Upload
hathien
View
264
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 8 8/PER-DJPSDKP/2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA
KELAUTAN DAN PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan operasional Kapal
Pengawas Perikanan yang efektif dan efisien, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dipandang perlu adanya Petunjuk Teknis Operasional
Kapal Pengawas Perikanan;
b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Jenderal.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomorr 4849);
3. Undang-undang No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-undang No. 27 tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110
Telp (021) 3519070 ext 1524/1526, Fax : (021) 3451057
2
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 24);
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi, Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah,
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 189);
6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia(Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 528);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER
DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK
TEKNIS OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Kapal Pengawas Perikanan adalah kapal negara yang diberi tanda
tertentu untuk melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di
bidang kelautan perikanan.
2. Awak Kapal Pengawas Perikanan, selanjutnya disebut AKP, adalah
Aparatur Sipil Negara yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal
pengawas perikanan untuk melakukan tugas pengawasan
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan sesuai jabatan dan
keterampilannya.
3
3. Nakhoda adalah pimpinan tertinggi di atas kapal dan mempunyai
wewenang dan tanggung jawab tertentu, sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
4. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan yang selanjutnya disingkat
PPNS Perikanan adalah pejabat pegawai negeri sipil yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang perikanan.
5. Operasi Mandiri adalah kegiatan operasional Kapal Pengawas
Perikanan yang dilaksanakan secara mandiri dalam rangka
pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan.
6. Operasi Bersama adalah kegiatan operasional Kapal Pengawas
Perikanan yang dilaksanakan secara bersama dengan unsur instansi
lainnya, dengan pimpinan dan kendali operasi oleh masing-masing
instansi.
7. Kerjasama Operasi adalah kegiatan operasional Kapal Pengawas
Perikanan dengan dukungan instansi terkait di bawah satu pimpinan
operasi.
8. Operasi Pencarian dan Pertolongan (Search and Rescue/ SAR) adalah
kegiatan operasional Kapal Pengawas Perikanan dalam rangka
membantu pencarian dan pertolongan jiwa manusia oleh karena
musibah di laut, atas permintaan dari instansi lainnya maupun
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008 tentang Pelayaran.
9. Operasi Sosial Kemanusiaan adalah kegiatan operasional Kapal
Pengawas Perikanan yang dilaksanakan secara mandiri atau bekerja
sama dengan instansi terkait dalam rangka mendukung dan/atau
membantu kegiatan sosial kemanusiaan, antara lain penanggulangan
korban bencana alam.
10. Daerah operasi adalah suatu wilayah perairan dimana Kapal
Pengawas Perikanan melakukan operasi pengawasan SDKP.
11. Menghentikan, Memeriksa, Membawa dan Menahan yang selanjutnya
disingkat Henrikhan adalah serangkaian tindakan dalam rangka
pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan yang meliputi
upaya menghentikan, memeriksa, membawa dan menahan kapal
yang diduga atau patut diduga melakukan tindak pidana di bidang
perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.
12. Barang Bukti adalah benda bergerak atau tidak dan/atau alat/sarana
yang digunakan dan/atau yang dihasilkan dari tindak pidana
4
perikanan serta telah dilakukan penyitaan oleh penyidik sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan
pedalaman dan perairan kepulauannya.
14. Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya disingkat WPP-NRI adalah wilayah pengelolaan perikanan
untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi,
penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan
pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan
zona ekonomi eksklusif Indonesia.
15. Laporan Situasi Harian (Daily Situation Reports/Sitrep) adalah
laporan/berita harian pada saat Kapal Pengawas Perikanan beroperasi
atau selama berada di dermaga untuk disampaikan kepada Pusat
Pengendali (Pusdal) dengan menggunakan perangkat komunikasi yang
ada di atas kapal.
16. Laporan Hasil Operasi Kapal Pengawas Perikanan adalah laporan hasil
operasi pengawasan SDKP setiap periode kepada Direktur Jenderal cq
Direktur.
17. Rencana Operasi yang selanjutnya disingkat RO adalah dokumen yang
berisi rencana kegiatan operasi yang akan dilaksanakan oleh kapal
pengawas perikanan.
18. Surat Tugas yang selanjutnya disingkat ST adalah surat yang dibuat
untuk menugaskan seseorang/sekelompok orang untuk
melaksanakan suatu tugas.
19. Perintah Gerak yang selanjutnya disingkat PG adalah surat yang
dibuat untuk menugaskan Kapal Pengawas Perikanan melaksanakan
kegiatan operasi pengawasan.
20. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan yang selanjutnya disingkat UPT adalah unit kerja yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
21. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang
menyelenggarakan urusan di bidang pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan.
22. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan.
23. Direktur adalah Direktur Kapal Pengawas Perikanan.
5
24. Direktorat adalah Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal yang
bertanggung jawab di bidang operasional dan logistik Kapal Pengawas
Perikanan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Maksud disusunnya petunjuk teknis ini adalah sebagai acuan bagi
operator pada Direktorat Kapal Pengawas, UPT, dan AKP dalam
pelaksanaan Operasional Kapal Pengawas Perikanan.
(2) Tujuan petunjuk teknis ini adalah untuk mewujudkan operasional
Kapal Pengawas Perikanan yang efektif dan efisien, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 3
Ruang lingkup petunjuk teknis operasional Kapal Pengawas Perikanan ini
meliputi:
a. Prinsip Operasional Kapal Pengawas Perikanan;
b. Tugas dan Tanggung Jawab Gelar Operasi;
c. Daerah operasional Kapal Pengawas Perikanan;
d. Jenis Operasi;
e. Pola Operasi;
f. Penyelenggaraan Operasi; dan
g. Pelaporan.
BAB IV
PRINSIP OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
Pasal 4
Prinsip operasional Kapal Pengawas Perikanan, meliputi:
a. keselamatan (Safety), yaitu setiap tindakan yang diambil dalam
operasional Kapal Pengawas Perikanan harus mempertimbangkan
faktor keselamatan jiwa manusia dan materil;
b. kerahasian (Confidentiality), yaitu kerahasian operasi Kapal Pengawas
Perikanan harus dijaga oleh seluruh personel, baik berupa metode,
prosedur, tindakan dan komunikasi agar misi operasi tersebut dapat
tercapai;
6
c. Akuntabel (Accountable), yaitu penyelenggaraan operasional Kapal
Pengawas Perikanan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum,
terukur dan jelas;
d. Efektif dan efisien (Effective and Efficient), yaitu penyelenggaraan
operasional Kapal Pengawas Perikanan perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan adanya keseimbangan yang wajar antara hasil
dan upaya serta sarana yang digunakan.
