KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi …
of 160/160
KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi Pustaka Terhadap Hasil Penelitian di Sekolah Dasar Negeri dan Swasta) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program S1 Pendidikan Oleh: Siti Nur Aulia Fadilah 11160183000077 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021
KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi …
Text of KETERAMPILAN MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi …
Skripsi
untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program S1
Pendidikan
Oleh:
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
i
ABSTRAK
MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi Pustaka Terhadap Hasil
Penelitian di Sekolah Dasar Negeri dan Swasta). Skripsi jurusan
Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
menyimak siswa di sekolah dasar. Pendekatan dalam penelitian ini
adalah kualitatif
dengan metode Library Research. Teknik pengumpulan data menggunakan
14 jurnal
yang didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai
dari kelas 1 hingga
kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada di
sekolah dasar.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
content analysis.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak siswa
sekolah dasar masih
tergolong rendah dan terdapat permasalahan-permasalahan yang
menyebabkan
rendahnya keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan
dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media,
model dan strategi
yang tepat. Dari ke 14 jurnal, permasalahan yang paling banyak
merupakan faktor
internal dan teknik yang banyak digunakan yaitu teknik Permainan
Pesan Berantai
untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar. Dalam
hal ini dapat
menjadi alternatif bagi guru pada saat memberikan materi
pembelajaran menyimak
sehingga siswa tidak merasa bosan dan tercapainya pembelajaran yang
diinginkan.
Kata Kunci : Keterampilan Menyimak, Sekolah Dasar, Library
Research
ii
ABSTRACT
STUDENTS LISTENING SKILLS (Literature Study of Research Results in
Public
and Private Elementary Schools). Thesis, majoring in Madrasah
Ibtidaiyah Teacher
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, 2020.
This study aims to determine the description of students' listening
skills in
elementary schools. The approach in this research is qualitative
with the Library
Research method. The data collection technique uses 14 journals
obtained via the web
(internet) and data ranging from grade 1 to grade 6 related to
listening skills in
elementary schools. Analysis of the data used in this study using
content analysis. The
results of this study indicate that the listening skills of
elementary school students are
still low and there are problems that cause students to have low
listening skills. The
solution that can be used in overcoming these problems is the use
of appropriate
methods, media, models and strategies. Of the 14 journals, the
problem that turned
around was an internal factor and a widely used technique, namely
the Chain Message
Game technique to improve the listening skills of elementary school
students. In this
case it can be an alternative for teachers when providing listening
learning material
so that students do not feel bored and achieve the desired
learning.
Keywords: Listening Skills, Elementary School, Library
Research
iii
Alhamdulillaahirabbilaalamiin, segala puji bagi Allah SWT semesta
alam atas
berbagai nikmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga selalu
tercurah
limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan
sahabatnya yang
telah memberikan petunjuk kepada kita semua sehingga kita dapat
merasakan nikmat
Iman dan Islam.
Skripsi ini disusun bertujuan untuk melengkapi salah satu
persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) jurusan Pendidikan Guru
Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
menyadari bahwa
penulisan skripsi ini membutuhkan banyak bantuan, arahan dan
bimbingan dari
berbagai pihak serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT
sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku
rector UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Sururin M. Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.
3. Asep Ediana Latip M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Rohmat Widyanto M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah
Ibtidaiyah.
5. Dr. Siti Masyithoh M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah
memberi bimbingan, masukan maupun kritik dan saran yang sangat
bermanfaat
kepada penulis.
6. Dindin Ridwanudin M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang juga
telah
memberi bimbingan, masukan maupun kritik dan saran yang sangat
bermanfaat
iv
kepada penulis.
7. Anis Fuadah M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberi
semangat dan masukan yang sangat bermanfaat.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak
membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti
proses
perkuliahan.
9. Orang tua penulis, Alm. Bapak Johar Arifin dan Mamah Yusniati
yang tidak
henti-hentinya memberikan doa dan dukungannya baik moril maupun
materil.
Abangku Labib Syarief yang ikut serta membantu penulis dalam
menyelesaikan
skripsi ini.
Syahila, Diah Kurnia Rahayu) yang telah memberikan semangat dan
pengaruh
positif dalam menyusun skripsi ini.
11. Muchammad Faqih Isnaini, yang selalu memberikan semangat dan
kasih
sayangnya.
Angkatan 2016.
Kesempurnaan hanya milik Allah swt Tuhan semesta Alam. Oleh karena
itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna
perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada kami khususnya dan para
pembaca pada
umumnya.
B. Identifikasi Masalah
............................................................................
6
C. Pembatasan Masalah
...........................................................................
6
D. Rumusan Masalah
...............................................................................
6
E. Tujuan Penelitian
................................................................................
7
F. Manfaat Penelitian
..............................................................................
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik
...............................................................................
8
a. Pengertian Keterampilan
......................................................... 9
c. Unsur-unsur Menyimak
........................................................ 11
d. Proses Menyimak
..................................................................
12
e. Tujuan Menyimak
.................................................................
13
f. Jenis-Jenis Menyimak
...........................................................
15
Anak Usia Sekolah Dasar
...................................................... 17
h. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar .....................
18
i. Indikator Kemampuan Menyimak
........................................ 20
j. Faktor-Faktor Penghambat Keterampilan Menyimak ...........
22
k. Upaya Meningkatkan Daya Simak
........................................ 26
l. Penilaian Kemampuan Menyimak
........................................ 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan
.......................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penulisan
..............................................................................
37
C. Fokus Penelitian
................................................................................
38
D. Prosedur Penelitian
.....................................................................................
39
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif
............................................ 40
1. Jurnal Kelas 1
................................................................................
43
2. Jurnal Kelas 2
................................................................................
44
3. Jurnal Kelas 3
................................................................................
44
4. Jurnal Kelas 4
................................................................................
45
5. Jurnal Kelas 5
................................................................................
45
6. Jurnal Kelas 6
................................................................................
47
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif
.......................................... 49
C. Interpretasi Hasil
.................................................................................
60
1. Jurnal Kelas I Sekolah Dasar Negeri Pinggir Papas 1 Sumenep ...
60
2. Jurnal Kelas I Sekolah Dasar Negeri Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro
...................................................................................
62
3. Jurnal Kelas II Sekolah Dasar Negeri Blimbing Jombang
............ 65
4. Jurnal Kelas II Sekolah Dasar Negeri 200106 Padang
................. 67
vii
6. Jurnal Kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Pekanbaru ......
72
7. Jurnal Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 006 Rambah
.................... 74
8. Jurnal Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mangga Besar 01 Pagi,
Jakarta Barat
..................................................................................
76
10. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Inpres Borong Jambu II,
Kota Makassar
..............................................................................
81
Kota Tangerang
...........................................................................
84
12. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Negeri Klenggotan
....................... 87
13. Jurnal Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Tumbu dan Sekolah
Dasar
Negeri 2 Tumbu
...........................................................................
90
14. Jurnal Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 157015 Kebun Pisang,
Kec.
Badiri, Tapanuli Tengah
..............................................................
94
Tabel 4.1 Hasil Temuan Kemampuan Menyimak
.............................................. 48
Tabel 4.2 Persamaan Temuan Penelitian
............................................................
50
Tabel 4.3 Perbedaan Temuan Penelitian
.............................................................
56
ix
Lampiran 5 : Uji Referensi
positif. Di antara tujuan pendidikan adalah dapat mengembangkan
potensi
peserta didik, memperbaiki tingkah laku moral maupun sosial,
mendewasakan
diri baik sebagai individu dan makhluk sosial. Menurut UU SISDIKNAS
No.20
tahun 2003.
terencana untuk menciptakan proses pembelajaran dan suasana
belajar. Agar
murid dapat mengembangkan potensi diri secara aktif untuk
mendapatkan
keterampilan, akhlak mulia, kecerdasan, kepribadian, pengendalian
diri, dan
kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan oleh dirinya sendiri
dan
masyarakat.
dan berbahasa itu harus mampu meningkatkan kemampuan peserta didik
yang
meliputi tiga aspek utama ranah pendidikan yaitu meningkatkan
pengetahuan
bahasa-berbahasa, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan
membangun
sikap positif serta santun berbahasa 1 . Secara teknis bahasa
adalah seperangkat
ujaran yang memiliki arti atau makna yang dihasilkan dari alat
ucap. Pengertian
secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa system
lambang
bunyi bermakna.
