13
1 PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MULTIKULTURALISME Makalah Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “” Disusun oleh: Maslahatun Nuroniyah (D07209053) Nurul Istiqomah (D07209059) Zamrotul Muhibbah (D37209007) Dosen pembimbing: Drs. H. Munawwir, M. Ag INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SURABAYA 2012 Comment [U1]: Seharusnya di dalam tanda kutip tersebut harus di isi dengan mata kuliah. Misalnya “ilmu Pengetahuan Sosial 3”

Komentar Makalah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Komentar Makalah

1

PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MULTIKULTURALISME

Makalah

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“”

Disusun oleh:

Maslahatun Nuroniyah (D07209053)

Nurul Istiqomah (D07209059)

Zamrotul Muhibbah (D37209007)

Dosen pembimbing:

Drs. H. Munawwir, M. Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SURABAYA

2012

Comment [U1]: Seharusnya di dalam tanda kutip tersebut harus di isi dengan mata kuliah. Misalnya “ilmu Pengetahuan Sosial 3”

Page 2: Komentar Makalah

2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah yang maha kuasa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW. yang telah mewariskan ajaran islam sehingga kita dapat menjadi orang yang

beriman.

Terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan dorongan dan semangat guna menyelesaikan makalah ini.

Tak lupa kepada rekan-rekan, yang ikut berpartisipasi dan menghibur dalam

terselesainya pembuatan makalah ini ketika kami bingung.

Meskipun berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih serta

mohon maaf sebesar-besarnya. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut

menyelesaikan makalah ini. Semoga dicatat sebagai amal yang baik dan mudah-mudahan

makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin...

Surabaya, 25 April 2012

Penyusun

Page 3: Komentar Makalah

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ........................................................................... 1

C. Tujuan masalah............................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Masuk dan Berkembangnya Islam pada Masa Permulaan .......... 2

B. Sistem Pendidikan Langgar ........................................................... 3

C. Sistem Pendidikan Pesantren ......................................................... 4

D. Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia……. 5

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Comment [U2]: Pemberian halam belum dicamtumkan.

Page 4: Komentar Makalah

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep pendidikan multikultural di negara-negara yang menganut konsep

demokratis seperti amerika serikat dan kanada, bukan hal baru lagi. Mereka telah

melaksanakannya khususnya dalam upaya menghilangkan diskriminasi antara orang kulit

putih dan kulit hitam, yang bertujuan menunjukkan dan memelihara integritas nasional.

Berbagai model pendidikan multikultural diterapkan di Negara-negara tersebut.

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Kenyataan ini

dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.

Keragaman ini di akui atau tidak akan dapat menimbulkan berbagai persoalan, seperti

korupsi, kolusi, nepotisme, kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, separatisme,

dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk menghormati hak-hak orang lain, merupakan

bentuk nyata sebagai bagian dari multikulturalisme tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan strategi khusus untuk

memecahkan persoalan tersebut melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan

pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan multikultural menawarkan satu

alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada

pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti

keragaman etnis, budaya, bahasa, dan lain sebagainya, yang akan penulis paparkan pada

pembahasan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Multikulturalisme?

2. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Berbasis Multikulturalisme?

3. Bagaimana implementasi Pendidikan berbasis Multikultural pada pembelajaran IPS?

C. Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengetahui hakikat dari Multikulturalisme, pendidikan

multikultural, serta dapat menetahui penerapan pembelajaran IPS berbasis Pendidikan

Multikultural

Comment [U3]: Penilisan nama Negara/kota, huruf depannyaharus menggunakan huruf capital misalnya “ Amerika Serikat dan Kanada”

Comment [U4]: Penulisan di akui seharusnya “diakui” tidak menggunakan spasi. Kecuali kalau kata tersebut menunjukkan suatu tempat, barulah di yang digunakan memakai spasi. Misalnya: di dalam

Page 5: Komentar Makalah

5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian multikulturalisme

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis,

multikulturalisme di bentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme

(aliran/faham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat

manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang

unik.

