Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA
VAN JAVA “PECAHKAN SAJA CERMINNYA
BIAR SEREM” DI TRANS 7
JURNAL
Disusun Oleh:
Dian Widiyati
A. 310 080 190
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2
KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA
VAN JAVA “PECAHKAN SAJA CERMINNYA
BIAR SEREM” DI TRANS 7
Dian Widiyati
ABSTRAK
Dian Widiyati, A. 310080190. KESANTUNAN KELAKAR
DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7. Skripsi.
Surakarta. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk
tuturan kelekar dalam acara Opera Van Java, (2) Mendeskripsikan dan
menjelaskan peringkat kesantunan kelakar pemakaian tuturan humor dalam acara
Opera Van Java, dan (3) Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor penentu bentuk
dan peringkat kesantunan pemakaian tuturan kelakar pada acara Opera Van Java.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari rekaman dan video acara Opera Van Java di
TRANS 7. Teknik yang dilakukan peneliti dengan cara simak, dalam
penerapannya metode simak mempunyai dua teknik bawaan yaitu (1) teknik yang
sifatnya dasar dan (2) teknik yang sifatnya lanjutan. Teknik analisis dalam
penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa, teknik-teknik dasar penciptaan humor terdiri dari empat teknik, yitu: (1)
bahasa, (2) logika, (3) bentuk, dan (4) gerakan. Wujud kesantun dalam acara
Opera Van Java di desa TRANS 7 ditandai dengan beberapa faktor. Antara lain
panjang pendek tuturan, urutan tuturan, dan intonasi (isyarat-isyarat kinesik).
Kata Kunci: Kesantuana Kelakar Dalam Bertutur.
1. Pendahuluan
Bahasa sebagai sarana komunikasi dan masyarakat sebagai
pemakai bahasa merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa
bersifat dinamis artinya bahasa selalu berkembang seiring dengan
perkembangan pemikiran pemakainya, perkembangan bahasa tersebut dapat
diamati melalui berbagai macam media. Bahasa juga merupakan satu wujud
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahasa adalah sistem
3
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh salah satu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi baik secara lisan
maupun tertulis. Komunikasi ini akan dapat terjadi apabila ada proses
interaksi antara manusia dalam kehidupan masyarakat. Manusia memerlukan
bahasa untuk menyampaikan ide, pikiran, dan gagasan kepada orang lain
(Sumarno, 2002:35). Selain sebagai alat komunikasi bahasa juga merupakan
salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan, dengan
bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan
serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang.
Bahasa mempunyai dua pengertian yaitu sebagai komunikasi
verbal dan lambang bunyi yang arbiter. Digunakan oleh anggota nmasyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana,
2001: 50). Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan,
yaitu sebgai alat komunikasi.
Kesantunan berbahasa merupakan salah satu hal yang penting
dalam berkomunikasi terhadap mitra tutur, tapi dengan masuknya budaya
barat dan kurang kepedulian pengguna bahasa tentang kaidah kebahasaan
yang benar, mereka menggunakan bahasa dengan asal saja. Contoh
pengguaan kata “anda” yang seharunya kata anda digunakan kepada orang
yang lebih tua diganti dengan kata “kamu” bahkan “loe”.
Berhumor merupakan satu bentuk aktivitas yang sering dicapai
dengan penyimpangan prinsip-prinsip kesantunan. Kelucuan sebuah wacana
sering kali terbentuk karena adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip
kesantunan. Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan terhadap teori
kesantunan merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai dalam upaya
memahami wacana humor. Humor sering dimasuki dengan penyimpangan
prinsip-prinsip kesopanan.
Tersenyum dan tertawa merupakan indikator yang paling jelas
terjadinya penikmatan humor mesti tidak semua aktifitas tersenyum dan atau
tertawa itu merupakan akibat penikmatan humor. Manusia sering bercanda,
4
tertawa, mempelesetkan kata-kata, berhumor, dan lain-lainnya tergantung
pada konteks komunikasinya. Dengan demikian, sebagian besar manusia
yang berinteraksi disinyalir memerlukan humor dalam berkomunikasi di
dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: Andi : “sudah makan belum?”
