6
Peninggalan Islam di Malang 1. Tokoh a. Ki Ageng Gribig Ki Ageng Gribig adalah cicit dari Raja Majapahit, Brawijaya. Ayahnya bernama Pangeran Kedawung, salah seorang keturunan embu !iroto, pemilik Panembahan Bromo. Ki Ageng Gribig dikenal sebagai seorang ulama yang tersohor di Malang pada tahun "#$$%an. &a juga merupakan salah satu murid kesayangan 'unan Kalijaga. Ki Ageng Gribig dipercaya sebagai pendiri atau cikal bakal kota Malang. Konon, adik 'unan Giri ini sangat suka berkelana ke tempat%tempat jauh untuk menimba ilmu dan memperkuat iman. Pada suatu ketika, sampailah Ki Ageng Gribig di sebuah tempat berupa hutan yang sangat lebat. Karena merasa cocok dengan tempat tersebut,maka Ki Ageng Gribig membabatnya dan menjadikan tempat itu sebagai pemukiman. 'ejak itulah tempat tersebut dihuni orang dan dikenal dengan nama (Malang). !ama (Malang) sendiri diberikan oleh Ki Ageng Gribig berdasarkan kenyataan adanya Gunung Buring dan deretan pegunungan yang melintang di kiri dan kanannya. Kompleks Makam Ki Ageng Gribig terletak di *alan Ki Ageng Gribig Gang &&, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedung Kandang. Memasuki kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig, kesan yang akan Anda rasakan pertama kali adalah nyaman dan asri. *alan setapak di dalam makam dibuat dari beton yang kiri%kanannya ditumbuhi pohon%pohon hias yang terawat rapi. +erdapat tiga bangunan besar dan beberapa bangunan kecil di pekuburan itu. Bangunan terbesar terletak di bagian tengah, ya tempat disemayamkannya Bupati Malang pertama yaitu R.A.A. !otodiningrat. i sebelahnya, tepatnya di bagian teras terdapat "- makam para kerabat dekat dan kerabat jauh R.A.A. !otodiningrat. Bangunan kedua yang agak kecil adalah makam Bupati Malang kedua yaitu R.A.A. !otodiningrat && bersama /# makam kerabat dekat dan kerabat jauh. i teras bangunan besar itu juga ada makam Mas Ajoe Aminah, istri dari Raden +oemenggoeng Ario 'oerjoningrat, Bupati Probolinggo. % Makam Ki Ageng Gribig

Ki Ageng Gribig

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sejarah islam malang

Citation preview

Peninggalan Islam di Malang1. Tokoha. Ki Ageng GribigKi Ageng Gribig adalah cicit dari Raja Majapahit, Brawijaya. Ayahnya bernama Pangeran Kedawung, salah seorang keturunan Lembu Niroto, pemilik Panembahan Bromo. Ki Ageng Gribig dikenal sebagai seorang ulama yang tersohor di Malang pada tahun 1600-an. Ia juga merupakan salah satu murid kesayangan Sunan Kalijaga. Ki Ageng Gribig dipercaya sebagai pendiri atau cikal bakal kota Malang. Konon, adik Sunan Giri ini sangat suka berkelana ke tempat-tempat jauh untuk menimba ilmu dan memperkuat iman. Pada suatu ketika, sampailah Ki Ageng Gribig di sebuah tempat berupa hutan yang sangat lebat. Karena merasa cocok dengan tempat tersebut, maka Ki Ageng Gribig membabatnya dan menjadikan tempat itu sebagai pemukiman. Sejak itulah tempat tersebut dihuni orang dan dikenal dengan nama Malang. Nama Malang sendiri diberikan oleh Ki Ageng Gribig berdasarkan kenyataan adanya Gunung Buring dan deretan pegunungan yang melintang di kiri dan kanannya. Kompleks Makam Ki Ageng Gribig terletak di Jalan Ki Ageng Gribig Gang II, Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedung Kandang. Memasuki kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig, kesan yang akan Anda rasakan pertama kali adalah nyaman dan asri. Jalan setapak di dalam makam dibuat dari beton yang kiri-kanannya ditumbuhi pohon-pohon hias yang terawat rapi. Terdapat tiga bangunan besar dan beberapa bangunan kecil di pekuburan itu. Bangunan terbesar terletak di bagian tengah, yakni tempat disemayamkannya Bupati Malang pertama yaitu R.A.A. Notodiningrat. Di sebelahnya, tepatnya di bagian teras terdapat 17 makam para kerabat dekat dan 8 kerabat jauh R.A.A. Notodiningrat. Bangunan kedua yang agak kecil adalah makam Bupati Malang kedua yaitu R.A.A. Notodiningrat II bersama 26 makam kerabat dekat dan 6 kerabat jauh. Di teras bangunan besar itu juga ada makam Mas Ajoe Aminah, istri dari Raden Toemenggoeng Ario Soerjoningrat, Bupati Probolinggo. Makam Ki Ageng Gribig

