Upload
irfan-adi-saputra
View
185
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat, semoga bermanfaat
Citation preview
KERATITIS LENSA KONTAK
I. PENDAHULUAN
Keratitis merupakan suatu kondisi dimana kornea mata yang merupakan bagian terdepan
bola mata, mengalami peradangan.1 Keratitis dapat disebabkan oleh infeksi maupun noninfeksi.
Keratitis akibat noninfeksi dapat disebabkan oleh trauma ringan, seperti goresan kuku, atau
akibat memakai lensa kontak yang terlalu lama. Keratitis akibat infeksi dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan parasit.2 Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan infeksi pada
pemakaian lensa kontak adalah bakteri tetapi acanthamoeba belakangan ini ditemukan sangat
banyak, infeksi akibat jamur sangat jarang.3
Berbagai penyebab keratitis dapat memberikan pola pungtat yang berbeda pada pewarnaan
fluoroscein, contohnya bentuk difus dapat disebabkan oleh konjungtivitis virus, trauma dan
toksisitas; pungtat di bagian inferior dapat disebabkan oleh blefarokonjungtivitis, lagofthalmus,
trikiasis; pungtat di bagian intrapalpebral dapat disebabkan oleh sindrom dry eye, eksposur,
keratopati neurotropik; pungtat di bagian superior dapat disebabkan oleh keratokonjungtivis
limbus superior, benda asing di bawah palpebra, trikiasis; pungtat di bagian superior konjungtiva
dapat disebabkan oleh keratokonjungtivitis limbus superior; pungtat di jam tiga dan sembilan
disebabkan oleh lensa kontak; pungtat dibagian konjungtiva inferior dapat disebabkan oleh
mekanikal dan disfungsi glandula meibom.4
II. Lensa kontak adalah protesa okular yang dikenakan untuk memperbaiki visus.
Mayoritas lensa kontak dipakai untuk koreksi penglihatan karena alasan
kosmetik. Terdapat berbagai tingkat pengetahuan dalam penggunaan dan
perawatan lensa kontak. Komplikasi dari pemakaian lensa kontak terjadi
1
karena beberapa faktor: penyalahgunaan lensa, pemakaian lensa yang tidak
sesuai, atau penyakit mata sebelumnya. 5,6
Komplikasi lensa kontak yaitu mulai dari self-limiting sampai mengganggu penglihatan, hal
tersebut memerlukan diagnosis dan pengobatan yang cepat untuk mencegah terjadinya kebutaan.
Dengan jutaan orang yang memakai lensa kontak, walaupun kecil persentasenya komplikasi
lensa kontak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Komplikasi lensa kontak
sangat beragam pada umumnya melibatkan kelopak mata, konjungtiva, dan semua lapisan
kornea (yaitu, epitel, stroma, endotelium).5,7
Komplikasi akibat pemakaian lensa kontak dapat segera diketahui dengan baik. Pemakaian
lensa kontak menyebabkan perubahan pada kornea dalam hal struktur, jumlah, produksi air mata
maupun tingkat oksigen dan karbon dioksida. Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan
masalah dan juga dapat memperburuk penyakit yang sudah ada sebelumnya.8
Sekitar 6% dari pemakai lensa kontak per tahun akan terkena beberapa komplikasi,
meskipun sebagian besar komplikasi ini cukup kecil. Sebuah studi baru-baru ini telah
menemukan bahwa 9,1% pemakai lensa kontak mengunjungi Unit Kedaruratan Mata.8
Penelitian epidemiologi telah menghitung secara tahunan insiden lensa kontak kosmetik
yang berhubungan dengan keratitis bakteri ulseratif sebanyak 0,21% pada pasien yang
menggunakan lensa kontak extended wear dan 0,04% untuk pasien yang menggunakan lensa
kontak daily.4
Keratitis acanthamoeba adalah infeksi kornea yang jarang terjadi tetapi berpotensi merusak.
Keratitis acanthamoeba terjadi setelah terkontaminasi luka pada kornea, 85% dari kasus keratitis
terjadi pada semua jenis lensa kontak yang digunakan.9
2
Diperkirakan 30 juta orang di Amerika Serikat memakai lensa kontak soft. Kejadian keratitis
fungal diperkirakan 4-21 per 10.000 pertahun pada pemakai lensa kontak soft, tergantung pada
apakah pengguna memakai lensa semalaman.10
Untuk memahami lebih lanjut tentang keratitis akibat pemakaian lensa kontak maka pada
sari pustaka ini akan dikemukakan secara singkat mengenai anatomi dan fisiologi kornea,
tentang lensa kontak dan komplikasi pemakaian lensa kontak.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
A. Anatomi Kornea
Permukaan anterior kornea berbentuk agak elips dengan diameter horizontal rata-rata
11,5-11,7 mm dan 10,5 - 10,6 mm pada diameter vertikal sedangkan permukaan posterior
berbentuk sirkuler dengan diameter 11,7 mm. Pada orang dewasa ketebalan kornea
bervariasi dengan rata-rata 0,65 – 1 mm di bagian perifer dan 0,55 mm di bagian tengah.
