34
KLASIFIKASI LEPRA I. Pendahuluan Penyakit kusta adalah penyakit menular kronis dan disebabkan oleh basil tahan asam Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular yang bermanifestasi pada kulit dan saraf tepi. 1,2,3,4 Penyakit kusta memiliki beberapa nama lain, yaitu Hansen disease, Hansenosis, Hanseniasis atau lepra (leprosy). Nama yang banyak digunakan adalah Morbus Hansen, penyakit kusta atau lepra. 2,3 Penyakit kusta merupakan salah satu masalah yang serius khususnya bagi negara-negara berkembang. Meskipun Penyakit kusta tidak menyebabkan kematian, tetapi penyakit kusta dapat menyebabkan deformitas dan kecacatan. 2,3 Dari hasil pencatatan pada tahun 2007 dalam weekly epidemiology of leprosy, prevalensi terjadinya adalah sekitar 224.717 kasus dari seluruh dunia. Meskipun prevalensi terjadinya lepra ini telah mengalami penurunan dari tahun 2006 yaitu sekitar 259.017, tetapi penyakit kusta masih menjadi kekhawatiran khususnya pada negara-negara berkembang. 5 Prevalensi kejadian penyakit kusta tertinggi ditemukan pada negara-negara berkembang seperti, Asia, Afrika, Amerika tengah dan amerika selatan. Hal ini mungkin berhubungan 1

Klasifikasi Lepra

  • Upload
    vaniar

  • View
    160

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lepra

Citation preview

Page 1: Klasifikasi Lepra

KLASIFIKASI LEPRA

I. Pendahuluan

Penyakit kusta adalah penyakit menular kronis dan disebabkan oleh basil tahan

asam Mycobacterium leprae yang bersifat obligat intraselular yang bermanifestasi pada

kulit dan saraf tepi.1,2,3,4

Penyakit kusta memiliki beberapa nama lain, yaitu Hansen disease, Hansenosis,

Hanseniasis atau lepra (leprosy). Nama yang banyak digunakan adalah Morbus Hansen,

penyakit kusta atau lepra. 2,3

Penyakit kusta merupakan salah satu masalah yang serius khususnya bagi negara-

negara berkembang. Meskipun Penyakit kusta tidak menyebabkan kematian, tetapi

penyakit kusta dapat menyebabkan deformitas dan kecacatan. 2,3

Dari hasil pencatatan pada tahun 2007 dalam weekly epidemiology of leprosy,

prevalensi terjadinya adalah sekitar 224.717 kasus dari seluruh dunia. Meskipun

prevalensi terjadinya lepra ini telah mengalami penurunan dari tahun 2006 yaitu sekitar

259.017, tetapi penyakit kusta masih menjadi kekhawatiran khususnya pada negara-

negara berkembang. 5

Prevalensi kejadian penyakit kusta tertinggi ditemukan pada negara-negara

berkembang seperti, Asia, Afrika, Amerika tengah dan amerika selatan. Hal ini mungkin

berhubungan dengan rendahnya standar kehidupan, higiene yang rendah, serta iklim yang

tropis. 5

Gambaran klinis penyakit kusta telah ditemukan pada awal 600 SM di India dan

200 SM di Cina dan Jepang. Sekitar abad ke-19, Danielssen dan Boeck memaparkan

gambaran klinis pertama untuk penyakit kusta dan pada tahun 1870, Gerhard Handrik

Araunauer Hansen, melakukan penyelidikan mikrobiologi dan epidemiologi dari

mycobacterium leprae. 3

Pada tahun 1952, WHO mengklasifikasikan penyakit kusta. Pada tahun 1953 di

Madrid dikeluarkan international system of classification. Tahun 1966, Ridley dan

Jopling mengeluarkan klasifikasi serupa berdasarkan status imun pasien. 3

1

Page 2: Klasifikasi Lepra

Penyakit kusta pertama kali diklasifikasikan pada tahun 1848 di manila yang

disebut dengan klasifikasi pre Manila. 3

Klasifikasi yang sekarang banyak digunakan yaitu klasifikasi WHO dan klasifikasi

Ridley & Jopling. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai klasifikasi Madrid,

klasifikasi WHO, dan klasifikasi Ridley & Jopling.