Sedangkan bangunan besar ketiga yang terletak di bagian paling belakang adalah tempat persemayaman Ki Ageng Gribig bersama istrinya. Di samping makam Ki Ageng Gribig terdapat sebuah bangunan mushola Kyai Ageng Gribig. Konon menurut juru kunci, dahulu di mushola itulah Ki Ageng Gribig berdakwah. Tak jauh dari makam juga terdapat Masjid Ki Ageng Gribig yang memiliki desain bangunan yang indah dan megah.

Mushola Ki Ageng Gribig & Masjid Ki Ageng Gribig

Bangunan disamping makam Ki Ageng Gribig yaitu musholaKyai Ageng Gribig. Konon berdasarkan juru kunci di mushola tersebut Ki Ageng Gribg berdakwah. Melihat dari bentuk arsitekturnya, mushola ini sama seperti mushola kuno yang banyak kita jumpai di pulau Jawa. Tempat untuk imam segaja di desain menjorok keluar dan terdapat lubang udara atau cahaya.

b. Mbah Bregas Makam Mbah BregasDi kalangan warga desa Lumbangsari. kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, nama Mbah Bregas sangat familler, sebab, di kampung itu, Mbah Bregas diyakini sebagai ulama penyebar agama Isalam dan sekaligus pendiri desa Lumbangsari. Mbah bregas di yakini sebagai seorang ulama yang datang dari mataram.

c. Syeh Maulana Rosidul Ibad Al Majafia atau Mbah Mangku DjatiPenyebaran Islam di Malang Raya sekitar 3,5 abad lampau, tak lepas dari peran R.M. Partowirjo. Ia adalah salah satu putra mahkota Kerajaan Majapahit yang bersembunyi di Pakis. Di ujuang jalan masuk berjarak 300 meter bersebelahan dengan SDN Pakiskembar 1 kecamatan pakis Kabupaten Malang itu, terdapat makam bersejarah. Yakni makam Syeh Maulana Rosidul Ibad Al Majafia alias R.M. Partowirjo dengan julukan Waliyullah bernama Mbah Mangku Jati.Di bangunan berukuran 10 meter x 7 meter itulah makam prasasti itu terletak. Makam itu dikenal masyarakat pakis sebagai Mbah, Kyai bahkan Waliyullah yang pertama kali babat alas wilayah Pakis. Belum ada data lengkap yang dapat menjelaskan biografi Mbah Mangku Djati ini. Hanya saja cerita yang berkembang di masyarakat. Beliau adalah pejuang Islam Islam sekaligus putra mahkota Majapahit yang melarikan diri ke Malang untuk bersembunyi.

Makam Mbah Mangku Djati

2. Masjid Malang adalah sebuah wilayah peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia sejak abad ke - 7 M. di kota ini tersimpan banyak sekali peninggalan sejarah baik pada masa kerajaan Kanjuruhan, Mataram Hindu, Kediri, Singosari, Majapahit hingga pada masa kolonial Belanda dan pra-kemerdekaan.Namun lebih dari itu tahukah anda bahwa Malang pernah menjadi saksi perjuangan kemerdekaan yang dipelopori oleh ulama dan santri. Umat islam bersatu padu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Pada masa pra-kemerdekaan ada dua derakan yang terkenal yaitu Hizbullah dan Sabilillah. Dua gerakan ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan, Hizbullah adalah wadah perjuangan para santri sedangkan Sabilillah adalah wadah perjuangan para kyai, ulama dan mereka yang sudah berusia dewasa.

