Upload
lamnhu
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KINERJA PENGELOLAAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN WISATA ALAM SITU GUNUNG
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
JADDA MUTHIAH
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
KINERJA PENGELOLAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
WISATA ALAM SITU GUNUNG TAMAN NASIONAL
GUNUNG GEDE PANGRANGO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
JADDA MUTHIAH
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
JADDA MUTHIAH. Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata
Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh
SAMBAS BASUNI dan EVA RACHMAWATI.
Pengelolaan wisata alam biasanya belum diimbangi dengan kegiatan
evaluasi. Pelaksanaan Wisata Alam Situ Gunung memerlukan evaluasi untuk
melihat sejauh mana kepuasan pengunjung terpenuhi sesuai dengan pelaksanaan
wisata di wilayah konservasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
kinerja pengelolaan wisata alam guna memperoleh alternatif strategi
pengembangan WA Situ Gunung.
Operasional penelitian dibatasi pada kepuasan pengunjung dan dampak
kegiatan wisata terhadap sosial ekonomi masyarakat serta lingkungan. Aspek
sosial ekonomi masyarakat dilihat dari pengaruh wisata dan motivasi masyarakat
untuk terlibat dengan kegiatan wisata. Aspek lingkungan dilihat dari kealamian
dan pengawetan kawasan. Metode analisis data terdiri dari analisis kinerja
pengelolaan (deskriptif), analisis kepuasan pengunjung (Importance-Performance
Analysis/IPA dan Customer Satisfaction Index/CSI), dan analisis alternatif
pengembangan (analisis SWOT).
Situ Gunung dikelola dua lembaga utama yakni Perum Perhutani dan Balai
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). SDM yang dimiliki adalah
4 karyawan Resort Situ Gunung TNGGP dan 6 karyawan Perum Perhutani.
Akses menuju lokasi mudah ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum. WA
Situ Gunung memiliki 4 obyek utama dihubungkan dengan jalan yang
memerlukan perbaikan di beberapa sisi. Pengunjung riil memiliki latar belakang
dominan pendidikan akhir SD, pekerjaan pelajar, berasal dari dalam Sukabumi,
dengan tujuan kedatangan rekreasi. Promosi belum efektif untuk pengunjung riil
ini. Bentuk pelayanan pengunjung adalah wisata tanpa pemandu. Luas
keseluruhan lahan yang dimanfaatkan secara intensif untuk kegiatan wisata alam
adalah 100 Ha, luas yang telah diubah lebih kurang 7%. Pelanggaran yang
mungkin dapat memusnahkan sumberdaya yang terjadi adalah penebangan dan
perburuan liar namun intensitasnya tidak besar. Penilaian pengunjung terhadap 16
atribut pengelolaan wisata masuk dalam kategori PUAS CSI. Teridentifikasi 8
kekuatan dan 8 kelemahan sebagai faktor internal serta 8 peluang dan 5 ancaman
sebagai faktor lingkungan eksternal. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa
WA Situ Gunung berada pada sisi positif faktor internal dan eksternalnya dengan
strategi pengembangan yang disarankan strategi Strengths-Opportunities. Program
pengembangan yang berhasil dirumuskan adalah peningkatan promosi, perluasan
jaringan kerjasama, dan penerapan masterplan pengelolaan.
Kinerja pengelolaan WA Situ Gunung dilihat dari aspek kepuasan
pengunjung dan dari aspek kealamian, pengawetan kawasan, serta peran kawasan
terhadap sosial ekonomi masyarakat tergolong ‘BAIK’. Alternatif strategi
pengembangan yang dirumuskan adalah Strategi Pertumbuhan Agresif (SO).
Kata kunci: kinerja, wisata alam, situ gunung, strategi pengembangan.
SUMMARY
JADDA MUTHIAH. Performance of Management and Development Strategy of
Natural Recreation of Situ Gunung, Gunung Gede Pangrango National Park.
Under Supervision of SAMBAS BASUNI and EVA RACHMAWATI.
Management of natural recreation usually not equal yet with evaluation
activities. Carrying out of Natural Recreation of Situ Gunung need evaluation in
order to know how far satisfaction of visitor can be reached and brought into line
with tourism activities in conservation area. This research aim is analysing
management performance of natural recreation for gaining strategic alternatives of
Situ Gunung Natural Recreation.
The operationally research were bound on visitors satisfaction and on
impact of tourism activities on social economic of communities and environment
around the recreation place. The aspect on social economic of communities was
observed from tourism impact and communities motivation on participating of
recreation activities. Environmental aspect was observed from naturalism and
preservation of the recreation area. Data analysis method consist of management
performance analysis (descriptive analysis), visitors satisfaction analysis
(Important – Performance Analysis/IPA and Customer Satisfaction Index/CSI)
and Analysis of development alternatives (SWOT Analysis).
Situ Gunung managed by two prominent institutions, i.e. Perum Perhutani
and Bureau of Gunung Gede National Park. Man resources which behave are 4
employees of Situ Gunung Resort of Gunung Gede Pangrango National Park and
6 employees of Perum Perhutani. Access toward the location easily is reached by
private vehicles or public transportation means.
Situ Gunung Natural Recreation has 4 ultimate objects connected by roads
that need repairing in some parts. The visitor backgrounds of dominant education
are elementary school, occupations as student who came from inner side of
Sukabumi itself, with recreation as arrival destination. The promotion of location
is not effectively yet to these visitors. Visitor services form is recreation without
tourist guide. There are in total 100 hectares area that intensively used as natural
recreation activities, about 7 % area has been changed. Violation actions that
probable can destroy resources are illegal logging/hunting although in small
intensity. Visitors valuation of 16 attributes put into ‘SATISFACTORY’ category
in CSI. It was identified 8 strengths and 8 weaknesses as internal factors and 8
opportunities and 5 threats as external environmental factors. Result of the SWOT
analysis showed that Situ Gunung Nature Recreation lay in positive side of its
internal and external factors with suggested development strategy is Strengths-
Opportunities. The development programs that have been arranged are increasing
level of promotion, spread out connection of cooperation, and using master plan
of management.
Performance of management of Situ Gunung Natural Recreation was
counted into ‘GOOD’ category observed from visitor satisfactory aspect and from
aspects of naturally, area preservation, and function rules of this region on social
economic of communities. Development strategic alternative that has been
arranged is Aggressive Growth Strategy (SO).
Keywords: performance, natural recreation, situ gunung, development strategy.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Pengelolaan
dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
Jadda Muthiah
NRP E34054365
Judul Penelitian : Kinerja Pengelolaan dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ
Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Nama : Jadda Muthiah
NRP : E34054365
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si
NIP 195809151984031003 NIP 197703212005012003
Mengetahui,
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Ketua
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
NIP 195809151984031003
Tanggal Lulus:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Kinerja Pengelolaan dan
Strategi Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional gunung Gede
Pangrango sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan
dari Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini memberikan gambaran mengenai kinerja
pengelolaan Wisata Alam di Situ Gunung dilihat dari aspek kepuasan pengunjung
dan dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan serta sosial ekonomi
masyarakat. Strategi pengembangan dibuat dengan menggunakan analisis SWOT.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan, kekeliruan, dan kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian yang
dituangkan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Februari 2010
Penulis
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 19 Juli 1988
sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan M. Arief Sudhartono dan
Bandriani (almh) dan ibu kedua bernama Diana Birawati. Pendidikan formal yang
telah diselesaikan penulis adalah lulus dari SDN 1 Sentul Tembelang Jombang
pada tahun 1999, lulus dari SMP N 6 Palu pada tahun 2002, dan lulus dari SMA N
4 Pasuruan pada tahun 2005. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005 dengan pilihan
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata sebagai mayor di
Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota
biro Kewirausahaan pada tahun 2006-2008 dan sebagai anggota Kelompok
Pemerhati Ekowisata (KPE-Tapak) HIMAKOVA. Kegiatan HIMAKOVA yang
pernah diikuti antara lain Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan pada tahun 2007.
Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur
Baturraden-Cilacap pada tahun 2007, Praktek Umum Konservasi Ex-situ
(PUKES) di Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Tanaman Obat Karyasari pada
tahun 2008, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh pada tahun 2009. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB,
penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kinerja Pengelolaan dan Strategi
Pengembangan Wisata Alam Situ Gunung Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS dan Eva
Rachmawati, S.Hut, M.Si.
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah wa syukrillah akhirnya penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si sebagai
dosen pembimbing atas tuntunan dan pembelajarannya.
2. Dosen penguji dengan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini, Ujang
Suwarna, S.Hut, M.Sc (Manajemen Hutan), Prof Dr. Ir. Surdiding Ruhendi,
M.Sc (Hasil Hutan), dan Prof. Dr. Ir. IGK Tapa Darma, M.Sc (Silvikultur).
3. Keluarga besar penulis untuk dukungan moral, spiritual, dan materi.
4. Pimpinan dan jajaran Resort Situ Gunung TNGGP dan pengelola site Wisata
Alam Situ Gunung dari Perum Perhutani atas bantuannya dalam mendampingi
penulis saat pelaksanaan penelitian.
5. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Fahutan IPB atas pendidikan dan
pembelajaran selama penulis menuntut ilmu di IPB.
6. Seluruh pihak yang telah berkontribusi yang tak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga semua bantuan, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Amin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Kerangka Pikir ................................................................................. 2
1.3. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
1.4. Tujuan .............................................................................................. 5
1.5. Manfaat ........................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja .............................................................................................. 7
2.2. Strategi Pengembangan .................................................................... 7
2.3. Wisata Alam .................................................................................... 8
2.4. Kepuasan Pengunjung ..................................................................... 10
2.5. Kelestarian Lingkungan dan Kelestarian Usaha ............................... 11
2.6. Penarikan Contoh............................................................................ 11
2.7. Evaluasi Kinerja dan Strategi Pengembangan ................................. 12
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Batasan Operasional ....................................................................... 18
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18
3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................ 18
3.4. Alat, Bahan, dan Sasaran Penelitian ............................................... 21
3.5. Prosedur dan Cara Pengambilan Data ............................................. 21
3.6. Metode Analisis Data ..................................................................... 23
BAB IV. KONDISI UMUM KAWASAN
4.1. Sejarah Kawasan ............................................................................ 25
4.2. Sejarah Pengelolaan ....................................................................... 25
v
4.3. Letak dan Luas Wilayah.................................................................. 27
4.4. Geomorfologis, Tanah, Topografi, Iklim, dan Hidrologi ................ 27
4.5. Kondisi Biologi .............................................................................. 28
4.6. Aksesibilitas .................................................................................. 29
4.7. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan ................................ 30
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Wisata di Kawasan Wisata Alam Situ Gunung ............................... 33
5.2. Penilaian pengunjung Terhadap Pengelolaan Wisata ...................... 51
5.3 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Wisata Alam Situ
Gunung .......................................................................................... 55
5.4. Strategi Pengembangan Usaha ....................................................... 58
BAB VI. KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan .................................................................................... 68
6.2. Saran ............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN ..................................................................................................... 72
vi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Skala Likert ................................................................................................ 12
2. Kriteria Index Kepuasan ............................................................................. 15
3. Matrik SWOT ............................................................................................. 16
4. Jenis Data yang Diambil ............................................................................. 19
5. Responden Pengunjung .............................................................................. 22
6. Tingkat pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Gede Pangrango ........ 31
7. Tingkat Pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Sukamanis ................. 32
8. Tenaga Kerja Lapangan Wisata Alam Situ Gunung .................................... 39
9. Rata-rata kepentingan dan kinerja atribut-atribut yang ada di Wisata Alam
Situ Gunung ............................................................................................... 52
10. Perhitungan Customer Satisfaction Index .................................................... 55
11. Matriks IFAS ............................................................................................. 59
12. Matriks EFAS ............................................................................................ 60
13. Matriks SWOT Strategi SO ....................................................................... 62
14. Alternatif Model Promosi Berdasarkan Target Pasar .................................. 64
vii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 4
2. Diagram Proses pengambilan keputusan strategis (Rangkuti 2008) ........... 8
3. Diagram Kartesius dalam metode IPA (Rangkuti 2006 diacu dalam
Restiyan 2009) .......................................................................................... 13
4. Diagram Analisis SWOT (Rangkuti 2008) ................................................ 17
5. Situ Gunung ............................................................................................. 33
6. (a) Curug Sawer (b) Curug Bagong .......................................................... 34
7. Curug Cimanaracun ................................................................................. 34
8. (a) Jalan Menuju danau (b) Jalan Menuju Curug Sawer ............................ 35
9. Prasarana Sarana Wisata Alam Situ Gunung ............................................ 37
10. Fluktuasi Pengunjung Bulanan Wisata Alam Situ Gunung Tahun 2009 .... 44
11. Karakteristik Pengunjung ......................................................................... 45
12. Kayu Bakar yang Diambil dari Kawasan .................................................. 49
13. Diagram Kartesius Posisi Atribut Wisata Alam Situ Gunung ............................. 53
14. Diagram Kartesius Analisis SWOT WA. Situ Gunung ............................ 61
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuisioner Pengunjung ................................................................................. 73
2. Panduan Wawancara Pengelola .................................................................... 78
3. Panduan Wawancara Masyarakat ................................................................. 79
4. Hasil Perhitungan Kinerja ............................................................................ 80
5. Hasil Perhitungan Kepentingan ................................................................... 84
6. Rekap Analisis SWOT ................................................................................ 89
7. Perhitungan Analisis SWOT ....................................................................... 93
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) berfungsi sebagai
kawasan pelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya. Keberadaan
TNGGP sebagai kawasan konservasi yang menerapkan prinsip pemanfaatan
secara lestari antara lain dapat dilihat dari kegiatan wisata alam. Douglas (1970)
menyatakan bahwa saat ini orang tidak hanya menginginkan rekreasi namun
rekreasi sudah diharapkan menjadi bagian dari hidup. Ketertarikan dalam berbagai
tipe rekreasi menjadikan beragamnya kegiatan rekreasi seiring berkembangnya
gaya hidup setiap orang.
Sejalan dengan perubahan paradigma pengelolaan kawasan konservasi
secara global, kawasan konservasi dituntut untuk menghasilkan manfaat dalam
pengelolaan kawasan hutannya tidak hanya dari segi ekologi saja tetapi juga harus
memberi manfaat sosial budaya dan melibatkan masyarakat luas. Pengelolaan
wisata alam di taman nasional akan membantu memberi pemasukan tambahan
bagi pihak pengelola taman nasional dan tak kurang membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar kawasan taman nasional. Wisata alam dapat menjadi salah
satu alternatif jasa lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan
tetap menerapkan prinsip konservasi dan dengan tujuan memajukan kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan konservasi.
Basuni dan Nandi (2008) mengungkapkan bahwa upaya pelestarian
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya di kawasan hutan konservasi menjadi
sangat penting karena fungsi dan manfaatnya sebagai sistem penyangga
kehidupan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Pengelolaan kawasan
konservasi haruslah dilakukan dengan hati-hati sebab kesalahan pengelolaan dapat
memberikan dampak kerusakan yang sulit dipulihkan mengingat potensi dan
keunikan besar pada kawasan konservasi juga melambangkan kerentanan kawasan
ini terhadap gangguan. Pengelolaan wisata di kawasan konservasi perlu mendapat
perhatian yang sama besarnya. Ekowisata berkembang di kawasan konservasi
sebab dipandang memiliki dampak minimum terhadap ekosistem, memberi
2
kontribusi ekonomi bagi masyarakat, menghormati budaya setempat, dan
dibangun dengan melibatkan berbagai stakeholder.
Salah satu daerah wisata yang berada pada kawasan TNGGP adalah
Wisata Alam (WA) Situ Gunung. Daerah wisata ini memiliki daya tarik yang
cukup tinggi baik flora, fauna, bentang alam, maupun program wisata yang
ditawarkan. Pelaksanaan wisata alam ini telah menjadi salah satu bentuk kegiatan
di zona pemanfaatan intensif TNGGP. Pengelolaan ekowisata ini melibatkan
berbagai stakeholder seperti Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Pemerintah Daerah, LSM terkait
dan masyarakat. Karenanya dirasa penting untuk menilai kinerja dari organisasi
pengelola wisata alam ini.
Kinerja merupakan hasil kerja yang berhubungan dengan tujuan yang telah
ditetapkan (Nasution 2004). Jika kinerja pengelolaan tidak berjalan dengan baik
maka tujuan sulit untuk dicapai. Analisis terhadap kinerja pengelolaan akan
memberikan gambaran kondisi pengelolaan saat ini. Analisis ini penting untuk
kegiatan evaluasi guna perbaikan selanjutnya. Analisis terhadap kinerja
pengelolaan akan melihat dari sudut pandang input, proses, serta output dari
pengelolaan yang dimaksud.
Sejalan dengan perkembangan Wisata Alam Situ Gunung tersebut, perlu
dilakukan suatu penelitian dan evaluasi mengenai kinerja pengelolaan untuk
mengetahui seberapa baik kegiatan pengelolaan wisata guna mencapai kepuasan
pengunjung yang juga sesuai dengan seluruh fungsi kawasan. Studi ini diharapkan
juga dapat memberikan alternatif pengembangan pengelolaan Wisata Alam Situ
Gunung menjadi lebih baik.
1.2. Kerangka Pikir
Wisata Alam Situ Gunung memerlukan manajemen pengelolaan yang
tepat karena lokasinya merupakan kawasan konservasi yang selain memiliki
keunikan dan keanekaragaman hayati tinggi, juga kerentanan terhadap kerusakan.
Pengelolaan yang tepat ini berhubungan dengan keberlangsungan kegiatan wisata
baik keberlangsungan yang dilihat dari tetap terjaganya minat dan kepuasan
pengunjung serta manfaat ekonomi terkait dengan kelangsungan pembiayaan
3
pengoperasian daerah wisata. Pengelolaan yang tepat ini juga dilihat dari tetap
terjaganya keutuhan ekosistem alami kawasan. Terjaganya keseimbangan
lingkungan, kelestarian, dan kealamian ekosistem merupakan fungsi dari kawasan
konservasi. Keberlangsungan usaha wisata Situ Gunung juga dipengaruhi oleh
kemampuannya untuk bersaing dengan wisata-wisata sejenis lainnya.
Kepuasan pengunjung dapat menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan
pengelolaan wisatanya, terutama karena walaupun dialokasikan sebagai kawasan
konservasi, Situ Gunung juga merupakan kawasan wisata alam. Penilaian
terhadap analisis kinerja ini akan dibatasi dengan mengevaluasi kinerja
manajemen pengunjung mulai dari input, proses, hingga outputnya. Diharapkan
hal ini dapat menggambarkan kinerja pengelolaan lembaga wisata tersebut.
Input kegiatan wisata di Wisata Alam Situ Gunung adalah lingkungan
alam dan masyarakat yang terkait dengan lokasi, sehubungan dengan manajemen
pengunjung, maka hal ini mengandung makna keadaan lingkungan alam dan
masyarakat yang dapat memberikan kepuasan. Selain dua input di atas, pengaruh
juga datang dari proses manajemen yang mampu memberikan kepuasan terhadap
pengunjung. Pembatasan keadaan lingkungan dilakukan dengan menitikberatkan
perhatian pada keutuhan dan kelestarian kawasan. Pengaruh masyarakat sebagai
input dibatasi pada kesiapan masyarakat menerima pengunjung. Kedua hal ini
merupakan modal yang penting dalam pelaksanaan wisata selain kondisi lembaga
pengelola sehubungan dengan bentuk usaha yang akan dilakukan guna mengelola
pengunjung.
Proses kegiatan wisata alam dijalankan oleh pengelola dengan mengatur
kelangsungan usaha guna mengelola input untuk menghasilkan output. Dengan
kata lain proses kegiatan wisata alam adalah kegiatan yang dilakukan yang
terwujud dalam manajemen wilayah Wisata Alam Situ Gunung.
Salah satu output yang diharapkan adalah kepuasan pengunjung yang
dilihat dari besarnya jarak antara keinginan/harapan pengunjung dengan kondisi
yang dapat disediakan oleh pengelola. Output juga dapat dilihat dari dampak
kunjungan wisata yang terjadi dalam kaitannya terhadap lingkungan, sosial
budaya masyarakat, dan kelangsungan usaha pengelolaan.
4
Analisis SWOT akan melihat kelemahan dan kekuatan dari pengelolaan
WA Situ Gunung berdasarkan pertimbangan prinsip kelestarian ekosistem,
kelestarian ekonomi, dan kelestarian sosial masyarakat guna perbaikan
pengelolaan selanjutnya. Istilah lembaga pengelolaan WA digunakan untuk
menggantikan istilah perusahaan dari pustaka yang diacu. Metode ini akan melihat
posisi strategis Wisata Alam Situ Gunung dan alternatif terbaik program-program
pengembangan pengelolaan Situ Gunung yang sesuai dengan prinsip konservasi
taman nasional.
Kerangka pikir penelitian dituangkan dalam Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.
Faktor internal merupakan faktor yang menyusun lembaga pengelolaan
Wisata Alam Situ Gunung sedang faktor eksternal merupakan pengaruh lingkugan
terhadap lembaga pengelolaan WA tersebut. Analisis kinerja diperlukan untuk
mengetahui tingkat kinerja lembaga saat ini, penelitian ini melihat dari perspektif
kepuasan konsumen (pengunjung). Analisis SWOT akan melihat posisi strategis
Pengelolaan WA Situ Gunung
Faktor Internal Faktor Eksternal
Analisis Kepuasan
Pengunjung
Analisis SWOT
Strategi
Pengembangan WA
Situ Gunung
Kepuasan
Pengunjung
Analisis Faktor
5
lembaga tersebut guna mendukung perumusan alternatif strategi pengembangan
usaha.
1.3. Perumusan Masalah.
Perumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini berdasarkan
kerangka pikir diatas adalah:
1. Bagaimana kondisi keaslian dan keutuhan fungsi kawasan Wisata Alam Situ
Gunung saat ini, kondisi keaslian lingkungan yang diharapkan oleh
pengunjung dan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan?
2. Bagaimana kesiapan dan kaitan budaya masyarakat dalam menerima
pengunjung, bagaimana hubungan masyarakat dengan Wisata Alam Situ
Gunung, dan bagaimana pengetahuan dan kesadaran konservasi masyarakat?
3. Bagaimana kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung menurut
pengunjung saat ini?
4. Bagaimana kondisi pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung yang diharapkan
oleh pengunjung sehubungan dengan manajemen pengunjung?
5. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan pengelolaan
Wisata Alam Situ Gunung berdasarkan aspek internal saat ini?
6. Faktor-faktor apa saja yang menghasilkan peluang dan ancaman bagi
pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung berdasarkan aspek eksternal?
7. Bagaimana rumusan strategi dan program pengembangan Wisata Alam Situ
Gunung yang diperkirakan mampu meningkatkan kinerja pengelolaan Wisata
Alam Situ Gunung di masa yang akan datang?
1.4. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja pengelolaan
wisata guna memperoleh alternatif strategi pengembangan Wisata Alam Situ
Gunung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengukur kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dilihat dari
kepuasan pengunjung.
2. Mengukur kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dilihat dari dampak
kegiatan wisata terhadap lingkungan dan sosial ekonomi budaya masyarakat.
6
3. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan
Wisata Alam Situ Gunung.
4. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari faktor-faktor
internal dan eksternal tersebut.
5. Merumuskan alternatif strategi dan program pengembangan Wisata Alam Situ
Gunung.
