81
KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI PENINGKATAN DAYASAING KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR ASEAN PIA PERDANA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI PENINGKATAN

DAYASAING KOPI ROBUSTA INDONESIA

DI PASAR ASEAN

PIA PERDANA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi
Page 3: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Ekspor Kopi

dan Strategi Peningkatan Dayasaing Kopi Robusta Indonesia di Pasar ASEAN

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Pia Perdana

NIM H34144059

Page 4: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

4

Page 5: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

5

ABSTRAK

PIA PERDANA. Kinerja Ekspor Kopi dan Strategi Peningkatan Dayasaing Kopi

Robusta Indonesia di Pasar ASEAN. Dibimbing oleh SUHARNO.

Dayasaing komoditas suatu negara dapat digambarkan melalui

Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif. Komoditas yang memiliki

keunggulan komparatif dapat dikatakan komoditi tersebut memiliki efisiensi

secara ekonomi. Sedangkan, Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage)

merupakan alat untuk menggambarkan dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada

kondisi perekonomian aktual. Pada penelitian ini penulis bermaskud untuk

mengetahui bagaimana dayasaing komoditas kopi robusta Indonesia di Pasar

ASEAN, kemudian menyusun strategi memperkuat dayasaing Kopi Robusta di

Pasar ASEAN. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai Revealed

Comparative Advantage (RCA) kopi Indonesia dengan kode HS 09011110

adalah 12.10 atau lebih dari satu, hal ini menunjukan kopi Indonesia mempunya

keunggulan komparatif di pasar ASEAN. Kemudian, melalui 4 faktor kopi robusta

Indonesia yang diterangkan dengan The National Diamond System. Menunjukan

bahwa kopi robusta Indonesia mempunyai keunggulan kompetitif. Kemudian

penentuan strategi dengan mengunakan matriks SWOT. Kemudian didapat

berbagai implikasi strategi dan lebih mengarah kepada strategi untuk

mengoptimalkan lahan perkebunan kopi dengan memanfaatkan lembaga-lembaga

kopi termasuk pemerintah, dengan arah kebijakan yang berorientasi pasar.

Kata kunci : Kopi, Robusta, Dayasaing, strategi, ASEAN

ABSTRACT

PIA PERDANA. Coffee Export Performance and Competitiveness Improvement

Strategies of Indonesia Robusta Coffee in ASEAN Markets. Supervised by

SUHARNO.

The competitiveness of a country's commodity can be depicted through

two advantages is the comparative advantage and competitive advantage. The

Commodities have a comparative advantage can be said that commodities have a

greater efficiency in the economy. Meanwhile, the competitive advantage is a tool

to illustrate the competitiveness of an activity based on the actual condition of the

economy. This research intends to find the competitiveness of Indonesian robusta

coffee in ASEAN markets and then made the competitveness Improvement

Strategies of Indonesia Robusta Coffee in ASEAN Markets. The result of the

calculation that the value of Revealed Comparative Advantage (RCA) Indonesia

for coffee commodity code is HS 09011110 was 12.10 or more than one, this

indicates that the coffee Indonesia has a comparative advantage in the ASEAN

market. Then, 4 factors of robusta coffee Indonesia which is described with the

approach of The National Diamond System. Showed that Indonesia has a resource

factors that reflect that commodities robusta coffee has a competitive advantage.

The decision of the stretegies will make by SWOT analysis. In this analysis will

found many implication of strategies and to be preffered to optimalized of the

coffee harvest area. The exploited of institution and goverment with a policy to

follow market orientation.

Keyword : Coffee, Robusta, competitiveness, Strategy, ASEAN.

Page 6: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

6

Page 7: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

7

KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI PENINGKATAN

DAYASAING KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR ASEAN

PIA PERDANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi
Page 9: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi
Page 10: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

9

Judul Skripsi : Kinerja Ekpor Kopi dan Strategi Peningkatan Dayasaing

Kopi Robusta Indonesia di Pasar ASEAN.

Nama : Pia Perdana

NIM : H34144059

Disetujui oleh

Dr.Ir. Suharno, M.Adev

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, Msi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 11: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi
Page 12: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanankan

sejak bulan Februari 2016 sampai Juli 2016 dengan Judul Penelitian Kinerja

Ekspor dan Strategi Peningkatan Dayasaing Kopi Robusta Indonesia di Pasar

ASEAN.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno, M.Adev selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan pada

pembuatan skripsi ini. Bapak Rahmat Yanuar, SP.MSi selaku dosen evaluator

yang telah memberikan masukan berupa saran dalam pembuatan proposal

penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

Miftahul Kirom selaku sekretaris eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi dan Industri

Kopi Indonesia (AEKI), Direktorat Jenderal Perkebunan, BPS Republik

Indonesia, GAEKI, ASEAN Trade Statistik dan segala pihak yang telah

membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada orang tua, keluarga, serta teman-teman atas doa dan bantuannya selama

ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Pia Perdana

Page 13: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

ii

Page 14: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Komoditas Kopi di Indonesia 4

Pasar Kopi Internasional 5

KERANGKA PEMIKIRAN 6

Kerangka Pemikiran Teoritis 6

Perdagangan Internasional 6

Struktur Pasar 7

Konsep keunggulan Kompetitif 8

Konsep Keunggulan Komparatif 12

Analisis SWOT 13

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Pengumpulan Data 17

Metode Pengolahan Data 17

GAMBARAN UMUM 19

KOPI ROBUSTA NASIONAL 19

Kopi Robusta 19

Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia 22

Produksi Perkebunan Kopi Robusta Indonesia 23

Produktivitas perkebunan kopi robusta Indonesia 24

Tingkat harga kopi robusta Indonesia 25

Perkembangan Produksi, Luas Areal dan Produktivitas 25

perkebunan kopi robusta ASEAN. 25

Tingkat harga kopi robusta Dunia 27

Ekspor kopi robusta Indonesia 28

Lembaga perkopian Nasional 30

Lembaga perkopian Internasional 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Kinerja Ekspor Kopi Indonesia di Pasar ASEAN : Revealed Comparative

Advantage (RCA) 34

Keunggulan Kompetitif Kopi Robusta Indonesia menggunakan pendekatan The

National Diamond System. 36

Kondisi Faktor Sumberdaya 37

Kondisi Permintaan 44

Industri Terkait dan Industri Pendukung 47

Struktur, Persaingan dan Strategi Industri Kopi Robusta Nasional 49

Page 15: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

iv

Peran Pemerintah 50

Peran Kesempatan 51

Analisis SWOT 51

KESIMPULAN 56

SARAN 56

LAMPIRAN 59

RIWAYAT HIDUP 64

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia 2

2 Konsumsi kopi di Indonesia 3

3 Jenis dan Sumber Data Penelitian 16

4 Negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar di dunia 22

5 Perkembangan produksi kopi robusta Indonesia dari tahun 2011-2016* 23

6 Perkembangan tanaman menghasilkan, produksi, dan produktivitas 24

7 Perkembangan harga rata-rata kopi robusta di Indonesia tahun 2007 – 2014. 25

8 Perkembangan produksi 5 Negara terbesar di dunia penghasil kopi robusta 26

9 Hasil perhitungan nilai RCA Kopi negara-negara ASEAN 36

10 Syarat tumbuh kopi robusta 37

11 Perkembangan luas lahan perkebunan kopi robusta, tahun 2005-2015* 38

12 Rata – rata konsumsi kopi per kapita per tahun Indonesia, tahun 2010-2014. 46

13 Total konsumsi domestik di Negara Anggota ASEAN, tahun 2011 – 2015. 46

14 Identifikasi SWOT Industri Kopi Robusta Indonesia 52

15 Matriks Analisis SWOT Industri Kopi Robusta Indonesia 53

DAFTAR GAMBAR

1 The National Diamond System 9

2 Kerangka pemikiran operasional 15

3 Perkembangan harga rata rata per tahun Robusta di pasar internasional 27

4 Pohon Industri pengolahan kopi 48

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pertumbuhan Luas Areal, produksi dan produktivitas perkebunan kopi robusta 60

2 Perkembangan harga bulanan Kopi di Pasar Dunia tahun 1985-2014 61

3 Konsumsi kopi di negara ASEAN tahun 2011 – 2012 (1000 bags/60kg). 62

4 Produksi robusta negara ASEAN tahun 2011 – 2016* (1000 bags / 60kg) 62

5 Negara penghasil kopi robusta terbesar dunia, tahun 2011 - 2015 62

6 Negara-negara dunia dengan luas areal tanaman menghasilkan terbesar dunia 63

7 Luas Areal dan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan Tahun 1980-2015 63

Page 16: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

v

Page 17: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi
Page 18: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di

kawasan tropik, seperti benua Afrika, Amerika Selatan, serta Asia Pasifik. Di

Indonesia, kopi merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

penting bagi perkonomian negara. Ditinjau dari aktivitas ekonominya, kopi

dipandang sebagai komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang

tinggi dan strategis untuk pemerataan pendapatan sehingga berkontribusi cukup

besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani di daerah terpencil, menyediakan

kesempatan kerja, dan memberikan pemasukan devisa negara.

Pada tahun 2013 saja nilai ekspor Kopi Indonesia adalah US $1.17 miliar

atau setara dengan Rp14 088 triliun (asumsi 1 US$ = Rp12 000). Selain itu,

perkebunan kopi mampu melibatkan lebih dari 1,87 juta keluarga petani, yang

sebagian besar mendiami kawasasan pedesaan di wilayah-wilayah terpencil

Indonesia. Total lahan pekebunan kopi Indonesia adalah sebesar 1,24 juta hektar

dengan hasil produksi 675 881 ton. Namun, jika dilihat dari komposisi

kepemilikan, ternyata perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh Perkebunan

Rakyat (PR) dengan porsi 96 persen dari total keseluruhan lahan kopi Indonesia

kemudian dua persen perkebunan negara, dan sisa dua persen lainya merupakan

perkebunan milik swasta. Keadaan ini menunjukan, bahwa petani kopi

mempunyai pengaruh yang signifikan bagi perekonomian nasional, terkhusus

subsektor perkebunan (kopi). Kemudian, hal ini berarti keberhasilan perkopian

Indonesia, secara langsung juga akan memperbaiki kesejahteraan petani kopi.

Saat ini Indonesia mengusahakan dua jenis kopi, Robusta dan arabika.

Robusta menjadi jenis kopi dengan luasan terbesar yang diusahakan setelah

Arabika, dengan lahan masing-masing Robusta sebesar 916 053 ha (73 persen)

dan 325 659 ha (27 persen). Berdasarkan data direkorat Jenderal Perkebunan

2014, daerah penghasil kopi robusta utama berada di kawasan segitiga kopi

Indonesia yang meliputi provinsi Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.

Ketiga provinsi tersbut mampu memproduksi kopi robusta hampir 50 persen

produksi Indonesia. Selain dari ketiga provinsi utama ini, robusta turut diusahakan

di hampir seluruh daerah Indonesia.

Menurut data International Coffee Organization (ICO) 2015, Indonesia

pada tahun 2014 merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat setelah

Brazil, Vietnam, dan kemudian berselisih tipis dengan Columbia. Untuk jenis

Robusta, Indonesia merupakan negara penghasil kopi robusta terbesar dunia

setelah Vietnam.

Jika dilihat dalam lingkup yang lebih kecil (Pasar ASEAN). Indonesia

menduduki Negara terbesar kedua di ASEAN yang mensuplai pasar ini, setelah

Vietnam. Dalam pasar tujuan ekspor kopi indonesia, ASEAN bukanlah negara

tujuan ekspor utama kopi Indonesia. Pada tahun 2012, nilai ekspor kopi ke

Amerika Serikat tercatat sebesar 331 juta US$, selanjutnya Jepang sebesar 145

juta US$ dan Jerman 117 juta US$, sedangkan di pasar ASEAN sendiri nilai

ekspor terbesar hanya sebesar 70 juta US$ dan 32 juta US$, yaitu ekspor ke

Malaysia dan Singapura. (Izzany, 2014).

Page 19: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

2

Pengusahaan perkebunan kopi di Indonesia dilakukan oleh tiga kelompok

pengusaha perkebunan yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara,

perkebunan besar swasta. Dari jenis pengusahaan perkebunan kopi di Indonsia

lebih dari 90 persen di dominasi oleh perkebunan rakyat. Dalam lingkup mikro,

usahatani kopi khususnya Robusta akan memberikan pendapatan sekitar Rp9 juta

per ha per tahun sedangkan usahatani kopi Arabika dapat menghasilkan

pendapatan mencapai Rp19 juta per ha per tahun (Saragih, 2010). Pada tahun

tersebut, harga kopi Robusta Internasional mencapai USD1.91 per kg atau setara

Rp17 950 per kg, sedangkan harga kopi Arabika sekitar USD2.72 per kg atau

setara Rp25 600 per kg dengan nilai tukar sebesar Rp9 400 per USD (ICO, 2014).

Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa pengusahaan kopi dapat memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi perolehan pendapatan rumah tangga petani.

Akan tetapi hal ini masih dibenturkan akan kualitas sumberdaya petani yang

masih sederhana, dan pengetahuan yang terbatas terhadap bagamaina cara

membentuk sistem pengendalian mutu baik dari mulai proses produksi hingga

penanganan pasca panen.

Perkembangan luas areal dan produksi kopi Indonesia menunjukan adanya

fluktuasi yang diestimasi akan mempunyai trend yang menaik dari tahun 2003

hingga tahun 2014. Pada tahun 2014 Indonesia mempunyai luas lahan sebesar 1

198 962 000 hektar, meningkat dari tahun 2013 sebesar 1 194 081. Jika

membandingkan dengan negara – negara pesaingnya dketahui bahwa Indonesia

merupakan salah satu negara yang memiliki luas areal perkebunan terbesar

diantara negara pesaing utamanya, seperti Brazil, dan Vietnam. Data secara

lengkap ada pada lampiran.

Tabel 1 Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi luas (hektar)

produksi (ton) di Indonesia menurut pengusahaan tahun 1996 – 2014*

Tahun Total Luas Areal

(Ha) Jumlah Produksi (ton)

2003 1 291 910 671 255

2004 1 303 943 647 386

2005 1 255 272 640 365

2006 1 308 731 682 158

2007 1 295 911 676 476

2008 1 295 110 698 016

2009 1 266 235 682 690

2010 1 210 364 686 921

2011 1 184 967 638 646

2012 1 187 669 691 163

2013 1 194 081 675 881

2014* 1 198 962 685 000

Sumber : Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, 2015

* Angka sementara

Page 20: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

3

Sistem pengendalian mutu yang rendah dan kuantitas produksi yang

berfluktuatif, diduga menyebabkan perkembangan industri kopi Indonesia masih

rendah atau lamban. Masalah ini dapat saja mempengaruhi perkembangan ekspor

kopi pada masa mendatang. Perlu ada perhatian khusus dari setiap pihak yang

terlibat, dari proses produksi oleh petani hingga bagaimana dukungan pemerintah

untuk komoditas kopi. Pembenahan produksi mutlak diperlukan guna

menindaklanjuti peningkatan kuantitas dan kualitas produk yang maksimal.

Berdasarkan data konsumsi komoditas kopi di indonesia, menunjukan

adanya peningkatan konsumsi kopi. Seperti pada 2.

Tabel 2 Konsumsi kopi di Indonesia

No Tahun

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kebutuhan Kopi

(Kilogram)

Konsumsi Kopi

(Kg/kapita/tahun)

1 2010 237 000 000 190 000 000 0.80

2 2011 241 000 000 210 000 000 0.87

3 2012 245 000 000 230 000 000 0.94

4 2013 249 000 000 250 000 000 1.00

5 2014 253 000 000 260 000 000 1.03

6 2015* 257 000 000 280 000 000 1.09

7 2016** 260 000 000 300 000 000 1.15

Keterangan :

*Angka sementara, **Estimasi

Sumber : Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, 2016

Potensi akan peningkatan permintaan kopi, sangatlah prosepektif.

Diperlukan strategi yang efektif untuk menjawab semua peluang yang ada pada

industri kopi Indonesia, baik dimata masyarakat lokal maupun masyarakat global

sekalipun.

Rumusan Masalah

Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar kopi dunia.

Berdasarkan data International Coffee Organization (ICO), Indonesia pada tahun

2014 menempati urutan keempat sebagai produsen kopi dunia setelah Brazil,

Vietnam, dan Colombia, dengan nilai total produksi Indonesia tahun 2014 sebesar

700 020 ton, dengan komposisi produksi sekitar 80 persen jenis robusta dan 20

persen jenis arabika, (ICO, 2014). Namun keadaan yang berbeda dialami

Indonesia pada 2 tahun berikutnya, pada tahun 2013 sampai tahun 2014

produksinya menurun, hingga di akhir tahun 2014 Indonesia berada pada urutan

keempat setelah disusul oleh Kolumbia.

Kopi bagi Indonesia sendiri memiliki peranan penting dalam penyediaan

lapangan kerja, sumber pendapatan petani,dan sumber devisa negara. Menurut

(Ditjenbun, 2012), sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi mampu

Page 21: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

4

menyediakan lapangan kerja bagi dua juta petani kopi Indonesia atau sekitar 1.7

persen dari total angkatan kerja pada tahun 2011.

Dalam perdagangan kopi Indonesia, kebanyakan negara-negara ASEAN

bukanlah negara tujuan ekspor utama kopi Indonesia. Pada tahun 2012, nilai

ekspor kopi ke Amerika Serikat tercatat sebesar 331 juta US$, selanjutnya Jepang

sebesar 145 juta US$ dan Jerman 117 juta US$, sedangkan di pasar ASEAN

sendiri nilai ekspor terbesar hanya sebesar 70 juta US$ dan 32 juta US$, yaitu

ekspor ke Malaysia dan Singapura.

Pasokan impor kopi di pasar ASEAN sendiri lebih banyak didominasi oleh

kopi yang berasal dari negara ASEAN, yaitu Indonesia dan Vietnam. Berdasarkan

data (FAO, 2015), tercatat pada tahun 2008 hingga tahun 2011 di pasar ASEAN,

58 persen pasokan kopi berasal dari Vietnam, 31 persen berasal dari Indonesia,

dan sebesar 11 persen berasal dari negara lainnya. Melihat dari market share dan

jumlah pesaing kemudian dengan segala sumber daya yang dimiliki, Indonesia

berpotensi untuk dapat menjadi penguasa pasar kopi di ASEAN. Hal ini dapat saja

terjadi jika adanya pembenahan usaha produksi kopi yang serius, sehingga

kualitas dan kuantitas produksi kopi dapat tercapai dengan maksimal. Selain itu,

perlu dilakukan upaya untuk menganalisis dayasaing komoditas kopi robusta

indonesia di pasar ASEAN. Hasil dari analisis ini, diharapkan Indonesia dapat

melihat dan menentukan strategi yang diambil, agar Kopi Robusta Indonesia

dapat memenangkan pasar kopi ASEAN.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah terurai diatas, penulis menyusun

pertanyaan yang relevan akan dijawab pada penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kinerja ekspor kopi Indonesia di Pasar ASEAN ?

2. Mengapa Kopi Robusta Indonesia belum mampu menjadi eksportir kopi

nomer 1 di Pasar ASEAN ?

3. Bagaimana Strategi untuk memperkuat dayasaing Kopi Robusta di Pasar

ASEAN?

Tujuan

1. Menganalisis kinerja ekspor kopi Indonesia di Pasar ASEAN ?

2. Menganalisis dayasaing komoditas kopi robusta Indonesia di Pasar ASEAN

3. Menyusun strategi untuk memperkuat dayasaing Kopi Robusta di Pasar

ASEAN.

TINJAUAN PUSTAKA

Komoditas Kopi di Indonesia

Dijajahnya indonesia oleh Belanda selama 3 setengah abad silam, secara

tidak langsung, ikut memberikan pengaruh terhadap peningkatan keanekaragaman

komoditas sektor pertanian Indonesia. Pada masa penjajahan, tahun 1696

komoditas kopi dibawa oleh belanda dari Afrika. Arabika merupakan jenis Kopi

Page 22: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

5

yang saat itu diperkenalkan, kemudian ditanam dan dikembangkan di Batavia

Meryana (2007) dan Izzany (2015).

Dalam sejarah pembudidayaan Kopi, jenis Kopi Arabika menjadi satu-

satunya jenis kopi komersil yang dibudidayakan dan diekspor. Namun, pada tahun

1876 terjadi penurunan produksi Kopi Arabika secara besar-besaran, akibat

adanya Jamur karat daun (Hemileia Vastratix B). Dari kondisi tersebut, kemudian

Kopi Robusta mulai diperkenalkan untuk dibudidayakan, Kopi robusta dikenal

memiliki daya tahan atas serangan hama dan penyakit, lebih kuat dibandingkan

jenis Arabika.

Pasar Kopi Internasional

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan yang diekspor dan

terserap dalam jumlah besar dipasar Internasional, menurut data International

Coffee Organization (ICO), (2015), Pada tahun 2014 Indonesia menduduki

peringkat 4 terbesar dunia penghasil kopi, setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam.

Jika melihat data pada tahun 1980 hingga 1998, ternyata Indonesia sempat

menjadi negara penghasil Kopi Robusta terbesar didunia, pada masa itu Indonesia

mempunya kondisi produksi yang relatif stabil.

Saat ini Indonesia masih menjadi negara ke empat pemasok kopi dunia,

belum mampunya indonesia menjadi pemasok nomor satu, diduga karena

kemampuan Kopi Robusta Indonesia untuk bersaing di pasar Internasional masih

kecil dibandingkan ketiga Negara Pesaing utamanya.

Untuk melihat kinerja ekspor kopi Indonesia, Izany (2015) telah

melakukan penelitian untuk mengukur kinerja ekspor kopi Indonesia di pasar

ASEAN, menggunakan Metode Constant Market Share Analysis (CMSA) dengan

hasil bahwa kinerja kopi Indonesia ke Pasar ASEAN terbaik pada tahun 2002 -

2007. Selain mengukur kinerja ekspor, perlu juga dilakukan analisis dayasaing

kopi itu sendiri, Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Arlan (2012), Faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap dayasaing agribisnis adalah faktor permintaan,

industri terkait dan industri pendukung, persaingan industri, serta pemerintah.

