78
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPAN PENERAPAN PENDEKATAN PARTISIPATORIS DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PESISIR UNTUK MEWUJUDKAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TIM PENGUSUL Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M. AP (Ketua Penelitian) NIDN. 0115037102 Elvita Yenni, SS., M.Hum (Anggota 1) NIDN. 0131038201 Dibiayai Oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai Dengan Kontrak Penelitian Nomor: 337/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA SEPTEMBER, 2017 Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PRODUK TERAPAN

PENERAPAN PENDEKATAN PARTISIPATORIS DALAMPEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PESISIR UNTUK

MEWUJUDKAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

TIM PENGUSUL

Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M. AP (Ketua Penelitian)NIDN. 0115037102

Elvita Yenni, SS., M.Hum (Anggota 1)NIDN. 0131038201

Dibiayai Oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian MasyarakatDirektorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai Dengan Kontrak PenelitianNomor: 337/II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARASEPTEMBER, 2017

Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Page 2: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

ludul

PenelitiiPelaksanaNaiiia LengkapPerguruan TinggiNIDNJabatan FungsionalProgram StudillJamor HPAlamat surel (e-mail)Anggota (1)Nama LengkapNIDNPerguruan Tinggilnstitusi Mitra (iika ada)Narna lnstitusi MitraAlamatPenanggung JawabTahun PelaksanaanIliaya ?aiiuit Berjaiar,Biaya Keseiuruhan

FtrALAr*'iAN P E F+C{ SA HA N

: IRWAN SI'ARI TANiUiiG, S.Sos, ivt.A.FUniversitas Muhammadiyah Sumatera Utara01 1 5037102Lektorllmu Komunikasi08i3{r141-5915tr rwan syari tanj un g (clyah oo. c o m

ELVITA YENNI S.S.. M.Hum0t31038201Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

funur", ke 1 dari rencana 2 tahunD-- ?n nnn nnnr\p / u.uutrruuuRp 144,561,000

. lvl. ,)i,7200501 1001

: Penerapaa Pendekatan partisipatoris daiam pemberdayaanMasyarakat Desa Pesisir Untuk Mewujudkan pelaksanaanUndang-undang Nomor 6 Tahun 2014Tentang Desa

( 1RWAN SYAzu TANJUNG, S.Scis, nf .A.piNIP/NIK 01 15037102

A&f, ivf. Si)0i23036501

Menyetuiui,

a - 2011

Page 3: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................ i

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv

RINGKASAN PENELITIAN .................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 11.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 11.2 Tujuan Penelitian................................................................................. 21.3 Urgensi Penelitian ............................................................................. 31.4 Rencana Target Tahunan ..................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 42.1 Pendekatan Partisipatoris..................................................................... 42.2 Pemberdayaan .................................................................................... 62.3 Masyarakat Desa Pesisir...................................................................... 72.4 Pembangunan Desa ............................................................................. 82.4 Studi Terdahulu ................................................................................ 92.5 Road Map (Peta Jalan Penelitian) ....................................................... 10

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................... 123.1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 123.2 Manfaat Penelitian ............................................................................. 12

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 134.1 Diagram Fishbone ........................................................................... 134.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 134.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 144.4 Bagan Alir Penelitian .......................................................................... 144.5 Lokasi Penelitian ............................................................................. 144.6 Penentuan Responden ......................................................................... 15

BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI .................................. 165.1 Profil Desa Paluh Manan .................................................................. 165.2 Potensi Desa Masyarakat Pesisir ........................................................ 185.3 Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Desa dalam Pembangunan

Desa ................................................................................................... 245.4 Analisis SWOT ................................................................................... 255.5 Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir ................................. 265.6 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 27

1

Page 4: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ................................. 316.1 Rencana Tahapan Selanjutnya ............................................................ 316.2 Roadmap Penelitian Selanjutnya ........................................................ 31BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN7.1 Kesimpulan ................................................................................ 327.2 Saran ............................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

1. Justifikasi Anggaran Penelitian2. Dukungan Sarana dan Prasarana3. Susunan Organisasi Tim Penelitin dan Pembagian Tugas4. Daftar Riwayat Hidup

2

Page 5: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

DAFTAR TABEL

Tabel Rencana Target Tahun ..................................................................... 2

Tabel Jadwal Penelitian ...................................................................... 15

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama ............. 16

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ................................ 17

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Desa Paluh Manan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan ................................................... 17

Tabel 5.4 Distribusi responden Terkait Sumber-sumber daya alam

Yang ada di Desa Paluh Manan ......................................... 19

Tabel 5.5 Distribusi responden terkait kondisi sumber daya alam . . . 20

Tabel 5.6 Distribusi responden terkait peran kepala desa dalam

Pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam ................ 20

Tabel 5.7 Distribusi responden terkait peran tokoh masyarakat ....... 21

Tabel 5.8 Distribusi responden terkait program pemberdayaan ....... 21

Tabel 5.9 Distribusi responden terkait program pemberdayaan

masyarakat ...................................................................... 21

Tabel 5.10 Distribusi responden terkait kemampuan pemerintahan ... 22

Tabel 5.11 Distribusi responden terkait program pemberdyaan yang

Dilakukan oleh pemerintah memberikan manfaat ............ 22

Tabel 5.12 Distribusi responden terkait setelah mengikuti program . . 23

Tabel 5.13 Distribusi responden terkait tingkat aksebilitas ................ 23

3

Page 6: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Kondisi Sarana Pendidikan Di Desa Paluh Manan ........... 18

4

Page 7: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

RINGKASAN

Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang tinggidalam setiap pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan. Pemerataanpembangunan sangat dibutuhkan dalam meningkatkan potensi desa baik sumberdaya manusia maupun sumber daya alamnya. Pengembangan potensi desa yangdimiliki oleh masyarakat desa khususnya daerah pesisir dapat meningkatkankemajuan desa sehingga mampu menjadi desa yang berdaya saing sesuai tujuanpembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri danberdaya saing. Hal ini berkaitan dengan mendukung program pemerintah dalammenghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan demikian,dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat mendukung program pemberdayaanmasyarakat desa pesisir sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakatdalam pelaksanaan pembangunan yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor6 Tahun 2014 Tentang Desa. Adapun pendekatan yang dilakukan dengan metodepatisipatory rural appraisal (PRA), dengan pendekatan ini diharapkan dapatmendorong masyarakat pesisir untuk mendukung program pembangunan yangdilaksanakan di desa. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasikan potensidesa dan mengelompokkan potensi tersebut menjadi keunggulan dan kelemahansehingga dapat menganalisis model pemberdayaan masyarakat pesisir. Penelitianini dilakukan 2 (dua) tahun. Tahun I dilakukan dengan penelitian surveyselanjutnya dilakukan analisis SWOT untuk menghasilkan model pemberdayaanmasyarakat pesisir. Tahun II dilakukan dengan action research (tindakan) yangbertujuan untuk menerapkan pendekatan partisipatoris dengan metode PRAselanjutnya dievaluasi.

Kata Kunci: Pendekatan Partisipatoris, Pemberdayaan dan Masyarakat DesaPesisir

5

Page 8: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan yang dilaksanakan dengan merata di setiap bidang

kehidupan sangat dibutuhkan dalam pengembangan dan kemajuan masyarakat

terutama di tingkat desa. Pengembangan dan kemajuan masyarakat sangat

dibutuhkan untuk menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi Asean. Dengan

demikian, masyarakat desa juga harus dipersiapkan untuk mampu berdaya saing

di tingkat internasional, maka untuk mendukung pengembangan kemampuan

masyarakat desa dibutuhkan suatu program pembangunan desa.

Keberhasilan program yang dilaksanakan tersebut tak terlepas dari peran

serta masyarakat itu sendiri. Salah satu program tersebut yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, yaitu pemberdayaan

masyarakat desa sebagai upaya yang dapat mengembangkan kemandirian dan

kesejahteraan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,

kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa

Isu utama yang diperlukannya pemberdayaan masyarakat desa untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahtera sesuai dengan yang diharapkan dalam

pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang khususnya di daerah

pinggiran pantai Kecamatan Hamparan Perak adalah masih minimnya tingkat

pendidikan masyarakat, kurangnya pengelolaan lingkungan yang bersih sehingga

sering menghadapi masalah kesehatan, rendahnya pola pikir masyarakat untuk

penataan desa dan mendukung setiap kebijakan program pemerintah, pendapatan

yang rendah sehingga setiap diajak untuk melakukan kerja sama membangun desa

alasannya adalah uang. Hal inilah yang menjadi alasan utama perlunya

pendekatan partisipatoris dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera

khususnya daerah pinggiran pantai.

Page 9: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

2

Pendekatan partisipatoris yang diterapkan dalam pemberdayaan

masyarakat desa pinggiran pantai dilaksanakan melalui metode participatory

rural appraisal (PRA) yang bertujuan untuk memberi pemahaman kepada

masyarakat agar belajar tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan

oleh masyarakat desa sendiri sehingga menghasilkan rancangan program sesuai

dengan kebutuhannya. Sesuai yang dikemukakan oleh Chambers, (1996)

mengemukakan bahwa participatory rural appraisal (PRA) adalah pendekatan

dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan

oleh masyarakat desa.

Melalui pendekatan partisipatoris diharapkan dapat mendorong

masyarakat pinggiran pantai untuk mendukung segala kebijakan pemerintah,

dimana masyarakat tersebut sebagai pembuat perencanaan, pelaksana dan

pengawas. Pendekatan partisipatoris yang diterapkan dalam pemberdayaan

masyarakat pinggiran pantai diharapkan mampu merubah pola kehidupan

masyarakat di segala bidang sehingga terwujud kesejahteraan masyarakat yang

telah diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana potensi desa pada masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan?b. Bagaimana keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh desa untuk

mendukung pembangunan desa di Desa Paluh Manan?c. Bagaimana model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh

Manan?

1.3 Rencana Target Tahun

No Jenis Luaran Indikator CapaianTS TS + 1 TS + 2

1. Publikasi Ilmiah Internasional draf Published -Nasional - - -

2. Pemakalah dalamTemu Ilmiah

Internasional Terdaftar Sudahdilaksanak

an

-

Nasional - - -

Page 10: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

3

3. Invited Speakerdalam Temu Ilmiah

Internasional - - -Nasional - - -

4. Visiting Lecturer Internasional - - -5. Hak Kekayaan

Intelektual (HKI)Paten - - -PatenSederhana

- - -

Hak Cipta - - -MerekDagang

- - -

RahasiaDagang

- - -

DesainProdukIndustri

- - -

IndikasiGeografis

- - -

PerlindunganVarietasTanaman

- - -

PerlindunganTopografiSirkuitTerpadu

- - -

6. Teknologi TepatGuna

- - -

7. Model/Purwarupa/Desain/KaryaSeni/RekayasaSosial

Draft Penerapan -

8. Buku Ajar (ISBN) - draf -9. Tingkat Kesiapan

Teknologi (TKT)6 6 -

Page 11: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Partisipatoris

Pendekatan partisipatoris merupakan pendekatan berbasis komunitas

(Community Based Approach), yang menilai tinggi partisipasi masyarakat dalam

proses-proses perumusan masalah dan penyusunan perencanaan, dengan orang

luar sebagai fasilitator sehingga pandangan dari dalam masyarakat sendiri

merupakan pendekatan utama. Kristanto (1997), mengemukakan bahwa

pendekatan ini dilakukan dengan perencanaan yang berorientasi dari bawah ke

atas (bottum-up strategy). Sedangkan Riyadi dan Bratakusumah (2005),

mengatakan bahwa pendekatan partisipatoris dilakukan dengan metode

Partisipatory Rural Appraisal (PRA) dimaksudkan sebagai metode belajar

tentang kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa

sendiri serta bertujuan menghasilkan rancangan program yang lebih sesuai dengan

hasrat dan keadaan masyarakat.

Metode PRA dilakukan tidak sekedar proses memahami, melainkan

analisis, perencanaan dan tindakan sehingga pendekatan yang dilakukan dapat

memungkinkan masyarakat desa khususnya masyarakat pinggiran pantai untuk

saling berbagi, meningkatkan dan menganalisis pengetahuan masyarakat tentang

kondisi dan kehidupan desa serta membuat rencana dan bertindak. Pendekatan

partisipatitoris melalui Partisipatory Rural Appraisal (PRA) menekankan bahwa

masyarakat sasaran memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol bahkan

mengubah program yang telah dikeluarkan oleh perencana pembangunan.

