Upload
others
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN JUAL BELI DI
MEDIA SOSIAL FACEBOOK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister
Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Oleh:
MELIANA NUR ROHMAH
NIM: S200170032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
2
i
3
ii
4
iii
1
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN
JUAL BELI DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK
Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini yakni mendeskripsikan wujud ketidaksantunan dan
penyimpangan-penyimpangan prinsip kesantunan yang terdapat dalam media sosial
Facebook. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini berupa unggahan yang terdapat pada media sosial Facebook. Adapun
data dalam penelitian ini berupa wujud ketidaksantunan dan penyimpangan-
penyimpangan prinsip kesantunan. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah
teknik simak-catat. Metode analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Ada
dua hasil pada penelitian ini. Satu, diperoleh 3 wujud ketidaksantunan dalam kegiatan
jual beli di media sosial Facebook. Dua, penyimpangan prinsip kesantunan yang
ditemukan dalam kegiatan jual beli di media sosial Facebook media sosial Facebook
sejumlah 6 maksim.
Kata Kunci: media sosial, ketidaksantunan, prinsip kesantunan, pragmatik
Abstract
The purpose of this research is to describe the form of impoliteness and deviance
deviance principles found on Facebook social media. This type of research uses
qualitative methods. The data source in this study is uploads on Facebook social
media. The data in this study are in the form of impoliteness and politeness principle
deviations. The data collection technique used is the note-taking technique. The data
analysis method uses a pragmatic equivalent method. There are two results in this
study. One, obtained 3 manifestations of impoliteness in buying and selling activities
on Facebook social media. Two, the deviation of politeness principles found in
buying and selling activities on social media Facebook social media up to 6 maxims.
Keywords: social media, impoliteness, the principle of politeness, pragmatics.
1. PENDAHULUAN
Penelitan dengan menggunakan pendekatan pragmatik dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk tuturan kehidupan sehari-hari, baik tuturan lisan maupun tertulis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
ketidaksantunan berita hoaks yang ada di media sosial karena bahasa hoaks yang ada
2
di media sosial mengandung maksud tertentu sekaligus menyimpang dari prinsip
kesantunan.
Media sosial merupakan media daring yang dapat diakses dengan mudah untuk
berbagi segala bentuk berita maupun informasi. Kemudahan berbagi dan mengakses
segala bentuk berita dan informasi menjadikan sosial media sebagai media yang
kekinian karena mampu mengikuti perubahan zaman. Kemudahan tersebut
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, salah satunya yaitu jual beli. Kini,
kegiatan jual beli dapat dilakukan melalui media daring dan tidak perlu mendatangi
penjual atau pembelinya. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
ketidaksantunan bahasa yang ada di Facebook.
Kesantunan berbahasa sebagai wujud kesopanan merupakan salah satu kunci
pokok dalam komunikasi, agar tujuan dalam komunikasi dapat terwujud. Kesalahan
dalam memilih cara berkomunikasi atau bahkan salah dalam memilih kata akan
menimbulkan kebencian atau ketidaksenangan bagi mitra tutur. Komunikasi antara
penutur dan mitra tutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus
tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan.
Berbahasa dengan santun harus memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan
dalam bertutur lisan maupun tulis. Tuturan yang bersifat kasar dan menyinggung
secara berlebihan terhadap orang lain perlu dihindari. Penelitian ini meneliti
ketidaksantunan kegiatan jual beli di media sosial dengan memperhatikan prinsip
kesantunan menurut Geoffrey Leech.
