45
Kebijakan Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup Hermien Roosita Kementerian Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada, Maret 2012

Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Kebijakan Perlindungan &

Pengelolaan Lingkungan Hidup

Hermien Roosita

Kementerian Lingkungan Hidup

Universitas Gajah Mada, Maret 2012

Page 2: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

PERMASALAHAN : Ledakan Penduduk.

Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 diketahui jumlah penduduk

Indonesia mencapai angka 237,6 juta jiwa, dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 1,49 persen per tahun. Sepanjang periode tahun 2000–2010

penduduk Indonesia telah bertambah sebanyak 32, 5 juta jiwa dan

informasi kependudukan ini memberikan implikasi yang luas bagi program

pengentasan pengangguran dan kemiskinan. ( Sumber: BPS – 2009)

Page 3: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

TEKANAN PERSOALAN RUANG DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

• RUANG PRIVAT vsPUBLIK

• DAMPAK LH RUANG PERKOTAAN & PEDESAAN

• RUANG EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM

• RUANG LINDUNG vsBUDIDAYA

KONFLIK RUANG

KOMPETISI RUANG

AKSES ATAS

RUANG

TEKANAN PERTUM-BUHAN

Page 4: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

DAMPAK PEMBANGUNAN

PERUBAHAN SOSIAL

PERUBAHAN KEBUDAYAAN

PERUBAHANLINGKUNGAN

ALAM

Page 5: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

WILAYAH KEMISKINAN dan PERMASALAHAN

1. Kemiskinan di Perkotaan

A. Tingkat pendidikan rendah

B. Tingkat persaingan yang ketat

2. Kemiskinan di Pedesaan

Page 6: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

DAMPAK KEMISKINAN

KEMISKINAN PENDIDIKAN RENDAH

KEPEDULIAN LINGKUNGAN RENDAH

KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

KESEHATAN MASYARAKAT RENDAH

Page 7: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

INTERNASIONAL

• The Fourth Assessment Report (AR4) IPCC menyatakan bahwa penyebab terbesar

peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad 20 disebabkan oleh

konsentrasi gas rumah kaca yang dihasilkan secara antropogenik

• Dalam AR4 juga disampaikan proyeksi perubahan iklim masa datang : peningkatan

suhu permukaan rata-rata global pada tahun 2090 – 2099 akan bervariasi antara 1,1 C

dan 6,4 C.

• Proyeksi kenaikan muka air laut 9,88 cm pada tahun 2100

• Makin tingginya frekuensi kejadian iklim yang ekstrim seperti gelombang panas, curah

hujan yang berlebihan, dan badai menjadi lebih intens

• Estimasi WHO terhadap trend pemanasan dan peningkatan curah hujan akibat

perubahan iklim selama 30 tahun terakhir telah menyebabkan kerugian nyawa

sebanyak 160.000 orang dan sekitar 77.000 kematian terjadi di wilayah Asia Tenggara.

INDONESIA

• Berdasarkan data observasi dan model, kenaikan tinggi muka laut pada tahun 2030

berkisar antara 12cm - 20cm.

• Tinggi muka laut berpotensi naik lebih dari 1m pada tahun 2100.

• Kenaikan suhu 2 – 2,5 C pada tahun 2100

• Kenaikan suhu permukaan laut 0.2 C/dekade

• Kenaikan curah hujan diproyeksikan sebesar 5 – 10% pada tahun 2100

PROYEKSI IKLIM DI MASA DATANG

Page 8: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Dampak Pemanasan global

1°C 2°C 5°C4°C3°C

Meningkatnya

muka air laut

mengancam kota

besar

Menurunnya hasil panen di banyak

daerah, khususnya di negara berkembang

Pangan

Air

Ekosistem

Resiko dari

perubahan besar

yang bersifat

mendadak

Perubahan temperatur global (relatif terhadap kondisi sebelum industri)

0°C

Jatuhnya hasil panen

di banyak negara maju

Meningkatnya kepunahan jumlah

spesies

Meningkatnya resiko dampak balik yang berbahaya dan

mendadak, perubahan skala besar pada sistem iklim

Penurunan ketersediaan airdi banyak daerah, termasuk

Mediterania & Afrika bagian Selatan

Pegunungan es kecil

mulai menghilang -

persediaan air menipis

di beberapa daerah

Kerusakan terumbu

karang

Kondisi

Cuaca yang

Ekstrim

Meningkatnya intensitas badai, kebakaran

hutan, kekeringan, banjir, dan gelombang panas

Kemungkinan peningkatan panen

di beberapa daerah yang tinggi

Page 9: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Dampak Negatif yang Timbul

