Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
I - 212 SENTRA 2016
KINERJA SISTEM MANAJEMEN TERMAL MOTOR
LISTRIK MENGGUNAKAN PIPAKALOR PIPIH
BERBENTUK “L”
Bambang Ariantara, Nandy Putra, M. Rangga Dexora Laboratorium Perpindahan Kalor Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424
Kontak Person:
Nandy Putra
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424,
Telp. 021-7270032/Fax 021-7270033
E-mail: [email protected]
Abstrak Proses konversi energi dari energi listrik menjadi energi mekanik yang terjadi di dalam motor listrik selalu disertai dengan
pembangkitan kalor. Pembangkitan kalor pada motor listrik akan meningkatkan temperaturnya. Temperatur kerja motor
listrik yang terlalu tinggi dapat menyebabkan turunnya kinerja motor dan memperpendek umur pakainya. Untuk menjaga
agar motor beroperasi dengan kinerja yang tinggi dan umur pakai yang panjang, temperatur kerja motor listrik harus
dibatasi dengan menyediakan sistem manajemen termal yang handal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kinerja
sebuah prototip sistem manajemen termal motor listrik menggunakan pipa kalor pipih berbentuk “L” secara eksperimental.
Pipa kalor terbuat dari tembaga dengan sumbu kapiler tembaga sinter dan fluida kerja air dengan rasio pingisian 50 %.
Prototip dibuat dari sebuah motor induksi 0,5 HP yang rotor dan statornya diganti dengan sebuah pemanas listrik dan dua
buah silinder. Pembangkitan kalor disimulasikan menggunakan pemanas listrik agar besarnya dapat divariasikan
menggunakan regulator tegangan. Pipa kalor dipasang pada pemegang pipa kalor yang disisipkan di antara sirip-sirip
motor. Sisi evaporator berada pada pemegang pipa kalor, sedangkan sisi kondensornya ditempatkan di depan kipas.
Temperatur permukaan silinder di bagian luat dan dalam diukur menggunakan termokopel tipe k berdiameter 0,3 mm yang
dihubungkan dengan sistem data akuisisi National Instrument yang terdiri atas modul NI9014 dengan chassis NI 9174.
Jumlah pipa kalor bervariasi dari 2, 4, 6 hingga 8 buah, sedangkan beban kalor bervariasi dari 30 W, 60 W, 90 W, 120 W
hingga 150 W. Pada beban kalor 150 W dengan 8 buah pipa kalor, temperature permukaan luar motor listrik dapat
diturunkan dari 102,2 °C menjadi 68,4 °C. Hasil tersebut menunjukan bahwa sistem manajemen termal motor listrik
menggunakan pipa kalor pipih berbentuk “L” dapat secara efektif menurunkan temperatur motor listrik walaupun pipa kalor
dipasang di permukaan luar motor. Kemudian diperoleh pula bahwa penambahan jumlah pipa kalor dari 4 menjadi 6 dan 8
buah tidak memberikan peningkatan kinerja yang signifikan.
Kata kunci: kinerja, motor listrik, pipa kalor, sistem manajemen termal
1. Pendahuluan
Motor listrik adalah suatu alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Proses
konversi energi listrik menjadi energi mekanik pada sebuah motor listrik selalu disertai dengan
pembangkitan kalor. Pembangkitan kalor ini disebabkan oleh adanya sebagian dari energi listrik yang
dikonversi menjadi energi termal. Pembangkitan kalor pada motor listrik akan meningkatkan
temperaturnya. Temperatur kerja motor listrik yang berlebihan akan menurunkan kinerjanya dan
memperpendek umur pakainya. Untuk menjaga agar motor listrik beroperasi pada temperatur kerja
yang ideal diperlukan sistem manajemen termal yang efektif dan efisien.
