20
1 Universitas Indonesia Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi Terhadap Pelayanan Yang Diberikan Perawat Gigi Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Ayudewi Komala 1* , Zaura Anggraeni 2 , Peter Andreas 2 , Iwany Amalliah 2 1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia 2. Public Health Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia *Email : [email protected] Abstrak Latar belakang: Terbatasnya jumlah dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diduga berdampak terhadap bertambahnya peran perawat gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat, namun belum teridentifikasi tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap Standar Pelayanan Asuhan.Tujuan: Mengidentifikasi jenis serta distribusi pelayanan oleh perawat gigi dan mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap standar pelayanan asuhan. Metode: Penelitian analisis deskriptif dilakukan melalui kuesioner kepada masyarakat dan perawat gigi Hasil: Dari jawaban 102 masyarakat, terlihat jenis pelayanan yang terbanyak diterima yang sesuai dengan standar adalah Penyuluhan kesehatan gigi mulut, khususnya penjelasan cara menyikat gigi yang benar (83,33%) ; sedangkan yang tidak sesuai standar yaitu penggunaan antibiotik dan antinyeri sebanyak (79,41%). Dari jawaban 17 perawat gigi, pelayanan yang tidak sesuai standar yang diberikan yaitu pemberian obat antibiotik dan antinyeri (94,12%) dan pencabutan gigi tetap belakang (35,29%). Kesimpulan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat untuk pengobatan gigi sebagian besar dipenuhi oleh perawat gigi yang beberapa dari pelayanannya tidak sesuai dengan standar. Suitability Of Dental Nurse’s Oral Health Care Service Standard and Dental Nurse’s Service Provided in Hulu Sungai Selatan Abstract Background: The limited number of dentists in Hulu Sungai Selatan is thought to have an impact in the increase of dental nurses role in and type of services in solving oral health problems of the community, but the suitability of the services to the standard has not been identified yet. Aim: To identify types and distribution of services by dental nurses and investigate the level of its suitability to the oral health care service standard. Methods: This study uses descriptive analysis. Results: From the total of 102 answers of community, 83.33% stated that dental health education is the most suitable to the service standard. On the other hand, 79.41% stated that the use of antibiotics and painkillers is not suitable to the service standard. Furthermore, from a total of 17 answers from dental nurses, 94.12% stated that the prescription of antibiotics and painkillers and 35.29% stated that extraction of posterior permanent teeth are not suitable to the service standard. Conclusion: The fulfilment of needs of the community for oral treatment are mostly catered by dental nurses which several of their services are not suitable to the standard. Keywords: Dental nurse, Oral health care service standard Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

1

Universitas Indonesia

Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi Terhadap Pelayanan Yang Diberikan Perawat Gigi Di Kabupaten Hulu

Sungai Selatan

Ayudewi Komala1*, Zaura Anggraeni2, Peter Andreas2, Iwany Amalliah2

1. Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia

2. Public Health Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta, 10430, Indonesia

*Email : [email protected]

Abstrak

Latar belakang: Terbatasnya jumlah dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diduga berdampak terhadap bertambahnya peran perawat gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat, namun belum teridentifikasi tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap Standar Pelayanan Asuhan.Tujuan: Mengidentifikasi jenis serta distribusi pelayanan oleh perawat gigi dan mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap standar pelayanan asuhan. Metode: Penelitian analisis deskriptif dilakukan melalui kuesioner kepada masyarakat dan perawat gigi Hasil: Dari jawaban 102 masyarakat, terlihat jenis pelayanan yang terbanyak diterima yang sesuai dengan standar adalah Penyuluhan kesehatan gigi mulut, khususnya penjelasan cara menyikat gigi yang benar (83,33%) ; sedangkan yang tidak sesuai standar yaitu penggunaan antibiotik dan antinyeri sebanyak (79,41%). Dari jawaban 17 perawat gigi, pelayanan yang tidak sesuai standar yang diberikan yaitu pemberian obat antibiotik dan antinyeri (94,12%) dan pencabutan gigi tetap belakang (35,29%). Kesimpulan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat untuk pengobatan gigi sebagian besar dipenuhi oleh perawat gigi yang beberapa dari pelayanannya tidak sesuai dengan standar.

Suitability Of Dental Nurse’s Oral Health Care Service Standard and Dental Nurse’s Service Provided in Hulu Sungai Selatan

Abstract

Background: The limited number of dentists in Hulu Sungai Selatan is thought to have an impact in the increase of dental nurses role in and type of services in solving oral health problems of the community, but the suitability of the services to the standard has not been identified yet. Aim: To identify types and distribution of services by dental nurses and investigate the level of its suitability to the oral health care service standard. Methods: This study uses descriptive analysis. Results: From the total of 102 answers of community, 83.33% stated that dental health education is the most suitable to the service standard. On the other hand, 79.41% stated that the use of antibiotics and painkillers is not suitable to the service standard. Furthermore, from a total of 17 answers from dental nurses, 94.12% stated that the prescription of antibiotics and painkillers and 35.29% stated that extraction of posterior permanent teeth are not suitable to the service standard. Conclusion: The fulfilment of needs of the community for oral treatment are mostly catered by dental nurses which several of their services are not suitable to the standard.