Page 10: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Dampak perilaku manusiapertama kali terhadap LH

Revolusi Industri – Titik balik dalam sejarah mengenai dampak perilaku manusia terhadap LH

Perburuan massal zaman pra-sejarah

Penemuan-penemuan bidang pertanian

Pemeliharaan binatang dan penebangan hutan

Pembakaran bahan bakar fosil secara intensif

Penggunaan seluruh SDA secara intensif

Masa-masanya terjadi bencana (tumpahan minyak, bahan kimia

& bencana nuklir)

Pembuangan polutan kimia dan peningkatan jumlah dan

jenis limbah

Page 11: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”
Page 12: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Gas Rumah Kaca (GRK):CO2, CH4, N2O, HFC, PFC, SF6

Page 13: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

• “Kita harus meninggalkan pola-pola pembangunanlama dan menggantikannya dengan polapembangunan yang berkelanjutan.

• Jangan salahkan alam bila memberikan berbagai reaksinegatif kepada kita apabila kita tidak segera bertindakuntuk mencegah kerusakan atmosfer, sehinggamemperparah terjadinya perubahan iklim”

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono(Presiden Republik Indonesia)

• “Bahaya yang ditimbulkan oleh perang bagi seluruhumat manusia – dan bagi planet ini – paling tidakdapat disetarakan dengan krisis iklim dan global warming.

• Saya percaya bahwa dunia telah memasuki tahapankritis dalam usahanya untuk menjalankan tanggungjawab dalam memeliharan lingkungan”

Ban Ki-moon (Sekjen PerserikatanBangsa-Bangsa)

Page 14: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

BANJIR

Page 15: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

KEKERINGAN

Page 16: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

KEBAKARAN HUTAN

Page 17: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”
Page 18: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Sampah

Page 19: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Paparan Sensitivitas

Kapasitas

Adaptif

Potensi

Dampak

Kerentanan

ADAPTASI

Kapasitas Adaptasi (adaptive capacity)

Kemampuan suatu sistem untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan iklim (termasuk variabilitas iklim dan iklim ekstrim)

untuk mengurangi potensial kerusakan, untuk memperoleh

keuntungan dari peluang yang ada, atau untuk mengatasi akibat

yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut.

Kerentanan (vulnerability)

Derajat kepekaan suatu sistem, atau ketidakmampuan suatu sistem

untuk menanggulangi dampak yang merugikan akibat perubahan

iklim, termasuk variabilitas dan perubahan iklim ektrim (IPCC)

Page 20: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

PROGRAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Adaptasi Reaktif : berpedoman pada munculnya perubahan-perubahan

mutakhir dalam variabel klimatik atau nonklimatik/Sosial

Adaptasi Antisipatif : berpedoman kepada sebuah perkiraan ambang-

batas kritis/genting dari perubahan-perubahan kedua jenis variabel

tersebut di atas yang masih bisa ditanggung oleh kemampuan sosial

ekologis serta kelembagaan pengurusan publik setempat

Pembangunan nasional dengan agenda adaptasi terhadap dampak

perubahan iklim memiliki tujuan untuk menciptakan sistem

pembangunan yang tahan (resilience) terhadap goncangan variabilitas

iklim saat ini (anomali iklim) dan antisipasi dampak perubahan iklim di

masa depan

Page 21: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

KEBIJAKAN NASIONAL UNTUK MENGANTISIPASI DAN

MENGHADAPI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

UU No. 32 TAHUN 2009

Pasal 16 ayat 1.e

KLHS mencakup

analisis

kerentanan dan

kapasitas adaptifPasal 21 ayat 2 dan

4 Pengembangan

Kriteria Baku

Kerusakan Akibat

Perubahan IklimPasal 57 ayat 4

Pelestarian lingkungan

melalui tindakan

pelestarian fungsi

atmosfir termasuk

mitigasi dan adaptasi PI

Pasal 10

Formulasi RPPLH

termasuk mitigasi dan

adaptasi perubahan

iklim

Page 22: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan

Dampak Kese-hatan

Heat Stroke

Kematian akibat bencana banjir/longsor

Penyakit bawaan air

Penyakit bawaan vektor

Page 23: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Dampak Perubahan Iklim pada

KESEHATAN MANUSIA

• Faktor-faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan

penyakit tular vektor seperti Demam berdarah dengue (DBD)

