Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TRIGONOMETRI DENGAN MODEL
MATEMATIKA KNISLEY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS MATEMATIK MAHASISWA
Tahun ke satu dari rencana satu tahun
TIM PENGUSUL
Puji Nurfauziah, S.Pd., M.Pd. (Ketua)
NIDN. 0416068604
Veny Triana Andika Sari., S.Pd., M.Pd. (Anggota 1)
NIDN. 0409068702
Maya Siti Rohmah, M.Si., M.Pd. (Anggota 2)
NIDN. 0418038404
IKIP SILIWANGI November 2018
Dibiayai oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2018
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 772/Pendidikan Matematika
Bidang Fokus : Sosial Humaniora – Seni Budaya - Pendidikan
i
ii
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar matematika khususnya
pada materi trigonometri dengan model matematika knisley dan mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang menggunakan bahan ajar
trigonometri dengan model matematika knisley. Penelitian ini berfokus pada
pengembangan bahan ajar materi trigonometri dengan model matematika knisley
yang meliputi empat tahapan Concrete – reflective, Concrete – active, Abstract –
reflective, Abstract – active. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan
matematika semester empat. Metode dalam penelitian ini yaitu pengembangan
(developmental research) yang akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: desain
pendahuluan (preliminary design), percobaan desain (design experiment), analisis
restrospektif (restrospective analysis). Berdasarkan analisis data diperoleh hasil
bahwa bahan ajar trigonometri memiliki nilai validasi 3,17 yang berarti bahan ajar
jelas, respon mahasiswa terhadap bahan ajar memiliki respon positif sebesar 87%,;
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis mahasiswa yang pembelajaran
nya menggunakan bahan ajar trigonometri dengan model matematika knisley lebih
baik daripada yang tidak menggunakan bahan ajar.
Kata Kunci : bahan ajar trigonometri, model matematika knisley, berpikir kritis
matematik.
iii
PRAKATA
Laporan ini berisikan laporan akhir penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun
pertama dari satu tahun. Penelitian ini telah berjalan selama 5 bulan dan akan
diselesaikan pada bulan oktober 2018. Penelitian ini dilakukan untuk
mengembangkan bahan ajar trigonometri dengan menggunakan model matematika
knisley dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik
mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan bahan ajar trigonometri dengan
model matematika knisley.
Pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu terwujudnya penelitian ini:
1. Kemenristek Dikti yang telah memberikan hibah dana penelitian dosen
pemula pendanaan tahun 2018.
2. Dinno Mulyono, M.Pd, selaku Ketua LPPM yang telah memberikan fasilitas
kepada peneliti untuk mengusulkan hibah PDP
3. Dr. Rippi Maya, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pend. Matematika yang telah
membantu kegiatan penelitian.
4. Berbagai pihak yang telah membantu di dalam kegiatan penellitian ini.
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, berdasarkan hal tersebut kami sebagai
peneliti meminta kritik dan saran yang sangat diharapkan agar laporan selanjutnya
dapat diterima dengan baik.
Cimahi, 15 November 2018
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ..................................................................................... i
Ringkasan ........................................................................................................ ii
Prakata ............................................................................................................ iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
Daftar Tabel .................................................................................................... v
Daftar Lampiran ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Batasan Masalah ............................................................................ 2
D. Target Luaran ................................................................................ 3
E. Definisi Operasional ..................................................................... 3
F. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
A.Kemampuan Berpikir Kritis Matematik ......................................... 4
B. Model Matematika Knisley ........................................................... 4
C. Bahan Ajar Trigonometri ............................................................... 6
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .................................. 7
A. Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
B. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 8
A. Metode Penelitian ......................................................................... 8
B. Tahapan Penelitian ....................................................................... 8
C. Subjek dan Lokasi Penelitian ....................................................... 10
D. Teknik Analisis Data .................................................................... 10
Halaman
v
BAB IV HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI ................................... 13
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 13
B. Luaran yang Dicapai ..................................................................... 16
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Matematika Knisley .................................... 5
Tabel 3.1 Validasi Modul ................................................................................. 9
Tabel 3.2 Indikator Efektifitas Bahan Ajar ......................................................... 10
Tabel 3.3 Kategori Validasi ............................................................................. 11
Tabel 3.4 Kategori Efektivitas Bahan Ajar ...................................................... 11
Tabel 3.5 Klasifikasi N-Gain ............................................................................ 12
Tabel 5.1 Rekapitulasi Validitas Bahan Ajar ................................................... 13
Tabel 5.2 Analisis Angket Keefektivan Bahan Ajar .......................................... 14
Tabel 5.3 Uji Normalitas N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ........................ 15
Tabel 5.4 Uji Homogenitas N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ..................... 15
Tabel 5.5 Uji t’ N-gain Kemampuan Berpikir Kritis ....................................... 16
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Penerimaan Artikel Jurnal (tahap review) ............................ 20
Lampiran 2. Surat Keterangan Artikel akan Publish di Prosiding Semnas .......... 21
Lampiran 3. Sertifikat Seminar Internasional .................................................. 22
Lampiran 4. Bahan Ajar ................................................................................... 23
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum yang digunakan pada perguruan tinggi saat ini yaitu mengacu
pada KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Berdasarkan standar isi
pembelajaran mengenai tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran yang
terdapat di dalan peraturan mentri ristek dan dikti no. 44 tahun 2015 (Sugiharto, 2013),
seorang sarjana (S-1/D-4) harus Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
pengetahuan dan keterampilan tersebut secara mendalam. Dari standar tersebut dapat
diartikan bahwa seorang sarjana dengan program studi apapun harus menguasai teori –
teori yang berkaitan dengan program studinya yang selanjutnya dapat diterapkan pada
kehidupan bermasyarakat atau dapat dikatakan memiliki kemampuan di dalam dunia
kerja.
Subjek dari penelitian ini berfokus pada mahasiswa pendidikan matematika.
Output dari program studi pendidikan matematika adalah sebagai tenaga pengajar pada
bidang studi matematika di sekolah dasar/ sekolah menengah. Berdasarkan struktur
kurikulum pendidikan matematika sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan
(STKIP) Siliwangi Bandung yang merujuk pada KKNI, terdapat mata kuliah dasar
umum dan mata kuliah dasar khusus. Mata kuliah tersebut harus dikuasai oleh
mahasiswa yang mengikuti kegiatan perkuliahan. Dalam jenjang S-1 prodi pendidikan
matematika STKIP Siliwangi Bandung terdapat 147 – 150 SKS (Prodi Pend.
