadi, kalo ada mi untung kami rasa, kamikasi saja itu pembeli.”

Hal senada disampaikan oleh Bapak Ilham mengenai pembentukan harga berikut.“ Di sini itu harga yang kita kasi ke pembeli lima ribu rupiah ji paling banyak, misalnya sayur sawisaya beli seribu ji per kilo nya kalo subuh tapi kalo pagi-pagimi saya bisa jual tiga ribu rupiahperkilo, jadi lumayan mi lah untung ta. Tapi kan masih harus ki bayar retribusi pasar lima ribuperhari sama sewa lapakku ini.”

Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa harga yang ada di setiap lapak ditetapkan oleh masing-masing penjual. Struktur pasar Kalimbu ini mendekati pasar jenis monopolistik yakni penjual menentukanharga barangnya masing-masing. Memang setelah ditinjau kembali, harga sebuah barang dapat berbeda darisatu meskipun demikian barang di toko tersebut tetap laku karena terdapat pembeli yang selalu membeli ditoko tersebut (langganan), serta adanya strategi khusus yang membedakan toko satu dengan toko yang lainyang akan dibahas lebih lanjut. Harga yang ditentukan sendiri oleh masing- masing penjual merupakan salahsatu ciri pasar persaingan monopolistik karena penjual memiliki kemampuan untuk memengaruhi harga(Sasongko dan Siswoyo 2004) menyatakan bahwa kurva permintaan akan berubah seiring dengan perubahanbeberapa hal yaitu: 1. Penampilan, pelayanan penjualan, dan strategi penjualan yang berubah. 2. Pesaingmengubah harga jual, jumlah output, dan kebijakan penjual. 3. Selera, pendapatan, dan perubahan kebijakanpenjualan penjual lainnya.Retribusi dalam Penentuan Harga Jual

Pasar Kalimbu merupakan pasar yang dikelola oleh pemerintah kota Makassar termasuk kebersihanpasar sehingga pemerintah mengenakan retribusi kepada para pedagang di pasar baik yang menjadikan rumahtinggalnya menjadi tempat jualan, pedagang yang menyewa tempat, atau pun pedagang yang bisa berjualandimana saja dalam lingkungan pasar tetao dikenakan retribusi sebesar Rp 5.000 per pedagang. Hal inidituturkan oleh ibu Ida berikut ini.

Page 58: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.56-58) 978-602-60766-3-2

58

“… Di sini itu ada rertibusi dibayar sama petugas pasar yang pake seragam pemerintah, tiap hariditarik lima ribu rupiah, laku ato tidak jualan ta. Biasa mereka datang antara jam 8 sampe jam 12siang”. Besarnya retribusi yang ditentukan oleh Dinas Pasar tentunya menjadi pengeluaran tetap bagipedagang di Pasar Burung.Meskipun terkadang dalam sehari ada pedagang yang tidak memperolehpendapatan namun pedagang tersebut tetap harus membayar karcis, sehingga dapat dikatakan bahwabesarnya karcis dapat mempengaruhi harga yang ditawarkan oleh pedagang.”

Elastisitas HargaPasar Kalimbu juga merupakan pasar yang normal terjadi hukum permintaan dan penawaran. Begitu

pula harga jual akan naik ketika terdapat hari raya dan biasanya penggantian tahun baru sebab kenaikanmemang langsung dari petani maupun pemasok besar. Ibu ida mengatakan hal berikut.

“… Di sini itu biasa nya harga-harga naik semua kalo mau lebaran ato acara tahun baru. Tidak bisa kijuga tidak kasi naik karna dari pemasok ta memang yang segitu harga nya jadi otomatis kami kasinaik juga harga nya.”

Namun, ada hal unik yang disampaikan oleh Bapak Ilham berikut ini.“... Biasa juga harga naik kalo ada gossip gaji nya para PNS mau naik trus kami juga liat berita ditelevisi tentang harga-harga tapi paling cepat berubah harga itu kalo ada gossip gaji PNS mau naik.”

Pernyataan kedua informan tersebut menunjukkan bahwa dalam penentuan dan kenaikan harga di pasarKalimbu bukan hanya pada hari lebaran atau hari raya dan pada pergantian tahun yang menyebabkanterbentuknya harga, melainkan informasi mengenai kenaikan gaji PNS pun ikut memengaruhi.Keberlangsungan Usaha

Pasar Kalimbu telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan para pedagang yang bertahan disituadalah pedagang yang telah menetap diwilayah pasar dan menjadi warga tetap daerah tersebut. Seperti ibuIda dan pak Ilham menjadi pedagang yang mereka warisi dari kedua orang tua mereka yang juga menjadipedagang di pasar tersebut. Ada pedagang yang telah berdagang di pasar Kalimbu selama 20 tahun dan adajuga yang merupakan pedagang pendatang mencari rejeki di pasar tersebut dengan menyewa lapak secarabulanan ataupun pertahun.4. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku para pedagang di pasar Kalimbu terbagi atas dua modelpedagang yakni pedagang yang telah menetap secara turun temurun dan pedagang yang memang hanyamenyewa lapak-lapak yang ada. Barang yang dijual pun berupa sayuran dan barang perlengkapan rumahtangga. Dalam penentuan harga jual perilaku dua model pedagang ini tentunya berbeda-beda. Keuntunganmereka dalam menjual itu kisaran Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per item barang jualan. Hal tersebut disebabkanoleh harga sewa lapak jualan berbeda antara satu pedagang dengan pedagang yang laiinya dan retribusi yangdibayarkan oleh para pemilik lapak kepada pemerintah kota Makassar sebesar Rp 5.000 perhari. Selain itupenelitian ini ditemukan faktor penentu harga dipasar selain hari raya maupun tahun baru yakni adanyainformasi mengenai akan adanya kenaikan gaji PNS.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan responden berupa dua oranginforman yang merupakan pedagang pasar Kalimbu. Disarankan pada penelitian berikutnya menjadikankonsumen ataupun pembeli dipasar agar penelitian ini dapat digeneralisasi.

DAFTAR PUSTAKAAdriani, Ririn. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Tenaga Penjual untuk Meningkatkan Kinerja

Tenaga Penjual. Semarang: Universitas Dipenogoro.Djakarta, Deka I. 2012. Pengaruh Marketing Mix terhadap Keputusan Pembelian. Semarang: Universitas Dipenogoro.Ghazali, Rizwar. 2002. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Produk Plastik terhadap Volume Penjualan PT Mitraya

Plasindo Sejati. Semarang: Universitas Diponegoro.Kotler dan Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga LVMetode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.Retno, Anggraeni. 2007. Analisis Persepsi Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Jasa Pada PT (Persero) DAMRI di

Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura.Sasongko dan Bambang Siswoyo. 2004. Teori Ekonomi Mikro. Cetakan 1. Malang: Universitas Negeri Malang.Suharsimi, Arkunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahsatya.Syaefulamri. 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kebersihan, dan Kenyamanan di Pasar Tradisional terhadap

Perpindahan Berbelanja dari Pasar Tradisional ke Pasar Modern di Kota Semarang. Semarang: UniversitasDipenogoro.

Page 59: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.59-64) 978-602-60766-3-2

59

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA AKUNTANSIUNTUK BERKARIER DI LEMBAGA JASA KEUANGAN SYARIAH

Mursalim Sila1), Anna Sutrisna Sukirman2), dan Dien Triana3)

1),2),3) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

This study aims to determine and analyze the factors that influence so as to motivate accounting students to choose acareer at the Institute of Islamic Financial Services. Factors affecting career selection are measured by intrinsic variablesof work, salary, work environment, professional training, professional recognition, social values, labor marketconsiderations, and personality. Target to be achieved in this research is empirical proof of what factors affect studentaccounting career at Sharia Financial Services Institution. Sampling is done by purposive sampling method andconsideration of selected sample is students who have taken Shariah Accounting course or Islamic Banking Accounting.The results showed that the intrinsic value of employment, salary, work environment, professional training, social valuesand labor market considerations had an effect on the interest of Accounting students for a career at the Sharia FinancialServices Institution.While the personality factor was found to have no effect.

Keywords: career selection, intrinsic value of employment, salary, work environment, professional training,professional recognition, social values, labor market considerations, and personality

1. PENDAHULUANMenjadi seorang mahasiswa merupakan hal yang membanggakan dan merupakan sebuah pencapaian

yang tidak mudah bagi semua individu. Dalam memilih jurusan saat masuk perguruan tinggi sebenarnyadisaat itulah seorang individu telah menentukan akan menjadi apa mereka nantinya. Namun terkadangbanyak mahasiswa belum menentukan jenis karir yang akan mereka capai ketika menjadi sarjana. Sehinggasaat menjadi seorang sarjana bingung berkarir di sektor mana yang sesuai dengan bidang ilmu yang merekamiliki. Sedangkan persaingan yang semakin ketat dan cepat sehingga setiap individu harus memiliki dayasaing dan soft skill yang menjadi nilai jual lebih bagi lulusan perguruan tinggi khususnya sarjana lulusanjurusan akuntansi.

Perkembangan dunia usaha saat ini dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan peluangyang sangat menguntungkan bagi seorang sarjana akuntansi sebab ilmu akuntansi dibutuhkan diberbagaisektor baik sektor pemerintah dan sektor bisnis baik itu berbasis konvensional ataupun yang syariah. Hal inipula yang menjadi perhatian khusus bagi perguruan tinggi untuk merespon perkembangan dunia usahatersebut dengan menyiapkan mahasiswa yang siap masuk ke dunia tersebut salah satunya adalah menyiapkankurikulum yang dibutuhkan mahasiswa agar menjadi lulusan siap pakai di dunia kerja. Salah satu bentukdukungan sistem pendidikan akuntansi di Indonesia yakni menyiapkan kurikulum atau mata kuliah yangdibutuhkan oleh pasar kerja. Mulai dari rumpun ilmu akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan hinggaakuntansi syariah.

Lulusan akuntansi tidak hanya terbatas berkarir sebagai seorang akuntan pemeriksa baik akuntanpublik hingga menjadi akuntan pemerintah, bahkan dapat bekerja pada lembaga jasa keuangan syariah.Pilihan tersebut tergantung dari cita-cita ataupun minat individu mahasiswa tersebut. Sebab mahasiswa yanglulus pada jenjang Diploma 3 Jurusan Akuntansi dapat langsung memasuki dunia kerja dengan kompetensiyang baik dengan dukungan sertifikasi bidang akuntansi atau dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggiyakni Diploma 4 atau Strata Satu. Namun saat ini, pendidikan akuntansi di Indonesia mewajibkan lulusanakuntansi yang ingin berkarir menjadi akuntan professional untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansiatau mengikuti ujian sertifikasi yang telah diakui dan dilaksanakan oleh lembaga resmi pemerintah. Sehinggalulusan akuntansi memiliki banyak alternatif dalam memilih karir. Walaupun pada kenyataannya masihbanyak lulusan akuntansi yang bekerja tidak memiliki sertifikasi kompetensi yang dapat menjadi nilai tambahsebagai sarjana akuntansi.

Dalam memilih karir yang akan dijalaninya, mahasiswa akuntansi memiliki berbagai pertimbanganuntuk memilih karir apa yang akan dijalaninya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari penghargaanfinansial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas

1 Korespondensi: [email protected]

Page 60: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.59-64) 978-602-60766-3-2

60

(Rahayu, 2003). Karir merupakan suatu akumulasi dan pengetahuan yang tertanam pada skill, expertise, danjaringan hubungan kerja yang lebih luas (Bird,1994 dalam Sadeli dan Ishak, 2014). Namun sebaliknya,Greenberg dan Baron,2000 dalam Sadeli dan Ishak, 2014 menyatakan bahwa karir tersebut meliputi urutanpengalaman pekerjaan seseorang selama jangka waktu tertentu. Pilihan karir mahasiswa dipengaruhi olehstereotype yang mereka bentuk tentang berbagai macam karir (Holland,1995 dalam Friendland, 1996 dalamRahayu, 2003)

Saat ini karir lulusan akuntansi tidak berbatas, pasar kerja tidak hanya menyerap di sektor bisniskonvensional (umum) namun sektor lembaga jasa keuangan syariah pun membutuhkan lulusan akuntansi.Lembaga Jasa Keuangan Syariah (LJKS) telah berkembang pesat sehingga pasarnya pun semakin luas. LJKSyang berkembang saat ini adalah Lembaga Jasa Keuangan Komersial diantarannya Perbankan Syariah,Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah dan masih banyak lagi lembaga jasa keuangan yang berbasis syariahselain itu Lembaga Jasa Keuangan Syariah Nirlaba juga turut berkembang diantaranya Organisasi PengelolaZakat baik Badan Amil Zakat maupun Lembaga Amil Zakat dan Badan Wakaf dan semuanya telahmendapatkan perlindungan dan pengakuan dari pemerintah. Namun apakah setiap mahasiswa jurusanakuntansi termotivasi untuk berkarir pada LJKS selain berkarir menjadi akuntan dan profesi lainnya. Inilahyang merupakan dasar peneliti untuk mencari faktor-faktor yang kiranya dapat memotivasi mahasiswajurusan akuntansi memilih berkarir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah setelah lulus kuliah. Penelitian iniberbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya sebab penelitian terdahulu lebih banyak mencari alasanmahasiswa memilih berkarir sebagai akuntan maupun selain akuntan dan itu hanya pada sektor bisniskonvensional (umum) saja.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan pada mahasiswa jurusan Akuntansi di perguruan tinggi negeri yang ada di kota

Makassar yakni Politeknik Negeri Ujung Pandang, Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Makassar.Populasi penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi pada perguruan tinggi yang ada di KotaMakassar. Pengambilan sampel penelitian dengan metode purposive sampling dilakukan pada seluruhperguruan tinggi negeri yang ada di kota Makassar dengan memilih mahasiswa jurusan Akuntansi yang telahmengambil mata kuliah Akuntansi Syariah atau Akuntansi Perbankan Syariah. Metode pengambilan datadilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden penelitian, Dengan hipotesis berikut.H1: Nilai intrisik pekerjaan berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah

bagi mahasiswa akuntansiH2: Penghargaan finansial berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah

bagi mahasiswa akuntansiH3: Lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah bagi

mahasiswa akuntansiH4: Pelatihan profesional secara berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan

Syariah bagi mahasiswa akuntansiH5: Pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah

bagi mahasiswa akuntansiH6: Nilai-nilai sosial berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah bagi

mahasiswa akuntansiH7: Pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan

Syariah bagi mahasiswa akuntansiH8: Personalitas berpengaruh terhadap pemilihan karir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah bagi

mahasiswa akuntansi

3. HASIL DAN PEMBAHASANDalam penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional,

yaitu daya diperoleh secara simultan melalui pengisian kuesioner perguruan tinggi negeri yang ada di kotaMakassar yakni Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar dan Politeknik Negeri Ujung Pandang.Sampel yang dipilih dari populasi penelitian untuk memperoleh data primer dengan cara pengisian kuesionerpengambilan adalah mahasiswa jurusan Akuntansi yang telah menempuh mata kuliah Akuntansi Syariahataupu mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah. Kuesioner tersebut diberikan secara langsung kepadaresponden penelitian.

Page 61: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.59-64) 978-602-60766-3-2

61

Data primer yang diperoleh dan yang diolah dalam penelitian ini adalah melalui survei kuesioner padajurusan akuntanasi. Kuesioner disebar sebanyak 150 buah dan kembali sebanyak 105 buah, kuesioner yangtidak dapat digunakan untuk pengolahan data sebanyak 3 buah karena kuesioner tidak lengkap. Sehinggakuesioner yang dapat digunakan ini sebanyak 102 buah. Analisis statistik deskriptif dilakukan sebelumdilakukan pengujian hipotesis, dengan tujuan untuk mengetahui nilai-nilai variabel dalam penelitian ini.Berikut ini adalah tabel statistik deskriptif yang menerangkan nilai minimum, maksimum, dan mean sertastandar deviasi variabel penelitian.

Tabel 1 Statistik DeskriptifN Kisaran

TeoritisKisaranAktual

Rata-rata

StandarDeviasi

Nilai Intrinsik PekerjaanPenghargaan Finansial/ GajiLingkungan kerjaPelatihan ProfesionalPengakuan ProfesionalNilai-nilai sosialPertimbangan Pasar kerjaPersonalitas

102102102102102102102102

4 – 133 – 183 – 195 – 259 – 374 – 123-151 – 5

5– 156– 208 – 196 –239 – 312– 103-151– 5

11.910.68.711.513.511.419.910.7

4.33.21.51.61.22.22.11.3

Sumber : Data primer yang diolah, tahun 2017

Pada tabel di atas menggambarkan deskripsi variabel-variabel dalam penelitian ini secara statistik.Kisaran teoritis adalah nilai yang diukur dari skor tertinggi atau terendah dikalikan jumlah pertanyaan sedangkisaran saktual adalah nilai skor dari terendah sampai dengan skor tertinggi, mean (rata-rata) adalah hasilpenjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sementara standar deviasi adalah akar darijumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data.

Data yang diperoleh menunjukan bahwa variabel pertama, nilai intrinsik pekerjaan memperlihatkanbahwa rata-rata sebesar 11.9, standar deviasi sebesar 4.3. nilai skor untuk variabel gaji pada kisaran aktual 5– 15. Pada gaji memperlihatkan bahwa rata-rata sebesar 10.6, standar deviasi sebesar 3.2. nilai skor untukvariabel gaji pada kisaran aktual 6.20 Pada variabel lingkungan kerja memperlihatkan bahwa rata-rata sebesar8.7, standar deviasi sebesar 1.5 nilai skor untuk variabel pelatihan pada kisaran aktual antara 8-19. Padavariabel pelatihan memperlihatkan bahwa rata-rata sebesar 11.5, standar deviasi sebesar 1.6. nilai skor untukvariabel pelatihan pada kisaran aktual 6 – 23. Pada variabel pengakuan memperlihatkan bahwa rata-ratasebesar 13.5, standar deviasi sebesar 9.31. nilai skor untuk variabel pengakuan pada kisaran aktual 9-31.Padavariabel nilai sosial memperlihatkan bahwa rata-rata sebesar 11.4 standar deviasi sebesar 2.2 nilai skor untukvariabel nilai sosial pada kisaran aktual 2-10. Variabel, pasar kerja memperlihatkan bahwa rata-rata sebesar19.9, standar deviasi sebesar 2.1. nilai skor untuk variabel pasar kerja pada kisaran aktual 3-15. Pada variabel,personalitas memperlihatkan bahwa rata-rata sebesar 10.7 standar deviasi sebesar 1.3. nilai skor untukvariabel personalitas pada kisaran 1-5.

Uji validitasUji validitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat homogenitas data penelitian

sehingga instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya dikukur. Uji ini dilakukan dengan caramengkorelasikan nilai setiap butir item dengan skor total dengan alat analisis Pearson Correlation. Suatuvariabel dikatakan lolos uji validitas apabila semua koefisien Pearson Correlation dari setiap butir itemdengan skor total tersebut signifikan.

Tingkat signifikan yang digunakan dalam pengujian validitas penelitian ini adlah 0,05 (α = 5%),dimana bila profitabilitas yang diperoleh dari koefosien korelasi masing-masing pertanyaan lebih kecil dari0,05 maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Atau dengan cara lain yaitu koefisien korelasi yangdiperoleh lebih dari r table maka pertanyaan tersebut valid. Tabel analisis validitas diatas menunjukkanbahwa semua butir pertanyaan lebih besar dari nilai r table > 0,05 maka kuesioner dengan semua itempernyataan variable memiliki koefisien korelasi positif atau r hitung > r table. Dengan demikian, semua butirpertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid dan semua butir pernyataan tersebut dapat digunakan dan dapatdipercaya.

Page 62: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.59-64) 978-602-60766-3-2

62

Uji ReliabilitasUji reliabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran

tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama denganmenggunakan alat pengukur yang sama pula. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitungCronbach Alpha dari masing-masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabeldikatakan handal (reliable) apabila memiliki Cronbach Alpha lebih dan 0,60 (Nunnaly, 1978). Hasil analisisSPSS menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk semua variable penelitian > 0,60 sehinggadapat disimpulkan bahwa kuesioner atau alat pengukur data tersebut untuk semua variable penelitian bersifatreliable.

Pengujian HipotesisHipotesis penelitian ini adalah:

H1: Nilai intrisik pekerjaan berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusanakuntansi

H2: Penghargaan finansial berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusanakuntansi

H3: Lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusanakuntansi

H4: Pelatihan profesional secara berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan olehlulusan akuntansi

H5: Pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusanakuntansi

H6: Nilai-nilai sosial berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusan akuntansiH7: Pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusan

akuntansiH8: Personalitas berpengaruh terhadap pemilihan karir selain akuntan oleh lulusan akuntansi.Tabel 2 Pengujian One Way Anova Variabel

No Variabel F Sig.1 Nilai Intrinsic Pekerjaan 7,628 0.0002 Penghargaan Finansial/ Gaji 5,508 0.0003 Lingkungan kerja 3,611 0.0004 Pelatihan Profesional 7,462 0.0005 Pengakuan Profesional 6,690 0.0006 Nilai-nilai sosial 7,606 0.0007 Pertimbangan Pasar kerja 4,547 0.0008 Personalitas 1,824 0.154

Sumber: hasil pengolahan SPSS (diolah)

Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada hipotesis pertama nilai intrisik pekerjaan berpengaruhterhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal tersebutdikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima. Pada hipotesiskedua penghargaan finansial/ gaji berpengaruh terhadap mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa KeuanganSyariah. Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesisditerima. Pada hipotesis ketiga lingkungan kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansipada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05), sehingga hipotesis diterima. Pada hipotesis keempat pelatihan profesional berpengaruh terhadappemilihan karir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal tersebut dikarenakanperolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima.

Pada hipotesis kelima Pengakuan profesional berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswaakuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansisebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima. Pada hipotesis keenam Nilai-nilai sosial berpengaruhterhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal tersebutdikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga hipotesis diterima. Pada hipotesis

Page 63: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.59-64) 978-602-60766-3-2

63

ketujuh Pertimbangan pasar kerja berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi pada LembagaJasa Keuangan Syariah. Hal tersebut dikarenakan perolehan nilai signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05),sehingga hipotesis diterima. Pada hipotesis kedelapan Personalitas tidak berpengaruh terhadap pemilihankarir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal tersebut dikarenakan perolehan nilaisignifikansi sebesar 0.154 (> 0,05), sehingga hipotesis ditolak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertimbangan mahasiswa akuntansi untuk memilih berkarirpada Lembaga Jasa Keuangan Syariah dipengaruhi oleh nilai intrinsik pekerjaan, penghargaan finansial/gaji,lingkungan kerja, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai sosial serta pertimbangan pasarkerja namun faktor yang dinilai berbeda adalah faktor personalitas ternyata tidak memiliki pengaruh bagimahasiswa dalam memilih berkarir pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hasil pengujian menunjukkanbukti bahwa pandangan terhadap faktor gaji atau penghargaan finansial dalam pemilihan karir merekaberbeda-beda. Hal ini menyetujui penelitian Rahayu (2003) dan Setiyani (2005) yang menunjukkan bahwaada perbedaan pandangan diantara lulusan akuntansi Tetapi penelitian ini menolak hasil penelitian Astami(2001) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang berkaitan dengan faktor gaji dalam memilihbidang profesinya.

Hasil yang sama juga dilihat dari persepsi mahasiswa mengenai pelatihan professional yangmenunjukkan pengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa KeuanganSyariah. Penelitian ini hamper sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2003) dan Setiyani(2005) sedangkan untuk pengakuan profesional dalam suatu bidang karir akuntan nampaknya juga menjadisalah satu faktor yang membedakan pandangan untuk memilih karir di bidang akuntansi. Adanya perbedaantersebut muncul karena pertimbangan bahwa karir di Lembaga Jasa Keuangan Syariah nampaknya dapatdianggap sebagai sebuah karir profesional. Hasil penelitian untuk variabel pengakuan profesional adalahterdapat pengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah.Hasil penelitian ini menyetujui hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2003) dan menolak hasilpenelitian Setiyani (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dari segi pengakuan profesional.

Persepsi mengenai nilai-nilai sosial menunjukkan adanya pengaruh terhadap pemilihan karirmahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Hal ini menolak penelitian dari Setiyani (2005)dan hasil penelitian Rahayu (2003). Dalam Rahayu (2003) dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaanpandangan mengenai pemilihan karir yang dilihat dari faktor nilai-nilai sosial, juga disebutkan bahwa kariryang dijalaninya dinilai sama oleh masyarakat. Mengenai lingkungan kerja diperoleh hasil bahwa adapengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi pada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Mengenaipertimbangan pasar kerja juga disimpulkan terdapat pengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansipada Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Variabel pertimbangan pasar kerja dianalisis dengan dua indikatoryaitu keamanan kerjanya lebih terjamin dan lapangan kerja yang ditawarkan mudah diketahui. Ditinjau daripersonalitas dikemukakan bahwa tidak ada perbedaan persepsi mahasiswa Akuntansi dalam pemilihan karir.Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Rahayu (2003). Hasil uji beda pada indikator mencerminkanpersonalitas seorang yang bekerja secara profesioanal menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi.Mahasiswa Akuntansi menganggap bahwa karir yang dipilih tidak mencerminkan personalitas seseorangyang bekerja secara profesional.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengujian hipotesis mengenai faktor yang mempengaruhi mahasiswa Akuntansi

dalam memilih berkarir di Lembaga Jasa Keuangan Syariah menunjukkan bahwa faktor nilai intrisikpekerjaan, gaji, lingkungan kerja, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai sosial danpertimbangan pasar kerja menjadi faktor yang mempengaruhi mahasiswa Akuntansi dalam memilih berkarirdimasa yang akan datang di Lembaga Jasa Keuangan Syariah. Sedangkan faktor personalitas tidakberpengaruh terhadap mahasiswa Akuntansi dalam memilih karir di Lembaga Jasa Keuangan Syariah.

Kurikulum yang diterapkan pada pendidikan vokasi khususnya pada jurusan Akuntansi PoliteknikNegeri Ujung Pandang dapat dijadikan faktor pertimbangan dalam penelitian berikutnya sehingga dapatditelusuri minat mahasiswa dalam berkarir setelah lulus yang dapat dinilai dari mata kuliah yang diampuhhingga sks yang dibebankan pada mata kuliah tersebut. Selain itu faktor dorongan orang tua dapatdipertimbangankan untuk penelitian berikutnya sehingga hasil mengenai faktor-faktor mengenai pemilihankarir mahasiswa Akuntansi dapat digeneralisasi.

Page 64: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.59-64) 978-602-60766-3-2

64

5. DAFTAR PUSTAKAAstami, Emita Wahyu. 2001. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Pemilihan Profesi Akuntan Publik dan

Nonakuntan Publik bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi. Kompak, 1: 57-84.Chan, A. S. 2013. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Menjadi Akuntan Publik oleh

Mahasiswa Jurusan Akuntansi. Doctoral dissertation. Surabaya: Widya Mandala Catholic University.Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.Indriantoro, N. dan B. Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE.Kuncoro, Mudrajat. 2007. Metoda Kuantitatif. Edisi ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.Lara, A. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan Karier Menjadi Akuntan

Publik. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.Oktavia, Melani. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Pemilihan Karier bagi Mahasiswa Akuntansi: Studi

Survei pada Universitas Widyatama Bandung. Skripsi. Universitas Widyatama Available at: (www.google.com)diakses tanggal : 15-01-2016.

Rahayu, S. dkk. 2003. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir.Simposium Nasional Akuntansi VI.

Rahayu, Sri. 2003. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir.Simposium Nasional Akuntansi VI.

Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Prehallindo.Sadeli, Yudi Akmad dan Ishak. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lulusan Akuntansi dalam Pemilihan Karir

Selain Akuntan: Studi pada STIEM Bongaya. Makassar: YPUP.Setiyani, Rediana. 2005. Faktor-Faktor yang Membedakan Mahasiswa Akuntansi dalam Memilih Profesi sebagai

Akuntan Publik dan Nonakuntan Publik: Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negri diPulau Jawa. Tesis. Semarang: Program Studi magister Sains UNDIP.

Widyastuti dkk. 2004. Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi untuk Mengikuti Pendidikan ProfesiAkuntansi. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Page 65: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.65-67) 978-602-60766-3-2

65

PENGARUH KUALITAS INFORMASI, KEMAMPUAN INDIVIDUAL, DAN NORMASUBJEKTIF TERHADAP NIAT MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI UJUNG

PANDANG DALAM MENGGUNAKAN INTERNET SEBAGAI REFERENSI PUSTAKA

Muh. Iskandar Sabang1)

1)Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the quality factor of information, individual ability, and subjective normtoward Ujung Pandang State Polytechnic's intention in using internet as reference of library. The research sample isUjung Pandang State Polytechnic students, both D3 and D4 in all majors. Sampling method used is quota samplingtechnique and using questionnaire as instrument of data collection. The number of questionnaires collected was 101 outof 200 spread. The analysis technique used is multiple linear regression. The results showed that the quality ofinformation and subjective norms affects students' intentions in using the internet as reference libraries. Individualability is not proven in influencing student intentions.Keywords: quality of information, indivudual ability, subjective norms, student intentions

1. PENDAHULUANTeknologi internet merupakan isu teknologi yang sangat lazim dimasa sekarang ini. Teknologi internet

sangat penting untuk dimanfaatkan guna meningkatkan kinerja individu ataupun organisasi. Teknologiinternet berbeda dengan teknologi lainnya, karena internet memampukan individu untuk mengaksesinformasi apa saja dibutuhkannya, temasuk kebutuhan referensi pustaka bagi mahasiswa dalammenyelesaikan tugas. Internet yang menjanjikan akses, bisa memberikan kenyamanan dalam penelusuranreferensi bagi mahasiswa. Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran mengkondisikan mahasiswauntuk belajar secara mandiri. (Cobine, 1997 dalam Zahra, 2009). Karena banyaknya informasi di duniainternet, keberadaan informasi yang tidak berkualitas atau tidak relevan tidak dapat dipungkiri. Kualitasinformasi tersebut dapat memengaruhi niat mahasiswa dalam menggunakan internet sebagai referensipustaka.

Kemampuan individual setiap mahasiswa berbeda sehingga cara mereka dalam mengoperasikaninternet untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya juga berbeda. Mahasiswa dengan kemampuannyadalam menggunakan internet diatas rata-rata, lebih tahu bagaimana memanfaatkan sarana internet untukmeningkatkan kinerja pekerjaannya. Mahasiswa yang kurang memiliki kemampuan tersebut cenderungmemiliki niat yang lebih kecil untuk menggunakan internet. Faktor sosial berperan sebagai pendorong ataumotivator mahasiswa dalam menggunakan internet. Mahasiswa akan memiliki niat untuk menggunakaninternet jika dia merasa bahwa orang terdekatnya akan menganggap bahwa dia akan lebih berkinerja jikamenggunakan internet. Faktor ini bisa berasal dari teman dekat, saran dosen atau rekan kelasnya.

Salah satu model yang sering digunakan untuk menguji penerimaan teknologi adalah (TechnologyAcceptance Model) TAM. Model tersebut merupakan suatu model yang telah established dalam menjelaskaninformasi mengenai perilaku penerimaan teknologi (Darsono 2005). Pada model TAM yang telah direvisioleh Davis (1989), kegunaan persepsian menilai bahwa keyakinan pengguna atas manfaat teknologiinformasi akan meningkatkan kinerja. Jika seseorang merasa bahwa teknologi yang dikembangkanbermanfaat maka dia akan menggunakan teknologi informasi untuk mendukung aktivitasnya. Informasi yangberkualitas merupakan faktor yang membentuk kegunaan persepsian. Jadi, jika informasi yang disajikan olehsebuah teknologi berkualitas maka seseorang akan cenderung menerima teknologi tersebut untuk mendukungaktivitasnya dan tentunya akan meningkatkan niat penggunaannya.

Pada model tersebut juga dijelaskan bahwa persepsi kemudahan dalam penggunaan teknologi akanmeningkatkan niat untuk menggunakan sebuah teknologi. Anggapan mudah atau tidak mudahnya suatuteknologi didasari oleh kemampuan seseorang. Orang yang memiliki kemampuan akan beranggapan mudah,demikian pula sebaliknya. Namun, anggapan tersebut tidak selamanya sesuai, jika sebuah teknologi sulitdigunakan tetapi sangat berguna maka teknologi tersebut akan tetap digunakan sebagaimana pendapatHartono (2007) yang menyatakan bahwa sistem yang sulit digunakan akan tetap digunakan jika pemakaimerasa bahwa sistem masih berguna. Tetapi hal tersebut tidak akan terjadi jika terdapat teknologi pengganti.

1 Korespondensi: [email protected]

Page 66: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.65-67) 978-602-60766-3-2

66

Teory lainnya yang banyak digunakan dalam memprediksi niat atas penggunaan teknologi adalahTheory of Reasoned Action (TRA) yang dibentuk oleh Ajzen dan Feshbien pada awal tahun 1970. Pada teoritersebut dijelaskan bahwa perilaku (behavioral intentional) merupakan fungsi dari sikap (attitude) dannorma-norma subjyektif (subjective norms) terhadap perilaku, hal tersebut menandakan bahwa niat individuberperilaku dipengaruhi oleh bagaimana dia berpikir orang lain akan menilainya jika dia melakukan sebuahperilaku atau disebut subjective norms. Selain teori tersebut, pengaruh norma subyektif terhadap niat jugadijelaskan oleh Theory of Planned Behavior (TPB), (Hartono, 2007).

Berdasarkan teori-teori tersebut, diduga bahwa kualitas informasi, kemampuan individual, dan normasubyektif ____________________________Korespondensi penulis: Muh. Iskandar Sabang, tlp. … email … .memengaruhi niat mahasiswa politeknik negeri ujung pandang dalam menggunakan internet sebagai referensipustaka, sehingga terbentuk hipotesis berikut.H1: Kualitas informasi berpengaruh terhadap niat niat mahasiswa politeknik negeri ujung pandang dalam

menggunakan internet sebagai referensi pustakaH2: Kemampuan individual berpengaruh terhadap niat mahasiswa politeknik negeri ujung pandang dalam

menggunakan internet sebagai referensi pustakaH3: Norma subjektif berpengaruh terhadap niat niat mahasiswa politeknik negeri ujung pandang dalam

menggunakan internet sebagai referensi pustaka

2. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian survey tentang pengaruh kualitas informasi, kemampuan

individual dan norma subyektif terhadap niat mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang dalammenggunakan internet sebagai referensi pustaka. Sumber data diperoleh dari data primer yang diperolehdengan cara menyebarkan kuesioner kepada sample penelitian. Sampel penelitian adalah mahasiswa baikpada program DIII maupun DIV di semua program studi di Politeknik Negeri Ujung Pandang yang diambildengan metode qouta sampling.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dengan metode regresi berganda. Jika nilai signifikasi padamoefesien regresi masing-masing variael lebih kecil 0,05 maka hipotesis (pengaruh variabel tersebut) dapatditerima (Ghozali, 2012). Adapun persamaan regresinya adalah Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 +eDimana :Y : Niat Mahasiswa menggunakan internet sebagai referensi pustakaX1 : Kualitas informasiX2 : Kemampuan IndividualX3 : Norma Subjektife : Error / Residualα : Konstanta, perpotongan pada garis sumbu Xb1-b3 : Koefesien regresi.

Sebelum pengujian hipotesis, validitas dan reliabilitas atas kuesioner serta pengujian asumsi klasiksebagai syarat sebelum penggunaan uji regresi berganda. Uji validitas dengan Pearson Correlation danstandar nilai r 0,196 sedangkan uji reliabilitas dilakukan menghitung cronbach alpha dari masing-masingitem dalam suatu variabel. Apabila memiliki Cronbach Alpha lebih dan 0,60 (Ghozali, 2012). Pengujiannormalitas nilai residu menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan α sebesar 0,05(Ghozali, 2012). Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan mengkorelasikan nilai absolut rasidu denganmasing-masing variabel bebas, jika signifikansi nilai t hitung lebih besar dari 0,05 disimpulkan bahwa tidakterjadi gejala heterokedastisitas (Ghozali, 2012). Teknik pengujian untuk mendeteksi adanyamultikolinearitas adalah melihat korelasi antara varabel bebas, jika korelasi lebih besar dari 0,9 maka haltersebut merupakan indikasi terjadinya multikolinieritas (Ghozali, 2012).

3. HASIL DAN PEMBAHASANKuesioner yang terkumpul dan dapat diolah lebih lanjut sebanyak 101 dari 200 yang diharapkan.. Uji

validitas dengan Pearson Correlation menunjukkan bahwa setiap butir pertanyaan pada masing konstruksi diatas 0,196. Cronbach Alpha masing-masing variabel berdasarkan hasil perhitungan lebih besar dari 0,60.Pengujian normalitas menunjukkan nilai α sebesar 0,119. Nilai siginifikansi tiap-tiap variabel pada pengujiangejala heterokedastisitas lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejalaheterokedastisitas pada fungsi regresi, demikian juga pada pengujian pengujian untuk mendeteksi adanya

Page 67: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.65-67) 978-602-60766-3-2

67

multikolinearitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat signifikansi nilai t jika nilai signifikansilebih kecil dari 0,05 maka hipotesis diterima.Tabel 1 Nilai t dan signifikansi variabel

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta(Constant) 1.758 1.733 1.015 .313

Kualitas Informasi .151 .062 .238 2.455 .016Kemampuan Individual .039 .044 .084 .903 .369Norma Subjektif .176 .036 .480 4.877 .000

Berdasarkan tabel di atas, kualitas infomasi dan norma subyektif berpengaruh pada niat mahasiswadengan koefisien corelasi masing-masing 23,8% dan 48% atau sejalan dengan dugaan yang didasarkan padateori dan model yang telah ada sebelumnya. Pada penelitian ini, kemampuan individual tidak mempengaruhiniat mahasiswa, hal ini tidak sejalan dengan dugaan peneliti. Saat ini, kemampuan mahasiswa untukmenggunakan internet telah di atas rata-rata. Namun, kemampuan tersebut digunakan untuk tujuan selainpencarian referensi pustaka.Tabel 2 Nilai R Square variabel independen

R R SquareAdjusted R

Square Std. Error of the Estimate.714a .509 .494 1.926

a. Predictors: (Constant), Norma Subjektif, Kemampuan Individual, Kualitas Informasi

Jika melihat R Square yang besarannya 50,9% menunjukkan bahwa ketiga variabel mampumemprediksi niat mahasiswa. Ketiga variabel tersebut juga berpengaruh secara-bersama dalam menentukannilai mahasiswa, hal tersebut terlihat dari nilai F hasil pengujian pada tabel berikut.Tabel 2 Nilai F pengaruh bersama-sama variabel independen

Sum of Squares df Mean Square F Sig.Regression 373.812 3 124.604 33.584 .000b

Residual 359.891 97 3.710Total 733.703 100a. Dependent Variable: Niat Mahasiswa

b. Predictors: (Constant), Norma Subjektif, Kemampuan Individual, Kualitas Informasi

4. DAFAR PUSTAKAAjzen, I. 1985. From Intentions to Actions: A Theory of Planed Behavior. In J. Kuhl and J. Beckmann (eds.). Action

Control: From Cognition to Behavior. New York: Springer-Verlag. pp. 11-39.Cobine, G.R. 1997. Studying with the Computer. ERIC Digest, (Online). Tersedia:

http://www.ericfacility.net/ericdigests/ed450069.html.Darsono Li. 2005. Examining Information Technology Acceptance By Individual Professionals. Gadjah Mada

Internatioal Jounal of Business, 7 (2) pp.155-178.Davis, F. D. 1989. Perceivedd Usefulness, Perceivedd Ease of Use, and End User Acceptance of Information

Technology. MIS Quarterly 13 (3): pp. 319-340.Ghozali. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.Hartono, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Penerbit Andi.Zahra, Femilia. 2009. Pengaruh Kualitas Informasi, Kemampuan Individual, dan Norma Subjektif terhadap Niat

Mahasiswa alam Menggunakan Internet sebagai Sumber Pustaka. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Page 68: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.68-73) 978-602-60766-3-2

68

KEBERTERIMAAN PENGGUNA (MAHASISWA) TERHADAP SISTEM INFORMASIAKADEMIK SIMAK-POLIUPG

Andi Nurul Istiyana1),1),2) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

Reporting mechanism for education and administrative management of the university should be better, effective, andefficient with the academic information system. PNUP develops SIMAK POLI-UPG and implemented at 2016.Comprehensive academic information system is supposed to work in practice and accepted by users. Aim on this studyto measure the acceptability of user (student) of the SIMAK-POLIUPG using TAM modeling adopted by Davis (1989).Predictions made by testing the acceptability of the relationship between TAM variables with analysis statistic. Dataretrieved by distributing questionnaires to 133 students. The SPSS output reveals that all hypotheses of this study areaccepted, this explains that perceive usefulness and perceive ease of use have strong influence with intention to use. Thisis also with intention of use influence to attitude toward using. Based on these findings it can be said that SIMAKacceptance by the user (student) and have positif influence.Keywords: Technology acceptance model, academic information system, acceptance

1. PENDAHULUANSeluruh sektor yang ada saat ini baik perdagangan, kesehatan, tranportasi, pendidikan dan lainnya

menggunakan sistem informasi sebagai pendukung proses dan aktivitas bisnisnya. Sistem informasimerupakan sumberdaya penting, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangatpenting sebagai daya saing, kompetensi utama dan dalam keberlangsungan hidup dari suatu organisasi atauperusahaan. Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Tak terkecuali bagi sektorpendidikan yang memegang peranan penting dalam pengembangan sumber daya manusia dan ilmupengetahuan. Perguruan tinggi harus memiliki sistem informasi yang disiapkan untuk mendukungpengelolaan dan peningkatan mutu program akademik.

Sebagai salah satu perguruan tinggi vokasi yang telah lama berdiri Politeknik Negeri Ujung Pandangtelah mengembangkan Sistem Informasi Akademik (Simak). Implementasi SIMAK-POLIUPG dilakukanpada akhir semester ganjil 2016-2017. Berisi fitur untuk menunjang proses akademik PerkembanganSIMAK-POLIUPG terkait dengan kemudahan user dalam mengoperasikannya belum diketahui dengan jelas.Hal ini disebabkan belum adanya penilaian atau evaluasi yang didapat dari kajian atau penelitian terhadapsistem informasi akademik SIMAK-POLIUPG. Evaluasi ini penting dilakukan untuk mengetahui tingkatkebermanfaatan SIMAK-POLIUPG dalam menunjang kegiatan akademik pengguna (sivitas akademika).

Pengguna terbesar SIMAK-POLIUPG adalah mahasiswa, sehingga data terbesar yang terekam danterbanyak dijadikan sebagai bahan evaluasi adalah mahasiswa. Mahasiswa memiliki tingkat intelektualitasdan keingintahuan yang besar serta cenderung tidak takut untuk mencoba hal yang baru terrmasuk mencobateknologi (sistem informasi akademik). Mereka juga memiliki pengetahuan dan kemauan untuk belajarmengoperasikan teknologi khususnya komputer. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka seharusnyamahasiswa tidak mengalami kesulitan dalam penerimaan sistem informasi.

Pengujian keberterimaan pengguna terhadap sistem informasi akademik ini perlu dilakukan karenateknologi tanpa diimbangi dengan kemampuan operator (pengguna) yang memanfaatkannya akanmengurangi fungsi dan manfaat dari teknologi. Kondisi tersebut menyebabkan teknologi informasi dankomunikasi bukannya akan memberikan keuntungan, namun sebaliknya malah justru menimbulkaninefisiensi, disintegrasi, dan kerumitan, baik pada level individu ataupun level organisasi. Sistem informasiakademik yang dapat diterima oleh pengguna (mahasiswa) dapat meningkatkan nilai layanan yang padaakhirnya berimplikasi pada peningkatan nilai organisasi (perguruan tinggi).

Keberterimaan pengguna terhadap sistem informasi akademik (SIMAK-POLIUPG dapat dijadikansebagai bahan evaluasi dari implementasi teknologi informasi dan komunikasi apakah mampu memberikannilai lebih bagi organisasi ataukah sebaliknya. Tingkat keberterimaan pengguna terhadap sistem informasidapat diketahui melalui pendekatan beberapa teori yang telah banyak dikembangkan oleh para peneliti.Keberterimaan pengguna merupakan perilaku individu dalam berinteraksi dengan sistem informasi. Beberapateori dan model dari sistem informasi keperilakuan, yaitu (Jogiyanto,2007).

1Korespondensi penulis: Andi Nurul Istiyana, Telp. 085242818931, [email protected]

Page 69: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.68-73) 978-602-60766-3-2

69

Muntianah dkk. (2012) menyatakan bahwa persepsi kebergunaan (perceived usefulness) menjadipenentu yang signifikan terhadap minat mahasiswa untuk menggunakan teknologi dalam prosespembelajaran. Penelitian lain juga menyatakan bahwa minat menggunakan (intention to use) dipengaruhisecara tak langsung oleh kebergunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaanpersepsian (perceived ease of use) melalui pernyataan sikap menggunakan oleh pengguna (attitude towardusing) (Anawati 2013).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kajian yang berkaitan dengan keberterimaan pengguna terhadapSIMAK-POLIUPG perlu dilakukan untuk mengetahui apakah mahasiswa dapat menerima implementasiSIMAK-POLIUPG. Keberterimaan mahasiswa tersebut didasarkan pada tindakan yang dilakukannya, yangdiprediksikan dari niat untuk menggunakan SIMAK-POLIUPG serta dilihat dari persepsi mereka terhadapaspek kegunaan dan kemudahan. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan pengujian terhadap pemodelanTAM yang diadopsi dari Anawati dkk. (2013). Adapaun hipotesis yang dikembangkan pada penelitian inimenggunakan model TAM untuk menguji keberterimaan mahasiswa terhadap SIMAK-POLIUPG. Hipotesispenelitian ini adalah:H1: Persepsi Kemudahan berpengaruh positif terhadap sikap terhadap perilakuH2: Persepsi Kemudahan Penggunaan berpengaruh positif pada sikap terhadap perilakuH3: Sikap penggunaan berpengaruh positif pada minat perilakuH4: Minat perilaku berpengaruh positif pada perilaku atau penggunaan teknologi sesungguhnya.

2. METODE PENELITIANMetodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah Technology Acceptance Model (TAM). Model

ini menjelaskan dan memprediksi penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi dan menjelaskan perilakudari penggunaan teknologi. Model ini menempatkan faktor sikap dan tiap-tiap perilaku pemakai dengan duavariabel yaitu persepsi pemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan(perceivedease of use). Sumber data diperoleh dari data primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertamadari individu berupa pengisian kuesioner. Pada penelitian ini data yang diperoleh berupa tanggapanresponden mahasiswa akuntansi yang telah menggunakan SIMAK-POLIUPG sebagai sarana untukmemperoleh informasi akademik. Penelitian ini mengukur keberterimaan suatu sistem teknologi informasidengan menggunakan modal keberteriman yang dikenal Model Technology Acceptance Model (TAM) olehDavis (1989), dan tertuang pada model penelitian di bawah ini.

Gambar 3.1 Model Penelitian

Gambar 3.1 Model Penelitian(Sumber: Kajian Pustaka, 2017)

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa jurusan Akuntansi di perguruan tinggi negeri yang ada di kotaMakassar yakni Politeknik Negeri Ujung Pandang. Penelitian ini merupakakan penelitian survey mengenaikeberterimaan mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang. Sumber data diperoleh dariData Primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama dari individu berupa pengisian kuesioner. Padapenelitian ini data yang diperoleh berupa tanggapan responden mahasiswa akuntansi yang telahmenggunakan SIMAK-POLIUPG sebagai sarana untuk memperoleh informasi akademik. Berikut inimerupakan operasional variabel yang digunakan dan pengukurannya dalam penelitian ini.

Tabel 1 Tabel Variabel PenelitianNo Variabel Indikator Skala

H1

H2

H3 H4

Kegunaan Persepsi(PerceivedUsefulness)

Sikap terhadapMenggunakan Teknologi

(Attitude toward usingtechnology)

Minat PerilakuMenggunakan

Teknologi (BehaviorIntention to Use)

Penggunaan TeknologiSesungguhnya (Actual

Tehnology Use)

KemudahanPenggunan

Persepsi (PerceivedEase of Use)

Page 70: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.68-73) 978-602-60766-3-2

70

1 Kegunaan Persepsi Kecepatan kerja Performa kinerja Peningkatan Produktivitas Efektivitas Kemudahan Mengerjakan Tugas

Ordinal

2 Kemudahan Penggunaan Persepsi Kemudahan mempelajari Kontrol Kemudahan Menguasai Tidak Sulit Flexibilitas Kemudahan Memperoleh Informasi

Ordinal

3 Sikap Terhadap Menggunakan Teknologi Mendapat Informasi Kebergunaan Kemudahan Menguasai Memberikan Keuntungan

Ordinal

4 Minat Perilaku Menggunakan Teknologi Niat Untuk Menggunakan Niat Untuk Sering Menggunakan

Ordinal

5 Penggunaan Teknologi Sesungguhnya Sering digunakan Prioritas Menggunakan 3 kali sehari

Ordinal

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran kuisioner kepada mahasiswa PoliteknikNegeri Ujung Pandang Jurusan Akuntansi angkatan 2015-2016 dengan jumlah sebesar 308 mahasiswa.Mengacu pada pendapatan Hair bahwa ukuran sample yang sesuai untuk SPSS adalah antara 100-200 sample.Maka jumlah yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 50% dari jumlah populasi yaitu 154 sampel.Metode analsis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji statistik dengan menggunakansoftware SPSS 20,0. Selanjutnya, akan dilakukan beberapa tahapan pengujian dalam penelitian ini. Tahapanyang dilakukan adalah uji statistic deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

Uji kualitas data adalah pengujian terhadap data kuisioner yang telah dikumpulkan. Data yang baikharus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Oleh sebab itu instrumen penelitiansebelum digunakan akan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dimaksudkanuntuk mengetahui seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Pengujian reliabilitas dimaksudkanuntuk mengetahui konsistensi jawaban responden sehingga kesungguhan jawaban dapat dipercaya. Dengandemikian reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang konsisten biladilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama.

Ada empat uji asumsi klasik yang terpenting sebagai syarat penggunaan metode regresi. Asumsitersebut adalah normalitas dan tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujianini perlu dilakukan karena adanya konsekuensi yang mungkin terjadi jika asumsi tersebut tidak bisa dipenuhi.Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabelindependen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2001).

Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanyakorelasi antar variabel independen (Ghozali, 2001). Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakahsuatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan padaperiode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2001).Uji untuk mendeteksi adanya gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan tes statistik Durbin Watson.

Metode statistik yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian iniadalah regresi berganda (multiple regression) dengan bantuan program SPSS 20,0. Berdasarkan hipotesisyang akan dikembangkan terdapat empat hipotesis yang akan diuji dan selanjutnya menjadi pembuktian ataskeberterimaan mahasiswa terhadap penggunaan SIMAK-POLIUPG.

3. HASIL DAN PEMBAHASANData primer yang diperoleh dan yang diolah dalam penelitian ini adalah melalui survei kuesioner pada

mahasiswa jurusan akuntansi. Kuesioner disebar sebanyak 154 buah dan kembali sebanyak 135 buah,kuesioner yang tidak dapat digunakan untuk pengolahan data sebanyak 2 buah karena kuesioner tidaklengkap. Dengan demikian, kuesioner yang dapat digunakan ini sebanyak 133 buah.

Page 71: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.68-73) 978-602-60766-3-2

71

Analisis statistik deskriptif dilakukan sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dengan tujuan untukmengetahui nilai-nilai variabel dalam penelitian ini. Berdasarkan hasul analisis statistic diskriptifmenunujjukan bahwa jawaban responden pada tiap-tiap item pertanyaan menunjukkan informasi bahwaseluruh konstruk penelitian memberikan hasil yang baik. Hal tersebut ditunjukkan dari nilai standar deviasiyang lebih kecil dari nilai rata-rata (mean). Selain itu, sebaran data akan persepsi responden atas jawabankuisioner pada penelitian ini juga baik.

Uji kualitas data yang digunakan ial ah uji validitas dan uji reabilitas. Berdasarkan uji validitas yangtelah dilakukan dapat dilihat bahwa korelasi antara masing-masing skor butir pertanyaan terhadap total skorvariabel menunjukkan hasil yang signifikan (pada level 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan pada variabel konstruk penelitian adalah valid. Selain itu, berdasarkan hasil ujireabilitas dapat diketahui bahwa nilai cronbach alpha masing-masing instrumen yang digunakan dalampenelitian ini adalah > 0,60 yang mengisyaratkan bahwa data yang dikumpulkan dengan menggunakaninstrument tersebut reliabel.

Untuk uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan analisis dengan model regresi. Regresidigunakan untuk menganalisis pengaruh kegunaan persepsi dan kemudahan penggunaan persepsi terhadapminat menggunakan teknologi. Selanjutnya menguji minat menggunakan teknologi terhadap penggunaansesungguhnya. Pada sisi lain, uji gejala autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson padahasil analisis regresi. Berdasarkan data primer yang diolah, diperoleh hasil penelitian bahwa Durbin Watsonmenununjukkan nilai bahwa tidak terdapat autokrelasi. Dapat diketahui bahwa nilai D-W pada model regresiadalah sebesar 1,321 dengan level signifikansi 0,05 (5%) dengan jumlah observasi sebanyak diperoleh nilaidL = 1,67; 4 - dL = 2,33; du = 1,76 dan 4 – du =2,24. Dengan demikian pada model regresi I menunjukkannilai du < d < 4 – du yang berarti tidak terdapat autokorelasi.

Untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas dilakukan ujimasih dibawah 95% maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas yang serius. Untuk mengetahuiadanya kondisi heterokedastisitas pada data penelitian ini, digunakan grafik scatterplot. Berdasarkan dataprimer yang diolah diperoleh hasil penelitian pada lampiran 2 yang menunjukkan bahwa grafik scaterplotuntuk regresi pada penelitian inimenyebar secara acak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadiheterokedastisitas.

Untuk mengetahui adanya kondisi normalitas pada data penelitian ini, maka digunakan grafikhistogram dan grafik normal plot. Berdasarkan data primer yang diolah diperoleh hasil penelitian padalampiran 2 yang menunjukkan bahwa pada grafik histogram terdapat adanya pola distribusi normal dan padagrafik normal plot dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garisdiagonal. Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang akan diuji yakni apakah variabel kegunaanpersepsi dan kemudahan kegunaan persepsi mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap sikapmenggunakan teknologi danapakah sikap menggunakan teknologi memiliki pengaruh positif dan signifikanpada minat menggunakan teknologi serta apakah minat menggunakan teknologi mempunyai pengaruh positifdan signifikan paa penggunaan sesungguhnya SIMAK-POLIUPG.

Tabel 2 Hasil Pengujian HipotesisHipotesis Kesimpulan

H1 Persepsi Kemudahan berpengaruh positif terhadap sikap terhadap perilaku Hipotesis diterima

H2 Persepsi Kemudahan Penggunaan berpengaruh positif pada sikap terhadap perilaku Hipotesis diterima

H3 Sikap penggunaan berpengaruh positif pada minat perilaku Hipotesis diterima

H4 Minat perilaku berpengaruh positif pada perilaku/ penggunaan teknologi sesungguhnya Hipotesis diterima

Hipotesis 1 menyatakan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap terhadap sikapmenggunakan teknologi. Tabel 4.5 menunjukkan kegunaan persepsi mempunyai nilai ρ = 0,210 dengankoefisien regresi sebesar 2,286, sehingga hipotesis I diterima, artinya bahwa kegunaan persepsi secarasignifikan mempunyai pengaruh positif terhadap minat sikap menggunakan teknologi.

Variabel perceived usefulness menjelaskan sejauh mana mahasiswa Jurusan Akuntansi PNUP percayabahwa sistem informasi akademik Simak-PoliUPG akan meningkatkan kinerja pekerjaan dengan meansebesar 3,65 sehingga termasuk kriteria sedang. Dari hasil diatas sesuai dengan teori Davis (1989) bahwaperceived usefulness merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Dengandemikian, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya.

Page 72: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.68-73) 978-602-60766-3-2

72

Sebaliknya, jika seseorang merasa bahwa sistem informasi kurang berguna maka dia tidak akanmenggunakannya. Sehingga, menyimpulkan bahwa kegunaan persepsi sistem informasi mempengaruhisecara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem informasi.

Hipotesis 2 menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap sikapmenggunakan teknologi. Dalam tabel 4.6 menunjukkan kegunaan persepsi mempunyai nilai ρ = 0,260dengan koefisien regresi sebesar 2,221, sehingga hipotesis II diterima, artinya bahwa kemudahan penggunaanpersepsi secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap minat sikap menggunakan teknologi.Kemudahan dalam menggunakan Simak-PoliUPG dapat memberikan kenyaman untuk para mahasiswaPNUP. Namun, dari kenyamanan yang dirasakan saat mengakses Simak-PoliUPG juga ada beberapa darimahasiswa yang tidak merasakan kenyamanan tersebut.

Hipotesis 3 menyatakan bahwa sikap menggunakan teknologi berpengaruh positif terhadap minatmenggunakan teknologi. Dalam tabel 4.7 menunjukkan kegunaan persepsi mempunyai nilai ρ = 0,962dengan koefisien regresi sebesar 1,056 sehingga hipotesis III diterima, artinya bahwa sikap menggunakanteknologi secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap minat minat menggunakan teknologi.Variabel attitude toward using menjelaskan perasaan positif atau negatif dari mahasiswa Jurusan Akuntansijika harus menggunakan Simak-PoliUPG dengan mean sebesar 4,00 sehingga termasuk kriteria tinggi.

Hipotesis 4 menyatakan bahwa minat menggunakan teknologi berpengaruh positif terhadappenggunaan sesungguhnya. Dalam tabel 4.8 menunjukkan kegunaan persepsi mempunyai nilai ρ = 0,844dengan koefisien regresi sebesar 0,034 sehingga hipotesis IV diterima, artinya bahwa minat menggunakanteknologi secara signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya teknologi.Varaibel behavior intention to use menjelaskan keinginan mahasiswa Jurusan Akuntansi PNUP untukmelakukan penggunaan Simak-PoliUPG dengan mean sebesar 4,00 sehingga termasuk kriteria tinggi. Davisdalam Jogiyanto (2007) mengartikan bahwa behavioral intention adalah suatu keinginan (minat) sesoranguntuk melakukan suatu perilaku yang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jikamempunyai behavioral intention untuk melakukannya.

Penggunaan Simak-PoliUPG oleh mahasiswa dapat menunjang proses kegiatan pembelajaran denganmemanfaatkan fitur-fitur yang ada. Sehingga, penggunaan Simak-PoliUPG yang dapat diakses dimanapundan kapanpun dapat menumbuhkan minat mahasiswa untuk akan selalu menggunakan Simak-PoliUPG.Semakin meningkatnya minat mahasiswa untuk menggunakan sistem informasi akademik maka semakintinggi tingkat penggunaan Simak-PoliUPG secara berkelanjutan.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulan bahwa dari empat hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkanbahawa mahasiswa Jurusan Akuntansi menerima dengan baik Simak-PoliUPG sebagai system informasiakademik yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada table kesimpulan hipotesis pada table 2. berdasarkanhasil uji analisis regresi berganda yang dilakukan.

5. DAFTAR PUSTAKAAnawati, Novita Dwi. 2013. Keberterimaan Pengguna (Mahasiswa) terhadap Sistem Informasi Akademik Universitas

Airlangga Cyber Campus (UACC). Tesis. Yogyakarta: Magister Manajemen Pendidiksn Tinggi, PascasarjanaUniversitas Gajah Mada.

Hsiao, J.L. and R.-F. Chen. 2015. Critical Factors Influencing Physicians’ Intention to Use Computerized ClinicalPractice Guidelines: an Integrative Model of Activity Theory and the Technology Acceptance Model.

Jogiyanto. 2003. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi Offset.Jogiyanto H.M. 2000. Sistem Informasi Berbasis Komputer. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.----------- . 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Offset.Lambertus P., Wairisal dan Nur Khusniyah I.2010. Analisis Perilaku Penggunaan Teknologi Informasi: Studi pada

Dosen Universitas Pattimura Ambon. Laporan penelitian. Ambon: Universitas Pattimura.Muntianah, Siti Tutik dkk. 2012. Pengaruh Minat Perilaku terhadap Actual Use Teknlonogi Informasi dengan

Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM): Studi Kasus pada Kegiatan Belajar Mahasiswa FISIPUniversitas Brawijaya Malang. Provit, Vol 6 (1).

Norazah, Mohd Suki dkk. 2008. A Study of Taxpayers' Intention in Using E-Filing System: a Case in Labuan F.Ts.Computer and Information Science, 1(2): 110-119.

Ralph Keng-Jung Yeh and James T.C. Teng. 2009. Analisis Extended Conceptualisation of Perceived Usefulness:Empirical Test in the Context of Information System Use Continuance.

Page 73: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.68-73) 978-602-60766-3-2

73

Rikadewi, Elsa Suryana. 2014. Penerimaan Sistem Informasi Akademik Universitas Airlangga Cyber Campus (UACC)pada dosen FISIP Universitas Airlangga. Laporan penelitian. Surabaya: FISIP Universitas Airlangga.

Wibowo, Arief. 2007. Kajian tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dengan Pendekatan Technology AcceptanceModel (TAM). Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur.

Widianti, Alida dan Muhammad Rifki Shihab. 2008. Analisis Pola Adopsi Teknologi 3G pada Kalangan MahasiswaUniversitas Indonesia Berdasarkan Model Sarker dan Wells dengan Menggunakan SEM. Indonesia Jurnal SistemInformasi MTI-UI, 4 (2).

Page 74: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.74-79) 978-602-60766-3-2

74

MODEL PENGELOLAAN ADMINISTRASI DESA BERBASIS WEB PADA DESATANETE KECAMATAN SIMBANG KABUPATEN MAROS

Nahiruddin1), Hirman2) dan Andi Gunawan3)

1),2),3)Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

One of the sucess indicator of village is it can provide the population database and the village profile. TaneteVillage, in Simbang district, Maros regency is one of village that realize that by providing aplication of populationdatabase. Nowdays, the application is so important to provide some information about the population (based onpopulation needs). This research is aimed to create data base model to make the application. The method used iswaterfall method which consists of need analysis stage, system plan/program, program by using PHP and MYSQL,program testing, system testing, upgrading, and maintenance. The research result is progam prototype computer base,that the aplication that can provide tho whole population data report. The strenght of this program is it can find thepopulation data based on their address, family card (KK), birth, moving, coming, death, and others. Beside making thereport, the application also can provide information letter needed by Tanete village population automatically such asbirth information letter, death infomation letter, moving and coming information letter to the another village. Superficialof this research is the sotware application and journal.

Keyword : Population Data Administration Application

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi Desa (SID) menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan desa dan pembangunankawasan perdesaan. Dengan adanya perubahan paradigma pembangunan desa membuat SID menjadi pentingperanannya. Karena itu, perlu dikembangkan SID yang sesuai dengan visi UU Desa yakni menjadikan desakuat, mandiri, sejahtera, dan demokratis. Oleh karenanya, SID diatur secara khusus dalam UU Desa melaluiPasal 86.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa Desa atausebutan lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untukmengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempatyang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kantor Kepala Desa merupakan satu instansi yang melakukan pendataan penduduk terutamapendataan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Kelahiran, Surat Kematian, dan SuratKeterangan Pindah, dan juga instansi yang merekap Masyarakat miskin dari setiap dusun di desa. Untuk itu,membutuhkan suatu sistem informasi yang mendukung kebutuhan instansi dalam menciptakan efisiensi danefektifitas kerja. Untuk dapat meningkatkan pendataan penduduk beserta laporannya kepada instansi yanglebih tinggi yaitu kecamatan, maka diperlukan langkah-langkah pengembangan sistem pendataan pendudukyang sangat dibutuhkan oleh desa termasuk desa Tanete Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.Desa TaneteKecamatan Simbang Kabupaten Maros memiliki penduduk 4.272 orang dengan jumlah 6 Dusun, 12 RukunTetangga (RT) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 11 orang serta memiliki 6 orang perangkat desa.Berdasarkan hasil diskusi dengan Ka. UPPM PNUP Bapak Suryanto diperoleh informasi bahwa UPPMtelah melakukan kerja sama dengan (MoU) dua desa yakni Desa Tanete Kecamatan Simbang dan DesaNisombalia Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Kedua desa ini sangat memerlukan penangananadministrasi data penduduk yang baik. Ka. UPPM Politeknik Negeri Ujung Pandang mengharapkan dapatmembantu membenahi sistem administrasi desa khususnya data penduduk.

Selanjutnya, hasil wawancara dengan Kepala Desa Tanete Kecamatan Simbang Kabupaten Marospada tanggal 22 Februari 2017 dengan Bapak Abdul Kadir, mengatakan bawah Desa Tanete sangatmembutuhkan sistem informasi desa khususnya administrasi data penduduk desa.Sistem informasiadministasi data kependudukan ini adalah berupa perangkat lunak yang berfungsi untuk pengolahan datapenduduk mengenai jumlah penduduk, status penduduk, status pekerjaan, daftar calon pemilih, pekerjaanpenduduk, tingkat pendidikan penduduk. Selama ini desa tersebut belum memiliki database melainkan hanyadicatat dengan sistem manual.Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah adalah membuat suatu

1 Korespondensi: [email protected]

Page 75: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.74-79) 978-602-60766-3-2

75

model pengelolaan administrasi desa berbasis web pada Desa Tanete Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Sistem inimemudahkan dalam pencarian data penduduk berupa jumlah penduduk, jenjang pendidikan, jumlahpenghasilan, pekerjaan dan lain sebagainya.

State of the art Penelitian iniAdministrasi desa adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai

penyelenggaraan pemerintahan Desa pada buku Administrasi Desa. Administrasi Desa ditetapkan denganKeputusan Menteri Dalam Negeri akan tetapi teknis pelaksanaan dan pembinaan operasionalnya ditetapkandengan Keputusan Bupati. Berdasar kepada diundangkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa juga Peraturan Pemerintah Nomor79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dan denganPeraturan Kemendagri 32 Tahun 2006.

Untuk meningkatkan manajemen Pemerintahan Desa perlu dilakukan penataan administrasi agarlebih efektif dan efisien, penataan administrasi merupakan pencatatan data dan informasi dalam mendukungpenyelenggaraan Pemerintahan Desa, maka perlu dilakukan langkah penyempurnaan terhadap pelaksanaanadministrasi.Sistem Informasi Administrasi Desa

Suatu sistem informasi pada dasarnya terbentuk melalui suatu kelompok kegiatan operasi yang tetap,yaitu:Mengumpulkan data, Mengelompokkan data, Menghitung, Menganalisa, Menyajikan laporan.Sedangkan sasaran sistem informasi dapat menyangkuta. peningkatan penyelesaian tugas yaitu pemakai harus lebih produktif agar menghasilkan keluaran yang

memiliki mutu yang tinggi.b. peningkatan efektifitas secara keseluruhan, yaitu Sistem harus mudah dan sering digunakan.c. peningkatkan efektifitas ekonomi. Keuntungan yang diperoleh dari sistem harus lebih besar dari biaya

yang dikeluarkan.Sistem informasi dapat terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan

(building block), yaitu blok masukan (input block), blok model (model block), blok dasar data (databaseblock) dan blok kendali (control block). Sebagai suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing salingberinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya (Jogiyanto,2005).

Konsep Dasar Analisis dan Desain Sistem InformasiKualitas suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu (Hartono,1999):

a. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkanmaksudnya.

b. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang diterima tidak boleh terlambat.c. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat dari pemakainya.

Pengumpulan informasi disebut juga dengan fact-finding techniques. Adapun caranya sebagaiberikut:a. Pemeriksaan dokumentasi, Pemeriksaan dokumentasi sangat berguna saat mencoba untuk

mendapatkan pengetahuan bagaimana timbulnya keperluan basis data. Jika terdapat masalah padasistem, maka dapat langsung memeriksa dokumen, form, laporan dan file yang berhubungan dengansistem yang ada sehingga dapat dimengerti dengan cepat pada sistem tersebut.

b. Wawancara, Wawancara adalah teknik yang sering digunakan dan merupakan yang paling bergunakarena dilakukan langsung dengan individu yang bersangkutan. Beberapa tujuan dari wawancara adalahmencari fakta, memeriksa fakta, menjelaskanfakta, mengikutsertakanend-user, mengidentifikasikeperluan serta mengumpulkan ide dan opini.

c. Penelitian, Teknik pengumpulan data yang berguna adalah meneliti aplikasi-aplikasi danpermasalahannya. Internet, buku-buku referensi dan jurnal komputer merupakan sumber informasi yangsangat baik untuk pengumpulan fakta (Connolly,2002: 307).

d. Kuesioner, Kuisioner adalah dokumen dengan tujuan khusus yang memungkinkan data untukdigabungkan dari jumlah yang sangat banyak.

PerencanaanBasis Data

Page 76: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.74-79) 978-602-60766-3-2

76

Basis data adalah kumpulan data-data logikal yang berhubungan, dirancang untuk menemukaninformasi yang dibutuhkan oleh banyak user dalam suatu organisasi. (McFadden dan Hoffer, 1993: 8)

Menurut Connolly (2002:273), Perencanaan basis data (Database Planning) adalah aktivitasmanajemen yang memperbolehkan tahapan aplikasi basis data untuk direalisasikan secara efisien danseefektif mungkin. Perencanaan basis data harus diintegrasikan dengan strategi sistem informasiorganisasi.Ada tiga topik utama yang terlibat dalam memformulasikan strategi sistem informasi, yaitu:a. Identifikasi rencana dan tujuan perusahaan dengan menentukan kebutuhan sistem informasi berikutnya.b. Mengevaluasi sistem informasi sebelumnya untuk menentukan kekuatan dan kelemahan yang ada.c. Penilaian kesempatan Teknologi Informasi (TI) yang mungkin dapat menghasilkan keuntungan yang

kompetitif.Langkah pertama yang penting dalam perencanaan basis data adalah menjelaskan secara jelas

pernyataan misi untuk proyek basis data.Pernyataan misi tersebut membantu dalam menjelaskan tujuan dariproyek basis data dan menyediakan langkah yang jelas menuju aplikasi basis data yang dibutuhkan secaralebih efektif dan efisien.Setelah pernyataan misi didefinisikan, maka aktivitas selanjutnya meliputipendefinisian tujuan misi dimana setiap setiap tujuan misi harus mendefinisikan tugas-tugas khusus yangharus didukung oleh basis data.

Model yang umum digunakan sekarang adalah model relasional, yang rnewakili semua informasidalam bentuk tabel-tabel yang saling berhubungan dimana setiap tabel terdiri dari baris dan kolom. Dalammodel ini, hubungan antar tabel diwakili dengan menggunakan nilai yang sama antar tabel. Model-modeljaringan menggunakan cara yang lebih eksplisit untuk mcwakili hubungan antar tabel. Jenis basis data, antaralain basis data hirarkis, basis data jaringan, dan basis data relasional.

Pengembangan Sistem dengan pemanfaatan WAMPWAMP merupakan paket aplikasi

yang memudahkan dalam menginstalasimodul PHP, Apache Web Server, danMySQL Database. Selain itu WAMPdilengkapi dengan berbagai fasilitas lainyang akan memberikan kemudahan dalammengembangkan situs web berbasis PHP.WAMP dapat mendukung modul PHP4dan PHP5 sekaligus dalam satu web server.Aplikasi ini dapat diperoleh pada alamathttp://www.wampserver.com/en/download.php

(Wibowo.A, 2007).

Gambar 1 Alur pengembangan sistem Sommerville (2001).

Tujuan PenelitianUntuk menghasilkan model pengelolaanadministrasi data penduduk desa berbasis komputerisasi pada DesaTanete Kecamatan Simbang Kabupaten Maros

Manfaat PenelitianPenelitian ini bermanfaat:

1. Untuk memudahkan dalam pengelolaan data penduduk di desa Tanete2. Untuk memudahkan dalam menyiapkan laporan data penduduk secara keseluruhan3. Untuk menudahkan dalam menyiapkan laporan data penduduk setiap dusun4. Untuk memudahkan dalam menyiapkan laporan daata penduduk berdasarkan kartu keluarga, kematian,

kelahiran, datang dan pindah ke desa lain5. Memudahkan dalam pembuatan surat keterangan kelahiran, kematian, datang dan pindah ke desa lain

secara otomatis.

2. METODE PENELITIANLokasi Penelitian

Page 77: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.74-79) 978-602-60766-3-2

77

Lokasi dalam penelitian ini adalahDesa Tanete Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.Tahapan Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian diawalidengan pengumpulan data yang terdiri dari observasi danidentifikasi, survei , wawancara serta diskusi dengan pakar.Selanjutnya dengan tahap develop sistem informasi.Metode Pengumpulan Data

Sebelum melakukan rancangan penelitian maka harusdicari data untuk kebutuhan penelitian. Data yang akan digunakanada dua macam:a. Data primer: pada penelitian ini data primer untuk pengaturan

sistem digunakan data pedoman proses pengelolaanadministrasi desa.

b. Data sekunder: dalam penelitian ini pengaturan sistem diambilcontoh dari studi pustaka, literatur, maupundiskusi kelompoktentang rancangan sistem informasi yang akan dibuat.

Untuk mendapatkan data yang relavan dan akurat, maka pengumpulan data dilakukan dengan metode:a. Observasi, pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung pada proses-proses yang sedang

berjalan dan pencatatan terhadap berbagai infra strukturyaitu: mengkaji struktur organisasi, prosespengelolaan administrasi desa, sistem manajemen dan teknologi dan kompetensi SDM.Sebelumpengkajian dilakukan akandidahului dengan kegiatanidentifikasi dan inventarisasikondisiorganisasi, teknologiinformasi, dan sumber dayamanusia.Pada tahap ini akan dicarimasalah dari kondisi atau sistemyang sudah ada, pada konteks inipermasalahan tersebut adalahkegiatan pengelolaan administrasidesa.

b. Survei, untuk mendapat gambarankondisi kesiapan fungsional dannon fungsional kebutuhan sistemuntuk migrasi ke sistem baru dankesiapan SDM.

c. Analisa dokumen, yaitumelakukan dengan mempelajarimaterial yang menggambarkansistem yangsedang berjalan.Dokumen yang diamatimeliputi:Sistem panduanadministrasi desa, PeraturanPemerintah no 72 tahun 2005tentang desa, dan Formulir danberkas perangkat desa

d. Focus Group Discussion, yaitu diskusi ahli yang memiliki kompetensi di bidangnya untukmendapatmasukan dan respon bagi penyempurnaan pekerjaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Proses pengembangan perangkatluna

Page 78: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.74-79) 978-602-60766-3-2

78

Untuk menyelesaikan masalah tersebut di atas, maka solusi yang ditawarkan adalah untuk membuatrancangan atau desain tentang model pengelolaan administrasi data penduduk desa berbasis Komputer.Model desain pengelolaan database administrasi data penduduk sesuai kebutuhan desa Tanete KecamatanSimbang Kabupaten Maros. Aplikasi ini didesain beberapa menu yakni:1. Menu Login, menu ini merupakan menu login

untuk admin, sehingga dapat melakukanaktivitas. Hak akses ini hanya dimiliki olehpengurus desa atau petugas kependudukan desa.Untuk menggunakan aplikasi ini terlebih dahulumemasukkan username dan Password kemudiantekan tombol “Login”. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada gambar 4. Setelah loginmaka, aplikasi ini menampilkan beberapautama, yaitu menu input data penduduk danmenu laporan.

2. Menu Input Data Penduduk, Input dataPenduduk Pendatang, Input data Kelahiran,Menu Form Input data Kelahiran, Menu FormInput Data Pndah ke Desa lain

Form input menambahkan data penduduk yang sudah berdomisili di desa Tanete, tapi belum di data.Untuk menambah data dapat dilakukan dengan menekan tombol Tambah. Selain itu data penduduk dapatmengubah, membatalkan, menyimpan data penduduk serta mencetak data. Untuk lebih jelasnya dapatdilihat pada gambar 5.

3. Menu Laporan Data Penduduk secara KeseluruhanLaporan ini merupakan laporan data penduduk

yang ada di Desa Tanete yang berasal dari desa/lurahdesa lain. Laporan ini berisi seluruh penduduk yangada di Desa Tanete.

Menu laporan terdiri dari: Laporan Data Penduduksecara Keseluruhan, Menu Laporan Data PendudukBerdasarkan Data Karu Keluarga, Menu LaporanBerdasarkan Lahir, Menu Laporan BerdasarkanKematikan (Meninggal), dan Menu Laporan PendudukPindah

Selain dari beberapa menu di atas, baik menuinput data penduduk maupun manu laporan datapenduduk, juga disiapkan beberapa surat keteranganyang dibutuhkan oleh Desa Tanete seperti suratketerangan datang, Surat Keterangan Lahir, SuratKeterangan Meninggal, dan surat Surat KeteranganPindah dan datang.

4. KESIMPULANKesimpulan

Berdasarkan hasil dan capaian luaran pada bab 5, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1). Saat ini desa Tanete belum memilki database penduduk secara keseluruhan. Data penduduk yang diolah

oleh aparat desa masih menggunakan cara konvesional atau cara manual.2). Aparat desa Tanete mengalami kesulitan dalam pengelolaan data penduduk.3). Untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka dibuatkan suatu medel pengelolaan administrasi data

penduduk pada desa Tanete berbasis komputersiasi. Aplikasi ini dapat menyediakan laporan datapenduduk secara keseluruhan. Kelebihannya adalah dapat dilakukan pencarian data pendudukberdasarkan domisili, lahir, pindah, datang, kematian dan lain sebagainya.

Page 79: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.74-79) 978-602-60766-3-2

79

4). Selain pembuatan laporan, aplikasi ini juga menyediakan secara otomatis tentang surat keterangan yangdibutuhkan oleh masyraka desa Tanete seperti surat keterangan lahir, kematian, datang dan pindah kedesa lain.

5. DAFTAR PUSTAKA

Masita, 2007. Perancangan Sistem Inventarisasi Barang Berbasis Komputerisasi pada Kantor PoliteknikNegeri Ujung Pandang.

Masita, Nahiruddin, dan Hirman. 2012. Model Pengelolaan Arsip Berbasis Komputerisasi Pada SubBagian Tata Usaha PNUP. Politeknik Negeri Ujung Pandang. (tidak dipublikasikan).

Nahiruddin, 2013.Model Administrasi Kepegawaian Berbasis Komputerisasi pada Yayasan BabussalamMakassar. Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Nahlah, 2011. Perancangan Sistem Informasi Data Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat di UPPMPoliteknik Negeri Ujung Pandang.

Jogiyanto, H.M. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Page 80: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

80

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN PENGUNGKAPANAKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PSAP No.07 PADA POLITEKNIK NEGERI

UJUNG PANDANG

Rosmawati1), A. Abd. Azis Ishak2)

1),2)Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

The aim of this research is to analysis the accounting treatment of fixed assets managed by State Polytechnic ofUjung Pandang as so to whether the accounting treatment is in in line with PSAP No. 07. The research was conductedby using descriptive qualitative by comparing the requirement of PSAP No. 07 with the accounting treatmentparticularly in recognizing, measuring, and disclosing fixed assets prepared by PNUP’s Accounting unit. Initial researchis conducted by preparing a table which is consisted key important indicators required by PSAP. In this point, data beingcollected and analysed through four different stages. The first stage is ensuring all assets are fulfill the definition ofassets. Secondly, all assets are being analyzed whether recognizing and measuring process have been treated with PSAPand, all assets were assigned with proper valuation methods and disclosed in to financial statements. It can be concludedthat all assets managed by State Polytechnic of Ujung Pandang have been treated in accordance with PSAP No. 07.

Keywords: Fixed assets, recognizing, measurement

1. PENDAHULUANAset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapatdiperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumberdaya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber dayayang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masamanfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan olehmasyarakat umum.

Aset tetap merupakan salah satu akun yang tingkat kompleksitas yang tinggi. Tingkat kompleksitasyang tinggi muncul karena aset tetap memiliki masa manfaat yang panjang, penyusutan mempengaruhi pajak.Untuk itulah dituntut penekanan pada pemahaman perlakuan akuntansi terhadap aset tetap yang tepat.Perlakuan tersebut meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan. Perlakuan yang benardiharapkan dapat mencegah salah saji pada laporan keuangan.

Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalampenyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah: (a) Aset tetap yang dimiliki oleh entitaspelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dankontraktor; (b) Hak atas tanah.

PSAP 07 tentang aset tetap diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang menyajikan laporankeuangan untuk tujuan umum, dan mengatur perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian,penyajian dan pengungkapan yang diperlukan.

Politeknik Negeri Ujung Pandang adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Sulawesi Selatan yangtelah memiliki dua kampus termasuk banyak menggunakan aset tetap milik negara. Berdasarkan hal tersebut,maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai analisis pengakuan, pengukuran, penilaian danpengungkapan akuntansi aset tetap untuk mengetahui pengelolaan aset tetap yang ada di PNUP apakahsudah sesuai dengan PSAP No. 07.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1 Korespondensi: [email protected]

Page 81: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

81

1. Untuk menganalis pengakuan akuntansi aset tetap berdasarkan psap no.07 pada Politeknik NegeriUjung Pandang.

2. Untuk menganalis pengukuran akuntansi aset tetap berdasarkan psap no.07 pada Politeknik NegeriUjung Pandang.

3. Untuk menganalis penilaian akuntansi aset tetap berdasarkan psap no.07 pada Politeknik NegeriUjung Pandang.

4. Untuk menganalis pengungkapan akuntansi aset tetap berdasarkan psap no.07 pada PoliteknikNegeri Ujung Pandang.

2. METODE PENELITIANJenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis deskriptif kualitatif dengan metodekomparasi yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku serta upayamendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.

Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Akuntansi PNUP yang khusus mengelola Aset Tetap MilikNegara yang dipergunakan di PNUP.Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.Adapun data primer adalah data yang langsung diperoleh dari informan dalam hal ini adalah staf unitakuntansi PNUP.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk dokumen, seperti :1. Laporan Keuangan2. Daftar Aset3. Perhitungan harga perolehan aset tetap4. Perhitungan penyusutan aset tetap

Analisis DataAnalisis data penelitian ini mengacu pada model kegiatan mengumpulkan data, menganalisis data,

menyajikan data dan menarik kesimpulan. Data yang dimaksud adalah hasil observasi, wawancara dandokumentasi. Penggunaan dokumen internal klien terikat perjanjian untuk menjaga kerahasiaan unitakuntansi PNUP.

3. HASIL DAN PEMBAHASANAset Tetap

Definisi Aset Tetap Menurut PSAP No. 07 Paragraf 5, Aset adalah sumber daya ekonomi yangdikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaatekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupunmasyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukanuntuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarahdan budaya. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulanuntuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Berikut ini adalah beberapa definisi yang berhubungan dengan aset tetap.

1) Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjangmasa manfaat.

2) Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aktiva, ataujumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisanya.

3) Masa manfaat adalah: a) periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau b)jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

Page 82: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

82

4) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lainyang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktivatersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan

5) Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatuaktiva setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.

6) Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajibandiselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's lengthtransaction).

7) Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aktiva setelahdikurangi akumulasi penyusutan.

8) Jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) adalah jumlah yang diharapkan dapatdiperoleh kembali dari penggunaan suatu aktiva di masa yang akan datang, termasuk nilai sisanya ataspelepasan aktiva.

Pengakuan Aset TetapPengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa

dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas,pendapatan, dan pembiayaan, sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan. Pengakuan diwujudkandalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atauperistiwa terkait.

Menurut PSAP No.07 Paragraf 16. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujuddan memenuhi kriteria: (a) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; (b) Biaya perolehanaset dapat diukur secara andal; (c) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan (d)Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Menurut PSAP No.07 Paragraf 17. Dalam menentukan apakah suatu pos mempunyai manfaat lebihdari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomik masa depan yang dapat diberikanoleh pos tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah. Manfaattersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomi masayang akan datang akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut akan menerimamanfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan risiko telahditerima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui.

Menurut PSAP No.07 Paragraf 18. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal biasanya dipenuhi bilaterdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalamkeadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biayadapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenagakerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses konstruksi.

Menurut PSAP No.07 Paragraf 19. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakanoleh pemerintah dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.

Menurut PSAP No.07 Paragraf 20. Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telahditerima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah.

Menurut PSAP No.07 Paragraf 21. Saat pengakuan aset akan lebih dapat diandalkan apabila terdapatbukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnyasertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor. Apabila perolehan aset tetap belum didukungdengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, sepertipembelian tanah yang masih harus diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya diinstansi berwenang, maka aset tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atasaset tetap tersebut telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanahatas nama pemilik sebelumnya.

Pengukuran Aset Tetap

Page 83: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

83

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos atauunsur laporan keuangan dalam neraca atau laporan laba rugi. Dasar pengukuran yang digunakan perusahaandalam penyusunan laporan keuangan lazimnya menggunakan biaya historis, dan biasanya digabungkandengan dasar pengukuran yang lain.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 22. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian asettetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilaiwajar pada saat perolehan.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 23. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelolameliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biayaperencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yangterjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

Penilaian Aset Tetap

Penilaian sebagai suatu proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan opini tertulis mengenainilai ekonomi pada saat tertentu. Penilaian Aset diartikan sebagai proses penilaian seorang penilai dalammemberikan suatu opini nilai suatu aset baik berwujud maupun tidak berwujud, berdasarkan hasil analisaterhadap fakta-fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode dan prinsip-prinsip penilaianyang berlaku pada saat tertentu.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 24. Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakuisebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biayaperolehan.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 25. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebutadalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 26. Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiahatau donasi. Sebagai contoh, tanah mungkin dihadiahkan ke pemerintah daerah oleh pengembang(developer) dengan tanpa nilai yang memungkinkan pemerintah daerah untuk membangun tempat parkir,jalan, ataupun untuk tempat pejalan kaki. Suatu aset juga mungkin diperoleh tanpa nilai melaluipengimplementasian wewenang yang dimiliki pemerintah. Sebagai contoh, dikarenakan wewenang danperaturan yang ada, pemerintah daerah melakukan penyitaan atas sebidang tanah dan bangunan yangkemudian akan digunakan sebagai tempat operasi pemerintahan. Untuk kedua hal di atas aset tetap yangdiperoleh harus dinilai berdasarkan nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 27. Untuk tujuan pernyataan ini, penggunaan nilai wajar pada saatperolehan untuk kondisi pada paragraf 25 bukan merupakan suatu proses penilaian kembali (revaluasi) dantetap konsisten dengan biaya perolehan seperti pada paragraf 24. Penilaian kembali yang dimaksud padaparagraf 58 dan paragraf yang berhubungan lainnya hanya diterapkan pada penilaian untuk periodepelaporan selanjutnya, bukan pada saat perolehan awal.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 28. Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biayaperolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periodeselanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biayaperolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada.

Pengungkapan Aset Tetap

Pengungkapan secara umum diartikan sebagai konsep, metoda, atau media tentang bagaimanainformasi akuntansi disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Dalam definisi yang lain,pengungkapan adalah penyajian informasi dalam bentuk statemen keuangan sebagai langkah akhir dalamproses akuntansi. Informasi tersebut meliputi statemen keuangan itu sendiri, catatan atas statemen keuangan,dan pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan statemen keuangan. Tujuan pengungkapan adalah untuk

Page 84: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

84

menyajikan informasi yang dianggap perlu demi tercapainya tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayaniberbagai stakeholder yang mempunyai kepentingan berbeda.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 79. Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis asettetap sebagai berikut:

(a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);

(b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: (1) Penambahan;(2) Pelepasan; (3) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada; (4) Mutasi aset tetap lainnya.

(c) Informasi penyusutan, meliputi: (1) Nilai penyusutan; (2) Metode penyusutan yang digunakan;(3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; (4) Nilai tercatat bruto dan akumulasipenyusutan pada awal dan akhir periode;

Menurut PSAP No. 07 paragraf 80. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan: (a) Eksistensi danbatasan hak milik atas aset tetap; (b) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan asettetap; (c) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan (d) Jumlah komitmen untuk akuisisiaset tetap.

Menurut PSAP No. 07 paragraf 81. Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, hal-halberikut harus diungkapkan: (a) Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap; (b) Tanggal efektifpenilaian kembali; (c) Jika ada, nama penilai independen; (d) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untukmenentukan biaya pengganti; (e) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap;

4. PEMBAHASANa. Pengakuan akuntansi aset tetap pada Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Aset tetap menurut PSAP 07 diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dannilainya dapat diukur dengan andal. Aset tetap pada PNUP diakui pada saat memberikan manfaat ekonomibagi PNUP, maksudnya kepemilikan aset tetap tersebut memberikan manfaat ekonomi untuk menunjangkegiatan operasional sehingga PNUP memperoleh keuntungan dari penggunaan aset tersebut. Kriteriapengakuan aset tetap pada PNUP, meliputi:

Berwujud; Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Keandalan pengakuan aset tetap bergantung pada apabila aset tetap tersebut telah diterima atau diserahkanhak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Keandalan pengakuan tersebutditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaansecara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.

b. Pengukuran akuntansi aset tetap pada Politeknik Negeri Ujung Pandang.Aset tetap pada PNUP dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari

harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secaralangsung sehingga aset tersebut siap untuk diprgunakan. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secaralangsung adalah biaya persiapan tempat, biaya pengiriman awal, biaya simpan dan bongkar muat, biayapemasangan, biaya profesional, dan biaya konstruksi.

Berikut komponen biaya perolehan masing-masing jenis aset :

Page 85: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

85

Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan yang mencakup harga pembelian atau biayapembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,pengukuran, penimbunan dan biaya lainnya yang dikeluarkan maupun yang masih harus dikeluarkansampai tanah tersebut siap pakai, termasuk nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli jikabangunan tua tersebut akan dimusnahkan.

Peralatan dan mesin dinilai berdasarkan biaya perolehan yang meliputi jumlah pengeluaran yang telahdan yang masih harus dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai,seperti harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi dan biaya langsung lainnya.

Gedung dan bangunan dinilai berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkanuntuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai seperti harga pembelian atau biayakonstruksi, biaya pengurusan izin mendirikan bangunan, notaris dan pajak.

Jalan, irigasi dan jaringan dinilai berdasarkan biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya lain yangdikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.

Aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola dinilai berdasarkan biaya perolehan yang meliputibiaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaandan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadiberkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

c. Penilaian akuntansi aset tetap pada Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai asettetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagaihadiah atau donasi. Sumbangan aset tetap didefinisikan sebagai transfer tanpa persyaratan suatu aset tetap kesatu entitas. Penyerahan aset tetap tersebut akan andal jika didukung dengan bukti perpindahankepemilikannya secara hukum, seperti adanya akta hibah.PNUP memiliki aset hibah dalam menentukan harga perolehan dari aset hibah tersebut adalah dengan biayaperolehan yang didukung dengan akta hibah sebagai bukti perpindahan kepemilikan.

PNUP mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke setiap periode akuntansi di mana aset tetaptersebut telah memberikan kontribusi kepada perusahaan sehingga perusahaan dapat memberikan keteranganyang benar mengenai aset tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan PNUP dapat disajikan secara wajardan andal. Metode penyusutan dan nilai akumulasi penyusutan yang digunakan oleh PNUP tidak dikelolaoleh PNUP melainkan oleh sistem aplikasi dari Menteri Keuangan. PNUP tidak mengetahui pencatatanpenyusutan atas aset tetap yang dimiliki karena belum ada petunjuk teknis tentang penyusutan aset tetap yangdikeluarkan oleh Menteri Keuangan sehingga penyusutan aset tetap PNUP belum sesuai dengan PernyataanStandar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 07 tentang akuntansi aset tetap

d. Pengungkapan akuntansi aset tetap pada Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Laporan keuangan PNUP mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:

Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan,

akumulasi penyusutan dan perubahan nilai dan mutasi aset tetap lainnya. Informasi penyusutan meliputi nilai penyusutan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, dan

nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

5. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dalam menganalisis penerapan PernyataanStandar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 07 tentang akuntansi aset tetap pada PNUP maka dapat diambilkesimpulan sebagai berikut:1). Pengakuan aset tetap pada PNUP sudah sesuai dengan PSAP No. 07 yaitu saat manfaat ekonomi masa

depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan andaldan ketika diterima/diserahkan hakkepemilikan aset tetap dan ditandai dengan berita acara serah terima aset tetap.

Page 86: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.80-86) 978-602-60766-3-2

86

2). Pengukuran aset tetap pada PNUPsudah sesuai dengan PSAP No. 07 yaitu dengan menggunakan biayaperolehan.

3). Penilaian aset tetap pada PNUP sudah sesuai dengan PSAP No. 07 yaitu dengan menggunakan biayaperolehan dan apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkanmaka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Dalam menentukan harga perolehandari aset hibah tersebut adalah dengan biaya perolehan yang didukung dengan akta hibah sebagai buktiperpindahan kepemilikan. Mengalokasikan harga perolehan aset tetap ke setiap periode akuntansi di manaaset tetap tersebut telah memberikan kontribusi kepada perusahaan sehingga perusahaan dapatmemberikan keterangan yang benar mengenai aset tetap yang dimilikinya dan laporan keuangan PNUPdapat disajikan secara wajar dan andal.

4). Pengungkapan aset tetap PNUP sudah sesuai dengan PSAP No. 07 yaitu mengungkapkan dasar penilaianyang digunakan untuk menentukan nilai tercatat dalam laporan keuangan, informasi penyusutan meliputinilai penyusutan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, dan nilai tercatat bruto danakumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

6. DAFTAR PUSTAKA

Boyd, Harper W, Walker Orville C. , Harper W Boyd Jr., Jean Claude Larreche. 2000 Manajemen Pemasaran. Jilid Idan II.Jakarta : PT Glora Aksara Pertama.

Berry Leonard L, and Parasuraman A, 1995, Marketing Services, Macmillan Inc. Englinton Avenue East, New York.

Irsutami (2013), Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Belajar Mengajar Program MagisterAkuntansi Terapan, Thesis Magister Akuntansi Terapan Universitas Gadjah Mada (MAKSI UGM),Yogyakarta.

Keegen, Warren J. 1996 Manajemen Pemasaran Global. Edisi Indonesia. Jakarta: Prehalindo.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millennium (Terjemahan). Jakarta: Prenhallindo.

Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management. Twelfth Edition. New Jersey : Upper SaddleRiver

Palilati, Alida. 2004. “Pengaruh Tingkat Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan di Wilayah EtnikBugis”. Jurnal Analisis. Volume 2 Maret 2004.

Rahayu, Dwi (2013), Pengaruh Service Quality Terhadap Tingkat Kepuasan Mahasiswa Akuntansi Fakultas EkonomiUniversitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas EkonomiUniversitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta.

Tjiptono, Fandi. 1998. Strategi Pemasaran. Jakarta : Gramedia

Tim Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2004. Perumusan Strategi Pemasaran PT Bank PembangunanDaerah Bali. (Persero). Hasil Penelitian Kerjasama BPD dengan Fakultas Ekonomi Universitas UdayanaDenpasar.

Umar, Husein. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia.

Page 87: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN ZAKAT

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

Dien Triana1), Andi Nurul Istyana2) 1),2) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

This research aims to test the effect of profitability on firm value by using zakat as the moderating variable.

Some previous studies used other variables as moderating variable. So far, there is no research yet uses zakat as a

moderating variable.

The population of this study is all companies listed in the Malaysian Stock Exchange (MSE). The sampling

technique used purposive sampling. The samples had to have zakat payment for 5 years. The obtained data were tested using multiple linear regression model and interaction test of Moderate Regression Analysis. The control variables used

are Leverage and Market to Book Value of Assets against Firm Value Variable.

The results showed that the profitability variable (ROE) did not have a significant positive effect on the firm

value (Tobin’s Q) and the profitability variable using zakat as moderating variable had no significant positive effect on

the firm value too.

Keywords: Profitability, Firm Value, Zakat

1. PENDAHULUAN

Profitabilitas atau kemampulabaan perusahaan merupakan indikator yang utama dalam menilai kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang tujuan utamanya memperoleh laba, meningkatkan kinerja

keuangan merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, rasio kinerja keuangan selama kurun waktu tertentu,

menjadi dasar pertimbangan penting bagi para investor untuk menanamkan modalnya di suatu perusahaan.

Penelitian- penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus pada hubungan atau pengaruh kemampulabaan terhadap nilai perusahaan dengan hasil yang berbeda-beda. Menurut Modigliani dan Miller (1961), nilai

perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Tinggi rendahnya earning power ditentukan

oleh dua faktor yaitu profit margin, yang merupakan perbandingan keuntungan neto dengan penjualan neto dan turnover of operating assets, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu

dengan membagi penjualan neto dengan jumlah aktiva. Sehingga dapat diketahui apabila semakin tinggi

earning power semakin efisien perputaran aset dan/atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Selanjunya, peningkatan pada profit margin dapat berdampak positif terhadap nilai perusahaan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Modigliani dan Miller, penelitian Sucuahi dan

Cambarihan (2016) juga menemukan pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan (Diversified

Companies) di Filipina menemukan bahwa profitabilitas secara signifikan positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu, Wijaya (2015) menemukan bahwa profitabilitas yang diproksikan sebagai Return on

Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun, ditemukan fakta lain bahwa

ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, karena kemungkinan ada indikator lain yang lebih mampu menggambarkan nilai perusahaan (Sari, 2012). Dengan adanya ketidakkonsistenan hasil

penelitian tersebut menunjukkan adanya variabel lain yang turut mempengaruhi hubungan ROA dengan nilai

perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dimasukkan variabel zakat sebagai variabel pengendali disamping variabel lain yang dianggap signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Beberapa penelitian

sebelumnya menggunakan variabel Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance

(GCG) sebagai variabel pemoderasi, seperti penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma

(2009), Sari (2012), dan Hadianto (2013). Namun penelitian-penelitian terdahulu tersebut belum menguji zakat sebagai variabel pemoderasi.