Namun hal yang berbeda dijelaskan pada penelitian Meryana (2007),

menerangkan bahwa, untuk dapat bersaing, suatu produk harus memiliki

keunggulan komparatif, hal ini dapat diketahui setelah melakukan perhitungan

nilai Revealed Comparative Advantagei (RCA). Hal senada juga dijelaskan oleh

Wulandari (2013), Keunggulan Komparatif menjadi salah satu indikator untuk

mengetahui Dayasaing ekspor suatu produk.

Selain itu, dalam meningkatkan dayasaing Kopi Robusta, Indonesia juga

perlu memiliki Keunggulan Kompetitif, dilihat dari seluruh aspek sumber daya

yang mampu untuk mendukung perkembangan industri Kopi Robusta di

Indonesia. Meryana (2007). Ningsih (2013) ikut menambahkan dalam

penelitianya, dalam mengetahui dayasaing suatu komoditas, metode yang dapat

digunakan yaitu EPD (export product dynamic) dan X-Model Produk eksport

potensial, dengan periode waktu lima tahun (2007-2011).

Page 23: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

6

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan pertukaran barang, jasa, dan faktor

produksi yang melintasi batas negara. Sejak diperkenalkan oleh David Ricardo

pada abad ke-19, teori ekonomi internasional semakin menjadi perhatian para

ekonom maupun para pelaku usaha. Menurut Gonarsyah (1987) dalam Siregar

(2008), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong timbulnya

perdagangan (ekspor-impor) antar bangsa, yaitu : (1) keinginan untuk memperluas

komoditi ekspor, (2) memperbesar penerimaan devisa bagi kegiatan

pembangunan, (3) adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, (4)

ketidakmampuan suatu negara dalam menyediakan kebutuhan masyarakatnya dan

(5) adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu.

Perdagangan antar negara terjadi karena adanya perbedaan harga barang

komoditi di berbagai negara. Perbedaan harga barang inilah yang menentukan

keputusan negara untuk menjual barang ke negara lain ketika harga di negara

tersebut lebih rendah, atau membeli ketika harga di negara tersebut lebih tinggi.

Dengan demikian, salah satu atau kedua negara yang saling terlibat akan

memperoleh manfaat dari perdagangan tersebut (gains from trade).

Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan

ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.Perdagangan

internasional berada dalam lingkup komoditi dalam pertukaran barang, dengan

adanya perbedaan alam di tiap Negara.Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan dalam

memproduksi barang, Negara tidak dapat memproduksi barang sesuai dengan

permintaan masyarakat, dan persediaan barang dan permintaan pasar disetiap

negara yang tidak seimbang. Dalam keseimbangan antara permintaan dan

penawaran terdapat beberapa perbedaan yang terjadi jika keseimbangan tersebut

dilakukan tanpa adanya perdagangan maupun keseimbangan dalam perdagangan

internasional dalam Negara-negara eksportir

Perdagangan dapat terjadi di tiap-tiap daerah. Dengan terjadinya hal

tersebut, maka suatu daerah akan mempunyai kelebihan produksi yang perlu

disalurkan ke daerah lain. Perbedaan harga disatu daerah dengan daerah lai juga

menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya perdagangan ke daerah lain. Hai

inilah yanng menimbulkan apa yang dinamakan dengan perdagangan. Limbong

dan Sitorus (1985).

Keuntungan yang didapat diperoleh suatunegara dalam melakukan

perdagangan ialah mendapat keuntungan dari komuditas yang diperdagangkan

(gains from excange) dan keuntungan dari spesialisasi (gains from

spescialization). Hal yang terjadi setelah perdagangan berlangsung, yaitu masing-

masing negara akan melakukan spesialisasi daklam memproduksi komoditas yang

keunggulan komparatifnya negera tersebut kuasai. Spesialisasi akan terus

berlangsung hingga harga-harga relatif komoditas di kedua negara tersebut sama.

Dengan keadaan tersebut berarti perdagangan dalam posisi seimbang atau

ekuilibrium, Salvatore (1997). Dalam melakukan perdagangan antar negara,

Page 24: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

7

komoditas yang diperdagangkan perlu untuk memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif. Kedua keunggula tersebut bersifat saling melengkapi.

Struktur Pasar

Deskripsi struktur pasar didasarkan pada jumlah dan ukuran perusahaan

yang terdapat pada suatu industri dalam menyediakan dan menjual suatu produk

kepada pasar atau sekumpulan pembeli. Pengamatan terhadap struktur pasar

dilakukan dengan mengetahui karakteristik pasar terutama tentang perilaku

penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi perdagangan.Menurut UU

Nomor 5 Tahun 1999, struktur pasar didefinisikan sebagai suatu keadaan pasar

yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting

terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar. Aspek-aspek tersebut antara lain

jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman

produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.

1. Pasar Persaingan Sempurna

Struktur pasar yang ditandai oleh jumlahpembeli dan penjual yang sangat

banyak. Transaksi setiap individu tersebut (pembelidan penjual) sangat kecil

dibandingkan output industri total sehingga mereka tidak bisamempengaruhi

harga produk tersebut. Para pembeli dan penjual secara individualhanya

bertindak sebagai penerima harga (price takers). Tidak ada perusahaan

yangmenerima laba di atas normal dalam jangka panjang dalam pasar

persaingansempurna ini.

2. Pasar Monopoli

Suatu pasar yang dicirikan dengan penjual tunggaldan sebuah produk yang

sangat terdiferensiasi. Produsen setiap produk harusbersaing memperebutkan

pangsa pasar dari pembelian konsumen, tetapi produsenmonopoli tidak

menghadapi persaingan yang efektif untuk penjualan produknyabaik dari

pesaing yang ada maupun yang potensial. Hambatan yang besarseringkali

merintangi para pendatang potensial. Monopoli bisa terjadi karena tigahal,

yaitu monopoli alami, monopoli karena efisiensi yang superior, dan

monopolikarena paten (Pappas dan Hirschey, 1995).

3. Pasar Monopolistik

Salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan

barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek.Meskipun

produk yang dihasilkan sejenis, namun setiap produk yang dihasilkan tiap

produsen pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan

produk lainnya (diferensiasi produk).Produsen dapat dengan leluasa keluar

masuk pasar.Hal ini dipengaruhi oleh laba ekonomis, saat produsen hanya

sedikit di pasar maka laba ekonomisnya cukup tinggi.Ketika produsen semakin

banyak dan laba ekonomis semakin kecil, maka pasar menjadi tidak menarik

dan produsen dapat meninggalkan pasar.Pada pasar monopolistis, tidak seperti

pada pasar persaingan sempurna, produsen memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar

monopoli atau oligopoli. Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia. Produk

sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing

Page 25: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

8

memiliki ciri khusus sendiri. Akibatnya tiap-tiap merek mempunyai pelanggan

masing-masing (Pappas dan Hirschey, 1995).

4. Pasar Oligopoli

Suatu bentuk pasar yang terdapat beberapa penjual dimana salah satu atau

beberapa penjual bertindak sebagai pemilik pasar terbesar (price

leader).Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari

sepuluh.Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya

sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang

mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka.Sehingga

semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan

sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing

mereka (Pappas dan Hirschey, 1995).

Konsep keunggulan Kompetitif

Menurut David (2009), keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai

“segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah

perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan”.

Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untuk mengukur

dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian aktual. Menurut

Porter(1998), keunggulan kompetitif suatu negara sangat tergantung pada

tingkatsumberdaya yang dimilikinya.

Berdasarkan sumberdaya lokal yang dimiliki suatu negara dapat dilihat

apakah suatu negara mempunyai keunggulan kompetitif atautidak. Keunggulan

kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui suatu prosesinternal yang tinggi.

Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional, nilai,kebudayaan, kelembagaan, dan

sejarah menentukan keberhasilan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu negara

ditentukan oleh empat faktor yangharus dimiliki suatu negara untuk bersaing

secara global. Keempat faktor tersebutadalah kondisi faktor sumberdaya (factor

condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri

pendukung (related and supportingindustry), persaingan, struktur, dan strategi

perusahaan (firm strategy, structure,and rivarly). Keempat faktor penentu tersebut

didukung oleh faktor eksternalyang terdiri atas peran pemerintah (goverment) dan

terdapatnya kesempatan(chance events). Secara bersama-sama faktor tersebut

membentuk suatu sistemyang berguna dalam peningkatan keunggulan dayasaing,

sistem tersebut dikenal dengan “The National Diamond”.

Page 26: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

9

Ket : Garis ( ), hubungan antara atribut utama.

Garis (--------), hubungan antara atribut tambahan terhadap

atribut utama.

Gambar 1 The National Diamond System

Sumber : Porter, 1998

Pada gambar mengenai konsep yang dibuat oleh Porter (1998), setiap

poin-poin tersebut memiliki arti penting yang menjelaskan secara detail mengenai

atrubut yang ada, berikut adalah penjelasanya :

1. Kondisi Faktor Sumberdaya

Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor

produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor

produksi tersebut digolongkan ke dalam lima kelompok yaitu :

a. Sumberdaya manusia

Sumberdaya manusisa yang mempengaruhi dayasaing industri nasional

terdiri dari jumah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan

keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah)

an etika kerja (termasuk moral)

b. Sumberdaya Fisik/Alam

Sumberdaya fisik atau alam yang mempengaruhi dayasaing industroi

nasional mencakup biaya, kualitas, aksesibilitas, ukuran lahan (lokasi),

ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikanan (termasuk sumberdaya perairan laut

lainya), dan sumberdaya peternakan. Serta sumberdaya alam lainya, baik

yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga

kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis dan lain-

lain.

Peluang Strategi perusahaan,

struktur, dan persaingan

Kondisi Faktor

Sumberdaya

Kondisi

Permintaan

Industri Terkait dan

Pendukung Pemerintah

Page 27: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

10

c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar,

pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi

barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan

teknologi, seperti oerguruan tinggi lembaga penelitia dan pengembangan,

lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian,

asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber pengetahuan dan

teknologi lainya.

d. Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari

jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber

modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan

dan perbankan, tigkat tabungan masyarakat, peraturan keuagan, kondisi

moneter dan fiskal, serta peraturan moneter dan fiskal

e. Sumberdaya Infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing nasional dapat

dilihat dari ketersediaan jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur

yang mempengaruhi persaingan, termasuk sistem transportasi, komunikasi,

pos dan giro, pembayaran dan transfer dana, air bersih, energi listrik dan

lain-lain.

2. Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu dayasaing industri

nasional, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik

merupakan sarana pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk

bersaing dipasar global. Mutu permintaan (persaingan yang ketat) di dalam

negeri memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan

dayasaingnya sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik.

Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi dayasaing industri

nasional :

a. Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing industri

nasional. Karakteristik tersebut meliputi :

(1) Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu dayasaing

industri nasional. Pada sebagian besar industri, permintaaan yang ada

telah tersegmentasi atau dipersempit menjadi beberapa bagia yang lebih

spesifik. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah

memperoleh dayasaing pada struktur segmen permintaan yang lebih

luas dibanding dengan struktur pasar yang sempit.

(2) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan

kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan

memenuhi standar yang tinggi, yang mencakup standar mutu produk,

fitur-fitur oada produk dan pelayanan.

(3) Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari prusahaan dalam negeri

merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan dayasaing.

b. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan.

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat

persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas.

Page 28: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

11

Tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan

kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik

melakukan penetrasi pasar lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat

diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri.

Hal ini dapat dilakukan jika industri dilakukan dalam skala ekonomis

melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar,

pengembangan teknologi dan peningkatan produktivitas.

c. Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong

dayasaing industri nasional karena dapat membawa produk tersebut ke luar

negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering

mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong dan meningkatkan

dayasaing produk yang dikunjungi tersebut.

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri pendukung dan industri terkait yang memiliki dayasaing

global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri hulu

yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama

dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat,

pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama,

sehingga industri tersebut juga akan memiliki dayasaing global yang tinggi.

Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai

bahan baku. Apabila industri hilir memiliki dayasaing global maka industri

hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh dayasaing

global.

4. Struktur, persaingan dan Strategi Perusahaan

Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu faktor pendorong bagi

perusahaan-perusahan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi.

Keberdaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan

sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan antar perusahaan untuk

berkompetisi dan terus melakukn inovasi. Perusahaan yang telah terbukti

bersaing ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan

persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang

belum memiliki dayasaing nasional atau berada dalam industri yang tingkat

persainganya rendah.

Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan dayasaing yang

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut.

Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk

melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan

dengan struktur industri yang bersaing. Dilain pihak, struktur perusahaan yang

berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan

yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan

persaingan, baik domestik maupun internasional. Di samping itu, juga

berpengaruh pada strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan

domestik dan internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan

meningkatkan dayasaing global industri yang bersangkutan.

Page 29: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

12

5. Peranan Pemerintah

Peranan pemerintah merupakan variabel terakhir dari teori Berlian Porter.

Pemerintah dapat memperngaruhi maupun dipengaruhi oleh keempat variabel

utama. Variabel kondisi faktor sumberdaya dipengaruhi melalui subsidi,

kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan dan lainya. Peranan pemerintah

dalam membentuk kondisi permintaan domestik seringkali sulit untuk

dijelaskan. Pemerintah juga bertugas menetapkan standar produk lokal melalui

departemen-departemen yang ada. Pemerintah juga seringkali menjadi pembeli

utama, misalnya pembelian alat telekomunikasi atau penerbangan untuk

keperluan negara. Bahkan pemerintah dapat juga menjadi penjual utama atau

memegang kekuasaan atas produk-produk vital yang menyangkut kepentingan

rakyat banyak. Pada bagian industri pendukung dan terkait, pemerintah dapat

membentuk polanya, seperti dengan mengkontrol media periklanan dan

membuat regulasi dari pelayanan pendukung. Disamping itu, pemerintah juga

dapat mempengaruhi persaingan, struktur dan strategi perusahaan melalui

regulasi pasar modal, kebijakan pajak dan perundang-undangan.

6. Peranan Kesempatan

Kesempatan mempunyai dampak yang asimetris atau hanya berlaku satu arah

terhadap keempat faktor utama dari Teori Berlian Porter. Faktor kesempatan

seringkali merupakan suatu hal yang besar diluar kekuatan dari industri dan

juga pemerintah dalam memberikan pengaruh. Contoh yang khsususnya sangat

penting dalam mempengaruhi keungguan kompetitif, yaitu hak paten, perang,

keputusan politik dari pemerintah luar negeri dan lainya.

Konsep Keunggulan Komparatif

Konsep dayasaing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang

diperkenalkan oleh Ricardo sekitar abad ke-18 (1823) yang selanjutnya dikenal

dengan model Ricardian Ricardo atau Hukum Keunggulan Komparatif (The Law

of Comparative Advantage). Ricardo menyatakan bahwa meskipun sebuah negara

kurang efisien dibandingkan (memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain

dalam memproduksi kedua komoditas, namun masih tetap terdapat dasar untuk

melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama

harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditas

yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (memiliki keunggulan komparatif) dan

mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar atau memiliki

kerugian komparatif (Salvatore, 1997)

Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki

efisiensi secara ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis. Suatu negara

yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu secara potensial harus

mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain. Keunggulan

komparatif berubah karena faktor yang mempengaruhinya.

Teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa suatu Negara

mengekspor barang tertentu karena Negara tersebut bisa menghasilkan barang

tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada Negara lain.

Suatu Negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan

komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan

Page 30: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

13

komparatif rendah. Jadi, jelas bahwa adanya keunggulan komparatif bisa

menimbulkan manfaat perdagangan bagi kedua belah pihak, dan selanjutnya akan

mendorong timbulnya perdagangan antarnegara.

Analisis SWOT

Rangkuti, (2009) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis

ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan 5

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan

dengan cara ini selalu dikaitkan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan

kebijakan usaha. Jadi pada prinsipnya analisis SWOT membandingkan antara

faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) guna menetapkan formulasi strategi (perencanaan strategi) dalam

upaya penyusunan strategi jangka panjang.

Dalam analisis SWOT ini menganalisis adanya dua faktor lingkungan

usaha, dimana lingkungan itu berupa :

a. Lingkungan internal merupakan suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu keadaan,

suatu peristiwa yang saling berhubungan dimana organisasi/perusahaan

mempunyai kemampuan untuk mengendalikannya.

b. Lingkungan eksternal merupakan suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu keadaan,

suatu peristiwa yang saling berhubungan dimana organisasi/perusahaan tidak

mempunyai kemampuan atau sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau

mempengaruhinya. Menurut Rangkuti, (2009) proses penyusunan perencanaan

strategi dalam analisis SWOT melalui 3 tahap analisis yaitu :

1. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini adalah kegiatan mengumpulkan data

dan informasi yang terkait dengan faktor internal dan faktor eksternal

perusahaan. Faktor internal perusahaan berupa pemasaran, produksi,

keuangan, dan sumber daya manusia. Dan faktor eksternal perusahaan

adalah ekonomi, politik, sosial budaya. Dalam tahap ini model yang dipakai

adalah menggunakan Matrik Faktor Strategi Internal dan Matrik Faktor

Strategi Eksternal.

2. Tahap Analisis Nilai-nilai dari faktor internal dan faktor eksternal yang

telah didapat dari hasil Matrik Faktor Strategi Internal dan Matrik Faktor

Strategi Eksternal dijabarkan dalam bentuk diagram SWOT dengan

mengurangkan nilai kekuatan (Strength) dengan nilai kelemahan

(Weakness), dan nilai peluang (Opportunity) dengan nilai ancaman (Threat).

Semua informasi disusun dalam bentuk matrik, kemudian dianalisis untuk

memperoleh strategi yang cocok dalam mengoptimalkan upaya untuk

mencapai kinerja yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Dalam tahap ini

digunakan matrik SWOT, agar da pat dianalisis dari 4 alternatif strategi

yang ada mana yang dimungkinkan bagi organisasi untuk bergerak maju.

Apakah strategi Stengths-Oportunities (SO), strategi Weaknesses-

Oprtunities (WO), strategi Strengths-Threats (ST) atau strategi Weaknesses-

Threats (WT).

3. Tahap Pengambilan Keputusan Pada tahap ini, mengkaji ulang dari empat

strategi yang telah dirumuskan dalam tahap analisis. Setelah itu diambilah

keputusan dalam menentukan strategi yang paling menguntungkan, efektif

Page 31: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

14

dan efisien bagi organisasi berdasarkan Matriks SWOT dan pada akhirnya

dapat disusun suatu rencana strategis yang akan dijadikan pegangan dalam

melakukan kegiatan selanjutnya.

Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia termasuk dalam salah satu produsen kopi Robusta terbesar di

dunia, di pasar ASEAN saja indonesia merupakan produsen terbesar kedua setelah

Vietnam. Pasokan impor kopi di pasar ASEAN sendiri lebih banyak didominasi

oleh kopi yang berasal dari negara ASEAN, yaitu Indonesia dan Vietnam.

Berdasarkan data FAO (2014), tercatat pada tahun 2008-2011 di pasar ASEAN,

58 persen pasokan kopi berasal dari Vietnam, 31 persen berasal dari Indonesia,

dan sebesar 11 persen berasal dari negara lainnya. Melihat dari market share

jumlah pesaing, kemudian dengan segala sumber daya yang dimiliki, Indonesia

sesungguhnya cukup berpotensi untuk dapat menjadi penguasa pasar kopi di

ASEAN. Namun jika diperhatikan lebih mendalam, dalam proses produksi Kopi

Robusta Indonesia tidak diiringi dengan manajemen mutu kopi yang baik,

minimnya pengolahan kopi pada industri hilir merupakan salah satu masalah

hingga saat ini, hingg bentuk kopi yang diekspor sebagian besar masih dalam

bentuk biji.

Berkenaan dengan uraian diatas, Indonesia cukup berpotensi jika disebut-

sebut sebagai negara yang mampu menguasai pasar Kopi Robusta di ASEAN.

Namun, hal ini dapat saja terjadi jika adanya pembenahan usaha produksi kopi

yang serius, sehingga kualitas dan kuantitas produksi kopi dapat tercapai dengan

maksimal. Sehingga penulis beranggapanperlu dilakukan upaya untuk

menganalisis bagaimana kinerja ekspor kopi dan dayasaing komoditas kopi

robusta indonesia di pasar ASEAN. Hasil dari analisis ini, diharapkan Indonesia

dapat melihat dan menentukan strategi yang diambil, agar Kopi Robusta

Indonesia dapat memenangkan pasar kopi ASEAN.

Pada penelitian sebelumnya, menjelaskan bahwa masih menggambarkan

adanya kesenjangan yang terjadi antara industri kopi robusta nasional dengan

kondisi pasar internasional. Indonesia perlu memberikan perhatian lebih terhadap

manajemen kopi secara keseluruhan aspek, jika hendak menginginkan kopi

robusta indonesia tetap eksis di mata dunia khususnya sebagai Kopi yang mampu

menguasai di Pasar ASEAN.

Berdasarkan uraian tersebut, hal ini menjadi landasan untuk dilakukan

penelitian. Secara konsep berikut akan dijelaskan dalam Kerangka Operasional

Penelitian.

Page 32: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

15

Keterangan : ( ) berhubungan secara langsung

( ) berhubungan tidak langsung

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Kondisi Industri Kopi Indonesia

Analisis Dayasaing Kopi Robusta

Indonesia di Pasar ASEAN

Analisis Keunggulan

Kompetitif Kopi Robusta

Indonesia

Analisis Kinerja Ekspor

Kopi Indonesia

Revealed Comparative

Advantage (RCA) Teori Berlian Porter

Dayasaing Kopi Robusta Indonesia di

Pasar ASEAN

Strategi Peningkatan Dayasaing Kopi

Robusta Indonesia di Pasar ASEAN

Penyusunan Strategi Dayasaing Kopi Robusta

Indonesia di Pasar ASEAN.

Dengan analisis SWOT

Page 33: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

16

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan meliputi pengolahan data terkait Kopi Robusta

Indonesia secara Nasional. Waktu untuk pengumpulan data dimulai sejak Februari

2016 sampai dengan Juli 2016.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada

AEKI, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Informan lainya yang

berkompeten dalam industri Kopi Indonesia, sedangkan data sekunder merupakan

data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika, AEKI (Asosisasi eksportir Kopi

Indonesia), ICO (International Coffe Organization), literatur terkait serta sumber-

sumberlainya yang relevan dengan penelitian ini. Berikut secara rinci akan di

jelaskan sumber data dan data yang diperoleh.