Pembagkitan kalor pada motor listrik dapat dikelompokan sebagai kerugian Joule, kerugian
besi, kerugian mekanik, dan kerugian stray load [1]. Kerugin Joule berkaitan dengan konversi energi
listrik menjadi enrgi termal di dalam kawat kumparan tembaga yang besarnya sebanding dengan
kuadrat arus dan tahanan kawat kumparan. Kerugian besi terdiri atas kerugian histeresis dan kerugian
Joule pada inti besi akibat arus induksi. Kerugian mekanik adalah kerugian yang berkaitan dengan
gesekan mekanik dan gesekan viskos. Kerugian stray load merupakan kerugian minor dan merupakan
kerugian yang sulit dievaluasi. Bousbaine [2] mengkaji pengembangan model termal dari motor
induksi berdasarkan distribusi densitas kerugian (loss density distribution) yang akurat untuk
memprediksi kenaikan temperatur motor sebelum dibuat. Penelitian ini memperhitungkan berbagai
jenis material dan geometri motor yang, serta berbagai mode perpindahan panas. Perancangan yang
baik serta teknologi material dan manufaktur yang maju dapat menghasilkan motor-motor listrik
dengan kerugian yang cukup rendah. Walaupun demikian, pada motor-motor berdaya tinggi dan pada
beban kerja yang berat, pembangkitan kalor dapat meningkatkan temperatur motor secara tajam.
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2016 I - 213
Untuk menurunkan temperatur kerjanya, motor listrik perlu didinginkan dengan cara mengeluarkan
atau memindahkan kalor yang dibangkitkan ke suatu media yang dapat berupa fluida pendingin atau
ke udara sekeliling.
Metode pendinginan motor listrik konvensional biasanya menggunakan sirip yang terdapat
pada permukaan luar rumah motor. Sirip tersebut berfungsi untuk memperluas bidang perpindahan
kalor agar dapat meningkatkan laju perpindahan kalor dari motor listrik ke sekeliling secara konveksi.
Pemasangan sirip ini biasanya disertai dengan pemasangan kipas yang dipasang pada salah satu ujung
poros motor. Kipas tersebut berfungsi untuk menglirkan udara melalui celah-celah sirip radial
sehingga dapat meningkatkan laju perpindahan kalor secara konveksi. Untuk motor listrik berdaya
tinggi banyak dipakai metode pendinginan menggunakan air pendingin yang dialirkan melalui jaket air
yang dipasang di antara stator dan rumah motor. Penggunaan cairan pendingin bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas pendinginan motor listrik.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja manajemen termal
konvensional motor listrik. Farsane et al. [3] melakukan studi eksperimental tentang pendinginan tipe
tertutup motor listrik. Li [4] dalam sebuah kajiannya mengusulkan modifikasi desain untuk perbaikan
kinerja pendinginan dari motor listrik magnet permanen dengan impeller sentrifugal. Davin [5]
melakukan studi eksperimental tentang penggunaan minyak pelumas sebagai pendingin untuk motor
listrik. Lee [6] mengkaji pengembangan sistem pendinginan motor yang menggunakan metode
pendinginan paksa dengan menyediakan saluran untuk pendinginan rumah motor dan poros motor
berongga untuk pendinginan rotor.
Pipa kalor adalah penukar kalor yang memiliki kapasitas pemindahan kalor yang tinggi
dengan ukuran yang rngkas, bobot yang ringan, dan tidak memerlukan pasokan daya eksternal [7].
Studi tentang penggunaan pipa kalor dalam manajemen termal dari perangkat elektronik telah
dilakukan oleh Nandy Putra et al. [8, 9] dan peneliti lainnya seperti Weng et al. [10] dan Wang [11].
Nandy Putra et al. juga telah melakukan penelitian pada pengembangan sumbu kapiler pipa kalor
menggunakan terumbu karang yang dikombinasikan dengan nanofluida sebagai fluida kerjanya [12-
14]. Saat ini, pipa kalor secara luas digunakan dalam manajemen termal dari perangkat mobile seperti
laptop dan ponsel.