BAB V
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GELAR OPERASI
Pasal 5
Pengorganisasian operasional Kapal Pengawas Perikanan dalam
melaksanakan tugas pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan di laut terdiri dari:
a. penanggungjawab operasi;
b. pengendali operasi;
c. pengendali taktis;
d. pengendali teknis; dan
e. pusat pengendalian (Pusdal).
Pasal 6
(1) Penanggungjawab operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a adalah Direktur Jenderal.
(2) Penanggungjawab operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggungjawab terhadap operasi Kapal Pengawas Perikanan.
Pasal 7
(1) Pengendali operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
adalah Direktur Jenderal.
(2) Direktur Jenderal mendelegasikan tugas pengendali operasi kepada :
a. Direktur untuk kapal pengawas perikanan yang dioperasikan oleh
Direktorat;
b. Kepala UPT untuk kapal pengawas perikanan yang dioperasikan
oleh UPT .
(3) Pengendali operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
tugas antara lain:
a. menetapkan kebijakan dalam merencanakan dan merumuskan
tujuan dan target sasaran operasi;
7
b. mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan operasi pengawasan
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan sesuai
kewenangannya.
Pasal 8
(1) Pengendali taktis operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
c terdiri dari:
a. Direktorat; dan
b. UPT.
(2) Tugas pengendali taktis operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
antara lain:
a. membuat RO;
b. menyiapkan Kapal Pengawas Perikanan dan AKP; dan
c. mengendalikan operasi Kapal Pengawas Perikanan dan unsur di
bawahnya.
Pasal 9
(1) Untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh Direktorat,
pengendali taktis operasi dilaksanakan oleh:
a. Kepala Sub Direktorat Logistik dan Operasional Wilayah Barat; dan
b. Kepala Sub Direktorat Logistik dan Operasional Wilayah Timur.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pengendali taktis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh personil Tim Logistik dan
Operasional yang ditunjuk, terdiri dari:
a. Kepala Seksi Operasi;
b. Kepala Seksi Logistik;
c. Koordinator Pusdal; dan
d. Operator Radio.
Pasal 10
(1) Untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
pengendali taktis operasi dilaksanakan oleh Kepala Seksi Pengawasan
dan Penanganan Pelanggaran; dan
(2) Untuk Kapal pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT Stasiun
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, pengendali taktis
operasi dilaksanakan oleh Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan.
Pasal 11
(1) Pengendali teknis operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
d adalah Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan.
8
(2) Tugas pengendali teknis operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara lain:
a. membuat perencanaan teknis operasi di lapangan;
b. melaksanakan seluruh kegiatan operasi;
c. melakukan komunikasi dengan Direktorat; dan
d. melaporkan hasil operasi.
(3) Dalam melakukan tugas sebagai pengendali teknis operasi, Nakhoda
Kapal Pengawas Perikanan bertanggung jawab secara berjenjang
kepada:
a. Direktur atau kepala UPT sebagai pengendali operasi; dan
b. Direktur Jenderal sebagai penanggungjawab operasi.
Pasal 12
(1) Pusat pengendalian (Pusdal) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf e bertugas melakukan komunikasi dengan Kapal Pengawas
Perikanan.
(2) Komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. dari pusat pengendalian (Pusdal)/UPT ke kapal pengawas perikanan
atau sebaliknya; dan/atau
b. antara Pusdal UPT ke Pusdal Pusat atau sebaliknya; dan/atau
c. antara kapal pengawas perikanan.
(3) Tata cara komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menggunakan prosedur antara lain:
a. menggunakan kata sandi untuk menjaga kerahasiaan komunikasi
dalam operasi; dan
b. menggunakan fasilitas sistem komunikasi yang ada.
Pasal 13
Mekanisme mengenai tugas dan tanggung jawab gelar operasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
BAB VI
DAERAH OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
Pasal 14
(1) Daerah operasional Kapal Pengawas Perikanan dilaksanakan di WPP-
NRI.
9
(2) Dalam kegiatan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kapal Pengawas Perikanan tetap memperhatikan:
a. kemampuan daya jelajah;
b. asas keselamatan (safety); dan
c. keamanan (security).
(3) Dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional Kapal Pengawas
Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kondisi perairan
laut/sea state yang direkomendasikan, antara lain:
a. Untuk Kapal Pengawas Perikanan tipe A dengan ukuran panjang
lebih dari 50 meter dapat beroperasi pada kondisi laut/Sea State 5
(lima) dengan tinggi gelombang kurang dari 4 m;
b. Untuk Kapal Pengawas Perikanan tipe B dengan ukuran panjang
lebih dari 40 (empat puluh) meter sampai dengan 50 (lima puluh)
meter dapat beroperasi pada kondisi laut/Sea State 4 (empat)
dengan tinggi gelombang kurang dari 2,5 (dua setengah) meter;
c. Untuk Kapal Pengawas Perikanan tipe C dengan ukuran panjang
lebih dari 30 (tiga puluh) meter sampai dengan 40 (empat puluh)
meter dapat beroperasi pada kondisi laut/Sea State 3 (tiga) dengan
tinggi gelombang kurang dari 1,25 (satu koma dua lima) meter;
d. Untuk Kapal Pengawas Perikanan tipe D dengan ukuran panjang
lebih dari 20 (dua puluh) meter sampai dengan 30 (tiga puluh)
meter dapat beroperasi pada kondisi laut/Sea State 3 (tiga) dengan
tinggi gelombang kurang dari 1,25 (satu koma koma lima) meter;
dan
e. Untuk Kapal Pengawas Perikanan tipe E dengan ukuran panjang
lebih dari 15 (lima belas) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter
dapat beroperasi pada kondisi laut/Sea State 2 (dua) dengan tinggi
gelombang kurang dari 0,5 (nol koma dua) meter.
BAB VII
JENIS OPERASI
Bagian Kesatu
Jenis Operasi
Pasal 15
Jenis operasi terdiri dari:
a. Operasi Mandiri;
b. Operasi Bersama;
c. Kerjasama Operasi; dan
d. Operasi Lainnya.
