15
KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA “PECAHKAN SAJA CERMINNYA BIAR SEREM” DI TRANS 7 JURNAL Disusun Oleh: Dian Widiyati A. 310 080 190 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI …eprints.ums.ac.id/21007/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · meneliti kesantunan imperatif bahasa indonesia, sedangkan penelitian ini meneliti

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA

VAN JAVA “PECAHKAN SAJA CERMINNYA

BIAR SEREM” DI TRANS 7

JURNAL

Disusun Oleh:

Dian Widiyati

A. 310 080 190

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

1

2

KESANTUNAN KELAKAR DALAM ACARA OPERA

VAN JAVA “PECAHKAN SAJA CERMINNYA

BIAR SEREM” DI TRANS 7

Dian Widiyati

ABSTRAK

Dian Widiyati, A. 310080190. KESANTUNAN KELAKAR

DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7. Skripsi.

Surakarta. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk

tuturan kelekar dalam acara Opera Van Java, (2) Mendeskripsikan dan

menjelaskan peringkat kesantunan kelakar pemakaian tuturan humor dalam acara

Opera Van Java, dan (3) Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor penentu bentuk

dan peringkat kesantunan pemakaian tuturan kelakar pada acara Opera Van Java.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data

dalam penelitian ini diperoleh dari rekaman dan video acara Opera Van Java di

TRANS 7. Teknik yang dilakukan peneliti dengan cara simak, dalam

penerapannya metode simak mempunyai dua teknik bawaan yaitu (1) teknik yang

sifatnya dasar dan (2) teknik yang sifatnya lanjutan. Teknik analisis dalam

penelitian ini menggunakan metode kontekstual. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa, teknik-teknik dasar penciptaan humor terdiri dari empat teknik, yitu: (1)

bahasa, (2) logika, (3) bentuk, dan (4) gerakan. Wujud kesantun dalam acara

Opera Van Java di desa TRANS 7 ditandai dengan beberapa faktor. Antara lain

panjang pendek tuturan, urutan tuturan, dan intonasi (isyarat-isyarat kinesik).

Kata Kunci: Kesantuana Kelakar Dalam Bertutur.

1. Pendahuluan

Bahasa sebagai sarana komunikasi dan masyarakat sebagai

pemakai bahasa merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa

bersifat dinamis artinya bahasa selalu berkembang seiring dengan

perkembangan pemikiran pemakainya, perkembangan bahasa tersebut dapat

diamati melalui berbagai macam media. Bahasa juga merupakan satu wujud

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahasa adalah sistem

3

lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh salah satu masyarakat

untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi baik secara lisan

maupun tertulis. Komunikasi ini akan dapat terjadi apabila ada proses

interaksi antara manusia dalam kehidupan masyarakat. Manusia memerlukan

bahasa untuk menyampaikan ide, pikiran, dan gagasan kepada orang lain

(Sumarno, 2002:35). Selain sebagai alat komunikasi bahasa juga merupakan

salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan, dengan

bahasa kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan

serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang.

Bahasa mempunyai dua pengertian yaitu sebagai komunikasi

verbal dan lambang bunyi yang arbiter. Digunakan oleh anggota nmasyarakat

untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana,

2001: 50). Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan,

yaitu sebgai alat komunikasi.

Kesantunan berbahasa merupakan salah satu hal yang penting

dalam berkomunikasi terhadap mitra tutur, tapi dengan masuknya budaya

barat dan kurang kepedulian pengguna bahasa tentang kaidah kebahasaan

yang benar, mereka menggunakan bahasa dengan asal saja. Contoh

pengguaan kata “anda” yang seharunya kata anda digunakan kepada orang

yang lebih tua diganti dengan kata “kamu” bahkan “loe”.

Berhumor merupakan satu bentuk aktivitas yang sering dicapai

dengan penyimpangan prinsip-prinsip kesantunan. Kelucuan sebuah wacana

sering kali terbentuk karena adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip

kesantunan. Dengan demikian, pemahaman dan penguasaan terhadap teori

kesantunan merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai dalam upaya

memahami wacana humor. Humor sering dimasuki dengan penyimpangan

prinsip-prinsip kesopanan.