Nilai perusahaaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan

tersebut dijual. Berbagai kebijakan diambil oleh manajemen dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan, seperti melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan pemegang saham yang tercermin pada harga saham

(Brigham, 2001). Wahyudi dan Hartini (2005) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang

bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Semakin tinggi profitabilitas maka

semakin tinggi nilai perusahaan, atau semakin tinggi profitabilitas maka risiko sistematis semakin berkurang,

1 Korespondensi penulis: Dien Triana, Telp. 081241818080, [email protected]

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.87-92) 978-602-60766-3-2

87

Page 88: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

seperti hasil penelitian Anwar (2016) yang menemukan bahwa variabel Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan negatif terhadap risiko sistematis. Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dimoderasi

oleh beberapa faktor diantaranya GCG dan CSR (Hadianto, 2013). Belum ditemukan penelitian sebelumnya

yang menguji interaksi antara zakat dengan profitabilitas ataupun nilai perusahaan. Selain itu, pelaporan

keuangan perusahaan di Indonesia belum mencantumkan secara eksplisit besarnya zakat yang dibayarkan perusahaan. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena belum adanya aturan yang mewajibkan hal

tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Malaysia

sebagai referensi untuk penerapannya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai

perusahaan baik secara langsung maupun melalui mediasi zakat perusahaan. Oleh karena itu, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh langsung profitabilitas terhadap nilai perusahaan dan bagaimanakah pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan zakat sebagai variabel

pemoderasi.

Penelitian Yuniasih dan Wirakusuma (2009) menunjukkan hasil bahwa CSR mampu memoderasi

hubungan antara kinerja dengan nilai perusahaan. Demikian pula dengan penelitian Agustina (2013) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini

menggunakan Zakat sebagai variabel pemoderasi dengan pertimbangan variabel Zakat adalah sepadan

dengan CSR. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

H2: Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan zakat

sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pengaruh profitabilitas perusahaan

dengan menggunakan zakat sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek

Malaysia. Bukti empiris yang diperoleh tersebut menjadi data dan dukungan yang dapat diverifikasi secara

ilmiah terhadap landasan teori yang dikembangkan tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan zakat sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat

menambah kontribusi pada literatur manajemen keuangan terutama berkaitan dengan profitabilitas, zakat, dan

nilai perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pihak lainnya sebagai referensi dalam penelitian akuntansi, keuangan dan pasar modal, khususnya mengenai zakat sebagai pemoderasi dari

pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar bagi praktisi, terutama pihak investor dan

manajemen, dalam mengambil keputusan investasi atau pengelolaan keuangan yang berbasis syariah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi dalam memperkuat struktur keuangan syariah dalam

berbagai sektor untuk mewujudkan masyarakat ekonomi syariah berlandaskan azas keadilan dan

kesejahteraan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Malaysia. Variabel yang diukur terdiri dari:

1. Variabel Dependen. Variabel Dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan

(Tobins Q). Tobins Q adalah perbandingan antara market value of equity ditambah debt dengan book market

value ditambah dengan hutang (debt). Menurut Herawati (2008), nilai perusahaan diukur melalui Tobins Q yang diformulasikan sebagai berikut:

Tobins Q = Total Market Value of Firm / Total Asset Value of Firm

Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Total Asset Value of Firm diperoleh dari selisih total aset

perusahaan dengan total kewajiban.

2. Variabel Independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

a. Rasio Profitabilitas. Rasio profitabilitas sendiri terdiri dari dua jenis yaitu laba dalam hubungannya

dengan penjualan dan laba dalam hubungannya dengan investasi (Martono dan Harjito, 2008). Penelitian ini menggunakan laba dalam hubungannya dengan investasi, yaitu Return on Equity. ROE adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh perusahaan atas modal yang

diinvestasikannya. ROE juga sering disebut rentabilitas modal sendiri. Semakin besar rasio ROE

88

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.87-92) 978-602-60766-3-2

Page 89: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

menggambarkan semakin baik keadaan perusahaan, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya. Rasio ROE dirumuskan sebagai berikut:

𝑹𝑶𝑬 =𝑬𝑩𝑰𝑻𝑫𝑨

𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉

Keterangan:

EBITDA = Earning Before Interest, Taxes and Depreciation (Laba sebelum Biaya Bunga, Pajak dan Depresiasi)

Ekuitas Bersih = Nilai bersih ekuitas perusahaan

b. Zakat. Zakat merupakan variabel yang sangat menentukan terhadap penentuan investasi (Muhamad,

2014). Zakat perusahaan merupakan fungsi dari keuntungan investasi dan aset yang tidak/kurang produktif.

Sehingga dapat dirumuskan bahwa variabel zakat = jumlah zakat setahun/ekuitas perusahaan

c. Variabel Kontrol. Dalam penelitian Susanti (2010), diperoleh hasil bahwa banyak faktor yang

memengaruhi nilai perusahaan, namun faktor yang signifikan adalah finance risk yang diproksikan dengan

rasio leverage dan Investment Opportunities Set (IOS). Leverage adalah IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan

manajemen di masa yang akan datang yang dapat diukur melalui market to book value of assets.

Adapun model penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 1 berikut.

Gambar 1: Model Penelitian

Penelitian ini merupakan uji hipotesis dengan menggunakan data sekunder dari laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia. Setiap perusahaan yang dijadikan sampel dilihat

laporan keuangannya dan jumlah zakat yang dibayarkan. Data yang diambil disesuaikan dengan variabel

yang diteliti. Data yang telah diperoleh kemudian diuji dengan model pengujian hipotesis menggunakan

model regresi linear berganda dan uji interaksi Moderated Regression Analysis (MRA). Pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling, dengan mengambil data pada Bursa

Efek Malaysia, khususnya perusahaan yang membayar zakat dan terdaftar dalam bursa tersebut selama 5

tahun berturut-turut, yaitu tahun 2011-2015. Data yang telah diperoleh kemudian diuji dengan model pengujian hipotesis menggunakan model regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis) dan uji

interaksi Moderated Reggression Analysis (MRA). Model regresi linier berganda tersebut yaitu:

Yit = α+β1X1it+β2X2it+ β3X3it+ β4X4it+β5X1itX2it+e

Keterangan:

Y = Nilai perusahaan (Tobin’s Q) X1it = Return on Equity (ROE)

X2it = Zakat

X3it = Leverage X4it =Market to Book Value of Asset

X1itX2it = Interaksi antara ROE dengan Zakat

β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi e = error term

Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus

regresi berganda linier di mana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau

Profitabilitas (ROE)

Nilai Perusahaan

(Tobin’s Q )

Zakat

89

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.87-92) 978-602-60766-3-2

Page 90: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

lebih independen) (Ghozali, 2006). Variabel perkalian antara ROE (X1) dan Zakat (X2) merupakan variabel pemoderasi karena menggambarkan pengaruh variabel pemoderasi Zakat (X2) terhadap hubungan ROE (X1)

dan Tobin’s Q (Y). Variabel kontrol adalah Leverage (X3) dan Market to Book Value of Asset (X4) terhadap

Tobin’s Q (Y). Data dianalisis menggunakan software Eviews 9.0.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil regersi berganda, diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,946 atau 94,6% pengaruh variabel independen (profitabilitas) yang diujikan terhadap variabel dependen (Tobins’ Q) dengan tingkat

signifikansi α < 1%. Namun, variabel ROE atau kinerja perusahaan tidak berpengaruh signifikan positif

terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan, tidak dapat diterima. Dengan demikian, secara empiris, kinerja

perusahaan (ROE) pembayar zakat yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia tidak signifikan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Sedangkan variabel Leverage dan MBV berpengaruh signifikan sesuai dengan

tanda harapan (TH) masing-masing. Leverage berpengaruh signifikan negatif dan MBV berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Hasil regresi tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sambora (2014) yang meneliti pengaruh leverage dan

profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial, ROE tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Tabel 1: Hasil Regresi Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap

Nilai Perusahaan

VARIABEL TH Β t-Hit Sig.

Constant + 0,574453 6,312498 0,0000

ROE + 0,566400 1,407068 0,1638

LEVERAGE - -0,071845 -5,414256 0,0000

MBV + 0,109568 35,790670 0,0000

Signifikan F

0.000000

F Hitung 428,6688

Adj. R2 0,946165

N 74

Berdasarkan hasil olah data, diperoleh bahwa hanya dua variabel independen yang berpengaruh

signifikan dan sesuai dengan tanda harapan terhadap variabel dependen, yaitu variabel Leverage dan Market

to Book Value. Adapun variabel ROE, ZAKAT dan Variabel Pemoderasi (Zakat*ROE) tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Tobins’ Q). Tingkat pengaruh variabel independen sebesar 95,2%

berdasarkan hasil yang ditunjukkan dari nilai adjusted R2 dengan tingkat signifikansi di bawah 1%.

Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat diyakini bahwa dari semua variabel independen, hanya variabel Leverage (LEV) dan Market to Book Value (MBV) yang paling signifikan berpengaruh terhadap

nilai perusahaan (Tobins’ Q), sedangkan variabel ROE dan Zakat tidak berpengaruh signifikan. Hasil regresi ditunjukkan dalam tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2: Hasil Regresi Kinerja Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Zakat

Sebagai Variabel Pemoderasi

VARIABEL TH Β t-Hit Sig.

Constant + 0,465664 4,298916 0,0001

ROE + 0.033435 0.068257 0.9458

LEVERAGE - -0.061948 -4815887 0.0000

90

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.87-92) 978-602-60766-3-2

Page 91: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

MBV + 0.109607 3809397 0.0000

ZAKAT + 31,1041 0.523945 0.6020

ZKT*ROE + 402,6361 1198906 0.2347

Signifikan F

0.000000

F Hitung 2.936.659

Adj. R2 0.952484

N 74

Hasil ini juga menunjukkan bahwa variabel zakat tidak dapat menjadi pemoderasi terhadap hubungan

kinerja perusahaan (ROE) dan nilai perusahaan (Tobins’ Q), meskipun menunjukkan pengaruh yang positif. Pengungkapan zakat tidak memengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan. Hal ini

juga konsisten dengan hasil penelitian Suprantiningrum (2013) yang meneliti pengungkapan CSR sebagai

pemoderasi hubungan kinerja keuangan (ROE) dengan nilai perusahaan (Tobins’ Q). Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa pengungkapan CSR tidak memengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai

perusahaan pada 66 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Dalam

hal ini, zakat dianggap sebagai bentuk CSR (tanggung jawab sosial perusahaan).

Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa bukti empiris yang mendukung ataupun tidak mendukung teori dan penelitian sebelumnya. Bukti empiris yang mendukung teori dan penelitian sebelumnya adalah

variabel Leverage dan variabel Market to Book Value (MBV). Variabel Leverage berpengaruh signifikan

negatif terhadap nilai perusahaan dan variabel MBV berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan variabel kinerja perusahaan dalam hal ini diwakili oleh variabel ROE tidak berpengaruh

signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Adapun variabel yang belum pernah diteliti sebelumnya, yaitu

variabel Zakat, terbukti secara empiris tidak berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan dan tidak dapat dijadikan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara kinerja perusahaan dengan nilai

perusahaan.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan zakat tidak dapat menjadi pemoderasi terhadap hubungan

kinerja perusahaan dengan nilai perusahaan adalah variabel ROE sendiri tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, meskipun pada pengujian tanpa variabel pemoderasi diperoleh nilai koefesien yang positif dan sejalan dengan tanda harapan (TH).

4. KESIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1) Profitabilitas yang ditunjukkan oleh variabel ROE tidak berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan yang diwakili oleh variabel Tobin’s Q.

2) Profitabilitas yang ditunjukkan oleh variabel ROE dengan menggunakan zakat sebagai variabel

pemoderasi tidak berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan yang diwakili oleh variabel

Tobin’s Q.

5. DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Silvia. 2013. Pengaruh Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan. http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/71, diakses

pada 14 April 2016

Anwar, Azwar. 2016. Pengaruh Faktor Fundamental Keuangan terhadap Risiko Sistematik pada

Perusahaan LQ45 yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia. Seminar Nasional Akuntansi Vokasi V. Makassar: 12-14 Mei 2016.

Brigham, E.F. dan Houston Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadianto, Muhammad Luthfi. 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan

dengan Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro.eprint.

91

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.87-92) 978-602-60766-3-2

Page 92: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak, 23-

24 Juli 2008.

Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Kampus Fakultas

Ekonomi UII. Miller, Merton dan Franco Modigliani. 1961. Dividend Policy, Growth, and the Valuation of Shares. The

Journal of Business, Vol. 34, No. 4., Oktober 1961.

Muhamad. 2014. Manajemen Keuangan Syari’ah: Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIE YKPN.

Nurlela dan Islahudin.2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan

Presentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.

Sambora, Mareta Nurjin, dkk. 2014. Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan.

Jurnal Administrasi Bisnis Vol 8, No 2, Maret 2014. Malang: Universitas Brawijaya.

Sari, Marlina Novita. 2012. Jurnal Universitas Gunadarma, 1(1). Sucuahi, William dan Jay Mark Cambarihan. 2016. Influence of Profitability to the Firm Value of Diversified

Companies in the Philippines. www.sciedupress.com/afr . Accounting and Finance Research. Vol. 5,

No. 2; 2016. http://www.sciedu.ca/journal/index.php/afr/article/view/9564/5794 , diakses pada 31 Juli 2017.

Suprantiningrum dan Sabat Nugroho Asji. 2013. Pengaruh Moderasi Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Hubungan Return on Equity dan Nilai Perusahaan. Serat Acitya Vol 2, No 3, November - Strategi Investasi Kehidupan

Bermasyarakat. Semarang: UNTAG.

Suranta, Edi dan Puspita, Pratama Merdistuti. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problem dan

Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali, 2-3 Desember 2004. Susanti, Rika. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus

pada Perusahaan Go Public yang Listed Tahun 2005-2008). Online,

http://eprints.undip.ac.id/23439/1/gabb.pdf, diakses pada 14 April 2016 Wahyudi, Untung dan Hartini Pawestri Prasetyaning. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai

Perusahaan : Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Proceeding Simposium

Nasional Akuntansi IX. Padang 23-26 Agustus 2006.

Wijaya, Bayu Irfandi dan I. B. Pandji Sendana. 2015. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan (Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi sebagai Variabel Mediasi. E-Jurnal Manajemen

Unud, Vol.4, No.12, 2015: 4477-4500,

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/view/15500 Yuniasih, Ni Wayan dan Made Gede Wirakusuma .2009. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai

perusahaan dengan Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmiah

Akuntansi dan Bisnis, Volume 4 Nomor1. Online. https://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/article/view/2582/1794, diakses pada 14 April 2016

92

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.87-92) 978-602-60766-3-2

Page 93: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.93-98) 978-602-60766-3-2

93

PENGARUH PERSYARATAN PENERIMAAN DAN TEKNOLOGI PENDIDIKANTERHADAP KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN VOKASI AKUNTANSI DAN

METODA INSTRUKSIONAL SEBAGAI PEMODERASI

Anna Sutrisna Sukirman1), Muh. Iskandar Sabang2)

1),2) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

This study aims to determine and analyze the effect of acceptance requirements, educational technology insupporting the production of competent accounting graduates in Indonesia with instructional methods as a mediator. Thesample in this study comes from State Polytechnic colleges in the region of Sulawesi who hold accounting vocationaleducation that is State Polytechnic Ujung Pandang and Manado State Polytechnic. The results of this study indicate thatacceptance requirements do not affect the competence and instructional methods. Educational technology also has noeffect on instructional methods. But educational technology has a significant effect on instructional methods. Whileinstructional method also has significant influence on competence.

Keywords: Instructional Method, Admission Requirements, Educational Technology, Competence

1. PENDAHULUANPerkembangan regulasi mempengaruhi penyelenggaraan perguruan tinggi termasuk pendidikan vokasi

akuntansi di Indonesia. Berdasarkan UU No.12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi yang menjadi sebuahpeluang besar bagi perguruan tinggi vokasi untuk mengembangkan diri dan sejajar dengan pendidikanprogram akademik. Namun dibalik peluang tersebut tentunya ada tantangan yang harus diperhatikan olehpenyelenggara perguruan tinggi vokasi khususnya akuntansi yakni proses penerimaan calon mahasiswa,kesiapan internal perguruan tinggi vokasi baik dari kurikulum, dosen hingga akreditasi program studi.Regulasi yang mengatur perguruan tinggi juga didukung dengan adanya kurikulum berbasis KKNI (KerangkaKualifikasi Nasional Indonesia) yang diatur dalam Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 yang secara umummemberikan peluang bagi seluruh perguruan tinggi lulusan memperoleh pengakuan di dunia kerja sertameminimalkan disparitas dalam hal kompetensi antar perguruan tinggi vokasi akuntansi namun perguruantinggi juga harus mempersiapkan diri dalam hal bahan ajar serta metoda pembelajaran hingga teknologi yangmendukung proses pembelajaran dan yang terpenting adalah menyiapkan tempat magang bagi mahasiswa.Kurikulum berbasis KKNI bermuara pada Standar Kompetensi Lulusan sehingga lulusan yang dihasilkandirespon dan diserap oleh dunia kerja (stakeholder).

Berdasarkan hasil penelitian Suwardjono (2005) menyatakan bahwa realitas yang dihadapi oleh dosendan penyelenggara pendidikan dalam banyak hal jauh dari harapan. Perilaku mahasiswa dan dosen dalambelajar mengajar tidak menunjukkan segala atribut yang seharusnya melekat pada individual yang akanmendapat sebutan sebagai sarjana. Salah satu faktor yang menciptakan kondisi seperti ini adalah kesenjanganpersepsi dan pemahaman penyelenggara pendidikan, dosen, dan mahasiswa mengenai makna belajar diperguruan tinggi. Beberapa penelitian juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Nouri danClinton,2005 dalam Watson,dkk.,2007 serta Furqan (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positifantara metoda instruksional yang berupa metoda pembelajaran dan metoda penilaian yang digunakan dalamproses pembelajaran dengan kompetensi ataupun prestasi mahasiswa.

Model yang dikembangkan oleh Fredikson dan Pratt (1995) dalam Furqan (2009) mengenai prosespendidikan yakni pihak-pihak yang terlibat dalam meminimalisasi gap antara kompetensi yang dibutukan(competencies demanded) dengan kompetensi yang dihasilkan (competencies supplied) yang terdiri darimahasiswa, pendidik dan lembaga pendidikan dengan empat variabelnya, yaitu kebijakan penerimaan,kurikulum, muatan mata kuliah dan metoda instruksional. Model tersebut berfungsi dalam mengidentifikasitujuan pendidikan akuntansi dan menggambarkan mekanisme untuk memperolehnya serta berfokus padaproses pendidikan akuntansi yang melukiskan kendala yang dihadapi oleh pendidikan akuntansi dalammengoptimalkan lulusan akuntansi yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Halini sejalan dengan Sanjaya (2008) yang menyatakan bahwa proses pendidikan merupakan jantung dalam

1 Korespondensi:[email protected]

Page 94: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.93-98) 978-602-60766-3-2

94

sistem pendidikan.Perguruan tinggi tidak hanya menyiapkan kurikulum, metoda pembelajaran, dosen tetapi juga harus

menentukan persyaratan penerimaan calon mahasiswa yang akan menempuh pendidikan serta menyiapkanteknologi yang memadai guna mendukung proses pembelajaran yang akan menghasilkan lulusan yangmemiliki kompetensi keilmuan. Hal tersebut juga dibuktikan oleh Furqan (2009) bahwa pengaruh persyaratanpenerimaan dan teknologi berpengaruh pada kompetensi lulusan jika dimediasi oleh metode instruksional.Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian replikasi yang telahdilakukan oleh Furqan (2009). Namun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah objekpenelitian yang digunakan serta belum pernah ada yang meneliti untuk di sektor pendidikan vokasi akuntansivokasi di Indonesia khususnya pada Politeknik Negeri yang ada di wilayah Sulawesi yakni Politeknik NegeriUjung Pandang dan Politeknik Negeri Manado yang menyelenggarakan jurusan Akuntansi.

2. METODELOGI PENELITIANKuesioner ini disebarkan secara langsung oleh peneliti kepada pejabat struktural jurusan akuntansi yakni

ketua jurusan dan sekretaris jurusan serta ketua program studi masing-masing program serta mahasiswaakuntansi baik diploma 3 maupun diploma 4. Populasi penelitian ini adalah seluruh pendidikan vokasiPoliteknik Negeri di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah perguruan tinggi Politeknik Negeri yang beradadi wilayah Sulawesi yakni Politeknik Negeri Ujung Pandang dan Politeknik Negeri Manado. Adapun teknikpemilihan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu atau jatah (quota)tertentu. Untuk sampel mahasiswa kriteria yang harus dipenuhi adalah terdaftar dan aktif sebagai mahasiswajurusan Akuntansi Politeknik Negeri tersebut. Qouta untuk masing-masing mahasiswa adalah 100 mahasiswasetiap perguruan tinggi sehingga total mahasiswa yang digunakan sebagai sampel ada 200 mahasiswa daridua kampus Politeknik Negeri tersebut. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan program AMOS versi21.0.3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis ini dilakukan dengan tetap memperhatikan proses analisis faktor konfirmatori per konstruk,dengan demikian proses tersebut menguji model secara keseluruhan dengan menggunakan model perkonstruk sehingga terbentuk model yang baik. Analisis model persamaan struktural secara penuh (FullStructural Equation Model Analysis) dengan menggunakan program AMOS Versi 21.0 (output padalampiran) dapat dilihat pada gambar 1, sebagai berikut:

Page 95: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.93-98) 978-602-60766-3-2

95

Gambar 1. Full Structural Equation ModelBerdasarkan hasil Full Structural Equation Model dapat dilakukan evaluasi kriteria Goodness of Fit

Full Structural Equation Model yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Evaluasi kriteria Goodness of Fit Full Structural Equation ModelGoodness of fit index Cut-off Value Hasil Model* Keterangan

Chi_Square(DF = 87)

Diharapkan kecil77,892 ≤

(0,05 ; 14 = 109,773)Baik

Probability ≥ 0,05 0,747 Baik

CMIN/DF ≤ 2,00 0,895 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik

GFI ≥ 0,90 0,959 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,919 Baik

TLI ≥ 0,94 1,012 Baik

CFI ≥ 0,94 1,000 Baik

Hasil tabel 5.4 tersebut menunjukkan Chi-Square 77,892 dengan probabilitas p=0,000, CMIN/DF=0,895, TLI= 1,012 dan CFI= 1,000 menunjukkan bahwa model ini diterima pada tingkat baik. Sedangkankriteria RMSEA,GFI,AGFI dan Probabilty menunjukkan model yang fit. GFI dan AGFI merupakan ukuranR2 dan adjust R2 pada analisis regresi berganda. Sehingga secara keseluruhan model yang dibangun fit.3.1. Pengujian Hipotesis

Berikut ini adalah tabel output pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan alat uji AMOS versi21.0 dalam bentuk output Regression Weights seperti yang ada pada tabel 2 dan 3 berikut ini:

Page 96: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.93-98) 978-602-60766-3-2

96

Tabel 2. Output Regression WeightsEstimate S.E. C.R. P Label

Inst <--- Penr ,098 ,059 1,672 ,094 par_10Inst <--- Pend ,919 ,280 3,283 ,001 par_11Kmpt <--- Penr ,118 ,064 1,833 ,067 par_12Kmpt <--- Pend -,441 ,279 -1,579 ,114 par_13Kmpt <--- Inst 1,127 ,225 5,019 *** par_14

Tabel 3. Output Standardized Regression WeightsEstimate

Inst <--- Penr ,157Inst <--- Pend ,531

Kmpt <--- Penr ,159Kmpt <--- Pend -,216Kmpt <--- Inst ,953

Keterangan:Penr : Persyaratan PenerimaanPend : Teknologi PendidikanInst : Metode InstruksionalKmpt : Kompetensi

3.1.1 Hipotesis 1Pengujian hipotesis 1 menyatakan bahwa persyaratan penerimaan berpengaruh signifikan terhadap

kompetensi. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara persyaratanpenerimaan (Penr) terhadap kompetensi (Kmpt) menunjukkan ada pengaruh positif 0,159 dengan nilai criticalratio (CR) sebesar 1,833 dan nilai p-value 0,067. Nilai CR tersebut berada di bawah nilai kritis ± 1.96dengan tingkat signifikansi 0,067. Dengan demikian hipotesis alternatif 1 tidak didukung. Hal ini berartibahwa secara statistik tidak ada pengaruh persyaratan penerimaan terhadap kompetensi pada α= 0.05.

Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mahasiswa tidak dipengaruhi secara signifikan olehpersyaratan penerimaan mahasiswa. Namun hal ini dapat menjadi pertimbangan dimasa yang akan datangagar persyaratan penerimaan mahasiswa Politeknik lebih mengutamakan kompetensi mahasiswa tersebutsehingga lembaga pendidikan lebih menjadi pengarah kompetensi dalam proses perkuliahan. Syaratpenerimaan sebenarnya harus dipertimbangkan dengan baik bahwa calon mahasiswa yang akan diterima telahsiap untuk dididik menjadi lulusan yang memiliki kompetensi di bidang ilmu nya khususnya Akuntansi.Sebab kebutuhan sumber daya manusia yang berkompetensi dalam Akuntansi sangat dibutuhkan oleh industrikerja.3.1.2. Hipotesis 2

Pengujian hipotesis 2 menyatakan bahwa persyaratan penerimaan berpengaruh signifikan terhadapmetode instruksional. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antarapersyaratan penerimaan (Penr) terhadap metode instruksional (Inst) menunjukkan ada pengaruh positif 0,157dengan nilai critical ratio (CR) sebesar 1,672 dan nilai p-value 0,094. Nilai CR tersebut berada di bawahnilai kritis ± 1.96 dengan tingkat signifikansi 0,094. Dengan demikian hipotesis alternatif 2 tidak didukung.Hal ini berarti bahwa secara statistik tidak ada pengaruh persyaratan penerimaan terhadap metodeinstruksional pada α= 0.05.

Hal ini menunjukkan metoda instruksional harus dirancang untuk memotivasi para mahasiswa untukmempersembahkan lebih banyak waktu dan usaha kepada proses pembelajaran (Frederickson dan Pratt,1995). Atas dasar pemikiran tersebut dan jika dikaitkan dengan teori belajar kognitivisme khususnya teorigestalt yang berasumsi bahwa belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon, tetapi juga melibatkan kegiatanmental individu dalam memproses pengaruh yang ditimbulkan dari sesuatu, seperti: pengaturan situasi yangdihadapi (teori insight) dan timbulnya kesan yang memberikan arti pada objek yang didasarkan pada warna,bentuk dan ukuran (hukum pragnanz).

Page 97: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.93-98) 978-602-60766-3-2

97

3.1.3. Hipotesis 3Pengujian hipotesis 3 menyatakan bahwa teknologi pendidikan berpengaruh signifikan terhadap

kompetensi. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara teknologipendidikan (Pend) terhadap kompetensi (Kmpt) menunjukkan ada pengaruh negatif -0,216 dengan nilaicritical ratio (CR) sebesar -1,579 dan nilai p-value 0,114. Nilai CR tersebut berada jauh di bawah nilai kritis± 1.96 dengan tingkat signifikansi 0,114. Dengan demikian hipotesis alternatif 3 tidak didukung. Hal iniberarti bahwa secara statistik tidak ada pengaruh teknologi pendidikan terhadap kompetensi pada α= 0.05.

Hal ini menunjukkan Frederickson dan Pratt (1995) dalam Furqan (2009) menyatakan bahwaketerbatasan kelembagaan yang paling umum adalah keterbatasan pada sumber daya yang dapat digunakanuntuk mendukung pengajaran, seperti: fasilitas-fasilitas, ukuran-ukuran kelas yang besar, teknologipengajaran modern atau teknologi pendidikan (misalnya., ketidakmampuan elektronik), dan bahan-bahankelas yang terbatas (seperti, defisiensi buku teks) dan dukungan daya listrik serta memungkinkan fasilitasjaringan internet untuk membantu penyelesaian tugas kuliah.3.1.4. Hipotesis 4

Pengujian hipotesis 4 menyatakan bahwa teknologi pendidikan berpengaruh signifikan terhadapmetode instruksional. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara teknologipendidikan (Pend) terhadap metode instruksional (Inst) menunjukkan ada pengaruh positif 0,531 dengan nilaicritical ratio (CR) sebesar 2,283 dan nilai p-value 0,001. Nilai CR tersebut berada di jauh diatas nilai kritis ±1.96 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan demikian hipotesis alternatif 4 didukung. Hal ini berartibahwa secara statistik terdapat pengaruh persyaratan penerimaan terhadap metode instruksional pada α= 0.05.

Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan oleh pengajar dalam melaksanakan prosesbelajar mengajar sangat ditentukan oleh fasilitas yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaransetiap semester. Misalnya penggunaan LCD yang sudah tersedia didalam ruangan sehingga waktu tunggupersiapan perkuliahan menjadi lebih sedikit. Begitu juga dengan fasilitas listrik yang selalu terjaga danfasilitas jaringan internet yang bagus mampu mendukung metode pengajaran dalam kelas.3.1.5. Hipotesis 5

Pengujian hipotesis 5 menyatakan bahwa metode instruksional berpengaruh signifikan terhadapkompetensi. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara metodeinstruksional (Inst) terhadap kompetensi (Kmpt) menunjukkan ada pengaruh positif 0,953 dengan nilaicritical ratio (CR) sebesar 5,019 dan nilai p-value 0,000. Nilai CR tersebut berada jauh di atas nilai kritis ±1.96 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan demikian hipotesis alternatif 5 didukung. Hal ini berartibahwa secara statistik terdapat pengaruh metode instruksional terhadap kompetensi pada α= 0.05. Haltersebut menunjukkan bahwa dalam hal ini penentuan metoda instruksional akan sangat menentukan hasilyang didapatkan dari suatu proses pembelajaran, sebagaimana hasil penelitian Weil, dkk (2004) yangmencontohkan bahwa penggunaan metoda pembelajaran dengan pendekatan metoda kasus mempunyaipengaruh positif dalam mengembangkan kompetensi mahasiswa.

Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

HipotesisVariabel

P-ValueDirectEffect

IndirectEffect

TotalEffect

KeteranganEksogen Endogen

H1 Penr (X1)Kompt (Y2)

0,067 0,159 0,149 0,308Tidak

Signifikan

H2 Penr (X1) Inst (Y1) 0,094 0,157 0,000 0,157Tidak

Signifikan

H3 Pend (X2)Kompt (Y2)

0,114 -0,216 0,506 0,291Tidak

SignifikanH4 Pend (X2) Inst (Y1) 0,001 0,531 0,000 0,531 SignifikanH5 Inst (Y1) Kompt (Y2) 0,000 0,953 0,000 0,953 Signifikan

Sumber: Data diolah (2017)Berdasarkan hasil pengujian lima hipotesis penelitian ini, tidak seluruhnya didukung. Hipotesis 1, 2 dan 3secara statistik tidak dapat didukung sementara hipotesis 4 dan hipotesis 5 didukung secara statistik.

Page 98: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.93-98) 978-602-60766-3-2

98

4. KESIMPULAN DAN SARAN4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian lima hipotesis penelitian ini, tidak seluruhnya didukung. Hipotesis 1, 2dan 3 secara statistik tidak dapat didukung sementara hipotesis 4 dan hipotesis 5 didukung secara statistik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persyaratan penerimaan tidak berpengaruh terhadap kompetensi danmetode instruksional. Teknologi pendidikan juga tidak berpengaruh terhadap metode instruksional. Namunteknologi pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap metode instruksional. Sedangkan metodeinstruksional berpengaruh signifikan pula terhadap kompetensi.4.2. Saran

Diharapkan pada penelitian berikutnya responden yang digunakan adalah mahasiswa yang telahmengikuti ujian kompetensi yang dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang sertifikatnyadikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) agar tolak ukur kompetensi mahasiswa dapatdiketahui. Sehingga penelitian dimasa yang akan datang lebih terukur.

DAFTAR PUSTAKAClinton, B. D., & Kohlmeyer, J. M. III, (2005). The effects of group quizzes on performance and motivation to learn:

Two experiments in cooperative learning. Journal of Accounting Education, 23(2), 96 -116.Cullen, J., Richardson, S., & O’Brien, R. (2004). Exploring the teaching potential of empirically-based case studies.

Accounting Education, 13(2), 251–266.Duff, Angus. (2004). Understanding academic performance and progression of first year accounting and business

economics undergraduates: the role of approaches to learning and prior academic achievement. AccountingEducation. 13(4), 409–430

Frederickson, James R & Pratt, Jamie. (1995). A Model of the Accounting Education Process. Issues in accountingeducation. 10(2), 229-246.

Furqan, Andi Chairil (2009). Metoda Instruksional Sebagai Pemediasi Pengaruh Persyaratan Penerimaan dan TeknologiPendidikan Terhadap Kompetensi Lulusan Pendidikan Akuntansi di Indonesia, Tesis. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta

Ghozali, Imam. (2008). Model Persamaan Struktural: Konsep Aplikasi dengan AMOS 16,0. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro. Semarang.

____________. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

Indrajit, R. Eko & Djokopranoto, Richardus. (2006). Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Penerbit ANDI. YogyakartaJogiyanto, (2008). Pedoman Survei Kuesioner. BPFE. Yogyakarta.Murphy, Elizabeth A. & Hoeppner, Christopher J. (2002). Using technology and library resources in financial

acccounting courses. Journal of Accounting Education. Ed. 20, 331–346Nouri, H., & Shahid A. (2005). The effect of PowerPoint presentations on student learning and attitudes. Global

Perspectives on Accounting Education, 2, 53–73,.http://gpae.bryant.edu/~gpae/content. htm.Presiden Republik Indonesia, Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia______, Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan TinggiSanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group.

JakartaSuwardjono. (2005). Belajar-Mengajar di Perguruan Tinggi: Redefinisi Makna Kuliah. www.suwardjono.comSyukur, Fatah. (2008). Teknologi Pendidikan. RaSAIL Media Group. Semarang.Watson, S. F., Apostolou, B., Hassell, J. M. & Webber, S. A. (2007). Accounting Education Literature Review (2003–

2005). Journal of Accounting Education. Ed. 25, 1–58________ (2003). Accounting education literature review (2000–2002). Journal of Accounting Education. Ed. 21, 267–325

Page 99: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

99

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, PENGALAMAN AUDITORTERHADAP PERTIMBANGAN MATERIALITAS DENGAN

ETIKA PROFESI SEBAGAI PEMODERASI(STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR PEMERINTAH DI KOTA MAKASSAR)

Hasiah1), Hasyim2), Rasyidah Nadir3)

1),2),3) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujungpandang, Makassar

ABSTRACT

The objectives of this research are to find the empirical evidence of the effect of: auditor professionalism toward thematerialistic judgment, 2) interaction between auditor professionalism and professional ethic toward the materialisticjudgment, 3) auditor experience toward the materialistic judgment, and 4) interaction between auditor esperience andprofessional ethic toward the materialistic judgment. This research was conducted to the government auditor inMakassar.The populations in this research are auditors who work for inspectorate office of Makassar, south Sulawesi,region office of BPKP south Sulawesi province, and region office of BPK south Sulawesi reion. The sample was chosenby purposive sampling. The data was collected by distributing questioner. The techniques of data analysis used wasModerated Regression Analysis (MRA). The results of the research show that: 1) auditor professionalism significantlyinfluence the materialistic judgment, 2) professional ethic moderate the professional relation to the materialisticjudgment, 3) auditor experience significantly influence the materialistic judgment, 4) professional ethic moderate theauditor experience to materialistic judgment.

Keywords: Professional Auditor, Auditor experience, professional ethic, materialistic judgment.

1. PENDAHULUANAuditor berperan dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan. Peran auditor baik

auditor publik maupun auditor pemerintah sangat dibutuhkan, auditor sebagai pihak yang netral danindependen dapat menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan.Diharapkan auditor dapat menjalankan tugasnya secara sistematis dan kritis terhadap laporan keuangan yangtelah disusun oleh pengelola suatu entitas baik entitas bisnis maupun entitas publik.

Berkenaan dengan lingkup pengujian, penentuan ukuran sampel dan item yang akan diuji, danpertimbangan (judgment) auditor akan sangat mempengaruhi. Pertimbangan auditor dalam hal ini mencakupmaterialitas, risiko, biaya, manfaat, ukuran, dan karakteristik populasi. Apabila auditor tidak berhati-hatidalam menentukan pertimbangannya maka kesalahan dalam pernyataan pendapat dapat saja terjadi. Beberapafaktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor dalam hal pertimbangan tingkat materialitas adalahprofesionalisme auditor, pengalaman auditor, etika profesi, kredibilitas klien dan faktor-faktor individual.

Penetapan pertimbangan materialitas sangat penting untuk membantu auditor dalam merencanakanpengumpulan bahan bukti yang cukup kompeten. Pertimbangan materialitas merupakan pertimbangan tingkatprofesional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadaidan meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan (SPAP 2001, SA Seksi 312:10).

Penetapan materialitas bukan merupakan suatu permasalahan yang baru. Materialitas diterapkandalam hampir semua keputusan yang melibatkan aktivitas ekonomi. Berbagai lembaga profesi akuntansi,profesi akuntan publik, profesi auditor pemerintah, otoritas pasar modal di Amerika Serikat, maupun KomiteStandar Akuntansi Internasional memberikan berbagai pandangan mengenai materialitas, terutama dikaitkandengan penyajian dalam laporan keuangan.

Auditor harus mempertimbangkan materialitas untuk merencanakan audit dan merancang proseduraudit. Dengan mempertimbangkan materialitas, auditor dapat merancang prosedur audit secara efisien danefektif. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandungsalah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapatmengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam suatu hal yang material sesuai denganprinsip akuntansi berterima umum.

1 Korespondensi:[email protected]

Page 100: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

100

Haynes (1998) dalam Utami (2014) mengemukakan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhipertimbangan auditor khususnya dalam mengevaluasi bukti audit, diantaranya adalah preferensi klien danpengalaman audit. Akuntan yang lebih berpengalaman akan bertambah pengetahuannya dalam melakukanproses audit khususnya dalam memberikan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporankeuangan.

Pengalaman auditor memiliki keterkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas, karenapengalaman auditor berkaitan dengan keahlian dan pengetahuan dalam menangani suatu kasus. Pengalamanauditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam pengauditan.Pengalaman auditor yang dimaksud adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporankeuangan baik dari segi waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan, maupun banyaknya penugasan yangpernah dilakukan.

Profesionalisme auditor dan tingkat materialitas adalah hal penting dalam pengauditan laporankeuangan suatu entitas. Profesionalisme auditor dan tingkat materialitas, kedua hal ini tercakup dalam standarauditing. Standar umum dalam standar auditing berhubungan dengan kompetensi dan sikap yang harusdimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan profesinya, sedangkan materialitas berhubungan denganstandar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Profesionalisme menjadi isu yang kritis bagi profesiakuntan karena profesionalisme auditor menggambarkan kinerja auditor itu sendiri. Gambaran terhadapprofesionalisme tercermin dalam lima dimensi yaitu pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan rekan seprofesi (Hastuti dkk., 2003).

Profesi akuntan dituntut untuk memiliki prinsip dan moral, serta perilaku etis yang sesuai denganetika. Memahami peran perilaku etis seorang auditor dapat memiliki efek yang luas pada bagaimana bersikapterhadap klien mereka agar dapat bersikap sesuai dengan aturan akuntansi berlaku umum (Curtis et al., 2012)dalam Utami (2014). Berperilaku etis sesuai etika profesi menunjukkan bahwa seorang auditor mampuberkomitmen dengan baik dalam menjalankan tugasnya.

Auditor publik maupun auditor pemerintah sebagai suatu profesi dituntut memberikan kepercayaantinggi dan memiliki peran penting dalam suatu negara, penerapan etika merupakan kebutuhan utama yangtidak bisa dinegosiasikan keberadaannya. Jika auditor dalam melakukan pekerjaannya dengan cara yang tidaketis dan tidak bermoral, walaupun hasilnya sesuai dengan rencana, akan menjadi tidak baik nilainya.Keharusan yang mesti dipenuhi dalam profesional akuntan diantaranya harus kompeten, bijak, jujur, kredibel,bermoral baik, objektif, transparan dan sikap-sikap lainnya. Namun, kesemua faktor tersebut tidak akanberjalan tanpa adanya etika dari akuntan publik sendiri.

Penelitian mengenai keperilakuan auditor sangat penting, hal ini menjadi isu yang menarik yangsebelumnya telah dikaji beberapa peneliti terdahulu. Haynes (1998) mengemukakan bahwa banyak faktoryang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor diantaranya preferensi klien dan pengalaman audit.Sementara hasil-hasil penelitian diantaranya Susetyo (2009) menunjukkan bahwa pengalaman audit tidakberpengaruh terhadap pertimbangan auditor, Alvina dan Suryanawa (2010) dalam penelitiannyamenghasilkan hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalampengauditan laporan keuangan menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan. selanjutnya Putu(2013) menunjukkan bahwa profesionalisme, pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan auditor berpengaruhpositif signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas, dan penelitian Sukma (2010) menunjukkanbahwa profesionalisme tidak berpengaruh pada pertimbangan tingkat materialitas.

Berdasarkan temuan peneliti sebelumnya maka penelitian ini merupakan penelitian gabungan daripenelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan Hastuti dkk (2003), Susetyo (2009), Herawaty dan Kurnia(2009), Alvina dan Suryana (2010), dan Putu (2013).Variabel penelitian ini meliputi profesionalisme auditor,pengalaman auditor, etika profesi, dan pertimbangan materialitas. Penelitian ini menggunakan kerangkakontijensi untuk menguji hubungan antara profesionalisme auditor, pengalaman audit dan pertimbanganmaterialitas dengan menggunakan variabel etika profesi sebagai variabel moderasi yang mungkin akanmempengaruhi secara kuat atau lemah hubungan antara profesionalisme auditor, pengalaman auditor danpertimbangan materialitas.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan materialitas,2. Apakah interaksi antara profesionalisme auditor dan etika profesi berpengaruh terhadap

pertimbangan materialitas,3. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan materialitas, dan

Page 101: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

101

4. Apakah interaksi antara pengalaman auditor dan etika profesi berpengaruh terhadappertimbangan materialitas.

2. METODE PENELITIANBerdasarkan permasalahan yang dikemukan maka model penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel profesional auditor dan pengalaman auditor sebagaipenentu kemapuan auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Hubungan variabel-varianeltersebut dimoderasi dengan etika profesi.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:H1: Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap pertimbangan auditorH2: Etika Profesi memoderasi pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan materialitasH3: Pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan auditorH4: Etika Profesi memoderasi pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan materialitas

3. HASIL DAN PEMBAHASANGambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profesionalisme auditor, pengalaman auditor, dan etikaprofesi terhadap pertimbangan materialitas dalam pemeriksaan yang dilakukan auditor pemerintah. Koesionerini terdiri dari 4 (empat) variabel yaitu: profesionalisme auditor, pengalaman auditor, etika profesi, danpertimbangan auditor.

Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepadaresponden dengan mendatangi langsung lokasi pengambilan sampel. Kuesioner dititipkan kepada pegawaiuntuk kemudian diisioleh auditor yang bekerja di kantor perwakilan BPKP perwakilan wilayah SulawesiSelatan dan kantor inspektorat kota Makassar. Untuk auditor pada BPK perwakilan Sulawesi Selatan tidakdapat mengisi koesioner dikarenakan sebagian besar auditor lebih banyak penugasan audit dan tidak beradadi kantor. Jumlah keseluruhan populasi pada penelitian ini adalah seluruh auditor pemerintah dalam lingkupkota Makassar. Kuesioner dibagi mulai tanggal 19 Juni 2016 sampai dengan tanggal 28 Juli 2017. Dari 100kuesioner yang disebar, sebanyak 73 kuesioner yang dikembalikan dan yang diisi sesuai dengan kriteriasebanyak 69 kuesioner.

Kuesioner terdiri dari 74 butir pernyataan dengan perincian 24 butir pernyataan mengenaiprofesionalisme auditor , 9 butir pengalaman auditor, 23 butir pernyataan etika profesi, dan 18 butirpenyataan pertimbangan materialitas.Dalam menentukan bobot dari setiap jawaban yang diberikan responden akan diberikan skor (nilai) padasetiap jawaban dengan menggunakan skala likert yang dapat dilihat sebagai berikut:

Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 4 untuk jawaban Setuju (S)

ProfesionalismeAuditor (X1)

PengalamanAuditor (X2)

Etika Profesi (X3)

PertimbanganMaterialitas (Y)

Page 102: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

102

Skor 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

Karakteristik RespondenData karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jabatan responden, latar belakang

pendidikan, lama bekerja dan jenis kelamin. Responden yang memiliki jabatan sebagai auditor senior adalah16 responden (23%), sebagai auditor junior adalah 53 responden (77%). Responden yang memiliki latarbelakang pendidikan S3 adalah 1 (satu) responden (1%), S2 adalah 3 (tiga) responden (4%), S1 adalah 54responden (79%) dan D3 adalah 11 responden (16%). Responden dengan lama bekerja adalah kurang darisatu tahun tidak ada, antara 1-5 tahun adalah 20 responden (29%), antara 6-10 tahun adalah 11 responden(15%), dan lebih dari 10 tahun adalah 38 responden (56%). Sementara responden dengan jenis kelamin priaadalah 39 responden (57%) dan responden wanita adalah 30 responden (43%).

Analisis dilakukan pada 69 jawaban responden yang telah memenuhi kriteria untuk diolah lebihlanjut. Hasil pengolahan data mengenai statistik deskriptif disajikan dalam tabel1.Tabel 1. Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

Profesionalisme Auditor 69 3.0 4.0 3.957 .2054Pengalaman Auditor 69 3.0 5.0 4.014 .3205Etika Profesi 69 3.0 5.0 4.043 .2676PertimbanganMaterialitas

69 3.0 4.0 3.957 .2054

Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif dari variabel profesionalisme auditor diperoleh Rata-ratajawaban dari responden sebesar 3,957 dengan deviasi standar 0,2054. Nilai rata-rata ini menunjukkanvariabel profesionalisme auditor yang dilaporkan oleh responden relatif tinggi. Hal demikian juga terlihatpada variabel pengalaman auditor nilai rata-rata sebesar 4,014 dengan deviasi standar 0,3205, etika profesinilai rata-rata sebesar 4,043 dengan deviasi standar 0,2676, dan pertimbangan materialitas nilai rata-ratasebesar 3,957 dengan deviasi standar 0,2054.

Pengujian Validitas dan Reabilitasa. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya kuesioner yang digunakan. Teknikyang digunakan untuk melakukan uji validitas adalah koefisien korelasi pearson Correlation. Data dikatakanvalid jika total setiap konstruknya signifikan pada level 0,05 atau 0,01. Hasil pengujian validitas dalampenelitian ini dapat terlihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Uji Validitas

VariabelPearson Correlation

(validitas)Sig. (2-tailed) Keterangan

Profesionalisme Auditor (X1) 0,402 0,01 ValidPengalaman Auditor (X2) 0,307 0,01 ValidEtika Profesi (X3) 0,262 0,01 ValidPertimbangan Materialitas (Y) 0,280 0,01 ValidSumber: Data primer yang diolah, 2017

Hasil uji validitas tabel 2, menunjukkan pearson correlation untuk setiap variabel yaitu, penerapanstandar akuntansi pemerintahan (y) dan pemanfaatan teknologi informasi pada tingkat signifikansi 0,05 atau0,01. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan kuesioner mampu untuk mengukurvariabel yang diharapkan.b. Hasil Uji Reliabilitas

Page 103: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

103

Uji reliabilitas diukur dengan uji statistik Cronbach’s Alpha (α). Jika nilai Cronbach’s Alpha> 0,70maka data dikatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dapat terlihat pada tabelberikut:

Tabel 3. Hasil Uji ReliabilitasNama Variabel Cronbach’s

Alpha (α)Keterangan

Profesionalisme Auditor (X1)Pengalaman Auditor (X2)Etika Profesi (X3)Pertimbangan Materialitas (Y)

0,8120,8690,8120,811

ReliabelReliabelReliabelReliabel

Sumber: Data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas pada tabel 3, hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Cronbach’sAlpha (α) untuk setiap variabel lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1967) dalamGhozali. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa pertanyaan untuk masing-masing variabel dikatakan reliabel.c. Pengujian Hipotesis

1) Pengujian Hipotesis 1 dan 2Pengujiaan hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah profesionalisme berpengaruh terhadap

pertimbangan materialitas auditor. Dan untuk melihat apakah etika profesi sebagai variabel moderasimempengaruhi hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan materialitas auditor. Hasilanalisis regresi tersaji dalam tabel 4.Tabel 4. Hasil Moderasi Etika Profesi terhadap Hubungan antara Profesionalisme

Auditor dan Pertimbangan Materialitas Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant)4.065 .031 131.27

8.000

Zscore(PA) -.124 .032 -.605 -3.914 .000Zscore(EP) .120 .024 .584 4.954 .000AbsX1_X3

R2 = 0,326

-.139

F = 10,474

.029

Ρ = 0,000

-.775

Adjusted R2 = 0,295

-4.722 .000

a. Dependent Variable: PMTabel 4. menunjukkan Pertimbangan materialitas dijelaskan oleh Profesionalisme auditor, etika profesi

dan interaksi antara profesionalisme auditor dan etika profesi dengan nilai (R2) sebesar 32,6% dan F =10,474 signifikan pada Ρ = 0,000. Hal ini berarti model yang digunakan menunjukkan goodness of fit yangbaik. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa koefisien β4 (interaksi) signifikan dengan nilai t hitungsebesar -4,722 dan signifikasi sebesar 0,000 yang lebih besar dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa variabeletika profesi yang dimiliki auditor mempengaruhi hubungan antara profesionalisme auditor denganpertimbangan materialitas auditor, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti memperoleh dukungan empiris,dan ini berarti bahwa interaksi antara profesionalisme auditor dengan etika profesi yang dimiliki auditorberpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas seorang auditor. Dapat juga dikatakan, etika profesiyang dimiliki auditor pemerintah dalam lingkup BPKP berperan sebagai variabel pemoderasi hubunganantara profesionalisme auditor dan pertimbangan materialitas.

Temuan ini sesuai dengan penelitian Yendrawati (2008) menguji bahwa dimensi profesionalismeauditor yaitu: pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi danhubungan sesama profesi yang berhubungan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas adalahhanya dimensi keyakinan terhadap profesi, sedangkan dimensi yang lain tidak mempunyai hubungansignifikan. Terdapat korelasi yang positif antara dimensi keyakinan terhadap profesi dengan pertimbangantingkat materialitas. Penelitiaan Herawaty dan Kurnia (2009) menunjukkan Profesionalisme, pengetahuandalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

Page 104: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

104

pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam proses pemeriksaan laporan keuangan, hal yangsama dalam penelitian Alviana dan Ketut (2011) menunjukkan hasil bahwa dimensi profesionalisme auditormempunyai hubungan signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pengauditanlaporan keuangan, dan penelitian Putu (2013) menunjukkan hasil secara empiris bahawa profesionalisme,pengalaman kerja, dan tingkat pendidikan auditor berpengaruh positif signifikan terhadap pertimbangantingkat materialitas.

Temuan ini mengindikasikan bahwa etika profesi yang merupakan suatu prinsip dimiliki seorangauditor dalam melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti untu menentukan danmelaporkan kesusuaian informasi berdasarkan kriteria-kriteria dipengaruhi oleh profesionalisme auditorsehingga dalam menentukan pertimbangan materialitas seorang auditor pemerintahan mampu menghindariadanya penyembunyian atau kesalahan penyajian, dan seorang auditor pemerintah mampu merancangpemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material dariketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.Tabel 5. Hasil Moderasi Etika Profesi terhadap Hubungan antara Pengalaman Auditor

dan Pertimbangan Materialitas Coefficientsa

Model UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant)4.000 .016 249.84

9.000

Zscore(PLA) .122 .022 .594 5.576 .000Zscore(EP) .005 .022 .023 .216 .830AbsX2_X3

R2 = 0,683

-.135

F = 46,643

.023

Ρ = 0,000

-.483

Adjusted R2 = 0,668

-5.972 .000

a. Dependent Variable: PM

Tabel 5. menunjukkan pertimbangan materialitas dijelaskan oleh pengalaman auditor, etika profesi daninteraksi antara pengalaman auditor dan etika profesi dengan nilai (R2) sebesar 68,3% dan F = 46,643signifikan pada Ρ = 0,000. Hal ini berarti model yang digunakan menunjukkan goodness of fit yang baik.Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa koefisien β5 (interaksi) signifikan dengan nilai t hitungsebesar -5,972 dan signifikasi sebesar 0,000 yang lebih besar dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa variabeletika profesi yang dimiliki auditor mempengaruhi hubungan antara pengalaman auditor dengan pertimbanganmaterialitas auditor, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti memperoleh dukungan empiris, dan ini berartibahwa interaksi antara pengalaman auditor dengan etika profesi yang dimiliki auditor berpengaruh terhadappertimbangan tingkat materialitas seorang auditor. Dapat juga dikatakan, etika profesi yang dimiliki auditorpemerintah dalam lingkup BPKP berperan sebagai variabel pemoderasi hubungan antara pengalaman auditordan pertimbangan materialitas.

Temuan ini sesuai dengan penelitian Adrian (2013) menunjukkan hasil skeptisme profesionalberpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor, etika berpengaruh signifikan positif terhadapketepatan pemberian opini oleh auditor, pengalaman berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatanpemberian opini oleh auditor, dan keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberianopini oleh auditor. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Susetyo (2009) menunjukkan hasil Pengalamanaudit tidak signifikan berpengaruh terhadap pertimbangan auditor, sedangkan pengalaman audit terhadappertimbangan auditor yang dimoderasi oleh krediabilitas klien sebagai quasi moderator

Sementara kredibilitas klien sebagai moderasi antara hubungan profesionalisme autor, etika profesi,dan pengalaman auditor terhadap tingkat materialitas menunjukkan bahwa profesionalisme auditorberpengaruh signifikan dan negatif pada pertimbangan materialitas, tidak terdapat pengaruh signifikan etikaprofesi pada pertimbangan materialitas, pengalaman auditor tidak berpengaruh pada pertimbangan tingkatmaterialitas, kredibilitas klien secara signifikan memoderasi pengaruh antara profesionalismr auditor padapertimbangan tingkat materialitas, dan kredibilitas klien secara signifikan memoderasi pengaruh etika profesiterhadap pertimbangan materialitas (Utami dan Adhi, 2014).

Page 105: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.99-105) 978-602-60766-3-2

105

Temuan ini mengindikasikan bahwa etika profesi yang dimiliki auditor mampu memperkuathubungan pengalaman seorang auditor dengan pertimbangan materialitas auditor pemerintah. Pengalamanauditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan sangat berpengaruh dari aspek waktu danbanyaknya penugasan yang dilakukan. Pengalaman auditor pemerintah memiliki keterkaitan denganpertimbangan tingkat materialitas karena pengalaman auditor berkaitan dengan keahlian dan pengetahuandalam menangani suatu kasus, dan tentunya hal ini jika seorang auditor memiliki etika profesi yang cukupkuat maka seorang auditor mampu mempergaruhi pertimbangan materialitas dalam pengauditan.

4. KESIMPULANBerdasarkan uraian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan materialitas.2. Etika profesi memoderasi hubungan antara profesionalisme auditor terhadap pertimbangan materialitas.3. Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan auditor

Etika profesi memoderasi hubungan antara pengalaman auditor terhadap pertimbangan materialitas..

5. DAFTAR PUSTAKAAlvina Novita dan Ketut I Suryanawa. 2011. Analisis Hubungan antara Profesionalismr Auditor dengan Pertimbangan

Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan ( studi Empiris pada Kantor Akuntan Publikdi Bali). Bali: Universitas Udayana (Tidak Dipublikasikan)

Bagus, Ida S. A.N dan Wayan I Ramantha. 2015. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi dan Pealtihan Auditorterhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,Volume 13.3. Desember.

Curtis, Mary B., Teresa L. Conover, Lawrence C. Chui. 2012.” A Cross-Cultural Study of the Influence of Country ofOrigin, Justice, Power Distance, and Gender on Etical Decision making”. Journal of International accountingreserach Volume 11 (1).h:5-34.

Fadhlina, R.P., Maksum A., Abubakar, Erwin. 2013. Pengaruh Persepsi Profesi, Kesadaran Etis dan IndependensiAuditor terhadap komitmen Profesi Akuntan publik di Kota Medan. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, Volume6, No.2. Juli.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

Hastuti, T.D., S.L Indriarto dan C. Susilawati. 2003. Hubungan antara Profesionalisme dengan Pertimbangan TingkatMaterialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VI,Oktober, hlm.1202-1220.

Haynes, C. M., J.G. Jenkins and S.R Nutt. 1998. “The Relationship between Client Advocacy abd Audit Experience: AnExploratory Analysis”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.17 (20 fall: 88-104.

Maryani, T dan U.Ludigdo. 2001. Survei atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan.TEMA. Volume II No.1. Maret.p. 49-62

Nurillah, As-Syifa. 2014. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan KeuanganDaerah (Studi Empiris pada SKPD Kota Depok).

Putu, Luh Ekawati. 2013. Pengaruh Profesionalisme, Pengalaman Kerja dan Tingkat Pendidikan auditor terhadapPertimbangan Tingkat materialitas (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bali). Jurnal IlmiahAkuntansi dan Humanika (JINAH) Volume 3 No.1, Desember.

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.Sukma, Ekasanthi. 2010. Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Auditor

pada Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan. Skripsi. Denpasar: Universitas Udayana.Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor dengan Kredibilitas Klien Sebagai

variabel Moderating. Tesis. Semarang: Pascasarjana Universitas DiponegoroUtami, Galeh dan Adhi M Nugroho. 2014. Pengaruh Profesionalisme Auditor, Etika Profesi dan Pengalaman Auditor

terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dengan Kredibilitas Klien sebagai Pemoderasi. Jurnal Nominal,Volume III, No.1.

Wayan, I Suartana. 2010. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi. Andi, YogyakartaYendrawati, Reni. 2008. Analisis Hubungan antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas

dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Jurnal Fenomena, Volume 6, No.1, Maret.

Page 106: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

106

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, KOMPETENSI DAN GOODGOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PENGELOLAAN ASET DAERAH DI

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

Hendra Gunawan1)

1) Dosen STIM Yapim, Maros

ABSTRACT

One of the most important things in the management of regional assets or wealth is the existence of institutions that areable to manage the regional assets properly and in accordance with applicable regulations. The role of institutions andhuman resources greatly affect the quality management of assets or property owned by the region because no matterhow good the system is available if not supported by good institutional and human resource quality, the management ofassets or property of the region will not run properly. Conditions of organizational governance applied by theGovernment of Makassar City in relation to the implementation of Asset Manager performance assessment has notshown synergy that supports the improvement of asset management. The facts show that due to poor organizationalgovernance in the field of asset management causes the performance of asset management realization is not inaccordance with the expected target. Problems that arise regarding the administration of local assets, one of them isbecause not yet apply the guidance of good governance or good governance in presenting information and data aboutasset. Of course, the governance adopted by the Government of Makassar City should be based on the actualization ofgood governance principles or sound organizational governance to improve the performance of local government assetmanagement. This study aims to analyze the effect of organizational commitment, competence, and good governance onthe quality of asset management. This study uses primary and secondary data. The sampling technique used is simplerandom sampling on the employees in the Finance and Asset Management Board of Makassar City and 52 SKPD(consisting of Agency, Agency, Regional Hospital and District). The number of samples in this study is 125 employees.Data analysis used is descriptive statistical analysis and inferential statistics Structural Equation Modeling (SEM).

Keywords: Commitment; Competence; Governance; Management

1. PENDAHULUANOptimalisasi manajeman aset daerah merupakan kebijakan penting bagi pemerintah daerah karena

didalamnya terdapat sasaran strategis yang bisa diwujudkan dan dapat ditempuh dengan identifikasi daninventarisasi nilai dan potensi aset daerah; penerapan system informasi manajemen aset daerah; pengawasandan pengendalian pemanfaatan aset; dan pelibatan berbagai profesi atau keahlian yang terkait seperti auditorinternal dan penilai independen (Muhlis, 2014).

Salah satu yang penting dalam pengelolaan barang milik daerah adalah adanya kelembagaanberkualitas yang mampu mengelola aset daerah dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada. Yangdimaksud dengan kelembagaan disini adalah institusi termasuk sumber daya manusia yang mengelola barangmilik daerah tersebut. Peranan institusi ini sangat berpengaruh terhadap baik buruknya pengelolaan barangmilik daerah karena sebagus apapun sistem yang tersedia bila tidak didukung oleh kualitas kelembagaan yangbaik maka pengelolaan barang milik daerah tidak akan berjalan dengan baik.

Komitmen organisasi mempunyai tiga komponen, yaitu keyakinan yang kuat dari seseorang danpenerimaan tujuan organisasi, kemauan seseorang untuk berusaha keras bergantung pada organisasi dankeinginan seseorang yang terbatas untuk mempertahankan keanggotaan. Semakin kuat komitmen, semakinkuat kecenderungan seseorang untuk diarahkan pada tindakan sesuai dengan standar (Rahmat, 2013).

Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari seseorang yang memiliki keterampilan (skill),pengetahuan (knowlwdge) dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Holmes, 2007).Keterampilan, pengetahuan dan kemampuan sangat diperlukan, karena ketiga hal ini merupakan hal pokokyang harus dimiliki. Kualitas laporan pengelolaan aset yang disusun, dikelola dan dilaporkan sangatbergantung pada ketiga hal ini. Rothwell (2007) menjelaskan bahwa kompetensi di definisikan sebagaiaspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memunginkan dia untuk mencapai kinerja superior. Dalamliteratur psikologi, pengetahuan spesifik dan lamanya bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkankompetensi.

1 Korespondensi:[email protected]

Page 107: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

107

Salah satu hal yang paling penting dalam pengelolaan aset atau barang milik daerah adalah adanyakelembagaan yang mampu mengelola aset daerah dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.Peranan institusi dan sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan aset ataubarang milik daerah karena sebagus apapun sistem yang tersedia bila tidak didukung oleh kualitaskelembagaan dan sumber daya manusia yang baik maka pengelolaan aset atau barang milik daerah tidak akanberjalan dengan baik.

Kondisi tata kelola organisasi yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassar dalam kaitannyadengan pelaksanaan penilaian kinerja Pengelola Aset belum menunjukkan sinergitas yang menunjangpeningkatan pengelolaan Aset. Fakta menunjukkan bahwa akibat tata kelola organisasi yang kurang dibidangpengelolaan aset menyebabkan kinerja pengelolaan aset realisasinya tidak sesuai dengan target yangdiharapkan.

Permasalahan yang muncul mengenai penatausahaan aset daerah, salah satunya disebabkan karenabelum menerapkan pedoman good governance atau tata kelola yang baik dalam menyajikan informasi dandata mengenai aset. Tentunya tata kelola yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Makassar seharusnyaberpatokan pada aktualisasi prinsip tata kelola pemerintahan yang baik atau tata kelola organisasi yang sehatuntuk meningkatkan kinerja pengelolaan aset pemerintah daerah.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pendekatan (1) Exploratory, yaitu berusaha untuk mencari hubungan-

hubungan yang relatif baru, dan explanatory yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menjelaskan gejalayang ditimbulkan oleh suatu objek penelitian. (2) Ex post facto, yaitu penelitian yang bersifat pencarianempirik yang sistematik, di mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena peristiwa telahterjadi atau sifatnya tidak dapat dimanipulasi. (3) Studi kausal, yaitu peneliti berusaha menjelaskan hubungankausal pengaruh komitmen organisasional, kompetensi, dan good governance (tata kelola yang baik)terhadapa kualitas pengelolaan aset di Pemerintah Kota Makassar.

Waktu penelitian dijadwalkan selama 8 (delapan) bulan mulai dari Maret - Oktober 2017. Lokasipenelitian dilaksanakan di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Makassar dan 52 SKPD(terdiri Dinas, Badan, Rumah Sakit Daerah dan Kecamatan).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling pada pegawai di BadanPengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Makassar dan 52 SKPD (terdiri Dinas, Badan, Rumah SakitDaerah dan Kecamatan). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 125 orang pegawai.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primeradalah data yang langsung dikumpulkan dari sumber pertamanya dalam hal ini adalah pegawai pada BadanPengelola Keuangan dan Aset Pemerintah Kota Makassar dan 52 SKPD. Data sekunder adalah data yangdiperoleh dengan cara mengambil data yang sudah ada pada instansi terkait, buku-buku, catatan dan laporanyang ada kaitannya dengan topik penelitian. Untuk mengumpulkan data digunakan tiga macam teknik, yaituobservasi, pencatatan dan wawancara (kuesioner).

Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial StructuralEquation Modeling (SEM). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik respondenmeliputi jenis kelamin, pendidikan terakhir, umur, dan masa kerja. Dan juga digunakan untuk menjelaskantanggapan responden terhadap variabel penelitian meliputi pengaruh komitmen organisasional, kompetensi,dan good governance (tata kelola yang baik) terhadapa kualitas pengelolaan aset.

Analisis statistik inferensial yang digunakan ialah analisis Structural Equation Model (SEM) yaituteknik analisis statistik yang mengombinasikan beberapa aspek yang terdapat pada analisis jalur dan analisisfaktor konfirmatori untuk mengestimasi beberapa persamaan secara simultan.

3. HASIL DAN PEMBAHASANPengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kualitas Pengelolaan Aset

Komitmen organisasi merupakan aktualisasi diri terhadap loyalitas organisasi melalui kesediaan ataukemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, bertahan di dalam organisasi dan bangga menjadibagian dari organisasi. Hal ini berarti bahwa komitmen organisasi merupakan faktor penting dalampencapaian tujuan organisasi.

Variabel komitmen organisasi diukur dengan tiga indikator yakni :

Page 108: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

108

a. Komitmen afektif (affective commitment), komitmen yang berkaitan dengan emosional, identifikasi, danketerlibatan di dalam organisasi.

b. Komitmen normatif (normative commitment), keyakinan individu tentang kewajiban berkontribusi kepadaorganisasi.

c. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment), suatu komitmen rasional yang terbentuk atas dasarpertimbangan untung rugi yang dihadapi individu jika berhadapan dengan keputusan untuk tetapbergabung dalam organisasi atau hendak keluar dari organisasi.

Hal ini memberi gambaran bahwa indikator komitmen berkelanjutan (continuance commitment) yangdominan dilihat dari nilai reratanya 4,24 memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan VariabelKomitmen Organisasi. Sebaliknya indikator yang paling kecil kontibusinya ialah indikator pertama, yaitukomitmen afektif (affective commitment, X1-1) dengan nilai rerata 4,06.

Hasil uji konstruk variabel komitmen organisasi dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices padaTabel 1berikut dengan disajikan kriteria model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model yang diajukanmenunjukkan bahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan menghasilkan nilai di atas kritis yangmenunjukkan bahwa model telah sesuai dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian modelselanjutnya.

Tabel 1. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Komitmen Organisasi

Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model* Keterangan

2 – Chi-square Diharapkan kecil 45.872 < (0,05:200 = 233,9943) BaikProbability 0.05 0.003 Kurang BaikCMIN/DF 2.00 1.994 BaikRMSEA 0.08 0.070 Baik

GFI 0.90 0.953 BaikAGFI 0.90 0.908 BaikTLI 0.95 0.944 BaikCFI 0.95 0.964 Baik

Tabel 1 menunjukkan bahwa model pengukuran komitmen organisasi maka kriteria model telahmenunjukkan adanya model fit atau kesesuaian antara data dengan model. Hal ini dibuktikan dari delapancriteria fix yang ada, sudah ada tujuh yang telah memenuhi kriteria. Yang kurang baik hanya elemenprobabilita. Dengan demikian model di atas menunjukkan tingkat penerimaan yang baik. Oleh karena itudapat disimpulkan, bahwa model dapat diterima.

Selanjutnya untuk mengetahui variabel yang dapat digunakan sebagai indikator dari komitmenorganisasi dapat diamati dari nilai loading faktor (λ) dan tingkat signifikansinya, yang mencerminkanmasing-masing variabel sebagai indikator komitmen organisasi tampak pada Tabel 1.

Loading faktor ( ) pengukuran variabel komitmen organisasi pada Tabel 3 menunjukkan hasil ujipengukuran variabel komitmen organisasi dari setiap indikator guna menjelaskan konstruk, khususnyavariabel laten (unobserved variabel). Hasil uji menunjukkan bahwa semua indikator signifikan, sehinggaseluruh indikator diikutkan dalam pengujian berikutnya.

Hasil analisis pengukuran dengan confirmatory factor analysis memperlihatkan bahwa Variabel latenKomitmen Organisasi, diukur dengan 3 indikator dan 11 item menggunakan teori totalitas dari Allen danMeyer (2009) yang membagi komitmen organisasi atas tiga komponen yaitu Komitmen afektif, Komitmennormatif, dan komitmen berkelanjutan. Indikator komitmen afektif diukur dengan menggunakan 4 item,sementara indikator komitmen normatif diukur dengan 4 item serta indikator komitmen berkelanjutan diukurdengan 3 item. Dari hasil pengujian, memperlihatkan bahwa semua indikator memiliki CR ≥ 2 sehinggadapat dikemukakan bahwa korelasi antara seluruh indikator tersebut dapat membentuk variabel dengan baik.

Komitmen organisasi merupakan aktualisasi diri terhadap loyalitas organisasi melalui kesediaan ataukemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, bertahan di dalam organisasi dan bangga menjadibagian dari organisasi. Ukuran yang digunakan untuk mengukur komitmen organisasi mengacu padaindikator yang terdapat pada teori totalitas oleh Allen dan Meyer (2009) yaitu X1.1 Komitmen afektif, X1.2Komitmen normatif, dan X1.3 Komitmen berkelanjutan.

Page 109: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

109

Hasil analisis konfirmatori menunjukkan faktor penting atau dominan yang merefleksikan variabelkomitmen organisasi adalah indikator komitmen berkelanjutan, yaitu suatu komitmen rasional yang terbentukatas dasar pertimbangan untung rugi yang dihadapi individu jika berhadapan dengan keputusan untuk tetapbergabung dalam organisasi atau hendak keluar dari organisasi. Dengan adanya rasa setia pada organisasi,maka akan lahir komitmen berkelanjutan yang kondusif. Rasa setia tersebut berimplikasi kepada setiappegawai pengelola aset bahwa dalam melaksanakan tugasnya, dilandasi oleh pertimbangan yang ikhlas,bukan untung rugi finansial. Apapun masalah yang dihadapi, pegawai konsisten untuk tetap bergabung dalamorganisasi dan tidak berkeinginan untuk keluar.

Kondisi empiris menunjukkan pentingnya upaya untuk memberikan perhatian serius pada indikatorafektif. Hasil ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pegawai pengelola aset perlu ditingkatkankinerjanya dengan memberikan keyakinan untuk menjaga sikap emosional, mampu meningkatkanidentifikasi kerja dan senantiasa terlibat dalam kegiatan organisasi. Anteseden komitmen afektif terdiri dari:karakteristik pribadi, karakteristik jabatan, pengalaman kerja, serta karakteristik struktural. Karakteristikstruktural meliputi besarnya organisasi, luasnya kontrol, dan sentralisasi otoritas. Dari keempat antesedentersebut, anteseden yang paling berpengaruh adalah pengalaman kerja, terutama pengalaman atas kebutuhanpsikologis untuk merasa nyaman dalam organisasi dan kompeten dalam menjalankan peran kerja.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa indikator yang memiliki mean ataukontribusi terkecil dalam merefleksikan variabel komitmen organisasi adalah komitmen afektif, pernyataantersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar pegawai pengelola aset sadar akan pentingnya iklimorganisasi yang baik yaitu kualitas lingkungan di dalam suatu organisasi yang secara relatif bertahan dandapat dialami oleh pegawai serta mampu mempengaruhi tingkah laku pegawai. Adapun yang tercakup dalamiklim organisasi terdiri dari struktur, tanggung jawab, penghargaan, resiko, dukungan, standar kerja, konflik,dan identitas.

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Pengelolaan AsetKompetensi adalah kemampuan profesional yang dimiliki oleh pengelola aset. Variabel kompetensi

diukur dengan tiga indikator yakni :a. Motif yaitu tuntutan kemampuan untuk tertarik menekuni bidang pengelolaan aset.b. Konsep diri yaitu mengenal kemampuan diri dalam mengelola bidang pengelolaan aset.c. Pengetahuan yaitu wawasan tentang berbagai khasanah keilmuan bidang pengelolaan aset.

Hasil uji konstruk variabel kompetensi dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices pada Tabel 5berikut dengan disajikan kriteria model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model yang diajukan menunjukkanbahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan menghasilkan nilai di atas kritis yang menunjukkanbahwa model telah sesuai dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian model selanjutnya.

Tabel 2 menunjukkan bahwa model pengukuran kompetensi maka kriteria model telah menunjukkanadanya model fit atau kesesuaian antara data dengan model. Hal ini dibuktikan dari delapan criteria fix yangada, sudah ada tujuh yang telah memenuhi kriteria. Yang kurang baik hanya elemen probabilita. Dengandemikian model di atas menunjukkan tingkat penerimaan yang baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan,bahwa model dapat diterima.

Tabel 2. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices KompetensiGoodness of fit index Cut-off Value Hasil Model* Keterangan

2 – Chi-square Diharapkan kecil45.872 < (0,05:200 =

233,9943)Baik

Probability 0.05 0.003 Kurang BaikCMIN/DF 2.00 1.994 BaikRMSEA 0.08 0.070 Baik

GFI 0.90 0.953 BaikAGFI 0.90 0.908 BaikTLI 0.95 0.944 BaikCFI 0.95 0.964 Baik

Page 110: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

110

Hasil analisis pengukuran dengan confirmatory factor analysis memperlihatkan bahwa variabel latenkompetensi, diukur dengan 3 indikator dan 15 item menggunakan teori orientasi kemampuan (ability orientedtheory) dikemukakan oleh Spencer and Spencer (1993). Indikator motif diukur dengan menggunakan 5item, sementara indikator konsep diri diukur dengan 5 item serta indikator pengetahuan diukur dengan 5item. Dari hasil pengujian, memperlihatkan bahwa semua indikator memiliki CR ≥ 2, sehingga dapatdikemukakan bahwa korelasi antara seluruh indikator tersebut dapat membentuk variabel dengan baik.

Hasil analisis faktor konfirmatori menunjukkan faktor penting atau dominan yang merefleksikanvariabel kompetensi aparatur adalah indikator pengetahuan. Kompetensi pegawai operasional (kinerja)dikenal dengan 3 pilar utama yaitu mutu personal, pengetahuan umum yang memadai serta keahlian khususdibidangnya, karena ketiga hal ini merupakan hal pokok yang harus dimiliki. Kualitas pengelolaan aset yangdilakukan oleh pengelola aset SKPD sangat tergantung pada ketiga hal ini.

Kondisi empiris menunjukkan pentingnya upaya untuk memberikan perhatian serius pada indikatorkonsep diri. Hasil ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pegawai pengelola aset dalam meningkatkankompetensinya belum sepenuhnya berasal dari kesadaran diri sendiri, kurangnya dorongan serta keinginanuntuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Umumnya mereka berdiam diri dan bersifat menunggu daripimpinan tempat mereka bekerja.

Berdasarkan nilai bobot faktor (factor loading) dan nilai rata-rata (mean) dapat disimpulkan bahwakompetensi pegawai berdasarkan kondisi empiris dan faktor dominan dalam mencerminkan kompetensiaparatur ditunjukkan pada indikator pengetahuan dan motif. Penelitian ini, dengan mengacu pada faktaempiris yaitu kompetensi pegawai saat ini berdasarkan pernyataan pegawai pegawai bahwa dimensipengetahuan yang menggambarkan kemampuan pegawai dalam mengetahui dan memahami tugas dantanggung jawab dalam bekerja, mentaati peraturan dan prosedur, mampu menggunakan sistem informasi,peralatan dan tehnik yang tepat dan benar, juga indikator motif diharapkan pegawai pengelola aset mampumemiliki kemandirian dalam menentukan motif kerja, bakat yang menjadi sifat bawaan dalam menyenangipekerjaan, memiliki konsep diri tentang pekerjaan yang diminati, mempunyai pengetahuan dan keterampilanatas bidang yang ditekuni.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa indikator yang memiliki mean ataukontribusi terkecil dalam merefleksikan variabel kompetensi adalah indikator konsep diri. Pernyataantersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar pegawai pengelola aset pada pemerintahan kota Makassardalam meningkatkan kompetensinya belum sepenuhnya berasal dari kesadaran diri sendiri, kurangnyadorongan serta keinginan untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Umumnya mereka berdiam diri danbersifat menunggu dari pimpinan tempat mereka bekerja.

Pengaruh Tata Kelola (Good Governance) Terhadap Kualitas Pengelolaan AsetTata kelola adalah metode atau cara dalam mengelola organisasi sesuai prinsip ketatalaksanaan di

bidang pengelolaan aset daerah. Variabel tata kelola diukur dengan tiga indikator yakni:a. Partisipasi yaitu prinsip keikutsertaan mengelola bidang pengelolaan aset secara profesional.b. Responsibilitas yaitu kehandalan dalam mengelola bidang pengelolaan aset secara profesional.c. Akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban bidang pengelolaan aset sesuai program dan kegiatan yang

terlaksana.Hasil uji konstruk variabel tata kelola dievaluasi berdasarkan goodness of fit indices pada Tabel 8

berikut dengan disajikan kriteria model serta nilai kritisnya. Dari evaluasi model yang diajukan menunjukkanbahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan menghasilkan nilai di atas kritis yang menunjukkanbahwa model telah sesuai dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian model selanjutnya.

Tabel 3 menunjukkan bahwa model pengukuran tata kelola maka kriteria model telah menunjukkanadanya model fit atau kesesuaian antara data dengan model. Hal ini dibuktikan dari delapan criteria fix yangada, sudah ada tujuh yang telah memenuhi kriteria. Yang kurang baik hanya elemen probabilita. Dengandemikian model di atas menunjukkan tingkat penerimaan yang baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan,bahwa model dapat diterima.

Hasil analisis pengukuran dengan confirmatory factor analysis memperlihatkan bahwa variabel latentata kelola, diukur dengan 3 indikator dan 15 item menggunakan teori prinsip tata kelola (governanceprinciple theory) dari Arthur (2006). Indikator Partisipasi diukur dengan menggunakan 5 item, sementaraindikator Responsibilitas diukur dengan 5 item serta indikator Akuntabilitas diukur dengan 5 item. Dari hasil

Page 111: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

111

pengujian, memperlihatkan bahwa semua indikator memiliki CR ≥ 2, sehingga dapat dikemukakan bahwakorelasi antara seluruh indikator tersebut dapat membentuk variabel dengan baik.

Tabel 3. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Tata KelolaGoodness of fit index Cut-off Value Hasil Model* Keterangan

2 – Chi-square Diharapkan kecil45.872 < (0,05:200 =

233,9943)Baik

Probability 0.05 0.003 Kurang BaikCMIN/DF 2.00 1.994 BaikRMSEA 0.08 0.070 Baik

GFI 0.90 0.953 BaikAGFI 0.90 0.908 BaikTLI 0.95 0.944 BaikCFI 0.95 0.964 Baik

Tata kelola (good governance) yang dimaksud dalam penelitian adalah tata kelola pengelolaan asetsecara baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangkamencapai tujuan organisasi. Indikator yang digunakan dalam penelitian Tata kelola (good governance) yaituberdasarkan teori prinsip tata kelola (governance principle theory) dari Arthur (2006) sebagai berikut:Partisipasi, Responsibilitas, dan Akuntabilitas.

Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang ikut berpartisipasi, mereka menyalurkanaspirasinya melalui media yang disediakan oleh pemerintah daerah itu sendiri, selain itu pula merekamenyampaikan apa yang menjadi keluhannya kepada pemerintah. Dimana dari keluhan tersebut dapatdijadikan sebagai masukan bagi pemerintah agar pemerintah lebih memperhatikan masyarakat. Dan dari hasilpenelitian juga dapat diketahui bahwa pemerintah daerah menyediakan media komunikasi untuk masyarakatseperti melalui media massa dan hal ini merupakan upaya pemerintah untuk menampung aspirasi masyarakat.Masyarakat harus mendapatkan akses yang luas untuk menyampaikan pendapat.

Hasil analisis faktor konfimatori menunjukkan faktor penting atau dominan yang merefleksikanvariabel tata kelola adalah indikator responsibilitas. Hasil ini membuktikan bahwa keberhasilan implementasitata kelola disebabkan oleh kehandalan dalam mengelola bidang pengelolaan aset secara professionalsehingga dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat lebih cepat dan tanggap kepada pihak yangberkepentingan.

Kondisi empiris menujukkan pentingnya upaya memberikan perhatian serius kepada pada indikatorresponsibilitas walaupun nilai rerata mean tinggi, indikator responsibilitas sangat rendah kontribusi dimensiatau loading faktor responsibilitas hal ini disebabkan karena para pengelola aset belum memiliki perencanaanyang jelas kedepan serta kejelasan setiap tujuan kebijakan program yang dibuat. Terkadang perencanaanyang dibuat tidak mencerminkan realita serta kebutuhan prioritas. Kebijakan yang dibuat terkadangdihasilkan oleh satu orang saja dan lebih menonjolkan kepentingan tertentu.

Indikator akuntabilitas yang memiliki mean atau kontribusi terkecil dalam merefleksikan variabel tatakelola. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya untuk memberikan perhatian serius kepada indikatorakuntabilitas. Untuk itu perlu lebih memahami visi dan misi organisasi serta aturan yang berlaku sehinggaprogram yang telah dibuat dapat terlaksana sesuai dengan tujuan organisasi dan ketentuan yang berlaku. Sub-indikator yang dominan kontribusinya dalam pembentukan indikator akuntabilitas adalah sub-indikatorkedua, yaitu senatiasa menjalankan pedoman, sistem, dan prosedur kerja yang tersedia secara lengkap sesuaidengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Dalam permasalahan akuntabilitas proseshendaknya bidang aset melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan laporan barang yangdilakukan oleh Satuan Kerja (SKPD) agar pada saat penyusunan laporan aset tidak terjadi kesalahan maupunketerlambatan dalam penyampaian laporan tersebut.

Pengelolaan aset/barang milik daerah di pemerintah kota Makassar belum optimal. Yangmempengaruhi belum optimalnya pengelolaan aset di kota Makassar dapat dilihat dari permasalahan legalyaitu pada akuntabilitas hukum, akuntabilitas proses yang terkait dengan belum dipatuhinya prosedur dalampenatausahaan laporan atas barang milik daerah, sumber daya manusia (SDM) terlihat dari kualitas pegawaiyang tidak sesuai dengan bidang pekerjaan dan juga kuantitas pegawai bidang aset yang tidak sebanding

Page 112: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

112

dengan jangkauan pengelolaan aset daerah yaitu seluruh aset yang dimiliki pemerintah kota Makassar.sedangkan pada Permasalahan anggaran terlihat pada anggaran yang digunakan untuk pemeliharaan asetdaerah.

Berdasarkan nilai bobot faktor (factor loading) dan nilai rata-rata (mean) dapat disimpulkan bahwatata kelola berdasarkan kondisi empiris dan faktor dominan dalam mencerminkan tata kelola ditunjukkanpada indikator partisipasi dan responsibilitas maka pengelolaan aset negara yang professional dan modernmelalui sistem informasi dengan mengedepankan tata kelola (good governance) diharapkan akan mampumeningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat karena penerapan goodgovernance dalam pengelolaan aset sudah mulai menjadi tuntutan masyarakat. Pernyataan tersebutmengindikasikan bahwa pemerintah daerah yang telah menetapkan suatu tujuan yang dirancang secarapartisipatif dan responsibilitas, hal ini akan ditindaklanjuti oleh para pegawainya dalam bentuk internalisasitujuan. Hal lain adalah bahwa pegawai juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk mencapai tujuanyang telah ditetapkan, karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunan tujuan. Semakin tinggipartisipasi/keterlibatan pegawai dalam proses peyusunan kegiatan akan semakin meningkatkan penerapantata kelola dalam organisasi.

Berdasarkan model empirik yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilakukan pengujian terhadaphipotesis yang diajukan melalui pengujian koefisien jalur pada model persamaan struktural. Tabel 4merupakan pengujian hipotesis dengan melihat nilai p value, jika nilai p value lebih kecil dari 0.05 makahubungan antara variabel signifikan. Hasil pengujian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.Pengujian Hipotesis Pengaruh Langsung

HIPVariabel Penelitian

P-Value

DirectEffect

IndirectEffect

Total Effect Ket.VariabelEksogen

VariabelIntervening

VariabelEndogen

1KomitmenOrganisasi

-Kualitas

PengelolaanAset

0.914 -0,012 - -0,012 Tidak Signifikan

2 Kompetensi -Kualitas

PengelolaanAset

0.025 0,352 - 0,352 Signifikan

3 Tata kelola -Kualitas

PengelolaanAset

0.220 0,128 - 0,128 Tidak Signifikan

4. SIMPULAN1) Komitmen organisasi mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap kualitas pengelolaan aset

dengan p-value = 0.914 > 0.05 dengan nilai koefisien sebesar -0.012. Hal ini berarti bahwa komitmenorganisasi tidak bepengaruh signifikan terhadap kualitas pengelolaan aset. Koefisien pengaruh langsungdimaksud bertanda negatif. Hal ini berarti, semakin tinggi komitmen organisasi yang dimiliki pegawai,cenderung untuk menurunkan kualitas pengelolaan aset di tempat penelitian. Hal ini berarti, komitmenorganisasi tidak secara langsung meningkatkan kualitas pengelolaan aset. Dengan demikian, hipotesiskeempat penelitian ditolak.

2) Kompetensi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pengelolaan aset karena p-value = 0.025 < 0.05 dengan nilai koefisien sebesar 0.352. Koefisien kompetensi ini bertanda matematikpositif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi yang dimiliki pegawai, maka kualitaspengelolaan aset akan semakin baik Dengan demikian, hipotesis kelima penelitian ini diterima.

3) Tata kelola mempunyai pengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap kualitas pengelolaan asetkarena p-value = 0.220 > 0.05 dengan nilai koefisien sebesar 0.128. Koefisien tata kelola ini memilikitanda matematik positif. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tata kelola yang baik yang dimilikipegawai, belum mampu meningkatkan kualitas pengelolaan aset. Namun demikian tata kelola tersebutberpengaruh langsung dan positif terhadap kualitas pengelolaan aset. Hal ini berarti bahwa jikapengetahuan tata kelola asset yang dimiliki pegawai meningkat, maka akan mendorong meningkatnyakualitas pengelolaan aset. Dengan demikian hipotesis keenam penelitian ini ditolak.

Page 113: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.106-113) 978-602-60766-3-2

113

5. DAFTAR PUSTAKA

Aeras, Marco, 2006. Internal Auditing as Implementation of Governance. Englewood, Cliffs, NJ: Prentice Hall Inc.Aisworth, Smith, Anthony and Millership, Paty, 2012. Basic Internal Auditing. Eight Edition, Prentice Hall Inc.Ashmir Shah, 2012. The Affect of Internal Control System toward Finance Management and Corporate Governance in

increasing of Performance. International Journal of Performance Management Vol. 18 No. 8, 2012, pp. 133- 154.Dessler, G, 2007. Human Resources Management. Ninth Edition, Upper Saddle River, Prentice Hall, New Jersey.Gimbart, Moore, 2008. Theories of Human Resource Style by Employee, Published by Thompson Press, USA.Holmes, Douglas, 2007. Human Resources Management. Ninth Edition, Upper Saddle River, Prentice Hall, New Jersey.Handy, Hadiansyah, 2007. Tanggungjawab Kerja dan Komitmen. Penerbit Tarsito, Bandung.Ibrahim, 2008. Manajemen dan Kinerja. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.Lois, Frederickson and Tom, Morgan, 2007. Organization Theory, A Macro Perspective for management, Prentice-Hall,

New York.

Page 114: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

114

PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET, KEMAMPUAN INDIVIDUAL, DAN NORMASUBYEKTIF TERHADAP PRESTASI MAHASISWA AKUNTANSI

Anim Wiyana1), Andi Sulfati 2)

1),2) Dosen jurusan Akuntansi STIE BONGAYA YPBUP MAKASSAR

ABSTRACT

This study aims to prove empirically the influence between the use of the internet, the ability of individualsand subjective norms on the achievement of accounting students at State Universities in Makassar in lectures to supportthe GPA. This research uses TAM model (technologi acceptance model) as the basic model of research by combining itwith construct in Theory planned behavior (TPB) to perfect the TAM model. Population in the study of all accountingstudents S1 at the State University in Makassar. Sampling with non-probability method is quota sampling. The dataobtained by spreading the questionnaire were 200 equally, each of 50 questionnaires. After the data collected thenanalyzed by statistical calculation using SPSS. The results prove that: First, the maximum utilization of the internet bystudents can improve student achievement. Second, the ability of students in the use of information technology cansmooth the learning process so as to improve student achievement. Finally, subjective norms in the form of studentconfidence in the source of information obtained from the internet can affect student pretasi.

Keywords: Utilization of the Internet, , Computer self Efficacy, subjective norms, student achievement.

1. PENDAHULUANDalam membangun sumber daya manusia pada dunia pendidikan, dituntut untuk mampu mengikuti

(Up date) perkembangan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) agar lulusannya memilikikompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Salah satu cara untuk mampu mengikuti perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi yang cepat adalah selalu mengakses informasi yang up to date dan semua itu dapatdidapat melalui internet. Teknologi internet merupakan isu teknologi yang sangat lazim dimasa sekarang ini.Teknologi internet sangat penting untuk dimanfaatkan guna meningkatkan kinerja individu ataupunorganisasi. Teknologi internet berbeda dengan teknologi lainnya, karena internet memampukan individu untukmengakses informasi apa saja yang dibutuhkannya.

Sumber belajar dapat berupa perpustakaan yang tersedia di kampus, sekarang ini berkembangteknologi internet yang memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam menggali ilmu pengetahuan. Dalamperkuliahan, mahasiswa sering dituntut untuk menyelesaikan beberapa tugas yang membutuhkan dukunganinformasi terkait. Informasi terkait ini bisa ditemukan dalam koleksi konvensional yang berupa informasicetak dan jika mahasiswa tidak menemukan literature yang dibutuhkan pada buku-buku tersebut, mahasiswabisa mencarinya di situs dan memesannya secara online dengan email. Maka dari itu, tantangan penugasanyang makin berat tersebut harus mampu disiasati pula oleh mahasiswa dengan strategi yang taktis pula. Salahsatunya adalah dengan menggunakan ‘alat bantu’ yang tepat pula untuk mencari referensi penugasan.Terutama untuk penugasan kuliah seperti makalah, artikel dan essay, kehadiran referensi yang akurat danvalid amat mutlak diperlukan. Mungkin tidak cukup akurat dan valid, aspek efektifitas dan kepraktisannyapun patut dipertimbangkan. Mahasiswa dapat mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuanyang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat mempermudah proses studinya. Pemanfaatan internet sebagaisumber pembelajaran mengkondisikan mahasiswa untuk belajar secara mandiri. (Cobine, 1997).

Indonesia menduduki peringkat kelima pemakai internet di Asia dengan pemakainya mancapai 25 jutapenduduk yang mengakses internet. Data diatas dapat di katakan bahwa penduduk Indonesia sudahmemanfaatkan teknologi internet. Namun satu hal yang masih belum diungkapkan adalah bagaimana internetdipergunakan salah satunya sebagai sumber belajar mahasiswa guna memperoleh IPK yang tinggi.

Masalah keengganan lainnya adalah masalah ketakutan (anxiety) dan kepercayaan diri (self efficacy)dalam menggunakan internet. Kemampuan individual setiap mahasiswa berbeda sehingga cara mereka dalammengoperasikan internet untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya juga berbeda. Masalah lainnyaadalah mengenai factor social, yang dalam hal ini berperan sebagai pendorong atau motivator mahasiswa

1 Korespondensi:[email protected]

Page 115: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

115

dalam menggunakan internet. Mahasiswa akan memiliki niat untuk menggunakan internet jika dia merasabahwa orang terdekatnya akan menganggap bahwa dia akan lebih berkinerja jika menggunakan internet.Faktor ini bisa berasal dari teman dekat, saran dosen atau rekan kerjanya. Oleh karena itu, dengan adanyapemanfaatan internet secara benar maka akan didapatkan prestasi belajar yang tinggi (IPK). Namunsebaliknya, jika pemanfaatan internet tidak dimanfaatkan dengan benar maka prestasi belajar yang dicapaiakan rendah.

Sesederhana atau serumit apapun teknologi informasi yang digunakan, dapat berhasil jika sistemtersebut diterima oleh pengguna. Beberapa penelitian sistem informasi melakukan riset mengenai penerimaanindividu terhadap pemakaian internet dengan menggunakan konstruk-konstruk yang telah dikembangkan olehpara peneliti di bidang ini, dengan tujuan untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman akan motivasiindividu dalam menggunakan internet dan menunjukkan bagaimana faktor-faktor ini dapat mempengaruhipenerimaan individu terhadap teknologi internet. Perilaku penerimaan pengguna ini telah diuji denganmenggunakan model revised TAM. Revised TAM merupakan model perubahan dari original TAM yang telahdirevisi oleh Davis (1989).

Penerimaan pengguna dalam model revised TAM ditentukan oleh dua faktor, yaitu perceivedusefulness atau kegunaan persepsian dan perceived usefulness atau kemudahan persepsian. Kegunaanpersepsian menilai keyakinan pengguna atas manfaat teknologi informasi yang diyakini akan meningkatkankinerja, sedangkan kemudahan persepsian menilai keyakinan pengguna bahwa untuk memanfaatkan teknologiinformasi tidak membutuhkan usaha yang keras. Faktor yang digunakan sebagai indikator untuk menilaikeberterimaan sistem yang dikembangkan adalah behavioral intention. Hal ini sesuai dengan pernyataan yangtertuang dalam penelitian Davis (1989) yang menyatakan bahwa niat (intentions) dapat diekspektasikan untukmemprediksi perilaku penerimaan pengguna atas teknologi dimasa depan melalui kegunaan persepsian dankemudahan persepsian. Dengan demikian, jika seseorang merasa bahwa teknologi yang dikembangkan mudahdan bermanfaat, maka dia akan menggunakan teknologi informasi untuk mendukung aktivitasnya. Sebaliknya,jika penggunaan teknologi informasi dirasakan sulit dan pemanfaatan teknologi dianggap tidak berguna maka,seseorang tidak akan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung aktivitasnya. Model penerimaanteknologi (TAM) telah banyak digunakan untuk menguji penerimaan teknologi oleh pemakai sistem. Modelini merupakan suatu model yang telah established dalam menjelaskan informasi mengenai perilakupenerimaan teknologi (Darsono 2005).

Pemanfaatan internet, kemampuan individu dan kegunaan persepsian (perceived usefulness) dankemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use)yang merupakan variable eksternal akan digunakandalam penelitian ini sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi niat untuk menggunakan suatu teknologimelalui. Selain itu faktor- faktor sosial seperti halnya normanorma subyektif juga dimasukkan dalampenelitian ini sebagai bahan pertimbangan diterimanya teknologi internet. Hal ini didasari karena adanyafaktor- faktor lain seperti orang-orang terdekat atau orang yang dianggap penting oleh individu yang turutmempengaruhi niat individu yang dalam hal ini adalah mahasiswa untuk ikut menggunakan internet sebagaialat bantu dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkannya terkait dengan aktivitas perkuliahannya.

Theory of Planned behavior (TPB)Teori perilaku rencanaan (Theory of Planned behavior) merupakan teori Pengendalian perilaku

persepsian. yang diprediksi mendahului terbentuknya niat perilaku individu. Pengendalian perilaku persepsianmengakomodasi perilaku-perilaku yang terjadi pada kondisi yang tidak dapat dikendalikan secara penuh,sedangkan periaku individu kebanyakan terletak diantara dua kontinum, kondisi dengan control penuh dankondisi dengan tidak ada kontrol. Faktor kontrol ini terdiri dari faktor internal dan eksternal. Yang termasukdalam faktor control internal adalah keahlian (skill), kemampuan, informasi, emosi seperti stress. Sedangkanfaktor eksternal termasuk diantaranya situasi dan faktor lingkungan.