& malaria

• Curah hujan dan jumlah hari hujan mempunyai hubungan

positif dengan kasus DBD, semakin tinggi dan banyak jumlah

hari hujan maka kasus DBD meningkat

Sumber: Dr. Supratman Sukowati

Junghan Sitorus, M.Kes

PUSLITBANG EKOLOGI KESEHATAN,

2004

Page 24: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Efek Variabilitas Iklim

terhadap KesehatanUrban Heat

Island Effect

Polusi Udara

Vector Borne

Disease

Sumber air dan

Suplai Makanan

Lingkungan

Pengungsi

Water Borne

Disease

Heat Stress

Cardiac failure

Chronic Obstructive

Pulmonary disease

Asthma

Malaria

Dengue Hemorrhagic fever

Hanta virus pulmonary syn

Cholera

Cyclosporodiosis

Criptosporodiosis

Campylobacteriosis

Overcrowding

Infectious disease

Malnutrition

Diarrhea

Red Tide

PerubahanIklim

Peningkatan

Temperatur 1,5-6oC

Peningkatan Muka Air

Laut 14-80cm

Hidrologi Ekstrem

(perkiraan IPCC

pada th 2100)

Page 25: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

• Peningkatan jumlah penderita alergi dan asmasecara signifikan (chge.med.harvard.edu, 2004)

• Gelombang panas yang melanda Eropa padatahun 2005 menyebabkan kenaikan angka heat stroke (serangan panas kuat) yang mematikan, infeksi Salmonela dan hay fever (demam akibat

alergi rumput kering)

• Penyakit tropis (seperti malaria dan demamberdarah) juga mengalami peningkatan

Dampak Perubahan Iklim pada

KESEHATAN MANUSIA

Page 26: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Program dan Kegiatan KLH Untuk Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Kesehatan

• Pelaksanaan Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim (KRAPI) di sektor kesehatan di tingkat meso (propinsi) dan mikro (kabupaten/kota)(meso : Sumatera Selatan); (mikro : Tarakan, Malang Raya)

• Penyusunan “best practices” tentang kegiatan adaptasi PI yang mudah dan sederhana untuk dilaksanakan oleh masyarakat di berbagai sektor termasuk sektor kesehatan

• Pengembangan “program kampung iklim” yang memasukkan parameter kesehatan lingkungan ke dalam kriteria dan indikator pemantauannya

Page 27: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

KAJIAN RISIKO DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM – SEKTOR KESEHATAN

• Kajian yang dilakukan

– Mengumpulkan data penyakit minimal 10 tahunkebelakang

– Plot dengan data iklim yang ada

– Menyusun model matematik, yang mampu dijadikanalat prediksi hingga 30-50 thun kedepan

– Model ini sebelumnya harus divalidasi denganmenggunakan data yang ada

Copywrite: [email protected]

Page 28: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Metodologi Analisis Bahaya, Kerentanan, dan Risiko

Faktor Pendorong•Temperatur•Curah hujan•Kejadian ekstrim•Kenaikan muka laut

Bahaya kesehatan:•Penyakit bawaan

vektor (malaria, DBD)

•Penyakit bawaanair (diare)

Kerentanan

Paparan:•KepadatanpendudukSensitivitas:•Pelayanankesehatan•Ketersediaan air bersih•Kualitas rumah.•Imunitas•Kesejahteraanpenduduk•Populasi rentan(bayi dan manula)Kapasitas Adaptasi:•Ketersediaan vaksindan obat-obatan•Fasilitas dan pelayanan kesehatan

Data dan InformasiTambahan•Data IPCC

•Profil kesehatan•Data distribusi vektor

lokal Risiko•DBD•Diare•Malaria

Adaptasi•Penilaian teknik

•Penegakkan hukum•Sistem tanggap darurat

•Sosialisasi•Kerjasama tingkat kota•Membentuk jaringan

dengan agenpemerintahan

•Pemantauan dan evaluasi•Surveilans penyakit

Perubahan Iklim akan berpotensi menyebabkan :

•Kekeringan•Penggenangan•Banjir

B

e

r

k

o

r

e

l

a

s

i

Page 29: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Komponen Parameter/Variabel Keterangan

Paparan

(Exposure)

Jumlah penduduk Paparan tertuju pada populasi, bukan area

Sensitivitas

(Sensitivity)

Sumber pasokan air Ketersediaan air PDAM di dalam rumah.

Bak air yang terbuka menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk.

Kepadatan penduduk kota Nyamuk pembawa vektor DBD dapat menggigit

secara berkali-kali sehingga DBD sensitif

terhadap kepadatan penduduk.