Klasifikasi Lepra

Penyakit kusta memiliki manfestasi klinis bervariasi, hal ini bukan disebabkan

karena strain Mycobacterium leprae yang berbeda melainkan akibat perbedaab respon

jaringan host terhadap basil Mycobacterium leprae. Jika resisten host terhadap basil ini

tinggi, akan muncul gejala ringan dan lokal. Jika tidak ada resistensi host terhadap basil

mycobacterium leprae, akan muncul gejala berat dan luas. Antara kedua bentuk ini

terdapat spektrum variasi yang luas dalam resistensi yang bermanifestasi menjadi

beberapa bentuk intermediate lepra. 4,6

Dalam perkembangan terdapat beberapa klasifikasi , yaitu : klasifikasi pre Manila

(1848), klasifikasi manila (1931), klasifikasi Kairo (1938), klasifikasi PAN Amerika

(1946), klasifikasi havana (1948), klasifikasi WHO & revisi (1952) international system

of classification (Madrid, 1953), klasifikasi india original (1953) & revisi (1981),

klasifikasi Ridley & Jopling (1962), dan klasifikasi job & chacko (1981). 6

Tujuan pengklasifikasian penyakit kusta adalah : 7

1. Menentukan jenis dan lamanya pengobatan penyakit.

2. Memberikan gambaran sistem imun penderita.

3. Memperkirakan beratnya komplikasi yang dapat ditimbulkan.

4. Menentukan waktu penderita dinyatakan RFT.

5. Memperkirakan prognosis penyakit.

6. Untuk kepentingan penelitian.

2

Page 3: Klasifikasi Lepra

Suatu sistem klasifikasi mempunyai nilai yang penting dalam berbagai penyakit.

Ini sangat penting dalam penyakit kron is, misalnya penyakit kusta yang mempunyai

manifestasi klinis yang sangat bervariasi yang berhubungan dengan perbedaan dalam

immunologis, histologis, evolusi, dan epidemiologis.12

Diagnosis penyakit kusta didasarkan adanya cardinal sign (gejala-gejala utama)yaitu :

1. Lesi kulit yang mati rasa yang dapat berbentuk hipopogmentasi atau erimatous.

2. Penebalan saraf yang disangguan fungsi saraf

3. Adanya basil tahan asam pada skin smear 12,13,14

Jika ditemukan salah satu tanda di atas dapat digunakan untuk mendiagnosis

penyakit kusta. Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka selanjutnya dapat

ditentukan tipe atau klasifikasi penyakit kusta yang diderita.11, 12

Dasar utama daripada klasifikasi sebaiknya memperhatikan manifestasi klinis

yang berhubungan dengan morfologi lesi kulit, dan manifestasi neurologis, pemeriksaan

bakteriologis dari apusan lesi kulit. Juga perlu diperhatikan hubungannya dengan

immunologis dan gambaran histopatologis.12

Penyakit Kusta dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu :

a. Manifestasi Klinik, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu.

b. Hasil pemeriksaan bakteriologis, yaitu skin smear basil tahan asam (BTA) positif

atau negatif. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan bila diagnosis

meragukan.11

3

Page 4: Klasifikasi Lepra

Klasifikasi Madrid

Pada kongres internasional lepra, madrid (1953), disusun suatu klasifikasi

penyakit kusta yang identik dengan klasifikasi PAN Amerika original dengan 2

perbedaan utama. Pertama, golongan "uncharacteristic" diubah menjadi "indeterminate"

seperti yang direkomendasikan pada kongres Havana dan kongres PAN Amerika ke-3;

kedua, ditambahkan grup baru "borderline" seperti yang direkomendasikan WHO expert

committee on leprosy (1952). 6

Klasifikasi Madrid : 6

Lepromatous type (L)

Macular

Diffuse

Infiltrated

Nodular

Neuritic, pure

Tuberculod type (T)

Macular (Tm)

Minor tuberculoid (micropapuloid) (Tt)

Major tuberculoid (plaques, annular lesions, etc.) (TT)

Neuritic, pure (Tn)

Indeterminate group (I)

Macular (Im)

Neuritic, pure (In)

Borderline (dimorphous) group (B)

Infiltrated

4

Page 5: Klasifikasi Lepra

Catatan : "type" menyatakan stereotipe klinis dan biologis yang memiliki karakteristik

stabilitas yang jelas. "group" menggambarkan perbedaan yang kurang jelas atau

karakteristik positif yang kurang, kurang stabil, dan kurang julas dalam perubahan yang

terjadi. "variety" menyatakan subdivisi dari tiap tipe dan grup. 6

Kelebihan klasifikasi madrid terletak pada pengidentifikasian dan pendefenisian

penyakit kusta menjadi 2 tipe yang berbeda dan 2 grup dengan variasi ada setiap grup dan

tipe. 6

5

Page 6: Klasifikasi Lepra

Klasifikasi Ridley-Jopling

Ridley dan Jopling, pada tahun 1962 merupakan yang pertama yang mengusulkan

pembagian klasifikasi penyakit kusta berdasarkan gambaran imunologis dan histologis.