Pengendalian perilaku persepsian didefinisikan sebagai besarnya tingkat keyakinan individu untukmengendalikan akibat dari peilaku yang dilakukan. Seorang individu akan memiliki niat yang kuat untukberperilaku bila individu tersebut meyakini bahwa mereka memiliki sumberdaya dan kesempatan untukmelakukan perilaku tersebut. Demikian juga sebaliknya bila individu merasa tidak memiliki kemampuanataupun sumberdaya untuk melakukan perilaku tersebut maka intensi atau niat untuk melakukan perilakutertentu akan rendah walaupun individu memilki sikap positif terhadap perilaku dan yakin bahwa orang lainjuga melakukan perilaku yang sama.

Page 116: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

116

Technology Acceptance Model (TAM)Model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model atau TAM) pertama kali diperkenalkan

oleh Fred D. Davis pada tahun 1986. Teori ini merupakan hasil pengembangan dan adaptasi dari Theory ofReasoned Action dan Theory of Planned behavior. TAM merupakan model penerimaan suatu teknologi sisteminformasi dengan dua konstruk utama yang membedakannya dengan dua teori sebelumnya. Dua konstrukutama ini adalah kegunaan pesepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian(perceived ease of use). Dalam TAM, penerimaan individual terhadap teknologi informasi, ditentukan olehdua konstruk tersebut.

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived easeof use) keduanya mempunyai pengaruh ke niat perilaku (behavioral intention). Pemakai teknologi akanmempunyai niat menggunakan teknologi jka dia merasa bahwa teknologi tersebut bermanfaat baginya danmudah dalam penggunaannya. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) juga mempengaruhi kemudahanpenggunaan persepsian (perceived ease of use) tetapi tidaksebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakansistem jika sistem tersebut bermanfaat tanpa baik sistem itu mudah digunakan atau tidak mudah digunakan.

Pemanfaatan InternetTeknologi internet merupakan isu teknologi yang sangat lazim dimasa sekarang ini. Teknologi

Internet berbeda dengan teknologi lainnya, karena internet memampukan individu untuk mengakses informasiapa saja dibutuhkannya. Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran mengkondisikan mahasiswauntuk belajar secara mandiri. “Through independent study,students become doers, as well as thinkers¨(Cobine, 1997). Para mahasiswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum,database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, datastatistik, atau kutipan yang berkaitan dengan hal yang diinginkannya. Mahasiswa dapat berperan sebagaiseorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisisinformasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupannyatanya (real life). Mahasiswa juga dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaranserta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Selain itumahasiswa juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail(electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar serta berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates)melalui fasilitas instant messenger secara online.

Penelitian Firman dan Mustafidah (2014) menunjukkan bahwa pemanfaatan internet memilikihubungan terhadap prestasi mahasiswa. Penelitian Warsito (2009) membuktian bahwa prestasi akademik yangdicapai mahasiswa disebabkan hubungan kausal secara langsung oleh self-efficacy.

Ha1: Terdapat pengaruh antara pemanfaatan internet dan prestasi mahasiswa akuntansi.

Kemampuan IndividualPerbedaan-perbedaan individual merupakan salah satu variabel eksternal yang dipercaya dapat

mempengaruhi niat perilaku individu melalui kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).Pada penelitian ini ada dua perbedaan individual yang akan diuji, yaitu keyakinan sendiri komputer (computerself-efficacy) dan pengetahuan mengenai domain pencarian (knowledge of search domain).

Computer Keyakinan-sendiri (self-efficacy) didefinisikan sebagai persepsi individual terhadapkemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku atau keyakinan terhadap kemampuan sendiri untukmelakukannya (Ajzen, 2002) dalam Hortono (2007). Individual akan cenderung lebih puas dengan perilakuyang mereka rasa mampu untuk melakukannya dan cenderung tidak menyukainya untuk perilaku-perilakuyang mereka tidak bisa menguasainya (Bandura 1986, 1997, dikutip oleh Hartono 2007). Compeau danHiggins (1995) dalam Hortono (2007) mendefinisikan Computer self-efficacy sebagai judgement darikemampuan pengguna komputer.

Berdasarkan pada teori kognitif sosial, computer self-efficacy ditemukan telah menjadi prediktor yangpenting dari penggunaan teknologi informasi (Compeau dan Higgins, 1995,1999; Hill dan Smith, 1987) dalamHartono (2007). Hubungan antara computer self-efficacy dan perceived ease of uses didasarkan pada Davis

Page 117: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

117

(1989) dalam Hortono (2007) yang membangun konsep dari perceived usefulness dan perceived ease of useberdasarkan pada teori self-efficacy, dan meyakini bahwa self efficacy yang didefinisikan sebagai pendapattentang baik atau tidaknya individu dalam melakukan hal-hal yang diperlukan guna mengatasi berbagaimacam situasi atau masalah, berhubungan dengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).Sedangkan kegunaan persepsian (perceived usefuless) lebih mengarah pada hasil. Oleh karena itu dlampenelitianini, variabel computer self efficacy ini hanya akan dihubungkan dengan kemudahan penggunaan(perceived ease of use). sehingga secara teori dapat dikatakan computer self-efficacy sebagai internal controlmemiliki pengaruh secara langsung terhadap kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use).Penelitian Tanjungsari (2012) menunjukkan bahwa kepercayaan diri menggunakan internet dan teman kuliahmempengaruhi pemanfaatan internet Penelitian Warsito (2009) membuktian bahwa prestasi akademik yangdicapai mahasiswa disebabkan hubungan kausal secara langsung oleh self-efficacy.

Ha2: Terdapat pengaruh antara kemampuan individual dan prestasi mahasiswa akuntansi

Norma SubyektifNorma subyektif (subjective norms) adalah persepsi atau pandangan seseorang terhadap kepercayaan-

kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yangsedang dipertimbangkan (Hartono 2007). Norma-norma subyektif ini juga merupakan salah satu penentu dariniat perilaku dan juga diasumsikan sebagai suatu fungsi kepercayaan (Hartono, 2007). Dalam hal inikepercayaan yang dimaksudkan adalah kepercayaan untuk melakukan suatu perilaku jika individu-invidutertentu atau kelompok-kelompok tertentu menyetujui atau menhyarankan perilaku tersebut. Jika menjadisuatu titik referensi untuk mengarahkan perilaku, individu-individu atau grup-grup tersebut dikenal sebagaireferents (Hartono, 2007).

Bhattacherjee (2000) dalam Hartono (2007) memandang norma subyektif dengan dua bentukpengaruh, yaitu pengaruh interpersonal dan pengaruh eksternal. Pengaruh interpersonal merupakan pengaruhdari orang-orang yang dipercaya seperti teman-teman, anggota-anggota keluarga , teman-teman kerja, atasan-atasan dan individual-individual bepengalaman , sedangkan pengaruh eksternal meupakan pegaruh dari luarseperti laporan-laporan eksternal, media masa, laporan dan opini pakar dan informasi non personal lainnya.

Penelitian Firman dan Mustafidah (2014) menunjukkan bahwa pemanfaatan internet memiliki hubunganterhadap prestasi mahasiswa. Penelitian Warsito (2009) membuktian bahwa prestasi akademik yang dicapaimahasiswa disebabkan hubungan kausal secara langsung oleh self-efficacy.

Ha3: Terdapat pengaruh antara norma subjektif dan prestasi mahasiswa akuntansi

Prestasi MahasiswaPrestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar. Prestasi Belajar adalah hasil

penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikanoleh dosen untuk melihat sampai di mana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan dalam bentuk simbul,angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai.Keberhasilan mahasiswadalam menyesuaikan diri terhadap bidang akademiknya, ditandai dengan prestasi akademik yaitu nilai-nilaioptimal yang diperoleh melalui IP maupun IPK serta ketepatan waktu dalam menyelesaikan studi.Penyesuaian akademik, menarik untuk dikaji karena hal ini erat kaitanya dengan prestasi akademiknya,mengingat banyaknya mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang mengalami masalah denganpenyesuaian akademiknya.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan pada mahasiswa akuntansi Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar, yaitu

Universtas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar Universitas Islam Negeri Alauddin, dan PoliteknikNegeri Ujung Pandang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu denganmenggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk diisi oleh responden yang terpilih sebagai sampel.Kuisioner yang disebar sebanyak 200 di empat Perguruan Tinggi Negeri di Makassar secara merata, masing-masing 50 kuesioner.

Page 118: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

118

Ha1

Dalam penelitian ini menggunakan tiga variable independen yakni pemanfaatan internet, kemampuanindividual, dan norma subyektif yang mempengaruhi prestasi mahasiswa akuntansi.

Gambar Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Uji Kualitas DataUji validitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat homogenitas data penelitian

sehingga instrumen tersebut dapatmengukur apa yang seharusnya dikukur. Suatu variabel dikatakan lolos ujivaliditas apabila semua koefisien Pearson Correlation dari setiap butir item dengan skor total tersebutsignifikan (Ghozali, 2013:49). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmanahasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang samadengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menghitungCronbach Alpha dari masing-masing item dalam suatu variabel. Instrumen yang dipakai dalam variabeldikatakan handal (reliable) apabilamemiliki Cronbach Alpha lebih dan 0,60 (Nunnaly, 1978).

Uji Hipotesis.Ghozali (2013:98). menyatakan bahwa, ketepatan fungsi regresi sampai dalam menaksir nilai actual

dapat diukur dari goodness of fit. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, dankoefisien determinasinya. Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan modeldalam menevariasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R² yangkecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amatterbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasiyang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3. HASIL DAN PEMBAHASANDari hasil pengujian kualitas data dengan uji validitas dan uji reliabilitas diperoleh hasil bahwa data yang

digunakan semuanya valid dan reliabel.Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta1 (Constant) 1,507 ,378 3,989 ,000

Pemanfaatan Internet ,545 ,086 ,462 6,330 ,0002

Informasiasimetri

,263 ,079 ,329 3,326 ,00

(Constant) 1,845 ,229 ,9027 ,000Kemampuan Individual ,631 ,094 ,665 6,728 ,000(Constant) ,000 ,000 ,000 ,000

Pemanfaatan Internet: Group Sharing Lama akses internet Membantu pengerjaan tugas Mempermudah pengejaan tugas

Prestasi Akademik:Nilai IPK

Kemampuan Individual: Computer self-efficay Knowledge of search design

Norma Subyektif: Interpersornal influence External influence

Ha2

Ha3

Page 119: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

119

Informasiasimetri

,263 ,079 ,329 3,326 ,002

3

Norma Subyektif1,263 ,000 ,329 3,326 ,000

A. Dependent Variable: Prestasi MahasiswaBerdasarkan hasil uji t di atas variabel Pemanfaatan internet berpengaruh signifikan terhadap prestasi

mahasiswa. Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran mengkondisikan mahasiswa untuk belajarsecara mandiri. “Through independent study,students become doers, as well as thinkers¨ (Cobine, 1997). Paramahasiswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkansumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, atau kutipan yangberkaitan dengan hal yang diinginkannya. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajarandan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Mahasiswa juga dapatmempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengaksesjaringan komputer yang telah ditetapkan secara online. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail)untuk mendiskusikan bahan ajar serta berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates) melalui fasilitasinstant messenger secara online.

Kemampuan individual berpengaruh signifikan terhadap timbulnya prestasi mahasiswa. Hubunganantara computer self-efficacy dan perceived ease of uses didasarkan pada Davis (1989) dalam Hortono (2007)yang membangun konsep dari perceived usefulness dan perceived ease of use berdasarkan pada teori self-efficacy, dan meyakini bahwa self efficacy yang didefinisikan sebagai pendapat tentang baik atau tidaknyaindividu dalam melakukan hal-hal yang diperlukan guna mengatasi berbagai macam situasi atau masalah,berhubungan dengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). Sedangkan kegunaanpersepsian (perceived usefuless) lebih mengarah pada hasil.

Norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap prestasi mahsiswa. Norma-norma subyektifmerupakan salah satu penentu dari niat perilaku dan juga diasumsikan sebagai suatu fungsi kepercayaan(Hartono, 2007). Dalam hal ini kepercayaan yang dimaksudkan adalah kepercayaan untuk melakukan suatuperilaku jika individu-invidu tertentu atau kelompok-kelompok tertentu menyetujui atau menhyarankanperilaku tersebut. Jika menjadi suatu titik referensi untuk mengarahkan perilaku, individu-individu atau grup-grup tersebut dikenal sebagai referents (Hartono, 2007).

4. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil bahwa keseluruhan variabel independen penelitian berpengaruh terhadap

variabel dependen. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian, sehinggakesimpulan yang diambil hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui kuesioner. Responden yangdigunakan hanya jurusan akuntansi dari PTN di Makassar, sehingga hasil kurang dapat digeneralisasi secaraluas. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh selainitu juga memperluas objek penelitian.

5. REFERENSI

Cobine, G.R. 1997, Studying with the Computer, ERIC Digest. [Online]. Tersedia :http://www.ericfacility.net/ericdigests/ed450069.html.

Darsono Li. 2005, Examining Information Technology Acceptance By Individual Professionals. Gadjah MadaInternatioal Jounal of Business, (7:2), ,pp.155-178

Davis, F. D. “Perceivedd Usefulness, Perceivedd Ease of Use, and End User Acceptance of Information Technology,”MIS Quarterly (13:3), 1989, pp.319-340.

Firman, Abu Khaer dan Hindayati Mustafidah, 2014, Analisis Korelasi Pemanfaatan Internet Terhadap PrestasiMahasiswa Teknik Informatika Universitas Muhamadiyah Purwoketo, JUITA ISSN: 2086-9398 Vol.III No. 2November.

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Hartono, Jogiyanto, 2007,Sistem Informasi Keperilakuan. Penerbit Andi.

Page 120: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.114-120) 978-602-60766-3-2

120

Nunnaly, 1978. Psychometric Theory, McGraw-Hill, New York.

Sugiyono, 2013. MetodePenelitianBisnis, Alfabeta, Bandung.

Suharni, 2012, Pengauh Kualitas Informsi, Kemampuan individual dan Norma Subjetif terhadap Minat Mahasiswa dalamMenggunakan Internet Sebagai Sumbet Pustaka. Skipsi Universitas hhamadiyah, Surakarta.

Tanjungsari, Ranny, 2012, Analisis Pengaruh Vaiabel Kontijensi Tugas, Teknologi, individual dan Tenologi TehadapPemanfaatan Internet Sebagai sarana Pendukung Pendidikan. Skripsi Unvesstas Diponeoro, Semarang.

Warsito, Hadi, 2009, Hubungan antara Self-eficacy dengan penyesuaian Akademik dan Prestasi Akademik (Studi Padamahasiswa FIP Universitas Negeri Surabaya) Junal ilmiah Ilmu Pendidikan Vol.IX No.1 April

Page 121: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.121-126) 978-602-60766-3-2

121

PENULISAN ARTIKEL HASIL PENELITIAN

Mastang1) dan Akhmad2)

1) Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang2) Dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

This study aimed to describe the writing and content coverage of each section of research articles on the proceedings ofresearch results in 2016. In the study data collection washeld by documentation study, which is, reading/reviewing thecontent coverage of each section of the research results published in the proceedings of UPPM PNUP 2016. Thetechnique used was the recording technique. The data that have been collected and processed/reduced were analyzedusing descriptive-prescriptive analysis technique. The results showed that in general the writing of research results in theproceedings of 2016 research was of semi-report style. In addition, the writing of the abstract covearge of the researchresults was not completely correct, based on the content of the abstracts, especially those related to the researchobjectives. In the introduction parts of the research articles, the presentations of backgrounds and problemstatementswere generally correct, but only a few of the research objectives werestated correctly; even almost 50% of thearticles had no research purpose statements in the section. In addition, the literature reviewsof the articles in theproceedings were mostly presented in the style of research reports writing. In the discussion section not all articlespresented interpretation. In fact, nearly 50% of the articles had no interpretation, only presented research results.In termsof integration/reinforcement, almost all articles were not reinforced by theories, findings, or opinions; they containedonly the researchers’ individual opinions/statements.

Keywords: article content coverage, writing style.

1. PENDAHULUANArtikel merupakan salah satu jenis karya ilmiah yang lebih singkat dan ditulis untuk dipublikasikan

melalui media: jurnal, bulletin, dan/atau prosiding, baik artikel hasil penelitian maupun artikelkonseptual/artikel telaah. Bentuknya yang lebih singkat merupakan salah ciri yang membedakannya denganjenis karya ilmiah yang lain. Bahkan, artikel dengan bentuknya yang singkat telah mengandung isyaratbahwa proses penulisannya berbeda dengan penulisan jenis karya ilmiah yang lain. Akhir-akhir ini penulisanartikel dalam dunia pendidikan tinggiakan menjadi kewajiban/keharusan bagi dosen dan bagi mahasiswastrata satu seolah-olah akan menuju ke arah itu. Sehubungan dengan itu, beberapa lembaga atau perguruantinggi (misalnya Universitas Negeri Malang) telah lama memiliki tuntunan penulisan artikel, baik penulisanartikel hasil penelitian maupun penulisan artikel konseptual/telaah.Tuntunan tersebut telah disebarluaskanuntuk dipedomani oleh para calon penulisartikel sebelum artikel tersebut dipublikasikan melaluimedia.Terlepas dari kedalaman materi/substansi, harapan yang tersirat di balik tuntunan tersebut ialahterwujudnya keseragaman, baik keseragaman penulisan (gaya selingkung) maupun keseragaman cakupanmateri yang dituangkan dalam tubuh artikel.

Dengan tersebar luasnya tuntunan penulisan artikel selama ini, tersirat harapan bahwa artikel-artikelyang ditulis atau dihasilkan oleh civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi telah memenuhikeseragaman penulisan dan (syarat) cakupan materi. Namun, hasil pengamatan sementara menunjukkanbahwa artikel-artikel yang ditulis atau dihasilkan di lingkungan perguruan tinggi masih memperlihatkankesimpangsiuran, baik ditinjau dari segi gaya selingkung maupun dari segi cakupan materinya. Akibatnya,para pembaca artikel tidak memperoleh informasi mengenai materi esensial dalam artikeltersebut.Maksudnya, informasi/materi yang seharusnya dituangkan justru tidak tercakup dalam artikeltersebut, justru materi tidak penting yang dipaparkan.

Kondisi seperti yang dipaparkan di atas dapat dilihat pada artikel-artikel hasil penelitian yang telahdipublikasikan melalui prosiding yang diterbitkan oleh Unit Penelitian dan Pengabdian kepada MasyarakatPoliteknik Negeri Ujung Pandang (UPPM PNUP).Pada artikel-artikel yang terdapat dalam Prosiding tersebutditemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan cakupan materi sebuh artikel: 1) penulisan materi abstrak:terdapat beberapa artikel dengan materi abstrak diawali dengan masalah (tidak perlu); pada abstrak tidaktidak materi tujuan; materi tujuan pada abstrak tidak logis; materi tujuan dan hasil pada abstrak tidak ada;bahkan ada abstrak yang materinya berisi deskripsi, definisi, dan fungsi sesuatu; 2) penulisan materipendahuluan: terdapat beberapa artikel tanpa masalah pada bagian pendahuluannya; tanpa masalah dan

1 Korespondensi:[email protected]

Page 122: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.121-126) 978-602-60766-3-2

122

tujuan pada bagian pendahuluannya; bahkan ada artikel yang materi pendahuluannya hanya berisi tujuan; 3)penulisan materi hasil dan pembahasan: pada bagian ini terdapat beberapa artikel yang hanya berisi hasilpenelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel/diagram/grafik, materi pembahasan tidak ada; 4)keseragaman/gaya selingkung: sejumlah artikel masih ditulis seperti menulis laporan hasil penelitian (ditulisdengan menampilkan subbab atau sub-subbab.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikanpenulisan dan cakupan materi abstrak artikel hasil penelitian; mendeskripsikan penulisan dan cakupan materipendahuluan artikel hasil penelitian; mendeskripsikan penulisan dan cakupan materi pembahasan artikel hasilpenelitian.

Sebagai salah satu jenis karya ilmiah, bagian-bagian artikel tidak jauh berbeda dengan bagian karyailmiah yang lain, seperti skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian yang masih berupa laporan teknis(laporan yang tebal). Jika bagian-bagian laporan teknis disajikan dengan menyebutkan kata bab dan sub-subbab, pada umumnya bagian-bagian artikel tidak disajiktan seperti itu; penggunaan kata babdan penyajiandalam bentuk sub-subbab sedapat mungkin dihindari. Selain itu, pada umumnya bagian-bagian karya ilmiahyang masih berupa laporan teknis terdirir atas 5 atau 6 bab, sedangkan bagian artikel-artikel, terutama artikelhasil penelitian terdiri atas 4 bagian karena salah satu bab pada laporan teknis disatukan/dipadatkan ke salahsatu bagian pada artikel hasil penelitian.

Uraian di atas menunjukkan bahwa untuk menghasilkan sebuah artikel hasil penelitian yang benar-benar memenuhi syarat, salah satu hal yang perlu dilakukan ialah upaya pengerdilan dari laporan yang tebalmenjadi artikel yang pada umumnya terdiri atas 15 s.d. 20 halaman ketikan 2 spasi. Bagi pengelola jurnalyang profesional, upaya pengerdilan yang dilakukan oleh penulis sangat membantu pengelola jurnal yangdituju dalam penghematan pemanfaatan ruang pada jurnalnya.Sehubungan dengan itu, bagian-bagian artikeldari materinya, terutama artikel hasil penelitian,diawali dengan abstrakpendahuluan, metode penelitian,hasil-pembahasan, dan penutup/kesimpulan-saran(Universitas Negeri Malang, 2010). Bagian-bagian tersebutkadang-kadang disebut dengan anatomi artikel (Ibnu, 2012) dan materi setiap bagian artikel akan dipaparkanberikut ini.

Istilah abstrak kadang-kadang disamakan dengan ringkasan.Padahal, kedua hal tersebut agakberbeda dari penggunaan dan dari segi cakupan materinya.Jika berbicara tentang laporan teknis, istilah yangdigunakan ialah ringkasan, sedangkan jika berkaitan arikel terutama artikel yang akan dipublikasikan melaluimedia cetak, seperti jurnal, buletin, prosiding, yang digunakan ialah istilah abstrak. Cakupan materi abstrakdiawali dengan tujuan penelitian, metode yang diterapkan, hasil/kesimpulan dan/atausaran.Abstarkdilengkapi dengan kata kunci, yang tidak terdapat pada ringkasan.Abstrak biasanya terdiri ataskurang lebih 100 kata; diketik dengan 1 spasi; bahkan ditulis dengan paragraf bentuk lurus (Ibnu,2012).Selain itu, sebuah abstrak dilengkapi dengan kata kunci sebagai gambaran lingkup/ranahpenelitian.Kata kunci biasanya bersumber dari judul atau dari variable-variabel penelitian tersebut.Fungsikata kunci ialah memudahkan seseorang dalam penelusuran judul-judul artikel melalui komputerisasi(Universitas Negeri Malang, 2010).

Sebagai sumber materi artikel hasil penelitian, bagian pendahuluan laporan hasil penelitian padaumumnya terdiri atas latar belakang (masalah), rumusan masalah, ruang lingkup penelitian (jika diperlukan),dan tujuan-manfaat penelitian.Dalam artikel hasil penelitian, tidak semua materi tersebut dituangkan kedalam artikel.Materi pendahuluan laporan hasil penelitian yang tidak perlu dituangkan ke dalam artikel ialahrumusan masalah, ruang lingkup penelitian, dan/atau manfaat penelitian.Hal tersebut berdasar padapemikiran bahwa dengan hanya membaca tujuan penelitian, seorang pembaca sudah dapat mengetahuirumusan masalahnya karena sumber materi tujuan penelitian berasal dari rumusan masalah.Demikian pulamanfaat penelitian. Dengan membaca tujuan penelitian, seseorang sudah dapat membayangkan/menafsirkanmanfaat yang akan diperoleh. Upaya pengerdilan materi tersebut bertujuan penghematan pemnfaatan ruanguntuk sebuah artikel.Penghematan pemanfaatan ruang tersebut berdampak positif terhadap biaya penerbitanmedia publikasi tersebut.

Dalam upaya pengerdilan materi untuk sebuah artikel, Lindsay (1986) menyatakan bahwa dalammenuliskan materi latar belakang (paragraf pengantar menuju masalah), materinya tidak perlu yang bersifatumum dan isinya tefokus pada masalah yang akandipecahkan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu materipokok pada bagian pendahuluan sebuah artikel ialah masalah. Materi pokok yang lain ialah tujuan penelitian.Selain itu, materi tinjauan pustaka menjadi bagian materi pendahuluan dalam sebuah artikel pendahuluansebuah artikel hasil penelitian.Hal ini sejalan dengan pendapat (Ibnu dalam Ali Saukah dan Mulyadi GunturWaseso, 2012) bahwa materi pendahuluan sebuah artikel hasi penelitian ialah permasalahan, wawasan, danrencana yang berkaitan dengan pemecahan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teoretik yang berkaitan

Page 123: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.121-126) 978-602-60766-3-2

123

dengan masalah yang diteliti.Hal ini dapat ditafsirkan bahwa kajian teoretik atau tinjauan pustaka sebagaisalah materi artikel dan menjadi bagian pendahuluan hanyalah yang benar-benar berkaitan/mendukung upayapemecahan masalah atau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Materi metode penelitian sebuah artikel hasil penelitian tidak jauh berbeda dengan materi metodepenelitian sebuah laporan hasil penelitian.Maksudnya, hampir semua materi metode penelitian yang terdapatdalam laporan hasil penelitian juga menjadi materi metode penelitian sebuah artikel.Perbedaannya terletakpada gaya penyajiannya dan tingkat transparannya. Penyajian materi pada bagian dilakukan dengan bentukparagraf, tidak disajikan dengan menggunakan nomor urut rincian yang disusun ke bawah. Untuk bagiantertentu, seperti rancangan penelitian yang bersifaf proses (proses perancangan, proses pembuatan, prosesperakitan, dan pengujian), rincian prosesnya tidak perlu disajikan (Universitas Negeri Malang, 2010). Hal inibertujuan menghindari terjadinya plagiasi, tanpa sepengetahuan penulis artikel tersebut, jika materi rincianprosesnya disajikan dengan transparan.Jika benar-benar ingin mendalami hal tersebut, seorang pembacaharus mendapatkan izin dari penulis/peneliti tersebut.

Seperti halnya laporan hasil penelitian, materi artikel pada bagian ini merupakan materi yang palingpenting. Dari segi jumlah halamannya, materi pada bagian ini seharusnya lebih banyak dibandingkan denganbagian-bagian yang lain. Materi hasil penelitian yang perlu disajikan ke dalam artikel ialah hasil bersih;pengujian hipotesis dan penggunaan statistik (jika ada) dalam laporan hasil penelitian bukan materi yangpenting disajikan dalam sebuah artikel. Penyajian hasil penelitian dalam sebuah artikel sama denganpenyajian hasil penelitian dalam laporan hasil penelitian, yaitu dapat disajikan dengan menggunakan tabel,grafik, atau ilustrasi yang lain. Sebagai lanjutan hasil penelitian, cakupan materi pembahasan sebuah artikeljuga sama dengan laporan hasil penelitian. Cakupan materi tersebut ialah (1) pemberian uraian singkattentang cara mendapatkan data, (2) interpretasi data, (3) integrasi data/temuan ke dalam teori yang sudahmapan, dan (4) penarikan kesimpulan sementara (Ibnu dalam Ali Saukah dan Mulyadi Guntur Waseso, Ed.,2012). Dari keempat cakupan materi pembahasan tersebut, yang terpenting ialah interpretasi data/temuan danintegrasinya ke dalam teori yang sudah mapan karena interpretasi merupakan pemaknaan temuan, sedangkanintegrasi merupakan penguatan temuan tersebut.

Materi penutup ialah kesimpulan dan saran.Kesimpulan merupakan jawaban singkat masalah atautujuan yang diperoleh dari bagian hasil dan pembahasan, seperti dalam laporan hasil penelitian.Jadi, jikaterdapat sebuah artikel dengan materi kesimpulan tidak merupakan jawaban (singkat) masalah atau tujuanpenelitian, kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang keliru.Lanjutan kesimpulan ialah saran.Jikadalam laporan hasil penelitian saran merupakan sesuatu yang wajib disajikan, dalam artikel materi tersebutbukanlah materi yang wajib dikemukakan, tetapi bersifat opsional.

2. METODE PENELITIANData penelitian ini ialah materi sebuah artikel hasil penelitian.Populasinya ialah semua materi artikel

hasil penelitian, sedangkan sampelnya ialah semua materi artikel hasil penelitian dosen PNUP yang terdapatdalam prosiding hasil penelitian terbitan 2016 oleh UPPM PNUP, baik artikel hasil penelitian bidangrekayasa maupun artikel hasil penelitian bidang Tata Niaga dan humaniora.Dalam prosiding tersebut terdapat33 artikel hasil penelitian.Namun, untuk tubuh artikel hanya 30 yang dijadikan objek penelitian.Hal inidilakukan karena dua artikel tersebut ditulis dalam bahasa Inggris dan satu artikel lagi milik peneliti.Untukabstrak,dari 33 abstrak yang dijadikan objek penelitian hanya 23, yaitu yangditulis dalam bahasa Indonesia.Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan, teknik yang digunakan ialah teknik baca-catat, yaitumembaca/menelaah dengan saksama materi setiap bagian artikel yang terdapat dalam prosiding tersebut(Sudaryanto, 2005).Pembacaan/penelaahan tersebut dilakukan dua kali.Setelah itu, data tersebut direduksi,yaitu penyeleksian data yang benar-benar relevan dengan masalah yang diteliti.Selanjutnya, data yang telahdireduksi dikelompokkan berdasarkan cakupan materi setiap bagian artikel.Pengelompokan tersebutdilakukan dalam bentuk tabel/diagram yang disertai dengan contoh kasus.Pemberian contoh kasus dilakukanberdasarkan frekuensi dan homogenitas data tersebut.

Data yang telah dikumpulkan dan telah diolah/direduksi dianalisis dengan menggunakan teknikanalisis deskriptif-preskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang materi yang tidak perlu disajikan dalamsebuah artikel.Setelah itu, dilakukan pemberian uraian tentang materi yang seharusnya disajikan dalamsebuah artikel hasil penelitian.(Sudaryanto, 2005). Sehubungan dengan analisis deskriptif-preskriptif,langkah-langkah analisis yang akan dilakukan yaitu (1) pemberian uraian singkat tentang cara mendapatkandata, (2) interpretasi data, (3) integrasi data/temuan ke dalam teori yang sudah mapan, dan (4) penarikankesimpulan sementara.

Page 124: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.121-126) 978-602-60766-3-2

124

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulisan/Penyajian ArtikelSetelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa dari 30 artikel pada prosiding tersebut 13,33% (4)

mengikuti gaya penulisan laporan hasil penelitian (Lp); 66,66% (20) ditulis dengan gaya semilaporan(TP+MP/MP/TP); 20% (6) ditulis dengan gaya artikel, tetapi masih memiliki sedikit kekurangan (-TP/-MP/-LB). Sebagai tambahan ditemukan pula bahwa 26,66% (8) yang ditulis dengan daftar pustaka yang tidakalfabetis.

Hasil penelitian ini merupakan bukti kesimpangsiuran penulisan karya ilimiah berupa artikel dilingkungan Politeknik Negeri Ujung Pandang dan hal ini mungkin juga terjadi dilingkungan pendidikantinggi yang lain. Kesimpangsiuran tersebut dapat disebabkan oleh kekurangpedulian atau ketidaktahuan parapenulis artikel.Padahal, panduan atau pedoman penulisan artikel hasil penelitian sudah banyak.Pengelolajurnal atau penerbit prosiding profesional pasti atau seharusnya memiliki panduan penulisan artikel.Panduantersebut berdasar pada pertimbangan keseragaman dan kehematan pemanfaatan ruang.Sehubungan denganitu, Waseso (2012) menyatakan bahwa sebuah artikel harus disusun atau ditampilkan dengan gaya esai(bukan dengan gaya enumeratif, yaitu gaya penulisan dengan rincian yang disusun ke bawah. Penulisanartikel dengan esai bertujuan menjaga kelancaran pembacaan dan menjamin keutuhan ide yang disampaikansehingga pembaca seolah-olah berkomunikasi/berdialog langsung dengan penulis (Ibnu, 2012).

Abstrak Artikel Hasil PenelitianHasil penelitian pada bagian ini menunjukkan bahwa dari 23 abstrak hasil penelitian, hanya 13,04%

(3) abstrak yang memperlihatkan kebenaran materi tujuan penelitian. Bentuk kesalahan yang lain dalampengungkapan materi tujuan penelitian pada bagian abstrak (sangat) bervariasi: 21,73% (5) dengan materitujuan tidak logis (TL); 8,69% (2) selain tidak logis (TL) diawali pula dengan tujuan umum (TU); 21,73% (5)dengan tujuan penelitian benar, tetapi diawali dengan masalah; 8,69% (2) hanya berisi masalah (M) tanpatujuan; 4,34% (1) diawali dengan definisi (D); 4,34% (1) diawali definisi diikuti tujuan yang tidak logis(DTL); 8,69%(2) tujuan benar, tetapi diawali definisi (DT); 8,69 (2) tujuan benar, tetapi diawali tujuan umum(TUv). Metode penelitian pada bagianabstrak menunjukkan bahwa semua abstrak (23) memiliki (materi)metode penelitian. Meskipun hanya secara garis besarnya, hal tersebut dianggap benar.Isi abstrak yangterakhir ialah hasil/kesimpulan. Untuk hal ini, 91,30% (21) dari 23 abstrak telah berisi hasil/kesimpulan danhal tersebut dianggap benar; 8,69% (2) tidak memiliki hasil/kesimpulan.Berkaitan dengan temuan pada bagianini, munculnya variasi cakupan materi abstrak menggambarkan bahwa belum semua peneliti memahamidengan baik materi yang harus diungkapkan pada abstrak sebuah artikel. Padahal, materi atau isi sebuahartikel sangat singkat dan sederhana, yaitu tujuan penelitian, metode, dan hasil atau kesimpulan (Ibnu,2012).Dengan pertimbangan kehematan pemanfaatan ruang, sebuah abstrak ditulis dengan huruf yang lebihkecil dari ukuran huruf naskah artikel.Bahkan, begitu pentingnya kehematan pemanfaatan ruang (bagipengelola jurnal profesional), materi abstrak ditulis/ditampilkan dengan spasi tunggal dan dengan paragrafbentuk lurus.Hal ini menunjukkan bahwa definisi, masalah, tujuan umum, dan sebagainya tidak perludiungkapkan pada abstrak. Dengan demikian, akan terwujud penulisan abstrak yang seragam.

Pendahuluan Artikel Hasil PenelitianDari ke-30 artikel yang dijadikan objek penelitian, diketahui bahwa hanya 83,33% (25) dengan latar

belakang/masalah yang benar (v) dan 16,66% (5) tidak memiliki latar belakang/masalah (X). Untuk tujuanpenelitian pada bagian pendahuluan artikel hasil penelitian, ditemukan bahwa dari 30 artikel hanya 26,66%(8) dengan tujuan penelitian yang benar (v); 50% (15) yang tidak memiliki materi tujuan penelitian (X);13,33% (4) dengan tujuan penelitian yang tidak logis (TL); 10% (3) dengan tujuan penelitian yang tidaksinkron dengan judul dan masalah (TS); Selain itu, ditemukan pula bahwa hanya 30% (9) artikel denganmateri tinjauan pustaka/teori digabung dengan pendahuluan (G); 63,33% (19) dengan materi tidak digabungdengan pendahuluan (TG), tetapi disajikan dengan bab tersendiri seperti laporan hasil penelitian: 6,66% (2)tanpa materi tinjauan pustaka/teori. Data/temuan di atas menunjukkan ketidakseragaman pemahamanpeneliti/penulis tentang cakupan materi pendahuluan sebuah artikel.Ketidakseragaman tersebut mungkindisebabkan oleh ketidaktahuan atau kekurangpedulian terhadap panduan/pedoman penulisan artikel.Padahal,panduan/pedoman penulisan artikel sudah banyak beredar di lingkungan perguruan tinggi. Pada bagianpendahuluan sebuah artikel hasil penelitian, materi pokok yang perlu diungkapkan ialah masalah, tujuandan/atau manfaat, serta teori-teori yang paling urgen, terutama teori yang berkaitan dengan pemecahanmasalah/pencapaian tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Waseso, 2012; Ibnu, 2012). Selanjutnya, Ibnu

Page 125: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.121-126) 978-602-60766-3-2

125

(2012) menjelaskan bahwa materi bagian pendahuluan sebuah artikel disusun secara naratif, yaitu bagian-bagian materinya tidak dipisah-pisahkan dengan menyebutkan sub-subbagian, tetapi dipisahkan melaluipergantian paragraf.Hal lain yang perlu mendapat perhatian serius oleh peneliti/penulis ialah berkaitandengan perumusan materi tujuan penelitian. Seorang peneliti/penulis harus berpikir cermat dan logis dalammerumuskan materi tujuan penelitian. Kadang-kadang materi tujuan penelitian yang dirumuskan olehpeneliti/penulis tidak bermakna tujuan, tetapi bermakna manfaat atau nilai tambah yang akan diperolehsetelah tujuan penelitian yang sebenarnya tercapai. Bahkan, contoh yang ditampilkan di atas terdapat materitujuan penelitian yang logis.

Untuk mengetahui logis-tidaknya materi tujuan suatu penelitian, dapat diuji dengan mengemukakanpertanyaan “Apatujuan Anda melakukan penelitian dengan me … (diikuti judul) atau “Apa tujuan Andamelakukan … (sebutkan judul penelitian). Jika jawaban pertanyaan tersebut logis, materi tujuan penelitiantersebut benar. Demikian pula sebaliknya.Materi tujuan penelitian yang terkesan/cenderung mengulangi judulpenelitian sudah pasti bahwa tujuan penelitian tersebut tidak logis.Oleh karena itu, diperlukan pemahamankonsep dasar mengenai tujuan penelitian yang sebenarnya. Dalam hal ini, Abustam (1999) menyatakanbahwa tujuan penelitian adalah sasaran penelitian atau janji seorang peneliti/penulis tentang apa yang akandicapai. Pencapaian janji tersebut dibuktikan dengan data.Materi tujuan penelitian harus mengacu padarumusan masalah (rumusan masalah dimunculkan dalam laporan penelitian, tetapi dalam artikel tidakdimunculkan), bukan berdasar pada atau mengulangi redaksi judul.Karena harus mengacu pada rumusanmasalah, tujuan penelitian dan rumusan masalah harus berimbang (Abustam, 1999).Maksudnya, jika rumusanmasalah terdiri atas dua pertanyaan, tujuan penelitian juga harus dua pernyataan.Selain itu, pada bagian initemuan yang cukup tinggi persentasenya ialah penyajian materi tinjauan pustaka dilakukan seperti penyajianmateri tinjauan pustaka pada laporan penelitian; dilakukan dengan menyebutkan/menampil-kan baba/sub-subab.Akibatnya, materi tinjauan pustaka cenderung panjang/banyak. Pada artikelpenyajian/pembahasanmateri tinjauan pustaka harus singkat, padat, dan berkaitan langsung dengan masalah/tujuan penelitian(Universitas Negeri Malang, 2000). Cara yang umum dilakukan ialah menempatkan materi tinjauan pustakasebagai bagian pendahuluan (Ibnu, 2012; Universitas Negeri Malang, 2000).Hal ini dilakukan denganpertimbangan keseragaman dan kehematan pemanfaatan ruang.

Pembahasan Artikel Hasil PenelitianPada bagian ini yang menjadi indikator ialah interpretasi/pemaknaan hasil penelitian dan

integrasi/penguatan hasil/temuan penelitian.Suatu pembahasan dianggap memiliki interpretasi jikadiungkapkan dengan kata/frasa meningkat/menurun, berpe-ngaruh/tidak berpengaruh, kurang baik/baik,akurat/kurang akurat, rendah/tinggi, dan lain-lain.Selain itu, suatu pembahasan dianggap memilikiintegrasi/penguatan jika terdapat teori, temuan, atau pendapat orang lain (ahli) yang ditandai dengan rujukanatau keterangan sumber rujukan, yang sekurang-kurangnya terdiri atas unsur nama dan tahun. Berkaitandengan uraian di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 artikel tersebut hanya 56,66% (17) yangmemiliki interpretasi pada bagian pembahasannya (v) dan 43,33% (13) yang tidak memiliki interpretasi (X)atau tidak memiliki pembahasan (bagian hasil dan pembahasan hanya berisi hasil dalam bentuktabel/grafik/diagram). Yang demikian itu tidak dapat digolongkan sebagai pembahasan, tetapi digolongkansebagai laporan (laporan suatu kegiatan).Dari segi integrasi/penguatan ditemukan bahwa dari 30 artikel,hanya 10% (3) yang diintegrasikan ke dalam teori, temuan, atau pendapat dan 90% (27) yang tidakdiintegrasikan ke dalam teori, temuan, atau pendapat pada bagian pembahasan artikel tersebut.

Pengintegrasian materi pembahasan ke dalam teori, temuan, atau pendapat orang lain berkaitandengan tingkat keterpercayaan pemabaca atas pemaknaan temuan penelitian. Pembahasan yangdiintegrasikan berpengaruh terhadap penilaian pembaca bahwa interpretasi yang dikemukakan olehpeneliti/penulis sangat kuat dan tegas, bukan semata-mata hanya menurut penafsiran peneliti/penulis.Sebaliknya, pembahasan yang tidak diintegrasikan akan menimbulkan penilaian pembaca bahwapenafsiran/pemaknaan yang dikemuka-kan oleh peneliti/penulis hanya pendapat individu. Dalam hal ini,tingkat kepercayaan pembaca atas penafsiran dikemukakan oleh peneliti/penulis sangat rendah.Agar memilikikekuatan ilmiah, pembahasan hasil penelitian sekurang-kurangnya harus memiliki interpretasi dan integrasi.Dalam hal ini, Universitas Negeri Malang (2000) menyebutkan syarat/tujuan sebuah pembahasan secaralengkap, yaitu menjawab masalah penelitian, menginterpre-tasikan, mengintegrasikan, memodifikasi teorijika temuan peneliti tidak jauh berbeda dengan teori yang, dan menciptaan teori baru jika temuan penelitijauh berbeda dengan teori yang ada. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ibnu (2012) bahwa pada bagianpembahasan peneliti/penulis harus menjawab pertanyaan penelitian, menginterpretasikan temuan,

Page 126: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.121-126) 978-602-60766-3-2

126

mengaitkan temuan ke dalam struktur pengetahuan yang telah mapan, dan memunculkan teori baru ataumemodifikasi teori yang ada.

4. KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan:

penulisan artikel hasil penelitian dalam prosiding hasil penelitian 2016 pada umumnya dilakukan dengangaya semilaporan; penulisan materi abstrak artikel hasil penelitian belum sepenuhnya benar, sesuai dengancakupan materi abstrak, terutama yang berkaitan materi tujuan penelitian; pada bagian pendahuluan artikelpenulisan latar belakang/masalah pada umumnyasudah benar, tetapi penulisan materi tujuan penelitian hanyasebagian kecil yang benar, bahkan hamper 50% artikel tanpa materi tujuan penelitian pada bagian ini. Selainitu, materi tinjauan pustaka/teori pada artikel dalam prosiding tersebut sebagian besar disajikan dengangayapenulisan laporan hasil penelitian; pada bagian pembahasan belum semua artikel memiliki interpretasi.Bahkan, hampir 50% artikel tidak memiliki interpretasi, hanya berisi hasil penelitian; Dari segiintegrasi/penguatan, hampir semua artikel tidak diperkuat dengan teori,temuan, atau pendapat, hanya berisipendapat/penyataan individu.

Karena temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa kualitas penulisan artikel hasil penelitianbelum menggembirakan, disarankan kepada pihak institusi/UPPM agar melakukan pelatihan penulisan artikelhasil penelitian secara khusus. Dengan pelatihan tersebut diharapkan akan tercipta tulisan yang memenuhisyarat sebagai artikel yang baik.

5. DAFTAR PUSTAKAAbustam, Idrus. 1999. Paradigma Penelitian. Makalah yang disajikan dalam Penlok Metodologi Penelitian Tingkat

Regional. Ujung Pandang: Universitas Negeri Makassar.Ibnu, Suhadi dalam Ali Saukah dan Mulyadi Guntur Waseso (Peny.).2012. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah.

Malang: UM Press.Lindsay, David. 1988. Penuntun Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: UI Press.Nafiah, A. Hadi. 2001. Anda ingin Jadi Pengarang? Surabaya: Usaha Nasional.Rifai, Mien A. 1999. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta:

GajahMada University Press.Saukah, Ali dan Mulyadi Guntur Waseso (Peny.).2012. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah. Malang: UM Press.Sudaryanto. 2005. Metode dan Teknik Pengumpulan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Puspa Swara.Sudjiman, Panutti dan Dendy Sugono.2000. Petunjuk Penulisan karya Ilmiah.Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa

Indonesia.Surakhmad, Winarno.1988. Paper, Skripsi, Thesis, dan Disertasi: Cara Merencanakan, Cara Menulis, dan Cara

Menilai. Bandung: Tarsito.Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Makalah, dan Artikel

Ilmiah. Malang: UM Press.Wahyu. 1989. Bimbingan Penulisan Skripsi. Bandung: Tarsito.Waseso, Mulyadi Guntur dalam Ali Saukah dan Mulyadi Guntur Waseso (Peny.).2012. Menulis Artikel untuk Jurnal

Ilmiah. Malang: UM Press.

Page 127: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.127-130) 978-602-60766-3-2

127

PEMASARAN ONLINE

Farika Nikmah1, Halid Hasan2

1) 2) Dosen Jurusan Administrasi Perkantoran Politeknik Negeri Malang, Malang

ABSTRACT

The digital era is a marketing activity by using digital technology to achieve, change, lead to the customer and maintainit. Its main purpose is to promote the brand, build preference and increase sales through various digital marketing. Thedigital era goes hand in hand with technological developments, making it more choice in choosing a marketing channel.Also in line with changes in consumer behavior. One that marks the development of the digital era is the emergence ofonline marketing, where the marketing of this model complements existing conventional marketing, like face to faceinteraction between producers and consumers no needed again to reach agreement. In specially products or services,more producers are complementing their marketing with online media. Especially is a creative business that held byyoung people, because they are more aware and understand with this media, like facebook, twitter, instagram, and othersin marketing products or services. This research is a survey research, with the key persons are a student Department ofBusiness Administration Politeknik State of Malang who have creative business by using social media. There arevarious products or services with several company names. Like IceAh, Sabilahijab, Bakso Bakar Mami, GedangGantheng, and many more. This research provides an overview of what is the basis of media selection, strategy, segmentselection, strengths and weaknesses, and what failure has been experienced in running a business. This research is tobecome a reference for next businesman, especially young people in online marketing. So that the future can take a goodexample and complete it into a more powerful strategy.

Keywords: creative business, digital marketing, online marketing

1. PENDAHULUANKemajuan teknologi memberi dampak yang dahsyat dalam pemasaran. Informasi tentang produk/jasa

dapat dengan hitungan menit tersampaikan kepada calon konsumen, proses transaksi, proses pembayaransampai pada pengiriman. Semua dapat dilakukan tanpa harus bertemu atau bertatap muka antara pembeli danpenjual. Mengingat waktu sekarang ini menjadi hal yang penting, maka kemajuan teknologi dipandangmembawa dampak positif, karena dapat menghemat waktu.

Seiring dengan kemajuan teknologi, kegiatan pemasaran juga mengalami perkembangan. Banyaktersedia media pemasaran. Pemasaran konvensional yang mengharuskan adanya proses bertemu antarapenjual dan pembeli, sekarang bergeser dengan trend adanya pemasaran online atau ada yang menyebutdengan internet marketing adalah strategi pemasaran yang membutuhkan koneksi internet untuk bekerja.Pemasaran online kebalikan dari pemasaran konvensional, bahwa penjual tidak harus bertemu denganpembeli dalam proses transaksi.

Pemasaran online cocok bagi bisnis/usaha yang baru dirintis. Pastinya hemat biaya, karena tidakharus mengadakan tempat/gerai untuk memajang produk/jasanya, dapat dikendalikan sendiri tanpa harusmerekrut karyawan, waktu atau jam kerja yang tidak terbatas, serta memiliki jangkauan pasar yang luas,karena pemasaran online biasanya didukung dengan keberadaan website atau media sosial (facebook,instagram, WA, dan lain-lain). Fenomena ini memberi peluang bagi para kreatif muda untuk mencoba terjundi dunia bisnis. Misalnya mahasiswa, dengan menjalankan bisnis secara online, tidak mengganggu jadwalkuliah, untuk menyalurkan hobi, dan menambah uang saku.

Seperti pada mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Malang, dimana mereka jugadibekali beberapa mata kuliah yang mengarah pada pembentukan jiwa enterprenuer, yaitu mata kuliahKewirausahaan, Business Plan, maka tidak ada salahnya jika kuliah sambil menjalankan bisnis online sebagaipraktek nyata dari ilmu yang telah diperoleh. Bisnis online yang mereka jalankan, ada yang masih merintis,ada yang merupakan hasil dari keikutsertaan lomba kewirausahaan kemudian diteruskan atau dijalankanbisnisnya, ada juga yang sudah besar, memiliki gerai di beberapa tempat. Jenis produk/jasa yang disediakanantara lain fashion, makanan dan minuman, jasa persewaan alat-alat mendaki gunung (outdoor equipment,action camera), serta jasa pengantaran.

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa mahasiswa yang kreatif mampu menangkap pasar dankemudian menuangkan idenya menjadi bisnis yang menjanjikan, maka penting untuk dikaji lebih lanjut

1 Korespondensi: [email protected]

Page 128: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.127-130) 978-602-60766-3-2

128

tentang trend pemasaran online sehingga akan menambah enterpreneur-enterpreneur muda yang hebatlainnya.2. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini pembahasan dilakukan dengan cara survey, yaitu mendapatkan data melaluiwawancara dengan narasumber, dimana narasumber ditentukan sebanyak sepuluh pelaku bisnis online untukberbagai produk/jasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa data diolah secara kualitatif deskriptif, denganmenghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamatidari orang-orang sekitar. Pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, dimana dalam metode ini menyajikansecara langsung hakekat peneliti dan informan, serta lebih mudah memahami fenomena yang terjadidilapangan.

Penelitian ini dilakukan di kampus Polinema dengan beberapa informan yang dijadikan sebagainarasumber untuk penggalian data, melalui observasi dan wawancara, dengan menggunakan interview guidesebagai panduan wawancara.

3. HASIL DAN PEMBAHASANPada pembahasan disajikan beberapa informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara

yang dilakukan dengan pemilik dari sepuluh bisnis online.Pelaku Bisnis Online

Dari sekian banyak pelaku bisnis online yang dijalankan oleh mahasiswa Jurusan Administrasi NiagaPoliteknik Negeri Malang, dipilih sepuluh dengan alasan bahwa ke-sepuluh ini dapat mewakili sesuai denganproduk/jasa yang ditawarkan. Berikut ke-sepuluh pelaku bisnis online beserta data perusahaan:

Tabel 1. Data Bisnis Online MahasiswaNama Pemilik Nama Perusahaan /Logo Alamat Produk/Jasa

1. Husni Sidqey2. Muhammad

Rofif Amrullah

Gedhang Ganteng 1. Jalan Mayjen Panjaitan No172, Kota Malang

2. @GedhangGanteng(twitter)

3. Gedhangganteng (IG danFB)

Makanan dan minumanserba olahan pisang

Pradana Gilang GM MotoCase 1. Jl. Raya Ir. SoekarnoNo.61, Mojorejo, Junrejo,Kota Batu

2. @gm_motocase (IG danFB)

Aksesoris sepeda motordan safety riding

1. RizkyHidayatullah

2. Putri Dinar

TerAter Malang Teratermlg (Line dan IG) Jasa antar/ojek makanan

Muhammad RofifAmrullah

Ice Ah! 1. Perum Griyashanta no 525Malang

2. @iceah (IG dan FB)

Minuman(es krim)

Margareta Sagita Pentol Bakar Mami Pentolbakar_mami (FB dan IG) Makanan ringanAnggi Putri Arizka Smoke Bomb 1. smokebomb_mlg (FB dan

IG)2. anggieoza (Line)

Mainan kreatif,perlengkapan pesta

HIMANIA MHS Crepes mhs_crepes (IG dan FB) Makanan ringanSalsabila Fajarwati Sabila Hijab Sabilahijab (IG) KerudungCahya NovaKurniawan

siBersih 1. [email protected]. @sibersih (IG); @sibersih16

(Twitt); SiBersih (FB)

Jasa membersihkan rumah

Page 129: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.127-130) 978-602-60766-3-2

129

Fazaha Nichlah Nichlah Collections Nichlahcollections (IG dan FB) Aksesoris Wanita(Sumber: hasil observasi dan wawancara, 2017)Hasil Wawancara Manfaat Media Sosial dalam Menunjang Bisnis

Berdasarkan wawancara dengan narasumber, diperoleh informasi tentang manfaat media sosial bagibisnis yang dijalankan. Berikut rangkuman jawaban dari setiap pertanyaan:

Tabel 2. Jawaban NarasumberPertanyaan Jawaban

Memberikan kemudahan untukmendapatkan informasi tentangkonsumen

Rata-rata narasumber menyetujui hal ini. Dari media sosial, merekamendapatkan followers yang dapat digunakan untuk mengetahui lebih lanjutsiapa yang menjadi konsumennya. Mulai dari identitas diri (nama, usia,alamat, latar belakang pendidikan, dan lain-lain), serta minat, hobi danpekerjaan. Ketika memilih menjadi followers berarti tertarik denganinformasi, produk/jasa yang di share-kan.

Efektif dalam menentukan targetsasaran

Media sosial yang narasumber pilih, misalnya instagram, memberikankemudahan dalam meng upload berbagai informasi dalam bentuk gambar,sehingga akan dengan mudah calon konsumen menemukan sendiri apa yangsesuai dengan selera dan kebutuhannya. Jadi, produsen hanya bertugas mem-posting, gambar, informasi produk/jasa yang dapat mewakili dari targetsasaran yang diinginkan. Misalnya target sasarannya adalah anak muda usia16-22 tahun, maka informasi dilengkapi dengan caption yang menunjukkantentang gaya hidup, selera, hobi yang identik dengan kehidupan kawulamuda.

Mudah menemukan konsumen barudan meluaskan target pasar

Semua narasumber sepakat, bahwa ketika memilih jalur online, makainformasi yang di-share harus up to date, memenuhi kebutuhan konsumen,dan memiliki daya tarik tinggi. Dengan informasi yang realtime, akan sangatmudah menemukan konsumen baru dengan cara yang cepat. Misalnyafasilitas hashtagh (#), konsumen akan dengan mudah menemukan bisnis kita,sebaliknya kita juga akan dengan mudah menemukan calon konsumen.Sedangkan untuk meluaskan target pasar, dengan fasilitas WhatsApp Group,dengan sekali klik, semua anggota yang terhubung akan dengan mudahmengetahui informasi yang sedang di share.

Mudah menerima feedback darikonsumen

Dalam menjalankan bisnis di masa sekarang, sudah bukan waktunyamenutup diri. Menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan pesaingadalah cara yang tepat. Saling berbagi ilmu dan pengalaman. Karena adakeyakinan bahwa rejeki sudah ada bagiannya masing-masing. Demikianhalnya menjalin hubungan baik dengan konsumen adalah wajib. Segalakritik, saran dari konsumen adalah sarana untuk memperbaiki diri danmenyempurnakan produk/jasa. Dengan bantuan media sosial, feedback darikonsumen dapat dengan mudah diterima oleh produsen, melalui jendelakomentar, testimoni, dan hasil chat/percakapan.

Mengembangkan target pasar dandapat mengetahui setiap langkah daripesaing

Dengan media sosial, target pasar yang sudah terbentuk dapat dikembangkanlagi, misalnya dari sisi segmen. Jika di awal hanya mengurusi segmen anakmuda, namun seiring dengan perkembangannya, ternyata produk/jasa dapatdikembangkan dengan menyasar segmen keluarga. Sehingga, yang harusdilakukan cukup menambah content dan memberikan keterangan denganmenekankan produk/jasa yang ditawarkan untuk segmen seperti apa. Seiringberkembangnya teknologi, setiap perusahaan sudah tidak jamannya lagi jikamenyimpan strateginya sebagai rahasia. Strategi cepat mengalamiperkembangan, sehingga yang menjadi kekuatan adalah inovasi dankemampuan untuk selalu berubah mengikuti selera konsumen.

Meningkatkan jumlah pengunjungwebsite

Kebanyakan dari bisnis yang dijalankan oleh mahasiswa ini belum memilikiwebsite. Mereka masih mengandalkan media sosial saja sebagai saranapromosi dan transaksi. Namun, mereka memiliki keyakinan dan sadar bahwapada perkembangannya memerlukan keberadaan website.

Lebih cepat dalam menyampaikaninformasi

Usaha online tidak pernah tutup. Ibaratnya mereka buka 24 jam nonstop.Setiap saat mereka dapat share segala sesuatu tentang produk/jasa, sertadalam hitungan menit informasi tersebut tersampaikan ke konsumen.

Page 130: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.127-130) 978-602-60766-3-2

130

Pertanyaan JawabanKonsumen lebih mudah menjangkau Dengan bantuan media sosial, keberadaan suatu bisnis gampang terlacak.

Dengan mengetik kata kunci, akan muncul sesuai dengan kata kunci yangdiinginkan. Mulai tempat, jenis usaha, produk/jasa yang ditawarkan. Jikaingin mengetahui lebih jauh tentang kualitas, jaminan, dapat melihat kolomkomentar sehingga lebih dapat meyakinkan keinginan untuk membeli.

Lebih dekat dengan konsumen Dengan fasilitas chat, komunikasi antara produsen dan konsumen terbangundengan baik. Sebelum merasakan produk/jasa, konsumen dapat bertanyadengan jelas segala hal, dan produsen dengan terbuka berusaha menjawabdengan baik. Dan pada saat selesai merasakan manfaat dari produk/jasa,biasanya chat berlanjut dengan komentar dan ucapan terima kasih dariprodusen disertai harapan untuk order kembali.

Membangun brand awareness danpromosi dengan biaya minim

Dengan media sosial, produsen dapat membangun citra produk/jasa tanpaharus mengeluarkan biaya. Cukup menyajikan informasi atau contentpromosi dengan bentuk audio visual yang menarik, memenuhi kebutuhankonsumen, maka tinggal menunggu respon dari konsumen, apakah positifatau negatif. Jika respon tersebut negatif, dengan mudah dapat mengubahatau menyempurnakan content, dengan terlebih dahulu menganalisa apa yangsebenarnya kurang.

4. KESIMPULANBahwa para pelaku bisnis online, sangat diuntungkan dengan keberadaan media sosial. Hampir

semua orang memiliki smartphone, sehingga dengan benda kecil yang hanya segenggam memiliki daya tarikyang luar biasa. Tidak perlu media iklan dengan ukuran besar yang dipasang ditempat-tempat strategis, yangpastinya berbiaya mahal. Cukup dengan kreatifitas tinggi membangun citra produk/jasa dengan menampilkancontent yang menarik serta menjawab rasa penasaran konsumen. Dan yang tak kalah penting adalah menjalinkomunikasi yang baik melalui media sosial untuk menjaga hubungan yang baik dengan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Kenrianto, Iwan. 2016. Bisnis Online Revolution. Jakarta: Gramedia Pustaka UtamaKotler, Phillip. 2010. Marketing. Jakarta: ErlanggaSulianta, Feri. 2015. Keajaiban Sosial Media. Jakarta: Elex Media Komputindo

Page 131: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.131-135) 978-602-60766-3-2

131

PARTISIPASI MASYARAKAT PERKOTAAN DALAM PENGELOLAANRUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PERTANIAN URBAN, MAKASSAR, INDONESIA

(Studi kasus Kelurahan Bongaya, Kecamatan Tamalate)

Nurlina Subair1), Risma Haris2)

1)Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Muhammadiah Makassar, Makassar,2)Mahasiswa Program Doktor, Fakultas Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri

Makassar, Makassar

ABSTRACT

The main problem of a metropolitan city are the lack of green open spaces availability. Green open space is a cityplanning strategy in improving the impact on environmental damage due to imbalance between the needs of thepopulation of the environment carrying capacity. This research presents about community participation in Makassar citygovernment program "Garden Lorong" as a form of management of green open space in alley or lorong integrated withurban agriculture . The purpose of this study is to describe the community participation in the management of greenopen space as an urban agriculture. This research uses descriptive research type of qualitative approach . The researchfocus used is the strategy, form and procedure of urban community participation in Bongaya Village, sub districttamalate, Makassar city. Data collection techniques used are observation, interview, documentation. Based on the resultsof research conducted it can be seen that the community is very enthusiastic cleaning the gang or lorong and make itgreen. All the people come down to do work together . Thus , the conclusion that community participation in themanagement of green open space as an urban agriculture in the Bongaya no longer is no passive, but play an active rolein organizing and maintaining green open space in the "garden lorong". The form of community role is defined as theactive participation in the community in spatial planning, and control of space utilization.Keywords: environment, green open space, management, urban agriculture, urban community

1. PENDAHULUANPerkembangan kota yang kian pesat memberikan dampak positif maupun negatif bagi penduduknya.

Salah satunya adalah pentingnya ruang terbuka hijau(RTH) sebagai wujud untuk mengurangi jumlah emisikarbon pada kendaraan bermotor. Riset yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) memperlihatkanbeberapa kota dengan presentase ruang hijau terbesar salah satunya adalah kota Vancouver di negara Kanadadengan Presentase: 25,9 %. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa masyarakat dunia memiliki kesadaran akanpentingnya RTH diwujudkan dengan membuat lebih banyak taman dan menanam tanaman hijau di sepanjangjalan. Kota yang hijau dan nyaman yang mendukung keberlanjutan ekologis secara otomatis akan turutmendukung peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

Ruang terbuka hijau ditujukan sebagai strategi perencanaan kota yang berguna untuk memperbaikidampak lingkungan negatif dari kepadatan tinggi (Xue et al., 2017). Keberadaan RTH merupakan elemenkunci dari lanskap perkotaan dan kelestarian kota. Ruang terbuka meningkatkan kualitas lingkungan, kualitashidup, dan mempromosikan interaksi sosial dan inklusi(Rojas et al., 2016). Namun, laju pertumbuhanpendudukan dan perkembangan pembangunan yang sangat pesat (Haris, 2014) telah mendorong alih fungsiRTH menjadi permukiman, perdagangan, jasa dan industri. Peningkatan jumlah penduduk diberbagai belahandunia menyadarkan kita bahwa semakin hari pertumbuhan penduduk semakin besar dan kebutuhan akanpangan juga bertambah, sementara luas lahan pertanian khusunya di kota semakin berkurang. hal inilahmendasari mulainya lahan-lahan kosong di daerah perkotaan dipakai sebagai tempat bercocok tanam atauyang lebih dikenal dengan pertanian urban / urban agriculture.

Kota Makassar merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur dengan posisiyang strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi diSulawesi. Saat ini, Sebagian besar wilayahnya, terutama dipusat kota, tertutup oleh jalan,bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks dan berbeda dengan karakter ruang terbuka hijau (Dwiyanto,2009). Hal-hal tersebut diperburuk oleh lemahnya penegakan hukum dan penyadaran masyarakat terhadapaspek penataan ruang kota sehingga menyebabkan munculnya pemukiman kumuh di beberapa ruang kota danmenimbulkan masalah kemacetan akibat tingginya hambatan diruas-ruas jalan tertentu.

1 Korenspondensi penulis : Nurlina Subair, Telp. 081355086482, [email protected]

Page 132: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.131-135) 978-602-60766-3-2

132

Partisipasi masyarakat merupakan unsur utama perencanaan ruang terbuka hijau serta menjagakualitasnya (Afdhal, 2011). Aspek pengelolaan ruang terbuka hijau kota berdasarkan persepsi masyarakatmenyangkut hal yang berbau birokrasi artinya selama ini aspek pengelolaan ruang terbuka hijau kurangdisosialisasikan oleh pemertintah daerah kepada masyarakat. Pada daerah tertentu memang terdapatkewenangan pemerintah untuk mencanangkan RTH tetapi pada area yang lebih luas keterlibatan masyarakatmerupakan hal yang mutlak agar perencanaan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menghadapikompleksitas pertumbuhan kota. Kebijakan lain adalah memasukkan aspek kesehatan lingkungan, remediasi,rekreasi serta aspek keindahan kota dan kelayakan penggunaan tata ruang yang berkelanjutan dalammenerapkan pertanian urban.

Salah satu cara meningkat kualitas pada kondisi keterbatasan ruang dan lingkungan di kota Makassaryaitu dengan menghadirkan sebuah program inovasi yang memadukan antara fungsi ruang terbuka hijau(RTH) dalam urban agriculture (UA) pada masyarakat kota yaitu Lorong Garden (Longgar). Lorong gardenmerupakan program pemerintah kota Makassar dalam penataan RTH yang produktif bagi masyarakatpemukiman padat pendudukan, dimana ruang jalan biasanya hanya dapat dilalui oleh satu kendaraan rodaempat atau disebut gang/lorong. Sehingga dibutuhkan tata lahan yang masyarakatnya ikut sertamengelolahnya dan memberikan solusi terkait dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruangyaitu kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya. Berdasarkan permasalahan tersebutmaka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolanruang terbuka hijau (RTH) dalam pertanian urban di kota Makassar, Sulawesi Selatan khususnya diKelurahan Bongaya Kecamatan Tamalate.

Adapun urgensi penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmupengetahuan khususnya di bidang ilmu pendidikan, sosial dan lingkungan, sekaligus sebagai acuan bagi parapengambil kebijakan dalam merencanakan pengelolaan ruang terbuka hijau yang produktif seperti urbanagriculture dengan konsep lorong garden yang menyasar pemukiman gang sempit dan padat pendudukan.Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yaitu mengenai keberlanjutanekonomi pertanian perkotaan Mexico City yang memproduksi sekitar 20% makanannya sendiri, namunkepentingannya dalam hal ekonomi dan pendapatan masih terbatas. Kontribusinya terhadap infrastrukturekologi di kota sama terbatas namun berpotensi, karena kebijakan baru-baru ini mengintegrasikan pertanianperkotaan dengan baik dalam kebijakan lingkungan kota. Dalam hal dimensi sosial, diamati bahwa MexicoCity dengan jelas mengikuti rekomendasi kebijakan internasional, berinvestasi dalam pengembangankapasitas dan memiliki kebijakan untuk membantu kelompok dan perempuan rentan (Dieleman, 2017).

Penelitian yang lain pun mengungkapkan pertanian perkotaan dapat membantu Boston memenuhipedoman gizi nasional untuk asupan sayuran, menghasilkan sekitar $ 160 juta pendapatan AS untuk parapetani kota dan bertindak sebagai alat pengembangan masyarakat pedagogis, walaupun manfaat inibergantung pada proliferasi pertanian kota skala besar, kemungkinan didasari oleh pemulihan lingkunganlahan marjinal di kota(Goldstein et al., 2017).

2. METODE PENELITIANJenis Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu studi

yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsungpada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya(Creswell and Poth, 2017). Data yangdiperoleh kemudian diolah, ditafsirkan dan disimpulkan. Dasar penelitian ini adalah survey yakni tujuan daripenelitian deskriptif ini adalah menggambarkan mengenai situasi-situasi atau kejadian secara sistematis,faktual dan akurat mengenai gerakan sosial masyarakat peduli lingkungan ruang terbuka hijau (RTH)dikelurahan Bongaya, kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Objek penelitian ini akan menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data primer melalui prosesobservasi dan wawancara lapangan. Target penelitian yang akan menjadi informan dalam penelitian iniadalah warga yang terlibat langsung partisipasi pemerintah daerah tersebut. Dalam hal ini jumlah informantersebut berjumlah 10 orang dan usia informan tersebut bervariasi mulai umur 23 sampai dengan 63 tahun.

3. HASIL DAN PEMBAHASANPartisipasi masyarakat yang dimaksud disini suatu proses yang melibatkan masyarakat umum yaitu

proses komuniksi 2 arah yang berlangsung terus menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secarapenuh atas suatu proses kegiatan, dimana semua masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan yang sedang

Page 133: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.131-135) 978-602-60766-3-2

133

dianalisis. partisipasi masyarakat menurut sudut pandang triminologi dapat diartikan sebagai suatu carauntuk melakukan interaksi antara dua kelompok. Ruang terbuka hijau sebagai wahana interaksi sosialdiharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota masyarakat yang ada di kelurahan bongaya, kecamatanTamalate, Kota Makassar, tanpa membedakan latar belakang sosial, budaya dan ekonomi. Ruang TerbukaHijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaanyang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, danestetika(Nomor P.M.D.N, 2007).

Partisipasi masyarakat yang ada di kelurahan bongaya, kecamatan Tamalate, Kota Makassar dalampemanfaatannya terhadap ruang terbuka hijau tak lagi hanya sekedar mengawasi, tetapi berpartisipasi aktifdalam menata dan merawat ruang terbuka hijau yang terdapat di lorong garden. Hal tersebut dapat kita lihatpada gambar 1 berikut :

Gambar 1. Ruang terbuka hijau dengan konsep urban farming(lorong garden)

Strategi yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan bongaya, kecamatan Tamalate, Kota Makassar, yaitu:1) Menciptakan ruang terbuka hijau (RTH) disekitar lorong garden salah satunya yaitu menanam berbagai

jenis tanaman didepan rumah masing-masing baik itu berupa bunga, sayur-sayuran dan lain-lain.2) Adanya kerja sama antar masyarakat untuk melakukan ruang terbuka hijau dikelurahan Bongaya.3) Mendorong masyarakat terlibat dalam pembangunan taman kota.

Sosialisasi peraturan tentang RTH sudah dilakukan oleh pemda bersama Dinas Pertamanan sasarandari sosialisasi ini melibatkan lurah, lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) kelurahan, Ketua timPenggerak PKK kelurahan, warga RW dan tokoh masyarakat. Dengan harapan semua aturan-aturan yangberkaitan RTH bisa dipahami oleh warga (Afdhal, 2011). Untuk meningkatkan pelaksanaan ruang terbukahijau (RTH) pemerintah bersama pihak terkait membuat suatu program antara lain: lomba penataanlingkungan antar Kelurahan yang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana ketertiban/respon masyarakatterhadap lingkungan khususnya masyarakat yang ada di Kelurahan Bongaya. Pada gambar 2 berikutmemperlihatkan Taman lingkungan tidak harus dalam suatu kawasan taman yang tertata disepanjang jalanlorong dengan menggunakan tanaman didalam pot, tapi dapat berupa lahan sempit disekitar rumah yangberubah fungsi menjadi urban farming.

Gambar 2. Urban Farming lombok, tomat, sawi dan ubi jalar

Untuk memasyarakatkan ruang terbuka hijau (RTH) perlukan bimbingan, penyuluhan, pemberianinformasi dan memberikan contoh kepada masyarakat melalui penyuluhan langsung kepada masyarakat.Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) merupakan bagian yang tidak terpisah dari dokumen perencanaan

Page 134: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.131-135) 978-602-60766-3-2

134

penataan ruang daerah, dengan ruang lingkup mencakup perencanaan pemanfaatan ruang terbuka hijau.Objek pengelolaan ruang terbuka hijau yang berada di kelurahan Bongaya meliputi seluruh ruang terbukahijau yang ada didalam lorong garden.

Partisipasi masyarakat dalam penataan adalah orang perorangan kelompok orang termasukmasyarakat dalam penataan ruang. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai partisipatif aktif masyarakatdalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang (Astriani, 2015).Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) di kelurahan bongaya kotaMakassar. Penataan ruang pada dasarnya mengatur kegiatan masyarakat dalam ruang. Dalam hal inimasyarakat tidak hanya merupakan pihak yang mendapat manfaat dari penataan ruang. Namun jugamerupakan pihak yang memiliki adil terhadapa penataan ruang wilayahnya. Masyarakat kelurahan bongayamempunyai hak dan kewajiban untuk menentukan kualitas ruang yang ditinggalinya.

Masyarakat kelurahan bongaya mempunyai hak untuk menciptakan ruang terbuka hijau, salahsatunya yaitu: mendapatkan informasi dan akses informasi tentang pemanfaatan ruang terbuka hijau melaluimedia komunikasi dan melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sesuai dengan tataruang yang telah ditetapkan oleh masyarakatyang ada di kelurahan bongaya Kecamatan Tamalate, KotaMakassar. Dalam mendorong masyarakat untuk melakukan penghijauan maka Ibu Samsina (ketua RT) selalumengajak masyarakat setempat untuk melakukan kerja bakti di hari libur kemudian ketua RT dan RWmengajak masyarakat untuk menanam tanaman didepan rumah masing-masing baik itu berupa bunga dansayuran. Dengan adanya dorongan kepada masyarakat maka lorong garden sekarang ini sudah terlihat hijau,bersih dan indah.

Bentuk dan tata cara partisipasi masyarakat kelurahan bongaya dalam kegiatannya menata ruangyang sifatnya kontekstual tergantung pada tingkat dan proses penata ruang, yang dilibatkan dalam penataanruang terbuka hijau disini adalah masyarakat yang berada di kelurahan bongaya, kecamatan Tamalate, KotaMakassar khususnya masyarakat yang berada di lorong garden. Seperti pada gambar 3 berikut.

Gambar 3. Lorong garden setelah pembinaan yang dikelolah oleh masyarakatMemperlihatkan partisipasi masyarakat kelurahan Bongaya, Kecamatan Tamalate dalam pengelolaan

ruang terbuka hijau:1) Menjaga keberadaan ruang terbuka hijau dengan menyiram tanaman dua kali sehari;2) Memelihara ruang terbuka hijau agar tetap subur3) Menjaga kebersihan lingkungan

Ada berbagai macam cara kebijakan yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan Bongaya, KecamatanTamalate untuk menyediakan ruang terbuka hijau yaitu dengan mengembangkan jenis tanaman yang beradadi lorong garden RW.6 Kelurahan Bongaya dan mengembangkan jalur hijau disetiap jalan. Partisipasimasyarakat dalam membentuk ruang terbuka hijau sangat penting karena dengan adanya kesadaran wargauntuk menjadikan lingkungannya bersih, indah dan hijau. Ibu Samsina selaku ketua RT di kelurahanBongaya memberikan himbauan kepada warga supaya bisa memiliki tanaman hijau disetiap depan rumahmasing-masing. Partisipasi masyarakat dalam penyediaan ruang terbuka hijau merupakan upaya melibatkanmasyarakat atau perseorangan baik pada tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian (Tisnanta andUmmah, 2017). Partisipasi masyarakat dalam penyedian RTH publik meliputi, penyediaan lahanpembangunan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau.

Pada kondisi yang lebih berkembang masyarakat yang berada di kelurahan Bongaya, KecamatanTamalate, Kota Makassar dapat membentuk suatu kelompok atau komunitas tertentu untuk menghimpunanggota masyaarakat yang memiliki kepentingan terhadap ruang terbuka hijau membahas permasalahan

Page 135: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.131-135) 978-602-60766-3-2

135

mengembangkan konsep serta upaya-upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Untuk mencapaipartisipasi tersebut terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat yaitu:1) Anggota masyarakat baik individu maupun kelompok yang memiliki keahlian dan pengetahuan mengenai

penataan ruang serta ruang terbuka hijau (RTH) yang berada dikelurahan bongaya, kecamatan tamalate,kota Makassar yang dapat membentuk suatu komunitas ruang terbuka hijau.

2) Mengembangkan dan memperkuat kerja sama proses mediasi antar masyarakat dalam membangun ruangterbuka hijau yang berada di Kelurahan Bongaya, Kecamatan, Kota Makassar.

3) Meningkatkan kemampuan masyarakat yang berada di lorong kecamatan Tamalate Kota Makassar dalammengelola permasalahan konflik yang muncul sehubungan dengan pembangunan ruang terbuka hijau.

Bentuk partisipasi serta masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kelurahan Bongaya,Kecamatan Tamalate, Kota Makassar pada dasarnya tidak hanya sebagai pihak yang memiliki andil terhadappenataan ruang khususnya di Lorong Garden. Namun, masyarakat memiliki hak dan kewajiban untukmenentukan kualitas ruang yang ditinggalinya. Dua dasar pemikiran bagi partisipasi serta masyarakat adalah:1) Memberi informasi kepada pemerintah partisipasi serta msyarakat ini terutama akan menambah

perbendaharaan pengetahuan pemerintah mengenai suatu aspek tertentu yang diperoleh dari pengetahuankhusus masyarakat itu sendiri.

2) Meningkatkan kesediaan masyarakat menerima putusan warga masyarakat yang telah memperolehkesempatan untuk berpartisipasi serta dalam proses pengambilan keputusan

4. KESIMPULANKesimpulan dari penelitian ini adalah:

1) Partisipasi masyarakat di Lorong Garden Kelurahan Bongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassardalam pemanfaatannya terhadap ruang terbuka hijau tidak lagi hanya sekedar mengawasi, tetapiberpartisipasi aktif dalam menata dala:m menata dan merawat ruang terbuka hijau yang terdapat dilorong garden.

2) Partisipasi masyarakat diartikan sebagai pertisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang,pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

3) Bentuk partisipasi masyarakat didefinisikan sebagai partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tataruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

5. DAFTAR PUSTAKAAfdhal, R. 2011. Upaya peningkatan partisipasi serta masyarakat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau ( RTH) di

Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal Online (https://usantoso.wordpress.com/).Astriani, N. 2015. Partisipasi Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota Bandung.

Veritas et Justitia, 1(2).Creswell, J. W., & Poth, C. N. 2017. Qualitative inquiry and research design: Choosing among five approaches. Sage

publications.Dieleman, H. 2017. Urban agriculture in Mexico City; balancing between ecological, economic, social and symbolic

value. Journal of Cleaner Production, No.163, hal 156–163.Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di permukiman Kota. Jurnal

Nasional Arsitektur.Goldstein, B. P., Hauschild, M. Z., Fernández, J. E., & Birkved, M. 2017. Contributions of Local Farming to Urban

Sustainability in the Northeast United States. Environmental Science & Technology, No.51(13), hal. 7340–7349.Haris, R. 2014. Keanekaragaman Vegetasi dan Satwa Liar Hutan Mangrove. Bionature, 15(2).Nomor, P. M. D. N. 2007. Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta.Rojas, C., Paez, A., Barbosa, O., & Carrasco, J. 2016. Accessibility to urban green spaces in Chilean cities using

adaptive thresholds. Journal of Transport Geography, No. 57, hal. 227–240.Tisnanta, T., & Ummah, R. 2017. Ruang Terbuka Hijau Kota Metro Lampung dan Pandangan Aspek Keagamaan.

Kontekstualita, No.31(1), hal 55–80.Xue, F., Gou, Z., & Lau, S. 2017. The green open space development model and associated use behaviors in dense

urban settings: Lessons from Hong Kong and Singapore. URBAN DESIGN International, hal 1–16.

Page 136: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.136-141) 978-602-60766-3-2

136

PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN/PENGRAJIN PADAUKM ZAHRA MANIK SAMARINDA

Anton Nurcahyo1), I Wayan Lanang Nala 2)

1,2) Dosen Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Saamarinda

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze and to prove the influence of competence variables such as knowledge, skills,self concept/values, personal characteristics and motives simultaneously and partially on the performance ofemployees/craftsmen in UKM Zahra Manik in Sei Keledang Samarinda Seberang. The benefits of this research are toprovide relevant information and reference materials for UKM, especially in making managing human resources insmall industries. The population is all employees or craftsmen in UKM Zahra Manik as many as 34 people. ModelAnalysis is multiple linear regression and use SPSS 19.00 program. The results show that independent variablesincluding knowledge, skills, self concept/values, personal character and motives simultaneously affect performancevariables. While the partial variables knowledge, skills, self concet/values, personal characteristics, and motives have apositive and significant impact on the performance of employees/craftsmen.

Keywords: knowledge, skills, self concept, personal characteristics and motives, performance

1. PENDAHULUANPengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) akan mampu menopang laju pertumbuhan ekonomi

Kalimantan Timur. Namun demikian pengembangan Usaha Kecil Menengah harus disertai dengan pengembanganSumber Daya Manusia dalam berbagai aspek terutama di bidang kompetensi Sumber Daya Manusia sepertiknowledge, skill dan attitude dalam berwirausaha. Pengembangan Sumber Daya Manusia harus dilakukan tidakhanya kepada Usaha Kecil Menengah sebagai pemilik usaha, tetapi juga para pekerjanya. Saat ini masihbanyak Sumber Daya Manusia yang minim pengetahuan, ketrampilan,attitude dan rendahnya penguasaanteknologi dalam melakukan pekerjaan. Ini mengindikasikan bahwa penguasaan IPTEKS dan keahlian pemasaranoleh Sumber Daya Manusia Usaha Kecil Menengah masih sangat terbatas.

Permaslahan yang diangkat dalam penelitian ini yang pertama adalah 1) Berapa besar pengaruhvariabel-variabel kompetensi seperti pengetahuan, ketrampilan, konsep diri/nilai-nilai, Karakteristik Pribadidan Motif secara simultan terhadap kinerja karyawan/pengrajin pada UKM Zahra Manik di Sei KeledangSamarinda Seberang? 2) Berapa besar pengaruh variabel-variabel kompetensi seperti pengetahuan,ketrampilan, konsep diri/nilai-nilai, Karakteristik Pribadi dan Motif secara persial terhadap kinerjakaryawan/pengrajin pada UKM Zahra Manik di Sei Keledang Samarinda Seberang?,

Adapun Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh variabel-variabel kompetensi seperti pengetahuan, ketrampilan, konsep diri/nilai-nilai, Karakteristik Pribadi dan Motifsecara simultan terhadap kinerja karyawan/pengrajin pada UKM Zahra Manik di Sei Keledang SamarindaSeberang. 2) Untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh variabel-variabel kompetensi sepertipengetahuan, ketrampilan, konsep diri/nilai-nilai, Karakteristik Pribadi dan Motif secara parsial terhadapterhadap kinerja karyawan/pengrajin pada UKM Zahra Manik di Sei Keledang Samarinda Seberang.

Saat ini Sumber Daya Manusia pada usaha-usaha kecil kurang memiliki kompetensi sehingga akanmenjadi hambatan dalam pencapaian tujuan organisasi. Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasidan bahan acuan yang relevan bagi UKM khususnya dalam membuat mengelola sumber daya manusia diindustri kecil

Melihat berbagai masalah yang diuraikan di atas maka perlu dilakukan kajian yang mendalammelalui suatu penelitian di bidang ini. Hal ini yang mendasari penulis untuk meneliti tentang “Pengaruh KompetensiTehadap Kinerja karyawan/Pengrajin Pada UKM Zahra Manik di Sei Keledang Samarinda Seberang”.

Adapun studi sejenis yang sudah dilaksanakan adalah Martha Laila Arisandra (2016), dalam JurnalEkonomi dan Bisnis Volume I No. 3, Oktober 2016 ISSN 2502-3764. Melakukan penelitian dengan judul“Pengaruh Tingkat Pendidikan, Keterampilan Kerja dan Sikap Kerja Karyawan Terhadap Prestasi KerjaKaryawan PT. BPR Nusamba Brondong Lamongan” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh tingkat pendidikan, keterampilan kerja, dan sikap kerja terhadap prestasi kerja karyawan,

1 Korespondensi: [email protected]

Page 137: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.136-141) 978-602-60766-3-2

137

hal ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan pendidikan dengan keterampilan karyawan. Dari data yangdiperoleh dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, keetrampilan kerja, dan sikap kerja karyawanberpengaruh positif baik secara parsial maupun simultan terhadap prestasi kerja karyawan. Keterampilamkerja merupakan variabel yang berpengaruh dominan yaitu 76%, sikap kerja karyawan pengaruhnya 63%,sedangkan pengaruhnya yang paling kecil adalah tingkat pendidikan yang merupakan variabel yang palingrendah pengaruhnya yaitu 35%.

2. METODE PENELITIANPopulasi adalah seluruh seluruh anggota UKM Zahra Manik Sei Keledang Samarinda Seberang,

sebanyak 34 orang. Metode pengumpulan data adalah Observasi, dokumentasi dan kuesioner/ Angket . AlatPengukur Data/pengolah data dengan Skala likert. Pengolahan data adalah dengan SPSS versi 19.0. ModelAnalisis Data dalam hal ini akan menganalisis dengan teknik statistik dengan model regresi linier berganda.Teknik analisis data Menghitung nilai koefisien korelasi secara keseluruhan antara variabel independendengan variabel depen den guna mengetahui tingkat hubungan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Menghitung nilai koefisien secara parsial antara variabel independen,untuk mengetahui tingkat hubungan antar variabel independen secara sendiri-sendiri terhadap variabeldependen.(Miles, 1992). Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistikCroncbach Alpha (α). Menurut Ghozali suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikannilai Cronbach Alpha > 0,60.(Ghazali, 2005).

Sedangkan uji Hipotesis Regresi dilakukan dengan cara 1) Pengujian Hipotesis Pertama Yaitu UjiRegresi Secara Simultan ( Uji – F ), Jika ternyata F – hitung < F- table, maka hipotesis nol (Ho) diterima danhipotesis alternatif (Ha) ditolak. Makna Ho adalah variasi dari model regresi linier berganda tidak mampumenjelaskan pengaruh variable bebas secara keseluruhan terhadap variasi variable tergantungnya. Jika F –hitung > F- table, maka hipotes nol (Ho) ditolak dan hipotesi alternatif (Ha) diterima, berarti dapat dikatakanvariasi dari model regresi linier berganda mampu menjelaskan pengaruh variable bebas secara keseluruhanterhadap variasi variable tergantungnya.2). Pengujian Hipotesis Kedua Yaitu Uji Regresi Secara Parsial

Bila t-hitung < t-tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotes alternatif (Ha) ditolak. Maka Hoadalah tidak ada pengaruh variable bebas secara parsial terhadap variable tergantungnya, sedangkan maknaHa adalah ada pengaruh variable bebas secara parsial terhadap variable tergantungnya. Jika t-hitung > t-tabel,maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatifnya (Ha) diterima, berarti dapat dikatakan bahwa adapengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variable tergantungnya. Besarnya variable bebas terhadapvariable tergantungnya ditunjukkan oleh besarnya koefisien regresi masing-masing variable bebas.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN.

Uji Validitas dan ReliabilitasUji signifikan dilakukan dengan membandingkan nilai Correlated Item-Total Correlation atau r

hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n - 2, dalam hal ini n adalah 34. Maka besarnya dfdapat dihitung 34-2=32 dengan df = 32 dan alpha = 0,05 maka didapat r table = 0,2869. Seluruh nilaiCorrelated Item-Total Correlation atau r hitung lebih besar dari 0,2869 yang berarti butir atau pertanyaanatau indikator tersebut dinyatakan valid. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan teknik Cronbach Alphadan diperoleh koefisien reliabilitas dari seluruh variabel lebih besar dari 0,60, ini menunjukkan bahwainstrument/kuisioner reliable atau dapat dipercaya.

Pengujian Asumsi KlasikPengujian asumsi klasik terdiri atas:

Pengujian MultikolinearitasPengujian Multikolinearitas dengan Menggunakan Nilai Tolerance dan VIF menunjukkan variabelpengetahuan 2.450, Ketrampilan 1.900, Konsep Diri/Nilai 2.169, Karakteristik Pribadi 3.248 dan Motif 4.431,maka dapat disimpulkan bahwa Nilai VIF dari kelima variabel tersebut lebih kecil 10, ini menunjukkanbahwa tidak terdapat Multikolinearitas.

Pengujian HeteroskedastisitasHasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui scatter plot pada gambar di bawah ini :

Page 138: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.136-141) 978-602-60766-3-2

138

Scatterplot

Dependent Variable: Kinerja

Regression Standardized Predicted Value

3210-1-2Re

gres

sion S

tuden

tized

Res

idual

3

2

1

0

-1

-2

Dari gambar di atas scaterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar baik diatas,maupun dibawah nolpada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidakterjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Oleh karena itu, model regresi dalam penelitian ini layakdipakai untuk memprediksi kinerja (Y) berdasarkan variabel Pengetahuan,Ketrampilan, Konsep diri/Nilai,Karakteristik Pribadi dan Motif.

Pengujian AutokorelasiUji Durbin Watson digunakan untuk menguji autokorelasi suatu model dengan mensyaratkan adanya intersep(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Nilai DurbinWatson sebesar 1,893 jika melihat dari tabel keputusan dibantu dengan tabel Durbin Watson dengan jumlahvariabel independen sebanyak 5 maka keputusannya adalah Tidak ditolak (du < d < 4-du) atau 1,808 <1,918 < 4 – 1,808, karena tidak ada Autokorelasi positif atau negatif artinya tidak terdapat autokorelasi

Uji Regresi BergandaKemudian dilakukan analisis dengan menggunakan regresi berganda dengan software SPSS dengan hasil :Coefficientsa

Model UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients t Sig.

CollinearityStatistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) .053 .152 .346 .732

Pengetahuan .122 .056 .127 2.170 .039 .408 2.450Keterampilan .130 .045 .149 2.900 .007 .526 1.900Konsep Diri/Nilai .106 .045 .131 2.383 .024 .461 2.169Karakteristik Pribadi .123 .059 .139 2.062 .049 .308 3.248Motif .541 .076 .559 7.120 .000 .226 4.431

a. Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagaiberikut : Y = 0,53 + 0,122 X1 + 0,130 X2 + 0,106 X.3 + 0,123 X4 + 0,541 X5

Dari persamaan di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut :1). Diketahui konstanta besarnya 0,53 dengan koefisien pengetahuan (X1), Ketrampilan (X2), Konsep

Diri/Nilai (X3), Karakteristik Pribadi (X4) dan Motif (X5), maka diperoleh nilai kinerjakaryawan/pengrajin sebesar 0,53 satuan.

2). Nilai Koefisien variabel pengetahuan (X1) sebesar 0,122 adalah positif. Maka perubahan variabelprediktor pengetahuan (X1), sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positif pada nilaikinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,122 satuan, dimana asumsi prediktor Ketrampilan (X2), KonsepDiri/Nilai (X3), Karakter Pribadi (X4), Motif (X5) besarnya tetap. Dengan demikian PrediktorPengetahuan (X1) yang bernilai positif akan memengaruhi bertambahnya nilai kinerjakaryawan/pengrajin sebesar 0,122 satuan. Namun sebaliknya jika terjadi penurunan satu satuan prediktorpengetahuan akan mengurangi nilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,122 satuan.

3). Nilai Koefisien variabel Keterampilan(X2) sebesar 0,130 adalah positif. Maka perubahan variabelprediktor Keterampilan(X2), sebesar satu satuan akan mengakbatkan perubahan yang positif pada nilai

Page 139: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.136-141) 978-602-60766-3-2

139

kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,130 satuan, dimana asumsi prediktor Pengetahuan (X1) KonsepDiri/Nilai (X3) Karakter Pribadi (X4) Motif (X5) besarnya tetap. Dengan demikian PrediktorKeterampilan (X2) yang bernilai positif akan memengaruhi bertambahnya nilai kinerjakaryawan/pengrajin sebesar 0,130 satuan. Namun sebaliknya jika terjadi penurunan satu satuan prediktorketerampilan akan mengurangi nilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,130 satuan.

4). Nilai Koefisien variabel Konsep Diri/Nilai ( X3 ) sebesar 0,106 adalah positif. Maka perubahan variabelprediktor Konsep Diri/Nilai ( X3 ), sebesar satu satuan akan mengakbatkan perubahan yang positif padanilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,106 satuan, dimana asumsi prediktor Pengetahuan(X1),Ketrampilan (X2), Karakter Pribadi (X4) Motif (X5) besarnya tetap. Dengan demikian Prediktor KonsepDiri/Nilai (X3) yang bernilai positif akan memengaruhi bertambahnya nilai kinerja karyawan/pengrajinsebesar 0,106 satuan. Namun sebaliknya jika terjadi penurunan satu satuan prediktor pengetahuan akanmengurangi nilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,106 satuan.

5). Nilai Koefisien variabel Karakteristik Pribadi (X4) sebesar 0,123 adalah positif. Maka perubahan variabelprediktor Karakteristik Pribadi (X4), sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positifpada nilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,123 satuan, dimana asumsi prediktor pengetahuan (X1),Ketrampilan (X2) Konsep Diri/Nilai (X3) dan Motif (X5) besarnya tetap. Dengan demikian PrediktorKarakteristik Pribadi (X4) yang bernilai positif akan memengaruhi bertambahnya nilai kinerjakaryawan/pengrajin sebesar 0,123 satuan. Namun sebaliknya jika terjadi penurunan satu satuan prediktorKarakteristik Pribadi ( X4 ) akan mengurangi nilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,122 satuan.

6). Nilai Koefisien variabel Motif (X5) sebesar 0,541 adalah positif. Maka perubahan variabel prediktorMotif (X5), sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positif pada nilai kinerjakaryawan/pengrajin sebesar 0,541 satuan, dimana asumsi prediktor Pengetahuan (X1), Ketrampilan (X2)Konsep Diri/Nilai (X3) Karakter Pribadi (X4) besarnya tetap. Dengan demikian Prediktor Motif(X5) yangbernilai positif akan memengaruhi bertambahnya nilai kinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,541 satuan.Namun sebaliknya jika terjadi penurunan satu satuan prediktor pengetahuan akan mengurangi nilaikinerja karyawan/pengrajin sebesar 0,541 satuan.

Uji HipotesisUji F (Uji Simultan)Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabeldependen secara simultan ( bersama-sama ). Hasil uji f dapat dilihat pada table di bawah ini dikaitkan denganhipotesis yang diajukan, yaitu :

ANOVA(b)

ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.688 5 1.138 138.108 .000(a)Residual .231 28 .008Total 5.919 33

a Predictors: (Constant), Motif, Keterampilan, Konsep Diri/Nilai, Pengetahuan,b Dependent Variable: Kinerja

Berdasarkan uji ANOVA yang dapat dilihat pada di atas, maka dapat diperoleh F hitung sebesar 138.108dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas jauh lebih kecil dari pada 0,05 (0,000 <0,05) danf hitung>ftabel (138.108 > 2,53) maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen yang meliputi Pengetahuan( X1 ), Keterampilan ( X2 ), Konsep Diri/Nilai ( X3 ), Karakter Pribadi ( X4 ) dan Motif ( X5) secara simultanatau bersama-sama mempengaruhi variabel kinerja.

Uji (Uji Persial)Tabel Hasil Pendugaan dan Pengujian Koefisien RegresiCoefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

Page 140: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.136-141) 978-602-60766-3-2

140

1 (Constant) .053 .152 .346 .732Pengetahuan .122 .056 .127 2.170 .039 .408 2.450Keterampilan .130 .045 .149 2.900 .007 .526 1.900Konsep Diri/Nilai .106 .045 .131 2.383 .024 .461 2.169Karakteristik Pribadi .123 .059 .139 2.062 .049 .308 3.248Motif .541 .076 .559 7.120 .000 .226 4.431

a. Dependent Variable: KinerjaSecara rinci, hasil uji t adalah sebagai berikut :

1) Nilai thitung pada variabel Pengetahuan adalah sebesar 2.170 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,039.Karena nilai thitung> ttabel yaitu ( 2.170 ) > ( 1,660 ) dan nilai signifikansinya 0,039 < 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima. Maka variabel pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja karyawan/pengrajin.

2) Nilai thitung pada variabel Keterampilan adalah sebesar 2.900 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,007.Karena nilai thitung> ttabel yaitu ( 2.900 ) > ( 1,660 ) dan nilai signifikansinya 0,007 < 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima. Maka variabel Keterampilan berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja karyawan/pengrajin.

3) Nilai thitung pada variabel Konsep Diri/Nilai adalah sebesar 2.383 dengan tingkat signifikansi sebesar0,024. Karena nilai thitung> ttabel yaitu ( 2.383 ) > ( 1,660 ) dan nilai signifikansinya 0,024 < 0,05 makaH0 ditolak dan H1 diterima. Maka variabel konsep diri/nilai berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja karyawan/pengrajin.

4) Nilai thitung pada variabel Karakteristik Pribadi adalah sebesar 2.062 dengan tingkat signifikansi sebesar0,049. Karena nilai thitung> ttabel yaitu ( 2.062 ) > ( 1,660 ) dan nilai signifikansinya 0,049 < 0,05 makaH0 ditolak dan H1 diterima. Maka variabel Karakteristik Pribadi berpengaruh positif dan signifikanterhadap kinerja karyawan/pengrajin.

5) Nilai thitung pada variabel Motif adalah sebesar 7.120 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karenanilai thitung> ttabel yaitu ( 7.120 ) > ( 1,660 ) dan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak danH1 diterima. Maka variabel Motif berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerjakaryawan/pengrajin.

4. KESIMPULANDari hasil analisis kuantitatif diperoleh :

1) Terdapat pengaruh signifikan pengetahuan, keterampilan, konsep diri/nilai, karakteristik pribadi danmotif secara simultan terhadap kinerja karyawan/pengrajin, karena Fhitung>Ftabel (138.108 > 2,53).