Hal ini disebabkan adanya perbedaan kurvatur antara permukaan anterior dan posterior
kornea. Radius kurvatur anterior kornea kira-kira 7,8 mm sedangkan radius kurvatur
permukaan posterior rata-rata 6,5 – 6,8 mm. Kornea menjadi lebih datar pada bagian
perifer, namun pendataran tersebut tidak simetris. Bagian nasal dan superior lebih datar
dibanding bagian temporal dan inferior. Luas permukaan luar kornea kira-kira 1,3 cm 2 atau
1/14 dari total area bola mata. 11,12
Secara histologis kornea terdiri atas 5 lapisan, yaitu :
1. Epitel
2. Membran Bowman
3. Stroma
3
4. Membran Descemet
5. Endotelium
Gambar 1. Anatomi dan Histologi Kornea13
B. Fisiologi Kornea
Kornea memiliki tiga fungsi utama yaitu : media refraksi, media transmisi sinar (400 – 700
nm), dan fungsi proteksi.
Epitel
Terdapat dua fungsi utama epitel: (1) membentuk barier antara dunia luar dengan stroma
kornea dan (2) membentuk permukaan refraksi yang mulus pada kornea dalam interaksinya
dengan tear film. Barier dibentuk ketika sel-sel epitel bergerak dari lapisan basal ke permukaan
kornea, secara progresif berdiferensiasi hingga sel-sel superfisial membentuk dua lapisan sel tipis
yang melingkar yang dihubungkan oleh tight junction (zonula okluden), merupakan membran
yang bersifat semipermiabel dan resistensi tinggi. Barier ini mencegah masuknya cairan dari tear
film ke stroma dan juga melindungi struktur kornea dan intraokuler dari infeksi oleh patogen.
4
Mikrovili pada hampir seluruh permukaan superfisial sel-sel epitel dilindungi oleh glikokaliks
sehingga dapat berinteraksi dengan lapisan musin tear film agar permukaan kornea tetap licin.
Berbagai proses metabolik, biokemikal dan fisikal tampaknya mempunyai tujuan primer
mempertahankan keadaan lapisan sel epitel yang berfungsi sebagai barier dan agar permukaan
kornea tetap licin. Permukaan kornea yang licin berperan penting dalam terbentuknya
penglihatan yang jelas.14
Membrana Bowman
Membrana Bowman merupakan lapisan superfisial pada stroma, yang berfungsi sebagai
barier terhadap stroma. Kepadatan lapisan Bowman menghalangi penyebaran infeksi ke dalam
stroma yang lebih dalam. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi sehingga bila terjadi trauma akan
diganti dengan jaringan parut.15,16
Stroma
Stroma tersusun atas matriks ekstraselular seperti kolagen dan proteoglikan. Matriks
ekstraselular ini memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi kornea. Stroma terdiri
atas kolagen yang diproduksi oleh keratosit dan lamella kolagen. Karena ukuran dan bentuknya
seragam menghasilkan keteraturan yang membuat kornea menjadi transparan. Serat-serat
kolagen tersusun seperti lattice (kisi-kisi), pola ini berfungsi untuk mengurangi hamburan
cahaya.4,15
Transparansi juga tergantung kandungan air pada stroma yaitu 70%. Proteoglikan yang
merupakan substansi dasar stroma, memberi sifat hidrofilik pada stroma. Hidrasi sangat
dikontrol oleh barier epitel dan endotel serta pompa endotel.4,14
5
Membrana Descemet
Membrana Descemet bersifat elastis dan lebih resisten terhadap trauma dan penyakit, dari
pada bagian lain dari kornea.15,16
Endotel
Dua faktor yang berkontribusi dalam mencegah edem stroma dan mempertahankan
kandungan air tetap pada 70% adalah fungsi barier dan pompa endotel. Fungsi barier
endotel diperankan oleh adanya tight junction diantara sel-sel endotel.15
Pompa endotel
Stroma kornea memiliki konsentrasi Na+ 134 mEq/L sedangkan humor aquous 143 mEq/L.
