Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KETERAMPILAN MENYIMAK
SISWA SEKOLAH DASAR (Studi Pustaka Terhadap Hasil
Penelitian di Sekolah Dasar Negeri dan Swasta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program S1
Pendidikan
Oleh:
Siti Nur Aulia Fadilah
11160183000077
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
i
ABSTRAK
Siti Nur Aulia Fadilah (NIM : 11160183000077), KETERAMPILAN
MENYIMAK SISWA SEKOLAH DASAR (Studi Pustaka Terhadap Hasil
Penelitian di Sekolah Dasar Negeri dan Swasta). Skripsi jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bagaimana keterampilan
menyimak siswa di sekolah dasar. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan metode Library Research. Teknik pengumpulan data menggunakan 14 jurnal
yang didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai dari kelas 1 hingga
kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada di sekolah dasar.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan content analysis.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih
tergolong rendah dan terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan
rendahnya keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media, model dan strategi
yang tepat. Dari ke 14 jurnal, permasalahan yang paling banyak merupakan faktor
internal dan teknik yang banyak digunakan yaitu teknik Permainan Pesan Berantai
untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar. Dalam hal ini dapat
menjadi alternatif bagi guru pada saat memberikan materi pembelajaran menyimak
sehingga siswa tidak merasa bosan dan tercapainya pembelajaran yang diinginkan.
Kata Kunci : Keterampilan Menyimak, Sekolah Dasar, Library Research
ii
ABSTRACT
Siti Nur Aulia Fadilah (NIM: 11160183000077), BASIC SCHOOL
STUDENTS LISTENING SKILLS (Literature Study of Research Results in Public
and Private Elementary Schools). Thesis, majoring in Madrasah Ibtidaiyah Teacher
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, 2020.
This study aims to determine the description of students' listening skills in
elementary schools. The approach in this research is qualitative with the Library
Research method. The data collection technique uses 14 journals obtained via the web
(internet) and data ranging from grade 1 to grade 6 related to listening skills in
elementary schools. Analysis of the data used in this study using content analysis. The
results of this study indicate that the listening skills of elementary school students are
still low and there are problems that cause students to have low listening skills. The
solution that can be used in overcoming these problems is the use of appropriate
methods, media, models and strategies. Of the 14 journals, the problem that turned
around was an internal factor and a widely used technique, namely the Chain Message
Game technique to improve the listening skills of elementary school students. In this
case it can be an alternative for teachers when providing listening learning material
so that students do not feel bored and achieve the desired learning.
Keywords: Listening Skills, Elementary School, Library Research
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin, segala puji bagi Allah SWT semesta alam atas
berbagai nikmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang
telah memberikan petunjuk kepada kita semua sehingga kita dapat merasakan nikmat
Iman dan Islam.
Skripsi ini disusun bertujuan untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini membutuhkan banyak bantuan, arahan dan bimbingan dari
berbagai pihak serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku rector UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Sururin M. Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.
3. Asep Ediana Latip M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Rohmat Widyanto M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
5. Dr. Siti Masyithoh M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
memberi bimbingan, masukan maupun kritik dan saran yang sangat bermanfaat
kepada penulis.
6. Dindin Ridwanudin M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
memberi bimbingan, masukan maupun kritik dan saran yang sangat bermanfaat
iv
kepada penulis.
7. Anis Fuadah M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi
semangat dan masukan yang sangat bermanfaat.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses
perkuliahan.
9. Orang tua penulis, Alm. Bapak Johar Arifin dan Mamah Yusniati yang tidak
henti-hentinya memberikan do‟a dan dukungannya baik moril maupun materil.
Abangku Labib Syarief yang ikut serta membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Teman-teman satu bimbingan (Maya Amanda, Amalia Ramadhanty, Humaida
Syahila, Diah Kurnia Rahayu) yang telah memberikan semangat dan pengaruh
positif dalam menyusun skripsi ini.
11. Muchammad Faqih Isnaini, yang selalu memberikan semangat dan kasih
sayangnya.
12. Semua rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2016.
Kesempurnaan hanya milik Allah swt Tuhan semesta Alam. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada kami khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, Februari 2021
Siti Nur Aulia Fadilah
NIM. 11160183000077
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik ............................................................................... 8
1. Hakikat Keterampilan Menyimak ................................................. 8
a. Pengertian Keterampilan ......................................................... 9
b. Pengertian Keterampilan Menyimak ...................................... 9
c. Unsur-unsur Menyimak ........................................................ 11
d. Proses Menyimak .................................................................. 12
e. Tujuan Menyimak ................................................................. 13
f. Jenis-Jenis Menyimak ........................................................... 15
vi
g. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Berbahasa pada Anak-
Anak Usia Sekolah Dasar ...................................................... 17
h. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar ..................... 18
i. Indikator Kemampuan Menyimak ........................................ 20
j. Faktor-Faktor Penghambat Keterampilan Menyimak ........... 22
k. Upaya Meningkatkan Daya Simak ........................................ 26
l. Penilaian Kemampuan Menyimak ........................................ 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 36
B. Metode Penulisan .............................................................................. 37
C. Fokus Penelitian ................................................................................ 38
D. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 39
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif ............................................ 40
1. Jurnal Kelas 1 ................................................................................ 43
2. Jurnal Kelas 2 ................................................................................ 44
3. Jurnal Kelas 3 ................................................................................ 44
4. Jurnal Kelas 4 ................................................................................ 45
5. Jurnal Kelas 5 ................................................................................ 45
6. Jurnal Kelas 6 ................................................................................ 47
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif .......................................... 49
C. Interpretasi Hasil ................................................................................. 60
1. Jurnal Kelas I Sekolah Dasar Negeri Pinggir Papas 1 Sumenep ... 60
2. Jurnal Kelas I Sekolah Dasar Negeri Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro ................................................................................... 62
3. Jurnal Kelas II Sekolah Dasar Negeri Blimbing Jombang ............ 65
4. Jurnal Kelas II Sekolah Dasar Negeri 200106 Padang ................. 67
vii
5. Jurnal Kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangharjo...... 69
6. Jurnal Kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Pekanbaru ...... 72
7. Jurnal Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 006 Rambah .................... 74
8. Jurnal Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mangga Besar 01 Pagi,
Jakarta Barat .................................................................................. 76
9. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar 1 Mejobo ...................................... 79
10. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Inpres Borong Jambu II,
Kota Makassar .............................................................................. 81
11. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1
Kota Tangerang ........................................................................... 84
12. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Negeri Klenggotan ....................... 87
13. Jurnal Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Tumbu dan Sekolah Dasar
Negeri 2 Tumbu ........................................................................... 90
14. Jurnal Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 157015 Kebun Pisang, Kec.
Badiri, Tapanuli Tengah .............................................................. 94
D. Pembahasan ........................................................................................ 95
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 103
B. Implikasi ........................................................................................... 104
1. Implikasi Teoritis .......................................................................... 104
2. Implikasi Praktis ........................................................................... 104
C. Saran ................................................................................................. 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................. 36
Tabel 4.1 Hasil Temuan Kemampuan Menyimak .............................................. 48
Tabel 4.2 Persamaan Temuan Penelitian ............................................................ 50
Tabel 4.3 Perbedaan Temuan Penelitian ............................................................. 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Hasil Wawancara Dengan Guru
Lampiran 2 : Lembar Hasil Wawancara Dengan Guru
Lampiran 3 : Surat Bimbingan Skripsi Dosen 1
Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi Dosen 2
Lampiran 5 : Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dalam mencerdaskan kehidupan
manusia. Karena pendidikan memiliki tujuan untuk perubahan-perubahan
positif. Di antara tujuan pendidikan adalah dapat mengembangkan potensi
peserta didik, memperbaiki tingkah laku moral maupun sosial, mendewasakan
diri baik sebagai individu dan makhluk sosial. Menurut UU SISDIKNAS No.20
tahun 2003.
Pengertian pendidikan merupakan usaha yang dilandasi kesadaran dan
terencana untuk menciptakan proses pembelajaran dan suasana belajar. Agar
murid dapat mengembangkan potensi diri secara aktif untuk mendapatkan
keterampilan, akhlak mulia, kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri, dan
kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan oleh dirinya sendiri dan
masyarakat.
Demikan pula halnya dengan proses pendidikan-pembelajaran bahasa
dan berbahasa itu harus mampu meningkatkan kemampuan peserta didik yang
meliputi tiga aspek utama ranah pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan
bahasa-berbahasa, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan membangun
sikap positif serta santun berbahasa1. Secara teknis bahasa adalah seperangkat
ujaran yang memiliki arti atau makna yang dihasilkan dari alat ucap. Pengertian
secara praktis, bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa system lambang
bunyi bermakna.
1 Daeng Nurjamal dkk, Terampil Berbahasa, (Bandung : Alfabeta, 2011) hal. 2
2
Komunikasi merupakan aktivitas yang paling penting. Di mana
komunikasi berisikan informasi berupa perasaan, maksud, pikiran dan perasaan
secara langsung. Dalam berkomunikasi, kita dituntut untuk menggunakan
keterampilan berbahasa yang baik dan benar sehingga tujuan komunikasinya
bisa tercapai dalam setiap kegiatan komunikasi. Namun, tidak dapat kita
pungkiri bahwa masih terdapat keterampilan berbahasa yang kurang atau lemah
sehingga tujuan ingin disampaikannya suatu informasi menjadi kurang
maksimal.
Komunikasi tidak hanya mendukung terciptanya pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar, namun juga
komunikasi berkontribusi untuk memecahkan berbagai permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran. Contoh, banyak peserta didik yang malas atau
bosan selama pendidik menjelaskan suatu materi pelajaran maka dan dengan
pendekatan komunikasi dapat dicari penyebab dan solusinya. Salah satunya
bisa disebabkan oleh suara guru yang kurang lantang dan ekspresif, maka guru
harus mengubah suaranya agar lebih lantang.2
Akan lebih sulit lagi ketika mendengarkan pembicaraan dalam situasi
yang resmi, misalnya mendengarkan khotbah, ceramah, atau pidato, yakni lebih
sulit dalam hal memusatkan perhatian dan bertahan lama untuk peserta didik
memasang telinga. Melalui telinga kemampuan memahami bahasa dalam
konteks yang beragam itu perlu diajarkan kepada peserta didik. Kemampuan
untuk memusatkan perhatian dan bertahan mendengarkan dalam jangka waktu
tertentu yang sangat sulit dilakukan kepada peserta didik sekolah dasar.
Terdapat empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu : keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan
2 Nofrion, Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi Dalam
Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2016) hlm. 45-46
3
menulis3. Dapat dikuasai dan diperoleh keempat keterampilan tersebut dengan
banyaknya latihan dan praktik. Setiap orang harus memiliki keterampilan-
keterampilan tersebut agar dapat meningkatkan kompetensi berbahasa yang
baik, dalam hal ini keterampilan berbahasa Indonesia. Pengajaran bahasa
mempunyai tujuan utama yaitu agar siswa terampil berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca dan menulis).
Dilihat dari urutan pembelajaran keterampilan berbahasa,
menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang harus
dipahami oleh peserta didik sebelum mempelajari keterampilan
berbahasa yang lain. Keterampilan menyimak adalah suatu proses
melibatkan indera pendengaran, pemahaman, dilakukan dengan penuh
konsentrasi, dengan tujuan memperoleh, menangkap dan memahami
maksud komunikasi lisan yang dilakukan oleh pembicara. Kegiatan
menyimak tidak pernah terlewati dalam kehidupan sehari-hari.
Perbuatan menyimak secara sadar atau tidak sadar mempunyai tujuan
tertentu. Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi,
menangkap pesan atau isi, dan memahami suatu komunikasi.
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh
setiap manusia antara lain saat berinteraksi, pembelajaran, mendengarkan radio,
menonton televisi, dan lain-lain. Dalam kehidupan manusia kegiatan menyimak
lebih banyak dilakukan dibandingkan kegiatan berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan menyimak adalah modal dasar bagi peserta didik untuk
mengembangkan sikap dan pengetahuan agar meningkatnya kompetensi dan
prestasi yang dimilikinya.
Penelitian mengenai menyimak baik dalam kehidupan maupun dalam
kurikulum sekolah dapat dikatakan masih langka. Pada penelitian 1929, Paul T.
Rankin dari Detroit Public Schools menyelesaikan sebuah survey kepada 68
orang mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan berbahasa,
3 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013) hal. 7
4
bahwa mereka mempergunakan waktu berkomunikasi: 9% untuk menulis, 16%
untuk membaca, 30% untuk berbicara, dan 45% untuk menyimak.
Dalam kenyataan praktik, survey menyatakan bahwa pada umumnya
kita menggunakan waktu untuk menyimak hamper tiga kali sebanyak waktu
untuk membaca, namun anehnya sangat sedikit perhatian yang diberikan untuk
melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Runkin menemukan
bahwa dalam penekanan pembelajaran di kelas: membaca memperoleh 52%
dan menyimak hanya memperoleh 8%.4
Pada kenyataannya peserta didik dalam proses pembelajaran
biasanya dipaksa untuk menghafal informasi, diminta untuk mengingat
dan menimbun informasi tanpa dituntut untuk memahami isi informasi.
Peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya sehingga pada evaluasi pembelajaran peserta didik tidak
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kondisi peserta didik
dalam kegiatan menyimak saat ini cukup memprihatinkan, keterampilan
menyimak menjadi hal yang tidak diperhitungkan dan tidak dianggap
penting dibandingkan dengan keterampilan lainnya. Dalam kegiatan di
kelas, menyimak sudah menjadi bagian dari pembelajaran bahasa.
Namun dalam praktek pembelajarannya di kelas, menyimak sering tidak
dianggap sebagai pembelajaran yang perlu persiapan ataupun
direncanakan. Atau keterampilan menyimak hanya sebagai bagian dari
kegiatan mendengarkan teks bacaan yang dibaca nyaring tanpa
persiapan dan penilaian yang terencana. Dengan kata lain, pembelajaran
menyimak belum terlaksana dengan maksimal.5
Pentingnya kemampuan menyimak juga belum disadari sepenuhnya
oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dengan masih dianggap remeh pembelajaran
menyimak di sekolah oleh siswa. Siswa menganggap bahwa kemampuan
menyimak pasti dikuasai setiap orang normal tanpa harus melalui proses
pembelajaran. Selain itu, siswa banyak yang menganggap kemampuan
4 Henry Guntur Tarigan, 2008: 140
5 Dadan Djuanda, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
(Bandung : Pustaka Latifah, 2008) Hal. 54
5
menyimak akan didapatkan apabila pembelajaran bahasa yang lainnya
berlangsung dengan baik.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru di MI
Assa‟adatuddarain I Pamulang, bahwa di sekolah tersebut keterampilan
menyimak baru mencapai kira-kira 60%. Dan fakta di lapangan masih banyak
siswa yang asik sendiri dengan kegiatannya mereka bahkan banyak yang
terlihat fokus namun sebetulnya mereka tidak memperhatikan. Keterampilan
menyimak menurut beliau juga sangat penting, karena ketika siswa bida
menyimak dengan baik nantinya siswa bisa menjawab atau mengerti materi
yang diajarkan oleh guru secara maksimal6.
Selain itu salah satu guru di SDN 02 Pamulang juga berkata demikian,
bahwa kemampuan menyimak siswa di sekolah tersebut sangat minim masih
banyak siswa yang mengabaikan. Kendala yang dihadapi ialah hasil
pembelajaran tidak mencapai tujuan, karena siswa sulit fokus menyimak apa
yang sedang disampaikan. Ketika guru sedang menyampaikan sesuatu, banyak
siswa yang lebih suka melakukan hal lain yang menurutnya lebih menarik.
Menurut beliau, Kemampuan menyimak tidak datang secara otomatis tetapi
didapat dan dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara
intens, khusus dalam bidang menyimak. Keterampilan menyimak perlu
dipupuk sedini mungkin kepada anak-anak karena keterampilan menyimak
memegang peranan penting dalam kehidupan maupun pembelajaran7.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, keterampilan menyimak
sering diabaikan oleh guru karena mereka beranggapan bahwa tanpa diajarkan,
keterampilan menyimak dapat dilakukan oleh siswa. Kenyataan yang ada
terlihat kontradiktif terhadap aplikasinya. Kemampuan siswa dalam menyimak
6 Wawancara dengan guru MI Assa‟adatuddarain I Pamulang Ibu Nurcholis.,S.Pd.I, Kamis 05
Maret 2020 7 Wawancara dengan guru SDN 02 Pamulang Ibu Ayuni Dwi Kartika.,S.Pd, Selasa 30 Maret
2021
6
materi pelajaran tertentu masih kurang. Hal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan, diantaranya adalah guru tidak mengetahui hakikat keterampilan
menyimak, atau guru belum menemukan teknik yang baik dalam pengajaran
menyimak.
Seorang guru dalam hal ini harus mampu mengembangkan
keterampilan tersebut, agar peserta didik dapat memahami makna komunikasi
yang disampaikan oleh pembicara. Selain itu, guru juga harus mampu
menerapkan suatu strategi yang sesuai dengan siswa agar keterampilan
menyimaknya dapat meningkat. Untuk itu pentingnya keterampilan menyimak
siswa di sekolah dasar agar tercapainya pembelajaran yang diinginkan, dalam
hal ini penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Keterampilan Menyimak
Siswa Sekolah Dasar”
B. Identifikasi Masalah
1. Pentingnya menyimak dalam pendidikan sekolah dasar.
2. Keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih rendah.
3. Pendidik sekolah dasar belum mampu mengembangkan keterampilan
menyimak siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, masalah
dalam penelitian ini penulis membatasi masalah berupa keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar. Dengan fokus membahas pengertian
keterampilan menyimak, tujuan, dan pengertian keterampilan menyimak siswa
sekolah dasar.
D. Rumusan Masalah
Adapun berdasarkan berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat
7
dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan menyimak?
2. Bagaimana keterampilan menyimak siswa sekolah dasar?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
bagaimana gambaran keterampilan menyimak siswa di sekolah dasar
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya :
1. Manfaat Teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan
referensi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan keterampilan menyimak siswa di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
dalam menyimak kegiatan belajar mengajar siswa di kelas.
b. Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat untuk guru di kelas
sebagai bahan rujukan dan keterampilan menyimak siswa di kelas serta
dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang ingin di capai.
c. Manfaat bagi anak, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan
motivasi siswa dalam pembelajaran dan dapat mengembangkan
keterampilan menyimak dalam kegiatan pembelajaran.
d. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan peneliti tentang keterampilan menyimak siswa sekolah
dasar.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Acuan Teori
1. Hakikat Keterampilan Menyimak
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan teknis untuk melakukan suatu
perbuatan. Ia merupakan aplikasi atau penerapan dari pengetahuan
teoritis yang dimiliki seseorang, seperti keterampilan bercocok tanam
bagi petani, mengajar bagi guru, membuat kursi bagi tukang kayu,
memotong dan menjahit baju bagi penjahit, dan lain-lain. Dengan
keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara efektif
dan efisien.8
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Keterampilan berasal
dari kata terampil yang berarti kecakapan, cekatan maksudnya adalah
kecakapan untuk menyelesaikan tugas”. Keterampilan adalah
kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan
tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai
hasil tertentu.
Setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses-
proses berpikir yang mendasari bahsa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan
jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan
8 Sudarto, Keterampilan dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
Journal Vol. 1 No. 1 Tahun 2016
9
dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan
berbahasa berarti melatih pula keterampilan berpikir.9
b. Pengertian Keterampilan Menyimak
Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup
empat jenis, yaitu : keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Setiap
keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketiga keterampilan
lainnya dengan cara beraneka ragam.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa
kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu
kita membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari
sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis
dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan satu kesatuan yang disebut caturtunggal.10
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang
- lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,
serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.11
Definisi kata „menyimak‟ dalam bahasa Indonesia
memiliki kemiripan makna dengan „mendengar‟ dan
„mendengarkan‟. Oleh karena itu, ketiga istilah itu sering
menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap
sama sehingga dipergunakan secara bergantian. Ketiga istilah
tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun, tetap
berbeda dalam penerapan atau penggunaannya. Moeliono
9 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung :
Angkasa, 2013) hal. 2-3 10
Ibid. 11
Ibid. Hal. 31
10
menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap
bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menagkap
(bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan
menyimak. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa
yang diucapkan atau dibaca orang12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyimak
(Mendengar, memperhatikan) mempunyai makna dapat menangkap
bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat
pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi
tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses
mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi dating secara kebetulan.
Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian,
mungkin juga tidak.
Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap
pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran.13
Hakekat menyimak
adalah suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan merealisasi
atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.14
Pendapat lain
mengenai definisi keterampilan menyimak ialah sebagai berikut.15
“Listening is more than merely hearing words. Listening
is an active process by which students receive, construct
meaning from, and respond to spoken and or nonverbal
messages. As such, it forms an integral part of the
12 Kundharu Saddhono, St Y Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia,
(Bandung: CV Karya Putra Darwati 2012) hal. 8 13
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4 (Jakarta: Depdiknas, 2008) 14
Dindin Ridwanuddin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015) hal. 157 15
Al-Khayyat, The Impact of Directed Listening Thinking Activity (DLTA) on Developing
University Students Listening Competencies. (International Journal of English and Education. Volume:
4, Issue: 4, October 2015). Hal. 39
11
communication process and should not be separated from the
other language arts.”
Selain itu pendapat lain mengatakan mengenai kedudukan
keterampilan menyimak dengan mendengarkan sebagai berikut.16
“Listening, like reading, writing, and speaking, is a
complex process best developed by consistentpractice. Listening
is the vital skill providing the basis for the successful
communication and successful professionalcareer, enhance the
ability to learn and adapt new information, knowledge, and
skills”
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa
menyimak adalah proses mendengarkan dnegan penuh pemahaman,
apresiasi, dan evaluasi. Menyimak merupakan kegiatan yang disengaja
melalui proses mendengar untuk memahami bunyi-bunyi bahasa,
sedangkan mendengar adalah kegiatan hanya sekedar tahu tetapi tidak
memahami bunyi-bunyi bahasa yang di simak. Keterampilan menyimak
adalah suatu kegiatan mendengerkan dimana penyimak harus mengerti
dan memahami setiap detil pembicara agar menjadi suatu komunikasi
yang baik dan maksimal.
c. Unsur-unsur Menyimak17
1) Pembicara.
Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang
menyampaikan pesan yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh
penyimak. Dalam komunikasi lisan, pembicara ialah narasumber
Hal. 89
16 Liubiniene, Developing Listening Skills in CLIL. (Jurnal Kalbo Studijos, Volume 15, 2009)
17
Isah Cahyani, Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung : UPI PRESS,
2007) hal. 33
12
pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang menerima
pesan. Dalam aktivitasnya, seorang penyimak sering melakukan
kegiatan menulis dengan mencatat hal-hal penting selama
melakukan kegiatan menyimak.
2) Penyimak.
Penyimak yang baik ialah penyimak yang memilik
pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, ia
dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu,
penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan
menyimak dengan intensif.
3) Bahan simakan.
Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi
lisan, terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan
simakan ialah pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak.
Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, atau informasi. Jika
pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan dengan baik,
pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan
terjadinya kegagalan dalam komunikasi.
d. Proses Menyimak
Terdapat 5 tahap-tahap proses menyimak18
:
1) Tahap Mendengar, dalam tahap ini kita baru mendengar segala
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas
pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hearing.
2) Tahap Memahami, setelah kita mendengar maka keinginan bagi kita
untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
18 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013) hal. 63
13
disampaikan oleh pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam
tahap understanding.
3) Tahap Menginterpretasi, penyimak baik, yang cermat dan teliti,
belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang
pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi,
butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu,
dengan demikian sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.
4) Tahap Mengevaluasi, setelah memahami serta menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah
menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara
mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan
kekurangan pembicara, dengan demikian sudah sampai pada tahap
evaluating.
