28
Keselamatan dan Keamanan Kerja Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus , karena penelitian menunjuk kan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada  pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium. Laboratorium adalah te mpat s taf  pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dg cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium. Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat y ang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud termasuk orang yg ada disekitarnya. Peraturan Keselamatan Kerja Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin : a. Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di laboratorium.  b. Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di laboratorium. c. Mengontrol penyimpanan dan p enggunaan bahan y ang mudah terbakar dan  beracun d. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak berdampak negative terhadap l ingkungan. Aturan umum yang terdapat d alam peraturan itu menyangku t hal hal sebagai berikut : a. Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.  b. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai

Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

Embed Size (px)

Citation preview

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 1/28

Keselamatan dan Keamanan Kerja

Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan perhatian khusus

, karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja dengan intensitas yangmengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3 seyogyanya melekat pada

 pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium. Laboratorium adalah tempat staf 

 pengajar, mahasiswa dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas

dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan

kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau

kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dg cara membina dan

mengembangkan kesadaran (attitudes) akan pentingnya K3 di laboratorium.

Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak berlebihan)

dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat yang ditimbulkan

serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan

berulang ulang  agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud

termasuk orang yg ada disekitarnya.

Peraturan Keselamatan Kerja

Tujuan Peraturan Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin :

a.  Kesehatan , keselamatan dan kesejahteraan orang yg bekerja di laboratorium.

 b.  Mencegah orang lain terkena resiko terganggu kesehatannya akibat kegiatan di

laboratorium.

c.  Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan

 beracun

d.  Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara,

sehingga tidak berdampak negative terhadap lingkungan.

Aturan umum yang terdapat dalam peraturan itu menyangkut hal hal sebagai berikut :

a.  Orang yang tak berkepintingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah

hal yang tidak diinginkan.

 b.  Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 2/28

 bahaya bahan kimia, alat alat dan cara pemakaiannya.

c.  Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk 

memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.

d.  Harus tau cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower,

respirator dan alat keselamatan kerja yang lain.

e.  Setiap laboran /Pekerja laboratorium harus tau memberi pertolongan darurat

(P3K).

f.  Latihan keselamatan harus dipraktekkan secara periodik bukan dihapalkan

saja

g.  Dilarang makan minum dan merokok di lab, bhal ini berlaku juga untuk 

laboran dan kepala Laboratorium.

h.  Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di

laboratorium

i.  Jauhkan alat alat yang tak digunakan, tas,hand phone dan benda lain dari atas

meja kerja.

Pakaian di Laboratorium

Pekerja laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang dikenakan

di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari hari. Busana atau pakaian di

laboratorium hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut :

a.  Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak oleh bahan kimia, sepatu yang

terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi.

 b.  Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat, rambut panjang

yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan. karena dapat tersangkut pada alat yang

 berputar.

c.  Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain dg baik 

meskipun, penggunaan alat alat keselamatan menjadikan tidak nyaman.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 3/28

Bekerja dg Bahan Kimia

Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan kecermatan

dalam penanganannya. Adapaun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai

 berikut :

a.  Hindari kontak langsung dg bahan kimia

 b.  Hindari menghirup langsung uap bahan kimia

c.  Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus

(  cukup dg mengkibaskan kearah hidung )

d.  Bahan kimia dapat bereaksi langsung dg kulit menimbulkan iritasi (pedih dan

gatal

Memindahkan Bahan Kimia

Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap kerjanya.

Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :

a.  Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan

dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat.

 b.  Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan

c.  Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan

d.  Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk 

menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros

Memindahkan Bahan Kimia Cair

Ada sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan bahan kimia yang wujudnyacair. Hal yang harus diperhatikan adalah :

a.  Tutup botol dibuka dg cara dipegang dg jari tangan dan sekaligus telapak 

tangan memegang botol tersebut.

 b.  Tutup botol jangan ditaruh diatas meja karena isi botol bisa terkotori oleh

kotoran yang ada diatas meja.

c. 

Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk menghindari percikan.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 4/28

d.  Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume shg lebih mudah.