Ada beberapa prinsip dalam Partisipatory Rural Appraisal (PRA) yang

menjadi dasar dalam pelaksanaannya yang dikemukakan oleh Muslim, (2007),

yaitu a) Belajar secara langsung. Belajar dari masyarakat secara langsung untuk

mendapatkan pengetahuan fisik, teknis, dan sosial secara lokal, b) Belajar secara

cepat dan progresif. Belajar secara cepat dan progresif melalui eksplorasi yang

terencana dan pemakaian metode yang fleksibel, c) Komunikasi rilek dan bersifat

kekeluargaan. Menyeimbangkan bias, rileks dan tidak tergesa-gesa,

Page 12: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

5

mendengarkan dan bukan menggurui, tidak memaksakan dan mencari masyarakat

yang lebih miskin, kehadiran orang luar hendaknya masuk dalam proses diskusi

sebagai anggota. Oleh karena itu, komunikasi yang ada harus bersifat

kekeluargaan, d) Optimalisasi pertukaran, mengaitkan biaya pemahaman dengan

informasi yang benar-benar bermanfaat dengan pertukaran antara kuantitas,

kegayutan, keakuran serta ketepatan waktu, e) Membuat jaringan titik-titik

pengukuran, dapat diartikan sebagai penggunaan waktu kisaran yang terdiri dari

metode, diskusi, jenis informasi untuk pengecekan silang, f) Mencari

keanekaragaman, mencari hal yang berbeda-beda daripada rata-rata. Dalam hal ini

metode triangulasi dipergunakan untuk memperoleh informasi yang

kedalamannya dapat diandalkan, g) Pemberian fasilitas artinya memberikan

fasilitas penyelidikan, analisis penyajian dan pemahaman oleh masyarakat itu

sendiri, sehingga mereka dapat menyajikan dan memiliki hasilnya serta juga

mempelajarinya, h) Kesadaran dan tanggung jawab diri yang kritis, fasilitator

secara terus menerus menguji tingkah laku mereka dan mencoba melakukannya

secara lebih baik. Kesalahan harus dipahami sebagai suatu kesempatan untuk

belajar melakukan yang lebih baik, i) Saling berbagi informasi dan gagasan antar

sesama masyarakat desa, antar masyarakat desa dengan fasilitator dan antar

fasilitator yang berbeda, serta saling berbagi wilayah kegiatan, pelatihan dan

pengalaman antar organisasi yang berbeda.

Melibatkan masyarakat dalam setiap program pembangunan desa yang

khususnya memberdayakan masyarakat desa. Asnudin (2009) program dengan

pendekatan partisipatif untuk masa yang akan datang dibutuhkan beberapa

kegiatan awal dan dilaksanakan secara berkelanjutan.

2.2 Pemberdayaan

Pemberdayaan selalu dikaitkan dengan wacana pembangunan masyarakat

dan dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.

Istilah pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap model pembangunan dan

model industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Pemberdayaan

dapat diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk

Page 13: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

6

mencari nafkah. Arsiyah, DKK (2009) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan

merupakan paradigma baru dalam pembangunan masyarakat yang melibatkan

masyarakat dalam kegiatan pembangunan baik dalam perencanaan, pelaksanaan

maupun evaluasi.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Ayat 12,

menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya

mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan

meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,

kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,

program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan

prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa

munculnya ketidak berdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak memiliki

kekuatan (powerless). Ife dalam Zubaedi (2014), mengidentifikasi beberapa jenis

kekuatan yang dimiliki masyarakat dan dapat digunakan untuk memberdayakan

mereka:

a. Kekuatan atas pilihan pribadi. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menentukan pilihan

pribadi atau kesempatan untuk hidup lebih baik.b. Kekuatan dalam menentukan kebutuhannya sendiri. Pemberdayaan yang

dilakukan dengan mendampingi mereka untuk merumuskan kebutuhannya

sendiri.c. Kekuatan dalam kebebasan berekspresi. Pemberdayaan masyarakat

dilakukan dengan mengembangkan kapasitas mereka untuk bebas

berekspresi dalam bentuk budaya publik.d. Kekuatan kelembagaan. Pemberdayaan dilakukan dengan meningkatkan

aksesibilitas masyarakat terhadap kelembagaan pendidikan, kesehatan,

keluarga, keagamaan, sistem kesejahteraan sosial, struktur pemerintahan,

media dan sebagainya.e. Kekuatan sumber daya ekonomi. Pemberdayaan dilakukan dengan

meningkatkan aksesibilitas dan kontrol terhadap aktivitas ekonomi.

Page 14: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

7

f. Kekuatan dalam kebebasan reproduksi. Pemberdayaan dilakukan dengan

memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam menentukan proses

reproduksi.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat desa adalah pengembangan yang

dilakukan untuk masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan

untuk meningkatkan kemampuan dalam menentukan masa depannya sendiri dan

berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupannya sendiri.

2.2.1 Masyarakat Desa Pesisir

Istilah daerah pesisir, merupakan daerah yang langsung berbatasan dengan

pinggiran pantai atau laut. Amanah (2010), menyatakan bahwa masyarakat pesisir

memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi ekosistem yang

keras, dan sumber kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumber daya

pesisir dan laut. Secara teoritis masyarakat pesisir didefinisikan sebagai

masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas sosial ekonomi yang terkait

dengan sumber daya lautan sehingga mempunyai tingkat ketergantungan yang

cukup tinggi terhadap hasil laut. Sedangkan Mubyarto (2002) masyarakat pesisir,

khususnya nelayan secara umum, dikategorikan lebih miskin daripada keluarga

petani atau pengrajin. Kemiskinan ini dicirikan oleh pendapatan yang

berfluktuasi, pengeluaran yang konsumtif, tingkat pendidikan masyarakat yang

rendah, unit kelembagaan yang tersedia belum mendukung terjadinya pemerataan

pendapatan, potensi tenaga kerja keluarga (istri dan anak) belum dapat

dimanfaatkan dengan baik, serta akses terhadap permodalan rendah.

Masyarakat pesisir pada umumnya sekelompok masyarakat yang

memanfaatkan sumber daya kelautan sehingga sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian di sektor kelautan dan sisanya terdiri dari pedagang dan

petani. Namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsistem, menjalani usaha

dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang

begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam

jangka waktu yang sangat pendek.

Page 15: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

8

Kondisi fisik dari pemukiman dan kehidupan masyarakat pinggiran pantai

terbagi dalam tiga kategori yaitu: rumah permanen (memenuhi syarat kesehatan),

rumah semi permanen (cukup memenuhi syarat kesehatan), rumah non permanen

(kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan). Namun, secara umum kondisi

pemukiman masyarakat pinggiran pantai lebih banyak kepada rumah non

permanen. Terdapat beberapa karakteristik masyarakat pinggiran pantai yang

dikemukakan oleh Wignyosoebroto (2009) yaitu:

a. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatanb. Sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasarc. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyk dimasuki

oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup dan

kegiatan masyarakat relatif homogen dan masing-masing individu merasa

mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam

melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.d. Sebagian besar masyarakat pesisir bekerja sebagai nelayan.

2.3 Pembangunan Desa

Pembangunan secara global merupakan konsep yang sangat identik

dengan tingkat laju pertumbuhan dan pemerataan pendapatan masyarakat dan

daya beli masyarakat. Disamping itu, pembangunan juga setara dengan semakin

majunya peradaban manusia. Banyak orang yang menginterpretasikan

pembangunan dengan pembangunan jalan layang, gedung-gedung bertingkat,

pembangunan kota-kota besar dan sebagainya, padahal arti pembangunan yang

dicita-citakan adalah pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.(Afifuddin,

2010:48)Pembangunan adalah pergeseran dari suatu kondisi nasional yang satu

menuju kondisi yang lain, yang dipandang lebih baik dan lebih berharga.

Disamping itu, Todaro (1997:36) mengatakan bahwa pembangunan merupakan

proses multidimensi yang menyangkut perubahan-perubahan penting dalam suatu

struktur, sistem sosial ekonomi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional

dan akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengangguran kesenjangan (inequality) dan

pemberantasan kemiskinan absolute. Pengertian tersebut mengisyaratkan bahwa

Page 16: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

9

pembangunan berarti proses menuju perubahan-perubahan yang dimaksudkan

untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat yang mencakup kualitas

kehidupan masyarakat itu sendiri.Konsep ini memberikan beberapa implikasi bahwa; a) Pembangunan

bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan, b)

Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti peningkatan

(Life Sustenance: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, Self-Esteem:

kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai,

dan tidak diisap orang lain dan Freedom From Servitude: kemampuan untuk

melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang

lain). Pembangunan dikatakan sebagai sebuah konsep normatif dan proses

multidimensi yang menuju ke arah perubahan sosial secara komprehensif maupun

inkremental. Pembangunan yang normatif dimaksudkan bahwa di dalam gerak

laju/kegiatan pembangunan itu harus diambil keputusan, guna pelaksanaannya

sesuai dengan kondisi hakiki dari pada kebutuhan masyarakat secara umum atau

seluruh kepentingan masyarakat, dan oleh karenanya pembangunan itu

menyangkut kepada peningkatan kualitas hidup manusia.

2.4 Studi Terdahulu

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hajar (2012), bahwa minimnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Paluh

Manan sehingga mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam mendukung

kebijakan yang dilakukan pemerintah antara lain dalam pelaksanaan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Paluh Manan. Hasil

penelitian tersebut juga dikembangkan Hajar (2013), dengan membentuk

kelompok perempuan kreatif untuk merubah pola kehidupan masyarakat di desa

tersebut. Namun, hasilnya tetap sama yaitu minimnya partisipasi masyarakat desa

tersebut yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan rendahnya pola pikir

masyarakat, sehingga pengembangan pembangunan partisipatif melalui model

kelompok perempuan kreatif tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Page 17: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

10

Page 18: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

11

2.4 Peta Jalan Penelitian (Roadmap)

Page 19: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

TAHUN I

•TAHAPAN SURVEY : Menjaring potensi yang dimiliki oleh desa baik sumber daya alam dan sumber daya manusia sebagai pendukung program pembangunan

•Penyiapan dan penyempurnaan hasil survey•Menganalisis hasil survey dengan Analisis SWOT•Dilakukan Focus Gruf Discussion (FGD) dengan tokoh masyarakat dan pemerintahan desa sehingga menghasilkan model pemberdayaan

PRODUK •Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir•Diseminarkan dalam temu ilmiah di tingkat internasional•Jurnal Internasional di IISTE Journal of Research on Humaniti (draf)

TAHUN II

•TAHAPAN TINDAKAN : Melakukan uji model pemberdayaan masyarakat pesisir sekaligus menerapkan pendekatan partisipatoris dalam program pembangunan desa. Selanjutnya dilakukan pembinaan dan pelatihan untuk melaksanakan program pembangunan desa sebagai upaya meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantantang MEA dan mewujudkan masyarakat yang berdaya saing dan desa mandiri, metode yang dilakukan adalah metode PRA (Partisipatory Rural Appraisal)

•Penyiapan dan penyempurnaan data melalui hasil wawancara dengan para nara sumber yaitu tokoh masyarakat, pemerintahan desa serta kelompok masyarakat

•Menganalisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan memadukan dengan hasil analisis SWOT untuk menunjukkan hasil optimal dari pendekatan partisipatoris

PRODUK•Jurnal Internasional (Published)•Buku Ajar (draf)

12

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Tahap (Tahun) Pertama:1) Mengidentifikasi potensi desa pada masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan2) Mengkategorisasikan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh desa, untuk

mendukung pembangunan desa di Desa Paluh Manan3) Menganalisis model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan.

b. Tahap (Tahun) Kedua:

Page 20: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

13

1) Menghasilkan model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh Manan.2) Penerapan model pemberdayaan masyarakat pesisir dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat desa dalam pembangunan desa sesuai dengan Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa.3) Mengevaluasi hasil penerapan model pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Paluh

Manan.

3.2 Manfaat Penelitiana. Penerapan pendekatan partisipatoris diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan

pola pikir masyarakat pinggiran pantai sehingga menciptakan kesadaran masyarakat

untuk berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan.b. Untuk menghasilkan model pemberdayaan masyarakat desa yang dapat mewujudkan

masyarakat yang sejahtera melalui pengembangan kreativitas dan kemandirian

masyarakat yang diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan penelitian kaji tindak atau action research.

Penelitian ini diharapkan dapat memecahkan masalah sosial yang ada atau muncul di lokasi

penelitian melalui pengembangan pendekatan dan program. Pasolong (2012:74) menjelaskan

bahwa penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengembangkan pendekatan dan program baru guna memecahkan masalah yang muncul

pada situasi yang aktual.

4.1 Diagram Fishbone

Minimnya Partisipasi Kurangnya Tingkat

PendekatanPartisipatoris

MasyarakatPinggiran Pantai

Page 21: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

14

Masyarakat Penyuluhan Pendidikan Pemenuhan KebutuhanRendah Yang Rendah

Rendahnya Pola KurangnyaPola Pikir Masyarakat Motivasi

Minimnya Tingkat Minimnya Produktivitas Kemandirian

Program Pendapatan Rendahnya Pembentukan Pembangunan Masyarakat Tingkat Model Pemberdayaan Tidak Efektif Rendah Kreativitas

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan cara perolehan data penelitian ini adalah

a. Observasi

Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar

penelitian memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

b. Wawancara

Adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari

sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.

c. Quisioner

Adalah suatu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang diisi oleh responden

itu sendiri.d. Studi Kepustakaan

Adalah pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku tulisan ilmiah yang

mempunyai relevansi langsung, dan literatur.

4.3 Variabel Penelitian

a. Penguatan Lembaga yang berkaitan dengan kapasitas lembaga pemerintah maupun

non pemerintah dalam meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap tingkat

pendidikan, ekonomi, kesehatan dan bidang kehidupan lainnya.b. Partisipasi Masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam program

pembangunan sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreativitas

ModelPemberdayaan

Masyarakat Pesisir

Participatory RuralAppraisal (PRA)

PemberdayaanMasyarakat Desa

Page 22: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

15

dan kemandiria agar dapat memperbaiki diri yang disebabkan oleh dampak dari

pembangunan.

