KESA Terampil

Embed Size (px)

Citation preview

  • 2008

    PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASANBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    DIKLAT PEMBENTUKANAUDITOR TERAMPIL KESA

    KODE MA : 1.110

    EDISI KELIMA

    KODE ETIK DANSTANDAR AUDIT

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 ii

    Judul Modul : Kode Etik dan Standar Audit

    Penyusun : Drs. H.T. Redwan Jaafar, Ak.

    Sumiyati, Ak., M.F.M.

    Perevisi Pertama : Drs. H.T. Redwan Jaafar, Ak.

    Drs. Wawan Trangawan

    Perevisi Kedua : Teguh Widhyo Utomo, Ak.

    Sunaryono, Ak., M.M.

    Perevisi Ketiga : Sigit Susilo Broto, Ak., M.Comm.

    Perevisi Keempat : John Elim, Ak., MBA

    Pereviu : Linda Ellen Theresia, SE., MBA

    Editor : Riri Lestari, Ak

    Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKPdalam rangka Diklat Sertifikasi JFA Tingkat Pembentukan Auditor

    Terampil

    Edisi Pertama : Tahun 1998

    Edisi Kedua (Revisi Pertama) : Tahun 2000

    Edisi Ketiga (Revisi Kedua) : Tahun 2002

    Edisi Keempat (Revisi Ketiga) : Tahun 2005

    Edisi Kelima (Revisi Keempat) : Tahun 2008

    ISBN 979-3873-06-X

    Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruhisi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari

    Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 iv

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ..................................................................................................... i

    Daftar Isi ............................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1A. Tujuan Pembelajaran ................................................................. 2

    B. Sistematika Modul ...................................................................... 2

    C. Metodologi Pemelajaran ............................................................ 4

    BAB II ETIKA PROFESI, STANDAR AUDIT, DAN KENDALI MUTU ........... 5Tujuan Pemelajaran Khusus .............................................................. 5

    A. Pengertian Profesi ..................................................................... 5

    B. Pengertian dan Tujuan Kode Etik ............................................... 7

    C. Pengertian dan Tujuan Standar Audit ........................................ 13

    D. Kode Etik, Standar Audit, dan Program Jaminan Kualitas .......... 14

    E. Kode Etik dan Standar Audit APIP ............................................. 16

    F. Latihan Soal ............................................................................... 17

    BAB III KODE ETIK APARAT PENGAWASAN FUNGSIONALPEMERINTAH ................................................................................... 19Tujuan Pemelajaran Khusus ............................................................... 19

    A. Landasan Hukum ....................................................................... 20

    B. Kode Etik APIP .......................................................................... 21

    C. Pelanggaran .............................................................................. 28

    D. Pengecualian ............................................................................. 29

    E. Sanksi atas Pelanggaran ............................................................ 30

    F Kode Etik Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal .. 30

    G. Latihan Soal ............................................................................... 32

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 v

    BAB IV STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERNPEMERINTAH ................................................................................... 34Tujuan Pemelajaran Khusus ............................................................... 34

    A. Pendahuluan .............................................................................. 34

    B. Standar Audit APIP .................................................................... 38

    C. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ................................... 84

    D. Standar Profesi Audit Internal ................................................... 89

    E. Latihan Soal ............................................................................... 104

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 107

    Daftar Kepustakaan .............................................................................................. 109

    Lampiran 1Lampiran 2

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 1

    Kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi ditentukan oleh

    keandalan, kecermatan, ketepatan waktu, dan mutu jasa atau pelayanan yang

    dapat diberikan oleh profesi yang bersangkutan. Kata kepercayaan demikian

    pentingnya karena tanpa kepercayaan masyarakat maka jasa profesi tersebut

    tidak akan diminati, yang kemudian pada gilirannya profesi tersebut akan punah.

    Untuk membangun kepercayaan perilaku para pelaku profesi perlu diatur dan

    kualitas hasil pekerjaannya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu dibutuhkan

    penetapan standar tertentu, sehingga masyarakat dapat meyakini kualitas

    pekerjaan seorang profesional.

    Pekerjaan audit adalah profesi. Auditor yang bekerja di sektor publik

    selain dituntut untuk mematuhi ketentuan dan peraturan kepegawaian sebagai

    seorang pegawai negeri sipil, ia juga dituntut untuk menaati kode etik Aparat

    Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) serta Standar Audit APIP atau standar

    audit lainnya yang telah ditetapkan. Sehingga bagaimana seharusnya perilaku

    seorang auditor Pemerintah serta apa saja yang harus dilakukan agar hasil

    pekerjaannya memenuhi standar mutu yang harus dicapai, perlu diketahui oleh

    setiap mereka yang berprofesi sebagai aparat pengawasan intern pemerintah.

    Modul Kode Etik dan Standar Audit ini dimaksudkan untuk memberikan

    pengetahuan, keterampilan dan sikap yang seharusnya dimiliki dan

    dilaksanakan oleh seorang auditor sebagai aparatur pengawasan intern

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 2

    pemerintah mengenai kode etik dan standar audit dengan tujuan pembelajaran

    sebagai berikut :

    A. TUJUAN PEMBELAJARAN

    Tujuan pemelajaran adalah sesuatu yang diharapkan dicapai oleh

    para peserta diklat setelah menyelesaikan suatu diklat. Tujuan

    pemelajaran dapat dibagi ke dalam tujuan pembelajaran umum dan

    tujuan pemelajaran khusus.

    TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

    Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta pelatihan diharapkan

    mampu menjelaskan Kode Etik dan Standar Audit dalam rangka

    pelaksanaan tugasnya selaku auditor Pemerintah.

    TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

    Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta pelatihan mampu:

    1. Menjelaskan pentingnya jasa profesi memperoleh kepercayaan

    masyarakat;

    2. Menjelaskan dan menerapkan Kode Etik APIP;

    3. Menjelaskan dan menerapkan Standar Audit APIP; dan

    4. Menjelaskan pentingnya kendali mutu bagi auditor.

    B. SISTEMATIKA MODUL

    BAB I Pendahuluan

    Bab ini menguraikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,

    sistematika modul dan metodologi pembelajaran.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 3

    BAB II Etika Profesi, Standar Audit dan Kendali Mutu

    Pada bab ini diuraikan pengertian profesi, pengertian dan tujuan

    kode etik, pengertian dan tujuan standar audit, hubungan antara

    kode etik, standar audit dan kendali mutu. Dalam bab ini juga

    disinggung sepintas mengenai pelaksanaan kode etik dan

    standar audit bagi APFP dan pada akhir bab diberikan soal-soal

    latihan.

    BAB III Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

    Pada bab ini diuraikan kode etik yang berlaku di kalangan

    Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Sebagai bahan

    perbandingan, pada bab ini akan diuraikan Kode Etik bagi

    auditor internal yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi

    Profesi Audit Internal dan Kode Etik Akuntan Indonesia. Di akhir

    bab juga diberikan soal-soal latihan/bahan diskusi.

    BAB IV Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

    Pada bab ini diuraikan secara rinci standar audit yang berlaku

    bagi APIP beserta penjelasannya. Sebagai tambahan bahan

    perbandingan, pada bab ini akan dijelaskan secara ringkas

    Standar Profesi Audit Internal yang disusun oleh Konsorsium

    Organisasi Profesi Audit Internal. Pada akhir bab diberikan

    latihan soal/bahan diskusi.

    BAB V Penutup

    Pada bab ini, sebagai penutup disampaikan himbauan moral

    agar para auditor APIP umumnya dan peserta Diklat khususnya

    senantiasa mematuhi aturan perilaku atau kode etik yang

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 4

    berlaku serta standar audit yang telah ditetapkan dan dipelajari

    dalam Diklat yang bersangkutan.

    C. METODOLOGI PEMBELAJARAN

    Metodologi pembelajaran untuk mata diklat ini menggunakan

    metode ceramah, diskusi dan pembahasan kasus. Ceramah diberikan

    untuk memberikan pengetahuan kepada peserta pelatihan tentang Kode

    Etik dan Standar Audit, sedangkan diskusi dan pembahasan kasus

    dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan

    penerapan kode etik dan standar audit bagi peserta pelatihan. Dengan

    demikian diharapkan para peserta dapat lebih memahami materi ajaran

    ini yang pada gilirannya mampu menerapkannya dalam pelaksanaan

    tugas audit secara baik.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 5

    A. PENGERTIAN PROFESI

    Profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

    bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,

    kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Sedangkan profesional menurut

    KBBI adalah:

    1. Bersangkutan dengan profesi;

    2. Pekerjaan yang memerlukan kepandaian khusus untuk

    menjalankannya;

    3. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan

    dari amatir).

    Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persyaratan utama

    dari suatu profesi adalah tuntutan kepemilikan keahlian tertentu yang

    unik. Dengan demikian setiap orang yang mau bergabung dalam suatu

    profesi tertentu dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki oleh

    TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

    Setelah mempelajari bab ini, para peserta dapat menjelaskan pengertian profesi,kode etik, standar, kendali mutu dan pentingnya ketiga hal tersebut dalam

    pelaksanaan tugas audit di lingkungan Pemerintahan.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 6

    orang awam atau orang kebanyakan. Selain itu, para

    anggota profesi dituntut untuk memberikan hasil pekerjaan

    yang memuaskan karena ada kompensasi berupa

    pembayaran untuk melakukannya. Hal ini mewajibkan

    adanya komitmen terhadap kualitas hasil pekerjaan.

