Upload
buihuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KEMAMPUAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD AL-WASHLIYAH 1 KECAMATAN
PULOGADUNG JAKARTA TIMUR
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH
Disusun Oleh :
Nama : Syahroni Endang Nasition NIM : 809011000405
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012
2
3
4
5
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul "Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SD
Al-Washliyah I Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur". Teriring shalawat
dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kecerahan
terhadap ilmu pengetahuan dan petunjuk yang terang bagi kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Strata 1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa di dalam skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan
saran dari siapapun yang membaca skripsi ini akan peneliti terima dengan tangan
ter buka demi perbaikan-perbaikan di kemudian hari.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. H. Rifa’at Syauqi Nawawi, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Bahrissalim, MA., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Eri Rossatria, MA., sebagai Pembimbing skripsi yang telah membimbing
dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya senantiasa
memberikan bimbingannya kepada peneliti.
4. Seluruh dosen dan staf yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta perhatian
sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ayahanda, Ibunda, Istri, dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dorongan
baik moril maupun materil kepada peneliti untuk bekerja dengan penuh semangat
serta kesabaran dalam menyelesaikan studi.
viii
6. Rekan-rekan kuliah dan rekan-rekan guru yang terus menerus memberikan
semangat untuk menyelesaikan studi.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
dan bagi para pembaca.
Jakarta, Desember 2012
Syahroni Endang Nasition
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ......................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ........................................................ 7 D. Perumusan Masalah ......................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ............................................................. 7 F. Kegunaan Penelitian ........................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORIETIK A. Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam .... 9 1. Pengertian Kemampuan Mengajar .............................. 9 a. Kemampuan Membuka Pelajaran ........................... 14 b. Kemampuan Mengembangkan Materi .................... 15 c. Metode Pembelajaran ............................................. 17 d. Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran . 21 e. Menyimpulkan Pelajaran ........................................ 23 f. Pelaksanaan Evaluasi ............................................. 23 2. Prinsip-prinsip Pengajaran .......................................... 26 B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 30 C. Kerangka Berpikir ........................................................... 30
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 32
B. Metode Penelitian ............................................................ 32
C. Populasi dan Sampel ........................................................ 32
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 32
E. Instrumen Penelitian ......................................................... 34
F. Teknik Analisis Data ....................................................... 36
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SD Al-Washliyah 1 Jakarta .................. 37
B. Temuan Penelitian ........................................................... 37
1. Kemampuan Guru Membuka Pelajaran ...................... 38
2. Kemampuan Guru Mengembangkan Materi ............... 46
3. Kemampuan Guru Menggunakan Metode yang Bervariasi 52
4. Kemampuan Guru Menggunakan Media ..................... 54
5. Kemampuan Guru Menyimpulkan Pelajaran ............... 57
6. Kemampuan Guru Mengevaluasi ................................ 58
B. Pembahasan ..................................................................... 59
1. Kemampuan Membuka Pelajaran ............................... 60
2. Kemampuan Mengembangkan Materi ........................ 60
3. Kemampuan Menggunakan Metode yang Bervariasi ....... 61
4. Kemampuan Menggunakan Media .............................. 61
5. Kemampuan Menyimpulkan Pelajaran ........................ 62
6. Kemampuan Mengevaluasi ......................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 65
B. Saran ................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................... 69
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kisi-kisi Angket Kemampuan Mengajar Guru PAI .................. 35
Tabel 2 Kriteria Pemberian Skor .......................................................... 38
Tabel 3 Gaya Memulai Pelajaran Dengan Doa ..................................... 39
Tabel 4 Guru Mengemukakan Topik Pelajaran Dengan Jelas................ 39
Tabel 5 Guru Menyampaikan Masalah-Masalah Pokok yang Akan
Dibahas ................................................................................... 40
Tabel 6 Guru Memeriksa Kehadiran Siswa ........................................... 41
Tabel 7 Guru Memotivasi Siswa Untuk Mengikuti Kegiatan Belajar
Mengajar Dengan Baik ............................................................ 41
Tabel 8 Guru Melakukan Tanya Jawab Tentang Materi yang Akan
Dipelajari ................................................................................. 42
Tabel 9 Guru Menyampaikan Tujuan yang Hendak Dicapai ................. 43
Tabel 10 Guru Mengaitkan Materi Pelajaran Dengan Pelajaran yang
Telah Lalu ............................................................................... 43
Tabel 11 Guru Menjelaskan Langkah-langkah Pembelajaran yang Akan
Dilakukan Ketika Memulai Pelajaran ....................................... 44
Tabel 12 Guru Mengajukan Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan
Dengan Materi yang Telah Dipelajari ...................................... 45
Tabel 13 Guru Menjelaskan Materi yang Akan Dibahas Dengan
Menggunakan Contoh-contoh Nyata Dalam Kehidupan
Sehari-hari ............................................................................... 45
Tabel 14 Guru Menyajikan Materi Pelajaran Dengan Menggunakan
Kalimat yang Mudah Dipahami ............................................... 46
Tabel 15 Guru Menyajikan Materi Pelajaran Secara Berurutan dan
Terperinci ................................................................................ 47
Tabel 16 Guru Menjelaskan Materi Pelajaran Dengan Contoh-contoh
Nyata yang Terjadi Dalam Kehidupan Sehari-hari .......................... 48
xii
Tabel 17 Guru Menjelaskan Materi Pelajaran Dengan Contoh-contoh
yang Sesuai Dengan Materi Pelajaran ...................................... 48
Tabel 18 Guru Menjelaskan Materi Pelajaran Dengan Contoh-contoh
yang Mudah Dipahami............................................................. 49
Tabel 19 Guru Mengulangi Penjelasan Untuk Memberikan Penekanan
Pada Hal-hal yang Penting ....................................................... 50
Tabel 20 Guru Memberikan Penekanan Pada Hal-hal Penting Dengan
Menggunakan Nada Suara, Mimik dan Gerakan Anggota
Badan ...................................................................................... 50
Tabel 21 Guru Memberi Kesempatan Kepada Siswa Untuk Mengajukan
Pendapat, Ide dan Gagasan Tentang Materi Pelajaran .............. 51
Tabel 22 Guru Melakukan Tanya Jawab Sehingga Siswa Berani
Mengemukakan Pendapat ........................................................ 52
Tabel 23 Guru Menggunakan Metode Pembelajaran yang Bervariasi ..... 53
Tabel 24 Guru Menggunakan Metode Pembelajaran yang Sesuai
Dengan Materi Pelajaran.......................................................... 53
Tabel 25 Guru Menerapkan Metode Pembelajaran yang Dapat
Meningkatkan Motivasi Belajar ............................................... 54
Tabel 26 Guru Menggunakan Media yang Sesuai Dengan Materi Pelajaran 55
Tabel 27 Guru Menggunakan Media Pembelajaran yang Bervariasi ....... 55
Tabel 28 Guru Mampu Menggunakan Media Pembelajaran Dengan Baik 56
Tabel 29 Guru Memberikan Keterangan Dengan Jelas Tentang Cara-
cara Menggunakan Media Pembelajaran .................................. 57
Tabel 30 Guru Menyimpulkan Materi Pelajaran Dengan Baik ................ 57
Tabel 31 Guru Melaksanakan Evaluasi Menggunakan Soal-soal Tes
Berdasarkan Materi yang Telah Dipelajari ............................... 58
Tabel 32 Guru Bersama Siswa Membahas Kembali Soal-soal yang
Diujikan................................................................................... 59
Tabel 33 Kriteria Penilaian Kemampuan Guru ...................................... 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir ............................................................. 31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Kemampuan Mengajar Guru ........................... 69
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ....................................................... 71
Lampiran 3 Data Penelitian Kemampuan Mengajar Guru .................... 73
Lampiran 4 Data Penelitian Kemampuan Mengajar Guru .................... 74
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa terutama sekali ditentukan oleh
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Hal tersebut dikarenakan
keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan dapat menghasilkan sumber
daya manusia yang handal, tangguh dan berdedikasi tinggi serta berakhlak mulia.
Oleh karena itu, bidang pendidikan sebagai salah satu bidang pembangunan yang
sangat strategis sudah seharusnya mendapatkan perhatian dari semua pihak untuk
menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk
membangun suatu bangsa. Kegagalan pembangunan di bidang pendidikan, akan
menyebabkan sebuah bangsa terbelakang dan tidak mampu bersaing dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.
Sekolah selain bertanggungjawab dalam mengembangkan kemampuan
intelektual, juga menjadi tempat pembinaan karakter dan kepribadian siswa
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas tersebut menegaskan
bahwa pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar iman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan di sekolah
tidak boleh mengenyampingkan pendidikan karakter dalam rangka membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
1 Jerry H. Makawimbang, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 62.
10
Sehubungan dengan hal tersebut Azra menyatakan, ”Pembentukan dan
pendidikan karakter melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak
untuk dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah
bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan
kepribadian”.2
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa sekolah memiliki tanggungjawab
dalam hal pendidikan karakter. Peserta didik sebagai generasi muda tidak cukup
hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus diiringi
dengan pendidikan karakter agar kelak menjadi manusia yang sanggup
mengemban tugas sebagai penerus bangsa.
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan pendidikan tidak dapat
berlangsung tanpa keberadaan seseorang yang melakukan aktivitas belajar
mengajar. Guru dapat memberikan pengaruh yang besar tidak hanya pada
prestasi belajar tetapi juga pada sikap siswa terhadap sekolah dan terhadap
belajar pada umumnya. Untuk mengemban tanggung jawab tersebut, guru
dituntut memiliki kemampuan dasar yang cukup untuk mengembangkan
potensi siswa dan untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan
profesi yang dimiliki. Guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi
yang dimilikinya.
Terlebih lagi bagi seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang harus
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan guru-guru lainnya. Guru PAI, di
samping melaksanakan tugas keagamaan juga melaksanakan tugas pendidikan
dan pembinaan bagi peserta didik, membantu pembentukan kepribadian,
pembinaan akhlak di samping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan
dan ketaqwaan para siswa. Dengan tugas yang cukup berat tersebut, guru PAI
dituntut untuk memiliki keterampilan profesional dalam menjalankan tugas
pembelajaran.
2Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi
(Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006), h. 176.
11
Berdasarkan uraian tersebut, maka seorang guru perlu membekali dirinya
dengan kemampuan profesional. Guru yang profesional akan bekerja sesuai
dengan fungsi dan tugasnya serta berusaha untuk mencapai tujuan. Sehubungan
dengan hal tersebut, Sahertian dalam Kunandar menyatakan, “Seorang guru
diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek
kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi
profesional, dan kompetensi kemasyarakatan”.3
Kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar dengan baik
berkaitan erat dengan kemampuan mereka dalam mempersiapkan tahapan-
tahapan kegiatan dalam kegiatan belajar mengajar. Tahapan-tahapan ini tidak
bisa diabaikan dalam proses belajar mengajar atau dalam perencanaan
pengajaran, sebab kegiatan ini menyangkut masalah pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Kemampuan guru dalam hal tersebut adalah bagian dari
kompetensi guru yang secara umum berarti kemampuan yang cukup,
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai yang dimiliki seorang pendidik
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, baik bersifat kualitatif ataupun kuantitatif,
sehingga pendidikan dapat berjalan dengan luwes, tidak bebas lepas kendali
dan berbobot serta mampu memenuhi kebutuhan pendidikan yang berorientasi
pada upaya peningkatan mutu pendidikan.
Seorang guru PAI juga dituntut memiliki kemampuan dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran sebagai faktor
utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan proses belajar mengajar ini sesuatu yang erat
kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang
mendidik. Guru PAI sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak
sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan
estetika perilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.
Keberhasilan pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar di sekolah
sangat ditentukan oleh efisiensi dan efektifitas kegiatan pembelajaran.
3 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2008), h. 56.
12
Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, terjadi interaksi antara guru dan
siswa dalam membahas suatu materi pelajaran. Oleh karena itu, guru
membutuhkan suatu perencanaan sebelum menyelenggarakan pembelajaran
di kelas agar tercipta suatu proses belajar mengajar yang memungkinkan
tercapainya tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam merencanakan pembelajaran tersebut dituangkan dan dideskripsikan
langkah-langkah dan pengorganisasian pembelajaran untuk setiap pertemuan.
Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu faktor atau tolok
ukur guru profesional. Seorang guru yang menguasai dan terampil
menggunakan berbagai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas akan dapat
mempertahankan iklim belajar mengajar yang serasi untuk proses pembelajaran
yang sesuai bagi siswa. Iklim belajar yang menyenangkan memberikan peluang
bagi siswa untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya semaksimal
mungkin di dalam proses belajar mengajar. Kemampuan guru mengelola kelas
akan bertambah melalui pengalaman mengajar, pemahaman dan penganalisaan
berbagai pendekatan dan strategi pengelolaan kelas.