Tabel 3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis Data Sumber Data Data yang diperlukan

Primer Pihak AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi

Indonesia)

Data perdagangan nasional dan

Internasiona, khususnya wilayah

ASEAN. Kondisi Industri Kopi

Indonesia. Peran AEKI dan hal lainya

Pihak Dirjen Perkebunan,

Kementerian Pertanian Indonesia

Keadaan Industri Kopi Indonesia,

Permasalahan apa yang terjadi pada

Industri Kopi Indonesia, Kebijakan

apa yang mendukung Industri Kopi

Indonesia.

Informan Informasi penting lainya yang

mendukung terhadap penelitian ini.

Sekunder

Badan Pusat Statistika Luas Lahan, Produksi, Produktivitas,

Harga Domestik, Harga Internasional.

AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi

Indonesia)

Kuantitas Ekspor Kopi Robusta

Nasional ke Pasar ASEAN, harga

kopi nasional.

ICO (International Coffe

Organization)

Kuantitas Ekspor Negara Penghasil

Kopi Robusta ke Pasar ASEAN,

perkembangan produksi Kopi

Robusta di setiap negara produsen

Kopi Robusta

Jurnal, Buku, Artikel dan Internet Keadaan Industri Kopi Robusta

Nasional dan Internasional, khususya

di Pasar ASEAN.

Page 34: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

17

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, pengumpulan data primer

dilakukan dengan wawancara secara langsung sedangkan data sekunder diperoleh

dari Instansi penyedia data terkait, studi literatur dan webside. Data yang

dianalisis pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis

kualitatif dilakukan dengan menggunakan Teori Berlian porter dan Analisis

SWOT, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan Revealed Comparative

Advantage (RCA). Aplikasi yang digunakan dalam mengolah data dengan

Software Microsoft Excel 2010.

Metode Pengolahan Data

Data yang dianalisis pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan

kualitatif. Dengan metode pengolahan data akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Analisis Berlian Porter

Pada alat analisis Berlian Porter digunakan untuk mengetahui situasi dan

kondisi dari setiap atribut yang ada, seperti kondisi poermintaan domestik,

kondisi faktor sumberdaya, industri pendukung dan terkait, persaingan, struktur

dan strategi Kopi Robusta Nasional. Selain itu, terdapat juga dua atribut

tambahan yaitu peran pemerintah dan peran kesempatan yang mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan Industri Kopi Robusta Nasional, yaitu :

a. Menentukan siapa saja yang ada di dalam Industri. Hal ini dilakukan dengan

membuat draft list yang memuat para peserta Industri secara Langsung.

b. Mengamati dan menilai Industri Kopi Robusta Indonesia. Hal ini dapat

dilakukan dari hasil pencarian informasi dari sumber yang terlibat dan

berkompeten dalam Industri Kopi Indonesia, kemudian juga didapat dari

informasi lainya seperti artikel-artikel mengenai perkembangan Industri

Kopi.

c. Data-data Industri Kopi, berupa data produksi, luas lahan, produktivitas

serta perdagangan baik Nasional maupun Internasional dengan rentang

waktu tertentu.

2. Revealed Comparatv Advantage (RCA)

Penggunaan RCA bertujuan untuk mengetahui posisis keunggulan bersaing

dari komoditas dan kinerja Ekspor Kopi Indonesia di Pasar ASEAN

dibandingkan dengan negara produsen lainya. Namun, indeks ini memiliki

kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja impor dan

mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik

dan perkembanganya.

Page 35: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

18

Rumus yang dijelaskan oleh smyth (2005) dalam Meryana (2007) untuk

mengukur keunggulan komparatif sebuah negara dengan menggunakan

Revealed Comparative Advantage, yaitu :

𝑅𝐶𝐴𝑖 = (𝑋𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎/ ∑ 𝑋𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎) / (𝑋𝑖 𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑/ ∑ 𝑋𝑖 𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑)

Keterengan :

𝑅𝐶𝐴𝑖 : Revealed Comparative Advantage untuk komoditi i

𝑋𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 : Ekspor komoditi Kopi oleh Indonesia ke ASEAN

∑ 𝑋𝑖 𝐼𝑛𝑑𝑜𝑛𝑒𝑠𝑖𝑎 : Total Ekspor Indonesia ke ASEAN

𝑋𝑖 𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 : Ekspor Dunia dari komoditi kopi ke ASEAN

∑ 𝑋𝑖 𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 : Total Ekspor Dunia ke ASEAN

Apabila hasil yang didapat yaitu nilai RCA lebih besar dari satu, maka dapat

dikatakan indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas yang

terkait dan mempunyai dayasaing yang kuat. Apabila nilai RCA kurang dari

satu, maka Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif terhadap komoditi

tersebut atau komoditi tersebut dayasaingnya lemah. Maka, semakin tinggi

nilai RCA nya senakin kuat dayasaingnya.

3. Analisis SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah

matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matriks SWOT merupakan alat pencocokan strategi yang dilakukan

berdasarkan pengembangan empat jenis strategi. Berikut ini adalah langkah-

langkah dalam menyusun Matriks SWOT :

a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal kunci.

b. Tentukan faktor-faktor peluang dan ancaman eksternal kunci.

c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

strategis.

d. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan SO Strategy.

e. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan ST Strategy.

f. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan WO Strategy.

g. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan WT Strategy

Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang

berpengaruh terhadap kelangsungan industri kopi robusta melalui proses

identifikasi terhadap peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan. Identifikasi

kekuatan dalam analisis keunggulan kompetitif ditunjukan dengan keadaan atribut

yang mendukunng, sedangkan kelemahan ditunjukan dengan keadaan atribut yang

Page 36: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

19

kurang mendukung. Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi

tersebut dalam perumusan strategi dengan menggunakan model SWOT.

GAMBARAN UMUM

KOPI ROBUSTA NASIONAL

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar Dunia dalam

memproduksi kopi, sumber daya lahan yang begitu luas menjadi salah satu alasan

Indonesia mampu menghasilkan kopi yang begitu besar. Produksi total pada tahun

2015, Indonesia mampu memproduksi 664 460 ton dari luas lahan yang dimiliki 1

254 382 hektar. Angka ini membuat Indonesia menempati urutan keempat Negara

penghasil kopi terbesar setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia.

International Coffe Organitation (ICO) telah mencatat produksi kopi

dunia dari tahun ke tahun. Saat ini jenis kopi yang aktif diperdagangkan di pasar

global, yakni Arabika, Robusta, Liberika, dan Excelsa. Sekitar 99 persen

didominasi oleh kedua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta, sisanya Liberika dan

Excelsa.

Kopi Robusta

Robusta adalah salah satu jenis dari tanaman kopi dengan nama ilmiah

Coffea canephora. Nama robusta diambil bahasa inggris dari kata robust, yang

artinya kuat. Sesuai dengan gambaran dari postur (Body) atau tingkat kekentalan

/cita rasa yang kuat dan cenderung lebih pahit dibanding arabika.

Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi siap saji

(instant) dan pencampur kopi racikan (blend) untuk menambah kekuatan cita rasa

kopi. Selain itu, biasa juga digunakan untuk membuat minuman kopi berbasis

susu seperti capucino, cafe latte dan macchiato.

Biji kopi robusta dianggap inferior dan dihargai lebih rendah dibanding

arabika. Secara global produksi robusta menempati urutan kedua setelah arabika.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi robusta terbesar di dunia.

Sebagian besar perkebunan kopi di negeri ini ditanami jenis robusta, sisanya

arabika, liberika, dan excelsa.

Robusta dapat tumbuh di dataran rendah, namun lokasi paling baik untuk

membudidayakan tanaman ini pada ketinggian 400 meter sampai 800 meter diatas

permukaan laut. Suhu optimal pertumbuhan kopi robusta berkisar 24-30oC

dengan curah hujan 2000 sampai 3000 milimeter per tahun.

Kopi robusta sangat cocok ditanam di daerah tropis yang basah. Dengan

budidaya intensif akan mulai berbuah pada umur 2.5 tahun. Agar berbuah dengan

baik, tanaman ini membutuhkan waktu kering 3 sampai 4 bulan dalam setahun

dengan beberapa kali turun hujan. Tanaman ini menghendaki tanah yang gembur

dan kaya bahan organik. Tingkat keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman

ini 5.5 sampai 6.5. Kopi robusta dianjurkan dibudidayakan dibawah naungan

pohon lain.

Page 37: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

20

1. Karakteristik Tanaman

Cabang reproduksi atau wiwilan pada kopi robusta tumbuh tegak lurus. Buah

kopi dihasilkan dari cabang primer yang tumbuh mendatar. Cabang primer ini

cukup lentur sehingga membentuk tajuk seperti payung. Bentuk daun

membulat seperti telur dengan ujung daun runcing hingga tumpul. Daun-

daunnya tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada batang dan cabang

tumbuhnya tegak lurus dengan susunan daun berselang-seling. Sedangkan pada

ranting dan cabang-cabang mendatar pasangan daun tumbuh pada bidang yang

sama. Robusta lebih relatif tahan terhadap penyakit karat daun.

Tanaman kopi robusta sudah mulai berbunga pada umur 2 tahun. Bunga

tumbuh pada ketiak cabang primer. Setiap ketiak terdapat 3-4 kelompok bunga.

Bunga biasanya mekar diawal musim kemarau. Berbeda dengan arabika, bunga

robusta melakukan penyerbukan secara silang. Buah yang masih muda

berwarna hijau, setelah masak berubah menjadi merah. Meski telah matang

penuh, buah robusta menempel dengan kuat pada tangkainya. Jangka waktu

dari mulai berbunga hingga buah siap panen berkisar 10-11 bulan. Tanaman

kopi robusta memiliki perakaran yang dangkal. Oleh karena itu membutuhkan

tanah yang subur dan kaya kandungan organik. Tanaman ini juga cukup

sensitif terhadap kekeringan.

2. Jenis klon Kopi Robusta

Kopi Robusta diturunkan dari beberapa spesies terutama Canephora. Karena

alasan ini, jenis Robusta bukanlah sebuah varietas melainkan klon, sama

dengan jenis kopi lainya (arabika).

Klon unggul robusta telah di teliti dan dikembangkan oleh Pusat Penelitian

Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI). Melalui lembaga ini, Indonesia telah

melahirkan beberapa klon unggul antara lain :

a. Klon BP 308 Tahan Nematoda

Klon ini merupakan tanaman unggul yang tahan terhadap serangan

nematoda. Keistimewaan lain klon robusta ini adalah toleran terhadap tanah

yang kurang subur. BP308 dianjurkan untuk dijadikan batang bawah,

sedangkan batang atasnya disambung dengan klon-klon lain yang

disesuaikan dengan agroklimat setempat.

b. Klon BP 42

Klon jenis ini memiliki produktivitas 800-1200 kg/ha/tahun. Perawakannya

sedang dengan banyak cabang dan ruasnya pendek. Buah yang dihasilkan

besar dan dompolannya rapat.

c. Klon BP 358

Perawakan sedang, memeliki percabangan agak lentur dengan ruas agak

panjang. Memeiliki bentuk dan warna daun bulat telur, memanjang, hijau

mengkilap, tepi daun bergelombang lebar, pupus hijau kecoklatan. Biji

berukuran medium hingga besar, produktivitasnya 800 sampai 1700

kilogram per hektare per tahun.

d. Klon BP 409

Perwakan besar kokoh dengan cabang kuat dan ruas agak panjang. Warna

daun membulat, besar, dan hijau gelap. Memiliki buah agak besar, diskus

kevil runcing, buah muda beralur, masak merah hati. Produktivitas 1000

sampai 2300 kilogram per hektare per tahun.

Page 38: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

21

e. Klon BP 939

Perawakan sedang, lebar, dan kokoh. Memiliki percabangan panjang agak

lentur kebawah. Antar cabang terbuka teratur, sehingga buah tampak

menonjol dari luar. Mempunyai bentuk daun oval bersirip tegas dan rapat,

helaian daun kaku, tepi daun mengerupuk. Permukaan buah terdapat garis

putih. Produktivitas 1600 sampai 2800 kilogram per hektare per tahun.

f. Klon SA 436

Perwakan kecil hingga sedang, percabangan aktif, lentur ke bawah. Bentuk

daun bulat telur ujung meruncing melengkung. Kedudukan daun terhadap

pangkal tegak, berwarna hijau pucat kekuningan. Dompolan sangat rapat,

jika tumbuh > 400 mdpl masak serempak dengan warna merah anggur. Jika

<400 masak tidak serempak. Memiliki biji kecil – sedang, dengan

produktivitas 1600 sampai 2800 kilogram per hektar per tahun.

g. Klon BP 234

Perawakan ramping, daun bulat memanjang, permukaan bergelombang

nyata, pupus berbentuk membulat hijau pucat kecoklatan. Memiliki buah

agak kecil, tidak seragam. Produktivitas 800 sampai 1600 kilogram per

hektare per tahun.

h. Klon BP 288

Perawakan sedang, ruas panjang. Bentuk dan warna daun agak membulat,

permukaan sedikit berge-lombang, pupus hijau kecoklatan. Memiliki buah

agak kecil, diskus seperti cincin, masak merah tua. Besar biji kecil-medium,

> 400 mdpl., berbunga akhir, < 400 m dpl., berbunga awal. Produktivitas

(kg kopi biji/ha/th): 800 – 1.500

i. Klon BP 534

Perawakan sedang; Percabangan lentur ke bawah, cabang sekunder kurang

aktif & mudah patah. Bentuk daun dan warna daun bulat memanjang, lebar

daun sempit, helai daun seperti belulan, sirip daun tegas, daun tua berwarna

hijau, sering mosai, buah muda kuning pucat beralur putih, dompolan buah

rapat dan lebat. Biji sedang – besar. Produktivitas (kg kopi biji/ha/th): 1.000

-2.800

j. Klon BP 936

Perawakan sedang – besar. Percabangankaku mendatar teratur, percabangan

rapat, rimbun.Bentuk daun dan warna daun bulat telur, lebar memanjang,

ujung membulat tumpul agak lebar, pupus berwarna hijau coklat muda,

daun tua hijau sedang, menelungkup ke bawah. Bentuk buah membulat

besar, permukaan halus, buah muda hijau bersih, masak seragam, letak buah

tersembunyi di balik cabang daun. Biji : sedang – besar. Produktivitas (kg

kopi biji/ha/th): 1.800 -2.800

k. Klon SA 203

Perawakan besar, kokoh, melebar. Percabangan teratur mendatar, cabang

primer sangat panjang, ruas panjang, cabang sekunder cenderung lentur ke

bawah. Bentuk daun dan warna daun oval berwarna hijau sedang tetapi

mengkilat, pupus berwarna coklat kemerahan. Buah dalam dompolan lebat

dan rapat, antar dompolan lebar, masak merah muda belang, masak tidak

serempak. Biji: kecil –sedang dengan produktivitas (kg kopi biji/ha/th):

1.600 -3.700.

Page 39: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

22

Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia

Lahan yang dimiliki Indonesia untuk jenis Kopi Robusta pada tahun 2015

(Data Sementara) adalah sekitar 931 405 hektar, dengan jumlah luas lahan

Tanaman Menghasikan (TM) seluas 719 974 hektar. Lahan perkebunan Kopi

Robusta merupakan jenis Kopi yang memiliki lahan terluas dibanding jenis lain,

Luas lahan perkebunan kopi robusta adalah 74 persen dari total luas lahan kopi

Indonesia. Dilihat dari proporsi luas lahan hal ini menunjukan bahwa kopi

robusta, merupakan jenis kopi yang paling dominan diusahakan dalam industri

kopi nasional. Indonesia juga merupakan negara dengan luasan areal kopi terbesar

kedua setelah Brazil, menurut data dari FAO 2014 luas perkebunan kopi indonesia

mempunyai porsi 12 persen dari total areal kopi dunia ( 4).

Lahan perkebunan kopi robusta hampir tersebar secara merata di seluruh

provinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta, namun dengan porsi yang beragam.

Indonesia memiliki tiga provinsi utama penghasil kopi Robusta. Provinsi ini

disebut-sebut sebagai kawasan “Segitiga Emas Kopi (Robusta)” di Indonesia,

diantaranya Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu. Ketiga daerah ini

menghasilkan hampir 50 persen produksi Indonesia.

Perkebunan kopi robusta Indonesia, sebagian besar status kepemilikanya

berupa perkebunan rakyat (Smallholder). Pada tahun 2015 dengan total luas lahan

913 405 hektar, perkebunan kopi robusta mampu menyedot tenaga kerja (petani)

sebesar 1 367 330 orang. Perkembangan luas lahan dari tahun ke tahun tidak

cukup signifikan, hal diduga karena status kepemilikan kebun yang masih milik

perorangan menyebabkan terbatasnya modal untuk memperluas lahan. Selain itu,

adanya konversi lahan ke berbagai sektor, baik petani yang beralih ke petani

jeruk, kelapa sawit, adanya perluasan jalan, hingga berubah menjadi pemukiman

warga.

Tabel 4 Negara dengan luas tanaman menghasilkan kopi terbesar di dunia tahun

2011 – 2014.

No Negara Luas Tanaman Menghasilkan (Ha)

Share (%) 2011 2012 2013 2014

1 Brazil 2 148 775 2 120 080 2 085 522 2 085 522 21.14

2 Indonesia 909 162 927 220 914 407 1 240 900 12.58

3 Kolombia 723 921 696 023 771 728 771 728 7.82

4 Meksiko 688 208 695 350 700 117 700 117 7.10

5 Vietnam 543 865 572 600 584 600 584 600 5.93

6 Lainya 4 774 844 4 822 166 4 809 568 4 796 970 48.62

Total 9 788 775 9 833 439 9 865 942 10 179 837

Sumber : FAO 2015 (diolah)

Luas areal kopi Indonesia sempat merosot, hingga menjadi tahun dengan

luas areal kopi terkecil yang sempat dialami Indonesia. Hal ini diduga pada saat

itu adanya krisis kopi dunia yang terjadi pada tahun 2000 dikarenakan

keberhasilan Vietnam meningkatkan produksi kopinya dan keberhasilan Brazil

Page 40: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

23

meminimumkan gangguan Frost yang sering melanda negeri ini. Peranan

komoditas kopi dalam perekonomian nasional memudar setelah harga kopi jatuh

akibat membanjirnya produksi kopi dunia. Harga kopi dunia terus merosot hingga

mencapai titik terendah selama 37 tahun terakhir pada awal tahun 2002. Kondisi

tersebut berdampak langsung pada harga kopi di tingkat petani karena biji kopi

Indonesia sangat tergantung pada pasar internasional. Harga kopi di tingkat petani

sangat rendah, sehingga berdampak negatif bagi perekonomian nasional terutama

di sentra-sentra produksi kopi seperti Lampung dan Sumatera Selatan. Pada tahun

2004 perolehan devisa dari komoditas kopi menghasilkan nilai ekspor sebesar

US$ 251 juta atau 10.1 persen dari nilai ekspor seluruh komoditas pertanian, atau

0.5 persen dari ekspor non-migas atau 0.4 persen dari nilai total ekspor (AEKI,

2005). Selengkapnya dapet dilihat pada lampiran.

Produksi Perkebunan Kopi Robusta Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dunia penghasil kopi

robusta. Tahun 2015, menurut data United State Departement of Agriculture

(2016), Indonesia negara ketiga terbesar setelah Vietnam, dan Brazil. Total

produksi perkebunan kopi robusta Indonesia adalah 624.000 ton, atau 15,43

persen dari total produksi kopi robusta dunia. Jika membandingkan dengan negara

pesaingnya, Vietnam merupakan negara raksasa pada jenis kopi robusta dengan

produksi dua kali lipat pesaing terdekatnya (Brazil) dan tiga kali lipat dari

Indonesia.

Tabel 5 Perkembangan produksi kopi robusta Indonesia dari tahun 2011-2016*

No Tahun Total Produksi (Ton)

1 2011 420 000

2 2012 528 000

3 2013 471 000

4 2014 552 000

5 2015 624 000

6 2016* 8 700

Sumber : United State Departement of Agriculture, diolah

Keterangan : 2016*data sementara, hingga juni 2016

Perkembangan hasil produksi kopi robusta Indonesia dari tahun ke tahun

menunjukan peningkatan, namun peningkatanya tidak begitu signifikan. Bahkan

Indonesia sempat mengalami penurunan produksi kopi robusta, dari 528 000 ton

pada tahun 2012 kemudian tahun 2013 produksinya menurun menjadi 471 000 ton

padahal terjadi kenaikan total luas lahan. Hal ini di duga karena faktor cuaca yang

kurang kondusif, hujan yang berkepanjangan menyebabkan proses pembungaan

tahun lalu, kembang kopi rontok dan tahun ini ada hawa panas berlebihan. Hal ini

menyebabkan pertumbuhan buah kopi tidak maksimal sehingga produksi

menurun.

Page 41: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

24

Produktivitas perkebunan kopi robusta Indonesia

Dari sisi produktivitas, produktivitas kopi robusta di Indonesia terlihat

berfluktuatif pada setiap tahunya. Berdasarkan data yang diperoleh dari direktorat

jenderal perkebunan, produktivitas kopi robusta tidak menunjukan peningkatan

yang signifikan, bahkan cenderung menurun.

Penurunan ini diduga, karena Indonesia merupakan negara yang cukup tua

dalam budidaya kopi robusta, berdasarkan informasi dalam artikel yang

diterbitkan Tempo.co, bahwa perkebunan-perkebunan kopi rakyat di Indonesia

sebagian besar telah berusia hingga 30 tahun. Padahal tanaman kopi dapat disebut

tua jika telah melewati usia 20 tahun.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (puslitkoka) juga menyebutkan

bahwa usia ideal untuk tanaman kopi yang produktif, yakni usia 5 sampai 20

tahun. Pohon kopi yang tua dapat terlihat dari bentuk atau morfologi tanamanya.

Bentuk batangnya lebih besar dan cenderung keropos, yang kemudian tidak

optimal lagi untuk menopang produktivitas buah (Tempo,2013).