Matematika STKIP Siliwangi, 2013), yang merupakan pengembangan kurikulum oleh
perguruan tinggi sendiri PP 19 th 2005 Pasal 17 ayat 4, PP 17 th 2010 (Sugiharto,
2013). Berdasarkan output dari program studi matematika yaitu sebagai guru
matematika pada sekolah dasar atau menengah, jelas program studi akan memiliki ciri
khas mata kuliah yang disajikan di dalam perkuliahan. Salah satu mata kuliah yang
disajikan di dalam perkuliahan adalah trigonometri.
Mata kuliah trigonometri diberikan pada mahasiswa sebanyak 2 SKS. Mata
kuliah tersebut termasuk ke dalam mata kuliah dasar khusus yang diberikan sebagai
mata kuliah pokok yang harus dikuasai. Trigonometri merupakan salah satu mata
2
pelajaran yang diberikan pada sekolah menengah atas. Pada umumnya siswa merasa
kesulitan di dalam mempelajari trigonometri, dengan alasan trigonometri merupakan
materi yang sulit dan sukar untuk dikuasai. Berdasarkan data yang diperoleh dari
akademik STKIP Siliwangi (Akademik, 2015, 2016), nilai akhir trigonometri berada
pada rata-rata sedang menuju rendah. Oleh karena itu diperlukan pembaharuan di dalam
cara menyampaikan perkuliahan trigonometri dengan memberikan bahan ajar dengan
matematika knisley yang meliputi tahapan Concrete – reflective, Concrete – active,
Abstract – reflective, Abstract – active (Knisley, 2002).
Knisley (2002) mengemukakan mengenai kenyataan yang ia alami bahwa “ my
experience in teaching mathematics suggests that it is useful to view each learner as
progressing through the following four distinct stages of learning when acquiring a new
concept”. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam ruang kelas yang besar,
pembelajaran matematika dengan tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh knisley lebih
dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep baru. Di dalam tahapan knisley
pada saat tahap konkrit – reflektif, tahapan tersebut menuntut siswa untuk berfikir kritis.
Karena berfikir kritis dikatakan sebagai berfikir reflektif (Sumarmo & Hendriana,
2014).
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada kajian pengembangan bahan
ajar trigonometri dengan model matematika knisley untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematik mahasiswa. Rumusan penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengembangan bahan ajar trigonometri dengan matematika knisley?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang
pembelajarannya menggunakan bahan ajar trigonometri dengan model matematika
knisley?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian dilakukan pada kelas yang memiliki kemampuan matematik yang sedang.
Permasalahan yang akan dikaji dibatasi pada pengembangan bahan ajar
trigonometri.
2. Penelitian dilakukan bagi mahasiswa semester empat.
3
D. Target Luaran
Target luaran dari penelitian ini, yaitu:
1. Luaran wajib yaitu publikasi pada jurnal nasional tidak terakreditasi.
2. Bahan ajar trigonometri dalam bentuk modul yang dapat dijadikan panduan untuk
belajar mengajar.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada penelitian ini, perlu dikemukakan beberapa penjelasan sebagai
berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis matematik yaitu: 1) Memahami dan merumuskan
masalah, 3) Menganalisis iformasi, 4) Merumuskan konjektur, 5) Membuktikan
konjektur, 6) Menarik kesimpulan, 7) Melakukan evaluasi, 7) Mengambil
keputusan, 8) Melakukan estmasi dan generalisasi
2. Model matematika knisley meliputi tahapan : 1) konkret - reflektif, 2) konkret -
aktif, 3) abstrak - reflektif, 4) abstrak - aktif
3. Bahan ajar trigonometri merupakan lembaran-lembaran berisi materi trigonometri
dengan menggunakan model matematika knisley, yang terdiri dari materi-materi
trigonometri dan latihan-latihan trigonometri.
4. Materi trigometri dalam pengembangan bahan ajar ini meliputi materi:
perbandingan segitiga siku-siku dan perhitungan pada segitiga siku-siku, konsep
perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut berelasi dan grafik fungsi
trigonometri, konsep identitas trigonometri, persamaan dan pertidaksamaan
trigonometri, konsep aturan sinus dan aturan kosinus dan konsep luas segitiga,
rumus jumlah, selisih, sudut ganda, sudut tengahan, perkalian dan penjumlahan,
aplikasi trigonometri dalam menyelesaikan soal.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematik mahasiswa yang menggunakan bahan ajar trigonometri lebih baik daripada
yang tidak menggunakan bahan ajar trigonometri”.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Berpikir kritis merupakan proses berpikir seseorang untuk menjawab
persoalan yang non-rutin. Selain itu berpikir kritis juga dikatakan sebagai berpikir
reflektif yang beralasan dan difokuskan pada penetapan apa yang diyakini atau
dikakukan, Baron & Steinberg (Soemarmo & Hendriana, 2014). Berpikir kritis dibagi
menjadi delapan fungsi yang saling berelasi, yaitu : mempertanyakan isue,
merepresentasikan tujuan akhir, mengumpulkan data, mendefinisikan konsep dengan
teori-teori, membuat dugaan, menganalisis dari berbagai macam sudut pandang,
menginterpretasikan berbagai sudut pandang yang berbeda, implikasi dan konsekuensi
pemikiran, Paul & Elder (Inch, 2006).
Berpikir kritis matematis merupakan dasar proses berpikir untuk menganalisis
argumen dan menghasilkan gagasan terhadap tiap makna untuk mengembangkan pola
pikir secara logis (Jumaisyaroh, dkk, 2014). Berpikir kritis matematismerupakan
kemampuan yang sistematis untuk menggabungkan prngetahuan awal, kemampuan
penalaran matematis yang dapat digunakan di dalam menyelesaikan masalah matematis
(Widyaningtyas, dkk, 2015)
Terdapat beberapa indikator kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan
oleh Soemarmo dan Hendriana (2014) antara lain: memfokuskan pada pertanyaan;
menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban dan pendapat; memilih sumber
yang relevan; mengamati dan menganalisis deduksi; menginduksi dan menganalisis
induksi; merumuskan eksplanatori; membuat kesimpulan dan hipotesis; menarik
pertimbangan yang bernilai; menetapkan suatu aksi; dan berinteraksi dengan orang lain.
