45
Laporan Keluarga Binaan

keluarga binaan

  • Upload
    jeffry

  • View
    29

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran bidang ilmu kesehatan masyarakat

Citation preview

Laporan Keluarga BinaanDAFTAR ISI

1BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang11.2.Tujuan31.2.1.Tujuan Umum31.2.1.1.Bagi mahasiswa :31.2.1.2.Bagi keluarga binaan :31.2.2.Tujuan Khusus4BAB II IDENTITAS KELUARGA5BAB III TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA8BAB IV GENOGRAM9BAB V MASALAH DALAM KELUARGA105.1Masalah biologis105.2Masalah sosio-ekonomi15BAB VI DENAH RUMAH17BAB VII UPAYA YANG DILAKUKAN207.1Kunjungan ke 1207.2Kunjungan ke 2217.3Kunjungan ke 321BAB VIII INDIKATOR KEBERHASILAN23BAB IX HASIL PEMBINAAN KELUARGA249.1Keadaan Rumah249.2Keadaan biopsikososial keluarga24BAB X KESIMPULAN DAN SARAN2510.1Kesimpulan2510.2Saran25TINJAUAN PUSTAKA27DAFTAR PUSTAKA30

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga adalah sebuah unit terkecil dari sistem kehidupan sosial, dimana sosialisasi primer dan pembentukan hal-hal sosial terjadi di dalam keluarga sejak setiap orang masih dalam masa kanak-kanak. Terdapat berbagai macam bentuk keluarga yang diantaranya adalah keluarga inti dan keluarga besar. Masing-masing anggota dari dalam keluarga ini memiliki peranan-peranan untuk menjalankan fungsi keluarga dengan baik. Fungsi tersebut mencakup fungsi afektif, reproduksi, ekonomi dan juga perawatan kesehatan. Oleh karena itu, dalam siklus perkembangannnya keluarga tidak terlepas dari masalah baik masalah sosial ekonomi maupun masalah kesehatan. Keluarga yang ideal terdiri dari ayah, ibu dan anak. Tetapi karena satu dan lain hal, bisa saja keluarga yang ideal ini bertambah atau berkurang. Seperti adanya tambahan anggota yaitu mertua atau orang tua dari suami atau istri, ataupun berkurangnya anggota seperti suami yang sudah meninggal.

Keluarga memiliki peranan yang penting dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Friedman membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan keluarga yaitu mengenai pengawasan dalam perkembangan kesehatan bagi setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan bagi anggota keluarga lain yang tidak bisa merawat dirinya, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, dan mempertahankan feedback positif antara lembaga kesehatan sehingga sarana kesehatan yang ada dapat digunakan dengan baik. Peran keluarga dalam proses sosialisasi primer mengambil cukup banyak peran dalam edukasi, termasuk edukasi cara hidup. Contohnya saja, cara mencuci tangan yang benar dan efektif, gaya dan pola makan pertama dibentuk dari dalam keluarga. Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting dalam pembentukan gaya kesehatan setiap individu.

Guna mencapai keluarga yang mampu menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik terutama fungsinya dalam memelihara kesehatan anggotanya, diperlukan pengetahuan yang memadai. Disinilah peranan petugas-petugas kesehatan termasuk dokter dalam membina keluarga. Selain informasi petugas kesehatan yang membina keluarga tersebut harus memiliki kemampuan untuk menarik hipotesis mengenai masalah yang dihadapi dan mencari solusi yang dapat dikerjakan setiap anggota keluarga.

Dalam perkembangannya, sebuah keluarga akan mengalami perubahan-perubahan baik dari segi sosial dan psikologis maupun fisik dan keseehatan. Dari pihak sosial dan psikologis, banyak hal yang berpengaruh seperti proses pertumbuhan dan pendewasaan masing-masing anggota keluarga. Termasuk di dalamnya proses perubahan status sosial seperti pekerjaan yang baru, pendapatan yang bertambah dan lain sebagainya. Dari pihak fisik dan kesehatan, dengan bertambahnya usia setiap individu di dalamnya, maka akan berubah pula pola kesehatannya. Misalnya, individu yang menginjak usia 65 tahun akan mulai mengalami penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif dapat memperburuk kualitas hidup seseorang jika tidak ditangani. Kesadaran akan pentingnya imunisasi juga sangat rendah di Indonesia, khususnya kalangan menengah kebawah. Rendahnya kesadaran mengenai imunisasi dan takut akan efek samping vaksin membuat masyarakat Indonesia rentan tertular penyakit-penyakit yang seharusnya mudah dicegah lewat imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Imunisasi seharusnya diketahui oleh setiap keluarga dan masyarakat mengenai imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 100 kelahiran anak meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi telah tersedia dimasyarakat, tetapi tidak semua bayi dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.