1.5. Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai informasi dan
bahan pertimbangan dalam pengembangan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung
yang berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja yang berhubungan dengan tujuan yang telah
ditetapkan (Nasution 2004). Jika kinerja pengelolaan tidak berjalan dengan baik
maka tujuan sulit untuk dicapai. Analisis kinerja pengelolaan dilakukan dengan
menjabarkan pengelolaan yang telah dilaksanakan dengan pengelolaan yang
diharapkan oleh pengunjung. Baik tidaknya kinerja pengelolaan dilihat dari besar
kecilnya jarak antara pengelolaan saat ini dengan harapan pengunjung. Analisis
ini juga harus mengaitkan pengelolaan dengan status dan produk-produk hukum
sehubungan dengan kawasan serta membandingkannya dengan harapan dari
pengunjung. Analisis kinerja pengelolaan ini akan melihat dari sudut pandang
input, proses, hingga output yang dihasilkan dalam suatu pengelolaan
2.2. Strategi Pengembangan
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama
kali dikemukakan oleh Chandler (1962) yang mengungkapkan bahwa strategi
adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan
alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (diacu
dalam Rangkuti 2008). Definisi strategi yang bersifat khusus dikemukakan oleh
dua pakar strategi yakni Hamel dan Prahalad (1995) dimana dinyatakan bahwa
strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh pelanggan di masa depan (Umar 2008; Rangkuti 2008).
Suatu perusahaan atau organisasi sepatutnya menjalani berbagai evaluasi
dan analisis dalam suatu proses pengambilan keputusan strategis. Rangkaian
proses panjang ini dimaksudkan untuk memberikan pilihan alternatif terbaik
dalam perkembangan selanjutnya. Hal yang sama juga berlaku pada daerah
wisata, secara khusus kawasan WA Situ Gunung sebagai lokasi studi. Rangkuti
(2008) menjabarkan proses ini dalam Gambar 2.
8
Gambar 2 Diagram Proses pengambilan keputusan strategis (Rangkuti 2008).
Diagram diatas dengan jelas menyatakan bahwa dalam merumuskan suatu pilihan
alternatif terbaik perlu diketahui kondisi yang sebenarnya saat ini dan analisis
dalam perumusannya. Rangkuti (2008) menyatakan bahwa dalam proses analisis
sangat penting untuk memahami seluruh informasi pokok, menganalisis situasi
untuk mengetahui apa yang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang terbaik
untuk dilakukan.
2.3. Wisata Alam
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang
semakin mengglobal (Pendit 2002). Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan ini mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan
daya tarik wisata.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
Evaluasi kinerja
peru-
sahaan
saat ini
Evaluasi - misi
- tujuan
- kebij-
akan
Analisis budaya
manajer
- kom-
isaris
-mana-
jemen
puncak
Analisis faktor
strategis
SWOT
Evaluasi dan
Review
- misi
- tujuan
- strategi
PILIH
ALTER-
NATIF
TERBAIK
Imple-mentasi
strategi
Evaluasi
dan
pengen-
dalian
Analisis lingkungan
eksternal
Analisis
lingkungan
internal
Pemilihan faktor
strategis:
-peluang
-ancaman
Pemilihan
faktor
strategis:
- Kekuatan
- Kelemahan
9
c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut.
d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
e. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran
wisata.
g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
h. Menteri Pariwisata adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang
kepariwisataan.
Penawaran wisata dapat berupa penawaran obyek alamiah maupun buatan.
Dalam penawaran obyek alamiah yang menekankan wisata dengan meminimalisir
perubahan tata lingkungan disebut sebagai wisata alam atau rekreasi alam.
Sumberdaya alam yang dapat ditawarkan dalam wisata alam antara lain (Wahab
1992):
1. Iklim: udara yang segar, sinar matahari, kebersihan lingkungan
2. Tata letak tanah dan pemandangan alam: dataran, pegunungan, panorama,
danau, sungai, pantai, air terjun, gunung berapi, gua, bentuk-bentuk yang unik.
3. Unsur rimba: hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka dan sebagainya.
4. Flora dan fauna: tumbuhan unik, benda-benda atraktif, kemungkinan untuk
kegiatan memancing, berburu dan bersafari serta hunting foto, taman nasional
dan lain-lain.
5. Pusat-pusat kesehatan: sumber air mineral alam, kolam lumpur, sumber air
panas dan lain sebagainya.
Wahab (1992) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor baik faktor
eksternal maupun internal yang mempengaruhi seseorang ketika mengambil
keputusan untuk melakukan kegiatan wisata atau tidak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kedatangan wisatawan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
10
1. Faktor Irasional (dorongan bawah sadar) antara lain lingkup pergaulan dan
ikatan persaudaraan, tingkah laku prestise, tiruan dan mode, pengaguman
pribadi (dalam pola tingkah laku), perasaan-perasaan keagamaan, hubungan
masyarakat dengan promosi pariwisata, iklan dan penyebaran informasi
pariwisata, dan kondisi ekonomi (faktor perndapatan dan biaya).
2. Faktor Rasional (dorongan yang disadari) antara lain aset wisata (alam
panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial, dan sebagainya),
fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata, transportasi, prosedur
kunjungan, bea cukai, dan lain-lain), kondisi lingkungan (sikap masyarakat
terhadap pengunjung, keramah tamahan, dan kemudahan bergaul), susunan
kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi), situasi politik (kestabilan
kondisi dan tingkat kebebasan warganya), keadaan geografis (jarak dari
negara sumber wisatawan, keindahan panorama, dan lain-lain).
2.4. Kepuasan Pengunjung
Feigenbaum (1986) diacu dalam Nasution (2004) menyatakan bahwa
kualitas adalah kepuasan pengunjung sepenuhnya (full customer satisfaction).
Suatu produk atau jasa dikatakan berkualitas jika dapat memberi kepuasan
sepenuhnya kepada konsumen yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen. Dari pernyataan ini, diketahui bahwa tingkat kepuasan konsumen
dapat menjadi salah satu hal yang menggambarkan kualitas produk termasuk juga
pelayanan wisata.
Kepuasan pengunjung secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
tanggapan perilaku berupa evaluasi purnabeli pengunjung terhadap suatu barang
atau jasa yang dirasakannya dibandingkan dengan harapan atau ekspektasi
terhadap produk atau jasa tersebut (Nasution 2004). Kepuasan pengunjung sangat
bergantung pada persepsi dan ekspektasi mereka. Terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi dan harapan pengunjung yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan
pengunjung ketika sedang mencoba melakukan transaksi.
11
2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun
pesaing-pesaingnya.
3. Pengalaman dari teman-teman, dimana teman akan menceritakan kualitas
produk yang akan dibeli pengunjung tersebut.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran.
2.5. Kelestarian Lingkungan dan Kelestarian Usaha
Kinerja terhadap usaha menjaga kelestarian lingkungan dapat dilihat dari
rencana kerja pengelolaan lingkungan dan kondisi sebenarnya sebagai hasil dari
rencana kerja tersebut. Pengamatan terhadap kelestarian lingkungan ini penting
untuk mendeteksi secepat mungkin dampak kegiatan wisata terhadap lingkungan
untuk dapat segera diambil tindakan antisipasi. Andrianto (2002) menyebutkan
bahwa terdapat beberapa dokumen berisi rencana kegiatan pengelolaan
lingkungan seperti Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), maupun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) yang merupakan instrumen
manajemen lingkungan.
Kelestarian usaha merupakan suatu kondisi dimana badan atau lembaga
usaha dapat melangsungkan kegiatannya secara kontinu. Kelestarian usaha secara
sederhana dapat dilihat dari adanya keuntungan usaha dan minat pengunjung atau
tetap tersedianya permintaan. Selain itu kelestarian usaha dapat dilihat dari
kesanggupan lingkungan untuk menampung kegiatan wisata yang terjadi sehingga
kelestarian usaha ini juga terkait langsung dengan kelestarian lingkungan.
2.6. Penarikan Contoh
Metode penarikan contoh berlaku pada pengumpulan data primer. Dalam
penelitian, sensus akan membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang besar
sehingga pengambilan sampel akan lebih efektif untuk dilakukan. Metodologi
menyeleksi individu-individu masuk ke dalam sampel yang representatif disebut
sampling atau metode penarikan contoh (Koentjaraningrat 1997).
Roscoe diacu dalam Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa ukuran
sampel yang layak dalam penelitian antara 30-500. Jumlah minimal dapat diambil
12
terutama jika sampel dibagi dalam beberapa kategori sesuai kebutuhan. Jika
sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel minimal adalah 30.
Pengambilan informasi dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan
penyebaran kuisioner. Kuisioner merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan dengan tema dan tujuan yang telah ditentukan (Soemardjan &
Koentjaraningrat 1997). Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk
mengukur sikap masyarakat di tahun 1932 yang dikenal dengan skala Likert.
(Tabel 1). Tabel 1 Skala Likert
Skala
Kategori
Sangat tidak
penting
Tidak
penting Biasa saja Penting
Sangat
penting
Sangat rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Sangat
sempit Sempit Sedang Luas Sangat luas
Sangat tidak memadai
Tidak memadai
Sedang Memadai Sangat
memadai
Sangat tidak
indah Tidak indah Biasa saja Indah Sangat indah
Sangat mahal
Mahal Sedang Murah Sangat murah
Sangat
sedikit sedikit Sedang Banyak
Sangat
banyak
Sangat sulit sulit Sedang Mudah Sangat mudah
Sangat tidak
bervariasi
Tidak
bervariasi Sedang Bervariasi
Sangat
bervariasi Sumber: Umar diacu dalam Restiyan (2009)
Skala ini hanya menggunakan item yang pasti baik dan pasti buruk (Nazir 2003).
Penelitian ini menggunakan klasifikasi skala ini untuk penilaian.
2.7. Evaluasi Kinerja dan Strategi Pengembangan
2.7.1. Analisis Kepuasan Pengunjung
1) Importance-Performance Analysis (IPA)
Importance-Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menjawab
perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan pengunjung yang
didasarkan atas persepsi nilai terhadap kinerja perusahaan (Rangkuti 2006 diacu
dalam Restiyan 2009). Adapun cara untuk mengukur IPA adalah sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja untuk setiap atribut.
Nilai ini diperoleh dengan rumus:
13
∑ Xi ∑ Yi
n n
Dimana: Xi = bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja atribut ke-i
Yi = bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
n = jumlah responden
2. Menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan
atribut. Nilai ini diperoleh dengan rumus
∑ Xi ∑ Yi
n n
Dimana: Xi = nilai rata-rata kinerja atribut ke-i
Yi = nilai rata-rata kepentingan atribut ke-i
n = jumlah atribut
3. Membuat diagram kartesius
Nilai X memotong sumbu secara horisontal, yakni sumbu yang mencerminkan
kinerja atribut (X) sedangkan nilai Y memotong tegak lurus pada sumbu
secara vertikal, yakni sumbu yang mencerminkan kepentingan atribut (Y).
Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentingan atribut serta nilai rata-rata
kinerja dan kepentingan atribut, nilai-nilai tersebut diplotkan ke dalam
Diagram Kartesius seperti terlihat pada Gambar 3.
Tingkat Kepentingan
(Y)
X Tingkat kepuasan (X)
Gambar 3 Diagram Kartesius dalam metode IPA (Rangkuti 2006 diacu dalam
Restiyan 2009).
Xi = dan Yi =
Xi = dan
Yi =
Kuadran III
Prioritas Rendah
Kuadran IV
Berlebihan
Kuadran II
Pertahankan Prestasi
Kuadran I
Prioritas Utama
Y
14
Keempat kuadran tersebut memiliki arti sebagai berikut:
1. Kuadran I (Prioritas Utama)
Kuadran ini memiliki atribut yang dianggap penting oleh pengunjung tetapi
pada kenyataannya atribut-atribut tersebut belum sesuai dengan harapan
pengunjung. Tingkat kinerja atribut tersebut lebih rendah dari pada tingkat
harapan pengunjung. Atribut-atribut dalam kuadran ini harus lebih
ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan pengunjung.
2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap penting dan
memiliki kinerja yang tinggi. Atribut ini perlu dipertahankan untuk waktu
selanjutnya.
3. Kuadran III (Prioritas Rendah)
Atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap kurang penting oleh
pengunjung dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa.
Peningkatan terhadap atribut yang masuk dalam kuadran ini dapat
dipertimbangkan kembali sebab pengaruh terhadap manfaat yang dirasakan
pengunjung sangat kecil.
4. Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh
pengunjung dan kinerjanya dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja
pada atribut-atribut yang terdapat pada kuadran ini hanya akan menyebabkan
terjadinya pemborosan sumberdaya.
2) Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh. Adapun cara untuk mengukur CSI
dilakukan dengan empat tahap yaitu: (Aritonang dan Lebrin dalam Restiyan 2009)
1. Menentukan mean importance score (MIS) dan mean satisfaction score
(MSS)
Nilai ini berasal dari rata-rata kepentingan dan kinerja tiap atribut.
∑ Yi ∑ Xi
N N
Dimana:
Yi = nilai kepentingan atribut ke-i
MIS = MSS =
15
Xi = nilai kinerja atribut ke-i
N = jumlah konsumen
2. Membuat weight factor (WF)
Bobot ini merupakan presentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut.
MISi
∑ MISi
3. Membuat weight score (WS)
Bobot ini merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kinerja
(mean satisfaction score = MSS)
WSi = WFi x MSS
4. Menentukan CSI
∑ WSi
HS
Dimana : HS = (Highest scale) skala minimum yang digunakan yaitu 5.
Kriteria index kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas
hingga sangat puas), yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Kriteria Index Kepuasan
Nilai CSI Kritaria CSI
0,81 - 1,00
0,66 - 0,80 0.51 - 0.65
0.35 - 0.50
0,00 - 0.34
Sangat puas
Puas Cukup Puas
Kurang Puas
Tidak Puas Sumber: Aritonang dan Lerbin diacu dalam Restiyan (2009)
2.7.2. Analisis Strategi Pengembangan (Analisis SWOT)
Analisis SWOT merupakan suatu analisis dalam merumuskan strategi
perusahaan dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis (Rangkuti
2008). Diterangkan lebih lanjut, analisis ini pada dasarnya digunakan untuk
mengoptimakan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) serta disisi lain
juga meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Kekuatan
dan kelemahan merupakan faktor internal sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor lingkungan eksternal. Analisis SWOT membandingkan faktor
internal dengan faktor lingkungan eksternalnya.
WF =
CSI =
16
Proses penyusunan perencanaan strategis dilakukan melalui tiga tahap analisis
yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan
(Rangkuti 2008). Diterangkan lebih lanjut, model yang dipakai dalam tahapan
pengumpulan data adalah matrik faktor strategi eksternal, matrik strategi faktor
internal, dan matrik SWOT
1) Matrik Faktor Strategi Eksternal dan Internal
Faktor strategi eksternal (EFAS/Eksternal Strategic factors Analysis
Summary) perlu diketahui untuk membuat matriks faktor strategi eksternal
(Rangkuti 2008). Umar (2008) menyebutkan bahwa data eksternal dikumpulkan
untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya,
demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan, serta
data eksternal relevan lainnya. Rangkuti (2008) menjabarkan cara-cara pentuan
faktor strategi eksternal adalah dengan mengalikan bobot dari faktor yang
dianalisis dengan nilai peluang atau ancaman dari faktor tersebut bagi perusahaan.
Matrik faktor strategi internal (IFAS/Internal Strategic factors Analysis Summary)
dikerjakan dengan cara yang sama. Matrik SWOT
Analisis data dilaksanakan setelah seluruh informasi terkumpul. Analisis
dapat dilakukan dengan menggunakan Matrik SWOT. Matrik ini dapat
menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal
yang dimilikinya.
Tabel 3 Matrik SWOT
STRENGTHS (S)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan
internal
OPPORNUNIES (O)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor peluang eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan Strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untu
memanfaatkan peluang
THREATS (T)
Tentukan 5-10 faktor-
faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk menghadapi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
IFAS
EFAS
(Rangkuti 2008 ; Umar 2008)
17
Selanjutnya dapat disusun diagram kartesius analisis SWOT. Diagram ini akan
menunjukkan posisi pengelolaan saat ini dan membantu merumuskan strategi
pengelolaan yang akan dilakukan. Diagram analisis SWOT dapat dilihat lebih
jelas pada Gambar 4.
Gambar 4 Diagram Analisis SWOT (Rangkuti 2008).
Masing-masing kuadran diatas memiliki kondisi khusus. Rangkuti (2008)
menerangkan lebih lanjut tiap kuadran adalah sebagai berikut:
Kuadran 1: situasi yang sangat menguntungkan bagi perusahaan. Organisasi
tersebut memiliki peluang dan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang tersebut. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (grow
oriented strategy)
Kuadran 2: meskipun menghadapi ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversivikasi (produk/pasar)
Kuadran 3: perusahaan memiliki peluang pasar yang besar tetapi banyak
tantangan internal atau kelemahan. Fokus strategi perusahaan ini
adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4: situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan. Organisasi
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
PELUANG
ANCAMAN
KELEMAHAN KEKUATAN
1. Mendukung strategi
agresif
4. Mendukung strategi
defensif
3. Mendukung strategi
turn-around
2. mendukung strategi
diversifikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Batasan Operasional
Batasan operasional penelitian ini dapat dilihat pada poin-poin berikut:
1. Aspek lingkungan dilihat dari keaslian dan kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan fungsi kawasan. Keaslian dilihat berdasarkan PP
No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
dimana pada penjelasan pasal 4 diterangkan pembatasan pembangunan
maksimum 10% dari luas kawasan. kegiatan yang dapat mengakibatkan
perubahan fungsi kawasan dilihat berdasarkan PP No. 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam pada pasal 46.
2. Peran serta dan nilai penting masyarakat dibatasi pada motivasi masyarakat
untuk terlibat dengan kegiatan wisata berdasarkan Wearing dan Joanne
(1997). Jadi, penelitian ditekankan untuk memperhatikan sikap dan keinginan
masyarakat untuk turut serta dalam pengelolaan wisata, kaitan antara budaya
sebagai latar belakang dengan sikap dan penerimaan masyarakat, terhadap
pengunjung, kesadaran konservasi masyarakat serta munculnya industri dan
peluang usaha seiring dengan kegiatan wisata.
3.2. Waktu dan Tempat Peneitian
Penelitian lapang dilaksanakan secara kontinyu selama 42 hari yakni pada
17 Oktober-27 November 2009. Penelitian dilaksanakan di Wisata Alam Situ
Gunung zona pemanfaatan intensif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3.3. Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini dibagi menjadi data
pokok dan data penunjang. Data pokok adalah data yang terkait langsung dengan
topik penelitian sedangkan data penunjang adalah data yang digunakan sebagai
pelengkap dalam melakukan pembahasan.
Jenis data yang diambil seara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Jenis Data yang Diambil
Jenis data Data tentang Data yang diambil Cara pengambilan
Pokok Persentase luas
lahan yang telah
dibangun
Persentase luas lahan terbangun dan
perubahan penggunaan lahan yang
terjadi
Studi pustaka,
wawancara dan
pengamatan langsung
Tata guna kawasan
Persepsi
pengunjung dan
pengelola
mengenai keaslian lingkunganWA
Situ Gunung
Penilaian keaslian berdasarkaan
persepsi pengunjung dan pengelola
Wawancara terhadap
pengelola dan
pengunjung
Kegiatan pengelolaan
lingkungan yang
dilakukan
sehubungan dengan keaslian
lingkungan
Rencana kerja yang telah ditetapkan Studi pustaka
Pelaksanaanya Pengamatan langsung
Hasil yang didapatkan dari
pengelolaan lingkungan
Pengamatan langsung
dan wawancara
pengelola
Kegiatan-kegiatan pelanggaran yang
dapat
memusnahkan
sumberdaya
Ada tidaknya pelanggaran yang terjadi seperti perburuan,
penebangan liar, pengubahan
bentang alam dll.
Studi pustaka, wawancara dan
pengamatan langsung
Pengaruh pelanggaran terhadap lingkungan dan kegiatan wisata
Pelaku pelanggaran dan motivasi
Antisipasi dan penanganan oleh
pengelola terhadap kasus yang terjadi
Pencemaran Jenis-jenis pencemaran yang terjadi Studi pustaka,
wawancara dan
pengamatan langsung Penyebab/ sumber pencemar
Penanganan dan pengelolaan limbah yang dilakukan pengelola
Pengaruh pencemaran terhadap
lingkungan dan kegiatan wisata
Persepsi pengunjung dan
pengelola
mengenai
pengawetan lingkungan wisata
alam
Penilaian pengawetan lingkungan wisata alam berdasarkaan persepsi
pengunjung dan pengelola dilihat
dari kerusakan lingkungan yang
terjadi
Wawancara pengunjung dan
pengelola
Sikap dan keinginan
masyarakat untuk
turut serta dalam
pengelolaan wisata
Kesediaan masyarakat terhadap terlaksananya kegiatan wisata
Wawancara masyarakat
Keinginan masyarakat untuk ikut
mengelola wisata
Sektor yang diinginkan masyarakat untuk dilibatkan
Peran budaya dan
kaitannya dengan
penerimaan
Penerimaan masyarakat terhadap
pengunjung
Wawancara
masyarakat
Kaitan antara budaya sebagai latar
20
Jenis data Data tentang Data yang diambil Cara pengambilan
terhadap
pengunjung
belakang berperilaku dengan sikap
dan penerimaan masyarakat
terhadap pengunjung
Kesadaran
konservasi
masyarakat
Pengetahuan tentang konservasi Wawancara
masyarakat Pengetahuan tentang status kawasan
Sikap dan persepsi mengenai
kawasan
Industri dan peluang usaha
Usaha/ industri masyarakat yang tergerak
Wawancara masyarakat dan
pengamatan langsung Penyerapan tenaga kerja
Pengelolaan obyek wisata
Pengelolaan terhadap obyek wisata Studi pustaka, wawancara pengelola
dan pengamatan
langsung
Program wisata yang ditawarkan
Pelayanan pengunjung
Sikap/ keramahan pelayanan pengelola
Studi pustaka, wawancara pengelola
dan pengamatan
langsung Jenis-jenis pelayanan yang
diberikan
Ada tidaknya pemberian pemahaman akan status kawasan
Pemasaran Bentuk-bentuk pemasaran dan
promosi yang dilakukan
Studi pustaka,
wawancara pengelola
dan pengamatan langsung
Sumber informasi pengunjung Wawancara
pengunjung
Manajemen sumberdaya
manusia
Struktur organisasi, koordinasi dan kerjasama pengelolaan
(kewenangan)
Studi pustaka dan wawancara pengelola
Kualitas dan kuantitas SDM
Hasil kerja yang dicapai (baik maupun kendala) berdasarkan SDM
Studi pustaka, wawancara pengelola
dan pengamatan
langsung
Manajemen
dampak wisata
Rencana kerja pengendalian
dampak
Studi pustaka dan
wawancara pengelola
Aplikasi lapang rencana kerja pengamatan langsung
Landasan pengelolaan
Status dan produk hukum yang berhubungan dengan kawasan dan
pengelolaannya
Studi pustaka dan wawancara pengelola
Aspek pengunjung Asal, umur, tingkat pendidikan,
pekerjaan, tujuan, aktifitas, tanggapan.
Wawancara
pengunjung
Tingkat keinginan
pengunjung
Harapan akan kondisi pengelolaan
dan pelayanan wisata
Aspek pendukung wisata
Kondisi sosial ekonomi serta politik negara saat ini, perkembangan
kepariwisataan nasional dan
internasional, issue lingkungan, lembaga-lembaga terkait.