Perpindahan penduduk:

wisatawan, pekerja musiman

Jumlah penduduk yang berpindah per area

Kemampuan

Adaptasi

(Adaptive

Capacity)

Ketersediaan fasilitas

kesehatan: RS, puskesmas,

pustu, posyandu

Perlu ditentukan cakupan area untuk masing-

masing fasilitas kesehatan

Akses terhadap fasilitas

kesehatan:jarak , tingkat

kemiskinan

Analisis data GIS

Indikator Kerentanan DBD

Page 30: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Indikator Kerentanan Malaria

Komponen Parameter/Variabel Keterangan

Paparan

(Exposure)

Penduduk yang hidup dekat sarang

nyamuk malaria (rawa, pertanian,

hutan, dan daerah pesisir pantai)

Vektor malaria menggigit di

dalam ruangan pada malam

hari.

Sensitivitas

(Sensitivity)

Jarak rumah dari sarang nyamuk

malaria

Daerah sejauh 500 m dari

sarang nyamuk malaria

Jenis rumah (permanen, semi and

tidak permanen)

Persentase rumah permanen,

semi dan tidak-permanen.

Jenis pekerjaan (nelayan/bukan) Persentase nelayan dan petani

Kemampuan

Adaptasi

(Adaptive

Capacity)

Luas area mangrove Mangrove mencegah

perkembangbiakan nyamuk

Keberadaan fasilitas kesehatan (RS,

puskesmas, dll)

Perlu ditentukan cakupan area

untuk masing-masing fasilitas

kesehatan

Akses terhadap fasilitas

kesehatan:jarak , tingkat kemiskinan

Analisis data GIS

Page 31: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Indikator Kerentanan DiareKomponen Parameter/Variabel Keterangan

Paparan Populasi penduduk Jumlah penduduk

Sensitivitas

(Sensitivity)

Fasilitas sanitasi dan

keberadaan toilet

Diare sangat terkait dengan

kesehatan sanitasi

Pasokan sumber air bersih

(PDAM/bukan)

Air minum merupakan jalur

utama masuknya penyakit diare

Daerah banjir yang

berkepanjangan

Banjir pencemari sumber air

minum

Kemam-

puan

Adaptasi

(Adaptive

Capacity)

Proporsi usia sensitif (bayi dan

manula)

Bayi dan manula memiliki

imunitas yang rendah

Imunisasi Cakupan imunisasi typhoid,

cholera, dan dysentri.

Ketersediaan fasilitas kesehatan:

RS, puskesmas, pustu, posyandu

Cakupan area untuk masing-

masing fasilitas kesehatan

Akses terhadap fasilitas

kesehatan: jarak , kemiskinan

Analisis data GIS

Page 32: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Penguatan Sistem Kesehatan:

Tindakan Sektor Kesehatan Sebagai Adaptasi Perubahan Iklim

Pengembangan

kesehatan

Peningkatan Kapasitas

Kesehatan Lingkungan

Pengelolaan vektor secara

terintegrasi

Tindakan

kesehatan saat

darurat

Surveilans Penyakit Infeksi

Penyediaan air bersih

Penyakit

akibat

Perubahan

Iklim

Page 33: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Lingkas Ujung

Selumit PantaiSelumit

Sebengkok

Karang RejoKarang Balik

Juata Laut

Selumit

PETA KERENTANAN

DBD DI KOTA

TARAKAN

Daerah dengan warna merah

menunjukkan daerah dengan

potensi risiko DBD yang

sangat tinggi dilihat dari trend

perubahan iklim di daerah

tersebut bila tidak ada upaya

adaptasi di masa depan

Kondisi Saat ini (2010)

Kecenderungan ke

depan (2030)

Page 34: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Tingkat Risiko DBD Di Kota Malang

Kedung kandang Sukun Klojen

Blimbing Lowok Waru

Kedung kandang Sukun Klojen

Blimbing Lowok Waru

Daerah dengan warna merah menunjukkan daerah dengan potensi risiko

DBD yang sangat tinggi dilihat dari trend perubahan iklim di daerah

tersebut bila tidak ada upaya adaptasi di masa depan

Kondisi Saat ini

(2010)

Kecenderungan

ke depan (2030)

Page 35: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Strategi Adaptasi DBD (1)STRATEGI

JANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Pengendalian

Vektor

(berdasarkan

perubahan

iklim)