10
Pasal 16
Pelaksanaan operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a,b,
dan c dilaksanakan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari:
a. Direktorat Jenderal;
b. Dinas yang membidangi urusan kelautan dan perikanan;
c. UPT;
d. Instansi Terkait; dan
e. Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas).
Bagian Kedua
Operasi Mandiri
Pasal 17
(1) Dalam hal pelaksanaan Operasi Mandiri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf a, Tim Logistik dan Operasional membuat RO
berdasarkan skala prioritas.
(2) Skala prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dan disampaikan
kepada Direktur.
(3) Mekanisme penyiapan RO dan kebutuhan logistik dilaksanakan oleh:
a. untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh
Direktorat, penyiapan RO dan kebutuhan logistik Kapal Pengawas
Perikanan dilaksanakan oleh Tim Logistik dan Operasional;
b. untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
penyiapan RO dilaksanakan oleh Seksi Pengawasan dan
Penanganan Pelanggaran, sedangkan Seksi Sarana dan Prasarana
menyiapkan kebutuhan logistik Kapal Pengawas Perikanan dan
kebutuhan logistik personel; dan
c. Untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
penyiapan RO dan kebutuhan logistik Kapal Pengawas Perikanan
dilaksanakan oleh Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan.
(4) Direktur menerbitkan ST dan PG untuk Kapal Pengawas Perikanan
yang dioperasikan oleh Direktorat.
(5) Kepala UPT menerbitkan ST dan PG untuk Kapal Pengawas Perikanan
yang dioperasikan oleh UPT.
11
(6) Nakhoda menyiapkan Kapal Pengawas Perikanan dan AKP, serta
melaksanakan operasi berdasarkan ST dan PG.
Bagian Ketiga
Operasi Bersama
Pasal 18
(1) Mekanisme Operasi Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf b, antara lain:
a. Rencana Operasi Bersama disusun berdasarkan misi yang telah
ditentukan bersama dengan instansi terkait, yang disampaikan
kepada Menteri Kelautan dan Perikanan RI melalui Direktur
Jenderal c.q Direktur;
b. Direktur menugaskan Tim Logistik dan Operasional untuk
menyiapkan RO Kapal Pengawas Perikanan berdasarkan rencana
kebutuhan dan/atau permintaan, serta berkoordinasi dengan
instansi terkait;
c. untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
Seksi Pengawasan dan Penanganan pelanggaran menyiapkan RO,
sedangkan Seksi Sarana dan Prasarana bertugas menyiapkan
kebutuhan logistik dan personel Kapal Pengawas Perikanan;
d. untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
penyiapan RO dan kebutuhan logistik Kapal Pengawas Perikanan
dilaksanakan oleh Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan;
e. Direktur menerbitkan ST dan PG untuk Kapal Pengawas Perikanan
yang dioperasikan oleh Direktorat;
f. Kepala UPT menerbitkan ST dan PG untuk Kapal Pengawas
Perikanan yang dioperasikan oleh UPT;
g. Nakhoda menyiapkan Kapal Pengawas Perikanan dan AKP, serta
melaksanakan operasi berdasarkan ST dan PG.
(2) Pelaksanaan Operasi Bersama dilakukan sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki.
12
Bagian Keempat
Kerja Sama Operasi
Pasal 19
(1) Mekanisme Kerjasama Operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
huruf c, antara lain:
a. Pemerintah Daerah atau instansi terkait mengajukan permohonan
kerjasama operasi dengan Direktur Jenderal;
b. berdasarkan persetujuan Direktur Jenderal, Direktur atau Kepala
UPT menetapkan rencana operasi sesuai dengan permohonan
Pemerintah Daerah atau instansi terkait;
c. Untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh
Direktorat, Tim Logistik dan Operasional menyusun RO
berdasarkan permohonan kerjasama operasi dari Pemerintah
Daerah atau instansi terkait tentang adanya indikasi pelanggaran
yang terjadi di daerah;
d. Untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
Seksi Pengawasan dan Penanganan Pelanggaran menyiapkan RO
berdasarkan permohonan kerjasama operasi dari Pemerintah
Daerah atau instansi terkait, sedangkan Seksi Sarana dan
Prasarana menyiapkan kebutuhan logistik dan personel Kapal
Pengawas Perikanan;
e. Untuk Kapal Pengawas Perikanan yang dioperasikan oleh UPT
Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
penyiapan RO dan kebutuhan logistik dan personel Kapal Pengawas
Perikanan dilaksanakan oleh Kepala Stasiun Pengawasan Sumber
Daya Kelautan dan Perikanan;
f. Direktur menerbitkan ST dan PG untuk Kapal Pengawas Perikanan
yang dioperasikan oleh Direktorat;
g. Kepala UPT menerbitkan ST dan PG untuk Kapal Pengawas
Perikanan yang dioperasikan oleh UPT; dan
h. Nakhoda menyiapkan Kapal Pengawas Perikanan dan AKP, serta
melaksanakan operasi berdasarkan ST dan PG.
(2) Pelaksanaan operasi bersama dilakukan sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki.
13
Pasal 20
(1) Operasi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d
merupakan operasi yang dilakukan oleh Kapal Pengawas Perikanan di
luar tugas operasi pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan dan bersifat insidensial, meliputi:
a. operasi pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR); dan
b. operasi sosial kemanusiaan.
(2) Operasi pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
atas permintaan dari Badan SAR Nasional (Basarnas) maupun
kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Operasi sosial kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf
b dilaksanakan dalam rangka pertolongan korban bencana alam.
(4) Operasi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara mandiri, bersama maupun gabungan dan didukung oleh
sumber daya manusia dan sarana berupa kapal pengawas perikanan
yang memadai.
Pasal 21
Mekanisme dan alur proses pelaksanaan jenis operasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, b, dan c tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
Jenderal ini.
BAB VIII
POLA OPERASI
Pasal 22
(1) Dalam pelaksanaan operasi, Kapal Pengawas Perikanan bergerak
berdasarkan pola operasi tertentu.
(2) Pola operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. pola operasi pencegatan yang terdiri dari :
1) pola operasi garis lurus;
2) pola operasi garis silang, dan
3) pola operasi stasiun tetap.
b. pola operasi poin ke poin; dan
c. pola operasi sector.