1 Daeng Nurjamal dkk, Terampil Berbahasa, (Bandung : Alfabeta,
2011) hal. 2
2
komunikasi berisikan informasi berupa perasaan, maksud, pikiran dan
perasaan
secara langsung. Dalam berkomunikasi, kita dituntut untuk
menggunakan
keterampilan berbahasa yang baik dan benar sehingga tujuan
komunikasinya
bisa tercapai dalam setiap kegiatan komunikasi. Namun, tidak dapat
kita
pungkiri bahwa masih terdapat keterampilan berbahasa yang kurang
atau lemah
sehingga tujuan ingin disampaikannya suatu informasi menjadi
kurang
maksimal.
lebih efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar, namun
juga
komunikasi berkontribusi untuk memecahkan berbagai permasalahan
yang
terjadi dalam pembelajaran. Contoh, banyak peserta didik yang malas
atau
bosan selama pendidik menjelaskan suatu materi pelajaran maka dan
dengan
pendekatan komunikasi dapat dicari penyebab dan solusinya. Salah
satunya
bisa disebabkan oleh suara guru yang kurang lantang dan ekspresif,
maka guru
harus mengubah suaranya agar lebih lantang. 2
Akan lebih sulit lagi ketika mendengarkan pembicaraan dalam
situasi
yang resmi, misalnya mendengarkan khotbah, ceramah, atau pidato,
yakni lebih
sulit dalam hal memusatkan perhatian dan bertahan lama untuk
peserta didik
memasang telinga. Melalui telinga kemampuan memahami bahasa
dalam
konteks yang beragam itu perlu diajarkan kepada peserta didik.
Kemampuan
untuk memusatkan perhatian dan bertahan mendengarkan dalam jangka
waktu
tertentu yang sangat sulit dilakukan kepada peserta didik sekolah
dasar.
Terdapat empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu :
keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan
keterampilan
2 Nofrion, Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep
Komunikasi Dalam
Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2016) hlm. 45-46
3
menulis 3 . Dapat dikuasai dan diperoleh keempat keterampilan
tersebut dengan
banyaknya latihan dan praktik. Setiap orang harus memiliki
keterampilan-
keterampilan tersebut agar dapat meningkatkan kompetensi berbahasa
yang
baik, dalam hal ini keterampilan berbahasa Indonesia. Pengajaran
bahasa
mempunyai tujuan utama yaitu agar siswa terampil berbahasa
(menyimak,
berbicara, membaca dan menulis).
menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang harus
dipahami oleh peserta didik sebelum mempelajari keterampilan
berbahasa yang lain. Keterampilan menyimak adalah suatu
proses
melibatkan indera pendengaran, pemahaman, dilakukan dengan
penuh
konsentrasi, dengan tujuan memperoleh, menangkap dan memahami
maksud komunikasi lisan yang dilakukan oleh pembicara.
Kegiatan
menyimak tidak pernah terlewati dalam kehidupan sehari-hari.
Perbuatan menyimak secara sadar atau tidak sadar mempunyai
tujuan
tertentu. Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi,
menangkap pesan atau isi, dan memahami suatu komunikasi.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang banyak dilakukan
oleh
setiap manusia antara lain saat berinteraksi, pembelajaran,
mendengarkan radio,
menonton televisi, dan lain-lain. Dalam kehidupan manusia kegiatan
menyimak
lebih banyak dilakukan dibandingkan kegiatan berbicara, membaca,
dan
menulis. Keterampilan menyimak adalah modal dasar bagi peserta
didik untuk
mengembangkan sikap dan pengetahuan agar meningkatnya kompetensi
dan
prestasi yang dimilikinya.
Penelitian mengenai menyimak baik dalam kehidupan maupun
dalam
kurikulum sekolah dapat dikatakan masih langka. Pada penelitian
1929, Paul T.
Rankin dari Detroit Public Schools menyelesaikan sebuah survey
kepada 68
orang mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan
berbahasa,
3 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013) hal. 7
Dalam kenyataan praktik, survey menyatakan bahwa pada umumnya
kita menggunakan waktu untuk menyimak hamper tiga kali sebanyak
waktu
untuk membaca, namun anehnya sangat sedikit perhatian yang
diberikan untuk
melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Runkin
menemukan
bahwa dalam penekanan pembelajaran di kelas: membaca memperoleh
52%
dan menyimak hanya memperoleh 8%. 4
Pada kenyataannya peserta didik dalam proses pembelajaran
biasanya dipaksa untuk menghafal informasi, diminta untuk
mengingat
dan menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami isi
informasi.
Peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya sehingga pada evaluasi pembelajaran peserta didik
tidak
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kondisi peserta
didik
dalam kegiatan menyimak saat ini cukup memprihatinkan,
keterampilan
menyimak menjadi hal yang tidak diperhitungkan dan tidak
dianggap
penting dibandingkan dengan keterampilan lainnya. Dalam kegiatan
di
kelas, menyimak sudah menjadi bagian dari pembelajaran
bahasa.
Namun dalam praktek pembelajarannya di kelas, menyimak sering
tidak
dianggap sebagai pembelajaran yang perlu persiapan ataupun
direncanakan. Atau keterampilan menyimak hanya sebagai bagian
dari
kegiatan mendengarkan teks bacaan yang dibaca nyaring tanpa
persiapan dan penilaian yang terencana. Dengan kata lain,
pembelajaran
menyimak belum terlaksana dengan maksimal. 5
Pentingnya kemampuan menyimak juga belum disadari sepenuhnya
oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dengan masih dianggap remeh
pembelajaran
menyimak di sekolah oleh siswa. Siswa menganggap bahwa
kemampuan
menyimak pasti dikuasai setiap orang normal tanpa harus melalui
proses
pembelajaran. Selain itu, siswa banyak yang menganggap
kemampuan
4 Henry Guntur Tarigan, 2008: 140
5 Dadan Djuanda, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di
Sekolah Dasar.
(Bandung : Pustaka Latifah, 2008) Hal. 54
5
berlangsung dengan baik.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru di
MI
Assaadatuddarain I Pamulang, bahwa di sekolah tersebut
keterampilan
menyimak baru mencapai kira-kira 60%. Dan fakta di lapangan masih
banyak
siswa yang asik sendiri dengan kegiatannya mereka bahkan banyak
yang
terlihat fokus namun sebetulnya mereka tidak memperhatikan.
Keterampilan
menyimak menurut beliau juga sangat penting, karena ketika siswa
bida
menyimak dengan baik nantinya siswa bisa menjawab atau mengerti
materi
yang diajarkan oleh guru secara maksimal 6 .
Selain itu salah satu guru di SDN 02 Pamulang juga berkata
demikian,
bahwa kemampuan menyimak siswa di sekolah tersebut sangat minim
masih
banyak siswa yang mengabaikan. Kendala yang dihadapi ialah
hasil
pembelajaran tidak mencapai tujuan, karena siswa sulit fokus
menyimak apa
yang sedang disampaikan. Ketika guru sedang menyampaikan sesuatu,
banyak
siswa yang lebih suka melakukan hal lain yang menurutnya lebih
menarik.
Menurut beliau, Kemampuan menyimak tidak datang secara otomatis
tetapi
didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses
pelatihan secara
intens, khusus dalam bidang menyimak. Keterampilan menyimak
perlu
dipupuk sedini mungkin kepada anak-anak karena keterampilan
menyimak
memegang peranan penting dalam kehidupan maupun pembelajaran 7
.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, keterampilan
menyimak
sering diabaikan oleh guru karena mereka beranggapan bahwa tanpa
diajarkan,
keterampilan menyimak dapat dilakukan oleh siswa. Kenyataan yang
ada
terlihat kontradiktif terhadap aplikasinya. Kemampuan siswa dalam
menyimak
6 Wawancara dengan guru MI Assaadatuddarain I Pamulang Ibu
Nurcholis.,S.Pd.I, Kamis 05
Maret 2020 7 Wawancara dengan guru SDN 02 Pamulang Ibu Ayuni Dwi
Kartika.,S.Pd, Selasa 30 Maret
2021
6
materi pelajaran tertentu masih kurang. Hal ini terjadi karena
beberapa
kemungkinan, diantaranya adalah guru tidak mengetahui hakikat
keterampilan
menyimak, atau guru belum menemukan teknik yang baik dalam
pengajaran
menyimak.
keterampilan tersebut, agar peserta didik dapat memahami makna
komunikasi
yang disampaikan oleh pembicara. Selain itu, guru juga harus
mampu
menerapkan suatu strategi yang sesuai dengan siswa agar
keterampilan
menyimaknya dapat meningkat. Untuk itu pentingnya keterampilan
menyimak
siswa di sekolah dasar agar tercapainya pembelajaran yang
diinginkan, dalam
hal ini penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Keterampilan
Menyimak
Siswa Sekolah Dasar”
B. Identifikasi Masalah
2. Keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih rendah.
3. Pendidik sekolah dasar belum mampu mengembangkan
keterampilan
menyimak siswa.
dalam penelitian ini penulis membatasi masalah berupa
keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar. Dengan fokus membahas
pengertian
keterampilan menyimak, tujuan, dan pengertian keterampilan menyimak
siswa
sekolah dasar.