2) Terdapat pengaruh signifikan pengetahuan terhadap kinerja karyawan/pengrajin, karena thitung>ttabel

( 2.170 ) > ( 1,660), terdapat pengaruh signifikan Keterampilan terhadap kinerja karyawan/pengrajin,karena thitung>ttabel ( 2.900 ) > ( 1,660 ), terdapat pengaruh signifikan Konsep diri/nilai terhadap kinerjakaryawan/pengrajin, karena thitung>ttabel yaitu ( 2.383 ) > ( 1,660 ), terdapat pengaruh signifikanKarakteristik pribadi terhadap kinerja karyawan/pengrajin, karena thitung>ttabel yaitu ( 2.062 ) > ( 1,660 ),terdapat pengaruh signifikan Motif terhadap kinerja karyawan/pengrajin, karena thitung>ttabel yaitu ( 7.120 )> ( 1,660 )

Dengan demikian baik secara simultan maupun secara parsial pengetahuan, keterampilan, konsepdiri/nilai, karakteristik pribadi dan motif mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerjakaryawan/pengrajin sehingga dalam penyelesaian sesuatu hal yang berkaitan dengan kelima variable tersebutdalam usaha meningkatkan kinerja harus dilakukan secara bersama-sama.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan kinerja karyawan/pengrajin makapihak UKM harus memberikan pelatihan-pelatihan kepada karyawan/pengrajin sehingga memilikipenngetahuan yang cukup berkaitan dengan bidangnya. Pihak UKM juga harus memberikan kesempatankepada karyawan atau pengrajin untuk berkreasi sehingga akan tercipta bentuk atau model baru dari produkatau kerajinan yang dihasilkan. Dalam rangka meningkatkan Keterampilan untuk meningkatkan kinerjakaryawan/pengrajin maka pihak UKM harus mengadakan pelatihan atau workshop dimana para karyawandapat mempraktekkan langsung tentang penggunaan alat/mesin, berlatih tentang keterampilan berkomunikasi.Dalam rangka meningkatkan Konsep diri/nilai untuk meningkatkan kinerja karyawan/pengrajin pihak UKMharus melakukan proses kepemimpinan, pengawasan dan selalu melakukan koordinasi dengan karyawan atau

Page 141: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.136-141) 978-602-60766-3-2

141

pengrajin sehingga kegiatan dapat dijalankan dengan baik. Dalam rangka meningkatkan Karakteristik pribadiuntuk meningkatkan kinerja karyawan/pengrajin pihak UKM harus menciptakan lingkungan dan suasanakerja yang baik, memberikan/mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan atau pengrajin, memberikanpengarahan tentang pentingnya tim dan menghargai perbedaan, meningkatkan kesadaran berorganisasi dalamsebuah UKM. Dalam rangka meningkatkan motif untuk meningkatkan kinerja pihak UKM harus meninjaukembali tentang sistem pengupahan karyawan atau pengrajin, menciptakan hubungan kerja yang baik danmenjelaskan tentang peran/posisi karyawan atau pengrajin dalam mencapai tujuan organisasi UKM.

5. DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Surya. 2005. Manajemen Kinerja; Falsafah Teori dan Penerapannya, Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis, Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit,UNDIP, SemarangGomes, Fautino Cardosa. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset. Yokyakarta.Hasibuan, Malayu S.P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta.Haeruman, H. (2000). Peningkatan Daya saing UKM untuk mendukung Program PEL.Makalah Seminar

Peningkatan Daya Saing. Jakarta: Graha SucofindoHutapea, P. dan Thoha, N. 2008. Kompetensi Plus. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. Bandung. 2003. Perencanaan

dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Refika Aditama. Bandung.Martha Laila Arisandra (2016) Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume I No. 3, Oktober 2016 ISSN 2502-3764Mitrani, Alain. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (terjemahan). PT. I ntermasa.

Jakarta.Murgiyono. 2002. Kompetensi Dasar PNS, Konsep Pemikiran Manajemen SDM PNS Berbasis Kompetensi. Jakarta.Murphy, Kevin R. Jeanette N. Cleaveland. 1995. Understanding Performance Appraisal : Social, Organization and Goal-

Based Perspectives. Sage Publications, California.Palan, R. 2007. Competency Management. Teknik Men gimplementasikan Manajemen SDM berbasis Kompetensi untuk

Meningkatkan Daya Saing Organisasi. Penerjemah: Octa Melia Jalal. Penerbit PPM. Jakarta.Rivai, Veithzal., dan Basri, Ahmad Fawzi Mohd. 2005. Performance Appraisal. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.Ruky, Achmad, S. 2004; Sistem Manajemen Kinerja. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar Maju. Bandung. , 2003. Good Governance

(Kepemerintahan yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah, Upaya Membangun Organisasi Efektif danEfisien Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Mandar Maju. Bandung.

Simamora, Henry. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi III. STIE YKPN. Jakarta.Simanjuntak, Payaman. J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung, 2006. Metode Penelitian Administrasi (Edisi

Revisi). Alfabeta. Bandung.Wibowo, 2007. Manajemen Kinerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Page 142: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.142-145) 978-602-60766-3-2

142

ANALISIS DETERMINAN PERILAKU KONSUMEN PRODUK PANGAN ORGANIK DISULAWESI SELATAN

Mawardi1), Abd. Hamid2)

1),2)Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

This research is focused on the study of the consumer environment orientation of organic food and perception of buyinginterest. This research is based on the identification of issues, namely: How far of consumer environment orientationinfluence against buying interestt either directly or indirectly through organic food perception in South of Sulawesi. Thisresearch use approach to the analysis of causality. The analysis of causality test of causality between the variables usedexogenous and endogenous using Structural Equation Modeling analysis techniques (SEM) programme package ofcomputer software with LISREL 8.50. The number of samples tested, i.e., as many as 100 people consumers of organicrice in South of Sulawesi. This research result in a finding empirical. Environment orientation consumers wouldindirectly exert stronger to increase buying interest through the organic food perceptions compared with if only based ona direct influence of consumer orientation on buying interest directly. Consumer orientation indirectly will provide astronger influence on improving buying interest through organif food perception compared to if only based on the directinfluence of the consumer orientation of buying interest directly. Adequate consumer comprehension on the importanceof organic food perception is a strong predictor of influential consumer orientation for the realization of theenvironment into the attitude of buying interest organic rice. Organic food perceptions is variable mediation(intervening) part on the consumer orientation of buying interest.

Keywords: Consumer environment orientation, organic food perceptiont, buying interest, organic rice.

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil penelitian Briz dan Ward (2009:296) menunjukkan bahwa profil sosio-demografis,perilaku pembelian makanan dan pengetahuan nutrisi pada konsumen berpengaruh pada tingkat kesadarandan keputusan pembelian makanan organik.

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pendapatan, pengetahuan gizi, keadaankesehatan, ketersediaan pangan dan kebiasaan makan. Kebiasaan makan seringkali merupakan suatu polayang berulang atau bagian dari rangkaian panjang kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukurdengan pola konsumsi pangan. Kebiasaan makan adalah cara-cara seseorang atau sekelompok orang dalammemilih dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh psikologis, fisiologis, budaya dansosial (Harper, dan Laura 1986:79).

Dari beberapa literatur empirik menemukan hubungan antara orientasi konsumen dan perilakupembelian pada produk. Luchs, Michael, Todd dan Moraddian (2006:127) telah mengidentifikasi bahwakonsumen yang berorientasi altruistik memiliki minat beli yang memiliki atribut ramah lingkungan daripadakonsumen yang berorientasi egoistik. Umberger, Thilmany, McFadden dan Smith (2009:275) jugamenemukan bahwa konsumen yang lebih memilih produk organik dimotivasi oleh manfaat bagi individu danfaktor orientasi altruistik. Begitupun penelitian Bonti, Ankomah, Yiridoel (2006:43) menemukan hubunganantara minat beli dengan orientasi konsumen.

Berdasarkan permasalahan, konsep dan hasil-hasil penelitian diatas, maka ditetapkan tujuanpenelitian yaitu sebagai pengembangan konsep dan memperoleh hasil kajian tentang pengaruh orientasikonsumen terhadap minat beli konsumen secara langsung maupun tidak langsung melalui persepsi produkpangan organik di Sulawesi Selatan.

2. METODE PENELITIAN

1 Korespondensi: [email protected]

Page 143: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.142-145) 978-602-60766-3-2

143

Metode penelitian atau rancangan riset yang digunakan adalah riset konklusif. Menurut Malhotra(2010:62) bahwa riset konklusif adalah sebuah penelitian yang melakukan pengukuran secara jelas terhadapfenomena pemasaran. . Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik orientasi konsumen, persepsi produkpangan organik, dan minat beli konsumen pangan organik di Sulawesi Selatan.

Untuk memenuhi syarat pemodelan SEM yaitu bahwa sampel minimal 100 dan guna meningkatkankeakuratan data maka penelitian ini mengunakan responden sebagai sampel yaitu sebanyak 100 responden.

. Hipotesis penelitiannya adalah :Terdapat pengaruh orientasi konsumen terhadap minat beli konsumen secara langsung maupuntidak langsung melalui persepsi produk pangan organik.

Hipotesis diatas merupakan hipotesis verifikatif (Sugiyono,2012:38) yang bertujuan untuk mengujikausalitas antar variabel eksogen dan endogen. Kausalitas ini berupa hubungan sebab akibat diantara variabelorientasi konsumen, persepsi produk pangan organik dan minat beli konsumen. Untuk pengujian hipotesisdigunakan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan paket programkomputer LISREL 8.50.

3. HASIL DAN PEMBAHASANSejalan dengan perumusan hipotesis kedua, maka hasil analisis persamaan struktural (Structural

Equation Modeling) dengan menggunakan program LISREL 8.5 dapat dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 1. Diagram Jalur Pengaruh Orientasi Konsumen dan Persepsi Produk Pangan OrganikTerhadap Minat Beli Konsumen

Pada gambar diatas 21 = 0.25, menunjukkan bahwa terjadi hubungan langsung antara orientasikonsumen (variabel eksogen) yang berpengaruh besar terhadap minat beli konsumen pada produk berasorganic dengan nilai 11 (gamma) = 0.25. Pengaruh orientasi konsumen terhadap minat beli konsumen bernilaisignifikan berdasarkan uji-t sebesar 2.26. Berdasarkan diagram jalur diatas menunjukkan pula bahwakoefisien determinasi dari model ini sebesar 0.40 atau sebesar 40%. Koefisien determinasi sebesar 40%menyatakan bahwa perubahan-perubahan penilaian minat beli konsumen pada pangan organik dapatdijelaskan oleh perubahan-perubahan yang terjadi secara simultan pada orientasi konsumen dan persepsiproduk pangan organik sebesar 40% sedangkan sisanya sebesar 60% oleh variabel lain yang tidakdimasukkan dalam penelitian ini.

OrientasiKonsumen

Persepsi ProdukPangan Organik

0.30

R22 = 0.40

Minat beli

R21 = 0.13

0.60

0.8721 = 0.49

t = 3.34

31 = 0.37

t = 2.76

11 = 0.26

t = 2.26 0.60

Page 144: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.142-145) 978-602-60766-3-2

144

Pengujian hipotesis ini dapat dilihat dibawah ini :

H0 : 21 = 0 Tidak terdapat pengaruh Orientasi Konsumen terhadap minat beliH1 : 21 0 Terdapat pengaruh Orientasi Konsumen terhadap minat beliUntuk menguji hipotesis ini digunakan statistik uji t student dengan hasil disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Pengujian Hipotesis Orientasi Konsumen berpengaruh terhadap minat beli

PengaruhBesar

PengaruhR2 Standard

errorT t-tabel Keputusan

H0 : 21 = 0H1 : 21 0

0.25 0.06 0.11 2.26 1.972Tolak

Hipotesis Nol

Besar pengaruh langsung (direct effect) variabel orientasi konsumen terhadap minat beli konsumenterhadap pangan organik sebesar 0.25 standar deviasi. Angka ini berarti jika terjadi peningkatan satu satuanstandar orientasi konsumen maka akan terjadi peningkatan minat beli konsumen sebesar 0.25 standardeviasi. Koefisien determinasi dari pengaruh orientasi konsumen terhadap minat beli konsumenmenunjukkan nilai sebesar 60% ,yang artinya bahwa sebesar 60% perubahan-perubahan yang terjadi padaminat beli konsumen dapat dijelaskan secara langsung oleh variabel orientasi konsumen.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik uji t student diperoleh nilai t hitung sebesar2.26 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel yang besarnya 1.972. Sehingga hasil pengujian hipotesismenyimpulkan hipotesis nol ditolak yang artinya terdapat pengaruh signifikan dan positif dari orientasikonsumen terhadap minat beli konsumen. Walaupun pengaruh langsung dari variabel orientasi konsumenterhadap minat beli konsumen pada pangan organik, namun signifikannya pengaruh ini pada tingkatkekeliruan 5% mengindikasikan bahwa peningkatan minat beli konsumen dapat dilakukan dengan upayameningkatkan orientasi konsumen.Hipotesis Pengaruh Tidak langsung Orientasi Konsumen terhadap Minat Beli melalui Persepsi ProdukPangan OrganikHipotesis tidak langsung ini dapat diterjemahkan ke dalam hipotesis statistik sebagai berikut :H0 : 1121 = 0 Tidak terdapat pengaruh Orientasi Konsumen terhadap Minat Beli Konsumen melalui

Persepsi Produk Pangan Organik

H1 : 1121 0 Terdapat pengaruh Orientasi Konsumen terhadap Minat Beli Konsumen melaluiPersepsi Produk Pangan Organik

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik uji t student dengan hasil sebagai berikut :Tabel 2. Pengujian Hipotesis Orientasi Konsumen terhadap Minat Beli melalui Persepsi Produk

Pangan Organik

PengaruhBesar

PengaruhR2 Standard

errorT t-tabel Keputusan

H0 : 1121 = 0H1 : 1121 0

0.18 0.03 0.08 2.19 1.972Tolak

HipotesisNol

Hasil perhitungan pengaruh tidak langsung dari orientasi konsumen terhadap minat beli konsumenmelalui persepsi produk pangan organik sebesar 0.18 standar deviasi. Ini artinya bahwa jika terjadipeningkatan dalam orientasi konsumen yang mampu meningkatkan persepsi produk pangan organik atributproduk ramah lingkungan maka dampaknya secara tidak langsung terhadap kepercayaan pelanggan mencapai0.18 standar deviasi. Hasil pengujian hipotesis menunjukan nilai t hitung yang lebih besar dari t tabelsehingga kesimpulannya adalah hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat pengaruh variabel orientasikonsumen terhadap minat beli konsumen melalui peningkatan persesi produk pangan organik konsumen.

Page 145: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.142-145) 978-602-60766-3-2

145

Tabel 3. Besaran Pengaruh

VariabelLangsung Tidak Langsung Total

Minat Beli

0.26

Minat Beli

0.18

Minat Beli

0.44Orientasi Konsumen

Perhitungan besarnya pengaruh menunjukkan bahwa variabel orientasi konsumen secara tidaklangsung akan memberikan pengaruh yang lebih kuat pada peningkatan minat beli melalui persepsi produkpangan organik sebesar 0,18, menjadi 0,44, dibandingkan dengan hanya berdasarkan pengaruh langsungvariable orientasi konsumen terhadap minat beli konsumen secara langsung yaitu hanya 0,26.

Orientasi konsumen secara tidak langsung akan memberikan pengaruh yang lebih kuat padapeningkatan minat beli konsumen melalui persepsi produk pangan organik, dibandingkan dengan jika hanyaberdasarkan pengaruh langsung variable orientasi konsumen terhadap kepercayaan konsumen secaralangsung. Kepercayaan konsumen terhadap produk pangan organic adalah akibat dari meningkatnya persepsiproduk pangan organik.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan yaitu bahwa orientasi

konsumen secara tidak langsung akan memberikan pengaruh yang lebih kuat pada peningkatan minatkonsumen melalui persepsi produk pangan organik dibandingkan dengan jika hanya berdasarkan pengaruhlangsung variable orientasi konsumen terhadap minat beli konsumen. Pemahaman konsumen yang memadaimengenai pentingnya atau manfaat produk pangan organik merupakan predictor yang berpengaruh kuatuntuk mewujudkan orientasi konsumen atas lingkungan menjadi sikap memiliki minat beli pada produkpangan organik. Persepsi produk pangan organik merupakan variable mediasi (intervening) sebagian padaorientasi konsumen terhadap minat beli konsumen.

5. DAFTAR PUSTAKAChen FF., Karen H. Sousa, and Stephen G.West (2005). Testing Measurement Invariance of Second-Order Factor

Models. Structural Equation Modeling, 12(3), 471-492.Gracia, A. and de Magistris, T. (2007),” Organic Food Product Purchase Behaviour: A Pilot study for Urban

Consumers in the South of Italy”, Spanish Journal of Agricultural Research, Vol. 5(4),pp 439-451.Hair, J.F.,Black, W.C.,Babin, B.J., Anderson, R.E. (2010). Multivariate Data Analysis:A Global Perspective. (7th ed),

New Jersey. Pearson Education, Inc.Harper, L.J. et al., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerjemah Suhardjo, UI-Press, JakartaIdda, L., Madau, F.A. and Pulina P. (2208), “The Motivational Profile of Organic Food Consumers: a Survey of

Specialized Stores Customers in Italy”, 12th Congress of the European Association of Agricultural Economists –EAAE 2008

Luchs, Michael G. Todd A, Moraddian. 2012. Sex, Personality, and Sustainable Consumer Behaviour : Elucidating theGender Effect. Journal Consumption Policy.35. pp. 127-14

Malhotra, K. Naresh.2010, Marketing Research. 6th Edition. Prentice Hall,Inc. United States of America.Radman M (2005),”Consumer Consumption and Perception of Organic Products in Croatia”, British Food Journal,

Vol.107(4).Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Alfabeta. Bandung.Soler F. and Sanchez M (2002),” Consumer’s Acceptability of organic Food in Spain : Result From An Experimental

Auction Market”, British Food Journal. Vol. 104, pp. 670-687Stevens-Garmon.,John, Huang Chung L., and Lin, Biing-Hwan (2007),”Organic Demand : A Profile of Consumers in

the Fresh Produce Market”, Choices, The Magazine of Food, Farm and Resource Issues, 2nd Quarter 2007, Vol.222(2).

Umberger., W.J.D.D. Thilmany McFadden and A.R. Smith. 2009.” Does Altriusm Play a Role in Determining U.S.Consumer Preferences and Willingness to Pay for Natural and Regionally Produced Beef?’ Agribusiness 25(2):268-285.

Voon, Jan P. Kwanel Sing Ngui and Anand Agrawal. Determinants of willingness to Purchase Organic Food: AnExploratory study Using Structural Equation Modeling. International Food and Agribusiness Management review.Volume 14. Issue 2, 2011 pp.103-120

Page 146: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.146-149) 978-602-60766-3-2

146

PERAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI PENYULUH PERTANIAN DILUWU UTARA

Amri1), Erwina2)

1, 2)Dosen Jurusan Manajemen Universitas Andi Djemma

ABSTRACT

In terms of agricultural extension services, extension workers play a role as a determinant of changes in farmer behaviorin the development of farming, because the counselor guides the farmers directly to produce behavioral changes tofarmers as expected. So the extension worker needs to be a concern for the government. So the purpose of this researchis to analyze the role of organizational culture to the motivation of agricultural extension in North Luwu. The data usedcomes from primary data and secondary data. Primary data were obtained through the distribution of questionnaires toagricultural extension workers in North Luwu and interviews. While the secondary data obtained through variousliterature. Respondents in this study amounted to 122 agricultural extension workers with census method in 8 sub-districts in North Luwu. Data analysis technique used is simple linear regression. The results show that organizationalculture influences the motivation of extension workers in North Luwu. The better the application of organizationalculture then the motivation of agricultural extension will also increase.

Keywords: Organizational Culture, Motivation, Agricultural Extension

PENDAHULUANPenyuluh pertanian memiliki peranan yang strategis dalam memajukan pertanian Indonesia, seperti

yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2006 mengenai sistem penyuluhan pertanian, perikanandan kehutanan. Dalam hal penyelenggaraan penyuluhan pertanian, tenaga penyuluh berperan sebagai faktorpenentu perubahan perilaku petani dalam pengembangan usaha tani, karena penyuluh membimbing langsungpara petani hingga menghasilkan perubahan perilaku pada petani seperti yang diharapkan. Sehingga Kinerjapenyuluh perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Berbicara tentang kinerja tidak akan terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. . Studi yang dikembangkan oleh Lusthaus et al, (2002) dalamJamil (2012) menunjukkan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kinerja organisai yaitu (a) kapasitasorganisasi, (b) motivasi organisasi, (c) lingkungan eksternal. Kapasitas organisasi menyangkut banyak haldiantaranya yaitu budaya organisasi.

Menurut Sule dan Sefullah (2008), budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan normayang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan dimana organisasi tersebutmenjalankan kegiatannya. Bigliardi et al (2012) mengatakan bahwa literatur tentang type budaya organisasiada banyak dan berbeda-beda. Dalam penelitiannya, Bigliardi menuliskan 2 literatur yang paling seringdigunakan tentang budaya organisasi, yaitu Martin (1992) yang mengusulkan tiga persfektif, yakni integrasi,diferensiasi dan fragmentasi.

Begitu pula Wallack (1983) dikutip oleh Bigliardi et al (2012), mengusulkan 3 persfektif pula yaitubureaucratic, supportive dan innovative. Nayak dan Barik (2013), mengemukakan bahwa budaya organisasimemiliki peran dalam kepuasan kerja karyawan. Budaya yang sesuai dan cocok dengan nilai-nilai manajerialharus dikembangkan perusahaan agar tercipta kepuasan kerja bagi karyawan sehingga meningkatkankomitmen karyawan terhadap organisasi. Dan pada akhirnya tingkat kepuasan kerja pada karyawan tersebutdapat memberikan keuntungan lebih bagi perusahaan sehingga perusahaan mampu berkompetitif denganperusahaan lain. Selain kepuasan kerja, penyuluh juga diharapkan mampu meningkatkan motivasinya dalambekerja. Mangkuprawira (2008), motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatudengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yangmenyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusiasmencapai hasil yang optimal. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kinasih (2011) mengenai faktor-faktoryang membentuk motivasi pekerja dalam organisasi pelayanan non-profit. Penelitian ini mengukur motivasidengan melihat tiga faktor, yakni karakter pribadi, karakter pekerjaan, dan karakter lingkungan kerja.Penelitian lain yang dilakukan oleh Sanusi (2012), dimana menghubungkan antara motivasi dengankomitmen organisasi. Hasilnya menemukan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

1 Koresponding: Tlp: 085255057572, Email: [email protected]

Page 147: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.146-149) 978-602-60766-3-2

147

komitmen organisasi. Penemuan ini memiliki makna bahwa motivasi kerja pada sebuah organisasi perluditingkatkan dan harus dijaga karena memiliki efek pada komitmen karyawan. Semakin baik motivasi kerjadalam perusahaan maka semakin tinggi komitmen organisasi, dan begitu pula sebaliknya. Penelitian yangdilakukan oleh Koesmono (2005) yang menemukan bahwa budaya organisasi yang diterapkan pada subsektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur memiliki pengaruh terhadap motivasi kerjakaryawan pada organisasi tersebut. penelitian lain yang dilakukan Octaviana (2011) juga memperoleh hasilserupa, budaya organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi kerja karyawan pada usaha kecilMenengah Mirota di Jogjakarta.

Kabupaten Luwu Utara sebagai salah satu kabupaten yang memiliki peran penting dalam pertanian diSulawesi selatan memiliki misi untuk mengembangkan ekonomi berbasis kerakyatan dan bertumpu padapertanian yang maju dan bernilai tambah tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah Luwu Utaraterus melakukan peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk pertanian secara berkelanjutan. Dinaspertanian Luwu Utara terus menggalakkan produktivitas yang tinggi bagi para petani dengan mengandalkankinerja dari para penyuluh pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan bagi masyarakat LuwuUtara maupun memberikan kontribusi dalam pencapaian sasaran produksi padi secara nasional. Bertitik tolakdari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian yang berusaha untuk menjelaskan dan memadukan antaradua faktor yaitu mengenai motivasi dan budaya organisasi. Sejauh mana faktor budaya organisasi berperanterhadap motivasi kerja dari penyuluh pertanian. Sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisisperan budaya organisasi terhadap motivasi penyuluh pertanian di Luwu Utara.

METODE PENELITIANPenelitian dilakukan di Luwu Utara. Data yang digunakan berasal dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada penyuluh pertanian dan wawancara.Sedangkan data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur. Responden pada penelitian ini sebanyak 122penyuluh pertanian yang tersebar pada delapan kecamatan yakni kecamatan Sukamaju, Masamba, Seko,Tanalili, Bone-bone, Baebunta, Malangke dan Mappedeceng. Pemilihan wilayah didasarkan pada tekniksimple random sampling sedangkan penyuluh diambil dengan metode sensus. Dimana menurut Sugiyono(2014), metode sensus yaitu jika semua populasi dijadikan sebagai sampel. Untuk menjawab tujuanpenelitian, yakni menganalisis peran budaya organisasi terhadap motivasi penyuluh pertanian di Luwu Utaramaka teknik analisis data yang digunakan yakni regresi linear sederhana dengan menggunakan softwareSPSS versi 21.

HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan dari hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan software SPSS maka

diperoleh nilai regresi linier sederhana yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.Tabel 1. Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1(Constant) 28.367 2.834 10.011 .000BudayaOrganisasi .148 .030 .409 4.915 .000

a. Dependent Variable: MotivasiBerdasarkan hasil Tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05 yakni sebesar 0,000

sehingga dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi penyuluh pertanian diLuwu Utara. Dengan demikian diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y = 28,367 + 0,148 XInterprestasi dari model regresi di atas adalah sebagai berikut:

1. Konstanta (β0) = 28,367 menyatakan besarnya variabel motivasi yang tidak dipengaruhi olehvariabel budaya organisasi (X), atau variabel bebas = 0 maka nilai motivasi penyuluh pertanian diLuwu Utara sebesar 28,367.

2. Nilai koefisien Budaya Organisasi (X) sebesar 0,148 menyatakan bahwa setiap penambahan 1satuan maka variabel Budaya Organisasi (X) akan meningkatkan motivasi penyuluh pertaniansebesar 0,919, dengan asumsi variabel lain konstan.

Page 148: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.146-149) 978-602-60766-3-2

148

Hasil dari perhitungan software SPSS diperoleh nilai R2 = 0,168 yang berarti bahwa sebesar 16,8 %motivasi penyuluh pertanian di Luwu Utara dapat dijelaskan oleh variabel budaya organisasi. Sedangkansisanya (100% - 16,8% = 83,2%) dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti. Hasil dari nilaikoefisien determinasi dapat dilihat pada table 2 berikut.

Tabel 2. Model SummaryModel R R Square Adjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .409a .168 .161 3.70910a. Predictors: (Constant), BudayaOrganisasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, budaya organisasi memiliki pengaruh yang positifterhadap motivasi penyuluh pertanian di Luwu Utara. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yangdilakukan oleh Koesmono (2005) yang menemukan bahwa budaya organisasi yang diterapkan pada subsektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur memiliki pengaruh terhadap motivasi kerjakaryawan pada organisasi tersebut. penelitian lain yang dilakukan Octaviana (2011) juga memperoleh hasilserupa, budaya organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi kerja karyawan pada usaha kecilMenengah Mirota di Jogjakarta. Hal ini membuktikan bahwa penerapan budaya organisasi berdampakterhadap output dari organisasi itu sendiri. Budaya organisasi perlu ditingkatkan pada setiap organisasisebagai identitas dari organisasi itu sendiri. Menurut Sule dan Sefullah (2008), budaya organisasi padadasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait denganlingkungan dimana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Budaya organisasi menurut RobbinsRobbins dalam Wanto dan Suryasaputra (2012) mengacu pada tujuh karakteristik yakni inovasi danpengambilan resiko, perhatian terhadap detail, orientasi hasil, orientasi manusia, orientasi tim, Agresivitasdan Stabilitas. Orientasi tim memiliki peranan yang cukup penting terhadap budaya penyuluh pertanian diLuwu Utara. Dimana orientasi tim merupakan tingkat dimana segala aktivitas pada Balai Penyuluh Pertaniandilaksanakan atau diatur disekitar tim daripada individu. Tujuan dan target organisasi dibuat denganmelibatkan para penyuluh, balai penyuluh pertanian berupaya untuk meminta dan menerima gagasan daripenyuluh jika dianggap relevan dengan perubahan yang lebih baik. selain itu, penyelesaian masalah danpengambilan keputusan yang terkait dengan pelaksanaan penyuluh pertanian dilakukan secara bersama-samadi dalam organisasi. Budaya yang demikianlah yang memiliki peran terhadap motivasi penyuluh pertanian diLuwu Utara. Oleh karenanya budaya organisasi perlu dibangun sedemikian rupa agar fleksibel, adaptifdan akomodatif terhadap aneka perubahan sehingga citacita organisasi yang memiliki keunggulan bukansekedar impian.Organisasi yang memiliki budaya organisasi yang tertanam kuat, dapat dipastikanberanggotakan para individu yang bermotivasi dan berkomitmen tinggi.

Motivasi menurut Mangkuprawira (2008), merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukansesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah halyang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusiasmencapai hasil yang optimal. Menurut McClelland dikutip dari Rivai (2006) dalam teorinyaMcClelland’s Achievment Motivation Theory mengemukakan bahwa ada tiga kebutuhan dasar yangmemotivasi manusia. Ketiga kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan prestasi (need forachievenment atau n-ach), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation atau n-aff), dan kebutuhanakan kekuasaan (need for power atau n-pow). Penyuluh pertanian di luwu utara pada dasarnya jugamemiliki ketiga kebutuhan ini. Namun kebutuhan akan afiliasi merupakan kebutuhan yang palingdominan pada penyuluh pertanian di Luwu Utara. Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerakyang memotivasi semangat kerja penyuluh. Kebutuhan ini merangsang gairah kerja penyuluh karenaadanya keinginan dari penyuluh pertanian untuk diterima oleh orang lain dilingkungan tempat kerjadan tempat tinggal, kebutuhan akan perasaan dihormati karena pada dasarnya setiap manusia merasadirinya penting, kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal, dan kebutuhan akan perasaan ikutserta. Kebutuhan akan afiliasi akan memotivasi penyuluh dan mengembangkan diri sertamemanfaatkan seluruh energy yang dimiliki untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya sebagaipenyuluh pertanian. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011)bahwa selain dorongan akan prestasi, dorongan untuk berafiliasi merupakan salah satu kebutuhanyang memotivasi kader KB di tiga Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Penyuluh selalu ingin

Page 149: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.146-149) 978-602-60766-3-2

149

dihargai keberadaannya oleh petani maupun rekan kerja, dengan mendapatkan respon. Penyuluhpertanian juga selalu berusaha untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan pertanian yang diadakan dikecamatan masing-masing. Selain kebutuhan akan afiliasi, penyuluh juga didorong akan kebutuhanuntuk berprestasi. Dimana kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasisemangat kerja seseorang. Karenanya kebutuhan ini akan mendorong seseorang untukmengembangkan kreativitasnya. Penyuluh akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan diberikesempatan. Selain itu, dorongan akan kekuasaan juga menjadi motivasi bagi penyuluh pertanian diLuwu Utara. Namun dorongan ini tidak begitu dominan ada pada setiap penyuluh. Dorongan akankekuasaan akan merangsang penyuluh untuk mencapai kekuasaan atau kedudukan. Ego manusiaingin lebih berkuasa dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan secara sehat olehorganisasi, supaya penyuluh termotivasi untuk bekerja lebih giat.

Penerapan budaya organisasi yang kuat harus mampu diterapkan pada kantor Balai Penyuluhpertabnian di Luwu Utara agar mampu meningkatkan motivasi para penyuluh pertanian dalambekerja. Sehingga penyuluh mampu mencapai hasil kerja terbaik yang telah ditargetkan sebelumnya.Selain itu, dengan penerapan budaya organisasi yang kuat akan mampu meningkatkan doronganpenyuluh untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang dihadapi dalam menjalankan tugasyang diberikan.

KESIMPULANHasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi penyuluh

ppertanian di Luwu Utara. Semakin baik penerapan budaya organisasi yang diterapkan maka akanberdampak positif terhadap rmotivasi penyuluh pertanian di Luwu Utara. Artinya bahwa denganmeningkatnya penerapan budaya organisasi pada balai penyuluhan pertanian di Luwu Utara maka juga akansemakin meningkatkan motivasi penyuluh pertanian di Luwu Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Bigliardi B, Dormio AI, Galati F, Schiuma G. 2012. The impact of organizational culture on the job satisfaction ofknowledge workers. The journal of information and knowledge management systems. 42 (1): 36-51.

Jamil. 2012. Faktor - faktor yang memengaruhi kinerja balai penyuluh pertanian dan dampaknya pada perilaku petanipadi di Provinsi Sulawesi Selatan [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kinasih HN. 2011. Faktor-Faktor yang membentuk motivasi pekerja dalam organisasi pelayanan non-profit: studiterhadap organisasi pelayanan X di Jakarta [Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Koesmono H T. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja KaryawanPada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen danKewirausahaan. 7 (2)

Mangkuprawira TS. 2008. Horison Bisnis Manajemen dan SDM. Bogor (ID): IPB Press.Nayak B, Barik A. 2013. Assessment of the link between Organizational culture and job satisfaction (Study of an

Indian Public Sector). International Journal of Information, Business and Management. 5(4)Octaviana N. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan

(Pada PT. Mirota Kampus Di Yogyakarta). [Tesisi]. Yogyakarta (ID): UPN Veteran Yogyakarta.Puspita D R. 2011. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Keluarga Berencana Dan Dampaknya Pada

Kinerja Kader Kb Di Tiga Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat. [Tesisi]. Bogor (ID): Institut PertanianBogor.

Rivai, V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik . PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.

Sanusi A. 2012. Pengaruh motivasi kerja dan iklim organisasi terhadap komitmen keorganisasian pegawai arsipnasional republik Indonesia [Tesisi]. Bogor (ID): Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta. Bandung.Sule E T dan Saefullah K. 2008. Pengantar Manajemen. Jakarta (ID): Kencana.Wanto HS, Suryasaputra R. 2012. The Effect of Organizational Culture and Organizational Learning towards the

Competitive Strategy and Company Performance (Case Study of East Java SMEs in Indonesia: Food andBeverage Industry). Information Management and Business Review. 4 (9): 467-476.

Page 150: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.150-155) 978-602-60766-3-2

150

PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAPKEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MAROS

Dahlan1)

1)Prodi Manajemen , Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Manajemen Yapim Maros

ABSTRACT

At a government organization, the success or failure in the implementation of the tasks and governance, influenced bythe leadership, organizational culture and motivation which in turn will create and improve the job satisfaction. Thepurpose of this study was to analyze the influence of leadership on employee’s job satisfaction, analyze the influence ofcultural organizations on employee’s job satisfaction and analyze the influence of motivation on employee’s jobsatisfaction. The sampling technique used was stratified random sampling based on the level of groups of Civil Servants(Group I, II, III and IV). The data used are primary and secondary data. Data analysis method used is StructuralEquation Model (SEM). The results of this study were 1). Leadership with indicator instruction, consultation,participation and delegation give effect to employee satisfaction in doing the work, 2). Cultural organizations havesignificant effect on employee Job Satisfaction on the SKPD Maros regency government. Employees who got theattention to the final outcome of work and obedience work, innovation, detail / accuracy in work, results orientation,employee morale and aggressiveness, satisfaction and consistently able to improve performance for these employees,and 3). Motivation effect on employee Job Satisfaction on the SKPD Maros district’s government. With the existence ofcareer path, a pleasant working environment, their motivation for satisfaction(reward),responsibility, self-developmentwill encourage employees to improve work satisfaction.

Keywords : Leadership, Organizational Culture, Motivation, job Statisfaction

PENDAHULUANSebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan

penyelenggaraan pemerintahan dipengaruhi oleh kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi yang padaakhirnya akan menciptakan kepuasan kerja dan meningkatkan kinerja pegawai. Melalui kepemimpinan dandidukung oleh kapasitas budaya organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tatapemerintahan yang baik (good governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakansalah satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia (Istianto, 2009: 2).

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalammengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untukmencapai suatu tujuan yang diinginkan sehingga menghasilkan kepuasan kerja pegawai yang maksimal.Dengan meningkatnya kepuasan kerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalammewujudkan tujuan organisasi. Peran kepemimpinan merupakan suatu karakteristik penting dalam sebuahorganisasi. Perubahan yang semakin pesat, radikal, dan serentak, menuntut akuntan untuk memilikikompetensi dalam memimpin organisasinya.

Budaya organisasi dapat menjadi keunggulan kompetitif yang utama apabila budaya organisasimendukung srategi dan jika budaya organisasi dapat meluruskan tantangan lingkungan organisasi yang tepat.Umumnya budaya organisasi diciptakan atau dibawakan oleh pendiri organisasi yang paling atas yangmendirikan atau merintis organisasi tersebut (Hendriastuti dan Aryani 2002:47).

Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakanpegawai untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.Motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan danmemelihara perilaku yang berhubungan dengann lingkungan kerja.

Sementara kepuasan kerja merupakan cerminan dari perasaan pegawai terhadap pekerjaannya.Pegawai tidak hanya secara formalitas bekerja dikantor, tetapi harus mampu merasakan dan menikmatipekerjaannya, sehingga ia tidak akan merasa bosan dan lebih tekun dalam beraktivitas. Para pegawai akanlebih senang dalam bekerja apabila didukung oleh berbagai situasi yang kondusif, sehingga dapatmengembangkan keterampilan yang dimilikinya

1 Korespondensi: [email protected]

Page 151: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.150-155) 978-602-60766-3-2

151

METODE PENELITIANLokasi Penelitian dan Metode Pengambilan SampelPenelitian dilaksanakan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Maros. Teknikpengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling dengan mendasarkan pada tingkatangolongan Pegawai Negeri Sipil (Golongan I, II, III dan IV). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 211orang pegawai.JENIS DAN SUMBER DATAData primer adalah data yang langsung dikumpulkan dari sumber pertamanya yaitu Pegawai Negeri Sipil(Golongan I, II, III dan IV). Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengambil data yangsudah ada pada instansi terkait, catatan dan laporan yang terkait dengan penelitian.METODE ANALISIS DATAMetode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM). Penggunaan SEM untukmenganalisis pengaruh kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi sebagai variable independen danberbagai indikatornya terhadap kepuasan kerja dengan berbagai indikatornya sebagai variable dependen.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANVerifikasi Model dan Pengembangan Model Final

Model teoritis yang telah dikembangkan melalui model kerangka konseptual sebagaimana disajikandalam Bab III akan diverifikasi berdasarkan data empiris. Bagian ini dalam metode SEM merupakan bagianmodel struktural.

Berdasarkan CFA final masing-masing konstruk dibangun model lengkap persamaan struktural.Model ini disebut model A (model anteseden dan konsekuen). Model A ditampilkan dalam Gambar 8. Hasilpengolahan data menunjukkan bahwa asumsi linearitas dapat dinyatakan telah dipenuhi untuk semuaindikator terhadap konstruknya. Multikolinearitas (berakibat pada sigularitas) dapat dijamin karena matrikskorelasi indikator semuanya memiliki koefisen korelasi r < 0,85. Hasil pemeriksaan univariat danmultivariate juga menunjukkan bahwa ada beberapa non-normalitas multivariat dalam data. Namun,diputuskan untuk tetap memperhitungkan estimasi maximum likelihood, Karena teknik ini cukup robust(tidak begitu sensitif) terhadap dilanggarnya normalitas. Jadi pada asumsi-asumsi yang diperlukan dalamanalisis multivariate telah dipenuhi kecuali normalitas.

Hasil analisis awal model A sebagaimana dalam Gambar 8 menunjukkan bahwa indeks overall modelfit yang diperoleh untuk tahap awal dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber : Hasil Analisis SEM (Lampiran )Pada gambar di atas dapat diketahui hasil analisis awal model Awal menunjukkan bahwa indeks

overall model fit yang diperoleh menunjukkan indeks model fit yang kurang baik secara marginal. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 27 berikut.

Tabel 27. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Overall Model AwalGoodness of fit

index Cut-off Value Hasil Model* Keterangan

Chi_Square Diharapkankecil 643.750(0.05:249=286.808)

Marginal

Gambar 8. Model Awal

Page 152: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.150-155) 978-602-60766-3-2

152

Probability ≥ 0.05 0.000 MarginalCMIN/DF ≤ 2.00 2.585 MarginalRMSEA ≤ 0.08 0.087 MarginalGFI ≥ 0.90 0.800 MarginalAGFI ≥ 0.90 0.760 MarginalTLI ≥ 0.94 0.803 MarginalCFI ≥ 0.94 0.822 Marginal

Sumber : Data Olahan LampiranPada Tabel 27 tersebut dapat diketahui hasil analisis awal model Awal menunjukkan bahwa indeks

overall model fit yang diperoleh menunjukkan indeks model fit yang kurang baik secara marginal, chi-square, Probability, GFI, AGFI, TLI dan CFI kurang memberikan dukungan kebaikan model.

Hasil estimasi parameter (regression, weight atau loading factor) baik melalui metode maksimumlikelihood, diperoleh berdasarkan pengolahan data. Hasil analisis untuk model ini belum dapat dijadikanpatokan dalam estimasi parameter karena model belum menunjukkan indeks fit yang acceptable.Karenamodel A masih memiliki indeks yang kurang baik maka langkah berikutnya adalah meningkatkan overallindex fit model tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam meningatkan indeks model fit tersebutpendekatan model building-trimming terhadap parameter melalui pertimbangan Modification Indices yangdisediakan oleh Amos 18. Hasil analisis SEM pada tahap akhir secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 9sebagai berikut :

Sumber : Hasil Analisis SEM (Lampiran )Proses building-trimming dilakukan hingga diperoleh indeks model fit global yang lebih baik dan

model tersebut dinyatakan sebagai model akhir (tahap final). Hasil analisis tahap final/akhir yang diperolehhasil estimasi parameter (regression, weight atau loading factor) baik melalui metode maksimum likelihood,diperoleh berdasarkan pengolahan data. dapat dijadikan patokan dalam estimasi parameter karena modelsudah menunjukkan indeks fit yang acceptable. Untuk lebih jelasnya dapat bagian pengujian model.A. Hasil Pengujian Model Penelitian.

Hasil pengujian model penelitian yang diajukan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 9,Overall Model Tahap Akhir (Model B) dan diuji dengan goodness of fit index, hasilnya ditunjukkan padaTabel 28 sebagai berikut :Tabel 28. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Overall Model Akhir

Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model* KeteranganChi_Square Diharapkan kecil 247.199 (0.05:215

=450.806)Baik

Probability ≥ 0.05 0.065 BaikCMIN/DF ≤ 2.00 1.150 BaikRMSEA ≤ 0.08 0.027 Baik

Gambar 9. Model Akhir

Page 153: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.150-155) 978-602-60766-3-2

153

GFI ≥ 0.90 0.915 BaikAGFI ≥ 0.90 0.882 MarginalTLI ≥ 0.94 0.981 BaikCFI ≥ 0.94 0.985 Baik

Sumber : Hasil Analisis SEM (Lampiran 7)Pada Tabel 28 dimaksud dapat diketahui hasil analisis model kahir menunjukkan bahwa indeks

overall model fit yang diperoleh telah menunjukkan indeks model fit yang baik secara marginal, chi-square,Probability, RMSEA, GFI, TLI dan CFI dapat memberikan dukungan kebaikan model. Dengan demikianmodel penelitian yang diusulkan secara keseluruhan berdasarkan teori dapat diterima (didukung oleh dataempiris di lapangan) sehingga hasilnya fit.B. Analisis Pengujian Hipotesis

Setelah model penelitian diterima, selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah adapengaruh antar variabel laten yang telah di hipotesiskan sebelumnya. Tingkat signifikansi dalam penelitianini digunakan 5%, sehingga hubungan tersebut dikatakan signifikan jika nilaI CR > 1,96 atau P <0,05. Hasilpengujian hipotesis ditunjukkan pada Tabel 29 berikut :Tabel29. Hasil Pengujian Hipotesis antar Variabel Laten

VariabelIndepende

n

VariabelDependen CR

DirectEffect

Indirect Effect

TotalEffect p-value Keterangan

X1 Y 2.774 .230 - .230 0.006 Signifikan

X2 Y 2.197 .184 - .184 0.028Signifikan

X3 Y 4.586 .390 - .390 0.000Signifikan

Sumber : Data Olahan SEM Lampiran.Hasil olahan SEM yang ditunjukkan pada Tabel di atas nilai koefisien jalur dapat disimpulkan hasil

uji hipotesis yang diajukan sebagai berikut :a. Hipotesis 1 (H1), yaitu terdapat pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Satuan

Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maros diterima. Kesimpulan ini berdasarkan pada hasilperhitungan critical ratio (CR) t hitung lebih besar dari t tabel (2,774 < 1,96) dan nilai probabilitas (p)lebih kecil dari 0,05 (0,006 < 0,05), menandakan bahwa kedua variabel memiliki hubungan kausal yangsignifikan. Berdasarkan koefisien jalur bahwa kepemimpinan memberikan pengaruh yang positifterhadap kinerja, ditandai dengan koefisien jalur sebesar 0,230.

b. Hipotesis 2 (H2), yaitu terdapat Pengaruh Budaya Kerja Terhadap kepuasan kerja pegawai pada SatuanKerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maros diterima. Kesimpulan ini berdasarkan pada hasilperhitungan critical ratio (CR) atau t hitung lebih besar dari t tabel (2,197 > 1,96) dan nilai probabilitas(p) lebih kecil dari 0,05 (0,028 < 0,05), menandakan bahwa kedua variabel memiliki hubungan kausalyang signifikan. Berdasarkan koefisien jalur bahwa Budaya Kerja memberikan pengaruh yang positifterhadap kepuasan kerja pegawai, ditandai dengan koefisiens jalur sebesar 0,184.

c. Hipotesis 3 (H3), yaitu terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada SatuanKerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maros diterima. Kesimpulan ini berdasarkan pada hasilperhitungan critical ratio (CR) atau t hitung lebih besar dari t tabel (4,586 > 1,96) dan nilai probabilitas(p) lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), menandakan bahwa kedua variabel memiliki hubungan kausalyang signifikan. Berdasarkan koefisien jalur bahwa motivasi kerja memberikan pengaruh yang positifterhadap kinerja, ditandai dengan koefisien jalur sebesar 0,390.

C. Pembahasan Hasil Penelitian.Pembahasan hasil penilitian dilakukan untuk memberikan penjabaran pada pengujian hipotesis yang

telah dilakukan sebelumnya, dan sebagai upaya untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Hasilanalisis dari pengujian hipotesis sebagaimana dijabarkan pada bagian sebelumnya, akan dibahas melaluiinterpretasi sehingga dapat memperoleh informasi secara ilmiah tentang hubungan kausalitas antar variabeleksogenus (variabel independen) dan indogenus (variabel dependen) adalah sebagai berikut :1. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Kepemimpinan menurut Robbins (2006:432), merupakan kemampuan mempengaruhi suatukelompok kearah pencapaian tujuan. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang telah ditetapkan dan

Page 154: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.150-155) 978-602-60766-3-2

154

berdasarkan tujuan tersebut pemimpin melakukan berbagai macam cara untuk memengaruhi kelompok-kelompok dalam organisasi guna pencapaian tujuannya.

Ada beberapa tipe kepemimpinan yaitu: (Rivai, 2003:56).a. Tipe kepemimpinan .b. Tipe kepemimpinan kendali bebas.c. Tipe kepemimpinan demokratis.Hasil penelitian sebagaimana hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya menunjukkan bahwa

kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Satuan Kerja PerangkatDaerah Pemerintah Kabupaten Maros dapat dibuktikan. Hasil tersebut menggambarkan bahwa seorangpemimpin harus memahami betul apa yang harus dikerjakan, dalam konteks penelitian ini telah dijelaskanbahwa kepemimpinan harus memiliki indikator yang terukur antara lain : instruksi, konsultasi, partisipasi dandelegasi.

Sejalan dengan itu hasil temuan juga yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh NanaSuryana, Sitti Haerani dan Muh. Idrus Taba (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Kepemimpinanberpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.Pendapat Mersha tersebut bersesuaiandengan pendapatSukardi (2009), menemukan semakin tinggi nilai kepemimpinan dan pemotivasian akanmemberi dampak kenaikan nilai terhadap prestasi kerja pegawainya, atau sebaliknya semakin rendah nilaikepemimpinan dan pemotivasian akan berdampak pada turunnya prestasi kerja pegawai.2. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Edgar Schein dalam Widjaya (2004:17) mendefenisikan budaya sebagai : Suatu pola asumsi dasaryang dimiliki bersama yang didapat oleh (suatu) kelompok ketika memecahkan masalah penyesuaianeksternal dan intergrasi internal, yang telah berhasil dengan cukup baik untuk dianggap sah dan, oleh karenaitu, (diinginkan) untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang tepat menerima, berpikir, danmerasa berhubungan dengan masalah tersebut.

Hasil penelitian sebagaimana hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya menunjukkan bahwaterdapat pengaruh signifikan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pegawai pada Satuan KerjaPerangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maros dapat dibuktikan. Hasil tersebut menggambarkan bahwabudaya organisasi memberikan kontribusi dalam peningkatan kepuasan kerja, dalam konteks penelitian initelah dijelaskan bahwa budaya organisasi memiliki indikator yang terukur antara lain : Perhatian terhadaphasil akhir pekerjaan dan ketaatan kerja, Inovasi, Detail/ketelitian dalam bekerja, orientasi hasil, Semangatkerja dan keagresifan, dan Konsisten

Hasil penelitian ini sesuai temuan Abdullah (2006)Pengaruh Budaya Organisasi, Locus of Control,dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat. Analisismenggunakan SEM (Structural Equation Modelling). Uji Hipotesis menggunakan Hubungan Kausalitasantar Variabel melalui Analisis Jalur (Path Analysis). Alat analisis dengan AMOS 4.0. hasil penelitianmenunjukkan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Budaya Organisasi terhadap KepuasanKerja.3. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhah-kebutuhan yang mendorong seseorang untukmelakukan serangkaian kegiatan yang mengarah tercapainya tujuan tertentu (Munandar 2001).Luthans(2002) menegaskan bahwa motivasi adalah proses yang membangkitkan, menyemangati, mengarahkan, danmenopang perilaku dan kinerja,artinya, itu adalah proses merangsang orang untuk tindakan dan untukmelaksanakan suatu tugas yang diinginkan. Salah satu cara untuk merangsang orang adalah untukmempekerjakan efektif motivasi, yang membuat pekerja lebih puas dengan dan komitmen untuk pekerjaanmereka.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah dikemukakan pada bagianterdahulu, maka pada bagian akhir dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah Pemerintah Kabupaten Maros. Dengan adanya instruksi, konsultasi, partisipasi dan delegasi tidakmemberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.

Page 155: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.150-155) 978-602-60766-3-2

155

2. Budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Satuan KerjaPerangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maros. Pegawai yang mendapat perhatian terhadap hasil akhirpekerjaan dan ketaatan kerja, inovasi, detail/ketelitian dalam bekerja, orientasi hasil, semangat kerja dankeagresifan, kepuasan dan konsisten mampu meningkatkan kinerja bagi pegawai tersebut.

3. Motivasi berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Pegawai pada Satuan Kerja Perangkat DaerahPemerintah Kabupaten Maros. Dengan Adanya Jenjang karir, lingkungan kerja yang menyenangkan,adanya motivasi akan kepuasan (reward), tanggung jawab, pengembangan diri akan memberikandorongan kepada pegawai untuk meningkatkan kepuasan kerjanya.

Saran-saranBerdasarkan uraian hasil penelitian dan simpulan sebagaimana diemukakan pada bagian terdahulu,

maka penulis memberikan beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalammenentukan kebijakan bagi organisasi baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang, sebagai berikut:1. Dalam rangka pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia,

maka disarankan agar objek penelitian diarahkan pada lembaga pemerintah dan swasta dengan maksuduntuk memahami lebih mendalam sejauhmana pengaruh kepemimpinan, dan motivasi, terhadapKepuasan Kerja

2. Perlu dilakukan kajian ulang pada hubungan variabel yang tidak signifikan dan bertengtangan denganpenelitian sebelumnya. Tujuannya untuk lebih memahami secara mendalam teori-teori yang berkaitandengan variable budaya organisasi, motivasi, dan kepuasan kerja dan sebaiknya digunakan indikator lainuntuk membentuk variabel penelitian.

3. Agar kepuasan kerja pegawai meningkat disarankan sebaiknya pemimpin institusi tetap memberikanpenghargaan atau apresiasi kepada pegawai yang berprestasi melalui pemberian gaji dan upah yangsesuai dengan beban kerja, pemberian jaminan social, penghargaan antar pribadi dan kesempatan untukpromosi jabatan.

Daftar PustakaAbbas, Q., Yacob, S., 2009. Effect of Leadership Development on Employee Performance in Pakasitan. Journal of

Pakistan Economic and Social Riview. Vol.47. No.2. pp.269-292.Abdullah, 2006.Pengaruh Budaya Organisasi, Locus of Control, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada

Kantor Pelayanan Pajak. Thesis. FEUI. Jakarta.Arief, Asmani. 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi terhadap Kepuasan dan

Kinerja Pegawai Perintah Kabupaten Kolaka. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas MuslimIndonesia. Makassar.

Arif, M.S., 1986. Organisasidanmanajemen. Jakarta: Penerbit Karunika.Bass, B.M danAvolio, 1990.The Implications of Transaksional and Transformational, Team and Organization

Development, 4, p.231- 273.Belias, D., Kuostelios, A., 2014. Transformational Leadership and Satisfaction int the Banking Sector. International

Review of Management and Marketing Vol. 4, No. 3, 2014, pp.187-200.Darwito, 2008. Ferdinand, Augusty. 2006.Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.Hadijah, E.,Sjah. 2014. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan dan Kinerja

Pegawai Pemerintah. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Muslim indonesia. Makassar.Masrukin dan Waridin, 2006. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan

Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan pada Kantor Pengelolaan Pasar Daerah di Kabupaten Demak,Ekobis. Semarang.

Soedjono (2005). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan padaTermnal Penumpang Umum di Surabaya, Journal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.7, No.1, hal 22-47

Page 156: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.156-161) 978-602-60766-3-2

156

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (STUDIPADA KONSUMEN SIRUP MARKISA PRODUKSI MAKASSAR PADA TOKO OLEH

OLEH KOTA DAENG)

Dian Pane1), Aisyah2)

Dosen Jurusan Adminitrasi Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

The influence of product attribute to buying decision is a consumer research in Oleh Oleh Kota Daeng Storewhich held due june to july 2017. Population of research is 75 people with 43 samples who characteristic are theybought one of the popular brand of Markisa in the store and none of first buying. The method of research is descriptiveand inferencial analysis by using smartpls 2.0 verse. Based on descriptive analysis stated that mostly consumen genderis man with age 31-40 years old and they choosed Markisa Merek Makassar as first choice in the store and they boughtapproximately 2-3 times. And the result of inferencial analysis stated that there is no influence between product attributeto buying decision because the t-count is lower than t-table .Keywords: product attribute, buying decision

1. PENDAHULUANWinardy et al mengatakan bahwa Sari markisa sendiri merupakan salah satu buah tangan khas

Makassar yang paling sering dibeli oleh wisatawan, selain karena rasa dan manfaatnya, sari markisa jugadapat bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Di Makassar terdapat berbagai merk sari markisa, dengan harga yang cukup beragam pula. Salahsatu pemasok sari markisa terbesar di kota Makassar adalah sari markisa merk “Bola Dunia dan BintangDunia”. Sari markisa merk “Bola Dunia dan Bintang Dunia” merupakan salah satu pelopor berdirinyaindustri sari markisa di Sulawesi Selatan. Perusahaan ini melakukan penjualan dengan berfokus utama di kotaMakassar, dan beberapa penjualan penopang di beberapa kota besar di Pulau Jawa. Sari markisa merk “BolaDunia dan Bintang Dunia” yang telah berdiri sejak 1961 ini, pernah mengeskpor produknya ke singapura,namun terhalang karena minimnya bahan baku, yang hanya cukup untuk produksi di Indonesia saja (Winardy,et al:2014).

(MBD) (MT)

(MM)Gambar 1 Sirup Markisa Produksi Makassar terlaris versi Toko Oleh

Oleh Kota Daeng

Sebagian besar sari markisa merk lainnya yang di jual di kota Makassar, menggunakan visualisasiyang mirip dengan visualisasi kemasan yang digunakan. Namun terdapat merek yang laris pada toko oleholeh kota daeng yaitu Markisa Makassar, Markisa Tiara dan Markisa Bola Dunia. Menurut Manajer toko oleh

1 Korespondensi penulis: Dian Pane, Telp 085397711182, [email protected]

Page 157: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.156-161) 978-602-60766-3-2

157

oleh kota daeng, Markisa Makassar menempati urutan pertama dalam penjualan sirup markisa, kemudiandiikuti oleh Markisa Bola Dunia dan Markisa Tiara. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengangkatatribut produk yang melekat pada sirup markisa.Menurut Akpoyomare et al (2012) bahwa:

“product attributes play a very important role in marketing from the perspective of the marketer andconsumer and it has long been recognized as an opportunity to set the marketer’s brand apart fromcompetition. Consumers also value attributes since they are used as the basis for evaluating aproduct. Attributes also provide the benefits consumers seek for purchasing a product”

Kemudian Ahmed (2007); Beaudoin et al (2000); Anderson dan Mittal (2000); Olson et al (1979); Gwin danGwin (2003) dalam Shamsher (2014) menyatakan:

“Studies from different literatures show that availability of various merchandise, their price,freshness, and originality are essential product. However, identified 12 attributes that correlatedwith attitudes when purchasing apparel, namely: good fit, durability, ease of care, favorable price,comfort, quality, color, attractiveness, fashionableness, brand name, appropriateness for occasion,and choice of styles. Considered product quality as the most influencing product attribute incustomers‟ purchase decision. Product quality is an important determinant for the customers forpurchasing a brand. Quality belongs to the product perspective of a brand‟s identity whereasperceived quality is how a brand‟s quality is seen by the consumers. A higher price is a sign of highquality to the consumers. Different studies focus the importance of product attributes in determiningconsumer preferences and decision. For purchasing food items consumers may considered price asthe most important aspect. For some consumers, the price is vital particularly when they arepurchasing everyday products. Some consumer may choose a brand just because it has the lowestprice, while other consumers may choose a brand just because it has the highest perceived priceinferring that it is of high quality. The product attributes used in previous studies are quality, price,availability, variety, assortment and value of the products”

Lebih lanjut Menurut Kotler (2002), dalam meningkatkan persaingan masing-masing perusahaan harusdapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhiselera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah. Dengan demikian terdapat tiga rumusanmasalah dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimana pengaruh atribut produk sirup markisa terhadap keputusan pembelian pada toko Oleh –oleh Kota Daeng ?

2. Indikator apakah yang paling rendah dalam memengaruhi keputusan pembelian sirup markisa padatoko Oleh-oleh Kota Daeng ?

3. Indikator apakah yang paling dominan dalam memengaruhi keputusan pembelian sirup markisa padatoko Oleh-oleh Kota Daeng?

2. METODE PENELITIANPopulasi dalam penelitian ini adalah pembeli sirup markisa pada bulan Maret tahun 2017. Dasar

penentuan jumlah populasi adalah rata-rata pembeli sirup markisa pada bulan Juni s/d Juli Tahun 2017.Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Yamane dalam Rahmat (2001) dengan jumlah sampelsebanyak 42,86 atau sama dengan 43 responden.

Cozby (2009) mengemukakan bahwa definisi operasional sebuah variabel merupakan sebuah definisidari variabel dalam bentuk operasi atau teknik yang digunakan oleh si peneliti untuk mengukur ataumemanipulasi.Tabel 2. Operasionalisasi Variabel

Variabel IndikatorAtributProduk

1. Merek2. Kemasan3. Kualitas Produk4. Layanan Pelengkap

KeputusanPembelian

1. Tahap pengenalan kebutuhan2. Tahap pencarian informasi

Page 158: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.156-161) 978-602-60766-3-2

158

3. Tahap evaluasi4. Tahap pasca pembelian

Untuk mendukung analisis data dalam penelitian ini, maka diperlukan data atau informasi yangakurat. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpul data utama dengan maksuduntuk mengetahui pengaruh atribut produk sirup markisa terhadap keputusan pembelian. Nazir (2003)menyatakan bahwa alat pengukur yang tepat untuk mengukur variabel sangat penting artinya, karena denganadanya alat ukur yang tepat, peneliti dapat menghubungkan suatu konsep yang abstrak dengan realita dandapat dirumuskan serta menguji hipotesa tanpa memperoleh kesulitan. Penetapan skala dapat dianggapsebagai perpanjangan dari pengukuran dan merupakan penciptaan rangkaian kesatuan di mana obyek yangdiukur ditempatkan.Kuesioner penelitian ini didesain dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan terlebih dahulu seperti pada Tabel 2 Operasionalisasi Variabel. Setiappertanyaan memiliki lima alternatif pilihan jawaban berdasarkan skala Likert maka dijabarkan menjadiindikator-indikator yang dapat diukur sebagai titik tolak untuk membuat instrumen penelitian yang berupapertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden.Tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah melalui uji validitas dan reliabilitas, kemudian analisisstatistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif mengungkapkan gambaran data yang telahdikumpulkan dari penyebaran kuesioner. Pendeskripsian dapat dilakukan dengan cara menginterpretasikanhasil pengolahan data melalui tabulasi frekuensi guna mengungkapkan kecenderungan data empiris sepertinilai terbanyak dan nilai terendah serta persentase dari masing-masing jawaban serta modus atas pernyataanpada kuesioner. Hasil analisis deskriptif berguna untuk mendukung penafsiran atau interpretasi hasil analisisdengan teknik lainnya. Statistik inferensial menggunakan pendekatan PLS (Partial Least Square) SmartPLSVersi 2.0M3 dengan langkah langkah pengukutan outer model, pengukuran innner model, Goodness of Fit,analisis persamaan struktural, dan pengujian hipotesis dengan resampling bootsrapping.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil analisis deskriptif sebagai berikut:

a. RespondenTabel 2 Rekapitulasi hasil penelitian deskriptif untuk profil responden

Jenis Kelamin Usia (Tahun)Merek Markisa

PilihanFrekuensi Pembelian

Laki Laki 74,4%20-30 27,9% Merek Tiara 11,6%

2-3 Kali 60,5%31-40 34,9% Merek BolaDunia

14%41-50 27,9%

Perempuan 25,6%51-60 9,3% Merek

Makassar 74,4% > 3 Kali 39,5%>60 -

Sumber: olahan kuesioner,2017.

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas laki-laki sebagai responden dalam penelitian ini, yaitusebesar 74,4%. Hal ini berarti mayoritas pembeli sirup markisa adalah laki-laki pada Toko OlehOleh Kota Daeng periode Juni-Juli tahun 2017 dengan rentang usia 31-40 Tahun, yaitu sebesar34,9%. Hal ini berarti mayoritas pembeli sirup markisa pada Toko Oleh Oleh Kota Daeng adalahresponden pada rentang usia produktif yang memilih markisa merek Makassar sebagai mereksirup markisa pilihan yaitu sebanyak 74,4% dimana mereka melakukan pembelian rata-ratasebanyak 2-3 kali atau sebesar 60,5% pada Toko Oleh Oleh Kota Daeng.

b. Hasil penelitian deskriptifTabel 3 Rekapitulasi hasil penelitian deskriptif

Variabel Indikator Skala 1 Skala 2 Skala 3 Skala 4 Skala 5

AtributProduk

Merek 0% 2,3% 4,7% 60,5% 6%Kemasan 0% 0% 18,6% 72,1% 9,3%Kualitas Produk 0% 2,3% 4,7% 67,4% 25,6%Layanan Pelengkap 2,3% 2,3% 14% 72,% 9,3%

Keputusan Pengenalan Kebutuhan 0% 7% 55,8% 37,2% 0%

Page 159: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.156-161) 978-602-60766-3-2

159

Pembelian Pencarian Informasi 0% 11,6% 55,8% 32,6% 0%Evaluasi Alternatif 0% 4,7% 20,9% 69,8% 4,7%Pasca Pembelian 2,3% 7% 25,6% 53,5% 11,6%

Sumber: Olahan Kuesioner, 2017.Berdasarkan tabulasi frekuensi maka untuk keseluruhan indikator pada variabel atribut

produk termasuk memuaskan. Sementara untuk variabel keputusan pembelian indikator pengenalankebutuhan dan pencarian informasi responden menganggap kurang sedangkan indikator evaluasi alternatifdan sikap pasca pembelian termasuk skala 4 yakni responden mengevaluasi dan mempertimbangkan untukmembeli kembali.3.2 Hasil analisis inferensial sebagai berikut:

a. Tabel 4 berikut merupakan hasil analisis statistik menggunakan PLS:Tabel 4 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural

MeasurementModel

Hasil Nilai Kritis EvaluasiModel

Outer ModelConvergentValidity

Indikator Nilai

>0,5 Baik

AP1 0,793AP2 0,644AP3 0,758KP2 0,806KP3 0,546KP4 0,722

CronbachsAlpha

Cronbachs Alpha≥0,5

(≥0,6 =Baik)CukupBaik

ATRIBUT PRODUK 0,579KEPUTUSAN PEMBELIAN 0,523

CompositeReliability

Composite Reliability

≥0,7 BaikATRIBUT PRODUK 0,777

KEPUTUSAN PEMBELIAN 0,738

Inner ModelQ-Square 0.568 0<Q2<1 BaikSumber: hasil analisis PLS, 2017.

b. Hasil Pengujian HipotesisBerikut hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2:

Gambar 2 Pengaruh Antar VariabelGambar 2 menggambarkan bahwa konstruk (variabel) Atribut Produk memiliki hubungan

sebesar 0,456 atau sebesar 46% terhadap Keputusan Pembelian. Kemudian nilai R2 sebesar 0,208 atau21%, hal ini berarti Keputusan Pembelian di pengaruhi oleh Atribut Produk sebesar 21% sementarafaktor-faktor lain yang mempengaruhi sebesar 79%.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, jikanilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka hipotesis diterima dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut.

Page 160: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.156-161) 978-602-60766-3-2

160

Dalam penelitian ini, jumlah data yang digunakan sebanyak 43, maka nilai titik persentase distribusi tdiketahui dari nilai df-nya yang diperoleh dari perhitungan berikut:

df = N – kdf = 43 – 2df = 41ket:N = Jumlah Sampelk = Jumlah Variabel dalam PenelitianSehingga df dalam penelitian ini adalah 41, karena itu dapat diketahui bahwa nilai t-tabel (α=5%)sebesar 1,683. Sesuai Gambar 3 maka persamaan strukturalnya sebagai berikut:

Gambar 3 Hasil Pengujian T-Statistic (t-hitung)Gambar 3 menggambarkan bahwa nilai t-hitung pada penelitian ini adalah 1,636, bila dibandingkandengan t-tabel maka t-hitung < t-tabel yaitu 1,636 <1,683 yang bermakna bahwa atribut produk tidakmemiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian sirup markisa pada toko oleh oleh kota daeng.

4. KESIMPULANKesimpulan penelitian sebagai berikut:

1) Tidak terdapat pengaruh antara variabel Atribut Produk dengan variabel Keputusan Pembelian2) Berdasarkan hasil convergent validity indikator yang paling rendah adalah indikator kemasan3) Berdasarkan hasil convergent validity indikator yang paling tinggi adalah indikator merek

5. DAFTAR PUSTAKAAkpoyomare, B. Oghojafor, A.L.P. Kunle, G.R. Ajao. 2012. The Influence of

Product Attributes on Consumer Purchase Decision in the Nigerian Food and Beverages Industry: AStudy of Lagos Metropolis. American Journal of Business and Management. 196-201Vol. 1, No. 4,2012

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Bina Pustaka.Cozby, Paul C. (2009). Methods in Behavioral Research. Edisi ke-9. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square.

Semarang: Universitas Diponegoro.---------, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas

Diponegoro.Hasan, Ali. 2014. Marketing dan Kasus-kasus Pilihan. Yogyakarta: Center for

Academic Publishing Service).Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.Rahmat, Jalaluddin,. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.Rompas, Elwin P, F.J. Tumewu. 2014. Social Influence To Consumer Buying

Decision A Qualitative Method On Samsung Galaxy Series Customers InManado. Jurnal EMBA, Hal. 727-735, Vol.2 No.3, ISSN 2303-1174.

Singarimbun dan Effendi. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3S.Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.-----------, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit AlfabetaTjiptono, Fandy. Chandra G, Adriana D. 2008. Pemasaran Strategik. Yogyakarta:

Penerbit Andi.Wahyuni, Dewi Urip. Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen

Page 161: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.156-161) 978-602-60766-3-2

161

Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek “Honda” di Kawasan Surabaya Barat.Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Fatahillah.

Winardy, E. Angelia, Bramantijo, R.P Sutanto. Perancangan Desain UlangKemasan Sari Markisa Merk “Bola Dunia Dan Bintang Dunia” SebagaiOleh-Oleh Khas Makassar. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Yamit, Zulian. 2004. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.

6. UCAPAN TERIMA KASIHTerimakasih kepada Owner, Manajer dan segenap karyawan Toko Oleh Oleh Kota Daeng atas kontribusinya

terhadap penelitian saya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

Page 162: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.162-166) 978-602-60766-3-2

162

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP EFEKTIVITAS BAHAN PEMBELAJARANPENDIDIKAN PARENTING BERBASIS AGAMA ISLAM

(STUDI PADA MASYARAKAT DESA PATTALLASANG KABUPATEN GOWA)

Khairun Nisa 1)

1) Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

The Research aims to give information about the model of parenting education nowadays and understand theeffectiveness of learning materialsof pr wedding parenting education based on moslem’s view. The research iscategorized as research and development. The research an development is conducted to gain certain and test theeffectiveness of the product. The results of the research show the model of pre-wedding parenting education are someseminars. As for, the model of pre-wedding parenting education which held by the government through the Ministry ofReligion was not running well. Next, the learning material which have been given categorized as effective. Theeffectiveness could be seen from the potential effect such as learn quality, behavior and reader motivation. The quisionerresults show that the reader give positive responses toward the learning material.

Keywords: parenting education, moslem’s view, pre-wedding, learn quality

1. PENDAHULUANMenurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam

satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang priadengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagiadan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuanpernikahan adalah membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

Keluarga merupakan subsistem dari sistem sosial, yang menurut al-Qur’an bukan bangunan di atastanah kosong. Tetapi bagaimana membangun kelurga yang Islami memerlukan kerja keras dari seluruhanggota keluarga, yang dikomandani oleh suami dan istri sebagai pemimpin didalam rumah tangga. Olehkarena itu, pembentukan keluarga sakinah pada dasarnya merupakan implementasi dari firman Allah dalamsurah al-Tahrim ayat 6: Artinya:Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dantidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apayang diperintahkan.

Memahami ayat tersebut di atas, yang dikehendaki dari keluarga sakinah adalah bagaimana upayapembinaan keluarga sejak awal (sebelum) pernikahan, pendidikan yang Islami dalam sebuah keluarga dandiselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan akhirat. Dengan demikian diharapkanpasangan yang akan menikah kelak akan dapat membentuk keluarga sakinah pula, keluarga akanmendapatkan ketenangan dan ketentraman. Paling utama diantara pembentukan keluarga adalah bagaimanamembangun generasi yang berkualitas.

Oleh karena itu diperlukan pula langkah-langkah preventif, selektif dan antisipatif dari setiapindividu muslim yang berkeinginan untuk mewujudkan keluarga sakinah yang berkualitas.

Realita saat ini, tingginya angka perceraian salah satunya disebabkan oleh ketidaktahuan suami danistri tentang pendidikan pernikahan. Maka dari itu sebelum melakukan pernikahan, haruslah memilikipengetahuan tentang keluarga, salah satunya dengan mengikuti kursus atau pendidikan pranikah yagdilaksanakan oleh pemerintah. Inti dari pendidikan pranikah adalah untuk merencanakan keluarga yang baikdan memberdayakan keluarga agar mampu meningkatkan kualitas keluarganya.

Penulis melakukan survei awal dengan melakukan wawancara dengan kepala KUA yang menyatakanbahwa untuk mendapatkan pendidikan pranikah, seorang calon pengantin harus melakukan kursus calonpengantin selama 10 hari sebelum menikah. Agar lebih memahami alur pembinaan keluarga sebelum terjunlangsung dalam membina rumah tangga. Hanya saja pelaksanaan pendidikan pranikah ini mengalamai

1 Khairun Nisa, No.Contact 085396512425, [email protected]

Page 163: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.162-166) 978-602-60766-3-2

163

beberapa kendala, diantaranya: keterbatasan dana sehingga sulit melaksanakan pendidikan pranikah ini, paracalon pengantin banyak yang tidak memiliki waktu untuk ikut pendidikan praanikah.

Berdasarkan teori dan fakta yang banyak ditemukan, penulis berinisiatif untuk mengembangkan bahanpembelajaran yang membahas mengenai pendidikan dasar mengenai parenting agar nantinya dapatdigunakan untuk pembelajaran kepada peserta calon pengantin. Bahan ajar tentang pendidikan parenting inidiharapkan dapat membantu masyarakat, khususnya bagi calon orang tua dapat memahami dan memilikipengetahuan tentang parenting dengan waktu belajar yang lebih fleksibel karena menggunakan handout.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, penulis ingin mengembangkan sebuah handoutpembelajaran, di mana handout yang di kembangkan tersebut diharapkan dapat membantu pendidikanparenting pranikah berbasis agama islam yang nantinya dapat digunakan secara terus menerus. Penulismengusung penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat terhadap efektifitas bahan pembelajaranpendidikan parenting berbasis Agama Islam”.Rumusan Masalah

Berbagai penelitian tentang pendidikan keluarga telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan olehMobegi Wilfred Onserio, Mokoro Jonah Mokoro, Keari J. David. Tahun 2016. Judul Penelitian: Pre-MaritalCounselling and Marital Conflicts among Christian Couples in Sameta Sub County, Kisii County, Kenya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konseling pranikah dan konflikpernikahan antara pasangan Kristen di Sameta Sub County, Kisii County, Kenya. Jumlah sampel daripenelitian ini adalah 400 responden berdasarkan total penduduk 8000 pasangan menikah di daerah penelitian.Dapat dijelaskan bahwa Dimensi konseling pranikah yaitu, komunikasi, konseling keuangan, seksualitas dankonseling alkitabiah merupakan faktor yang berkontribusi signifikan yang mengontrol konflik perkawinan didaerah penelitian. Dimensi (mertua), pengasuhan dan, anatomi & fisiologi tidak kontribusi faktor signifikankonflik perkawinan di daerah penelitian. Implikasi dari temuan inibahwa ada kebutuhan untuk meningkatkandan mendorong anak muda yang bercita-cita untuk menikah dan sebelum itu menjalani pendidikan pranikahsehingga dapat mengurangi konflik perkawinan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ghasem Mohammadyari. Tahun 2014. Judul Penelitian: TheRelationship between Parental Style and Attitude to Premarital Sex among Students: A Case Study in Iran.Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gaya mendidik orangtua dan sikap terhadap sekspranikah di kalangan mahasiswa Payame Noor UniversityIran 2013. Adapun hasil penelitian yang telahdilakukan yaitu menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuanpada sikap seks pranikah dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuandalam gaya didikan orangtua. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada pengaruhdari peran orangtua dalam pendidikan seksual pranikah baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan.Diambil dari Mohammadyari. G. 2014. The Relationship between Parental Style and Attitude to PremaritalSex among Students: A Case Study in Iran. International Journal of Psychology and Behavioral Research.Vol., 3(1), 24-28. Available online at http:// www.ijpbrjournal.com. ISSN 2322-4002. Payame NoorUniversity.

Hadirnya wacana tentang pendidikan keluarga juga telah banyak diredaksikan. Berbicara masalahpendidikan keluarga, maka banyak aspek yang terkait didalamnya seperti subjek, objek dan lingkungan yangada didalamnya. Hal tersebut terlalu luas. Berangkat dari pemikiran yang telah diuraikan di atas, diajukanpertanyaan sekaligus sebagai masalah yang akan menjadi fokus penelitian agar penelitian ini lebih terarah,yaitu:1. Bagaimana model pendidikan parenting yang telah ada saat ini?2. Bagaimana keefektifan bahan ajar pendidikan parenting berbasis agama Islam berdasarkan penelitian ini?

2. METODE PENELITIANPenelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development).

Penelitian pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produktersebut. Penelitian ini berupaya mengembangkan produk berupa bahan pembelajaran pendidikan parentingpranikah dengan fokus pada pengembangan materi pembelajaran (subject matter).

Penelitian dan pengembangan yang akan dilakasanakan agar terarah maka terdapat beberapa istilahyang digunakan dalam penulisan, sebagai berikut:1. Pengembangan merupakan suatu proses atau kegiatan dalam mendesain, menyusun, mengevaluasi, dan

merevisi suatu produk yang dihasilkan. Dalam hal ini adalah bahan ajar berupa handout pendidikan

Page 164: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.162-166) 978-602-60766-3-2

164

parenting berbasis Agama Islam yang memiliki criteria akseptabilitas meliputi kegunaan, kelayakan danketepatan.

2. Handout adalah perangkat yang berisi materi dengan pokok bahasan seputar pendidikan parenting yangberdasarkan agama Islam.

3. Parenting adalah proses mengasuh dan mendidik anak agar dapat mengembangkan potensi anak dalamkeluarga yang dimulai dari pra kelahiran hingga ia dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

4. Pranikah adalah seseorang yang akan berumah tangga.Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh masukan dalam rangka melakukan

penyempurnaan handout pembelajaran yang dikembangkan. Beberapa instrumen yang akan digunakan,yakni:1. Angket, dimaksudkan untuk menjaring pendapat tertulis tentang handout pembelajaran yang sedang

dikembangkan sekaligus sebagai masukan untuk penyempurnaannya. Angket terdiri atas dua macam,yaitu angket untuk penyuluh/pengguna dan angket untuk pengkaji (pakar) handout pembelajaran yangsedang dikembangkan.

2. Observasi, dimaksudkan untuk mencermati lebih seksama kelebihan dan kekurangan handoutpembelajaran yang sedang dikembangkan melalui pengamatan pada saat uji-coba sedang berlangsung.

3. Wawancara, dimaksudkan untuk menjaring pendapat lisan tentang handout pembelajaran yang sedangdikembangkan sekaligus sebagai masukan untuk penyempurnaannya. Wawancara dilakukan terhadapguru pengguna dan pengkaji (pakar) handout pembelajaran yang sedang dikembangkan.

Data yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara diklasifikasi sesuai kebutuhanrevisi/pengembangan handout. Setelah data diklasifikasi, selanjutnya menganalisis hal-hal yang perludirevisi. Berdasarkan hasil analisis itu kemudian komponen-komponen handout direvisi/dikembangkan untukdiimplementasikan kepada masyarakat.

3. HASIL DAN PEMBAHASANTujuan dari pelaksanaan penelitian ini, yang pertama adalah untuk melihat pendidikan parenting yang

ada selama ini dimasyarakat Pattalassang. Hasil observasi peneliti peroleh bahwa yang ada selama ini adakursus kilat yang diadakan oleh KUA bagi calon pengantin yang akan menikah. Idealnya calon pengantinharus bertatap muka sampai 10x sebelum menikah, tapi pelaksanaannya jauh dari ideal. Materinya punkebanyakan masalah fiqih tentang perkawinan itu sendiri.

Pemerolehan materi terkait pendidikan tentang parenting kebanyakan masyarakat memperolehsendiri atau ilmu yang sudah turun temurun dari keluarga.

Selain itu, tujuan penelitian ini adalah penelitian ini berupaya untuk mengembangkan produk berupabahan pembelajaran pendidikan parenting pranikah dengan fokus pada pengembangan materi pembelajaran(subject matter). Sampai saat ini, peneliti telah menghasilkan materi pembelajaran yang berisi tentangpendidikan parenting yang berbasis islam.

Materi ini telah dibagikan kepada masyarakat pattalassang sebanyak 25 orang dan diharapkan dapatdipelajari untuk selanjutnya dievaluasi dan diadakan perbaikan terhadap materi tersebut.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Gambar 1. Pengarahan tentang bahan ajar

Berikut adalah table persentase angket yang disebarkan kepada para pembaca terkait bahan ajartentang parenting berbasis Islam.

Page 165: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.162-166) 978-602-60766-3-2

165

Tabel 1. Angket materi bahan ajar tentang kesesuaiannya terhadap kebutuhan pembaca

No Pernyataan Sangatsesuai

Sesuai Kurangsesuai

Tidaksesuai

1 Materi yang terdapat dalam bahan ajar sesuaidengan kebutuhan pembaca

13 12

Persentase 52% 48%

Berdasarkkan tabel di atas, peneliti memberikan pernyataan apakah materi yang terdapat dalambahan ajar yang disebarkan kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh para pembaca,maka 52% pembaca menyatakan bahwa sangat sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu aspek penilaian kontekstual yaitu dari segi keterkaitan materi dengan kehidupan nyata,artinya materi yang diberikan pada bahan ajar relevan dengan kebutuhan pembaca.

Tabel 2. Angket materi bahan ajar tentang keruntunan sesuai aturannya

No Pernyataan Sangatsesuai

Sesuai Kurangsesuai

Tidaksesuai

2 Materi dalam bahan ajar runtun 4 21

Persentase 16% 84%

Table di atas menunjukkan bahwa materi yang terdapat dalam bahan ajar runtun sesuai aturannya,sesuai dengan hasil angket yang dinyatakan oleh para pembaca bahwa 84% menyatakan sesuainyapernyataan diatas dengan materi yang mereka telah baca.

Tabel 3. Angket materi bahan ajar tentang ketertarikan pembaca

No Pernyataan Sangatsesuai

Sesuai Kurangsesuai

Tidaksesuai

3 Bahan ajar ini mendorong pembaca untukmenyelesaikan bahan ajar sampai selesai

8 17

Persentase 32 68

Motivasi membaca seringkali menjadi acuan bagi seseorang untuk menyelesaikan bacaannya ataumenghentikannya, yang tentunya dipengaruhi dari struktur bahasa yang digunakan. Setelah bahan ajardisebarkan kepada 25 masyarakat , maka peneliti berinisiatif untuk megajukan pernyataan apakah “bahan ajaryang diberikan mendorong untuk membacanya samapai tuntas?”. Hasilnya 68% dari mereka menyaatakanpernyataan tersebut sesuai dengan apa yang mereka hadapi saat bahan ajar ajar disebarkan.

Tabel 4. Angket materi bahan ajar tentang kemudahan memahami teksnya

No Pernyataan Sangatsesuai

Sesuai Kurangsesuai

Tidaksesuai

4 Kalimat dalam teks mudah dipahami 15 10

Persentase 60% 40%Aspek bahasa tentunya sangat mempengaruhhi terhadap pemahaman para pembaca, jika bahasa yang

digunakan baik maka pembaca akan lebih mudah memahami apa yang mereka baca. Karena tujuan darisebuah bahan ajar adalah menyampaikan pesan. Apakah pesan tersebut bisa diterima baik atau tidak.

Oleh karena pernyataan selanjutnya adalah apakah kalimat yang terdapat dalam bahan ajar mudahdipahami atau tidak. Dan jawaban pembaca 60% meyatakan sangat sesuai dan 40% menyatakan sesuai.

Tabel 5. Angket materi bahan ajar tentang keinginan pembaca mempraktekkan apa yang telah dibaca

No Pernyataan Sangatsesuai

Sesuai Kurangsesuai

Tidaksesuai

5 Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar,mendorong pembaca untuk mempraktikkan

10 15

Page 166: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.162-166) 978-602-60766-3-2

166

dalam kehidupan sehari-hari

Persentase 40% 60%

Idealnya pembelajaran yang dilalui oleh seseorang baik melalui membaca, mengamati,memperhatikan, mendengar atau melalui indera apapun seharusnya setelah mereka mengetahui, diikutidengan dorongan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tabel di atas menunjukkan bahwa 40%menyatakan pernyataan tersebut sangat sesuai, artinya para pembaca siap melaksanakan atau menerapkandalam kehiduapan sehari-hari apa yang mereka dapatkan dari bahan ajar tersebut.

Secara garis besar bahwa bahan ajar yang disebarkan kepada para pembaca yang merupakan bagiandari masyarakat Pattalassang tergolong efektif karena mampu mencapai tujuan dari penelitian ini, yaitumemberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya membangun pendidikan dalam keluarga.Selain itu efektivitas dapat dilihat dari potensial efek berupa kualitas hasil belajar, sikap dan motivasi parapembaca memberikan respon yang positif terhadap bahan ajar tersebut.

4. KESIMPULANSesuai dengan tujuan penelitian ini adalah memberikan informasi bagaimana model pendidikan

parenting yang telah ada saat ini dan mengetahui keefektifan bahan pembelajaran pendidikan parentingpranikah berbasis agama Islam. Maka sebagai kesimpulan:a. Model pendidikan parenting pranikah yang ada saat ini adalah berupa seminar-seminar yang banyak

diadakan oleh kelompok-kelompok pemerhati, hanya saja masyarakat secara umum terkendala oleh biaya.Adapun model pendidikan parenting pranikah yang dilakukan osleh pemerintah melalui kementeriaanAgama yaitu berupa kursus calon pengantin yang biasa dikenal dengan suscatin, hanya saya program initidak berjalan maksimal. Salah satu penyebabnya karena calon pengatin terkadang lebih sibukmempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan ritual pernikahan dibandingkan mempersiapkan diridengan membekali diri dengan ilmu tentang keluarga.

b. Bahan ajar yang diberikan termasuk dalam kategori efektif, karena efektivitas dapat dilihat dari potensialefek berupa kualitas belajar, sikap dan motivasi pembaca yang terlihat dari hasil angket yang disebarkankepada para pembaca setelah menggunakan bahan ajar tersebut. Hasil dari angket menunjukkan pembacamemberikan respon positif terhadap bahan ajar tersebut.

5. DAFTAR PUSTAKAAl-Jauhari, M.M., 2005, Membangun Keluarga Qur’ani. Jakarta; Amzah.Arif R., 2009. MemahamiPendidikan (IlmuPendidikan), Surabaya:LBM.Ashraf, A., 1996, Horizon Baru Pendidikan Islam, terj. SoriSiregar.Jakarta: PustakaFirdaus.Cercone, K., 2008, Characteristics of Adult Learners with Implications for Online Learning Design, AAACE Journal,

16(2). 137-159.Khairuddin, 2008, Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty.Knowles, M.S., 1977, The Modern Practice of Adults Education: Andragogy Versus Pedagogy. Chicago: Association

Press.Mohammadyari. G., 2014, The Relationship between Parental Style and Attitude to Premarital Sex among Students: A

Case Study in Iran, International Journal of Psychology and Behavioral Research. Vol., 3(1), 24-28. Available onlineat http:// www.ijpbrjournal.com. ISSN 2322-4002. Payame Noor University.

Onserio, M.W, Mokoro, M.J., David., K.J., 2016, Pre-Marital Counselling and Marital Conflicts among ChristianCouples in Sameta Sub County, Kisii County, Kenya. International Journal of Recent Research in Social Sciencesand Humanities (IJRRSSH). Vol. 3, Issue 2, pp: (91-99), Month: April 2016 - June 2016, Available at:www.paperpublications.org. ISSN 2349-7831.

Shaleh, 2005, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.Slameto, 2006, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka CiptaSudjarwo. 2012. Artikel E-Buletin. Inovasi Media Pembelajaran.Sudjarwo. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa (Pendekatan Andragogi). Akses http://staff.uny.ac.id/sites/default

/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Syahidin, 2009, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Bandung: Alfabeta.Thirtarahardja, U., 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta; PT Rineka Cipta.Wilson, C. A., 2012, Neuroandragogy: Making the case for a Link with Andragogyand Brain-Based Learning.

Page 167: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.167-171) 978-602-60766-3-2

167

ANALISIS KUALITAS DAN SISTEM PEMASARAN HASIL OLAHAN INDUSTRI KOPIKALOSI

Syamsuddin 1) Askariani Sahur 2)

1) 2) Dosen Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

The purpose of this research is to know the quality of kalosi coffee, marketing system, problems and efforts toimprove the quality and marketing system of kalosi coffee. Benefit of this research as guidelines of evaluation andimprovement of quality and marketing system of kalosi coffee.The location of this research is in Enrekang, Parepare andMakassar. This type of research is quantitative and qualitative descriptive. Data collection techniques are quality trials,interviews and observations. The method of analysis is quantitative and qualitative descriptive analysis. The resultsshow that the best aroma, taste and quality coffee is Toraja arabica excellent coffee followed by special arabica coffee,Mantap blend special coffee, robusta special coffee and lowest is kapal api coffee. The three types of kalosi coffee,special arabica coffee is good, mantap blend special coffee is good and special robusta coffee is quite good. Themarketing system shows that the selling price of Arabica special coffee is very cheap, mantap special blend coffee cheapand robusta coffee is correct (not cheap and not expensive). Promotions made only personal selling, direct distributiononly to consumers who come to buy at production sites and indirect distribution only through some café. The problemsthat occur special arabica coffee quality is still lower than expectation, the price of Arabica coffee coffee is very cheapand mantap special blend is cheap, the promotion is still very less and the distribution is still very less. Efforts that needto be done are improvements of production process, increase the special arabica coffee prices and mantap blend specialcoffee, promotions through advertising and distribution through stores, supermarkets and hold agents.

Keywords: Quality, price, promotion and distribution

1. PENDAHULUANKopi yang berasal dari Daerah Duri Kabupaten Enrekang sejak dari dulu dikenal dengan nama kopi

kalosi. Kopi tersebut dinilai sangat baik, terbaik di Indonesia dan masuk salah satu terbaik kopi di Dunia.Kopi tersebut dicampur dengan kopi dari toraja yang kualitasnya lebih rendah lalu diolah menjadi kopi bubukyang dikenal dengan kopi toraja. Kopi toraja tersebut sudah menjadi terkenal dan laris. Di Daerah Duri sudah2 industri pengolahan kopi yang mengolah kopi asli kalosi menjadi kopi bubuk. Kopi tersebut tidak terkenaldi Sulawesi Selatan dan tidak banyak terjual. Diduga bermasalah kualitas dan sistem pemasarannya. Salahsatu industri kopi bubuk kalosi adalah CV Aulia Bigfar Perdana Putra di Cakke Kabupaten Enrekang.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas kopi kalosi, sistem pemasaran, permasalahan dan upayaperbaikan kualitas dan sistem pemasaran kopi kalosi. Jika masalah tersebut tidak diselesaikan, maka industri kopitersebut tidak bisa mendapatkan banyak keuntungan dan tidak berkembang sehingga perlu diteliti. Untuk itu perluditeliti dan dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan untuk melakukan perbaikan.

Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannyauntuk memuaskan kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi (Render et. al. 2004: 92). MenurutKotler, Philip & Keller, K.L (2009: 54) pengertian produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalampasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan ataukebutuhan. Menurut Kotler, and Amstrong, (2012: 57), produk adalah Product variety Quality, Design,Features, Brand name, Packaging, Service. Terdapat beberapa penelitian terdahulu. Kualitas cita rasa kopimerupakan perpaduan antara kualitas bahan baku serta cara pengolahan buah kopi (Nugrawati, S. 2016).Panggabean, Edy.(2009) indikator kualitas kopi adalah aroma, acidity (kadar keasaman), body (berat), flavour(cita rasa), aftertaste (daya tahan cita rasa), sweetness (kemanisan). Menurut Philip Kotler (dalam Umar,2003: 411) bahwa hasil penjualan produk dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya dapat dikontrol danyang tidak dapat dikontrol perusahaan. Selanjutnya, menurut Kotler and Amstrong (2012: 62) “marketing mixis the set of controllable, tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in thetarget market”. Sistem pemasaran dalam penelitian terdiri atas sistem harga, promosi dan distribusi barang.Menurut Umar (2003: 54) harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlahkombinasi dari produk dan pelayanannya. Menurut Kotler, Philip & Keller, K.L (2009: 54), promosi terdiri

1 Korespondensi penulis: Syamsuddin HP 085 299 169 018 email: [email protected]

Page 168: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.167-171) 978-602-60766-3-2

168

atas Advertising, Sales promotion, Public relation, Personal selling and Direct marketing. Saluran distribusi(Assauri, 2014: 234) terdiri atas saluran distribusi langsung dan tidak langsung (melalui perantara)

2. METODE PENELITIANPenelitian ini adalah merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian ini

akan dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, Kota Parepare dan Kota Makassar. Metode pengumpulan datanyauji coba kualitas kopi, pengamatan dan wawancara. Dalam penelitian dilakukan uji coba terhadap kualitaskopi kalosi yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra di Cakke Kabupaten Enrekang,termasuk kopi toraja dan kopi kapal api sebagai bahan pembanding termasuk perbandingan harga.Kualitas kopi diukur melalui indikator aroma dan cita rasa. Promosi diukur melalui indikatorperiklanan, penjualan perseorangan dan publisitas. Distribusi diukur melalui indikator salurandistribusi langsung dan tidak langsung.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Penilaian Konsumen terhadap Kualitas kopi

Peneliti mengambil sampel kopi kalosi 3 macam yaitu Kopi Special Arabica, Kopi Mantap BlendSpecial dan Kopi Special Robusta dari hasil olahan industri kopi kalosi yaitu CV Aulia Bigfar PerdanaPutra di Cakke Kabupaten Enrekang, 1 sampel kopi Toraja Arabica excellent yang diproduksi oleh PTSetia Unggul Mandiri di Makassar dan 1 kopi kapal api yang diproduksi oleh PT Santos Jaya Abadi diSidoarjo.

Setiap jenis kopi dicampur air dan gula pasir dengan perbandingan komposisi kopi, air dan gulakristal yaitu 10g kopi, 200 ml air dan 20g gula kristal. Kopi dan air dimasak hingga mendidih laludiberi gula pasir. Kopi tersebut diuji cobakan kepada 80 orang penikmat kopi yang terdiri atas 20 orang diKabupaten Enrekang, 18 orang di Kota Pare-pare dan 42 orang di Kota Makassar. Setiap orang memberikanpenilaian aroma dan rasa kopi tersebut dengan 5 alternatif nilai 1= Tidak baik, 2 = kurang baik, 3 = Cukupbaik, 4 = Baik dan 5 = sangat baik.

Ada 2 indikator kualitas yang dinilai yaitu aroma dan cita rasa. Aroma diberi bobot 20 % atau 0,2 dancita rasa diberi bobot 80 % atau 0,8. Nilai kualitas dihitung dengan menggunakan rumus Nilai kualitas =Nilai rata-rata aroma x 0,2 + nilai rata-rata cita rasa x 0,8. Sehubungan dengan itu, maka diperoleh nilai rata-rata kualitas kopi sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 1 Deskripsi nilai kualitas kopi

Jenis kopi AromaCitarasa

Kualitas Kategori

Kopi Special Arabica 3,75 4,04 3,98 Baik

Kopi Mantap Blend Special 3,36 3,50 3,47 Baik

Kopi Special Robusta 3,34 3,38 3,37 Cukup baik

Kopi Toraja Arabica excellent 4,06 4,30 4,25 Sangat baik

Kopi kapal api 2,70 3,04 2,97 Cukup baik

Dari tabel di atas menunjukan bahwa jenis kopi dengan nilai kualitas tertinggi (terbaik) adalah kopitoraja arabica excellent dengan nilai rata-rata 4,25 kategori sangat baik disusul kopi special arabica dengannilai rata-rata 3,98 kategori baik, kopi mantap blend special dengan nilai rata-rata 3,47 kategori baik, kopispecial robusta dengan nilai rata-rata 3,37 kategori cukup baik dan terendah kopi kapal api dengan nilairata-rata 2,97 kategori cukup baik. Aroma, cita rasa dan kualitas kopi arabika lebih baik yakni lebih harum,lebih nikmat dan lebih manis dari kopi robusta.3.2 Tinjauan Sistem Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,mempromosikan dan mendistribusikan barang ke konsumen agar dapat mencapai tujuan perusahaan.Berikut ini uraian hasil penelitian mengenai pemasaran CV Aulia Bigfar Perdana Putra sebagai berikut:

1. Harga

Page 169: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.167-171) 978-602-60766-3-2

169

Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan kopi yang kitainginkan. Harga kopi arabica tertinggi yaitu kopi arabica benteng alla Rp 250/g, disusul kopi torajaarabica kalosi premium Rp 190/g, kopi toraja arabica excellent Rp 180/g, kopi arabika toduri Rp 160/g,kopi arabica asli Rp 130/g dan kopi special arabica Rp 100/g. harga kopi robusta tertinggi yaitu kopirobusta asli Rp 64/g dan kopi special robusta Rp 60/g.

Dari data di atas menunjukkan bahwa harga jual kopi arabika terendah pada Kopi SpecialArabica yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra di Cakke. Demikian halnya harga jualkopi robusta terendah pada Kopi Special Robusta yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putradi Cakke. Ini menunjukkan bahwa harga jual kopi yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar PerdanaPutra di Cakke adalah termurah. Harga tersebut sangat terjangkau untuk para penikmat kopi.