Memindahkan Bahan Kimia Padat

Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan sebagai berikut :

a.  Gunakan sendok sungu atau alat lain yang bukan berasal dari logam.

 b.  Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.

c.  Gunakan alat untuk memindahkan bebas dari kontaminasi. Hindari satu

sendok untuk bermacam macam keperluan.

Cara Pemanasan Larutan dalam Tabung Reaksi

Pemanasan tabung reaksi sering dilakukan dalam suatu percobaan di laboratorium. Ada

 banyak reaksi yang harus dilakukan pemanasan untuk mempercepat proses reaksi. Tata

cara melakukan pemanasan tabung reaksi adalah :

a.  Isi tabung reaksi sebagian saja, sekitar sepertiganya.

 b.  Api pemanas terletak pada bag bawah larutan.

c.  Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

d.  Arah mulut tabung reaksi pada tempat yang kosong agar percikannya tidak 

mengenai orang lain.

Cara memanaskan dg gelas Kimia

Pemanasan yang dilakukan menggunakan gelas kimia ( bukan tabung reaksi) maka harus

memperhatikan aturan sebagai berikut :

a.  Gunakan kaki tiga sebagai penopang gelas kimia tersebut.

 b.  Letakkan batang gelas atau batu didih pada gelas kimia untuk menghindari

 pemanasan mendadak.

c.  Jika gelas kimia tersebut berfungsi sbg penagas air , isikan air seperempatnya

saja supaya tidak terjadi tumpahan.

Peralatan dan Cara Kerja

Bekerja dengan alat alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja, oleh karena itu

harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 5/28

a.  Botol reagen harus dipegang dg cara pada bagian label ada pada telapak 

tangan .

 b.  Banyak peralatan terbuat dari gelas , hati hati kena pecahan kaca. Bila

memasukkan gelas pada prop-karet gunakan sarung tangan sebagai pelindung

c.  Ketika menggunakan pembakar spritus hati hati jangan sampai tumpah di meja

karena mudah terbakar. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang apakah masih baik atau

tidak.

d.  Hati hati bila mengencerkan asam sulfat pekat, asam sulfatlah yang dituang

sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya.

Pembuangan Limbah

Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu perlu penanganan

khusus :

a.  Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .

b.  Buang pada tempat yang disediakan 

c.  Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.

d.  Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.

e.  Limbah yang tidak berbahaya (Misal : detergen) boleh langsung dibuang ,dg

 pengenceran air yang cukup banyak.

f.  Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.

g.  Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan

diberi label yg jelas.

Terkena Bahan Kimia

Kecelakaan kerja bias saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati hati. Bila hal itu terjadi

maka perhatikan hal hal sebagai berikut :

a.  Jangan panik .

 b.  Mintalah bantuan rekan anda yg ada didekat anda, oleh karenanya dilarang

 bekerja sendirian di laboratorium.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 6/28

c.  Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dg bahan tersegut, bila

memungkinkan bilas sampai bersih

d.  Bila kena kulit, jangan digaruk , supaya tidak merata.

e.  Bawaah keluar ruangan korban supaya banyak menghirup oksigen.

f.  Bila mengkawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedik secepatnya.

Terjadi Kebakaran

Kebakaran bisa saja terjadi di laboratorium, karena di dalamnya banyak tersimpan

 bahan yang mudah terbakar. Bila terjadi kebakaran maka :

a.  Jangan Panik 

 b.  Segera bunyikan alarm tanda bahaya.

c.  Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A;B atau C), padamkan dg kelas

 pemadam yang sesuai ( Contoh kebakaran klas B bensin, minyak tanah dll  

tidak boleh disiram dg air)

d.  Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung

dengan sapu tangan.

e.  Tutup pintu untuk menghambat api membesar dg cepa.

f.  Cari Bantuan Pemadam Kebakaran , oleh karenanya No Telpon Pemadam

Kebakaran haru ada di Lab.