Wacana issue nasional, wawancara
persepsi pengelola
dan penggunaan kuisioner
Penunjang Kondisi umum Letak, luas, aksesibilitas, kondisi Studi pustaka
21
Jenis data Data tentang Data yang diambil Cara pengambilan
lokasi fisik iklim, topografi, sumber daya
alam hayati, obyek wisata,
prasarana sarana (letak, luas/ ukuran, jumlah)
Sosial ekonomi
masyarakat sekitar
Jumlah penduduk, komposisi,
tingkat pendidikan, mata
pencaharian, interaksi dengan kawasan, persepsi terhadap
kawasan
Studi pustaka,
pengamatan langsung
dan wawancara key informant
3.4. Alat, Bahan, dan Sasaran penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara
(kuisioner), alat tulis, peta-peta dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah
informasi yang dikumpulkan dari sumber informasi dan lokasi pengamatan seperti
tertuang pada Tabel 4. Sasaran penelitian ini adalah pengelola Wisata Alam Situ
Gunung (Resort TNGGP dan pengelola site dari Perum Perhutani) dan seluruh
stakeholders.
3.5. Prosedur dan Cara Pengambilan Data
3.5.1. Metode Penarikan Contoh
Responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu responden pengelola,
masyarakat, dan pengunjung. Responden pengelola dipilih dengan metode
sampling bertujuan atau purposive sampling (Koentjaraningrat 1997). Sesuai
dengan stakeholder yang ada di lokasi maka key informan pengelola yang dipilih
adalah kepala Resort Situ Gunung Balai TNGGP selaku penanggung jawab
kawasan, kepala site pengelola lapang WA Situ Gunung Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten selaku penanggung jawab pengelolaan wisata dan
koordinator lapang untuk Situ Gunung dan sekitarnya, LSM ‘BWS (Binawana
Sarana Indonesia)’ selaku pihak swasta yang menyewa lahan di dalam kawasan,
dan koordinator lapang LSM ‘Rakata Adventure’ selaku pihak swasta yang
wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan WA Situ Gunung. Responden
masyarakat adalah 1 orang tokoh masyarakat dan 10 KK. Responden pengunjung
berjumlah 114 orang (Tabel 5). Pengunjung yang dijadikan responden adalah
pengunjung yang bersedia untuk diwawancarai dalam kunjungannya selama
22
waktu penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert
dengan lima klasifikasi penilaian.
Tabel 5 Responden Pengunjung
Kelas Umur Jumlah (orang)
4-12 30
13-18 30
19-60 54
> 60 0
Responden pengunjung berdasarkan kecenderungannya dibagi menjadi
tiga kelompok yakni pengunjung individu dan pasangan (1-2 orang), kelompok
kecil (< 40 orang), dan kelompok besar (> 40 orang). Pada pengunjung individu
atau pasangan, sampel yang dimbil adalah 1 orang, pada kelompok kecil jumlah
sampel yang diambil pada kisaran 15-20%, dan kelompok besar jumlah sampel
yang diambil 10-15% dimana semakin besar kelompok semakin sedikit persentase
bagian kelompok yang diambil dengan asumsi sampel ini telah dianggap mewakili
kelompok tersebut.
3.5.2. Metode/Cara Memperoleh Data
1. Data Primer
111))) Observasi/Pengamatan Lapang
Kegiatan observasi lapang dilakukan dengan pengamatan langsung di
lapang atau mengunjungi lokasi penelitian. Kegiatan observasi lapang ini
dilakukan untuk melihat secara langsung data-data yang diperlukan selain data
yang diperoleh dari studi pustaka.
222))) Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara teratur dan berkesinambungan dari panduan wawancara ataupun
kuisioner yang disiapkan. Wawancara ini dilakukan pada pengelola baik dari
pihak perum perhutani, taman nasional, maupun lembaga swasta yang terkait
langsung dengan Situ Gunung. Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan
pembicaraan yang mengikuti alur agar lebih berkesan santai untuk mendapatkan
keterangan dengan berdasar pada panduan wawancara secara global saja (hanya
23
poin-poin penting). Wawancara ini ditujukan kepada pengelola lapangan dan
masyarakat sekitar kawasan karena pemberian kuisioner tidak memungkinkan
memenuhi semua informasi yang dibutuhkan.
333))) Pengisian Kuisioner
Pengambilan informasi responden pengunjung dilakukan dengan
menggunakan kuisioner. Kuisioner dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman
pengunjung terhadap lokasi dan penilaiannya. Pemberian kuisioner dilakukan
hanya jika responden mampu memahami isi kuisioner. Responden yang tidak
mampu memahami isi kuisioner karena faktor umur, pendidikan, dan
sebagainya, dilakukan pengambilan data melalui wawacara tidak terstruktur
dengan landasan pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan studi literatur. Kegiatan studi literatur
yang dilakukan adalah penelusuran segala bentuk dokumen yang dapat menunjang
dalam menyusun laporan penelitian/ skripsi. Kegiatan ini dilakukan untuk mencari
data yang tidak dapat diperoleh dari pengamatan langsung di lapang ataupun
wawancara
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.6.1. Analisis Kinerja Pengelolaan
Metode yang digunakan dalam menganalisis kinerja pengelolaan Wisata
Alam Situ Gunung adalah analisis deskriptif. Dalam metode ini, tiap-tiap varibel
yang terkait dijabarkan secara runut agar dapat menggambarkan materi dengan
baik. Salah satu yang dapat dijadikan standar ukuran adalah adanya perbedaan
antara harapan pengunjung dengan kinerja pengelolaan yang telah dilakukan serta
adanya pertimbangan peraturan sehubungan dengan status kawasan.
3.6.2. Analisis Kepuasan Pengunjung
111))) Importance-Performance Analysis (IPA)
Importance-Performance Analysis (IPA) merupakan analisis untuk
menjawab perumusan masalah mengenai sejauh mana tingkat kepentingan
24
pengunjung yang didasarkan atas persepsi nilai terhadap kinerja usaha
pengelolaan ekowisata Wisata Alam Situ Gunung.
222))) Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan analisis untuk mengukur
tingkat kepuasan pengunjung terhadap kinerja pengelolaan wisata Situ Gunung.
Metode analisis ini akan menggambarkan keberhasilan kinerja pengelolaan
dilihat dari kepuasan pengunjung. Analisis ini akan menunjukkan posisi realita
dari pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung.
3.6.3. Analisis SWOT
Metode analisis data yang digunakan untuk membuat alternatif
pengembangan pengelolaan daerah wisata Situ Gunung adalah analisis SWOT.
Pengambilan keputusan pengelolaan dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor lingkungan eksternal (peluang dan
ancaman) terkait pengelolaan Situ Gunung. Untuk mengurangi subjektifitas dalam
penilaian, dilakukan korespondensi dengan narasumber ahli. Yang dimaksud
dengan narasumber ahli disini adalah narasumber yang menguasai medan (orang
yang mengetahui benar kondisi sebenarnya di lapangan) dan narasumber
pengelola (orang yang mengetahui seluk beluk pengelolaan dan peraturaan
terkait). Narasumber dari penelitian ini adalah Kepala site pengelolaan Wisata
Alam Situ Gunung dari Perum perhutani, Kepala Resort Situ Gunung dari
TNGGP, dan LSM terkait (koordinator lapang Rakata Adventure dan BWS)
BAB IV
KONDISI UMUM KAWASAN
4.1 Sejarah Kawasan
Wisata Alam Situ Gunung yang mempunyai luas kurang lebih 100 ha
merupakan kawasan pelestarian alam bagian dari zona pemanfaatan intensif
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Menurut legenda, danau (Situ
Gunung) dibuat oleh bangsawan Mataram Rangga Jagad Syahadana, yang
akhirnya dikenal sebagai Mbah Jalun. Dia merupakan buronan Belanda yang lari
dari Kerajaan Mataram karena diburu penjajah pada tahun 1800-an. Setelah
bersembunyi di beberapa kesultanan Jawa Tengah, akhirnya Mbah Jalun menetap
di Kesultanan Banten.
Legenda menyebutkan bahwa sebelum ke Sukabumi Mbah Jalun
memperistri perempuan asal Kuningan Jawa Barat. Jalur keberangkatannya ke
Sukabumi melalui Cianjur. Karena masih menjadi buron Belanda, jalan yang
dilaluinya lebih banyak membuka hutan di pegunungan. Salah satu jalan yang
dibukanya adalah jalan lewat Gunung Gede dan Pangrango.
Mbah Jalun dan istrinya berhenti di suatu lembah yang dialiri sungai yang
airnya jernih. Ia pun memutuskan menetap di daerah tersebut. Beberapa tahun
kemudian, yakni pada tahun 1814, pasangan itu dikaruniai seorang putra yang
diberi nama Rangga Jaka Lulunta. Sebagai wujud syukur atas kelahiran anaknya,
ia membangun danau kecil dalam waktu tujuh hari dengan peralatan sederhana
lalu ia menamai danau itu Situ Gunung, artinya danau yang ada di gunung.
Belanda akhirnya mencium keberadaan Situ Gunung dan takjub melihat
keindahan danau buatan itu. Pada tahun 1840, Mbah Jalun tertangkap dan dijatuhi
hukuman gantung. Sebelum pelaksanaan hukuman gantung yang rencananya
digelar di alun-alun Cisaat, ia berhasil melarikan diri sebelum akhirnya wafat
tahun 1841 di daerah Bogor (Hidayat 1992 dan TNGGP 2009).
4.2. Sejarah Pengelolaan
Kantor pengelola yaitu Balai TNGGP berada di Cibodas dan dalam
pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga) Seksi Konservasi Wilayah (SKW), yaitu
26
SKW I di Selabintana, SKW II di Bogor, dan SKW III di Cianjur. SKW I terbagi
kembali dalam 13 resort pengelolaan dengan tugas dan fungsi melindungi dan
mengamankan seluruh kawasan TNGGP dalam mewujudkan pelestarian
sumberdaya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan. Resort Situ Gunung
berada pada SKW I Selabintana. Wisata Alam Situ Gunung saat ini berada di
bawah pengelolaan Kasatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain
(KBM WBU) Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Situ Gunung sempat dikelola oleh swasta yakni PT. Shorea Barito Wisata
sebelum akhirnya diambil alih kembali oleh PT Perhutani Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Sukabumi dikembangkan menjadi taman wisata alam seluas 100
hektar. Saat ini Situ Gunung termasuk dalam zona pemanfaatan intensif Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP 2009). Status kawasan obyek wisata
alam Situ Gunung, berdasarkan sejarah pembentukannya dapat dijelaskan sebagai
berikut: (TNGGP 2009)
1. Melalui SK Mentan 461/Kpts/Um/11/1975 tanggal 27-11 1975, obyek wisata
alam seluas 100 hektar ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA)
2. Skpt Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1990 Tgl. 4 Juni 1990 tentang
persetujuan prinsip pengusahaan pariwisata alam atas TWA Situ Gunung
kepada Perum Perhutani
3. Melalui Menhut No/. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 termasuk salah
satu bagian areal perluasan (zona pemanfaatan intensif) Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sehingga luas TNGGP menjadi 21,975 ha
Perum Perhutani memegang pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung sejak
tahun 1990 ketika status kawasan masih berupa TWA. Tahun 1995, pengelolaan
kawasan dipercayakan kepada swasta yakni PT. Shorea Barito Wisata yang
kepemilikan usahanya dipegang oleh investor dari Korea. Agustus 2002
pengelolaan dikembalikan kepada Perum Perhutani sebelum akhirnya masuk
dalam zona pemanfaatan TNGGP saat terjadi perluasan kawasan pada 10 Juni
2003. Pengelolaan wisata tetap dipercayakan kepada Perum Perhutani yang
kemudian 31 Mei 2006 bentuk usahanya masuk dalam Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Sukabumi. 1 Juni 2006 badan usaha dari Perum Perhutani ini
27
kemudian berbentuk KBM WBU sesuai perkembangan dalam tubuh Perum
Perhutani itu sendiri.
4.3 Letak dan Luas Wilayah
Wisata Alam Situ Gunung terletak di kaki Gunung Pangrago pada
ketinggian 950 – 1.036 m dpl. Secara administratif kawasan terletak di Desa Gede
Pangrango dan Desa Sukamanis, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi
Propinsi Jawa Barat. Secara astronomis kawasan Wisata Alam Situ Gunung
terletak antara 106O54’37” – 106
O55’30” Bujur Timur 06
O39’40” – 06
O41’12”
Lintang Selatan (TNGGP 2009). Luas wisata alam ini lebih kurang 100 Ha. Saat
ini wisata alam ini berada dalam zona pemanfaatan intensif Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (Hidayat 1992).
4.4. Geomorfologis, Tanah, Topografi, Iklim dan Hidrologi
4.4.1. Geomorfologi
Geofisik wilayah Situ Gunung memiliki formasi sebagai kuarter vulkanik
Pangrango tua (Qvpo). Formasi ini tersusun dari satuan batuan mineral endapan
lahar dan lava, basal andesitik dengan oligoklas andesin, labradorit, olivin,
piroksin, dan homblende (TNGGP 2009)
4.4.2. Tanah
Jenis-jenis tanah yang mendominasi kawasan TNGGP adalah latosol
coklat, asosiasi andosol, coklat dan regosol coklat, kompleks regosol kaleabu dan
litosol, abu pasir, tuf, dan batuan vulkan intermedier sampai dengan basis merujuk
dari Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat Skala 1 : 250.000 (Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat 1966 diacu dalam TNGGP 2009).
4.4.3. Topografi
Daerah Situ Gunung topografinya bervariasi mulai dari landai hingga
bergunung, dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 1500 m dpl. Wilayah Situ
Gunung memiliki kondisi lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit
(seperti bukit masigit) dengan kelerengan 20-80 %. Jurang dengan kedalaman
sekitar 70 m banyak dijumpai di wilayah ini (TNGGP 2009).
28
4.4.4. Iklim
Iklim di wilayah Situ Gunung tidak jauh berbeda dengan iklim wilayah
TNGGP pada umumnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid-Ferguson,
TNGGP termasuk kedalam tipe iklim A dengan curah hujan yang tinggi (TNGGP
2009).
4.4.5. Hidrologi
Sumber air di dalam kawasan Situ Gunung berbentuk sungai besar, sungai
kecil, dan Danau. Danau Situ Gunung dengan luas 10 Ha adalah penyimpan air
terbesar di dalam kawasan ini. Sumber air lain diantaranya adalah Sungai
Cigunung yang merupakan sungai besar dan Sungai Ciparay, Cibogo leutik, dan
Sungai Cimahi sumbernya dari Ciarya adalah sungai-sungai kecil.. Lebar sungai
di hulu berkisar 1-2 m dan hilir mencapai 3-5 m dengan ciri fisik sungai ditandai
oleh kondisi yang sempit dan berbatu besar. Umumnya kondisi sungai di dalam
kawasan ini masih terlihat baik dan sedikit pencemaran oleh manusia. Debit air
yang tinggi dan kualitas air cukup baik sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat
yang berada di sekitar kawasan untuk keperluan pertanian, perikanan dan
kebutuhan sehari-hari, termasuk PDAM Sukabumi memanfaatkan air dari Sungai
Cigunung yang sumbernya di dalam kawasan Resort Situ Gunung (TNGGP
2009).
4.5. Kondisi Biologi
Kawasan ini mempunyai keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi.
Jenis-jenis tumbuhan yang dapat dijumpai sangat beragam meskipun dulunya
merupakan kawasan hutan tanaman Perum Perhutani. Jenis tumbuhan di Situ
Gunung diataranya adalah Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia Excelsa),
Damar (Agathis sp), Saninten (Castanopsis argentea), Hamirung (Vemonea
arborea), Gelam (Euginia fastigiata), Kisireum (Cleistocalyx operculata), Lemo
(Litsea cubeba), Beleketebe (Litsea sp), Suren (Toona sureni), Riung Anak
(Castanopsis javanica), Walen (Ficus Ribes), Merang (Hibiscus surattensis),
Kipanggung (Trevesia sondaica), Ki-putat (Placchomia valida), Karembi
(Homolanthus populnea), Manggong (Macarangar rizoides). Selain jenis-jenis
tersebut di atas, terdapat juga jenis Anggrek yang dilindungi, antara lain Anggrek
29
Tanah Bunga Merah, Anggrek Tanah Bunga Putih dan Anggrek Bajing Bunga
Kuning. Jenis anggrek tersebut dapat dijumpai di tepi jalan setapak yang
dahulunya merupakan perbatasan antara Wisata Alam Situ Gunung dengan Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP 2009).
Situ Gunung memiliki 62 jenis satwa liar (19 jenis dilindungi) yang terdiri
atas 41 jenis burung (11 jenis dilindungi) dan 21 jenis mamalia (8 jenis
dilindungi). Jenis mamalia yang dilindungi adalah owa (Hylobates moloch),
trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachura), surili (Presbytis
comata), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanicus). Jenis mamalia
yang mudah dijumpai adalah bajing, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),
lutung (Tracypithecus auratus) dan babi hutan. Jenis burung yang dilindungi yaitu
elang bondol (Haliastur indus), alap-alap (Accipter virgatus), sasap madu gunung
(Aethopyga eximia), burung kipas (Rhipidura javanica), Cekakak (Halcyon
chloris), burung madu kuning (Nectarina jugularis), burung madu pipi merah
(Anthretes singalensis), burung madu merah (Aethopyga siparaja), burung cabe
(Dicaeum trocileum). Jenis burung yang mudah dijumpai adalah kutilang, betet
ekor panjang, prenjak, tuwu, emprit, cipoh, kepodang, tulung tumpuk dan ayam
hutan (TNGGP 2009).
4.6. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju lokasi Wisata Alam Situ Gunung cukup baik,
ditempuh ± 123 Km dari Jakarta selama 3,5 jam, ± 70 Km dari Bogor selama 2
jam, ± 108 Km dari Bandung selama 3,5 jam dan ± 60 Km dari Cianjur selama 1,5
jam. Pengunjung dari Bogor menuju lokasi dapat ditempuh dengan mengambil
jurusan Sukabumi kemudian berbelok di Cisaat menuju Situ Gunung. Situ
Gunung terletak di sebelah Selatan kawasan Taman Nasional. Kondisi jalan baik,
kerusakan sangat sedikit, dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun
umum. Kedatangan dari terminal Sukabumi dapat menggunakan minibus yang
menuju Cisaat kemudian dilanjutkan dengan angkutan kota menuju Situ Gunung
yang berjarak 10 Km dari Polsek Cisaat (GPNP 2007). Jalan menuju Cisaat
merupakan Jalan Raya Provinsi dan disambung dengan jalan aspal yang dapat
ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat atau lebih.
30
Pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi dapat menggunakan
kendaraan umum (TNGGP 2009).
4.7. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan
Ada dua desa yang letaknya berbatasan langsung dengan Situ Gunung
yakni desa Gede Pangrango dan desa Suka Manis (TNGGP 2009).
4.7.1. Desa Gede Pangrango
111))) Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Gede Pangrango sebanyak 4680 orang terdiri dari
2362 orang laki-laki dan 2318 orang perempuan, terbagi kedalam 1154 Kepala
Keluarga (KK). Dengan luas desa 970 Ha maka kepadatan penduduk adalah
4,82 org/Ha. Komposisi usia Penduduk di Desa Gede Pangrango yaitu, usia
balita dan anak-anak sejumlah 1497 orang, usia remaja sampai muda sejumlah
1096 orang, usia dewasa sampai tua 1693 orang dan belum ada penduduk
mencapai usia manula.
222))) Penggunaan Lahan
Lahan di Desa Gede Pangrango diperuntukan sebagai tanah sawah irigasi
seluas 89 Ha, tanah kering untuk tegal/ladang 134,23 Ha, pemukiman 48,50 Ha,
tanah perkebunan negara 756 Ha, tanah fasilitas umum untuk kas desa 0,62 Ha,
lapangan 1,2 Ha, perkantoran Pemerintah 1,7 Ha, tanah hutan lindung 112,5 Ha,
dan hutan konversi 520 Ha. Lahan di desa ini baik/cocok untuk kegiatan
pertanian dan perkebunan dengan komoditas yang dihasilkan adalah tanaman
pangan seperti jagung, kacang panjang, singkong, cabe, tomat, sawi, kubis,
alpukat, pisang, serta bambu.
333))) Perekonomian
Perekonomian masyarakat Desa Gede Pangrango sebagian besar tingkat
menengah dan menengah kebawah berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,
informasi dari masyarakat dan petugas desa serta dokumen Resort Situ Gunung
TNGGP. Hal ini disebabkan karena orientasi masyarakat dalam mencari
pekerjaan masih belum berkembang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
masih rendah. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat petani dan buruh
tani, sehingga pendapatan masyarakat hanya cukup untuk kebutuhan hidup
31
sehari-hari. Mata pencaharian lain adalah buruh/pekerja swasta, pegawai negeri,
pengrajin, pedagang, montir, dokter, dan lain sebagainya.
444))) Aksesibilitas
Kantor Desa Gede Pangrango dan Kantor Resort Situ Gunung berjarak ± 3
km dihubungkan oleh jalan aspal yang kondisinya cukup baik. Merupakan satu
jalan yang menghubungkan Kota Cisaat dan Wisata Alam Situ Gunung dan
dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan. Tersedia sarana transportasi umum
berupa Angkutan Perkotaan (Angkot) dan Ojek.
555))) Pendidikan
Perkembangan suatu desa dipengaruhi oleh tingkat perekonomian yang
didukung oleh tingkat pendidikan masyarakat. Potensi Desa Gede Pangrango
berkaitan dengan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Tingkat pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Gede Pangrango
Tingkat Pendidikan Prasarana Pedidikan
Jenjang Jumlah (orang) Jenis Jumlah (buah)
Belum Sekolah 408 SD/Sederajat 3
SD/Sederajat 2600 SLTP/Sederajat 1
SLTP/Sederajat 200 TPA 2 SLTA/Sederajat 480 Pondok Pesantren 4
D-1 18 - -
D-2 50 - - D-3 65 - -
S-1 40 - -
S-2 25 - -
S-3 2 - - Sumber: TNGGP 2009
4.7.2. Desa Sukamanis
111))) Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Sukamanis sebanyak 4354 orang terdiri dari 2138
orang laki-laki dan 2226 orang perempuan, terbagi kedalam 1191 kepala
keluarga (KK). Dengan luas desa 719,4 ha maka kepadatan penduduk adalah
4,05 org/Ha. Komposisi usia Penduduk di Desa Sukamanis yaitu, usia Balita
dan Anak-anak 1461 orang, usia Remaja sampai Muda 693 orang, usia Dewasa
sampai Tua 2078 orang dan penduduk dengan usia manula 329 orang.
222))) Penggunaan Lahan
Lahan di Desa Sukamanis diperuntukan sebagai tanah sawah irigasi seluas
96,256 Ha, tanah kering untuk tegal/ladang 414 Ha, pemukiman 1,50 Ha, tanah
32
perkebunan swasta 145 Ha, tanah perkebunan rakyat 33,525 Ha, tanah fasilitas
umum untuk kuburan 3,775 Ha, untuk perikanan/empang 4,50 Ha, kolam 7,250
Ha dan peruntukan lainnya seperti jalan dan selokan. Lahan di desa ini cocok
untuk kegiatan pertanian, perkebunan dan perikanan dengan komoditas yang
dihasilkan antara lain tanaman pangan berupa jagung, padi, labu, singkong, sawi,
cabe, bawang, buncis, pisang, kol, mangga, jambu, jeruk, rambutan, pete, dan
lain-lain. Tanaman kehutanan yakni bambu, kayu bakar dan damar serta hasil
perkebunan seperti kopi, kelapa, cengkeh, aren/gula merah, teh, dan lain
sebagainya. Hasil perikanannya berupa ikan kolam dan mina padi.