Sulis : “sudah”
Andi : “makan apa tadi, kok tidak ngajak?”,
Sulis : “makan angin, kamu mau?”
Dalam wacana tersebut Andi bertanya pada sulis waktu jam istirahat di
Kampus mengenai apa sulis sudah makan apa belum sambil andi mengambil
nasi di kantin.
Humor dapat membuat orang tertawa apabila mengandung satu
atau lebih dari keempat unsur, yaitu (1) kejutan atau keanehan, (2) yang
mengakibatkan rasa malu, (3) ketidak masuk akalan, (4) yang membesar-
besarkan masalah. Keempat unsur tersebut dapat terlaksana melalui
rangsangan verbal berupa kata-kata atau satuan-satuan bahasa yang sengaja
dikreasikan sedemikian rupa oleh para pelakunya. Selanjutnya jenis
rangsangan verbal ini dapat disajikan melalui tulisan, seperti humor tulis dan
kartun, dan dapat pula disalurkan melalui lisan, seperti lawak, ludruk,
dagelan, ketoprak, dll. Hal ini akan terjadi pada ranah komunikasi lisan dan
tulis dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari (Rohmadi, 2009: 8).
Humor sangat penting bagi individu maupun kelompok tuturan,
dengan berhumor atau berkelakar orang akan dapat menetralkan kepenatan
pikiran dan akan menjadikan pikiran menjadi rilek. Dengan berhomor orang
akan dapat tersenyum, dengan terjadinya senyuman akan membuat syaraf-
syaraf menjadi stabil atau tidak tegang. Disisi lain humor dapat menyebabkan
penikmatnya tersenyum, tertawa, tersindir, bahkan juga bisa tersinggung atau
sakit hati, apabila berlebihan dalam berhumor. Jadi dalam berkelakar harus
diperhatikan dengan siapa kita bercanda, dengan memperhatikan hal tersebut
penutur akan dapat meminimalisir dampak negatif dari humor.
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
5
a. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk tuturan kelekar dalam acara
Opera Van Java.
b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peringkat kesantunan kelakar
pemakaian tuturan humor dalam acara Opera Van Java
c. Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor penentu bentuk dan peringkat
kesantunan pemakaian tuturan kelakar pada acara Opera Van Java.
2. Landasan Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk memaparkan penelitian yang
terdahulu yang sebelumnya telah diadakan. Penelitian tentang kesantunan,
khususnya kesantunan kelakar sudah banyak dilakukan oleh banyak peneliti.
Berikut beberapa penelitian yang relevan untuk membandingkan penelitian
yang terdahulu dan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian
yang dilakukan.
Anggraini dan Eni (2005) berjudul “Kesantunan Imperatif Bahasa
Jawa Dialek Surabaya: Analisis Pragmatik”. Penelitian ini menemukan dua
macam wujut: (1) wujud forman imperatif dan (2) wujud pragmatik imperatif.
Berdasarkan wujud formalnya , imperatif bahasa jawa dialek bahasa jawa itu
meliputi: (1) imperatif aktif dan (2) imperatif pasif. Imperaktif aktif
berdasarkan penggolangan verbanya dibagi menjadi dua macam, yaitu
imperaktif aktif yang berciri tidak aktif dan imperatif aktif yang berciri
transitif. Dalam pemakaian imperatif pasif dalam bahasa jawa ditemukan
adanya kontruksi yang merendahkan kadar suruhan. Secara pragmatik
imperatif yang ditemukan mencakup beberapa perwujutan, yaitu imperatif
yang mengandung pragmatik, imperatif desakan, imperatif bujukan,
imperatif imbauan, imperatif persilahan, imperatif penyegeraan, imperatif
perintah, imperatif umpatan, dan imperatif nglulu.