Keywords: Dental nurse, Oral health care service standard

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 2: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

2

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Keterbatasan jumlah dokter gigi di daerah Hulu Sungai Selatan membuat masyarakat

kurang mendapatkan akses untuk pelayanan kesehatan gigi yang dibutuhkannya. Berdasarkan

data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), rasio dokter gigi di Indonesia tahun 2013 adalah 9,7

dokter gigi per 100.000 penduduk, dengan rentang 2,7-50,5 per 100.000 penduduk, dengan nilai

berkisar 4,9 di Provinsi Kalimantan Selatan. Rasio dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan

berkisar 2,2 per 100.000 penduduk. Berdasarkan target indikator Indonesia sehat, secara nasional

rasio dokter gigi 11 per 100.000 penduduk, dapat dilihat bahwa masih kurang 8,8 untuk mencapai

target indikator Indonesia sehat. Untuk jumlah penduduk sebesar 227.153 orang di Kabupaten

Hulu Sungai Selatan yang hanya terdapat 5 dokter gigi (Pusdatin Kalimantan Selatan, 2013;

Pusdatin Kalimantan Selatan, 2014). Oleh Karena itu, untuk mencapai target indikator Indonesia

sehat masih kurang sekitar 18 orang dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai. Berdasarkan data

tersebut terlihat bahwa dokter gigi merupakan tenaga medis yang jumlahnya sangat sedikit.

Secara umum dapat dikatakan bahwa keberadaan dokter gigi di puskesmas kab/kota di Provinsi

Kalimantan Selatan sangat kurang dan penyebarannya tidak merata.

Keberadaan tenaga kesehatan gigi lain seperti tukang gigi dan perawat gigi turut berperan

dalam menanggulangi permasalahan gigi dan mulut masyarakat di daerah kabupaten hulu sungai

selatan dan cenderung dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dibandingkan dokter gigi. Tenaga

kesehatan gigi lain dapat meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut selama sesuai

dengan pendidikan yang diperolehnya serta memenuhi standar yang telah ditetapkan. Disisi lain

akan timbul permasalahan apabila terjadi ketidaksesuaian antara pendidikan yang diperoleh

dengan kenyataan praktik kerja dari tenaga kesehatan gigi selain dokter gigi. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan mutu pelayanan tenaga kesehatan gigi yang berperan aktif dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat. (Ayudewi, 2016 )

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian awal terhadap beberapa responden, dapat

disimpulkan bahwa masyarakat dalam melakukan penanganan kesehatan gigi dan mulutnya

mengunjungi tenaga kesehatan gigi yang beragam yaitu dokter gigi, perawat gigi, dan tukang

gigi. Dari 12 responden terdapat 9 orang yang menyatakan bahwa mereka pernah berkunjung ke

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 3: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

3

Universitas Indonesia

perawat gigi apabila terjadi masalah pada kesehatan gigi dan mulutnya. Hal-hal tersebut

dikarenakan jumlah perawat gigi di kabupaten Hulu Sungai Selatan lebih banyak dibandingkan

dokter gigi dan tukang gigi. (Ayudewi, 2016 )

Menurut Kepmenkes RI Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 disebutkan bahwa dalam

melakukan tugas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, perawat gigi mempunyai pedoman berupa

standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk tercapainya pelayanan yang bermutu

(Kepmenkes RI,2006). Distribusi jumlah perawat gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatanlebih

banyak dibandingkan dokter gigi dan tukang gigi yaitu sejumlah 40 perawat gigi dimana

sebanyak 34 orang yang bekerja di puskesmas, 5 orang bekerja di Rumah Sakit, dan 7

diantaranya bekerja di Praktik Mandiri. (PPGI, 2016). Sehingga, terdapat berbagai factor yang

mempengaruhi pemilihan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya perawat gigi di kab

HSS ini, factor-faktor tersebut diantaranya adalah demografi, factor social yang meliputi (tingkat

pendidikan,etnis, dan ras), factor kepercayaan kesehatan, penghasilan keluarga, sumber daya

masyarakat, dll. (Andersen, 2005; Newman, 2005).

Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan untuk

melihat kesesuaian pelayanan yang dilakukan perawat gigi di lapangan dengan standar asuhan

pelayanan kesehatan gigi mulut serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk

memilih perawat gigi atau tenaga kesehatan gigi lain untuk menangani masalah kesehatan gigi

dan mulutnya.

Tinjauan Teoritis

Perawat gigi adalah satu unsur pemberi pelayaan kesehatan gigi di institusi pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya yang secara nyata telah

membaktikan dirinya di Indonesia sejak tahun 1953 yaitu pada kelulusan pertama Sekolah

Pengatur Rawat Gigi (SPRG). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035

Tahun 1998 tentang perawat gigi dinyatakan bahwa perawat gigi adalah setiap orang yang telah

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan perawat gigi yang telah diakui oleh pemerintah dan

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 4: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

4

Universitas Indonesia

lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Perawat gigi merupakan salah satu jenis

tenaga kesehatan dalam kelompok keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus

berdasarkan standar profesi dan dalam menjalankan tugas profesinya diarahkan untuk

meningkatkan mutu dan kerja sama dengan profesi terkait (Kepmenkes RI,1998).

Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi

Menurut Kepmenkes RI Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan

Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut oleh Perawat gigi, Standar pelayanan asuhan kesehatan gigi

dan mulut adalah suatu pedoman yang harus digunakan oleh perawat gigi dalam menjalankan

tugas pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut agar tercapai pelayanan yang bermutu.13

Sedangkan menurut Permenkes No. 58 tahun 2012 pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut

adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif

sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok, dan masyarakat yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal (Permenkes RI, 2012).