Kelas merupakan tempat para siswa belajar, di mana sebagian besar
waktu belajar berlangsung di dalam ruangan kelas. Agar kegiatan belajar
tersebut dapat berlangsung secara efektif dan efisien, maka kelas harus dikelola
secara baik oleh guru. Dengan demikian, salah satu tugas guru yang paling
utama adalah menciptakan suasana kelas yang menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar yang pada gilirannya akan meningkatkan motivasi mengajar
dari guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, kemampuan mengelola kelas
merupakan syarat dimana guru dapat menciptakan suasana kelas yang
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
Seorang guru sudah selayaknya bisa dijadikan panutan oleh para siswa di
sekolah. Setiap ucapan dan perilaku guru hendaknya merupakan aplikasi dari
akhlak mulia. Bentuk-bentuk perilaku yang mencerminkan diskriminasi terhadap
siswa tidak boleh terjadi. Ucapan dan perilaku guru merupakan salah satu
bentuk sosialisasi nilai-nilai yang secara langsung dapat dirasakan siswa.
Dengan demikian, sosok guru menjadi tokoh yang dapat ditiru oleh siswa
13
tidak semata-mata dari nasehat-nasehat yang diberikan. Dengan demikian,
seorang guru PAI sudah seharusnya memiliki kepribadian yang baik karena ia
mengemban tugas yang mulia yaitu sebagai model perilaku bagi para siswa.
Berdasarkan pengamatan awal di SD Al-Washiyah 1 Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur, kemampuan mengajar guru PAI masih terdapat
beberapa kekurangan yang perlu dibenahi. Kekurangan tersebut antara lain
terlihat dari kurangnya kemampuan guru dalam membuka mata pelajaran,
kurangnya kemampuan mengembangkan materi pelajaran, penggunaan media
pembelajaran, kurang bervariasinya penggunaan metode pembelajaran dan
pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
Dalam membuka pelajaran, guru-guru PAI kurang mampu menarik
perhatian siswa. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang termotivasi karena
rasa keingintahuan siswa kurang tergali. Dalam hal mengembangkan materi
pelajaran, guru-guru PAI kurang mampu mengaitkan materi pelajaran PAI
dengan materi lain yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar yang
diselenggarakan, sehingga dalam proses belajar mengajar di kelas siswa merasa
kurang tertarik dan kurang terlibat secara aktif.
Selanjutnya adalah kemampuan guru PAI dalam penggunaan metode
pembelajaran. Pembelajaran PAI di SD Al-Washliyah I Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur kurang didukung kemampuan guru dalam
menggunakan penggunaan metode pembelajaran. Pembelajaran cenderung
berlangsung secara klasikal di mana proses belajar mengajar berpusat pada
guru. Keadaan tersebut membuat siswa kurang termotivasi karena siswa
menjadi bersikap pasif dalam pembelajaran. Media yang digunakan dalam
pembelajaran PAI juga kurang bervariasi. Kurang bervariasinya media yang
digunakan baik cetak maupun audio visual oleh guru di dalam proses
pembelajaran menyebabkan siswa kurang terstimulasi, karena materi pelajaran
yang disampaikan tanpa media kurang dapat tersalurkan dengan baik kepada
siswa. Demikian pula dalam hal evaluasi hasil belajar siswa yang belum
dilaksanakan secara optimal. Hasil ulangan harian siswa belum dapat dijadikan
alat motivasi bagi siswa untuk meningkatkan prestasinya.
14
Kenyataan tersebut tentunya harus segera diatasi dengan cara
meningkatkan kemampuan mengajar guru demi keberhasilan proses belajar
mengajar dan meningkatkan prestasi siswa. Kemampuan mengajar guru yang
kurang akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keterbatasan
kemampuan guru dalam membuka pelajaran, penyampaian materi, penggunaan
metode, media pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran akan
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SD Al-Washiyah 1 Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur. Hasil penelitian nantinya akan dituangkan dalam
laporan ilmiah berupa skripsi dengan judul: “Kemampuan Mengajar Guru
Pendidikan Agama Islam di SD Al-Washiyah 1 Kecamatan Pulogadung Jakarta
Timur”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah-
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan guru membuka pelajaran menyebabkan siswa
kurang memiliki rasa ketertarikan dalam mengikuti pembelajaran PAI di SD
Al-Washiyah 1 Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
2. Kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan materi pelajaran
berpengaruh terhadap keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar PAI
di SD Al-Washiyah 1 Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
3. Metode yang kurang variatif menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran PAI di SD Al-Washiyah 1 Kecamatan Pulogadung
Jakarta Timur.
4. Media pembelajaran yang digunakan belum mampu meningkatkan keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar PAI di SD Al-Washiyah 1
Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
15
5. Evaluasi pembelajaran kurang memberikan stimulasi bagi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar PAI di SD Al-Washiyah 1 Kecamatan
Pulogadung Jakarta Timur.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka peneliti membatasi
penelitian ini pada masalah: kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam
di SD Al-Washliyah 1 Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Kemampuan
mengajar guru Kemampuan mengajar guru dibatasi pada kemampuan membuka
mata pelajaran, mengembangkan materi pelajaran, menggunakan media
pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, menyimpulkan
pelajaran dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas maka
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana
Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SD Al-Washliyah 1
Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris yang valid
(shahih) dan reliabel (dapat dipercaya) tentang kemampuan mengajar guru
Pendidikan Agama Islam di SD Al-Washliyah 1 Kecamatan Pulogadung Jakarta
Timur.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan dan pembaharuan kajian Pendidikan Agama Islam di dunia
16
pendidikan, sehingga penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pendidik dalam
menemukan, mengetahui hambatan dalam proses pembelajaran dan mencari
solusi untuk mengatasinya, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan
mutu pembelajaran ke arah yang lebih baik.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
yang membantu untuk menambah wawasan pengetahuan dan
ketrampilan serta mengembangkan kreativitas dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Bagi pihak sekolah, sebagai informasi dan bahan evaluasi dalam upaya
meningkatkan kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di
SD Al-Washliyah 1 Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
c. Bagi peneliti selanjutnya di bidang kependidikan, khususnya yang
memfokuskan diri pada penelitian yang berkaitan dengan kemampuan
mengajar guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
melakukan kajian yang lebih luas dan mendalam agar dapat dijadikan
rujukan para guru Pendidikan Agama Islam dalam menyelenggarakan
pembelajaran.
d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
serta pengalaman dalam menerapkan teori yang didapatkan di bangku
kuliah ke dalam tindakan nyata di lapangan.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK A. Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kemampuan Mengajar
Dalam upaya pencapaian suatu tujuan, setiap orang dihadapkan pada
kenyataan untuk memiliki persyaratan tertentu agar dapat bertindak dalam
rangka mencapai tujuannya tersebut. Johnson sebagaimana dikutip Wijaya
menyatakan, ”Kemampuan merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan
yang sesuai dengan kondisi yang diharapkan”.1 Pernyataan tersebut mengandung
arti bahwa untuk mencapai sesuatu sesuai dengan keadaan yang diharapkan
maka seseorang membutuhkan perilaku rasional yang disebut dengan
kemampuan.
Menurut Munandar, ”Kemampuan merupakan daya untuk melakukan
sesuatu tindakan sebagai hasil pembawaan dan latihan”. 2 Pendapat ini
menegaskan bahwa kemampuan adalah daya yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan sesuatu tindakan. Sumber kemampuan itu sendiri bisa berasal
dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Kemampuan yang berasal dari
dalam berupa bawaan faktor genetik dari kedua orang tuanya. Adapun
kemampuan yang bersumber dari luar dapat diperoleh melalui proses latihan.
Istilah kemampuan pada dasarnya adalah sama dengan kompetensi.
Dalam hal ini, Usman mengemukakan bahwa pengertian dasar kompetensi
(competency) yakni “kemampuan atau kecakapan”. 3 Pengertian kompetensi
guru menurut Kunandar adalah ”seperangkat penguasaan kemampuan yang
harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan
efektif”.4 Berdasarkan pengertian ini maka dapat diartikan bahwa terwujudnya
1Cece Wijaya, dkk., Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 8. 2 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Edisi Revisi (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 28. 3Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 14. 4Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2008), h. 55.
10
kinerja seorang guru secara tepat dan efektif ditentukan oleh sejauhmana guru
tersebut menguasai seperangkat kemampuan yang dipersyaratkan bagi seorang
guru.
Kompetensi menurut Usman sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar
adalah ”suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif”. 5 Pengertian tersebut
mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam dua
konteks, yaitu sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan kepada
perbuatan yang dapat diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-
aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanaannya secara
utuh.
Selanjutnya Sahertian dalam Kunandar menyatakan, ”untuk dapat
menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi maka diharuskan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kompetensi yang ada pada
dirinya, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional, dan kompetensi
kemasyarakatan.” 6 Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa
Pancasila yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban
bagi kelestarian bangsa dan negaranya. Kompetensi profesional adalah
kemampuan dalam penguasaan akademik yaitu mata pelajaran dan bidang studi
yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus
sehingga guru memiliki wibawa akademik. Sementara itu, kompetensi
kemasyarakatan (sosial) adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk
partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat
tempat ia bekerja, baik formal maupun informal. Guru yang dapat atau mampu
mengembangkan ketiga aspek kompetensi tersebut pada dirinya dengan baik,
niscaya ia tidak hanya memperoleh keberhasilan tetapi ia juga memperoleh
kepuasan atas profesi yang dipilihnya.
Selanjutnya Surya sebagaimana dikutip oleh Kunandar mengemukakan
bahwa kompetensi guru tersebut meliputi :
5Ibid., h. 51. 6Ibid., h. 56.
11
Pertama, kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru. Kedua, kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi. Ketiga, kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Keempat, kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial. Kelima, kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengalaman kaidah-kaidah keagamaan.7
Kelima kompentesi di atas yaitu kompetensi intelektual, kompetensi
fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi spiritual apabila
dapat dikuasai dengan baik oleh seorang guru, maka guru tersebut akan
memperoleh keberhasilan tidak hanya dalam menjalankan kewajibannya sebagai
seorang guru tetapi juga akan mendapatkan kepuasan atas profesi yang dipilihnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan adalah
daya yang dimiliki seseorang untuk melakukan serangkaian tindakan yang
menghasilkan suatu keadaan sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar diri.
Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu
guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar
siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Suharto
dalam Fathurrohman dan Sutikno mendefinisikan, ”Mengajar merupakan suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga
tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta
didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.”8 Definisi tersebut
memberi pengertian bahwa mengajar pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan proses belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Suasana
belajar yang menyenangkan bagi peserta didik dapat diciptakan oleh seorang
7Ibid., h. 55-56. 8Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 7.
12
guru melalui aktivitas mengorganisir lingkungan belajar yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
Senada dengan definisi di atas, Sudjana dalam Fathurrohman dan Sutikno
mengemukakan, “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan
kepada anak didik dalam melakukan proses belajar”.9
Definisi mengajar selanjutnya adalah sebagaimana dikemukakan oleh
Hamalik dalam Fathurrohman dan Sutikno, yaitu ”Mengajar adalah proses
menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”. 10 Definisi ini
menekankan bahwa mengajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang, dalam hal ini adalah guru, untuk menyampaikan pengetahuan dan
kecakapan kepada siswa. Selain itu, dapat dijelaskan bahwa yang disampaikan
guru kepada siswa tidak hanya mencakup aspek pengetahuan (kognitif), tetapi
juga meliputi aspek kecakapan (psikomotorik).
Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Pribadi dalam Thoifuri yang
menyatakan bahwa mengajar adalah kegiatan pembinaan yang terkait dengan
ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif dengan tujuan agar siswa
lebih cerdas, berpikir kritis, sistematis dan obyektif. Untuk ranah psikomotorik
dengan tujuan terampil melaksanakan sesuatu, seperti: membaca, menulis,
menyanyi, berhitung, lari cepat, berenang dan lain-lain.11
Pernyataan tersebut semakin memperjelas bahwa mengajar ditujukan
untuk membina peserta didik baik dari aspek ilmu pengetahuan maupun aspek
perilakunya. Kedua aspek tersebut yaitu aspek kognitif dan psikomotorik
memiliki keterkaitan yang erat. Karena itu, pembinaan pada salah satu aspek
tidak mendominasi aspek lainnya.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Howard dalam Kunandar
mengemukakan, “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong
9Ibid., h. 9. 10Ibid., h. 7. 11Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: RaSAIL Media Group, 2007), h. 38.
13
atau membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah, atau
mengembangkan skill, attitudes, idials/cita-cita, appreciations/penghargaan,
dan knowledge atau pengetahuan”.12 Pernyataan ini menegaskan bahwa tujuan
mengajar mencakup ruang lingkup yang luas yaitu keterampilan, sikap, cita-
cita, penghargaan dan pengetahuan. Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kemampuan
guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para
siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya,
akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar
dan membimbing para siswa. “Guru yang berkompeten akan lebih mampu
mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat
optimal”.13 Penjelasan tersebut mengandung pengertian bahwa kemampuan
mengajar guru berperan penting terhadap keberhasilan belajar siswa.
