27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistematik, tergantung pada karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk kedalam stratum korneum dan epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial yang disebabkan oleh dematofit yang disebut dermatofitosis, dimana dermatimicosis mengacu pada infeksi jamur. Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali menyerang manusia, biasanya memalui kontak langsung dengan tanah. Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur dermatofit. Tinea kapitis biasanya terjadi pada anak-anak, meskipun ada juga kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans. Page 1

Kerion Celsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kerion Celsi

Citation preview

Page 1: Kerion Celsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistematik, tergantung pada

karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait

secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul

keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka

untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk kedalam stratum korneum dan

epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial yang

disebabkan oleh dematofit yang disebut dermatofitosis, dimana dermatimicosis

mengacu pada infeksi jamur.

Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat

dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali

menyerang manusia, biasanya memalui kontak langsung dengan tanah.

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur

dermatofit. Tinea kapitis biasanya terjadi pada anak-anak, meskipun ada juga

kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans.

Page 1

Page 2: Kerion Celsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Tinea capitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial

pada kulit kepala, bulu mata dengan kecendrungan menyerang tangkai rambut dan

folikel-folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mekosis superfisialis atau

dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the sclap

dan tinea tonsurnas.

2.2 Epidemiologi

Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak-anak berumur antara

4 dan 14 tahun. Insiden tinea capitis dapat bervariasi menurut jenis kelamin,

tergantung pada organisme jamur penyebab. Microsporum audouinii terkait tinea

capitis telah dilaporkan sampai 5 kali lebih sering terjadi pada anak lak-laki dari

pada anak perempuan. Setelah pubertas, perempuan memiliki eksposur yang lebih

besar kepada anak-anak yang terinfeksi dan mungkin karena faktor hormonal.

Kasus-kasus diperkotaan biasanya didapatkan dari teman-teman atau anggota

keluarga. Kepadatan penduduk,hygien yang buruk dan malnutrisi protein

memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus-kasus yang disebabkan

oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anakanjing dan anak

kucing.

Di Asia Tenggara, angka infeksi dilaporkan menurun cepat dari 14% ( rata-

rata dari anak perempuan dan laki-laki ) sampai1,2% pada 50 tahun terakhir

karena keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di Selatan

Eropa penyakit jarang. Di dunia Amerika Utara, Sentral Amerika dan Amerika

Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.

2.3 Etiologi

Tinea capitis disebabkan oleh spesis dermatofita dari genus Trichophyton

dan Microsporum, misalnya T. Violaceum, T. Gourvilii, T. Mentagrophytes, T.

Tonsurans, M. Audoinii, M. Canis, M. Ferrugineum

Page 2

Page 3: Kerion Celsi

Tabel 2.1 karakteristik dermatofita yang menyebabkan tinea capitis

Organisme Ukuran

artrospora

Jenis artrospora Wood’s

Fluoresensi

M. audouiniin Kecil (2-3 um) Endorst€ik +

M.canis Kecil (2-3 um) Endorstik +

T.mentogrophytes Kecil (3-5 um) Endorstik -

T.soudanense Besar (4-8 um) Endorstik -

T.tonsurans Besar (4-8 um) Endorstik -

T.verrucosum Besar (5-10 um) Endorstik -

T.violaceum Besar (8-4 um) Endorstik -

2.4 Insiden

Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika Utara dan Eropa,.

Di Negara seperti Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat

infeksi telah mencapai lebih dari 25%. Pathogen yang dominan berariasi sesuai

Tricophiton tonsurans ditemukan pada 90% kasus. Jamur zoofilik seperti

Microsporum canis ditemukan di Eropa, terutama di Editerania dan Eropa

Tengah.

2.5 Gambaran Klinis

1. Grey patch ringworm/ bentuk non inflamasi

Merupakan tinea capitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum

dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merakh yang

kecil disekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi

pusat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi

abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mulai patah dan terlepas dari akarnya,

Page 3

Page 4: Kerion Celsi

sehingga mudah dicabut dengan pingset tanpa rasa nyeri. Semua rambut didaerah

tersebut terangsang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.

Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch.

2. Kerion/ bentuk inflamasi

Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea capitis, berupa

pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang

padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum

gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat. Agamk kurang bila

penyebabnya Tricophyton tonsurnas, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah

Tricophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan

berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang

dapat terbentuk.