4.4 Bagan Alir Penelitian

4.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak.

4.6 Penentuan Responden

Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling kluster.

Teknik digunakan untuk populasi berkelompok maka sampel penelitian ini didasarkan kepada

pembagian dusun di Desa Paluh Manan. Penentuan jumlah sampel dari populasi di masing-

masing dusun dilakukan dengan teori Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 1%, 5% dan

10%. (Sugiyono, 2011). Dengan demikian, penentuan jumlah dalam sampel ini menggunakan

tingkat kesalahan 10% sesuai dengan tabel Isaac dan Michael.

4.7 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Tahun I Tahun II1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8

1. Perumusan Proposal

2. Desk Proposal3. Pengumuman 4. Penetapan Dana

ANALISIS SWOTMenjaring potensiyang dimilikiDesa Paluh

Manan

PenelitianSurvey

Tahun I

Focus GrufDiscussion

(FGD)Model Pemberdayaan

Masyarakat Desa Pesisir

MetodePartisipatory RuralAppraisal (PRA)

PengujianModel

TahapanTindakan

Tahun II

PublikasiJurnal

Internasional

AnalisisDeskriptif

Pelatihan

Page 23: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

16

5. Survey/pengumpulan data/pelatihan

6. Laporan Kemajuan/monev internal

7. Monev eksternal/Laporan akhir

8. Luaran9. Seminar

Internasional10

.

Proposal lanjutan/SeminarHasil

BAB V

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 Profil Desa Paluh Manan

Desa Paluh Manan terletak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang,

dan berada di kawasan pesisir pantai Belawan. Desa Paluh Manan terletak di atas permukaan

laut (0,8 s/d 2 m) sebagai daerah pesisir pantai, dan desa ini diklasifikasi sebagai Desa

Swakarya. Secara Administratif daerah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan Desa Paluh Kurau dan Selat Malaka- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kota Datar- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lama dan Selat Malaka- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Malaka

Lokasi penelitian ini mempunyai 9 dusun dengan luas ± 18,93 Km² serta jumlah

penduduk 3209 jiwa dengan kepadatan penduduk 177 jiwa/km². Penduduk desa Paluh Manan

Page 24: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

17

tergolong masyarakat miskin, dimana ± 70% adalah masyarakat miskin yang bermata

pencaharian sebagai nelayan dan petani. Jumlah penduduk Desa Paluh Manan yang berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak yakni 1619 jiwa dibandingkan penduduk yang berjenis

kelamin perempuan yaitu 1590 jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga di Desa Paluh Manan

sebanyak 1044 KK.

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama

No

.

Dusu

n

Islam Kristen Katoli

k

Hindu Budha Jumlah

1. I 430 - - - - 4302. II 300 10 4 - - 3143. III 383 - - - - 3834. IV 361 - - - - 3615. V 460 - - - - 4606. VI 335 - - - - 3357. VII 290 3 - - - 2938. VIII 231 68 13 - - 3119. IX 132 165 25 - - 322Jumlah Total 3209

Sumber: Kantor Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2017

Secara umum, penduduk masyarakat Desa Paluh Manan ini mayoritas adalah suku

banjar. Hal ini dapat dibuktikan melalui tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No.

Suku Jumlah Persentase

1. Jawa 321 10 %2. Melayu 81 2,52 %3. Batak 309 9,62 %4. Mandailing 61 1,9 %5. Banjar 2278 71 %6. Aceh 16 0.48 %7. Lainnya 143 4,45 %

Jumlah 3209Sumber : Kantor Desa Paluh Manan Dalam Angka Tahun 2015

Melalui data ini dapat diketahui bahwa 71 % penduduk Desa Paluh Manan adalah suku

Banjar. Desa Paluh Manan ini juga merupakan desa heterogen yang memiliki keaneka

ragaman suku dan adat istiadat, misalnya di Desa Paluh Manan juga terdapat penduduk yang

Page 25: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

18

bersuku Jawa, Batak dan lain-lain. Suku selain suku banjar adalah suku pendatang dan

menetap yang ada di Desa Paluh Manan. Desa Paluh Manan adalah salah satu desa yang

tingkat pendidikan masyarakat tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan desa-desa lain

yang ada di lingkungan Kecamatan hamparan Perak. Hal ini dibuktikan dengan tabel di

bawah ini:

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Desa Paluh Manan BerdasarkanTingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase1. SD 1192 37,14 %2. SMP 249 7,76 %3. SMA 189 5,9 %4. Perguruan Tinggi 35 1,1 %5. Tidak Tamat 1544 48,1 %6. Jumlah 3209

Sumber: Kantor P dan K Kecamatan Hamparan Perak, Tahun 2016

Catatan:SD : Sekolah DasarSMP : Sekolah Menengah PertamaSMA : Sekolah Menengah UmumPT : Perguruan Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Paluh Manan

adalah tergolong rendah. Jumlah Penduduk yaitu 48,1 %, namun angka ini juga menunjukkan

bahwa terjadi penurunan tingkat pendidikan bila dibandingkan di tahun 2014 yaitu 52,2%.

Rendahnya tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor terjadinya masalah sosial di

lingkungan masyarakat, misalnya pergaulan bebas. Namun, pendidikan yang rendah juga

didukung oleh sarana pendidikan yang ada di Desa Paluh Manan, dimana sarana pendidikan

tersebut bisa dikategorikan tidak layak karena apabila air pasang dan hujan deras, fasilitas

pendidikan tidak dapat digunakan oleh masyarakat setempat.

Gambar 5.1 Kondisi Sarana Pendidikan Di Desa Paluh Manan

Page 26: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

19

Berdasarkan data yang diperoleh, masyarakat desa ini adalah masyarakat pra sejahtera dengan

tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Hal ini adalah juga termasuk faktor utama dari

munculnya permasalahan sosial yang terjadi di Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan

Perak.

5.2 Potensi Desa Masyarakat Pesisir

Desa Paluh Manan dikategorikan desa pesisir pantai karena letak desanya antara 0,8

s/d 2 m di atas permukaan laut. Mayoritas masyarakat desa ini bermata pencaharian bertani

dan nelayan. Sesuai dengan data yang diperoleh luas desa menurut tata ruang dan

penggunannya adalah:

Lahan Pertanian : 903 Ha

Lahan Perkebunan : 523 Ha

Lahan Pertambakan : 128 Ha

Lahan Darat/Perumahan : 410 Ha

Lahan D.A.S/Dll : 50 Ha

Potensi desa yang dimiliki oleh Desa Paluh Manan sebenarnya cukup untuk

mengembangkan desa, namun desa ini tidak didukung oleh sumber daya yang memadai yaitu

kemampuan masyarakat. Tidak hanya itu, keluhan yang dialami masyarakat juga terkait

dengan banyaknya lahan yang sudah dimiliki oleh orang luar desa yang tidak berdomisili di

desa ini. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi bahwa adanya limbah dari hasil

pertambakan dan pertanian yang membuat kerugian bagi masyarakat sekitar, contohnya:

Page 27: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

20

limbah tambak yang tidak dapat didaur ulang kembali sehingga mengakibatkan aroma yang

tidak enak di sekitar lahan pertambakan tersebut.

Ketidak nyamanan ini juga dibenarkan oleh pihak pengelola pertambakan tersebut

karena kurangnya keahlian mereka dalam mengelola ulang limbah. Kondisi ini akhirnya

berkembang menjadi masalah lingkungan, yang membutuhkan perhatian khusus dari

pemerintahan desa dan masyarakat. Masalah lingkungan dapat mengurangi potensi desa untuk

berkembang, maka perlunya respons lingkungan seperti yang dikemukakan oleh Zubaedi

(2014) bahwa terdapat dua karakteristik dalam merespons masalah lingkungan yaitu:

1. Memecahkan masalah spesifik dengan solusi terpisah dan spesifik pula. Misalnya,

problem kerusakan sumber daya alam dipecahkan dengan teknologi alternatif,

problem polusi dipecahkan dengan teknoogi anti polusi dan lain-lain. Setiap problem

diisolasi dari problem lain, lalu dicarikan pemecahannya.2. Mencari solusi dalam tatanan sosial, ekonomi dan politik yang sedang berlangsung.

Mereka tidak memandang penting untuk mengubah semua sistem tersebut.

Potensi desa di Desa Paluh Manan dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil survey yang

dilakukan. Adapun hasil survey yang dilakukan adalah sebagai berikut

Tabel 5.4Distribusi responden terkait sumber-sumber daya alam yang ada di Desa Paluh Manan

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase %1. Pertanian 98 30,532. Perkebunan 81 25,233. Perikanan/Pertambakan 101 31,474. Lain-lain 41 12,77

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan adanya keragaman potensi desa yang dapat dikembangkan

sesuai dengan pilihan dan kemampuan masyarakat. Potensi desa yang paling banyak di Desa

Paluh Manan adalah di bidang perikanan/pertambakan dan pertanian. Hal ini sesuai dengan

tingkat mata pencaharian masyarakat yaitu nelayan dan bertani. Mata pencaharian ini adalah

pekerjaan yang dominan dilakukan oleh masyarakat desa.

Tabel 5.5Distribusi responden terkait kondisi sumber daya alam

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 142 44,232. Tidak Bagus 179 55,77

Page 28: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

21

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terkelola dengan baiknya potensi desa

tersebut, dikarenakan minimnya pengetahuan masyrakat dalam mengelola dan

memberdayakan hasil dari potensi desa yang ada. Banyaknya kondisi alam yang harus

mendapatkan perhatian khusus terkait pemberdayaan. Salah satu contoh yang dikemukakan

oleh tokoh masyarakat nelayan yaitu mereka tidak dapat mengolah limbah hasil dari

pertambakan mereka.

Tabel 5.6Distribusi responden terkait peran kepala desa dalam pengelolaan dan pelestarian sumber

daya alam

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 161 50,152. Tidak Bagus 160 49,85

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Peran kepala desa sebenarnya sudah bagus, hanya saja belum dapat memaksimalkan

dalam memberdayakan potensi desa dan kemampuan masyarakat desanya. Potensi desa yang

ada seharusnya diberi kekuatan baik secara moril dan materil, salah satu yang dapat dilakukan

adalah memaksimalkan anggaran dana desa dengan melakukan kegiatan peningkatan

kemampuan masyarakat melalui pengembangan potensi desa sehingga dapat memicu

semangat masyarakat dalam beraktivitas dan memunculkan kreativitas-kreativitas baru.

Melalui pengembangan potensi desa dengan pemakaian dana desa sebenarnya itu adalah suatu

yang sangat wajib dilakukan oleh setiap desa karena tujuan utama dari pemberian dana

tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui program

pemberdayaan masyarakat. Upaya yang dilakukan juga dapat dengan menerbitkan peraturan

desa tentang pengembangan potensi desa dan melegalkan Badan Usaha Milik Desa sebagai

wadah pengembangan hasil potensi desa.

Tabel 5.7Distribusi responden terkait peran tokoh masyarakat (pemuda, agama, pendidikan dan

lainnya) dalam pelestarian dan pengelolaan sumber daya

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 159 49,532. Tidak Bagus 162 50,47

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Page 29: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

22

Pelestarian dan pengelolaan sumber daya yang akhirnya menjadi potensi suatu daerah

tidaklah semudah membalikkan telapak tangan sehingga dibutuhkan keterlibatan semua

pihak. Salah satu pihak yang diharapkan dalam terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian

dan pengelolaan dengan program pemberdayaan masyarakat adalah para tokoh masyarakat.

Keterlibatan tokoh masyarakat di Desa Paluh Manan merupakan salah satu kunci keberhasilan

program pembangunan khususnya pemberdayaan masyarakat.

Tabel 5.8Distribusi responden terkait program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pihak

pemerintahan desa

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Pendidikan 47 14,642. Ekonomi 53 16,513. Kesehatan 36 11,214. Pembangunan 185 57,64

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang selama ini ada di Desa Paluh Manan ±

57,64% adalah program pembangunan. Sesuai hasil wawancara dengan salah seorang tokoh

masyarakat yaitu Bapak Sofian, bahwa kegiatan pembangunan yang diselenggarakan dengan

pembiayaan dana desa, lebih dimaksimalkan kepada pembangunan fisik daripada

pembangunan manusianya.

Tabel 5.9Distribusi responden terkait program pemberdayaan masyarakat yang sering diikuti dan

terlibat langsung

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Pendidikan 47 14,642. Ekonomi 53 16,513. Kesehatan 36 11,214. Pembangunan 185 57,64

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Program pembangunan adalah kegiatan yang sering diikuti oleh masyarakat desa,

misalnya dalam kegiatan pembangunan irigasi dan waduk air bersih. Kegiatan ini dilakukan

dengan anggaran dana desa yang diberikan kepada desa. Selanjutnya, pemberdayaan yang

dilakukan juga terkait dengan penghijauan dan perbaikan jalan.

Page 30: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

23

Tabel 5.10Distribusi responden terkait kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakan program

pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 173 53,72. Tidak Bagus 148 46,3

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat desa pesisir harus

adanya perhatian ekstra. Salah satunya adalah kemampuan dan tenaga ahli yang ada di

Pemerintahan Desa sehingga dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat.

