Upload
muhammad-yudistira
View
139
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kerion Celsi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan dan sistematik, tergantung pada
karakteristik dari host. Dermatofita merupakan kelompok jamur yang terkait
secara taksonomi. Kemampuan mereka untuk membentuk lampiran molekul
keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi memungkinkan mereka
untuk berkoloni pada jaringan keratin, masuk kedalam stratum korneum dan
epidermis, rambut, kuku dan jaringan pada hewan. Infeksi superfisial yang
disebabkan oleh dematofit yang disebut dermatofitosis, dimana dermatimicosis
mengacu pada infeksi jamur.
Banyak cara untuk mengklasifikasikan jamur superfisial, tergantung habitat
dan pola infeksi. Organisme geofilik berasal dari tanah dan hanya sesekali
menyerang manusia, biasanya memalui kontak langsung dengan tanah.
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur
dermatofit. Tinea kapitis biasanya terjadi pada anak-anak, meskipun ada juga
kasus pada orang dewasa yang biasanya terinfeksi Trichophyton tonsurans.
Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Tinea capitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial
pada kulit kepala, bulu mata dengan kecendrungan menyerang tangkai rambut dan
folikel-folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mekosis superfisialis atau
dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the sclap
dan tinea tonsurnas.
2.2 Epidemiologi
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak-anak berumur antara
4 dan 14 tahun. Insiden tinea capitis dapat bervariasi menurut jenis kelamin,
tergantung pada organisme jamur penyebab. Microsporum audouinii terkait tinea
capitis telah dilaporkan sampai 5 kali lebih sering terjadi pada anak lak-laki dari
pada anak perempuan. Setelah pubertas, perempuan memiliki eksposur yang lebih
besar kepada anak-anak yang terinfeksi dan mungkin karena faktor hormonal.
Kasus-kasus diperkotaan biasanya didapatkan dari teman-teman atau anggota
keluarga. Kepadatan penduduk,hygien yang buruk dan malnutrisi protein
memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus-kasus yang disebabkan
oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anakanjing dan anak
kucing.
Di Asia Tenggara, angka infeksi dilaporkan menurun cepat dari 14% ( rata-
rata dari anak perempuan dan laki-laki ) sampai1,2% pada 50 tahun terakhir
karena keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di Selatan
Eropa penyakit jarang. Di dunia Amerika Utara, Sentral Amerika dan Amerika
Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.
2.3 Etiologi
Tinea capitis disebabkan oleh spesis dermatofita dari genus Trichophyton
dan Microsporum, misalnya T. Violaceum, T. Gourvilii, T. Mentagrophytes, T.
Tonsurans, M. Audoinii, M. Canis, M. Ferrugineum
Page 2
Tabel 2.1 karakteristik dermatofita yang menyebabkan tinea capitis
Organisme Ukuran
artrospora
Jenis artrospora Wood’s
Fluoresensi
M. audouiniin Kecil (2-3 um) Endorst€ik +
M.canis Kecil (2-3 um) Endorstik +
T.mentogrophytes Kecil (3-5 um) Endorstik -
T.soudanense Besar (4-8 um) Endorstik -
T.tonsurans Besar (4-8 um) Endorstik -
T.verrucosum Besar (5-10 um) Endorstik -
T.violaceum Besar (8-4 um) Endorstik -
2.4 Insiden
Insiden penyakit ini sepertinya meningkat di Amerika Utara dan Eropa,.
Di Negara seperti Ethopia, dimana akses perawatan medis yang sulit tingkat
infeksi telah mencapai lebih dari 25%. Pathogen yang dominan berariasi sesuai
Tricophiton tonsurans ditemukan pada 90% kasus. Jamur zoofilik seperti
Microsporum canis ditemukan di Eropa, terutama di Editerania dan Eropa
Tengah.
2.5 Gambaran Klinis
1. Grey patch ringworm/ bentuk non inflamasi
Merupakan tinea capitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum
dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merakh yang
kecil disekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi
pusat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi
abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mulai patah dan terlepas dari akarnya,
Page 3
sehingga mudah dicabut dengan pingset tanpa rasa nyeri. Semua rambut didaerah
tersebut terangsang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.
Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch.
