Upload
niken-ambarwati
View
87
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang nomor 12 tahun 1967, koperasi Indonesia
adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan
orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan
ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Seiring dengan proses reformasi politik dan ekonomi maka hak
monopoli KUD di pedesaan dihapuskan dengan dikeluarkannya Inpres Nomor
18 tahun 1998. Di sisi lain kemampuan pendanaan pemerintah saat itu juga
semakin terbatas dalam melakukan program pengembangan ekonomi
pedesaan. Hal ini menyebabkan KUD dipaksa untuk mandiri dan sekaligus
harus siap berkompetisi dengan pelaku-pelaku ekonomi baru di wilayah
pedesaan. Banyak KUD mengalami kesulitan dalam posisinya yang baru.
Terbukanya pasar domestik maupun ekspor selama masa krisis ekonomi tidak
dapat dimanfaatkan oleh KUD dengan baik. Antara tahun 1997 sampai 2000
terjadi penurunan jumlah KUD sebesar 15 persen yaitu dari 8.427 menjadi
7.150 buah.
Penurunan jumlah KUD ini khususnya dijumpai pada KUD yang
berstatus Non Mandiri, yaitu dari 1.026 tinggal menjadi 204 (-80 persen).18
Penurunan jumlah KUD ini sangat bertolak belakang dengan pertumbuhan
jumlah koperasi pada umumnya. Dengan dikeluarkannya Inpres 18 tahun 1998
yang disusul dengan SK Menteri Nomor 139 tahun 1998, menyebabkan
jumlah koperasi bertambah secara significant, yaitu dari 51.881 pada tahun
1997 menjadi 102.227 pada tahun 2000 (97 persen). Sebagaimana yang
disinyalir oleh banyak pihak bahwa tidak sedikit koperasi-koperasi baru ini
terkategori sebagai koperasi merpati, yaitu koperasi yang bermunculan saat
fasilitas pemerintah diberikan, ketika fasilitas itu habis, maka merpatipun
pergi.
Lokasi praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis bertempat di
KUD Batu dan PT Selecta di Kota Batu. Praktikum Koperasi dan Kemitraan
1
2
Agribisnis ini diadakan pada hari tanggal 2 Desember 2011. Lokasi tersebut
dipilih karena perusahaan ini mempunyai kreadibilitas dan akuntabilitas yang
baik dengan mempertimbangkan aspek efektivitas, urgensi dan spesialisasi
yang dimiliki oleh lokasi. Praktikum ini dilaksanakan guna untuk
mensinergikan antara teori pada pertemuan tatap muka dengan aplikasinya di
lapangan, mengidentifikasi permasalahan koperasi dan kemitraan di bidang
agribisnis dan menerapkan ilmu tentang koperasi dan kemitraan untuk
mengatasi permasalahan dan melakukan pengembangannya.
B. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam praktikum Koperasi dan Kemitraan
Agribisnis ini antara lain :
1. Bagaimana usaha yang meliputi jenis usaha, profil usaha, volume usaha,
prioritas usaha, kemitraan usaha, perencanaan dan pengembangan usaha
ke depan, serta pemasaran pada koperasi KPSBU (Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara)?
2. Bagaimana hubungan kemitraan di BALITSA dan kelompok tani Mekar
Tani Jaya?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan Praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis ini adalah:
a. Mahasiswa dapat mengetahui usaha yang meliputi jenis usaha, profil
usaha, volume usaha, prioritas usaha, kemitraan usaha, perencanaan
dan pengembangan usaha ke depan, serta pemasaran pada koperasi
KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara).
b. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan kemitraan di BALITSA dan
kelompok tani Mekar Tani Jaya.
2. Kegunaan
Kegunaan dari Praktikum Koperasi Pertanian adalah:
a. Bagi Mahasiswa
3
1) Dapat mengenal lebih jauh tentang perkoperasian sebagai bentuk
organisasi ekonomi baik koperasi pertanian maupun koperasi
non-pertanian.
2) Dapat mengetahui secara langsung bagaimana sejarah
perkembangan dan pengembangan pengelolaan koperasi.
3) Dapat mengetahui sekaligus mencari tentang permasalahan yang
di hadapi oleh koperasi.
4) Dapat mensinergiskan antara teori ilmu koperasi di bangku
kuliah dengan aplikasinya di lapangan.
5) Dapat mengembangkan pengetahuan mengenai koperasi
sehingga mendorong tumbuhnya ide dan gagasan baru untuk
mengembangkan koperasi.
b. Bagi Koperasi
1) Dapat digunakan untuk mengevaluasi usahanya dan dapat
menentukan kebijakan yang tepat dalam pengambilan keputusan.
2) Dapat menjadi pertimbangan di dalam menentukan
kebijaksanaan dalam upaya pengembangan koperasi.
3) Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan koperasi
dan dapat menambah informasi untuk memperluas jaringan usaha
koperasi.
c. Bagi Fakultas
Sebagai kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan
pertanian.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Koperasi
Koperasi sebagai salah satu pilar penyangga perekonomian
nasional memiliki ketentuan-ketentuan pokok tersendiri dalam
menjalankan fungsi sosial dan ekonominya. Dalam melaksanakan
kegiatannya, koperasi berdasarkan asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan
dalam koperasi sebenarnya merupakan cerminan dari pasal 33 ayat (1)
UUD 1945 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan” (Krisnamurthi, 2002).
Pengertian koperasi secara sederhana, Koperasi berawal dari kata
"co" yang berarti bersama dan "operation" (operasi) artinya bekerja. Jadi
pengertian koperasi adalah bekerja sama. Sedangkan pengertian umum
koperasi adalah : suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan
sama, diikat dalam suatu organisasi yang berasaskan kekeluargaan
dengan maksud mensejahterakan anggota (Anonima, 2007).
Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi
Membangun mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai
spirit koperasi. Pertama, kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan
(trust). Kedua, keadilan dalam usaha bersama. Ketiga, kebaikan dan
kejujuran mencapai perbaikan. Keempat, tanggung jawab dalam
individualitas dan solidaritas. Kelima, paham yang sehat, cerdas, dan
tegas. Keenam, kemauan menolong diri sendiri serta menggerakkan
keswasembadaan dan otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam kekeluargaan
(Ropke, 2003).
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33 Ayat (1) menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasannya antara lain dinyatakan
bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan
kemakmuran orang-seorang, dan bangun perusahaan yang sesuai dengan
4
5
itu ialah koperasi. Dengan demikian, UUD 1945 menempatkan koperasi
pada kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional dan sekaligus
sebagai bagian integral tata perekonomian nasional (Mubyarto, 2002).
Koperasi merupakan perkumpulan orang, bukan merupakan
perkumpulan modal, karenanya masih banyak yang berpendapat bahwa
dalam koperasi kedudukan modal tidaklah penting. Sebagai
perkumpulan yang menjalankan usaha dalam bidang bisnis
(perekonomian) koperasi banyak memerlukan modal, jadi modal itu
tetap vital, namun demikian modal tidak boleh diberikan arti lebih
penting daripada orang-orang yang menjadi anggota koperasi
(Kartasapoetra, 2000).
2. Kemitraan
Koperasi akan eksis jika terdapat kebutuhan kolektif untuk
memperbaiki ekonomi secara mandiri. Masyarakat yang sadar akan
kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan kesejahteraanya,
atau mengembangkan diri secara mandiri merupakan prasyarat bagi
keberdaan koperasi. Kesadaran ini akan menjadi motivasi utama bagi
pendirian koperasi dari bawah atau secara bottom-up. Faktor kuncinya
adalah kesadaran kolektif dan kemandirian. Dengan demikian
masyarakat tersebut harus pula memahami kemampuan yang ada pada
diri mereka sendiri sebagai modal awal untuk mengembangkan diri
(Hafsah, 1999).
Kemitraan didefinisikan sebagai sebuah cara melakukan bisnis
dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai
tujuan bisnis bersama. Berdasarkan motivasi ekonomi tersebut maka
prinsip kemitraan dapat didasarkan atas saling memperkuat. Dalam
pedoman pola hubungan kemitraan, mitra dapat bertindak sebagai
perusahaan inti atau perusahaan pembina atau perusahaan pengelola atau
perusahaan penghela, sedangkan plasma disini adalah petani/peternak.
Konsep kemitraan tersebut secara lebih rinci diuraikan dalam Pasal 27
6
Peraturan pemerintah RI Nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan
(Hasanawi, 2003).
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual
maupun kelompok. Untuk membangun sebuah kemitraan harus
didasarkan pada kesamaan perhatian atau kepentingan, saling
mempercayai dan saling menghormati, tujuan yang jelas dan terukur
ketersiadaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumberdaya
yang lain. Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah persamaan atau
equality, keterbukaan atau transparancy dan saling menguntungkan atau
mutual benefit (Anonimb, 2009).
Dengan kebijakan dan peran pemerintah tersebut maka kepentingan
pengusaha kecil dapat terlindungi, dengan cara menumbuhkan pola
kemitraan yang dibangun atas asas kelembagaan kemitraan usaha tidak
hanya dibangun atas dasar perhitungan keuangan dan manajemen saja tetapi
memberi tempat pada komunikasi antar pihak secara setara menjamin
kesepakatan-kesepakatan informal dengan dasr komitmen. Hal inilah yang
ditawarkan oleh pendekatan pengelolaan pembangunan klabrasi, dalam arti
pengelolaan tersebut memasukan pengelolaan kemitraan usaha sebagai
bagian dari pengelolaan pembangunan yang lebih luas
(Satiakusumah, 2002).