Standar Asuhan Kesehatan gigi mulut perawat gigi diantaranya meliputi :

1. Standar Promotif :

a. Standar penyusunan rencana kerja penyuluhan asuhan kesehatan gigi dan mulut

b. Standar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

c. Standar pelatihan kader

2. Standar Preventif :

a. Standar sikat gigi massal kesehatan gigi dan mulut

b. Standar bimbingan kumur-kumur dengan larutan fluor

c. Standar pembersihan karang gigi

d. Standar pengolesan fluor

e. Standar penumpatan pit dan fissure sealant

3. Standar Kuratif :

a. Standar Pencabutan Gigi Sulung Goyang derajat 2 (dua) atau lebih .

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 5: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

5

Universitas Indonesia

1) Melakukan anastesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut

2) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan

3) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi

b. Standar Atraumatic Restorative Treatment (ART)

1) Teknik penumpatan gigi hanya menggunakan hand instrument pada karies gigi yang

masih dangkal

2) Penumpatan gigi tanpa menghilankan jaringan gigi yang sehat

3) Tersedianya bahan tumpatan glass ionomer untuk ART

4) Melakukan manipulasi bahan glass ionomer

5) Melakukan polishing

6) Gigitan sesuai

c. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan amalgam

1) Memasang Matrix pada tumpatan 2 bidang

2) Menghaluskan permukaan tumpatan

3) Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya

d. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan sewarna gigi

1) Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1-2 bidang

2) Memasang matrix seluloid

e. Standar Pencabutan gigi permanen akar tunggal dengan anastesi infiltrasi

f. Standar rujukan

g. Standar Pencatatan dan pelaporan

Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat Gigi

Berdasarkan Permenkes No 58 Tahun 2012 pasal 16 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam

menjalankan pekerjaannya, Perawat gigi memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan

asuhan keperawatan gigi dan mulut meliputi :

a. upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut;

b. upaya pencegahan penyakit gigi;

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 6: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

6

Universitas Indonesia

c. tindakan medik dasar pada kasus penyakit gigi terbatas; dan

d. pelayanan higiene kesehatan gigi.

Pada Pasal 16 ayat 2 : Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

bagi Perawat Gigi yang melakukan pekerjaannya secara mandiri hanya memiliki kewenangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b yaitu upaya peningkatan kesehatan gigi

mulut dan upaya pencegahan penyakit gigi meliputi :

a. pemeriksaan plak;

b. teknik sikat gigi yang baik;

c. pembersihan karang gigi;

d. pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumur-kumur dan pengolesan

fluor pada gigi; dan

e. pengisian pit dan fissure dengan bahan fissure sealant

Perawat gigi yang akan melakukan pekerjaan secara mandiri harus memiliki standar

minimal sarana, peralatan, dan obat sesuai dengan kebutuhan asuhan pelayanan keperawatan gigi

dan mulut tertera pada pasal 23 ayat 1. Perawat Gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas

dalam bidang kedokteran gigi berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi

atau penugasan pemerintah sesuai kebutuhan tertera pada pasal 21 Ayat 1. Penugasan Pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Perawat Gigi yang bekerja di fasilitas

pelayanan kesehatan milik pemerintah tertera pada pasal 21 Ayat 2. Tindakan medik dasar pada

kasus penyakit gigi terbatas meliputi :

1. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan topical atau infiltrasi

anastesi;dan

2. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer, bahan amalgam atau bahan lainnya.

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 7: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

7

Universitas Indonesia

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional (penelitian non eksperimental), penelitian yang

bertujuan untuk pengamatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif–kualitatif, dimana

metode kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan angka persentase masing-masing

pelayanan yang diterima masyarakat dan yang diberikan oleh perawat gigi. Sedangkan metode

kualitatif digunakan untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Widoyoko, 2012). Penelitian ini menggunakan

pendekatan Cross Sectional yaitu variabel penelitian diukur atau dikumpulkan dalam satu waktu,

artinya mengadakan pengamatan hanya sekali terhadap beberapa variabel dalam waktu

bersamaan ). Pada metode kualitatif, terdapat 3 metode utama yaitu diskusi kelompok terarah,

observasi langsung, dan wawancara mendalam (In-depth interview). Pada penelitian ini metode

wawancara mendalam (In-depth interview) untuk mewawancara beberapa perawat gigi dan

beberapa masyarakat pasien perawat gigi secara individual untuk mendapatkan data secara luas

dan rinci (Notoatmodjo, 2003). Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik Nonprobability sampling dimana tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi

setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini, menggunakan teknik

purposive sampling untuk mengambil sampel masyarakat pengguna jasa perawat gigi dan

perawat gigi yang berada di di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. jumlah sampel minimal yang

diperlukan untuk penelitian ini adalah 88 orang pasien perawat gigi. Untuk mengantisipasi jika

terjadi kesalahan pada pengisian data, maka jumlah sampel yang diambil yaitu 102 orang

masyarakat pengguna jasa perawat gigi. Jumlah sampel untuk perawat gigi sebanyak 17 perawat

gigi yang dijadikan sampel penelitian dari 40 orang perawat gigi.