2. PromosiKegiatan promosi yang dilakukan oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra hanya penjualan

perorangan (Personal selling) yaitu komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calonpelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kopi kepada calon pelanggan dan membentukpemahaman pelanggan terhadap produk kopi sehingga mereka kemudian akan mencoba danmembelinya. Adapun bentuk personal selling yang sudah dilakukan adalah promosi dengan memajangproduk kopi kalosi di etalase toko, mendatangi beberapa orang penikmat kopi dan beberapa orangpemilik café di Makassar dan Kabupaten Enrekang lalu memperkenalkan, menawarkan dan memintamencobanya kopinya. Jadi tidak ada promosi lainnya seperti iklan apalagi publisitas.

3. DistribusiDistribusi adalah proses penyampaian kopi dari produsen sampai kepada konsumen. Tidak

ditemukan adanya kopi kalosi yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra di toko dansupermarket. Jadi distribusi yang dilakukan ada distribusi saluran langsung dan ada pula distribusisaluran tidak langsung melalui pengusaha cafe.

3.3 Analisis Permasalahan Kualitas dan Sistem PemasaranMasalah adalah perbedaan antara kenyataan dengan harapan. Jadi penulis menganalisis terhadap

deskripsi kualitas dan pemasaran kopi kalosi yang telah diuraikan sebelumnya.1. Analisis Kualitas

Kualitas kopi special arabica yang diproduksi oleh oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra lebihrendah dari kualitas kopi toraja arabica excellent yang diproduksi oleh PT Setia Unggul Mandiri.Kedua kopi tersebut sama-sama menggunakan bahan baku kopi Arabica sehingga kualitas bahan bakutersebut sama bahkan boleh jadi bahan baku kopi special arabica lebih baik dari bahan baku kopi torajaarabica excellent. Ini menunjukkan bahwa harusnya dan diharapkan kualitas kopi special arabica yangdiproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra sama dengan kualitas kopi toraja arabica excellent.Ini menunjukkan masih adanya masalah. Masalah ini kemungkinan besar disebabkan oleh kualitasproses produksi yang berbeda yakni proses produksi kopi pada PT Setia Unggul Mandiri lebih baikdari kualitas proses produksi pada CV Aulia Bigfar Perdana Putra.

2. Analisis Sistem Pemasarana. Analisis Harga Kopi Kalosi

Harga jual kopi arabika dan kopi robusta yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra diCakke adalah harga terendah. Harga tersebut sangat terjangkau untuk para penikmat kopi. Harga jualsangat berbeda nyata untuk kopi Kopi Toraja arabica Kalosi Premium yang diproduksi oleh usaha kopisetia bahkan di bawah setengah harga dari harga kopi arabika yang diproduksi oleh Koperasi BentengAlla. Dari sisi kualitas tidak jauh berbeda dengan kualitas kopi Arabica lainnya tetapi harganya jauhberbeda.b. Promosi

Promosi yang dilakukan CV Aulia Perdana Putra hanya penjualan perorangan (Personalselling). Jadi tidak ada promosi lainnya seperti iklan apalagi publisitas.c. Distribusi

Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra adalah distribusisaluran langsung kepada konsumen dan ada pula distribusi saluran tidak langsung melalui beberapapengusaha cafe. Distribusi tidak langsung tersebut terlalu sederhana. Masih ada saluran distribusilainnya yang perlu dilakukan yaitu melalui toko, supermarket dan pedagang lainnya.

Page 170: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.167-171) 978-602-60766-3-2

170

3.4 Perbaikan Kualitas dan Sistem PemasaranUntuk melakukan perbaikan kualitas dan sistem pemasaran kopi kalosi, maka perlu dilakukan

beberapa upaya sebagai berikut.1. Perbaikan kualitas

Pimpinan CV Aulia Bigfar Perdana Putra perlu mempelajari proses produksi pada PT SetiaUnggul Mandiri, mencari informasi melalui internet atau melalui pelatihan dan sumber lainuntuk menemukan alternatif proses produksi yang lebih baik. Pimpinan hendaknya tetap berpikirperubahan, melakukan penyesuaian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,berpikir kreatif dan inovatif, memahami bahwa tidak ada cara yang terbaik tetapi selalu ada carayang lebih baik.

2. Perbaikan Sistem Pemasarana. Harga

Harga jual kopi arabika dan kopi robusta yang diproduksi oleh CV Aulia Bigfar Perdana Putra diCakke adalah harga terendah. Harga tersebut sangat terjangkau untuk para penikmat kopi. Hargajual sangat berbeda nyata untuk kopi arabika bahkan hanya setengah harga dari harga kopi arabikayang diproduksi produsen lainnya. Dari sisi kualitas tidak jauh berbeda dengan kualityas kopilainnya tetapi harganya jauh berbeda. Selanjutnya, penulis melakukan konfirmasi dengan BapakGani mengenai harga tersebut. Pak Gani menyatakan bahwa memang harga jual kita murah, yangpenting ada sedikit keuntungannya. Harga jual sangat rendah sementara permintaan jual lebihbanyak dari produksi. Hal ini menyebabkan keuntungan sedikit tidak sesuai dengan harapan yaitumendapatkan keuntungan yang banyak.

Sehubungan dengan itu, maka upaya yang perlu dilakukan adalah menaikkan harga kopi SpecialArabica dari Rp 100/g menjadi 130/g dan harga kopi Mantap Blend Special dari Rp 80/g menjadiRp 95/g, sementara harga jual Kopi Special Robusta tetap. Harga jual Kopi Special Robusta tetapkarena sama dengan harga jual kopi robusta yang diproduksi oleh produsen lainnya. Kenaikanharga tersebt dapat menurunkan permintaan akan tetapi jumlah penjualan tetap karena banyaknyapermintaan yang selama ini tidak terpenuhi. Jadi akan meningkatkan hasil penjualan dankeuntungan.

b. PromosiCV Aulia Bigfar Perdana Putra sebaiknya pengembangan dan peningkatan promosi. Jika

dilakukan pengembangan dan peningkatan promosi akan menyebabkan banyak orang yang tahu danberminat membelinya sehingga meningkatkan keuntungan dengan catatan dibarengi olehpeningkatan jumlah produksi.

Kegiatan promosi yang perlu ditambahkan adalah:1) Melaksanakan periklanan seperti advertensi cetak (print advertising), berupa iklan dan harian

surat kabar atau majalah, advertensi elektronik (electronic advertising), meliputi siaran radio daninternet (membuat web site), advertensi di luar rumah (outdoor advertising) berupa papanreklame di depan lorong masuk industri kopi.

2) Tingkatkan personal selling diantaranya adakan orang yang ditugaskan untuk menghubungi parapemilik café dan restaurant untuk mempromosikan kopi kalosi, Bapak Gani yang pintar meracikkopi mendatangi beberapa pemilik café yang kurang terampil untuk meracik kopinya lalumengajarkannya meracik kopi.

c. DistribusiCV Aulia Bigfar Perdana Putra perlu melakukan penambahan saluran distribusi tidak langsung

yaitu distribusi melalui beberapa melalui beberapa toko, supermarket dan toko penjualan oleh-olehdi beberapa kota seperti Kota Enrekang, Pare-pare dan Makassar. Kedepannya jika sudah banyakkapasitas produksinya sehingga melebihi jumlah permintaan, maka perlu adanya agen khusus diMakassar yang dapat mendistribusikan ke toko, supermarket dan café.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, maka ditetapkan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:

1). Aroma, cita rasa dan kualitas kopi terbaik adalah kopi toraja arabica excellent disusul kopi specialarabica, kopi mantap blend special, kopi special robusta dan terendah kopi kapal api. Dari tigajenis produk kopi kalosi yang diproduksi CV Aulia Bigfar Perdana Putra kopi terbaik kopi special

Page 171: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.167-171) 978-602-60766-3-2

171

arabica disusul kopi mantap blend special dan kopi special robusta.2). Sistem pemasaran yang terdiri atas harga, promosi dan distribusi hasil olahan industri kopi kalosi

menunjukkan bahwa harga jual kopi kopi special Arabica sangat murah, harga jual kopi mantapblend special murah dan harga jual kopi special robusta sudah tepat (tidak murah dan tidak mahal).Promosi yang dilakukan hanya personal selling, distribusi secara langsung hanya kepada konsumenyang datang membeli di lokasi produksi dan distribusi tidak langsung hanya melalui beberapa café.

3). Permasalahan yang terjadi kualitas kopi special arabica CV Aulia Bigfar Perdana Putra masih lebihrendah dari kualitas kopi toraja arabica excellent, harga jual kopi kopi special Arabica sangatmurah, harga jual kopi mantap blend special murah, promosi masih sangat kurang dan distribusimasih sangat kurang.

4). Upaya yang perlu dilakukan dalam rangka perbaikan kualitas dan sistem pemasaran adalah perbaikanproses produksi, harga kopi special arabica dan kopi mantap blend special ditambah, promosimelalui periklanan diadakan dan ditambah personal selling, diadakan distribusi melalui toko,supermarket dan adakan agen.

6. DAFTAR PUSTAKAAmirin, T.M., 2003. Pokok-Pokok Teori Sistem. PT RajaGrafindo Persada. JakartaAssauri, Sofjan. 2014. Manajemen Pemasaran PT Raja Grafindo Persada. JakartaKotler, Philip & Keller, K.L, 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi ke 13, Jilid 1, Erlangga. JakartaKotler, and Amstrong. 2012. Principle of Marketing. 14th Ed. New Jersey, Pearson Prentice Hall,USANitisemito, Alex. 1997. Marketing, Ghalia Indonesia, Jakarta.Nugrawati, S. 2016. Kopi Kalosi Enrekang Dalam Branding Kopi Toraja (Suatu Analisis Komunikasi Pemasaran

Produk Lokal Pertanian Sulawesi Selatan). Tesis, PPS Unhas, MakassarPanggabean, Edy. 2009. Buku Pintar Kopi. Jakarta: ArgoMediaPutri, W. dan Andi Ilham Latunra. 2013, Kandungan Kafein Dan Polifenol Pada Biji Kopi Arabika Dari Kabupaten

Enrekang. Jurnal Alam dan Lingkungan, Vol.4 (7) Agustus 2013Render et. al. 2004. Operations Management, International Edition, Pearson Education Inc. Upper Saddle River, New

Jersey.Tjiptono. 2008. Manajemen Strategik, Andi, YogyakartaUmar, Husain. 2003. Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Cetakan Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama. JakartaZalfa' Aqilah, 2011. Kualitas Kopi Kalosi di Akui Dunia. (https://zalfaaqilah.wordpress.com/2011/05/17/kualitas-kopi-

kalosi-di-akui-dunia/, diakses 25 Februari 2017

Page 172: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.172-177) 978-602-60766-3-2

172

ANALISIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DI USAHA KECIL DANMENENGAH

(Studi Pada Usaha Kecil Menengah di Wilayah Antang)

Enny Radjab1) dan Asima2)

1) 2) Dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri nUjung Pandang Makassar

ABSTRACT

The use and information technology (IT) by small and medium enterprises (SMEs) is an interesting thing to know. Thetechnology is mentioned as the driving force of development that plays an important role in the sustainable growth of abusiness organization. Increased investment in IT and the strategic role played by SI make IT implementation animportant issue in the discipline of Management Information Systems. IT changes how to do business because it offersnew opportunities and challenges. The important role of Small and Medium Enterprises (SMEs) and has been proven asa driver of economic growth needs to be developed in order to have competitiveness. SME competitiveness can beachieved if using Information Technology (IT) to improve business transformation, accuracy and efficiency ininformation exchange. This study aims to: determine the extent of IT adoption by SMEs, determine the reasons forSMEs to adopt or not to adopt IT, and to know the inhibitor of IT adoption factors by SMEs. This research wasconducted in SMEs in Antang Urban Village, Manggala Sub-district, Makassar. The results of this study indicate thatthe level of computer adoption among SMEs is still low. In addition to the IT adoption rate, this research also wants toknow the technical and non technical obstacles of computer usage and internet adoption in SMEs.

Keywords: IT Adoption, Internet Adoption and SMEs.

1. PENDAHULUANLatar Belakang

Saat ini, prioritas pembangunan ekonomi diarahkan kepada upaya untuk mempercepat pemulihanekonomi disertai upaya untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran yang meningkat, serta upaya untukpeningkatan daya saing usaha skala kecil dan menengah. Hal tersebut tertuang dalam Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yaitu kebijakan memperkuat perekonomian domestik berbasiskeunggulan wilayah menuju keunggulan kompetitif.

Pada tahun 2007, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) melaporkan bahwaUKM di Indonesia sangat optimis untuk terus dikembangkan karena sekitar 64% pengusaha UKMmempunyai niat untuk menambah investasi pengembangan bisnis dan sekitar 44% pengusaha UKM diIndonesia mempunyai rencana untuk menambah tenaga kerja (Rahmana, 2009). Kontribusi UKM terhadappenyediaan lapangan kerja terbukti cukup tinggi. Tahun 2009, tercatat ada lebih dari 587 ribu unit UKM diIndonesia yang telah memberi lapangan pekerjaan bagi lebih dari 6 juta masyarakat lokal yang ada di sekitarlokasi usaha (Depkop, 2010).

Kendati demikian, kondisi UKM tetap rawan karena keberpihakan bank yang rendah, pasar bebasyang mulai sudah dibuka dan terbatasnya kebijakan yang mendukung sektor usaha kecil menempatkan UKMpada posisi yang kurang menguntungkan. Di Indonesia, infrastruktur yang kurang memadai (Sheth &Sharma, 2005; Wood, 2004), masih rendahnya pendapatan rata-rata masyarakat (Hawk, 2004), dan kendalabudaya (Hawk, 2004; Paul, 2002) menjadi faktor yang menyebabkan lambatnya adopsi teknologi di UKM.Stoeken dan Couman (1998) dalam Wahid (2007) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman terhadap peranstrategis yang dapat dimainkan oleh teknologi informasi (TI) terkait dengan pendekatan baru pemasaran,hubungan dengan konsumen, dan pengembangan produk dan layanan diduga sebagai sebab rendahnya adopsiTI oleh UKM. Terdapat fakta menarik yang terjadi di Indonesia, yaitu adanya pertumbuhan penggunainternet yang cukup tinggi. Hal ini diharapkan dapat menjadi indikasi adanya kemauan pelaku bisnis danpemerintah untuk mendorong pertumbuhan electronic commerce (e-commerce) dan electronic business (e-business), terutama di UKM.

Peran UKM yang signifikan dan terbukti sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi rakyat tentunyaperlu ditingkatkan agar dapat berkembang secara lebih luas dan mempunyai daya saing. Daya saing UKMdapat diwujudkan salah satunya dengan penggunaan TI untuk meningkatkan transformasi bisnis, ketepatan

1 Korespondensi: [email protected]

Page 173: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.172-177) 978-602-60766-3-2

173

dan efisiensi pertukaran informasi (Rahmana, 2009), memperluas jaringan pemasaran dan memperluasmarket share. Peningkatan daya saing UKM ini sangat diperlukan agar UKM mampu bertahan dan bersaingdalam kancah perdagangan global.

Namun, sampai sekarang dapat dilihat bahwa adopsi TI oleh UKM di Indonesia masih sangat rendah.Lembaga riset AMI Partners mengungkapkan fakta bahwa hanya 20% UKM di Indonesia yang memilikikomputer (Wahid, 2007) untuk mendukung kegiatan bisnisnya. Selain hal itu, adopsi TI di UKM jugaterkendala oleh karakteristik organisasi, dalam hal ini UKM itu sendiri (Kartiwi & MacGregor, 2007).

Masalah PenelitianBerdasarkan kenyataan yang telah diuraikan di atas, maka pada penelitian ini dimaksudkan untuk:

a. mengetahui adopsi TI oleh UKM, danb. mengetahui alasan mengapa UKM mengadopsi TI atau tidak mengadopsi TIc. mengetahui faktor penghambat adopsi TI yang dihadapi oleh UKM.

Tujuan PenelitianTujuan penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang telah diuraikan:

a. Untuk mengetahui adopsi TI oleh UKMb. Untuk mengetahui alasan mengapa UKM mengadopsi TI atau tidak mengadopsi TIc. Untuk mengetahui faktor penghambat adopsi TI yang dihadapi oleh UKM.

Urgensi PenelitianPenelitian ini memberikan kontribusi pemahaman yang lebih komprehensif mengenai penting

tidaknya adopsi TI di UKM, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi UKM dalammengembangkan bisnisnya. Pada kondisi yang riil, adopsi teknologi informasi di kalangan UKM masihsangat rendah. Selain itu, UKM juga memperluas pengetahuannya tentang bagaimana teknologi informasidapat dioptimalkan untuk hal-hal yang mempunyai nilai strategis dan nilai ekonomi yang lebih tinggi bagiusaha.

Studi PendahuluanStudi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, terkait dengan penelitian ini telah dilakukan

oleh A Ridwan Siregar (2008), menemukan bahwa tingkat penggunaan TI oleh UMK di Negara-negara majuterus mengalami peningkatan walaupun jumlah aplikasi SI yang dikembangkan masih rendah dibandingkandengan perusahaan yang lebih besar. Sedangkan di Negara-negara berkembang penggunaan SI/TIoleh UKMmasih tergolong rendah. Ada sejumlah factor yang menjadi penyebabnya, diantaranya yang menonjol adalahkurangnya pemahaman tentang manfaat yang diperoleh dari penggunaan SI/TI termasuk persepsi paramanajer perusahaan tentang SI/TI. Penggunaan SI/TI belum dipandang sebagai suatu peluang untuk membuatperusahaan menjadi kompetitif.

2. METODE PENELITIANMetode Penelitian

Kegiatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3), metode penelitian kualitatif sebagai suatu prosedurpenelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilakuyang diamati. Penelitian kualitatif memandang obyek yang diteliti secara holistik. Jadi dalam hal ini tidakmengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai bagiandari suatu keutuhan. Sedangkan jenis penelitian deskriptif, menurut Nawawi (2001:44) dapat diartikansebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkandata-data yang ada. Jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi.

Subyek dan ObyekPenelitian ini akan dilakukan di Kota Makassar, tepatnya di Kelurahan Antang Kecamatan

Manggala, karena kelurahan ini merupakan wilayah pengrajin meubel dan dekat dari kampus PNUP.Pemilihan wilayah ini juga mempertimbangkan asumsi bahwa semakin dekat lokasi UKM yang akan ditelitidengan kampus, maka interaksi UKM dengan TI juga dimungkinkan sangat tinggi. Namun, berdasarkan hasil

Page 174: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.172-177) 978-602-60766-3-2

174

pengamatan, pada UKM pengrajin meubel, terdapat permasalahan-permasalahan baik pada level individumaupun organisasi sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini.

Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan telah ditabulasi. Data tersebut kemudian diolahdengan menggunakan program SPSS 20, dengan hasil sementara yang dapat dilihat dalam lampiran 2. Datatersebut masih akan diolah lebih lanjut guna penyelesaian penelitian ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASANTinjauan Kondisi Umum UKM di Wilayah Antang

UKM yang menjadi objek pada penelitian ini adalah UKM yang bergerak di bidang pengrajinmeubel. Penelitian ini dilakukan pada 37 UKM yang ada di wilayah Antang Makassar. Jenis usaha meubelyang dijalankan oleh UKM yang menjadi obyek penelitian ini dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu: usahayang dijalankan antara 0 sampai dengan 5 tahun, usaha yang dijalankan antara 5 sampai dengan 10 tahun, danusaha yang dijalankan lebih dari 10 tahun. Untuk memberikan gambaran yang jelas, pengelompokkantersebut dapat diihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kategori Jangka Waktu Umur UKMNo. Umur UKM Jumlah UKM1. 0 – 5 tahun 9 UKM2. 5 – 10 tahun 11 UKM3. > 10 tahun 17 UKM

Sumber: Data Primer yang diolahMenurut data yang disajikan pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa usaha yang dijalankan

paling banyak berada pada kategori umur lebih dari 10 tahun dengan jumlah UKM sebanyak 17. Untukkategori umur usaha yang dijalankan antara 5-10 tahun terdapat 11 UKM, sedangkan usaha yang berjalan 0 -5 tahun hanya terdapat 9 UKM.

Adopsi Teknologi Komputer di UKMBerdasarkan data yang diperoleh, didapatkan data bahwa dari 37 UKM, sebanyak 12 UKM memiliki

komputer dan 25 UKM tidak memiliki komputer. Untuk UKM yang memiliki komputer, terdapat beberapaalasan yang melatarbelakangi mengapa usaha yang dijalankan tersebut membutuhkan perangkat komputer.Tabel 2 berikut ini mengemukakan beberapa alasan tersebut.

Tabel 2. Menggunakan atau Tidak Menggunakan Komputer di UKMNo. Alasan Jumlah UKM

Menggunakan Tidak Menggunakan1. Membuat laporan keuangan 12 -2. Membuat laporan kerja 6 -3. Mengakses internet 8 -4. Keperluan lain 12 -5. Tidak membutuhkan - 256. Harga maha l/keterbatasan dana - 187. Minim sumber daya manusia - 10

Sumber: Data Primer yang diolah (2017)Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 12 UKM menggunakan komputer

sebagai alat untuk membantu membuat laporan keuanganusahanya, sebanyak 6 UKM menggunakan teknologi komputer sebagai sarana untuk membantu dalammembuat laporan kerja usahanya. Kemudian 8 UKM menjadikan komputer sebagai sarana untuk mengaksesinternet, sedangkan 12 UKM menggunakan komputer untuk keperluan lain, misalnya: mencetak brosur.

Tabel 2 di atas menujukkan pula bahwa pemakaian komputer dari UKM lebih banyak digunakanuntuk hal-hal yang berkaitan dengan internal pekerjaan danmengoptimalkan pekerjaan yang berkaitan dengan jenis usaha. Hal ini dapat dilihat dari prosentase yangsangat besar dari alasan-alasan mengapa mereka menggunakanperangkat komputer, seperti untuk membantu membuat laporan keuangan, membuat

Page 175: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.172-177) 978-602-60766-3-2

175

laporan kerja, dan untuk keperluan pekerjaan mencetak. Bahkan separuh dari UKM yang menggunakankomputer (12 UKM) memberikan alasan bahwa kegunaan komputer dalam usahanya adalah benar-benaruntuk mendukung jenis usaha mereka.

Berdasarkan data pada Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa UKM di bidang pengrajin meubel diwilayah Antang menggunakan komputer sebagai alat untuk melakukan akses ke luar melalui internet masihsangat minim. Tabel 2 di atas juga mengungkapkan alasan-alasan mengapa beberapa UKM tidakmenggunakan teknologi komputer untuk mendukung usahanya. Dari 25 UKM yang tidak memakai komputersebagai alat untuk membantu usaha, semuanya mengemukakan alasan bahwa usahanya tidak membutuhkanperangkat komputer, 18 UKM memberi alasan biaya pembelian perangkat komputer adalah mahal ataukarena keterbatasan dana usaha sehingga tidak dapat menggunakan komputer untuk mendukung usahanya.Sebanyak 10 UKM menyampaikan alasan kurangnya sumber daya manusia yang dapat menjalankankomputer, sehingga hal inilah yang menjadikan pemilik UKM tidak membeli komputer untuk membantukinerja perusahaan yang dikelolanya. Dari 25 UKM yang tidak memakai komputer, didapatkan sejumlah 17UKM yang mempunyai keinginan memiliki komputer untuk mendukung kinerja bisnis yang dijalankan.Adapun 8 UKM menyatakan tidak berkeinginan untuk membeli komputer karena alasan tidak membutuhkanperangkat tersebut. Sejumlah 17 UKM yang ingin memiliki komputer terdiri dari 10 UKM berencana akanmembeli komputer dalam waktu satu tahun ke depan, 4 UKM berencana akan membeli komputer dalamwaktu enam bulan ke depan, dan 3 UKM merencanakan akan membeli perangkat computer dalam kurunwaktu dua tahun ke depan.

Adopsi Internet di UKMDari kuesioner yaang direspon oleh 37 UKM di wilayah Antang dan sekitarnya, terdapat 8 UKM yangmemakai internet untuk membantu bisnis yang dijalankan dan 29 UKM yang tidak memakai atau tidakterhubung dengan internet. Berdasarkan data penelitian, sejumlah alasan dikemukakan oleh UKM yangmemakai internet dan yang tidak memakai internet. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh UKM yangdijadikan objek penelitian dapat dilihat dari Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Menggunakan atau Tidak Menggunakan Internet di UKMNo. Alasan Jumlah UKM

Menggunakan TidakMenggunakan

1. Menjaga hubungan dengan pelanggan 8 -2. Menginformasikan usaha/bisnis 6 -3. Mencari informasi 8 -4. Alasan lain 8 -5. Tidak membutuhkan internet - 296. Minimnya sumber daya manusia - 187. Biaya internet mahal/keterbatasan dana - 10

Sumber: Data Primer yang diolah (2017)Berdasarkan Tabel 3 di atas, sebanyak 8 UKM menyatakan bahwa mereka memakai internet dalam

usaha/bisnis karena internet dapat digunakan sebagai alat menjaga hubungan dengan pelanggan. Kemudian 6UKM mengemukakan alasan bahwa internet digunakan agar mereka dapat dengan mudah menginformasikanusaha/bisnis yang mereka jalankan kepada orang lain, sedangkan 8 UKM memberikan alasan agar merekadapat dengan mudah mencari informasi. Pencarian informasi di internet ini dapat dimungkinkan untukmencari calon pelanggan baru, untuk up date informasi terkait dengan usaha/bisnis yang dijalankan, mencaripemasok baru, dan yang lainnya. Adapun 8 UKM menyatakan bahwa mereka memakai internet karena alasanlain yang sifatnya pribadi.

Menurut Tabel 2 di atas, jumlah UKM yang tidak memakai internet justru lebih banyak, yaitu 29UKM. Sebanyak 25 UKM tidak memakai internet dengan alasan bahwa usaha/bisnis mereka saat ini tidakmembutuhkan internet, 18 UKM mengemukakan bahwa mereka tidak memakai internet karena minimsumber daya manusia yang dapat mengoperasikan internet untuk kebutuhan usaha/bisnis mereka, dan 10UKM yang menyatakan biaya yang mahal atau terbatasnya dana.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa dari 29 UKM yang tidak melakukan adopsi internet untukmendukung usaha/bisnis yang mereka jalankan, terdapat 24 UKM yang menyatakan keinginan untukmelakukan adopsi internet dimasa yang adakan datang dengan cara berlangganan internet. Dari 24 UKM

Page 176: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.172-177) 978-602-60766-3-2

176

tersebut terdapat 16 UKM yang menyatakan bahwa mereka akan berlangganan internet dalam kurun waktuenam bulan ke depan, 6 UKM mengemukakan keinginan bahwa mereka akan berlangganan internet dalamkurun waktu 1 tahun ke depan, sedangkan 2 UKM akan berlangganan internet dalam waktu 2 tahun ke depan.Selain 14 UKM yang menyatakan keinginan untuk melakukan adopsi internet, terdapat 5 UKM yangmenyatakan tidak ingin melakukan adopsi. Hal ini dikarenakan menurut mereka, usaha/bisnis yang saat inidijalankan masih belum membutuhkan internet.

Pengetahuan Tentang TISelanjutnya, pada penelitian ini, pengetahuan tentang TI yang dimiliki oleh UKM dapat ditampilkan

pada Tabel 4 di bawah ini.Tabel 4. Distribusi Responden Tentang Pengetahuan TI

No. Jawaban Jumlah1. Ya 272. Belum 7

Sumber: Data primer yang diolah, 2017Sesuai dengan data di atas, terdapat 27 pemilik UKM yang sudah memiliki pengetahuan tentang TI.

Kemudian, hanya 7 pemilik UKM yang belum memiliki pengetahuan tentang TIK. Terdapat 3 UKM yangtidak didapatkan jawabannya terkait dengan pertanyaan tentang pengetahuan TI ini. Pengetahuan tentang TIini meliputi: pengetahuan tentang perkembangan teknologi komputer, perkembangan teknologi internet, dansejenisnya.

Berdasarkan data ini, maka dapat disampaikan bahwa para pemilik UKM yang bergerak di usahapengrajin meubel didominasi oleh orang yang mengikuti perkembangan teknologi. Meskipun demikian, halyang menarik adalah jumlah pemilik yang belum membutuhkan internet untuk mendukung kinerja pekerjaandan usahanya masih dominan (lihat Tabel 3).

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasiL penelitian, kesimpulan penelitian ini dapat

dikemukakan sebagai berikut:1. Tingkat adopsi komputer di kalangan UKM di wilayah Antang terbukti masih rendah. Hal ini dibuktikan

dari 37 UKM yang diteliti, terdapat 12 UKM yang sudah menggunakan komputer, sedangkan 25 UKMmenyatakan belum menggunakan komputer. Kemudian, dari jumlah UKM yang belum menggunakankomputer terdapat 17 UKM yang ingin memiliki komputer untuk menunjang kinerja bisnis yangdijalankan saat ini.

2. Tingkat adopsi internet di kalangan UKM di wilayah Antang terbukti masih sangat rendah. Hal tersebutdibuktikan dengan data bahwa dari 37 UKM yang diteliti, terdapat 29 UKM yang belum melakukanadopsi internet dengan berbagai alasan, sedangkan hanya 8 UKM yang sudah melakukan adopsi internet.Meskipun tingkat adopsi internet di kalangan UKM masih rendah, namun UKM tersebut telah menyadariperan dan manfaat teknologi informasi untuk mendukung usaha atau bisnis mereka. Hal ini dapat dilihatdari banyaknya jumlah UKM yang tertarik untuk melakukan adopsi internet. Dari 29 UKM yang belummelakukan adopsi, terdapat 16 UKM yang berencana untuk melakukan adopsi internet di masa yang akandatang.

3. Pemanfaatan teknologi komputer oleh UKM di wilayah Antang masih belum dioptimalkan untuk hal-halyang memberikan nilai yang lebih strategis bagi perkembangan usaha. Sejumlah UKM yang mengadopsiteknologi komputer memanfaatkan komputer masih sebatas sebagai alat untuk membantu pembuatanlaporan keuangan.

4. Pemanfaatan teknologi internet oleh UKM yang memakai internet di wilayah Antang sudah bervariasi,walaupun jumlah UKM pemakai internet masih sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya,pelaku bisnis sudah mempunyai pandangan yang lebih strategis dalam upaya memanfaatkan teknologiinternet, seperti menjaga hubungan dengan pelanggan, menginformasikan usaha/bisnis kepada pihak lain,mencari informasi.

5. Kendala utama pemanfaatan teknologi komputer dan internet justru berasal dari internal UKM, yaituUKM masih belum merasa butuh terhadap teknologi komputer dan internet. Sebanyak 25 UKMmenyatakan tidak butuh teknologi komputer dan sebanyak 29 UKM tidak membutuhkan internet,walaupun kedua hal tersebut mempunyai potensi yang sangat besar untuk memberikan nilai ekonomisbagi UKM. Kendala kedua adalah mahalnya harga perangkat teknologi informasi seperti komputer dan

Page 177: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.172-177) 978-602-60766-3-2

177

langganan internet. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh UKM. Adapun yangmenjadi kendala ketiga adalah minimnya sumber daya manusia pada UKM yang dapat mengoperasikankomputer dan internet.

5. DAFTAR PUSTAKA

Hawk, S. A Comparison of B2C e-commerce in Developing Countries. Electronic Commerce Research, 4, 181-199,2004.

Kartiwi, M., MacGregor, R.C., Electronic Commerce Adoption Barriers in Small to Medium-Sized Enterprises (SMEs)in Developed and Developing Countries: A Cross-Country Comparison. Journal of Electronic Commerce inOrganization, Vo 5, Issue 3. 2007.

Paul, J. Narrowing the Digital Devide: Initiatives Undertaken by the Association of South-East Asia Nation (ASEAN).Program: Electronic Library and Information Systems, 36(1), 13-22, 2002.

Rahmana, A. Peranan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah. Seminar NasionalAplikasi Teknologi Informasi (SNATI), ISSN: 1907-5022, Yogyakarta, 2009.

Roger, E.M. Diffusion of Innovation (4 Edition). New York: The Free Press.1995th

Seth, J.N., Sharma, A. International e-marketing: Opportunities and Issues. International Marketing Review, 22(6),611-622. 2005.

Wahid, F., Iswari, L. Adopsi Teknologi Informasi Oleh Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia. Seminar NasionalAplikasi Teknologi Informasi (SNATI), ISSN : 1907-5022, Yogyakarta, 2007.

Wood, C.M. Marketing and e-Commerce as tools of Development in the Asia-Pasific: A Dual Path. InternationalMarketing Review, 21(3), 301-320, 2004

Page 178: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.178-181) 978-602-60766-3-2

178

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA HASIL BELAJAR BAHASAINGGRIS MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK OTOMOTIF

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gusri Emiyati Ali1)

1)Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

This study is a qualitative descriptive study. This study investigated factors causing the low learning results ofAutomotive Engineering students, State Polytechnic of Ujung Pandang, in English Class. This study can be thereference for English lecturers in determining the best strategy in teaching English to Automotif Engineering students.The respondents were the students who got bad score in English class in the odd semester of 2016/2017 academic year.To find out the internal and external factors causing the low learning results of the students, they were given aquestionnaire. The results show that the intelligence factor, the difficulty of getting friends to practice English, theexplanation of the English lecturer, and the laziness to study can be some factors causing the low learning result of someAutomotif Engineering students in English class. Meanwhile, the internal and the external factors like physical health,attention, interest, motivation to learn English, teaching methods, lessons, the relationship with the lecturer, learningtools, classroom condition, the respondents’ learning method both in class and outside class are not the cause of the lowlearning results of the respondents in English class.

Keywords: learning result, English class, external and internal factors.

1. PENDAHULUANKeberhasilan proses belajar pada sebuah mata kuliah, termasuk mata kuliah bahasa Inggris dapat dilihat

dari hasil belajar mahasiswa. Hasil belajar pada sebuah mata kuliah dapat dilihat dari hasil evaluasi belajarmahasiswa dalam satu semester. Seperti yang dikemukakan Arikunto (2001:63) bahwa hasil belajar adalahhasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakanevaluasi dari proses belajar yang dilakukan.

Berdasarkan observasi penulis selama mengampuh mata kuliah bahasa Inggris di beberapa program studidi Politeknik Negeri Ujung Pandang, mahasiswa Teknik Otomotif yang paling banyak menunjukkan hasilbelajar bahasa Inggris yang rendah dibandingkan dengan mahasiswa pada program studi lainnya. Sebagianbesar mahasiswa tersebut rajin mengikuti perkuliahan, namun tetap saja hasil belajar mereka rendah.Sebagian lainnya memang cenderung malas mengikuti pelajaran. Peneliti sebagai pengampuh mata kuliahbahasa Inggris pun telah melakukan berbagai upaya dengan menerapkan metode pembelajaran yangbervariasi. Namun hasil belajar mahasiswa tersebut belum juga sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu,diperlukan sebuah penelitian untuk dapat mengungkap penyebab masalah tersebut di atas sehingga tidakberlarut-larut dan dapat ditemukan cara yang tepat untuk mengatasinya. Masalah tersebut di atas menjadidasar dilaksanakannya penelitian ini. Dengan adanya penelitian ini, guru bahasa Inggris dapat menentukanstrategi terbaik dalam pengajaran bahasa Inggris di program studi tersebut.

Penelitian tentang faktor penyebab rendahnya hasil belajar telah banyak dilakukan sebelumnya. SepertiLadiku (2011) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya prestasibelajar siswa kelas XI SMAN I Tapa, Bone Bolago adalah faktor psikologis dan faktor lingkungan. Hasiltersebut sejalan dengan pendapat para ahli tentang faktor penyebab rendahnya hasil belajar. Menurut Munadi(Rusman: 2012), hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tersebutberupa faktor psikologis dan faktor fisiologis. Faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat,bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik. Sedangkan faktor fisiologis adalah kondisi fisiksaat menerima pelajaran. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor lingkungan,sosial, dan faktor instrumental, seperti suhu dan kondisi ruang kelas, kurikulum, sarana dan guru. Faktor-faktor inilah yang akan diinvestigasi di dalam penelitian ini untuk dapat mengungkap penyebab rendahnyahasil belajar mahasiswa pada mata kuliah bahasa Inggris khususnya pada Program Studi Otomotif PoliteknikNegeri Ujung Pandang.

1 Korespondensi: [email protected]

Page 179: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.178-181) 978-602-60766-3-2

179

2. METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang

akan dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,catatan lapangan, dan dokumen pribadi. Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), penelitian deskriptif ditujukanuntuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifatalamiah atau rekayasa manusia. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang berfokus padamahasiswa Teknik Otomotif yang mendapatkan nilai yang rendah pada mata kuliah Bahasa Inggriskhususnya di Semester Ganjil 2016/2017.

Untuk memahami secara lebih jelas tentang permasalahan penelitian dan untuk menghindarikesalahpengertian, maka penulis menuliskan beberapa definisi operasional sebagai berikut:

a. Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati danMudjiono, 2006: 3-4). Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari prosespembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, hasil belajar bahasa Inggris merupakan hasil dari prosespembelajaran mahasiswa di mata kuliah bahasa Inggris selama satu semester yang diwujudkan dalambentuk nilai huruf. Nilai yang rendah dalam penelitian ini adalah D dan E. nilai-nilai tersebutdibawah kategori baik (Surat Keputusan Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang Nomor:759/PL10/AK/2015 tahun 2015)

b. Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar mahasiswa yang akan dicoba untuk diungkap dalampenelitian ini adalah faktor eksternal dan faktor internal.

Adapun penentuan sampel atau subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknikpurposive sampling. Menurut Djam’an (2007), purposive sampling merupakan teknik pengammbilan sampelyang ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu. Sesuai dengantujuan penelitian ini, maka subjek pada penelitian ini adalah semua mahasiswa Program Studi TeknikOtomotif Politeknik Negeri Ujung Pandang yang mendapatkan nilai rendah, yakni nilai D dan E pada matakuliah Bahasa Inggris pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 yang berjumlah 8 orang.

Data dikumpulkan melalui kuesioner untuk mendapatkan jawaban secara bebas, jujur, tidak takut dantidak malu-malu dari responden. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket campuran,yakni gabungan antara angket tertutup dan terbuka. Angket disusun berdasarkan indikator-indikator tentangfaktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang. Indikator-indikator ini berdasarkan pendapatSlameto (2010), yakni faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah faktor internal danfaktor ekternal seperti kesehatan jasmani, fungsi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran,intelegensi, perhatian dan minat, motivasi, kesiapan,faktor keluarga, teman, metode mengajar yang digunakan dosen bahasa Inggris, jam pelajaran, relasiresponden dengan dosen bahasa Inggris, alat pelajaran, jam belajar bahasa Inggris, keadaan ruangan kelas,metode belajar bahasa Inggris responden baik di kelas maupun di kelas, dan tugas rumah pada mata kuliahBahasa Inggris.

Data yang telah terkumpul kemudian disusun dan dianalisis. Data akan direduksi, dirangkum, dicaripola dan temanya, kemudian data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori,dsb. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yangterjadi dan setelah itu, akan ditarik kesimpulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASANData yang telah didapatkan dianalisa berdasarkan faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil

belajar yang dikembangkan dalam kuesioner. Berikut adalah analisa dari data yang telah didapatkan melaluikuesioner.A. Faktor Internal1. Kesehatan jasmani

Data yang telah didapatkan melalui kuesioner menunjukkan bahwa hampir semua responden tidakmerasa kelelahan dan juga tidak mengantuk saat belajar bahasa Inggris. Diantara semua repsonden,hanya satu responden yang merasa kadang kelelahan dan mengantuk saat belajar bahasa Inggris. Bukanhanya di kelas bahasa Inggris tapi juga di kelas lain. Dari data yang didapatkan, diketahui bahwaresponden tersebut memiliki pekerjaan sampingan.

Dari data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar bahasa Inggriskebanyakan responden tidak disebabkan oleh faktor fisik atau kesehatan jasmani mereka. Diketahuipula bahwa, memiliki pekerjaan sampingan dapat mempengaruhi stamina mahasiswa dalampembelajaran.

Page 180: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.178-181) 978-602-60766-3-2

180

2. Fungsi panca inderaPanca indera sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran

termasuk bahasa Inggris. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa semua responden tidakmengalami gangguan pada pendengarannya. Sedangkan pada penglihatan, hanya satu respondenyang merasa memiliki gangguan pada penglihatannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwafungsi panca indera bukanlah faktor penyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris pararesponden

3. Perhatian, minat, dan motivasi pada mata kuliah Bahasa InggrisDari data yang telah didapatkan melalui kuesioner, diketahui bahwa semua responden

merasa tertarik untuk belajar Bahasa Inggris baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Semuaresponden merasa senang dengan pembelajaran Bahasa Inggris di kelas. Mereka rajinmengerjakan tugas Bahasa Inggris yang diberikan. Semua respoden menyatakan bahwa pentinguntuk mempelajari bahasa Inggris. Mereka pun rajin mengikuti perkuliahan Bahasa Inggristerkecuali dua orang responden. Menurut mereka, mereka tidak hanya malas di kelas BahasaInggris namun juga terkadang di kelas lain.

Dari data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian, minat, dan motivasi bukanlahfaktor penyebab rendahnya hasil belajar responden atau mahasiswa Teknik Otomotif pada matakuliah Bahasa Inggris.

4. Kesiapan mengikuti perkuliahan Bahasa InggrisKesiapan juga merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan melakukan sesuatu

termasuk dalam mengikuti kelas Bahasa Inggris. Dari data yang diperoleh dari kuesioner, dapatdiketahui bahwa semua responden telah mempersiapkan dengan baik sebelum mereka mengikutiperkuliahan bahasa Inggris. Mereka mempersiapkan buku catatan sebelum mengikutiperkuliahan Bahasa Inggris. Dari data ini, disimpulkan bahwa kesiapan bukanlah faktorpenyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris mahasiswa Teknik Otomotif.

5. IntelegensiTelah disebutkan pada definisi operasional bahwa intelegensi pada penelitian ini adalah hasilbelajar responden pada mata kuliah lain pada semester yang sama yakni ganjil 2016/2017.

Dari data yang didapatkan, diantara kedelapan responden, terdapat tiga responden yangmendapatkan nilai yang rendah pada sebagian besar mata kuliah lain. IPK mereka pun kurangdari 3.00. Selebihnya, kelima responden mendapatkan nilai yang cukup, baik, dan sangat baikpada mata kuliah lain. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden mendapatkannilai rendah pada mata kuliah Bahasa Inggris bukan karena faktor intelegensi. Namun, padaketiga respponden, faktor intelegensi bisa menjadi faktor rendahnya hasil belajar mereka.

B. Faktor Eksternal1. Faktor keluarga

Peranan dalam memberikan dukungan kepada mahasiswa tentunya berpengaruh bagipsikologis mahasiswa tersebut dalam mengikuti perkuliahan. Berdasarkan kuesioner yang telahdiisi oleh responden, didapatkan data bahwa semua responden tanpa terkecuali didukung olehkeluarga dalam hal pendidikan. Dengan data ini, dapat disimpulkan bahwa, faktor keluargabukanlah faktor penyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris mahasiswa.

2. Faktor sekolahSeperti yang telah dijelaskan di atas bahwa faktor sekolah ini meliputi metode mengajar, jam

pelajaran, relasi responden dengan dosen, alat pelajaran, keadaan ruangan kelas yang biasadipakai, metode belajar responden baik di kelas maupun di luar kelas, dan tugas rumah.

Data yang diperoleh melalui kuesioner menunjukkan bahwa hampir semua respondenmenyatakan bahwa metode mengajar dosen Bahasa Inggris tidaklah membosankan. Hanya saturesponden yang menyatakan bahwa cara mengajar dosennya kadang membosankan. Sebagianbesar mereka menyatakan bahwa penjelasan dosen Bahasa Inggris tidak sulit untuk dimengerti.Terdapat dua orang responden yang merasa bahwa penjelasan dosen Bahasa Inggris kadang sulitdimengerti. Dengan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penjelasan materi oleh dosen BahasaInggris bukanlah faktor penyebab rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris pada sebagian besarresponden.

Data yang telah diperoleh juga menunjukkan bahwa jam belajar bahasa Inggris dan ruangankelas tempat belajar Bahasa Inggris bukanlah faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar

Page 181: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.178-181) 978-602-60766-3-2

181

mereka. Semua responden merasa tidak ada masalah dengan jam belajar dan ruangan kelas tempatmereka belajar Bahasa Inggris.

Selanjutnya adalah tentang tugas Bahasa Inggris baik di kelas maupun di rumah. Semuaresponden terkecuali satu orang menyatakan bahwa tugas Bahasa Inggris baik yang dikerjakan dikelas maupun yang dikerjakan di rumah tidaklah sulit. Hal ini juga menunjukkan bahwa tugasbukanlah faktor rendahnya hasil belajar mereka di mata kuliah Bahasa Inggris.

3. Faktor sosialYang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah hubungan responden dengan teman-

temannya terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa Inggris baik di kelasmaupun di luar kelas. Data yang diperoleh dari kuesioner menunjukkan bahwa tidak satupunresponden yang merasa kesulitan untuk mendapatkan pasangan berdialog ataupun temansekelompok saat belajar Bahasa Inggris di kelas. Selain itu, mereka pun tidak kesulitanmendapatkan teman untuk mengerjakan tugas PR Bahasa Inggris. Begitu pula dengan latihanBahasa Inggris di luar kelas, mereka tidak menemukan kesulitan untuk mendapatan teman untukberlatih. Hanya dua responden yang merasa kesulitan untuk mendapatan teman berlatih BahasaInggris di luar kelas.

Data menunjukkan bahwa faktor sosial bukanlah penyebab sebagian besar respondenmendapatkan nilai rendah pada mata kuliah Bahasa Inggris.

4. KESIMPULANDari data yang telah diperoleh dan dianalisa, dapat disimpulkan bahwa faktor intelegensi, kesulitan

mendapatkan teman untuk berlatih bahasa Inggris, penjelasan materi dosen bahasa Inggris yang kadang sulitdimengerti, dan rasa malas mengikuti perkuliahan bisa menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajarbeberapa mahasiswa Teknik Otomotif di kelas Bahasa Inggris. Adapun faktor internal seperti kesehatanjasmani, fungsi panca indera, perhatian dan minat, motivasi, dan kesiapan mengikuti perkuliahan, serta faktoreksternal seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor sosial bukan merupakan penyebab rendahnyahasil belajar mahasiswa Teknik Otomotif di mata kuliah Bahasa Inggris.

5. DAFTAR PUSTAKA1. Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.2. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka

Cipta.3. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: PT. Rineka Cipta.4. Eri, Setyowati. 2012. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa

SMP di Kota Yogyakarta”. Thesis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.5. Gall, Meredith D. & Gall, Joyce P. 2003. Educational Research: An Introduction (Seventh Edition).

Boston: Pearson Education, Inc.6. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana. Indonesia.7. Ladiku, Meilan. 2011. “Studi Tentang Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Siswa

Kelas VI IPA di SMAN 1 Tapa Kabupaten Bone Balango”. Skripsi. Gorontalo: UniversitasNegeri Gorontalo.

8. Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan. Medan : Perdana Publishing.9. Maryanti, Oktri. 2014. “Identifikasi Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar Siswa Kelas IV dan V

di SDN 13/1 Rengas Condong Kapbupaten Batanghari” . Skripsi. Jambi: Universitas Jambi.10. McDonough, Jo & McDonough, Steven. 1997. Research Methods for English Language Teachers.

New York: St.Martin’s Press, Inc.11. Rusman.2012.Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21 . Bandung: ALFABETA12. Santrock, John W. 2004. Educational Psychology 2nd Edition. New York : McGraw-Hill.13. Sardiman. A.M. 2000. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. Pers.14. Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning (Teori, Riset, Praktik). Bandung: Nusa Media.15. Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.16. Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitaf dan kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.17. Winkel, WS. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 182: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.182-186) 978-602-60766-3-2

182

ANALISIS KEBUTUHAN KOMPETENSI KOMUNIKASI BAHASA INGGRIS PADAUSAHA EKSPOR PRODUK AGRIBISNIS DI MAKASSAR, SULAWESI SELATAN

Paramudia1), Farida Amansyah2), dan Harbani Pasolong3)

1), 2), 3)Dosen Jurusan Administrsi Bisnis Politeknik Negeri Ujung Pandang Makassar

ABSTRACT

The goal of Business English subject taught in the Ujung Pandang State Polytechnic (PNUP) is to equip its graduateswith oral English communication (OEC) skills needed in industries. In order to achieve this, it needs a syllabus thatmatches current needs of graduates when working in the industries. The study addresses three aims: a). To identify theEnglish language skills are needed by business English graduates to perform their work in the export-import workenvironment, b). To identify the mismatch (lack) between OEC skills the graduates have and the skills which arerequired in the workplace, c). To identify the factors causing the mismatches. This study employed a qualitativeapproach design. The participants of the study were two employees from an export –import agroindustry in Makassar,two graduates of Diploma 4 and two of Diploma 3 from the PNUP in Maksassar City, Indonesia. Purposive samplingtechnique was used to select the participants of the interviewee participants. Descriptive analysis was used to calculatethe quantitative data and thematic analysis was used to analyze and interpret the qualitative data. It was found that therewere 6 types English language skills which are mostly required in the workplace (necessity). The graduates’ ability ofusing the six skills was considered mismatches (lack). The study also revealed three impactful factors causing themismatches. First, lack of preparation of specific vocabularies from the prerequisite subjects. Secondly, lack of time topractice speaking outside the classroom environment. Finally, lack of knowledge toward the topics discussed. Findingshave practical implication improving the pre-requisite, business English syllabi content and school environment .

Kewords: needs, english for business-agroindustry

1. PENDAHULUANStatus bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dan meningkatnya kebutuhan bahasa Inggris lebih

khusus pada dunia bisnis di di Indonesia telah mendorong perlunya meneliti berbagai aspek pembelajarandan pengajaran bahasa Inggris bisnis untuk mengoptimalkan penyelenggaraan bahasa Inggris pada kontekstertentu. Namun, kenyataannya analisis kebutuhan yang digunakan selama ini belum menjangkau kebutuhanbahasa Inggris yang dibutuhkan pada perusahaan ekspor-impor agrobisnis sebagai dasar perancangan matakuliah bahasa Inggris Bisnis pada Jurusan Administrasi Niaga, Politknik (PNUPAN). Selain itu, analisis yangdigunakan belum menunjukkan hasil yang diinginkan yaitu belum menjangkau kebutuhan akademik dankebutuhan profesional yang merupakan hal yang penting dipenuhi untuk membuat mereka mampumelaksanakan tugas ketika mereka diterima di tempat kerja dan mengembangkan karir mereka.

Menurut Jakson 2005 dan Dora Chostelidou (2010), melakukan perbaikan kurikulum atau silabussecara priodik sangatlah penting agar tetap sesui kebutuhan mahasiswa. Oleh karena itu, melakukan peneltiantentang kesesuaian antara bahasa Inggris yang diperlukan di perusahaan expor-impor dengan kemampuanbahasa Inggris yang dimiliki alumni merupakan saat yang sangat tepat dan sangat diperlukan. Beberapa ahlihdi dalam pengajaran bahasa Inggris (Mundby, 1978; Hutchinson dan Waters, 1987 dan Dudley-Even, 1991,1987; Robinson, 1991; Flowerdew & Peacock, 2001; Hamp-Lyons, 2001) menyatakan perlunya melakukananalisis kebutuhan sebagai dasar pengembangan pengajaran bahasa Inggris. Lebih jauh, Dudley-Evans & StJohn (1998, p.121) menjelaskan bahwa penggunaan analisis kebutuhan secara tepat dapat mengarahkan fokussuatu pembelajaran bahasa Inggris.

2. METODE PENELITIANPeserta penelitian yang terlibat adalah 6 orang yang terdiri 2 karyawan perusahaan ekspor-impor agro

industry dan 4 alumni dari PNUPAN; 2 dari D 3 dan 2dari D4 program studi Administrasi Bisnis. Secaraumum ada 50% peserta perempuan dan 50% laki-laki. Umur peserta bervariasi, namun kebanyakan mereka22- 23. Alat yang digunakan studi ini untuk mengumpulkan data adalah interviu semi-terstruktur yaitumenanyakan tingkat perlunya kebutuhan bahasa Inggris di perusahaan ekspor-impor agro industry danpersepsi kemampuan alumni untuk melakukan keterampilan bahasa Inggris tersebut. Adapun prosedurpengumpulan data adalah: Pertama-tamadaftar pertanyaan semi-terstruktur dibuat kemudian dilakukan pilot

1 Korespondensi: [email protected]

Page 183: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.182-186) 978-602-60766-3-2

183

studi pada dua peserta yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan peserta penelitian. Pertanyaan ditulis danditanyakan kepada peserta penelitian dalam bahasa Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah berfokuspada pendekatan kualittif. Data dikumpul dari sebanyak 6 peserta penelitian untuk mendapatkan pengertianyang mendalam terhadap masalah yang diteliti. Data kuantitatif yang diperoleh dari kegiatan interviudianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Sedangkan data kualitatif dianalisis dengan menggunakanprosedur reduksi data, melakukan koding fenomena yang relevan dengan permasalahan penelitian.Selanjutnya hasil koding dikelompokkan kedalam suatu kelompok kategori dan kategori tersebut diberi labeldengan nama yang spesifik (Miles & Huberman, 1994).Kemudian, konsep yang sama dengan melihatkarakterteristik yang umum dikelompokkan menjadi suatu tema seperti terlihat pada Tabel 1.

3. HASILDANPEMBAHASANData yang diperoleh dari interviu semi-terstruktur yang untuk menjawab tiga pertanyaan penelitin yaitu

jenis-jenis bahasa Inggris bisnis yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penelitian, kesenjangan antarakemampuan bahasa Inggis yang dimiliki mahasiswa dengan bahasa Inggris yang diperlukan ditempat kerjadan faktor yang menyebabkan kesenjangan tersebut ditabulasi dan diproses ke dalam kategori dansubkategori dan selanjutnya dipresentasikan ke dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Hasil categori dan sub-categori hasil penelitianA B C D E F

No Pertanyaan Pilihan Jumlah Pilihan Jumlah1 Menggunakan bahasa

Inggris untuk mengatursuatu peerjalanan

Sangat Perlu 2 SangatMampu

Perlu Mampu 1Cukup Perlu Cukup

Mampu3

Perlu Kurang MampuTidak Perlu Tidak Mampu

2 Menggunakkan bahasaInggris untuk melakukanpresentasi bisnis

Sangat Perlu SangatMampu

Perlu 2 Mampu 2Cukup Perlu Cukup Mampu 2Kurang Perlu Kurang MampuTidak Perlu Tidak Mampu

3 Menggunakkan bahasaInggris untuk membuatcomplain atau mengatasikomplain

Sangat Perlu SangatMampu

Perlu MampuCukup Perlu 2 Cukup

Mampu1

Perlu Kurang Mampu 3Tidak Perlu Tidak Mampu

4 Menggunakkan bahasaInggris untuk berdiskusi

Sangat Perlu 2 SangatMampu

Perlu Mampu 1Cukup Perlu Cukup

Mampu3

Kurang Perlu Kurang MampuTidak Perlu Tidak Mampu

5 Menggunakkan bahasaInggris untuk bernegosiasi

Sangat Perlu 2 SangatMampu

Perlu MampuCukup Perlu Cukup Mampu 2Kurang Perlu Kurang

Mampu2

Tidak Perlu TidakMampu

Page 184: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.182-186) 978-602-60766-3-2

184

6 Menggunakkan bahasaInggris untuk berpidato

Sangat Perlu 2 SangatMampu

Perlu Mampu 2Cukup Perlu Cukup Mampu 2Kurang Perlu MampuTidak Perlu Tidak MampuSangatPerlu

SangatMampu

Perlu MampuKurang Perlu Kurang

MampuTidak Perlu Tidak

MampuTotal Data : 12 Total Data : 24Total Sangat Perlu 8(66%) Total Sangat Mampu :Total Perlu 2 (17%) Total Mampu : 6

(25%)Total Cukup Perlu 2 (17%) Total Cukup Mampu : 13

(54%)Total KurangPerlu 0% Total Kurang Mampu : 5

(21%)Total Tidak Perlu 0% Total Tidak Mampu : 0 %

Jenis Keterampilan Bahasa Inggris yang Diperlukan di Tempat KerjaPertama-tama,tabel 1 kolom D memperlihatkan bahwa ada 6 jenis keterampilan bahasa Inggris yang

diperlukan oleh pelaku usaha pada perusahaan expor-impor produk agronomi yaitu: 1) menggunakan bahasaInggris untuk mengatur suatu peerjalanan 2) menggunakkan bahasa Inggris untuk melakukan presentasibisnis 3) menggunakkan bahasa Inggris untuk membuat complain atau mengatasi complain, 4)menggunakkan bahasa Inggris untuk berdiskusi 5) menggunakkan bahasa Inggris untuk bernegosiasi danmenggunakkan bahasa Inggris untuk berpidato.

Data pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa mayoritas data (N=10 {83%} bernilai positifterhadap perlunya penggunaan bahasa Inggris pada perusahaan ekspor-impor hasil agronomi. Ada 8 (66%)menyatakan ‘sangat perlu’ dan 2 (17%) yang menyatakan ‘perlu’. Hanya 2 (17) menyatakan’ cukup perlu’.Tidak ada data yang menyatakan tidak perlu.

Kemampuan Alumni PNUP untuk Menggunakan Keterampilan Bahasa Inggris yang Diperlukan diTempat Kerja

Mengenai kemampuan mahasiswa menggunakan komunikasi bahsa Inggris seccara lisan, Tabel 1kolom F menunjukkan bahwa mayoritas data (13{54%}) memperlihatkan bahwa mahasiswa PNUP AN’cukup mampu’ menggunakan keterampilan menggunakan bahasa Inggris secara lisan yang diperlukan ditempat kerja perusahaan ekspor-impor agrobisnis. Hanya 6 (25%) menunjukkan bahwa mereka ‘ mampu’dan paling kurang data (5 {21%}) menyatakan kurang mampu. Tidak ada data menunjukkan ‘ tidak mampu’.Kesenjangan antara Kemampuan Alumni PNUP dan Kemampuan yang Diharapkan untukMenggunakan Keterampilan Bahasa Inggris di Tempat Kerja

Mengenai kesenjangan yang terjadi antara keteramplian bahasa Inggris yang diperlukan bisnis untukmelakukan kegiatan diperusahaan dengan kemampuan yang dimiliki alumni, Tabel 1 pada total skorkemampuan alumni dan total skor tingkat perlunya penggunaan bahasa Inggris di tempat kerjamemperlihatkan sebagai berikut.

Secara umum, data memperlihatkan bahwa seluruh data (100%) memperlihatkan positif penggunaanbahasa Inggris binis untuk melakukan kegiatan perusahaan. Mayoritasdta 8(66%) menunjukkan ‘sangatperlu’ Sedangkan data mengenai persepi kemampuan alumni PNUPAN untuk menggunakan bahasa Inggrisbisnis, paling banyak data (13{54%) memperlihatkan hanya’cukup mampu’. Secara khusus, kesenjanganpaling besar terjadi pada kemampuan pidato, bernegosiasi, berdiskusi, dan mengatur perjalanan dinas.

Page 185: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.182-186) 978-602-60766-3-2

185

Faktor Penyebab Kesenjangan antara Kempuan yang dimiliki Alumni dan Bahasa Inggris Bisnis yangDiperlukan untuk Melakukan Pekarjaan di Tempat Kerja

Tabel 2. Faktor Penyebab KesenjanganNo Kategori dan Sub-Kategori Frekuensi Presentase1. Materi ajar belum mencakup seluruh

kompetensi yang diperlukan4 44%

2 Mata kuliah prasyarat kurangmempersiapkan kosa kata yang diperlukanpada mata kuliah BE

3 33%

3 Lingkungan di luar kelas yang kurangmendorong praktek menggunakanbahasaInggris

2 22%

Total Data 9

Tabel 2 di atas memperlihatkan bahwa faktor paling utama menybabkan kesenjangan (44%) adalahmateri ajar yang diajarkan pada bahasa Inggris bisnis tidak mencakupi seluruh kompetensi yang dibutuhkandi tempat kerja. Faktor berikutnya adalah (33%) menyatakan bahwa mata kuliah prasyarat tidakmempersiapkan membekali kosa kata yang cukup untuk melakukan praktek penggunaan komunikasi bahasaInggris lisan pada mata kuliah bisnis. Faktor yang ketiga adalah linkungan pembelajarn di luar kelas tidakmendorong mereka untuk aktif menggunakan bahasa Inggris.

4. KESIMPULAN

Data dari intervieu telah menggambarkan bahwa sejumlah isu yang perlu dipertimbangkan karenamereka dapat menawarkan implikasi yang signifikan untuk memperkenalkan suatu perubahan. Temuanpenelitian ini memperlihatkan perlunya mengubah fokus bahasa Inggris prasyarat dengan fokus bahasaInggris akademik dan bisnis. Perlu juga penambahan elemen kompetensi pada mata silabus matakuliahbahasa Inggris Bisnis karena tidak semua elemen kompetensi bahasa Inggris yang diperlukan oleh alumniuntuk bekerja pada perusahaan ekspor-impor produk agrobisnis tercakup. Selanjutnya, hasil penelitianmengungkapkan bahwa perlu perbaikan lingkungan pembelajaran di luar kelas untuk lebih memotivasimahasiswa untuk praktek menggunakan bahasa Inggris bisnis dan akademik.

5. DAFTAR PUSTAKA

Bosher, S. & K. Smalkoski. (2002. From Needs Analysis to Curriculum Development: Designing a Course in Health-Care Communication Forimmigrant Students in the USA. English for Specific Purposes, XXI (1): 59 – 79.

Chostelidou, et al. 2009. Record of the Training Needs of ESP Practitioners in Vocational Education. In A. Tsangalidis(Ed), Selected Papers from the 18th International Symposium of Theoretical and Applied Linguistics. AristotleUniversity of Thessaloniki,(pp.131-144). Thessaloniki: Monochromia.

Cowling, J.D. 2007. Needs Analysis: Planning a Syllabus for a Series of Intensive Workplace Courses at a LeadingJapanese Company. English for Specific Purposes, XXVI (4): 426 – 442.

Dudley-Evans, T. & M.J. St John. 1998. Developments in English for Specific Purposes- a Multi-Disciplinary Approach.Cambridge: Cambridge University Press.

Flowerdew, J., & M. Peacock (Eds.). 2001. Research Perspectives on English for Academic Purposes. Cambridge:Cambridge University Press.

Graves, K. 2000. Designing Language Courses: a Guide for Teachers. Boston: Heinle and Heinle.Hamp-Lyons, L. 2001. English for Academic purposes. In R. Carter & D. Nunan (Eds.). The Cambridge Guide to

Teaching English to Speakers of Other Languages (pp.126-130). Cambridge: Cambridge University Press.Hutchinson, T. & A. Waters. 1987. English for Specific Purposes. Cambridge: Cambridge University Press.Jackson, J. 2005. An Inter-University, Cross-Disciplinary Analysis of Business Education: Perceptions of Business

Faculty in Hong Kong. English for Specific Purposes, XXIV (3): 293 – 306.Jasso-Aguilar, R. 1999. Sources, Methods and Triangulation in Needs Analysis: a Critical Perspective in a Case Study of

Waikiki Hotel Maids. English for Specific Purposes, XVIII (1): 27 – 46.Jordan, R.R. 1997. English for Academic Purposes, a Guide and Resource Book for Teachers. Cambridge : Cambridge

University Press.

Page 186: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.182-186) 978-602-60766-3-2

186

Long, M. H. 2005. Methodological Issues in Learner Needs Analysis. In M.H. Long (Ed.), Second Language NeedsAnalysis (pp.19-76).Cambridge: Cambridge University Press.

Mc Kay, H. & A. Tom. 1999. Teaching Adult Second Language Learners. Cambridge: Cambridge UniversityPress.Miles, M. & M. Huberman. 1994. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications.Munby, J. 1978. Communicative Syllabus Design. Cambridge: Cambridge University Press.Richards, J.C. 2001. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge : Cambridge University Press.Robinson, P. 1991. ESP Today: a Practitioner’s Guide. Hemel Hempstead: Prentice Hall International.West, R. 1994. Needs Analysis in Language Teaching. Language Teaching, XXVII (1): 1 – 9.

Page 187: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.187-191) 978-602-60766-3-2

187

HUBUNGAN ANTARA READING HABIT DAN READING COMPREHENSIONMAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN TAHUN AJARAN 2015/2016

Sitti Sahriana1) dan Ismail Anas 2)

1)Dosen Jurusan Teknik Mesin dan 2)dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

The research aims to investigate the correlation between the reading habit and the reading comprehension of mechanicalengineering students of Politeknik Negeri Ujung Pandang. Reading as one of the skills in learning English is consideredas important as other skills in mastering English. It is assumed that the data gathered from this study will give insight tothe English lecturers of Politeknik Negeri Ujung Pandang about the reading habit and reading comprehension of thestudents. The participants of the research are D3 mechanical engineering study program students for 2015/2016academic year. The method used is descriptive quantitative. To get the data regarding to the reading habit, a surveyquestionnaire called Adult Survey Reading Attitude (ASRA) from M Cecil Smith (1991) was used with a littlealteration. While data for reading comprehension, a reading text from a book titled Longman Introductory Course for theTOEFL Test: The Paper Test written by Phillips and Deborah (2004) was used. The reading text and the questionnairewere distributed to 49 participants from two classes. The study revealed that there is a positive correlation between thereading habit and the reading comprehension of the students.

Key words: reading habit, reading comprehension

1. PENDAHULUANKedudukan bahasa Inggris di era globalisasi ini semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya

bahasa Inggris sebagai bahasa resmi bisnis antar sesama negara ASEAN sesuai dengan cetak biru ASEANEconomy Community (AEC). Dengan dijadikannya bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi antar sesamanegara ASEAN maka sebagai warga negara salah satu anggota ASEAN, penguasaan bahasa Inggris menjadisuatu hal yang mutlak.

Reading sebagai salah satu skill yang harus dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Inggris tidakdapat dipisahkan dari skill-skill lainnya karena kemampuan siswa pada satu skill akan mendukungkemampuan untuk menguasai skill-skill lainnya. Tanpa menguasai reading skill kemampuan berbahasaseseorang tidak akan berkembang. Lebih lanjut seorang mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuanmembaca yang baik mengingat buku-buku teks pengajaran sekarang umumnya menggunakan bahasa Inggris.Dengan reading seorang mahasiswa dapat memperbanyak perbendaharaan kosa kata bahasa Inggris merekayang pada akhirnya akan sangat membantu mengembangkan kemampuan writing dan speaking mereka.

Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagai salah satu institusi pendidikan sejak tahun 2008 melaluiUPT Bahasa telah secara aktif mengadakan test TOEFL (Test of English as a Foreign Language)predictionbagi mahasiswa baru setiap tahun ajaran dan mahasiswa yang akan lulus dari Politeknik NegeriUjung Pandang. Test TOEFL adalah test bahasa Inggris yang paling umum digunakan untuk mengetahuikemampuan bahasa Inggris seseorang. Test ini terdiri atas 3 section yaitu Listening Comprehension,Structure and Written Expression dan Reading Comprehension. Berdasarkan test TOEFL prediction yangdilakukan oleh mahasiswa program studiD3 Teknik Mesin tahun ajaran 2015/2016, khusus untuk readingcomprehension terbilang rendah dengan persentase jawaban benar hanya sekitar 33,4% dari keseluruhan soalreading comprehension yang berjumlah 50 nomor. Fenomena ini menunjukkan bahwa kemampuan readingmahasiswa program studi D3 Teknik Mesin masih sangat rendah.

Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca mahasiswa selama ini.Reading habit yang kurang pada mahasiswa adalah penyebab utama rendahnya kemampuan membaca siswa.Umumnya mahasiswa gagal dalam tes membaca karena kurang membaca materi-materi berbahasa Inggris.Michael Swan (1975) menyatakan “Some of the reasons for failure in comprehension are connected withdefective reading habit.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kurang kebiasaanmembaca akan menyebabkan rendahnya kemampuan seseorang dalam memahami sebuah teks. Penyebablainnya adalah kebiasaan para siswa yang saat ini lebih memilih untuk melakukan hal lain selain membaca,misalnya bermain games, menonton televisi, dan berkumpul dengan teman. Selain itu membaca juga

1 Korespondensi: [email protected]

Page 188: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.187-191) 978-602-60766-3-2

188

dianggap sebagai kegiatan yang membosankan. Para siswa saat ini jauh lebih memilih untuk bersosialisasimelalui berbagai sosial media dari pada meluangkan waktu untuk membaca.

Kemampuan membaca seseorang sangat dipengaruhi oleh reading habit mereka (Samrotul, 2014).Maka untuk memperkuat pemahaman membaca para siswa sangat perlu untuk memperbaiki reading habitmereka. Manfaat reading habit sangat besar bagi mahasiswa dalam mempelajari bahasa Inggris. Denganmembaca mahasiswa dapat membuka dunia baru dan memperluas perspective mereka. Selain itu kebiasaanmembaca juga akan sangat menolong mahasiswa untuk berbicara dengan penuh percaya diri. Denganmembiasakan membaca sebagai kegiatan rutin akan membantu mahasiswa untuk memahami berbagai teksberbahasa Inggris secara fasih dan tepat. Selain itu dengan mempunyai kebiasaan membaca yang baik akanmembuat seseorang lebih cerdas dan meningkatkan analisa dalam memahami sebuah teks.

Laksmi dalam Samrotul (2014) menyatakan sehubungan dengan tingkat reading habit yang rendah,sebuah program reality show memperlihatkan bahwa masyarakat di Indonesia memiliki reading habit yangrendah. Pada tahun 2003 UNESCO melaksanakan sebuah penelitian, the Program for International StudentAssessments (PISA). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan membaca siswa usia 15 tahun diIndonesia berada pada urutan ke 39 dari 41 negara. Tercatat hanya 37.6 % siswa yang hanya mampumembaca tanpa memahami isi bacaan, dan sekitar 24.8 % siswa yang dapat memahami sebagian dari bacaan.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rendahnya reading habit siswa terkait denganmateri tertulis merupakan salah satu factor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman siswa secarasignifikan.

Memahami pentingnya pengembangan reading skill bagi mahasiswa maka penelitian ini dilakukan.Penelitian ini akan melihat hubungan antara reading habit dengan reading comprehension mahasiswa.Melalui penelitian ini akan diketahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara reading habitmahasiswa dengan reading comprehension mereka. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan readingmahasiswa adalah dengan mengetahui reading habit mahasiswa. Dengan mengetahui reading habit makaakan memudahkan bagi seorang pengajar bahasa Inggris untuk mendesain teknik pengajaran untuk readingskill serta dapat mengetahui berbagai model teks yang akan diberikan kepada mahasiswa. Selain itu melaluipenelitian ini diharapkan dapat memotivasi para pengajar bahasa Inggris Politeknik Negeri Ujung Pandanguntuk mengembangkan reading habit mahasiswa mereka.

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara reading habitdengan reading comprehension mahasiswa jurusan Teknik Mesin tahun ajaran 2015/2016. Sementara itutujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara reading habit dan readingcomprehension mahasiswa jurusan Teknik Mesin tahun ajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini diharapkanmenjadi sumbangan bagi pengembangan pengajaran Bahasa Inggris di lingkungan Politeknik Negeri UjungPandang serta menjadi acuan bagi para pengajar Bahasa Inggris di Politeknik Negeri Ujung Pandang dalammengajarkan materi reading serta mengupayakan penggunaan metode-metode pengajaran reading yangefektif bagi mahasiswa.

Beberapa studi yang sejenis tentang hubungan antara reading habit dengan reading comprehensiondilakukan oleh Muhlise dan Esin (2008). Mreka melakukan penelitian tentang kebiasaan membaca danpandangan umum mahasiswa tentang membaca. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa mahasiswayang menjadi sampel penelitian memiliki sikap positif terhadap membaca dan terlibat secara aktif dalammembaca. Santy dkk. (2011) melakukan penelitian tentang hubungan gaya belajar dan pemahaman membacamahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya belajardengan pemahaman membaca mahasiswa yang menjadi sample dalam studi tersebut.

Selain penelitian di atas, Samrotul (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antarakebiasaan membaca siswa kelas 2 SMA Dua Mei Ciputat tahun akademik 2013/2014. Hasil penelitianmenunjukkan adanya hubungan kuat antara kebiasaan membaca siswa dengan kemampuan pemahamansiswa. Subashini dan Balakrishnan (2013) melakukan penelitian tentang kebiasaan membaca dan bagaimanasikap terhadap membaca mahasiswa Malaysian Polytechnic. Hasil studi menunjukkan bahwa mahasiswa inimenghabiskan waktu yang cukup signifikan untuk mengakses internet, bermain computer atau bermain gamedan aktifitas teknologi lainnya dibandingkan membaca.2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskripsi dipergunakan untukmenggambarkan fenomena-fenomena yang ada baik yang berlangsung saat ini atau yang berlangsung dimasalampau. Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada masalah pengumpulan dan penyusunan data, tetapijuga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Oleh karena itu penelitian deskriptif dapat

Page 189: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.187-191) 978-602-60766-3-2

189

mengambil bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standard anhubungan kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain. Studi ini terdapat dua objek yang diteliti yaitureading habit dan reading comprehension mahasiswa jurusan Teknik Mesin tahun ajaran 2015/2016.Penelitian ini melihat hubungan antara dua objek tersebut terkait dengan pengajaran reading pada jurusanTeknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Studi ini dilakukan selama delapan (8) bulan dimulai pada bulan April hingga bulan Desember 2017.Tempat pelaksanaan adalah Politeknik Negeri Ujung Pandang. Populasi dalam penelitian ini adalahmahasiswa jurusan Teknik Mesin tahun akademik 2015/2016. Adapun sampel adalah mahasiswa programstudi D3 Teknik Mesin jurusan Teknik Mesin sebanyak 49 terdiri atas 2 kelas yang terdiri atas kelas Adengan jumlah mahasiswa sebanyak 25 orang dan kelas B dengan jumlah mahasiswa 24 orang.

Data penelitian diperoleh melalui kuesioner dan test reading comprehension yang merupakaninstrument dalam studi ini. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Adult Survey ofReading Attitudes (ASRA) yang dikembangkan oleh Smith (1991) yang berjumlah 40 item. Jenis skala yangdigunakan adalah skala likert. Pemilihan kuesioner ini berdasarkan alasan bahwa kuesioner ini bersifat umumsehingga dapat digunakan mahasiswa dari jurusan apapun. Selain itu kuesioner ini telah digunakan padaberbagai Negara sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini telah diterima secara mendunia untukmengetahui reading habit seseorang. Instrument lainnya yang digunakan adalah test reading comprehension.Test ini digunakan untuk mendapatkan gambaran kemampuan membaca mahasiswa. Soal test readingcomprehension yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks reading dari buku TOEFL yang berjudulLongman Introductory Course for the TOEFL Test: The Paper Test, dikarang oleh Phillips dan Deborahditerbitkan oleh Pearson Education, Inc pada tahun 2004. Buku ini telah diterbitkan secara luas dan semuateks reading comprehension yang terdapat pada buku tersebut telah valid dan reliable. Jumlah soal yangterdapat pada teks ini yaitu 50 nomor dan merupakan soal multiple choice (pilihan ganda).

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa data penelitian didapatkan melalui pemberiankuesioner Adult Survey Reading Attitude (ASRA) yang dikembangkan oleh Smith (1991) yangmenggunakan Skala Likert dan pemberian test TOEFL khusus untuk reading section. Setelah mahasiswayang menjadi sampel dalam studi ini selesai mengerjakan tes reading maka hasilnya akan diklasifikasikan kedalam lima kategori berdasarkan konversi nilai benar mereka.

Tabel 1 Klasifikasi Skor Test ReadingSkor berdasarkan

nilai konversi jumlah benarKlasifikasi

53 – 67 Very good41 – 52 Good30 – 40 Fair26 -29 Poor21 – 24 Very poor

Setelah hasil kuesioner dan tes reading comprehension setiap responden dalam penelitian inididapatkan maka kedua variable ini akan diolah dengan menggunakan SPSS. Data dari kedua hasilinstrument tersebut diolah untuk mengetahui hubungan antara reading habit dan reading comprehension dankemudian dideskripsikan bagaimana hubungan kedua hal tersebut.3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan klasifikasi skor test reading comprehension mahasiswa berdasarkan nilai konversinyayang telah dibuat oleh peneliti maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Table 2 Klasifikasi berdasarkan nilai konversi

Skorberdasarkan nilai konversi

Klasifikasi Persentase

53 – 67 Very good 4%41 – 52 Good 38%30 – 40 Fair 58%26 – 29 Poor 2%21 – 24 Very poor 0%

Page 190: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.187-191) 978-602-60766-3-2

190

Berdasarkan klasifikasi ini dapat diketahui persentase mahasiswa yang nilai test readingcomprehensionnya tergolong very good (sangat baik), good (baik), fair (cukup), poor (buruk) dan very poor(sangat buruk). Hanya sebanyak 4% atau 2 orang dari total responden yang berada diklasifikasi very gooddengan nilai konversi 54 dan 59. Persentase terendah terdapat pada klasifikasi very poor (0%) dimana tidaksatu responden pun yang berada pada kategori tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tidak satupun mahasiswayang nilai benarnya di bawah 10. Jumlah responden yang masuk ke kategori Good sebanyak 18 orang atausekitar 38% dari total keseluruhan mahasiswa. Pada kategori Fair tercatat 58% dari keseluruhan jumlahresponden pada studi ini. Berdasarkan score konversi untuk kategori Fair yaitu 30 – 40, diketahui bahwajumlah benar test reading mahasiswa pada kategori ini berkisar antara 11 hingga 21. Tercatat hanya 1 orangresponden (2%) yang masuk kategori Poor dengan jumlah nilai benarnya hanya 10.

Pernyataan-pernyataan pada kuesioner ASRA ini berfokus pada apa yang dirasakan oleh orang-orangyang mengisi kuesioner ini tentang reading. Jika dilihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat padakuesioner ini maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner ini dibuat untuk memperlihatkan reading habit yangkurang baik. Beberapa pernyataan yang menunjukkan reading habit yang buruk berikut.

There are better ways to learn new things than by reading a book. / Adabanyak hal yang lebih baik untuk mempelajari sesuatu yang baru dari pada

membaca sebuah buku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative PercentValid 1,00 1 2,0 2,0 2,0

2,00 9 18,4 18,4 20,43,00 22 44,9 44,9 65,34,00 17 34,7 34,7 100,0Total 49 100,0 100,0

Pada pernyataan di atas mahasiswa yang menjadi sampel pada studi ini meyakini bahwa jauh lebihmudah bagi mereka untuk mempelajari hal baru melalui cara lain selain membaca. Ini terbukti denganpersentase mahasiswa yang memilih agree (44,9%) dan strongly agree (34%) untuk pernyataan tersebut. Halini menunjukkan bahwa mereka lebih memilih cara lain untuk mempelajari atau memahami suatu hal barudari pada harus membaca tentang hal baru tersebut.

Reading is one of my favorire activities. / Membaca adalah salah satukegiatan favorit saya.

Frequency Percent Valid PercentCumulative

PercentValid 1,00 6 12,2 12,2 12,2

2,00 30 61,2 61,2 73,53,00 10 20,4 20,4 93,94,00 3 6,1 6,1 100,0Total 49 100,0 100,0

Pernyataan nomor 13 menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjadi responden pada penelitian inimenyatakan bahwa membaca bukan kegiatan favorit mereka. Tercatat sebagian besar mahasiswa yaitusebanyak 30 orang (61,2%) menyatakan disagree atas pernyataan tersebut. Dapat disimpulkan bahwakegiatan lain seperti bermain games, menonton, atau bermain computer jauh lebih diminati oleh mahasiswa.

Dari hasil olah data diketahui bahwa hubungan antara reading habit dan reading comprehensionmahasiswa yang menjadi responden pada studi ini adalah berkorelasi positif walaupun hubungan keduavariable sangat lemah. Hubungan antara nilai reading comprehension dan hasil kuesioner dikatakan sangatlemah sebagaimana ditunjukkan oleh nilai korelasi sebesar 0.235. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikansiyaitu 0.103, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sarwono (2017) bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari0.05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Sehubungan dengan penelitian ini maka diketahui bahwa kemampuan reading comprehensionmahasiswa program D3 Teknik Mesin tahun ajaran 2015/2016 dan kebiasaan membaca mereka berhubungansecara positif namun korelasi antara keduanya sangat lemah. Hubungan yang sangat lemah ini ditunjukkan

Page 191: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.187-191) 978-602-60766-3-2

191

oleh hasil score reading habit terhadap score reading comprehension untuk setiap kategori yang telahditentukan sebelumnya. Data menunjukkan bahwa terdapat sejumlah responden yang nilai readingcomprehensionnya tinggi namun hasil kuesionernya rendah demikian juga sebaliknya. Ini berarti kebiasaanmembaca tidak terlalu menentukan kemampuan membaca mahasiswa program studi D3 Teknik Mesin tahunajaran 2015/2016.

CorrelationsNilai reading

comprehensiontotal jawaban

respondenNilai reading comprehension Pearson Correlation 1 ,235

Sig. (2-tailed) ,103

total jawaban responden Pearson Correlation ,235 1Sig. (2-tailed) ,103

4. KESIMPULANPenelitian yang berjudul hubungan antara reading habit dan reading comprehension mahasiswa teknik

mesin tahun ajaran 2015/2016 dilakukan untuk melihat hubungan antara kedua hal tersebut. Respondenadalah mahasiswa program d3 teknik mesin jurusan teknik mesin tahun ajaran 2015/2016. Terdapat duainstrument yang digunakan dalam studi ini yaitu teks reading comprehension dan kuesioner reading habitAdult Survey Reading Attitude (ASRA) yang dikembangkan oleh Smith (1991). Hasil yang didapatkanadalah terdapat hubungan positif antara kemampuan membaca dan kebiasaan membaca responden. Walaupunsaling berhubungan secara positif namun hubungan tersebut sangat lemah.

5. DAFTAR PUSTAKAAnnamalai, Subashini dan Balakrishnan Muniandy. 2014. Reading Habit and Attitude among Malaysian Polytechnic

Students. International Online Journal of Educational Sciences, ISSN: 1309-2707.Dallman, Martha et al. 1982. The Teaching of Reading Sixth Edition. New York: Holt Rinehart and Winston.Heilman, Arthur W. et al. 1981. Principle and Practices of Teaching Fifth Edition. Ohio: Charles E. Merril Publishing

Company.Muawanah, Samrotul. 2015. The Relationship Between Students’ Reading habit and Their Reading Comprehension.Sangkaeo, S. 1999. Reading Habit Promotion in Asian Libraries. Paper presented at 65th IFLA Council and General

Council and General Conference, Bangkok, Thailand, 1999.Shen, L. 2006. Computer Technology and College Students’ rRading Habits. Chia-Nan Annual Bulletin.Tarigan, Henry Guntur. 1995. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Page 192: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.192-196) 978-602-60766-3-2

192

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BAGIMAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI DI MAKASSAR

Tamrin1) , Afdaliah2), Syamsinar3)

1),2)Dosen Bahasa Inggris Politeknik Negeri Ujung Pandang3)Dosen Bahasa Inggris Politeknik Negeri Ujung Pandang

3Dosen Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

Speaking ability of accounting students is weak. This research aims at producing instructional model to increasespeaking ability at good users level (IELTS version) for accounting students at higher educatios in Makassar. Themethod used was Research and Development (R&D) which consists of ten steps where in this research has been done upuntil five steps. Descriptive-quantitative analytical using statistical tool to measure the achievement was Analysis ofVariance (ANOVA).The findings were that limited post-test 1 with score 59, 64, limited post-test 2 with score 73, 43and limited post-test 3 with score 81,00 showed that the instructional model of speaking ability by using basicaccounting topics significantly influenced towards the increase of English speaking ability of students. Syntax consistsof before speaking: (1) activation stage, (2) engagement stage: speaking English (3) consolidation stage, (4) afterspeaking English: Evaluation stage. This model will be widely assessed in the coming steps. (wider assessment step,validation and dissemination for accounting students at higher eductions in Makassar will be proposed to be conductedin the second year).

Key words: Instruction model, English speaking ability, good users

1. PENDAHULUANKemampuan berbahasa Inggris (speaking) mahasiswa jurusan akuntansi lemah. Hal ini diindikasikan

oleh data pada UPT Bahasa PNUP (2012) yang menunjukkan bahwa lama angkatan tahun 2009/2010 nilairerata TOEFL dari sebelas program studi yang ada termasuk akuntansi adalah bahwa mahasiswa hanyamampu memperoleh skor rata-rata 450.Nilai skor 450 menunjukkan kemampuan bahasa Inggris yangbelum memadai menurut standar TOEFL internasional dengan perolehan skor tertinggi 669 (Sharpe:1997). Meskipun perolehan skor TOEFL tidak secara keseluruhan mewakili kemampuan berbahasa Inggris(speaking) mahasiswa, kelemahan ini mendesak ditingkatkan sejalan dengan upaya pembangunan manusiadan daya saing bangsa dalam era global seiring dengan era ASEAN Economic Community (MasyarakatEkonomi ASEAN/MEA) seperti sekarang. Upaya ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Tinggi seperti yangtertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi bab satu,pasal tiga, ayat b yaitu: bahwa tujuan Pendidikan Tinggi adalah “Menghasilkan lulusan yang menguasaibidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang dipelajari serta mampu mengaplikasikan dalam peningkatan dayasaing bangsa” (Depdiknas, 2012). Antara lain upaya peningkatannya adalah mengembangkan modelpembelajaran berbahasa Inggris berbasis topik-topik akuntansi dasar pada jurusan akuntansi perguruan tinggidi Makassar dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan speaking mahasiswa pada level good user (versiIELTS dengan band 7). Good user: has operational effective command of the language, though withoccasional inaccuracies, inappropriacies and misunderstandings. Generally handles complexlanguage well and understands detailed reasoning)

Agar rancangan model pembelajaran yang dihasilkan efektif untuk meningkatkan kemampuanspeaking mahasiswa pada level good user, sejumlah teori, prinsip, dan penelitian relevan terdahulu jadirujukan. Pertama, Dewey dalam Joyce and Weil (1992: 4) mengungkapkan bahwa “the core of the process ofteaching is the arrangement of environments within which the students can interact.” Pernyataan yang samadiungkapkan oleh Tyler (1949: 11) bahwa “Education is an active process. It involves the active efforts of theleaner himself.” penelitian secara ekstensif yang dilakukan oleh Brinton, Snow, and Wesche (Brown, 2001:49) Content-based classrooms may yield an increase in intrinsic motivation and empowerment, sincestudents are focused on subject matter that is important to their lives. Karena itu, menciptakan interaksiantara penutur dan topik dalam pembelajaran berbahasa Inggris dengan menggunakan topik-topik akuntansidasar agar mahasiswa terlibat aktif bertransaksi (to deal) secara sepenuh hati hal-hal yang menarik mereka

1 Korespondensi: [email protected]

Page 193: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.192-196) 978-602-60766-3-2

193

untuk belajar secara khusus bagaimana bertindak dalam aktivitas pembelajaran tersebut secara efektif, adalahesensial (Tyler, 1949: 11). Kedua, Secara teori belajar adalah penting mengasimilasikan kedua komponenpenutur dan komponen topik tuturan karena dengan demikian, dari sudut pandang teori belajar socialconstructivism (Vygosky, 1978: 86) akan tercipta konteks yang disebut sebagai Zone of ProximalDevelopment atau ZPD, yaitu, the distance between the real level of development yang dipandang sebagai“topic text-based” berupa semua bantuan yang melekat pada topic-text tuturan yang diniati agar penuturdapat terdorong berpaut dalam berbagai proses sedangkan the potential level of development dipandangsebagai jarak satu level antara kemampuan sebenarnya mahasiswa dengan satu level lebih tinggi darikemampuan pemecahan masalah secara independent oleh mahasiswa yang disebut “learner-based” danmembutuhkan bantuan bimbingan, support orang dewasa, atau a more competent peers, untukmencapai/meningkat satu level (Wertsch, 1985). Ketiga, pada sisi dimensi karakteristik mahasiswa sebagaipembelajar remaja (adolescent) yang mempunyai latar belakang pengetahuan, pengalaman dan minat tidakberasimilasi dengan topic/materi speaking yang disajikan. Sementara pada sisi mahasiswa dengankarakteristik yang cenderung lebih tertarik belajar bahasa Inggris dan lebih terlibat dengan materi-materi,artikel yang relevan dengan content-specific materials yang berkaitan dengan program studi yang sedangmereka tekuni. (Pearson et al., 2010:47). Language learning is learning to communicate, Effectivecommunication is sought, meaning is paramount adalah antara lain karakteristik pengajaran bahasakomunikatif menurut Fincchiaro and Brumfit (Brown, 2001: 45) .

Merujuk kepada sejumlah teori, prinsip dan hasil penelitian di atas, Penelitian ini bertujuan untukmenghasilkan suatu produk inovatif berupa model pembelajaran berbahasa Inggris (speaking) berbasis topik-topik akuntansi dasar yang berkontribusi efektif terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Inggris levelgood users mahasiswa akuntansi, dilihat dari sudut: tujuan dan perencanaan, materi tuturan, implementasitiga tahap: sebelum speaking, selama speaking, setelah speaking/evaluasi. Model ini langsung menggunakanmateri teks dengan topik-topik dasar akuntansi yang secara fundamental berbeda dari speaking umum dankarya sastra.

Berpijak kepada Model Dunkin dan Biddle (1974), model pembelajaran berbahasa Inggris berbasistopik-topik akuntansi dasar dikonstruksi dengan melibatkan empat komponen yang saling berpengaruh.Keempat komponen tersebut adalah presage, konteks, proses dan produk. Komponen Produk (tujuan) yangterdiri atas student growth dan student effect terlebih dahulu diposisikan untuk disasar. Komponen Prosesmelalui pentahapan micro period of teaching yaitu: tahap sebelum speaking. Tahap ini mempersiapkanlearners with opportunities for meaningful communicative behavior about basic accounting topics –information and ideas – sehingga terjadi transaksi (Rivers dalam Shumin: 2005). Disusul tahap selamaspeaking.

Untuk mencapai tujuan level good user pembelajar juga dibekali strategic competence. “Strategiccompetence refers to the ability to know when and how to take the floor, how to keep a conversation going,how to terminate the conversation, and how to clear up communication breakdown as well as comprehensionproblems” (Shumin, 2005: 208). dan setelah speaking, pembelajaran berbahasa Inggris berbasis topic-topikteks akuntansi dasar diterapkan. Pembelajaran berbahasa Inggris berbasis topik-topik teks akuntansi dasarpada setiap tahap dimodifikasi (tahap aktivasi, interaksi/engagement, konsolidasi, dan evaluasi) berdasarkanhasil studi pendahuluan dan studi literatur seperti yang dipaparkan pada sub-bagian penyusunan draf awalmodel pembelajaran Nuansa akademik terkait pengetahuan spesifik bidang keahlian akuntansi ikut mewarnaikomponen konteks diambil dari buku setingkat introductory yaitu Accounting Principles yang ditulis olehWeigandt, Kieso, dan Kimmel (2005). Komponen presage adalah komponen yang terlebih dahulu dibenahisebelum masuk ke proses, antara lain dosennya berkualifikasi S2 dan/atau S2 plus, pengalaman mengajarspeaking. Mempunyai pengetahuan terkait bidang studi yang diajarkan pada level introductory. sepertiIntroduction to Accounting kalau mengajar di program studi akuntansi. Pengetahuan pengantar yang bersifatumum ini diperlukan untuk membantu dosen menghindari salah paham.

2. METODEUntuk tahun pertama, subyek penelitian adalah mahasiswa jurusan akuntansi PNUP program

diploma tiga kelas 1a sebanyak 23 orang dan S1 terapan kelas 1c sebanyak 25 orang semester genap tahunakademik 2016/2017 sebanyak total 48 orang untuk uji-coba tahap pendahuluan skala terbatas.. MetodeResearch and Development (R&D) adalah metode penelitian untuk menghasilkan produk tertentu danmenguji efektivitas produk tersebut (Gall et al.,2003: 569). Metode ini terdiri atas sepuluh tahap (lima tahaptahun pertama dan lima tahap tahun kedua seperti yang digambarkan pada gambar1 berikut.

Page 194: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.192-196) 978-602-60766-3-2

194

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tahap 8 Tahap 7 Tahap 6 Tahap 5

Tahap 9 Tahap 10Gambar 1: Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development (R&D)

3. HASIL DAN PEMBAHASANDari perspektif praktik pembelajaran, Studi Pendahuluan yang terdiri atas observasi partisipatif di

kelas, wawancara dosen dan mahasiswa, mengisi kuesioner oleh dosen dan mahasiswa, dan telaah dokumenprihal kondisi praktik pembelajaran berbahasa Inggris (speaking) berbasis topik-topik akuntansi dasarmembaca teks di kelas-kelas jurusan akuntansi perguruan tinggi di Makassar dengan hasil sebagaimanadipaparkan di atas, secara singkat dapat diiktisarkan sebagai berikut: Praktik pembelajaran berbahasa Inggrisberbasis topik-topik akuntansi dasar yang secara spesifik dilihat dari sudut: tujuan dan perencanaanpembelajaran, materi-topik, implementasi dari tiga tahap: sebelum speaking, selama speaking dan setelahspeaking serta evaluasi pembelajaran, yang berlangsung selama ini belum efektif dan tidak sejalan denganmodel dan prinsip pembelajaran berbahasa Inggris berbasis topik-topik akuntansi dasar, faktor-faktor yangberpotensi membuat mahasiswa menjadi penutur good users belum secara maksimal dilaksanakan.

Berdasarkan iktisar temuan studi pendahuluan di atas, dikembangkan suatu model pembelajaranberbahasa Inggris yang efektif berbasis topik-topik akuntansi dasar untuk meningkatkan kemampuanspeaking good users mahasiswa jurusan akuntansi. Merujuk ke kajian teoritis, konsep, dan prinsip-prinsipmodel pembelajaran berbahasa Inggris berupa: tujuan pembelajaran, materi dengan topik-topik akuntansidasar, strategi, metode, evaluasi, dibuat rancangan hipotetik model pembelajaran. Rancangan hipotetik modelpembelajaran tersebut selanjutnya diuji-cobakan dalam skala terbatas sebanyak tiga kali dan hasilnya dapatdilihat seperti pada gambar berikut.

Survei/pengumpulan datapermasalahan

PerencanaanPengembangandraf awalproduk

Uji -cobalapangan tahappendahuluan

Revisipenyempurnaanhasil uji -coba

Pengujianlapanganlebih luas

Revisipenyempurnaanhasil uji -cobalebih luas

Uji-cobalapangan secaraoperasional

Revisiprodukakhir

Diseminasi danimplementasi

SELAMA Speaking (30 menit) :Tahap Engagement: Memvariasikan aktivitas pembelajaran denganmembuat berinteraksi mahasiswa dengan topik teks, mahasiswa denganmahasiswa atas dasar topik teks serta dengan strategic competence.

SELAMA speaking (20 menit) :Tahap konsolidasi: 1.Mengonsolidasi pemahaman dengan menulis

ringkasan secara individu dan 2. Mengkonsolidasi kemampuan speakingdengani diskusi.

SEBELUM Speaking (20 menit) :Tahap Aktivasi: 1. Menentukan tujuan dengan pertanyaan: how to speakcommunicatively to learn effectively 2. Menggiatkan pengetahuan awaldengan : (a) identifikasi struktur teks dengan strategi . (b) dan bimbinganmenerapkan providing guided (proses memahami kata, kalimat, paragraf)

Page 195: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.192-196) 978-602-60766-3-2

195

Gambar 2: Draf Revisi Model Pembelajaran final tentative

Analisa Kuantitatif-Deskriptif Hasil Uji-Coba TerbatasMengacu kepada data mentah hasil uji terbatas yang telah diolah dan hasilnya menunjukkan bahwa

model pembelajaran berbicara berbasis topik-topik akuntansi dasar berpengaruh signifikan terhadappeningkatan kemampuan berbahasa Inggris komunikatif mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari perkembanganperolehan nilai post-test satu sampai pada post-test ketiga, dimana perolehan skor post-test 2 mengalamipeningkatan jika dibandingkan dengan post-test 1 sebelumnya, yakni dari 59,64 post-test 1 menjadi 73,43post-test 2, dan 81,00 post-test 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 3. Mean dari uji-coba terbatas Model Pembelajaran efektif dalam Meningkatkan Kemampuanspeaking komunikatif Mahasiswa

Nilai rata-rata (mean) dari setiap uji-coba mengalami peningkatan dari uji sebelumnya. Hal iniseiring dengan peningkatan nilai minimum dan maksimum pada post-test 1, post-test 2 dan post-test 3.