333))) Perekonomian
Perekonomian suatu desa didukung oleh mata pencaharian masyarakat.
Desa Sukamanis sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani/buruh tani,
pegawai swasta dan pegawai negeri.
444))) Aksesibilitas
Kantor Desa Sukamanis dan Kantor Resort Situ Gunung berjarak ± 8 Km
dihubungkan oleh jalan aspal yang kondisinya cukup baik dapat dilalui oleh
berbagai jenis kendaraan (kecuali Bis atau Roda lebih dari 6). Tersedia sarana
transportasi umum berupa Angkutan Perkotaan (Angkot) dan Ojek.
555))) Pendidikan
Perkembangan suatu desa dipengaruhi oleh tingkat perekonomian yang
didukung oleh tingkat pendidikan masyarakat. Berikut potensi Desa Sukamanis
berkaitan dengan Pendidikan (Tabel 7).
Tabel 7 Tingkat Pendidikan dan Prasarana Pendidikan Desa Sukamanis
Tingkat Pendidikan Prasarana Pedidikan
Jenjang Jumlah (orang) Jenis Jumlah (buah)
Belum Sekolah 700 SD/Sederajat 6 SD/Sederajat 1600 SLTP/Sederajat 1
SLTP 1572 Diniyah 5
SLTA/Sederajat 219 Pondok Pesantren 2 Diploma &
Perguruan Tinggi
70 - -
TNGGP 2009
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Wisata di Kawasan Wisata Alam Situ Gunung
5.1.1 Obyek Kawasan Wisata Alam Situ Gunung
Wisata Alam Situ Gunung memiliki beberapa obyek wisata alam yang
dimanfaatkan secara intensif yaitu danau (Situ Gunung), Curug Sawer, Curug
Cimanaracun dan Curug Bagong. Obyek lain yang belum dimanfaatkan secara
intensif diantaranya Curug Kembar, dan Bukit Masigit.
111))) Situ Gunung.
Danau ini memiliki nilai mitos sejarah yaitu pembuatanya oleh Rangga
Jagad Syahadana dan nilai keindahan alam. Situ Gunung merupakan danau
seluas 10 ha. Dinding danau telah diplester untuk menghindari terjadinya erosi
dan di tengah danau terdapat beberapa pulau kecil (Gambar 5). Kegiatan yang
dilakukan pengunjung di danau umumnya adalah menikmati pemandangan,
bersampan, memancing, dan aneka permainan outbond.
Gambar 5 Situ Gunung.
222))) Curug Sawer dan Curug Bagong.
Curug Sawer memiliki tinggi ± 20 m dengan debit air yang relatif stabil
baik dimusim penghujan maupun kemarau (Gambar 6 a). Banyak terdapat batu-
batuan di tepi curug. Berjarak ± 50 m dari Curug Sawer, terdapat sebuah curug
kecil bernama Curug Bagong. Curug kecil ini memiliki alas yang landai yang
34
cocok digunakan untuk bermain air (Gambar 6 b). Curug Bagong memiliki nilai
mitos bagi yang mempercayainya dimana diyakini bahwa mandi di curug ini
akan meningkatkan kharisma dan pesona diri.
(a) (b)
Gambar 6 (a) Curug Sawer, (b) Curug Bagong.
333))) Curug Cimanaracun.
Curug Cimanaracun terletak 500 m dari danau. Curug ini merupakan
sumber air dari danau (Situ Gunung) melebar dengan tinggi 10 m, bantarannya
landai berpasir, dan debit air kecil bahkan pada musim penghujan (Gambar 7).
Gambar 7 Curug Cimanaracun.
35
444))) Curug Kembar dan potensi obyek wisata alam lainnya yang belum dikelola.
Curug kembar belum dikembangkan menjadi obyek kegiatan wisata
intensif. Curug ini terletak sekitar 1 jam perjalanan dari Curug Sawer. Curug
Kembar merupakan dua curug yang berdekatan. Lingkungan sekitar curug
masih sangat alami.
Gunung Masigit sering dilalui sebagai jalur pendakian yang masuk melalui
Situ Gunung. Gunung Masigit ini memiliki kekayaan flora dan fauna. Selain Itu,
Wisata Alam Situ Gunung memiliki curug-curug lain yang menyebar di dalam
kawasan dan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Rata-rata curug-curug
ini merupakan curug kecil yang daya tariknya rendah.
5.1.2. Akses Dalam Kawasan
Obyek wisata yang menjadi unggulan dari Wisata Alam Situ Gunung adalah
danau (Situ Gunung) dan Curug Sawer. Danau ini terletak ± 1 Km dari pintu
gerbang dengan lebar jalan rata-rata 7 m, kondisi jalan merupakan bekas aspal
yang sudah sangat rusak sehingga terlihat seperti jalan yang berbatu batu (Gambar
8 a). Jalan ini dapat dilalui kendaraan bermotor yakni mobil hingga lapangan
parkir pos kedua (Pos II) yang berjarak 200 m dari danau sedangkan motor dapat
langsung mencapai danau. Topografi jalan secara umum landai dengan beberapa
tanjakan dan turunan yang agak curam tetapi tidak dominan. Variasi kelerengan
jalan berkisar antara 0O- 45
O atau 0%-100%.
(a) (b)
Gambar 8 (a) Jalan Menuju danau, (b) Jalan Menuju Curug Sawer.
36
Curug Sawer terletak sekitar 2 Km dari pintu gerbang dengan lebar jalan
bervariasi mulai dari 2-7 m. Topografinya sangat bergelombang dengan
kelerengan antara 0O-70
O atau 0%- 274.75% sehingga cukup sulit untuk dilalui
(Gambar 8 b). Jalan beragam mulai dari jalan batu dan tanah. Jalan ini tidak dapat
dilalui kendaraan, sekalipun sepeda, karena pengaruh topografi.
Curug Cimanaracun dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau
menggunakan motor sekitar 500 m dari danau melalui jalan yang kondisinya
cukup baik dengan lebar jalan 2-4 m, kelerengan berkisar antara 0O-10
O atau 0%-
17.63%. Curug Kembar memiliki akses yang sangat sulit yang perjalanannya
ditempuh dengan berjalan kaki selama enam jam pulang pergi dengan medan yang
sangat terjal. Kelerengan jalan bervariasi mulai dari 0O-80
O atau 0%-567.13%.
5.1.3. Ketersediaan Prasarana Sarana Pendukung Wisata
Prasarana sarana pendukung wisata yang terdapat di Wisata Alam Situ
Gunung diantaranya adalah papan penunjuk arah, tempat sampah, mushala, MCK,
shelter, areal parkir, pusat informasi, wisma tamu, aula, bumi perkemahan, paket
wisata, catering dan guide serta warung wisata dan warung souvenir (Gambar 9).
Tempat sampah, mushala, MCK dan shelter letaknya mengelompok pada pusat-
pusat kegiatan pengunjung.
Sebagian besar prasarana sarana wisata belum mencukupi kebutuhan
pengunjung dikarenakan jumlahnya yang kurang ataupun kondisinya yang sudah
menurun. Jika terjadi lonjakan pengunjung, areal parkir tidak mampu menampung
kendaraan pengunjung sehingga pengunjung harus memarkir kendaraannya di
tepian jalan baik di dalam kawasan maupun di luar pintu gerbang. Kurangnya
jumlah prasarana sarana wisata terlihat juga dari sering dijumpai antrian untuk
menggunakan fasilitas MCK dan mushala. Beberapa sarana terlihat sudah rusak
atau butuh peremajaan tetapi masih belum tertangani oleh pihak pengelola.
Penyebab berlarut-larutnya masalah ini adalah sistem birokrasi yang panjang dan
berbelit dari manajemen wisata dari Obyek Wisata Alam Situ Gunung yang
tergabung dalam organisasi besar yaitu Perum Perhutani serta Resort Situ Gunung
yang merupakan bagian dari TNGGP. Sistem manajemen dalam organisasi besar
seperti ini dapat dipastikan sangat panjang. Pengajuan perbaikan prasarana sarana
telah lama diajukan namun belum ada tanda-tanda akan segera disetujui.
37
Pengelolaan yang dilakukan terhadap prasarana sarana terbatas pada perawatan
harian oleh mitra kerja.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h)
Gambar 9 Prasarana Sarana Wisata Alam Situ Gunung: (a) papan petunjuk arah,
(b) tempat sampah sekitar Curug Sawer, (c) WC sekitar Curug Sawer,
(d) tempat sampah di areal parkir utama (e) MCK di masing-masing
bumi perkemahan, (f) kondisi MCK, (g) pusat informasi, dan
(h) aula dan wisma tamu.
5.1.4. Pelayanan Pengunjung
Bentuk pelayanan pengunjung yang umum dilaksanakan di Wisata Alam Situ
Gunung adalah wisata tanpa pemandu. Pelayanan wisata tanpa pemandu ini
didukung oleh banyaknya papan penunjuk arah, petugas yang tanggap di lokasi
38
strategis seperti di pos tiket, pusat informasi dan pos 2 (lapangan parkir II). Model
tanpa pemandu ini digunakan karena lebih efektif dan untuk mengatasi
keterbatasan tenaga kerja. Pengunjung yang memerlukan pemandu dapat
mendatangi pusat informasi dan akan mendapatkan pelayanan khusus.
Pelayanan wisata tanpa pemandu yang dianut ini didukung oleh pengaturan
kebersihan yang cepat tanggap dan penjagaan keamanan untuk memberikan rasa
nyaman kepada pengunjung. Tidak ada pemberian keterangan atau penjelasan
mengenai status kawasan sebagai kawasan konservasi kepada pengunjung karena
pihak pengelola menganggap ini adalah wewenang petugas TNGGP. Bentuk
pemberian pengetahuan ini oleh Petugas resort Situ gunung masih terbatas pada
papan keterangan status kawasan di dekat pintu gerbang kawasan wisata.
Komplain atau penyampaian aspirasi oleh pengunjung yang kadang kala datang
ditanggapi dengan sopan dan diberikan perhatian akan substansi aspirasi.
Kebersihan kawasan dijaga sebaik-baiknya dan untuk keamanan terdapat
petugas POLSEK yang siap mengamankan kawasan setiap hari. Kedua usaha ini
dilaksanakan guna memberikan kenyamanan pada pengunjung. Pada akhir pekan
dimana biasanya terjadi lonjakan pengunjung, obyek-obyek vital dijaga oleh
petugas POLRES. Sampah dikumpulkan pada tong-tong sampah yang telah
disediakan pengalola pada beberapa lokasi. Pengunjung mendapatkan jaminan
keselamatan atau asuransi yang biayanya dikenakan pada tiket masuk kawasan.
Jaminan keselamatan ini akan menjamin pengunjung selama pengunjung
melakukan aktivitasnya di lokasi wisata dan berakhir jika pengunjung telah
meninggalkan lokasi. Besarnya biaya jaminan keselamatan ini adalah Rp. 250,-.
Pengunjung yang memakai jasa lembaga swadaya masyarakat baik Rakata
Adventure maupun BWS (Bina Wana Sarana) menerima exclusive service yang
lebih berkualitas. Pengunjung mendapatkan interpreter dan dilayani secara total
dalam tiap aktivitasnya. Standar harga yang dipatok oleh Rakata Adventure adalah
1,5 hingga 2 juta rupiah perorang untuk kegiatan dua hari satu malam walaupun
harga ini juga masih merupakan harga yang fleksibel sesuai kegiatan yang
diinginkan pengunjung. Standar harga yang dipatok BWS sangat tergantung dari
jenis kegiatan yang dilakukan, peralatan yang digunakan dan tenaga kerja yang
dikerahkan.
39
Situ Gunung menyusun Masterplan pengelolaan dengan tenaga ahli dari
lembaga pendidikan tinggi (dalam hal ini adalah IPB), tenaga ahli dari Rakata
Adventure sebagai konsultan dan akan dilaksanakan oleh pengelola kawasan
(TNGGP dan Perum perhutani). Penyusunan masterplan pengelolaan ini
dimaksudkan untuk memberikan pedoman pembangunan dan pengembangan
Ekowisata Situ Gunung TNGGP sesuai dengan kaidah konservasi. Masterplan ini
bertujuan untuk memberikan acuan pengaturan tata ruang pemanfaatan komplek
ekowisata Situ Gunung, acuan desain pembangunan dan pengembangan sarana
dan prasarana ekowisata Situ Gunung dan acuan pengembangan program
ekowisata Situ Gunung. Masterplan ini akan memberikan peluang perbaikan
sistem pengelolaan wisata Situ Gunung baik menyangkut sarana prasarana,
pelayanan wisata, program dan paket wisata serta pengaturan lain yang akan lebih
mengedepankan kelestarian dan keseimbangan ekosistem kawasan.
5.1.5. Sumberdaya Manusia Wisata Alam Situ Gunung
Jumlah tenaga kerja di lapangan yang dimiliki oleh Wisata Alam Situ
Gunung adalah 6 orang dari Perum Perutani dan 4 orang dari TNGGP (Tabel 8).
Tabel 8 Tenaga Kerja Lapangan Wisata Alam Situ Gunung
No. Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
Tahun Mulai Bekerja di
Situ Gunung
a. Tenaga Kerja Resort Situ Gunung
1. I Made Artawan, S.Hut
Kepala resort (PEH Pelaksana Lanjutan)
S1 1999
2. Siswoyo Polhut Pelaksana SMA 1997
3. Iyan Sopian PEH Pelaksana SKMA 2000 4. Andi Suhandi PPHNF SMA 1990
b. Tenaga Kerja KBM WBU Perum Perhutani Situ Gunung
1. Ajat Sudrajat Kepala obyek Wisata Alam Situ
Gunung
SMA 2002
2. Iriantono Penanggung jawab
Wisma Wisata
SMA 2002
3. Asep Dedi Petugas Wisma SMA 2002
4. Dedi Hariana Petugas Loket S1 2002
5. A. Badudin Petugas Administrasi
SMA 2002
6. O. Rosadi Petugas camping
ground
SMP 2002
Selain karyawan resmi, masyarakat sekitar kawasan pun diikutsertakan
sebagai mitra dalam operasional kegiatan wisata. Mitra kerja ini akan dihimpun
40
dalam suatu wadah bertajuk volunteer yang sedang dalam tahap proses
pembentukan.
Pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dilaksanakan oleh semua tenaga
kerja karena meskipun memiliki jabatan serta tanggung jawab dan wewenang
masing-masing, jumlah anggota yang sedikit sedang kegiatan pengelolaan yang
cukup banyak mengakibatkan loyalitas karyawan terhadap pekerjaan cukup tinggi.
Namun bisa dikatakan hal tersebut menggambarkan belum terstrukturnya
pembagian kerja di tubuh pengelola wisata. Manajemen organisasi Resort Situ
Gunung TNGGP telah tertata dan terkotak dalam wewenang dan tanggung jawab
yang lebih jelas.
Data tahun bekerja karyawan di Wisata Alam Situ Gunung
memperlihatkan ketimpangan yang janggal antara karyawan Resort dan karyawan
KBM WBU. Hal ini dikarenakan meskipun Situ Gunung baru menjadi bagian
TNGGP pada tahun 2003, resort menginput data waktu kerja semenjak karyawan
tersebut mulai terlibat. Sedangkan KBM WBU memiliki prinsip lain dalam
menginput data karyawannya. Data tahun mulai bekerja didasarkan pada tahun
penyerahan kembali pengelolaan kepada Perum Perhutani pada tahun 2003
meskipun karyawan telah berada, bekerja, dan terlibat dengan lokasi tersebut
sebelum usaha ini diserahkan untuk dikelola PT. Shorea Barito Wisata.
5.1.6. Pemasaran
111))) Pemasaran dan Harga Produk
Sistem penjualan yang dilakukan terdiri dari dua cara yaitu penjualan
langsung tiket masuk di lokasi atau dapat melalui pemesanan terlebih dahulu ke
kantor pengelola Situ Gunung. Sebagian besar pengunjung yang datang langsung
ke lokasi dan membeli tiket adalah pengunjung harian berupa perorangan,
kelompok kecil ataupun rombongan keluarga. Sedangkan yang melalui perjanjian
dengan pihak pengelola biasanya merupakan rombongan besar yang akan
mengadakan suatu acara dengan memakai salah satu prasarana sarana secara
intensif, misalnya bumi perkemahan. Biasanya kedatangan rombongan besar ini
akan didahului oleh tim survey lokasi yang akan membuat perjanjian dengan
pengelola setelah melihat lokasi secara langsung.
41
Berikut ini adalah harga yang berlaku di Wisata Alam Situ Gunung:
1. Tiket masuk kawasan wisata, dengan perincian: tiket masuk sebesar Rp.
8.500,-/orang, tiket masuk kendaraan roda dua sebesar Rp. 2000,-/motor, tiket
masuk kendaraan roda empat sebesar Rp. 4.000,-/mobil, tiket masuk
kendaraan roda enam sebesar Rp. 8.000,-/bus tiket camping sebesar: Rp.
5000,-/orang/malam, cas kegiatan out bond sebesar Rp. 500.000,-, cas
pemakaian listrik sebesar Rp. 100.000,- dan cas kegiatan fotografi profesional
sebesar Rp. 250.000,-.
2. Pemakaian bumi perkemahan, dengan perincian: Tegal Tepus sebesar Rp.
575.000,-/malam, Tegal Harendong sebesar Rp. 900.000,-/malam, Tegal
Bagedor sebesar Rp. 650.000,-/malam, Tegal Bungbuay sebesar Rp. 775.000,-
/malam dan Tegal Kaliandra sebesar Rp. 700.000,-/malam
Jumlah peserta lebih dari 50 orang dihitung perorang Rp. 5.000/malam.
Harga-harga yang telah ditetapkan ini masih dapat dilakukan penawaran-
penawaran sesuai dengan kesepakatan antara pengelola dengan panitia
kegiatan.
3. Pemakaian wisma wisata Situ Gunung, dengan perincian: aula dengan
kapasitas hingga 150 orang sebesar Rp. 700.000,-, kamar wisma standar
dengan kapasitas 3-10 orang (kapasitas ideal 3 orang) sebesar Rp.
300.000/malam/kamar dan kamar wisma deluxe dengan fasilitas yang lebih
baik dan fasilitas air panas dengan kapasitas 3-10 orang (kapasitas ideal 3
orang) sebesar Rp. 450.000/malam/kamar.
Harga-harga yang telah ditetapkan ini masih dapat dilakukan penawaran-
penawaran sesuai dengan kesepakatan antara pengelola dengan panitia
kegiatan yang ingin menggunakan sarana tersebut.
222))) Promosi
Bentuk-bentuk promosi terbatas pada pemuatan ulasan tentang lokasi di
majalah Duta Rimba milik Perum Perhutani, papan penunjuk arah di depan alun-
alun Cisaat sebelah Polsek Cisaat, promosi seperti foto-foto, brosur, leaflet yang
atraktif yang dimiliki kantor pusat Perum Perhutani mengenai lokasi-lokasi wisata
yang dikelolanya termasuk Situ Gunung. Sedang di kantor pengelola lapangan,
pembagian leaflet hanya dilakukan jika ada pengunjung yang memerlukan
42
informasi atau memintanya. Leaflet ini berupa lembaran kertas fotokopi yang
kurang menarik. Wisata Alam Situ Gunung beberapa kali menjalin kerjasama
dengan stasiun TV sebagai tempat dilakukannya berbagai peliputan, pembuatan
sinetron, iklan, video klip ataupun film. Secara tidak langsung kerjasama tersebut
dapat menjadi promosi. Wisata Alam Situ Gunung tidak memiliki website
tersendiri tetapi terdapat dalam website perum perhutani dan dimuat dalam banyak
artikel elektronik lainnya yang ditulis oleh orang yang berkompeten atau
pengunjung yang telah datang ke lokasi. Selain semua hal diatas, promosinya
masih mengandalkan informasi dari mulut ke mulut.
5.1.7. Pihak Terkait
Pihak terkait adalah faktor penting dalam perkembangan suatu organisai,
termasuk juga Wisata Alam Situ Gunung itu sendiri. Secara umum pihak terkait
yang terlibat dapat dibagi menjadi masyarakat sekitar, pengunjung, LSM termasuk
mitra usaha yang lainnya, pemerintah daerah, dan pihak berwenang lain.
111))) Masyarakat sekitar kawasan
Masyarakat yang terdapat di sekitar lokasi adalah Suku Sunda yang
terkenal ramah dan terbuka sehingga tidak memiliki masalah dengan kedatangan
wisatawan. Secara umum masyarakat menerima baik keberadaan Wisata Alam
Situ Gunung. Masyarakat memiliki keinginan untuk terlibat dengan kegiatan
wisata terbatas pada tingkat operasional wisata, hanya sedikit yang ingin terlibat
perencanaan wisata. Mayoritas penduduk sekitar kawasan bermata pencaharian
sebagai petani dan buruh tani selain menjadi pedagang, karyawan
swasta/negara, tukang ojek, dan lain sebagainya.
Mata pencaharian yang sebagian besar merupakan petani kecil dan buruh
tani menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan hidup keluarganya. Adanya
kegiatan wisata alam Situ Gunung membuka lapangan pekerjaan dan terjadi
penyerapan tenaga kerja. Sebagian besar tenaga kerja harian dalam pelaksanaan
pelatihan, outbond, training, dan lain sebagainya. Peluang berwira usaha
terbuka dengan berdatangannya pengunjung. Jenis usaha yang tergerak dengan
adanya kedatangan wisatawan ini adalah usaha makanan (warung wisata), usaha
perkebunan, peternakan, dll yang dapat menjadi objek wisata pedesaan, ojek,
usaha kerajinan tangan masyarakat sebagai oleh-oleh, jasa pemandu dan lain
43
sebagainya. Pengelola Situ Gunung membuka kesempatan kepada masyarakat
mencari penghasilan dari adanya wisata namun tetap mengawasi jalannya
ketertiban dan kelestarian kawasan.
Sebagian besar penduduk mengetahui bahwa Wisata Alam Situ Gunung
dikelola oleh Perum Perhutani namun belum banyak yang mengetahui bahwa
wilayah itu merupakan kawasan taman nasional. Sepengetahuan mereka,
wilayah TNGGP berada lebih diatas dari kawasan wisata. Sebagian kecil yang
lainnya telah mengetahui tentang perubahan status kawasan yang terjadi pada
tahun 2003 ini meskipun tidak melihat adanya perbedaan dari pelaksanaan
wisata. Pengetahuan masyarakat akan konservasi cukup tinggi. Umumnya
mereka mengerti akan larangan-larangan dan batasan kegiatan di dalam
kawasan. Namun, sejauh ini kepatuhan akan peraturan tersebut masih
disebabkan oleh ketakutan akan hukuman jika sampai ketahuan melanggar dan
belum dari kesadaran diri sendiri akan pentingnya konservasi kawasan.
Pengunjung usaha penarik massa yang berada di sekitar lokasi memiliki
peluang untuk datang juga ke Wisata Alam Situ Gunung. Usaha tersebut antara
lain villa-villa, perkebunan organik, peternakan, dan lembaga pengobatan
Yayasan Patria Mitra Medika. Usaha-usaha ini operasionalnya juga
menggunakan tenaga kerja masyarakat. Masyarakat dipekerjakan menjadi
penunggu villa, pekerja peternakan dan lain sebagainya.
222))) Pengunjung
Pengunjung tahunan ada pada kisaran tiga puluh ribu orang dan relatif stabil.