Hasil Penelitian

Hasil Analisis Kesesuaian Pelayanan yang Diterima Oleh Masyarakat Terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 8: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

8

Universitas Indonesia

Gambar 1. Distribusi Pelayanan yang Sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi

Keterangan Gambar :

1. Menerima penyuluhan kesehatan gigi mulut

2. Menerima penjelasan menyikat gigi yang benar

3. Menerima pelayanan karang gigi

4. Menerima pelayanan pengolesan obat di permukaan gigi

5. Menerima pelayanan pencabutan gigi susu

6. Menerima pelayanan pencabutan gigi tetap depan atas bawah

7. Menerima pelayanan penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi

8. Menerima pelayanan penambalan gigi dengan bahan tidak sewarna gigi

Hasil Analisis Ketidaksesuaian Pelayanan yang Diterima Oleh Masyarakat terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat

Gambar 2. Distribusi Pelayanan yang Tidak Sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

Perawat Gigi

74.51 83.3366.67

50.98 59.80 50.98 58.82

25.4925.49 16.6733.33

49.02 40.20 49.02 41.18

74.51

-

50.00

100.00

1 2 3 4 5 6 7 8

DistribusiPelayananyangSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi

Ya Tidak

56.86

7.84 13.73 5.88 6.86

36.27 37.2528.43

79.41

43.14

92.16 86.2794.12 93.14

63.73 62.7571.57

20.59

-

50.00

100.00

10 11 12 13 14 15 16 17 18

DistribusiPelayananyangTidakSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi

Ya Tidak

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 9: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

9

Universitas Indonesia

Keterangan Gambar :

10. Menerima pelayanan pencabutan gigi tetap belakang atas bawah 11. Menerima pelayanan pemasangan kawat gigi (alat otho) 12. Menerima pelayanan pemasangan gigi palsu sebagian (cekat ataupun lepasan) 13. Menerima pelayanan pemasangan gigi tiruan penuh 14. Menerima pelayanan pelayanan perawatan saluran akar 15. Menerima penanganan gusi bengkak berisi nanah ( abses ) 16. Menerima pelayanan pencabutan sisa akar 17. Menerima pelayanan penanganan gingivitis dan periodontitis 18. Menerima pemberian obat antibiotik dan antinyeri

Hasil Analisis Kesesuaian Pelayanan yang Diberikan Oleh Perawat Gigi Terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi

Gambar 3. Distribusi Pelayanan yang Sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi

Keterangan Gambar :

1. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi mulut

2. Memberikan penjelasan menyikat gigi yang benar

3. Memberikan pelayanan karang gigi

4. Memberikan pelayanan pengolesan obat di permukaan gigi

5. Memberikan penjelasan kumur-kumur fluoride

6. Memberikan pelayanan pencabutan gigi susu

7. Memberikan pelayanan pencabutan gigi tetap depan atas bawah

8. Memberikan pelayanan penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi

9. Memberikan pelayanan penambalan gigi dengan bahan tidak sewarna gigi

100 100 100

58.82

100 100 100 10082.35

0 0 0

41.18

0 0 0 017.65

0

50

100

150

1 2 3 4 5 6 7 8 9

DistribusiPelayananyangSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi

Ya Tidak

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 10: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

10

Universitas Indonesia

Hasil Analisis Ketidaksesuaian Pelayanan yang Diberikan Oleh Perawat Gigi terhadap Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi

Gambar 4. Distribusi Pelayanan yang Tidak Sesuai dengan Standar Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Perawat Gigi

Keterangan Gambar :

10. Memberikan pelayanan pencabutan gigi tetap belakang atas bawah 11. Memberikan pelayanan pemasangan kawat gigi (alat otho) 12. Memberikan pelayanan pemasangan gigi palsu sebagian (cekat ataupun lepasan) 13. Memberikan pelayanan pemasangan gigi tiruan penuh 14. Memberikan pelayanan pelayanan perawatan saluran akar 15. Memberikan penanganan gusi bengkak berisi nanah ( abses ) 16. Memberikan pelayanan pencabutan sisa akar 17. Memberikan pelayanan penanganan gingivitis dan periodontitis 18. Memberikan pemberian obat antibiotik dan antinyeri

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pilihan Masyarakat

Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi pilihan masyarakat

35.29 17.65 17.65 17.65 17.6558.82 64.71 76.47 94.12

64.71 82.35 82.35 82.35 82.3541.18 35.29 23.53 5.88

0

100

10 11 12 13 14 15 16 17 18

DistribusiPelayananyangTidakSesuaidenganStandarPelayananAsuhanPerawatGigi

Ya Tidak

Pertanyaan Kuesioner Persentase

Q1 ( Biaya ) 71,56 %

Q2 ( Jarak dan Sarana Transportasi ) 41,17 %

Q3 ( Berdasarkan keinginan sendiri ) 89,21%

Q4 ( Berdasarkan Rekomendasi Orang lain ) 24,5%

Q5 ( Pemahaman pelayanan yang diberikan ) 63,72%

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 11: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

11

Universitas Indonesia

Pembahasan

Dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh dari 102 responden, bahwa pelayanan-

pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diterima masyarakat dari perawat gigi masih beragam,

baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan. Pelayanan yang tidak

sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan rata-rata diberikan oleh perawat gigi dengan alasan

keterbatasan jumlah dokter gigi, permintaan dari masyarakat, biaya, jarak dan sarana transportasi,

serta keterbatasan alat dan bahan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancacra

mendalam terhadap beberapa responden, sebanyak 71,56% dari jumlah responden menyatakan

bahwa faktor biaya menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih perawat gigi ketika

mengalami permasalahan gigi dan mulut. Perbedaan tarif atau biaya antara dokter gigi dan

perawat gigi menjadi salah satu hal yang mempengaruhi pilihan masyarakat. Padahal jika

masyarakat paham mengenai sistem BPJS bahwa untuk pengobatan gigi adalah gratis jika

pengobatan dilakukan di puskesmas dan dilayani oleh tenaga dokter gigi, berbeda halnya apabila

berobat ke praktik mandiri dokter gigi atau perawat gigi. Sebanyak 41,17 % dari jumlah