Tabel 6 Perkembangan luas areal (tanaman menghasilkan), produksi, dan

produktivitas 2005-2015*

Tahun

Luas Areal Produksi Produktivitas

Total (Ha) Pertumbuhan

(%)

Total

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

Total

(Kg/Ha)

Pertumbuhan

(%)

2005 872 889 -2.84 591 417 -1.16 677.54 1.64

2006 845 160 -3.28 587 386 -0.69 695.00 2.51

2007 815 881 -3.59 549 088 -6.97 673.00 -3.27

2008 758 955 -7.50 553 278 0.76 729.00 7.68

2009 728 830 -4.13 534 961 -3.42 734.00 0.68

2010 721 818 -0.97 535 589 0.12 742.00 1.08

2011 715 050 -0.95 489 809 -9.35 685.00 -8.32

2012 723 979 1.23 528 505 7.32 730.00 6.16

2013 701 953 -3.14 509 557 -3.72 725.91 -0.56

2014 694 015 -1.14 473 672 -7.58 682.51 -6.36

2015* 699 701 0.81 491 777 3.68 702.84 2.89

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah 2015* angka sementara

Data luas areal tanaman menghasilkan cenderung mengalami penurunan,

hingga tahun 2011. Tercatat Indonesia setidaknya kehilangan 100 000 hetkar

sejak tahun 205, dan mulai merangkak naik secara perlahan di tahun 2012.

Curah hujan yang tinggi, menyebabkan tanaman kopi tidak bisa berproduksi

secara normal. Menurut pihak Dirjenbun, khususnya Direktorat tanaman rempah

dan penyegar, pemerintah akan melakukan upaya agar bisa menekan penurunan

produksi kopi. Salah satunya dengan melakukan intensifikasi dan rehabilitasi

tanaman kopi. Namun, berdasarkan keterangan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi

berupa peremajaan tanaman setidaknya butuh waktu 3 tahun untuk bisa

mendapatkan hasil panen. (Kontan, 2011).

Page 42: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

25

Tingkat harga kopi robusta Indonesia

Perkembangan harga kopi robusta pada beberapa pasar dalam negeri

berdasarkan data direktorat Jenderal Perkebunan dalam Buku Statistika

Perkebunan Indonesia : Kopi 2013-2015 dan 2014-2015 dijelaskan harga kopi

dari tahun 2007 hingga 2014 bahwa, secara umum menunjukan kenaikan.

Tabel 7 Perkembangan harga rata-rata kopi robusta di Indonesia tahun 2007 –

2014.

Tahun Robusta (Rp/kg) Pertumbuhan (%)

2007 10 013 -

2008 14 775 47.56

2009 15 351 3.90

2010 16 264 5.95

2011 15 133 -6.95

2012 16 952 12.02

2013 16 341 -3.60

2014 22 789 39.46

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah

Jika dilihat pada , harga rata-rata kopi robusta di pasar dalam negeri

berkencederungan mengalami peningkatan pada periode tahun 2007-2014. Pada

tahun 2008, harga kopi robusta mengalami lonjakan yang cukup tinggi hingga

mencapai 47 persen dibandingkan harga pada tahun sebelumnya, pada tahun ini

harga satu kilogram kopi robusta di Indonesia adalah Rp 12 104 per kilogram.

Namun, pertumbuhan kenaikan harga pada tahun berikutnya menurun,

bahkan pada tahun 2011 dan 2013 mengalami penurunan, masing turun 6.95

persen dam 3.60 persen di tahun 2013. Akan tetapi, pada tahun 2014 harga kopi

robusta dalam negeri kembali mengalami kenaikan harga yang cukup besar, yaitu

meningkat sebesar 39 persen dari tahun sebelumnya sehingga harga per kilogram

robusta yaitu Rp 22.789. Tidak diketahui secara pasti penyebab terjadinya

lonjakan harga ini, namun diperkiran akibat dari adanya peningkatan permintaan

konsumsi dalam negeri dan menurunya ketersedian kopi robusta di pasar.

Perkembangan Produksi, Luas Areal dan Produktivitas

perkebunan kopi robusta ASEAN.

Perkembangan industri kopi di negara-negara ASEAN, cukup dinamis, baik

dari perningkatan konsumsi, dan produksinya. Berdasarkan data dari United Stade

Departement of Agriculture (USDA), Vietnam merupakan negara di ASEAN

yang memiliki produksi tertinggi bahkan nomer satu di level dunia. Data tahun

2015 menyebutkan, Vietnam memproduksi 42.10 persen dari total produksi dunia,

kemudian disusul Brazil 19.86, dan Indonesia diurutan ketiga produksi sebesar

624 000 ton.

Page 43: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

26

Tabel 8 Perkembangan produksi 5 Negara terbesar di dunia penghasil kopi

robusta tahun 2011 – 2015. (dalam bags)

Negara 2011 2012 2013 2014 2015 Share (2015)

Vietnam 25 200 25 600 28 658 26 350 28 200 42.10

Brazil 14 500 15 500 15 400 17 000 13 300 19.86

Indonesia 7 000 8 800 7 850 9 200 10 400 15.53

India 3 540 3 660 3 372 3 810 3 810 5.69

Uganda 2 200 2 800 3 000 2 800 3 600 5.37

Cote d'Ivoire 1 600 1 750 1 675 1 400 1 650 2.46

Lainya 6 585 5 936 5 483 6 032 6 024 8.99

Total 60 625 64 046 65 438 66 592 66 984 100.00

Sumber : United Stade Departement of Agriculture, diolah

Dalam 000 bags, 1 bags = 60 kilogram.

Berdasarkan data pada, Vietnam menjadi negara terbesar penghasil robusta

di dunia, tidak ada negara di dunia yang mampu melebihi produksi robusta setiap

tahunya, atau setidaknya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (2011). Brazil

sendiri yang merupakan negara terbesar penghasil kopi nelum mampu menandingi

produksi robusta vietnam. Sama halnya dengan Indonesia, perkebunan kopi

robusta Indonesia bahkan hanya mampu memproduksi 10.400 (624.000 ton) atau

sepertiga dari total produksi Vietnam

Menurut informasi yang didapat saat wawancara dengan AEKI, Indonesia

telah mulai menanam kopi sejak tahun 1800an, setidaknya telah 200 tahun jika

dihitung mundur dari sekarang. Usia yang terbilang tua. Penanaman yang sudah

sangat lama, dilakukanya penanaman kembali (re-planting) tanpa perlakuan tanah

yang serius, dan segala aktivitas perkopian lainya telah mempengaruhi kandungan

nutrisi yang terdapat dalam tanah. Sedangkan Vietnam, mulai melakukan

eksploitasi tanaman kopi semenjak merdeka (tahun 1976). Melihat dari umsss ur

yang masih muda, Vietnam cenderung memiliki tanah yang masih fertile, segar,

atau masih kaya akan nutrisi.

Selain itu jika dilihat dari type pengusahaanya, Indonesia sebagian besar

lahan kopi dimiliki oleh petani atau perkebunan rakyat, yang hanya memiliki luas

lahan sangat kecil, kurang 1.5 hektar. Kondisi ini jika diperhitungkan secara skala

ekonomis menjadi tidak efisien, berbeda dengan jika diusahakan dalam skala

besar, baik dari penggunaan input,modal, teknologi, maupun tenaga kerja.

Kemudian jika dibandingkan dengan Vietnam, Vietnam merupakan negara

komunis. Sehingga perkembangan industri kopi saat itu (1980an), diberikan

kepada rakyat yang secara total difasilitasi oleh pemerintah. Seperti pemberian

lahan kepada rakyat 5 hektar per orang, modal, penyedian input, teknologi, dan

seluruh aspek pada industri kopi pemerintahan pun ikut campur. Sehingga

pertumbuhan ekonomi, khususnya dari hasil-hasil perkebunan menjadi sangat

tinggi, bahkan bukan hanya dari komoditas kopi, tetapi juga pada komoditas

lainya seperti lada dan kakao.

Page 44: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

27

Tingkat harga kopi robusta Dunia

Harga kopi robusta di pasar dunia seringkali tidak stabil, perubahan harga

kopi selalu berubah setiap bulanya di tingkat internasional. Hal ini dipengaruhi

oleh jumlah produksi kopi robusta yang beredar di pasar internasional. Pada saat

jumlah kopi mengalami kelebihan pasokan (Over Supply) maka harga akan turun,

dan akan naik kembali ketika jumlah produksi sudah stabil. Berdasarkan pada

grafik, terlihat bahwa harga kopi robusta dunia menunjukan adanya fluktuasi,

meski memeliki kecenderungan naik walau tak begitu signifikan.

Dalam kondisi ini, Indonesia tidak dapat melakukan kontrol atas harga

kopi dunia secara mutlak, karena perkembangan harga sangat dipengaruhi atas

jumlah produksi atau kelebihan pasokan dari negara-negara eksportir kopi robusta

utama, seperti Vietnam, dan Brazil. Tanaman kopi juga merupakan tanaman yang

sangat peka terhadap bencana embun upas dan kekeringan, karena dapat

meningkatkan serangan penyakit pada tanaman dan pada akhirnya dapat

menggagalkan sebagian besar tanaman kopi. (AEKI, 2016)

Selain itu walaupun Indonesia merupakan salah satu produsen sekaligus

eksportir kopi terbesar di dunia, tapi terkait harga kopi di pasaran internasional

justru dikendalikan oleh negara-negara yang bukan penghasil kopi. Kopi robusta

dikendalikan harganya oleh bursa berjangka di London, Inggris. Sedangkan kopi

jenis arabika dikendalikan oleh bursa New York di Amerika. Agar Indonesia bisa

ikut mengendalikan harga kopi di pasar ekspor, Kemenrterian Perdagangan

(Kemendag) berencana mewajibkan penjualan kopi melalui bursa berjangka di

Indonesia. Bila Indonesia bisa meningkatkan harga kopi di pasar dunia, tentu para

petani kopi di dalam negeri bisa lebih sejahtera. Maka rencana pengendalian harga

kopi melalui bursa berjangka di dalam negeri perlu segera direalisasikan.

Selain karena kelebihan pasokan, penurunan harga yang drastis diduga

juga bisa disebabkan atas adanya permainan pembeli-pembeli kelas dunia

(roasters dan pengimpor) atau perusahaan multinasional yang melakukan

pembelian melalui perwakilan yang tersebar di sentra-sentra produksi kopi negara

produsen, seperti Nestlé di Lampung.

Sumber : Ditjenbun dan ICO, diolah

Keterangan : 2016*, angka rata-rata sementara hingga juni 2016

Gambar 3 Perkembangan harga rata rata per tahun Robusta di pasar internasional,

tahun 2005 – 2016*

-

1,00

2,00

3,00

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Kopi Robusta / Coffee Robusta ($/kg)

Page 45: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

28

Melihat pada grafik, pada tahun 2009 harga kopi robusta dunia anjlok

cukup drastis dari tahun sebelumnya, semula US$ 2.26 per kilogram turun

menjadi US$ 1.70 per kilogramnya. Namun pada tahun berikutnya, terlihat

adanya kenaikan walau dengan pola yang tipis, dan kembali melonjak di tahun

2011. Harga kopi robusta pada saat itu US$ 2.21 pe kilogram, kenaikan yang

cukup drastis ini diduga akibat adanya supply kopi dunia yang merosot.

Santoso dan Syafa’at dalam kustiari (2005) menyatakan bahwa untuk

membangun dan meningkatkan keragaan kopi Indonesia perlu diperhatikan

berbagai faktor antara lain harga yang mempunyai peran sangat dominan. Harga

kopi ini sangat berpengaruh di dalam mendorong perluasan areal kopi (new

planting maupun produktif), suplai kopi, ekspor kopi, harga dan konsumsi kopi

domestik. Sementara itu, harga kopi di Indonesia lebih ditentukan oleh harga kopi

dunia yang merupakan variabel eksogenus. Oleh karena itu kebijakan kopi

Indonesia diarahkan untuk dapat mengantisipasi gejolak harga kopi dunia untuk

dimanfaatkan semaksimal mungkin guna meningkatkan keragaan kopi Indonesia.

Faktor lainnya yang cukup berpengaruh adalah tingkat nilai tukar yang

ternyata dapat mendorong peningkatan harga kopi petani dan volume ekspor kopi

Indonesia. Namun demikian, peubah nilai tukar ini tidak disarankan untuk

dijadikan sebagai instrumen kebijakan dalam meningkatkan ekspor maupun harga

di tingkat petani, karena elastisitas permintaan ekspornya bersifat inelastik.

Cara lainnya untuk meningkatkan volume ekspor kopi adalah melalui

peningkatan kuota ekspor kopi Indonesia di pasar internasional, sedangkan untuk

meningkatkan penerimaan petani, selain melalui peningkatan harga dapat juga

dilakukan dengan meningkatkan produktivitas melalui perbaikan teknologi

budidaya kopi. Posisi negara pengekspor kopi yang cukup sulit karena harga kopi

yang cenderung rendah diperparah oleh adanya tuntutan pasar khususnya

Masyarakat Eropa berkenaan dengan aspek healthy protect (perlindungan

kesehatan) dan eco-friendly cultivation (cara bercocok tanam yang ramah

lingkungan). Isu kandungan Ochratoxin khususnya Ochratoxin A (OTA) pada

kopi telah lama berhembus di Eropa dan bahkan European Union menetapkan

batas kandungan OTA pada kopi.

Ekspor kopi robusta Indonesia

Di Pasar Internasional, hampir seluruh produk kopi robusta tujuan ekspor

dihasilkan dalam bentuk biji (green coffee) yang dituntut tidak mengandung asam

dari terjadinya fermentasi, agar kopi yang diekspor masih memiliki rasa lugas

(neutral taste). Kopi robusta memiliki kelebihan, seperti kekentalan, warna, dan

rasa yang lebih kuat. Oleh karena itu, kopi robusta banyak diperlukan untuk bahan

campuran (blends) kopi merek-merek tertentu. Kopi ini banyak digunakan oleh

industri sebagai bahan baku kopi serbuk, sehinggga hasilnya didapatkan kopi

yang memiliki kekentalan dan warna yang kuat.

Berdasarkan keterangan AEKI, negera tujuan ekspor kopi robusta lebih

banyak dibandingkan dengan kopi arabika. Tujuan ekspor utama kopi Indonesia

adalah ke negara-negara anggota MEE (Easyarakat Ekonomi Eropa), negara

kawasan Amerika khususnya negara Amerika Serikat, serta negara dikawasan

Asia seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Pada tahun 2014, Indonesia mampu

Page 46: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

29

mengekspor dengan wujud produksi Kopi biji (Arabika/Robusta) sebesar 381 002

600 kilogram. Ternyata, angka ini menunjukan adanya penurunan dari tahun

sebelumnya. Pada tahun 2013 ekpor dalam bentuk biji (Arabika/Robusta) adalah

sebesar 528 621 371 kilogram atau menurun 27 persen. Penurunan ini

disesbabkan atas produksi nasional yang menurun 25-30 persen akibat anomali

cuaca disentra-sentra produksi kopi dikawasan segitiga emas. Akan tetapi pada

tahun 2015 produksi kopi mulai kembali normal. Harapanya, ekpor bisa

mendekati performa yang sama seperti tahun 2013. (Gaeki, 2015).

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang diatur tata niaga

ekspornya, yang termasuk dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia HS Nomor

09.01 dan 21.01. Ketentuan tentang ekpor kopi diatur beberapa kali dengan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, yaitu peraturan Nomor

26/M-DAG/PER/12/2005, diganti dengan Nomor 27/M-DAG/PER/7/2008 dan

terakhir Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Ekspor Kopi yang

terakhir kali mengalami perubahan dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011.

Adapun syarat ekspor kopi yang telah diatur oleh pemerintah, sebagai

berikut :

1. Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui

sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara

(EKS) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian

Perdagangan.

2. Dalam setiap ekspor kopi juga harus dilengkapi dengan Surat Persetujuan

Ekspor Kopi (SPEK). SPEK adalah surat persetujuan pelaksanaan ekspor

kopi ke seluruh negara tujuan yang dikeluarkan oleh Dinas yang

bertanggungjawab di bidang perdagangan di Propinsi/Kabupaten/Kota.

SPEK juga dapat digunakan untuk pengapalan dari pelabuhan ekspor di

seluruh Indonesia.

3. Disamping itu, kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang

ditetapkan Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat

Keterangan Asal (certificate of origin) SKA Form ICO, yaitu surat

keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta barang (kopi) yang

diekspor dari seluruh Indonesia, yang membuktikan bahwa barang (kopi)

tersebut berasal, dihasilkan dan/atau diolah di Indonesia

Kemudian dalam melakukan transaksi perdagangan internasional, ekspor

kopi juga dilakukan penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan

tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan, dan

statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya. Saati ini

pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan kepada Harmonized System

(HS) dan dituangkan ke dalam suatu daftar tarif yang disebut Buku Tarif Bea

Masuk Indonesia (BTBMI).

Page 47: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

30

Berikut adalah Daftar Komoditas Kopi Yang Diatur Tata Niaga Ekspor dan

Nomor Pos Tarif Uraian :

09.01 Kopi, digongseng atau dihilangkan kafeinnya maupun tidak; sekam dan

kulit kopi; pengganti kopi mengandung kopi dengan perbandingan berapapun.

Kopi, tidak digongseng :

0901.11.xx.xx Tidak dihilangkan kafeinnya

0901.11.10.00 Arabika WIB atau Robusta OIB

0901.11.90.00 Lain-lain

0901.12.xx.xx Dihilangkan kafeinnya

0901.12.10.00 Arabika WIB atau Robusta OIB

0901.12.90.00 Lain-lain

Kopi, digongseng :

0901.21.xx.xx Tidak dihilangkan kafeinnya

0901.21.10.00 Tidak ditumbuk

0901.21.20.00 Ditumbuk

0901.22.xx.xx Dihilangkan kafeinnya

0901.22.10.00 Tidak ditumbuk

0901.22.20.00 Ditumbuk

0901.90.xx.xx Lain-lain

0901.90.10.00 Sekam dan selaput kopi

0901.90.20.00 Pengganti kopi mengandung kopi

2101.xx.xx.xx Ekstrak, esens dan konsentrat, dari kopi, teh atau mate dan

olahan dengan dasar produk ini atau dengan dasar kopi,teh

atau mate; chicory digongseng dan pengganti kopi yang

digongseng lainnya, dan ekstrak, esens dan konsentratnya.

Ekstrak, esens dan konsentrat kopi, serta olahan dengan

dasar ekstrak, esens atau konsentrat kopi atau olahan

dengan dasar kopi :

2101.11.xx.xx Ekstrak, esens dan konsentrat

2101.11.10.00 Kopi instan

2101.11.90.00 Lain-lain

2101.12.00.00 Olahan dengan dasar ekstrak, esens atau konsentrat atau

olahan dengan dasar kopi

Lembaga perkopian Nasional

Dalam industri kopi nasional terdapat beberapa lembaga atau organisasi

yang turut berperan serta dalam membangun industri kopi Indonesia. Berdasarkan

informasi sejarah yang dikutip dari artikel abdoellah, 2003 pada Meryana, 2007.

Page 48: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

31

Menjelaskan beberapa perkumpulan pada industri kopi nasional diantaranya :

1. Pada tahun 1896-1911, para administratur perkebunan kopi yang mendirikan

Veregening tot Verbatering van de Koffiecultur, yang bertujuan memberikan

bantuan yang berupa perbaikan teknis budidaya kopi

2. Pada tahun 1899-1905, Algemen Koffie-Syndicaat in Nederlandsch-Indie I

yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda.

3. Pada tahun 1925, para pemilik perkebunan kopi, karet, kakao, teh, dan kina

mendirikan Algemeen Landbouw Syndicaat (ALS) woor Java en Zuid-en West

Sumatera.

4. Pada tahun 1926, Koffie en Kakao Producentern Gewastign te Amsterdam

yang didirikan oleh para administratur perkebunan kopi dan kakao di Jawa.

5. Pada tahun 1937, para produsen kopi mendirikan koffie Propaganda

Nederlandsch Indie.

6. Pada tahun 1969, didirikan Sindikat Eksportir Kopi Indonesia (SEKI),

kemudian tahun 1979 berubah menjadi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia

(AEKI)

7. Pada tahun 1970, didirikam komisi teknis perkebunan Kopi-Kakao

8. Pada tanggal 14 September 2002, didirikan Asosiasi Petani Kopi (APEKI).

9. Pada tanggal 14 Oktober 2011, didirikan Gabungan Asosiasi Eksportir Kopi

Indonesia (GAEKI) Namun, saat ini di Indonesia hanya ada tiga lembaga nasional terkait industri

kopi yang masih berdiri, yaitu APEKI, AEKI, dan Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao (PPKKI).

Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) merupakan wadah persatuan para

petani kopi di seluruh Indonesia. Wadah ini tidak dipisahkan berdasarkan jenis

yang ada atau bersifat menyeluruh. Sebelum berdirinya APEKI, para petani

ternyata sudah mempunyai kelompok-kelompok tani kemudian dibentuk menjadi

APEKI dengan memfasilitasi oleh pemerintah. Adapun maksud dari didirikanya

organisasi ini yaitu :

1. Wadah/organisasi seluruh petani kopi Indonesia

2. Wahana perjuangan penyalur aspirasi dan komunikasi timbal balik antara

sesama petani kopi,

3. Wahana komunikasi timbal balik antara petani kopi dengan organisasi

seprofesi lain,

4. Wahana penggerak dan pengarah peran serta petani kopi dalam semangat

gotong royong, dan

5. Wahan pembinaan dan pengembangan kegiatan-kegiatan petani kopi.

Sedangkan tujuan didirikanya APEKI yaitu :

1. Memberdayakan petani kopi Indonesia melalui suatu wadah organisasi petani

yang kuat,

2. Meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan petani kopi Indonesia,

3. Menggalang kebersamaan petani kopi dalam menghadapi pasar global, dan

4. Menggalang pola kemitraan bisnis yang saling menguntungkan dengan pihak

lain.

Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) atau Indonesia Coffee

Exporters Association (ICEA), lembaga yang didirikan disurabaya 14 september

Page 49: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

32

2011. Merupakan wadah pemersatu bagi pelaku usaha dibidang perkopian yang

dapat menampung seluruh perusahaan perkopian nasional baik dari hulu sampai

hilir hingga ke sektor pemasaran dan ekspor maupun pasar domestik.