7
1. Bagaimana keterampilan menyimak?
E. Tujuan Penelitian
bagaimana gambaran keterampilan menyimak siswa di sekolah
dasar
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya
:
1. Manfaat Teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pedoman dan
referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya yang
berkaitan
dengan keterampilan menyimak siswa di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran
dalam menyimak kegiatan belajar mengajar siswa di kelas.
b. Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat untuk guru di
kelas
sebagai bahan rujukan dan keterampilan menyimak siswa di kelas
serta
dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang ingin di capai.
c. Manfaat bagi anak, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menumbuhkan
motivasi siswa dalam pembelajaran dan dapat mengembangkan
keterampilan menyimak dalam kegiatan pembelajaran.
d. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk
menambah
pengetahuan peneliti tentang keterampilan menyimak siswa
sekolah
dasar.
8
perbuatan. Ia merupakan aplikasi atau penerapan dari
pengetahuan
teoritis yang dimiliki seseorang, seperti keterampilan bercocok
tanam
bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi bagi tukang
kayu,
memotong dan menjahit baju bagi penjahit, dan lain-lain.
Dengan
keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara
efektif
dan efisien. 8
dari kata terampil yang berarti kecakapan, cekatan maksudnya
adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas”. Keterampilan adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan
tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk
mencapai
hasil tertentu.
jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh
dan
8 Sudarto, Keterampilan dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam
Perspektif Islam,
Journal Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
9
berbahasa berarti melatih pula keterampilan berpikir. 9
b. Pengertian Keterampilan Menyimak
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan
membaca
(reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills).
Setiap
keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketiga
keterampilan
lainnya dengan cara beraneka ragam.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada
masa
kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah
itu
kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita
pelajari
sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis
dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya
merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal. 10
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang
- lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan,
serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. 11
Definisi kata „menyimak dalam bahasa Indonesia
memiliki kemiripan makna dengan „mendengar dan
„mendengarkan. Oleh karena itu, ketiga istilah itu sering
menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap
sama sehingga dipergunakan secara bergantian. Ketiga istilah
tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun, tetap
berbeda dalam penerapan atau penggunaannya. Moeliono
9 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung :
Angkasa, 2013) hal. 2-3 10
Ibid. 11
bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menagkap
(bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan
menyimak. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa
yang diucapkan atau dibaca orang 12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyimak
(Mendengar, memperhatikan) mempunyai makna dapat menangkap
bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka
alat
pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi
tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan.
Proses
mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi dating secara
kebetulan.
Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik
perhatian,
mungkin juga tidak.
pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. 13
Hakekat menyimak
bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan
merealisasi
atas makna yang terkandung dalam bahan simakan. 14
Pendapat lain
is an active process by which students receive, construct
meaning from, and respond to spoken and or nonverbal
messages. As such, it forms an integral part of the
12 Kundharu Saddhono, St Y Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa
Indonesia,
(Bandung: CV Karya Putra Darwati 2012) hal. 8 13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4 (Jakarta:
Depdiknas, 2008) 14
Dindin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015)
hal. 157 15
Al-Khayyat, The Impact of Directed Listening Thinking Activity
(DLTA) on Developing
University Students Listening Competencies. (International Journal
of English and Education. Volume:
4, Issue: 4, October 2015). Hal. 39
11
other language arts.”
“Listening, like reading, writing, and speaking, is a
complex process best developed by consistentpractice.
Listening
is the vital skill providing the basis for the successful
communication and successful professionalcareer, enhance the
ability to learn and adapt new information, knowledge, and
skills”
menyimak adalah proses mendengarkan dnegan penuh pemahaman,
apresiasi, dan evaluasi. Menyimak merupakan kegiatan yang
disengaja
melalui proses mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa,
sedangkan mendengar adalah kegiatan hanya sekedar tahu tetapi
tidak
memahami bunyi-bunyi bahasa yang di simak. Keterampilan
menyimak
adalah suatu kegiatan mendengerkan dimana penyimak harus
mengerti
dan memahami setiap detil pembicara agar menjadi suatu
komunikasi
yang baik dan maksimal.
menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh
penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber
Hal. 89
16 Liubiniene, Developing Listening Skills in CLIL. (Jurnal Kalbo
Studijos, Volume 15, 2009)
17
Isah Cahyani, Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung
: UPI PRESS,
2007) hal. 33
pesan. Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan
kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama
melakukan kegiatan menyimak.
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika
penyimak
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia
dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu,
penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan
menyimak dengan intensif.
3) Bahan simakan.
lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan
simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada
penyimak.
Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi.
Jika
pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik,
pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang
mengakibatkan
terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
:
1) Tahap Mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar
segala
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas
pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.
2) Tahap Memahami, setelah kita mendengar maka keinginan bagi
kita
untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
18 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013) hal. 63
tahap understanding.
belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang
pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan
isi,
butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran
itu,
dengan demikian sang penyimak telah tiba pada tahap
interpreting.
4) Tahap Mengevaluasi, setelah memahami serta menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah
menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara
mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan
kekurangan pembicara, dengan demikian sudah sampai pada tahap
evaluating.
kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan
menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan
oleh
pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu penyimak pun
sampailah pada tahap menanggapi (responding).
e. Tujuan Menyimak
diantaranya adalah:
8) Menyimak untuk meyakinkan
menggolongkan dalam lima hal yang spesifik antara lain
sebagai
berikut 19
komunikasi nonverbal.
kita menyimak seseorang yang membaca cerita –cerita dengan
suara
yang keras atau deklamasi syair merupakan kegiatan (hal) yang
menyenangkan.
4) Mendengarkan kritikal
melakukan evaluasi pesan tersebut.
berbicara mengenai suatu masalah.
mendengarkan yaitu mendengarkan estetik (untuk kesenangan),
mendengarkan bertujuan (untuk informasi), dan mendengarkan
bertujuan (untuk informasi) dan mendengarkan kritikal (untuk
mengevaluasi).
19 Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching
Strategies, (New Jersey:
Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84
15
keterampilan menyimak dibedakan berdasarkan kriteria tertentu
sebagai
berikut 20
hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu
ujaran,
tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Kegiatan menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai
berikut :
b) Menyimak Estetik
memperoleh kesenangan.
upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat
belajar dengan teliti.
d) Menyimak Sosial
memberikan respond dan perhatian terhadap hal yang
disampaikan oleh orang lain.
20 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung :
Angkasa , 2013) hal. 62
intensif, penyimak memahami isi simakan secara terinci,
teliti,
cermat, dan mendalam terhadap bahan yang disimaknya. Bagian-
bagian dari menyimak intensif adalah sebagai berikut :
a) Menyimak Kritis
diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari
pembicara.
pembicaraan/ hal yang disimaknya.
seseorang.
e) Menyimak Eksploratori
sejenis menyimak dengan tujuan menemukan berbagai hal
informasi atau pesan.
tipe-tipe dari tujuan menyimak kebanyakan pas atau cocok/ sesuai
untuk
siswa-siswa jenjang sekolah dasar, yaitu : menyimak dalam hal
untuk
kesenangan, menyimak untuk memperoleh informasi yang
diperoleh.
Para siswa memiliki banyak tujuan dalam mempelajari
keterampilan
menyimak selain tuntutan kurikulum di sekolah.
17
Anak-Anak Usia Sekolah Dasar
rentang umur antara 6-12 tahun yang banyak mengalami
perubahan
sangat drastis baik mental maupun fisik. Pada masa ini,
perkembangan
keterampilan berbahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata
yang
dimiliki oleh anak-anak juga meningkat dan cara-cara yang
dilakukan
oleh anak-anak dalam menggunakan kata-kata dan kalimat
bertambah
kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa.
Ketika anak-anak masuk kelas satu sekolah dasar diperkirakan
jumlah perbendahraan kosa kata mereka sekitar 20.000 hingga
24.000
kata. Saat mereka berada pada kelas enam, jumlah perbendaharaan
kosa
kata mereka sekitar 50.000 kata atau lebih. 21
Pada masa anak-anak
antara 6 hingga 7 tahun merupakan saat yang baik dalam
mengajarkan
keterampilan membaca dan menulis lewat kegiatan menyimak. Hal
ini
disampaikan dalam penjelasan yang lengkap yakni 22
:
“children are between 6 and 7 yearsold when they are
taught to lsiten, read and write, because that is good time.
Articulation has developed, so that children can hear and say
the sounds of a language”
Pengelompokkan perkembangan dasar-dasar keterampilan
berbahasa sesuai perkembangan psikologi yang disesuaikan
dengan
21 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT Remaja Rosda
Karya, 2005) Hal. 68
22 Bruce dan Spratt, Essentials of Literacy From 0-7 Years 2
nd edition, (London: SAGE
Publications, 2011) Hal. 14
18
teori Piaget dalam dua kelomok yaitu kelas bawah yang terdiri dari
kelas
:
1) “Lower primary school (concrete operations) 7-11 years
standard I, II, III and IV : The two basic objectives for a
curriculum at this stage are: a) the child should be able to
learn fundamental skills in reading, writing and calculating
arithmetic problems. b) the child should be able to accept
his own aptitude forschool
2) Upper primary (formal operations) 11-15 years: standards
V, VI, VII and VIII At this stage the child shifts from the
level
of concrete operations to the final stage of formal
operations. He is cap able of considering the ideas of others
and communicating with them, since he is well into the
socialized speech phase of language development.”