responden menyatakan bahwa jarak dan sarana transportasi juga menjadi pertimbangan

masyarakat dalam memilih berobat ke perawat gigi. Lebih lanjut permintaan dan upaya

masyarakat untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi mulut tersebut terdeteksi bahwa

sebanyak 89,21% respondenmenyatakan bahwa dalam memilih pelayanan kepada perawat gigi

adalah berdasarkan keinginan sendiri. Terdapat faktor internal yang menyebabkan banyak

masyarakat memilih untuk menangani permasalahan kesehatan gigi mulutnya kepada perawat

gigi, factor tersebut diantaranya karena mereka menyatakan bahwa mereka puas terhadap

pelayanan yang diberikan oleh perawat gigi. Alasan masyarakat merasa puas mereka nyatakan

karena pelayanan yang diberikan sudah sesuai harapan, serta perawat gigi mempunyai sikap yang

ramah dan baik hati ketika menangani masyarakat pasien perawat gigi sehingga masyarakat

merasa nyaman.

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 12: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

12

Universitas Indonesia

Kesesuaian Pelayanan yang Diterima Masyarakat dan Diberikan Oleh Perawat Gigi di

Kab.Hulu Sungai Selatan terhadap Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

Perawat Gigi

Dari hasil wawancara mendalam terhadap beberapa responden, menyebutkan bahwa

mereka datang untuk berobat ke dokter gigi atau perawat gigi apabila sudah dalam keadaan

sakit dan mereka menyatakan bahwa lebih baik dicabut giginya daripada dilakukan perawatan

atau penambalan terhadap gigi mereka. Oleh karena itu, dalam penyampaian penyuluhan

harus dapat diperhatikan kualitas dan materi apa saja yang disampaikan berdasarkan kondisi

masyarakat di daerah tersebut. Edukasi yang tepat dapat menyadarkan dan mengubah

persepsi masyarakat terhadap perawatan gigi bahwa apabila gigi masih bisa dirawat

sebaiknya tidak dilakukan pencabutan.

Dalam penyampaian materi mengenai kesehatan gigi dan mulut pun harus dipastikan

apakah dalam penerimaan materi tersebut masyarakat sudah mengerti atau belum, sehingga

manfaat dari pelayanan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dapat dirasakan oleh

masyarakat. Penyuluhan yang sesuai akan terlihat dari segi kuantitas akan jumlah masyarakat

yang menerima dan memahami pelayanan tersebut dan juga dari segi kualitas penyampaian

materi dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencari

pengobatan.Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa responden, penyuluhan mengenai

kesehatan gigi dan mulut di kabupaten hulu sungai selatan masih belum menyeluruh dan

intensitas pelaksanaan kegiatan tersebut masih dibilang cukup minim, maka seharusnya

dibuat suatu program yang terstruktur untuk mengadakan promosi kesehatan lebih

menyeluruh ke setiap kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan dilakukan dengan

waktu yang terstruktur agar seluruh lapisan masyarakat di daerah Kab.HSS dapat

mendapatkan pengetahuan yang lebih untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut

mereka.

Selain daripada penyuluhan kesehatan gigi mulut serta cara menyikat gigi dengan

benar, masyarakat pasien perawat gigi juga menerima pelayanan tindakan pencegahan tahap

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 13: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

13

Universitas Indonesia

Specific protection dimana tahap ini meliputi seluruh pelayanan yang ditunjukan untuk

melindungi host terhadap bakteri-bakteri penyakit dengan cara meningatkan daya tahan host

atau membuat barrier terhadap bakteri dalam lingkungannya. Sebagai contoh pelayanan yang

sudah diterima oleh masyarakat pasien perawat gigi yaitu pengaplikasian pit and fissure

sealant dimana bahan diletakkan pada pit dan fissure gigi yang dapat bertujuan untuk

mencegah proses karies gigi. Namun, pelayanan ini hanya berlangsung beberapa waktu dan

sudah dalam jangka waktu yang lama tidak lagi diaplikasikan lagi hingga saat ini dikarenakan

bahan yang digunakan sudah tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan Kab.Hulu Sungai

Selatan. pembersihan karang gigi, pelayanan pit and fissure sealant, serta pelayanan

penjelasan mengenai teknik kumur-kumur fluoride untuk pencegahan karies gigi. Selanjutnya

yaitu, pembersihan karang gigi yang termasuk kepada tahap secondary prevention dimana

tindakan ini dilakukan untuk menghentikan perkembangan penyakit pada tahap awal dan

mencegah komplikasi berupa diagnosis dini dan perawatan yang adekuat. Pembersihan

karang gigi atau scaling yang rutin dapat mencegah terjadinya penyakit periodontal ataupun

penyakit pada rongga mulut lain yang tidak diharapkan (Sign 47, 2000).

Dapat dilihat bahwa meskipun masyarakat sudah menerima beberapa pelayanan

promotif dan preventif kesehatan gigi mulut, angka permasalahan kesehatan gigi dan mulut di

kab.Hulu sungai selatan masih tinggi. Oleh karena itu, jumlah perawat gigi sebanyak 40

orang yang dapat dibilang cukup memadai untuk dapat meningkatkan kesehatan gigi mulut

maupun mencegah terjadinya permasalahan gigi berlubang di kab.hulu sungai selatan dengan

cara meningkatkan pelayanan promotif dan preventif kesehatan gigi mulut karena pelayanan

tersebut sesuai dengan kompetensi dan standar pelayanan asuhan perawat gigi, sehingga

dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan jumlah perawat gigi yang cukup banyak.