Davies dalam Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “Mengajar
adalah suatu aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi
dan menyangkut pengambilan keputusan”.14 Jika pengertian kemampuan mengajar
guru dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam yakni pendidikan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketentraman bathin
dan kesehatan mental pada umumnya. Agama Islam merupakan bimbingan
hidup yang paling baik, pencegah perbuatan salah dan munkar yang paling
ampuh, pengendali moral yang tiada taranya. “Kompetensi guru agama Islam
adalah kewenangan untuk menentukan Pendidikan Agama Islam yang akan
diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar”.15
Selanjutnya Daradjat mengemukakan, “Guru agama berbeda dengan
guru-guru bidang studi lainnya. Guru agama di samping melaksanakan tugas
pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan
tugas pengajaran dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan
12Kunandar, op. cit., h. 350. 13Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), Cet Ke-4, h. 36. 14Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 7. 15 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:
Ruhama,1995), Cet Ke-2, h. 95.
14
kepribadian, pembinaan akhlak serta menumbuhkembangkan keimanan dan
ketaqwaan para peserta didik”.16
Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa guru PAI
memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan agama
dan akhlak mulia para siswa. Hal ini disebabkan gurulah yang berinteraksi
secara langsung dengan siswa selama proses belajar belajar berlangsung.
Dengan demikian, berbagai aspek kemampuan mengajar sudah selayaknya
dimiliki seorang guru agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Adapun
aspek-aspek kemampuan mengajar guru tersebut antara lain:
a. Kemampuan Membuka Pelajaran
Penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas selalu didahului
dengan kegiatan berdoa, mengemukakan topik pelajaran, apersepsi,
menyampaikan tujuan pelajaran dan menyampaikan gambaran umum materi
pelajaran. Guru melakukan apersepsi, misalnya melalui tanya jawab dengan
siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Berkaitan dengan hal tersebut, Usman menyatakan, “Pada setiap pertemuan
terdapat kegiatan: pendahuluan yang meliputi motivasi dan apersepsi yaitu
menanyakan materi pelajaran yang lalu atau melakukan korelasi dengan lingkungan/
mata pelajaran lain”.17 Pendapat tersebut mengandung arti bahwa membuka
pelajaran merupakan tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar. Pembukaan bertujuan untuk memotivasi siswa dengan cara
mengkaitkan pelajaran yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki siswa.
Djamarah dan Zain mengemukakan, “Tujuan dalam pendidikan dan
pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan perkataan lain,
dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Nilai-nilai ini nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat
dalam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah”.18
16Ibid., h. 99. 17Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 59. 18Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 42.
15
Penjelasan tersebut mengandung pengertian bahwa penyampaian tujuan
pelajaran kepada siswa memiliki peranan yang penting dalam proses belajar
mengajar. Siswa berperan sikap dan perilaku belajar siswa karena dengan
mengetahui tujuan pelajaran siswa memiliki pandangan yang tepat tentang
hasil yang diharapkan dari pembelajaran.
Selanjutnya Usman menjelaskan, komponen-komponen keterampilan
membuka pelajaran meliputi:
1) Menarik perhatian siswa: Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik siswa, antara lain dengan:
gaya mengajar guru penggunaan alat bantu pelajaran pola interaksi yang bervariasi 2) Menimbulkan motivasi dengan cara: disertai kehangatan dan keantusiasan menimbulkan rasa ingin tahu mengemukakan ide yang bertentangan memperhatikan minat siswa 3) Memberi acuan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas mengajukan pertanyaan-pertanyaan 4) Membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan
dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa.19
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa komponen-
komponen keterampilan membuka pelajaran erat kaitannya dengan upaya
melibatkan siswa dalam pembelajaran. Dengan keterlibatan siswa ini
diharapkan pembelajaran dapat berjalan secara interaktif.
b. Kemampuan Mengembangkan Materi
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, seorang guru
terlebih dahulu harus menguasai materi yang hendak diajarkan. Selain itu,
dibutuhkan juga materi lain yang memiliki keterkaitan yang dapat mendukung
kelancaran proses belajar mengajar yang akan diselenggarakan. Penguasaan dan
19Moh. Uzer Usman, op. cit., hh. 92-93.
16
pengembangan materi memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar
di kelas agar siswa merasa tertarik sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
Fathurrohman dan Sutikno menyatakan, ”Bahan/materi merupakan
medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang ’dikonsumsi’ oleh peserta
didik”.20 Definisi tersebut menjelaskan bahwa materi pelajaran adalah bahan
yang digunakan dalam proses pembelajaran sebagai perantara untuk mencapai
tujuan. Seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan dalam
masyarakat, maka materi pelajaran terus berkembang secara dinamis. Di
samping itu, penyajian materi pelajaran oleh guru juga merupakan faktor
penting agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Sehubungan dengan hal tersebut, Usman menyatakan, “Yang dimaksudkan
dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi
secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat,
definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.”21
Penyampaian materi pelajaran yang direncanakan dan disajikan dengan
urutan yang tepat merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian
penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru
dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.
Selanjutnya Usman menjelaskan, “Penyajian suatu penjelasan dapat
ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a)
kejelasan, b) penggunaan contoh dan ilustrasi, c) pemberian tekanan, dan d)
penggunaan balikan”.22 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan
bahwa penyajian suatu materi hendaknya memenuhi unsur-unsur kejelasan,
penggunaan contoh dan ilustrasi, c) pemberian tekanan, dan d) penggunaan
balikan.
Unsur pertama adalah kejelasan yang berarti penyajian atau penjelasan
hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh siswa. Dalam hal ini guru hendaknya sedapat mungkin menghindari
20Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 14. 21Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 89. 22Ibid., h. 90.
17
penggunaan ucapan-ucapan dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti
siswa. Kedua, dalam memberikan penjelasan sebaiknya guru menggunakan
contoh-contoh yang ada kaitannya dengan pengalaman yang ada di dalam
kehidupan sehari-hari para siswa. Ketiga, dalam memberikan penjelasan, guru
harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi
informasi yang tidak begitu penting. Keempat, guru hendaknya memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat, ide dan gagasan tentang
materi pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab untuk
memotivasi siswa agar berani mengemukakan pendapatnya.
c. Metode Pembelajaran
Seorang guru, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas
terlebih dahulu perlu menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penjelasan tentang pengertian metode
menurut Karo-karo sebagaimana dikutip Thoifuri adalah, ”Metode berasal dari
bahasa Greeka-Yunani, yaitu metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan
atau cara). Asal makna kata tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana
adalah jalan atau cara yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan
ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.”23
Pengertian tersebut mengandung arti bahwa istilah metode pembelajaran
berarti suatu cara yang telah digunakan untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai.
Thoifuri selanjutnya menjelaskan, “Metode pengajaran adalah cara yang
ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan
cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang
maksimal”.24 Pengertian tersebut menegaskan pentingnya ketepatan cara yang
disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Dari penjelasan tersebut maka sangat penting bagi seorang guru
merencanakan dengan matang tahapan-tahapan pembelajaran yang akan
dilakukan sebelum menerapkan suatu metode pembelajaran.
23Thoifuri, op. cit., h. 56. 24 Ibid., h. 55.
18
Bersesuaian dengan pendapat di atas, Uno dan Mohamad berpendapat,
“Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam menjalankan
fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.25 Definisi
ini menjelaskan bahwa metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu
berisi tahapan-tahapan tertentu sebagai alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Senada dengan definisi di atas Moeslichatoen menyatakan, ”Metode
merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan
kegiatan”.26 Definisi ini memperkuat pendapat sebelumnya pelaksanaan
pembelajaran membutuhkan cara tertentu yang disebut dengan metode yang
mengarah pada tujuan yang sudah ditetapkan. Jika metode yang dipilih sudah
tepat kemudian diterapkan secara efektif maka tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Roestiyah menyatakan, “Metode mengajar adalah teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan
oleh siswa dengan baik”.27 Pernyataan tersebut mengartikan bahwa metode
adalah suatu teknik penyajian yang telah ditetapkan yang dijadikan acuan
untuk melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Karena itu,
metode pembelajaran dipilih oleh guru berdasarkan pertimbangan kesesuaian
antara metode pembelajaran tersebut dengan karakteristik mata pelajaran dan
karakteristik perkembangan siswa.
Djamarah dan Zain menyatakan, ”Metode pengajaran adalah alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar”. 28 Pendapat tersebut
menjelaskan bahwa fungsi metode pembelajaran adalah sebagai alat pendorong
atau penggerak yang berasal dari luar diri siswa untuk meningkatkan motivasi
25 Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, h. 7.
26Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta., 2004, h. 7.
27Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 1.
28Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, op. cit., h. 73.
19
belajar siswa. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif karena adanya
rangsangan atau stimulus dari luar diri. Metode yang sesuai dengan
karakteristik anak dapat mendorong anak lebih bersemangat mengikuti
pembelajaran.
Berdasarkan definisi dan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara yang ditetapkan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran yang mencakup tahapan atau langkah-langkah serta alokasi
waktu yang digunakan agar materi pelajaran yang disampaikan guru dapat
meningkatkan motivasi dan diterima dengan baik oleh siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Selama proses belajar mengajar berlangsung, terjadi interaksi antara
guru dan siswa. Bahan pelajaran yang disampaikan guru menjadi kurang
menarik bagi siswa jika guru menggunakan metode yang kurang tepat. Kelas
menjadi kurang bergairah dan siswa menjadi pasif dikarenakan penerapan
metode yang kurang sesuai dengan tujuan pengajaran dan karakteristik siswa.
Di sinilah pentingnya metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keaktifan siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Berkaitan dengan uraian tersebut, Djamarah dan Zain menyatakan:
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, tujuan pengajaran adalah agar anak didik dapat menuliskan sebagian dari ayat-ayat surah Al-Fatihah, maka guru tidak tepat menggunakan metode diskusi, tetapi yang tepat adalah metode latihan.29
Penjelasan di atas menegaskan bahwa faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam memilih metode adalah tujuan pengajaran yang hendak
dicapai. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
29Ibid., h. 77.
20
Menurut Natawidjaja dalam Kunandar, ”Pembelajaran kontekstual akan
mendorong ke arah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.”30
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa keaktifan siswa dalam belajar
dapat diciptakan melalui pembelajaran kontekstual. Keaktifan siswa dapat
diciptakan karena dalam pembelajaran kontekstual siswa tidak semata-mata
menghapal tetapi belajar melalui pengalaman nyata. Belajar dengan mengalami
tersebut membuka kesempatan yang luas bagi siswa untuk terlibat secara aktif
secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar
yang optimal.
d. Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Sadiman, dkk. menjelaskan, ”Kata media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan”.31 Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan
bahwa media merupakan sarana komunikasi antara guru sebagai pengirim
pesan kepada siswa sebagai penerima pesan. Dengan demikian media
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar karena turut
menentukan efektivitas penyampaian pesan atau informasi dari guru kepada
siswa.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/
NEA) memberikan batasan tentang media dengan pernyataan, ”Media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar
30 Kunandar, op. cit., h. 294.
31 Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 6.
21
dan dibaca.” 32 Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan di dalam proses
pembelajaran untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa.
Variasi media pembelajaran mendorong siswa untuk menyesuaikan alat
inderanya sehingga dapat mempertinggi perhatiannya karena setiap anak
mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat inderanya.
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut: “1) variasi
alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids); 2) variasi alat atau bahan yang
dapat didengar (auditif aids); 3) variasi alat atau bahan yang dapat diraba,
dimanipulasi, dan digerakkan (motorik); dan 4) variasi alat atau bahan yang
dapat didengar, dilihat, dan diraba (audiovisual aids)”.33
Media yang termasuk ke dalam jenis visual aids adalah media yang
dapat dilihat, seperti: grafik, bagan, poster, Gambar, film dan lain-lain. Media
yang termasuk ke dalam jenis auditif aids adalah suara guru, rekaman suara,
suara radio, musik, deklamasi puisi dan lain-lain. Motorik : Penggunaan
media ini dapat menarik perhatian siswa dan melibatkan siswa, misalnya
peragaan oleh guru atau siswa, model, boneka dan lain-lain. Penggunaan
media jenis audiovisual aids merupakan tingkat yang paling tinggi karena
melibatkan semua indera yang dimiliki, seperti film, televisi dan slide
projector.
Berdasarkan deskripsi teori di atas, dapat disimpulkan bahwa media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual yang
digunakan oleh guru di dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan pesan
ke peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa.
32Ibid., h. 6. 33Moh. Uzer Usman, op. cit., hh. 86-87.
22
Arsyad mengemukakan, kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih
media adalah: “1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, 2) tepat untuk
mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi,
3) praktis, luwes, dan bertahan. 4) guru terampil menggunakannya, 5)
pengelompokan sasaran, dan 6) mutu teknis.34
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kriteria pertama yang digunakan
dalam pemilihan media adalah harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Kedua, media yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran. Ketiga adalah praktis, luwes dan bertahan, artinya para guru
dapat memilih media yang mudah didapatkan atau dibuat sendiri serta mudah
digunakan. Keempat guru harus terampil menggunakan media yang dipilih,
karena sebaik apapun media yang dipilih jika tidak disertai dengan
keterampilan menggunakannya maka media tersebut menjadi kurang berarti.