Maksud dan tujuan Perkumpulan adalah dibidang sosial budaya dan

kemanusiaan untuk mewujudkan dunia usaha perkopian yang tangguh,

profesional dan berdayasaing tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi

terhadap perkopian nasional pada khususnya dan pembangunan perekonomian

Nasional serta kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Adapun Visi dan Misi

yang GAEKI usung :

Visi :

Melestarikan dan mewujudkan komoditas kopi sebagai salah satu icon

agribisnis andalan ekspor nasional, agar mampu berdayasaing dan bermutu baik

didunia serta berkelanjutan, untuk menuju masyarakat yang sejahtera khususnya

bagi semua pelaku usaha dalam bidang perkopian baik dari hulu sampai hilir,

serta mendorong pertumbuhan perkopian nasional agar memberikan kontribusi

terhadap perekonomian dan perolehan devisa Negara.

Misi :

1. Meningkatkan kuantitas & kualitas produksi kopi Indonesia, mulai dari

tingkat petani, pedagang pengumpul, pedagang eksportir, sampai industri

pengolahan.

2. Meningkatkan kemampuan anggota agar menjadi pelaku usaha perkopian

yang terampil dan profesional.

3. Menjalin hubungan dengan lembaga dan instansi serta pihak-pihak yang

terkait baik di bidang perkopioan di tingkat nasional dan internasional.

4. Mewujudkan organisasi berdasarkan rasa kekeluargaan dan gotong royong

yang mandiri, profesional dan berwawasan luas sebagai wadah pemersatu

bagi pelaku usaha dibidang perkopian, dalam mencapai usaha perkopian

yang kokoh dan handal dalam menghadapi kancah perkopian baik nasional

maupun internasional.

Asosiasi Ekportir Kopi Indonesia (AEKI), merupakan suatu wadah yang

mennghimpun para eksportir nasional. AEKI memiliki tugas internal, membantu

anggota atau para eksportir dalam menyelesaikan masalah mereka, seperti

bantuan promosi didalam maupun luar negeri. Tugas eksternal dari AEKI,

meliputi pemberian masukan terhadap pemerintah mengenai hal-hal yang

menyangkut perkopian, memberi tahu masalah yang sedang terjadi (seperti,

pungutan liar dan pembebasan pajak), mengikuti promosi ke luar negeri yang

diadakan oleh pemerintah dan membantu pemerintah konsumsi kopi.

Semakin berkembangnya kondisi industri kopi nasional dan Internasional

juga turut menggeser peran AEKI. Saat awal berdirinya, AEKI mempunyai peran

untuk mengatur kuota kopi, mempromosikan untuk memperkenalkan kopi, mutu

kopi, dan membantu petani dalam peningkatan pengetahuan budidaya. Namun,

setelah tahun 200-an peran AEKI lebih untuk mendorong peningkatan citra kopi

Indonesia, khususnya pada specialty kopi, mendorong konsumsi dalam negeri,

dan membuka pasar di negera-negara penikmat kopi.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1

Januari 1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami

Page 50: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

33

beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional

Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola

oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan

Indonesia (LRPI – APPI).

Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk

melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara

nasional, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Juga sebagai penyedia data dan

informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao.

Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

berkantor di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember. Namun mulai 1987 seluruh

kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru berlokasi di Desa Nogosari,

Kecamatan Rambipuji, Jember berjarak + 20 km arah Barat Daya dari Kota

Jember. Pada tahun 2008 terakreditasi oleh Lembaga Sertfikasi KNAPPP dengan

Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-KNAPPP/I/2008.

Sumberdaya manusia Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia saat ini

berjumlah 301 orang, yang terbagi dalam 3 bidang tugas, yaitu bidang penelitian

dan pelayanan, bidang usaha, dan bidang administrasi/penunjang. Peneliti

berjumlah 34 orang, terdiri atas 11 orang berijasah S3, 8 orang berijasah S2, dan

15 orang berijasah S1. Berdasarkan jabatan fungsionalnya dapat dikelompokkan

11 orang Peneliti Utama, 12 orang Peneliti Madya, 1 orang Peneliti Muda, 1

orang Peneliti Pertama, dan 4 orang peneliti non kelas.

Lembaga perkopian Internasional

Saat ini lembaga Internasional kopi yang masih berdiri adalah

International Coffee Organization (ICO). ICO didirikan pada tahun 1963 ketika

Kesepakatan Kopi Internasional Pertama berlaku untuk jangka waktu 5 tahun

(1962 – 1967), Sejak itu perundingan Kesepakatan Kopi Internasional berturut-

turut dilakukan dan menghasilkan Kesepakatan tahun 1968 (dengan perpanjangan

selama dua kali), Kesepakatan 1976, Kersepakatan 1983 (dan empat kali

perpanjangannya), Kesepakatan tahun 1994 (dengan satu kali perpanjangan) yang

disetujui Dewan untuk jangka waktu 5 tahun mulai 1 Oktober 1994 dan terakhir,

Kesepakatan tahun 2001. Organisasi ini di bawah naungan PBB.

Kesepakatan tahun 1962 dirundingkan di New York pada konperensi yang

diadakan dengan bantuan PBB. Berturut-turut Kesepakatan tahun 1968, 1976,

1983 dan 1994 dirundingkan pada Kontor Pusat Organisasi Kopi Internasional di

London, Inggris seperti juga Kesepakatan baru tahun 2001.

Melalui kerjasama dengan Common Fund for Commodities (CFC) dan

Bank Dunia, ICO membantu negara-negara anggotanya dengan mengadakan

proyek-proyek penelitian dan pengembangan perkopian yang dapat menunjang

perekonomian negara yang bersangkutan.Sampai saat ini Indonesia belum

menunjukan adanya minat untuk turut serta dalam proyek-proyek tersebut, namun

demikian nantinya kita juga dapat memanfaatkan hasil proyek tersebut untuk

diterapkan di Indonesia. Dengan demikian maka kerjasama dengan ICO perlu

Page 51: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

34

terus ditingkatkan guna memajukan perkopian nasional yang pada gilirannya nanti

akan meningkatkan taraf hidup petani.

Negara-negara pengeskpor kopi yang menjadi anggota ICO memproduksi

lebih dari 90 persen kopi dunia, sedangkan negara-negara konsumen anggota ICO

mengkonsumsi lebih dari 60% kopi dunia. Bagi negara konsumen, kopi adalah

minuman populer yang universal. Sampai dengan pertengahan tahun 1989,

perdagangan kopi internasional masih melibatkan organisasi kopi internasional

yang melakukan intervensi pasar dengan mekanisme kuota ekspor. Sejalan dengan

perkembangan ke arah liberalisasi perdagangan dunia, sistem kuota ekspor kopi

dihapuskan pada bulan Juli 1989.

Meskipun ketentuan yang dimungkinkan diadakannya intervensi pasar

(kuota ekspor) telah dihapus, Indonesia masih bisa memperoleh manfaat dari ICO

terutama sebagai forum konsultasi antara negara-negara produsen dan konsumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja Ekspor Kopi Indonesia di Pasar ASEAN : Revealed Comparative

Advantage (RCA)

Kinerja Ekspor Kopi Indonesia di Pasar ASEAN diukur dengan

menggunakan Indeks Reveald Comparative Advantage (RCA), hasil dari RCA

juga menunjukan Keunggulan komparatif kopi Indonesia di pasar ASEAN. Indeks

ini digunakan untuk membandingkan posisi dayasaing Indonesia dengan negara

produsen kopi lainya. Keunggulan komparatif suatu negara terhadap suatu produk

dan posisi dayasaing di pasar tujuan eskpornya dapat diukur dengan menggunakan

alat analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA mengukur share

ekspor komoditi suatu negara dibandingkan dengan share ekspor komoditi dunia

di pasar tujuan ekspor yang sama. Hasil pengukuran tersebut akan menampilkan

nilai yang berkisar antara nol hingga tidak terhingga dimana suatu negara

dianggap memiliki dayasaing apabila memperoleh nilai di atas satu. Semakin

tinggi nilai RCA maka mencerminkan bahwa dayasaing yang dimiliki semakin

baik. Sebaliknya, jika nilai yang diperoleh adalah di bawah satu, maka dapat

dikatakan bahwa komoditas yang diukur tersebut tidak memiliki dayasaing.

Pada Belassa dalam Bustami (2010), dijelaskan mengenai landasan dasar

pemikiran Indeks RCA bahwa Kinerja Ekspor suatu negara sangat ditentukan oleh

tingkat dayasaing relatifnya terhadap produk serupa dari negara lain, tentu dengan

asumsi (ceteris paribus) bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi

pertumbuhan ekspor tetap tidak berubah.

Pada penelitian ini penulis akan menghitung nilai RCA berdasarkan data

statistik perdagangan ASEAN Harmonized Tarrif Nomenclature (AHTN) dengan

Harmonized Code (HS Code) 09011110. Perhitungan nilai RCA menggunakan

data ini dikarenakan penulis mengalami kendalam dalam keterbasan akses untuk

memperoleh data secara detail, dikarenakan telah ada perubahan ketentuan

tentang ekpor kopi oleh Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia,

yaitu peraturan Nomor 26/M-DAG/PER/12/2005, diganti dengan Nomor 27/M-

DAG/PER/7/2008 dan terakhir Nomor 41/M-DAG/PER/9/2009 Tentang

Page 52: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

35

Ketentuan Ekspor Kopi yang terakhir kali mengalami perubahan dengan

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10/M-DAG/PER/5/2011.

Ekspor kopi merupakan, komoditi yang diatur tata niaga ekspornya.

Dengan kode HS dalam Buku Tarif Kepabeanan Indonesia adalah HS Nomor

09.01 dan 21.01. Kemudian, akibat dari ini data yang dipublikasi kepublik untuk

produk kopi merupakan data yang tergolong dalam HS saja. Sehingga untuk dapat

mengakses penuh data secara rinci, perlu ada akses khusus.

Telah dilakukan perhitungan nilai RCA kopi Indonesia dengan kode HS

09011110 (Kopi biji arabika dan robusta tanpa dihilangkan kafein) di pasar

ASEAN. Pada tahun 2015, kopi Indonesia memiliki keunggulan komparatif,

dimana ini dibuktikan dengan nilai rca pada tahun tersebut mempunya nilai

sebesar 12.10 atau lebih besar dari 1. Kopi Indonesia berdasarkan intepretasi nilai

RCA yang telah dihitung pada periode 2012 – 2015, memiliki keunggulan

komparatif setiap tahunya. Namun, nilai ini berfluktuatif dengan trend yang

meningkat walau pada tahun 2014 mengalami penurunan, pada tahun 2014 nilai

rca kopi indonesia kode hs 09011110 adalah sebesar 8,12. Penurunan ini

diakibatkan dari total nilai ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan.

Jika dibandingan dengan negara pesaing di tingkat ASEAN, nilai RCA

Vietnam lebih besar dari Indonesia dan tertinggi di tingkat ASEAN. Namun nilai

RCA Vietnam pada tahun ke tahun mengalami penurunan, akan tetapi ini tidak

langsung mengidikasikan bahwa ekpor kopi Vietnam menurun. Hasil nilai RCA

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Nilai Total Ekspor kopi Vietnam yang mengalami peningkatan, sehingga

perbandingan antara nilai ekspor kopi Vietnam dengan nilai Total

ekspornya akan menurun.

2. Perbandingan antara nilai Impor kopi ASEAN dengan Nilai total Impor

ASEAN meningkat.

Faktor ini menyebabkan nilai RCA Vietnam menurun setiap tahunya.

Sedangkan jika kita lihat perkembangan nilai RCA di negara – negara ASEAN,

ternyata LAOS pada tahun 2012 – 2014 memiliki nilai RCA yang sangat tinggi

bahkan tertinggi diantara negara – negara ASEAN. Nilai ini juga tidak bisa

membuktikan bahwa nilai ekspor Laos lebih besar dibanding negara lain di

ASEAN, akan tetapi RCA ditentunkan dari perbandingan nilai ekspor kopi

terhadap nilai total ekspor suatu negara yang dibadi dengan perbandingan nilai

ekspor kopi dunia ke pasar ASEAN terhadap nilai ekspor dunia secara total ke

pasar ASEAN. Secara lengkap data telah tersaji pada tabel 9.

Page 53: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

36

Tabel 9 Hasil perhitungan nilai RCA Kopi (kode HS 09011110) negara-negara

ASEAN, tahun 2012 – 2015.

Negara Tahun

2012 2013 2014 2015

Brunei Darussalam 0.00 0.00 0.00 0.00

Cambodia 0.00 0.00 0.00 0.00

Indonesia 7.71 12.01 8.12 12.10

Laos 45.77 34.15 51.75 5.07

Malaysia 0.06 0.08 0.08 0.03

Myanmar 0.00 0.00 0.14 0.08

Philippines 0.00 0.00 0.00 0.00

Singapore 0.05 0.06 0.06 0.07

Thailand 0.16 0.01 0.00 0.01

Viet Nam 38.08 19.62 31.34 16.17

Sumber : ASEAN Trade statistik, diolah

Keunggulan Kompetitif Kopi Robusta Indonesia menggunakan pendekatan

The National Diamond System.

Keunggulan kompetitif (Competitive Advantage) merupakan alat untuk

mengukur dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian

aktual. Menurut Porter (1998), keunggulan kompetitif suatu negara sangat

tergantung pada tingkat sumberdaya yang dimilikinya.

Berdasarkan sumberdaya lokal yang dimiliki suatunegara dapat dilihat

apakah suatu negara mempunyai keunggulan kompetitif atau tidak. Keunggulan

kompetitif dibuat dan dipertahankan melalui suatu proses internal yang tinggi.

Perbedaan dalam struktur ekonomi nasional, nilai,kebudayaan, kelembagaan, dan

sejarah menentukan keberhasilan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu negara

ditentukan oleh empat faktor yang harus dimiliki suatu negara untuk bersaing

secara global. Keempat faktor tersebutadalah kondisi faktor sumberdaya (factor

condition), kondisi permintaan (demand condition), industri terkait dan industri

pendukung (related and supporting industry), persaingan, struktur, dan strategi

perusahaan (firm strategy, structure,and rivarly). Keempat faktor penentu tersebut

didukung oleh faktor eksternalyang terdiri atas peran pemerintah (goverment) dan

terdapatnya kesempatan(chance events). Secara bersama-sama faktor tersebut

membentuk suatu sistemyang berguna dalam peningkatan keunggulan dayasaing,

sistem tersebut dikenal dengan “The National Diamond”.

Page 54: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

37

Kondisi Faktor Sumberdaya

1. Sumberdaya Perkebunan Kopi Robusta

a. Syarat dan Kondisi Lahan

Kopi Robusta hingga saat ini merupakan jenis kopi yang paling

banyak ditanam di Indonesia. Dipilihnya kopi robusta sebagai jenis kopi

yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia selain karena ketahananya

terhadap penyakit karat daun yaitu mudah dalam pembudidayaanya

dibandingkan arabika.

Tabel 10 Syarat tumbuh kopi robusta Kriteria Syarat Tumbuh

Garis Lintang 0°-20° LS sampai 0°-20° LU

Suhu udara rata-rata 300-600 m dpl

Curah hujan 24°-30°

Jumlah bulan kering (curah

hujan<60mm/bulan)

1-3 bulan per tahun

PH 5,5 - 6,5

Bahan Organik min 2 %

Kedalaman Tanah Efektif > 100 cm

Kemiringan Tanah < 40 %

Sumber : Puslitkoka, 2016

Kopi robusta umumnya ditanam didataran rendah hinggga

ketinggian tempat 400 meter dengan 800 meter di atas permukaan laut.

Syarat ketinggian lahan produksi ini menuntut suhu udara yang sesuai,

kopi robusta dapat ditanam di daerah dengan suhu udara yang cukup

panas. Laan kopi robusta tidak membutuhkan banyak kadar bahan organik,

cukup dengan presentase sebesar 3,5-10 persen. Tekstur tanah diisyaratkan

untuk kopi robusta ini pun sederhana, cukup dengan tanah yang gembur.

Adapun syarat tumbuh kopi robusta secara jelas ditampilkan pada di atas.

Berbeda dengan jenis kopi lainya, kopi arabika yang idealnya

tumbuh di dataran tinggi. Setidaknya dalam membudidayakan jenis

arabika, dibutuhkan ketinggian 700 – 1700 meter diatas permukaan laut.

Dengan suhu rata-rata 16-20° celcius. Kemudian, untuk jenis arabika

diketahui memang memiliki kepekaan terhadap jenis penyakit karat daun

atau lebih dikenal dengan HV atau Hemilea Vastatrix. Ini terutama bila

ditanam pada daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 700 meter

diatas permukaan laut.

Kondisi lahan perkebunan kopi Indonesia khususnya robusta saat

ini, sebagian besar dimiliki oleh rakyat atau perkebunan rakyat. Data

ditjenbun tahun 2015 menyebutkan, kepemilikan perkebunan kopi robusta

di Indonesia 98 persen dimiliki oleh rakyat. Tipe kepemilikan oleh rakyat

dinilai kurang efisien jika dilihat dari sudut pandang skala ekonomi,

karena jika dilihat lebih dalam, faktanya petani rakyat rata-rata lahan per

Page 55: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

38

keluarga berkisar antara 0,8-1,5 hektar saja ditambah dengan tingkat

pendidikan dan kemampuan budidaya kopi masih tergolong rendang

sampai sedang.

b. Luas Lahan

Luas areal kopi robusta saat ini, memiliki porsi yang terbesar

dibanding jenis kopi lainya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal

Perkebunan tahun 2015, persentase kopi robusta adalah 74,25 persen dari

total perkebunan kopi di Indonesia. Jika diperhatikan atas perkembangan

luas lahan kopi robusta, menunjukan adanya fluktuasi yang

berkecenderungan menurun setiap tahunnya.

Tabel 11 Perkembangan luas lahan perkebunan kopi robusta, tahun 2005-

2015*

Tahun Total luas lahan (Ha) Pertumbuhan (%)

2005 1 153 959

2006 1 131 622 - 1.97

2007 1 058 478 - 6.91

2008 1 063 417 0.46

2009 984 839 - 7.98

2010 958 782 - 2.72

2011 940 184 - 1.98

2012 929 203 - 1.18

2013 916 053 - 1.44

2014 899 808 - 1.81

2015* 906 963 0.79

Sumber : Ditjenbun, diolah

Keterangan : 2015* = angka sementara

Berdasarkan data pada , terlihat bahwa sumberdaya lahan

perkebunan kopi robusta Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan

adanya penurunan. Penurunan terbesar pada tahun 2007, yaitu sebesar 6,91

persen turun dari tahun sebelumnya sebesar 1 131 622 hektar. Penurunan

luas lahan terjadi terjadi akibat adanya alih fungsi lahan perkebunan

robusta yang kemudian beralih ke arabika. Peralihan ini disebabkan ole

beberapa faktor yang mendorong petani mengganti jenis kopi yang

dibudidayakan. Menurut Damanik, 2012 dalam penelitianya yang

dilakukan di kabupaten Simalungun, Faktor-faktor yang menjadi

pendorong adanya alih fungsi usaha perkebunan kopi robusta ke kopi

arabika adalah : umur panen kopi arabika yang lebih cepat, intensitas

panen yang lebih tinggi, harga jual yang lebih tinggi, produkstivitas yang

lebih tinggi, waktu pengeringan yang lebih cepat, jam kerja pasca panen

yang lebih singkat, dan biaya pupuk yang lebih rendah.

Menurut data yang dirujuk dari Direktorat Jenderal Perkebunan

dalam Statistik Perkebunan Indonesia : Kopi 2014 – 2016, provinsi yang

memiliki luas lahan terbesar terletak pada provinsi Sumatera Selatan, pada

Page 56: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

39

tahun 2015 tercatat bahwa pada provinsi ini luas areal perkebunan kopi

robusta sebesar 249 510 hektar dengan hasil produksi 135 279 ton.

Kemudian diikuti provinsi Lampung dan Bengkulu.

Menurut AEKI, sebenarnya masih terdapat lahan potensial yang

begitu besar di Indonesia, salah satunya Lampung. Provinsi ini masih

memiliki lahan sebesar 162 000 hektar yang sebagian besar berada di

daerah hutan lindung. Namun, hal ini menjadi permasalahan, dimana

diketahui bahwa hutan lindung menurut definisi UU. No. 41 Tahun 1999

adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai

perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan

memelihara kesuburan tanah. Hal ini menjadi penyebab, kegiatan

pemanfaatan lahan di daerah kawasan hutan lindung diperlukan izin yang

cukup ketat dan dirasa cukup menyulitkan bagi petani melihat sebagian

besar usaha perkebunan kopi di lakukan oleh rakyat, bukan swasta,

ataupun pemerintah.

c. Kondisi Alam Indonesia

Dampak perubahan iklim global adalah perubahan pola dan

intensitas curah hujan, makin sering terjadinya fenomena iklim ekstrim El-

Nino dan La-Nina yang dapat mengakibatkan kekeringan dan banjir,

kenaikan suhu udara dan permukaan laut, dan peningkatan frekuensi dan

intensitas bencana alam. Bagi sektor pertanian, dampak lanjutan dari

perubahan iklim adalah bergesernya pola dan kalender tanam, perubahan

keanekaragaman hayati, eksplosi hama dan penyakit tanaman dan hewan,

serta pada akhirnya adalah penurunan produksi pertanian. Di tingkat

lapangan, kemampuan para petugas lapangan dan petani dalam memahami

data dan informasi prakiraan iklim masih sangat terbatas, sehingga kurang

mampu menentukan awal musim tanam serta melakukan mitigasi dan

adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi.

Sejak tahun 1898 telah terjadi kenaikan suhu yang mencapai 1

derajat celsius, sehingga diprediksi akan terjadi lebih banyak curah hujan

dengan perubahan 2-3 persen per tahun. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata

luas lahan sawah yang terkena banjir dan kekeringan masing-masing

sebesar 29 743 Ha terkena banjir(11.043 Ha diantaranya puso karena

banjir) dan 82 472 Ha terkena kekeringan (8 497 Ha diantaranya puso

karena kekeringan). Kondisi ini cenderung akan terus meningkat pada

tahun-tahun ke depan. (Kementan, 2015)

Tantangan ke depan dalam menyikapi dampak perubahan iklim

global adalah bagaimana meningkatkan kemampuan petani dan petugas

lapangan dalam melakukan prakiraan iklim serta melakukan upaya

adaptasi dan mitigasi yang diperlukan. Untuk membangun kemampuan

petani dalam melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan

iklim, salah satunya melalui Sekolah Lapang Iklim (SLI) serta membangun

sistem informasi iklim dan penyesuaian pola dan kalender tanam yang

sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. Disamping itu,

inovasi dan teknologi tepat guna sangat penting dan strategis untuk

dikembangkan dalam rangka untuk upaya adaptasi dan mitigasi terhadap

Page 57: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

40

perubahan iklim. Penciptaan varietas unggul yang memiliki potensi emisi

Gas Rumah Kaca (GRK) rendah, toleran terhadap suhu tinggi maupun

rendah, kekeringan, banjir/genangan dan salinitas menjadi sangat penting.