Ida Luthfiyatun (2007) dalam skripsinya “ Kesantuanan Imperatif
dalam Interaksi Antar Santri Putri Pondok Pesantren Sunan Drajad
Banjaranyar Pacitan Lamongan Jawa Timur”. Skripsi itu mengahasilkan
analisis berupa tingkat ilmu dan dan status kelembagaan berpengaruh pada
6
bentuk tuturannya. Pemakaian tuturan imperatif hampir bisa dipastikan tidak
ada dalam tuturan santri terhadap Ustadzah maupun penggurus. Hal ini
dipengaruhi oleh kontek sosial dan situasi seta perpaduan budaya pesantren di
Jawa, dimana santri jika berkomunikasi dengan orang yang mempunyai status
sosial dan silsislah lebih tinggi tidak menggunakan tuturan imperatif.
Persamaan penelitian ini dengan penelitiian ida yaitu sama-sama
meneliti tentang kesantunan. Perbedaannya penelitian Ida meneliti tentang
kesantuanan tuturan para santri pada Pondok Pesantren, sedangkan penelitian
ini meneliti tentang kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.
Heru Sutrisno (2008) melakukan penelitian yang berjudul
“Kesantuanan Imperatif dalam Pidato M. Anis matta: Analisis Pragmatik”.
Penelitian tersebut mengkaji tentang bentuk dan wujud kesantunan tuturan
imperatif pidato M. Anis Matta. Hasil penelitian tersebut yaitu bahwa wujud
kesantunan dapat diketahui dari sebuah tuturan langsung mauun tidak
langsung, wujud kesantunan pemakaian tuturan imperatif dalam pidato
tersebut dapat diidentifikasi dengan munculnya unsur-unsur penanda
kesantunan itu sendiri.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Heru yaitu sama-sama
mengakaji tentang kkesantuanan. Perbedannya, penelitian heru meneliti
kesantunan imperatif dalam pidato, sedangkan penelitian ini meneliti
tenytang kesantuanan kelakar pada acara Opera Van Java.
Persamaan penelitian ini denagan penelitian Anggraini dan Eni
adalah sama-sama mengkaji tentang kesantunan. Tetapi terdapat perbedaan
yaitu penelitian Anggraini dan Eni meneliti “Kesantunan Imperatif Bahasa
Jawa Dialek Surabaya: Analisis Pragmatik”sedangkan penelitian ini meneliti
kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.
Kunjana Rahardi (2007) dalam penelitian yang berjudul “ Pragmatik:
Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia”. Menjelaskan perihal pragmatik
imperatif bahasa indonesia. Rahardi melakukan penelitian untuk mengetahui
hakikat tuturan bahasa indonesia. Dia menemukan bahwa imperatif dalam
bahasa indonesia memiliki dua macam perwujudan. Dua macam perwujudan
7
tersebut adalah (1) wujud formal imperatif, (2) wujud pragmatik imperatif.
Secara formal, dalam imperatif bahasa indonesia meliputi (1) imperatif aktif
dan (2) imperatif pasif. Secara pragmatik imperatif bahasa indonesia
mengandung makna pragmatik perintah, suruhan, permintaan, permohonan,
desakan, bujukan, imbauan, persilahkan, ajakan, permintaan izin,
mengizinkan, larangan harapan, umpatan, pemberian, ucapan selamat,
anjuran, ngelulu. Selain itu, kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa
indonesia mencakup dua perwujudan, yakni kesantunan linguistik dan
kesantunan pragmatik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rahardi adalah sama-
sama meneliti kesantunan. Tetapi terdapat perbedaan yaitu penelitian Rahardi
meneliti kesantunan imperatif bahasa indonesia, sedangkan penelitian ini
meneliti kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.
Niken dyah andiningsari (2009) melakukan penelitian berjudul
“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu
Legislatif 2009 di Surakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan tuturan pada
Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu mengandung kesantunan berbahasa.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Niken dyah andiningsari
adalah sama-sama meneliti tentang kesantunan. Tetapi terdapat perbedaan
yaitu Niken dyah andiningsari (2009) melakukan penelitian berjudul
“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu
Legislatif 2009 di Surakarta sedangkan penelitian ini meneliti tentang
kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.