Perbedaan osmolaritas tersebut menyebabkan air berpindah dari stroma ke humor aquous melalui
osmosis. Mekanisme ini diatur oleh pompa metabolik aktif sel-sel endotel. Pompa metabolik ini
dikontrol oleh Na+ / K+ ATPase yang terletak di lateral membrane. Dalam menjalankan
fungsinya pompa endotel tergantung pada oksigen, glukosa, metabolisme karbohidrat dan
adenosine triphosphatase. Keseimbangan antara fungsi barier dan pompa endotel akan
mempertahankan keadaan deturgesensi kornea.15
III. LENSA KONTAK DAN LARUTAN PEMBERSIH
A. Lensa Kontak
6
Lensa kontak adalah potongan ajaib dari plastik yang memungkinkan anda untuk melihat
tanpa kacamata. Dalam kebanyakan kasus, lensa kontak digunakan sebagai pengganti kacamata.
Lensa kontak juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit mata tertentu atau dapat
digunakan untuk tujuan kosmetik untuk mengubah penampakan warna mata anda.5,6
Berbagai jenis lensa kontak yang tersedia saat ini dapat dikelompokkan menurut:6
• Bahan lensa kontak.
• Lama Pemakaian.
• Desain Lensa
• Tujuan Pemakaian
Bahan Lensa Kontak
Diklasifikasikan berdasarkan bahan, ada tiga jenis lensa kontak:6,17
Hard lensa terbuat dari polymethyl methacrylate (PMMA); juga dikenal sebagai kaca atau
Lucite. Lensa ini hampir tidak ada dan jarang digunakan.
Lensa lunak terbuat dari plastik, mengandung air seperti gel (hydrogel), dan merupakan jenis
yang paling umum. Lensa lunak sedikit lebih besar dari ukuran dari kornea.
Lensa gas permeable (GP), juga dikenal sebagai rigid gas permeable (RGP) atau "oxygen
permeable" lenses, yang dibuat kaku, plastik tanpa air dan sangat baik untuk presbiop dan
astigmatisme tinggi. Lensa ini biasanya diameternya berukuran sekitar delapan milimeter
yang ukurannya lebih kecil dari kornea.
Lensa Kontak Berdasarkan Lama Pemakaian
7
Sampai tahun 1979, setiap pemakai lensa kontak melepas dan membersihkan lensa
kontak pada malam hari. Adanya jenis "extended wear" memungkinkan pemakai untuk tidur
dengan lensa kontak. Sekarang, dua jenis lensa yang diklasifikasikan berdasarkan lama
pemakaian:
Daily wear - harus dilepaskan pada malam hari.
Extended wear - dapat dipakai semalaman, biasanya selama tujuh hari berturut-turut tanpa
dilepaskan.18
Lensa Kontak Berdasarkan Desain
Banyak desain lensa yang tersedia untuk memperbaiki berbagai jenis masalah penglihatan:
Spherikal lensa kontak adalah desain, khas bulat lensa kontak, yang dapat memperbaiki
myopia (rabun jauh) atau hyperopia (rabun jauh).
Bifokal lensa kontak mengandung zona yang berbeda untuk penglihatan dekat dan jauh
untuk mengoreksi presbiopia.
Orthokeratology lensa secara khusus dirancang untuk membentuk kembali kornea selama
tidur, menyediakan lensa yang bisa dipakai sepanjang hari.
Lensa kontak torik untuk mengoreksi astigmatisme, serta untuk miopia dan hyperopia.
Semua lensa ini dapat dibuat khusus untuk mata yang sulit dikoreksi. Banyak desain lainnya
yang tersedia. Biasanya jenis ini jarang dan dibuat untuk digunakan dalam situasi khusus,
seperti mengoreksi keratoconus.17,18
Lensa Kontak Berdasarkan Tujuan Pemakaian17
8
1) Lensa kontak korektif
Sebuah lensa kontak korektif dirancang untuk memperbaiki penglihatan. Kondisi yang
diperbaiki dengan lensa kontak termasuk miopia, hypermetropia, silindris dan presbyopia.
2) Lensa kontak kosmetik
Lensa kontak kosmetik didesain untuk merubah penampilan bola mata. Lensa jenis ini selain
dapat digunakan untuk mengkoreksi kelainan refraksi, namun dapat juga mengakibatkan
penglihatan menjadi kaburan yang dialami penderita akibat efek pewarnaan atau desainnya.
Bahkan lensa jenis ini dapat menyebabkan iritasi ringan pada mata pada fase awal adaptasi.