Klasifikasi ini merupakan klasifikasi dengan deskripsi spektrum granulomatosa penyakit

kusta yang paling detail. Klasifikasi ini mengintegrasikan baik perubahan klinis maupun

perubahan histologis. Ridley dan Jopling mengusulkan pembagian subgroup spectrum

kusta yang luas ini menjadi 3 berdasarkan gambaran imunologisnya, yakni yang lebih

menyerupai tuberkuloid, diantara tuberkuloid dan lepromatosa, dan yang lebih

menyerupai lepromatosa. Dan untuk mendeskripsikan pembagian ini dengan lebih jelas,

mereka memberikan symbol untuk ketiga subgroup ini sehingga diperoleh 5 simbol

yakni, TT (Tuberkuloid), BT (Borderline tuberkuloid), BB (Borderline), BL (Borderline

Lepromatous), dan LL (Lepromatous Leprosy). TT merupakan tipikal tuberkuloid dan LL

adalah tipikal lepromatosa. 4,6

Pada perkembangan selanjutnya pada tahun 1966, Ridley dan Jopling

menciptakan sebuah klasifikasi penyakit kusta berdasarkan pada gambaran klinis,

bakteriologis, histologis, respon imunologis host terhadap M. leprae dan spectrum

granulomatosa selanjutnya LL dibagi menjadi LLp dan LLs yang menggambarkan LL

tipe polar (p) atau sub-polar (s). 4,6,8

Klasifikasi Ridley ini terdiri dari enam jenis spektrum granulomatosa, bervariasi

dari resistensi host terhadap M. leprae yang tinggi sampai resistensi yang rendah yakni,

TT (tuberkuloid polar), BT (tuberkuloid borderline), BB (borderline), BL (lepromatous

borderline), LLs (lepromatous subpolar), LLp (lepromatous polar). 4

Gambaran spectrum penyakit kusta hasil ciptaan Ridley-Jopling sebagai berikut:

TT BT BB BL LLs LLp

Berdasarkan konsep, TT dan LLp stabil secara klinis, tetapi diantara keduanya,

gambaran granulomatosa host dapat berubah sesuai dengan yang dijelaskan dalam tanda

panah, dimana gambaran granulomatosa host dapat meningkat (up grading) ke tingkat

yang lebih tinggi, sering disertai dengan inflamasi yang merusak atau dapat pula menurun

ke tingkat yang lebih rendah, biasanya tanpa gejala dan jarang terjadi inflamasi. Pasien

6

Page 7: Klasifikasi Lepra

BT dapat meningkat menjadi TT dan menjadi stabil, tetapi pasien LLs tidak dapat

menurun menjadi LLp dan LLp juga tidak dapat meningkat menjadi LLs. Diduga,

gambaran granulomatosa pasien merupakan akibat dari derajat imunitas yang dimediasi

oleh sel (cell mediated immunity) secara langsung melawan M. Leprae. 4

Leprosy tuberkuloid polar (TT)

Pada TT, imunitas cukup baik sehingga terdapat kemungkinan terjadi

penyembuhan spontan dan tidak terdapat down grading. Lesi primer kulit pada TT adalah

plak yang berukuran tidak lebih dari 10 cm, yang berbentuk anular berbatas tegas, dapat

eritem atau hipopigmentasi, bersisik dan kering serta tidak berambut. Tepi lesi berbatas

tegas, sedikit meninggi,dan bagian tengah nampak penyembuhan sentral, tetapi secara

klinis kemungkinan terdapat variasi. Lesi biasanya soliter, hal ini dapat dibandingkan

dengan lesi yang berubah dari TT menjadi BT dimana terdapat lesi multipel yang

berjumlah tidak lebih dari tiga. 4

Saraf sensoris di sekitarnya dapat membesar, dapat juga tidak, tetapi karakteristik

lesi anestesi dan anhidrotik. Hasil pemeriksaan BTA negatif, sedangkan hasil tes

lepromin positif kuat. 4,9

Umunya, gambaran histopatologi pada tipe ini tampak atrofi epidermis. Pada

dermis tampak peradangan granulomatosa yang terdiri dari kumpulan sel epiteloid dan sel

raksasa Langhans yang dikelilingi oleh limfosit. Granuloma tersebut menempel pada

epidermis sehingga tidak terlihat tampak sub-epidermal clear zone. Sangat jarang

ditemukan basil tahan asam pada granuloma, dan jika ada, lebih sering ditemukan pada

area nekrotik. 6

Gambar 1

Tuberkuloid (TT)

Suatu lesi yang bergerigi, berwarna merah muda superfisial,

meninggi, dan tepi bergranula halus, bagian sentral tidak merasa

terhadap sentuhan dan rasa sakit. 9

7

Page 8: Klasifikasi Lepra

Gambar 2

Gambaran histopatologis kulit kusta tipe

TT.

