Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Universitas Indonesia
Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi Terhadap Pelayanan Yang Diberikan Perawat Gigi Di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan
Ayudewi Komala1*, Zaura Anggraeni2, Peter Andreas2, Iwany Amalliah2
1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia
2. Public Health Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia
*Email : [email protected]
Abstrak
Latar belakang: Terbatasnya jumlah dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diduga berdampak terhadap bertambahnya peran perawat gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat, namun belum teridentifikasi tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap Standar Pelayanan Asuhan.Tujuan: Mengidentifikasi jenis serta distribusi pelayanan oleh perawat gigi dan mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap standar pelayanan asuhan. Metode: Penelitian analisis deskriptif dilakukan melalui kuesioner kepada masyarakat dan perawat gigi Hasil: Dari jawaban 102 masyarakat, terlihat jenis pelayanan yang terbanyak diterima yang sesuai dengan standar adalah Penyuluhan kesehatan gigi mulut, khususnya penjelasan cara menyikat gigi yang benar (83,33%) ; sedangkan yang tidak sesuai standar yaitu penggunaan antibiotik dan antinyeri sebanyak (79,41%). Dari jawaban 17 perawat gigi, pelayanan yang tidak sesuai standar yang diberikan yaitu pemberian obat antibiotik dan antinyeri (94,12%) dan pencabutan gigi tetap belakang (35,29%). Kesimpulan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat untuk pengobatan gigi sebagian besar dipenuhi oleh perawat gigi yang beberapa dari pelayanannya tidak sesuai dengan standar.
Suitability Of Dental Nurse’s Oral Health Care Service Standard and Dental Nurse’s Service Provided in Hulu Sungai Selatan
Abstract
Background: The limited number of dentists in Hulu Sungai Selatan is thought to have an impact in the increase of dental nurses role in and type of services in solving oral health problems of the community, but the suitability of the services to the standard has not been identified yet. Aim: To identify types and distribution of services by dental nurses and investigate the level of its suitability to the oral health care service standard. Methods: This study uses descriptive analysis. Results: From the total of 102 answers of community, 83.33% stated that dental health education is the most suitable to the service standard. On the other hand, 79.41% stated that the use of antibiotics and painkillers is not suitable to the service standard. Furthermore, from a total of 17 answers from dental nurses, 94.12% stated that the prescription of antibiotics and painkillers and 35.29% stated that extraction of posterior permanent teeth are not suitable to the service standard. Conclusion: The fulfilment of needs of the community for oral treatment are mostly catered by dental nurses which several of their services are not suitable to the standard.
Keywords: Dental nurse, Oral health care service standard
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
2
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Keterbatasan jumlah dokter gigi di daerah Hulu Sungai Selatan membuat masyarakat
kurang mendapatkan akses untuk pelayanan kesehatan gigi yang dibutuhkannya. Berdasarkan
data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), rasio dokter gigi di Indonesia tahun 2013 adalah 9,7
dokter gigi per 100.000 penduduk, dengan rentang 2,7-50,5 per 100.000 penduduk, dengan nilai
berkisar 4,9 di Provinsi Kalimantan Selatan. Rasio dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
berkisar 2,2 per 100.000 penduduk. Berdasarkan target indikator Indonesia sehat, secara nasional
rasio dokter gigi 11 per 100.000 penduduk, dapat dilihat bahwa masih kurang 8,8 untuk mencapai
target indikator Indonesia sehat. Untuk jumlah penduduk sebesar 227.153 orang di Kabupaten
Hulu Sungai Selatan yang hanya terdapat 5 dokter gigi (Pusdatin Kalimantan Selatan, 2013;
Pusdatin Kalimantan Selatan, 2014). Oleh Karena itu, untuk mencapai target indikator Indonesia
sehat masih kurang sekitar 18 orang dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai. Berdasarkan data
tersebut terlihat bahwa dokter gigi merupakan tenaga medis yang jumlahnya sangat sedikit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa keberadaan dokter gigi di puskesmas kab/kota di Provinsi
Kalimantan Selatan sangat kurang dan penyebarannya tidak merata.