Kemampuan aparat desa di Pemerintahan Desa Paluh Manan masih tergolong minim dan

tidak dapat mendukung kegiatan yang dilaksanakan sehingga dibutuhkan tenaga-tenaga ahli

yang dapat memberikan solusi dan pengetahuan dalam pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat.

Tabel 5.11Distribusi responden terkait program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah

memberikan manfaat besar bagi Bapak/Ibu

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Besar 152 47,352. Tidak Besar 169 52,65

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan bahwa manfaat yang diberikan program pemberdayaan

masyarakat di Desa Paluh Manan belumlah maksimal. Manfaat yang diterima langsung oleh

masyarakat desa adalah pembangunan fisik (perbaikan jalan, waduk air bersih), namun untuk

hal peningkatan pengetahuan dan kemampuan belum ada manfaatnya. Keinginan terbesar

yang diharapkan oleh masyarakat desa adalah peningkatan kemampuan dan pengetahuan di

bidang pendidikan.

Tabel 5.12Distribusi responden terkait setelah mengikuti program pemberdayaan yang diikuti, apakah

dapat mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bisa 154 47,982. Tidak Bisa 167 52,02

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Page 31: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

24

Tabel ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak dapat mengembangkan

hasil dari program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Desa Paluh Manan.

Program pemberdayaan masyarakat yang selama ini dilaksanakan hanya sekedar

menghabiskan dana tetapi tidak ada kelanjutan untuk program selanjutnya.

Tabel 5.13Distribusi responden terkait tingkat aksebilitas (tanggung jawab) masyarakat dalam program

pemberdayaan masyarakat

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase1. Bagus 132 41,122. Tidak Bagus 189 58,88

Jumlah 321 100Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2017

Tabel di atas menunjukkan bahwa tanggung jawab masyarakat dalam program

pemberdayaan masyarakat sangatlah kurang karena masyarakat di Desa Paluh Manan

merasakan apatis terhadap hasil dari program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan program

pemberdayaan masyarakat selama ini yang diikuti mereka tidak sesuai dengan yang

diharapkan oleh masyarakat desa.

Dibalik potensi yang dimiliki oleh Desa Paluh Manan, terdapat juga masalah dalam

mengembangkan potensi desa tersebut. Terdapat beberapa potensi desa yang dimiliki oleh

desa ini, yaitu potensi pertanian, potensi dari lahan tambak dan kekayaan alam laut yang dapat

diolah menjadi bahan olahan makanan seperti udang, kepiting dan ikan.

Potensi yang dimiliki Desa Paluh Manan ini mencerminkan mayoritas pencaharian

masyarakatnya yaitu nelayan dan petani. Namun, sebagian dari masyarakat tersebut tidaklah

mempunyai keahlian yang dapat mendukung hasil kerja mereka. Para nelayan di Desa Paluh

Manan ini ± 65% tidak mempunyai identitas dan tidak dapat membaca. Begitu juga dengan

para petaninya, sehingga menjadi permasalahan yang mendasar untuk menngembangkan

kreativitas dan kemajuan desa ini.

Di bidang pertanian juga demikian, masyarakat yang bekerja sebagai petani tidak

dapat melakukan pengelolaan sumber dari lahan pertanian karena rendahnya kemampuan

dalam melakukan produktivitas hasil lahan mereka. Pembudi daya ikan, udang dan kepiting

juga dikategorikan sebagai petani. Dalam hal membudi dayakan hasil produksi juga relatif

rendah sehingga dibutuhkan pengawasan dan kontrol yang permanen sehingga dapat

menghasilkan hasil yang produktif seperti benih dan makanan.

Page 32: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

25

Petani tambak dan nelayan sangalah jauh berbeda karakteristiknya dalam mengolah

dan membudi dayakan potensi yang ada. Nelayan bersifat open access yang mencari hasil

dengan berpindah-pindah untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan resiko pekerjaan

nelayan juga cukup tinggi. Nelayan memiliki karakter yang keras, tegas dan terbuka.

Pekerjaan masyarakat di Desa Paluh Manan, setiap orang dapat merangkap menjadi

nelayan dan petani. Pekerjaan mereka tergantung kondisi alam dan ekosistem yang

mendukung. Firth (dalam Zubaedi: 2014) mengatakan masyarakat nelayan memiliki

kemiripan dengan masyarakat tani, yakni bahwa sifat usahanya berskala kecil dengan

peralatan dan organisasi pasar yang sederhana; eksploitasi yang sering berkaitan dengan

masalah kerja sama; sebagian besar menyandarkan diri pada produksi yang bersifat subsistem;

dan memiliki keragaman dalam tingkat dan perilaku ekonominya.

5.3 Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Desa dalam Pembangunan Desa

Terkait dengan potensi yang dimiliki oleh Desa Paluh Manan sebagai daerah pesisir

pantai yang ada di Kecamatan Hamparan Perak, terdapat beberapa potensi desa ini menjadi

suatu keunggulan yang dapat mendukung pengembangan dan kemajuan desa dan

masyarakatnya. Keunggulan yang dimaksud, yaitu:

1. Daerah yang langsung berbatasan dengan garis pantai sehingga memungkinkan untuk

melestarikan dan mengembangkan budi daya laut.2. Luasnya lahan pertanian dan perkebunan yang produktif sehingga dapat menghasilkan

hasil yang produktif untuk diberdayakan.3. Luasnya lahan pertambakan yang digunakan masyarakat untuk membudi dayakan

udang dan kepiting.

Keunggulan yang dimiliki oleh desa ini tidak di dukung oleh kemampuan dan keahlian

masyarakat dalam mengembangkan potensi yang ada sehingga hasil yang diharapkan tidak

maksimal. Akhirnya, hasil limbah dari pertanian dan pertambakan tidak mempunyai manfaat

apapun sedangkan semua sisa atau limbah hasil potensi di desa ini daat dimanfaatkan. Dalam

Undang-undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa juga menjelaskan bahwa setiap hasil potensi

desa yang ada dapat dijadikan program pemberdayaan masyarakat, tidak hanya hasil namun

juga limbahnya sehingga tidak ada yang tidak bermanfaat.

Program pemberdayaan masyarakat juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan kreativitas dan kemampuan masyarakat dalam berkarya baik

Page 33: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

26

fisik maupun non fisik. Pemberdayaan desa khususnya pada masyarakat pesisir sangat

dibutuhkan dalam segala bidang kehidupan.

Keunggulan yang dihasilkan melalui potensi desa, hendaknya dikelola dengan baik.

Namun, di Desa Paluh Manan ini pengelolaan potensi desa menjadi suatu keunggulan belum

bisa direalisasikan karena kurangnya sumber daya manusia baik dari pemerintahan desa

maupun dari masyarkat itu sendiri. Dengan demikian, untuk menciptakan keunggulan desa

yang berasal dari potensi desa di Desa Paluh Manan ini membutuhkan tenaga pendamping

untuk dapat mengelola potensi desa menjadi keunggulan desa.

5.4 Analisis SWOT

Potensi dan keunggulan desa merupakan salah satu kunci yang harus dimiliki setiap

desa khususnya desa pesisir pantai dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat dan

desanya. Melalui potensi dan keunggulan ini, kita dapat mengelompokkan peluang, tantangan,

kekuatan dan kelemahan dari desa sehingga dapat disusun kerangka kerja dalam

pemberdayaan masyarakat. Pengelompokkan ini dianalisis dengan analisis SWOT, yaitu

kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), tantangan/ancaman

(threatment).

Analisis SWOT ini dilakukan setelah adanya hasil survey yang dilakukan di lokasi

penelitian juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan tokoh masyarakat

dan pemerintahan desa pada saat dilaksanakan Focus Grup Discussion (FGD) pada tanggal 02

Agustus 2017 di Desa Paluh Manan.

Kekuatan (Strength)

1. Potensi sumber daya pertanian dan pertambakan yang besar.2. Semangat hidup dan kerja yang besar untuk memperbaiki diri.

Kelemahan (Weakness)

1. Minimnya pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan alat teknologi.2. Rendahnya semangat kewirausahaan dalam peningkatan kesejahteraan3. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

Peluang (Opprtunity)

1. Lokasi pertanian dan penangkapan ikan luas dan dekat dari tempat tinggal.2. Upah tenaga kerja yang murah3. Kualitas dan kuantitas sumber daya yang cukup baik

Tantangan/Ancaman (Threatment)

1. Polusi air laut sehingga ekosistem laut juga rusak

Page 34: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

27

2. Terdapatnya musim dalam pengolahan pertanian dan perikanan3. Adanya harga pasar dalam bidang pertanian dan perikanan yang dikelola oleh agen

5.5 Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir

Pemberdayaan masyarakat desa pesisir di Desa Paluh Manan dikhususkan kepada

pengembangan bidang pertanian dan pertambakan. Pengelolaan lahan pertanian dan

pertambakan dibutuhkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, juga meningkatkan

kemampuan keterampilan dan pengetahuan masyarakat tentang pengembangan potensi desa.

Pembagian potensi dan keunggulan yang dikelompokkan berdasarkan tingkatannya,

kemudian diberikan alternatif-alternatif yang dapat mendukung pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat desa pesisir di Desa Paluh Manan. Pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan di

Desa Paluh Manan, dapat menjadi salah satu solusi dalam penanggulangan kemiskinan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di daerah pesisir pantai.

Terkait dengan pembagian potensi dan keunggulan dalam pengembangan masyarakat

desa pesisir, maka dalam penelitian ini dilakukan pembentukan kelompok masyarakat yang

bertujuan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pembentukan kelompok

masyarakat ini di rumuskan setelah adanya hasil survey, lalu disempurnakan dalam kegiatan

Focus Grup Discussion (FGD).

Pembentukan model pemberdayaan masyarakat desa pesisir dilihat dari

pengelompokan potensi dan keunggulan desa, maka model kelompok ini diberi nama model

kelompok masyarakat kreatif (KMK) berdasarkan hasil keputusan bersama di dalam FGD.

Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK) yang dibentuk ini, bertujuan untuk memaksimalkan

potensi dan keunggulan desa sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat agar

lebih sejahtera.

5.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Pengembangan potensi desa melalui pengelompokan keunggulan yang dimiliki oleh

desa merupakan salah satu solusi untuk melakukan pemberdayaan masyarakat desa khususnya

di daerah pesisir pantai. Keunggulan yang dimiliki oleh desa tersebut dapat menjadi ciri khas

dari desa tersebut, apalagi dalam memperkenalkan keunikan dari masing-masing desa.

Terkait pemberdayaan masyarakat desa juga potensi dan keunggulan merupakan hal

terpenting untuk keberhasilan program pembangunan. Potensi dan keunggulan tersebut juga

harus dianalisis SWOT sehingga terlihat dengan baik dan benar apa yang menjadi kekuatan

dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang ada dalam pengembangan desa.

Page 35: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

28

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat juga terkait dengan intervensi pasar yang

bertujuan untuk membuka peluang dari potensi dan keunggulan yang dimiliki desa tersebut,

seperti halnya Desa Paluh Manan. Peluang yang diharapkan oleh masyarakat desa adalah

terkait bagaimana dapat memasarkan dan membantu mereka dalam meningkatkan produksi

hasil olahan dari potensi yang mereka miliki. Terkait dengan ini, maka sangat dibutuhkan

peran serta pemerintahan desa untuk mendukung pengelolaan potensi masyarakat desa

khususnya bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa pemerintah berkewajiban untuk melakukan

pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan potensi dan keunggulan

desa.

Solusi yang ditawarkan pemerintah melalui pelaksanaan kebijakan tentang desa itu

adalah pemanfaatan dana desa dengan sebaik-baiknya. Namun, kenyataannya tidak semua

desa dapat mengoptimalkan alokasi dana desa terhadap program pemberdayaan masyarakat.

Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan kemampuan pemerintahan desa dalam

pengelolaan anggaran dana desa. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh TSL, et.al

(2013) bahwa pengelolaan alokasi dana desa dapat menjadi faktor penghambat dalam

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat padahal dari alokasi dana tersebut dapat

mendukung pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kreatifitas, kesejahteraan dan

lapangan kerja bagi masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program yang dapat mendorong

peningkatan stabilitas desa dalam menciptakan desa yang berpotensi baik dan stabil.

Pemberdayaan masyarakat juga sebagai proses perubahan secara struktural di masyarakat

dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan tatanan sosial. Salah satu faktor pendukung dalam

pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Labaran, et.al (2014) bahwa adanya upaya

pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat berupa bantuan produksi dan

modal.

Dengan demikian, pentingnya peran pemerintah dalam keberhasilan program

pemberdayaan masyarakat khususnya di daerah pesisir pantai. Desa Paluh Manan, merupakan

salah satu desa yang berpotensi dapat dikembangkan baik dari masyarakat maupun

keunggulan yang dimiliki desa. Namun, dalam proses pengembangannya terdapat banyak

hambatan dan kendala yang harus diselesaikan yaitu permasalahan tingkat pendidikan, tingkat

pengetahuan masyarakat juga kemampuan sumber daya manusia pemerintahan desa yang

masih tergolong rendah.