Pola hubungan kemitaraan ditujukan agar pengusaha kecil dapat lebih
aktif berperan bersama-sama dengan penguaha besar, karena bagaimanapun
juga usaha kecil merupakan bagian yang integral dari dunia usaha nasional
dan mempunyai eksistensi, potensi, peranan yang sangat penting dan
strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi pada khususnya. Peran
pemerintah dalam mengatur dan menjembatani pola kemitraaan antara
pengusaha besar, menengah dan kecil diatur dalam Ketentuan Umum Pasal
1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yang menyebutkan
tentang: “Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau
dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang
berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
7
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan” (Widiyanti, 1992).
B. Kerangka Teori
Menurut Suyanto dan Nurhadi dalam bukunya yang berjudul “Ekonomi”
jenis-jenis koperasi meliputi :
1. Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen merupakan koperasi yang beranggotakan para
konsumen. Pada hakekatnya ada dua tujuan penting didirikannya koperasi
konsumen, yaitu :
a. Meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dengan menjual
barangbarang konsumsi dengan harga yang relatif murah dan kualitas
yang baik;
b. Meningkatkan pendapatan para anggota koperasi melalui
penghematanpenghematan pembelian barang konsumsi akibat lebih
murahnya harga barang-barang yang dijual di koperasi.
Agar tujuan-tujuan koperasi itu tercapai, maka barang yang dijual ke
anggota harus :
a. Dibeli langsung dari produsen;
b. Memiliki ukuran, takaran dan timbangan yang benar;
c. Memiliki kualitas yang tinggi.
2. Koperasi Produsen
Koperasi produsen merupakan koperasi yang beranggotakan para
produsen barang atau jasa tertentu. Koperasi produsen didirikan dengan
tujuan antara lain :
a. Menghindari persaingan diantara para produsen dalam menjual barang
hasil produksi, sehingga harga barang dapat dipertahankan pada tingkat
yang lebih menguntungkan;
b. Mempertahankan mutu barang hasil produksinya agar tetap sesuai
dengan cita rasa atau selera konsumen, sehingga barang yang dihasilkan
tetap laku dipasar.
c. Menjaga kestabilan harga barang yang dihasilkan melalui kesepakatan
terhadap jumlah barang yang dihasilkan.
8
3. Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran menguntungkan bagi para konsumen. Koperasi
pemasaran merupakan koperasi yang kegitaan ekonominya memasarkan
barang atau jasa tertentu. Koperasi pemasaran bertujuan mencapi tingkat
harga yang menguntungkan bagi para anggota koperasi. Keuntungan
didirikannya koperasi pemasaran antara lain sebagai berikut :
a. Harga akan dapat dijamin stabilitasnya
b. Persaingan harga yang sering merugikan produsen dapat dihindarkan;
c. Ketersediaan barang-barang di pasar juga dapat terjamin.
4. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang meningkatkan
kesejahteraan anggotanya dengan kegiatan kredit berbunga rendah.
Koperasi simpan pinjam tidak saja harus memberipinjaman denagn tingkat
bunga yang rendah, tetapi ia harus memberikan pinjaman kepada anggota
dengan prosedur yang cepat dan mudah.
5. Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha (KUH) adalah koperasi yang kegiatan
ekonominya lebih dari satu bidang usaha. Oleh kaena itu dalam koperasi
serba usaha bidang-bidang usaha atau kegiatan ekonomi seperti produksi,
konsumsi, kredit, pemasaran dan jasa dilakukan oleh koperasi itu secara
bersama.
6. Koperasi Jasa
Koperasi jasa merupakan koperasi dengan kegiatan utama pelayanan
jasa. Jasa dalam koperasi ini bukanlah seperti jasa pada koperasi simpan
pinjam. Layanan utama yang diberikan atau dijual oleh koperasi kepada
anggotanya dan masyarakat adalah berupa jasa antara lain jasa bidang
angkutan, asurasi, perlistrikan dan perumahan.
(Mariotti, 1999)
Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling
menguntungkan dengan pelbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi
dan memperkuat satu sama lainnya. Julius Bobo14 menyatakan, bahwa tujuan
utama kemitraan adalah untuk mengembangkan pembangunan yang mandiri dan
9
berkelanjutan (Self-Propelling Growth Scheme) dengan landasan dan struktur
perekonomian yang kukuh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai
tulang punggung utamanya (Anonimc, 2009).
Kemitraan itu mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan
kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan
saling memerlukan yaitu :
1. Kerjasama usaha
2. Antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil
3. Pembinaan dan pengembangan
4. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan
(Jafar, 1999).