Seperti halnya lensa kontak lainnya, lensa kosmetik ini juga membawa resiko komplikasi
ringan ataupun serius. Setiap individu yang ingin menggunakan lensa kontak kosmetik ini
harus mempertimbangkan resikonya.
3) Lensa kontak terapeutik
Lensa kontak soft sering digunakan dalam pengobatan dan terapi gangguan mata yang bukan
refraksi. Sebuah bandage contact lens melindungi kornea yang terluka atau penyakit kornea
dari gesekan kelopak mata saat terus-menerus berkedip sehingga membantu penyembuhan
kornea. Saat ini sedang dikembangkan lensa kontak yang dapat mengalirkan obat ke mata.
B. Larutan Pembersih Lensa Kontak
9
Ada beberapa jenis larutan pembersih yang tersedia. Jenis-jenis larutan adalah sebagai
berikut:19
Larutan pembersih : Sebuah larutan pembersih yang menghilangkan kotoran, lendir dan
debris yang menumpuk selama memakai lensa. Lensa harus digosok dengan lembut selama
beberapa detik untuk melarutkan debris dan kemudian dibilas dengan larutan garam.
Larutan pembilas : Setelah dibersihkan, lensa harus dibilas dengan larutan garam lensa
kontak.
Larutan disinfeksi : Larutan desinfeksi menghambat dan/ atau membunuh bakteri dan mikro
organisme berbahaya lainnya pada lensa yang dapat menyebabkan infeksi mata. Setelah
pembersihan dan pembilasan lensa, lensa harus disimpan semalaman dalam tempat penyimpanan
yang diisi dengan larutan desinfeksi segar.
Larutan multifungsi : Larutan kombinasi yang dirancang untuk membersihkan, membilas
dan desinfeksi lensa kontak.
Larutan pelembab : Larutan yang diteteskan untuk melumasi lensa ketika lensa kontak
sedang dipakai. Larutan tersebut dapat digunakan sepanjang hari untuk menjaga kelembaban
mata dan untuk meningkatkan kenyamanan pemakaian lensa kontak.
IV. PATOGENESA
Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara langsung
atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian lensa kontak. Lensa
kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu komplikasi melalui: trauma,
mengganggu kelembaban kornea dan konjungtiva, penurunan oksigenasi kornea,
stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan infeksi.5,20
10
Hipoksia Dan Hiperkapnia
Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea bergantung pada
pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki kondisi oksigenasi yang bervariasi
untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik dengan menutup mata maupun memakai lensa
kontak keduanya dapat mengurangi proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada
permukaan kornea. Transmisibilitas oksigen (dK / L), yaitu permeabilitas bahan lensa (dK)
dibagi dengan ketebalan lensa (L), merupakan variabel yang paling penting dalam menentukan
pengantaran relatif oksigen terhadap permukaan kornea pada penggunaan lensa kontak.
Pertukaran air mata di bawah lensa kontak juga mempengaruhi tekanan oksigen kornea. Pada
lensa kontak kaku dengan diameter yang lebih kecil dengan transmissibilitas oksigen yang sama
atau lebih rendah dapat mengakibatkan edema kornea lebih sedikit jika dibandingkan dengan
lensa kontak lunak yang diameternya lebih besar karena pertukaran air mata yang lebih baik.
Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya pada lapisan stroma bagian dalam dan
endotelium, dimana mereka memperoleh oksigen dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam
humor aquous.5
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang menurun,
menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan fragilitas. Akibat pada sel-sel
epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel, abrasi epitel, dan meningkatkan resiko
keratitis mikroba. Akumulasi asam laktat pada stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan
meningkatnya ketebalan stroma dan mengganggu pola teratur dari lamellae kolagen,
menyebabkan striae, lipatan pada posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya.
Hipoksia dan hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu
singkat akan menimbulkan edema endotel dan blebs dan dalam waktu yang lama akan
11
mengakibatkan polymegethism sel endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia adalah hypoesthesia
kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma. Vaskularisasi stroma dapat berevolusi
menjadi keratitis interstisial, kekeruhan yang dalam, atau kadang-kadang perdarahan
intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa
dengan tegangan oksigen baru, dan edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.5
Alergi Dan Toksisitas
Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak
mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular. Larutan lensa
kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi pada individu-individu
yang sensitif. Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat menyebabkan konjungtivitis, infiltrat
epitel kornea, dan superior limbus keratokonjunktivitis. Reaksi terhadap deposit protein pada
lensa kontak ini dapat mengakibatkan konjungtivitis giant papiler. Toksisitas yang dicetus oleh
lensa kontak yang tidak bergerak berhubungan dengan akumulasi yang cepat dari metabolik pada
lapisan kornea anterior, yang dapat mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat kornea
perifer, dan keratik presipitat. Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas larutan
mengakibatkan keratopati pungtat epitel.5
Kekuatan Mekanik
Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk abrasi akibat
pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan pemakaian lensa kontak.
Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi kornea atau abrasi. Pada kasus yang
12
berat, permukaan kornea menjadi bengkok. Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik
kronis dari pemakaian lensa kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan oleh lensa
kontak lunak yang terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris
yang terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya
pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan.5
Efek Osmotik
Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air mata, sehingga
kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang kering akibat rusaknya lubrikasi
mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi cedera mekanis seperti abrasi dan
erosi.5
V.DIAGNOSIS
Diagnosis dan pengobatan keratitis lensa kontak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan
mata.
A. Anamnesis
1. Apa keluhan utama (nyeri hebat, rasa tidak nyaman yang sedang, gatal)?
2. Jenis lensa kontak apa yang pasien gunakan (soft, hard, gas-permeable, daily-wear,
extended-wear, atau frequent replacement/disposible)?
3. Sudah berapa lama lensanya dipakai?
4. Berapa lama lensa terus digunakan (jam/ hari/ minggu)?
5. Apakah pasien tidur memakai lensa?
6. Bagaimana cara lensa dibersihkan dan didesinfeksi?
7. Apakah baru-baru ini ada perubahan jenis lensa kontak atau larutan?
13
8. Apakah nyerinya berhubungan pada saat pemakaian?
9. Apakah nyerinya hilang dengan pelepasan lensa?6,21
B. Gejala Subyektif
1. Nyeri
2. Fotofobia
3. Rasa mengganjal
4. Penurunan penglihatan yang tiba-tiba.
5. Mata merah
6. Gatal
7. Air mata dan sekret yang berlebihan
8. Rasa terbakar6,21
C. Gambaran Objektif
VI. Gambaran objektif yang ditemukan biasanya berhubungan dengan proses yang
terjadi pada epitel kornea:
Noninfeksi
Keratopati Pungtat Epitel
Keratopati pungtat epitel (PEK), atau keratitis pungtat superfisial (SPK), dapat terjadi
sekunder akibat trauma, hipoksia, kekeringan, toksisitas kimia.5
14
Pemakaian lensa kontak yang tidak sesuai mengakibatkan pewarnaan di sentral yang kasar
baik bagi pengguna jenis lensa kontak kaku dan lensa kontak lunak, dan dengan pemasangan
lensa kontak kaku yang rata. Beratnya bentuk dari pewarnaan defek berbanding lurus dengan
lamanya kesalahan pemakaian lensa kontak dan akan mempengaruhi waktu pemulihan setelah
berhenti memakai lensa kontak. Terdapatnya pungtat pada arkuata dari PEK dekat limbus
superior diduga akibat sekunder dari hipoksia bagian superior palpebra.5,22
PEK akibat toksisitas larutan pewarnaan fluoresensnya biasanya terlihat pungtat superfisial
secara difus pada seluruh permukaan kornea, dan meluas sampai permukaan limbus
konjungtiva.5
Keratopati puntat epitel bentuk dendrit terjadi akibat toksisitas dan hipersensitif larutan lensa
kontak yang berat. Lesi bentuk dendrit ini sedikit mengangkat plak epitel yang terwarnai dengan
fluoresens. Sedangkan, bentuk dendrit akibat keratitis herpes simpleks pewarnaan ulkusnya
sangat jelas dan memperlihatkan terminal dari dendrit.5,22
Gambar 2. Keratitis dendiformis5
Pewarnaan arah jam tiga dan sembilan biasanya terjadi pada pemakaian lensa kaku namun
dapat juga terjadi pada pemakaian lensa lunak. PEK berbentuk baji terlihat di bagian limbus
nasal dan temporal sebagai akibat dari kurangnya air mata dari epitel di daerah itu. Bercak
inferosentral dari PEK biasanya terjadi akibat sekunder dari mata kering dan eksposur akibat
lensa kontak.5,20
15
Gambar 3. Pewarnaan pada jam 322
Keratopati pungtat epitel biasanya ditemukan pada pemakai lensa kontak yang sering
diabaikan sebagai komplikasi berkaitan dengan lensa kontak yang jarang terjadi. Ingat bahwa
pewarnaan epitel yang persisten menempatkan pemakai lensa kontak pada risiko terjadinya
keratitis mikroba dan mungkin dapat berlanjut menjadi punktat erosi yang kasar, yang
merupakan tahap awal keratitis Pseudomonas atau Acanthamoeba keratitis.5
Abrasi