4. KESIMPULANKesimpulan yang dapat ditarik disini adalah berdasarkan analisa kuantitatif-deskriptif dengan

menggunakan Analisa Varian (ANOVA) untuk mengukur hasil capaian diketahui bahwa hasil uji-cobaterbatas 1 dengan skor 59, 64, uji-terbatas 2 dengan skor 73,43 dan uji-coba terbatas 3 dengan skor 81,00.Dengan demikian, model pembelajaran speaking berbasis topik-topik akuntansi dasar secara meyakinkantelah menunjukkan efektifitasnya yang nyata. Sintaks model adalah sebelum speaking: tahap aktivasi, selamaspeaking (1): tahap engagement, selama speaking (2) tahap konsolidasi melalui peer-work, group discussiondan (3) evaluasi dengan rekaman video. Untuk lebih meyakinkan bahwa model ini dapat diandalkan sebagaimodel pembelajaran dalam mengajarkan speaking pada mata kuliah bahasa Inggris. Selanjutnya model iniakan diuji secara lebih luas. (Uji lebih luas, uji coba lapangan secara operasional dan diseminasimodel/produksi massal akan diusulkan untuk dilaksanakan pada tahun kedua).

5. DAFTAR PUSTAKA

Brown, D.H. (2001). Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy (Second ed.) New York:Pearson Education Company.

59,64

73,4381,00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

Post-test 1 Post-test 2 Post-test 3

Mean

SETELAH speaking (20 menit) :Tahap Evaluasi: Mengecek pemahaman mahasiswa melalui self-assessment atau group assessment melalui rekaman video.

Page 196: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.192-196) 978-602-60766-3-2

196

Dunkin, M.J. dan Biddle, B.J (1974).The Study of Teaching. New York: Holt Rinehart and Winston.Depdiknas. (2012). Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta:Depdiknas R.I.Gall, M.D,. Gall, Joyce P. dan Borg WR. (2003).Educational Research: An Introduction.(seventh ed.), United States

of America: Pearson Education Inc.Joyce, B dan Weil, M. (1992).Models of Teaching. (fourth ed.). Needham Heights Massachussetts: Allyn & Bacon.Pearson, D. at al. (2010). Capitalizing on Context: Curriculum Integration in Career and Technical Education. A Join

Report of the NRCCTE Curriculum Integration Workgroup. National Research Center for Career and TechnicalEducation. Louisville KY: University of Louisville.

Shumin, K. (2005). Factors to consider: Developing adult EFL Students’ Speaking Abilities, in Methodology inLanguage Teaching, New York: Cambridge University Press.

Tyler, R.. W. (1949) Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University of Chicago Press.Texas Reading Initiative (2002) Research-Based Content Area Reading Instruction (online revised ed), Texas: Texas

Education Agency.UPT. Bahasa (2015) Data Hasil TOEFL Mahasiswa. Makassar: PNUP.Vygotsky, L.S (1978). Mind in Society, The Development of Higher Psycholoical Processes. Harvard Cambridge, MA:

Harvard University Press.Weigandt, Kieso, dan Kimmel. (2005). Accounting Principles (the 7th edition). Wiley: United States of America.Wertsch, J.v. (1985). Vygostsky and the Social Formation of Mind. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Page 197: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

197

KAJIAN MODEL ANALISIS BELANJA DALAM KEWAJARAN ANGGARAN(STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WAJO)

Tawakkal1) dan Rasyidah Nadir2)

1), 2)Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujungpandang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan model Analisis Standar Belanja (ASB) pada pemerintahdaerah kabupaten Wajo. Analisis standar belanja merupakan suatu instrumen untuk penilaian kewajaran atas beban kerjadan biaya terhadap suatu kegiatan yang diselenggarakan pemerintah daerah. Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data sekunder yang bersumber pada Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun 2017 dari seluruh SKPD padapemerintah daerah setempat, dan data Standar Satuan Harga berdasarkan Peraturan Daerah (Perda). Metode analisis datamenggunakan analisis standar belanja dengan pendekatan model regresi linear. Model ASB dilakukan melalui tigatahapan penyusunan yaitu tahap pengumpulan data, tahap penyetaraan kegiatan, dan tahap pembentukan model. Metodepenelitian dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian kepustakaan (library research) danpenelitian lapangan (field research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ASB untuk kegiatan BimbinganTeknis Peraturan Perundang-undangan adalah Y = 67.918.040,067 + (1.050.726,470 x Jumlah Orang x Jumlah Hari).Adapun besaran belanja rata-rata sebesar Rp 263.820.152,972 belanja maksimum sebesar Rp 506.655.260,1 dan belanjaminimum sebesar 20.985.047,89. Tingkat kewajaran atas anggaran belanja Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Wajo pada tahun anggaran 2017 adalah sebanyak 27 anggarankegiatan pada SKPD termasuk dalam kisaran wajar, sedangkan 7 kegiatan termasuk dalam kisaran tidak wajar(overfinance) dan 2 kegiatan lainnya dalam kisaran underfinance yaitu anggaran yang digunakan berada di atas batasmaksimum dan di bawah batas minimum belanja pada ASB kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi PeraturanPerundang-undangan.

Kata kunci: Analisis Standar Belanja, Daftar Pelaksanaan Anggaran, Regresi Linear.

PENDAHULUANSistem penganggaran merupakan tahapan penting dalam proses perencanaan dan penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sistem penganggaran yang diterapkan telah melaluiperubahan yaitu perubahan terhadap aspek struktur APBD, perubahan proses penyusunan anggaran, danpenggunaan sistem anggaran kinerja (performance budgeting) dalam sistem perencanaan anggaran daerahyang sebelumnya menggunakan sistem penganggaran tradisional,

Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunanprogram dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program. Anggarandengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerjaoutput (Mardiasmo,2009). Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai denganperumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program yangdiusulkan, mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program, sertapenentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telahditetapkan.

Anggaran dengan pendekatan prestasi kerja merupakan suatu sistem anggaran yang mengutamakanhasil kerja dan output dari setiap program dan kegiatan yang direncanakan. Penyusunan anggaranberdasarkan prestasi kerja pada dasarnya dilakukan sejak pemerintah daerah mengajukan Kebijakan UmumAPBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) harus ditentukan secara tegas mengenaibesaran hasil dan outputnya. Namun, penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja akan terlihat secaraoperasional pada saat SKPD mengajukan RKA-SKPD. Untuk mengimplementasikan anggaran berdasarkanprestasi kerja, pemerintah daerah perlu melengkapi instrumen seperti capaian kinerja, indikator kinerja,analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.

Istilah Analisis Standar Belanja (ASB) diperkenalkan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004tentang Pemerintah Daerah. Analisis Standar Belanja (ASB) mempunyai maksud dan istilah yang samadengan Standar Analisa Belanja (SAB). Selanjutnya, peraturan perundang-undangan yang mendasari ASByaitu Peraturan pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang dijabarkan lebih

1 Korespondensi penulis: [email protected]

Page 198: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

198

lanjut dalam Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Dearah. Dalamregulasi-regulasi tersebut disebutkan bahwa ASB merupakan salah satu instrumen pokok dalampenganggaran berbasis kinerja. Namun, ASB yang diamanatkan dalam regulasi-regulasi tersebut belummenunjukkan secara riil dan operasional tentang ASB sehingga ASB menjadi sesuatu yang abstrak bagipemerintah daerah di Indonesia.

Ketidakadaan wujud ASB secara riil pada pemerintah daerah menimbulkan berbagai macam masalahdalam penyusunan APBD. Masalah klasik dalam penyusunan APBD diantaranya penentuan anggarandilakukan secara incremental yaitu penentuan besaran anggaran hanya dengan menambah atau mengurangijumlah rupiah pada item-item anggaran yang telah ada sebelumnya dengan menggunakan data-data tahunsebelumnya sebagai dasar dan tidak ada kajian yang mendalam terhadap data anggaran tersebut, penentuananggaran dipengaruhi oleh ‘NAMA’ kegiatan dan oleh ‘SIAPA’ yang mengajukan anggaran (Ritonga,2010).

Penelitian terdahulu yang mengkaji penerapan ASB belum banyak dilakukan sementara pemerintahdaerah dalam mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja perlu melengkapi instrumen analisis standarbelanja dalam penyusunan anggaran. Penelitian mengenai evaluasi, implementasi model ASB telah dilakukanoleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Putra (2012) mengevaluasi penganggaran daerah dengan analisisASB di Kabupaten Ngawi, penelitian Fatikhah (2013) membuat model ASB pemerintah kota Batu, danpenelitian Amaliah (2015) membuat model ASB pada pemerintah kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kajian analisis standar belanja pemerintah kota Batu(Fatikhah, 2012) yang menunjukkan bahwa penggunaan ASB pada pemerintah kota Batu dapat menentukankewajaran belanja, meminimalisasi terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang mengakibatkan inefisiensianggaran, meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan daerah, menentukan anggaranberdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas, dan unit kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untukmenentukan anggarannya sendiri.

Putra (2012) dalam penelitiannya mengenai Evaluasi Penganggaran Keuangan Daerah denganAnalisis Standar Belanja Tahun anggaran 2010 (studi kasus: Badan Perencanaan Pembangunan Daerahkabupaten Ngawi) menghasilkan model regresi linier sederhana dengan ASB, menghitung nilai minimum danmaksimum anggaran belanja, serta menghitung prosentase alokasi belanja pada masing-masing objek belanja.Berdasarkan prosentase alokasi belanja diketahui bahwa kegiatan koordinasi di Badan PerencanaanPembangunan kabupaten Ngawi, diketahui 40% pelaksanaan anggaran keuangannya dalam kondisiunderfinance, 20% wajar dan 40% overfinance.

Oktaria (2012) dalam penelitiannya mengenai analisis kendala-kendala penerapan ASB (Studi kasuspada kabupaten Katingan-Kalimantan Tengah) menunjukkan hasil bahwa analisis standar belanja yang telahdisusun ternyata sudah tidak relevan lagi untuk dipergunakan dalam praktek penganggaran di kabupatenKatingan. Hal ini terlihat dari uji-t berpasangan (paired sample t-test) yang dilakukan mendapatkan bahwatidak terdapat perbedaan antara anggaran yang dihitung tanpa dan dengan menggunakan ASB. Faktor yangmenyebabkan hal itu antara lain adalah karena perubahan kebijakan belanja yang terjadi di tahun anggaranberikutnya yang tidak dapat diakomodir oleh ASB yang telah ada. Selain itu juga perilaku anggaran dikabupaten Katingan dinilai masih belum mampu menerapkan anggaran berbasis kinerja. Oleh sebab itu,selain diperlukan revisi terhadap rumusan ASB yang ada, juga diperlukan perubahan perilaku anggaran yangmendukung terciptanya anggaran berbasis kinerja.

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa kebutuhan anggaran berdasarkan pengembangananalisis standar belanja dari dua belas jenis kegiatan bimbingan teknis kabupaten Kuningan tahun anggaran2008 terjadi overfinancing yang tidak cukup signifikan. Namun jika dilihat dari objek belanja terdapatketidakwajaran pengalokasian anggaran biaya pada rincian belanja dari beberapa kegiatan di setiap satuankerja perangkat daerah. Komponen belanja yang dimaksud adalah belanja honorarium non PNS, belanjamaterial, belanja makanan dan minuman, dan belanja perjalanan dinas. Seluruh rincian belanja tersebutditemukan adanya inefisiensi alokasi anggaran, penetapan volume beban kerja yang tidak efektif, sertaadanya alokasi anggaran yang tidak sesuai dengan penetapan standar harga (Narulita, 2009)

Atas dasar penelitian terdahulu maka peneliti melakukan penelitian mengenai kajian pembuatanmodel analisis standar belanja pada beberapa kegiatan yang sama di SKPD pemerintah daerah kabupatenWajo tahun anggaran 2017. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penetapan modelASB peneliti akan membuat model analisis standar belanja pada beberapa kegiatan dan menggunakan tahunanggaran berjalan pada pemerintah daerah kabupaten. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaranapakah beberapa kegiatan yang sama pada SKPD di pemerintah daerah kabupaten Wajo telah memenuhi

Page 199: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

199

kewajaran anggaran belanja, dan pengalokasian anggaran yang telah dilakukan memenuhi tingkat ekonomis,efisien dan efektif sehingga anggaran berbasis kinerja yang diharapkan dapat diimplementasikan dikabupaten Wajo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penetapan belanja dan pengalokasian anggaran padasetiap unit kerja secara ekonomis, efisien dan efektif (value for money), akuntabel, dan transparan agar dapatdijadikan acuan untuk menilai keadilan dan kewajaran anggaran belanja antar kegiatan/program yang sama diSKPD sehingga akan dibentuk suatu model kajian Analisis Standar Belanja yang sesuai dengan karakteristikpelaksanaan kegiatan/program di pemerintah daerah kabupaten Wajo.

Penyusunan ASB sangat penting dilakukan pada pemerintah daerah termasuk pemerintah daerahkabupaten wajo karena dalam penganggaran keuangan daerah sering ditemukan berbagai masalah yaitu: (1)kesulitan untuk menilai kewajaran beban kerja atas suatu kegiatan sejenis antar program/kegiatan dan antarSKPD; (2) dalam proses penyusunan dan penentuan anggaran menjadi suatu hal yang bersifat subjektif; (3)adanya ketidakadilan dalam mengalokasikan besaran anggaran untuk dua atau lebih kegiatan yang sama; (4)aparat pemerintah daerah tidak memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan pemborosan, dan (5)proses penyusunan anggaran sering kali tertunda dan membutuhkan waktu yang lama. Hal-hal tersebutmenjadikan konsep ASB sangat penting diterapkan dalam pemerintah daerah.

Konsep ASB masih sangat jarang diterapkan pada pemerintah daerah provinsi, kota, dan kabupatendi seluruh Indonesia karena masih sangat sedikit referensi yang mengacu pada konsep ASB sehingga masihbanyak daerah yang belum mengetahui proses penyusunan ASB. Penelitian-penelitian yang terkait ASB jugamasih jarang dilakukan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengkajipenerapan model Analisis Standar Belanja (ASB) pada beberapa kegiatan/program yang sama di SKPDPemerintah Kabupaten Wajo. Pemilihan pemerintah daerah kabupaten wajo karena Pemerintah daerah inicukup berhasil dalam pengelolaan keuangan daerah dan berkomitmen untuk melaksanakan penganggaranberbasis kinerja. Namun, penerapan konsep ASB dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja belumdigunakan, Instrumen yang digunakan dalam penyusunan anggaran pada pemerintah daearah kabupatenWajo hanya menggunakan standar harga satuan dan standar biaya umum. Hal ini mengakibatkan sulitnyamenilai kewajaran beban kerja dan biaya suatu kegiatan. Padahal kabupaten Wajo merupakan salah satudaerah dengan tingkat perekonomian yang cukup tinggi dibandingkan beberapa kabupaten/kota di provinsiSulawesi Selatan tentunya kabupaten Wajo memiliki alokasi anggaran yang cukup besar. Tahun 2016, tingkatrealisasi APBD untuk pendapatan dan belanja masing-masing sebesar Rp 1.405.390.779.189 dan Rp1.539.352.459.951, jumlah ini tentunya akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehingga sangatpenting buat peneliti mengkaji suatu model Analisis Standar Belanja yang sesuai dengan karakteristikpelaksanaan kegiatan/program di pemerintah kabupaten Wajo untuk menilai kewajaran anggaran yangdigunakan dalam kegiatan maupun program.

Target temuan dalam penelitian ini adalah memberikan kontribusi dalam bentuk pembuatan modelanalisis standar belanja pada pemerintah daerah kabupaten Wajo. Model analisis standar belanja olehpemerintah daerah setempat dapat digunakan pada proses penyusunan APBD sebagai suatu instrumen dalammenilai kewajaran anggaran beberapa kegiatan yang sama pada setiap SKPD, dan diharapkan dengan modelanalisis belanja yang akan dibuat dapat dijadikan suatu acuan dalam kebijakan penyusunan anggaranpemerintah daerah kabupaten Wajo.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus.Penelitian dilakukan pada pemerintah daerah kabupaten Wajo. Jenis data yang digunakan adalah datasekunder berupa Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun 2017 dari keseluruhan SKPD padapemerintah daerah kabupaten Wajo, serta data Standar Satuan Harga. Metode pengumpulan data diperolehmelalui observasi secara langsung untuk memperoleh informasi tentang penyusunan anggaran belanja padamasing-masing SKPD dan bagaimana bagian keuangan mendapat laporan dari seluruh SKPD secara tepatwaktu, melalui wawancara pada bagian perencanaan dan keuangan untuk memperoleh keterangan tentangpenentuan anggaran yang ada dalam dokumen RKA dan DPA, dan melalui dokumentasi yaitu denganmemperoleh data sekunder RKA/DPA dan Standar Satuan Harga.

Penyusunan analisis standar belanja dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data,tahap penyetaraan kegiatan, dan tahap pembentukan model. Pada tahap pengumpulan data, kegiatan darisemua data SKPD harus dikumpulkan secara bersama untuk memperoleh gambaran awal atas berbagai jeniskegiatan yang terjadi pada pemerintah daerah. Semua data (populasi) SKPD harus dilibatkan semuanyasehingga dapat memenuhi kerangka konseptual penyusunan ASB yaitu asumsi demokrasi. Data yangdikumpulkan pada tahap ini adalah DPA.

Page 200: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

200

Tahap kedua merupakan tahap penyetaraan kegiatan dilakukan untuk menggolongkan daftar berbagaikegiatan yang diperoleh dari tahap pengumpulan data ke dalam jenis atau kategori kegiatan yang memilikikemiripan pola kegiatan dan bobot kerja yang sepadan. Artinya, kegiatan yang bobot pekerjaannya samamaka akan dikelompokkan pada golongan atau kelompok yang sama. Tahapan ini dilakukan untukmemenuhi kerangka konseptual yang pertama, yaitu penyusunan ASB harus berdasarkan prinsip anggaranberbasis kinerja.

Tahap ketiga merupakan tahap pembentukan model, model yang dibentuk untuk memperolehgambaran nilai belanja dan alokasi yang terjadi di pemerintah daerah. Strategi kegiatan penelitian initergambar dari ketiga mekanisme tahapan pembentukan model analisis standar belanja seperti terlihat dalamfishbone diagram berikut:

Gambar 3.1: fishbone diagram penelitianMODEL PENELITIAN

Gambar 2.1 Peta Jalan PenelitianHASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Penyusunan ASB melalui beberapa tahap, tahapan pertama dimulai dengan mengumpulkan datasekunder Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD tahun anggaran 2016 dan tahun anggaran 2017 berupakegiatan eksisting pemerintah daerah yang disesuaikan dengan data kegiatan Permendagri No. 13 Tahun2006 Pemerintah Kabupaten Wajo di 53 (lima puluh tiga) SKPD yang terdiri dari 29 dinas, 7 badan, 2sekretariat, 1 inspektorat, dan 14 kecamatan. Dari 53 SKPD diidentifikasi setiap kegiatan tentang input danoutputnya. Selanjutnya menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dibuatkan Analisis Standar Belanja (ASB)yaitu beberapa kegiatan yang terbanyak dianggarkan oleh SKPD dengan input kegiatan yang jelas danterukur. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya aparatur pada SKPD dipemerintah kabupaten Wajo.

Page 201: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

201

Masing-masing kegiatan tersebut dikelompokkan dan dikumpulkan dalam kegiatan yang sejenis yangdiselenggarakan di tahun anggaran berjalan 2017 yang memiliki kesamaan output dan cost drivernyamenjadi satu kelompok ASB, lalu diberikan penamaan kelompok ASB tersebut. Adapun tahap penyusunanASB sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan dataTahapan pertama penyusunan ASB adalah mengumpulkan data sekunder berupa DPA SKPD tahun 2017,data SKPD yang ada sebanyak 53 (lima puluh tiga) sesuai dengan jumlah SKPD yang ada di pemerintahkabupaten Wajo. Data SKPD kemudian diidentifikasi input dan pengendali belanja (cost driver) dari masing-masing kegiatan. Selanjutnya menentukan kegiatan-kegiatan yang ada akan dibuat ASB, yaitu dari beberapakegiatan yang memiliki input dan pengendali belanja kegiatan yang jelas dan terukur.

1. Tahap penyetaraan kegiatanTahap penyetaraan kegiatan dilaksanakan setelah tahapan pengumpulan data ke dalam kategori kegiatan yangmemiliki pola kegiatan dan bobot kerja yang setara. Kegiatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalahKegiatan Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan, kegiatan ini pada SKPD pemerintah kabupatenWajo hampir diadakan di semua SKPD dan memiliki anggaran yang bervariasi antara satu SKPD denganSKPD lainnya. Pemicu dari kegiatan ini adalah jumlah orang/pegawai yang mengikuti kegiatan Bimtek danjumlah hari pelaksanaan. Kegiatan tersebut dianggarkan oleh 36 (tiga puluh enam) SKPD dari 53 (lima puluhtiga) SKPD.Jumlah seluruh anggaran kegiatan Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan sebesar Rp9.497.525.507 dengan jumlah pemicu/pengendali belanja peserta dan hari adalah 1244 orang/hari. Kegiatandengan jumlah alokasi anggaran paling besar adalah kegiatan Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan yang dilaksanakan oleh Sekretariat DPRD sejumlah Rp 966.507.000 dengan pengendali belanja328 orang/hari. Adapun kegiatan dengan alokasi anggaran terendah adalah kegiatan Bimbingan TeknisPeraturan Perundang-undangan dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dengan jumlah anggaran Rp 15.000.000dan jumlah pengendali belanja 9 orang/hari

2. Tahap pembentukan modelPada tahap pembentukan model ASB meliputi penentuan nilai belanja tetap, belanja variabel, dan penentuanpengendali belanja dari tiap-tiap jenis kegiatan dengan menggunakan regresi linear dengan bantuan aplikasiSPSS. Setelah itu dilakukan perhitungan batas minimum belanja, batas maksimum belanja, perhitungan rata-rata belanja, dan persentase perhitungan alokasi. Hubungan antara SKPD, Kegiatan, Anggaran, danPengendali Belanja pada Kegiatan Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan terdapat dalamlampiran. Berdasarkan data anggaran belanja dan pengendali belanja, maka dibuat suatu model pengujiankoefisien regresi kegiatan Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan. Hasil pengujian regresi linearkegiatan Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan pada Tabel 5.1, tabel 5.2, dan tabel 5.3.

Tabel 5.1. Model SummaryModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate1 .777a .604 .593 154988553.7057a. Predictors: (Constant), COST DRIVER

Tabel 5.2. ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1247181745580912130.000 1 1247181745580912130.000 51.919 .000b

Residual 816729360512584700.000 34 24021451779781900.000

Total 2063911106093496830.000 35

a. Dependent Variable: TOTALANGGARANb. Predictors: (Constant), COSTDRIVER

Tabel 5.3. Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1(Constant) 67918040.067 37502511.373 1.811 .079

COSTDRIVER 1050726.470 145822.462 .777 7.206 .000a. Dependent Variable: TOTALANGGARAN

Hasil output nilai R Square = 0,604 atau 60,4 % dengan Sig.- 0,00 dan linear, dapat disimpulkanbahwa variabel jumlah orang dan jumlah hari (pengendali belanja) sebagai variabel independen dalampenelitian secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu total anggaran. Hal ini berarti

Page 202: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

202

adanya kenaikan jumlah peserta (orang) dan hari pelaksanaan akan mempengaruhi kenaikan anggaran. Jikadimasukkan ke dalam formula ASB maka didapatkan:Y = a + bXY = 67.918.040,067 + 1.050.726,470 (X)Keterangan:Y= Belanja Total (Rupiah)X= Pengendali Belanja (Jumlah Peserta x Jumlah Hari)Model ASB dapat pula dijelaskan sebagai berikut:Belanja Total = 67.918.040,067 + (1.050.726,470 x Jumlah Orang x Jumlah Hari).

Model ASB untuk kegiatan Bimbingan teknis peraturan perundang-undangan yang telah terbentukdapat digunakan untuk menentukan belanja rata-rata. Atas dasar hasil perhitungan besaran belanja rata-rata,maka dapat ditentukan nilai batas belanja minimum dan batas belanja maksimum masing-masing sebesar Rp263.820.152,972, hasil tersebut menandakan bahwa anggaran belanja suatu kegiatan bimbingan teknisperaturan perundang-undangan sebaiknya tidak di bawah nilai batas belanja minimum Rp 20.985.047,89maupun di atas nilai maksimum Rp 506.655.260,1. Nilai batas belanja minimum dan batas belanjamaksimum yang didasarkan pada model ASB dapat digunakan sebagai acuan dalam menilai kewajaran darianggaran yang diajukan setiap SKPD dan dapat juga dijadikan acuan untuk penentuan realisasi anggaran.

Tahapan selanjutnya adalah perhitungan persentase alokasi, baik untuk alokasi rata-rata, alokasi batasatas, dan alokasi batas bawah. Alokasi merupakan proporsi sebuah obyek belanja dalam suatu kegiatan. Rata-rata adalah proporsi rata-rata dari obyek belanja tersebut untuk seluruh SKPD di Pemerintah Kabupaten Wajo.Batas bawah adalah proporsi terendah dari obyek yang bersangkutan sedangkan batas atas adalah proporsitertinggi dari obyek tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam tabelpendokumentasian/pembentukan ASB, ditemukan bahwa belanja bimbingan teknis memiliki alokasi belanjarata-rata tertinggi (76,72%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar kegiatan bimbingan teknis peraturanimplementasi perundang-undangan mengganggarkan obyek belanja ini dengan jumlah yang cukup tinggi.Untuk alokasi batas bawah, selain Belanja bimbingan teknis semua obyek belanja memiliki presentasealokasi batas bawah sebesar 0%. Hal ini berarti obyek belanja tersebut tidak bisa dianggarkan apabilladibutuhkan dalam kegiatan Bimtek. Obyek belanja dengan alokasi dengan alokasi rata-rata terendah adalahBelanja honor, hal ini karena tidak semua kegiatan menganggarkan obyek belanja ini. Adapun alokasibelanja perjalanan dinas dengan rata-rata (22,47%), alokasi belanja ini tidak semua dianggarkan oleh SKPDyang mengadakan kegiatan bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan,

Pendokumentasian/pembentukan ASB merupakan tahapan akhir dalam penyusunan ASB. Tahapan inimendesain format Asb agan dapat memberikan pengendali/pemicu belanja sekaligus memberikanfleksibilitas kepada penggunanya. Pengendali belanja ditunjukkan dengan adanya formula untuk menentukanpagu total belanja suatu kegiatan berdasarkan target kinerja tertentu dan jumlah macam obyek belanja yangdiperkenankan. Adapun fleksibilitas ditunjukkan dengan adanya batas atas dan batas bawah dalammenentuka besaran obyek belanja. Model ASB untuk Kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi PeraturanPerundang-undangan ditunjukkan Tabel ASB-01 Bimbingan Teknis Peraturan Perundang-undangan(Lampiran).

Penilaian kewajaran anggaran belanja dilakukan dengan menggunakan nilai belanja minimum danbelanja maksimum. Apakah anggaran kegiatan tersebut masuk dalam kategori wajar maupun dalam kategoriunderfinance atau overfinance. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 19,44% (7 kegiatan) memiliki anggaranyang masuk dalam kategori overfinance, 5,56% atau sebanyak 2 (dua) kegiatan termasuk dalam kategoriunderfinance, sedangkan sisanya sebanyak 75% atau sebanyak 27 kegiatan adalah wajar. Kondisi ini cukupbaik yang berarti pemerintah kabupaten Wajo telah melaksanakan penganggaran dengan baik. Adapun untukanggaran kegiatan dengan kategori overfinance juga masih terbilang wajar. Hal ini karena kegiatanbimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan memiliki pengendali belanja yang jauh lebihbesar dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya di SKPD yang berbeda. Sedangkan pada kegiatan termasukdalam kategori overfinance disebabkan karena nilai belanja perjalanan dinas dan belanja bimbingan teknisyang dianggarkan lebih tinggi dari batas atas alokasi obyek belanja yang didasarkan pada model ASB yangdibuat. Hal ini harus segera diatasi oleh Pemerintah kabupaten Wajo, khususnya SKPD Dinas Perhubungandan Sekretariat DPRD karena dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya pemborosan anggaran danmengurangi tingkat efisiensi dan efektivitas kinerja SKPD dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan teknisimplementasi peraturan perundang-undangan.

Page 203: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

203

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Amaliah (2015) dengan judul Model Analisis Standar Belanja(ASB) dan Kewajaran Anggaran di Pemerintah Kabupaten Bulukumba, menunjukkan hasil bahwa modelASB kegiatan sosialisasi/penyuluhan/pelatihan yang dihasilkan adalah Y = 8.637.625,793+202.423,465X,Model ASB kegiatan penyusunsn pelaporan SKPD yang dihasilkan adalah Y=3.259.976,529+7.330.594,92X,model ASB kegiatan pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan yang dihasilkan adalahY=1.323.155,218+14.346.823,36X, dari 143 kegiatan untuk 3 (tiga) kelompok ASB hanya 8 (delapan)kegiatan yang overfinance (5,56%) dan 1 (satu) kegiatan yang underfinance (0,69%). Selebihnya 134kegiatan (93,75%) anggarannya wajar. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Putra (2012) dengan judulEvaluasi Penganggaran Keuangan Daerah dengan Analisis Standar Belanja (ASB) Tahun Anggaran 2010(Studi Kasus: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngawi). Hasil penelitiaan menunjukkanASB untuk anggaran belanja kegiatan forum komunikasi atau koordinasi Bappeda Kabupaten Ngawi adalahY=9.417.170,19+203.298,09X. Berdasarkan persentase alokasi belanja diketahui bahwa terdapat 40%kegiatan yang pelaksanaan anggaran keuangannya dalam kondisi underfinance, 20% dalam kondisi wajar,dan 40% dalam kondisi overfinance.KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasi dan pembahasan yang telah maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:Model ASB untuk kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan adalah Y =67.918.040,067 + (1.050.726,470 x Jumlah Orang x Jumlah Hari). Adapun masing-masing jumlah belanjarata-rata, belanja maksimum, dan belanja minimum untuk kegiatan ini adalah Rp 263.820.152,972, Rp506.655.260,1, dan Rp 20.985.047,89.Tingkat kewajaran anggaran belanja kegiatan Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Wajo pada tahun anggaran 2017 adalah 27 kegiatantermasuk dalam kisaran wajar, sejumlah 7 kegiatan dalam kisaran tidak wajar (overfinance), dan 2 kegiatandalam kisaran tidak wajar (underfinance).

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka saran yang diberikan peneliti yaitu, 1) Bagipemerintah kabupaten Wajo, sebaiknya menggunakan analisis standar belanja dalam proses penganggaranuntuk menilai tingkat kewajaran besaran anggaran, hal ini diperlukan untuk menghindari kemungkinanoverfinance yang dapat membebani anggaran maupun underfinance yang dapat menyebabkan kegiatan yangdilaksanakan tidak dapat berjalan maksimal karena kurangnya anggaran. 2) bagi peneliti selanjutnyasebaiknya membuat dan mengkaji kewajaran kegiatan yang lain seperti kegiatan pengadaaan bahan materialdan pengadaan penyusunan laporan.DAFTAR PUSTAKAAmaliah, A.N. 2015. Model Analisis Standar Belanja (ASB) dan Kewajaran Anggaran di Pemerintah KabupatenBulukumba. Tesis. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.Fadilah, Sri. 2009. “Activity Based Costing (ABC) sebagai Pendekatan Baru Untuk Menghitung Analisis Standar

Belanja (ASB) dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)”. Jurnal Telaah dan RisetAkuntansi, 2(1), Hal 54-78.

Fatikhah, D.N. 2012. Kajian Analisis Standar Belanja Pemerintah Kota Batu. Skripsi. Malang: Fakultas EkonomiUniversitas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Jakarta: UPP STIM YKPNMardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDIMurtin, Alek. 2013. Optimalisasi Peran Analisis Standar Belanja dalam Penyusunan Anggaran Belanja SKPD di

Kabupaten Lingga. Makalah Seminar. Kabupaten Lingga: Pemda Kabupaten Lingga.Narulita, Sari. 2011. Penerapan Konsep Analisa Standar Belanja pada Penyusunan Anggaran Kegiatan Bimbingan

Teknis di Kabupaten Kuningan. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.Oktaria, Benny. 2012. Analisis Kendala-Kendala Penerapan Analisis Standar Belanja (ASB) (Studi Kasus pada

Kabupaten Katingan – Kalimantan Tengah). Tesis. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UniversitasGadjah Mada.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 2006.Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah tahun 2015.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Permendagri No.13 Tahun2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan DaerahPeraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Page 204: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.197-204) 978-602-60766-3-2

204

Putra, Rahadiyan Prasana. 2012. Evaluasi Penganggaran Keuangan Daerah dengan Analisis Standar Belanja (ASB)Tahun Anggaran 2010. Tesis pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelag Maret: Tidak diterbitkan

Ritonga, Irwan Taufiq. 2010. Analisis Standar Belanja: Konsep, Metode Pengembangan, dan Implementasi diPemerintah Daerah. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

Suwitoadi, Achyuni. 2016. Implementasi ASB pada Penganggaran Daerah (RKA-SKPD). Materi PelatihanPenganggaran Berbasis Value for Money (Kinerja). Yogyakarta: Program Magister Ekonomika PembangunanFEB UGM.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah DaerahUndang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah DaerahYanse, Kardias. 2016. Konsep dan Implementasi Analisis Standar Belanja (ASB) dalam Perencanaan Anggaran Daerah.

Materi Pelatihan Penganggaran Berbasis Value for Money (Kinerja). Yogyakarta: Program Magister EkonomikaPembangunan FEB UGM.

Lampiran

Descriptive StatisticsN Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TOTAL ANGGARAN 36 15000000.0 966507000.0 263820152.972 242835106.0813COST DRIVER 36 8.0 812.0 186.444 179.6558

ASB-01 BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANDeskripsi:

Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan merupakan kegiatan untukmemberikan bimbingan kepada para pegawai di lingkungan satuan kerja perangkat daerahberdasarkan implementasi peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan tupoksipegaawi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan keahlian teknis untuk masalah-masalahyang sifatnya operasional yang menjadi kebutuhan utama pada setiap lingkup SKPD.

Pengendali Belanja (Cost Driver)

Jumlah Orang dan Jumlah Hari

Satuan Pengendali Belanja Tetap (Fixed Cost)

= Rp 67.918.040,067 per kegiatan

Satuan Pengendali Belanja Variabel (Variable Cost)

= Rp 1.050.726,470 per kegiatan

Formula Perhitungan Belanja Total

Belanja Tetap + Belanja Variabel

= Rp 67.918.040,067 + (Rp 1.050.726,470 x Jumlah Orang x Jumlah Hari)

Alokasi Objek Belanja ASB-01

Obyek Belanja Jumlah Mean(%)

PerhitunganAlokasi (%)

BatasAtas(%)

BatasBawah

(%)Belanja Perjalanan Dinas Rp 2.134.197.300 22,47 0,21 0,66 0,00Belanja Bimbingan Teknis Rp 7.286.178.207 76,72 0,71 2,24 0,00Belanja Honor Rp 23.150.000 0,24 0,22 0,01 0,00Jumlah Rp 9.497.525.507 99,43 2,91 0,00

Page 205: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.205-209) 978-602-60766-3-2

205

PERAN MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DIWILAYAH PEGUNUNGAN TENGGER

(Studi Kasus Di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang)

Yayuk Yuliati1) Mas Ayu Ambayoen2)

1),2) Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

ABSTRACT

The laws of Republik Indonesia No. 23 in 1997, paragraph 1 and 2 about natural resources management, naturalresources management is integrated efforts to sustaibability environment function wich includes : environment policy,utilization, development, maintenance, restoration, monitoring, and control. The aims of this research is : to discribe therole of social capital in natural resources management. This research be implemented in the Ngadas Village,Poncokusumo Sub district, Malang District, East Java. The key informants of this research is opinion leaders, includesformal and non-formal leaders. A method of data collection was carried out by in-depth interviews, observation anddocumentation. The data were processed using descriptive analysis. The results show that: social capital, expeciallytrust and local wisdom plays a role in the natural resources management.Keyword : natural resources, role, social capital, local wisdom

1. PENDAHULUANSecara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan

hidup di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitas dari waktu ke waktu. Dilihat darikeberagamannya penurunan kualitas dan kuantitas dapat terjadi kapan saja. Pengelolaan sumberdaya alamdan lingkungan dalam UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dalam pasal 1 ayat2 yang berbunyi pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkunganhidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan sumberdaya alam mencakup sumberdaya alamhayati maupun non hayati dan sumberdaya buatan. Menurut Mawardi (2007), Pengelolaan sumberdaya alamdan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan krisispangan, air, energi dan lingkungan.

Sumberdaya alam di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitas dari waktu kewaktu. Misalnya Agroekosistem Lahan Kering di Jawa, sejak 2-3 abad yang lalu telah menjadi bagian darisejarah buram pengelolaan system pertanian menetap di pedesaan Jawa (de Graaf dan Pigeaud, 2001,Lombart, 2000; Thijsse, 1982; Geertz, 1983). Meskipun pemerintah telah melakukan beberapa upayaperbaikan pengelolaan bagian hulu DAS, tetapi hasilnya dinilai masih jauh dari harapan. Pembangunanpertanian/ pedesaan yang mengutamakan pendekatan sustainability berfocus pada kedaulatan masyarakatsetempat untuk mengelola sumberdaya alam yang ada dengan kearifan lokal yang dimiliki. Hal ini sesuaidengan pendapat Kostov dan Lingrad (2001), bahwa penguatan modal social dapat dinilai sebagaipendekatan baru yang sangat penting. Apabila pembangunan pedesaan tidak disertai dengan partisipasimasyarakat, penguatan lembaga dan organisasi, serta pemberdayaan ekonomi maka pembangunan yangdilakukan oleh pemerintah akan sia-sia (Sajogyo, 1974; Tjondronegoro, 1977; dan Mubyarto, 2002).

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : mendiskripsikan peran modal sosial(trust dan kearifan lokal) masyarakat Tengger dalam pengelolaan sumberdaya alam.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Jawa Timur,

dengan pertimbangan bahwa desa-desa tersebut mempunyai tingkat degradasi lahan cukup tinggi. Penelitianini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tidak terstrukturatau wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Wawancara mendalam (indepth interview) bersifatopen-ended dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan tidak secara formal terstruktur, gunamenggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar

1 Korespondensi Penulis: Yayuk Yuliati, email: [email protected]

Page 206: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.205-209) 978-602-60766-3-2

206

bagi penelitian lebih jauh. Setelah data terkumpul, maka data diananlisis dengan menggunakan teknis analisisdeskriptif kualitatif (Milles dan Huberman, 1992).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN3. 1. Keadaan Fisik dan Pengelolaan Lahan Pertanian

Desa Ngadas terletak pada dataran tinggi Tengger terletak pada ketinggian kurang lebih 1.800 meterdengan suhu antara 8-20 C. Berdasarkan peta tanah Taman Nasional - Bromo Tengger Semeru formasikawasan Pegunungan Tengger merupakan hasil gunung api kuarter muda sampai kuarter tua. Sedangkanjenis tanah berdasarkan peta tanah Tinjau Propinsi Jawa Timur tahun 1966 adalah regosol dan andosol.Bahan jenis tanah ini adalah abu dan pasir vulkanis intermedier sampai basis dengan sifat permeabilitassangat rapat dan lapisan teratas sangat peka terhadap erosi. Warna tanah mulai dari kelabu, coklat, coklatkekuning-kuningan sampai putih.

Seperti kebanyakan daerah vulkanik, kawasan Pegunungan Tengger mempunyai tata-air yang radikal,sehingga pada saat musim kemarau air permukaan sulit diperoleh dan bahkan tidak ada sama sekali. Hal inidisebabkan karena semua air yang menggenang di permukaan tanah selama musim hujan cepat hilangmenembus ke dalam lapisan tanah yang lebih bawah. Air tanah yang ada merupakan air hujan yangmerembes melalui sebaran batu gunung, bergerak masuk ke dalam lapisan batuan di bawah lapisan batuanlempung yang kedap air. Walaupun pada musim hujan, sungai yang berada di daerah batuan gunung apitidak akan kering tetapi pada musim kemarau tiba, maka seluruh permukaan yang terdiri dari sebaran batulempung yang terbuka, dan daerah rembesan air yang tidak terlalu terlindungi oleh vegetasi (hutan) akancepat menjadi kering dan mata air yang ada debitnya akan menurun.Untuk wilayah Ngadas, yang merupakandaerah enclave kawasan hutan meskipun musim kemarau mereka masih bisa membudidayakan tanamankentang..

Luas wilayah Desa Ngadas adalah 395 Ha dengan ketinggian 2150 mdpl. Penggunaan lahan terbesar diDesa Ngadas adalah tegal yaitu 348 Ha atau 88, 10%. Penggunaan lahan di Desa Ngadas ditanami tanamansayur-sayuran seperti kentang, kubis, dan daun bawang. Pada saat ini yang dominan ditanam petani adalahkentang dengan varietas granola kembang. Akhir-akhir ini petani sangat diuntungkan dengan harga kentangyang cukup stabil, yaitu Rp. 8.000,- sampai dengan Rp. 12.000,- per Kg, sehingga mempertahankankomoditas ini. Dalam waktu satu tahun kentang bisa diusahakan sebanyak tiga kali.

Menurut informan jenis teras yang diaplikasikan petani di Desa Ngadas mempunyai kelebihan jikadibandingkan dengan jenis teras yang diperkenalkan oleh tenaga penyuluh. Teras yang mereka pergunakanlebih mampu menahan erosi dan mencegah sedimentasi pada saluran air. Selain itu bidang olah relatif lebihluas. Tanaman penguat teras yang tampak dalam pengamatan adalah gabungan antara tanaman tahunan yaitucemara (cemara gunung) dan rumput. Rumput ini juga bermanfaat sebagai pakan ternak.

3. 2. Peran Modal Sosial Masyarakat Tengger dalam Pengelolaan Sumberdaya AlamMenurut Putnam (1993), modal sosial merupakan pondasi dasar dari komunitas yang terdiri dari : trust

(saling percaya), nilai/ norma, dan jaringan kerja (networking). Dengan modal sosial ini segala permasalahnyang mereka hadapi akan dapat diselesaikan. Berikut penjelasan bagimana keterkaitan antara masing-masingunsur-unsur modal sosial (trust dan nilai/ norma) dengan pengelolaan sumber daya alam di Desa Ngadas.

Trust atau saling percaya adalah harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran dan perilaku kooperatifyang muncul dari dalam sebuah komunitas berdasarkan norma-norma yang ada (Fukuyama, 2002).Sementara menurut Putnam (2002) trust atau kepercayaan atau saling percaya adalah suatu keadaan dimanaorang mau mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya karena adanya keyakinan bahwa oranglain akan melalukan sesuatu yang diharapkan dan akan selalu bertindak saling mendukung, dan paling tidakyang lain tidak merugikan dirinya atau kelompoknya.

Ada beberapa bentuk trust di Masyarakat Tengger. Antara lain, trust mengenai batas kepemilikan lahan.Batas kepemilikan lahan pertanian sudah disepakati, sehingga tidak pernah terjadi konflik mengenai batastanah milik diantara mereka. Batas lahan milik seseorang dengan orang lain biasanya ditandai dengantanaman pohon cemara. Selain itu, trust juga dapat dilihat dari keberadaan “rumah kebun”. Meskipun“rumah kebun” tidak pernah dikunci mereka tidak pernah mengalami kehilangan sarana produksi, dan hasilpanen yang ditaruh di sana.. Ini menunjukan bahwa diantara mereka ada rasa saling percaya yang sangattinggi. Trust juga dapat dilihat dari fenomena pinjam meminjam diantara mereka. Apabila seseorangmembutuhkan uang untuk tambahan modal usahatani, dan mereka tidak bisa memenuhinya maka tidak

Page 207: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.205-209) 978-602-60766-3-2

207

segan-segan mereka melakukan peminjaman uang kepada teman/ tetangga atau saudaranya tanpa proseduryang rumit seperti kalau mereka melakukan peminjaman pada lembaga keuangan resmi. Orang yangmeminjamkan uang menaruh kepercayaan yang tinggi bahwa orang yang dipinjami bisa dipercaya dan tidakmungkin melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom merupakan semua bentuk pengetahuan, keyakinan(kepercayaan), pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusiadalam kehidupan dalam komoditas ekologi. Gobyah (2003) dalam Pramita, et. al (2013) menyatakan bahwakearifan lokal memiliki pengertian sebagai kebenaran yang telah menjadi tradisi atau ajeg dalam suatudaerah. Jadi, dapat dipahami bahwa kearifan lokal pada suatu masyarakat dapat dipahami sebagai nilai yangdianggap baik dan benar yang berlangsung secara turun-temurun dan dilaksanakan oleh masyarakat yangbersangkutan sebagai akibat dari adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Dalam pengelolaanlahan pertanian ada semacam nilai atau norma yang oleh masyarakat Tengger masih ditaati sampai sekarang.Tanah, bagi masyrakat Tengger merupakan titipan nenek moyang yang harus dijaga, oleh karena itu tidakboleh ada pengalihan hak kepada orang lain, kalau terpaksa hanya kepada para kerabat. Mereka jugaberanggapan bahwa apabila sampai tanah di desanya menjadi milik orang luar itu sama artinya merekadijajah oleh orang lain (Yuliati, 2011). Oleh karena itu mereka menjaga betul agar jangan sampai tanahmilik dialih-hakkan atau dijual, terutama kepada pihak luar keluarga atau orang dari luar desa. Normasemacam itu masih ditaati oleh masyarakat Tengger yang berada di desa penelitian.

Dari aspek konservasi, pengelolaan lahan pertanian di Desa Ngadas belum maksimal. Bertani di lahanyang curam belum diimbangi dengan pembuatan teras yang sesuai dengan kaidah konservasi (modern).Meskipun demikian, erosi atau longsor di lahan petani belum pernah terjadi. Mereka mempunyaipengetahuan lokal dalam mengatasi kendala alam, terutama terkait dengan kemiringan lahan. Kemiringanlahan yang mencapai lebih dari 45o tentu memerlukan teknik pengolahan lahan tersendiri. Bentukpengetahuan lokal yang telah diwariskan turun temurun adalah teknik mengolah tanah (pembuatan teras) danjuga teknik dalam melakukan kegiatan penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan. Jenis terasering yangdipergunakan adalah teras gulud. Jenis teras yang dipergunakan telah sejak lama dan diwariskan dari gerenasike generasi (gambar 1)

Gambar 1 : Penampang melintang dan kemiringan Lahan Pertanian di Desa Ngadas

Page 208: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.205-209) 978-602-60766-3-2

208

Gambar 2 : Lahan pertanian di Desa NgadasSelamatan yang berhubungan dengan alam atau pertanian disebut leliwet. Leliwet adalah upacara yang

diselenggarakan oleh seseorang, khususnya bagi orang yang akan memulai penanaman atau sebaliknya, yaitujika akan panen. Acara leliwet ini biasanya sering dilakukan bersama dengan upacara Pujan Karo. Adapuntujuan dari upacara leliwet ini adalah memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari kerusakan atau roh-rohjahat. Selain itu hasil tanamannya diharapkan akan tumbuh subur dan melimpah. Jika upacara leliwet inidilakukan setelah panen, maka yang dimaksudkan adalah sebagai ucapan syukur atas hasil pertanian yangdihasilkan kepada Tuhan. Di Ngadas selamatan leliwet ini dikenal dengan nama wiwitan. Kearifan lokaljuga ditunjukkan dengan perilaku pemilihan benih kentang. Pembelian benih hanya dilakukan setiap limakali musim tanam, karena petani dapat menyisihkan sebagian hasil panen sebagai benih untuk musim tanamberikutnya. Biasanya petani memilih tanaman yang tumbuh lebih bagus, tanaman ini kemudian diberi tanda.Menjelang saatnya panen, petani memanen terlebih dahulu tanaman yang diberi tanda tersebut. Benih yangberasal dari panenan sendiri ini tidak ditanam di lokasi yang sama. Berdasarkan pengalaman petani, akanlebih baik hasilnya apabila ditanam di lokasi yang berbeda. Sehingga petani menjalankan rotasi benih.Dengan mematuhi aturan ini petani dalam satu kali panen bisa menghasilkan kentang 5-7 ton per Ha. Apabilaharga jual rata-rata per Kg kentang Rp. 10.000,- maka dalam satu kali musim tanam mereka memperolehpendapatan kotor sebesar Rp. 10.000.000,-.

Selain lahan pertanian, hutan juga merupakan sumber pangan bagi manusia dan hewan ternak, sertasumber energy bagi masyarakat pinggiran hutan, termasuk Desa Ngadas. Jenis tanaman yang bermanfaat dandapat diakses oleh masyarakat Desa Ngadas dari hutan antara lain : jamur, tanaman obat-obatan, dan kayu-kayuan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan bahan bangunan Tanaman obat-obatan yang tumbuhliar di Desa Ngadas adalah Tanaman Adas, yang sangat bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit batuk..Dalam hal penebangan pohon yang ada aturan-aturan (baik formal maupun non formal) yang harus ditaatioleh masyarakat Ngadas.

Nilai gotong royong dalam pengelolaan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari jugamasih dipertahankan. Jika ada saluran air yang rusak, atau memasang saluran air yang baru dilakukandengan cara gotong-royong. Demikian pula bergotong royong dalam penanaman atau pemeliharaan tanamankayu-kayuan yang ada di sekitar mata air yang letaknya di hutan untuk menghindari terjadinya matinyasumber air tersebut.dilakukan secara rutin.

4. KESIMPULAN1). Nilai trust antar individu dalam komunitas (cohesiveness) sangat tinggi Demikian pula antar individu

atau kelompok di luar komunitas (desa terdekat) meskipun tidak sekuat seperti di dalam komunitas.Kearifan lokal (nilai, norma) dalam pengelolaan sumberdaya alam baik di lahan pertanian, maupun

di hutan masih ditemukan pada masyarakat Desa Ngadas. Ritul tertentu pada saat akan melakukan tahapawal bertani masih dilakukan. Tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan pertanian, gotongroyong dalam memperbaiki saluran pembuangan air di lahan pertanian dan pengelolaan air untukkeperluan domestic masih dilaksanakan. Selain gotong royong/ tolong menolong dalam mengelolasumberdaya alam, pengetahuan yang didapat dari orang tua dalam rangka konservasi lahan pertanian danmempertahankan produktifitas tanaman masih dilaksanakan. Norma-norma yang mengatur pelaksanaankegiatan usahatani dan penebangan pohon di hutan juga masih ditaati.

Page 209: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.205-209) 978-602-60766-3-2

209

2). Peran modal sosial Masyarakat Tengger sangat tinggi dalam pengelolaan sumberdaya alam di DesaNgadas.

5. DAFTAR PUSTAKA

Graaf. H. J. and Th. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa : Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XIV.Cetakan IV (Edisi Revisi). PT. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta

Lombart, D. 2000. Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Mantra, Ida Bagoes, 2000. Langkah-langkah Penelitian Survey : Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta :Badan Penerbit Fakultas Geografi – UGM, Cetakan Kedua.

Miles, Matthew B., and A. Michael Huberman 1992. Analisa Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-metodeBaru. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Pramita, N. H., Indriyani, S., & Hakim, L. (2013). Etnobotani Upacara Kasada Masyarakat Tengger, Di Desa Ngadas,Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, 1(2),52–61. Di akses pada tanggal 24 Maret 2017

Tdijsse. JP. 1982. Apakah Jawa akan Menjadi Padang Pasir? Dalam Sajogyo (ed) Ekologi Pedesaan : Sebuah BungaRampai. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta

Tjondronegoro, SDP. 1977. The Organization Phenomenon and Planned Development in Rural Communities of Java : ACase Study of Cibadak District, Wes Java and Kendal District Central Java. Disertasi. University of Indonesia.(republished). Jakarta

White, Benyamin, NF 1991 . Economic Deversification and Agrarian Change in Rural Java 1900 – 1990 PP 41 - 49 .Alexander, Paul, Boomgard, Peter and White, Benyamin (eds) 1992. In the shadow of Agriculture : Non FarmActivitis in Javanisse Economy, Past and Present. Royal Tropical Institut, Amsterdam

Yuliati, Yayuk, 2014. Gender Dan Lingkungan : Model Pemberdayaan Perempuan Tani Di Kawasan Hutan. PenerbitDanarjaya.

Page 210: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.210-215) 978-602-60766-3-2

210

PENGARUH KEADILAN PERSEPSIAN, KOMITMEN, JOB RELEVANT INFORMATIONDAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA MANAJEMENR DALAM

PENGANGARAN PARTISIPATIF

Rastina1) , Dedy Abidin2)

1),2) Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

This study aims at social factors in the form of perceptual justice, motivational in the form of commitment, cognitive inthe form of Job Relevant Information and job satisfaction influence the performance of managers in participativebudgeting so that later research is used to test the integrative model in budget participation on managerial performance.This study was conducted with a sample of both managers of service companies and manufacturing companies in thecity of Makassar Research procedures that have been done is data retrieval and the process of descriptive data and hasnot done though the data. The data show that the questionnaire used has met the valid and reliable data quality. Theresults of regression analysis of this study indicate that budget participation affects commitment to objectives anddistributive justice. Budgetary participation is also able to positively and significantly affect Job Relevant Information(JRI). In addition, budget participation is also able to significantly influence job satisfaction and work commitment.Keywords: motivational, cognitive and performance

1. PENDAHULUANAnggaran merupakan unsur penting dari perencanaan keuangan untuk masa depan dalam mencapai

tujuan perusahaan. Anggaran dapat digunakan untuk pengambilan keputusan, misalnya berhubungan denganbesarnya perkiraan pendapatan yang akan diterima dan besarnya biaya yang harus ditanggung perusahaan.Disamping itu, anggaran dapat digunakan sebagai dasar dalam menggunakan sumber keuangan perusahaandan dapat digunakan untuk memotivasi bawahan (subordinate) dalam berprestasi. Salah satu upaya atasan(superior) memotivasi subordinate dalam meningkatkan kinerja yaitu dengan cara melibatkan mereka untukberpartisipasi dalam menyusun anggaran (budget). Anggaran partisipatif memiliki banyak aspek perilakuyang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan serta kinerja manajer, karena melibatkan berbagai tingkatmanajer untuk membuat keputusan anggaran. Keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran dapatmeningkatkan komitmen manajer untuk menjalankan anggaran yang sudah disusunnya.

Anggaran partisipatif memiliki banyak aspek perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusanserta kinerja manajer, karena melibatkan berbagai tingkat manajer untuk membuat keputusan anggaran.Keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran dapat meningkatkan komitmen manajer untukmenjalankan anggaran yang sudah disusunnya. Pengaruh motivasional sudah banyak diteliti yang hasilnyamasih berbeda-beda. Hasil yang berbeda terjadi karena faktor yang diteliti adalah perilaku manusia, sedangpsikologis masing-masing individu berbeda dan unik, sehingga pengaruh perilaku manusia terhadap kinerjaberbeda-beda. Faktor motivasional yang diteliti adalah komitmen individu pada tujuan. Komitmen individupada tujuan memberi dasar bagi manajer untuk menelaah desain sistem penganggaran perusahaan apakahdapat meningkatkan motivasi karyawan terhadap tujuan anggaran sekaligus tujuan perusahaan. Jadi,penelitian ini dapat digunakan untuk memperkuat hasil penelitian sebelumnya berkenaan dengan pengaruhfaktor motivasional terhadap hubungan penganggaran dan kinerja.

Faktor kognitif berkaitan dengan pembagian informasi yang ada dalam organisasi. Apabila manajemenmemahami faktor tersebut, maka dalam suatu kondisi yang menuntut setiap pelaku organisasi untuk salingmembagi informasi yang dimilikinya, manajemen puncak tahu tindakan apa yang dapat dilakukan untukmemotivasi agar informasi privat yang dimiliki bagian organisasi dapat dibagi keseluruh organisasi.Pengaruh informasi berkaitan dengan faktor kognitif untuk menjelaskan hubungan antara penganggaranpartisipatif dan kinerja. Chenhall dan Brownell (1988) dalam Mulyasari (2004) mengemukakan bahwa dalampenganggaran partisipatif dapat memunculkan informasi yang dapat mengurangi role ambiguity danberkontribusi untuk meningkatkan kinerja. Mia (1989) dalam Mulyasari (2004) menemukan hubungan antarapartisipasi anggaran dan kinerja dimoderasi oleh job difficulty. Penelitian tersebut menekankan artipentingnya informasi sebagai bagian dalam organisasi. Beda penelitian ini adalah memberikan modelintegratif dengan mencari bukti pengaruh pengaruh sosial (social effect), motivasional (motivational effect),

Page 211: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.210-215) 978-602-60766-3-2

211

dan pengaruh informasional (informational effect) serta kepuasan kerja terhadap hubungan antarapenganggaran partisipatif dan kinerja.

2. METODE PENELITIANSampel penelitian diambil secara purposive dari data Badan Pusat Statistik di Makassar untuk perusahaan

jasa dan manufaktur yang ada dalam kawasan industri Makassar. Karena populasi penelitian tidak diketahuijumlahnya, maka sampel penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah data yang diperlukan untukmelakukan analisis penelitian. Pemilihan manajer tingkat menengah untuk perusahaan jasa dan manufakturdengan pertimbangan bahwa manajer dalam kedua industri tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yangcukup kompleks. Sumber data dan teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalahmenggunakan data primer untuk mendapatkan data opini individu melalui kuesioner yang berisi daftarpertanyaan mengenai semua variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan SPSS ForWindows. Dalam penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode crosssectional, yaitu data diperoleh secara simultan melalui pengisian kuesioner bagi manajer pada perusahaanjasa dan dagang Makassar. Sampel yang dipilih dari populasi penelitian untuk memperoleh data primerdengan cara pengisian kuesioner. Data primer yang diperoleh dan yang diolah dalam penelitian ini adalahmelalui survei kuesioner pada manajer perusahaan yang terdaftar di Badan Pusat Statistik Kota Makassar.Kuesioner disebar sebanyak 150 kepada responden dengan tingkat pengembalian responden 73%.

3. HASIL DAN PEMBAHASANHasil pengujian hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1 Pengujian Hipotesis PenelitianNo Hipotesis F Sig R-Square Kesimpulan

1 H1 0,884 0,349 0,008TidakSignifikan

2 H2a 4,479 0,037 0,040 Signifikan

3 H2b 5,503 0,023 0,023 Signifikan

4 H3a 3,433 0,067 0,031TidakSignifikan

5 H3b 4,160 0,044 0,037 Signifikan

6 H4a 2,727 0,102 0,025TidakSignifikan

7 H4b 81,936 0,000 0,434 Signifikan

8 H5a 2,813 0,096 0,026TidakSignifikan

9 H5b 104,998 0,000 0,495 Signifikan

10 H6a 2,265 0,135 0,021TidakSignifikan

11 H6b 650,104 0,000 0,859 Signifikan

Pengujian hipotesis 1 bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah partisipasi manajer dalampenyusunan anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil regresi menunjukkanbahwa besarnya Adjusted R2 adalah 0,008. Hal ini berarti bahwa hanya 0,8% partisipasi manajer mampumempengaruhi kinerja manajerial. Sisanya 98,2% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasilini menunjukan bahwa partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran ternyata tidaklah cukup berpengaruhterhadap kinerja majerial. Hasil uji signifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitungsebesar 0,884 dengan tingkat signifikansi 0,349. Hal ini berarti bahwa, partisipasi manajer tidak dapatdigunakan untuk memprediksi kinerja manajerial. Dengan demikian, berarti hipotesis 1 tidak didukung olehdata, atau partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran tidak berpengaruh positif signifikan terhadapkinerja manajerial.

Pengujian hipotesis 2a bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah keadilan distributif berpengaruhpositif signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnya Adjusted R2 adalah

Page 212: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.210-215) 978-602-60766-3-2

212

0,040. Hal ini berarti bahwa hanya 4% keadilan distributif mampu mempengaruhi kinerja manajerial. Sisanya96% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil ini menunjukan bahwa keadilan distributifdalam berpengaruh terhadap kinerja majerial. Hasil uji signifikansi simultan yang ada dalam tabel 1menunjukan nilai F Hitung sebesar 4,479 dengan tingkat signifikansi 0,037. Hal ini berarti bahwa, keadilandistributif tidak dapat digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial. Dengan demikian, berarti hipotesis2a didukung oleh data, atau keadilan distributif berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Pengujian hipotesis 2b bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah partisipasi anggaranberpengaruh positif signifikan terhadap keadilan distributif. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnyaAdjusted R2 adalah 0,023. Hal ini berarti bahwa hanya 2,3% partisipasi anggaran mampu mempengaruhikeadilan distributif. Sisanya 97,7% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil inimenunjukan bahwa partisipasi anggaran dalam berpengaruh terhadap keadilan distributif. Hasil ujisignifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 5,503 dengan tingkatsignifikansi 0,023. Hal ini berarti bahwa, partisipasi anggaran dapat digunakan untuk memprediksi keadilandistributif. Dengan demikian, berarti hipotesis 2b didukung oleh data, atau partispasi anggaran tidakberpengaruh positif signifikan terhadap keadilan distributif.

Pengujian hipotesis 3a bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah keadilan proseduralberpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnyaAdjusted R2 adalah 0,023. Hal ini berarti bahwa hanya 2,3% partisipasi anggaran mampu mempengaruhikeadilan distributif. Sisanya 96,9% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil inimenunjukan bahwa keadilan prosedural dalam tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil ujisignifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 3,433 dengan tingkatsignifikansi 0,067. Hal ini berarti bahwa, keadilan prosedural tidak dapat digunakan untuk memprediksikinerja manajerial. Dengan demikian, berarti hipotesis 3a tidak didukung oleh data, atau keadilan proseduraltidak berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Pengujian hipotesis 3b bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah partisipasi anggaranberpengaruh positif signifikan terhadap keadilan prosedural. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnyaAdjusted R2 adalah 0,037. Hal ini berarti bahwa hanya 3,7% partisipasi anggaran mampu mempengaruhikeadilan prosedural . Sisanya 96,3% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil inimenunjukan bahwa partisipasi anggaran dalam berpengaruh terhadap keadilan prosedural. Hasil ujisignifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 4,160 dengan tingkatsignifikansi 0,044. Hal ini berarti bahwa, partisipasi anggaran dapat digunakan untuk memprediksi keadilanprosedural. Dengan demikian, berarti hipotesis 3b didukung oleh data, atau partispasi anggaran tidakberpengaruh positif signifikan terhadap keadilan prosedural.

Pengujian hipotesis 4a bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah komitmen pada tujuanberpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnyaAdjusted R2 adalah 0,025. Hal ini berarti bahwa hanya 2,5% komitmen pada tujuan mampu mempengaruhikinerja manajerial . Sisanya 97,5% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil inimenunjukan bahwa komitmen pada tujuan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil uji signifikansisimultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 2,727 dengan tingkat signifikansi 0,102.Hal ini berarti bahwa, komitmen pada tujuan tidak dapat digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial.Dengan demikian, berarti hipotesis 4a tidak didukung oleh data, atau komitmen pada tujuan tidakberpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Pengujian hipotesis 4b bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah partisipasi anggaranberpengaruh positif signifikan terhadap komitmen pada tujuan. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnyaAdjusted R2 adalah 0,434. Hal ini berarti bahwa hanya 43% partisipasi anggaran mampu mempengaruhikomitmen pada tujuan . Sisanya 57% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil inimenunjukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap komitmen pada tujuan. Hasil uji signifikansisimultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 81,936 dengan tingkat signifikansi0,000. Hal ini berarti bahwa, partisipasi anggaran dapat digunakan untuk memprediksi komitmen padatujuan. Dengan demikian, berarti hipotesis 4b didukung oleh data, atau partisipasi anggaran berpengaruhpositif signifikan terhadap komitmen pada tujuan.

Pengujian hipotesis 5a bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah Job Relevant Informationberpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnyaAdjusted R2 adalah 0,026. Hal ini berarti bahwa hanya 2,6% Job Relevant Information mampu

Page 213: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.210-215) 978-602-60766-3-2

213

mempengaruhi kinerja manajerial . Sisanya 97,4% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasilini menunjukan bahwa Job Relevant Information tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil ujisignifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 2,813 dengan tingkatsignifikansi 0,096. Hal ini berarti bahwa, Job Relevant Information tidak dapat digunakan untuk memprediksikinerja manajerial. Dengan demikian, berarti hipotesis 4a tidak didukung oleh data, atau Job RelevantInformation tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Pengujian hipotesis 5b bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah partisipasi anggaranberpengaruh positif signifikan terhadap Job Relevant Information. Hasil regresi menunjukkan bahwabesarnya Adjusted R2 adalah 0,495. Hal ini berarti bahwa hanya 49,5% partisipasi anggaran mampumempengaruhi Job Relevant Information . Sisanya 50,5% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luarmodel. Hasil ini menunjukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap Job Relevant Information.Hasil uji signifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 104,998 dengantingkat signifikansi 0,000. Hal ini berarti bahwa, partisipasi anggaran dapat digunakan untuk memprediksiJob Relevant Information. Dengan demikian, berarti hipotesis 4b didukung oleh data, atau partisipasianggaran berpengaruh positif signifikan terhadap Job Relevant Information.

Pengujian hipotesis 6a bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah kepuasan kerja berpengaruhpositif signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnya Adjusted R2 adalah0,021. Hal ini berarti bahwa hanya 2,1% kepuasan kerja mampu mempengaruhi kinerja manajerial . Sisanya98,9% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil ini menunjukan bahwa kepuasan kerjaberpengaruh terhadap kinerja manajerial. Hasil uji signifikansi simultan yang ada dalam tabel 1 menunjukannilai F Hitung sebesar 2,265 dengan tingkat signifikansi 0,135. Hal ini berarti bahwa, kepuasan kerja tidakdapat digunakan untuk memprediksi kinerja manajerial. Dengan demikian, berarti hipotesis 6a tidakdidukung oleh data, atau kepuasan kerja tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajerial.

Pengujian hipotesis 6b bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah partisipasi anggaranberpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil regresi menunjukkan bahwa besarnya AdjustedR2 adalah 0,859. Hal ini berarti bahwa hanya 85,9% partisipasi anggaran mampu mempengaruhi komitmenpada tujuan. Sisanya 14,1% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Hasil ini menunjukanbahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hasil uji signifikansi simultan yang adadalam tabel 1 menunjukan nilai F Hitung sebesar 650,104 dengan tingkat signifikansi 0,000. Hal ini berartibahwa, partisipasi anggaran dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan kerja. Dengan demikian, berartihipotesis 6b didukung oleh data, atau partisipasi anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasankerja.

Partisipasi anggaran juga mampu mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal inimenunjukkan bahwa dalam penyusunan anggaran partisipasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerjamanajerial namun memiliki pengaruh signifikan terhadap JRI sebab partisipasi memberi kesempatan untukmempengaruhi anggaran sebelum disahkan. Ketika mempersiapkan anggaran secara partisipasi, manajersecara umum memberi peran aktif. Manajer terlibat dalam pertimbangan dan mengevaluasi alternatif tujuananggaran. Konsekuensinya, penganggaran partisipatif menciptakan suatu lingkungan yang mendorongperolehan dan penggunaan job-relevant information. Jadi penganggaran partisipatif menumbuhkan motivasidalam diri manajer untuk memperoleh dan menggunakan informasi yang terbaik untuk digunakan sebagaidasar pengambilan keputusan anggaran, sehingga manajer mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akandilakukannya. Menurut Wexley dan Yulk, kepuasan kerja diartikan sebagai perasaan seseorang terhadappekerjaan sehingga seseorang merasakan kepuasan dalam pekerjaannya maka akan bekerja produktif(Ali,2007 dalam Sutrisna,2008). Kepuasan kerja merupakan sikap secara umum dan tingkat perasaan positifseseorang terhadap pekerjaannya (Robbins, 2003 dalam Ali,2007).

4. KESIMPULAN DAN SARANHasil analisis regresi penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran mempengaruhi komitmen

pada tujuan serta keadilan distributif. Partisipasi anggaran juga mampu mempengaruhi secara positif dansignifikan terhadap Job Relevant Information (JRI). Selain itu partisipasi anggaran juga mampumempengaruhi secara signifikan kepuasan kerja dan komitmen kerja. Saran bagi penelitian dimasa yang akandatang , agar variabel yang digunakan dilihat berdasarkan sudut pandang keperilakuan.

Page 214: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.210-215) 978-602-60766-3-2

214

5. DAFTAR PUSTAKAAli, Kuncoro, C., 2007, Pengaruh Budaya Organisasi dan Pengembangan Karir PNS terhadap Kepuasan

Kerja Aparatur di DIY, Tesis, UGMBartol, Kathryn M., Durham, Cathy C., Poon, June M.L., 2001, “Influence of Performance Rating

Segmentation on Motivation and Fairness Perceptions”, Journal of Applied Psychologies, 86, hal.1106-1119

Brown, Clifton E., dan Solomon, Ira, 1987, “Effects of Outcome Information on Evaluations of ManagerialDecisions, The Accounting review, 564-577

Brownell and McInnes 1986. Budgetary Participation, Motivation and Managerial Performance, TheAccounting Review, Vol. LXI no.4, pp 587-600

Brownell, P 1982, A field Study Examination of Budgetary Participation and Locus of Control, TheAccounting Review, Vol LVII No.4, Oct, pp 844-860

Brownell, P. 1981. Participation in Budgeting, Locus of Control and Organization Efectiveness, TheAccounting Review, Vol LVI No.4 , Oct , pp 844-860

Brownell, Peter, 1981, “Participation in Budgeting, Locus of Control and Organizational Effectiveness”, TheAccounting Review, 844-770

Faturochman, 2002, “ Keadilan Perspektif Psikologi”, Unit Penerbitan Fakultas Psikologi dan PustakaPelajar, Yogyakarta

Folger, Robert dan Skarlicki, Daniel P., 1999, “Unfairness and Resistance to Change: Hardship asMistreatment”, Journal of Organizational Change Management, 12 (1), hal. 35-50

Frucot V and Shearon W.T, 1991. Budgetary participation, locus of control, and Mexican managerialperformance and job satisfaction, The Accounting Review, Januari pp.80-89

Gilliland, Stephen W., 1993, “The Perceived Fairness of Selection System: An Organizational Perspective”,18 (4), hal. 694-634

Gordon and Narayan., 1984. Management Accounting Systems, Perceived Enviromental Uncertainty andOrganization Structure: An Empirical Investigation, Accounting, Organization and Society, Vol. 9No.4, pp 33-37

Govindarajan,V,. 1986. Impact of Participation in Budgetary Process on Attitudes and Performance:Universalistic and Contigency Perspectives, Fall pp 496-516

Gul, Fa, Tsui, J.S , Fong, S. C.C and Kwok, HYL, 1995. Desentralization as a Moderating Factor in theBudgetary Participation-Performance Relationship: Some Hongkong Evidance, Accounting andBusiness Research, Vol.25 no. 98 pp 107-113

Hair (Jr), J., R. Anderson, R. Tatham and B. Black 1995. Multivariate Data Analysis, Prentice Hall: NewYork.

Hair, Joseph E., Anderson, Rolph E., Tatham, Ronald L., Black, William C., 1995,“Multivariate DataAnalysis”, Prentice-Hall International Inc.

Hollenbeck, John R., Williams, Charles R., dan Klein, Howard J., 1989, “An Empirical Examination of theAntecedents of Commitment to Difficult Goals’, Journal of Applied Psychology, 18-23

Indriantoro, Nur,. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction withLucos of Control and Cultural Dimension as Moderating Variables, University of Kentucky,Disertation, Publication no.18.

Kanodia, Chandra, 1993, “Participative Budgets as Coordination and Motivational Devices”, Journal ofAccounting Research, Autumn, 31 (2), hal. 172-189.

Kasiyanto, 2002. Pengaruh Partisipasi Pejabat Struktural dalam Penyusunan Anggaran terhadap KinerjaManajerail pada Pemda dengan Dimensi Desentralisasi Struktur Organisasi. Tesis S2, UGM

Kenis, I. 1979. Effects of Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitude and Performance,Accounting Review Oct pp 707-721

Kenis, Izzettin, 1979, “Effect of Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitudes and Performance”,The Accounting Review, 14 (4), hal. 707-721

Ketchand, Alice A., dan Strawser, Jerry A., 2001, “Multiple Dimensions of Organizational Commitment:Implications for Future Accounting Research, Behavioral Research in Accounting, 13, hal. 221-251

Page 215: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.210-215) 978-602-60766-3-2

215

Korsgaard M. Audrey, Schweiger, david M. dan Sapienza, Harry J., 1995, “Building Commitment,Attachment, and Trust in Strategic Decision-Making Teams: The Role of Procedural Justice”,Academy of Management Journal, 38 (1), hal. 60-84

Kotter, JP & Heskett, JL, 1992. Corporate Culture and Performance, New YorkKren, L., dan W.M. Liao, 1992, “Budgetary Participation and Managerial Performance: The Impact of

Information and Environment Volatility, The Accounting Review, hal. 511-526Lau, Chong M., Low, Liang C., dan Eggleton, Ian R., 1995, “The Impact of Reliance on Accounting

Performance Measures on Job-Related Tension and Managerial Performance: AdditionalEvidence”, Accounting, Organization and Society, 20 (5), hal. 359-381

Locke, Edwin A., Shaw, Karyll N., Saari, Lise M., dan Latham, Gary P., 1981, “Goal Setting and TaskPerformance: 1969-1980”, Psychological Bulletin, 125-152

Mahoney, T.A, T.H. Jerdee dan S.J. Carroll, 1963, Development of Managerial Performance: A ResearchApproach, Cincinnati, Ohio: South Western Publishing Co.

Merchant, K.A., 1981, “The Design of The Corporate Budgeting System: Influences on Managerial Behaviorand Performance”, The Accounting Review, hal. 813-829

Milani, K, 1975. Relationship of Partisipan in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance andAttitude: A field study, The Accounting Review, April, pp 274-284

Mulyasari,Windu, 2004. Pengaruh Keadilan Persepsian, Komitmen Pada Tujuan, Dan Job-RelevantInformation Terhadap Hubungan Antara Penganggaran Partisipatif Dan Kinerja Manajer, TesisS2, UGM.

Murray, D. 1988. The Performance Effects of Participative Budgeting: An Integration of Intervening andModerating Variables, Behavior Research in Accounting, Vol. 2 pp. 104-123.

Nadler, D.,&Tushman, M. (1999). The organization of the Future: Strategic Imperatives and CoreCompetencies for the 21st Century. Organizational Dynamics, Vol.28, 45-60.

Nazaruddin, Ietje. 1998. Pengaruh Desentralisasi dan Karakteristik Informasi Sistem Akuntansi Manajementerhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), Vol. 1, No. 2, hal 141-162.

Nurata, I Wayan., 2006. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial: BudayaOrganisasi dan Motivasi sebagai moderating

Otley, David dan Pollanen, Raili M., 2000, “Budgetary Criteria in Performance Evaluation: A CriticalAppraisal Using New Evidence, Accounting, Organization and Society, 25, hal. 483-496

____________, 1978, “Budget Use and Managerial Performance”, Journal Accounting Research, 16, hal.122-149.

Page 216: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN TERHADAP KARAKTER SANTRI

(STUDI DESKRIPTIF ANALITIK DI PONDOK PESANTREN GUPPI SAMATA

KEC. SOMBA OPU KAB. GOWA)

Nurbaeti1, Khairun Nisa

Dosen Jurusan Teknik Jurusan Kimia dan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

This research discusses about the rule system and the education system daily at Pesantren Guppi Samata

Kec.Somba Opu Kab.Gowa related to character education.

This research used case study method by quantitative description approach with correlation and regression

analysis through parametric statistic. Quantitative approach were done to process, analyze, and interpret the data

collected through questioner. While, descriptively meant to figure the facts systematically about facts, characters, and

the relation between variables.

The result of the research shows that education system of Sorogan, Bondongan, and Wetonan influence

positively to the dependent variable, it is students’ character. Besides, it is also can be seen that the dominant independent variable is Wetonan variable about 0,555. While, based on the t score for variable X1 about 2,468. It means

that, t score is greater than t table about 2,00. So, the hypothesis that there is positive effect and significant between

education system in pesantren with the students’ character education.

Keywords: Education, Pesantren, character, Santri

1. PENDAHULUAN Penerapan pendidikan karakter di Indonesia dinilai masih gagal dalam membentuk bangsa yang

bermartabat dan berwibawa. Maraknya berbagai fenomena kasus kekerasan seksual terhadap anak usia

sekolah dan meningkatnya kasus kenakalan remaja menjadi indikator gagalnya pendidikan karakter. Menyitir data Komisi Nasional Perlindungan Anak, kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di

sekolah berada di peringkat kedua setelah kekerasan seksual terhadap anak di rumah. Berdasarkan data kasus

pengaduan kekerasan terhadap anak selama 2012, sekitar 60 persen dari total pengaduan (sekitar 2.637 aduan) merupakan kasus kekerasan seksual. Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah merekapasitasi aspek

moral para pendidik itu sendiri agar output kurikulum 2013 dapat mencetak siswa yang berkarakter.

Sehingga, penting bagi semua aspek pengajaran untuk segera direvisi oleh Kemendikbud sebelum Kurikulum

2013 di jalankan (LensaIndonesia.com, 2013:1).

2. METODE PENELITIAN/PELAKSANAAN PENELITIAN Pengambilan data dilakukan dengan metode cross sectional yakni, pengambilan data hanya satu kali.

Ada tiga tahap pada penelitian ini yaitu observasi, kuesioner, dan analisis.

1.Gambar III. 1 Desain Penelitian

Populasi dan Sampel

a. Populasi

Jumlah Populasi pada penelitian ini adalah populasi santri/santriawati pada Pesantren Guppi Samata kec. Somba Opu Kab. Gowa. Populasi menurut peneliti ialah populasi pada santri kelas VIIIA, VIIIB dan

VIIIC di Guppi Samata kec. Somba Opu Kab. Gowa yang berjumlah 150 santri.

b. Sampel

1 Korespondensi: [email protected]

Observasi Analisis Kuesioner

216

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.216-221) 978-602-60766-3-2

Page 217: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Pada penelitian ini adalah proporsional random sampling. Sampel yang akan digunakan adalah berjumlah 60 santri yang diambil secara acak pada kelas VIIIA, VIIIB dan VIII C dengan masing-masing

santri 20 santri tiap kelas. Berikut ini bisa dilihat pada tabel, sebagai berikut:

3.2 Variabel Peneltian ini memiliki dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen

(terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah pengaruh sistem pendidikan pesantren sedangkan

variabel dependen ialah pendidikan karakter santri.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ialah menggunakan: 1. Observasi/Wawancara

2. Kuesioner

3.4 Analisis Data

Analisis data akan menggunakan beberapa test yaitu 1. Validitas

Daya pembeda item dalam penalitian ini dilakukan dengan cara “ korelasi item-total ”

(Gunarto, 2000:1)

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑛(∑𝑋𝑌) − (∑𝑋). (∑𝑌)

√{𝑛. ∑𝑋2 − (∑𝑋)2}{𝑛. ∑𝑌2 − (∑𝑌)2}

2. Realibilitas

Metode yang biasa digunakan untuk uji kehandalan adalah teknik ukur ulang dan teknik sekali ulur.

Teknik sekali ukur terdiri atas teknik genap gasal, belah tengah, belah Acak, Kuder Richardson, teknik Hoyd, dan Alpha Cronbach (Sanusi, 2005:113).

𝑟11 = (𝑘

𝑘 − 1)(1 −

∑𝑆𝑖𝑆𝑖

)

3. Uji t

Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara individual dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis digunakan kriteria bila thitung < ttabel maka Ho di tolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat dengan derajat keyakinan yang digunakan adalah α = 1%, α = 5%, dan α = 10%,

begitupula sebaliknya jika thitung > ttabel, maka Ho di terima dan H1 ditolak.

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=𝑟√𝑛 − 2

√1 − 𝑟2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini peneliti melakukan beberapa kegiatan untuk melihat bagaimana pengaruh sistem

pendidikan terhadap karakter santri di pesantren GuppiSamataKec. SombaOpu Kab. Gowa. Yakni

menyebarkan amgket awal untuk uji coba pada Pesantren DarulIstiqamah di desa TimbusengKec. Pattallassang. Kuisioner yang tersebar terdiri dari 30 pertanyaan namun hasil angket tersebut setelah di

validasi hanya terdiri dari 18 pertanyaan yang valid. (terlampir). Adapun langkah yang dilakukan yakni

sebagai berikut:

a. Tahapan Uji Coba pada Pesantren Darul Istiqamah Desa TimbusengKec. SombaOpu Kab. Gowa

b. Hasil Pengolahan Data Uji Validitas Uji validitas dengan bantuan SPSS diperoleh hasil uji validitas kuesioner sebgaimana terlampir.

Rekapitulasi item kuesioner hasil uji coba terlihat pada tabel berikut

Uji Validitas Variabel

Jumlah Pernyataan r Hitung r Tabel Keterangan

Pernyataan 1 0.437 0.344 Valid

Pernyataan 2 0.306 0.344 Valid

Pernyataan 3 0.551 0.344 Valid

2171

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.216-221) 978-602-60766-3-2

Page 218: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Pernyataan 4 0.267 0.344 Valid

Pernyataan 5 0.652 0.344 Valid

Pernyataan 6 0.479 0.344 Valid

Pernyataan 7 0.460 0.344 Valid

Pernyataan 8 0.493 0.344 Valid

Pernyataan 9 0.432 0.344 Valid

Pernyataan 10 0.494 0.344 Valid

Pernyataan 11 0.374 0.344 Valid

Pernyataan 12 0.524 0.344 Valid

Pernyataan 13 0.311 0.344 Valid

Pernyataan 14 0.459 0.344 Valid

Pernyataan 15 0.432 0.344 Valid

Pernyataan 16 0.437 0.344 Valid

Pernyataan 17 0.306 0.344 Valid

Pernyataan 18 0.551 0.344 Valid

Pernyataan 19 0.267 0.344 Valid

Pernyataan 20 0.652 0.344 Valid

Pernyataan 21 0.479 0.344 Valid

Pernyataan 22 0.460 0.344 Valid

Pernyataan 23 0.493 0.344 Valid

Pernyataan 24 0.432 0.344 Valid

Pernyataan 25 0.494 0.344 Valid

Pernyataan 26 0.374 0.344 Valid

Pernyataan 27 0.524 0.344 Valid

Pernyataan 28 0.311 0.344 Valid

Pernyataan 29 0.459 0.344 Valid

Pernyataan 30 0.344 Valid

Dari tabel uji validitas variabel sistem pendidikan pesantren dan karakter diatas dapat diketahui

bahwa semuanya telah valid karena nilai r Hitung lebih besar dari nilai r tabel = sehingga semua pernyataan terbukti valid. Untuk uji reliabilitas, dimana reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.

Pengukuraan yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang

terpercaya (reliabel). Walaupun secara teoritis besarnya koefisien reliabilitas sekitar 0,00 sampai dengan 1,00

akan tetapi pada kenyataannya koefisien sebesar 1,00 tidak pernah tercpai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek penelitian merupakan sumber error yang potensial.

Rekapitulasi hasil uji reliabilits terlihat pada tabel berikut :

Variabel Nilai Keterangan

Sorogan (X1) 0,721 Reliabel

Wetonan (X2) 0,741 Reliabel

Bandongan (X3) 0,730 Reliabel

Disiplin 0,712 Reliabel

Kerjasama 0,739 Reliabel

Saling menghargai 0,715 Reliabel

Tanggung Jawab 0,711 Reliabel

Nilai relibilitas diatas memberikan indikasi bahwa keandalan kuesioner yang digunakan sebagai alat

pengukur termasuk pada kategori berkorelasi kuat untuk tiap variabel tersebut. Karena setiap nilai alpha melebihi nilai cut off yaitu 0,6.

c. Pengaruh Sistem Pendidikan Pesantren terhadap Karakter Santri Pondok pesantren memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat Islam tradisional sebab antara

keduanya mempunyai hubungan tradisional di mana pondok pesantren memberikan bimbingan keagaman,

218

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.216-221) 978-602-60766-3-2

Page 219: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

pelayanan pendidikan, serta kepemimpinan informal. Dalam tradisi pesantren metode dan sistem pengajaran memliki model model klasikal seperti yang penulis bahas di penelitian ini sorogan, bandogan dan wetonan

yang ketiganya memberikan pengaruh dalam pembinaan karakter santri. Penelitian ini menggunakan 15 item

kuesioner sistem pendidikan pesantren, dan 15 item kuesioner karakter untuk mengukur pengaruh sistem

pendidikan pesantren terhadap karakter di pesantren Guppi Samata Gowa. Hasil tanggapan santri terhadap sistem pendidikan pesantren mengenai Sorogan, Bandongan dan metode pengajian Wetonan dapat dijelaskan

pada tabel berikut :

Tabel Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel X1 ( Sistem Pendidikan Pesantren)

No Indikator Skor Jml Presentase

SS S N TS STS

1 Disiplin dalam mengikuti pengajian 25 35 - - - 165 15,2

2 Mempersiapkan materi yang

diajarkan

36 24 - - - 276 25,4

3 Menguasai materi yang diajarkan 10 41 9 223 20,5

4 Menyukai sistem pengajian sorogan 23 34 3 171 15,8

5 Mengikuti pengajian dg sukarela 26 34 - - - 251 23

Total 1086 100

Sebaran frekuensi variabel X1 (metode Sorogan) menunjukkan bahwa sebagian santri yang menjadi

responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan metode pengajian sorogan. Indikasi tersebut ditunjukkan dengan data responden sebanyak 58% menyatakan setuju atau rata rata sebesar 3,58 dalam

penskalaan .

Tabel Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel X2 ( Sistem Pendidikan Pesantren)

No Indikator Skor Jml Presentase

SS S N TS STS

1 Aktif mengikuti kegiatan pengajian Bandongan

6 37 17 - - 195 15,3

2 Mengikuti kegiatan tnpa absen 25 35 - - - 265 20,7

3 Memahami materi yang dijelaskan 33 27 - - - 273 21,3

4 Tidak pernah terlambat 34 26 - 274 21,4

5 Tidak pernah absen 38 20 2 - 272 21,2

TOTAL 1279 100

Metode Bandongan adalah metode transfer keilmuan atau proses belajar mengajar yang ada di

pesantren yang mengajarkan khusus pada kitab kuning. Tabel diatas menunjukkan bahwa 56% yang menyatakan sangat setuju dan rata rata sebesar 3,56 yang berarti bahwa sebagian besar dari santri menyukai

metode bandongan.

Tabel Rekapitulasi Tanggapan Responden Variabel X3 ( Sistem Pendidikan Pesantren)

No Indikator Skor Jml Presentase

SS S N TS STS

1 Disiplin dalm kegiatan halaqoh 32 25 3 263 19,6

2 Mampu menguasai materi lebih dalam

49 10 1 288 22

3 Mengikuti kegitan dengan ikhlas 36 24 - 276 20

4 Tidak absen dalam kegiatan wetonan 36 20 4 224 17

5 Sungguh-sungguh dalam mengikuti materi

27 23 10 287 21,4

TOTAL 1338 100

Kelebihan dari metode wetonan adalah sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari dan lebih efektif bagi santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara insentif.

219

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.216-221) 978-602-60766-3-2

Page 220: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Berdasarkan data dari tabel di atas bahwa sebagian besar santri sangat setuju dengan metode Wetonan yaitu rata-rat sebesar 3,56 menurut penskalaan atau 56 % dalam persentase.

Tabel Rekapitulasi Tanggapan Responden

Variabel Y ( Karakter Santri)

No Indikator Skor Jml Presentase

SS S N TS STS

1 Selalu tepat waktu dalam mengikuti

setiap kegiatan di pesantren

32 28 - 272 6,9

2 Tepat waktu dalam ibadah shalat

lima waktu

33 27 - 273 6,9

3 Sungguh sungguh dalam memahami

dan mengkaji Al Quran

31 24 5 251 6,4

4 Bekerja kelompok dalam

menyelesaikan tugas

36 20 4 260 6,6

5 Suka menolong dan bekerjasama 28 25 7 240 6,1

6 Suka berderma 23 36 1 259 6,6

7 Menegakkan keadilan 25 29 6 241 6,1

8 Menghargai yang lebih muda 27 29 4 241 6,96

9 Mengucap salam 33 27 - 273 7,1

10 Senang bergaul dengan sesama santri 37 23 - 277 6,7

11 Menghormati semua guru ustadz kiyai yang ada di pesantren

35 22 3 263 7,3

12 Bersungguh sungguh dalam

menyelesaikan tugas dan amanah

49 10 1 285 7,0

13 Selalu bertindak jujur dalam menjaga mnah

36 24 276 7,0

14 Menjaga lingkungan hidup 36 20 4 260 6,6

15 Mencintai kebersihan 29 26 7 249 6,4

TOTAL 3920 100

Karakter santri dalam penelitian ini penulis tekankan pada krakter disiplin, kerjasama, saling

menghargai dan sikap tanggung jawab. Sedang dalam konsepnya karakter atau akhlak seorang santri adalah

suatu sikap mental (halun lin nafs) yang mendorong untuk berbuat baik tanpa pikir dan pertimbangan. Tanggapan santri sebagai responden pada penelitian ini berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner diatas

menunjukkan bahwa 53,8% santri cenderung menjawab setuju atau sebesar rata-rata 3,54 menurut

penskalaan Likert. Berikut hasil analisis regresi linear berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 3,468 9,207 ,377 ,708

Sorogan ,308 ,125 ,266 2,468 ,017

Bondongan ,233 ,091 ,227 2,566 ,013

Wetonan ,555 ,126 ,485 4,413 ,000

a. Dependent Variable: Disiplin

Berdasarkan tabel hasil regresi di atas dapat diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y= 3,468 + 0,308X1 + 0,233X2 + 0,555X3 + 9,207

Dimana :

a = 3,468 menyatakan bahwa jika X1, X2, dan X3 tetap tidak mengalami perubahan mka nilai konsistensi Y sebesar 3,468.

220

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.216-221) 978-602-60766-3-2

Page 221: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

b1 = 0,308 menyatakan bahwa jika X1 bertambah, maka Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,340. Dengan asumsi tidak ada penambahan (konstanta) nilai X2 dan X3.

b2 = 0,233 menyatakan bahwa jika X2 bertambah, maka Y akan mengalami peningkatan sebesar

0,233. Dengan asumsi tidak ada penambahan (konstanta) nilai X2 dan X3.

b3 = 0,555 menyatakan bahwa jika X3 bertambah, maka Y akan mengalami peningkatan sebesar 0,555. Dengan asumsi tidak ada penambahan (konstanta) nilai X2 dan X1.

Standar error sebesar 9,207 artinya seluruh variabel yang dihitung dlam uji SPSS memiliki tingkat

variabel pengganggu sebesar 9,207. Hasil regresi berganda d atas menunjukkan bahwa variabel bebas yakni sistem pendidikan pesantren

Sorogan, Bondongan dan wetonan berpengaruh positif terhadap variabel terikat yakni karakter santri. Selain

itu dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa variabel bebas yang dominan adalah variabel wetonan sebesar 0,555.

Uji t untuk melihat seberapa kuat pengaruh variabel X terhadap Y secara parsial. Dasar pengambilan

keputusan jika t hitung < t tabel atau jika nilai Sig > 0,005 maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sebaliknya jika

nilai t hitung > t tabel atau jika nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima Berdasarkan tabel di atas t hitung untuk variabel X1 sebesar 2,468. Berarti t hitung lebih besar dari t

tabel yitu sebsar 2,00. Maka hipotesis bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sistem

pendidikan di pesantren dengan pendidikan karakter santri.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil Penelitian ini setelah di uji coba pada pesantren Darul Istiqamah , sistem pesantren yang diterapkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembinaan karakter santri. Setelah ini, maka

kouiseoner yang valid akan dilanjutkan untuk disebarkan di lokasi penelitian yang sebenarnya (Pesantren

Guppi Samata) baik karakter disiplin, kerjasama, saling menghargai maupun tanggung jawab santri.

5. DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al-Baqiy, Muhammad Fuad,1987, al-Mu’jam al Mufahras li Alfadz al-qur’anu al- Karim, Beirut: Dar al Fikr.

A’la abd, 2006, Pembaharuan Pesantren, Pustaka Pesantren, Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta : 2006.

AS Asmaran, 1992, Pengantar Studi Akhlak, Rajawali Pers, Cet II, Jakarta

B.Suryosubroto, 2012, Hubungan Sekolah dengan Masyarakat, PT Rineka Cipta, Jakarta Departemen Agama Republik Indonesia, 2005, Al-Quran dan Terjemahnya, Karya Utama, Surabaya.

Echols, John M., dan Hassan Shadily, 1979, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Jakarta

Himpunan PP 2010, 2011 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Pustaka, Yokyakarta

Koesoema A, Doni, 2007. Pendidikan Karakter Strategi Pendidikan Anak di Zaman Global, Grasindo, Jakarta.

Marimba D. Ahmad D, 1993, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, cet VI, Al- Marif,, Bandung.

Jamaluddin Didin, 2012, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam, Pustaka Setia.Bandung.

Poerdarminta, W.J.S, 199, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet XII, Balai Pustaka, Jakarta

Nasution Harun, 1979. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I, UI Press, Jakarta

Nata Abuddin, 2005, Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo, Jakarta

____________, 2010, Pendidikan Islam dengan pendekatan Multidisipliner, Raja Grafindo persada, cet I, Jakarta.

Madjid Nurcholish , Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Penerbit Dian Rakyat Paramadina, Jakarta

Sulthon M, Moh. Khusnuridlo, 2006, Manajemen Pondok Pesantren dalam Prespektif Global, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta.

Surya H. Mohammad, 2003. Percikan Perjuangan Guru,: Aneka Ilmu, Semarang.

Umiarso, 2010, Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern, : IRCISOD sampangan, Jogyakarta.

Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, 2010, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Fokusmedia, Jakarta

Lensaindonesia.com. 2013. Pendidikan Karakter di Indonesia Masih Gagal.

http://www.lensaindonesia.com/2013/03/05/herlini-pendidikan-karakter-di-indonesia-masih-gagal.html. diakses pada

tanggal 17 Februari 2017

221

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.216-221) 978-602-60766-3-2

Page 222: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.222-227) 978-602-60766-3-2

222

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KUALITAS PROSESBELAJAR MENGAJAR PADA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI UJUNG

PANDANG

Nurhilaliah dan MansurDosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACTThis research aims to (1) observe the level of students’ satisfaction related to the quality of learning and

teaching process at Accounting Department State Polytechnic of Ujung Pandang, (2) measure the gap between students’expectation and satisfaction, (3) recognize key variables which enhance level of students’ satisfaction and (4) perceivestrategic implications in enhancing level of students’satisfaction related to learning and teaching process. Data beingcollected by using questionnaires and then being analyzed by using Importance - Performance Analysis Diagram. Basedupon Kartesius diagram, two variables were found – responsiveness and tangible in first quadrant while certaintyvariable in second quadrant. Reliability and empathy variables have found in third and fourth quadrant respectively.Keyword: Analysis, Importance, Performance, Satisfied.

1. PENDAHULUANSistem pendidikan yang bermutu tentunya berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Hal

ini didasarkan pada realitas bahwa output (keluaran) dari suatu sistem pendidikan adalah sumber dayamanusia yang akan digunakan dalam industri dan pembangunan di suatu daerah. Upaya peningkatan kualitassumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pendidikan yang selanjutnya dapatmenghasilkan sistem pendidikan yang bermutu.

Kepuasan konsumen dalam bisnis pelayanan jasa dapat diukur dari kesenjangan antara harapan danpersepsi pelanggan tentang pelayanan yang diterima. Harapan pelanggan adalah apa yang pelanggan yakiniakan terjadi pada saat layanan disampaikan dan apa yang diinginkan pelanggan untuk terjadi. Pengukurantentang sejauh mana institusi pendidikan mampu memenuhi harapan pelanggannya, dapat dijadikan titik tolakuntuk menentukan mutu pelayanan pendidikan suatu institusi pendidikan. Hal ini direalisasikan melaluipengukuran tingkat kepuasan pemakai/pelanggan jasa pendidikan.

Politeknik Negeri Ujung Pandang, khususnya jurusan Akuntansi dengan visinya sebagai pusatpendidikan vokasi yang terbaik di Indonesia Timur, dan salah satu misinya menghasilkan lulusan yangkompoten dan kompotitif ditingkat nasional. Sudah seharusnya melakukan pengukuran tingkat kepuasanterhadap pelanggannya, untuk menentukan apakah telah mampu memberikan pelayanan pendidikan yangbermutu sesuai visi dan misinya untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang diharapkan oleh pelanggannya.

Diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya tingkat kepuasan pelanggan (mahasiswa)terhadap pelayanan pendidikan di Jurusan Akuntansi. Selanjutnya, dapat diketahui perbedaan (gap) antaraharapan dan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan (mahasiswa) sehubungan dengan pelaksanaan prosesbelajar mengajar di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan tindakan perbaikan dapatdilakukan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut:1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas proses belajar mengajar di Jurusan

Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang.2. Untuk mengetahui ada perbedaan (gap) antara harapan dan kepuasan yang dirasakan oleh mahasiswa

terhadap kuallitas belajar mengajar di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang?3. Untuk mengetahui variabel-variabel apa yang memberikan kepuasan kepada mahasiswa terhadap kualitas

proses belajar mengajar di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang.4. Untuk mengetahui implikasi stategis hasil penelitian terhadap peningkatan kepuasan mahasiswa terhadap

kualitas proses belajar mengajar di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang.