Menurut data WHO sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melakukan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya. Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melakukan imunisasi rutin pada semua bayinya, karena terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran keanak sekitarnya. Setiap tahun sekitar 85-95% bayi dinegara-negara tersebut mendapat imunisasi rutin, sedangkan sisanya belum terjangkau imunisasi karena menderita penyakit tertentu, sulitnya akses terhadap layanan imunisasi, hambatan jarak, geografis, keamanan, sosial-ekonomi dan lain-lain.

Imunisasi bukan hanya program kesehatan di Indonesia tapi juga program dunia (WHO). Tidak ada vaksin atau obat yang 100% aman dari faktor resiko, tetapi secara umum imunisasi aman diberikan, bahkan manfaat yang diberikan sangat besar dibanding dengan faktor resiko yang ada (Pintar Merawat Bayi).

Sebagai mahasiswa kedokteran, adalah penting bagi kami untuk dapat membantu edukasi tentang kesehatan kepada masyarakat dimulai dari pihak keluarga, dengan melihat peran keluarga seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, sebagai tugas akhir dari mata kuliah Clinical Exposure 5, kami membuat laporan ini sebagai laporan atas keluarga binaan yang kami buat pada sebuah keluarga di kampung dadak, Tangerang.

1.2. Tujuan1.2.1. Tujuan Umum

1.2.1.1. Bagi mahasiswa :

mengasah kemampuan berkomunikasi secara efektif kepada pasien meningkatkan rasa kepekaan dan empati terhadap pasien1.2.1.2. Bagi keluarga binaan :

Meningkatkan derajat kesehatan anggota keluarga yang dibina dan keluarga yang mandiri terutama pada bidang kesehatan. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan pribadi dan lingkungan.1.2.2. Tujuan Khusus

Didapatkan data identitas keluarga dan keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis dalam suatu keluargaBAB IIIDENTITAS KELUARGA1. Bpk. MUsia

: 44 tahun

Tanggal lahir

: 20 Juni 1969

Pekerjaan

: tukang kebunAgama

: Islam

Pendidikan terakhir: SD

Status

: kepala keluarga

Status marital

: Menikah

2. Ny. RUsia

: 40 tahun

Tanggal lahir

: 16 November 1973

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Status

: istri

Status marital

: menikah

3. Bp.WUsia

: 65 tahun

Tanggal lahir

: 20 September 1949Pekerjaan

: tidak bekerja

Agama

: Islam

Pendidikan terakhir: SDStatus

: ayah dari Bpk. MStatus marital

: Duda4. An. AUsia

: 10 tahun

Tanggal lahir

: 7 Februari 2004Pekerjaan

: PelajarPendidikan terakhir: SDAgama

: Islam

Status

: anak pertamaStatus marital

: belum menikah5. An. IUsia

: 4 tahun

Tanggal lahir

: 31 Maret 2010Pekerjaan

: belum sekolahPendidikan terakhir: belum sekolah

Agama

: Islam

Status

: anak keduaStatus marital

: belum menikah6. An. UUsia

: 3 bulanTanggal lahir

: 9 Januari 2014Pekerjaan

: belum sekolah

Pendidikan terakhir: belum sekolah

Agama

: Islam

Status

: anak ketigaStatus marital

: belum menikahBAB IIITAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Gambar 2.3. Siklus hidup keluarga menurut DuvallDalam perkembangannya, sebuah keluarga akan melewati sejumlah tahapan. Berdasarkan dari pembagian tahapan hidup keluarga menurut Duvall, keluarga yang kami bina termasuk dalam tahapan keempat, yaitu keluarga dengan anak usia sekolah dimana anak tertua berusia 6-13 tahun. Bpk.M yang merupakan kepala keluarga dan Ny.R mempunyai anak tertua berusia 10 tahun yaitu A, I berusia 4 tahun, serta anak ketiga nya I yang berusia 3 bulan.Tugas keluarga pada tahapan ini adalah memberikan perhatian lebih pada anak sekolah, terlebih tugas sekolah, kelakuan, serta nilai raport anaknya. Sebaiknya ibu dan ayah nya memberikan perhatian lebih terutama saat ayah nya pulang ke rumah. Namun, pada usia seperti ini, disiplin sangatlah penting, dan rasa tanggung jawab harus dipupuk sejak usia dini.BAB IVGENOGRAM

BAB VMASALAH DALAM KELUARGA5.2 Masalah biologis5.1.1Bpk. WI. ANAMNESIS

1) Keluhan utama: nyeri pada lutut 2) Keluhan tambahan: tidak ada3) Riwayat penyakit sekarang : Informasi yang didapatkan berasal dari pasien. Pasien datang ke puskesmas dengan anaknya mengeluh adanya nyeri lutut yang sudah berlangsung 2 tahun. Rasa nyeri awalnya dirasakan pada lutut kiri saja. Namun setelah berlangsung setahun kemudian, rasa nyeri dirasakan pada lutut kanan juga. Rasa nyeri dirasakan pada kedua lutut dan rasa nyeri timbul saat tungkai bawah pasien digerakkan. Rasa nyeri tidak dirasakan ditempat lain. Rasa nyerinya membaik saat beristirahat dan memburuk pada saat berjalan atau beraktifitas. Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK. Nafsu makan pasien masih baik.

