Upload
gunawan-samosir
View
511
Download
22
Embed Size (px)
Citation preview
KETERAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN AUSKULTASI PARU
Noni Soeroso
I.PENDAHULUAN
Pemeriksaan auskultasi adalah pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan fisis paru-
paru. Aliran turbulensi udara terjadi pada trakea dan jalan udara yang besar. Penilaian pada suara
pernapasan meliputi mendengarkan kualitas suara pernapasan, intensitas suara pernapasan dan
terdapatnya suara tambahan.
Pada toraks normal, dapat didengar empat jenis suara napas :
1. Vesikuler normal. Ini adalah bunyi yang relatif lembut, bernada rendah, kadang kala
dideskripsikan sebagai bunyi helaan napas atau desiran lembut; suara ini terdengar pada
sebagian besar bagian perifer paru-paru. Fase inspirasi jelas lebih panjang dibandingkan
fase ekspirasi, perbandingan sekitar 3:1. Ekspirasi jauh lebih tenang dibandingkan
inspirasi, dan biasanya hampir tak terdengar. Tidak terdapat penghentian diantara
inspirasi dan ekspirasi.
2. Bronkial. Suara dengan karakteristik keras dan bernada tinggi ini menyerupai suara
udara yang bertiup melewati suatu pipa kosong. Fase ekspirasinya lebih keras dan
panjang dibandingkan fase inspirasinya. Normalnya, ini hanya terdengar diatas
manubrium sterni, suara bronkial memiliki ciri lain, yakni terdapat penghentian nyata
diantara fase inspirasi dan ekspirasinya. Timbulnya suara bronkial didaerah perifer paru-
paru dapat berarti terdapatnya keadaan abnormal transmisi bunyi akibat konsolidasi
jaringan paru-paru, misalnya pada pneumonia.
3. Bronkovesikuler. Ini adalah gabungan suara bronkial dan vesikular. Fase inspirasi
maupun ekspirasinya hamper sama panjang (perbandingannya 1:1). Dalam keadaan
normal terdengar di dua tempat:
a. Di anterior, dekat bronkus utama pada sela iga pertama dan kedua, dan
b. Di posterior, antara kedua skapula (interskapulae). Bila terdengar didaerah lain,
mungkin berarti konsolidasi paru-paru atau kelainan abnormal lainnya.
4. Trakea. Suara ini, biasanya tidak didengar dalam auskultasi, terdapatnya dibagian trakea
diluar rongga toraks. Bunyinya sangat keras, nadanya sangat tinggi, berkualitas kosong
dan kasar. Fase ekspirasinya agak lebih panjang daripada fase inspirasinya.
SUARA NAPAS ABNORMAL
Banyak suara yang jelas terbentuk akibat penyakit paru. Secara kasar suara-suara ini bagi dalam
dua golongan besar :
1. Bunyi-bunyi tambahan seperti ronki basah (crackles), bunyi mengi (wheeze) , bunyi
gesekan pleura (pleural friction rub); hippocrates succusion.
2. Suara yang disebarkan secara abnormal seperti amphorik, egofoni, whispered
pektoriloquy, bronkofoni, pernapasan bronkial dan suara napas yang melemah abnormal.
SUARA – SUARA TAMBAHAN
Ronki basah (crackles)
Ronki basah adalah suara nonmusik yang pendek dan meledak-ledak. Selain klasifikasi kasar dan
halus, Ronki basah dapat pula dibagi berdasarkan kuantitasnya (sedikit dan banyaknya) atau
waktunya (inspirasi atau ekspirasi dan dini atau lambat).
Berdasarkan kuantitas terdiri dari ronki basah halus (fine crackles), ronki basah sedang
(medium crackles) dan ronki basah kasar (course crackles)
Berdasarkan waktu atau menurut siklus respirasi :
Early inspiratory crackles (ronki basah inspiratori dini) khas pada penderita obstruksi
saluran napas yang berat seperti bronkitis kronis, asma dan emfisema.
Late / pan - inspiratory crackles (ronki basah inspirasi lambat) merupakan tanda khas
penyakit paru restriktif, seperti fibrosis interstitial, asbestosis, pneumonia, kongesti paru
pada gagal jantung, sarkoidosis paru, skleroderma dan rematoid paru.
Mengi (wheeze)
Suatu mengi (bronkus) merupakan suara musik paru. Musikal ini ditentukan oleh spektrum
frekuensi yang menyusun suara tersebut. Frekuensi dasar atau terendah menentukan nada not
yang terbentuk. Mengi dapat dibagi dalam klasifikasi nada tinggi (high pitched) atau rendah
(low pitched), inspirasi atau ekspirasi, panjang atau pendek dan tunggal atau ganda. Mengi
disebut monofonik bila terdiri dari nada tunggal atau terdiri dari beberapa nada yang mulai dan
berakhir pada saat yang berbeda. Sedang mengi yang polifonik terdiri dari beberapa nada tidak
harmonis yang dimulai dan berakhir simultan, seperti paduan nada.