1.Pemberantasan sarang nyamuk

2.Penyemprotan rutin musiman (3-4 kali

pertahun, terutama wilayah yang

mempunyai tingkat risiko yang tinggi)

3.Ketika KLB dilakukan penyemprotan

tambahan

4.Penggunaan larvicides secara

ekstensive (contoh: temephos, IGR)

5.Menggunakan pelindung nyamuk

secara personal (pengusir nyamuk,

kelambu, semprotan, pakaian tertutup

yang sesuai)

1.Pengurangan

penyemprotan rutin (2-

3 kali setahun,

berdasarkan

keberhasilan program

jangka pendek)

2.Jika KLB berkurang

penyemprotan

tambahan/insidental

dapat dikurangi

3.Melanjutkan program

pemberantasan sarang

nyamuk

1.Pengembangan

insektisida biologis

yang murah, lebih

tidak beracun, dan

lebih tidak resisten

2.Pengembangan

rekayasa genetika

nyamuk jantan steril

Page 36: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANg

(2030-2050)

Perbaikan

Lingkungan dan

Masyarakat

1.Penerapan program 3M

plus

2.Penggunaan musuh

biologis dan predator

nyamuk seperti bacillus,

fungus, larvivorous fish

3.Perumahan sehat dengan

penyimpanan air tertutup

dan menggunakan pipa

1.Mengembangkan program

peninglatan 3M plus

2.Penegakan hukum peraturan daerah

(Perda) tentang sanitasi lingkungan

3.Program pengembangan kampung

4.Peninjauan ulang desain bangunan

untuk mengurangi habitat

perkembangbiakan nyamuk

1.Pembangunan

perumahan baru di

luar kota (perumnas)

untuk mengurangi

kepadatan penduduk

dan kekumuhan di

pusat kota

Strategi Adaptasi DBD (2)

Gambusia affinis

CopepodPromosi Kesehatan

Page 37: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Pengawasan dan

Pengendalian Agen

Penyakit

1.Pengawasan serologi virus

dengue (peringatan

terhadap strain virus yang

serius)

2.Pengembangan lebih lanjut

dari vaksin dengue

1.Pengembangan

diagnostik virus

secara cepat

2.Percobaan

terhadap manusia

untuk vaksin

dengue pentavalent

1.Banyaknya bidang

percobaan vaksin

dengue sangat

diharapkan

2.Pengembangan

antibiotics antiviral

Manajemen Infeksi 1.Fasilitas perawatanyang

lebih baik

2.Pelaporan yang lebih baik

3.Peningkatan kesadaran

masyarakat

4.Peningkatan pendidikan

masyarakat

1.Pelatihan staf

rumah sakit yang

lebih baik saat

kondisi darurat DBD

2.Menurunkan laju

insidensi sampai

setengahnya sampai

pada 2030

1. Tujuan jangka

panjang adalah untuk

menurunkan insidensi

dan mortalitas akibat

infeksi DBD dengan

cara meminimalisasi

bahaya, risiko, dan

kerentanan

Strategi Adaptasi DBD (3)

Page 38: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Strategi Adaptasi Malaria (1)STRATEGI

JANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Pengendalian

Vektor

(Direncanakan

untuk daerah

endemis

malaria baik di

pantai maupun

di dataran

rendah/tinggi)

1. Pemberantasan sarang nyamuk

2. Penerapan Program WHO Roll Back

Malaria yang lebih baik

3. Penyemprotan insektisida rutin (1-2 kali

setahun, dengan target daerah risiko

tinggi)

4. Penyemprotan tambahan/ insidental

selama KLB

5. Penggunaan larvacides secara ekstensif

6. Melakukan tindakan anti nyamuk secara

personal (pengusir nyamuk, kelambu,

semprotan, pakaian yang sesuai)

1.Pengurangan

penyemprotan rutin (2-3

kali setahun, berdasarkan

keberhasilan program

jangka pendek)

2.Jika KLB berkurang,

penyemprotan insidental

dapat dikurangi

3.Penggunaan kelambu

secara masal

1. Pengembangan

insektisida biologis

yang murah, lebih

tidak beracun,

lebih tidak resisten

2. Pengembangan

rekayasa genetika

nyamuk jantan

steril

ACT

Page 39: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Perbaikan

Lingkungan

1. Program reklamasi pesisir

pantai (rawa, lagoons, area

tergenang)