Kombinasi Bahan yang harus dihindari

Kombinasi bahan dibawah ini berpotensi terjadi kecelakaan kerja, oleh karenanya harus

dihindari.

a.   Natrium atau Kalium dg air 

 b.  Amonium nitrat, serbuk seng dan air 

c.  Kalium nitrat dg natrium asetat

d.   Nitrat dengan ester 

e.  Peroksida dg magnesium, seng atau aluminium

f.  Benzena atau alkohol dg api

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 7/28

Gas Berbahaya

Ada beberapa gas yang berbahaya keberadaanya di laboratorium. Gas gas tersebut adalah :

a.  Bersifat Iritasi

gas HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin,sulfur dioksida ( cermati baunya yg nyegrak).

 b.  Karbon monoksida

sangat mematikan, semua reaksi yang menghasilkan gas tersebut dihindari, karena tidak 

 berwarna, dan tidak berbau

c.  Hidrogen sianida berbau seperti almond

Hidrogen sulfida dikenali dari baunya Hidrogen selenida

Simbol Bahaya

Di lingkungan lab terdapat benda benda yang berbahaya berikut ini ada beberapa

simbul bahaya yang harus dikenalai

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 8/28

DAFTAR PUSTAKA

American conference of governmental hygienist (1993). Threshold Limit Value and 

 Biological Exposure Indices for 1993-1994. Cincinnati, Ohio.

Haryoto Kusnoputranto (1995). Toksikologi Lingkungan. Universitas Indonesia. Fakultas

Kesehatan Masyarakat .

Lembaga Informasi dan Publikasi Indonesia (1995).  Petunjuk Pelaksanaan Peraturan dan

 Perundangan di Bidang Ketenagakerjaan, Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan

 Kerja.

Bahan Ajar Pelatihan Manajemen Laboratorium, Deroktoral Jendral Pendidikan Tinggi,

Proyek Peningkayan Manajemen Pendidikan tinggi, 2002

Mariati; 1998. Bahan Kimia Berbahaya. Penataran pengelolaan Laboratorium (Laboratorium

Manajemen) Fakultas Kedokteran USU Medan.

Denny Hanifa Maher. 2001.  Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.  Modul Mata

Kuliah Pengantar Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Harrington, JM, Gill, FS, 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa Sudjoko Kuswadji.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sugandi Didi. 2003. Keselamatan Kerja.Bunga Rampai Hiperkes & KK .Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponogoro

Suma’mur P.K.1967.  Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : PT Toko Gunung

Agung.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 9/28

BAHAN KIMIA BERBAHAYA 

Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan,

 penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas,

serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan

dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang

 berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-

 barang[1]. 

1.1 Penggunaan Bahan Kimia[2] 

Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga

kelompok besar yaitu :

1.   Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,

diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen,dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai

dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau

fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan

komposisi suatu zat[3]. 

2.   Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia

sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan

listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.

3.  Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembanganserta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga

 penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.

Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga

 para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat

dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar,

 beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia

mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan

 penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut,

 penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yangdiakibatkannya.

1.2 Klasifikasi Umum[4] 

Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan

 pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya

diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 10/28

Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau

menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan

atau kontak lewat kulit.

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh

tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu

organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat

tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek 

kesehatan pada jangka panjang[5]. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat

melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak 

dengan jaringan tubuh atau bahan lain.

Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran

 pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi

(jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan

kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia

dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi,

sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.

Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada

yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT),

nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan

oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan

gas yang mudah terbakar.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gasyang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 11/28

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas

yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan

aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.

Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang

mempunyai sifat kimia yang lebih dari satu sifat.

1.3 Sistem Klasifikasi PBB[6] 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan berbahaya

seperti tabel berikut ini.

Tabel 2.2 : Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan PBB 

Klas Penjelasan

Klas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu

dan mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan

merusak sekeliling

Klas II (Cairan mudah

terbakar)

1.  Gas mudah terbakar 

2.  Gas tidak mudah terbakar 

3.  Gas beracun

Klas III (Bahan mudah

terbakar)

1.  Cairan : F.P <23oC

2.  Cairan : F.P >23oC

( F.P = flash point)

Klas IV (Bahan mudahterbakar selain klas II

dan III)

1.  Zat padat mudah terbakar 

2.  Zat yang mudah terbakar dengan

sendirinya

3.  Zat yang bila bereaksi dengan air 

dapat mengeluarkan gas mudah

terbakar 

Klas V (Zat pengoksidasi) 1.  Oksidator bahan anorganik 

2.  Peroksida organik 

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 12/28

Klas VI (Zat racun) 1.  Zat beracun

2.  Zat menyebabkan infeksi

Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/g

Klas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak 

1.4 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya[7] 

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan,

sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan

aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung

 bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai

kombinasi dari pengaruh tersebut.