Dalam rangka merealisasikan kemitraan sebagai wujud dari keterkaitan
usaha, maka diselenggarakan melalui pola-pola yang sesuai dengan sifat dan
tujuan usaha yang dimitrakan adalah sebagai berikut :
1. Pola Inti Plasma
Dalam pola inti plasma, Usaha Besar dan Usaha Menengah bertindak
sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil sebagai plasma.
Selanjutnya menurut penjelasan Pasal 27 huruf (a) Undang-Undang Nomor.
9 Tahun 1995, yang dimaksud dengan pola inti plasma adalah hubungan
kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar
sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi
plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi,
pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan,
penguasaan dan peningktan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan
efisiensi dan produktivitas usaha.
2. Pola Subkontrak
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (b) Undang-Undang Nomor. 9
Tahun 1995 bahwa “pola subkontr ak adalah hubungan kemitraan antara
Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya
Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha
Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya.
3. Pola Dagang Umum
10
Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9
Tahun 1995, Pola Dagang Umum adalah “hubungan kemitraan antara Usaha
Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha
Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau
Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah
atau Usaha Besar mitranya”.
Dengan demikian maka dalam pola dagang umum, usaha menengah
atau usaha besar memasarkan produk atau menerima pasokan dari usaha
kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
usaha menengah atau usaha besar mitranya.
4. Pola Keagenan
Berdasarkan penjelasan Pasal 27 huruf (e) Undang-Undang Nomor. 9
Tahun 1995, pola keagenan adalah “hubungan kemitraan, yang di dalamnya
Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha
Menengah atau Usaha Besar mitranya”. Dalam pola keagenan, usaha
menengah dan atau usaha besar dalam memasarkan barang dan jasa
produknya memberi hak keagenan hanya kepada usaha kecil. Dalam hal ini
usaha menengah atau usaha besar memberikan keagenan barang dan jasa
lainnya kepada usaha kecil yang mampu melaksanakannya.
5. Pola Waralaba
Menurut Penjelasan Pasal 27 Huruf (d) Undang-Undang Nomor. 9
Tahun 1995, Pola Waralaba adalah “ hubungan kemitraan, yang di dalamnya
pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan
saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai
bantuan bimbingan manajemen”.
6. Bentuk-Bentuk Lain
Selain daripada pola-pola seperti yang telah disebutkan di atas, seiring
dengan semakin berkembangnya lalu lintas usaha (bisnis) dimungkinkan
pula dalam perjalanannya nanti adanya timbul bentuk pola-pola lain yang
mungkin saat ini atau pada saat yang mendatang akan atau sudah
berkembang tetapi belum dibakukan.
(Martodireso, 2000).
11
III. METODOLOGI
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah
metode deskriptif analitis, yaitu metode penerapan permasalahan sehingga
memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan
bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam
konteks teori–teori yang ada dan dari penelitian terdahulu. Dengan metode
ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengenal lebih lanjut
mengenai kondisi koperasi. Sedangkan dalam penentuan koperasi yang
digunakan sebagai tempat praktikum adalah secara purposive atau sengaja hal
tersebut berkaitan dengan metode pengumpulan data serta mensinergiskan
materi/teori perkuliahan di kampus dengan keadaan sebenarnya dalam
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara dan Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan datang langsung ke Koperasi
Peternak Sapi Bandung Utara dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran serta
mengadakan wawancara/dialog langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Pengumpulan data sekunder
yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengumpulan data
dari koperasi yang bersangkutan dimana data tersebut telah diolah oleh
pengurus koperasi berupa deskripsi umum koperasi.
C. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan tabulasi presentatif baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu dengan jalan
menganalisis data-data kuantitatif hasil pengukuran berdasarkan variabel
yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen untuk menunjukkan
hubungan antara variabel untuk menguji teori, sedangkan metode kualitatif
11
12
dengan menganalisis data deskriptif untuk memperoleh pemahaman dan
makna dalam mengembangkan teori dan menggambarkan realita yang
kompleks.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis
1. KPSBU Lembang ( Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara )
KPSBU Lembang ( Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara ), adalah
koperasi primer tunggal usaha di kecamatan Lembang yang merupakan
suatu wadah bagi para petani peternak sapi perah dengan wilayah kerja
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) meliputi wilayah Desa
Lembang, Wangunsari, Jayagiri, Cikidang, Cikahuripan, Pagerwangi,
Sukajaya, Cilumber. Daerah Lembang yang berbukit-bukit ini memiliki
ketinggian ± 1.200 meter dari permukaan laut, temperatur antara 17-25 ºC
dan curah hujannya sekitar 1.800 - 2.500 mm/tahun.
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), terletak di
komplek pasar panorama Lembang dengan menempati lahan seluas 1.800
m², yang dibagi atas 400 m² untuk bagian produksi, 600 m² digunakan
untuk produk pakan jadi atau makanan konsentrat, 400 m² digunakan
untuk gudang bahan pollard dan dedak, 400 m² digunakan untuk
perkantoran dan gudang kebutuhan pengurus dan anggota.