Pleural Friction Rub
Pleural Friction Rub adalah suara yang terdengar berkeretak (cracking) dan bergesek (grating)
yang timbul karena pergesekan pleura visceralis dan pleura parietalis selama pernapasan. Pada
keadaan normal pleura tidak menimbulkan suara saat bergesekan selama pernapasan.
Hippocrates succusion
Hippocrates succusion adalah suara cairan pada hidropneumotoraks yang terdengar bila si pasien
digoyang-goyangkan.
Amphorik
Suara pernapasan amphorik dijumpai jika terdapat kavitas besar yang letaknya perifer dan
berhubungan terbuka dengan bronkus, terdengar seperti tiupan dalam botol kosong.
Stridor
Stridor terutama sekali merupakan suara music keras, terbanyak terdapat pada saat inspirasi dan
terdengar sangat jelas pada jarak jauh dari penderita. Stridor umumnya terjadi pada saluran napas
sentral, sedang mengi pada saluran napas yang lebih perifer. Suara stridor hampir sama dengan
mengi sehingga harus dapat dibedakan antara keduanya, pada stridor suara mengi terdengar di
trakea dan umumnya dijumpai ketika inspirasi sedangkan mengi dapat dijumpai ketika inspirasi
dan ekspirasi.
Egofoni
Egofoni ( yang dalam bahasa Yunani artinya suara kambing ) merupakan bicara hidung atau
mengembik yang disalurkan melewati jaringan paru yang padat (misalnya pneumonia). Pasien
disuruh mengucapkan ”ii” kemudian kita mendengarkan melalui stetoskop pada daerah yang
sakit ”ee” seperti suara embikan.
Bronkofoni
Fremitus vokal yang terdengar lebih kuat dan lebih jelas dari normal karena suara yang
dihantarkan lebih baik melalui bronkus yang terbuka dan dikelilingi jaringan paru yang
mengalami konsolidasi (arless) . Pada saat penderita berbicara, fremitus vokal yang terdengar
seakan-akan langsung keluar dari dada penderita.
Whispered pectoriloquy
Suruh pasien untuk membisikkan ”66” , sementara stetoskop diletakkan pada daerah yang
dicurigai. Interpretasi : suara yang dibisikkan biasanya tidak terdengar ; kala suara kata yang
dibisikkan jelas terdengar dan dapat dipahami, daerah tersebut mengalami konsolidasi.
Pada minggu ini mahasiswa dilatih untuk melakukan ketrampilan klinik melakukan pemeriksaan
auskultasi paru.
Tata cara melakukan auskultasi paru secara sistematis :
1. Cara meletakkan stetoskop pada telinga (bagian lengkung ke arah depan).
2. Posisi pasien dapat dalam keadaan duduk tegak atau posisi tidur (supine), harus dilakukan
auskultasi komparatif terhadap regio di atas setiap segmen pulmonalis.
3. Stetoskop harus digeser-geser antara kedua segmen pulmonalis yang sesuai di kedua
hemitoraks . Dilakukan pada dada anterior dan dada posterior
4. Jangan melakukan auskultasi dari atas ke bawah pada sisi yang sama, lalu atas ke bawah sisi
dada (hemitoraks) lainnya. Auskultasi dilakukan berurutan dengan selang – seling dada kiri
dan kanan (zig-zag) (gambar 1) . Setiap regio harus didengar dengan hati-hati sambil pasien
bernapas melalui mulut secara agak cepat dan dalam.
5. Pemeriksa mula-mula memperhatikan inspirasi lebih dahulu, panjangnya dan komponen-
komponen normal maupun tambahannya (ronki basah, bising mengi, dll), kemudian
konsentrasi dipusatkan pada ekspirasi.
6. Auskultasi toraks harus dikerjakan dalam ruangan tenang tanpa ada suara dari televisi
ataupun radio.
7. Jangan meletakkan stetoskop di atas bulu-bulu dada , sebab gesekan bulu dada ini akan
menimbulkan suara tambahan (ronki basah) .