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Hamzah dan Ahmad (2012) menemukan bahwa penggunaan strategi ketidaksantunan
dalam kalangan remaja secara tidak langsung menonjolkan bahwa amalan kesantunan
berbahasa tidak dipraktikkan dengan sepenuhnya oleh remaja di sekolah. Akbar dan
Ice (2017) menyimpulkan bahwa kesantunan berbahasa masyarakat Sunda dalam
dialog percakapan pada beberapa acara kunjungan keluarga di Ciwidey Kabupaten
Bandung, Cililin Kabupaten Bandung Barat dan Citeureup Kota Cimahi memenuhi
prinsip kesantunan menurut Leech. Sugiarti,dkk. (2017) menyimpulkan bahwa
3
adanya tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud tuturan sebagai salah satu
penentu kesantunan dalam berbahasa yaitu: adanya tuturan yang tidak santun
berdasarkan wujud panjang pendeknya suatu tuturan, wujud urutan tuturan, wujud
penggunaan kata honorifik, wujud intonasi dan isyarat kinesik, dan ditemukan juga
tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud pemakaian diksi yang tepat, serta
adanya faktor penyebab ketidaksantunan dalam berbahasa. Salman (2017)
menyimpulkan bahwa kebanyakan komentar pada Facebook mengandung
ketidaksantunan. English Facebook lebih kompleks dalam pemakaian strategi
Culpeper dibandingkan dengan Arab. Lorenzodus, dkk (2011) menyimpulkan bahwa
mengungkapkan pola yang jelas dalam perwujudan strategi ketidaksopanan, termasuk
preferensi untuk ketidaksungguhan dalam catatan yang berorientasi pada tujuan untuk
menyerang wajah positif dari para peserta secara online. Felberg (2016)
menyimpulkan bahwa tipe ketidaksantunan membentuk pola yang berbeda,
tergantung pada siapa yang tidak sopan kepada siapa. Sugiarti,dkk. (2017)
menyimpulkan adanya tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud tuturan sebagai
salah satu penentu kesantunan dalam berbahasa yaitu: adanya tuturan yang tidak
santun berdasarkan wujud panjang pendeknya suatu tuturan, wujud urutan tuturan,
wujud penggunaan kata honorifik, wujud intonasi dan isyarat kinesik, dan ditemukan
juga tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud pemakaian diksi yang tepat, serta
adanya faktor penyebab ketidaksantunan dalam berbahasa.
Beberapa penelitian berikut merupakan penelitian terdahulu terkait dengan
jual beli. Tasliati (2018) menyimpulkan bahwa terdapat penerapan strategi
ketidaksantunan yang diutarakan oleh Culpeper pada unggahan dalam grup daring
jual-beli di Kota Tanjungpinang. Megawati (2016) menyimpulkan bahwa para
penutur dalam kegiatan jual beli di Pasar Induk Kramat Jati cenderung menggunakan
tindak tutur asertif ketimbang tindak tutur yang lain, hal tersebut dapat dilihat melalui
frekwensi penggunaan tindak tutur tersebut yang mencapai jumlah tiga puluh tujuh
koma lima persen (37.5%). Barbosa (2016) menyimpulkan bahwa toko fisik dapat
memberikan informasi yang bermanfaat secara online untuk mengarahkan konsumen
4
ke toko agar konsumen tetap tertarik saat berada di dalam toko. Jiang dan Shiming
(2014) menyimpulkan bahwa bahwa ketika situs GB hanya memiliki basis konsumen
kecil dan ada tumpang tindih yang besar antara pasar online dan offline. Franco, dkk
(2018) menyimpulkan bahwa pertanian tidak lagi menjadi kegiatan ekonomi
terpenting di Manglaralto. Penduduknya telah memperkuat kegiatan ekonomi lainnya
seperti usaha kecil jual beli, memancing, dan pariwisata karena lokasi geografis
pantainya dan daya tarik wisata alam dan budaya dari potensi wisata hebat yang
dimilikinya. Prajawisastra, dkk (2018) menyimpulkan bahwa desain ulang Pasar
Sederhana tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi tetapi juga sebagai
sosial dan pusat budaya. Interaksi pasar dan sosial setelah adanya desain ulang Pasar
Sederhana tersebut dimungkinkan adanya peningkatan. Pawlasová dan Vojtěch
(2017) menyimpulkan bahwa kepuasan konsumen generasi Y dalam kegiatan jual
beli di Korea Selatan cukup meningkat.
Dengan interkasi jual beli, penjual akan mendapat imbalan berupa uang dan
pembeli akan mendapatkan barang yang diinginkan. Dapat disimpulkan, bahwa
pengertian kegiatan jual beli adalah tukar menukar barang antara dua orang atau lebih
dengan dasar suka sama suka, untuk saling memiliki. Kepemilikan masing-masing
pihak dilindungi oleh hukum.
Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesantunan mengkaji penggunaan
bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Menurut Rahardi
(2010: 60) dalam bertindak tutur yang santun, agar pesan dapat disampaikan dengan
baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-
prinsip kesantunan berbahasa.
2. METODE
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Adapun data dalam penelitian ini
berupa kata, frasa, klausa, kalimat, yang akan dianalisis wujud ketidaksantunan dan
penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa. Data-data tersebut terdapat dalam
media sosial Facebook. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode simak dan
5
menggunakan teknik lanjutan berupa teknik catat. Dalam penelitian ini penyediaan
data dilakukan dengan menyimak adanya ketidaksantunan pada bahasa hoaks.