Beberapa penemuan (invensi) pendinginan motor listrik menggunakan pipa kalor telah
dipatenkan. Dalam beberapa aplikasi pendinginan motor listrik, bagian evaporator pipa kalor
ditempatkan di dalam rumah motor atau dibenamkan didalam poros motor, sedangkan bagian
kondensornya ditempatkan di luar rumah motor dan didinginkan dengan cairan atau udara yang
dialirkan. Pada penelitian ini dibuat suatu prototip sistem manajemen termal motor listrik yang
menggunakan pipa kalor untuk memindahkan kalor dari badan motor ke udara sekeliling. Sisi
evaporator dari pipa kalor dipasang pada dudukan pipa kalor yang dipasang pada permukaan motor,
sedangkan sisi kondensornya ditempatkan di sisi motor tempat kipas dipasang. Untuk itu, pipa kalor
pipih dengan bentuk “L” digunakan dalam prototip ini. Pada rancangan ini kalor dari permukaan
motor diserap oleh evaporator, diteruskan ke sisi kondensor dan kemudian dilepas ke udara sekeliling
melalui sirip dengan bantuan kipas. Mengingat sempitnya ruang yang tersedia di antara kipas dengan
tutup motor, maka hanya delapan pipa kalor yang dipasang pada prototip pendingin motor listrik ini.
Gambar 1 memperlihatkan rancangan prototip pendingin motor listrik.
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
I - 214 SENTRA 2016
Gambar 1 Rancangan prototip sistem manajemen termal motor listrik
Berikut ini adalah hasil penelusuran yang telah dilakukan mengenai paten yang sudah ada
sebelumnya dan berkaitan dengan pendinginan motor listrik yang menggunakan pipa kalor.
Hasset et al. [15] mengklaim suatu invensi mengenai metode pendinginan motor listrik
menggunakan pipa kalor lurus yang ditempatkan di dalam rumah motor dengan sisi kondensornya
ditempatkan di ruang pendingin yang berisi cairan pendingin yang disirkulasi menggunakan pompa.
Selanjutnya, Owng et al. [16] mengklaim sebuah invensi tentang pendinginan motor listrik
menggunakan pipa kalor lurusyang ditempatkan di sekeliling poros motor. Sisi kondensor ditempatkan
pada impeler. Rubby et al. [17] mengklaim suatu invensi tentang pendinginan motor listrik
menggunakan pipa kalor lurus. Dalam paten tersebut mereka menggunakan pipa kalor sebagai penukar
kalor. Sisi evaporator dipasang pada motor listrik, sedangkan sisi kondensornya dipasang pada tangki
yang berisi cairan yang disirkulasikan. Selanjutnya, Fedoseyev et al. mengklaim suatu invensi
mengenai pendingin motor listrik menggunakan pipa kalor lurus. Dalam paten tersebut, mereka
menempatkan sisi evaporator pipa kalor di dalam poros motor listrik, sedangkan sisi kondensornya
ditempatkan di bagian luar motor dan dihubungkan dengan sirip pendingin seperti diperlihatkan pada
Gambar 4.5. Kelemahan paten ini adalah bahwa pipa kalor semacam ini memerlukan rancangan
khusus untuk menempatkan pipa kalor di dalam poros motor listrik, pipa kalor terletak di dalam poros
motor listrik sehingga dapat berisiko merusak konstruksi motor listrik apabila terjadi kebocoran.
Selain itu, pipa kalor semacam ini sulit diperbaiki jika terjadi kerusakan.