B. Model Matematika Knisley
Model pembelajaran matematika knisley merupakan pembelajaran yang
dikembangkan oleh Dr. Jeff Knisley yang menafsirkan teori belajar Kolb. Model
pembelajaran matematika knisley (MPMK) memiliki empat ciri khas,Felder, Hartman
(Knisley, 2002) mengemukakan empat gaya pembelajaran tersebut yaitu :
5
1. Concrete, reflective
2. Concrete, active
3. Abstract, reflective
4. Abstract, active
Mulyana (2009: 2) menjabarkan keempat gaya pembelajaran matematika knisley
yaitu :
1. Kongkrit–Reflektif: Guru menjelaskan konsep secara figuratif dalam konteks
yang familiar berdasarkan istilah-istilah yang terkait dengan konsep yang telah
diketahui siswa.
2. Kongkrit-Aktif: Guru memberikan tugas dan dorongan agar siswa melakukan
eksplorasi, percobaan, mengukur, atau membandingkan sehingga dapat
membedakan konsep baru ini dengan konsep – konsep yang telah diketahuinya.
3. Abstrak–Reflektif: Siswa membuat atau memilih pernyataan yang terkait dengan
konsep baru, memberi contoh kontra untuk menyangkal pernyataan yang salah,
dan membuktikan pernyataan yang benar bersama-sama dengan guru.
4. Abstrak–Aktif: Siswa melakukan practice (latihan) menggunakan konsep baru
untuk memecahkan masalah dan mengembangkan strategi.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan matematika
knisley di kelas dapat dilakukan dengan rangkaian kegiatan ysng saling
berkesinambungan antara guru dan siswa.
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Matematika Knisley No Tahap Hal yang dilakukan guru Hal yang dilakukan siswa
1 Konkrit –
Reflektif
Guru bertindak sebagai
pencerita
Siswa merumuskan konsep baru berdasakan
konsep yang telah diketahuinya dan belum
dapat membedakan konsep baru dengan
konsep yang telah dikuasainya
2 Konkrit – Aktif Guru bertindak sebagai
pembimbing dan motivator
Siswa mencoba untuk mengukur,
menggambar, menghitung, dan
membandingkan untuk membedakan konsep
baru dengan konsep lama yang telah
diketahuinya
3 Abstrak -
Reflektif
Guru bertindak sebagai
narasumber
Siswa menginginkan algoritma dengan
penjelasan yang masuk akal, menyelesaikan
maslah dengan suatu logika, melangkah tahap
demi tahap dimulai dengan asumsi awal dan
suatu kesimpulan sebagai logika
4 Abstrak – Aktif Guru bertindak sebagai
pelatih
Siswa menyelesaikan masalah dengan konsep
yang telah dibentuk
Mulyana (Asih, 2013: 28).
6
C. Konsep Trigonometri
Sebenarnya bahan ajar trigonometri sudah tersedia di dalam banyak buku
sumber matematika sekolah menengah atas. Tetapi di dalam perkulihan ini telah
dijabarkan dalam beberapa pokok bahasan perbandingan segitiga siku-siku dan
perhitungan pada segitiga siku-siku, konsep perbandingan trigonometri untuk sudut-
sudut berelasi dan grafik fungsi trigonometri, konsep identitas trigonometri, persamaan
dan pertidaksamaan trigonometri, konsep aturan sinus dan aturan kosinus dan konsep
luas segitiga, rumus jumlah, selisih, sudut ganda, sudut tengahan, perkalian dan
penjumlahan, aplikasi trigonometri dalam menyelesaikan soal (Prodi Pend. Matematika,
2013).
1. Perbandingan Segitiga Siku-siku
2. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk Sudut Istimewa
Sin (900 - α) = cos α
Cos (90 0 – α) = sin α
Tan (900 – α) = ctg α
Sec (900 – α) = csc α
Csc (900
– α) = sec α
Ctg (900 – α) = tan α
Bahan ajar yang akan disusun dalam penelitian nanti akan ada pengembangan di
dalam pembuktian konsep, soal- soal latihan dan contoh soal dari setiap bahasannya
yang disesuaikan dengan indikator dari kemampuan berpikir kritis matematis.
Sin α = b/c
cos α = a/c
tan α = b/a
α
a
c b
7
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Menelaah bagaimanakah pengembangan bahan ajar trigonometri dengan
matematika knisley.
2. Menelaah bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang
pembelajarannya menggunakan bahan ajar trigonometri dengan model matematika
knisley.
B. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa; dimana dengan adanya penelitian ini, kedepannya mahasiswa dapat
mempelajari trigonometri dengan bahan ajar trigonometri dengan model matematika
knisley yang telah dikembangkan.
2. Dosen; dimana dengan adanya penelitian ini, kedepannya dosen dapat menggunakan
bahan ajar trigonometri dengan model matematika knisley ini sebagai salah satu
referensi/sumber mata kuliah yang dapat diterapkan di dalam perkuliahan.
8
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahapan, Prahmana (2017: 15)
mengemukakan tahapan tersebut dibagi dalam tiga tahap yaitu, desain pendahuluan
(preliminary design), percobaan desain (design experiment), analisis restrospektif
(restrospective analysis). Tujuan dari preliminary design adalah untuk
mengembangkan urutan aktivitas pembelajaran dan mendesain instrumen untuk
mengevaluasi proses pembelajaran; design experiment bertujuan untuk mengeksplorasi
dan menduga strategi dan pemikiran mahasiswa selama proses pembelajaran;
restrospective analysis bertujuan untuk mengembangkan local instruction theory yaitu
untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan,
Prahmana (2017: 15).