2. METODE PENELITIANPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi yang terdaftar

sebagai mahasiswa aktif untuk tahun ajaran 2016/2017. Dari populasi sebanyak 232 orang maka sampel yangdigunakan adallah sebanyak 70 orang.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui alat bantu kuisioner.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Diagram Analisis Kepentingan-Kinerja

Page 223: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.222-227) 978-602-60766-3-2

223

(Importance- Performance Analysis Diagram) Adapun rumus untuk menghitung skor rata-rata tingkatkepentingan (Y ) dan skor rata-rata kinerja (X ) digunakan rumus sebagai berikut:

Y =Σ Yi X =Σ Xin n

Nilai rata Harapan dan Kinerja tersebut akan dibandingkan dan untuk membandingkan keduanyahanya akan dilihat melalui angka depannya saja (angka dibelakang koma diabaikan). Pertimbangan inidilakukan mengingat Kotler (2006) dalam penelitiannya terhadap Kepuasan Pelanggan Bengkel Mobil jugamemberlakukan hal yang sama, hanya melihat angka depan saja dengan mengabaikan dua angka dibelakangkoma. Kinerja / Performance dalam penelitian ini dilambangkan dengan X sedangkan Harapan(kepentingan)/ Importance dilambangkan dengan Y. Konsumen akan merasa sangat puas apabila skor kinerjalebih tinggi daripada skor harapan, sedangkan sebaliknya konsumen akan merasa tidak puas apabila skorkinerja lebih rendah dari skor harapan. Kemudian hasil tersebut akan dipetakan pada Diagram AnalisisKepentingan-Kinerja (Importance- Performance Analysis Diagram).

3. HASIL DAN PEMBAHASANHasil perhitungan terhadap kepuasan mahasiswa dengan membandingkan antara harapan dan kinerja

pada kelima variabel kualitas jasa yang diteliti dengan menggunakan 5 kategori skala likert adalah sebagaiberikut:A. Keandalan (Realibility)

Hasil perhitungan rata-rata skor antara harapan dan kinerja pada variabel keandalan nampak padatabel berikut:No. Indikator Harapan Kinerja Gap Tingkat

KesesuaianUrutan

Prioritas1 Kemampuan dosen dalam menguasai,

menyampaikan, dan meng-update materiperkuliahan.

4,729 3,614 -1,115

76% 12

2 Ketepatan dan kecepatan pelayananpegawai (profesionalisme pegawai).

4,571 3,630 -0,941

79% 15

3 Penguasaan pemakaian alat bantu yangdipakai oleh dosen dalam prosesperkuliahan.

4,514 3,943 -0,571

87% 19

4 Kemudahan dalam melakukan setiappengurusan administrasi di bagian adm.

4,671 3,514 -1,157

75% 11

5 Ketepatan waktu penginformasian hasilevaluasi (UTS dan UAS).

4,729 3,500 -1,229

74% 10

6 Kurikulum dan silabus mata kuliah. 4,714 3,600 -1,114

76% 12

Rata-rata 4,655 3,633 -1,022

B. Daya Tanggap (RESPONSIVENESS)Hasil perhitungan rata-rata skor antara harapan dan kinerja pada variabel daya tanggap nampak pada

tabel berikut:No. Indikator Harapan Kinerja Gap Tingkat

KesesuaianUrutan

Prioritas1 Kesiapan dan kesigapan pegawai dalam

melayani, menangani, dan menyelesaikanpermintaan mahasiswa, serta senantiasabersedia meluangkan waktu untuk membantukesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa.

4,657 3,485 -1,172

75% 11

2 Kesigapan dosen dalam menanggapi keluhanmahasiswa dan mencarikan solusi terbaik jikaterjadi permasalahan dalam perkuliahan.

4,814 3,400 -1,414

71% 8

3 Dosen mampu bersosialisasi dan 4,629 3,414 - 74% 10

Page 224: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.222-227) 978-602-60766-3-2

224

menyesuaikan diri dengan mahasiswa diluarjam perkuliahan.

1,215

4 Dosen menyediakan waktu untukberkonsultasi dengan mahasiswa diluar jamperkuliahan

4,700 3,243 -1,457

69% 6

5 Kesigapan wali kelas dalam melayanimahasiswa.

4,657 3,690 -0,967

79% 15

6 Kesediaan unsur pimpinan ( kajur, sekjur dankaprodi) dalam membantu permasalahanmahasiswa.

4,771 3,514 -1,257

74% 10

7 Kesediaan unsur pimpinan, unsur pelaksanaakademik, dan unsur pelaksana administrasidalam menerima saran dan kritik mahasiswa.

4,671 3,100 -1,571

67%4

Rata-rata 4,710 3,410 -1,300

C. Kepastian (ASSURANCE)Hasil perhitungan rata-rata skor antara harapan dan kinerja pada variabel kepastian nampak pada tabel

berikut:No. Indikator Harapan Kinerja Gap Tingkat

KesesuaianUrutan

Prioritas1 Keramahan dan kesopanan pegawai/ staf

dalam memberikan pelayanan.4,643 3,800 -

0,84382% 17

2 Keterampilan dan kemampuan pegawai/ stafsecara teknis dalam melaksanakan tugasnya

4,586 3,629 -0,957

79% 15

3 Kemudahan mendapatkan informasimengenai pelayanan administrasikemahasiswaaan

4,600 3,557 -1,043

77% 13

4 Kehadiran dosen dalam setiap perkuliahandan kedisiplinannya.

4,800 3,643 -1,157

76% 12

5 Komitmen jadwal kuliah dilaksanakandengan baik

4,714 3,900 -0,814

83% 18

6 Dosen berlaku adil terhadap semuamahasiswa

4,843 3,457 -1,386

71% 8

7 Pelayanan pegawai selalu dilakukan sesuaidengan jam kerja (kedisiplinan).

4,771 3,829 -0,942

80% 16

8 Dosen selalu menepati janji sesuai dengankomitmen yang dijanjikan, baik ketikadidalam maupun diluar kelas.

4,771 3,571 -1,200

75% 11

Rata-rata 4,716 3,673 -1,043

D. Empati (EMPATHY)Hasil perhitungan rata-rata skor antara harapan dan kinerja pada variabel empati nampak pada tabel

berikut:No. Indikator Harapan Kinerja Gap Tingkat

KesesuaianUrutan

Prioritas1 Dosen selalu memberikan perhatian terhadap

penampilan dan perilaku mahasiswa selamaproses perkuliahan berlangsung.

4,514 3,500 -1,014

78% 14

2 Kesabaran dosen dalam menghadapimahasiswa saat proses perkuliahan. -Kesabaran staf/ pegawai dalam melayanimahasiswa.

4,785 3,485 -1,300

73% 9

Page 225: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.222-227) 978-602-60766-3-2

225

Rata-rata 4,650 3,493 -1,157

E. Berwujud (TANGIBLES)Hasil perhitungan rata-rata skor antara harapan dan kinerja pada variabel berwujud nampak pada tabel

berikut:No. Indikator Harapan Kinerja Gap Tingkat

KesesuaianUrutan

Prioritas1 Lokasi kampus yang strategis 4,757 3,229 -

1,52868% 5

2 Areal parkir cukup memadai 4,729 3,543 -1,186

75% 11

3 Kebersihan, kerapian, dan kenyamananlingkungan dalam kampus (ruang kuliah,ruang dosen, lab.komputer, perpustakaan,dan toilet)

4,857 3,586 -1,271

74% 10

4 Kelengkapan fasilitas penunjang perkuliahan(ruang kuliah, lab.komputer, danperpustakaan)

4,914 3,714 -1,200

76% 12

5 Ketersediaan fasilitas perpustakaan 4,800 3,700 -1,100

77% 13

6 Ketersediaan fasilitas olahraga. 4,486 3,157 -1,329

70% 7

7 Ketersediaan ruang-ruang OrganisasiMahasiswa.

4,543 2,900 -1,643

64% 2

8 Ketersediaan dosen pengajar dan pegawai. 4,727 3,729 -0,998

79% 15

9 Penampilan dosen dan pegawai yang rapi danmeyakinkan.

4,743 4,229 -0,514

89% 20

10 Dosen selalu memberikan motivasi kepadamahasiswa selama perkuliahan berlangsung.

4,771 3,643 -1,128

76% 12

11 Dosen selalu mendorong agar mahasiswaselesai menempuh pendidikan tepat waktu

4,786 3,814 -0,972

80% 16

12 Dosen menjadi teladan bagi para mahasiswa. 4,786 3,771 -1,015

79% 15

13 Dosen membantu terciptanya aktivitaskemahasiswaan, meliputi penalaran, minat,dan bakat

4,829 3,171 -1,688

66% 3

14 Pegawai dan dosen memahami keinginan dankebutuhan mahasiswa.

4,743 2,943 -1,800

62% 1

Rata-rata 4,748 3,509 -1,239

Hasil analisa GAP dapat diketahui bahwa semua variabel layanan belum memberikan kepuasan kepadamahasiswa , terlihat dari nilai GAP semua menunjukkan nilai yang negatif (-) artinya kinerja yang dirasakanmasih jauh dibawah harapan yang diinginkan oleh mahasiswa.

Hasil ini menunjukkan bahwa layanan proses belajar mengajar di Jurusan Akuntansi PNUP ditinjaudari kelima variabel belum sesuai dengan harapan atau kepentingan mahasiswa.Analisis Tingkat Kesesuaian dan PrioritasUrutan prioritas pertama yang membutuhkan perbaikan adalah pegawai dan dosen memahami keinginan dankebutuhan mahasiswa (tingkat kesesuaian terendah yaitu 62 %), selanjutnya urutan perioritas ke 2ketersediaan ruang-ruang organisasi mahasiswa(64 %) dan seterusnya sesuai dengan urutan tabel di atas.Urutan prioritas ke 20 merupakan tingkat kesesuaian yang tertinggi dan perlu dipertahankan adalahpenampilan dosen dan pegawai yang rapih (89%).

Page 226: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.222-227) 978-602-60766-3-2

226

Analisis Kepentingan-Kinerja (Importance - Performance Analysis)Dalam analisa ini tingkat kepentingan (importance) mewakili rata-rata harapan mahasiswa dan

kinerja (performance) mewakili rata-rata kinerja (realita) yang diperoleh. Untuk mengetahui rata-rata harapandan rata-rata kinerja, maka total skor masing-masing variabel Harapan dan Kinerja akan dibagi denganjumlah responden. Hasil rata-rata harapan dan rata-rata kinerja pada tabel 4.8. di atas akan dipetakan padaDiagram Analisis Kepentingan-Kinerja atau Diagram Kartesius.

Rata-rata Kepentingan dan Rata-rata KinerjaNo. Indikator Rata-rata Harapan Rata-rata Kinerja1 Keandalan (Realibility) 4,655 3,6332 Daya Tanggap (RESPONSIVENESS) 4,710 3,4103 Kepastian (ASSURANCE) 4,716 3,6734 Empati (EMPATHY) 4,650 3,4935 Berwujud (TANGIBLES) 4,748 3,509

TOTAL 23,479 17,718Rata-rata 4,696 3,543

Hasil rata-rata harapan dan rata-rata kinerja pada tabel di atas akan dipetakan pada Diagram AnalisisKepentingan-Kinerja atau Diagram Kartesius.Sangat penting

4,696

Sangat Puas

Berdasarkan diagram kartesius pada Gambar 1 diatas dapat diketahui posisi masing-masing variabel yangterdapat dalam kuadran I, II, III, dan IV.

1. Kuadran IKuadran I menunjukkan variabel yang dianggap mempengaruhi kepuasan mahasiswa, termasukunsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, tetapi pihak jurusan akuntansi belummelaksanakannya sesuai dengan keinginan mahasiswa. Variabel yang termasuk dalam kuadran Iadalah variabel daya tanggap dan variabel berwujud.

2. Kuadran IIKuadran II menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh jurusan akuntansi.Oleh karena itu variabel yang masuk dalam kuadran ini harus selalu dipertahankan oleh jurusanakuntansi karena dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Variabel yang masuk dalamkuadran II adalah variabel kepastian.

3. Kuadran IIIKuadran III menunjukkan faktor yang mempengaruhi mahasiswa kurang penting, akan tetapipelaksanaan yang diberikan oleh jurusan akuntansi memuaskan. Dengan kata lain variabel yang

Kinerja3,543

Harapan

Kuadran I Kuadran II

Kuadran IIIKuadran IV

1

5

4

32

Page 227: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.222-227) 978-602-60766-3-2

227

masuk dalam kuadran ini dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan. Variabel yang masukdalam kuadran III adalah variabel keandalan.

4. Kuadran IVKuadran IV menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi mahasiswa danpelaksanaan yang diberikan oleh jurusan akuntansi biasa-biasa saja karena dianggap kurang pentingdan kurang memuaskan. Variabel yang masuk dalam kuadran IV adalah variabel empati.\

4. KESIMPULAN1. Hasil penilaian responden terhadap seberapa besar harapan mereka terhadap layanan proses belajar

mengajar dan seberapa besar kinerja yang mereka rasakan, menunjukkan hasil bahwa mahasiswabelum puas terhadap layanan proses belajar mengajar di jurusan Akuntansi PNUP.

2. GAP antara harapan dan kepuasan yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap kualitas proses belajarmengajar di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang dari Kelima variabel yaitukeandalan, daya tanggap, kepastian, empati dan berwujud semuanya bernilai negatif artinya harapanmasih lebih besar dari kinerja yang dirasakan.

3. Hasil analisis kepentingan-kinerja atau diagram Kartesius, variabel kepastian yang berada padaKuadran II menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh jurusan akuntansi.Oleh karena itu variabel yang masuk dalam kuadran ini harus selalu dipertahankan oleh jurusanakuntansi karena dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.

4. Hasil analisis tingkat kesesuaian menunjukkan urutan prioritas pertama yang membutuhkanperbaikan adalah pegawai dan dosen memahami keinginan dan kebutuhan mahasiswa (tingkatkesesuaian terendah yaitu 62 %), selanjutnya urutan perioritas ke 2 ketersediaan ruang-ruangorganisasi mahasiswa(64 %), prioritas ke 3 dosen membantu terciptanya aktivitas kemahasiswaan,meliputi penalaran, minat, dan bakat dan seterusnya sesuai dengan urutan tabel tingkat kesesuaian diatas.

5. Pimpinan, dosen, dan staf jurusan akuntansi PNUP bisa memperbaiki kinerja khusus yangberhubungan dengan variabel-variabel yang belum memuaskan mahasiswa agar layanan prosesbelajar mengajar bisa maksimal.

5. DAFTAR PUSTAKAA. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, and Leonard L. Berry, "SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring

Consumer Perceptions of Service Quality" dalam Journal of Retailing Volume 64 Number 1 Spring 1988, pp.12-40.

Boyd, Harper W, Walker Orville C. , Harper W Boyd Jr., Jean Claude Larreche. 2000 Manajemen Pemasaran. Jilid Idan II.Jakarta : PT Glora Aksara Pertama.

Berry Leonard L, and Parasuraman A, 1995, Marketing Services, Macmillan Inc. Englinton Avenue East, New York.Irsutami (2013), Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Belajar Mengajar Program Magister

Akuntansi Terapan, Thesis Magister Akuntansi Terapan Universitas Gadjah Mada (MAKSI UGM), Yogyakarta.Keegen, Warren J. 1996 Manajemen Pemasaran Global. Edisi Indonesia. Jakarta: Prehalindo.Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millennium (Terjemahan). Jakarta: Prenhallindo.Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. 2006. Marketing Management. Twelfth Edition. New Jersey : Upper Saddle

RiverPalilati, Alida. 2004. “Pengaruh Tingkat Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan Perbankan di Wilayah Etnik

Bugis”. Jurnal Analisis. Volume 2 Maret 2004.Rahayu, Dwi (2013), Pengaruh Service Quality Terhadap Tingkat Kepuasan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UniversitasMaritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta.Tjiptono, Fandi. 1998. Strategi Pemasaran. Jakarta : GramediaTim Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2004. Perumusan Strategi Pemasaran PT Bank Pembangunan

Daerah Bali. (Persero). Hasil Penelitian Kerjasama BPD dengan Fakultas Ekonomi Universitas UdayanaDenpasar.

Umar, Husein. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia.

Page 228: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.228-233) 978-602-60766-3-2

228

INTEGRASI LOGIKA SAINS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(PAI) UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MAHASISWA DI PERGURUAN

TINGGI UMUM

Nur Chanifah1

Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur

ABSTRACT

Islamic Religious Education is one of the subjects that aim to develop student's personality. However, in realitythere are many problems such as learning that focus only on the cognitive aspect. This research tries to providealternative solution through integration of science logic in Islamic religious learning, so as to contribute in developingstudent character. This research belongs to library research with descriptive-qualitative approach. Data collectiontechniques use documentation. For analysis using document analysis with content analysis techniques. The resultsshowed that the process of integration of science logic in Islamic religous learning can be realized on the paradigm,approach, strategy, methods, materials, and evaluation of learning. while the implications can be seen from the steps oflearning and the characters that are formed on the students themselves.Keyword: Science logic, Islamic religious learning, and Character

A. PENDAHULUANDalam konteks perguruan tinggi umum (PTU), pendidikan agama Islam merupakan salah satu

dari beberapa matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) yang mempunyai peran besar dalammembangun karakter bangsa. Akan tetapi, dalam implementasinya matakuliah tersebut terkesan hanyasebagai pelengkap saja. Di antara problem tersebut adalah pembelajaran yang lebih mengarah pada aspekkognitif. Sementara untuk aspek afektif dan psikomotorik kurang diperhatikan, padahal keduanyamemiliki peran yang sangat signifikan dalam pengembangan karakter. Akibatnya, pembelajarannyakurang memberikan kontribusi dalam pengembangan karakter mahasiswa. Berdasarkan problem tersebut,maka perlu adanya inovasi dalam pembelajaran PAI agar nantinya dapat berkontribusi dalam membangunkarakter mahasiswa.

Kevin Ryan dan Thomas Lickona menyediakan model yang menarik mengenai pengembangankarakter yang melibatkan tiga unsur, yaitu pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pertama, mahasiswamempelajari muatan moral (moral knowing), belajar mengetahui yang baik melalui melalui informasipembuatan keputusan rasional. penalaran moral, pengambilan keputusan, dan kemampuan untukmendapatkan pengetahuan-diri melalui pengamatan dan evaluasi perilaku semuanya penting dalamdimensi perkembangan karakter ini. Kedua, domain afektif yang mencakup perasaan, simpati, kepedulian,dan cinta pada orang lain (moral feeling). Ketiga, tindakan tergantung pada kemauan, kompetensi, dankebiasaan seseorang (moral action). Kehendak di sini berarti bahwa mahasiswa harus menghendaki caramereka untuk mengatasi kepentingan diri sendiri, dan setiap kebanggaan atau kecemasan yang merekamiliki untuk melakukan apa yang mereka tahu adalah tindakan yang benar.

Dalam implementasinya, upaya pengembangan karakter tersebut salah satunya dapat dilakukandengan mengintegrasikan logika sains dalam pembelajaran PAI. Gagasan ini didasarkan pada teori Piagetsebagaimana yang dikutip oleh Mundilarto, bahwa seorang anak menjadi tahu dan memahami sainsmelalui interaksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Pembelajaran sains sebagai cara berpikir (logikasains) dapat membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebutdapat digunakan untuk membangun karakter atau akhlak. Misalnya, jika seseorang mempunyaikemampuan berpikir kritis, maka tidak akan mudah terjadi benturan di antara kelompok sosial sepertitawuran, karena mereka tidak mudah tertipu oleh isu. Pendekatan dalam pembelajaran sains yangmelibatkan proses (logika berfikir) atau disebut dengan pendekatan proses juga dapat digunakan untukmembentuk beberapa karakter mahasiswa. Pendekatan tersebut didasarkan pada langkah-langkah ilmiahyang dilakukan para ahli sains ketika mereka melakukan penyelidikan ilmiah.

Berdasarkan problem tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian bagaimana integrasilogika sains dalam pembelajaran PAI sehingga mampu berkontribusi dalam pengembangan karaktermahasiswa. Penelitian ini difokuskan pada dua masalah, yaitu bagaimana proses integrasi logika sainsdalam pembelajaran PAI dan implikasi integrasi logika sains untuk mengembangkan karakter mahasiswa

1 Nur Chanifah, 085648098522, [email protected]

Page 229: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.228-233) 978-602-60766-3-2

229

di perguruan tinggi umum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengatasiproblem pembelajaran PAI terutama dalam pengembangan karakter mahasiswa di Perguruan TinggiUmum.

B. METODE PENELITIANPenelitian ini digolongkan ke dalam jenis penelitian pustaka (library research) dengan

pendekatan deskriptif-kualitatif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, yaitu dengancara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,majalah dan sebagainya. Adapaun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah: Editing,Classifying, dan Concluding. Untuk analisis data dalam penelitian ini adalah analisis dokumen.Sedangkan teknik analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) denganjenis penyajian data deskriptif-kualitatif.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Proses Integrasi Logika Sains dalam Pembelajaran PAI

a. Paradigma pembelajaranParadigma pembelajaran PAI di perguruan tinggi harus dirubah dari paradigma dikotomis-

atomistik menuju paradigma integrative-interkonektif. Konsep tersebut pertama kali didengungkanoleh Amin Abdullah (mantan Rektor UIN Sunan Kalijogo) dalam usaha memahami kompleksitasfenomena kehidupan yang dihadapi dan dijalani manusia. Dalam setiap bangunan keilmuan apapun,baik keilmuan agama, keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiritanpa kerja sama, saling tegur sapa, saling membutuhkan, saling koreksi, dan saling berhubunganantar disiplin keilmuan. Lebih lanjut, paradigma tersebut juga berusaha saling menghargai antardisiplin ilmu (baik keilmuan umum dan agama), sadar akan keterbatasan masing-masing dalammemecahkan persoalan manusia. Inilah yang kemudian melahirkan sebuah kerjasama, setidaknyasaling memahami pendekatan (approach) dan metode berpikir (procces and procedure) antardisiplin ilmu.

Menurut Khoiruddin Nasution, sebagaimana dikutib oleh Hidayat, bahwa integrasimenghendaki adanya hubungan atau penyatuan atau sinkronisasi atau saling menyapa ataukesejajaran antar tiap bidang keilmuan yang ada. Setiap bidang keilmuan tidak dapat berdiri sendiri,tanpa saling menyapa dengan bidang keilmuan yang lain. Keadaan saling menyapa ini, menurutbeliau dapat terjadi/muncul secara induktif, integral (menyatu dalam bahasan), dapat juga dalambahasan yang komprehensif (kelengkapan aspek tinjauannya), interdisipliner dalam artian dariberbagai tinjauan, holistik (tinjauan menyeluruh) dan tematik (pembahasan sesuai dengan tema).Beberapa model integrasi-interkoneksi ini misalnya antara ilmu agama dan ilmu umum, Islamicstudies dan sains dan seterusnya. Di sinilah logika sains berperan dalam menunjang pembelajaranPAI, sehingga bisa mengantarkan mahasiswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan rasional. Dalam halini, mahasiswa diupayakan agar mereka mempunyai pengalaman sendiri untuk mendapatkanpengetahuan yang mereka butuhkan. Sementara interkoneksi menghendaki adanya intersection(persinggungan) antar setiap bidang keilmuan tersebut.

b. Pendekatan PembelajaranDalam kaitannya dengan integrasi logika sains, maka pendekatan pembelajarannya adalah

pendekatan saintifik. Pendekatan ini penting sekali untuk mengembangkan intelektual mereka,karena mereka dituntut berpikir rasional. Dengan pendekatan tersebut, maka pembelajaran PAIakan mengarah pada:1) Pendekatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered).2) Mengupayakan pembelajaran yang aktif, kreatif, atraktif, edukatif, menyenangkan, dan

bermakna dengan menggabungkan berbagai metode pembelajaran.3) Mengajak mahasiswa menggunakan berbagai sumber belajar.4) Mengajak mahasiswa berpikir kritis.

c. Strategi PembelajaranDalam kaitannya dengan integrasi logika sains, maka strategi pembelajarannya harus

berpusat pada mahasiswa. Untuk itu, strategi yang bisa diterapkan dengan logika sains adalahstrategi belajar tidak langsung, strategi belajar interaktif, dan strategi belajar pengalaman. Denganstrategi tersebut, maka daya nalar mahasiswa akan semakin berkembang, sehingga akanmembentuk karakter berpikir kritis dan ilmiah.

Page 230: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.228-233) 978-602-60766-3-2

230

d. Metode pembelajaranJika dikaitkan dengan pasal 5 Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor

43/Dikti/Kep/2006, maka proses pembelajaran kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian(termasuk di dalamnya pembelajaran PAI) di PT diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, dengan menempatkan mahasiswasebagai subyek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga,masyarakat, dan warga negara. Apabila hal ini dapat dilaksanakan, maka suasana yang terbangunakan memudahkan bagi dosen dalam mengembangkan materi dan mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya pada Pasal 5 ayat (2) Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor43/Dikti/Kep/2006, menyebutkan bahwa pembelajaran yang diselenggarakan merupakan prosesyang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analitis, induktif, deduktif, danreflektif melalui dialog kreatif partisipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaransubstansi dasar kajian, berkarya nyata, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar sepanjang hayat.Hal ini berimplikasi pada bentuk aktivitas proses pembelajaran Kelompok MatakuliahPengembangan Kepribadian yang perlu dikembangkan melalui kuliah tatap muka, ceramah, dialog(diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca, dan seminar kecil. Atas dasarketentuan itulah, maka logika sains harus terintegrasi dalam metode pembelajaran PAI. Upayatersebut dapat diimplementasikan dengan beberapa metode pembelajaran yang membuat mahasiswalebih aktif (active learning), seperti inkuiri, diskusi mendalam, tanya jawab, studi kasus, observasi,dan lain-lain.

e. Materi pembelajaran

Pasal 4 ayat (1) Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI Nomor 43/Dikti/Kep/2006menyatakan bahwa Pendidikan Agama meliputi 9 pokok bahasan, yaitu: Tuhan Yang Maha Esa danKetuhanan (Keimanan dan ketaqwaan dan Filsafat ketuhanan/teologi); Manusia (Hakikat manusia,Martabat manusia, dan tanggung jawab manusia); Hukum (Menumbuhkan kesadaran untuk taathukum Tuhan dan Fungsi profetik agama dalam hukum); Moral (Agama sebagai sumber moral danAkhlak mulia dalam kehidupan); Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni/Ipteks (Iman, ipteks danamal sebagai kesatuan; Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu; dan Tanggung jawabilmuwan dan seniman); Kerukunan antarumat beragama (Agama merupakan rahmat Tuhan bagisemua dan kebersamaan dalam pluralitas beragama); Masyarakat (Masyarakat beradab dansejahtera; Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera; serta HakAsasi Manusia/HAM dan demokrasi); Budaya (Budaya akademik serta Etos kerja, sikap terbuka,dan adil); Politik (Kontribusi agama dalam kehidupan berpolitik serta Peranan agama dalammewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa).

Berdasarkan materi tersebut, maka logika sains bisa diterapkan dalam materi pembelajaranPAI yang melibatkan daya nalar mahasiswa, misalnya dalam materi manusia, ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni/ipteks. Dalam menyusun dan menyampaikan materi tersebut, maka logika sainsbisa diintegrasikan ke dalamnya, misalnya mengapa manusia perlu agama?, bagaimana Allahmenciptakan manusia?. Penyampaian materi yang diawali dengan pertanyaan akan merangsangdaya nalar manusia.

f. Evaluasi pembelajaranJika dikaitkan dengan integrasi logika sains, maka model evaluasinya harus diarahkan pada

domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dosen tidak cukup hanya menggunakan model evaluasiyang berupa tes atau pertanyaan saja. Untuk itu, evaluasinya dapat berupa observasi, penilaian diri,dan penilaian sejawat. Dalam hal ini, dosen bisa menggunakan daftar checklist keaktifanmahasiswa, laporan mahasiswa tentang perkembangannya, dan bagaimana penilaian dari temannyamengenai dirinya sebagai bentuk pelengkap dari apa yang sudah dia laporkan.

2. Implikasi Integrasi Logika Sains dalam Pembelajaran PAI untuk Mengembangkan KarakterMahasiswa.

Pendekatan dalam pembelajaran sains yang melibatkan proses (logika berfikir) atau disebutdengan pendekatan proses juga dapat digunakan untuk membentuk beberapa karakter mahasiswa.Pendekatan tersebut didasarkan pada langkah-langkah ilmiah yang dilakukan para ahli sains ketikamereka melakukan penyelidikan ilmiah. Dalam permendikbud nomor 81 A tahun 2013 dinyatakan

Page 231: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.228-233) 978-602-60766-3-2

231

bahwa dengan integrasi logika sains terdapat keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatanbelajar dan maknanya. Hal ini bisa dilihat dalam tabel berikut ini:LangkahPembelajaran

Kegiatan belajar Kompetensi yang dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar, menyimak,melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian,mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan tentanginformasi yang tidak dipahami dari apayang diamati atau pertanyaan untukmendapatkan informasi tambahantentang apa yang diamati (dimulai daripertanyaan factual smapai kepertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kratifitas, rasa ingintahu, kemampuan merumuskanpertanyaan untuk membentuk pikirankritis yang perlu untuk hidup cerdas danbelajar sepanjang hayat.

Mengumpulkaninformasi/eksperimen

Melakukan eksperimen, membacasumber lain selain buku teks,mengamati objek/kejadian/aktifitas,wawancara dengan nara sumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,kemampuan berkomunikasi,menerapkan kemampuanmeengumpulkan informasi melaluiberbagai cara yang dipelajari,mengembangkan kebiasaan belajar danbelajar sepanjang hayat.

Mengasosiakan/mengolahinformasi

Mengolah informasi yang sudahdikumpulkan baik terbatas dari hasilkegiatan mengumpulkan ataueksperimen maupun hasil kegiatanmengamati dan mengumpulkaninformasi, pengolahan informasi yangdikumpulkan dari yang berssifatmerambah keluasan dan kedalamansampai kepada pengolahan informasiyang bersifat mencari solusi dariberbagai sumber yang memilkipendapat yang berbeda sampai yangbertentangan.

Mengembangkan sikap jujur, teliti,disiplin, taat aturan, kerja keras,kemampuan menerapkan prosedur dankemampuan berpikir induktif sertadeduktif dalam menyimpulkan.

Mengomunikasikan

Menyampaikan hasil pengamatan,kesimpulan berdasarkan hasil analisissecara lisan, tertulis, atau medialainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti,toleransi, kemampuan berpikirsistematis, mengungkapkan pendapatdengan singkat dan jelas, danmengembangkan kemampuan berbahasayang baik dan benar.

Pengintegrasian logika sains pada pembelajaran PAI juga berimplikasi pada materipembelajaran yang disampaikan oleh dosen menjadi utuh dan tidak saling memisahkan antara satuilmu dengan ilmu yang lain. Pendidikan Agama Islam tidak lagi sekedar normatif tapi juga saintifik.Pemahaman yang ditimbulkan dari pembelajaran PAI integratif akan menggiring mahasiswa untukbelajar secara totalitas. Selain itu, pembelajaran PAI juga akan dijadikan sebagai bagian darikehidupan nyata (real life) yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Hal ini tidak akan terjadi jikapemahaman terhadap PAI secara isolatif atau terpisah dengan keilmuan lain, di mana kondisi ini jelasdapat menimbulkan kesan bahwa agama hanya berurusan dengan ketuhanan dan akhirat, sementarailmu-ilmu modern berkaitan dengan manusia dan kehidupan di dunia mereka abaikan. Oleh karena itu,penting sekali adanya integrasi antara PAI dengan disiplin ilmu yang lain termasuk logika sains.

Sedangkan langkah-langkah pembelajarannya diawali dengan menggali informasi darimahasiswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Dari pertanyaan tersebut akan ada banyak prosesbelajar yang dilalui seperti proses pengamatan, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan,

Page 232: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.228-233) 978-602-60766-3-2

232

dan mencipta. Akan tetapi, langkah-langkah tersebut sangat fleksibel sesuai dengan materipembelajaran dan situasi kelas atau lingkungan belajar, sehingga langkah-langkah tersebut hanyasekedar sebagai salah satu contoh integrasi logika sains dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu,metode yang dapat diterapkan adalah observasi atau pengamatan yang mengutamakan kebermaknaanproses pembelajaran (meaningfull learning). Metode tersebut memberikan pengalaman belajar yangsangat lengkap kepada siswa untuk ranah kognitif, ranah afektif juga ranah psikomotorik. Pada ranahkognitif dengan metode ilmiah dapat mengembangkan level taksonomi mulai pada level terendah yaitumengenal (pengetahuan), pemahaman, penerapan, sampai dengan level tinggi yaitu analisis, sintesisdan evaluasi. Pada ranah psikomotorik jelas dengan melakukan proses metode ilmiah memberikanpengalaman langsung kepada siswa untuk dapat membuktikan suatu teori ataupun konsep. Ranahafektif menumbuhkan sikap tanggung jawab, keinginan hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif, kreatif,toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri positif, mengenal hubungan antaramasyarakat dan sains,dll. Kesemua item-item tersebut juga menunjukan adanya indikator penanamankarakteristik pada diri siswa yang bermartabat, berkualitas serta memiliki integritas.

D. KESIMPULANProses integrasi logika sains dalam pembelajaran PAI di PTU dapat dilakukan melalui: 1)

Paradigma pembelajaran: mengubah paradigma pembelajaran dari yang bersifat dikotomik-atomistikmenjadi integrative-interkonektif, 2) Pendekatan pembelajaran: mengubah pembelajaran berpusat padadosen (teacher centered) menjadi berpusat pada mahsiswa (student centered), 3) Strategi pembelajaran:strategi pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran tidak langsung, pembelajaran eksperimental, danpembelajaran interaktif, 4) Metode pembelajaran: metode pembelajaran yang diterapkan mengarah padakeaktifan mahasiswa, yaitu tanya jawab, studi kasus, problem solving, diskusi, dan lain-lain, 5) Materipembelajaran: materi pembelajarannya disajikan dengan sebuah paparan yang dapat menggugah ataumerangsang keaktifan mahasiswa, misalnya: mengapa manusia membutuhkan agama, bagaimanamembuktikan wujudnya allah, dan lain-lain, 6) Evaluasi pembelajaran: evaluasi pembelajarannya jugadiarahkan agar bisa mengukur keaktifan dan sikap mahasiswa. Untuk itu, system evaluasinya bisamenggunakan observasi dengan checklist, penilaian atau laporan diri, dan penilaian sejawat.

Sedangkan Implikasinya dalam pengembangan karakter mahasiswa adalah langkah-langkahpembelajaran yang mengintegrasikan logika sains akan berbeda. Pembelajaran bisa dimulai denganpertanyaan yang bisa merangsang daya nalar mahasiswa sehingga mereka bisa aktif. Setelah itu bisadilanjutkan dengan kegiatan mengamati, mengumpulkan informasi atau data, mengolah informasi,melaporkan, dan mengkomunikasikan. Ada banyak karakter yang bisa dikembangkan dari prosestersebut, di antaranya adalah karakter ketelitian, kejujuran, kreatifitas, disiplin, taat pada aturan,komunikatif, dan lain-lain.

E. DAFTAR PUSTAKAAdisusilo, Sutarjo, J.P, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: rajawali Press, 2012Aminudin dan Zainal Asikin, Pengantar Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006Dimyati, Moh, Penelitian Kualitatip, IKIP Malang, Malang: 1990Grafura, Lubis dan Ari Wijayanti, Metode dan Strategi Pembelajaran yang unik, Yogyakarta: Ar-Ruzz media,

2012Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, tp, YogyakartaHanafi, Yusuf, Bias-bias Dikotomi dalam buku ajar matakuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi

Umum, dalam jurnal ISLAMICA, Vol. 6, No. 1, September 2011, UIN Suanan Ampel SurabayaHidayat,Muslih, Pendekatan Integratif-Interkonektif: Tinjauan paradigmatic dan implementatif dalam

pembelajaran Peendidikan Agama Islam, Jurnal Ta’dib, Vol. XIX, No. 02, Edisi November 2014.Hidayatullah, Furqan, Pendidikan Karakter, Membangun Peradaban Bangsa. Yuma Pustaka: Surakarta, 2010Ismail, Fajri, Inovasi Evaluai Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Model-model peenilaian berbasis afektif),

jurnal TA’DIB, Vol. XVIII, No. 02, Edisi November 2013Kesuma, Dharma, dkk, Pendidikan Karakter, kajian teori dan praktek di sekolah, Remaja Rosdakarya: Bandung,

2014Kusnadi, Acep, Implementasi Pendekatan Saintifik dalam langkah-langkah pembelejaran Pendidikan Agama

Islam dan Budi Pekerti (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Cisarua), Jurnal Safina Volume 01/Nomor 01/Maret2016

Lickona, Thomas, Mendidik untuk membentuk karakter, Bumi Aksara, jakarta, 2013Liliasari, Membangun Masyarakat melek sains berkarakter bangsa melalui pembelajaran, makalah Seminar

Nasional UNNES, 2011

Page 233: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.228-233) 978-602-60766-3-2

233

Machdhoni, Metode Penelitian Untuk Ilmu Ekonomi, UMM Press, Malang, 1993Madjid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman, Analisis data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi, UI Press,

Jakarta: 1999Mundilarto, Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sains, Makalah yang disampaikan pada Seminar

Nasional Pendidikan Sains di UNESA, tanggal 19 Januari 2013Muqit, Abdul & Djuwairiyah, Desain Strategi Pembelajaran Menuju Capaian Pembelajaran, JPII Volume 1,

Nomor 2, April 2017Nashir, Haedar, Pendidikan Karakter berbasis Agama dan Budaya, Multi Presindo: Yogyakarta, 2013Nata, Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2014Nazir, Moh, Metode Penelitian, Ghali Indonesia, Jakarta, 2005Nucci, Larry P. dan Darcia Narvaez, Handbook Pendidikan moral dan karakter terj. Imam Baehaqie dan Derta Sri

Widowatie, Nusa Media, Bandung, 2014.Rich, Dorothy, Mega Skills: Building Our Childrens Character and achievement for school and life, Source book,

Canada, 2008

Rusman, Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2010

Santoso, Mudji, Hakekat, Peranan, dan Jenis-jenis Penelitian, serta Pola Penelitian pada Pembangunan LimaTahun ke VI, dalam Imron Arifin (ed), Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan,Kalimasahada Press, Malang: 1996

Samani, Muchlas dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Remaja Rosdakarya: Bandung, 2013Shihab, Quraish, Menabur Pesan Illahi, al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, Lentera Hati: Jakarta,

2006Syamsuddin Makmun, Abin, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosda Karya Remaja, 2003

Tim Kurikulum dan Pembelajaran, Buku Kurikulum Perguruan Tinggi, Direktoral Pembelajaran danKemahasiswaan, Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,2014Winarti, Pembangunan Karakter dalam Pembelajaran Sains melalui Metode ilmiah,https://core.ac.uk/download/files/478/12346185.pdf, diakses pada tanggal 5 April 2016

Wiyono, Bambang Budi, Metodologi Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research),Fakultas Ilmu Pendidikan UM, Malang: 2007

Page 234: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.234-239) 978-602-60766-3-2

234

IDENTIFIKASI PRIORITAS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN IKANKELOMPOK WANITA ISTERI NELAYAN “FATIMAH AZZAHRA”, KELURAHAN

PATTINGALLOANG, KECAMATAN UJUNG TANAH, MAKASSAR

Yayu Meiniza Z.1), Tjare A. Tjambolang2)

1),2) Dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

This research aims to produce an outcome of a draft policy to improve the quality of processed fish products ofWomen's Wife Fishermen Group "Fatimah Azzahra". Implementation of the policy is expected to improve the quality ofprocessed fish products, consumer buying interest, income and welfare of its members. The draft of service qualityimprovement policy is made by PFI (Priorities of Improvement) analysis method, through gap analysis method to tenattributes of product quality that have been identified. Furthermore, mapping is done by using Cartesian diagram todetermine the position of these attributes in each quadrant. Data collection was done by distributing questionnaires toconsumers who have consumed fish processed products, interviews and observation. The results show that the attributesthat are the first priority to be improved are the expiration date, followed by the successive identity of the productmaker, the information about the product content, and the product coating material.Keywords: priorities for improvement, gap analysis, product quality

1. PENDAHULUANAgroindustri merupakan suatu bidang yang seharusnya mampu mengangkat pendapatan nasional

Indonesia. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah sehinggapemanfaatannya harus mendapat prioritas tersendiri dalam kegiatan pembangunan. Bahan baku agroindustribaik yang berupa hasil pertanian pangan dan non pangan, hasil perikanan, peternakan dan perkebunanmerupakan modal besar untuk mengembangkan negara ini menjadi negara yang memiliki kedaulatan danketahanan pangan, serta memiliki kekuatan untuk berkompetisi di dunia bisnis.

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling hakiki bagi manusia. Karena itu, UUD 1945 telahmengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan kedaulatan pangan (hak rakyat atas pangan) danmengupayakan terpenuhinya kebutuhan pangan bagi penduduk. Dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentangPangan, disebutkan bahwa penyelenggaraan pangan salah satunya bertujuan untukmeningkatkankesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan, dan pelaku usaha pangan. Untuk mencapai tujuantersebut maka industri di bidang pangan menjadi prioritas dalam pembangunan. Salah satu pangan pentingdalam agroindustri adalah ikan. Produk perikanan memiliki kelebihan dibanding dengan produk hewanilainnya karena memiliki kandungan protein yang tinggi, mudah dicerna, dan mengandung lemak tak jenuhdengan kadar kolesterol sangat rendah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Oleh karena itu agroindustriberbahan dasar ikan perlu dikembangkan, baik dalam skala mikro, kecil, menengah, dan besar. Untuk itupenerapan hasil riset dan teknologi dalam pemanfaatan sumberdaya perikanandapat diharapkan mampumeningkatkan nilai tambah produk perikanan yang dihasilkan.

Salah satu kelompok usaha yang menghasilkan produk olahan ikan adalah Kelompok Wanita IsteriNelayan “Fatimah Azzahra”, di Kelurahan Pattingaloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, berupa nuggetikan. Lingkup daerah pemasaran kelompok usaha ini belum meluas, sehingga perlu dilakukan penelitianuntuk mengembangkan potensi usahanya. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu dengan mengupayakanpeningkatan kualitas produknyasehingga dianggapperlu dilakukan identifikasi prioritas peningkatan kualitasproduk olahan ikan Kelompok Wanita Isteri Nelayan ‘Fatimah Azzahra’.Suatu produk dikatakan berkualitasjika mampu memenuhi karakteristik-karakteristik yang diharapkan pelanggan. Hal ini sesuai denganpenelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setiawan dan Japarianto (2012) mengenai analisa pengaruh foodquality dan brand image terhadap keputusan pembelian roti kecik Toko Roti Ganep’s di kota Solo, sertapenelitian Susilowati dan Osmond (2013) mengenai pengaruh persepsi konsumen pada kualitas makanan,kualitas layanan dan harga terhadap keputusan pembelian konsumen di Loving Hut Surabaya, dan penelitianAisyah (2015) mengenai pengaruh kualitas produk, daya tarik iklan terhadap minat beli produk indomie(studi kasus pada masyarakat di Bekasi) menunjukkan bahwa faktor-faktor kualitas produk berpengaruhpositif dan signifikan terhadap minat beli.Dalam praktek tidaklah layak memiliki terlalu banyak prioritas

1 Korespondensi penulis: Yayu Meiniza, [email protected]

Page 235: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.234-239) 978-602-60766-3-2

235

perbaikan karena akan tidak sebanding dengan nilai tambah produk sehingga perlu ditetapkan prioritasutamanya. Perlunya upaya pengembangan pada kelompok usaha tersebut juga dikarenakan saat inipemerintah tetap menempatkan peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama dalampembangunan nasional dengan mengembangkan perekonomian rakyat. Meskipun berskala kecil, KelompokIsteri Nelayan “Fatimah Azzahra” turut berkontribusi pada sektor agribisnis yang menjadi sektor unggulan diSulawesi Selatan.

Tujuan khusus penelitian adalah menghasilkan luaran berupa rancangan kebijakan peningkatan kualitasproduk olahan ikan Kelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra”, di Kelurahan Pattingaloang,Kecamatan Ujung Tanah. Secara umum, manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan,adalah dapat mengetahui seberapa baik kualitas nugget ikan yang dihasilkan Kelompok Wanita IsteriNelayan “Fatimah Azzahra”, dapat mengidentifikasi dimensi kualitas (atribut-atribut) produk yang menjadiprioritas dalam peningkatan kualitas nugget ikan produksi “Fatimah Azzahra”, dapat meningkatkan kualitasnugget ikan sehingga dapat meningkatkan minat beli konsumen, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraananggotanya

2. METODE PENELITIAN / PELAKSANAAN PENGABDIANTipe penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan yaitu salah satu jenis penelitian yang bertujuan

untuk memberikan solusi atas permasalahan tertentu. Penelitian ini juga merupakan penelitian survei yangmenggunakan kuesioner sebagai alat utama dalam pengumpulan data, disamping wawancara dan observasi.Desain penelitian terdiri dari langkah-langkah berikut:1) mengidentifikasi indikator dari kualitas produk.

Agar indikator yang diidentifikasi benar-benar sesuai dengan produk yang diteliti maka dilakukan denganmenggunakan kombinasi model dari Potter dan Hotchkiss (2013), Jones (dalam Susilowati dan Osmond,2013), West, Wood, dan Harger (dalam Reynaldo, 2015), serta Kotler, Keller, dan Lane (2012), sehinggadiperoleh indikator kualitas produk sebagai berikut:

Tabel 1.Dimensi Kualitas Produk Olahan Ikan (nugget ikan)No. Indikator Kualitas Produk Olahan Ikan1. Rasa dari nugget ikan

2. Tekstur dari nugget ikan (kelembutan yang pas, tidak keras)

3. Nugget memiliki pelapis tepung yang baik sehingga tetap memiliki rasa dan bentuk yang baik saat digoreng

4. Nugget memiliki bentuk yang menarik yang dapat memengaruhi selera untuk disantap

5. Ukuran masing-masing nugget yang pas untuk dikonsumsi

6. Nugget tahan lama, memiliki umur simpan yang cukup lama sebagai persediaan untuk dikonsumsi

7. Informasi mengenai isi produknya (kandungan/komposisi bahan, berat, dll.)8. Kemasan yang memiliki identitas pembuat produk nugget

9. Kemasan yang dapat menjamin kebersihan dan kesehatan produk (bentuk dan bahan kemasan)

10. Informasi tanggal kadaluarsa produk

2) Menyusun instrumen pengumpulan data penelitian yaitu kuesioner untuk tingkat kepentingan masing-masing indikator kualitas produk dan kuesioner untuk tingkat kinerja masing-masing indikator kualitasproduk, menggunakan pilihan jawaban yang diukur dengan skala Likert.

3) Menentukan sampel penelitian berdasarkan pada jumlah parameter yang digunakan. Pedomannya adalah5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi (Bungin, 2009), sehingga jumlah responden minimal adalah50 orang, dalam penelitian ini diperoleh 58 orang responden

4) Pengumpulan data, dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi5) Melakukan tabulasi dan pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS untuk

menghasilkan tabel frekuensi bagi tiap atribut produk yang diteliti.6) Menganalisis data menggunakan metode Importance Performance Analysis dengan langkah sebagai

berikut: (1) mengukur rata-rata skor tingkat kepentingan (2) mengukur rata-rata skor tingkat kinerjaproduk

7) Mengidentifikasi unsur produk yang harus diperbaiki, disertai dengan urutan prioritasnya, dilakukandengan mengukur kesenjangan antara skor kepentingan dengan skor kinerja dengan cara menghitungselisihnya: Skor Kesenjangan (gap) = rata-rataskor kinerja – rata-rata skor kepentingan

Page 236: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.234-239) 978-602-60766-3-2

236

8) Melakukan pemetaan (mapping) unsur-unsur produk yang menjadi prioritsas untuk ditingkatkan denganmenggunakan diagram kartesius, sehingga dapat dirumuskan kebijakan peningkatan kualitas produk. Nilaiyang memotong tegak lurus pada sumbu vertikal dan horizontal diperoleh berdasarkan hasil rata-ratatingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut.

3. HASIL DAN PEMBAHASANResponden dalam penelitian ini adalah pembeli nugget ikan di Kelompok Wanita Isteri Nelayan

“Fatimah Azzahra”, dan sudah pernah mencoba nugget ikan tersebut. Data yang diperoleh diolah denganmenggunakan metode analisis statistik deskriptif, Importance Performance Analysis, dan metode pemetaanprioritas perbaikan atribut produk. Hasil pengolahan data beserta pembahasannya, diuraikan di bawah ini.3.1 Pengukuran Tingkat Kepentingan Atribut Kualitas Produk Olahan Ikan (nugget ikan) bagi

pelangganSetiap atribut atau dimensi kualitas dari nugget ikan yang diproduksi oleh Kelompok Wanita Isteri

Nelayan “Fatimah Azzahra” memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda menurut persepsi masing-masing konsumennya. Oleh karena itu dilakukan pengukuran terhadap tingkat kepentingan (importancerating) dari setiap dimensi kualitas produk tersebut, yang hasilnya ditampilkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Tanggapan Responden mengenai Tingkat Kepentingan dari Atribut-atribut Nugget IkanNo Atribut

Tanggapan Responden jumlahfrekuensi

totalskor

skor ke-pentingantidak

pentingkurangpenting

cukuppenting penting sangat

penting1 Rasa dari nugget ikan 0 0 4 16 38 58 266 4,59

2 Tekstur dari nugget ikan (kelembutan yang pas,tidak keras) 0 0 4 26 28 58 256 4,41

3 Memiliki pelapis tepung yang baik sehingga tetapmemiliki rasa dan bentuk yang baik saat digoreng 0 1 1 32 24 58 253 4,36

4 Nugget memiliki bentuk yang menarik yang dapatmemengaruhi selera untuk disantap 0 2 19 20 17 58 226 3,90

5 Ukuran masing-masing nugget yang pas untukdikonsumsi 0 2 21 25 10 58 217 3,74

6 Nugget tahan lama, memiliki umur simpan yangcukup lama sebagai persediaan untuk dikonsumsi 0 2 7 17 32 58 253 4,36

7 Informasi mengenai isi produknya (komposisi bahan,berat, dll.) 0 1 5 15 37 58 262 4,52

8 Kemasan yang memiliki identitas pembuat produknugget 0 0 5 27 26 58 253 4,36

9 Kemasan yang dapat menjamin kebersihan dankesehatan produk (bentuk dan bahan kemasan) 0 1 3 10 44 58 271 4,67

10 Informasi tanggal kadaluarsa produk 0 2 2 6 48 58 274 4,72

Skor tingkat kepentingan diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian frekuensi setiap tanggapan denganmasing-masing skor Likert tiap tanggapan tersebut, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Skor tingkatkepentingan tertinggi berturut-turut adalah informasi tanggal kadaluarsa, bentuk dan bahan kemasan, rasa,dan informasi isi produk.3.2Pengukuran terhadap Tingkat Kinerja Produk Olahan Ikan (nugget ikan)Tingkat kinerja produk atau kualitas suatu produk makanan adalah sejauk mana keseluruhan darikarakteristik-karakteristik makanan dapat diterima atau dapat memenuhi harapan konsumen. Karena itukualitas produk dapat diukur dari tingkat kepuasan konsumen terhadap karakteristik atau atribut-atributproduk tersebut. Tabel 3 menunjukkan bagaimana tingkat kinerja produk menurut persepsi konsumen.

Tabel 3. Tanggapan Responden mengenai Tingkat Kinerja Nugget IkanNo Atribut

Tanggapan Responden jumlahfrekuensi

totalskor

skorkepuasantidak

puaskurangpuas

cukuppuas puas sangat

puas1 Rasa dari nugget ikan 0 3 8 27 20 58 238 4,10

2 Tekstur dari nugget ikan (kelembutan yang pas,tidak keras) 0 15 18 16 9 58 193 3,33

3 Memiliki pelapis tepung yang baik sehingga tetapmemiliki rasa dan bentuk yang baik saat digoreng 3 19 18 18 0 58 167 2,88

4 Nugget memiliki bentuk yang menarik yang dapatmemengaruhi selera untuk disantap 0 11 24 20 3 58 189 3,26

5 Ukuran masing-masing nugget yang pas untukdikonsumsi 1 12 22 20 3 58 186 3,21

6 Nugget tahan lama, memiliki umur simpan yangcukup lama sebagai persediaan untuk dikonsumsi 6 8 20 21 3 58 181 3,12

7 Informasi mengenai isi produknya (komposisi bahan,berat, dll.) 17 26 7 6 2 58 124 2,14

8 Kemasan yang memiliki identitas pembuat produknugget 16 33 8 1 0 58 110 1,90

9 Kemasan yang dapat menjamin kebersihan dankesehatan produk (bentuk dan bahan kemasan) 6 13 14 15 10 58 184 3,17

10 Informasi tanggal kadaluarsa produk 22 23 4 6 3 58 119 2,05

Dari tabel di atas skor tingkat kepuasan tertinggi adalah untuk atribut rasa dari nugget ikan dengan skor 4,1,disusul oleh bentuk dan ukuran nugget ikan yang pas untuk dikonsumsi. Adapun kepuasan terendah adalah

Page 237: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.234-239) 978-602-60766-3-2

237

untuk atribut identitas pembuat produk dengan skor kepuasan sebesar 1,9 disusul oleh informasi mengenaiproduknya, kemudian bahan pelapis nugget ikan3.3 Mengidentifikasi PFI (Priorities For Improvement) terhadap Atribut-atribut Produk Nugget IkanUntuk mengidentifikasi atribut-atribut produk nugget ikan yang menjadi prioritas untuk diperbaiki, terlebihdahulu harus dilakukan analisis kesenjangan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 4. Tabel Kesenjangan antara Tingkat Kinerja Produk dengan Tingkat Kepentingan

No. Atribut KinerjaProduk Kepentingan Gap

1 Rasa dari nugget ikan 4,10 4,59 -0,492 Tekstur dari nugget ikan (kelembutan yang

pas, tidak keras) 3,33 4,41 -1,08

3 Memiliki pelapis tepung yang baik sehinggatetap memiliki rasa dan bentuk yang baiksaat digoreng

2,88 4,36 -1,48

4 Nugget memiliki bentuk yang menarik yangdapat memengaruhi selera untuk disantap 3,26 3,90 -0,64

5 Ukuran masing-masing nugget yang pasuntuk dikonsumsi 3,21 3,74 -0,53

6 Nugget tahan lama, memiliki umur simpanyang cukup lama sebagai persediaan untukdikonsumsi

3,12 4,36 -1,24

7 Informasi mengenai isi produknya(komposisi bahan, berat, dll.) 2,14 4,52 -2,38

8 Kemasan yang memiliki identitas pembuatproduk nugget 1,90 4,36 -2,46

9 Kemasan yang dapat menjamin kebersihandan kesehatan produk (bentuk dan bahankemasan)

3,17 4,67 -1,50

10 Informasi tanggal kadaluarsa produk 2,05 4,72 -2,67

Berdasarkan perhitungan gap di atas dapat diketahui urutan prioritas atribut-atribut yang perlu ditingkatkan.Prioritas pertama adalah untuk atribut ke 10 yaitu informasi tanggal kadaluarsa produk. Berdasarkanwawancara, kelompok wanita nelayan tersebut belum memiliki pengetahuan untuk menmperkirakan umursimpan produk. Berikutnya adalah atribut kedelapan yaitu identitas pembuat produk pada kemasan, danatribut ketujuh yaitu informasi mengenai isi produk, serta atribut ketiga yaitu bahan pelapis nugget ikan.Analisis kesenjangan menghasilkan urutan prioritas untuk perbaikan atribut-atribut pelayanan, tetapi tidakmampu mengelompokkan atribut mana saja yang benar-benar harus diprioritaskan, mana yang harusdipertahankan, dan mana yang tidak perlu ditingkatkan, sehingga harus dilakukan pemetaan terhadap atribut-atribut tersebut dengan menggunakan diagram kartesius. Hasil pemetaan tersebut diuraikan di bawah ini.3.4 Pemetaan (mapping) Atribut-atribut Produk Olahan Ikan (nugget ikan) yang Menjadi Prioritas

untuk Ditingkatkan

Gambar 1 Diagram Kartesius Dimensi Produk Olahan Ikan Kelompok Wanita Isteri Nelayan “FatimahAzzahra” yang Diharapkan dan Produk Olahan Ikan yang Dirasakan Konsumen

Pada gambar 1 diagram Kartesius di atas, terlihat letak dari atribut-atribut yang merupakan gambaranpenilaian produk olahan ikan yang diharapkan dan produk olahan ikan yang dirasakan oleh konsumen.Keterangan:1. Kuadran A, menunjukkan atribut yang memengaruhi kepuasan konsumen, namun produk olahan ikan

yang dihasilkan belum mampu melaksanakannya dengan baik, meliputi: 1)nugget memiliki bahan pelapisyang baik sehingga tetap memiliki rasa dan bentuk yang baik saat di goreng (X3); 2)informasi mengenaiisi produknya (kandungan/komposisi bahan, berat, dll) (X7); 3)kemasan memiliki identitas pembuatproduk nugget (X8); 4)informasi tanggal kadaluarsa produk (X10)

2. Kuadran B, menunjukkan atribut yang memengaruhi kepuasan konsumen, dimana Kelompok WanitaIsteri Nelayan “Fatimah Azzahra” telah melaksanakannya sesuai dengan harapan konsumen produk ikan

Page 238: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.234-239) 978-602-60766-3-2

238

olahan, meliputi: 1)rasa dari nugget ikan (X1); 2)tekstur dari nugget ikan (kelembutan yang pas, tidakkeras) (X2); 3) nugget tahan lama, memiliki umur yang cukup lama sebagai persediaan untuk dikonsumsi(X6); 4) kemasan yang dapat menjamin kebersihan produk (bentuk dan bahan kemasan) (X9)

3. Kuadran C, menunjukkan atribut yang berada pada kuadran ini kurang dianggap penting oleh konsumenproduk ikan olahan, sedangkan kualitas yang diberikan oleh Kelompok Wanita Isteri Nelayan “FatimahAzzahra” tergolong biasa-biasa saja. Berdasarkan hasil pada Diagram Kartesius, tidak ada atribut yangterdapat pada kuadran ini.

4. Kuadran D, menunjukkan bahwa atribut yang berada pada kuadran ini dianggap kurang penting olehkonsumen, namun kualitas produk yang diberikan oleh Kelompok Wanita Isteri Nelayan “FatimahAzzahra” berlebihan, meliputi: 1) nugget memiliki bentuk yang menarik yang dapat memengaruhi selerauntuk disantap (X4); dan 2) ukuran dari masing-masing nugget yang pas untuk dikonsumsi (X5)

3.5 PembahasanBerdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Diagram Kartesius dapat dilihat beberapa atribut

produk olahan ikan yang telah dan dapat memberikan kepuasan kepada para konsumen. Apabiladihubungkan dengan ke sepuluh dimensi, yakni: rasa, tekstur, bentuk, ukuran, daya tahan, informasi produk,kemasan, dan informasi kadaluarsa yang digunakan dalam mengukur kesenjangan antara kualitas produkolahan ikan yang dirasakan dan kualitas produk olahan ikan yang diharapkan, maka hubungan tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut:Variabel Rasa (X1) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Pengamatan berdasarkan Analisis Kepentingan-Kepuasan yang juga dapat dilihat pada DiagramKartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk khususnya untuk Variabel Rasa (X1) berada padakuadran B, yang bermakna bahwa telah terdapat kesesuaian antara apa yang diharapkan dan apa yangdirasakan oleh konsumen terhadap kualitas produk olahan ikan yang di produksi oleh Kelompok WanitaIsteri Nelayan “Fatimah Azzahra”.Variabel Tekstur (X2) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel Tekstur (X2)berada pada Kuadran B. Hal ini berarti bahwa telah terdapat kesesuaian antara apa yang diharapkan dan apayang dirasakan oleh konsumen terhadap kualitas produk olahan ikan yang di produksi oleh KelompokWanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra”.Variabel Pelapis Produk (X3) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapat dilihatpada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel Pelapis Produk (X3)berada pada Kuadran A. Hal ini berarti bahwa menurut konsumen, nugget memiliki bahan pelapis yang baikmerupakan faktor yang penting dan diharapkan, namun pihak Kelompok Wanita Isteri Nelayan “FatimahAzzahra” belum mampu memberikan kualitas produk yang sesuai dengan yang diinginkanVariabel Bentuk (X4) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan-Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel Bentuk (X4)berada pada Kuadran D. Hal ini bermakna bahwa pihak Kelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra”telah memproduksi nugget yang memiliki bentuk yang menarik, sehingga dapat memengaruhi selera untukdisantap, namun dinilai kurang penting oleh konsumen, sehingga terkesan berlebihan.Variabel Ukuran (X5) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel Ukuran (X5)terletak pada Kuadran D. Hal ini berarti bahwa untuk atribut ukuran masing-masing nugget yang dihasilkanoleh Kelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra” telah sesuai atau pas untuk dikonsumsi, namundinilai kurang penting oleh konsumen, sehingga terkesan berlebihan.Variabel Daya Tahan (X6) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan-Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel Daya Tahan(X6) terletak pada Kuadran B. Hal ini berarti bahwa untuk atribut nugget tahan lama serta memiliki umursimpan yang cukup lama sebagai persediaan untuk dikonsumsi merupakan hal yang sangat diharapkan oleh

Page 239: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.234-239) 978-602-60766-3-2

239

konsumen untuk diperhatikan oleh Kelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra”. Kenyataannyaatribut tersebut dirasakan sangat memuaskan oleh konsumen produk olahan ikan.Variabel Informasi Produk (X7) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel InformasiProduk (X7) terletak pada Kuadran A. Hal ini berarti bahwa untuk atribut informasi mengenai isi produknya,yakni kandungan atau komposisi isi bahan, berat, dan lain-lain, menurut konsumen merupakan faktor yangpenting dan diharapkan, namun pihak Kelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra” belum mampumemberikan informasi yang sesuai dengan yang diinginkan.Variabel Identitas Kemasan (X8) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel IdentitasKemasan (X8) terletak pada Kuadran A. Hal ini berarti bahwa untuk atribut kemasan memiliki identitaspembuat produk nugget merupakan faktor yang penting dan diharapkan oleh konsumen, namun pihakKelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra” belum mampu memberikan produk sesuai dengandiinginkan.Variabel Kemasan (X9) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel Kemasan (X9)terletak pada Kuadran B. Hal ini berarti bahwa untuk atribut kemasan yang dapat menjamin kebersihanproduk (bentuk dan bahan kemasan) merupakan hal yang sangat diharapkan oleh konsumen untukdiperhatikan oleh Kelompok Wanita Isteri Nelayan “Fatimah Azzahra”. Kenyataannya, atribut tersebutdirasakan sangat memuaskan oleh konsumen.Variabel Informasi Kadaluarsa (X10) terhadap Variabel Kepuasan (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil Analisis Kepentingan- Kepuasan yang juga dapatdilihat pada Diagram Kartesius, menunjukkan bahwa atribut kualitas produk untuk Variabel InformasiKadaluarsa (X10) terletak pada Kuadran A. Hal ini berarti bahwa untuk atribut informasi tanggal kadaluarsadinilai sebagai faktor penting oleh konsumen, namun pihak Kelompok Wanita Isteri Nelayan “FatimahAzzahra” belum mampu memberikan produk yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen.4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1) hasil analisis kesenjangan dan pemetaan dengan diagram kartesius menunjukkan bahwa atribut yang

menjadi prioritas pertama untuk diperbaiki adalah informasi tanggal kadaluarsa, selanjutnya berturut-turut identitas pembuat produk, informasi mengenai isi produk, dan bahan pelapis produk

2) dari hasil pemetaan juga disimpulkan bahwa atribut produk yang perlu dipertahankan adalah rasa,tekstur, umur simpan produk, serta bahan kemasan.

3) kelompok wanita isteri nelayan “Fatimah Az-Zahra” membutuhkan keterampilan untuk menentukanmasa kadaluarsa produk, pengetahuan untuk membuat kemasan yang informatif untuk dapat mendukungpemasarannya, dan kemampuan untuk memperbaiki pelapisan produk.

5. DAFTAR PUSTAKAAisyah, Nurul. 2015. Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan Terhadap Minat Beli Produk Indomie (Studi Kasus

Pada Masyarakat di Bekasi)., Vol. 3, No. 2 Desember 2015.Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2012. Marketing Management. 14th edition.New York: Prentice Hall Publisher.Potter, N. Norman dan Hotchkiss, J.H. 2013. Food Science. Fifth Edition. New York: Springer Science and Business

Media.Reynaldo, Yovan., dan Santoso, O. R. 2015. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Kualitas Produk Terhadap

Loyalitas Pelanggan de’Excelso Surabaya Town Square. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, Vol. 2.Setiawan, Margaretha, F., dan Japarianto, Edwin. 2012. Analisa Pengaruh Food Quality dan Brand Image terhadap

Keputusan Pembelian Roti Kecik Toko Roti Ganep’s di Kota Solo. Jurnal Manajemen Pemasaran. Vol. 1, No.1.

Susilowati, S, dan Osmond, J. 2013. Pengaruh Persepsi Konsumen pada Kualitas Makanan, Kualitas Layanan, danHarga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Loving Hut Surabaya. Jurnal Hospitality dan Manajemen

Page 240: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.240-245) 978-602-60766-3-2

240

“SELF-AWARENESS (KESADARAN PRIBADI) MASYARAKAT DALAMMEWUJUDKAN SUSTAINABLE ENVIRONMENTSELF-AWARENESS (KESADARAN

PRIBADI) MASYARAKATDALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE ENVIRONMENTDITINJAU DARI PERSPEKTIF AUDIT LINGKUNGAN”

Khoirina Farina1) , Sri Opti2), Ludwina Harahap3)

1)2)3)Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Trilogi, Jakarta

ABSTRACT

Environmental sustainability is not only responsibility of government, but everyone as human being hasresponsibility to be sure that environmental sustainability will be exist now and the future. It will be more easily to aimas every human being realizes the importance of safeguarding the environment to achieve better quality of life andenvironmental sustainability. Recognizing the importance of self-awareness to create environmental sustainability, thisresearch has a purpose to obtain a frame of society self-awareness in protecting the environment for the sustainability ofthe environment. To make a city as a safe place for people, it is needed participation, collaboration and awareness fromall elements in the community, especially in big cities like Jakarta. This is a qualitative descriptive research usingprimary data (questionnaires), with the object of research is the community in the areas of South Jakarta, East Jakartaand Depok and using a purposive sampling to get sample. Data were processed and analyzed using descriptive statistics,such as min, max, mean, and standard deviation. The mean becomes the basis for categorizing the level of awareness(self-awareness) on the sustainability of its environment. There are 3 categories such as low, middle and high. Theresults showed that the awareness of the community (self-awareness) towards the realization of environmentalsustainability is at the middle level. The self-awareness such as the use of resources; use of energy (electricity) andwater are high. The respondents have high awareness in using electricity and water use. But, the awareness to processwaste into recyclable products, and reducing air pollution is still in the middle-low level.

Keywords : environment sustainability, quality of life, empowerment

1. PENDAHULUANDalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup, UU nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan pemerintah untuk melakukan pengendalian pencemarandan/atau kerusakan lingkungan hidup. Pengendalian pencemaran dan pengelolaan lingkungan hidup inimeliputi kegiatan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Salah satu instrumen pencegahanpencemaran/ kerusakan lingkungan adalah audit lingkungan hidup. UU Nomor 32 Tahun 2009mendefinisikan audit lingkungan hidup sebagai evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dengan terciptanya lingkungan yang berkelanjutan (sustainable environment) diharapkan tercipta jugakualitas hidup yang baik (quality of life). Lingkungan yang sehat dan terjaga akan memberikan kualitas hidupyang lebih baik bagi manusia. Menjaga lingkungan agar tetap lestari dan berkelanjutan (environmentsustainability) melibatkan banyak dimensi dalam kehidupan manusia, yaitu dimensi lingkungan itu sendiri,dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhilingkungan dan kualitas hidup manusia. Begitu besarnya pengaruh dimensi-dimensi tersebut terhadaplingkungan dan kualitas hidup manusia maka sudah sepatutnya manusia yang hidup harus menjaga danmemelihara lingkungannya. Beberapa diantara penelitian yang dilakukan untuk melihat interaksi antaramanusia dengan lingkungannya (Turkoglu; 2015).

Namun, kenyataannya yang terjadi di masyarakat, kepedulian dan partisipasi manusia dalam menjagakelangsungan lingkungannya masih sangat rendah. Tidak jarang kita membaca terjadinya pembakaran hutan,perusakan lingkungan akibat eksplorasi tanah yang sangat tinggi. Contoh tersebut menjadi starting pointketertarikan peneliti untuk melakukan studi/riset terhadap kesadaran/kepedulian/keterlibatan masyarakatdalam menjaga lingkungannya demi mewujudkan keberlangsungan lingkungan dan kualitas hidup yang lebihbaik. Diharapkan dengan melakukan penelitian dengan judul “SELF-AWARENESS (KESADARANPRIBADI) MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN SUSTAINABLE ENVIRONMENT”.

Page 241: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.240-245) 978-602-60766-3-2

241

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran atas kesadaran masyarakat dalammenjaga lingkungan demi terwujudnya lingkungan yang keberlanjutan (environmental sustainability). Hasilpenelitian ini juga diharapkan memberikan output berupa wacana bagi pemerintah untuk menyusun kebijakanterhadap hal-hal terkait dengan lingkungan hidup (seperti audit lingkungan), diharapkan terciptaaturan/ketentuan melaksanakan audit lingkungan secara individual atau per rumah tangga.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh melalui survei (penyebaran kuesioner). Obyekpenelitian adalah masyarakat umum yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Depok.Subyek penelitian adalah rumah tangga. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.Sampel penelitian sebanyak 162 rumah tangga, yaitu 50 berasal dari wilayah Jakarta Selatan, 50 dari wilayahJakarta Timur dan sisanya berasal dari Depok. Dalam penyusunan kuesioner, peneliti mengacu pada indikatoryang diperoleh dari website the UK Government Sustainable Development: http://www.sustainable-development.gov.uk/indicators/local/index.htm. Indikator yang digunakan kemudian diterjamahkan dalam 39butir pernyataan untuk memperoleh gambaran atau profil atas kesadaran atau kepedulian masyarakat dalammenjaga lingkungan demi terciptanya lingkungan yang berkelanjutan (sustainbale environment). Berikutadalah indikator environment sustainability yang digunakan dalam menyusun kuesioner penelitian, yaitu :1. Prudent Use of Resources

(1) Energy use (gas and electricity) (2) Domestic water use (3) Household waste arisings (4) Recyclingof household waste

2. Protection of the Environment(1) Number of days of air pollution (6) Rivers of good or fair quality (7) Net change in natural/semi-

natural habitats (8) Changes in population of selected characteristic species

Dari hasil pengolahan data secara statistik deskriptif kemudian nilai rerata (mean) yang diperolehdari setiap butir pernyataan digunakan untuk menganalisis kesadaran masyarakat terhadap keberlanjutanlingkungannya. Nilai rerata (mean) tersebut diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori (tingkatan kesadaran)yaitu: kategori kesadaran masyarakat “rendah”, yaitu nilai mean antara 1.0 sampai dengan 3.0, kategorikesadaran masyarakat “sedang” yaitu yang mempunyai nilai mean 3.1 sampai dengan 5.0, dan kategorikesadaran masyarakat “tinggi” yaitu dengan mean angka 5.1 sampai dengan 7.0. Dari pengkategorian nilairerata (mean) tersebut diperoleh gambaran kesadaran masyarakat terhadap keberlangsungan lingkungannya,apakah kesadaran masyarakat berada di tingkatan rendah, sedang atau tinggi.

3. HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian dimulai dengan uji validitas dan realibiltas. Uji validitas menunjukkan bahwa semua item

pernyataan yang mengukur variabel Environmental Sustainability adalah valid dengan r hitung > r tableuntuk semua butir pernyataan, kecuali butir pernyataan 28 dan 38, sehingga kedua butir tersebut dihapus dantidak digunakan sebagai instrumen kuesioner. Untuk hasil uji reliabilitas menunjukkan cronbach’s alpha lebihbesar dari r table (0.518 > 0.10) maka butir-butir pernyataan di atas adalah reliabel.

Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan KeberlanjutanTujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kesadaran pribadi masyarakat terhadap

keberlangsungan lingkungannya. Variable operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah prudentuse of resources, dan protection of environment. Variabel pertama yang digunakan yaitu “kehatian-hatiandalam menggunakan sumber daya”, dan indikator yang digunakan (1) energy use (2) Domestic water use (3)Household waste arisings (4) Recycling of household waste.

Penggunaan Energi (use of electricity)Indikator pertama mengenai penggunaan air, terdiri dari lima pernyataan, Hasil rerata (mean) jawaban

responden dan pengkategorian tingkat kesadaran seperti pada tabel 3.1 di bawah ini :

Page 242: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.240-245) 978-602-60766-3-2

242

Tabel 3.1. Kategori Rata-rata Penggunaan EnergiButir Pernyataan Mean Kategori

1 Penggunaan lampu/penerangan yang hemat energi 5.5 Tinggi

2 Kedisiplinan mematikan arus listrik bila penerangan tidakdigunakan

5.7 Tinggi

3 Penggunaan peralatan rumah tangga yang hemat listrik 4.7 Sedang

4 Kesediaan untuk mengeluarkan dana lebih besar untuk membeliperangkat/peralatan rumah tangga yang hemat energy

4.8 Sedang

5 Kedisiplinan mematikan arus listrik bila perangkat/peralatanrumah tangga tidak digunakan

6.2 Tinggi

Sumber : data diolah peneliti

Dari 5 pernyataan terdapat 3 pernyataan yang masuk kategori “tinggi” dan sisanya kategori “sedang”,maka peneliti mengartikan bahwa kesadaran masyarakat cukup “tinggi” dalam hal “kehatian-hatianmenggunakan energi”. Kesadaran yang cukup tinggi tersebut terbukti dari penggunaan lampu/penerangandengan hemat, displin mematikan lampu/penerangan ketika tidak digunakan dan disiplin mematikan aruslistrik ketika peralatan rumah tangga tidak digunakan.

Penggunaan air (Domestic Water Use)Indikator kedua yang digunakan adalah penggunaan air, yang terdiri dari 4 pernyataan, Hasil

responden menunjukkan seluruh nilai rerata untuk indikator penggunaan air termasuk kategori tingkat“tinggi”. Ini merupakan suatu langkah bijak yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka menjagakeberlangsungan lingkungannya yaitu dengan berlangganan air PDAM, menggunakan air seperlunya,menggunakan shower untuk mandi, dan disiplin dalam mematikan keran air ketika tidak digunakan. Haltersebut menunjukkan bahwa masyarakat sadar akan pentingnya air.

Tabel 3.2. Rerata Penggunaan Air

Butir Pernyataan Mean Kategori6 Menggunakan air PDAM 5.241 Tinggi

7 Menggunakan air seperlunya 6.019 Tinggi

8 Menggunakan shower untuk mandi 5.241 Tinggi

9 Disiplin dalam mematikan keran air ketika tidak digunakan 6.531 Tinggi

Sumber : data diolah peneliti

Peningkatan Sampah Rumah TanggaIndikator berikutnya adalah peningkatan sampah rumah tangga. Terdapat 8 pernyataan yang

digunakan. Hasil rerata (mean) jawaban responden diperoleh hasil seperti pada tabel 3.3. di bawah ini :

Tabel 3.3. Peningkatan Sampah Rumah TanggaButir Pernyataan Mean Kategori

10 Saya memisahkan sampah organic dan anorganik 3.796 Sedang

11 Semakin hari sampah dirumah semakin sedikit 3.698 Sedang

12 Saya selalu membeli produk yang dapat diisi ulang (misalsabun, kecap)

5.242 Tinggi

13 Saya selalu membatasi penggunaan barang sekali pakai danberalih ke barang yang bisa dipakai berkali-kali

3.901 Sedang

14 Saya selalu membawa tas belanja sendiri ( seperti tas kain, tasnilon)

4.333 Sedang

15 Saya selalu membeli produk dengan kemasan besar 5.265 Tinggi

Page 243: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.240-245) 978-602-60766-3-2

243

16 Saya selalu mengkonsumsi habis produk yang dibeli (makanandan minuman)

3.969 Sedang

17 Saya jarang membeli produk dengan kemasan sachet 3.79 Sedang

Sumber : data diolah peneliti

Dengan menggunakan indikator “peningkatan sampah rumah tangga”, terdapat 6 pernyataan yangmasuk kategori “sedang”, sisanya 2 pernyataan masuk kategori “tinggi”. Sehingga dapat dinyatakan bahwapeningkatan sampah rumah tangga berada di kategori “sedang”. Artinya Keberlanjutan lingkungan(sustainability environment) akan lebih mudah terwujud dengan partisipasi yang tinggi dari masyarakat.Seperti membeli produk dengan kemasan besar, memilah sampah organic dan non organic. Sampahmerupakan limbah dan apabila tidak dikelola dengan baik akan mengancam keberlangsungan ekosistem yangada. Sampah plastik merupakan musuh besar masyarakat dan apabila hal tersebut disadari oleh masyarakatdiharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberlangsungan lingkungan.

Daur Ulang Sampah Rumah TanggaIndikator keempat yaitu daur ulang sampah rumah tangga. Terdapat 5 pernyataan yang digunakan, dan

hasil rerata (mean) jawaban responden terdapat pada tabel 3.4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwajawaban responden termasuk kategori “rendah” lebih banyak dari kategori “sedang”. Perilaku masyarakatterhadap daur ulang sampah yang menunjukkan “kekurang pedulian” terhadap kegiatan daur ulang sampahterlihat pada pernyataan mengenai kesediaan masyarakat untuk mengolah sampah mulai dari memilahsampah organic dan non-organik, mengolah sampah organic menjadi kompos dan melakukan daur ulangterhadap sampah non-organik menunjukkan jawaban “rendah”. Masyarakat masih belum peduli terhadapkebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan sekitar. Namun ada sebagian masayarakat yang maumemilah sampah dan mengolahnya menjadi kompos atau produk lain. Pengelolaan sampah yang dilakukandengan benar selain dapat melindungi lingkungan agar dapat dapat membuka lapangan kerja sertapeningkatan income masyarakat berupa penghasilan tambahan.

Tabel 3.4. Rerata Daur Ulang Sampah Rumah Tangga

Butir Pernyataan Mean Kategori

18 Saya selalu memilah sampah yang mudah membusuk dengansampah yang sulit membusuk

2.765 Rendah

19 Sampah yang mudah membusuk selalu dimanfaatkan menjadikompos

2.426 Rendah

20 Sampah yang sulit membusuk selalu saya daur ulang untukdijadikan produk baru

3.698 Rendah

21 Sampah yang sulit membusuk selalu saya jual atausumbangkan ke tukang rongsokan sampah

4.574 Sedang

22 Saya selalu membuang barang bekas layak pakai (seperti bajubekas, sepatu)

4.895 Sedang

Sumber : data diolah peneliti

Variabel kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah Protection of the Environment,menggunakan indicator: pencemaran terhadap lingkungan/udara dan pencemaran sungai dan saluranpembuangan.

Pencemaran Terhadap LingkunganTerdapat 12 pernyataan dari indicator pertama “pencemaran terhadap lingkungan, Tabel 3.5 di bawah

ini menunjukkan nilai rerata dari 12 pernyataan indikator pencemaran terhadap lingkungan. Denganmenggunakan indikator pencemaran udara menunjukkan kategori “tinggi”, dimana tingkat kategori “rendah”terdapat 4, kategori “sedang” 3 dan kategori “tinggi” 5. Hal ini menunjukkan bahwa pencemaran udara yangdilakukan oleh masyarakat berada di tingkat “tinggi”, hal ini berarti bahwa kesadaran masyarakat untukmewujudkan lingkungan yang berkelanjutan masih sangat rendah. Perilaku masyarakat yang membuat

Page 244: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.240-245) 978-602-60766-3-2

244

tingkat terhadap pencemaran lingkungan relatif ”tinggi” diperoleh berdasarkan jawaban beberapa pernyataan,seperti tidak ada tanaman di pekarangan rumah, selalu membuang kemasan makanan atau minumansembarangan, jarang menggunakan kendaraan ramah lingkungan, jarang merawat mesin kendaraan danjarang menggunakan transportasi umum

Tabel 3.5. Rerata Pencemaran Terhadap Lingkungan

Butir Pernyataan Mean Kategori23 Pekarangan rumah ditanami banyak pepohonan 4.969 Sedang

24 Tidak ada tanaman di pekarangan rumah 6.130 Tinggi

25 Saya selalu menggunakan detergen seperlunya sehari-hari 2.574Rendah

26 Saya selalu menghindari pemakaian kertas berlebihan 2.025 Rendah

27 Saya selalu mengambil sampah jika melihat sampah berserakandi lingkungan sekitar dan membuangnya ke tempat sampah

2.910 Rendah

29 Saya selalu membakar sampah 4.444 Sedang

30 Saya selalu membuang sampah sembarangan 3.352 Sedang

31 Saya selalu membuang kemasan makanan atau minuman dimanasaja (bila tidak menemukan tempat sampah)

5.265 Tinggi

32 Saya jarang menggunakan kendaraan ramah lingkungan 5.792 Tinggi

33 Saya jarang merawat mesin kendaraan 5.531 Tinggi

34 Saya jarang menggunakan transportasi umum 5.913 Tinggi

35 Saya selalu menggunakan obat nyamuk dan pembasmi seranggadari bahan kimia

2.148 Rendah

Sumber : data diolah peneliti

Membuang sampah bukan pada tempatnya menimbulkan masalah sampah dan mengotori lingkungan.Penggunaan transportasi umum dan kendaraan ramah lingkungan sebenarnya dapat mengurangi tingkatpencemaran udara dan lingkungan, namun perilaku ini masih berada di tingkat rendah. Masyarakat masihkurang menyadari bahwa perilaku–perilaku tersebut dapat mengancam kelestarian lingkungan. Kurangpedulinya terhadap sampah yang berserakan di sekitar menjadi cerminan rendahnya kesadaran masyarakat.

Pencemaran sungai dan saluran pembuanganTerdapat 3 pernyataan dari indikator kualitas sungai dan saluran pembuangan. Nilai rerata jawaban

responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rerata Pencemaran Sungai dan Saluran Pembuangan

Butir Pernyataan Mean Kategori36 Membuang sampah ke sungai 2.062 Rendah

37 Membuang sampah ke parit/got/saluran air 1.877 Rendah

39 Menggunakan detergen seperlunya 4.889 Sedang

Sumber : data diolah peneliti

Dari 3 pernyataan mengenai pencemaran sungai dan saluran pembuangan berada dalam kategori“rendah” dan “sedang” (tabel 3.6). Hal ini cukup menggembirakan karena ternyata tingkat pencemaran airsungai maupun melalui saluran pembuangan berada di tingkat rendah dan sedang. Masyarakat sudah tidaklagi membuang sampah ke sungai, dan membuang limbah ke saluran air/got. Dapat diartikan bahwakesadaran masyarakat terhadap keberlangsungan lingkungan sudah tinggi.

Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan Keberlanjutan Berdasarkan Wilayah Jakarta Selatan,Jakarta Timur dan Depok

Page 245: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.240-245) 978-602-60766-3-2

245

Untuk Penggunaan Energi listrik dan air di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Depoktermasuk tingkat kategori tinggi, artinya masyarakat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Depokmemiliki upaya untuk penghematan listrik dan air, seperti penggunaan lampu hemat energy, menggunakanperalatan rumah tangga yang hemat energy. Untuk indikator peningkatan sampah rumah tangga, wilayahJakarta Selatan dan Depok mempunyai tingkat kategori yang sama, Sedangkan Jakarta Timur berbeda sedikit,Artinya masyarakat wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Depok memiliki kepedulian terhadaplingkungan berkelanjutan. Walaupun ada sebagian masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan yangsehat. Indicator mengenai daur ulang sampah, semua wilayah memiliki nilai rerata dan tingkat kategorisama, yaitu “Sedang”. Artinya ada sebagian masyarakat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur danDepok yang memiliki kepeduliaan terhadap lingkungan yang berkelanjutan, seperti mengolah sampahmenjadi pupuk kompos. Akan tetapi ada pula sebagian masyarakat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timurdan Depok yang kurang peduli terhadap lingkungan,

Indikator pencemaran udara, masyarakat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Depokmemiliki nilai rerata dan tingkat kategori “tinggi”. Artinya kesadaran masyarakat untuk mewujudkanlingkungan yang berkelanjutan masih sangat rendah, terbukti selalu membuang kemasan makanan atauminuman sembarangan, jarang menggunakan kendaraan ramah lingkungan. Akan tetapi Kepedulianmasyarakat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Depok terhadap pencemaran sungai dan saluranpembuangan menunjukkan hasil rerata dan tingkat kategori yang “rendah”. artinya masyarakat sudah tidaklagi membuang sampah ke sungai, dan membuang limbah ke saluran air/got.

4. KESIMPULAN DAN SARANSecara garis besar, hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap

keberlangsungan lingkungan (sustainability environment) sudah cukup “tinggi”. Kesadaran masyarakat untukmewujudkan lingkungan yang berkelanjutan dicerminkan dari cukup tingginya kesadaran untuk berhati-hatidalam penggunaan sumber energi dan penggunaan air. Selain itu, digambarkan melalui perilaku sepertipenanganan sampah dan pengelolaan daur ulang sampah, walaupun masuk dalam kategori sedang. Cukupmenggembirakan bahwa sebagian masyarakat melakukan pemilahan sampah dan memanfaatkan sampahmenjadi produk daur ulang. Selain itu juga, proteksi masyarakat terhadap lingkungan sudah termasuk cukupbaik, ini terlihat dari perilaku masyarakat yang tidak membuang sampah ke sungai maupun membuanglimbah. Perilaku masyarakat yang masih kurang baik masih ditemukan. Perilaku masyarakat tersebut dapatmengancam lingkungan berkelanjutan.

Agar terciptanya lingkungan yang berkelanjutan perlu adanya penanaman pendidikan berbasislingkungan hidup, penggalakkan bank sampah dan menerapkan system 3R (Reuse, Reduce dan Recycle)dalam kegiatan sehari-hari. Penelitian ini masih banyak keterbatasan dan perlu diperbaiki dalam penelitianberikutnya. Salah satu rekomendasi bagi.penelitian berikutnya adakah menambahkan variabel yang lebihkomprehensif dalam mengoperasionalisasikan faktor-faktor keterlibatan masyarakat dalam kepeduliaannyaterhadap lingkungan yang berkelanjutan. Selain itu, perbaikan dalam metodologi penelitian juga disarankanagar hasil penelitian lebih baik. Salah.satu alat analisis yang direkomendasikan adalah penggunaan StructuralEquation Modelling (SEM).

5. DAFTAR PUSTAKA

Morelli, John, 2011, Environmental Sustainability: A Definition For Environmental Professionals. Journal ofEnvironmental Sustainability

Sutton, Philip. 2004. A Perspective on Environmental Sustainability? A paper for the Victorian Commissioner forEnvironmental Sustainability Director-Strategy of Green Innovations. http://www.green-innovations.asn.au/.Diakses 4 April 2016.

The UK Government Sustainable Development website: http://www. sustainable-development.gov.uk/indicators/local/index.htm. Diakses 4 April 2016.

Turkoglua, Handan. 2015. Sustainable Development and Quality of Urban Life. Istanbul, Turkey. Procedia – Social andBehavioral Science No. 202. www.sciencedirect.com

Page 246: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.246-251) 978-602-60766-3-2

246

MODEL PENYIMPANAN ARSIP KINERJA DOSEN BERBASIS WEB

Imasita1, Andi Gunawan, dan Hirman

Dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT

The problem faced by the lecturer of Politeknik Negeri Ujung Pandang (State Polytechnic of Ujung Pandang) is

the document management system or the file of lecturer performance. Lecturer performance report is made by the

lecturer every year. To make the lecturer performance report, it is needed some documents such as educational background documents, research documents, community dedication documents, and any others supporting documents.

These documents are still managed conventionally or manually. As a consequence, lecturers sometimes face some

difficulties in finding their documents or files so that they will be late in making/arranging their performance report.

Based on the problem above, it is done a research to create performance report file storage based Web at Politeknik

Negeri Ujung Pandang (State Polytechnic of Ujung Pandang). The research method used is waterfall method. The

activity done are based on need analysis of system plan, program by using Wamp server and testing system by black box

test. The result of that file/document storage make easier to find the file/document fast and right. Searching

file/documents is done based number of decree (SK), date of decree (SK), the content of decree (SK), and others. File or

documents can be found online or offline and this program also provide print menu to print and download the

documents/files needed.

Keyword : File/documents storage Model

PENDAHULUAN

Latar Belakang Arsip atau dokumen merupakan rekaman kegiatan dalam suatu organisasi yang sangat penting untuk

dipelihara dan dikelola. Pengelolaan arsip yang kurang baik dalam suatu lembaga atau kantor akan

berdampak buruk terhadap kinerja kantor tersebut. Kecepatan dan ketepatan mendapatkan informasi yang terdapat pada arsip akan berpengaruh terhadap kualitas pengambilan keputusan pimpinan (Hirman dan

Masita, 2011).

Permasalahan yang sering muncul pada program studi D3 Manajemen Informatika Stimik Jenderal

Achmad Yani Yoyakarta bahwa pengelolaan dokumen khususnya bidang akademik belum memiliki sebuah sistem dan SOP yang khusus menangani tentang dokumentasi yang berhubungan dengan kepentingan

akreditasi dan beban kinerja dosen. Tidak adanya personil khusus yang bertanggung jawab secara khusus,

sistem penyimpanan yang tidak terintegrasi dan tidak ditemukan sebuah standar penamaan dan filing yang baku dan diterapkan (Rahmawati, 2015).

Selain itu juga terjadi pada Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP). PNUP merupakan lembaga

pendidikan tinggi yang menyeleng-garakan program pendidikan terapan dalam beberapa program studi yang berorientasi pada kebutuhan industri. Politeknik Negeri Ujung Pandang menjadi salah satu instansi atau

lembaga pendidikan perguruan tinggi yang masih menerapkan metode kerja manual utamanya pada

pengelolaan arsip/ dokumen dalam mengelola laporan kinerja dosen.

Berdasarkan hasil wawancara oleh beberapa dosen PNUP, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa kendala yang dialami oleh dosen dalan pembuatan laporan kinerja dosen, seperti penyimpanan dan

pencarian arsip atau dokumen. Arsip yang sering dibutuhkan oleh dosen dalam pembuatan laporan kinerja

dosen adalah surat keputusan (SK) pengajaran, SK penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dan SK penunjang. Penyimpanan dan pencarian dokumen tersebut masih menggunakan sistem manual. Akibatnya,

dosen sering mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam penyusunan laporan kinerja dosen.

Dari berbagai permasalahan dalam proses penyimpanan dan pencarian arsip laporan kinerja dosen masih menggunakan cara konvensional atau cara manual, maka perlu dicarikan penyelesaikan permasalahan

tersebut dengan mendesain model sistem penyimpanan arsip laporan kinerja dosen berbasis web. Program ini

dirancang dengan bantuan scanner.

Tujuan Penelitian

1 Korespondensi: [email protected]

Page 247: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.246-251) 978-602-60766-3-2

247

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model penyimpanan arsip laporan kinerja dosen berbasis web pada Politeknik Negeri Ujung Pandang

State of the art Penelitian ini

Konsep Model Model adalah suatu representasi yang memadai dari suatu sistem nyata ke dalam bentuk yang

sederhana. Representasi tersebut dapat berupa skala, gambar, verbal, skematik dan simbol.

Beban Kinerja Dosen

Beban kinerja dosen adalah pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi oleh dosen, sebab merupakan tugas utama dosen.

Dosen membuat laproan kinerja secara priodik. Laporan kinerja ini semua aktivitas Tri Dharma

Perguruan Tinggi yang telah dilakukan dosen tersebut, meliputi dharma pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan aktivitas penunjang lainnya. (Dirjen Dikti Depdiknas 2010).

Kearsipan dan Teknologi Informasi Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,

pemerintahan daerah, lembaga pen-didikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan

perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (UURI No.43,2009). Sedangkan teknologi informasi menurut Kadir dalam Priansa dan Garnida (2013) teknologi informasi dapat

dibagi menjadi enam kelompok yaitu: teknologi masukan, teknologi keluaran, teknologi perangkat lunak,

teknologi penyimpanan, teknologi komunikasi, dan teknologi pemroses.

Sistem Kearsipan Elektronik Sistem kearsipan elektronik pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan teknik kearsipan

konvensional. Menurut Akhmad (2012) bahwa kearsipan konvensional memiliki kabinet yang secara fisik berfungsi untuk menyimpan dokumen-dokumen penting yang dimiliki perusahaan, maka sistem kearsipan

berbasis komputer ini memiliki kabinet virtual yang di dalamnya berisi map vistual. Selanjutnya di dalam

map virtual berisi lembaran-lembaran arsip yang telah dikonversi ke dalam bentuk file gambar (*.bmp, jpg,

dll) atau dokumen (*.doc, bet, dll).

Daur Hidup Arsip Elektronik Arsip elektronik memiliki daur hidup mulai dari tahap penciptaan, penyimpanan dan penemuan

kembali, manipulasi, distribusi, dan penyusutan (Masita, 2012) dalam pendapat yang hampir sama, Sugiarto dan Wahyono (2005) Approach mengemukakan bahwa arsip elektronik memiliki lima tahapan hidup yaitu

tahap penciptaan, penyimpanan, penemuan kembali, perubahan, distribusi dan penyusutan.

World Wide Web Internet dan World Wide Web tidaklah sama. Internet adalah jaringan yang sangat besar dari jaringan,

menghubungkan jutaan komputer via protokol, perangkat keras, dan jalur komunikasi. Internet merupakan

infrastruktur yang tidak hanya mendukung web, tetapi juga sistem komunikasi seperti email, instant

messaging (IM), newsgroup, dan berbagai aktifitas lain. Bagian internet yang disebut web didefenisikan sebagai teknologi berbasis multimedia yang memungkinkan pengaksesan lebih dari sekedar teks. Sehingga

proses download gambar seni, audio, video, animasi, dan game interaktif dapat dilakukan (William dan

Sawyer, 2007). Menurut Purbo, 2001 World Wide Web didefenisikan sebagai kumpulan semua sumber atau informasi yang dihubungkan dengan hyperlinks yang dapat diakses, ditransfer atau dieksekusi secara remote

dari mana saja dalam internet melalui server HyperText Transfer Protocol (HTTP) oleh klien HTTP

menggunakan HTTP sebagai protokol transfer utama.

HyperText Transfer Protocol

Protokol transfer utama pada WWW adalah HTTP. Ini merupakan protokol aplikasi berbasis klien

server sederhana, dibangun di atas Transmission Control Protocol (TCP). Transaksi yang khas dari HTTP

berupa klien melakukan koneksi dengan server HTTP, dan melakukan permintaan untuk sumber yang diinginkan dan menunggu respon dari server. Setelah menerima permintaan dari klien, server akan

memproses permintaan klien dan mengirimkan respon dan menutup koneksi (Purbo, 2001).

HTML dan Hyperlink

Page 248: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.246-251) 978-602-60766-3-2

248

Dokumen hiperteks yang tampak pada browser web sebagai aksi respon atas permintaan klien mengunakan hypertext markup language (HTML) yang dapat berisi link hiperteks agar terhubung ke

dokumen lain. HTML didefenisikan sebagai sekumpulan perintah khusus yang disebut “tag” atau “markup”

dipakai untuk menentukan struktur, bentuk, dan link pada dokumen ke dokumen multimedia lain di web.

Sedang link hiperteks atau hyperlink merupakan koneksi ke dokumen atau halaman web lain yang berisi informasi terkait, dapat menggunakan kata atau frasa sebagai jembatan (William dan Sawyer, 2007).

PHP

PHP Hypertext Preprocessor (PHP) merupakan sebuah bahasa pemrograman menyatu dengan HTML dan bekerja pada sisi server (server-side HTML-embedded scripting). PHP memberikan suatu mekanisme

peletakan instruksi-instruksi dalam file HTML untuk membuat halaman web dinamis. Instruksi-instruksi

PHP di dalam file HTML dibaca dan diuraikan oleh web server dan diserahkan ke interpreter PHP. Hasil interpretasi terhadap instruksi-instruksi tersebut dikembalikan oleh PHP ke web server dan selanjutnya

dikirim ke web browser pada komputer klien (Prasetyo, 2005).

CSS Cascading Style Sheet (CSS) merupakan dokumen yang berguna untuk melakukan pengaturan pada

komponen halaman Web. Dokumen ini memformat halaman Web standar menjadi bentuk Web dengan

kualitas tampilan yang lebih menarik. CSS secara global melakukan pengaturan yang berkaitan dengan objek

tetap, misalnya memberikan warna pada halaman Web, pengaturan lebar dan kecil bagian Web serta menentukan jenis huruf yang digunakan secara menyeluruh pada halaman Web (Nugroho, 2008).