14
Pasal 23
(1) Pola Operasi Pencegatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(2) huruf a dilakukan dengan cara menghadang suatu target atau
sasaran berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.
(2) Tata cara melaksanakan operasi pencegatan antara lain:
a. mencegat target pada suatu jalur pelayaran yang strategis pada
awal pelayaran;
b. menunggu dan mencegat pada suatu tempat yang strategis pada
jalur pelayaran yang akan dilewati kapal sasaran; dan
c. mencegat pada suatu jalur pelayaran yang strategis pada tempat
tujuan akhir dari kapal sasaran.
Pasal 24
Untuk mendukung operasi pencegatan yang dilaksanakan dalam suatu
operasi pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), jenis
pola operasi yang digunakan Kapal Pengawas Perikanan terdiri dari:
a. pola operasi garis lurus;
b. pola operasi garis silang; dan
c. pola operasi stasiun tetap.
Pasal 25
Pola operasi garis lurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a
dilakukan oleh Kapal Pengawas Perikanan yang bergerak dari suatu tempat
ke tempat lain sepanjang garis lurus untuk mencegat target atau sasaran
pada daerah operasi.
Pasal 26
(1) Pola operasi silang sebagaimana dimaksud dalam pada Pasal 24 huruf
b dilakukan oleh Kapal Pengawas Perikanan secara menyilang dari
suatu tempat ke tempat lain.
(2) Pola operasi dilaksanakan berdasarkan target operasi dengan daerah
operasi yang tidak terlalu luas.
Pasal 27
(1) Pola operasi stasiun tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf c dilaksanakan dengan mempertimbangkan jarak antara dua
pulau atau lebih yang cukup jauh dengan melibatkan kapal pengawas
perikanan lebih dari dua unsur kapal.
(2) Pola operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan pergerakan bebas di sekitar daerah operasi dengan
mempertahankan posisinya masing-masing.
15
(3) Apabila ada target yang dicurigai memasuki daerah operasi, tiap
unsur dapat bersama-sama/sendiri melakukan pemeriksaan terhadap
kapal perikanan yang menjadi target operasi.
Pasal 28
(1) Pola operasi dari poin ke poin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (2) huruf b dilakukan berdasarkan pergerakan Kapal Pengawas
Perikanan yang dilakukan dengan target operasi yang belum diketahui
dengan daerah operasi yang cukup luas dan unsur kapal pengawas
perikanan yang terlibat sangat terbatas.
(2) Dalam hal menentukan target operasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) perlu didukung oleh data dan informasi yang dapat diperoleh
dari:
a. Direktorat teknis lingkup Ditjen PSDKP;
b. UPT ;
c. instansi terkait; dan
d. Kelompok Masyarakat Pengawas.
Pasal 29
(1) Pola operasi berdasarkan pembagian sektor sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (2) huruf c dilaksanakan dengan cara membagi
daerah operasi menjadi beberapa bagian sesuai dengan target yang
belum diketahui dengan melibatkan lebih dari satu unsur Kapal
Pengawas Perikanan.
(2) Masing-masing unsur Kapal Pengawas Perikanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab terhadap daerah
operasinya.
(3) Pola operasi berdasarkan pembagian sektor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat didukung melalui pemantauan dengan pesawat
udara untuk menentukan target operasi.
Pasal 30
Pelaksanaan pola operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
16
BAB IX
PENYELENGGARAAN OPERASI
Pasal 31
Agar operasional kapal pengawas perikanan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien, penyelenggaraan operasi meliputi:
a. Perencanaan, yang terdiri dari:
1) persiapan;
2) sasaran; dan
3) persiapan teknis.
b. pelaksanaan operasi; dan
c. evaluasi operasi.
Pasal 32
(1) Perencanaan operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a
angka 1) terdiri dari:
a. penentuan waktu dan daerah operasi; dan
b. penentuan sasaran dan target operasi.
(2) Penentuan waktu dan daerah operasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari:
a. analisa daerah operasi;
b. perkiraan keadaan (analisa data cuaca/ BMKG);
c. peta situasi kerawanan kegiatan illegal fishing di laut;
d. daerah potensi penangkapan ikan; dan
e. posisi Kapal Perikanan Indonesia dan Kapal Perikanan Asing
yang beroperasi.
(3) Penentuan sasaran dan target operasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan berdasarkan:
a. data Sistem Pemantauan Kapal Perikanan (SPKP);
b. data intelejen;
c. informasi dari Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan;
d. data dan informasi dari UPT;
e. data dan informasi dari instansi terkait; dan
f. informasi dari Kelompok Masyarakat Pengawas/Pokmaswas.
Pasal 33
Sasaran Operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a angka 2)
dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kerawanan perairan, antara
lain:
17
a. perairan rawan illegal Fishing;
b. perairan rawan kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan
(Destructive Fishing);
c. perairan kawasan konservasi;
d. perairan kawasan budidaya perikanan;
e. perairan kawasan benda muatan kapal tenggelam (BMKT); dan
f. perairan kawasan industrialisasi perikanan.
Pasal 34
(1) Persiapan operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf a
dilaksanakan oleh Direktur.
(2) Direktur memerintahkan Tim Operasional dan Logistik Kapal
Pengawas Perikanan untuk melakukan persiapan.
(3) Persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. dukungan administrasi operasi kapal pengawas perikanan terdiri
dari RO, ST, dan PG;
b. persiapan dukungan logistik kapal yang terdiri dari bahan bakar
minyak, pelumas/oli, air tawar dan logistik personil;
c. persiapan teknis Kapal Pengawas Perikanan yang dilakukan oleh
nakhoda Kapal Pengawas Perikanan; dan
d. persiapan AKP.
(4) Persiapan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
meliputi:
a. kesiapan teknis kapal pengawas perikanan (Laporan Kondisi Teknis
Kapal/LAPKONIS);
b. persiapan bahan bakar minyak, minyak pelumas, dan air tawar
dalam kondisi norma penuh;
c. persiapan AKP; dan
d. persiapan suku cadang /Spare part on board sesuai kebutuhan
Kapal Pengawas Perikanan.
(5) Dalam hal melakukan persiapan operasi, UPT bertugas membantu
mengkoordinasikan kelancaran persiapan gelar operasi Kapal
Pengawas Perikanan.