    Suatu pekerjaan keahlian dapat digolongkan sebagai suatu profesi

    jika memenuhi persyaratan tertentu. Prof. Welenski di dalam bukuSawyers Internal Auditing menyebutkan 7 (tujuh) syarat, yaitu:

    1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani kepentingan orang

    banyak (umum)

    2. Bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud, harus melalui

    pelatihan yang cukup lama dan berkelanjutan

    3. Adanya kode etik dan standar yang ditaati di dalam organisasi

    tersebut

    4. Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti

    pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi profesi

    tersebut

    5. Mempunyai media massa/publikasi yang bertujuan untuk

    meningkatkan keahlian dan keterampilan anggotanya

    6. Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yang

    ingin menjadi anggota

    7. Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh

    pemerintah untuk mengeluarkan sertifikat

    Dikaitkan dengan tugas auditor internal pemerintah yang

    terhimpun dalam Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), timbul

    pertanyaan apakah pekerjaan audit yang dilakukan oleh auditor

    pemerintah dapat digolongkan sebagai pekerjaan profesi. Jika dilihat dari

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 7

    rumusan atau pengertian profesi menurut KBBI dan pendapat Prof.

    Welenski tersebut di atas, maka pekerjaan audit yang dilakukan auditor

    APIP dapat digolongkan pada pekerjaan profesi/profesional.

    Bekerja secara profesional berarti bekerja dengan menggunakan

    keahlian khusus menurut aturan dan persyaratan profesi. Karena itu

    setiap pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan suatu sarana

    berupa standar dan kode etik sebagai pedoman atau pegangan bagi

    seluruh anggota profesi tersebut. Kode etik dan standar tersebut bersifat

    mengikat dan harus ditaati oleh setiap anggota agar setiap hasil kerja

    para anggota dapat dipercaya dan memenuhi kualitas yang ditetapkan

    oleh organisasi.

    B. PENGERTIAN DAN TUJUAN KODE ETIK

    1. Pengertian Etik dan Kode Etik

    Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan

    dan Kebudayaan, 1988, mendefinisikan etik sebagai (1) kumpulan

    asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (2) nilai mengenai

    benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

    sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang

    buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Menurut

    Eric L. Kohler dalam buku A Dictionary for Accountants, edisi ke

    lima, 1979 ethic adalah :

    A system of moral principles and their application toparticular problems of conduct; specially, the rules ofconduct of a profession imposed by a professional bodygoverning the behavior of its member.

    Etika menurut Dictionary of Accounting karangan Ibrahim Abdulah

    Assegaf, cetakan I tahun 1991 adalah sebagai berikut :

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 8

    Disiplin pribadi dalam hubungannya dengan lingkungan yang

    lebih daripada apa yang sekedar ditentukan oleh Undang-

    Undang.

    Jadi, kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-

    prinsip moral yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi

    yang ditetapkan secara bersama.

    Kode etik suatu profesi

    merupakan ketentuan perilaku

    yang harus dipatuhi oleh setiap

    mereka yang menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter,

    pengacara, polisi, akuntan, penilai, dan profesi lainnya.

    2. Dilema Etika dan Solusinya

    Dalam hidup bermasyarakat perilaku

    etis sangat penting, karena interaksi antar

    dan di dalam masyarakat itu sendiri sangat

    dipengaruhi oleh nilai-nilai etika. Pada

    dasarnya dapat dikatakan bahwa kesadaran

    semua anggota masyarakat untuk

    berperilaku secara etis dapat membangun

    suatu ikatan dan keharmonisan bermasyarakat. Namun demikian,

    kita tidak bisa mengharapkan bahwa semua orang akan

    berperilaku secara etis. Terdapat dua faktor utama yang mungkin

    menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:

    a. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat

    pada umumnya. Misalnya, seseorang menemukan dompet

    berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil

    isinya dan membuang dompet tersebut di tempat terbuka.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 9

    Pada kesempatan berikutnya, pada saat bertemu dengan

    keluarga dan teman-temannya, yang bersangkutan dengan

    bangga bercerita bahwa dia telah menemukan dompet dan

    mengambil isinya.

    b. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk

    keuntungan diri sendiri. Misalnya, seperti contoh di atas,

    seseorang menemukan dompet berisi uang di bandara. Dia

    mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di

    tempat tersembunyi dan merahasiakan kejadian tersebut.

    Dorongan orang untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat

    oleh rasionalisasi yang dikembangkan sendiri oleh yang

    bersangkutan berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya.

    Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut:

    a. Setiap orang juga melakukan hal (tidak etis) yang sama.

    Misalnya, orang mungkin berargumen bahwa tindakan

    memalsukan perhitungan pajak, menyontek dalam ujian,

    atau menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan

    kepada pembelinya bukan perbuatan yang tidak etis karena

    yang bersangkutan berpendapat bahwa orang lain pun

    melakukan tindakan yang sama.

    b. Jika sesuatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti

    perbuatan tersebut tidak melanggar etika. Argumen

    tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hukum yang

    sempurna harus sepenuhnya dilandaskan pada etika.

    Misalnya, seseorang yang menemukan barang hilang tidak

    wajib mengembalikannya kecuali jika pemiliknya dapat

    membuktikan bahwa barang yang ditemukannya tersebut

    benar-benar milik orang yang kehilangan tersebut.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 10

    c. Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui

    orang lain serta sanksi yang harus ditanggung jika

    perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak

    signifikan. Misalnya penjual yang secara tidak sengaja

    terlalu besar menulis harga barang mungkin tidak akan

    dengan kesadaran mengoreksinya jika jumlah tersebut

    sudah dibayar oleh pembelinya. Dia mungkin akan

    memutuskan untuk lebih baik menunggu pembeli protes

    untuk mengoreksinya, sedangkan jika pembeli tidak

    menyadari dan tidak protes maka penjual tidak perlu

    memberitahu.

    Kenyataan ini menimbulkan dilema etika, pertanyaan

    tentang bagaimana seseorang seharusnya menyikapi suatu

    keadaan untuk menetapkan apakah suatu tindakan merupakan

    perbuatan etis atau tidak etis. Pada tahun 1930-an, organisasi

    pengusaha Rotary International, mengembangkan kode etik untuk

    kalangannya. Dalam menetapkan apakah suatu tindakan

    digolongkan etis atau tidak etis, organisasi tersebut menggunakan

    empat pertanyaan, biasa dikenal dengan the Four-Way Test,

    yakni:

    a. Apakah tindakan tersebut benar?

    b. Apakah tindakan tersebut adil untuk

    semua pihak?

    c. Apakah tindakan tersebut dapat

    membangun kesan baik dan

    pertemanan yang lebih baik?

    d. Apakah tindakan tersebut menguntungkan semua pihak?

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 11

    Saat ini, telah dikembangkan rangka pemikiran untuk

    membantu setiap orang memecahkan dilema etika. Rangka

    tersebut dapat membantu masyarakat mengidentifikasi masalah

    etika dan menetapkan tindakan yang tepat sesuai dengan nilai

    pribadi yang dimilikinya. Rangka tersebut dikenal sebagai the six-

    step approach, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Identifikasikan kejadiannya.

    b. Identifikasikan masalah etika berkaitan dengan kejadian

    tersebut.

    c. Tetapkan siapa saja yang akan terpengaruh serta tetapkan

    apa konsekuensi yang akan diterima/ditanggungnya

    berkaitan dengan kejadian tersebut.

    d. Identifikasikan alternatif-alternatif tindakan yang dapat

    ditempuh pihak yang terkait dengan dilema tersebut.

    e. Identifikasikan konsekuensi dari tiap-tiap alternatif tersebut.

    f. Tetapkan tindakan yang tepat berdasarkan pertimbangan

    tentang nilai-nilai etika yang dimiliki dan konsekuensi serta

    kesanggupan menanggung konsekuensi atas pilihan

    tindakannya. Pilihan tindakan tersebut sifatnya sangat

    individual sehingga sangat tergantung pada nilai etika yang

    dimiliki oleh yang bersangkutan serta kesanggupannya

    menanggung akibat dari pilihan tindakannya.

    Langkah tersebut akan mengarah pada ketidakseragaman

    perilaku karena nilai yang diyakini oleh masing-masing individu

    mungkin berbeda. Oleh karena itu, untuk tercapainya

    keseragaman ukuran perilaku, apakah suatu tindakan etis atau

    tidak etis, maka kode etik perlu ditetapkan bersama oleh seluruh

    anggota profesi.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 12

    3. Perlunya Kode Etik bagi Profesi

    Sebagaimana diuraikan di atas, kode

    etik yang mengikat semua anggota profesi

    perlu ditetapkan bersama. Tanpa kode etik,

    maka setiap individu dalam satu komunitas

    akan memiliki tingkah laku yang berbeda-beda

    yang dinilai baik menurut anggapannya dalam

    berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Tidak

    dapat dibayangkan betapa kacaunya apabila, misalnya, setiap

    orang dibiarkan dengan bebas menentukan mana yang baik dan

    mana yang buruk menurut kepentingannya masing-masing, atau

    bila menipu dan berbohong dianggap perbuatan baik, atau setiap

    orang diberi kebebasan untuk berkendaraan di sebelah kiri atau

    kanan sesuai keinginannya. Oleh karena itu nilai etika atau kode

    etik diperlukan oleh masyarakat, organisasi, bahkan negara agar

    semua berjalan dengan tertib, lancar, teratur dan terukur.

    Kepercayaan masyarakat

    dan pemerintah atas hasil kerja

    auditor ditentukan oleh keahlian,

    independensi serta integritas

    moral/kejujuran para auditor dalam

    menjalankan pekerjaannya.

    Ketidakpercayaan masyarakat

    terhadap satu atau beberapa

    auditor dapat merendahkan

    martabat profesi auditor secara

    keseluruhan, sehingga dapat

    merugikan auditor lainnya.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 13

    Oleh karena itu organisasi auditor berkepentingan untuk

    mempunyai kode etik yang dibuat sebagai prinsip moral atau

    aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan

    auditan, antara auditor dengan auditor dan antara auditor dengan

    masyarakat.

    Kode etik atau aturan

    perilaku dibuat untuk

    dipedomani dalam berperilaku

    atau melaksanakan penugasan

    sehingga menumbuhkan

    kepercayaan dan memelihara

    citra organisasi di mata

    masyarakat.

