15
123 Vol. 11 No. 2, Juli 2014 Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan KERIS KAMARDIKAN Kuntadi Wasi Darmojo Jurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 ABSTRAK Keris kamardikan, secara historis adalah merupakan lanjutan dari tangguh keris sebelumnya dan bagian dari warisan nenek moyang yang berupa budaya bendawi. Sebagai budaya bendawi, keris kamardikan memiliki bentuk, teknik dan fungsi dengan ciri khas dan keunikan sendiri. Keris kamardikan memiliki beragam bentuk dhapur antara lain: dhapur tangguh (klasik-konvensional) dan dhapur kreasi (kontemporer). Kreativitasnya muncul karena faktor internal (personal) dari diri seniman keris kamardikan, dan secara eksternal dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Secara individu, mereka bertindak sebagai kreator dan komunikator yang kemudian mendapat tanggapan dari masyarakat pendukungnya. Sebagai indikatornya adalah munculnya berbagai organisasi pecinta keris dan lembaga pendidikan seni yang merupakan agen kegiatan perkerisan. Keris memiliki kedudukan yang penting dalam budaya tradisi masyarakat Jawa yaitu selain sebagai tanda dan simbol (makna), juga dipakai sebagai media pengakuan, yang pada zaman kerajaan dianggap sebagai legitimasi kekuasaan raja, sekarang berubah menjadi media branding dari eksistensi serta status sosial seseorang. Kata kunci: keris, kamardikan, kreativitas, ABSTRACT Kamardikan keris, historically is a continuation of previous tangguh keris and part of the ancient relics in the form of material culture. As a material culture, Kamardikan keris has the form (dhapur), technique and function with its own characteristics and uniqueness. Kamardikan keris has a variety of dhapur among others: dhapur tangguh (classic-conventional) and dhapur creations (contemporary). Creativity arises due to internal factors (personal) of self Kamardikan kris artists, and externally influenced by the surrounding environment. Individually, they act as creators and communicators who then receive a response from community supporters. As the indicator support is the emergence of a variety of organizations and educational institutions keris lovers of art which is the agent of the keris activity. Keris has an important position in the cultural traditions of the people of Java, but as a sign and symbol (meaning), which in the past was considered as the legitimate royal power, now turned into a branding of existence and social status of person. Keywords: keris, kamardikan, creativity A. Pendahuluan Keris adalah senjata tikam yang mempunyai condong leleh, ganja, pesi serta ukuran tertentu. Ukuran panjang keris Jawa secara umum ± 37cm. Ukuran terpendek ± 30cm dan terpanjang ± 42 cm. Dengan demikian, dari unsur dan ciri tersebut menunjukkan bahwa keris memang berbeda dari jenis senjata tajam lainnya. Keris sebagai artefak merupakan salah satu produk budaya materi yang sangat penting. Melalui keris, dapat diperoleh gambaran-gambaran maupun kaitan sejarah masa lampau. Menurut Burckhardt (1818-1897): bahwa setiap detil yang kecil dan tunggal sebenarnya adalah simbol dari keseluruhan dan satuan yang lebih besar, dia mencoba melukiskan kesenian ke dalam bagian yang berimbang dari kesatuan yang menyeluruh, dengan cara “paralelisasi fakta-fakta”, yaitu membandingkan dan melawankan, mencari persamaan dan perbedaan, sehingga antara fakta-fakta ditemukan kaitannya (Kuntowijoyo, 2003: 137). Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih berperan sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya, dan masih berperan sosial di masyarakat. Hal tersebut membuktikan bahwa keris tetap eksis hingga kini karena mengandung nilai-nilai luhur yang

KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

123Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

KERIS KAMARDIKAN

Kuntadi Wasi DarmojoJurusan Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

ABSTRAK

Keris kamardikan, secara historis adalah merupakan lanjutan dari tangguh keris sebelumnya dan bagian dariwarisan nenek moyang yang berupa budaya bendawi. Sebagai budaya bendawi, keris kamardikan memilikibentuk, teknik dan fungsi dengan ciri khas dan keunikan sendiri. Keris kamardikan memiliki beragam bentukdhapur antara lain: dhapur tangguh (klasik-konvensional) dan dhapur kreasi (kontemporer). Kreativitasnyamuncul karena faktor internal (personal) dari diri seniman keris kamardikan, dan secara eksternal dipengaruhioleh lingkungan sekitarnya. Secara individu, mereka bertindak sebagai kreator dan komunikator yang kemudianmendapat tanggapan dari masyarakat pendukungnya. Sebagai indikatornya adalah munculnya berbagaiorganisasi pecinta keris dan lembaga pendidikan seni yang merupakan agen kegiatan perkerisan. Kerismemiliki kedudukan yang penting dalam budaya tradisi masyarakat Jawa yaitu selain sebagai tanda dansimbol (makna), juga dipakai sebagai media pengakuan, yang pada zaman kerajaan dianggap sebagai legitimasikekuasaan raja, sekarang berubah menjadi media branding dari eksistensi serta status sosial seseorang.

Kata kunci: keris, kamardikan, kreativitas,

ABSTRACT

Kamardikan keris, historically is a continuation of previous tangguh keris and part of the ancient relics in theform of material culture. As a material culture, Kamardikan keris has the form (dhapur), technique andfunction with its own characteristics and uniqueness. Kamardikan keris has a variety of dhapur among others:dhapur tangguh (classic-conventional) and dhapur creations (contemporary). Creativity arises due to internalfactors (personal) of self Kamardikan kris artists, and externally influenced by the surrounding environment.Individually, they act as creators and communicators who then receive a response from community supporters.As the indicator support is the emergence of a variety of organizations and educational institutions kerislovers of art which is the agent of the keris activity. Keris has an important position in the cultural traditions ofthe people of Java, but as a sign and symbol (meaning), which in the past was considered as the legitimateroyal power, now turned into a branding of existence and social status of person.

Keywords: keris, kamardikan, creativity

A. Pendahuluan

Keris adalah senjata tikam yang mempunyaicondong leleh, ganja, pesi serta ukuran tertentu.Ukuran panjang keris Jawa secara umum ± 37cm.Ukuran terpendek ± 30cm dan terpanjang ± 42 cm.Dengan demikian, dari unsur dan ciri tersebutmenunjukkan bahwa keris memang berbeda dari jenissenjata tajam lainnya. Keris sebagai artefakmerupakan salah satu produk budaya materi yangsangat penting. Melalui keris, dapat diperolehgambaran-gambaran maupun kaitan sejarah masalampau. Menurut Burckhardt (1818-1897):

bahwa setiap detil yang kecil dan tunggalsebenarnya adalah simbol dari keseluruhan

dan satuan yang lebih besar, dia mencobamelukiskan kesenian ke dalam bagian yangberimbang dari kesatuan yang menyeluruh,dengan cara “paralelisasi fakta-fakta”, yaitumembandingkan dan melawankan, mencaripersamaan dan perbedaan, sehingga antarafakta-fakta ditemukan kaitannya (Kuntowijoyo,2003: 137).

Selain berakar dalam tradisi budaya dansejarah masyarakat Indonesia, keris juga masihberperan sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasibudaya, dan masih berperan sosial di masyarakat.Hal tersebut membuktikan bahwa keris tetap eksishingga kini karena mengandung nilai-nilai luhur yang

Page 2: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

124 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

disebut intangible yaitu nilai nonbendawi keris(Warto, 2008: 3). Nilai seni keris terletak pada berbagaielemen yang mendukungnya antara lain: bentuk hulu,warangka, ornamen atau pahatan (ricikan) padabagian bilahnya, dan corak paduan logam yangdisebut dengan pamor. Dapat ditinjau pada tampilansebilah keris yang memiliki nilai estetika dan artistikyang sempurna apabila secara utuh, antara bilahdengan pamornya, hulu dan warangka benar-benarmenjadi satu kesatuan yang harmoni. Umumnya,bahasan mengenai keris pasti berkaitan denganpamor dan dhapur, padahal sebenarnya masih adaunsur lain yang mendukungnya (Serat Centini, terj:Kamajaya, 1985: 71-91 ).