Tersenyum dan tertawa merupakan indikator yang paling jelas

terjadinya penikmatan humor mesti tidak semua aktifitas tersenyum dan atau

tertawa itu merupakan akibat penikmatan humor. Manusia sering bercanda,

4

tertawa, mempelesetkan kata-kata, berhumor, dan lain-lainnya tergantung

pada konteks komunikasinya. Dengan demikian, sebagian besar manusia

yang berinteraksi disinyalir memerlukan humor dalam berkomunikasi di

dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh: Andi : “sudah makan belum?”

Sulis : “sudah”

Andi : “makan apa tadi, kok tidak ngajak?”,

Sulis : “makan angin, kamu mau?”

Dalam wacana tersebut Andi bertanya pada sulis waktu jam istirahat di

Kampus mengenai apa sulis sudah makan apa belum sambil andi mengambil

nasi di kantin.

Humor dapat membuat orang tertawa apabila mengandung satu

atau lebih dari keempat unsur, yaitu (1) kejutan atau keanehan, (2) yang

mengakibatkan rasa malu, (3) ketidak masuk akalan, (4) yang membesar-

besarkan masalah. Keempat unsur tersebut dapat terlaksana melalui

rangsangan verbal berupa kata-kata atau satuan-satuan bahasa yang sengaja

dikreasikan sedemikian rupa oleh para pelakunya. Selanjutnya jenis

rangsangan verbal ini dapat disajikan melalui tulisan, seperti humor tulis dan

kartun, dan dapat pula disalurkan melalui lisan, seperti lawak, ludruk,

dagelan, ketoprak, dll. Hal ini akan terjadi pada ranah komunikasi lisan dan

tulis dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari (Rohmadi, 2009: 8).

Humor sangat penting bagi individu maupun kelompok tuturan,

dengan berhumor atau berkelakar orang akan dapat menetralkan kepenatan

pikiran dan akan menjadikan pikiran menjadi rilek. Dengan berhomor orang

akan dapat tersenyum, dengan terjadinya senyuman akan membuat syaraf-

syaraf menjadi stabil atau tidak tegang. Disisi lain humor dapat menyebabkan

penikmatnya tersenyum, tertawa, tersindir, bahkan juga bisa tersinggung atau

sakit hati, apabila berlebihan dalam berhumor. Jadi dalam berkelakar harus

diperhatikan dengan siapa kita bercanda, dengan memperhatikan hal tersebut

penutur akan dapat meminimalisir dampak negatif dari humor.

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

5

a. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk tuturan kelekar dalam acara

Opera Van Java.

b. Mendeskripsikan dan menjelaskan peringkat kesantunan kelakar

pemakaian tuturan humor dalam acara Opera Van Java

c. Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor penentu bentuk dan peringkat

kesantunan pemakaian tuturan kelakar pada acara Opera Van Java.

2. Landasan Teori

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk memaparkan penelitian yang

terdahulu yang sebelumnya telah diadakan. Penelitian tentang kesantunan,

khususnya kesantunan kelakar sudah banyak dilakukan oleh banyak peneliti.

Berikut beberapa penelitian yang relevan untuk membandingkan penelitian

yang terdahulu dan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penelitian

yang dilakukan.

Anggraini dan Eni (2005) berjudul “Kesantunan Imperatif Bahasa

Jawa Dialek Surabaya: Analisis Pragmatik”. Penelitian ini menemukan dua

macam wujut: (1) wujud forman imperatif dan (2) wujud pragmatik imperatif.

Berdasarkan wujud formalnya , imperatif bahasa jawa dialek bahasa jawa itu

meliputi: (1) imperatif aktif dan (2) imperatif pasif. Imperaktif aktif

berdasarkan penggolangan verbanya dibagi menjadi dua macam, yaitu

imperaktif aktif yang berciri tidak aktif dan imperatif aktif yang berciri

transitif. Dalam pemakaian imperatif pasif dalam bahasa jawa ditemukan

adanya kontruksi yang merendahkan kadar suruhan. Secara pragmatik

imperatif yang ditemukan mencakup beberapa perwujutan, yaitu imperatif

yang mengandung pragmatik, imperatif desakan, imperatif bujukan,

imperatif imbauan, imperatif persilahan, imperatif penyegeraan, imperatif

perintah, imperatif umpatan, dan imperatif nglulu.