B. Tahapan Penelitian
1. Desain Pendahuluan
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar mahasiswa semester empat, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Menganalisa RPS
b) Menganalisis buku teks trigonometri
c) Mereview literatur yang berhubungan dengan modul atau bahan ajar
d) Melakukan wawancara dengan mahasiswa angkatan sebelumnya untuk
mengetahui hambatan-hambatan dalam perkuliahan trigonometri, melakukan
wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah trigonometri
2. Desain Percobaan
Setelah menganalisis kebutuhan pada desain pendahuluan, yaitu melakukan
percobaan bahan ajar trigonometri dengan model matematika knisley kepada
mahasiswa. Untuk memudahkan memahami setiap pokok bahasan, bahan ajar ini di
kembangkan dengan menggunakan model pembelajaran matematika knisley yang
9
meliputi tahap Concrete – reflective, Concrete – active, Abstract – reflective,
Abstract – active , dan disertai dengan latihan-latihan.
3. Analisis Restrospektif
Setelah dilaksanakan desain percobaan, maka tahap selanjutnya adalah
mereview bahan ajar yang telah disusun. Melakukan evaluasi terhadap bahan ajar
dengan melakukan validasi untuk mengembangkan hasil yang baru atau kebaruan.
Terdapat dua macam validasi yang diganakan di dalam modul atau bahan
ajar, yaitu:
1) Validitas isi yaitu apakah bahan ajar telah dirancang sesuai dengan RPS mata
kuliah trigonometri.
2) Validitas konstruk yaitu kesesuaian komponen-komponen modul dengan
indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Bahan ajar yang sudah dirancang dikonsultasikan dan didiskusikan dengan
pakar trigonomertri dan pendidikan, serta dosen trigonometri. Kegiatan validasi
dilakukan dalam bentuk mengisi lembar validasi modul dan diskusi sampai
diperoleh bahan ajar yang valid dan layak untuk digunakan. Lembar validasi bahan
ajar diisioleh pakar trigonometri. Adapun aspek-aspek yang divalidasi dapat dilihat
dari Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Validasi Modul
No.
Aspek
Metode
pengumpulan data
Instrumen
1. Tujuan Diskusi dengan
Pakar Trigonometri
dan pendidikan
matematika,serta
dosen trigonometri
Lembar
Validasi
2. Rasional
3. Isimodul
4. KarakteristikBahan Ajar
5. Kesesuaian
6. Bahasa
7. Bentukfisik
8. Keluwesan
Setelah tahap validasi, draft bahan ajar direvisi dan selanjutnya diuji
cobakan kembali pada mahasiswa semester 4. Kemudian selanjutnya dilakukan
wawancara dan pengisian angket, untuk memperoleh respon dari mahasiswa
mengenai bahan ajar trigonometri dengan model matematika knisley. Adapun
indikator efektifitas bahan ajar dapat dilihat pada tabel 3.2.
10
Tabel 3.2 Indikator Efektifitas Bahan Ajar
Aspek yang dinilai Metode
pengumpulan data Instrumen
Efektifitas: - Dampak terhadap
aktivitas belajar
- Dampak terhadap
kemampuan
berpikir kritis
a. Observasi
b. Wawancara dan angket
c. Hasil penilaian
kemampuan berpikir
kritis
a. Checklist
b. Lembaran tes
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa semester empat program studi
pendidikan matematika tahun ajaran 2018/2019. Penelitian ini dilaksanakan di STKIP
Siliwangi Bandung.
D. Teknik Analisis Data
1. Lembar Validasi
a. Bahan ajar
Hasil validasi dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai,disajikan
dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicari rerata skor tersebut dengan
menggunakan rumus:
R = ∑
(Muliyardi, 2006:82)
dengan
R = rerata hasil penilaian dari para validator
Vi = skor hasilpenilaian validator ke-i
n = banyak validator
Kemudian rerata yang didapatkan dikonfirmasikan dengan kriteria yang
ditetapkan. Cara mendapatkan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
11
1) Rentangan skor mulai dari 0 sampai 4
2) Kriteria dibagi atas lima tingkatan. Istilah yang digunakan disesuaikan
dengan aspek-aspek yang bersangkutan.
3) Rentangan rerata dibagi menjadi lima kelas interval.
Misalnya, untuk aspek rumusan indikator kompetensi digunakan kriteria
dengan istilah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kategori Validasi
Rata-rata Kategori
> 3,20 Jelas sekali
2,40 < 3,20 Jelas
1,60 < 2,40 Cukup jelas
0,80 < 1,60 Kurang jelas
0,80 Tidak jelas
b. Pedoman wawancara, angket mahasiswa
Data hasil pedoman wawancara, angket mahasiswa yang terkumpul
kemudian ditabulasi. Lalu dicari persentasenya, dengan rumus
(Riduwan,2005:89):
Persentase =
Berdasarkan hasil persentase angket mahasiswa mengenai efektivitas
bahan ajar, dapat dikategorikan pada tabel 3.4
Tabel 3.4
Kategori Efektivitas
Persentase Kategori
%>100 Sangat Efektif
90 % 100 Efektif
80 % 90 Cukup Efektif
60 % 80 Kurang Efektif
60 % Tidak Efektif
Modifikasi dari (Velayati et al., 2012)
12
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis, maka data awal dan
akhir kemampuan tes kemampuan berpikir kritis matematik diolah dengan
menggunakan SPSS 16 dengan langkah – langkah :
1. Uji Gain Ternormalisasi
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran, dilakukan perhitungan
gain ternormalisasi dari Meltzer (Nurfauziah, 2012:43), sebagai berikut:
Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikelompokkan kedalam tiga
kategori yaitu:
Tabel 3.5
Klasifikasi Gain (g)
Besarnya Gain (g) Interpretasi
0,70 (g) Tinggi
0,30 ≤ (g) ≤ 0,70 Sedang
(g) 0,30 Rendah
2. Melakukan Uji Normalitas.
Jika normal diteruskan dengan uji homogenitas, jika tidak normal uji dengan non
parametrik dengan Man-Whitney.
3. Melakukan Uji Homogenitas Varians.
Jika homogen dilanjutkan dengan uji t, jika tidak homogen dengan uji t’.
4. Uji Signifikan Perbedaan Rata-rata
Setelah diketahui sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen, maka dilanjutkan dengan uji t yaitu dengan menggunakan uji dua
pihak.
13
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan sebanyak 14 kali pertemuan dengan pretes dan postes.