Kemudian peneliti mencatat wujud ketidaksantunan pada interaksi jual beli di media
sosial Facebook.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut sebagian contoh hasil penelitian mengenai wujud ketidaksantunan dan
penyimpangan prinsip-prinsip kesantunan jual beli di media sosial Facebook.
3.1 Wujud Ketidaksantunan Bahasa Hoaks di Media Sosial Facebook
Berdasarkan analisis data, ditemukan delapan wujud yang dituturkan secara tidak
santun. Temuan-temuan tersebut akan dipaparkan seperti berikut.
1) Wujud Menyuruh
Tuturan menyuruh mengandung maksud agar pembaca melakukan sesuatu yang
dikehendaki penutur. Ketidaksantunan pada jenis ini mengacu pada tuturan yang
disampaikan. Wujud ketidaksantunan memperingatkan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu menyuruh untuk membeli dan menyuruh untuk menjual.
a) Menyuruh untuk Membeli
Tuturan menyuruh yang ditulis oleh penjual pada umumnya menggunakan
kalimat perintah. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca atau pembeli dapat
membeli apa yang ditawarkan penutur atau penjual. Berikut Kalimat dengan maksud
tersebut.
(1) Kaos D2R clothing original bandung termurah dengan kwalitas mewah ..Sudah
terjual puluhan ribu kaos .. Dan semakin banyak langganan ..Saatnya anda
yang akan membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin
Lebih banyak lebih murah.
(FB/April/2019,30/5)
6
Penjabaran
Kaos D2R clothing original bandung termurah dengan kualitas mewah ..Sudah
terjual puluhan ribu kaos .. Dan semakin banyak langganan ..Saatnya anda
yang akan membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin
Lebih banyak lebih murah.
Berdasarkan contoh (1) dapat dikatakan bahwa tuturan di atas mengandung
maksud penulis menyuruh mengandung maksud penulis menyuruh pembaca
melakukan apa yang dikehendakinya. Penulis atau penjual tersebut menyuruh
pembeli atau mitra tutur untuk mendatangi penjual tersebut agar si-pembeli
membuktikan sendiri kualitas dari kaos D2R yang ditawarkan. Hal tersebut ditandai
pada kalimat Saatnya anda yang akan membuktikannya.
b) Menyuruh untuk Menjual
Menyuruh agar menjual maksudnya yaitu penulis sebagai pembeli menyuruh
untuk penjual untuk menawarkan barang yang sesuai dengan permintaan pembeli
tersebut. Berikut tuturan yang bermaksud menyuruh agar menjual.
(1) tawakno. hp minusmu/normalmu segala kondisi daripd .go ganjel.awang segala
merek cocok lsg wa / inbox 089xxxxxxxx
(FB/April/2019,30/8)
Penjabaran
Tawarkan hp kekurangan/normal nya dalam segala kondisi daripada hanya
untuk penahan pintu. Segala merek, cocok langsung hubungi melalui
Whatsapp/inbox 089xxxxxxxx
Maksud penulis sebagai pembeli menyuruh pembaca untuk melakukan apa yang
dikehendakinya. Penulis menghendaki agar pembaca sebagai penjual menawarkan
atau menjual barang yang diinginkan pembeli. Pembeli tersebut sedang mencari
ponsel dengan segala merek dan meminta pembaca untuk menawarkan ponsel jika
hendak menjualnya. Wujud menyuruh pada tuturan tersebut ditandai penggunaan kata
7
tawakno atau tawarkan.
2) Wujud Memohon
Tuturan memohon bermaksud berharap supaya mendapatkan sesuatu sesuai
dengan yang diinginkan. Wujud memohon dapat dibagi menjadi dua yaitu memohon
kepada pembeli dan memohon kepada penjual.
a) Memohon Kepada Pembeli
Memohon kepada pembeli maksudnya yaitu penjual berusaha untuk menjual
suatu barang agar mendapatkan imbalan sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya.
Berikut tuturan yang bermaksud memohon kepada pembeli. Berikut tuturan yang
bermaksud memohon kepada pembeli.