3. Black Dot Ringworm

Terutama disebabkan oleh tricophyton tonsurans dan Tricophyton

violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan

yang disebabkan oleh genus Microsperum. Rambut yang tebrkena infeksi patah

tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh

spora. Ujung rambut yang hitam didalam folikel rambut ini memberi gambaran

khas, yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang

masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk

mendapat bahan biakan jamur

Disamping ketiga jenis diatas, ada juga kelainan tinea capitis yang lain,

yaitu Tinea Favosa. Sifat dari tinea favosa ini berat dan kronis, terutama

disebabkan oleh T.scohenleini, T.violaceum, dan M.gypseum. gejala klinis dari

Tinea Favosa ialah adanya skuluta berwarna kekuningan, yaitu krusta yang

bernbentuk mangkuk, dan bau seperti tikus pada pengangkatan krusta, serta

terlihat dasar yang cekung, merah, dan basah. Biasanya lesi menjadi sikartriks

alopesia permanen.

Page 4

Page 5: Kerion Celsi

Kerion Kelsi

Kerion kelsi merupakan reaksi peradang akut yang berat dari tinea kapitis,

berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang

padat disekitarnya dan disertai pembesaran kelenjar gertah bening regional.

Etiologi

Penyebab kerion kelsi adalah jamur dari spesies Trichophyton dan

microsporum. Yang lebih sering menyebabkan kerion kelsi adalah microsporum

canis dan microsporum gypseum, sedangkan trichophyton violaceum paling

sedikit menyebabkan kerion kelsi. Kerion kelsi dapat menyebabkan jaringfan

parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol

kadang-kadang dapat terbentuk.

Trichophyton dan microsporum meruoakan jamur golongan dermatofita

yang dapat menyebabkan mikosis kutan. Jamur penyebab mikosis kutan hanya

menginvasi jaringan superfisialis yang mempunyai keratrin (kulit, rambut dan

kuku) dan tidak menginvasi jaringan yang lebih dalam.

Epidemiologi

Variasi epidemiologi tinea kapitis dipengaruhi oleh standart kebersihan,

iklim, tingkat pendidikan, dan kebiasaan seseorang. Kerion kelsi dapat ditularkan

secaara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung terjadi melalui kontak

langsung dengan penderita atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh

jamur seperti sisir, bantal dan sofa.

Prevalensi tinea kapitis tertinggi terjadi di afrika, asia, dan eropa tenggara.

Di amerika serikat dan eropa barat insidennya rendah. Di medan pasien tinea

kapitis didapatkan sekitar 0,4 % (tahun 1996 - 1998) dari kasus dermatofitosis dan

biasanya musiman. Di FKUI/RSCM tinea kapitis (tahun 1989-1992) hanya 0,61-

0,87 % dari kasus jamur kulit. Di manado (tahun 1990-1991) insiden tinea kapitis

mencapai 1,2-6,0% adari kasus dermatofitosis, sedangkan disemarang 0,2 %.

Page 5

Page 6: Kerion Celsi

Penelitian tentang tinea kapitis pada dewasa di india didapatkan bahwa hanya

4,9% kasus tinea kapitis pada dewasa.

Cara Penularan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur pada kulit kepala

anatara lain :

a. Faktor firulensi jamur

Firulensi ini tergantung pada afinitas jamur, apakah jamur antropofilik,

zoofilik, atau geufilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur

tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap

manusia maupun bagian-bagian tubuh, misalnya trichophyton rubrum

jarang menyerang rambut. Faktor terpenting dalam virulensi ini ialah

kemampuan spesies jamur menghasilkkan keratinase dan mencerna

kreatin dikulit

b. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.

c. Faktor suhu dan kelembapan

Faktor suhu dan kelembapan ini sangat jelas berpengaruh terhadap

infeksi jamur, tampak pada lokalisasi dan tempat yang banyak

berkeringat

d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan.

Faktor ini memegang peran penting pada infeksi jamur. Insiden

penyakit jamur pada golongan sosial yang rendah lebih sering

ditemukan daripada golongasn sosial dan ekonomi yang lebih baik.

e. Faktor umur dan jenis kelamin

Penyakit tinea kapitis lebihn sering ditemukan pada anak-anak

dibandingkan pada dewasa.