Penyimpanan bahan kimia berbahaya sebagai berikut :

1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-

duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan

dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan

 bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.

Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan

harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh darisumber panas[8]. 

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat

dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain

itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan

ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan

uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup

dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksaakan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.

Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan

terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan

memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk 

 pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut[9]. 

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau

 beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 13/28

 pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti

meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :

a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada

waktu ada uap dari bahan bakar dan udara

 b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan

diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api

c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya

d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi

 panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat

laun menjadi panas

e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai

f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan

g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok 

h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi

asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodik 

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)[10] 

Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan

harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang,

 bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang

 penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari

 bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas

dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus

dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau penerangan yang

 bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat

 bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api

terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah,

atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun

dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum

menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah

yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar 

suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus

dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik apirendah.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 14/28

Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada

 bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator 

menyediakan oksigen sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan

 panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar 

maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah

dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam

ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas

yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan

asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka

 bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika

konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap

 bahan asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan

rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harusdijaga agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam

ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada

tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan

memasang sprinkler.

9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)[11] 

Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek 

somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai

5000[Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas

trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis

yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada

keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung

radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom,

tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan

mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup

untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan,

 packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah

ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan

radioaktif diantaranya :

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 15/28

  Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom

  Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap

radiasi

  Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif danatau Sumber Radiasi lainnya

  Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif 

Maka  Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya

 berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :

Gambar Peta

keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw material. 

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 16/28

1.5 Lembar Data Bahaya[12] 

Lembar data bahaya (Hazard Data Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data

Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang

detail tentang bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik 

kimia atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS) yang

aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International Labour 

Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP). HDSs/MSDSs/CSDSs

merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi

kualitasnya dapat bervariasi. Jika anda menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap

keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit untuk dibaca dan dimengerti.

Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat informasi yang cukup tentang

 bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja dengan bahan kimia

tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk menggunakan

sumber informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik untuk mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap

 penggunaan bahan kimia di tempat kerja.

Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat

 berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.

Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik 

 Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama

yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus

mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi

yang diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.

 Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat,

dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi

 pengguna produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi

tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.

Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya

Untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya ≥ 1% dari produk. Pengecualian

untuk zat karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas

konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL)[13] dan The Recommended Threshold

Limit Value (TLV )[14] harus didata dalam HDSs.

Bagian 3 : Data Fisik 

Bagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-

lain. Informasi pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan

 jenis bahaya yang ditimbulkannya.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 17/28

Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan

Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan

kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk 

mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.

Bagian 5 : Data Reaktifitas

Bagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak,

 bahaya apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata

ketidakcocokan substansi, substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara

 bersamaan. Informasi ini penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.

Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan

Rute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan

kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah

kesehatan yang makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang

direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.

Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan

Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur 

 pembersihan, metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan

 penanganan tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik 

 pembuat produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari

menghirup asap atau hindari kontak dengan kulit.

Bagian 8 : Pengukuran Kontrol

Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan

alat pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe

respirator, baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk 

harus diberitahu. Lebih dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs

 boleh dengan simple menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus

harus digunakan. Bagian ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control

engineering.

1.6 Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya[15] 

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah

atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang

esensial. Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum

mengetahui sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para

konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat

 penting.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 18/28

Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam

 perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai

 perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap

diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya

adalah sebagai berikut[16] :

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 19/28

Gambar 2.14 Tanda bahaya dari bahan kimia 

Keterangan :

E = Dapat Meledak T = Beracun

F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif 

F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi

O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan

T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan

2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BIDANG KIMIA 

2.1 Pengertian Keselamatan Kerja[17] 

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,

 bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta tata cara melakukan

 pekerjaan.