Ida Luthfiyatun (2007) dalam skripsinya “ Kesantuanan Imperatif

dalam Interaksi Antar Santri Putri Pondok Pesantren Sunan Drajad

Banjaranyar Pacitan Lamongan Jawa Timur”. Skripsi itu mengahasilkan

analisis berupa tingkat ilmu dan dan status kelembagaan berpengaruh pada

6

bentuk tuturannya. Pemakaian tuturan imperatif hampir bisa dipastikan tidak

ada dalam tuturan santri terhadap Ustadzah maupun penggurus. Hal ini

dipengaruhi oleh kontek sosial dan situasi seta perpaduan budaya pesantren di

Jawa, dimana santri jika berkomunikasi dengan orang yang mempunyai status

sosial dan silsislah lebih tinggi tidak menggunakan tuturan imperatif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitiian ida yaitu sama-sama

meneliti tentang kesantunan. Perbedaannya penelitian Ida meneliti tentang

kesantuanan tuturan para santri pada Pondok Pesantren, sedangkan penelitian

ini meneliti tentang kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.

Heru Sutrisno (2008) melakukan penelitian yang berjudul

“Kesantuanan Imperatif dalam Pidato M. Anis matta: Analisis Pragmatik”.

Penelitian tersebut mengkaji tentang bentuk dan wujud kesantunan tuturan

imperatif pidato M. Anis Matta. Hasil penelitian tersebut yaitu bahwa wujud

kesantunan dapat diketahui dari sebuah tuturan langsung mauun tidak

langsung, wujud kesantunan pemakaian tuturan imperatif dalam pidato

tersebut dapat diidentifikasi dengan munculnya unsur-unsur penanda

kesantunan itu sendiri.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Heru yaitu sama-sama

mengakaji tentang kkesantuanan. Perbedannya, penelitian heru meneliti

kesantunan imperatif dalam pidato, sedangkan penelitian ini meneliti

tenytang kesantuanan kelakar pada acara Opera Van Java.

Persamaan penelitian ini denagan penelitian Anggraini dan Eni

adalah sama-sama mengkaji tentang kesantunan. Tetapi terdapat perbedaan

yaitu penelitian Anggraini dan Eni meneliti “Kesantunan Imperatif Bahasa

Jawa Dialek Surabaya: Analisis Pragmatik”sedangkan penelitian ini meneliti

kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.

Kunjana Rahardi (2007) dalam penelitian yang berjudul “ Pragmatik:

Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia”. Menjelaskan perihal pragmatik

imperatif bahasa indonesia. Rahardi melakukan penelitian untuk mengetahui

hakikat tuturan bahasa indonesia. Dia menemukan bahwa imperatif dalam

bahasa indonesia memiliki dua macam perwujudan. Dua macam perwujudan

7

tersebut adalah (1) wujud formal imperatif, (2) wujud pragmatik imperatif.

Secara formal, dalam imperatif bahasa indonesia meliputi (1) imperatif aktif

dan (2) imperatif pasif. Secara pragmatik imperatif bahasa indonesia

mengandung makna pragmatik perintah, suruhan, permintaan, permohonan,

desakan, bujukan, imbauan, persilahkan, ajakan, permintaan izin,

mengizinkan, larangan harapan, umpatan, pemberian, ucapan selamat,

anjuran, ngelulu. Selain itu, kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa

indonesia mencakup dua perwujudan, yakni kesantunan linguistik dan

kesantunan pragmatik.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rahardi adalah sama-

sama meneliti kesantunan. Tetapi terdapat perbedaan yaitu penelitian Rahardi

meneliti kesantunan imperatif bahasa indonesia, sedangkan penelitian ini

meneliti kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.

Niken dyah andiningsari (2009) melakukan penelitian berjudul

“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu

Legislatif 2009 di Surakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan tuturan pada

Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu mengandung kesantunan berbahasa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Niken dyah andiningsari

adalah sama-sama meneliti tentang kesantunan. Tetapi terdapat perbedaan

yaitu Niken dyah andiningsari (2009) melakukan penelitian berjudul

“Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg dalam Spanduk Pemilu

Legislatif 2009 di Surakarta sedangkan penelitian ini meneliti tentang

kesantunan kelakar pada acara Opera Van Java.