Tampak granuloma tuberkuloid dengan

banyak sel Langhans dan limfosit

berkelompok. Tidak terdapat subepidermal

clear zone dan tidak ditemukan basil.7

Leprosy tuberkuloid borderline (BT)

Pada BT, resistensi imunologis masih cukup kuat untuk mengendalikan infeksi

sehingga penyakit dibatasi dan pertumbuhan basil melambat, tetapi respon host tidak

mencukupi untuk menyembuh sendiri. Pasien ini agak kurang stabil, resistensi dapat

meningkat (up grading) menjadi TT atau menurun (down grading) menjadi BL. 4

Lesi kulit yang utama pada BT adalah plak dan papul. Seperti pada TT, sering

tampak konfigurasi anular, berbatas tegas, tetapi pada lesi anular atau plak dapat tampak

papul satelit. Hipopigmentasi dapat tampak jelas pada pasien dengan kulit gelap.

Berlawanan dengan TT, terdapat sedikit atau tidak ada sama sekali sisik, lebih kurang

eritem, lebih kurang indurasi dan elevasi, tetapi lesi dapat lebih besar dari 10cm, lesi

tunggal sering mencakup sepanjang ekstremitas. Lesi multipel yang asimetrik merupakan

gambaran utama, tetapi lesi yang soliter mungkin didapatkan. 4

Kehilangan sensasi dan keterlibatan saraf berupa pembesaran atau kelumpuhan

juga merupakan ciri utama, serta keterlibatan saraf biasanya tidak lebih dari dua dan

asimetris. 4

Atrofi epidermis pada tipe ini tergantung dari perluasan dan ukuran granuloma.

Granuloma terdiri dari banyak sel epiteloid dan sedikit sel raksasa Langhans yang

tersebar dan limfosit. Tampak sub-epidermal clear zone memisahkan epidermis dari

granuloma. Hasil pemeriksaan BTA positif ringan sedangkan hasil tes lepromin positif

lemah. 6,8,9

8

Page 9: Klasifikasi Lepra

Gambar 3

Tuberkuloid borderline (BT)

Lesi-lesi yang besar dan luas yang memperlihatkan

penyembuhan dengan daerah-daerah ”clear centre” yang

luas yang dikelilingi oleh batas-batas luar dalam yang nyata,

sedikit meninggi, daerah-daerah sentral ini anestesi. 9

Gambar 4

Gambaran histopatologis kulit kusta tipe BT.

Tampak granuloma tuberkuloid dengan

pembentukan kaseosa pada N. Auricularis

magnus pasien BT. Tampak hanya sedikit

basil berkelompok. 7

Leprosy borderline (BB)

BB merupakan titik tengah imunologis atau daerah tengah dari spektrum

granulomatosa, menjadikan BB sebagai daerah yang paling tidak stabil dengan perubahan

yang cepat pada pasien. Terjadi up grading ataupun down grading menjadi gambaran

granulomatosa yang lebih stabil dengan ataupun tanpa reaksi klinis. 4

Karakteristik perubahan kulit pada tipe ini adalah lesi beberapa sampai banyak

berbentuk anular dengan batas luar dan batas dalam yang tegas atau berupa pita-pita yang

tebal atau plak besar dengan pulau-pulau kulit normal di dalam plak sehingga tampak

sebagai gambaran ”keju Swiss” (”Swiss cheese” appearance). 4,9

Keterlibatan saraf pada kusta tipe ini asimetris dan tersebar luas. Pembesaran

saraf dapat halus, teratur atau berbenjol, tidak teratur. Lesi anestesi derajat sedang. 8,10

Kusta tipe BB sangat tidak stabil sehingga gambaran histopatologi tipe BB jarang

didapatkan. Pada umumnya tampak epidermis yang atrofi dan dipisahkan dari granuloma

9

Page 10: Klasifikasi Lepra

oleh sub-epidermal clear zone. Granuloma terdiri dari campuran sel epiteloid, makrofag,

dan limfosit. Hasil pemeriksaan BTA pada umumnya positif dan tes lepromin negatif. 6,9

Gambar 5

Borderline (BB)

Disini didapati pita-pita (bands) yang mengalami infiltrasi

erythematosa, tidak teratur, mengelilingi suatu daerah immune

yang luas, terletak disentral serta anastetik. Tepi dalam dari lesi

justru berbatas lebih tegas bila dibandingkan dengan tepi luarnya. 9

Leprosy lepromatosa borderline (BL)

Pada BL, resistensi imunologis terlalu rendah untuk mengendalikan proliferasi

basil secara signifikan tetapi masih cukup untuk menginduksi inflamasi yang dapat

merusak jaringan, terutama saraf. 4

BL merupakan kategori dengan variasi gambaran klinis yang cukup tinggi. Pada

tipe ini, jumlah lesi bervariasi dari soliter sampai banyak dan tersebar luas., simetris,

berkilat, dapat hipopigmentasi ataupun eritematosa. Karakteristik utama berupa gambaran

lesi anular dengan batas luar yang kurang jelas (lepromatosa like) tetapi dengan batas

dalam yang jelas (tuberkuloid like). Plak dengan batas tegas maupun tidak tegas disertai

gambaran ”punched out” atau ”Swiss cheese” dapat ditemukan. 4,8

Lesi kulit seringkali hipestesi atau anestesi, tetapi tidak harus selalu demikian.