(1) dijual selak BU meizu m6 fullset 4G Ram 2/16gb layar 5,2 fingerprint. Cari
penawaran Tertinggi. langsung cod sekarang. Wa 08564xxxxxxx
(FB/April/2019,30/9)
Penjabaran
Dijual keburu butuh uang. Meizu m6 fullset 4G Ram 2/16gb layar 5,2 inci,
finger print. Cari penawaran Tertinggi. langsung COD (Cash on Delivey)
sekarang. Whatsapp 08564xxxxxxx
Pada contoh tuturan di atas mengandung maksud penulis sebagai penjual
memohon pembaca untuk membeli barang yang ditawarkan. Pernyataan permohonan
tersebut disampaikan secara implisit, terdapat pada kalimat dijual selak BU atau
dijual keburu butuh uang. Penulis menyatakan bahwa ia sedang butuh uang maka
penulis memohon kepada pembaca sebagai pembeli untuk membeli ponsel miliknya.
b) Memohon Kepada Penjual
Memohon kepada penjual maksudnya yaitu pembeli berusaha untuk mencari
suatu barang yang diinginkan dan membelinya. Berikut tuturan yang bermaksud
memohon kepada penjual.
(1) golek hp mentok 800 om seng normal2 wae ,batre awet 4g ... cod langsong
sakniki das des
(FB/April/2019,30/16)
8
Penjabaran
Mencari HP dengan harga Rp.800.000, kondisi normal, baterai awet dan sinyal
4G... COD (Cash on Delivey) langsung sekarang cepat
Contoh tuturan (1) mengandung maksud penulis sebagai pembeli memohon
pembaca untuk memberikan apa yang dikehendakinya. Penulis menghendaki agar
pembaca sebagai penjual menawarkan atau menjual barang yang diinginkan pembeli.
Pembeli tersebut sedang mencari ponsel dengan harga maksimal Rp.800.000.
Pembeli memohon untuk mendapatkan tawaran ponsel dengan spesifikasi kondisi
normal, baterai awet dan mampu mendeteksi sinyal 4G. Penulis juga memohon untuk
melakukan transaksi secara COD pada saat itu juga. Wujud memohon biasanya
digunakan untuk menyampaikan keinginan atau kehendak yang diutarakan secara
eksplisit. Sesuai dengan pernyataan Hardini (2014:304) bahwa kalimat memohon
merupakan tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya.
3) Wujud Meyakinkan
Maksud dari meyakinkan yaitu menjadikan orang lain yakin terhadap apa yang
telah disampaikan. Maksud dari wujud meyakinkan yaitu agar mitra tutur merasa
yakin dengan apa yang disampaikan penutur. Wujud meyakinkan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu meyakinkan dengan membujuk dan meyakinkan dengan jaminan.
Berikut disajikan tuturan meyakinkan
a) Meyakinkan dengan bujukan
Meyakinkan dengan bujukan maksudnya yaitu mencoba membuat orang lain
merasa yakin terhadap sebuah penawaran. Berikut tuturan yang bermaksud
meyakinkan dengan bujukan.
(1) Monggo samsung ace 3
hp only
minus kaca kamera ucul sama batu mlndung tapi awet poll. sama on of aga
logro bosa di lem sendiri biar nempel 250 nett
ram 1
layar 4”
(FB/April/2019,30/18)
9
Penjabaran
Mari Samsung Ace 3
Hanya HP
Kekurangan kaca kamera lepas dan baterai membesar tapi awet sekali. Sama
tombol on off sedikit longgar, bisa di lem sendiri agar menempel
Harga Rp.250.000 tidak bisa ditawar
Ram 1
Layar 4 inci
Contoh tuturan (1) mengandung maksud penulis mencoba untuk meyakinkan
pembeli dengan rayuan. Penutur menjelaskan bahwa kondisi baterai membesar
namun ia mencoba meyakinkan dengan kalimat tapi awet poll atau tapi awet sekali.
Penutur mencoba membujuk pembeli walaupun kondisi ponsel yang tidak maksimal
namun tetap berfungsi dengan baik.
b) Meyakinkan dengan Jaminan
Meyakinkan dengan jaminan bermaksud agar mitra tutur merasa yakin terhadap
apa yang sedang ditawarkan. Berikut tuturan yang bermaksud meyakinkan dengan
jaminan.
(1) Redmi note 5. BLACK. masih baru toko. 3/32 GARANSI TAM 15 BULAN.
fulset ori mulus noMinus istimewa. umur 2 hari. nota print lengkap. Terpasang
TG kualitas preMium (80 ribuan). cod rumah saya garansi personal. ada minus
uang kembali, ada lecet siap di tusbol ampe lecet. istimewa dijamin seperti
baru karena tidak dipakai game.