Keberadaan tenaga kesehatan gigi lain seperti tukang gigi dan perawat gigi turut berperan
dalam menanggulangi permasalahan gigi dan mulut masyarakat di daerah kabupaten hulu sungai
selatan dan cenderung dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dibandingkan dokter gigi. Tenaga
kesehatan gigi lain dapat meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut selama sesuai
dengan pendidikan yang diperolehnya serta memenuhi standar yang telah ditetapkan. Disisi lain
akan timbul permasalahan apabila terjadi ketidaksesuaian antara pendidikan yang diperoleh
dengan kenyataan praktik kerja dari tenaga kesehatan gigi selain dokter gigi. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan mutu pelayanan tenaga kesehatan gigi yang berperan aktif dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. (Ayudewi, 2016 )
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian awal terhadap beberapa responden, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat dalam melakukan penanganan kesehatan gigi dan mulutnya
mengunjungi tenaga kesehatan gigi yang beragam yaitu dokter gigi, perawat gigi, dan tukang
gigi. Dari 12 responden terdapat 9 orang yang menyatakan bahwa mereka pernah berkunjung ke
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
3
Universitas Indonesia
perawat gigi apabila terjadi masalah pada kesehatan gigi dan mulutnya. Hal-hal tersebut
dikarenakan jumlah perawat gigi di kabupaten Hulu Sungai Selatan lebih banyak dibandingkan
dokter gigi dan tukang gigi. (Ayudewi, 2016 )
Menurut Kepmenkes RI Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 disebutkan bahwa dalam
melakukan tugas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, perawat gigi mempunyai pedoman berupa
standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk tercapainya pelayanan yang bermutu
(Kepmenkes RI,2006). Distribusi jumlah perawat gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatanlebih
banyak dibandingkan dokter gigi dan tukang gigi yaitu sejumlah 40 perawat gigi dimana
sebanyak 34 orang yang bekerja di puskesmas, 5 orang bekerja di Rumah Sakit, dan 7
diantaranya bekerja di Praktik Mandiri. (PPGI, 2016). Sehingga, terdapat berbagai factor yang
mempengaruhi pemilihan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya perawat gigi di kab
HSS ini, factor-faktor tersebut diantaranya adalah demografi, factor social yang meliputi (tingkat
pendidikan,etnis, dan ras), factor kepercayaan kesehatan, penghasilan keluarga, sumber daya
masyarakat, dll. (Andersen, 2005; Newman, 2005).
Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan untuk
melihat kesesuaian pelayanan yang dilakukan perawat gigi di lapangan dengan standar asuhan
pelayanan kesehatan gigi mulut serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk
memilih perawat gigi atau tenaga kesehatan gigi lain untuk menangani masalah kesehatan gigi
dan mulutnya.
Tinjauan Teoritis
Perawat gigi adalah satu unsur pemberi pelayaan kesehatan gigi di institusi pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya yang secara nyata telah
membaktikan dirinya di Indonesia sejak tahun 1953 yaitu pada kelulusan pertama Sekolah
Pengatur Rawat Gigi (SPRG). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035
Tahun 1998 tentang perawat gigi dinyatakan bahwa perawat gigi adalah setiap orang yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan perawat gigi yang telah diakui oleh pemerintah dan
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
4
Universitas Indonesia
lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Perawat gigi merupakan salah satu jenis
tenaga kesehatan dalam kelompok keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus
berdasarkan standar profesi dan dalam menjalankan tugas profesinya diarahkan untuk
meningkatkan mutu dan kerja sama dengan profesi terkait (Kepmenkes RI,1998).
Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi
Menurut Kepmenkes RI Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut oleh Perawat gigi, Standar pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut adalah suatu pedoman yang harus digunakan oleh perawat gigi dalam menjalankan
tugas pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut agar tercapai pelayanan yang bermutu.13
Sedangkan menurut Permenkes No. 58 tahun 2012 pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut
adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif
sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok, dan masyarakat yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal (Permenkes RI, 2012).
Standar Asuhan Kesehatan gigi mulut perawat gigi diantaranya meliputi :
1. Standar Promotif :
a. Standar penyusunan rencana kerja penyuluhan asuhan kesehatan gigi dan mulut
b. Standar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
c. Standar pelatihan kader
2. Standar Preventif :
a. Standar sikat gigi massal kesehatan gigi dan mulut
b. Standar bimbingan kumur-kumur dengan larutan fluor
c. Standar pembersihan karang gigi
d. Standar pengolesan fluor
e. Standar penumpatan pit dan fissure sealant
3. Standar Kuratif :
a. Standar Pencabutan Gigi Sulung Goyang derajat 2 (dua) atau lebih .
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
5
Universitas Indonesia
1) Melakukan anastesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
2) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan
3) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi
b. Standar Atraumatic Restorative Treatment (ART)
1) Teknik penumpatan gigi hanya menggunakan hand instrument pada karies gigi yang
masih dangkal
2) Penumpatan gigi tanpa menghilankan jaringan gigi yang sehat
3) Tersedianya bahan tumpatan glass ionomer untuk ART
4) Melakukan manipulasi bahan glass ionomer
5) Melakukan polishing
6) Gigitan sesuai
c. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan amalgam
1) Memasang Matrix pada tumpatan 2 bidang
2) Menghaluskan permukaan tumpatan
3) Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya
d. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan sewarna gigi
1) Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1-2 bidang
2) Memasang matrix seluloid
e. Standar Pencabutan gigi permanen akar tunggal dengan anastesi infiltrasi
f. Standar rujukan
g. Standar Pencatatan dan pelaporan
Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Gigi
Berdasarkan Permenkes No 58 Tahun 2012 pasal 16 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam
menjalankan pekerjaannya, Perawat gigi memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan
asuhan keperawatan gigi dan mulut meliputi :
a. upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut;
b. upaya pencegahan penyakit gigi;
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
6
Universitas Indonesia
c. tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas; dan
d. pelayanan higiene kesehatan gigi.