Kelima adalah pengelompokan sasaran, yaitu penyesuaian media dengan
jumlah siswa. Keenam adalah mutu teknis, yaitu persyaratan teknis tertentu
yang agar media yang digunakan berfungsi dengan baik.
e. Menyimpulkan Pelajaran
Salah satu kegiatan yang dilakukan guru dalam menutup pelajaran adalah
menyimpulkan pelajaran. Dalam hal ini Usman menyatakan, “Cara yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran adalah: a) meninjau kembali
penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan ...”. 35 Pengertian tersebut menunjukkan bahwa menyimpulkan
pelajaran dilakukan untuk meninjau kembali penguasaan inti pelajaran. Dengan
menyimpulkan pelajaran, siswa memperoleh informasi tentang hal-hal penting
yang dianggap sulit oleh siswa.
34Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), hh.
75-76. 35Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 93.
23
f. Pelaksanaan Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Evaluation. Wand dan
Brown dalam Kunandar menyatakan, “Evaluation refer to the act or process to
determining the value of something. Jadi evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”.36 Evaluasi hasil belajar
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan
belajar peserta didik setelah mengalami proses belajar selama periode tertentu.
Selanjutnya Kunandar mengemukakan, “Evaluasi juga dapat diartikan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan”.37 Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa
evaluasi dilakukan untuk mendapatkan informasi kemajuan belajar yang
dicapai siswa. Kemajuan tersebut dapat dilihat dengan cara membandingkan
hasil yang diperoleh melalui evaluasi dengan tolok ukur yang telah ditentukan.
Dijelaskan juga bahwa evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen.
Sehubungan dengan hal tersebut, Fathurrohman dan Sutikno menjelaskan
bahwa dalam menyusun tes/alat evaluasi, ada beberapa syarat dan petunjuk
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Pendidik harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai sehingga betul-betul terbatas serta dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat kita nilai;
2. Pendidik harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betul valid dan reliabel yang berarti taraf ketepatan dan ketetapan tes dengan aspek yang dinilai;
3. Penilaian harus objektif yang artinya menilai prestasi peserta didik sebagaimana adanya;
4. Hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteria yang berlaku;
36Kunandar, op. cit., h. 377. 37Ibid.
24
5. Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsur diagnosis yang artinya dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik belajar dan pendidik mengajar.38
Ditinjau dari tujuannya, penilaian kelas dapat dibagi dua yaitu penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Berkaitan dengan hal tersebut Kunandar
mengemukakan:
Sesuai dengan tujuannya penilaian yang digunakan di kelas bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif digunakan untuk memperoleh umpan balik dari peserta didik untuk memperkuat proses pembelajaran dan untuk membantu tenaga pendidik menentukan strategi pembelajaran yang lebih tepat.39
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa penilaian formatif
pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki strategi pembelajaran. Perbaikan
tersebut dilakukan berdasarkan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang
ditemukan melalui hasil penilaian formatif yang dilakukan. Adapun penilaian
formatif tersebut dapat dilakukan melalui tugas-tugas, ulangan singkat (kuis),
ulangan harian, dan atau tugas kegiatan praktik.
Mengenai penilaian sumatif Kunandar mengemukakan pendapat sebagai
berikut:
Penilaian sumatif dilakukan pada akhir blok pelajaran untuk memberi indikasi tingkat pencapaian belajar peserta didik atau kompetensi dasar yang dicapai peserta didik. Bentuk soal ulangan sumatif bisa berupa pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, tes praktik, dan yang lainnya. Hasil penilaian sumatif digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi dasar tiap peserta didik.40
Penjelasan tersebut menegaskan bahwa penilaian sumatif pada
dasarnya bertujuan untuk menentukan kelulusan peserta didik untuk tiap
mata pelajaran. Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, ditinjau dari
bentuknya bentuk tes dibagi atas tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
38Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 77. 39Kunandar, op. cit., h. 380. 40Ibid., h. 381.
25
Tes tertulis ialah tes yang soal dan jawaban diberikan oleh siswa berupa
bahasa tertulis.41
Tes lisan adalah tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan perintah yang diberikan.42 Selanjutnya Fathurrohman dan
Sutikno menjelaskan, tes perbuatan atau tindakan ialah tes di mana jawaban
yang dituntut dari peserta didik berupa tindakan dan tingkah laku konkrit.
Observasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tes perbuatan
atau tindakan. 43 Contoh: untuk melihat bagaimana kemampuan siswa
melaksanakan shalat yang sesuai dengan tuntunan maka dapat dilakukan
melalui tes perbuatan dengan cara memerintahkan siswa mempraktekkan cara
shalat yang benar.
Berdasarkan teori dan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa
kemampuan mengajar guru adalah daya atau kapasitas yang dimiliki seorang
guru untuk melakukan serangkaian tindakan mengorganisasi atau mengelola
lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang
menyenangkan yang dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Kemampuan mengajar guru PAI yang dimaksud
penulis dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang meliputi kemampuan dalam membuka pelajaran,
kemampuan mengembangkan materi, kemampuan menerapkan metode yang
bervariasi, kemampuan menggunakan media pelajaran, kemampuan
menyimpulkan materi pelajaran dan kemampuan mengevaluasi.
41Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 79. 42Ibid., h. 84. 43Ibid., h. 85
26
2. Prinsip-prinsip Pengajaran
Menurut Thoifuri, “Secara teknis prinsip-prinsip pengajaran bagi guru
adalah: menarik minat, partisipasi siswa, pengulangan, perbedaan individu,
kematangan siswa, kegembiraan, dan ketersediaan alat”.44 Seorang guru pada
saat melaksanakan pembelajaran harus dapat menarik minat siswa. Siswa yang
berminat mengikuti proses belajar mengajar dengan sendirinya akan
melakukan kegiatan belajar secara mandiri yang pada gilirannya akan mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru dalam
berbagai kondisi hendaknya menguasai berbagai strategi pembelajaran agar
mampu menumbuhkan minat belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran
dapat ditingkatkan.
Prinsip pengajaran yang kedua adalah partisipasi siswa. Guru yang baik
pada saat mengajar hendaknya berupaya melibatkan siswa semaksimal
mungkin agar siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.
Beberapa cara yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan serta mengajukan argumentasi usul dan gagasan. Dengan
memberikan kesempatan tersebut, siswa akan memiliki keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sehingga siswa menjadi terlibat secara aktif
dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru juga hendaknya memberikan
pengulangan karena pertimbangan tidak semua siswa memiliki tingkat
pemahaman yang sama.
Seorang guru dalam melaksanakan perannya ketika proses belajar
mengajar berlangsung hendaknya memiliki kemampuan-kemampuan guna
mencapai tujuan pembelajaran. Hamalik sebagaimana dikutip oleh Kunandar
menyatakan paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas dalam situasi
belajar mengajar yaitu:
1) sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan (perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada siswa di kelas), 2) sebagai pemimpin kelas perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-
44Thoifuri, op. cit., h. 50.
27
kelompok siswa, 3) sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa, 4) sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran, 5) sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan, 6) sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumer masyarakat yang akan digunakan, 7) sebagai perencana perlu memiliki keterampilan cara memilih, meramu bahan pelajaran secara profesional, 8) sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan keterlibatan kelas, 9) sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar siswa, 10) sebagai penanya perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang merangsang siswa berpikir dan memecahkan masalah, 11) sebagai pengajar perlu keterampilan cara memberikan ganjaran terhadap siswa yang berprestasi, 12) sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan cara menilai siswa secara objektif, kontinu, dan komprehensif, dan 13) sebagai konsuler perlu memiliki keterampilan cara membantu siswa yang mengalami kesulitan tertentu.45
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa ketiga belas
peranan guru dalam proses belajar mengajar tersebut merupakan keterampilan
yang harus dikuasai guru agar mutu pengajaran meningkat. Kemampuan dan
keterampilan mengajar tersebut merupakan hal yang dapat dipelajari serta
diterapkan oleh setiap guru.
Kunandar menyatakan, ”Dengan menyusun rencana pembelajaran
secara profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu
melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran
sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana”.46
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diartikan bahwa fungsi rencana
pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru dan siswa untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan
berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pembelajaran
berperan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana
pembelajaran hendaknya bersifat luwes dan memberi kemungkinan bagi guru
untuk menyesuaikannya dengan respons siswa dalam proses pembelajaran
45Kunandar, op. cit., hh. 48-49. 46Ibid., h. 262.
28
sesungguhnya. Rencana pembelajaran juga merupakan rambu-rambu proses
pembelajaran agar materi dan tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan
memiliki arah sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Thoifuri, ”Perencanaan pembelajaran akan menjadi media
pengontrol agar guru dalam menyampaikan materi tidak keluar dari
kurikulum yang ada. Dan dengan perencanaan pengajaran tujuan kurikuler
akan mudah dievaluasi apakah anak didik berhasil atau belum”.47
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diartikan bahwa pedoman atau
acuan guru dalam pembelajaran adalah perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Dengan membuat perencanaan pembelajaaran guru memiliki
suatu pegangan yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jika tidak menggunakan rencana
pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang digunakan kurang baik,
maka tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Karena di dalam
proses pembelajaran akan menemui banyak kendala sementara tidak ada
panduan yang bisa digunakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Oleh karena itu perencanan pembelajaran merupakan suatu persiapan yang
harus mendapatkan perhatian serius dari para guru sebelum melaksanakan
pembelajaran.
Mengelola kelas sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan baik atau buruknya
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak hal yang harus
dikelola dalam menciptakan suatu kondisi kelas yang dapat menunjang
keberhasilan belajar dan mengajar di kelas. Untuk dapat menjalankan aktivitas
atau kegiatan belajar mengajar yang dinamis, diperlukan kemampuan
pengelolaan kelas yang baik.
Djamarah dan Zain menjelaskan :
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan ”pe” dan akhiran ”an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah ”manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa
47Thoifuri, op. cit., h. 45.
29
Inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.48
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan kelas dapat juga
dikatakan dengan istilah manajemen kelas. Pengelolaan kelas berkaitan
dengan keteraturan pelaksanaan berbagai aktivitas di kelas terutama dalam hal
pembelajaran. Dengan demikian, guru sebagai pengelola kelas memiliki
peranan yang penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar.
Selanjutnya Djamarah dan Zain dengan mengutip pendapat Arikunto
mendefinisikan kelas sebagai ”sekelompok siswa yang pada waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama”.49
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diartikan bahwa secara
sederhana pengelolaan kelas adalah manajemen kelas atau ketatalaksaan dan
tata pimpinan di kelas yang dilakukan sehubungan dengan menciptakan suatu
kondisi yang mendukung iklim belajar agar tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai.
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik yang pemula maupun yang
sudah berpengalaman antara lain adalah masalah pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pangajaran.
Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif merupakan syarat bagi
pengajaran yang efektif.
Nawawi sebagaimana dikutip oleh Djamarah dan Zain mengartikan
pengelolaan kelas sebagai ”Kemampuan guru atau wali kelas dalam
mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-
luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif
dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara
efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan.”50
48Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, op. cit., h. 175. 49Loc. cit. 50Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, op. cit. h. 177.
30
Dari pengertian di atas, maka pengelolaan kelas merupakan
keterampilan bertindak seorang guru untuk mengembangkan kerja sama dan
dinamika kelas yang stabil, walaupun banyak gangguan dan perubahan dalam
lingkungan. Bila kelas diberi batasan sebagai kelompok orang yang belajar
bersama, yang mendapat pengajaran dari guru, maka didalamnya terdapat
orang-orang yang melakukan kegiatan dengan karakteristik meeka masing-
masing yang berbeda dari satu yang lainnya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelusuran peneliti terhadap berbagai hasil penelitian
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini yaitu kemampuan mengajar
guru Pendidikan Agama Islam, peneliti menemukan penelitian yang relevan
yaitu: penelitian yang dilakukan Hanifah Lubis yang berjudul Studi
Kompetensi Guru Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di
SMA Negeri 88 Jakarta.51
Penelitian tersebut melihat kompetensi guru PAI dari aspek evaluasi.
Dalam penelitian tersebut, yang menjadi tolok ukur kompetensi guru dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran adalah skor acuan yang dapat
mengkategorikan guru Pendidikan Agama Islam berkompetensi tinggi,
sedang atau rendah. Setelah dilakukan penelitian di SMAN 88 Jakarta,
hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam
di SMAN 88 Jakarta memiliki kompetensi yang tinggi dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya pada prestasi belajar tetapi
juga pada kepribadian siswa. Terlebih lagi bagi seorang guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang harus mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan
51Hanifah Lubis, Studi Kompetensi Guru Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMA Negeri 88 Jakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
31
guru-guru lainnya. Guru PAI, di samping melaksanakan tugas keagamaan
juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik,
membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak di samping
menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.