8. Mendiskripsi suara pernapasan normal : trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler
9. Mendiskripsi suara pernapasan abnormal : egofoni, bronkofoni, Whispered pectoriloquy
10. Mendiskripsi suara tambahan : ronki basah, mengi, pleural friction rub , dll.
11. Membuat laporan tertulis dari hasil auskultasi paru
Gambar 1 . Urut – urutan auskultasi paru
I. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
(menit)
Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar :
1. Pemutaran slide melakukan auskultasi paru
dengan suara pernapasan yang normal dan
abnormal (15 menit)
2. Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
slide yang ditampilkan (10 menit)
Nara sumber
10 menit Demonstrasi oleh narasumber :
Narasumber memperlihatkan tata cara melakukan
auskultasi jantung dan paru secara sistematis :
1. Menerangkan jenis / bentuk stetoskop untuk
auskutasi, fungsi sungkup dan membrane
stetoskop.
2. Cara meletakkan stetoskop pada telinga (bagian
lengkung ke arah depan), pada dinding dada
digeser-geser antara kedua segmen pulmonalis
yang sesuai di kedua hemitoraks. Auskultasi
dilakukan berurutan dengan selang – seling dada
kiri dan kanan (zig-zag). Setiap regio harus
didengar dengan hati-hati sambil pasien bernapas
melalui mulut secara agak cepat dan dalam.
3. Auskultasi dilakukan pada dada anterior dan dada
posterior.
4. Memperhatikan inspirasi lebih dahulu,
panjangnya dan komponen-komponen normal
(Trakeal, bronkial, bronkovesikuler, vesikuler)
maupun tambahannya (Amphorik, egofoni,
bronkofoni, Whispered pectoriloquy, ronki basah,
Narasumber
mengi, stridor, pleural friction rub, hippocrates
succusion)
5. Menuliskan hasil pemeriksaan auskultasi paru
10 menit
20 Menit
Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil
(1 kelompok tdd 9 mahasiswa).
Instruktur memperlihatkan tata cara melakukan
auskultasi paru secara sistematis
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi (2
orang) auskultasi paru secara bergantian dengan
dibimbing oleh instruktur.
Instruktur memperdengarkan suara paru normal ,
suara pernapasan abnormal dan suara tambahan
yang dipersiapkan lebih dahulu dari kaset, dan
mahasiswa mendengarkanya dan kemudian
melaporkan secara tertulis.
Instruktur
Instruktur dan
Mahasiswa
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan sendiri secara
bergantian.
Sehingga total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit
(tergantung jumlah mahasiswa)
Mahasiswa melakukan auskultasi paru secara
bergantian dengan diamati oleh instruktur dengan
menggunakan lembar pengamatan yang ada.
Diskusi Akhir :
Instruktur memberikan kesimpulan terhadap
auskultasi dari 6 kasus simulasi.
Instruktur,
mahasiswa
III. TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUM
Melatih mahasiswa agar mampu melakukan pemeriksaan aukultasi paru secara benar dan
mendiskripsikan suara yang normal dan abnormal dengan benar
III.2. TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa mengetahui cara melakukan pemeriksaan auskutasi paru secara sistematis
dengan benar
2. Mahasiswa dapat mendiskripsikan suara paru normal dan abnormal secara sistematis
dengan benar
3. Mahasiswa dapat menelusuri keluhan fisik dan hubungannya dengan auskultasi paru
yang dijumpainya.
4. Mahasiswa mampu melakukan dan membuat laporan auskultasi paru dengan benar.
5. Mahasiswa mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding klinis sehubungan
dengan kelainan auskultasi yang didapatinya
IV. PELAKSANAAN
1. Setiap kegiatan ketrampilan klinis dilaksanakan dalam 150 menit.
2. Jadwal kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang ditentukan untuk
ketrampilan klinis blok respirologi.
3. Tempat pelaksanaan ruang skills lab
4. Sarana yang diperlukan :
a. alat audiovisual, contoh-contoh suara paru
b. pasien
c. pensil / pulpen
d. Formulir laporan auskultasi paru
e. Contoh suara paru normal dan abnormal
V. RUJUKAN :
1. Bahan kuliah
2. Patel H, Gwilt C. Respiratory System 3rd edition, 2008. Elsevier. Philadelphia .
3. Swartz M . Dada Dalam Buku Ajar Diagnostik Fisik ; Jakarta ; Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
4. Talley N, O’connor S . Respiratory system and breast examination. Clinical
examination. A systemic Guide to Physical Diagnosis 5th edition. Australia. Elsevier
2006
5. Wijaya T, Utami S. Pemeriksaan Fisik Toraks dan Paru Dalam buku Panduan
Diagnosis Fisik di Klinik .
6. Willms J, Schneiderman Buku Fisik diagnostic 2005 Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran EGC
7. Lehrer S. Memahami Bunyi Paru dalam Praktik Sehari-hari. Tanggerang Binarupa
Aksara Publisher.