Kelumpuhan saraf paling sering terjadi pada BL, tetapi dapat bervariasi dari tidak ada

defisit neurologis sampai defisit neurologis serius baik motorik maupun sensorik yang

dapat terjadi pada keempat ekstremitas. 4

Epidermis selalu tampak atrofi dan tampak sub-epidermal clear zone yang

memisahkan epidermis dari granuloma. Makrofag tampak memiliki granulasi sitoplasma

berwarna merah jambu dan kebanyakan berubah manjadi seperti busa (foamy).

10

Page 11: Klasifikasi Lepra

Pemeriksaan BTA memperlihatkan banyak basil di dalam makrofag, sel Schwann, sel

endotel, dan otot erector pilli. Hasil tes lepromin adalah negatif. 6,8

Gambar 6

Lepromatosa borderline (BL)

Plakat-plakat yang tebal eritematosa pada wajah dan kedua

telinga. Lesi-lesi tidak berbatas jelas, dan selain itu tidak

memperlihatkan gangguan rasa. 9

Gambar 7

Gambaran histopatologis kulit kusta tipe BL.

Tampak kumpulan saraf dengan globi dan limfosit

yang banyak di sekitarnya. Tampak sebagian

makrofag mengandung basil, dan sebagian lagi

tidak.9

Gambar 8

Gambaran histopatologis kulit kusta tipe BL.

Tampak proliferasi sel Schwann yang mengandung

basil, dengan makrofag berbasil di sekitarnya.

Terlihat limfosit tidak terlalu banyak.

Leprosy lepromatosa

Pada LL, kurangnya Cell mediated immunity terhadap M.leprae mengakibatkan

replikasi basil yang tidak terbatas dan tersebar secara luas, serta mengenai banyak organ.

11

Page 12: Klasifikasi Lepra

Lesi multipel dan simetris, berupa makula eritematosa kemudian mengalami indurasi

diikuti pembentukan nodul berwarna seperti kulit dengan batas tidak tegas merupakan

karakteristik lesi, biasanya dengan diameter sampai 2cm. 4,8

Infiltrasi dermal yang difus selalu ada dan dapat bermanifestasi sebagai pelebaran

pangkal hidung dan pembengkakan fusiform pada jari-jari yang mirip dengan penyakit

reumatik. Melalui proliferasi basil yang progresif, infiltrasi seluler lebih lanjut, dan

penebalan dermis, kulit membentuk lipatan-lipatan yang tampak sebagai ”leonine faces”

disertai lesi-lesi noduler. 4

Rambut rontok sering terjadi pada alis, dimana prosesnya terjadi dari lateral ke

medial, juga dapat terjadi pada bulu mata dan ekstremitas, keterlibatan kulit kepala jarang

terjadi. Hilangnya fungsi berkeringat karena keterlibatan saraf simpatis sering terjadi

tetapi jarang sangat luas sehingga menyebabkan terjadinya intoleransi terhadap panas.

Hipestesi pada lesi dapat terjadi dan dapat juga tidak, tetapi pada kebanyakan kasus

terjadi hipestesi pada lesi. Anestesia akral distal yang simetris dapat terjadi dan sangat

berat sampai menyebabkan perubahan bentuk tangan maupun kaki. 4

Pada LLs, lesi-lesi kulit sangat menyerupai lesi-lesi penyakit kusta LL yang polar

namun demikian masih dapat ditemui sejumlah kecil sisa-sisa lesi dari kusta borderline

yang asimetris. Petunjuk klinis LLs adalah daerah lesi berbatas tegas yang mungkin

merupakan sisa dari lesi BL pada pasien yang mengalami down grading menjadi LLs.

Disamping itu juga terdapat kerusakan saraf tepi yang asimetris dengan pembesaran

saraf. Pada tipe ini alis mata bisa kita temui masih baik. 4,9

Pada pemeriksaan histopatologi, epidermis selalu atrofi dan menipis. Tampak sub-

epidermal clear zone yang memisahkan epidermis dari infiltrasi seluler yang hampir

seluruhnya terdiri dari makrofag. Sitoplasma makrofag menjadi seperti busa (foamy) dan

bervakuola. Hanya sedikit limfosit tersebar disekitar makrofag. Pada pemeriksaan BTA

didapatkan kumpulan-kumpulan basil pada sel Schwann, sel perineurial, makrofag, sel

endotel, otot erektor pilli, kelenjar keringat dan sebasea dan folikel rambut. Hasil tes

lepromin negatif. 6,8

Gambar 9

Sub-polar lepromatosa (LLs)

12

Page 13: Klasifikasi Lepra

Disini didapati infiltrat dan makula eritematosa yang tersebar secara simetris dengan

adanya suatu plakat tipe borderline yang terdapat pada bokong kiri, suatu hal yang sangat

jarang ditemukan. 9

Gambar 10

Polar lepromatosa (LLp)

suatu kasus penyakit kusta lepromatosa yang sudah lanjut

dengan infiltrat-infiltrat yang difus dan tersebar simetris,

terlihat adanya nodul-nodul pada wajah dan kedua telinga

serta madarosis. 7

Gambar 11

Gambaran histopatologis kulit kusta tipe LL.