Perkembangan keris di Indonesia belakanganini cukup marak, hal ini dapat dilihat denganmunculnya produk-produk baru yang ikut melestarikanbudaya warisan nenek moyang bernilai adiluhung.Keberadaannya masih dilestarikan hingga saat inidengan kekaryaan yang dilakukan oleh para generasimuda, yakni para pembuat keris di era setelah masakerajaan Singasari hingga masa kerajaan Surakarta.Dengan demikian, keris tetap eksis dan lestari hinggakini. Keris karya generasi muda tersebut olehkalangan masyarakat umum disebut dengan keriskamardikan 1. Keris kamardikan memiliki dua makna,yaitu:1. Keris-keris yang dibuat pada zaman setelah

Indonesia merdeka, dengan kata lain kerajaan-kerajaan di nusantara telah menyatu dalamRepublik Indonesia,

2. Kemerdekaan pada penciptaan karya kerisberdasarkan konsep-konsep baru yang bebas dankreatif. Keris kamardikan telah mengalamipergeseran budaya keris yang tidak di bawahsuatu hegemoni, bukan atas permintaan rajatetapi keris yang dapat mengaktualisasikan diridi tengah globalisasi yang menantang kreativitaspara seniman.

B. Pengertian Keris Kamardikan

Keris kamardikan adalah isti lah yangdipergunakan untuk menyebut keris-keris yang dibuatsetelah era kemerdekaan, terkait tangguh atau kurunwaktu pembuatan keris. Kamardikan berasal katamahardika yang artinya merdeka (kebebasan). Istilahkamardikan diproklamirkan pada tanggal 12-16Agustus 2008 oleh sekelompok pecinta keris yangmengadakan lomba dan pameran di Bentara BudayaGramedia Jakarta. Keris pada umumnya selalu lekatdengan atribut zaman pembuatan, yang sering disebut

tangguh. Tangguh keris terkait pula dengan gaya kerisyang memil iki ciri khas dari setiap periodepemerintahan di suatu kerajaan. Dharsonoberpendapat bahwa salah satu indikasi untukmengidentif ikasi sebuah keris tergolong keriskamardikan, apabila dalam suatu tampilannya karyatersebut disebutkan atau dicantumkan nama seniman(pembuatnya/empu) atau by name, maka keristersebut disebut keris kamardikan (keris baru).Berbeda halnya dengan keris lama (kuno) yang dalamtampilannya tidak pernah mencantumkan nama empupembuatnya. Walaupun diketahui nama pembuatnyapada zaman dahulu, hampir semua karya seni tradisitermasuk keris, menjadi milik raja. Di samping itu,adanya etika bahwa ketika karya tersebut tampil kepublik dikatakan sebagai yasan ndalem. Pendapattersebut sangat sejalan dengan realita perkerisan yangberlangsung pada zaman sekarang. Hegemonikeraton sudah tidak ada dalam proses kekaryaanbahkan mereka cenderung mengedepankan kreativitas(wawancara dengan Dharsono, Desember 2010).

C. Empu (Seniman) Keris KamardikanSeorang empu pembuat keris merupakan

seorang seniman yang menguasai seni tempa, seniukir, seni bentuk dan seni perlambang, sekaligusseorang rohaniawan yang banyak berdoa, berpuasabahkan juga bertapa, dan dikenal sebagai orang yangmemiliki kekuatan gaib, kesaktian dan ilmu yangtinggi (Harsrinuksmo, 2009: 68). Empu keris adalahseseorang yang bersama pembantu-pembantunya(panjak) yang melakukan pandai besi sertamembentuk keris dari awal hingga selesai. Empuadalah merupakan pok atau orang yangberkewenangan memimpin griya mrapen, empu adalahorang bebas yang menguasai teknik pembuatan kerisdan mempunyai kewenangan tentang pembuatanbentuk, dhapur yang dibuat berdasarkan akal budidalam berkarya. Sebenarnya tak ada batasan-batasanuntuk menjadi seorang empu, bila seseorang berlakusebagai pok, bertindak dalam memimpin sabat,berkreasi terhadap dhapur, maka mereka berhakmenyandang sebutan empu ( NN. TTh. PandamelingDuwung. Museum Radya Pustaka). Seiring denganperkembangan di dunia perkerisan, telah munculsekelompok generasi muda yang menjalankankegiatan membuat keris pada awal tahun delapan-puluhan. Aktivitas yang dilakukan oleh kelompoktersebut telah terjadi perubahan terutama dalamteknik pembuatan keris. Sejalan pemikiran tersebut,maka eksistensi sekelompok generasi muda yangtelah berhasil membuat keris baru tersebut maka oleh

Page 3: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

125Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

komunitas keris disebut empu kamardikan. Empukamardikan2 adalah istilah yang terkait denganpembuat keris kamardikan.

D. Sistem Kerja Empu Kamardikan di Besalen

Besalen empu kamardikan dibangun tanpapersyaratan khusus seperti aturan-aturan besalenempu masa lalu. Besalen keris empu kamardikandisesuaikan dengan luas tanah yang dimilikinya,terkadang juga tidak memakai hubungan atap, hanyamenempel di ruang yang sesuai dengan luasbangunan induk. Griya mrapen yang ada saat inibentuknya sudah berbeda dengan bangunan griyamrapen di masa lalu. Mereka menggunakan bangunansederhana, tanpa dituntut persyaratan tertentu.Setelah empu Yoso Pangarso dan Djeno Harumbrodjoaktif kembali membuat keris di Godean, Yogyakartapada tahun 1972, Dietrich Dresser membuatkandesain bentuk dan posisi besalen yang berbeda dariyang sudah ada sebelumnya. Desain yang dibuatDietrich Dresser berupa tinggi antara mrapen danparon kira-kira 50cm dari atas lantai (sejajar pinggangorang dewasa), sehingga posisi tempa antara mpudan panjak berdiri. Hal tersebut dengan pertimbanganakan lebih ergonomi, sehingga lebih efektif dan efisiendalam menempa (wawancara dengan Joko Suryono,12 Agustus 2012). Berbeda halnya dengan besalenyang ada sebelumnya, yakni posisi tempa jongkok.Selanjutnya, bentuk besalen arahan Dietrich Dressertersebut dipakai sebagai pedoman oleh para empu(seniman) keris kamardikan.

Sistem kerja empu/seniman keriskamardikan terbagi menjadi empu sebagai penjepitdan pembentuk keris, serta beberapa sabat ataupanjak yang bertugas membantu empu dalammenempa (tukang-tempa). Seorang panjak atau sabatdalam bekerja tidak terikat dengan salah satu empu,dia diperbolehkan berpindah-pindah dari seorangempu ke empu yang lain. Panjak bebas ikut empusiapa saja dengan perjanjian kontrak. Beberapa empu/seniman keris kamardikan di Jawa dan sekitarnyapada zaman sekarang dalam membuat produk, tidakhanya dilakukan di satu besalen pribadi, melainkanbisa dilakukan di besalen lain seperti di Institut SeniIndonesia (ISI) Surakarta. Pada dasarnya empu(seniman) keris kamardikan adalah orang yang bebasmelakukan apapun dalam kekaryaan, dengan berbagaiinovasi, dan kreasi keris, yang meliputi dalam bidangproporsi, bahan, fungsi, ukuran, dhapur dan ricikannya.1. Bahan yang umum digunakan dalam pembuatan

bilah keris:

a. Besi (ST60, ST85, ST95)b. Baja (O1, O2, O3, ATS 34)c. Meteor besi, namun saat ini cenderung

menggunakan nikel produksi pabrikan.d. Arang kayu jatie. Asam klorida (HCl)f. Asam sulfat (H2SO4)g. Arsenikum Trisulfida (AS2S3)h. Air

2. Peralatan yang umum digunakan dalampembuatan bilah keris:a. Kikirb. Patarc. Pahatd. Tang/Penjepite. Gergajif. Palu kondeg. Mesin gerinda genggamh. Mesin gerinda fleksibeli. Amplas

3. Proses produksi kodhokan/ bakal keris kelengan(tanpa menggunakan meteor/nikel):a. Masuh, yaitu membersihkan plat besi dari

kotoran dengan proses tempa (perlu waktu ±2 jam),

b. Menipiskan plat besi hingga berukuran 5cmx 10cm x 1cm (perlu waktu ± 2 jam),

c. Membuat uletan, yakni menekuk, melipatbesi pada kondisi suhu panas tinggi melaluipenempaan (untuk mendapatkan sekitar 2-16 lipatan perlu waktu ± 1 hari),

d. Memasang slorok baja, menempatkan besibaja ke dalam tengah uletan kemudiandisatukan melalui proses tempa panas, (perluwaktu ± 3 jam),

e. Membuat kodhokan yakni membuat batanganbesi dengan ukuran panjang sekitar 15-16 cm,lebar 4-5 cm dengan ketebalan 1,5 cmsebagai calon keris (perlu waktu ± 2 jam).