4) Riwayat penyakit dahulu: Tidak ada riwayat penyakit pasien yang berat atau kronik

5) Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada riwayat penyakit keluarga dan tidak ada gejala serupa yang terjadi di anggota keluarga lainnya

6) Riwayat kebiasaan: Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok atau minum minuman keras

7) Riwayat operasi : Pasien belum pernah menjalani operasi

8) Riwayat pengobatan : Pasien pernah diberikan obat anti nyeri dan obat pasien sudah dihabiskan. Pasien berkata bahwa rasa nyerinya berkurang. Setelah obat habis, pasien tidak melanjutkan pengobatan.

9) Riwayat alergi : Pasien tidak memiliki alergi

II. PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan umum : Sakit ringan

2) Kesadaran: Compos Mentis

3) Tanda-tanda vital

I. Suhu tubuh: 36,7OC

II. Laju napas: 14 kali/menit

III. Berat badan : 83 kg

IV. Laju nadi: 70 kali/menit

V. Tekanan darah: 120/80 mmHg

4) Kulit : Warna kulit sawo matang, tampak atrofi dermal kulit

5) Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

6) Telinga : Daun telinga tampak simetris antara kanan-kiri, tidak tampak kotoran pada liang telinga,

7) Bibir : Bibir berwarna merah, tidak tampak kering

8) Mulut : Mukosa tidak kering, tidak tampak pembesaran tonsil, tidak ada sariawan, tidak terdapat luka didalam mulut, gigi rapi dan masih lengkap

9) Leher : tidak dilakukan

10) Toraks :

Inspeksi : tidak tampak luka atau perubahan warna, tidak tampak lesi, bentuk dada pasien normal.

Auskultasi: Kedua lapang paru-paru terdengar suara vesicular. Tidak terdapat suara murmur, gallop, atau suara abnormal yang lainnya

11) Abdomen :

Inspeksi : Bentuk abdomen cembung, tidak tampak luka atau lesi, tidak tampak perubahan warna, tidak tampak asites

Auskultasi : suara bising usus 12 kali/ menit, tidak adanya suara bruit pada regio umbilikus

12) Ekstremitas : Tampak atrofi otot pada tungkai atas pasien, adanya krepitus pada kedua lutut saat palpasi, berkurangnya ruang gerak dikarenakan rasa nyeri , suhu akral hangat, tidak tampak adanya tophusRESUME

Bapak W. Laki-laki, 65 tahun. Memiliki keluhan nyeri kedua lutut dan sudah berlangsung selama 2 tahun. Rasa nyeri tidak ada ditempat lain. Membaik saat istirahat dan memburuk saat beraktifitas. Rasa nyeri dirasakan pada lutut kiri awalnya dan setahun kemudian lutut kanan juga. Tidak ada masalah pada BAB dan BAK. Pasien sebelumnya sudah pernah diberikan obat anti nyeri dan tidak melanjutkan pengobatan lagi saat obat habis. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri saat menggerakkan kedua lutut, adanya krepitus saat palpasi, dan suhu akral hangat. Pemeriksaan fisik pada anggot tubuh yang lainnya masih dalam batas normal.

III. DIAGNOSIS

Osteoarthritis

IV. DIFFERENT DIAGNOSIS

Gout arthritis

Rheumatoid arthritis

V. TERAPI

NSAID

VI. MANAJEMEN /EDUKASI

1. Mengurangi aktifitas yang berat

2. Beristirahat yang cukup

3. Menurunkan berat badan dengan menjaga pola makan.

VII. PEMBAHASAN

Diagnosis yang dilakukan membutuhkan informasi dan pemeriksaan fisik dari pasien. Diagnosis pasien adalah Osteoarthritis. Hal ini dikarenakan dari anamnesis pasien yang mengarah pada adanya nyeri di kedua lutut pasien. Sendi lutut manusia merupakan sendi yang menahan beban sehingga penegakkan diagnosis dapat dilakukan. Dari pemeriksaan fisik pasien, tampaknya atrofi otot pada tungkai atas pasien menambah faktor risiko dari osteoarthritis dan berat badan lebih yang juga merupakan faktor risiko sehingga penegakkan diagnosis dapat dilakukan.

Different diagnosis lain dapat dieliminasi. Gout arthritis dapat dieliminasi karena tidak terdapatnya tophus pada kedua lutut. Tophus biasanya diawali pada sendi-sendi kecil atau yang terletak paling rendah dari bagian tubuh. Rheumatoid arthritis belum bisa disingkirkan tapi tidak menjadi diagnosis kerja karena dari hasil anamnesis pasien mengatakan bahwa predileksi nyeri dari satu sendi lutut saja dan kemudian terjadi pada sendi lutut yang lainnya.

Dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dalam mengecek kadar asam urat dan ANA assay dalam menegakkan diagnosis yang pasti.

5.1.2An. UKeluhan Utama: Batuk berdahak selama 4 hari

Keluhan Tambahan:-

Riwayat Penyakit Sekarang:

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien pada. Pasien sudah batuk selama 4 hari. Batuk pasien memiliki dahak. Dahak pasien berwarna hijau tetapi tidak ada darah. Pasien juga memiliki demam sejak 4 hari yang lalu. Demam pasien terus-menerus dan tidak ada waktu puncak demam pasien. Pasien belum pernah diimunisasi. BAB dan BAK pasien tidak terganggu. Nafsu makan pasien menurun sejak demam pasien timbul. Berat badan pasien 5500 gram dan panjang badan pasien 59 cm. Pada saat melahirkan tidak terjadi perdarahan atau masalah yang lainnya. Pasien dilahirkan dengan berat 2700 gram dan panjang badan pasien 52 cm

Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada riwayat penyakit dahulu pasien.

Riwayat Penyakit keluarga: Tidak ada gejala serupa yang terjadi pada anggota keluarga pasien yang lainnya dan tidak ada riwayat penyakit keluarga pasien.

STATUS BAYI

Berat Badan Lahir : 2900 gram

Panjang Badan Lahir : 50 cm

Berat Badan Sekarang : 5500 gram

Panjang Badan Sekarang : 59 cm

Status Imunisasi : Belum pernah diimunisasi

PEMERIKSAAN FISIK

13) Keadaan umum : Sakit ringan

14) Kesadaran: Compos Mentis

15) Tanda-tanda vital:

Suhu tubuh: 38,1oc

Laju napas: 34 kali /menit

Laju nadi: 80 kali /menit

16) Kulit : Warna kulit hitam, tidak terdapat lesi

17) Kepala : Bentuk kepala tidak ada deformitas, rambut warna hitam, distribusi merata tidak mudah dicabut

18) Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

19) Hidung : Bentuk hidung simetris kanan-kiri, tampak sekret lendir, tidak terlihat polip

20) Telinga : Daun telinga tampak simetris antara kanan-kiri, tidak tampak sekret pada liang telinga

21) Bibir : Bibir berwarna merah, tidak tampak kering

22) Mulut : Mukosa tidak kering, tidak tampak pembesaran tonsil, tidak ada sariawan, tidak terdapat luka didalam mulut, gigi rapi dan masih lengkap, tampak radang pada dinding faring

23) Leher : tidak dilakukan

24) Toraks :

Inspeksi : tidak tampak luka atau perubahan warna, tidak tampak lesi, gerakan di kedua lapang dada adalah simetris secara statis dan dinamis, bentuk dada pasien normal.

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi: Kedua lapang dada vesikular, Tidak terdapat suara murmur, gallop, atau suara abnormal yang lainnya

25) Abdomen :

Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak tampak luka atau lesi, tidak tampak perubahan warna, tidak tampak asites

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : tidak ada asites

Perkusi : Tidak dilakukan

26) Genitalia : Tidak dilakukan

27) Ekstremitas : Tidak ada luka, tidak ada perubahan bentuk, tidak ada edema, suhu akral normal, deposisi lemak pada daerah gluteal dan femur masih tampak.

RESUME

An. U berumur 3 bulan laki-laki memiliki keluhan batuk berdahak 4 hari. Dahak pasien berwarna hijau. Pasien juga memiliki demam juga selama 4 hari dan bersifat terus-menerus. Pasien belum pernah diimunisasi. BAK dan BAB pasien tidak terganggu. Nafsu makan pasien menurun dan terjadi sejak demam timbul. Berat badan 5500 gram dan Panjang badan 59cm. Tidak terjadi perdarahan dan masalah lainnya pada saat kelahiran pasien. Tanda-tanda vital pasien yang mengalami kenaikan adalah suhu 38,1oC dan yang lainnya masih dalam batas normal. Pemeriksaan fisik: Tampak radang pada dinding faring pasien dan adanya sekret lendir pada liang hidung pasien. Pemeriksaan fisik pasien yang lain masih dalam batas normal.

DIAGNOSIS

ISPA

DIAGNOSIS BANDING

Pneumonia

Bronkitis akut

PEMBAHASAN

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, pasien mengeluh adanya batuk berdahak dan demam yang sudah berlangsung selama 4 hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya peradangan pada dinding faring dan adanya sekret lendir pada liang hidung. Pada auskultasi thoraks tidak terdapat suara abnormal seperti rhonki basah dan kering sehingga diagnosis yang dapat ditegakkan adalah ISPA dan diagnosis banding yang lain dapat dieliminasi.