Pelayanan yang diterima masyarakat pasien perawat gigi selain daripada pelayanan

promotif dan preventif, yaitu pelayanan kuratif berupa tindakan medik dasar pada kasus

penyakit gigi terbatas seperti pencabutan gigi susu, pencabutan gigi tetap akar tunggal,

penambalan gigi dengan bahan sewarna gigi, dan penambalan gigi dengan bahan tidak

sewarna gigi. Pelayanan tindakan medik terbatas tersebut sesuai dengan standar pelayanan

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 14: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

14

Universitas Indonesia

asuhan kesehatan gigi mulut perawat gigi dan boleh dilakukan oleh perawat gigi. Namun,

perawat gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran gigi

berdasarkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan pemerintah

sesuai kebutuhan dan diberikan kepada perawat gigi yang bekerja di fasilitas pelayanan

kesehatan milik pemerintah seperti puskesmas dan rumah sakit.

Ketidaksesuaian Pelayanan yang Diterima Masyarakat dan Diberikan Oleh Perawat Gigi

di Kab. Hulu Sungai Selatan terhadap Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

Perawat Gigi

Dapat dilihat bahwaPelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan asuhan

perawat gigi dan paling banyak diterima oleh masyarakat pasien perawat gigi yaitu pemberian

obat antibiotik dan antinyeri. Pelayanan tersebut dikatakan tidak sesuai karena tidak

dicantumkan dan dijelaskan di Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut Perawat

Gigi mengenai Pemberian Obat. Namun, pelayanan ini lah yang dibutuhkan oleh masyarakat

ketika merasakan sakit gigi yaitu diberikan obat dengan harapan apabila mereka datang

kepada tenaga kesehatan gigi, mereka tidak membeli atau mengkonsumsi obat sendiri tanpa

mengetahui jenis obat dan cara pemakaiannya. Keberadaan dokter gigi yang terbatas di

Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan keberadaan perawat gigi yang jumlahnya dapat dibilang

cukup memadai membuat masyarakat datang ke perawat gigi untuk menyelesaikan

permasalahan gigi dan mulutnya. Ketika masyarakat berusaha untuk pergi ke tenaga

kesehatan gigi untuk mengatasi sakitnya dapat dikatakan berarti terdapat perilaku untuk

mencari pengobatan ( Health seeking behaviour).

Apabila perawat gigi dapat memberikan obat dan menjelaskan cara pemakaian obat

dengan benar sesuai dengan keadaan pasien maka dapat membantu mengatasi masalah

tersebut, namun apabila perawat gigi dalam memberikan dan menyampaikan mengenai obat

tidak tepat akan menimbulkan efek atau hal-hal yang tidak diharapkan, karena dalam

memberikan obat terdapat hal-hal yang perlu dipahami diantaranya yaitu mekanisme kerja

obat, konsentrasi obat pada plasma, indikasi dan kontraindikasi dari masing-masing jenis

obat, serta respon obat terhadap individu.

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 15: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

15

Universitas Indonesia

Sebenarnya, meskipun dalam Standar Pelayanan Asuhan tidak tercantum mengenai

pemberian obat tetapi dalam Standar Kompetensi perawat gigi terdapat pengetahuan yang

dimiliki oleh perawat gigi yaitu ilmu farmakologi. Dapat dilihat bahwa sebenarnya perawat

gigi mempunyai kemampuan dalam pemberian obat namun apabila tidak tercantum dalam

Standar Pelayanan Asuhan berarti tidak diberi wewenang untuk memberikan obat meskipun

perawat gigi mempunyai pengetahuan mengenai obat.

Hal ini beriringan dengan pelayanan lain yang diberikan perawat gigi dan tentunya

yang sering dialami masyarakat yang membutuhkan penanganan yang cepat yaitu

penanganan abscess, abscess disini digambarkan oleh masyarakat sebagai gambaran gusi

bengkak sakit dan berisi nanah. Dalam melakukan penanganan abscess pun tergantung jenis

abscess nya, pelayanan pertolongan kegawatdaruratan tidak dijelaskan secara terperinci di

Standar Pelayanan Asuhan perawat gigi, Namun dalam Standar Kompetensi terdapat uraian

mengenai kompetensi perawat gigi bahwa mampu mengelola kegawatdaruratan gigi yang

terjadi selama dan sesudah tindakan, memberikan pertolongan pertama pada trauma

maxillofacial, abscess, periodontitis, dan pertolongan pada kasus gigi gangren dengan

periapikal abscess. Apabila banyaknya masyarakat yang mengalami abscess berawal dari

infeksi odontogenik dapat ditangani dengan prosedur terapi antibiotik dan antinyeri apabila

pada saat itu sedang mengalami nyeri dan dapat pula dilakukan prosedur insisi dan drainase,

PSA, kuretase gingiva, maupun ekstraksi (Hupp Elis, 5th ed). Namun penanganan ini

berkaitan dengan pelayanan pemberian obat karena dalam keadaan seperti ini bersifat darurat

terutama apabila pasien merasakan sakit pasti harus diberikan pertolongan berupa pemberian

obat terlebih dahulu. Penanganan hal tersebut dapat dilakukan di berbagai tempat yaitu di

puskesmas, rumah sakit, maupun tempat praktik mandiri. Apabila dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan dan dokter gigi sedang berada di lokasi penanganan akan dilakukan oleh

dokter gigi, namun Karena jumlah dokter gigi yang terbatas banyak perawat gigi yang

menangani langsung pasien apabila kasusnya masih dapat ditangani apabila pada kasus kasus

kompleks perawat gigi akan menunggu dokter gigi apabila pada saat itu sedang ada kegiatan

lain dan meminta pasien untuk kembali lagi. Jika seluruh puskesmas di Kabupaten Hulu

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 16: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

16

Universitas Indonesia

Sungai Selatan terdapat setidaknya satu orang dokter gigi maka penanganan setidaknya aman

karena terdapat pengawasan langsung dari dokter gigi. Namun apabila perawat gigi

mengerjakannya sendiri baik itu di fasilitas pelayanan kesehatan maupun ada beberapa di

tempat praktik mandirinya maka diperlukan pengawasan yang khusus agar tidak terjadi

komplikasi dari penanganan tersebut.