Tujuan keselamatan kerja adalah :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk 

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Sasaran keselamatan kerja adalah semua tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di

 permukaan air, di dalam air, dan di udara yang menyangkut proses produksi dan distribusi

 baik barang maupun jasa.

Asas pokok keselamatan kerja dicetuskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

dengan ketentuan yang mewajibkan pengusaha untuk mengatur dan memelihara ruangan, alat

 perkakas di mana ia menyuruh pekerja melakukan pekerjaan, demikian pula mengenai

 petunjuk-petunjuk, sehingga pekerja terlindung dari bahaya yang mengancam badan,kehormatan, dan harta bendanya mengingat sifat pekerjaan yang selayaknya

diperlukan. Sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban tesebut, ialah pengusaha wajib

mengganti kerugian yang menimpa pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, kecuali

 pengusaha dapat membuktikan bahwa tidak terpenuhinya kewajiban tersebut disebabkan oleh

keadaan yang memaksa atau kerugian yang dimaksud sebagian besar disebabkan karena

kesalahan pekerja sendir i[18] 

2.2 Pengertian Kesehatan Kerja[19] 

Kesehatan kerja adalah perlindungan bagi pekerja terhadap pemerasan/eksploitasi tenagakerja oleh pengusaha. Larangan memperkerjakan anak dibawah umur, pembatasan

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 20/28

melakukan pekerjaan bagi orang muda dan wanita, pengaturan mengenai waktu kerja, waktu

isirahat, cuti haid, bersalin dan keguguran kandungan bagi wanita, dimaksudkan untuk 

menjaga kesehatan, keselamatan dan serta moral kerja dari pekerja sesuai dengan harkat dan

martabatnya serta layak bagi kemanusiaan.

2.3 Pengertian Kecelakaan Kerja[20] 

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada suatu

 perusahaan, hubungan kerja disini berarti bahwa kecelakaan dapat dikarenakan oleh

 pekerjaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga karena

kejadian tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan apalagi perencanaan, tidak diharapkan

karena kejadian tersebut disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang teringan

sampai yang terberat.

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan

kecelakaan kerja. Bahaya tersebut disebut bahaya potensial jika bahaya tersebut belum

mendatangkan kecelakaan, jika kecelakaan telah terjadi maka bahaya tersebut adalah bahaya

nyata.

2.4 Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi Bahan Kimia[21] 

Kebijakan pemerintah indonesia di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan

salah satu bagian dari kebijakan pemerintah di bidang perlindungan tenaga kerja yang telah

digariskan oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

” Upaya perlindungan tenaga kerja perlu terus ditingkatkan melalui perbaikan syarat kerja

termasuk upah, gaji dan jaminan sosial, kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan dan

lingkungan kerja, serta hubungan kerja dalam rangka peningkatan kesejahteraan para pekerja

secara menyeluruh.” 

Berdasarkan GBHN tersebut oleh pimpinan Departemen Tenaga Kerja digariskan sebagai

kebijakan Derparteman Tenaga Kerja yang antara lain menyangkut keselamatan dan

kesehatan kerja sebagai salah satu prioritas.

Penanganan bahan kimia khususnya bahan kimia berbahaya merupakan sasaran utama dalam

rangka penanganan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan karena bahan kimia

merupakan sumber dari malapetaka yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja,

seperti kebakaran, peledakan, gangguan kesehatan yang merupakan penyakit akibat kerja.

Kebijakan penanganan bahan kimia khususnya dalam penggunaan dibidang

industri/perusahaan pada dasarnya meliputi kebijakan :

  Pembuatan peraturan/perundang-undangan

  Pengawasan

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 21/28

  Pendidikan/penyuluhan/training

  Survei/penelitian

  Informasi

  Standarisasi

  Kampanye

Ada beberapa peraturan perundangan ketenagakerjaan khususnya yang menyangkut

 perlindungan tenaga kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta penanganan bahan

 berbahaya. Peraturan perundangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