4. Proses produksi kodhokan/bakal keris berpamor(menggunakan meteor/ nikel yang siap pakai)a. Masuh, yaitu membersihkan plat besi dari

kotoran dengan proses tempa (perlu waktu ±2 jam),

b. Menipiskan pamor hingga dicapai ukuran 5cmx 10cm x 0,15 cm,

c. Membuat saton, menjepit lempengan bahanpamor diantara dua plat besi, kemudiandisatukan menjadi satu lipatan/ wit, melalui

Page 4: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

126 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

penempaan pijar. Setelah saton besi danpamor menyatu, selanjutnya ditekuk dandilipat melalui penempaan panas untukdicapai 16 s.d 64 lipatan/ uletan pamor (perluwaktu ± 1 hari),

d. Memasang slorok baja, menempatkan besibaja ke dalam tengah uletan kemudiandisatukan melalui proses tempa panas, (perluwaktu ± 3 jam),

e. Membuat kodhokan yakni membuat batanganbesi dengan ukuran panjang sekitar 15-16 cm,lebar 4-5 cm dengan ketebalan 1,5 cmsebagai calon keris (perlu waktu ± 2 jam).

Gambar 1: Proses tempa menyatukan besi dan pamordengan teknik pijar pada pembuatan lapisan pamor.

(Foto: Kuntadi WD 2010)

5. Proses pembentukan dari kodhokan menjadi bilahkerisa. Membentuk kodhokan menjadi gebingan,

yakni memanjangkan kodhokan melaluipenempaan pada suhu tinggi hingga dicapaiukuran ± 35cm dengan ketebalan 0,6 cm.Pada proses ini sudah mulai dibentuk bagiansor-soran dan pucuk sehingga mudahdiidentifikasi untuk tahap berikutnya,

b. membuat pesi, yakni memanjangkansebagian sor-soran yang dibentuk hinggadicapai ukuran panjang ± 8cm dan diameter± 1cm,

c. Ngeluk adalah membentuk lekuk-lekuk padabadan bilah yang bertujuan untuk membuatkeris ber luk. Namun jika tidak ingin dibuat,maka tahap yang dikerjakan adalah membuatbangkekan dan awak-awakan.

d. Mepeh atau minggiri, yakni menipiskan bagianpermukaan dan tepi gebingan,

e. Silak waja adalah proses memeriksa posisibaja. Proses ini perlu penggerindaan padabagian tepi bilah, serta merendam bilah

sementara waktu di dalam larutan asam (HCl/H2SO4) agar posisi baja dapat diketahui tepatdi tengah atau tidak,

f. Wangun merupakan proses menyem-purnakan bentuk bilah secara proporsional,

g. Mecah perabot , yakni mengisi hiasan padabilah. Utamanya membuat gandik,blumbangan, sogokan, bungkul bawang/tumpengan, gusen, kruwingan, sraweyan,dsb,

h. Pembuatan ganja. Ganja adalah bagian palingbawah pada bilah keris yang terbuat daripotongan kodhokan, kemudian dibentuk dandipasang pada pangkal bilah di genukan,

i. Menyempurnakan bentuk (pasikon). Pasikonadalah suatu gaya dari keseluruhan bilah kerisdan bentuk pasikon merupakan indikator darikarakter pribadi seorang empu

j. Tinatah yaitu memberi hiasan (relief) padapermukaan bilah jika direncanakan,

k. Nyepuh merupakan proses mengeraskan besidengan teknik pendinginan mendadak(hardening), tujuannya untuk menghasilkankeris yang kuat, keras dan tajam,

l. Ngamal adalah proses merendam bilah keriske dalam larutan campuran belerang (sulfur)dan garam dengan tujuan untuk memunculkangurat-gurat lapisan pamor pada permukaanbilah keris

m. Marangi melapisi bilah dengan larutanwarangan (zat arsenikum trisulfida/AS2S3)untuk memunculkan warna kontras antarabesi dan pamor.

Gambar 2: Proses membuat keris mulai dari bakalanhingga membentuk (mangun).

(Foto: Kuntadi WD 2010)

6. Proses Pembuatan Perabot Keris (Deder/hulu/ukiran ) Kamardikan:a. Bahan yang lazim digunakan:

1) Kayu tayuman

Page 5: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

127Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

2) Kayu cendana wangi,3) Kayu timoho,4) Kayu cendana jawa,5) Kayu trembalo, dan6) Kayu kemuning7) Tanduk8) Gading9) Fiber glass10) Kertas amplas untuk menghaluskan11) Pewarna kayu/ politur

b. Alat:1) Pisau pengot2) Pisau cecekan/ ukir3) Gergaji4) Petél5) Patar (kikir kayu)6) Bor

c. Proses kerja:1) Ngemal (ngeblak) adalah memindah

gambar desain ke bahan deder/ hulu,2) Memotong dan membelah bahan sesuai

bentuk dan ukuran gambar desaindengan menggunakan gergaji,

3) Mbakali, yakni membuat bentuk dasardengan menggunakan patar, dan pisaupengot,

4) Membuat ukiran hiasan atau cecekansesuai motif yang diinginkan,

5) Membuat tempat/ dudukan mendhak dibagian pangkal hulu menggunakan pisauukir,

6) Membuat lubang untuk tempat pesi,7) Penghalusan dengan menggunakan

kertas amplas,8) Pewarnaan dengan menggunakan

pewarna kayu/ politur.

Gambar 3: Proses membentuk dengan petél (kiri),Proses merapikan bentuk dengan patar (kanan) ( Foto

Kuntadi WD 2011 )

7. Proses Pembuatan Perabot Keris (Warangka)Kamardikan:

a. Bahan yang lazim digunakan:1) Kayu tayuman2) Kayu cendana wangi,3) Kayu timoho,4) Kayu cendana jawa,5) Kayu trembalo, dan 6) Kayu kemuning7) Tanduk8) Gading9) Fiber glass10) Kertas amplas untuk menghaluskan11) Pewarna kayu/ politur

b. Alat:1) Pisau pengot2) Pisau cecekan/ ukir3) Pisau segrek (alat serupa gergaji, namun

fungsinya untuk melubangi kayu)4) Pisau wali (jenis pisau berbentuk daun,

bagian tajam ada di kedua sisi, danujungnya runcing melengkung ke atas.Pisau wali berfungsi untuk membuatcekungan pada kayu.

5) Gergaji6) Petél7) Patar (kikir kayu)8) Bor

c. Proses kerja membuat warangka:1) Ngemal (ngeblak) adalah memindah

gambar desain ke bahan warangka,2) Memotong dan membelah bahan sesuai

bentuk dan ukuran gambar desain denganmenggunakan gergaji,

3) Mbakali, yakni membuat bentuk dasardengan menggunakan petél,

4) Merapikan bentuk dasar denganmenggunakan patar,

5) Membentuk lebih detail bagian-bagiangodhongan, pelokan, janggut, kruwingan,angkup, dsb dengan menggunakan pisauwali,

6) Membentuk bagian gandar denganmenggunakan patar,

7) Melubangi dengan menggunakan bormaupun pisau segrek sesuai denganukuran dan bentuk condong leleh bilahkeris yang akan dipasangkan,

8) Penghalusan dengan menggunakankertas amplas,

9) Pewarnaan dengan politur,10) Memasang pendhok.

Page 6: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

128 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

Nb: proses pembuatan warangka di atasuntuk pembuatan jenis warangka gandar iras(warangka utuh), sedangkan untuk jenis warangkapedhotan, bagian gandar dibuat secara terpisahberupa setangkup kayu yang dibentuk sesuai ukuranbilah keris yang akan dipasangkan, kemudian barudisambungkan pada bagian tetesan. Hal ini untukmempermudah proses pengerjaan.

Gambar 4: Proses membentuk warangka.(Foto dan scan Kuntadi WD 2011)

E. Sistem Pewarisan Keahlian EmpuKamardikan

Yogyakarta, Universitas Sebelas Maret Surakarta,Universi tas Petra Surabaya, Universi tasMuhammadiyah Surakarta dan lain sebagainya.Pertengahan tahun 2008, ada 10 orang (cantrik), yangbelajar membuat keris di besalen milik pribadi paraempu/seniman keris kamardikan, antara lain: Agus,Argo, Sigit Pamungkas, Sunarwan, Eko, Taufik SriWahyudi, Faizar Zulfi, Suyono, Markus Aryoseto danlain sebagainya.

F. Sistem Pemasaran

Penciptaan keris kamardikan pada tatananbudaya modern saat ini, demi kelangsungannya harusmampu menghadapi tantangan untuk mendapatkonsumen (pasar). Zaman dahulu, keris merupakankarya terkait oleh nilai keyakinan, dan sifatnyatransendental dari budaya pengagungannya (empiris).Kini, keris kamardikan akan berkembang mencaripengakuan dalam bentuk nilai-nilai budaya progresifdi tengah upaya eksistensinya di era modern.Mungkin akan meninggalkan nilai budaya yangbersumber dari lokal, atau justru karena ketahananbudaya pada era globalisasi menjadi sangatdibutuhkan, maka nilai sebaliknya nilai budayapengagungannya (keraton) akan kembali lebihmengakar (wawancara dengan Toni Junus, Juli 2009).