Pelayanan lain yang banyak diterima oleh masyarakat yaitu pencabutan gigi belakang

tetap RA dan RB serta pencabutan sisa akar.Meskipun tenaga kesehatan gigi telah

menyarankan untuk mempertahankan kondisi gigi mereka yang masih bisa dirawat seperti

dengan penambalan, perawatan saluran akar, tumpatan sementara, dll namun selain daripada

keinginan masyarakat untuk praktis dengan dicabut gigi gerahamnya terdapat faktor lain yang

mungkin jadi kendala masyarakat untuk melakukan perawatan terhadap gigi mereka yaitu

keterbatasan bahan yang ada di puskesmas sehingga untuk melakukan perawatan gigi seperti

perawatan saluran akar harus dirujuk ke Rumah Sakit dan hal itulah yang membuat

masyarakat malas untuk melakukan perawatan. Mereka menyatakan bahwa jika gigi belakang

ditambal akan mudah lepas tambalannya ketika dipakai untuk mengunyah makanan dan

sakitnya tidak hilang seutuhnya sehingga mereka menyatakan bahwa lebih baik dicabut gigi

belakangnya. Akan tetapi pada standar kompetensi perawat gigi dan Standar pelayanan

asuhan perawat gigi pencabutan gigi belakang Rahang atas dan rahang bawah tidak

diperbolehkan dan perawat gigi tidak mempunyai kompetensi terhadap pelayanan ini.

Namun, berdasarkan hasil wawancara masyarakat menyatakan bahwa mereka puas apabila

rasa sakitnya hilang dengan dicabutnya gigi belakangnya tersebut.

Pelayanan penanganan gingivitis atau gusi berdarah ketika menyikat gigi tidak terlalu

banyak diterima masyarakat, namun apabila terdapat keluhan darurat sama seperti

pelayanan-pelayanan tidak sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa harus ada

pengawasan dokter gigi. Penanganan gingivitis tidak dijelaskan dalam Standar Pelayanan

Asuhan, namun penanganan apabila terjadinya gingivitis karena kebiasaan menyikat gigi

yang salah dapat dilakukan dengan DHE (Dental Health Education) tentang cara menyikat

gigi yang benar dan apabila karena plak dan kalkulus perawat gigi boleh melakukan

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 17: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

17

Universitas Indonesia

pembersihan karang gigi supragingival,dan apabila gingivitis tidak ditangani dengan baik

akan menjadi periodontitis. Namun tidak ada penjelasan mengenai perawat gigi boleh

memberikan obat kumur untuk pasien dengan kondisi tersebut, dan apabila keadaan gusi

berdarahnya bukan karena hal-hal tersebut terutama apabila pasien memiliki penyakit

sistemik maka hal ini lah yang perlu diperhatikan terhadap penanganan gusi berdarah karena

tidak semua penyebabnya dapat diketahui dengan jelas.

Pelayanan lain seperti perawatan saluran akar, pemasangan gigi palsu penuh ataupun

sebagian, dan pemasangan alat orthodonthi termasuk jarang dilakukan oleh perawat gigi.

Namun masih ada beberapa yang menerima pelayanan tersebut, pelayanan ini sudah jelas

tidak boleh dilakukan oleh perawat gigi karena perawat gigi tidak memiliki kompetensi dalam

pelayanan-pelayanan tersebut, sehingga seharusnya perawat gigi tidak melakukannya karena

hal ini dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan nantinya.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian mengenai pelayanan-pelayanan yang tidak sesuai

dengan Standar Pelayanan Asuhan terdapat beberapa pelayanan yang sebenarnya sangat

dibutuhkan oleh masyarakat dari perawat gigi mengingat sangat terbatasnya jumlah dokter

gigi. Pelayanan-pelayanan tersebut yaitu Pemberian Obat Antibiotik dan Antinyeri ,

Penanganan Abscess tertetu , serta Penanganan Gingivitis tertentu. Dapat dikatakan demikian

karena perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah penyakit bertambah parah

seperti dalam teori konsep 5 level of prevention yaitu Dissability Limitation. (Sign 47, 2000)

Pelayanan-pelayanan tersebut sudah ada dalam kompetensi perawat gigi, namun tidak

dijelaskan dengan jelas di dalam Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi. Maka dari itu,

karena sebenarnya perawat gigi mempunyai kompetensi tersebut akan lebih baik apabila

kompetensi tersebut dapat menangani permasalahan kesehatan gigi dan mulut masyarakat

secara tertulis di standar pelayanan asuhan perawat gigi dengan batasan-batasan yang jelas,

potensi perawat gigi dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan standar pelayanan

asuhan yang sudah ada dalam standar kompetensi, sehingga apabila perawat gigi melakukan

pelayanan-pelayanan tersebut yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat mereka juga akan

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 18: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

18

Universitas Indonesia

mendapatkan perlindungan secara hukum apabila pelayanan-pelayanan tersebut diperjelas

kewenangannya dalam Standar Pelayanan Asuhan kesehatan gigi mulut perawat gigi.