2.2 Tinjauan Pustaka

Menurut Liang (dalam Muhammad, 2011: 109) teori adalah

sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi

penjelasan mengenai sejumlah fenomena.

1) Kesantunan Berbahasa

Menurut Brown dan Lovinson dalam Chaer (2010:11) teori

tentang kesantunan berbahasa itu berkisar atas nosi muka atau wajah

8

(face), yakni “ citra diri” yang bersifat selalu umum dan ingin selalu

dimiliki oleh setiap anggota masyarakat.

Wajah positif terkait dengan nilai solidaritas, ketakformalan,

pengakuan, dan kesekoncoan. Sementara itu, wajah negatif bermuara

pada keinginan seseorang untuk tetap mandiri, bebas dari gangguan

pihak luar, dan adanya penghormatan pihak luar terhadap

kemandiriannya itu (Aziz, 2008:2).

Muka ini memiliki dua aspek yang saling berkaitan, yaitu

muka negatif dan muka positif. Muka negatif itu pada citra diri setiap

orang yang berkeinginan agar dia dihargai dengan cara membiarkannya

bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan

mengerjakan sesuatu. Sedangkan yang dimaksud muka positif adalah

menacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang

dilakukannya, dimilikinya, atau yang merupakan nilai-nilai yang diyakini

sebagai akibat apa yang dilakukan atau yang dimiliki itu diakui oleh

orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan dan patut

dihargai. Kesantunan dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk menghindari

konflik antara penutur dan lawan tuturnya dalam proses berkomunikasi.

Bersikap atau berbahasa santun dan beretika juga bersifat

relatif, tergantung pada jarak sosial penutur dan mitra tutur. Selain itu,

makna kesantunan dan kesopanan juga dipahami sama secara umum;

sementara itu, kedua hal tersebut sebenarnya berbeda.

Istilah sopan merujuk pada susunan gramatikal tuturan berbasis kesadaran

bahwa setiap orang berhak untuk dilayani dengan hormat,

sementara santun itu berarti kesadaran mengenai jarak sosial (Thomas,

1995).

Menurut Richards (dalam Rahardi, 2005: 6) Kesantunan

berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukan jarak sosial diantara

para penutur dan hubungan peran mereka didalam suatu masyarakat.

Penentu wujud dan peringkat kesantunan yang bersifat linguistik terjadi

dari berbagai macam aspek bahasa, seperti panjang pendeknya tuturan,

9

pemakaian kata, dan atau frasa penanda kesantunannya yang semua

berpengaruh terhadap persepsi kesantunan dalam pemakaian tuturan

imperatif bahasa Indonesia. Maksud tuturan, waktu dan munculnya

tempat tuturan, peserta tutur, dan lain sebagainya itu membentuk

informasi indeksal yang disebut konteks situasi tutur.

2) Kelakar ( Humor)

Menurut Ensiklopedia bahasa indonesia (dalam Sumarlam

2003:137) kata humor berasal dari kata yunani, yang berarti getah.

Menurut kepercayaan yunani pada zaman dahulu tubuh manusia

mengandung semacam getah yang dapat menentukan temperamen dalam

diri seseorang. Perbedaan temperamen dalam diri manusia, menurut

kepercayaan orang yunani disebabkan perbedaan kadar campuran getah

dalam manusia itu. Kalau campuran itu seimbang, maka orang tersebut

dikatakan mempunyai humor, tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya.

Teknik-teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek

bahasa, yakni:

a) Omong Kosong

Omong kosong adalah cakap angin atau bual. Sedangkan

bualan bermakna sesuatu yang dibualkan. Teknik penciptaan humor

dengan kekuatan omong kosong atau bualan dapat dilakukan dengan

menempatkan si pencetus humor sebagai subyek yang tidak mungkin

atau diragukan melakukan sikap atau tindakan seperti yang ia katakan

kepada khalayak. Pemaknaan omong kosong atau bualan ini mungkin

setara dengan hal yang diremehkan. Namun, memang tidak segala hal

yang remeh temeh itu adalah omong kosong.