Selain itu, Indonesia termasuk wilayah dengan frekuensi bencana

alam sangat tinggi dan sering disebut sebagai wilayah “rawan bencana”.

Sejumlah bencana alam kerap terjadi yang meliputi erupsi gunung berapi,

gempa bumi, tsunami, banjir, kekeringan dan macam bencana alam

lainnya. Semua bencana alam tersebut berpotensi mengganggu aktivitas

perekonomian nasional mulai proses produksi, jalur distribusi, rehabilitasi

ekonomi, masa panen, dan menimbulkan trauma bagi masyarakat korban

bencana. Karena itu, kemampuan untuk antisipasi bencana alam,

penanganan korban bencana, serta kemampuan rehabilitasi ekonomi

pascabencana menjadi penting.

2. Sumberdaya Manusia

Kopi merupakan bahan minuman yang tidak saja terkenal di

Indonesia tetapi juga Dunia, hal ini disebabkan karena kopi, baik yang

dalam bentuk bubuk maupun sudah dalam bentuk minuman memilliki

aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan minuman lainya. Kopi

yang dijual di dunia biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang

dari dua varietas pohon kopi: arabika dan robusta. Perbedaan di antara

kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji

arabika, lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan

memiliki kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji

robusta.

Robusta, bagi Indonesia merupakan jenis kopi yang memiliki nilai

strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat di pedesaan. Lebih

dari 98 persen pada tahun 2015, kopi robusta indonesia diproduksi oleh

perkebunan rakyat. Perkebunan ini merupakan kumpulan dari kebun-

kebun kecil dengan luasan hanya sekitar 0,8-2 hektar saja dan menyerap

tenaga kerja yang cukup banyak. Sumatera selatan merupakan provinsi

dengan penyerapan tenaga kerja kopi robusta terbanyak di Indonesia.

Tercatat ada 201 899 kepala keluarga yang menjadi petani kopi didaerah

ini, sedangkan jika dijumlah dalam skala nasional. Penyerapan tenaga

kerja kopi robusta mencapai 1 230 034 kepala keluarga.

Banyaknya porsi perkebunan yang dimiliki rakyat menjadi sebuah

tantangan tersendiri bagi perkembangan industri kopi robusta nasional.

Petani yang menjadi penghasil kopi rakyat, umumnya tidak memiliki

modal, teknologi, dan pengetahuan yang cukup untuk dapat mengelola

tanaman yang mereka miliki secara optimal. Pengetahuan yang kurang,

atas keinginan pasar terhadap mutu yang diharapkan, akan memperlambat

program peningkatan ekspor.

Hasil produksi kopi yang tidak sesuai atas keinginan dan

persyaratan ekspor, disebabkan oleh beberapa faktor, minimnya sarana

pengolahan, lemahnya pengawasan mutu pada seluruh tahapan proses

pengolahan dan sistem tata niaga kopi rakyat yang tidak berorientasi pada

mutu, padahal kriteria kopi yang diinginkan pasar meliputi fisik, citarasa,

Page 58: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

41

dankebersihan serta aspek keragaman dan konsistensi sangat ditentukan

oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya.

Kelembagaan petani kopi dinilai masih lemah, sehingga daya tawar

dalam menentukan harga masih lemah. Perlu didorong terbentuk asosiasi

atau lembaga yang menyatukan para petani kopi yang tidak hanya

menaikan daya tawar dalam menentukan harga, tetapi juga menjadi sarana

meningkatkan keahlian petani. Kelembagaan ini akan membantu

meningkatkan kualitas dalam menanam, mengolah dan mendistribusikan

kopi. Melalui asosiasi atau kelembagaan petani, akses terhadap informasi

terkini lebih mudah. Karena saat ini akses petani terhadap informasi masih

kurang. Sehingga petani dapat memaksimalkan peluang yang ada (baik

informasi harga atau lainnya). (Kemendag, 2014)

Petani kopi masih banyak yang belum mengerti bagaimana cara

mengolah kopi pasca panen. Ini salah satu faktor yang menurunkan

kualitas kopi dan berdampak pada harga kopi. Pada tahun 2014, kopi

dengan grade 1 berharga Rp. 23.850,-, grade 2 Rp. 23.000,-, grade 3 Rp.

22.700,-, grade 4 Rp. 22.000,-, grade 5 Rp. 21.000,- dan grade asalan Rp.

19.000-20.00010. Dengan selisih harga yang signifikan, petani bisa

dapatkan penghasilan tambahan bila dilakukan screening yang memadai.

3. Mutu Kopi Robusta

Produksi kopi Indonesia memiliki kualitas yang tinggi dan sudah

ternama. Kopi Aceh, Toraja, Jawa, Papua dan tentunya Kopi Luwak sudah

dikenal masyarakat global sehingga yang lebih dibutuhkan saat adalah

pengelolaan kualitas, ketersediaan pasokan secara terus menerus dan

marketing yang lebih baik. Akan tetapi, keseragaman mutu kopi di

Indonesia masih belum merata sepenuhnya. Hanya beberapa produk

unggulan yang memang sudah diakui kualitasnya baik di pasar nasional,

ASEAN, maupun pasar Internasional.

Indonesia dalam mengusahakan kopi robusta, terbilang cukup

lama. Di masyarakat pedesaan, budidaya kopi telah dilakan secara turun-

temurun, akan tetapi aplikasi teknologi mulai dari teknis budidaya hingga

pengolahan pasca panen masih sederhan di beberapa perkebunan rakyat

Indonesia. Seperti yang diketahui, untuk dapat menghasilkan mutu kopi

yang baik, keseluruhan aspek kopi juga perlu di perhatikan.

Berdasarkan informasi pada penelitian yang dilakukan oleh

(Aklimawati et al, 2014). Aplikasi pemetikan buah kopi yang dilakukan

petani masih sangat bervariasi, yaitu dengan cara petik racutan dan petik

merah. Meskipun petani menerapkan petik merah, cara pemetikannya

dapat dikatakan belum optimal karena persentase buah merah berkisar

70% terhadap total produksi gelondong segar dalam satu kali pemanenan.

Selain itu, dalam melakukan proses penjemuran, pada penelitian diatas

disebutkan bahwa saran penjemuran yang digunakan berupa terpal atau

bahkan banyak juga dijumpai penjemuran kopi dilakukan diatas tanah. Hal

ini disebabkan adanya keterbatasan dalam kepemilikan terpal ataupun

lantai jemur yang memadai.

Walau disebagian daerah Indonesia, masih cukup banyak petani

yang melakukan budidaya dengan sistem sederhana. Potensi akan

Page 59: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

42

peningkatan dan pemerataan kualitas kopi disetiap daerah cukuplah besar,

mengingat memang jumlah konsumsi per kapita penduduk Indonesia dan

Dunia terus meningkat setiap tahunya. Indonesia sendiri, saat ini sedang

gencar untuk mempromosikan beberap produk-produk kopi unggulanya

(Specialty Coffee). Di dalam dunia kopi, terdapat beberapa tingkatan atau

level dari kualitas kopi. Masing-masing ditentukan berdasarkan bentuk

green bean. Specialty Coffee, merupakan sebutan untuk kopi yang

memiliki lever tertinggi dari kualitas kopi.

Specialty coffee adalah kumpulan green bean kopi pilihan yang

dipilih masih dalam bentuk sempurna tanpa cacat. Bentuknya masih utuh,

tanpa lubang, tanpa jamur, berwarna bersih dan cerah, dan memiliki bau

yang harum. Pada saat panen kopi, para petani memetik semua buah kopi

yang berada di kebun, yang kemudian buah tersebut di proses hingga

menjadi green bean. Pada saat berubah menjadi green bean, kita akan

menyaksikan banyak sekali green bean yang rusak. Green bean yang rusak

tersebut dipisahkan untuk dijual kembali dengan harga yang sangat murah.

Pengguna green bean grade rendah biasanya produsen kopi instant yang

telah terkenal, karena tidak mungkin menggunakan green bean jenis

specialty coffee, karena harga tidak akan bisa dijangkau oleh semua

kalangan.

Specialty coffee memiliki harga yang jauh lebih mahal daripada

kopi grade rendah. Untuk specialty coffee dari Aceh Gayo saja, green bean

kelas specialty dihargai kurang lebih di sekitar 90rb-120rb/kg. Harga ini

jauh lebih mahal dibanding kan green bean grade rendah yang hanya

dihargai 5rb-10rb/kg. (JPW Coffee, 2013)

Selain kopi Aceh Gayo, masih banyak produk-produk specialty

coffee Indonesia yang terkenal di pasar kopi dunia. Diantaranya, Kopi

Luwak Liar dari Aceh Gayo, Kopi Aceh Gayo, Kopi Lintong, Kopi

Mandheling Lake Toba, Kopi Mandheling, Ankola Sipirok, Kopi Bali

Kintamani, Kopi Toraja Sapan, Kopi Flores Bajawa, Kopi Papua Wamena.

4. Sumberdaya Modal

Pada umumnya sumber modal kerja pada perkebunan kopi di

Indonesia berasal dari modal sendiri, karena pengetahuan dan kemampuan

petani masih kurang untuk mengakses modal ke lembaga keuangan.

Sedangkan, sumber daya modal untuk investasi pada industri pengolahan

kopi berupa investasi yang berbadan hukum (PMA, PMDN, dan non

PMA/PMDN berupa BUMN, BUMD, Koperasi) dan tidak berbadan

hukum (perorangan atau kelompok). Ketersediaan modal akan

mempengaruhi ketepatan waktu dan takaran dalam penggunaan input

produksi, serta pemberian upah tenaga kerja. Bagi petani subsisten, modal

merupakan salah satu syarat keberhasilan usahatani dalam menopang

kegiatan produksi dan keberlanjutan usaha. Modal akan digunakan petani

untuk pengadaan input produksi dan pembayaran upah tenaga kerja. Untuk

pedagang pengepul, sumber modal berasal dari modal sendiri maupun

pinjaman dari pedagang besar.

Pemerintah sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk

pemenuhan kebutuhan modal, salah satunya dengan mengembangkan

Page 60: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

43

skema kredit dengan subsidi suku bunga sehingga suku bunga beban

petani lebih rendah seperti Kredit ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E),

Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi perkebunan (KPEN-

RP) dan skema kredit dengan penjaminan seperti Kredit Usaha Rakyat

(KUR). Namun demikian skema kredit tersebut belum mampu mengatasi

permodalan petani dan dukungan perbankan belum memberikan kontribusi

yang optimal bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain sumber dana

sepenuhnya dari bank dan risiko ditanggung bank, oleh karena itu

perbankan menerapkan prudential perbankan. Dampak dari penerapan

prudential perbankan dirasakan petani seperti sulinya akses permodalan,

persyaratan yang dianggap rumit dan waktu yang lama, masih diperlukan

jaminan tambahan yang memberatkan petani berupa sertifikat lahan,

terbatasnya sosilaisasi dan informasi keberadaan skema kredit serta

terbatasnya pendampingan dan pengawalan petani yang membutuhkan

permodalan dari perbankan. (Kementan,2015)

Kondisi perkebunan kopi oleh petani secara umum memiliki lahan

sempit, skala usaha kecil dan letaknya yang menyebar dan lebih banyak

sebagai buruh tani sehingga lebih mudah dilayani oleh pelepas

uang/sumber modal non formal meskipun suku bunga tinggi tetapi waktu

perolehannya lebih cepat. Dengan terbatasnya pembinaan, pengawalan dan

pendampingan bagi petani yang mengajukan kredit kepada perbankan

untuk modal usaha tani serta tingkat kemauan membayar kembali kredit

rendah merupakan salah satu faktor penghambat perbankan dalam

menyalurkan kredit kepada petani.

Selain itu, iklim usaha yang kondusif baik yang dipengaruhi oleh

alam, fasilitas informasi, layanan teknologi dan jasa pelayanan dipercaya

juga dapat menarik investor Luar Negri dan Dalam Negeri untuk usaha

perkopian Indonesia. Sekarang ini, dirasa masih kurangnya minat investor

asing ke Indonesia disebabkan oleh berbagai kendala, seperti masalah

perburuhan, perpajakan dan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.

(Kemenprin, 2009)

Untuk meningkatkan daya tarik investor pada usaha perkopian

diperlukan kebijakan iklim usaha kondusif, serta peningkatan kualitas

pelayanan terhadap masyarakat.

5. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) ditujukan

untuk mengubah penggunaan IPTEK dari yang berciri tradisional ke arah

yang lebih maju. Dengan sumber daya yang terbatas dan tatanan pasar

yang sangat kompetitif, penerapan inovasi teknologi merupakan fakta

kunci dalam pengembangan pertanian internasional unggul berkelanjutan.

(Haryono,et.al.2010). Inovasi teknologi harus bermanfaat dalam

meningkatkan kapasitas produksi dan produktifitas sehingga dapat

memacu pertumbuhan produksi dan peningkatan dayasaing. Disamping

itu, inovasi teknologi juga diperlukan dalam pengembangan produk dalam

rangka peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan transformasi

produk seuai dengan preferensi konsumen.

Page 61: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

44

Perkebunan kopi robusta di Indonesia masih menghadapi masalah

produktivitas per luas areal tanam, terutama untuk bentuk usaha

perkebunan rakyat. Produktivitas nasional saat ini sebesar 792 kg biji

kering/ha/tahun, masih sangat jauh dibandingkan dengan produktivitas

kopi di Kolombia (1 220 kg/ha/tahun), Brasil (1000 kg/ha/tahun), dan

Vietnam (1550 kg/ha/tahun).(Rubiyo,et.al.2011). Produktivitas dari kebun

kopi robusta Indonesia bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di mulai

bibit, pemberian nutrisi, hingga faktor cuaca yang tidak stabil.

Indonesia diketahui telah lebih lama membudidayakan kopi

dibandingkan Vietnam, secara nutrisi tanah, Vietnam memang lebih

unggul. Selain karena umur pemanfaatan lahan yang terbilang muda (40

tahun sejak 1976) Lahan perkebunan negara tersebut terbilang masih

cukup fresh, berbeda dengan Indonesia yang sudah hampir 200 tahun

membudidayakan kopi. Sebenarnya, Indonesia telah memiliki lembaga-

lembaga atau badan milik pemerintah yang secara aktif dan rutin

melakukan perkembangan melalui inovasi teknologi industri kopi.

Diantaranya klon (bibit) unggul jenis robusta yang dihasilkan oleh Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) yang berkedudukan di

jember antara lain BP 42, BP 234, BP 288 dengan potensi hasil masing-

masing 0.8-1.2 ton/hektar, 0.8-1.6 ton/hektar, 0.8-1.5 ton/hektar.

Pemertintah melalui Kementerian Pertanian, selalu melakukan

berbagai upaya untuk memberikan dukungan dalam upaya peningkatan

inovasi dan teknologi. Melalui Rencana Strategis 2015-2019, yang disusun

oleh Kementerian Pertanian (2015). Adapun arah kebijakan pemerintah

lima tahun mendatang, dengan melakukan upaya-upaya diantaranya

sebagai berikut.

1. Meningkatkan kapasitas dan fasilitas peneliti di bidang pertanian

2. Meningkatkan penelitian yang memanfaatkan teknologi terkini dalam

rangka mencari terobosan peningkatan produktivitas benih/bibit

tanaman

3. Memperluas cakupan penelitian mulai dari input produksi, efektivitas

lahan, teknik budidaya, teknik pasca panen, teknik pengolahan hingga

teknik pengemasan dan pemasaran.

4. Meningkatkan diseminasi teknologi kepada petani secara luas

5. Membina petani maju sebagai patron dalam pengembangan dan

penerapan teknologi baru di tingkat lapangan.

Kondisi Permintaan

1. Komposisi Permintaan Domestik

Permintaan domestik akan produk kopi diberikan dalam bentuk

minuman. Minuman kopi tersedia dalam beberapa macam rasa, seperti

capucino, vanilla latte, moccachino, dan lainya. Minuman kopi didalam

negeri sebagian besar dijual dalam bentuk bubuk dalam kemasan sachet,

baik itu instan maupun kopi bubuk. Harga dari minuman kopi pun cukup

terjangkau. Umumnya, kopi yang diproduksi dalam kemasan sachet

merupakan kopi yang berkualitas rendah. Karena bahan baku yang dipakai

Page 62: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

45

untuk membuat produk kopi sachet merupakan kopi dengan golongan

grade IV sampai VI. Sedangkan, diketahui bahwa kopi grade terbaik

specialty coffee dihargai dengan yang terbilang mahal. Specialty coffee

memang dinikmati oleh penikmat kopi dengan latar belakang ekonomi

kelas menengah dan atas.

Sampai saat ini pemanfaatan kopi pun tidak sebatas sebagai

minuman, tetapi kopi juga dapat dimanfaatkan dalam industri lainya,

seperti industri jasa SPA, kosmetik, dan kuliner. Selera masyarakat

Indonesia semakin berkembang. Hal ini dapat dilihat dengan

bertambahnya jenis kopi olahan baik dalam berupa sachet maupun

menjamurnya cafe di kota-kota besar yang secara khusus menjual produk-

produk kopi.

Dalam dunia kopi, pandangan masyarakat terhadap produk ini

teruslah berkembang. Seperti bir dan wine yang sudah familiar bagi

Bangsawan Eropa, saat ini kopi juga diproses dan dicintai dengan hormat

oleh mereka yang berkecimpung di dunia kopi. Perkembangan kopi yang

begitu dinamis dari masa ke masa, hingga pada saat ini muncul istilah baru

yang dikenal dengan Third Wave Coffee, merupakan sebuah istilah untuk

mendefinisikan masa sekarang adalah masa ketika orang-orang tak lagi

hanya menikmati kopi untuk pelepas dahaga atau pemompa semangat di

saat kafein mendadak menjadi kebutuhan. Pada dunia kopi saat ini telah

menyadarkan dan memberikan pemahaman pada kita bahwa kopi adalah

sesuatu yang sahih, kompleks, dicintai, dielu-elukan dan merasuk menjadi

sebuah ritual yang tak sembarangan.

Istilah Thrid Wave Coffee masih terbilang baru, istilah ini pertama

kali dikemukakan oleh Thrish Rothgeb pada sebuah artikel di Wrecking

Ball Coffee Roasters pada 2002. Pada artikel yang dipublikasikan oleh

Roaster Guild, The Flamekeeper, Rothgeb mendefinisikan ada tiga

pergerakan di dalam dunia kopi dan menyebutnya dengan istilah

“gelombang” atau “waves”. Melalui pengertian tersebut, “third wave”

menjadi istilah yang popular hingga sekarang.

Third Wave Coffee ditandai dengan mulai tertariknya para pencinta

kopi terhadap kopi itu sendiri. Baik itu asal muasal bijinya, prosesnya

sampai kepada penyajian sebelum kopi tersebut sampai ke tegukan. Pada

era ini memberikan dorongan penikmat kopi untuk menilai terhadap kopi

yang rasanya buruk dan cara penyajian kopi yang dianggap tidak benar.

Meskipun tidak mengenyampingkan masalah pemasaran dan

promosi, Third Wave Coffee peduli lebih dalam dari sekedari menikmati

kopi saja. (ottencoffee.co.id, 2015)

2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan.

Permintaan akan kopi robusta cenderung berfluktuasi dengan

menunjukan adanya trend peningkatan. Sedangkan, untuk tingkat

konsumsi kopi per kapita per tahun di Indonesia, menunjukan adanya

peningkatan walau dengan pola yang sangatn tipis. Berdasarkan data

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), BPS (2010-214). Pada tahun

2014, tingkat konsumsi kopi per kapita domestik sebesar 1,34 kilogram

per kapita per tahun. Jika melihat dari data tahun sebelumnya, tingkat

Page 63: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

46

konsumsi per kapita mengalami penurunan. Namun dalam lima tahun

terakhir pertumbuhan konsumsi kopi mengalami kenaikan, dari tahun

2010 konsumsi kopi domestik naik sebesar 0,05 kilogram.

Tabel 12 Rata – rata konsumsi kopi per kapita per tahun Indonesia, tahun

2010-2014. Kopi

bubuk/biji

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

Kuantitas

(kilogram) 1.29 1.37 1.06 1.37 1.34

Nilai (Rp) 29 043.57 30 295.00 29 304.29 42 444.29 43 539.29

Sumber : Susenas, BPS (2010-2014), diolah

Data konsumsi per kapita tidak secara langsung menunjukan

jumlah total konsumsi kopi secara nasional. Karena rata-rata konsumsi

merupakan data mengenai jumlah baik kuantiti maupun nilai kopi yang

dikonsu msi masyarakat per kapita per tahun. Sedangkan, untuk Total

konsumsi Nasional merupakan jumlah secara total konsumsi kopi di suatu

negara.

Di ASEAN, negara dengan total konsumsi terbesar terhadap kopi

adalah Filipina kemudian diikuti Indonesia dan Vietnam. Indonesia masih

berpotensi untuk menjadi negara terbesar dalam mengkonsumsi kopi,

karena jika dilihat dari total penduduknya, Indonesia jauh lebih besar

dibanding Filipina. Bahkan dalam sekup ASEAN Indonesia merupakan

negara yang memiliki penduduk terbesar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari United Stade Department of

Agriculture. Pada tahun 2015 total konsumsi Indonesia adalah 165.000 ton

angka ini turun dari tahun sebelumnya sebesar 182.400 ton. Sedangkan

untuk Vietnam negara pesaing utama Indonesia memiliki total konsumsi di

tahun 2015 sebesar 156.000 ton. Dan Filipina di tahun 2015 sebesar

328.500 ton. ()

Tabel 13 Total konsumsi domestik di Negara Anggota ASEAN, tahun

2011 – 2015.