Sistem pemasaran adalah merupakan halyang terpenting dalam kelangsungan dalam aktivitasproduksi. Basu Swastha berpendapat bahwa:

Pemasaran adalah sistem keseluruhan darikegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,menentukan harga, mempromosikan danmendistribusikan barang dan jasa, yang dapatmemuaskan kebutuhan kepada pembeli ataukonsumen (Swastha, 1986: 10).

Pendapat tersebut mengindikasikan bahwaada beberapa hal yang menjadi poin pokok yaknimenyangkut persoalan seperti: perencanaan, harga,promosi, distribusi dan jasa. Dari keseluruhan sistemtersebut sangat diperlukan dalam kegiatan industrikerajinan, termasuk di dalamnya adalah keris. Sistempemasaran produk keris kamardikan dilakukan disamping dengan melalui pusat perdagangan keris diberbagai pertokoan atau galeri keris di daerah-daerahmaupun kota-kota besar di Indonesia, misal:pertokoan keris di alun-alun utara keraton Surakartadan pertokoan keris di Pasar-Turi Surabaya, Pasarkeris Jatinegara di Jakarta dan lain sebagainya.Sistem pemasarannya juga dilakukan melalui:pameran seni dan workshop keris.

Kuntowijoyo mengatakan bahwa prosesperalihan keahlian (ketrampilan) dalam masyarakatjawa, adalah sebagai berikut:

Pendidikan ketrampilan merupakan bagiandari pendidikan humaniora, pendidikan semacam inimemiliki beberapa jenis dari ketrampilan pertukanganhingga ketrampilan keprajuritan masing-masingkurang lebih dilembagakan dalam sistem magang danberguru (Kuntowijoyo, 2003: 39).

Pendapat tersebut mengindikasikan bahwaberkaitan dengan sistem pewarisan keahlian,prosesnya adalah berawal dengan sistem magangatau ngéngér kepada para pendahulunya, baik melaluifamili maupun orang lain. Zaman kamardikan (setelahkemerdekaan), benteng-benteng sinengker tentangilmu perkerisan telah mulai runtuh. Ilmu membuatkeris mulai diajarkan di luar tembok keraton. Dalam20 tahun terakhir, sejak tahun 1980-an, keris bahkansudah masuk ke tembok kampus di luar keraton. Keriskini bisa menjadi mata kuliah bagi mahasiswa kriyaISI Surakarta. Di besalen kampus, mahasiswa bahkanbisa menggunakan bahan-bahan keris dari kampus.Guna mendapat ilmu keris yang lebih dalam, paramahasiswa pun kemudian nyantrik (berguru) di besalenpribadi para empu di luar kampus, seperti milikSubandi, Yantono, Suyanto maupun Daliman, yangkeberadaannya tidak jauh dari kampus ISI Surakarta.Mereka yang datang ke besalen para empu tidakhanya dari ISI Surakarta, melainkan juga dari ISI

Page 7: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

129Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

G. Bentuk Bilah Keris Kamardikan

Bentuk dasar keris secara pakem maupunputran3 adalah ular/naga. Bentuk ular, diwarisi orangJawa semenjak ratusan tahun yang lalu dari orangHindu. Ular dikenal dengan istilah sarpa, burjangga,ula atau sawer. Dhapur leres atau benermelambangkan sarpa-tapa, yaitu naga yang sedangdiam, khusuk dalam renungan atau meditasi.Sedangkan bentuk yang berkelok-kelok disebutdhapur luk atau parung, menggambarkan sarpa-lumaku yaitu naga yang sedang bergerak dan aktif(Gronemen, 1910: 145). Bilah (wilahan) adalah bagianutama dari sebuah keris, selain bagian ganja danbagian pesi. Wilahan disebut juga dengan istilah wilah,awak-awak atau bilah (Harsrinuksmo, 2009: 181).Bilah keris kamardikan memiliki bentuk dasar yangberagam, dan secara spesifik dapat dibedakanmenjadi tiga kelompok, yakni:1. Kelompok bentuk bilah keris lurus (bener/leres),

yaitu kelompok bentuk bilah keris yang bentuknyalurus. Biasanya tidak banyak menampilkanricikan4. Kemudian untuk bilah keris yang masukkategori kreasi baru/kontemporer, bentukdasarnya kebanyakan lebih kepadamengembangkan bentuk yang sudah ada baikdengan menambah maupun mengurangi beberapaelemen pada bagian-bagian tertentu terutamapada bagian ricikan, sehingga memiliki dampakpada persoalan proporsi dan keindahan.

2. Kelompok bentuk bilah keris luk (ber-luk) yaitukelompok bilah keris yang bentuk dasarnyaberlekuk-lekuk. Richadiana (1998), seorangarkeolog berpendapat bahwa keris luk itu mungkindipengaruhi oleh bentuk l idah api. J ikadiperhatikan, bentuk bilah keris luk, akan teringatakan bentuk nyala api atau lidah api (Hamzuri.1993: 53). Wibisana mengatakan bahwa lukadalah bagian yang berkelok dari wilahan/bilahkeris (Wibisana, 2010: 27). Jumlah lekukan padabilah keris pasti selalu bilangan ganjil 5. Demikianjuga jumlah luk keris kamardikan, terdiri dari luktiga hingga tiga belas. Khusus untuk luk 19 hingga31 jarang dibuat.

3. Kelompok bentuk dasar kreasi baru (kontemporer)yakni bilah dengan bentuk kreasi baru yang sudahmengalami perubahan bentuk secara signifikan.Seniman keris telah berani melakukan kreasidengan bentuk wayang, daun maupun makluk lainyang mereka kombinasi antara bentuk lurusdengan luk, artinya secara struktur pola

bentuknya lurus, kemudian pada bagian ujungatau pangkal bilah dibuat luk.

H. Ragam Dhapur Keris Kamardikan

Dhapur adalah tipologi dari bentuk bilah kerissecara spesifik, baik lurus maupun luk, atau bentukkreasi dengan kelengkapan ricikan tertentu. Hinggakini secara pasti bentuk dhapur keris, yang tergolongklasik belum diketahui jumlahnya. MenurutRonggowarsito terdapat kira-kira 150 dhapur, lain lagidengan salah satu buku perkerisan yang dibuat padazaman pemerintahan Sunan Paku Buwono X,menyebutkan tidak lebih dari 200 macam dhapur,tetapi merujuk pada pendapat Haryono Haryoguritnoada sekitar 240 dhapur (Haryoguritno, 2006: 151).Dhapur keris kamardikan, apabila ditinjau dari aspekbahan, secara umum hampir sama dengan dhapurkeris pada zaman sebelumnya yakni terdiri dari: keriskelengan (tanpa pamor) dan keris berpamor. Dhapurkeris hasil karya para empu (seniman/designer) keriskamardikan, sangat beragam bentuknya. Namundemikian, apabila diperhatikan secara seksama dapatdikelompokkan menjadi dua kategori, yakni :1. Keris Tangguh (Klasik-Konvensional). Kelompok

keris tangguh 6 ( klasik-konvensional) merupakankarya yang lahir dari kemahiran seorang empu/seniman keris kamardikan dalam menduplikasi/meniru keris-keris tua (keris klasik/tangguh) darizaman ke zaman. Istilah meniru karya yang sudahada sebelumnya disebut mutrani.

Gambar 5: Ragam dhapur keris kamardikan yangmemiliki kategori putran dari dhapur tangguh (klasik)dengan bentuk lurus dan luk, merupakan karya empu/

seniman keris kamardikan, dari kiri-kanan: koleksiFauzan Pusposukadgo, Subandi Suponingrat, Yantono,

Daliman, Suyanto dan Begug Purnomosidi.(Repro oleh: Kuntadi WD 2011)

2. Keris Kontemporer (kreasi baru)Kelompok keris ini merupakan dhapur yang

Page 8: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

130 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

memiliki bentuk baru hasil dari kreasi para empuzaman sekarang, walaupun bebas melakukankreativ itas, tetapi masih mengacu/ merujukkepada kaidah-kaidah atau nilai-nilai yang telahdibakukan/ pakem dalam ilmu keris.