Epidermis dipisahkan dari granuloma oleh

subepidermal clear zone, yang khas pada tipe

lepromatosa dan borderline. Terdapat infiltrasi

masif pada dermis yang terdiri dari makrofag. 10

Gambar 12

Gambaran histopatologis kulit kusta tipe LL.

Tampak basil yang keluar dari lapisan

perineural saraf pada pasien kusta LL. Beberapa

basil membentuk globi. Terjadi pembengkakan

saraf. Tidak tampak limfosit disekitar saraf. 7

Tipe indeterminate

Tipe ini merupakan stadium awal dari penyakit kusta. Lesi terdiri dari makula

hipopigmentasi tunggal atau makula eritematosa dengan atau tanpa gangguan sensoris.

Permukaannya rata dan licin, tidak ditemui tanda-tanda ataupun perubahan tekstur kulit.

13

Page 14: Klasifikasi Lepra

Batas-batas yang terlihat kadangkala tegas tetapi pada umumnya agak semu. Lesi

biasanya terdapat pada bagian kulit yang terbuka. Apusan kulit (skin smear) biasanya

negatif. Tipe indeterminate dapat sembuh dengan spontan, atau tetap tidak tergolongkan

pada stadium ini, atau mengalami progresi ke salah satu dari tipe yang lain. 2,9

Pada umunya epidermis terlihat normal atau dapat tampak atrofi pada sebagian

area. Bisa terdapat infiltrasi sel limfosit sebagai respon inflamasi di sekitar adneksa kulit,

pembuluh darah, kelenjar keringat dan sebasea, dan saraf. Tidak ada granuloma. Pada

pemeriksaan BTA bisa didapatkan satu atau lebih basil pada saraf, atau daerah lain.

Tetapi bisa juga hasil pemeriksaan BTA negatif. Hasil tes lepromin dapat positif ataupun

negatif. 6,8

Gambar 13

Indeterminate (I)

Satu makula hipokromik yang tidak nyata, berbatas tidak

tegas pada sisi luar lengan bawah tangan kanan. Perubahan

permukaan kulit sedikit dan anestesi tidak nyata. 9

Gambar 14

Kusta indeterminate (I)

Tampak proliferasi sel schwann dengan basil berkelompok di

dalam jaringan saraf dengan atau tanpa limfosit. 7

14

Page 15: Klasifikasi Lepra

Tabel karakteristik klasifikasi Ridley-Jopling 4,8,9

Karakteristik Indeterminate Tuberkuloid (TT polar)

Tuberkuloid borderline (BT)

Borderline (BB) Lepromatosa borderline (BL)

Lepromatosa (LL)

Kutaneus Lesi 1 atau sedikit, berupa makula berbentuk anular berbatas tegas, dapat eritem atau hipopigmentasi, bersisik dan kering serta tidak berambut., lebih sering pada ekstremitas, bokong atau wajah

Lesi 1 atau sedikit, berbatas tegas, berupa makula bersisik atau plak, kadang-kadang dengan tepi yang meninggi

Lesi sedikit sampai banyak, berupa plak eritema atau hipopigmentasi dengan permukaan bersisik dan berbatas tegas kadang terdapat lesi satelit yang biasanya anular

Beberapa plak dengan area sentral berbatas tegas Dapat juga berupa infiltrasi eritematosa ireguler dengan daerah sentral yang tidak terlibat (”Swiss cheese” appearance).

Lesi banyak, simetris, berupa daerah eritematosa, berkilat. Kadang berupa makula, papul, nodul hipopigmentasi dengan tepi melandai. Bisa didapatkan (”Swiss cheese” appearance)

Lesi multipel dan simetris. Berupa makula eritematosa, berwarna seperti tembaga, kemudian mengalami indurasi diikuti pembentukan nodul pada wajah terutama telinga dan hidung, ekstremitas terutama sendi dan badan. Dapat terjadi madarosis pada alis,dan ulserasi mukosa hidung.