Kemampuan mengajar guru berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam membuka mata pelajaran, mengembangkan materi pelajaran,
menggunakan media pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi, menyimpulkan pelajaran dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah sangat ditentukan
oleh efisiensi dan efektifitas kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru. Kurangnya kemampuan mengajar guru akan berpengaruh terhadap
kualitas pembelajaran yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil belajar
siswa. guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti dapat merumuskan kerangka
berpikir penelitian ini seperi pada gambar berikut:
Gambar 1 Kerangka Berpikir
Kemampuan membuka pelajaran
Kemampuan mengembangkan materi
Metode pembelajaran
Media pembelajaran yang variatif
Menyimpulkan pelajaran
Kemampuan mengajar guru PAI
Pelaksanaan evaluasi
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Al-Washliyah 1 yang beralamat di
Jl. Al Washliyah No. 14 Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian berlangsung selama 4 (empat) bulan yang dilaksanakan
pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 terhitung sejak Maret sampai
dengan Juni 2012.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Adapun variabel
yang akan diukur dan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah tentang
kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SD Al-Washliyah 1
Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.
C. Populasi dan Sampel
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Al-Washliyah
Jakarta Timur tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 178 orang. Berdasarkan
populasi target tersebut, peneliti menentukan yang menjadi populasi terjangkau
adalah siswa kelas V yang berjumlah 40 orang. Mempertimbangkan jumlah
populasi yang kurang dari 100 orang, maka tidak dilakukan pengambilan sampel.
Dengan demikian, penelitian ini adalah penelitian populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, angket dan wawancara.
33
1. Observasi
Menurut Fathurrohman dan Sutikno, “Observasi dapat diartikan sebagai
penghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap berbagai fenomena yang
dijadikan objek pengamatan”.1 Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-
data tentang keadaan sekolah.
2. Angket
Menurut Arikunto, angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan
secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara
menjawab juga dilakukan dengan tertulis.2 Dalam penelitian ini, angket diajukan
kepada responden yaitu siswa kelas V SD Al-Washliyah 1 Kecamatan Pulo
Gadung Jakarta Timur untuk memperoleh data-data tentang pandangan siswa
terhadap kemampuan mengajar guru PAI. Angket disusun dengan menggunakan
skala Likert dengan kriteria penskoran sebagai berikut: Selalu skor 4, Sering skor
3, Kadang-kadang skor 2 dan Tidak Pernah skor 1.
3. Wawancara
Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “Wawancara adalah komunikasi
langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Ada dua jenis
wawancara: a. Wawancara terpimpin yang dikenal dengan wawancara berstruktur;
b. Wawancara tidak terpimpin yang dikenal dengan wawancara bebas."3
Wawancara dilakukan terhadap 2 (dua) orang guru PAI di SD Al-Washliyah
1 Kecamatan Jakarta Timur untuk mempertajam data-data yang diperoleh dari
angket. Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin
atau wawancara berstruktur.
1Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 86. 2Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 135. 3Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, loc. cit.
34
E. Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
Observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis
tentang fenomena-fenomena yang diteliti untuk mendapatkan data tentang kondisi
obyektif SD Al-Washliyah 1 Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.
2. Angket
Angket kemampuan mengajar guru PAI disusun berdasarkan teori-teori
yang telah diutarakan yang selanjutnya dirumuskan ke dalam indikator dan butir-
butir pernyataan.
a. Definisi Konseptual
Kemampuan mengajar guru adalah daya atau kapasitas yang dimiliki
seorang guru untuk melakukan serangkaian tindakan mengorganisasi atau
mengelola lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang
menyenangkan yang dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan
proses belajar. Kemampuan mengajar guru PAI yang dimaksud penulis dalam
penelitian ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
meliputi kemampuan dalam membuka pelajaran, kemampuan mengembangkan
materi, kemampuan menerapkan metode yang bervariasi, kemampuan
menggunakan media pelajaran dan kemampuan mengevaluasi.
b. Definisi Operasional
Skor kemampuan mengajar guru PAI diperoleh berdasarkan jawaban siswa
terhadap angket kemampuan mengajar guru PAI yang disusun berdasarkan
dimensi-dimensi sebagai berikut: 1) membuka pelajaran, 2) kemampuan
mengembangkan materi, 3) kemampuan menerapkan metode yang bervariasi, 4)
kemampuan menggunakan media pelajaran, dan 5) kemampuan mengevaluasi.
35
c. Kisi-kisi
Berdasarkan definisi operasional di atas, maka indikator-indikator yang
telah disebutkan dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan seperti tertera pada
tabel berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Angket Kemampuan Mengajar Guru PAI
Dimensi Indikator Nomor Butir Jumlah
1. Kemampuan membuka pelajaran
1. Memulai pelajaran dengan doa 2. Mengemukakan topik pelajaran 3. Appersepsi 4. Menyampaikan tujuan 5. Menyampaikan gambaran
umum materi pelajaran
1 2, 3
4,5, 6 7,8, 9 10,11
3 3 3 2
2. Kemampuan mengembangkan materi
1. Kejelasan 2. Penggunaan contoh dan
ilustrasi 3. Pemberian tekanan 4. Penggunaan balikan
12,13 14,15,16
17,18 19,20
2 3 2 2
3. Kemampuan menggunakan metode yang bervariasi
1. Menggunakan metode yang bervariasi
2. Metode yang digunakan memotivasi siswa
21
22,23
1 2
4. Kemampuan menggunakan media pembelajaran
1. Kesesuaian media dengan materi yang diajarkan
2. Keterampilan guru menggunakan media
24,25
26, 27
2 2
5. Kemampuan menyimpulkan
1. Guru menyimpulkan pelajaran dengan baik
28 1
6. Kemampuan mengevaluasi
1. Evaluasi 2. Tindak lanjut
29 30
1 1
Jumlah 30
3. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan secara struktur dengan menggunakan pedoman
wawancara sebagai acuan penggalian informasi dan data (terlampir). Wawancara
dilakukan terhadap seorang guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur untuk
mempertajam data-data yang diperoleh dari angket.
36
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat
dipahami bukan saja oleh orang yang mengumpulkan data tapi juga oleh orang
lain.
Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Editing
Dalam mengolah data, pertama kali yang harus dilakukan adalah editing,
yaitu melakukan edit, memilih atau meneliti angket satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, sehingga terhindar dari kekeliruan
dan kesalahan.
2. Skoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan
skor tehadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket dan wawancara.
3. Tabulating dan Analisis
Tabulasi adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan skor
berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang kemudian
diubah menjadi kuantitatif, maka teknik yang digunakan adalah analisis statistik,
yaitu dengan menggunakan rumus statistik (persentase) yang digunakan untuk
mendeskripsikan hasil penelitian dengan rumus sebagai berikut:
P = 100%f xN
P = Persentase Jawaban f = Frekuensi N = Jumlah responden
Setelah melakukan penghitungan, selanjutnya dilakukan pengkategorikan
kemampuan mengajar guru Pendidikan Agama Islam berdasarkan skor yang
diperoleh dari angket yang diberikan kepada responden.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SD Al-Washliyah 1 Jakarta
SD Al-Washliyah 1 adalah sebuah sekolah dasar swasta yang didirikan
pada tahun 1976 yang beralamat di Jl. Al-Washliyah No. 14 Kelurahan Jati
Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Luas bangunan sekolah ini 760 meter
persegi yang berdiri di atas tanah seluas 810 meter persegi dengan status gedung
milik sendiri.
SD Al-Washliyah memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang
guru, 1 ruang tata usaha, 1 ruang ibadah, 1 ruang perpustakaan, 2 ruang
laboratorium yaitu laboratorium komputer dan laboratorium bahasa, 1 kamar
mandi/WC guru, 1 kamar mandi/WC siswa, 1 kantin dan 1 ruang penjaga sekolah.
Sebagai sarana penunjang SD Al-Washliyah 1 Jakarta memiliki lapangan upacara
dan tempat parkir yang masing-masing berukuran 7 x 9 meter.
Jumlah siswa di SD Al-Washliyah pada tahun pelajaran 2012/2013
sebanyak 178 orang. Adapun guru dan staf berjumlah 14 orang yang terdiri dari 1
orang Kepala Sekolah, 6 orang guru kelas, 2 orang guru bidang studi Agama, dan
3 orang karyawan.
B. Temuan Penelitian
Berikut ini dipaparkan temuan hasil penelitian mengenai kemampuan
mengajar guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur. Data penelitian tentang kemampuan mengajar guru PAI diperoleh melalui
angket, wawancara dan observasi. Angket diberikan kepada siswa kelas V SD Al-
Washliyah Jakarta Timur sebanyak 40 siswa. Angket yang digunakan untuk
memperoleh data mengenai kemampuan mengajar guru PAI disusun berdasarkan
dimensi yang dikembangkan menjadi indikator variabel penelitian. Adapun
wawancara dan observasi peneliti lakukan kepada 2 orang guru PAI untuk
mengetahui situasi dan kondisi objek penelitian guna melengkapi data yang telah
ada.
38
Angket yang diberikan kepada responden terdiri dari 30 item pernyataan,
yaitu 11 item pernyataan tentang kemampuan guru membuka pelajaran, 9 item
pernyataan mengenai kemampuan guru mengembangkan materi, 4 item
pernyataan mengenai kemampuan guru menggunakan metode yang bervariasi, 4
item pernyataan mengenai kemampuan guru menggunakan media pembelajaran
dan 2 item pernyataan mengenai kemampuan guru mengevaluasi.
Setiap butir pernyataan pada angket tersebut diberi pilihan jawaban untuk
memudahkan responden mengisi jawaban sebagai berikut:
Tabel 2 Kriteria Pemberian Skor
No. Jawaban Skor 1. 2. 3. 4.
S = Selalu SR = Sering K = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah
4 3 2 1
Selanjutnya, jawaban responden untuk setiap item pernyataan ditabulasi yang
merupakan proses merubah data ke dalam bentuk tabel dan dipersentasekan untuk
memudahkan analisa data. Temuan penelitian ini dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut yang terbagi dalam 5 dimensi :
1. Kemampuan Guru Membuka Pelajaran
Dimensi kemampuan guru membuka pelajaran terdiri dari 5 (lima) indikator
yaitu: 1) memulai pelajaran dengan doa, 2) mengemukakan topik pelajaran, 3)
appersepsi, 4) menyampaikan tujuan pelajaran, dan 5) menyampaikan gambaran
umum materi pelajaran. Temuan penelitian dari kelima indikator tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Memulai pelajaran dengan doa
Data guru memulai pelajaran dengan doa diperoleh melalui 1 item
pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden. Data yang diperoleh untuk
sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
39
Tabel 3 Guru memulai pelajaran dengan doa
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1 Selalu 29 72,50%
Sering 11 27,50%
Kadang-kadang 0 -
Tidak Pernah 0 -
Jumlah 40 100,00%
Tabel di atas menunjukkan bahwa menurut sebagian besar responden, guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur selalu memulai
pelajaran dengan doa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 72,50% responden menyatakan guru selalu memulai
pelajaran dengan doa dan 27,50% menyatakan guru sering memulai pelajaran
dengan doa, 7,50% menyatakan kadang-kadang dan hanya 2,50% yang
menyatakan tidak pernah.
b. Mengemukakan topik pelajaran
Data kemampuan mengemukakan topik pelajaran ketika membuka pelajaran
diperoleh melalui 2 item pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden.
Data-data yang diperoleh adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 4 Guru mengemukakan topik pelajaran dengan jelas
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
2 Selalu 13 32,50%
Sering 12 30,00%
Kadang-kadang 11 27,50%
Tidak Pernah 4 10,00%
Jumlah 40 100,00%
40
Untuk menarik perhatian siswa, maka ketika membuka pelajaran hendaknya
guru mengemukakan topik pelajaran dengan jelas. Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa sebagian responden berpendapat guru Pendidikan Agama Islam di SMP
Al-Washliyah 1 Jakarta Timur ketika membuka pelajaran mengemukakan topik
pelajaran dengan jelas. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 32,50% responden menyatakan ketika membuka pelajaran
guru selalu mengemukakan topik pelajaran dengan jelas, 30,00% menyatakan
sering, 27,50% menyatakan kadang-kadang dan 10,00% menyatakan tidak pernah.