Keempat paten yang dikemukakan tersebut di atas, menempatkan sisi evaporator pipa kalor di
dalam rumah motor dengan resiko terjadi kerusakan motor akibat kebocoran pipa kalor. Hal ini juga
memerlukan perubahan rancangan struktur motor listrik yang tidak mudah untuk diterapkan serta
menyebabkan pemeliharaannya kurang praktis. Selain itu beberapa di antaranya membutuhkan daya
pemompaan untuk mensirkulasikan cairan pendingin di sisi kondensor. Dalam penelitian ini,
kelemahan paten tersebut diatasi dengan menempatkan pipa kalor di luar badan motor listrik sehingga
menghilangkan resiko kerusakan motor akibat kebocoran pipa kalor dan tidak memerlukan perubahan
rancangan struktur motor yang khusus untuk menempatkan pipa kalor di dalam badan motor listrik.
Selain itu, rancangan ini memudahkan perbaikan jika terjadi kerusakan pipa kalor. Penggunaan pipa
kalor berbentuk “L”, memungkinkan sisi kondensor ditempatkan di depan kipas sehingga tidak
mengubah rancangan motor listrik konvensional, dan tidak memerlukan sirkulasi fluida kerja
menggunakan pompa. Perubahan yang cukup mencolok adalah dalam rancangan kipasnya. Kipas pada
motor konvensional merupakan fan radial di mana udara masuk dari arah aksial dan dihembuskan
kearah radial untuk kemudian dibelokkan kembali ke arah aksial oleh tutup kipas menuju sela-sela
sirip. Pada rancangan ini digunakan kipas aksial di mana udara mengalir secara aksial di sisi masuk
maupun di sisi keluar.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kinerja sebuah prototip sistem manajemen termal
motor listrik menggunakan pipa kalor pipih berbentuk “L” secara eksperimental. Eksperimen yang
dilakukan meliputi pengukuran temperatur motor dan pembangkitan kalor.
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2016 I - 215
2. Metode Penelitian
Prototip sistem manajemen termal motor listrik dibuat menggunakan sebuah motor induksi 0.5
HP yang rotor dan statornya diganti dengan sebuah pemanas listrik dan dua buah silinder. Silinder
dalam yang terbuat dari paduan alumunium berfungsi sebagai rumah pemanas listrik, dan silinder luar
yang terbuat dari stainless steel 304 berfungsi untuk menggantikan stator. Gambar 2 memperlihatkan
komponen-komponen prototip. Silinder stainless steel dipasang di bagian dalam motor listrik
konvensional yang bagian dalamnya telah dibongkar. Kemudian rumah pemanas disisipkan ke dalam
lubang silinder. Elemen pemanas listrik kemudian dimasukkan ke dalam lubang pada rumah pemanas.
Untuk menjamin adanya kontak termal yang baik, sebelum dimasukkan, permukaan pemanas diberi
thermal paste. Selanjutnya penutup motor dipasang di ke dua sisinya. Berikutnya dilakukan
pemasangan dudukan kipas yang diikuti dengan pemasangan kipas. Tahap selanjutnya adalah
pemasangan dudukan pipa kalor. Dudukan pipa kalor disisipkan di antara sirip setelah terlebih dahulu
diberi thermal paste. Selanjutnya pipa kalor disisipkan ke dalam alur yang terdapat pada dudukan pipa
kalor. Gambar 3 memperlihatkan prototip sistem manajemen termal motor listrik menggunakan pipa
kalor pipih berbentuk “L” yang telah dirakit.
Gambar 2 Komponen prototip
Gambar 3 Prototip sistem manajemen termal motor listrik menggunakan pipa kalor pipih
berbentuk “L”
Untuk memperoleh kinerja prototip ini dilakukan pengujian meliputi pengukuran temperatur
motor dan daya pembangkitan kalor. Pengukuran temperatur dilakukan menggunakan termokopel tipe
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
I - 216 SENTRA 2016
k berdiameter 0,3 mm, sedangkan pengukuran daya listrik menggunakan digital powermeter. Gambar
4 memperlihatkan setup pengujian prototip ini. Termokopel dipasang di permukaan bagian dalam dan
bagian luar silinder, masing-masing sebanyak tiga buah. Pada Gambar 5 diperlihatkan pemasangan
termokopel tersebut. Setiap termokopel dihubungkan dengan modul data akuisisi National Instrument
NI DAQ 9214 yang dipasang pada chassis NI cDAQ 9714. Daya elemen pemanas diatur melalui
sebuah regulator tegangan AC. Untuk mengurangi fluktuasi daya akibat fluktuasi tegangan listrik
digunakan voltage stabilizer yang dilengkapi motor servo. Data besaran listrik seperti tegangan, arus
dan frekuensi diukur dengan powermeter digital Yokogawa WT310. Sistem pengukuran temperatur
dan besaran listrik ini dihubungkan dengan sebuah komputer PC.