5) Tahap Menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan
menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh
pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Lalu penyimak pun
sampailah pada tahap menanggapi (responding).
e. Tujuan Menyimak
Menurut Henry Guntur Tarigan terdapat 8 tujuan menyimak
diantaranya adalah:
1) Menyimak untuk belajar
2) Menyimak untuk menikmati
3) Menyimak untuk mengevaluasi
4) Menyimak untuk mengapresiasi
5) Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide
6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi
7) Menyimak untuk memecahkan masalah
8) Menyimak untuk meyakinkan
14
Para ahli komunikasi yang dikutip oleh Thompkins & Hoskisson
menggolongkan dalam lima hal yang spesifik antara lain sebagai
berikut19
:
1) Menyimak diskriminatif
Dalam kegiatan menyimak diskriminatif, orang-orang membeda-
bedakan suara-suara dan mengembangkan kepekaan terhadap
komunikasi nonverbal.
2) Mendengarkan estetik
Dalam kegiatan menyimak dipergunakan untuk kesenangan. Ketika
kita menyimak seseorang yang membaca cerita –cerita dengan suara
yang keras atau deklamasi syair merupakan kegiatan (hal) yang
menyenangkan.
3) Mendengarkan bertujuan
Dalam kegiatan menyimak jenis ini memiliki tujuan untuk
mendapatkan informasi dari apa yang didengar dan disimak.
4) Mendengarkan kritikal
Orang-orang mendengarkan untuk mendapatkan informasi dan lalu
melakukan evaluasi pesan tersebut.
5) Mendengarkan terapetik
Orang-orang mendengarkan untuk mengikuti penutur (pembicara)
berbicara mengenai suatu masalah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
mendengarkan yaitu mendengarkan estetik (untuk kesenangan),
mendengarkan bertujuan (untuk informasi), dan mendengarkan
bertujuan (untuk informasi) dan mendengarkan kritikal (untuk
mengevaluasi).
19 Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New Jersey:
Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84
15
f. Jenis-Jenis Menyimak
Henry Guntur Tarigan menggolongkan beberapa jenis
keterampilan menyimak dibedakan berdasarkan kriteria tertentu sebagai
berikut20
:
1) Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai
hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran,
tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Kegiatan menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai
berikut :
a) Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara
kebetulan, maksudnya dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
b) Menyimak Estetik
Dalam menyimak esetetik secara imajinatif penyimak ikut
merasakan karakter dari setiap pelaku dengan tujuan
memperoleh kesenangan.
c) Menyimak Pasif
Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa
upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat
belajar dengan teliti.
d) Menyimak Sosial
Menyimak tipe ini berlangsung dalam situasi social dan
memberikan respond dan perhatian terhadap hal yang
disampaikan oleh orang lain.
2) Menyimak Intensif
20 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung :
Angkasa , 2013) hal. 62
16
Menyimak intensif lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh
lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Pada menyimak
intensif, penyimak memahami isi simakan secara terinci, teliti,
cermat, dan mendalam terhadap bahan yang disimaknya. Bagian-
bagian dari menyimak intensif adalah sebagai berikut :
a) Menyimak Kritis
Menyimak kritis bertujuan untuk memperoleh fakta yang
diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari
pembicara.
b) Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah
pembicaraan/ hal yang disimaknya.
c) Menyimak Kreatif
menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang.
d) Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang
menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian.
e) Menyimak Eksploratori
Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah
sejenis menyimak dengan tujuan menemukan berbagai hal
informasi atau pesan.
Berdasarkan penjelasan di atas, akan difokuskan perhatian pada
tipe-tipe dari tujuan menyimak kebanyakan pas atau cocok/ sesuai untuk
siswa-siswa jenjang sekolah dasar, yaitu : menyimak dalam hal untuk
kesenangan, menyimak untuk memperoleh informasi yang diperoleh.
Para siswa memiliki banyak tujuan dalam mempelajari keterampilan
menyimak selain tuntutan kurikulum di sekolah.
17
g. Karakteristik Perkembangan Keterampilan Berbahasa pada
Anak-Anak Usia Sekolah Dasar
Anak-anak yang berusia pada jenjang sekolah dasar memiliki
rentang umur antara 6-12 tahun yang banyak mengalami perubahan
sangat drastis baik mental maupun fisik. Pada masa ini, perkembangan
keterampilan berbahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata yang
dimiliki oleh anak-anak juga meningkat dan cara-cara yang dilakukan
oleh anak-anak dalam menggunakan kata-kata dan kalimat bertambah
kompleks serta lebih menyerupai bahasa orang dewasa.
Ketika anak-anak masuk kelas satu sekolah dasar diperkirakan
jumlah perbendahraan kosa kata mereka sekitar 20.000 hingga 24.000
kata. Saat mereka berada pada kelas enam, jumlah perbendaharaan kosa
kata mereka sekitar 50.000 kata atau lebih.21
Pada masa anak-anak
antara 6 hingga 7 tahun merupakan saat yang baik dalam mengajarkan
keterampilan membaca dan menulis lewat kegiatan menyimak. Hal ini
disampaikan dalam penjelasan yang lengkap yakni22
:
“children are between 6 and 7 yearsold when they are
taught to lsiten, read and write, because that is good time.
Articulation has developed, so that children can hear and say
the sounds of a language”
Pengelompokkan perkembangan dasar-dasar keterampilan
berbahasa sesuai perkembangan psikologi yang disesuaikan dengan
21 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2005) Hal. 68
22 Bruce dan Spratt, Essentials of Literacy From 0-7 Years 2
nd edition, (London: SAGE
Publications, 2011) Hal. 14
18
teori Piaget dalam dua kelomok yaitu kelas bawah yang terdiri dari kelas
1-4 dan kelas atas 5-6 yang dijelaskan sebagai berikut23
:
1) “Lower primary school (concrete operations) 7-11 years
standard I, II, III and IV : The two basic objectives for a
curriculum at this stage are: a) the child should be able to
learn fundamental skills in reading, writing and calculating
arithmetic problems. b) the child should be able to accept
his own aptitude forschool
2) Upper primary (formal operations) 11-15 years: standards
V, VI, VII and VIII At this stage the child shifts from the level
of concrete operations to the final stage of formal
operations. He is cap able of considering the ideas of others
and communicating with them, since he is well into the
socialized speech phase of language development.”
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa pada anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) mengalami
perkembangan keterampilan berbahasa yang cukup drastis. Mereka
dapat melihat dan mendengar ataupun menyimak berbagai sumber
informasi di sekitar mereka yang akan dijadikan bahan perbendaharaan
kosa kata dan kalimat mereka untuk berinteraksi dengan diri sendiri
serta dengan orang lain.
h. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Khusus mengenai kemampuan menyimak siswa sekolah dasar
yang telah meninggalkan mas ataman kanak-kanaknya adalah sebagai
berikut24
:
23 Simatwa, Piaget’s Theory of Intellectual Development and It’s Implication for Instructional
Management at Presecondary School Level, (Educational Research and Reviews Academic Journals,
Vol. 5 (7) July 2010) Hal 366-371) 24
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 63
19
1) Anak-anak akan mampu menyimak dengan baik, apabila suatu cerita
dibacakan dengan nyaring.
2) Anak-anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik, apabila
seorang
pembicara menceritakan suatu pengalaman sejati.
3) Anak-anak dapat menyimak bunyi-bunyi dan nada-nada yang
berbeda, terlebih kalau nada, terlebih kalau intonasi sang pembicara
sangat jelas dan baik.
4) Anak-anak dapat menyimak persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaan yang terdapat dalam ujaran.
5) Anak-anak mampu dan senang menyimak ritme-ritme dan rima-rima
dalam suatu pembacaan puisi atau drama.
6) Anak-anak mampu menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat
dalam ujaran atau pembicaraan.
Berdasarkan pernyataan tersebut dalam proses pembelajaran
menyimak dibutuhkan kekreatifan dari seorang guru dalam menyajikan
bahan simakan bagi siswa, sehingga siswa bukan hanya menyimak
dengan baik namun siswa senang karena merasa terhibur.
Tulare Country Schools pada tahun 1949 selesai menyusun
sebuah buku petunjuk mengenai keterampilan berbahasa yang berjudul
“Tulare Country Cooperative Language Arts Guide”. Dalam Tarigan
yaitu :
1) Taman kanak-kanak (4 ½ - 6 tahun) :
a) Menyimak pada teman sebaya dalam kelompok-kelompok
bermain;
b) Mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap
cerita atau dongeng;
c) Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang
sederhana.
20
2) Kelas satu (5 ½ - 7 tahun) :
a) Menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pikiran atau
untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-
pertanyaan;
b) Dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah didengarnya;
c) Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungan.
3) Kelas dua (6 ½ - 8 tahun) :
a) Menyimak dengan kemampuan memilih dan mengingat;
b) Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya;
c) Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula
sebaliknya tidak usah menyimak.
4) Kelas tiga dan empat (7 ½ - 10 tahun) :
a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai sumber
informasi dan sumber kesenangan;
b) Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan
mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentu
serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
bersangkutan dengan hal itu;
c) Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekpresi-
ekpresi yang tidak mereka pahami maknanya
d) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan dan propaganda-propaganda, dan
petunjuk-petunjuk yang keliru;
e) Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima dan kata-kata,
dan memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.
i. Indikator Kemampuan Menyimak
Menyimak menyangkut proses dan interpretasi terhadap
21
informasi yang datang. Jadi, dalam menyimak diperlukan konsentrasi,
perhatian yang sungguh-sungguh, kesengajaan, pemahaman,
kesengajaan dan kehati-hatian.25
1) Konsentrasi siswa saat menyimak
Konsentrasi berarti mampu memusatkan perhatian.
Ada tiga tujuan menyimak, yaitu melatih konsentrasi siswa,
melatih daya paham, dan melatih daya kreatif siswa.
Menyimak seharusnya diorentasikan agar siswa benar-benar
mampu memusatkan perhatian terhadap bahan simakan yang
diperdengarkan. Strategi menyimak mampu membuat siswa
aktif saat menyimak dan menuntut siswa untuk selalu
berkonsentrasi selama menyimak. Misalnya saat kegiatan
menyimak siswa disuruh menuliskan ide pokok cerita,
membuat peta konsep bahan simakan, membuat prediksi
bahan simakan dan sebagainya.26
2) Daya ingat siswa terhadap bahan simakan
Apabila siswa dapat memahami apa yang disimaknya
maka siswa akan dengan mudah mengingat apa yang
disimaknya. Untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap apa yang disimaknya, guru harus menguasai benar
strategi pemahaman saat menyimak, yaitu bertukar ide,
beradu argument, menyusun respons terhadap isi bacaan,
dan berbagai jenis kegiatan lainnya. Tanpa strategi tersebut
siswa hanya mampu memiliki kemampuan menyimak yang
semu, yaitu hanya mampu menjawab seputar bahan simakan
tanpa mengerti atau memahami bahan simakan.27
Definisi daya ingat merupakan kemampuan memanggil
kembali informasi yang telah dipelajarinya dan yang telah disimpan
dalam otak. Daya ingat seseorang tidak terlepas dari kemampuan
25 Hermawan Herry, Keterampilan Menyimak yang Terabaikan, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2012) Hal. 33 26
Abidin Yunus, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung : PT.
Refika Aditama, 2012) Hal. 96 27
Ibid, Hal. 96
22
otaknya untuk menyimpan informasi. Faktor yang mempengaruhi
daya ingat yaitu28
:
a) Faktor individu. Proses mengingat dipengaruhi diri dalam
individu seperti sifat, keadaan jasmani, keadaan rohani dan
umur. Mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki
minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu
dalam pengamatan dan pembelajaran, dan memiliki kondisi fisik
dan kesehatan yang baik.
b) Faktor objek yang diingat. Sesuatu yang memiliki organisasi
dan struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai keterkaitan
dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup
kuat lebih mudah diingat oleh seseorang.
c) Faktor lingkungan. Proses mengingat akan lebih efektif apabila
ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari adanya
gangguan-gangguan.
j. Faktor-Faktor Penghambat Keterampilan Menyimak
Setiap sekolah tentunya terdapat hambatan-hambatan dalam
pembelajaran menyimak tidak selalu sama, berbeda-beda. Pada sekolah
tertentu hambatan tersebut dapat diminimalisir, tetapi bisa saja di
sekolah lain dapat lebih kompleks atau sulit. Semakin terlihat
hambatan-hambatan tersebut dalam pembelajaran menyimak sastra
seperti menyimak dongeng, hal ini disebabkan berbagai faktor misalnya
siswa kurang bisa memahami dongeng yang disampaikan oleh guru,
atau kurangnya penggunaan media yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, guru biasanya berbenturan dengan
masalah seperti pemilihan media dan metode yang tepat. Padahal seperti
28
Ahmadi Abu, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004)
23
yang kita tahu, metode dan media merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pada kenyatannya guru masih menggunakan metode
yang cenderung membosankan bagi siswa. Hal tersebut menyebabkan
berapa permasalahan di dalam proses komunikasi terutama dunia
pendidikan. Berikut ini beberapa faktor-faktor hambatan keterampilan
menyimak :
1) Permasalahan tes kompetensi menyimak
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah,
pembelajaran dan tes menyimak tampak kurang mendapat perhatian
sebagaimana halnya kompetensi berbahasa yang lain. Secara khusus
semua guru bahasa belum tentu mempelajarkan dan sekaligus
menguji kompetensi menyimak siswa dalam satu periode tertentu
walaupun sebenarnya untuk mengikuti berbagai mata pelajaran
kemampuan itu sangat diperlukan29
.
Karena hal itu guru masih beranggapan bahwa dengan
sendirinya siswa telah baik kemampuannya memahami bahasa
lisan, atau karena mempersiapkan dan menyusun tes kompetensi
tidak semudah dan sesederhana seperti tes-tes kompetensi yang lain.
Pada intinya, tes kompetensi menyimak memerlukan persiapan dan
sarana yang telah khusus.
Tes kompetensi menyimak sesuai dengan namanya, bahan tes
yang diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui
sarana dan pendengaran. Masalah yang ditimbulkan adalah sarana
apa yang harus dipergunakan, perlukah seorang guru menggunakan
media rekaman, siaran langsung (televisi, radio), atau langsung
29 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta, 2013) hal. 353
24
disampaikan (dibacakan) secara lisan oleh guru sewaktu tes
berlangsung.30
Kelemahan penggunaan media rekaman terutama yang bersifat
teknis, misalnya seseorang harus menyediakan perangkat keras di
ruang ujian. Di samping itu, berhubung belum banyak tersedia
program rekaman untuk latihan atau tes dalam bahasa Indonesia,
guru perlu menyiapkan sendiri. Hal ini juga merupakan pekerjaan
tambahan yang tidak mudah dilakukan. Oleh karena itu, guru
banyak mengalami kesulitan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, sarana dan prasarana sangat
penting digunakan untuk menunjang pembelajaran menyimak. Tapi
pada kenyataannya, beberapa sekolah kurang memadai seperti tidak
tersedia perangkat untuk pembelajaran dan tes menyimak seperti
pengeras suara, komputer/laptop, viewer, dan tidak tersedianya
laboratorium bahasa.
2) Permasalahan gagap teknologi dan ketersediaan media yang dialami
guru
Bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran menyimak
masih banyak yang hanya mengandalkan buku paket bahasa
Indonesia. Media yang sering digunakan dalam pembelajaran
menyimak adalah papan tulis dan teks bacaan dan belum
memanfaatkan media audio dan audiovisual, biasanya hal ini terjadi
karena kemampuan teknologi guru yang masih kurang dalam
mengakses media melalui internet31
.
3) Permasalahan proses pembelajaran yang konvensial
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran
30 Ibid, hal. 354
31 Yulianah Prihatin, Problematika Keterampilan Menyimak Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia, Jurnal Sastranesia, Vol. 5, No. 3, 2017. Hal. 48
25
bahasa Indonesia selama ini masih menggunakan pendekatan
konvensional, yang dapat menghambat siswa untuk belajar secara
aktif dan kreatif karena guru mendominasi sebagian besar aktivitas
proses belajar-mengajar dan penilaian serta siswa cenderung pasif.
Siswa lebih berposisi sebagai objek daripada sebagai subjek
sehingga pembelajaran menggantungkan sepenuhnya pada inisiatif
guru yang dianggap sebagai sumber belajar. Pendekatan dan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru didominasi oleh metode
ceramah dan pemberian tugas. Pembelajaran demikian cenderung
bersifat indokrinasi dengan metode latihan (drill and practice)32
.
Permasalahan pendekatan dan metode dalam pembelajaran
keterampilan menyimak dapat ditanggulangi dengan cara memilih
pendekatan dan metode yang cocok untuk pembelajaran menyimak
dan disenangi siswa.
4) Permasalahan penugasan otentik
Dalam pengajaran bahasa Indonesia, tampaknya strategi belajar
menyimak masih berkutat dengan pola lama, yaitu peserta didik
mendengar dan berupaya menjawab apa yang dijelaskan oleh
pengajar. Pengukuran kompetensi menyimak lazimnya berupa
tagihan pemahaman dan tanggapan terhadap pesan yang
disampaikan dengan cara merespon jawaban.
Kedua macam tagihan tersebut dapat disiasati untuk dijadikan
tugas-tugas yang berkadar otentik, caranya adalah mengubah
tagihan dari yang sekadar meminta peserta didik merespon jawaban
tersebut menjadi tagihan kinerja berbahasa aktif produktif, baik
yang disampaikan secara lisan maupun tertulis. Cara demikian
32
Rabawati Sutama, Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar. E-jurnal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, 2013.
26
justru mengintegrasikan berbagai kemampuan berbahasa ke dalam
satu kegiatan, dan itu lebih dianjurkan karena mencerminkan
kegiatan berbahasa dalam kenyataan sehari-hari33
.
Pemaparan di atas menggambarkan bahwa dalam pembelajaran
keterampilan menyimak, kadangkala kegiatan menyimak hanya
terbatas pada penjelasan yang diberikan oleh guru dan kemudian
ditanggapi siswa secara bersama-sama atau secara individu, tetapi
hanya berhenti sampai di situ.
5) Faktor Eksternal
Meliputi kondisi lingkungan baik fisik maupun social. Faktor
lingkungan berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses
menyimak. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik dan
lingkungan social. Lingkungan fisik menyangkut peraturan dan
penataan ruangan serta sarana dalam pembelajaran menyimak.
Lingkungan fisik yang bising, gaduh, panas, hujan, dll akan
mempengaruhi dalam kegiatan menyimak. Lingkungan sosial
mencakup suasana yang mendorong anak-anak untuk
mengekspresikan ide-ide mereka, dan juga mengetahui bahwa
sumbangan-sumbangan mereka akan diterima dan dihargai. Anak-
anak yang sering didengarkan akan lebih siap lagi untuk
mendengarkan apabila orang lain berbicara.34
k. Upaya Meningkatkan Daya Simak
Berdasarkan penyebab-penyebab kurang efektifnya
33 Iskandarwassid dan Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) Hal. 229 34
Musfiroh, Takdiroatun dan Dwi Hanti Rahayu, Menyimak Komprehensif dan Kritis,
(Yogyakarta: UNY, 2004)
27
pembelajaran menyimak di sekolah, pada bagian ini beberapa upaya
yang dapat meningkatkan kualitas menyimak siswa, yakni sebagai
berikut:
1) Menggunakan teknik pembelajaran yang relevan dan bervariasi
Terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan menyimak. Di antaranya adalah teknik
loci, teknik penggabungan, dan teknik fonetik. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai teknik-teknik tersebut35
:
a) Teknik Loci (Loci System)
Teknik loci merupakan salah satu teknik mengingat yang
paling tradisional. Teknik ini pada dasarnyaa merupakan teknik
mengingat dengan cara memvisualisasikan materi yang harus
diingat dalam ingatan Anda. Teknik ini dapat dilakukan dengan
cara mempelajari urutan informasi dengan informasi lain yang
serupa, dan mencocokan hal-hal yang akan diingat dengan
lokasi tersebut.
b) Teknik Penggabungan
Teknik penggabungan merupakan teknik mengingat
dengan cara menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama
yang akan Anda ingat secara berantai dengan pesan kedua,
ketiga. dan seterusnva. Pesan berantai itu dihubungkan pula
dengan imaji-imaji tertentu yang perlu divisualkan secara jelas
dalam pikiran Untuk mencegah terjadinya kelupaan pada pesan
pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), pesan pertama
perlu dihubungkan tersebut dengan lokasi yang akan
mengingatkan pada item tadi.
c) Teknik Fonetik
35 Sutari, dkk. Menyimak, (Bandung: Angkasa, 1997) Hal. 67-70
28
Teknik fonetik melibatkan penggabungan angka-angka,
bunyi-bunyi fonetis, dan kata-kata yang mewakili bilangan-
bilangan itu dengan pesan yang akan diingat. Teknik ini dapat
membentuk imaji visual yang kuat untuk masing-masing kata
yang berhubungan dengan bilangan; dan membentuk
penggabungan visual antara masing-masing pesan yang akan
diingat secara berurutan dengan masing-masing kata yang
terbentuk dari kata-kata yang divisualisasikan.
2) Menggunakan bahan pembelajaran menyimak yang relevan
Bahan pembelajaran menyimak adalah bahan yang kalau
dipelajari atau dilatihkan siswa, maka dia akan memiliki
kompetensi menyimak tertentu. Sama seperti pemilihan teknik
pembelajaran menyimak, bahan pembelajaran menyimak tidak
boleh ditentukan secara sembarang. Bahan pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran menyimak, haruslah bahan
pembelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Bahan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
menyimak, haruslah bahan simakan yang tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah. Ini berarti bahwa bahan pembelajaran
yang harus dipersiapkan, harus bahan simakan yang relevan
dengan tingkat kemampuan kognitif dan kemampuan intelektual
siswa. Untuk memenuhi keperluan itu, guru wajib mengenal
karakteristik siswanya sebab dengan modal pengalaman itulah dia
dapat mempertimbangkan secara cermat apakah bahan simakan
sudah relevan untuk siswa yang harus dibelajarkannya36
.
36 Sanggup Barus, “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak Bahasa Indonesia
di Sekolah,” Jurnal Universitas Negeri Medan 1, no. 85 (2013); 10.
29
3) Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi
Pada pembicaraan terdahulu telah dinyatakan bahwa
pembelajaran menyimak yang penyampaian bahan simakannya
terus - menerus secara lisan atau 12 membacakan, akan terasa
monoton dan membosankan siswa. Tetapi, kalau penyampaiannya
dilakukan dengan menggunakan media yang bervariasi,
pembelajaran menyimak akan lebih menarik dan menyenangkan
siswa.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran menyimak bahasa Indonesia, guru harus
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Untuk lebih
memacu siswa dalam memahami bahan simakan, guru dapat
menggunakan alat-alat seperti kaset VCD, LCD, laptop, flas disk,
dan sebagainya dalam pembelajaran menyimak di sekolah37
.
4) Mengelola ruang belajar dengan baik
Akustik ruang belajar turut menentukan keefektifan
pembelajaran menyimak. Ruang belajar yang panas (gerah),
lembab, pengap, hiruk - pikuk dan hingar - binger dari luar ruang
belajar, dan lalu - lalangnya orang-orang akan mengganggu proses
pembelajaran menyimak. Selain itu, buku-buku dan alat-alat
pelajaran lain yang terbuka dan terletak di atas meja siswa, akan
dapat mengganggu konsentrasi siswa.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan keefektifan
pembelajaran menyimak di sekolah, guru harus mengelola ruang
belajar dengan baik. Guru harus bekerja sama dengan siswa untuk
menciptakan suasaana ruang belajar yang kondusif. Sebab ruang
37 Ibid, Hal. 11
30
belajar yang berkondisi nyaman akan memberi jaminan
keberhasilan bagi pembelajaran menyimak itu sendiri38
.
5) Melakukan evaluasi dengan baik
Evaluasi merupakan salah satu komponen pembelajaran
menyimak. Pelaksanaannya bertujuan untuk menilai kemampuan
menyimak siswa setelah mereka mengikuti suatu pembelajaran
menyimak. Pembelajaran menyimak dirasakan tidak selesai kalau
tidak diakhiri dengan evaluasi.
Evaluasi dapat menjadi motivasi belajar bagi siswa.
Karena pada umumnya siswa berkeinginan memperoleh nilai yang
tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
menyimak, guru seyogianya melaksanakan evaluasi dengan baik
dalam pembelajaran menyimak.
l. Penilaian Menyimak
Kemampuan memahami dan menangkap atau sekaligus
menanggapi informasi yang disampaikan pihak lain lewat sarana suara
ialah pengertian dari tes kemampuan menyimak. Jadi, kemampuan
tersebut ialah kemampuan memahami isi pesan yang disampaikan
secara lisan. Tes pemahaman pesan suara ini sekaligus menuntut peserta
didik untuk mengontruksi jawaban sendiri, baik secara lisan, tertulis,
maupun keduanya, tes ini disebut tes otentik.