Tabel 5 Guru menyampaikan masalah-masalah pokok yang akan dibahas
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
3 Selalu 17 42,50% Sering 16 42,00% Kadang-kadang 6 15,00% Tidak Pernah 1 2,50% Jumlah 40 100,00%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapat
guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur ketika
membuka pelajaran selalu selalu menyampaikan masalah-masalah pokok yang
akan dibahas. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 42,50% responden menyatakan guru selalu menyampaikan masalah-
masalah pokok yang akan dibahas, 42,00% menyatakan sering, 15,00%
menyatakan kadang-kadang dan hanya 2,50% yang menyatakan guru tidak pernah
menyampaikan masalah-masalah pokok yang akan dibahas ketika membuka
pelajaran.
c. Appersepsi
Data-data kemampuan guru melaksanakan appersepsi diperoleh melalui 3
item pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh
untuk masing-masing item pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel
berikut:
41
Tabel 6 Guru memeriksa kehadiran siswa
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
4 Selalu 27 67,50% Sering 11 27,50% Kadang-kadang 2 5,00% Tidak Pernah 0 - Jumlah 40 100,00%
Tabel di atas menunjukkan, sebagian besar responden berpendapat bahwa
guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur ketika
membuka pelajaran selalu memeriksa kehadiran siswa. Hal ini ditunjukkan
dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 67,50% responden menyatakan
guru selalu memeriksa kehadiran siswa ketika membuka pelajaran, 27,50%
menyatakan sering, 5,00% menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden
yang menyatakan guru tidak pernah memeriksa kehadiran siswa ketika membuka
pelajaran.
Tabel 7 Guru memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
5 Selalu 28 70,00% Sering 7 17,50% Kadang-kadang 2 5,00% Tidak Pernah 3 7,50% Jumlah 40 100,00%
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapat
guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur ketika
membuka pelajaran selalu memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 70,00% responden menyatakan guru selalu memotivasi
42
siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, 17,50%
menyatakan sering, 5,00% menyatakan kadang-kadang dan hanya 7,50% yang
menyatakan guru tidak pernah memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar dengan baik pada saat membuka pelajaran.
Tabel 8 Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
6 Selalu 6 15,00%
Sering 19 47,50%
Kadang-kadang 15 37,50%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hanya sebagian responden yang
menyatakan guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur pada saat membuka pelajaran melakukan tanya jawab tentang materi yang
akan dipelajari. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 15,00% responden menyatakan guru selalu melakukan tanya jawab
tentang materi yang akan dipelajari memulai pelajaran, 47,50% menyatakan
sering, 37,50% menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang
menyatakan tidak pernah.
d. Menyampaikan tujuan pelajaran
Data-data kemampuan guru menyampaikan tujuan pelajaran diperoleh
melalui 3 item pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang
diperoleh untuk masing-masing item pernyataan adalah sebagaimana tercantum
pada tabel berikut:
43
Tabel 9 Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
7 Selalu 20 50,00%
Sering 14 35,00%
Kadang-kadang 6 15,00%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
selalu menyampaikan tujuan yang hendak dicapai ketika memulai pelajaran. Hal
ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 50,00%
responden menyatakan guru selalu menyampaikan tujuan yang hendak dicapai
ketika memulai pelajaran, 35,00% menyatakan sering, 15,00% responden
menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang menyatakan tidak
pernah.
Tabel 10
Guru mengaitkan materi pelajaran dengan pelajaran yang telah lalu
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
8 Selalu 24 60,00%
Sering 5 12,50%
Kadang-kadang 10 25,00%
Tidak Pernah 1 2,50%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
selalu mengaitkan materi pelajaran dengan pelajaran yang telah lalu ketika
memulai pelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 60,00% responden menyatakan pada saat membuka
44
pelajaran guru selalu mengaitkan materi pelajaran dengan pelajaran yang telah
lalu, 12,50% menyatakan sering, 25,00% responden menyatakan kadang-kadang
dan hanya 2,5% responden menyatakan tidak pernah.
Tabel 11 Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilakukan ketika memulai pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
9 Selalu 9 22,50%
Sering 22 55,00%
Kadang-kadang 9 22,50%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
sering menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan ketika
memulai pelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 22,50% responden menyatakan bahwa guru selalu
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan ketika memulai
pelajaran, 55,00% responden menyatakan sering, 22,50% responden menyatakan
kadang-kadang dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah.
e. Menyampaikan gambaran umum materi pelajaran
Data-data kemampuan guru menyampaikan gambaran umum materi
pelajaran ketika membuka pelajaran diperoleh melalui 2 item pernyataan yang
disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing
item pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
45
Tabel 12 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi yang telah dipelajari
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
10 Selalu 15 37,50%
Sering 11 27,50%
Kadang-kadang 13 32,50%
Tidak Pernah 1 2,50%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
ketika membuka pelajaran selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase data sebagai berikut: sebanyak 37,50% responden menyatakan
bahwa guru ketika membuka pelajaran selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari, 27,50% responden
menyatakan sering, 32,50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya
2,50% responden yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 13
Guru menjelaskan materi yang akan dibahas dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
11 Selalu 29 72,50%
Sering 6 15,00%
Kadang-kadang 5 12,50%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
46
pada saat membuka pelajaran selalu menjelaskan materi yang akan dibahas dengan
menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 72,50%
responden menyatakan bahwa guru selalu menjelaskan materi yang akan
dibahas dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari,
15,00% responden menyatakan sering, 12,50% responden menyatakan kadang-
kadang dan tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah.
2. Kemampuan Guru Mengembangkan Materi
Dimensi kemampuan guru mengembangkan materi terdiri dari 4 (empat)
indikator yaitu: 1) kejelasan, 2) penggunaan contoh dan ilustrasi, 3) pemberian
tekanan, dan 4) penggunaan balikan. Temuan penelitian dari keempat indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kejelasan
Data-data kemampuan guru mengembangkan materi pelajaran ditinjau dari
aspek kejelasan diperoleh melalui 2 item pernyataan yang disebarkan kepada 40
responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing item pernyataan
adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 14
Guru menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
12 Selalu 27 67,50%
Sering 7 17,50%
Kadang-kadang 5 12,50%
Tidak Pernah 1 2,50%
Jumlah 40 100,00% Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
selalu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah
47
dipahami. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 67,50% responden menyatakan guru selalu menyajikan materi
pelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami 17,50% responden
menyatakan sering, 12,50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya
2,50% responden yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 15 Guru menyajikan materi pelajaran secara berurutan dan terperinci
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
13 Selalu 7 17,50%
Sering 17 42,50%
Kadang-kadang 14 35,00%
Tidak Pernah 2 5,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur sering menyajikan materi pelajaran secara berurutan dan terperinci. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 17,50%
responden menyatakan guru selalu menyajikan materi pelajaran secara berurutan
dan terperinci, 42,50% responden menyatakan sering, 35,00% responden
menyatakan kadang-kadang dan hanya 5,00% responden yang menyatakan tidak
pernah.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi
Data-data kemampuan guru mengembangkan materi pelajaran ditinjau dari
aspek penggunaan contoh dan ilustrasi diperoleh melalui 3 item pernyataan yang
disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing
item pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
48
Tabel 16 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
14 Selalu 31 77,50% Sering 5 12,50% Kadang-kadang 2 5,00% Tidak Pernah 2 5,00% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
selalu menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 77,50% responden menyatakan guru selalu menjelaskan
materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, 12,50% responden menyatakan sering, 5,00% responden menyatakan
kadang-kadang dan 5,00% responden yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 17
Guru menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang sesuai materi pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
15 Selalu 21 52,50% Sering 3 7,50% Kadang-kadang 10 25,00% Tidak Pernah 6 15,00% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur selalu menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang sesuai
materi pelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 52,50% responden menyatakan guru selalu menjelaskan materi
49
pelajaran dengan contoh-contoh yang sesuai materi pelajaran, 7,50% responden
menyatakan sering, 25,00% responden menyatakan kadang-kadang dan 15,00%
responden yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 18 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang sesuai
mudah dipahami
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
16 Selalu 23 57,50%
Sering 14 35,00%
Kadang-kadang 1 2,50%
Tidak Pernah 2 5,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur selalu menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang mudah
dipahami. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 57,50% responden menyatakan guru selalu menjelaskan materi
pelajaran dengan contoh-contoh yang mudah dipahami, 35,00% responden
menyatakan sering, 2,50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya
5,00% responden yang menyatakan tidak pernah.
c. Pemberian tekanan
Data-data kemampuan guru mengembangkan materi pelajaran ditinjau dari
aspek pemberian tekanan diperoleh melalui 2 item pernyataan yang disebarkan
kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing item
pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
50
Tabel 19 Guru mengulangi penjelasan untuk memberikan penekanan
pada hal-hal yang penting
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
17 Selalu 19 47,50% Sering 11 27,50% Kadang-kadang 8 20,00% Tidak Pernah 2 5,00% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur selalu mengulangi penjelasan untuk memberikan penekanan pada hal-hal
yang penting. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 47,50% responden menyatakan guru selalu mengulangi penjelasan
untuk memberikan penekanan pada hal-hal yang penting, 27,50% responden
menyatakan sering, 20,00% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya
5,00% responden yang menyatakan tidak pernah.
Tabel 20
Guru memberikan penekanan pada hal-hal penting dengan menggunakan nada suara, mimik dan gerakan anggota badan
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
18 Selalu 3 7,50% Sering 9 22,50% Kadang-kadang 28 70,00% Tidak Pernah 0 0,00% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur hanya kadang-kadang memberikan penekanan pada hal-hal penting dengan
menggunakan nada suara, mimik dan gerakan anggota badan. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 7,50%
51
responden menyatakan guru selalu memberikan penekanan pada hal-hal penting
dengan menggunakan nada suara, 22,50% responden menyatakan sering 70,00%
responden menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang menyatakan
tidak pernah.
d. Penggunaan Balikan
Data-data kemampuan guru mengembangkan materi pelajaran ditinjau dari
aspek penggunaan balikan diperoleh melalui 2 item pernyataan yang disebarkan
kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing item
pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 21 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat, ide
dan gagasan tentang materi pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
19 Selalu 12 30,00%
Sering 13 32,50%
Kadang-kadang 15 37,50%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur hanya kadang-kadang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pendapat, ide dan gagasan tentang materi pelajaran. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 30,00%
responden menyatakan guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pendapat, ide dan gagasan tentang materi pelajaran, 32,50%
responden menyatakan sering, 37,50% responden menyatakan kadang-kadang dan
tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah.
52
Tabel 22 Guru melakukan tanya jawab sehingga siswa berani
mengemukakan pendapat
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
20 Selalu 22 55,00% Sering 14 35,00% Kadang-kadang 3 7,50% Tidak Pernah 1 2,50% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur selalu melakukan tanya jawab sehingga siswa berani mengemukakan
pendapat. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 55,00% responden menyatakan guru melakukan tanya jawab
sehingga siswa berani mengemukakan pendapat, 35,00% responden menyatakan
sering, 7,50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 2,5% responden
yang menyatakan tidak pernah.
3. Kemampuan Guru Menggunakan Metode yang Bervariasi
Dimensi kemampuan guru menggunakan metode yang bervariasi terdiri dari
2 (dua) indikator yaitu: 1) menggunakan metode yang bervariasi, dan 2) metode
yang digunakan memotivasi siswa. Temuan penelitian dari kedua indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan metode yang bervariasi
Data kemampuan guru menggunakan metode yang bervariasi ditinjau dari
aspek variasi metode yang digunakan diperoleh melalui 1 item pernyataan yang
disebarkan kepada 40 responden. Data yang diperoleh adalah sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
53
Tabel 23 Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
21 Selalu 7 17,50%
Sering 22 55,00%
Kadang-kadang 7 17,50%
Tidak Pernah 4 10,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur sering menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 17,50%
responden menyatakan guru selalu menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi, 55,00% responden menyatakan sering, 17,50% responden menyatakan
kadang-kadang dan hanya 10,00% responden yang menyatakan tidak pernah.
b. Metode yang digunakan memotivasi siswa
Data-data kemampuan guru menggunakan metode yang bervariasi ditinjau
dari aspek metode yang digunakan memotivasi siswa diperoleh melalui 2 item
pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh untuk
masing-masing item pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 24 Guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
22 Selalu 29 72,50%
Sering 7 17,50%
Kadang-kadang 3 7,5%
Tidak Pernah 1 2,5%
Jumlah 40 100,00%
54
Berdasarkan tabel tersebut terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
sering menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 72,50%
responden menyatakan bahwa guru selalu menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi pelajaran, 17,50% responden menyatakan sering,
7,50% responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 2,50% responden yang
menyatakan tidak pernah.
Tabel 25 Guru menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi belajar
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
23 Selalu 14 35,00%
Sering 9 22,50%
Kadang-kadang 11 27,50%
Tidak Pernah 6 15,00%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
selalu menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut:
sebanyak 35,00% responden menyatakan bahwa guru selalu menerapkan
metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar, 22,50%
responden menyatakan sering, 27,50% responden menyatakan kadang-kadang dan
15,00% responden yang menyatakan tidak pernah.