2. Kerion/ bentuk inflamasi
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea capitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang
padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum
gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat. Agamk kurang bila
penyebabnya Tricophyton tonsurnas, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah
Tricophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan
berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang
dapat terbentuk.
3. Black Dot Ringworm
Terutama disebabkan oleh tricophyton tonsurans dan Tricophyton
violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan
yang disebabkan oleh genus Microsperum. Rambut yang tebrkena infeksi patah
tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh
spora. Ujung rambut yang hitam didalam folikel rambut ini memberi gambaran
khas, yaitu black dot. Ujung rambut yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang
masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk
mendapat bahan biakan jamur
Disamping ketiga jenis diatas, ada juga kelainan tinea capitis yang lain,
yaitu Tinea Favosa. Sifat dari tinea favosa ini berat dan kronis, terutama
disebabkan oleh T.scohenleini, T.violaceum, dan M.gypseum. gejala klinis dari
Tinea Favosa ialah adanya skuluta berwarna kekuningan, yaitu krusta yang
bernbentuk mangkuk, dan bau seperti tikus pada pengangkatan krusta, serta
terlihat dasar yang cekung, merah, dan basah. Biasanya lesi menjadi sikartriks
alopesia permanen.
Page 4
Kerion Kelsi
Kerion kelsi merupakan reaksi peradang akut yang berat dari tinea kapitis,
berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang
padat disekitarnya dan disertai pembesaran kelenjar gertah bening regional.
Etiologi
Penyebab kerion kelsi adalah jamur dari spesies Trichophyton dan
microsporum. Yang lebih sering menyebabkan kerion kelsi adalah microsporum
canis dan microsporum gypseum, sedangkan trichophyton violaceum paling
sedikit menyebabkan kerion kelsi. Kerion kelsi dapat menyebabkan jaringfan
parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol
kadang-kadang dapat terbentuk.
Trichophyton dan microsporum meruoakan jamur golongan dermatofita
yang dapat menyebabkan mikosis kutan. Jamur penyebab mikosis kutan hanya
menginvasi jaringan superfisialis yang mempunyai keratrin (kulit, rambut dan
kuku) dan tidak menginvasi jaringan yang lebih dalam.
Epidemiologi
Variasi epidemiologi tinea kapitis dipengaruhi oleh standart kebersihan,
iklim, tingkat pendidikan, dan kebiasaan seseorang. Kerion kelsi dapat ditularkan
secaara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung terjadi melalui kontak
langsung dengan penderita atau benda-benda yang sudah terkontaminasi oleh
jamur seperti sisir, bantal dan sofa.
Prevalensi tinea kapitis tertinggi terjadi di afrika, asia, dan eropa tenggara.
Di amerika serikat dan eropa barat insidennya rendah. Di medan pasien tinea
kapitis didapatkan sekitar 0,4 % (tahun 1996 - 1998) dari kasus dermatofitosis dan
biasanya musiman. Di FKUI/RSCM tinea kapitis (tahun 1989-1992) hanya 0,61-
0,87 % dari kasus jamur kulit. Di manado (tahun 1990-1991) insiden tinea kapitis
mencapai 1,2-6,0% adari kasus dermatofitosis, sedangkan disemarang 0,2 %.
Page 5
Penelitian tentang tinea kapitis pada dewasa di india didapatkan bahwa hanya
4,9% kasus tinea kapitis pada dewasa.
Cara Penularan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi jamur pada kulit kepala
anatara lain :
a. Faktor firulensi jamur
Firulensi ini tergantung pada afinitas jamur, apakah jamur antropofilik,
zoofilik, atau geufilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur
tersebut berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap
manusia maupun bagian-bagian tubuh, misalnya trichophyton rubrum
jarang menyerang rambut. Faktor terpenting dalam virulensi ini ialah
kemampuan spesies jamur menghasilkkan keratinase dan mencerna
kreatin dikulit
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Faktor suhu dan kelembapan ini sangat jelas berpengaruh terhadap
infeksi jamur, tampak pada lokalisasi dan tempat yang banyak
berkeringat
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan.
Faktor ini memegang peran penting pada infeksi jamur. Insiden
penyakit jamur pada golongan sosial yang rendah lebih sering
ditemukan daripada golongasn sosial dan ekonomi yang lebih baik.
e. Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit tinea kapitis lebihn sering ditemukan pada anak-anak
dibandingkan pada dewasa.