Perubahan neuropatik

Lesi hipestesi derajat ringan, tidak ada pembesaran saraf perifer

Lesi anestesi, kadang terdapat pembesaran saraf pada area lesi

Lesi anestesi, beberapa saraf perifer asimetris terlibat

Lesi anestesi derajat sedang, tersebar luas, dan keterlibatan saraf perifer asimetris

Lesi hipestesi atau anestesi, tersebar luas, dan keterlibatan saraf perifer sering terjadi,

Biasanya tidak ada gangguan sensoris pada stadium awal, berikutnya terjadi neuropati

15

Page 16: Klasifikasi Lepra

dapat simetris ataupun asimetris.

perifer simetris pada lengan dan tungkai disertai anestesia ”stocking dan glove” dan anestesia saraf wajah. Terdapat keterlibatan mata (konjunctiva, kornea dan iris)

Gambaran histopatologis

Epidermis normal atau dapat atrofi. Terdapat infiltrasi sel limfosit Tidak ada granuloma

Epidermis atrofi. Terdapat granuloma terdiri dari sel epiteloid dan sel raksasa Langhans.. Tidak ada sub epidermal clear zone.

Epidermis atrofi. Terdapat granuloma terdiri dari sel epiteloid dan sel raksasa Langhans. Terdapat sub epidermal clear zone.

Epidermis atrofi. Terdapat granuloma terdiri dari sel epiteloid, , makrofag, dan limfosit. Terdapat sub epidermal clear zone.

Epidermis atrofi. Terdapat sub epidermal clear zone. Banyak basil di dalam makrofag.

Sitoplasma makrofag foamy dan bervakuola. Hanya sedikit limfosit. Sangat banyak basil di dalam makrofag. Terdapat sub epidermal clear zone.

Bakterial indeks

Nol (pausibasilar)

Nol (pausibasilar)

Nol atau sedikit (pausibasilar atau multibasilar)

+2 - +3 (multibasilar)

+4 - +5 (multibasilar)

+6 atau lebih (multibasilar)

Tes lepromin Bervariasi Positif kuat Positif lemah Negatif Negatif Negatif

16

Page 17: Klasifikasi Lepra

Klasifikasi WHO

Klasifikasi ini dikembangkan oleh kelompok ahli WHO pada tahun 1982 dan

khusus dimaksudkan untuk pengobatan pada kondisi lapangan. Dalam klasifikasi ini

seluruh penderita kusta hanya dibagi dalam dua tipe yaitu tipe Pausibasiler (PB) dan

Multibasilar (MB). Dasar dari klasifikasi ini adalah negatif dan positifnya basil tahan

asam (BTA) dalam skin Smear.10,11

Yang dimaksud dengan Tipe Multibasiler berarti mengandung banyak basil yaitu

tipe Lepromatouse (LL), tipe Boderline Lepromatous (BL), dan Boderline (BB) pada

klasifikasi Ridley-Jopling dengan indeks bakteri (IB) lebih dari 2+, sedangkan Tipe

Pausibasiler berarti mengandung sedikit basil yaitu tipe Intermediate (I), Tuberkuloid

(TT), dan Boderline Tuberkuloid (BT) dengan indeks bakteri (IB) kurang dari 2+.12,15,10

Untuk kepentingan program pengobatan pada tahun 1987 telah terjadi perubahan.

Yang dimaksud dengan kusta PB adalah Kusta dengan BTA (Basil Tahan Asam) negativ

pada pemeriksaan kulit, yaitu tipe-tipe I, TT dan BT menurut klasifikasi Ridley- Jopling.

Bila pada tipe-tipe tersebut disertai BTA positif, maka akan dimasukkan ke dalam kusta

MB. Sedangkan kusta MB adalah semua penderita kusta tipe BB,BL dan LL atau apapun

klasifikasi klinisnya denga BTA positif, harus diobati dengan rejimen MDT-MB.11,15

Terkadang, pada kondisi lapangan, klasifikasi hanya didasarkan pada gambaran

klinik dari penyakit kusta yang diderita. Dalam keadaan ragu ragu untuk

mengklasifikasikan tipe penyakit kusta yang diderita, konfirmasi klasifikasi akan

dilakukan oleh Wasor Kabupaten / Propinsi, termasuk kemungkinan melakukan

pemeriksaan hapusan kulit (skin smear). Namun jika fasilitas dan perangkat laboratprium

tidak memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya, penyakit dapat

diklasifikasikan sebagai Tipe Multibasiler (MB).11

Dasar dari klasifikasi dari WHO ini adalah jumlah bercak yang mati rasa (bercak

kusta), adanya jumlah penebalan saraf tepi yang disertai dengan adanya gangguan fungsi

yang dapat berupa kurang / mati rasa atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf

yang bersangkutan dan positif / negatifnya BTA (basil tahan asam).8,11

17

Page 18: Klasifikasi Lepra

Pedoman utama untuk menentukan klasifikasi / tipe penyakit kusta menurut WHO adalah

sebagai berikut :