Pasal 35
(1) Pelaksanaan Operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf b
dilaksanakan dengan pendeteksian, pengenalan dan penilaian obyek
pada daerah-daerah pengawasan.
18
(2) Pelaksanaan operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan:
a. pendeteksian obyek;
b. pengenalan obyek;
c. penilaian obyek; dan
d. pemeriksaan kapal.
Pasal 36
(1) Pendeteksian obyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
huruf a dilakukan untuk mengidentifikasi obyek dan pergerakan
target
(2) Pendeteksian obyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. visual;
b. optik (teropong);
c. radar; dan
d. Long Range Camera/LRC.
Pasal 37
(1) Pengenalan obyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
huruf b dilakukan untuk menentukan identitas kapal.
(2) Pengenalan obyek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. nama kapal;
b. jenis kapal;
c. negara/bendera;
d. warna kapal;
e. nomor lambung kapal; dan
f. kegiatan yang dilakukan.
Pasal 38
(1) Penilaian obyek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf
c dilaksanakan berdasarkan data dan informasi dari hasil pengenalan
obyek dan target untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
(2) Apabila ditemukan kecurigaan terhadap target tersebut, akan
dilakukan tindakan henrikhan.
(3) Apabila tidak dilakukan henrikhan, maka kapal tersebut dapat
melanjutkan kegiatannya.
19
Pasal 39
Format ST dan dan PG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3)
huruf a tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 40
Pemeriksaan Kapal Perikanan oleh Kapal Pengawas Perikanan
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dengan pasal 31 point c, terbagi
menjadi:
a. evaluasi teknis kapal; dan
b. evaluasi operasi kapal.
(2) Evaluasi teknis kapal dilakukan sebelum dan sesudah operasi oleh
Nakhoda, meliputi kondisi teknis dek dan mesin kapal (LAPKONIS).
(3) Evaluasi operasi kapal dilakukan setelah kegiatan operasi berakhir
oleh:
a. Direktorat;
b. UPT; dan
c. Nakhoda Kapal Pengawas Perikanan.
Pasal 42
(1) Komunikasi Kapal Pengawas Perikanan kepada pusat pengendalian
(Pusdal) atau kepada Direktur dilakukan sesuai dengan:
a. prosedur komunikasi yang berlaku di bidang pelayaran.
b. menggunakan sarana komunikasi yang tersedia.
(2) Dalam kegiatan komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
nakhoda Kapal Pengawas Perikanan wajib menyampaikan
laporan/berita harian melalui:
a. radio komunikasi ke pusat pengendalian (Pusdal);
b. surat elektronik (email);
c. pesan singkat (Short Messages Service); dan
d. telepon satelit.
(3) Komunikasi dengan menggunakan sarana radio komunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan pada jam jaga
radio antara pukul 08.00 sampai dengan Pukul 09.00 dan antara
Pukul 16.00 sampai dengan Pukul 17.00 WIB.
20
(4) Dalam keadaan mendesak, nakhoda Kapal Pengawas Perikanan dapat
mengirimkan berita di luar waktu yang sudah dijadwalkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Hal-hal yang dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi:
a. kondisi teknis Kapal Pengawas Perikanan dan AKP;
b. posisi Kapal Pengawas Perikanan;
c. kondisi cuaca;
d. kegiatan-kegiatan pengawasan; dan
e. data dan informasi lainnya.
BAB X
PELAPORAN
Pasal 43
(1) Nakhoda wajib membuat laporan kegiatan operasi Kapal Pengawas
Perikanan,
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Laporan Situasi Harian (Daily Situation Reports/Sitrep); dan
b. Laporan Hasil Operasi Kapal Pengawas Perikanan.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b
dilaporkan kepada Direktur untuk kapal pengawas perikanan yang di
operasikan oleh Direktorat.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b
dilaporkan kepada kepala UPT untuk kapal pengawas perikanan yang
di operasikan oleh UPT.
Pasal 44
Format Laporan Situasi Harian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43
ayat (2) huruf a tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 45
Format laporan Hasil Operasi Kapal Pengawas Perikanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf b tercantum dalam Lampiran VI
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
Jenderal ini.
21
BAB XI
PENUTUP
Pasal 46
Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 5 Desember 2014
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,
ASEP BURHANUDIN
Lembar Pengesahan
No. Pejabat Paraf
1. Sekretaris Ditjen. PSDKP
2. Direktur Was SDP
3. Direktur Was SDK
4. Direktur PSDKP & PIP
5. Direktur PP
6. Direktur Kapal Pengawas
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERALPENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 8/PER-DJPSDKP/2014
TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
`
A. TTUUGGAASS DDAANN TTAANNGGGGUUNNGGJJAAWWAABB GGEELLAARR OOPPEERRAASSII
: Garis Koordinasi
: Garis Komando
ADMINLOG
PUSDAL
HMT HIU HMC HIU HMC HMT
ADMINOPS DATA ANALISIS
NAKHODA
DALTEKOPS
UNSUR UDARA
PILOT PESAWAT UDARA
DATA & INFORMASI DIT. LINGKUP PSDKP / POKMASWAS
PENGENDALI TAKTIS
KASUBDIT LOGOPS WILBAR/TIM
RENOPS
KASI OPS
ADMINLOG
KASI LOGISTIK
DIRJEN PSDKP
PENANGGUNG JAWAB
NAKHODA
DALTEK OPS
NAKHODA
DALTEK OPS
NAKHODA
DALTEK OPS
NAKHODA
DALTEK OPS
NAKHODA
DALTEK OPS
DIR. KAPAL PENGAWAS
PENGENDALI OPERASI
OPR. RADIO OPR. SANDI