Dalam kaitannya dengan masalah multikulturalisme, Masdar Hilmy berpendapat,

.bahwa bagi bangsa Indonesia, adanya keragaman budaya merupakan kenyataan sosial

yang sudah niscaya. Meskipun demikian, hal itu tidak secara otomatis diiringi dengan

penerimaan yang positif pula. Bahkan, banyak fakta yang justru menunjukkan fenomena

yang sebaliknya: keragaman budaya telah memberi sumbangan terbesar bagi munculnya

ketegangan dan konflik. Sehingga tak pelak modal sosial itu justru menjadi

kontraproduktif bagi penciptaan tatanan kehidupan berbangsa yang damai, harmonis, dan

toleran. Untuk itu diperlukan upaya untuk menumbuhkembangkan kesadaran

multikulturalisme agar potensi positif yang terkandung dalam keragaman tersebut dapat

teraktualisasikan secara benar dan tepat.1

Pendidikan merupakan wahana2 yang paling tepat untuk membangun kesadaran

multikulturalisme dimaksud. Karena dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bisa

berperan sebagai “juru bicara” bagi terciptaanya fundamen kehidupan multikultural

yang harmonis, damai dan toleran.

B. Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati,

tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah

masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural, diharapkan adanya kekenyalan dan

kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan

bangsa tidak mudah patah dan retak. Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan

1 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikulturalisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar,2006). Hlm 79 2 Masdar Hilmy, Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, ( Ulumuna VII,

2003), hlm 332-333

Page 6: Komentar Makalah

6

muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis

untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul

sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan

menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan.

Secara keseluruhan, pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang

dibuat dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua

siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan

penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar

memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan

peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan

untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam

agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama.

Secara sederhana multikultural dapat dipahami sebagai keragaman budaya dalam satu komunitas.

Di dalamnya terdapat interaksi, toleransi, dan bahkan integrasi-desintegrasi. Singkat kata, multibudaya

merupakan suatu fakta yang harus diterima dan diolah secara positif demi perkembangan kebudayaan.3

C. Perspektif Tentang Pendidikan Multikultural

Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau

pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial,

ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan

multikultural pada awalnya punya akar sejarah dengan gerakan Hak Asasi Manusia

(HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri. Banyak lacakan sejarah atau

asal-usul pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial orang Amerika

keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi

di lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an. Di

antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras

pada saat itu adalah lembaga pendidikan.

Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-

lembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin

kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka

3 Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, http://ayouk91.blogspot.com/2010/06/pendidikan-

multikultural.html, 14 juni 2012

Comment [U5]: Penulisan footnote di bawah seharusnya menggunakan format huruf time new roman dan ukuran hurufnya 10pt

Comment [U6]: Ukuran huruf yang digunakan pada paragraph ini tidak sesuai dengan ukuran huruf pada paragraph-paragraf yang sebelumnya. Seharusnya paragraph ini ukran hurufnya disesuaikan.

Page 7: Komentar Makalah

7

menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan.

Pada pertengahan dan akhir 1980-an, muncul kelompok sarjana, di antaranya Carl Grant,

Christine Sleeter, Geneva Gay dan Sonia Nieto yang memberikan wawasan lebih luas

soal pendidikan multikultural, memperdalam kerangka kerja yang membumikan ide

persamaan pendidikan dan menghubungkannya dengan transformasi dan perubahan

sosial.

Ide pendidikan multikulturalisme akhirnya menjadi komitmen global

sebagaimana direkomendasi UNESCO pada bulan Oktober 1994 di Jenewa.

Rekomendasi itu di antaranya memuat empat pesan. Pertama, pendidikan hendaknya

mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam

kebhinnekaan pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan

kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Kedua,

pendidikan hendaknya meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan

penyelesaian-penyelesaian yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas

antara pribadi dan masyarakat. Ketiga, pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan

menyelesaikan konflik secara damai dan tanpa kekerasan. Karena itu, pendidikan

hendaknya juga meningkatkan pengembangan kedamaian dalam diri diri pikiran peserta

didik sehingga dengan demikian mereka mampu membangun secara lebih kokoh kualitas

toleransi, kesabaran, kemauan untuk berbagi dan memelihara.

Konsep pendidikan multikultural dalam perjalanannya menyebar luas ke kawasan

di luar AS, khususnya di negara-negara yang memiliki keragaman etnis, ras, agama dan

budaya seperti Indonesia. Sekarang ini, pendidikan multikultural secara umum mencakup

ide pluralisme budaya. Tema umum yang dibahas meliputi pemahaman budaya,

penghargaan budaya dari kelompok yang beragam dan persiapan untuk hidup dalam

masyarakat pluralistik.

D. Implementasi Pendidikan Berbasis Multikultural Dalam Pembelajaran IPS

Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan

nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang,

budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi pendidikan yang

berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan menghargai

orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian.