TERAPI

1. Parasetamol

2. Gliseril Guaiakolat (expectorant)

3. Kotrimokzasole

MANAJEMEN /EDUKASI

1. Menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh

2. Istirahat yang cukup

FIFE

Feeling atau Perasaan: Ibu pasien sedih bahwa anaknya sakit.Insight atau Tilikan : Ibu pasien merasa anaknya hanya sakit yang ringan saja.

Function : Anaknya lebih sering menangis dari yang sebelumnya

Expectation: Ibu pasien berharap anaknya bisa sembuh.

.

5.3 Masalah sosio-ekonomi Secara sosial, keluarga ini memiliki hubungan sosial yang baik meskipun tergolong sebagai kelas menengah ke bawah. Tetapi ada suatu masalah yaitu rendahnya kesadaran anggota keluaraga akan pentingnya imunisasi. Bp. W dan Ny. R berpendapat bahwa anak yang sehat tidak perlu untuk diimunisasi karena akan menyebabkan demam pada anak itu selama beberapa hari. Hal ini telah dianut seumur hidup mereka sehingga anak Ny. R dan Bp.M tidak ada yang diimunisasi satupun.

Secara ekonomi, pendapatan keluarga ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap anggotanya.

Dalam perjalanan keluarga ini, Bpk. M dan Ny.R terlahir sebagai dua orang yang sangat sangat miskin.Mereka menikah 11 tahun yang lalu dan Bpk. M bekerja sebagai petani di bogor. Pendapatannya sangatlah pas-pasan dan ia mencari penghidupan yang lebih baik di Tangerang. Ia mendapatkan pekerjaan sebagai tukang kebun dan penghasilannya menjadi lebih baik.

Sumber penghasilan dari keluarga ini hanya berasal dari Bp. M dengan pendapatan tidak menentu sekitar Rp. 2.000.000 Rp. 3.000.000 per bulan. Rincian pengeluaran keluarga adalah sebagai berikut :

KebutuhanPengeluaran per bulan

Makanan (Rp. 30.000 x 30)Rp. 900.000

Listrik, air dan keamananRp. 200.000

Uang susuRp. 100.000

Uang transportasi Rp. 300.000

Biaya kebutuhan tersierRp. 1.000.000

TOTALRp. 2.500.000

BAB VIDENAH RUMAH

Kamar TidurRumah keluarga Bpk. M mempunyai luas 9x6 meter berada di daerah Kampung Dadak, Tangerang. Rumah ini merupakan rumah pribadi yang ditinggali nya sejak 11 tahun yang lalu. Lingkungan sekitar rumah ini bersih, tidak ada sampah berserakan namun cukup padat. Jarak antar rumah cukup berdekatan.Rumah keluarga Bpk.M terbuat dari dinding tembok, dengan aspal di bagian dalam, belakang, dan samping rumah (lihat denah).Bagian atap rumah juga sudah menggunakan genteng. Rumah ini terdiri dari 3 kamar tidur, ruang sholat, ruang tamu, gudang, dapur, tempat cuci dan 1 Kamar mandi. Sebelum memasuki rumah, terdapat teras terbuka yang dapat digunakan untuk menghirup udara segar. Rumah ini mempunyai 3 pintu keluar. Pintu pertama menghadap teras.Pintu kedua menghadap gang/ jalanan, dan pintu ketiga menghadap samping.Kamar tidur utama ditempati oleh Bpk.M , Ny.R dan juga An. U. Kamar tidur ini berisi 1 tempat tidur dan sebuah lemari pakaian. Setiap malam mereka tidur bersama di tempat tidur tersebut.Terdapat sebuah ventilasi udara dan menggunakan tirai sebagai pengganti pintu.Kamar tidur kedua ditempati oleh Bp.W yang merupakan ayah dari Bp M. Kamar ini terdiri dari sebuah tempat tidur berukuran 100 x 200, sebuah lemari dan juga sebuah rak. Kamar ini juga terdapat ventilasi udara dan menggunakan tirai sebgai pengganti pintu. Kamar tidur kedua ditempati oleh An. A dan An. I. Kamar ini berisi 1 buah ranjang, 1 rak lemari, dan 1 meja belajar. Di kamar ini juga terdapat jendela dan ventilasi yang baik.Di ruang tamu, terdapat meja dan kursi yang dapat dipakai untuk tamu. Selain itu juga terdapat sebuah kasur lipat yang digunakan untuk menonton tv dan juga sebagai tempat tidur untuk A dan I saat malam hari. Namun kasur lipat ini terlihat agak lembab dan lapuk.Sprei yang dipakai juga sudah lama tidak diganti. Di ruang tamu juga terdapat ventilasi yang cukup dan juga terdapat kaca blok yang berguna untuk masuk nya cahaya ke rumah. Selain itu terdapat jendela besar yang menghadap ke arah teras.Pada bagian dalam, belakang dan samping rumah lantai nya hanya berdasar semen. Penerangan nya juga agak kurang, dan terdapat banyak nyamuk. Di bagian belakang rumah terdapat gudang yang merupakan tempat penyimpanan barang-barang yang tidak dipakai.Bagian gudang ini tidak ditutup dengan pintu, hanya dibatasi oleh sekat.Hal ini kami khawatirkan banyak nya nyamuk berasal dari gudang yang terdapat banyak tumpukan barang.Di sebelah gudang yang hanya ditutup oleh sekat terdapat sofa kecil dan juga meja makan.Di sinilah tempat keluarga ini makan.Di sebelah meja makan terdapat rak-rak piring dan peralatan masak.Memasuki samping rumah, terdapat dapur yang terdiri dari kompor dan sebelah nya merupakan tempat cuci.Tempat ini dipakai untuk mencuci pakaian dan alat-alat makan serta masak Bagian atap samping rumah ini tidak ditutupin dengan genteng, namun hanya menggunakan seng.Di samping rumah juga terdapat kamar mandi yang merupakan sarana MCK satu-satunya di rumah ini.Di kamar mandi terdapat jamban jongkok dan juga ember besar yang berfungsi untuk bak mandi. Air yang dipakai juga cukup bersih, namun masih menggunakan air tanah. Dasar kamar mandi terbuat dari keramik.Menurut kami,kamar mandi ini agak kotor dan berantakan, sehingga kami menyarankan untuk membersihkan nya secara rutin dan juga merapikan nya. Listrik di rumah ini sudah menggunakan PLN, dan penerangan nya cukup karena selain dari banyak nya lampu juga terdapat banyak pintu yang pada siang hari dibuka, sehingga di dalam rumah cukup terasa sejuk dan juga terang. BAB VIIUPAYA YANG DILAKUKAN