Selain faktor-faktor diatas terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
seperti dibawah ini :
- Faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya)
Page 6
- Faktor transpirasi yaitu proses pengeluaran keringat, udara
dipermukaan kulit.
Kerion kelsi sering terdapat pada anak-anak terutama usia sekolah
yaitu antara 4-14 tahun dan jarang pada orang dewasa. Cara
penularannya adalah:10
a. Dari kucing, anjing, lembu dan hewan lainnya ke orang.
b. Dari orang ke orang.
c. Dari sisir, topi dan benda lainnya ke orang.
d. Dari tanah ke orang, contohnya pada petani.
Patogenesis
Penyebab dari tinea kapitis dan kerion kelsi adalah jamur keratinofilik.
Menurut elewski (1996) jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup pada
keratin yang terbentuk lengkap pada bagian rambut yang sudah mati. Jamur
menyebabkan keratolisis karena adanya enzim keratinase, walaupun banyak juga
jamur penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis
(epidermophyton floccosum dan trichophyton consetrikum). Penjelasan mengenai
keratolisis masih belum diketahui, sehingga pembuktian keratolisis hanya
berdasarkan pengurangan keratin secara tidak langsung. Rockman (1990)
mengemukakan bahwa insiden tinea kapitis padda anak dan prepubertas terjadi
karena menurunnya asam lemak dalam sebum. Infeksi dimulai dengan invasi
dermatofita melalui perifolikuler stratum korneum, hifa tumbuh kedalam folikel
dan berkembang dengan membentuk rangkaian spora dan berhenti tiba-tiba pada
pertemuan antar selyang berinti dan yang mempunyai keratin yang tebal. Pada
ujung hifa ditemui Adamson’s fringe bagian luar intrapilari hifa membelah
membentuk rantai spora ektorik. Selama pertumbuhan rambut jamur ikut tumbuh
kearah batang rambut yang menyebabkan patahnya rambut dan terjadi alopesia.
Hifa tidak ditemukan pada rambut yang terdapat diatas kulit.
Jamur ini biasanya menyerang lapisan kulit dan kadang-kadang mampu
menginvasi bagian luar dari kulit, stratum korneum atau bagian tubuh lain yang
mempunya keratin seperti rambut dan kuku. Dari inokulasi tampak hifa tersebar
Page 7
sentrifugal di stratum korneum. Jamur kemudian menginvasi keratin yang ada
dirambut. Daerah yang terlibat semakin luas mengikuti pertumbuhan rambut dan
tampak dipermukaan kulit pada hari ke-12 – 14. Infeksi menyebabkan rambut
rapuh dan pada minggu ke-3 rambut yang rusak telah jelas terlihat.
Infeksi langsung selam 8-10 minggu dan menyebar kedalam stratum
korneum dan pada rambut sekitarnya. Diameter area infeksi ± 3,5-7 cm. Infeksi
dapat sembuh secara alami pada saat pubertas. Akan tetapi mekanismenya belum
diketahui secara pasti. Diduga jumlah kadar asam lemak tersaturasi yang bersifat
fungistik meningkat pada masa pubertas, dan hal ini yang menyebabkan tinea
kapitis jarang pada orang dewasa.
Gambaran Klinis
Yang mendasari terjadinya terjadinya kerion celsi adalah infeksi jamur pada
kulit kepala dan rambut.
Tinea Kapitis (Scalp ring worm, Tinea tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan
melalui binatang peliharaan, seperti kucing, anjing dan sebagainya
Berdasarkan bentuknya, tinea kapitis dapat dibagi :
a. Gray patch ring worm
b. Black dot ring worm
c. Kerion
Kerion adalah reaksi peradangan yang berat dari tinea kapitis, berupa
pembengkakan kulit kepala, menonjol disertai pustul yang milier seperti
folikulitis, sehingga secara keseluruhan menyerupai sarang lebah dengan sebukan
sel radang yang padat sekitarnya, disertai pembesaran getah bening regional. Bila
penyebabnya Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan
kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton
tonsurans dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton violaceum.
Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan
parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-
kadang dapat terbentuk.