    C. PENGERTIAN DAN TUJUAN STANDAR AUDIT

    Salah satu pengertian standar menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. Standar

    antara lain diperlukan sebagai:

    1. Ukuran mutu;

    2. Pedoman kerja;

    3. Batas tanggung jawab;

    4. Alat pemberi perintah;

    5. Alat pengawasan;

    6. Kemudahan bagi umum.

    Standar yang digunakan sebagai ukuran pada umumnya

    diperlukan pada pekerjaan yang memiliki ciri:

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 14

    1. Menyangkut kepentingan orang banyak;

    2. Mutu hasilnya ditentukan;

    3. Banyak orang (pekerja) terlibat;

    4. Sifat dan mutu pekerjaan sama;

    5. Ada organisasi yang mengatur.

    Standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja yang harus

    dicapai, berbeda dengan prosedur yang merupakan urutan tindakan yang

    harus dilaksanakan untuk mencapai suatu standar tertentu. Standar audit

    merupakan ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh organisasi

    profesi audit, yang merupakan persyaratan minimum yang harus dicapai

    auditor dalam melaksanakan tugas auditnya. Standar audit diperlukan

    untuk menjaga mutu pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya

    profesi auditor tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Untuk

    meyakinkan pembaca laporan audit, maka auditor harus mencantumkan

    dalam laporannya bahwa auditnya telah dilaksanakan sesuai dengan

    standar audit yang berlaku.

    D. KODE ETIK, STANDAR AUDIT DAN PROGRAM JAMINAN KUALITAS

    Dasar pikiran yang melandasi penyusunan

    kode etik dan standar setiap profesi adalah

    kebutuhan profesi tersebut akan kepercayaan

    masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh

    profesi. Setiap profesi yang menjual jasanya kepada

    masyarakat memerlukan kepercayaan dari

    masyarakat yang dilayaninya.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 15

    Pada umumnya tidak semua

    pengguna jasa audit memahami hal-hal

    yang berkaitan dengan auditing. Yang

    memahami auditing adalah kalangan

    profesi itu sendiri. Oleh karena itu

    profesi tersebut perlu mengatur dan

    menetapkan ukuran mutu yang harus

    dicapai oleh para auditornya. Aturan

    yang ditetapkan oleh profesi ini

    menyangkut aturan perilaku, yang

    disebut dengan kode etik, yang mengatur perilaku auditor sesuai dengantuntutan profesi dan organisasi pengawasan serta standar audit yangmerupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai auditor dalam

    menjalankan tugas auditnya. Apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti

    auditor tersebut bekerja di bawah standar dan dapat dianggap melakukan

    malpraktik.

    Kepercayaan masyarakat terhadap

    mutu jasa profesi harus dijaga. Karena itu

    setiap profesi harus membangun dan

    melaksanakan program jaminan kualitas.Program ini harus dilakukan dalam upaya

    pemenuhan standar audit yang

    mengharuskan auditor menggunakan

    keahlian profesional dengan cermat dan seksama. Program jaminankualitas harus diciptakan untuk mempertahankan profesionalisme dan

    kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa audit.

    Program jaminan kualitas untuk masing-masing APIP dapat

    dibangun sendiri sesuai dengan karakteristik APIP yang bersangkutan.

    Sebagai contoh, langkah-langkah pengendalian mutu dalam penugasan

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 16

    audit di lingkungan BPKP, sebagai bagian dari program jaminan kualitas,

    dituangkan dalam 12 (dua belas) formulir kendali mutu (KM-1 s.d. KM-12)

    sebagaimana ditetapkan Surat Edaran Kepala BPKP No. SE-448/K/1990

    tanggal 11 September 1990. Standar Pengendali Mutu yang harus dibuat

    menurut ketentuan Ikatan Akuntan Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1.

    E. KODE ETIK DAN STANDAR AUDIT APIP

    Auditor APIP adalah

    pegawai negeri yang mendapat

    tugas antara lain untuk

    melakukan audit. Karena itu

    auditor pemerintah dapat

    diibaratkan sebagai seseorang

    yang kaki kanannya terikat pada

    ketentuan-ketentuan sebagai

    pegawai negeri sedangkan kaki

    kirinya terikat pada ketentuan-

    ketentuan profesinya. Pernyataan tersebut tidak dimaksudkan untuk

    mengatakan bahwa bagi pegawai negeri yang bertugas sebagai auditor

    posisinya sebagai pegawai negeri adalah lebih utama dari tugas

    profesinya, tetapi menyatakan ruang lingkup kode etik yang harus

    diperhatikannya lebih luas dari profesi tertentu yang lain.

    Auditor APIP yang meliputi auditor di lingkungan BPKP,

    Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan LPND, dan

    Inspektorat Propinsi, Kabupaten, dan Kota dalam menjalankan tugas

    auditnya wajib mentaati Kode Etik APIP yang berkaitan dengan

    statusnya sebagai pegawai negeri dan Standar Audit APIP sebagaimana

    diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 17

    PER/04/M.PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31

    Maret 2008.

    Di sisi lain, terdapat pula auditor

    pemerintah, khususnya auditor BPKP,

    adalah akuntan, anggota Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI), yang dalam keadaan

    tertentu melakukan audit atas entitas

    yang menerbitkan laporan keuangan

    yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip

    akuntansi yang berlaku umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam

    Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Karena itu auditor

    pemerintah tersebut wajib pula mengetahui dan mentaati Kode Etik

    Akuntan Indonesia dan Standar Audit sebagaimana diatur dalam Standar

    Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Kutipan Kode Etik

    ini dimuat dalam Lampiran 2.

    F. LATIHAN SOAL

    1. Sebutkan 5 macam profesi yang Saudara ketahui dan jelaskan

    pengertian profesional !

    2. Menurut pendapat Saudara apakah pekerjaan APIP termasuk

    pekerjaan profesional ? Jelaskan alasan Saudara !

    3. Mengapa kode etik diperlukan dalam organisasi profesi auditor ?

    4. Bagaimana sikap Saudara selaku auditor pada APIP, jika melihat

    auditor APIP lainnya dalam tingkah lakunya tidak sesuai dengan

    yang diatur oleh organisasi profesinya ?

    5. Apa perlunya standar audit ? Apa yang dimaksud dengan

    pengendalian mutu dalam kaitannya dengan penugasan audit ?

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 18

    Mengapa setiap organisasi auditor perlu membuat kebijakan dan

    prosedur pengendalian mutu audit ?

    6. Apa bedanya standar audit dengan prosedur audit ? Jelaskan

    hubungan keduanya !

    7. Harap Saudara jelaskan hubungan kode etik, standar audit dan

    pengendalian mutu audit !

    8. Umumnya, apabila personil yang ditugaskan semakin cakap dan

    berpengalaman, maka supervisi secara langsung terhadap

    personil tersebut, semakin tidak diperlukan. Demikian salah satu

    pernyataan dalam standar pengendalian mutu akuntan publik.

    Tanpa memperhatikan standar yang lain, bagaimana komentar

    Saudara mengenai pernyataan tersebut ?

    9. Apakah hasil audit yang dilakukan oleh seorang auditor yang

    pandai pasti bermutu ? Jelaskan jawaban Saudara !

    10. Sebutkan unsur kebijakan dan prosedur pengendalian mutu audit

    menurut Ikatan Akuntan Indonesia ?

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 19

    Kode etik APIP dimaksudkan sebagai pegangan atau pedoman bagi para

    pejabat dan auditor APIP dalam bersikap dan berperilaku agar dapat

    memberikan citra APIP yang baik serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat

    terhadap APIP.

    Di samping itu, sebagai bahan perbandingan, dalam modul ini akan

    dibahas secara singkat mengenai kode etik yang diterapkan oleh Konsorsium

    Organisasi Profesi Audit Internal yang antara lain termasuk Forum Komunikasi

    Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD).

    TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

    Setelah mempelajari bab ini para peserta mampu menjelaskan dan menerapkankode etik APIP

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 20

    A. LANDASAN HUKUM

    Kode Etik APIP yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara

    Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008

    tanggal 31 Maret 2008 dilandasi oleh ketentuan hukum sebagai berikut:

    1. Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

    Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

    Kolusi, dan Nepotisme;

    2. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

    Negara;

    3. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 Tentang

    Perbendaharaan Negara;

    4. Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

    Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;

    5. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah;

    6. Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan,

    Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian

    Negara RI sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

    dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

    7. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan

    Pemberantasan Korupsi;

    8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

    Nomor: PER/03.1/M.PAN/03/2007 Tentang Kebijakan

    Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

    Tahun 20072009.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 21

    B. KODE ETIK APIP

    Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan pegawai

    negeri sipil yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

    (APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan tindak

    lanjutnya.

    Isi dari kode etik APIP ini memuat 2 (dua) komponen, yaitu: (1)

    Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang

    melandasi perilaku auditor; dan (2) Aturan perilaku yang menjelaskan

    lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.

    1. Prinsip-prinsip Perilaku

    Tuntutan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan

    tugas pengawasan dilandasi oleh beberapa prinsip perilaku, yaitu:

    integritas, obyektivitas, kerahasiaan dan kompetensi.

    a. Integritas

    Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi

    oleh sikap jujur, berani,

    bijaksana, dan

    bertanggung jawab untuk

    membangun kepercayaan

    guna memberikan dasar

    bagi pengambilan

    keputusan yang handal.