  UU No. 14/1969 tentang Pokok-pokok Ketenagakerjaan, khususnya pasal 9 dan 10

 UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja

  UU dan Peraturan Uap tahun 1930

  UU Petasan tahun 1932

  UU tentang Timah Putih tahun 1931

  Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran dan

Penggunaan Pestisida

  Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap Radiasi

  Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/Men/198 tentang

Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja

  Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.03/Men/1985 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Pemakaian Asbes

  Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan dan

Kesehatan di tempat kerja yang mengelola pestisida

 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE. 02/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas Bahan Kimia

Selain peraturan perundangan di atas masih ada beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh

instansi di luar Departemen Tenaga Kerja yang masih menyangkut keselamatan dan

kesehatan kerja serta penanganan bahan berbahaya.

2.5 Undang-Undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970[22] 

Kebijakan pemerintah dalam peraturan perundangan ketenagakerjaan yang menyangkut

 perlindungan tenaga kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja banyak jumlahnya,

tetapi pada dasar teori ini penulis hanya menyajikan Undang-undang nomor 1 tahun 1970yang menurut penulis dirasa cukup untuk mewakili penelitian ini.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 22/28

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun

1970 sebagai pengganti Veilighedsreglement Stbl.No.406 yang berlaku sejak tahun

1910. Latar belakang penggantian Veilighedsreglement tersebut sebagaimana dikemukakan

dalam penjelasan umum undang-undang no.1 tahun 1970 dikarenakan telah banyak hal yang

sudah terbelakang dan perlu diperbaharui sesuai perkembangan peraturan perlindungantenaga kerja lainnya dan perkembangan serta kemajuan teknik dan industrialisasi di Indonesia

dewasa ini dan untuk selanjutnya.

Pasal-pasal dari undang-undang no.1 tahun 1970 yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

   Pasal 2 ayat 1, Yang diatur oleh undang-undang ini adalah keselamatan kerja dalam

segala tempat kerja , baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air 

maupun di udara , yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik 

Indonesia.

   Pasal 2 ayat 2, Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 tersebut berlaku dalam tempat

kerja dimana :

 b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau di simpan bahan

atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi,

 bersuku tinggi.

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui

terowongan, di permukaan air, dalam air maupun udara.

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok stasiun atau

gudang.

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu , kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.

   Pasal 3, Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

 b. Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran

n. Mengamankan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bagunan

 p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan

 barang.

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 23/28

 Pasal 4 ayat 1, Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,

 pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan

aparat produksi yang mengandung dan menimbulkan bahaya kecelakaan.

Pengendalian Bahaya Pencemaran Udara/Polusi. 

Pengendalian bahaya akibat pencemarann udara atau kondisi udara yang kurang nyaman

dapat dilakukan antara lain dengan pembvuatan ventilasi yang memadai.

Penyelenggaraan ventilasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :

1. Ventilasi Umum : pengeluaran udara terkontaminasi dari suatu ruang kerja melalui

suatu bukaan pada dinding bangunan dan pemasukan udara segar melalui bukaan lain atau

kebalikannya. Disebut juga sebagai ventilasi pengenceran.

2. Ventilasi pengeluaran setempat: pengisapan dan pengeluaran kontaminan secara

serentak dari sumber pancaran sebelum kontaminan tersebar ke seluruh ruangan.

3. Ventilasi penurunan panas : perlakuan udara dengan pengendalian suhu, kelembaban,

kecepatan aliran dan distribusi untuk mengurangi beban panas yang diderita naker.

Maksud diselenggarakannya ventilasi adalah :

1. Menurunkan kadar kontaminan dalam lingkungan kerja sampai pada tingkat yang tidak 

membahayakan kesehatan naker yaitu di bawah NAB sehingga terhindar dari PAK.

2. Menurunkan kadar yang tidak menimbulkan kebakaran atau peledakan yaitu di bawah

Batas Ledak Terendah (BLT) atau Lower Explosive Limit (LEL).

3. Memberikan penyegaran udara agar diperoleh kenyamanan dengan menurunkan tekanan

 panas.

4. Meningkatkan ketahanan fisik dan daya kerja naker 

5. Mencegah kerugian ekonomi karena kerusakan mesin oleh korosi, peledakan, kebakaran,

hilang waktu kerja karena sakit dan kecelakaan dsb.