Abrasi kornea akibat pemakaian soft lens dilihat paling sering pada lensa yang ketat atau
lensa extended-wear. Dalam situasi ini, hipoksia akut epitel merusak perlekatan epitel pada
lapisan Bowman.5
Erosi epitel
Lensa kontak soft extended-wear sering digunakan sebagai modalitas terapi pada erosi
berulang yang resisten terhadap terapi medis yaitu dengan salin hipertonik topikal. Namun,
penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa memakai lensa kontak extended mengurangi
epitel adhesion. Ini mungkin menjelaskan intoleransi lensa kontak yang diperlihatkan dengan
16
adanya distropi membran basal epitel anterior. Efek osmotik yaitu kandungan air yang tinggi,
ultra-tipis, lensa perban lunak dapat mengurangi pengaruh dari adhesi dengan dehidrasi epitel,
namun, pengeringan ini pada akhirnya menyebabkan terbentuknya erosi punktat yang kasar di
sentral dan parasentral kornea.5
Indentasi Mekanik
Epitel yang berkerut menghasilkan alur yang saling-silang pada permukaan epitel pada
pewarnaan fluoresen. Tekanan terus-menerus dari tepi rigid lensa pada permukaan kornea dapat
menyebabkan alur arkuata atau ring. Bekas tepi lensa ini biasanya inferior tetapi dapat mewakili
seluruh lensa. Bekas lensa yang berulang dapat mengakibatkan distorsi kornea yang dari waktu
ke waktu dapat menjadi permanen.5
Gambar 4. Superior Epithelial Arcuata Lesion22
Mikrocysts Epitelial
Microcysts epitelial terbentuk sebagai respon terhadap hipoksia pemakaian lensa kontak
lunak. Mereka terbentuk setelah 6 sampai 8 minggu pemakaian lensa dan muncul sebagai bintik
transparan yang menunjukkan iluminasi terbalik bila dilihat dalam retroillumination.5
17
Gambar 5. Microcyt22
Neovaskularisasi Superfisial
Pasien yang menggunakan daily-lens sering menunjukkan peningkatan vaskularisasi pada
limbus, yang sebenarnya merupakan pelebaran kapiler limbus dan jarang berkembang menjadi
neovaskularisasi. Pemakaiaan lensa kontak lunak extended-wear yang paling sering
menunjukkan pertumbuhan signifikan pembuluh baru limbus.5
Gambar 6. Neovaskularisasi kornea5,20
Hipoesthesia
Hypoesthesia kornea dipengaruhi oleh efek osmotik dari pemakai lensa kontak yaitu melalui
penurunan refleks sekresi air mata.5
18
Infeksi
Keratitis infeksi pada pemakaian lensa kontak bisa disebabkan oleh bakteri, jamur dan
parasit:
K eratitis Bakteri
Infeksi kornea karena bakteri bisa berkisar dari ulkus perifer kecil sampai ulkus sentral
supuratif yang besar. 5
Gambar 9. Keratitis pseudomonas sentralis dengan hipopion5
Pada keratitis bakteri Pseudomonas aeruginosa biasanya memberikan gambaran infiltrat
berbentuk cincin, kekeruhan pada lapisan stroma, defek epitel yang luas, hipopion dan flare.22
Gambar 10. Keratitis staphylococcus aureus.22
Pada keratitis bakteri staphylococcus aureus dapat memberikan gambaran keratitis yang
berbentuk oval atau bulat, berbatas tegas, tetap terlokalisir, lebih sering berkembang ke dalam
daripada meluas, hiperemis sedang, dan biasanya disertai hipopion.22
19
K eratitis Jamur
Gambaran keratitis jamur berupa ulkus indolen dan padat yang tidak berespon pada terapi
awal, infiltrasi stroma yang halus dengan margin yang berbulu mungkin suatu keratitis jamur
meskipun pewarnaannya dan kultur awalnya negatif. Lesi satelit biasanya terlihat, serta plak
endotel di belakang infiltrat stroma. Biasanya ada reaksi ringan sampai sedang pada bilik mata
depan.5
Mikroflora konjungtiva dan adneksa merupakan organisme yang menginfeksi defek epitel
yang sudah ada. Candida adalah patogen yang paling sering menginfeksi defek epitel yang sudah
ada. Jamur filamentous merupakan penyebab utama infeksi post trauma. Kerusakan akibat jamur
tergantung zat-zat yang diproduksi oleh jamur dan reaksi perbaikan dari host.10
Gambar 11. Keratitis fungi10,20
K eratitis Acanthamoeba
Tanda-tanda awal termasuk keratitis dendriformis, menyebar keratopati punktat epitel yang
kasar, dan meningginya garis epitel dengan bercak infiltrat pada lapisan epitel dan subepitel.