BB.. TTUUGGAASS DDAANN TTAANNGGGGUUNNGG JJAAWWAABB GGEELLAARR OOPPEERRAASSII UUPPTT PPSSDDKKPP
UUPPTT PPSSDDKKPP
NAKHODA
DALTEK OPS
PADAIDO /
TAKALAMUNGAN
TODAK /
BARRACUDA NAPOLEON
NAKHODA
DALTEK OPS
NAKHODA
DALTEK OPS
H I U
NAKHODA
DALTEK OPS
DATA & INFORMASI INSTANSI TERKAIT / POKMASWAS
DIRJEN PSDKP
PENANGGUNG JAWAB
KEPALA UPT PSDKP
PENGENDALI OPERASI
PENGENDALI TAKTIS
KASI PENGAWASAN & PP
ADMINLOG OPS REGIONAL
PUSDAL
JJAARRIINNGG KKOOMMUUNNIIKKAASSII
PENANGGUNG JAWAB OPS
UNSUR OPERASI LAUT
KAPAL PATROLI
UNSUR OPERASI UDARA
PESAWAT UDARA
PENGENDALI TAKTIS UPT
UPT
P U S D A L
KAPAL PENGAWAS
B1
B1
B1,B2, B3 B1,B2, B3
B1,B2, B3
KETERANGAN: B1 : Telepon, Fax, Telegram, Email B2 : HF, UHF, VHF, FM
B3 : Telepon Satelit
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
ASEP BURHANUDIN
ASEP BURHANUDIN
CC.. JJAARRIINNGG KKOOMMUUNNIIKKAASSII
UUPPTT PPSSDDKKPP
LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERALPENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR
TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
1. Alur Proses Pelaksanaan Operasi Mandiri
a. Alur proses pelaksanaan operasi mandiri Direktorat
DIREKTUR
KAPAL PENGAWAS
NAKHODA KAPAL
PENGAWAS
TIM LOG & OPS
REN OPS
PUSDAL
ADMIN LOG
LAPKONIS
RO
DIRJEN
PSDKP DATA &
INFORMASI
ST/PG
Keterangan: Garis Komando Garis Koordinasi
Data dan Informasi RO = Rencana Operasi ST = Surat Tugas
PG = Perintah Gerak
b. Alur Proses Pelaksanaan Operasi Mandiri UPT
DATA &
INFORMASI
RO
DIRJEN
PSDKP
KEPALA
UPT PSDKP
NAKHODA KAPAL
PENGAWAS
ST/PG
TIM LOG& OPS :
KASIE SARPRAS DAN
KASIE PENGAWASAN & PP
REN OPS
PUSDAL
ADMIN LOG
LAPKONIS
Keterangan: Garis Komando Garis Koordinasi Data dan Informasi
RO = Rencana Operasi ST = Surat Tugas PG = Perintah Gerak
2. Alur Proses Pelaksanaan Operasi Bersama
a. Alur proses pelaksanaan Operasi Bersama Direktorat
TNI-AL/
POLRI/INSTANSI
TERKAIT
TIM LOG & OPS
REN OPS
PUSDAL
ADMIN LOG
LAPKONIS
DIREKTUR
KAPAL PENGAWAS
NAKHODA KAPAL
PENGAWAS
DIRJEN
PSDKP
ST/PG RO
DATA &
INFORMASI
Keterangan: Garis Komando
Garis Koordinasi Data dan Informasi
RO = Rencana Operasi ST = Surat Tugas PG = Perintah Gerak
b. Alur Proses Pelaksanaan Operasi Bersama UPT
NAKHODA KAPAL
PENGAWAS
DIRJEN
PSDKP
ST/PG
TNI-AL/
POLRI/INSTANSI
TERKAIT
DATA &
INFORMASI
RO
KEPALA
UPT PSDKP
TIM LOG& OPS :
KASIE SARPRAS DAN
KASIE PENGAWASAN & PP
REN OPS
PUSDAL
ADMIN LOG
LAPKONIS
Keterangan:
Garis Komando Garis Koordinasi Data dan Informasi
RO = Rencana Operasi ST = Surat Tugas PG = Perintah Gerak
3. Alur Proses Pelaksanaan Kerjasama Operasi
a. Alur Proses Pelaksanaan Kerjasama Operasi Direktorat
PEMDA/
INSTANSI
TERKAIT
PERSONEL
ON BOARD
DATA &
INFORMASI
DIRJEN
PSDKP
ST/PG
NAKHODA KAPAL
PENGAWAS
RO
TIM LOG & OPS
REN OPS
PUSDAL
ADMIN LOG
LAPKONIS
DIREKTUR
KAPAL PENGAWAS
Keterangan: Garis Komando
Garis Koordinasi Data dan Informasi
RO = Rencana Operasi ST = Surat Tugas PG = Perintah Gerak
b. Alur Proses Pelaksanaan Kerjasama Operasi UPT
PEMDA/
INSTANSI
TERKAIT
DIRJEN
PSDKP
ST/PG
NAKHODA KAPAL
PENGAWAS
DATA &
INFORMASI
RO
PERSONEL
ON BOARD
KEPALA UPT PSDKP
TIM LOG& OPS :
KASIE SARPRAS DAN
KASIE PENGAWASAN & PP
REN OPS
PUSDAL
ADMIN LOG
LAPKONIS
Keterangan: Garis Komando Garis Koordinasi
Data dan Informasi RO = Rencana Operasi ST = Surat Tugas
PG = Perintah Gerak
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
ASEP BURHANUDIN
ASEP BURHANUDIN
LAMPIRAN III PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 8/PER-DJPSDKP/2014
TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN.
1. Pola Operasi Pencegatan
a. Pola Operasi Garis Lurus.
b. PolaOperasi Garis Silang
c. Pola Operasi Stasiun Tetap.
2. Pola Operasi Poin ke Poin.
A B
C
3. Pola Operasi Sektor
SEKTOR A
SEKTOR B
SEKTOR C
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
ASEP BURHANUDIN
SURAT TUGAS
Nomor:
Pertimbangan : bahwa dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia oleh Kapal Pengawas, maka dipandang perlu menugaskan awak kapal pengawas/staf untuk melaksanakan kegiatan dimaksud.
Dasar : a. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
c. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2014 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.
d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26/PERMEN-KP/2013 .
Memberi Tugas :
Kepada : Lathalansyah Hade, NIP : 19780308 200312 1 002 Nakhoda KP. HIU 010 beserta Awak Kapal Pengawas sesuai daftar terlampir.
Untuk : a. Melaksanakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, Periode Operasi III / 2014 di wilayah Barat dengan sandi ”KEMBUNG”.
b. Sektor operasi pengawasan KP. HIU 010 dari Dumai ke WPP-NRI 711 dan berakhir di Tarempa
c. Kegiatan dilaksanakan selama 5 (lima) hari, TMT 12 s.d. 16 April 2014.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346, Pos Elektronik [email protected]
LAMPIRAN IV PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 8/PER-DJPSDKP/2014
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
d. Persenjataan organik Awak Kapal Pengawas.
e. Membuat laporan tertulis mengenai pelaksanaan tugas dan pertanggungjawaban administrasi keuangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari kerja setelah menjalankan tugas.
f. Melaksanakan perintah ini dengan seksama dan penuh rasa tanggung jawab.