Page 8: Komentar Makalah

8

Disadari bahwa untuk membangun bangsa dengan beragam adat dan budaya yang

tersebar di wilayah yang sangat luas dan terpencar, diperlukan suatu strategi dan upaya

yang sistematis untuk melakukannya. Untuk itu, Pemerintah telah menetapkan tujuan

pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, yang diantaranya adalah

meningkatkan pemerataan kesempatan belajar pada semua jalur, jenis, dan jenjang

pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis

tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, agama,

kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual.

Lewat penanaman semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi

medium pelatihan dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan

budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara

damai. Agar proses ini berjalan sesuai harapan, maka seyogyanya kita mau menerima

jika pendidikan multikultural disosialisasikan dan didiseminasikan melalui lembaga

pendidikan, serta, jika mungkin, ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di

berbagai jenjang baik di lembaga pendidikan pemerintah maupun swasta. Apalagi,

paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari Pasal 4 UU

N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa

pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

pendidikan multikultural sangat penting diberikan kepada anak sejak dini di

sekolah. Namun, mengingat beban mata pelajaran anak SD/MI dewasa ini sudah cukup

banyak, maka alangkah baiknya bila mata pelajaran pendidikan multikultural tidak

menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain.

Setiap mata pelajaran sebenarnya dapat disisipi materi pendidikan multikultural.

Pentingnya pendidikan multikultural diberikan kepada anak sejak dini dengan

harapan agar anak mampu memahami bahwa di dalam lingkungan mereka dan juga di

lingkungan lain terdapat keragaman budaya. Keragaman budaya tersebut berpengaruh

terhadap tingkah laku, sikap, pola pikir manusia sehingga manusia tersebut memiliki

cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores) bahkan adat istiadat

(customs) yang berbeda satu sama lain. Bila perbedaan itu tidak dapat dipahami dengan

baik dan diterima dengan bijaksana, maka konflik akan mudah terjadi di masyarakat. Hal

ini telah banyak terlihat dalam kehidupan di tanah air belakangan ini.

pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategi

dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di

Comment [U7]: Pada paragraph ini seharusnya di rata kanan dan kiri (justify)

Page 9: Komentar Makalah

9

masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa,

agama, status sosial, gender, kemampuan, umur dan ras. Strategi pendidikan ini tidak

hanya bertujuan agar supaya siswa mudah mempelajari pelajaran yang dipelajarinya,

akan tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar selalu berperilaku humanis,

pluralis, dan demokratis.

Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah

seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional

mengajar mata pelajaran yang diajarkannya lebih dari itu, seorang guru juga harus

mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokratis,

humanisme, dan pluralisme. Pendidikan multikultural merupakan proses penanaman cara

hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup ditengah-

tengah masyarakat plural. Dengan pendidikan multikultural diharapkan adanya

kekenyalan dan kelenturan mental bangsa menghadapi benturan konflik sosial

Pelaksanaan pendidikan multikultural tidak harus merubah kurikulum. Pelajaran

untuk pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya

saja diperlukan pedoman (model) bagi guru untuk menerapkannya. Yang utama, siswa

perlu diajari apa yang dipelajari mereka mengenai toleransi, kebersamaan, HAM,

demokratisasi, dan saling menghargai.

Hasil penelitian multiyear tentang pengembangan model pembelajaran

multikultural di SD yang dilakukan oleh Farida Hanum dan Setya Raharja (2006),

diketahui bahwa pada awalnya sebagian besar guru, kepala sekolah, dan komite sekolah

belum mengetahui tentang pembelajaran multikultural, bahkan asing dengan istilah

pembelajaran atau pendidikan multikultural. Setelah diadakan sosialisai, mereka dapat

memahami dan memberikan kejelasan bahwa pembelajaran multikultural di SD dapat

dilakukan secara integratif dalam mata pelajaran IPS yang didukung dengan modul

suplemen bahan ajar pembelajaran multikultural bagi murid SD. Pada penelitian lanjutan

(2007), dapat dihasilkan draf modul sebagai suplemen. bahan ajar pembelajaran

multikultural bagi murid Kelas III dan IV SD. Sebagian besar guru mengharapkan bahwa

model pembelajaran dan modul suplemen bahan ajar tersebut dapat diterapkan di

sekolah.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan model pembelajaran

multikultural tersebut dan kemungkinan pengembangannya, sehingga model tersebut

efektif digunakan dalam pembelajaran multikultural di Sekolah Dasar (SD). Dipilihnya

SD sebagai sasaran penelitian dimaksud, agar nilai-nilai multikultural telah ditanamkan

Page 10: Komentar Makalah

10

pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki nilai-nilai kebersamaan,

toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, maka nilai-nilai tersebut akan tercermin

pada tingkah laku mereka sehari-hari karena telah terbentuk pada kepribadiannya. Bila

hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda kita ke depan, alangkah berbahagianya

mereka dapat hidup dalam lingkungan yang damai sejahtera.