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa pada anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun)
mengalami
perkembangan keterampilan berbahasa yang cukup drastis.
Mereka
dapat melihat dan mendengar ataupun menyimak berbagai sumber
informasi di sekitar mereka yang akan dijadikan bahan
perbendaharaan
kosa kata dan kalimat mereka untuk berinteraksi dengan diri
sendiri
serta dengan orang lain.
Khusus mengenai kemampuan menyimak siswa sekolah dasar
yang telah meninggalkan mas ataman kanak-kanaknya adalah
sebagai
berikut 24
:
23 Simatwa, Piaget’s Theory of Intellectual Development and It’s
Implication for Instructional
Management at Presecondary School Level, (Educational Research and
Reviews Academic Journals,
Vol. 5 (7) July 2010) Hal 366-371) 24
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 63
1) Anak-anak akan mampu menyimak dengan baik, apabila suatu
cerita
dibacakan dengan nyaring.
2) Anak-anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik,
apabila
seorang
3) Anak-anak dapat menyimak bunyi-bunyi dan nada-nada yang
berbeda, terlebih kalau nada, terlebih kalau intonasi sang
pembicara
sangat jelas dan baik.
perbedaan yang terdapat dalam ujaran.
5) Anak-anak mampu dan senang menyimak ritme-ritme dan
rima-rima
dalam suatu pembacaan puisi atau drama.
6) Anak-anak mampu menyimak dan menangkap ide-ide yang
terdapat
dalam ujaran atau pembicaraan.
menyimak dibutuhkan kekreatifan dari seorang guru dalam
menyajikan
bahan simakan bagi siswa, sehingga siswa bukan hanya menyimak
dengan baik namun siswa senang karena merasa terhibur.
Tulare Country Schools pada tahun 1949 selesai menyusun
sebuah buku petunjuk mengenai keterampilan berbahasa yang
berjudul
“Tulare Country Cooperative Language Arts Guide”. Dalam
Tarigan
yaitu :
bermain;
cerita atau dongeng;
sederhana.
20
a) Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau
untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-
pertanyaan;
c) Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan
lingkungan.
3) Kelas dua (6 ½ - 8 tahun) :
a) Menyimak dengan kemampuan memilih dan mengingat;
b) Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya;
sebaliknya tidak usah menyimak.
a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai sumber
informasi dan sumber kesenangan;
mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud
tertentu
serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkutan dengan hal itu;
ekpresi yang tidak mereka pahami maknanya
d) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan dan propaganda-propaganda, dan
e) Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima dan
kata-kata,
dan memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.
i. Indikator Kemampuan Menyimak
21
perhatian yang sungguh-sungguh, kesengajaan, pemahaman,
kesengajaan dan kehati-hatian. 25
Ada tiga tujuan menyimak, yaitu melatih konsentrasi siswa,
melatih daya paham, dan melatih daya kreatif siswa.
Menyimak seharusnya diorentasikan agar siswa benar-benar
mampu memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang
diperdengarkan. Strategi menyimak mampu membuat siswa
aktif saat menyimak dan menuntut siswa untuk selalu
berkonsentrasi selama menyimak. Misalnya saat kegiatan
menyimak siswa disuruh menuliskan ide pokok cerita,
membuat peta konsep bahan simakan, membuat prediksi
bahan simakan dan sebagainya. 26
2) Daya ingat siswa terhadap bahan simakan
Apabila siswa dapat memahami apa yang disimaknya
maka siswa akan dengan mudah mengingat apa yang
disimaknya. Untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap apa yang disimaknya, guru harus menguasai benar
strategi pemahaman saat menyimak, yaitu bertukar ide,
beradu argument, menyusun respons terhadap isi bacaan,
dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Tanpa strategi tersebut
siswa hanya mampu memiliki kemampuan menyimak yang
semu, yaitu hanya mampu menjawab seputar bahan simakan
tanpa mengerti atau memahami bahan simakan. 27
Definisi daya ingat merupakan kemampuan memanggil
kembali informasi yang telah dipelajarinya dan yang telah
disimpan
dalam otak. Daya ingat seseorang tidak terlepas dari
kemampuan
25 Hermawan Herry, Keterampilan Menyimak yang Terabaikan,
(Yogyakarta : Graha Ilmu,
2012) Hal. 33 26
Refika Aditama, 2012) Hal. 96 27
Ibid, Hal. 96
daya ingat yaitu 28
minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode
tertentu
dalam pengamatan dan pembelajaran, dan memiliki kondisi fisik
dan kesehatan yang baik.
dan struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai
keterkaitan
dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup
kuat lebih mudah diingat oleh seseorang.
c) Faktor lingkungan. Proses mengingat akan lebih efektif
apabila
ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari adanya
gangguan-gangguan.
Setiap sekolah tentunya terdapat hambatan-hambatan dalam
pembelajaran menyimak tidak selalu sama, berbeda-beda. Pada
sekolah
tertentu hambatan tersebut dapat diminimalisir, tetapi bisa saja
di
sekolah lain dapat lebih kompleks atau sulit. Semakin
terlihat
hambatan-hambatan tersebut dalam pembelajaran menyimak sastra
seperti menyimak dongeng, hal ini disebabkan berbagai faktor
misalnya
siswa kurang bisa memahami dongeng yang disampaikan oleh
guru,
atau kurangnya penggunaan media yang digunakan oleh guru
dalam
pembelajaran.
masalah seperti pemilihan media dan metode yang tepat. Padahal
seperti
28
23
yang kita tahu, metode dan media merupakan hal yang penting
dalam
pembelajaran. Pada kenyatannya guru masih menggunakan metode
yang cenderung membosankan bagi siswa. Hal tersebut
menyebabkan
berapa permasalahan di dalam proses komunikasi terutama dunia
pendidikan. Berikut ini beberapa faktor-faktor hambatan
keterampilan
menyimak :
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah,
pembelajaran dan tes menyimak tampak kurang mendapat
perhatian
sebagaimana halnya kompetensi berbahasa yang lain. Secara
khusus
semua guru bahasa belum tentu mempelajarkan dan sekaligus
menguji kompetensi menyimak siswa dalam satu periode tertentu
walaupun sebenarnya untuk mengikuti berbagai mata pelajaran
kemampuan itu sangat diperlukan 29
.
sendirinya siswa telah baik kemampuannya memahami bahasa
lisan, atau karena mempersiapkan dan menyusun tes kompetensi
tidak semudah dan sesederhana seperti tes-tes kompetensi yang
lain.
Pada intinya, tes kompetensi menyimak memerlukan persiapan
dan
sarana yang telah khusus.
yang diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa
melalui
sarana dan pendengaran. Masalah yang ditimbulkan adalah
sarana
apa yang harus dipergunakan, perlukah seorang guru
menggunakan
media rekaman, siaran langsung (televisi, radio), atau
langsung
29 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta, 2013) hal. 353
berlangsung. 30
teknis, misalnya seseorang harus menyediakan perangkat keras
di
ruang ujian. Di samping itu, berhubung belum banyak tersedia
program rekaman untuk latihan atau tes dalam bahasa
Indonesia,
guru perlu menyiapkan sendiri. Hal ini juga merupakan
pekerjaan
tambahan yang tidak mudah dilakukan. Oleh karena itu, guru
banyak mengalami kesulitan.
penting digunakan untuk menunjang pembelajaran menyimak. Tapi
pada kenyataannya, beberapa sekolah kurang memadai seperti
tidak
tersedia perangkat untuk pembelajaran dan tes menyimak
seperti
pengeras suara, komputer/laptop, viewer, dan tidak
tersedianya
laboratorium bahasa.
guru
Indonesia. Media yang sering digunakan dalam pembelajaran
menyimak adalah papan tulis dan teks bacaan dan belum
memanfaatkan media audio dan audiovisual, biasanya hal ini
terjadi
karena kemampuan teknologi guru yang masih kurang dalam
mengakses media melalui internet 31
.
30 Ibid, hal. 354
Indonesia, Jurnal Sastranesia, Vol. 5, No. 3, 2017. Hal. 48
25
konvensional, yang dapat menghambat siswa untuk belajar
secara
aktif dan kreatif karena guru mendominasi sebagian besar
aktivitas
proses belajar-mengajar dan penilaian serta siswa cenderung
pasif.