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), didirikan pada
tahun 1971, dan mendapat pengesahan Badan Hukum No.4891/BH/DK-
10/20 tanggal 8 Agustus 1971. KPSBU lahir ditengah gejolak para
peternak akibat adanya para kolektor atau pengumpul susu yang sudah
banyak menguasai pemasaran dalam bidang susu di Lembang. Mulai saat
itulah suatu pemikiran atau gagasan yang disertai rasa kebersamaan dan
kebulatan tekad untuk mendirikan suatu koperasi, sehingga KPSBU ini
lahir dari kehendak para peternak, oleh peternak dan untuk peternak yang
bertempat di kecamatan Lembang wilayah Bandung Utara. Rasa
kebersamaan dan kekeluargaan para peternak itu diwujudkan dengan
timbulnya respon dari peternak yang saat itu berjumlah 35 orang peternak
yang masuk jadi anggota KPSBU di Lembang sebagai anggota perintis.
14
14
Atas dasar musyawarah dan rapat anggota maka dibentuklah susunan
pengurus sebagai berikut :
Ketua : R. Soebiantoro
Wakil Ketua : Kasim
Sekretaris : H.G Sutika
Bendahara : Ny Arwani S
Pembantu : H. Syamsudin
Badan hukum yang berlaku saat ini dengan
No.4891/BH/PAD/KWK-10/X tertanggal 5 oktober 1995. Dengan rencana
kerja sebagai berikut :
a. Mengadakan pembinaan terhadap para peternak yang sudah tergabung
dalam Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU),
b. Memberikan pengertian dan penyuluhan tentang pentingnya
berkoperasi khususnya kepada peternak yang belum menjadi anggota,
c. Menyediakan kebutuhan pokok untuk para peternak dan ternaknya,
d. Melakukan penampungan produksi susu para anggota dan
memasarkannya,
e. Memberikan penyuluhan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi,
f. Menyediakan ahli dan mantri untuk penyuluhan dan pelayanan
kesehatan ternak.
2. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang pada awal
terbentuknya yaitu tahun 1940 berada di bawah naungan Balai Penelitian
Teknologi Petanian Bogor. Pada tahun 1962 berkembang menjadi Kebun
Percobaan Hortikultura yang merupakan cabang dari Lembaga Penelitian
Hortukultura Pasarminggu. Kemudian pada tahun 1995 berubah menjadi
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) yang letaknya di Lembang
Bandung Jawa Barat. Sebelum berdiri BALITSA, balai penelitian ini
merupakan balai penelitian tanaman hortikultura yang diantaranya ada
tanaman buah, sayuran dan hias. Setelah semakin maju dan berkembang
15
balai hortikultura ini terbagi atas 4 balai diantaranya ada Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (BALITSA), Balai Penelitian Tanaman Buah
(BALITBU), Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI), Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di beberapa daerah di Indonesia.
BALITSA Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran
dan lahan yang subur, juga merupakan daerah Agrowisata. Ketinggian
daerah kurang lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0 - 1000 mm/ bulan,
serta rata – rata kelembaban nisbi 70 - 100 % (sesuai tabel data curah
hujan BALITSA). Luas lahannya sendiri sebesar 40 hektar. Tanah di
BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat kehitaman, remah,
memiliki pori – pori makro dan mikro dengan pH 5,5 – 7. Balai penelitian
tanaman sayuran ini telah melepas varietas unggul sayuran seperti:
a. Kentang sebanyak 8 varietas
b. Bayam sebanyak 2 varietas
c. Kacang panjang sebanyak 2 varietas
d. Bawang merah sebanyak 4 varietas
e. Bawang putih sebanyak 3 varietas
f. Petsai sebanyak 3 varietas
g. Tomat sebanyak 7 varietas
h. Kangkung sebanyak 1 varietas
i. Buncis sebanyak 3 varietas
j. Mentimun sebanyak 3 varietas
k. Cabai sebanyak 3 varietas
BALITSA (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) mengembangkan
kerjasama melalui pola kemitraan dengan beberapa kelompok tani di
beberapa daerah diantaranya kelompok tani yang berasal dari Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sumatra, Kalimantan dan lain lain. Dari kegiatan kemitraan
tersebut kelompok tani mengaplikasikan IPTEK yang didapat dari
BALITSA (Balai Penelitian Tanaman Sayuran) kemudian diterapkan
dalam kerja nyata. Dalam hal kemitraan dengan BALITSA (Balai
16
Penelitian Tanaman Sayuran) petani di lembanglah yang paling sering
salah satunya adalah kelompok tani Mekar Tani Jaya.