2. Reforestasi/ penanaman

kembali hutan mangrove yang

hilang akibat kenaikan level

permukaan air laut secara

ekstensif

3. Perumahan yang lebih baik

dengan pemasangan

jaring/saringan nyamuk di

pintu dan jendela

1.Pengenalan ikan

pemakan larva dan

predator lainnya

2. Membiakkan hewan

(kera dll) di area hutan

untuk mengusir nyamuk

zoophilic dari area

pemukiman

1.Pembangunan

perumahan baru di luar

kota (perumnas) untuk

mengurangi kepadatan

penduduk dan

kekumuhan di pusat

kota

Strategi Adaptasi Malaria(2)

Page 40: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Pengawasan Agen

Penyakit

1. Pengawasan parasit

malaria secara rutin

dengan melibatkan ahli

malaria dan ahli

entomologi

1.Pengembangan

dignostik malaria

secara cepat

1.Pengembangan

vaksin malaria

2. Pengembangan

obat non-resisten

malaria

Manajemen

Infeksi

1.Fasilitas penanganan

yang lebih baik

2.Pelaporan yang lebih

baik

3. Meningkatkan

kesadaran masyarakat

4. Meningkatkan

pendidikan masyarakat

5. Ketersediaan anti

malaria yang lebih baik

1.Pelatihan staf

rumah sakit yang

lebih baik saat

kondisi darurat

malaria

2.Pelatihan ahli

malaria

1. Tujuan jangka

panjang adalah

untuk menurunkan

insidensi dan

mortalitas akibat

malaria falciparum

parah

Strategi Adaptasi Malaria(3)

Page 41: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Strategi Adaptasi Diare (1)

STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Manajemen Banjir

(Perubahan cuaca

ekstrim, banjir yang

berkepanjangan

secara musim

hujan)

1. Pengungsian untuk korban

banjir sebaiknya dilengkapi

oleh fasilitas air bersih,

fasilitas jamban, dan sistem

air buangan yang baik

2. Perumahan yang terpencil

sebaiknya dilengkapi dengan

fasilitas untuk menjernihkan

dan mensterilkan air minum

1. Pengembangan

infrastruktur

drainase di

kawasan rawan

banjir

2. Pelebaran dan

pendalaman

drainase dan

selokan yang telah

ada

1. Persiapan pengendalian

banjir yang lebih baik

2. Peningkatan manajemen

pesisir pantai dalam

menghadapai genangan

dan penaikan permukaan

air laut

3. Daur ulang air limbah dan

persediaan sumber air

bebas bakteri

Page 42: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

TIPE STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Peningkatan

kualitas

lingkungan

Peningkatan kualitas

air:

1. Penggunaan air

mendidih atau

terklorinasi

2. Sistem saluran air

buangan dan

jamban yang lebih

baik

3. Ketersediaan air

bersih dari sumur

gali

1. Adaptasi penggunaan

grey water

2. Penerapan hukum

peraturan lokal (Perda)

terkait sanitasi lingkungan

3. Program peningkatan

sanitasi kampung

4. Penggunaan PDAM

secara ekstensif;

peningkatan layanan PDAM

yang signifikan pada tahun

2030

1. Desain perumahan

yang lebih baik dalam

menghadapi banjir

berkepanjangan dan

banjir yang lebih sering

di masa depan

2. Pengembangan

perumahan yang lebih

baik dengan PDAM dan

pemisahan air limbah

Strategi Adaptasi Diare (2)

Page 43: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

TIPE STRATEGIJANGKA PENDEK

(2010-2020)

JANGKA MENENGAH

(2020-2030)

JANGKA PANJANG

(2030-2050)

Pengawasan

agen penyakit

1. Pengawasan agen

penyakit infeksi

gastrointestinal (E. coli,

typhoid, cholera)

1. Pengembangan

diagnostik cepat untuk

agen diare

1. Pengembangan model screening

genetis dan molekuler dari

patogen diare

2. Pengembangan vaksin yang lebih

baik

3. Pengembangan antiviral/

antibiotik

Manajemen

Infeksi

1. Fasilitas penanganan

kasus diare yang lebih

baik

2. Pelaporan kasus yang

lebih baik

3. Peningkatan kesadaran

penduduk

4. Peningkatan

pendidikan penduduk

1. Pelatihan staf rumah sakit

yang lebih baik pada saat

kondisi darurat diare

1. Tujuan jangka panjang adalah

penurunan insidensi dan mortalitas

karena diare

Strategi Adaptasi Diare (3)

Page 44: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Strategi Adaptasi Diare: Penggunaan Tangki Septik secara Luas

Page 45: Keynote Speaker“ kebijakan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim”

Terima Kasih