Selain faktor-faktor diatas terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi

seperti dibawah ini :

- Faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya)

Page 6

Page 7: Kerion Celsi

- Faktor transpirasi yaitu proses pengeluaran keringat, udara

dipermukaan kulit.

Kerion kelsi sering terdapat pada anak-anak terutama usia sekolah

yaitu antara 4-14 tahun dan jarang pada orang dewasa. Cara

penularannya adalah:10

a. Dari kucing, anjing, lembu dan hewan lainnya ke orang.

b. Dari orang ke orang.

c. Dari sisir, topi dan benda lainnya ke orang.

d. Dari tanah ke orang, contohnya pada petani.

Patogenesis

Penyebab dari tinea kapitis dan kerion kelsi adalah jamur keratinofilik.

Menurut elewski (1996) jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup pada

keratin yang terbentuk lengkap pada bagian rambut yang sudah mati. Jamur

menyebabkan keratolisis karena adanya enzim keratinase, walaupun banyak juga

jamur penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis

(epidermophyton floccosum dan trichophyton consetrikum). Penjelasan mengenai

keratolisis masih belum diketahui, sehingga pembuktian keratolisis hanya

berdasarkan pengurangan keratin secara tidak langsung. Rockman (1990)

mengemukakan bahwa insiden tinea kapitis padda anak dan prepubertas terjadi

karena menurunnya asam lemak dalam sebum. Infeksi dimulai dengan invasi

dermatofita melalui perifolikuler stratum korneum, hifa tumbuh kedalam folikel

dan berkembang dengan membentuk rangkaian spora dan berhenti tiba-tiba pada

pertemuan antar selyang berinti dan yang mempunyai keratin yang tebal. Pada

ujung hifa ditemui Adamson’s fringe bagian luar intrapilari hifa membelah

membentuk rantai spora ektorik. Selama pertumbuhan rambut jamur ikut tumbuh

kearah batang rambut yang menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia.

Hifa tidak ditemukan pada rambut yang terdapat diatas kulit.

Jamur ini biasanya menyerang lapisan kulit dan kadang-kadang mampu

menginvasi bagian luar dari kulit, stratum korneum atau bagian tubuh lain yang

mempunya keratin seperti rambut dan kuku. Dari inokulasi tampak hifa tersebar

Page 7

Page 8: Kerion Celsi

sentrifugal di stratum korneum. Jamur kemudian menginvasi keratin yang ada

dirambut. Daerah yang terlibat semakin luas mengikuti pertumbuhan rambut dan

tampak dipermukaan kulit pada hari ke-12 – 14. Infeksi menyebabkan rambut

rapuh dan pada minggu ke-3 rambut yang rusak telah jelas terlihat.

Infeksi langsung selam 8-10 minggu dan menyebar kedalam stratum

korneum dan pada rambut sekitarnya. Diameter area infeksi ± 3,5-7 cm. Infeksi

dapat sembuh secara alami pada saat pubertas. Akan tetapi mekanismenya belum

diketahui secara pasti. Diduga jumlah kadar asam lemak tersaturasi yang bersifat

fungistik meningkat pada masa pubertas, dan hal ini yang menyebabkan tinea

kapitis jarang pada orang dewasa.

Gambaran Klinis

Yang mendasari terjadinya terjadinya kerion celsi adalah infeksi jamur pada

kulit kepala dan rambut.

Tinea Kapitis (Scalp ring worm, Tinea tonsurans)

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan

melalui binatang peliharaan, seperti kucing, anjing dan sebagainya

Berdasarkan bentuknya, tinea kapitis dapat dibagi :

a. Gray patch ring worm

b. Black dot ring worm

c. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat dari tinea kapitis, berupa

pembengkakan kulit kepala, menonjol disertai pustul yang milier seperti

folikulitis, sehingga secara keseluruhan menyerupai sarang lebah dengan sebukan

sel radang yang padat sekitarnya, disertai pembesaran getah bening regional. Bila

penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan

kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton

tonsurans dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton violaceum.

Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan

parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-

kadang dapat terbentuk.

Page 8

Page 9: Kerion Celsi

Gambar. Kerion Kelsi

Diagnosis

Anamnesis

- Infeksi dimulai dengan adanya papul kecil yang eritematomatosa disekitar

kulit kepala, alis mata dan bulu mata.