Jumlah tersebut diperoleh dari hasil wawancara lapang dengan kepala obyek
pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung. Berdasarkan keterangan lanjutan
diketahui bahwa pengelola lapangan tidak memiliki rekap data pengunjung
tahunan sehingga fluktuasi kunjungan tidak diketahui secara pasti.
Kegiatan yang dilakukan pengunjung sangat beragam mulai dari yang tidak
terstruktur hingga yang terencana dengan detail. Kegiatan-kegiatan wisata yang
dilakukan pengunjung Wisata Alam Situ Gunung antara lain bersantai
menikmati pemandangan, bersepeda, bersampan, memancing, kegiatan
fotografi, lintas alam, aneka permainan (flying fox, paint ball, cubing, dan aneka
permainan mendidik lain), berkemah, pelatihan leadership, dan lain sebagainya.
44
Wisata Alam Situ gunung yang menarik perhatian banyak pengunjung
memberi pemasukan potensial baik untuk Perum Perhutani sebagai pengelola,
setoran PNBP maupun sumbangan terhadap PAD berupa retribusi dari tiket
yang terjual. Pengunjung biasanya ramai pada akhir pekan dengan jumlah dapat
mencapai ratusan orang sedangkan pengunjung pada hari kerja bisa dibilang
sangat sedikit yakni lebih kurang sepuluh pengunjung. Fluktuasi pengunjung
berdasarkan bulan kunjungan (data tahun 2009) menunjukkan bahwa lonjakan
pengunjung terbesar terjadi pada bulan September dimana lonjakan terjadi
karena adanya hari raya Idul Fitri. Bulan dengan jumlah kunjungan terbesar
kedua adalah Juli yakni musim libur sekolah. Bulan Januari juga mengalami
lonjakan akibat adanya perayaan tahun baru. Gambar 10 menunjukkan fluktuasi
jumlah kunjungan bulanan tersebut.
Fluktuasi Pengunjung Bulanan
01000200030004000500060007000
Janu
ari
Febru
ari
Mar
et
Apr
ilM
eiJu
niJu
li
Agu
stus
Sep
tem
ber
Oktobe
r
Bulan
Ku
nju
ng
an
Gambar 10 Fluktuasi Pengunjung Bulanan Wisata Alam Situ Gunung
Tahun 2009.
Pengunjung merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan
pengelolaan wisata. Suatu pengelolaan wisata yang baik tentunya akan mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan pengunjung. Karena alasan inilah
penting untuk mengetahui karakteristik pengunjung guna menentukan sistem
pemasaran, mengetahui strategi pengelolaan yang harus dilaksanakan dan
mengantisipasi dampak kegiatan wisata yang paling mungkin mengancam.
Karakteristik responden pengunjung dapat dilihat pada Gambar 11.
45
Jenis Kelamin Responden Pengunjung
51%
49% Laki-laki
Perempuan
Tingkat Umur Responden Pengunjung
26%
26%
46%
2% anak-anak (6-12 th)
remaja (12-18 th)
dewasa (18-50 th)
manula (> 50 th)
Tingkat Pendidikan Responden Pengunjung
31%
16%15%
10%
24%
4%SD
SMP
SMA
Diploma
S1
S2/S3
Pekerjaan Responden Pengunjung
56%
6%
29%
6% 3% pelajar
PNS
Sw asta
URT
belum sekolah
Tujuan Kunjungan Responden Pengunjung
68%6%
20%
6%rekreasi
pekerjaan
pendidikan
lain-lain
Sumber Informasi Responden Pengunjung
30%
45%
10%4%
11% keluarga
teman
promosi
karyaw an
cari tahu sendiri
Pertimbangan dalam Melakukan Kunjungan
8%
34%
10%11%
33%
4%
harga
lokasi
fasilitas
kealamiahan lokasi
jenis w isata
lain-lain
Daya Tarik Tinggi dari Situ Gunung
27%
11%
16%
30%
5%4% 7%
alam
outbond
air terjun
danau
pelayanan w isata
pegetahuan
lain-lain
Pengalaman ke Objek Wisata Sejenis
76%
24%
pernah
tidak
Perilaku Pengunjung Pasca Berwisata
85%
15%
puas
tidak
Gambar 11 Karakteristik Pengunjung.
46
Jalil (2006) menyatakan bahwa kegiatan rekreasi dapat dilakukan oleh
semua lapisan masyarakat termasuk dari berbagai tingkat pendidikan. Artinya,
tingkat pendidikan terakhir tidak mempengaruhi jumlah permintaan terhadap
wisata alam. Persentase pendidikan terakhir responden pengunjung Wisata
Alam Situ Gunung menunjukkan fakta yang sama. Tingkat pendidikan tidak
memberikan kecenderungan wisata tertentu, namun tingkat pendidikan ini
hampir dapat dipastikan mempengaruhi pemahaman pengunjung terhadap
lingkungan alam, rekreasi, dan konservasi, peranan hutan dan lain sebagainya.
Pengetahuan ini akan sedikit banyak mempengaruhi kegiatan wisata yang
dilakukan dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan tempat rekreasi
tersebut. Pendidikan terakhir ini akan memberikan pengaruh terhadap penilaian
atas kinerja pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung karena semakin tinggi
pendidikan terakhir seseorang umumnya semakin kritis orang tersebut dalam
melihat suatu masalah.
Persentase berdasarkan lokasi tempat tinggal pengunjung memberikan fakta
bahwa pengunjung terbesar berasal dari kota tempat lokasi Wisata Alam Situ
Gunung (Sukabumi) yaitu 51,33% disusul kota yang berjarak dua kota dari
Sukabumi (Jakarta, Bekasi, Tangerang) yaitu 33,63% kemudian kota yang
berjarak 1 kota dari Sukabumi (Bandung, Purwakarta, Depok, Cibinong) yaitu
10,62%, kota yang berbatasan langsug dengan Sukabumi (Bogor, Cianjur,
Cisarua, Puncak, Cipanas) yaitu 2,65% dan yang terakhir kota yang berjarak
lebih dari dua kota dari Sukabumi yakni 1,77%. Secara umum responden
terbesar berasal dari dalam kota, hal ini diperkirakan karena lokasi wisata yang
dekat akan mengundang minat yang lebih. Untuk sebaran sekitar
JABODETABEK jarak dari lokasi tidak terlalu menjadi masalah seperti yang
terlihat justru lebih banyak responden yang datang dari kota yang berjarak dua
kota dari Sukabumi dibandingkan asal pengunjung dari kota yang berbatasan
langsung degan Sukabumi. Fakta ini mungkin dikarenakan kurangnya promosi
sehingga banyak yang tidak mengetahui lokasi wisata ini. Atau karena
persaingan dengan wisata sejenis yang bayak terdapat di sekitar Bogor, Cianjur,
Cisarua, Puncak, Cipanas.
47
333))) LSM dan Mitra Usaha
Mitra usaha yang dimaksud antara lain Bina Wana Sarana (BWS) dan
Rakata Adventure, LPPMM, Riam Jeram, Kybaw dan YANRO.
a. Binawana Sarana (BWS)
BWS merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang
merancang dan mengelola berbagai bentuk pelatihan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia. BWS ini memiliki kontrak tahunan dengan
menyewa blok bumi perkemahan ‘Tegal Arben’. Saat ini LSM ini telah
memvariasikan bentuk usahanya dengan menyewakan berbagai perlangkapan
oudoor activities. BWS memiliki ketentuan yang telah disepakati bersama
dengan pihak KBM WBU Perum perhutani dan taman nasional sehubungan
dengan jenis aktivitas yang dilakukan dan sharing profit. Manajemennya sudah
tertata dengan baik dan memiliki pengelolaan yang lebih besar yang mengatur
manajemen dengan profesional seperti promosi, pemasaran, peningkatan mutu
menjalinan kerja sama dan lain sebagainya.
b. Rakata Adveture
Rakata Adventure merupakan lembaga swasta yang bergerak di bidang
outdoor training dan adventure travel. Memakai jalan di dalam kawasan sebagai
satu-satunya akses memasuki kantor yang terletak pada sebidang lahan yang
tepat berbatasan langsung dengan Situ Gunung. Meskipun tempat dan jenis
aktivitas fleksibel sesuai keinginan dan kebutuhan klien, LSM ini sering
mengggunakan wilayah wisata Situ Gunung. Memiliki ketentuan yang telah
disepakati bersama dengan pihak KBM WBU Perum perhutani dan taman
nasional sehubungan dengan jenis aktivitas yang dilakukan, perijinan dan
sharing profit. SDM Rakata sudah profesional dan terlatih. Sebagian besar
karyawannya merupakan warga sekitar kawasan sebab sejak awal didirikan,
lembaga yang merupakan modal perorangan ini memang bertujuan untuk
langsung melibatkan masyarakat dalam perkembangannya.
c. LPPMM, Riam Jeram, Kybaw dan YANRO
Lembaga-lembaga swadaya masyarakat tersebut tidak secara intensif
melakukan aktivitas hariannya di Situ Gunung namun sering mengadakan
kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan wisata. Lembaga-lembaga ini tidak
48
terlibat langsung dengan pengelolaan wisata alam Situ Gunung namun dapat
menjadi salah satu potensi pengembangan wisata Situ gunung itu sendiri.
444))) Pemerintah Daerah dan Pihak Berwenang Lain
Pengelola obyek Wisata Alam Situ Gunung memiliki kesepakatan
pemberian pemasukan kepada pemerintah daerah yang biasa disebut beban
retribusi. Disisi lain, peran dan perhatian pemerintah daerah terhadap wisata Situ
Gunung belum banyak terlihat. Terpeliharanya jalan menuju lokasi,
pengambilan sampah oleh dinas kebersihan kota dan pengamanan kawasan oleh
kepolisian merupakan bentuk andil pemerintah daerah terhadap pelaksanaan
wisata Wisata Alam Situ Gunung. Rendahnya perhatian dari PEMDA
menurunkan daya saing Situ Gunung. Kerjasama dengan organisasi wisata
nasional lain seperti dinas pariwisata, tour management, dinas perhubungan dan
lain sebagainya juga belum ada.
5.1.8. Dampak Wisata
111))) Dampak Kegiatan Wisata Situ gunung
Beberapa jenis satwa liar masih mudah ditemui seperti lutung, bajing,
jelarang, berbagai burung (termasuk elang) dan musang. Namun, berdasarkan
keterangan, dahulu danau banyak didatangi satwa yang ingin minum dan
sekarang satwa tersebut sudah tidak terlihat lagi. Pergeseran wilayah jelajah
satwa ini dikarenakan adanya kegiatan manusia di lokasi dan dapat digolongkan
sebagai dampak kegiatan wisata terhadap keaslian kawasan.
Pencemaran yang terjadi di Wisata Alam Situ Gunung hampir semuanya
berasal dari kegiatan wisata. Pengunjung yang kurang mengerti akan pentingnya
turut menjaga kebersihan menjadi penyumbang pencemaran lingkungan oleh
sampah. Pedagang dan juga pengunjung yang berada di sekitar danau sering
memanfaatkan danau untuk mencuci sisa makanan dan sedikit banyak hal ini
mencemari air danau. Sumber pencemar lain yang dominan di danau adalah
pemancing. Jumlah pemancing di Situ Gunung berkisar antara 10-20 orang per
hari dan rata-rata menggunakan kroto dan pelet sebagai umpan. Pelet
merupakan bahan yang mudah larut di air, sehingga, walaupun merupakan
bahan organik tetapi cukup mangganggu juga jika jumlahnya besar. sumber
49
pencemar lain adalah asap kendaraan bermotor namun intensitasnya tidak
menghawatirkan secara umum terlihat dari udara yang masih terasa segar.
Pencemaran yang terjadi belum memperlihatkan pengaruh yang signifikan.
Kegiatan wisata juga tidak ada yang terganggu dengan pencemaran. Bentuk
pencemar terbesar yakni sampah juga relatif telah tertangani dengan baik dalam
tempat pembuangan sementara sehingga tidak mengganggu lingkungan.
222))) Pelanggaran yang Terjadi
Pelanggaran yang umum terjadi yang dapat mengancam keutuhan fungsi
kawasan adalah pengambilan kayu untuk kayu bakar yang tidak sesuai prosedur
yakni mengambil kayu dengan menebang pohon yang cukup besar dibanding
kesepakatan dimana penduduk diijinkan mengambil kayu-kayu kecil seperti dari
pohon kaliandra dan ranting-ranting mati (Gambar 12). Hal lain yang masih
sangat umum terjadi adalah pemancingan di danau. Kegiatan-kegiatan
pelanggaran yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan menurut PP
No. 68 Tahun 1998 adalah berburu, menebang pohon, mengangkut kayu dan
satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan keluar kawasan, serta memusnahkan
sumberdaya alam di dalam kawasan, melakukan kegiatan usaha yang dapat
menimbulkan pencemaran kawasan, dan kegiatan usaha yang tidak sesuai
dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah
mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang. Pelanggaran yang
dijumpai terjadi di kawasan berupa penebangan liar dan perburuan namun kedua
kegiatan ini intensitasnya kecil. Pengubahan bentang alam yang paling
mencolok adalah dibuatnya dinding danau. Pembuat kebijakan yang mengubah
keaslian danau ini adalah pemegang wewenang terdahulu.
Gambar 12 Kayu Bakar yang Diambil dari Kawasan.
50
Pelanggaran yang ditemukan biasanya dilakukan oleh masyarakat sekitar
kawasan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan hidup. Pelaku pelanggaran lain
adalah pengunjung, bentuk pelanggaran biasanya adalah vandalisme atau
pengambilan sumberdaya dalam kawasan (contohnya pakis). Alasan terjadinya
pelanggaran oleh pengunjung biasanya adalah rendahnya kesadaran untuk turut
menjaga kawasan dan ketidaktahuan akan peraturan dalam kawasan.
333))) Kegiatan Pengendalian Dampak
Luas keseluruhan lahan yang dimanfaatkan secara intensif untuk kegiatan
ekowisata adalah 100 Ha. Secara keseluruhan luas lahan yang telah dibangun
menjadi berbagai sarana seperti kantor, wisma, warung dan sebagainya lebih
kurang 4 Ha. Sedangkan luas lahan yang sedikit diubah tetapi tidak ada
bangunan diatasnya seperti lapangan parkir dan camping ground lebih kurang
seluas 3 Ha. Secara total, dari luas lahan terbangunnya, pemanfaatan yang
mengubah fungsi lahan masih berada di dalam batas dibawah 10% seperti yang
diatur dalam PP No. 18 Tahun 1994.
Pengendalian dampak yang dilakukan oleh pihak pengelola (petugas
Perum Perhutani) berupa penempatan tong-tong sampah di lokasi strategis.
Sampah-sampah ini akan dikumpulkan pada bak penampungan sementara dan
diangkut oleh truk sampah kota setiap hari selasa. Tidak ada menejemen
pengelolaan sampah yang dilakukan selain penampungan sementara. Pihak
pengelola sering menggunakan tenaga mitra kerja untuk kebersihan kawasan.
Pengendalian dampak yang dilakukan oleh petugas resort Situ Gunung
TNGGP adalah pengamanan kawasan. Usaha pengendalian dampak yang lebih
spesifik belum ada karena keterbatasan sumberdaya manusia yang dimiliki.
Pelaku pelanggaran ringan akan diminta membuat surat pernyataan sedangkan
pelaku pelanggaran berat akan dikenakan tindakan keras. Tindakan
pengendalian yang dilakukan masih berupa penindakan oknum yang tertangkap
melakukan pelanggaran dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar. Sosialisasi
ini berupa pendidikan lingkungan untuk anak sekolah dan penyuluhan kepada
masyarakat guna mencegah terjadinya pelanggaran. Belum ada manajemen
pengendalian dampak yang lebih spesifik terlihat dari belum dimilikinya
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan
51
(RPL), maupun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) yang merupakan instrumen manajemen lingkungan yang
khusus untuk Situ Gunung. Manajemen lingkungan yang dijalankan mengacu
kepada rencana kerja balai TNGGP.
Pengendalian dampak kegiatan wisata yang dilakukan oleh Resort Situ
Gunung berupa penerapan SIMAKSI dan pembatasan serta pemantauan
kegiatan wisata. Untuk memasuki kawasan konservasi, dalam melakukan
kegiatan wisatanya pengunjung wajib membuat SIMAKSI (Surat Ijin Masuk
Kawasan Konservasi) yang pembuatannya biasanya dilakukan jika pengunjung
beraktifitas pada lokasi selain lokasi pemanfaatan intensif wisata (selain
kunjungan ke objek-objek wisata dan camping ground yang dimanfaatkan
intensif dalam wisata harian). Contohnya adalah kegiatan cubing di Sungai
Cigunung yang merupakan salah satu kegiatan unggulan Rakata Adventure.
SIMAKSI ini biasanya akan dibuat oleh koordinator acara atau profider jasa
wisata sebagai penghubung untuk memudahkan prosesnya. Jenis wisata yang
dilakukan juga dibatasi kepada wisata yang ramah lingkungan.
Manajemen pengendalian dampak yang dilakukan badan swadaya yakni
Rakata Adventure dan BWS adalah dengan pengawalan intensif atau exclusive
service yang diberikan kepada pengunjung. Sistem ini akan menjaga
pengunjung untuk meminimalkan dampak kegiatan wisata. Sistem pengendalian
dampak yang dilakukan berupa pencegahan. Kedua LSM ini memiliki
pengolahan sampah sendiri. Kebanyakan sampah akan dimusnahkan tanpa
diolah atau dipilah.
5.2. Penilaian Pengunjung Terhadap Pengelolaan Wisata
5.2.1. Analisis Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan
Enam belas atribut digunakan untuk menggambarkan kinerja pengelolaan
Wisata Alam Situ Gunung. Penilaian pengunjung untuk keenam belas atribut
tersebut terlihat pada Tabel 9.
Panorama alam memiliki nilai kinerja dan nilai kepentingan paling tinggi.
Atribut yang memiliki nilai kepentingan terendah adalah promosi. Fakta ini
diperkirakan terjadi karena sebagaian besar pengunjung tidak mendapatkan
52
informasi mengenai Wisata Alam Situ Gunung dari promosi yang dilakukan oleh
pengelola sehingga rata-rata menganggap promosi bukan hal yang menentukan
kunjungan wisata. Selain karena alasan sumber informasi pengunjung diatas, fakta
ini juga diperkirakan terjadi karena sebagian besar konsumen Wisata Alam Situ
Gunung adalah pelajar dan mahasiswa dimana pada kelas pekerjaan ini banyak
faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kegiatan berwisata
dibandingkan ketertarikan atas suatu promosi. Atribut promosi juga menduduki
nilai kinerja paling rendah dibanding atribut lain.
Tabel 9 Rata-rata kepentingan dan kinerja atribut-atribut yang ada di Wisata
Alam Situ Gunung
Kode Atribut Rata-rata
Kuadran Kinerja Kepentingan
1. Kebersihan 3.561 3.684 2
2. Kenyamanan 3.789 3.649 2 3. Keramahan dan kesopanan
petugas
3.79 3.72 2
4. Kelengkapan dan Kondisi fasilitas dan prasarana sarana
wisata
3.62 3.54 2
5. Harga tiket 2.91 3.4 3
6. Kelengkapan dan kemudahan informasi
3.658 3.237 4
7. Jenis paket/kegiatan wisata 3.42 3.47 3
8. Obyek wisata yang tersedia 4.08 3.95 2 9. Penataan lokasi 3.46 3.38 3
10. Kemudahan mencapai lokasi 3.114 3.86 1
11. Promosi 2.86 2.947 3
12. Fasilitas Outbound 3.149 3.386 3 13. Fasilitas Bumi perkemahan 3.2193 3.3333 3
14. Pemandu wisata 3.491 3.026 3
15. Pemandangan alam 4.456 4.149 2 16. Keberadaan satwaliar dan
tumbuhan unik
3.86 3.702 2
Rata-rata 3.527331 3.527081
Hasil yang diperoleh dari perhitungan tingkat kinerja dan tingkat
kepentingan melalui metode IPA (Importance Performance Analysis) yang dinilai
oleh pengunjung menunjukkan bahwa tingkat kinerja sudah sepadan dengan
tingkat kepentingan. Namun perbedaan nilai yang sangat kecil ini menunjukan
bahwa kinerja masih terlalu pas-pasan dalam memenuhi harapan pengunjung.
Pemetaan pada diagram kartesius dilakukan dengan membagi diagram dalam
empat kuadran dengan garis pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat
53
kepentingan (Y ) yaitu sebesar 3.527081 dan nilai total rata-rata tingkat kinerja
( X ) yaitu sebesar 3.527331. Posisi kuadran keenam belas atribut terlihat pada
Gambar 13.
Gambar 13 Diagram Kartesius Posisi Atribut Wisata Alam Situ Gunung.
Keterangan:
1. kebersihan 2. kenyamanan
3. keramahan dan kesopanan petugas
4. kelengkapan dan kondisi fasilitas dan prasarana sarana wisata
5. harga tiket
6. kelengkapan dan kemudahan informasi 7. jenis paket atau kegiatan wisata
8. obyek wisata yang tersedia 9. penataan lokasi
10. kemudahan mencapai lokasi
11. promosi 12. fasilitas outbond
13. fasilitas bumi
14. pemandu wisata 15. pemandangan alam
16. keberadaan satwa liar dan tumbuhan
unik
1. Kuadran I (prioritas utama)
Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah kemudahan mencapai lokasi.
Sarana akses jalan menuju lokasi dan dalam lokasi dinilai pengunjung masih
7
11
5
2 4
3 1
Importance Performance Analysis
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Performasnce
Imp
ort
an
ce
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
6
8
9 12
13
14
15
16
10
1
4
3
2
11
5 7
Performance
3.527331
3.527081
54
sangat jauh dari harapan. Jalan manuju lokasi masih terlalu sempit sehingga
sulit jika dua kendaraan besar (bus ataupun truk) berpapasan. Jalan dalam lokasi
telah banyak yang rusak dan sulit dilalui. Kondisi jalan yang seperti ini
membuat pengunjung merasa kurang nyaman karena harus berhati-hati,
terutama jalan menuju Curug Sawer.
2. Kuadran II (pertahankan prestasi)
Atribut yang masuk dalam kuadran ini adalah kebersihan, kenyamanan,
kesopanan dan keramahan petugas, kelengkapan dan kondisi fasilitas dan sarana
prasarana wisata, obyek wisata yang tersedia, pemandangan, alam, dan
keberadaan satwaliar serta tumbuhan unik.
3. Kuadran III (prioritas rendah)
Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah harga tiket, jenis paket atau
kegiatan wisata, penataan lokasi, promosi, fasilitas outbond, fasilitas bumi
perkemahan, dan pemandu wisata.
4. Kuadran IV (berlebihan)
Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah kelengkapan dan
kemudahan informasi. Sistem pelayanan pengunjung wisata tanpa pemandu
yang diterapkan oleh pihak pengelola diimbangi dengan kinerja yang sangat
baik dalam pemberian informasi, contoh sederhana adalah penunjuk jalan,
hanya saja pengunjung menilai papan ini dipasang terlalu banyak.
5.2.3. Customer Satisfaction Index
Kepuasan konsumen merupakan orientasi terbaik dari kegiatan wisata
setelah tetap terjaganya keseimbangan ekosistem. Nilai kepuasan konsumen ini
didapatkan dengan membandingkan persepsi dengan harapan akan kinerja. Hasil
perhitungan kepuasan keseluruhan pengunjung terhadap kinerja Wisata Alam
Situ Gunung mendapatkan index kepuasan pengunjung sebesar 0.71 yang artinya
pengunjung yang datang dan menikmati produk yang ditawarkan PUAS terhadap
kinerja Wisata Alam Situ Gunung (Tabel 10).