Siswa lebih berposisi sebagai objek daripada sebagai subjek
sehingga pembelajaran menggantungkan sepenuhnya pada
inisiatif
guru yang dianggap sebagai sumber belajar. Pendekatan dan
metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru didominasi oleh metode
ceramah dan pemberian tugas. Pembelajaran demikian cenderung
bersifat indokrinasi dengan metode latihan (drill and practice)
32
.
keterampilan menyimak dapat ditanggulangi dengan cara memilih
pendekatan dan metode yang cocok untuk pembelajaran menyimak
dan disenangi siswa.
menyimak masih berkutat dengan pola lama, yaitu peserta didik
mendengar dan berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh
pengajar. Pengukuran kompetensi menyimak lazimnya berupa
tagihan pemahaman dan tanggapan terhadap pesan yang
disampaikan dengan cara merespon jawaban.
Kedua macam tagihan tersebut dapat disiasati untuk dijadikan
tugas-tugas yang berkadar otentik, caranya adalah mengubah
tagihan dari yang sekadar meminta peserta didik merespon
jawaban
tersebut menjadi tagihan kinerja berbahasa aktif produktif,
baik
yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. Cara demikian
32
Rabawati Sutama, Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam
Pembelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar. E-jurnal Program
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.
2, 2013.
26
satu kegiatan, dan itu lebih dianjurkan karena mencerminkan
kegiatan berbahasa dalam kenyataan sehari-hari 33
.
keterampilan menyimak, kadangkala kegiatan menyimak hanya
terbatas pada penjelasan yang diberikan oleh guru dan
kemudian
ditanggapi siswa secara bersama-sama atau secara individu,
tetapi
hanya berhenti sampai di situ.
5) Faktor Eksternal
lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses
menyimak. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan
lingkungan social. Lingkungan fisik menyangkut peraturan dan
penataan ruangan serta sarana dalam pembelajaran menyimak.
Lingkungan fisik yang bising, gaduh, panas, hujan, dll akan
mempengaruhi dalam kegiatan menyimak. Lingkungan sosial
mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk
mengekspresikan ide-ide mereka, dan juga mengetahui bahwa
sumbangan-sumbangan mereka akan diterima dan dihargai. Anak-
anak yang sering didengarkan akan lebih siap lagi untuk
mendengarkan apabila orang lain berbicara. 34
k. Upaya Meningkatkan Daya Simak
Berdasarkan penyebab-penyebab kurang efektifnya
Rosdakarya, 2011) Hal. 229 34
Musfiroh, Takdiroatun dan Dwi Hanti Rahayu, Menyimak Komprehensif
dan Kritis,
(Yogyakarta: UNY, 2004)
yang dapat meningkatkan kualitas menyimak siswa, yakni
sebagai
berikut:
Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan menyimak. Di antaranya adalah
teknik
loci, teknik penggabungan, dan teknik fonetik. Berikut ini
adalah
penjelasan mengenai teknik-teknik tersebut 35
:
Teknik loci merupakan salah satu teknik mengingat yang
paling tradisional. Teknik ini pada dasarnyaa merupakan
teknik
mengingat dengan cara memvisualisasikan materi yang harus
diingat dalam ingatan Anda. Teknik ini dapat dilakukan dengan
cara mempelajari urutan informasi dengan informasi lain yang
serupa, dan mencocokan hal-hal yang akan diingat dengan
lokasi tersebut.
dengan cara menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama
yang akan Anda ingat secara berantai dengan pesan kedua,
ketiga. dan seterusnva. Pesan berantai itu dihubungkan pula
dengan imaji-imaji tertentu yang perlu divisualkan secara
jelas
dalam pikiran Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan
pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), pesan pertama
perlu dihubungkan tersebut dengan lokasi yang akan
mengingatkan pada item tadi.
28
bunyi-bunyi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-
bilangan itu dengan pesan yang akan diingat. Teknik ini dapat
membentuk imaji visual yang kuat untuk masing-masing kata
yang berhubungan dengan bilangan; dan membentuk
penggabungan visual antara masing-masing pesan yang akan
diingat secara berurutan dengan masing-masing kata yang
terbentuk dari kata-kata yang divisualisasikan.
2) Menggunakan bahan pembelajaran menyimak yang relevan
Bahan pembelajaran menyimak adalah bahan yang kalau
dipelajari atau dilatihkan siswa, maka dia akan memiliki
kompetensi menyimak tertentu. Sama seperti pemilihan teknik
pembelajaran menyimak, bahan pembelajaran menyimak tidak
boleh ditentukan secara sembarang. Bahan pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran menyimak, haruslah bahan
pembelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
menyimak, haruslah bahan simakan yang tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah. Ini berarti bahwa bahan
pembelajaran
yang harus dipersiapkan, harus bahan simakan yang relevan
dengan tingkat kemampuan kognitif dan kemampuan intelektual
siswa. Untuk memenuhi keperluan itu, guru wajib mengenal
karakteristik siswanya sebab dengan modal pengalaman itulah
dia
dapat mempertimbangkan secara cermat apakah bahan simakan
sudah relevan untuk siswa yang harus dibelajarkannya 36
.
36 Sanggup Barus, “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Menyimak Bahasa Indonesia
di Sekolah,” Jurnal Universitas Negeri Medan 1, no. 85 (2013);
10.
29
terus - menerus secara lisan atau 12 membacakan, akan terasa
monoton dan membosankan siswa. Tetapi, kalau penyampaiannya
dilakukan dengan menggunakan media yang bervariasi,
pembelajaran menyimak akan lebih menarik dan menyenangkan
siswa.
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Untuk lebih
memacu siswa dalam memahami bahan simakan, guru dapat
menggunakan alat-alat seperti kaset VCD, LCD, laptop, flas
disk,
dan sebagainya dalam pembelajaran menyimak di sekolah 37
.
pembelajaran menyimak. Ruang belajar yang panas (gerah),
lembab, pengap, hiruk - pikuk dan hingar - binger dari luar
ruang
belajar, dan lalu - lalangnya orang-orang akan mengganggu
proses
pembelajaran menyimak. Selain itu, buku-buku dan alat-alat
pelajaran lain yang terbuka dan terletak di atas meja siswa,
akan
dapat mengganggu konsentrasi siswa.
pembelajaran menyimak di sekolah, guru harus mengelola ruang
belajar dengan baik. Guru harus bekerja sama dengan siswa
untuk
menciptakan suasaana ruang belajar yang kondusif. Sebab ruang
37 Ibid, Hal. 11
.
Evaluasi merupakan salah satu komponen pembelajaran
menyimak. Pelaksanaannya bertujuan untuk menilai kemampuan
menyimak siswa setelah mereka mengikuti suatu pembelajaran
menyimak. Pembelajaran menyimak dirasakan tidak selesai kalau
tidak diakhiri dengan evaluasi.
Karena pada umumnya siswa berkeinginan memperoleh nilai yang
tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran
menyimak, guru seyogianya melaksanakan evaluasi dengan baik
dalam pembelajaran menyimak.
l. Penilaian Menyimak
menanggapi informasi yang disampaikan pihak lain lewat sarana
suara
ialah pengertian dari tes kemampuan menyimak. Jadi, kemampuan
tersebut ialah kemampuan memahami isi pesan yang disampaikan
secara lisan. Tes pemahaman pesan suara ini sekaligus menuntut
peserta
didik untuk mengontruksi jawaban sendiri, baik secara lisan,
tertulis,
maupun keduanya, tes ini disebut tes otentik.
Mengontruksi jawaban sendiri dalam kaitannya ini
dimaksudkan antara lain menceritakan kembali secara lisan
atau
menuliskan kembali isi informasi yang terkandung dalam wacana
yang
disuarakan tersebut. 39
mengontruksi jawaban dapat dilakukan secara lisan atau
tertulis,
38 Ibid, Hal. 12
Pertama, (Yogyakarta : BPFE, 2010) hal. 360
31
misalnya berupa tugas “menceritakan kembali isi informasi”
yang
terdapat dalam wacana itu secara lisan atau tertulis lewat atau
lewat
pertanyaan terbuka. 40
peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan
secara
lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau
video.
Penetapan jenis sasaran kemampuan yang dijadikan fokus tes
disesuaikan dengan tingkat kemampuan tes/siswa. 41
Tes kemampuan
yang secara eksplisit dinyatakan, termasuk urutan-urutan
peristiwa/kejadian, atau yang hanya dinyatakan secara
implisit,
mengenai implikasi dari isi teks, mengambil kesimpulan, dan
lain-
lain. 42
aspek proses menyimak yang terdiri dari aspek mendengar,
memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.
Kemudian dari aspek-aspek tersebut diturunkan menjadi
beberapa indicator diantaranya aspek mendengar diturunkan
menjadi tiga indikator, antara lain 1) melihat kearah
pembicara,
2) posisi duduk tenang dan mendengarkan pembicara, 3)
ekspresi wajah antusias mengikuti cerita hingga akhir.
Kemudian aspek memahami diturunkan menjadi dua indikator,
yaitu 1) mampu menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam
cerita, dan 2) menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam
cerita.
Selanjutnya aspek menginterpretasi juga diturunkan menjadi
dua indikator yaitu, 1) menjelaskan alur cerita secara runtut,
dan
2) dapat menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya
dengan benar dan runtut. Kemudian aspek mengevaluasi
diturunkan menjadi satu indikator yaitu mampu membedakan
sifat baik dan yang tidak baik pada tokoh dalam cerita.