Sebelum penelitian dilaksanakan, penyusunan bahan ajar telah dilakukan terlebih
dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk menguji validitas bahan ajar yang di validasi
terlebih dahulu oleh tiga validator, dimana validator tersebut merupakan dosen mata
kuliah trigonometri yang telah memiliki kemampuan dan keahlian di bidang
trigonometri. Selanjutnya bahan ajar digunakan di dalam kegiatan penelitian yang
diterapkan di dalam kegiatan perkuliahan. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diminta
untuk mengisi angket efektivitas bahan ajar sebanyak 53 mahasiswa dan untuk
wawancara diambil sampel sebanyak 27 mahasiswa untuk mengetahui respon secara
verbal. Setelah kegiatan penelitian berjalan dan telah selesai dilaksanakan, data
kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang di dapatkan dari pretes danpostes
selanjutnya diolah dan dianalisis. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan SPSS
16. Berikut rekapitulasi hasil validitas, respon mahasiswa dan hasil analisis data SPSS
peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.
Tabel 5.1 Rekapitulasi Validitas Bahan Ajar
Validator ke-
No. Aspek 1 2 3
1 Tujuan Bahan Ajar 4 3 4
2 Kerasionalan bahan ajar 3 3 4
3 Isi Modul/Bahan Ajar 3 3 3
4 Karakteristik Bahan Ajar dengan model
matematika Knisley 3 2 3
5 Kesesuaian Bahan Ajar dengan Silabus 4 4 3
6 Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar 3 3 3
7 Bentuk Fisik bahan ajar 3 3 3
8 Keluwesan bahan ajar 3 3 3
Jumlah 26 24 26
Validitas 3,17
Kategori Validasi Jelas
14
Berdasarkan hasil analisis angket keefektivan bahan ajar dan waancara yang
diberikan terhadap mahasiswa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
Tabel 5.2 Analisis Angket Keefektivan Bahan Ajar
No. Indikator Pernyataan Positif Negatif
1 Isi Modul/Bahan Ajar
Soal-soal yang terdapat di dalam bahan ajar
terlau sukar
237 28
Materi yang terdapat di dalam bahan ajar tidak
mewakili konsep yang diajarkan
Bahan ajar trigonometri disusun secara
sistematis Materi yang terdapat didalam bahan ajar
terlalu sukar
Soal-soal yang terdapat di dalam bahan ajar
terlalu mudah dan tidak menantang/tidak
menimbulkan berpikir kritis
2
Karakteristik Bahan
Ajar dengan model
matematika knisley
Bahan ajar lebih terfokus pada penjabaran
materi
156 56
Bahan ajar lebih terfokus pada penurunan
rumus Bahan ajar lebih terfokus pada soal-soal
latihan
Bagian konsep dan latihan pada bahan ajar
seimbang
3 Kesesuaian Bahan
Ajar dengan Silabus
Bahan ajar sesuai dengan RPS
53 0
4
Bahasa yang
digunakan dalam
bahan ajar
Kalimat di dalam bahan ajar sukar untuk
dimengerti
149 10 Banyak bahasa yang rancu di dalam bahan ajar
Banyak makna yang ambigu di dalam bahan
ajar
5 Bentuk Fisik bahan
ajar
Bahan ajar sangat menarik 95 11
Bahan ajar membosankan
6 Keluwesan bahan ajar
Materi, soal latihan dan tampilan bahan ajar
sangat terstruktur dan menarik 77 29
Materi, soal latihan dan tampilan bahan ajar
sangat terstruktur tetapi tidak menarik
Jumlah 767 134
Persentase 87% 13%
Berdasarkan analisis angket tersebut, persentase mahasiswa yang memberikan
respon positif terhadap keefektivan bahan ajar trigonometri sebesar 87%
diklasifikasikan bahwa bahan ajar dapat dikatakan efektif. Sedangkan respon negative
15
mahasiswa sebesar 13% yang berarti bahan ajar tidak efektif. Respon negatif tersebut
dapat didefinisikan dengan hasil wawancara terhadap mahasiswa mengenai bahan ajar
trigonometri, dan dapat disimpulkan menjadi beberapa poin yang akan dijabarkan di
bawah ini:
1. Bahan ajar lebih terfokus pada penurunan rumus;
2. Bahan ajar terlalu banyak sehingga menjadi tidak efektif.
3. Soal di dalam bahan ajar tidak menantang.
4. Materinya terlalu banyak dan terlalu fokus pada konsep.
Pengembangan bahar trigonometri dengan model Matematika Knisley
dijabarkan dengan hasil analisis data pada uji validitas yang dinilai oleh tiga validator
bahan ajar trigonometri dengan kesimpulan bahwa bahan ajar jelas; dan keefektivan
bahan ajar dapat terlihat dari respon mahasiswa mengenai keefektivan bahan ajar
dengan kesimpulan bahwa bahan ajar jelas, serta untuk respon negative dijabarkan
dengan hasil dari waancara yang telah dijabarkan sebelumnya. Setelah bahan ajar
dikembangkan, maka kemampuan berpikir kritis dapat dianalisis dengan melihat N-gain
dari hasil pretes dan postes. Hipotesis dari penelitian iini yaitu: Peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematik mahasiswa yang menggunakan bahan ajar
trigonometri lebih baik daripada yang tidak menggunakan bahan ajar
trigonometri. Hipotesis tersebut kemudian diuji statistik menggunakan software SPSS
24.
Tabel 5.3 Uji Normalitas N-gain Kemampuan Berpikir Kritis
Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic df Sig.
N-gain Eks .105 51 .200*
N-gain Kon .100 51 .200*
Tabel 5.4 Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis
Levene Statistic df1 df2 Sig.
5.346 1 102 .023
16
Tabel 5.5. Uji t’ N-gain Kemampuan Berpikir Kritis
t-test for Equality of Means
T df Sig. (2-tailed)
Nilai Equal variances assumed
4.121 102 .000
Equal variances not assumed
4.156 88.475 .000
Berdasarkan hasil analisis data statistik, dapat terlihat bahwa data berdistribusi
normal (lihat tabel 5.3). oleh karena hal tersebut, maka analisis data dilanjutkan pada uji
homogenita dan uji t’. Berdasarkan hasil uji t’ didapatkan kesimpulan bahwa
Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik mahasiswa yang menggunakan
bahan ajar trigonometri lebih baik daripada yang tidak menggunakan bahan ajar
trigonometri dengan model matematika knisley.