Gambar 6: Ragam dhapur keris kreasi baru yangmemiliki bentuk dasar lurus, perbedaan dengan keris

klasik terletak pada bagian ricikan, (kiri), ragam dhapurkeris kontemporer, yang memiliki bentuk dasar luk

(tidak proporsional), sangat berbeda dengan bentukluk keris yang mutrani (kanan)

(Repro dan scan Tony Junus 2011)

Gambar 7: Ragam bentuk keris kontemporer yangmenekankan pada kreativitas seorang empu. (Repro

dan scan Toni Junus 2011)

I. Fungsi Keris Kamardikan

dilihat dari aspek fungsi dan bentuk telah terjadiperubahan, karena pengaruh munculnya perubahankondisi sosial masyarakatnya atau munculnyaperubahan pranata sosial masyarakat pendukungnya.Berbagai fungsi keris Jawa kamardikan danperubahan zaman antara lain:1. Fungsi manifes keris adalah sebagai senjata,

fungsi itu selalu melekat pada bilah keris.2. Berfungsi sebagai pelengkap busana tradisional

terutama bagi masyarakat Jawa Tengah,3. Berfungsi sebagai simbol, yakni: kehidupan pria

Jawa dianggap sempurna apabila telah memilikiwisma (rumah), wanita (istri), turangga (kuda),kukila (burung kicauan) dan curiga (keris).

4. Berfungsi sebagai pencitraan diri (branding), baikbagi instansi maupun perorangan. Pemilik kerisakan bangga jika bisa memiliki keris tertentu yangdianggap memiliki nilai tertentu terutama nilaihistoris.

5. Berfungsi sebagai komoditi, sejak zaman dahuluhingga sekarang keris telah diperjual-belikan ataudiperdagangkan secara terbuka.

6. Berfungsi sebagai karya seni dengan munculnyaparadigma modern yang berpola pikir berbasislogika dan ilmiah. Keris menjadi suatu karya seni.Keris tidak lagi dilihat secara esoteris namun lebihcenderung ke eksoterik, yang lebih menekankanpada estetikanya.

7. Berfungsi sebagai inspirasi sumber ide dalamkegiatan karya seni. Hal tersebut dapat dilihatpada ekplorasi bahan pamor yang sudah tidaklagi terbatas pada bentuk keris namun sudahmerambah ke bentuk karya seni lain, misalnya :gamelan pamor, hiasan dinding, senjata api, dll.

J. Motivasi Penciptaan Empu (Seniman) KerisKamardikan

Abraham A Maslow mengatakankan “typicallyan act has more than one motivation” (secara khassuatu tindakan mempunyai lebih dari sebuah motivasi)(Maslow, 1943: 50). Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwamotivasi manusia dipengaruhi oleh pemenuhankebutuhan dasar manusia. Menurut Maslow (1968)bahwa: “yang dimaksud kebutuhan dasar antara lainkebutuhan primer, kebutuhan sosial, rasa aman,aktualisasi diri dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhandasar tersebut memacu motivasi untuk berkreativitas”(Munandar, 2002: 23).

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa,munculnya kreativ itas apabila telah terpenuhikebutuhan dasar yang terdiri dari kebutuhan primer,

Karya seni memiliki keterkaitannya denganpandangan kelompok atau individu pada suatu periodetertentu dan ditemukan di dalam tipe masyarakatyang mempunyai pengalaman berbeda tentang tatahubungan dan emosi antar insan, maka perlu dalammengukur kedalaman kreasi imajinasinya berakar didalam masyarakat, untuk mendefinisikan faktor-faktorbaik dalam hubungannya dengan sikap seni yangtersirat dan tersurat, maupun dalam hubungannyadengan fungsi yang diterapkan oleh seni pada tipemasyarakat tertentu (Durignand, 2009: 48).

Seiring uraian tersebut maka keberadaan kerisdapat bertahan hingga sekarang karena didukung olehkondisi sosial masyarakatnya, walaupun apabila

Page 9: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

131Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

sosial, rasa aman, aktualisasi di ri dan lainsebagainya. Dapat diartikan bahwa munculnya karya-karya keris kamardikan termotivasi oleh kreativitasseniman keris. Sebelum dibahas lebih jauh tentangapa yang menjadi motivasi dalam penciptaan keriskamardikan, maka akan disinggung terlebih dahulumengenai apa yang disebut kreativitas. Menurutseorang psikolog humanistik Clark Moustakas (1967):Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan danmengaktualisasikan identitas individu dalam bentukterpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, denganalam dan dengan orang lain (lingkungannya)”(Munandar, 2002: 24).

Sehingga berdasarkan teori motivasi dalamkreativitas dari Abraham H. Maslow dapat disimpulkanbahwa penciptaan keris kamardikan juga dipengaruhioleh faktor internal seorang empu dan faktor eksternalberupa lingkungan sekitarnya.1. Faktor Internal (faktor personal)a) Karya seni (keris) sebagai media aktualisasi diri

Motivasi berkarya seni merupakan spirit/semangat berekspresi yang bersifat personal untukmenuangkan segala ide dan gagasannya dalamsebentuk karya seni. Munculnya keris kamardikanmerupakan salah satu wujud dari fenomena perubahanbudaya tersebut. Merujuk pendapat Dharsono, bahwaperkembangan seni budaya dari dunia ketigatermasuk Indonesia, dewasa ini dihadapkan dalamdua pi l ihan yakni konservasi dan progresif .Kebudayaan nasional yang bertitik tolak darikebhinekaan puncak budaya daerah, mencobamemberi alternat if kemajuan, mengarahperkembangan dunia. Bahkan dapat dikatakan asetbudaya nasional mengarah kepada kekuatankonservasi-progresif . Kekuatan tersebut akanmenimbulkan konsekuensi logis adanya dua alternatifpelestarian, pelestarian preservasi dan konservatif(wawancara dengan Dharsono, Agustus 2010).

b) Kebutuhan Keselamatan (Rasa Aman)Seorang manusia akan memiliki kreativitas

apabila salah satunya adalah rasa aman(keselamatan) telah terpenuhi. Hal tersebut jugaberlaku pada proses penciptaan keris kamardikan.Artinya, bahwa empu keris ketika berkreasi akanlancar apabila ada perasaan aman, penuh kebebasantanpa rasa tekanan dari pihak lain. Konsep tersebutterbukti sekitar tahun 1945-1970, kondisi politikbangsa Indonesia belum menentu. Saat itu, senimembuat keris sempat dianggap tinggal dongeng.Supowinangun, yang dianggap empu terakhir keraton

Yogyakarta telah meninggal, sedangkan ketigaanaknya yang bernama Yoso Pangarso, Genyodiharjodan Djeno Harumbrodjo, telah beralih profesi membuatalat pertanian (pandai besi) sebagai matapencahariannya. Sejalan uraian tersebut, Garret danBronwen Solyom mengatakan bahwa:

Pada tahun 1973, muncullah seorang wargaJerman yang bernama Dietrich Dresser telahmenyemangati untuk membuat keris, maka mulailahproses pembuatan keris di daerah Godean,Yogyakarta. Kegiatan tersebut berlangsung hinggasekarang dan menyebar di seluruh daerah Indonesia.Pada tahun 1990an, kondisi politik ekonomi telahkondusif maka mulailah kegiatan perkerisan bangkitdi mana-mana bahkan tidak hanya bersifatperorangan, tetapi telah muncul instansi yangmempelopori kegiatan perkerisan (Andriwidiyanto,2008: 3)

Keterangan di atas mengindikasikan bahwakebutuhan rasa aman dalam berkarya seni (keris)sangat diperlukan untuk memotivasi kreativitas.

c) Keinginan Dihargai Orang lainSeorang seniman ketika berkreativitas juga

termotivasi oleh rasa ingin mendapat penghargaan dariorang lain, atau agar mendapat pengakuan dari pihaklain. Hal tersebut sesuai teori motivasi dari Maslowyang mengatakan bahwa salah satu motivasi seniman(termasuk empu keris kamardikan) ketika berkaryakarena ada keinginan penghargaan orang lain. Ketikatelah merasa aman dan memiliki proses kreatif dalammelakukan kekaryaan, maka salah satu tujuan karya-karya yang diciptakan agar mendapat pengakuan dariorang lain. Telah banyak seniman keris yangmelakukan proses pembuatan keris denganmenghasilkan berbagai bentuk baru. Mereka berkaryadisamping sebagai ekspresi dari proses aktualisasidiri, mereka juga memiliki tujuan agar mendapatpenghargaan dari orang lain tentang karya yangdihasilkan. Oleh karena semenjak tahun 1990ansampai sekarang telah muncul berbagai kegiatanworkshop dan pameran serta lomba pembuatan keris,yang disponsori oleh instansi pemerintah maupunswasta, dengan berbagai visi dan misinya, semuanyaitu tidak lain adalah untuk memberi apresiasi terhadappara empu keris (wawancara dengan Sugeng Toekyo,Agustus 2012).