Mengontruksi jawaban sendiri dalam kaitannya ini
dimaksudkan antara lain menceritakan kembali secara lisan atau
menuliskan kembali isi informasi yang terkandung dalam wacana yang
disuarakan tersebut.39
Unjuk kerja berbahasa menanggapi dan
mengontruksi jawaban dapat dilakukan secara lisan atau tertulis,
38 Ibid, Hal. 12
39 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi
Pertama, (Yogyakarta : BPFE, 2010) hal. 360
31
misalnya berupa tugas “menceritakan kembali isi informasi” yang
terdapat dalam wacana itu secara lisan atau tertulis lewat atau lewat
pertanyaan terbuka.40
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan
peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara
lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman audio atau video.
Penetapan jenis sasaran kemampuan yang dijadikan fokus tes
disesuaikan dengan tingkat kemampuan tes/siswa.41
Tes kemampuan
menyimak dapat dipastikan pada kemampuan memahami fakta-fakta
yang secara eksplisit dinyatakan, termasuk urutan-urutan
peristiwa/kejadian, atau yang hanya dinyatakan secara implisit,
mengenai implikasi dari isi teks, mengambil kesimpulan, dan lain-
lain.42
Penilaian ini menggunakan pedoman dengan mengambil
aspek proses menyimak yang terdiri dari aspek mendengar,
memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.
Kemudian dari aspek-aspek tersebut diturunkan menjadi
beberapa indicator diantaranya aspek mendengar diturunkan
menjadi tiga indikator, antara lain 1) melihat kearah pembicara,
2) posisi duduk tenang dan mendengarkan pembicara, 3)
ekspresi wajah antusias mengikuti cerita hingga akhir.
Kemudian aspek memahami diturunkan menjadi dua indikator,
yaitu 1) mampu menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam
cerita, dan 2) menjelaskan peristiwa yang terjadi dalam cerita.
Selanjutnya aspek menginterpretasi juga diturunkan menjadi
dua indikator yaitu, 1) menjelaskan alur cerita secara runtut, dan
2) dapat menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya
dengan benar dan runtut. Kemudian aspek mengevaluasi
diturunkan menjadi satu indikator yaitu mampu membedakan
sifat baik dan yang tidak baik pada tokoh dalam cerita.
Selanjutnya yang terakhir adalah aspek menanggapi yang
diturunkan menjadi satu indikator yaitu memberikan pendapat
40 Ibid, Hal. 365
41 Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Pegangan Pengajar Bahasa, (Jakarta: PT Indeks, 2011)
hal. 114-115 42
Ibid, hal. 154
32
mengenai tokoh atau peristiwa maupun cerita yang telah
didengarnya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar ini
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, antara lain yaitu :
1. Dwi Cahyadi Wibowo & Yudita Susanti dalam jurnal yang berjudul
Analisis Kemampuan Menyimak Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
(Penelitian Studi Kasus pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04
Sintang). Penelitian yang dilakukan menggunakan metode metode
kualitatif deskriptif, bentuk penelitian adalah studi kasus. Subjek penelitian
kelas IV dengan jumlah keseluruhan 45 siswa, teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, teknik komunikasi langsung, teknik
dokumentasi dan alat pengumpulan data adalah observasi, panduan
wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian sebagai berikut: 1)
pelaksanaan pembelajaran menyimak di kelas IV berjalan dengan baik dan
lancar sesuai dengan rancangan skenario pembelajaran yang dirancang.
Selain itu juga siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik,
merespon pembelajaran, bertanya jika kurang memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Perbedaan hasil penelitian saya dengan Dwi Cahyadi Wibowo & Yudita
Susanti adalah pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
metode studi pustaka. Teknik pengumpulan data menggunakan 14 jurnal
yang didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai dari kelas
1 hingga kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada
di sekolah dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih tergolong rendah dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya
33
keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media, model,
dan strategi yang tepat. Dari ke 14 Jurnal teknik yang banyak digunakan
yaitu teknik Permainan Pesan Berantai untuk meningkatkan keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar.
2. Riska Wulandari dalam jurnalnya yang berjudul Pembelajaran
Keterampilan Menyimak Kelas V SD Negeri 23 Palembang. Penelitian
yang dilakukan adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan pembelajaran,
ketiga guru telah menyusun RPP. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan
menyimak di kelas V SD Negeri 23 Palembang yang guru laksanakan
belum maksimal, hal ini terlihat dari materi pembelajaran yang belum
lengkap disampaikan dan ada langkah-langkah pembelajaran yang belum
muncul. Pada tahap penilaian, dua guru telah melaksanakan penilaian
mencakup tiga aspek yaitu penilaian afektif, kognitif, dan psikomotorik dan
dua guru belum melaksanakan penliaian afektif dan psikomotorik.
Perbedaan hasil penelitian saya dengan Riska Wulandari adalah
pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi
pustaka. Teknik pengumpulan data menggunakan 14 jurnal yang
didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai dari kelas 1
hingga kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada di
sekolah dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih tergolong rendah dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media, model,
dan strategi yang tepat. Dari ke 14 Jurnal teknik yang banyak digunakan
34
yaitu teknik Permainan Pesan Berantai untuk meningkatkan keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar.
3. Sinsin Kartini dalam jurnalnya yang berjudul Metode Bercerita Dalam
Pembelajaran Menyimak di Kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian
tindakan kelas (PTK) model Elliot, yang disusun secara berdaur dalam tiap
siklusnya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
refleksi. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menyangkut prilaku
siswa kelas V sebanyak 28 orang. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah lembar catatan lapangan,lembar observasi, pedoman
wawancara, dan evaluasi. Evaluasi hasil pelaksanaan tindakan siklus I
memperoleh nilai rata-rata kelas 72. Pelaksanaan tindakan siklus II
memperoleh nilai rata-rata kelas 79. Pelaksanaan tindakan siklus III
memperoleh nilai rata-rata kelas 86. Evaluasi hasil pelaksanaan tindakan
tersebut menunjukkan adanya peningkatan nilai siswa pada setiap
siklusnya.
Perbedaan hasil penelitian saya dengan Sinsin Kartini adalah
pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi
pustaka. Teknik pengumpulan data menggunakan 14 jurnal yang
didapatkan melalui web (internet) serta data-data di mulai dari kelas 1
hingga kelas 6 yang berkaitan dengan keterampilan menyimak yang ada di
sekolah dasar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan content analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keterampilan menyimak siswa sekolah dasar masih tergolong rendah dan
terdapat permasalahan-permasalahan yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak siswa. Solusi yang bisa digunakan dalam
mengatasi permasalahan tersebut ialah penggunaan metode, media, model,
dan strategi yang tepat. Dari ke 14 Jurnal teknik yang banyak digunakan
35
yaitu teknik Permainan Pesan Berantai untuk meningkatkan keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah Keterampilan Menyimak
Siswa sekolah dasar. Adapun tempat penelitian yang dilakukan penulis ialah di
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional,
website yang berkaitan dengan jurnal keterampilan menyimak sekolah dasar.
Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2020 dengan jadwal
terperinci menggunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Pelaksanaan Bulan dan Tahun
1. Rancangan Propossal Januari - Februari 2020
2. Ujian Proposal April 2020
3. Revisi Proposal April - Juli 2020
4. Pengumpulan Data Penelitian Agustus 2020
5. Pengolahan Data Penelitian September 2020
6. Analisis, Pembahasan Data dan
Penyusunan Bab IV dan V
September - Desember 2020
7. Sidang Skripsi Maret 2021
8. Wisuda Juni 2021
B. Metode Penulisan
Metode penelitian pada dasarnya merupakan ciri ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
dalam penelitian ini menggunakan riset kepustakaan (Library Research). Studi
37
kepustakaan adalah suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan
informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di
perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb.43
Studi
\penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan
teori mengenai masalah yang akan diteliti.44
Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam penelitian studi pustaka
setidaknya ada empat ciri utama yang penulis perlu perhatikan diantaranya45
:
1. Penulis atau peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data
angka, bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan.
2. Data pustaka bersifat “siap pakai” artinya peneliti tidak terjun langsung ke
lapangan karena peneliti berhadapan langsung dengan sumber data yang
ada di perpustakaan.
3. Data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti bahwa peneliti
memperoleh bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari
data pertama di lapangan.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Untuk mendapatkan data dalam penelitian studi kepustakaan, peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mempelajari
sesuatu pada sudut pandang alamiahnya, menerjemahkannya, dan melihat
fenomena dalam hal makna yang dipahami manusia. Dengan kata lain
penelitian kualitatif dapat mempelajari sisi nyata dunia, menemukan bagaimana
Hal. 5
Hal. 34
43 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
44 Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006)
45 Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia : 2003) hal. 3-5
38
orang mengatasi sesuatu dan berkembang dalam situasi tersebut
menggambarkan kehidupan manusia kontekstual.46
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan mencari
informasi atau mengumpulkan berbagai sumber yang berasal dari jurnal-jurnal
yang relevan dengan penelitian. Analisis data penulis menggunakan analisis isi
(Content Analysis) yaitu dengan mengumpulkan data sistematis dan konsisten,
kemudian menganalisis, menyeleksi, menrasikan untuk diambil kesimpulan.
“dengan analisis ini, peneliti bekerja secara objektif dan sistematis untuk
mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui pendekatan kuantitatif”47
.
Namun pada penelitian ini penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis)
dengan pendekatan kualitatif. Langkah penelitian yang penulis lakukan adalah
dengan menelaah berbagai sumber jurnal yang berkaitan dengan keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ialah mempersempit masalah, sehingga peneliti
mampu mengetahui secara mendalam apa yang menjadi fokusnya dalam
penelitian di lapangan. Penelitian tersebut diselidiki secara menyeluruh dan
secara khusus serta dalam bagian yang mendukung atau menambah kejelasan
makna dalam situasi di lapangan. Setelah mengetahui dan memahami secara
mendalam dan menyeluruh dari apa yang terjadi di lapangan kemudian
menghasilkan hipotesis atau teori baru dari apa yang terjadi di lapangan.48
321
Hal. 60
46 Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011) hal 6
47 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005) Cet. V, hal.
48
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011)
39
D. Prosedur Penelitian
Kegiatan pengumpulan data dalam proses penelitian merupakan
kegiatan yang sangat penting.49
Peneliti mengambil prosedur penelitian berupa:
1. Tahap Konseptual (merumuskan dan mengidentifikasi masalah, meninjau
kepustakaan yang relevan, mendefinisikan kerangka teoritis, merumuskan
hipotesis).
2. Fase Perancangan dan Perencanaan (memilih rancangan penelitian,
mengidentifikasi populasi yang diteliti, mengkhususkan metode untuk
mengukur variable penelitian, merancang rencana sampling, mengakhiri
dan meninjau rencana penelitian, melaksanakan penelitian dan melakukan
revisi).
3. Membuat Instrumen dan Pengumpulan data penelitian
4. Fase Empirik (pengumpulan data, persiapan data untuk di analisis)
mengumpulkan data penelitian yang telah dilaksanakan di lapangan.
5. Fase Analitik (menganalisis data dan menghitung hasil data penelitian),
mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. data yang telah
dikumpulkan dari lapangan diolah dan dianalisis untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan yang diantaranya kesimpulan dari hasil pengujian
hipotesis penelitian.
6. Fase Diseminasi, mendesain hasil penelitian. Pada tahap akhir, agar hasil
penelitian dapat dibaca, dimengerti, dan dapat diketahui oleh pembaca
maka hasil penelitian tersebut disusun dalam bentuk kesimpulan dari hasil
penelitian.
49
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) Hal. 266
40
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginspirasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar
pada diri siswa. Oleh karena itu, pembelajaran merupakan upaya sistematis
untuk menginspirasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, jenis belajar, dan
hasil belajar tersebut. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai hasil interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.50
Salah satu pembelajaran yang ditargetkan kurikulum tingkat sekolah
dasar adalah keterampilan berbahasa. Kurikulum 2013 menguraikan tujuan
pembelajaran yang sejalan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yakni
agar siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa dibedakan dari empat
macam, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut berkaitan antara satu dan yang lain. Beberapa
praktisi masih berpendapat sampai sekarang bahwa pembelajaran bahasa
adalah sebuah proses yang berjalan linera/ lurus, yaitu diawali dengan
menguasai bahasa lisan (menyimak dan berbicara) dan baru kemudian beralih
ke bahasa tulis (membaca dan menulis)51
.
Bisa dilihat dari kurikulum di sekolah, keterampilan menyimak
merupakan aktivitas yang paling awal dilakukan oleh siswa. Untuk mengikuti
berbagai pelajaran, keterampilan menyimak sangat diperlukan. Keterampilan
50 Winataputra dan Udin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas
Terbuka,2008) Hal. 18 51
Ulifatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Model
Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik kelas 1 SDN Pejok II
Kedaungadem Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan SD 5, no. 2, (2017)
41
menyimak berperan penting dalam usaha mempelajari banyak hal, apalagi di
dunia pendidikan. Setiap pelajaran di sekolah memerlukan keterampilan
menyimak. Guru mentransferkan ilmunya sebagian besar melalui ujaran. Di
sinilah keterampilan menyimak sangat dibutuhkan bagi siswa.
Mengingat pentingnya keterampilan menyimak, maka keterampilan
tersebut harus diajarkan sejak dini dalam pelajaran bahasa di sekolah dasar. Hal
ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk jenjang pendidikan yang
selanjutnya52
. Seperti contoh salah satunya materi yang terdapat pada kelas 2
semester II kurikulum 2013, dimana disebutkan dalam kompetensi dasar 4.8
Menceritakan kembali teks dongeng binatang (fabel) yang menggambarkan
sikap hidup rukun yang telah dibaca secara nyaring53
.
Pembelajaran menyimak bukan semata-mata untuk penyajian materi
dengan mendengarkan segala informasi, melainkan ada proses pemahaman
yang harus dikembangkan disana. Dalam pembelajaran siswa diharapkan
mampu menyimak dengan baik informasi yang disampaikan oleh guru. Hal ini
dikarenakan semakin baik keterampilan menyimak siswa, maka semakin
banyak pula informasi yang mampu diserap. Jika siswa tidak mampu menyimak
dengan baik, maka informasi yang disampaikan oleh guru tidak bisa diterima
dengan baik. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan pencapaian indikator, maka
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak berhasil sesuai dengan
tujuan yang diharapkan54
.
Jadi, keberhasilan siswa dalam pelajaran ditentukan oleh baik buruknya
siswa dalam menyimak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka menyimak perlu
dikuasai dan ditingkatkan dengan baik mengingat begitu banyaknya peranan
dari menyimak. Mengingat peranan keterampilan menyimak sangat penting di
52
Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1987) Hal. 48 53
Permendikbud Nomor 73 Tahun 2018 54
I Gede, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking Activity Berbantuan Media
Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD” e-Journal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD 2, no. 1 (2014)
42
dalam kehidupan, maka pembelajaran menyimak selalu disertakan dalam
kurikulum dan memiliki proporsi waktu yang sama dengan ketiga keterampilan
berbahasa lainnya.
Guru dalam hal ini juga memiliki peran penting dalam upaya
menciptakan proses belajar keterampilan menyimak yang efektif dan
berkualitas. Oleh karena itu, seorang guru sangat dituntut kreatifitas dan
kemampuannya dalam merancang pembelajaran keterampilan menyimak,
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sejalan dengan
perkembangan paradigma pembelajaran, guru hendaknya memposisikan siswa
sebagai subyek pada saat proses pembelajaran sedangkan guru lebih
memposisikan diri sebagai fasilitator dan motivator dalam proses
pembelajaran55
.
Melalui proses pembelajaran keterampilan menyimak tersebut,
diharapkan siswa lebih aktif secara maksimal dalam memperoleh informasi
yang berkaitan dengan profesi, membuat hubungan antarpribadi lebih efektif,
mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk
akal, dan agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu
yang didengar.
Dalam pembahasan selanjutnya penulis akan menguraikan sejumlah
penelitian dari jurnal. Dalam jurnal tersebut terdapat sejumlah kriteria terkait
permasalahan keterampilan menyimak khususnya di sekolah dasar. Namun
demikian, tidak semua jurnal secara lengkap menyebutkan kriteria
keterampilan menyimak yang di antaranya yaitu identifikasi permasalahan,
media, metode, strategi, karakteristik, hasil. Setiap jurnal memiliki karakteristik
yang berbeda terkait penelitiannya, sehingga kriteria yang diambil dalam
55 Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008)
Hal. 59
43
penelitian keterampilan menyimak berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena
itu, penulis akan menjelaskan sesuai data yang tercantum dalam jurnal yang
telah penulis analisis :
1. Jurnal kelas 1
a. Siswa kelas 1 sebagian besar tidak mempunyai latar belakang
pendidikan dari TK, kemampuan berbahasa Indonesia sangat kurang
karena terbiasa menggunakan bahasa daerah di tempat tersebut. Hasil
belajar siswa mengenai keterampilan berbahasa selalu di bawah KKM.
Siswa kelas 1 yang berkaraketristik suka bermain dan cepat bosan
terhadap sesuatu sehingga keterampilan menyimak susah diterapkan.
Peneliti tersebut menggunakan teknik Permainan Pesan Berantai untuk
meningktakan keterampilan menyimak siswa, hasil nya siswa 100%
dapat mencapai KKM56
.
b. Siswa kelas 1 di sekolah peneliti tersebut masih suka berbicara sendiri
dengan temannya atau menyampaikan materi. Hal ini bisa terjadi karena
pada dasarnya karakteristik siswa kelas I SD masih terbawa
karakteristik pada saat masih TK yaitu suka bermain dan bergembira.
Model pembelajaran yang digunakan peneliti tersebut adalah artikulasi
dan media boneka tangan. Dengan menggunakan model serta media
tersebut terlihat dari penilaian keterampilan menyimak dan terjadi
peningkatan siswa yang tuntas. Awalnya terdapat 11 siswa (45,8%)
yang tuntas dan meningkat menjadi 20 siswa (83,4%) yang tuntas.57
.
56
Imam, “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui Teknik
Permainan Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Pedagogia 3, no. 2 (2014) 57
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Model Pembelajaran
Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no. 2 (2017)
44
2. Jurnal Kelas 2
a. Guru belum maksimal menggunakan media pembelajaran yang inovatif
dan kreatif. Siswa kurang percaya diri, siswa lebih suka bercerita sendiri
dengan teman sebangkunya dan cenderung tidak memperhatikan apa
yang disampaikan oleh guru yang mengakibatkan minat belajar siswa
rendah. Media yang digunakan yaitu boneka tangan. Hasilnya
keterampilan siswa mengalami peningkatan menjadi 34% dari 18,7%58
.
b. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyimak disebabkan oleh siswa
kurang memahami keterampilan menyimak, manfaat yang didapat dari
dari menyimak dirasakan kurang oleh siswa sehingga siswa kurang
antusias, teknik pembelajaran menyimak kurang bervariasi, pendekatan
yang digunakan guru belum tepat. Pendekatan yang dilakukan oleh
peneliti tersebut adalah pendekatan integratif melalui teknik dengar-
cerita. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui pendekatan
integratif. Nilai rata-rata kelas pada tahap pratindakan sebesar 67,10 dan
mengalami peningkatan sebesar 2,9% menjadi sebesar 70. Selanjutnya
nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 84,3.59
3. Jurnal Kelas 3
a. Siswa kurang percaya diri untuk mengungkapkan ide dan pikirannya,
serta rendahnya motivasi untuk menyelesaikan tugas. Rendahnya
tanggung jawab moral ketika siswa mendapatkan nilai rendah. Media
yang digunakan adalah youtube, Sebagai bukti adalah paparan nilai
58 Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Media Boneka
Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN Blimbing Jombang” Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 59
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Pendekatan Integratif
Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106 PadangSidumpuan Tahun Pelajaran
2015-2016” Jurnal Bimbingan dan Konseling 3, No. 1 (2018)
45
menyimak hasil observasi pada simakan 1 nilai rata-ratanya adalah 73,5,
kemudian naik menjadi 80,55 pada simakan II60
.
b. Rendahnya keterampilan menyimak di sekolah peneliti tersebut
disebabkan beberapa faktor, diantaranya guru kurang tepat memilih
metode, materi yang disampaikan kurang menarik, dan siswa kurang
memahami perbendaharaan kata. Strategi yang digunakan adalah
bercerita, 19 siswa mendapatkan interval nilai 80-100 dari 23 siswa61
.
4. Jurnal Kelas 4
a. Tingkat konsentrasi siswa rendah, siswa merasa takut ketika disuruh
untuk menyimak sebuah teks bacaan. Metode yang digunakan adalah
game bisik berantai, hasilnya yaitu meningkatnya nilai rata-rata sebesar
60 kemudian mengalami peningkatan menjadi 63,80 dan terakhir nilai
rata-rata siswa meningkat 74,28..62
b. Siswa di kelas IV tersebut kurang antusias dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, para peserta didik ada yang sibuk dengan aktifitas lain,
ada yang pura-pura memperhatikan, dan ada yang keluar masuk kelas.
Peneliti tersebut menggunakan pendeketan saintifik, hasilnya
keterampilan menyimak meningkat dan dapat dirata-ratakan tingkat
kecapaiannya mencapai 81,563
.
5. Jurnal Kelas 5
a. Guru di sekolah peneliti tersebut belum memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan apresiasi sastra secara langsung,
60
Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam Peningkatan Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1 (2020) 61
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru” Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 7, no. 2 (2018) 62
Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam Meningkatkan Keterampilan
Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal of Basic Education 1, no. 2 (2018) 63
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Pendekatan Saintifik
Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017)
46
anggapan dari pemikiran guru tersebut bahwa orang yang normal akan
dapat menyimak tanpa adanya pengarahan dari guru. Pandangan tentang
pengertian keterampilan menyimak yang salah inilah yang perlu
dibenarkan. Oleh karena itu, peneliti di sekolah tersebut menggunakan
model Picture and Picture berbantuan media CD, Hasil keterampilan
menyimak meningkat yang awalnya mendapat presentase 69,44%
meningkat menjadi 83,33%.64
b. Terdapat hambatan dalam pembelajaran menyimak yaitu pemahaman
siswa terhadap keterampilan menyimak masih kurang, media
pembelajaran menyimak belum dimanfaatkan secara efektif, teknik
pembelajaran menyimak yang kurang bervariasi, jumlah siswa terlalu
besar, kondisi ruang belajar yang belum menunjang pembelajaran
menyimak. Media yang digunakan adalah audio, hasilnya pembelajaran
menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audio dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Borong Jambu II
Kec. Manggala Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat adanya peningkatan
persentase hasil belajar dari setiap siklus dengan peningkatan nilai
kumulatif rata-rata dari 53,7 menjadi 88,37.65
c. Cara mengajar guru yang kurang bervariasi. Kurangnya minat belajar
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama mengenai
keterampilan menyimak. Guru mengajar juga masih menggunakan
metode ceramah dimana proses pembelajaran berpusat kepada guru.
Pendekatan yang digunakan ialah integratif, hasilnya perhitungan uji
hipotesis menggunakan spss dan dapat disimpulkan bahwa hasilnya
64 Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak
Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media CD Cerita Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 65
Bellona Mardhatillah Sabillah,”Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat
Melalui Media Audio Pada Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu II Kecamatan Manggala Kota
Makassar” Jurnal Kajian Pendidikan Dasar 5, No. 1 (2020)
47
kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Gerendeng 1 Kota
Tangerang meningkat.66
d. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; siswa
kurang berkonsentrasi saat menyimak cerita yang disampaikan guru dan
lebih senang bermain dengan temannya; guru masih mendominasi proses
pembelajaran sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru; guru
belum menggunakan media pembelajaran sehingga siswa kurang
berminat terhadap materi pembelajaran; dan guru belum menerapkan
model pembelajaran yang inovatif dan tepat sehingga siswa mudah
merasa jenuh terhadap kegiatan pembelajaran yang monoton. Model
yang digunakan Think Pair and Share dengan berbantuan media wayang
kartun. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan menyimak
cerita, dari presentase 74,19% meningkat menjadi 93,55%.67
6. Jurnal Kelas 6
a. Terdapat 3 permasalahan yang ditemukan oleh peneliti tersebut.