Cari TT BT yang layakrnya lebih kecil. tidak dijual kecuali harganya cocok
banget.
(FB/April/2019,30/20)
Penjabaran
Ponsel merek Redmi note 5. BLACK. masih baru toko. 3/32 GARANSI TAM 15
BULAN. fullset. Asli tidak ada kerusakan tidak ada kekurangan, istimewa.
Pemakaian baru 2 hari. masih ada nota print lengkap. Terpasang tempered
glass kualitas preMium (dengan harga 80 ribuan). COD (Cash on Delivey)
rumah saya garansi personal. ada minus atau kerusakan uang anda kembali,
ada lecet siap ditusuk sampai lecet
Contoh tuturan (1) mengandung maksud penulis mencoba untuk meyakinkan
pembeli dengan jaminan. Penulis menjamin bahwa jika ada kerusakan pada ponsel,
10
maka uang akan kembali. Hal tersebut dijelaskan pada kalimat ada minus uang
kembali atau ada minus atau jika ada minus atau kerusakan, uang anda kembali.
Meyakin dengan jaminan tersebut dimaksudkan agar pembeli tertarik etrhadap barang
yang dijual atau ditawarkan. Guna meyakinkan pembeli atau pembaca, penjual atau
pembeli umumnya menyertakan argumentasi dan contoh konkret. Sanjaya (2016:73)
menegaskan alat yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk
itu, diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi
untuk meyakinkan pendengar.
3.2 Penyimpangan Prinsip Kesantunan Kegiatan Jual Beli di Media Sosial
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat 4 bentuk penyimpangan
prinsip kesantunan pada kegiatan jual beli di media sosial Facebook. Di bawah ini
disajikan uraian dari masing-masing bentuk penyimpangan prinsip kesantunan yang
ditemukan.
1) Maksim Penghargaan
Dengan maksim penghargaan, diharapkan para peserta pertuturan tidak saling
mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Peserta tutur yang
saling mengejek, saling mencaci dan saling merendahkan termasuk dalam perbuatan
yang tidak santun karena perbuatan saling mengejek, saling mencaci dan saling
merendahkan merupakan perbuatan tidak menghargai orang lain. Berikut contoh
kalimat yang teridentifikasi menyimpang dari prinsip kesantunan berbahasa pada
maksim penghargaan.
(1) tawakno. hp minusmu/normalmu segala kondisi daripd .go ganjel.lawang
segala merek cocok lsg wa / inbox 089089xxxxxxxxx
(FB/April/2019,30/8)
Penjabaran
Tawarkan hp kekurangan/normal nya dalam segala kondisi daripada hanya
untuk penahan pintu. Segala merek, cocok langsung hubungi melalui
Whatsapp/inbox 089xxxxxxxx
Kalimat tersebut teridentifikasi mengalami penyimpangan prinsip kesantunan
11
berbahasa pada maksim penghargaan karena penutur merendahkan pihak lain.
Penutur menyarankan kepada pembaca yang mempunyai telepon genggam dan tidak
terpakai untuk dijual. Kalimat bertujuan saran ditunjukkan pada kalimat daripd .go
ganjel.lawang atau daripada hanya untuk penahan pintu. Penutur seakan-akan
mengejek bahwa telepon genggam yang dimiliki pembaca tidak layak pakai dan
hanya pantas digunakan sebagai penahan pintu. Kalimat (1) menjadi kalimat santun
jika bentuk kalimat diungkapkan seperti berikut.
(1a) Tawakno HP minusmu/normalmu segala kondisi dan merek, cocok langsung wa
/ inbox 089089xxxxxxxxx
(1b) Tawarkan HP mu yang sudah tidak terpakai dengan segala kondisi dan apapun
mereknya, jika cocok langsung hubungi Whatsapp atau inbox ke
089089xxxxxxxxx.
Maksim penghargaan memaksimalkan dalam memberikan penghargaan kepada
pihak lain. Sehingga, para peserta tutur tidak saling mengejek atau merendahkan
pihak lain. Seperti dalam penelitian Wahidah, dkk. (2017) bahwa perilaku santun
dalam maksim penghargaan biasanya tuturan tersebut disertai dengan pujian..