Peran perawat gigi dapat dioptimalkan atau dititik beratkan dengan pelayanan

promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut, sehingga tidak hanya terfokus untuk

mengobati saja, namun mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan kesehatan gigi dan

mulut di masa yang akan datang.

Kesimpulan

1. Keberadaan perawat gigi di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang jumlahnya

cukup memadai tersebut dapat berperan penting dalam menanggulangi permasalahan

gigi dan mulut, sehingga banyak dari masyarakat yang menggunakan jasa perawat gigi

untuk mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulutnya.

2. Pelayanan-pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diterima masyarakat dari perawat

gigi masih beragam. Pelayanan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Asuhan Perawat

Gigi yang sudah dilakukan dengan baik perlu dipertahankan dan yang masih kurang

perlu ditingkatkan. Di sisi lain, apabila terdapat pelayanan yang tidak sesuai dengan

standar pelayanan asuhan tersebut dapat menimbulkan permasalahan terhadap

masyarakat maupun perawat giginya.

3. Peran perawat gigi dapat dioptimalkan atau dititik beratkan dengan pelayanan promotif

dan preventif kesehatan gigi dan mulut, sehingga tidak hanya terfokus untuk mengobati

saja, namun mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan kesehatan gigi dan mulut

di masa yang akan datang.

4. Perawat gigi dapat melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang kedokteran gigi

apabila mendapatkan pelimpahan tindakan secara tertulis dari dokter gigi atau penugasan

pemerintah sesuai kebutuhan

5. Beberapa pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan asuhan perawat gigi

sudah tercantum dalam kompetensi perawat gigi, namun tidak dijelaskan dengan jelas

dalam Standar Pelayanan Asuhan Perawat Gigi. Sebenarnya perawat gigi mempunyai

kompetensi tersebut, namun akan lebih baik apabila kompetensi tersebut dapat

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 19: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

19

Universitas Indonesia

menangani permasalahan kesehatan gigi dan mulut masyarakat secara tertulis di standar

pelayanan asuhan perawat gigi dengan batasan-batasan yang jelas, serta potensi perawat

gigi dapat ditingkatkan dengan adanya penambahan standar pelayanan asuhan yang

sudah ada dalam standar kompetensi, sehingga apabila perawat gigi melakukan

pelayanan-pelayanan tersebut yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat mereka juga akan

mendapatkan perlindungan secara hukum apabila pelayanan-pelayanan tersebut

diperjelas kewenangannya dalam Standar Pelayanan Asuhan kesehatan gigi mulut

perawat gigi.

6. Terdapat factor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam untuk menangani

permasalahan kesehatan gigi mulutnya diantara lain yaitu factor biaya, jarak dan

transportasi, serta factor internal dari sikap perawat giginya.

Saran

1. Diperlukan adanya pemberian edukasi kepada masyarakat di Kab.Hulu Sungai Selatan

mengenai kesehatan gigi mulut

2. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan lebih mendalami pelayanan yang diberkan dan

dengan responden perawat gigi yang lebih menyeluruh

3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatnya ketersediaan tenaga professional

khususnya dokter gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi dan mulut.

4. Peran perawat gigi dapat dioptimalkan atau dititik beratkan melalui pelayanan promotif

dan preventif kesehatan gigi dan mulut, sehingga tidak hanya terfokus untuk mengobati

saja, namun mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan kesehatan gigi dan mulut

di masa yang akan datang. Dapat dilakukan optimalisasi kinerja perawat gigi pada

pengaplikasian pit and fissure sealant agar sejalan dengan program Indonesia free caries

melalui upaya preventif

5. Dari hasil penelitian ini diharapkan untuk institusi terkait untuk dapat

mempertimbangkan jenis jenis pelayanan yang terdapat pada standar kompetensi namun

tidak dijelaskan secara jelas di standar pelayanan asuhan perawat gigi , agar potensi

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016

Page 20: Kesesuaian Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Mulut

20

Universitas Indonesia

perawat gigi di daerah yang membutuhkan pelayanan kesehatan gigi mulut dapat

ditangani sesuai dengan standar yang berlaku.

6. Pelayanan pemberian obat antinyeri dan antibiotik terhadap permasalahan gigi mulut

dapat dilakukan oleh dokter umum untuk menulis resep sesuai dengan obat yang

dibutuhkan apabila diperluk

Daftar Referensi

Riset Kesehatan Dasar 2013. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes

RI.

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kalimantan Selatan. (2013). Kemenkes RI.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Selatan. (2015).

Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kalimantan Selatan. (2014). Kemenkes RI.

Data Jumlah Perawat Gigi Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan. (2016).

Persatuan Perawat Gigi Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Andersen, R. & F. Newman John. (2005). Societal and Individual Determinants of Medical Care

Utilization in the United States. Millbank Memorial Fund: Blackwell Publishing; 83(4):1–

28.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor/1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang

perawat gigi. (1998).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/Menkes/SK/IV/2006 tentang Standar Pelayanan

Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Oleh Perawat Gigi. (2006).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pekerjaan Perawat Gigi. (2012).

Widoyoko, EP. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

SIGN 47. (2000). Preventing Dental Caries in Children at High Caries Risk.

Hupp Ellis Tucker. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 5th ed.

Kesesuaian standar ..., Ayudewi Komala Indriastuti, FKG UI, 2016