- Setelah beberapa hari papul eritematosa berubah menjadi pucat dan

keabuabuan, kusam, tidak bercahaya dan rapuh. Rambut bisa menjadi patah

beberapa milimeter dari permukaan kulit kepala.

- Lesi menyebar berbentuk papul-papul sesuai dengan tipe tinea kapitis.

- Keluhan gatal biasanya dirasakan minimal, tapi bisa terus-menerus.

- Adanya kebotakan di daerah infeksi.

- Inflamasi dapat berlangsung sedang sampai berat. “Boggy red areas”

merupakan gambaran dari inflamasi yang berat, dimana dijumpai pustul dan

keadaan inilah yang dinamakan kerion atau kerion celsi.

Page 9

Page 10: Kerion Celsi

Gambar. Boggy red areas

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik kelainan terbatas pada kulit kepala, alis mata dan bulu

mata.

- Kerion celsi dapat berkembang sebagian atau secara difus.

- Lesi basah, purulen selain itu terjadi inflamasi dan nodul yang nyeri.

- Pada keadaan berat dapat terjadi alopesia dan pembesaran kelenjar

getah bening servikal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis adalah :

a. Lampu Wood

Pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood adakalanya dapat

digunakan untuk melihat jamur. Prosedurnya adalah dengan menyorotkan cahaya

di ruangan yang gelap. Fluoresensi positif pada tinea kapitis yang disebabkan

genus Microsporum yang menimbulkan warna kebiruan atau hijau kebiruan.

Page 10

Page 11: Kerion Celsi

Gambar. Pemeriksaan dengan lampu Wood.

b. Kultur

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan kultur.

Dengan kultur kita bisa mengetahui jamur atau organisme penyebab kerion.

Prosedur nya meliputi:

1. Mencabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi nanah pada area

kepala yang terkena.

2. Selain itu untuk mendapatkan nanah, gosokkan cotton steril pada lesi.

3. Kirim spesimen yang didapat ke laboratorium.

Hasil laboratorium ini didapatkan setelah 2-3 minggu. Pada umumnya

hasil laboratorium dapat mengidentifikasi jenis dari dermatofita penyebab tinea

kapitis dan kerion. Disamping itu perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk

melihat hasil kultur bakteri. Pembiakan dapat dilakukan pada :

1. Agar Dekstrosa Sabouraud (SDA)

SDA dapat dipakai untuk menumbuhkan jamur akan tetapi dapat juga

menumbuhkan kuman tertentu sehingga ditambahkan antibiotik pada

Page 11

Page 12: Kerion Celsi

medium ini. Antibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol dan

sikloheksimid.

2. Dermatophyte Test Medium (DTM)

DTM merupakan media khusus untuk menumbuhkan jamur dermatofit.

Sebagai anti kuman yaitu gentamisin dan klortetrasiklin sedangkan

sikloheksimid sebagai anti jamur kontaminan. Positif bila adanya

perubahan warna dari kuning menjadi merah karena pengaruh metabolit

dermatofit.

c. Pemeriksaan Mikroskop

Seringkali diagnosis kerion celsi dapat ditegakkan hanya dengan melihat

keadaan lesi pada pasien. Walaupun demikian sebaiknya untuk menegakkan

diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan dengan mengambil bahan kerokan dari

tempat lesi dan diletakkan di atas slide dan diteteskan KOH (potassium hidroksi)

kemudian dilihat dibawah mikroskop.

Dilakukan dengan mikroskop cahaya, mula-mula dilihat dengan

pembesaran 10x10 kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 10 x 45. Preparat

langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10% - 20%, dapat terlihat hifa

atau spora dan miselium. Fungsi KOH untuk melarutkan debris dan lemak, KOH

10% dapat melarutkan debris dan lemak dari kerokan kulit, rambut dan mukosa,

sedangkan KOH 20% merupakan pelarut yang kuat dan biasanya dipakai untuk

spesimen kuku. Pada sedian rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora)

atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di

dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang terlihat pula hifa pada sediaan rambut.