Kunjungan ke 1 Tanggal : 13 Februari 2014Kunjungan pertama kami berupa anamnesis dan menanyakan mengenai masalah kesehatan, psikologis, dan sosial ekonomi Bp. W dan Ny. R. Pada kunjungan pertama, kami tidak bertemu dengan Bp. M karena beliau sedang bekerja. Pada kunjungan pertama kami juga mengamati keadaan rumah keluarga ini. Kami juga melakukan beberapa pemeriksaan, seperti tanda-tanda vital.Upaya yang dilakukan pada kunjungan pertama :

1. Identifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dan juga identifikasi keadaan rumah.

2. Kasur lipat yang berada di ruang tamu yang digunakan untuk tidur A dan I sudah terlihat kotor, oleh karena itu kami menyarankan agar kasur lipat tersebut dicuci dan dijemur setidaknya setiap bulan.3. Memberikan edukasi kepada Ny. R akan pentingnya imunisasi, dan penyakit yang akan timbul jika anak-anak Ny.R tidak di imunisasi, serta menjelaskan bahwa KIPI memang tidak dapat dihindari dan bersifat sementara.4. Menyarankan kepada Ny. R untuk membawa An. U ke puskesmas untuk diperiksa oleh dokter dan diobati.5. Memberikan edukasi mengenai kebersihan peralatan rumah tangga dan juga menyarankan An.A dan An. I agar saat keluar bermain menggunakan alas kaki.6. Menyarankan Bp. W untuk berobat ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut mengenai lututnya.

7. Memberikan edukasi kepada seluruh anggota keluarga mengenai makanan 4 sehat 5 sempurnaKunjungan ke 2 Tanggal: 27 Februari 2014

Pada kunjungan kedua kami datang dengan membawa alat-alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan fisik, seperti sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah, stetoskop dan juga termometer.Pada kunjungan ini kami tidak bertemu dengan Bpk. M karena beliau sedang bekerja. Saat kami datang di kunjungan yang kedua ini, an. U sudah sembuh dari penyakit ISPA dikeluhkan nya pada kunjungan pertama kami. Sekarang ia sudah terlihat lebih aktif dan tidak mempunyai masalah biologis lainnya.Upaya yang dilakukan pada kunjungan kedua :

1. Mengecek status kesehatan setiap anggota keluarga.

2. Menyarankan agar gudang yang berada di belakang rumah dibereskan dan ditutup agar tidak banyak nyamuk.

3. Menyarankan agar merapikan dan membersihkan kamar mandi sekurang-kurang nya 2 minggu sekali.

4. Menyarankan kepada An.I dan An.A untuk rajin membersihkan kuku nya dan rutin memotong kuku nya, karena terlihat bahwa kuku nya kotor.5. Mengingatkan Bp. W untuk meminum obat untuk osteoarthritis yang telah diberikan oleh dokterKunjungan ke 3 Tanggal : 27 Maret 2014Pada kunjungan ketiga, kami datang dengan membawa alat-alat kesehatan yang diperlukan. Kami juga membawa makanan, susu, dan juga sikat gigi untuk diberikan kepada seluruh anggota keluarga. Upaya yang dilakukan pada kunjungan ketiga :