Nilai masing-masing atribut menunjukkan bahwa kinerja atribut-atribut
yang menjadi parameter dalam ukuran kepuasan pengunjung telah memenuhi
harapan dari pengunjung. Namun, tetap perlu mendapat perhatian atribut yang
kinerjanya masih dirasakan kurang oleh pengunjung, terutama atribut yang
55
berada pada tingkat kepentingan yang tinggi. Sedangkan atribut-atribut yang
dinilai telah baik perlu dipertahankan dan dievaluasi perlunya peningkatan
kinerjanya. Pada perkembangannya dewasa ini, peningkatan kinerja yang telah
baik bukan tidak perlu sebab pelanggan dapat merasa bosan jika tidak terdapat
inovasi. Banyaknya tempat wisata alam yang juga telah dikelola dengan baik
akan menjadi pesaing jika kinerja pengelolaan Situ Gunung tidak ditingkatkan.
Kelestarian dan keutuhan kawasan harus tetap diperhatikan dalam pengelolaan
dan pengembangan yang dilakukan.
Tabel 10 Perhitungan Customer Satisfaction Index
No. Atribut MIS WF MSS WS
1 Kebersihan 3.68 0.07 3.56 0.23
2 Kenyamanan 3.65 0.06 3.79 0.24
3 Keramahan dan kesopanan petugas 3.72 0.07 3.79 0.25
4 Kelengkapan dan Kondisi fasilitas dan
prasarana sarana wisata 3.54 0.06 3.62 0.23
5 Harga tiket 3.40 0.06 2.91 0.18
6 Kelengkapan dan kemudahan informasi 3.24 0.06 3.66 0.21
7 Jenis paket/kegiatan wisata 3.47 0.06 3.42 0.21
8 Obyek wisata yang tersedia 3.95 0.07 4.08 0.29
9 Penataan lokasi 3.38 0.06 3.46 0.21
10 Kemudahan mencapai lokasi 3.86 0.07 3.11 0.21
11 Promosi 2.95 0.05 2.86 0.15
12 Fasilitas Outbound 3.39 0.06 3.15 0.19
13 Fasilitas Bumi perkemahan 3.33 0.06 3.22 0.19
14 Pemandu wisata 3.03 0.05 3.49 0.19
15 Pemandangan alam 4.15 0.07 4.46 0.33
16 Keberadaan satwaliar dan tumbuhan unik 3.70 0.07 3.86 0.25
Total 56.43 56.44 3.55
CSI 0.71 (PUAS)
Keterangan: 1. MIS = Mean Importance Score (rata-rata nilai kepentingan)
2. WF = Weight Factor
3. MSS = Mean satisfaction score (rata-rata nilai kinerja)
4. WS = Weight Score 5. CSI = Customer Satisfaction Index (Index kepuasan konsumen)
5.3. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung
5.3.1. Faktor Internal Wisata Alam Situ Gunung
Identifikasi faktor internal lembaga pengelolaan WA ini penting untuk
melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Wisata Alam
56
Situ Gunung. Informasi tentang faktor internal ini didapatkan melalui wawancara
terhadap responden yang berasal dari unsur pengunjung, pengelola kawasan, dan
LSM terkait, serta melalui pengamatan langsung di lapangan.
111))) Identifikasi Kekuatan Wisata Alam Situ Gunung
Kekuatan Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari hasil penjabaran
dua sub bab diatas adalah sebagai berikut:
1. Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik
dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan
2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata dalam wilayah yang sama dan relatif
berdekatan
3. Topografi beragam, lingkungan yang masih terjaga keasliannyanya dan fariasi
obyek wisata memberikan alternatif aneka jenis kegiatan wisata
4. Jenis prasarana dan sarana wisata relatif lengkap
5. Bentuk dan sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan sampah, dan
pengelolaan wisata telah tertata
6. Keaslian dan keutuhan fungsi kawasan relatif terjaga
7. Struktur organisasi, rencana kerja dan pembagian kerja telah ada
8. Tersusunnya masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung
222))) Identifikasi Kelemahan Wisata Alam Situ Gunung
Kelemahan Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari hasil
penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut:
1. Kualitas SDM kurang
2. Kuantitas SDM kurang
3. Jumlah prasarana sarana serta fasilitas wisata yang belum memenuhi
kebutuhan pengunjung
4. Kondisi jalan di dalam kawasan yang cukup sulit untuk ditempuh
5. Kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya
6. Aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan
sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian TNGGP
7. Kendala birokrasi yang panjang dan berbelit dalam tubuh Perum perhutani
maupun TNGGP sehingga menghambat pendanaan, perbaikan produk wisata,
dan lain-lain
57
8. Manajemen pengendalian dampak yang belum tersusun secara sistematis pada
rencana kerja
5.3.2. Faktor Lingkungan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung
Identifikasi faktor lingkungan eksternal lembaga pengelola ini penting
untuk melihat sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Wisata Alam
Situ Gunung. Informasi faktor eksternal ini didapatkan dengan wawancara
responden pengelola, LSM terkait, dan pengunjung serta melalui pengamatan
langsung di lapangan. Tidak semua lingkungan eksternal dibahas pada penelitian
ini, akan tetapi hanya beberapa saja yaitu lingkungan sekitar, sosial budaya
masyarakat, konsumen dan mitra usaha
111))) Identifikasi Peluang Wisata Alam Situ Gunung
Peluang yang dimiliki Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari
hasil penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut:
1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan kota kota besar
2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan jalan antar provinsi
3. Pihak terkait banyak dan memiliki kompetensi yang cukup baik dalam bisnis
wisata alam
4. Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang belum
ada kerjasama sebelumnya
5. Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata dan keinginan
masyarakat untuk turut terlibat dalam operasional kegiatan wisata
6. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial
7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan
8. Penggalakan program Visit Indonesia yang membuka pasar internasional
222))) Identifikasi Ancaman Wisata Alam Situ Gunung
Ancaman yang dihadapi Wisata Alam Situ gunung dapat dirumuskan dari
hasil penjabaran dua sub bab diatas adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya pengetahuan akan status dan aturan-aturan dalam kawasan
konservasi serta rendahnya kesadaran konservasi dari masyarakat sekitar
2. Rendahnya dukungan dari Pemerintah Daerah
3. Bergesernya wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek
wisata, dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung
58
4. Gangguan dari masyarakat sekitar kawasan akibat keterbatasan pekerjaan,
pendidikan, dan keterampilan
5. Persaingan dengan usaha-usaha sejenis
5.4. Strategi Pengembangan Usaha
Strategi pengembangan usaha dibuat dengan menggunakan analisis
SWOT. Untuk membuat analisis SWOT telah dirumuskan faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada sub
bab 5.3 di atas. Faktor-faktor tersebut dievaluasi dalam matriks IFAS dan EFAS.
5.4.1. Matriks Faktor Internal dan Eksternal Wisata Alam Situ Gunung
Responden dalam penilaian ini adalah responden yang dianggap mengerti
dan memahami kondisi Wisata Alam Situ Gunung. Responden berjumlah 4 orang
yakni yakni obyek manajer selaku pemimpin tertinggi yang mengkoordinir
seluruh kegiatan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung, kepala resort Situ
Gunung TNGGP selaku pemimpin tertinggi dari pihak yang berwenang terhadap
wilayah, koordinator lapang BWS dan Rakata Adventure selaku LSM yang
terlibat langsung dalam pemanfaatan kawasan. Keempat responden ini memiliki
peran, pemahaman/pandangan dan kewenangan yang berbeda dalam keterlibatan
mereka terhadap kawasan Wisata Alam Situ Gunung.
1) Matriks IFAS (Internal Strategic factors Analysis Summary)
Matriks ini merangkum rata-rata penilaian dari tiap responden terhadap
kekuatan dan kelemahan seperti yang terlihat pada Tabel 11. Matriks IFAS
memperlihatkan bahwa kekuatan utama bagi Situ Gunung adalah Objek menarik
dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi lanskap,
flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan dengan skor 0.590.
Sedangkan kekuatan terkecilnya adalah Sarana prasarana wisata relatif lengkap
dengan skor 0.355. Kelemahan utama Situ Gunung adalah Kurangnya kegiatan
promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya dengan skor 0.436. Sedangkan
kelemahan terkecilnya yaitu Aturan dalam perijinan memasuki kawasan maupun
batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian
TNGGP dengan skor 0.228.
59
Tabel 11 Matriks IFAS
FAKTOR STRATEGIS INTERNAL RATING BOBOT SKOR
KEKUATAN
1. Objek menarik dan khas serta tingginya
potensi ekowisata Situ Gunung baik dari segi
lanskap, flora, fauna, panorama alam, maupun daya tarik kepercayaan
4.25 0.139 0.590
2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata dalam
wilayah yang sama dan relatif berdekatan 4 0.131 0.525
3. Topografi beragam, lingkungan yang masih
terjaga keasliannya dan fariasi obyek wisata
memberikan alternatif aneka jenis kegiatan
wisata
3.75 0.109 0.410
4. Jenis prasarana dan sarana wisata relatif
lengkap 3.25 0.109 0.355
5. Bentuk dan sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan sampah dan pengelolaan wisata
telah tertata
3.5 0.139 0.486
6. Keaslian dan keutuhan fungsi kawasan relatif
terjaga 3.5 0.124 0.436
7. Struktur organisasi, rencana kerja dan
pembagian kerja telah ada 4 0.146 0.584
8. Tersusunnya masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung
3.75 0.102 0.383
TOTAL 1 3.768
KELEMAHAN
1. Kualitas SDM kurang 2.25 0.135 0.304 2. Kuantitas SDM kurang 3 0.135 0.405
3. Jumlah prasarana sarana serta fasilitas
pendukung wisata yang belum memenuhi
kebutuhan pengunjung
2.5 0.143 0.357
4. Kondisi jalan di dalam kawasan yang cukup
sulit untuk ditempuh 3 0.118 0.354
5. Kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya.
3.25 0.134 0.436
6. Aturan dalam perijinan memasuki kawasan
maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan status kawasan sebagai bagian
TNGGP
2.5 0.091 0.228
7. Kendala birokrasi yang panjang dan berbelit
dalam tubuh Perum perhutani maupun TNGGP sehingga menghambat pendanaan,
perbaikan produk wisata dan lain-lain
2.75 0.118 0.323
8. Manajemen pengendalian dampak yang belum tersusun secara sistematis pada rencana
kerja.
3 0.126 0.379
TOTAL 1 2.786
SELISIH 0.982
Data diolah pada Lampiran 4.
60
Selisih antara jumlah skor faktor kekuatan dengan faktor kelemahan adalah 0.982.
Wisata Alam Situ Gunung berada pada posisi positif internalnya.
222))) Matriks EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary)
Matriks ini merangkum rata-rata penilaian dari tiap responden terhadap
peluang dan ancaman yang terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Matriks EFAS
FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL RATING BOBOT SKOR
PELUANG
1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan
kota kota besar 2.75 0.128 0.352
2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan
jalan antar provinsi 2.75 0.155 0.426
3. Pihak terkait banyak dan memiliki kompetensi
yang cukup baik dalam bisnis wisata alam 3.5 0.111 0.388
4. Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang belum ada
kerjasama sebelumnya
3.75 0.138 0.516
5. Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya
kegiatan wisata dan keinginan masyarakat untuk turut terlibat dalam operasional
kegiatan wisata
4 0.128 0.512
6. Besarnya kunjungan pertahun yang memberikan pendapatan potensial
3.5 0.137 0.478
7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di
sekitar kawasan 2.5 0.076 0.191
8. Penggalakan program Visit Indonesia yang
membuka pasar internasional 2.75 0.128 0.352
TOTAL 1 3.214
ANCAMAN
1. Rendahnya pengetahuan akan status dan aturan-aturan dalam kawasan konservasi serta
rendahnya kesadaran konservasi dari
masyarakat sekitar.
3 0.202 0.607
2. Rendahnya dukungan dari Pemerintah Daerah 1.75 0.131 0.229
3. Bergesernya wilayah jelajah satwa,
pencemaran danau, vandalisme obyek wisata dan lain sebagainya yang merupakan dampak
kedatangan pengunjung.
3.5 0.233 0.815
4. Gangguan dari masyarakat sekitar kawasan
akibat keterbatasan pekerjaan, pendidikan dan keterampilan
2.5 0.218 0.545
5. Persaingan dengan usaha-usaha sejenis 2.75 0.216 0.593
TOTAL 1 2.790
SELISIH 0.424
Data diolah pada Lampiran 4
Matriks EFAS memperlihatkan bahwa peluang terbesar adalah Peluang
menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang sebelumnya belum
61
ada kerjasama dengan skor 0.516. Sedangkan peluang yang paling kecil adalah
Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa di sekitar kawasan dengan skor 0.191.
Faktor ancaman yang paling besar untuk Situ Gunung adalah Bergesernya
wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek wisata, dan lain
sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung. dengan skor 0.815.
Sedangkan faktor ancaman yang paling kecil adalah rendahnya dukungan dari
Pemerintah Daerah dengan skor 0.229. Selisih antara jumlah skor faktor peluang
dengan ancaman adalah 0.424. Wisata Alam Situ Gunung berada pada posisi
positif dalam lingkungan eksternalnya.
Posisi strategis organisasi pengelola Wisata Alam Situ Gunung diperoleh
dari selisih antara jumlah skor faktor kekuatan dengan faktor kelemahan sebagai
koordinat horizontal (sumbu X) dan selisih antara jumlah skor faktor peluang
dengan faktor ancaman sebagai koordinat vertikal (sumbu Y). Posisi strategis ini
tertera dalam model diagram kartesius yang terlihat pada Gambar 14.
Diagram Analisis SWOT
-0.5
-0.3
-0.1
0.1
0.3
0.5
-0.5 -0.3 -0.1 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1
Internal
Ekste
rnal
Gambar 14 Diagram Kartesius Analisis SWOT WA. Situ Gunung.
5.4.2. Analisis Matriks SWOT
Analisis SWOT akan memberikan alternatif strategi pengembangan usaha.
Keunggulan metode ini adalah kemudahan untuk memformulasikan strategi
berdasarkan gabungan faktor internal dan eksternal. Empat strategi yang dapat
menjadi pilihan yaitu strategi SO (Strenghs-Opportunities), ST (Strenghs-
62
Threats), WO (Weaknesses-Opportunities) dan WT (Weaknesses-Theats).
Analisis ini menggunakan data dari matriks EFAS dan IFAS pada Tabel 11 dan
Tabel 12. Wisata Alam Situ Gunung berada pada kuadran pertama diagram
kartesius dengan strategi usaha yang disarankan adalah strategi SO (Tabel 13).
Tabel 13 Matriks SWOT Strategi SO
KEKUATAN (S)
PELUANG (O)
1. Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung baik dari
segi lanskap, flora, fauna, panorama
alam maupun daya tarik kepercayaan 2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata
dalam wilayah yang sama dan relatif
berdekatan
3. Topografi beragam, lingkungan yang masih terjaga keasliannya dan fariasi
obyek wisata memberikan alternatif
aneka jenis kegiatan wisata 4. Prasarana sarana wisata relatif lengkap
5. Sistem pelayanan pengunjung,
pengelolaan sampah dan pengelolaan
wisata telah tertata 6. Keaslian dan keutuhan fungsi kawasan
relatif terjaga
7. Struktur organisasi, rencana kerja dan pembagian kerja telah ada
8. Penyusunan masterplan pengelolaan
Wisata Alam Situ gunung
1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan kota kota besar
2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat
dengan jalan antar provinsi 3. Pihak terkait banyak dan memiliki
kompetensi yang cukup baik dalam
bisnis wisata alam 4. Peluang menggalang kerjasama dengan
organisasi wisata nasional yang
sebelumnya belum ada kerjasama
5. Penerimaan baik masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata dan keinginan
masyarakat untuk turut terlibat dalam
operasional kegiatan wisata 6. Besarnya kunjungan pertahun yang
memberikan pendapatan potensial
7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik
massa di sekitar kawasan 8. Penggalakan program Visit Indonesia
yang membuka pasar internasional
STRATEGI SO 1. Peningkatan efektifitas promosi wisata
Situ Gunung.
2. Memperluas jaringan kerjasama dengan lembaga kepariwisataan.
3. Menerapkan masterplan pengelolaan
kawasan wisata Situ Gunung.
Strategi SO bisa disebut sebagai strategi pertumbuhan agresif dengan
menggunakan kekuatan usaha dan memanfaatkan peluang. Strategi pertumbuhan
63
agresif merupakan pilihan yang cocok jika dilihat dari posisi lembaga pengelola
Wisata Alam Situ Gunung yang memiliki kekuatan dan peluang besar.
Banyak langkah nyata yang dapat dirumuskan dalam menggunakan
kekuatan guna memanfaatkan peluang namun dalam penelitian ini dirumuskan
tiga yang dianggap mewakili. Berikut penjabaran dari masing-masing strategi:
1. Peningkatan efektifitas promosi.
Peningkatan efektifitas promosi ini dimaksudkan agar kegiatan promosi
dapat tepat sasaran. Pengefektifan promosi dilakukan untuk memaksimalkan
potensi banyak serta khasnya obyek wisata, beragamnya bentang alam,
lengkapnya sarana prasarana serta telah tertatanya manajemen organisasi dan
manajemen wisatanya untuk menjangkau masyarakat di kota-kota besar
terdekat salah satunya dengan memanfaatkan program Visit Indonesia dari
pemerintah serta banyaknya usaha penarik massa di sekitar lokasi.
Promosi yang telah dilakukan sangat beragam namun belum tersampaikan
kepada konsumen karena kegiatan promosi yang dilakukan belum menjangkau
pasar utama Wisata Alam Situ Gunung. Pihak pasar utama riil yang dapat
mengakses informasi dari promosi sangat terbatas. Hal ini dapat terjadi karena
konsumen riil bukan masyarakat yang menerima arus informasi dari kantor,
internet, majalah atau media promosi lain yang telah ada selama ini sehingga
sumber informasi masih terpusat pada penyebaran informasi dari mulut ke
mulut.
Keegan (2002) mengungkapkan bahwa pasar dapat disegmentasikan
berdasarkan goegrafi, demografi, psikografi, kepribadian, dan pendapatan.
Diterangkan lebih lanjut bahwa pasar berdasarkan geografi dapat dilihat dari
lokasi pasar, pasar berdasarkan demografi dapat dilihat dari jenis kelamin,
umur, pendidikan, dan pekerjaan. Penelitian ini melakukan sampling dengan
kuota berdasarkan umur dan jenis kelamin diusahakan seimbang sehingga dua
paramater ini tidak dapat digunakan untuk membuat segmentasi pasar.
Hasil pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa
berdasarkan lokasi tempat tinggal, pengunjung terbesar berasal dari kota
tempat lokasi Wisata Alam Situ Gunung (Sukabumi) yaitu 51,33% disusul
kota yang berjarak dua kota dari Sukabumi (Jakarta, Bekasi, Tangerang) yaitu
64
33,63% kemudian kota yang berjarak 1 kota dari Sukabumi (Bandung,
Purwakarta, Depok, Cibinong) yaitu 10,62%, kota yang berbatasan langsug
dengan Sukabumi (Bogor, Cianjur, Cisarua, Puncak, Cipanas) yaitu 2,65%
dan yang terakhir kota yang berjarak lebih dari dua kota dari Sukabumi yaitu
1,77%. Secara umum responden pengunjung terbesar berasal dari dalam kota
Sukabumi sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa target pasar utama
berdasarkan asal pengunjung adalah dari dalam Sukabumi.
Hasil pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa
berdasarkan pekerjaannya, 56% pengunjung merupakan pelajar/mahasiswa,
disusul 29% pegawai swasta, 6% PNS, 6% URT, dan 3% adalah anak-anak
yang belum bersekolah. Secara umum responden pengunjung terbesar
merupakan pelajar sehingga gologan inilah yang menjadi target pasar utama
Wisata Alam Situ Gunung berdasarkan golongan pekerjaan.
Rumusan alternatif model promosi yang efektif berdasarkan target pasar
utama yang berhasil dirumuskan antara lain terlihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Alternatif Model Promosi Berdasarkan Target Pasar
No. Taget Pasar
Utama
Media Promosi Cara Pelaksanaan
1. Asal
Sukabumi
koran, leaflet,
booklet, poster, stiker, majalah,
dan radio
a. mengikuti acara-acara pameran daerah
b. penampilan iklan di koran lokal pada masa-masa mendekati dan musim liburan
c. bekerjasama dengan stasiun radio lokal
d. menggalang kerjasama dengan usaha penarik massa di sekitar lokasi
e. penempelan siker pada angkutan umum
2. Pelajar Film, radio, poster, leaflet,
booklet,
majalah, dan
koran
a. media-media promosi cetak ini dapat didistribusikan ke sekolah-sekolah (termasuk
universitas)
b. Distribusi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan pengurus sekolah (seperti guru) ataupun organisasi-organisasi pelajar
dan mahasiswa yang aktif
c. mengirimkan film pendidikan pada sekolah dengan tempat pengambilan gambar adalah
Wisata Alam Situ Gunung
Hasil pengisian kuisioner oleh responden pengunjung menunjukkan bahwa
berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya, 31% pengunjung memiliki tingkat
pendidikan akhir SD/sederajat, disusul 24% S1, 16% SMP, 15% SMA, 10%
Diploma, dan 4% S2/S3. Walaupun tingkat pendidikan terakhir terbesar
adalah SD namun tingkat dominasinya tidak terlalu tinggi terlihat dari masih
65
besarnya persentase tingkat pendidikan akhir yang lainnya. Dari fakta ini,
dapat dibuat model penyampaian promosi dimana promosi tidak didesain
rumit, dengan bahasa yang ringkas, mudah dimengerti penerima promosi
dengan berbagai tingkat pendidikan, dan menarik. Informasi yang dimuat
dalam promosi ditekankan pada daya tarik tinggi Wisata Alam Situ gunung
bagi pengunjung yaitu obyek wisata dan alam.
Kunjungan yang memuaskan secara otomatis akan membuat wisatawan
menyebarkannya kepada orang lain atau minimal dirinya sendiri akan
mengulangi kunjungan. Oleh karena itu, peningkatan kinerja wisata juga perlu
diperhatikan.
2. Memperluas jaringan kerjasama.
Perluasan jaringan kerjasama dilakukan dengan menggunakan manajemen
organisasi yang telah tertata guna meningkatkan jangkauan usaha.
Membangun jejaring kerjasama bertujuan untuk memperluas jangkauan usaha
dan kualitas usaha dengan menggunakan manajemen organisasi yang telah
tertata guna memanfaatkan peluang dari banyak serta kapasitas pihak terkait
yang terlibat dan peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata
nasional.
Usaha menjalin kerjasama ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
nama besar organisasi pusat baik Perum Perhutani maupun Balai TNGGP
untuk kemudian membentuk jaringan kerjasama yang saling menguntungkan.
Kerjasama ini penting dijalankan terutama dengan departemen pariwisata,
dinas perhubungan, dan travel agent guna memperluas pasar.
Wisata Alam Situ Gunung saat ini belum memiliki kerjasama dengan
organisasi wisata apapun selain LSM. LSM ini menggunakan Wisata Alam
Situ Gunung sebagai lokasi aktivitas mereka dan ada bagi keuntungan sesuai
kesepakatan. LSM menjangkau wisatawan-wisatawan mancanegara dan
karyawan-karyawan swasta dengan tingkat jangkauan nasional dalam kegiatan
wisatanya. Adanya kerjasama dengan LSM ini telah membuktikan bahwa
pasar Wisata Alam Situ Gunung dapat meningkat seiiring dengan peningkatan
jaringan kerjasama.