2.2 Tinjauan Pustaka
Menurut Liang (dalam Muhammad, 2011: 109) teori adalah
sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi
penjelasan mengenai sejumlah fenomena.
1) Kesantunan Berbahasa
Menurut Brown dan Lovinson dalam Chaer (2010:11) teori
tentang kesantunan berbahasa itu berkisar atas nosi muka atau wajah
8
(face), yakni “ citra diri” yang bersifat selalu umum dan ingin selalu
dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.
Wajah positif terkait dengan nilai solidaritas, ketakformalan,
pengakuan, dan kesekoncoan. Sementara itu, wajah negatif bermuara
pada keinginan seseorang untuk tetap mandiri, bebas dari gangguan
pihak luar, dan adanya penghormatan pihak luar terhadap
kemandiriannya itu (Aziz, 2008:2).
Muka ini memiliki dua aspek yang saling berkaitan, yaitu
muka negatif dan muka positif. Muka negatif itu pada citra diri setiap
orang yang berkeinginan agar dia dihargai dengan cara membiarkannya
bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan
mengerjakan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud muka positif adalah
menacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang
dilakukannya, dimilikinya, atau yang merupakan nilai-nilai yang diyakini
sebagai akibat apa yang dilakukan atau yang dimiliki itu diakui oleh
orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan dan patut
dihargai. Kesantunan dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk menghindari
konflik antara penutur dan lawan tuturnya dalam proses berkomunikasi.
Bersikap atau berbahasa santun dan beretika juga bersifat
relatif, tergantung pada jarak sosial penutur dan mitra tutur. Selain itu,
makna kesantunan dan kesopanan juga dipahami sama secara umum;
sementara itu, kedua hal tersebut sebenarnya berbeda.
Istilah sopan merujuk pada susunan gramatikal tuturan berbasis kesadaran
bahwa setiap orang berhak untuk dilayani dengan hormat,
sementara santun itu berarti kesadaran mengenai jarak sosial (Thomas,
1995).
Menurut Richards (dalam Rahardi, 2005: 6) Kesantunan
berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukan jarak sosial diantara
para penutur dan hubungan peran mereka didalam suatu masyarakat.
Penentu wujud dan peringkat kesantunan yang bersifat linguistik terjadi
dari berbagai macam aspek bahasa, seperti panjang pendeknya tuturan,
9
pemakaian kata, dan atau frasa penanda kesantunannya yang semua
berpengaruh terhadap persepsi kesantunan dalam pemakaian tuturan
imperatif bahasa Indonesia. Maksud tuturan, waktu dan munculnya
tempat tuturan, peserta tutur, dan lain sebagainya itu membentuk
informasi indeksal yang disebut konteks situasi tutur.
2) Kelakar ( Humor)
Menurut Ensiklopedia bahasa indonesia (dalam Sumarlam
2003:137) kata humor berasal dari kata yunani, yang berarti getah.
Menurut kepercayaan yunani pada zaman dahulu tubuh manusia
mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen dalam
diri seseorang. Perbedaan temperamen dalam diri manusia, menurut
kepercayaan orang yunani disebabkan perbedaan kadar campuran getah
dalam manusia itu. Kalau campuran itu seimbang, maka orang tersebut
dikatakan mempunyai humor, tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya.
Teknik-teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek
bahasa, yakni:
a) Omong Kosong
Omong kosong adalah cakap angin atau bual. Sedangkan
bualan bermakna sesuatu yang dibualkan. Teknik penciptaan humor
dengan kekuatan omong kosong atau bualan dapat dilakukan dengan
menempatkan si pencetus humor sebagai subyek yang tidak mungkin
atau diragukan melakukan sikap atau tindakan seperti yang ia katakan
kepada khalayak. Pemaknaan omong kosong atau bualan ini mungkin
setara dengan hal yang diremehkan. Namun, memang tidak segala hal
yang remeh temeh itu adalah omong kosong.
b) Definisi
Definisi adalah kata, frase atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan atau ciri utama dari orang, benda,
proses, atau aktivitas.