Selanjutnya yang terakhir adalah aspek menanggapi yang
diturunkan menjadi satu indikator yaitu memberikan pendapat
40 Ibid, Hal. 365
41 Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Pegangan Pengajar Bahasa,
(Jakarta: PT Indeks, 2011)
hal. 114-115 42
Ibid, hal. 154
didengarnya.
Penelitian mengenai Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
ini
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain yaitu :
1. Dwi Cahyadi Wibowo & Yudita Susanti dalam jurnal yang
berjudul
Analisis Kemampuan Menyimak Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia
(Penelitian Studi Kasus pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri
04
Sintang). Penelitian yang dilakukan menggunakan metode metode
kualitatif deskriptif, bentuk penelitian adalah studi kasus. Subjek
penelitian
kelas IV dengan jumlah keseluruhan 45 siswa, teknik pengumpulan
data
menggunakan teknik observasi, teknik komunikasi langsung,
teknik
dokumentasi dan alat pengumpulan data adalah observasi,
panduan
wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian sebagai berikut:
1)
pelaksanaan pembelajaran menyimak di kelas IV berjalan dengan baik
dan
lancar sesuai dengan rancangan skenario pembelajaran yang
dirancang.
Selain itu juga siswa mengikuti proses pembelajaran dengan
baik,
merespon pembelajaran, bertanya jika kurang memahami materi
yang
disampaikan oleh guru.
Perbedaan hasil penelitian saya dengan Dwi Cahyadi Wibowo &
Yudita
Susanti adalah pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan
metode studi pustaka. Teknik pengumpulan data menggunakan 14
jurnal
yang didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai
dari kelas
1 hingga kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang
ada
di sekolah dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini
menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih tergolong rendah
dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya
33
keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media,
model,
dan strategi yang tepat. Dari ke 14 Jurnal teknik yang banyak
digunakan
yaitu teknik Permainan Pesan Berantai untuk meningkatkan
keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar.
Keterampilan Menyimak Kelas V SD Negeri 23 Palembang.
Penelitian
yang dilakukan adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan
pembelajaran,
ketiga guru telah menyusun RPP. Pelaksanaan pembelajaran
keterampilan
menyimak di kelas V SD Negeri 23 Palembang yang guru
laksanakan
belum maksimal, hal ini terlihat dari materi pembelajaran yang
belum
lengkap disampaikan dan ada langkah-langkah pembelajaran yang
belum
muncul. Pada tahap penilaian, dua guru telah melaksanakan
penilaian
mencakup tiga aspek yaitu penilaian afektif, kognitif, dan
psikomotorik dan
dua guru belum melaksanakan penliaian afektif dan
psikomotorik.
Perbedaan hasil penelitian saya dengan Riska Wulandari adalah
pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode
studi
pustaka. Teknik pengumpulan data menggunakan 14 jurnal yang
didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai dari
kelas 1
hingga kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada
di
sekolah dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini
menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih tergolong rendah
dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media,
model,
dan strategi yang tepat. Dari ke 14 Jurnal teknik yang banyak
digunakan
34
menyimak siswa sekolah dasar.
3. Sinsin Kartini dalam jurnalnya yang berjudul Metode Bercerita
Dalam
Pembelajaran Menyimak di Kelas V Sekolah Dasar. Penelitian
ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
penelitian
tindakan kelas (PTK) model Elliot, yang disusun secara berdaur
dalam tiap
siklusnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
dan
refleksi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menyangkut
prilaku
siswa kelas V sebanyak 28 orang. Instrumen yang digunakan
dalam
penelitian adalah lembar catatan lapangan,lembar observasi,
pedoman
wawancara, dan evaluasi. Evaluasi hasil pelaksanaan tindakan siklus
I
memperoleh nilai rata-rata kelas 72. Pelaksanaan tindakan siklus
II
memperoleh nilai rata-rata kelas 79. Pelaksanaan tindakan siklus
III
memperoleh nilai rata-rata kelas 86. Evaluasi hasil pelaksanaan
tindakan
tersebut menunjukkan adanya peningkatan nilai siswa pada
setiap
siklusnya.
pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode
studi
pustaka. Teknik pengumpulan data menggunakan 14 jurnal yang
didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai dari
kelas 1
hingga kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada
di
sekolah dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini
menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih tergolong rendah
dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media,
model,
dan strategi yang tepat. Dari ke 14 Jurnal teknik yang banyak
digunakan
35
menyimak siswa sekolah dasar.
Objek penelitian pada penelitian ini adalah Keterampilan
Menyimak
Siswa sekolah dasar. Adapun tempat penelitian yang dilakukan
penulis ialah di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Nasional,
website yang berkaitan dengan jurnal keterampilan menyimak sekolah
dasar.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020 dengan
jadwal
terperinci menggunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
2. Ujian Proposal April 2020
3. Revisi Proposal April - Juli 2020
4. Pengumpulan Data Penelitian Agustus 2020
5. Pengolahan Data Penelitian September 2020
6. Analisis, Pembahasan Data dan
Penyusunan Bab IV dan V
September - Desember 2020
8. Wisuda Juni 2021
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode
penelitian
dalam penelitian ini menggunakan riset kepustakaan (Library
Research). Studi
37
kepustakaan adalah suatu studi yang digunakan dalam
mengumpulkan
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada
di
perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah,
dsb. 43
Studi
teori mengenai masalah yang akan diteliti. 44
Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai
serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca,
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam penelitian
studi pustaka
:
1. Penulis atau peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash)
atau data
angka, bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan.
2. Data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peneliti tidak terjun
langsung ke
lapangan karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber data
yang
ada di perpustakaan.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa
peneliti
memperoleh bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data
orisinil dari
data pertama di lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Untuk mendapatkan data dalam penelitian studi kepustakaan,
peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
mempelajari
sesuatu pada sudut pandang alamiahnya, menerjemahkannya, dan
melihat
fenomena dalam hal makna yang dipahami manusia. Dengan kata
lain
penelitian kualitatif dapat mempelajari sisi nyata dunia, menemukan
bagaimana
Hal. 5
Hal. 34
43 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2009)
44 Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006)
45 Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia : 2003) hal. 3-5
38
menggambarkan kehidupan manusia kontekstual. 46
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan mencari
informasi atau mengumpulkan berbagai sumber yang berasal dari
jurnal-jurnal
yang relevan dengan penelitian. Analisis data penulis menggunakan
analisis isi
(Content Analysis) yaitu dengan mengumpulkan data sistematis dan
konsisten,
kemudian menganalisis, menyeleksi, menrasikan untuk diambil
kesimpulan.
“dengan analisis ini, peneliti bekerja secara objektif dan
sistematis untuk
mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui pendekatan
kuantitatif” 47
.
Namun pada penelitian ini penulis menggunakan analisis isi (Content
Analysis)
dengan pendekatan kualitatif. Langkah penelitian yang penulis
lakukan adalah
dengan menelaah berbagai sumber jurnal yang berkaitan dengan
keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar.
mampu mengetahui secara mendalam apa yang menjadi fokusnya
dalam
penelitian di lapangan. Penelitian tersebut diselidiki secara
menyeluruh dan
secara khusus serta dalam bagian yang mendukung atau menambah
kejelasan
makna dalam situasi di lapangan. Setelah mengetahui dan memahami
secara
mendalam dan menyeluruh dari apa yang terjadi di lapangan
kemudian
menghasilkan hipotesis atau teori baru dari apa yang terjadi di
lapangan. 48
321
Hal. 60
46 Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada,2011) hal 6
47 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2005) Cet. V, hal.
48
39
kegiatan yang sangat penting. 49
Peneliti mengambil prosedur penelitian berupa:
1. Tahap Konseptual (merumuskan dan mengidentifikasi masalah,
meninjau
kepustakaan yang relevan, mendefinisikan kerangka teoritis,
merumuskan
hipotesis).
mengidentifikasi populasi yang diteliti, mengkhususkan metode
untuk
mengukur variable penelitian, merancang rencana sampling,
mengakhiri
dan meninjau rencana penelitian, melaksanakan penelitian dan
melakukan
revisi).
4. Fase Empirik (pengumpulan data, persiapan data untuk di
analisis)
mengumpulkan data penelitian yang telah dilaksanakan di
lapangan.
5. Fase Analitik (menganalisis data dan menghitung hasil data
penelitian),
mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. data yang
telah
dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan yang diantaranya kesimpulan dari hasil
pengujian
hipotesis penelitian.
6. Fase Diseminasi, mendesain hasil penelitian. Pada tahap akhir,
agar hasil
penelitian dapat dibaca, dimengerti, dan dapat diketahui oleh
pembaca
maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk kesimpulan dari
hasil
penelitian.