Keterangan di atas mengindikasikan bahwaproses kreatif dalam pembuatan keris kamardikan,salah satunya memiliki motivasi supaya mendapatpenghargaan atau pengakuan dari orang lain.

Page 10: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

132 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

2. Faktor Eksternal (Lingkungan)a) Faktor teknologi

Seni dan teknologi itu saling berhubungan dansaling membutuhkan. Paling tidak, dipandang dari sisimanusia pemakainya. Dalam perkembangannya, senisering memperoleh masukan dari apa yangdiketemukan dalam ilmu pengetahuan dan teknologiatau sebaliknya (Soedarso, 2006: 132). Teknologimemiliki peran yang vital dalam proses perubahanbudaya. Teknologi amat cepat tumbuh berkembangmenjadi adikuasa untuk mencengkeramlingkungannya, artinya bahwa teknologi dapatmenciptakan apapun (Sachari, 1987: 47). Kemajuanteknologi membuat jarak dunia semakin kecil dankebudayaan yang semula tumbuh dan berkembangdi lingkungannya sendiri telah terjadi percampuran dansaling silang budaya. Demikian juga kehidupankesenian tidak luput dari pengaruh kebudayaanmodern, dan tidak jarang bentuk-bentuk keseniandiciptakan untuk keperluan pasar, artinya keseniandisajikan untuk pemenuhan kebutuhan praktis yanglebih mementingkan hiburan dangkal atau instan(Soetarno (2004) dalam Basuki, 2002: 77).

Uraian tersebut mengindikasikan bahwateknologi sangat dibutuhkan demi kemajuanperadaban manusia, termasuk di dalamnya adalahaktivitas perkerisan. Perkembangan teknologi sangatmempengaruhi mulai dari proses tempa hinggapembentukan dan finishing keris. Keterangan tersebutmemberi indikasi bahwa teknologi memiliki peranyang signifikan terhadap proses kreatif.

b) Faktor sosial-budayaPerubahan sosial akan mempengaruhi pola-

pola budaya (Koentjaraningrat, 1974: 229-232). Daripendapat tersebut, tentu berlaku juga dalam aktivitasberkesenian termasuk di dalamnya adalah keriskamardikan. Uraian tersebut mengindikasikan bahwaeksistensi kebudayaan sangat tergantung darilingkungan sosial masyarakatnya. Artinya, bahwakondisi lingkungan sekitar memiliki pengaruh yangsignifikan demi kelangsungan suatu kebudayaan.Sebuah karya seni selalu dapat dikenali kembalikarya seni lain yang mempengaruhinya, baik nilai senimaupun nilai nonseninya. Inilah sebabnya dalamsuatu zaman atau suatu masa atau generasi dikenalmunculnya berbagai karya seni dari berbagai seniman,yang menunjukkan ciri-ciri yang hampir sama(Sumardjo, 2000: 233-234).

Sebagian besar daerah di pulau Jawa dansekitarnya memiliki nilai historis yang kuat terhadapkeberadaan keris, mulai zaman kerajaan hingga

sekarang. Pulau Jawa merupakan tempat asal-mulanya keris, dan kehidupan masyarakatnya telahmengalami perubahan sesuai perkembangan zaman.Perubahan sosial masyarakat tersebut tentunya jugaikut mempengaruhi terhadap keberadaan perkerisandi Indonesia, termasuk di dalamnya pada prosespenciptaan keris.

Penciptaan keris kamardikan sangattermotivasi oleh faktor lingkungan, serta sosialmasyarakat pada zamannya. Hal tersebut dapat dilihatdari berbagai corak bentuk yang dihasilkan. Karya-karya keris kamardikan dicipta tidak terlepas darikreativitas serta memiliki berbagai fungsi dan tujuansosial. Sejalan keterangan tersebut Soedarsomengatakan bahwa terciptanya sebuah karya seni,salah satunya karena termotivasi untuk memenuhikebutuhan praktisnya (Soedarso, 2006: 119).

Terciptanya keris kamardikan terutama yangmemiliki kri teria dhapur kontemporer adalahmerupakan wujud dari berbagai fungsi yang saratdengan pesan untuk disampaikan terhadap kondisimasyarakat sekarang. Sebagai contoh, terciptanyadhapur Carito Walik 7 (karya Ferry, Sukamdi danSubandi). Karya tersebut dilatar belakangi olehkondisi sosial yang aktual pada saat sekarang. Pesanyang ingin disampaikan bahwa telah terjadi carutmarut di segala bidang kehidupan. Banyaknyafenomena pemutar balikan fakta antara yang baikdengan yang buruk, yang benar dengan yang salah,yang pandai dengan yang bodoh dan lain sebagainya(wawancara dengan Subandi, Desember 2011).

K. Tanggapan Masyarakat terhadap KerisKamardikan

1. Keris dan MasyarakatKeris saat ini telah mulai diapresiasi,

difungsikan, diaktualisasi dan didefinisikan kembalidalam bingkai modernitas. Hal tersebut dilakukandalam menetapi perubahan dan perkembangan zamanyang kompleks. Perkembangan keris dewasa ini telahmengalami perubahan yang signifikan. Bahkan olehpemerintah, keberadaan keris telah diangkat danditindak lanjuti dengan label industri budaya kerisIndonesia. Artinya, keberadaan keris hingga saat inimasih memiliki peran terhadap kehidupan masyarakatIndonesia, bahkan telah disinggung di depan bahwakeris Indonesia telah diakui dunia melalui The UnitedNation of Educational, Scientific and CulturalOrganization (UNESCO) sebagai karya agung budayadunia pada tanggal 25 November 2005, yang kemudianterinskripsi dalam Representative List of Humanity

Page 11: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

133Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

UNESCO pada tahun 2008. Penilaian tersebutdidasarkan pada aspek nonbendawi, yang melingkupi:aspek sejarah, tradisi, seni, falsafah, simbolisme danmistik.

Keberadaan keris bagi masyarakat Indonesia(khususnya Jawa), selain berakar dalam tradisibudaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris jugamasih berperan sebagai jati diri bangsa, sumberinspirasi budaya, dan masih berperan sosial dimasyarakat. Hal tersebut merupakan kandungan nilai-nilai luhur yang tak kasat mata (intangible)/ nilainonbendawi keris (Warto, 2009: 2). Dengan demikian,keris menempati tempat yang begitu prestisius.Namun demikian, seiring perkembangan zaman, keristelah mengalami perubahan fungsi, yang semulaberfungsi utamanya sebagai senjata tajam, kini telahberfungsi sebagai makna simbolik dan warisan nenekmoyang, kepercayaan masyarakat terhadapkeberadaan keris masih mampu bertahan dalammasyarakat (Arifin, 2006: 355). Keterangan tersebutmengindikasikan bahwa keberadaan keris (termasukkeris kamardikan) dalam kehidupan sosialmasyarakat masih memiliki peran penting, walaupuntelah mengalami pergeseran fungsi.

2. Industri KreatifSejauh ini pengembangan industri keris telah

diupayakan melalui pengembangan ekonomi (industri)kreatif8. Dalam perkembangan pasar, terciptalahbanyak ide dan kreasi baru dalam bentuk desainmaupun produk yang dihasilkan. Namun demikian,daya kreasi dalam mencipta keris masih berakar danmenggali nilai tradisi budaya yang ada. Sehinggapengembangan ekonomi kreatif keris pada saat inidiharapkan tidak hanya berbasis pada produk yangdihasilkan, namun tetap menggunakan roh dansemangat kebudayaan dalam pengembangan danpemanfaatannya. (Curiga Ndadari, dalam Junus dkk,2012 ; 87).

Kreativitas, inovasi dan invensi dalam duniaperkerisan penting dilakukan agar keris kontekstualdengan kebutuhan zaman. Perubahan yang dilakukanpada hakekatnya tidak akan berpengaruh terhadapjati diri itu sendiri, karena keris telah memiliki landasan(pakem) yang kokoh. Dalam dunia perkerisan, dikenalkonsep nunggak semi, yang berarti mengaktualkankembali kebudayaan ke dalam struktur dan tatananyang baru dengan tetap berpegang teguh pada tradisi.Konsep tersebut sama dengan konsep “hamot,homong, hamemangkat”9 yang menyebabkan kerismemiliki daya tahan dan berkembang sepanjangzaman. Hal itu tentunya tidak mudah, mengingat

diperlukan proses yang panjang dalam mengolahnya,namun sejarah telah membuktikan bahwa seni rupakeris mampu melakukan hal tersebut hinggasekarang. Lihat saja berbagai karya keriskamardikan, terutama yang memiliki kriteria kreasibaru. Tercipta dhapur Gelombang Cinta, dhapurYodoyono, dhapur Carita Walik, dhapur Gajah Madadan lain sebagainya. Apabila diperhatikan secaradetail, karya-karya tersebut secara simbolik mampumemberi kesan yang sangat dalam terhadap peristiwayang aktual saat keris tersebut diciptakan. Demikianjuga mengenai kualitas karya-karya tersebut,ditampilkan dengan perfect, memberi kesan indah,walaupun menampilkan beberapa elemen baru, tetapimasih kental dengan nilai-nilai tradisi (pakem)perkerisan.