1. Memantau kesehatan seluruh anggota keluarga 2. Memberikan edukasi mengenai makanan-makanan sehat, agar dapat menjaga kesehatan.3. Memberikan edukasi mengenai cara menyikat gigi yang benar, agar seluruh anggota keluarga dapat menjaga kesehatan gigi.4. Mengingatkan Bp. W untuk meminum obat untuk osteoarthritis yang telah diberikan oleh dokter5. Mengajarkan kepada seluruh anggota keluarga cara mencuci tangan yang benar, dan mengingatkan kepada mereka untuk selalu mencuci tangan terutama saat sebelum makan.BAB VIIIINDIKATOR KEBERHASILANDalam pertemuan ketiga, pembinaan keluarga ini dikatakan berhasil jika :

1. Dalam rentang waktu pertemuan pertama sampai ketiga, Ny. R mau membawa anak-anaknya untuk diimunisasi di puskesmas.

2. Bp. W rajin meminum obat untuk osteoarthritis nya.3. Anggota keluarga yang hadir pada saat pertemuan ketiga dapat melakukan cara menggosok gigi dengan baik dan benar.4. Dalam rentang waktu pertemuan pertama sampai ketiga, anggota keluarga dapat menjaga lingkungan rumahnya menjadi bersih, gudang telah dirapikan, dan seprai dicuci secara berkala.

5. Anggota keluarga dapat menerapkan konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurnaBAB IXHASIL PEMBINAAN KELUARGA9.1 Keadaan Rumah

Dari upaya yang kami lakukan, hasil setelah pembinaan keluarga ini dari aspek keadaan rumah dan lingkungan adalah :

Kasur lipat yang berada di ruang tamu telah dijemur. Keadaan gudang menjadi lebih rapi dan sudah ditutup dengan menggunakan tirai, sehingga nyamuk tidak terlalu banyak.

Keadaan kamar mandi menjadi lebih bersih dan juga rapi.

9.2 Keadaan biopsikososial keluarga

Dari pembinaan yang dilakukan, hasil dari aspek biopsikososial keluarga adalah : Bp. W rutin ke Puskesmas untuk kontrol penyakit nya, dan juga taat mengkonsumsi obat nya.

Ny.R mulai mau mempertimbangkan untuk membawa anaknya untuk di imunisasi An.I dan An. A rajin menyikat gigi nya sesuai dengan yang telah diajarkan. Ia juga selalu memakai alas kaki saat keluar dari rumah dan juga menjaga kesehatan kuku nya.

Seluruh anggota keluarga menjadi lebih sadar akan penting mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna BAB XKESIMPULAN DAN SARAN10.1 Kesimpulan

Keluarga binaan kami ini terdiri dari 6 anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, Mertua dan 3 orang anak ini adalah keluarga yang harmonis dan baik dalam segi psikososial. Ada beberapa masalah kesehatan di keluarga ini, antara lain osteoarthritis, ISPA, dan kurangnya kesadaran akan imunisasi. Rumah yang ditempati layak dan berada dipemukiman padat penduduk dengan higienitas yang cukup dan mendukung kesehatan keluarga.

10.2 Saran

10.2.1Kepada Puskesmas

Edukasi yang dilakukan oleh pihak puskesmas kepada Ny. R mengenai imunisasi nampaknya belum dapat mengubah cara berpikir Ny. R dan Bp. W mengenai dampak KIPI yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, edukasi-edukasi semacam ini seharusnya lebih digalakkan lagi dan disosialisasikan dampak yang akan terjadi jika anak tidak diimunisasi. Hal ini sangat penting karena Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang primer dimana masyarakat terutama golongan menengah kebawah bertumpu.

Untuk kasus ISPA, Puskesmas sebagai utusan dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sangat disarankan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas mengenai kiat-kiat untuk mencegah penularan ISPA. Karena penyakit ini sangat sering terjadi, dan penularannya sangat mudah, apalagi ditambah dengan populasi yang padat dan kebersihan tempat tinggal yang buruk.Untuk kasus osteoarthritis, puskesmas disarankan untuk lebih lagi memberikan informasi mengenai pentingnya pengontrolan hipertensi melalui obat. Banyak anggapan seperti Ny. S bahwa hipertensi tidak perlu diobati jika tidak menimbulkan gejala klinis. Pernyataan yang sebenarnya keliru secara medis ini harus diluruskan oleh pihak kesehatan masyarakat primer yaitu Puskesmas.

10.2.2Kepada Keluarga

Keluarga ini disarankan untuk tetap mempertahankan higienitas rumahnya seperti pada saat pembinaan. Ventilasi dan penerangan di rumah keluarga tersebut sudah cukup baik, dan sangat disarankan untuk dipertahankan. Kebersihan dapur dan toilet juga sudah terjaga dengan baik. Untuk Bp. W yang mengalami osteoarthritis, disarankan agar dapat mengontrol penyakitnya dengan mengkonsumsi obat secara teratur dan fisioterapi.