    Bersikap dan bertindak jujur merupakan tuntutan untuk

    dapat dipercaya. Hasil pengawasan yang dilakukan auditor

    dapat dipercaya oleh pengguna apabila auditor dapat

    menjunjung tinggi kejujuran. Sikap jujur ini juga didukung

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 22

    oleh sikap berani untuk menegakkan kebenaran. Tidak

    mudah diancam dengan berbagai ancaman. Bijaksana

    berarti auditor melaksanakan tugasnya dengan tidak

    tergesa-gesa melainkan berdasarkan pembuktian yang

    memadai. Auditor dinilai bertanggung jawab apabila dalam

    penyampaian hasil pengawasannya seluruh bukti yang

    mendukung temuan audit didasarkan pada bukti yang

    cukup, kompeten, dan relevan.

    b. Obyektivitas

    Auditor harus menjunjung tinggi ketidak-berpihakan

    profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan

    memroses data/informasi audit. Auditor APIP membuat

    penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan

    tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain

    dalam mengambil keputusan.

    c. Kerahasiaan

    Auditor harus menghargai nilai dan

    kepemilikan informasi yang diterimanya

    dan tidak mengungkapkan informasi

    tersebut tanpa otorisasi yang memadai,

    kecuali diharuskan oleh peraturan

    perundang-undangan. Auditor hanya

    mengungkapkan informasi yang diperolehnya kepada yang

    berhak untuk menerimanya sesuai dengan peraturan dan

    ketentuan yang berlaku.

    d. Kompetensi

    Dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk

    memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 23

    keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

    Tuntutan ini bukan saja dilakukan berdasarkan penugasan

    keikutsertaan dalam seminar, lokakarya atau pelatihan dari

    instansinya saja melainkan juga dilakukan secara mandiri

    oleh auditor yang bersangkutan.

    2. Aturan Perilaku

    Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus

    dilakukan oleh auditor dan merupakan pengejawantahan prinsip-

    prinsip perilaku auditor.

    a. Integritas

    Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:

    1) Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti,

    bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh;

    2) Dapat menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang

    berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam

    melaksanakan tugas;

    3) Dapat mengikuti perkembangan peraturan perundang-

    undangan dan mengungkapkan segala hal yang

    ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan

    profesi yang berlaku;

    4) Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi

    organisasi;

    5) Tidak menjadi bagian kegiatan ilegal atau mengikatkan

    diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan

    profesi APIP atau organisasi;

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 24

    6) Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara

    sesama auditor dalam pelaksanaan audit; dan

    7) Dapat saling mengingatkan, membimbing dan

    mengoreksi perilaku sesama auditor.

    Bahan Diskusi:

    Sumitro adalah seorang guru besar akuntansi padasuatu universitas negeri. Ia duduk di ruangan kerjanyasambil berpikir keras karena baru saja melakukanpercakapan telepon dengan seorang pengacara yangmewakili suatu bank pemerintah terkemuka. Sang pengacarameminta dirinya menjadi saksi ahli dalam suatu kasuslaporan keuangan nasabah bank berkaitan dengan pemberiankredit.

    Kelihatannya bank tersebut telah memberikan suatupinjaman dalam jumlah yang besar kepada nasabah tersebutyang didasarkan pada laporan keuangannya. Pinjamantersebut tidak sanggup ditanggulangi pengembaliannya olehsi nasabah karena terjadi kesulitan keuangan yangberdampak pada terganggunya kelangsungan hidupperusahaan nasabah itu. Laporan keuangan itu telah diauditdengan opini wajar tanpa pengecualian oleh sebuah kantor akuntan publik yang dikenalnyadengan baik.

    Profesor Sumitro telah mereviu laporan audit atas laporan keuangan, kertas kerja audit,dan standar akuntansi yang terkait dengan masalah tersebut. Ia menyimpulkan bahwa kantorakuntan publik telah lalai dalam pemberian pendapat atau opini atas penyajian laporan keuangandan kondisi perusahaan.

    Profesor Sumitro ragu-ragu apakah ia bersedia menjadi saksi ahli dalam kasus tersebutkarena ia mengenal secara pribadi para akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publiktersebut. Di samping itu, kantor akuntan publik tersebut selalu merekrut mahasiswa dariuniversitasnya dan telah memberikan banyak sumbangan keuangan yang cukup besar bagipengembangan program akuntansi di universitasnya. Kenyataan lain, kantor akuntan publik itusedang memroses dukungan dana dalam mempromosikan dirinya untuk menduduki jabatanketua jurusan akuntansi.

    Sumitro khawatir jika ia setuju memberikan pelayanan sebagai saksi ahli, ia mungkintidak dapat memberikan kesaksiannya dengan obyektif. Ia juga khawatir tindakannya sebagaisaksi ahli dapat membahayakan hubungan baik yang sudah terjalin antara universitasnya dengankantor akuntan publik tersebut.

    Diskusikan kasus tersebut yang dikaitkan dengan unsur integritas dan apa yang harusdilakukan oleh Profesor Sumitro.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 25

    b. Obyektivitas

    Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:

    1) Mengungkapkan semua fakta material yang

    diketahuinya, yang apabila tidak diungkapkan mungkin

    dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang

    diaudit;

    2) Tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-

    hubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap

    mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang

    mungkin menyebabkan terjadinya benturan

    kepentingan; dan

    3) Menolak suatu pemberian dari auditi yang terkait

    dengan keputusan maupun pertimbangan

    profesionalnya.

    Bahan Diskusi:

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 26

    Aditia, seorang auditor, menerima penugasan audit pada DinasKehutanan Propinsi Kalimantan Timur. Hasil audit sementara yangdijumpai adalah adanya indikasi kerugian negara akibat penebangan ilegalyang dilakukan oleh sekelompok oknum tertentu, yang tidak terdeteksioleh pengawasan dinas kehutanan. Aditia menduga ada kolusi antarakelompok oknum tersebut dengan ?orang dalam?, sehingga penebanganliar tersebut tidak terlaporkan. Padahal seyogianya dapat terdeteksimelalui sistem pengendalian intern Dinas Kehutanan.

    Salah seorang pejabat dinas kehutanan pernah melakukanpendekatan secara pribadi kepada Aditia,ketika ia sedang menanyakan tentang jenis-jenis kayu yang hendak ia beli dalam rangkapembangunan rumah tinggalnya. Pejabattersebut menjanjikan akan menyediakankayu yang Aditia butuhkan dengan kualitasterbaik tanpa harus membayar sepeserpun.Walaupun tidak ada permintaan kompensasidari pejabat tersebut, namun Aditia dapat

    menduga bahwa pemberian kayu yang dijanjikan memiliki hubungandengan hasil audit yang ia sampaikan.

    Diskusikan kasus tersebut dikaitkan dengan sikap obyektivitas yangseharusnya dipertahankan oleh Aditia.

    c. Kerahasiaan

    Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:

    1) Secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala

    informasi yang diperoleh dalam audit; dan

    2) Tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh

    untuk kepentingan pribadi/golongan di luar

    kepentingan organisasi atau dengan cara yang

    bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

    Bahan Diskusi:

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 27

    Sejak memasuki era reformasi, kebebasan untuk memperolehinformasi sedemikian gencar sampai-sampai informasi yang belumdipublikasikan secara formal pun ternyata telah tersebar di masyarakat.

    Masyarakat mempertanyakan hasil-hasil pengawasan yang dihasilkanoleh aparat pengawasan fungsional pemerintah selama lebih dari 30 tahundi era orde baru. Banyak pihak berpendapat bahwa hasil pengawasan oleh

    aparatur pengawasan intern pemerintahdiklasifikasikan sebagai informasi yangrahasia bagi instansi tersebut sehinggatidak patut dipublikasikan kepadamasyarakat.

    Di lain pihak masyarakat sebagaistakeholders merasa perlu memperolehberbagai informasi tersebut sebagaibagian yang tidak terpisahkan dari prinsipakuntabilitas publik oleh aparatur negara

    dalam mengelola dana masyarakat. Contoh yang masih belum lenyap diingatan kita, bagaimana seorang ketua tim auditor Badan PemeriksaKeuangan menginformasikan temuan auditnya kepada KomisiPemberantasan Korupsi yang kemudian diperluas dengan ?penjebakan?(istilah penasehat hukum terdakwa) di sebuah hotel yang berujung kepadaproses pengadilan dan penjatuhan hukuman 3 (tiga) tahun penjaraterhadap terdakwa.

    Diskusikan: kasus tersebut dilihat dari sudut pandang prinsipkerahasiaan yang harus dijaga oleh auditor dan berikan pendapat Saudaraapakah yang dilakukan oleh ketua tim auditor BPK itu melanggar etika?

    d. Kompetensi

    Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:

    1) Melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan

    standar audit;

    2) Terus menerus meningkatkan kemahiran profesional,

    keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan; dan

    3) Menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak

    sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan

    keterampilan yang dimiliki.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 28

    Bahan Diskusi:

    Anton baru saja diangkat sebagai pegawai negerisipil dan ditempatkan pada Inspektorat JenderalDepartemen Teknologi Tinggi. Ia adalah seorang lulusansarjana ekonomi jurusan akuntansi yang belum pernahmelakukan audit.

    Dua minggu sejak penempatannya, ia langsungditugaskan untuk melakukan audit kinerja pada DirektoratJenderal Teknologi Nuklir yang merupakan salah satu unit kerja di bawahdepartemen itu. Anton menyadari bahwa ia belum berpengalaman sama sekalitentang bidang tugasnya. Sebagai pegawai baru tentu saja ia merasa engganuntuk menginformasikan hal itu kepada pimpinannya, padahal surat tugasnyatelah ditanda tangani.

    Diskusikan dari kasus di atas keterkaitannya dengan pemenuhan prinsipetika kompetensi.

    C. PELANGGARAN

    Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi

    adalah suatu tindakan positif agar ketentuan tersebut dipatuhi

    secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara

    Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menetapkan

    kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP ini.

    Kebijakan yang berupa pernyataan ketentuan tersebut adalah:

    1. Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi

    toleransi, meskipun dengan alasan tindakan tersebut dilakukan

    demi kepentingan organisasi atau diperintahkan oleh pejabat yang

    lebih tinggi.

    2. Auditor tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa

    karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.

    3. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh

    auditor kepada pimpinan organisasi.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 29

    4. Pemeriksaan, investigasi dan pelaporan pelanggaran kode etik

    ditangani oleh Badan Kehormatan Profesi, yang terdiri dari

    pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah ganjil dan

    disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan

    Profesi diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan APIP.