Page 8
Gambar. Kerion Kelsi
Diagnosis
Anamnesis
- Infeksi dimulai dengan adanya papul kecil yang eritematomatosa disekitar
kulit kepala, alis mata dan bulu mata.
- Setelah beberapa hari papul eritematosa berubah menjadi pucat dan
keabuabuan, kusam, tidak bercahaya dan rapuh. Rambut bisa menjadi patah
beberapa milimeter dari permukaan kulit kepala.
- Lesi menyebar berbentuk papul-papul sesuai dengan tipe tinea kapitis.
- Keluhan gatal biasanya dirasakan minimal, tapi bisa terus-menerus.
- Adanya kebotakan di daerah infeksi.
- Inflamasi dapat berlangsung sedang sampai berat. “Boggy red areas”
merupakan gambaran dari inflamasi yang berat, dimana dijumpai pustul dan
keadaan inilah yang dinamakan kerion atau kerion celsi.
Page 9
Gambar. Boggy red areas
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kelainan terbatas pada kulit kepala, alis mata dan bulu
mata.
- Kerion celsi dapat berkembang sebagian atau secara difus.
- Lesi basah, purulen selain itu terjadi inflamasi dan nodul yang nyeri.
- Pada keadaan berat dapat terjadi alopesia dan pembesaran kelenjar
getah bening servikal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis adalah :
a. Lampu Wood
Pemeriksaan dengan menggunakan lampu wood adakalanya dapat
digunakan untuk melihat jamur. Prosedurnya adalah dengan menyorotkan cahaya
di ruangan yang gelap. Fluoresensi positif pada tinea kapitis yang disebabkan
genus Microsporum yang menimbulkan warna kebiruan atau hijau kebiruan.
Page 10
Gambar. Pemeriksaan dengan lampu Wood.
b. Kultur
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan kultur.
Dengan kultur kita bisa mengetahui jamur atau organisme penyebab kerion.
Prosedur nya meliputi:
1. Mencabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi nanah pada area
kepala yang terkena.
2. Selain itu untuk mendapatkan nanah, gosokkan cotton steril pada lesi.
3. Kirim spesimen yang didapat ke laboratorium.
Hasil laboratorium ini didapatkan setelah 2-3 minggu. Pada umumnya
hasil laboratorium dapat mengidentifikasi jenis dari dermatofita penyebab tinea
kapitis dan kerion. Disamping itu perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk
melihat hasil kultur bakteri. Pembiakan dapat dilakukan pada :
1. Agar Dekstrosa Sabouraud (SDA)
SDA dapat dipakai untuk menumbuhkan jamur akan tetapi dapat juga
menumbuhkan kuman tertentu sehingga ditambahkan antibiotik pada
Page 11
medium ini. Antibiotik yang digunakan adalah kloramfenikol dan
sikloheksimid.
2. Dermatophyte Test Medium (DTM)
DTM merupakan media khusus untuk menumbuhkan jamur dermatofit.
Sebagai anti kuman yaitu gentamisin dan klortetrasiklin sedangkan
sikloheksimid sebagai anti jamur kontaminan. Positif bila adanya
perubahan warna dari kuning menjadi merah karena pengaruh metabolit
dermatofit.
c. Pemeriksaan Mikroskop
Seringkali diagnosis kerion celsi dapat ditegakkan hanya dengan melihat
keadaan lesi pada pasien. Walaupun demikian sebaiknya untuk menegakkan
diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan dengan mengambil bahan kerokan dari
tempat lesi dan diletakkan di atas slide dan diteteskan KOH (potassium hidroksi)
kemudian dilihat dibawah mikroskop.
Dilakukan dengan mikroskop cahaya, mula-mula dilihat dengan
pembesaran 10x10 kemudian dilanjutkan dengan pembesaran 10 x 45. Preparat
langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH 10% - 20%, dapat terlihat hifa
atau spora dan miselium. Fungsi KOH untuk melarutkan debris dan lemak, KOH
10% dapat melarutkan debris dan lemak dari kerokan kulit, rambut dan mukosa,
sedangkan KOH 20% merupakan pelarut yang kuat dan biasanya dipakai untuk
spesimen kuku. Pada sedian rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora)
atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di
dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang terlihat pula hifa pada sediaan rambut.