Page 36: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

29

Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam proses pengembangan yang dilakukan

terhadap potensi dan keunggulan desa, khususnya program pemberdayaan masyarakat. Peran

pemerintah desa di Desa Paluh Manan masih tergolong belum maksimal disebabkan oleh

kemampuan aparatur yang belum memadai untuk memberikan arahan dan wawasan yang

terkait dengan pemberdayaan masyarakat.

Terdapat beberapa permasalahan yang sangat menghambat pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan, salah satunya adalah rendahnya tingkat

kemampuan pemerintahan desa dalam mengelola alokasi dana desa sehingga kegiatan yang

telah dicanangkan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat tidak dapat terlaksana dengan

baik dan optimal. Tidak hanya peran pemerintah, namun juga perlu keterlibatan langsung

masyarakat dalam setiap kegiatan yang bertujuan dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Tidak optimalnya pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan juga

disebabkan oleh kurangnya kelembagaan yang menaungi masyarakat dalam meningkatkan

kreativitas masyarakat yang berasal dari potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh desa.

Pemberdayaan masyarakat perlu dilaksanakan karena adanya tuntutan masyarakat yang

berkenaan dengan permasalahan-permasalahan sosial, ekonomi, politik dan budaya sejalan

dengan perkembangan zaman.

Proses pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program penanggulangan

kemiskinan dan juga program yang berkesinambungan, yang terkait dalam pengembangan

kondisi dan situasi suatu daerah juga tentang masyarakat. Program-program kemiskinan

dibagi menjadi empat untuk mempertajam fokus pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan yaitu:

a. Klaster 1, Program Bantuan Sosial dan Jaminan Sosial, yang dilaksanakan dengan

tujuan mengurangi beban masyarakat dan keluarga miskin dalam pemenuhan

kebutuhan dasar melalui peningkatan akses pelayanan dasar antara lain melalui

makanan, kesehatan dan pendidikan.

b. Klaster 2, Program Pemberdayaan Masyarakat (Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat PNPM) yang dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas,

kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan.

c. Klaster 3, Program Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM), yang dilaksanakan dengan tujuan membantu usaha mikro dan kecil untuk

Page 37: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

30

meningkatkan kapasitas dan memperluas usahanya agar kehidupan masyarakat miskin

semakin stabil dan pendapatan meningkat.

d. Klaster 4, Program Pro Rakyat yang dilaksanakan dengan tujuan melengkapi berbagai

program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui 3 klaster program

penanggulangan kemiskinan dan membantu kebutuhan masyarakat yang

berpenghasilan rendah dan termajinalkan.

(http://www.setgab.go.id/indeks.php)

Pentingnya program pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat, maka sangat dibutuhkan partisipasi dari semua pihak baik dari pemerintah,

swasta dan masyarakat itu sendiri. Partisipasi yang dimaksud terkait dengan keterlibatan

langsung dalam program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa. Pemberdayaan masyarakat desa pesisir yang dilaksanakan di Desa Paluh Manan telah

dibentuk suatu model yang diberi nama model Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK).

Pembentukan kelompok desa ini mendapat sambutan positif dari pihak masyarakat juga

pemerintahan desa. Kelompok desa ini, juga merupakan model yang akan melaksanakan

pemberdayaan masyarakat dengan metode partisipatory rural appraisal (PRA). Pemerintahan desa mempunyai harapan besar atas terbentuk kelompok desa ini

sehingga dapat menjadi solusi bagi desa Paluh Manan untuk menjadi desa yang mempunyai

ciri khas dan keunggulan. Dengan demikian, untuk mendukung kegiatan PRA yang akan

dilakukan maka Pemerintahan Desa, mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Desa Tentang

Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK), Nomor: 03/KEP/KD-PM/343-VIII/2017 Desa Paluh

Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Adapun daftar susunan kepengurusan dari KMK ini adalah:

Pelindung : Kepala Desa Paluh Manan

Pembina/Pengawas

Ketua : Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M.AP

Sekretaris : Siti Hajar, S. Sos., M.SP

Anggota : Dr. Hasrudy Tanjung, SE., M. Si

Dr. Leylia Khairani, M. Si

Faustyna, S. Sos., MM., M. Ikom

Dr. Tengku Erwinsyahbana, SH., M. Hum

Dr. Ramlan, SH., M. Hum

Pengurus Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK)

Page 38: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

31

Ketua : Nasrul

Sekretaris : Supian

Bendahara : Sakdiah Br. Nainggolan

Anggota

1. Makmur2. Abu Samah3. Arifin4. Suparno5. Anto

BAB VI

RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

6.1 Rencana Tahapan Selanjutnya

Rencana tahapan penelitian berikutnya sebagai berikut:

1. Penelitian ini akan menghasilkan model pemberdayaan masyarakat desa pesisir yang

diberi nama model kelompok masyarakat kreatif yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, kreativitas masyarakat dan keterlibatan dalam

pemberdayaan masyarakat.2. Penerapan model kelompok masyarakat kreatif ini dilakukan dengan metode

Partisipatory Rural Appraisal (PRA)3. Penelitian ini menghasilkan luaran Jurnal Internasional yang terindeks4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan khusus pemberdayaan

masyarakat desa pesisir.5. Penelitian dimaksud akan dilaksanakan tahun berikutnya dengan pendanaan tetap dari

DIKTI.

6.2 Roadmap Penelitian Selanjutnya

Page 39: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

TAHUN II

TAHUN II

Penerapan pendekatan partisipatoris melalui Model Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK) dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir

TAHAPA

N T

INDAKAN

TAHAPA

N T

INDAKAN

1. Uji Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir yaitu Model Kelompok Masyarakat Kreatif (KMK)2. Penerapan Pendekatan Partisipatoris dengan Metode Partisipatory Rural Apparaisal (PRA)

PRODUK

PRODUK

1. Jurnal Internasional Yang Terindeks (Published)2. Buku Ajar (Draf)

32

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

a. Kelompok masyarakat kreatif dibentuk hasil dari survey dan diskusi dengan beberapa

pihak untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa pesisir khususnya

Desa Paluh Manan.b. Melalui pembentukan kelompok masyarakat kreatif ini diketahui bahwa partisipasi

kelompok masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program

pembangunan desa belum optimal untuk pengembangan potensi dan keunggulan yang

dimiliki desa sebagai modal terbesar untuk kemajuan desa.c. Penelitian ini menghasilkan model pemberdayaan masyarakat desa pesisir yang diberi

nama model kelompok masyarakat kreatif (KMK).

7.2 Saran

a. Pemerintahan desa harus melakukan pendekatan serta membangun kerja sama dengan

berbagai pihak khususnya dengan masyarakat desa sehingga dapat mengoptimalkan

partisipasi masyarakat dalam pengembangan kemajuan desa.

Page 40: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

33

b. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan sesuai dengan modul sebagai

panduan dalam pengembangan pembangunan partisipatif dengan pendekatan

partisipatoris.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. 2000. Gondang Bakau dan Orang Pesisir. Ashoka Indonesia: Bandung.

Asiyah., Ribawanto, Heru dan Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat DalamPembangunan Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Industri KecilKrupuk Ikan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo), JurnalWACANA Volume 12 Nomor 2 April Tahun 2009 ISSN 1411 – 0199, UniversitasBrawijaya: Malang.

Asnudi, Andi. 2009. Pendekatan Partisipatif dalam Pembangunan Proyek InfrastrukturPerdesaan di Indonesia, Jurnal SMARTEK Volume 7 Nomor 4 Tahun 2009, UniversitasTadulako, Palu akses Portal Garuda.

Chambers, Robert. 1996. PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius dan Oxfam:Yogyakarta.

Hajar, Siti. 2013. Pengembangan Pembangunan Partisipatif Dengan Model KelompokPerempuan Kreatif Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Desa Paluh MananKecamatan Hamparan Perak. Penelitian Internal Dosen Pemula: UMSU-Medan.

. 2012. Analisis Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatMandiri Pedesan (PNPM-MP) Dalam Penanggulangan Kemiskinan Di Desa PaluhManan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Jurnal KESKAP FISIP:Volume 10 Nomor 1 Edisi Jumadil Akhir 1433H/Mei 2012 M: UMSU-Medan.

http://www.setgab.go.id/indeks.php diunduh tanggal 24 Maret 2012 Pukul 11.45 wib

Page 41: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

34

Kistanto, Nurdin. 1997. Menuju Paradigma Penelitian Sosial yang Partisipatif Jurnal PrismaNomor 1 Edisi Januari 1997: Semarang.

Labaran, Asran, Muhammad Z. et.al. 2014. Peran Pemerintah Daerah dalam PemberdayaanMasyarakat Petani Kakao di Desa Taan Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju.Jurnal Otoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume IV No. 1 Edisi April 2014;Universitas Muhammadiyah Makassar.

Mubyarto. 2002. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah Dalam Era Otonomi Daerah.Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun I Nomor 9 – November 2002.www.ekonomirakyat.org.

Muslim, Aziz. 2007. Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat. JurnalAplikasia Ilmu-ilmu Agama Volume VIII Nomor 2 Desember 2007: Yogyakarta.

Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik, Alfabeta: Bandung.

Riyadi dan Supriady, Deddy Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah), Gramedia Pustaka Umum: Jakarta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta: Bandung.

TSL, Octrian, et.al. 2013. Implementasi Program Alokasi Dana Desa dalam PemberdayaanMasyarakat di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. JurnalOtoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume III No. 1 Edisi April 2013; UniversitasMuhammadiyah Makassar.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Wignyotosoebroto, Soetandyo. 2009. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma AksiMetodologi. Pustaka Pesantren: Yogyakarta.

Zubaedi. 2014. Pengembangan Masyarakat (Wacana dan Praktik). Kencana: Jakarta.

Page 42: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Catatan Harian (Logbook)Penelitian Produk Terapan DIKTI

Judul Penelitian:Penerapan Pendekatan Partisipatoris Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Pesisir UntukMewujudkan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Nama Peneliti:Irwan Syari Tanjung, S. Sos., M.AP (Ketua)Ellvita Yenni, SS., M. Hum (Anggota)

NO. TANGGAL KEGIATAN1. 26 Mei 2016 Catatan: Penyusunan proposal penelitian

Dokumen: Naskah Proposal2. 28 Februari 2017 Catatan: Penyusunan Angket dan Daftar

Wawancara

Dokumen: Angket dan Daftar Wawancara3. 22 Maret 2017 Catatan: Ke Kantor Desa Paluh Manan

menyerahkan surat izin penelitian

Dokumen: Surat Izin Penelitian, foto lapangan 4. 23 Maret 2017 Catatan: Melakukan Survei Awal ke lokasi

penelitian sekaligus mengambil surat pemberian izin penelitian

Dokumen: Surat Pemberian Izin 5. 17 April 2017 Catatan: Melakukan survey kepada masyarakat

oleh tim survey yaitu dari tanggal 17 – 21 Maret 2017 di Desa Paluh Manan

Dokumen: Foto lapangan6. 26 April 2017 Catatan: Diskusi hasil survey

Dokumen: hasil survey7. 03 Mei 2017 Catatan: Penyempurnaan hasil survey

Dokumen: Hasil Survey8. 02 Juni 2017 Catatan: Diskusi Perumusan Pembentukan

Kelompok Masyarakat

Dokumen: Draft Pembentukan Kelompok Masyarakat

Page 43: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

9. 15 Juli 2017 Catatan: Pendaftaran Abstrak di Seminar Internasional

Dokumen: Abstrak 10. 24 Juli 2017 Catatan: Penandatanganan Surat Perjanjian

Penugasan dalam rangka pelaksanaan program penelitian tahun 2016 antara ketua peneliti dengan ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat (LPPM) UMSU

Dokumen: Naskah surat perjanjian/kontrak11. 29 Juli 2017 Catatan: Pencairan dana 70 %

Dokumen: Anggaran dalam bentuk uang sebesar Rp. 49.000.000,-

12. 31 Juli 2017 Catatan: Persiapan Pelaksanaan FGD di Desa Paluh Manan

Dokumen: Foto Lapangan13. 02 Agustus 2017 Catatan: Pelaksanaan FGD di Desa Paluh Manan

Dokumen: Berita Acara dan Daftar Hadir peserta FGD

14. 03 Agustus 2017 Catatan: Penyempurnaan FGD dan Pembentukan Kelompok Masyarakat

Dokumen: Daftar Hadir dan Surat Keterangan Pembentukan Kelompok Masyarakat

15. 07 Agustus 2017 Catatan: Diskusi hasil FGD dan survey bersama tim peneliti

Dokumen : Daftar hadir para bersama tim kelompok masyarakat

16. 10 Agustus 2017 Catatan: Pengolahan Data

Dokumen: hasil pengelompokkan data17. 15 Agustus 2017 Catatan: Analisis Data dan Pembahasan

Dokumen: Draft Model 18. 22 Agustus 2017 Catatan: Accepted Abstrak di Seminar

Internasional ICOPOSDEV di Universitas Sumatera Utara

Dokumen: Berkas Accepted 19. 23 Agustus 2017 Catatan: Penyusunan Laporan Kemajuan

Page 44: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Dokumen: Laporan penelitian 50 %20. 25 Agustus 2017 Catatan: Penyusunan artikel full paper untuk di