Keratoneuritis radial merupakan pathognomonik untuk penyakit ini tetapi hanya terjadi
dibeberapa kasus. Infeksi stroma biasanya terjadi pada sentral kornea, pada awalnya terlihat abu-
abu putih pada superfisial, nonsupuratif infiltrat. Sebagaimana penyakit berkembang, sebagian
atau terbentuk infiltrat berbentuk cincin yang sempurna di daerah parasentral kornea.4,5
20
Gambar 12. Keratitis acanthamoeba22
D. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis awal berdasarkan tanda dan gejala klinis dan dari anamnesis. Pemeriksaan
oftalmologi yang biasa dilakukan seperti mikroskop slit-lamp dan pemeriksaan histologi.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan yang dapat memastikan dan mengidentifikasi agen
penyebab infeksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan KOH, bakteriologis,
tes sensitifitas dan pemeriksaan polymerase chain reaction. Biopsi dilakukan apabila infeksi
sudah mencapai lapisan stroma.2
a) Bakteri
Patogen yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan bakteriologi keratitis lensa kontak
yaitu Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis.
Pseudomonas aeruginosa, pada pemeriksaan bakteriologisnya mengandung batang-batang
gram-negatif halus panjang.
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermid, pada pemeriksaan bakteriologisnya
mengandung kokus gram-positif – satu-satu, berpasangan atau dalam bentuk rantai.
b) Jamur
Mikroflora konjungtiva dan adneksa yang sering menjadi patogen pada keratitis lensa
kontak adalah candida dan jamur fusarium. Pada pemeriksaan biakan fussarium mengandung
21
unsur-unsur hypha sedangkan pada biakan candida umumnya mengandung pseudohypae atau
bentuk ragi.
c) Acanthamoeba
Pada pemeriksaan histopatologik menampakkan adanya bentuk-bentuk amuba (kista atau
trofozoit). Harus dilakukan pemeriksaan biakan pada larutan pembersih lensa kontak dan kotak
lensa kontak.23
VI. TERAPI
Pengobatan masalah lensa kontak mulai dari melepas lensa kontak untuk waktu yang singkat
sampai pengobatan antibiotik intensif infeksi. Tergantung pada penyebab infeksi, obat tetes mata
antibiotik khusus mungkin diperlukan.6
a) Bakteri
b) Fungi
Larutan Natamycin 5% direkomendasikan untuk pengobatan keratitis jamur filamentous
yang disebabkan oleh spesies Fusarium. Amphotericin B juga diberikan untuk pengobatan
22
keratitis filamentous yang disebabkan spesies Aspergillus. Ketokonazole oral (200 -600 mg/hari)
diberikan sebagai terapi tambahan pada keratitis jamur filamentous yang berat. Itrakonazole oral
(200 mg/hari) mempunyai aktifitas spektrum luas melawan semua spesies Aspergillus dan
candida tetapi aktifitasnya bervariasi terhadap Fusarium.4
Lebih lanjut, debridement secara mekanik dapat membantu pada kasus keratitis fungi
superfisial. Infiltrat fungi pada lapisan dalam stroma kornea tidak berespon terhadap terapi
antifungi topikal, karena meresapnya obat-obat ini menurun terhadap intaknya lapisan epitel.