Gambar 4 Setup eksperimen Gambar 5 Pemasangan termokopel
Pengujian dilakukan di dalam ruangan laboratorium dengan udara yang dikondisikan pada
temperatur 24°C - 25°C. Pembacaan data dilakukan sebanyak satu kali pembacaan setiap dua detik.
Kemudian pemanas dinyalakan dengan mengatur tegangan listrik sedemikian hingga diperoleh daya
masukkan ke pemanas listrik sebesar 30 W. Kenaikan temperatur prototip diamati melalui layar
monitor komputer PC. Kondisi stedi dianggap telah tercapai ketika ketika temperatur prototip sudah
tidak berubah lagi selama selang waktu lebih dari 10 menit. Selanjutnya daya pemanas dinaikkan
menjadi 60 W, 90 W, 120 W dan 150 W. Pertama dilakukan pengujian tanpa menggunakan pipa kalor,
kemudian berikutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan 4, 6 dan 8 buah pipa kalor Walaupun
temperatur udara ruangan berfluktuasi, kondisi temperatur udara sekeliling pada kedua pengujian
tersebut diupayakan sama. Gambar 6 memperlihatkan pelaksanaan pengujian di laboratorium.
Gambar 6 Pengujian prototip di laboratorium
Untuk mengetahui laju perpindahan kalor yang terjadi melalui pipa kalor dipasang saluran
udara sedemikian hingga seluruh bagian kondensor pipa kalor berada di dalamnya. Kecepatan udara
melalui saluran diperoleh dari pengukuran menggunakan velometer. Temperatur udara di sisi masuk
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2016 I - 217
dan sisi keluar saluran diukur menggunakan termokopel tipe k berdiameter 0,3 mm. Kemudia laju
perpindahan kalor melalui sisi kondensor dapat diperoleh dengan Pers. 1.
TcVAq p
: massa jenis udara (kg/m3)
A : luas penampang saluran (m2)
V : kecepatan udara (m/s)
cp : kalor jenis udara (J/kg.K)
T : perbedaan temperatur udara antara sisi keluar dan sisi masuk saluran °C
3. Hasil dan Pembahasan
Berikut ini adalah hasil-hasil yang diperoleh dari pengujian prototip sistem manajemen termal
motor listrik berbasis pipa kalor. Pada Gambar 7 diperlihatkan data hasil pengukuran temperatur dan
daya listrik, masing-masing untuk prototip tanpa pipa kalor dan menggunakan 8 buah pipa kalor. Baik
temperatur udara sekeliling maupun daya listrik, keduanya memperlihatkan nilai yang berfluktuasi,
walaupun udara ruangan dikondisikan dengan AC dan tegangan listrik distabilkan dengan voltage
stabiliser. Fluktuasi daya listrik meningkat dengan bertambahnya daya listrik. Hal ini berkaitan
dengan daya listrik yang berbanding lurus dengan kuadrat dari tegangan listrik. Secara umum data
temperatur dan daya listrik pada keadaan stedi untuk setiap harga daya pemanas berhasil diperoleh.
Gambar 7 Data temperatur dan daya listrik (kiri) tanpa pipa kalor dan (kanan) menggunakan 8 buah
pipa kalor
Temperatur dan daya pemanas pada keadan stedi untuk setiap harga beban kalor atau daya
pemenas diperoleh melalui perata-ratan terhadap harga-harga yang terukur di 15 – 20 menit terakhir.