2) Maksim Kesederhanaan
Dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati, peserta tutur
diharapkan mampu bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap
dirinya sendiri. Berikut contoh kalimat yang teridentifikasi menyimpang dari prinsip
kesantunan berbahasa pada maksim kesederhanaan.
(2) Kaos D2R clothing original bandung termurah dengan kwalitas mewah ..Sudah
terjual puluhan ribu kaos .. Dan semakin banyak langganan ..Saatnya anda
yang akan membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin
Lebih banyak lebih murah.
(FB/April/2019,30/5)
12
Penjabaran
Kaos D2R clothing original bandung termurah dengan kualitas mewah ..Sudah
terjual puluhan ribu kaos .. Dan semakin banyak langganan ..Saatnya anda
yang akan membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin
Lebih banyak lebih murah.
Kalimat tersebut mengalami penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa pada
maksim kesederhanaan karena penutur tidak dapat bersikap rendah hati. Penutur tidak
bersikap rendah hati terhadap pencapaian hasil penjualan yang telah diperoleh.
Penutur pun memaksimalkan pujian terhadap dirinya sendiri. Hal tersebut
tergambarkan pada kalimat sudah terjual puluhan ribu kaos. Wahidah, dkk. (2017)
menyatakan bahwa orang akan dikatakan sombong apabila di dalam kegiatan bertutur
selalu mengunggulkan dirinya atau kelompoknya sendiri. Kalimat (2) menjadi
kalimat santun jika bentuk kalimat diungkapkan seperti berikut.
(2a) Kaos D2R clothing original Bandung memiliki kualitas yang bagus dengan
harga yang murah. Telah memiliki banyak pelanggan. Saatnya anda yang akan
membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin. Lebih banyak lebih murah.
3) Maksim Pemufakatan
Adanya maksim pemufakatan ini diharapkan dapat terjalin kecocokan dalam
kegiatan berkomunikasi. Berikut contoh kalimat yang teridentifikasi menyimpang
dari prinsip kesantunan berbahasa pada maksim pemufakatan.
(3) golek hp mentok 800 om seng normal2 wae ,batre awet 4g ... cod langsong
sakniki das des
13
(FB/April/2019,30/18)
Penjabaran
Mencari HP dengan harga Rp.800.000, kondisi normal, baterai awet dan sinyal
4G... COD (Cash on Delivey) langsung sekarang cepat
Contoh kalimat (3) teridentifikasi mengalami penyimpangan prinsip kesantunan
berbahasa pada maksim pemufakatan karena dalam tuturan tersebut penutur berusaha
menyembunyikan ketidaksesuaiannya terhadap pihak lain. Pengguna Facebook
tersebut berusaha untuk membuat keputusan secara sepihak dengan keinginannya
untuk bisa COD (Cash on Delivey) atau metode pembayaran yang dilakukan saat
pengiriman barang. Kalimat yang menjelaskan keputusan secara sepihak yaitu cod
langsong sakniki das des atau COD (Cash on Delivey) langsung sekarang cepat.
Sejalan dengan hal tersebut, Dari,dkk.,(2017) menyatakan bahwa pematuhan prinsip
kesantunan dalam maksim permufakatan terjadi ketika penanya mampu menerima
kesepakatan hasil diskusi dan tidak memaksakan pendapatnya. Kalimat (3) menjadi
kalimat santun jika bentuk kalimat diungkapkan seperti berikut.
(3a) golek hp mentok 800 om seng normal2 wae ,batre awet 4g ... Transaksi secara
COD bisa dilakukan sekarang
4) Maksim Kesimpatisan
Orang yang bersikap antipati bahkan sinis terhadap orang lain dianggap sebagai
oarng yang tidak memiliki sopan santun di dalam masyarakat Indonesia. Berikut data
yang teridentifikasi menyimpang dari prinsip kesantunan berbahasa pada maksim
kesimpatisan.
(4) Yg phm minat Monggo geh PHP wartawan minggir
(FB/April/2019,30/8)
Penjabaran
Yang paham dan minat mari mampir, jangan PHP dan kalau hanya tanya-
tanya lebih baik minggir
Kalimat (4) teridentifikasi mengalami penyimpangan prinsip kesantunan
berbahasa pada maksim kesimpatisan karena penutur bersikap sinis terhadap pihak
14
lain yang bertindak sebagai pembeli namun yang dilakukan hanya sekedar bertanya-
tanya dan tidak membeli apa yang dijual. Hal tersebut dituliskan penulis dalam
kalimat PHP wartawan minggir. Penutur menggunakan kata PHP dan wartawan
untuk mendeskripsikan pembeli yang hanya bertanya-tanya saja. Dari (2017)
mengharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara
pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang peserta
tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Kalimat (4) menjadi kalimat
santun jika bentuk kalimat diungkapkan seperti berikut.