4. Kemampuan Guru Menggunakan Media
Dimensi kemampuan guru menggunakan media terdiri dari 2 (dua) indikator
yaitu: 1) kesesuaian media dengan materi yang diajarkan, dan 2) keterampilan
guru menggunakan media. Temuan penelitian dari kedua indikator tersebut adalah
sebagai berikut:
55
a. Kesesuaian media dengan materi yang diajarkan
Data-data kemampuan guru menggunakan media ditinjau dari aspek
kesesuaian media dengan materi yang diajarkan diperoleh melalui 2 item
pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh
untuk masing-masing item pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel
berikut:
Tabel 26 Guru menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
24 Selalu 6 15,00%
Sering 12 30,00%
Kadang-kadang 21 52,50%
Tidak Pernah 1 2,50%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel tersebut terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
hanya kadang-kadang menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran.
Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 15,00%
responden menyatakan bahwa guru selalu menggunakan media yang sesuai
dengan materi pelajaran, 30,00% responden menyatakan sering, 52,50%
responden menyatakan kadang-kadang dan hanya 2,50% responden yang
menyatakan tidak pernah.
Tabel 27 Guru menggunakan media pembelajaran yang bervariasi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
25 Selalu 16 40,00% Sering 10 25,00% Kadang-kadang 13 32,50% Tidak Pernah 1 2,50% Jumlah 40 100,00%
56
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur selalu menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 40,00%
responden menyatakan guru selalu menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi, 25,00% responden menyatakan sering, 32,50% responden menyatakan
kadang-kadang dan hanya 2,50% responden yang menyatakan tidak pernah.
b. Keterampilan guru menggunakan media
Data-data kemampuan guru menggunakan media ditinjau dari aspek
keterampilan guru menggunakan diperoleh melalui 2 item pernyataan yang
disebarkan kepada 40 responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing
item pernyataan adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 28 Guru mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
26 Selalu 10 25,00% Sering 17 42,50% Kadang-kadang 13 32,50% Tidak Pernah 0 0,00% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
sering mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 25,00%
responden menyatakan guru selalu mampu menggunakan media pembelajaran
dengan baik, 42,50% responden menyatakan sering, 32,50% responden
menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang menyatakan tidak
pernah.
57
Tabel 29 Guru memberikan keterangan dengan jelas tentang cara-cara
menggunakan media pembelajaran
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
27 Selalu 12 30,00%
Sering 8 20,00%
Kadang-kadang 15 37,50%
Tidak Pernah 5 12,50%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
hanya kadang-kadang memberikan keterangan dengan jelas tentang cara-cara
menggunakan media pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data
sebagai berikut: sebanyak 30,00% responden menyatakan guru selalu
memberikan keterangan dengan jelas tentang cara-cara menggunakan media
pembelajaran, 20,00% responden menyatakan sering, 37,50% responden
menyatakan kadang-kadang dan 12,50% responden yang menyatakan tidak pernah.
5. Kemampuan Guru Menyimpulkan Pelajaran
Dimensi kemampuan guru menyimpulkan pelajaran terdiri dari 1 (satu)
indikator yaitu: guru menyimpulkan pelajaran dengan jelas. Temuan penelitian
dari indikator tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 30
Guru menyimpulkan pelajaran dengan jelas
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
28 Selalu 13 32,50%
Sering 14 35,00%
Kadang-kadang 11 27,50%
Tidak Pernah 2 5,00%
Jumlah 40 100,00%
58
Berdasarkan tabel di atas terlihat sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur
sering menyimpulkan pelajaran dengan jelas. Hal ini ditunjukkan dengan
persentase data sebagai berikut: sebanyak 32,50% responden menyatakan guru
selalu menyimpulkan pelajaran dengan jelas, 35,00% responden menyatakan
sering, 27,50% responden menyatakan kadang-kadang dan 5,00% responden yang
menyatakan tidak pernah.
6. Kemampuan Guru Mengevaluasi
Dimensi kemampuan guru mengevaluasi terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu:
1) evaluasi, dan 2) tindak lanjut. Temuan penelitian dari kedua indikator tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi
Data-data kemampuan mengevaluasi ditinjau dari indikator evaluasi
diperoleh melalui 1 item pernyataan yang disebarkan kepada 40 responden. Data-
data yang diperoleh untuk masing-masing item pernyataan adalah sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
Tabel 31
Guru melaksanakan evaluasi menggunakan soal-soal tes berdasarkan materi yang telah dipelajari
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
29 Selalu 10 25,00%
Sering 16 40,00%
Kadang-kadang 13 32,50%
Tidak Pernah 1 2,50%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur sering melaksanakan evaluasi menggunakan soal-soal tes berdasarkan
59
materi yang telah dipelajari. Hal ini ditunjukkan dengan persentase data sebagai
berikut: sebanyak 25,00% responden menyatakan guru selalu melaksanakan
evaluasi menggunakan soal-soal tes berdasarkan materi yang telah dipelajari,
40,00% responden menyatakan sering, 32,50% responden menyatakan kadang-
kadang dan hanya 2,50% responden yang menyatakan tidak pernah.
b. Tindak lanjut
Data-data kemampuan mengevaluasi ditinjau dari indikator melakukan
tindak lanjut diperoleh melalui 1 item pernyataan yang disebarkan kepada 40
responden. Data-data yang diperoleh untuk masing-masing item pernyataan
adalah sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Tabel 32
Guru bersama siswa membahas kembali soal-soal yang diujikan
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
30 Selalu 7 17,50% Sering 24 60,00% Kadang-kadang 9 22,50% Tidak Pernah 0 0,00% Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar responden
berpendapat, guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur sering membahas kembali soal-soal yang diujikan bersama siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase data sebagai berikut: sebanyak 17,50%
responden menyatakan guru selalu membahas kembali soal-soal yang diujikan
bersama siswa, 60,00% responden menyatakan sering, 22,50% responden
menyatakan kadang-kadang dan tidak ada responden yang menyatakan tidak
pernah.
B. Pembahasan
Kemampuan mengajar guru PAI dapat ditinjau dari kemampuan guru
membuka pelajaran, kemampuan guru mengembangkan materi, kemampuan guru
60
menggunakan metode yang bervariasi, kemampuan guru menggunakan media
pembelajaran dan kemampuan guru mengevaluasi. Berikut ini akan dilakukan
pembahasan terhadap kelima kemampuan tersebut berdasarkan skor data
penelitian dengan mengacu pada kriteria penilaian berikut:
Tabel 33 Kriteria Penilaian Kemampuan Guru
Skor Rata-rata Kriteria 1,00 – 1,74 Sangat Rendah 1,75 – 2,49 Rendah 2,50 – 3,24 Sedang 3,25 – 4,00 Tinggi
1. Kemampuan Membuka Pelajaran
Aspek kemampuan guru membuka pelajaran diukur dengan menggunakan
11 butir pernyataan berdasarkan indikator: 1) memulai pelajaran dengan doa, 2)
mengemukakan topik pelajaran, 3) appersepsi, 4) menyampaikan tujuan pelajaran,
dan 5) menyampaikan gambaran umum materi pelajaran
Berdasarkan data penelitian (Lampiran 3) diketahui bahwa total skor
kemampuan guru membuka pelajaran adalah sebesar : 1428. Dengan demikian,
skor rata-rata kemampuan guru membuka pelajaran adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 143811 40
= 3,27
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
guru membuka pelajaran adalah sebesar 3,27. Berdasarkan kriteria penilaian,
maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru PAI SMP Al-Washliyah 1
Jakarta Timur dalam membuka pelajaran termasuk dalam kategori tinggi.
2. Kemampuan Mengembangkan Materi
Aspek-aspek kemampuan guru mengembangkan materi diukur dengan
menggunakan 9 butir pernyataan berdasarkan indikator: kejelasan, penggunaan
61
contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. Berdasarkan
data penelitian (Lampiran 3) diketahui bahwa total skor total kemampuan guru
mengembangkan materi adalah sebesar : 1127. Dengan demikian, skor rata-rata
kemampuan mengembangkan materi pelajaran adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 11279 40
= 3,13
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
guru mengembangkan materi adalah sebesar 3,13. Berdasarkan kriteria penilaian,
maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru PAI SMP Al-Washliyah 1
Jakarta Timur dalam mengembangkan materi termasuk dalam kategori sedang.
3. Kemampuan Menggunakan Metode yang Bervariasi
Aspek-aspek kemampuan menggunakan metode yang bervariasi diukur
dengan menggunakan 3 butir pernyataan berdasarkan indikator: metode yang
bervariasi dan metode yang digunakan memotivasi siswa. Berdasarkan data
penelitian (Lampiran 3) diketahui bahwa total skor total kemampuan guru
menggunakan metode yang bervariasi adalah sebesar : 367. Dengan demikian, skor
rata-rata kemampuan guru menggunakan metode yang bervariasi adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 3673 40
= 3,06
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
guru menggunakan metode yang bervariasi adalah sebesar 3,06. Berdasarkan
kriteria penilaian, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru PAI SMP Al-
Washliyah 1 Jakarta Timur dalam menggunakan metode yang bervariasi dalam
kategori sedang.
4. Kemampuan Menggunakan Media
Aspek-aspek kemampuan menggunakan media diukur dengan menggunakan
62
4 butir pernyataan berdasarkan indikator: kesesuaian media dengan materi yang
diajarkan dan keterampilan guru menggunakan media. Berdasarkan data
penelitian (Lampiran 3) diketahui bahwa total skor total kemampuan guru
menggunakan media adalah sebesar : 566. Dengan demikian, skor rata-rata
kemampuan guru menggunakan media adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 5664 40
= 3,54
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
guru menggunakan media adalah sebesar 3,54. Berdasarkan kriteria penilaian,
maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru PAI SMP Al-Washliyah 1
Jakarta Timur dalam menggunakan media berada dalam kategori tinggi.
5. Kemampuan Menyimpulkan Pelajaran
Aspek kemampuan menyimpulkan pelajaran diukur dengan menggunakan 1
butir pernyataan berdasarkan indikator: menyimpulkan pelajaran dengan baik.
Berdasarkan data penelitian (Lampiran 3) diketahui bahwa total skor total
kemampuan menyimpulkan pelajaran adalah sebesar : 118. Dengan demikian, skor
rata-rata kemampuan guru menyimpulkan pelajaran adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 1181 40
= 2,95
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
guru mengevaluasi adalah sebesar 2,95. Berdasarkan kriteria penilaian, maka
dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru PAI SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur dalam menyimpulkan pelajaran berada dalam kategori sedang.
6. Kemampuan Mengevaluasi
Aspek-aspek kemampuan mengevaluasi diukur dengan menggunakan 2 butir
pernyataan berdasarkan indikator: evaluasi dan tindak lanjut. Berdasarkan data
63
penelitian (Lampiran 3) diketahui bahwa total skor total kemampuan guru dalam
mengevaluasi adalah sebesar : 233. Dengan demikian, skor rata-rata kemampuan
guru dalam mengevaluasi adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 2332 40
= 2,91
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
guru mengevaluasi adalah sebesar 2,91. Berdasarkan kriteria penilaian, maka
dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru PAI SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur dalam melakukan evaluasi berada dalam kategori sedang.
Secara keseluruhan skor kemampuan mengajar guru PAI SMP Al-
Washliyah 1 Jakarta Timur adalah sebesar : 3721 (Lampiran 3). Dengan demikian,
skor rata-rata kemampuan guru mengajar guru PAI SMP Al-Washliyah 1 Jakarta
Timur adalah :
Skor rata-rata = Skor totalJumlah item x Jumlah respnden
= 373130 40
= 3,11
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan
mengajar guru PAI SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur adalah sebesar 3,11.
Berdasarkan kriteria penilaian, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan
mengajar guru PAI SMP Al-Washliyah 1 Jakarta Timur berada dalam kategori
sedang.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru PAI SMP Al-
Washliyah 1 Jakarta, diperoleh temuan bahwa guru PAI Agama Islam telah
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang memenuhi unsur-unsur kemampuan
mengajar yaitu: kemampuan membuka pelajaran, kemampuan mengembangkan
materi, kemampuan menggunakan metode yang bervariasi, kemampuan
menggunakan media pembelajaran, kemampuan menyimpulkan, dan kemampuan
mengevaluasi.
64
Menurut responden, hal-hal yang sudah dilaksanakan ketika membuka
pelajaran adalah berdoa bersama, memeriksa kehadiran siswa, memotivasi siswa,
menjelaskan tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan serta menjelaskan materi yang akan dibahas dengan menggunakan
contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang belum maksimal
dilakukan ketika membuka pelajaran adalah penyampaian topik pelajaran dan
tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari. Tanya jawab pada saat membuka
pelajaran cukup sering dilakukan, tetapi terkadang mengalami kesulitan karena
siswa kurang merespons tanya jawab yang dilakukan, hal inilah yang terkadang
membuat saya terkadang melewatkan kegiatan tanya jawab
Dalam hal kemampuan mengembangkan materi, menurut responden materi
pelajaran selalu disajikan dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami
siswa. Jika terpaksa harus menggunakan istilah-istilah khusus maka terlebih
dahulu pengertian istilah tersebut dijelaskan kepada siswa. Kemudian penjelasan
materi juga menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk
membantu siswa memahami materi. Untuk menjelaskan hal-hal yang penting
responden juga selalu memberikan penekanan dengan cara mengulangi penjelasan
dan menanyakan kepada siswa hal-hal yang kurang jelas. Hal yang kurang
maksimal dilakukan adalah penggunaan mimik dan anggota badan.