Pembiayaan : Biaya yang ditimbulkan akibat Surat Perintah ini dibebankan kepada Anggaran Satuan Kerja Direktorat Kapal Pengawas Tahun Anggaran 2013, MAK : 2350.001.011.521219
Jakarta, November 2014
a.n. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan,
Direktur Kapal Pengawas,
ttd
( .................................................)
Tembusan : Direktur Jenderal PSDKP.
.
Lampiran Surat Perintah Nomor : SP /PSDKP.3/TU.420/ /2014 Tanggal : April 2014
Daftar Nama Awak Kapal Pengawas HIU 010
No Nama NIP Jabatan
1. Lathalansyah Hade 19780308 200312 1 002 Nakhoda
2. Ibrahim 19680626 199303 1 003 Mualim
3. Tri Hermiyanto 19781224 200212 1 001 Markonis
4. Ali Imran 19760708 200811 1 000 KKM
5. Rusli 19820306 200502 1 003 Masinis
6. Gabrial Tjung 19751120 200604 1 009 Serang
7. Totong Winarto 19850525 200801 1 005 Juru Mudi I
8. Nurholis 19870915 200701 1 004 Juru Mudi II
9. Ahmad Tholib 19850601 200701 1 005 Oiler
10. Hanudin 19840526 200604 1 002 Kelasi I
11. Hendra Nurjaman Tenaga Kontrak Oiler
12. Slamet Tenaga Kontrak Juru Masak
Jakarta, April 2014 a.n. Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Direktur Kapal Pengawas,
ttd
( .................................................)
SURAT PERINTAH GERAK NO. PG. /PSDKP.3/TU.420/IV/2014
DARI : DIREKTUR JENDERAL PSDKP KEPADA : NAKHODA KP. HIU 010 AAA SITUASI: AA KP. HIU 010 BB KAPAL TNI AL, KAPAL POLAIR DAN KAPAL BAKORKAMLA BBB TUGAS: KP. HIU 010 MELAKSANAKAN GELAR OPERASI PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN
DAN PERIKANAN DARI DUMAI KMA WPP-NRI 711 DAN BERAKHIR DI TAREMPA SELAMA 5 X 24 JAM
CCC PELAKSANAAN AA WA DUMAI KAWATKAN BB WD TAREMPA KAWATKAN CC KECEPATAN SESUAI KEBUTUHAN DD RUTE/POROS DUMAI KMA BATAM KMA TAREMPA EE PETA LAUT KMA BPI/KN TERBARU FF SELAMA PELAYARAN PERHATIKAN PURBA JAGA DAN UTAMAKAN KESELAMATAN
PERSONEL DAN MATERIAL KMA LAKS KOORD DENGAN SAT/KO/INSTANSI TERKAIT UNTUK KELANCARAN TUGAS
GG BEKAL ULANG SESUAI KEBUTUHAN KMA DIRENCANAKAN OLEH NAHKODA KP. HIU 001 SELAMA GELAR OPERASI KMA KAWATKAN
DDD ADMINLOG: DARI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DHI DITJEN PSDKP EEE KOMANDO DAN PERHUBUNGAN: AA OPERATIF DI BAWAH DIREKTUR JENDERAL PSDKP BB INSTRUKSI PENERIMAAN KMA KAWATKAN PERINTAH
DIKELUARKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : APRIL 2014
A.n. DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN, DIREKTUR KAPAL PENGAWAS,
ttd
( .................................................)
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346, Pos Elektronik [email protected]
TEMBUSAN :
1. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
2. KASAL
3. KALAKHAR BAKORKAMLA
4. DIREKTUR JENDERAL PSDKP
5. PANGARMABAR
6. DAN GUSKAMLABAR
7. DAN LANTAMAL - IV
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
ASEP BURHANUDIN
LAMPIRAN V.a KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP....... /DJ-PSDKP/2014 TENTANG : PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
FORMAT LAPORAN SITUASI HARIAN KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
KOORD.PUSDAL/ MARKONIS
JENIS NO. BERITA DERAJAT
(Kec.Pengiriman) INSTRUMEN MENGIRIM
SR / R / B U / S / B Email / SSB / HP / Telsat
DARI : NAKHODA KP. ... (KODE KAPAL) TGL/WAKTU PENYAMPAIAN
KEPADA : DIR KP
TEMBUSAN : MEN KP - DIRJEN PSDKP TANDA DINAS GRUP SANDI
KLASIFIKASI : R NOMOR : NOMOR URUT/KP.HMC003.330/BULAN/TAHUN SITREP KP. HMC 003 MEN BRA SSB TELSAT/HP (menyampaikan berita melalui)
AAA TW (ISI BLN TGL.JAM MENIT) (tanggal waktu)
BBB KEGIATAN KP : AA. PERAIRAN/POSISI (lintang bujur)/DARDER (sandar dermaga)/ GIAT KP
BB. KEADAAN CUACA/Ombak/Kekuatan dan arah angin/arah arus CC. RIKSA/ADHOCK (Nama Kapal /Gt/ Bendera di Kapal/Kebangsaan Kapal/ Dokumen/ Keterangan
Hasil Riksa) 1. ................/............../ ............/.................. 2. ................/............. / ............./................