c) Kelucuan
10
Kelucuan adalah kejenakaan. kelucuan adalah tiada lain
merupakan suatu kepuasan yang muncul dari konsepsi secara tiba-tiba
tentang yang hebat, dengan memperbandingkannya dengan kelemahan
yang lain. Inilah yang lazim disebut teori superioritas. Misal, dalam
komedi gaya betawi yang terkadang penuh umpatan, atau bagaimana
kita tertawa karena Dono selalu sial terus dibanding dua kawannya
d) Ejekan
Eejekan adalah perbuatan mengejek. Namun, dalam teknik
penciptaan humor, ejekan menjadi salah satu yang dapat digunakan
untuk memancing tawa.
e) Ironi
Kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang
diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan
takdir. Ironi verbal adalah kebalikan antara ucapan dan maksud
sebenarnya. Ironi situasi terjadi, ketika situasi hati seseorang ternyata
berlawan arah dengan kenyataan. Maka, inti ironi adalah kontras
antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi atau apa yang
lumrah dengan kenyataan.
f) Permainan Kata
Makna permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk
bermain, barang atau sesuatu yang dimainkan. Sedangkan kata
menurut KBBI (1997:451) adalah: unsur bahasa yang diucapkan atau
dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa.
g) Sarkasme
Sarkasme adalah kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang
lain, cemoohan atau ejekan kasar.
h) Satire
Satire adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan
untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang
11
atau mirip seperti jenis sindiran karena sama-sama menyindir atau
mengkritik tapi muatan ejekannya lebih dominan.
Teknik-teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek
logika, yakni:
a) Kekecewaan
Kekecewaan adalah perasaan yang terjadi karena
menginginkan sesuatu namun tidak mendapatkannya..
b) Variasi
Menurut KBBI (1997:1117) makna variasi adalah tindakan
atau hasil perubahan dari keadaan semula.
. Teknik-teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek
bentuk, yakni:
a) Karikatur
Karikatur adalah bagaimana karikaturis mampu untuk
mendistorsikan wajah yang dibuatnya. Karikatur identik dengan wajah
atau kepala besar dengan badan kecil..
b) Rahasia
Arti kata rahasia berdasarkan KBBI (1997:810) adalah
sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang
lain.
Teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek gerakan,
yakni:
a) Adegan Lawak
Kata adegan, menurut KBBI (1997:6) berarti pemunculan
tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada pertunjukkan
wayang. Sedangkan lawak menurut KBBI (1997:570) bermakna lucu;
jenaka.
3) Opera Van Java
Opera Van Java Adalah acara komedi di stasiun televisi
Indonesia, Trans 7. Ide acaranya adalah pertunukan wayang orang versi
Indonesia. Aktor dan aktris yang mengisis acara diberi aba-aba untuk
12
mengimprovisasi tanpa mengahafal naskah sebelumnya, dengan panduan
seorang dalang.
Para wayang diperankan oleh beberapa pelawak, seperti
Nunung, Azis Gagap, Andre Taulani, dan Sule. Dalang diperankan oleh
Parto, adapun para pemain musik tradisional lengkap dengan alat musik
khas Jawa dan sinden yang menyayikan lagu. Bintang tamu juga kerap
ditampilkan pada tiap episodnya.
Lakon-lakon yang dimainkan biasanya tentang cerita rakyat
Indonesia yang dimodifikasi, cerita tentang karir seseorang yang
terkenal, cerita rekaan, cerita hantu, cerita dari negara lian, atau dari hal-
hal yang sedang popoler.
Keuikan OVJ adalah lawakan dilakukan denga improvisasi dan
mengandalkan panduan dalang, namun selalu berantakan karena para
pelawak pasti melenceng dari naskah yang dibacakan dalang. Kalau
sudah seperti itu sang dalang akan turun tangan dengan erasaan kesal
karena diabaikan. Ia akhirnya ikut naik kepanggung dan mengawasi
cerita, seringkali ikut campur atau bahkan malah dipermainkan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan peneliti dengan cara simak, dalam
penerapannya metode simak mempunyai dua teknik bawaan yaitu (1) teknik
yang sifatnya dasar dan (2) teknik yang sifatnya lanjutan.