Adapun cara menyelenggarakan ventilasi terdiri dari :

1. Secara alamiah di mana aliran atau pergantian udara terjadikaren kekuatan alami : beda

tekanan udara sehingga timbul angin, beda suhu sehingga beda kerapatan udara antara

 bangunan dengan sekelilingnya.

2. Secara mekanis melalui :

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 24/28

a. Aliran atau pergantian udara terjadi karena kekuatan mekanis seperti kipas, blower dan

ventilasi atap.

 b. Kipas angin dipasang di dinding, jendela, atau atap.

c. Kipas angin berfungsi mengisap atau mengeluarkan kontaminan, tetapi juga dapatmemasukkan udara.

C. Alat Perlindungan Diri (Personal Protective Equipment) 

1. Head & Face protection

2. Eyes protection

3. Hearing protection

4. Respiratory protection

5. Hand protection

6. Foot protection

D. Kata kunci untuk pengaturan APD 

1. Upayakan perbaikan tempat ganti, cuci dan kakus agar terjamin kesehatan

2. Sediakan tempat makan dan istirahat yang layak agar unjuk kerja baik 

3. Perbaiki fasilitas kesejahteraan bersama pekerja

4. Sediakan ruang pertemuan dan pelatihan

5. Buat petu njuk dan peringatan yang jelas

6. Sediakan APD secara memadai

7. Pilihlah APD terbaik jika risiko bahaya tidak dieliminasi dengan alat lain

8. Pastikan penggunaan APD melalui petunjuk yang lengkap, penyesuaian dan latihan

9. Yakinkan bahwa penggunaan APD sangat diperlukan

10. Yakinkan bahwa penggunaan APD dapat diterima oleh pekerja

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 25/28

11. Sediakan layanan untuk pembersihan dan perbaikan APD secara teratur 

12. Sediakan tempat penyimpanan APD yang memadai

13. Pantau tanggung jawab atas kebersihan dan pengelolaan ruang kerja

E. Penanganan dan Penyimpanan Bahan 

1. Tandai dan perjelas rute transport barang

2. Pintu dan Gang harus cukup lebar untu arus dua arah

3. Permukaan jalan rata, tidak licin dan tanpa rintangan

4. Kemiringan tanjakan 5-8%, anak tangga yang rapat

5. Gunakan kereta beroda untuk pindahkan barang

6. Gunakan rak penyimpanan yang dapat bergerak atau mobil

7. Gunakan rak bertingkat di dekat tempat kerja

8. Gunakan alat pengangkat

9. Gunakan konveyor, kerek dll

Prioritas terpenting bagi perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan karyawan adalah

 jaminan kesehatan & keselamatan kerja, baik untuk pekerja maupun tenaga kontraktor.

Menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi karyawan dan kontraktor merupakan

salah satu isu paling penting bagi industri semen, kita menyadari bahwa perhatian harus

diberikan lebih banyak di area ini di keseluruhan industri dan adanya komitmen untuk 

memainkan peranan utama dalam proses.

Desain bangunan dan peralatan operasional yang aman, memiliki peranan yang penting

untuk mengurangi cidera dan insiden dan perusahaan pemasok peralatan industri secara pasti

 juga meningkatkan dan memperbaiki produk mereka hingga peralatan tersebut memenuhi

standar keselamatan yang tinggi. Namun pada kenyataannya, pelatihan keselamatan dan

kesehatan kerja yang efektif dan rutin serta budaya selamat merupakan alat yang paling

efektif guna mengurangi cidera dan tingkat kesakitan akibat kerja.

F. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran 

Pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya kebakaran adalah karena :

adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa

 berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian. Dengan demikianusaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap indivisu dan unit kerja agar jumlah peristiwa

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 26/28

kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin

melalui perencanaan yang baik. Melalui pelatihan ini diharapkan peserta mampu :

mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan melakukan

upaya pemadaman kebakaran dini.