49
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013) Hal. 266
40
menginspirasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan
kualitas belajar
pada diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran merupakan upaya
sistematis
untuk menginspirasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar
siswa.
Kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, jenis
belajar, dan
hasil belajar tersebut. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
hasil interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. 50
Salah satu pembelajaran yang ditargetkan kurikulum tingkat
sekolah
dasar adalah keterampilan berbahasa. Kurikulum 2013 menguraikan
tujuan
pembelajaran yang sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia, yakni
agar siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa dibedakan
dari empat
macam, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat
keterampilan berbahasa tersebut berkaitan antara satu dan yang
lain. Beberapa
praktisi masih berpendapat sampai sekarang bahwa pembelajaran
bahasa
adalah sebuah proses yang berjalan linera/ lurus, yaitu diawali
dengan
menguasai bahasa lisan (menyimak dan berbicara) dan baru kemudian
beralih
ke bahasa tulis (membaca dan menulis) 51
.
merupakan aktivitas yang paling awal dilakukan oleh siswa. Untuk
mengikuti
berbagai pelajaran, keterampilan menyimak sangat diperlukan.
Keterampilan
50 Winataputra dan Udin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Universitas
Terbuka,2008) Hal. 18 51
Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran
Tematik kelas 1 SDN Pejok II
Kedaungadem Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD 5, no.
2, (2017)
41
menyimak berperan penting dalam usaha mempelajari banyak hal,
apalagi di
dunia pendidikan. Setiap pelajaran di sekolah memerlukan
keterampilan
menyimak. Guru mentransferkan ilmunya sebagian besar melalui
ujaran. Di
sinilah keterampilan menyimak sangat dibutuhkan bagi siswa.
Mengingat pentingnya keterampilan menyimak, maka keterampilan
tersebut harus diajarkan sejak dini dalam pelajaran bahasa di
sekolah dasar. Hal
ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk jenjang pendidikan
yang
selanjutnya 52
. Seperti contoh salah satunya materi yang terdapat pada kelas
2
semester II kurikulum 2013, dimana disebutkan dalam kompetensi
dasar 4.8
Menceritakan kembali teks dongeng binatang (fabel) yang
menggambarkan
sikap hidup rukun yang telah dibaca secara nyaring 53
.
dengan mendengarkan segala informasi, melainkan ada proses
pemahaman
yang harus dikembangkan disana. Dalam pembelajaran siswa
diharapkan
mampu menyimak dengan baik informasi yang disampaikan oleh guru.
Hal ini
dikarenakan semakin baik keterampilan menyimak siswa, maka
semakin
banyak pula informasi yang mampu diserap. Jika siswa tidak mampu
menyimak
dengan baik, maka informasi yang disampaikan oleh guru tidak bisa
diterima
dengan baik. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan pencapaian
indikator, maka
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak berhasil
sesuai dengan
tujuan yang diharapkan 54
52
Permendikbud Nomor 73 Tahun 2018 54
I Gede, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking
Activity Berbantuan Media
Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD” e-Journal
Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD 2, no. 1 (2014)
42
kurikulum dan memiliki proporsi waktu yang sama dengan ketiga
keterampilan
berbahasa lainnya.
Guru dalam hal ini juga memiliki peran penting dalam upaya
menciptakan proses belajar keterampilan menyimak yang efektif
dan
berkualitas. Oleh karena itu, seorang guru sangat dituntut
kreatifitas dan
kemampuannya dalam merancang pembelajaran keterampilan
menyimak,
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menarik perhatian
siswa dan
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sejalan
dengan
perkembangan paradigma pembelajaran, guru hendaknya memposisikan
siswa
sebagai subyek pada saat proses pembelajaran sedangkan guru
lebih
memposisikan diri sebagai fasilitator dan motivator dalam
proses
pembelajaran 55
diharapkan siswa lebih aktif secara maksimal dalam memperoleh
informasi
yang berkaitan dengan profesi, membuat hubungan antarpribadi lebih
efektif,
mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang
masuk
akal, dan agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala
sesuatu
yang didengar.
penelitian dari jurnal. Dalam jurnal tersebut terdapat sejumlah
kriteria terkait
permasalahan keterampilan menyimak khususnya di sekolah dasar.
Namun
demikian, tidak semua jurnal secara lengkap menyebutkan
kriteria
keterampilan menyimak yang di antaranya yaitu identifikasi
permasalahan,
media, metode, strategi, karakteristik, hasil. Setiap jurnal
memiliki karakteristik
yang berbeda terkait penelitiannya, sehingga kriteria yang diambil
dalam
55 Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008)
Hal. 59
penelitian keterampilan menyimak berbeda satu dengan lainnya. Oleh
karena
itu, penulis akan menjelaskan sesuai data yang tercantum dalam
jurnal yang
telah penulis analisis :
a. Siswa kelas 1 sebagian besar tidak mempunyai latar
belakang
pendidikan dari TK, kemampuan berbahasa Indonesia sangat
kurang
karena terbiasa menggunakan bahasa daerah di tempat tersebut.
Hasil
belajar siswa mengenai keterampilan berbahasa selalu di bawah
KKM.
Siswa kelas 1 yang berkaraketristik suka bermain dan cepat
bosan
terhadap sesuatu sehingga keterampilan menyimak susah
diterapkan.
Peneliti tersebut menggunakan teknik Permainan Pesan Berantai
untuk
meningktakan keterampilan menyimak siswa, hasil nya siswa
100%
dapat mencapai KKM 56
.
b. Siswa kelas 1 di sekolah peneliti tersebut masih suka berbicara
sendiri
dengan temannya atau menyampaikan materi. Hal ini bisa terjadi
karena
pada dasarnya karakteristik siswa kelas I SD masih terbawa
karakteristik pada saat masih TK yaitu suka bermain dan
bergembira.
Model pembelajaran yang digunakan peneliti tersebut adalah
artikulasi
dan media boneka tangan. Dengan menggunakan model serta media
tersebut terlihat dari penilaian keterampilan menyimak dan
terjadi
peningkatan siswa yang tuntas. Awalnya terdapat 11 siswa
(45,8%)
.
Permainan Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal
Pedagogia 3, no. 2 (2014) 57
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui
Model Pembelajaran
Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas
1 SDN Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no.
2 (2017)
44
a. Guru belum maksimal menggunakan media pembelajaran yang
inovatif
dan kreatif. Siswa kurang percaya diri, siswa lebih suka bercerita
sendiri
dengan teman sebangkunya dan cenderung tidak memperhatikan
apa
yang disampaikan oleh guru yang mengakibatkan minat belajar
siswa
rendah. Media yang digunakan yaitu boneka tangan. Hasilnya
keterampilan siswa mengalami peningkatan menjadi 34% dari 18,7%
58
.
kurang memahami keterampilan menyimak, manfaat yang didapat
dari
dari menyimak dirasakan kurang oleh siswa sehingga siswa
kurang
antusias, teknik pembelajaran menyimak kurang bervariasi,
pendekatan
yang digunakan guru belum tepat. Pendekatan yang dilakukan
oleh
peneliti tersebut adalah pendekatan integratif melalui teknik
dengar-
cerita. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui
pendekatan
integratif. Nilai rata-rata kelas pada tahap pratindakan sebesar
67,10 dan
mengalami peningkatan sebesar 2,9% menjadi sebesar 70.
Selanjutnya
nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 84,3. 59
3. Jurnal Kelas 3
a. Siswa kurang percaya diri untuk mengungkapkan ide dan
pikirannya,
serta rendahnya motivasi untuk menyelesaikan tugas. Rendahnya
tanggung jawab moral ketika siswa mendapatkan nilai rendah.
Media
yang digunakan adalah youtube, Sebagai bukti adalah paparan
nilai
58 Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Media Boneka
Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SDN Blimbing Jombang” Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 59
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan
Pendekatan Integratif
Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106
PadangSidumpuan Tahun Pelajaran
2015-2016” Jurnal Bimbingan dan Konseling 3, No. 1 (2018)
45
menyimak hasil observasi pada simakan 1 nilai rata-ratanya adalah
73,5,
kemudian naik menjadi 80,55 pada simakan II 60
.
metode, materi yang disampaikan kurang menarik, dan siswa
kurang
memahami perbendaharaan kata. Strategi yang digunakan adalah
.
a. Tingkat konsentrasi siswa rendah, siswa merasa takut ketika
disuruh
untuk menyimak sebuah teks bacaan. Metode yang digunakan
adalah
game bisik berantai, hasilnya yaitu meningkatnya nilai rata-rata
sebesar
60 kemudian mengalami peningkatan menjadi 63,80 dan terakhir
nilai
rata-rata siswa meningkat 74,28.. 62
b. Siswa di kelas IV tersebut kurang antusias dalam mengikuti
kegiatan
pembelajaran, para peserta didik ada yang sibuk dengan aktifitas
lain,
ada yang pura-pura memperhatikan, dan ada yang keluar masuk
kelas.