b) Definisi

Definisi adalah kata, frase atau kalimat yang

mengungkapkan makna, keterangan atau ciri utama dari orang, benda,

proses, atau aktivitas.

c) Kelucuan

10

Kelucuan adalah kejenakaan. kelucuan adalah tiada lain

merupakan suatu kepuasan yang muncul dari konsepsi secara tiba-tiba

tentang yang hebat, dengan memperbandingkannya dengan kelemahan

yang lain. Inilah yang lazim disebut teori superioritas. Misal, dalam

komedi gaya betawi yang terkadang penuh umpatan, atau bagaimana

kita tertawa karena Dono selalu sial terus dibanding dua kawannya

d) Ejekan

Eejekan adalah perbuatan mengejek. Namun, dalam teknik

penciptaan humor, ejekan menjadi salah satu yang dapat digunakan

untuk memancing tawa.

e) Ironi

Kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang

diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan

takdir. Ironi verbal adalah kebalikan antara ucapan dan maksud

sebenarnya. Ironi situasi terjadi, ketika situasi hati seseorang ternyata

berlawan arah dengan kenyataan. Maka, inti ironi adalah kontras

antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi atau apa yang

lumrah dengan kenyataan.

f) Permainan Kata

Makna permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk

bermain, barang atau sesuatu yang dimainkan. Sedangkan kata

menurut KBBI (1997:451) adalah: unsur bahasa yang diucapkan atau

dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran

yang dapat digunakan dalam berbahasa.

g) Sarkasme

Sarkasme adalah kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang

lain, cemoohan atau ejekan kasar.

h) Satire

Satire adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kesusastraan

untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang

11

atau mirip seperti jenis sindiran karena sama-sama menyindir atau

mengkritik tapi muatan ejekannya lebih dominan.

Teknik-teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek

logika, yakni:

a) Kekecewaan

Kekecewaan adalah perasaan yang terjadi karena

menginginkan sesuatu namun tidak mendapatkannya..

b) Variasi

Menurut KBBI (1997:1117) makna variasi adalah tindakan

atau hasil perubahan dari keadaan semula.

. Teknik-teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek

bentuk, yakni:

a) Karikatur

Karikatur adalah bagaimana karikaturis mampu untuk

mendistorsikan wajah yang dibuatnya. Karikatur identik dengan wajah

atau kepala besar dengan badan kecil..

b) Rahasia

Arti kata rahasia berdasarkan KBBI (1997:810) adalah

sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang

lain.

Teknik dasar penciptaan humor yang ada di aspek gerakan,

yakni:

a) Adegan Lawak

Kata adegan, menurut KBBI (1997:6) berarti pemunculan

tokoh baru atau pergantian susunan (layar) pada pertunjukkan

wayang. Sedangkan lawak menurut KBBI (1997:570) bermakna lucu;

jenaka.

3) Opera Van Java

Opera Van Java Adalah acara komedi di stasiun televisi

Indonesia, Trans 7. Ide acaranya adalah pertunukan wayang orang versi

Indonesia. Aktor dan aktris yang mengisis acara diberi aba-aba untuk

12

mengimprovisasi tanpa mengahafal naskah sebelumnya, dengan panduan

seorang dalang.

Para wayang diperankan oleh beberapa pelawak, seperti

Nunung, Azis Gagap, Andre Taulani, dan Sule. Dalang diperankan oleh

Parto, adapun para pemain musik tradisional lengkap dengan alat musik

khas Jawa dan sinden yang menyayikan lagu. Bintang tamu juga kerap

ditampilkan pada tiap episodnya.

Lakon-lakon yang dimainkan biasanya tentang cerita rakyat

Indonesia yang dimodifikasi, cerita tentang karir seseorang yang

terkenal, cerita rekaan, cerita hantu, cerita dari negara lian, atau dari hal-

hal yang sedang popoler.

Keuikan OVJ adalah lawakan dilakukan denga improvisasi dan

mengandalkan panduan dalang, namun selalu berantakan karena para

pelawak pasti melenceng dari naskah yang dibacakan dalang. Kalau

sudah seperti itu sang dalang akan turun tangan dengan erasaan kesal

karena diabaikan. Ia akhirnya ikut naik kepanggung dan mengawasi

cerita, seringkali ikut campur atau bahkan malah dipermainkan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan peneliti dengan cara simak, dalam

penerapannya metode simak mempunyai dua teknik bawaan yaitu (1) teknik

yang sifatnya dasar dan (2) teknik yang sifatnya lanjutan.