Pada Pasal 16 ayat 2 : Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bagi Perawat Gigi yang melakukan pekerjaannya secara mandiri hanya memiliki kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b yaitu upaya peningkatan kesehatan gigi
mulut dan upaya pencegahan penyakit gigi meliputi :
a. pemeriksaan plak;
b. teknik sikat gigi yang baik;
c. pembersihan karang gigi;
d. pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumur-kumur dan pengolesan
fluor pada gigi; dan
e. pengisian pit dan fissure dengan bahan fissure sealant
Perawat gigi yang akan melakukan pekerjaan secara mandiri harus memiliki standar
minimal sarana, peralatan, dan obat sesuai dengan kebutuhan asuhan pelayanan keperawatan gigi
dan mulut tertera pada pasal 23 ayat 1. Perawat Gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas
dalam bidang kedokteran gigi berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi
atau penugasan pemerintah sesuai kebutuhan tertera pada pasal 21 Ayat 1. Penugasan Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat Gigi yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah tertera pada pasal 21 Ayat 2. Tindakan medik dasar pada
kasus penyakit gigi terbatas meliputi :
1. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan topical atau infiltrasi
anastesi;dan
2. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer, bahan amalgam atau bahan lainnya.
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
7
Universitas Indonesia
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional (penelitian non eksperimental), penelitian yang
bertujuan untuk pengamatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif–kualitatif, dimana
metode kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan angka persentase masing-masing
pelayanan yang diterima masyarakat dan yang diberikan oleh perawat gigi. Sedangkan metode
kualitatif digunakan untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Widoyoko, 2012). Penelitian ini menggunakan
pendekatan Cross Sectional yaitu variabel penelitian diukur atau dikumpulkan dalam satu waktu,
artinya mengadakan pengamatan hanya sekali terhadap beberapa variabel dalam waktu
bersamaan ). Pada metode kualitatif, terdapat 3 metode utama yaitu diskusi kelompok terarah,
observasi langsung, dan wawancara mendalam (In-depth interview). Pada penelitian ini metode
wawancara mendalam (In-depth interview) untuk mewawancara beberapa perawat gigi dan
beberapa masyarakat pasien perawat gigi secara individual untuk mendapatkan data secara luas
dan rinci (Notoatmodjo, 2003). Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik Nonprobability sampling dimana tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini, menggunakan teknik
purposive sampling untuk mengambil sampel masyarakat pengguna jasa perawat gigi dan
perawat gigi yang berada di di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. jumlah sampel minimal yang
diperlukan untuk penelitian ini adalah 88 orang pasien perawat gigi. Untuk mengantisipasi jika
terjadi kesalahan pada pengisian data, maka jumlah sampel yang diambil yaitu 102 orang
masyarakat pengguna jasa perawat gigi. Jumlah sampel untuk perawat gigi sebanyak 17 perawat
gigi yang dijadikan sampel penelitian dari 40 orang perawat gigi.
Hasil Penelitian
Hasil Analisis Kesesuaian Pelayanan yang Diterima Oleh Masyarakat Terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
8
Universitas Indonesia
Gambar 1. Distribusi Pelayanan yang Sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi
Keterangan Gambar :
1. Menerima penyuluhan kesehatan gigi mulut
2. Menerima penjelasan menyikat gigi yang benar
3. Menerima pelayanan karang gigi
4. Menerima pelayanan pengolesan obat di permukaan gigi
5. Menerima pelayanan pencabutan gigi susu
6. Menerima pelayanan pencabutan gigi tetap depan atas bawah
7. Menerima pelayanan penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi
8. Menerima pelayanan penambalan gigi dengan bahan tidak sewarna gigi
Hasil Analisis Ketidaksesuaian Pelayanan yang Diterima Oleh Masyarakat terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat
Gambar 2. Distribusi Pelayanan yang Tidak Sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut
Perawat Gigi
74.51 83.3366.67
50.98 59.80 50.98 58.82
25.4925.49 16.6733.33
49.02 40.20 49.02 41.18
74.51
-
50.00
100.00
1 2 3 4 5 6 7 8
DistribusiPelayananyangSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi
Ya Tidak
56.86
7.84 13.73 5.88 6.86
36.27 37.2528.43
79.41
43.14
92.16 86.2794.12 93.14
63.73 62.7571.57
20.59
-
50.00
100.00
10 11 12 13 14 15 16 17 18
DistribusiPelayananyangTidakSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi
Ya Tidak
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
9
Universitas Indonesia
Keterangan Gambar :