B. Luaran yang Dicapai
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengembangan bahan ajar trigonometri
dengan menggunakan model matematika knisley, kemudian di sajikan ke dalam
beberapa luaran yang telah dilaksanakan dan disusun yaitu:
1. Mengikuti Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika IKIP
Siliwangi 2018 pada tanggal 25 Agustus 2018 (pemakalah)
2. Mengikuti Seminar Internasional “International Conference of Science for Internet
of Things” pada tanggal 20 Oktober 2018 (pemakalah)
3. Submit Artikel Jurnal pada Jurnal Aksioma (Terindeks DOAJ) sedang dalam tahap
review
4. Draft Bahan Ajar Trigonometri dengan model Matematika Knisley
17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan di dalam penelitian ini
didapatkan kesimpulan:
1. Bahan ajar trigonometri dengan model matematika knisley memiliki representasi
jelas dan efektif.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik mahasiswa yang menggunakan
bahan ajar trigonometri lebih baik daripada yang tidak menggunakan bahan ajar
trigonometri.
B. Saran
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dosen dan mahasiswa di dalam
kegiatan perkuliahan trigonometri. Untuk pengembangan bahan ajar selanjutnya
diharapkan dapat lebih memperhatikan keseimbangan antara penurunan rumus
trigonometri dengan konsep dan latihan; pengembangan soal latihan yang lebih variatif
agar lebih menantang; perlunya ditambahkan ringkasan materi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Akademik. 2015. Nilai Ujian Akhir Semester Genap. Draft Nilai. STKIP Siliwangi:
Tidak diterbitkan.
Akademik. 2016. Nilai Ujian Akhir Semester Genap. Draft Nilai. STKIP Siliwangi:
Tidak diterbitkan.
Asih, N, N. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran Knisley dengan Metode
Brainstorming Berbantuan CD Pembelajaran terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Kelas X. Skripsi Unnes [online]:
http://lib.unnes.ac.id/18785/1/4101409009.pdf. [ 5 juni 2017]
Inch, S, E. et all. 2006. Critical Thinking and Communication, The Use of Reason in
Argument (5th
ed). USA : Pearson Education, Inc.
Jumaisyaroh, T, dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jurnal KREANO Vol 5 (2) 158. Jurusan Matematika FMIPA UNNES. [online].
Tersedia http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kreano/3325.
Knisley, J. 2002. A four Stage Model of Mathematical Learning. The Mathematics
Educator V.2 No.1. An Official Publication of The Mathematics Education
Student Association: University of Georgia. [online].
http://www.google.com/search?hl=en-GB&ie=UTF-8&source=android-
browser&q=knisley+2002+the+mathematics+educator. [5 juni 2017].
Muliyardi. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Menggunakan
Komik di Kelas 1 Sekolah Dasar. Disertasi Unesa Surabaya: Tidak diterbitkan.
Mulyana, E. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap
peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa Sekolah Menengah
Atas Program Ilmu Pengetahuan. Artikel Jurnal Pasca UPI. [online]:
http://file.upi.edu. [ 5 juni 2017]
Mulyana, E & Haety, I, N. Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley terhadap
Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA. Artikel Jurnal
Fmipa UPI. [online]. Tersedia:
http://journal.fmipa.upi.edu/index.php/jopmk/article/view/38. [5 juni 2017].
Nurfauziah, P. 2012. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis dan Self-Efficacy
Siswa SMP Melalui Pembelajaran Model CORE. Tesis SPs UPI. Bandung:
Tidak diterbitkan.
Prahmana, I, C, R. 2017. Design Research Teori dan Implementasinya: Suatu
Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta.
19
Prodi Pendidikan Matematika. 2013. Panduan Umum Kurikulum Prodi Pendidikan
Matematika. STKIP Siliwangi: Tidak diterbitkan.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiharto, L. 2013. Penyusunan Kurikulum Mengacu pada KKNI. Presentasi Tim Dikti
[online]: http:// www. Scribd.com/mobile/document/221570050/Alternatif-
Penyusunan-Kurikulum-Merujuk-KKNI-LS-2013. [5 juni 2017]
Soemarmo, U & Hendriana, H. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:
Refika Aditama.
Velayati, M. R., Handayani, S. R., & Husaini, A. 2012. Analisis Efektivitas dan
Kontribusi Tindakan Penagihan Pajak Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
Sebagai Upaya Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal Administrasi Bisnis, 2(2), 1–9.
Widyaningtyas, R, dkk. 2015. The Impact Of Problem Based Learning Aproach to
Senior high School Student’s Mathematics Critical Thinking Ability. IndoMS-
JME Vol 7 (2) 31.
20
LAMPIRAN-LAMPIRAN
21
22
23
24
TRIGONOMETRI
A. Definisi Trigonometri
Trigonometri merupakan salah satu ilmu yang berhubungan dengan besar sudut.
Trigonometri berasal dari bahasa yunani yaitu trigonon yang berarti tiga sudut dan metron
yang berarti mengukur. Jadi dapat dikatakan bahwa trigonometri membahas mengenai sudut-
sudut yang berada di dalam segitiga. Sebelum membahas trigonometri lebih jauh, konsep dasar
yang harus difahami dalam trigonometri yaitu konsep triple phytagoras, konsep dasar segitiga
yang terdiri dari tiga buah sisi (sisi miring, sisi samping, dan sisi depan), jumlah suatu sudut dalam
segitiga 1800. Setelah memahami konsep tersebut, konsep - konsep yang selanjutnya perlu
difahami adalah Perbandingan segitiga siku-siku dan perhitungan pada segitiga siku-siku;
Konsep perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut berelasi; Rumus jumlah, selisih, sudut
ganda, sudut tengahan, perkalian dan penjumlahan; Konsep identitas trigonometri; Grafik fungsi
Triple Phytagoras
Definisi Trigonometri
Perbandingan segitiga siku-siku dan
perhitungan pada segitiga siku-siku
Konsep perbandingan trigonometri untuk
sudut-sudut berelasi
Rumus jumlah, selisih, sudut ganda, sudut tengahan, perkalian
dan penjumlahan
Konsep identitas trigonometri
Grafik fungsi trigonometri
Persamaan dan pertidaksamaan
trigonometri
Konsep aturan sinus dan aturan kosinus
Konsep luas segitiga
Aplikasi trigonometri dalam menyelesaikan soal
25
trigonometri; Persamaan dan pertidaksamaan trigonometri; Konsep aturan sinus dan aturan
kosinus; Konsep luas segitiga; Aplikasi trigonometri dalam menyelesaikan soal.