Kurangnya pengetahuan guru mengenai strategi maupun model
pembelajaran. Dalam melakukan proses pembelajaran, kurangnya
dukungan media pembelajaran. Saat proses pembelajaran, konsentrasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Strategi yang
digunakan adalah The Direct Listening Thinking Activity berbantuan
media audio, hasilnya dapat dikemukan simpulan keterampilan
menyimak siswa kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran
menggunakan strategi the direct listening thinking activity berbantuan
66 Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap Keterampilan Menyimak
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang” Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018) 67
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan
Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa Sekolah
Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017)
48
media audio memiliki mean (M) = 25 dan berada pada kategori sangat
tinggi.68
b. Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan menyimak berasal
dari faktor siswa dan guru. Dari siswa, disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain mereka tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkan
kembali isi berita, kosakata yang digunakan masih kurang, kurangnya
motivasi dan aksi siswa dalam pembelajaran menyimak. Sedangkan dari
faktor guru sebagai akibat dari belum efektifnya strategi pengajaran yang
digunakan. Media yang digunakan ialah audio (tape-recorder), metode
belajar media audio dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa
terbukti pada presentase awal 63,39 % dengan nilai rata – rata 6,34, dan
meningkat menjadi 91,96 % dengan nilai rata – rata sebesar 9,19.69
Berdasarkan hasil temuan beberapa jurnal di atas yang sudah peneliti
analisis. Dapat disimpulkan bahwa temuan kemampuan menyimak adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Temuan Kemampuan Menyimak
No Kelas 1
1
2
3
Siswa masih suka bermain
Siswa tidak bisa fokus
Siswa mudah bosan
No Kelas 2
1
2
Siswa kurang percaya diri.
Lebih suka berbicara dengan teman sebangkunya.
68 I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014) 69
Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019)
49
3 Siswa kurang antusias.
No Kelas 3
1
2
3
Motivasi siswa rendah.
Siswa kurang memahami perbendaharaan kata.
Siswa kurang percaya diri.
No Kelas 4
1
2
3
Konsentrasis belajar siswa rendah.
Siswa kurang percaya diri ketika disuruh menyimak teks.
Kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
No Kelas 5
1
2
3
Siswa belum mengerti bagaimana cara menyimak yang efektif.
Kurangnya minat belajar siswa dalam pelajara bahasa Indonesia
terutama mengenai keterampilan menyimak.
Siswa kurang antusias dan kurang konsentrasi
No Kelas 6
1
2
3
Konsentrasi siswa masih kurang
Kurangnya motivasi
Kosakata yang digunakan masih kurang
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif
Analisis komparatif adalah merupakan bentuk analisis data penelitian
untuk menguji ada tidaknya perbandingan atau perbedaan keberadaan variable
dari dua kelompok data atau lebih.70
Dari temuan beberapa penelitian terkait
dengan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar, telah dianalisis dan
kemudian dikomparasikan. Berikut komparasi persamaan dan perbedaan terakit
70
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan
Manual & SPSS, (Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017) Hal. 100
50
dengan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar yang ditemukan dari
beberapa penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Persamaan Temuan Penelitian
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas 1
No. Jurnal I71
Jurnal II72
1.
2.
Karakteristik siswa suka bermain
dan cepat bosan.
Terdapat peningkatan hasil 100%
siswa dapat mencapai KKM.
Siswa kelas I SD masih terbawa
karakteristik pada saat masih
TK yang suka bermain dan
bergembira.
Terjadi peningkatan siswa yang
tuntas. Awalnya terdapat 11
siswa (45,8%) yang tuntas dan
meningkat menjadi 20 siswa
(83,4%) yang tuntas.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas II
No. Jurnal I73
Jurnal II74
71 Imam, “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui Teknik Permainan
Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Pedagogia 3, no. 2 (2014) 72
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Model Pembelajaran
Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no. 2 (2017) 73
Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Media Boneka
Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN Blimbing Jombang”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 74
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Pendekatan Integratif Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106 PadangSidumpuan Tahun Pelajaran 2015-2016” Jurnal Bimbingan dan Konseling 3, No. 1 (2018)
51
1.
2.
Guru belum maksimal
menggunakan media
pembelajaran yang inovatif dan
kreatif.
Hasilnya keterampilan siswa
mengalami peningkatan menjadi
34% dari 18,7%.
Teknik pembelajaran
menyimak kurang bervariasi,
pendekatan yang digunakan
guru belum tepat.
Hasilnya menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan
menyimak dongeng dengan
teknik dengar-cerita melalui
pendekatan integratif. Nilai
rata-rata kelas pada tahap
pratindakan sebesar 67,10 dan
mengalami peningkatan
sebesar 2,9% menjadi sebesar
70. Selanjutnya nilai rata-rata
kelas meningkat menjadi 84,3.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas III
No Jurnal I75
Jurnal II76
1. Nilai menyimak hasil observasi
pada simakan 1 nilai rata-ratanya
adalah 73,5, kemudian naik
menjadi 80,55 pada simakan 2.
Hasilnya meningkat 19 siswa
mendapatkan interval nilai 80-
100 dari 23 siswa.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas IV
75
Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam Peningkatan Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1 (2020) 76
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru” Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 7, no. 2 (2018)
52
No Jurnal I
77 Jurnal II
78
1.
2.
Tingkat kosentrasi siswa rendah,
siswa merasa takut ketika disuruh
menyimak sebuah teks bacaan.
Meningkatnya nilai rata-rata
yaitu sebesar 60 kemudian
mengalami peningkatan menjadi
63,80 dan terakhir nilai rata-rata
siswa meningkat 74,28.
Siswa di kelas IV tersebut
kurang antusias dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran. Para siswa juga
sibuk dengan aktifitas lain.
Hasilnya keterampilan
menyimak meningkat dan
dapat dirata-ratakan tingkat
kecapaiannya mencapai 81,5
dari beberapa aspek (aspek
ejaan, aspek alur cerita, aspek
fakta, aspek bahasa, aspek
penyajian, aspek topik cerita,
aspek bahasa).
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas V
No Jurnal I79
Jurnal II80
Jurnal III81
Jurnal IV82
77 Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal of Basic Education 1, no. 2
(2018) 78
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Pendekatan Saintifik
Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017) 79
Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak
Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media CD Cerita Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 80
Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap Keterampilan Menyimak
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang” Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018) 81
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Dengan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa
Sekolah Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017) 82
53
1. - Teknik
pembelajaran
menyimak yang
kurang
bervariasi.
Cara guru yang
kurang
bervariasi.
Guru mengajar
juga masih
menggunakan
metode
ceramah
dimana proses
pembelajaran
berpusat
kepada guru.
Guru masih
mendominasi
proses
pembelajaran
sehingga
pembelajaran
masih
berpusat pada
guru; guru
belum
menggunakan
media
pembelajaran
sehingga
siswa kurang
berminat
terhadap
materi
pembelajaran;
dan guru
belum
menerapkan
model
pembelajaran
yang inovatif
dan tepat..
54
2.
3.
-
Hasil
keterampilan
menyimak
meningkat
yang
awalnya
mendapat
presentase
69,44%
meningkat
menjadi
83,33%.
-
Adanya
peningkatan
persentase hasil
belajar dari setiap
siklus dengan
peningkatan nilai
kumulatif rata-
rata dari 53,7
menjadi 88,37.
Kurangnya
minat belajar
siswa dalam
mata pelajaran
Bahasa
Indonesia
terutama
mengenai
keterampilan
menyimak.
Adanya
peningkatan
menyimak
cerita.
Siswa kurang
antusias
dalam
mengikuti
kegiatan
pembelajaran.
Hasil
penelitian
menunjukkan
adanya
peningkatan
menyimak
cerita, dari
presentase
74,19%
meningkat
menjadi
93,55%.
55
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas VI
No Jurnal I83
Jurnal II84
1.
2.
Kurangnya pengetahuan guru
mengenai strategi maupun
model pembelajaran lain yang
dapat dipadukan dalam
pembelajaran menyimak
membuat pembelajaran di kelas
kurang bervariasi.
Hasilnya dapat dikemukakan
simpulan keterampilan
menyimak siswa kelompok
eksperimen yang mengikuti
pembelajaran menggunakan
strategi the direct listening
thinking activity berbantuan
media audio memiliki mean (M)
= 25 dan berada pada kategori
sangat tinggi.
Belum efektifnya strategi
pembelajaran yang digunakan
oleh guru.
Meningkatnya keterampilan
menyimak siswa terbukti pada
presentase awal 63,39 %
dengan nilai rata – rata 6,34,
dan meningkat menjadi 91,96
% dengan nilai rata – rata
sebesar 9,19
83
I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014) 84
Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019)
56
Tabel 4.3
Perbedaan Temuan Penelitian
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas I
No. Jurnal I85
Jurnal II86
1. Teknik yang digunakan adalah
Permainan Pesan Berantai.
Menggunakan model
pembelajaran artikulasi dan
media boneka tangan.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas II
No Jurnal I87
Jurnal II88
1. Media yang digunakan adalah
boneka tangan.
Menggunakan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-
cerita.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas III
No Jurnal I89
Jurnal II90
85 Imam, “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui Teknik
Permainan Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Pedagogia 3, no. 2 (2014) 86
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Model Pembelajaran
Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN Pejok II Kedaungadem
Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no. 2 (2017) 87
Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Media Boneka
Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN Blimbing Jombang”
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 88
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Pendekatan Integratif
Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106 PadangSidumpuan Tahun Pelajaran 2015-2016” Jurnal Bimbingan dan Konseling 3, No. 1 (2018)
89 Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam Peningkatan Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1 (2020) 90
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 7, no. 2 (2018)
57
1.
2.
Siswa kurang percaya diri untuk
mengungkapkan ide dan
pikirannya, serta rendahnya
motivasi untuk menyelesaikan
tugas. Rendahnya tanggung
jawab moral ketika siswa
mendapatkan nilai rendah.
Media yang digunakan adalah
youtube.
Rendahnya keterampilan
menyimak di sekolah peneliti
tersebut disebabkan beberapa
faktor, diantaranya guru kurang
tepat memilih metode, materi
yang disampaikan kurang
menarik, dan siswa kurang
memahami perbendaharaan
kata.
Menggunakan strategi bercerita.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas IV
No Jurnal I91
Jurnal II92
1. Metode game bisik berantai. Menggunakan pendekatan
saintifik.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas V
91 Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal of Basic Education 1, no. 2
(2018) 92
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Pendekatan Saintifik Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017)
58
No Jurnal I
93 Jurnal II
94 Jurnal III
95 Jurnal IV
96
1. Guru di
sekolah
peneliti
tersebut
belum
memberikan
kesempatan
kepada siswa
untuk
melakukan
kegiatan
apresiasi
sastra secara
langsung,
anggapan
dari
pemikiran
guru tersebut
bahwa orang
Pemahaman
siswa terhadap
keterampilan
menyimak
masih kurang,
media
pembelajaran
menyimak
belum
dimanfaatkan
secara efektif,
teknik
pembelajaran
menyimak yang
kurang
bervariasi.
Guru telah
melakukan
berbagai upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan
siswa dalam
menceritakan
kembali isi dari
materi seperti
dengan
penugasan, kerja
kelompok,
maupun dengan
remedial. Namun
usaha tersebut
belum
memperlihatkan
kemampuan
guru belum
menggunakan
media
pembelajaran
sehingga
siswa kurang
berminat
terhadap
materi
pembelajaran;
dan guru
belum
menerapkan
model
pembelajaran
yang inovatif
dan tepat
sehingga
siswa mudah
93
Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media CD Cerita Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 94
Bellona Mardhatillah Sabillah,”Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat Melalui
Media Audio Pada Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu II Kecamatan Manggala Kota Makassar”
Jurnal Kajian Pendidikan Dasar 5, No. 1 (2020) 95
Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap Keterampilan Menyimak
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang” Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018) 96
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Dengan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa
Sekolah Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017)
59
2.
yang normal
akan dapat
menyimak
tanpa adanya
pengarahan
dari guru.
Model yang
digunakan
adalah model
Picture and
Picture
berbantuan
media CD.
Media yang
digunakan
adalah audio
siswa masih
secara optimal,
dengan kata lain
cenderung
rendah.
Menggunakan
pendekatan
integratif.
merasa jenuh
terhadap
kegiatan
pembelajaran
yang
monoton.
Teknik yang
digunakan
Think Pair
and Share
dengan
berbantuan
media
wayang
kartun.
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar Kelas VI
No Jurnal I97
Jurnal II98
1. Strategi yang digunakan adalah
The Direct Listening Thinking
Activity berbantuan media audio.
Media yang digunakan ialah
audio (tape-recorder).
97 I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014) 98
Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019)
60
C. Hasil Interpretasi Data
Setelah dianalisis mengenai keterampilan menyimak secara
keseluruhan kelas sekolah dasar. Dari 14 Jurnal, penulis menginterpretasi
berdasarkan kelas. Karena kemampuan seorang siswa berdasarkan umur akan
dapat memiliki metode, karakterisik, problematika dan hasil yang berbeda.
Dalam sub bab ini penulis melakukan interpretasi jurnal yang bertujuan untuk
memberikan gambaran keterampilan menyimak siswa sekolah dasar. Berikut
hasil interpretasi yang penulis analisis:
1. Jurnal kelas I Sekolah Dasar Negeri Pinggir Papas 1 Sumenep99
Riset yang ditulis oleh Imam untuk kelas 1 sekolah dasar ini
menjelaskan sejumlah tantangan dalam proses praktik keterampilan
menyimak, namun hasilnya memuaskan. Tantangan tersebut tidak
disebabkan disebabkan oleh metode yang diterapkan dalam keterampilan
menyimak, akan tetapi lebih didominasi pada tantangan berupa latar
belakang program pendidikan yang tidak dapat sebelum memasuki sekolah
dasar. Dengan kata lain, tidak melakukan pendidikan TK terlebih lagi siswa
di sekolah tersebut masih terbiasa menggunakan bahasa daerah.
Dikatakan juga bahwa karakteristik siswa kelas 1 yang masih suka
bermain dan mudah bosan. Sesuai dengan teori mengenai kemampuan
menyimak kelas satu yaitu a) menyimak untuk menjelaskan atau
menjernihkan pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan; b) dapat mengulangi secara tepat sesuatu yang telah
didengarnya; c) menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan
lingkungan100
. Yang dimaksud disini ialah keterampilan siswa kelas 1
99
Imam, “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui Teknik
Permainan Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia” Jurnal Pedagogia 3, no. 2 (2014) 100
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 63
61
sekolah dasar masih membutuhkan pengulangan kalimat dan hanya dapat
menyimak kalimat tertentu. Oleh sebab itu, siswa kelas satu cenderung
mudah bosan apabila guru hanya menjelaskan saja tanpa mengetahui
bagaimana cara yang tepat agar siswa tidak mudah bosan dan hanya fokus
bermain. Tentu pula ini berdampak pada nilai keterampilan berbahasa di
bawah KKM. Oleh karenanya digunakanlah keterampilan menyimak yang
disebut teori penggabungan.
Mengenai teknik penggabungan merupakan teknik mengingat dengan
cara menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan Anda
ingat secara berantai dengan pesan kedua, ketiga. dan seterusnva. Pesan
berantai itu dihubungkan pula dengan imajinasi-imajnasi tertentu yang
perlu divisualkan secara jelas dalam pikiran Untuk mencegah terjadinya
kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimatarantaikan), pesan
pertama perlu dihubungkan tersebut dengan lokasi yang akan mengingatkan
pada item tadi101
.
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka diperlukan data-data
yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi, tes dan catatan
lapangan. Dalam mengumpulkan data, diperlukan instrument berupa
lembar pengamatan aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitsa guru dalam
mengelola pembelajaran dengan teknik permainan pesan berantai serta
soal-soal tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak materi
yang disampaikan guru. Adapun catatan lapangan yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi rangkuman seluruh data lapangan yang terkumpul
selama sehari atau periode tertentu yang disusun berdasarkan catatan
pendek, catatan harian102
. Catatan ini disusun sesegera mungkin setelah
observasi pada hari yang bersangkutan selesai, sehingga berupa data segar.
101 Sutari, dkk. Menyimak, (Bandung: Angkasa, 1997) Hal. 67-70
102 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) Hal. 57
62
Pencatatan hendaknya dikelompokkan menurut kategori atau tema yang
muncul dalam observasi.
Jenis menyimak ini masuk kedalam jenis menyimak intensif.
Menyimak ini lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang dimana kegiatan
tersebut jauh lebih dikontrol dan diawasi terhadap suatu hal tertentu. Selain
itu, menyimak intensif memiliki beberapa bagian-bagian salah satunya
menyimak konsentratif yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Imam. Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah hal
yang disimaknya atau pembicaraan yang disimaknya103
. Tujuan dari
menyimak disini ialah menyimak menikmati.
Hasil dari penelitian tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menyimak siswa kelas I dapat ditingkatkan melalui penerapan
metode permainan pesan berantai pada materi membedakan bunyi bahasa.
Peningkatan kemampuan menyimak tersebut dilihat dari hasil belajar siswa
setelah mengikuti tes dari guru dengan ketuntasan belajar mencapai 100%
dan memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,25. Pembelajaran dengan metode
pesan berantai juga dapat meningkatkan kreativitas siswa dan kemampuan
siswa dalam berinteraksi baik dengan teman maupun dengan guru.
2. Jurnal kelas I Sekolah Dasar Negeri Pejok 2 Kedaungadem
Bojonegoro104
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ulfiatus, Dyah dan Frendy tidak
jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Imam.
Dimana karakteristik siswa kelas 1 cenderung masih suka bermain dan
bergembira, yang membedakan disini ialah siswa di sekolah tersebut masih
mendapatkan pendidikan TK karenanya siswa masih terbiasa terbawa
103 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 104
Ulfiatus Pebriana, dkk, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui Model Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran Tematik Kelas 1 SDN Pejok II
Kedaungadem Bojonegoro” Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar 5, no. 2 (2017)
63
karakteristik saat masih TK. Selain itu, siswa masih suka berbicara sendiri
sehingga berdampak pada pemahaman siswa mengenai materi atau konsep
yang disampaikan oleh guru.
Indikator kemampuan menyimak yang didalamnya terdapat daya ingat
siswa terhadap bahan simakan, dijelaskan bahwa menyimak seharusnya
diorentasikan agar siswa bapabila siswa dapat memahami apa yang
disimaknya maka siswa akan dengan mudah mengingat apa yang
disimaknya. Definisi daya ingat merupakan memanggil kembali informasi
yang telah dipelajarinya dan yang telah disimpan oleh otak. Setelah penulis
analisis salah satu faktor yang sesuai dengan penelitian ini ialah faktor
individu, proses mengingat dipengaruhi diri dalam individu seperti sifat,
keadaan jasmani, keadaan rohani dan umur. Mengingat akan lebih efektif
apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki
metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran, dan memiliki kondisi
fisik dan kesehatan yang baik105
.
Sesuai dengan karakteristik serta permasalahan dan juga indikator
kemampuan menyimak yang dihadapi peneliti tersebut, digunakanlah
model Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan. Pembelajaran
artikulasi adalah pembelajaran dengan sistem pesan berantai. Pesan yang
akan dibawa merupakan materi pelajaran yang sedang dipelajari ketika itu.
Secara teknis, siswa meneruskan pesan dan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya) model pembelajaran ini terbilang unik karena
siswa akan berperan sebagai “penerima pesan” sekaligus berperan sebagai
“penyampai pesan”. Model artikulasi ini baik digunakan dalam rangka
105 Hermawan Herry, Keterampilan Menyimak yang Terabaikan, (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2012) Hal. 33
64
meningkatkan daya ingat dan daya serap siswa dalam memahami materi
yang diajarkan kepadanya106
.
Tidak hanya menggunakan satu metode saja, peneliti tersebut juga
menggunakan media boneka tangan. Media boneka tangan adalah benda
tiruan dari bentuk manusia, binatang, atau tumbuhan yang dimainkan
dengan satu tangan. Boneka tangan dapat dijadikan media pendidikan,
boneka dapat dimainkan dalam bentuk sandiwara boneka. Menurut penulis
metode dan media tersebut sangat cocok untuk karakteristik kelas 1 yang
masih suka bermain dan bergembira.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tersebut menggunakan
wawancara, angket, catatan lapangan, serta memberikan tes unjuk kerja
pada siswa. Dan sumber data dari penelitian tersebut adalah guru dan siswa,
sedangkan Ulfiatus, Dyah, dan Frendy sebagai pengumpul data, pengolah
data, serta pelapor data.
Jenis menyimak ini merupaka menyimak intensif. Karena menyimak ini
masih perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak
intensif dituntut juga untuk memahami isi simakan secara detil, cermat dan
juga mendalam terhadap bahan yang disimaknya. Menyimak intensif
mempunyai beberapa bagian-bagian, menyimak ini termasuk juga
menyimak kritis dan juga menyimak konsentratif. Menyimak kritis
bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan seperti penyimak
menilai gagasan, ide, serta informasi dari pembicara dan menyimak
konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan atau hal
yang disimaknya107
. Tujuan dari menyimak ini ialah menyimak menikmati.
106 Widhiastanto Yohanes, “Studi Komparasi Tentang Prestasi Belajar Antara Menggunakan
Metode Artikulasi Dengan Metode Cooperative Script Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Pada Siswa Kelas X SMK PGRI 4 Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015 ” Jurnal Media Prestasi 17, No.
1 (2016) 107
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62
65
Hasil dari penelitian tersebut dapat meningkatkan keterampilan
menyimak siswa kelas 1 sekolah dasar yaitu ada 11 siswa (45,8%)
meningkat menjadi 20 siswa (83,4%). Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model artikulasi dan media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan menyimak siswa kelas 1 sekolah dasar.
3. Jurnal kelas II Sekolah Dasar Negeri Blimbing Jombang108
Permasalahan yang ditemukan oleh Denis dan Masengut dalam
penelitiannya terdapat dua faktor yaitu guru dan siswa. Guru di sekolah
tersebut belum maksimal menggunakan media pembelajaran yang inovatif
dan kreatif. Padahal seperti yang kita tahu, teknik dan media sangat
diperlukan dalam pembelajaran. Hambatan tersebut masuk ke dalam teori
permasalahan gagap teknologi dan ketersediaan media yang dialami guru,
bahan ajar yang digunakan guru dalam pembelajaran menyimak masih
banyak yang hanya mengandalkan buku paket bahasa Indponesia. Media
yang sering digunakan dalam pembelajaran menyimak adalah papan tulis
dan teks bacaan dan belum memanfaatkan media audio dan audiovisual109
.
Selain dari faktor guru , siswa juga kurang percaya diri, siswa lebih suka
berbicara dengan teman sebangkunya dan cenderung tidak memperhatikan
apa yang disampaikan oleh guru. Karakteristik kelas 2 sekolah dasar adalah
dalam usia antara 7 sampai 8 tahun adalah masa berkembangnya berada
pada fase operasional konkrit, anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat
untuk mengenai berbahai hal, selain itu mereka masih senang bermain dan
mengeksplorasi situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, mereka tidak
suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.
108 Denis dan Masengut, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Media
Boneka Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II SDN Blimbing
Jombang” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5, no. 3 (2017) 109
Yulianah Prihatin, Problematika Keterampilan Menyimak Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia, Jurnal Sastranesia, Vol. 5, No. 3, 2017. Hal. 48
66
Kegiatan menyimak perlu dilaksanakan melalui pendekatan yang sesuai
dengan perkembangan kognitif dan tahap perkembangan siswa. Berbagai
media pembelajaran yang diarahkan untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang diarahkan untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menyengankan bagi peserta didik diperlukan penggunaan media yang
sesuai dengan materi pembelajaran. Salah satunya yang digunakan oleh
peneliti tersebut ialah penggunaan boneka tangan. Boneka tangan termasuk
kedalam media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran,
dalam melakukan pembelajaran memerlukan model yaitu tiruan tiga
dimensi dari objek nyata yang tidak mungkin dipelajari secara langsung
oleh siswa dikarenakan terlalu jauh, terlalu mahal, terlalu besar, terlalu kecil
dan lain-lain yang menyebabkan benda tersebut tidak dibawa langsung ke
dalam kelas. Boneka merupakan model yang sering digunakan
dipergunakan untuk mempertunjukkan atau memperlihatkan sebuah
permainan110
. Dimana boneka tangan sangat sesuai dengan karakteristik
siswa kelas 2 sekolah dasar.