(4a) Yang paham dan berminat monggo nggih, dimohon untuk tidak menjadi PHP
(Pemberi Harapan Palsu)
5) Maksim Kedermawanan
Penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi
keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.
Berikut data yang teridentifikasi menyimpang dari prinsip kesantunan berbahasa pada
maksim kedermawanan.
(5) Vios 2004, mbok menowo cocok,,
Komplit,, ijoli N max yo gpp
Penteng tambhe,,akeh tur cocok,
(FB/April/2019,30/17)
Penjabaran
Mobil Vios 2004, mungkin saja cocok,,
Komplit, tukar dengan motor Nmax juga tidak apa-apa
Yang penting tambahnya banyak dan cocok
Kalimat (5) teridentifikasi mengalami penyimpangan prinsip kesantunan
berbahasa pada maksim kedermawanan karena penutur memaksimalkan keuntungan
bagi dirinya dan mengurangi keuntungan bagi pihak lain. Hal tersebut diungkapkan
dalam kalimat penteng tambhe,,akeh tur cocok atau yang penting tambahnya banyak
dan cocok. Penutur hanya memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri dan
tidak mementingkan keuntungan pihak lain. Kalimat (5) menjadi kalimat santun jika
bentuk kalimat diungkapkan seperti berikut.
15
(5a) Vios 2004, mbok menowo cocok,,
Komplit,, ijoli N max yo gpp
Yang penting bisa cocok dan saling untung
6) Maksim Kebijaksanaan
Peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi
keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam
kegiatan bertutur. Berikut data yang teridentifikasi menyimpang dari prinsip
kesantunan berbahasa pada maksim kebijaksanaan.
(6) Xiaomi 2 prime
Ram 2, spek liat Google
lancar jaya
kelengkapan dusbok
Minus pemakaian sama casing belakang krom karakter seperti digambar
Baterai baru double power belum ada sebulan masih garansi
Mahar 650 nego
Lokasi Telukan
(FB/April/2019,30/1)
Penjabaran
Ponsel Xiaomi 2 prime
RAM 2, spesifikasi lihat di halaman Google
Lengkap dengan dusbook
Minus pemakaian dan pelindung ponsel bagian belakang lecet, gambar
karakter seperti pada gambar
Baterai masih baru double power dan belum ada sebulan masih garansi
Harga Rp. 650.000 bisa ditawar
Lokasi di daerah Telukan
Kalimat (6) teridentifikasi mengalami penyimpangan prinsip kesantunan
berbahasa pada maksim kebijaksanaan karena penutur memaksimalkan keuntungan
untuk dirinya sendiri dalam bertutur. Ketika penutur menuliskan unggahan tersebut
untuk menjual telepon genggamnya, ia tidak menjelaskan spesifikasi dari telepon
genggamnya dan menyuruh pembaca sebagai calon pembeli untuk mencari sendiri
terkait informasi spesifikasi telepon genggam tersebut di media pencarian daring
bernama Google. Kalimat yang menyatakan menyuruh pembaca untuk mencari
16
spesifikasi dinyatakan dalam kalimat spek liat Google atau spesifikasi lihat di
halaman Google. Kalimat (6) menjadi kalimat santun jika bentuk kalimat
diungkapkan seperti berikut.
(6a) Xiaomi 2 prime
Ram 2, spesifikasi ponsel dilengkapi kamera 8MP
lancar jaya
kelengkapan dusbok
Minus pemakaian sama casing belakang krom karakter seperti digambar
Baterai baru double power belum ada sebulan masih garansi
Mahar 650 nego
Lokasi Telukan
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis di atas ada dua simpulan yang dapat dituliskan pada
penelitian ini. Satu, wujud ketidaksantunan bahasa hoaks pada media sosial Facebook
dapat dikategorikan menjadi tiga wujud, yaitu wujud menyuruh, wujud memohon,
dan wujud meyakinkan. Dua, Penyimpangan prinsip kesantunan dapat dikategorikan
menjadi enam maksim, yaitu maksim kebijaksaan, maksim penghargaan, maksim
kesederhanaan, maksim pemufakatan, maksim kesimpatisan dan maksim
kedermawanan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar dan Ice Sariyati. 2017. “Kesantunan dan Ketidaksantunan Berbahasa
Masyarakat Sunda dalam Dialog Percakapan pada Acara Kunjungan Keluarga
di Beberapa Tempat di Jawa Barat”. Jurnal al-Tsaqafa, 1 (14), 95-120.