Seminar Internasional ICOPOSDEV

Dokumen: template artikel21. 26 Agustus 2017 Catatan: Penyempurnaan laporan kemajuan

Dokumen: Laporan penelitian 70 %22. 28 Agustus 2017 Catatan: Penyusunan naskah artikel jurnal

internasional

Dokumen: Draft Jurnal Internasional23. 30 Agustus 2017 Catatan: Upload Laporan Kemajuan 70% di

Simlitabmas Ristekdikti

Dokumen: Laporan Kemajuan dan Catatan Harian24. 02 September 2017 Catatan: Diskusi pembahasan laporan akhir

Dokumen: bahan diskusi 25. 19 Oktober 2017 Catatan: Diskusi penyempurnaan laporan akhir

Dokumen: laporan akhir26. 20 Oktober 2017 Catatan: Seminar Internasional ICOPOSDEV di

USU

Dokumen: sertifikat dan bukti pembayaran27. 08 November 2017 Catatan: Upload 100 % laporan penelitian

Dokumen: Laporan akhir dan penggunaan anggaran

Ketua Peneliti Anggota Peneliti

Irwan Syari Tanjung, S.Sos., M.AP Ellvita Yenni, SS., M. Hum

Page 45: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

NO HONOR FREKUENSI VOLUME JUMLAH (RP)

A HONORARIUM1 Pembantu Peneliti 1 (Elvita Yenni) 12 Minggu 10 jam/minggu 33,500 4,020,000 2 Pembantu Peneliti 2 (Yunita Rahayu) 12 Minggu 10 jam/minggu 29,500 3,540,000 3 Tenaga Pendamping Lokal (Makmur) 12 Minggu 10 jam/minggu 24,500 2,940,000 5 Petugas Pengolahan Data 1 Bulan 12 jam/minggu 200,000 2,400,000 6 Petugas Analisis Data 1 Bulan 12 jam/minggu 200,000 2,400,000 7 Ahli IT 2 Bulan 10 jam/minggu 150,000 3,000,000

TOTAL 18,300,000

No. URAIAN FREKUENSI VOLUME JUMLAH (RP)

B PERJALANAN/SURVEY1 DUSUN I 2 Hari 2 orang 650,000 2,600,000 2 DUSUN II 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 3 DUSUN III 2 Hari 2 orang 650,000 2,600,000 4 DUSUN IV 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 5 DUSUN V 2 Hari 2 orang 650,000 2,600,000 6 DUSUN VI 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 7 DUSUN VII 1 Hari 2 orang 550,000 1,100,000 8 DUSUN VIII 2 Hari 2 orang 700,000 2,800,000 9 DUSUN IX 2 Hari 2 orang 700,000 2,800,000

10 Diskusi penentuan Survey 1 Kali 0 0 208,000 208,000 11 Diskusi Hasil Survey 1 Kali 0 0 228,800 228,800 12 Diskusi Hasil FGD 1 Kali 0 0 332,860 332,860 13 Diskusi Hasil FGD 1 Kali 0 0 170,000 170,000 14 Diskusi Pengolahan Data 1 Kali 0 0 184,800 184,800 15 FGD (Akomodasi dan Transportasi) 2 Kali 18 orang 200,000 7,200,000 16 Nasi Kotak dan AQUA Botol 600 ml 1 Kali 25 orang 28,500 712,500 16 Konsumsi (Snack) 1 Kali 20 Kotak 8,500 170,000 16 Diskusi Penyempurnaan Data 1 Kali 0 0 338,500 338,500 17 Diskusi Penyempurnaan Laporan Kemajuan 1 Kali 0 0 302,170 302,170 18 Diskusi Penyempurnaan Laporan Akhir 1 Kali 0 0 162,000 162,000 19 Diskusi Penyempurnaan Laporan Akhir 1 Kali 0 0 407,000 407,000

HARGA SATUAN (RP)

HARGA SATUAN (RP)

Page 46: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

20 Seminar Luar Negeri (ICOPOSDEV) 1 Kali 1 Paket 2,250,000 2,250,000 TOTAL 30,466,630

C BAHAN HABIS PAKAI1 Bahan ATK 1 set 1 paket 660,000 660,000 2 Fotocopy angket 1115 lembar 1 Paket 350 390,250 3 Fotocopy materi FGD 965 lembar 1 Paket 350 337,750 4 Fotocopy wawancara 25 lembar 1 Paket 350 8,750 5 Pembelian Soevenir survey 28 lusin 1 paket 35,500 994,000 6 Seminar KIT FGD 20 Buah 1 paket 45,500 910,000 7 Pulsa Internet 9 GB Telkomsel 3 Kali 3 paket 90,000 810,000 8 Pulsa (50.000) 4 orang 4 paket 53,000 848,000 9 Pulsa (100000) 3 orang 3 paket 102,000 918,000

10 Catridge printer 1 Kali 8 paket 100,000 800,000 11 Fotocopy Laporan Kemajuan 650 lembar 1 paket 350 227,500 12 Pencetakan 1 Kali 10 unit 65,000 650,000 13 Fotocopy Laporan Akhir 750 lembar 1 paket 350 262,500 14 Pencetakan dan Jilid 1 Kali 10 set 110,000 1,100,000 15 Pembelian Buku Pendukung Penelitian 1 Kali 12 Buku 102,500 1,230,000 16 Pembuatan SK Model Kelompok Masyarakat Kreati 1 Kali 1 paket 1,000,000 1,000,000 10 Langganan Jurnal 1 Kali 10 edisi 150,000 1,500,000

TOTAL 12,646,750

D SEWA1 Sewa Perangkat Penelitian 1 Kali 1 Paket 5,950,000 5,950,000 2 Sewa Mobil + Supir + Minyak 3 Kali 1 Unit 650,000 1,950,000 3 Sewa Sound System 1 Kali 1 set 700,000 700,000

TOTAL 8,600,000

TOTAL KESELURUHAN 70,013,380

Page 47: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 48: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

KUESIONER PENELITIAN

A. Judul PenelitianPenerapan Pendekatan Partisipatoris Dalam Pemberdayaan Masyarakat DesaPesisir Untuk Mewujudkan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014 Tentang Desa

B. Petunjuk Pengisian1. Daftar pertanyaan yang ada di kuesioner penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh jawaban dari responden dalam rangka pengembangan ilmupengetahuan, khususnya di bidang ilmu administrasi negara.

2. Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut Anda sesuaidengan kondisi dan fakta yang ada.

3. Terima kasih atas kesediaan dan partisipasinya dalam menyukseskanpenelitian ini.

C. Identitas Responden1. No. Responden :2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan3. Usia :

a. 20 – 30 Tahunb. 31 – 40 Tahunc. 41 – 50 Tahund. 50 tahun ke atas

4. Pekerjaan :a. Petanib. Pedagang/Wiraswastac. PNSd. Nelayane. Ibu Rumah Tanggaf. Dan lain-lain

D. Kesejahteraan Masyarakat1. Pendapatan Utama/bulan : Rupiah2. Pendapatan Sampingan/bulan: Rupiah3. Pengeluaran/bulan : Rupiah

a. Kebutuhan Makanan : Rupiahb. Kebutuhan Pakaian : Rupiahc. Kebutuhan Pendidikan : Rupiahd. Kebutuhan Kesehatan : Rupiah

4. Jumlah Hari Kerja : Hari

E. Potensi Desa1. Sumber-sumber daya alam, apa yang Bapak/Ibu ketahui di Desa Paluh

Manan? (Boleh dijawab lebih dari 1)Pertanian :Perkebunan :Perikanan :

Page 49: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Dan lain-lain :

2. Bagaimanakah kondisi sumber daya alam yang Bapak/Ibu ketahuitersebut?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:

3. Bagaimanakah peran kepala desa dalam pengelolaan dan pelestariansumber daya alam tersebut?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:

4. Bagaimanakah peran tokoh masyarakat (pemuda, agama, pendidikan danlainnya) dalam pelestarian dan pengelolaan sumber daya?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:

5. Apakah ada program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan olehpihak pemerintahan Desa Paluh Manan? (boleh dijawab lebih dari 1)a. Pendidikanb. Ekonomic. Kesehatand. Pembangunan(sebutkan nama programnya)

6. Program pemberdayaan apakah yang sering Bapak/Ibu ikuti dan terlibatlangsung dalam kegiatan tersebut? (boleh lebih dari 1)

a. Pendidikanb. Ekonomic. Kesehatand. Pembangunan(sebutkan nama programnya)

Page 50: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

7. Bagaimanakah kemampuan pemerintahan desa dalam melaksanakanprogram pemberdayaan masyarakat di Desa Paluh Manan?a. Bagus b. Tidak BagusAlasannya:

8. Apakah program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintahmemberikan manfaat yang besar bagi Bapak/Ibu?a. Besar b. Tidak BesarAlasannya:

9. Setelah mengikuti program pemberdayaan yang Bapak/Ibu ikuti, apakahdapat mengembangkan kesejahteraan kehidupan Bapak/Ibu?a. Bisa b. Tidak BisaAlasannya:

10. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu tingkat aksesibilitas (tanggung jawab)masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat?Alasannya:

Page 51: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

DAFTAR WAWANCARA

1. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, sikap masyarakat untuk melakukanperubahan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup?

2. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, tingkat kehidupan masyarakat di DesaPaluh Manan?

3. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, kondisi kehidupan masyarakat di DesaPaluh Manan? Apakah termasuk kategori produktif setelahterselenggaranya program pemberdayaan masyarakat?

4. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, tingkat partisipasi masyarakat dalamprogram pemberdayaan masyarakat?

5. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, tingkat kemampuan masyarakat untukproses memperbaiki diri dalam mewujudkan perubahan?

6. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu, dampak pelaksanaan pembangunanyang melibatkan masyarakat khususnya program pemberdayaanmasyarakat?

Page 52: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Department of Public AdministrationUniversity Sumatera Utara in Cooperation with :Indonesian Association for Public Administration

INTERNATIONALCONFERENCEon Public Policy, Social Computing and Development

Public Policy for Inclusive and Sustainable Development

e-mail: [email protected] website: icoposdev.usu.ac.idTelp : Rudi : +6285261265977 | Rizki : +6282167897520

August 22, 2017

Name : Irwan Syari

Affiliation : University of Muhammadiyah North Sumatra

Dear Irwan Syari, Siti Hajar and Elvita Yenni

Greetings from ICOPOSDev!

Congratulations! Your abstract has been accepted for paper presentation in ICOPOSDev 2017 on

“Public Policy for Inclusive and Sustainable Development”, which will be held in Medan, North

Sumatera, Republic of Indonesia on 20th October 2017 with the title: “Empowerment

Community Coastal Through Village Potential”

Please submit your full paper and powerpoint presentation on the topic via e-mail

([email protected]). The files should be submitted not later than 15 September 2017. We will

soon be contacting you for the date, time, and location of your presentation. If there is anything

we can do to assist you in your preparations for this conference, please do not hesitate to contact

the ICOPOSDev Secretariat via phone (085261265977) or e-mail ([email protected]).

Again, we congratulate you, and we look forward to seeing you in Medan.

International Conference on Public Policy, Social Computing and Development (ICOPOSDEV) 2017Jl. Prof. A. Sofyan, Kampus USU, Padang Bulan, Medan Baru, Medan, 20155

IndonesiaHttp://icoposdev.usu.ac.id

e-mail : [email protected]

Page 53: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

1

EMPOWERMENT COMMUNITY

COASTAL THROUGH VILLAGE

POTENTIAL

Irwan Syari Tanjung1, Siti Hajar1,2, Elvita Yenni1,3

Faculty of Social and Political Sciences,

University Muhammadiyah of North Sumatra

Medan.

Tel: 061-6624567

E-mail: [email protected]

Abstract: Empowerment of coastal villagers as

one of the government programs to support the

distribution of development through the

development of village potential both human and

natural resources. Development of village potency

especially in coastal village aim to improve

village progress so that able to compete according

to national development goal that is to realize

prosperous society, independent and competitive.

The village community empowerment program in

an effort to improve the ability of people in all

fields, in particular creating creativity to produce

an independent and prosperous society. The

ability of these communities must also be

supported by the mindset of the community that

can support any activities undertaken in the

Pesisir Village, especially the Paluh Manan

Village. Community empowerment is also a

concrete manifestation to increase community

participation in every development program

because the key to the success of development can

not be separated from the direct involvement of

the community in the implementation of

development. The empowerment of coastal

communities through the potential of villages is

also expected to be a tangible manifestation in

implementing village legislation in promoting the

village. Therefore, prior to developing the

potential of the village, this community

empowerment activity is carried out by grouping

the potential of the village that can be developed,

then forming a team or group at the village level

who served as the controller and supervisor in the

implementation of coastal community

empowerment through the development of village

potency.

Keywords: empowerment, coastal communities

and village potential

Introduction

Equity of development needs to be implemented

in every area of life, because it is related to the

development and progress of a particular area of

the village. Development of village progress is

also concerned with creating a society that is able

to compete and face the challenges of

globalization.

The main issue that needs the empowerment of

rural community to realize prosperous society as

expected in the implementation of UU No. 6 Year

2014 About the Village, is still lack of education

level of society, lack of clean environment

management so often face health problem, low of

mindset of society for village management. This is

the main reason for the need for a participatory

approach in realizing a prosperous society,

especially coastal areas.