3. Kelompok Tani Mekar Tani Jaya
Untuk kemitraan dalam praktikum kali ini adalah kemitraan antara
Kelompok Usaha Tani Mekar Tani Jaya dengan BALITSA (Balai
Penelitian Tanaman Sayuran). BALITSA bekerja sama dengan kelompok
tani dengan mengaplikasikan teknologi pada petani. Mekar Tani Jaya
bergerak dalam bidang agribisnis dan dalam pelaksanaannya diusahakan
secara kolektif (berkelompok). Mekar Tani Jayaberdiri pada tanggal 10
Oktober 1987 dan berdomisili di jalan Cibeunying No. 85 Rt 02/10 Desa
Cibodas Kecamatan Bandung Barat Jawa Barat. Mekar Tani Jaya
merupakan penerus dari kelompok Tani ”Ciung Wanara” yang berkiprah
di era 70 an sampai dengan 90 an, setelah mengalami pasang surutnya
suatu organisasi kemasyarakatan yang berbasis Kelompok Tani maka
Mekar Tani Jaya kian memantapkan langkah demi langkah, mulai dari
tahap budidaya maupun panen dan pasca panen.Mekar Tani Jaya bergerak
dalam bidang agribisnis dan dalam pelaksanaannya di usahakan secara
kolektif (berkelompok). Dengan modal pengalaman dan pengetahuan serta
niat yang kuat guna menghasilkan yang terbaik, Mekar Tani Jaya kian
memantapkan langkah demi langkah untuk mencapai usaha yang
menguntungkan berkelanjutan dan berkesinambungan demi meningkatkan
kesejahteraan agar masyarakat tani bisa sejajar dengan profesi lainnya.
Visi dari Kelompok Tani Mekar Tani Jaya ini adalah menjadikan
Kelompok Usaha Tani Mekar Tani Jaya sebagai Perusahaan Agribisnis
yang mampu berperan sebagai model terbaik dalam usaha tani unggul,
berkelanjutan, senantiasa tumbuh dan berkembang, berwawasan masa
depan dengan mengacu pada realitas dan kultur anggotanya serta
menerapkan teknologi ramah lingkungan. Kelompok Tani Mekar Tani
Jaya memiliki misi :
17
a. Mengembangkan teknologi Pertanian yang unggul, modern dan
terstandardisasi dengan baik yang aplikasinya adaptif, efektif dan
efisien.
b. Mengembangkan usaha tani dengan pengelolaan usaha modern yang
memiliki jati diri kokoh.
c. Mengembangkan sistem pengelolaan usaha tani yang terbaik yang
mampu menyangga usaha untuk mencapai harapan.
Jenis usaha yang diusahakan yaitu; sayuran eklusif, tanaman hias,
peternakan. Sedangkan untuk merk dagang Supermarket; Grace, Yan’s
fruit and vegetable, Yan’ agrotama mandiri, Saung Organik, dan eksport;
ASB Farm.
Teknologi budidaya mengacu pada kaidah Good Agriculture
Practices (GAP), sertifikasi dan SK Deptan. Komoditi di produksi sesuai
dengan kebutuhan pasar dan menerapkan pola tanam yang terjadwal untuk
menjaga kuota dan kontiunitas. Penanganan panen dan pasca panen
menerapkan kaidah standarisasi Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) bekerja sama engan AFFA Australia dan USAID.Tujuan yang
ingin di capai yaitu meningkatkan kualitas peserta pelatihan,
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta pelatihan dengan
memperkenalkan lebih jauh tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
meningkatkan jaringan dan kemitraan dalam pengembangan usaha.
B. Kondisi Usaha
1. Bidang Kajian Usaha Di KPSBU
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), merupakan
badan usaha yang berbentuk koperasi yang mempunyai tujuan utama
yaitu untuk mensejahterakan anggotanya. Kegiatan usaha pokok koperasi
ini bergerak di bidang pemasaran susu yang diperoleh dari para peternak
sapi di daerah Lembang dan sekitarnya.
Berikut adalah status usaha koperasi :
a. Bentuk Koperasi : Koperasi Primer Mandiri.
b. Status koperasi : Berbadan hokum no. 4891 A/BH/KWK-10/12
18
tanggal 26Maret 1985.
c. Tanggal didirikan : 8 Agustus 1971.
d. Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan anggota peternak dan
masyarakat pada umumnya, dalam rangka turut
membantu pemerintah dalam peningkatan gizi
masyarakat.
Produk yang dihasilkan perusahaan berupa jasa. Dalam
pelaksanaanya produk jasa yang dihasilkan dibagi menjadi :
a. Sebagai kegiatan pokok KPSBU yaitu penampungan dan pemasaran
susu yang diperoleh dari anggota serta menjualnya ke IPS, Agen dan
Eceran.
b. Melayani anggota dengan adanya beberapa usaha yaitu :
1) Pelayanan simpan pinjam kepada anggota serta karyawan KPSBU
melalui proses yang mudah, cepat dan tanpa bunga.