Negara Tahun (Ton)

2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia 141 300 158 100 165 000 182 400 165 000

Vietnam 99 900 109 500 120 480 133 020 156 000

Philippines 219 600 264 300 217 800 259 200 328 500

Malaysia 37 500 37 500 39 600 36 000 36 000

Singapore 9 000 6 900 7 200 9 000 7 800

Laos 6 000 6 000 6 600 6 000 6 000

Thailand 28 200 30 600 30 900 32 700 34 200

Sumber : United Stade Department of Agriculture, diolah.

Page 64: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

47

3. Internasionalisasi Permintaan Domestik

Indonesia merupakan salah negara di Dunia yang cukup terkenal

untuk dijadikan destinasi wisata. Hal yang mendasari kenapa wisatawan

(tourist) adalah karena terdapat sejumlah keunikan yang tidak dimiliki

oleh negara lain. Mulai dari keanekaragaman budayanya, kekayaan

alamnya, hingga banyak macam kuliner yang dari setiap daerah berbeda-

beda dan ciri khasnya masing-masing.

Kedatangan sejumlah tourist mancanegara ke Indonesia, secara

tidak langsung akan memberi dampak yang beragam. Peningkatan

ekonomi, hingga dikenalnya produk-produk lokal yang sebelum tidak

pernah dilihat di negara asal tourist tersebut. Dikenalnya produk lokal oleh

Tourist atau dalam hal ini kopi robusta yang kemudian dikonsumsi bahkan

dijadikan buah tangan, akan membuat produk-produk kopi Indonesia

semakin terpromosikan yang juga akan membantu membangun Brand

Image dimata dunia.

Produk kopi Indonesia yang dikenal oleh wisatawan mancanegara

umumnya ialah produk-produk specialty yang didominasi dari jenis kopi

arabika. Namun, untuk biji kopi robusta pun banyak digunakan untuk

menghasilkan kopi bubuk oleh perusahaan pengolahan kopi lokal atau

sebagai bahan campuran dalam produk blend coffee yang biasanya

dinikmati digerai-gerai kopi.

Industri Terkait dan Industri Pendukung

Menurut Sunani dalam Meryana (2007), Industri terkait merupakan

industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal. Industri ini mulai

dari pengadaan bahan baku, bahan tabahan, bahan kemasan sampai pemasaran.

Selain industri terkait terdapat juga industri pendukung yang merupakan industri

yang memberikan koontribusi tidak langsung dalam sistem komoditas secara

vertikal.

Perkembangan industri kopi tidak terlepas dari adanya industri hulu yang

senantiasa siap dan berkompeten untuk menyediakan benih atau bibit unggul,

seinggga dapat menghasilkan biji kopi dengan kuantitas dan kualitas prima. Saat

ini Indonesia memiliki lembaga dibawah naungan pemerintah untuk terus

melakukan penelitian dan inovasi dalam menyediakan benih kopi yang optimal.

Pusat Penelitian Kopi dan kakao Indonesia(Pustlitkoka).

Pada Industri pengolahan kopi pada umumnya menggunakan bahan baku

biji kopi Arabika dan Robusta dengan komposisi perbandingan tertentu. Kopi

Arabika digunakan sebagai sumber citra rasa, sedangkan kopi Robusta digunakan

sebagai campuran untuk memperkuat body. Kopi Arabika memiliki citra rasa

yang lebih baik, tetapi memiliki body yang lebih lemah dibandingkan kopi

Robusta. Selain biji kopi, industri pengolahan kopi juga membutuhkan bahan

tambahan seperti gula, jagung, dan lain-lain, serta bahan penolong seperti bahan

kemasan (packing), pallet, krat dan lain-lain.

Page 65: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

48

Sumber : Kementerian Perindustrian

Gambar 4 Pohon Industri pengolahan kopi

Jenis diversifikasi produk kopi meliputi kopi bubuk, kopi instan, kopi biji

matang (roasted coffee), kopi tiruan, kopi rendah kafein (decaffeinated coffee),

kopi mix, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam botol dan produk turunan

lainnya. Seperti yang terdapat pada gambar diatas.

Kopi merupakan komoditas yang juga memiliki industri jasa pemasaran,

yang merupakan lembaga perantara seperti pedagang, pengumpul, distributr,

pedagang besar, pedagang eceran, dan eksportir. Lembaga perantara di dalam

industri kopi robusta nasional saat ini dapat dikatakan berada dalam rangkaian

yang cukup panjang. Kondisi ini secara tidak langsung akan menyebabkan harga

Buah Kopi

(100%)

Kulit Tanduk dan

Kulit Ari (5-10%)

Kopi Biji (Coffee

Beans)

- Arabika (16-18%)

- Robusta (20-30%)

-

-

Kopi Bubuk

Kopi Instan

Kopi Sangrai

Kopi Tiruan

Kopi Mix

Decaffeinated coffee

Kopi Ekstrak

Kaffein dan lain lain

Ulin

Arang

Asam Asetat

Enxim Pektat

Protein Sel Tunggal

Pektin

Etanol

Anggur

Silase

Cuka Makanan

Kulit Tanduk dan

Kulit Ari (66-77%)

Page 66: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

49

kopi ditingkat petani seringkali tidak wajar. Harga ditingkat petani yang rendah

juga mengidikasikan bahwa posisi tawar petani saat ini cukup lemah. Hal ini

membuat petani memiliki keuntungan yang kecil dibandingkan salah sala bagian

dari rantai pemasaran kopi robusta.

Struktur, Persaingan dan Strategi Industri Kopi Robusta Nasional

Struktur industri pengolahan kopi nasional belum seimbang; hanya 20%

kopi diolah menjadi kopi olahan (kopi bubuk, kopi instan, kopi mix), dan 80%

dalam bentuk kopi biji kering (coffee beans). Industri pengolahan kopi masih

kurang berkembang disebabkan oleh faktor teknis, sosial dan ekonomi. Penerapan

teknologi pengolahan hasil kopi baru diterapkan oleh sebagain kecil perusahaan

industri pengolah kopi, hal ini disebabkan oleh keterbatasan informasi, modal,

teknologi, dan manajemen usaha. Produk industri olahan tersebut sangat

berpotensi dalam memberikan nilai tambah yang tinggi.

Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin

ketat dimana masing-masing negara saling membuka pasarnya. Pengembangan

produk diversifikasi kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix,

decaffeinated coffee, soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai

arti penting, karena dapat menjadi komoditas unggulan yang mempunyai

dayasaing tinggi di pasar internasional. Indonesia sebagai negara tropis disamping

berpeluang untuk pengembangan produk diversifikasi kopi olahan tersebut diatas,

juga berpotensi untuk pengembangan produk industri pengolahan kopi specialties

dengan rasa khas seperti: Lintong Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee,

Kintamani Coffee, Toradja Coffee.

Walaupun Indonesia mempunyai peluang besar untuk pengembangan

industri pengolahan kopi dan mempunyai prospek besar dipasar domestik dan

internasional, namun permasalahan juga sangat kompleks, karena begitu banyak

faktor-faktor yang mempengaruhinya baik internal maupun eksternal dan juga

faktor perilaku konsumen, fluktuasi harga dan perdagangan kopi dunia.

Permasalahan yang Dihadapi Industri Pengolahan Kopi

a. Bahan Baku

1. Komposisi jenis tanaman kopi di Indonesia tidak seimbang, produksi kopi

Robusta (76 persen) jauh lebih besar dari kopi Arabica (24 persen),

sedangkan permintaan pasar dunia menyukai kopi Arabica.

2. Kurangnya pengetahuan penanganan pasca panen (cara tradisional),

sehingga mutu biji kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi

rendah.

b. Produksi

1. Terbatasnya fasilitas produksi biji kopi (mesin/peralatan: pengering,

pengupas dan sortasi), utamanya ditingkat usaha industri skala kecil dan

menegah.

2. Terbatasnya penguasaan teknologi proses pada tahap roasting.

3. Penerapan GMP, HACCP dan ISO rendah, sehingga mutu produk rendah

dan tidak konsisten.

Page 67: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

50

4. Kurang adanya kemampuan melakukan inovasi dan diversifikasi produk

sesuai dengan permintaan pasar domistik maupun internasional.

c. Pemasaran

1. Rendahnya R & D inovasi dan diversifikasi produk kopi olahan sesuai

permintaan pasar domistik dan internasional.

2. Terbatasnya akses pasar internasional, selama ini ekspor produk kopi

olahan sebagian besar hanya ditujukan ke pasar tradisional seperti Uni

Eropa, Jepang dan USA.

d. Infrastruktur

1. Kurangnya dukungan infrastruktur ditingkat usaha budi daya tanaman

kopi (jalan, alat angkut) dan industri pengolahan kopi (listrik, energi).

2. Belum optimalnya kegiatan forum komunikasi dan koordinasi antar

stakeholders, utamanya yang mengarah ke pembentukan kerjasama

kemitraan.

Peran Pemerintah

Sejalan dengan perkembangan industri kopi di dunia yang semakin

kompetitif, Indonesia dalam hal ini Pemerintah tentu mempunyai peran yang

cukup besar bagi perkembangan industri kopi dalam negeri. Pemerintah perlu

memberi arahan atau implikasi strategi baik jangka pendek, menengah, atau

panjang terhadap perkembangan kopi nasional.

Peningkatan dayasaing kopi robusta Indonesia di pasar internasional

memerlukan langkah-langkah perbaikan kinerja dan dukungan kebijakan ekspor

yang kondusif bagi ekspor kopi. Selain perbaikan mutu kopi, langkah lain yang

diperlukan adalah mengefisienkan biaya ekspor dengan cara mengurangi bahkan

menghilangkan beban biaya operasional di pelabuhan, seperti biaya cadangan,

maupun sebelum di pelabuhan. Insentif fiskal dan moneter, seperti penghapusan

atau keringanan pajak dan penyediaan kredit ekspor dengan bunga rendah,

merupakan alternatif kebijakan yang dapat diterapkan.(Dradjat, et.al,2007)

Dalam ekspor kopi, Indonesia harus mulai diarahkan untuk berorientasi

pasar. Untuk itu, pemerintah perlu memfasilitasi pengembangan pasar melalui

berbagai kebijakan ekspor kopi, seperti pemberian informasi pasar (harga, mutu,

pasar uang sedang tumbuh, pasar potensial, dan lainya) dan penyediaan

kemudahan-kemudahan ekspor, seperti pengembangan infrastruktur di pelabuhan

dan kredit ekspor.

Dalam rangka peningkatan mutu biji kopi, pemerintah perlu

mengembangkan standar mutu nasional dengan mengacu pada hasil penelitian

dan berorientasi internasional. Untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia

(SNI) yang berorientasi internasional tersebut, teknologi pengolahan kopi oleh

petani perlu diperbaiki dengan penggunaan peralatan yang diperlukan untuk

pengolahan kopi, baik dengan proses basah maupun proses kering.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian pada tahun 2015 telah

menyusun rencana stategis (2015-2019) untuk mendukung perkembangan

pertanian Indonesia secara nasional. Pembangunan pertanian dalam lima tahun ke

depan berlandaskan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) ke-tiga (2015- 2019), dimana RPJMN tersebut sebagai penjabaran dari

Page 68: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

51

Visi, Program Aksi Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta

berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

Visi pembangunan dalam RPJM 2015-2019 adalah “Terwujudnya

Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

Royong”. Visi tersebut dijabarkan menjadi Tujuh Misi serta Sembilan Agenda

Prioritas (NAWA CITA). Dalam aspek ideologi, PANCASILA 1 JUNI 1945 dan

TRISAKTI menjadi ideologi bangsa sebagai penggerak, pemersatu perjuangan,

dan sebagai bintang pengarah.

Dalam rencana strategis terdapat agenda prioritas pertanian yang terdiri

dari dua hal, yaitu : 1. Peningkatan Agroindustri, dan 2. Peningkatan Kedaulatan

Pangan.

1. Peningkatan Agroindustri dalam hal ini meliputi meningkatkan produktivitas

rakyat dan dayasaing di pasar internasional. Sasaran dari peningkatan

agroindustri adalah

a. Meningkatnya PDB dari industri pengolaan makanan dan minuman, serta

produksi dari komoditas andalah ekspor dan komoditas prospektif.

b. Meningkatnya jumlah sertifikasi untuk produk pertanian yang diekspor,

dan

c. Berkembangnya agroindustri terutama di pedesaaan. Komoditi yang

menjadi fokus dalam peningkatan agroindustri diantaranya kelapa sawit,

karet, kakao, kopi, teh, kelapa, manggis, manggga, nanas, manggis, salak,

dan kentang.

Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang ada di luar kendali lembaga-

lembag Indonesia terkait kopi. Seperti peningkatan dayasaing karena depresiasi

nilai rupiah terhadap dollar Amerika (US$), terdepresiasinya nilai rupiah terhadap

dollar US menyebabkan eksportir kopi akan memperoleh keuntungan yang

berlipat ganda. Namun disisi lain lemahnya nilai rupiah ini tidak begitu saja bisa

diterima baik bagi perekonomian nasional.

Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Indonesia sejak

awal 2016 telah juga memberikan dampak bagi industri kopi dalam negeri.

Dimana dengan MEA, negara-negara anggota ASEAN mendapatkan bebas pajak

masuk terhadap produk-produk ekspor, namun pemerintah tetap memberikan

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen dari nilai ekspor kopi.

Analisis SWOT

Dalam upaya peningkatan dayasaing kopi robusta Indonesia di pasar

ASEAN, digunakan alat analisis SWOT. Dengan menggunakan SWOT, akan

diidentifikasi empat faktor seperti kekuatan (strange), kelemahan (weakness),

peluang (oportunity), dan ancaman (threat) dari industri kopi robusta indonesia.

Poin-poin dalam faktor-faktor tersebut diperoleh dari hasil analisis

keunggulan kompetitif menggunakan pendekatan Diamond Porter, keunggulan

komparatif yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah menganalisis keempat

faktor maka dibentuk sebuah matriks SWOT. Analisis SWOT merupakan

identifikasi sistematis dari faktor dan strategi yang merefleksikan keduanya.

Page 69: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

52

Dalam merumuskan strategi peningkatan dayasaing kopi robusta nasional, basis

analisa telah dibuat, dengan menetapkan unit-unit yang termasuk dalan

lingkungan internal dan eksternal. Dalam hal ini, yang termasuk dalam

Lingkungan internal Industri Kopi Robusta adalah segala sumberdaya di subsitem

hulu, budidaya (onfarm), dan hilir termasuk subsistem pendukung. Sementara

lingkungan eksternal terdiri dari aktivitas pemerintah, ekonomi politik,

lingkungan global, dan kesempatan.

Berdasarkan Analisis SWOT dapat dipilih strategi SO (kekuatan-

kesempatan), WO (Kelemahan-peluang), ST (Kekuatan-ancaman), WT

(kelemahan-ancaman). Strategi S-O dirumuskan dengan menggunakan kekuatan

dari industri kopi robusta nasional untuk memanfaatkan peluang yang ada,

sedangkan strategi W-O dirumuskan dengan meminimalkan kelemahan dari

industri kopi robusta nasional untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-T

dirumuskan dengan menggunakan kekuatan industri kopi robusta nasional untuk

mengatasi ancaman W-T dirumuskan dengan meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman dari lingkungan eksternal.

Perumusan strategi yang ada dilakukan melalui pembentukan matriks

SWOT, dimana matriks ini meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

yang telah diidentifikasi sebelumnya. Melalui matriks SWOT dapat dirumuskan

bahwa alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan

meningkatkan dayasaing Industri kopi Robusta nasional di pasar ASEAN dan

Internasional.

Tabel 14 Identifikasi SWOT Industri Kopi Robusta Indonesia Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan

(Strengths)

- Luas lahan yang

besar, Potensi

peningkatan

luas lahan

- Sumberdaya

tenaga kerja

yang begitu

besar

- Sumberdaya

IPTEK telah

berkembang

cukup baik

- Peran Industri

terkait dan

pendukung

- Kopi robusta

memiliki

karakteristik

yang kuat

Kelemahan (Weaknesses)

- Produktivitas lahan

rendah

- Kepemilikan

umumnya perkebunan

rakyat yang masih

skala kecil

- Pengolahan pasca

panen masih rendah

atau tidak merata

- Pendidikan petani

rendah

- Akses permodalan

belum bisa dijangkau

secara penuh

- Industri pengolahan

kopi sebagian besar

masih berorientasi

lokal

- Kemampuan ekspor

masih lemah

- Kemampuan

menentukan harga

ditingkat dunia belum

kuat

Peluang

(Opportunities)

- Peningkatan

konsumsi

dibeberapa

negara

- Peran pemerintah

telah baik dan

mendukung penuh

- Peran pemerintah

telah baik dan

mendukung penuh

- Potensi pasar

baru di negara-

negara dunia

- Berubahnya

pandangan

masyarakat

untuk mencintai

kopi dengan

lebih

- Peningkatan

konsumsi

domestik.

- Potensi

peningkatan

harga kopi

Ancaman (Threats)

- Meningkatnya

kemampuan ekspor

negara pesaing

- Penentuan harga

yang dilakukan

oleh negara-negara

konsumen

(Amerika dan

Inggris)

Page 70: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

53

Robusta

Tabel 15 Matriks Analisis SWOT Industri Kopi Robusta Indonesia

Kekuatan

(Strengts –S)

1. Luas lahan yang

besar, Potensi

peningkatan luas

lahan

2. Sumberdaya tenaga

kerja yang begitu

besar

3. Sumberdaya IPTEK

telah berkembang

cukup baik

4. Peran Industri terkait

dan pendukung

5. Kopi robusta

memiliki

karakteristik yang

kuat

Kelemahan (Weaknesses – W)

1. Produktivitas lahan rendah

2. Pengetahuan dalam

pengolahan pasca panen

masih rendah atau tidak

merata

3. Kepemilikan umumnya

perkebunan rakyat yang

masih skala kecil

4. Pendidikan petani rendah

5. Akses permodalan belum

bisa dijangkau secara

penuh

6. Industri pengolahan kopi

sebagian besar masih

berorientasi lokal

7. Kemampuan ekspor masih

lemah

8. Kemampuan menentukan

harga ditingkat dunia

belum kuat

Peluang (Opportunities

– O)

1. Peningkatan

konsumsi

dibeberapa

negara

2. Potensi pasar

baru di negara-

negara dunia

3. Berubahnya

pandangan

masyarakat untuk

mencintai kopi

dengan lebih

4. Peran pemerintah

telah baik dan

mendukung

penuh

5. Peningkatan

konsumsi

domestik.

6. Potensi

peningkatan

harga Robusta

Strategi S-O

1. Optimalisasi lahan

kopi

(S1,S2,S3,S4,S5,O1,

O2)

2. Meningkatkan

kuantitas, kualitas,

dan jumlah produk

kopi Specialty

Robusta (S1, S3, S5,

S6, O3)

Strategi W-O

1. Membangun sentra

perkebunan kopi dengan

meningkat peran serta

fungsi kelembagaan kopi

yang ada. (W2, W3, W4,

W5,O1,O2,O3,O4,O5)

2. Membangun orientasi

terhadap pasar ekspor.

(W6,W7, O1,O2,O3,O5)

3. Meningkatkan peran dalam

organisasi Internasional,

dan kerjasama dengan

negara-negara konsumen

utama

(W6,W7,W8,O1,O2,O3,O4

,O5)

Page 71: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

54

Ancaman (Threats-T)

1. Meningkatnya

kemampuan ekspor

negara pesaing

2. Penentuan harga

yang dilakukan oleh

negara-negara

konsumen (Amerika

dan Inggris)

Strategi S-T

1. Melakukan

pemerataan

pengembangan

Industri kopi

diseluruh daerah

penghasil Indonesia.

(S1,S2,S3,S4,S5,S6,T

1)

2. Ikut berpartisipasi

dalam organisasi kopi

internasional, dan

promosi.

Strategi W-T

1. Meningkatkan konsumsi

kopi domestik.

(W6,W7,T1)

Implikasi Strategi

a. Strategi S-O

1. Optimalisasi lahan kopi robusta Indonesia, sehingga mampu

meningkatkan kuantitas dan kualitas yang maksimal agar produksi kopi

yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dunia yang

terus meningkat dan memenuhi potensi konsumsi di pasar baru di

negara-negara di ASEAN dan dunia. Adapun hal yang dilakukan

dengan memanfaatkan kekuatan yang ada, sebagai berikut :

a. Pemanfaatan IPTEK yang dapat mendukung dan meningkatkan

produksi kopi robusta nasional

b. Merealisasikan potensi perluasan lahan kopi robusta indonesia.

c. Pemanfaatan Industri terkait dan pendukung yang dimiliki

2. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan jumlah produk kopi Specialty

Robusta. Seperti yang diketahui bersama, bahwa kopi specialty

merupakan hasil produk kopi dengan kualitas terbaik, kopi ini sangat

diminati oleh masyarakat pecinta kopi baik dalam maupun luar negeri.

Dengan mengoptimalkan kinerja lembaga IPTEK dan

mendistribusikanya secara merata diseluruh daerah penghasil kopi.

Upaya untuk percepatan pengembangan produk specialty coffee akan

lebih memungkinkan.

b. Strategi W – O

1. Membangun sentra perkebunan kopi dengan meningkatkan peran serta

fungsi kelembagaan kopi yang ada. Dengan adanya peran fungsi

kelembagaan terkait kopi seperti Asosiasi Eksportir, kelompok petani,

pemerintah, industri hulu hingga hilir, jika semua melakukan peran

fungsinya masing-masing denga efektif tentu akan mempengaruhi

percepatan perkembangan industri kopi robusta dalam negeri.

2. Membangun orientasi terhadap pasar ekspo. Melalui pemerintah dengan

arah kebijakan yang berorientasi pasar, akan mempengaruhi pola

pandangan masyarakat petani untuk lebih peduli teradap keinginan

pasar. Sehingga produk yang dihasilkan nantinya akan terserap dengan

baik, bahkan menjadi produk yang dinanti oleh konsumen dunia.

Page 72: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

55

3. Meningkatkan peran dalam organisasi Internasional, dan kerjasama

dengan negara-negara konsumen utama. Indonesia sebagai salah satu

negara terbesar produsen kopi robusta dunia, seharusnya memiliki

posisi tawar yang bagus dalam menentukan harga. Maka dari itu,

Indonesia harus memperkuat koordinasi internal industri dalam negeri,

kemudian juga berperan aktif dalam organisasi kopi internasional.