10. Menerima pelayanan pencabutan gigi tetap belakang atas bawah 11. Menerima pelayanan pemasangan kawat gigi (alat otho) 12. Menerima pelayanan pemasangan gigi palsu sebagian (cekat ataupun lepasan) 13. Menerima pelayanan pemasangan gigi tiruan penuh 14. Menerima pelayanan pelayanan perawatan saluran akar 15. Menerima penanganan gusi bengkak berisi nanah ( abses ) 16. Menerima pelayanan pencabutan sisa akar 17. Menerima pelayanan penanganan gingivitis dan periodontitis 18. Menerima pemberian obat antibiotik dan antinyeri
Hasil Analisis Kesesuaian Pelayanan yang Diberikan Oleh Perawat Gigi Terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi
Gambar 3. Distribusi Pelayanan yang Sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi
Keterangan Gambar :
1. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi mulut
2. Memberikan penjelasan menyikat gigi yang benar
3. Memberikan pelayanan karang gigi
4. Memberikan pelayanan pengolesan obat di permukaan gigi
5. Memberikan penjelasan kumur-kumur fluoride
6. Memberikan pelayanan pencabutan gigi susu
7. Memberikan pelayanan pencabutan gigi tetap depan atas bawah
8. Memberikan pelayanan penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi
9. Memberikan pelayanan penambalan gigi dengan bahan tidak sewarna gigi
100 100 100
58.82
100 100 100 10082.35
0 0 0
41.18
0 0 0 017.65
0
50
100
150
1 2 3 4 5 6 7 8 9
DistribusiPelayananyangSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi
Ya Tidak
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
10
Universitas Indonesia
Hasil Analisis Ketidaksesuaian Pelayanan yang Diberikan Oleh Perawat Gigi terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi
Gambar 4. Distribusi Pelayanan yang Tidak Sesuai dengan Standar Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi
Keterangan Gambar :
10. Memberikan pelayanan pencabutan gigi tetap belakang atas bawah 11. Memberikan pelayanan pemasangan kawat gigi (alat otho) 12. Memberikan pelayanan pemasangan gigi palsu sebagian (cekat ataupun lepasan) 13. Memberikan pelayanan pemasangan gigi tiruan penuh 14. Memberikan pelayanan pelayanan perawatan saluran akar 15. Memberikan penanganan gusi bengkak berisi nanah ( abses ) 16. Memberikan pelayanan pencabutan sisa akar 17. Memberikan pelayanan penanganan gingivitis dan periodontitis 18. Memberikan pemberian obat antibiotik dan antinyeri
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pilihan Masyarakat
Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi pilihan masyarakat
35.29 17.65 17.65 17.65 17.6558.82 64.71 76.47 94.12
64.71 82.35 82.35 82.35 82.3541.18 35.29 23.53 5.88
0
100
10 11 12 13 14 15 16 17 18
DistribusiPelayananyangTidakSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi
Ya Tidak
Pertanyaan Kuesioner Persentase
Q1 ( Biaya ) 71,56 %
Q2 ( Jarak dan Sarana Transportasi ) 41,17 %
Q3 ( Berdasarkan keinginan sendiri ) 89,21%
Q4 ( Berdasarkan Rekomendasi Orang lain ) 24,5%
Q5 ( Pemahaman pelayanan yang diberikan ) 63,72%
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
11
Universitas Indonesia
Pembahasan
Dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari 102 responden, bahwa pelayanan-
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diterima masyarakat dari perawat gigi masih beragam,
baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan. Pelayanan yang tidak
sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan rata-rata diberikan oleh perawat gigi dengan alasan
keterbatasan jumlah dokter gigi, permintaan dari masyarakat, biaya, jarak dan sarana transportasi,
serta keterbatasan alat dan bahan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancacra
mendalam terhadap beberapa responden, sebanyak 71,56% dari jumlah responden menyatakan
bahwa faktor biaya menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih perawat gigi ketika
mengalami permasalahan gigi dan mulut. Perbedaan tarif atau biaya antara dokter gigi dan
perawat gigi menjadi salah satu hal yang mempengaruhi pilihan masyarakat. Padahal jika
masyarakat paham mengenai sistem BPJS bahwa untuk pengobatan gigi adalah gratis jika
pengobatan dilakukan di puskesmas dan dilayani oleh tenaga dokter gigi, berbeda halnya apabila
berobat ke praktik mandiri dokter gigi atau perawat gigi. Sebanyak 41,17 % dari jumlah
responden menyatakan bahwa jarak dan sarana transportasi juga menjadi pertimbangan
masyarakat dalam memilih berobat ke perawat gigi. Lebih lanjut permintaan dan upaya
masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi mulut tersebut terdeteksi bahwa
sebanyak 89,21% respondenmenyatakan bahwa dalam memilih pelayanan kepada perawat gigi
adalah berdasarkan keinginan sendiri. Terdapat faktor internal yang menyebabkan banyak
masyarakat memilih untuk menangani permasalahan kesehatan gigi mulutnya kepada perawat
gigi, factor tersebut diantaranya karena mereka menyatakan bahwa mereka puas terhadap
pelayanan yang diberikan oleh perawat gigi. Alasan masyarakat merasa puas mereka nyatakan
karena pelayanan yang diberikan sudah sesuai harapan, serta perawat gigi mempunyai sikap yang
ramah dan baik hati ketika menangani masyarakat pasien perawat gigi sehingga masyarakat
merasa nyaman.