66
Bentuk kerjasama yang dapat dijadikan alternatif pengembangan adalah
menjadi satu lokasi wisata dari serangkaian paket perjalanan wisata. Lama
waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi semua obyek wisata di Wisata
Alam Situ Gunung adalah sekitar 2 jam dengan menggunakan transportasi
dalam lokasi. Waktu kunjungan ini memungkinkan Wisata Alam Situ Gunung
menjadi satu daerah tujuan wisata dari serangkaian perjalanan wisata dengan
wisata-wisata lain di dalam Sukabumi. Pengisian kuisioner oleh pengunjung
menunjukkan bahwa 76% responden menjawab pernah mengunjungi lokasi
wisata sejenis dengan rincian beberapa lokasi kunjungan tersebut adalah
Bandung, Ciwidei, Gunung Bunder, Cibodas, Puncak, Kebun Raya Bogor,
Selabitana, Kawah Putih, Parakan Salak, Situ Gintung, Cibubur, Jogja,
Bromo, dan Cipelang. Dari lokasi-lokasi tersebut, yang dapat digolongkan
dalam satu rangkaian perjalanan wisata dengan Wisata Alam Situ gunung
antara lain Selabintana, Parakan Salak, dan Cipelang. Tiga lokasi wisata ini
dapat diutamakan dalam membuat rangkaian kunjungan wisata. Perlu
dilakukan riset tersendiri untuk melihat potensi dan peluang membuat
rangkaian perjalanan wisata ini namun secara umum pembentukan kerjasama
dari pengelola-pengelola wisata di Sukabumi dan sekitarnya sangat
memungkinkan.
Jaringan kerjasama memiliki lebih dari satu pihak yang dihubungkan
dalam peran dan posisinya masing-masing. Peran dan posisi ini akan sesuai
dengan kompetensi lembaga tersebut dan dengan apa kerjasama tersebut
dibina. Wisata Alam Situ Gunung dapat menjalin kerjasama dengan
Departemen Pariwisata, Dinas Perhubungan, dan agen perjalanan wisata.
3. Menerapkan masterplan pengelolaan.
Menerapkan masterplan pengelolaan dengan memanfaatkan dukungan
pihak terkait guna meningkatkan kualitas usaha dan mempertahankan fungsi
kawasan. Perbaikan kualitas manajemen organisasi dan manajemen wisata
dilakukan menggunakan masterplan pengelolaan guna menjaga keaslian dan
keutuhan fungsi kawasan dengan memanfaatkan peluang dari besarnya jumlah
kunjungan pertahun yang memberikan pemasukan dan dukungan dari
masyarakat serta pihak terkait berkompetensi tinggi lain dalam bisnis wisata
67
alam. Adanya masterplan ini akan menjadi pedoman yang lebih memperjelas
arah kegiatan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung.
Masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung ini masih dalam tahap
pembentukan. Disusun oleh Resort Situ Gunung TNGGP dengan melibatkan
pengelola lapang Situ Gunung dari Perum Perhutani, tenaga ahli dari Rakata
Adventure selaku konsultan dan tenaga ahli dari perguruan tinggi (IPB) juga
selaku konsultan. Masterplan ini disusun guna mengembangkan wisata
dengan memperhatikan fungsi kawasan. Evaluasi mutlak dilakukan guna
memantau hasil kerja dari pengelolaan wisata di Wisata Alam Situ Gunung
menggunakan masterplan. Masterplan pengelolaan memang belum terbentuk
sehingga penilaian benar tidaknya pengusulan penerapan masterplan dalam
strategi pengembangan Wisata Alam Situ Gunung memang masih gamang
namun secara umum penyusunan masterplan ini merupakan suatu peluang
untuk pelaksanaan wisata yang lebih baik lagi.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Kinerja Pengelolaan Wisata Alam Situ Gunung dinilai dari aspek kepuasan
pengunjung dari pengunjung dengan karakteristik bertempat tinggal mayoritas
di dalam Sukabumi, berpendidikan akhir SD, pekerjaan sebagai pelajar, dan
datang dengan tujuan rekreasi tergolong ‘BAIK’ terlihat dari kategori PUAS
hasil perhitungan Customer Satisfaction Index
2. Kinerja pengelolaan tergolong ‘BAIK’ dinilai dari kealamian dan pengawetan
kawasan serta peran kawasan dalam sosial ekonomi masyarakat terlihat dari
peran kawasan terhadap sosial ekonomi masyarakat dan tetap terpeliharanya
kealamian serta pengawetan kawasan.
3. Pengelolaan Wisata Alam Situ gunung dipengaruhi oleh faktor Internal
(kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman).
Teridentifikasi 8 faktor kekuatan, 8 faktor kelemahan, 8 faktor peluang, dan 5
faktor ancaman Wisata Alam Situ Gunung.
4. Faktor kekuatan yang paling berpengaruh terhadap Wisata Alam Situ Gunung
adalah Objek menarik dan khas serta tingginya potensi ekowisata Situ Gunung
baik dari segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik
kepercayaan dengan skor 0.590. Faktor kekuatan terkecil adalah prasarana
sarana wisata relatif lengkap dengan skor 0.355. Faktor kelemahan utama
adalah kurangnya kegiatan promosi baik dari intensitas maupun efektifitasnya
dengan skor 0.436. Faktor kelemahan terkecil yaitu aturan dalam perijinan
memasuki kawasan maupun batasan-batasan kegiatan sehubungan dengan
status kawasan sebagai bagian TNGGP dengan skor 0.228.
Faktor peluang terbesar adalah Peluang menggalang kerjasama dengan
organisasi wisata nasional yang sebelumnya belum ada kerjasama dengan skor
0.516. Faktor peluang terkecil adalah Banyaknya usaha-usaha lain penarik
massa di sekitar kawasan dengan skor 0.191. Faktor ancaman terbesar adalah
Bergesernya wilayah jelajah satwa, pencemaran danau, vandalisme obyek
69
wisata dan lain sebagainya yang merupakan dampak kedatangan pengunjung.
dengan skor 0.815. Faktor ancaman terkecil adalah rendahnya dukungan dari
pemerintah daerah dengan skor 0.229.
Situ Gunung berada pada posisi positif di lingkungan internal dan
eksternalnya. Selisih antara jumlah skor faktor kekuatan dengan jumlah skor
faktor kelemahan adalah 0.982. Sedangkan, selisih antara jumlah skor faktor
peluang dengan jumlah skor faktor ancaman adalah 0.424.
5. Alternatif strategi yang berhasil dirumuskan adalah Strategi Pertumbuhan
Agresif. Program pengembangan yang berhasil dirumuskan adalah
peningkatan efektifitas promosi, perluasan kerjasama, dan penerapan
masterplan pengelolaan.
6.2. Saran
Saran yang diajukan adalah:
1. Pengurangan faktor kelemahan utama yaitu promosi dengan peningkatan
kegiatan-kegiatan promosi yang lebih variatif dengan memperhatikan
karakteristik dari pengunjung riil sebagai target pasar.
2. Perluasan jaringan kerjasama dengan lembaga wisata lain yang akan
memperluas lingkup Wisata Alam Situ Gunung.
3. Menerapkan masterplan pengelolaan Wisata Alam Situ gunung.
4. Meminimalkan faktor ancaman lingkungan akibat dampak kedatangan
pengunjung dengan meningkatkan manajemen pengamanan dan pengendalian
dampak wisatanya yang belum tersusun secara sistematis pada rencana kerja.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto TT. 2002. Audit Lingkungan. Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Basuni S, Nandi K. 2008. Pembangunan Ekowisata Pada Kawasan Hutan
Konservasi. Dalam Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek.
Nias: BRR NAD
Douglass RW. 1970. Forest Recreation Third Edition. New York oxford Sydney
Paris Frankfrut: Pergamon Press.
[GPNP] Gede Pangrango National Park. 2007. Situ Gunung. www.gedepangrango
national park.go.id. [6 Mei 2009]
Hidayat R. 1992. Analisis Ekonomi Usaha Wana Wisata Situ Gunung. Skripsi.
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Jalil HA. 2006. Aplikasi Travel Cost Method Dalam Menduga Nilai Ekonomi
Manfaat Rekreasi (Studi di TWA Grojogan Sewu, Surakarta, Jawa Tengah).
Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. IPB
Keegan WJ. 2002. Global Marketing Management. Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall
Koentjaraningrat.1997. Beberapa Dasar metode Statistik dan Sampling dalam
Penelitian Masyarakat. Dalam Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nasution MN. 2004. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pendit NS. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.
PP No. 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
PP No. 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian
Alam
71
Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Restiyan R. 2009. Analisis Kinerja Usaha Wana Wisata Kawah Putih dan Strategi
Pengembangannya. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Soemardjan S, Koentjaraningrat. 1997. Penyusunan dan Penggunaan Kuisioner.
Dalam Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
[TNGGP] Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 2009. Dokumen Kondisi
Umum Lokasi. Tidak dipublikasikan
Umar H. 2008. Strategi Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Wearing S, Joanne McLean. 1997. Developing Ecotourism: A Community Based
Approach. Sydney: University of Technology.
LAMPIRAN
73
Lampiran 1 Kuisioner Pegunjung
No. Responden : ____________
Tanggal : ____________
KINERJA PENGELOLAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG TAMAN NASIONAL GUNUNG
GEDE PANGRANGO
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Konservasi Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Sebelumnya saya meminta maaf dan mengucapkan terimakasih atas
kesedian Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu ditengah kegiatan
wisata Anda. Berikut ini adalah kuisioner dari penelitian saya yang berjudul
“Kinerja Pengelolaan Dan Strategi Pengembangan Taman Wisata Alam Situ
Gunung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”. Penelitian ini
merupakan salah satu syarat bagi saya untuk merampungkan pendidikan
sarjana saya, karenanya bantuan anda sangat saya hargai.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pengembangan Taman
Wisata Alam Situ Gunung kedepannya sehingga, bantuan
Bapak/Ibu/Saudara/i dalam mengisi kuisioner berdasarkan kondisi
sebenarnya akan menentukan keputusan yang dibuat. Pengembangan wisata
ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dengan salah satu tujuan
akhir adalah kepuasan Anda sekalian sebagai pengunjung.
Berikut petunjuk pengisian kuisioner:
1. isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan apabila pertanyaan
berupa isian langsung
2. lingkarilah atau berilah tanda silang (X) pada salah satu atau lebih
jawaban yang telah disediakan apabila pertanyaan berupa pilihan
ganda
3. jawablah secara jujur sesuai dengan keadaan atau penilaian anda
4. kejujuran dan keseriusan Anda dalam mengisi lembar kuisioner ini
kan mempengaruhi kesimpulan/ keluaran penelitian
Atas segala masukan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih
Karakteristik Pengunjung
KUISIONER PENELITIAN
SKRIPSI SARJANA S1
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA
HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
74
Lampiran 1 Lanjutan
Nama : .............................................................
Umur : .................................................... tahun
Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Tempat tinggal : .............................................................
Pendidikan terakhir : a. SD/sederajat d. Diploma
b. SMP/sederajat e. S1 (Sarjana)
c. SMA/sederajat f. S2/S3 (Pascasarjana)
Pekerjaan : a. Pelajar/mahasiswa
b. PNS
c. ABRI
d. Karyawan swasta/wirausaha
e. Ibu rumah tangga
f. Job seeker (belum bekerja)
g. Lainnya: .............................................................
Motivasi dan Ketertarikan (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Apa tujuan Anda mengunjungi TWA Situ Gunung?
a. Rekreasi/liburan
b. Pekerjaan
c. Pendidikan
d. Penelitian
e. Lainnya: ...........................................................................................................
2. Apa yang menurut anda paling menarik di TWA Situ Gunung?
a. Panorama alam yang alami c. Danau
b. Outbond d. Pelayanan wisata
c. Air terjun e. Pengetahuan yang diberikan
f. Lainnya: ...........................................................................................................
3. Pernahkah anda mengunjungi lokasi wisata lain yang sejenis dengan TWA
Situ Gunung?
a. Pernah: di ..........................................................................................................
b. tidak pernah
Pencarian Informasi dan Evaluasi Alternatif (jawaban boleh lebih dari satu) 1. Darimana anda mendapatkan informasi tentang TWA Situ Gunung?
a. Anggota keluarga
b. Teman
c. Promosi pihak pengelola (leaflet, booklet, ilkan, internet dll)
d. Karyawan TWA Situ Gunung
e. Mencari tahu sendiri
2. Hal apa saja menjadi fokus perhatian/pertimbangan anda dari informasi
tersebut yang menentukan kunjungan anda ke TWA Situ Gunung?
a. Harga e. Jenis wisata
b. Lokasi f. Lainnya: .........................................
c. Fasilitas dan paket yang ditawarkan .......................................................
d. Kealamiahan kawasan
3. Biasanya keputusan kunjungan anda ke TWA Situ Gunung dilakukan secara?
a. Terencana b. Mendadak
75
Lampiran 1 Lanjutan
Pengetahuan Tentang TWA Situ Gunung
1. Apakah Anda mengetahui bahwa Situ Gunung merupakan kawasan
konservasi?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah pengelola TWA pernah memberikan informasi mengenai kawasan
dan fungsinya?
a. Pernah b. Sering c. Tidak
3. Apa yang telah Anda lakukan untuk menjaga lingkungan TWA Situ Gunung?
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
4. Apakah menurut Anda lingkungan Situ Gunung telah dikelola dengan baik?
a. Ya, alasan: .....................................................................................................
........................................................................................................................
b. Tidak, alasan: ................................................................................................
........................................................................................................................
Perilaku Pasca Pembelian
1. secara keseluruhan puaskah Anda dengan apa yang Anda peroleh dari TWA
Situ Gunung
a. Ya, karena .........................................................................................................
b. Tidak, karena ....................................................................................................
2. Jika ada kesempatan, apakah Anda akan berkunjung kembali ke TWA Situ
Gunung
a. Ya, karena .........................................................................................................
b. Tidak, karena ....................................................................................................
Analisis Tingkat Kinerja atribut TWA Situ Gunung
Dimohon untuk memberi tanda ceklis (), lingkaran (O) atau silang (X) pada
nilai yang dianggap sesuai dengan pendapat saudara.
Uraian Tingkat Kinerja (Nilai)
1. Kebersihan 1
Sangat kotor 2
kotor 3
Cukup
bersih
4 bersih
5 Sangat
bersih
2. Kenyamanan
1
Sangat tidak nyaman
2
Tidak nyaman
3
Cukup nyaman
4
nyaman
5
Sangat nyaman
3. Keramahan dan kesopanan petugas
1
Sangat tidak
ramah
2
Tidak ramah
3
Cukup
ramah
4
ramah
5
Sangat
ramah
4. Kelengkapan dan
Kondisi fasilitas dan
prasarana sarana wisata
1
Sangat tidak
cukup
2
Tidak cukup
3
Biasa saja
4
Cukup
5
Sangat
cukup
76
Uraian Tingkat Kinerja (Nilai)
5. Harga tiket 1
Sangat mahal
2
mahal
3
Biasa saja
4
murah
5
Sangat murah
6. Kelengkapan dan
kemudahan
informasi
1
Sangat sulit
2
sulit
3
Cukup
mudah
4
mudah
5
Sangat
mudah
7. Jenis paket/kegiatan wisata
1
Sangat tidak
beragam
2
Tidak
beragam
3
Cukup
beragam
4
beragam
5
Sangat
beragam
8. Objek wisata yang
tersedia
1 Sangat tidak
menarik
2 Tidak
menarik
3 Cukup
menarik
4 menarik
5 Sangat
menarik
9. Penataan lokasi 1
Sangat tidak
menarik
2 Tidak
menarik
3 Cukup
menarik
4 menarik
5 Sangat
menarik
10. Kemudahan
mencapai lokasi
1
Sangat sulit
2
sulit
3
Cukup mudah
4
mudah
5
Sangat mudah
11. Promosi
1
Sangat
kurang
2
Kurang
3
Cukup
4
Baik
5
Sangat
Baik
12. Fasilitas Outbound
1
Sangat
mudah dijumpai di
tempat lain
2
Mudah
dijumpai di tempat lain
3
Cukup
khas
4
Tidak biasa
dijumpai di tempat lain
5
Sangat
tidak biasa dijumpai di
tempat lain
13. Fasilitas Buper
1
Sangat mudah
dijumpai di
tempat lain
2
Mudah dijumpai di
tempat lain
3
Cukup khas
4
Tidak biasa dijumpai di
tempat lain
5
Sangat tidak biasa
dijumpai di
tempat lain
14. Pemandu wisata 1
Sangat tidak
profesional
2 Tidak
profesional
3 Cukup
profesional
4 Profesional
5 Sangat
profesional
15. Pemandangan alam
1 Sangat tidak
alami/ sangat
rusak
2 Tidak alami/
rusak
3 Cukup
alami
4 alami
5 Sangat
alami
16. Keberadaan satwaliar dan
tumbuhan unik
1 Sangat tidak
menarik
2 Tidak
menarik
3 Cukup
menarik
4 menarik
5 Sangat
menarik
Lampiran 1 Lanjutan
77
Lampiran 1 Lanjutan
Analisis Tingkat Kepentingan Atribut TWA Situ Gunung
Dimohon untuk memberi tanda ceklis (), lingkaran (O) atau silang (X) pada
nilai yang dianggap sesuai dengan pendapat saudara.
Uraian
Tingkat Kepentingan (Nilai)
Sangat tidak
penting
(1)
Tidak
penting
(2)
Cukup
Penting
(3)
Penting
(4)
Sangat
Penting
(5)
1. Kebersihan 1 2 3 4 5
2. Kenyamanan 1 2 3 4 5
3. Keramahan dan kesopanan
petugas 1 2 3 4 5
4. Kelengkapan dan Kondisi
fasilitas dan prasarana
sarana wisata
1 2 3 4 5
5. Harga tiket 1 2 3 4 5
6. Kelengkapan dan
kemudahan informasi 1 2 3 4 5
7. Jenis paket/kegiatan
wisata 1 2 3 4 5
8. Objek wisata yang
tersedia 1 2 3 4 5
9. Penataan lokasi 1 2 3 4 5
10. Kemudahan mencapai
lokasi 1 2 3 4 5
11. Promosi 1 2 3 4 5
12. Fasilitas Outbound 1 2 3 4 5
13. Fasilitas Buper 1 2 3 4 5
14. Pemandu wisata 1 2 3 4 5
15. Pemandangan alam 1 2 3 4 5
16. Keberadaan satwaliar
dan tumbuhan unik 1 2 3 4 5
- Terima Kasih - Hatur Nuhun-
78
Lampiran 2 Panduan Wawancara Pengelola
Panduan wawancara pengelola merupakan pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah Visi, misi dan tujuan pengelolaan TWA Situ Gunung?
2. Apa status dan produk hukum yang berhubungan dengan kawasan dan
pengelolaannya?
3. bagaimana sejarah pengelolaannya?
4. Bagaimana struktur organisasi, koordinasi dan kerjasama pengelolaan
(kewenangan) TWA Situ Gunung?
5. Bagaimana kualitas dan kuantitas SDM pengelola?
6. Bagaimana hasil kerja yang dicapai dengan SDM yang ada saat ini?
7. Berapa persentase luas lahan terbangun dari keseluruhan luas TWA?
8. Bagaimana proses perubahan penggunaan lahan terjadi?
9. Bagaimana tata guna kawasan saat ini?
10. Bagaimana tingkat kerusakan lingkungan yang terjadi? / apakah
lingkungan TWA Situ Gunung masih alami?
11. Apa kegiatan yang telah ditetapkan/direncanakan guna menjaga
kealamiahan kawasan?
12. Bagaimana pelaksanaannya?
13. Berapa persen menurut anda tingkat keberhasilan kegiatan tersebut?
14. Apa keluaran/hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut?
15. Apakah ada pelanggaran yang terjadi seperti perburuan, penebangan liar,
engubahan bentang alam dll?
16. Jika ada, apa pengaruh pelanggaran tersebut terhadap lingkungan dan
kegiatan wisata?
17. Siapakah pelaku pelanggaran dan apa motivasinya?
18. Apa antisipasi dan penanganan yang dilakukan (maupun yang
direncanakan untuk dilakukan) oleh pengelola terhadap kasus yang
terjadi?
19. Apakah terjadi pencemaran lingkungan di TWA Situ Gunung?
20. Jenis-jenis pencemaran apa sajakah yang terjadi?
21. Apa yang menjadi penyebab atau sumber pencemaranya?
22. Apa penanganan dan pengelolaan limbah yang dilakukan pengelola?
23. Apakah ada pengaruh dari pencemaran ini terhadap pelaksanaan kegiatan
wisata? Jika ada, apa?
24. Bagaimana pengelolaan yang dilakukan:
a. Terhadap objek wisata
b. Terhadap jalur wisata
c. Program wisata yang ditawarkan
d. Pelayanan pengunjung yang diberikan
e. Pemberian informasi penting bagi pengunjung
25. Bagaimana bentuk-bentuk pemasaran dan promosi yang dilakukan?
26. Bagaimana rencana kerja untuk menanggulagi maupun mengatasi dampak
kegiatan wisata yang mungkin muncul?
27. Bagaimana pelaksanaan dari rencana kerja tersebut?
28. Bagaimana kondisi sosial ekonomi serta politik negara saat ini,
perkembangan kepariwisataan nasional dan internasional, kekuatan usaha
pesaing, dan peran lembaga-lembaga terkait?
79
Lampiran 2 Lanjutan
29. Letak, luas, aksesibilitas, kondisi fisik iklim, topografi, sumber daya alam
hayati, Objek wisata, sarana prasarana (letak, luas/ ukuran, jumlah)
30. Jumlah penduduk, komposisi, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
interaksi dengan kawasan, persepsi terhadap kawasan (dari sudut pandang
pengelola)
ANALISIS SWOT
31. Apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman dan kesempatan
dalam pengelolaan TWA Situ Gunung ini?
32. bagaimana posisi perusahaan dalam faktor-faktor di atas?
Lampiran 3. Panduan Wawancara Masyarakat
Panduan wawancara masyarakat merupakan pertanyaan sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk, komposisi, tingkat pendidikan, mata pencaharian, hirarki
sosial masyarakat
2. Interaksi dengan kawasan, persepsi terhadap kawasan
3. Apakah lingkungan TWA Situ Gunung masih baik (belum banyak
kerusakan) atau sebaliknya
4. Masyarakat terganggu atau tidak terhadap adanya kegiatan wisata?
5. Apakah masyarakat mendukung terselenggaranya kegiatan wisata?
6. Apakah masyarakat memiliki keinginan untuk ikut serta dalam pengelolaan
wisata di lokasi?
7. Jika ya, pada sektor apa masyarakat ingin dilibatkan?
8. Bagaimana sosial budaya masyarakat?
9. Apakah masyarakat tidak terganggu atas kedatangan pengunjung?
10. Apakah masyarakat mengetahui dan memahami pentingnya konservasi?
11. Apakah masyarakat mengetahui dan memahami bahwa twa situ gunung
merupakan kawasan konservasi?
12. Apakah pengelola situ Gunung pernah mengadakan sosialisasi mengenai
status kawasan, fungsi dan sebagainya?