Gambar 8 memperlihatkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses perata-rataan tersebut untuk
pengujian tanpa pipa kalor dan menggunakan 8 buah pipa kalor.
0 2 4 6 8 10 12 14 16
20
40
60
80
100
120
140
To2To3
Tem
pera
tur
(°C
)
Waktu (hr)
Ti1: Permukaan Dalam 1
Ti2: Permukaan Dalam 2
Ti3: Permukaan Dalam 3
To1: Permukaan Luar 1
To2: Permukaan Luar 2
To3: Permukaan Luar 3
Ta: Ambient
Ti1, Ti2, Ti3
To1
Daya Pemanas
Ta
Tanpa Pipa Kalor
0
30
60
90
120
150
180
Daya P
em
anas (
W)
Daya Pemanas
0 2 4 6 8 10 12
20
30
40
50
60
70
80
90
100 Dengan 8 Pipa Kalor
Te
mp
era
tur
(°C
)
Waktu (hr)
Ti1: Permukaan Dalam 1
Ti2: Permukaan Dalam 2
Ti3: Permukaan Dalam 3
To1: Permukaan Luar 1
To2: Permukaan Luar 2
To3: Permukaan Luar 3
Ta: Ambient
0
30
60
90
120
150
180
210
Ta
Heat Load
Ti1, Ti2, Ti3
Da
ya
Pe
ma
na
s (
W)
Beban Kalor
To2To3To1
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
I - 218 SENTRA 2016
Gambar 8 Temperatur motor dalam keadaan stedi (kiri) tanpa pipa kalor dan (kanan) menggunakan 8
buah pipa kalor
Temperatur motor dalam keadaan stedi meningkat dengan bertambahnya beban kalor.
Temperatur motor di permukaan bagian dalam silinder, baik untuk pengujian tanpa pipa kalor maupun
dengan pipa kalor, keduanya menunjukan distribusi yang seragam. Untuk temperatur permukaan
silinder bagian luar, distribusinya agak melebar sedikit, terutama untuk pengujian dengan pipa kalor
dan untuk beban kalor yang tinggi. Walaupun demikian dapat dikatakan bahwa distribusinya
mendekati seragam. Untuk melihat pengaruh penggunaan pipa kalor pada prototip ini kedua hasil di
atas digabungkan menjadi sebuah kurva seperti dapat dilihat pada Gambar 9. Temperatur udara
sekeliling dan daya pemanas pada kedua pengujian ini sangat dekat sehingga hasilnya layak untuk
dibandingkan.
Penurunan temperatur motor akibat penggunaan pipa kalor semakin besar dengan
bertambahnya beban kalor. Pada beban kalor 30 W temperatur bagian dalam motor turun dari 47,9°C
menjadi 39,5°C, atau turun sebesar 8,4°C . Pada beban kalor 150 W temperaturnya dapat diturunkan
dari 126°C menjadi 91,4°C, atau turun sebesar 36,6°C. Untuk bagian luar, pada beban kalor 30 W
temperatur turun dari 42,3°C menjadi 33,9, atau turun sebesar 8,4°C. Pada beban kalor 150 W
temperaturnya turun dari 102,2°C menjadi 68,4°C, atau turun sebesar 33,8°C. Tampak bahwa
pemasangan pipa kalor dapat menurunkan temperatur motor secara signifikan. Hasil-hasil di atas
menunjukkan bahwa kalor yang diserap oleh evaporator dari permukaan rumah motor dan dilepas ke
udara sekeliling melalui kondensor lebih besar dibandingkan dengan kalor yang dilepas ke udara
sekeliling secara konveksi melalui sirip-sirip motor. Hal ini disebabkan tahanan termal melalui pipa
kalor jauh lebih rendah dibandingkan melalui sirip motor. Perpindahan kalor melalui sirip motor
terjadi secara konveksi, sedangkan perpindahan kalor melalui pipa kalor terjadi melalui siklus fluida
kerja yang disertai dengan perubahan fasa.