Implementation of community empowerment

aims to improve community welfare and creativity

of the community empowered through the

potential and excellence of the village and its

community. The potential development of rural

communities is one solution that can be applied in

realizing the progress of the village.

Community empowerment is a continuous

program that deals with developing conditions and

situations of potentially powerful people's

development. This community empowerment

program is also one of the important programs in

the distribution of development as a concrete

manifestation of the reality and demands of

society.

Review of Literature

1. Empowerment

Page 54: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

2

Empowerment can be interpreted as the

acquisition of strength and access to resources to

earn a living. Arsiyah, DKK (2009) states that the

concept of empowerment is a new paradigm in

community development involving the

community in development activities both in

planning, implementation and evaluation. Ife in

Zubaedi (2014) identifies several types of

strengths people have and can be used to empower

them:

a. The power of personal choice.

Empowerment efforts are done by giving

people the opportunity to make personal

choices or opportunities for a better life.

b. Strength in determining its own needs.

Empowerment is done by assisting them

to formulate their own needs.

c. Power in freedom of expression.

Community empowerment is done by

developing their capacity for free

expression in the form of public culture.

d. Institutional strength. Empowerment is

done by improving the accessibility of the

community to the institutions of

education, health, family, religious, social

welfare system, government structure,

media and so forth.

e. The power of economic resources.

Empowerment is done by increasing

accessibility and control over economic

activity.

f. Strength in reproductive freedom.

Empowerment is done by giving freedom

to the community in determining the

process of reproduction.

Thus, the empowerment of the village community

is the development undertaken for the community

by increasing knowledge, skills to improve the

ability to determine its own future and participate

in influencing its own life.

2. Coastal Communities

The term coastal area, is an area directly adjacent

to the edge of the beach or sea. Amanah (2010),

states that coastal communities have a distinctive

life, faced directly in harsh ecosystem conditions,

and the source of life that relies on the utilization

of coastal and marine resources. Theoretically

coastal communities are defined as people who

live and conduct socio-economic activities related

to ocean resources so as to have a high degree of

dependence on seafood. While Mubyarto (2002)

coastal communities, especially fishermen in

general, are categorized as poorer than farmer

families or craftsmen.

The physical condition of the settlements and the

livelihoods of the coastal villagers is divided into

three categories: permanent home (qualified

health), semi-permanent house (enough to meet

health requirements), non-permanent house (less

or no health requirements). However, in general

the condition of coastal community settlements

more to non-permanent homes. There are several

characteristics of coastal communities proposed

by Wignyosoebroto (2009), namely:

a. Greatly influenced by the type of activity

b. Greatly influenced by environmental

factors, seasons and markets

c. Structure of society that is still simple and

not entered by outsiders. This is because

both culture, living order and community

activities are relatively homogeneous and

each individual feels the same interests

and responsibilities in implementing and

overseeing mutually agreed laws.

d. Most coastal communities work as

fishermen.

3. Village Potential

The development and progress of the village

depends on the village's potential. Some of the

potentials of the village include the various

natural (physical) and human (non-physical)

resources owned by a village and have benefits for

the survival of the village. Maksudin (2001),

which are included in the village potential are:

Physical potential, including:

Page 55: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

3

a. Land, including minerals and minerals,

sources of crops that are a source of

livelihood, food and shelter.

b. Water, including water resources,

conditions and water system for irrigation,

agriculture and daily living needs.

c. Climate, its role is very important for

agrarian villages.

d. Livestock, as a source of energy, food and

income.

e. Man, as a potential man power (power

man) both land processors and producers

in the field of agriculture, as well as

industrial workers in the City.

Non-physical potential, including:

a. Villagers living based on mutual

cooperation and can be a force of

production and building power on the

basis of cooperation and mutual

understanding.

b. Social institutions, education and social

organizations that can provide social

assistance and guidance to the

community.

c. Apparatus or village opportunity, to

maintain order and security for the

smoothness of village government only.

Execution Method

This research is conducted with survey research,

which aims to know the potential and advantages

possessed by the village of Paluh Manan. Survey

data obtained will be grouped based on the

grouping of potential villages so that it can be

known the advantages of each potential owned by

the village of Paluh Manan.

Results

The diversity of village potentials that can be

developed in accordance with community choices

and capabilities. The most potential villages in the

village of Paluh Manan are in the field of fishery /

aquaculture and agriculture. This is in accordance

with the level of community livelihood of

fishermen and farming. This livelihood is the

dominant work done by the village community.

The potential of the village owned by Paluh

Manan Village, in its development process to

support the community empowerment program

has constrained the low level of education and

knowledge of the community about the

management of village potency. The number of

natural conditions that have to get special

attention related to empowerment. One example

put forward by the fishing community leaders is

that they cannot cultivate waste from their

aquaculture.

The preservation and management of resources

that ultimately become the potential of a region is

not as easy as turning the palms so it takes the

involvement of all parties. One of the parties

expected to be directly involved in conservation

and management activities with community

empowerment programs is community leaders.

The involvement of community leaders in Paluh

Manan Village is one of the keys to the success of

the development program, especially the

empowerment of the community.

Implementation of community empowerment,

especially coastal village community should be

extra attention. One of them is the ability and

expertise that exist in the Village Government so

that it can support community empowerment

program. The ability of village officials in the

Village Government of Paluh Manan is still

relatively minimal and cannot support the

activities undertaken so that needed experts who

can provide solutions and knowledge in the

implementation of community empowerment.

Page 56: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

4

The majority of the community's livelihood of

fishermen and farmers. However, some of these

communities do not have the skills to support their

work. The fishermen in this village of Paluh

Manan ± 65% have no identity and cannot read.

So also with the farmers, so it becomes a

fundamental problem to develop the creativity and

progress of this village.

In agriculture too, people working as farmers

cannot cultivate resources from agricultural land

because of the low ability to produce their crop

productivity. Fish, shrimp and crab farming are

also categorized as farmers. In terms of cultivating

production output is also relatively low so it takes

permanent control and control so that it can

produce productive results such as seeds and food.

Farmers of fishponds and fishermen are far

different characteristics in cultivating and

cultivating the potential that exists. Fishermen are

open access who seek results by moving to get

maximum results and the risk of fishing jobs is

also quite high. Fishermen have a hard character,

firm and open.

Community work in Paluh Manan Village,

everyone can be a fisherman and farmer. Their

work depends on natural conditions and

supporting ecosystems. Firth (in Zubaedi: 2014)

says the fisherman community has a resemblance

to the peasant society, namely that the nature of its

business is small with simple equipment and

market organization; exploits that are often related

to cooperative issues; largely relies on subsistence production; and has a diversity in the level and

behavior of its economy.

Conclusion

The development of village potentials requires the

participation of various parties in the management

and preservation. Village potential is needed to

support development programs, especially

community empowerment. The each village must

be able to classify the potential of the village

owned so that it can be the advantage of the

village for implementation of community

empowerment, especially coastal areas. The

progress of coastal areas depends on the potential

of both natural and human resources, it is

necessary community empowerment program to

develop the potential of the village so as to

achieve the goal of improving the welfare of

community.

REFERENCES

Aminah, Siti. Gondang Bakau dan Orang Pesisir.

Ashoka Indonesia: Bandung. 2000

Asiyah., Ribawanto, Heru dan Sumartono.

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan

Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan

Masyarakat Industri Kecil Krupuk Ikan di Desa

Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten

Sidoarjo), Jurnal WACANA Volume 12 Nomor 2

April Tahun 2009 ISSN 1411 – 0199, Universitas

Brawijaya: Malang.

Mubyarto. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa

Tengah Dalam Era Otonomi Daerah. Jurnal

Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun I Nomor 9 –

November 2002. www.ekonomirakyat.org.

Maksudin. Strategi Pengembangan Potensi dan

Program Desa Binaan/Mitra Kerja IAIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta. Aplikasia, Jurnal Aplikasi

Ilmu-ilmu Agama, Volume 11 No.2 Desember

2001

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa

Wignyotosoebroto, Soetandyo. Dakwah

Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi

Metodologi. Pustaka Pesantren: Yogyakarta. 2009

Zubaedi. Pengembangan Masyarakat (Wacana

dan Praktik). Kencana: Jakarta. 2014

Page 57: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 58: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Irwan Syari Tanjung

Empowerment Community CoastalThrough Village Potential

1

Empowerment Community CoastalThrough Village Potential

Rp 2.250.000 Rp 2.250.000

Rp 2.250.000

Total Rp 2.250.000

two million two hundred fifty thousand

Page 59: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Application of a Participatory Approach in Empowering Coastal Villages

Siti Hajar1, Irwan Syari Tanjung1,2,Faculty of Social and Political Sciences, University Muhammadiyah of North Sumatra Medan.

Tel: 061-6624567

E-mail: [email protected]

Abstract

The success of development cannot be separated from high community participation in every

implementation of development carried out. Equity of development is needed in improxing

the potential of both the village of human resources and natural resources. The development

of village potency which is owned by villagers especially coastal area can improve the

progress of the village so that it can be a competitive village according to national

development goal that is to create a prosperous, independent and competitive society. This is

related to supporting government programs in facing the callenges of the Asean Economic

Community (MEA). Thus, an approach is needed that can support the empowerment of

coastal village communities so as to increase community participation in the implementation

of development as set forth in act No. Year 2014 on the village. The approach is conducted by

the method of partisipatory rural appraisal (PRA), with this approach is expected to encourage

coastal communities to support development programs implemented in the village. The

purpose of this study is to identify the potential of villages and classify the potentials into

advantages and weaknesses so as to analyse the model of coastal community empowerment.

This research with further survey research conducted SWOT analysis to produce models of

coastal community empowerment.

Keywords: participatory approaches, empowerment and coastal village communities

1. Introduction

Development carried out equally in every area of life is needed in the development

and progress of society, especially at the village level. The development and progress of

society is needed to face the challenge of Asean Economic Community (MEA). Thus,

villagers must also be prepared to be able to compete at the international level, so to support

the development of the village community’s capacity required a village development program.

The success of the program is not inseparable from the participation of the community

Page 60: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

it self. One of these programs is regulated in act No. 6 Year 2014 on the village, which is the

empowerment of rural communities as an effort that can develop independence and welfare

by increasing knowledge, attitude, skills, behavior, ability, awareness, and utilizing resources

through policy setting, programs, activities and assistance that match the essence of the

problem and priority needs of the village community.

The main issue that needs the empowerment of rural community to realize prosperous

society as expected in the implementation of act No. 6 Year 2014 About especially in the

suburbs of Hamparan Perak Subdistrict is the lack of public education level, the lack of clean

environment management so often facing problems health, low public mindset for village

management and support for every government program policy, low income so that every

invited to do cooperation to build village the reason is money. This is the main reason for the

need for a participatory approach in realizing a prosperous society, especially the coastal

areas.

The participatory approach applied in the empowerment of rural village communities

is carried out through a participatory rural appraisal (PRA) method which aims to provide an

understanding to the community to learn about the conditions and rural life from, with and by

villagers themselves, to produce program designs according to their needs. As suggested by

Chambers, (1996) suggests that participatory rural appraisal (PRA) is an approach and

method for studying rural conditions and life from, with and by village communities.

Through a participatory approach it is expected to encourage coastal communities to

support all government policies, in which the community as planning, implementers and

supervisors. Participatory approach applied in the empowerment of coastal communities is

expected to change the pattern of community life in all areas so as to realize the welfare of

society that has been regulated in act No. 6 of 2014 About the Village.

2. Review of Literature

2.1 Participatory Approach

The participatory approach is a Community Based Approach, which assesses the high

level of community participation in the processes of problem formulation and planning, with

outsiders as facilitators so that the views from within the community it self are the main

approach. Kristanto (1997), suggests that this approach is done with a bottom-up planning

(bottum-up strategy). Meanwhile, Riyadi and Bratakusumah (2005), said that the participatory

Page 61: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

approach was conducted using Participatory Rural Appraisal (PRA) methodology as a method

of learning about the condition and rural life from, with and by the villagers them selves and

aims to produce a program design that is more in line with the desires and circumstances

community.The PRA method is not only a process of understanding, but analysis, planning and

action so that the approach can enable villagers, especially the coastal communities to share,

improve and analyze community knowledge about village conditions and life and make plans

and actions. Participatory approach through Participatory Rural Appraisal (PRA) emphasizes

that target communities have the ability to control and even change the programs that have

been issued by development planners.Involving the community in every village development program that particularly

empowers the village community. Asnudin (2009) programs with participatory approaches for

the foreseeable future activities are needed and implemented on an ongoing basis.

2.2 Empowerment of Coastal Village Communities

Empowerment is always associated with the discourse of community development and

is associated with the concept of self-reliance, participation, networking and justice. The term

empowerment was born as an antithesis to the model of development and a model of

industrialization that is less favorable to the majority. Empowerment can be interpreted as the

acquisition of strength and access to resources to earn a living. Arsiyah, DKK (2009) states

that the concept of empowerment is a new paradigm in community development involving the

community in development activities both in planning, implementation and evaluation.