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
12
Universitas Indonesia
Kesesuaian Pelayanan yang Diterima Masyarakat dan Diberikan Oleh Perawat Gigi di
Kab.Hulu Sungai Selatan terhadap Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut
Perawat Gigi
Dari hasil wawancara mendalam terhadap beberapa responden, menyebutkan bahwa
mereka datang untuk berobat ke dokter gigi atau perawat gigi apabila sudah dalam keadaan
sakit dan mereka menyatakan bahwa lebih baik dicabut giginya daripada dilakukan perawatan
atau penambalan terhadap gigi mereka. Oleh karena itu, dalam penyampaian penyuluhan
harus dapat diperhatikan kualitas dan materi apa saja yang disampaikan berdasarkan kondisi
masyarakat di daerah tersebut. Edukasi yang tepat dapat menyadarkan dan mengubah
persepsi masyarakat terhadap perawatan gigi bahwa apabila gigi masih bisa dirawat
sebaiknya tidak dilakukan pencabutan.
Dalam penyampaian materi mengenai kesehatan gigi dan mulut pun harus dipastikan
apakah dalam penerimaan materi tersebut masyarakat sudah mengerti atau belum, sehingga
manfaat dari pelayanan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dapat dirasakan oleh
masyarakat. Penyuluhan yang sesuai akan terlihat dari segi kuantitas akan jumlah masyarakat
yang menerima dan memahami pelayanan tersebut dan juga dari segi kualitas penyampaian
materi dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencari
pengobatan.Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa responden, penyuluhan mengenai
kesehatan gigi dan mulut di kabupaten hulu sungai selatan masih belum menyeluruh dan
intensitas pelaksanaan kegiatan tersebut masih dibilang cukup minim, maka seharusnya
dibuat suatu program yang terstruktur untuk mengadakan promosi kesehatan lebih
menyeluruh ke setiap kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan dilakukan dengan
waktu yang terstruktur agar seluruh lapisan masyarakat di daerah Kab.HSS dapat
mendapatkan pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut
mereka.
Selain daripada penyuluhan kesehatan gigi mulut serta cara menyikat gigi dengan
benar, masyarakat pasien perawat gigi juga menerima pelayanan tindakan pencegahan tahap
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
13
Universitas Indonesia
Specific protection dimana tahap ini meliputi seluruh pelayanan yang ditunjukan untuk
melindungi host terhadap bakteri-bakteri penyakit dengan cara meningatkan daya tahan host
atau membuat barrier terhadap bakteri dalam lingkungannya. Sebagai contoh pelayanan yang
sudah diterima oleh masyarakat pasien perawat gigi yaitu pengaplikasian pit and fissure
sealant dimana bahan diletakkan pada pit dan fissure gigi yang dapat bertujuan untuk
mencegah proses karies gigi. Namun, pelayanan ini hanya berlangsung beberapa waktu dan
sudah dalam jangka waktu yang lama tidak lagi diaplikasikan lagi hingga saat ini dikarenakan
bahan yang digunakan sudah tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan Kab.Hulu Sungai
Selatan. pembersihan karang gigi, pelayanan pit and fissure sealant, serta pelayanan
penjelasan mengenai teknik kumur-kumur fluoride untuk pencegahan karies gigi. Selanjutnya
yaitu, pembersihan karang gigi yang termasuk kepada tahap secondary prevention dimana
tindakan ini dilakukan untuk menghentikan perkembangan penyakit pada tahap awal dan
mencegah komplikasi berupa diagnosis dini dan perawatan yang adekuat. Pembersihan
karang gigi atau scaling yang rutin dapat mencegah terjadinya penyakit periodontal ataupun
penyakit pada rongga mulut lain yang tidak diharapkan (Sign 47, 2000).
Dapat dilihat bahwa meskipun masyarakat sudah menerima beberapa pelayanan
promotif dan preventif kesehatan gigi mulut, angka permasalahan kesehatan gigi dan mulut di
kab.Hulu sungai selatan masih tinggi. Oleh karena itu, jumlah perawat gigi sebanyak 40
orang yang dapat dibilang cukup memadai untuk dapat meningkatkan kesehatan gigi mulut
maupun mencegah terjadinya permasalahan gigi berlubang di kab.hulu sungai selatan dengan
cara meningkatkan pelayanan promotif dan preventif kesehatan gigi mulut karena pelayanan
tersebut sesuai dengan kompetensi dan standar pelayanan asuhan perawat gigi, sehingga
dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan jumlah perawat gigi yang cukup banyak.
Pelayanan yang diterima masyarakat pasien perawat gigi selain daripada pelayanan
promotif dan preventif, yaitu pelayanan kuratif berupa tindakan medik dasar pada kasus
penyakit gigi terbatas seperti pencabutan gigi susu, pencabutan gigi tetap akar tunggal,
penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi, dan penambalan gigi dengan bahan tidak
sewarna gigi. Pelayanan tindakan medik terbatas tersebut sesuai dengan standar pelayanan
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
14
Universitas Indonesia
asuhan kesehatan gigi mulut perawat gigi dan boleh dilakukan oleh perawat gigi. Namun,
perawat gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran gigi
berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan pemerintah
sesuai kebutuhan dan diberikan kepada perawat gigi yang bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah seperti puskesmas dan rumah sakit.