Penggunaan metode pembelajaran menurut responden cukup bervariasi,
tetapi masih kurang maksimal karena terbentur pada kemampuan guru yang masih
kurang terutama terhadap metode pembelajaran. Demikian juga penggunaan
media pembelajaran selalu disesuaikan dengan materi pelajaran.
Berdasarkan wawancara juga diperoleh temuan bahwa guru PAI SD Al-
Washliyah 1 Jakarta selalu menyimpulkan pelajaran pada tahap akhir
pembelajaran dan meminta siswa mencatat kesimpulan. Dalam kegiatan ini siswa
dilibatkan agar siswa lebih mudah mengingat kesimpulan yang dibuat. Kemudian
dalam melaksanakan evaluasi, guru PAI Al-Washliyah telah menyusun soal-soal
tes berdasarkan pada pokok bahasan yang telah dipelajari. Soal-soal yang diujikan
selalu dibahas kembali setelah tes selesai dilakukan. Hal ini dilakukan agar siswa
mengetahui apakah jawaban mereka benar atau salah.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini didapatkan temuan sebagai berikut :
1. Kemampuan guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur dalam membuka
pelajaran termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut terlihat dari aspek
memulai pelajaran dengan doa, mengemukakan topik pelajaran, appersepsi,
menyampaikan tujuan pelajaran, dan menyampaikan gambaran umum materi
pelajaran
2. Kemampuan guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur dalam
mengembangkan materi termasuk dalam kategori sedang. Hal tersebut terlihat
dari kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan
penggunaan balikan.
3. Kemampuan guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur dalam menggunakan
metode yang bervariasi berada dalam kategori sedang. Hal tersebut terlihat dari
metode yang bervariasi dan metode yang digunakan memotivasi siswa.
4. Kemampuan guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur dalam menggunakan
media berada dalam kategori tinggi. Hal tersebut terlihat dari kesesuaian media
dengan materi yang diajarkan dan keterampilan guru menggunakan media.
5. Kemampuan guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur dalam
menyimpulkan pelajaran berada dalam kategori sedang. Hal tersebut terlihat
dari kemampuan guru menyimpulkan pelajaran dengan jelas.
6. Kemampuan guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur dalam melakukan
evaluasi berada dalam kategori sedang. Hal tersebut terlihat dari evaluasi serta
tindak lanjut.
Dari temuan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan
mengajar guru PAI SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur berada dalam kategori
sedang.
66
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran-
saran sebagai berikut :
1. Guru-guru PAI di SD Al-Washliyah 1 Jakarta Timur harus berupaya
meningkatkan kemampuan mengajarnya agar kualitas pembelajaran di SD Al-
Washliyah 1 Jakarta Timur dapat ditingkatkan.
2. Pihak sekolah hendaknya ikut berperan aktif dalam memperhatikan
kemampuan mengajar guru PAI dengan melakukan pengawasan dan penilaian,
sehingga laporan hasil penilaian tersebut dapat dijadikan bahan untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
3. Pihak sekolah diharapkan memberikan dukungan kepada para guru untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan mengajar
guru seperti seminar-seminar dan pendidikan dan latihan khususnya yang
berkaitan dengan kemampuan mengajar guru.
67
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006.
Daradjat, Zakiyah. Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama,1995 .
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Fathurrohman, Pupuh & Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama, 2007.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Fakultas Psikologi, UGM, 1986.
Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Lubis, Hanifah. Studi Kompetensi Guru Agama Islam Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran di SMA Negeri 88 Jakarta. Skripsi
Makawimbang, Jerry H. Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
Roestiyah, N.K. Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Moeslichatoen, R. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta., 2004.
Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Semarang: RaSAIL Media Group, 2007.
68
Uno, Hamzah B. dan Mohamad, Nurdin. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Wijaya, Cece. dkk. Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
69
KUESIONER KEMAMPUAN MENGAJAR GURU Nama : ................................................
Nomor Responden : ................. (diisi oleh peneliti) Petunjuk Pengisian 1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapatmu dengan menuliskan
tanda checklist () pada kolom yang disediakan : S = Selalu SR = Sering K = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah 2. Hasil jawaban kuesioner ini diperlukan untuk kepentingan penelitian dan tidak
mempengaruhi nilai-nilai mata pelajaran di sekolah. Jadi, jawablah dengan jujur!
No Pernyataan S SR K TP 1 Guru membuka pelajaran dengan doa 2 Guru mengemukakan topik pelajaran dengan jelas 3 Guru menyampaikan masalah-masalah pokok yang
akan dibahas
4 Guru memeriksa kehadiran siswa 5 Guru memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan baik
6 Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
7 Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai 8 Guru mengaitkan materi pelajaran dengan pelajaran
yang telah lalu
9 Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan ketika memulai pelajaran
10 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari
11 Guru menjelaskan materi yang akan dibahas dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari
Lampiran 1
70
No Pernyataan S SR K TP 12 Guru menyajikan materi pelajaran dengan
menggunakan kalimat yang mudah dipahami
13 Guru menyajikan materi pelajaran secara berurutan dan terperinci
14 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
15 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang sesuai dengan materi pelajaran
16 Guru menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang mudah dipahami
17 Guru mengulangi penjelasan untuk memberikan penekanan pada hal-hal yang penting
18 Guru memberikan penekanan pada hal-hal penting dengan menggunakan nada suara, mimik dan gerakan anggota badan
19 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat, ide dan gagasan tentang materi pelajaran
20 Guru melakukan tanya jawab sehingga siswa berani mengemukakan pendapat
21 Guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
22 Guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran
23 Guru menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar
24 Guru menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran
25 Guru menggunakan media pembelajaran yang bervariasi
26 Guru mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik
27 Guru memberikan keterangan dengan jelas tentang cara-cara menggunakan media pembelajaran
28 Guru menyimpulkan materi pelajaran dengan baik 29 Guru melaksanakan evaluasi menggunakan soal-
soal tes berdasarkan materi yang telah dipelajari
30 Guru bersama siswa membahas kembali soal-soal yang diujikan
71
PEDOMAN WAWANCARA 1. Ketika memulai pelajaran apakah Bapak/Ibu mengajak para siswa melakukan
doa?
2. Apakah Bapak/Ibu ketika membuka pelajaran mengemukakan topik pelajaran
dengan jelas dan menyampaikan masalah-masalah pokok yang akan dibahas?
3. Apakah Bapak/Ibu ketika ketika membuka pelajaran memeriksa kehadiran
siswa, memotivasi siswa dan melakukan tanya jawab tentang materi yang
akan dipelajari?
4. Pada saat membuka pelajaran, apakah Bapak/Ibu menyampaikan kepada
siswa tujuan yang hendak dicapai, mengaitkan materi pelajaran dengan
pelajaran yang telah lalu dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilakukan?
5. Pada saat membuka pelajaran, apakah Bapak/Ibu menjelaskan materi yang
akan dibahas dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan
sehari-hari?
6. Apakah Bapak/Ibu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan
kalimat yang mudah dipahami, berurutan dan terperinci?
7. Apakah Bapak/Ibu menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi pelajaran
dan mudah dipahami?
8. Apakah Bapak/Ibu mengulangi penjelasan untuk memberikan penekanan
pada hal-hal yang penting dengan menggunakan nada suara, mimik dan
gerakan anggota badan?
Lampiran 2
72
9. Apakah Bapak/Ibu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pendapat, ide dan gagasan, serta melakukan tanya jawab tentang materi
pelajaran sehingga siswa berani mengemukakan pendapat?
10. Apakah Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi?
11. Apakah Bapak/Ibu menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran
dan bervariasi?
12. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyimpulkan materi pelajaran?
13. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan evaluasi menggunakan soal-soal tes
berdasarkan materi yang telah dipelajari?
14. Apakah Bapak/Ibu bersama siswa membahas kembali soal-soal yang
diujikan?
69
74
HASIL WAWANCARA Nama : ................................................ 1. Apakah Bapak/Ibu memulai pelajaran dengan doa? Jawab : Ya, berdoa dilakukan rutin sebelum memulai pelajaran. Doa ini
dipimpin oleh siswa yang sudah ditugaskan
2. Apakah Bapak/Ibu ketika membuka pelajaran mengemukakan topik pelajaran dengan jelas dan menyampaikan masalah-masalah pokok yang akan dibahas?
Jawab : Topik pelajaran memang selalu disampaikan terlebih dahulu ketika memulai pelajaran, tapi sesekali mungkin terlewatkan walaupun pada akhirnya disampaikan juga ketika pembelajaran sedang berlangsung.
3. Apakah Bapak/Ibu ketika ketika membuka pelajaran memeriksa kehadiran siswa, memotivasi siswa dan melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari?
Jawab : Tentu saja, memeriksa kehadiran siswa sebelum memulai pelajaran bagi saya merupakan suatu keharusan.
Kegiatan memotivasi siswa ini biasanya saya lakukan melalui penjelasan-penjelasan untuk memunculkan keingintahuan siswa.
Tanya jawab pada saat membuka pelajaran cukup sering dilakukan, tetapi terkadang mengalami kesulitan karena siswa kurang merespons tanya jawab yang dilakukan, hal inilah yang terkadang membuat saya terkadang melewatkan kegiatan tanya jawab
4. Pada saat membuka pelajaran, apakah Bapak/Ibu menyampaikan kepada siswa tujuan yang hendak dicapai, mengaitkan materi pelajaran dengan pelajaran yang telah lalu dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan?
Jawab : Penjelasan tentang tujuan dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dalam pembelajaran selalu disampaikan, karena hal ini sangat penting agar siswa memahami dengan benar arah dari
Lampiran 4
75
pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, ketika membuka pelajaran juga perlu mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pelajaran yang telah lalu agar siswa mendapat gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari
5. Pada saat membuka pelajaran, apakah Bapak/Ibu menjelaskan materi yang akan dibahas dengan menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari?
Jawab : Ya, contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari selalu digunakan sebagai bahan untuk menjelaskan materi pelajaran, karena hal itu membantu siswa memahami materi
6. Apakah Bapak/Ibu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami, berurutan dan terperinci?
Jawab : Penyajian materi pelajaran selalu diupayakan menggunakan kalimat yang mudah dipahami siswa. Jika terpaksa harus menggunakan istilah-istilah khusus maka terlebih dahulu pengertian istilah tersebut dijelaskan kepada siswa.
7. Apakah Bapak/Ibu menjelaskan materi pelajaran dengan contoh-contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi pelajaran dan mudah dipahami?
Jawab : Ya, contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari selalu digunakan sebagai bahan untuk menjelaskan materi pelajaran, karena hal itu membantu siswa memahami materi
8. Apakah Bapak/Ibu mengulangi penjelasan untuk memberikan penekanan pada hal-hal yang penting dengan menggunakan nada suara, mimik dan gerakan anggota badan?
Jawab : Untuk menjelaskan hal-hal yang penting memang saya selalu memberikan penekanan dengan cara mengulangi penjelasan dan menanyakan kepada siswa hal-hal yang kurang jelas. Tetapi memang penggunaan mimik dan anggota badan masih kurang maksimal dilakukan
76
9. Apakah Bapak/Ibu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat, ide dan gagasan, serta melakukan tanya jawab tentang materi pelajaran sehingga siswa berani mengemukakan pendapat?
Jawab : Ya, kesempatan kepada siswa selalu diberikan untuk bertanya, mengajukan pendapat ataupun gagasan. Hal itu terutama memang dilakukan agar siswa memiliki keberanian mengkomunikasikan pendapatnya.
10. Apakah Bapak/Ibu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi? Jawab : Mengenai penggunaan metode pembelajaran memang sudah cukup
bervariasi, tetapi masih kurang maksimal karena terbentur pada penguasaan kami yang kurang terutama terhadap metode-metode yang relatif baru
11. Apakah Bapak/Ibu menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran dan bervariasi?
Jawab : Ya, penggunaan media pembelajaran selalu disesuaikan dengan materi pelajaran.
12. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyimpulkan materi pelajaran? Jawab : Saya selalu menyimpulkan pelajaran pada tahap akhir pembelajaran
dan meminta siswa mencatat kesimpulan tersebut. Dalam kegiatan ini siswa juga dilibatkan agar siswa lebih mudah mengingat kesimpulan yang dibuat.
13. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan evaluasi menggunakan soal-soal tes berdasarkan materi yang telah dipelajari?
Jawab : Soal-soal tes selalu didasarkan pada pokok bahasan yang telah dipelajari
14. Apakah Bapak/Ibu bersama siswa membahas kembali soal-soal yang diujikan?
Jawab : Soal-soal yang diujikan selalu dibahas kembali setelah tes selesai dilakukan. Hal ini dilakukan agar siswa mengetahui apakah jawaban mereka benar atau salah.