Dalam pembicaraan tentang trigonometri, tidak lepas dari konsep sebuah sudut, karena
dalam fungsi trigonometri domain fungsi tersebut berupa sudut. Sebuah sudut dihasilkan
oleh putaran sebuah sinar terhadap titik pangkalnya. Terdapat beberapa satuan untuk
menyatakan besar sudut :
Derajat siksagesimal, dimana satu putaran penuh dibagi menjadi 360 bagian yang sama.
Setiap bagian disebut 10 . Sehingga satu putaran penuh = 360 0
Radian, Satu radian adalah besarnya sudut yang menghadap busur lingkaran yang
panjangnya sama dengan jari-jari.
AOB = 1 rad, Hubungan radian dengan derajat
360 = r
r2 rad
= 2 rad
180 = rad
pendekatan 1 rad = 57,3.
Gambar 1
B. Perbandingan Segitiga Siku-Siku dan Perhitungan pada Segitiga Siku-Siku
1. Perbandingan Segitiga Siku-Siku
Gambar segitiga ABC dibawah ini merupakan segitiga siku-siku. Berdasarkan gambar
tersebut dapat terlihat bahwa sisi depan sudut adalah b atau AC, sisi samping dari sudut
adalah a atau BC, dan sisi miring dari sudut adalah c atau AB.
Gambar 2
r r
O A
B
α
a
c b
A
B C
Sin 𝛼 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=
𝑏
𝑐=
𝐴𝐶
𝐴𝐵 Sec 𝛼 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Cos 𝛼 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cosec 𝛼 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Tan 𝛼 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cotan 𝛼 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
26
2. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk Sudut Istimewa
a. Sudut 300 dan 600
Gambar 3
Gambar diatas merupakan gambar segitiga sama sisi ABC, dimana titik D merupakan
titik tengah dari AB. Jika dari titik D ditarik garis yang tegak lurus AB ke C, maka segitiga
tersebut terbagi menjadi dua segitiga sama besar, dan menjadi dua buah segitiga siku-siku
yang kongruen. Panjang AB = BC = CA = satuan, sehingga AD = DB = satuan.
Berdasarkan rumus phytagoras,
2 = 2 2
2 = ( )2 ( )2
2 = 2 2
2 = 2
= √
A B
C
D
300
600
𝑥 𝑥
𝑥 𝑥
Sin 0= 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=
𝑥
2𝑥=1
2 Sec 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Cos 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cosec 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Tan 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cotan 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Sin 6 0= 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=
𝑥
2𝑥=1
2 Sec 6 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Cos 6 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cosec 6 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Tan 6 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cotan 6 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
27
b. Sudut 450
Gambar 4
Gambar diatas merupakan gambar sebuah persegi ABCD. Berdasarkan gambar
tersebut, dari titik B ditarik garis diagonal ke titik C. oleh karena hal tersebut, persegi ABCD
terbagi menjadi dua buah segitiga siku-siku yang kongruen, dan memiliki dua buah sisi
yang sama AB = AD = . Berdasarkan teorema phytagoras:
2 = 2 2
2 = 2 2
2 = 2
= √ 2
= √
c. Sudut 00 dan 900
A B
C D
𝑥
𝑥
50
50
Sin 50= 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=
𝑥
𝑥√2 =1
2√ Sec 50 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Cos 50 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cosec 50 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Tan 50 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cotan 50 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
𝑜 X
Y
P (𝑥,𝑦)
𝑥
𝑦 𝑟
𝛼
28
Gambar 5
Jika titik P( , ) mendekati sumbu X dan berhimpit dengan sumbu X, maka = ,
= 0, = . Maka:
Jika titik P( , ) mendekati sumbu Y dan berhimpit dengan sumbu Y, maka = ,
= 9 0, = . Maka:
00 300 450 600 900
Sin Cos Tan Sec
Cosec Cotan
Gambar 6
Sin 0= 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=
0
𝑟 = Sec 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Cos 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cosec 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Tan 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cotan 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Sin 9 0= 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=
𝑟
𝑟 = Sec 9 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Cos 9 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cosec 9 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
Tan 9 0 = 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚ Cotan 9 0 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼=⬚
⬚=⬚
⬚
00 , 3600
900
1800
2700
Kuadran I Semua (+) Kuadran II Sin (+)
Kuadran III Tan (+) Kuadran IV Cos (+)
29
3. Koordinat Kartesius dan Koordinat Kutub
Cara lain dalam menyajikan letak sebuah titik pada bidang xy selain koordinat kartesius
adalah dengan koordinat kutub.
Gambar 7 Gambar 8
Pada gambar 3.1, titik P(x,y) pada koordinat kartesius dapat disajikan dalam koordinat
kutub dengan P(r, ) seperti pada gambar 3.2. Jika koordinat kutub titik P(r, ) diketahui,
maka koordinat kartesius dapat dicari dengan hubungan:
=
=
=
=
4. Perhitungan pada Segitiga Siku-siku
1. Diketahui segitiga ABC siku-siku di C , sudut di A adalah α, jika Cos α = 4
5. Tentukan
perbandingan Sin α dan tan α.
2. Pada gambar adalah segitiga siku-siku di titik B dengan panjang sisi AD = 4 , AF=6, FC =
3 ,CE = 3 . Berapakah panjang sisi BD dan BE ?
3. Dalam ABC diketahui bahwa cos = 5
3 dan cos =
13
12. Berapakah nilai cos
?
4. Dengan menggunakan gambar segitiga siku-siku dan α salah satu sudutnya, hitunglah
perbandingan trigonometri yang belum diketahui.
a. sin α =p b. tan α =s c. cos α = q
y
x X
Y P(x,y)
O
Koordinat kartesius
y
x X
Y P(r, )
r
O
Koordinat kutub
𝑃 (𝑟𝑐𝑜𝑠𝛼,𝑟𝑠𝑖𝑛𝛼) Sehingga koordinat kutubnya adalah:
B A
C
E F
D
30
5. Diketahui sin =5
13 dan sin =
3
5 dengan sudut lancip dan suduttumpul. Hitunglah:
a. Sin ( ) b. cos ( ) c. tan ( )
C. Konsep Perbandingan Trigonometri untuk Sudut Berelasi
Sudut-sudut yang berelasi dengan sudut adalah sudut (90 ), (180 ), (360 ),
dan -. Dua buah sudut yang berelasi ada yang diberi nama khusus, misalnya penyiku
(komplemen) yaitu untuk sudut dengan (90 - ) dan pelurus (suplemen) untuk sudut
dengan (180 - ).
1. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( )
Segitiga OPQ merupakan sebuah segitiga siku-siku, dengan siku-siku di Q. Dimana =
, = 9 , = 9
= 8
9 = 8
= 8 9
= 9
Gambar 9
2. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( )
Segitiga OP’Q’ merupakan segitiga yang diputar 900 berlawanan arah jarum jam dari
segitiga OPQ, dengan r = 1 (lingkaran dengan jari-jari 1). Berdasarkan gambar tersebut dapat
diketahui bahwa P (a,b) sehingga P’ (-b,a), posisi (-b,a) = posisi (a,b) pada posisi sebelum di
rotasikan. Sehingga QOP’ = 900 + dan kedua segitiga terletak pada lingkaran dengan r = 1.
𝑜 X
Y
P (𝑥,𝑦)
𝑥
𝑦 𝑟
𝛼
𝑄
𝑠𝑖𝑛( 9 𝛼) =𝑂𝑄
𝑂𝑃= 𝑐𝑜𝑠 𝛼 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) =
⬚
⬚=
𝑐𝑜𝑠( 9 𝛼) =𝑃𝑄
𝑂𝑃= 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) =
⬚
⬚=
𝑡𝑎𝑛( 9 𝛼) =⬚
⬚= 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
⬚
⬚=
𝑜 X
Y
P (𝑎, 𝑏)
𝑎
𝑏 𝑟 =
𝛼 𝛼
P’ ( 𝑏,𝑎)
𝑎
𝑏 P’ ( 𝑏,𝑎)
𝑄
𝑄′
𝑜 X
Y
9 𝛼
31
Gambar 10 Gambar 11
Amati segitiga OPQ, dimana P (a,b) Amati segitiga OP’Q’, dimana P’( , )
=
1= (9 ) =
1= (sin di KII bernilai +)
=
1= (9 ) =
1= (cos di KII bernilai -)
=
(9 ) =
Maka dapat disimpulkan bahwa:
LATIHAN
1. Tanpa menggunakan kalkulator, hitunglah 120 135
150 150
5. Nyatakan setiap perbandingan trigonometri berikut dalam sudut 450
a. Tan 1350
b. Sin 1350
c. Cosec 1350
3. Tentukan nilai tg 1200 dan cos 1500 dengan menggunakan aturan sudut berelasi di
kuadran II !
4. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( )
Segitiga OPQ dicerminkan terhadap sumbu Y sehingga menghasilkan segitiga OP’Q’.
berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa QOP’ = 1800 – , dan kedua segitiga
terletak pada lingkaran dengan r = 1.
Gambar 12 Gambar 13
Amati segitiga OPQ, dimana P (a,b) Amati segitiga OP’Q’, dimana P’( , )
=
1= ( 8 ) =
1= (sin di KII bernilai +)
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
32
=
1= ( 8 ) =
1=
=
( 8 ) =
Maka dapat disimpulkan bahwa:
5. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( )
Segitiga OP’Q’ merupakan segitiga OPQ yang diputar sejauh 1800 berlawanan arah jarum
jam, sehingga QOP’ = 1800 + , dan kedua segitiga terletak pada lingkaran dengan r = 1.
Gambar 14 Gambar 15
Amati segitiga OPQ, dimana P (a,b) Amati segitiga OP’Q’, dimana P’( , )
=
1= ( 8 ) =
1=
=
1= ( 8 ) =
1=
=
( 8 ) =
Maka dapat disimpulkan bahwa:
LATIHAN
1. Jika cos x 3sinx, dan x terletak di kuadran III, maka nilai sinx.cos x adalah……
2. Hitunglah nilai dari perbandingan trigonometri berikut ini:
a. Sin 2700 + sin 1200 + cos 2250
b. 225 210
2 0 210
6. Tentuka perbandingan trigonometri yang terletak di kuadran III pada titik:
33
a. P(-15,16)
b. P(7,-12)
c. P(10,15)
6. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( )
Segitiga OP’Q’ merupakan segitiga OPQ yang diputar sejauh 900 searah jarum jam, dan
selanjutnya dicerminkan terhadap sumbu Y. Sehingga QOP’ = 2700 - , dan kedua segitiga
terletak pada lingkaran dengan r = 1.
Gambar 16 Gambar 17
Amati segitiga OPQ, dimana P (a,b) Amati segitiga OP’Q’, dimana P’( , )
=
1= ( 7 ) =
1= =
=
1= ( 7 ) =
1= =
=
( 7 ) =
=
Maka dapat disimpulkan bahwa:
7. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( )
Segitiga OP’Q’ merupakan segitiga OPQ yang diputar sejauh 900 searah jarum jam.
Sehingga QOP’ = 2700 + , dan kedua segitiga terletak pada lingkaran dengan r = 1.
Gambar 18 Gambar 19
Amati segitiga OPQ, dimana P (a,b) Amati segitiga OP’Q’, dimana P’( , )
34
=
1= ( 7 ) =
1= =
=
1= ( 7 ) =
1= =
=
( 7 ) =
=
Maka dapat disimpulkan bahwa:
8. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut dengan ( ) atau –
Segitiga OP’Q merupakan segitiga OPQ yang dicerminkan terhadap sumbu x. Sehingga
QOP’ = 3600 - , dan kedua segitiga terletak pada lingkaran dengan r = 1.
Gambar 20 Gambar 21
Amati segitiga OPQ, dimana P (a,b) Amati segitiga OP’Q, dimana P’( , )
=
1= ( 6 ) =
1=
=
1= ( 6 ) =
1=
=
( 6 ) =
Maka dapat disimpulkan bahwa:
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =
𝑠𝑖𝑛(9 𝛼) = 𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐(9 𝛼) = 𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) = 𝑐𝑜𝑡𝑎𝑛(9 𝛼) =