Adapun teknik teknik yang digunakan dalam metode simak adalah

teknik sadap sebagai teknik dasarnya, dan teknik yang sifatnya lanjutan

adalah teknik rekam, teknik catat, dan penyimpanan file.

4. Hasil Penelitian

Setelah dianalisis semua dialog dalam acara Opera Van Java terdiri

dari 67 tuturan kelakar yang berfariasi jenis dan bentuknya. Penganalisisan

tingkat kesopanan tuturan menggunakan strategi kesantunan Brown dan

Lavinson, tipe tuturan paling banyak terdapat pada strategi kesantunan

langsung tanpa basa-basi yang berjumlah 21 tuturan, atau 31,90% jika

diwujudkan dalam bentuk prosentase. Jadi, tuturan kelakar dalam acara Opera

13

Van Java di Trans 7 memiliki kadar kesantunan yang rendah. Hal ini terjadi

karena antara pemain satu dengan pemain yang lain sudah sangat erat

hubungannya, dan untuk menciptakan kelucuan.

5. Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, wujud kelakar dalam acara

Operan Van Java di TRANS 7 memiliki bentuk formal tuturan kelakar

yang terdiri dari 76 tuturan.

2. Wujud kesantunan kelakar dalam acara Opera Van Java di TRANS 7

ditandai dengan beberapa faktor. Antara lain panjang pendek tuturan,

urutan tuturan, intonasi dan isyarat kinesik, dan ungkapan-ungkapan

poenanda kesantunan.

3. Konteks tuturan meliputi: situasi tutur, tuturan yang digunakan,

lingkungan tutur, nada atau intonasi tutur yang digunakan, peserta tutur,

dan beberpa konteks situasi tutur yang lainnya.

5.2 Saran

1. Penelitian kesantunan kelakar ini perlu dikaji dan dikembangkan lagi

dalam bidang kajiannya dan dengan obyek yang berbeda.

2. Hasil penelitian ini supaya diterapkan dalam komunikasi dan berinteraksi

dalam konteks kelakar, supaya tercipta keselarasan antara sesama.

6. Daftar Pustaka

Anggraeni. 2006. Kesantunan Imperatif Bahasa jawa Dialek

Surabaya:Tinjauan Pragmatik. Skripsi S-1 Progdi Bahasa).

Malang: universitas Airlangga Surabaya.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis).

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, E. A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai

yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang

Hakiki. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Indonesia: Universitas

Pendidikan Indonesia.

14

Brown, P & S.C. Levinson. (1987). Universals in Language Usage: Politeness

Phenomena. In E.N. Goody (ed). Questions and Politeness:

Strategies in social interaction, 56-289. Cambridge: Cambridge

University Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia.

Leech, Geoffey, 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Lutfiyatun, Ida. 2007. “Kesantuanan Imperatif dalam Interaksi Santri Ptri

Pondok Pesantren Sunan Drajad Banjar Anyar Pacitan Lamongan

Jawa Timur: Tinjauan Pragmatik”. (Skripsi S-1 Progdi Bahasa).

Surabaya: Universitas Air Langga.

Niken Dyah.2009. Kesantunan Bahasa Iklan Politik pada Slogan Caleg

dalam Spanduk Pemilu Legislatif 2009 di Surakarta. Skripsi S1

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sutrisno, Heru. 2008. “Kesantuanan Imperatif dalam Pidato M. Anis Matta”.

Skripsi S1: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Markamah. 2009.Analisis Kesalahan Dan Kesantunan Berbahasa. Solo:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: AR-Ruzz Media

Moeleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatf. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Rahardi kunjana. 2005. Pragmatik :Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Rohmadi Muhammad. 2009. Wacana Humor Dalam Bahasa Indonesia:

Analisis Tekstual Dan Kontekstual. Yogyakarta: Jurnal Humaniora

UGM.

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Penerapannya dalam Penelitaian. Surakarta: Sebelas Maret

University Prres.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. 1997. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.