Gambar 10 memperlihatkan pengaruh jumlah pipa kalor terhadap temperatur motor dan
perpindahan kalor yang melalui pipa kalor untuk daya pemanas 150 W. Tampak bahwar penggunaan 4
buah pipa kalor menghasilkan penurunan penurunan temperatur motor yang cukup besar. Penambahan
jumlah pipa kalor menjadi 6 dan 8 tidak menghasilkan penurunan temperature motor yang signifikan.
Demikian pula halnya dengan persentase perpindahan kalor melalui pipa kalor, penambahan pipa
kalor menjadi 6 dan 8 buah tidak menghasilkan kenaikan perpindahan kalor yang signifikan. Hal ini
dapat disebabkan oleh sempitnya ruang yang tersedia di sisi kondensor sehingga efektifitas
perpindahan kalor dari sirip kondensor ke udara sekeliling menjadi kurang efektif.
20 40 60 80 100 120 140 160
20
40
60
80
100
120
140Tanpa Pipa Kalor
Ta
To2To3
Tem
pera
tur
(°C
)
Daya Pemanas (W)
Ti1: Permukaan Dalam 1
Ti2: Permukaan Dalam 2
Ti3: Permukaan Dalam 3
To1: Permukaan Luar 1
To2: Permukaan Luar 2
To3: Permukaan Luar 3
Ta: Ambient
Ti1, Ti2, Ti3
To1
20 40 60 80 100 120 140 160
20
40
60
80
100Dengan 8 Pipa Kalor
Ta
Ti1, Ti2, Ti3
Tem
pera
tur
(°C
)
Daya Pemanas (W)
Ti1: Permukaan Dalam 1
Ti2: Permukaan Dalam 2
Ti3: Permukaan Dalam 3
To1: Permukaan Luar 1
To2: Permukaan Luar 2
To3: Outer Surface 3
Ta: Ambient
To2To3To1
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
SENTRA 2016 I - 219
Gambar 9 Pengaruh penggunaan pipa kalor Gambar 10 Pengaruh jumlah pipa kalor
4. Kesimpulan
Eksperimen untuk memperoleh kinerja prototip sistem manajemen termal motor listrik
menggunakan pipa kalor pipih berbentuk “L” telah berhasil dilakukan. Berikut ini adalah beberapa
kesimpulan yang diperoleh.
1. Prototip sistem manajemen termal motor listrik dapat menurunkan temperatur motor listrik
secara efektif walaupun pipa kalor dipasang di luar rumah motor.
2. Penambahan jumlah pipa kalor di atas 4 buah tidak menghasilkan penurunan temperature yang
signifikan.
3. Pada daya pemanas atau beban kalor 150 W dengan 8 buah pipa kalor, temperature permukaan
luar motor dapat diturunkan dari 102.2 °C menjadi 68,4 °C, yakni penurunan sebesar 31,8 °C.
Referensi
[1] Y. Huai, R. V. N. Melnik, and P. B. Thogersen, "Computational analysis of temperature rise
phenomena in electric induction motors," Applied Thermal Engineering, vol. 23, pp. 779-795,
5// 2003.
[2] A. Bousbaine, "Thermal modelling of induction motors based on accurate loss density
distribution," Electric Machines &Power Systems, vol. 27, pp. 311-324, 1999.
[3] K. Farsane, P. Desevaux, and P. K. Panday, "Experimental study of the cooling of a closed type
electric motor," Applied Thermal Engineering, vol. 20, pp. 1321-1334, 10/1/ 2000.
[4] H. Li, "Cooling of a permanent magnet electric motor with a centrifugal impeller," International
Journal of Heat and Mass Transfer, vol. 53, pp. 797-810, 1/31/ 2010.