Untuk memperoleh data pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan observer dengan menggunakan
instrument lembar observasi pelaksanaan pembelajaran. Data hasil belajar
siswa dikumpulkan menggunakan teknik tes. Tes tersebut menggunakan
instrument berupa lembar penilaian siswa yang berisi soal-soal uraian.
Jenis menyimak ini adalah menyimak intensif dimana kegiatan
menyimak lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang jaug lebih diawasi,
dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Menyimak intensif memiliki bagian-
bagian, bagian yang sesuai dengan penelitian tersebut ialah menyimak
kritis. Menyimak kritis bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan
110 Sudjana dan Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010)
67
dan bisa menilai ide, gagasan serta infromasi yang dilakukan oleh
pembicara111
.
Tujuan dari menyimak dalam penelitian yang dilakukan oleh Denis dan
Masengut adalah mendengarkan estetik, dimana dalam kegiatan menyimak
ini dipergunakan untuk kesenangan. Ketika siswa menyimak seseorang
yang membaca cerita-cerita dengan suara yang keras atau deklamasi syair
merupakan kegiatan / hal yang menyenangkan112
.
Penelitian yang telah dilakukan tersebut dengan penggunaan media
boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan menyimak yang
bertujuan untuk mengetahui pemahaman yang dilakukan guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar menyimak
siswa dapat disimpulkan bahwa media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan menyimak siswa kelas 2 sekolah dasar yang mana hasilnya
meningkat yang awalnya hanya 18,7% meningkat menjadi 34%.
4. Jurnal Kelas II Sekolah Dasar Negeri 200106 PadangSidumpuan113
Fausiah mendapatkan beberapa permasalahan kemampuan menyimak
yang didapatkan oleh siswa diantaranya kemampuan siswa yang rendah
dalam memahami keterampilan menyimak, siswa kurang antusias dalam
menyimak dikarenakan kurangnya manfaat yang didapatkan. Permasalahan
tersebut ialah permasalahan proses pembelajaran yang konvensial, yang
dapat menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif karena guru
mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar dan
penilaian serta siswa cenderung pasif. Pendekatan dan metode
111
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 112
Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84 113
Fausiah, “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Pendekatan Integratif
Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106 PadangSidumpuan Tahun Pelajaran 2015-2016” Jurnal Bimbingan dan Konseling 3, No. 1 (2018)
68
pembelajaran yang digunakan oleh guru didominasi oleh metode ceramah
dan pemberian tugas114
.
Selain dari itu kurangnya apresiasi guru yang menyebabkan siswa
enggan untuk menyimak. Guru di sekolah tersebut juga masih belum
menggunakan teknik yang bervariasi dan juga pendekatan yang dilakukan
oleh guru tersebut belum tepat. Pembelajaran dengan pendekatan integratif
dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan
menyimak dongeng siswa. Pendekatan Integratif merupakan pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran integratif, siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang sudah mereka pahami115
.
Sesuai dengan kemampuan menyimak siswa sekolah dasar bahwa anak-
anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik, apabila seorang
pembicara menceritakan suatu pengalaman sejati116
. Tidak hanya
menggunakan pendekatan integratif, Fausiah juga menggunakan teknik
dengar-cerita, dengan teknik ini guru membacakan atau memperdengarkan
rekaman sebuah cerpen atau puisi. Setelah itu, beberapa siswa satu per satu
disuruh menceritakan kembali secara singkat garis besar cerita atau puisi
tersebut117
.
114 Rabawati Sutama, Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar. E-jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, 2013. 115
Asep dan Novi, Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemeny Agama, 2012) Hal. 1.5 116
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013) Hal. 63 117
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi,
(Bandung: UPI PRESS, 2007) Hal. 41-42
69
Jenis menyimak yang dilakukan oleh peneliti tersebut ialah menyimak
intensif, dimana penyimak dituntut untuk memahami isi simakan secara
mendalam dan juga terinci atau secara detil. Selain itu, menyimak intensif
memiliki beberapa bagian-bagian, penelitian ini masuk ke dalam bagian
menyimak kretaif dan konsentratif. Menyimak konsentratif adalah kegiatan
siswa untuk menelaah pembicaraan seorang guru dan menyimak kreatif
merupakan menyimak yang mempunyai hubungan erat dengan imajinasi
seseorang siswa118
.
Tujuan dari menyimak ini ialah mendengarkan kritikal yaitu orang-
orang mendengarkan untuk mendapatkan informasi dan lalu melakukan
evaluasi pesan tersebut119
, karena sebelumnya dijelaskan mengenai teknik
dengar-cerita bahwa siswa tidak hanya menyimak guru yang menjelaskan
cerita melainkan siswa dituntut untuk memahami setiap detil cerita karena
nantinya siswa akan menceritakan kembali dongeng yang telah dipaparkan
oleh guru.
Melalui pendekatan inetgratif dan dibantu dengan teknik dengar-cerita,
siswa Sekolah Dasar Negeri 200106 PadangSidumpuan tahun pelajaran
2015-2016 mengalami peningkatan sebesar 2,9%. Dijelaskan pula bahwa
setelah menggunakan pendekatan dan teknik tersebut siswa lebih antusias
terhadap pembelajaran menyimak. Disimpulkan bahwa penggunaan
pendekatan integratif dengan teknik dengar-cerita dapat meningkatkan
keterampilan menyimak.
5. Jurnal Kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangharjo120
Dengan sampel kelas III sebanyak 27 siswa, peneliti yang dilakukan
118 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, hal. 62
119 Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84 120
Syafrudin Nugroho, “Upaya Penerapan Media Youtube Dalam Peningkatan Keterampilan
Menyimak Unsur Cerita Lisan” Jurnal Ilmiah Sarasvati 2, no. 1 (2020)
70
oleh Syafrudin Nugroho ini memiliki tantangan yang tidak jauh berbeda
dengan peneliti lain. Siswa di kelas tersebut masih kurang percaya diri
untuk mengungkapkan pikiran atau idenya, motivasi siswa dalam
menyelesaikan tugas tergolong rendah. Guru memegang peranan penting
dalam mengarahkan dan membangun komunikasi yang baik dengan siswa
agar dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa. Memiliki rasa percaya
diri merupakan poin tersendiri bagi setiap individu, khususnya siswa.
Memiliki rasa percaya diri akan mempermudah mereka melakukan suatu
tindakan yang akan berdampak baik pada kinerja setiap siswa dan juga
sebaliknya121
. Hal tersebut yang menyebabkan siswa kurang percaya diri
adalah terabaikan, anak-anak yang tumbuh tanpa mendapatkan cinta dan
kasih saying yang cukup akan merasa terabaikan dan bersikap acuh tak acuh
saat mereka dewasa. Mereka akan merasa kesulitan untuk mempercayai dan
bergaul dengan orang lain.
Sesuai dengan permasalahan yang penulis temui yaitu kurangnya
tanggung jawab moral seorang guru ketika siswa mendapatkan nilai rendah
yang menyebabkan siswa enggan untuk menyampaikan ide atau
pendapatnya dan juga kehilangan motivasi untuk mengerjakan suatu tugas.
Karena pada dasarnya guru sangat berperan penting dalam keberhasilan
pembelajaran siswa.
Untuk mengatasai permasalahan-permasalahan tersebut Syafrudin
menggunakan media youtube. Dalam kemajuan teknologi diera globalisasi
ini banyak tawaran untuk dapat digunakan sebagai media dalam proses
pembelajaran, salah satunya adalah video dari youtube. Youtube memiliki
banyak sekali video-video yang dapat dimanfaatkan sebagai materi
pelajaran cerita/dongeng anak dan dijadikan alat pembelajaran yang efektif
untuk mengembangkan kemampuan menyimak siswa.
121
Hendra Surya, Percaya Diri Itu Penting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007)
71
Melalui media pembelajaran youtube, siswa dapat memahami suatu
materi secara lebih cepat daripada mempelajarai melalui buku pelajaran,
karena biasanya media pembelajaran dibuat menarik, sehingga siswa tidak
akan merasa jenuh. Hal ini disinyalir dapat meningkatkan minat dan
motivasi menyimak siswa122
. Sesuai dengan salah satu karakteristik siswa
kelas 3 yaitu menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan
mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentu serta dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu123
.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi atau disebut
juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam penelitian
tersebut, Syafrudin menggunakan observasi sistematis dan pengamatan
tidak langsung yang dilakukan dengan perantara video siswa belajar di
rumah.
Jenis menyimak intensif, yang dimana siswa masih berada dalam
bimbingan langsung oleh guru dan penyimak harus memahami isi cerita
secara detil. Menyimak intensif sendiri mempunyai beberapa bagian-
bagian, bagian yang sesuai dengan penelitian tersebut ialah menyimak
eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan
tujuan menemukan berbagai hal informasi atau pesan124
. Tujuan menyimak
yang penulis analisis disini ialah menyimak untuk menikmati.
Hasil dalam penelitian tersebut yang sebelumnya pada simakan I nilai
rata-ratanya hanya 73,5 kemudian pada simakan II naik menjadi 80,55.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan Youtube dapat meningkatkan
kemampuan menyimak siswa kelas 3 sekolah dasar.
122 Haryadi Mujainto, “Pemanfaatan Youtube Sebagai Media Ajar Dalam Meningkatkan
Minat dan Motivasi Belajar” Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penlitian 5, No. 1, 2019 123
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2013) Hal. 83 124
Ibid, Hal. 62
72
6. Jurnal Kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 Pekanbaru125
Penulis menganalisis terdapat 3 faktor yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak siswa kelas 3 di sekolah Otang dan Muhammad
Nailul teliti. Diantaranya guru kurang tepat dalam memilih metode, karena
sejatinya metode adalah salah satu hal utama penunjang keberhasilan
belajar siswa. Selain itu materi yang disampaikan kurang menarik, bahan
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menyimak haruslah
bahan pembelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Sama seperti teknik pembelajaran
menyimak, bahan pembelajaran menyimak tidak boleh ditentukan secara
sembarang. Bahan pembelajaran harus dipersiapkan sesuai dengan tingkat
kemampuan kognitif dan kemampuan intelektual siswa. Seorang guru wajib
mengenal karakteristik siswanya sebab dengan modal pengalaman itulah
dapat dipertimbangkan secara cermat apakah bahan simakan sudah relevan
untuk siswa yang harus dibelakarkannya126
.
Selain faktor guru terdapat permasalahan siswa yang kurang memahami
perbendaharaan kata. Ketika anak-anak masuk kelas satu sekolah dasar
diperkirakan jumlah perbendaharaan kosa kata mereka sekitar 20.000
hingga 24.000.000 kata. Saat mereka berada pada kelas enam, jumlah
perbendaharaan kosa kata mereka sekitar 50.000 kata atau lebih127
. Yang
dimana, permasalahan tersebut haruslah cepat ditanggulangi karena ketika
mereka mencapai kelas 6, mereka harus mencapai 50.000 kosa kata yang
bahkan di kelas 3 ini siswa kurang memahami perbendaharaan kata.
125
Otang dan Muhammad Nailul, “Penerapan Strategi Bercerita Untuk Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6 Pekanbaru” Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 7, no. 2 (2018) 126
Sanggup Barus, “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak Bahasa
Indonesia di Sekolah,” Jurnal Universitas Negeri Medan 1, no. 85 (2013); 10. 127
Bruce dan Spratt, Essentials of Literacy From 0-7 Years 2nd
edition, (London: SAGE
Publications, 2011) Hal. 14
73
Dari beberapa faktor permasalahan di atas yang paling utama adalah
metode yang sesuai untuk diajarkan kepada siswa kelas 3 yang dimana
digunakanlah strategi bercerita. Strategi bercerita adalah suatu kegiatan
yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat
tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau
hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat
didengarkan dengan rasa menyengankan.
Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu keterampilan yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara
menyampaikan berbagai macam ungkapan, perasaan, yang sesuai dengan
apa yang dialami, dirasakan, dilihat dan dibaca128
. Jadi, strategi bercerita
adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dan murid dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
melalui bercerita. Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang
ditempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak
memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik.
Penelitian tersebut masuk ke dalam jenis menyimak intensif, yang
dimana penulis sudah jelaskan bahwa menyimak ini masih dibawah
bimbingan seorang guru dan penyimak harus memperhatikan secara detil.
Selain itu menyimak intensif memiliki beberapa bagian, bagian yang
termasuk dalam penelitian tersebut ialah menyimak konsentratif dimana
penyimak harus menelaah setiap pembicaraan ataupun hal-hal yang
disimaknya129
. Tujuan dari menyimak ini adalah menyimak estetik, yaitu
menyimak seseorang yang membaca cerita-cerita dengan suara yang keras.
128 Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak (Jakarta: Prenada Media
Group, 2016) Hal. 162 129
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2013) Hal. 62
74
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa strategi bercerita bagus
untuk diterapkan disetiap sekolah karena dapat memberikan sejumlah
pengetahuan social, nilai-nilai moral, dan keagamaan kepada siswa untuk
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga dapat
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor yang
dimiliki oleh anak. Dari 23 siswa, 19 siswa mendapatkan interval nilai 80-
100. Dan dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi bercerita dapat
meningkatkan kemampuan menyimak siswa.
7. Jurnal kelas IV Sekolah Dasar Negeri 006 Rambah130
Pada pelajaran bahasa Indonesia, data yang ditemukan Delia Putri
yang meneliti di sekolah tersebut bahwa siswa kelas 4 masih rendah tingkat
konsentrasi menyimaknya. Konsentrasi belajar merupakan faktor penentu
keberhasilan siswa dalam rangka melakukan perubahan tingkah laku yang
lebih baik. Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran, atau terpusatnya
perhatian terhadap informasi yang diperoleh seorang siswa selama periode
belajar. Konsentrasi belajar dapat ditunjukkan oleh beberapa hal di
antaranya fokus pandangan, adanya perhatian, kemampuan menjawab,
bertanya, dan sambutan psikomotorik yang baik131
. Apabila siswa berusaha
untuk berkonsentrasi selama proses belajar maka siswa memperoleh
pengalaman langsung, mengamati sendiri, meneliti sendiri, untuk
menyusun dan menyimpulkan pengetahuan itu sendiri. Pentingnya
konsentrasi siswa dalam menyimak memudahkan siswa untuk mengetahui
informasi yang dijelaskan oleh guru secara detil.
Selain rendahnya konsentrasi dalam menyimak, siswa kelas IV di SDN
006 Rambah juga merasa takut atau bisa disebut tidak percaya diri ketika
130 Delia Putri, “Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam Meningkatkan
Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar” Indonesian Journal of Basic Education 1, no. 2
(2018) 131
Olivia Femi, Gembira Belajar dengan Mind Mapping, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2008) Hal. 40
75
disuruh untuk menyimak sebuah teks bacaan. Pembentuk utama dari
kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran adalah interaksi siswa dan guru
juga siswa dengan sesama siswa. Guru dan metode pembelajaran yang
diterapkannya di kelas akan berpengaruh langsung pada kepercayaan diri
siswa, saat siswa dihadapkan pada situasi yang menantang dan perasaan
yang menyenangkan maka kepercayaan diri siswa pun akan meningkat132
.
Siswa kelas IV memasuki masa kanak-kanak akhir. Masa ini merupakan
tahap untuk menemukan eksistensi diri secara utuh bagi setiap anak133
. Oleh
sebab itu, anak memerlukan sosok yang telah dewasa untuk membina dan
mengarahkan proses penemuan diri agar mencapai hasil seperti yang
diharapkan. Pada proses ini, sosok seorang guru termasuk di dalamnya guru
kelas IV harus mampu mengorganisasi setiap kegiatan belajar mengajar
terutama dalam kemampuan menyimak siswa.
Peneliti di sekolah tersebut menggunakan metode game bisik berantai,
game bisik berantai digunakan untuk memberikan pengalaman menarik
bagi siswa dalam memahami, menguatkan suatu konsep atau memecahkan
masalah134
. Permainan berbisik yaitu guru membisikkan suatu
pesan/informasi itu kepada siswa berikutnya apakah sampai pada siswa
terakhir atau tidak. Metode tersebut membutuhkan tingkat konsentrasi yang
tinggi serta kepercayaan diri, yang dimana siswa akan dilatih kemampuan
menyimak nya melalui metode tersebut. Metode ini masuk ke dalam teknik
penggabungan, teknik penggabungan adalah teknik mengingat dengan cara
menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama yang akan diingat secara
berantai dengan pesan kedua, ketiga, dan seterusnya.
132 Jurdak, Toward Equity in Quality in Mathematics Education, (New York: Springer
Science+Business Media, 2009) Hal.111 133
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) Hal.113
134 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) Hal. 282
76
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
berupa tes unjuk kerja dan non tes observasi. Data yang diperoleh di
analaisis dengan menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif.
Jenis menyimak ini ialah menyimak intensif yang dimana siswa lebih
diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap
suatu hal tertentu. Dalam menyimak intensif terdapat beberapa bagian salah
satunya yang sesuai metode game bisik berantai ialah menyimak
konsentratif, menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah
pembicaraan/hal yang disimaknya135
. Karena siswa dituntut untuk memiliki
konsentrasi penuh dalam menyimak melalui metode yang diberikan oleh
penelii tersebut.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Delia Putri dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode game bisik berantai dapat meningkatkan hasil
keterampilan menyimak pada siswa kelas IV di SDN 006 Rambah. Hal
tersebut dibuktikan nilai rata-rata hasil yaitu sebesar 60 kemudian
mengalami peningkatan menjadi 63,80 dan meningkat menjadi 74,28.
8. Jurnal Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mangga Besar 01 Pagi,
Jakarta Barat136
Pengamatan yang dilakukan oleh Tio Gusti Satria pada siswa kelas IV
SDN Mangga Besar 01 Pagi, menjelaskan bahwa siswa kurang antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Tidak hanya itu, ada yang pura-
pura memperhatikan dan sibuk dengan aktifitas lain serta ada yang keluar
masuk kelas. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan
permasalahan proses pembelajaran yang konvensional, pembelajaran
Bahasa Indonesia selama ini masih banyak yang menggunakan pendeketan
135
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) 136
Tio Gusti Satria, “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Pendekatan Saintifik Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat” Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar 10,
No. 2 (2017)
77
konvensional yang dapat menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan
kreatif. Guru mendominasi sebagian besar akttivitas proses belajar
mengajar dan penilaian serta siswa cenderung pasif137
.
Siswa lebih berposisi sebagai objek daripada sebagai subjek sehingga
pembelajaran menggantungkan sepenuhnya pada inisiatif guru yang
dianggap sebagai sumber belajar. Pendeketan dan metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru didominasi oleh metode ceramah dan pemberian
tugas. Permasalahan pendekatan dan metode dalam pembelajaran
keterampilan menyimak dapat ditanggulangi dengan cara memilih
pendekatan atau metode yang cocok untuk pembelajaran menyimak dan
disenangi siswa.
Dari permasalahan dan penyebab tersebut dibutuhkan suatu upaya dari
guru agar kemampuan menyimak siswa dapat meningkat yaitu dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ini menggunakan Langkah-
langkah serta kaidah ilmiah dalam proses pembelajaran. Langkah ilmiah
yang diterapkan meliputi menemukan masalah, merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan138
.
Sesuai dengan kurikulum 2013 pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberi pemahaman kepada siswa untuk mengetahui, memahami,
mempraktikkan apa yang sedang dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran diajarkan agar siswa mencari tahu dari berbagai
sumber melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran139
. Pendekatan
137 Rabawati Sutama, Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar. E-jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, 2013. 138
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Jakarta : Gava
Media, 2014) Hal. 51 139
Musfiqon dan Nurdyansyah, Pendekatan Pembelajaran Saintifik, (Sidoarjo :
Nizamia Learning Center, 2015) Hal. 38
78
ini cocok dengan kurikulum 2013 karena pendekatan ini lebih mengarah
pada model Pendidikan humanis, yaitu Pendidikan yang memberikan ruang
pada siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi kecerdasan yang
dimiliki. Siswa menjadi pusat belajar, tidak menjadi objek pembelajaran.
Dengan demikian karakter, skill, serta kognisi siswa dapat berkembang
secara lebih optimal.
Data yang diperlukan dalam penelitian tersebut ada dua yaitu proses
pembelajaran dan data hasil pembelajaran keterampilan menyimak mata
pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV. Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk mendeskripsikan data kelas ada dua yaitu tes dan non tes.
Dalam penelitian ini digunakan tes tertulis dalam bentuk obyektif tes.
Jenis menyimak ini adalah menyimak ekstensif, menyimak ekstensif
adalah sejenis menyimak mengenai hal-hal yang lebih bebas dan lebih
umum terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari
seorang guru140
. Karena siswa diminta untuk mengkonstruk sendiri
pengetahuan, pemahaman, serta skill menyimaknya. Tujuan menyimak ini
adalah menyimak krtitikal, dalam kegiatan menyimak jenis ini memiliki
tujuan untuk mendapatkan informasi dari apa yang didengar dan disimak141
.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penggunaan pendekatan
saintifik dalam meningkatkan keterampilan menyimak telah dinyatakan
berhasil terhadap siswa kelas IV SDN Mangga Besar 01 Pagi. Dapat dirata-
ratakan tingkat kecapaiannya mencapai 81,5 dari beberapa aspek (aspek
ejaan, aspek alur cerita, aspek fakta, aspek bahasa, aspek penyajian, aspek
topik cerita, aspek bahasa).
140
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 141
Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84
79
9. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar 1 Mejobo142
Pada proses pembelajaran, Anisa Hartanti dan Irfai Fathurohman
menemukan berbagai permasalahan yang menyebabkan rendahnya
kemampuan menyimak di kelas V Sekolah Dasar 1 Mejobo ini meliputi,
guru belum mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan apresiasi sastra secara langsung karena pemikiran guru
di sekolah tersebut bahwa orang yang normal akan dapat menyimak tanpa
adanya pengarahan dari seorang guru. Menurut pemikirannya juga
keterampilan menyimak sudah sering dipelajari oleh siswa sejak kecil
sehingga menyimak tidak akan menjadi beban dan suatu permasalahan bagi
siswa. Pandangan seorang guru yang salah inilah yang perlu dibenarkan.
Pada utamanya, keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang
paling dasar yang harus dimiliki oleh siswa sebelum menulis dan berbicara.
Keterampilan menyimak sebagai pondasi awal dalam pembentukan
seseorang mengenai suatu konsep berbahasa. Keterampilan menyimak
merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif,
yang berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan
sekaligus memahaminya143
.
Menyimak merupakan hal yang penting yang harus dipelajari terlebih
di sekolah dasar, melalui aktivitas ini siswa bisa memperoleh kosakata dan
gramatika, disamping pengucapan yang baik. Pentingnya menyimak dalam
interaksi komunikatif memang sangat nyata. Untuk dapat terlibat dalam
suatu komunikasi, seseorang harus mampu memahami dan mereaksi apa
yang harus dikatakan. Konsekuensinya, selain terlibat dalam aktivitas-
aktivitas interaksional, pembelajar perlu melatih keterampilan
142 Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak
Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media CD Cerita Pada Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jurnal Kredo 2, no. 1 (2018) 143
Iskandarwassid dan Dandang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011) Hal. 118
80
menyimak144
. Mengacu pada pendapat di atas, guru harus benar-benar
memperhatikan penerapan pembelajaran bahasa dari berbagai aspek
terutama dalam kegiatan menyimak sehingga, kualitas pembelajaran
menyimak dapat optimal.
Selain itu, inovasi dan kreasi sangat dibutuhkan dalam menstabilkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan guru di kelas berupa penerapan
media dan model pembelajaran. Solusi yang dapat digunakan untuk
mengatasi rasa kebosanan dan pembelajaran yang monoton pembelajaran
yang tepat dapat disesuaikan dengan pembelajaran yang diajarkan. Salah
satu model yang digunakan peneliti tersebut yaitu model Picture and
Picture, model tersebut digunakan dalam pembelajaran serta memberikan
pengalaman kepada siswa secara langsung berkaitan dengan materi cerita.