L. Indikator Tanggapan Masyarakat terhadapKeris Karmardikan

1. Berdirinya organisasi pecinta kerisPerkembangan keris di Indonesia sejak tahun

1990an mulai bangkit. Hal tersebut ditandai denganmunculnya beberapa organisasi pencinta keris didaerah-daerah, antara lain:a. Bawarasa Pametri Wiji di Yogyakarta, berdiri

tahun 1985,b. Pasopati dan Bawarasa Tosan Aji di Surakarta,

berdiri sekitar tahun 1990,c. Panji Nusantara di Jakarta, dipimpin oleh Toni

Junus,d. Mertikarta, di Yogyakarta,e. Panji Nglawisan-Satrio Tomo di Magelang,f. Aji Saka di Malang, dan lain sebagainya.g. Kemudian pada tahun 2006 berdirilah organisasi

pecinta keris yang merupakan organiasai pusatpecinta keris sebagai induk dari organisasipecinta keris dari berbagai daerah yang berpusatdi Jakarta dan dipimpin oleh Basuki Wiwoho dansekarang dipimpin oleh Erman Suparno (Junus,2008: 12 ).

2. Program Kegiatan PerkerisanIndikator yang lain adalah maraknya event-

event skala daerah maupun nasional, baik yangdimotori instansi pemerintah maupun swasta.Kegiatan ini telah ikut melestarikan sekaligus memberipendidikan bagi masyarakat umum. Jenis programkegiatan itu berupa; Seminar tentang keris, pamerandan workshop keris, bazar dan lomba keris, kirabbudaya dan lain sebagainya. Semenjak tahun 2000-an hampir setiap tahun minimal sekali di kota-kota

Page 12: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

134 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

besar diadakan kegiatan yang terkait dengan keris.Masyarakat seolah-olah berpacu dalam aktivitasbudaya (keris). Berbagai kegiatan tersebut antara lainsebagai berikut :a. Lomba dan pameran keris dengan tema Keris

Kamardikan Award 2008 di Jakarta.b. Pameran dan workshop keris setiap dua tahun

sekali di berbagai kota besar yangdiselenggarakan oleh tujuh perguruan tinggi senise-Indonesia.

c. Lomba dan pameran keris di Galeri Nasional diJakarta dengan tema Keris For The World tahun2010.

d. Pameran dan workshop di Bumi ParahianganBandung, dengan tema ekstr-art vagansa tahun2009.

e. Lomba dan pameran keris di Yogyakarta padatahun 2010, dalam rangka ulang tahun organisasipecinta keris Mertikarta.

f. Pameran dan workshop keris di Surakarta dalamrangka kongres Sekretariat Nasional KerisIndonesia (SNKI) ke II tahun 2011.

3. Munculnya Lembaga-Lembaga Baru di BidangSeni

Sejak tahun 1980an telah berdiri semacampertokoan yang merupakan sentra perajin danpedagang keris di alun-alun utara keraton Surakarta.Orang akan dengan mudah mencari pengetahuantentang keris, karena di kios tersebut tersediaberbagai ragam tosan aji mulai dari kualitas baikhingga kodian (Arifin, 2006: 360).

Bangkitnya perkerisan di Indonesia sejaktahun 1990an, disambut antusias oleh masyarakat.Hal tersebut berdampak pada peningkatan jumlahshow room/ galeri-galeri kecil maupun art shop (kiospertokoan) yang menjajakan keris, sekaligus dapatmenjembatani alur informasi perihal keris kepadalingkup masyarakat yang lebih luas. Ketika seseorangingin memiliki keris, setidaknya ada tempat yangterjangkau untuk berkomunikasi/mendapat petunjuktentang berbagai jenis keris.

Seiring dengan laju perkembangan berdirinyatempat-tempat yang menjual keris, ada hal pentingtentang berkembangnya museum-museum yang turutmenyimpan dan memamerkan keris-keris berkualitastinggi, baik yang dibangun pemerintah maupunmuseum yang dibangun oleh perseorangan, seperti:a. Neka Art Museum, yang mengkoleksi beragam

keris maupun senjata tradisional nusantara, milikSuteja Neka

b. Museum Nasional di Jakartac. Museum Brodjo Buwono di Karanganyar, milik

Basuki T Yuwono,d. Museum Keris di Surakarta (masih dalam proses

pembangunan).

Munculnya lembaga-lembaga tersebut sangatbermanfaat bagi masyarakat pecinta keris. dan telahmemberi semangat baru dengan berdirinya lembagaformal di bidang seni. Lembaga pendidikan formal yangmengemban misi pembelajaran ilmu seni tempapamor nusantara diluncurkan pemerintah pada tahun2012, melalui mandat pendirian Program Studi Diploma4 Keris dan Senjata Tradisional kepada Institut SeniIndonesia (ISI) Surakarta. Hal ini memberi peluangyang lebih luas kepada masyarakat Indonesia untukmendapatkan informasi yang ilmiah, akurat danterpercaya tentang seluk beluk ilmu keris maupunsenjata tradisional nusantara melalui lembagapendidikan formal.

M. Kesimpulan

Keris kamardikan merupakan istilah berbagaikarya keris yang dibuat pada zaman setelah Indonesiamerdeka (1945). Dengan demikian, secara langsungmemberi sebutan kepada seniman/empu keris zamansekarang sebagai empu kamardikan.

Proses pembuatan keris kamardikan,meskipun sebagian empu telah meninggalkan tradisilama yakni persyaratan khusus yang terdiri dari:sajen, do’a-do’a mantera dan puasa, namun padadasarnya teknik dalam proses pembuatan keris masihsama dengan teknik yang dilakukan oleh parapendahulunya. Hanya saja, dalam proses kekaryaanempu kamardikan telah memanfaatkanperkembangan teknologi, sehingga dalam eksplorasibahan dan alat, kinerja empu kamardikan dapat lebihefesien, efektif dan praktis.

Bilah keris kamardikan memiliki bentuk dasaryang beragam, secara spesifik dapat dibedakanmenjadi tiga kelompok yakni:1. Kelompok bentuk bilah keris lurus/bener (leres ),2. Kelompok bentuk bilah keris luk ( ber-luk ) yaitu

kelompok bilah keris yang bentuk dasarnyaberlekuk-lekuk, dan

3. Kelompok bentuk bilah keris dengan kreasi baruyang menekankan pada kreativitas, misalnya:keris yang bentuknya terinspirasi oleh bentukwayang, daun dan lain sebagainya.

Page 13: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

135Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

Dhapur keris kamardikan memiliki beragambentuk, yang dapat dikelompokan menjadi duakategori, yakni:1. Kelompok keris tangguh (klasik/konvensional)

merupakan karya yang lahir dari kemahiranseorang empu kamardikan dalam menduplikasi/meniru (mutrani) keris-keris tua (keris klasik) darizaman ke zaman,

2. Kelompok keris ini merupakan dhapur yangmemiliki bentuk baru hasil dari kreasi para empu/seniman keris zaman sekarang (kreasi baru/kontemporer).

Karya-karya keris kamardikan terciptakarena unsur kreativitas seorang seniman keris, yangterdorong oleh faktor internal (personal) dan eksternal(lingkungan) yang dekat dengan tempat merekabermasyarakat. Proses kreatif akan mudah munculketika segala sesuatu kebutuhan primer dari senimantelah terpenuhi, sebagaimana teori dari Maslow:apabila kebutuhan utama (primer) telah terpenuhimaka akan mendorong untuk melakukan kreativitas.

Munculnya beragam bentuk keris baru tidakterlepas dari unsur kreativitas yang dilakukan olehempu kamardikan, karena pengaruh faktor personaldan lingkungan. Sehingga memberi warna lainterhadap keberadaan budaya keris di Indonesia, yangsedang mengalami kebangkitan di tengah-tengahmasyarakat modern. Tanda diterimanya karya-karyakeris kamardikan ditengarai dengan munculnyaberbagai organisasi pecinta keris, berbagai eventkegiatan terkait keris (pameran, seminar, workshop,lomba dan lain-lain), serta munculnya berbagailembaga di bidang seni perkerisan.