Tabel I. Klasifikasi MH menurut WHO 11

Tanda utama PB MB

Bercak kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah lebih dari 5

Penebelan saraf tepi yang

disertai dengan gangguan

fungsi (gangguan fungsi

bisa berupa kurang / mati

rasa atau kelemahan otot

yang dipersarafi oleh saraf

yang bersangkutan)

Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf

Sediaan hapusan BTA negatif BTA positif

Tabel II.Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi

penyakit kusta 11

Kelainan kulit dan hasil

pemeriksaan

PB MB

1. Bercak (makula) mati rasa

a. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

b. Disstribusi Unilateral atau

bilateral asimetris

Bilateral asimetris

c. Konsistensi Kering dan kasar Haus,berkilat

d. Kehilangan rasa pada

bercak

Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,jika

ada terjadi yang sudah

lanjut

e. Kehilangan kemampuan

berkeringat,bulu rontok

pada bercak

Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,jika

ada terjadi yang sudah

lanjut

f. Batas tegas Kurang tegas

2. Infiltrat

18

Page 19: Klasifikasi Lepra

a. Kulit Tidak ada Ada,kadang kadang tidak

ada

b. membrana mukosa

(hidung tersumbat,

perdarahan di hidung)

Tidak pernah ada Ada,kadang kadang tidak

ada

3. ciri-ciri Central

healing(penyembuhan

si tengah)

- punched out( lesi bentuk

seperti donat)

- madarosis

- ginekomasti

- hidung pelana

- suara sengau

4. nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

5. deformitas Terjadi dini Biasanya simetris

Pada pertengahan tahun 1997,WHO expert Committe menganjurkan klasifikasi

kusta menjadi Pausibasiler (PB) dengan satu lesi pada kulit (single lesion), Pausibasiler

(PB) dengan 2-5 lesi kusta pada kulit dan Multibasiler (MB) dengan > 5 lesi pada kulit.3,11

19

Page 20: Klasifikasi Lepra

II. KESIMPULAN

Nilai-nilai klasifikasi adalah sangat berguna untuk dapat menentukan secara

akurat posisi pasien dalam spektrum, untuk mengklasifikasi penyakitnya karena

penentuan posisi penyakit pasien yang benar dalam spektrum pada saat diagnosis akan

membantu menentukan respon yang mungkin terjadi, lamanya pengobatan, dan

komplikasi yang mungkin terjadi, sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat

dilakukan.10

20

Page 21: Klasifikasi Lepra

DAFTAR PUSTAKA

1. Pardillo E, Fajardo T, Abalos R, Scorllard D, Gelber R. Methods for the classification of leprosy for treatment purposes. [Online]. 2007 [cited 2007 March]

2. Louisiana Office of Public Health. Hansen’s Disease (Leprosy). [Online]. 2004 [cited 2007 Aug]; Available from : URL : http://www.oph.dhh.state.la.us

3. Silva MR, Maria CR. Mycobacterial Infections. In: Jean LB, Joseph LJ, Ronald PR, editors. Dermatology; vol 1. London : Mosby; p.114

4. Rea TH, Robert LM. Leprosy. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine; 6th ed. New York (USA) : McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2003.p.1963-1965

5. WHO. Weekly epidemiological record (Leprosy). [Online]. 2007 [cited 2007 June]; Available from : URL : http://www.who.int/wer

6. Dharmendra. Classifications of Leprosy. In: Hastings RC, editors. Leprosy; 2nd

ed. New York (USA): Churchill Livingstone; 1994. p.179-189.

7. Harada K. Biopsy of Skin Lesions in Leprosy; 2nd ed. Tokyo (Japan): Higashimurayama, National Sanatorium Tamazenseiyen; 2001. p11,13,20

8. Moschella SL. An Update on the Diagnosis and Treatment of Leprosy. Burlington, Massachussetts: American Academy of Dermatology, Inc.; 2004

9. Guinto RS, Rodolfo MA, Roland VC, Tranquilino TF. Atlas Kusta. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI; 2004. p.

10. Bryceson A, Roy EP. Leprosy; 3rd ed. New York (USA) : Churchill Livingstone; 1990. p 11-23.

11. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan; 2005.p.40.

12. Amiruddin D. Penyakit kusta. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; 2001.h.1-6.

21

Page 22: Klasifikasi Lepra

13. The Diagnosis and Clasification of leprosy.International Journal of Leprosy and Other Mycobacterial Diseases. USA: International leprosy Association Technical Forum;2002.p.523.

14. Global Strategy for Further Reducing the Leprosy Burden and Sustaining Leprosy Control Activities 2006-2010. India: WHO Regional Office for South-East Asia;2006.p.11-2.

15. Kosasih A,I Made W,Emmy SD,Sri LM. Kusta. dalam: Djuanda A, Mochtar H, Siti A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 4. Jakarta: FKUI; 2005. h.73-5

22