Model Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis145
.
Penggunaan model pembelajaran tersebut dalam pembelajaran
menyimak sangat tepat, karena dapat mengintegrasikan bentuk dan makna
yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Selain itu model tersebut
diaplikasikannya menggunakan media berupa audio CD cerita, media CD
cerita merupakan jenis media pembelajaran yang berbentuk dua dimensi
seperti audio piringan optikal dapat digunakan untuk memyimpan data
secara digital dalam bentuk file146
. Penggunaan media CD cerita ini adalah
bertujuan agar pengalaman pembelajaran yang melibatkan penggunaan alat
indra pada siswa secara langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar
dapat mengenang, mengesankan, dan lebih lama diingat oleh siswa.
144 Aziez dan Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996) Hal. 81 145
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) Hal. 89 146
Munandi Yudhi, Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru), (Jakarta: Referensi, 2013)
Hal. 73
81
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah observasi. Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang
dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, wawancara adalah bahan
acuan awal yang digunakan oleh peneliti tersebut khususnya pada kualitas
pembelajaran menyimak, tes merupakan instrument penelitian yang
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan dari kualitas
pembelajaran siswa, dan dokumentasi.
Jenis menyimak ini adalah menyimak intensif yang lebih diarahkan
pada kegiatab yang lebih diawasi dan dikonrol oleh seorang guru. Penyimak
juga harus memahmi isi simakan secara terinci dan cermat. Menyimak
intensif mempunyai beberapa bagian, salah satunya bagian yang sesuai
adalah menyimak kritis yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang
diperlukan. Penyimak menilai ide, gagasan, informasi dan ide dari
pembicara147
. Tujuan menyimak ini adalah menyimak menikmati.148
Model Picture and Picture dan penerapan media CD cerita pada materi
keterampilan menyimak cerita pendek guna meningkatkan upaya kualitas
pembelajaran di kelass V SD Mejobo dapat memenuhi kualitas yang
diinginkan, hasil keterampilan menyimak meningkat yang awalnya
mendapat presentase 69,44% meningkat menjadi 83,33%.
10. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Inpres Borong Jambu II, Kota
Makassar149
Keterampilan menyimak tidak terlepas dari suatu masalah yang
dihadapi oleh setiap peneliti, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh
Bellona. Yang pertama yaitu mengenai pemahaman siswa terhadap
147 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 148
Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84 149
Bellona Mardhatillah Sabillah,”Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat
Melalui Media Audio Pada Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu II Kecamatan Manggala Kota Makassar” Jurnal Kajian Pendidikan Dasar 5, No. 1 (2020)
82
keterampilan menyimak masih kurang, rendahnya kemampuan menyimak
siswa disebabkan oleh dua hal yaitu berasal dari siswa dan guru. Penyebab
dari siswa antara lain belum mengerti bagaimana cara menyimak yang
efektif dan belum memahami betapa pentingnya keterampilan menyimak
dalam hal menguasai mata pelajaran. Kedua penyebab berasal dari guru,
usaha guru masih kurang kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang
tepat. Guru juga belum menggunakan media yang sesuai dalam proses
pembelajaran150
. Hal ini juga yang menjadi permasalahan di kelas V SD
Inpres Borong Jambu, Kota Makassar bahwa guru di sekolah tersebut belum
bisa memanfaatkan media pembelajaran secara efektif dan juga teknik
pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.
Upaya dalam meningkatkan keterampilan menyimak memiliki
beberapa cara yang sesuai dengan permasalahan-permasalahan di atas yaitu
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, pembelajaran
menyimak yang penyampaian bahan simakannya terus menerus secara lisan
atau di hanya dibacakan akan terus monoton dan membosankan siswa.
Tetapi, kalau penyampaiannya dilakukan dengan menggunakan media yang
bervariasi, pembelajaran menyimak akan lebih menarik dan menyenangkan
siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
menyimak bahasa Indonesia, guru harus menggunakan media pembelajaran
yang bervariasi. Untuk lebih memacu siswa dalam memahami bahan
simakan, guru dapat menggunakan alat-alat seperti kaset VCD, LCD,
laptop, Flasdisk, dan sbeagainya dalam pembelajaran menyimak di
sekolah151
.
150 Saddhono dan Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung
: Karya Putra Darwati, 2012) Hal. 4 151
Sanggup Barus, “Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak Bahasa
Indonesia di Sekolah,” Jurnal Universitas Negeri Medan 1, no. 85 (2013) Hal. 11
83
Selain itu kondisi ruang belajar di kelas tersebut juga belum menunjang
pembelajaran menyimak, akustik ruang belajar turut menentukan
keefektifan pembelajaran menyimak. Ruang belajar yang panas (gerah),
lembab, pengap, hiruk – pikuk dan hingar – bingar dari luar ruang belajar,
dan lalu-lalangnya orang-orang akan mengganggu proses pembelajaran
menyimak. Selain itu, buku-buku dan alat-alat pelajaran lain yang terbuka
dan terletak di atas meja siswa, akan dapat mengganggu konsentrasi
siswa152
. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keefektifan pembelajaran
menyimak di sekolah, guru harus mengelola ruang belajar dengan baik.
Guru harus bekerja sama dengan siswa untuk menciptakan suasana ruang
belajar yang kondusif. Sebab ruang belajar yang berkondisi nyaman akan
memberi jaminan keberhasilan bagi pembelajaran menyimak itu sendiri.
Guru memerlukan media dan teknik yang bervariasi untuk
meningkatkan keterampilan menyimak siswa tersebut. Penelitian tersebut
menggunakan media audio untuk meningkatkan kemampuan menyimak
siswa kelas V SD Inpres Borong Jambu, Kota Makassar. Penggunaan media
yang tepat dalam proses belajar-mengajar sangat besar pengaruhnya
terhadap pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Media audio adalah media atau bahan yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (pita suara atau piringan suara) yang dapat merangsang
pikiran dan perasaan pendengar sehingga terjadi proses belajar153
. Media
audio dalam proses pembelajaran menyimak cerita rakyat diharapkan dapat
mempertinggi proses dan hasil pembelajaran sehingga kompetensi ini
benar-benar dikuasai siswa. Selain itu, menjadikan proses pembelajaran
lebih bervariasi dan menarik.
152 Ibid, hal. 12
153 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008) Hal.216
84
Jenis menyimak ini yaitu, menyimak intensif. Menyimak intensif yaitu
penyimak dituntut untuk bisa dan harus memahami isi simakan secara
terinci dan mendalam terhadap bahan yang disimaknya. Menyimak intensif
memiliki beberapa bagian, salah satu bagian yang sesuai dengan penelitian
tersebut adalah menyimak kreatif, yaitu menyimak yang mempunyai
hubungan erat dengan imajinasi seseorang154
. Karena pada dasarnya siswa
hanya mendengarkan saja tanpa melihat. Tujuan dari menyimak ini yaitu
menyimak diskriminatif, dalam kegiatan ini orang-orang membeda-
bedakan suara-suara dan mengembangkan kepekaan terhadap komunikasi
nonverbal155
.
Pembelajaran menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media
audio dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Borong
Jambu II Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Hal ini dapat dilihat
adanya peningkatan presentase hasil belajar dari setiap siklus dengan
peningkatan nilai kumulatif rata-rata kelas yaitu 88,37%. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media audio dapat meningkatkan
keterampilan menyimak siswa kelas V sekolah dasar.
11. Jurnal Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang156
Penelitian yang dilakukan Dede Fitriyani, dkk menjelaskan bahwa selama
ini guru di sekolah tersebut telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi dari
materi seperti dengan penugasan, kerja kelompok, maupun dengan
remedial. Namun usaha tersebut belum memperlihatkan kemampuan siswa
154 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 155
Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84 156
Dede Fitryani, dkk, “Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang” Jurnal Pendidikan Dasar 92, No.
8 (2018)
85
masih secara optimal, dengan kata lain cenderung rendah. Permasalahan
tersebut masuk kedalam permasalahan tes kompetensi menyimak, dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, pembelajaran dan
tes menyimak tampak kurang mendapat perhatian sebagaimana halnya
kompetensi berbahasa yang lain157
. karena hal itu guru masih beranggapan
bahwa dengan sendirinya siswa telah baik kemampuannya memahami
bahasa lisan, atau karena mempersiapkan dan menyusun tes kompetensi
tidak semudah dan sesederhana seperti tes-tes kompetensi yang lain. pada
intinya, tes kompetensi menyimak memerlukan persiapan dan sarana yang
telah khusus.
Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tersebut juga
adanya permasalahan-permasalahan lain yang menyebabkan rendahnya
keterampilan menyimak. Pertama, kurangnya minat belajar siswa dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama tentang keterampilan menyimak.
Kedua, guru mengajar masih menggunakan metode ceramah dimana proses
pembelajaran berpusat kepada guru. Artinya proses pembelajaran dikatakan
kurang efektif dan mengakibatkan siswa sulit untuk memahami apa yang
diajarkan oleh guru. Ketiga dalam proses pembelajaran hanya berorientasi
pada teori dan pengetahuan saja. Sedangkan latihannya kurang
diperhatikan, khususnya keterampilan menyimak.
Oleh sebab itu, untuk menjadikan kegiatan menyimak lebih menarik
bagi siswa, guru perlu mencari alternatif-alternatif lain yang dapat
dikembangkan untuk menarik perhatian siswa. Salah satunya ialah
menggunakan atau menerapkan strategi, dimana strategi dapat
meningkatkan siswa dalam menyimak. Dalam penjelasan tersebut penulis
melihat bahwa kemampuan menyimak siswa di kelas V tersebut masih
157 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2013) hal. 353
86
belum tercapai secara optimal. Peneliti tersebut menggunakan strategi
pendekatan Integratif, karena strategi ini mempunyai tujuan menyimak
yang jelas dengan menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah
dimiliki siswa sebelumnya untuk membangun sebuah pemahaman.
Pendekatan integratif adalah pola pembelajaran yang didasari atas
konsepsi yang menyatukan tujuan dari berbagai ilmu pengetahuan
(multidiciplines). Dalam konteks ini peserta didik tidak hanya sebatas
belajar mata pelajaran tertentu sebagai sebuah mata pelajaran yang berdiri
sendiri (monodiciplines) melainkan melalui pol aini setiap mata pelajaran
diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki keterkaitan
kompetensi dasarnya. Paradigma ini dalam perkembangannya menjadi ciri
dari Kurikulum 2013158
. Melalui strategi pembelajaran ini, diharapkan
dapat memberi rangsangan belajar yang lebih terarah bagi siswa serta dapat
meningkatkan keterampilan menyimak siswa sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang aktif yang menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran.
Jenis menyimak ini adalah menyimak intensif dimana kegiatan
menyimak lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi,
dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Menyimak intensif memiliki bagian-
bagian, bagian yang sesuai dengan penelitian tersebut ialah menyimak
kritis. Menyimak kritis bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan
dan bisa menilai ide, gagasan serta infromasi yang dilakukan oleh
pembicara159
. Tujuan dari menyimak ini adalah menyimak kritikal,
dimana
158
Nai Firmina Angela, Teori Belajar dan Pembelajaran: Implementasinya dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP,SMA dan SMK, (Yogyakarta: Deepublish, 2017) Hal. 158 159
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62
87
siswa mendengarkan untuk mendapatkan informasi dan lalu melakukan
evaluasi pesan tersebut160
.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dede, dkk menunjukkan
bahwa adanya peningkatan keterampilan menyimak siswa kelas V Sekolah
Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota Tangerang. Perhitungan uji hipotesis
menunjukan bahwa prites t hitung sebesar 1,42, mengacu pada ketentuan
pengambilan keputusan uji hipotesis hasil perbandingan 2,00 < 0,05
(thitung < α), dan dari hasil uji perhitungan postes t hitung sebesar 2,70
mengacu pada ketetntuan pengambilan keputusan uji hipotesis hasil
perbandingan 2,00 > 0,005 (thitung > ɑ) maka dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima. Maka dapat disimpulkan penggunaan strategi
Pendekatan Integratif dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa
kelas V sekolah dasar.
12. Jurnal kelas V Sekolah Dasar Negeri Klenggotan161
Mengingat menyimak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar
siswa, perlu diusahakan supaya kegiatan menyimak dapat efektif sehingga
siswa memperoleh hasil yang maksimal. Ervin, dkk meneliti kemampuan
menyimak siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Klenggotan yang
menemukan fakta bahwa kenyataannya, kondisi pembelajaran menyimak
masih mengalami beberapa permasalahan. Saat pembelajaran berlangsung
di kelas tersebut terdapat berbagai permasalahan yang terjadi dalam
pembelajaran menyimak cerita. Permasalahan tersebut antara lain siswa
kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa kurang
berkonsentrasi saat menyimak cerita yang disampaikan oleh guru dan lebih
senang bermain dengan temannya. Mereka beranggapan bahwa semua
160 Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84 161
Ervin, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Pada Siswa
Sekolah Dasar” Jurnal Didaktika Dwija Indria 1, No. 2 (2017)
88
orang yang normal pasti dapat menyimak dengan baik tanpa harus melalui
proses pembelajaran. Siswa menganggap bahwa keterampilan menyimak
merupakan keterampilan yang paling mudah dibandingkan keterampilan
bahasa yang lain.
Selain dari siswa, guru di kelas tersebut masih mendominasi proses
pembelajaran sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru.
Permasalahan ini yaitu mengenai proses pembelajaran yang konvensial.
Dimana, yang dapat menghambat siswa untuk belajar secara aktif dan
kreatif karena guru mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-
mengajar dan penilaian serta siswa cenderung pasif. Siswa lebih berposisi
sebagai objek daripada sebagai subjek sehingga pembelajaran
menggantungkan sepenuhnya pada inisiatif guru yang dianggap sebagai
sumber belajar. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru didominasi oleh metode ceramah dan pemberian tugas162
.
Permasalahan pendekatan dan metode dalam pembelajaran keterampilan
menyimak dapat ditanggulangi dengan cara memilih pendekatan dan
metode yang cocok untuk pembelajaran menyimak dan disenangi siswa.
Guru belum menggunakan media pembelajaran sehingga siswa kurang
berminat terhadap materi pembelajaran dan juga guru belum menerapkan
model pembelajaran yang inovatif dan tepat sehingga siswa mudah merasa
jenuh terhadap kegiatan pembelajaran yang monoton. Pemanfaatan media
yang relevan di dalam kelas dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Bagi guru, media pembelajaran membantu mengkonkritkan konsep atau
gagasan dan membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi siswa, media
dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian
162 Rabawati Sutama, Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar. E-jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, 2013
89
media dapat membantu tugas guru dan siswa untuk mencapai kompetensi
dasar yang telat ditetapkan.
Penggunaan model pembelajaran juga tidak jauh kalah penting, model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancanf pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar163
. Berdasarkan permasalahan-
permasalahan di atas penyebab rendahnya keterampilan menyimak siswa
adalah guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai serta
belum memanfaatkan media pembelajaran dalam menyampaikan cerita.
Akibatnya pembelajaran kurang menarik dan menjadi monoton, siswapun
menjadi kurang antusias dalam pembelajaran menyimak cerita.
Pada permasalahan tersebut harus segera diatasi dengan menerapkan
model pembelajaran yang inovatif dan media pembelajaran yang menarik
agar tercipta kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Ervin,
dkk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Model pembelajaran Think Pair Share yaitu suatu model pembelajaran
Kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta
saling bantu satu sama lain164
. Model pembelajaran Think Pair Share sesuai
apabila diterapkan dalam menyimak cerita, karena penerapan model ini
dapat membantu siswa dalam mengingat isi cerita yang disimaknya,
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami cerita.
Penerapan model pembelajaran lebih efektif apabila ditunjang dengan
media yang sesuai dengan materi pembelajaran. Media yang digunakan
oleh peneliti tersebut adalah media Wayang Kartun, Wayang Kartun
163 Soekamto dan Winataputra, Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran, (Jakarta:
Dirjen Dikti, Depdikbud, 1997) Hal.78-79 164
Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016) Hal. 208
90
merupakan media pembelajaran yang digerakkan menggunakan tangan dan
berwujud gambar kartun. Penggunaan media Wayang Kartun mampu
membuat siswa tertarik dan antusias, sehingga lebih berkonsentrasi dalam
menyimak cerita.
Jenis menyimak dalam penelitian tersebut adalah menyimak Intensif,
dimana siswa dituntut untuk menyimak secara detil dan terinci, dan
kegiatan yang jauh lebih dikontrol. Jenis menyimak ini mempunyai
beberapa bagian salah satu yang sesuai ialah menyimak krtiis, menyimak
kritis bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak
menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara165
.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Ervin, dkk
dengan menggunakan model Think Pair and Share dengan berbantuan
media wayang kartun. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
menyimak cerita, dari presentase 74,19% meningkat menjadi 93,55%.
13. Jurnal Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Tumbu dan Sekolah Dasar
Negeri 2 Tumbu166
Kegiatan menyimak berperang penting dalam pengembangan
kemampuan bahasa seseorang, terutama bagi para siswa. Pembelajaran
menyimak, bukan semata-mata untuk penyajian materi dengan
mendengarkan segala informasi, melainkan ada proses pemahaman yang
harus dikembangka disana. Dalam pembelajaran siswa diharapkan mampu
menyimak dengan baik informasi yang disampaikan oleh guru. Pada
kenyataannya penelitian yang dilakukan oleh I Gede, dkk menemukan
beberapa masalah dalam keterampilan menyimak kelas VI SDN 1 Tumbu
dan SDN 2 tumbu. Peneliti tersebut menggunakan wawancara terhadap
165 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 166
I Gede Andri Septiadi, dkk, “Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking Activity Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD” e-Journal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha 2, No.1 (2014)
91
guru di kedua sekolah tersebut, setelah dilakukan wawancara lebih lanjut,
terdapat beberapa permasalahan yang hamper sama yang dihadapi guru di
kedua sekolah tersebut.
Pertama, kurangnya pengetahuan guru mengenai strategi maupun
model pembelajaran lain yang dapat dipadukan dalam pembelajaran
membuat pembelajaran di kelas kurang bervariasi sehingga siswa
cenderung menjadi bosan dalam mengikuti pembelajaran. Kedua, dalam
melakukan proses pembelajaran, kurangnya dukungan media pembelajaran
dalam mendukung proses pembelajaran membuat pembelajaran di kelas
menjadi kurang menarik. Ketiga, saat proses pembelajaran, konsentrasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Dari hasil observasi
yang peneliti tersebut lakukan disebutkan pula guru masih mendominasi
proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa menjadi kurang aktif. Di
Indonesia sistem pembelajaran pada hampir semua sekolah masih bersifat
satu arah. Yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar dengan
baik sehingga yang terjadi adalah hanya transfer pengetahuan167
Hal ini
menyebabkan konsentrasi siswa menjadi kurang fokus pada penjelasan
guru karena materi yang disampaikan sudah ada dalam buku sumber.
Jika permasalahan yang ditemukan di atas dibiarkan terus menerus,
maka hasil belajar menyimak siswa tidak akan tercapai sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Pembelajaran di kelas
seharusnya lebih mengutamakan aktivitas dan peran siswa (students
centered). Students Centered adalah pendekatan dalam pembelajaran
memfasilitasi pembelajar untuk terlibat dalam proses Experiential Learning
(pengalaman belajar). Pada sistem pembelajaran tersebut siswa dituntut
aktif mengerjakan tugas dan mendiskusikannya dengan guru sebagai
167 Kurdi, Fauziah Nuraini, Penerapan Student Centered Learning dari Teacher Centered
Learning mata Ajar Ilmu Kesehatan pada Program Studi Penjaskes, Forum Kependidikan 28, No. 2
(2009) hal. 109
92
fasilitator168
. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu membangkitkan
kreativitas, aktivitas, dan peran siswa dalam pembelajaran. Guru dapat
menggunakan strategi, model, ataupun pendekatan yang bervariasi namun
harus sesuai dengan kondisi maupun karakteristik siswa agar sesuai tepat
sasaran membangkitkan peran aktif siswa.
Salah satu strategi yang sesuai agar keterampilan menyimaknya dapat
meningkat yang digunakan oleh I Gede, dkk dalam melakukan penelitian
tersebut adalah strategi The Direct Listening Thinking Activity. DLTA
(Direct Listening Thinking Activity) merupakan pendekatan pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman siswa akan bahan simakan. Pendekatan
ini dimaksudkan agar siswa mempunyai tujuan menyimak, memprediksi
ucapan yang akan disimak dan membuktikan dengan cara menyampaikan
kembali pesan yang telah siswa simak sehingga memiliki kemampuan
menyimak yang kritis dan reflektif169
. Strategi ini diharapkan mampu
meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
Untuk mendukung strategi tersebut digunakan media pembelajaran.
Media dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran
(instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat
bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam
memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan170
. Selain itu juga perlu
dilakukan pembaruan dalam pembelajaran menyimak. Salah satu
pembaruan tersebut I Gede, dkk mengajarkan keterampilan menyimak
dengan menggunakan media audio. Media audio adalah media untuk
menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk lambing-
lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa lisan) maupun
168 Ibid, hal. 110
169 Abidin Yunus, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: Refika
Aditama, 2012) Hal. 114 170
Anderson Ronald, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, (Jakarta:
Universitas Terbuka bekerja sama dengan CV.Rajawali, 1987)
93
non verbal171
. Dapat disimpulkan bahwa media audio adalah salah satu
bentuk perantara pengantar noncetak yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dari pendidik kepada siswa.
Jenis menyimak ini adalah menyimak intensif, pada menyimak intensif
ini lebih diarahkan kepada suatu kegiatan yang lebih diawasi atau dikontrol
dan juga penyimak harus mendengarkan secara detil. Terdapat beberapa
bagian dalam menyimak intensif, salah satunya yang sesuai adalah
menyimak interogatif, menyimak ini merupakan kegiatan menyimak yang
menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian172
. Tujuan dari
menyimak tersebut adalah menyimak diskriminatif, dalam hal ini siswa
membeda-bedakan suara-suara dan mengembangkan kepekaan terhadap
komunikasi nonverbal173
.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh I Gede,
dkk dapat dikemukan simpulan yaitu, keterampilan menyimak siswa
kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi
the direct listening and thinking activity berbantuan media audio memiliki
mean (M) = 25 dan berada pada kategori sangat tinggi. Keterampilan
menyimak siswa kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran
menggunakan strategi pembelajaran langsung memiliki mean (M) = 15,33
dan berada pada kategori sedang. Yang artinya keterampilan menyimak
menggunakan strategi the direct listening and thinking activity berbantuan
media audio dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa kelas VI.
171 Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: Rajawali Press, 2009) Hal. 49 172
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 173
Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84
94
14. Jurnal Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 157015 Kebun Pisang Kec,
Badiri, Tapanuli Tengah174
Keterampilan menyimak sangatlah perlu diberikan kepada siswa.
Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka siswa dapat memperoleh
informasi dari bahan simakan. Namun dalam pencapaian harapan tersebut,
banyak hambatan atau kendala dalam keterampilan menyimak siswa
sekolah dasar khususnya sekolah yang dilakukan oleh peneliti yang
bernama Helga. Helga menjelaskan rendahnya penguasaan siswa dalam
keterampilan menyimak diduga dari faktor guru dan siswa. Faktor antara
lain siswa tidak memiliki keberanian dalam mengungkapkan kembali isi
cerita, kosakata yang digunakan masih kurang, kurangnya motivasi dan
aksi siswa dalam pembelajaran menyimak.
Dari fenomena-fenomena atau gejala-gejala tersebut, terlihat rendahnya
kemampuan menyimak cerita siswa. Keadaan di atas menurut penulis
dipengaruhi oleh metode atau cara mengajar guru yang kurang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Guru cenderung melaksanakan pembelajaran
dengan ceramah atau penugasan sehingga membuat siswa kurang aktif dan
kualitas pembelajaran terkesan rendah. Sedangkan dari faktor guru sebagai
akibat dari belum efektifnya strategi pengajaran yang digunakan. Karena
sebelumnya, peneliti di sekolah tersebut melihat guru hanya menggunakan
teknik dikte pada pengajaran mengungkapkan kembali isi cerita dalam
pengajaran menyimak, sehingga siswa cenderung merasa bosan dalam
menerima pelajaran menyimak.
Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan
kembali isi cerita dalam pengajaran menyimak, maka perlu mencari upaya
174 Helga, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B Melalui
Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Semester Ganjil SD
Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun Pelajaran
2018/2019” Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 6, No. 1 (2019
95
pemecahnya. Peneliti tersebut menggunakan media audio berupa tape
recorder, media audio tape recorder adalah salah satu media Pendidikan
yang tidak dapat diabaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah
menggunakannya. Media pembelajaran tape recorder adalah media audio
yang menggunakan alat perekam sebuah kaset, yang berkaitan dengan
pendengaran175
. Setelah guru mendengarkan informasi melalui media tape
recorder, siswa mampu meningkatkan menceritakan kembali isi cerita yang
telah disimaknya.
Jenis menyimak ini adalah menyimak intensif, seperti yang sudah
dijelaskan di analisis di atas bahwa menyimak intensif masih dilakukan
dibawah pengawasan seorang guru dan siswa menyimak harus secara detil
dan cermat176
. Tujuan dari menyimak ini adalah menyimak diskriminatif,
siswa membeda-bedakan suara-suara dan mengembangkan kepekaan
terhadap komunikasi nonverbal177
.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Helga, media audio
dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa terbukti pada
presentase awal 63,39 % dengan nilai rata – rata 6,34, dan meningkat
menjadi 91,96 % dengan nilai rata – rata sebesar 9,19.
D. Pembahasan
Dalam bukunya Elvi Susanti menyimak merupakan komunikasi verbal
yang sulit dan unik harus dipelajari dan dilatih, karena merupakan bagian
penting dari komunikasi. Bahkan menyimak dapat diklafisikan sebagai seni
bergaul atau keterampilan berkomunikasi. Peranan menyimak penting dalam
175
Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) Hal. 52 176
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung
: Angkasa , 2013) hal. 62 177
Thompkins & Hoskisson, Language Arts: Content and Teaching Strategies, (New
Jersey: Prentice Hall Inc, 1995) Hal. 84
96
berkomunikasi, karena memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan menempati ruang paling besar dalam aktivitas
berkomunikasi. Sekitar 50% aktivitas komunikasi didominasi oleh
menyimak.178
Pentingnya keterampilan menyimak dikembangkan karena proses
mendengar belum tentu menyimak. Menyimak di sini adalah dapat memahami
ide, gagasan, pendapat orang lain secara lisan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Tarigan yang menyatakan bahwa kita sama-sama maklum bahwa mungkin,
mendengar dengan sempurna, tetapi belum tentu dapat menyimak dengan baik.
Selanjutnya, ada kemungkinan untuk menyimak tetapi belum tentu memahami
maknanya.
Penyebab orang enggan menyimak menurut Elvi atau pesan dan
informasi yang hendak disampaikan oleh pembicara tidak mencapai sasaran
adalah karena faktor internal dan eksternal. Selain karena dua faktor tersebut
banyak permasalahan yang mungkin kita temui dalam kegiatan menyimak,
diantaranya179
;
1. Kebiasaan menyimak terputus-putus dan melompat-lompat.
2. Menyimak dengan cara hanya mengambil fakta-faktanya saja.
3. Kebiasaan menyimak dengan cara mendengarkan bagian tertentu oleh
karena desakan tertentu.
4. Kebiasaan menyimak dengan perasaan yang sangat mudah tersinggung.
5. Menyimak dengan menghindarkan diri dari uraian-uraian yang sukar.
6. Kebiasaan menyimak dengan sikap memandang enteng, merasa tidak perlu
menyimak dengan sungguh-sungguh.
7. Kebiasaan menyimak dengan suka mengecam pembicaraan dan tampang
pembicara.
178 Elvi Susanti, Keterampilan Menyimak, (Bogor : Penerbit IN MEDIA, 2020) Hal. 2
179 Ibid., Hal. 29-32
97
8. Kebiasaan menyimak dengan cara pura-pura mendengarkan.
9. Kebiasaan menyimak dengan mudah diganggu oleh kegaduhan.
10. Kebiasaan menyimak dengan kertas dan pensil.
Dari kedua penyebab dan permasalahan-permasalahan tersebut terdapat
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak diantaranya;
1) faktor fisik, 2) faktor psikologis, 3) faktor pengalaman, 4) faktor sikap, 5)
faktor motivasi, 6) faktor jenis kelamin, 7) faktor peranan masyarakat, 8) faktor
pembicara, 9) faktor pembicaraan, 10) faktor situasi.
Selain itu efektivitas pembelajaran menyimak sangat ditentukan oleh
kemampuan guru dalam mendesain pembelajaran menyimak yang sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa. Oleh sebab itu, implikasi dari kondisi ini
perlu dipilih sebuah metode pembelajaran menyimak yang baik dan menarik.
Berikut ini metode atau strategi pembelajaran menyimak180
:
1. Metode Langsung
2. Metode Komunikatif
3. Metode Integratif
a. Simak-Ulang Ucap
b. Simak Kerjakan
c. Simak Terka
d. Simak Tulis
e. Memperluas Kalimat
f. Bisik Berantai
g. Identifikasi Kata Kunci
h. Identifikasi Kalimat Topik
i. Menyelesaikan Cerita
j. Menjawab Pertanyaan
k. Merangkum
180 Ibid., Hal. 76-79
98
l. Parafrasa
4. Metode Tematik
5. Metode Konstruktivitas
6. Metode Kontekstual
Selain penggunaan metode atau strategi yang tepat guna meningkatkan
kemampuan menyimak siswa, terdapat media pembelajaran menyimak yang
dapat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan, dan
isi pelajaran. Media-media tersebut diantaranya ;
1. Media visual: yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti: foto, gambar,
poster, kartun, grafik, dan lain sebagainya.
2. Media audio: yaitu media yang hanya dapat didengar, seperti: kaset audio,
MP3 dan radio.
3. Media audio visual: yaitu media yang dapat didengar sekaligus dilihat,
seperti: film bersuara, video, televisi, dan sound slide.
4. Multimedia: yaitu media yang dapat menyajikan unsur secara lengkap,
seperti: animasi. Multimedia sering diidentikan dengan computer, internet,
dan pembelajaran berbasis komputer.
5. Media realita merupakan yaitu media nyata yang ada di lingkungan alam,
baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti:
binatang specimen, herbarium, dan lain sebagainya.
Menurut Elvi anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret. Tahap operasional konkret tahapan umur siswa sekolah
dasar yang tidak dapat memahami operasi (logis) dalam pembelajaran tanpa
dibantu dengan benda-benda konkret. Pada siswa sekolah dasar kemampuan
menyimak menggunakan media dan metode/strategi pembelajaran untuk
mempermudah jalannya pembelajaran. Sebaliknya, apa yang mereka simak
bisa dapat diterima dengan baik. Kemampuan menyimak siswa berbeda-beda
melihat dari pengetahuan yang mereka miliki.
99
Media yang dapat digunakan untuk membantu menyimak di jenjang SD
antara lain181
:
1. Gambar diam, misalnya lukisan, foto, gambar dari majalah
2. Gambar seri
3. Berupa gambar, denah atau bagan yang biasa digantungkan di dinding
4. Berisi kata-kata dan gambar untuk mengembangkan kosa kata
Selain itu, teknik atau cara pengajaran menyimak di sekolah dasar
dapat dilakukan secara variatif untuk menghindari kesan yang monoton
terhadap strategi mengajar guru di sekolah dasar. Selain itu, melalui
penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran lebih
menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan
guru dalam proses belajar-mengajar di sekolah dasar, diantaranya adalah182
; 1)
Teknik ulang-ucap (menirukan), 2) Teknik informasi beranting, 3) Teknik satu
mulut satu kelas, 4) Teknik satu rekaman satu kelas, 5) Teknik group cloze, 6)
Teknik parafrase, 7) Teknik simak libat cakap, 8) Teknik simak bebas libat
cakap.
Berdasarkan analisis jurnal-jurnal di atas, terdapat permasalahan-
permasalahan dalam keterampilan menyimak siswa sekolah dasar di antaranya;
(1) Siswa masih suka berbicara sendiri dengan temannya, (2) Guru belum
maksimal menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan kreatif, (3)
Siswa masih kurang percaya diri, (4) Kurangnya motivasi dan aksi siswa dalam
pembelajaran menyimak, (5) Kurangnya pemahaman siswa mengenai
perbendaharaan kata, (6) Tingkat konsentrasi siswa masih rendah, (7) Teknik
guru dalam pembelajaran menyimak kurang bervariasi, (8) Kurangnya
pengetahuan guru mengenai strategi maupun model pembelajaran lain yang
dapat dipadukan dalam pembelajaran menyimak.
181 Ibid., Hal. 88
182 Ibid., Hal. 89-91
100
Tidak hanya mengenai permasalahan-permasalahan menyimak.
Terdapat solusi yang bisa digunakan guru dalam hal ini untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut, dijelaskan juga bagaimana penggunaan metode,
media, model, dan strategi guna meningkatkan keterampilan menyimak siswa
sekolah dasar agar terciptanya pembelajaran yang diinginkan. Terkait metode,
media, model dan strategi dalam meningkatkan keterampilan menyimak,
penulis menemukan dua hal yang menarik. Pertama, terdapat kesamaan
metode, media, model dan strategi yang dijelaskan penulis di bab II dengan
sejumlah jurnal yang diteliti. Kedua, terdapat metode, media, model dan
strategi yang diterapkan dalam jurnal, namun tidak ada dalam penjelasan
metode, media, model dan strategi menyimak yang penulis jelaskan di bab II.
Penggunaan metode, media, model, dan strategi yang terdapat dalam
bab II dalam upaya meningkatkan daya simak siswa sekolah dasar adalah
penggunaan teknik-teknik, di antaranya teknik loci, teknik penggabungan dan
teknik fonetik. Selain itu menggunakan bahan pembelajaran menyimak yang
relevan, menggunakan media pembelajaran yang bervariasi, mengelola ruang
belajar dengan baik, melakukan evaluasi dengan baik.
Selain itu dalam skripsi ini, ditemukan beragam faktor dalam
dilakukannya penelitian, di antaranya faktor permasalahan dalam menggali
data. Faktor permasalahan tersebut adalah bagaimana menjelaskan,
menganalisis dan menginterpretasi terhadap penelitian kualitatif yang
menggunakan metode Library Research mengenai keterampilan menyimak ini
dari kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar yang didapatkan dalam sejumlah
jurnal yang telah dijelaskan di atas. Mengingat di setiap kelas siswa memiliki
keterampilan menyimak yang berbeda satu dengan lainnya. Maka tidak dapat
dilakukan komparasi penelitian untuk semua kelas. Apalagi jurnal-jurnal untuk
dianalisis terkait menyimak siswa sekolah dasar tidak begitu banyak dan
101
terbatas. Hal ini tentu menjadi tantangan penulis dalam menyelesaikan
peneilitian ini.
Namun permasalahan tersebut diatasi oleh penulis dengan beragam
penguraian. Penguraian ini yaitu berupa perbandingan dan persamaan kategori-
kategori menyimak antar kelas yang setingkat, antar siswa kelas 1 SD
contohnya mengenai persamaan karakteristik siswa jurnal Imam dengan
Ulfiatus Pebriana yang menyebutkan bahwa siswa kelas 1 masih suka bermain
dan cepat bosan. Sedangkan mengenai perbedaannya ialah penggunaan teknik
permainan pesan berantai dan model pembelajaran artikulasi dan media boneka
tangan.
Penelitian ini juga memiliki kelebihan, yakni penelitian dilakukan
secara komprhensif dari kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar. Sehingga terlihat
karakteristik setiap siswa dalam keterampilan menyimak mealui tingkatan
kelasnya masing-masing. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian yang hanya
memfokuskan untuk satu kelas saja. Selain itu dijelaskan mengenai solusi untuk
meningkatkan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar sehingga terdapat
gambaran yang jelas mengenai metode, media, model, dan strategi yang sesuai
dan tepat untuk usia-usia siswa sekolah dasar. Dari ke 14 Jurnal permasalahan
terhambatnya kemampuan menyimak siswa di setiap kelas sekolah dasar adalah
karena faktor internal. Faktor internal meliputi kondisi fisik penyimak dan
kondisi psikologi penyimak. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor
penting yang turut menentukan keberhasilan serta kualitas dalam menyimak.
Penyimak harus memiliki kondisi fisik yang baik dan sehat terutama bagian alat
indra pendengaran, karena dalam proses menyimak yang paling penting adalah
alat pendengaran. Oleh sebab itu menyimak harus membutuhkan kondisi yang
fit, sehingga mampu melakukan aktivitas menyimak dengan baik. Selain itu
jika penyimak merasa lelah, lapar, atau sakit, maka dia akan mengalami
kesulitan saat menyimak. Oleh karena itu, faktor-faktor fisik yang dapat
102
mengganggu dan menghambat proses kelancaran menyimak perlu
dihilangkanatau diminimalkan. Kondisi psikologis juga turut mempengaruhi
proses menyimak. Kondisi psikologis yang positif akan memberi pengaruh
yang baik, sedangkan kondisi psikologis yang negatif akan memberi pengaruh
yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Faktor negatif itu antara lain
prasangka buruk, kurang simpati, keasikan terhadap hal pribadi, pandangan
yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan. Sedangkan faktor positif yang
menguntungkan bagi kegiatan menyimak, antara lain pengalaman masa lalu
yang menyenangkan sehingga dapat menentukan minat dan pilihan, serta
kepandaian yang beraneka ragam. Menurut Tarigan dari faktor internal selain
kondisi fisik dan psikologi penyimak, ada juga faktor pengalaman, faktor sikap,
faktor motivasi, dan faktor jenis kelamin.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode studi pustaka
ini terkait dengan Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. keterampilan menyimak adalah proses mendengarkan lambang-lambang bunyi
yang dilakukan secara sengaja dan penuh perhatian disertai apresiasi,
pemahaman, reaksi, interpretasi, dan evaluasi untuk memperoleh sebuah
informasi, pesan, isi, dan merespon maknya yang terkandung di dalamnya.
Keterampilan menyimak mempunyai peran penting dalam usaha mempelajari
banyak hal, khususnya di dunia pendidikan. Setiap pelajaran di sekolah
memerlukan keterampilan menyimak dan keterampilan menyimak adalah
keterampilan pertama yang harus dimiliki siswa. Mengingat pentingnya
keterampilan menyimak, maka keterampilan tersebut harus diajarkan sejak dini
di sekolah dasar.
2. Dalam penerapannya tidak lepas dari permasalahan-permasalahan yang dialami
dalam proses belajar mengajar yang menyebabkan keterampilan menyimak siswa
berada pada tingkat yang rendah. Permasalahan-permasalahan itu disebabkan
oleh dua faktor yaitu guru dan siswa. Faktor dari guru masih banyak yang belum
menggunakan metode dan model pembelajaran yang menarik, serta media yang
digunakan kurang bervariasi, bahkan terdapat guru yang menilai bahwa
keterampilan menyimak tidak penting karena keterampilan tersebut akan terbiasa
dengan sendirinya. Selain dari guru, masih terdapat siswa yang kurang percaya
diri, kurangnya motivasi dalam menyimak, dan tingkat konsentrasi siswa masih
rendah. Oleh karena itu, teradapat solusi yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan menyimak siswa sekolah dasar. Penggunaan metode, media, teknik,
104
dan strategi yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa akan dapat berpengaruh
meningkatkan kemampuan menyimak siswa sehingga dapat tercapainya
pembelajaran yang diinginkan.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana
keterampilan menyimak siswa yang terjadi di sekolah dasar. Mulai dari
permasalahan-permasalahan menyimak, faktor penyebab rendahnya
keterampilan menyimak hingga solusi atau penggunaan metode, model, media
dan strategi untuk meningkatkan keterampilan menyimak siswa sekolah dasar.
Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian ini juga dikemukakan implikasi
teoritis dan praktis antara lain :
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan penerapan keterampilan menyimak dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar. Guru harus lebih memperhatikan aspek-
aspek yang ada di dalam pengajaran keterampilan menyimak. Adapun
aspek-aspek tersebut faktor pembicara, penggunaan bahasa yang baik dan
benar, kepercayaan diri, memiliki gaya yang menarik, selalu kontak dengan
penyimak, penguasaan materi dan berbicara sistematis. Oleh karena itu,
dalam melatih dan mengajarkan siswa agar memiliki keterampilan
menyimak yang baik guru harus memilih perangkat pembelajaran yang
tepat.
2. Implikasi Praktis
Sesuai dengan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang sudah
dijelaskan pada bab IV, penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan
gambaran untuk guru mengenai keterampilan menyimak siswa yang ada di
sekolah dasar. Selain itu dapat menjadi masukan kepada guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Serta
105
penjelasan mengenai metode, media, model, dan strategi apa yang tepat
untuk meningkatkan keterampilan menyimak di sekolah dasar. Karena
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang demikian dilakukan agar
meningkatnya kualitas proses pembelajaran dan dapat mengembangkan
keterampilan menyimak siswa. Mengingat pentingnya keterampilan
menyimak adalah keterampilan berbahasa pertama yang harus dikuasai
siswa, dan juga menyimak merupakan tahap awal siswa dapat memahami
materi pelajaran yang diinginkan. Sehingga guru harus lebih banyak
melakukan perhatian khusus mengenai keterampilan menyimak siswa dan
juga banyak melakukan inovasi-inovasi baru dalam pengajaran yang sesuai
dengan karakteristiknya. Dengan demikian, semakin banyak melakukan
inovasi-inovasi baru dan perhatian khusus, maka kemampuan menyimak
siswa akan semakin meningkat.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini, maka
disampaikan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan antara lain :
1. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memperluas objek penelitiannya
melalui metode field research agar penelitian mengenai keterampilan
menyimak siswa sekolah dasar dapat lebih mendalam.
2. Bagi peserta didik
a. Siswa sebaiknya harus lebih berani dan aktif, tidak perlu malu dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran.
b. Dalam proses pembelajaran, siswa sebaiknya memperhatikan guru
ketika sedang menyampaikan materi pembelajaran.
3. Bagi Guru
106
a. Sebaiknya guru bisa menerapkan model pembelajaran, metode, media
dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan juga keterampilan menyimak siswa sekolah dasar.
b. Guru sebaiknya lebih memperhatikan keterampilan menyimak siswa.
Menyediakan tes kompetensi menyimak yang sesuai dengan
karakteristik dan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan sehingga dapat terciptanya proses pembelajaran yang
diinginkan.
4. Bagi Sekolah
Sebaiknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru agar mampu
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model, metode,
media dan strategi pembelajaran yang sesuai agar meningkatnya
keterampilan menyimak siswa.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung
: PT. Refika Aditama
Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Anderson, Ronald. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka bekerja sama dengan CV.Rajawali
Angela, Firmina, Nai. 2017. Teori Belajar dan Pembelajaran: Implementasinya
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP,SMA dan SMK. Yogyakarta:
Deepublish
Anisa Hartani dan Irfai Fathurohman. 2018. Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Menyimak Cerpen Melalui Model Picture and Picture berbantuan Media
CD Cerita Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Kredo Vol. 2, no. 1
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Asep dan Novi. 2012. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemeny Agama
Aziez dan Alwasilah. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Barus, Sanggup. 2013. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Menyimak Bahasa Indonesia di Sekolah. Jurnal Universitas Negeri Medan Vol. 1, no.
85
Bruce dan Spratt. 2011. Essentials of Literacy From 0-7 Years 2nd
edition.
London: SAGE Publications
Cahyani, Isah. 2007. Kemampuan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
Bandung : UPI PRESS
108
Dadan, Djuanda. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di
Sekolah Dasar. Bandung : Pustaka Latifah
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Jakarta :
Gava Media
Denis dan Masengut. 2017. Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Media Boneka Tangan (Hand Puppet) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas
II SDN Blimbing Jombang. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 5, no. 3
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4. Jakarta: Depdiknas
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Djiwandono, Soenardi. 2011. Tes Bahasa Pegangan Pengajar Bahasa. Jakarta:
PT Indeks
Elvi, Susanti. 2020. Keterampilan Menyimak. Bogor: Penerbit IN MEDIA
Ervin, dkk. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Dengan Media Wayang Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Cerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Didaktika Dwija Indria Vol. 1, No. 2
Fausiah. 2018. Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan
Pendekatan Integratif Melalui Teknik Dengar-Cerita Siswa Kelas II SD Negeri 200106
PadangSidumpuan Tahun Pelajaran 2015-2016. Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol.
3, No. 1
Farris. 1993. Language Art A Process Approach. Wisconsin: Benchmark
Femi, Olivia. 2008. Gembira Belajar dengan Mind Mapping. Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2008
Fitryani, Dede, dkk, 2018. Pengaruh Pendekatan Integratif Terhadap
Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Gerendeng 1 Kota
Tangerang. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 92, No. 8
Gede, I, dkk. 2014. Pengaruh Strategi The Direct Listening Thinking Activity
Berbantuan Media Audio Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas VI SD. e-
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol.2, no. 1
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
109
Helga. 2019. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI-B
Melalui Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Semester Ganjil SD Negeri 157015 Kebun Pisang Kecamatan Badiri
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Ilmu Pengetahuan
Sosial Vol. 6, No. 1
Hermawan, Herry. 2012. Keterampilan Menyimak yang Terabaikan.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Imam. 2014. Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas 1 Melalui
Teknik Permainan Pesan Berantai Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal
Pedagogia Vol. 3, no. 2
Iskandarwassid dan Dandang, Sunendar, 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Jurdak. 2009. Toward Equity in Quality in Mathematics Education. New York:
Springer Science+Business Media
Khayyat, Al. 2015. The Impact of Directed Listening Thinking Activity (DLTA)
on Developing University Students Listening Competencies. International Journal of
English and Education. Volume: 4, Issue: 4
Liubiniene. 2009. Developing Listening Skills in CLIL. (Jurnal Kalbo Studijos,
Volume 15
Madyawati, Lilis. 2016.Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta:
Prenada Media Group
Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta : Bumi
Aksara
Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
Sidoarjo : Nizamia Learning Center
Musfiroh, Takdiroatun dan Dwi Hanti Rahayu. 2004 Menyimak Komprehensif
dan Kritis. Yogyakarta: UNY
Nofrion. 2016. Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep
Komunikasi Dalam Pembelajaran. Jakarta : Kencana
110
Novi, Resmini dan Dadan, Juanda. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra di
Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS
Nugroho, Syafrudin. 2020. Upaya Penerapan Media Youtube Dalam
Peningkatan Keterampilan Menyimak Unsur Cerita Lisan. Jurnal Ilmiah Sarasvati Vol.
2, no. 1
Nuraini, Fauziah dan Kurdi. 2009. Penerapan Student Centered Learning dari
Teacher Centered Learning mata Ajar Ilmu Kesehatan pada Program Studi Penjaskes.