Gambar. Microsporum canis dilihat dengan menggunakan

KOH

Page 12

Page 13: Kerion Celsi

Penatalaksanaan

Penatalaksaan Umum

a. Anak dianjurkan tidak bermain dengan binatang peliharaan yang terinfeksi

jamur.

b. Jangan bermain-main di tanah.

c. Jangan meminjamkan topi atau sisir dari anak yang diduga menderita tinea

kapitis.

d. Menjaga kebersihan pribadi, misalnya mandi dua kali sehari dan sewaktu

mandi rambut kepala harus dibersihkan dan diberi shampo.

Penatalaksanaan Khusus

Pengobatan Sistemik

Kerion celsi dapat diobati dengan menggunakan anti jamur secara oral, hal

ini dikarenakan jamur tersebut tumbuh di dalam folikel rambut sehingga

pengobatan secara topikal baik krim atau losion tidak digunakan karena bahan-

bahan tersebut sulit untuk mencapai lokasi jamur pertumbuhan jamur tersebut.11

Kerion celsi biasanya memerlukan pengobatan selama 6-8 minggu dengan

menggunakan antijamur antara lain :

1. Griseofulvin

Masih merupakan obat pilihan karena keamanannya dan dapat ditoleransi

baik oleh anak. Bila digunakan bentuk ultramicronized diberikan dengan

dosis tunggal 10-15 mg/kgbb, sedangkan dengan micronized 15-25

mg/kgbb. Griseofulvin diberikan dengan makanan yang mengandung

lemak. Lama pengobatan bergantung keadaan klinis dan mikologik pasien,

minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan. Tidak diberikan pada pasien

dengan kehamilan, karena dilaporkan dapat menyebabkan kembar dempet.

Kontra indikasi relatif ialah pasien Sistemik Lupus Eritematosus (SLE),

porfiria, alergi penisilin dan pemakaian kontrasepsi oral.

2. Ketokonazol

Terutama efektif untuk tinea kapitis yang disebabkan oleh spesies

Trichophyton. Kurang efektif bila disebabkan oleh Microsporum canis.

Dosis yang diberikan ialah 3,3-6,6mg/kgbb selama 3-6 minggu, diminum

Page 13

Page 14: Kerion Celsi

bersama soda atau sari jeruk. Ketokonazol bersifat hepatotoksik, sehingga

bukan merupakan obat pilihan untuk tinea kapitis.

3. Itrakonazol

Sangat efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun

Trichophython, dengan dosis 100 mg/hari selama 5 minggu (3-5 mg/kgbb).

Tetapi tidak tersedia dalam bentuk sirup dan hanya tersedia dalam bentuk

tablet 100 mg yang tidak dapat dibagi, maka sulit ditentukan dosis yang

tepat.

Didapatkan sejumlah penelitian yang memberikan terapi dengan dosis

denyut (pulse theraphy), yaitu diberikan dosis 5 mg/kgbb/hari selama 1

minggu tiap denyut, denyut kedua 2 minggu kemudian dan ketiga 3

minggu kemudian. Untuk menentukan denyut kedua dan ketiga dilihat dari

respon pada saat akhir denyut (ringan dan beratnya penyakit). Lama

evaluasi adalah 12 minggu dan dengan pemeriksaan mikologik, didapatkan

hasil yang sangat baik.

Efek samping itrakonazol adalah perubahan fungsi hati yang tidak

menetap, hipokalemia (bila dosis tinggi), nause, nyeri abdominal, rash,

sakit kepala, pusing, mengantuk dan gatal. Itrakonazol tidak dapat

diberikan bersama terfenadin atau non sedatif antihistamin lainnya karena

dapat menyebabkan gangguan jantung.

4. Flukonazol

Efektif untuk tinea kapitis dan tersedia dalam bentuk sirup yang cocok

untuk anak-anak. Pemberian tidak tergantung makanan, tidak ada efek

gastrointestinal, keamanan tinggi dan ditoleransi dengan baik.

5. Terbinafin

Diberikan dengan dosis 62,5-250 mg/hari selama 6 minggu, umumnya

cukup dengan dosis 3-6 mg/kgbb/hari selama 4 minggu. Obat ini

berbentuk tablet 250 mg agar mudah dibagi. Terap denyut dapat juga

diberikan dengan dosis >40 kg = 250 mg/hari, 20-40 kg = 125 mg/hari,

<20 kg = 62,5 mg/hari dengan cara pemberian sama dengan

itrakonazol.Efek sampingnya seperti perubahan enzim hati adalah rendah,

Page 14

Page 15: Kerion Celsi

tetapi efek lain seperti gastrointestinal, pusing, urtikaria, reaksi morbili,

sakit kepala, hilangnya rasa mengecap sementara dan pansitopenia masih

dijumpai.