Gambar. Microsporum canis dilihat dengan menggunakan
KOH
Page 12
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Umum
a. Anak dianjurkan tidak bermain dengan binatang peliharaan yang terinfeksi
jamur.
b. Jangan bermain-main di tanah.
c. Jangan meminjamkan topi atau sisir dari anak yang diduga menderita tinea
kapitis.
d. Menjaga kebersihan pribadi, misalnya mandi dua kali sehari dan sewaktu
mandi rambut kepala harus dibersihkan dan diberi shampo.
Penatalaksanaan Khusus
Pengobatan Sistemik
Kerion celsi dapat diobati dengan menggunakan anti jamur secara oral, hal
ini dikarenakan jamur tersebut tumbuh di dalam folikel rambut sehingga
pengobatan secara topikal baik krim atau losion tidak digunakan karena bahan-
bahan tersebut sulit untuk mencapai lokasi jamur pertumbuhan jamur tersebut.11
Kerion celsi biasanya memerlukan pengobatan selama 6-8 minggu dengan
menggunakan antijamur antara lain :
1. Griseofulvin
Masih merupakan obat pilihan karena keamanannya dan dapat ditoleransi
baik oleh anak. Bila digunakan bentuk ultramicronized diberikan dengan
dosis tunggal 10-15 mg/kgbb, sedangkan dengan micronized 15-25
mg/kgbb. Griseofulvin diberikan dengan makanan yang mengandung
lemak. Lama pengobatan bergantung keadaan klinis dan mikologik pasien,
minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan. Tidak diberikan pada pasien
dengan kehamilan, karena dilaporkan dapat menyebabkan kembar dempet.
Kontra indikasi relatif ialah pasien Sistemik Lupus Eritematosus (SLE),
porfiria, alergi penisilin dan pemakaian kontrasepsi oral.
2. Ketokonazol
Terutama efektif untuk tinea kapitis yang disebabkan oleh spesies
Trichophyton. Kurang efektif bila disebabkan oleh Microsporum canis.
Dosis yang diberikan ialah 3,3-6,6mg/kgbb selama 3-6 minggu, diminum
Page 13
bersama soda atau sari jeruk. Ketokonazol bersifat hepatotoksik, sehingga
bukan merupakan obat pilihan untuk tinea kapitis.
3. Itrakonazol
Sangat efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun
Trichophython, dengan dosis 100 mg/hari selama 5 minggu (3-5 mg/kgbb).
Tetapi tidak tersedia dalam bentuk sirup dan hanya tersedia dalam bentuk
tablet 100 mg yang tidak dapat dibagi, maka sulit ditentukan dosis yang
tepat.
Didapatkan sejumlah penelitian yang memberikan terapi dengan dosis
denyut (pulse theraphy), yaitu diberikan dosis 5 mg/kgbb/hari selama 1
minggu tiap denyut, denyut kedua 2 minggu kemudian dan ketiga 3
minggu kemudian. Untuk menentukan denyut kedua dan ketiga dilihat dari
respon pada saat akhir denyut (ringan dan beratnya penyakit). Lama
evaluasi adalah 12 minggu dan dengan pemeriksaan mikologik, didapatkan
hasil yang sangat baik.
Efek samping itrakonazol adalah perubahan fungsi hati yang tidak
menetap, hipokalemia (bila dosis tinggi), nause, nyeri abdominal, rash,
sakit kepala, pusing, mengantuk dan gatal. Itrakonazol tidak dapat
diberikan bersama terfenadin atau non sedatif antihistamin lainnya karena
dapat menyebabkan gangguan jantung.
4. Flukonazol
Efektif untuk tinea kapitis dan tersedia dalam bentuk sirup yang cocok
untuk anak-anak. Pemberian tidak tergantung makanan, tidak ada efek
gastrointestinal, keamanan tinggi dan ditoleransi dengan baik.
5. Terbinafin
Diberikan dengan dosis 62,5-250 mg/hari selama 6 minggu, umumnya
cukup dengan dosis 3-6 mg/kgbb/hari selama 4 minggu. Obat ini
berbentuk tablet 250 mg agar mudah dibagi. Terap denyut dapat juga
diberikan dengan dosis >40 kg = 250 mg/hari, 20-40 kg = 125 mg/hari,
<20 kg = 62,5 mg/hari dengan cara pemberian sama dengan
itrakonazol.Efek sampingnya seperti perubahan enzim hati adalah rendah,
Page 14
tetapi efek lain seperti gastrointestinal, pusing, urtikaria, reaksi morbili,
sakit kepala, hilangnya rasa mengecap sementara dan pansitopenia masih
dijumpai.