a. Masjid Agung Jami MalangMasjid ini merupakan bangunan tua dan bersejarah di kota Malang, usianya mencapai satu abad lebih. Hingga tahun 2008, masjid ini telah mengalami beberapa kali pemugaran. Namun dua menara yang menjadi cirri khas masjid ini masit tetap dipertahankan. Kondisi alam kota Malang yang dingin menajdikan masjid ini didesain khusus oleh pemerinyah Belanda sebagai Kota Peristirahatan. Masjid Agung Jami memiliki tiga bagian. Di tengah sebagai ruangan induk biasanya digunakan oleh jamaah lelaki, sedangkan sebelah kanan diperuntukkan bagi jamaah perempuan, serta disebelah kiri merupakan bangunan khusus bagi pengurus masjid dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Pemerintah kota Malang telah berhasil mempertahankan Masjid ini sebagai bangunan bersejarah dan memiliki nilai plus sehingga tetap menghidupkan aspek religious,keunikan arsitektur juga.

b. Masjid SabilillahDi jalan Ahmad Yani Belimbing Malang ada sebuah bnagunan yang megah yang bernma Masjid Sabilillah. Masjid ini memiliki memori perjuangan umat islam. Dinamakan Sabilillah karena masjid ini pernah dijadikan benteng pertahanan dan strategi para syuhada yang berperang melawan angkara murka penjajah. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah monumen sederhana.Di teras masjid ada sebuah prasasti kecil untuk mengenang perjuangan kemerdekaan yang dipelopori oleh alim ulama. Prasasti itu berbunyi: Masjid Sabilillah sebagai monument perjuangan kemerdekaan RI 1945 yang dipelopori oleh alim ulama.Prasasti itu menegaskan bahwa di Malang menyimpan kisah heroikyang dilakukan oleh umat islam pada masa pra dan pasca kemerdekaan. Kelompok yang melakukan perlawanan itu dipelopori oleh para ulama. Kelompok pejuang berkumpul dalam wadah bernama Lascar Sabilillah. Dan masjid ini merupakan saksi bisu dari kisah heroic kaum syuhada.Ihwal riwayat pendirian masjid ini adalah keprihatinan dari sekelompok ulama di Malang karena kisah heroic tidak dikenang dan mulai dilupakan bangsa Indonesia. Sebagai bentuk terima kasih atas jasa para syuhada dan upaya mengenang perjuangan mereka, masjid ini didirikan. Selain sebagai rumah ibadah juga sebagai monument perjuangan dimana para ulama yang tergabung dalam barisan Sabilillah pernah berjasa dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia.Sabilillah adalah lascar rakyat yang paling kuat yang pernah hidup di bumi Indonesia. Meskipun disisihkan dalam sejarah dan museum-museum yang ada di negeri ini, masyarakat Malang mengabadikan dalam sebuah bangunan ibadah dan prasasti.

c. Masjid Besar Hizbullah.

Pada masa perang fisik melawan penjajah sambil menunggu bergabungnya para pemuda yang sudah terlatih kemiliteran di Cibarusah, lascar Hizbullah dan Sabililah yang telah mendapatkan motivasi dari para kyai diberangkatkan ke Surabaya. Mereka siap menyatakan tempur di Surabaya pada November 1945untuk menghadang sekutu. Lascar Hisbullah dan Sabillillah berkumpul di Singosari dengan bersenjatakan bambu runcing, ketapel dan senjata tajam. Ketika terjadi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, setiap pejuang yang mencintai kemerdekaan Indonesia ikut mengangkat senjata dalam mengusir tentara sekutu. Dari kota Malang tidak sedikit para pejuang yang berani meninggalkan kotanya guna ikut bergabung bersama para pejuang lainnya.Pada minggu keempat di bulan November, pasukan yang tergabung dalam Hisbullah dan Sabilillah mengalir ke medan pertempuran di Surabaya. Di antara mereka tidak sedikit yang gugur sebagai kusuma bangsa di daerah pertempuran mulai Wonokromo, Waru, Baduran dan lainnya.Singosari sebagai pusat markas Sabilillah rupanya menjadi benteng kokoh bagi Belanda yang bernafsu untuk memasuki kota Malang. Namun, dalam sebuah pagi buta di tahun 1947, Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor menggempur dengan menembakkan meriam dan mortir hingga Singosari dan Malang hancur berantakan.Menurut data yang diungkap Majalah al Mujtama Malang merupakan pusat kekuatan Hisbullah dan Sabilillah yang digalang untuk bergerak menuju Surabaya yang waktu itu akan diduduki oleh penjajah dan dikenal dengan peristiwa 10 November. Batalyon Hisbullah adalah tentara yang sangat ganas dan ditakuti musuh, karena dalam gerakannya tidak menunggu komando atasan.