2) Adanya Warung Serba Ada (WASERDA) yaitu pertokoan yang
bergerak di bidang penjualan barang dagang. Sehingga dapat
membantu anggota dalam hal memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari baik pembelian secara tunai maupun kredit.
3) Pelayanan dalam hal pengadaan makanan ternak sehingga
memudahkan peternak (anggota) untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternaknya.
4) Pembibitan.
5) Kredit sapi bergulir (tanpa bunga)
6) Pendidikan dan pelatihan
7) Pelayanan kesehatan hewan, inseminasi buatan dan potong kuku
8) Pelayanan kesehatan bagi anggota dan sebagainya.
KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara) juga bekerjasama
dengan PERUM PERHUTANI dalam penyediaan lahan untuk rumput
sebagai pakan sapi.
KPSBU (Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara) memiliki 7000
anggota (peternak) dengan jumlah sapi perahnya mencapai 21.036 ekor
19
yang di quarter mulai September 2011 yang lalu. Produksi Susu segar
yang dihasilkan lebih dari 110.000 kg / hari yang nantinya akan dikirim
ke pabrik IPS (Industri Pengolah Susu) misalnya, Danone, eskrim
diamond dan susu bendera. Penentuan harga susu untuk peternak
berdasarkan kualitas. Harga susu pada level peternak antara Rp. 3.000 s/d
Rp 3.450 / liter.
2. Bidang Kajian Usaha di BALITSA
Kedudukan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA)
Lembang pada saat ini bernaung di bawah Departemen Pertanian
Republik Indonesia, yang berkedudukan di Jalan Margasatwa, Ragunan,
Jakarta Selatan. Oleh karena itu lembaga ini merupakan salah satu Balai
Penelitian Tanaman Sayuran yang berstatus sebagai instansi pemerintah.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) merupakan suatu
wadah yang berfungsi untuk mengembangkan IPTEK dalam hal tanaman
sayuran agar mendapatkan hasil berupa komoditas unggulan. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) memiliki beberapa komoditas
unggulan yang dibagi menjadi empat prioritas, yaitu:
a. Komoditas utama : Kentang, cabai merah, bawang merah,
kubis, tomat, buncis, kacang panjang dan
jamur
b. Komoditas unggulan : Kentang, cabai merah dan kacang merah
c. Komoditas prospektif : Terung dan Mentimun
d. Komoditas trendsetter : Sayuran tropis asli Indonesia
Teknologi yang diterapkan pada lahan penanaman sayuran di areal
BALITSA adalah Budidaya konvensional dan budidaya ramah
lingkungan seperti LEISA dan Organik, ada juga teknologi budidaya
sayuran di rumah plastik khususnya untuk tanaman sayuran paprika.
Hasil panen ini dibeli dengan cara borongan kecuali untuk tanaman cabai
yang merupakan tanaman sayuran tahunan, hasilnya tidak dijual langsung
ke pasar atau supermarket terdekat atau luar daerah Lembang. Hasil
panen biasanya dijual kepada para pengepul yang kemudian baru dijual
20
ke pasar induk dan supermarket lalu konsumen dengan melakukan sortir
terlebih dahulu.
3. Hubungan kemitraan antara Balitsa dan Mekar Tani Jaya
Mekar Tani Jaya bergerak dalam bidang agribisnis dan dalam
pelaksanaan usahanya dilaksanakan secara kolektif (berkelompok).
Kelompok Usaha Tani Mekar Tani Jaya bertujuan untuk mencapai usaha
yang menguntungkan berkelanjutan dan berkesinambungan demi
meningkatkan kesejahteraan petani. Produk-produk sayuran yang
dihasilkan dipasarkan di supermarket, hotel, restaurant, catering bahkan
sudah menjadi komoditas ekspor. Jenis usaha yang diusahakan yaitu;
sayuran eklusif, tanaman hias, peternakan. Sedangkan untuk merk
dagang Supermarket; Grace, Yan’s fruit and vegetable, Yan’ agrotama
mandiri, Saung Organik, dan eksport; ASB Farm. Kelompok Usaha Tani
Mekar Tani Jaya menyelenggarakan pelatihan dan magang bagi petani
nasional, calon pensiunan dari BUMN, petani pemula dan mahasiswa
disertai dengan beberapa fasilitas diantaranya tutor dan pembimbing
yang sudah ahli.
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan usaha pokok Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)
bergerak di bidang penampungan dan pemasaran susu yang diperoleh dari
para peternak sapi di daerah Lembang dan sekitarnya serta menjualnya ke
IPS, Agen dan Eceran.