Untuk tipe kerion celsi dapat diberikan antibiotik, walaupun ada laporan
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada pemberian eritomisin dengan
griseofulvin dibandingkan pemberian griseofulvin saja terhadap kesembuhan tinea
kapitis.
Kortikosteroid oral diberikan juga pada tipe kerion celsi dengan dosis 0,5 -
1 mg/kgbb selama 2-4 minggu, hal ini ditujukan untuk mengurangi nyeri, bengkak
dan peradangan. Pada kerion celsi stadium dini dapat diberikan kortikosteroid
sistemik, yakni prednison 3 x 5 mg atau prednisolon 3 x 4 mg sehari selama dua
minggu. Obat tersebut dapat diberikan bersama-sama griseofulvin. Griseofulvin
diteruskan selama dua minggu setelah sembuh klinis.
Pengobatan Topikal
Anti jamur dapat diberikan pada penderita dan keluarganya yaitu berupa
sampo ketokonazol 2% atau selenium sulfid 2,5%, diberikan paling sedikit
3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala paling sedikit 5 menit. Sampo ini
diberikan selama belum ada kesembuhan klinik dan mikologik.
Page 15
BAB III
III.1 Kesimpulan
Tinea capitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan
bermacam-macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur
penyebab dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan
prevalensi penyakit. Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman,
sebagai obat lini pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol,
Terbinafin atau kalau terpaksa dengan Flukonazol diberikan untuk pasien yang
tidak sembuh dengan Griseofulvin, atau dapat sebagai obat jamur untuk
membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi, mengevaluasi serta penanganan
kontak yang dekat dengan pasien.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kumarh L, Dugra d, Banerjee U, Khanna N. Kerion in n elderly woman 2003;
http://www.emedicine.com [ diakses 24 November 2007].
2. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Capitis dalam Budimulya U et
al (ed). Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001. 24.
3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2002. 10-24.
4. Mansjoer A et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2000. 93-105.
5. Achyar RY. Mikosis Superfisial. Maj Dokter Keluarga, 1992;11:21
6. Ikawati M. Dermatofitosis Permasalahannya dan Penanggulangannya dalam
Informasi Jamur Penyakit pada Manusia dan Hewan. Jakarta: Bagian
Parasitologi Fakultas Kedokteran, 1997.
7. Boel T. Mikosis Superfisial. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, 2003. 1,9.
8. Kaysar FH et al. Medical Microbiology. New York : Thieme. 2005. 373-374.
9. Kerion Aparent’s Guide to Condition and Treatment.
http://www.Visualdxhealthcom. [diakses 24 November 2007].
10. Siregar R S. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta:EGC, 2005.20-24.
11. Buckley DA, Filler LC, Higgins EM, Vivier AWP. Tinea Kapitis in Adult.
http://[email protected] [diakses 30 November 2007].
12. Tinea Capitis. http://www.dermnet.com. [diakses 24 November 2007].
13. Kao GF. Tinea Capitis. http://www.emedicine.com. [diakses 30 November
2007].
14. Budimulja U. Mikosis dalam Djuanda A et al (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.93-97. 15
15. Kusnandar E et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Padang : Fakultas
Kedokteran Andala, 1996.74.
Page 17
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : M. Rizki
Usia : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lubuk Pakam
Pekerjaan : Siswa SD
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gatal dibagian atas kepala
Telaah : Hal ini dialami os sejak 2 bulan ini. Awalnya os
hanya merasakan gatal sehingga os harus
menggaruknya.Tampak luka kering di kepala.
Rambut os tampak mengeras dan menyatu.
AM : (-)
AO : (-)
RPT : (-)
RPO : (-)
Page 18
DS : gatal, perih
DO : (-)
DIGNOSA :
- Tinea kapitis e.c. kerion kelsi
- Pitiriasis amentacea
- Tinea seberoik
TERAPI :
- Fixifam syr
- Stenirol tab 3x1
- Histerin tab 3x1
- Govazol tab 3x1
Page 19