Adapun teknik teknik yang digunakan dalam metode simak adalah
teknik sadap sebagai teknik dasarnya, dan teknik yang sifatnya lanjutan
adalah teknik rekam, teknik catat, dan penyimpanan file.
4. Hasil Penelitian
Setelah dianalisis semua dialog dalam acara Opera Van Java terdiri
dari 67 tuturan kelakar yang berfariasi jenis dan bentuknya. Penganalisisan
tingkat kesopanan tuturan menggunakan strategi kesantunan Brown dan
Lavinson, tipe tuturan paling banyak terdapat pada strategi kesantunan
langsung tanpa basa-basi yang berjumlah 21 tuturan, atau 31,90% jika
diwujudkan dalam bentuk prosentase. Jadi, tuturan kelakar dalam acara Opera
13
Van Java di Trans 7 memiliki kadar kesantunan yang rendah. Hal ini terjadi
karena antara pemain satu dengan pemain yang lain sudah sangat erat
hubungannya, dan untuk menciptakan kelucuan.
5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, wujud kelakar dalam acara
Operan Van Java di TRANS 7 memiliki bentuk formal tuturan kelakar
yang terdiri dari 76 tuturan.
2. Wujud kesantunan kelakar dalam acara Opera Van Java di TRANS 7
ditandai dengan beberapa faktor. Antara lain panjang pendek tuturan,
urutan tuturan, intonasi dan isyarat kinesik, dan ungkapan-ungkapan
poenanda kesantunan.
3. Konteks tuturan meliputi: situasi tutur, tuturan yang digunakan,
lingkungan tutur, nada atau intonasi tutur yang digunakan, peserta tutur,
dan beberpa konteks situasi tutur yang lainnya.
5.2 Saran
1. Penelitian kesantunan kelakar ini perlu dikaji dan dikembangkan lagi
dalam bidang kajiannya dan dengan obyek yang berbeda.
2. Hasil penelitian ini supaya diterapkan dalam komunikasi dan berinteraksi
dalam konteks kelakar, supaya tercipta keselarasan antara sesama.
6. Daftar Pustaka
Anggraeni. 2006. Kesantunan Imperatif Bahasa jawa Dialek
Surabaya:Tinjauan Pragmatik. Skripsi S-1 Progdi Bahasa).
Malang: universitas Airlangga Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis).
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz, E. A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai
yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang
Hakiki. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Indonesia: Universitas
Pendidikan Indonesia.
14
Brown, P & S.C. Levinson. (1987). Universals in Language Usage: Politeness
Phenomena. In E.N. Goody (ed). Questions and Politeness:
Strategies in social interaction, 56-289. Cambridge: Cambridge
University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia.
Leech, Geoffey, 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Lutfiyatun, Ida. 2007. “Kesantuanan Imperatif dalam Interaksi Santri Ptri
Pondok Pesantren Sunan Drajad Banjar Anyar Pacitan Lamongan
Jawa Timur: Tinjauan Pragmatik”. (Skripsi S-1 Progdi Bahasa).
Surabaya: Universitas Air Langga.
Niken Dyah.2009. Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg
dalam Spanduk Pemilu Legislatif 2009 di Surakarta. Skripsi S1
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sutrisno, Heru. 2008. “Kesantuanan Imperatif dalam Pidato M. Anis Matta”.
Skripsi S1: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Markamah. 2009.Analisis Kesalahan Dan Kesantunan Berbahasa. Solo:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR-Ruzz Media
Moeleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatf. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Rahardi kunjana. 2005. Pragmatik :Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Rohmadi Muhammad. 2009. Wacana Humor Dalam Bahasa Indonesia:
Analisis Tekstual Dan Kontekstual. Yogyakarta: Jurnal Humaniora
UGM.
Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan
Penerapannya dalam Penelitaian. Surakarta: Sebelas Maret
University Prres.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. 1997. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.