Ketidaksesuaian Pelayanan yang Diterima Masyarakat dan Diberikan Oleh Perawat Gigi
di Kab. Hulu Sungai Selatan terhadap Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut
Perawat Gigi
Dapat dilihat bahwaPelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan asuhan
perawat gigi dan paling banyak diterima oleh masyarakat pasien perawat gigi yaitu pemberian
obat antibiotik dan antinyeri. Pelayanan tersebut dikatakan tidak sesuai karena tidak
dicantumkan dan dijelaskan di Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat
Gigi mengenai Pemberian Obat. Namun, pelayanan ini lah yang dibutuhkan oleh masyarakat
ketika merasakan sakit gigi yaitu diberikan obat dengan harapan apabila mereka datang
kepada tenaga kesehatan gigi, mereka tidak membeli atau mengkonsumsi obat sendiri tanpa
mengetahui jenis obat dan cara pemakaiannya. Keberadaan dokter gigi yang terbatas di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan keberadaan perawat gigi yang jumlahnya dapat dibilang
cukup memadai membuat masyarakat datang ke perawat gigi untuk menyelesaikan
permasalahan gigi dan mulutnya. Ketika masyarakat berusaha untuk pergi ke tenaga
kesehatan gigi untuk mengatasi sakitnya dapat dikatakan berarti terdapat perilaku untuk
mencari pengobatan ( Health seeking behaviour).
Apabila perawat gigi dapat memberikan obat dan menjelaskan cara pemakaian obat
dengan benar sesuai dengan keadaan pasien maka dapat membantu mengatasi masalah
tersebut, namun apabila perawat gigi dalam memberikan dan menyampaikan mengenai obat
tidak tepat akan menimbulkan efek atau hal-hal yang tidak diharapkan, karena dalam
memberikan obat terdapat hal-hal yang perlu dipahami diantaranya yaitu mekanisme kerja
obat, konsentrasi obat pada plasma, indikasi dan kontraindikasi dari masing-masing jenis
obat, serta respon obat terhadap individu.
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
15
Universitas Indonesia
Sebenarnya, meskipun dalam Standar Pelayanan Asuhan tidak tercantum mengenai
pemberian obat tetapi dalam Standar Kompetensi perawat gigi terdapat pengetahuan yang
dimiliki oleh perawat gigi yaitu ilmu farmakologi. Dapat dilihat bahwa sebenarnya perawat
gigi mempunyai kemampuan dalam pemberian obat namun apabila tidak tercantum dalam
Standar Pelayanan Asuhan berarti tidak diberi wewenang untuk memberikan obat meskipun
perawat gigi mempunyai pengetahuan mengenai obat.
Hal ini beriringan dengan pelayanan lain yang diberikan perawat gigi dan tentunya
yang sering dialami masyarakat yang membutuhkan penanganan yang cepat yaitu
penanganan abscess, abscess disini digambarkan oleh masyarakat sebagai gambaran gusi
bengkak sakit dan berisi nanah. Dalam melakukan penanganan abscess pun tergantung jenis
abscess nya, pelayanan pertolongan kegawatdaruratan tidak dijelaskan secara terperinci di
Standar Pelayanan Asuhan perawat gigi, Namun dalam Standar Kompetensi terdapat uraian
mengenai kompetensi perawat gigi bahwa mampu mengelola kegawatdaruratan gigi yang
terjadi selama dan sesudah tindakan, memberikan pertolongan pertama pada trauma
maxillofacial, abscess, periodontitis, dan pertolongan pada kasus gigi gangren dengan
periapikal abscess. Apabila banyaknya masyarakat yang mengalami abscess berawal dari
infeksi odontogenik dapat ditangani dengan prosedur terapi antibiotik dan antinyeri apabila
pada saat itu sedang mengalami nyeri dan dapat pula dilakukan prosedur insisi dan drainase,
PSA, kuretase gingiva, maupun ekstraksi (Hupp Elis, 5th ed). Namun penanganan ini
berkaitan dengan pelayanan pemberian obat karena dalam keadaan seperti ini bersifat darurat
terutama apabila pasien merasakan sakit pasti harus diberikan pertolongan berupa pemberian
obat terlebih dahulu. Penanganan hal tersebut dapat dilakukan di berbagai tempat yaitu di
puskesmas, rumah sakit, maupun tempat praktik mandiri. Apabila dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan dan dokter gigi sedang berada di lokasi penanganan akan dilakukan oleh
dokter gigi, namun Karena jumlah dokter gigi yang terbatas banyak perawat gigi yang
menangani langsung pasien apabila kasusnya masih dapat ditangani apabila pada kasus kasus
kompleks perawat gigi akan menunggu dokter gigi apabila pada saat itu sedang ada kegiatan
lain dan meminta pasien untuk kembali lagi. Jika seluruh puskesmas di Kabupaten Hulu
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
16
Universitas Indonesia
Sungai Selatan terdapat setidaknya satu orang dokter gigi maka penanganan setidaknya aman
karena terdapat pengawasan langsung dari dokter gigi. Namun apabila perawat gigi
mengerjakannya sendiri baik itu di fasilitas pelayanan kesehatan maupun ada beberapa di
tempat praktik mandirinya maka diperlukan pengawasan yang khusus agar tidak terjadi
komplikasi dari penanganan tersebut.