Act No. 6 Year 2014 on the Village Article 1 Paragraph 12, explains that the

empowerment of rural communities is an effort to develop the independence and welfare of

the community by increasing knowledge, attitude, skills, behavior, ability, awareness, and

utilizing resources through the establishment of policies, programs, activities and mentoring

that match the essence of the problems and priorities of the villagers' needs.

The term coastal area, is an area directly adjacent to the edge of the beach or sea.

Amanah (2010), states that coastal communities have a distinctive life, faced directly in harsh

ecosystem conditions, and the source of life that relies on the utilization of coastal and marine

resources. Theoretically coastal communities are defined as people who live and conduct

socio-economic activities related to ocean resources so as to have a high degree of

dependence on seafood.

Page 62: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Mubyarto (2002) coastal communities, particularly fishermen in general, are

categorized as poorer than farm families or craftsmen. This poverty is characterized by

fluctuating income, consumptive spending, low levels of community education, available

institutional units that do not support income distribution, the potential for family labor (wife

and child) has not been well utilized, and access to capital is low.

Coastal communities are generally a group of people who utilize marine resources so

that most of the population livelihoods in the marine sector and the rest consists of traders and

farmers. Yet more of them are subsistent, living their businesses and economic activities to

support their own families, on such a small scale that the results are sufficient to meet the

needs of the very short time frame.

The physical condition of the settlement and the life of the coastal communities is

divided into three categories: permanent house (qualified health), semi permanent house

(enough to meet health requirements), non permanent house (less or no health requirements).

However, in general the condition of coastal community settlements more to non-permanent

homes.

3. Methodology

The method used is survey method. Survey study is a study conducted on a big or

small number of populations, but the data analyzed is the data from the sample taken from

the population, so there will be some relative events, distribution and the relationships among

the sociological and psychological variables. (Pasolong, 2012) Therefore, this study method is

also called as sample survey that measuring the study variables related to the characteristics of

a particular unit of observation. This study is analyzed by SWOT approach with focus grup

discussion (FGD).

4. The Results

The development of village potency through grouping of excellence owned by village

is one of solution to empower village community especially in coastal area. The advantages

possessed by the village can be characteristic of the village, let alone in introducing the

uniqueness of each village.

Related to the empowerment of villagers as well as potential and excellence is the

most important thing for the success of the development program. These potentials and

Page 63: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

advantages must also be analyzed by the SWOT so that it looks well and correctly what are

the strengths and weaknesses and opportunities and challenges that exist in the village

development.

The implementation of community empowerment is also linked to market

interventions aimed at opening up opportunities from the potential and excellence of the

village, as does the village of Paluh Manan. Opportunities expected by rural communities are

related to how to market and assist them in increasing the production of processed products

from their potential. Related to this, it is very necessary the role of village government to

support the potential management of village communities in particular aimed at improving the

welfare of the community. Based on act No. 6 of 2014 on villages that the government is

obliged to undertake community empowerment related to the development of village potency

and excellence.

The solution offered by the government through the implementation of the village

policy is the best use of village funds. However, in reality not all villages can optimize the

allocation of village funds to community empowerment programs. This is due to the lack of

knowledge and ability of village administration in managing the village budget. In accordance

with research conducted by TSL, et.al (2013) that the management of village fund allocation

can be an obstacle factor in the implementation of community empowerment program in fact

from the allocation of funds can support community empowerment in improving creativity,

welfare and employment for the community.

Community empowerment is one program that can encourage the improvement of

village stability in creating a potentially good and stable village. Community empowerment is

also a process of structural change in society in the fulfillment of basic needs and social order.

One of the supporting factors in community empowerment proposed by Labaran, et.al (2014)

that the government's efforts to increase public knowledge in the form of production and

capital assistance.

Thus, the important role of government in the success of community empowerment

programs, especially in coastal areas. Paluh Manan village, is one of the villages that can

potentially be developed both from the community and the advantages of the village.

However, in the process of development there are many obstacles and obstacles that must be

solved that is the level of education, level of knowledge of the community as well as the

ability of human resources of village governance is still relatively low.

Page 64: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

The role of government is needed in the development process carried out on the

potential and excellence of the village, especially the community empowerment program. The

role of village government in the village of Paluh Manan is still not maximal due to the

inadequate ability of apparatus to provide direction and insight related to community

empowerment.

Not optimal the implementation of community empowerment in the village of Paluh

Manan also caused by the lack of institutions that overshadow the community in improving

the creativity of the community derived from the potential and excellence owned by the

village. Community empowerment needs to be done because of the demands of society with

regard to social, economic, political and cultural problems in line with the times.

5. Conclusion a. Creative community groups formed the results of surveys and discussions with several

parties to support community empowerment activities in coastal villages, especially

the Paluh Manan Village.b. Through the formation of creative community groups it is known that the participation

of community groups in community empowerment activities through village

development programs has not been optimal for the development of potential and

excellence of the village as the largest capital for the progress of the village.c. This research produces a model of community empowerment of coastal villages

named as creative community group (KMK).

References

Aminah, Siti. 2000. Gondang Bakau dan Orang Pesisir. Ashoka Indonesia: Bandung.

Asiyah., Ribawanto, Heru dan Sumartono. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Pembangunan Ekonomi Desa (Studi Kasus Pemberdayaan Masyarakat Industri Kecil

Krupuk Ikan di Desa Kedungrejo, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo), Jurnal

WACANA Volume 12 Nomor 2 April Tahun 2009 ISSN 1411 – 0199, Universitas

Brawijaya: Malang.

Page 65: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Asnudi, Andi. 2009. Pendekatan Partisipatif dalam Pembangunan Proyek Infrastruktur

Perdesaan di Indonesia, Jurnal SMARTEK Volume 7 Nomor 4 Tahun 2009, Universitas

Tadulako, Palu akses Portal Garuda.

Chambers, Robert. 1996. PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif. Kanisius dan Oxfam:

Yogyakarta.

Kistanto, Nurdin. 1997. Menuju Paradigma Penelitian Sosial yang Partisipatif Jurnal Prisma

Nomor 1 Edisi Januari 1997: Semarang.

Labaran, Asran, Muhammad Z. et.al. 2014. Peran Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan

Masyarakat Petani Kakao di Desa Taan Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju.

Jurnal Otoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume IV No. 1 Edisi April 2014;

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Maksudin. 2001. Strategi Pengembangan Potensi dan Program Desa Binaan/Mitra Kerja IAIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Aplikasia, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, Volume 11

No.2 Desember 2001

Mubyarto. 2002. Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah Dalam Era Otonomi Daerah.

Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun I Nomor 9 – November 2002.

www.ekonomirakyat.org.

Pasolong, Harbani. 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik, Alfabeta: Bandung.

Riyadi dan Supriady, Deddy Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah

(Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah), Gramedia Pustaka

Umum: Jakarta

TSL, Octrian, et.al. 2013. Implementasi Program Alokasi Dana Desa dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Desa Punagaya Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Jurnal

Otoritas (Jurnal Ilmu Pemerintahan) Volume III No. 1 Edisi April 2013; Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Page 66: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Zubaedi. 2014. Pengembangan Masyarakat (Wacana dan Praktik). Kencana: Jakarta.

Application of a Participatory Approach in Empowering Coastal Villages

Siti Hajar1, Irwan Syari Tanjung1,2,Faculty of Social and Political Sciences, University Muhammadiyah of North Sumatra Medan.

Tel: 061-6624567 E-mail: [email protected]

Received: September XX, 201X Accepted: Desember XX, 201X Online Published: Februari XX, 201X

doi:10.5539/ URL: http://dx.doi.org/

(If you submit your article through the online submissions system, please submit this file as supplement.)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suggested Reviewers (Optional)

Please suggest 3-5 reviewers for this article. We may select reviewers from the list below in case we have noappropriate reviewers for this topic.

Name: E-mail:

Affiliation:

Name: E-mail:

Affiliation:

Name: E-mail:

Affiliation:

Name: E-mail:

Affiliation:

Name: E-mail:

Affiliation:

Page 67: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

LAMPIRAN PRODUK PENELITIAN

HASIL FGD

DRAFTPANDUAN PELAKSANAAN

PEMBENTUKAN MODEL KELOMPOK MASYARAKAT KREATIF (KMK)

I.PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang disertai dengan kemajemukan

suku, bahasa dan agama, serta memiliki keunikan atau ciri khas yang lain yaitu dilihat dari

letak geografis daerah yang berada digaris khatulistiwa yang kemudian menyebabkan

terjadinya perbedaan waktu dan pembagian daerah yaitu Indonesia Timur, Indonesia Barat

dan Indonesia Tengah. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan suatu metode yang dapat

diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan. Metode yang digunakan harus dapat

memperhatikan keanekaragaman daerah dan keunikan daerah untuk melakukan

pengembangan pembangunan di segala bidang kehidupan. Salah satu metode yang digunakan

adalah metode partisipatory rural appraisal (PRA).

Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan sangat bertumpu kepada keikut sertaan

masyarakat dalam setiap program pembangunan khususnya pemberdayaan masyarakat,

sebagai kunci keberhasilan pembangunan. Tujuan pelaksanaan pembangunan dalam bentuk

pemberdayaan masyarakat ini adalah untuk melakukan penanggulangan kemiskinan sebagai

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan implementasi Undang-undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa,

tujuan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adalah mewujudkan masyarakat yang

sejahtera, mandiri dan kreeatif. Dengan demikian, masyarakat adalah sebagai pelaku

pembangunan dalam setiap program yang dilahirkan dan yang menerima manfaat langsung

dari keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah

diberlakukan.

Melalui upaya yang dilakukan dengan model kelompok masyarakat kreatif diharapkan

dapat meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya dalam program pemberdayaan

masyarakat. Oleh sebab itu, pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan juga

pengembangan pembangunan partisipatif masyarakat yang harus memiliki persiapan-

persiapan tidak saja menyangkut masalah teknis pembangunan tetapi juga pemahaman

terhadap arah kebijakan yang telah disepakati. Selanjutnya model kelompok masyarakat

kreatif ini akan melakukan metode Partisipatory Rural Appraisal (PRA) dalam pelaksanaan

1

Page 68: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

pemberdayaan masyarakat, yang merupakan salah satu tahapan dalam melakukan

pembangunan partisipatif.

II. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan Sasaran pembangunan partisipatif adalah:

Tujuan:

a. Memberdayakan masyarakatb. Mengaktifkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunanc. Mengefektifkan kinerja pemerintahan desad. Mengaktifkan peran dan kepedulian stakeholder (pengusaha) terhadap masyarakate. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan stakeholder

Sasaran:

a. Kelompok Masyarakat Penerima Manfaat Program Pembangunan khususnya

pemberdayaan masyarakatb. Pemerintahc. Stakeholder (Pihak Swasta)

III. METODE PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

Metode yang digunakan dalam pengembangan pembangunan partisipatif adalah

metode partisipatory rural appraisal (PRA). Langkah awal yang dilakukan dalam metode ini

adalah menemukan masalah dan potensi pembangunan yang ada di desa. Selanjutnya suatu

gambaran tentang kondisi kehidupan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya sehingga

menghasilkan rancangan program yang lebih sesuai dengan kehidupan masyarakat.

Pelaksanaan pengembangan pembangunan partisipatif melalui kelompok masyarakat

kreatif dilakukan oleh tim dan dilaksanakan dalam kurun waktu 6 hari sampai 4 minggu.

Tugas tim adalah menggali sebanyak mungkin informasi kemudian mengamati dan

melakukan wawancara langsung kepada masyarakat.

IV. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KELOMPOK MASYARAKAT KREATIFa. Membentuk kelompok-kelompok masyarakat

1. Menetapkan nama-nama kelompok2. Menyiapkan program yang dilaksanakan3. Memberikan panduan pelaksanaan kegiatan

b. Melaksanakan kegiatan1. Menyusun daftar pelaksanaan kegiatan2. Menentukan kelompok-kelompok sesuai dengan pembagian tugas yang telah

diberikan.3. Mempersiapkan sarana dan prasarana kegiatan

2

Page 69: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

c. Prinsip kegiatan1. Kerjasama yang dilakukan antara pemerintah, masyarakat dan stakeholder2. Menghasilkan program kerja yang dapat memberikan kontribusi bagi kelompok

masyarakat kreatif sebagai peningkatan kesejahteraan.3. Pemasaran sebagai peluang dalam memberikan pendapatan dari hasil kegiatan

yang dilakukan.

V. PENUTUP

Pembangunan partisipatif adalah pembangunan yang melibatkan peran serta

masyarakat, pemerintah dan stakeholder (pengusaha) dalam pembangunan. Keterlibatan

pihak-pihak ini dimulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan pembangunan.

Pelaksanaan pengembangan pembangunan partisipatif ini dilakukan dengan pembentukan

kelompok masyarakat kreatif.

3

Page 70: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

LAMPIRAN FOTO-FOTO TERKAIT PENELITIAN

1. Foto Penyebaran Angket

Keterangan: Salah satu foto yang diambil dalam penyebaran angket di Desa Paluh MananTahun 2017

Page 71: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum

Keterangan: Salah satu foto yang diambil dalam penyebaran angket di Desa Paluh MananTahun 2017

Page 72: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 73: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 74: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 75: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 76: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 77: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum
Page 78: Kode/Rumpun Ilmu: 624/Bidang Sosial Lain Yang Belum Tercantum