2. KPSBU melayani anggotanya dengan adanya beberapa usaha antara lain
pelayanan simpan pinjam kepada anggota serta karyawan KPSBU; adanya
Warung Serba Ada (WASERDA) yaitu pertokoan yang bergerak di bidang
penjualan barang dagang; pelayanan dalam hal pengadaan makanan ternak
sehingga memudahkan anggota untuk memenuhi kebutuhan pakan
ternaknya; pembibitan; kredit sapi bergulir (tanpa bunga); pendidikan dan
pelatihan; pelayanan kesehatan hewan, inseminasi buatan dan potong
kuku; pelayanan kesehatan bagi anggota dan sebagainya.
3. KPSBU memiliki 7000 anggota dengan jumlah sapi perah 21.036 ekor.
Produksi Susu segar yang dihasilkan lebih dari 110.000 kg / hari yang
akan dikirim ke pabrik IPS (Industri Pengolah Susu) misalnya, Danone,
eskrim diamond dan susu bendera. Penentuan harga susu untuk peternak
berdasarkan kualitas. Harga susu pada level peternak antara Rp. 3.000 s/d
Rp 3.450 / liter.
4. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) menerapkan teknologi
budidaya konvensional dan budidaya ramah lingkungan seperti LEISA dan
Organik pada lahan penanaman sayuran, juga teknologi budidaya sayuran
di rumah plastik khususnya untuk tanaman sayuran paprika. Hasil panen
BALITSA dibeli dengan cara borongan kecuali untuk tanaman cabai,
hasilnya tidak dijual langsung ke pasar atau supermarket terdekat atau luar
daerah Lembang. Hasil panen biasanya dijual kepada para pengepul yang
kemudian dijual ke pasar induk dan supermarket lalu konsumen dengan
22
22
melakukan sortir terlebih dahulu.
5. Kelompok Tani Mekar Tani Jaya dalam pelaksanaan usahanya
dilaksanakan secara kolektif (berkelompok). Jenis usaha yang diusahakan
yaitu; sayuran eklusif, tanaman hias, peternakan.
B. Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum Koperasi dan Kemitraan Agribisnis
yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Promosi mengenai koperasi harus lebih ditingkatkan agar jumlah anggota
dapat bertambah.
2. Lebih memperhatikan dan meningkatkan pelayanan terhadap anggota
sehingga masyarakat yang sudah menjadi anggota tetap bisa bertahan dan
juga akan menarik masyarakat lain untuk menjadi anggota.
3. Penguasaan teknologi harus lebih ditingkatkan lagi agar koperasi dapat
menjadi lebih maju.
4. Kerja sama koperasi dan pihak lain harus lebih ditingkatkan demi
kemajuan koperasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2007. Dasar-dasar Koperasi. http://home.unpar.ac.id/. Diakses Sabtu, 10 Desember 2011.
______b. 2009. Koperasi sebagai Soko Guru Perokonomian nasional. http://slideshare.net/DadangSolichin.com. Diakses Sabtu, 10 Desember 2011.
______c. 2009. Kemitraan, Koordinasi dan Kolaborasi Iptek. http://tatang-taufik.blogspot.com. Diakses Sabtu, 10 Desember 2011.
Hafsah, M.J. 1999. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Hasanawi Mt. 2003. Peranan Kemitraan Usaha Pertanian antara Petani Jagung dengan PT. Dharma Niaga dalam Meningkatkan Pendapatan Petani pada Agribisnis Jagung (Zea mays Linn.). Tesis Program Magister (S2) Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. (Unpublish).
Jafar, Mohammad. 1999. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Fakultas Pertanian UGM. Jogjakarta.
Kartasapoetra, G. dkk. 2000. Praktek Pengelolaan Koperasi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Krisnamurthi, B. 2002. Membangun Koperasi Berbasis Anggota Dalam Rangka Pengembangan Ekonomi Rakyat. Jurnal Ekonomi Rakyat Th I-No. 4 -Juni 2002. Jakarta.
Mariotti, John, 1999, Kemitraan Usaha, Pustaka Sinar Harapan , Jakarta
Martodireso, Sudadi. 2000. Agribisnis Model Kemitraan. Makalah Sarasehan Masyarakat Tani Nasional. Fakultas Pertanian UGM. Jogjakarta.
Mubyarto. 2002. Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan Melalui Gerakan Koperasi: Peran Perguruan Tinggi. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. I - No. 6 - Agustus 2002. Jakarta.
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi Teori dan Manajemen. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Satiakusumah, H.R.E.D. 2002. Koperasi Prinsip-prinsip Dasar Koperasi dan Konsep Kemitraan. Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. Bandung.
Widiyanti. 1992. Membangkitkan Ekonomi Kerakyatan melalui Gerakan Koperasi: Peran Perguruan Tinggi. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. I – No. 6 – Agustus 2002. Jakarta.