13. Apakah adanya kegiatan wisata mendukung perekonomian masyarakat?
14. Usaha/ industri masyarakat apa yang tergerak?
15. Bagaimana penyerapan tenaga kerja yang diperoleh masyarakat?
80
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Kinerja
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Yeti 4 4 5 4 4 4 4 5 3 5 2 3 3 4 5 5
Sintia 4 4 3 3 2 2 3 4 3 5 2 3 3 3 4 2
Hadi 4 3 4 4 2 4 3 3 2 5 2 2 2 2 3 3
Andi 4 3 5 3 4 3 3 3 2 5 3 4 3 3 4 2
Laila 2 3 4 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 5 2
Boim 4 4 4 4 3 2 3 4 3 5 2 2 4 4 4 4
Alex 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4
Ucup 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 4 4
Eko 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 5
Sodikin 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 2 2 3 3 5 3
Farha 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3
Yunita Amelia 4 3 5 4 3 2 3 4 4 3 2 3 3 3 5 3
Beta Karisma 3 3 1 3 3 4 3 3 3 1 3 2 3 3 5 4
Nur Jamilah 2 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 2 2 3 4 3
Yanti 3 3 3 3 3 4 2 3 2 1 3 1 1 3 4 2
Lukman Firdaus 4 4 3 4 5 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4
Hariri 3 4 4 3 3 5 2 5 4 3 4 2 3 4 5 3
Arif 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 3 5 5
Bunga 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4
Melati 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4
21 3 4 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3
22 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 4 3
23 2 3 3 2 2 3 4 4 2 5 2 4 4 3 5 4
24 2 4 4 3 3 3 3 4 3 5 2 3 3 3 5 4
Tri 3 3 3 2 3 2 3 5 4 4 2 3 4 3 5 3
81
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Lukaman 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 4 3
Iis 3 4 4 4 2 4 3 4 4 2 2 4 4 3 5 2
Umi 2 3 3 2 2 3 4 4 2 5 2 4 4 3 5 4
Badariah 4 3 5 4 4 4 4 5 4 2 3 3 3 4 5 5
Nur Khasanah 3 4 4 4 3 4 4 5 4 2 3 3 3 4 5 4
Sapto 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
Pratama Setiawan 3 4 2 3 2 4 4 5 3 3 4 3 3 3 5 5
Septian Eko S. 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 3 2 2 5 5
Resi 3 5 5 3 2 3 3 5 4 4 3 2 2 3 4 4
Cecep Maulana 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5
Riski M. H 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 2 3 3 4 4
Galih 3 4 4 4 3 4 5 5 3 2 2 3 4 4 5 4
Guntur 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 5 5
Regina 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 5 5
Rustam Hidayat 4 4 4 4 2 3 2 4 4 3 2 3 2 3 4 3
Oje 5 3 4 3 4 5 5 5 4 4 4 3 3 3 4 3
Eka Pratama Putra 5 5 4 5 3 5 4 5 5 5 4 4 3 3 5 4
Putra A. 4 5 3 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5
Krisna Mukti 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5
Bagus Karim 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
M. Hiqbil 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5
Handoko Aji 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4
Aziz 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3
Galuh Pratama 4 5 4 5 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4
Larasati E. H 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 5 4
Sulistyo 3 4 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 3 5 3
Kharis Abidin 4 5 5 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 5 3
Lampiran 4 Lanjutan
82
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Diah Kurnia Y. 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 4 4 3
Sri Wahyuni 4 4 3 3 2 4 3 4 2 2 3 3 2 3 4 4
Siti Indriyani 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
Pahma Rahmi 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3
Yusherlina 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2
Monica 3 3 3 2 1 4 2 2 3 3 2 2 2 3 4 3
Diana B 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 5 4
Silmi M 4 3 5 2 3 4 4 5 5 1 4 3 3 4 4 5
Shanti 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5
Rendi 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
Ninuk 4 5 5 5 3 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4
Syira Nafi K 4 5 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 5 4 3
Tata 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 3
M Syamsuddin 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Yeyen 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5
Tri Wulandari 3 3 1 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 5 4
Mei 2 4 4 3 4 2 2 4 4 5 2 2 2 3 4 3
Riana 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 2 2 4 4
Edi Andriawan 4 4 2 5 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
Gunawan Ridwan 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
Laras 3 3 4 2 2 3 2 4 3 2 2 3 3 4 5 5
Aji 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Didit 4 4 4 4 2 4 4 5 4 3 2 4 4 4 5 5
Dyah Ayu 4 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3
Efendi 3 4 5 2 2 4 4 4 4 3 2 4 4 4 5 5
Isah 4 4 4 4 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 4 3
Cecep Baharudin 4 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3
Lampiran 4 Lanjutan
83
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Herry 3 2 4 4 3 4 2 4 3 2 3 3 3 3 4 4
Markus H 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4
Aisyah Shandria 3 4 4 4 4 4 3 5 2 2 2 2 2 2 5 3
Nadia 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 5 5
Melia 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 5 5
Dadang Suryadi 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 3
Mamat 2 4 4 4 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 5 5
Wuri 3 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 4 4 4 5 4
Bima 4 4 3 4 2 3 3 4 3 2 2 2 3 4 4 3
S. kaka 4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 4 5 5
Bara 4 4 4 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 4
Caca 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 5 4
Ipa 4 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 4 4 5 5
Makmur 4 5 5 4 4 5 3 5 2 2 2 3 3 4 5 4
Edu 5 5 5 4 4 5 3 4 4 1 2 2 3 5 5 5
Gery 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 2 4 3
Nina 4 3 5 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5
Ayuandari 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5
Ida 4 5 4 4 3 4 4 4 4 2 2 3 3 5 5 4
79 3 4 5 4 3 4 5 4 3 3 4 4 4 5 5 5
Ade 4 4 4 5 3 5 4 3 5 4 4 3 4 5 5 5
Ita 4 5 5 5 3 5 4 5 4 3 4 3 3 4 4 4
Yuni 4 4 5 3 4 3 5 4 3 4 4 3 3 4 5 5
Risa 4 3 4 4 3 4 4 5 4 2 2 3 3 3 5 5
Hesti 2 1 4 3 4 3 3 5 4 2 2 2 3 2 5 4
Frika 4 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 5 5
Citra 2 2 3 2 3 3 3 5 3 2 2 2 3 3 5 3
Lampiran 4 Lanjutan
84
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
M. Yusuf 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 3
Aisyah 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 4
Ratna 4 5 2 5 2 3 4 5 4 2 2 4 4 4 4 4
Galih 4 5 4 5 2 3 4 5 3 2 2 3 3 3 4 3
Siti 4 4 3 4 2 2 3 4 4 2 2 3 3 4 4 3
Vina 2 3 4 2 2 4 3 4 3 1 2 3 3 4 4 3
Ronal 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 4 4
Yofan 3 4 3 3 2 4 3 5 3 2 3 4 4 4 4 2
JUMLAH 406 432 432 413 332 417 390 465 395 355 326 359 367 398 508 440
RATA-RATA 3.561 3.789 3.79 3.62 2.91 3.658 3.42 4.08 3.46 3.114 2.86 3.149 3.2193 3.491 4.456 3.86
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Kepentingan
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Yeti 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 5
Sintia 3 4 4 4 5 2 3 4 3 5 2 3 3 2 4 1
Hadi 3 2 2 2 5 2 4 4 3 4 2 3 3 1 4 4
Andi 3 4 4 2 2 4 4 5 4 2 3 3 3 2 4 4
Laila 4 4 4 4 2 3 4 4 4 2 3 3 3 2 4 2
Boim 4 3 3 3 3 2 2 4 3 5 2 3 3 2 4 4
Alex 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 2 4 4 3 3 4
Ucup 2 2 2 2 3 3 4 5 5 3 2 3 3 3 4 5
Eko 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 4
Sodikin 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 2 5 2
Farha 3 3 3 5 3 3 4 4 5 4 4 5 5 3 5 5
Yunita Amelia 5 5 5 5 3 5 4 5 3 3 3 4 4 3 5 4
Lampiran 4 Lanjutan
85
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Beta Karisma 5 4 4 5 4 5 2 3 4 5 3 3 2 5 3 3
Nur Jamilah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Yanti 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Lukman Firdaus 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
Hariri 5 5 5 3 4 5 3 3 5 5 5 3 3 4 5 5
Arif 4 4 4 2 2 3 3 5 4 4 4 4 4 3 5 5
Bunga 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 2 2 2 2 4 4
Melati 4 4 4 4 2 2 4 4 3 4 2 2 2 2 4 4
21 4 5 4 4 5 3 3 4 4 5 2 2 2 2 4 3
22 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4
23 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 4 3 3 3 5 4
24 4 4 3 3 3 2 2 4 3 4 2 2 2 2 5 4
Tri 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 3 3 3 5 4
Lukaman 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 2 3 3 2 4 2
Iis 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 1 5 3
Umi 4 4 4 5 5 3 3 4 4 5 4 3 3 3 5 4
Badariah 4 4 4 2 2 3 2 4 3 5 3 3 3 4 5 5
Nur Khasanah 4 4 5 4 4 3 4 5 4 5 3 2 2 4 5 4
Sapto 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 3 4 4 3 4 4
Pratama Setiawan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Septian Eko S. 3 4 5 3 3 5 3 4 3 4 3 4 4 2 4 4
Resi 4 5 5 3 5 3 3 5 3 4 3 4 4 3 4 4
Cecep Maulana 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 4 4
Riski M. H 3 4 3 2 2 2 2 4 2 3 1 3 4 1 4 5
Galih 2 3 4 4 1 1 4 4 3 4 1 3 3 4 4 4
Guntur 3 3 3 3 1 3 4 4 3 4 1 1 1 3 4 4
Regina 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 4
Lampiran 5 Lanjutan
86
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Rustam Hidayat 3 3 3 3 4 3 4 5 4 4 2 2 2 2 3 4
Oje 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4
Eka Pratama Putra 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4
Putra A. 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4
Krisna Mukti 4 4 4 2 4 2 2 4 3 4 2 3 3 2 4 4
Bagus Karim 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
M. Hiqbil 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Handoko Aji 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4
Aziz 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4
Galuh Pratama 4 4 4 2 3 2 2 4 3 4 2 2 2 1 4 3
Larasati E. H 4 4 4 4 3 2 2 5 4 4 3 3 3 2 5 5
Sulistyo 5 2 2 3 4 2 2 5 5 2 2 2 2 2 5 4
Kharis Abidin 3 4 4 3 3 4 2 4 3 5 3 2 2 2 4 4
Diah Kurnia Y. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
Sri Wahyuni 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 5
Siti Indriyani 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3
Pahma Rahmi 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5
Yusherlina 3 3 2 3 3 3 3 4 4 5 4 3 3 4 4 3
Monica 5 4 4 5 5 3 4 4 3 5 4 3 3 3 5 4
Diana B 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4
Silmi M 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5
Shanti 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3
Rendi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Ninuk 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2
Syira Nafi K 3 3 4 4 2 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3
Tata 4 4 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3
M Syamsuddin 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3
Lampiran 5 Lanjutan
87
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Yeyen 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Tri Wulandari 4 3 4 2 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4
Mei 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Riana 3 2 3 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 3
Edi Andriawan 2 2 3 2 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4
Gunawan Ridwan 2 2 4 1 3 3 1 4 2 1 3 4 4 3 4 4
Laras 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2
Aji 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Didit 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Dyah Ayu 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 2 3 3 2 4 3
Efendi 2 2 2 4 2 2 4 4 2 3 2 2 2 2 4 4
Isah 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 2 2 2 2 4 4
Cecep Baharudin 4 4 3 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 2 4 3
Herry 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 3 3 3 4 3
Markus H 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4
Aisyah Shandria 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3
Nadia 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 2 3 3 2 4 4
Melia 4 4 4 3 2 2 4 4 3 4 2 3 3 2 4 4
Dadang Suryadi 3 3 3 5 5 4 4 4 3 5 3 3 3 3 4 2
Mamat 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 5 4
Wuri 4 4 4 4 5 3 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4
Bima 4 4 3 4 3 4 4 5 4 2 3 4 4 4 4 3
S. kaka 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3
Bara 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5
Caca 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 2 2 2 4 4 4
Ipa 4 3 4 3 4 5 3 3 3 4 3 3 1 4 5 4
Makmur 3 4 4 3 3 5 3 4 2 4 4 4 3 5 5 5
Lampiran 5 Lanjutan
88
Nama Responden
Nomor Atribut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Edu 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 4 5 3 5 5 4
Gery 4 4 4 4 4 3 4 5 3 5 3 4 4 3 4 3
Nina 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 5 5 5 4 3
Ayuandari 5 5 5 5 3 3 4 3 3 3 3 5 5 4 4 3
Ida 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 5 5 4 4 4
79 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 5 5 4 4 4
Ade 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 5 5 5 5
Ita 3 3 3 3 4 4 5 3 3 3 4 5 5 5 4 3
Yuni 4 4 5 5 3 3 5 4 3 3 3 5 5 5 4 4
Risa 4 4 4 3 5 4 5 3 4 4 3 4 4 4 5 3
Hesti 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 3 4 5 3 5 3
Frika 4 5 4 4 3 3 5 4 3 5 4 4 4 3 5 5
Citra 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3
M. Yusuf 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 3 4 5 3 4 5
Aisyah 4 4 4 3 4 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4
Ratna 5 3 3 4 4 4 3 5 3 4 3 3 3 3 5 5
Galih 4 4 4 3 3 3 3 4 4 5 4 4 3 3 5 4
Siti 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 4 4 4 2 5 5
Vina 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4
Ronal 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 3 3 3 3 4 4
Yofan 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 3 3 2 2 4 2
JUMLAH 420 416 424 403 388 369 396 450 385 440 336 386 380 345 473 422
RATA-RATA 3.684 3.649 3.72 3.54 3.4 3.237 3.47 3.95 3.38 3.86 2.947 3.386 3.3333 3.026 4.149 3.702
Jarak antara
jumlah nilai
Kinerja dan
Kepentingan -14 16 8 10 -56 48 -6 15 10 -85 -10 -27 -13 53 35 18
Lampiran 5 Lanjutan
89
Lampiran 6 Rekap Analisis SWOT
Faktor Internal
No. Faktor-Faktor Kekuatan
Responden Rata-Rata
TNGP Perum
Perhutani RAKATA BWS
Nilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1. Objek menarik dan khas serta tingginya
potensi ekowisata Situ Gunung baik dari
segi lanskap, flora, fauna, panorama alam maupun daya tarik kepercayaan
4 5 5 5 4 4 4 5 4.25 0.139
2. Terdapat lebih dari satu obyek wisata
dalam wilayah yang sama dan relatif
berdekatan
4 4 4 5 4 5 4 4 4 0.131
3. Topografi beragam, lingkungan yang
masih terjaga kealamiannya dan fariasi
obyek wisata memberikan alternatif aneka
jenis kegiatan wisata
4 3 4 4 4 4 3 4 3.75 0.109
4. Prasarana sarana wisata relatif lengkap 3 3 3 4 4 4 3 4 3.25 0.109
5. Sistem pelayanan pengunjung, pengelolaan
sampah dan pengelolaan wisata telah
tertata
3 5 2 5 5 5 4 4 3.5 0.139
6. Kealamian dan keutuhan kawasan relatif
terjaga 3 5 4 4 3 4 4 4 3.5 0.124
7. Struktur organisasi, rencana kerja dan
alokasi SDM telah ada 4 5 4 5 4 5 4 5 4 0.146
8. Penyusunan master plan pengelolaan
Wisata Alam Situ gunung 4 3 4 3 4 4 3 4 3.75 0.102
90
Lampiran 6 Lanjutan
No. Faktor-Faktor Kelemahan
Responden Rata-Rata
TNGP Perum
Perhutani RAKATA BWS
Nilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1. Kualitas SDM kurang 2 4 3 4 2 4 2 4 2.25 0.135
2. Kuantitas SDM kurang 4 4 4 4 1 4 3 4 3 0.135
3. Kondisi dan jumlah prasarana sarana serta
fasilitas wisata yang belum memenuhi
kebutuhan pengunjung
4 4 3 5 1 4 2 4 2.5 0.143
4. Kondisi jalan di dalam kawasan yang
cukup sulit untuk ditempuh 3 2 3 4 3 4 3 4 3 0.118
5. Kurang nya kegiatan promosi baik dari
intensitas maupun efektifitasnya. 3 4 4 4 2 3 4 5 3.25 0.134
6. Aturan dalam perijinan memasuki kawasan
maupun batasan-batasan kegiatan
sehubungan dengan status kawasan
sebagai bagian TNGGP
2 2 4 4 1 2 3 3 2.5 0.091
7. Kendala birokrasi yang panjang dan
berbelit dalam tubuh Perum perhutani
maupun TNGGP sehingga menghambat pendanaan, perbaikan produk wisata dan
lain-lain
3 4 4 4 2 3 2 3 2.75 0.118
8. Manajemen pengendalian dampak yang
belum tersusun secara sistematis pada rencana kerja.
3 5 3 4 3 3 3 3 3 0.126
91
Lampiran 6 Lanjutan
Faktor Eksternal
No. Faktor-Faktor Peluang
Responden Rata-Rata
TNGP Perum
Perhutani RAKATA BWS
Nilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat dengan kota kota besar
2 3 3 4 3 4 3 4 2.75 0.128
2. Jarak lokasi wisata yang relatif dekat
dengan jalan antar provinsi 3 5 3 4 2 4 3 5 2.75 0.155
3. Stakeholders banyak dan memiliki kompetensi yang cukup baik dalam bisnis
wisata alam
4 3 4 3 3 3 3 4 3.5 0.111
4. Peluang menggalang kerjasama dengan organisasi wisata nasional yang
sebelumnya belum ada kerjasama
4 4 3 4 4 4 4 4 3.75 0.138
5. Penerimaan baik masyarakat terhadap
adanya kegiatan wisata dan keinginan masyarakat untuk turut terlibat
dalamoperasional kegiatan wisata
4 3 4 4 4 4 4 4 4 0.128
6. Besarnya kunjungan pertahun yang
memberikan pendapatan potensial 3 3 4 5 4 4 3 4 3.5 0.137
7. Banyaknya usaha-usaha lain penarik massa
di sekitar kawasan 1 2 2 1 4 3 3 3 2.5 0.076
8. Penggalakan program Visit Indonesia yang
membuka pasar internasional 2 3 3 4 3 4 3 4 2.75 0.128
92
Lampiran 6 Lanjutan
No. Faktor-Faktor Ancaman
Responden Rata-Rata
TNGP Perum
Perhutani RAKATA BWS
Nilai Bobot
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1. Rendahnya pengetahuan akan status dan aturan-aturan dalam kawasan serta
rendahnya kesadaran konservasi dari
masyarakat sekitar.
4 4 3 3 3 4 2 3 3 0.202
2. Rendahnya dukungan dari pemerintah
daerah 2 2 3 3 1 2 1 2 1.75 0.131
3. Bergesernya wilayah jelajah satwa,
pencemaran danau, vandalisme obyek wisata dan lain sebagainya yang
merupakan dampak kedatangan
pengunjung.
4 4 4 4 3 4 3 4 3.5 0.233
5. Gangguan dari masyarakat sekitar kawasan akibat keterbatasan pekerjaan, pendidikan
dan keterampilan
3 4 3 3 2 4 2 4 2.5 0.218
8. Persaingan dengan usaha-usaha wisata sejenis
2 3 3 4 4 5 2 3 2.75 0.216
93
Lampiran 7 Perhitungan Analisis SWOT
KEKUATAN
Faktor
TNGGP Perum perhutani RAKATA BWS Rata-rata SKOR Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1 4 5 0.152 5 5 0.143 4 4 0.114 4 5 0.147 4.25 0.139 0.590
2 4 4 0.121 4 5 0.143 4 5 0.143 4 4 0.118 4 0.131 0.525
3 4 3 0.091 4 4 0.114 4 4 0.114 3 4 0.118 3.75 0.109 0.410
4 3 3 0.091 3 4 0.114 4 4 0.114 3 4 0.118 3.25 0.109 0.355
5 3 5 0.152 2 5 0.143 5 5 0.143 4 4 0.118 3.5 0.139 0.486
6 3 5 0.152 4 4 0.114 3 4 0.114 4 4 0.118 3.5 0.124 0.436
7 4 5 0.152 4 5 0.143 4 5 0.143 4 5 0.147 4 0.146 0.584
8 4 3 0.091 4 3 0.086 4 4 0.114 3 4 0.118 3.75 0.102 0.383
JUMLAH 33 1 35 1 35 1 34 1 1 3.768
KELEMAHAN
Faktor TNGGP Perum perhutani RAKATA BWS Rata-rata SKOR
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1 2 4 0.138 3 4 0.121 2 4 0.148 2 4 0.133 2.25 0.135 0.304
2 4 4 0.138 4 4 0.121 1 4 0.148 3 4 0.133 3 0.135 0.405
3 4 4 0.138 3 5 0.152 1 4 0.148 2 4 0.133 2.5 0.143 0.357
4 3 2 0.069 3 4 0.121 3 4 0.148 3 4 0.133 3 0.118 0.354
5 3 4 0.138 4 4 0.121 2 3 0.111 4 5 0.167 3.25 0.134 0.436
6 2 2 0.069 4 4 0.121 1 2 0.074 3 3 0.100 2.5 0.091 0.228
7 3 4 0.138 4 4 0.121 2 3 0.111 2 3 0.100 2.75 0.118 0.323
8 3 5 0.172 3 4 0.121 3 3 0.111 3 3 0.100 3 0.126 0.379
JUMLAH 29 1 33 1 27 1 30 1 1 2.786
94
Lampiran 7 Lanjutan
Selisih jumlah skor kekuatan dengan kelemahan adalah 3.768 - 2.786 = 0.982
PELUANG
Faktor
TNGGP Perum perhutani RAKATA BWS Rata-rata SKOR
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1 2 3 0.115 3 4 0.138 3 4 0.133 3 4 0.125 2.75 0.128 0.352
2 3 5 0.192 3 4 0.138 2 4 0.133 3 5 0.156 2.75 0.155 0.426
3 4 3 0.115 4 3 0.103 3 3 0.100 3 4 0.125 3.5 0.111 0.388
4 4 4 0.154 3 4 0.138 4 4 0.133 4 4 0.125 3.75 0.138 0.516
5 4 3 0.115 4 4 0.138 4 4 0.133 4 4 0.125 4 0.128 0.512
6 3 3 0.115 4 5 0.172 4 4 0.133 3 4 0.125 3.5 0.137 0.478
7 1 2 0.077 2 1 0.034 4 3 0.100 3 3 0.094 2.5 0.076 0.191
8 2 3 0.115 3 4 0.138 3 4 0.133 3 4 0.125 2.75 0.128 0.352
JUMLAH 26 1 29 1 30 1 32 1 1 3.214
ANCAMAN
Faktor
TNGGP Perum perhutani RAKATA BWS Rata-rata SKOR
Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot Nilai Bobot
1 4 4 0.235 3 3 0.176 3 4 0.211 2 3 0.1875 3 0.202 0.607
2 2 2 0.118 3 3 0.176 1 2 0.105 1 2 0.125 1.75 0.131 0.229
3 4 4 0.235 4 4 0.235 3 4 0.211 3 4 0.25 3.5 0.233 0.815
4 3 4 0.235 3 3 0.176 2 4 0.211 2 4 0.25 2.5 0.218 0.545
5 2 3 0.176 3 4 0.235 4 5 0.263 2 3 0.1875 2.75 0.216 0.593
JUMLAH 17 1 17 1 19 1 16 1 1 2.790
Selisih jumlah skor peluang dengan ancaman adalah 3.214 - 2.790 = 0.424