Sebab-sebab kebakaran:

1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti : kurangnya pengertian pengetahuan

 penanggulangan bahaya kebakaran; kurang hati menggunakan alat dan bahan yang dapat

menimbulkan api; kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.

2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar matahari,

letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.

3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia di mana

 bahan bereaksi dengan udara, air dan juga dengan bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar.

4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase, mencari

keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, tujuan taktis

 pertempuran dengan jalan bumi hangus.

Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam

kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang

 bersangkutan.

a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana

1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect),sehingga

air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan

cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau

slang/pipa karet/plastik.

2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga

api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan sekopatau ember.

3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup

kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali

luas potensi api.

4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan

 pemadaman kebakaran.

 b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 27/28

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api

 pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan

konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry

chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari

oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabungkarena dorongan gas bertekanan.

G. Antisipasi Dan Tindakan Pemadaman Kebakaran 

1. Tempatkan APAR selalu pada tempat yang sudah ditentukan, mudah dijangkau dan

mudah dilihat, tidak terlindung benda/perabot seperti lemari, rak buku dsb. Beri tanda

segitiga warna merah panjang sisi 35 cm.

2. Siagakan APAR selalu siap pakai.

3. Bila terjadi kebakaran kecil : bertindaklah dengan tenang, identifikasi bahanterbakar dan tentukan APAR yang dipakai.

4. Bila terjadi kebakaran besar : bertindaklah dengan tenang, beritahu orang lain untuk 

 pengosongan lokasi, nyalakan alarm, hubungi petugas pemadam kebakaran.

5. Upayakan latihan secara periodik untuk dapat bertindak secara tepat dan tenang

H. Bahaya Radiasi 

Dua tipe energi radiasi menyebabkan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh

teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi panas dari proses seperti pengolahan baja,dan kedua adalah radiasi alpa, beta, gamma yang meningkatkan emisi partikel radio aktif.

Kenaikan suhu panas menimbulkan kekejangan, iritasi kulit, dan penyakit psikologi bagi

 pekerja. Sumber panas biasanya dapat terlindungi atau didaur ulang untuk mengurangi

 jumlah energi yang dilepaskan. Pendingin udaradan sistem ventilasi mungkin mengurangi

masalah sumber panas, dan melindungi peralatan dan pakaian.

Sinar gamma memiliki energi yang sangat besar dan dapat menyebabkan masalah bahan

radio aktif untuk melindungi terhadap radiasi sinar gamma, perlu membangun sarana

konstruksi gedung yang tebal beberapa kaki, sebaiknya sinar alpa dan beta kurang berenergi,

dapat dilindungi terhadap lapisan plastik tebal.

Bagian yang tak terlindungi radiasi energi secara langsung berkaitan dengan waktu. Itu

sebabnya mengapa penting untuk mengukur intensitas sumber panas, dan panjang bagian

yang terlindungi pada periode intensitas yang telah diketahui. Perlindungan juga dapat

 berisikan penggunaan kantang atau pengendali jarak jauh yang tak terlindungi mengurangi

 proporsi jarak setiap persegi.

Salah satu masalah besar ialah adanya bahaya penyebaran bahan radiasi yang mencemari.

Beberapa substansi memilki umur paruh yang singkat (kekuatan radio aktifnya setengah dari

interrval, yang singkat) dan sedikit susah. Yang lainnya memiliki umur paruh yang panjang,mungkin terdiri dari radioaktif yang berbahaya selama 1000 tahun. Untuk mencegah

7/27/2019 Keselamatan Dan Keamanan Kerjaa

http://slidepdf.com/reader/full/keselamatan-dan-keamanan-kerjaa 28/28

 penyebaran bahan berbahaya ini, orang-orang yang bekerja didaerah radioaktif 

menggunakan sepatu pelindung dan memakai pakaian yang tak dapat dipindahkan dari batas

ruangan pakaian. Untuk mencegah bahan radioaktif yang tersembunyi, digunakan alat-alat

untuk mengukur rata-ratanya. Ketika radiasi pada tempat yang tersembunyi terjadi, secara

individu dapat dicegah dari kembalinya potensi area yang berbahaya hingga dapatdilakukan dengan aman.