Catatan Akhir:

1 Keris kamardikan adalah sebuah istilah.Kamardikan berasal dari kata mahardika yang artinyamerdeka (Kamus Bahasa indonesia Kontemporer).Jika keris umumnya selalu lekat dengan atribut zamanpembuatan yang sering disebut tangguh, dan terkaitpula dengan gaya keris yang memiliki kekhasannyadari setiap kerajaan. Dalam hal ini kamardikan untukmenyebut keris yang dibuat pada zaman setelahIndonesia merdeka. Istilah tersebut dapat dilihat dalamToni Junus, Keris kamardikan Award ’08 (Jakarta:Bentara Budaya, 2008, hal.3).

2 .Empu kamardikan adalah merupakan istilahuntuk menyebut atau menamai kepada berbagaiperajin atau seniman keris yang muncul setelah erakemerdekaan, tentu kapasitasnya hanya sebatas

pembuat keris amat berbeda keberadaannya jikadibanding dengan empu keris pada zamansebelumnya. Empu keris pada zaman dahulumerupakan orang yang memiliki keahlian dalampembuatan keris, serta memiliki kepandaian di bidanglain (supranatural), dan dianggap sebagai orang yangmemiliki kemampuan linuwih di segala bidang.Sedangkan empu kamardikan merupakan orang yangahli di bidang pembuatan/praktisi keris. (wawancaradengan Timbul Haryono, September 2011)

3. Pakem dalam dunia perkerisan adalahpegangan atau panutan atau rujukan, segala sesuatuyang menyangkut soal eksoteri sebilah keris, yangmerupakan kaidah yang dianut oleh semua empu,semua pecinta dan kolektor keris. Pakem keris dapatberupa buku, catatan pribadi baik dalam bentuk tulisanmaupun gambar (Harsrinuksmo, 2009: 118). Sedangputran adalah istilah dhapur keris dengan menirubentuk yang sudah menjadi pakem (standar) (HaryonoHaryoguritno, 2006: 151).

4. Ricikan adalah bagian-bagian pada keris ,tombak atau pedang dan senjata tradisional lainnya,yang masing-masing mempunyai nama. Ricikan kerisikut menentukan nama dari dhapur sebilah keris(Harsrinuksmo. 2009: 138).

5. Menurut Dharsono, kenapa keris jumlahluknya selalu “ganjil” karena memiliki makna simbolikbahwa segala sesuatu ciptaan manusia senantiasaganjil dimana sebagai penyempurnanya ataugenapnya ya manusianya itu sendiri (pemiliknya) danyang sempurna hanyalah Tuhan Yang Maha Esa(wawancara. 2011).

6. Istilah tangguh dalam perkerisan menurutDharsono adalah merupakan suatu istilah yangdiperuntukkan untuk menamai dari sebuah era dimanakeris tersebut dibuat dan dari hasil karya tersebuttidak disebut siapa pembuatnya (no name), tetapiketika keris tersebut diketahui pembuatnya (by name)berarti keris tersebut keris kamardikan Dharsono, 64tahun, wawancara Agustus 2011 )

7. Keris berjulukan Kanjeng Kiai Carito Walikadalah keris yang sengaja diciptakan sebagaisumbangan moral-spiritual mewakili komunitasperkerisan, untuk mengakhiri “Jaman Edan” danmenghantarkan “Jaman Sareh”. Zaman dimanadengan kesadaran berbangsa ikut prihatin danmengendapkan segala perenungannya untuk memberiwarna religius, berupa penghargaan berkebijaksanaankepada para pemimpin negara. Mereka yang curangdan korupsi akan terlibas “mlebu pakunjaran” (masukpenjara) (Keris For The World, 2008 : 31)

8. Ekonomi kreatif adalah pengembangan

Page 14: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

136 Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Jurnal Kriya Seni

kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas,ketrampilan dan bakat individu untuk menciptakandaya kreasi dan daya cipta individu yang bernilaiekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraanmasyarakat. Keris merupakan salah satu bentukpengembangan industri buday yang sedang tumbuhmenjadi ekonomi (industri) kreatif (Rencanapengembangan ekonomi kreatif Indonesia 2009-2015,kementrian perdagangan, 2008) (Curiga Ndadari,dalam Junus, 2012 : 89).

9. Hamot adalah keterbukaan untuk menerimapengaruh dari dalam dan luar, hamong adalahkemampuan untuk menyaring unsur-unsur barusesuai dengan nilai keris yang ada, selanjutnyadijadikan sebagai nilai-nilai yang cocok dengan kerissebagai bekal untuk bergerak maju sesuaiperkembangan masyarakat, hamemangkat adalahmengangkat sesuatu nilai menjadi nilai yang baru(Hasrinuksmo, 1997 : 23).

KEPUSTAKAAN

Agus Sachari. 1987. Seni, Desain, Teknologi: Konflikdan Harmoni, Bandung: Nova.

Anoname. TTH. Pandameling Duwung. MuseumRadya Pustaka.

Bambang Hasrinuksmo. 1995. Pamor Keris,Jakarta : C.V. Agung Lestari.

___________, 1997. Ensiklopedi Wayang Indonesia,Jakarta : Sena Wangi.

___________, 2009. Ensiklopedi Budaya Keris danSenjata Tradisional Indonesia Lainnya,Jakarta: Cipta Adi Pustaka.

Basu Suwastha. 1986. Azas-azas Marketing.Yogyakarta: Liberty.

Basuki Teguh Y. 2011. Keris Naga, Latar BelakangPenciptaan, Fungsi, Sejarah, Teknologi,Estetika, Karakterist ik dan MaknaSimbolik. Jakarta: Badan PengembanganSumber Daya Kementerian Pariwisata danEkonomi Kreatif.

Bayu Wibisana. 2010. Keris Pusaka Jawa. Klaten:Intan Pariwara.

Dharsono. 2007. Estetika. Bandung: RekayasaSains.

Djoko Dwiyanto. 2008. Ensiklopedi Serat Centini.Jakarta: Panji Pustaka.

Durignand, Jean. 2009. Sosiologi Seni, Terj. YupiSundari, dkk. Bandung: Sunan Ambu STSIPress.

Groneman, Isaac. 1910. Wat er van de PamorSmeetkunst worden zal. De Locomotief.

Hamzuri, 1993. Keris, Jakarta : Djambatan.

Haryono Haryoguritno. 2006. Keris Jawa, AntaraMistik dan Nalar. Jakarta: PT IndonesiaKebanggaanku.

Jakob Sumardjo. 2000. Filsat Seni. Bandung:Penerbit ITB.

Kuntjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet danPembangunan. Jakarta: Gramedia.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah, Jogjakarta:Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu BudayaUGM.

Maslow AH, Abraham. 1943. Theory of HumanMotivation, New York: New York University.

M.T. Arifin. 2006. Keris Jawa, Bilah, Latar-SejarahHingga Pasar. Jakarta: Hajied Pustaka.

Utami Munandar. 2002. Kreativitas & Keterbakatan,Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif &Bakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Soedarso Sp. 2006. Trilogi Seni: Penciptaan,Eksistensi dan Kegunaan Seni. Yogyakarta:B.P. ISI Yogyakarta.

Toni Junus, dkk, 2012. “Kebangkitan KembaliKejayaan Keris Indonesia”, MuseumNasional,

Katalog

Katalog 2008. Keris Kamardikan Award 08. Jakarta:Bentara Budaya.

Page 15: KERIS KAMARDIKAN - jurnal.isi-ska.ac.id

137Vol. 11 No. 2, Juli 2014

Kuntadi Wasi Darmojo: Keris Kamardikan

Katalog 2010. Keris for The World. Jakarta: GaleriNasional Indonesia.

Artikel

Andriwidiyanto, 2008. “Menengok Kerajinan Keris,Mengharapkan Embrio Sebuah IndustriKerajinan”.

Curiga Ndadari, 2012. “Pengembangan IndustriBudaya Keris Indonesia, dalamKebangkitan Kembali Kejayaan KerisIndonesia”, dalam Festival Keris AnugerahKamardikan-Anugerah Hadiwidjaya-Peluncuran Buku-Seminar-Kerismart,Musium Nasional, Jakarta.

Warto, 2009. “Makna Desain Keris dalam BudayaJawa”, diakses melalui:www.kerisindonesia.net.

Wawancara

Joko Suryono (60), pemerhati keris, tinggal diSurakarta

Sony Kartika Dharsono (64), budayawan, tinggal diSurakarta

Subandi (58), empu, tinggal di Surakarta

Sugeng Toekyo (70), budayawan, tinggal di Surakarta

Timbul Haryono (65), budayawan, tinggal diYogyakarta

Toni Junus (60), pemerhati keris, tinggal di Jakarta