Selain itu perlu dilakukanya kerjasama-kerjasama ke sejumlah negara

konsumen maupun calon konsumen kopi. Hal ini memungkinkan

adanya peningkatan posisi tawar kopi robusta Indonesia.

c. Strategi S-T

1. Melakukan pemerataan pengembangan Industri kopi di seluruh daerah

penghasil Indonesia.

Dalam mengatasi adanya ancaman terhadap industri kopi robusta

di negara-negara pesaing yang terus berkembang. Indonesia dapat

memperkuat dayasaing industri kopi robusta, dengan melakukan

pemerataan pengembangan industri diseluruh daerah penghasil kopi

nasional. Indonesia sebenernya memiliki potensi yang sangat besar

untuk meningkatkan dayasaing kopi robusta, di sebagian daerah

memang sudah melakukan rangkaian kegiatan untuk menghasilkan

kopi dengan baik, sehingga hasil dari produk mempunyai kuantitas dan

kualitas optimal. Namun, ini hanya terjadi di beberapa daerah saja,

masih banyak daerah-daerah penghasil kopi yang melakukan aktivitas

perkopian dengan cara konvensional dan minim pengetahuan untuk

dapat menghasilkan kopi yang baik. Jika Indonesia mampu melakukan

pemerataan kualitas terhadap akitivitas kopi ini diseluruh daerah

penghasil kopi robusta, tidak menutup kemungkinan Indonesia sangat

potensial untuk meningkatkan dayasaing kopi robustanya.

Upaya pemerataan ini bisa tercapai dengan memanfaatkan peran

beberapa pihak, diantaranya :

1. Pemerintah, dengan kebijakan untuk mendukung terbentuknya

sentra-sentra produk demi peningkatan kualitas SDM

masyarakat petani.

2. Peran lembaga terkait dalam hal ini penyuluhh pertanian,

asosiasi ekpor, asosiasi petani kopi, dan lainya. Akan

melakukan fungsinya masing-masing dengan efektif.

d. Strategi W – T

Meningkatkan konsumsi kopi domestik dengan mengadakan

festival atau pameran produk-produk kopi sebagai sarana promosi kepada

masyarakat Indonesia. Festival atau pameran produk-produk kopi dapat

berupa acara-acara sebagai berikut :

a. Lomba meracik kopi oleh barista

b. Seni menilai copi (cupping)

c. Pameran produk specialty.

Page 73: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

56

SIMPULAN

Dari hasil analisis yang telah dilakukam mengenai Dayasaing Kopi

Robusta Indonesia di Pasar ASEAN, dapat ditarik beberapa poin kesimpulan

penelitian ini diantaranya :

1. Industri kopi Indonesia dengan kode HS 09011110 (Kopi biji Robusta dan

Arabika tanpa dihilakanya kafein) memiliki keunggulam komparatif. Hal ini

ditunjukan melalui perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA)

sebesar 12.10 atau lebih dari satu.. Dari angka ini juga menunjukan bahwa

kopi Indonesia belum mampu menguasai pasar ASEAN, karena memiliki

nilai yang lebih rendah dibandingkan negara pesaingnya atau dalam hal ini

adalah Vietnam dengan nilai RCA sebesar 16,17. Dari perhitungan RCA juga

menunjukan bahwa kinerja ekspor kopi Indonesia jika dibandingan dengan

negara di ASEAN masih belum terbaik, bila dibandingkan dengan Vietnam

Indonesia masih lebi rendah, namun Indonesia mengalami kenaikan setiap

tahunya.

2. Industri kopi robusta nasional mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat

dilihat dari beberapa faktor – faktor yang telah dianalisis melalui pendekatan

The National Diamond System. Pada faktor sumber daya, Indonesia sangat

didukung dari luas lahan yang begitu besar pada industri kopi robusta

nasional, kemudian masih terdapat juga potensi peningkatan lahan. Namun

masih terdapat kekurangan yang beragam mulai dari type kepemilikan yang

sebagian besar dimiliki oleh rakyat, efisiensi lahan, dan masih rendahnya

produktivitas kopi nasional. Sumber daya IPTEK yang dimiliki saat ini cukup

mendukung, lembaga penelitian kopi Indonesia telah menghasilkan beragam

macam benih unggul, dan panduan teknik budidaya. Akan tetapi penyebaran

pengetahuan ini masih belum bisa tersebar secara merata hingga ke seluruh

pelosok daerah penghasil kopi robusta. Faktor-faktor lain yang terkait dengan

industri kopi robusta juga. Pemerintah melalui rencana strategis 2015-2019

juga mendukung melalui upaya-upaya pengembangan industri kopi robusta

Indonesia baik ditingkat lokal maupun Internasial agar Indonesia memiliki

asil kopi robusta yang berdayasaing.

3. Dari analisis keunggulan kompetitif dan komparatif dengan kedua metode

yang digunakan, kemudian dilakukan analisis lanjutan dengan SWOT. Dari

analisis ini, di dapat berrbagai implikasi strategi dan lebih mengarah kepada

strategi untuk mengoptimalkan lahan perkebunan kopi Indonesia dengan

memanfaatkan lembaga-lembaga termasuk pemerintah, arah kebijakan untuk

lebih berorientasi pasar.

SARAN

Untuk meningkatkan dayasaing kopi robusta Indonesia, perlu mendapat

dukungan dari seluruh pihak yang terkait. Mulai dari petani yang harus

meningkatkan kemampuanya. Lembaga perkopian seperti Lembaga Penelitian,

Lembaga Keunganan, Asosiasi Ekspor, Penyuluh, dan sebagainya yang

Page 74: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

57

menjalankan fungsinya dengan efektif sesuai dengan kebutuhan dan target-target

yang sudah direncanakan, kemudian pemerintah perlu melakukan program

prioritas dengan menjadikan program pengembangan industri komoditas kopi

khususnya Robusta sebagai program prioritas terdepan dibandingkan lainya.

DAFTAR PUSTAKA

Aklamati, et.al. 2014. Karakteristik Mutu dan Agribisnis Kopi Robusta di Lereng

Gunung Tambora, Sumbawa . Pusat Penelitian Kopi dan Kakao : Jember

Arlan, Y. 2012. Strategi Peningkatan Daya Saing Pt Saung Mirwan Dengan

Pendekatan Analytic Network Process (Anp).[Skripsi]. Bogor : Instititut

Pertanian Bogor (IPB)

[aeki] Asosisai Ekspor Kopi Indonesia.2013. Perkembangan Luas Areal Dan

Produksi Perkebunan Kopi. Asosisai Ekspor Kopi Indonesia : Jakarta.

[bps] Badan Pusat Statistika. 2012. Sektor Perkebunan terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia. Badan Pusat Statistika : Jakarta

Bustami.2010. Analisis Dayasaing Produk Ekspor Provinsi Sumatera Utara.

Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No. 2. Universitas Sumatera Utara.

Damanik, Arianty Lediana.2012. Faktor- Faktor Pendorong Dan Penarik Alih

Fungsi Usaha Perkebunan Kopi Robusta (Coffea Robusta L) Ke Kopi

Arabika (Coffea Arabica). [Skripsi]. Sumatera Utara : Universitas Sumatera

utara

David, F. 2009. Manajemen Strategi. Salemba Empat : Jakarta

Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap Industri

Pengolahan Kopi. Departemen Perindustrian : Jakarta

[ditjendun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia

: Kopi 2013-2015. Direktorat Jenderal Perkebunan : Jakarta

----------------------------------------------------. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia

: Kopi 2014-2016. Direktorat Jenderal Perkebunan : Jakarta

Dradjat, et.al. 2007. Ekspor dan Daya Saing Kopi Biji Indonesia di Pasar

Internasional: Implikasi Strategis Bagi Pengembangan Kopi Biji Organik.

Pelita Perkebunan 2007, 23(2),

[fao] Food And Agricultural Organization, United Nations. 2015. FAO Statistical

Pocketbook Coffee 2015. Food And Agricultural Organization, United

Nations : Roma

Haryono,et.al.2010. Inovasi Dan Percepatan Adopsi Teknologi Perkebunan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Jakarta

[ico] International Coffee Organization. 2014. Export Statistics. International

Coffee Organization (ICO) : London

Izzany, S. 2015. Analisis Kinerja Ekspor Kopi Indonesia Ke Pasar Asean Dan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Skema Cept-Afta. [Skripsi].

Bogor : Instititut Pertanian Bogor (IPB)

[kemendag] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2014. Analisis

Komoditas Kopi Dan Karet Indonesia: Evaluasi Kinerja Produksi, Ekspor

Dan Manfaat Keikutsertaan Dalam Asosiasi Komoditas Internasional.

Kementerian Perdagangan : Jakarta

[kementan] Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian

Pertanian Tahun 2015 – 2019. Kementerian Pertanian : Jakarta

Page 75: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

58

Kontan.co.id. 2011. Tekan penurunan produksi, Kementan upayakan peremajaan

tanaman kopi. http://industri.kontan.co.id/news/tekan-penurunan-produksi-

kementan-upayakan-peremajaan-tanaman-kopi-1). Diakses pada juni 2016

Limbong, W dan Pangabean Sitorus. 1985. Pengantar Tataniaga Pertanian.

Program Studi Manajemen Agribisnis : Bogor

Meryana, E. 2007. Analisis Daya Saing Kopi Robusta Indonesia di Pasar

Internasional. [Skripsi]. Bogor : Instititut Pertanian Bogor (IPB)

Ottencoffee.co.id. 2015. Sejarah “First, Second And Third Wave Coffee”.

https://majalah.ottencoffee.co.id/sejarah-first-second-and-third-wave-

coffee/. (Diakses pada juli 2016)

Pappas dan Hirschey. 1995. Ekonomi Manajerial. Jakarta : Binarupa Aksara

Porter, M. 1998. The Competitive Advantage of Nations. Macmillan press ltd.

London

Raharjo, BT. 2013. Analisis Penentu Ekspor Kopi Indonesia. Jurnal Ilmiah.

Malang : Universitas Brawijaya.

Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Edisi

Keenam Belas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rubiyo,et.al.2011. Perakitan Teknologi Untuk Peningkatan Produksi Dan Mutu

Hasil Perkebunan Kopi Rakyat. Balai Penelitian Tanaman Industri dan

Penyegar : Jakarta

Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi 1. Erlangga : Jakarta

Saragih, J.R. 2010. Kinerja produksi kopi Arabika dan prakiraan sumbangannya

dalam pendapatan wilayah Kabupaten Simalungun. Jurnal VISI (2010) 18

(1): 98 – 112.

Tempo.co. 2013. Ini Adalah Usia Ideal Tanaman Kopi Produktif.

https://m.tempo.co/read/news/2013/06/09/173486899/ini-adalah-usia-ideal-

tanaman-kopi-produktif) diakses pada 31 07 2016.

[usda] United Stade Department of Agriculture. 2016. Coffee Reports.

http://apps.fas.usda.gov/psdonline/psdHome.aspx . (Diakses pada juli 2016)

Ningsih, A. 2013. Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi

Permintaan Minyak Atsiri Indonesia Di Negara Tujuan Ekspor.[Skripsi].

Bogor : Instititut Pertanian Bogor (IPB)

Wulandari dan Riana Ayu. 2013. Analisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia

Dipasar Internasional. [Skripsi]. Bogor : Instititut Pertanian Bogor (IPB)

Page 76: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

59

LAMPIRAN

Page 77: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

60

Lampiran 1 Pertumbuhan Luas Areal (TM), produksi dan produktivitas

perkebunan kopi robusta seluruh Indonesia.

Tahun

Luas Areal Produksi Produktivitas

Total

(Ha)

Pertumbuhan

(%)

Total

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

Total

(Ton/Ha)

Pertumbuhan

(%)

1994 756 740

421 387

556.85

1995 790 600 4.28 417 972 -

0.82 528.68

-

5.33

1996 782 900 -

0.98 421 751 0.90 538.70 1.86

1997 779 274 -

0.47 384 042

-

9.82 492.82

-

9.31

1998 761 127 -

2.38 448 485 14.37 589.24 16.36

1999 756 556 -

0.60 458 923 2.27 606.59 2.86

2000 815 806 7.26 511 586 10.29 627.09 3.27

2001 889 549 8.29 546 163 6.33 613.98 -

2.14

2002 929 720 4.32 656 963 16.87 706.62 13.11

2003 823 104 -

12.95 628 273

-

4.57 763.30 7.42

2004 897 691 8.31 598 263 -

5.02 666.45

-

14.53

2005 872 889 -

2.84 591 417

-

1.16 677.54 1.64

2006 845 160 -

3.28 587 386

-

0.69 695.00 2.51

2007 815 881 -

3.59 549 088

-

6.97 673.00

-

3.27

2008 758 955 -

7.50 553 278 0.76 729.00 7.68

2009 728 830 -

4.13 534 961

-

3.42 734.00 0.68

2010 721 818 -

0.97 535 589 0.12 742.00 1.08

2011 715 050 -

0.95 489 809

-

9.35 685.00

-

8.32

2012 723 979 1.23 528 505 7.32 730.00 6.16

2013 701 953 -

3.14 509 557

-

3.72 725.91

-

0.56

2014 694 015 -

1.14 473 672

-

7.58 682.51

-

6.36

2015 699 701 0.81 491 777 3.68 702.84 2.89

2016 701 365 0.24 492 333 0.11 701.96 -

0.12

Sumber : Dijenbun, Kementerian Pertanian.

Page 78: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

61

Lampiran 2 Perkembangan harga bulanan Kopi di Pasar Dunia tahun 1985-2014,

Direktorat Jenderal Perkebunan.

Tahun

(Year)

Kopi Arabika /

Coffee

Arabica ($/kg)

Kopi Robusta /

Coffee Robusta

($/kg)

1985 5.413 4.44

1986 6.253 4.73

1987 3.330 2.99

1988 3.787 2.60

1989 2.998 2.08

1990 2.386 1.43

1991 2.287 1.31

1992 1.692 1.13

1993 1.807 1.34

1994 3.950 3.13

1995 3.625 3.01

1996 2.988 2.00

1997 4.851 2.02

1998 3.628 2.22

1999 2.842 1.85

2000 2.413 1.15

2001 1.793 0.79

2002 1.792 0.87

2003 1.778 1.02

2004 2.086 0.93

2005 2.887 1.27

2006 2.805 1.66

2007 2.854 2.00

2008 2.997 2.26

2009 3.287 1.70

2010 4.320 1.74

2011 5.486 2.21

2012 3.821 2.11

2013 2.900 1.96

2014 4.178 2.09

Sumber : Dijenbun, 2015

Page 79: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

62

Lampiran 3 Konsumsi kopi di negara ASEAN tahun 2011 – 2012 (1000

bags/60kg).

Negara Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Indonesia 2 355 2 635 2 750 3 040 2 750

Vietnam 1 665 1 825 2 008 2 217 2 600

Philippines 3 660 4 405 3 630 4 320 5 475

Malaysia 625 625 660 600 600

Singapore 150 115 120 150 130

Laos 100 100 110 100 100

Thailand 470 510 515 545 570

Sumber : United States Department of Agriculture, diolah

Lampiran 4 Produksi robusta negara ASEAN tahun 2011 – 2016* (1000 bags /

60kg)

Country 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

Indonesia 7 000 8 800 7 850 9 200 10 400 8 700

Laos 450 460 475 485 525 550

Malaysia 1 450 1 400 1 500 1 500 1 500 1 500

Philippines 425 425 425 450 450 450

Thailand 1 000 1 000 1 000 1 000 1 000 1 000

Vietnam 25 200 25 600 28 658 26 350 28 200 26 225

Sumber : United States Department of Agriculture, diolah

Keterangan : 2016*, angka sampai bulan juni.

Lampiran 5 Negara penghasil kopi robusta terbesar dunia, tahun 2011 - 2015

Country 2011 2012 2013 2014 2015 share

(2015)

Vietnam 25.200 25.600 28.658 26.350 28.200 42.10

Brazil 14.500 15.500 15.400 17.000 13.300 19.86

Indonesia 7.000 8.800 7.850 9.200 10.400 15.53

India 3.540 3.660 3.372 3.810 3.810 5.69

Uganda 2.200 2.800 3.000 2.800 3.600 5.37

Cote

d'Ivoire 1.600 1.750 1.675 1.400 1.650 2.46

lainya 6.585 5.936 5.483 6.032 6.024 8.99

total 60.625 64.046 65.438 66.592 66.984 100,00

Sumber : United States Department of Agriculture, diolah

Page 80: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

63

Lampiran 6 Negara-negara dunia dengan luas areal tanaman menghasilkan

terbesar dunia tahun 2011-2014.

NO NEGARA

LUAS TANAMAN MENGHASILKAN (HA) SHARE

(%) 2011 2012 2013 2014

1 Brazil 2 148 775 2 120 080 2 085 522 2.085.522 21,14

2 Indonesia 909 162 927 220 914 407 1.240.900 12,58

3 Kolombia 723 921 696 023 771 728 771.728 7,82

4 Meksiko 688 208 695 350 700 117 700.117 7,10

5 Vietnam 543 865 572 600 584 600 584.600 5,93

6 Lainya 4 774 844 4 822 166 4 809 568 4.796.970 48,62

Total Luas lahan 9.788.775 9 833 439 9 865 942 10 179 837

Sumber : FAO, diolah

Lampiran 7 Luas Areal dan Produksi Kopi Menurut Status Pengusahaan Tahun

1980-2015

Tahun

Luas Areal (Ha)

Jumlah

Produksi (Ton)

Jumlah PR

(Smallholder)

PBN

(Goverment)

PBS

(Private)

PR

(Smallholder)

PBN

(Goverment)

PBS

(Private)

1993 1 090 050 26 325 31 192 1 147 567 410 048 17 266 11 554 438 868

1994 1 080 532 26 593 33 260 1 140 385 421 682 17 468 11 041 450 191

1995 1 109 499 25 616 32 396 1 167 511 429 569 16 824 11 408 457 801

1996 1 103 615 24 169 31 295 1 159 079 435 757 13 184 10 265 459 206

1997 1 105 114 32 232 32 682 1 170 028 396 155 21 050 11 213 428 418

1998 1 068 064 39 139 46 166 1 153 369 469 671 25 759 19 021 514 451

1999 1 059 245 39 316 28 716 1 127 277 493 940 26 208 11 539 531 687

2000 1 192 322 40 645 27 720 1 260 687 514 896 29 754 9 924 554 574

2001 1 258 628 26 954 27 801 1 313 383 541 476 18 111 9 647 569 234

2002 1 318 020 26 954 27 210 1 372 184 654 281 18 128 9 610 682 019

2003 1 240 222 26 597 25 091 1 291 910 644 657 17 007 9 591 671 255

2004 1 251 326 26 597 26 020 1 303 943 618 227 17 025 12 134 647 386

2005 1 202 392 26 641 26 239 1 255 272 615 556 17 034 7 775 640 365

2006 1 255 104 26 644 26 983 1 308 732 653 261 17 017 11 880 682 158

2007 1 243 429 23 721 28 761 1 295 912 652 336 13 642 10 498 676 476

2008 1 236 842 22 442 35 826 1 295 110 669 942 17 332 10 742 698 016

2009 1 217 506 22 794 25 935 1 266 235 653 918 14 387 14 385 682 690

2010 1 162 810 22 681 24 873 1 210 365 657 909 14 065 14 947 686 921

2011 1 184 967 22 572 26 159 1 233 698 616 429 9 099 13 118 638 646

2012 1 187 669 22 565 25 056 1 235 289 661 827 13 577 15 759 691 163

2013 1 194 081 22 556 25 076 1 241 712 645 346 13 945 16 591 675 881

2014*) 1 198 962 22 581 25 266 1 246 810 654 034 14 106 16 949 685 089

2015**) 1 206 243 22 599 25 540 1 254 382 706 770 14 690 17 545 739 005

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah.

Page 81: KINERJA EKSPOR KOPI DAN STRATEGI ... - IPB Repositoryrepository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86277/1/H16ppe.pdf · kinerja ekspor kopi dan strategi peningkatan dayasaing kopi

64

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Pia Perdana, dilahirkan di Jakarta, 20 Agustus 1993.

Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, dari pasangan Mujiana

dan Mimi. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di SDN 04 Bambu Apus pada

tahun 2001 sampai 2007, SMPN 259 jakarta pada Tahun 2007-2009, SMAN 113

Jakarta pada Tahun 2009-2011. Kemudian pada tahun 2011 penulis diterima di

Universitas Jenderal Soedirman, di Fakultas Pertanian, jurusan D3 Agrobisnis dan

Penulis dipercayai untuk menjadi Ketua Angkatan D3 Agrobisnis angkatan 2011.

Selama kuliah di Universitas Jenderal Soedirman, penulis aktif dalam

berbagai Organisasi, antara lain Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) AGRICA

sebagai reporter dan fotografer, Himpunan Mahasiswa D3 Agrobisnis Pertanian

sebagai Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi, serta berbagai aliansi external

Unsoed. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan kepanitiaan, seperti

Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) sebagai Tatib, Pameran dan Lomba

Fotografi Agrica 2013 sebagai Ketua, Dies Natalis HIMAGRITA ke 14 sebagai

Ketua, dan lainya.

Setelah lulus pada program Diploma Tiga, Pada tahun 2014 penulis

kemudian melanjutkan jenjang pendidikanya ke Institut Pertanian Bogor pada

program Alih Jenis Agribisnis. Selama mengikuti pendidikan di Alih Jenis di IPB

penulis masih aktif dalam bidang keorganisasian non akademis, seperti aktif

dalam program magang Gugus Kewirausahaan (G-Bike), Forum of Agribussines

Transfer Program Student (FASTER), dan juga beberapa komunitas. Selama di

Faster, penulis memiliki Jabatan terakhir sebagai Kepala Departemen Hubungan

Masyarakat (Humas), penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti Ketua

Panitia Malam Keakraban, Kepala Design Seminar dan Pameran Praktik

Kewirausahaan, dan sebagainya.

Penulis memiliki hobi menggambar, fotografi, dan menulis. Karya-karya

yang telah dibuat oleh penulis, diarsipkan dalam blog pribadinya dengan alamat

piaupia.blogspot.com serta deviantart.com/popapay.