Diakses pada 7 Mei 2018
(http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jat/article/view/1794).
Dari, dkk. 2017. Analisis Kesantunan Berbahasa Pada Kegiatan Pembelajaran Kelas
VIII E SMPN 2 Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Korpus, 1 (1)
: 10-21. Diakses pada 30 Maret 2019
(https://ejournal.unib.ac.id/index.php/korpus/article/view/3122/1570).
Felberg, Tatjana. 2016. “Impoliteness: a Challange to Interpreters Professionalism”.
FLEKS Journal, 3 (1), 1-20. Diakses pada 22 Mei 2018
(https://journals.hioa.no/index.php/fleks/article/view/1683).
17
Hamzah dan Ahmad Fuad. 2012. “Penggunaan Strategi Ketidaksantunan dalam
Kalangan Remaja di Sekolah”. Jurnal Linguistik, 16 (2), 62-74. Diakses pada
20 April 2018
(https://www.researchgate.net/profile/Ahmad_Fuad_Mat_Hassan/publication/
306346158_Penggunaan_Strategi_Ketidaksantunan_dalam_Kalangan_Remaj
a_di_Sekolah/links/57b9105608ae6f17376611cc/Penggunaan-Strategi-
Ketidaksantunan-dalam-Kalangan-Remaja-di-Sekolah.pdf).
Hardini, Isriani. 2014. Analisis Pragmatik dalam Wacana Kampanye Politik
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Periode 2013-2018.
Jurnal Penelitian, 11 (2) : 301-3016. Diakses pada 6 Mei 2019 (http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Penelitian /article/view/426/558).
Leech, Geoffrey. 2015. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Lorenzodus, Pilar dan Patricia. 2011. “On-line Polylogues and Impoliteness: The
Case of Postings Sent in Response to the Obama Reggaeton YouTube video”.
Journal of Pragmatics, 43 (10) : 2578-2593. Diakses pada 22 Mei 2018
(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378216611000841).
Rahardi, Kunjana. 2010. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Salman, Arwa. 2017. “Impoliteness Strategies in English and Arabic Facebook”.
International Journal of Linguistics, 9 (5), 97-112. Diakses pada 23 Mei 2018
(https://www.researchgate.net/publication/319967269_Impoliteness_Strategie
s_in_English_And_Arabic_Facebook_Comments).
Sanjaya, Arie. 2016. Penerapan Metode Bercerita dalam Mengembangkan
Kemampuan Berbahasa dan Karakter Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal
Ilmiah Guru COPE, 20 (1) : 70-79. Diakses pada 6 Mei 2019
(https://journal.uny.ac.id/index.php/cope/article/view/10795/8127).
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Pers.
Sugiarti, Ngudining R dan Catur W. 2017. “Analisis Ketidaksantunan Berbahasa di
SMP Negeri 18 Kota Bengkulu”. Jurnal Ilmiah Korpus, 1 (2), 150-156.
Diakses pada 20 April 2018
(https://ejournal.unib.ac.id/index.php/korpus/article/view/4112/2285).
18
Yanto, Yudi. 2014. “Kesantunan Berbahasa dalam Komunikasi Terapeutik Perawat di
RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto: Kajian Pragmatik”. Jurnal
Skiptorium, 2 (2), 135-145. Diakses pada 28 Februari 2019
(http://journal.unair.ac.id/SKRIP@kesantunan-berbahasa-dalam-komunikasi-
terapeutik-perawat-di-rsud-dr.-wahidin-sudiro-husodo-mojokerto-article-
7843-media-45-category-8.html).
Wahidah, Yeni dan Hendriana Wijaya. 2017. Analisis Kesantunan Berbahasa
Menurut Leech pada Tuturan Berbahasa Arab Guru Pondok Pesantren Ibnul
Qoyyim Putra Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 (Kajian Pragmatik).
Jurnal Al Bayan, 9 (1) : 1-16. Diakses pada 30 Maret 2019
(https://media.neliti.com/media/publications/94361-ID-none.pdf).