Untuk An. U yang mengalami ISPA, disarankan untuk Ny. R agar menjaga kebersihan rumah dan kebersihan fisik An U. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, disarankan untuk memakai masker agar tidak menularkan An.U yang masih berumur 3 bulan.Untuk Ny. R yang enggan untuk membawa anaknya untuk diimunisasi, disarankan untuk segera membawa anaknya untuk diimunisasi. Hal ini untuk mencegah penularan penyakit-penyakit berbahaya yang dapat mengancam jiwa.Secara keseluruhan, keluarga ini harmonis baik secara psikologis maupun dalam aspek kesehatannya. Kami tetap menyarankan untuk tetap menjaga hubungan ini walaupun, kepala keluarga nya yaitu Bpk. M tidak selalu berada di rumah. Kami berharap agar keluarga ini dapat berkumpul bersama dan tetap menjaga komunikasi walaupun memiliki kesibukan masing-masing. Kami juga memberikan saran kepada setiap anggota keluarga nya untuk terus memberikan perhatian kepada An.U, An. I dan An. A , karena dukungan dari orang-orang sekitarnya akan turut membantu proses tumbuh kembang mereka.TINJAUAN PUSTAKAOsteoartritis

Osteoartritis, bentuk yang paling umum dari penyakit sendi, merupakan penyakit degeneratif. 90 persen dari penderita memiliki sifat radiografik osteoartritis pada sendi penanggung beban pada umur 40-an. Simtomatik penyakit ini meningkat seiiring dengan umur. Jenis kelamin merupakan faktor risiko karena wanita lebih banyak mengalami penyakit ini dibandingkan pria.

Atropati ini ditandai dengan degenerasi dari kartilago dan hipertrofi dari tulang bagian batas artikulasi. Inflamasi terjadi cukup kecil. Herediter dan faktor mekanis dapat terlibat dalam terjadinya patogenesis penyakit ini. Obesitas merupakan faktor risiko dari osteoartritis lutut, tangan dan kemungkinan pada pinggul.

Awal serangan biasanya tersembunyi dan berbahaya. Diawali dengan kaku artikulasi dan jarang terjadi lebih dari 15 menit. Hal ini kemudian membentuk nyeri saat bergerak pada sendi yang terlibat dan diperburuk oleh akitifitas atau hal-hal yang berhubungan dengan mengangkat beban dan membaik saat berisitirahat. Keterbatasan ruang gerak pada sendi yang terlibat merupakan hal yang biasa. Efusi sendi dan inflamasi tanda inflamasi artikular biasanya ringan.Tidak terdapat manifestasi sistemik.

Tindakan pengobatan pada pasien osteoartritis adalah fokus pada nyerinya. Pemberian asetaminofen sebagai tindakan lini pertama dan untuk yang lebih parahnya dapat diberikan NSAID namun dapat diketahui bahwa NSAID memiliki toksisitas lebih tinggi.

ISPA

Demam adalah Kenaikan suhu tubuh melebihi batas normal(37OC) yang disebabkan karena meningkatnya titik batas hipotalamik dari 37OC hingga 39OC. Demam dimulai ketika titik batas hipotalamik meningkat . Pasien akan merasa kedinginan akibat vasokonstriksi periferal dan mulai menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh hingga batas titik hipotalamik yang baru.

Parasetamol adalah analgesik non-salisilat. Biasanya digunakan untuk meredakan rasa sakit yang ringan dan menurunkan suhu tubuh melalui anti-piretik yang dimiliki.

Batuk adalah refleks yang penting untuk membantu mengosongkan aliran pernafasan dari material yang dihirup, sekresi yang berlebihan dan substansi yang abnormal. Orang yang tidak memiliki refleks untuk batuk mempunyai kemungkinan yang besar untuk terkena pneumonia. Batuk merupakan hasil dari interaksi kompleks dari reseptor sensorik di bagian atas dan bawah dari saluran pernafasan, termasuk stimulasi mekanik dan reseptor kimia iritasi.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dan dapat mengakibat kematian. Dalam pengobatan ISPA, pasien diberikan ekspektoran dan antibiotik. Ekspektoran adalah obat yang digunakan untuk mencairkan mukus atau merangsang produksi mukus yang encer sehingga mukus dapat dikeluarkan.DAFTAR PUSTAKAGoldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, et al. Fitspatrick's Dermatology in General Medicine, 8e. The McGraw-Hill Companies, Inc.: 2012.

Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, et al. Harisson : Internal Medicine, 18e. The McGraw-Hill Companies, Inc.: 2012.

Rakel RE, Rakel D. Textbook of Family medicine, 8e. Elsevier Saunders : 2011.

US Department of Health and Human Services. JNC 7 Express : The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. NIH Publication : May 2003.

Dapur

Ruang Tamu

Ruang Sholat

Gudang

Teras depan

Kamar Tidur

Kamar Utama

WC

SHAPE \* MERGEFORMAT