[5] T. Davin, J. Pellé, S. Harmand, and R. Yu, "Experimental study of oil cooling systems for
electric motors," Applied Thermal Engineering, vol. 75, pp. 1-13, 2015.
[6] K.-H. Lee, H.-R. Cha, and Y.-B. Kim, "Development of an interior permanent magnet motor
through rotor cooling for electric vehicles," Applied Thermal Engineering, vol. 95, pp. 348-356,
2/25/ 2016.
[7] H. N. Chaudhry, B. R. Hughes, and S. A. Ghani, "A review of heat pipe systems for heat
recovery and renewable energy applications," Renewable and Sustainable Energy Reviews, vol.
16, pp. 2249-2259, 2012.
[8] N. Putra and F. N. Iskandar, "Application of nanofluids to a heat pipe liquid-block and the
thermoelectric cooling of electronic equipment," Experimental Thermal and Fluid Science, vol.
35, pp. 1274-1281, 2011.
[9] N. Putra, W. N. Septiadi, R. Sahmura, and C. T. Anggara, "Application of Al2O3 Nanofluid on
Sintered Copper-Powder Vapor Chamber for Electronic Cooling," Advanced Materials
Research, vol. 789, pp. 423-428, 2013.
20 40 60 80 100 120 140 160
20
40
60
80
100
120
140
Te
mp
era
tur
(°C
)
Daya Pemanas (W)
Ti: Perm. Dalam Tanpa Pipa Kalor
To: Perm. Luar Tanpa Pipa Kalor
Ta: Ambient Tanpa Pipa Kalor
Ti*: Perm. Dalam Dengan Pipa Kalor
T*o: Perm. Luar Dengan Pipa Kalor
T*a: Ambient Dengan Pipa Kalor
Ti
To
Ta, T*a
T*i
T*o
0 2 4 6 8
60
80
100
120
Temperatur Permukaan Dalam
Temperatur Permukaan Luar
Perpindahan Kalor Melalui Kondensor
Jumlah Pipa Kalor
Te
mpe
ratu
r (°
C)
0
5
10
15
20
Perp
ind
aha
n K
alo
r M
ela
lui K
on
den
so
r (%
)
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2016
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050
I - 220 SENTRA 2016
[10] Y.-C. Weng, H.-P. Cho, C.-C. Chang, and S.-L. Chen, "Heat pipe with PCM for electronic
cooling," Applied Energy, vol. 88, pp. 1825-1833, 2011.
[11] J.-C. Wang, "L-type heat pipes application in electronic cooling system," International Journal
of Thermal Sciences, vol. 50, pp. 97-105, 2011.
[12] N. Putra, W. N. Septiadi, R. Saleh, R. A. Koestoer, and S. Purbo Prakoso, "The Effect of CuO-
Water Nanofluid and Biomaterial Wick on Loop Heat Pipe Performance," in Advanced
Materials Research, 2014, pp. 356-361.
[13] N. Putra, R. Saleh, W. N. Septiadi, A. Okta, and Z. Hamid, "Thermal performance of
biomaterial wick loop heat pipes with water-base Al2O3 nanofluids," International Journal of
Thermal Sciences, vol. 76, pp. 128-136, 2// 2014.
[14] N. Putra, W. N. Septiadi, H. Rahman, and R. Irwansyah, "Thermal performance of screen mesh
wick heat pipes with nanofluids," Experimental Thermal and Fluid Science, vol. 40, pp. 10-17,
7// 2012.
[15] T. Hassett and M. Hodowanec, "Electric motor with heat pipes," ed: Google Patents, 2009.
[16] R.-J. Owng, C.-W. Ruan, Y.-T. Wei, and M.-C. Liao, "Electric motor having heat pipes," ed:
Google Patents, 2013.
[17] S. Ruby and J.-p. Le Lagadec, "Cooling of an Electric Motor Via Heat Pipes," ed: US Patent
20,140,338,857, 2014.