Untuk tipe kerion celsi dapat diberikan antibiotik, walaupun ada laporan

bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada pemberian eritomisin dengan

griseofulvin dibandingkan pemberian griseofulvin saja terhadap kesembuhan tinea

kapitis.

Kortikosteroid oral diberikan juga pada tipe kerion celsi dengan dosis 0,5 -

1 mg/kgbb selama 2-4 minggu, hal ini ditujukan untuk mengurangi nyeri, bengkak

dan peradangan. Pada kerion celsi stadium dini dapat diberikan kortikosteroid

sistemik, yakni prednison 3 x 5 mg atau prednisolon 3 x 4 mg sehari selama dua

minggu. Obat tersebut dapat diberikan bersama-sama griseofulvin. Griseofulvin

diteruskan selama dua minggu setelah sembuh klinis.

Pengobatan Topikal

Anti jamur dapat diberikan pada penderita dan keluarganya yaitu berupa

sampo ketokonazol 2% atau selenium sulfid 2,5%, diberikan paling sedikit

3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala paling sedikit 5 menit. Sampo ini

diberikan selama belum ada kesembuhan klinik dan mikologik.

Page 15

Page 16: Kerion Celsi

BAB III

III.1 Kesimpulan

Tinea capitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan

bermacam-macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur

penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan

prevalensi penyakit. Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman,

sebagai obat lini pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol,

Terbinafin atau kalau terpaksa dengan Flukonazol diberikan untuk pasien yang

tidak sembuh dengan Griseofulvin, atau dapat sebagai obat jamur untuk

membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi, mengevaluasi serta penanganan

kontak yang dekat dengan pasien.

Page 16

Page 17: Kerion Celsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumarh L, Dugra d, Banerjee U, Khanna N. Kerion in n elderly woman 2003;

http://www.emedicine.com [ diakses 24 November 2007].

2. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Capitis dalam Budimulya U et

al (ed). Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001. 24.

3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2002. 10-24.

4. Mansjoer A et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

2000. 93-105.

5. Achyar RY. Mikosis Superfisial. Maj Dokter Keluarga, 1992;11:21

6. Ikawati M. Dermatofitosis Permasalahannya dan Penanggulangannya dalam

Informasi Jamur Penyakit pada Manusia dan Hewan. Jakarta: Bagian

Parasitologi Fakultas Kedokteran, 1997.

7. Boel T. Mikosis Superfisial. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, 2003. 1,9.

8. Kaysar FH et al. Medical Microbiology. New York : Thieme. 2005. 373-374.

9. Kerion Aparent’s Guide to Condition and Treatment.

http://www.Visualdxhealthcom. [diakses 24 November 2007].

10. Siregar R S. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta:EGC, 2005.20-24.

11. Buckley DA, Filler LC, Higgins EM, Vivier AWP. Tinea Kapitis in Adult.

http://[email protected] [diakses 30 November 2007].

12. Tinea Capitis. http://www.dermnet.com. [diakses 24 November 2007].

13. Kao GF. Tinea Capitis. http://www.emedicine.com. [diakses 30 November

2007].

14. Budimulja U. Mikosis dalam Djuanda A et al (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.93-97. 15

15. Kusnandar E et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Padang : Fakultas

Kedokteran Andala, 1996.74.

Page 17

Page 18: Kerion Celsi

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : M. Rizki

Usia : 8 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Lubuk Pakam

Pekerjaan : Siswa SD

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Gatal dibagian atas kepala

Telaah : Hal ini dialami os sejak 2 bulan ini. Awalnya os

hanya merasakan gatal sehingga os harus

menggaruknya.Tampak luka kering di kepala.

Rambut os tampak mengeras dan menyatu.

AM : (-)

AO : (-)

RPT : (-)

RPO : (-)

Page 18

Page 19: Kerion Celsi

DS : gatal, perih

DO : (-)

DIGNOSA :

- Tinea kapitis e.c. kerion kelsi

- Pitiriasis amentacea

- Tinea seberoik

TERAPI :

- Fixifam syr

- Stenirol tab 3x1

- Histerin tab 3x1

- Govazol tab 3x1

Page 19