    D. PENGECUALIAN

    Berhubung penerapan kode etik berkaitan dengan peran manusia

    yang lingkungannya tidak selalu normal, maka diberikan klausul

    pengecualian atas pelanggaran kode etik profesi. Dalam hal-hal tertentu

    yang menurut pertimbangan profesionalnya, seorang auditor

    dimungkinkan untuk tidak menerapkan aturan perilaku tertentu, maka

    mekanisme pengecualiannya diatur sebagai berikut: Permohonan

    pengecualian atas penerapan kode etik

    tersebut harus dilakukan secara tertulis

    sebelum auditor terlibat dalam kegiatan

    atau tindakan yang dimaksud.

    Persetujuan untuk tidak menerapkan

    kode etik hanya boleh diberikan oleh

    pimpinan APIP.

    Dengan kata lain, pengecualian

    untuk tidak menerapkan kode etik

    hanya dilakukan atas situasi yang telah

    direncanakan, bukan secara spontan pada saat kejadian itu berlangsung.

    Pengecualian juga tidak diperkenankan ketika pelanggaran atas kode etik

    telah dilakukan baru kemudian diajukan permohonan.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 30

    E. SANKSI ATAS PELANGGARAN

    Auditor APIP yang terbukti melanggar Kode

    Etik APIP akan dikenakan sanksi oleh pimpinan APIP

    atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi.

    Bentuk-bentuk sanksi yang direkomendasikan oleh

    Badan Kehormatan Profesi antara lain berupa:

    a. Teguran tertulis;

    b. Usulan pemberhentian dari tim audit; dan

    c. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu.

    Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik oleh pimpinan

    APIP dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    berlaku.

    F. KODE ETIK KONSORSIUM ORGANISASI PROFESI AUDIT INTERNAL

    Konsorsium Organisasi Profesi Audit

    Internal menyusun kode etik dengan

    pendekatan yang berbeda. Hal ini berkaitan

    dengan latar belakang organisasionalnya

    yang berbeda dengan APIP. Konsorsium

    menggunakan istilah Standar Perilaku

    Auditor Internal yang berisi:

    i. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan

    kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi

    tanggungjawab profesinya.

    ii. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya

    atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 31

    tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

    menyimpang atau melanggar hukum.

    iii. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau

    kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau

    mendiskreditkan organisasinya.

    iv. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat

    menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya; atau

    kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang

    meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan

    memenuhi tanggungjawab profesinya secara objektif.

    v. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun

    dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis

    organisasinya, yang dapat, atau, patut diduga, dapat memengaruhi

    pertimbangan profesionalnya.

    vi. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan

    dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.

    vii. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar

    senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal.

    viii. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam

    menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan

    tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi

    rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara

    melanggar hukum, atau (iii) yang dapat menimbulkan kerugian

    terhadap organisasinya.

    ix. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus

    mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu

    fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 32

    kegiatan yang direviu, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang

    melanggar hukum.

    x. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta

    efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib

    mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.

    G. LATIHAN SOAL

    1. Harap Saudara jelaskan pengertian independensi dalam

    hubungannya dengan penugasan audit! Ada berapa jenis

    independensi yang Saudara ketahui, jelaskan !

    2. Mengapa di dalam menjalankan tugasnya auditor harus

    independen?

    3. Misalkan Saudara pimpinan salah satu Kantor Akuntan

    Publik/Kepala Perwakilan BPKP/Inspektur Jenderal/Inspektur

    Wilayah. Saudara mengetahui bahwa salah satu staf, Auditor A

    yang terkenal sangat independen dalam sikap mentalnya, memiliki

    hubungan keluarga dengan pimpinan organisasi B. Bagaimana

    pertimbangan Saudara, apakah Saudara akan menugaskan

    Auditor A untuk memeriksa organisasi B ? Apa alasan Saudara!

    4. Dengan merujuk kepada soal no. 3. jika Saudara adalah Auditor A,

    dan pimpinan Saudara tidak tahu bahwa Saudara memiliki

    hubungan keluarga dengan pimpinan organisasi B, tapi Saudara

    ditugaskan untuk memeriksa organisasi B, bagaimana sikap

    Saudara ? Jelaskan jawaban Saudara.

    5. Dalam bulan Januari 20XX Saudara ditugaskan melakukan audit

    atas pengadaan barang inventaris dalam partai besar yang

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 33

    spesifik dan harganya mahal, yang dibiayai dari anggaran belanja

    barang kantor Saudara.

    Pada saat audit dijumpai hal-hal berikut :

    a. Pada saat Saudara melakukan cek fisik ternyata terdapat

    kekurangan barang dengan nilai Rp 500.000.000,00 ;

    b. Pejabat yang bertanggung jawab atas pengadaan barang

    tersebut menyatakan bahwa sisa barang sejumlah

    kekurangan tersebut dititipkan kepada rekanan (penjual) ;

    c. Dari hasil analisis serta teknik audit yang Saudara lakukan

    diperoleh bukti/data bahwa telah terjadi kejanggalan yang

    menjurus kepada tindakan manipulasi dan kolusi sesama

    pejabat dan rekanan yang bersangkutan.

    d. Pada saat Saudara membicarakan masalah tersebut

    kepada pejabat yang bertanggung jawab, Saudara diminta

    untuk tidak mempermasalahkan penyimpangan tersebut

    dan tidak memasukkan dalam laporan audit. Ia

    mengemukakan bahwa uang sebesar Rp500 juta tersebut

    tidak hanya untuk kepentingan pribadinya sendiri saja,

    tetapi dibagi-bagi dengan pejabat-pejabat lainnya.

    Bagaimana sikap Saudara seharusnya dalam menghadapi

    masalah tersebut? Berikan komentar secukupnya !

    6. Sering dikatakan bahwa auditor harus memiliki integritas yang

    tinggi. Apa maksud dari pengertian integritas di sini? Jelaskan

    jawaban Saudara !

    7. Pemeriksa harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam

    tugasnya. Keahlian apa saja yang perlu dimiliki seorang auditor?

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 34

    Bab ini akan menguraikan perihal:

    1. Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (SA-APIP)

    2. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan

    3. Standar Profesi Audit Internal Konsorsium Organisasi Profesi Audit

    Internal.

    A. PENDAHULUAN

    Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (SA-APIP)

    merupakan revisi atas Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional

    Pemerintah yang disusun oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan (BPKP) tahun 1996.

    TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

    Setelah mempelajari bab ini, para peserta mampu menjelaskan standar audit yangberlaku bagi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah serta standar audit yang berlaku

    pada organisasi audit internal lainnya.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 35

    Di dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang

    Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, diatur

    tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab Keuangan Negara

    yang dilakukan oleh dan atau atas nama Badan Pemeriksa Keuangan

    (Pasal 1 butir (3)).

    Oleh karena APIP adalah

    auditor intern dalam lembaga eksekutif

    dan dibentuk untuk membantu

    pimpinan di lingkungan lembaga

    eksekutif, baik di tingkat Presiden,

    Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah

    non Departemen (LPND) sampai ke

    tingkat Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota, maka standar

    audit APIP diperlukan kehadirannya, mengingat pelaksanaan audit yang

    dilakukan oleh BPK tidak selalu dapat dialihkan untuk dilakukan oleh

    APIP, seperti audit keuangan. Namun dalam modul ini akan diuraikan

    secara singkat standar pemeriksaan keuangan negara (SPKN) yang

    ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPK Nomor 1 Tahun 2007 sebagai

    bahan pembanding.

    1. Landasan Hukum

    Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (SA-

    APFP), yang diterbitkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan

    Aparatur Negara dalam Peraturan Menpan Nomor:

    PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008, didasarkan pada:

    o Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2004 TentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

    Negara;

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 36

    o Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentangLembaga Pemerintah Non Departemen dimana Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) diatur

    pada pasal 52 sampai dengan pasal 54)

    o Peraturan Presiden RI Nomor 9 Tahun 2005 TentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata

    Kerja Kementerian Negara RI sebagaimana telah beberapa

    kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94

    Tahun 2006;

    o Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan AparaturNegara Nomor: PER/03.1/M.PAN/03/2007 Tentang

    Kebijakan Pengawasan Nasional Aparat Pengawasan

    Intern Pemerintah Tahun 20072009.

    2. Pengertian Standar Audit APIP

    Standar audit APIP adalah kriteria atau ukuran mutu

    minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani

    oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

    3. Tujuan dan Fungsi Standar Audit APIP

    Tujuan standar audit APIP adalah:

    a. Menetapkan prinsip-prinsip dasar untuk merepresentasikan

    praktik-praktik audit yang seharusnya;

    b. Menyediakan kerangka kerja pelaksanaan dan peningkatan

    kegiatan audit intern yang memiliki nilai tambah;

    c. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

    d. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses

    organisasi;

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 37

    e. Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk

    mencapai tujuan audit;

    f. Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit; dan

    g. Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

    Standar audit berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi

    para auditor dan APIP dalam:

    a. Pelaksanaan tugas pokok

    dan fungsi (tupoksi) yang

    dapat merepresentasikan

    praktik-praktik audit yang

    seharusnya, menyediakan

    kerangka kerja pelaksanaan

    dan peningkatan kegiatan audit yang memiliki nilai tambah

    serta menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit;

    b. Pelaksanaan koordinasi audit oleh APIP;

    c. Pelaksanaan perencanaan audit oleh APIP; dan

    d. Penilaian efektivitas tindak lanjut hasil pengawasan dan

    konsistensi penyajian laporan hasil audit.

    4. Ruang Lingkup

    Kegiatan utama APIP meliputi: audit, reviu, pemantauan,

    evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi,

    asistensi dan konsultansi. Namun peraturan ini hanya mengatur

    mengenai Standar Audit APIP.

    Kegiatan audit yang dapat dilakukan oleh APIP pada

    dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) jenis audit, yaitu:

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 38

    a. Audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk

    memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan

    keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima

    umum.

    b. Audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan

    dan rekomendasi atas pengelolaan instansi pemerintah

    secara ekonomis, efisien, dan efektif.

    c. Audit dengan tujuan tertentu yaitu audit yang bertujuan

    untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diaudit.

    Yang termasuk dalam kategori ini adalah audit investigatif,

    audit terhadap masalah yang menjadi fokus perhatian

    pimpinan organisasi dan audit yang bersifat khas.

    Ruang lingkup kegiatan audit yang

    diatur dalam Standar Audit ini meliputi audit

    kinerja dan audit investigatif, sedangkan

    audit atas laporan keuangan yang bertujuan

    untuk memberikan opini atas kewajaran

    penyajian laporan keuangan wajib

    menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

    B. STANDAR AUDIT APIP

    Standar audit APIP disusun dengan sistematika yang dapat

    digambarkan sebagai berikut:

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 39

    STANDAR UMUM

    AUDIT KINERJA AUDIT INVESTIGATIF

    STANDAR

    PELAKSANAAN

    STANDAR

    PELAPORAN

    STANDAR

    PELAKSANAAN

    STANDAR

    PELAPORAN

    STANDAR TINDAK LANJUT STANDAR TINDAK LANJUT

    1. Prinsip-prinsip Dasar

    Prinsip-prinsip dasar adalah asumsi-

    asumsi dasar, prinsip-prinsip yang diterima secara

    umum dan persyaratan yang digunakan dalam

    mengembangkan standar audit, yang bagi auditor

    berguna dalam mengembangkan simpulan atau opini atas audit

    yang dilakukan, terutama dalam hal tidak adanya standar audit

    yang berkaitan dengan hal-hal yang sedang diaudit. Prinsip-prinsip

    dasar tersebut mencakup audit kinerja dan audit investigatif.

    Prinsip-prinsip dasar ini dapat diklasifikasikan ke dalam 2

    (dua) kategori, yaitu: kewajiban auditor dan kewajiban APIP.

    a. Kewajiban Auditor

    1) Kewajiban Auditor untuk Mengikuti Standar Audit

    Auditor harus mengikuti Standar Audit dalam segala

    pekerjaan audit yang dianggap material.

    PRINSIP-PRINSIP DASAR

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 40

    Agar pekerjaan auditor dapat dievaluasi, maka setiap

    auditor wajib mengikuti Standar Audit dalam

    melaksanakan pekerjaannya yang dianggap

    material. Suatu hal dianggap material apabila

    pemahaman mengenai hal tersebut kemungkinan

    akan memengaruhi pengambilan keputusan oleh

    pengguna laporan audit. Auditor diharuskan untuk

    menyatakan dalam setiap laporan bahwa kegiatan-

    kegiatannya dilaksanakan sesuai dengan standar.

    2) Kewajiban Auditor untuk Meningkatkan Kemampuan

    Auditor harus secara terus menerus meningkatkan

    kemampuan teknik dan metodologi audit

    Dengan memperbaiki teknik

    dan metodologi audit, auditor

    dapat meningkatkan kualitas

    audit dan mempunyai

    keahlian yang lebih baik

    untuk menilai ukuran kinerja atau pedoman kerja

    yang digunakan oleh auditi. Komponen kemampuan

    auditor yang harus ditingkatkan meliputi:

    kemampuan teknis, manajerial, dan konseptual yang

    terkait dengan audit dan auditi.

    b. Kewajiban APIP

    1) Menyusun Rencana Pengawasan

    APIP harus menyusun rencana pengawasan

    tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang

    mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan

    tujuan organisasi. APIP diwajibkan menyusun

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 41

    rencana strategis lima tahunan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan

    Rencana pengawasan tahunan berisi rencana

    kegiatan audit dalam tahun yang bersangkutan serta

    sumber daya yang

    diperlukan.

    Penentuan prioritas

    kegiatan audit

    didasarkan pada

    evaluasi risiko yang

    dilakukan oleh

    APIP dan dengan mempertimbangkan prinsip

    kewajiban menindak-lanjuti pengaduan dari

    masyarakat. Penyusunan rencana pengawasan

    tahunan tersebut didasarkan atas prinsip keserasian,

    keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan

    pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan

    efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.

    Rencana strategis sekurang-kurangnya berisi visi,

    misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan APIP

    selama lima tahun.

    2) Mengomunikasikan dan Meminta Persetujuan

    Rencana Pengawasan Tahunan

    APIP harus mengomunikasikan rencana

    pengawasan tahunan kepada pimpinan organisasi

    dan unit-unit terkait

    Melalui pengomunikasian rencana pengawasan

    tahunan tersebut diharapkan kendala yang dihadapi

    berupa kekurangan sumber daya dapat

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 42

    terinformasikan kepada pimpinan dan

    mencegah terjadinya tumpang tindih

    pemeriksaan oleh berbagai APIP.

    3) Mengelola Sumber Daya

    APIP harus mengelola dan memanfaatkan sumber

    daya yang dimiliki secara ekonomis, efisien dan

    efektif, serta memrioritaskan alokasi sumber daya

    tersebut pada kegiatan yang mempunyai risiko besar

    Dengan terbatasnya sumber daya yang ada, maka

    APIP hendaknya membuat skala

    prioritas pada pekerjaan-

    pekerjaan pengawasan yang

    menurut peraturan perundang-

    undangan harus diselesaikan

    dalam periode waktu tertentu.

    Keterbatasan sumber daya tidak dapat dijadikan

    alasan bagi APIP untuk tidak memenuhi standar

    audit.

    4) Menetapkan Kebijakan dan Prosedur

    APIP harus menyusun kebijakan dan prosedur untuk

    mengarahkan kegiatan audit

    Kebijakan dan prosedur yang meliputi pengelolaan

    kantor, dan pelaksanaan audit disusun untuk

    memastikan bahwa pengelolaan APIP serta

    pelaksanaan pengawasannya dapat dilakukan

    secara ekonomis, efisien, dan efektif. Efektivitas

    kebijakan dan prosedur tersebut dapat dicapai jika

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 43

    proses reviu atas kebijakan dan prosedur dilakukan

    secara terus menerus.

    5) Melakukan Koordinasi

    APIP harus melakukan koordinasi dengan, dan

    membagi informasi kepada, auditor eksternal

    dan/atau auditor lainnya

    Tujuan dilakukannya koordinasi pengawasan adalah

    untuk memastikan bahwa cakupan yang dilakukan

    telah tepat dan tidak terjadi pengulangan kegiatan.

    Salah satu perwujudan koordinasi adalah dengan

    menyampaikan rencana pengawasan tahunan serta

    hasil-hasil pengawasan yang telah dilakukan APIP

    dalam periode yang akan dilakukan oleh auditor

    eksternal dan/atau auditor lainnya.

    6) Menyampaikan Laporan Berkala

    APIP wajib menyusun dan menyampaikan laporan

    secara berkala tentang realisasi kinerja dan kegiatan

    audit yang dilaksanakan APIP

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 44

    Laporan berkala dimaksudkan untuk menyampaikan

    perkembangan pengawasan sesuai dengan rencana

    pengawasan tahunan, hambatan yang dijumpai serta

    rencana pengawasan periode berikutnya.

    7) Melakukan Pengembangan Program dan

    Pengendalian Kualitas

    APIP harus mengembangkan program dan

    mengendalikan kualitas audit

    Program

    pengembangan

    kualitas mencakup

    seluruh aspek

    kegiatan audit di

    lingkungan APIP.

    Program ini

    dirancang untuk

    memberikan nilai tambah dan meningkatkan

    kegiatan operasi organisasi serta memberikan

    jaminan bahwa kegiatan audit di lingkungan APIP

    sejalan dengan Standar Audit dan Kode Etik.

    Efektivitas program tersebut harus dipantau secara

    terus menerus baik oleh internal APIP maupun pihak

    lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh

    Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

    8) Menindaklanjuti Pengaduan Masyarakat

    APIP harus menindaklanjuti pengaduan dari

    masyarakat

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 45

    APIP berkewajiban untuk menindaklanjuti

    pengaduan masyarakat antara lain terhadap hal-hal

    seperti: hambatan, keterlambatan, dan atau

    rendahnya kualitas pelayanan publik serta

    penyalahgunaan wewenang, tenaga, uang, dan aset

    atau barang miliki negara/daerah.

    2. Standar Umum

    Standar umum ini meliputi

    standar-standar yang terkait dengan

    karakteristik organisasi dan para

    individu yang melakukan penugasan

    audit kinerja dan audit investigatif.

    Sistematika standar umum dapat diuraikan secara singkat

    sebagai berikut:

    a. Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab

    b. Independensi dan Obyektivitas

    1) Independensi APIP

    2) Obyektivitas Auditor

    3) Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektivitas

    c. Keahlian

    1) Latar Belakang Pendidikan Auditor

    2) Kompetensi Teknis

    3) Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan dan Pelatihan

    Berkelanjutan

    4) Penggunaan Tenaga Ahli dari Luar

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 46

    d. Kecermatan Profesional

    e. Kepatuhan Terhadap Kode Etik

    Uraian rinci dari butir-butir Standar Umum di atas adalah

    sebagai berikut:

    a. Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab

    Visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggung jawab

    APIP harus dinyatakan secara tertulis, disetujui dan

    ditandatangani oleh pimpinan tertinggi organisasi.

    Pernyataan standar tersebut dimaksudkan untuk

    memberikan kejelasan secara formal tentang arah dan

    mandat yang diberikan kepada APIP dalam melaksanakan

    setiap penugasan audit yang secara khusus berkenaaan

    dengan kewenangan akses APIP dan para auditornya atas

    informasi dan personel auditi.

    Setiap APIP tentunya harus memiliki

    visi, misi dan tujuan yang searah

    dengan visi, misi, dan tujuan

    pemerintah serta instansi induknya.

    Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan (BPKP) misalnya, memiliki visi, misi, dan

    tujuan yang selaras dengan visi, misi, dan tujuan

    pemerintah. Demikian pula Inspektorat Jenderal memiliki

    visi, misi, dan tujuan yang selaras dengan visi, misi, dan

    tujuan departemennya dan seterusnya pada APIP lainnya.

    Kemudian, kewenangan dan tanggung jawab APIP harus

    diberdayakan secara optimal agar APIP dapat

    melaksanakan tugasnya secara independen dan obyektif.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 47

    b. Independen dan Obyektivitas

    Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP

    harus independen dan para auditornya harus obyektif

    dalam pelaksanaan tugasnya. Keindependensian dan

    obyektivitas tersebut dapat dicapai melalui status APIP

    dalam organisasi dan penciptaan kebijakan untuk menjaga

    obyektivitas auditor terhadap auditi.

    Status APIP dalam organisasi yang ditempatkan

    langsung di bawah pimpinan tertinggi instansi adalah

    contoh keindependensian yang tinggi dari APIP tersebut.

    Dalam praktiknya kedudukan dan status organisasi dimana

    APIP ditempatkan adalah kewenangan pemerintah yang

    dituangkan dalam suatu peraturan seperti: Keputusan

    Presiden atau

    Peraturan Presiden

    tentang organisasi

    pemerintah.

    Independensi

    pada dasarnya

    merupakan state of

    mind atau sesuatu yang

    dirasakan oleh masing-

    masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung.

    Sehubungan dengan hal tersebut, independensi auditor

    dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, independensi

    praktisi dan independensi profesi. Secara lengkap hal

    tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    v Independensi Praktisi, yakni independensi yangnyata atau faktual yang diperoleh dan dipertahankan

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 48

    oleh auditor dalam seluruh rangkaian kegiatan audit,

    mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai

    tahap pelaporan. Independensi dalam fakta ini

    merupakan tinjauan terhadap kebebasan yang

    sesungguhnya dimiliki oleh auditor, sehingga

    merupakan kondisi ideal yang perlu diwujudkan oleh

    auditor. Apabila auditor sungguh-sungguh memiliki

    kebebasan demikian, maka independensi dalam hal

    perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil

    audit dapat terpenuhi. Namun demikian,

    independensi dalam fakta tersebut sifatnya sukar

    diukur dan tidak serta

    merta dapat disaksikan

    oleh orang lain. Kenyataan

    adanya independensi

    tersebut hanya dapat

    dirasakan langsung oleh

    auditor sendiri dan tidak

    mudah untuk ditunjukkan atau didemonstrasikan

    kepada umum. Oleh karena itu, ketika berbicara

    tentang independensi dalam wujudnya sehari-hari,

    independensi praktisi ini kurang mendapat perhatian,

    melainkan lebih ditekankan pada independensi

    menurut tinjauan yang kedua sebagaimana

    dikemukakan berikut.

    v Independensi Profesi, yakni independensi yang

    ditinjau menurut citra (image) auditor dari pandangan

    publik atau masyarakat umum terhadap auditor yang

    bertugas. Independensi menurut tinjauan ini sering

    pula dinamakan independensi dalam penampilan

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 49

    (independence in appearance). Independensi

    menurut tinjauan ini sangat krusial karena tanpa

    keyakinan publik bahwa seorang auditor adalah

    independen, maka segala hal yang dilakukannya

    serta pendapatnya tidak akan mendapatkan

    penghargaan dari publik atau pemakainya. Agar

    independensi menurut tinjauan penampilan ini dapat

    memperoleh pengakuan publik, maka cara yang

    efektif untuk mewujudkannya adalah dengan

    menghindari segala hal yang dapat menyebabkan

    penampilan auditor dalam kaitannya dengan kliennya

    mendapat kecurigaan dari publik. Namun demikian,

    untuk menghilangkan kecurigaan itu tidaklah mudah,

    bahkan sering memperoleh sorotan dari publik.

    Kebijakan untuk menjaga obyektivitas auditor

    terhadap auditi dapat dituangkan dalam bentuk ketentuan

    seperti: tidak diperkenankannya seorang auditor melakukan

    audit pada auditi tertentu selama tiga tahun berturut-turut,

    dilakukannya rotasi atau

    mutasi penugasan audit,

    larangan seorang auditor

    melakukan audit pada

    auditi yang pejabatnya

    memiliki hubungan

    keluarga, dan sebagainya.

    Jika independensi

    atau obyektivitas terganggu, baik secara faktual maupun

    penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan

    kepada pimpinan APIP. Auditor dapat menyampaikan

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 50

    keberatannya atas

    penugasan audit yang

    dapat mengganggu

    independensi dan

    obyektivitasnya

    sehingga pimpinan

    dapat menggantikannya

    dengan orang lain yang

    tidak terganggu

    keindependensian dan

    obyektivitasnya. Dalam

    pelaksanaannya perlu

    diciptakan ketentuan yang mengatur tentang tatacara

    pelaporan tersebut.

    Perlu juga diciptakan kebijakan yang mengatur

    tentang tidak diizinkannya seorang auditor melakukan

    penugasan audit pada suatu auditi tertentu apabila yang

    bersangkutan memiliki hubungan keluarga, sosial, dan

    hubungan lainnya yang dapat mengganggu independensi

    dan obyektivitasnya. Demikian pula perlu diciptakan

    kebijakan tentang tidak diperkenankannya auditor yang

    memberikan jasa reviu atau konsultansi atas suatu kegiatan

    atau instansi tertentu untuk terlibat dalam suatu penugasan

    audit pada instansi yang sama atau sebaliknya.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 51

    c. Keahlian

    Auditor harus mempunyai pengetahuan,

    keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan

    untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

    Agar tercipta kinerja audit yang baik, maka APIP

    harus memiliki kriteria tertentu dari setiap auditor yang

    diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi

    kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan

    teknik dan metodologi audit. Untuk itu, maka auditor APIP

    harus memiliki latar belakang pendidikan formal minimal

    Strata Satu (S-1) atau yang setara.

    Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh setiap

    auditor pada umumnya adalah auditing, akuntansi,

    administrasi pemerintahan dan komunikasi. Sedangkan

    khusus bagi auditor investigatif diharusnya memiliki

    kompetensi tambahan, yaitu:

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 52

    1) Pengetahuan tentang prinsip-prinsip, praktik-praktik,

    dan teknik audit investigatif, termasuk cara-cara

    untuk memperoleh bukti dari whistleblower (pihak-

    pihak tertentu yang menyampaikan sesuatu yang

    menyimpang yang dapat digunakan sebagai

    informasi awal dalam proses audit investigatif).

    2) Pengetahuan tentang penerapan hukum, peraturan,

    dan ketentuan lainnya yang terkait dengan audit

    investigatif.

    3) Kemampuan memahami konsep kerahasiaan dan

    perlindungan terhadap sumber informasi.

    4) Kemampuan menggunakan peralatan komputer,

    perangkat lunak, dan sistem terkait secara efektif

    dalam rangka mendukung proses audit investigatif

    terkait dengan cybercrime (kejahatan dalam

    lingkungan dunia maya dengan teknologi informasi).

    Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan

    fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan

    pelatihan profesional berkelanjutan

    (continuing professional education).

    Pendidikan sertifikasi jabatan

    fungsional auditor adalah kompetensi

    dasar auditor yang harus dimiliki oleh

    setiap auditor sesuai dengan jenjangnya masing-masing

    sebelum ditugaskan dalam penugasan audit. Auditor

    diwajibkan untuk terus meningkatkan kompetensinya

    dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 53

    seperti: keikutsertaan dalam konferensi, seminar, kursus,

    program pelatihan di kantor sendiri dalam bidang yang

    terkait dengan penugasan audit dan berpartisipasi dalam

    proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang audit.

    APIP dapat menggunakan

    tenaga ahli apabila APIP tidak

    mempunyai keahlian yang

    diharapkan untuk melaksanakan

    penugasan. Tenaga ahli tersebut

    dapat berupa: aktuaris, penilai (appraiser), pengacara,

    insinyur, konsultan lingkungan, profesi medis, ahli statistik

    dan geologi. Tenaga ahli tersebut harus memiliki kualifikasi

    profesional, kompetensi dan pengalaman yang relevan,

    independen dan memiliki proses pengendalian kualitas.

    Mereka juga harus disupervisi sebagaimana mestinya.

    d. Kecermatan Profesional

    Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya

    dengan cermat dan seksama (due professional care) dan

    secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.

    Penggunaan keahlian secara

    cermat dan seksama (due

    professional care) mewajibkan

    auditor untuk melaksanakan

    tugasnya secara serius, teliti, dan

    menggunakan seluruh

    kemampuan dengan

    pertimbangan profesionalnya dalam melaksanakan tugas

    audit.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 54

    e. Kepatuhan Terhadap Kode Etik.

    Auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan.

    Auditor tidak saja harus menggunakan seluruh

    kemampuan dan kecermatannya tetapi juga dituntut untuk

    mematuhi kode etik yang ditetapkan. Dengan demikian

    kompetensi dan etika harus dipenuhi secara bersamaan.

    3. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja

    Standar pelaksanaan

    pekerjaan audit kinerja

    mendeskripsikan sifat kegiatan

    audit kinerja dan menyediakan

    kerangka kerja untuk

    melaksanakan dan mengelola

    pekerjaan audit kinerja yang

    dilakukan oleh auditor. Secara sistematis standar pelaksanaan

    audit kinerja terdiri dari:

    a. Perencanaan

    1) Penetapan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan

    alokasi sumber daya

    2) Pertimbangan dalam perencanaan

    a) Evaluasi terhadap sistem pengendalian intern

    b) Evaluasi atas ketidakpatuhan auditi terhadap

    peraturan perundang-undangan, kecurangan dan

    ketidakpatuhan (abuse)

    b. Supervisi

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 55

    c. Pengumpulan dan Pengujian Bukti

    1) Pengumpulan bukti

    2) Pengujian bukti

    d. Pengembangan Temuan

    e. Dokumentasi

    Uraian dari masing-masing butir Standar Pelaksanaan Audit

    Kinerja adalah sebagai berikut:

    a. Perencanaan

    Dalam setiap penugasan audit kinerja, auditor harus

    menyusun rencana audit. Perencanaan audit bertujuan

    untuk menjamin bahwa tujuan audit dapat tercapai secara

    berkualitas, ekonomis, efisien, dan

    efektif. Dalam perencanaan ini,

    auditor menetapkan sasaran, ruang

    lingkup, metodologi, dan alokasi

    sumber daya serta

    mempertimbangkan berbagai hal

    termasuk sistem pengendalian

    intern dan ketaatan auditi terhadap peraturan perundang-

    undangan, kecurangan dan ketidakpatuhan (abuse).

    1) Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup, Metodologi, dan

    Alokasi Sumber Daya

    Sasaran penugasan audit kinerja adalah untuk

    menilai bahwa auditi telah menjalankan kegiatannya

    secara ekonomis, efisien dan efektif serta; menilai

    efektivitas sistem pengendalian intern dan kepatuhan

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 56

    terhadap peraturan perundang-undangan,

    kecurangan serta ketidakpatutan (abuse).

    Ruang lingkup dalam audit kinerja meliputi

    aspek keuangan dan operasional auditi sehingga

    auditor harus memeriksa semua buku, dokumen,

    catatan, laporan, aset maupun personalia.

    Untuk mencapai sasaran audit berdasarkan

    ruang lingkup audit yang telah ditetapkan, auditor

    harus menggunakan metodologi audit yang meliputi:

    a) Penetapan waktu yang sesuai untuk

    melaksanakan prosedur audit tertentu;

    b) Penetapan jumlah bukti yang akan diuji;

    c) Penggunaan teknologi audit yang sesuai, seperti:

    teknik sampling dan pemanfaatan komputer

    sebagai alat bantu audit;

    d) Pembandingan dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku; dan

    e) Perancangan prosedur audit untuk mendeteksi

    terjadinya penyimpangan dari ketentuan

    peraturan perundang-undangan, kecurangan dan

    ketidakpatutan (abuse).

    Alokasi sumber daya harus ditentukan oleh

    APIP dalam upaya untuk mencapai sasaran

    penugasan audit. Penugasan auditor harus

    didasarkan kepada evaluasi atas sifat dan

    kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu dan

    ketersediaan sumber dana. Pengalokasian sumber

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 57

    daya manusia auditor yang diperlukan didasarkan

    pada latar belakang pendidikan formal dan

    pengalaman sesuai dengan kebutuhan audit.

    2) Pertimbangan dalam Perencanaan

    Dalam merencanakan audit kinerja, auditor

    harus mempertimbangkan berbagai hal, termasuk

    sistem pengendalian intern dan ketidakpatuhan auditi

    terhadap peraturan perundang-undangan,

    kecurangan dan ketidakpatutan (abuse). Hal-hal

    yang harus dipertimbangkan adalah:

    a) Laporan hasil audit sebelumnya serta tindak

    lanjut atas rekomendasi yang material;

    b) Sasaran audit dan pengujian yang diperlukan

    untuk mencapai sasaran audit dimaksud;

    c) Kriteria yang akan digunakan untuk

    mengevaluasi organisasi, program, aktivitas

    atau fungsi yang diaudit;

    d) Sistem pengendalian intern auditi termasuk

    aspek penting lingkungan tempat

    beroperasinya auditi;

    e) Pemahaman tentang hak dan kewajiban serta

    hubungan timbal balik antara auditor dengan

    auditi, dan manfaat audit bagi kedua belah

    pihak;

    f) Pendekatan audit yang paling efisien dan

    efektif; dan

    g) Bentuk, isi dan pengguna laporan hasil audit.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 58

    Auditor harus memahami rancangan sistem

    pengendalian intern dan menguji penerapannya.

    Sistem pengendalian intern adalah proses yang

    integral pada tindakan

    dan kegiatan yang

    dilakukan secara terus

    menerus oleh pimpinan

    dan seluruh pegawai

    yang memberikan keyakinan yang memadai atas

    tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang

    efisien dan efektif, keterandalan pelaporan

    keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan

    terhadap peraturan perundang-undangan. Efektivitas

    sistem pengendalian intern akan memberi keyakinan

    yang memadai akan tercapainya tujuan organisasi.

    Itulah sebabnya auditor harus memiliki pemahaman

    atas sistem pengendalian intern dan menilainya yang

    dapat dilakukan melalui teknik audit seperti:

    permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi, dan

    pemeriksaan atas catatan dan dokumen.

    Auditor harus merancang auditnya untuk

    mendeteksi adanya

    ketidakpatuhan terhadap

    peraturan perundang-

    undangan, kecurangan dan

    ketidakpatutan (abuse). Dalam

    merencanakan pengujian untuk

    mendeteksi adanya ketidakpatuhan, auditor harus

    mempertimbangkan perkembangan peraturan-

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 59

    peraturan baru dan kerumitan peraturan perundang-

    undangan tersebut. Di samping itu, auditor harus

    mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan

    yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan

    audit.

    Auditor harus menggunakan pertimbangan

    profesionalnya untuk mendeteksi kemungkinan

    adanya ketidak-patuhan terhadap peraturan

    perundang-undangan, kecurangan dan ketidak-

    patutan (abuse) serta melaporkan jika dijumpai hal-

    hal tersebut kepada pihak-pihak tertentu sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    b. Supervisi

    Pada setiap tahap audit kinerja, pekerjaan auditor

    harus disupervisi secara memadai untuk memastikan

    tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas dan

    meningkatnya kemampuan auditor.

    Supervisi yang dilakukan secara terus menerus

    selama pekerjaan audit harus diarahkan ke substansi

    maupun metodologi audit, untuk mengetahui:

    1) Pemahaman anggota tim audit atas rencana audit;

    2) Kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit;

    3) Kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja

    audit untuk mendukung simpulan dan rekomendasi;

    4) Kelengkapan dan akuransi laporan audit.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 60

    Kegiatan supervisi dilakukan secara berjenjang.

    Dimulai dari ketua tim auditor mereviu pekerjaan anggota

    tim, pengendali teknis mereviu pekerjaan ketua dan

    anggota tim, pengendali mutu mereviu pekerjaan

    pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim. Supervisi

    dilakukan untuk memastikan bahwa:

    1) Tim audit memahami tujuan dan rencana audit;

    2) Audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit;

    3) Prosedur audit telah diikuti;

    4) Kertas kerja audit memuat bukti-bukti yang

    mendukung temuan dan rekomendasi;

    5) Tujuan audit telah dicapai.

    c. Pengumpulan dan Pengujian Bukti

    Auditor harus mengumpulkan dan menguji bukti

    untuk mendukung kesimpulan dan temuan audit kinerja.

    Oleh karena audit dapat

    didefinisikan sebagai proses

    pengumpulan dan pengujian

    bukti untuk melihat kesesuaian

    informasi yang terkandung

    dalam bukti tersebut dengan

    suatu kriteria yang

    mendasarinya, maka proses

    pengumpulan dan pengujian bukti adalah inti dari audit.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 61

    1) Pengumpulan bukti

    Auditor harus mengumpulkan bukti yang

    cukup, kompeten, dan relevan. Bukti audit dapat

    digolongkan menjadi bukti fisik, bukti dokumen, bukti

    kesaksian, dan bukti analisis.

    Bukti yang cukup berkaitan dengan jumlah

    bukti yang dapat dijadikan sebagai dasar penarikan

    suatu kesimpulan audit. Penentuan kecukupan bukti

    didasarkan pada pertimbangan keahlian auditor

    secara profesional dan obyektif.

    Bukti yang kompeten adalah bukti yang sah

    dan dapat diandalkan untuk menjamin

    kesesuaiannya dengan fakta. Bukti disebut sah

    apabila bukti tersebut memenuhi persyaratan hukum

    dan peraturan perundang-undangan. Bukti yang

    dapat diandalkan berkaitan dengan sumber

    perolehan dan cara perolehan bukti itu sendiri.

    Bukti audit disebut relevan jika bukti tersebut

    secara logis mendukung pendapat atau argumentasi

    yang berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan

    audit.

    Auditor dapat menggunakan tenaga ahli untuk

    memperoleh bukti yang cukup, kompeten dan

    relevan.

    2) Pengujian bukti

    Auditor harus menguji bukti audit yang

    dikumpulkan. Pengujian bukti dimaksudkan untuk

    menilai kesahihan bukti yang dikumpulkan terkait

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 62

    dengan kesesuaian antara informasi yang

    terkandung dalam bukti tersebut dengan kriteria yang

    telah ditentukan. Teknik audit dalam melakukan

    pengujian bukti dapat dilakukan seperti: konfirmasi,

    inspeksi, pembandingan, penelusuran hingga bukti

    asal, dan wawancara.

    d. Pengembangan Temuan

    Auditor harus mengembangkan temuan yang

    diperoleh selama pelaksanaan audit kinerja. Temuan audit

    berupa ketidak-ekonomisan,

    ketidak-efisienan dan ketidak-

    efektifan pengelolaan organisasi,

    program, aktivitas atau fungsi yang

    diaudit. Selain itu, temuan juga

    dapat berupa tidak efektifnya sistem

    pengendalian intern, adanya

    ketidakpatuhan terhadap peraturan

    perundang-undangan, kecurangan

    dan ketidakpatutan (abuse). Unsur

    temuan meliputi: kondisi, kriteria,

    sebab, dan akibat.

    e. Dokumentasi

    Auditor harus menyiapkan dan menata-usahakan

    dokumen audit kinerja dalam bentuk kertas kerja audit.

    Dokumen audit harus disimpan secara tertib dan sistematis

    agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan

    dianalisis.

  • Kode Etik dan Standar Audit

    Pusdiklatwas BPKP ? 2008 63

    Dokumen audit yang berkaitan dengan perencanaan,

    pelaksanaan, dan pelaporan audit

    harus berisi informasi yang cukup

    untuk memungkinkan auditor yang

    berpengalaman tetapi tidak

    mempunyai hubungan dengan audit

    tersebut dapat memastikan bahwa

    dokumen audit tersebut dapat menjadi bukti yang

    mendukung kesimpulan, temuan, dan rekomendasi auditor.

    Dokumen audit harus berisi hal-hal berikut ini:

    1) Tujuan, lingkup, dan metodologi audit,