Pelayanan lain yang banyak diterima oleh masyarakat yaitu pencabutan gigi belakang
tetap RA dan RB serta pencabutan sisa akar.Meskipun tenaga kesehatan gigi telah
menyarankan untuk mempertahankan kondisi gigi mereka yang masih bisa dirawat seperti
dengan penambalan, perawatan saluran akar, tumpatan sementara, dll namun selain daripada
keinginan masyarakat untuk praktis dengan dicabut gigi gerahamnya terdapat faktor lain yang
mungkin jadi kendala masyarakat untuk melakukan perawatan terhadap gigi mereka yaitu
keterbatasan bahan yang ada di puskesmas sehingga untuk melakukan perawatan gigi seperti
perawatan saluran akar harus dirujuk ke Rumah Sakit dan hal itulah yang membuat
masyarakat malas untuk melakukan perawatan. Mereka menyatakan bahwa jika gigi belakang
ditambal akan mudah lepas tambalannya ketika dipakai untuk mengunyah makanan dan
sakitnya tidak hilang seutuhnya sehingga mereka menyatakan bahwa lebih baik dicabut gigi
belakangnya. Akan tetapi pada standar kompetensi perawat gigi dan Standar pelayanan
asuhan perawat gigi pencabutan gigi belakang Rahang atas dan rahang bawah tidak
diperbolehkan dan perawat gigi tidak mempunyai kompetensi terhadap pelayanan ini.
Namun, berdasarkan hasil wawancara masyarakat menyatakan bahwa mereka puas apabila
rasa sakitnya hilang dengan dicabutnya gigi belakangnya tersebut.
Pelayanan penanganan gingivitis atau gusi berdarah ketika menyikat gigi tidak terlalu
banyak diterima masyarakat, namun apabila terdapat keluhan darurat sama seperti
pelayanan-pelayanan tidak sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa harus ada
pengawasan dokter gigi. Penanganan gingivitis tidak dijelaskan dalam Standar Pelayanan
Asuhan, namun penanganan apabila terjadinya gingivitis karena kebiasaan menyikat gigi
yang salah dapat dilakukan dengan DHE (Dental Health Education) tentang cara menyikat
gigi yang benar dan apabila karena plak dan kalkulus perawat gigi boleh melakukan
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
17
Universitas Indonesia
pembersihan karang gigi supragingival,dan apabila gingivitis tidak ditangani dengan baik
akan menjadi periodontitis. Namun tidak ada penjelasan mengenai perawat gigi boleh
memberikan obat kumur untuk pasien dengan kondisi tersebut, dan apabila keadaan gusi
berdarahnya bukan karena hal-hal tersebut terutama apabila pasien memiliki penyakit
sistemik maka hal ini lah yang perlu diperhatikan terhadap penanganan gusi berdarah karena
tidak semua penyebabnya dapat diketahui dengan jelas.
Pelayanan lain seperti perawatan saluran akar, pemasangan gigi palsu penuh ataupun
sebagian, dan pemasangan alat orthodonthi termasuk jarang dilakukan oleh perawat gigi.
Namun masih ada beberapa yang menerima pelayanan tersebut, pelayanan ini sudah jelas
tidak boleh dilakukan oleh perawat gigi karena perawat gigi tidak memiliki kompetensi dalam
pelayanan-pelayanan tersebut, sehingga seharusnya perawat gigi tidak melakukannya karena
hal ini dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan nantinya.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian mengenai pelayanan-pelayanan yang tidak sesuai
dengan Standar Pelayanan Asuhan terdapat beberapa pelayanan yang sebenarnya sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dari perawat gigi mengingat sangat terbatasnya jumlah dokter
gigi. Pelayanan-pelayanan tersebut yaitu Pemberian Obat Antibiotik dan Antinyeri ,
Penanganan Abscess tertetu , serta Penanganan Gingivitis tertentu. Dapat dikatakan demikian
karena perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah penyakit bertambah parah
seperti dalam teori konsep 5 level of prevention yaitu Dissability Limitation. (Sign 47, 2000)
Pelayanan-pelayanan tersebut sudah ada dalam kompetensi perawat gigi, namun tidak
dijelaskan dengan jelas di dalam Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi. Maka dari itu,
karena sebenarnya perawat gigi mempunyai kompetensi tersebut akan lebih baik apabila
kompetensi tersebut dapat menangani permasalahan kesehatan gigi dan mulut masyarakat
secara tertulis di standar pelayanan asuhan perawat gigi dengan batasan-batasan yang jelas,
potensi perawat gigi dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan standar pelayanan
asuhan yang sudah ada dalam standar kompetensi, sehingga apabila perawat gigi melakukan
pelayanan-pelayanan tersebut yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat mereka juga akan
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
18
Universitas Indonesia
mendapatkan perlindungan secara hukum apabila pelayanan-pelayanan tersebut diperjelas
kewenangannya dalam Standar Pelayanan Asuhan kesehatan gigi mulut perawat gigi.