Peneliti tersebut menggunakan pendeketan saintifik, hasilnya
keterampilan menyimak meningkat dan dapat dirata-ratakan
tingkat
kecapaiannya mencapai 81,5 63
a. Guru di sekolah peneliti tersebut belum memberikan kesempatan
kepada
siswa untuk melakukan kegiatan apresiasi sastra secara
langsung,
60
Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam Peningkatan
Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1
(2020) 61
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk
Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru”
Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau 7, no. 2 (2018) 62
Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam
Meningkatkan Keterampilan
Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal of Basic
Education 1, no. 2 (2018) 63
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Pendekatan Saintifik
Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017)
anggapan dari pemikiran guru tersebut bahwa orang yang normal
akan
dapat menyimak tanpa adanya pengarahan dari guru. Pandangan
tentang
pengertian keterampilan menyimak yang salah inilah yang perlu
dibenarkan. Oleh karena itu, peneliti di sekolah tersebut
menggunakan
model Picture and Picture berbantuan media CD, Hasil
keterampilan
menyimak meningkat yang awalnya mendapat presentase 69,44%
meningkat menjadi 83,33%. 64
siswa terhadap keterampilan menyimak masih kurang, media
pembelajaran menyimak belum dimanfaatkan secara efektif,
teknik
pembelajaran menyimak yang kurang bervariasi, jumlah siswa
terlalu
besar, kondisi ruang belajar yang belum menunjang
pembelajaran
menyimak. Media yang digunakan adalah audio, hasilnya
pembelajaran
menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audio dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Borong Jambu
II
Kec. Manggala Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat adanya
peningkatan
persentase hasil belajar dari setiap siklus dengan peningkatan
nilai
kumulatif rata-rata dari 53,7 menjadi 88,37. 65
c. Cara mengajar guru yang kurang bervariasi. Kurangnya minat
belajar
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama mengenai
keterampilan menyimak. Guru mengajar juga masih menggunakan
metode ceramah dimana proses pembelajaran berpusat kepada
guru.
Pendekatan yang digunakan ialah integratif, hasilnya perhitungan
uji
hipotesis menggunakan spss dan dapat disimpulkan bahwa
hasilnya
64 Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menyimak
Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media CD Cerita
Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 65
Bellona Mardhatillah Sabillah,”Peningkatan Keterampilan Menyimak
Cerita Rakyat
Melalui Media Audio Pada Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu II
Kecamatan Manggala Kota
Makassar” Jurnal Kajian Pendidikan Dasar 5, No. 1 (2020)
47
Tangerang meningkat. 66
pembelajaran sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru;
guru
belum menggunakan media pembelajaran sehingga siswa kurang
berminat terhadap materi pembelajaran; dan guru belum
menerapkan
model pembelajaran yang inovatif dan tepat sehingga siswa
mudah
merasa jenuh terhadap kegiatan pembelajaran yang monoton.
Model
yang digunakan Think Pair and Share dengan berbantuan media
wayang
kartun. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
menyimak
cerita, dari presentase 74,19% meningkat menjadi 93,55%. 67
6. Jurnal Kelas 6
Kurangnya pengetahuan guru mengenai strategi maupun model
pembelajaran. Dalam melakukan proses pembelajaran, kurangnya
dukungan media pembelajaran. Saat proses pembelajaran,
konsentrasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Strategi
yang
digunakan adalah The Direct Listening Thinking Activity
berbantuan
media audio, hasilnya dapat dikemukan simpulan keterampilan
menyimak siswa kelompok eksperimen yang mengikuti
pembelajaran
menggunakan strategi the direct listening thinking activity
berbantuan
66 Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap
Keterampilan Menyimak
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang”
Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018) 67
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share Dengan
Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita
Pada Siswa Sekolah
Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017)
48
media audio memiliki mean (M) = 25 dan berada pada kategori
sangat
tinggi. 68
b. Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan menyimak
berasal
dari faktor siswa dan guru. Dari siswa, disebabkan oleh beberapa
faktor
antara lain mereka tidak memiliki keberanian dalam
mengungkapkan
kembali isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang,
kurangnya
motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran menyimak. Sedangkan
dari
faktor guru sebagai akibat dari belum efektifnya strategi
pengajaran yang
digunakan. Media yang digunakan ialah audio (tape-recorder),
metode
belajar media audio dapat meningkatkan keterampilan menyimak
siswa
terbukti pada presentase awal 63,39 % dengan nilai rata – rata
6,34, dan
meningkat menjadi 91,96 % dengan nilai rata – rata sebesar 9,19.
69
Berdasarkan hasil temuan beberapa jurnal di atas yang sudah
peneliti
analisis. Dapat disimpulkan bahwa temuan kemampuan menyimak
adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Lebih suka berbicara dengan teman sebangkunya.
68 I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct
Listening Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas
VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014) 69
Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B
Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019)
49
Siswa kurang percaya diri.
Kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
No Kelas 5
terutama mengenai keterampilan menyimak.
No Kelas 6
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif
Analisis komparatif adalah merupakan bentuk analisis data
penelitian
untuk menguji ada tidaknya perbandingan atau perbedaan keberadaan
variable
dari dua kelompok data atau lebih. 70
Dari temuan beberapa penelitian terkait
dengan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar, telah dianalisis
dan
kemudian dikomparasikan. Berikut komparasi persamaan dan perbedaan
terakit
70
Manual & SPSS, (Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017)
Hal. 100
50
beberapa penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
No. Jurnal I 71
karakteristik pada saat masih
bergembira.
meningkat menjadi 20 siswa
No. Jurnal I 73
Jurnal II 74
71 Imam, “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui
Teknik Permainan
Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Pedagogia
3, no. 2 (2014) 72
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui
Model Pembelajaran
Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas
1 SDN Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no.
2 (2017) 73
Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Media Boneka
Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SDN Blimbing Jombang”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 74
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan
Pendekatan Integratif Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II
SD Negeri 200106 PadangSidumpuan Tahun Pelajaran 2015-2016” Jurnal
Bimbingan dan Konseling 3, No. 1 (2018)
51
1.
2.
No Jurnal I 75
adalah 73,5, kemudian naik
Hasilnya meningkat 19 siswa
mendapatkan interval nilai 80-
100 dari 23 siswa.
75
Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam Peningkatan
Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1
(2020) 76
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah
6 Pekanbaru” Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau 7, no. 2 (2018)
52
menyimak sebuah teks bacaan.
siswa meningkat 74,28.
kurang antusias dalam
fakta, aspek bahasa, aspek
penyajian, aspek topik cerita,
No Jurnal I 79
77 Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam
Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal
of Basic Education 1, no. 2
(2018) 78
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Pendekatan Saintifik
Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017) 79
Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menyimak
Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media CD Cerita
Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 80
Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap
Keterampilan Menyimak
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang”
Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018) 81
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share
Dengan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Cerita Pada Siswa
Sekolah Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017)
82
53
No Jurnal I 83
sangat tinggi.
dan meningkat menjadi 91,96
% dengan nilai rata – rata
83
I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening
Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas
VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014) 84
Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B
Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019)
56
No. Jurnal I 85
Permainan Pesan Berantai.
No Jurnal I 87
boneka tangan.
Menggunakan pendekatan
No Jurnal I 89
85 Imam, “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui
Teknik
Permainan Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal
Pedagogia 3, no. 2 (2014) 86
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui
Model Pembelajaran
Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas
1 SDN Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no.
2 (2017) 87
Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Media Boneka
Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II
SDN Blimbing Jombang”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 88
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan
Pendekatan Integratif
Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106
PadangSidumpuan Tahun Pelajaran 2015-2016” Jurnal Bimbingan dan
Konseling 3, No. 1 (2018)
89 Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam
Peningkatan Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1
(2020) 90
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk
Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau 7, no. 2 (2018)
57
1.
2.
mengungkapkan ide dan
pikirannya, serta rendahnya
motivasi untuk menyelesaikan
tugas. Rendahnya tanggung
No Jurnal I 91
saintifik.
91 Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam
Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal
of Basic Education 1, no. 2
(2018) 92
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Pendekatan Saintifik Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD
: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017)
93
Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menyimak Cerpen Melalui Model Picture and Picture
berbantuan Media CD Cerita Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 94
Bellona Mardhatillah Sabillah,”Peningkatan Keterampilan Menyimak
Cerita Rakyat Melalui
Media Audio Pada Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu II Kecamatan
Manggala Kota Makassar”
Jurnal Kajian Pendidikan Dasar 5, No. 1 (2020) 95
Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap
Keterampilan Menyimak
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang”
Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018) 96
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share
Dengan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Cerita Pada Siswa
Sekolah Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017)
59
2.
No Jurnal I 97
The Direct Listening Thinking
Activity berbantuan media audio.
Media yang digunakan ialah
audio (tape-recorder).
97 I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct
Listening Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas
VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014) 98
Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B
Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019)
60
keseluruhan kelas sekolah dasar. Dari 14 Jurnal, penulis
menginterpretasi
berdasarkan kelas. Karena kemampuan seorang siswa berdasarkan umur
akan
dapat memiliki metode, karakterisik, problematika dan hasil yang