Forum Kependidikan Vol. 28, No. 2
Nurgiyantoro, Burhan. 2010 Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE, 2010
Nurjamal, Daeng. Dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung : Alfabeta
Otang dan Muhammad Nailul. 2018. Penerapan Strategi Bercerita Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menyimak Siswa Kelas III SD Muhammadiyah 6
Pekanbaru. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau Vol. 7, no. 2
Pebriana, Ulfiatus, dkk. 2017. Peningkatan Keterampilan Menyimak Melalui
Model Pembelajaran Artikulasi dan Media Boneka Tangan Pada Pembelajaran
Tematik kelas 1 SDN Pejok II Kedaungadem Bojonegoro. Jurnal Pemikiran dan
Pengembangan SD Vol.5, no. 2
Permendikbud. 2018. No. 73
Prihatin, Yulianah. 2017. Problematika Keterampilan Menyimak Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Sastranesia, Vol. 5, No. 3
Putri, Delia. 2018. Penerapan Metode Game “Bisik Berantai” Dalam
Meningkatkan Keterampilan Menyimak Pada Siswa Sekolah Dasar. Indonesian
Journal of Basic Education Vol.1, no. 2
Ridwanuddin, Dindin. 2015. Bahasa Indonesia. Ciputat : UIN Press
Sabillah, Mardhatillah, Bellona. 2020. Peningkatan Keterampilan Menyimak
Cerita Rakyat Melalui Media Audio Pada Siswa Kelas V SD Inpres Borong Jambu II
Kecamatan Manggala Kota Makassar. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar Vol. 5, No. 1
111
Saddhono, Kundharu. St Y Slamet. 2012. Meningkatkan Keterampilan Bahasa
Indonesia. Bandung: CV Karya Putra Darwati
Sadiman, Arief. 2009. dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Satria, Gusti, Tio. 2017. Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui
Pendekatan Saintifik Pada Anak Kelas IV Jakarta Barat. Jurnal PGSD : Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol. 10, No. 2
Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Shoimin. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Simatwa. 2010. Piaget’s Theory of Intellectual Development and It’s
Implication for Instructional Management at Presecondary School Level. Educational
Research and Reviews Academic Journals, Vol. 5 (7)
Siregar, Syofian. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan
Perbandingan Manual & SPSS. Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri
Soekamto dan Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud
Sudarto. 2016. Keterampilan dan Nilai Sebagai Materi Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Vol. 1 No. 1
Sudjana dan Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sukmadinata, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
112
Surya, Hendra. 2007. Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Sutama, Rabawati. 2013. Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Denpasar. E-jurnal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha, Vol. 2
Sutari, dkk. 1997. Menyimak. Bandung: Angkasa
Tarigan, Guntur, Henry. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa
Tarigan, Guntur, Henry. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Guntur, Henry. 2013. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa
Trianto, 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Winataputra dan Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Yin. 2011. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Yohanes, Widhiastanto. 2016. Studi Komparasi Tentang Prestasi Belajar
Antara Menggunakan Metode Artikulasi Dengan Metode Cooperative Script Bidang
Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas X SMK PGRI 4 Ngawi Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal Media Prestasi Vol.17, No. 1
Yudhi, Munandi. 2013.Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta:
Referensi
Zed. 2003. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Lampiran 1
Lembar Hasil Wawancara Dengan Guru
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Narasumber : Nurcholis, S.Pd.I
Pewancara : Siti Nur Aulia Fadilah
Hari/Tanggal : Kamis, 05 Maret 2020
P : Bagaimana kemampuan menyimak siswa di MI Assa‟adatuddarain I
Pamulang?
G : Kemampuan siswa di sekolah ini kira-kira baru mencapai 60%
P : Apa kendala yang Ibu hadapi ketika mengajarkan suatu materi pelajaran
yang berkaitan dengan keterampilan menyimak?
G : Hampir semua pelajaran siswa dituntut untuk menyimak dengan baik,
namun faktanya masih banyak siswa yang asik sendiri dengan kegiatannya
mereka bahkan banyak yang terlihat fokus namun sebetulnya mereka tidak
memperhatikan.
P : Bagaimana hasil belajar siswa mengenai keterampilan menyimak?
G : Karena saya mengajar di kelas 2, dan kebetulan ada materi menyimak
dongeng di tema 7. Hasilnya banyak yang masih di bawah KKM
P : Apa kemampuan menyimak siswa masih perlu ditingkatkan?
G : ya perlu
P : Bagaimana pendapat Ibu mengenai keterampilan menyimak siswa sekolah
dasar?
G : Sangat penting, karena ketika siswa bisa menyimak dengan baik. Nantinya
siswa bisa menjawab pertanyaan atau mengerti materi yang diajarkan oleh
guru secara maksimal
Lampiran 2
Lembar Hasil Wawancara Dengan Guru
Keterampilan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Narasumber : Ayuni Dwi Kartika, S.Pd
Pewancara : Siti Nur Aulia Fadilah
Hari/Tanggal : 30 Maret, 2021
P : Bagaimana kemampuan menyimak siswa di SDN 02 Pamulang?
G : Keterampilan menyimak di SDN 02 Pamulang sangat minim, banyak anak
yang mengabaikan.
P : Apa kendala yang Ibu hadapi ketika mengajarkan suatu materi pelajaran
yang berkaitan dengan keterampilan menyimak?
G : Salah satunya hasil pembelajaran tidak mencapai tujuan, karena anak sulit
untuk fokus menyimak apa yang sedang disampaikan. Ketika guru sedang
menyampaikan sesuatu, banyak anak yang lebih suka melakukan hal lain yang
menurutnya lebih menarik.
P : Bagaimana hasil belajar siswa mengenai keterampilan menyimak?
G : Hasil belajar siswa terbilang cukup rendah, sebagian dari seluruh jumlah
siswa yang hanya mencapai KKM.
P : Apa kemampuan menyimak siswa masih perlu ditingkatkan?
G : Masih perlu.
P : Bagaimana pendapat Ibu mengenai keterampilan menyimak siswa sekolah
dasar?
G : Kemampuan menyimak tidak datang secara otomatis tetapi didapat dan
dimiliki oleh seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus
dalam bidang menyimak. Keterampilan menyimak perlu dipupuk sedini
mungkin kepada anak-anak karena keterampilan menyimak memegang
peranan penting dalam kehidupan maupun pembelajaran.
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
UJI REFERENSI
N8mñ : Siti Nur Aulia Faililah
NIM : 111601830t10077
Jurusan/Prndi : Penclidikun Guru Maclrasah lbtidaiyah
,TUdMl : Kctcrampilan Mcnyimak Vista Sekolah Dasar
P8Gh\mbing • {. Dr. Citi Ma»yithnh., M.Pff
2. Diadin Ridwanudin., M.Pd
N‹› Itc lñrensi N‹›
Footnote
I lal.
Skripsi
Paral
Pembimbing
1
Parah
PCmbimb ing
2
BAB I
Dacng Nurjamal dkk,
Terumyil BerLaha.so,
(Bandung : Al fabeta,
201 I ) hal. 2
I
Nofricn, Komunil‹n. i
Penerapan I'c•ori dun
Ken.sep KomuniLu.st
Dalam l’rmhelojurcin,
(Jakarta : Kcncana,
2016) h1 m. 45-46
2 2
Henry Guntur
1‟arigan, hlefinyimuk
(Bandung: Angkasa,
20I3) hal. 7
3 2
4 Henry Guntur
Tarigan, 2008: l40
4
Dadan Djuanda,
Pembelajaran
Kelerazripiloxi
Berbahasa Indonesia
di Se kulah Dasar.
(Bandung : Pustaka
Latifah, 2008) Hal. 54
5 4
BAB II
6 Sudarto, Kelerampilon
hon Niloi Sehagui
Materi Pendidikan
Dalam Persyektif
6
7
g
lo
No. 1 Tahun 2016
›‹enry Guniur
Tarigan. Mem'imui
fiiehayai fiuaiu
Kelerampilan
Berbahasa, \ Bandung
. AngL&sa, 20l 3) hal.
2-3, 3 I, 63, 62
Kundharu fiaddhonc,
St Y Slamet,
Meningkotkun
Kelerompilon BohoSo
Indonesia, (Bandung:
CV Karya Putrn
Oarwati 2012) haI. 8
Dcpdiknas, Kamus
Besar Bahasa
Indonesia Edisi 4
(Jakarta: Depdiknas,
2008)
Dindin Ridwanuddin,
Bahasa Indonesia,
(Ciputat : UIN Press,
20J 5) haJ. 157
7›8 9 1
6•18
7 8 HQ
4•
10
9 l I
12
13 9
Impact of Directed
r ;stening Tliinfifing
( T ntc matin nal Journal
t›f I'ngli.sh and
£\ducation. Vulumc: 4,
Issue: 4, October
2015). IJai. 39
12 L iuhiniene,
Sri/is in C’1/1. (Jumal
Kalbo Studijos,
Volume 15, 2009)
Hal. 89
14 10
13 lsah Cahyani,
Kemampuan Bohosa
Indonesia di Sekol‹ih
Dasar, (Bandung :
UPI PRESS, 2007)
hal. 33
15 10
14 Thompkins &
Hoskisson, Language
Arts: t"oritent and
Teac*!’•8 *!ralegies,
(New Jersey: Prentice
Hall Inc, 1995) Hal.
84
17 13
(Bandung : PT
Remaja Rosda Karyn
2005) Hal. 68
16 Bruce dan Spratt, 20
Freer It-7 Yours
editi‹›n, (London:
SA€iE Publications,
201 I ) Hal. I4
l6
17 ' Simatwa, Piogei ‟s '
rnozy of Intellectual
Development and It’s
Implication for
Management at
Presecorrdary School
Level, (Educational
Research and Reviews
Academic Journals,
Vol. 5 (7) July 2010)
Hal.366-371
21 l7
i8 Hermawan Herry,
Keterampilan
Merryimak yang
Teraboikan,
23 20
(Yogyakarta : Grshc
llmu, 2012) Hal. 33
19 Abidin Yunus,
Pembelujuran Baho.xa
Bertramis PenJiiliLan
Karul yr. (Oandung :
PI . ketika Aditama,
2012) Hal. '?6
24.25 20,21
20 Ahmadi Abu,
(Jakarta : Rineka
Cipta, 2004)
26 2 I
21 Burhan Nurgiyantoro,
Penilaian
Pembelojorun Bahasa
Berhasis Kompefensi,
(Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2013)
hal. 353-354, 360, 365
27, 28,
36, 37
22,23,
29
22 Yulianah Prihatin,
Problematika
Kelerampilan
Menyi»tut Dalam
Pembelajaran Bahasa
Indone.via, Jumal
Sastmnesia, Vol. 3,
No. 3, 2017. Hal. 48
29 24
23 Rabawati Sutama
Penerapan
Pendeñran
Komunil‹atifdalym
l’c'mhrlojurun Bahasa
InJonesia Siswa kelas
XI S ¥f K Negrri I
Denpasor. E-jurnal
Universit‹is
ke ndidiAn Ganeshu.
Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha,
Vol. 2, 2013.
30 24
24 lskandarwassid dan
Sunendar, Strategy!
Pembelajaran
Bahasa, (Bandung:
Remaja Rosdakarya,
201 I) Hal. 229
31 25
25 Sutari, dkk.
Menyimak, (Bandung:
Angkasa, 1997) Hal.
67-70
32 25
26 Sanggup Barns,
“Upaya Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran
33,34,3
5
27,28
Menyimak hahasa
Indonesia di Sekolah,"
Jumal Ilyiwrsitns
Nepi•ri Megan I , no.
85 (2013); 10, 1 1, 12
27 Stienardi Dji wandono,
be.s Bohos‹i Peffango zt
Pen(ajar B‹ihasa,
(Jakarta: PT lndeks,
2011 ) hal. 1 14-1 15,
154
38,39 30
BAB ll$
28 Mardalis, Meiode
Penelifian .Sworn
(Jakarta Bumi
Aksara, 2009) Hal. S
40 36
29 Sarwono, Metode
Penelitian Kuantilatif
dan Kuolitatif
(Yogyakarta : Graha
llmu, 2006) Hal. 34
41 36
30 Zed, Metode
Penelitian
Kepusfakaan,
(Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia
2003) hal. 3-5
42 36
tJaKana: Rujagrafindo
Persnda,20l 1) hnl 6
Nana Syaodih
Sukmadinam, umr›v«
Pen‹lidiknn,
(Bandung: Alfabeta,
20 I I) Hal. 60
44 37
33 Suharsimi Arikunto,
Manajemen
Pendidikan, (lakartn:
Rineka Cipta, 2013)
Hal. 266
45 37
BAB IV
34 Winataputra dan
Udin, Teori Pelajar
Jan Pembelajuron,
(Jakarta: Universitas
Terbuka,2008) Hal.
47 40
35 Ulilâtus Pebriany 48,54,69 40,50,
dkk, “Peningkatan ,83,101 56,62
Ketemmpilan
Mmyimak Melalui
Mn‹lel Pembelajaran
Artikulasi dan Media
Boneka Tangan Pada
^••^ !•iaran
Tematik kelas I SDN
Kedaungadem
Bojonegoro” Jumal
Pymikiroy dan
Pezigembangiin SD 5,
no. 2, (2017)
36 Tarigan, Teknik
Pengojaran
Keterampilan
Berbahosa (Bandung:
Angkasa, 1987) Hal.
48
49 41
37 Petmendikbud Nomor
73 Tahun 2018
50 41
38 1 Gede, dkk, “Pengaruh
Strategi The Direct
Listening Thinking
Activity Berbantuan
51,65,80
,94,163
41,48,
55,59,
90
Media Audio Terhadap
Keterampilan
MenyimH Siswa Kelas
VI SD” e-Journal
Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan
PGSD 2, no. 1 (2014)
39 Tarigan, Meni6nco
Sebagai Suatu
Keferampilan
Berbahasa, (Bandung:
AngJtasa, 2008) Hal. 59
S2 42
40 team, “Meningkatkan
Kemampuan Menyimak
Siswa Kelas I Melalui
Teknik Perrnainan
Pesan Berantai Pada
Penn&lajaran Bahasa
Indonesia” JMa1
Pedagogia 3, no. 2
(2014)
53,68,82
,96
43,50,
56,60
41 Denis Run Masengut.
“Meningkaikan
Ketcrampilan
Mem imak Melalui
Media boneka Fangao
55,70,84
,105
44,50,
56,65
Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswn Kelas
11 SDK Climbing
Jombang” lumal
Pen‹lidiLan Guru
.Sekolah Du.ear S, no. 3
(2017)
42 Fausiah, “PeninQatan
Keterampilan
Menyimak Dongeng
Orngan Pendekatan
ln1egratif Melalui
Teknik Dengar-Cerita
56,71,85
, i 10
44,50,
56,67
Siswa Kelas 11 SD
Negeri 200106
PadangSidumpuan
Tahun Pelajaran 2015-
2016” Jumal
8imbiiigan dun
Konseling 3, No. 1
(2018)
43 Syatiudin Nugruhu.
“tJpaya Penetapan
Media Youttibr Galam
Peningkatan
Kelernmpilan
Menyimak Unsur Cerita
1.isan” Jumai f/irti tft
.S‹iru.siuti 2. no. I
t2020)
57,72,8d
,1 l7
45,51,
57.69
44 Gang dan Muhammad 58,73,87 45,51.
Nailul, Penetapan
Strategi Bercerita
Untuk Mcningkatkan
Keterampilan
Menyimak Siswa Kelas
Ill SD Muhammadiyah
6 Pekanbaru" Jumal
Pendidikan Guru
Sekolah Das‹a Fakulias
Keguruan dan llmu
Pendidikan Universitet
lieu 7, no. 2 (2018)
, i22 57,72
45 Delia Putri, “Penetapan 59,74,88 45,52.
Metode Game “Bisik
Bcrantai" Dalam
Meningk&an
Keterampilan
Menyimak Pada Siswa
Sekolah Dasar”
Indonesian Journal of
,127 57,74
46 Fio Gusii Sacia,
“Mcningkalkan
Kcterampilu
Menyimak Melalui
Pcndekatan Saintifik
Pada And Kelas I V
60,75,89
.t33
45,52,
57,76
Jakana Barat" Jumal
PGSD . Jurrro l Ilmiuh
Pendidikan Guru
Sekolah Das‹a 10, No.
2 (2017)
47 Anisa Hartani dan lrfai 61,76,90 46,52,
FathurohmH,
“Peningkatan Kualitas
Pembelajaran
, 139 58,79
Menyimak Cerpen
Melalui Model Picture
and Picture berbantuan
Media CD Cerita Pada
Siswa Kelas V Sekolah
Dasar” Jumal Kredo 2,
no. J (2018)
48 Uell‹›na Mardhatillnh
abiIlah.”f'cningkatan
Kctcmmpilan
62,91.14
$
46,'i8.
g
Rakya\ Melalui McJia
/\udio Pada Siswa
Kelas V SD Inpres
Dorong Jambu 11
Kecamaian Manggala
kota Makassar” Jumal
Kajian Pendidikan
Dasar 3, No. I (2020)
49 mde Fiuyani, dkk, 63,77,92 47,52,
"Pengaruh Pendekatan
fntegmtif Terhadap
, i 53 58,84
Ketemmpilan
Menyimak Siswa Kelas
V Sekolah Dasar
Negeri Gerendeng 1
Kota Tangerang" Jumal
Pendidikan Dasar 92,
No. 8 (2018)
50 Ervin, dR, “Penerapan 64,78,93 47,52,
Model Pemklajamn , l st, 58,87,
Kooperatif Tipc Think 171 94
Pair Share Dengan
Media Wayang Kartun
Untuk Meningkatkan
Eetemmpilan
Menyimak Ceñta Pada
Siswa Sekolah Dasar"
Indria 1, No. 2 t2017)
52 Helga, "Upaya
Menin tkan
66,81,95 48,55.
59
Kemampuan Menyimak
Siswa Kelas VI-B
Melalui Penggunaan
Media Audio (Tape-
Recorder) Pada Mata
Pelajazen Bafasa
Indonesia Semester
Ganjil SD Negeri
157015 Kebun Pisang
Kecamatan Badiri
Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun
Pelajaran 2018/2019*
Jumal /fmu
*•• e etahuan Social 6,
No. 1 (2019)
Syofian Sircgar,
3fefr de Penelitian
Jenyun T"eri›und ingun
Intcrqratams Marlin,
2017) Hal. 1 (D
67 49
33 Henry Guntur Tangan,
Menyimak Sebagai
*" """“ ’!"
Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2013)hal
6362 ‟
97,100,1 60, 62,
m,io8,l 64, 67,
13, 1 l5, 68, 69,
20. 71, 73,
121 76 78
126, 81,84,
132, 86, 90,
137, 93,95
151,
! 56,
162,
169, 173
54 Sutari, dkk. ñfer9'imoi,
(Bandung: Angkasa,
1997) Hat. 67-70
98 61
55
t JoLorta: f•I‟ bum i
Aksar4 *01 2) l]ol. 17
q9 fi l
56 llennawan I ferry ,
Terahoikan,
(Yogyakana : Gmha
llmu, 2012) l4al. 33
t02 63
57 Widhiastanto Yohanes,
“Studi Komparasi
Tentang Pmsiasi
Belajat Antara
Mengguna1‹an Metode
Artikulasi Dengan
Metode Cooperative
Script Bidang Studi
Pendidikan
Kewarganegaraan Pada
Siswa Kelas X SMK
PGRI 4 Ngawi Tahun
Pelajamn 2014/201 'i "
Jumal M‹•diu T'resIu»i
17, No. I (2016)
104 64
ss
Sastrsnesig Vol. fi. Nc.
3, 2017. Hsl. 48
l0ñ 65
59 ñt«ljana dan Rivai,
Mv‹Jiu T'eziyu|urun,
(Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2010)
107 fi6
60 Thompkins& 109, 67,69,
HoSkisson, f+nguage ii6, 78, 81,
Arts: Content end 138, 84, 87,
Teaching Strategies, 145 93. 95
(New Jersey: Prentice 1 52‟
Hail Inc, 1995) Hal. 84 157a
170, 174
61 Rabawati Sutama, 1 11, 68, 77,
Penerapan Pendekaian
Komunikaii fdotarn
Pembelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas
D SMK Negeri I
134, 159 88
Program Pascosarjana
I.'cne.sAu. Singaraja:
LJniversitas Pendidikan
Ganesh Vol. *, 20I3.
62 Asep dan Navi,
T’‹•mtielajazan Terpadu,
(Jakarta: Direktomt
Jenderal Pendidikan
Islam Dcpartemeny
Agam< 2012) FIaI. I.S
112 68
63 Novi Resmini dan
Dadan Juanda,
Pendidikan Bahasa don
Sastra di Kel ring,
(Bandung: UPI PRESS,
2007) Hal. 41-42
I l4 68
64 Hendra Surya, Percaya
Diri fin f'entiiig,
Medis Komputindo,
2007)
118 70
fi5 I fa¿aJi Mujaint‹›.
.tfinwi stun Qtr*/ivv,:i
Drluiur“ I umal
R tiniunikasi Il+sil
Pemikiran dan I'enlitian
9, No. 1. 2tll9
I I9 71
66 hanggup l3arus. “Upaya 123,143, 72,82,
Mcningkatkan Kualitas
Pembelajaran
149 83
Menyimak Bahasa
indonesia di Sekolah,"
Negeri Medau I , no. 85
(2013); 10.
67 Bruce dan Spray
£ssenfio/s of Literacy
From 0-7 Year.s H
edition, (London:
SAGE Publications,
201 I ) Hal. I4
124 72
68 Lilis Madyawati,
Siraiegi *•• g•mbangan
Dahasa Pada Anak
(Jakarta: Grenada Media
Group, 2016) Hal. 162
125 73
69
Mcdjp J omputindo,
2tDil) Hal. 40
70 Ju@8k, Towyrif Equily
Mathematics
Fulucation, (New Yort:
Springer
Science+Business
Media, 2009) Hal.111
129 75
7I Sardiman, InteraLsi dan
Motivasi Bel•I Or
Mengajar, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada,
2007) Hat.1 13
130 75
72 Hamdani, Strategi
Belajar Mengajar,
(Bandung: PustAa
Sctig 20i I) Hal. 282
131,142 73,80
t8akarta : Gava Media,
2014) Hal. SI
74 Nurdyaruyah,
Pendekfen
Pemhelujoran Sainiifi(
(Sidoarjo : Nizamia
Learning Center, 2015)
Hal. 38
136 77
75 lskandarwassid dan
Dandang Sunendar,
SKategi Pembelajaran
Bahasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,
2011) Hal. 118
140 79
76 Aziez dan Alwasilak,
Pengajaran Bahasa
Komuriikatif Teori dan
Pralaek, (Bandung:
1996) Hal. 81
141 80
77 Mtlnandi Y udhi. 1fe‹ti«
(1akarta: Reterensi,
20\ 3) ltal. 73
143 80
78 Saddhono dan Slamei,
hfeningRftan
(Bandung : Karya Putra
Darwati, 2012) Hal. 4
147 82
79 Wina Sanjaya.
Perenconaon dan
De.satu Sistym
Pembelajaran, (U arta:
Kencana Prenada
Media Group, 2008)
Hal.216
150 83
80 Burhan Nurgiyantoro,
Pembelajai an Baltasfil
Berbusis Kompelen.si.
(Yogyakarta: BPF6
Yogyakarta 2013) hal.
333
154 85
8 I
Drepublish, 20171 I lal.
155 86
82 Scekamto dan
W inataputra, Teori
Belajar don Mr•dt•l-
hlodeJ Pembelajaran,
(Jakarta: Dirjen Dikti,
Depdikbud, 1997)
Hal.78-79
160 89
83 Shoimiy 68 Model
T’embelujaran Inuvaiif
dolom K rikutwn 20lJ,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016) Hal. 208
161 89
84 Kurdi, Fauziah Nurain i,
Penetapan Slndenl
Cenlered Learning dari
Teacher Centered
Learning mata Ajax
Hem Kesehaian pada
Program siudi
Penjaskes, Forum
164, 165 91,92
Kepcndidlkan 28, No.
2 (2009) hal. 109. 110
85 Abidin Yunus,
Berbcsix PendiJiWn
Karalaer, (Bandung:
Refika Aditama. 2012)
Hal. 114
I66 92
86 Anderson Ronaid,
Pemilihan dan
Pengembangan Media
untuk Pembelajaran,
(Jakarta: Universitas
Terbuka beteja sama
dengan CV.Rajawali,
1987)
167 92
87 Arief Sadiman, dkh,
Media Pendidikan,
Pengertian,
Pengemba rig,an dan
(Jakarta: Rajawali
Press, 2009) Hal. 49
168,172 93,95
88 Elvi Susanti,
Keterumpilan
175,
176,
96, 97,
99
Menyimak, (Bogor: i 77,
Penerbit W MEOIA,
2020) Hal. 2, 29-32, 76- 178 179
79, 88, 89-91
BIODATA PENULIS
Siti Nur Aulia Fadilah, penulis lahir di Jakarta
pada 14 Desember 1996. Tinggal di Jalan Legoso Raya,
Gang Hikmah No. 70 RT 05/01, Legoso, Kel. Pisangan,
Kec. Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Penulis
merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Orang tua
penulis bernama Alm. Joharul Arifin dan Yusniati, serta
kakak penulis bernama Labib Syarief.
Penulis memulai studi pada jenjang Pendidikan dasar di SDN Ciputat 9 pada
tahun 2004-2009, lalu melanjutkan studi di SMPN 3 Tangerang Selatan pada tahun
2009-2012, kemudian pada jenjang atas penulis studi di SMAN 8 Tangerang Selatan
pada tahun 2012-2015. Setelah lulus SMA, setahun kemudian pada tahun 2016 penulis
mengikuti ujian mandiri di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
diterima pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.