Peran perawat gigi dapat dioptimalkan atau dititik beratkan dengan pelayanan
promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut, sehingga tidak hanya terfokus untuk
mengobati saja, namun mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan kesehatan gigi dan
mulut di masa yang akan datang.
Kesimpulan
1. Keberadaan perawat gigi di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang jumlahnya
cukup memadai tersebut dapat berperan penting dalam menanggulangi permasalahan
gigi dan mulut, sehingga banyak dari masyarakat yang menggunakan jasa perawat gigi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulutnya.
2. Pelayanan-pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diterima masyarakat dari perawat
gigi masih beragam. Pelayanan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Perawat
Gigi yang sudah dilakukan dengan baik perlu dipertahankan dan yang masih kurang
perlu ditingkatkan. Di sisi lain, apabila terdapat pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan asuhan tersebut dapat menimbulkan permasalahan terhadap
masyarakat maupun perawat giginya.
3. Peran perawat gigi dapat dioptimalkan atau dititik beratkan dengan pelayanan promotif
dan preventif kesehatan gigi dan mulut, sehingga tidak hanya terfokus untuk mengobati
saja, namun mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan kesehatan gigi dan mulut
di masa yang akan datang.
4. Perawat gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran gigi
apabila mendapatkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan
pemerintah sesuai kebutuhan
5. Beberapa pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan asuhan perawat gigi
sudah tercantum dalam kompetensi perawat gigi, namun tidak dijelaskan dengan jelas
dalam Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi. Sebenarnya perawat gigi mempunyai
kompetensi tersebut, namun akan lebih baik apabila kompetensi tersebut dapat
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
19
Universitas Indonesia
menangani permasalahan kesehatan gigi dan mulut masyarakat secara tertulis di standar
pelayanan asuhan perawat gigi dengan batasan-batasan yang jelas, serta potensi perawat
gigi dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan standar pelayanan asuhan yang
sudah ada dalam standar kompetensi, sehingga apabila perawat gigi melakukan
pelayanan-pelayanan tersebut yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat mereka juga akan
mendapatkan perlindungan secara hukum apabila pelayanan-pelayanan tersebut
diperjelas kewenangannya dalam Standar Pelayanan Asuhan kesehatan gigi mulut
perawat gigi.
6. Terdapat factor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam untuk menangani
permasalahan kesehatan gigi mulutnya diantara lain yaitu factor biaya, jarak dan
transportasi, serta factor internal dari sikap perawat giginya.
Saran
1. Diperlukan adanya pemberian edukasi kepada masyarakat di Kab.Hulu Sungai Selatan
mengenai kesehatan gigi mulut
2. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan lebih mendalami pelayanan yang diberkan dan
dengan responden perawat gigi yang lebih menyeluruh
3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatnya ketersediaan tenaga professional
khususnya dokter gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi dan mulut.
4. Peran perawat gigi dapat dioptimalkan atau dititik beratkan melalui pelayanan promotif
dan preventif kesehatan gigi dan mulut, sehingga tidak hanya terfokus untuk mengobati
saja, namun mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan kesehatan gigi dan mulut
di masa yang akan datang. Dapat dilakukan optimalisasi kinerja perawat gigi pada
pengaplikasian pit and fissure sealant agar sejalan dengan program Indonesia free caries
melalui upaya preventif
5. Dari hasil penelitian ini diharapkan untuk institusi terkait untuk dapat
mempertimbangkan jenis jenis pelayanan yang terdapat pada standar kompetensi namun
tidak dijelaskan secara jelas di standar pelayanan asuhan perawat gigi , agar potensi
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016
20
Universitas Indonesia
perawat gigi di daerah yang membutuhkan pelayanan kesehatan gigi mulut dapat
ditangani sesuai dengan standar yang berlaku.
6. Pelayanan pemberian obat antinyeri dan antibiotik terhadap permasalahan gigi mulut
dapat dilakukan oleh dokter umum untuk menulis resep sesuai dengan obat yang
dibutuhkan apabila diperluk
Daftar Referensi
Riset Kesehatan Dasar 2013. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes
RI.
Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kalimantan Selatan. (2013). Kemenkes RI.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. (2015).
Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kalimantan Selatan. (2014). Kemenkes RI.
Data Jumlah Perawat Gigi Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2016).
Persatuan Perawat Gigi Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Andersen, R. & F. Newman John. (2005). Societal and Individual Determinants of Medical Care
Utilization in the United States. Millbank Memorial Fund: Blackwell Publishing; 83(4):1–
28.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor/1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang
perawat gigi. (1998).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Oleh Perawat Gigi. (2006).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Perawat Gigi. (2012).
Widoyoko, EP. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
SIGN 47. (2000). Preventing Dental Caries in Children at High Caries Risk.
Hupp Ellis Tucker. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed.
Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016