DD RENCANA GIAT BERIKUTNYA ....................................................... CCC KONDISI KP :
AA. KONDISI TEKNIS KAPAL : (S/ST/TS) BB. KESIAPAN SENJATA DAN AMUNISI : (S/ST/TS) CC. JML AMUNISI YANG DIGUNAKAN DD. LAIN-LAIN (sebutkan)
DDD KONDISI AWAK KP DAN PERSONIL LAIN :
AA. KONDSI AWAK KP (SIAP/TIDAK SIAP) BB. JML AWAK KP : .... ORANG / KETERANGAN (sebutkan) CC. JML PERSONIL LAIN : .... ORANG (instansi asal : sebutkan) DD. LAIN-LAIN (sebutkan)
EEE SBG LAPORAN TTK HBS
TGL. WAKTU PEMBUATAN (Tgl, Nama Bulan, dan Tahun)
NAMA PENGIRIM : DERAJAT PELAKSANAAN WAKTU
PER
PARAF PETUGAS
PANGKAT/JABATAN :
AKSI TEMBUSAN TERIMA BERITA
KIRIM BERITA
TANDA TANGAN :
SS/S/B - ORANG - INSTANSI
JAM JAM SARANA /JENIS PENGIRIMAN
LAMPIRAN V
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR 8/PER-DJPSDKP/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
CONTOH LAPORAN SITUASI HARIAN KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
KOORD.PUSDAL/ MARKONIS
JENIS NO. BERITA DERAJAT
(Kec.Pengiriman) INSTRUMEN MENGIRIM
MASHEN R 57/R.HMC03/08/14 S Email
DARI : NAKHODA KP. HMC 003 TGL/WAKTU PENYAMPAIAN
KEPADA : DIR KP TW 0929.0805
TEMBUSAN : MEN KP - DIRJEN PSDKP TANDA DINAS GRUP SANDI
RSLN -
KLASIFIKASI : R NOMOR : 01/KP.HMC003/VIII/2014 SITREP KP. HMC 003 MEN BRA SSB TELSAT/HP (SSB)
AAA TW 0829.0800
BBB KEGIATAN KP :
AA. DARDER PPN TUAL / HARWAT RUTIN BB. BERAWAN TENANG CC. NIHIL DD KEBERSIHAN RUANG MESIN DAN DEK
CCC KONDISI KP :
AA. ST/KMA 1 DAUN PROPELLER KANAN PATAH BB. S CC. NIHIL DD. NIHIL
DDD KONDISI AWAK KP DAN PERSONIL LAIN :
AA. S BB. 12 O/S CC. 3 SUPERVISOR DD. L1-L2
EEE SBG LAPORAN TTK HBS
TUAL, 29 AGUSTUS 2014
NAMA PENGIRIM : AGUNG T DERAJAT PELAKSANAAN WAKTU
PER
PARAF PETUGAS
PANGKAT/JABATAN : NAKHODA
KP.HMC003 AKSI TEMBUSAN
TERIMA BERITA
KIRIM BERITA
TANDA TANGAN :
S - Kasubdit Logops - Kasubdit Wat - Kasubdit Wak
09.05 08.30 Email
KETERANGAN 1 PETUGAS : Koordinator PUSDAL / Markonis Kapal
2 JENIS/KLASIFIKASI : SR : Sangat rahasia R : Rahasia B : Biasa
3 NOMOR : Nomor urut berita dalam agenda internal persuratan 4
DERAJAT (Kec. Pengiriman) :
U
: Urgent
S : Segera B : Biasa
5 KONDISI TEKNIS KAPAL : S : Siap ST : Siap terbatas TS : Tidak siap
6 KESIAPAN SENJATA DAN AMUNISI : S : Siap
ST : Siap terbatas TS : Tidak siap
7 KONDISI AWAK KP : S : Siap TS : Tidak siap
8 AKSI DERAJAT PELAKSANAAN : SS : Sangat segera S : Segera B : Biasa
9 INSTRUMEN MENGIRIM : SSB Radio SSB TELSAT Telepon satelit HP Handphone EMAIL Surat elektronik
10 TANGGAL WAKTU PENYAMPAIAN
: Waktu Penyampaian Surat/Berita dari Petugas Ke Koordinator Pusdal
11 TANDA DINAS : Sandi/Kode Petugas Jaga/Operator 12 GRUP SANDI : Berapa Banyak Penyandian 13 DERAJAT PELAKSANAAN : AKSI : Tindakan yang diinginkan
TEMBUSAN : Orang/Instansi 14 WAKTU : Terima berita
Kirim berita 15 DAFTAR ISTILAH :
PER : Media penyampaian berita PARAF : Tanda tangan singkat petugas TW : Tanggal Waktu WA : Waktu Angkat WD : Waktu Datang DARDER : Sandar Dermaga LINLA : Lintas Laut LEGO JANGKAR : Berlabuh KMA : Koma TTK : Titik
HBS Habis (selesai) MEN BRA Menunjuk berita
Catatan: Petugas/Operator hanya berhak mengisi kolom di luar Kotak bergaris tebal
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN
PERIKANAN
ASEP BURHANUDIN
LAMPIRAN VI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN
SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 8/PER-DJPSDKP/2014
TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
FORMAT LAPORAN HASIL OPERASI KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Sasaran Operasi
1.4. Ruang Lingkup
1.5. Dasar Hukum
BAB II PELAKSANAAN OPERASI KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
2.1. Tugas Pokok
2.2. Wilayah Operasi
2.3. Unsur Pelaksana
2.4. Personel
2.5. Target Operasi
BAB III HASIL YANG DICAPAI OLEH KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
3.1. Hasil Operasi
a. Jumlah dan rekapitukasi kapal ikan yang
diperiksa (terlampir)
b. Peta Oleat (terlampir)
c. Posisi kapal ikan saat diperiksa (terlampir).
d. Foto kapal ikan yang diperiksa (terlampir)
e. Kegiatan dan Jam Operasi (terlampir)
f. Berita Acara Pemeriksaan (terlampir)
3.2 . Pemeliharaan Kapal
a. Dilaksanakan secara rutin sebelum dan sesudah berlayar sesuai prosedur yang berlaku
b. Dilaksanakan secara berkala
BAB IV FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH DAN TIDAK BERPENGARUH DALAM KEGIATAN OPERASI
4.1. Faktor berpengaruh
4.2. Faktor tidak berpengaruh
BAB V KESIAPAN KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
5.1. Kesiapan Teknis
a. Kondisi Teknis Kapal
b. Perlengkapan Keselamatan
5.2. Kebutuhan Logistik Cair
a. Bahan Bakar Minyak Solar:.... ton (BAP sisa BBM terlampir)
b. Minyak Pelumnas: ...... liter c. Air tawar: ...... ton
5.3. Kebutuhan Suku Cadang
a. Fuel Filter:....buah
b. Oil Filter ..... buah
c. Air Filter ..... buah dll
5.4. Persenjataan
a. Senjata PM1A2 : ….. pucuk (peluru: …. Butir dan terpakai (…… butir)
b. Senjata PM1A2:….. pucuk, dengan peluru
sebanyak:…butir
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
BAB VII PENUTUP
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
ASEP BURHANUDIN