Pendidikan multikultural sebagai wacana baru di Indonesia dapat

diimplementasikan tidak hanya melalui pendidikan formal namun juga dapat

diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat maupun dalam keluarga. Dalam

pendidikan formal pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam sistem

pendidikan melalui kurikulum mulai Pendidikan Usia Dini, SD, SLTP, SMU maupun

Perguruan Tinggi.

Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus

sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang

sudah ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling

memungkinkan diterapkannya pendidikan multikultural ini.Demikian juga pada tingkat

sekolah Usia Dini dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan misalnya dalam Out

Bond Program, dan pada tingkat SD, SLTP maupun Sekolah menengah pendidikan

multikultural ini dapat diintegrasikan dalam bahan ajar seperti IPS, PPKn, Agama,

Sosiologi dan Antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran yang lain seperti

melalui kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya.

Dalam Pendidikan non formal wacana ini dapat disosialisasikan melalui

pelatihan- penghormatan terhadap perbedaan baik ras suku, maupun agama antar anggota

masyarakat. Tak kalah penting wacana pendidikan multikultural ini dapat

diimplementasikan dalam lingkup keluarga, di mana keluarga sebagai institusi sosial

terkecil dalam masyarakat, merupakan media pembelajaran yang paling efektif dalam

proses internalisasi dan transformasi nilai, serta sosialisasi terhadap anggota keluarga.

Peran orangtua dalam menanamkan nilai-nilai yang lebih responsive multikultural

dengan mengedepankan penghormatan dan pengakuan terhadap perbedaan yang ada di

sekitar lingkungannya (agama, ras, golongan) terhadap anak atau anggota keluarga yang

lain merupakan cara yang palingefektif dan elegan untuk mendukung terciptanya sistem

sosial yang lebih berkeadilan.

Bagaimana membangun pemahaman keberagamaan siswa yang inklusif di

sekolah? Dalam hal ini, guru mempunyai posisi penting dalam mengimplementasikan

nilai-nilai keberagamaan inklusif di sekolah. Adapun peran guru di sini, meliputi;

Comment [U8]: Seharusnya di karya ilmiah tidak ada tanda Tanya di tengah-tengah kalimat.

Page 11: Komentar Makalah

11

pertama, seorang guru/dosen harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap

maupun perkataannya tidak diskriminatif. Kedua, guru/dosen seharusnya mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya

dengan agama. Misalnya, ketika terjadi bom Bali (2003), maka seorang guru yang

berwawasan multikultural harus mampu menjelaskan keprihatinannya terhadap peristiwa

tersebut. Ketiga, guru/dosen seharusnya menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama

adalah menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh ummat manusia, maka

pemboman, invasi militer, dan segala bentuk kekerasan adalah sesuatu yang dilarang

oleh agama. Keempat, guru/dosen mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya

dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan

dengan keragaman budaya, etnis, dan agama.

Page 12: Komentar Makalah

12

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus, dan

toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural

demi terciptanya persatuan dalam masyarakat.

2. Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus sebagai

muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah

ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling memungkinkan

diterapkannya pendidikan multikultural ini.

3. Pendidikan multikultural tidak hanya diterapkan dalam pendidikan formal tetapi bisa

juga dalam lingkungan keluarga dan masyarakat

4. Hal terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang guru atau dosen tidak

hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata

pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus

mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi,

humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif

pada siswa.

Page 13: Komentar Makalah

13

DAFTAR PUSTAKA

Hilmy,Masdar. 2003. Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis

Multikulturalisme, ( Ulumuna VII)

Mahfud,Choirul. 2006. Pendidikan Multikulturalisme, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar).

Pendidikan berbasis Multikulturalisme,

http://ayouk91.blogspot.com/2010/06/pendidikan-multikultural.html. 14 juni 2012

Sudrajat, Ahmad. 2010. Pendidikan Multikultural di Indonsia. Diakses dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/wacana-pendidikan-multikultural

diIndonesia pada tanggal 11 juni 2012.

Tilaar, H.A.R. 2002. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan

dalam Transformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Comment [U9]: Dalam penulisan daftar pustaka seharusnya pada baris ke-dua masuk 5 ketukan