Java Script

JavaScript merupakan bahasa scripting digunakan untuk tipe komputasi di sisi klien, misalnya deteksi browser, validasi form, atau kontrol browser. JavaScript diikutsertakandalam dokumen HTML dengan tag

khusus (tag SCRIPT). Fragmen penulisan JavaScript yang dimasukkan dalam HTML seperti berikut ini.

Pengembangan Sistem dengan pemanfaatan WAMP

WAMP merupakan paket aplikasi yang memudahkan dalam

menginstalasi modul PHP, Apache Web Server, dan MySQL

Database. Selain itu WAMP dilengkapi dengan berbagai fasilitas lain yang akan memberikan kemudahan dalam mengembangkan situs web

berbasis PHP. WAMP dapat mendukung modul PHP4 dan PHP5

sekaligus dalam satu web server. Aplikasi ini dapat diperoleh pada

alamat http://www.wampserver.com/ en/ download.php

(Wibowo.A, 2007).

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian, yaitu: Politeknik Negeri Ujung Pandang

Implementasi Metode Waterfall

Penelitian ini menggunakan metode waterfall. Aktivitas yang

dilakukan dengan analisis kebutuhan perancangan sistem, pemrograman dengan pemanfaatan Wamp server dan pengujian

sistem block box test.

Rancangan Data Flow Diagram (DFD) Menuntaskan Pekerjaan Admin dan dosen seperti:

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan atau penyimpanan arsip laporan kinerja dosen yakni dokumen penelitian, pengadian pada

masyarakat, pengajaran dan dokumen penunjang lainnya. Dokumen ini disimpan diberbagai tempat seperti

dokumen pengajaran dipusatkan pada bagian akademik, dokumen penelitian dan pengabdian pada

masyarakat disimpan pada unit penelitian dan pengabdian pada masyarakat serta dokumen penunjang disimpan pada bagian Tata usaha Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Penyimpanan dan pencarian doumen tersebut masih menerapkan cara konvensional atau cara sistem

manual. Ketika dosen membutuhkan data atau informasi, maka dosen harus mencari satu persatu arsip atau

Page 249: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.246-251) 978-602-60766-3-2

249

dokumen dosen yang disimpan pada ordner masing-masing dosen setiap program studi/Jurusan dan kadang-kadang tidak ditemukan

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka solusinya adalah merancang aplikasi penyimpanan arsip

laporan kinerja dosen berbasis web (online atau ofline). Data utama diinput melalui scanner. Hasil scanner

disimpan dengan meliputi 3 Jenis File yaitu File PDF, File JPG, dan File Txt.

Untuk aplikasi yang bekerja di intranet, Instalasi WAMP

menggunakan software WAMP 2.1 yang berisi paket aplikasi seperti aplikasi server Apache versi 2.2.17, aplikasi PHP 5.3.5, dan

aplikasi MySQL 5.5.8. Aplikasi berjalan dengan sistem operasi

windows 7 sesuai spesifikasi kebutuhan. Untuk mengaktifkan program tersebut dengan mengetik localhost dan nampak tampilan

seperti pada Gambar 3.

Dari Gambar 3 memberi informasi bahwa terlebih dahulu user

memasukkan nama email dan mengetik pasword, kemudian klik login. Program ini dilengkapi beberapa menu-menu sebagai berikut:

1. Menu Home Menu terdiri dari ganti pasword, Manajemen

Modul, Jurusan, Program

Studi, Dosen, pengajaran, penelitian dan pengabdian

pada masyarakat.

2. Menu Tambah Jurusan

Untuk menambah nama jurusan, maka diklik kolom tambah

jurusan.

3. Menu Tambah Program Studi Untuk menambah nama

Program Studi, maka diklik kolom

tambah Program Studi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

4. Menu Tambah Data Dosen

Untuk menambah nama atau data dosen, maka klik kolom tambah

dosen.

5. Menu Agenda Dokumen SK

Pengajaran

Menu ini digunakan untuk

menyimpan, menambah dan mencari

dokumen pengajaran. Dokumen yang akan disimpan terlebih dahulu

dokumen tersebut discan. Selanjutnya,

hasil scan tersebut diolah dengan menggunakan aplikasi atau

program elektronik arsip.

6. Menu Agenda Dokumen SK

Penelitian

Menu ini digunakan untuk

menyimpan, menambah dan

mencari dokumen penelitian.

7. Menu Agenda Dokumen SK

Pengabdian

Menu ini digunakan untuk

Page 250: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.246-251) 978-602-60766-3-2

250

menyimpan, menambah dan mencari dokumen pengabdian.

8. Menu Agenda Dokumen SK Penunjang

Menu ini digunakan untuk menyimpan, menambah dan mencari dokumen penunjang.

9. Pencarian Dokumen

Untuk melakukan pencarian dokumen

dapat diisi kata

pencarian, pencarian dapat dilakukan

berdasarkan nomor SK,

tanggal SK atau isi yang ada di dalam SK.

Dokumen yang sudah

didonwload tersebut di

atas dapat dicetak atau diprint.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini memudahkan penemuan fisik

arsip dengan cara cepat dan tepat, pencarian dokumen dapat dilakukan berdasarkan nomor SK, Tanggal SK, isi surat (SK) dan nama dosen yang ada dalam SK dan lain-lain, fisik arsip dapat ditemukan secara online

atau offline. Program ini menyiapkan menu print untuk mencetak dokumen tersebut.

Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan; sebaiknya ada pegawai khusus yang menangani

arsip, sebaiknya pihak Politeknik menyediakan server untuk menampung data atau dokumen tersebut, dan

sebaiknya diberikan pelatihan penggunaan aplikasi ini kepada pegawai yang menangani

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemenristekdikti yang telah memberikan bantuan dana penelitian, dan juga diucapkan terima kasih kepada Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Politeknik Negeri Ujung Pandang yang telah memfasilitasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Jaenuddin, 2012. Manajemen Perkantoran & Bisnis. Lentera Ilmu Cendekia. Jakarta.

Donni Juni Priansa dan Agus Garnida. 2013. Manajemen Perkantoran Efektif, Efisien, dan Profesional. Alfabeta.

Bandung.

Hirman dan Masita, 2011. Tata Kelola Arsip. Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Masita, Nahiruddin, dan Hirman. 2012. Model Pengelolaan Arsip Berbasis Komputerisasi Pada Sub Bagian Tata

Usaha PNUP. Politeknik Negeri Ujung Pandang. (tidak dipublikasikan).

Nugroho, B. 2008. Latihan Membuat Aplikasi Web PHP dan MySQL dengan Dreamweaver, Gava Media, Yogyakarta.

Prasetyo, D., 2005, Solusi Menjadi Web Master Melalui Manajemen Web dengan PHP, PT Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Purbo, O.W., dan Taufan, R., 2001, Manajemen Jaringan TCP/IP, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sommerville, I., 2001, Software Engineering, China.

Page 251: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.246-251) 978-602-60766-3-2

251

Titik Rahmawati. 2015. Perancangan Sistem Pengelolaan Dokumen Elektronik di Bidang Akademik STMIK Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta. Jurnal Teknomatika STMIK Jenderal Achmad Yani, Vol. 8. No. 1 Juli 2015

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan.

Wibowo, A. 2007, 16 Aplikasi PHP Gratis untuk Pengembangan Situs Web. C.V Andi Offset, Yogyakarta dan

SmitDev Community, Semarang.

William dan Sawyer, 2007, Using Information Technology, Pengenalan Praktis Dunia Komputer dan Komunikasi, C.V

Andi Offset, Yogyakarta.

Page 252: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.252-257) 978-602-60766-3-2

252

KAJIAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA PERGURUAN TINGGIVOKASIONAL (STUDI KASUS PADA POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG)

Nur Alam La Nafie1), Abdul Hamid2)

1) 2) Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRAK

The purpose of this research is to describe the process of entrepreneurship learning implemented in StatePolytechnic of Ujung Pandang. The research result will be considered as the basis for developing the new model forentrepreneurship learning. In this research, data was collected by spreading questioner to students who have learnedentrepreneurship and interviewing lecturers who have been teaching entrepreneurship. The research result shows that theentrepreneurial learning model implemented did not provide optimal benefit to students especially in terms of students’entrepreneurial behavior and spirit, skills in making decision, and readiness to be an entrepreneur. Entrepreneurialcharacteristics such as innovative, creative, and risk-taking, were not achieved as impacts of entrepreneurship learning.It is suggested to develop learning model for entrepreneurship subject which focus more on involving students in active,innovative, creative, effective, and fun learning in order to provide entrepreneurial spirit and characteristics to students.

Keywords: entrepreneurship learning

1. PENDAHULUANPoliteknik Negeri Ujung Pandang merupakan perguruan tinggi vokasional yang diharapkan mampu

mendorong munculnya inisiatif dari mahasiswa untuk berwirausaha, sehingga ketika lulus, mereka bukanhanya mengandalkan ketersediaan lapangan pekerjaan namun menciptakan pekerjaan sendiri bahkanmemberi peluang pekerjaan untuk orang lain. Karena itu, Politeknik Negeri Ujung Pandang diharapkan dapatmencetak lulusan yang memiliki bekal kemampuan berwirausaha. Dengan berwirausaha, lulusan mampumengembangkan diri sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman secara mandiri sebagai wirausaha danbukan hanya sekedar menunggu lowongan pekerjaan yang dapat dimasukinya.

Untuk menciptakan lulusan yang mampu berwirausaha, maka politeknik harus berorientasi padapendidikan yang berwawasan kewirausahaan. Sutrisno (2003) mengatakan bahwa pendidikan yangberwawasan kewirausahaan adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arahpembentukan kecakapan hidup (life skills) pada mahasiswanya melalui kurikulum yang dikembangkan dilembaga pendidikan. Pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwakewirausahaan, yaitu jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar,jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak bergantung padaorang lain.

Selain memberi bekal kecakapan hidup kepada mahasiswa, politeknik juga harus membentuk sikapdan perilaku kewirausahaan mahasiswanya. Sikap dan perilaku wirausaha ditandai dengan adanya kemauankeras untuk mencapai tujuan, memiliki keyakinan diri, jujur, bertanggung jawab, memiliki ketahanan fisikdan mental, keuletan dalam bekerja, pemikiran kreatif, inovatif dan konstruktif, serta berorientasi pada masadepan, dan berani mengambil resiko (Kasmir, 2006 dan Suryana, 2006). Kenyataannya di Politeknik NegeriUjung Pandang, pada umumnya hanya memberikan keterampilan wirausaha yang masih mengarah padaketerampilan kerja yaitu keterampilan yang membentuk mahasiswa menjadi seorang pekerja tanpamenanamkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa.

Pembelajaran kewirausahaan akan memberikan hasil yang optimal apabila seorang pendidik mampumengorganisasikan pengalaman belajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuaidan sistematis. Pengalaman belajar yang dimaksud merupakan pengetahuan atau informasi kewirausahaanyang biasa mereka alami atau mereka kenal sebelumnya serta pemberian pengalaman langsung padamahasiswa dalam menjalankan wirausaha. Selain itu, pendidik juga harus memberikan informasi yangterbuka terhadap mahasiswa berkaitan dengan kendala dan kegagalan yang mungkin akan dialamimahasiswa.

Tenaga pendidik (dosen) yang dimiliki oleh Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagian besarberlatarbelakang pendidikan non-terapan dan merupakan lulusan sejumlah universitas yang juga menganutsystem pendidikan non-terapan. Hal ini tentu saja membawa pengaruh terhadap strategi dan metodepembelajaran yang digunakan oleh para tenaga pendidik (dosen) yang lebih banyak mengadopsi system

Page 253: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.256-261) 978-602-60766-3-2

253

pembelajaran di universitas sehingga nuansa pembelajaran yang tercipta masih jauh dari tuntutan kurikulumdan konsep pendidikan vokasi. Pembelajaran kewirausahaan menggunakan metode ceramah telah menjadisebuah metode pembelajaran yang membosankan, tidak interaktif, monoton dan tidak menarik. Mahasiswalebih cenderung menjadi passive learners dan secara otomotis akan membawa pengaruh terhadap keterlibatanmahasiswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak memberikan kemampuan berwirausaha kepadamahasiswa. Dosen mengambil peran yang dominan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dimana persentasedosen memberi ceraman relative lebih banyak. Paradigma pembelajaran kewirausahaan harus segera diubahuntuk menciptakan sebuah nuansa pembelajaran yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepadamahasiswa untuk mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran sebagai pembelajar aktif (active learners).

Tulisan ini akan menguraikan proses pembelajaran kewirausahaan yang sudah dijalankan diPoliteknik Negeri Ujung Pandang untuk mendapatkan gambaran umum tentang hasil pembelajarankewirausahaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan pembelajarankewirausahaan. Tuntutan untuk sebuah konsep pembelajaran yang dapat bersinergi dengan tujuan dan sasarankurikulum pendidikan vokasi harus segera dipenuhi guna menciptakan sebuah nuansa pembelajarankewirausahaan yang berbasis terapan. Pembelajaran kewirausahaan yang berbasis terapan yang dimaksudadalah sebuah konsep pembelajaran yang melibatkan tenaga pendidik (dosen) dan peserta didik (mahasiswa)dalam sebuah aktifitas pembelajaran dimana mahasiswa lebih banyak melakukan praktek dalam menjalankanusaha (berwirausaha). Untuk membuat peserta didik (mahasiswa) lebih proaktif dalam sebuah kegiatanpembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa sebagai pembelajar aktif. Tenaga pendidik (dosen)membutuhkan sebuah konsep yang dapat dijadikan sebagai petunjuk, guidance, dan kerangka acuan dalammendesain sebuah rencana pembelajaran kewirausahaan yang berorientasi praktek.

Penelitian tentang ilmu dan pengajaran kewirausahaan merupakan sesuatu yang belum banyakditeliti. Model pembelajaran kewirausahaan perlu dikembangkan kearah yang menjadikan peserta didik(mahasiswa) sebagai pusat belajar atau student centered learning. Beberapa model pembelajaran yang telahdikembangkan sebelumnya adalah model pembelajaran CBSA (cara belajar siswa aktif). Inovasipembelajaran terus menerus dilakukan dengan menambah sederetan model pembelajaran bernuansa baruseperti CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem Based Learning), Cooperatif Learning dansebagainya. Semua model pembelajaran tersebut mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikantenaga pendidik (dosen) sebagai pusat belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwapembelajaran yang terlalu didominasi oleh tenaga pendidik (dosen) dapat menyebabkan peserta didik kurangaktif dan kurang kreatif selama proses pembelajaran.

Model pembelajaran kewirausahaan yang akan dikembangkan adalah mengacu pada modelPAIKEM. Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) merupakanmodel pembelajaran yang menggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsungmenyenangkan dengan melibatkan peserta didik (mahasiswa) untuk berpartisipasi secara aktif selama prosespembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tersebut, tentu sajadiperlukan ide-ide kreatif dan inovatif tenaga pendidik (dosen) dalam memilih metode dan merancangstrategi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebihefektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran yang aktif danmenyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar tidak tercapai dengan baik. Ada empat tujuan dalampendidikan kewirausahaan yaitu pendidikan motivasional, pendidikan pengetahuan, pendidikan keahlian(skill) dan pengembangan kemampuan (ability) (Priyanto, 2009). Oleh karena itu, sistem pendidikan,kurikulum dan metode harus diarahkan untuk mencapai 4 tujuan tersebut.

Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, tenaga pendidik (dosen) berperan sebagai fasilitator yaitumemfasilitasi peserta didik untuk belajar. Pengetahuan diperoleh peserta didik (mahasiswa) berdasarkanpengalamannya sendiri, bukan ditransfer pengetahuan dari tenaga pendidik (dosen). Pembelajaran yangmenyenangkan dapat terjadi apabila hubungan interpersonal antara tenaga pendidik (dosen) dan peserta didikberlangsung baik. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsungmenyenangkan. Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai karena pesertadidik aktif selama proses pembelajaran. Selain itu, motivasi belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadapsuasana senang belajar. Supaya motivasi belajar tetap tinggi, tenaga pendidik (dosen) perlu memberikanumpan balik terhadap hasil belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan oleh peserta didik.

Menurut Suprijono (2010), model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalammerencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran kewirausahaan mengacu pada

Page 254: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.256-261) 978-602-60766-3-2

254

pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalamkegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran,tenaga pendidik (dosen) dapat membantu peserta didik (mahasiswa) mendapatkan informasi, ide,keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Dalam proses belajar banyak model pembelajaran yangdipilih sesuai dengan materi yang disampaikan oleh tenaga pendidik (dosen). Macam-macam modelpembelajaran tersebut antara lain: Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning), Model Pembelajaran Quantum (Quantum Learning), Model Pembelajaran Terpadu(Integrated Learning), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), ModelPembelajaran Langsung (Direct Instruction), dan Model Pembelajaran Diskusi. Empat prinsip penting dalammenjalankan pembelajaran kewirausahaan sebagai life skills tidak boleh ditinggalkan, yaitu learning to know(belajar untuk mengetahui kewirausahaan), learning to do (belajar untuk melakukan kegiatan wirausaha),learning to be (belajar untuk mempraktekkan kegiatan wirausaha), and learning to live together (belajaruntuk bersama dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam berwirausaha).

Penelitian ini adalah studi tentang model pembelajaran kewirausahaan pada perguruan tinggivokasional dengan penekanannya pada konsep pembelajaran yang berbasis pada model Pembelajaran Aktif,Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukanmenunjukkan bahwa model pembelajaran kewirausahaan yang banyak dilakukan menggunakan modelexperiental learning (Unachukwu, 2009; Prasetyo, 2011; Angraini dan Sukardi, 2016), model case study(Azizah et al., (2015), dan model project based learning (Nurbudiyani, 2013; Angraini dan Sukardi, 2015;Angraini dan Sukardi, 2016; Purbaningrum dan Sunarto, 2016). Sementara itu, Ermest et al., (2015)mengemukakan bahwa model pembelajaran kewirausahaan yang tepat dijalankan adalah menggunakanperpaduan yang dinamis antara proses belajar yang berfokus pada tindakan (action learning).

2. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan tahap awal dari tiga tahap yang direncanakan, pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan deskriptif kualitatif yang terkait dengan model pembelajaran kewirausahaan yangditerapkan selama ini. Penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena datayang dikumpulkan menekankan pada gambaran tentang model pembelajaran yang diterapkan, kendala dankelemahan menjadi fokus utama tahap ini. Penelitian ini mencakup proses pembelajaran kewirausahaanmulai dari input, proses sampai output pembelajaran yang telah dilakukan. Temuan tiap tahap penelitiandijadikan landasan untuk mengembangkan model yang lebih efektif melalui pengembangan model sesuaidengan alur model yang direncanakan. Objek penelitian adalah Politeknik Negeri Ujung Pandang denganinforman kunci yaitu mahasiswa program D3 dan pengajar mata kuliah kewirausahaan. Pengumpulan dataselain melalui kuesioner yang disebar kepada mahasiswa, juga wawancara mendalam, serta pengamatan.Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran kewirausahaan yang diterapkan selama ini, digunakan instrumenyang menyajikan tujuh aspek dalam pembelajaran kewirausahaan, yaitu dimensi pembelajaran,keterampilan/skill, penilaian dan beban kerja, bimbingan dan konseling, sumber pembelajaran, standar dantarget, dan dampak umum dan mutu. Analisis data juga dilakukan analisis berkelanjutan, yakni pengumpulan,analisis dan intepretasi dilakukan bisa jadi dalam waktu yang bersamaan.

3. HASIL DAN PEMBAHASANHASIL

Matakuliah Kewirausahaan adalah mata kuliah institusional, sehingga semua mahasiswa program D3mendapatkan kuliah kewirausahaan ini. Penyajian mata kuliah kewirausahaan tentu memiliki perbedaan disetiap program studi, ada program studi yang menyajikannya di semester 3, 4, maupun 5.Dalam penelitianini, survey dilakukan terhadap mahasiswa yang telah belajar kewirausahaan, dengan menitikberatkan pada 7aspek yang dinilai sehubungan dengan pembelajaran kewirausahaan, yaitu yang terkait dengan kurikulum,bahan ajar dan media, dan model pembelajaran serta dampaknya.

Dalam penerapan pembelajaran kewirausahaan di Politeknik Negeri Ujung Pandang, tenaga pendidik(dosen) menggunakan kurikulum yang berbeda dan merupakan sajian kurikulum yang dianggap paling sesuaiuntuk diterapkan pada masing-masing program studi yang sesuai dengan karakteristiknya. Berdasarkan hasilwawancara, diketahui bahwa sebagian besar materi ajar terkait dengan keterampilan berbisnis, dan sedikitsekali yang terkait dengan pengembangan sikap berwirausaha.

Page 255: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.256-261) 978-602-60766-3-2

255

Fokus identifikasi dalam penelitian ini adalah bahan-bahan bacaan yang menjadi pegangan tenagapendidik (dosen) dalam mengajar mata kuliah kewirausahaan, termasuk media pembelajaran yang digunakanuntuk mendukung keberhasilan pembelajaran kewirausahaan. Bahan ajar sebagai rujukan utama yangdimiliki tenaga pendidik (dosen) sangat terbatas. Hasil pengamatan tentang bahan ajar tidak banyak materi-materi yang dapat membentuk sikap kewirausahaan mahasiswa. Sebagaimana buku pegangan tenagapendidik (dosen) yang selama ini digunakan adalah modul kewirausahaan persembahan dari Bank Mandiridimana isi materi sebagian besar memuat tentang ketrampilan pengelolaan usaha.

Dalam penerapan pembelajaran kewirausahaan di beberapa program studi lebih banyakmenggunakan metode pembelajaran ceramah, sedikit diskusi dan penugasan. Hasil wawancara menegaskanbahwa tenaga pendidik (dosen) menggunakan media pembelajaran tertentu, yaitu format profil organisasiusaha, format proposal usaha, demikian pula yang dikemukakan tenaga pendidik (dosen) lainnya yangmengatakan menggunakan model praktik usaha terbimbing. Selain itu, media pembelajaran yangdipergunakan oleh tenaga pendidik (dosen) sangat minim, misalnya dalam ceramah hanya menggunakanbuku teks, power point.Sementara penugasan lebih banyak dengan format pengamatan. Itupun dalam durasi yang terbatas minimnyapenggunan media sebagai mana dikatakan oleh tenaga pendidik (dosen) bahwa selain mereka terbatas dalamwawasan dan pengalaman mengajar materi kewirausahaan, jarang sekali ada forum-forum yang memberikankesempatan bagi dosen untuk meningkatkan keterampilan mengajar mata kuliah kewirausahaan ini. Selainhal tersebut, tenaga pendidik (dosen) juga mengaku terikat oleh target pemenuhan standart kompetensi dalamsilabus yang digunakan sebagai acuan dalam mengajar.

Model pembelajaran yang dimaksud dalam kontek ini adalah terkait dengan strategi penyampaianmateri pembelajaran kewirausahaan untuk mata sajian yang dekat dengan kompetensi pengembangan sikapkewirausahaan mahasiswa yang dilakukan oleh tenaga pendidik (dosen). Hasil wawancara dan pengamatanmenunjukkan bahwa rata-rata tenaga pendidik (dosen) tidak membedakan model pembelajaran berdasarkankompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum, artinya semua materi dalam kurikulum disampaikan denganmodel yang seragam, mulai dari model ceramah, diskusi dan penugasan, tidak terdapat model khusus yangdirancang untuk kompetensi tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ceramah merupakan model yang lebih banyakdigunakan, model lain yang digunakan adalah model penugasan menjual produk, serta model pengamatan,akan tetapi kedua model tersebut hanya sesekali dilakukan dengan pertimbangan waktu yang tersedia. Modelpembelajaran kewirausahaan yang selama ini diterapkan belum memberikan dampak maksimal terhadapsikap kewirausahaan mahasiswa, kemampuan membuat keputusan, semangat berwirausaha, dan kesiapanmenjadi wirausahawan. Beberapa karakteristik kewirausahaan seperti inovatif, kreatif, dan berani mengambilrisiko, belum nampak sebagai hasil dari pembelajaran kewirausahaan.

PEMBAHASANModel pembelajaran yang diterapkan oleh dosen kewirausahaan, lebih cenderung menggunakan

model pembelajaran yang sebagian besar didominasi oleh dosen dan ini dapat menyebabkan mahasiswakurang aktif dan kurang kreatif selama proses pembelajaran. Terlebih lagi, materi ajar kewirausahaan lebihbanyak disajikan dalam bentuk ceramah dan sedikit penugasan terbatas, hal ini memberikan indikasi bahwatidak adanya relevansi model pembelajaran jika dikaitkan dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalampengembangan model, seyogyanya model pembelajaran lebih diarahkan kepada peningkatan kecakapanhidup sesesorang (Bechaard P-Jean, 2005). Sehingga strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalahyang dapat membuat mahasiswa aktif dan kreatif. Mulyatiningsih (2010) mengatakan bahwa ModelPAIKEM – Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan, adalah model yangmenggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan melibatkanmahasiswa untuk berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkanpembelajaran yang aktif dan menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif dosendalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan denganaktif dan menyenangkan diharapkan lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkansebelumnya.

Pembelajaran Aktif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan mahasiswa dalammengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Model

Page 256: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.256-261) 978-602-60766-3-2

256

pembelajaran aktif ini memposisikan dosen sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi danjalannya proses pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akandicapai dalam suatu proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran aktif merupakan model yang sangatefisien untuk pembelajaran kewirausahaan karena model ini menggunakan metode kolaborasi, pemecahanmasalah, diskusi, experiental learning, dan pengerjaann project, ini dapat memfasilitasi penyingkapan potensiinternal mahasiswa, memberikan mahasiswa alur berpikir yang bebas, serta mahasiswa dapatmengembangkan kemandirian dan tanggung jawabnya (Kepaliene, I. et al., 2016; Nuryanti, 2016).

Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan dosen untuk dapatmemotivasi dan memunculkan kreativitas mahasiswa selama proses pembelajaran berlangsung denganmenggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dansebagainya. Pembelajaran kreatif ini diharapkan peserta didik mampu memunculkan kreatifitas, baik dalamkonteks kreatif berpikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu.

Pembelajaran yang efektif adalah ketika mahasiswa mengalami berbagai pengalaman baru danperilakunya menjadi berubah menuju titik akumulasi kompetensi yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai jikadosen melibatkan mahasiswa dalam perencanaan dan proses pembelajaran. Hasil penelitian Mason danArshed (2013) menunjukkan bahwa tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa merupakan pengalamanpembelajaran yang efektif bagi mahasiswa, dapat melengkapi dan memperkuat pembelajaran di kelassebelumnya melalui penerapan dan mengekspos mahasiswa ke dunia nyata wirausahawan, sesuatu yang tidaklain telah dimungkinkan; dan tampaknya memiliki positif efek pada niat kewirausahaan.

Pembelajaran yang menyenangkan merupakan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapathubungan yang kuat antara dosen dan mahasiswa dengan tanpa ada perasaan tertekan. Dosen memposisikandiri sebagai mitra belajar mahasiswa di kelas, sehingga tidak ada beban bagi mahasiswa dalam prosespembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, dosen dituntut untukmandesain materi pembelajaran dengan baik serta mengkombinasikannya dengan strategi pembelajaran yangmengedepankan keterlibatan aktif mahasiswa di kelas. Dalam pembelajaran kewirausahaan, strategipembelajaran aktif mahasiswa dapat berupa pelaksanaan tugas menjalankan usaha kecil yang melibatkanmahasiswa dalam kerja sama kelompok untuk suatu usaha yang tentunya dijalankan selama perkuliahanberlangsung satu semester. Selain itu, pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubunganinterpersonal antara dosen dan mahasiswa berlangsung baik.

4. KESIMPULANDari pemaparan di atas, maka diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kewirausahaan yang

selama ini diterapkan belum memberikan dampak maksimal terhadap sikap kewirausahaan mahasiswa,kemampuan membuat keputusan, semangat berwirausaha, dan kesiapan menjadi wirausahawan. Beberapakarakteristik kewirausahaan seperti inovatif, kreatif, dan berani mengambil risiko, belum nampak sebagaihasil dari pembelajaran kewirausahaan. Oleh karena itu, disarankan bahwa perlu pengembangan modelpembelajaran kewirausahaan yang mengarah pada model pembelajaran yang dapat melibatkan mahasiswasecasra aktif sehingga nilai-nilai kewirausahaan yang harus dimiliki oleh mahasiswa dapat tercapai.

5. DAFTAR PUSTAKAAnggraini, A. dan Sukardi. (2015). Pengembangan Modul Prakarya dan Kewirausahaan Materi Pengolahan Berbasis

Product Oriented Bagi Peserta Didik SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 5, Nomor 3, November 2015.Anggraini, F. dan Sukardi. (2016). Pengembangan Modul Pembelajaran Kewirausahaan Model Student Company di

SMK Negeri 1 Godean. Jurnal Pendidikan Vokasi Volume 6, No 1, Februari 2016 (24-30).Azizah, M., Widodo, J., dan Widiyanto. (2015). Pola Pendidikan Kewirausahaan di KUBe Anugrah. Journal of

Economic Education 4 (2) (2015). ISSN 2252-688. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec.Barringer, B.R. and Ireland, R.D., (2008), Entrepreneurship: Successfully Launching New Ventures, Second Edition,

New Jersey: Pearson Prentice Hall.Béchard J-P. et D. Grégoire (2005), Entrepreneurship Education Research Revisited: the case of Higher Education»,

Aacademy of Management Learning and Education. Vol. 4 no 1, pages 22-43.Bygrave, W. and Zacharakis, A., (2011), Entrepreneurship, Second Edition, New Jersey: Wiley & Sons.Ciputra. (2008). Quantum Leap: Bagaimana Entrepreneurship Dapat Mengubah Masa Depan Anda dan Masa Depan

Bangsa. Jakarta: PT Elex Media.Ernest, K., Matthew, S. K., dan Samuel, A. K. (2015) Towards Entrepreneurial Learning Competencies: The

Perspective of Built Environment Students. Higher Education Studies; Vol. 5, No. 1; 2015. ISSN 1925-4741 E-ISSN 1925-475X.

Page 257: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.256-261) 978-602-60766-3-2

257

Jones, G.R. and Butler, J.E., (1992), “Managing Internal Corporate Entrepreneurship: An Agency Theory Perspective”,Journal of Management, Vol. 18, No 4, 733-749.

Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo.Kepalienė, I., Žygaitienė, B., dan Jakovleva, A. (2016) Overview of Active Learning/Teaching Methods for

Development of School Students Entrepreneurship, Rural Environment, Education, Personality, ISSN 2255-808XJelgava, 13.-14.05.2016.

Krueger, N.F. and Brazeal, D.V., (1994), “Entrepreneurial Potential and Potential Entrepreneurs”, EntrepreneurshipTheory and Practice, Spring, 1994.

Mason, C. dan Arshed, N. (2013) Teaching Entrepreneurship to University Students Through Experiential Learning: ACase Study, Industri and Higher Education, Vol 27, No 6, December 2013, pp 449–463, doi:10.5367/ihe.2013.0180.

Morris, M.H. (1998), Entrepreneurial Intensity: Sustainable Advantages for Individuals, Organizations and Societies,Quorum Books, Westport, CT.

Nurbudiyani, I. (2013). Model Pembelejaran Kewirausahaan dengan Media Koperasi Sekolah di SMK Kelompok Bisnisdan Manajemen. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 1, Februari 2013.

Nuryanti, B. L. (2016) The Impact of Active Learning on Entrepreneurial Mindset, Serials Publications, Man In India,96 (12) : 4861-4870.

Prasetyo, I. (2011). Telaah Teoritis Model Experiental Learning Dalam Pelatihan Kewirausahaan Program PendidikanNon Formal. Majalah Ilmiah Pembelajaran, Nomor 2, Volume 07 Oktober 2011.

Priyanto, S. H. (2009). Mengembangkan Pendidikan Kewirausahaan di Masyarakat. Andragogia - Jurnal PNFI / Volume1 / No 1 - Nopember 2009.

Purbaningrum, C. W. D. dan Sunarto. (2016). Pengembangan Model Pembelajaran Prakarya dan KewirausahaanDengan Prinsip The Great Young Entrepreneur di SMK Untuk Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan VokasiVolume 6, No 1, Februari 2016 (15-23).Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv.

Sciascia, S. dan De Vita, R., (2004), The Development of Entrepreneurship Research, Liuc Papers n. 146, SerieEconomia aziendale 19, Aprile 2004.

Shane, S and Venkataraman, S, 2000, The Promise of Entrepreneurship as a Fild of Research, The Academy ofManagement Review, Vol. 25, No. 1 (Jan., 2000), pp. 217-226.

http://www.economia.unina2.it/suneco/front/showbindata/clazzAttachmentBinDataDAO/2982/shane%20e%20venkataraman.pdf.

Sharma, P. and Chrisman, J.J. (1999), “Towards A Reconciliation of the Definitional Issues in the Field of CorporateEntrepreneurship”, Entrepreneurship Theory & Practice, Vol. 23 No. 3, pp. 11-27.

Suryana. (2006). Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.Sutrisno, J. (2003). Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini. Diakses dari

http://physicsmaster.orgfree.com/Artikel Jurnal/Wawasan Pendidikan/Pendidikan berwawasanwirausaha.pdf. Pada tanggal 2 Oktober 2017.

Stevenson, H.H. and Jarillo, J.C., (1990), A Paradigm of Entrepreneurship: Entrepreneurial Management. StrategicManagement Journal. 11, 17–27 (special issue).

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Media.Suryana, 2003, Kewirausahaan, Jakarta: Salemba Empat.Unachukwu, G. O. (2009). Issues and Challenges in the Development of Entrepreneurship Education in Nigeria. An

International Multi-Disciplinary Journal, Ethiopia. Vol. 3 (5), October, 2009, 213-226. ISSN 1994-9057 (Print)ISSN 2070-0083 (Online).

Zimmerer, T.W. and Scarborough, N.M., (2008), Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Terjemahan: Edisi 5,Jakarta: Salemba Empat.

6. UCAPAN TERIMA KASIHKepada Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti yang telah memberikandukungan dana penelitian ini, dan juga kepada dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan serta mahasiswaPoliteknik Negeri Ujung Pandang yang bersedia dijadikan responden penelitian ini.

Page 258: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.258-263) 978-602-60766-3-2

258

PENGARUH PENERAPAN PRAKTEK-PRAKTEK MANAJEMEN STRATEGISTERHADAP KINERJA UKM DI MAKASSAR

Sirajuddin Omsa1, Muhammad Ridwan2, dan Muhammad Jayadi3

1,2,3Staf Dosen Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar

ABSTRACT

The increasingly dynamic market conditions and competition among companies encourage business owners,including small and medium enterprises (SMEs) owners in Indonesia and in other countries to understand how SMEscan be maintained or enhanced their performances. In order to compete, strategic and policy management expertsencourage companies, including SMEs to apply strategic management practices. This study aims to measure how strongthe influence of the implementation of strategic management practices on the performance of SMEs in Makassar,especially the performance associated with sales turnover, Break Even Point (BEP), and profit.

This research uses quantitative data with primary data source through interview process and questionnaire. Theinterview process was conducted with the head of the small and medium enterprises (UKM) in Makassar, whereasquestionnaires were distributed directly to 178 respondents by the survey officer. Of the 178 questionnaires distributedto the respondents, 158 of them (88.76%) were eligible to be processed and analyzed.

The results show that the strategic management practices such as strategic planning, strategic execution, andstrategic evaluation have a positive and significant impact on sales turnover, BEP achievement, and profits of SMEs,especially in medium-sized of enterprises. But the level of education does not serve as an important factor in moderatingthese strategic management practices against sales turnover, BEP and profits. The study also shows that thedetermination of mission and strategic formulation (part of strategic management practices) have no significant effect onsales turnover, BEP and profits.

The results of this research are expected to contribute both to the academic community and to business actors,especially managers and/or owners of SMEs in Makassar. Another practical contribution is to provide inputs to policymakers such as Dinas Koperasi and UMKM Makassar, in order to develop the quality of SMEs to remain competitiveand still exist in an increasingly dynamic and competitive market.Keywords: Strategic planning, sales turnover, break even point (BEP), profit

PendahuluanDihadapkan pada meningkatnya persaingan dan kondisi pasar yang dinamis, banyak UKM di

Indonesia dan di negara-negara lain meningkatkan upayanya untuk memahami bagaimana agar UKMtersebut dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerjanya. Agar mampu bersaing, beberapa pakarmanajemen strategis dan kebijakan telah menganjurkan perusahaan untuk menerapkan praktek-praktekmanajemen strategis, seperti perencanaan strategis, penetapan misi perusahaan, perumusan strategi,pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi. Namun, masih terdapat sebuah perdebatan yang sampai sekarangbelum terselesaikan terkait pengaruh praktek-praktek manajemen strategis tersebut terhadap kinerjaperusahaan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa hubungan antara variabel prkatek-praktekmanajemen strategis dan variabel kinerja perusahaan adalah tidak konsisten. Sebagian berpendapat bahwaterdapat hubungan yang kuat antara kedua vaiabel tersebut, tetapi tidak kurang pula yang percaya bahwakedua variabel tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat (Andersen, 2000; Falshaw, Glaister, & Tatoglu,2006). Akibatnya, sampai saat ini, masih terdapat kesenjangan riset (research gap) terkait pengaruh prkatek-praktek manajemen strategis terhadap kinerja bisnis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat pengaruh praktek-praktek manajemenstrategis terhadap kinerja UKM di Makassar, khususnya kinerja yang terkait dengan omzet penjualan, BreakEven Point (BEP).dan laba. Penelitian ini juga menelusuri apakah tingkat pendidikan dan ukuran UKMmemiliki peran dalam memoderasi pengaruh penerapan praktek-praktek manajemen strategis terhadap omzetpenjualan, BEP, dan laba UKM.

Tinjauan PustakaManajemen Strategi

Menurut David (2016:3) perencanaan strategi dan manajemen startegi adalah dua hal yang sama.Istilah yang pertama sering digunakan dalam dunia bisnis, sedangkan yang kedua sering digunakan dalam

1 Korespondensi: [email protected]

Page 259: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.258-263) 978-602-60766-3-2

259

dunia akademik. Dalam penelitian ini akan digunakan istilah manajemen strategi. Odame (2007:10)mendefinisikan manajemen strategis sebagai metode perumusan dan pelaksanaan rencana jangka panjangsecara luas dan fleksibel untuk mencapai tujuan organisasi.

Komponen utama praktek manajemen strategis memerlukan jawaban dari pertanyaan pada kemanaarah bisnis di masa yang akan datang, berada pada posisi mana bisnis saat ini, akan menjadi apa bisnis dimasa yang akan datang, dan perubahan apa yang akan terjadi di lingkungan bisnis (Huang, 2006). MenurutDincer, Tatoglu, dan Glaister (2006) dan David (2016), aspek-aspek kunci dari manajemen strategis meliputianalisis lingkungan, penetapan misi perusahaan, perumusan strategi, pelaksanaan strategi, evaluasi danpengendalian strategi. O'Regan dan Ghobadian (2004) telah mengamati bahwa aspek-aspek kunci darimanajemen strategi meliputi pandangan jangka panjang perusahaan, dan pendefinisian lini bisnis untukmemastikan strategi yang tepat diterapkan perusahaan sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Gagasan inimenunjukkan bahwa strategi yang tepat dapat membantu organisasi untuk memanfaatkan kesempatan yangmuncul guna meminimalkan ancaman yang ditimbulkan oleh lingkungan pasar yang tidak stabil.

Manajemen strategi berevolusi dalam empat periode yang berbeda. Secara teoritis, teori terbarumanajemen strategi adalah pandangan berbasis sumber daya perusahaan (Bordean, Borza, dan Segura, 2011)yang memfokuskan perhatian terhadap aspek internal perusahaan, dimana menururt Parnell, et al.. (2012)cirinya mewakili domain penelitian penting di era perkembangan awal manajemen strategis, yaitu di tahun1960-an. Pioner peneliti masalah strategi seperti Ansoff & Bradenburg (1971) dan Andrews (1967) lebihmenitikberatkan pada pengidentifikasian ‘praktik terbaik’ perusahaan yang berkontribusi terhadapkeberhasilan perusahaan. Para peneliti pada periode ini menitikberatkan pendapatnya bahwa kesuksesan yangdiraih perusahaan adalah karena peran faktor internal dan daya saing unik yang dimiliki perusahaan (Parnell,et al. 2012). Pendapat yang menekankan keberhasilan perusahaan karena faktor internal yang dimiliki inidisebut Resource-Based View (RBV) oleh Barney (2007).

Pada periode sebelumnya, yaitu pada tahun 1970-an, fokus perhatian manajemen strategi adalahfaktor eksternal perusahaan yang dikenal dengan industrial/organizational atau I/O (Porter, 1980) yang teoridasarnya berasal dari Mason (1939) dan Bain (1968). Menurut Porter dalam Anoloui dan Karami, (2003),pada era ini, strategi perusahaan dikelompokkan menurut struktur industri. Mason (1939) dan Bain (1968)percaya bahwa kinerja suatu perusahaan banyak ditentukan oleh faktor-faktor external atauindustrial/organizational (I/O) yang tidak mampu dikontrol sepenuhnya oleh manajemen perusahaan. Padaperiode ketiga, fokus teori manajemen strategi kembali lagi bergeser ke faktor internal perusahaan (RBV)yang ditandai oleh adanya penekanan pada dinamika bersaing dan batas hubungan antara perusahaan danlingkungannya (Hill dan Jones, 1995).

Dibandingkan dengan I/O, manajemen strategi bergerak lebih dekat ke faktor internal perusahaan(RBV) dan persaingan antar perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif (Chen, 1996). Pada periodekeempat, pandangan berbasis sumber daya perusahaan (RBV) menjadii fokus perhatian bagi perusahaandalam menata strateginya. Secara teoritis, premis utama dari pandangan berbasis sumber daya perusahaanmembahas pertanyaan fundamental yaitu bagaimana perusahaan dapat mencapai dan mempertahankankeunggulan kompetitifnya (Grant, 1998).Kinerja Bisnis

Metode pengukuran kinerja bisnis masih tetap menjadi subjek perdebatan baik bagi praktisi bisnismaupun komunitas akademis (Tang & Zhang, 2005; Punn & White, 2005). Namun, beberapa peneliticenderung setuju bahwa pada umumnya organisasi dapat menggunakan pengukuran kinerja berdasarkantujuan yang ditetapkan sebelumnya daripada menggunakan penilaian terhadap responden, dengan syaratinformasi yang disajikan adalah akurat (Chow & Van der Stede, 2006; Panigyrakis & Theodoridis, 2009).Menurut Phillips, Davies, & Moutinho (2000), metode pengukuran kinerja dapat dibagi kedalam dua jenis,yaitu pengukuran kinerja secara objektif dan secara subjektif. Pengukuran secara objektif meliputi laba,omset penjualan, laba atas investasi (return on investment), titik kembali modal (break even point), danperputaran persediaan yang datanya dianalisis dari laporan keuangan, seperti neraca, laba/rugi, dan laporanperubahan modal. Sedangkan tindakan subjektif, mengandalkan persepsi manajer atau pemilik perusaahantentang kinerja bisnis yang dicapai.

Kritik terhadap pengukuran kinerja bisnis secara objektif adalah laporan kinerjanya susah diakses,bersifat rahasia, tidak lengkap, dan sering tidak akurat (Chong, 2008). Selain itu, dalam pendekatan objektif,besaran laba sering dimanipulasi, sehingga menyulitkan membuat perbandingan antar berbagai sektor.Selanjutnya, Chow & Van der dan Stede (2006) menyatakan bahwa ukuran objektif tidak dapat diandalkankarena sifatnya terlalu umum dan lebih cenderung melihat mundur daripada menatap ke depan, serta lebih

Page 260: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.258-263) 978-602-60766-3-2

260

menekankan manfaat jangka pendek dari pada manfaat jangka panjang. Oleh karena itu, manajer (pemilik)tidak dapat memahami akar penyebab masalah kinerja untuk membuat keputusan lintas fungsional agar dapatbertahan hidup dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti.

Sebuah studi oleh Tang dan Zhang (2005) mengungkapkan bahwa data kinerja objektif dipengaruhioleh faktor-faktor industri tertentu dan oleh karena itu tidak pantas untuk membuat perbandingan lintas-industri. Sebagai konsekuensi dari ketidakakuratan tersebut, Tang dan Zhang (2005) berpendapat bahwa parapeneliti terdahulu lebih mengandalkan penelusuran kinerja perusahaan secara subjektif karena kesulitandalam memperoleh data kinerja objektif, khususnya pada perusahaan yang berukuran kecil dan menengah(UKM). Berkenaan dengan pengukuran kinerja secara subjektif, informasi kinerja disediakan dalam istilahnon-moneter, misalnya omset penjualan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, pergantian karyawan, danpengembangan produk baru, yang relevan untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang kompetitif (Verbeen& Boons, 2009). berpendapat bahwa dengan tindakan subjektif, manajer (pemilik) bersedia memberikanpersepsi mereka tentang kinerja bisnis, bahkan termasuk informasi yang bersifat sensitif atau rahasia yangdibutuhkan untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang kompetitif dan berubah cepat. Parnell, et al. (2012)menyajikan afirmasi argumen sehingga kekuatan tindakan non-keuangan terletak pada kemampuan merekauntuk memberikan wawasan ke dalam proses bisnis, yang dalam jangka panjang merupakan prediktor yanglebih baik terhadap kinerja bisnis di masa yang akan datang.

Terdapat sedikit bukti dari penelitian empiris sebelumnya yang berupaya untuk mengevaluasimanajemen strategi dalam domain penelitian usaha kecil (Omsa et al.,2015). Selanjutnya, Sum, Jukow, danChen (2004) juga setuju bahwa meskipun terdapat pengakuan luas atas pentingnya dan signifikannyakontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja, penelitian tentang UKM masih tetap harus digalakkan.Phillips (2000) menganjurkan perlunya penelitian lebih sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan sifatsebenarnya dari manajemen strategi pada UKM dan hubungannya dengan kinerja.

Secara umum, tinjauan literatur tentang manajemen strategi di negera-negara yang sedangberkembang menunjukkan bahwa riset yang difokuskan tentang pengaruh praktek-praktek manajemenstrategi terhdap kinerja UKM masih sangat langka. Terdapat sebuah studi yang dilakukan di Afrika Selatantentang hal tersebut, tetapi riset yang dimaksud tidak secara khusus menganalisis hubungan antaramanajemen strategi dan kinerja UKM. Naidoo (2006), misalnya, meneliti proses manajemen strategi di sektorritel. Laljit (2006) mengevaluasi strategi pengembangan bisnis pada sektor UKM. Selanjutnya, Odame(2007), meneliti proses manajemen strategi secara umum. Adapun Murimbika (2011) menguji hubunganantara manajemen strategi dan orientasi kewirausahaan di sektor keuangan dan bisnis. Sedangkan, Nkulu(2012) memfokuskan risetnya pada manajemen strategi di sektor pengecer kecil dan menengah, sertaMohutsiwa (2012) melakukan studi tentang hubungan antara kewirausahaan dan kinerja UKM di AfrikaSelatan. Meskipun terdapat cukup banyak riset terkait UKM, tetapi riset yang menghubungkan antaraprkatek-praktek manajemen strategi dan pengaruhnya terhadap kinerja UKM masih sangat langka, bahkanbelum pernah ada riset semacam ini dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan.

Penelitian yang bertujuan menganalisis pengaruh praktek-praktek manajemen strategi terhadapkinerja UKM memberikan jalan penting karena riset semacam ini memberikan wawasan yang sangatberharga bagi pemilik atau manajer UKM agar memiliki inisiatif tentang bagaimana kegiatan manajemenstrategi dapat menyajikan mekanisme yang memungkinkan untuk meningkatkan kinerja UKM mereka.

Dalam penelitian ini, kinerja bisnis yang dimaksud adalah kinerja UKM dalam bidang pemasaran(omset penjualan), dan dalam bidang keuangan yaitu break even point (BEP) dan laba. Ketiga ukuran kinerjabisnis dipilih atas dasar kemudahan menelusuri pada usaha yang berukuran kecil dan menengah. Selanjutnya,atas dasar kelangkaan riset empiris sebelumnya mengenai hal ini, maka penelitian ini bertujuan untukmenganalisis pengaruh praktek-praktek manajemen strategi terhadap kinerja UKM di kota Makassar.

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan sumber data primer melalui proses wawancara

dan pengedaran angket. Proses wawancara dilakukan terhadap pimpinan pada dinas usaha kecil danmenengah (UKM) dan koperasi Daerah Tingkat II Makassar. Populasi penelitian ini adalah UKM (tidakmasuk ukuran mikro) di Kota Makassar yang berjumlah 8.419 buah. Sebelum mengedarkan angket, terlebihdahulu dipilih sampel menggunakan rumus Slovin dengan kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahanpengambilan sampel ditolerir 1 s/d 10%. Rumus yang digunakan untuk menentukan sampel adalah:

Page 261: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.258-263) 978-602-60766-3-2

261

................................................................Persamaan 1

Keterangan:n : jumlah sampelN : jumlah populasia : persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.

Dengan menggunakan presisi 7,5% dari 8.419 UKM di Makassar maka jumlah sampel dapat dihitungsebagai berikut:

dibulatkan menjadi 178

Oleh karena itu, jumlah responden yang diharapkan dapat mengisi angket adalah 178 orang. Dari 178jumlah angket yang didistribusikan, 158 (88,76%) diantaranya mengisi lengkap item pertanyaan danpernyataan sehingga layak untuk dianalisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pemilik atau manajerUKM. Mereka diidentifikasi berdasarkan jabatan dan posisi dalam bisnis yang bertanggung jawab untukmanajemen strategi. Pada bagian demografi, responden telah dimintai informasi terkait posisi mereka dalambisnis, jenis kelamin, usia, level pendidikan, tahun berdiri, jumlah karyawan, jenis usaha, dan lokasi usaha.Selanjutnya kuesioner terstruktur digunakan untuk menelusuri opini reponden terhadap praktek-praktekmanajemen strategis dan kinerja UKM.

Selanjutnya, dalam rangka mendukung tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, makahipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:Hipotesis 1: Praktek-praktek manajemen strategis berpengaruh signifikan terhadap omset penjualan UKM.Hipotesis 2: Praktek-praketk manajemen strategi berpengaruh signifikan terhadap percepatan pencapaian

break even point (BEP) UKM.Hipotesis 3: Praktek-praketk manajemen strategi berpengaruh signifikan terhadap pencapaian laba UKM

Hasil dan PembahasanDari 158 responden didominasi oleh laki-laki dengan persentase 66,46%, sedangkan perempuan

hanya sebesar 33,54%. Berdasarkan usia, didominasi usia produktif yaitu usia 25-40 tahun sebanyak 83 orangatau 52,53% dan usia 41-50 tahun sebanyak 51 orang atau 32,28%. Dari sisi level pendidikan, respondendidominasi oleh sarjana dan tamatan SLTA dengan persentase masing-masing 45,57% (72 orang) dan34,18% (54 orang). Adapun lama berdiri UKM yang dimiliki responden yang disurvey adalah sangatbervariasi dengan perbedaan yang sangat tipis. Usia UKM 6-10 tahun menempati urutan pertama denganjumlah 49 UKM (31%), menyusul 11-15 tahun sebanyak 40 UKM (25,32%), kemudian usia UKM diatas 15tahun sebanyak 35 (22,15%), dan UKM yang berusia 3-5 tahun sebanyak 34 (21,52%). Terakhir, berdasarkanukuran, UKM yang berukuran kecil atau yang memiliki karyawan 5-9 orang adalah sebanyak 91 (57,59%),dan yang berukuran menengah (10-99 karyawan) sebanyak 67 UKM (42,41%). Karakteristik inimenunjukkan bahwa UKM di Makassar memiliki potensi yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang,karena pemilik UKM dominan berusia produktif (25-40 tahun dan 41-50 tahun), dan level pendidikanpemilik UKM mayoritas adalah sarjana dan alumni SLTA.

Sebelum pengujian ketiga hipotesis diatas terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas, reliabiltas,autokorelasi, dan multikolonoeritas terhadap item yang terkait dengan masing-masing variabel dependen,seperti omzet penjualan, Break Even Point (BEP), dan laba. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwakeseluruhan data (yang bukan dari variabel dummy) adalah valid karena memiliki koefisien korelasi yang >0,3, dan reliabel (handal) karena nilai reliabiltasnya > 0,60. Begitupula tidak terjadi autokorelasi antar datapada variabel terikat karena nilai Durbin-Watson-nya berada antara -2 dan +2, tidak terjadi multikolonoeritaskarena nilai VIF-nya < 10. Oleh karena data telah memenuhi syarat validitas, reliabilitas, autokorelasi, danmultikolinearitas maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel terikat(penjualan, BEP, dan laba) adalah layak digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadapvariabel terikat.

Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 yang menyatakan bahwa praktek-praktek manajemen strategisberpengaruh signifikan terhadap omset penjualan UKM menunjukkan bahwa rencana strategi (Renstra) danpelaksanaan strategi (Lakstra) pada UKM berukuran menengah adalah berpengaruh signifikan terhadap

Page 262: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.258-263) 978-602-60766-3-2

262

omzet penjualan. Hal ini mengindikasikan bahwa peran perencanaan dan pelaksanaan strategi pada UKMberukuran menengah adalah sangat urgen untuk mencapai omzet penjualannya. Sedangkan pada UKMberukuran kecil, tidak ada beda dalam pencapaian omzet penjualannya, baik menyusun rencana strategi danmelaksanakannya ataupun mengabaikan keduanya.

Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 yang menyatakan bahwa praktek-praketk manajemen strategiberpengaruh signifikan terhadap percepatan pencapaian break even point (BEP) UKM menunjukkan bahwarencana strategi (Renstra) dan evaluasi strategi (Evastra) adalah dua praktek manajemen strategi yangberpengaruh signifikan terhadap akselerasi pencapaian break even point (BEP). Hasil ini menunjukkanbahwa untuk akselerasi pencapaian BEP UKM akan semakin cepat jika rencana startegi disusun lebih awalkemudian dievaluasi pelaksanaannya. Penekanan penting pada rencana dan evalusi strategi mengindikasikanbahwa disaat UKM menginginkan pencapaian BEP paling lambat 1 tahun, maka kedua praktek manajemenstrategi tersebut harus mendapat pehatian lebih dibandingkan dengan praktek-praktek manajemen strategilainnya.

Hasil pengujian terhadap hipotesis 3 yang menyatakan bahwa praktek-praketk manajemen strategiberpengaruh signifikan terhadap pencapaian laba UKM menunjukkan bahwa perencanaan strategi (Renstra)dan pelaksanaan strategi (Lakstra) berpengaruh signifikan terhadap pencapaian laba. Hal ini mengindikasikanbahwa kedua praktek manajemen strategi tersebut memegang perang penting bagi UKM dalam meraih labayang ditargetkan.

Temuan-temuan riset tersebut adalah konsiten dengan sebahagian temuan riset dari Dincer, Tatoglu,dan Glaister (2006), serta hasil riset dari David (2016), yang menyatakan bahwa aspek-aspek kunci dariperencanaan strategis yang meliputi analisis lingkungan, penetapan misi perusahaan, perumusan strategi,pelaksanaan strategi, evaluasi dan pengendalian strategi memiliki peran strategi dalam mempertahankan danmeningkatkan kinerja perusahaan.

Kesimpulan dan RekomendasiDari hasil pengujian hipotesis, hasil riset dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa peran

perencanaan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi strategi, khususnya pada UKM yang berukuransedang adalah praktek-praktek manajemen strategi yang sangat penting dalam meraih omzet penjualan,akselerasi pencapaian BEP, dan pencapaian laba. Sedangkan penetapan misi dan perumusan strategi adalahtidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian ketiga kinerja UKM tersebut. Riset ini juga menemukanbahwa tingkat pendidikan pemilik UKM tidak memiliki peran penting dalam memoderasi pengaruh praktek-praktek manajemen strategi terhadap kinerja UKM. Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi UKM,khususnya yang berukuran menengah (10-99 karyawan) menyusun rencana strategi, melaksanakan, danmengevaluasinya secara reguler agar dapat mencapai omzet penjualan yang telah ditargetkan, meningkatkanakselerasi pencapaian brek even point (BEP), dan meraih laba sesuai dengan yang telah direncanakansebelumnya berdasarkan kapasitas yang dimiliki UKM.

DAFTAR PUSTAKA

Analoui, F., dan Karami, A. (2003). Strategic Management in Small and Medium Enterprises (1st ed.). London:Thomson Learning.

Andersen, T. J. (2000). Strategic planning, autonomous actions and corporate performance. Long Range Planning, 33,184-200.

Andrews, K. R. (1967). The concept of corporate strategy (3rd ed.). Homewood, IL: Irwin.Ansoff, H. I., dan Bradenburg, G. R. (1971). A language for organization design. Management Science, 17, 705-731.Bain, J.S. (1968). Industrial Organization (2 ed.). New York: Wiley.Barney, J.B., dan Clark, D.N. (2007). Resource-based theory: Creating and sustaining competitive advantage. UK:

Oxford University PressBordean, O.N., Borza, A., dan Segura, D.G. (2011). A comparative approach of the generic strategies within the hotel

industry: Romania VS. USA. Management and Marketing Challenges for the Knowledge Society. Vol. 6 (4),501-514.

Chen, M. (1996). Competitor analysis and interfirm rivalry: Toward a theoreticalintegration. Academy o f Management Review, 21(1), 100-134.

Chong, H. G. (2008). Measuring performance of small-and-medium sized enterprises: the grounded theory approach.Journal of Business and Public Affairs, 2(1), 1-10.

Page 263: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.258-263) 978-602-60766-3-2

263

Chow, C. W., & Van Der Stede, W. A. (2006).The use and usefulness of nonfinancial performance measures.Management Accounting Quarterly, 7(3), 1-8.

David, Fred R & David, Forest R. 2016. Manajemen Strategik: Suatu Pendapatan Keunggulan Bersaing. Edisi ke-15.Jakarta: Salemba Empat.

Dincer, O., Tatoglu, E., & Glaister, K. W. (2006). The strategic planning process: Evidence from Turkish firms.Management Research News, 29(4), 206-219.

Falshaw, J. R., Glaister, K. W., & Tatoglu, E. (2006). Evidence on formal strategic planning and company performance.Management Decision Journal, 44(1), 9-30.

Grant, R. M. (1998). Contemporary strategy analysis (3rd ed.). Malden, Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd.Hill, C.W.L., dan Jones, G.R. (1995). Strategic Management Theory: an Integrated Approach. (3rd ed.). Texas, USA:

Texas A and M. University.Huang, C. J. (2006). Strategic planning and dysfunction: The dark side of mandating a formal planning system.

Soochow Journal of Political Science, 22, 47-71.Laljit, C. R. (2006). The business strategy development among SMEs in the Kwa-Zulu Natal clothing manufacturing

sector. (Master of Business Administration dissertation). Durban University of Technology. Durban.Mason, E. S. (1939). Price and production policies of large scale enterprises. American Economic Review, 29, 61-74.Mohutsiwa, M. (2012). Strategic entrepreneurship and performance of SMEs in South Africa. (Master of Management

Dissertation). University of Witwatersrand. Johannesburg.Murimbika, M. (2011). Influence of strategic management practices on the entrepreneurial orientation of South African

firms in the financial and business services sectors. (Masters Dissertation). University of Witwatersrand.Johannesburg.

Naidoo, K. K. (2006). The strategic processes of small businesses operating in a turbulent environment: A retailcommunity pharmacy perspective. (Doctor of Business Leadership Dissertation). University of South Africa.Pretoria.

Nkulu, M. (2012). The use of strategic planning for small, medium and micro enterprises in the retail industry. (Masterof Commerce Dissertation). University of Johannesburg. Johannesburg.

Odame, A. M. (2007). The relevance of strategic planning for entrepreneurial businesses in South Africa. (Master ofBusiness Administration dissertation). University of Pretoria.

Omsa, S., Salim, U., Djumahir, Rahayu, M. (2015). Competitive Strategi Orientation and Company Performance inSelected SMEs Wooden Furniture in Pasuruan City. International Journal of Applied Business and EconomicResearch (IJABER). Vol. 13, No. 7. 4659-4676.

O’regan, N., & Ghobadian, A. (2004).The importance of capabilities for strategic direction and performance.Management Decision, 42(2), 292-312.

Panigyrakis, G. G., & Theodoridis, P. K. (2009). Internal marketing impact on business performance in a retail context.International Journal of Retail and Distribution Management, 37(7), 600-628.

Parnell, J.A., Lester, D.L. Long, Z., dan Koseoglu, M.A. (2012). How environmental uncertainty affects the linkbetween business strategy and performance in SMEs Evidence from China, Turkey, and the USA. ManagementDecision, 50(4), 546-568.

Phillips, P., Davies, F., & Moutinho, L. (2000). The interactive effects of strategic planning on hotel performance: aneural network analysis. Management Decision Journal, 37(3), 279-288.

Phillips, P. (2000). The strategic planning/finance interface: Does sophistication really matter? Management Decision,38(8), 541-549.

Porter, M.E. (1980). Competitive strategy: Techniques for analyzing industries and competitors. New York: Free Press.Punn, K. F., & White, A. S. (2005). A performance measurement paradigm for integrating strategy formulation: A

review of systems and frameworks. International Journal of Manage ment Reviews, 7(1), 49-71.Sum, C., Jukow, L., & Chen, S. (2004).Taxonomy of operations strategies of high performing small and medium

enterprises in Singapore. International Journal of Operations and Production Management, 24(3), 321-345.Tang, T., & Zhang, Y. (2005). Marketing strategy and business performance of small construction firms in China.

Macquarie Graduate School of Management working papers in management: 1-12. March.50.Verbeen, F. H. M., & Boons, A. N. A. M. (2009). Strategic priorities, performance measures and performance: An

empirical analysis in Dutch firms. European Management Journal, 27, 113-128.

Page 264: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 207 (pp.264-269) 978-602-60766-3-2

264

PENGARUH GENDER TERHADAP PERILAKU BELANJA TAK TERENCANA(IMPULSE BUYING BEHAVIOUR) (STUDI KASUS PELANGGAN RITEL MODERN DI

MAKASSAR)”

Jayadi1

Dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku impulsive buyingpelanggan dalam berbelanja di ritel modern. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam memberikan informasitentang tanggapan responden terhadap sub variabel-sub variabel impulsive buying. Secara praktis, hasil penelitian inidiharapkan dapat membantu pembaca untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis kelamin terhadap perilakuimpulsive buying pelanggan dalam berbelanja di ritel modern. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pembuktianempiris serta menemukan kejelasan fenomena tentang perilaku belanja tak terencana (Impulse Buying Behavior) padapelanggan ritel modern baik laki-laki maupun perempuan serta Pengaruh Gender Terhadap Perilaku Belanja TakTerencana (Impulse Buying Behaviour) (Studi Kasus Pelanggan Ritel Modern di Makassar)”. Penelitian deskriptifbertujuan untuk memperoleh gambaran/deskripsi tentang perilaku belanja tak terencana (Impulse Buying Behaviour)oleh pelanggan laki-laki dan perempuan di supermarket Makassar. Selanjutnya, tipe penyelidikan yang digunakan dalampenelitian adalah pendekatan kausalitas (Causal research) untuk menjelaskan bagaimana pengaruh gender terhadapperilaku belanja tak terencana (Impulse Buying Behaviour) oleh pelanggan supermarket di Makassar . Unit analisispenelitian ini adalah pelanggan supermarket yang berusia 18-22 tahun yang dalam kategori pelanggan remaja lanjut dandewasa awal di Makassar. Pengambilan data primer menggunakan pendekatan cross sectional dimana data diambil satukali pada April 2017 di Politeknik Negeri Ujung Pandang di Makassar yang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Jumlahsampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah sebesar 51 responden laki-laki dan perempuan. Teknik analisis datayang digunakan untuk mengetahui pengaruh gender terhadap keputusan pembelian tidak terencana oleh pelanggansupermarket di Makassar adalah analisis regresi sederhana yang merupakan metode statistika untuk menganalisispengaruh antara dua variabel dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS 21. Berdasarkan hasil penelitianmaka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:a). Perilaku belanja tak terencana (Impulsive buyingBehavior) pada pelanggan ritel modern baik laki-laki maupun perempuan di Makassar memiliki kecenderungan sikapyang hampir sama. b). Pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku impulsive buying dalam berbelanja di supermarket padatingkat kepercayaan 95% memberikan hasil yang tidak signifikan.

Kata Kunci: Impulsive buying, gender, ritel modern

1. PENDAHULUANMenurut AC Nielsen, 48% dari total belanja yang berasal dari masyarakat terhadap total populasi

Indonesia diperkirakan meningkat dari sebesar 56,5% pada 2010 menjadi sebesar 68,4% pada 2015 dansebesar 76,1% pada 2020. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia masih cukup kuat dan relatiftinggi dibandingkan negara lain. Global Consumer Confidence Report 2Q14 yang dirilis AC Nielsenmenunjukkan IKK Indonesia berada pada level 123, berada pada posisi kedua setelah India (124).Sebelumnya, IKK Indonesia bahkan menempati posisi tertinggi selama 5 kuartal berturut-turut (1Q13-1Q14)di antara 60 negara yang disurvei. IKK yang dirilis Bank Indonesia juga menunjukkan trend penguatan. IKKAgustus 2014 yang sebesar 120,2 merupakan level tertinggi sejak akhir 2012. Penguatan IKK jugadikonfirmasi oleh peningkatan Indeks Penjualan Riil (IPR). Rata-rata pertumbuhan tahunan IPR Januari-Juli2014 sebesar 16,7%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 11,9%. Hal inimenunjukkan peranan dalam sektor ritel semakin penting. Meskipun ritel tradisional masih tetapmendominasi, kenaikan share perdagangan ritel modern dalam di Indonesia meningkat cukup pesat. Potensibisnis minimarket semakin terlihat jelas ketika melihat Share tersebut meningkat dari 25% pada 2002menjadi 44% pada 2012. Pertumbuhan ritel modern terutama terjadi pada format minimarket, conveniencestore, dan hypermarket dimana share perdagangan minimarket mengalami kenaikan tertinggi.

Dilihat dari perkembangan jumlah gerai selama 10 tahun terakhir, format minimarket tumbuh rata-rata 17,4%, hypermarket 17,9%, sedangkan format supermarket mulai cenderung ditinggalkan denganpertumbuhan gerai rata-rata 3% per tahun. (www.minimarketrak.com). Tingginya pertumbuhan ritel modernjuga tidak lepas dari perilaku berbelanja masyarakat Indonesia yang semula berbelanja di pasar tradisional ke

1 Koresponden: Telp. 082117008087.email: [email protected]

Page 265: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 207 (pp.264-269) 978-602-60766-3-2

265

pasar modern serta kecenderungan konsumen yang memilih berbelanja di suatu tempat yang menyediakanberbagai macam kebutuhan tanpa harus pergi ketempat lain. Belanja saat ini tidak lagi dipandang hanyasebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lebih dari itu belanja sekarang sudah menjadi gayahidup. Perilaku berbelanja konsumen yang terencana kini mulai bergeser ke pembelian tidak terencana(Impulse Buying).

Tingginya pertumbuhan ritel modern juga tidak lepas dari perilaku berbelanja masyarakat Indonesiayang semula berbelanja di pasar tradisional ke pasar modern serta kecenderungan konsumen yang memilihberbelanja di suatu tempat yang menyediakan berbagai macam kebutuhan tanpa harus pergi ketempat lain.Belanja saat ini tidak lagi dipandang hanya sebagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lebihdari itu belanja sekarang sudah menjadi gaya hidup. Perilaku berbelanja konsumen yang terencana kini mulaibergeser ke pembelian tidak terencana (Impulse Buying).

Pembelian impulsif atau bagi beberapa pemasar yang menyebutnya sebagai pembelian tidakterencana merupakan bagian dari pola pembelian konsumen dan menyatakan sebagai pembelian yang tidakdirencanakan. Engel dan Blacwell (1982), mendefinisikan pembelian yang tidak direncanakan (unplannedbuying) atau yang disebut juga pembelian impulsif sebagai suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpadirencanakan sebelumnya atau keputusan pembelian yang dilakukan pada saat berada didalam toko. Hasilpenelitian yang dilakukan oleh Agustiarini (2012) membuktikan bahwa lingkungan fisik(physicalsurrounding) dan collateral situational memiliki pengaruh positif pada pembelian impulsif. Sedangkanlingkungan sosial(social surrounding) dan antecedent state tidak memiliki pengaruh pada pembelianimpulsif. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shoham dan Brencic , 2003 (dalam Sumarwan, Ujanget all, 2011), meneliti tentang pengaruh pembelian yang tidak direncana (unplanned purchases),kecenderungan membeli produk yang tidak tercantum dalam daftar belanja dan gender terhadap pembeliankompulsif. Semakin sering konsumen melakukan pembelian yang tidak direncanakan, membeli produkdiluar daftar belanja maka konsumen akan cenderung melakukan pembelian kompulsif

Data Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Umur dan RasioJenis pada Tahun 2013 yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan bahwa pendudukSulawesi Selatan yang berusia 15 – 19 sebanyak 800.200 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 405.300 jiwadan perempuan sebanyak 394.900 jiwa. Sedangkan penduduk yang berusia 20 – 24 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 357.300 dan penduduk perempuan sejumlah 367.100 jiwa. Jumlah tersebut lebih tinggidibandingkan dengan kelompok lainnya yang juga mencerminkan kondisi yang sama pada komposisipenduduk Kota Makassar. Dari sisi ekonomi, data tersebut menunjukkan pula bahwa sebagaian besarkonsumen yang di Sulawesi Selatan didominasi oleh konsumen yang berusia antara 15 hingga 24 tahun.Disisi lain, kelompok usia tersebut dianggap sebagai tahap pencarian jati diri sehingga sangat mudahberubah-ubah termasuk ketika melakukan aktivitas pembelian produk atau jasa. Berdasarkan uraian yangdikemukakan pada latar belakang penelitian maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh GenderTerhadap Perilaku Belanja Tak Terencana (Impulse Buying Behaviour) (Studi Kasus Pelanggan RitelModern di Makassar)”.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan pendekatan ilmu manajemen pemasaran. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode survei melalui pengajuan kuesioner kepada responden yang berperan sebagai alatpengumpulan data yang utama. Berdasarkan tingkat eksplanasi maka jenis penelitian ini merupakanpenelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran/deskripsi tentang perilakubelanja tak terencana (Impulse Buying Behaviour) oleh pelanggan laki-laki dan perempuan di supermarketMakassar. Selanjutnya, tipe penyelidikan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kausalitas(Causal research) untuk menjelaskan bagaimana pengaruh gender terhadap perilaku belanja tak terencana(Impulse Buying Behaviour) oleh pelanggan supermarket di Makassar . Unit analisis penelitian ini adalahpelanggan supermarket yang berusia 18-22 tahun yang dalam kategori pelanggan remaja lanjut dan dewasaawal (Sumarwan, Ujang., 2011) di Makassar. Pengambilan data primer menggunakan pendekatan crosssectional dimana data diambil satu kali pada April 2017 di Politeknik Negeri Ujung Pandang di Makassaryang dijadikan sebagai lokasi penelitian. Adapun penentuan sampel pelanggan dilakukan dengan dilakukandengan teknik sampling berimbang (proportional sampling) yaitu dengan memperhatikan perimbangan(proporsional) jumlah pelanggan supermarket yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Makassar.Jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah sebesar 51 responden laki-laki dan perempuan.Dalam penelitian ini, responden yang dipilih menjadi sampel adalah pelanggan ritel modern di Makassar

Page 266: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 207 (pp.264-269) 978-602-60766-3-2

266

yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di lokasi penelitian yang ditemui pada saat penyebarankuesioner. Estimasi waktu pengambilan data untuk memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah satuhingga dua hari. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh gender terhadap keputusanpembelian tidak terencana oleh pelanggan supermarket di Makassar adalah analisis regresi sederhana yangmerupakan metode statistika untuk menganalisis pengaruh antara dua variabel dengan menggunakan programaplikasi statistik SPSS 21.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian DataPada bagian ini, hasil yang duijelaskan akan berhubungan dengan tujuan penelitian ini. Tujuan

penelitian ini yaitu mengetahui tanggapan responden terhadap sub variabel impulsive buying, yakni StimulusLingkungan Toko (X1); Emosi Positif (X2); Perilaku Pembelian Tidak Terencana (X3).Setelah dilakukanpembagian kuesioner sesuai dengan jumlah sampel sebanyak 51 responden, selanjutnya diperoleh hasilsebagai berikut:

Tabel 1. Tanggapan responden Terhadap Sub Variabel Impulsive BuyingNo Sub Variabel Indikator Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan1 Stimulus Lingkungan Toko (X1) X.1.1. 3,5 3,4

X.1.2. 3,8 3,6X.1.3. 2,8 3,2X.1.4. 3,2 3,3X.1.5. 3,5 3,3

Nilai rata-rata 3,4 3,42 Emosi Positif (X2) X.2.1. 3,1 3,2

X.2.2. 3,1 3,1X.2.3. 3,0 3,1X.2.4. 2,3 2,7

Nilai rata-rata 2,9 3,03 Perilaku Pembelian Tidak Terencana (X3) X.3.1. 2,5 2,9

X.3.2. 2,3 2,5X.3.3. 2,5 2,3X.3.4. 2,1 2,6X.3.5. 2,3 2,6

Nilai rata-rata 2,3 2,6Total nilai rata-rata 2,9 3,0

Sumber: Hasil Olah Data Primer, 2017.

Hasil analisis pengaruh variabel jenis kelamin terhadap perilaku impulsive buying denganmenggunakan analisis regresi sederhana pada SPSS 21 dapat diuraikan sebagai berikut:

Model SummaryModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate1 .167a .028 .008 .28808a. Predictors: (Constant), X

Pada Tabel Model Summary diatas, korelasi variabel jenis kelamin (X) terhadap variabel ImpulsiveBuying (Y) menunjukkan nilai R=0,17 (0,167) , sedangkan nilai R Square = 0,028 yang menunjukkan bahwaPerilaku Impulsive Buying pelanggan di supermarket dapat dijelaskan oleh variabel jenis kelamin sebesar2,8%.

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.1 Regression .117 1 .117 1.410 .241b

Page 267: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 207 (pp.264-269) 978-602-60766-3-2

267

Residual 4.066 49 .083Total 4.184 50

a. Dependent Variable: Y, b. Predictors: (Constant), X

Pada Tabel ANOVA diatas nampak bahwa nilai Sig=0,241 > 0,05. Artinya, pada tingkat kepercayaan95%, Ho diterima. Dengan demikian pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku impulsive buying dalamberbelanja di supermarket tidak signifikan.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1(Constant) 2.767 .166 16.620 .000X .110 .093 .167 1.188 .241

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan Tabel Coeficient di atas nampak bahwa nilai dari α:2,767 dan β=0,110. Signifikansikedua koefisien tersebut dapat dilakukan dengan uji T.Uji hipotesis untuk αHo : α = 0H1 : α ≠ 0

Karena nilai Sig = 0,241 > 0,05, maka Ho diterima. Artinya garis regresi melewati titik pangkal(konstanta signifikan tidak masuk dalam model regresi).B. Pembahasan1. Stimulus Lingkungan Toko (X1)

Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. menunjukkan bahwa penilaian pelanggan laki-lakidan perempuan pada peran suara musik dalam meningkatkan kenyamanan berbelanja disupermarketmemberikan selisih nilai yang tertinggi, sebesar 0,4. Bagi pelanggan perempuan, suara musik dianggap dapatmeningkatkan kenyamanan dalam berbelanja disupermarket dibandingkan dengan pelanggan laki-laki,sedangkan tanggapan pelanggan laki-laki dan perempuan pada indikator keramahan peramuniaga, cahayalampu dan pengaturan layout menunjukkan selisih yang paling rendah, sebesar 0,1. Hal ini menunjukkanbahwa sikap pelanggan laki-laki dan perempuan terhadap peran ketiga indikator tersebut dalammeningkatkan kenyamanan berbelanja disupermarket hampir sama. Secara umum, pelanggan laki-laki danperempuan sama-sama setuju terhadap peran sub variabel stimulus lingkungan toko dalam meningkatkankenyamanan berbelanja di supermarket dengan nilai rata-rata sebesar 3,4.2. Emosi Positif (X2)

Tabel 3.1. menjelaskan bahwa sikap pelanggan laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengankebanggaan ketika melakukan pembelian di supermarket memberikan selisih yang tertinggi sebesar 0,4. Bagipelanggan perempuan, tingkat kebanggaan ketika berbelanja disupermarket lebih tinggi dibandingkan denganpelanggan laki-laki, sedangkan penilaian pelanggan laki-laki dan perempuan terhadap tingkat kepuasanketika berbelanja disupermarket memberikan hasil yang sama atau kedua kelompok pelanggan tersebutmemiliki tingkat persetujuan yang sama pada indikator tersebut. Penilaian responden terhadap peran perasaantertarik kepada produk tertentu yang mendorong terjadinya pembelian tidak terencana dan perasaan senangketika berbelanja di supermarket menunjukkan selisih nilai yang rendah, sebesar 0,1. Secara umum,pelanggan laki-laki dan perempuan memberikan nilai persetujuan yang hampir sama terhadap peran subvariabel emosi positif terhadap perilaku berbelanja responden disupermarket dengan selisih nilai rata-ratahanya sebesar 0,1 dimana untuk responden laki-laki memberikan nilai sebesar 2,9 dan untuk respondenperempuan memberi nilai sebesar 3,0.3. Perilaku Pembelian Tidak Terencana (X3)

Hasil penelitian pada Tabel 5.1. menunjukkan bahwa pelanggan perempuan memiliki kecenderunganuntuk memberikan tingkat persetujuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan laki-laki padaindikator kecenderungan untuk membeli barang-barang yang tidak direncanakan dan tujuan berbelanja untukmemperbaiki suasana hati sehingga selisih nilai untuk kedua indikator tersebut memberikan hasil yang lebih

Page 268: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 207 (pp.264-269) 978-602-60766-3-2

268

tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya pada sub variabel Perilaku Pembelian Tidak Terencana dengannilai 0,5 dan 0,4. Adapun ketiga indikator lainnya, yakni: kecenderungan untuk berbelanja tanpa terencana,spontanitas dalam berbelanja dan sulitnya pengendalian diri untuk membeli produk sewaktu melihatpenawaran yang menarik oleh pihak supermarket memililiki nilai selisih yang kecil sebesar 0,2 yang berartibahwa sikap pelanggan laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan sikap yang sama untuk ketigaindikator tersebut. Jika melihat nilai rata-rata untuk sub variabel ini maka dapat dijelaskan bahwa subvariabel Perilaku pembelian Tidak terencana memiliki nilai selisih yang lebih tinggi dibandingkan dengansub variabel Stimulus Lingkungan Toko dan Emosi Positif. Total nilai rata-rata untuk ketiga sub variabeltersebut menunjukkan nilai selisih yang kecil yang sebesar 0,1 yang menjelaskan bahwa sikap pelangganlaki-laki dan perempuan untuk ketiga sub variabel tersebut cenderung sama.4. Pengaruh Gender Terhadap Perilaku Impulsive Buying Dalam Berbelanja Di Supermarket

Hasil uji analisis regresi sederhana dengan menggunakan program SPSS 21 menunjukkan bahwafaktor gender tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk membentuk perilaku pembelian impulsivepelanggan supermarket. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti maka ada beberapa faktor yang didugamenjadi penyebabnya, antara lain:a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wathani, 2009 dan Rahmasari 2010 menunjukkan bahwa pengaruh

perbedaan jenis kelamin terhadap perilaku impulsive buying akan signifikan jika objek produk yangditeliti adalah produk-produk khusus atau special dimana produk tersebut memiliki ciri unik atau identitasmerek dimana sekelompok pembeli tertentu bersedia untuk melakukan upaya khusus untuk memperolehproduk tersebut misalnya fashion atau produk yang berkaitan dengan gaya hidup.

b. Karakteristik responden yang hampir sama terutama dalam hal usia dan penghasilan sehingga merekacenderung memiliki sikap atau perilaku yang hampir sama pula.

c. Tidak adanya variabel moderasi yang dimunculkan untuk melihat pengaruh tidak langsung variabel genderterhadap perilaku impulsive buying.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:a).

Perilaku belanja tak terencana (Impulsive buying Behavior) pada pelanggan ritel modern baik laki-lakimaupun perempuan di Makassar memiliki kecenderungan sikap yang hampir sama. Jika melihat nilai rata-rata pada sub variabel Perilaku Pembelian Tidak terencana dimana sub variabel ini memiliki nilai selisih yanglebih tinggi dibandingkan dengan sub variabel Stimulus Lingkungan Toko dan Emosi Positif. Total nilai rata-rata untuk ketiga sub variabel tersebut menunjukkan nilai selisih yang kecil yang sebesar 0,1 yangmenjelaskan bahwa sikap pelanggan laki-laki dan perempuan untuk ketiga sub variabel tersebut cenderungsama; b). Pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku impulsive buying dalam berbelanja di supermarket padatingkat kepercayaan 95% memberikan hasil yang tidak signifikan. Berdasarkan analisis yang dilakukanpeneliti maka ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebabnya, antara lain: Hasil penelitian yangdilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa pengaruh perbedaan jenis kelaminterhadap perilaku impulsive buying akan signifikan jika objek produk yang diteliti adalah produk-produkkhusus atau special dimana produk tersebut memiliki ciri unik atau identitas merek dimana sekelompokpembeli tertentu bersedia untuk melakukan upaya khusus untuk memperoleh produk tersebut misalnyafashion atau produk yang berkaitan dengan gaya hidup, sedangkan produk yang dijadikan sebagai objekpenelitian disupermarket sebagian besar merupakan produk konvinien yang merupakan produk yang biasanyapaling sering dibeli oleh konsumen, secara langsung, dengan pembanding dan upaya yang minimum;Karakteristik responden yang hampir sama terutama dalam hal usia dan penghasilan sehingga merekacenderung memiliki sikap atau perilaku yang hampir sama pula; dan Tidak adanya variabel moderasi yangdimunculkan untuk melihat pengaruh tidak langsung variabel gender terhadap perilaku impulsive buying.

5. DAFTAR PUSTAKA

Agustiarini, Arika Indah. 2012. Pengaruh Faktor Situasional terhadap Pembelian Impulsif (Midnight Sale CentroDepartment Store Yogyakarta). Tesis Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2013Bayley, Geoff, & Clive Nancarrow. 1998. Impulse Purchasing: A Qualitative Explanation of The Phenomenon. MCB

UP Limited.Belk, Russel W. 1975. Situational Variable and Consumer Behavior. Journal of Consumer

Page 269: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 207 (pp.264-269) 978-602-60766-3-2

269

Research, Vol 2, December, pp157-164.Engel J, Blackwell R. 1982. Consumer Behaviour. Dryden Press, Chicago, IL.Cobb CJ & Hoyer WD. 1986. A Planned Versus Impulse Purchase Behavior, Journal of Retailing, Vol. 62, Winter, pp

67-81.Hausman, A, A Multi-Method Investigation of Consumer motivations in Impulse Buying Behavior, Journal of

Consumer marketing, Vol. 17 No. 15, 2000.Kollat DT & Willet RP. 1967. A Consumer Impulse Purchasing Behavior. Journal of Marketing Research, Vol.4,

February, pp. 21-31.Mowen, J. C. and Michael Minor. 2001. Consumer Behavior. Fifth Edition, Harcourt, Inc.Rahmasari, Lisda. 2010. Menciptakan Impulse Buying. Majalah Ilmiah INFORMATIKA. Vol 1. No.3. September.Rohman, Fatchur. 2009. Peran Nilai Hedonik Konsumsi dan Reaksi Impulsif Sebagai Mediasi Pengaruh Faktor

Situasional Terhadap Keputusan Pembelian Impulsif di Butik Kota Malang. Disertasi ProgamPascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Wathani, Fikrah. 2009. Perbedaan Kecenderungan Pembelian Impulse Produk Pakaian Ditinjau dari Peran Gender. USURepository.

www.minimarketrak.com Dpublikasikan pada tanggal 1 Januari 2017 (Di unduh tanggal 20 Februari 2017 Pukul13.00 WITA).

Page 270: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.270-273) 978-602-60766-3-2

270

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DENGAN PENENTUAN KOMODITASHORTIKULTURA UNGGULAN BERDASARKAN METODE LOCATION QUOTIENT

(LQ) DI KECAMATAN TINGGIMONCONG KABUPATEN GOWA

Reni Fatmasari Syafruddin1), Dewi Puspita Sari2)

1),2) Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

ABSTRACT

This study aims to determine the superior horticultural commodities that farmers can cultivate to increase theirincome. The research was conducted in Tinggimoncong Sub-district, Gowa District. The research method use isLocation Quotient (LQ) method by using primary data and secondary data. From the results of the research, thesuperior commodities of Kecamatan Tinggimoncong that can encourage the increase of farmer's income and should getmore attention in the management and development is Passion Fruit (LQ = 1,03 ), Potato (LQ=4,01), Tomato (LQ =3),Carrot (LQ=1,51), Cabbage (LQ = 1,30), Chinesse Cabbage (LQ=1,04) and Banana(LQ=1,1).

Keywords: Commodity, Horticulture, Leading, Production, Location Quotient, Tinggimoncong.

1. PENDAHULUANSektor pertanian khususnya tanaman hortikultura masih menjadi penyumbang devisa terbesar dan

mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.Kontribusi sub-sektor usaha ini terhadap total PDRB Kabupaten Gowa sebesar 19,64 persen, yangmerupakan kontribusi terbesar dari seluruh sub kategori/sub Sektor usaha yang ada. Wilayah dataran tinggiini dikenal sebagai penghasil komoditas Hortikultura antara lain Wortel, Kentang, Kubis dan Tomat Buah,dan juga buah Markisa dan Strawberri. Menurut data dari BPS Kabupaten Gowa (BPS Kabupaten Gowa,2015), pada tahun 2014 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberi kontribusi terhadapPDRB sebesar 32,27 %. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan juga memberikan kontribusiterbesar diantara keenam belas lapangan usaha lainnya. Namun, dari tahun ke tahun, kontribusinya semakinmenurun, yakni dari 36,38 persen tahun 2010 menjadi 32,27 persen tahun 2014. Apabila dilihat darisublapangan usaha, hanya Sub-sektor Usaha Perikanan yang memiliki kontribusi terhadap PDRB atas dasarharga berlaku yang semakin meningkat, yakni dari 3,99 persen tahun 2010 menjadi 4,81 persen tahun 2014.Sub-sektor usaha tanaman pangan dan Hortikultura merupakan penyumbang terbesar terhadap subsektorpertanian yaitu tercatat sebesar 60,9 % dari seluruh nilai tambah pertanian.

Secara turun temurun Agribisnis dan usaha tani berbagai komoditas hortikultura ditentukanberdasarkan pilihan petani dan permintaan pasar serta musim yang ada, tanpa adanya analisis mendasarkomoditas apa yang sebaiknya lebih diutamakan sebagai komoditas unggulan pada musim Tertentu.Pemilihan komoditas Unggulan sebagai skala prioritas di wilayah ini yang memiliki keunggulan komparatifbaik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan penting guna meningkatkan “efisiensi usaha tani”dalam menghadapi perdagangan global.

Data nilai produksi dapat memberikan gambaran secara umum tentang produksi berbagai Komoditiyang ada di kecamatan Tinggi Moncong yang akan dibandingkan dengan nilai produksi komoditi pertanianpada tingkat Kabupaten Gowa. Data nilai produksi tingkat kecamatan dan kabupaten akan digunakan sebagaidasar dalam perhitungan dengan menggunakan alat Analisis Location Quontient (LQ), yang pada nantinyaakan muncul komoditi unggulan dan bukan unggulan, sehingga dapat ditemntukan skala prioritaspengembangan di tingkat implementasi program kabupaten dan kecamatan. Hal inilah yang mendasaripeneliti untuk mengangkat judul penelitian Peningkatan Pendapatan Petani Dengan PenentuanKomoditas Hortikultura Unggulan Berdasarkan Metode Location Quotient (Lq) Di KecamatanTinggimoncong Kabupaten Gowa. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah menganalisaketepatan pemilihan komoditas hortikultura Unggulan yang diusahakan petani di Kecamatan TinggiMoncong.

2. METODE PENELITIAN

1 Korespondensi: [email protected]

Page 271: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.270-273) 978-602-60766-3-2

271

Penelitian dilakukan di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi selatan,dimana penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan daerah inimerupakan sentra pertanian hortikultura di wilayah Kabupaten Gowa, dan mempunyai potensi yang besardalam sektor pertanian lainnya baik dalam sektor pemanfaatannya maupun untuk dikembangkan sehinggamemberikan kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan pendapatan petani.

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperolehsecara langsung dari sumbernya baik data/fakta lapangan maupun berupa pendapat /pandangan, analisis darinarasumber (Kuisioner). Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan observasi / pengamatan secaralangsung dilokasi untuk mengetahui kondisi dan potensi wilayah yang ada di Kecamatan Tinggi Moncong,Kuisioner pada petani, dan Wawancara mendalam dengan narasumber yang berkompeten yaitu Dinas terkait

Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari pemerintah daerah Kabupaten Gowa, data inibersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi dan Kabupaten, serta Dinas Pertanian.

Data yang telah dikumpulkan diteliti dan dianalisis dengan menggunakan alat analisis sebagai berikut:Location Quotient (LQ)Alat analisis Location Quotient adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industridisuatu daerah terhadap peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional atau di suatu kabupatenterhadap peranan suatu sektor/industri secara regional atau tingkat provinsi / kabupaten. Untuk mengetahuikomoditi unggulan pertanian daerah Kecamatan Tinggi Moncong mengacu pada formulasi Bendavid (1991)dengan persamaan (1)= // = // ....................................................................................(1)

Keterangan :Pij = Nilai produksi komoditi pertaniani i pada wilayah KecamatanPj = Nilai total produksi komoditi pertanian KecamatanPir = Nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah KabupatenPr = Nilai total produksi komoditi pertanian KabupatenKriteria pengukuran nilai LQ yang dihasilkan sebgai berikut :

a. Bila LQ >1 berarti komoditi tersebut menjadi basis atau merupakan komoditi unggulan, hasilnyatidak saja dapat memenuhi kebutuhan diwilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat di ekspor keluarwilayah.

b. Bila LQ < 1 berarti komoditi tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan, produksikomoditi tersebut disuatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokanatau impor dari luar.

c. Bila LQ = 1 berarti komoditi tersebut tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan, produksi darikomoditi tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.Selain menggunakan uji Location Quotient untuk menentukan komoditi unggulan maka diuji dengan

menggunakan Software SPSS Terbaru, uji T-test (one-sample statistic) dengan uji ini diperoleh kesimpulanjika t hitung bernilai positif maka komoditi tersebut dikatagorikan sebagai komoditi unggulan.

3. HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1. Hasil Perhitungan Location Quontient (LQ) terhadap Komoditi Hortikultura unggulan diKabupaten Gowa

Kecamatan Markisa

K.Pjg

Kentng Tomat wortel

kubis

dbwg

Buncis

Bayam Swput Cabe

Mgga

Pisang

TINGGIMONCONG

1.03

0.13

4.01

3.00

1.51

1.30

0.86

0.97

0.25

1.04

0.74

0.71

1.10BONTONOMPO 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.03

0.03BONTONOMPO

SLT0.00

0.27

0.00

0.10

0.00

0.00

0.00

0.00

0.20

0.00

0.20

0.17

0.34BAJENG 0.0

00.20

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00BAJENG BARAT 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.19

0.20PALLANGGA 0.0

00.94

0.00

0.31

0.00

0.00

0.00

0.00

0.20

0.00

0.12

1.51

0.67

Page 272: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.270-273) 978-602-60766-3-2

272

BAROMBONG 0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.15

0.06SOMBA OPU 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.48

4.26BONTOMARANNU 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.29

0.18PATALASSANG 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.29

0.36

0.36PARANGLOE 0.0

00.64

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.29

0.24

0.00

0.00

2.11

0.34MANUJU 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.53

3.97TOMBOLOPAO 0.8

40.84

8.09

4.00

1.99

1.72

1.02

1.41

0.27

0.93

0.59

0.71

1.64PARIGI 0.0

00.00

0.00

0.09

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

1.05

1.71BUNGAYA 0.0

00.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.19

0.97

6.76BONTOLEMPANGA

N0.00

0.74

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.87

1.80TOMPOBULU 0.0

00.00

0.10

0.93

0.84

0.68

0.28

0.57

0.09

0.34

0.17

0.03

0.12BIRINGBULU 0.0

00.00

0.00

0.58

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.17

0.22

0.88

Tabel 1 menunjukkan nilai LQ komoditas unggulan yang ditanam di kecamatan Tinggi Moncongdibanding dengan yang ditanam di kecamatan lain. Jika nilai LQ = 1 berarti komoditi tersebut tergolong non-basis, tidak memiliki keunggulan yang lebih, namun produksi dari komoditi tersebut hanya mampumemenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan belum dapat kelebihan untuk di ekspor. Sehingga berdasarkananalisis LQ pada Tabel 1 maka komoditas yang tergolong unggulan dengan nilai rata-rata koefisien LQ >1untuk kecamatan Tinggimoncong adalah Markisa (LQ = 1,03 ), Kentang (LQ=4,01), Tomat (LQ =3),Wortel (LQ=1,51), Kubis (LQ = 1,30), Sawi Putih (LQ=1,04) dan Pisang (LQ=1,1). Keunggulanberdasarkan data analisis dari intensitas, produksi komoditi dibanding wilayah lain. Meskipun unggul tetapitidak selalu otomatis komoditas tersebut berkembang baik dan lebih diprioritaskan dalam pengembangan.Komoditas-komoditas tersebut memang merupakan komoditas yang umumnya bertumbuh danberproduksi baik di dataran tinggi misalnya Markisa, kentang, wortel, kubis dan sawi putih. Sosialekomomi masyarakat kecamatan Tinggi moncong ditunjang dengan pengembangan komoditas komoditasini. Tanaman Kentang, wortel, kubis dan tomat buah dari Kecamatan Tinggimoncong terkenal luas hinggakeberbagai pelosok, dimana pada musim panen pengiriman sayuran ini ke wilayah lain sangat besar danbahkan sampai dikirim antar pulau

Komoditas non unggulan menurut analisis LQ adalah Kacang Panjang, Buncis, daun bawang,Bayam dan Cabe. Diketahui bahwa kacang panjang dan buncis serta Cabai berkembang di hampir seluruhwilayah dataran oleh karena itu keunggulannya di Kecamatan Tinggimoncong tidak dominan. Meskipunsecara kesuluruhan produksi meningkat tetapi komoditi ini belum unggul di Kecamatan Tinggimoncong,artinya produksi tinggi tetapi jika dibandingkan dengan produksi tingkat kabupaten atau rata-rata lebihminim dibanding kecamatan lain. Permasalahan utama tentu saja agroklimat, atau produksi lebih baik dikecamatan lain.

4. KESIMPULANBerdasarkan hasil Analisis Location Quotient komoditi unggulan Kecamatan Tinggimoncong yang

dapat mendorong peningkatan pendapatan petani dan harus mendapatkan perhatian lebih dalam pengelolaandan pengembangannya adalah Markisa (LQ = 1,03 ), Kentang (LQ=4,01), Tomat (LQ =3), Wortel(LQ=1,51), Kubis (LQ = 1,30), Sawi Putih (LQ=1,04) dan Pisang (LQ=1,1).

5. DAFTAR PUSTAKABPS, 2016. Kabupaten Gowa dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa tahun 2015. BPS SulselBPS kabupaten Gowa, 2017a. Kabupaten Gowa dalam Angka 2016, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa tahun2016. BPS SulselBPS kabupaten Gowa, 2017b. Kecamatan Tinggimoncong dalam Angka 2016, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowatahun 2016. BPS SulselBPS kabupaten Gowa, 2017c. Produk Domestik Bruto kabupaten Gowa 2012-2016, Badan Pusat Statistik KabupatenGowa tahun 2016. BPS SulselBPS kabupaten Gowa, 2017d. Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura kabupaten Gowa 2017, Badan Pusat Statistik

Page 273: KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT ...snp2m2017.poliupg.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/5_BIDANG-ILMU... · KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN KETAATAN DALAM AUDIT

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.270-273) 978-602-60766-3-2

273

Kabupaten Gowa tahun 2016. BPS SulselBendavid. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practioners. New York. Praeger Publisher Inc.Hendayana, R., 2003. Aplikasi Metode Location Quotient Dalam penentuan komoditas Unggulan. Balai Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian Bogor. Jurnal Informatika Pertanian Vol.12 Desember 2003.Kuncoro, M. 2000. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi Kedua.Yayasan KeluargaPahlawan Negara. Yogyakarta.Rochmiyati, H. 2003. Analisis Unggulan Komoditi Pertanian di Kabupaten Pontianak. Tesis S-2 Program Pasca Sarjana

Universitas Gadjah Mada. (Unpublished)Yogyakarta.Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Boduose Media. Padang. Sumatera Barat.

6. UCAPAN TERIMA KASIHPenulis mengucapkan terima kasih kepada DP2M Kemenristek Dikti atas pendanaan/hibah penelitian

yang diberikan sehingga penelitian dan pelaporannya dapat terlaksana dan berjalan dengan lancer. Kepadapihak LP3M Universitas Muhammadiyah Makassar atas bimbingan kepada penulis dan enumerator atasbantuan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik.