44
KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KAMPUNG KUTOWINANGUN KEC. SENDANG AGUNG KAB. LAMPUNG TENGAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi (S.sos) Oleh: INTAN RESMANA UJIRAHAYU NIM. 12720016 PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

MULTIKULTURAL DI KAMPUNG KUTOWINANGUN

KEC. SENDANG AGUNG KAB. LAMPUNG TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sosiologi (S.sos)

Oleh:

INTAN RESMANA UJIRAHAYU

NIM. 12720016

PRODI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

S I R A T P E R N Y A T A A N K E A S L I A N

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Intan Resmana Ujirahayu

NIM : 12720016

Prodi : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Humaniora

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian ini benar-benar

merupakan hasil karya saya dan bukan plagiasi dari karya atau penelitian orang

lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan karya plagiasi

maka saya bersedia untuk melakukan penelitian ulang. Demikian surat pernyataan

ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat diketahui oleh dewan penguji.

Yogyakarta 15 Juni 2016

Yang menyatakan,

Intan Resamana ujirahayu

NIM: 12720016

ii

Page 3: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

N O T A DINAS P E M B I M B I N G

Hal : Skripsi

Kepada Yth:

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberi petunjuk, serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka selaku pembimbing, saya menyatakan skripsi saudara:

Nama : Intan Resmana Ujirahayu

Nim :12720016

Fakultas/Prodi/Semester : Ilmu Sosial dan Humaniora/Sosiologi/VIII

Judul Skripsi : Kerukunan Antar Suku dalam Masyarakat Multikultural di Kampung Kutowinangun Kec. Sendang Agung Kab. Lampung Tengah.

Telah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana strata satu Sosiologi.

Harapan saya semoga saudara tersebut segera dipanggil untuk mempertanggungjawabkan skripsinya dalam sidang munaqosah. Demikan atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih .

Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.

Yogyakarta, 28 Juni 2016

Pembimbing,

NIP: 19711207 200901 1003

iii

Page 4: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

w KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA JI . Marsda Adisucipto Telp. (0274) 585300 Fax. (0274) 519571 Yogyakarta 55281

Tugas Akhir dengan judul

PENGESAHAN TUGAS AKHIR Nomor: UIN.02/ /PP.00.9/ V/ /2016

: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT MULTTKULTURAL DI KAMPUNG KUTOWINANGUN KEC. SENDANG AGUNG KAB. LAMPUNG TENGAH

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama Nomor Induk Mahasiswa Telah diujikan pada Nilai ujian Tugas Akhir

INT AN RESMANA UJIRAHAYU 12720016 Selasa, 28 Juni 2016 A/B

dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

TIM UJIAN TUGAS AKHIR

Ketua Sidang

Dr. Ahmad Nanria Permata, S.Ag., M.A. NIP. 19911207 200901 1 003

Penguji I Penguji ]

Yayan Suryana, M.Ag NIP. 19701013 199803 1 008

Dr. Achmad Zainal Arifin, M.A NIP. 19751118 200801 1013

Yogyakarta, 28 Juni 2016

1/1 11/07/2016

Page 5: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

v

Page 6: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya

kepada kita semua. Ssholawat beriring salam selalu dilantunkan kepada junjungan

kita Nabi agung Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat, dan tabiin-tabiat-

Nya, dan semoga sampai kepada kita semua selaku umat-Nya mendapatkan

safa’at dari-Nya, Aamiin.

Atas nikmat-Nya yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis bisa

menyelesaikan tugas akhir kuliah yakni skripsi. Penulisan skripsi ini tidak lepas

dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang selalu memberikan

masukan, kritik yang kontruktif demi tercapainya cita-cita maupun harapan

penulis. Maka dari itu, penulis mengucapkan terimkasih kepada:

1. Ibu Sulistyaningsih, S.sos,. M.SI., selaku kaprodi Sosiologi, UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Yayan Suryana, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik.

3. Bapak Dr. Phil. Ahmad-Norma Permata, M.A. selaku dosen

pembimbing, yang telah memberikan pengetahuan, pengarahan, kritik

konstruktif, dan saran terkait dengan skripsi ini.

4. Bapak Yayan Suryana, M.Ag.dan bapak Dr.Achmad Zainal Arifin,

M.A selaku dewan penguji, beserta bapak ibu Dosen Prodi Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang selama ini menjadi

fasilitator yang baik, sabar dan bijaksana dalam mentrasfer ilmu dan

pengalaman serta telah memberikan wawasan selama proses belajar.

Terimakasih atas segalanya.

5. Staf dan karyawan TU Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora yang telah

memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam

penyelesaian skripsi.

6. Almamater Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, semoga segala sesuatunya

selalu berjalan dengan baik.

Page 7: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

Bagaimanapun juga, penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih jauh

dari kata sempurna. Karena di dalamnya masih banyak kesalahan dan kekurangan.

Oleh sebab itu, penulis berharap ada kritik ataupun saran serta perbaikan dari

pembaca untuk mengembangkan skripsi ini.

Intan Resmana Ujirahayu

NIM. 12720016

vii

Page 8: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan karya yang memberikan kesan yang luar biasa bagi penulis,

atas segala proses yang telah dilalui dalam penulisan skripsi ini. Karya ini penulis

persembahkan untuk:

Papah tercinta Sartono, yang selalu aku rindukan, bahkan bau mu aku

rindukan pah. Kerja keras dan perjuangan mu tidak akan bisa terbalas oleh

apapun. Thanks pah.

Mamah Nur Hidayah, perempuan yang sangat luar biasa yang aku punya,

heroik, easy-going dan cantik. Thanks mah untuk doa dan dukunganya

selama ini.

Adik-adik ku, Panji duwi Prabowo, dan Sultan Aisy Zaidan Al-Qudsy

yang selalu memberikan semangat lewat lelucon-leluconnya, kalian

banyak memberikan inspirasi untuk hidup yang lebih baik. Thaks dek.

Mama Tua Suwarni dan Bapak Tua Hasan Asrori, yang telah

membesarkan ku, merawat penuh kasih sayang serta mendidikku dengan

cinta. Semoga cucu mu ini bisa membahagian dan tidak mengecewakan

kalian bahkan di kehidupan selanjutnya. Aamiin.

Tante dan om ku semua, tante eli, tante dede, tante isti, tante maya, tante

tina, om uki, om arman, om epong, om lis, om pendi dan seluruh ponakan-

ponakan ku, terimaksih atas dukungan dan doa nya.

Rekan-rekan Sosiologi angkatan 2012, terkhusus Sosiologi syanteek Esha,

Maul, Oci, Elis, Edah, Jeha, kalian adalah teman-teman terplekenyek yang

pernah aku punya, love you gaes. Uday dan Hendris kalian adalah sahabat

luar biasa, semoga persahabatan kita berempat tidak akan perbah habis

dimakan usia. Aamiin.

Rekan-rekan pengajar TPA Nurul Islam serta para santri yang luar biasa,

semoga segala bentuk perjuangan kita tidak sia-sia, semangat mengaji,

semangat untuk Cerdas.

Page 9: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

ix

Rekan-rekan pengajar dan para santri TPA Ceria MBR periode 2012-2013,

kalian orang-orang yang sangat luar biasa. terimakasih atas kesempatanya

untuk bisa mengenal kalian.

Teman-teman KKN 86 Dusun Bedalo Gunung Kidul, terimkasih atas

pengalaman dan kesempatan hidup bersama.

My partner, sosok baru yang biasa aku panggil “Mas” , terimasih atas

bantuan dan segala bentuk dukungannya selama ini. Barangkali bisa

menyayangi dan disayangi oleh mu adalah hal yeng lebih dari cukup.

Thanks mas.

Teman-teman IKA Bustanul ‘Ulum yang menjadi keluaga, teman-teman

seperantauan.

Teman-teman kos andaliah pagar hijau, terikasih atas kebersamaanya

selama ini.

Kesbangpol Yogya, Prov Lampung, Kab. Lampung Tengah, Kec. Sendang

Agung serta kepala kampung Kutowinangun yang telah memberikan izin

atas penelitian ini.

Segenap informan dan seluruh warga kampung Kutowinangun yang telah

membantu penelitian ini.

Page 10: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................................................... iii

SURAT PENGESAHAN TUGAS AKHIR ........................................................ iv

MOTTO ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

ABSTRAK ............................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 9

F. Kerangka Teori........................................................................................... 14

G. Metode Penelitian....................................................................................... 17

H. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 19

BAB II. GAMBARAN UMUM KAMPUNG KUTOWINANGUN

A. Letak Geogrfis ............................................................................................ 21

B. Kondisi Demografis ................................................................................... 23

C. Kondisi Ekonomi ....................................................................................... 26

D. Tingkat Pendidikan .................................................................................... 29

E. Keadaan Sosial, Budaya dan Politik .......................................................... 30

F. Sejarah Kampung Kutowinangun .............................................................. 31

Page 11: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

xi

G. Profil Suku Kampung Kutowinangun ........................................................ 32

1. Suku Jawa ............................................................................................ 33

2. Suku Sunda ......................................................................................... 34

3. Suku Lampung ..................................................................................... 35

BAB III. KERUKUNAN KAMPUNG KUTOWINANGUN

A. Faktor Terciptanya Kerukunan di Kampung Kutowinangun: Interaksi

Antar Suku ................................................................................................. 37

1. Peran Bahasa ........................................................................................ 38

2. Solidaritas Antar Suku ........................................................................ 40

3. Partisipasi Antar suku Dalam Kegiatan Kesukuan ............................. 43

4. Aktivitas dan Kegiatan Rutin Antar Suku ............................................ 44

B. Peran Petinggi Kampung dalam Menciptakan Kerukunan ........................ 46

1. Sikap Adil Petinggi Kampung ............................................................. 47

2. Membangun Persatuan dan Kegiatan Sosial ........................................ 52

3. Forum Musyawarah ............................................................................. 53

4. Menyelenggarakan Kegiatan Keagamaan ............................................ 57

C. PeranPemuda .............................................................................................. 58

1. Kegiatan Sosial .................................................................................... 59

2. Kegiatan Tahunan dan Harian ............................................................. 60

D. KesamaanKepentingan dan Kebutuhan Antar Suku .................................. 62

1. Kebutuhan Ekonomi............................................................................. 63

2. Kepentingan Politik .............................................................................. 64

3. Kepentingan Spiritual........................................................................... 65

E. Hambatan Terciptanya Kerukunan di Kampung Kutowinangun ............... 65

1. Sikap Enosentrisme ............................................................................. 66

2. Perbedaan Logat/Gaya Bicara ............................................................. 68

3. Sosial Ekonomi ................................................................................... 69

4. Kepentingan Politik ............................................................................. 71

BAB IV. ANALISIS: PEREDAM KONFLIK DAN FAKTOR KERUKUNAN

A. KeseharianIkatan Kewargaan Kampung Kutowinangun ........................... 76

1. Interaksi Antar Suku ............................................................................ 76

2. Partisipasi dalam Kegiatan Kesukuan ................................................. 82

3. Aktivitas keseharian ............................................................................. 83

B. Asosiasional IkatanKewargaan Kampung Kutowinangun......................... 83

a. Kebutuhan Spiritual ............................................................................. 85

b. KebutuhanEkonomidanPolitik ............................................................. 85

Page 12: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

xii

C. Peran Petinggi Kampung Dalam Menciptakan Kerukunan ....................... 89

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 92

B. Saran ........................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 13: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

xiii

DAFTAR TABEL

1. TABEL 1: Jumlah Penduduk Menurut Usia Tenaga Kerja ....................... 26

2. TABEL 2: Jumlah Mata Pencaharian Penduduk ....................................... 27

3. TABEL 3: Jumlah Lulusan Menurut Pendidikan Umum .......................... 29

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1.1: Masjid Terbesar Kampung Kutowinangun ........................... 25

2. Gambar 1.2: Balai Kampung Kutowinangun ............................................. 25

3. Gambar 1.3: Situs Ekonomi Masyarakat Kampung Kutowinangun .......... 28

4. Gambar 1.4: Peringatan Hari Neton Salah Satu Warga ............................. 34

5. Gambar 2.1: Forum Musyawarah Umum Kampung Kutowinangun ......... 57

6. Gambar 2.2: Olahraga Kegiatan FKP ........................................................ 61

Page 14: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

ABSTRAK

Kampung Kutowinangun merupakan salah satu kampung tujuan

transmigrasi pada masa lampau. Kampung tersebut di huni oleh tiga suku besar

yakni, suku Jawa, suku Sunda dan suku Lampung, suku Jawa mayoritas

trasnmigran dari Kebumen dan Yogyakarta, sedangkan suku Sunda mayoritas

transmigran dari Cimanuk dan suku Lampung sendiri merupakan transmigran dari

Lampung Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerukunan antar suku sebagai

masyarakat yang berdampingan, dan ingin mengetahui faktor yag melatar

belakangi kerukunan yang terjalin di kampung tersebut, serta untuk mengetahui

upaya dan usaha yang dilakukan oleh para petinggi kampung dalam mewujudkan

kerukunan antar suku yang terjalin di kampung Kutowinangun. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah ikatan kewargaan yang gagas oleh

Ashutosh Varsney. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan

untuk memperoleh gambaran dan data yang utuh mengenai permasalahan yang

diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara

dan dokumentasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif.

Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah kerukunan antar suku yang

terjalin di kampung Kutowinangun dibangun melalui interkasi antar yang selalu

terjadi dan bersifat rutin. Melalui interaksi tersebut maka tumbuhlah keterbukaan

dan toleransi serta solidaritas antar suku. Selain itu kerukunan antar suku

dikampung Kutowinangun di dorong oleh kepentingan dan kebutuhan yang sama,

dalam mencapai kebutuhan serta kepentingan yang sama mereka membentuk

suatu perkumpulan atau asosiasi sesuai kepentingan yang akan mereka capai.

Peran para petinggi kampung juga sangat dimunculkan, dengan

menyediakan berbagai forum sebagai wadah antar suku untuk bertemu dan saling

mengenal serta mengerti satu sama lain . selain itu juga memperlakukan semua

suku dengan sama/adil. Sehingga kerukunan sebagai tujuan bersama bisa tercapai.

Key word: kerukunan antar suku, ikatan sosial, peran petinggi kampung

Page 15: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari berbagai macam

suku bangsa, agama, kepercayaan, ras, bahasa daerah dan lain sebagainya.

Tingginya keberagaman itu lah lahir berbagai budaya ataupun adat istiadat dari

masing-masing suku, agama dan kepercayaan. Sehingga di negara Indonesia

sangat familiar istilah multietnis, plural dan multikultural.

Masyakarat multikultural merupakan suatu keadaan masyakarat yang di

dalamnya terdapat keaneka ragamaan budaya, termasuk di dalamnya terdapat

keaneka ragamaan bahasa, adat istiadat, dan pola-pola sebagai tatanan perilaku

anggota masyarakatnya.1 Multikulturalisme menjadi suatu kebutuhan bersama

apabila kita mengakui heterogenitas dalam masyarakat. Dalam konteks inilah,

peran serta masayarakat memainkan peran yang sangat penting untuk mendorong

agar kemajemukan di Indonesia dapat tampil sebagai suatu kekuatan untuk

membangun bangsa dan negara.2 Disisi lain, multikulturalisme dapat menjadi

sumber konflik dan persoalan sosial. Hal tersebut dikarenakan heterogenitas

belum diakuai dan difahami oleh semua lapisan masyarakat.

1 Elly M.Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group, 2013) hlm. 552-553. 2http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kel

ompok_1/Referensi/Etnovisi_Vol__II_No__1_April_2006.pdf#page=7 diunduh pada tanggal 11 November 2015 pada pukul 17.35 Wib.

Page 16: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

2

Terjadinya multikulturalisme dalam masyarakat salah satunya dikarenakan

adanya transmigrasi pada masa lampau. Baik dengan tujuan ekonomi atau

demografi. Salah satu daerah tujuan transmigrasi pada masa itu adalah Sumatra,

dan seluruh pelosok-pelosok Sumatra. Termasuk provinsi Lampung dan seluruh

bagian nya.

Tahun 1952 sampai dengan 1970 pada objek-objek transmigrasi daerah

Lampung telah ditempatkan sebanyak 53.607 KK, dengan jumlah sebanyak

222.181 jiwa, tersebar pada 24 (dua puluh empat) objek dan terdiri dari 13

jenis/kategori transmigrasi. Untuk Kabupaten Lampung Tengah saja antara tahun

itu terdiri dari 4 (empat) objek, dengan jatah penempatan sebanyak 6.189 KK atau

sebanyak 26.538 jiwa. Kampung paling dominan dihuni oleh masyarakat suku

Jawa dan suku Sunda, namun suku Sunda tidak sebanyak suku Jawa. Mereka

mulanya merupakan transmigran yang ditempatkan di wilayah kecamatan di

Lampung Tengah. Suku lainnya adalah suku Bali, namun sebagian besar mereka

mendiami beberapa kecamatan di wilayah timur, dan sisanya di Lampung

Tengah.3

Provinsi Lampung yang berada diujung timur pulau Sumatra ini merupakan

provinsi yang memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan provinsi

lainya yang berada di Sumatra. Provinsi ini berpenduduk 7.608.405 jiwa (sensus

2010), yang terdiri dari berbagai macam suku. Selain suku asli Lampung sendiri,

provinsi tersebut juga banyak penduduk atau suku yang berasal dari Sumendo

(Sumsel), Lombok, Jawa, Bali, Minang/Padang, Batak, Sunda, Madura, Bugis,

3 https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Tengah diunduh pada tanggal 17

November 2015, pada pukul 16:45 Wib.

Page 17: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

3

Banten, Palembang, Aceh, Makasar, warga keturunan, dan warga asing (China

dan Arab). 4

Suku merupakan salah satu identitas yang biasanya dijunjung tinggi oleh

bagian dari suku tertentu. Keberagaman suku dalam masyarakat akan membentuk

karakteristik yang berbeda-beda. Karna setiap suku memiliki kekhasan atau

unsur-unsur budaya yang dijungjung tinggi oleh kelompoknya. Kebudayaan yang

dimaksud adalah kebudayaan kemasyarakatan. Yakni kebudayaan yang

memberikan kepada anggotanya berbagai cara hidup yang penuh arti dalam segala

kegiatan manusia, termasuk kehidupan sosial, pendidikan, agama, hiburan dan

ekonomi, yang mencakup baik bidang publik maupun pribadi. Kebudayaan-

kebudayaan itu cenderung berkonsentrasi secara teritorial, berdasarkan bahasa

yang sama.5

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) dalam sensus penduduk tahun 2010

tersedia 1331 kategori suku. Sejumlah 1331 kategori itu merupakan kode untuk

nama suku, nama lain/alias suatu suku.6 Keberagaman tersebut membuat

Indonesia sebagai negara kesatuan menjunjung tinggi 1 semboyan, yang

merupakan semboyan perdamaian, toleransi dan tenggang rasa yakni “Bhineka

Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi tetap satu.

Berbagai konflik muncul yang disebabkan oleh kemajemukan etnik atau

suku banyak terjadi diberbagai daerah seperti di Sambas, Ambon,

4 http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-Lampung-sebuah-dendam-lama/ 17

November 2015, pada pukul 13:18 Wib 5 Will Kymlicka, Kewargaan Multikultural (Jakarta: LP3ES, 2011)hlm.114.

6 https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127 diunduh pada 9 Juni 2016 pada pukul

11.18 Wib.

Page 18: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

4

Papua dan Aceh. Menurut penelitian, sudah sekian lama masing-masing etnis

memendam rivalitas satu sama lain yang bertumpang tindih dengan berbagai

kepentingan, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan politik. Ditingkat makro,

simpulan yang diajukan adalah bahwa kasus Kupang berakar pada kompetisi

antara masyarakat asli dan pendatang atas sumber-sumber ekonomi: rusuh

Mataram berpangkal pada provokasi solidaritas Ambon, sementara rusuh Sambas

adalah akibat rivalitas dayak dan melayu dengan Etnis Madura yang sudah lama

terpendam.7

Kasus-kasus serupa juga kerap terjadi dibumi Lampung. Dan hal tersebut

merupakan salah satu keunikan sekaligus persoalan yang dihadapi oleh

masyarakat Lampung. Berikut adalah konflik yang terhitung besar yang pernah

terjadi diLampung:

Pembakaran pasar Probolinggo Lampung Timur oleh suku Bali

29 Desember 2010: perang suku Jawa/ Bali vs Lampung

September 2011: Jawa vs Lampung

Januari 2011: Sidomulyo Lampung Selatan vs Bali

Oktober 2012: Sidomulyo Lampung Selatan.8

Konflik-konflik diatas merupakan beberapa konflik antar suku yang diekpos oleh

media. Dan sebenarnya masih banyak sekali konflik antar suku yang berujung

kekerasan yang terjadi di Lampung.

7 Dr. Agus Salim, MS, Sratifikasi Etnik (Yogyakrta : Tiara Wacana, 2006). Hlm.1.

8http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-Lampung-sebuah-dendam-lama/ 17

November 2015, pada pukul 13:18 Wib.

Page 19: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

5

Banyak penyebab yang memicu terjadinya konflik yang berujung kekerasan

khususnya dikabupaten Lampung Tengah. Seperti sebuah kasus kerusuhan yang

terjadi di daerah Sukawaja Lampung Tengah. Hal tersebut dipicu oleh

dirampasnya (pembegalan) sepeda motor milik ST (31) yang merupakan warga

Sukawaja oleh tiga orang pemuda warga Gunung Sugih Baru Lampung Tengah.

Keributan bermula ketika ST (31) berteriak minta tolong, namun justru dikeroyok

oleh ketiga pemuda asal Gunung Sugih tadi. Warga yang melihat pengeroyokan

tesebut langsung menolong ST (31) dan menangkap ketiga pemuda tadi, namun

salah satu dari mereka berhasil lolos, dan kemudian kedua pemuda yang

tertangkap dipukuli beramai-ramai oleh warga Sukawaja, namun tiba-tiba ada

sebuah mobil berwarna hitam dan kemudian melepaskan tembakan ke udara, dan

meminta kedua pemuda tersebut dibebaskan (sambil mengancam), warga yang

takut akhirnya melepaskan kedua pemuda tersebut. Dan karna kejadian itulah

konflik berlanjut menjadi kekerasan, dan masing-masing desa bersiaga bila

sewaktu-waktu ada penyerarangan dari pihak luar.9

Kasus lain yang terjadi di daerah Bekri, yang merupakan perang antar

kampung, yakni kampung Kesumadadai Kec. Bekri dengan kampung Buyut Udik

Kec. Gunung Sugih. Bentrok ini dikarenakan tewasnya salah satu warga kampung

Buyut Udik yakni Khairil Anwar (29) tewas dibakar hidup-hidup oleh warga

kampung Kesumadadi karna diduga mencuri sapi. Setelah mengetahui salah satu

warganya dibakar oleh massa dari kampung Kesumadadi, warga kampung Buyut

Udik beramai-ramai menyerang kampung Kesumadadi dengan membawa

9 http://www.tribunnews.com/regional/2015/04/17/begal-berulah-dua-desa-siaga-perang-

di-Lampung-tengah/ diunduh pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 09.00 Wib

Page 20: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

6

berbagai senjata tajam, dan karna kejadian tersebut 13 rumah warga kampung

Kesumadadi hangus terbakar serta puluhan rumah lainya rusak.10

Berdasarkan pantauan komnas HAM, pascareformasi 1998 sampai 2015,

komnas HAM mencatat kurang lebih 1000 konflik terjadi di daerah Lampung.

Menurut sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Arsinal Junaidi hal tersebut di

karenakan adanya beberapa indikasi yang menyebebkan konflik terus terjadi di

Lampung. Salah satunya mengenai ketimpangan pendapatan dan peran kelompok

sosial.11

Kutowinangun merupakan salah satu kampung kecil yang terletak di

kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kampung ini terdiri dari 3 suku

besar, baik yang mayoritas maupun yang minoritas, yakni suku Jawa, Sunda dan

suku Lampung. Suku Jawa merupakan suku yang paling dominan di kampung ini,

yakni mencapai 60% dari total jumlah penduduk, sedangkan suku Sunda adalah

suku terbesar kedua setelah suku Jawa yang mencapai 30%, sedangkan suku

Lampung hanya mencapai 19% dan sisanya adalah suku kecil lainnya.12

Ketiganya hidup berdampingan dan harmonis dengan segala dinamika

kehidupanya. Selain 3 suku besar diatas,

masih ada beberapa suku kecil yang merupakan bagian dari warga kampung

Kutowinangun, seperti suku Madura, Palembang dan Bali.

10 http://sp.beritasatu.com/home/bentrok-antar-warga-di-Lampung-tengah-13-rumah-

terbakar/26681 diunduh pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 10.00 Wib

11 http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penyebab-konflik-horizontal-di-Lampung-terus-terjadi.html diunduh pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 11.15 Wib.

12 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Hidayah yang merupakan suku Jawa, pada tanggal 24 Maret 2016.

Page 21: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

7

Keamanan dan kerukunan tentu menjadi prioritas utama bagi masyarakat

multikultural. Sebagai bukti kecil kerukunan yang terjalin di kampung tersebut

seperti, masing-masing suku saling membantu dan antusias dalam melaksanakan

adat atau kegiatanya masing-masing (suku). Gotong royong dalam menjaga

ketertiban dan keamanan kampungpun dilaksanakan bersama-sama, saling

membaur dan tanpa canggung, meskipun sebagaian tempat tinggal masing-masing

suku berkumpul menjadi satu atau ngeblok Meskipun di dalamnya terdapat

banyak perbedaan, baik perbedaan bahasa, budaya maupun adat istiadat.

Hal tersebut di daerah lain menjadi salah satu pemicu konflik antar suku.

Keharmonisan yang dimaksud tentu tidak lepas dari peran serta para petinggi suku

maupun kepala kampung, baik yang terdahulu hingga yang sekarang. Masing-

masing masa pemerintahan memiliki cara dan strategi sendiri dalam mengatur

masyarakatnya yang multikultural. Selain itu peran masyarakat sangat

menentukan atas terciptanya kerukunan yang ada di kampung Kutowinangun.

Terkait dengan kerukunan antar suku di kampung Kutowinangun

Kecamatan Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah, penulis sudah

melakukan penelitian terkait hal tersebut dengan batas waktu yang telah di

tentukan, serta mengikuti prosedur penelitian yang sudah di tentukan. Meskipun

banyak hal-hal yang melatar belakangi kerukunan di kampung Kutowinangun,

namun peneliti hanya berfokus pada hal-hal yang melatar belakangi terciptanya

kerukunan serta strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai

kerukunan tersebut.

Page 22: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

8

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang masalah

yang telah dipaparkan adalah :

1. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kerukunan yang terjalin

dikampung Kutowinangun?

2. Bagaimana ketiga suku (Jawa, Sunda dan Lampung) tersebut menjaga

keharmonisan dalam bermasyarakat?

3. Bagaimana peran petinggi kampung dalam menciptakan kerukunan di

kampung Kutowinangun ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan semua masalah diatas, serta

mengkaji secara mendalam. Sehingga data yang diperoleh nantinya dapat

dipertanggung Jawabkan. Adapun tujuan masalah secara spesifik adalah:

1. Untuk mengetahui keharmonisan ketiga suku (Lampung, Jawa,

Sunda) sebagai masyarakat yang berdampingan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi kerukunan

yang terjalin di kampung Kutowinangun.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya atau strategi yang dilakukan oleh para

petinggi kampung dalam mencapai keadaan yang harmonis antar suku

di kampung Kutowinangun.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Page 23: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

9

Sebagai hasil karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

dan berkontribusi terhadap perkembangan khusunya Sosiologi Politik

maupun ilmu sosial pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, memberikan bekal pengalaman untuk mengaplikasikan

ilmu yang didapat selama duduk dibangku kuliah dalam kehidupan dan

karya yang nyata.

b. Bagi yang diteliti, memberikan saran atau masukan yang konstruktif

untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

c. Bagi almamater, sebagai tolak ukur daya serap mahasiswa yang

bersangkutan selama menempuh pendidikan dibangku kuliah dalam

merealisasikan ilmunya secara praktis.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang saya ajukan bukanlah penelitian yang pertama kali (terkait

tema dan pembahasan). Penelitian sejenis sudah pernah dilakukan oleh para

peneliti terdahulu. Berikut adalah hasil review dari penelitian sejenis yang sudah

dilakukan oleh para peneliti terdahulu :

Pertama, adalah hasil penelitian yang berbentuk skripsi, yang berjudul

Kerukunan Pura Eka Dharma Kasihan Bantul (Studi Kerukunan Multikultural).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan tekhnik atau

metode deskriptif kualitatif. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan

Page 24: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

10

sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

dokumentasi dan penelitian pustaka.13

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor perekat

kerukunan multikultural, juga mengetahui peran Pura Eka Dharma dalam

menciptakan kerukunan. Penelitian ini adalah membahas tentang terciptanya suatu

faktor perekat kerukunan dilingkungan pura eka dharma. Terciptanya kerukunan

di Pura Eka Dharma dikarenakan adanya pemahaman dan pengalaman masing-

masing umat menurut ajaran dan kepercayaanya, kondisi keamanan dan ketertiban

yang kondusif dilingkungan pura, kondisi sosial dan ekonomi yang stabil

dimasyarakat sekitar, dan faktor pendidikan ikut pula mengambil peranan dalam

menciptakan kerukunan multikultural.

Selanjutnya mengenai peranan Pura Eka Dharma dalam menciptakan

kerukunan multikultural. Yaitu dengan mengadakan forum pertemuan antar

pemuka agama dengan umatnya, pembentukan kader kerukunan antar umat

beragama, membina serta memupuk sikap hidup rukun.

Penelitian diatas merupakan penelitian dengan tema yang serupa, namun

terdapat hal-hal yang menjadi pembeda yang signifikan antara penelitian diatas

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Fokus yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah tentang hal-hal yang

melatar belakangi terciptanya kerukunan dikampung Kutowinangun. Juga

13

Susanti, Kerukunan Pura Eka Dharma Kasihan Bantul (Studi Kerukunan Multikultural) (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009)

Page 25: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

11

mengenai peran dan strategi para petinggi kampung dalam menciptakan

kerukunan di kampung Kutowinangun.

Kedua, adalah penelitian yang berbentuk skripsi yang berjudul “Kerukunan

Antar Umat Beragama Islam, Kristen Katholik, dan Budha, Didesa Mendut

Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah”.14 Tujuan dari

penelitian ini adalah melakukan eksplanatif terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial antar umat beragama, yang mampu menciptakan

hubungan yang rukun diantara pemeluk agama yang ada, dan juga untuk

menemukan serta mengeksplorasi terhadap cara masyarakat dalam menjaga dan

mempertahankan hubungan sosial antar umat beragama.

Penelitian ini membahas tentang sesuatu yang mempengaruhi kerukunan

dalam masyarakat plural di desa Mendut. Dan mengenai hal-hal yang menjadi

faktor yang membuat kerukunan antar agama berlangsung sangat lama. Praduga

yang melatarbelakangi kerukunan di desa Mendut adalah adanya faktor sosial

budaya yang melekat dan berkembang di dearah tersebut. Sosial budaya yang

dimaksud adalah sebuah norma-norma, nilai-nilai budaya atau moralitas umum

yang terbentuk dari nilai-nilai etika daerah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbentuk penelitian

lapangan (field research). Teori yang digunakan adalah teori Struktural

Fungsional yang di usung oleh Talcott Parsons. Metode pengumpulan data yang

14

Siti Jauharotul Mutmainah, Kerukunan Antar Umat Beragama Islam, Kristen Katholik, dan Budha, Didesa Mendut Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakrata, 2005)

Page 26: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

12

digunakan adalah observasi, interview, dokumentasi. Metode analisis data yang

digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Penelitian diatas merupakan penelitian dengan tema serupa dan juga

memiliki latar belakang yang hampir semuanya sama, yakni tentang “bagaimana

terciptanya kerukunan”. Meskipun demikian, terdapat hal-hal yang menjadi

pembeda antara penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis. Perbedaan secara garis besar terletak pada objek penelitian. Objek

penelitian penulis adalah “etnis/suku” sedangkan peneliti diatas adalah “agama”.

Ketiga, merupakan hasil penelitian yang berbentuk jurnal Antropologi

Sosial Budaya ETNOVISI yang ditulis oleh Muhammad Fedyani Syaifudin.

Volume II, No. 1: 3-11 tahun 2006. Yang berjudul Membumikan

Multikulturalisme Di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah agar masyarakat

Indonesia sebagai masyarakat yang sangat multikultural ini bisa hidup

berdampingan secara damai. Dengan menjunjung tinggi toleransi, menghargai

berbagai perbedaan yang ada dan mengutamakan kerukunan. 15

Fokus penelitian ini adalah menemukan konsep multikultural yang cocok

diterapkan di negara Indonesia. Konsep yang dimaksud tentu bukan hanya konsep

yang menekankan pada tujuan yang bersifat humanistic-individul, tetapi lebih

mengutamakan sosial-kolektif.

15http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Ke

lompok_1/Referensi/Etnovisi_Vol__II_No__1_April_2006.pdf#page=7. Jurnal Antropogi Budaya Vol II . No. 1. April 2006, diunduh pada tanggal 11 November 2015 pada pukul 17.35 Wib.

Page 27: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

13

Konsep yang dirasa cocok diterapkan di Indonesia adalah konsep yang berbasis

pendidikan. Yakni pendidikan multikultural. Meskipun konsep ini masih

menimbulkan berbagai kontroversi pendapat, namun konsep ini diharapkan bisa

menjadi modal serta pengertingan hidup rukun dan damai dalam perbedaan.

Penelitian ditas merupakan penelitian serupa yang mengangkat isu yang

sama, yakni kerukunan-multikultural. Meskipun demikian, terdapat suatu

pembeda dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.

Yakni, tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis bukanlah rangkain konsep

untuk masyarakat multikultral supaya hidup berdampingan dengan damai,

melaikan ingin mengetahui apa hal-hal yang melatarbelakangi terciptanya

kerukunan di Kutowinangun (lokasi penelitian).

Keempat,merupakan hasil penelitian yang berupa Jurnal sosiologi, yang

ditulis oleh Deni Afero (alumni sarjana program Jurusan Sosiologi FISIP

Universitas Lampung) dan Hartoyo (Staf pengajar jurusan Sosiologi FISIP

Universitas Lampung), Vol. 1, No. 1: 60-71 hlm.62. Yang berjudul Keharmonisan

Hubungan Antara Etnis Bali Dengan Etnis Lampung (studi di Kabupaten

Lampung selatan). Fokus penelitian ini lebih menekankan pada konflik yang

terjadi antar Kabupaten Lampung Selatan terhadap etnis non-Bali di Kabupaten

Lampung Selatan. Dan juga melihat faktor penyebab konflik etnis Bali dengan

etnis Lampung cepet membesar di Kabupaten Lampung Selatan.16

16

http://pshi.fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/5/articles/208/submission/original/208-631-1-SM.pdf Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 1:60-71. Yang diunduh pada tanggal 23 November 2015, pada pukul 16:12.

Page 28: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

14

Penelitian diatas merupakan penelitian dengan tema serupa. Penelitian

diatas dengan fokus yang akan diteliti oleh penulis tentu ada perbedaan yang

signifikan. Penelitian diatas lebih menekankan pada pengungkapan atau melihat

sebab terjadinya konfik, sedangkan penulis lebih meihat kepada sebab terciptanya

kerukunan.

F. Kerangka Teori

Kerukunan, dalam bahasa Indonesia kata “rukun bererti mengatasi

perbedaan-perbedaan, kerjasama, saling menerima, hati tenang dan hidup

harmonis”. Dengan sesama warga komunitas, harus dapat seperti halnya anggota

keluarga, kangen dan menyenangkan. Sedangkan berlaku rukun sebagaimana

dikutip Franz Magnis Suseno dari Hildert Greetz, berarti menghilangkan tanda-

tanda ketegangan dalam masyarakat atau antara pribadi-pribadi. Sehingga

hubungan sosial tetap selaras dan terlihat baik-baik saja.17

Berbicara mengenai kerukunan maupun keharmonisan berarti juga harus

berani menyinggung tentang konflik ataupun kekerasan. Mengenai hal itu terdapat

pendekatan umum untuk menjelaskan mengapa kadang-kadang etnisitas menjadi

saluran perjuangan politik dan konflik. Pertama, pendekatan “Kontruktivisme”

menekankan kontek sosial dan sejarah yang membentuk, mentransformasi dan

menorehkan batas-batas etnis, serta basis konflik. Kedua, pendekatan

“instrumental” memusatkan pada peran elite dalam mobilisasi identitas. Ketiga,

pendekatan “primodialis”

17 Suseno, 1988: 39 dalam buku H. Haidlor Ali Ahmad(Ed), Revitalisasi Wadah

Kerukunan di Berbagai Daerah di Indonesia (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2009), hlm 5-6.

Page 29: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

15

menekankan pada warisan watak-watak etnis bawaan dan kekekalan batasan-

batasan kelompok. Dalam versi paling murni dari perspektif ini, kelompok etnis

dilihat secara inheren rentan terhadap permusuhan karena watak perbedaan

kelompok mereka.18Pendekatan tersebut sedikit banyaknya sudah memberikan

gambaran umum mengenai terciptanya sebuah konflik suatu kelompok etnis.

Konflik ataupun kekerasan antar etnis tidak akan terjadi apabila di dalam

masyarakat hanya terdiri dari satu etnis saja.

Salah satu keindahan dari demokrasi adalah bahwa ada ruang untuk

kelompok yang tidak kita setujui, bahkan kelompok-kelompok yang kita anggap

menghina.19Pernyataan tersebut menunjukan bahwa sesama warga Indonesia

masing-masing memiliki hak yang sama, termasuk hak untuk menetap disuatu

wilayah. Hal ini terntunya merupakan salah satu penyebab terjadinya masyarakat

multi-kultural, multi-etnis, multi-bahasa dan lain sebagainya.

Harus diakui bahwa Indonesia merupakan sebuah konsep yang terdiri dari

keberagaman etnik, masing-masing etnik mengembangkan sifat komunalisme

secara otonom. Masing-masing etnis memiliki perilaku budayanya sendiri yang

hidup berkembang dengan wajar dan alamiah dalam bentuk-bentuknya yang

spesifik.20 Hal tersebut seringkali menimbulkan etnosentrisme masing-masing

etnis.

18 Jacques Bertrand, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia ( Yogyakarta : Ombak,

2012), hlm. 8. 19

Sidney Jones,dkk, Sisi Gelap Demokrasi (Jakarta: (PUSAD) Pusat Studi Agama dan Demokrasi,2015), hlm. 5

20 DR.Agus Salim, MS, Stratifikasi Etnik (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 3.

Page 30: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

16

Mengingat Indonesia yang multietnis, multikultural dan multi akan

kepercayaan, tentu banyak sekali terjadi konflik yang berujung kekerasan. Seperti

yang sudah dijelaskan pada latar belakang diatas. Terlepas dari itu semua,

kampung Kutowinangun yang merupakan salah satu masyarakat muktikultural

tidak pernah terjadi konflik yang berujung kekerasan.

Organisasional dan keseharian (quodition), merupakan dua tipe yang

digunakan oleh Ashutosh Varsney untuk menjelaskan pertanyaan “mengapa

konflik etnis hanya terjadi disegelintir wilayah” di India. Varsney biasanya

menyebut bagian pertama sebagai asosiasional ikatan kewargaan sedangkan

menyebut yang kedua keseharian ikatan kewargaan. Apabila kedua bentuk ikatan

tersebut kuat, maka dapat mendorong terwujudnya perdamaian. Sebaliknya jika

kedua bentuk ikatan kewargaan itu tidak ada atau lemah, hal itu dapat membuka

ruang bagi munculnya kekerasan komunal. Kedua tipe diatas lebih dikenal

sebagai ikatan kewargaan.21

Dua ikatan tersebut dirasa cocok sebagai alat analisis dalam penelitian ini.

Mengingat kampung Kutowinangun merupakan salah satu kampung yang

multicultural dari berbagai suku yang berada di daerah rawan atau daerah yang

berpotensi tinggi terjadinya konflik etnis, yakni wilayah Lampung. Sebagai

contoh kecil dari kedua tipe tersebut yang juga dilakukan oleh warga kampung

Kutwonangun adalah penggemar club bola, kelompok tani, clup olahraga, clup

profesi bahkan partai politik berbasis kader,

21 Ashutosh Varsney, Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil (Jakarta: Balai Penelitian

dan Pengembangan Agama Jakarta Departemen Agama, 2009), hlm. 3.

Page 31: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

17

club atau kelompok yang sudah disebutkan merupakan contoh dari ikatan

asisiasional. Bentuk contoh dari tipe yang kedua yakni ikatan keseharian seperti

saling mengunjungi tetangga antar suku, berpartisipasi bersama dalam acara-acara

perayaan, serta mengizinkan anak-anak mereka bermain bersama dilingkungan.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Metode ini menekakankan analisis pada proses penyimpulan

deduktif dan induktif. Penelitian ini tentunya akan dilakukan dikampung

Kutowinangun, Kecamatan Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.

Adapun sumber-sumber data penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Sumber Data

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis mengelompokan data

menjadi dua bagian yakni :

a. Data Primer

Data primer merupakan suatu objek atau data original, material mentah

dari perilaku yang disebut “First Hand Information”22. Mencakup segala

informasi, bahan materi yang menyangkut masyarakat kampung Kutowiangun.

22

Ulber Silalahi, Metode Peneleitian Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009). Hlm. 289. Dalam skripsi Nessy Ariana Fajrin. Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 13.

Page 32: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

18

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah segala sesuatu yang mencakup berbagai referensi,

maupun literature yang berkaitan dengan penelitian terkait.23

2. Metode Pengumpulan Data

Banyak hal yang dialami penulis dalam proses pengumpulan data, baik itu

berupa hambatan maupun berupa dukungan. Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan langkah awal untuk memperoleh data awal, dengan

cara mengamati. Sehingga peneliti lebih faham dan mengerti keadaan objek yang

akan diteliti. Penulis sudah melakukan observasi di kampung Kutowinangun,

guna mencari informasi terkait. Seperti mengamati kegiatan harian maupun

kegiatan besar yang dilakukan oleh masing-masing suku, juga mengenai strategi

yang dilakukan oleh para petinggi kampung dalam mengupayakan kerukunan.

Mengetahui cara interaksi masing-masing suku dalam kehidupan sehari-hari juga

meruapakan salah satu hasil dari pengamatan yang sudah penulis lakukan.

b. Wawancara

Metode ini digunakan supaya penulis dapat berinteraksi secara langsung

dengan masyarakat yang akan diteliti. Penulis sudah melakukan wawancara

terhadap petinggi masing-masing suku,

23

Ulber Silalahi, Metode Peneleitian Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009). Hlm. 289. Dalam skripsi Nessy Ariana Fajrin. Mahasiswa Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 13.

Page 33: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

19

masyarakat pada umumnya dan pemerintah desa. Target awal penulis adalah 15

informan, yang masing-masing 5 orang bagi setiap sukunya. Karena Jawaban dan

data yang diperlukan sudah terpenuhi sehingga penulis hanya mewawancari 15

orang namun lebih banyak para elit atau mantan elit kampung juga yang di

wawancarai yang terdiri dari petinggi masing-masing suku, mantan bagian

pemerintah kampung, tokoh agama dan anggota masyarakat pada masing-masng

suku.

c. Dokumentasi

Metode ini digunakan supaya data-data yang diperoleh dijamin kualitasnya

dan kevalidanya dan dapat dipertanggung Jawabkan. Dengan menelaah berbagai

dkumen (buku, makalah, arsip yang berkaitan dengan kerukunan dan lain

sebagainya).

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini akan sedikit memberi gambaran mengenai isi

dari masing-masing Bab yang semuanya adalah hasil dari penelitian kecuali Bab I,

karena Bab I merupakan proposal yang penulis ajukan. Dibawah ini adalah

bahasan dari Bab I sampai Bab V, yaitu:

BAB I Menjelaskan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangkas teori, metode

penelitian dan metode pengumpulan data.

Page 34: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

20

BAB II Gambaran umum masyarakata kampung Kutowiangun Kecamatan

Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah, mengenai letak geografis kampung

Kutowinangun, keadaan penduduk, dan interaksi antar suku.

BAB III ini akan menjelaskan tentang, faktor-faktor yang melatar belakangi

terciptanya kerukunan antar suku. Juga akan menjelaskan tentang cara masing-

masing suku dalam menjaga budaya dan menjalankan adat istiadat mereka tanpa

menimbulkan konflik yang berujung kekerasan dengan suku lainya.

BAB IV ini merupakan proses analisi yang akan dilakukan penulis menggunakan

teori terkait.

BAB V Kesimpulan, berisi tentang keseluruhan dari hasil penelitian. Adapun

kritik dan saran juga dimasukan dalam bab V.

Page 35: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi masyarakat yang damai dan harmonis seperti sekarang ini

merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh para petinggi kampung.

Dua jenis hubungan ikatan sosial yang ada di kampung Kutowinangun setidak nya

mampu menJawab sebab kondisi masyarakat yang harmonis dan damai dapat

dicapai, dan berbagai ketegangan antar suku dapat diredam sehingga tidak pernah

terjadi konflik yang berujuang kekerasan antar suku di kampung Kutowinangun.

Temuan dari penelitian ini adalah bahwa:

1. Kerukunan yang ada dikampung kutowinangun dilatar belakangi oleh

interaksi antar suku yang selalu terjadi dan bersifat rutin, meskipun

interkasi tersebut merupakan interaksi yang sederhana. Aktivitas kesahrian

yang baik antar masyarakat akan melahirkan rasa solidaritas antar suku.

Diikat oleh kepentigan dan kebutuhan yang sama, seperti kepentingan-

kepentingan ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.

2. Rasa saling menghargai dan toleransi antar suku membuat masing-masing

suku merasa nyaman dan tidak merasa terancam akan hilangnya budaya

ataupun kegiatan yang menjadi kekhasan mereka, seperti partisipasi

masing-masing suku dalam kegiatan suku lainya. Hal itulah yang membuat

mereka hidup berdampingan dengan harmonis.

3. Upaya menciptakan masyarakat yang rukun, petinggi kampung

menciptakan wadah ataupun forum untuk measyarakat saling bertemu dan

Page 36: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

93

saling mengenal, seperti kegiatan sosial (kerja bakti, kelompok arisan,

kelompok tani dan lain sebagainya) dan kegiatan keagamaan. Baik

kepemimpinan dari masa lampau maupun yang sekarang.

B. Saran

Sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku tentu

keamananan dan perdamaian menjadi hak yang utama, mengingat masing-masing

suku membawa adat, budaya dan bahasannya masing-masing, dan hal itu

melahirkan berbagai perbedaan. Berbagai upaya sudah dilakukan baik oleh para

petinggi kampung yang meliputi kepala kampung (dan jajarannya), petinggi suku

tokoh agama dan sebagainya dan oleh masyarakat pada umumnya. Sebenarnya

ada beberapa hal yang seharusnya diperbaiki di kampung Kutowinangun guna

membuat kerukunan di kampung tersebut semakin erat. Adapun saran penulis

untuk kampung Kutowinangun adalah:

1. Menyelenggarakan kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an)

secara merata dan tidak terpusat seperti yang ada sekarang. Karena

denang terselenggaranya kegiatan tersebut secara merata diseluruh

masjid ataupun mushala yang ada maka pengertian untuk hidup damai

dan saling mengahrgai akan ditamankan kepada anak-anak sejak dini.

2. Menghidupkan organisasi kepemudaan seperti FKP di semua dusun

seperti yang sudah dirancang. Meratanya organisasi tersebut semua

pemuda bisa dimungkin kan terlibat, sehingga keributan-keributan

yang disebebkan oleh pemuda bisa minimalisir dan dikendalikan.

Page 37: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

94

DAFTAR PUSTAKA

Asy Yusuf, Masyarakat Membangun Harmoni Resolusi Konflik dan Bina Damai Etnorelijius di Indonesia, Jakarta: Badana Litbang dan Diklat, Kementrian Agama RI, 3013.

Bertrand Jacques, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia, Yogyakarta: Ombak, 2012.

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010.

Jones Sidney dkk., Sisi Gelap Demokrasi,Jakarta : PUSAD (Pusat Studi Agama dan Demokrasi, 2015.

Kymilcka Will, Kewargaan Multikultural, Jakarta: LP3ES, 2011 MacAndrews, Colin & Rahardjo, Pemukiman di Asia Tenggara

Transmigran di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1983.

Maliki Zainuddin, Rekonstruksi Sosial Modern, Yogyakarata: Gadjah Mada University Press, 2012.

M Setiadi, Elly & Kolip Usman, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013.

Pasalong Harbini, Kepemimpinan Birokrasi, Bandung: Alfabeta, 2008.

Pudjiwati Sayogyo, Sayogyo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1992.

Salim Agus, Sreatifikasi Etnik, Yogyakarata: Tiara Wacana, 2006.

Shahab Kurnia, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: AR-RUZZ Media, 2013.

Silalahi Ulber, Metode Penelitian Sosial, Bandang: PT Rafika Aditama, 2009.

Soekanto soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012.

Srimulyono, Asal-Usul Wayang dan Masa Depanya, Jakarta: PT Intidayu Press, 1978.

Susanto S. Astrid, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Binacipta, 1979.

Ubaidillah A dkk., Pendidikan Kewargaan Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000.

Varsney Ashutosh, Konflik Etnik dan Peran Masyarakat Sipil, Jakarta: Yale University Press, 2002.

Page 38: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

95

Winardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: RaJawali Press, 2009.

Sumber Sripsi

Siti Jauharotul Mutmainah, Kerukunan Antar Umat Beragama Islam, Kristen Katholik, dan Budha, Didesa Mendut Kecamatan Munkid Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarat, 20

Susanti, Kerukunan Pura Eka Dharma Kasihan Bantul (Studi Kerukunan Multikultural), Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.

Nanang Triadi, Pola Social Intersected Masyarakat Transmigran Jawa Dengan masyarakat Penduduk Lokal (studi Kasus Desa Marga Mulya dan Desa Ambunu, Kecamatan Bunku Barat, Kbupaten Morowali), Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2015.

Sumber Internet http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/Etnovisi_Vol__II_No__1_April_2006.pdf#page=7. http://www.lintasberita.web.id/perang-suku-di-Lampung-sebuah-dendam-lama/ https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lampung_Tengah http://pshi.fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/5/articles/208/submission/original/208-631-1-SM.pdf

http://www.tribunnews.com/regional/2015/04/17/begal-berulah-dua-desa-siaga-perang-di-Lampung-tengah

http://sp.beritasatu.com/home/bentrok-antar-warga-di-Lampung-tengah-13-rumah-terbakar/26681

http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-penyebab-konflik-horizontal-di-Lampung-terus-terjadi.html

https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127

Page 39: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

96

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 40: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

1. Interview Guide

A. pedoman wawancara untuk masing-masing suku dan petinggi kampung

Kutowinangun

1. Bagaimana interaksi ketiga suku dikampung kutowinangun?

2. Bagaimana masing-masing suku menjaga budaya-adatnya ?

3. Seberapa besar kontribusi masing-masing suku terhadap kegiatan/hajat suku lainnya ?

4. Bagaimana membangun kerukunan antar suku ?

5. Apa saja yang dilakukan oleh masing-masing petinggi suku/orang yang dipercaya

dalam mengatur kelompoknya sehingga terciptanya kerukunan antar suku?

6. Seberapa besar partisipasi masing-masing suku di pemerintahan desa?

7. Apa yang dilakukan pemerintah desa sehingga terciptanya kerukunan antar suku ?

8. Bagaimana penyeesaian apabila terjadi fonflik antar suku supaya tidak berujung pada

kekerasan ?

9. Apakah ada sangsi yang diberikan oleh pemerintah terhadap suku yang berkonflik?

Page 41: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

2. Daftar Informan

1. Nama : Ruslan

Usia : 36 Tahun

Pendidikan terakhir : STM /SMA Sederajat

Jabatan : Kepala Kampung Kutowiangun

Suku : Sunda

Agama : Islam

Perekajaan : Kepala Kampung dan Buruh Tani

2. Nama : Pulung

Usia : 66 Tahun

Pendidikan terakhir : Tidak Lulus SD

Jabatan : Petinggi suku Sunda dan Tokoh agama

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Tani

3. Nama : Ngadimin

Usia : 58 Tahun

Pendidikan terakhir : SR/ SD Sederajat

Jabatan : Petinggi Suku Jawa dan Bayan

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

4. Nama : Faisol

Usia : 45 Tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Jabatan : Saibatin/ Raja Lampung

Suku : Lampung

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

5. Nama : Nur Hidayah

Usia : 42 tahun

Pendidikan terakhir : MA /SMA Sederajat

Jabatan : Warga

Page 42: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta dan Petani

6. Nama : Puji Winarni

Usia : 29 Tahun

Pendidikan terakhir : SMA

Jabatan : Warga

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Nama : Jumini

Usia : 46 Tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Jabatan : Mantan Kepala Kampung

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

8. Nama : Sidiq

Usia :71 Tahun

Pendidikan terakhir : SR /SD Sederajat

Jabatan : Mantan Carik / Sekretaris Desa

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Tani

9. Nama : Sukirman

Usia : 50 Tahun

Pendidikan terakhir : SPG / SMA Sederajat

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru SD

10. Nama : Darsi Ah / Oyot

Usia : 62 Tahun

Pendidikan terakhir : Tidak Lulus SD

Jabatan : Warga

Suku : Sunda

Page 43: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

11. Nama : Sirwanuddin / Iwong

Usia : 36 Tahun

Pendidikan terakhir : SMP

Jabatan : Warga

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

12. Nama : Saidah

Usia : 40 tahun

Pendidikan terakhir : SD

Jabatan : Warga

Suku : Lampung

Agama : Islam

Pekerjaan : Buruh Tani

13. Nama : Ari Asih

Usia : 46 tahun

Pendidikan terakhir : S1

Suku : Jawa-Lampung

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

14. Nama : Sartono

Usia : 45 tahun

Pendidikan terakhir : STM /SMA Sederajat

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Suku : Jawa

15. Nama : Ruriyanto

Usia : 30 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Sekretaris desa

Suku : Jawa

Pendidikam terakhir : SMA

Page 44: KERUKUNAN ANTAR SUKU DALAM MASYARAKAT

CURICULUM VITAE

Nama : Intan Resamana Ujirahayu

Tempat Tanggal Lahir : Lampung Tengah 19 Januari 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Asal :Kutowinangun Kec. Sendang Agung Kab.Lampung Tengah

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal:

Tahun 2000-2006 : MI Nahdatul ‘Ulama Kalidadi Kec. Kalirejo Lam-teng

Tahun 2006-2009 : Mts Bustanul Ulum Jayasakti Kec. Anak Tuha Lam-teng

Tahun 2009-2012 : MA Bustanul Ulum Jayasakti Kec. Anak Tuha Lam-teng

Tahun 2012- 2016 : Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pendidikan Non Formal:

1. Madrasah Diniyah Al-Hafidz Al-Mahfudziah 2. Madrasah Diniah Bustanul Ulum 3. Jogja Course Center (JCC)

Kegiatan Luar Kampus:

Pengajar TPA Nurul Islam Pedak Baru Yogyakarta