Injeksi natamycin atau amphotericin B melalui debridemen epitel kornea memberikan hasil yang
signifikan.4
c) Acanthamoeba
Kunci keberhasilan terapi dari keratitis Acanthamoeba adalah diagnosis yang cepat, karena
sekali infeksi menembus sampai stroma, pengobatan jadi kurang efektif. Apabila diagnosis
dibuat ketika penyakit hanya sampai lapisan epitel, debridemen yang luas pada daerah yang
terinfeksi sudah cukup. 4,5
Terdapat dua jenis organisme acanthamoeba, trofozoit dan kista dorman. Bentuk kista
memiliki resistensi yang tinggi untuk obat-obatan amebicidal dan dapat bersifat dorman di
kornea selama berbulan-bulan. Oleh karena itu, antimikroba topikal mulai diberikan setiap jam
dan dikurangi sesuai dengan tingkat keparahan toksisitas dan gejalanya. Pemberian propamidine
(Brolene) dan neomisin (Neosporin), dilengkapi dengan mikonazole, klotrimazol, dan
ketokonazol oral, telah digantikan oleh biguanide polyhexamethylene (PHMB). Dalam
konsentrasi 0,02%, PHMB efektif dalam membunuh kista dan trofozoit pada berbagai ukuran
dan mengakibatkan toksisitas relatif sedikit pada kornea. Terapi dilanjutkan setiap 1-2 jam
23
sampai terlihat perbaikan klinis, biasanya dalam 1-2 minggu. Frekuensi pemberian diturunkan
secara bertahap hingga 4 kali sehari. Pengobatan biasanya diberikan selama beberapa bulan
sampai semua proses peradangan membaik.7
VII. PROGNOSIS
Sebagian besar masalah yang disebabkan oleh lensa kontak akan membaik setelah lensa
dilepaskan. Neovaskularisasi dan keratitis mikrobial dapat menyebabkan gangguan penglihatan
permanen jika tidak ditangani dengan cepat dan memadai.8
VIII. KESIMPULAN
Sangat penting bagi pemakai lensa kontak untuk mengetahui resiko dari pemakaian lensa
kontak sehingga komplikasinya dapat dicegah. Seorang praktisi lensa kontak harus memberi
informasi mengenai resiko pemakaian lensa kontak dan bagaimana menghindarinya. Diagnosis
dan terapi yang tepat dan cepat sangat penting untuk menghindari komplikasi kebutaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Keratitis. Available from: www.wikipedia.org. Accessed on October 13th 2010.2. Gilmore SM, Heimer SR, Yamada A., Infectious Keratitis, In: Ocular Disease Mechanisms And
Management., Saunders Elsevier., USA, 2010: 49 – 55.3. Bailey S.C., Contact lens complications, In: Ophthometrist Today, Moorfields Eye Hospital,
England, 1999: 26 – 35. 4. Liesegang TJ,Deutsch TA. External Disease and Cornea. Section 8, AAO, San
24
Fransisco, 2008-2009: 181 – 9.5. Gross E. B., Complications of Contact Lenses, In: Duane’s Clinical Ophthalmology, (fourth
volume), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003 6. Contact Lenses: Problems, Care and Types. Available from: www.emedicinehealth.com.
Accessed on October 13th 2010.7. Ventocilla M., Contact Lens Complications. In: eMedicine Ophthalmology. Available from:
www.emedicine.com. Accessed on October 13th 2010.8. Contact Lens Problems. Available from: www.emis.com. Accessed on October 13th 2010.9. Radford C. F., Risk Factors for Acanthamoeba Keratitis in Contact Lens Users: case-control
study. In: BMJ. 1995; 310 : 1567.10. Singh D., Keratitis, Fungal. In: eMedicine Ophthalmology. Available from: www.emedicine.com.
Accessed on October 13th 2010.11. Karesh, JW. Topografic anatomy of the eye, In: Duane's Clinical Ophthalmology. (CD-ROOM).
Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003 12. Wong, Tien Yin, The Cornea in The Ophthalmology Examination Review. Singapore,
World Scientific 2001 : 89 – 90.13. Lang, K Gerard. Cornea in Ophthalmology A Short Texbook, New York. Thieme
Shuttgart 2000 : 117- 120.14. Watsky MA, Olsen TW., Cornea and Sclera, In: Duane’s Clinical Ophthalmology, (two volume,
chapter four), (CD-ROOM). Lippincott Williams & Wilkins. USA : 2003.15. Edelhauser HF. The cornea and the sclera, chapter 4 in Adlers Physiology of The eye
Clinical'Aplication. 10 th ed. St.louis, Missouri, Mosby, 2005 : 47-103.16. Oyster, Clyde W. The Human Eye, Structure and Function. Sunderland,
Massachussetts, 1999 : 325-350.17. Contact Lens. Available from: www.wikipedia.com. Accessed on October 13th 2010.18. Segre L., The Basic of Contact Lenses. Available from: www.allaboutvision.com. Accessed on
13th 2010.19. Contact Lens Solution. Available from: www.discllaimer.com. Accessed on 13th 2010.20. Kara-Jose N., Coral-Ghanem C., Complications Associated with Contact Lens Use. In: Contact
Lenses in Ophthalmic Practice. Springer-Verlag. New York. 2004: 243 – 63.21. Kunimoto D. Y.,Kanitkar K. D., Makar M. S., Contact Lens-Related Problems, In: The Wills Eye
Manual. 4th edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia. 2004:69 – 72.22. Eksteen C., Contact Lens Complications. Availabel from: www.google.com. Accessed on
October 13th 2010.23. Biswell R., Kornea. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta, 2000:132 – 6.
25